Modul Tata cara/ Prosedur Pemeriksaan Jembatan ini Terdiri dari 5 (lima) Bab
ini diuraikan langkah langkah tata cara pemeriksaan jembatan menyesuaian
teknologi dan kondisi yang ada saat ini
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Ibu Ir. Lanny
Hidayat, M.Si atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul
ini. Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan teknologi dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi peningkatan kompetensi Insan PUPR dalam bidang pengawasan
dan pemeliharaan Jembatan.
HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan mampu memahami
jenis-jenis struktur jembatan dalam pemeriksaan jembatan.
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
memahami mampu menjelaskan pengertian reaksi dan gaya-gaya dan beban yang
bekerja dalam sistem struktur jembatan.
2.1 PENDAHULUAN
Struktur jembatan adalah bagian dari mekanik yang harus dijabarkan dan
diterapkan dalam suatu pengetahuan yang berhubungan dengan enersi dan gaya
yang berkaitan dengan keseimbangan, deformasi, pergerakan pada struktur
tersebut.
Jembatan adalah sebuah struktur yang dibangun untuk menyeberangi jurang
atau rintangan seperti sungai, lembah, rel kereta api maupun jalan raya.
Jembatan dibangun agar para pejalan kaki, pengemudi kendaraan atu kereta api
dapat melintasi halangan-halangan tersebut. Struktur Jembatan terdiri atas
beberapa jenis jembatan yang berbeda-beda baik dari segi struktur maupun
kekuatan sampai biaya pembangunannya.
Pemeriksa jembatan wajib memahami masalah keseimbangan dalam
pemeriksaan dan gaya-gaya yang bekerja pada struktur jembatan. Selain itu
pemeriksa jembatan wajib memahami dan menjelaskan tentang fungsi masing-
masing komponen, elemen utama dan elemen serta pendistribusian beban di
dalam struktur jembatan.
Struktur jembatan harus mendukung beban mati dan beban hidup atau dikenal
sebagai beban permanen dan beban transien pada setiap elemen utama dan
elemen jembatan. Semua elemen dan elemen utama jembatan harus didesain
secara kuat, stabil, aman, nyaman, ekonomis.
Beban hidup yang harus didukung berupa beban terbagi rata dan beban terpusat
untuk menghitung struktur jembatan dan beban truk digunakan untuk
menghitung lantai jembatan. Berat bangunan atas, lantai jembatan, lapis
Beban hidup dikenal sebagai beban transien yaitu beban yang tidak selalu ada di
atas jembatan, dapat dalam waktu pendek atau pada suatu waktu tertentu dan
bekerja pada struktur jembatan. Beban utama pada beban hidup atau transien
adalah beban kendaraan atau lalu lintas. Perhitungan beban tersebut
dipengaruhi oleh getaran, kecepatan kendaraan, kejut, bentang dan jenis
bangunan atas jembatan.
Standar kendaraan atau beban hidup mengacu pada SNI 1725-1016 yaitu
Pembebanan untuk Jembatan yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi,
kapasitas struktur jembatan secara penuh.
Beban standar truk 500 kN sesuai dengan standar pembebanan adalah sebagai
berikut:
Beban lajur dibagi menjadi 2 yaitu beban terbagi rata (BTR) dan beban garis
terpusat (BGT) dengan konfigurasi sebagai berikut:
2.2.1 GAYA
Gaya adalah suatu aksi yang bekerja pada elemen tertentu dalam struktur
jembatan. Gaya mempunyai 2 komponen yaitu besaran (magnitude) dana arah.
Satuan pengukuran untuk gaya digunakan adalah Newton (N) atau kN
(kilonewton) yang berarti 1000 Newton.
2.2.3 DEFORMASI
Deformasi adalah adanya suatu perubahan bentuk atau distorsi atau akibat
terjadinya tegangan pada material (bahan).
a. Strain
Strain adalah pengukuran akibat terjadinya deformasi yang terjadi dibandingkan
(rasio) dengan dimensi sebelum terjadinya deformasi. Sebagai contoh, strain
dalam arah memanjang struktur dibandingkan dengan Panjang awal (semula)
struktur.
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (∆𝐿)
𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 (𝜀) =
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝐿)
Strain ini tidak mempunyai satuan. Tetapi menyatakan persentase atau
meter/meter.
b. Deformasi elastis
Deformasi Elastis adalah distorsi atau simpangan yang masih dapat kembali pada
kondisi semua dari bahan yang ditinjau. Elemen jembatan yang mengalami
deformasi elastis akan kembali pada bentuk semula pada waktu gaya dihilangkan.
Strain elastis kadang-kadang merupakan strain yang untuk menyatakan Batasan
dimana perubahan bentuk dimana elemen jembatan masih dapat kembali pada
posisi atau bentuk semula pada saat tegangan dihilangkan. Jembatan didesain
sebagai struktur elastis dimana bentuk jembatan tetap kembali ke semula pada
saat beban diangkat atau dihilangkan dari elemen utama atau komponen
jembatan.
tegangan tegangan
regangan regangan
Tetapi, bagaimanapun hal ini terjadi pada nilai tegangan tertentu yang disebut
batas elastis. Di atas disebut masalah stress dan strain, yang terjadi pada kondisi
titik leleh.
Pada waktu diterapkan tegangan pada batas leleh, material akan berubah bentuk
(deformasi) secara elastis. Disamping itu terjadi batas elastis, deformasi plastis
dan strain yang tidak proporsional terhadap tegangan yang terjadi. Sifat material
menentukan hubungan antara tegangan-regangan (stress-strain), hal ini disebut
modulus elastisitas atau young’s modulus.
a. Modulus Elastisitas
Setiap material mempunyai modulus elastisitas yang ada hubungannya dengan
tegangan dan strain. Hal ini adalah bagian yang masih dalam kondisi elastis dari
kurva stress-strain.
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜎)
𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝐸) =
𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 (𝜀)
Modulus elastisitas ini diterapkan pada kondisi dimana batas elastis belum
dicapai. Satuan untuk moduus elastisitas ini sama dengan tegangan (stress)
yaitu Pa atau kPa.
Beton
Besi cor
Batu
FRP (Fibre Reinforced Polymer)
c. Fatik
Fatik adalah reaksi dari bahan (material) dimana bahan tersebut cenderung
pecah akibat beban berulang. Fatik terjadi dalam kondisi antara elastis dan
jumlah beban berulang dengan besaran tertentu yang terjadi.
Setiap material mempunyai jumlah dan besaran tegangan maksimum akibat
beban berulang yang dapat ditahan dalam suatu waktu tertentu. Tegangan ini
disebut batas fatik sampai terjadi tegangan ultimit (runtuh) untuk suatu beban
tertentu.
Material yang daktail, seperti baja mempunyai batas fatik yang cukup tinggi,
tetapi beton mempunyai batas fatik yang lebih rendah. Kayu juga mempunyai
batas fatik yang cukup tinggi tetapi lebih rapuh dibanding baja atau beton.
a. Keseimbangan
Dalam perhitungan gaya-gaya, semua berdasarkan sifat keseimbangan.
Persamaan dalam keseimbangan adalah system gaya dan dapat disebut sebagai
berikut:
∑V = 0
b. Gaya aksial
Gaya aksial dalah gaya dengan tipe mendorong yang bekerja sepanjang sumbu
memanjang elemen. Gaya aksial dapat mengakibatkan tekan yang bersifat
mendorong atau tarik yang bersifat menarik. Gaya aksial umumnya mempunyai
satuan Newton atau kiloNewton.
Aksial Tekan
Aksial Tarik
Pada saat elemen jembatan didesain untuk menahan gaya aksial, maka luas
potongan melintang tersebut akan menahan sesuai dengan besaran gaya, dan
material yang digunakan, dan tidak tergantung pada jenis beban aksialnya Tarik
atau tekan.
Untuk elemen yang mengalami tekan atau tarik, luas potongan harus sesuai
dengan rumus di atas untuk dapat menahan gaya yang ada. Khusus untuk elemen
yang mengalami tekan, harus diperhatikan permasalahan tekuk (buckling).
c. Momen
Gaya lentur dalam elemen jembatan menyebabkan terjadinya momen. Momen
terjadi secara umum karena adanya beban yang tegak lurus pada elemen
tersebut dan menjadikan elemen tersebut melentur. Momen lentur terbesar
terjadi pada saat balok menahan beban yang tergantung pada dimensi dan jenis
material elemen tersebut. Momen lentur dihasilkan oleh gaya Tarik atau tekan
pada lokasi yang berbeda dan dapat menjadikan momen positif atau negative.
Satuan untuk momen adalah Newton-meter atau kilonewton -meter.
Momen negatif
Balok atau gelagar yang merupakan elemen struktur jembatan harus dapat
menahan momen. Fles merupakan bagian yang menahan gaya tekan atau Tarik
yang menyebabkan terjadinya momen.
Flens atas
Flens bawah
𝑀𝑐
𝑓𝑏 =
𝐼
TEKAN
GARIS NETRAL
TARIK
d. Gaya lintang
Gaya lintang, adalah hasil sama dengan gaya-gaya vertical yang bekerja dan
berlawanan pada elemen tersebut, dimana cenderung berada pada lokasi yang
berdekatan dengan potongan tersebut. Gaya lintang mempunyai satuan Newton
atau kilonewton.
Perletakan Perletakan
Gaya lintang vertikal
Balok dan gelagar secara umum harus dapat menahan gaya lintang. Pada balok
jenis I atau T umumnya gaya lintang bekerja pada bagian web. Tegangan geser
yang dihasilkan dari beban vertical dapat menghasilkan tegangan geser
horizontal sesuai dengan gaya geser vertical yang dihasilkan. Kuat geser vertical
tergantung pada pertimbangan dalam desain. Rumus tegangan geser vertical
pada balok I atau T adalah sebagai berikut:
𝑉
𝑓𝑣 =
𝐴𝑤
Pada balok persegi yang penuh (utuh), geser ditahan oleh luas potongan
melintang utuh dan rumusnya sebagai berikut:
3𝑉
𝑓𝑣 =
2𝐴
Gaya torsi terjadi pada elemen jembatan, karena adanya hubungan satu dengan
yang lain dalam ketidakseimbangan beban. Elemen jembatan secara umum tidak
didesain untuk dapat menahan torsi. Tetapi bagaimanapun, pada beberapa
bangunan atas jembatan jika elemen merupakan suatu kesatuan frame, gaya
torsi akan terjadi pada elemen memanjang. Pada saat terjadi perbedaan defleksi,
maka akan terjadi rotasi atau perputaran pada elemen yang menghasilkan
momen torsi. Pada jembatan busur, harus diperhitungkan terjadinya torsi.
Gambar 12 Torsi
f. Reaksi
Reaksi adalah gaya yang ada pada bagian perletakan dan sama dengan gaya yang
ada pada elemen yang didukungnya. Reaksi pada umumnya merupakan gaya
bertikal, tetapi dapat juga terjadi reaksi berupa gaya horizontal. Perletakan yang
sendi rol
Beban pada jembatan secara keseluruhan harus sama dengan reaksi perletakan
pada kepala jembatan dan pilar. Berapapun besarannya, setiap individual balok
atau gelagar akan menimbulkan gaya dimana terjadi reaksi perletakan yag
menopang struktur.
g. Beban berlebih
Kerusakan yang disebabkan karena beban berlebih seringkali ditandai dengan
adanya retak pada bagian elemen yang mengalamI tegangan berlebih. Beban
berlebih terjadi ketika tegangan yang ada lebih besar dibandingkan dengan batas
elastis material.
Tekuk
Tekuk cenderung terjadi pada waktu elemen mengalami perubahan bentuk dan
hal ini terjadi karena gaya tekan yang berlebihan. Panjang dan kelangsingan
elemen sejalan dengan beban yang bekerja yang menimbulkan tekuk. Pada
umumnya batang tekan memerlukan perluatan ikatan angin atau dimensi yang
lebih besar.
Cara perancangan ini konservatif karena adanya factor keamanan dan Batasan
tegangan dalam elemen jembatan untuk kondisi material masih dalam elastis,
dan struktur jembatan dalam kondisi baik. Hal ini sangat penting untuk dipahami
oleh seorang pemeriksa jembatan sehingga dapat melaporkan temuan di
lapangan.
a. Penilaian inventarisasi
Penilaian inventarisasi berhubungan dengan desain tegangan dan menyatakan
kondisi eksisting jembatan dan kondisi material yang digunakan sehubungan
dengan kerusakan yang terjadi. Penilaian beban yang berdasarkan penilaian
kondisi dibandingkan dengan kapasitas jembatan baru, dan menghasilkan
besaran beban hidup yang masih aman dalam suatu periode waktu tertentu.
Pada cara perhitungan tegangan kerja, penilaian kondisi untuk jembatan baja
misalnya digunakan 55% terhadap tegangan leleh.
b. Penilaian kondisi jembatan pada saat berfungsi
Penilaian beban pada saat jembatan berfungsi secara umum menyatakan kondisi
beban hidup yang diizinkan melewati jembatan. Makin banyak kendaraan yang
lewat pada jembatan, maka makin pendek umur jembatan. Sebagai contoh,
untuk jembatan baja digunakan 75% terhadap tegangan leleh.
Untuk kendaraan yang lebih berat harus dilakukan perizinkan untuk lewat oleh
instansi yang berwenang. Beban pada jembatan yang dihasilkan harus lebih kecil
dibanding dengan kapasitas struktur jembatan.
c. Penilaian kendaraan
Penilaian kendaraan beban truk merupakan penilaian beban pada saat jembatan
berfungsi. Kendaraan standar untuk pembebanan bina marga adalah:
a. Bentang sederhana
Jembatan dengan bentang sederhana hanya mempunyai dua tumpuan
(perletakan), masing-masing berada pada bagian ujung atau dekat ujung
bentang.
Pada jembatan dengan bentang sederhana yang bertumpu pada dua kepala
jembatan atau bentang ganda yang masing-masing berdiri sendiri. Sifat-sifat
bentang sederhana ini adalah :
Diagram lendutan
Diagram gaya
lintang
Diagram momen
b. Bentang menerus
Bentang menerus adalah suatu konfigirasi bentang dimana struktur jembatan
mempunyai lebih dari satu gelagar, dimana bentang yang satu tergantung pada
bentang lainya.
Jembatan dengan bentang menerus, menumpu pada dua kepala jembatan pada
bagian ujungnya dengan satu atau lebih pilar di antaranya. Sifat-sifat jembatan
dengan bentang menerus adalah sebagai berikut:
Pada saat dibebani, bentangan jembatan akan melendut dan rotasi
pada tumpuannya.
Diagram balok
Diagram lendutan
Diagram momen
Jembatan dengan bentang menerus, mempunyai panjang yang lebih dan lebih
ekonomis disbanding dengan bentang sederhana. Hal ini menjadikan tinggi balok
atau gelagar menjadi lebih pendek. Dalam perhitungan, jembatan dengan
bentang menerus lebih sulit dalam analisanya, terutama apabila terjadi
penurunan pada pilar atau kepala jembatan. Saat ini bentang sederhana atau
menerus sudah umum digunakan.
Pada saat kantilever bukan merupakan bagian dari jembatan secara keseluruhan,
dan jembatan berfungsi sebagai kantilever (jembatan kantilever, bascule), maka
beberapa sifat jembatan kantilever ini adalah sebagai berikut:
Pada saat dibebani, bentang akan melendut, tetapi tidak ada rotasi atau
defleksi pad bagian tumpuan
Pada bagian tumpuan jepit, reaksi yang ada adalah gaya vertical dan
menahan momen
Gaya lintang maksimum pada tumpuan jepit dan nol pada bagian ujung
yang bebas
Momen pada seluruh bentang negative dan maksimum pada tumpuan
jepitnya, momen lentur sama dengan nol pada bagian ujung yang
bebas.
Pada saat bentang kantilever dikatakan tergabung dengan jembatan utama, dan
merupakan perpanjangan bentang pada jembatan bentang menerus. Maka akan
terjadi momen dan rotasi pada tumpuan kantilever yang bergantung pada
bentang didekatnya.
Diagram defleksi
Diagram momen
Diagram defleksi
Diagram momen
a. Tidak komposit
Struktur yang tidak komposit apabila balok bekerja secara independent terhadap
lantai jembatan. Jadi disini, balok bekerja sendiri untuk menahan beban yang ada
di atasnya termasuk beban mati balok itu sendiri, lantai, sandaran dan beban
hidup yang ada di atas lantai jembatan.
b. Komposit
Struktur komposit adalah struktur dimana lantai dan gelagar bekerja sama untuk
menahan beban. Material lantai harus cukup kuat dan menjadi kesatuan yang
cukup kuat. Pada umumnya material lantai berbeda dengan gelagar atau
bangunan atas. Kombinasi yang umum adalah lantai beton dengan gelagar baja
atau beton bertulang dengan beton pratekan. Antara lantai dengan gelagar
Kondisi komposit terjadi saat lantai beton yang mengeras. Pada saat gelagar
belum komposit dengan lantai, ada beban mati yang harus ditahan oleh gelagar.
Beban mati itu adalah:
Berat gelagar
Diafragma dan ikatan angin
Beban lantai yang belum mengeras
Bena-beban lain yang ada di atas jembatan sebelum beton lantai
mengeras.
Beban mati lainnya, seperti beban khusus akan ditahan oleh gelagar pada saat
beton lantai sudah mengeras. Beban tambahan atau khusus antara lain:
Lapis permukaan aspal
Parapet
Sandaran
Beban-beban tambahan lain setelah beton lantai mengeras.
Sejak beban hidup diterapkan pada jembatan dimana lantai sudah mengeras,
maka aksi komposit sudah aktif.
2.6 FONDASI
Fondasi adalah elemen jembatan yang mendukung struktur jembatan secara
keseluruhan. Fondasi jembatan dapat dibagi 2 yaitu:
Fondasi dangkal
Fondasi dalam
Fungsi fondasi:
a) Mentransfer beban dari struktur bangunan bawah ke tanah dasar yang
mendukungnya
b) Mengakomodasi/menahan pergerakan lateral dari bangunan atas dan
bangunan bawah pada lapisan tanah yang mendukung
c) Menahan gaya angkat/up lift tanah
d) Menahan penurunan
1) struktur jembatan
Tipe Pondasi
Pondasi Langsung
Dangkal
Pondasi Sumuran
Jenis
Pondas Sumuran
i Kayu
Tiang H
Tiang
Dalam Baja
Pancang
Tiang Pipa
Bertulang
Beton
Tiang Bor
Pratekan
Lantai jembatan
Bangunan atas
Bangunan bawah
Lantai jembatan
Bangunan atas
pilar – Bangunan
Kepala jembatan bawah
– Bangunan
bawah
3.4 SAMBUNGAN
Sambungan baut mutu tinggi merupakan jenis sambungan yang umum
digunakan sejak tahun 1950 an. Sambungan baut yang umum digunakan pada
jembatan baja adalah:
Sambungan siar muai ini dapat dikategorikan 2 macam yaitu jenis sambungan siar
muai terbuka dan tertutup. Yang dimaksud dengan jenis sambungan terbuka
adalah jenis sambungan yang tidak menggunakan penutup seal atau karet, dan
yang tertutup adalah menggunakan seal. Tetapi disarankan bahwa pada
sambungan siar muai terbuka, diusahakan system untuk mencegah kotoran
masuk ke celah dan turun ke bawah sehingga mengakibatkan landasan seringkali
tidak berfungsi dengan baik.
Sambungan jenis terbuka ini mengizinkan air turun ke bawah, dimana jenisnya
adalah formed joint dan finger plate joints.
Deck drain
Pipa penyalur
Pipa cucuran
Landasan tidak diizinkan bergerak pada landasan yang sifatnya jepit (fixed).
Landasan diizinkan mengalami pergerakan seperti sambungan siar muai dan
dapat mengalami rotasi.
Secara umum, jalan pendekat ini sering mengalami kegagalan atau kerusakan
seperti dijelaskan di atas. Tetapi elemen jalan pendekat tidak hanya timbunan
saja, melainkan ada elemen-elemen lain yang berada pada jelan pendekat.
Gambar 53 Talud
4.2 DEFINISI
1. Jembatan adalah struktur termasuk pendukungnya, untuk melewati halangan
seperti sungai, jalan kereta api, jalan dengan panjang lebih dari 6 meter atau
lebih dengan didukung oleh kepala jembatan, pelengkung atau jenis gorong-
gorong ganda atau gorong-gorong pelengkumg dengan Panjang atau
diameter di atas 6 meter.
2. Gorong-gorong adalah struktur dengan bentang kecil, seperti drainase. Istilah
gorong-gorong ini umumnya terbenam dalam tanah dan mempunyai Panjang
kurang dari 6 meter. Tetapi banyak juga gorong-gorong yang mempunyai
Panjang sampai 12 meter yang terbuat dari baja gelombang. Apabila gorong-
gorong mempunyai Panjang lebih dari 6 meter, maka dapat dikategorikan
sebagai jembatan.
3. Jembatan khusus adalah jembatan yang mempunyai struktur kompleks
dengan jenis jembatan gantung, jembatan cable stayed, pelengkung dengan
bentang lebih dari 60 meter dan jembatan standar dengan Panjang lebih dari
3000 meter.
4.5 DOKUMENTASI
Semua data hasil pemeriksaan harus terdokumentasi yang disimpan dalam
suatu file dalam database jembatan yang tersusun rapih sesuai dengan format
dalam sistemnya. Dokumentasi yang berbentuk foto adalah sebagai berikut:
1. Umum – tampak jembatan dari jalan masuk dan keluar jembatan, dari arah
hulu dan hilir sungai
2. Lantai jembatan – sambungan siar muai, kondisi lantai jembatan, parapet,
sandaran, drainase lantai, serta kerusakan-kerusakan yang ada pada lantai
jembatan dan perlengkapnnya
3. Bangunan atas – foto tipikal bangunan atas, landasan, beserta
kerusakannya
4. Bangunan bawah – kepala jembatan, pilar (kalau ada), tembok sayap,
gerusan pada pilar dan semua jenis kerusakannya
5. Lain-lain – kondisi aliran sungai, bangunan pengaman, utilitas, fasilitas
pemeriksaan (tangga inspeksi), rambu, dan lain sebagainya.
Hasil latihan diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang
hasil kemajuan siswa. Kegiatan memberitahukan hasil tes tersebut dinamakan
umpan balik. Hal ini penting artinya bagi siswa agar proses belajar menjadi efektif,
efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiatan
instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes
formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa yang telah mencapai hasil baik
dalam tes formatif dapat meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya atau
mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetauan yang telah
BAB 3
1. Komponen jembatan
Lantai jembatan adalah bagian komponen struktur jembatan yang menerima
beban lalu lintas (beban hidup) secara langsung yang berfungsi mentrasfer
beban hidup tersebut ke elemen lain (bangunan atas).
Struktur komposit adalah struktur dimana lantai dan gelagar bekerja sama
untuk menahan beban.
Fondasi adalah elemen jembatan yang mendukung struktur jembatan secara
keseluruhan.
Lantai jembatan adalah bagian komponen struktur jembatan yang menerima
beban lalu lintas secara langsung.
Sambungan siar muai adalah elemen jembatan untuk mengakomodasi muai
susut struktur bangunan atas, kontraksi dan rotasinya.
Bangunan atas merupakan komponen jembatan yang menahan beban.
Bangunan bawah adalah struktur yang menyalurkan beban dari bangunan atas
ke fondasi.
Kepala jembatan atau abutment adalah elemen utama dari bangunan bawah
yang menahan tanah aktif yang berada di belakangnya.