2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pengenalan Manajemen Rantai Pasok sebagai
Materi Substansi dalam Pelatihan Manajemen Rantai Pasok. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
PUPR.
Modul Pengenalan Manajemen Rantai Pasok ini disusun dalam 7 (tujuh) bab yang
terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok dan Penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
Pengenalan Manajemen Rantai Pasok. Penekanan orientasi pembelajaran pada
modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Tim Validasi Sistem Pelatihan, sehingga modul ini dapat disajikan
dengan baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan
dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang
terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang PUPR.
Modul Pengenalan Manajemen Rantai Pasok ini terdiri dari lima kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Definisi dan Lingkup
Manajemen. Kegiatan belajar kedua membahas Kinerja dan Strategi
Manajemen. Kegiatan belajar ketiga membahas Manajemen Permintaan dan
Perencanaan Kolaborasi. Kegiatan belajar keempat membahas Distribusi Fisik
serta Kegiatan kelima membahas mengenai Manajemen Rantai Pasok
Konstruksi.
Persyaratan
Metode
Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks,
termasuk pula pada sektor jasa konstruksi. Salah satu strategi yang dapat
digunakan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah melakukan kerja
sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi
mencapai tujuan bersama.
Para pelaku di dalam proyek konstrusi sangat banyak, yang dapat dibedakan
sebagai pihak pengguna jasa dan pihak penyedia, yaitu owner, konsultan,
kontraktor, sub kontraktor dan supplier.
Mata pelatihan ini membahas berbagai materi terkait dengan Definisi dan
Lingkup Manajemen, Kinerja dan Strategi Manajemen, Manajemen
Permintaan dan Perencanaan Kolaborasi, Distribusi Fisik serta Manajemen
Rantai Pasok Konstruksi.
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
1) Pentingnya Strategi
5) Penundaan (Postponement)
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
2) Strategi Distribusi
3) Peran Gudang
4) Transportasi
5) Latihan
6) Rangkuman
7) Evaluasi
4) Latihan
5) Rangkuman
6) Evaluasi
BAB II
DEFINISI DAN LINGKUP MANAJEMEN RANTAI PASOK
Tidak ada suatu perusahaan satupun yang memproduksi produk/ barang guna
memenuhi kebutuhan konsumen dan melempar ke pasarakan lepas dari
praktek-praktek SCM atau Pengelolaan Rantai Pasok.
Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang sangat besar yang dengan
biaya logistiknya masih mahal dengan infrastruktur yang tidak terlalu bagus.
Maka melaksanakan SCM dan logistik yang baik sangat diperlukan apabila
kita ingin beraing dalam barang.memproduksi
Ada sejumlah pemain atau organisasi yang terlibat di dalam SCM, setiap
pemain/ organisasi bertempat yang sama atau berbeda. Bisa berbeda
propinsi, pulau, negara maupun benua.
Jadi SCM bisa sangat kompleks melewati batas negara maupun batas
benua yang berjarak sangat panjang beribu kilometer, sehingga pelaksanaan
SCM membutuhkan suatu metode, kecermatan dan kerja sama yang baik
antara pelaku yang satu dengan yang lain.
Aliran barang adalah aliran fisik dari hulu ke hilir. Sebenarnya aliran yang
terjadi di manajemen rantai pasok ada 3, yaitu aliran barang, informasi dan
uang. Dari ketiganya yang sangat penting dalam suatu perusahaan adalah
aliran informasi.
Perusahaan yang bisa mengirim barang lebih cepat, memiliki on time delivery
lebih tinggi adalah perusahaan yang mampu menangani aliran informasi
dengan baik.
Mengapa rantai pasok sangat penting untuk menciptakan daya saing suatu
perusahaan? Mengapa harus mengimplementasikan manajemen rantai
pasok dengan membuat produk menjadi available pada tempat yang tepat,
dalam jumalh yang benar, dan waktu yang tepat. Setidaknya ketiga hal ini
harus dipenuhi.
a) Apple
b) Mc Donald
c) Amazon
d) Unilever
e) P&G
f) Samsung Electronic
g) Dll 25 perusahaan
a) Reliability
b) Responsiveness
c) Agility
d) Efficiency
e) Asset productivity
2.6.4 Reliability
2.6.5 Responsiveness
2.6.6 Agility
Yang artinya ukuran kemampuan untuk fleksibel dan adatif. Deman atau
permintaan bisa naik dan bisa turun dan itu pun bisa mendadak.
Pertanyaannya apakah perusahaan bisa mampu untuk menyesuaikan diri
namun tetap bisa berkelanjutan secara bisnis.Ini sangat penting sebab ada
perusahaan yang menaikturunkan kapasitas produksi sangat sulit, tapi juga
ada yang yang sangat mudah atau relative lebih mudah. Ini menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam agilitas dan fleksibilitas dalam merespon
perubahan yang terjadi di lapangan.
2.6.7 Efficiency
Yang artinya efisien, manajemen rantai pasok yang bagus juga dicirikan oleh
proses effisiensi. Proses pembelian material, proses produksi, proses
pengiriman sedapat mungkin dibuat rendah. Untuk menunjang daya saing
harga dipasar, maka harus efisien disepanjang rantai pasok.
Manajemen rantai pasok adalah mengelola asset. Ada pabrik, ada mesin
produksi yang ada, ada bangunan, ada forklift yang mungkin ada di gudang,
kapal, truk dan alat transportasi yang lain. Ini yang dinamakan asset.
Persoalannya bagaimana bisa mendapatkan revenu atau penghasilan yang
lebih besar dengan aset yang lebih kecil. Ini juga merupakan hal penting
supaya aset perusahaan produktif menghasilkan revenue.
Dari 5 ciri manajemen rantai pasok di suatu perusahaan seperti diatas dapat
dikelompokkan menjadi 2 yang memenuhi kepentingan pelanggan dan yang
memenuhi kepentingan perusahaan.
a) Reliability
b) Responsiveness
c) Agility
a) Efficiency
b) Asset productivity
Pelanggan bisa mendapatkan barang sesuai dengan janji, dari sisi waktu dan
kualitas. Pelanggan ingin merespon perubahan. Itulah sifat pelanggan. Namun
disisi lain perusahaan tidak mau merespon semua itu dengan biaya yang
terlalu tinggi, pemanfaatan aset perusahaan akhirnya sangat rendah dan lain
sebagainya.
Sehingga dari sisi produsen yang mengelola manajemen rantai pasok ini,
mereka ingin mengirimkan apa yang diinginkan pelanggan, tetapi dengan
proses yang efisien artinya dengan biaya yang rendah dan aset yang
dimiliki menjadi produktif.
Jadi dua hal diatas cukup penting. Sangat penting bagi perusahaan untuk
memuaskan pelanggan dengan nilai pengiriman kepada pelanggan dengan
baik tetapi disisi lain harus tetap efisien, tetap bisa menjaga, tetap
memenuhi dari sisi produktivitas aset dan efisiensi
Akan diuraikan satu pendekatan yang dibuat oleh Supply chain Council,
mengikuti definisi apa yang mereka sebut sebagai SCOR, yaitu Supply chain
Operation Refference. Disini ada 5 proses utama yang dikatagorikan di dalam
rantai pasok, yaitu:
a) Proses perencanaan
b) Proses pengadaan
c) Proses produksi
d) Proses distribusi
Ada juga yang mengklasifiksi proses manajemen rantai pasok menjadi 2 yaitu,
sebagai berikut:
Fokus tiap perusahaan terhadap 2 proses tersebut tidak sama. Ada yang
focus terhadap proses fisik, tetapi tidak banyak melakukan proses mediasi
pasar. Melihat iklan garam di televisi atau surat kabar bisa dikatakan tidak
ada, tapi hampir setiap minggu pasti ada iklan ponsel baru, atau produk-
produk baru lainnya yang sangat inovatif.
Jadi ada pabrik atau produk yang sangat dominan mengerjakan proses fisik
tetapi relative tidak mengerjakan mediasi pasar. Namun ada perusahaan atau
produsen yang aktivitas mediasi pasar cukup besar atau intens, terutama
produk-produk yang dikatagorikan sebagai produk inovatif yang mempunyai
life cycle/ siklus hidup yang pendek yang memiliki banyak sekali peluncuran
produk baru dari waktu ke waktu.
Ada prinsip penting di dalam manajemen rantai pasok yaitu kolaborasi, yang
artinya kerjasama. Ini sebetulnya sangat penting yang membedakan antara
perusahaan zaman dahulu dalam mengelola rantai pasok dengan pengelolaan
rantai pasok di era modern ini.
Pada proses-proses rantai pasok perusahaan yang sifatnya tradisional fungsi
satu dan lainnya sangat kuat, berdiri sendiri-sendiri, dipisahkan tembok-
tembok penghambat atau penghalang yang sangat kuat. Artinya kolaborasi
antar fungsinya sangat rendah. Banyak orang yang mengatakan bahwa hal
tersebut sebagai Cilo Model.
Kalau seseorang berada dalam cilo berarti dia tidak tahu apa yang terjadi di
luar, terisolasi. Informasi yang dimiliki tidak akan dimiliki oleh orang lain.
Bagian produksi mengerjakan pekerjaannya sendiri, dengan datanya
sendiri, dengan tujuannya sendiri. Bagian penjualan juga begitu, mereka
mempunyai target sendiri, mempunyai Key Performance Indicator (KPI)
tersendiri, yang jika itu yang tercapai belum tentu akan membuat bagian atau
fungsi lain akan lebih baik. Bagian produksi juga begitu. Bagian control
material juga demikian, dan bagian pembelian juga berdiri sendiri.
Sejak dulu sampai sekarang yang sangat terkenal adalah bagaimana orang
bagian pembelian dan orang bagian operasi memiliki konflik kepentingan.
Pada tradisional rantai pasok hal tersebut sangat terpelihara dan
menyebabkan tidak efisien dalam perusahaan.
Namun jika terjadi dinamika pasar, misal pasar berubah naik atau turun, atau
ada pesanan pelanggan yang berubah, atau ada permintaan tambahan
kiriman dan lain sebagainya, bagian pemasaran sedapat mungkin akan
memenuhinya Berarti akan banyak terjadi perubahan-perubahan yang
diakibatkan oleh orang bagian penjualan untuk bisa memenuhi permintaan
pelanggan terhadap apa yang terjadi di internal. Orang operasi yang dalam
hal ini palng banyak, mewakili atau diwakili oleh kepentingan orang
produksi punya kepentingan yang berbeda. Orang produksi atau operasi ingin
agar proses produksinya efisien. Jika ingin efisien sebaiknya sedapat mungkin
perubahan yang terjadi itu sedikit.
Ada permintaan pelanggan untuk produk A sebanyak 10 buah, kemudian
direvisi menjadi produk B sebanyak 12 buah. Orang bagian penjualan
berupaya untuk mengatakan ya kepada pelanggan. Bagi orang produksi
dengan perubahan itu, mungkin materi yang sudah disiapkan, sistim produksi
atau fasilitas produksi sudah disiapkan untuk memproduksi A, maka ketika
berubah ke produk B, ada banyak biaya sudah disiapkan untuk memproduksi
A, maka, ketika menjadi perubahan ke produk B, ada banyak cost yang akan
terjadi di situ. Mesin harus di set-up ulang, mungkin material yang
berbeda akan dibutuhkan sehingga di situ akan terjadi apa yang disebut
sebagai conflict of interest antara orang bagian operasi dan penjualan.
Singkatannya adalah S & OP. Ada kata “and” agar tidak tertukar dengan SOP
yang berarti Standard Operation Procedure. Sales and Operation Procedure,
seperti maknanya, atau kata yang tertulis di situ sebetulnya menjembatani
kepentingan bagian penjualan dan bagian operasi.
Contoh kolaborasi 1
Contoh kolaborasi 2
Akan sulit bagi fasilitas produksi yang ada untuk mengerjakan desain itu.
Mungkin ada bentuk-bentuk yang terlalu rumit, mungkin ada material yang
dibutuhkan yang terlalu mahal, sehingga produk itu harganya akan mahal di
pasaran.
Maka dari itu, pada saat merancang produk, dibutuhkan masukan dari
orang pabrik yang mengerti proses. Dibutuhkan juga masukan dari orang
logistik yang mengerti pengemasan, misalnya. Atau yang mengerti dimensi
palet. Kemudian, dibutuhkan juga masukan dari pemasok.
Bisa jadi hanya 20% atau 30% dari nilai tambah yang ada dalam industri
otomotif itu dikerjakan di pabrik perakitan. Selebihnya, hampir semua
proses itu ada di pemasok.
Akan sangat sulit atau akan sangat rumit dan bermasalah nantinya jika
misalnya pemasok tidak terlibat sejak awal. Oleh karena itu, pemasok tidak
hanya memasok komponen, tetapi juga dilibatkan sejak tahap desain
sehingga apa yang diproduksinya nanti memang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh pabrik yang akan merakit komponen-komponen itu menjadi
produk.
Ini disebut sebagai early supplier involvement atau keterlibatan pasok awal.
Artinya apa? Pemasok harus terlibat lebih awal, tidak sekedar memasok
sesuatu yang desainnya sudah jadi, tapi ikut sejak awal, yaitu sejak tahap
desain. Inilah dua contoh cukup relevan ketika bicara kolaborasi dalam rantai
pasok.
Salah satu yang dilakukan oleh berbagai macam perusahaan adalah model
yang disebut sebagai outsourcing. Outsourcing ini sebetulnya adalah
bagaimana kita mengalihkan sebagian proses yang tadinya dikerjakan di
dalam, kemudian dilemparkan kepada pihak ketiga atau diserahkan
kepada pihak ketiga yang dianggap sebagai pihak yang lebih mampu untuk
mengerjakannya.
Sebetulnya secara tradisional perusahaan-perusahaan mengelola rantai
pasok dengan pendekatan yang disebut sebagai integrasi vertikal. Apa arti
integrasi vertikal? Hampir semua proses dari hulu sampai ke hilir dikerjakan
oleh perusahaan yang memiliki ikatan kepemilikan yang sama.
Plus dan minusnya tentu saja ada jika bicara soal integrasi vertikal. Tentu
saja, jika bicara soal hal positifnya, bisa dilihat dari sisi kontrol akan lebih baik.
Karena kita mengerjakan semua, manajer kita yang mengerjakan atau
mengelola semua atau anak buah kita yang mengerjakan semuanya, maka,
kendali kita terhadap proses-proses tadi akan lebih baik.
Jadi, kita akan mendapatkan best talent, artinya mereka-mereka yang bisa
mengerjakan pekerjaan yang lebih baik dari kita. Itu hal positifnya.
Namun kita akan sedikit kehilangan kontrol, oleh karena itu, tantangan yang
kita hadapi ketika pindah dari integrasi vertikal menuju outsourcing adalah
bagaimana dengan melibatkan pihak ketiga, kita tetap bisa mensinkronkan
kegiatan-kegiatan atau proses-proses dari hulu sampai hilir ini.
2.6.13 Tantangan Kedua: Semakin Panjangnya Rantai Pasok
Tantangan yang kedua adalah karena kita melihat rantai pasok semakin
panjang. Melibatkan global movement dari barang. Barang yang mungkin
materialnya ada di satu negara, kemudian proses menjadi barang setengah
jadi ada di negara yang lain, kemudian menjadi produk jadi ada di negara
lain lagi serta dipasarkan di negara yang berbeda juga.
Sebagai contoh produk yang sederhana sebetulnya, yaitu sepatu. Ada sepatu
yang diproduksi di Indonesia hanya sebagian dari sepatu itu sendiri. Bukan
seluruh sepatunya dikerjakan atau diproduksi di Indonesia. Hanya bagian
bawah dari sepatunya. Kemudian barang dipindah ke negara lain untuk
digabung dengan bagian yang lain menjadi sepatu yang utuh, dari situ
kemudian dipasarkan ke berbagai negara yang akan membutuhkan atau
yang akan membeli sepatu tadi.
Jadi, ini akan melibatkan global proses atau pergerakan dari material yang
melibatkan berbagai macam negara dan ini adalah satu tantangan sendiri
karena bisa jadi dengan adanya perpindahan produk lintas negara, akan
terlibat dengan aturan perdagangan yang berbeda.
Kita akan terlibat dengan time zone yang berbeda. Misal kita bekerja di
sebuah perusahaan di mana kita membeli material dari Eropa, kemudian kita
gunakan material itu di Indonesia. Kita tahu bahwa beda waktu antara
Indonesia dan Eropa antara sekitar tujuh sampai delapan jam, sehingga kita
misalnya pagi di sini bekerja, mereka masih tidur di sana.
Kemudian, jika kita ada masalah, kita menunggu sampai besok karena
mereka belum bangun saat kita menemukan masalah itu di sini. Ini adalah
salah satu tantangan karena kita bekerja lintas negara, kita membuat
rantai pasok itu mengalir dengan jarak yang sangat jauh melewati batas-batas
negara yang berbeda zona waktunya dan perbedaan zona waktu itu mungkin
cukup jauh antara satu dengan yang lainnya.
Jadi, kita ingin supaya total biaya dalam rantai pasok kita lebih rendah. Karena
ternyata jika kita lihat seperti misalnya biaya untuk memproduksi satu buah
baju. Jika dilakukan di negara maju seperti Amerika, biayanya bisa sangat
tinggi.
Ini yang menjadi salah satu alasan kenapa rantai pasok itu sekarang
cenderung untuk bekerja lintas negara, karena untuk menciptakan daya saing
harga. Ini tentu saja adalah sebuah tantangan.
Bagaimana kita mengelola aliran dari barang yang melintas negara, beda
zona waktu, kemudian barangkali negara-negara ini juga punya beda
budaya agar bisa lancar mulai dari ujung hulu sampai ke ujung hilir? Itulah
tantangan yang kedua, yaitu karena rantai pasok itu panjang dan melewati
batas-batas negara.
Kita pergi ke supermarket dan ada banyak pilihan sikat gigi yang tersedia,
banyak pasta gigi yang tersedia, sabun ada bermacam jenis, makanan
ada bermacam-macam. Variasi itu menyenangkan pelanggan. Namun, jangan
lupa, variasi itu sebetulnya menciptakan kompleksitas yang luar biasa dalam
rantai pasok.
Contoh misalnya kita bicara soal produksi. Antara pabrik yang memproduksi
satu jenis barang dengan pabrik yang memproduksi tiga jenis barang,
kompleksitasnya jauh berbeda. Karena ketika kita memproduksi tiga jenis
barang, maka, yang terjadi adalah mungkin ketika kita akan memproduksi
produk yang kedua, lintasan untuk yang pertama dimatikan lebih dulu. Ada
proses persiapan untuk mengganti dari satu produk ke produk yang lain.
Begitu proses persiapan terjadi kita akan kehilangan waktu karena waktu
persiapan itu adalah waktu yang tidak produktif. Kemudian, skala ekonomi kita
akan turun.
Jika kita memproduksi satu barang sebanyak 1000 unit, dengan masing-
masing barang 300, 300 dan 400 unit, jumlahnya sama- sama 1000 unit,
tetapi biaya per unit akan lebih rendah jika memproduksi 1000 barang dalam
satu jenis karena skala ekonominya lebih bagus.
Di dunia ini hampir tidak ada yang pasti jika bicara soal rantai pasok. Barang
datang dari pemasok tidak bisa kita pastikan. Apakah akan datang hari ini
pukul sepuluh atau besok atau mungkin lusa? Kita tidak bisa pastikan.
Karena ini melewati proses yang sangat panjang, melewati berbagai
hambatan yang saya sampaikan tadi, maka, kedatangan material dari supplier
itu tidak pasti. Waktunya tidak pasti. Setelah barang itu datang, mungkin juga
setelah kita cek, ada yang rusak.
Kualitasnya juga mungkin tidak pasti. Tidak 100% bisa kita gunakan.
Kemudian jika kita bicara soal membeli material dari pemasok, harganya ada
yang naik dan turun juga. Ada ketidakpastian harga. Jadi, jika kita bicara soal
hulu saja, sudah ada ketidakpastian waktu kedatangan, ada ketidakpastian
kualitas dari barang yang kita terima dari pemasok, ada juga ketidakpastian
dari sisi, misalnya, kualitas tadi, kemudian dari sisi harga.
Harga bisa naik turun jika kita bicara soal harga dari pemasok. Itu di hulu. Di
hilir ada lebih banyak ketidakpastian. Jika kita bicara soal ketidakpastian pasar
juga ada banyak ketidakpastian yang terjadi. Permintaan barang naik dan
turun. Demand bisa naik, bisa turun. Itu adalah salah satu bentuk
ketidakpastian yang sangat besar pengaruhnya terhadap rantai pasok. Ketika
permintaan kita turun, pertanyaannya, masih bisakah kita memproduksi
secara efisien jika volume produksi kita turun 20%? Di beberapa industri, ini
sangat sulit.
Bisa juga mungkin suatu saat barang itu dibutuhkan di wilayah A, tetapi tidak
dibutuhkan di wilayah B, jadi, ada mixed of region yang mungkin akan
membutuhkan barang yang Anda produksi, barang yang Anda jual dan
kebutuhan itu tidak sama antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
Ambil contoh misalnya saat di satu wilayah itu panas, di wilayah yang lain
dingin, maka, kebutuhan pakaian akan berbeda mengikuti musim ini.
Sebenarnya jika kita mengelola rantai pasok, kita harus sangat mengerti
berbagai macam ketidakpastian yang bisa terjadi di sepanjang rantai pasok
ini. Ada yang terjadi di hilir, ada yang terjadi di tengah, ada yang di hulu,
sehingga mengelola rantai pasok membutuhkan cara-cara untuk mengatasi
ketidakpastian dan salah satu yang biasanya dilakukan oleh perusahaan
adalah melalui apa yang disebut sebagai manajemen risiko. Jadi, mereka
memiliki manajemen pengelolaan risiko.
2.6.16 Latihan
2.6.17 Rangkuman
Aliran barang adalah aliran fisik dari hulu ke hilir. Sebenarnya aliran yang
terjadi di manajemen rantai pasok ada 3, yaitu aliran barang, informasi dan
uang. Dari ketiganya yang sangat penting dalam suatu perusahaan adalah
aliran informasi.
a) Reliability
b) Responsiveness
c) Agility
d) Efficiency
e) Asset productivity
a) Proses perencanaan
b) Proses pengadaan
c) Proses produksi
d) Proses distribusi
Ada juga yang mengklasifiksi proses manajemen rantai pasok menjadi 2 yaitu,
sebagai berikut:
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
c. Rantai pasokan barang, dimana barang itu mengalir dari hulu ke hilir
sebagai sebuah rantai mengikuti sejumlah pelaku atau sejumlah pihak
a. Reliability
b. Operation Refference
c. Integrasi Agility
d. Visioner
a. Proses distribusi
b. Proses perencanaan
c. Proses administrasi
BAB III
KINERJA DAN STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOK
Strategi manajemen rantai pasok adalah sesuatu yang sangat penting. Jika
kita bicara persaingan di dunia bisnis, maka harus punya daya saing.
Perusahaan harus lebih baik daripada pesaing atau setidak-tidaknya sama
Tabel 3.1. Perbandingan antara produk mineral water dan mobile phone
b) Aspek Variasi
Adanya perbedaan life cycle atau siklus hidup produk antara produk yang
mungkin sejak dulu sampai sekarang tidak berubah disainnya, di market
tetap eksis dan juga di sisi yang lain ada produk yang baru diluncurkan
enam bulan yang lalu tapi sekarang di pasar sudah tidak ada. Jadi, life
cycle-nya pendek.
Produk fungsional, pada umumnya, life cycle-nya panjang, bisa sangat
panjang. Misalnya, lampu neon yang ada di ruangan sekarang ini sama
dengan lampu neon yang dijumpai waktu kita kecil dulu, jadi, life cycle-
nya sangat panjang.
Air mineral yang dibeli di supermarket, misalnya, yangdijumpai
sekarang, sudah ada di pasar bertahun-tahun yang lalu. life cycle-nya
panjang. Tetapi coba lihat baju, misalnya. Jika pergi ke toko-toko baju,
mungkin apa yangdilihat tahun ini atau bulan ini, tidak sama dengan yang
dilihat enam bulan yang lalu.
Ada perubahan style, ada perubahan warna, ada berbagai macam
perubahan yang lain yang diperkenalkan oleh perusahaan-perusahaan
yang memproduksi baju ini. Jadi, siklus hidup dua produk ini berbeda.
b) Aspek Variasi
Produk fungsional tidak bermain dengan variasi yang terlalu banyak.
Sedangkan produk inovatif, tentu saja, karena konsekuensi dari inovasi
yang berkelanjutan, maka variasi di pasar akanmenjadi banyak. Jadi,
variasinya banyak untuk produk yang inovatif, tapi sedikit untuk produk
fungsional.
Contoh lagi, misalnya, jika bicara soal semen. Semen adalah salah satu
produk fungsional. Apakah dijumpai begitu banyak variasi produk
semen di pasar? Tentu saja tidak. Namun tidak demikian jika bicara soal
HP. Begitu banyak pilihan yang ada. Dari brand yang sama pun pilihannya
begitu banyak. Jadi, variasinya banyak.
Ada dua katagori kegiatan yang dilakukan oleh supply chain, yaitu:
Tapi jika ada HP baru yang bagus, perusahaan bisa mengeset dengan margin
yang besar, dengan harga yang tinggi, dan tetap ada yang membelinya.
Oleh karena itu, maka strategi rantai pasok kira-kira bisa kita kategorikan
menjadi dua. Yang satu adalah strategi yang menekankan pada efisiensi.
Karena ingin supaya efisiensi fisik dari proses-proses rantai pasok ini berjalan
efisien sehingga biaya pada produk akan relatif rendah.
Tetapi di sisi yang lain, jika terlalu fokus pada biaya, mungkin akan membatasi
kecepatan. Jika kecepatan dibatasi, sementara selling period pendek,
makaakan punya sedikit kesempatan untuk menjual. Jadi, akan kedahuluan
oleh pesaing, terlambat sebulan meluncurkan produk baru, sementara waktu
penjualan hanya dua bulan. Maka hanya punya waktu penjualan normal satu
bulan.
Setelah itu, barang harus didiskon harganya, misalnya. Maka untuk
kategori yang kedua, harus punya kecepatan. Kecepatan menjadi kunci.
Sehingga strateginya adalah strategi responsive. Begitu menentukan
apakah pilihan itu mau ke arah strategi responsif atau ke arah strategi efisien,
maka keseluruhan rantai pasok ritmenya harus sama. Harus ada keserasian
antara strategi yang ditentukan dengan bagaimana kebijakan- kebijakan yang
diambil pada level yang lebih bawah sampai pada level operasional.
Jika bicara straegi rantai pasok, maka pada akhirnya, harus sesuaikan
strategi itu, misalnya, dengan bagaimana merancang network dari rantai
pasok. Yang kedua, bagaimana memilih tipe sistem produksi. Mau yang
fleksibel atau yang tidak fleksibel, tapi efisien? Begitu juga, strategi
inventori-nya akan berbeda, strategi transportasinya akan berbeda, cara
memilih supplier-nya berbeda.
Ambil contoh, misalnya, jika merancang network rantai pasok itu untuk
tujuan supaya responsif bagus, pada akhirnya mungkin butuh gudang yang
lebih banyak di berbagai area pasar. Karena apa? Karena ingin supaya
pelanggan ketika order barang, dia bisa mendapatkan barangnya sehingga
stok harus tersedia di titik-titik yang lebih banyak sehingga pelanggan akan
lebih dekat ke posisi inventori.
Jadi, bisa lihat pada gambar diatas. Di situ ada kerangka kerja yang biasanya
bisa digunakan untuk mengevaluasi strategi dari suatu produk atau strategi
rantai pasok dari sebuah perusahaan. Di sisi horizontal, terlihat
kategorisasi dari produk.
Coba, misalnya, pilih sebuah produk. Produk apa saja yang dipikirkan?
Apakah itu mobil, misalnya? Atau misalnya baju. Atau misalnya kamera. Kira-
kira produk yang dipikirkan itu masuk ke sisi fungsional atau masuk ke sisi
inovatif dari ciri-ciri yang sudah disampaikan tadi. Jika dia cenderung
fungsional, berarti daerahnya agak ke kiri di sisi horizontal, tetapi jika inovatif,
berarti daerahnya agak ke kanan.
Buat satu titik pilihan. Kira-kira di titik mana di garis horizontal antara
fungsional dan inovatif tadi. Itu langkah yang pertama. Yang kedua, lihat sisi
vertikal. Sisi vertikal itu menunjukkan strategi yang dijalankan selama ini,
bukan strategi yang seharusnya, tetapi strategi yang dijalankan atau yang
perusahaan jalankan selama ini. Semakin ke bawah menunjukkan itu strategi
efisien, semakin ke atas menunjukkan itu strategi responsif. Contoh, jika
mengirim barang selalu minta truk penuh, tidak mementingkan kecepatan, tapi
mementingkan kapasitas yang harus terpakai, berarti berada di bawah.
Kalau berada di atas, akan berlaku sebaliknya. Ada pesanan lima bok, jika itu
penting, akan dikirim walaupun tidak memenuhi satu kendaraan. Itu salah
satu contoh. Kemudian, amati perusahaan yang tadi. Kira-kira strateginya
agak di bawah, mengarah ke efisien atau di atas, mengarah ke responsif. Pilih
satu titik. Sama dengan yang horizontal tadi, pilih satu titik, kemudian yang
vertikal, juga pilih satu titik. Coba buat garis horizontal dan vertical yang
menghubungkan dua titik tadi, tapi garisnya lurus.
Jadi, dari bawah naik, dari samping kiri ke kanan, akan ada satu titik
pertemuan di antara dua garis tadi. Jika titik pertemuan tadi ada di dekat
diagonal, berarti strateginya fit, strateginya bagus.
Tapi jika titik pertemuan terlalu di bawah atau terlalu di atas, maka strateginya
tidak cocok. Jika titik pertemuan ada di bawah, artinya itu produk
inovatif, tapi mengelolanya dengan strategi efisien.
Berarti di pasar terlalu lama, terlalu lambat. Jadi, responnya kurang cepat.
Tapi jika titik pertemuan ada di atas, mungkin sebaliknya. Punya produk
fungsional, tapi dikelola dengan pendekatan-pendekatan responsf sehingga
mungkin biayaakan tinggi di pasar. Itu bisa digunakan nanti untuk
mengevaluasi strategi rantai pasok dari perusahaan. Selamat mencoba
menggunakan strategic fit kerangka kerja tersebut.
Apa perbedaan antara orang mau membeli pasta gigi dengan mau membeli
mobil? Cara membedakannya bagaimana? Ini akan mengantarkan pada
konsep yang disebut sebagai decoupling point. Jika mau beli pasta gigi, akan
pergi ke toko serba guna atau ke toko. Kemudian datang ke sana, lihat
barangnya, yang bagus dan sesuai pilihan, ambil dan bayar. Langsung dapat
produk itu pada saat itu. Tapi jika mau membeli mobil baru, tidak bisa
melakukannya seperti itu. Tidak bisa pergi ke dealer dan pilih satu dan bawa
pulang. Tidak bisa begitu. Harus pesan dulu, barangkali yang dilihat di sana
adalah contohnya atau katalognya. Mungkin juga gambarnya. Bertemu
dengan orang sales dan dia akan menjelaskan.
Kemudian, kita pesan dan kemungkinan barang akan datang satu bulan lagi.
Ini menunjukkan bahwa jika bicara soal dua produk tadi, dua produk tadi
memiliki decoupling point yang berbeda. Yang pertama, jika bicara soal pasta
gigi, itu adalah barang yang diproduksi sebelum ada pelanggan datang untuk
membeli. Bahkan bukan hanya memproduksi saja.
Memproduksi, menyimpan, mengirim, bahkan membuat display di toko itu
dilakukan sebagai antisipasi terhadap pelanggan yang akan datang. Jadi,
produk ada dulu, pelanggan datang. Tapi jika untuk mobil, tidak demikian.
Produknya belum ada, pelanggan datang lebih dulu, baru produk akan
dibuat. Jadi, dalam rantai pasok dikenal ada beberapa jenis decoupling point.
Inti decoupling point sebenarnya adalah apakah akan menempatkan inventori
atau persediaan barang sebagai dasar untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan atau sebaliknya. Di mana posisi inventory itu? Apakah di hulu
atau di hilir?
Ada empat tipe decoupling point yang akan dibahas yaitu:
Yang kedua adalah apa yang disebut sebagai assembly to order (ATO).
Assembly to order artinya perakitan produk akan dilakukan setelah menerima
pesanan dari pelanggan. Artinya, finished product atau produk akhir belum
ada ketika pelanggan itu membutuhkan. Pelanggan akan datang untuk
memesan barang, lalu setelah pesanan datang, perusahaan akan mulai
merakit. Namun, mungkin perusahaan sudah menyimpan komponen atau
part yang akan dirakit. Jadi, inventori yang disimpan adalah inventori barang-
barang setengah jadi.
Seperti komponen atau sub-assembly atau sistem, kemudian begitu menerima
pesanan, maka komponen-komponen atau barang setengah jadi itu akan
dirakit menjadi finished product. Jika dilihat, mobil masuk dalam kategori ini.
Jadi, jika memesan mobil, mobil itu akan dirakit ketika pelanggan sudah
menempatkan order, sudah memesan produk itu atau mobil itu, lalu akan
menunggu beberapa waktu sampai pesanan itu selesai diproduksi atau dirakit.
Itu disebut sebagai assembly to order.
Yang berikutnya, ada yang disebut make to order (MTO). Tipe ini juga
menunggu pelanggan memesan lebih dulu, tapi bedanya dengan
assembly to order adalah jika di assembly to order, komponen-komponen
yang akan dirakit itu sudah siap, jadi, begitu perusahaan menerima customer
order, maka hanya proses perakitan yang akan dilakukan. Tapi jika bicara
make to order, komponen-komponen yang akan dirakit itu belum ada.
Sehingga begitu ada pesanan dari pelanggan, maka pekerjaan yang masih
harus dilakukan adalah melakukan fabrikasi komponen, kemudian baru
merakitnya. Artinya, waktu tunggu pelanggan akan lebih lama.
Kenapa tidak melakukan assembly to order? Kenapa harus memakai make to
order? Mungkin terlalu spekulatif jika melakukan assembly to order untuk
barang-barang tertentu. Jika mobil, mungkin tak masalah. Karena antara mobil
yang satu dengan mobil yang lain yang diproduksi oleh perusahaan yang
sama atau dengan brand yang sama akan banyak sekali kesamaan
komponennya.
Jadi, walaupun akan membedakan warnanya, akan menambahkan aksesoris,
akan membedakan beberapa bagian dari mobil itu, tetapi mungkin 70%
sampai 80% dari komponen yang akan digunakan sama. Itu jika bicara soal
mobil. Sehingga aman untuk membuat stok komponen atau sub-assembly dari
produk-produk seperti mobil ini. Tapi, misalnya, memproduksi alat-alat
mesin yang dimensinya sangat bervariasi, spesifikasinya juga berbeda-beda,
mungkin kebutuhan komponen-komponennya akan sepenuhnya berbeda
antara satu produk dengan produk yang lain. Jadi, tidak sama dengan
mobil yang kesamaan komponennya antar mobil itu tinggi.
Namun jika dalam produk-produk yang seperti ini, kesamaan komponen antar
produknya rendah. Sehingga menyimpan komponen pun akan menjadi
riskan. Oleh karena itu, usaha itu tidak cocok menggunakan assembly to
order. Untuk jenis usaha seperti ini, kita membutuhkan model yang disebut
sebagai make to order.
Model ini berbeda lagi. Model ini sedikit lebih mundur dibandingkan model
make to order. Karena apa? Karena mungkin setiap pelanggan akan
meminta desain yang berbeda, spesifikasi yang berbeda. Untuk model
make to order, walaupun pilihan produknya banyak, tapi bisa memilih dari
perpustakaan disain yang sudah ada. Jadi, desain- desain nya sudah ada dan
dipilih dari desain-desain tersebut.
Tapi di ETO (Engineering to Order), disainnya berbeda. Ketika ada pelanggan
baru, mereka mungkin tidak akan mau menerima disain yang sudah ada.
Mereka akan minta disain yang baru. Di kebanyakan proyek seperti
konstruksi atau di produk-produk besar seperti kapal atau pesawat,
kebanyakan akan menggunakan model decoupling point yang disebut sebagai
ETO ini.
Tentu saja jika membandingkan keempat model decoupling point tadi, tentu
saja berbeda-beda. Ada yang fleksibilitasnya tinggi, ada yang
fleksibilitasnya rendah, ada yang waktu tunggunya panjang, ada yang
waktu tunggunya pendek jika bicara soal pelanggan.
Ada yang implikasi terhadap inventory-nya tinggi, artinya dia harus
menyimpan persediaan yang banyak, ada yang sedikit. Jadi, jika kita lihat, dia
punya implikasi terhadap waktu tunggu dari pelanggan, inventory level dan
fleksibilitas sistem. Itulah kira-kira pembahasan mengenai decoupling point.
Hal ini erat kaitannya dengan decoupling point. Jika bicara soal mobil, jika
bicara soal zaman dulu, ada mobil yang tipenya sama, jadi, tidak banyak
perubahan dari sisi desain dan warna, diproduksi bertahun-tahun dengan
style yang sama. Jadi, jika dilihat definisi awal dari mass production yang
dikembangkan oleh Ford. Ford menyatakan bahwa sangat penting bagi
industri untuk memiliki produktivitas yang tinggi dan produktivitas yang
tinggi ini dicapai jika memproduksi produk yang sama selama jangka waktu
yang panjang.
Sehingga pada saat itu, Ford memproduksi hampir semua mobil berwarna
hitam dan bentuknya kira-kira sama. Oleh karena itu, Ford bisa menggunakan
konsep yang disebut sebagai Make to Stock atau Mass Production. Jadi,
produknya sama dan diproduksi bertahun-tahun. Hal seperti itu tidak bisa
disaksikan sekarang. Benar, ‘kan? Jadi, jika berdiri di jalan selama 10 menit,
di jalanan yang ramai, bisa dilihat mobil dengan berbagai macam bentuk.
Warna mobilnya berbeda-beda. Style mobil berbeda-beda. Variasi meningkat.
Ketika variasi meningkat seperti ini, tidak memungkinkan lagi untuk
menggunakan konsep-konsep seperti mass production atau menggunakan
konsep make to stock sebagai salah satu decoupling point yang sudah kita
bicarakan tadi. Oleh karena itu, industri seperti mobil ini yang tadinya
pernah menggunakan prinsip make to stock berubah menjadi assembly to
order. Apa artinya? Terjadi penundaan diferensiasi produk. Ditunda sampai
ada pesanan dari pelanggan supaya tahu pelanggan pesan yang warnanya
apa, yang bentuknya seperti apa.
Penundaan ini yang disebut sebagai postponement. Jadi, ditunda diferensiasi
produknya sampai ada kebutuhan yang sudah definitive atau order yang
sudah jelas dari pelanggan. Industri seperti industri otomotif ini melakukan
postponement. Jadi, salah satu alasan kenapa perusahaan melakukan
postponement adalah karena mereka ingin menawarkan variasi produk yang
lebih banyak.
Sehingga ketika variasi produknya banyak dan tidak tahu yang jenis ini butuh
berapa dan yang jenis lain butuhnya berapa, maka menghadapi
ketidakpastian pasar yang lebih tinggi. Ketika menghadapi ketidakpastian
pasar yang lebih tinggi seperti ini, maka strategi postponement atau menunda
diferensiasi produk adalah salah satu strategi yang tepat.
Namun jangan lupa, jika hanya menunda proses perakitannya saja, hanya
assembly process-nya yang dirakit, maka, dibutuhkan satu syarat lagi. Yaitu,
artinya komponen-komponen yang digunakan harus banyak yang sama
sehingga bisa aman menyimpan komponen, tapi kemudian dirakit
produknya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan. Satu lagi,
postponement ini juga harus memenuhi masa tunggu yang ditoleransi oleh
pelanggan.
Jika misalnya, pada awalnya memakai konsep make to stock, kemudian
berubah menjadi assembly to order lalu katakan kepada pelanggan, “Baiklah.
Anda tunggu enam bulan produknya baru datang.” Tentu saja pelanggan tidak
akan menerima kondisi yang seperti ini. Oleh karena itu, pada saat melakukan
postponement, menunda sebagian dari proses konfigurasi finished product ini,
maka waktu harus relatif lebih pendek dibandingkan dengan toleransi waktu
tunggu dari pelanggan. Sebenarnya bukan hanya di industri otomotif, di
banyak industri, konsep postponement ini juga digunakan. Misalnya, di industri
garment, banyak perusahaan yang menggunakan konsep postponement.
Yaitu, menunda pewarnaan dari produk. Karena, sekarang, seperti yang
sudah kita diskusikan, keinginan pelanggan berubah-ubah. Warna yang
dikehendaki juga berubah-ubah sehingga kita harus bersiap dengan warna
yang lebih banyak. Ada perusahaan garment yang awalnya melakukan
pencelupan warna relatif di awal proses. Kemudian, mereka mendesain ulang
proses produksinya supaya pencelupan warna ini bisa dibawa ke bagian akhir
dari proses.
Jadi, jangan diwarnai di awal, warnai di akhir karena jika melakukan
pewarnaan di akhir, artinya waktunya akan lebih pendek antara melakukan
pewarnaan dengan waktu memasarkan produk itu atau menjual produk itu.
3.6 Latihan
3.7 Rangkuman
Strategi manajemen rantai pasok adalah sesuatu yang sangat penting. Jika
kita bicara persaingan di dunia bisnis, maka harus punya daya saing.
Perusahaan harus lebih baik daripada pesaing atau setidak-tidaknya sama
sehingga tetap unggul dalam persaingan.
Strategi itu akan menentukan apa kita akan unggul di pasar atau kita akan
kalah dalam bersaing. Ini penting sekali. Kenapa demikian? Karena kita
sekarang berada dalam persaingan yang semakin ketat. Semakin tinggi
persaingan, berarti semakin butuh strategi yang baik untuk membuat Anda
tetap kompetitif di pasar.
Dalam kaitannya dengan strategi supply chain, akan dicoba untuk membahas
dua produk ini dari beberapa aspek, yaitu:
a) Aspek Siklus Hidup
b) Aspek Variasi
c) Aspek Volume Produksi Untuk Setiap Jenisnya.
Ada dua katagori kegiatan yang dilakukan oleh supply chain, yaitu:
a) Kegiatan Proses Fisik
b) Kegiatan Mediasi Pasar
Adapun karakteristik dari dua produk yang berbeda yang sering dijumpai di
pasar. Sebut yang pertama adalah produk inovatif adalah produk yang setiap
saat berbasis inovasi dan produk fungsional adalah produk yang dibeli orang
karena basic function-nya atau fungsi dasarnya.
Postponement merupakan yang disebut sebagai penudaan diferensiasi
produknya sampai ada kebutuhan yang sudah definitive atau order yang
sudah jelas dari pelanggan.
3.8 Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
d. Penundaan (postponement)
MODUL 03 PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK
BAB IV
MANAJEMEN PERMINTAAN DAN PERENCANAAN
KOLABORASI
Ada pola permintaan yang mungkin sangat fluktuatif, ada yang walaupun
permintaan itu fluktuatif bisa diprediksi naik turunnya dan lain sebagainya, ada
permintaan yang mungkin cukup stabil dari waktu ke waktu. Itu hal pertama
yang akan bicarakan nanti. Kedua, akan membahas apa itu manajemen
permintaan.
Tetapi, apapun pola permintaan yang dihadapi sebagai orang yang bekerja di
perusahaan, terutama bagi mereka yang berada pada fungsi-fungsi rantai
pasok, adalah sangat penting untuk mengupayakan supaya bisa mengenal
pola permintaan itu dan memprediksinya dengan baik. Ada sebuah studi
yang dilakukan oleh Aberdeen Research yang menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan yang bagus antara lain dicirikan oleh
kemampuannya untuk memprediksi permintaan, untuk menciptakan ketelitian
memperkirakan kebutuhan yang tinggi.
Di sini misalnya, jika dilihat dari hasil studinya, mereka membedakan ada tiga
kelompok perusahaan, yaitu kelompok perusahaan yang kategorinya best in
class, jadi, ini perusahaan-perusahaan yang bagus, yang kira-kira masuk top
21% dari perusahaan yang mereka survey. Kemudian, di kategori kedua, kira-
kira setengah dari perusahaan yang di-survey masuk dalam kategori medium,
yaitu ada di rata- rata. Di kategori ketiga adalah perusahaan-perusahaan yang
berada di bawahnya, kira-kira 30% pada lapisan bawah.
Ketika dibandingkan, tingkat accuracy forecast yang dihasilkan oleh tiga
kelompok perusahaan ini, ternyata hasilnya menarik sekali. Forecast accuracy
yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang kategorinya best in class
kira-kira 82%. Jadi, 82% akurat. Kemudian, yang di tengah-tengah hanya
sekitar 68% dan yang di bawah kira-kira hanya 42%.
Walaupun mungkin ini tak berlaku sama untuk semua industri, tetapi
setidaknya, hasil studi ini menunjukkan bahwa jika ingin menjadi perusahaan
yang kompetitif, perusahaan yang bagus, maka kemampuan untuk
memperkirakan permintaan adalah sesuatu yang sangat penting. Karena
apa? Karena permintaan adalah ujung depan dari semua aktivitas rantai
pasok.
Apa yang Anda produksi, berapa yang Anda produksi, apa yang Anda kirim itu
sepenuhnya mengikuti prediksi permintaan. Jika prediksi permintaan ini
akurat, maka kita akan bisa menyesuaikan aktivitas-aktivitas supply chain
seperti produksi dan pengiriman sesuai dengan permintaan. Yang pada
akhirnya akan menciptakan biaya yang lebih murah dan responsiveness yang
lebih tinggi.
Menarik sekali hasil kajian yang dilakukan oleh Aberdeen Research. Kajian
yang kedua, yang juga sangat menarik, terkait dengan premis yang tadi sudah
sampaikan bahwa forecast accuracy akan menjadi starting point dari
semua aktivitas rantai pasok. Oleh karena itu, jika ingin benar di awal, maka
perkiran harus bagus karena itu berada di awal.
Begitu salah di awal, maka yang selanjutnya akan mengikuti. Maka dari
itu, forecast menjadi salah satu hal penting pertama yang harus dibuat dengan
benar. Setidak-tidaknya, keakuratannya harus tinggi.
Ada satu studi yang dipublikasikan dalam ulasan manajemen rantai pasok
tahun 2012 di mana peneliti ini mencoba untuk melihat apa dampak dari
improvement forecast accuracy peningkatan akurasi perkiraan yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan.
Hal ini juga dibuktikan oleh studi itu. Misalnya, dengan ketelitian yang lebih
baik, ternyata kinerja manufaktur meningkat dari 87% menjadi 92%. Kinerja
manufaktur ini adalah gabungan dari beberapa indikator yang menunjukkan
produktivitas dan kinerja lain yang ada di pabrik.
Apakah backorder itu? Backorder adalah presentase dari jumlah order yang
tidak bisa kita penuhi pada saat pelanggan memintanya. Misalnya, saat
pelanggan minta untuk minggu ini, karena kita tidak punya barang, akhirnya
kita tunda pemenuhannya menjadi minggu depan. Itu disebut backorder.
Dengan accuracy forecast yang lebih bagus ternyata backorder menurun
secara drastis. Service level kita ke pelanggan juga bagus.
Salah satunya diukur dengan yang kita sebut fill rate atau line fill. Jadi, fill rate
adalah kemampuan kita memenuhi jumlah yang diminta oleh pelanggan.
Berapa persen dari jumlah yang diminta oleh pelanggan bisa kita penuhi?
Jadi, fill rate naik dari 80% menjadi 97% dan juga biaya untuk per case barang
yang ditangani, logistiknya turun dari $4.25 menjadi $2.5. Inventori juga turun
dari 40 hari kebutuhan menjadi 35 hari kebutuhan.
Ternyata forecast accuracy yang bagus sangat penting, karena ini akan
berpengaruh pada kinerja-kinerja rantai pasok yang lain. Dia berada di jajaran
yang paling depan. Dia yang menentukan apakah kinerja selanjutnya akan
bagus, biaya rendah, dan responsiveness tinggi dan lain sebagainya.
Ada produk yang permintaannya dari waktu ke waktu relatif tidak berubah.
Ambil contoh, misalnya produk yang paling sederhana, jika bicara garam.
Konsumsi garam setiap orang tidak berubah dari waktu ke waktu. Jenis garam
yang ada di pasar juga tidak banyak. Mestinya jika bicara soal forecast
untuk kebutuhan garam, hal itu tidak terlalu sulit karena polanya relatif stabil
dari waktu ke waktu.
Itu contoh pertama dari pola permintaan yang stabil dari waktu ke waktu.
Tentu saja, tidak semuanya segampang itu. Tidak semuanya seenak itu.
Banyak juga pola permintaan yang fluktuatif. Naik dan turun dari waktu ke
waktu. Namun, pola permintaan yang naik dan turun ini ada yang bisa
diprediksikan kapan naik dan kapan turun, ada yang tidak.
Gambar 4.3. Pola Permintaan Seasonal Demand
Jika misalnya permintaan itu bisa diprediksi kapan naik dan kapan turun,
maka akan relatif lebih mudah untuk memperkirakannya, tapi belum tentu
mudah untuk dipenuhi. Mudah diprediksi, tapi jika permintaannya tinggi,
mungkin kapasitas kita tidak cukup. Artinya, jika permintaan itu pola naik
turunnya bisa diprediksi akan mudah untuk diperkirakan. Ambil contoh,
misalnya produk-produk yang cenderung dibutuhkan pada saat musim hujan
seperti payung misalnya. Dan tidak dibutuhkan pada musim kemarau atau
musim panas.Tentu saja, pada saat musim hujan tiba, kebutuhan ini akan naik
dan ketika musim panas, kebutuhan ini akan turun.
Ada dampak musiman dari penggunaan atau dari permintaan produk tersebut.
Ketiga, ada juga pola permintaan yang memiliki tren dari waktu ke waktu. Tren
itu bisa positif dan bisa negatif. Tren artinya perubahan secara
sistematis. Ada produk yang dari tahun ke tahun permintaannya naik
misalnya 10%. Jadi, meningkat dari waktu ke waktu. Artinya, dia punya tren
positif, tapi ada juga produk yang mungkin sebaliknya yang memiliki tren
negatif.
Gambar 4.4. Pola Permintaan Positive Trend
Jadi, kebutuhannya turun dari waktu ke waktu. Keempat, ada juga pola
permintaan yang mungkin lebih sulit dari itu. Anggap saja, jika
banyak meluncurkan produk baru seperti yang dibahas sebelumnya. Ada
produk inovatif, sering meluncurkan produk baru, maka pada saat kita
meluncurkan produk baru, bisa dilihat di ilustrasinya, mungkin dia akan
mengikuti grafik yang pertama (warna kuning), yaitu permintaannya kecil dan
cepat hilang.
Gambar 4.6. Pola Permintaan Uncertain Demand
Artinya, life cycle pendek. Hanya bisa menjual produk dengan volume
yang sedikit. Jadi, kuantitas yang diserap oleh pasar sedikit. Atau mungkin
mengikuti grafik kedua, sedikit lebih tinggi, sedikit lebih lama (warna hijau).
Atau mengikuti grafik yang ketiga, agak tinggi, agak panjang (warna merah),
bertahan satu tahun, misalnya.
Pada saat meluncurkan produk baru, mungkin tidak tahu sepenuhnya apakah
akan mengikuti pola grafik yang pertama atau grafik kedua atau grafik ketiga.
Jadi, ketidakpastian sangat tinggi jika kita bicara pola permintaan yang seperti
ini.
Ini jika misalnya memasok produk seperti suku cadang dari mesin yang
kebutuhannya jarang-jarang karena hanya dibutuhkan ketika mesin ini
perlu diganti. Pada saat mereka melakukan penggantian dari part, maka akan
muncul kebutuhan. Maka, untuk yang seperti ini, pola kebutuhannya adalah
sporadis.
Ada ramalan yang menjadi dasar untuk keputusan jangka panjang. Ada
ramalan yang menjadi dasar untuk keputusan jangka menengah. Ada juga
ramalan yang menjadi dasar untuk keputusan-keputusan jangka pendek.
Jika misalnya ingin mendirikan pabrik, berapa kapasitas yang ingin
ditentukan? Apaingin ditentukan menjadi 2000 ton, 1000 ton atau berapa?
Tentu saja keputusan ini akan sangat bergantung pada prediksi berapa besar
permintaan, tapi berapa besar permintaan itu tidak cukup hanya untuk enam
bulan ke depan.
Karena mau investasi pabrik, harus memprediksi sampai lima tahun bahkan
lebih. Berapa kira-kira kebutuhan barang itu selama lima tahun atau lebih?
Jadi, sifatnya long term. Itu yang pertama.
Namun, untuk kebutuhan operasional, butuh detail, per produk kita tahu,
per minggu kita tahu. Jadi, ada detail dari sisi jenis dan detail dari sisi waktu.
Jadi sifat atau karakteristik forecast yang dibutuhkan akan berbeda untuk
kebutuhan jangka panjang dan kebutuhan jangka pendek.
Tipe ramalan. Ada beberapa tipe forecast yang umum digunakan. Ada yang
sifatnya kualitatif, ada yang sifatnya kuantitatif.
Kualitatif tentu saja berdasarkan pada judgement, pada perkiraan-perkiraan
yang mungkin banyak menggantungkan pada pengalaman, banyak
menggantungkan pada visi atau perkiraan yang mungkin diperoleh
dari knowledge atau pengetahuan dari orang yang kita anggap expert,
misalnya. Ada beberapa kategori yang disebut sebagai subjective forecast
yang berdasarkan pada keputusan-keputusan kualitatif.
Sedangkan untuk kuantitatif, artinya forecast didasarkan pada data, hard data,
numbers. Jadi, ada angka di situ. Misalnya, lihat penjualan kita di masa lalu,
berapa dari tahun ke tahun, berapa dari bulan ke bulan. Angka penjualan di
masa lalu bisa dipakai untuk meramalkan kebutuhan yang akan datang. Jadi,
ini model objective forecasting atau menggunakan angka, menggunakan
formula di situ.
Yang paling sering tentu saja adalah untuk kebutuhan jangka pendek dan
jangka menengah. Untuk kebutuhan jangka pendek dan jangka menengah,
kebanyakan metode forecast yang digunakan adalah metode forecast yang
sifatnya obyektif, jadi, sering kali membutuhkan data-data masa lalu, historical
data dari penjualan produk tersebut.
Itu disebut sebagai causal model. Salah satu model kuantitatif. Kategori yang
kedua adalah kategori time series. Jika tadi causal mencari hubungan sebab-
akibat, jika time series kita tidak mencari hubungan sebab-akibat, tetapi
besaran permintaan yang akan kita ramalkan sepenuhnya adalah fungsi
waktu.
Tidak cukup sebenarnya bagi perusahaan, terutama yang menghadapi pola
permintaan yang fluktuatif jika hanya melakukan forecasting. Karena ukuran
forecasting yang bagus adalah yang accuracy tinggi. Namun, jika misalnya
naik turunnya tinggi, forecast juga tinggi naik turunnya mengikuti pola
permintaan, artinya forecast akurat. Namun, belum tentu forecast yang akurat
dan mengikuti naik turunnya pola permintaan akan mudah dipenuhi.
Pada saat siang hari kebutuhan listrik lebih rendah dibandingkan dengan
pukul 6-10 malam. Jadi, ada periode yang disebut sebagai beban puncak di
mana demand pada saat itu sangat tinggi. Kemudian jika bekerja di airline
industry (industry jasa penerbangan), jelas akan ada fluktuasi atau naik turun
pada jam-jam tertentu, kebutuhan orang untuk bepergian dari satu kota ke
kota lain akan tinggi, tapi pada jam-jam lain tidak atau pada bulan-bulan
tertentu tinggi dan pada bulan-bulan lain tidak.
Jadi, ada fluktuasi demand atau naik turun demand . Banyak industri yang
menghadapi hal seperti itu. Sekarang pertanyaannya. Hanya bisa
memprediksi secara akurat, tidak selalu menjawab persoalan karena
boleh dikatakan kebutuhan listrik pada pukul 6-10 sebesar sekian megawatt,
misalnya.
Namun, kapasitas tidak cukup untuk memenuhi itu. Maka yang perlu
dilakukan adalah secara proaktif mempengaruhi permintaan ini supaya
sebagian dari permintaan yang ada di beban puncak, di periode-periode peak
season, pindah ke periode-periode yang lain. Jadi, digeser sebagian. Inilah
yang disebut sebagai demand management. Jadi, demand forecast bersifat
reaktif, mencoba menirukan pattern, tapi demand management bersifat
proaktif, kita mempengaruhi pattern/mempengaruhi pola. Pertanyaannya
sekarang.
Apa yang bisa dilakukan? Karena jika langsung mengelola demand yang
fluktuatif tadi, mungkin saja forecast error-nya cukup rendah, accuracy-nya
bagus, tapi tetap saja cost di sepanjang supply chain akan tinggi. Sekarang,
bagaimana caranya? Banyak sekali metode-metode yang secara tradisional
sudah dilakukan oleh perusahaan. Lalu yang paling menonjol adalah pricing
mechanisme (mekanisme harga).
Jika saja tarif listrik pada jam-jam beban puncak bisa lebih tinggi dibandingkan
pada jam-jam lainnya, pasti sebagian pelanggan akan menggeser
kebutuhannya. Dengan demikian, maka puncaknya akan turun dan
lembahnya akan naik. Jika puncaknya turun, lembahnya naik artinya
permintaan lebih stabil. Jika permintaan lebih stabil, maka bisa cukup
beroperasi dengan kapasitas yang lebih rendah.
Seperti dapat dilihat di grafik. Di situ ada angka 1 yang menunjukkan demand
yang fluktuasinya masih sangat tinggi. Lalu ada angka 2 yang menunjukkan
demand itu sudah relatif lebih rendah fluktuasinya. Di situ ada dua garis.
Garis kapasitas yang berwarna merah putus-putus itu. Jika ada fluktuasi yang
mengikuti angka 1, artinya dengan kapasitas yang tinggi pun, garis merah
yang paling atas, sebenarnya tidak cukup kapasitas.
Masih ada periode waktu tertentu saat tidak mampu memenuhi. Jadi, jika
dalam hal listrik, artinya sebagian harus dipadamkan, tapi jika bisa mengatur
permintaan supaya lebih stabil, cukup beroperasi dengan kapasitas di
bawahnya dan masih bisa memenuhi semua permintaan yang ada. Jadi,
sangat penting untuk bisa mengatur permintaan agar bisa lebih stabil
walaupun tentu saja itu tidak bisa selalu dilakukan untuk setiap industri.
Namun, itu tidak sederhana karena banyak sekali hal-hal yang harus
diperhatikan jika menggunakan instrument demand management. Katakanlah
jika menggunakan instrumen pricing, seberapa banyak instrumen pricing ini
akan dilakukan. Katakanlah, diskonnya akan seberapa banyak, perbedaan
harganya seberapa tinggi dan lain sebagainya.
Jika misalnya PLN memberikan diskon 10% pada jam-jam yang tidak puncak
atau bukan beban puncak, kira-kira berapa persen demand yang pindah dari
beban puncak menuju ke beban atau periode di mana beban itu tidak puncak.
Ini sangat penting dan membutuhkan data, barangkali bisa didapatkan dari
pengalaman di masa lalu atau dari survey dan lain sebagainya.
Itu yang pertama. Kedua, yang juga sangat penting untuk dipahami adalah
bagaimana caranya menghubungkan antara program demand management
dengan eksekusi supply chain. Misalnya, bagaimana pada saat punya
rencana untuk promosi di mana harga dipotong atau memberikan diskon
selama seminggu, kemudian kita memperkirakan ada peningkatan permintaan
sebesar 20%, bagaimana menghubungkan rencana supply yang 20% lebih
tinggi ini dengan kegiatan transportasi, seberapa banyak tambahan truk yang
dibutuhkan, apakah truk tersebut tersedia, apakah masih harus mencari ke
pemasok truk yang lain atau ke penyedia jasa yang lain? Kemudian, dari sisi
produksi juga begitu.
Misalnya, apakah jika demand naik 20%, kita punya cukup kapasitas untuk
menangani kenaikan permintaan sebesar 20% itu atau kita mungkin perlu
menggunakan external capacity, kita subkontrakkan ke perusahaan yang
lain, misalnya. Jadi, memang perlu diperhitungkan ketika ada perubahan pola
permintaan, sebagai reaksi terhadap demand management, kita harus benar-
benar menghubungkan antara proyeksi perubahan permintaan tadi dengan
rencana pengiriman, dengan rencana produksi, begitu juga dengan rencana
pembelian material.
Tentu saja, akan sangat mengganggu jika kita misalnya tahu bahwa rencana
permintaan itu naik kira-kira 20% dan memang betul naik 20%, armada angkut
kita sudah siap dengan tambahan, produksi juga kita siap dengan
kapasitas tambahan, tapi material kita tidak ada dari supplier, misalnya.
Tentu saja, ini menjadi sia-sia. Maka, koordinasi menjadi sangat penting.
Apa pun instrumen demand management yang kita gunakan jika itu
mengubah pola permintaan, membuat permintaan naik pada periode tertentu,
maka semua lini harus siap.
Dari belakang sampai ke depan. Mereka yang mengirim harus siap dengan
tambahan, mereka yang menyimpan harus siap dengan tambahan beban
juga, mereka yang memproduksi juga harus siap, mereka yang memasok
material sekalipun harus siap. Jadi, di sini dibutuhkan tim lintas fungsi yang
harmonis. Jadi, orang produksi, distribusi, warehouse, pengadaan material
termasuk supplier harus bisa mengantisipasi kenaikan, katakanlah, jika ada
20% permintaan yang naik dari permintaan yang diperkirakan sebelumnya.
Itu yang kedua, cross functional team itu sangat penting. Ketiga, juga perlu
melihat dampaknya terhadap cost dan cost yang terlihat betul-betul harus
holistik. Ambil contoh bagian pemasaran melakukan promosi. Seperti yang
dikatakan tadi, demand meningkat karena promosinya sukses. Lalu kapasitas
ternyata tidak cukup, akhirnya meminta sebagian karyawan untuk lembur.
Jadi, karena memproduksi dengan jam lembur, maka biaya akan naik. Biaya
yang seperti ini harus diperhitungkan dalam mengevaluasi atau
memperkirakan berapa biaya yang akan terjadi sebagai akibat dari instrumen
demand management ini.
Jadi, ada tiga hal yang sangat penting yang perlu dipahami ketika
menggunakan instrumen demand management, maka hal-hal yang
disampaikan sebelumnya sangat penting untuk dimasukkan sebagai
pertimbangan. Terakhir, yang disampaikan adalah bagaimana memperkirakan
keseluruhan biaya yang terjadi dari hulu sampai ke hilir.
Yang menarik juga yang perlu dijelaskan lebih jauh di sini adalah, katakanlah,
jika permintaan itu meningkat, tapi jika inisiatifnya hanya dari orang sales atau
marketing, dan tidak terkomunikasikan dengan baik ke pihak-pihak yang
lain, kemudian tiba-tiba saja pabrik itu akan menerima order yang lebih besar
atau yang lebih tinggi dari biasanya, maka akhirnya apa yang terjadi?
Terpaksa melakukan produksi dengan tergesa-gesa, mungkin akhirnya akan
menggunakan jam lembur, seperti yang dikatakan tadi, sehingga cost lebih
tinggi.
Atau jika tidak punya material, akan minta supplier untuk kirim lebih cepat
dengan, tentu saja, konsekuensi biaya kirim akan lebih tinggi. Jika ini terjadi,
maka bisa jadi ini sia-sia. Program yang bagus yang sudah berhasil
meningkatkan demand , kemudian ditanggapi dengan cara yang tidak
disiapkan dengan baik sehingga cost akan menjadi tinggi. Itu sebabnya,
setiap kali punya program demand management, tiga hal tadi sangat penting
untuk diperhitungkan.
4.4 Kolaborasi, Perencanaan, Peramalan Permintaan dan Pengisian Stok
(CPFR)
Jadi, katakanlah, jika perusahaan itu sedang punya kegiatan untuk promosi,
demand diperkirakan meningkat, maka semua pihak yang kira-kira terkait di
dalam perusahaan itu harus mengetahui dan terlibat dalam perencanaan
untuk mengantisipasi kenaikan permintaan yang terjadi.
Jangan sampai, misalnya, ada empat pihak yang sudah siap, tetapi satu pihak
tidak siap, ini akan menggagalkan atau membuat rencana tidak
tereksekusi dengan baik. Itu penting sekali. Sekarang, sebenarnya tidak
hanya dalam internal perusahaan saja, kolaborasi itu penting untuk
mengantisipasi terjadinya perubahan atau peningkatan permintaan.
Dibutuhkan juga kolaborasi dengan pihak lain.
Akan dibahas dua konsep yang sangat penting dalam supply chain. Pertama,
apa yang disebut sebagai collaborative planning forecasting and
replenishment yang disingkat menjadi CPFR. Ini adalah konsep yang dulu
dikembangkan oleh sekumpulan industri yang sifatnya sukarela di Amerika
yang menyikapi pentingnya perusahaan-perusahaan yang memproduksi dan
perusahaan-perusahaan yang menjual produk untuk berkolaborasi pada level
perencanaan, lalu pada saat mereka meramalkan permintaan, dan
mengkoordinasikan perpindahan barang atau pengisian stok yang kita sebut
sebagai replenishment.
Jadi, ada tiga kata yang menunjukkan aktivitas yang sangat penting di situ.
Planning yaitu bagaimana kedua pihak ini melakukan perencanaan bersama.
Forecasting yaitu bagaimana kedua belah pihak ini bersama-sama
menentukan angka ramalan permintaan. Lalu replenishment yaitu
mengkoordinasikan kapan barang dikirim, pada saat stok tersisa berapa
barang itu sudah harus dikirim dan lain sebagainya. Itu yang ketiga, yang kita
sebut sebagai replenishment.
Kenapa inisiatif seperti CPFR ini penting? Karena, sebagaimana yang kita
ketahui, kita dalam supply chain adalah satu tim sebenarnya. Mereka yang
menjual tentu saja mengetahui permintaan pasar dengan lebih baik
dibandingkan dengan mereka yang memproduksi dan merekalah yang
sehari-hari berhadapan dengan end-customer. Yang membeli barang dengan
datang ke toko adalah end-customer.
Toko ini seharusnya mengetahui lebih baik mengenai perilaku pelanggan lalu
level kebutuhan dan lain sebagainya dibandingkan dengan pabrik yang
mungkin berada jauh lokasinya, mungkin juga di negara yang berbeda, yang
tidak memahami bagaimana dinamika demand di end-customer terjadi.
Kolaborasi inilah yang diatur dalam model yang disebut sebagai CPFR ini.
Sebelum model ini terjadi, biasanya masing-masing punya forecast. Retail
punya perkiraan angka, pabrik punya perkiraan angka. Bisa jadi untuk
produk yang sama, untuk area market yang sama, dan untuk periode waktu
yang sama, angkanya bisa sangat berbeda. Retail meramalkan 1000
permintaan, pabrik meramalkan 500 permintaan sehingga tidak sinkron.
Inilah yang hendak dijembatani oleh inisiatif yang disebut sebagai CPFR tadi.
Sebetulnya ada beberapa prinsip yang menjadi landasan berpikir dari
CPFR. Pertama, jika melakukan kerja sama pada saat meramalkan
kebutuhan, maka informasi ini akan mengalir dari satu pihak ke pihak yang
lain. Artinya, katakanlah, sebagai retail tidak menyimpan informasi permintaan
untuk diri saya sendiri, saya juga bagikan informasi itu pada pabrik yang juga
perlu memiliki informasi itu untuk menentukan kapasitas dan keputusan
produksi, misalnya.
Jadi, ada joint forecast di antara keduanya dan angka itu ketika sudah
disetujui akan menjadi dasar bagi masing-masing pihak untuk menentukan
aktivitas mereka masing-masing. Tentu saja hal yang seperti ini menjadi lebih
penting lagi jika ada acara-acara yang direncanakan seperti instrumen
demand management yang tadi sudah didiskusikan.
Katakanlah, yang punya rencana adalah retail, sebab tidak jarang yang
melakukan promosi adalah retail, tidak selalu pabrik yang menentukan
kapan barang itu didiskon, diatur dengan harga berapa dan sebagainya,
tidak selalu pabrik yang menentukan itu. Ada kalanya, misalnya, retail sedang
ulang tahun, mereka ingin menawarkan program-program seperti promosi
beberapa produk akan didiskon harganya dan lain sebagainya yang tentu saja
dengan demikian mungkin akan meningkatkan penjualan atau permintaan dari
produk-produk tersebut yang harganya dipotong atau diberikan diskon atau
sedang dipromosikan dan lain sebagainya.
Jika ini adalah program retail, jangan-jangan pabrik tidak tahu. Jangan-jangan
pabrik tidak pernah dapat informasi. Ternyata produk sedang masuk dalam
daftar yang sedang dipromosikan, sedang masuk dalam daftar yang dapat
potongan harga, misalnya. Hal seperti inilah yang perlu dikolaborasikan.
Artinya, informasi yang seperti ini sedapat mungkin juga diketahui oleh pabrik
sehingga pabrik bisa menyiapkan kapasitas yang lebih banyak, misalnya.
Pabrik bisa tahu bahwa di sana sedang ada promosi, baiklah, kira-kira
permintaan naik 20%. Oleh karena itu, apa yang harus dilakukan oleh pabrik?
Inilah kolaborasi yang perlu dilakukan. Model ini atau cara kolaborasi yang
seperti ini diatur oleh yang disebut sebagai CPFR.
Satu lagi landasan yang juga cukup penting yang juga ingin disampaikan
karena ini juga merupakan landasan yang sangat mendasar dalam CPFR
adalah apa yang disebut sebagai exception management. Exception
management kurang lebih cara kerjanya seperti ini.
Tadi kita sudah bicara mengenai latar belakang kenapa CPFR itu penting.
Seperti apa modelnya? Jika dilihat yang ada di slide atau background, bisa
dilihat bahwa CPFR model ada empat bagian yaitu:
c) Execution
d) Analysis
Pada tahapan itu, kedua belah perusahaan atau kedua belah pihak
menyetujui adanya kerja sama bahwa mereka akan memasuki
arrangement collaborative planning forecasting and replenishment. Ada
kesepakatan di level pimpinan bahwa keduanya akan sepakat. Karena,
tentu saja, jika tidak ada kesepakatan, nanti di level operasional mungkin
akan sulit. Pegawai yang akan share informasi atau data akan takut
karena tidak ada kesepakatan di level stategi atau di level pimpinan. Jadi,
hal itu penting sekali. Di tahap awal harus ada kesepakatan antara kedua
belah pihak bahwa kita bersama-sama berkomitmen akan masuk ke
framework atau arrangement yang disebut sebagai CPFR ini.
Gambar 4.9. Model CPFR
Itu yang pertama. Jadi, mungkin dibuat joint planning selama 3 atau 2 tahun
ke depan, kira-kira rencananya seperti apa. Itu fase pertama yang sangat
penting. Jika fase pertama ini sudah selesai atau sudah dilakukan, kita akan
masuk ke fase kedua yaitu demand and supply management
Yang intinya, apa yang dilakukan di sana adalah joint forecast. Seperti tadi
sudah disampaikan, masing-masing pihak mungkin akan membuat
ramalan sendiri. Untuk sales, katakanlah, beberapa minggu ke depan atau
bergantung pada periode waktunya.
Jika taktis mungkin sampai 6 bulan atau 1 tahun ke depan. Kemudian, ini
akan disepakati oleh satu pihak dengan lainnya. Lalu akan melewati
perundingan bagi yang angka awalnya berbeda jauh antara satu dan
lainnya. Itu yang terjadi pada fase kedua.
Tentu akan banyak sekali pertemuan-pertemuan yang harus dilakukan di
sana, perlu penyamaan persepsi, perlu penyamaan format data dan
sebagainya.
Sifatnya akan sangat teknis, rapat bisa dilakukan berkali-kali dalam satu
bulan antara kedua belah pihak. Jadi, memang dibutuhkan komitment dari
kedua sisi untuk memasuki arrangement ini secara efektif. Itu fase kedua.
c) Execution
d) Analysis
Jadi, ada perbaikan dari satu siklus ke siklus yang lain. Selalu belajar.
Misalnya, bulan lalu banyak sekali kiriman yang datang terlambat, artinya
replenishment bermasalah. Bulan lalu, misalnya, kesalahan forecast
masih 40%. Apa yang perlu diperbaiki? Hal itu ada di fase keempat, yaitu
fase analisis. Itulah model yang disebut sebagai CPFR, Collaborative
Planning Forecasting and Replenishment.
Ada satu model lagi yang menarik untuk dipelajari yaitu yang disebut sebagai
Vendor Managed Inventory. Ini juga model kolaborasi yang melibatkan dua
organisasi dalam supply chain.
Jadi, apa yang harus dilakukan oleh buyer? Buyer hanya akan menyediakan
data stok atau berapa inventory yang tersedia atau yang tersisa, kemudian
kira-kira berapa kebutuhan dalam sehari. Berbekal dua informasi itu, vendor
akan menentukan kapan dia akan mengirim, jumlahnya berapa dan lain
sebagainya.
Jadi, informasi berapa barang yang dijual tiap hari, berapa sisa stok dan lain
sebagainya, selama ini tertutup. Sekarang karena adanya Vendor Managed
Inventory, artinya dengan terjadinya keterbukaan informasi, vendor bisa
mengatur dengan lebih baik, dengan demikian, bisa jadi atau dalam
kebanyakan kasus, akan terjadi peningkatan responsiveness kepada
pelanggan, tapi dengan syarat bahwa vendor ini punya kemampuan untuk
mengambil keputusan tersebut.
4.6 Latihan
4.7 Rangkuman
Ada banyak pola permintaan. Ada yang stabil yang mungkin akhirnya akan
mudah untuk diramalkan, ada yang fluktuatif dan tidak pasti sehingga
membuat kita sulit membuat ramalan yang akurat.
Ada tiga hal yang sangat pokok yang perlu untuk mendiskusikan hal-hal
penting yang sangat perlu dalam menjalankan atau melaksanakan
program demand management, yaitu:
c) Ketiga, juga perlu melihat dampaknya terhadap cost dan cost yang terlihat
betul-betul harus holistik.
Adapun dua konsep yang sangat penting dalam supply chain. Pertama, yang
disebut sebagai collaborative planning forecasting and replenishment yang
disingkat menjadi CPF merupakan konsep yang dulu dikembangkan oleh
sekumpulan industri yang sifatnya sukarela di Amerika yang menyikapi
pentingnya perusahaan-perusahaan yang memproduksi dan perusahaan-
perusahaan yang menjual produk untuk berkolaborasi pada level
perencanaan, lalu pada saat mereka meramalkan permintaan, dan
mengkoordinasikan perpindahan barang atau pengisian stok yang kita sebut
sebagai replenishment.
Jadi, ada tiga kata yang menunjukkan aktivitas yang sangat penting di situ.
Planning yaitu bagaimana kedua pihak ini melakukan perencanaan bersama.
Forecasting yaitu bagaimana kedua belah pihak ini bersama-sama
menentukan angka ramalan permintaan. Lalu replenishment yaitu
mengkoordinasikan kapan barang dikirim, pada saat stok tersisa berapa
barang itu sudah harus dikirim dan lain sebagainya.
Ada satu model lagi yang menarik untuk dipelajari yaitu Vendor Managed
Inventory. Ini juga model kolaborasi yang melibatkan dua organisasi dalam
supply chain, esensi dari Vendor Managed Inventory adalah sebetulnya
bagaimana kita lebih reaktif atau lebih responsif terhadap kebutuhan
pelanggan, yaitu dengan cara sharing informasi, kemudian keputusan itu
pindah dari buyer kepada vendor.
4.8 Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
a. Ketelitian perkiraan yang lebih baik, kita juga bisa mendapatkan hasil
yang lebih baik dari kinerja pabrik
c. Presentase dari jumlah order yang tidak bisa kita penuhi pada saat
pelanggan memintanya
Itu yang pertama. Yang kedua, akan masuk ke beberapa strategi yang bisa
digunakan perusahaan untuk mengelola kegiatan physical distribution. Lalu,
yang ketiga, akan membahas peran dari warehouse atau yang sekarang
sering disebut sebagai Distribution center.
Setiap saat mungkin bisa melihat ada trailer/ truk yang membawa container,
misalnya. Ada truk yang membawa barang, ada kapal, dan lain sebagainya.
Ini semua bagian dari supply chain yang sangat penting, yaitu transportasi.
Baiklah. Jadi, akan membahas empat hal tersebut. Akan mulai dari yang
pertama lebih dulu, yaitu esensi dari physical distribution. Apa itu physical
distribution? Itulah intinya.
melewati berbagai keputusan yang harus dibuat, antara lain, yang pertama,
siapa yang akan mendistribusikan? Karena jika bicara mengenai perusahaan
yang memproduksi barang, dulu, mungkin di saat yang sama mereka
melakukan kegiatan distribusi sendiri.
Jadi, ada yang langsung, ada yang melalui tahapan dan tahapan ini bisa lebih
dari satu karena distributor bisa mengirim ke pihak intermediate sebelum
sampai ke toko. Itu pertanyaan kedua, yaitu berapa eselon sistem
distribusinya. Isu yang ketiga terkait dengan modal transportasi.
Mana yang lebih cepat, mana yang lebih murah? Apakah kecepatan yang
lebih penting atau harga yang lebih penting? Ini keputusan yang harus dibuat.
Itu pertanyaan yang penting dalam transportasi dan distribusi barang.
Kemudian, berapa tingkat layanan yang akan disediakan? Ini juga pertanyaan
penting. Artinya, apakah semua area di mana kita memasarkan produk akan
dijamin ketersediaannya dengan tingkat yang sama atau mungkin di wilayah
tertentu mendapatkan prioritas yang lebih tinggi, kemudian wilayah lain
mendapatkan prioritas kedua? Karena, mungkin, di wilayah I jumlah
pelanggan sangat besar, income atau revenue yang didapatkan dari sana
sangat besar, sehingga didapatkan atau diberikan prioritas yang lebih tinggi
kepada wilayah ini.
Kemudian selanjutnya yang juga perlu diketahui. Apa saja ruang lingkup dari
kegiatan manajemen transportasi dan distribusi? Sebagian sudah disebutkan
tadi, tetapi mungkinakan lebih baik jika dicoba merincikan lagi beberapa hal
yang juga sangat penting sebagai bagian dari fungsi manajemen transportasi
dan distribusi.
Barang tidak ada sekarang, besok mau kembali untuk membeli produk
tersebut. Terhadap dua jenis pelanggan ini, target service level seharusnya
tidak sama. Karena yang satu artinya loyalitasnya tinggi, boleh bermain
dengan service level yang sedikit lebih rendah.Namun, pada saat menghadapi
pelanggan yang loyalitasnya rendah, maka product availability menjadi sangat
tinggi, karena pada saat dia membutuhkan barang, barang tidak ada dan yang
tersedia adalah produk dari kompetitor, maka dia akan membeli produk dari
kompetitor.
Ini sangat berbahaya jika service level rendah. Itu satu fungsi dalam
manajemen distribusi dan transportasi. Yang lain lagi adalah bagaimana
seharusnya melakukan konsolidasi. Konsolidasi bisa dipakai untuk
informasi maupun untuk produk. Salah satu fungsi penting jika bicara
warehouse atau distribution center, adalah distribution center mampu
melakukan konsolidasi dari barang yang mengalir dari supplier menuju ke
toko.
Kapan truk itu harus berangkat, kapan truk itu harus tiba? Dibutuhkan
scheduling yang bagus,setelah itu, dibutuhkan monitoring yang bagus
untuk memastikan, walaupun dengan berbagai hambatan, walapun terjadi
deviasi, deviasinya tidak terlalu besar. Itu fungsi yang juga sangat penting.
Fungsi yang berikutnya adalah terkait dengan pelayanan nilai tambah. Dulu
sering dengar cerita, pabrik melakukan 100% nilai tambah. Apa artinya?
Semua kegiatan produksi berlangsung di pabrik. Warehouse atau jaringan
distribusi tugasnya hanya menyimpan dan mendistribusikan. Namun,
sekarang, banyak sekali kegiatan-kegiatan nilai tambah yang mulai
dialihkan ke saluran-saluran distribusi.
Sebagai contoh, jika retail ingin membuat atau memiliki satu program promosi,
menggabungkan satu produk besar dan satu produk kecil, melakukan
tindakan yang disebut sebagai product bundling, maka, seringkali, yang
melakukan ini adalah distribution center,bukan pabrik.
Jadi, distribution center juga melakukan sebagian dari proses nilai tambah.
Proses yang awalnya dikerjakan di pabrik, sekarang dialihakan ke warehouse
yang awalnya hanya menyimpan produk, tapi sekarang, warehouse juga
melakukan sebagian dari kegiatan nilai tambah.
5.2 Strategi Distribusi
a) Direct shipment
Jika bicara direct shipment, tentu bagus dari sisi waktu, karena proses
pengiriman akan berlangsung dengan cepat. Toko akan cepat
mendapatkan barang karena barang itu tidak berhenti di tengah-tengah,
maksudnya, berhenti di distribution center atau di warehouse. Jadi,
direct shipment ini menciptakan speed yang bagus, kecepatan yang tinggi,
tapi ada kelemahannya.
b) Intermediate Stoage
Kalau ini kurang lebih kebalikan dari yang pertama. Jika tadi produk
mengalir langsung ke toko, sekarang menggunakan intermediate storage.
Jadi, barang tidak langsung dikirim ke toko, tapi barang akan masuk dulu
ke warehouse atau ke distribution center.
Bisa dijamin bahwa produk atau truk yang berjalan dari pabrik ke
distribution center akan selalu membawa kapasitas penuh dari truk yang
berjalan. Artinya, skala ekonomi tercapai. Itu keunggulan pertama dari
penggunaan warehouse. Keuntungan kedua dari penggunakan
warehouse adalah warehouse berfungsi sebagai buffer. Buffer artinya
cadangan atau pengaman terhadap ketidakpastian yang terjadi di sisi
demand atau di sisi permintaan maupun di sisi supply atau dari sisi
pabrik.
Tentu saja, perlu memilah-milah produk seperti apa yang akan dikirim
langsung (direct delivery) seperti strategi yang pertama tadi, produk
seperti apa yang perlu dilewatkan ke jalur tengah, yaitu jalur distribution
center atau disimpan di tengah-tengah di warehouse.
Jadi, akan dibutuhkan waktu yang lebih lama dari produk selesai
diproduksi di pabrik sampai produk itu siap dipasarkan di toko sehingga
waktunya lebih lama, cost akan lebih besar, tetapi akan tercipta
keamanan. Karena ada buffer di tengah-tengah.
Jadi, ada plus minus yang kurang lebih berlawanan antara direct
delivery dan penggunaan warehouse. Oleh karena itu, banyak
perusahaan yang mencoba mencari cara yang ketiga, cara yang
menjadi alternatif agar biayat tidak terlalu tinggi, kecepatan juga tetap
bagus, lebih cepat dibandingkan menggunakan warehouse, tetapi juga
lebih ekonomis jika dibandingkan dengan menggunakan direct delivery,
maka ada strategi yang ketiga yang disebut sebagai Cross-docking.
c) Cross-docking
Jadi, tidak ada penyimpanan barang, tidak ada storage di situ. Sehingga
barang mungkin datang pagi dan siang sudah berangkat. Tetapi tetap
ekonomisasi masih tetap terjaga dengan adanya Cross-docking karena
Cross-docking seperti halnya di warehouse, dia juga melakukan
konsolidasi beban. Jadi, barang dengan volume besar datang dari
pabrik menuju ke fasilitas Cross-docking, kemudian dari fasilitas cross-
docking ketika berangkat ke toko, juga bisa dengan volume besar.
Oleh karena itu, kendaraan itu juga bisa berangkat dengan beban yang
penuh sesuai dengan kapasitasnya. Jadi, skala ekonomi tetap akan
terjamin dengan adanya Cross-docking. Keunggulan dari strategi
pertama dan strategi kedua dikombinasikan dalam strategi ketiga yaitu
Cross-docking.
d) Milk-Run
Strategi kedua dan ketiga atau bahkan strategi pertama, ketika truk
berangkat ke toko, bisa jadi, hanya berhenti di satu toko kemudian
kembali. Sebenarnya hal itu tentu tidak ekonomis. Jika ingin lebih
ekonomis, terutama jika pelanggan atau toko berada di wilayah yang
sama, berdekatan satu sama lain, maka sebetulnya satu kendaraan bisa
berhenti di sejumlah toko.
Ada empat strategi yang umum dan bisa dipilih atau dikombinasikan oleh
perusahaan dalam mengirim barang sampai ke pelanggan.
Bagaimana peran dari warehouse atau yang tadi sering disebut dengan istilah
yang lain yaitu distribution center.
Pada saat bicara tentang menyimpan barang, tentu, pertama ada proses yang
disebut sebagai penerimaan. Ada proses yang disebut sebagai receiving.
Ketika barang itu datang, dibongkar, kemudian dicek oleh orang atau petugas
yang ada di sana, dicek kesesuaian dokumen, kualitas, apakah jumlah
sesuai dengan yang dipesan dan lain sebagainya. Itu dinamakan receiving.
Ketika barang itu sudah dicek, sudah dinyatakan lolos, kemudian dipindah ke
tempat di mana barang itu akan disimpan. Proses ini disebut sebagai put
away, yaitu pemindahan barang dari area receiving ke area penyimpanan. Itu
yang kedua. Yang ketiga, tentu saja, ada proses storage.
Barang itu disimpan, bisa disimpan dalam rak jika kita menggunakan rak atau
disimpan di lantai, yang disebut sebagai floor stacking, jadi, ditumpuk di lantai
dengan menggunakan palet. Itu adalah metode-metode penyimpanan,
bergantung pada jenis barangnya, tentu saja.
Proses ini disebut sebagai proses picking. Jadi, pengambil barang sesuai
dengan customer order untuk nantinya disiapkan dan dikirim ke pelanggan.
Setelah proses picking selesai, kemudian disiapkan di area dekat dengan
tempat pengiriman sehingga akan terjadi proses loading ke dalam truk atau
kendaraan, dan kendaraan akan melakukan pengiriman atau proses shipping.
Jadi, ketika ada permintaan dari customer, akan lebih cepat menanganinya
karena dengan adanya distribution center atau dengan adanya gudang, berarti
posisi inventory lebih dekat dengan pelanggan. Bayangkan jika melakukan
direct delivery seperti strategidan kebetulan pabrik itu berlokasi sangat jauh,
maka berarti responsiveness akan rendah.
Di samping itu, gudang ini juga berfungsi untuk menciptakan skala ekonomi
pengiriman melalui proses, yaitu load mixing, load consolidation dan lain
sebagainya. Ini adalah proses-proses yang umumnya sudah terjadi.
Dewasa ini terjadi perluasan fungsi gudang atau fungsi distribution center.
a) Repackaging
Produk dikemas ulang karena mungkin kemasan yang datang dari pabrik
tidak cukup menarik jika dibawa ke toko. Dari pabrik mungkin berupa
kardus besar atau produk dalam palet kemudian dikemas dalam kayu dan
lain sebagainya.
Tentu tidak akan menarik jika produk disajikan dengan kemasan seperti
ini di toko. Jadi, warehouse juga melakukan proses yang disebut sebagai
repackaging, mengemas ulang dengan kemasan yang lebih sesuai,
dengan kemasan yang lebih menarik untuk barang yang nantinya
dikirim ke toko.
b) Product Bundling
c) Labeling
d) Final configuration
Ada pabrik yang hanya mengirim komponen atau sistem atau sub-
assembly ke distribution center, kemudian distribution center melakukan
final configuration.
Jadi, itu adalah beberapa perluasan dari aktivitas gudang. Selain itu, ada
beberapa hal yang juga penting dalam kaitannya dengan manajemen
pergudangan. Yang pertama adalah sangat dibutuhkan akurasi catatan
persediaan di gudang. Bayangkan misalnya jika catatan akurasi di gudang
itu rendah, artinya apa yang dilihat di sistem tidak sama dengan yang
nyata ada di lapangan.
Produk di sistem terlihat sepuluh, tapi setelah dicari, fisiknya hanya ada
delapan. Itu artinya catatan tidak akurat. Ini penting sekali karena jika
banyak catatan yang tidak akurat, itu membuat service terhadap
pelanggan rendah, waktu mencari barang akan lama karena seolah-
olah kita punya lima, kemudian baru dapat empat dan yang satu sisanya
dicari selama berjam-jam atau berhari-hari.
Jadi, proses akan menjadi lama. Oleh karena itu, harus ditunjang dengan
apa? Tata cara penempatan harus bagus. Orang harus disiplin di dalam
memasukkan transaksi, sehingga ini akan menunjang kecepatan dari
proses, service level kepada pelanggan bagus dan itu adalah sesuatu
yang sangat penting pada pengelolaan gudang atau distribution center.
5.4 Transportasi
Bagian yang juga sangat vital dalam kaitannya dengan transportasi dan
distribusi, yaitu mengenai transportasi sendiri. Transportasi ini sendiri juga
merupakan aktivitas yang sangat vital dalam supply chain. Ada truk yang
membawa barang, ada kendaraan boks yang mengangkut barang dari
distribution center dan menurunkannya di toko.
Semua ini adalah aspek atau aktivitas transportasi yang sangat penting di
dalam supply chain. Biaya yang terlibat dalam kegiatan transportasi ini relatif
besar. Bicara biaya logistik, secara umum, biasanya yang terserap ke dalam
kegiatan transportasi yang paling besar di antara unsur-unsur biaya yang lain.
Jika dibandingkan dengan biaya pergudangan, biaya transportasi masih jauh
lebih besar dalam kebanyakan kasus. Akan dibicarakan lebih detail, lebih jauh
tentang aspek-aspek transportasi ini.
Akan membicarakan pilihan modal, apa yang mendasari kita memilih modal A
dan modal B, lalu karakteristik-karakteristik yang penting untuk membuat
keputusan transportasi, keputusan seperti penentuan rute dan lain sebagainya
yang ada dalam kegiatan transportasi, termasuk tadi sudah mendiskusikan
sedikit pilihan, misalnya, apakah akan mengerjakan sendiri kegiatan
transportasi itu sebagai internal process atau akan menyerahkan kepada
pihak ketiga yang saat ini ada di mana-mana.
Di Indonesia sendiri sekarang sangat banyak penyedia jasa logistik.
Mencakup kegiatan pergudangan dan transportasi. Jika dulu, hampir
semua perusahaan yang memproduksi barang juga punya armada
transportasi.
Apalagi, jika barang akan diekspor ke negara lain, tentu akan lebih baik jika
ada pilihan menggunakan pihak ketiga yang sudah bisa menyelesaikan
semua kegiatan atau semua persoalan transportasi ini dengan single window
saja. Jadi, dengan sekali bertransaksi, semua sudah beres. Kita akan coba
diskusikan yang pertama, mengenai modal transportasi. Secara dasar dikenal
ada modal darat, modal laut, modal udara.
Modal darat, untuk mengirim barang yang tidak melintasi batas-batas pulau.
Jadi, bisa menggunakan truk atau bisa menggunakan kereta api. Dua modal
transportasi ini yang umumnya digunakan untuk modal darat. Lalu, untuk
modal laut, sudah jelas bisa menggunakan kapal. Untuk modal udara, juga
sudah jelas menggunakan pesawat yang mengangkut barang, yaitu
pesawat kargo.
Apa plus dan minus serta apa konsekuensi dari penggunaan modal yang
berbeda ini. Truk adalah modal yang sebenarnya memiliki fleksibilitas yang
paling tinggi karena truk bisa ke mana-mana. Truk bisa menjangkau
tempat-tempat yang terpencil sekalipun, sedangkan jika bicara soal kereta,
kereta hanya berhenti di stasiun kereta.
Bicara soal kapal, kapal hanya berhenti di pelabuhan. Begitu juga, jika bicara
transportasi udara, pesawat hanya berhenti di bandara. Jadi, truk adalah
modal transportasi yang paling fleksibel. Truk bisa menghubungkan end-to-
end atau dari satu titik ke titik yang lain dalam proses transportasi ini. Namun,
tentu saja, ada kelemahannya.
Jika bicara soal truk, kelemahan salah satunya adalah banyak aturan- aturan
yang harus diikuti. Anggaplah misalnya mengirim barang dari Sumatera
menuju ke Jawa Timur. Dari Sumatera Utara turun sampai ke Sumatera
Selatan, kemudian menyeberang ke Jawa Barat dan berjalan sampai ke Jawa
Timur.
Namun, jika barang dikirim dengan kereta, maka delivery time akan jauh lebih
pasti dibandingkan jika menggunakan truk. Kereta, sayang sekali, tidak
akan ekonomis jika dipakai untuk mengirim jarak dekat. Ada yang mengatakan
bahwa kereta baru bernilai ekonomis jika digunakan untuk jarak lebih dari 300
mil.
Jadi, jika jaraknya hanya 50 kilometer atau hanya 10 kilometer, sangat tidak
mungkin jika menggunakan kereta karena saat belum mencapai kecepatan
tinggi, sudah harus mengerem untuk berhenti kembali. Jadi, ini tidak akan
masuk akal.
Jika mengirim untuk jarak yang sangat jauh, akan sangat ekonomis
menggunakan kereta. Penggunaan kereta bisa bagus jika bicara soal volume
besar. Kemampuan membawa kargo dengan container yang sangat
banyak bisa dilakukan oleh satu kereta.
Namun, jika bicara truk, satu trailer biasanya hanya membawa satu atau
maksimal dua container. Jadi, jika bicara soal kereta, nilai plusnya adalah dari
sisi on-time delivery, cost secara umum jika bicara jarak jauh juga relatif
rendah dibandingkan dengan truk yang tadi melewati banyak aturan yang
berbeda-beda, rel kereta api relatif bebas dari aturan yang berbeda- beda di
wilayah satu dan wilayah lainnya. Itu jika bicara soal kereta.
Jadi, jika bicara soal biaya, ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
mengangkut kargo itu lewat udara. Namun, ada di wilayah-wilayah tertentu di
mana kapal ini juga bisa bersaing dengan kereta. Misalnya bicara Pulau Jawa.
Mengirim barang dari Jakarta ke Surabaya.
Tentu ada pilihan untuk menggunakan truk, tapi juga ada pilihan untuk
menggunakan kereta. Sekarang pemerintah juga menggalakkan apa yang
disebut sebagai short sea shipping, yaitu kargo itu boleh atau dianjurkan
sebagian kargo dikirimkan melalui laut dari Jakarta menuju Surabaya.
Tentu saja, harus dilihat dari sisi biaya, dari sisi kecepatannya.
Kemudian yang juga penting untuk dilihat adalah dari sisi safety. Mana yang
lebih aman? Aman terhadap berbagai macam gangguan jika menggunakan
berbagai macam modal tadi. Jika bicara soal laut, biasanya cost relatif murah
karena skala ekonomi akan terjamin, tapi speed relatif rendah dibandingkan
dengan modal transportasi yang lain.
Jadi, ada plus dan minus. Semua modal ini memiliki nilai plus dan minus.
Yang terakhir adalah pesawat. Pesawat, tentu saja, pasti mahal. Harganya
paling mahal, kecepatannya paling tinggi. Jadi, jika mengejar kecepatan,
maka pesawat menjadi pilihan yang menarik karena bisa mengantarkan
produk dengan kecepatan paling tinggi dibandingkan dengan modal
transportasi yang lain.
Pada umumnya lebih aman, tetapi, paling mahal. Itulah perbandingan dari
berbagai macam modal transportasi yang ada, di Indonesia.
Ada pertimbangan lain yang harus dilihat pada saat memilih modal
transportasi, di samping masalah biaya, jarak, kecepatan yang kita
butuhkan dan lain sebagainya.
Ada satu indikator yang sangat menarik untuk digunakan, yaitu perbandingan
antara nilai barang dengan volume barang. Setiap barang memiliki rasio value
berbanding dengan berat. Ada barang yang nilainya rendah atau murah, tetapi
berat. Artinya, value berbanding weight. Ada yang sebaliknya.
Barang ini harganya mahal, barang bernilai sangat tinggi, tetapi volume kecil
dan juga tidak berat. Jika dilihat, misalnya, pasir. Pasir adalah barang berat
yang nilainya rendah.
Batu, misalnya, barang yang berat, tapi value rendah. Namun, jika emas dan
berlian, tidak berat, tidak besar, tapi value tinggi. Jadi, jika dilihat
perbandingan antara value terhadap berat, biasanya pilihan-pilihan modal
transportasinya akan cukup jelas.
Jadi, jika rasio value berbanding berat rendah, biasanya pilihan ekonomis
adalah pilihan seperti kereta atau kapal karena itu yang menawarkan
kemampuan angkut yang besar,
karena biasanya kita mengangkut volume yang besar atau bulk material, tapi
jika melihat yang di sebelah kanan, yaitu jika value berbanding berat tinggi,
katakanlah, seperti emas, berlian dan sebagainya, tentu pilihannya adalah
pilihan-pilihan yang menjamin keamanan dan kecepatan karena walaupun
biayanya agak tinggi, tetapi biaya sebagai persentase terhadap nilai barang
tetap akan sangat rendah.
Jadi, sangat tidak mungkin, tentu saja, jika mengangkut pasir dengan
menggunakan pesawat. Jadi, value berbanding weight sangat rendah, tapi
memilih pilihan modal yang salah. Itu salah satu yang menjadi indikator
tentang pemilihan modal transportasi yang menjadi dasar untuk
menentukan mana modal transportasi yang tepat untuk dipilih.
Jika tadi bicara modal transportasi sebagai single mode, artinya, seolah- olah
jika menggunakan truk, hanya menggunakan truk saja. Jika menggunakan
pesawat, hanya menggunakan pesawat saja. Dalam kenyataannya, tidak bisa
demikian.
Jadi, ada lebih dari satu modal transport yang terlibat. Biasa jika bicara soal
mengangkut produk untuk tujuan yang jauh atau lintas pulau, akan
menggunakan lebih dari satu jenis transportasi. Ada istilah-istilah yang umum
digunakan untuk merepresentasikan multimodal transport atau intermodall
transport ini.
Anggap saja jika bicara antara truk dengan kapal, istilahnya adalah fishyback.
Ada transfer antara modal laut ke modal darat atau sebaliknya, dari modal
darat ke modal laut, dalam hal ini, truk menuju ke modal laut yaitu kapal.
Istilahnya adalah fishyback. Lalu, jika transfer melalui udara, dari truk masuk
ke pesawat atau dari pesawat masuk ke truk, itu disebut sebagai birdyback.
Lalu, jika misalnya antar darat, dari truk masuk ke kereta atau dari kereta
masuk ke truk, itu disebut sebagai piggyback. Itu istilah-istilah yang umum
digunakan dalam multimodal transport, yaitu menggunakan lebih dari satu
modal transport dalam pengiriman barang.
Ada beberapa hal lain yang juga masih penting untuk dipelajari dalam
konteks transportasi ini.
Pengaturan bisnis dalam konteks transportasi
Jadi, mengelola alat transportasi itu hanya untuk tujuan sendiri, private,
tidak akan berbagi dengan perusahaan lain, tidak akan membagi
kapasitas dengan kompetitor atau dengan partner. Itu disebut private.
Mempunyai alat transportasi, armada dandikelola sendiri.
Tidak punya truk sendiri, tetapi kontrak dengan perusahaan truk. Namun,
jika bicara kontrak, artinya alat transportasi itu hanya akan melayani
perusahaan penyewa. Jadi, hanya akan mengangkut barang perusahaan
penyewa, tidak akan berbagi dengan orang lain, sama dengan private
arrangement, tapi bedanya dengan private, alat transportasi punya
sendiri. Itu model kedua, yaitu contract arrangement.
Tentu ada pro dan kontra, ada plus dan minus. Sebagaimana yang sudah
didiskusikan, poin positif jika menggunakan third party logistic atau
penyedia jasa pihak ketiga adalah bisa memilih best talent. Siapa yang
terbaik, itu yang akan dipakai.
Maka ini akan menjadi tantangan bagi perusahaan yang mengelola supply
chain dan melibatkan pihak ketiga, hal yang sangat penting adalah
bagaimana mengendalikan tanpa harus memerintah, tetapi menganggap
mereka sebagai mitra yang sejajar, dan bagaimana menyelaraskan ritme
kerja dengan mitra bisnis.
Itu aspek yang sangat penting jika bicara tentang outsourcing atau
bagaimana mengalihkan pekerjaan logistik, transportasi kepada pihak
ketiga.
Kontainer standar yang biasanya terlihat dibawa oleh truk atau trailer yang
juga mungkin sering kali terlihat berada di atas kereta atau mungkin
terlihat ada di atas kapal.
Apa sebetulnya peran penting atau kontribusi dari standard container yang
terlihat sederhana ini? Sangat besar perannya jika bicara logistik. Salah
satu inovasi atau penemuan yang sangat besar jasanya dalam bidang
logistik yaitu kontainer ini.
Karena dengan kontainer ini, selain bisa membawa barang dengan aman
dan mudah, kontainer ini juga bisa membantu proses transfer dari satu
modal ke modal yang lain. Tadi, berbicara tentang intermodal transport,
misalnya barang yang tadinya dikirim dengan truk kemudian berganti
modal ke kapal.
Jika barang itu berada di dalam kontainer, maka proses transfernya akan
mudah dan cepat. Jadi, cukup hanya menggunakan crane/ container
crane di pelabuhan, maka barang itu akan cepat dan mudah bisa
ditransfer dari truk ke kapal atau sebaliknya nanti ketika sudah sampai,
dari kapal ke truk.
TEU singkatan dari Twenty Feet Equivalent Unit. Jadi, ekivalen dengan
berapa kontainer 20 feet yang bisa ditangani oleh pelabuhan tersebut.
Jadi, ini sebetulnya sangat berjasa. Barang yang tampak sederhana,
hanya berbentuk kotak, tapi jasanya sangat besar dalam supply chain dan
logistik.
5.5. Latihan
5.6. Rangkuman
Physical distribution ini adalah kegiatan transportasi dan distribusi barang dari
pabrik di mana produk itu dihasilkan ke pelanggan di mana pelanggan
tersebut akan membeli atau menggunakan produk tersebut.
a) Direct shipment
b) Intermediate Stoage
c) Cross-docking
d) Milk-Run.
Dalam distribusi fisik peran dari gudang (warehouse) atau yang tadi sering
disebut dengan istilah yang lain yaitu distribution center.
Adapun bagian yang juga sangat vital dalam dalam supply chain, yaitu
mengenai transportasi sendiri. Ada truk yang membawa barang, ada
kendaraan boks yang mengangkut barang dari distribution center dan
menurunkannya di toko.
Semua ini adalah aspek atau aktivitas transportasi yang sangat penting di
dalam supply chain. Biaya yang terlibat dalam kegiatan transportasi ini relatif
besar. Bicara biaya logistik, secara umum, biasanya yang terserap ke dalam
kegiatan transportasi yang paling besar di antara unsur-unsur biaya yang lain.
Jika dibandingkan dengan biaya pergudangan, biaya transportasi masih jauh
lebih besar dalam kebanyakan kasus. Akan dibicarakan lebih detail, lebih jauh
tentang aspek-aspek transportasi ini.
5.7. Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
1. Berikut ini adalah strategi yang paling sering digunakan oleh berbagai
macam perusahaan, kecuali:
a. Direct shipment
b. Intermediate Stoage
c. Cross-docking
d. Direct delivery
a. Produk yang jika proses handling-nya berkali-kali, produk itu bisa rusak
a. Product Bundling
b. Labeling
c. Integrated process
d. Repackaging
MODUL 03 PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK
BAB VI
MANAJEMEN RANTAI PASOK KONSTRUKSI
Persamaannya adalah pada aliran barang, informasi dan uang dari suatu titik
awal (origine) ke titik tujuan (destination), serta ketiganya terkait dengan:
Pengadaan, berfokus pada pasokan bahan baku ke produksi, termasuk
bagaimana, kapan dan dari lokasi mana;
a) Produksi, berfokus pada proses konversi bahan baku yang telah dipasok
ke produk jadi, dan
Obyek utama Sistem Rantai Pasok Konstruksi adalah produk konstruksi baik
untuk kepentingan publik maupun privat dimana menurut UU Nomor 18
Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi yang dimaksud dengan produk
konstruksi tersebut berupa suatu bangunan atau bentuk fisik lain, sedangkan
ruang lingkup aktivitas rantai pasok konstruksi meliputi perancangan,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Adapun pemangku kepentingan
rantai pasok konstruksi terdiri atas:
a) Konsumen
b) Pemilik
c) Penyandang Dana
h) Pemerintah
Menurut Ruben Vrijhoef and Lauri Koskela (2000) ada empat peran
manajemen rantai pasok dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam
rangka menurunkan biaya dan waktu pengerjaan tanpa mengurangi
kualitas output yang dihasilkan sebagaimana disajikan pada yaitu:
d) Mengintegrasikan antara SRP dengan kegiatan yang ada pada site, disini
kerjasama antar berbagai pihak terkait khususnya pemasok, kontraktor
dan owner/client sangat diperlukan.
6.3 Kerangka Pengembangan SRP Konstruksi
Untuk mencapai kinerja yang optimal SRP perlu dikelola secara profesional
untuk itu perlu memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, menggunakan
lean philosofi, menciptakan infrastruktur informasi yang andal dan
mengintegrasikan proses bisnis dalam satu kendali, serta menyatukan
sistem pendukung keputusan. Problem utama dalam mengelola rantai
pasok adalah masalah koordinasi dan sinkronisasi baik antar pelaku
(stakeholder) maupun antar fungsi dan kegiatan yang ada dalam satu unit
organisasi. Oleh sebab itu pengembangan Manajemen Rantai Pasok
Konstruksi perlu bertumpu pada kolaborasi dan integrasi secara vertikal (antar
stakeholder) dan secara horizontal (fungsional). Integrasi vertikal meliputi
koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi berbagai aktivitas rantai pasok
antar pelaku (supplier, kontraktor, owner dan konsumen) yang ditujukan
untuk untuk menjamin kelancarantransfer kepemilikan mulai dari
perancangan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan.
Sedangkan integrasi horizontal meliputi kolaborasi, sinkronisasi dan
harmonisasiberbagai fungsi dan aktivitas rantai pasok sesuai aliran barang
dan informasi yang ditujukan mendukung kelancaran kegiatan manajemen
rantai pasok. Dengan demikian untuk mencapai kinerja manajemen rantai
pasok yang efektif dan efisien perlu adanya Integrated planning and control
dari hulu hingga hilir, dan adanya single point of responsibility dalam
pengelolaannya.
Selanjutnya mengacu pada model SCOR sebagaimana diuraikan diatas
secara operasional integrasi horizontal dan vertikal baik melalui koordinasi,
sinkronisasi dan harmonisasi dapat dilakukan dengan menggunakan
konsep dan kerangka dasar:
Selain itu untuk mencapai kinerja yang optimal sistem rantai pasok konstruksi
juga perlu dilengkapi dengan sistem informasi dengan mengacu pada
kerangka e-Supply chain Management (e-SCM) berbasis pada Enterprise
Resource Planning (ERP) yang terdiri diantaranya e-SRM, e-CRM, e-
Procurement, e-Contracting, dsb. E-SCM yang dibangun adalah yang bersifat
collaborative dengan menggunakan teknologi web-base, sehingga
manajemen rantai pasok konstruksi dapat dilakukan secara transparan,
aman, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan (accountable). Dengan
terbangunnya e-SCM diharapkan dapat memberikan informasi yang
menyeluruh dan transparan tentang status bangunan konstruksi yang sedang
dibangun sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi apabila terjadi
masalah.
Untuk mewadahi seluruh fungsi dan kegiatan sebagaimana diuraikan diatas
maka diperlukan tata kelola dan organisasi yang SMART yaitu: Service
Oriented, Manageable, Agile, Result Based, dan Traceable.
Oleh sebab itu organisasi pengelolan SRP konstruksi seyogyanya
menggunakan organisasi hybrid yang terdiri atas manajemen puncak,
manajemen menengah, staf teknikal dan staf administratif sebagaimana
secara umum disajikan pada Gambar 6.6.berikut.
6.4 Latihan
6.5 Rangkuman
6.6 Evaluasi
a. Pemilik
b. Penyandang Dana
c. Ormas
d. Konsumen
a. e-SRM
b. e-CRM
c. e-SCM
d. e-RSCM
Tidak ada suatu perusahaan satupun yang memproduksi produk/ barang guna
memenuhi kebutuhan konsumen dan melempar ke pasarakan lepas dari
praktek-praktek SCM atau Pengelolaan Rantai Pasok.
Manajemen rantai pasok sangat penting untuk menciptakan daya saing suatu
perusahaan, karena dengan membuat produk menjadi available pada tempat
yang tepat, dalam jumalh yang benar, dan waktu yang tepat. Setidaknya
ketiga hal ini harus dipenuhi, apabila waktu siklus prodksi tambah pendek
berarti barang sampai ke konsumen lebih cepat. Jika kualitasnya lebih bagus
bagus maka quality competitiveness di pasar akan lebih baik.
a) Reliability
b) Responsiveness
c) Agility
d) Efficiency
e) Asset productivity
Ada beberapa versi yang mendefinisikan proses di sepanjang rantai pasok ini.
Akan diuraikan satu pendekatan yang dibuat oleh Supply chain Council,
mengikuti definisi apa yang mereka sebut sebagai SCOR, yaitu Supply chain
Operation Refference.
a) Proses perencanaan
MODUL 03 PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK
b) Proses pengadaan
c) Proses produksi
d) Proses distribusi
Ada juga yang mengklasifiksi proses manajemen rantai pasok menjadi 2, yaitu
sebagai berikut:
Sedangkan pada pola permintaan yang mungkin sangat fluktuatif, ada yang
walaupun permintaan itu fluktuatif bisa diprediksi naik turunnya dan lain
sebagainya, ada permintaan yang mungkin cukup stabil dari waktu ke waktu.
Jadi, jika bicara tentang pola-pola permintaan. Ada yang stabil yang
mungkin akhirnya akan mudah untuk diramalkan, ada yang fluktuatif dan tidak
pasti sehingga membuat kita sulit membuat ramalan yang akurat.
Tetapi, apapun pola permintaan yang dihadapi sebagai orang yang bekerja di
perusahaan, terutama bagi mereka yang berada pada fungsi-fungsi rantai
pasok, adalah sangat penting untuk mengupayakan supaya bisa mengenal
pola permintaan itu dan memprediksinya dengan baik.
Adapun juga bagian dari proses manajemen rantai pasok, yaitu physical
distribution ini adalah kegiatan transportasi dan distribusi barang dari pabrik di
mana produk itu dihasilkan ke pelanggan di mana pelanggan tersebut akan
membeli atau menggunakan produk tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail manajemen rantai pasok dan ketentuan
pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif
mengenai materi tersebut.
MODUL 03 PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK
DAFTAR PUSTAKA
UU Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
a) Reliability
b) Responsiveness
c) Agility
d) Efficiency
e) Asset productivity
a) Proses perencanaan
b) Proses pengadaan
c) Proses produksi
d) Proses distribusi
1. b
2. b
3. c
Strategi itu akan menentukan apa kita akan unggul di pasar atau kita akan
kalah dalam bersaing. Ini penting sekali. Kenapa demikian? Karena kita
sekarang berada dalam persaingan yang semakin ketat. Semakin tinggi
persaingan, berarti semakin butuh strategi yang baik untuk membuat Anda
tetap kompetitif di pasar.
Jawaban: Produk inovatif adalah produk yang setiap saat berbasis inovasi
dan produk fungsional adalah produk yang dibeli orang karena basic
function-nya atau fungsi dasarnya.
1. a
2. a
3. d
1. c
2. d
3. a
Jawaban: Jika bicara direct shipment, tentu bagus dari sisi waktu, karena
proses pengiriman akan berlangsung dengan cepat. Toko akan cepat
mendapatkan barang karena barang itu tidak berhenti di tengah-tengah,
maksudnya, berhenti di distribution center atau di warehouse. Jadi,
direct shipment ini menciptakan speed yang bagus, kecepatan yang tinggi.
Sedangkan kelemahannya, perusahaan-perusahaan yang melakukan
direct shipment bisa jadi akan terjebak dalam kuantitas dari pengiriman
yang rendah, biaya akan menjadi tinggi, skala ekonomi tidak akan tercapai
karena volume pengiriman seringkali tidak memenuhi kapasitas truk.
Berangkat untuk memenuhi order satu toko. Satu toko itu mungkin
ordernya hanya setengah truk.
a) Repackaging
b) Product Bundling
c) Labeling
1. d
2. b
3. c
1. c
2. d
3. c
MODUL 03 PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK
2017