Anda di halaman 1dari 104

Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

Pusat Pengembangan Kompetensi Manajemen Badan


Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jalan Sapta Taruna Raya No. 26 Komplek PU, Pasar Jumat Jakarta SelatanTelpon. (021)
7511875

Judul Modul:
“PERATURAN DAN PERUNDANG - UNDANGAN”

Tim Pengarah Substansi:


1. Ir. Moeh. Adam, MM
2. Drs. Haris Marzuki Susila

Penulis Modul:
Ir. Muazzin, M.T

PUSBANGKOM

MANAJEMEN i
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya validasi dan penyempurnaan
Modul Peraturan Perundangan Konstruksi terkait Pengawasan Pekerjaan Konstruksi sebagai Materi Wawasan
dalam Pelatihan Pengendalian Pengawasan Pekerjaan Konstruksi. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang PUPR.
Modul Peraturan Perundangan Konstruksi ini disusun dalam 6 (enam) bab yang terbagi atas Pendahuluan;
Materi Pokok; serta Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta
pelatihan dalam memahami peraturan perundangan konstruksi dalam Pengawasan Pekerjaan Konstruksi.
Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Review Modul, sehingga modul
ini dapat disajikan dengan baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul
ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang PUPR.

Jakarta, Juni 2021

Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi


Manajemen

Ir. Moeh. Adam, M.M.


NIP. 196503031992031002

PUSBANGKOM

MANAJEMEN ii
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..............................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1


1.1. Latar Belakang .................................................................................................1
1.2. Deskripsi Singkat ..............................................................................................1
1.3. Tujuan Pembelajaran .......................................................................................2
1.3.1. Hasil Belajar..........................................................................................2
1.3.2. Indikator Hasil Belajar ..........................................................................2
1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ................................................................2

BAB II UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA 4


2.1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi .......................4
2.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan ......................................4
2.1.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan
konstruksi ........................................................................................................6
2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi ............................................... 14
2.2.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan ....................................14
2.2.2. Substansi Peraturan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan konstruksi 16
2.3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Nomor 22 Tahun
2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
29
2.3.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan ....................................30
2.3.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan
konstruksi ......................................................................................................31

BAB III PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN


PERUBAHANNYA .......................................................................................................41
3.1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 41
3.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan ....................................41
3.1.2. Substansi Peraturan Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan
Pekerjaan konstruksi .....................................................................................43
3.2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ........................................ 58
3.2.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan ....................................58

PUSBANGKOM

MANAJEMEN iii
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

3.2.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan


konstruksi ......................................................................................................59

BAB IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG STANDAR DAN
PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI ..............................................................71
4.1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 Tentang
Standard an Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia .............. 71
4.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan ....................................71
4.1.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan
konstruksi ......................................................................................................72

BAB V PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PEDOMAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI ..................................................87
5.1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi ................................... 87
5.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan ....................................87
5.1.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan
konstruksi ......................................................................................................88

BAB VI PENUTUP .....................................................................................................95


6.1. Simpulan ........................................................................................................ 95
6.2. Tindak Lanjut ................................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................96

GLOSARIUM ...............................................................................................................97

PUSBANGKOM

MANAJEMEN iv
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi
Modul Peraturan Perundangan Konstruksi terdiri dari empat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar
pertama membahas Undang-Undang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaannya, kegiatan kedua
membahas mengenai Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan
Perubahannya, dan kegiatan ketiga membahas mengenai Paraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia, serta
kegiatan ketiga membahas mengenai Paraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
tentang Pedoman Sistem Manejemen Keselamatan Konstruksi, yang keseluruhannya terkait dengan
pengawasan dan pengendalian pekerjaan konstruksi.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman setiap
materi pada modul ini diperlukan untuk memahami peraturan perundangan konstruksi dalam
pengawasan pekerjaan konstruksi. Di akhir pembelajaran kepada peserta diberikan latihan/tugas sebagai
evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam
modul ini

Persyaratan
Dalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak dengan
seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik materi peraturan
perundangan konstruksi dalam pengawasan pekerjaan konstruksi. Untuk menambah wawasan, peserta
diharapkan dapat membaca peraturan dan kebijakan lain yang terkait.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan
yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator, adanya kesempatan tanya jawab, dan diskusi.

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media pembelajaran
tertentu, yaitu: LCD/proyektor, Laptop, white board/ Flip Chart dengan spidol dan penghapusnya, bahan
tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN v
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan tujuan
pembangunan tersebut maka kegiatan pembangunan baik fisik maupun non fisik memiliki peranan
yang penting bagi kesejahteraan masyarakat.
Sektor Jasa Konstruksi merupakan kegiatan masyarakat dalam mewujudkan bangunan yang berfungsi
sebagai pendukung atau prasarana aktivitas sosial ekonomi kemasyarakatan dan menunjang
terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Selain berperan mendukung berbagai bidang
pembangunan, Jasa Konstruksi berperan pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya
berbagai industri barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan secara
luas mendukung perekonomian nasional. Oleh karena penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus
menjamin ketertiban dan kepastian hukum, dengan memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang
baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi.
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan,
manfaat, kesetaraan, keserasian, keseimbangan, profesionalitas, kemandirian, keterbukaan,
kemitraan, keamanan dan keselamatan, kebebasan, pembangunan berkelanjutan, serta berwawasan
lingkungan. Kebijakan dan peraturan Jasa Konstruksi disusun untuk mengatur penyelenggaraan Jasa
Konstruksi dengan tujuan untuk memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi
untuk mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi
yang berkualitas; mewujudkan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; mewujudkan
peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi; menata sistem Jasa Konstruksi yang
mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun;
menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan menciptakan integrasi nilai
tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

1.2. Deskripsi Singkat

Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan peraturan perundang
konstruksi yang disajikan dengan cara ceramah, tanya jawab dan diskusi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 1
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

1.3. Tujuan Pembelajaran

1.3.1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami perundangan
konstruksi dalam pengawasan pekerjaan konstruksi.

1.3.2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan:

a. Substansi dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi yang berhubungan dengan


pengawasan pekerjaan konstruksi;
b. Substansi dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
yang berhubungan dengan pengawasan pekerjaan konstruksi;
c. Substansi dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia yang
berhubungan dengan pengawasan pekerjaan konstruksi;
d. Substansi dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang
Pedoman Sistem Manejemen Keselamatan Konstruksi terkait dengan pengawasan
pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan pengawasan pekerjaan konstruksi.

1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Materi Pokok dan Sub Materi modul ini sebagai berikut:

a. Undang-Undang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaan


1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi

b. Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


1) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

c. Paraturan Menteri PUPR tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 Tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia

d. Paraturan Menteri PUPR tentang Pedoman Sistem Manejemen Keselamatan Konstruksi

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 2
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 3
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

BAB II
UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan substansi dalam Undang-
Undang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengawasan pekerjaan
konstruksi.

2.1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

2.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa konstruksi (selanjutnya disingkat UU 2/2017)
terdiri dari 14 (empat belas) bab dan 106 (seratus enam) pasal. Uraian sistematika UU 2/2017
sebagai berkut:
 Bab I Ketentuan Umum; memuat tentang pengertian dan definisi.
 Bab II Azas dan Tujuan; memuat tentang azas dan tujuan penyelenggaraan jasa konstruksi.
 Bab III Tanggung Jawab dan Kewenangan; memuat tentang:
 Tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah Pusat,

 Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi serta


 Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
 Bab IV Usaha Jasa Konstruksi; memuat tentang:
 Struktur usaha jasa konstruksi, terdiri dari, jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha serta
bentuk dan kualifikasi usaha.
 Segmentasi pasar jasa konstruksi, terdiri dari, usaha orang perseorangan, badan usaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil, badan usaha jasa konstruksi kualifikasi menengah, badan usaha
jasa konstruksi kualifikasi besar (ditentukan oleh risiko, teknologi, dan biaya).

 Persyaratan usaha jasa konstruksi terdiri dari, tanda daftar usaha perseorangan dan izin
usaha, sertifikat badan usaha, serta tanda daftar pengalaman.
 Badan usaha jasa konstruksi asing dan usaha perseorangan jasa konstruski asing.
 Pengembangan usaha jasa konstruksi, dan

 Pengembangan usaha berkelanjutan.


 Bab V Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; memuat tentang:

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 4
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pengikatan jasa konstruksi terdiri dari, pengikatan para pihak, pemilihan, penyedia jasa, serta
kontrak kerja konstruksi.
 Pengelolaan Jasa Konstruksi; terdiri dari, penyedia jasa dan subpenyedia jasa, serta
pembiayaan jasa konstruksi, dan
 Perjanjian Penyediaan Bangunan.
 Bab VI Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Dan Keberlanjutan Konstruksi; memuat tentang:
 Standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjuta, dan.
 Kegagalan bangunan, terdiri dari, penilai ahli, serta jangka waktu dan pertanggung jawaban
kegagalan bangunan.
 Bab VII Tenaga Kerja Konstruksi; memuat tentang:
 Klasifikasi dan kualifikasi.
 Pelatihan tenaga kerja konstruksi.

 Sertifikasi kompetensi kerja.


 Registrasi pengalaman profesional.

 Upah tenaga kerja konstruksi.


 Tenaga kerja konstruksi asing, dan

 Tanggung jawab profesi


 Bab VIII Pembinaan; memuat tentang:
 Penyelenggaraan pembinaan.
 Pendanaan.

 Pelaporan, dan
 Pengawasan.
 Bab IX Sistem Informasi Jasa Konstruksi; memuat tentang hal-hal yang terkait dengan sistem
informasi terintegrasi di bidang jasa konstruksi.
 Bab IX Partisipasi Masyarakat; memuat tentang: hal-hal yang terkait dengan pelibatan
masyarakat dalam suatu lembaga dan forum di bidang jasa konstruksi.
 Bab X Penyelesaian Sengketa; memuat tentang hal-hal yang terkait dengan tata cara
penyelesaian sengketa kontrak kerja konstruksi.
 Bab XI Sanksi Administratif; memuat tentang hal-hal yang terkait dengan ketentuan pemberian
sanksi administratif bagi penyedia jasa, asosiasi badan usaha jasa konstruksi, tenaga kerja
konstruksi/tenaga kerja konstruksi asing, pengguna jasa, lembaga sertifikasi profesi, serta
asosiasi profesi.
 Bab XII Ketentuan Peralihan; memuat tentang, lembaga jasa konstruksi tetap menjalankan
tugasnya sampai dengan terbentuknya lembaga jasa konstruksi sebagaimana dimaksud undang-
undang ini.
 Bab XIII Ketentuan Penutup; memuat tentang UU 18/1999 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 5
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

sedangkan peraturan pelaksanaannya tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU


2/2017, serta peraturan pelaksanaan dari UU 2/2017 harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun
sejak undang-undang ini ditetapkan.
2.1.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan konstruksi

 Pasal 1, Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

 Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan


konstruksi.
 Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan
kembali suatu bangunan
 Usaha Penyediaan Bangunan adalah pengembangan jenis usaha jasa konstruksi yang
dibiayai sendiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, atau
masyarakat, dan dapat melalui pola kerja sama untuk mewujudkan, memiliki,
menguasai, mengusahakan, dan/atau meningkatkan kemanfaatan bangunan.
 Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan
Jasa Konstruksi.

 Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.


 Subpenyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi kepada Penyedia Jasa.

 Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur


hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan adalah pedoman
teknis keamanan, keselamatan, kesehatan tempat kerja konstruksi, dan perlindungan
sosial tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
 Sertifikat Badan Usaha adalah tanda bukti pengakuan terhadap klasifikasi dan kualifikasi
atas kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi termasuk hasil penyetaraan
kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi asing.

 Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi melalui


uji kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional Indonesia, standar
internasional, dan/atau standar khusus.
 Sertifikat Kompetensi Kerja adalah tanda bukti pengakuan kompetensi tenaga kerja
konstruksi
 Tanda Daftar Usaha Perseorangan adalah izin yang diberikan kepada usaha orang
perseorangan untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 6
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Izin Usaha adalah izin yang diberikan
kepada badan usaha untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa Konstruksi.
 Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.

 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pernerintahan di bidang Jasa


Konstruksi.

 Pasal 2, Penyelenggaraan Jasa Konstruksi berlandaskan pada asas:

 Kejujuran dan keadilan;

 Manfaat;

 Kesetaraan;

 Keserasian;

 Keseimbangan;

 Profesionalitas;

 Kemandirian;

 Keterbukaan;

 Kemitraan;

 Keamanan dan keselamatan;

 Kebebasan;

 Pembangunan berkelanjutan; dan

 Wawasan lingkungan.

 Pasal 3, Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bertujuan untuk:


 Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa
Konstruksi yang berkualitas;
 Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan
kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
 Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 7
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan
menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun;
 Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan
 Menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.

 Pasal 11, Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:


 Jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha; dan
 Bentuk dan kualifikasi usaha.

 Pasal 12, Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:


 Usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
 Usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
 Usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.

 Pasal 13

 Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a
meliputi:
 Umum; dan
 Spesialis.

 Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a antara lain:
 arsitektur;
 rekayasa;
 rekayasa terpadu; dan
 arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.

 Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b antara lain:
 konsultansi ilmiah dan teknis; dan
 pengujian dan analisis teknis.

 Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
 pengkajian;
 perencanaan;
 perancangan;
 pengawasan; dan/atau
 manajemen penyelenggaraan konstruksi.

 Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
 survei;
 pengujian teknis; dan/atau
 analisis.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 8
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 14
 Sifat usaha Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b
meliputi:
 umum; dan
 spesialis.
 Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
 bangunan gedung; dan
 bangunan sipil.

 Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b antara lain:
 instalasi;
 konstruksi khusus;
 konstruksi prapabrikasi;
 penyelesaian bangunan; dan
 penyewaan peralatan.

 Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
 pembangunan;
 pemeliharaan;
 pembongkaran; dan/atau
 pembangunan kembali.

 Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi pekerjaan bagian tertentu dari
bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya.

 Pasal 15
 Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 huruf c meliputi:
 bangunan gedung; dan
 bangunan sipil.

 Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi terintegrasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
 rancang bangun; dan
 perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.

 Pasal 16, Perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 sampai denga Pasal 15 dilakukan dengan memperhatikan
perubahan klasifikasi produk konstruksi yang berlaku secara internasional dan
perkembangan layanan usaha Jasa Konstruksi.

 Pasal 17
 Kegiatan usaha Jasa Konstruksi didukung dengan usaha rantai pasok sumber daya
konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 9
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Sumber daya konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan berasal dari
produksi dalam negeri.

 Pasal 19, Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

 Pasal 20
 Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terdiri atas:
 kecil;
 menengah; dan
 besar.

 Penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
penilaian terhadap:
 Penjualan tahunan;
 Kemampuan keuangan;
 Ketersediaan tenaga kerja konstruksi;
 Kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi.

 Kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menentukan batasan


kemampuan usaha dan segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

 Pasal 39
• Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:
 Pengguna Jasa; dan
 Penyedia Jasa.

• Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
 orang perseorangan; atau
 badan.

• Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan


yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

 Pasal 40, Ketentuan mengenai pengikatan di antara para pihak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai hukum keperdataan kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang
ini.

 Pasal 46
• Pengaturan hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus dituangkan
dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
• Bentuk Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti perkembangan kebutuhan dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 10
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 47
• Kontrak kerja Konstruksi paling sedikit harus mencakup uraian mengenai:
 para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
 rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan;
 masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
 hak dan kewajiban yang setara, memuat hak Pengguna Jasa untuk memperoleh hasil
Jasa Konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan,
serta hak Penyedia Jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta
kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi;
 penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga
kerja konstruksi bersertifikat;
 cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam
melakukan pembayaran hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya
jaminan atas pembayaran;
 wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
 penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
 pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan
Kontrak Kerja Konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban
salah satu pihak;
 keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar
kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu
pihak;
 Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa
dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
 pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan Kesehatan kerja serta jaminan sosial;
 pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat
kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian
atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
 aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan
tentang lingkungan;
 jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan; dan
 pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 11
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kontrak Kerja Konstruksi dapat
memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif.

 Pasal 48, Selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Kontrak Kerja
Konstruksi:
• untuk layanan jasa perencanaan harus memuat ketentuan tentang hak kekayaan
intelektual;
• untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat memuat ketentuan
tentang Subpenyedia Jasa serta pemasok bahan, komponen bangunan, dan/atau
peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku; dan
• yang dilakukan dengan pihak asing, memuat kewajiban alih teknologi.

 Pasal 49, Ketentuan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 berlaku juga dalam Kontrak Kerja Konstruksi antara Penyedia Jasa dan
Subpenyedia Jasa.

 Pasal 50
• Kontrak Kerja Konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia.
• Dalam hal Kontrak Kerja Konstruksi dilakukan dengan pihak asing harus dibuat dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
• Dalam hal terjadi perselisihan dengan pihak asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) digunakan Kontrak Kerja Konstruksi dalam bahasa Indonesia.

 Pasal 59
• Dalam setiap penyelenggaraanJasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
• Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus
memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
 hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
 rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
 Pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran,
dan/atau pembangunan kembali;
 penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
 hasil layanan Jasa Konstruksi.

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
 standar mutu bahan;
 standar mutu peralatan;
 standar keselamatan dan kesehatan kerja;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 12
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;


 standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
 standar operasi dan pemeliharaan;
 pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
 standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

• Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri teknis terkait sesuai
dengan kewenangannya.

• Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk


setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.

 Pasal 88
• Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip dasar
musyawarah untuk mencapai kemufakatan.
• Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat mencapai suatu kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya
penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
• Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), para pihak yang bersengketa membuat suatu
persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang akan dipilih.
• Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
 mediasi;
 konsiliasi; dan
 arbitrase.

• Selain upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan
huruf b, para pihak dapat membentuk dewan sengketa.
• Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan dengan membentuk dewan sengketa
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), pemilihan keanggotaan dewan sengketa
dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah
satu pihak
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

 Pasal 89
• Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
 peringatan tertulis;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 13
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 denda administratif; dan/atau


 penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

• Setiap badan usaha dan badan usaha asing yang tidak memenuhi kewajiban memiliki Izin
Usaha yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dan Pasal 34
ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
 peringatan tertulis;
 denda administratif; dan/atau
 penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

 Pasal 90
• Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Badan
Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa:
 denda administratif;
 penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau
 pencantuman dalam daftar hitam.

• Setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (6) dikenai sanksi
administratif berupa:
 peringatan tertulis;
 pembekuan akreditasi; dan/atau
 pencabutan akreditasi.

 Pasal 91
• Setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha orang perseorangan Jasa Konstruksi
asing yang akan melakukan usaha Jasa Konstruksi tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dikenai sanksi administratif berupa:
 peringatan tertulis;
 denda administratif; dan/atau
 penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

2.2.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 tentang Jasa konstruksi (selanjutnya disingkat PP 22/2020) terdiri dari 9 (sembilan)
bab dan 179 (seratus tujuh puluh sembilan) pasal. Uraian sistematika PP 22/2020 sebagai berkut:
 Bab I Ketentuan Umum; memuat tentang pengertian, definisi dan ruang lingkup.
 Bab II Tanggung Jawab dan Kewenangan; memuat:

 Tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah Pusat,


 Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi serta

 Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 14
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Bab III Struktur Usaha dan Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi; memuat tentang:
 Struktur usaha jasa konstruksi, berisi, jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha, bentuk dan
kualifikasi usaha.serta usaha rantai pasok sumber daya konstruksi.

 Segmentasi pasar jasa konstruksi, berisi, usaha orang perseorangan, badan usaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil, badan usaha jasa konstruksi kualifikasi menengah, badan usaha
jasa konstruksi kualifikasi besar, (ditentukan oleh risiko, teknologi, dan biaya); serta sertifikasi
badan usaha

 Bab IV Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi; memuat tentang:


 Penyelenggaraan usaha jasa konsultan konstruksi, usaha pekerjaan konstruksi dan pekerjaan
konstruksi terintegrasi, berisi, Penyelenggaraan usaha jasa konsultan konstruksi,
penyelenggaraan usaha pekerjaan konstruksi, serta penyelenggaraan usaha pekerjaan
konstruksi terintegrasi.
 Pemilihan penyedia; berisi, metode pemilihan penyedia jasa, serta penetapan penyedia jasa.

 Kontrak kerja konstruksi, berisi, syarat kontrak kerja konstruksi, sistem penyelenggaraan
konstruksi (delivery system), sistem pembayaran, serta sistem perhitungan.
 Standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan, terdiri dari.
 Kewajiban dan tanggung jawab para pihak atas kegagalan bangunan.

 Penyelesaian Sengketa, berisi, tahapan upaya penyelesaian sengketa serta dewan sengketa.

 Bab V Pembinaan; memuat tentang:


 Pembinaan oleh Pemerintah Pusat, berisi, penetapan kebijakan pengembangan jasa
konstruksi, penyelenggaraan kebijakan pengembangan jasa konstruksi, pemantauan dan
evaluasi, pengembangan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi, dan dukungan
Menteri kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
 Pembinaan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, berisi, penyelenggaraan kebijakan jasa
konstruksi, serta pemantauan dan evaluasi.
 Pembinaan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, berisi, penyelenggaraan kebijakan jasa
konstruksi, serta pemantauan dan evaluasi.

 Pengawasan, berisi, pengawasan oleh Menteri, pengawasan oleh Gubernur, dan pengawasan
oleh Bupati/Walikota.
 Pendanaan dan pelaporan, berisi, tanggung jawab pendanaan dan sumber dana, serta
Gubernur, Bupati dan Walikota melaporkan sub-urusan jasa konstruksi secara berjenjang.

 Bab VI Penyelenggaraan partisipasi masyarakat: memuat tentang,


• Umum, berisi, pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi, pemberian masukan kepada
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan jasa konstruksi,
serta forum jasa konstruksi.
 Pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi, berisi, masyarakat melakukan akses informasi

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 15
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

yang terkait dengan kegiatan konstruksi berdampak pada kepentingan masyarakat,


melakukan pengaduan, gugatan dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi,
serta membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha.
 Pemberian masukan kepada Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam
perumusan kebijakan jasa konstruksi, berisi,

 Forum Jasa Konstruksi

 Bab VII Tata cara pengenaan sanksi administratif; memuat tentang hal-hal yang terkait dengan
ketentuan pemberian sanksi administratif bagi penyedia jasa, asosiasi badan usaha jasa
konstruksi, tenaga kerja konstruksi/tenaga kerja konstruksi asing, pengguna jasa, lembaga
sertifikasi profesi, serta asosiasi profesi.
 Bab VIII Ketentuan Peralihan; berisi tentang, sertifikat keahlian, sertifikat keterampilan dan
sertifikat badan usaha yang telah dikeluarkan sebelum Peraturan Pemerintah ini tetap berlaku
sampai dengan habis masa berlakunya.
 Bab IX Katentuan Penutup; memuat tentang, PP 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat
Jasa Konstruksi, PP 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, PP 30/2000 Tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; sedang
peraturan pelaksanaan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam PP 22/2020 ini.

2.2.2. Substansi Peraturan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan konstruksi

 Pasal 1, Dalam Peraturan Pernerintah ini yang dimaksud dengan:


 Konstruksi adalah rangkaian kegiatan untuk mewujudkan, memelihara, menghancurkan
bangunan yang Sebagian dan/atau seluruhnya menyatu dengan tanah atau tempat
kedudukannya menyatu dengan tanah.
 Bangunan Konstruksi adalah wujud fisik hasil jasa Konstruksi.
 Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi Konstruksi dan/atau pekerjaan Konstruksi.
 Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau Sebagian kegiatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan
Konstruksi suatu bangunan.
 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.
 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi adalah gabungan Pekerjaan Konstruksi dan jasa Konsultansi
Konstruksi
 Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan Jasa
Konstruksi.
 Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.

 Subpenyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi kepada Penyedia Jasa.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 16
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi adalah upaya pengelolaan rangkaian kegiatan untuk
mewujudkan Bangunan Konstruksi yang kukuh, andal, Bangunan Konstruksi yang kukuh,
andal, berdaya saing tinggi, berkualitas dan berkelanjutan.
 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan adalah pedoman teknis
keamanan, keselamatan, kesehatan tempat kerja Konstruksi, dan perlindungan sosial tenaga
kerja, serta tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.

 Sertifikat Badan Usaha adalah tanda bukti pengakuan terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas
kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi termasuk hasil penyetaraan kemampuan badan
usaha Jasa Konstruksi asing.
 Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi melalui uji
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional Indonesia, standar
internasional, dan/ atau standar khusus.
 Sertifikat Kompetensi Kerja adalah tanda bukti pengakuan kompetensi tenaga Kerja
Konstruksi.
 Usaha adalah izin yang diberikan kepada usaha orang perseorangan atau badan usaha untuk
menyelenggarakan kegiatan Jasa Konstruksi.
 Klasifikasi adalah penetapan kelompok usaha Jasa Konstruksi berdasarkan jenis Bangunan
Konstruksi, bagian Pekerjaan Konstruksi, bidang keilmuan, dan keahlian terkait.
 Kualifikasi adalah penetapan kelompok usaha Jasa Konstruksi berdasarkan kemampuan usaha
dan kelompok tenaga kerja berdasarkan kompetensi kerja.
 Akreditasi adalah kegiatan penilaian dan bentuk pengakuan formal untuk menentukan
kelayakan asosiasi.
 Pembinaan Jasa Konstruksi adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan dalam rangka
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan Jasa Konstruksi untuk mencapai
tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

 Masyarakat Jasa Konstruksi adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai kepentingan
dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan Jasa Konstruksi.
 Sistem Informasi Jasa Konstruksi adalah penyelenggaraan penyediaan data dan informasi Jasa
Konstruksi yang didukung oleh teknologi informasi dan telekomunikasi.
 Lisensi adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan proses sertifikasi Jasa Konstruksi.

 Usaha Rantai Pasok Sumber Daya Konstruksi adalah kegiatan ekonomi terkait dengan hasil
produksi dan distribusi material, peralatan, teknologi, dan tenaga kerja Konstruksi dari hulu
hingga hilir untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Jasa Konstruksi.
 Layanan Usaha adalah suatu lingkup layanan pekerjaan berdasarkan jenis dan sifat usaha Jasa
Konstruksi.
 Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia Pekerjaan Konstruksi.

 Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 17
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan mengikutsertakan pihak ketiga yang
bertindak sebagai penasehat.
 Konsiliasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan mengikutsertaan pihak ketiga
(konsiliator) yang melakukan intervensi secara aktif.
 Dewan Sengketa adalah perorangan atau tim yang dibentuk berdasarkan kesepakatan para
pihak, sejak awal pelaksanaan kontrak kerja Konstruksi untuk mencegah dan menyelesaikan
sengketa.

 Penilai Ahli adalah orang perseorangan, kelompok, atau Lembaga yang diberikan kewenangan
untuk melakukan penilaian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.
 Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.

 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa


Konstruksi.

 Pasal 11
 Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:
 Jenis, sifat Klasifikasi, dan Layanan Usaha; dan
 Bentuk dan Kualifikasi usaha.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan Kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b diatur dalam Peraturan Menteri.

 Pasal 12
• Jenis Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a meliputi:
 Usaha Jasa Konsultansi Kondtruksi;
 Usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
 Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

• Jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak dapat saling
merangkap dengan jenis usaha yang lain.
• Jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c dapat saling
merangkap.

 Pasal 13, Sifat usaha jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
meliputi:
• sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi; dan
• sifat usaha Pekerjaan Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 18
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 14
• Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a
meliputi:
 umum; dan
 spesialis

• Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dmaksud pada ayat (10
huruf a harus memenuhi kriteria yang mampu memberikan jasa konsultansi secara utuh.
• Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b harus memenuhi kriteria yang mampu melaksanakan bagian tertentu dari
proses konsultansi.

 Pasal 15
• Sifat usaha Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b
meliputi:
 umum; dan
 spesialis.

• Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan usaha Pekerjaan Konstruksi yang memenuhi kriteria mampu
mengerjakan Bangunan Konstruksi atau bentuk fisik lain mulai dari penyiapan lahan
sampai dengan penyerahan akhir atau berfungsinya bangunan.
• Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan usaha Pekerjaan Konstruksi yang memenuhi kriteria mampu
mengerjakan bagian tertentu dari Bangunan Konstruksi atau bentuk fisik lain.

 Pasal 16
• Setiap Klasifikasi usaha terdiri atas satu atau beberapa subklasifikasi usaha.
• Klasifikasi usaha Jasa Konstruksi sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf a meliputi:
 Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi untuk sifat umum;
 Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi untuk sifat spesialis;
 Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi untuk sifat um um;
 Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi untuk sifat spesialis; dan
 Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

 Pasal 17
• Klasifikasi usaha Jasa Konsul tansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(2) huruf a untuk sifat umum terdiri atas:
 arsitektur;
 rekayasa;
 rekayasa terpadu;
 arsitektur leanskap dan perencanaan wilayah.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 19
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Klasifikasi usaha Jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(2) huruf a untuk sifat umum terdiri atas:
• Klasifikasi Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan bersifat spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki subklasifikasi sesuai dengan klasifikasi usahanya.

 Pasal 18
• Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf umum
terdiri atas:
 Bangunan gedung; dan
 Bangunan sipil.

• Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
huruf d untuk sifat spesialis terdiri atas:
 Instalasi;
 Konstruksi khusus;
 Konstruksi prapabrikan;
 penyelesaian bangunan;
 penyewaan bangunan; penyewaan peralatan; dan
 Persiapan.

• Klasifikasi Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dan bersifat spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki
subklasifikasi sesuai dengan klasifikasi usahanya.

 Pasal 19
• Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2) huruf e terdiri atas:
 bangunan gedung; dan
 Bangunan sipil.

• Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki subklasifikasi usahanya.

 Pasal 20
• Ketentuan lebih lanjut mengenai subklasifikasi dan kriteria subklasifikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 19 diatur dalam Peraturan Menteri.
• Ketentuan mengenai:
 Klasifikasi dan subklasifikasi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
dan Pasal 18 ayat (2) huruf a yang terkait ketenagalistrikan;
 Kualifikasi usaha yang terkait ketenagalistrikan;
 sertifikasi badan usaha yang terkait ketenagalistrikan; dan

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 20
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Kualifikasi dan sertifikasi tenaga kerja instalasi tenaga listrik,


Dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan.

 Pasa 21
• Layanan Usaha J asa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
diberikan oleh Penyedia Jasa dalam Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi.
• Layanan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
 Layanan Usaha jasa Konsultansi Konstruksi untuk sifat umum;
 Layanan Usaha jasa Konsultansi Konstruksi untuk sifat spesialis;
 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi untuk sifat um urn;
 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi untuk sifat spesialis; dan
 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

 Pasal 22
 Layanan Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a meliputi:
 pengkajian;
 perencanaan;
 perancangan;
 pengawasan; dan/atau
 manajemen penyelenggaraan Konstruksi.

 Layanan Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21 ayat (2) huruf (b) meliputi;
 survei;
 pengujian teknis; dan/atau
 analisis.
 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) huruf c meliputi:
 pembangunan;
 pemeliharaan;
 pembongkaran; dan/atau
 pembangunan kembali.

 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 21 ayat (2) huruf d meliputi pekerjaan bagian tertentu dari Bangunan
Konstruksi atau bentuk fisik lainnya.

 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


21 ayat (2) huruf e meliputi:
 Rancang dan bangun; dan
 Perekayasaan, pengadaan dan pelaksanaan.

 Pasal 45, Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi melalui pengikatan Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dilakukan melalui kegiatan:

 Jasa Konsultansi Konstruksi;


 Pekerjaan Konstruksi; dan

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 21
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

 Pasal 46, Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
 memenuhi asas nyata dalam penyelenggaraan Layanan Usaha Jasa Konstruksi;

 memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;


 menggunakan bentuk usaha Jasa Konstruksi yang memiliki kemampuan usaha yang sesuai,
kompetensi dan kinerja yang baik;
 menggunakan tenaga kerja Konstruksi yang kompeten dan dibuktikan dengan Sertifikat
Kompetensi Kerja;
 menerapkan standar remunerasi minimal pada penggunaan tenaga kerja Konstruksi untuk
jenjang jabatan ahli;

 memenuhi tanggung jawab professional ari kerja Konstruksi untuk jenjang jabatan ahli;
 mengutamakan penggunaan sumber daya Konstruksi dalam negeri;
 menerapkan inovasi teknologi dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi Pengguna Jasa
danPenyedia Jasa;
 mengutamakan pemanfaatan Usaha Rantai Pasok Sumber Daya Konstruksi lokal; dan

 mempertimbangkan aspek risiko di dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

 Pasal 49
 Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d dilakukan
untuk memastikan:

 Terpenuhinya persyaratan keteknikan; dan


 Terpenuhina persyaratan administrasi kontrak.

 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pengguna Jasa.
 Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pengguna Jasa dapat menggunakan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi yang memiliki
kompetensi dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Dalam hal Pengguna Jasa menggunakan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi bertindak
untuk dan atas nama Pengguna Jasa sesuai dengan ketentuan dalam kontrak kerja
Konstruksi.

 Pasal 50
 Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3),
melakukan pengawasan dalam kegiatan Pekerjaan Konstruksi, dengan tugas paling
sedikit:
 mengevaluasi dan menyetujui rencana mutu dan rencana keselamatan
Konstruksi setiap kegiatan dalam pelaksanaan;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 22
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 melakukan pengawasan mutu proses dan mutu hasil pekerjaan; dan


 melakukan pengawasan penerapan keselamatan Konstruksi.

 Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi yang melakukan pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan memberikan izin pelaksanaan
pekerjaan yang memenuhi persyaratan dan/atau menghentikan setiap pekerjaan
yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
keberlanjutan Konstruksi.
 Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi yang melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memiliki tugas:
 Bertanggung jawab terhadap hasil pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya; dan
 Memberikan laporan secara berkala kepada Pengguna Jasa sesuai dengan ketentuan
dalam kontrak kerja Konstruksi.

 Ketentuan lebiha lanjut mengenai pengawasan Pekerjaan Konstruksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

 Pasal 53
 Penyelenggaraan usaha Pekerjaan Konstruksi meliputi kegiatan:
 pembangunan;
 pengoperasian;
 pemeliharaan;
 pembingkaran; dan/atau
 pembangunan kembali.

 Kegiatan pembangunan sebagaimana dimaksud pada (1) huruf a merupakan kegiatan


pelaksanaan fisik yang terencana dan dilakukan dengan kesesuaian waktu, mutu, dan biaya
untuk mewujudkan Bangunan Konstruksi.
 Penyelenggaraan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
berdasarkan hasil rancangan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (6).
 Pelaksanaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit harus memenuhi
persyaratan:
 Ketersediaan lahan baik Sebagian maupun keseluruhan; dan
 Perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Pasal 56
 Penyelenggaraan pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sesuai dengan ketetapan perintah pembongkaran atau persetujuan pembongkaran oleh
Pemerintah Daerah.
 Dalam hal pembongkaran bangunan fungsi khusus, ketetapan perintah pembongkaran atau
persetujuan pembongkaran dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

 Penyelenggaraan pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (10) meliputi tahapan:


 perencanaan;
 penetapan; dan pelaksanaan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 23
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 59
 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi meliputi:
 Rancang bangun; dan
 Perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.

 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
1 (satu) kontrak kerja Konstruksi.

 Pasal 75
 Pengaturan hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus dituangkan
dalam kontrak kerja Konstruksi.

 Kontrak kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tunduk pada hukum
yang berlaku di Indonesia.
 Bentuk kontrak kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikuti
perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Bentuk kontrak kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan
berdasarkan pemilihan:
 sistem penyelenggaraan Konstruksi (delivery system);
 sistem pembayaran; dan
 sistem perhitungan hasil pekerjaan.

 Pasal 76, Kontrak kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) terdiri
atas beberapa dokumen yang memuat paling sedikit meliputi:
 surat perjanjian yang ditandatangani oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa yang paling
sedikit memuat:
 uraian para pihak;
 konsiderasi;
 lingkup pekerjaan;
 hal pokok seperti harga kontrak, jangka waktu pelaksanaan kontrak; dan
 daftar dokumen yang mengikat beserta urutan hierarki.

 syarat khusus kontrak yang berisi data informasi pekerjaan dan ketentuan
perubahan yang diizinkan oleh syarat umum kontrak berdasarkan karakteristik khusus
pekerjaan;

 syarat umum kontrak yang berisi ketentuan umum yang mengatur perikatan
berdasarkan sistem penyelenggaraan, lingkup pekerjaan, cara pembayaran dan
sistem perhitungan hasil pekerjaan;
 dokumen Pengguna Jasa yang merupakan bagian dari dokumen pemilihan yang
menjadi dasar bagi Penyedia Jasa untuk Menyusun penawaran, yang berisi lingkup
tugas dan persyaratannya meliputi, persyaratan spesifikasi pekerjaan, gambar-
gambar, daftar keluaran/kuantitas dan harga;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 24
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 usulan atau penawaran, yang disusun oleh Penyedia Jasa berdasarkan dokume pemilihan
yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya;
 berita acara berisi kesepakatan yang terjadi antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh Pengguna Jasa berupa klarifikasi atas
hal yang menimbulkan keraguan;
 surat pernyataan dari Pengguna Jasa yang menyatakan menerima atau menyetujui
usulan atau penawaran dari Penyedia Jasa; dan

 surat pernyataan dari Penyedia Jasa yang menyatakan kesanggupan untuk


melaksanakan pekerjaan.

 Pasal 77

 Kontrak kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) yang dibiayai
dengan:
 dana anggaran pendapatan belanja negara/ anggaran pendapatan belanja
daerah menggunakan dokumen terstandar;
 non anggaran pendapatan belanja negara/ anggaran pendapatan belanja daerah
menggunakan dokumen sesuai kesepakatan para pihak.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan dokumen terstandar sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur dalam Peraturan Menteri.

 Pasal 78
 Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, kontrak kerja Konstruksi
dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif.
 Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menerapkan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
 transparan;
 akuntabel;
 responsive; dan
 adil.

 Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan apabila Penyedia
Jasa Konstruksi dapat menyelesaikan pekerjaan sebelum masa kontrak dengan tetap
menjaga standar dan ketentuan yang telah disepakati di dalam kontrak.
 Penentuan adanya pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditetapkan sejak proses kegiatan persiapan.

 Pasal 79
 Kontrak kerja Konstruksi untuk jasa Konsultansi Konstruksi atau Pekerjaan Konstruksi yang
memerlukan teknologi tinggi, dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus
dapat diberikan penelaahan oleh ahli kontrak kerja Konstruksi sebelum ditandatangani oleh
para pihak.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 25
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Kontrak kerja Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi harus diberikan


penelaahan oleh ahli kontrak kerja Konstruksi sebelum ditandatangani oleh para
pihak.

 Pasal 81
 Sistem pembayaran sebagimana dimaksud dalam Pasal 75 aya (4) huruf b dilakukan secara
pembayaran di muka, progress/bulanan, milestone/tahapan/termin, atau pembayaran
terima jadi (turn key)/sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.

 Ketentuan terkait dengan pembayaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) memuat;


 jangka waktu pembayaran;
 ganti rugi keterlambatan pembayaran;
 jaminan; dan
 dokumen bukti kemampuan membayar.

 Pasal 82
 Sistem perhitungan basil pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4) huruf
c terdiri atas:
 Perhitungan hasil pekerjaan dengan lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan perhitungan harga tetap untuk pekerjaan yang sudah disepakati
antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
 Dalam hal terjadi perubahan lingkup pekerjaan atas kesepakatan Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa, maka nilai harga tetap lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat berubah sesuai dengan nilai pekerjaan yang disepakati.
 Perhitungan hasil pekerjaan dengan harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan perhitungan yang didasarkan pada basil pengukuran Bersama
atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.
 Perhitungan hasil pekerjaan dengan gabungan lumsum dan harga satuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan perhitungan untuk
pekerjaan yang Sebagian mempergunakan lumsum dan untuk bagian yang lain
menggunakan harga satuan.
 Perhitungan hasil pekerjaan dengan persentase nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan perhitungan berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu yang
didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai denga nisi kontrak.
 Perhitungan basil pekerjaan dengan cost reimbursable sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e merupakan perhitungan berdasarkan pengeluaran biaya ditambah
imbaian jasa yang telah disepakati para pihak.

 Pengeluaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (7) paling sedikit meliputi:
 pembelian bahan;
 sewa peralatan; dan
 upah pekerja.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 26
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Perhitungan hasil pekerjaan dengan target cost sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f merupakan perhitungan berdasarkan harga pasar yang ditetapkan terlebih
dahulu kemudian dikurangi laba yang diharapkan.

 Pasal 84

 Dalam setiap Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
 Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk Subpenyedia Jasa dan
pemasok.
 Pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) harus dilakukan dengan cara
mengendalikan proses untuk menjamin hasil Penyelenggaraan Usaha Jasa
Konstruksi.
 Pemenuhan standar keamanan, standar keselamatan dan Kesehatan kerja, dan standar
keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan
oleh menteri teknis terkait.

 Pasal 85
 Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan
akibat dari tidak terpenuhinya Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1).
 Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan setelah ditetapkan oleh Penilai Ahli.
 Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berkoordinasi dengan pihak
yang berwenang terkait.
 Penetapan oleh Penilai Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat final dan
mengikat.
 Tanggung jawab atas Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa:
 penggantian atau perbaikan Kegagalan Bangunan oleh Penyedia J asa; dan
 pemberian ganti kerugian oleh Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa.

 Pasal 86

 Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu
yang ditentukan sesuai dengan rencana umur Konstruksi.
 Dalam hal rencana umur Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari 10
(sepuluh) tahun, Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan
akhir layanan Jasa Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 27
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2) bertanggung jawab atas
Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang telah ditentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
 Dalam hal tanggung jawab atas Kegagalan Bangunan berbeda dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) maka pertanggungjawabannya
sesuai ketetapan Penilai Ahli.

 Pasal 87
 Penentuan rencana umur Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat ( 1)
secara jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perancangan, serta dituangkan
dalam kontrak kerja Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi.
 Jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3) dinyatakan dengan jelas dan tegas dalam kontrak kerja
Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi.

 Pasal 88
 Pertanggungjawaban atas penggantian atau perbaikan Kegagalan Bangunan oleh
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (5) huruf a pada:
 Layanan Usaha jasa Konsultansi Konstruksi berupa:
 pengkajian, perencanaan, dan/ atau perancangan;
 pengawasan; dan/ atau
 manajemen penyelenggaraan konstruksi.
 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi; dan/atau
 Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

 Pertanggungjawaban pengkajian, perencanaan, dan perancangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dilakukan selama dokumen hasil perancangan
pengkajian, perencanaan, dan perancangan belum atau tidak diubah.
 Pertanggungjawaban pengawasan, manajemen penyelenggaran Konstruksi,
penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi, dan penyelenggaraan Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 2, angka 3,
huruf b, dan huruf c dilakukan dengan mengacu kepada dokumen kontrak kerja
Konstruksi.

 Pasal 91
 Permasalahan yang menjadi sengketa disampaikan oleh salah satu pihak kepada pihak
lainnya sesuai ketentuan dalam kontrak dengan disertai data pendukung.
 Penyelesaian sengketa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan dengan
prinsip cepat, murah, berkepastian hukum, menjaga hubungan baik dan perkaranya
tidak dapat dibuka pada publik, kecuali ditentukan lain oleh para pihak dan/ atau
pengadilan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 28
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 92
 Musyawarah untuk penyelesaian sengketa dilakukan berdasarkan itikad baik para
pihak.

 Dalam hal musyawarah tidak menghasilkan permufakatan, penyelesaian sengketa


dilanjutkan dengan Mediasi.

 Pasal 93

 Tahapan upaya penyelesaian sengketa Konstruksi meliputi Mediasi, Konsiliasi, dan


arbitrase.
 Penyelesaian sengketa sesuai tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dihentikan apabila sengketa sudah diselesaikan pada tahap sebelurnnya.
 Selain upaya penyelesaian sengketa melalui Mediasi dan Konsiliasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), para pihak dapat menunjuk Dewan Sengketa.

 Dewan Sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai fungsi sebagai
upaya pencegahan sekaligus penyelesaian sengketa Konstruksi.
 Penggunaan Dewan Sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
setelah perikatan Jasa Konstruksi.

 Pasal 151
 Pengenaan sanksi administratif terdiri atas:
 peringatan tertulis;
 denda administratif;
 penghentian sementara kegiatan layanan Jasa;
 pencantuman dalam daftar hitam;
 pembekuan Akreditasi;
 pembekuan izin;
 pemberhentian dari tugas/tempat kerja/pekerjaan;
 dikeluarkan dari daftar Penilai Ahli yang terintegrasi;
 pencabutan Akreditasi;
 pencabutan izin;
 Pembekuan Lisensi.

 Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


secara bertahap.
 Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh:
 Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan kewenangan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 122, Pasal 129, dan Pasal 132.

2.3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Nomor 22 Tahun
2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 29
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

2.3.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
konstruksi (selanjutnya disingkat PP 14/2021), terdiri dari 9 (sembilan) bab dan 343 (tiga ratus empat
puluh tiga) pasal. Sebelum peraturan mengalami perubahan (PP 22/2020) terdiri dari 9 bab dan 179
pasal, sedangkan setelah mengalami perubahan (PP 14/2021) terdiri dari 9 bab dan 343 pasal.
Seluruhnya 45 (empat puluh lima) butir perubahan PP 14/2021 tentang Perubahan Atas PP 22/2020
sebagai berkut:
 Ketentuan Pasal 1 diubah;
 Ketentuan Pasal 6 diubah;
 Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 24 (dua puluh empat) pasal,yakni Pasal 6A sampai dengan
Pasal 6X;
 Ketentuan Pasal 8 diubah;
 Ketentuan Pasal 9 diubah;
 Ketentuan Pasal 11 diubah;
 Ketentuan Pasal 12 diubah;
 Ketentuan Pasal 20 diubah;
 Ketentuan Pasal 22 diubah;
 Diantara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 4 (empat) pasal, yakni Pasal 26A sampai dengan Pasal
26D;
 Ketentuan Pasal 28 diubah;
 Diantara Pasal 28 dan Pasal 29 disisipkan 11 (sebelas) pasal, yakni Pasal 28A sampai dengan Pasal
28K;
 Diantara Pasal 29 dan Pasal 30 disisipkan 10 (sepuluh) pasal, yakni Pasal 29A sampai dengan Pasal
29J;
 Ketentuan Pasal 30 diubah;
 Diantara Pasal 30 dan Pasal 31 disisipkan 13 (tiga belas) pasal, yakni Pasal 30A sampai dengan
Pasal 30M;
 Ketentuan Pasal 41 diubah;
 Diantara Pasal 41 dan Pasal 42 disisipkan 18 (delapan belas) pasal, yakni Pasal 41A sampai dengan
Pasal 41R;
 Diantara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan 11 (sebelas) pasal, yakni Pasal 42A sampai dengan Pasal
42K;
 Ketentuan Pasal 43 diubah;
 Diantara Pasal 51 dan Pasal 52 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 51A;
 Ketentuan Pasal 59 diubah;
 Ketentuan Pasal 61 diubah;
 Ketentuan Pasal 64 diubah;
 Diantara Pasal 70 dan Pasal 71 disisipkan 8 (delapan) pasal, yakni Pasal 70A sampai dengan Pasal
70H;
 Ketentuan Pasal 72 diubah;
 Diantara Pasal 74 dan Pasal 75 ditambahkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 74A;
 Ketentuan Pasal 77 diubah;
 Ketentuan Pasal 84 diubah;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 30
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Diantara Pasal 84 dan Pasal 85 ditambahkan 37 (tiga puluh tujuh) pasal, yakni Pasal 84A sampai
dengan Pasal 84AK;
 Ketentuan Pasal 85 diubah;
 Diantara Pasal 85 dan Pasal 86 disisipkan 18 (delapan belas) pasal, yakni Pasal 85A sampai dengan
Pasal 85R;
 Ketentuan Pasal 97 diubah;
 Diantara Pasal 123 dan Pasal 124 ditambahkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 123A;
 Diantara Pasal 150 dan Pasal 151 ditambahkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 150A;
 Ketentuan Pasal 152 diubah;
 Ketentuan Pasal 153 diubah;
 Ketentuan Pasal 154 diubah;
 Diantara Pasal 154 dan Pasal 155 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 154A sampai dengan Pasal
154B;
 Diantara Pasal 157 dan Pasal 158 ditambahkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 157A;
 Ketentuan Pasal 161 diubah;
 Ketentuan Pasal 163 diubah;
 Ketentuan Pasal 164 diubah;
 Diantara Pasal 168 dan Pasal 169 ditambahkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 168A;
 Diantara Pasal 176 dan Pasal 177 ditambahkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 176A;
 Diantara Pasal 178 dan Pasal 179 disipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 179A;

2.3.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan konstruksi

 Pasal 1, Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


 Konstruksi adalah rangkaian kegitan untuk mewujudkan, memelihara, menghancurkan
bangunan yang sebagian dan/atau seluruhnya menyatu dengan tanah atau tempat
kedudukannya menyatu dengan tanah.
 Bangunan Konstruksi adalah wujud fisik hasil Jasa Konstruksi.

 Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan


konstruksi.
 Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
 Pekerjaan Konstruksi adalah keselruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan
kembali suatu bangunan.

 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi adalah gabungan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa


Konsultasi Konstruksi.
 Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan Jasa
Konstruksi.
 Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 31
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Subpenyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi kepada Penyedia Jasa.
 Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi adalah upaya pengelolaan rangkaian kegiatan
untuk mewujudkan Bangunan Konstruksi yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi,
berkualitas, dan berkelanjutan.
 Asosiasi Badan Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Asosiasi Badan Usaha
adalah organisasi berbadan hukum yang mewadahi Badan Usaha Jasa Konstruksi.
 Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Asosiasi Profesi adalah
organisasi dan/atau himpunan individu profesional dalam suatu bidang keilmuan
tertentu di bidang Jasa Konstruksi, berbadan hukum, dan bertanggung jawab atas
pembinaan dan pengembangan profesi tersebut.
 Asosiasi Terkait Rantai Pasok Konstruksi yang selanjutnya disebut Asosiasi Terkait Rantai
Pasok adalah organisasi berbadan hukum yang mewadahi usaha terkait material
Konstruksi, peralatan konstruksi, teknologi konstruksi, dan sumber daya manusia.
 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan adalah pedoman
teknis keamanan, keselamatan, kesehatan tempat kerja konstruksi, dan perlindungan
sosial tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
 Sertifikat Badan Usaha adalah tanda bukti pengakuan terhadap Klasifikasi dan
Kualifikasi atas kemampuan Badan Usaha Jasa Konstruksi termasuk hasil penyetaraan
kemampuan Badan Usaha Jasa Konstruksi asing.
 Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi melalui
uji kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional Indonesia, standar
internasional, dan/atau standar khusus.
 Sertifikat Kompetensi Kerja adalah tanda bukti pengakuan kompetensi tenaga kerja
konstruksi.
 Perizinan Berusaha Bidang Jasa Konstruksi adalah perizinan yang diberikan kepada
usaha orang perseorangan atau badan usaha untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa
Konstruksi.

 Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik atau Online Single Submission yang
selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh lembaga
OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota
kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
 Klasifikasi adalah penetapan kelompok usaha Jasa Konstruksi berdasarkan jenis
Bangunan Konstruksi, bagian Pekerjaan Konstruksi, bidang keilmuan, dan keahlian
terkait.
 Kualifikasi adalah penetapan kelompok usaha Jasa Konstruksi berdasarkan
kemampuan usaha dan kelompok tenaga kerja berdasarkan kornpetensi kerja.

 Akreditasi adalah kegiatan penilaian dan bentuk pengakuan formal untuk


menentukan kelayakan asosiasi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 32
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pernbinaan Jasa Konstruksi adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan dalam
rangka menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan Jasa Konstruksi
untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Masyarakat Jasa Konstruksi adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai
kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan Jasa Konstruksi.
 Sistern Informasi Jasa Konstruksi adalah penyelenggaraan penyediaan data dan
informasi Jasa Konstruksi yang didukung oleh teknologi Informasi dan telekomunikasi.

 Lisensi adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan proses sertifikasi Jasa
Konstruksi.
 Usaha Rantai Pasok Sumber Daya Konstruksi adalah kegiatan ekonomi terkait dengan
hasil produksi dan distribusi material, peralatan, teknologi, dan Tenaga Kerja
Konstruksi dari hulu hingga hilir untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Jasa
Konstruksi.
 Layanan Usaha adalah suatu lingkup layanan pekerjaan berdasarkan jenis dan sifat
usaha Jasa Konstruksi.
 Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia Pekerjaan Konstruksi.
 Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia Jasa Konsultasi
K o n tr u k s i .
 Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan mengikutsertakan pihak ketiga
yang bertindak sebagai penasihat.
 Konsiliasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan mengikutsertaan pihak ketiga
(konsiliator) yang melakukan intervensi secara aktif.
 Dewan Sengketa adalah perorangan atau tim yang dibentuk berdasarkan
kesepakatan para pihak, sejak awal pelaksanaan kontrak kerja Konstruksi untuk
mencegah dan menyelesaikan sengketa.
 Penilai Ahli adalah orang perseorangan, kelompok, atau lembaga yang diberikan
kewenangan untuk melakukan penilaian dalam hal terjadi kegagalan bangunan.
 Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesiia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
 Tenaga Kerja Konstruksi adalah setiap orang yang memiliki keterampilan atau
pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan Pekerjaan Konstruksi yang
dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi KerjaKonstruksi.
 Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung
Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan yang menjamin keselamatan keteknikan
Konstruksi, keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 33
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat SMKKadalah


bagian dari system manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi untuk menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi.
 Unit Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat UKK adalah unit pada Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SMKK
dalam Pekerjaan Konstruksi.
 Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi
yang disusun pada tahap pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan.

 Rencana Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat RKK adalah dokumen


telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat elemen SMKKyang merupakan
satu kesatuan dengan dokumen kontrak.
 Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi yang selanjutnya disingkat RMPK adalah
dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat uraian metode
pekerjaan, rencana inspeksi dan pengujian, serta pengendalian subpenyedia jasa dan
pemasok, dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak.
 Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat RKPPL adalah dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang
memuat rona lingkungan, pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang merupakan
pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
 Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan yang selanjutnya disingkat RMLL Padalah
dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat analisis, kegiatan dan
koordinasi manajemen lalu lintas.
 Risiko Keselamatan Konstruksi adalah risiko Konstruksi yang memenuhi 1 (satu) atau
lebih kriteria berupa besaran risiko pekerjaan, nilai kontrak, jumlah tenaga kerja, jenis
alat berat yang dipergunakan, dan tingkatan penerapan teknologi yang digunakan.

 Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah perhitungan besaran potensi


berdasarkan kemungkinan adanya kejadian yang berdampak terhadap kerugian atas
Konstruksi, jiwa manusia, keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat timbul dari
sumber bahaya tertentu, terjadi pada Pekerjaan Konstruksi dengan memperhitungkan
nilai kekerapan dan nilai keparahan yang ditimbulkan.
 Kecelakaan Konstruksi adalah suatu kejadian akibat kelalaian pada tahap Pekerjaan
Konstruksi karena tidak terpenuhinya Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan, yang mengakibatkan kehilangan harta benda, waktu kerja,
kematian, cacat tetap, dan/atau kerusakan lingkungan.

 Pemantauan dan Evaluasi Keselamatan Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan


evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi yang meliputi
pengumpulan data, analisis, kesimpulan, dan rekomendasi perbaikan penerapan
Keselamatan Konstruksi.
 Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat LPJK adalah
lembaga nonstruktural yang menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 34
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Lembaga Sertifikasi Profesi yang selanjutnya disingkat LSP adalah Lembaga yang
melaksanakan kegiatan sertifikasi profesi, dibentuk oleh asosiasi profesi terakreditasi
atau lembaga pendidikan dan pelatihan Konstruksi yang memenuhi syarat, dan dilisensi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah mendapat
rekomendasi dari Menteri.
 Lembaga Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat LSBU
adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan sertifikasi badan usaha yang dibentuk oleh
Asosiasi Badan Usaha Jasa Konstruksi terakreditasi dan dilisensi oleh LPJK.
 Konsultan Manajemen Konstruksi adalah pelaku usaha yang menyediakan layanan
usaha manajemen Konstruksi berdasarkan kontrak.

 Kontrak Kerja Konstruksi selanjutnya disebut Kontrak adalah keseluruhan dokumen Kontrak
yang mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Kerja Sama Operasi yang selanjutnya disingkat KSO adalah kerja sama usaha antar pelaku
usaha yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban, dan tanggung jawab
yang jelas berdasarkan perjanjian tertulis.
 Konstruksi Berkelanjutan adalah sebuah pendekatan dalam melaksanakan rangkaian
kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang memenuhi tujuan
ekonomi, sosial, dan lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan datang.
 Hari adalah hari kerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

 Pasal 11

 Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:


 jenis, sifat, Klasifikasi,dan Layanan Usaha; dan
 bentuk dan Kualifikasi usaha.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai Kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang perizinan
berusaha berbasis risiko.

 Pasal 12
 Jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
meliputi:
 usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
 usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
 usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.

 Jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak dapat
mengambil jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan huruf c.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 35
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf b tidak dapat
mengambil jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf c.
 Jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat
mengambil jenis usaha Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b.

 Pasal 22
• Layanan Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a meliputi:
 pengkajian;
 perencanaan;
 perancangan;
 pengawasan; dan/ atau
 manajemen penyelenggaraan Konstruksi.

• Layanan Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b meliputi:
 survei;
 pengujian teknis; dan/ atau
 analisis.

• Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 21 ayat (2) huruf c meliputi:
 pembangunan;
 pemeliharaan;
 pembongkaran; dan/ atau
 pembangunan kembali.

• Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 21 ayat (2) huruf d meliputi pekerjaan bagian tertentu dari bangunan
Konstruksi atau bentuk fisik lainnya.
• Layanan Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (2) huruf e meliputi:
 rancang dan bangun; dan
 perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.

 Penyedia Jasa yang tidak memiliki subklasifikasi spesialis pada:


 Klasifikasi Konstruksi khusus dan/atau Konstruksi prapabrikasi harus melakukan
KSO;dan
 Klasifikasi selain sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dikerjakan oleh
Subpenyedia Jasa spesialis.

 Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis wajib dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
badan usaha spesialis.

 Pasal 26A

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 36
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Sumber daya material dan peralatan Konstruksi yang digunakan dalam Pekerjaan
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a dan huruf b harus telah
lulus uji dan mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri.
• Sumber daya material dan peralatan Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pencatatan menggunakan Sistem Informasi Jasa Konstruksi terintegrasi.
• Pencatatan sumber daya material dan peralatan Konstruksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) bertujuan untuk:
 menyiapkan pangkalan data sumber daya material dan peralatan Konstruksi;
 meminimalkan ketidakpastian informasi terkait ketersediaan sumber daya
material dan peralatan Konstruksi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia;
 menjamin terselenggaranya pembangunan infrastruktur yang tepat mutu, tepat
waktu, dan tepat biaya; dan
 mendukung pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan.

 Pasal 51A
• Konsultan Manajemen Konstruksi memiliki tugas:
 melaksanakan penjaminan mutu (quality assurance) pelaksanaan pekerjaan
mulai dari tahapan persiapan pengadaan, persiapan dan pelaksanaan
pemilihan, pelaksanaan Konstruksi, sampai dengan serah terima akhir pekerjaan;
 membantu Pengguna Jasa dalam proses persiapan pengadaan dan pemilihan
Penyedia Jasa;
 membantu Pengguna Jasa dalam melakukan persetujuan atau penolakan
perubahan Kontrak;
 melakukan verifikasi atas tagihan pembayaran;
 membantu Pengguna Jasa dalam menghitung nilai perolehan aset; dan
 membantu Pengguna Jasa ketika dilakukan audit basil pekerjaan/proyek setelah
serah terima akhir pekerjaan.

• Tugas Konsultan Manajemen Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dituangkan dalam kontrak kerja Konsultan Manajemen Konstruksi.

 Pasal 59
• Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi meliputi:
 rancang dan bangun (design and build); dan b. perekayasaan, pengadaan, dan
pelaksanaan.
 perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.

• Kriteria pekerjaan yang dapat dilakukan dengan jasa Pekerjaan Konstruksi


Terintegrasi meliputi pekerj aan yang:
 bersifat kompleks; atau

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 37
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 pekerjaan yang mendesak untuk segera dimanfaatkan, yang apabila tidak


dilaksanakan secara terintegrasi berakibat pemenuhan nilai manfaat yang
sebesar-besarnya (value for money) tidak tercapai.
 Pasal 77
• Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) yang dibiayai dengan:
 keuangan negara; atau
 non keuangan negara.

• Kontrak yang dibiayai dengan keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a menggunakan dokumen terstandar.
• Kontrak yang dibiayai dengan nonkeuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dapat menggunakan dokumen terstandar sesuai kesepakatan para pihak.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen Kontrak yang tersandar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Menteri.

 Pasal 84
• Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk mendirikan bangunan Gedung dan/atau bangunan
sipil harus memenuhi prinsip berkelanjutan, sumber daya, dan siklus hidup bangunan Gedung
dan/atau bangunan sipil yang selanjutnya akan disebut sebagai Konstruksi Berkelanjutan.
• Konstruksi Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai 3 (tiga)
pilar dasar meliputi:
 secara ekonomi layak dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
 menjaga pelestarian lingkungan; dan
 mengurangi disparitas sosial masyarakat

• Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) meliputi:


 kesamaan tujuan, pemahaman, serta rencana tindak;
 pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;
 pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air, sumber
daya alam maupun sumber daya manusia (reduce);
 pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun nonfisik;
 penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse);
 penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle)
 perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya
pelestarian;
 mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim dan bencana;
 orientasi kepada siklus hidup;
 orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan;
 inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan
 dukungan kelembagaan, kepemimpinan, dan manajemen dalam implementasi,

• Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;


 lahan;
 energi;
 air
 material;
 sumber daya manusia; dan

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 38
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 ekosistem.

• Siklus hidup bangunan gedung dan/atau bangunan sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) secara umum meliputi:
 pengkajian;
 perencanaan;
 perancangan;
 pembangunan;
 pengoperastan;
 pemeliharaan;
 pembongkaran; dan
 pembangunan kembali suatu bangunan.

• Tahapan penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi;
 perencanaan umum;
 pemrograman;
 pelaksanaan Konsultansi Konstruksi; dan
 pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.

• Perencanaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a merupakan


perencanaan berbasis kewilayahan yang memperhatikan kondisi alam dan tata ruang,
kondisi sosial dan ekonomi, serta daya dukung dan daya tampung suatu wilayah.
• Pemrograman sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b merupakan perencanaan
awal untuk rnenetapkan tujuan, strategi, langkah-langkah yang harus dilakukan, jadwal,
serta kebutuhan sumber daya, terutama pendanaan untuk mewujudkan suatu
bangunan gedung dan/atau bangunan sipil.
• Pelaksanaan Konsulltansi Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf
c meliputi kegiatan pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan dan
manajemen Konstruksi suatu bangunan.
• Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d
meliputi kegiatan. pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran,
dan pembangunan Kembali suatu bangunan.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai Konstruksi Berkelanjutan diatur oleh Menteri.
 Pasal 85
• Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh Penilai Ahli. (2) Penilai Ahli sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
 orang perorangan;
 kelompok; atau
 Lembaga yang diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian dalam hal
terjadi Kegagalan Bangunan.

• Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan akibat dari tidak terpenuhinya Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84G ayat (6).

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 39
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Penentuan Klasifikasi bangunan dalam penetapan Kegagalan Bangunan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Pasal 85A
• Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) meliputi:
 keruntuhan bangunan; dan
 tidak berfungsinya bangunan.

• Keruntuhan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kondisi
sebagian besar atau keseluruhan komponen bangunan yang rusak dan tidak dapat
dioperasikan.
• Tidak berfungsinya bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan:
 tidak sesuai dengan yang direncanakan;dan/atau
 tidak dipenuhinya aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan.

 Pasal 85B
• Kriteria dan tolok ukur Kegagalan Bangunan merupakan kondisi atau ukuran yang
menjadi dasar penilaian dan penetapan Kegagalan Bangunan.
• Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
kriteria yang mencakup:
 aspek struktural; dan
 aspek fungsional.

• Tolok ukur Kegagalan Bangunan digunakan untuk menentukan tingkat keruntuhan dan/atau
tidak berfungsinya suatu bangunan.
• Kriteria dan tolok ukur Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan ketentuan standar konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 40
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

BAB III
PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN PERUBAHANNYA

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan substansi dalam Peraturan
Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perubahannya yang berhubungan dengan
pengawasan pekerjaan konstruksi

3.1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

3.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (selanjutnya
disingkat Perpres 16/2018) terdiri dari 14 (lima belas) bab dan 94 (Sembilan puluh empat) pasal.
Uraian sistematika Perpres 16/2018 sebagai berkut:
 Bab I Ketentuan Umum; berisi tentang pengertian, definisi, ruang lingkup, jenis barang/jasa dan
cara pengadaan barang/jasa.
 Bab II Tujuan, Kebijakan, Prinsip dan Etika Pengadaan Barang/Jasa; berisi tentang:
 Tujuan Pengadaan Barang/Jasa.
 Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa.
 Prinsip Pengadaan Barang/Jasa, dan
 Etika Pengadaan Barang/Jasa.

 Bab III Pelaku Pengadaan Barang/Jasa; berisitentang:


 Para Pelaku Pengadaan Barang/Jasa.
 Pengguna Anggaran.
 Kuasa Pengguna Anggaran.
 Pejabat Pembuat Komitmen.
 Pejabat Pengadaan.
 Kelompok Kerja Pemilihan.
 Agen Pengadaan.
 Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan.
 Penyelenggara Swakelola, serta
 Penyedia

 Bab IV Perencanaan Pengadaan; berisi tentang:


 Perencanaan Pengadaan.
 Spesifikasi Teknis/Kerangka Acua Kerja.
 Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa.
 Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa, dan
 Pengumuman Rencana Umum Pengadaan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 41
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Bab V Persiapan Pengadaan Barang/Jasa; berisi tentang:


 Persiapan Swakelola, dan
 Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia

 Bab VI Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola; berisi tentang:


 Pelaksanaan.
 Pembayaran Swakelola, serta
 Pengawasan dan Pertanggungjawaban.

 Bab VII Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia; berisi tentang:


 Pelaksanaan Pemilihan Penyedia.
 Tender/Seleksi Gagal.
 Pelaksanaan Kontrak.
 Pembayaran Prestasi Pekerjaan.
 Perubahan Kontrak.
 Keadaan Kahar.
 Penyelesaian Kontrak, dan
 Serah Terima Hasil Pekerjaan.

 Bab VIII Usaha Kecil, Produk Dalam Negeri, Dan Pengadaan Berkelanjutan; berisi tentang:
 Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat.
 Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri.
 Pengecualian.
 Penelitian.
 Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri.

 Bab IX Pengadaan Khusus; berisi tentang:


 Peran Serta Usaha Kecil.
 Penggunaan Produk Dalam Negeri.
 Pengadaan Berkelanjutan.

 Bab X Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik; berisi tentang:


 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik.
 Layanan Pengadaan Secara Elektronik.
 Bab XI Sumber Daya Manusia Dan Kelembagaan; berisi tentang:
 Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa.
 Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa.

 Bab XII Pengawasan, Pengaduan, Sanksi, dan Pelayanan hukum; berisi tentang,
 Pengawasan Internal.
 Pengaduan Oleh Masyarakat.
 Sanksi
 Daftar Hitam Nasional.
 Pelayanan Hukum Bagi Pelaku PBJ, dan
 Penyelesaian Sengketa Kontrak.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 42
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Bab XIII Ketentuan Lain-Lain


 Bab XII Ketentuan Peralihan.
 Bab XIII Ketentuan Penutup.

3.1.2. Substansi Peraturan Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan


konstruksi

 Pasal 1, Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan:


 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh ·APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil
pekerjaan.
 Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat
pemerintah yang membidangi urusan tertentttu dalam pemerintahan.
 Lembaga adalah organisasi non-Kementerian Negara dan instansi lain pengguna
anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertendu berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-
undangan lainnya.
 Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disingkat
LKPP adalah lembg pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan
kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

 Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang


kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah.
 Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBN yang selanjutnya disingkat KPA
adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
 Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBD yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran
dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
 Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 43
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja


negara/anggaran belanja daerah.
 Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit
kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat
keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.

 Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah


sumber daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBBJ untuk mengelola
pemilihan Penyedia.
 Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
 Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutny disingkat PjPHP adalah pejabat
adminisrasi/pejbat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.

 Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah tim yang
bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
 Agen Perigadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian
atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementerian Lembaga Perangkat Daerah sebagai pihak pekerjaan.
 Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang menyelenggarakan kegiatan secara
Swakelola.

 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat Fungsional yang diberi tugas,


tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
 Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat RUP adalah daftar
rencana Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
 E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa adalah pasar elektronik yang disediakan untuk
memenuhi kebutuhan Barang/Jasa pemerintah.
 Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi informasi
untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
 Apart Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkt APIP adalah aparat yang
melakukan pengawasan melalui audit,reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.
 Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang selanjutnya disebut Swaklola adalah cara
memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain, organisasi kemasyarakatan, atau
kelompok masyarakat.
 Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalh organisasi yang didirikan
dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehedak,
kebutuhan, kepentingan, kegitn, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 44
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang melaksanakan Pengadaan


Barang/Jasa dengan dukungan anggaran belanja dari APBN/APBD.
 Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara memperoleh Barang/Jasa yang
disediakan oleh Pelaku Usaha.
 Pelaku Usaha adalah setiap orang peroranga atau badan usaha baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.

 Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah pelaku usaha
yang menyediakan Barang/Jasa berdasarkan kontrak.
 Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh
pengguna barang.
 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.
 Jasa Konsultansi adalah jasa layanan pofesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.
 Jasa lainnya adalah jasa non-konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan,
metodologi khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
 Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah perkiraan harga Barang/Jasa
yang ditetapkan oleh PPK.

 Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah seca
sistemtis untuk memperoleh informasi, data, dan pembuktian kebenaran atau
ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan da/atau
teknologi.
 Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-Purchasing adalah tata cara
pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik.
 Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa lainnya.
 Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia jasa konsultansi.

 Tender/Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan peserta


pemilihan dapat berasal dari pelaku usaha nasional dan pelaku usaha asing.
 Penunjukan langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu.
 Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya adalah metode pemilihan
untuk mendapatkan penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 45
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan


Penyedia Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak Rpl00._000.000,00 (seratus juta
rupiah).
 E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara berulang.

 Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat


Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh
para pihak dalam pemilihan Penyedia.
 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak ·adalah perjanjian
tertulis antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pel'aksana Swakelola.

 Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan menengah.
 Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan diakuan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaiman dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
 Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
 Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan
oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi/Lembaga Keuangan
Khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk
mendorong ekspor Indonesia sesuai denga ketentuan peraturan perundang -undangan di
bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

 Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada peserta pemilihan/Penyedia
berupa larangan mengikuti Pengadaan Barang/Jasa di seluruh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam jangka waktu tertentu.
 Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai
nilai manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk
masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam
keseluruhan siklus penggunaannya.
 Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa yang
menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.

 Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam kontrak
dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak
menjadi tidak dapat terpenuhi.
 Kepala Lembaga adalah Kepala LKPP.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 46
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 2, Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Presiden ini meliputi:


 Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD.
 Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD
sebagaimana dimaksud pada huruf a termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari pinjaman dalam negeri dan/atau Pemerintah Daerah;
dan/atau
 Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD
sebagaimana dimaksud pada huruf a termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.

 Pasal 3

 Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini meliputi:


 Barang;
 Pekerjaan Konstruksi;
 Jasa Konsultansi; dan
 Jasa Lainnya.

 Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
terintegrasi.

 Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:
 Swakelola; dan/atau
 Penyedia.

 Pasal 4, Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk:


 Menghasilkan Barang/Jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek
kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
 Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
 Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
 Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
 Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan Barang/Jasa hasil penelitian;
 Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
 Mendorong pemerataan ekonomi; dan
 Mendorong pengadaan berkelanjutan.

 Pasal 5, Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:


 Meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
 Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih transparan, terbuka, dan kompetitif;
 Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa;
 Mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa;
 Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi elektronik;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 47
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Mendorong penggunaan Barang/Jasa dalam negeri dan Standar Nasional Indonesia (SNI);
 Memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;
 Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif; dan
 Melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan.

 Pasal 6, Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip sebagai berikut:

 Efisien;
 Efektif;
 Transparan;
 Terbuka;
 Bersaing;
 Adil; dan
 Akuntabel.

 Pasal 7

 Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa mematuhi etika sebagai berikut:
 Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
 Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut
sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa.
 Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
persaingan usaha tidak sehat;
 Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
 Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat
dalam Pengadaan Barang/Jasa;
 Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;
 Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang, dan/atau kolusi; dan
 Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komoisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang
diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
 Pasal 25, Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh PPK meliputi kegiatan:
 Menetapkan HPS;
 Menetapkan rancangan kontrak;
 Menetapkan spesifikasi teknis/KAK; dan/atau
 Menetapkan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan,
sertifikat garansi, dan/atau penyesuaian harga.

 Pasal 27
 Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa Lainnya terdiri atas:
 Lumsum;
 Harga satuan;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 48
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Gabungan Lumsum dan Harga satuan;


 Terima Jadi (Turnkey); dan
 Kontrak Payung.

 Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi terdiri atas:


 Lumsum;
 Waktu Penugasan; dan
 Kontrak Payung.

 Kontrak Lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a merupakan
kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas
waktu tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut:
 Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia;
 Berorientasi kepada luaran; dan
 Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan
kontrak.

 Kontrak Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kontrak
Pengadaan Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa Lainnya dengan Harga Satuan yang tetap untuk
setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertetu atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
 Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat kontrak
ditandatangani;
 Pembayaran berdasarkan hasil pengukuran bersama atas realisasi volume pekerjaan; dan
 Nilai akhir kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan.

 Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa Lainnya Gabungan Lumsum
dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
 Kontrak Terima Jadi (Turnkey) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan kontrak
Pengadaan Pekerjaan Kontruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; dan
 Pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin sesuai kesepakatan dalam kontrak.

 Kontrak Payung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf c dapat berupa
kontrak harga satuan dalam periode tertentu untuk Barang/Jasa yang belum dapat ditentukan
volume dan/atau waktu pengirimannya pada saat Kontrak ditandatangani.

 Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan Kontrak Jasa Konsultansi untuk pekerjaan yang ruang lingkupnya
belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.

 Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang membebani


lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 49
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,


dapat berupa:
 Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih dari 1
(satu) Tahun Anggaran; a tau
 Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk
jangka waktu lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran dan paling lama 3 (tiga) Tahun
Anggaran.

 Pasal 29
 Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan.

 Uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan
sebagai berikut:
 Paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari nilai kontrak untuk usaha kecil.
 Paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari nilai kontrak untuk usaha non-kecil
dan Penyedia Jasa Konsultansi; atau
 Paling tinggi 15% (lima belas persen) dari nilai kontrak untuk kontrak tahun
jarnak.

 Pemberian uang muka dicantumkan pada rancangan kontrak yang terdapat dalam
Dokumen Pemilihan.

 Pasal 30
• Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
 Jaminan Penawaran;
 Jaminan Sanggah Banding;
 Jaminan Pelaksanaan;
 Jaminan Uang Muka; dan
 Jaminan Pemeliharaan.
• Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan Jaminan
Sanggah Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya untuk
pengadaan Pekerjaan Konstruksi.

• Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bank garansi atau
surety bond.

• Bentuk Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat:


 Tidak bersyarat;
 Mudah dicairkan; dan
 Harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja setelah surat perintah pencairan dari Pokja pemilihan/PPK/Pihak yang
diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan/PPK diterima.

• Pengadaan Jasa Konsultansi tidak diperlukan Jaminan Penawaran, Jaminan Sanggah


Banding, Jaminan Pelaksanaan dan Jaminan Pemeliharaan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 50
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, lembaga


keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan,
dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia
dapat digunakan untuk semua jenis Jaminan.

• Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, dan lembaga keuangan khusus yang


menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk
mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) adalah Perusahaan Penerbit Jaminan yang memiliki izin usaha dan
pencatatan produk suretyship di Otoritas Jasa Keuangan.

 Pasal 33
• Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf c
diberlakukan untuk Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

• Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperlukan,


dalam hal :
 Pengadaan Jasa Lainnya yang aset Penyedia sudah dikuasai oleh Pengguna; atau
 Pengadaan Barang/ Jasa melalui E-purchasing.

• Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut:


 Untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh persen) sampai
dengan 100% (seratus persen) dari nilai HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5%
(lima persen) dari nilai kontrak; atau
 untuk nilai penawaran terkoreksi di bawah 80% (delapan puluh persen] dari nilai
HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai total HPS.

• Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan untuk pekerjaan terintegrasi adalah sebagai


berikut:
 Untuk nilai penawaran 80% (delapan puluh persen) sampai dengan 100% (seratus
persen) dari nilai Pagu Anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen)
dari nilai kontrak; atau
 Untuk nilai periawaran di bawah 80% (delapan puluh persen) dari nilai Pagu
Anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai Pagu
Anggaran,

• Jaminan Pelaksanaan berlaku sampai dengan serah terima pekerjaan Pengadaan


Barang/ Jasa Lainnya atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi.

 Pasal 34
• Jaminan Uang Muka sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf d diserahkan
Penyedia kepada PPK senilai uang muka.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 51
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Nilai Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) bertahap dapat
dikurangi secara proporsional sesuai dengan sisa uang muka yang diterima.

 Pasal 35
• Jaminan Pemeliharaan se bagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf e
diberlakukan untuk Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya yang membutuhkan
masa pemeliharaan, dalam hal Penyedia. menerima uang reterrsi pada serah
terima pekerjaan pertama (Provisional Hand Over).

• Jaminan Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikernbalikan 14 (empat


belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai.

• Besaran nilai Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak.

 Pasal 37
• Penyesuaian harga dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
 diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan
atau Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pemilihan dan/atau
perubahan Dokumen Pemilihan; dan
 tata cara penghitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas
dalam Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Kontrak.

• Persyaratan dan tata cara penghitungan penyesuaian harga sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
 Penyesuaian harga diberlakukan pada kontrak tahun Jamak yang masa pelaksanaannya
lebih dari 18 (delapan belas) bulan;
 Penyesuaian harga sebagaimana dimaksud pada huruf a diberlakukan mulai bulan
ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;
 Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran,
kecuali komponen keuntungan, biaya tidak langsung (overhead cost), dan harga
satuan timpang sebagaimana tercantum dalam penawaran;
 Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang
tercantum dalam Kontrak;
 Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar
negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang
tersebut;
 Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat adanya
adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga
belas) sejak adendum kontrak tersebut ditandatangani; dan

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 52
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Indeks yang digunakan dalam hal pelaksariaan Kontrak terlambat disebabkan


oleh kesalahan Penyedia adalah indeks terendah antara jadwal kontrak dan
realisasi pekerjaan.

 Pasal 52
• Pelaksanaan Kontrak terdiri atas :
 Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ);
 Penandatanganan Koritrak;
 Pemberian uang muka;
 Pembayaran prestasi pekerjaan;
 Perubahan Kontrak;
 Penyesuaian harga;
 Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak;
 Pemutusan Kontrak;
 Serah Terima Hasil Pekerjaan; dan/atau
 Penanganan Keadaan Kahar.

• PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan


Penyedia, dalam hal belum tersedia anggaran belanja atau tidak cukup tersedia
anggaran belanja yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran belanja
yang tersedia untuk kegiata yang dibiayai APBN/APBD.

 Pasal 53
• Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia setelah dikurangi
angsuran pengembalian uang muka, retensi, dan denda.

• Retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 5% (lima persen) digunakan
sebagai Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi atau Jaminan Pemeliharaan Jasa
Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.

• Dalam hal Penyedia menyerahkan sebagian pekerjaan epada subkontraktor,


permintaan pembayaran harus dilengkapi bukti pembayaran kepada
subkontraktor sesuai dengan realisasi pekerjaannya.

• Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:


 Pembayaran bulanan;
 Pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan/termin; atau
 Pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.

• Pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan untuk Pengadaan


Barang/Jasa yang karena sifatnya dilakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum
barang/jasa diterima, setelah Penyedia menyampaikan jaminan atas pembayaran yang
akan dilakukan.

• Pembayaran dapat dilakukan untuk peralatan dan/atau bahan yang belum terpasang
yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang berada di lokasi pekerjaan dan telah
dicantumkan dalam Kontrak.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 53
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Ketentuan mengenai pembayaran sebelum prestasi pekerjaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (5) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,.

 Pasal 54
• Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan
gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK
bersama Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, yang meliputi:
 menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam Kontrak
 menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
 mengubah jadwal pelaksanaan.

• Dalam hal perubahan kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
penambahan nilai kontrak, perubahan kontrak dilaksanakan dengan ketentuan
penambahan nilai kontrak akhir tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang
tercantum dalam Kontrak awal.

 Pasal 55
• Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak dapat dihentikan.
• Dalam hal pelaksanaan Kontrak dilanjutkan, para pihak dapat melakukan perubahan
kontrak.
• Perpanjangan waktu disebabkan penyelesaian Kontrak disebabkan keadaan kahar dapat
melewati Tahun Anggaran.
• Tindak lanjut setelah terjadinya keadaan kahar diatur dalam kontrak.

 Pasal 56

• Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan Kontrak
berakhir, namun PPK menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan PPK
memberikan kesempatan Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan.

• Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimuat dalam adendum kontrak yang
didalamnya mengatur waktu penyelesaian pekerjaan, pengenaan sanksi denda
keterlambatan kepada Penyedia, dan perpanjangan J aminan Pelaksanaan.

• Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat melampaui Tahun Anggaran.

 Pasal 57

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 54
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Setelah pekerjaan selesai 100% ( seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang
termuat dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada
PPKuntuk serah terima barang/jasa.
• PPK melakukan pemeriksaan terhadap barang/ jasa yang diserahkan.
• PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.

 Pasal 58
• PPK menyerahkan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 kepada
PA/KPA.
• PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan pemeriksaan administratif
terhadap barang/ jasa yang akan diserahterimakan.
• Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Berita
Acara.

 Pasal 76
• Menteri/kepala lembaga/kepala daerah wajib melakukan pengawasan Pengadaan
Barang/Jasa melalui aparat pengawasan internal pada
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah masing-masing.
• Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kegiatan
audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan/atau penyelenggaraan wistle blowing system.
• Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sejak
perencanaan, persiapan, pemilihan Penyedia, pelaksanaan Kontrak, dan serah
terima pekerjaan.
• Ruang lingkup pengawasan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:

 pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya;


 kepatuhan terhadap peraturan;
 pencapaian TKDN;
 penggunaan produk dalam negeri;
 pencadangan dan peruntukan paket untuk usaha kecil; dan
 Pengadaan Berkelanjutan.

• Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan bersama dengan
kementerian teknis terkait dan/atau lembaga yang mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerin tahan di bidang pengawasan keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional.

• Hasil pengawasan digunakan sebagai alat pengendalian pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 55
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 77
• Masyarakat menyarnpaikan pengaduan kepada APIP disertai bukti yang faktual,
kredibel, dan autentik.
• Aparat Penegak Hukum meneruskan pengaduan masyarakat kepada APIP untuk
ditindaklanjuti.
• APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menindaklanjuti pengaduan
sesuai kewenangannya.
• APIP melaporkan hasil tindak lanjut pengaduan kepada menteri/kepala
lembaga/kepala daerah.
• Menteri/kepala lembaga/kepala daerah melaporkan kepada instansi yang
berwenang, dalam hal diyakini adanya indikasi KKN yang merugikan keuangan
negara.
• Menteri/kepala lembaga/kepala daerah memfasilitasi masyarakat dalam melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
• LKPP mengembangkan sistem pengaduan Pengadaan Barang/Jasa.

 Pasal 78
• Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang dikenakah sanksi dalam
pelaksanaan pemilihan Penyedia adalah:
 menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak benar untuk
memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan;
 terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur
harga penawaran;
 terindikasi melakukan KKN dalam pemilihan Penyedia; atau
 mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan/ Agen Pengadaan.

• Perbuatan atau tindakan. pemenang pemilihan yang telah _menerima SPPBJ yang
dapat dikenakan sanksi adalah pemenang pemilihan mengundurkan diri
sebelum penandatanganan Kontrak.

• Perbuatan atau tindakan Penyedia yang dikenakan sanksi adalah:


 Tidak melaksanakan Kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan, atau tidak
melaksanakan kewajiban dalam masa pemeliharaan;
 menyebabkan kegagalan bangunan;
 menyerahkan Jaminan yang tidak dapat dicairkan;
 melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan
hasil audit;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 56
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak


berdasarkan hasil audit; atau terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
Kontrak.

• Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat· (1), ayat (2), dan ayat (3)
dikenakan:
 sanksi digugurkan dalam pemilihan;
 sanksi pencairan j aminan;
 sanksi Daftar Hitam;
 sanksi ganti kerugian; clan/ atau
 sanksi denda.

• Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada :


 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c dikenakan sanksi digugurkan dalam pemilihan,
sanksi pencairan Jaminan Penawaran, dan Sanksi Daftar Hitam selama 2 (dua) tahun;
 ayat (1) huruf d dikenakan sanksi pencairan Jaminan Penawaran dan Sanksi Daftar Hitam
selama 1 (satu) tahun;
 ayat (2) dikenakan sanksi pencairan Jaminan Penawaran dan Sanksi Daftar Hitam
·selama 1 (satu) tahun;
 ayat (3) huruf a dikenakan sanksi pencairan Jaminan Pelaksanaan atau sanksi
pencairan Jaminan Pemeliharaan, dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 (satu)
tahun;
 ayat (3) huruf b sampai dengan huruf e dikenakan sanksi ganti kerugian sebesar
nilai kerugian yang ditimbulkan; atau
 ayat (3) huruf f dikenakan sanksi denda keterlambatan.

 Pasal 82
• Sanksi administratif dikenakan kepada PA/KPA/Pejabat Pengadaan/Pokja
Pemilihan/PjPHP/PPHP yang lalai melakukan suatu perbuatan yang menjadi kewajibannya.
• Pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian/pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat dikenakan kepada PA/KPA/Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan/PjPHP/PPHP yang terbukti melanggar pakta integritas
berdasarkan putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau Peradilan
Tata Usaha Negara.

 Pasal 84
• Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib memberikan pelayanan hukum kepada
Pelaku Pengadaan Barang/Jasa dalam menghadapi permasalahan hukum terkait Pengadaan
Barang/ Jasa.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 57
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Pelayanan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sejak proses penyelidikan
hingga tahap putusan pengadilan.
• Pelaku Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk Penyedia, Ormas,
kelompok masyarakat penyelenggara swakelola, dan Pelaku Usaha yang bertindak sebagai
Agen Pengadaan.

 Pasal 85
• Penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia dalam pelaksanaan Kontrak , dapat
dilakukan melalui layanan penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase, atau penyelesaian melalui
pengadilan.
• LKPP menyelenggarakan layanan penyelesaian sengketa kontrak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

3.2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

3.2.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, terdiri dari 15 (lima belas) bab dan 96
(Sembilan puluh enam) pasal. Sebelum peraturan ini mengalami perubahan (Perpres 16/2018) terdiri
dari 15 bab dan 94 pasal, sedangkan setelah mengalami perubahan (Perpres 12/2021) terdiri dari 15
bab dan 96 pasal. Seluruhnya 38 (tiga puluh delapan) butir perubahan Perpres 12/2021 tentang
Perubahan Atas Perpres 16/2018 sebagai berkut:

 Ketentuan Pasal 1 diubah;


 Ketentuan Pasal 4 diubah;
 Ketentuan Pasal 8 diubah;
 Ketentuan Pasal 9 diubah;
 Ketentuan Pasal 10 diubah;
 Ketentuan Pasal 11 diubah;
 Ketentuan Pasal 13 diubah;
 Pasal 15 dihapus;
 Ketentuan Pasal 16 diubah;
 Ketentuan Pasal 19 diubah;
 Ketentuan Pasal 26 diubah;
 Ketentuan Pasal 27 diubah;
 Diantara Pasal 27 dan Pasal 28 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 27A;
 Ketentuan Pasal 28 diubah;
 Ketentuan Pasal 30 diubah;
 Ketentuan Pasal 31 diubah;
 Ketentuan Pasal 32 diubah;
 Ketentuan Pasal 33 diubah;
 Ketentuan Pasal 38 diubah;
 Ketentuan Pasal 39 diubah;
 Ketentuan Pasal 41 diubah;
 Ketentuan Pasal 50 diubah;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 58
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Ketentuan Pasal 51 diubah;


 Ketentuan Pasal 58 diubah;
 Ketentuan Pasal 61 diubah;
 Ketentuan Pasal 65 diubah;
 Ketentuan Pasal 66 diubah;
 Ketentuan Pasal 67 diubah;
 Ketentuan Pasal 72 diubah;
 Diantara Pasal 72 dan Pasal 73 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 72A;
 Ketentuan Pasal 74 diubah;
 Diantara Pasal 74 dan Pasal 75 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 74A;
 Ketentuan Pasal 75 diubah;
 Ketentuan Pasal 78 diubah;
 Ketentuan Pasal 80 diubah;
 Ketentuan Pasal 82 diubah;
 Ketentuan Pasal 83 diubah;
 Ketentuan Pasal 85 diubah;

3.2.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan konstruksi

Pasal I, Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
33) diubah sebagai berikut:
• Di antara angka 10 dan angka 11 Pasal 1 disisipkan 1 satu) angka, yakni angka l0a, ketentuan
angka 14, angka 15, dan angka 47 Pasal 1 dihapus, ketentuan angka 18 Pasal 1 diubah, di
antara angka 18 dan angka 19 Pasal 1 disisipkan 2 (dua) angka, yakni angka 18a dan angka
18b, di antara angka 29 clan angka 30 Pasal 1 disisipk 1 (satu) angka, yakni angka 29a,
ketentuan angka 12, angka 27, angka 32, angka 33, angka 35, dan angka 50 Pasal 1 diubah,
serta ditambahkan 1 (satu) angka yakni angka 54, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

 Pasal 1, dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:


• Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya
sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
• Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah
yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
• Lembaga adalah organisasi non-Kementerian Negara dan instansi lain pengguna
anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-
undangan lainnya.
• Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah.
• Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pernerintahan
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 59
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

• Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disingkat


LKPP adalah lembaga pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan
kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.
• Pengguna anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah.
• Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBN yang selanjutnya disingkat KPA
adalah pejabat yang mernperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kemen terian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
• Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBD yang selanjutnya disingkat KPA
adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenaugan pengguna
anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
• Pejabat Pembuat Komitmen, yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan
yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/ anggaran belanja
daerah.
• Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disebut PPTK adalah pejabat pada
Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
 Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit kerja di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan
Pengadaan Barang/ Jasa.
 Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber daya
manusia yang ditetapkan oleh kepala UKPBJ untuk mengelolapemilihan Penyedia.
 Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang
bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/ atau E-
purchasing.

 Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau
seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan,
 Penyelenggara Swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan secara
Swakelola.
 Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah Aparatur Sipil Negara
dan Non-Aparatur Sipil Negara yang bekerja di bidang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

 Pejabat Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut


Pengelola Pengadaa Barang/Jasa adalah Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas,
tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa.
 Personel selain Pejabat Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/jasa yang selanjutnya
disebut Personel Lainnya adalah Aparatur Sipil Negara, prajurit Tentara Nasional

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 60
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kegiatan Pengadaan Barang/ Jasa.
 Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat RUP adalah daftar
rencana Pengadaan Barang/ Jasa yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah.
 E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa adalah pasar elektronik yang disediakan untuk
memenuhi kebutuhan barang/jasa pernerintah.
 Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi
informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa secara elektronik.
 Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang
melakukan pengawasan melalui audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.

 Pengadaan Barang/ Jasa melalui Swakelola yang selanjutnya disebut Swakelola adalah
cara memperoleh barang/ jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
lain, organisasi kemasyarakatan, atau kelompok masyarakat:
 Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang
didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan
aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
 Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa dengan dukungan anggaran belanja dari APBN/APBD.
 Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa yang
disediakan oleh Pelaku Usaha.
 Pelaku Usaha adalah badan usaha atau perseorangan yang melakukan usaha dan/ atau
kegiatan pada bidang tertentu.
 Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah Pelaku
Usaha yang menyediakan barang/ jasa berdasarkan kontrak.
 Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun
tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan
oleh pengguna barang.
 Produk. adalah barang yang dibuat atau jasa yang dihasilkan oleh Pelaku Usaha.

 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau Sebagian kegiatan yang meliputi


pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan
kembali suatu bangunan.
 Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 61
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Jasa Lainnya adalah jasa nonkonsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan,
metodologi khusus, dan/ atau keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
 Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah perkiraan harga
barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK yang telah memperhitungkan biaya tidak
langsung, keuntungan dan Pajak Pertambahan Nilai.
 Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/ atau
hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah
bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
 Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-purchasing adalah tata cara
pembelian barang/ jasa melalui sistern katalog elektronik atau toko daring.
 Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/ Pekerjaan
Konstruksi / Jasa Lainnya.
 Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi.
 Tender /Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia dengan peserta pemilihan
dapat berasal dari PF laku Usaha nasional dan Pelaku Usaha asing.
 Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstrukai/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu.
 Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya adalah metode
pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya
yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00(dua ratus juta rupiah).
 Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
 E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara berulang.
 Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaarr/ Agen Pengadaan yang memuat informasi dan kctentuan yang harus ditaati
oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia.
 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian
tertulis antara PA/KPA/PPKdengan Penyedia atau pelaksana Swakelola.
 Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 62
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang
dikeluarkan oleh Bank Umum/ Perusahaan Penjaminan/ Perusahaan
Asuransi/lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan,
penjaminan, dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.
 Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada peserta pemilihan/Penyedia
berupa larangan mengikuti Pengadaan Barang/Jasa di seluruh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam jangka waktu tertentu.
 Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk
mencapai nilai manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk
masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan ·
sosial dalam keseluruhan siklus penggunaannya.
 Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa yang
menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.
 Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam
Kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang
ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.

 Kepala Lembaga adalah Kepala LKPP.


 Toko Dalam Jaringan yang selanjutnya disebut Toko Daring adalah sistem informasi yang
memfasilitasi Pengadaan Barang/ Jasa melalui penyelenggara perdagangan melalui
sistem elektronik dan ritel daring.

 Pasal 4, Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk:


 menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari
aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
 meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
 meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi;
 meningkatkan peran Pelaku Usaha nasional;

 mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian;

 meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;


 mewujudkan pemerataan ekonomi dan memberikan perluasan kesempatan
berusaha; dan
 meningkatkan Pengadaan Berkelanjutan.

 Pasal 26
 Nilai HPS bersifat tidak rahasia.

 Rincian HPS bersifat rahasia.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 63
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 HPS digunakan sebagai:

 alat untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/ atau kewajaran harga satuan;
 dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya; dan
 dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan Pelaksanaan bagi penawaran yang
nilainya kurang dari 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.

 HPS tidak menjadi dasar perhitungan besaran kerugian negara.

 Penyusunan HPS dikecualikan untuk Pengadaan Barang/ Jasa dengan Pagu Anggaran
paling banyak Rpl0.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), Espurchasinq, dan Tender
pekerjaan terintegrasi.
 Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan)
 hari kerja sebelum batas akhir untuk:
 pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau
 pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.

 Pasal 27
 Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Lainnya terdiri atas:
 Lumsum;
 Harga Satuan:
 Gabungan Lumsum dan Harga Satuan;
 Kontrak Payung; dan
 Biaya Plus Imbalan.

 Jenis Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi terdiri atas:


 Lumsum;
 Harga Satuan;
 Gabungan Lumsum dan Harga Satuan;
 Putar Kunci; dan
 Biaya Plus Imbalan.

 Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi nonkonstruksi terdiri atas:


 Lumsum;
 Waktu Penugasan; dan
 Kontrak Payung.

 Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi terdiri atas:


 Lumsum; dan
 Waktu Penugasan.

 Kontrak Lumsum .sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a, ayat
(3) huruf a, dan ayat (4) huruf a merupakan Kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan
dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan
sebagai berikut:

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 64
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia;


 Berorientasi kepada keluaran; dan
 Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan
Kontrak.

 Kontrak Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b
merupakan Kontrak Pengadaan Barang/ Pekerj aan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
harga satuan yang tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis
tertentu atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
 volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat Kontrak
ditandatangani;
 pembayaran berdasarkan hasil pengukuran Bersama atas realisasi volume
pekerjaan; dan
 nilai akhir Kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan.

 Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dan ayat (2) huruf c merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/jasa Lainnya gabungan Lumsum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan
yang diperjanjikan.
 Kontrak Payung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan ayat (3) huruf c dapat
berupa kontrak harga satuan dalam periode waktu tertentu untuk barang/jasa yang
belum dapat ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya pada saat Kontrak di
tanda tangani.
 Kontrak Putar Kunci sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan suatu
perjanjian mengenai pembangunan suatu proyek dalam hal Penyedia se.tuju untuk
membangun proyek tersebut secara lengkap sampai selesai termasuk pemasangan
semua perlengkapannya sehingga proyek tersebut siap dioperasikan atau dihuni.
 Kontrak Biaya Plus lmbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan ayat (2)
huruf e merupakan jenis Kontrak yang digunakan untuk Pengadaan Barang/pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dalam rangka penanganan keadaan darurat dengan nilai
Kontrak merupakan perhitungan dari biaya aktual ditambah imbalan dengan
persentase tetap atas biaya aktual atau. imbalan dengan jumlan tetap.
 Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan sebagaimana dimaksud peda ayat (3)
huruf b dan ayat (4) 'huruf b merupakan Kontrak Jasa Konsultansi untuk pekerjaan yang
ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.

 Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang membebani


lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dapat berupa:
 pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan;
 pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari1 (satu) tahun anggaran; atau

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 65
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka


waktu lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran dan paling lama 3 (tiga) tahun anggaran.

 Pasal 27
 PPK dapat menggunakan selain jenis Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sesuai
dengan karakteristik pekerjaan yang akan dilaksanakan.
 PPK dalam menetapkan jenis Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan prinsip efisien, efektif dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

 Pasal 28
 Bentuk Kontrak terdiri atas:
 bukti pembelian/pembayaran;
 kuitansi;
 surat perintah kerja;
 surat perjanjian; dan
 surat pesanan.

 Bukti pembelian/pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan


untuk Pengadaan Barang/iJasa Lainnya dengan nilai paling banyak Rpl0.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).
 Kuitansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
 Surat perintah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan untuk
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rpl00.000.000,00 (seratus juta
rupiah), Pengadaan Barang/ Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
 Surat perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan untuk
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksiy.Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di
atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi
dengan nilai paling sedikit di atas Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah).
 Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e digunakan untuk
Pengadaan Barang/Jasa melalui E-purchasing.

 Ketentuan mengenai bukti pendukung untuk masing-masing bentuk Kontrak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara atau peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan dalam negeri.

 Pasal 30

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 66
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Jaminan Pengadaan Barang/Uasa terdiri atas:


 Jaminan Penawaran;
 Jaminan Sanggah Sanding;
 Jaminan Pelaksanaan;
 Jaminan Uang Muka; dan
 Jaminan Pemeliharaan.

 Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan barang/ jasa yang dilakukan secara terintegrasi.

 Jaminan Sanggah Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya untuk
pengadaan Pekerjaan Konstruksi..
 Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bank garansi atau surety
bond.
 Bentuk Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat bersifat :
 tidak bersyarat;
 mudah dicairkan; dan
 harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat14 (empat belas) hari kerja
setelah surat perintah pencairan dari Pokja Pemilihan/t'PK/Pihak yang diberi kuasa
oleh Pokja Pemiliharr/Pl'K diterima.

 Pengadaan Jasa Konsultansi tidak diperlukan Jaminan Penawaran, Jaminan Sanggah


Banding, Jaminan Pelaksanaan, dan Jaminan Pemeliharaan.
 Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, lembaga
keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan,dan
asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia dapat
digunakan untuk semua jenis Jaminan.
 Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, dan lembaga keuangan khusus yang
menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk
mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) merupakan Perusahaan Penerbit Jaminan yang memiliki izin usaha dan
pencatatan produk suretyship di Otoritas Jasa Keuangan.

 Pasal 33
 Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf c
diberlakukan untuk Kontrak Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa/Lainnya
dengan nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
 Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperlukan, dalam
hal:
 Pengadaan Jasa Lainnya yang aset Penyedia dikuasai oleh pengguna; atau
 Pengadaan Barang/Jasa melalui E-purchasing.

 Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan sebagai berikut:

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 67
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh persen) sampai dengan 100%
(seratus persen) dari nilai HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari
nilai kontrak; atau
 Untuk nilai penawaran dibawah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS, Jaminan
Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai HPS.

 Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan untuk pekerjaan terintegrasi sebagai berikut:


 Untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh persen) sampai dengan 100%
(seratus persen) dari nilai Pagu Anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima
persen) dari nilai kontrak; atau
 Untuk nilai penawaran di bawah 80% (delapan puluh persen dari nilai Pagu Anggaran,
Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai Pagu Anggaran.

 Jaminan Pelaksanaan berlaku sampai dengan serah terima pekerjaan Pengadaan


Barang/Jasa Lainnya atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi.

 Pasal 58
 PPK menyerahkan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 kepada
PA/KPA.
 Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat dituangkan dalam berita acara.
 Dalam hal peserta pemilihan:
 menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak benar untuk memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan;
 terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur harga
penawaran;
 terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme dalam pemilihan
Penyedia; atau
 mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan, peserta pemilihan dikenai
sanksi administratif.
 Dalam hal pemenang pemilihan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat
diterima sebelum penandatanganan Kontrak,pemenang pemilihan dikenai
sanksi administrative.

 Dalam hal Penyedia:


 Tidak melaksanakan kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan, atau tidak
melaksanakan kewajiban dalam masa pemeliharaan;
 Menyebabkan kegagalan bangunan;
 menyerahkan Jaminan yang tidak dapat dicairkan;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 68
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 melakukan kesalahan dalam perhitungan jumlah/volume hasil pekerjaan berdasarkan


hasil audit.
 menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan
hasil audit; atau
 terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak, Penyedia dikenai sanksi
administratif.

 Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dikenakan sanksi administrative berupa:
 Sanksi diugurkan dalam pemilihan;
 sanksi pencairan jaminan;
 Sanksi Daftar Hitam;
 sanksi ganti kerugian dan/ atau
 sanksi denda.

 Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada:


 Ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c, dikarenakan sanksi digugurkan dalam pemilihan,
sanksi pencairan jaminan penawaran, dan Saksi Daftar Hitam selama 2 (dua) tahun.
 ayat (1) huruf d dikenakan sanksi pencairan Jaminan Penawaran dan Sanksi Daftar
Hitam selama 1 (satu) tahun;
 ayat (2) dikenakan sanksi pencairan Jaminan Penawaran dan Sanksi Daftar Hitam
selama 1 (satu) tahun;
 ayat (3) huruf a dikenakan sanksi pencairan Jaminan Pelaksanaan atau sanksi
pencairan Jaminan Pemeliharaan,dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 (satu) tahun;
 ayat (3) huruf b sampai dengan huruf e dikenakan sanksi ganti kerugian sebesar nilai
kerugian yang ditimbulkan; atau
 ayat (3) huruf f dikenakan sanksi denda keterlambatan.

 Pasal 82

 Sanksi administratif dikenakan kepada PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja


Pemilihan yang laai melakukan suatu perbuatan yang menjadi kewajibannya.
 Pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian/ pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
 Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat dikenakan kepada
PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan yang terbukti melanggar pakta
integritas berdasarkan putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Peradilan Umum,
atau Peradilan Tata Usaha Negara.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 69
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 85
 Penyelesaian sengketa Kontrak antara PPK dan Penyedia dalam pelaksanaan Kontrak
dapat dilakukan melalui:
 Layanan penyelesaian sengketa Kontrak sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf a
diselenggarakan oleh LKPP.

 Ketentuan mengenai Dewan Sengketa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 70
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

BAB IV
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG
STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan Substansi dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia yang berhubungan dengan pengawasan pekerjaan konstruksi

4.1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Standard
an Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia

4.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia (selanjutnya disingkat Permen PUPR
14/2020) terdiri dari 12 (dua belas) bab dan 132 (seratus tiga puluh dua) pasal. Uraian sistematika
Permen PUPR 14/2020 sebagai berkut:
 Bab I Ketentuan Umum; berisi tentang pengertian, definisi dan ruang lingkup
 Bab II Pelaku Pengadaan Barang/Jasa; berisi tentang:
 Umum, berisi tentang pelaku pengadaan yang terlibat dalam pengadaan jasa konstruksi.
 Tugas dan wewenang, berisi, tugas dan wewenang pelaku pengadaan jasa konstruksi.
 Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

 Bab III Perencanaan Pengadaan; berisi tentang:

 Kegiatan Perencanaan Pengadaan melalui Penyedia.


 Rencana Umum Pengadaan Penyedia.

 Bab IV Persiapan Pengadaan Melalui Penyedia; berisi tentang:

 Umum
 Reviu dan Penetapan Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja.
 Penyusunan dan Penetapan Harga Perkiraan Sendiri.
 Penyusunan dan Penetapan Rancangan Kontrak.
 Uang Muka dan Jaminan, meliputi penetapan uang muka, jaminan uang muka, jaminan
pelaksanaan, dan jaminan pemeliharaan.

 Bab V Persiapan Pemilihan Penyedia; berisi tentang:


 Umum.
 Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan.
 Persiapan Pemilihan Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 71
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Persiapan Seleksi Penyedia Jasa Konsultan Konstruksi.


 Persiapan Tender Terbatas/Tender Penyedia Pekerjaan Konstruksi.
 Persyaratan Kualifikasi Penyedia.
 Persyaratan Teknis Penawaran.
 Penyusunan Dokumen Pemilihan.

 Bab VI Pelaksanaan Pemilihan Penyedia; berisi tentang:


• Pelaksanaan Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi.
 Pelaksanaan Tender Terbatas atau Tender/Seleksi Jasa Konstruksi, berisi, pelaksanaan
prakualifikasi, prakualifikasi gagal, pelaksanaan pascakualifikasi, undangan dan pengumuman,
pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan, pemberian penjelasan, penyampaian dan
pembukaan dokumen penawaran, evaluasi dokumen penawaran, penetapan calon pemenang,
klarifikasi dan negosiasi terhadap teknis dan harga/biaya, penetapan pemenang, pengumuman
pemenang, sanggah, sanggah banding, tender terbatas atau tender/seleksi gagal, hasil
pemilihan, serta rapat persiapan penunjukan penyedia.

 Bab VII Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi: berisi tentang:

 Persiapan Penandatanganan Kontrak, meliputi, penetapan surat penunjukan penyedia, rapat


persiapan penandatangan kontrak, pendapat ahli kontrak kerja konstruksi, dan
penandatangan kontrak.
 Pelaksanaan Kontrak, meliputi, pemutusan kontrak, penghentian kontrak, dan pengakhiran
kontrak.

 Bab VIII Pengadaan Jasa Konstruksi Untuk Percepatan Pembangunan Kesejahteraan Di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat:
 Bab IX Standar Dokumen Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi; berisi tentang: Standar Dokumen
Pemilihan Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi tercantum dalam Lampiran I, Standar Dokumen
Pemilihan Jasa Konsultan Konstruksi tercantum dalam Lampiran II, dan Standar Dokumen
Pemilihan Pekerjaan Konstruksi tercantum dalam Lampiran III. Lampiran I, Lampiran II dan
Lampiran III merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
 Bab X Ketentuan Lain-Lain.
 Bab XI Ketentuan Peralihan. berisi tentang, pengadaan jasa konstruksi yang telah dilakukan sampai
dengan tahap perencanaan atau tahap persiapan berdasarkan Permen PUPR 7/2019 tetap harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Permen ini; pengadaan jasa konstruksi yang telah
dilakukan sampai dengan tahap pelaksanaan berdasarkan Permen PUPR 7/2019 masih tetap
dilaksanakan sampai dengan selesainya seluruh kegiatan Jasa Konstruksi; kontrak yang
ditandatangani sebelum berlaku Permen ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya kontrak
tersebut.
 Bab XII Ketentuan Penutup, berisi tentang, pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Permen PUPR
7/2019 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Permen PUPR 14/2020 berlaku pada tanggal
diundangkan yakni 18 Mei 2020.
4.1.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan konstruksi

 Pasal 1, Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 72
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Jasa Konstruksi adalah layanan Jasa Konsultansi Konstruksi dan/atau Pekerjaan


Konstruksi.

 Penyedia Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Penyedia adalah Pelaku Usaha yang
menyediakan Jasa Konstruksi berdasarkan Kontrak.

 Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi adalah bagian kegiatan pengadaan setelah


persiapan pengadaan sampai dengan penandatanganan Kontrak.

 Jasa Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan
konstruksi suatu bangunan.

 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi


pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.

 Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan Jasa
Konstruksi yang dapat berupa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat
Pembuat Komitmen.

 Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan


penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga atau perangkat daerah.

 Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara
yang selanjutnya disebut KPA, adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

 Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
yang selanjutnya disebut KPA, adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan PA dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi perangkat daerah.

 Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang
dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.

 Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas


melaksanakan Pengadaan Langsung, penunjukan langsung, dan/atau e- purchasing.

 Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit kerja di
kementerian/lembaga atau pemerintah daerah yang menjadi pusat keunggulan pengadaan
barang/jasa.

 Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber daya
manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan Penyedia.

 Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP adalah pejabat
administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan pengadaan barang/jasa.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 73
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah tim yang
bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa.

 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah pejabat fungsional yang diberi tugas,


tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pengadaan barang/jasa.

 Tim Teknis adalah tim yang dibentuk dari unsur kementerian/lembaga atau
pemerintah daerah untuk membantu, memberikan masukan, dan melaksanakan tugas
tertentu terhadap sebagian atau seluruh tahapan pengadaan barang/jasa.

 Tim/Tenaga Ahli adalah tim atau perorangan dalam rangka memberi masukan dan
penjelasan/pendampingan/pengawasan terhadap sebagian atau seluruh pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.

 Tim Pendukung adalah tim yang dibentuk dalam rangka membantu untuk urusan yang
bersifat administrasi/keuangan kepada PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan.

 Rencana Umum Pengadaan yang selanjutnya disingkat RUP adalah daftar rencana
pengadaan Jasa Konstruksi yang akan dilaksanakan oleh kementerian/lembaga atau
perangkat daerah.

 Pelaku Usaha adalah setiaporang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

 Pelaku Usaha Orang Asli Papua yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha Papua adalah calon
Penyedia yang merupakan atau dimiliki oleh orang asli Papua dan berdomisili/berkedudukan
di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

 Konstruksi Berkelanjutan adalah sebuah pendekatan dalam melaksanakan rangkaian


kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang memenuhi tujuan
ekonomi, sosial, dan lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan datang.

 Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah perkiraan harga barang/jasa
yang ditetapkan oleh PPK.

 Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi.

 Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Pekerjaan Konstruksi.

 Tender Terbatas adalah Tender dengan pascakualifikasi yang pesertanya terbatas pada
Pelaku Usaha Papua untuk mendapatkan Penyedia barang/Pekerjaan Konstruksi/jasa
lainnya yang bernilai paling sedikit di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

 Pengadaan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia dengan


nilai tertentu.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 74
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pejabat Pengadaan atau Pokja
Pemilihan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam
pemilihan Penyedia.

 Kontrak Kerja Konstruksi selanjutnya disebut Kontrak adalah keseluruhan dokumen


Kontrak yang mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan Penyedia
jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

 Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan
oleh bank umum, perusahaan penjaminan, konsorsium perusahaan penjaminan, perusahaan
asuransi, konsorsium perusahaan asuransi, konsorsium lembaga penjaminan, dan/atau
lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan
asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

 Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada peserta pemilihan/Penyedia
berupa larangan mengikuti pengadaan barang/jasa di seluruh kementerian/lembaga atau
perangkat daerah dalam jangka waktu tertentu.

 Konsolidasi Pengadaan adalah strategi pengadaan Jasa Konstruksi yang menggabungkan


beberapa paket pengadaan Jasa Konstruksi sejenis.

 Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang
melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.

 Pejabat Pimpinan Tinggi Madya adalah sekretaris jenderal, sekretaris kementerian,


sekretaris utama, direktur jenderal, inspektur jenderal, deputi, kepala badan, atau pejabat
yang setara.

 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama pada perangkat daerah provinsi adalah sekretaris dewan
perwakilan rakyat daerah provinsi, inspektur daerah provinsi, asisten sekretaris daerah
provinsi, kepala dinas daerah provinsi, kepala badan daerah provinsi, staf ahli gubernur, atau
kepala biro sekretariat daerah provinsi.

 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama pada perangkat daerah kabupaten/kota adalah sekretaris
daerah kabupaten/kota, sekretaris dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota,
inspektur daerah kabupaten/kota, asisten sekretaris daerah kabupaten/ kota, kepala dinas
daerah kabupaten/kota, kepala badan daerah kabupaten/kota, atau staf ahli bupati/wali kota.

 Kerangka Acuan Kerja yang selanjutnya disingkat KAK adalah uraian kegiatan yang akan
dilaksanakan antara lain meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, sumber pendanaan,
serta jumlah tenaga yang diperlukan.

 Rencana Anggaran Biaya yang selanjutnya disingkat RAB adalah perhitungan rincian biaya
untuk setiap pekerjaan dalam proyek konstruksi.

 Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat SPPBJ adalah


surat penunjukan Penyedia barang/jasa kepada Penyedia barang/jasa untuk melaksanakan
pekerjaan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 75
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung


Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan standar keamanan, keselamatan,
kesehatan dan keberlanjutan yang menjamin keselamatan keteknikan konstruksi,
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan lingkungan.

 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat SMKK adalah


bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi.

 Rencana Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat RKK adalah dokumen


lengkap rencana penerapan SMKK dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen Kontrak.

 Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pengguna Jasa atau Penyedia untuk
mengakhiri berlakunya Kontrak secara sepihak akibat kesalahan Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia.

 Penghentian Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pengguna Jasa kepada
Penyedia untuk sementara menghentikan berlakunya Kontrak diakibatkan Keadaan Kahar
atau keadaan lainnya.

 Pengakhiran Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pengguna Jasa dan Penyedia
untuk mengakhiri berlakunya Kontrak berdasarkan kesepakatan.

 Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dalam Kontrak
yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya sehingga kewajiban yang terdapat dalam Kontrak
tidak dapat dipenuhi.

 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa


Konstruksi.

 Pasal 2
 Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pengadaan Jasa Konstruksi
melalui Penyedia yang meliputi:

 Jasa Konsultansi Konstruksi; dan


 Pekerjaan Konstruksi.

 Peraturan Menteri ini bertujuan agar pelaksanaan Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi
lebih operasional dan efektif.

 Pasal 3
 Peraturan Me nteri ini diperuntukkan bagi pelaksanaan Pemilihan Penyedia Jasa
Konstruksi melalui Pengadaan Langsung, Tender Terbatas, atau Tender/Seleksi di
lingkungan kementerian/lembaga, atau perangkat daerah yang pembiayaannya dari
anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

 Pembiayaan dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga termasuk:

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 76
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari pinjaman dalam negeri atau hibah dalam negeri yang diterima oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah; dan/atau
 pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia yang sebagian atau seluruhnya dibiayai
dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri, kecuali diatur lain dalam perjanjian
pinjaman luar negeri atau perjanjian hibah luar negeri.
 Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan untuk:
 Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi terintegrasi;
 Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi dan Pekerjaan Konstruksi
yang dilaksanakan dengan pengadaan khusus; dan
 Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi melalui penunjukan langsung.

 Pasal 21
 Spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf e untuk pengadaan
Pekerjaan Konstruksi meliputi:
 spesifikasi bahan bangunan konstruksi;
 spesifikasi peralatan konstruksi dan peralatan bangunan;
 spesifikasi proses/kegiatan;
 spesifikasi metode konstruksi/metode pelaksanaan/metode kerja; dan
 spesifikasi jabatan kerja konstruksi.

 Spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan ketentuan:
 mencantumkan ruang lingkup Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan;
 dapat menyebutkan merek dan tipe serta sedapat mungkin menggunakan produksi
dalam negeri;
 semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional Indonesia;
 metode konstruksi/metode pelaksanaan/metode kerja harus logis, realistis, aman,
berkeselamatan, dan dapat dilaksanakan;
 jangka waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metode pelaksanaan;
 mencantumkan macam, jenis, kapasitas, dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
 mencantumkan syarat bahanyang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan;
 mencantumkan syarat pengujian bahan dan hasil produk;
 mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
 mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran; dan
 mencantumkan uraian pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan risiko terkait
Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 77
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 KAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf e untuk pengadaan Jasa Konsultansi
Konstruksi meliputi:
 uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan;
 waktu dan tahapan pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan memperhatikan batas akhir efektif tahun anggaran;
 kompetensi dan jumlah kebutuhan tenaga ahli;
 kemampuan badan usaha Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi;
 sumber pendanaan dan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan; dan
 uraian pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan risiko terkait Keselamatan
Konstruksi pada Pe kerjaan Konstruksi, khusus untuk Jasa Konsultansi Konstruksi
pengawasan dan manajemen penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

 Uraian pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:
 latar belakang;
 maksud dan tujuan;
 lokasi pekerjaan; dan
 produk yang dihasilkan (output).

 Pasal 31

 Penyusunan HPS didasarkan pada:


 hasil perkiraan biaya/RAB yang telah disusun pada tahap perencanaan pengadaan;
 pagu anggaran yang tercantum dalam daftar isian pelaksanaan anggaran atau untuk
proses pemilihan yang dilakukan sebelum penetapan daftar isian pelaksanaan anggaran
mengacu kepada pagu anggaran yang tercantum dalam rencana kerja dan anggaran
kementerian/lembaga atau perangkat daerah; dan
 hasil reviu perkiraan biaya/RAB

 HPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung secara keahlian dan menggunakan data
yang dapat dipertanggungjawabkan.
 Perhitungan HPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk Tender Terbatas atau Tender
Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan
perancang (engineer’s estimate) berdasarkan detailed engineering design.
 Nilai total HPS bersifat terbuka dan tidak bersifat rahasia serta paling tinggi sama dengan
nilai pagu anggaran.
 PPK dapat menetapkan Tim/Tenaga Ahli untuk memberikan masukan dalam penyusunan
HPS.

 Dalam hal Pekerjaan Konstruksi dengan nilai pagu anggaran di atas Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah) dan Jasa Konsultansi Konstruksi dengan nilai pagu anggaran di atas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), hasil reviu perkiraan biaya/RAB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c harus mendapat persetujuan dari Pejabat Pimpinan Tinggi

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 78
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

Madya pada kementerian/lembaga untuk pekerjaan yang pembiayaannya dari anggaran


pendapatan dan belanja negara atau Pejabat Pimpinan TinggiPratama pada pemerintah
daerah untuk pekerjaan yang pembiayaannya dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
 PPK menetapkan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir:
 Penyampaian dokumen penawaran untuk pemilihan pascakualifikasi; atau
 Penyampaian dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi. Penyusunan
dan Penetapan Rancangan Kontrak

 Pasal 32
 Bentuk Kontrak dalam Jasa Konsultansi Konstruksi terdiri atas:
 surat perintah kerja, untuk metode pemilihan
 Pengadaan Langsung; dan
 surat perjanjian, untuk metode pemilihan Seleksi.

 Jenis Kontrak dalam Jasa Konsultansi Konstruksi terdiri atas:


 Kontrak lumsum;
 Kontrak waktu penugasan.

 Kontrak lumsum untuk Jasa Konsultansi Konstruksi digunakan dalam hal:


 Kontrak yang didasarkan atas produk/keluaran (output based);
 ruang lingkup kemungkinan kecil berubah; dan
 KAK lengkap dan akurat disertai dengan kebutuhan minimal tenaga ahli.
 Cara pembayaran hasil pekerjaan untuk Kontrak lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan berdasarkan tercapainya tahapan produk/keluaran yang dicantumkan dalam
Kontrak tanpa rincian biaya personel dan biaya nonpersonel.
 Kontrak waktu penugasan untuk Jasa Konsultansi Konstruksi digunakan dalam hal:
 Kontrak yang didasarkan atas unsu personel dan nonpersonel (input based);
 waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan;
 KAK menyesuaikan kebutuhan pekerjaan dan kondisi lapangan.

 Cara pembayaran hasil pekerjaan untuk Kontrak waktu penugasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dilakukan dengan ketentuan:
 pembayaran biaya personel dilakukan dengan remunerasi sesuai dengan daftar
kuantitas dan harga berdasarkan volume penugasan aktual dan ketentuan dalam
Kontrak; dan
 pembayaran biaya nonpersonel dilakukan sesuai dengan daftar kuantitas dan harga
berdasarkan pelaksanaan aktual dan ketentuan dalam Kontrak.

 Pasal 33
 Bentuk Kontrak dalam Pekerjaan Konstruksi terdiri atas:
 surat perintah kerja, untuk metode pemilihan Pengadaan Langsung; dan
 surat perjanjian, untuk metode pemilihan Tender Terbatas atau Tender.

 Jenis Kontrak dalam Pekerjaan Konstruksi terdiri atas:


 Kontrak lumsum;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 79
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Kontrak harga satuan; dan


 Kontrak gabungan lumsum dan harga satuan.

 Jenis Kontrak gabungan lumsum dan harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dikecualikan untuk Pengadaan Langsung.
 Kontrak lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a digunakan dalam hal:
 Kontrak didasarkan atas produk/keluaran (output based);
 ruang lingkup kemungkinan kecil berubah; dan detailed engineering design dan spesifikasi
teknis lengkap dan akurat.

 Cara pembayaran hasil pekerjaan untuk Kontrak lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dilakukan berdasarkan tercapainya tahapan produk/keluaran yang dicantumkan dalam
Kontrak tanpa rincian biaya dan volume.
 Kontrak harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b digunakan dalam hal:
 Kontrak didasarkan atas unsur pekerjaan/komponen penyusun (input based);
 kuantitas/volume masih bersifat perkiraan; dan
 detailed engineering design dan spesifikasi teknis menyesuaikan kebutuhan
pekerjaan dan kondisi lapangan.

 Cara pembayaran hasil pekerjaan untuk Kontrak harga satuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) dilakukan berdasarkan pengukuran hasil pekerjaan bersama atas realisasi
volume pekerjaan dengan harga satuan tetap sesuai perkiraan volume dalam daftar
kuantitas dan harga dan ketentuan dalam Kontrak.

 Kontrak gabungan lumsum dan harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c digunakan dalam hal terdapat bagian pekerjaan yang diberlakukan ketentuan
Kontrak lumsum dan terdapat bagian pekerjaan yang diberlakukan ketentuan Kontrak
harga satuan di dalam satu perjanjian Kontrak.

 Pasal 34
 Penyusunan rancangan Kontrak untuk Pengadaan Langsung berisikan surat perintah
kerja dan syarat-syarat umum Kontrak.
 Rancangan surat perintah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari standar
Kontrak dengan mempertimbangkan karakteristik pekerjaan paling sedikit;
 jenis Kontrak;
 lingkup pekerjaan;
 keluaran hasil pekerjaan;
 kesulitan dan risiko pekerjaan;
 masa pelaksanaan;
 masa pemeliharaan, untuk Pekerjaan Konstruksi;
 cara pembayaran;
 sistem perhitungan hasil pekerjaan;
 besaran uang muka;
 bentuk dan ketentuan Jaminan;
 besaran denda; dan
 pilihan penyelesaian sengketa Kontrak.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 80
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Karakteristik pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dicantumkan dalam
surat perintah kerja.
 PPK menetapkan rancangan Kontrak dengan memperhatikan spesifikasi teknis/KAK dan
HPS.
 Perubahan rancangan surat perintah kerja dan syarat- syarat umum Kontrak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah ditetapkan menjadi bagian Dokumen
Pemilihan Pengadaan Langsung hanya dilakukan melalui persetujuan PPK.

 Pasal 35
 Penyusunan rancangan Kontrak untuk Tender Te rbatas atau Tender/Seleksi berisikan
surat perjanjian, syarat- syarat umum Kontrak, dan syarat-syarat khusus Kontrak.
 Rancangan Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari standar Kontrak
dengan mempertimbangkan karakteristik pekerjaan paling sedikit:
 jenis Kontrak;
 lingkup pekerjaan;
 keluaran/output hasil pekerjaan;
 kesulitan dan risiko pekerjaan;
 masa pelaksanaan;
 masa pemeliharaan, untuk Pekerjaan Konstruksi;
 cara pembayaran;
 sistem perhitungan hasil pekerjaan;
 umur konstruksi dan pertanggungan terhadap kegagalan bangunan;
 besaran uang muka;
 bentuk dan ketentuan Jaminan;
 ketentuan penyesuaian harga;
 besaran denda;
 keterlibatan subpenyedia; dan
 pilihan penyelesaian sengketa Kontrak.

 Karakteristik pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dicantumkan dalam
syarat-syarat khusus Kontrak.

 PPK menetapkan rancangan Kontrak dengan memperhatikan spesifikasi teknis/KAK dan


HPS.
 Rancangan Kontrak yang telah ditetapkan, menjadi bagian Dokumen Pemilihan dan hanya
boleh diubah melalui persetujuan PPK.

 Pasal 36, Uang muka diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

 paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari nilai Kontrak untuk usaha kecil;
 paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari nilai Kontrak untuk usaha Penyedia Pekerjaan
Konstruksi kualifikasi usaha menengah dan kualifikasi usaha besar dan Penyedia jasa
Konsultasi Konstruksi; atau

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 81
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 paling tinggi 15% (lima belas persen) dari nilai Kontrak untuk Kontrak tahun jamak.

 Pasal 37

 Jaminan uang muka, Jaminan pelaksanaan, dan Jaminan pemeliharaan bersifat:


 tidak bersyarat; dan
 mudah dicairkan.

 Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicairkan oleh penerbit Jaminan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah surat perintah pencairan dari PPK atau pihak
yang diberi kuasa oleh PPK diterbitkan.
 Besaran Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
 Jaminan uang muka diserahkan Penyedia kepada PPK senilai uang muka;
 Jaminan pelaksanaan untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan
puluh persen) sampai dengan 100% (seratus persen) dari nilai HPS, ditentukan
sebesar 5% (lima persen) dari nilai Kontrak;
 Jaminan pelaksanaan untuk nilai penawaran terkoreksi di bawah 80% (delapan
puluh persen) dari nilai HPS, ditentukan sebesar 5% (lima persen) dari nilai total HPS;
dan
 Jaminan pemeliharaan ditentukan sebesar 5% (lima persen) dari nilai Kontrak.

 Pasal 113

 SPPBJ ditetapkan oleh PPK setelah dilaksanakannya rapat persiapan penunjukan Penyedia.
 Dalam hal Tender Terbatas atau Tender/Seleksi dilakukan mendahului tahun anggaran, SPPBJ
dapat ditetapkan setelah persetujuan rencana kerja dan anggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

 Pasal 114

 PPK dan Penyedia wajib melaksanakan rapat persiapan penanandatanganan Kontrak setelah
ditetapkan SPPBJ.

 Dalam rapat persiapan penandatanganan Kontrak, paling sedikit membahas hal sebagai
berikut:
 dokumen Kontrak dan kelengkapan;
 kelengkapan RKK;
 rencana penandatanganan Kontrak;
 Jaminan uang muka yang paling sedikit terdiri atas ketentuan, bentuk, isi, dan waktu
penyerahan;
 Jaminan pelaksanaan yang paling sedikit terdiri atas ketentuan, bentuk, isi, dan waktu
penyerahan;
 asuransi;
 hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat evaluasi penawaran; dan/atau

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 82
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat rapat persiapan penunjukan
Penyedia.

 Hasil pembahasan dan kesepakatan saat rapat persiapan penandatanganan Kontrak


dituangkan dalam berita acara.
 Dalam rapat persiapan penandatanganan Kontrak Pekerjaan Konstruksi, PPK dibantu oleh
pengawas pekerjaan, konsultan pengawas, atau konsultan manajemen penyelenggaraan
konstruksi.
 Dalam hal Penyedia tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
berlaku ketentuan sebagai berikut:
 SPPBJ dibatalkan; dan
 PPK melaksanakan rapat persiapan penunjukan Penyedia terhadap pemenang
cadangan, jika ada.

 Pasal 115
 Penandatanganan Kontrak Jasa Konstruksi yang kompleks dilakukan setelah memperoleh
pendapat ahli Kontrak kerja konstruksi.
 Dalam hal tidak diperoleh ahli Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pendapat tersebut dapat diperoleh dari tim yang dibentuk oleh kementerian/lembaga
atau pemerintah daerah yang bersangkutan.

 Pemberian pendapat dilakukan pada saat penyusunan rancangan Kontrak.

 Pasal 116
 Kontrak ditandatangani dengan ketentuan:
 daftar isian pelaksanaan anggaran/dokumen pelaksanaan anggaran telah ditetapkan;
 penandatangan Kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
diterbitkan SPPBJ; dan
 ditandatangani oleh Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak.

 Dalam hal penetapan SPPBJ dilakukan sebelum daftar isian pelaksanaan


anggaran/dokumen pelaksanaan anggaran ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan ternyata alokasi anggaran dalam daftar isian pelaksanaan anggaran/dokumen
pelaksanaan anggaran tidak disetujui atau kurang dari rencana nilai Kontrak,
penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah pagu anggaran cukup tersedia melalui
revisi daftar isian pelaksanaan anggaran/dokumen pelaksanaan anggaran.
 Dalam hal penambahan pagu anggaran melalui revisi daftar isian pelaksanaan
anggaran/dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
tercapai, SPPBJ dibatalkan dan kepada calon Penyedia tidak diberikan ganti rugi.
 Penandatanganan Kontrak tahun jamak dilaksanakan jika telah mendapatkan persetujuan
Kontrak tahun jamak dari pejabat yang berwenang sesuai ketentuan perundang- undangan.

 Dalam hal terjadi pergeseran waktu pelaksanaan Kontrak yang mengakibatkan perubahan
pembebanan tahun anggaran Kontrak dari tahun tunggal menjadi tahun jamak,
penandatanganan Kontrak dilaksanakan jika telah mendapatkan persetujuan Kontrak tahun
jamak dari pejabat yang berwenang sesuai ketentuan perundang- undangan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 83
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pasal 117
 Pelaksanaan Kontrak dilakukan berdasarkan dokumen Kontrak.

 Dokumen Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada rancangan
Kontrak yang terdapat dalam standar Dokumen Pemilihan.

 Pasal 118
 PPK atau Penyedia dapat melakukan Pemutusan Kontrak akibat tindakan wanprestasi oleh
salah satu pihak.

 Tindakan wanprestasi oleh Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
 Penyedia terbukti melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, kecurangan, dan/atau
pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi yang berwenang;
 pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan kolusi, korupsi, dan nepotisme,
dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
dinyatakan benar oleh Instansi yang berwenang;
 Penyedia berada dalam keadaan pailit;
 Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum penandatanganan
Kontrak;
 Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat surat peringatan sebanyak 3
(tiga) kali;
 Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan Pelaksanaan;
 Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki
kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan setelah mendapat surat
peringatan sebanyak 3 (tiga) kali;
 berdasarkan penelitian PPK, Penyedia tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari
kalender sejak masa berakhi rnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan
pekerjaan;
 setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima
puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia tidak
dapat menyelesaikan pekerjaan;
 Penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh delapan) hari kalender dan
penghentian ini tidak tercantum dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan serta tanpa
persetujuan pengawas pekerjaan setelah mendapat surat peringatan sebanyak 3 (tiga)
kali; atau
 Penyedia mengalihkan seluruh Kontrak bukan dikarenakan pergantian nama Penyedia.

 Tindakan wanprestasi oleh PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 84
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 PPK menyetujui pengawas pekerjaan untuk memerintahkan Penyedia menunda


pelaksanaan pekerjaan yang bukan disebabkan oleh kesalahan Penyedia, dan perintah
penundaannya tidak ditarik selama 28 (dua puluh delapan) hari kalender; atau
 PPK tidak menerbitkan surat permintaan pembayaran untuk pembayaran tagihan
angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana tercantum dalam SSKK.

 Tindakan wanprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan
melalui surat peringatan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang melakukan
wanprestasi.

 Pasal 119
 Penghentian Kontrak dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak akibat terjadinya
Keadaan Kahar.
 Penghentian Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersifat:
 sementara; atau
 permanen.

 Penghentian Kontrak sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat
diberikan kompensasi berupa:
 perpanjangan masa Kontrak; dan/atau
 penggantian yang wajar terhadap kerugian nyata.

 Penghentian Kontrak permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberlakukan
Pengakhiran Kontrak.

 Pasal 120
 Pengakhiran pelaksanaan Kontrak dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak.

 Pengakhiran pelaksanaan Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas
terselesaikannya hak dan kewajiban para pihak.

 Pasal 127
 Standar Dokumen Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi dan Pekerjaan
Konstruksi terdiri atas:
 Standar Dokumen Pemilihan Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi;
 Standar Dokumen Pemilihan Jasa Konsultansi Konstruksi; dan
 Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi.

 Standar Dokumen Pemilihan Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
 Standar Dokumen Pemilihan Jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Me nteri ini.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 85
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Standar Dokumen Pemilihan Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 86
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

BAB V
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG
PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan substansi dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Pedoman Sistem Manejemen Keselamatan
Konstruksi yang berhubungan dengan pengawasan pekerjaan konstruksi

5.1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

5.1.1. Sistematika Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (selanjutnya disingkat dengan Permen PUPR 10/2021)
terdiri dari 5 (lima) bab, 47 (empat puluh tujuh) pasal dan11 (sebelas) Sublampiran. Uraian
sistematika Permen PUPR 10/2021 sebagai berkut:
 Bab I Ketentuan Umum; berisi tentang pengertian dan definisi.
 Bab II Penerapan SMKK; berisi tentang:
 Umum
 Rancangan Konseptual SMKK
 RKK
 RMPK dan Program Mutu
 RKPPL

 Penerapan SMKK Tahap Pembangunan, berisi tahapan diterapkan SMKK, tahap pemilihan
penyedia jasa, tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, serta tahap serah terima pekerjaan.
 Bab III Komponen Kegiatan Penerapan SMKK, berisi tentang, umum, risiko keselamatan konstruksi,
unit keselamatan konstruksi serta biaya penerapan SMKK.
 Bab IV Pembinaan dan Pengawasan; memuat tentang tanggung jawab pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi atas pembinaan dan pengawasan penerapan SMKK, serta dalam
pengawasan penerapan SMKK Menteri menetapkan Komite Keselamatan Konstruksi; penyedia
jasa konstruksi bertanggung jawab melakukan pembinaan dan pengawasan penerapan SMKK.
 Bab V Ketentuan Peralihan; berisi tentang, RKK yang telah ditandatangani sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya kontrak kerja konstruksi tersebut;
sertifikat Petugas K3 Konstruksi yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 87
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lambat bulan
Desember 2021; sertifikat Petugas Keselamatan Konstruksi yang telah diterbitkan sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini tetap berlaku sampai dengan terbentuknya lembaga sertifikasi
profesi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
 Bab VI Ketentuan Penutup; berisi tentang, pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Permen PUPR
21/2019 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Permen ini berlaku pada tanggal diundangkan
yakni 18 Mei 2020.
 Lampiran terdiri dari, Sublampiran A: Tugas, Tanggng Jawab dan Wewenang Pengguna dan
Penyedia; Sublampiran B: Tata Cara PMPM Pekerjaan Konstruksi; Sublampiran C: Rancangan
Konseptual SMKK; SubLampiran D: Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK); SubLampiran E:
Rencana Mutu Pelaksanaan Konstruksi (RMPK); SubLampiran F: Program Mutu; SubLampiran G:
Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL); SubLampiran H: Rencana
Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP); SubLampiran I: Laporan Pelaksanaan; SubLampiran J:
Kriteria Penentuan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi; SubLampiran K: Komponen Kegiatan
Penerapan SMKK.

5.1.2. Substansi Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan Dengan Pengawasan Pekerjaan konstruksi

 Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang dimaksud dengan:

 Jasa Konstruksi adalah layanan jasa Konsultansi Konstruksi dan/atau Pekerjaan Konstruksi.
 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran,dan pembangunan Kembali suatu bangunan.
 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat SMKK adalah bagian
dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi untuk menjamin terwujudnya
Keselamatan Konstruksi.
 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan adalah pedoman teknis
keamanan, keselamatan, kesehatan tempat kerja konstruksi, dan perlindungan sosial tenaga
kerja, serta tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi yang selanjutnya disebut
PMPM Pekerjaan Konstruksi adalah bagian dari SMKK yang menjamin terlaksananya
keselamatan keteknikan konstruksi guna mewujudkan proses dan hasil Jasa Konstruksi yang
berkualitas.
 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi adalah gabungan Pekerjaan Konstruksi dan jasa Konsultansi
Konstruksi.

 Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan Jasa
Konstruksi.
 Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi

 Subpenyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi kepada Penyedia Jasa.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 88
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Kontrak Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut Kontrak adalah keseluruhan dokumen
kontrak yang mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung Pekerjaan
Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan yang menjamin Keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja, keselamatan publik dan keselamatan lingkungan.
 Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang
disusun pada tahap pengkajian, perencanaan dan/atau perancangan.
 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Penentuan Pengendalian Risiko, dan Peluang yang
selanjutnya disebut IBPRP adalah proses mengidentifikasi bahaya, menilai dan mengendalikan
risiko, serta menilai peluang.
 Rencana Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat RKK adalah dokumen telaah
tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat elemen SMKK yang merupakan satu kesatuan
dengan dokumen Kontrak.
 Analisis Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat AKK adalah metode dalam
mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya berdasarkan rangkaian pekerjaan dalam metode
pelaksanaan kerja (work method statement).

 Risiko Keselamatan Konstruksi adalah risiko Konstruksi yang memenuhi 1 (satu) atau lebih
kriteria berupa besaran risiko pekerjaan, nilai kontrak, jumlah tenaga kerja, jenis alat berat yang
dipergunakan dan tingkatan penerapan teknologi yang digunakan.
 Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah perhitungan besaran potensi berdasarkan
kemungkinan adanya kejadian yang berdampak terhadap kerugian atas konstruksi, jiwa
manusia, keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu,
terjadi pada Pekerjaan Konstruksi.
 Program Mutu adalah dokumen rencana penerapan Keselamatan Konstruksi yang memuat
perencanaan kegiatan penjaminan dan pengendalian mutu yang disusun oleh Penyedia Jasa
Konsultansi Konstruksi dan merupakan satu kesatuan dalam Kontrak.
 Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi yang selanjutnya disingkat RMPK adalah dokumen telaah
tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat uraian metode pekerjaan, rencana inspeksi dan
pengujian, serta pengendalian Subpenyedia Jasa dan pemasok, dan merupakan satu kesatuan
dengan dokumen kontrak.
 Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat
RKPPL adalah dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat rona lingkungan,
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang merupakan pelaporan pelaksanaan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

 Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan yang selanjutnya disingkat RMLLP adalah dokumen
telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat analisis, kegiatan dan koordinasi
manajemen lalu lintas.
 Masa Pemeliharaan adalah kurun waktu dalam Kontrak untuk melakukan pemeliharaan sejak
tanggal serah terima pertama pekerjaan sampai dengan tanggal serah terima akhir pekerjaan.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 89
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Unit Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat UKK adalah unit pada Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SMKK dalam Pekerjaan
Konstruksi.
 Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Jasa konsultansi yang bernilai paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
 Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah perkiraan harga barang/jasa
yang ditetapkan oleh pejabat pembuat komitmen yang telah memperhitungkan biaya tidak
langsung, keuntungan, pajak pertambahan nilai.
 Biaya Penerapan SMKK adalah biaya yang diperlukan untuk menerapkan SMKK dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Kecelakaan Konstruksi adalah suatu kejadian akibat kelalaian pada tahap Pekerjaan Konstruksi
karena tidak terpenuhinya Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan,
yang mengakibatkan kehilangan harta benda, waktu kerja, kematian, cacat tetap dan/atau
kerusakan lingkungan.
 Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi adalah tenaga ahli yang mempunyai
kompetensi khusus di bidang keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMKK yang dibuktikan dengan sertifikat
Kompetensi Kerja Konstruksi.

 Ahli Keselamatan Konstruksi adalah tenaga ahli yang mempunyai kompetensi khusus di bidang
Keselamatan Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi penerapan
SMKK yang dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi.
 Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut Petugas K3
Konstruksi adalah petugas yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi yang
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi atau instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Petugas Keselamatan Konstruksi adalah orang yang memiliki kompetensi khusus di bidang
Keselamatan Konstruksi dalam melaksanakan dan mengawasi penerapan SMKK yang
dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi.
 Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi adalah tanda bukti pengakuan kompetensi tenaga kerja
konstruksi.
 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat.
 Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus
menerapkan SMKK.

 Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan tugas,
tanggung jawab, dan wewenang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
 Penyedia Jasa yang harus menerapkan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penyedia yang memberikan layanan:
 konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi;
 Konsultansi Konstruksi pengawasan;

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 90
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pekerjaan Konstruksi; dan,


 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

 Selain layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Jasa juga harus menerapkan
SMKK dalam memberikan layanan: Pengkajian,perencanaan; dan c perancangan.

 Pasal 2
 Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus
menerapkan SMKK.
 Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan tugas,
tanggung jawab, dan wewenang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 Penyedia Jasa yang harus menerapkan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penyedia yang memberikan layanan:
 konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi;
 Konsultansi Konstruksi pengawasan;
 Pekerjaan Konstruksi; dan
 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

 Selain layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Jasa juga harus menerapkan
SMKK dalam memberikan layanan:
 pengkajian;
 perencanaan; dan
 perancangan.

 Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
 Pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dengan menjamin:
 keselamatan keteknikan Konstruksi;
 keselamatan dan kesehatan kerja;
 keselamatan publik; dan
 keselamatan lingkungan.

 Sasaran atau objek keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a terdiri atas
bangunan dan/atau aset konstruksi; dan/atau peralatan dan material.

 Sasaran atau objek keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b memiliki yang
terdiri atas:
 pemilik atau pemberi pekerjaan;
 tenaga kerja konstruksi; dan
 pemasok, tamu, dan Subpenyedia Jasa.

 Sasaran atau objek keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c terdiri atas
 masyarakat di sekitar proyek; dan
 masyarakat terpapar.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 91
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Sasaran atau objek keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d terdiri atas:
 lingkungan kerja;
 lingkungan terdampak proyek;
 lingkungan alam; dan
 lingkungan terbangun.

 Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dimuat dalam dokumen SMKK yang
terdiri atas:
 Rancangan konseptual SMKK;
 RKK;
 RMPK;
 Program Mutu;
 RKPPL; dan
 RMLLP.

 Pasal 20
 SMKK diterapkan pada tahapan:
 pemilihan Penyedia Jasa;
 pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi; dan
 serah terima pekerjaan.

 Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c dilaksanakan
dengan memperhatikan ketentuan PMPM pekerjaan konstruksi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
 Tahapan serah terima pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
 serah terima pertama pekerjaan
 masa pemeliharaan; dan
 serah terima akhir pekerjaan.

 Pasal 21
 Penerapan SMKK pada tahap pemilihan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi oleh Pengguna Jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a dituangkan dalam dokumen pemilihan
dengan menilai RKK penawaran.
 Selain RKK penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokumen pemilihan juga harus
memuat evaluasi terhadap personil manajerial untuk Keselamatan Konstruksi.
 Dokumen pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat:
 manajemen Risiko Keselamatan Konstruksi yang paling sedikit memuat uraian pekerjaan,
identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan
Konstruksi; dan
 Biaya Penerapan SMKK pada HPS.
 Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijelaskan oleh Pengguna Jasa kepada
Penyedia Jasa pada saat penjelasan dokumen.
 RKK yang telah dinilai sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dilengkapi dan disahkan pada saat
rapat persiapan pelaksanaan kontrak.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 92
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

 Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi
perancangan dan/atau berkonsultasi dengan ahli keselamatan dan kesehatan kerja Konstruksi
dan/atau ahli Keselamatan Konstruksi.
 Dalam hal terjadi kecelakaan, surat keterangan nihil kecelakaan Konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) mencantumkan kejadian Kecelakaan Konstruksi beserta surat
peringatan yang disusun sesuai dengan komponen kegiatan penerapan SMKK.
 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus melampirkan panduan operasi dan pemeliharaan
yang merupakan pemutakhiran rancangan konseptual SMKK pada tahap perancangan yang
merupakan bagian dari laporan penerapan SMKK.
 Dalam hal ditemukan kondisi yang menyimpang dari standar dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan, panduan keselamatan pengoperasian dan pemeliharaan konstruksi
bangunan harus dikaji ulang oleh pengkaji teknis atau tim laik fungsi yang ditunjuk oleh
Pengguna Jasa.

 Pasal 33

 Komponen kegiatan penerapan SMKK merupakan penjelasan penerapan SMKK yang paling
sedikit terdiri atas:
 Risiko Keselamatan Konstruksi;
 UKK; dan
 Biaya Penerapan SMKK.

 Risiko Keselamatan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a terdiri atas:
 kecil;
 sedang; dan
 besar.

 Biaya penerapan SMKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c, meliputi:


 Biaya Penerapan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi, dan
 Biaya Penerapan SMKK dalam jasa Konsultansi Konstruksi.

 Pengguna Jasa harus memastikan seluruh Biaya Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dianggarkan dan diterapkan oleh Penyedia Jasa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
 Biaya Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan oleh Penyedia
Jasa dalam dokumen penawaran sesuai dengan komponen kegiatan penerapan SMKK.

 Penyedia Jasa tidak dapat mengusulkan perubahan anggaran Biaya Penerapan SMKK yang
tertuang dalam penyesuaian dokumen SMKK dalam hal terjadi:
 perubahan pekerjaan atau pekerjaan baru serta perubahan lingkup pekerjaan pada
kontrak, termasuk pekerjaan tambah/kurang; dan
 kecelakaan Konstruksi yang mengakibatkan kehilangan harta benda, waktu kerja,
kematian, cacat tetap, dan/atau kerusakan lingkungan.
 Penyedia Jasa pengawasan, manajemen konstruksi, dan pelaksana Pekerjaan Konstruksi dapat
mengusulkan perubahan anggaran Biaya Penerapan SMKK dalam hal terjadi penyebaran

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 93
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

epidemi dan pandemi yang belum diperkirakan sebelumnya, sehingga membutuhkan


penanganan kesehatan pada pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
 Usulan perubahan Biaya Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan
biaya terkait pemenuhan protokol kesehatan untuk mengatasi epidemi dan pandemi.

 Pasal 40
 Biaya Penerapan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ayat (1) huruf a mencakup rincian:
 Penyiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP;
 sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
 alat pelindung kerja dan alat pelindung diri;
 asuransi dan perizinan;
 personel Keselamatan Konstruksi;
 fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
 rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas);
 konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan
 kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi,
termasuk biaya pengujian/pemeriksaan lingkungan.
 Rincian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf i
merupakan barang habis pakai.
 Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf h dapat dilakukan bagi Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan Konstruksi kecil.

 Untuk pekerjaan dengan Risiko Keselamatan Konstruksi kecil melalui pengadaan langsung
dan/atau padat karya, Biaya Penerapan SMKK paling sedikit meliputi pengadaan

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 94
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

BAB VI
PENUTUP

6.1. Simpulan
Kegiatan pengawasan pekerjaan konstruksi harus mengacu pada dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain:
a) UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
d) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
e) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020
Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
g) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 19 Tahun 2019
Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

6.2. Tindak Lanjut


Peserta pelatihan diharapkan dapat memahami dengan baik segala peraturan perundang-undangan
konstruksi dalam pengawasan pekerjaan konstruksi, terutama terkait dengan paradigma baru
Pembinaan Jasa Konstruksi mengacu pada UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. Apabila
peserta ingin mendalami materi perubahan mindset, peserta pelatihan dapat membaca literatur yang
tertera dalam Daftar Pustaka Modul ini.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 95
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

DAFTAR PUSTAKA

UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


PP No. 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
PP 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
Perpres No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Perpres No. 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Permen PUPR No. 14/PRT/M/2020 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia.
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 96
Bahan Ajar 1 : Peraturan dan Perundang – undangan

GLOSARIUM

Permen : Peraturan Menteri


Perpres : Peraturan Presiden
PP : Peraturan Pemerintah
PU : Pekerjaan Umum
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
UU : Undang-Undang

PUSBANGKOM

MANAJEMEN 97

Anda mungkin juga menyukai