Hal
1. Cover ............................................................................................................................ 1
9. Perpres No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ................. 790 – 902
10. Perpres No XX Tahun 2021 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .................. 903 – 948
MODUL
PELATIHAN KOMPETENSI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
LEVEL 1
DISUSUN OLEH :
DHARMA NURSANI
ARIF RACHMAN
Segala Puji Bagi Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat-Nya modul ini
dapat diselesaikan dengan baik. Modul Pengantar Manajemen Rantai Pasok
menjelaskan tentang konsep manajemen rantai pasok, keterkaitan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) dengan manajemen rantai pasok, dan
penerapan manajemen rantai pasok.
Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para peserta pelatihan
Kompetensi PBJP Level 1 mampu memahami Manajemen Rantai Pasok dalam
kaitannya dengan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah juga mengacu kepada
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2021 tentang Perubahan Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pengetahuan Manajemen Rantai Pasok diawali dari best practice di sektor
bisnis, yang bisa menjadi referensi untuk mendukung penerapan di Pengadaan
Barang Jasa Pemerintah agar memberikan kualitas terbaik pada produk dan
layanan sektor pemerintah dari hasil pengadaannya. Diharapkan modul ini dapat
membantu para peserta pelatihan dalam memahami Manajemen Rantai Pasok
guna meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan PBJP.
Kami ucapkan terimakasih kepada Sdr. Dharma Nursani dan Sdr. Arif
Rachman yang telah menyusun modul ini. Kami juga menyampaikan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pimpinan LKPP dan semua pihak
yang memberikan sumbangsih dan masukan konstruktif nya untuk
kesempurnaan penulisan modul ini.
Demikian modul ini dibuat, semoga bermanfaat untuk peningkatan
kompetensi SDM Pengadaan Barang/Jasa.
Hardi Afriansyah
NIP. 196904212002121001
A. Latar Belakang
Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain Management (SCM) adalah
penerapan ilmu dan praktek manajemen dalam rantai pasok, yang lazim
digunakan oleh organisasi-organisasi disektor bisnis untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif dalam persaingan di industrinya masing-masing.
Walaupun digunakan juga di sektor nirlaba dan sektor pemerintah, namun rantai
suplai di sector-sektor ini khususnya, belum dikelola secara professional ataupun
belum diatur secara formal. Berangkat dari pengalaman pemanfaatan SCM di
sektor bisnis, alangkah baiknya pemerintah mengadopsi praktek SCM untuk
mengelola berbagai kegiatan pemerintah.
Modul ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan aparat pemerintah
dalam bidang SCM. Dengan menguasai SCM mereka bisa mendapatkan hasil
kerja prima dalam bidangnya masing-masing. Kelak seluruh rangkaian kegiatan
pemerintah dapat dikelola secara profesional bahkan SCM bisa menjadi aturan
formal. SCM dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan secara efektif dan efisien.
Aturan pengadaan barang/jasa Pemerintah yang merupakan pegangan
dalam mengelola pengadaaan barang/jasa adalah bagian dari disiplin SCM. Oleh
karena itu perlu dipelajari hal-hal mengenai keterkaitan dan peran SCM dalam
meningkatkan kinerja PBJP dan pelaksanaan kegiatan pemerintah pada
umumnya.
Penyusunan modul ini untuk Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juga
mengacu pada Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, beserta peraturan turunannya (Peraturan LKPP).
B. Deskripsi Singkat
SCM adalah praktek atau disiplin/ilmu manajemen yang lazim digunakan
oleh industri manufaktur di sektor bisnis (sektor swasta/korporasi) untuk
mengelola proses bisnis termasuk sistem produksinya. Ada 3 macam komponen
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu
untuk menjelaskan konsep manajemen rantai pasok, keterkaitan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) dengan manajemen rantai
pasok, dan penerapan manajemen rantai pasok.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran peserta diharapkan mampu:
a. Memahami konsep dasar SCM yaitu komponen atau segmen Supply
Chain, dan mengenali SCM beserta siklusnya;
b. Memahami keterkaitan Pengadaan Barang Jasa dengan SCM, baik
disektor bisnis, sektor nirlaba, maupun di sektor publik khususnya di
sektor pemerintah;
c. Memahami penerapan SCM dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Kini dapat disimpulkan bahwa definisi SCM dari CSCMP dan model
referensi The Supply Chain Council tidak berbeda. Karena kegiatan bisnis
adalah kegiatan berulang dan rutin, maka kegiatan Plan, Source, Make, dan
Deliver tersebut digambarkan dalam suatu siklus manajemen.
a. Plan (Perencanaan)
Pada tahap perencanaan, perusahaan tersebut melakukan
peramalan (forecasting) untuk memperkirakan volume kebutuhan pasar
akan furnitur kantor untuk desain dan kualitas tertentu, untuk segmen
pelanggan tertentu. Jumlah tersebut dikalkulasi kebutuhan bahan baku
dan biayanya, dan akhirnya diketahui biaya produksinya. Setelah
ditambahkan biaya lainnya maka diketahui seluruh biaya produksi,
sehingga dapat dihitung berapa keuntungan yang bakal diperoleh pada
kurun waktu tertentu.
c. Make (Pembuatan)
Tahap berikutnya adalah transformasi, dimana produksi perabot
kantor dimulai dengan membuat perencanaan produksi, perencanaan
penggunaan peralatan, dan penjadwalan kerja tukang kayu. Setiap
pengerjaan satu produk dilakukan proses pengendalian kualitas.
d. Deliver (Pengiriman)
Tahap terakhir adalah pengiriman, dimana produk yang sudah siap
disimpan dalam gudang dan dicatat. Pengiriman barang kepada
pengecer bisa diantar sendiri atau menyewa perusahaan angkutan.
Pengguna akhir adalah pembeli dari kantor-kantor yang membutuhkan.
B. Latihan
1. Apa saja komponen yang terdapat dalam Manajemen Rantai Pasok ?
2. Jelaskan pengertian dari Rantai pasok Hulu (Upstream Supply Chain)!
3. Jelaskan siklus kegiatan yang ada di Manajemen Rantai Pasok !
4. Apa yang dimaksud dengan Source dalam Ilustrasi Proses Manajemen
di Rantai Suplai?
5. Apa yang dimaksud dengan Deliver dalam Ilustrasi Proses Manajemen
di Rantai Suplai?
C. Rangkuman
Supply Chain adalah sekumpulan organisasi yang secara langsung
dihubungkan oleh satu atau lebih aliran produk, jasa, keuangan, atau informasi
dari hulu/sumber ke hilir/pelanggan . Manajemen Rantai Pasok memiliki
komponen yang terdiri dari Rantai pasok Hulu (Upstream Supply Chain), Rantai
Pasok Internal (Internal Supply Chain) Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply
Chain). Siklus Manajemen Rantai Pasok terdiri dari Plan, Source, Make, Deliver.
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
80% = baik
0-60% = kurang
A. Uraian Materi
1. Sektor dan Aktivitas yang Menjalankan SCM
Selain di organisasi bisnis seperti di industri manufaktur, ada
organisasi-organisasi yang bergerak dalam sektor non-profit/nirlaba dan
sektor pemerintah. Untuk melihat keterkaitan pengadaan barang/jasa
dengan SCM pada organisasi lain, perlu ketahui jenis sektor (kelompok
urusan/organisasi) dan cara kerjanya.
a. Sektor Bisnis (Perusahaan)
Suatu badan hukum usaha yang didirikan dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan (profit) dari proses kegiatannya. Aktivitas
perusahaan adalah menciptakan, memproduksi, mendistribusikan,
memperdagangkan, atau melayani konsumen yang membeli produk atau
layanan jasa mereka. Secara umum perusahaan terbagi atas :
1) Produksi: industri hulu, yang terdiri atas industri bahan dasar,
industri eksplorasi, dan industri strategis, serta industri hilir yang
terdiri industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri
teknologi dan informasi, dan lain-lain;
2) Distribusi dan perdagangan: distributor, grosir, pasar modern,
pasar tradisional, dan pedagang eceran;
3) Pekerjaan dan layanan yang berbasis proyek: pekerjaan
konstruksi, teknologi informasi, penyelenggaraan kegiatan, jasa
konsultansi;
4) Efficiency
Manajemen rantai pasok yang bagus juga dicirikan oleh proses
effisiensi. Proses pembelian material, proses produksi, proses
pengiriman sedapat mungkin dibuat rendah. Untuk menunjang
daya saing harga dipasar, maka harus efisien disepanjang
rantai pasok.
5) Asset productivity
Manajemen rantai pasok adalah mengelola asset. Ada pabrik,
ada mesin produksi yang ada, ada bangunan, ada forklift yang
mungkin ada di gudang, kapal, truk dan alat transportasi yang
lain. Ini yang dinamakan asset. Persoalannya bagaimana bisa
mendapatkan revenu atau penghasilan yang lebih besar dengan
aset yang lebih kecil. Ini juga merupakan hal penting supaya aset
perusahaan produktif menghasilkan revenue.
Dari 5 ciri manajemen rantai pasok di suatu perusahaan seperti
diatas dapat dikelompokkan menjadi 2 yang memenuhi kepentingan
pelanggan dan yang memenuhi kepentingan perusahaan.
Yang memenuhi kepentingan pelanggan adalah:
1) Reliability
2) Responsiveness
3) Agility
Yang memenuhi kepentingan perusahaan adalah:
1) Efficiency
2) Asset productivity
Pelanggan bisa mendapatkan barang sesuai dengan janji, dari sisi
waktu dan kualitas. Pelanggan ingin merespon perubahan. Itulah sifat
pelanggan. Namun disisi lain perusahaan tidak mau merespon semua itu
b. Sektor Nirlaba
Suatu organisasi yang didirikan untuk tujuan memberikan
dukungan, menyediakan kebutuhan, membantu pemerintah, dan
memberikan kontribusi bagi sesama di ruang publik tanpa bermaksud
memperoleh keuntungan finansial (non-profit) secara langsung dari
kegiatan tersebut. Secara umum sektor nirlaba terbagi atas :
1) Lembaga pendidikan: pendidikan formal dan pendidikan informal
2) Lembaga sosial kemanusiaan: lembaga sosial keagamaan,
lembaga sosial kesehatan, lembaga bantuan sosial
kemasyarakatan, lembaga sosial korporasi
3) Lembaga swadaya masyarakat: organisasi kemasyarakatan,
organisasi profesi, lembaga kajian masyarakat
4) Lembaga bantuan internasional: palang merah internasional,
lembaga dan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembaga
bantuan sosial internasional.
c. Sektor Pemerintah
Kegiatan birokrasi yang dijalankan oleh suatu sistem
ketatanegaraan dalam suatu negara dengan tujuan menjalankan roda
pemerintahan dan sekaligus melayani masyarakat di negara tersebut.
Secara umum sektor layanan pemerintah dilaksanakan oleh
Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah.
3 Manufacturing lead time adalah periode waktu antara pemesanan pelanggan dan waktu pesanan itu
selesai dikerjakan. diukur dalam hitungan hari
Pada saat ini, dengan adanya teknologi informasi dan perubahan besar
dalam struktur dunia bisnis, kepemilikan gudang dan kendaraan untuk
pengiriman tidak selalu menjadi indikator kehadiran SCM secara fisik.
Fasilitas untuk proses produksi, pergudangan, dan ekspedisi, tidak harus
dimiliki sendiri, karena bisa di dipihak-ketigakan. Perusahaan tidak harus
memiliki mesin produksi, pergudangan, dan kendaraan untuk pengiriman.
Formalisasi proses bisnis tersebut tidak harus ada dalam hierarki struktur
organisasi, karena layanan jasa untuk proses bisnis tersebut, misalnya
Siklus
Aktivitas SCM Aktivitas PBJP Catatan
SCM
Make Mentransformasi bahan baku/ Melakukan proses produksi Tidak diatur dalam
komponen menjadi barang (product), layanan aturan PBJP
barang/jasa. (service), ataupun hasil kerja
(result), dapat melalui
Bentuk transformasi dapat
Dapat diatur dalam
penyedia atau dilakukan
berupa proses:
kontrak.
sendiri (swakelola). Proses
- Menghasilkan output
pelaksanaan dan
produk.
- Melakukan kegiatan pengendalian produksi.
produksi, penjadwalan,
(termasuk kegiatan dalam
pengendalian produksi,
mengelola barang tahap pelaksanaan kontrak)
setengah jadi, memelihara
fasilitas produksi.
- Menggunakan dan
memanfaatkan aset atau
Peraturan LKPP 12
Tahun 2021.
PP Nomor 27 tahun
2014.
Prosedur
pergudangan tidak
diatur dalam aturan
PBJP.
Padahal bilamana kita melihat PBJP dalam satu set unjuk kinerja (rantai
hasil input, aktivitas, output, outcome, dan impact) yang terdiri dari beberapa
kegiatan yang sangat terkait, yang mungkin saja terdiri dari beberapa paket
pengadaan termasuk swakelola, maka kita akan melihat suatu rantai pasok
yang cukup panjang. Satu set kegiatan tersebut bisa juga berupa gabungan
paket pembangunan/pengembangan fisik, misalnya pembangunan
gedung/rehabilitasi ruangan, atau pembangunan/peningkatan
pelayanan/manajemen, misalnya perbaikan struktur orgnisasi dan
manajemen dan/atau pengembangan sistem informasi..
B. Latihan
1. Apa saja sektor yang menjalankan aktivitas Manajemen Rantai Pasok ?
2. Jelaskan pengertian dari sektor Nirlaba!
3. Bagaimana keterkaitan PBJP dalam tahap perencanaan Manajemen
Rantai Pasok ?
4. Bagaimana keterkaitan PBJP dalam tahap pelaksanaan pengadaan
Manajemen Rantai Pasok ?
5. Bagaimana keterkaitan PBJP dalam tahap pengiriman Manajemen Rantai
Pasok ?
C. Rangkuman
Keterkaitan Pengadaan Barang/Jasa dengan Manajemen Rantai Pasok
dapat dilihat dari sektor – sektor dan aktivitas yang menjalankan SCM seperti
sektor Bisnis, sektor Nirlaba dan sektor Pemerintah. Semua organisasi baik yang
ada di sektor bisnis, nirlaba, dan pemerintah pasti melakukan proses pengadaan
(procurement) untuk melaksanakan kegiatan mereka masing-masing.
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
0-60% = kurang
A. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Setelah memahami keterkaitan SCM dengan PBJP, selanjutnya kita
akan melihat seperti apa penerapan SCM dalam PBJP. Khususnya dalam
proses yang terkait dengan PBJP, SCM akan memberikan manfaat pada
peningkatan kinerja kegiatan pemerintah. Praktek dan pengetahuan SCM
akan memberikan pola pikir baru pada para pelaku PBJP untuk melihat
pengadaan dalam perspektif yang lebih menyeluruh.
a. Level Strategis
Pada level ini kinerja organisasi menjadi tanggung jawab
manajemen puncak, terutama untuk pengalokasian sumber daya dalam
rangka mencapai keseluruhan tujuan dan sasaran organisasi secara
terukur dan terencana. Rentang waktu perencanaan umumnya
berjangka panjang. Penerapan SCM pada level strategis adalah :
1) Membantu proses pengambilan keputusan dalam memilih
kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, apa saja yang
akan yang dibeli, di sewa/alih daya, dibuat/dilaksanakan sendiri,
diregenerasi, dsb;
2) Menyelaraskan strategi organisasi secara keseluruhan dengan
strategi SCM;
3) Perencanaan terpadu dan terintegrasi untuk saat ini dan masa
yang akan datang;
4) Koordinasi dan komunikasi yang baik dengan seluruh pihak yang
terkait di lingkungan internal dan eksternal;
5) Penerapan teknologi informasi sebagai alat bantu kerja yang
strategis;
6) Keberadaan regulasi dan prosedur pendukung proses
operasionalisasi SCM.
a. Perencanaan
Peran paling penting dari SCM untuk pelaksanakan kegiatan
dalam rantai suplai adalah perencanaan. Seperti sudah disebutkan
diatas, tujuan utama dari SCM adalah kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Oleh karena itu perencanaan SCM meliputi rencana
semua kegiatan yang ada dalam rantai suplai.
1) Rencanakan urut-urutan kegiatan dalam tiap segmen rantai
suplai;
2) Tetapkan tingkat dan sasaran pelayanan;
3) Tetapkan kualitas pelayanan;
4) Berapa banyak dan luasnya jangkauan pelayanan;
5) Berapa banyak paket pengadaan/kegiatan yang harus
dilaksanakan;
e. Manajemen Pergudangan
Warehouse atau pergudangan berfungsi menyimpan bahan baku,
barang jadi, peralatan, dan persediaan lainnya dalam jumlah dan
rentang waktu tertentu yang kemudian akan didistribusikan ke lokasi
B. Latihan
C. Rangkuman
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
80% = baik
0-60% = kurang
B. Implikasi
Setelah mempelajari modul ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat
memahami dan menambah pengetahuan tentang konsep SCM, keterkaitan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) dengan SCM, dan penerapan SCM
dalam PBJ.
C. Tindak Lanjut
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan lebih memahami tentang
Manajemen Rantai Pasok, maka setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan
diharapkan dapat memperdalam pemahaman materi dengan membaca referensi
yang terdapat dalam daftar Pustaka maupun literatur lainnya.
1. A
2. A
3. C
4. A
5. B
1. D
2. A
3. C
4. D
5. A
1. C
2. D
3. B
4. B
5. B
Delivery Pengiriman
Planning Perencanaan
Procurement) Pengadaan
JENIS KOMPETENSI
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
LEVEL 1
DISUSUN OLEH :
BAIHAKI
ARIF RACHMAN
Hardi Afriansyah
NIP. 196904212002121001
BAB IX ............................................................................................................. 96
PERAN USAHA KECIL, PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI DAN
PENGADAAN BERKELANJUTAN ................................................................. 96
A. Uraian Materi .......................................................................................... 96
1. Peran Usaha Kecil............................................................................... 96
2. Penggunaan Produk Dalam Negeri ..................................................... 97
3. Pengadaan Berkelanjutan ................................................................. 101
B. Latihan .................................................................................................. 102
C. Rangkuman .......................................................................................... 102
D. Evaluasi................................................................................................ 103
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................ 104
BAB X ............................................................................................................ 106
PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK ............................. 106
A. Uraian Materi ........................................................................................ 106
1. Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik ...................................... 106
2. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) ................................ 116
B. Latihan .................................................................................................. 118
C. Rangkuman .......................................................................................... 118
D. Evaluasi................................................................................................ 119
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................ 119
BAB XI ........................................................................................................... 121
SDM DAN KELEMBAGAAN ......................................................................... 121
A. Uraian Materi ........................................................................................ 121
1. Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa ............................. 121
2. Kompetensi Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa .......... 126
3. Kelembagaan .................................................................................... 128
B. Latihan .................................................................................................. 132
C. Rangkuman .......................................................................................... 132
D. Evaluasi................................................................................................ 133
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................ 134
BAB XII .......................................................................................................... 135
A. Latar Belakang
Semua organisasi, baik sektor bisnis, nirlaba, maupun sektor pemerintah
melakukan proses Pengadaan Barang/Jasa untuk memenuhi kebutuhan masing-
masing. Namun ada perbedaan diantara organisasi-organisasi tersebut dalam
melaksanakan proses pengadaan, antara lain, pendanaannya, bagaimana
mendapatkan penyedia, kepentingan pelayanannya, dan lain sebagainya. Yang
sama diantara semua pengadaan di organisasi-organisasi tersebut adalah tujuan
utamanya, yaitu untuk mendapatkan barang dan jasa dengan nilai terbaik
(getting value).
Pengadaan Barang/Jasa di sektor pemerintah mempunyai peran penting
dalam pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik
dan pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Selain itu Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) diharapkan juga mampu memberikan
pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value for money) dan
kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri, peningkatan
peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan
berkelanjutan. Karena pentingnya maka pemerintah mengeluarkan aturan
Pengadaan Barang/Jasa tersebut dalam Perpres No 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Perpres
No 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Perpres No, 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini dimaksudkan agar peserta pelatihan mampu
menjelaskan gambaran umum tentang Pengantar Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Materi yang dibahas meliputi: ketentuan umum, tujuan, kebijakan,
prinsip dan etika pengadaan, aspek hukum Pengadaan Barang/Jasa, pelaku
pengadaan, Peran Usaha Kecil, Penggunaan Produk Dalam Negeri dan
Pengadaan Berkelanjutan, Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik, Sumber
A. Uraian Materi
1. Definisi
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD
yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil
pekerjaan (Perpres No 16 Tahun 2018 Pasal 1 angka 1).
Definisi ini menjelaskan bahwa ada proses-proses dalam tahapan-
tahapan dalam PBJP diantaranya proses perencanaan sampai dengan
pelaksanaan.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pengadaan Barang/Jasa pemerintah adalah sebagai
berikut :
a) Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD;
b) Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari
APBN/APBD, termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruh dananya bersurnber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah
dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
dan/atau
c) Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari
APBN/APBD termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.
K/L/PD yang melakukan Pengadaan Barang/Jasa menggunakan
APBN/APBD, termasuk sebagian atau seluruhnya dari PHDN/PHLN maka
3. Jenis Pengadaan
Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
a) Barang, yakni setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang
b) Pekerjaan Konstruksi, yakni keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran,
dan pembangunan kembali suatu bangunan
c) Jasa Konsultansi, yakni jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan
adanya olah pikir (brainware)
d) Jasa Lainnya, yakni jasa non konsultansi atau jasa yang membutuhkan
peralatan, metodologi khusus dan/atau keterampilan (skillware) dalam
suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan
Berdasarkan Perpres No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Perpres No 12
Tahun 2021 tentang Perubahan Perpres No 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pengadaan Barang/Jasa dapat
dilakukan secara terintegrasi. Contoh pekerjaan terintegrasi antara lain:
a) Pekerjaan Design and Build
Pekerjaan Design and Build adalah gabungan pengadaan pekerjaan
Konstruksi dan jasa Konsultansi konstruksi.
b) IT solution yaitu gabungan antara pengadaan perangkat keras dan lunak.
c) Engineering Procurement Construction (EPC) adalah tahapan dalam
sebuah proses design/perancangan sistem yang akan dibangun,
4. Cara Pengadaan
Cara Pengadaan Barang/Jasa pada PBJP secara garis besar dibagi
menjadi dua kelompok yaitu:
a) Swakelola, yakni cara memperoleh Barang/Jasa yang dikerjakan sendiri
oleh K/L/PD Pengguna Anggaran, K/L/PD lain pelaksana Swakelola,
Organisasi Kemasyarakatan, atau Kelompok Masyarakat;
b) Penyedia, yakni cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh
Pelaku Usaha berdasarkan kontrak
B. Latihan
C. Rangkuman
D. Evaluasi
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi materi pokok Bab
II yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi pokok Bab II
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
B. Latihan
C. Rangkuman
D. Evaluasi
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi materi pokok Bab
III yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi pokok Bab III
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (Wikipedia, 2021). Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa merupakan
bagian dari strategi untuk mencapai tujuan Pengadaan Barang/Jasa.
C. Rangkuman
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (Wikipedia, 2021). Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
meliputi:
1. Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
2. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Lebih Transparan, Terbuka,
dan Kompetitif;
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi materi pokok Bab
IV yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi pokok Bab IV
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan
sebagainya (KBBI, 2018). Jadi prinsip pengadaan adalah sikap (attitude) yang
menjadi pokok dasar berpikir dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
Dengan penerapan prinsip-prinsip pengadaan dapat dipastikan akan
diperoleh barang/jasa yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang maksimal
serta biaya pengadaan yang minimal. Di samping itu dari sisi Penyedia
Barang/Jasa akan terjadi persaingan yang sehat dan pada gilirannya akan
mendorong untuk semakin meningkatnya kualitas dan kemampuan Penyedia
Barang/Jasa.
1. Efisien
Efisien artinya Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan
sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah
ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang terbaik.
2. Efektif
Efektif berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan
dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya. Efektif artinya memberi manfaat yang seluas-luasnya sesuai dengan
yang direncanakan.
Langkah langkah mendorong pengadaan yang efektif:
a. Identifikasi kebutuhan dengan tepat untuk memastikan Pengadaan
Barang/Jasa sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah;
3. Transparan
Transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan
Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia
Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.
Transparan ada dua macam. Pertama, transparan dalam arti kriteria,
jadwal, dan berbagai hal yang tertuang dalam dokumen pengadaan dapat
dilihat khalayak, misalnya ditayangkan di website. Kedua, transparan dalam arti
informasi yang ditanyakan dapat diberikan (oleh yang berhak) bila
diminta/ditanyakan, misalnya data/lembar perhitungan hasil evaluasi.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang Transparan:
a. Semua peraturan/kebijakan/ketentuan proses pemilihan penyedia
barang/jasa harus transparan;
4. Terbuka
Terbuka berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua
Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.
Tidak membuat kriteria yang menyebabkan terhambatnya pelaku usaha
yang sebetulnya memenuhi persyaratan (administrasi, lokasi) untuk ikut
berkompetisi menjadi penyedia.
Langkah langkah mendorong pengadaan yang Terbuka:
a. Proses Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan secara terbuka dan dapat
diakses oleh seluruh calon peserta;
b. Tidak mempersyaratkan kriteria tertentu yang menguntungkan salah satu
peserta.
Contoh pelaksanaan pengadaan yang menerapkan prinsip terbuka:
Pengadaan kendaraan operasional dapat diikuti oleh semua pelaku usaha
kendaraan yang memenuhi persyaratan.
5. Bersaing
Bersaing berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantaranya sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa
yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa
yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu
terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
6. Adil
Adil berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia
Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
7. Akuntabel
Akuntabel berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
C. Rangkuman
1. Efisien
2. Efektif
3. Transparan
4. Terbuka
5. Bersaing
6. Adil
7. Akuntabel.
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi materi pokok Bab
V yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi pokok Bab V
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral/akhlak (KBBI, 2018). Jadi etika pengadaan adalah
norma yang mengatur tindakan yang harus dilakukan dan tindakan yang dilarang
dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
Sebagai salah satu upaya untuk membuat Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah menjadi lebih kredibel adalah dengan cara menerapkan etika di
antara Pengelola dan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Penerapan etika bagi
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa menjadi
sangat penting sehingga kepercayaan akan Pengadaan Barang/Jasa akan
semakin kuat.
1. Etika
Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi
etika sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tujuan Pengadaan
Barang/Jasa;
Langkah Langkah untuk melaksanakan tugas secara tertib dan tanggung
jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tujuan
Pengadaan Barang/Jasa:
1) PA/KPA meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan sesuai
ketentuan yang ada baik perencanaan pengadaan melalui Swakelola
dan Penyedia
Pengadaan alat Kesehatan dental unit sebanyak 5 unit senilai Rp. 400 juta
dilaksanakan melalui ekatalog
2. Pertentangan Kepentingan
Khusus mengenai Etika mengenai pertentangan kepentingan (conflict
of interest), Perpres No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Perpres No 12 Tahun 2021
tentang Perubahan Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah mendefinisikan pihak-pihak dan situasi yang terkait
pertentangan kepentingan yaitu:
a. Direksi, Dewan Komisaris, atau personil inti pada suatu badan usaha,
merangkap sebagai Direksi, Dewan Komisaris, atau personil inti pada
badan usaha lain yang mengikuti Tender/Seleksi yang sama;
Langkah Langkah untuk menghindari adalah
1) Pokja Pemilihan dalam melakukan evaluasi kualifikasi
membandingkan nama personil yang bertindak sebagai direksi dan
komisaris antara satu penyedia dengan penyedia lainnya, jangan
sampai rangkap jabatan
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi teknis terutama untuk
pekerjaan konstruksi di personil manajerial dan jasa konsultan di
tenaga ahli, membandingkan penawaran satu penyedia sama
dengan penyedia yang lain yang mengikuti pemilihan paket yang
sama agar tidak terjadi personil manajerial/tenaga ahli yang sama
ditawarkan oleh beberapa penyedia yang mengikuti tender/seleksi
untuk 1 paket.
Pada paket Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota A telah
ditetapkan melalui proses seleksi konsultan MK yaitu PT. A. kemudian
dilakukan seleksi konsultan perencana ditemukan adanya penawaran dari
penyedia yang sebagai konsultan manajemen konstruksi pada pekerjaan,
atas temuan hasil evaluasi ini maka pokja menyatakan PT. A dinyatakan
gugur.
C. Rangkuman
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi materi pokok Bab
VI yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi pokok Bab VI
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
B. Latihan
C. Rangkuman
D. Evaluasi
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi materi pokok Bab
VII yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi pokok Bab VII
A. Uraian Materi
1. Pengguna Anggaran (PA)
Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat Daerah (Perpres No. 12
Tahun 2021 pasal 1 angka 7). Untuk APBN yang bertindak selaku PA adalah
Menteri/Kepala Badan/Kepala Lembaga, sedangkan untuk APBD yang
bertindak selaku PA adalah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (Contoh:
Sekretaris Daerah/Kepala Dinas/Kepala Badan/Camat).
Tugas dan Kewenangan PA adalah:
a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
b. Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang
ditetapkan;
c. Menetapkan perencanaan pengadaaan;
d. Menetapkan dan mengumumkan RUP;
e. Melaksanakan konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
f. Menetapkan penunjukkan langsung untuk tender/seleksi ulang gagal;
g. Menetapkan pengenaan Sanksi Daftar Hitam;
h. Menetapkan PPK;
i. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
j. Menetapkan Penyelenggara Swakelola;
k. Menetapkan tim teknis yang dibentuk dari unsur Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah untuk membantu, memberikan masukan, dan
melaksanakan tugas tertentu terhadap sebagian atau seluruh tahapan
Pengadaan Barang/Jasa;
l. Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui Sayembara/Kontes;
Posisi PPK saat ini dituntut untuk semakin profesional dan terbebas dari
intervensi berbagai kepentingan. Tidak ada lembaga pemerintah yang dapat
melakukan perikatan/perjanjian dengan pihak lain yang dapat berakibat
terjadinya pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah tanpa melalui Pejabat Penandatangan
Kontrak. Akibatnya harus diakui bahwa skala pekerjaan PPK sangat luas dan
cukup rentan dengan masalah hukum yang terkait dengan pelaksanaan
kontrak. Sehubungan dengan beban tugas pekerjaan PPK, maka perlu dibuat
suatu pengelompokan berdasarkan manajemen proyek dalam mengelola suatu
kontrak pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa. Beban tugas pekerjaan pada
manajemen proyek dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.
Lebih lanjut pengelompokan beban tugas pekerjaan PPK disusun agar
kompetensi yang dimiliki PPK sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya.
Berdasarkan hal tersebut, pengelompokan PPK dapat dibagi menjadi beberapa
tipe PPK dengan masing-masing ruang lingkup pekerjaan.
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dapat ditugaskan sebagai PPK.
Penugasan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagai PPK memperhatikan
kesesuaian antara jenjang jabatan dengan tipologi PPK, yaitu:
a. Pengelola PBJ Madya ditugaskan sebagai PPK Tipe A;
b. Pengelola PBJ Muda ditugaskan sebagai PPK Tipe B; dan
c. Pengelola PBJ Pertama ditugaskan sebagai PPK Tipe C.
(PerLKPP No. 7 Tahun 2021)
Tipe PPK disusun berdasarkan ruang lingkup tahapan pengelolaan
kontrak yang dilihat dari tingkat kompleksitas. Tipe PPK ditetapkan mulai dari
tingkat kompleksitas pengelolaan kontrak yang sederhana sampai dengan
kompleks. Hubungan tipe PPK dan pengelolaan kontrak sebagaimana
digambarkan pada Gambar dibawah ini.
6. Agen Pengadaan
7. Penyelenggara Swakelola
Personil
Tipe
No
Swakelola Tim
Tim Persiapan Tim Pelaksana
Pengawas
1 I Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah ditetapkan oleh
PA/KPA
2 II Pegawai Pegawai
Kementerian/Lembaga/Pe rangkat Kementerian/Lembaga/Pera
Daerah ditetapkan oleh PA/KPA ngkat Daerah yang ditetapkan
oleh pimpinan
Kementerian/Lembaga/Pera
ngkat Daerah lain Pelaksana
Swakelola
3 III Pegawai Kementerian/Lembaga/P Pengurus/anggota Organisasi
erangkat Daerah ditetapkan oleh Kemasyarakatan yang
PA/KPA ditetapkan oleh pimpinan
organisasi Kemasyarakatan
pelaksana Swakelola
*Catatan: PA/KPA yang dimaksud untuk APBN dapat ditetapkan oleh PA/KPA, untuk
APBD harus ditetapkan oleh PA.
8. Penyedia
C. Rangkuman
1. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah. Untuk APBN yang bertindak selaku PA adalah Menteri/Kepala
Badan/Kepala Lembaga, sedangkan untuk APBD yang bertindak
selaku PA adalah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (Contoh:
Sekretaris Daerah/Kepala Dinas/Kepala Badan/Camat).
2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada pelaksanaan APBN adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) pada pelaksanaan APBD adalah pejabat yang diberi
kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna
Anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat
Daerah.
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara/anggaran belanja daerah
4. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan
Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
D. Evaluasi
1. Salah satu tugas Pokja Pemilihan ialah …..
A. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan
Tender/Penunjukan Langsung untuk paket pengadaan
Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa Lainnya dengan nilai pagu anggaran
paling banyak 100 miliar
B. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan
Tender/Penunjukan Langsung untuk paket pengadaan
Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa Lainnya dengan nilai pagu anggaran
paling sedikit di atas 100 miliar
C. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan
Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai pagu anggaran paling banyak 100 miliar
D. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan
Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai pagu anggaran paling sedikit di atas 10
miliarAspek Hukum
A. Uraian Materi
1. Peran Usaha Kecil
Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,
Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kriteria UMKM dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.
Kriteria
No Usaha
Modal Usaha (Rp) Penjualan (Rp)
1 Usaha Mikro Maks 1 M Maks 2 M
2 Usaha Kecil >1M–5M > 2 M – 15 M
3 Usaha Menengah >5 M – 10 M >15 M – 50 M
*Sumber: PP No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Barang yang diwajikan yaitu barang produksi dalam negeri yang wajib
dipergunakan untuk memenuhi persyaratan kebutuhan dan memiliki
penjumlahan TKDN dan BMP diatas 40 % dan capaian TKDN lebih atau sama
dengan 25 %.
Preferensi Harga
Preferensi harga adalah insentif bagi produk dalam negeri pada pemilihan
Pengadaan Barang/Jasa berupa kelebihan harga yang dapat diterima
dengan:
KP = TKDN×preferensi
KP = Koefisien Preferensi
HP = Harga Penawaran setelah koreksi aritmatik
h. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA terendah yang
sama, penawar dengan TKDN lebih besar ditetapkan sebagai pemenang.
Dalam hal terdapat dua (2) atau lebih penawaran dengan HEA terendah
yang sama, penawaran dengan TKDN lebih besar ditetapkan sebagai
pemenang.
B. Latihan
1. Sebutkan aspek-aspek yang ada dalam pengadaan berkelanjutan!
2. Apa yang disebut dengan bobot manfaat perusahaan (BMP)?
3. Jelaskan pengertian penggunaan produk dalam negeri!
4. Jelaskan cara Pemerintah berupaya memberikan kesempatan kepada
UMKK untuk berpartisipasi dalam belanja APBN/APBD?
5. Sebutkan ketentuan terkait preferensi harga!
C. Rangkuman
Pemerintah berupaya memberikan kesempatan kepada UMKK untuk
berpartisipasi dalam belanja APBN/APBD dengan cara:
D. Evaluasi
1. Usaha yang memiliki modal usaha maksimal 1 Milyar dan penjualan 2
Milyar termasuk ke dalam …
A. Usaha Mikro
B. Usaha Kecil
A. Uraian Materi
1. Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik
Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan
teknologi informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
secara elektronik (Perpres No. 12 Tahun 2021 pasal 1 angka 21). Transaksi
pengadaan secara elektronik dapat dilakukan antara organisasi bisnis dengan
bisnis yang lain, organisasi bisnis dengan konsumen atau organisasi pemerintah
dengan bisnis sebagai penyedia.
Berdasarkan ketentuan Pasal 69 Perpres No 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan
Perpres No 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Perpres No. 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan secara elektronik
menggunakan sistem informasi yang terdiri atas Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung. Pengadaan Barang/Jasa secara
elektronik mempunyai garis besar sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik menggunakan
sistem informasi yaitu SPSE dan Sistem Pendukungnya.
b. Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik memanfaatkan E-marketplace
meliputi katalog elektronik, Toko daring dan pemilihan penyedia.
1) Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA
yang meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal
dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Pedoman Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa diatur dalam Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan
cara swakelola dan/atau Penyedia. Pedoman pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia meliputi kegiatan persiapan Pengadaan
Barang/Jasa, persiapan pemilihan Penyedia, pelaksanaan pemilihan
Penyedia, Pengelolaan Penyedia, dan Katalog Elektronik.
Dalam sub bab selanjutnya akan diuraikan Katalog Elektronik, Toko Daring
dan Pemilihan Penyedia (pengadaan langsung, penunjukan langsung, E-tender,
dan E-selection).
1) Katalog Elektronik
Pelaku dalam sistem Katalog Eletronik terdiri atas:
a) Kepala LKPP/Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah;
b) Pejabat Pembuat Komitmen;
c) Pejabat Pengadaan; dan
d) Penyedia Katalog
Adapun Barang/Jasa pada katalog elektronik teridiri dari barang, pekerjaan
saja konstruki dan/atau jasa lainnya
Pengadaan melalui Katalog secara elektronik akan lebih meningkatkan
transparansi dan mempersingkat waktu pemrosesan siklus pengadaan
dengan menyediakan daftar barang/jasa. Katalog Elektronik sendiri, terdiri
atas:
a) Katalog Elektronik Nasional Katalog elektronik nasional adalah Katalog
Elektronik yang disusun dan dikelola oleh Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Berdasarkan Peraturan LKPP No. 9/2021 tentang Toko Daring dan Katalog
Elektronik Pengadaan barang/Jasa, Pelaku didalam penyelenggaraan Toko
Daring terdiri atas:
a) Kepala LKPP
b) Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) yang
dapat berupa Marketplace dan Ritel Daring; dan
c) Pedagang (Merchant) / Penyedia
d) Pelaku pengadaan di dalam e-purchasing Toko Daring, terdiri atas
(1) Pejabat Pembuat Komitmen
(2) Pejabat Pengadaan
3) Pemilihan Penyedia
Pemilihan Penyedia secara elektronik dilakukan untuk pengadaan
langsung, penunjukan langsung, tender dan seleksi secara elektronik.
Pemilihan Penyedia secara elektronik merupakan tata cara pemilihan
penyedia yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan metode pemilihan di atas.
Ruang lingkup Pemilihan Penyedia secara elektronik meliputi proses
pengumuman PBJ sampai dengan penandatanganan kontrak. Pelaku
yang terlibat dalam Pemilihan Penyedia secara elektronik adalah
Pejabat Pembuat Komitmen, UKPBJ/Kelompok Kerja Pemilihan,
Pejabat Pengadaan dan Penyedia/Pelaku Usaha. Pemilihan Penyedia
secara elektronik dilaksanakan dengan menggunakan sistem
pengadaan secara elektronik yang diselenggarakan oleh UKPBJ.
C. Rangkuman
Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan
teknologi informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
secara elektronik. Secara Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung. Pengadaan
Barang/Jasa secara elektronik mempunyai garis besar sebagai berikut:
A. Uraian Materi
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, fungsi pengelolaan layanan
pengadaan secara elektronik yang dilaksanakan oleh unit kerja terpisah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4) berlaku sampai dengan 31
Desember 2023.
3. Kelembagaan
Manajemen Kelembagaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (PBJP)
yang diimplementasikan dalam bentuk Unit Kerja Pengadaan Barang Jasa
(UKPBJ) memiliki tugas menyelenggarakan dukungan pengadaan pada K/L/PD.
a) Kepala UKPBJ;
b) Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi
pengelolaan pengadaan barang/jasa;
c) Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi
pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik;
d) Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi
pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan pengadaan
barang/jasa; dan
e) Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi
pelaksanaan pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis
pengadaan barang/jasa.
Dalam melaksanakan kegiatannya, UKPBJ diharapkan dapat
meningkatkan kapabilitas dari UKPBJ melalui model kematangan UKPBJ yang
diharapkan bertujuan untuk menuju pusat keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
a) Inisiasi, yaitu UKPBJ yang pasif dalam merespon setiap permintaan dengan
bentuk yang masih ad-hoc dan belum merefleksikan keutuhan perluasan
fungsi UKPBJ;
b) Esensi, yaitu UKPBJ yang memfokuskan pada fungsi dasar UKPBJ dalam
proses pemilihan, memiliki pola kerja tersegmentasi dan belum terbentuk
kolaborasi antar pelaku proses Pengadaan Barang/Jasa yang efektif;
c) Proaktif, yaitu UKPBJ yang menjalankan fungsi Pengadaan Barang/Jasa
dengan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pemangku kepentingan
melalui kolaborasi, penguatan fungsi perencanaan bersama pemangku
kepentingan internal maupun eksternal;
d) Strategis, yaitu UKPBJ yang melakukan pengelolaan pengadaan inovatif,
terintegrasi dan strategis untuk mendukung pencapaian kinerja organisasi;
dan
e) Unggul, yaitu UKPBJ yang senantiasa melakukan penciptaan nilai tambah
dan penerapan praktik terbaik Pengadaan Barang/Jasa yang berkelanjutan
sehingga menjadi panutan dan mentor untuk UKPBJ lainnya.
Kapabilitas UKPBJ merupakan tingkatan level kematangan dari terendah
sampai tertinggi, dimana pengukurannya dilakukan secara berjenjang dan
kenaikan tingkatan dilakukan secara bertahap/berurutan yang meliputi 4 domain
dan 9 variabel.
B. Latihan
C. Rangkuman
D. Evaluasi
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi materi pokok Bab
XI yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi pokok Bab XI
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
1. Pengawasan Internal
Pengawasan internal/intern merupakan seluruh proses kegiatan audit,
reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (PP No 60 Tahun
2008).
Penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi di maksud adalah
penyelenggaraan tugas dan fungsi sebagai Instansi Pemerintah yaitu
Kementerian/Lembaga dan Organisasi Perangkat Daerah pada Pemerintahan
Daerah. Pengawasan intern dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP. APIP dalam hal ini adalah :
a. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern pada Kementerian/Lembaga
b. Inspektorat Provinsi pada Pemerintah Provinsi
c. Inspektorat Kabupaten/Kota pada Pemerintah Kabupaten/Kota
Pengawasan internal yang dapat dilakukan APIP terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi adalah sebagai berikut:
a. Audit, adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistema, atau proses
atau produk yaitu dengan membandingkan antara kondisi/fakta dengan
kriteria (regulasi, kebijakan, atau krteria lain yang ditetapkan bersama)
3. Sanksi
Sanksi dalam proses Pengadaan Barang/Jasa pemerintah dapat
dikenakan kepada
a. peserta pemilihan,
b. pemenang pemilihan,
c. penyedia, baik dalam proses pemilihan atau katalog
d. PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan yang
melakukan perbuatan atau tindakan dalam proses Pengadaan
Barang/Jasa pemerintah.
e. Penyelenggara Swakelola
Sanksi daftar hitam berlaku juga bagi peserta yang bergabung dalam
satu konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk kerja sama lain.
Pengenaan sanksi daftar hitam terhadap peserta pemilihan/penyedia mengacu
pada perjanjian konsorsium/kerja sama operasi/ kemitraan/bentuk kerja sama
lain, yaitu:
a. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada kantor pusat perusahaan
berlaku juga untuk seluruh kantor cabang/perwakilan perusahaan.
b. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada kantor cabang/perwakilan
perusahaan berlaku juga untuk kantor cabang/perwakilan lainnya dan
kantor pusat perusahaan.
c. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada perusahaan induk tidak
berlaku untuk anak perusahaan.
d. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada anak perusahaan tidak
berlaku untuk perusahaan induk.
4. Pelayanan Hukum
Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam pelaksanaannya
terlepas dari permasalahan hukum yang disebabkan oleh pelanggaran,
sengketa kontrak dan tindakan-tindakan penyimpangan (penyuapan,
5. Penyelesaian Sengketa
Sesuai Pasal 85 Perpres No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Perpres No 12
Tahun 2021 tentang Perubahan Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah menyatakan bahwa penyelesaian sengketa kontrak
antara PPK dan Penyedia dalam pelaksanaan Kontrak dapat dilakukan melalui
layanan penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase, Dewan Sengketa Konstruksi,
atau penyelesaian melalui pengadilan. Ketentuan mengenai Dewan Sengketa
Konstruksi diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
C. Rangkuman
D. Evaluasi
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Simpulan
B. Implikasi
1. D
2. B
3. D
1. C
2. A
3. A
1. C
2. D
3. A
1. A
2. D
3. A
1. D
2. D
3. D
1. D
2. D
3. A
1. A
1. A
2. A
3. A
1. D
2. A
3. D
1. D
2. D
3. A
1. C
2. A
3. A
Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman PBJP melalui Penyedia.
JENIS KOMPETENSI:
MELAKUKAN PERENCANAAN PBJP LEVEL 1
VERSI II
Oleh:
Emilia
Segala Puji Bagi Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat-Nya modul ini
dapat diselesaikan dengan baik. Modul Melakukan Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) Level 1 ini menjelaskan pelaksanaan proses
perencanaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Modul ini diharapkan dapat membantu para peserta Pelatihan
Kompetensi PBJP Level 1 mampu memahami dan melakukan praktik-praktik
yang baik dalam melakukan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
serta dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaran pelatihan.
Kami ucapkan terimakasih kepada Sdri. Emilia yang telah menyusun
modul ini. Kami juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada Pimpinan LKPP dan semua pihak yang memberikan
sumbangsih dan masukan konstruktifnya untuk kesempurnaan penulisan
modul ini.
Demikian modul ini dibuat, semoga bermanfaat untuk peningkatan
kompetensi SDM Pengadaan Barang/Jasa.
Hardi Afriansyah
NIP. 196904212002121001
A. Latar Belakang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik dan
pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Selain itu tujuan
pengadaan Barang/Jasa diharapkan juga mampu memberikan pemenuhan
nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value for money), peningkatan
penggunaan produk dalam negeri, meningkatkan peran Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan Koperasi; meningkatkan peran pelaku usaha nasional, mendukung
pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian,
meningkatkan keikutsertaan industri kreatif, mewujudkan pemerataan ekonomi
dan perluasan kesempatan usaha dan meningkatkan pengadaan yang
berkelanjutan.
Dengan peranan yang begitu penting dalam pelaksanaan pembangunan
Nasional, maka salah satu upaya untuk mencapai tujuan pengadaan diatas
adalah melalui peningkatan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Perencanaan Barang/Jasa yang tepat menjadi peranan penting
atas berhasil atau tidaknya mencapai tujuan pengadaan barang/jasa tersebut.
Perencanaan pengadaan barang/jasa melibatkan pelaku pengadaan yaitu
PPK dan PA. PA dapat mendelegasikan tugas dan kewenangan dalam
Perencanaan Pengadaan kepada KPA. Para pelaku pengadaan tersebut akan
menentukan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman yang komprehensif para pelaku perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah khususnya para peserta dalam menyusun
perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Sehingga perencanaan
pengadaan barang/jasa lebih tepat dan sesuai dengan prinsip efisien, efektif,
transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari Modul ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan tentang proses Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Level 1.
2. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan setelah mempelajari Modul ini, peserta
mampu:
a. Menjelaskan Identifikasi/Reviu Kebutuhan dan Penetapan Barang/Jasa
pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Menjelaskan Penyusunan Spesifikasi Teknis dan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
c. Menjelaskan Penyusunan Perkiraan Harga untuk setiap tahapan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
d. Menjelaskan Perumusan Strategi Pengadaan, Pemaketan, dan Cara
Pengadaan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta masing-
masing faktor yang mempengaruhinya.
A. Uraian Materi
1. Peningkatan Kualitas Perencanaan PBJP
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pengadaan barang/jasa adalah
melalui peningkatan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Peningkatan kualitas perencanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan
dengan cara:
a. PA selaku penanggung jawab kegiatan, dalam melakukan penyusunan
RKA yang di dalamnya terdapat pengadaan barang/jasa telah
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Identifikasi kebutuhan barang/jasa sesuai dengan Rencana Kerja;
2) Penyusunan spesifikasi teknis/KAK sesuai kebutuhan;
3) Ketersediaan barang/jasa dan/atau penyedia di pasar;
4) Ketersediaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam bentuk produk/jasa
dalam negeri; dan
5) Penyusunan RAB sesuai spesifikasi teknis/KAK sebagai dasar
pengusulan anggaran.
b. PA selaku penanggung jawab kegiatan, dalam melakukan penyusunan
RKA perlu mempertimbangkan untuk melibatkan para pihak dalam
ekosistem pengadaan, antara lain:
1) UKPBJ, termasuk pengelola pengadaan barang/jasa, personel
lainnya dan agen pengadaan; dan
2) APIP masing-masing K/L/PD.
c. Dalam penyusunan Perencanaan Pengadaan, PA/KPA dan PPK perlu
mempertimbangkan:
1) Hasil monitoring evaluasi pada tahun sebelumnya;
PA/KPA :
K/L/P/D :
Nama/Jenis Kegiatan :
Sub Kegiatan/Pekerjaan :
Jenis Kebutuhan Barang :
PA/KPA
…………..
Catatan:
Daftar pertanyaan tersebut dapat ditambah
Rencana Kerja
Penyusunan
Identifikasi Kebutuhan
Barang/jasa
Spesifikasi
Penyusunan
Spesifikasi teknis/KAK
Pengusulan
Perkiraan Harga/RAB
Anggaran
5. Penetapan Barang/Jasa
Penetapan barang/jasa merupakan hasil analisis terhadap kebutuhan
barang/jasa dari proses identifikasi kebutuhan yang dapat menggambarkan
kebutuhan nyata untuk mendukung dan mencapai program, kegiatan dan
output unit organisasi. Penetapan jenis Pengadaan Barang/Jasa berupa
Barang, Pekerjaan konstruksi, Jasa konsultansi, dan Jasa lainnya. Penetapan
barang/jasa juga dilakukan terhadap pekerjaan yang dilakukan secara
terintegrasi.
Barang
Pekerjaan
Konstruksi
Jasa Konsultansi
JENIS PBJP
Konstruksi
Jasa Konsultansi
Jasa Konsultansi
NonKonstruksi
Jasa Lainnya
a. Barang
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang. Barang meliputi,
B. Latihan
Latihan ini dilakukan dalam rangka pendalaman materi tentang
identifikasi/reviu kebutuhan dan penetapan barang/jasa pada PBJP yang telah
dipaparkan sebelumnya. Dalam latihan ini, setiap peserta diminta untuk
menjelaskan hal-hal di bawah ini:
1. Sebutkan dan jelaskan kegiatan apa saja yang harus dilakukan ole PA
untuk meningkatkan kualitas PBJ
2. Sebutkan apa saja yang harus diperhatikan pada saat melakukan
Identifikasi kebutuhan barang/jasa
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan spend analysis, manfaat dan
pelaksanaannya.
C. Rangkuman
Untuk peningkatan kualitas perencanaan dilakukan Identifikasi kebutuhan
barang/jasa dengan memperhatikan prinsip efisien dan efektif Pengadaan
Barang/Jasa, aspek pengadaan berkelanjutan, penilaian prioritas kebutuhan,
barang/jasa pada katalog elektronik, konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dan
barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda
telah memahami materi pokok Bab II. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih di bawah 80%, anda harus mengulangi lagi materi pokok Bab II
terutama bagian yang belum anda kuasai.
A. Uraian Materi
1. Pengertian Spesifikasi Teknis dan KAK
Kenneth Lysons dalam bukunya Purchasing and Supply Chain
Management, menyebutkan bahwa spesifikasi adalah pernyataan dari atribut-
atribut barang atau jasa. Secara umum, spesifikasi berfungsi sebagai media
komunikasi dan perbandingan. Spesifikasi adalah karakteristik total dari
barang/jasa, yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna barang/jasa yang
dinyatakan secara tertulis.
Yang dimaksud dengan memenuhi kebutuhan adalah bila kriteria
tersebut terpenuhi oleh barang/jasa tersebut, maka kebutuhan minimum
(minimum requirement) dari pengguna barang/jasa tersebut telah terpenuhi.
Sedangkan pengertian secara tertulis adalah kebutuhan tersebut ditulis secara
lengkap dan jelas yang memungkinkan kedua belah pihak dapat memahami
dan untuk mengukur derajat pemenuhannya. Misalnya, pengguna
membutuhkan beberapa unit laptop untuk dipakai oleh karyawan. Kebutuhan
tersebut diidentifikasi berapa jumlah dani jenis kinerja atau fungsi laptop yang
dibutuhkan, kemudian apakah ada standar yang harus dipenuhi.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah batasan mengenai gambaran
tujuan, ruang lingkup dan struktur sebuah kegiatan yang telah disepakati
untuk memandu suatu kegiatan/agar sesuai dengan apa yang diharapkan dan
menjadi acuan dan rambu-rambu bagi pelaksana.
Spesifikasi teknis dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) berbeda dalam
penggunaannya pada proses pemilihan. Penggunaan dibedakan menurut
jenis pengadaannya yaitu Untuk Jenis Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya menggunakan spesifikasi teknis, sedangkan Jasa Konsultansi
menggunakan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Memberikan informasi
kepada penyedia
Media Komunikasi tentang kebutuhan
pembeli
Spesifikasi
Spesifikasi yang
ditawarkan penyedia
Perbandingan menyediakan atribut
produk yang
ditawarkan
Spesifikasi
Mutu/Kualitas
Spesifikasi
Waktu
Spesifikasi teknis
Spesifikasi
Spesifikasi
mutu/kualitas, Spesifikasi jumlah Spesifikasi waktu
pelayanan
opsi:
Uraian
Spesifikasi kinerja Jangka waktu Tingkat pelayanan
barang/pekerjaan
Pelatihan jika
Merek Satuan Lokasi
perlu
Sampel
Spesifikasi teknik
Spesifikasi
komposisi
Merek
Fungsi dan
Kinerja Standarisasi
SPESIFIKASI
MUTU
komposisi
Sampel
Spesifikasi Teknis
5) Spesifikasi Komposisi
Spesifikasi komposisi merupakan bentuk spesifikasi yang menyatakan
susunan zat suatu barang dengan karakteristik masing-masing unsur
pembentuknya. Spesifikasi komposisi juga sering digunakan pada
barang/jasa yang memerlukan batasan peraturan lingkungan hidup.
Misalnya, kadar cat pada mainan anak-anak dan bahan kimia pada obat.
6) Spesifikasi Fungsi dan Kinerja
Spesifikasi fungsi dinyatakan dalam fungsi-fungsi yang harus dipenuhi
oleh barang/jasa yang dibeli. Spesifikasi kinerja menyatakan tingkat
kemampuan dari fungsi-fungsi barang/jasa tersebut. Misalnya: kendaraan
yang mampu mengangkut barang sebesar 5 metrik ton (MT) di daerah
pegunungan (spesifikasi fungsi) dengan konsumsi bensin maksimum 11
km per liter (spesifikasi kinerja).
b. Spesifikasi Jumlah
Untuk menentukan spesifikasi Jumlah dalam Pengadaan Barang/Jasa,
harus dipertimbangkan jumlah penggunaan barang/jasa di masa lalu dan
memperkirakan kecenderungan kebutuhan barang/jasa tersebut di masa yang
akan datang.
Jumlah kebutuhan barang dapat diperkirakan berdasarkan beberapa
pendekatan berikut ini:
1) Perhitungan sederhana
Menghitung kebutuhan untuk tahun mendatang, dengan mengurangi
jumlah perkiraan hasil perhitungan kebutuhan untuk tahun depan dengan
jumlah stok barang yang ada pada saat ini.
Tahun Kebutuhan
2015 125
2016 120
2017 128
2018 135
2019 139
2020 142
c. Spesifikasi Waktu
Spesifikasi waktu mencakup diantaranya adalah spesifikasi jadwal
kedatangan barang/jasa, lokasi kedatangan barang, metode transportasi dan
pengepakan.
d. Spesifikasi Pelayanan
Tingkat layanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak
dan berdampak biaya bagi penyedia barang/jasa, sehingga akan
mempengaruhi besarnya nilai penawaran. Contohnya antara lain
menyediakan jasa bantuan (helpdesk service) yang siap selama 24 jam tiap
hari selama masa percobaan operasi, waktu tanggapan (respond time) dan
ketepatan waktu (fix time) yang jelas, ketika ada keluhan (misalnya ada
C. Rangkuman
Spesifikasi adalah karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat
memenuhi kebutuhan pengguna barang/jasa yang dinyatakan secara tertulis.
Sedangkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah batasan mengenai
gambaran tujuan, ruang lingkup dan struktur sebuah kegiatan yang telah
disepakati untuk memandu suatu kegiatan/agar sesuai dengan apa yang
diharapkan dan menjadi acuhan dan rambu-rambu bagi pelaksana.
Spesifikasi teknis digunakan untuk pengadaan barang, Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Lainnya. Fungsi spesifikasi antara lain memberikan
informasi kepada penyedia dan menyediakan deskripsi dari atribut produk
yang ditawarkan. Apabila spesifikasi dibuat oleh pembeli maka spesifikasi
memberikan informasi kepada penyedia apa yang dibutuhkan user,
sedangkan apabila spesifikasi ditawarkan oleh penyedia maka spesifikasi
menyediakan deskripsi dari atribut produk yang ditawarkan. PPK dalam
menyusun spesifikasi teknis/ KAK menggunakan:
1) Produk dalam negeri;
2) Produk bersertifikat SNI;
3) Produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam
negeri
4) Produk ramah lingkungan hidup
5) Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan
merek terhadap:
a) Komponen barang/jasa contoh: pengadaan keramik merek Ramon,
WC duduk merek TATA/Indonesian standar.
D. Evaluasi
1. Karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat memenuhi kebutuhan
pengguna barang/jasa yang dinyatakan secara tertulis merupakan
pengertian:
A. Identifikasi kebutuhan
B. Spesifikasi
C. Spesifikasi/KAK
D. Kerangka Acuan Kerja
2. Spesifikasi memberikan informasi kepada penyedia apa yang
dibutuhkan user, merupakan fungsi spesifikasi:
A. Media Komunikasi dan perbandingan
B. Media Komunikasi
C. Perbandingan penawaran
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda
telah memahami materi pokok Bab III. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih di bawah 80%, anda harus mengulangi lagi materi pokok Bab III
terutama bagian yang belum anda kuasai.
A. Uraian Materi
Perkiraan harga menjadi salah satu faktor untuk mendapatkan
barang/jasa secara efektif, efisien dan ekonomis. Perkiraan harga merupakan
proses penjumlahan elemen-elemen biaya, dengan menggunakan metode
tertentu dan data yang valid, untuk memperkirakan biaya program, kegiatan
atau pekerjaan dimasa mendatang berdasarkan data dan informasi yang telah
diketahui pada saat ini.
Penyusunan perkiraan harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri
dari penyusunan Rencana Anggaran Biaya/RAB dan penyusunan perkiraan
harga sendiri/HPS. Untuk peningkatan kualitas perencanaan PBJ
Penyusunan RAB sesuai spesifikasi teknis/KAK merupakan salah satu yang
harus dipertimbangkan PA selaku penanggung jawab kegiatan dalam
melakukan penyusunan RKA, yang didalamnya terdapat pengadaan
barang/jasa. Pada tahapan perencanaan untuk anggaran pengadaan, PPK
melakukan reviu terhadap ketersediaan biaya pendukung pada RKA K/L atau
RKA PD, sedangkan pada tahapan persiapan pengadaan dilakukan
penyusunan dan penetapan HPS.
persiapan pelaksanaan
pengadaan pemasangan
survey Instalasi
genset
Jumlah IV
V Biaya operasional peralatan
1
2
Jumlah V
Jumlah VIII
Jumlah Seluruh Biaya
PPN 10%
Total Biaya (I+II....+VIII)
HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain, dan
Pajak Penghasilan (PPh).
Harga
No Uraian Vol Satuan Jumlah
Satuan
1 Komponen Gaji
Personil [7 ORG X 12 BLN1 84 OB 3,100,000 260,400,000
Tunjangan Koordinator (5% dariGaji
12 OB 155.000 1,860,000
Pokok) [1 ORG x 12 BLN1
BPJS (6.24%) (JKK=0,24%,
JHT=5,7%, JK=0,3%) [7 ORG x 12 84 OB 193.440 16,248,960
BLN1
Tunjangan Hari Raya (satu kali gaji)
7 OB 3,100,000 21,700,000
[7 ORG x 1 BLN1
Supervisor (5% dari UMK) [1 ORG x
48 OB 155.000 7,440,000
4 Kali x 12 BLN
2 Seragam
Biaya Seragam Lengkap: @2 Stell
14 STEL 340.000 4,760,000
[7ORG x 2STEL1
3 Chemical & Bahan
Reffil Pewangi Ruangan (Electric)
425 Buah 33.000 14,025,000
besar[25 x 17 Buahl
Pewangi Ruangan Spray 25 Buah 14.000 350.000
Sabun Cuci Piring 50 lt 20.000 1,000,000
Diterjen 15 kg 18.000 270.000
Tissue Kotak [25 x 24 BKS1 600 Buah 7.000 4,200,000
Karung Plastik Sampah [9 x 12 BLN1 108 Kg 18.000 1,944,000
Shampo Karpet 1 Gln 225.000 225.000
Metal Polish 2 Gln 270.000 540.000
PPK
Terbilang : Seratus delapan puluh empat juta Sembilan ratus sepuluh rupiah
B. Latihan
Latihan ini dilakukan dalam rangka pendalaman materi tentang
penyusunan harga pada PBJP yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam
latihan ini, setiap peserta diminta untuk menjelaskan hal-hal di bawah ini:
1. Jelaskan sumber data untuk penyusunan anggaran pengadaan
barang/jjasa yang Anda ketahui? Jelaskan!
2. Jelaskan tahapan penyusunan RAB Pengadaan Barang/Jasa?
C. Rangkuman
Perkiraan harga merupakan proses penjumlahan elemen-elemen biaya,
dengan menggunakan metode tertentu dan data yang valid, untuk
memperkirakan biaya program, kegiatan atau pekerjaan dimasa mendatang
berdasarkan data dan informasi yang telah diketahui pada saat ini.
Penyusunan perkiraan harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri
dari penyusunan Rencana Anggaran Biaya/RAB dan penyusunan perkiraan
harga sendiri/HPS. Untuk peningkatan kualitas perencanaan PBJ Penyusunan
RAB sesuai spesifikasi teknis/KAK merupakan salah satu yang harus
dipertimbangkan PA. Pada tahapan perencanaan untuk anggaran pengadaan,
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda
telah memahami materi pokok Bab IV. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih di bawah 80%, anda harus mengulangi lagi materi pokok Bab IV
terutama bagian yang belum anda kuasai.
A. Uraian Materi
Tujuan organisasi dibuat secara umum dan untuk kepentingan
organisasi. Tujuan organisasi dibuat berjangka yang terdiri dari tujuan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan organisasi dibuat
sebagai acuan arahan bagi organisasi dan seluruh unsur di dalamnya dalam
mencapai tujuan tersebut sehingga pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih
efisien dan terarah.
Gambar di bawah ini mengilustrasikan bagaimana rencana-rencana
taktis dan operasional memberikan kontribusi untuk pencapaian tujuan
organisasi. Pemahaman mengenai alur ini berguna untuk menyusun
kebutuhan barang/jasa yang selaras, sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.
Contoh:
Di sebuah rumah sakit, pengadaan obat dan alat kesehatan merupakan
kebutuhan utama. Apabila pengadaan obat dan alat kesehatan tersebut
terganggu, maka pelayanan kepada masyarakat tidak maksimal. Sehingga
tujuan utama rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat tidak tercapai.
Y
Dampak/Resiko
X
Ni l a i Penga da a n per Ta hun
Leverage ● Banyak penyedia dan Karena nilai belanja yang besar Cari harga
Items barang/jasa tersedia di dan risiko rendah, strategi terbaik
pasar. pasokan untuk Leverage Items
● Barang standar. akan fokus untuk menekan
● Nilai belanja tahunan harga. Namun, strategi ini akan
organisasi tinggi. bervariasi serta tergantung
pada tingkat variabilitas harga
● Barang/jasa tersebut
antar pemasok, dengan
berisiko rendah untuk mempertimbangkan biaya yang
organisasi. dikeluarkan untuk beralih dari
satu penyedia ke penyedia
lainnya (switching cost).
Bottleneck ● Barang/jasa tersebut Karena nilai belanja yang Jadilah
Items berisiko tinggi untuk rendah, sehingga tidak atraktif customer
organisasi. bagi penyedia. Fokus strategi yang baik
● Hanya terdapat yang dapat diterapkan adalah
beberapa penyedia. dengan meminimalkan risiko
● Bukan barang/jasa pasokan. Harga menjadi
prioritas ke-dua. Sehingga
standar.
masuk akal jika organisasi akan
● Nilai belanja organisasi membayar lebih untuk sesuatu
rendah. yang dianggap penting bagi
keberlangsungan organisasi.
Critical ● Bukan barang/jasa Dengan nilai belanja yang Kemitraan
Items standar. tinggi menjadi atraktif di mata jangka
● Hanya terdapat penyedia. Namun karena panjang
beberapa penyedia. risikonya tinggi bagi organisasi,
● Barang/jasa tersebut maka critical items menjadi
berisiko tinggi untuk prioritas utama bagi organisasi.
Fokus strategi yang diterapkan
organisasi.
harus mampu menekan biaya
● Nilai belanja tahunan dan risiko.
organisasi tinggi.
c. Manfaat Pemaketan
Manfaat pemaketan bila dilakukan dengan tepat diantaranya:
1) Menjadi lebih efisien dengan adanya pengurangan biaya karena dengan
kuantitas yang lebih besar, para pelaku usaha dapat mengurangi biaya
produksinya, seperti: biaya produksi langsung, biaya overhead, biaya
pengiriman dan biaya administrasi.
2) Pengelolaan kontrak yang lebih efisien dikarenakan penggabungan
barang/jasa yang tepat (konsolidasi) akan mengurangi jumlah kontrak
yang harus diawasi dan dikendalikan.
3. Cara Pemaketan
Untuk membantu proses pemaketan pengadaan, dapat menggunakan
Supply Positioning Model, dengan cara menggabungkan pengetahuan dengan
informasi biaya yang dikeluarkan terhadap para pemasoknya dan
ketergantungan organisasi terhadap pemasok tersebut. Data dan informasi
tersebut dapat diperoleh dari survei pasar antara lain survei melalui internet
ataupun website pemasok, berdiskusi dengan beberapa calon pemasok yang
sudah diketahui, atau melalui data Spend Analysis.
Supply 15 1,2,3,4,5,6,7
Risk
11,12,13,14,8 9,10
Non Cretical Items Leverage Items
Impact on Profit
Gambar 5.6 Kategorikan Barang/Jasa di RS A
Pengabungan
No Pengadaan Harga (Rp)
Pengadaan
1 1 Peralatan Untuk Pasien 125.365.000
2 2,3,5,6,7 Perlatan Cathlab 189.000.000
Konsumable HD 99.000.000
Aleks Disposible 78.000.000
Bahan Medis Habis Pakai 101.000.000
Film Rontgen 85.000.000
4 4 Obat-obatan 188.000.000
9 Jasa Konsultan IT RS 54.000.000
10 Pembangunan gedung 2.000.000.00
Jantung terpadu 0
11 11,14,8 Alat Tulis Kantor 84.000.000
Komputer dan Informasi 155.000.000
Teknologi
Barang Operasional RS 76.890.900
12 12,13 Media pemasaran Rs 26.000.000
Kebutuhan label obat 20.000.000
15 15 Perbaikan Boiler 56.000.000
3.337.255.90
Total
0
Risk
(12,13), (11,14,8) (9),(10)
Non Cretical Items Leverage Items
Impact on Profit
C. Rangkuman
Strategi Pengadaan adalah usaha terbaik yang dilakukan untuk
mencapai tujuan pengadaan dalam mendapatkan barang/jasa yang tepat
kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, tepat sumber, dan tepat harga
berdasarkan prinsip dan etika pengadaan.
Perumusan strategi dilakukan berdasarkan beberapa kelompok/kategori
yaitu strategi yang dikembangkan berdasarkan tujuan dan kebijakan
pengadaan, strategi berdasarkan proses pada tahap perencanaan dan
strategi berdasarkan kategori barang/jasa model Supply Positioning Model
(routine, Leverage, bottleneck, dan critical).
Pemaketan adalah mengelompokkan pekerjaan yang sejenis untuk
keberhasilan dalam mencapai hasil/output pekerjaan berdasarkan prinsip-
prinsip pengadaan. Dalam melakukan pemaketan barang/jasa perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: efisiensi penggunaan sumber
daya (waktu, tenaga kerja) dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa,
keberpihakan kepada produk dalam negeri dan penyedia dalam negeri dan
sisi komersial.
Larangan dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa, antara
lain menyatukan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa
yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan
tingkat efisiennya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-
masing, menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang menurut
sifat dan jenis pekerjaannya harus dipisahkan, menyatukan beberapa paket
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda
telah memahami materi pokok Bab V. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih di bawah 80%, anda harus mengulangi lagi materi pokok Bab V
terutama bagian yang belum anda kuasai.
A. Uraian Materi
James D. Mooney mengatakan, “Organisasi yaitu bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama”. Pengertian organisasi
menurut teori klasik yaitu gambaran sistematis tentang hubungan kerja sama
dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Organisasi merupakan proses untuk menyusun struktur
formal dalam perusahaan, mengelompokkan dan mengatur serta membagi
tugas diantara para anggotanya sesuai dengan kemampuan dan bidangnya
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan pengadaan barang/jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD
yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima
hasil pekerjaan.
Pada anggaran belanja APBD, PPK yang dirangkap oleh KPA dapat
menugaskan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk menyusun
Perencanaan Pengadaan. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang
selanjutnya disebut PPTK adalah pejabat pada Unit Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa kegiatan dari
B. Latihan
Latihan ini dilakukan dalam rangka pendalaman materi tentang
perumusan organisasi pengadaan yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam
latihan ini, setiap peserta diminta untuk menjelaskan hal-hal di bawah ini:
1. Apakah yang Anda ketahui terkait kelembagaan pengadaan barang/jasa?
Jelaskan!
2. Jelaskan unsur-unsur dasar pembentukan organisasi pengadaan?
C. Rangkuman
Organisasi merupakan proses untuk menyusun struktur formal dalam
perusahaan, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara
para anggotanya sesuai dengan kemampuan dan bidangnya untuk mencapai
tujuan. Untuk itulah Kementerian, Lembaga atau Pemerintahan Daerah
membentuk organisasi pengadaan yaitu Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa.
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah
unit kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi Pusat
Keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
UKPBJ memiliki tugas menyelenggarakan dukungan Pengadaan
Barang/Jasa pada Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah. Dalam rangka
pelaksanaan tugas tersebut, UKPBJ memiliki fungsi: pengelolaan Pengadaan
Barang/Jasa; pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik; pembinaan
sumber daya manusia dan kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa;
pelaksanaan pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis
Pengadaan Barang/Jasa; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
menteri/kepala lembaga/kepala daerah yang berkaitan dengan tugas dan
fungsinya.
UKPBJ sebagai unit kerja struktural dipimpin oleh kepala dengan
4(empat) perangkat organisasi UKPBJ. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan
D. Evaluasi
1. Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi pengadaan antara lain :
A. Adanya tujuan, adanya dua orang atau lebih adanya pembagian
tugas, adanya kehendak untuk bekerja sama
B. Adanya tujuan bersama, adanya dua orang atau lebih adanya
pembagian tugas, adanya kehendak untuk bekerja sama
C. Adanya tujuan bersama, adanya tiga orang atau lebih adanya
pembagian tugas, adanya kehendak untuk bekerja sama
D. Adanya tujuan bersama, adanya dua orang, adanya pembagian
tugas, adanya kehendak untuk bekerja sama
2. Unit kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi
Pusat Keunggulan Pengadaan Barang/Jasa yang memiliki fungsi
pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa, pengelolaan LPSE, pembinaan
sumber daya manusia dan kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa,
pelaksanaan pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis
Pengadaan Barang/Jasa dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
menteri/kepala lembaga/kepala daerah yang berkaitan dengan tugas dan
fungsinya adalah:
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda
telah memahami materi pokok Bab VI. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih di bawah 80%, anda harus mengulangi lagi materi pokok Bab VI
terutama bagian yang belum anda kuasai.
A. Uraian Materi
Pengertian risiko menurut ISO 31000 adalah “pengaruh ketidakpastian
pada tujuan. Ketidakpastian meliputi peristiwa (yang mungkin atau tidak
terjadi) dan ketidakpastian yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau
ketidakjelasan”. Jadi risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa
yang dapat membawa dampak yang tidak diinginkan, terhadap tujuan,
strategi, sasaran, dan/atau target.
Karakteristik Risiko adalah ketidakpastian dan kerugian. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal
dengan istilah “peluang” (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah “risiko” (risk).
Dengan kata lain, risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau
keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran. Risiko
dapat ditentukan kemungkinannya jika tersedia data/informasi cukup,
ketidakpastian tidak dapat ditentukan kemungkinan terjadinya sedangkan
masalah adalah sesuatu yang telah terjadi
Risiko pada pengadaan barang/jasa dapat terjadi pada setiap tahapan
yaitu perencanaan, persiapan dan pelaksanaan. Pengadaan barang/jasa
memiliki risiko yang berbeda baik secara internal, eksternal, politik, strategis,
ataupun operasional. Wujud risiko bisa berbagai macam, antara lain: kerugian
material atau finansial; tanggung jawab hukum; kegagalan pengadaan,
kegagalan operasi, dll. Contoh pada suatu K/L/PD tidak memiliki SDM yang
mempunyai kompetensi pengadaan maka risiko yang mungkin terjadi K/L/PD
tersebut tidak mendapatkan barang/jasa yang sesuai kebutuhan.
1. Pengelolaan Risiko
Pengertian pengelolaan risiko sesuai dengan ISO 31000 yaitu
serangkaian kegiatan dan metode secara terkoordinasi yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan risiko-risiko yang dapat berdampak pada
kemampuan untuk mencapai tujuan. Pengelolaan Risiko merupakan proses
penilaian (identifikasi, analisa dan evaluasi) dan menangani hal-hal yang
menyebabkan timbulnya risiko. Pengelolaan Risiko bertujuan untuk
merencanakan dan mengurangi (memitigasi) dampak/masalah yang timbul
dari risiko.
Proses pengelolaan manajemen risiko menurut ISO 31000 sebagai
berikut:
Menetapkan
Konteks dan
Kerangka
Manajemen;
• Identifikasi Risiko;
Penilaian Risiko, • Analisa Risiko; dan
yang terdiri dari:
• Evaluasi Risiko
Komunikasi
Penetapan Identifikasi
dan konteks Risiko
Konsultasi
Menerima Mitigasi
Strategi
Penanganan
Resiko
Menghindari Memindahkan
C. Rangkuman
Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat
membawa dampak yang tidak diinginkan, terhadap tujuan, strategi, sasaran,
dan/atau target. Risiko pada pengadaan barang/jasa dapat terjadi pada setiap
tahapan yaitu perencanaan, persiapan dan pelaksanaan.
Kriteria risiko pada pengadaan tahap perencanaan dan persiapan,
termasuk di dalamnya risiko yang terkait dengan kondisi barang/jadi atau
produk yang menjadi objek pengadaan. Risiko pada tahap pelaksanaan
pengadaan (Pemilihan Penyedia) termasuk di dalamnya risiko yang terkait
dengan kondisi penyedia barang/jasa sedangkan pada tahap pelaksanaan
kontrak termasuk di dalamnya risiko terkait dengan kondisi pihak pengelola
dan para pihak yang terlibat.
Pengelolaan Risiko merupakan proses penilaian (identifikasi, analisa
dan evaluasi) dan menangani hal-hal yang menyebabkan timbulnya risiko.
Pengelolaan Risiko bertujuan untuk merencanakan dan mengurangi
(memitigasi) dampak/masalah yang timbul dari risiko. Manajemen risiko
dimulai di tahap paling awal, pada perencanaan pengadaan. Kategori risiko
pada pengadaan barang/jasa antara lain: risiko teknis, risiko keuangan, risiko
administratif, risiko pidana dan risiko K3.
Pada tahapan perencanaan pengadaan dapat terjadi beberapa risiko
diantaranya risiko teknis. Risiko teknis pada tahapan perencanaan
berhubungan dengan perubahan atau ketidakpastian terkait aspek
kelengkapan/kecukupan desain serta spesifikasi, efisiensi operasional, dan
D. Evaluasi
1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat
membawa dampak yang tidak diinginkan, terhadap tujuan, strategi,
sasaran, dan/atau target. Sedangkan ketidakpastian dan kerugian
merupakan:
A. Karakteristik Risiko
B. Karakteristik Dampak Risiko
C. Ciri Risiko
D. Ciri Dampak
2. Risiko pada pengadaan barang/jasa dapat terjadi pada setiap tahapan
yaitu:
A. perencanaan, persiapan dan pelaksanaan
B. perencanaan, persiapan pengadaan dan persiapan pemilihan
C. perencanaan, persiapan dan pembayaran
D. perencanaan, pelaksanaan dan pembayaran
3. Dilakukan dengan diantaranya mengidentifikasi berbagai opsi mitigasi
Risiko yang mungkin diterapkan dan memilih satu atau lebih opsi mitigasi
Risiko yang terbaik, dilanjutkan dengan penyusunan rencana mitigasi
Risiko, dan pelaksanaan rencana mitigasi tersebut.
A. Pengelolaan risiko pada pengadaan
B. Evaluasi risiko pada pengadaan
C. Pengelolaan pelaksanaan pada pengadaan
D. Evaluasi pengadaan pada pengadaan
4. Kategori risiko pada pengadaan barang/jasa diantaranya dapat
mengancam kualitas dan ketepatan waktu dan bisa berdampak pada
biaya. Prinsip terkait aspek kecukupan desain, spesifikasi, efisiensi
operasional, dan keandalan, termasuk keusangan teknologi;
A. Risiko Teknis
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda
telah memahami materi pokok Bab VII. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih di bawah 80%, anda harus mengulangi lagi materi pokok Bab VII
terutama bagian yang belum anda kuasai.
A. Uraian Materi
1. Definisi Data dan Informasi
Data dan informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
proses pengadaan. Sering ditemukan bahwa istilah data dan informasi
digunakan secara tidak tepat atau sering tertukar penggunaannya padahal
keduanya memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui perbedaan antara kedua istilah tersebut. Perbedaan definisi data
dan informasi dijelaskan oleh gambar berikut.
2. Karakteristik Informasi
Karakteristik yang membuat informasi berguna dan memiliki makna.
Tabel 8.1 Karakteristik yang Membuat Informasi
Komponen/ Jenis
No Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses Informasi
1 Identifikasi Rencana Internal Dokumen Rencana Kerja
Kebutuhan kegiatan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah
2 Historis Internal ● Database rencana pengadaan di
belanja SIRUP
organisasi ● Database proses pemilihan di
SPSE
● Database kontrak dari masing-
masing unit kerja
3 Database Internal ● Database Barang Milik Negara di
Barang Milik SIMAK-BMN
Negara ● Database Barang Milik Daerah di
SIMDA BMD
4 Pelaku Internal ● Database profil pelaku
usaha/peserta usaha/peserta Tender/penyedia
Tender/penyed di SPSE
ia ● Database penyedia di SIKaP
Eksternal ● Database daftar hitam di
INAPROC
● Database anggota asosiasi
industri
● Database kementerian terkait
● Database organisasi/kelompok
masyarakat
● Website pelaku usaha
5 Realisasi Internal ● Dokumen laporan penyerapan
anggaran anggaran masing-masing K/L/PD
● SiMONEV masing-masing
K/L/PD
Eksternal Sistem Monev LKPP
6 Kategorisasi Eksternal Dokumen Klasifikasi Baku
Barang/Jasa Komoditas Indonesia (BPS)
7 Spesifikasi Spesifikasi Eksternal Brosur/katalog produk dari setiap
Teknis/KAK mutu merek (hardcopy ataupun katalog
di internet)
8 Spesifikasi Eksternal Direktori yang diterbitkan oleh
mutu asosiasi industri
9 Spesifikasi Eksternal Jurnal/informasi hasil
mutu penelitian/pengujian dari tenaga
ahli, komunitas profesional atau
peneliti
10 Spesifikasi Eksternal ● Dokumentasi atas berbagai
B. Latihan
Latihan ini dilakukan dalam rangka pendalaman materi tentang
identifikasi dan pengumpulan data dan informasi yang telah dipaparkan
sebelumnya. Dalam latihan ini, setiap peserta diminta untuk menjelaskan hal-
hal di bawah ini:
1. Sebutkan dan jelaskan perbedaan data dan informasi
2. Sebutkan dan jelaskan karakteristik yang membuat data berguna dan
memiliki makna
3. Sebutkan dan Jelaskan frekuensi pengumpulan data
C. Rangkuman
Data adalah fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses
oleh sebuah sistem informasi. Informasi adalah data yang telah dikelola dan
diproses untuk memberikan arti dan memperbaiki proses pengambilan
keputusan. Pengguna membuat keputusan yang lebih atas peningkatan
kuantitas dan kualitas dari informasi. Manfaat dari informasi adalah
mengurangi ketidakpastian, memperbaiki keputusan, dan memperbaiki
perencanaan dan penjadwalan aktivitas menjadi lebih baik.
Karakteristik yang membuat informasi berguna dan memiliki makna
relevant (relevan), reliable (dapat dipercaya), complete (lengkap), timely (tepat
waktu), understandable (dapat dimengerti), verifiable (dapat dibuktikan) dan
accessible (dapat diakses). Sumber data/informasi pengadaan data/informasi
D. Evaluasi
1. Fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh sebuah
sistem informasi merupakan definisi..
A. Data dan Informasi
B. Data
C. Informasi
D. Data/informasi
2. Dua pihak independen, orang yang memiliki pengetahuan akan
menghasilkan informasi yang sama merupakan karakteristik yang
membuat informasi berguna dan memiliki makna:
A. Verifiable (dapat dibuktikan)
B. Accessible (dapat diakses)
C. Reliable (dapat dipercaya)
D. Relevant (relevan)
3. Data/informasi dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dapat
memberikan informasi terkait historis belanja organisasi adalah;
A. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana
pengadaan di SIRUP, database kontrak dari masing-masing unit
kerja, Database proses pemilihan di LPSE
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda
telah memahami materi pokok Bab VIII. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih di bawah 80%, anda harus mengulangi lagi materi pokok Bab VIII
terutama bagian yang belum anda kuasai.
A. Simpulan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa,
dan Peraturan LKPP Nomor 11 tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa, dapat menjadi acuan dalam melakukan perencanaan
Pengadaan Barang/jasa.
Modul ini merupakan modul yang menyajikan tahapan perencanaan
pengadaan barang/jasa mulai dari peningkatan kualitas perencanaan yaitu
penyusunan kebutuhan pengadaan barang/jasa pada K/L/PD dan
perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi identifikasi PBJ,
penetapan jenis barang/jasa, cara pengadaan, pemaketan dan konsolidasi,
waktu pemanfaatan PBJ, dan anggaran pengadaan sampai perencanaan di
tetapkan dan muat pada RUP. Pada modul ini juga disampaikan Sumber Daya
Manusia dan kelembagaan serta risiko pada perencanaan pengadaan
barang/jasa.
Penjelasan proses perencanaan Pengadaan barang/jasa, organisasi
pengadaan dan risiko pada perencanaan diharapkan menjadi acuan untuk
pelaksanaan pengadaan barang/jasa khususnya dalam penyusunan
perencanaan dan mengurangi risiko gagalnya pengadaan barang/jasa.
B. Implikasi
Setelah mempelajari modul ini, para peserta diharapkan dapat
menjelaskan atau menerapkan pengetahuan tentang perencanaan
Pengadaan Barang/jasa dan risiko pada perencanaan barang/jasa di instansi
masing-masing. Secara umum modul ini dapat digunakan sebagai salah satu
acuan dalam melakukan evaluasi kinerja terkait pelaksanaan perencanaan
pengadaan barang/jasa di Instansi masing-masing.
Work Breakdown suatu daftar yang bersifat top down dan secara
Structure hierarki menerangkan komponen-komponen yang
harus dibangun dan pekerjaan yang berkaitan
dengannya.
JENIS KOMPETENSI
Oleh:
Aldy Turman
Yosi Febriani
Segala Puji Bagi Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat-Nya modul ini
dapat diselesaikan dengan baik. Modul Melakukan Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Pemerintah Level 1 ini membahas tentang reviu terhadap Dokumen
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, tahapan pemilihan penyedia
barang/jasa pemerintah, penyusunan daftar penyedia, negosiasi dalam
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah dan melakukan pengumpulan
bahan/data/informasi terkait.
Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para peserta pelatihan
Kompetensi PBJP Level 1 dalam memahami bagaimana seorang Pejabat
Pembuat Komitmen dan Kelompok Kerja Pemilihan dalam melaksanakan
persiapan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah. Materi pada modul ini mengacu
pada pengaturan Pengadaan Barang/Jasa yang tertuang dalam Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2021
tentang Perubahan Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah serta Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia.
Kami ucapkan terimakasih kepada Sdr. Aldy Turman dan Sdri. Yosi
Febriani yang telah menyusun modul ini. Kami juga menyampaikan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pimpinan LKPP dan semua pihak
yang memberikan sumbangsih dan masukan konstruktif nya untuk
kesempurnaan penulisan modul ini.
Demikian modul ini dibuat, semoga bermanfaat untuk peningkatan
kompetensi SDM Pengadaan Barang/Jasa.
Hardi Afriansyah
NIP. 196904212002121001
A. Latar Belakang
Sebagaimana diatur dalam Peraturan LKPP no. 7 Tahun 2021 tentang
Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Pasal 2 Ayat 1, Sumber Daya
Manusia Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat SDM PBJ salah
satunya adalah Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa.
Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana diatur
pada pasal 3 (tiga) wajib memiliki kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa
(PBJ) yang sesuai dengan Standar Kompetensi yang mengacu pada Kamus
Kompetensi Teknis PBJ.
Kamus Kompetensi Teknis (KKT) PBJ adalah daftar jenis kompetensi
teknis, definisi kompetensi teknis, deskripsi kompetensi teknis, dan indikator
perilaku untuk setiap level kompetensi teknis di bidang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang diatur dalam Peraturan LKPP No. 6 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Kamus Kompetensi Teknis
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam Kamus Kompetensi Teknis
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdapat 4 (empat) jenis kompetensi
Pengadaan Barang/Jasa salah satunya adalah kompetensi melakukan pemilihan
penyedia barang/jasa pemerintah. Sesuai dengan Peraturan LKPP No. 7 Tahun
2021 SDM PBJ wajib memenuhi Standar Kompetensi Level-1.
Modul ini akan membahas tentang jenis kompetensi melakukan pemilihan
penyedia barang/jasa pemerintah level 1 dimana terdapat 7 indikator perilaku
yang harus dikuasai oleh peserta Pelatihan Kompetensi Pengadaan Barang/Jasa
Level 1. Penyusunan modul mengacu pada Peraturan Presiden No. 12 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, beserta peraturan turunannya (Peraturan
LKPP) yang mengatur pemilihan penyedia serta peraturan yang mengatur
Standar Kompetensi bagi SDM PBJ.
Menetapkan Metode
Dokumen Persiapan Reviu oleh UKPBJ/Pejabat Pemilihan, Metode Evaluasi
Pengadaan melalui Pengadaan Penawaran, dan Metode
Penyedia Penyampaian Dokumen
Penawaran
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan tentang reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, tahapan pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah, penyusunan daftar penyedia, negosiasi dalam Pengadaan
Perencanaan
Penyusunan:
Pengadaan Spesifikasi Teknis/
Kerangka Acuan Kerja
Barang/Jasa (KAK).
Rencana Anggaran Biaya
(RAB).
Persiapan
Penyusunan/Penetapan:
Pengadaan Spesifikasi Teknis/ Kerangka
Acuan Kerja (KAK).
Barang/Jasa Harga Perkiraan Sendiri
(HPS).
Rancangan Kontrak.
B. Latihan
1. Apa saja hal–hal yang perlu dipastikan telah terpenuhi saat menelaah
dokumen persiapan pengadaan barang/jasa?
2. Apa saja dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia
ditetapkan oleh PPK?
3. Dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa yang diserahkan oleh PPK
kepada UKPBJ/Pokja Pemilihan atau Pejabat Pengadaan dilampiri
dengan?
4. Apa saja yang perlu dipastikan ketika melakukan reviu spesifikasi
Teknis/KAK?
5. Jelaskan hal–hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan reviu
dokumen persiapan pengadaan barang/jasa?
C. Rangkuman
Reviu dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa dapat didefinisikan
sebagai aktifitas menelaah dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa dengan
tujuan untuk memastikan bahwa dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
80% = baik
A. Uraian Materi
1. Pengertian
Pada dasarnya dokumen pemilihan merupakan dokumen yang disusun
oleh pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan proses pemilihan
penyedia barang/jasa, yang berisi informasi tentang persyaratan penyedia
barang/jasa, tata cara yang digunakan dalam proses pemilihan penyedia
barang/jasa, dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan, baik dari
aspek administrasi, teknis, dan keuangan.
Dalam Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, definisi dari dokumen
pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang
harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia (Perpres No 16
Tahun 2018 dan perubahannya).
2. Tujuan dan Manfaat Dokumen Pemilihan
Dalam melakukan penyusunan dokumen pemilihan, maka penting
untuk diperhatikan tujuan dari penyusunan dokumen pemilihan tersebut.
Tujuan utamanya adalah:
a. Memberikan informasi yang lengkap tentang tata cara pelaksanaan
proses pemilihan penyedia barang/jasa;
b. Memberikan informasi yang lengkap tentang ketentuan-ketentuan
pelaksanaan pekerjaan; dan
c. Menyediakan acuan bagi peserta pemilihan penyedia barang/jasa
untuk menyusun penawaran.
Manfaat dokumen pemilihan, antara lain:
a. Pemahaman yang sama diantara para pihak yang terlibat di dalam
proses pemilihan penyedia barang/jasa;
Identifikasi
Karakteristik
Pekerjaan • Spesifikasi Teknis/KAK
• HPS
• Rancangan Kontrak
• Dokumen Perencanaan
• Dokumen Anggaran
Penetapan Sistem
Pengadaan &
Identifikasi Jenis
Kontrak
• Metode Pemilihan
• Metode Kualifikasi
• Metode Evaluasi
• Metode Penyampaian
Penawaran
Identifikasi Standar
Dokumen Pengadaan
• LKPP (Model Dokumen
Pemilihan)
• Lembaga Donor / Pemberi
Pinjaman/Hibah
(Procurement
Guidelines/Standar
Bidding Document)
Perumusan
Dokumen
Pemilihan
Penetapan
Dokumen Pemilihan
B. Latihan
1. Jelaskan tujuan penyusunan dokumen pemilihan!
2. Jelaskan masing–masing tahapan penyusunan dokumen pemilihan!
3. Jelaskan masing–masing Metode Pemilihan penyedia barang/jasa
dalam Pengadaan Barang/Jasa pemerintah!
4. Jelaskan masing–masing metode kualifikasi dalam Pengadaan
Barang/Jasa pemerintah!
5. Jelaskan masing–masing Metode Evaluasi Penawaran dalam pemilihan
penyedia barang/jasa pemerintah!
6. Jelaskan masing–masing Metode Penyampaian Penawaran dalam
pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah!
7. Apa saja lingkup dokumen pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah?
C. Rangkuman
Definisi dokumen pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa adalah
dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen
Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh
para pihak dalam pemilihan Penyedia (Perpres No 16 Tahun 2018 dan
perubahannya). langkah-langkah dalam Menyusun dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi karakteristik pekerjaan
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
80% = baik
0-60% = kurang
A. Uraian Materi
1. Pengertian
Suatu instansi pemerintah menetapkan rencana kerja untuk
membangun gedung kantor di lokasi yang baru. Maka untuk merealisasikan
rencana kerja tersebut, perlu didukung oleh penyedia jasa konstruksi yang
mampu untuk melakukan pekerjaan pembangunan gedung kantor. Pada
sektor usaha jasa konstruksi, banyak pelaku usaha yang bergerak di bidang
tersebut. Akan tetapi tidak semua pelaku usaha jasa konstruksi memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pembangunan gedung kantor. Bagaimana
cara untuk mengetahui mana pelaku usaha yang mampu untuk
melaksanakan pembangunan gedung kantor? Melaui penilaian kualifikasi
akan mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Kualifikasi secara umum dapat diartikan dengan kemampuan yang
dimiliki untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam suatu proses penilaian
kualifikasi akan diketahui tingkat kemampuan tersebut. Pada pengadaan
barang/jasa, untuk memilih penyedia barang/jasa yang potensial, selain
dilakukan penilaian kualifikasi juga dilakukan evaluasi penawaran. Hal itu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Masukan Proses Keluaran
Penyedia
Barang/Jasa: Material/Bahan Metode Bangunan/
• Legalitas Tenaga Kerja Pelaksanaan Konstruksi lain
• Modal Peralatan /Proses Hasil
Produksi Studi/Analisis
• Pengalaman Distribusi Barang Jadi
Layanan
Penilaian Evaluasi
Administrasi/Legalitas Teknis
Penilaian terhadap persyaratan Penilaian terhadap persyaratan:
antara lain: ● Pengalaman Pekerjaan Sejenis
● Ijin Usaha dengan pekerjaan yang akan
● Perpajakan dilaksanakan.
● Kualifikasi dan Klasifikasi Usaha ● Kemampuan menyediakan
● Pernyataan sumber daya untuk
melaksanakan pekerjaan
Kualifikasi dapat dilakukan dengan:
a. Pascakualifikasi, dimana penilaian kualifikasi dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan evaluasi penawaran; atau
b. Prakualifikasi, dimana penilaian kualifikasi dilakukan sebelum
penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran.
B. Latihan
1. Jelaskan metode penilaian kualifikasi Pengadaan Barang/Jasa serta
hasil kualifikasi yang diperoleh pada masing-masing metode
kualifikasi!
2. Jelaskan persyaratan penilaian kualifikasi pada aspek Kualifikasi
Administrasi/Legalitas Penyedia Barang/Jasa Badan Usah!
3. Jelaskan persyaratan penilaian kualifikasi pada aspek Kualifikasi
Teknis Penyedia Barang/Jasa Badan Usaha!
4. Jelaskan persyaratan penilaian kualifikasi pada aspek Kualifikasi
Administrasi/Legalitas Penyedia Barang /Jasa Perorangan!
C. Rangkuman
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
80% = baik
0-60% = kurang
A. Uraian Materi
1. Pengertian
Evaluasi penawaran dapat didefinisikan sebagai aktifitas menilai
penawaran yang disampaikan peserta pemilihan penyedia barang/jasa
dalam dokumen penawaran dengan mengacu pada ketentuan pemilihan
penyedia barang/jasa yang tercantum dalam dokumen pemilihan. Atau dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Dokumen Evaluasi
Dokumen
Pemilihan Penawaran Penawaran
Hasil
Evaluasi
Penawaran
Bila ditemukan hal-hal yang meragukan atau kurang jelas, maka dapat
dilakukan klarifikasi terhadap aspek-aspek teknis dalam dokumen
penawaran tersebut.
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
80% = baik
A. Uraian Materi
1. Pengertian
Mekanisme sanggah pada berbagai pengadaan sektor publik di dunia
disebut protes. Di dalam buku International Handbook of Public Procurement
(2009) disebut dengan istilah Bid Protests2. Manuel dan Schwartz (2014),
mendefinisikan bid protests sebagai berikut:
A bid protest is a written objection by an “interested party” to the conduct of
a federal agency in acquiring supplies or services for its own direct use and
3
benefit.
B. Latihan
1. Jelaskan ketentuan tentang sanggah!
2. Jelaskan ketentuan tentang sanggah banding!
3. Apa yang terjadi jika ada ketidaksesuaian antara ketentuan sanggahan
dengan proses dan isi sanggahan?
4. Jelaskan alur tindak lanjut sanggah!
C. Rangkuman
Sanggah dalam Pengadaan Barang/Jasa diartikan sebagai sebuah
bantahan/protes dari peserta pemilihan yang memasukan dokumen kualifikasi
atau dokumen penawaran karena merasa dirugikan atas terhadap keputusan
dari pejabat pembuat keputusan hasil prakualifikasi atau penetapan pemenang
pemilihan penyedia barang/jasa. Sanggah merupakan protes dari peserta
pemilihan yang merasa dirugikan atas penetapan hasil pemilihan Penyedia
dimana terdapat beberapa ketentuan yang mengatur proses sanggah tersebut.
Sanggah disampaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman.
80% = baik
0-60% = kurang
A. Uraian Materi
1. Pengertian
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa dapat didefinisikan sebagai
proses untuk menetapkan pelaku usaha atau penyedia barang/jasa yang
dinilai potensial berdasarkan kriteria tertentu untuk memenuhi kebutuhan
barang/jasa. Tujuan dari penyusunan daftar penyedia barang/jasa ini
diantaranya adalah:
a. Kemampuan administrasi
Kemampuan penyedia untuk memenuhi persyaratan administrasi
yang ditentukan oleh pembeli. Pemenuhan dibuktikan dengan
adanya kesesuaian dan keabsahan dokumen penyedia dengan
persyaratan yang ditentukan.
b. Kemampuan teknis umum
Kemampuan penyedia untuk memenuhi persyaratan kemampuan
teknis yang belum terkait secara langsung dengan spesifikasi atau
lingkup kerja barang/jasa yang dibeli. Kemampuan ini berkaitan
dengan sistem pengelolaan perusahaan, pengalaman perusahaan
dan para personilnya dalam melaksanakan pekerjaan serupa,
pengalaman penyedia dalam memproduksi barang/membeli dan
mengirimkan barang tersebut secara tepat waktu.
Contoh:
Katalog Elektronik.
2. ● Tidak rutin. ● Barang/jasa standar ● Pelaku Usaha telah
● Jumlah atau dengan terkualifikasi.
kebutuhan karakter spesifik. ● Daftar Pelaku Usaha
sedikit. ● Harga dapat mencantumkan:
● Kebutuhan tidak berfluktuatif sesuai i. Nama Pelaku Usaha.
berulang. kondisi pasar. ii. Kategori Produk
● Banyak pelaku Barang/Jasa.
usaha di pasar.
Contoh:
● Sistem Informasi Kinerja
Penyedia (SIKAP)
3. ● Kebutuhan ● Barang/jasa dengan ● Pelaku usaha belum
bersifat unik. karakter spesifik. terkualifikasi.
● Tidak banyak ● Pelaku usaha telah
pelaku usaha di terverifikasi.
pasar. ● Daftar Penyedia
● Harga bervariasi mencantumkan:
sesuai karakteristik i. Nama Pelaku usaha.
pekerjaan.
Contoh:
● Daftar Pelaku Usaha
Terverifikasi LPSE.
B. Latihan
1. Jelaskan Tahapan dalam penyusunan daftar penyedia!
2. Potensi kinerja penyedia dinilai terhadap kemampuan administrasi,
kemampuan teknis umum, kemampuan pada aspek Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL), dan kemampuan
keuangan. Jelaskan masing – masing kemampuan tersebut!
C. Rangkuman
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa dapat didefinisikan sebagai
proses untuk menetapkan pelaku usaha atau penyedia barang/jasa yang dinilai
potensial berdasarkan kriteria tertentu untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa.
Pada daftar penyedia barang/jasa, idealnya terdapat jumlah penyedia yang
cukup untuk setiap kategori barang/jasa. Potensi kinerja dinilai dengan
melakukan penilaian menyeluruh terhadap kemampuan dan tingkat motivasi
penyedia. Kemampuan dapat terdiri dari kemampuan administrasi, kemampuan
teknis umum, kemampuan pada aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan (K3LL), dan kemampuan keuangan. Untuk tingkat
motivasi penyedia dapat diukur secara kualitatif dengan menggunakan Model
Persepsi Pasokan atau Supply Perception Model (SPEM).
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
80% = baik
0-60% = kurang
A. Uraian Materi
1. Ruang Lingkup Negosiasi dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pada pengadaan barang/jasa, negosiasi menjadi penting untuk
dilakukan apabila Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan mengandung
kondisi sebagai berikut:
a. Untuk produk atau layanan yang bernilai tinggi;
b. Ketika diperlukan jaminan pasokan jangka panjang;
c. Pengadaan untuk pekerjaan yang kompleks;
d. Proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan hanya ada sedikit
penyedia atau batas minimum peserta tidak terpenuhi atau yang
kurang terjadinya kompetisi pada proses pemilihan penyedia
barang/jasa;
e. Pengadaan yang tidak mempunyai referensi untuk persyaratan
kontrak (misalnya pengalaman masa lalu) dan hanya dapat
ditentukan sebagai hasil dari proses klarifikasi; atau
f. Membutuhkan penyetaraan teknis dalam proses pemilihan penyedia
barang/jasa.
Negosiasi dapat dilakukan sebelum pelaksanaan kontrak maupun
selama pelaksanaan kontrak. Dimana hal tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Sebelum pelaksanaan kontrak:
1) Sebelum dilakukan penunjukkan penyedia.
2) Sebelum tanda tangan kontrak, misalnya negosiasi untuk
finalisasi klausul-klausul dalam kontrak (term of contract).
b. Selama pelaksanaan kontrak:
1) Sebelum dilakukannya variasi/perubahan kontrak
C. Rangkuman
Negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan proses
kesepakatan bersama antara Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dengan
Penyedia terkait dengan harga dan kualitas teknis. Materi pokok yang menjadi
objek negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kualitas
teknis barang/jasa dan harga. Negosiasi seharusnya tidak hanya dilihat sebagai
proses untuk mendapatkan harga terendah, namun penawaran yang memenuhi
dan tunduk pada persyaratan. Negosiasi dapat dilakukan sebelum pelaksanaan
kontrak maupun selama pelaksanaan kontrak. Para pihak yang akan terlibat
dalam negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa pemerintah yaitu Pokja
Pemilihan, Pejabat Pengadaan, Pejabat Pembuat Komitmen, dan Peserta
Calon Pemenang.
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
1. Pengertian
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah pada dasarnya dilaksanakan
dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja
pemerintah yang memiliki karakteristik yang beragam. Dengan karakteristik
yang beragam tersebut, untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa pada
masing-masing unit kerja, mungkin akan dilakukan dengan cara yang
beragam pula. Cara memperoleh barang/jasa tersebut ada yang dapat
menggunakan persyaratan-persyaratan Pengadaan Barang/Jasa yang
umum, ada pula yang membutuhkan persyaratan Pengadaan Barang/Jasa
yang lebih khusus dan/atau spesifik. Pengadaan Barang/Jasa pemerintah
dengan persyaratan khusus dan/atau spesifik diterapkan pada antara lain:
a. Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi;
b. Tender/seleksi internasional; dan
c. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha.
Selain itu, pada Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah juga terdapat ketentuan tentang Pengadaan Khusus. Dimana
yang termasuk dalam Pengadaan Khusus ini adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang perlu dibedakan ketentuan-ketentuannya karena tidak
memungkinkan penerapan secara umum ketentuan Peraturan Presiden
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah akibat suatu keadaan tertentu,
yang meliputi:
a. Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka penanganan keadaan
darurat;
Serah Perhitungan
Penyelesaian Pelaksanaan
Terima Hasil Hasil
Pembayaran Pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan
5) Penelitian
C. Rangkuman
Pengadaan Barang/Jasa dengan persyaratan khusus dan atau spesifik
adalah Pengadaan Barang/Jasa yang tidak dapat dilakukan pendekatan dengan
menggunakan ketentuan umum karena mengingat karakteristik pekerjaan
pengadaan barang/jasanya, sehingga membutuhkan pemberlakuan
persyaratan-persyaratan lain di luar persyaratan yang umum diberlakukan pada
Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa
pemerintah dengan persyaratan khusus dan/atau spesifik diterapkan antara lain:
1. Pengadaan Khusus, yang meliputi:
a) Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka penanganan keadaan
darurat;
b) Pengadaan Barang/Jasa di luar negeri;
c) Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan;
d) Penelitian;
e) Tender/seleksi internasional; dan
f) Pengadaan Barang/Jasa yang pelaksanaannya mengacu pada
ketentuan Pengadaan Barang/Jasa yang dikeluarkan lembaga
pemberi pinjaman/hibah.
2. Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
A. Uraian Materi
Proses pemilihan penyedia barang/jasa pada Pengadaan Barang/Jasa
bertujuan untuk dihasilkannya penyedia barang/jasa yang dapat melaksanakan
pekerjaan melalui pemilihan penyedia barang/jasa yang dilaksanakan sesuai
dengan prinsip dan etika pengadaan barang/jasa. Pengelolaan risiko pada
proses pemilihan penyedia barang/jasa perlu dilakukan untuk menjamin tujuan
tersebut akan tercapai.
Pengelolaan risiko tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi:
1. Tahapan pemilihan penyedia barang/jasa.
2. Risiko yang mungkin terjadi pada setiap tahapan.
3. Penyebab setiap risiko yang mungkin terjadi.
4. Dampak dari risiko yang mungkin terjadi.
5. Penanganan risiko.
Berdasarkan Pedoman Probity Audit Pengadaan Barang/Jasa bagi APIP
yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
risiko-risiko utama pada tahapan pemilihan penyedia barang/jasa adalah sebagai
berikut:
1. Penggunaan metode pengadaan yang tidak layak untuk memperoleh
keuntungan dan kepentingan pribadi.
2. Kriteria penilaian dirancang untuk menguntungkan rekanan tertentu atau
untuk mendiskualifikasi yang lainnya.
3. Informasi diberikan menguntungkan rekanan tertentu.
4. Kesalahan penanganan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
5. Menerima proposal atau penawaran yang terlambat.
6. Menolak penawaran yang sah.
B. Latihan
1. Apa saja yang diidentifikasi dalam pengelolaan resiko pada proses
pemilihan penyedia barang/jasa?
C. Rangkuman
Pengelolaan risiko pada proses pemilihan penyedia barang/jasa perlu
dilakukan untuk menjamin tujuan tersebut akan tercapai. Pengelolaan risiko
tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi:
1. Tahapan pemilihan penyedia barang/jasa.
2. Risiko yang mungkin terjadi pada setiap tahapan.
3. Penyebab setiap risiko yang mungkin terjadi.
4. Dampak dari risiko yang mungkin terjadi.
5. Penanganan risiko.
Risiko – risiko pada proses pemilihan penyedia barang/jasa memberikan
dampak diantaranya: kerugian finansial, penurunan reputasi, dampak hukum
seperti sanksi pidana, kecelakaan kerja, gangguan terhadap layanan
organisasi, dan lain-lain.
Data terkait pemilihan penyedia dapat berasal dari banyak sumber dan
dalam bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu
B. Latihan
1. Jelaskan perbedaan definisi data dan informasi
2. Jelaskan sumber bahan/data/informasi pada tahap pemilihan penyedia
C. Rangkuman
Data terkait pemilihan penyedia dapat berasal dari banyak sumber dan
dalam bentuk yang bermacam-macam. Proses pengumpulan data-data terkait
pengadaan perlu dimasukkan sebagai aktivitas yang dalam penyusunan sistem,
proses dan struktur pengadaan barang/jasa. Untuk pengumpulan data kuantitatif
maupun kualitatif, fungsi Pengadaan Barang/Jasa perlu menyusun sistem dan
proses yang mendukung proses pengumpulan tersebut. Frekuensi pengumpulan
data pengadaan akan tergantung pada pergerakan data dan upaya serta sumber
daya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data.
B. Implikasi
Setelah mempelajari Modul Ini peserta diharapkan mampu memahami dan
menambah pengetahuan terkait proses pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah. Peserta juga dapat membaca modul SCM, Pengantar PBJP,
Melakukan Perencanaan PBJP, Mengelola Kontrak PBJP dan Mengelola PBJP
secara Swakelola untuk menambah pengetahuan terkait proses Pengadaan
Barang/Jasa pemerintah
PA : Pengguna Anggaran
PBJP : Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Pokja : Kelompok Kerja Pemilihan
Pemilihan
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
SIKaP : Sistem Informasi Kinerja Penyedia
SPSE : Sistem Pengadaan Secara Elektronik
MATERI :
JENIS KOMPETENSI MENGELOLA KONTRAK
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1
Oleh:
Inamawati Mastuti Dewi
Budi Bowo Laksono
Segala Puji Bagi Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat-Nya modul ini
dapat diselesaikan dengan baik. Modul Mengelola Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) Level 1 ini membahas tentang persiapan dan
pelaksanaan pengendalian kontrak PBJP, melakukan Perumusan Kontrak PBJP
yang sederhana dan Evaluasi Kinerja Penyedia PBJP serta cara melakukan
pengumpulan bahan/data/informasi terkait.
Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para peserta pelatihan
Kompetensi PBJP Level 1 dalam memahami pengelolaan kontrak PBJP, serta
dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terkait dalam penyelenggaran
pelatihan.
Kami ucapkan terimakasih kepada Sdr. Budi Bowo Laksono dan Sdr.
Inamawati Mastuti Dewi yang telah menyusun modul ini. Kami juga
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Pimpinan LKPP dan semua pihak yang memberikan sumbangsih dan masukan
konstruktifnya untuk kesempurnaan penulisan modul ini.
Demikian modul ini dibuat, semoga bermanfaat untuk peningkatan
kompetensi SDM Pengadaan Barang/Jasa.
Hardi Afriansyah
NIP. 196904212002121001
A. Latar Belakang
Saat ini, dengan berkembangnya jaman, proses Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah telah mengalami perubahan konsep yang tidak lagi berbicara
mengenai kegiatan administratif saja. Proses Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah telah mengalami perubahan paradigma menjadi suatu konsep yang
taktis dan juga strategis, mengingat proses pengadaan barang/jasa pemerintah
mempunyai korelasi langsung terhadap pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
A. Uraian Materi
1. Konsep Umum Kontrak pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
a. Pengertian Kontrak
Perjanjian dalam Hukum Perdata, Kontrak disebut juga sebagai
Perjanjian Tertulis. Perjanjian menurut hukum Perdata diatur dalam Pasal
1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yaitu: “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Selain itu, dalam
Pasal 1320 KUHPerdata dijelaskan mengenai syarat sah perjanjian:
a) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c) suatu hal tertentu;
d) suatu sebab yang halal.
Menurut International Trade Center (2010), Kontrak (contract) adalah
sebuah perjanjian hukum antara dua pihak atau lebih yang bermaksud untuk
membuat suatu hubungan resmi yang berlaku menurut hukum. Secara lebih
populer dapat dikatakan bahwa kontrak adalah perjanjian secara tertulis
antara para pihak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
mencapai tujuan.
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak,
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 1 ayat 44
adalah perjanjian tertulis antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa
atau Pelaksana Swakelola”. Selain itu, menurut Undang-Undang Jasa
Konstruksi nomor 2 tahun 2017, kontrak dalam pekerjaan konstruksi adalah
3. Jenis Kontrak
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan jenis kontrak
adalah karakteristik pekerjaan, jenis barang/jasa, spesifikasi teknis/KAK,
volume, lama waktu pelaksanaan, dan/atau kompleksitas dan risiko
pekerjaan. Jenis kontrak dalam pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai
Perpres Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 27 dibagi menjadi beberapa jenis
sebagai berikut:
1. Lumsum √ √ √ √ √
2. Harga √ √ √
Satuan
3. Gabungan √ √ √
Lumsum
dan Harga
Satuan
4. Kontrak √ √ √
Payung
5. Biaya Plus √ √ √
Imbalan
6. Putar √
Kunci
7. Waktu √ √
Penugasan
Contoh Pekerjaan:
4) Pengadaan komputer/laptop;
5) Pengadaan benih;
6) Sewa gedung.
Contoh pekerjaan:
2) Pengadaan obat-obatan;
Contoh pekerjaan:
1) Pekerjaan konstruksi, seperti pekerjaan pondasi
tiang pancang dan bangunan atas;
2) Jasa Profesional Conference Organizer (PCO).
Putar Kunci Perjanjian mengenai pembangunan suatu proyek
dalam hal Penyedia setuju untuk membangun proyek
tesebut secara lengkap sampai selesai termasuk
pemasangan semua perlengkapannya sehingga
proyek tersebut siap dioperasikan atau dihuni.
Contoh pekerjaan:
Contoh pekerjaan:
4) Pengadaan material,
5) Pengadaan ATK
Contoh pekerjaan:
Contoh pekerjaan:
1) Konsultan manajemen;
3) Perencanaan bangunan;
Contoh pekerjaan:
1) Pengawasan Pembangunan;
2) Penasihat;
3) Pendampingan;
5) Monitoring;
Contoh pekerjaan:
1) Penasihatan hukum;
4. Bentuk Kontrak
Pejabat Penandatangan Kontrak menetapkan bentuk kontrak dengan
memperhatikan nilai kontrak dan jenis pengadaan. Bukti pendukung untuk
masing-masing kontrak diatur sesuai dengan peraturan Menteri yang
menyelenggarkan urusan pemerintah di bidang keuangan negara atau
peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan
dalam negeri.
Tabel 2. 6 Bentuk Kontrak Berdasarkan Jenis Pengadaan barang/Jasa
Bukti
1 pembelian/ ≤ 10 juta - ≤ 10 juta -
Pembayaran
2 Kuitansi ≤ 50 juta - ≤ 50 juta -
4 Surat
> 200 juta > 200 juta > 200 juta > 100 juta
Perjanjian
• Identitas Penyedia
• Dilakukan dengan cara pembelian
langsung tanpa negosiasi teknis dan
harga
Bukti • Nilai pembelian
Pembelian • Jenis dan jumlah barang/jasa
• Pengadaannya dilaksanakan oleh
Pejabat Pengadaan
• Tanda tangan PPK sebagai tanda
mengetahui
• ntitas penyedia
Gambar 2. 2 Ketentuan dalam bukti pembelian
b. Kuitansi
Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti
transaksi pembayaran yang diterima oleh Penyedia dengan berbagai
ketentuan pembayaran untuk pengadaan barang/jasa lainnya dengan
nilai kontrak paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
d. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara
kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum
untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban. Surat Perjanjian
digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
nilai paling sedikit di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah); dan
e. Surat Pesanan
Surat pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan
pengadaan melalui e- purchasing, pembelian melalui katalog elektronik
dan toko daring dan pemesanan barang/jasa melalui proses pengadaan
dengan jenis kontrak payung. Untuk pengadaan barang/jasa tertentu
yang membutuhkan pengaturan kontrak yang lebih rinci atau
diperlukan/dipersyaratkan secara administratif dalam proses
pembayaran maka Surat Pesanan ditindaklanjuti dengan Surat Perintah
Kerja atau Surat Perjanjian.
Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
a. Judul Kontrak
Menjelaskan jenis barang/jasa dan judul kontrak yang akan
ditandatangani
b. Jenis Kontrak
Mencantumkan jenis kontrak pengadaan barang/jasa yang
telah ditetapkan (dapat menjadi bagian di dalam judul atau
dapat menjadi bagian tersendiri setelah nilai kontrak)
c. Nomor Kontrak
Menjelaskan nomor kontrak yang akan ditandatangani.
Apabila kontrak merupakan perubahan kontrak, maka nomor
kontrak harus berurut sesuai dengan berapa kali mengalami
perubahan.
d. Tanggal Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan dan tahun kontrak
ditandatangani oleh para pihak. Tanggal kontrak tidak boleh
mendahului tanggal Surat Penunjukan Penyedia barang/Jasa
(SPPBJ).
e. Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat dalam kontrak yang menjelaskan bahwa
pihak pada hari, tanggal, bulan dan tahun membuat dan
menandatangani kontrak.
f. Para Pihak dalam Kontrak
1) Menjelaskan secara rinci dan menerangkan hal yang
sebenarnya identitas para pihak yang meliputi nama,
jabatan dan alamat serta kedudukan para pihak dalam
Penutup
a. Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui untuk
melaksanakan perjanjian sesuai peraturan perundang-
undangan;
b. Tanda tangan para pihak dalam Kontrak dengan dibubuhi
materai.
2 Jaminan Penawaran - - -
3 Jaminan Pelaksanaan - -
4 Jaminan Pemeliharaan - - -
6 Sertifikat Garansi - - - -
7. Sertifikat Garansi
Dalam Pengadaan Barang, untuk menjamin kelaikan penggunaan
barang maka Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu
Jaminan/Garansi Purna Jual yang menyatakan adanya jaminan
ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan purna jual dengan
NO SSUK KETERANGAN
5 Hak kekayaan Paten, hak cipta, merek dagang dan merek layanan.
intelektual
2
pekerjaan telah mencapai 100%,
1/1000 1/1000
Dari Harga kontrak Dari Sisa Bagian Kontrak
per hari dari bagian kontrak apabila per hari dari total nilai kontrak, apabila
penyelesaian masing-masing pekerjaan penyelesaian masing-masing pekerjaan yang
yang tercantum pada bagian kontrak tercantum pada bagian kontrak tersebut
tersebut tidak tergantung satu sama lain dan tergantung satu sama lain dan tidak memiliki
memiliki fungsi yang berbeda, dimana fungsi yang berbeda, dimana fungsi masing-
fungsi masing-masing bagian kontrak masing bagian kontrak tersebut terkait satu sama
tersebut tidak terkait satu sama lain dalam lain dalam pencapaian kinerja pekerjaan.
pencapaian kinerja pekerjaan.
Negosiasi
Mediasi
Konsiliasi
Arbitrase
B. Latihan
Untuk dapat memahami materi mengenai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Ada diminta untuk menjelaskan garis besar dari Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah!
1. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjian dikatakan sah apabila …..
A. Berdasarkan suatu sebab yang haram
B. Kedua belah pihak tidak mempunyai kecakapan untuk membuat suatu
perikatan
C. Tidak berdasarkan hal tertentu.
D. Kedua Belah pihak sepakat untuk mengikat dirinya
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
1. Pengertian Tim Pengelola Kontrak
Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pengelola Kontrak PBJP lainnya adalah
sebagai berikut:
1) Menerima dan mengkaji setiap permintaan terkait dengan kelengkapan
dokumen dam spesifikasi barang/jasa yang diperlukan oleh pengguna
pekerjaan dalam acara berita serah terima pekerjaan.
2) Membuat rencana dan melakukan negosiasi dalam hal diperlukan.
3) Menyampaikan dokumen kontrak yang telah disahkan oleh pejabat
berwenang/PPK kepada penyedia barang/jasa. Meyakinkan bahwa
dokumen kontrak diterima dengan baik tanpa ada pengecualian.
4) Mengawasi perkembangan penyerahan barang/jasa sampai
dilakukannya berita acara serah terima.
5) Memfasilitasi jika terdapat perselisihan dan perubahan dokumen
kontrak untuk mendapatkan pengesahan dari senior manajemen.
6) Membuat laporan kegiatan yang berkaitan dengan dokumen kontrak
atau laporan bulanan, kuartal dan laporan akhir.
B. Latihan
Untuk dapat memahami materi mengenai Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Ada diminta untuk menjelaskan garis besar dari
Pembentukan Tim Pengelola Kontrak.
C. Rangkuman
Tim Pengelolaan Kontrak adalah suatu Tim yang berupaya melakukan
kegiatan dalam rangka mencapai keberhasilan pengadaan barang/jasa pada
suatu organisasi mencapai tujuan, sesuai yang tercantum dalam kontrak.
A. Uraian Materi
1. Pengertian Pengendalian Pelaksanaan Kontrak
i. Pemeriksaan Bersama
1) Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, para pihak
bersama-sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi
pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan dan rencana mata
pembayaran.
2) Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat menetapkan tim teknis
dan PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.
3) Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila
dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak,
maka harus dituangkan dalam adendum Kontrak
m. Perubahan Kontrak
Perubahan kontrak harus memperhatikan proses pelaksanaan
pekerjaan sering dihadapkan pada perubahan kondisi lapangan, akibat
ketidaksesuaian gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang tertuang
dalam dokumen kontrak. Perubahan-perubahan kondisi lapangan, baik
terjadi di awal, pertengahan, dan akhir pekerjaan. Perubahan tersebut
dapat disebabkan dari permintaan pemilik anggaran, penyedia atau pihak
lain. Hal ini mengakibatkan perencanaan harus di ubah, terutama apabila
kondisi lapangan yang ada tidak memungkinkan sehingga terjadi
perubahan desain atau lazim disebut dengan change order (perubahan
kontrak). Perubahan kontrak dapat dilakukan untuk semua jenis kontrak.
Hal-hal yang terkait dengan perubahan kontrak pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu perubahan yang bersifat administratif dan
perubahan yang bersifat substantif. Perubahan administratif antara lain
p. Pemutusan Kontrak
Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh PPK atau
Penyedia untuk mengakhiri berlakunya Kontrak karena alasan tertentu.
Pemutusan kontrak secara sepihak dapat dilakukan mengecualikan Pasal
1266 dan 1267 KUHPerdata dengan dicantumkan di dalam Kontrak.
1) Pemutusan Kontrak oleh PPK
PPK melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a) Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan
dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi yang
berwenang.
b) Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa dinyatakan benar oleh Instansi yang berwenang;
c) Penyedia berada dalam keadaan pailit;
q. Pemberian Kesempatan
Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa
pelaksanaan kontrak berakhir, namun PPK menilai bahwa Penyedia mampu
menyelesaikan pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan pengenaan sanksi denda keterlambatan.
Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan
dituangkan dalam adendum kontrak yang didalamnya mengatur pengenaan
sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia dan perpanjangan masa
berlaku Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).
s. Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian sengketa merupakan kesepakatan para pihak dalam
kontrak, LKPP mendorong penyelesaian sengketa melalui LPS karena dinilai
paling efektif dan efisien dalam menyelesaikan sengketa PBJP. Dalam hal
terdapat sengketa antara PPK dengan Penyedia, penyelesaian sengketa
akan dilakukan melalui Layanan Penyelesaian Sengketa yang
diselenggarakan oleh LKPP.
Pemilihan metode penyelesaian sengketa mempunyai karakteristik
masing-masing dimana pemilihannya akan sangat bergantung kepada
kebijakan setiap organisasi. Pada penyelesaian perselisihan melalui
pengadilan (litigasi), salah satu pihak membawa kasus perselisihan ke
pengadilan umum untuk diselesaikan secara hukum. Alternatif lain adalah
menyelesaikan persengketaaan melalui arbitrase dimana penyelesaian
sengketa dilakukan oleh badan swasta yang dilakukan di luar
mahkamahseperti, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau Arbitrase
Internasional yang ada di negara-negara lain. Dalam rangka mencegah
kerugian yang lebih besar disebabkan oleh proses penyelesaian sengketa
yang panjang dan juga biaya yang ditimbulkan, maka sebaiknya dilakukan
Laporan Rencana
4.
Pendahuluan Aktual
Penyusunan Rencana
5. Rancangan
Aktual
Rekomendasi
Laporan Rencana
6.
Antara Aktual
Penyempurna Rencana
7. an Rancangan
Aktual
Rekomendasi
Rencana
8. Laporan Akhir
Aktual
B. Latihan
Untuk dapat memahami materi mengenai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Ada diminta untuk menjelaskan garis besar dari Pengendalian
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
C. Rangkuman
Pengendalian Kontrak merupakan tahapan pelaksanaan pengadaan
Barang/Jasa yang dilakukan setelah dokumen kontrak ditandatangani oleh
kedua belah pihak. Pengendalian adalah proses pengawasan disertai proses
tindak lanjut manakala terjadi perbedaan antara perencanaan (yang tertera
dalam kontrak) dan pelaksanaannya di lapangan.
Tujuan dari pengendalian pelaksanaan kontrak PBJP adalah untuk
memastikan bahwa sasaran atau target yang ditetapkan di dalam kontrak
pengadaan Barang/Jasa akan tercapai sesuai yang direncanakan. Manfaat yang
akan didapat dari pengendalian pelaksanaan kontrak PBJP adalah mendapatkan
pemenuhan dan hasil pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan teknis dan
dilaksanakan berdasarkan pemenuhan terhadap persyaratan kualitas,
persyaratan waktu dan persyaratan biaya. Tujuan dan manfaat ini dapat kita
capai dengan memastikan para pihak yang terlibat menjalankan kewajiban
masing-masing sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam kontrak pengadaan
Barang/Jasa.
Tahapan ini dilakukan setelah kontrak ditandatangani, adapun ruang
lingkup pelaksanaan kontrak meliputi:
1. Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak;
2. Penyerahan Lokasi Pekerjaan (apabila diperlukan);
3. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) / Surat Perintah Pengiriman (SPP);
A. Uraian Materi
1. Definisi dan Tujuan Penerimaan Hasil Pengadaan/Pekerjaan
Penjelasan alur :
1. Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK/PPK untuk penyerahan hasil pekerjaan.
2. Sebelum dilakukan serah terima, PPK/PPK melakukan pemeriksaan
terhadap hasil pekerjaan, yang dapat dibantu oleh Konsultan
Pengawas atau tim ahli dan tim teknis sebagai Tim Penerimaan Hasil
Pekerjaan PBJP.
3. Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan
terhadap kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
4. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil
pekerjaan, PPK memerintahkan Penyedia untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan.
5. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak maka PPK/PPK dan
Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.
6. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, PPK/PPK
menyerahkan barang/hasil pekerjaan kepada PA/KPA. Mekanisme
Modul Jenis Kompetensi Mengelola Kontrak PBJP Level 1 | 97
Versi 2.1
serah terima hasil barang/jasa dari Pejabat Penandatangan Kontrak
kepada PA/KPA dilakukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Bahwa peran memeriksa kesesuaian antara hasil pengadaan dengan
kontrak sepenuhnya adalah kewenangan dari PPK. Dalam memeriksa hasil
serah terima pengadaan, PPK dapat dibantu oleh Konsultan Pengawas atau
tim ahli dan tim teknis.
Terdapat 3 (tiga) jenis pembayaran dalam pengadaan barang/jasa, yaitu
sistem bulanan/sistem termin/pembayaran secara sekaligus. Dalam hal
pembayaran dalam kontrak yang diatur adalah pembayaran secara sekaligus,
maka pembayaran dilakukan oleh PPK kepada Penyedia setelah proses serah
terima hasil pengadaan/pekerjaan selesai.
b) Masa Pemeliharaan
Masa pemeliharaan adalah jangka waktu dimana Penyedia wajib
mempertahankan kondisi barang/jasa tetap seperti saat penyerahan
pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak. Masa pemeliharaan dibutuhkan
untuk pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya, sedangkan dalam pengadaan
barang lebih dikenal sebagai masa garansi. Dalam hal ditemukan kerusakan
yang ditemukan pada masa tersebut, maka Penyedia wajib melakukan
perbaikan.
Tahapan yang harus dilakukan PPK dan Penyedia dalam masa
pemeliharaan adalah:
1) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan
pertama pekerjaan.
2) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir
pekerjaan.
3) PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah Penyedia
melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan
C. Rangkuman
Serah terima hasil pekerjaaan dilaksanakan setelah pekerjaan selesai
100% (seratus persen) sesuai ketentuan yang termuat dalam Kontrak, Penyedia
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk serah terima
barang/jasa. PPK melakukan pemeriksaan terhadap barang/jasa yang
diserahkan. PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.
Serah Terima Hasil Pekerjaan 100% (seratus persen) dari Penyedia
kepada PPK sampai dengan serah terima hasil pekerjaan kepada PA/KPA
dijelaskan dalam bagan alur berikut:
A. Uraian Materi
1. Konsep Dasar Mengenai Penilaian Penyedia
B. Latihan
Untuk dapat memahami materi mengenai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Ada diminta untuk menjelaskan garis besar dari proses Evaluasi
Kinerja Penyedia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
C. Rangkuman
Konsep dasar mengenai penilaian Penyedia adalah penentuan kriteria
evaluasi kinerja penyedia yang perlu dipertimbangkan sebelum K/L/PD
A. Uraian Materi
Pengelola Pengadaan perlu memahami Bukti Pembelian/Pembayaran,
Kuitansi dan Surat Pesanan sebagai bagian dari bentuk kontrak. Bukti
Pembelian/Pembayaran dan Kuitansi merupakan produk dari Pejabat
Pengadaan, kecuali Surat Pesanan yang merupakan produk dari Pejabat
Pengadaan dan/atau PPK (sesuai dengan ketentuan pelaksanaan E-
Purchasing). Pemahaman ini diperlukan agar tidak keliru pada saat
pertanggungjawaban pelaksanaan pengadaan barang/jasa, verifikasi bukti
kelengkapan pembayaran, dan tentunya agar menghindari permasalahan yang
mungkin terjadi, salah satunya permasalahan pada saat pelaksanaan audit.
1. Bukti Pembelian (Hanya untuk Barang dan Jasa Lainnya)
b. Nilai Pembelian;
3. Surat Pesanan
Jumlah
PPN
Nilai
b. PPK
1) PPK memiliki hak:
a) menerima layanan internet dari Penyedia sesuai dengan
spesifikasi yang tercantum di dalam SP ini.
b) mendapatkan jaminan service level minimal 99,8%;
c) mendapatkan kompensasi service level apabila kapasitas
layanan berada di bawah kapasitas yang telah disepakati
(down time) setelah PPK melakukan pemeriksaan pekerjaan.
Dengan Perhitungan jumlah kompensasi yang diberikan
PENYEDIA kepada PPK sebagaimana dalam angka 1.a. 2). d
6. Harga
a. PPK membayar kepada Penyedia atas pelaksanaan pekerjaan
sebesar harga yang tercantum pada SP ini.
b. Harga SP telah memperhitungkan keuntungan, pajak, biaya
overhead, biaya aktivasi, biaya asuransi dan biaya pemotongan
kompensasi dari Penyedia (apabila ada).
7. Perpajakan
Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan
pungutan lain yang sah yang dibebankan oleh hukum yang berlaku atas
pelaksanaan SP. Semua pengeluaran perpajakan ini dianggap telah
termasuk dalam harga SP.
8. Pengalihan kontrak
Pengalihan seluruh Kontrak hanya diperbolehkan dalam hal terdapat
pergantian nama Penyedia, baik sebagai akibat peleburan (merger),
konsolidasi atau pemisahan.
9. Perubahan SP
a. SP hanya dapat diubah melalui adendum SP.
b. Perubahan SP dapat dilakukan apabila disetujui oleh para pihak dalam
hal terjadi perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan atas permintaan
PPK atau permohonan Penyedia yang disepakati oleh PPK.
12. Pembayaran
a. pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh
PPK, dengan ketentuan:
1) penyedia telah mengajukan tagihan;
2) pembayaran dilakukan dengan pembayaran secara sekaligus;
dan
3) pembayaran harus dipotong denda dan kompensasi service level
(apabila ada) dan pajak.
b. pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai
100% (seratus perseratus) dan bukti penyerahan pekerjaan
diterbitkan.
c. PPK melakukan proses pembayaran atas pekerjaan selambat-
lambatnya 28 hari kerja setelah PPK menilai bahwa dokumen
pembayaran lengkap dan sah.
13. Sanksi
a. Penyedia dikenakan sanksi apabila:
1) Tidak menanggapi pesanan layanan selambat-lambatnya (.....)
hari kerja;
2) Tidak dapat memenuhi pesanan sesuai dengan kesepakatan
dalam transaksi melalui e-Purchasing dan SP ini tanpa disertai
alasan yang dapat diterima; dan/atau
3) menjual harga layanan melalui proses e-Purchasing dengan
harga yang lebih mahal dari harga Barang/Jasa yang dijual
selain melalui e-Purchasing pada periode penjualan, jumlah,
dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang sama.
b. Penyedia yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dikenakan sanksi administratif berupa:
1) peringatan tertulis;
2) denda; dan
3) pelaporan kepada LKPP untuk dilakukan:
a) penghentian sementara dalam sistem transaksi e-
Purchasing; atau
b) penurunan pencantuman dari Katalog Elektronik (e-
Catalogue).
b. Pengadaan Barang
6. Harga
a. Pejabat Penandatangan/Pengesahan Tanda Bukti Perjanjian
membayar kepada Penyedia atas pelaksanaan pekerjaan sebesar
harga yang tercantum pada SP ini.
b. Harga SP telah memperhitungkan keuntungan, pajak, biaya overhead,
biaya pengiriman, biaya asuransi, biaya layanan tambahan (apabila
ada) dan biaya layanan purna jual.
c. Rincian harga SP sesuai dengan rincian yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga.
7. Perpajakan
Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan
pungutan lain yang sah yang dibebankan oleh hukum yang berlaku atas
pelaksanaan SP. Semua pengeluaran perpajakan ini dianggap telah
termasuk dalam harga SP.
9. Perubahan SP
a. SP hanya dapat diubah melalui adendum SP.
b. Perubahan SP dapat dilakukan apabila disetujui oleh para pihak
dalam hal terjadi perubahan jadwal pengiriman barang atas
permintaan Pejabat Penandatangan/Pengesahan Tanda Bukti
Perjanjian atau permohonan Penyedia yang disepakati oleh Pejabat
Penandatangan/Pengesahan Tanda Bukti Perjanjian.
13. Pembayaran
a. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan
oleh Pejabat Penandatangan/Pengesahan Tanda Bukti Perjanjian,
dengan ketentuan:
1) penyedia telah mengajukan tagihan;
2) pembayaran dilakukan dengan pembayaran secara sekaligus; dan
3) pembayaran harus dipotong denda (apabila ada) dan pajak.
b. Pembayaran hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai 100%
(seratus perseratus) dan bukti penyerahan pekerjaan diterbitkan.
c. Pejabat Penandatangan/Pengesahan Tanda Bukti Perjanjian
melakukan proses pembayaran atas pembelian barang selambat-
lambatnya 7 hari kerja setelah PPK menilai bahwa dokumen
pembayaran lengkap dan sah.
14. Sanksi
a. Penyedia dikenakan sanksi apabila:
1) Tidak menanggapi pesanan barang selambat-lambatnya 14 hari
kerja;
2) Tidak dapat memenuhi pesanan sesuai dengan kesepakatan
dalam transaksi melalui e-Purchasing dan SP ini tanpa disertai
alasan yang dapat diterima; dan/atau
3) menjual barang melalui proses e-Purchasing dengan harga yang
lebih mahal dari harga Barang/Jasa yang dijual selain melalui e-
Purchasing pada periode penjualan, jumlah, dan tempat serta
spesifikasi teknis dan persyaratan yang sama.
b. Penyedia yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dikenakan sanksi administratif berupa:
B. Latihan
Untuk dapat memahami materi mengenai Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Ada diminta untuk menjelaskan garis besar dari
perumusan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dalam bentuk kuitansi,
bukti pembayaran/pembelian dan surat pesanan.
2. Nilai Pembelian;
3. Harga, pembayaran,
4. Sanksi,
6. Keadaan kahar,
A. Uraian Materi
1. Penanganan Risiko Pengelolaan Kontrak
KOMPONEN/ FAKTOR
PERISTIWA DAMPAK SOLUSI
PROSES PENYEBAB
karena dapat
adanya dimengerti
maksud dan
tertentu disepakati
kedua belah
pihak
pengadaan
yang
diadakan
berwenang
menandatan
gani
adendum
C. Rangkuman
Seperti diketahui bahwa salah satu peranan dokumen kontrak adalah
mengidentifikasi risiko kepada pihak-pihak yang memang berkompeten dan bisa
mengelola risiko dengan efektif dan efisien untuk meminimalkan potensi kerugian
dari suatu kejadian yang berakibat fatal atau memaksimalkan kesempatan yang
baik dari suatu kejadian. Perlu dipahami bahwa yang terbaik untuk mengelola
risiko adalah pihak yang mempunyai kemampuan dan kapasitas untuk
mengontrol dan mengendalikan risiko.
Sebagai contoh, organisasi A mempunyai bidang pelayanan jasa ke publik
tidak mempunyai sumber daya dan keahlian yang cukup untuk mengerjakan
proyek konstruksi jembatan. Organisasi A kemudian menunjuk sebuah penyedia
(kontraktor) yang mempunyai sumber daya dan keahlian untuk membuat
jembatan dalam waktu satu tahun dengan menggunakan kontrak lumsum. Dalam
hal ini, organsasi A telah melakukan pemindahan risiko ke penyedia untuk
mengendalikan penyelesaian dengan tepat waktu selama satu tahun, penyedia
dalam hal ini juga mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk
mengendalikan semua risiko agar dapat menyelesaikan pembangunan jembatan
selama satu tahun.
1. Isi kontrak hanya menguntungkan salah satu pihak merupakan risiko dari
tahapan…..
A. Persiapan Kontrak
B. Pengendalian Kontrak
Modul Jenis Kompetensi Mengelola Kontrak PBJP Level 1 | 146
Versi 2.1
C. Serah Terima Pekerjaan
D. Perumusan Kontrak
2. Dampak dari Adendum kontrak tidak ditandantangani oleh personil yang
berwenang adalah….
A. Kemungkinan merubah kontrak
B. Adendum tidak dapat disepakati
C. Adendum tidak valid
D. Pemutusan tidak sah
3. Solusi atas risiko barang yang dihentikan (diskontinu) masih dibutuhkan
adalah….
A. Koordinasi dengan user untuk proses pengadaan selanjutnya
B. Pengecekan secara teliti pemberian sanksi sebelum adanya pemutusan
C. Merumuskan perubahan-perubahan yang memungkinkan untuk dapat
disepakati
D. Sosialisasi aturan terkait adendum kontrak
4. Penyedia tidak dapat menggunakan haknya untuk memberikan klarifikasi
terlebih dahulu, kekecewaan penyedia, kemungkinan penyedia menuntut
adalah dampak dari risiko…..
A. Barang/lingkup pekerjaan yang dihentikan masih dibutuhkan
B. Tidak adanya Surat Peringatan terlebih dahulu
C. Terjadinya keterlambatan serah terima barang/jasa
D. Barang/Jasa yang diserahterimakan tidak sesuai dengan yang telah
diperjanjikan
5. Yang merupakan risiko pada tahapan Serah Terima Haisl Pengadaan adalah
.
A. Kesalahan penentuan masa berlaku jaminan pelaksanaan
B. Alasan pemutusan kontrak tidak sesuai ketentuan
C. Adanya barang yang rusak
D. Tidak adanya sanksi akibat pemutusan
Rumus:
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat Penguasaan = x 100%
𝛴 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
A. Uraian Materi
1. Pengertian dan Ketentuan
Data dan informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
proses pengadaan, seperti data dan informasi terkait spesifikasi teknis/KAK,
harga wajar, ketersediaan penyedia dan data-data terkait lainnya. Sering
ditemukan bahwa istilah data dan informasi digunakan secara tidak tepat
atau sering tertukar penggunaannya padahal keduanya memiliki makna yang
berbeda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui perbedaan antara kedua
istilah tersebut. Tujuan identifikasi dan pengumpulan data dan Informasi
adalah untuk membekali individu atau tim dengan pengetahuan dan keahlian
terkait dengan pengolahan dan analisis data sehingga semua pihak dapat
memahami makna dari kinerja setiap indikator, kondisi dari data yang
dikumpulkan, serta proses bagaimana data pengadaan tersebut
dikumpulkan yang nantinya dapat berguna pada saat proses pengadaan
dilakukan.
Data terkait kontrak dapat berasal dari banyak sumber dan dalam
bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan
terlebih dahulu dengan metodologi yang disepakati. Kemudian menentukan
siapa yang akan mengumpulkan data dan seberapa sering data
dikumpulkan.
Komponen/
No Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
4 Perumusan Tata Cara Sub Kontrak Data SPSE (Pilih SSUK dalam
SSUK SBD Pemilihan)
Eksternal
Keadaan Kahar
Penghentian Kontrak
Pemutusan Kontrak
Berakhirnya Kontrak
Jaminan
Pengawasan Mutu
• Peraturan keuangan
dari kementerian terkait.
e. Spesifikasi Teknis/KAK
2. Spesifikasi Teknis/KAK
2. KAK
Komponen/
No Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
• Masa berlaku
• Pemberi tugas
Komponen/
No Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
- Tanggal Mulai
Pekerjaan
- Jangka waktu
penyelesaian
pekerjaan
- Tanggal
berlakunya SPL
4 Surat Jalan - Daftar barang Data Internal Dokumen Kick off Meeting
yang akan dikirim dan
Eksternal Dokumen SPMK
- Merk dan
Spesifikasi
- Jumlah barang
Komponen/
No Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
- Progres Pekerjaan
- Rekomendasi ke
PPK (misal:
Modul Jenis Kompetensi Mengelola Kontrak PBJP Level 1 | 159
Versi 2.1
Komponen/
No Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
pembuatan
addendum/serah
terima 100%/data
cacat minor untuk
perbaikan
- Nama Pengawas
- Nama Penyedia
- Nomor SPMK
- Tanggal Akhir
Pekerjaan
- Nomor SPK/Surat
Perjanjian
- Nomor BAPP
- Jangka Waktu
Pelaksanaan
Komponen/
No Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
- Jadwal
Penyelesaian
Pekerjaan
C. Rangkuman
Data terkait kontrak dapat berasal dari banyak sumber dan dalam bentuk
yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan terlebih dahulu
dengan metodologi yang disepakati. Kemudian menentukan siapa yang akan
mengumpulkan data dan seberapa sering data dikumpulkan.
Beberapa data pengadaan perlu dikumpulkan secara reguler dan dalam
periode waktu yang singkat namun ada data pengukuran yang perlu dikumpulkan
pada saat-saat tertentu sehingga frekuensinya lebih sedikit atau bahkan cukup
satu kali dalam satu siklus pengelolaan kinerja. Frekuensi pengumpulan data
pengadaan akan tergantung pada:
1. Pergerakan data
2. Upaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data.
Selama pelaksanaan kontrak seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
kontrak tersebut perlu untuk didokumentasikan. Tujuannya adalah:
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi organisasi.
2. Sebagai bukti-bukti apabila terjadi perselisihan di kemudian hari.
3. Sebagai bentuk penerapan akuntabilitas.
Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, berbagai dokumen yang terkait
dengan pelaksanaan kontrak perlu didokumentasikan, meliputi antara lain:
Pengelola pengadaan (staf PPK) yang menangani dokumen revieu kontrak
harus meyakinkan bahwa dokumen asli didokumentasikan dengan baik. Selain
itu, semua dokumen pendukung benar-benar disimpan dengan lengkap,
sebelum salinan nya diedarkan kepada pihak yang memerlukannya termasuk
untuk kepentingan pengarsipan.
A. Simpulan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 merupakan bentuk tindak lanjut
dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang mana
merupakan langkah konkrit dari pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional
yang erat kaitannya dengan Pengadaan Barang/Jasa sebagai media untuk
mendapatkan aset-aset produktif yang berguna untuk menggerakan
perekonomian dan pelayanan publik. Selain itu, LKPP telah menyusun
peraturan-peraturan turunan dari peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 dalam
bentuk peraturan lembaga yang disusun juga telah mengatur terkait dengan
pengembangan kompetensi dari Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/jasa Pemerintah (JFPPBJ), yang tercermin di dalam peraturan Lembaga
Nomor 3 tahun 2021.
Pengembangan kompetensi JFPPBJ untuk Jenis Kompetensi Level 1
mempunyai indikator kinerja yang terdiri dari pengenalan terhadap proses
perumusan kontrak PBJP sampai dengan mekanisme penilaian kinerja penyedia.
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan dasar pemahaman dan gambaran
terkait dengan mekanisme pengelolaan kontrak secara keseluruhan, sebagai
modal dasar bagi JFPPBJ untuk melaksanakan tugas terkait dengan
pengelolaan kontrak PBJP.
B. Implikasi
Dengan berlakunya Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021 yang
merupakan salah satu bentuk kontribusi terhadap Program Pemulihan Ekonomi
Nasional, dan Peraturan Lembaga Nomor 7 tahun 2021 yang mengatur
mengenai detil kompetensi yang perlu dimiliki oleh Jabatan Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka penting agar modul ini diutilisasikan
dan dikuasain dengan baik agar dasar-dasar ilmu pengelolaan kontrak dimulai
dari proses perumusan kontrak hingga mekanisme pengelolaan kinerja dan risiko
Modul Jenis Kompetensi Mengelola Kontrak PBJP Level 1 | 172
Versi 2.1
di dalam pengelolaan kontrak dapat diimplementasikan dan dikuasai dengan
baik. Agar dalam pengembangan kompetensi, serta ketika JFPPBJ tersebut naik
jenjang ke jenjang yang lebih tinggi memiliki modal yang baik untuk melakukan
tugas pengelolaan kontrak PBJP.
C. Tindak Lanjut
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang Jenis
Kompetensi Mengelola Kontrak Level 1, maka setelah mempelajari modul ini
peserta dapat mempelajari materi ini, dengan mengikuti pelatihan terkait dengan
Kamus Kompetensi Teknis yang sudah di susun serta mempelajari berbagai
referensi yang berkaitan dengan pengelolaan kontrak level 1.
Dewan : Suatu lembaga independen yang telah ditunjuk dari sejak awal
Sengketa tahap proyek, sehingga setiap potensi perselisihan yang
Konstruksi muncul dalam suatu proyek dapat dilakukan antisipasi sejak
dini oleh Dewan Sengketa sebelum perselisihan tersebut
berkembang menjadi sebuah sengketa di bidang Konstruksi.
Sumber Daya : Aparatur Sipil Negara dan Non-Aparatur Sipil Negara yang
Manusia bekerja di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
Uang Muka : pembayaran secara tunai yang dilakukan ketika ingin membeli
barang / jasa sebelum barang/jasa tersebut diterima
MODUL 6:
JENIS KOMPETENSI MENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA SECARA
SWAKELOLA LEVEL 1 VERSI 2
DISUSUN OLEH :
BAIHAKI
TRI SUSANTO
Segala Puji Bagi Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat-Nya modul ini
dapat diselesaikan dengan baik. Modul Mengelola Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (PBJP) secara Swakelola Level 1 ini membahas tentang tata cara
PBJP secara swakelola mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
dan pengawasan.
Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para peserta pelatihan
Kompetensi PBJP Level 1 dalam memahami dan melakukan praktik-praktik yang
baik dalam Pengadaan Barang/Jasa secara Swakelola, serta dapat menjadi
acuan bagi semua pihak yang terkait dalam penyelenggaran pelatihan.
Kami ucapkan terimakasih kepada Sdr. Baihaki dan Sdr. Tri Susanto yang
telah menyusun modul ini. Kami juga menyampaikan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Pimpinan LKPP dan semua pihak yang
memberikan sumbangsih dan masukan konstruktifnya untuk kesempurnaan
penulisan modul ini.
Demikian modul ini dibuat, semoga bermanfaat untuk peningkatan
kompetensi SDM Pengadaan Barang/Jasa.
Hardi Afriansyah
NIP. 196904212002121001
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan
gambaran Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara swakelola.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
a. Menjelaskan penyusunan rencana dan persiapan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah secara swakelola
b. Menjelaskan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
secara swakelola
c. Menjelaskan pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
secara swakelola
d. Menjelaskan serah terima hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah secara swakelola
e. Menjelaskan risiko pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
secara swakelola
Modul Mengelola PBJP Secara Swakelola Level 1 | 10
Versi 2.1
f. Menjelaskan cara mengidentifikasi dan mengumpulkan bahan
dan/atau data dan/atau informasi yang dibutuhkan untuk melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah secara swakelola.
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok dalam modul ini meliputi:
1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara swakelola
2. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Secara swakelola
3. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara swakelola
4. Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Secara swakelola
5. Serah terima hasil Pengadaan Barang/Jasa Secara swakelola
6. Risiko pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara
swakelola.
7. Mengidentifikasi dan mengumpulkan bahan/data dan/atau informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara swakelola.
mengidentifikasi dan mengumpulkan bahan/data dan/atau informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara swakelola.
A. Uraian Materi
1. Tujuan Swakelola
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara swakelola memiliki 7
(tujuh) tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan Swakelola bisa digunakan
untuk melakukan penilaian mandiri (self assesment), apakah cara
pengadaan secara swakelola tepat dipilih untuk mewujudkan barang/jasa
yang dibutuhkan. Tujuan Swakelola tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa yang tidak disediakan oleh
pelaku usaha.
b. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa yang tidak diminati oleh pelaku
usaha karena nilai pekerjaannya kecil dan/atau lokasi yang sulit
dijangkau.
c. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
d. Meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia di
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Contoh 1:
Nama Kegiatan : Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana
sehat
Nama Pekerjaan : Pembangunan/rehab rumah tidak layak huni
Kode rekening : 5.2.2.23.02
Nama Rekening : Belanja Barang yang akan diserahkan Kepada Pihak Ketiga
Cara Pengadaan secara swakelola Tipe IV
Contoh 2
Nama Kegiatan : Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi
Angkutan Umum
Nama Pekerjaan : Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi
Angkutan Umum
Kode Akun : 5.2.2.17.01.001
Nama Akun : Biaya Kepesertaan
Cara Pengadaan secara swakelola Tipe II
C. Rangkuman
A. Uraian Materi
a. Swakelola Tipe I.
Penyelenggara Swakelola Tipe I memiliki sumber daya yang cukup dan
kemampuan teknis untuk melaksanakan Swakelola. Pada prinsipnya,
penyelenggara swakelola tipe I merupakan K/L atau Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran.
Swakelola Tipe I juga dapat dilaksanakan oleh:
1) Badan Layanan Umum (BLU) yang merupakan bagian dari
Kementerian/Lembaga penanggung jawab anggaran sebagai instansi
induk;
2) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang merupakan bagian dari
Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk;
atau
3) Perguruan Tinggi Negeri yang merupakan bagian dari
Kementerian/Lembaga penanggung jawab anggaran.
Tipe Penetapan
Swakelola Tim Persiapan Tim Tim Pelaksana
Pengawas
Tipe I PA/KPA Penanggung Jawab Anggaran
Tipe II PA/KPA Pimpinan K/L/PD lain
Penanggung Jawab Anggaran Pelaksana Swakelola
Tipe III Pimpinan Calon
Pelaksana Swakelola
Tipe IV Pimpinan Kelompok Masyarakat
No Kegiatan Penanggungjawab
I. Tahap Persiapan
1 Surat Penetapan Tim Persiapan dan PA/KPA
Pengawas
2 Surat Penetapan Tim Pelaksana Pimpinan K/L/PD Lain
3 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Jadwal Tim Persiapan dan Tim
pelaksanaan Pelaksana
4 Tim Persiapan dan Tim
Reviu spesifikasi teknis dan RAB
Pelaksana
5 PPK dan Ketua Tim
Penyusunan rancangan Kontrak
Pelaksana
6 PPK dan Ketua Tim
PenAndatanganan Kontrak Swakelola Tipe II
Pelaksana
II. Tahap Pelaksanaan
7 Undangan kepada peserta pelatihan Ketua Tim Pelaksana
8 Registrasi peserta Ketua Tim Pelaksana
9 Pembukaan Ketua Tim Pelaksana
10 Pelaksanaan pelatihan selama 5 hari Ketua Tim Pelaksana
11 Uji kompetensi Ketua Tim Pelaksana
12 PPK dan Ketua Tim
Pembayaran
Pelaksana
III. Tahap Pelaporan
13 Pengawasan dilakukan Sejak Tahap Tim Pengawas
Persiapan sd Serah terima
14 Laporan Pelaksanaan Pekerjaan selesai PPK dan Ketua Tim
100% Pelaksana
15 PPK dan Ketua Tim
BA. Penyerahan Pekerjaan
Pelaksana
16 BA. Serah Terima Hasil Pekerjaan PPK dan PA
Tim persiapan dan PPK dalam melakukan reviu terhadap proposal dari
tim pelaksana harus memperhitungan pajak-pajak sesuai perundang-
undangan yang berlaku antara lain:
1) Status calon pelaksana Swakelola (PNBP/BLU/BLUD/PTNBH), jika
berstatus PTNBH maka harus memperhatikan jenis pekerjaan yang
dikenakan PPN dan tidak dikenakan PPN.
2) Batasan nilai belanja barang/jasa yang dikenai PPN.
3) Honor tenaga ahli/narasumber/ penyelenggara swakelola harus
memperhatikan ketentuan PPh 21 (tarif progresif) dan PPh final sesuai
status pegawai tenaga ahli/narasumber/penyelenggara swakelola PNS
atau Non PNS
4) Belanja bahan/materil harus mempehatian ketentuan tentang PPN dan
PPh barang, sama hal dengan belanja jasa lainnya dan jasa konsultan
(jika diperlukan)
Tahapan persiapan dari Swakelola Tipe I, II, III dan IV dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini
Tabel 3. 5 Tahap Persiapan Swakelola Tipe I
B. Latihan
C. Rangkuman
A. Uraian Materi
5. Pembayaran Swakelola
C. Rangkuman
5. Salah satu hal yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Swakelola ialah
melaporkan penggunaan keuangan secara berkala kepada….
A. PPK
B. PA/KPA
C. Ketua Kelompok Masyarakat
D. Pokja Pemilihan
10. Apa yang harus dilakukan PPK jika menemukan adanya keterlambatan
akibat perubahan kondisi lapangan dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa secara swakelola?
A. Melakukan addendum kontrak Swakelola
B. Melakukan pemutusan kontrak Swakelola
C. Memeriksa dan menguji hasil pekerjaan
D. MenAnda tangani berita acara serah terima
A. Uraian Materi
1. Pengawasan
Pengawasan Swakelola meliputi:
a. Pengawasan administrasi
Dokumen administrasi merupakan bukti dari pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan
Tabel 5. 1 Dokumen pengawasan administrasi
c. Pengawasan keuangan
Pengawasan tertib administrasi keuangan meliputi rencana penggunaan
dana, cara pembayaran serta ketepatan penggunaan keuangan. Meliputi
pengawasan rencana penggunaan dana harus sesuai dengan RAB Kontrak,
kelengkapan persyaratan pembayaran serta kewajaran harga.
Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi
Swakelola. Apabila dalam hasil evaluasi ditemukan penyimpangan, Tim
Pengawas melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada PPK, tim
persiapan atau tim pelaksana untuk segera mengambil tindakan korektif.
Khusus Swakelola Tipe IV, Tim pengawas juga melaporkan dan memberikan
rekomendasi kepada ketua Kelompok Masyarakat.
2. Evaluasi Kinerja
Berdasarkan hasil pengawasan baik dari segi administrasi, teknis dan
keuangan dapat dilakukan evaluasi kinerja pelaksana Swakelola.
Evaluasi kinerja dapat dinilai dari berbagai aspek antara lain
a. kualitas dan Kuantitas pekerjaan
Modul Mengelola PBJP Secara Swakelola Level 1 | 60
Versi 2.1
kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang ditetapkan
dalam kontrak Swakelola.
Kuantitas adalah jumlah output pekerjaan yang harus dihasilkan sesuai
dengan ketentuan kontrak Swakelola. Evaluasi kualitas dan kuantitas
untuk mengukur kesesesuaian hasil pekerjaan dengan Kontrak Swakelola
b. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan swakelola, Evaluasi waktu untuk mengukur penyelesaian
pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam kontrak atau lebih
cepat sesuai dengan kebutuhan PPK.
c. Biaya pekerjaan
Biaya pekerjaan adalah komponen biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan.
evaluasi biaya untuk mengukur pengendalian biaya dengan
menginformasikan sejak awal atas kondisi yang berpotensi menambah
biaya dan perubahan kontrak yang diajukan sudah didasari dengan alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga penambahan biaya dapat
diantisipasi
d. Layanan
Layanan adalah kemampuan pelaksana swakelola untuk berkomunikasi
dan tingkat respon baik pada kondisi normal maupun jika ada masalah
yang dihadapi dalam pelaksanaan Swakelola.
Evaluasi layanan untuk mengukur:
1) Merespon permintaan dengan penyelesaian sesuai dengan
yang diminta;
2) Pelaksana Swakelola dapat berkomunikasi dengan baik tentang
perkembangan pekerjaan di lapangan dan memberikan infomasi
yang langkap jika terjadi masalah di lapangan.
B. Latihan
C. Rangkuman
6. Kapan bisa dilakukan serah terima hasil pekerjaan dari Tim Pelaksana
kepada PPK?
A. Setelah Tim Pengawas melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan
B. Setelah pembayaran 100 %
C. Setelah laporan kemajuan disetujuai oleh PA/KPA
D. Setelah Kontrak berakhir
10. Apa yang harus di rekomendasikan oleh Tim Pengawas kepada PPK jika
hasil pengawasan di temukan adanya pekerjaan yang belum selesai
sementara waktu pelaksanaan kontrak sudah berakhir?
A. Melakukan tindakan korektif agar Tim Pelaksana terus melanjutkan
pekerjaan
B. Tidak perlu mengembalikan karena keuntungan Pokmas
C. Dibagikan kepada kepada Tim Pelaksana Swakelola
D. Dibelanjakan barang/jasa di luar RAB kontrak.
A. Uraian Materi
A. Uraian Materi
memahami
ketentuan
Swakelola
4 Pengawasan Pekerjaan Tim Hasil pekerjaan Dilakukan
tidak sesuai Pengawas tidak sesuai pengawasan ketat
spesifikasi tidak spesfikasi terhadap
yang tertulis memahami teknis yg tertulis spesifikasi teknis
dalam tata cara dalam kontrak pekerjaan
Kontrak pengawasan
Swakelola spesifikasi
teknis
pekerjaan
B. Latihan
Dalam hal penetapan tipe swakelola tidak sesuai, maka cobalah Saudara
identifikasi risiko, penyebab, dampak dan solusinya!
Risiko yang mungkn terjadi dalam Swakelola harus di mitigasi sejak awal
agar pihak dapat mencari solusi sedini mungkin agar tidak menimbulkan
masalah yang lebih besar di kemudian hari.
3. Apa penyebab dalam Kontrak Swakelola tidak jelas sasaran yang akan
dicapai?
A. PPK dan Pelaksana Swakelola tidak memahami ketentuan Swakelola
B. Untuk mencapai target penyerapan anggaran
C. Perintah atasan langsung
D. Atas permintaan pelaksana Swakelola
A. Uraian Materi
Tabel 8. 1 Data dan informasi yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa secara
swakelola
B. Latihan
A. Kesimpulan
INDONESIA
-1-
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DAN PERUBAHANNYA
TENTANG
Menimbang pada Perpres 12/2021 : bahwa untuk penyesuaian pengaturan penggunaan produk/jasa Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta Koperasi, dan pengaturan pengadaan jasa konstruksi yang pembiayaannya
bersumber dari APBN/APBD dalam Pengadaan Barang/JasaPemerintah untuk kemudahan berusaha
berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan penyesuaian ketentuan Sumber
Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah;
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-2-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-3-
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN
PERUBAHANNYA
BAB I KETENTUAN
UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan :
1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
yang dibiayai, oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi
kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
2. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian
adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-4-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-5-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-6-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-7-
20. E-marketplace Pengadaan Barang / Jasa adalah pasar elektronik
yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa
pemerintah.
21. Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan
pengelolaan teknologi informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
22. Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat
APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit,
reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.
23. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang selanjutnya
disebut Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang
dikerjakan sendiri oleh Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah,
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain, organisasi
kemasyarakatan, atau kelompok masyarakat.
24. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas
adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat
secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,
kebutuhan,kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-8-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-9-
luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu Pekerjaan.
33. Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adaiah
perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK yang telah
memperhitungkan biaya tidak langsung, keuntungan dan Pajak
Pertambahan Nilai.
34. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan
metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi,
data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan
pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi
dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi.
35. Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-
purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem
katalog elektronik atau toko daring.
36. Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
37. Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Jasa Konsultansi.
38. Tender/Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia dengan
peserta pemilihan dapat berasal dari Pelaku Usaha nasional dan
Pelaku Usaha asing.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-10-
46. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
dan dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-11-
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
47. Dihapus.
48. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan
tertulis yang Dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan
Penjaminan/Perusahaan Asuransi/lembaga keuangan khusus
yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan
asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia.
49. Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada peserta
pemilihan/Penyedia berupa larangan mengikuti Pengadaan
Barang/Jasa di seluruh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah dalam jangka waktu tertentu.
50. Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang
bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang menguntungkan
secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penggunanya
tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan dan sosial dalam
keseluruhan siklus penggunaannya.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-12-
Pasal 2
Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Presiden ini meliputi:
a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang menggunakan
anggaran belanja dari APBN/APBD;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja
dari APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada huruf a, termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dan hanya
bersumber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah dalam
negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah; dan/atau
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-13-
Pasal 3
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-14-
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, PRINSIP, DAN ETIKA
PENGADAAN BARANG/JASA
Bagian Kesatu
Tujuan Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 4
Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk :
a. menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang
yang dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas,kuantitas,
waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
b. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
c. meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil,dan
Koperasi;
d. meningkatkan peran Pelaku Usaha nasional;
e. mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan
barang/jasa hasil penelitian;
f. meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
g. mewujudkan pemerataan ekonomi dan memberikan
perluasan kesempatan berusaha; dan
h. meningkatkan Pengadaan Berkelanjutan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-15-
Bagian Kedua
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 5
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa meliputi :
a. meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa;
b. melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih
transparan, terbuka, dan kompetitif;
c. memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya
manusia Pengadaan Barang/Jasa;
d. mengembangkan E-marketplace Pengadaan
Barang/Jasa;
e. menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta
transaksi elektronik;
f. mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan
Standar Nasional Indonesia (SNI);
g. memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan Usaha Menengah;
h. mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif;
dan
i. melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-16-
Bagian Ketiga
Prinsip Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 6
Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip sebagai berikut:
a. efisien;
b. efektif;
c. transparan;
d. terbuka;
e. bersaing;
f. adil; dan
g. akuntabel
Bagian Keempat
Etika Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 7
(1) Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa
mematuhi etika sebagai berikut:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung
jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan
ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
b. bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga
kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-17-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-18-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-19-
BAB III
PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA
Bagian Kesatu
Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 8
Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
a. PA;
b. KPA;
c. PPK;
d. Pejabat Pengadaan;
e. Pokja Pemilihan;
f. Agen Pengadaan;
g. dihapus;
h. Penyelenggara Swakelola; dan
i. Penyedia.
Bagian Kedua
Pengguna Anggaran
Pasal 9
(1) PA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a memiliki tugas
dan kewenangan:
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-20-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-21-
Bagian Ketiga
Kuasa Pengguna Anggaran
Pasal 10
(1) KPA dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf b melaksanakan pendelegasian sesuai
dengan pelimpahan dari PA.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), KPA
berwenang menjawab Sanggah Banding peserta Tender
Pekerjaan Konstruksi.
(3) KPA dapat menugaskan PPK untuk melaksanakan kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terkait dengan:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja; dan/atau
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-22-
Bagian Keempat
Pejabat Pembuat Komitmen
Pasal 11
(1) PPK dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf c memiliki tugas:
a. menyusun perencanaan pengadaan;
b. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
c. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja
(KAK);
d. menetapkan rancangan kontrak;
e. menetapkan HPS;
f. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada Penyedia;
g. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
h. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di
atas Rp200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah);
i. mengendalikan Kontrak;
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-23-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-24-
Bagian Kelima
Pejabat Pengadaan
Pasal 12
Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf d memiliki tugas:
a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan
Langsung;
b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah); dan
d. melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Bagian Keenam
Kelompok Kerja Pemilihan
Pasal 13
(1) Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf e memiliki tugas:
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-25-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-26-
Bagian Ketujuh
Agen Pengadaan
Pasal 14
(1) Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf f
dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
(2) Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mutatis mutandis dengan tugas Pokja Pemilihan
dan/atau PPK.
(3) Pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Agen Pengadaan diatur dengan
Peraturan Kepala Lembaga.
Bagian Kedelapan
Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan
Pasal 15
Dihapus
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-27-
Bagian Kesembilan
Penyelenggara Swakelola
Pasal 16
(1) Penyelenggara Swakelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal
E huruf h terdiri atas Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan atau
Tim Pengawas.
(2) Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana
kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya.
(3) Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat,
mengevaluasi, dan melaporkan secara berkala kemajuan
pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.
(4) Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan
pelaksanaan fisik maupun administrasi Swakelola.
(5) Penyelenggara Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
Bagian Kesepuluh
Penyedia
Pasal 17
(1) Penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf i wajib
memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang diadakan
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-28-
BAB IV PERENCANAAN
PENGADAAN
Bagian Kesatu
Perencanaan Pengadaan
Pasal 18
(1) Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan,
penetapan barang/jasa, cara, jadwal, dan anggaran Pengadaan
Barang/Jasa.
(2) Perencanaan pengadaan yang dananya bersumber dari APBN
dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja K/L) setelah penetapan Pagu
Indikatif.
(3) Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari APBD
dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA Perangkat Daerah)
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-29-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-30-
Bagian Kedua
Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja
Pasal 19
(1) PPK dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK barang/jasa
menggunakan :
a. produk dalam negeri;
b. produk bersertifikat SNI;
c. produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil
produksi dalam negeri; dan
d. produk ramah lingkungan hidup.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-31-
Bagian Ketiga
Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 20
(1) Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan
berorientasi pada:
a. keluaran atau hasil;
b. volume barang/jasa;
c. ketersediaan barang/jasa;
d. kemampuan Pelaku Usaha; dan/atau
e. ketersediaan anggaran belanja.
(2) Dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa, dilarang:
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-32-
Bagian Keempat
Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 21
(1) Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan pada tahap
perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia, dan/atau persiapan pemilihan Penyedia.
(2) Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan oleh
PA/KPA/PPK dan/atau UKPBJ.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-33-
Bagian Kelima
Pengumuman Rencana Umum Pengadaan
Pasal 22
(1) Pengumuman RUP Kementerian/Lembaga dilakukan setelah
penetapan alokasi anggaran belanja.
(2) Pengumuman RUP Perangkat Daerah dilakukan setelah
rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui bersama
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Pengumuman RUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi Rencana
Umum Pengadaan (SIRUP).
(4) Pengumuman RUP melalui SIRUP sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat ditambahkan dalam situs web
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, papan pengumuman
resmi untuk masyarakat, surat kabar, dan/atau media lainnya.
(5) Pengumuman RUP dilakukan kembali dalam hal terdapat
perubahan/revisi paket pengadaan atau Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA)/Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA).
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-34-
BAB V
PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA
Bagian Kesatu
Persiapan Swakelola
Pasal 23
(1) Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola meliputi
penetapan sasaran, Penyelenggara Swakelola, rencana
kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB.
(2) Penetapan sasaran pekerjaan Swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh PA/KPA.
(3) Penetapan Penyelenggara Swakelola dilakukan sebagai berikut:
a. Tipe I Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh PA/KPA;
b. Tipe II Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh
PA/KPA, serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana
Swakelola;
c. Tipe III Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh
PA/KPA serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh pimpinan
Ormas pelaksana Swakelola; atau
d. Tipe IV Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh pimpinan
Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.
(4) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh PPK dengan memperhitungkan tenaga
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-35-
Pasal 24
(1) Biaya Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dihitung
berdasarkan komponen biaya pelaksanaan Swakelola.
(2) PA dapat mengusulkan standar biaya masukan/keluaran
Swakelola kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara atau kepala daerah.
Bagian Kedua
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
Pasal 25
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh PPK meliputi
kegiatan:
a. menetapkan HPS;
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-36-
Pasal 26
(1) HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(2) Nilai HPS bersifat tidak rahasia.
(3) Rincian HPS bersifat rahasia.
(4) Dihapus.
(5) HPS digunakan sebagai:
a. alat untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau
kewajaran harga satuan;
b. dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang
sah dalam PengadaanBarang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya;dan
c. dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan
Pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya kurang dari
80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.
(6) HPS tidak menjadi dasar perhitungan besaran kerugian negara.
(7) Penyusunan HPS dikecualikan untuk Pengadaan Barang/Jasa
dengan Pagu Anggaran paling banyak Rp10.000.000,00
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-37-
Pasal 27
(1) Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Lainnya terdiri atas:
a. Lumsum;
b. Harga Satuan:
c. Gabungan Lumsum dan Harga Satuan;
d. Kontrak Payung; dan
e. Biaya Plus Imbalan.
(2) Jenis Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi terdiri atas:
a. Lumsum;
b. Harga Satuan;
c. Gabungan Lumsum dan Harga Satuan;
d. Putar Kunci; dan
e. Biaya Plus Imbalan.
(3) Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi nonkonstruksi terdiri
atas:
a. Lumsum;
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-38-
INDONESIA
-39-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-40-
Pasal 27A
(1) PPK dapat menggunakan selain jenis Kontrak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 sesuai dengan karakteristik pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
(2) PPK dalam menetapkan jenis Kontrak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memperhatikan prinsip efisien, efektif dan
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 28
(1) Bentuk Kontrak terdiri atas:
a. bukti pembelian/pembayaran;
b. kuitansi;
c. surat perintah kerja;
d. surat perjanjian; dan
e. surat pesanan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-41-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-42-
Pasal 29
(1) Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan.
(2) Uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari nilai kontrak untuk
usaha kecil;
b. paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari nilai kontrak untuk
usaha non-kecil dan Penyedia Jasa Konsultansi; atau
c. paling tinggi 15% (lima belas persen) dari nilai kontrak
untuk Kontrak Tahun Jamak.
(3) Pemberian uang muka dicantumkan pada rancangan kontrak
yang terdapat dalam Dokumen Pemilihan.
Pasal 30
(1) Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
a. Jaminan Penawaran;
b. Jaminan Sanggah banding;
c. Jaminan Pelaksanaan;
d. Jaminan Uang Muka; dan
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-43-
e. Jaminan Pemeliharaan.
(2) Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan
barang/jasa yang dilakukan secara terintegrasi.
(2a) Jaminan Sanggah Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b hanya untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi.
(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
bank garansi atau surety bond.
(4) Bentuk Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat:
a. tidak bersyarat;
b. mudah dicairkan; dan
c. harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah surat perintah pencairan
dari Pokja Pemilihan/PPK/Pihak yang diberi kuasa oleh
Pokja Permilihan/PPK diterima.
(5) Pengadaan Jasa Konsultansi tidak diperlukan Jaminan
Penawaran, Jaminan Sanggah Banding, Jaminan Pelaksanaan,
dan Jaminan Pemeliharaan.
(6) Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan,Perusahaan
Asuransi, lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di
bidang pembiayaan,penjaminan, dan asuransi untuk mendorong
ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia
dapat digunakan untuk semua jenis Jaminan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-44-
Pasal 31
(1) Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (2) diberlakukan untuk nilai HPS paling sedikit di atas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
besarnya antara 1% (satu persen) hingga 3% (tiga persen) dari
nilai HPS.
(3) Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan secara terintegrasi,
Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
besarnya antara 1% (satu persen) hingga 3% (tiga persen) dari
nilai Pagu Anggaran.
Pasal 32
(1) Jaminan Sanggah Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (2a) besarnya 1% (satu persen) dari nilai HPS.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-45-
Pasal 33
(1) Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalamPasal 30
ayat (1) huruf c diberlakukan untuk Kontrak Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling
sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak diperlukan, dalam hal:
a. Pengadaan Jasa Lainnya yang aset Penyedia dikuasai oleh
pengguna; atau
b. Pengadaan Barang/Jasa melalui E-purchasing.
(3) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan sebagai berikut:
a. untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh persen)
sampai dengan 100% (seratus persen) dari nilai HPS,
Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai
kontrak; atau
b. untuk nilai penawaran di bawah 80% (delapan puluh
persen) dari nilai HPS, JaminanPelaksanaan sebesar 5%
(lima persen) dari nilai HPS.
(4) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan untuk pekerjaan terintegrasi
sebagai berikut:
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-46-
Pasal 34
(1) Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf d diserahkan Penyedia kepada PPK senilai uang
muka.
(2) Nilai Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan sisa
uang muka yang diterima.
Pasal 35
(1) Jaminan Pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf e diberlakukan untuk Pekerjaan Konstruksi atau
Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan, dalam hal
Penyedia menerima uang retensi pada serah terima pekerjaan
pertama (Provisional Hand Over).
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-47-
Pasal 36
(1) Sertifikat Garansi diberikan terhadap kelaikan penggunaan
barang hingga jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan
dalam Kontrak.
(2) Sertifikat Garansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh produsen atau pihak yang ditunjuk secara sah
oleh produsen.
Pasal 37
(1) Penyesuaian harga dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak dengan jenis
Kontrak Harga Satuan atau Kontrak berdasarkan Waktu
Penugasan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
yang telah tercantum dalam Dokumen Pemilihan dan/atau
perubahan Dokumen Pemilihan; dan
b. tata cara penghitungan penyesuaian harga harus
dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Pemilihan
dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Kontrak.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-48-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-49-
Pasal 38
(1) Metode pemilihan Penyedia Barang/PekerjaanKonstruksi/Jasa
Lainnya terdiri atas:
a. E-purchasing;
b. Pengadaan Langsung;
c. Penunjukan Langsung;
d. Tender Cepat; dan
e. Tender.
(2) E-purchasing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dilaksanakan untuk Barang/PekerjaanKonstruksi/Jasa Lainnya
yang sudah tercantum dalam katalog elektronik atau Toko Daring.
(3) Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilaksanakan untuk Barang/Pekeqjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
(4) Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dalam keadaan tertentu.
(5) Kriteria Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk
keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-50-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-51-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-52-
Pasal 39
(1) Metode evaluasi penawaran Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dilakukan dengan:
a. Sistem Nilai;
b. Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis; atau
c. Harga Terendah
(2) Metode evaluasi Sistem Nilai digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memperhitungkan penilaian teknis dan harga.
(3) Metode evaluasi Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis
digunakan untuk Pengadaan Barang yang memperhitungkan
faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya
pemeliharaan, dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi tertentu.
(4) Metode evaluasi Harga Terendah digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal harga
menjadi dasar penetapan pemenang di antara penawaran yang
memenuhi persyaratan teknis.
Pasal 40
(1) Metode penyampaian dokumen penawaran dalam pemilihan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dilakukan
dengan:
a. 1 (satu) file;
b. 2 (dua) file; atau
c. 2 (dua) tahap.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-53-
Pasal 41
(1) Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi terdiri atas:
a. Seleksi;
b. Pengadaan Langsung; dan
c. Penunjukan Langsung.
(2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi bernilai paling sedikit di atas
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-54-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-55-
Pasal 42
(1) Metode evaluasi penawaran Penyedia Jasa Konsultansi
dilakukan dengan:
a. Kualitas dan Biaya;
b. Kualitas;
c. Pagu Anggaran; atau
d. Biaya Terendah.
(2) Metode evaluasi Kualitas dan Biaya digunakan untuk pekerjaan
yang ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu
penyelesaian pekerjaan dapat diuraikan dengan pasti dalam
KAK.
(3) Metode evaluasi Kualitas digunakan untuk pekerjaan yang ruang
lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu penyelesaian
pekerjaan tidak dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK atau
untuk pekerjaan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-56-
Pasal 43
(1) Metode penyampaian dokumen penawaran pada pemilihan
Penyedia Jasa Konsultansi melalui Pengadaan Langsung dan
Penunjukan Langsung menggunakan metode satu file.
(2) Metode penyampaian dokumen penawaran pada pemilihan
Penyedia Jasa Konsultansi melalui Seleksi menggunakan
metode dua file.
Pasal 44
(1) Kualifikasi merupakan evaluasi kompetensi, kemampuan usaha,
dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia.
(2) Kualifikasi dilakukan dengan pascakualifikasi atau prakualifikasi.
(3) Pascakualifikasi dilaksanakan pada pelaksanaan pemilihan
sebagai berikut:
a. Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk
Pengadaan yang bersifat tidak kompleks; atau
b. Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-57-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-58-
Pasal 45
Jadwal pemilihan untuk setiap tahapan ditetapkan berdasarkan
alokasi waktu yang cukup bagi Pokja Pemilihan dan peserta
pemilihan sesuai dengan kompleksitas pekerjaan.
Pasal 46
Dokumen Pemilihan terdiri atas:
a. Dokumen Kualifikasi; dan
b. Dokumen Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung/
Pengadaan Langsung.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-59-
BAB VI
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA
MELALUI SWAKELOLA
Bagian Kesatu
Pelaksanaan
Pasal 47
(1) Pelaksanaan Swakelola tipe I dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. PA/KPA dapat menggunakan pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain
dan/atau tenaga ahli;
b. Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50%
(lima puluh persen) dari jumlah Tim Pelaksana; dan
c. Dalam hal dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia, dilaksanakan sesuai ketentuan dalam
Peraturan Presiden ini.
(2) Pelaksanaan Swakelola tipe II dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. PA/KPA melakukan kesepakatan kerja sama dengan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana
Swakelola; dan
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-60-
Bagian Kedua
Pembayaran Swakelola
Pasal 48
Pembayaran Swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-61-
Bagian Ketiga
Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Pasal 49
(1) Tim Pelaksana melaporkan kemajuan pelaksanaan Swakelola
dan penggunaan keuangan kepada PPK secara berkala.
(2) Tim Pelaksana menyerahkan hasil pekerjaan Swakelola kepada
PPK dengan Berita Acara Serah Terima.
(3) Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Tim Pengawas secara
berkala.
BAB VII
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI
PENYEDIA
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
Pasal 50
(1) Pelaksanaan pemilihan melalui Tender/Seleksi meliputi:
a. Pelaksanaan Kualifikasi;
b. Pengumuman dan / atau Undangan;
c. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pemilihan;
d. Pemberian Penjelasan;
e. PenyampaianDokumen Penawaran;
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-62-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-63-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-64-
Bagian Kedua
Tender/Seleksi Gagal
Pasal 51
(1) Prakualifikasi gagal dalam hal:
a. setelah pemberian waktu perpanjangan, tidak ada peserta
yang menyampaikan dokumen kualifikasi; atau
b. jumlah peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari 3 (tiga)
peserta.
(2) Tender/Seleksi gagal dalam hal:
a. terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;
b. tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen
penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan;
c. tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;
d. ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini;
e. seluruh peserta terlibat korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme;
f. seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat;
g. seluruh penawaran harga Tender Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya diatas HPS;
h. negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai;dan/atau
i. korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme melibatkan Pokja
Pemilihan/ PPK.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-65-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-66-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-67-
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Kontrak
Pasal 52
(1) Pelaksanaan Kontrak terdiri atas:
a. Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ);
b. Penandatanganan Kontrak;
c. Pemberian uang muka;
d. Pembayaran prestasi pekerjaan;
e. Perubahan Kontrak;
f. Penyesuaian harga;
g. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak;
h. Pemutusan Kontrak;
i. Serah Terima Hasil Pekerjaan; dan/atau
j. Penanganan Keadaan Kahar.
(2) PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau
menandatangani Kontrak dengan Penyedia, dalam hal belum
tersedia anggaran belanja atau tidak cukup tersedia anggaran
belanja yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran
belanja yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai APBN/APBD.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-68-
Bagian Keempat
Pembayaran Prestasi Pekerjaan
Pasal 53
(1) Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia
setelah dikurangi angsuran pengembalian uang muka, retensi,
dan denda.
(2) Retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 5% (lima
persen) digunakan sebagai Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan
Konstruksi atau Jaminan Pemeliharaan Jasa Lainnya yang
membutuhkan masa pemeliharaan.
(3) Dalam hal Penyedia menyerahkan sebagian pekerjaan kepada
subkontraktor, permintaan pembayaran harus dilengkapi bukti
pembayaran kepada subkontraktor sesuai dengan realisasi
pekerjaannya.
(4) Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:
a. pembayaran bulanan;
b. pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian
pekerjaan/termin; atau
c. pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian
pekerjaan.
(5) Pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan untuk
Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dilakukan
pembayaran terlebih dahulu sebelum barang/jasa diterima,
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-69-
Pasal 54
(1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK
yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK bersama
Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, yang meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum
dalam Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
c. mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi
lapangan; dan/atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.
(2) Dalam hal perubahan kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan penambahan nilai kontrak, perubahan kontrak
dilaksanakan dengan ketentuan penambahan nilai kontrak akhir
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-70-
Bagian Keenam
Keadaan Kahar
Pasal 55
(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak dapat
dihentikan.
(2) Dalam hal pelaksanaan Kontrak dilanjutkan, para pihak dapat
melakukan perubahan kontrak.
(3) Perpanjangan waktu untuk penyelesaian Kontrak disebabkan
keadaan kahar dapat melewati Tahun Anggaran.
(4) Tindak lanjut setelah terjadinya keadaan kahar diatur dalam
Kontrak.
Bagian Ketujuh
Penyelesaian Kontrak
Pasal 56
(1) Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai
masa pelaksanaan Kontrak berakhir, namun PPK menilai bahwa
Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, PPK memberikan
kesempatan Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-71-
Bagian Kedelapan
Serah Terima Hasil Pekerjaan
Pasal 57
(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan
ketentuan yang termuat dalam Kontrak, Penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk serah terima
barang/jasa.
(2) PPK melakukan pemeriksaan terhadap barang/jasa yang
diserahkan.
(3) PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.
Pasal 58
(1) PPK menyerahkan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 kepada PA/KPA.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-72-
Bagian Kesatu
Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat
Pasal 59
(1) Penanganan keadaan darurat dilakukan untuk
keselamatan/perlindungan masyarakat atau warga negara
Indonesia yang berada di dalam negeri dan/atau luar negeri yang
pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan harus dilakukan segera.
(2) Keadaan darurat meliputi:
a. bencana alam, bencana non-alam,dan/atau bencana
sosial;
b. pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;
c. kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik;
d. bencana alam, bencana non-alam,bencana sosial,
perkembangan situasi politik dan keamanan di luar
negeri,dan/atau pemberlakuan kebijakan pemerintah asing
yang memiliki dampak langsung terhadap keselamatan dan
ketertiban warga negara Indonesia di luar negeri; dan/atau
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-73-
Bagian Kedua
Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri
Pasal 60
(1) Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan di luar negeri
berpedoman pada ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-74-
Bagian Ketiga
Pengecualian
Pasal 61
(1) Dikecualikan dari ketentuan dalam Peraturan Presiden ini:
a. Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan
Umum/Badan Layanan Umum Daerah;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan
berdasarkan tarif yang dipublikasikan secara luas
kepada masyarakat;
c. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai
dengan praktik bisnis yang sudah mapan; dan/atau
d. Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
(2) Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum/Badan
Layanan Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-75-
Bagian Keempat
Penelitian
Pasal 62
(1) Penelitian dilakukan oleh:
a. PA/KPA pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai penyelenggara penelitian;dan
b. pelaksana penelitian.
(2) Penyelenggara penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a memiliki kewenangan:
a. menetapkan rencana strategis penelitian yang mengacu
pada arah pengembangan penelitian nasional;
b. menetapkan program penelitian tahunan yang mengacu
pada rencana strategis penelitian dan/atau untuk
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-76-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-77-
Bagian Kelima
Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri
Pasal 63
(1) Tender/Seleksi Internasional dapat dilaksanakan untuk:
a. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling
sedikit diatas Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);
b. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling
sedikit di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah);
c. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di
atas Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah);atau
d. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai oleh Lembaga
Penjamin Kredit Ekspor atau Kreditor Swasta Asing.
(2) Tender/Seleksi Internasional dilaksanakan untuk nilai kurang dari
batasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a, huruf b,
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-78-
dan huruf c, dalam hal tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang
mampu dan memenuhi persyaratan.
(3) Badan usaha asing yang mengikuti Tender/Seleksi Internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melakukan kerja
sama usaha dengan badan usaha nasional dalam bentuk
konsorsium, subkontrak,atau bentuk kerja sama lainnya.
(4) Badan usaha asing yang melaksanakan Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi, harus bekerja sama dengan
industri dalam negeri dalam pembuatan suku cadang dan
pelaksanaan pelayanan purnajual.
(5) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya yang dilaksanakan melalui Tender/Seleksi Internasional
diumumkan dalam situs web Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah dan situs web komunitas internasional.
(6) Dokumen Pemilihan melalui Tender/Seleksi Internasional paling
sedikit ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.
(7) Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap
Dokumen Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan.
(8) Pembayaran Kontrak melalui Tender/Seleksi Internasional dapat
menggunakan mata uang rupiah dan/atau sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-79-
Pasal 64
(1) Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang pendanaannya
bersumber dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri
berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
ini, kecuali diatur lain dalam perjanjian pinjaman luar negeri atau
perjanjian hibah luar negeri.
(2) Proses Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang
pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri dapat
dilaksanakan sebelum disepakatinya perjanjian pinjaman luar
negeri (advance procurement).
(3) Dalam menyusun perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dikonsultasikan kepada LKPP.
BAB IX
USAHA KECIL, PRODUK DALAM NEGERI, DAN PENGADAAN BERKELANJUTAN
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-80-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-81-
Bagian Kedua
Penggunaan Produk Dalam Negeri
Pasal 66
(1) Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah wajib menggunakan
produk dalam negeri, termasuk rancang bangun dan
perekayasaan nasional.
(2) Kewajiban penggunaan produk dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila terdapat produk dalam
negeri yang memiliki penjumlahan nilai Tingkat Komponen Dalam
Negeri(TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan(BMP)
paling sedikit 40% (empat puluh persen).
(3) Nilai TKDN dan BMP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam
negeri yang diterbitkan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
(3a) Kewajiban penggunaan produk dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada tahap Perencanaan
Pengadaan, Persiapan Pengadaan, atau Pemilihan Penyedia.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3a) dicantumkan
dalam RUP, spesifikasi teknis/KAK,dan Dokumen Pemilihan.
(5) Pengadaan barang impor dapat dilakukan, dalam hal:
a. barang tersebut belum dapat diproduksi didalam negeri;
atau
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-82-
Pasal 67
(1) Preferensi harga merupakan insentif bagi produk dalam negeri
pada pemilihan Penyedia berupa kelebihan harga yang dapat
diterima.
(2) Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan Barang/Jasa
dengan nilai HPS paling sedikit di atas Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(3) Preferensi harga diberikan pada pengadaan Barang dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. diberikan terhadap Barang yang memiliki TKDN paling
rendah 25% (dua puluh lima persen);
b. diberikan paling tinggi 25% (dua puluh lima persen);
c. diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran) yang
telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis;
d. penetapan pemenang berdasarkan urutan harga terendah
Hasil Evaluasi Akhir (HEA);
e. HEA dihitung dengan rumus HEA = (1 KP) x HP dengan:
KP = TKDN x preferensi tertinggi
KP merupakan Koefisien Preferensi
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-83-
Bagian Ketiga
Pengadaan Berkelanjutan
Pasal 68
(1) Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek berkelanjutan.
(2) Aspek berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. aspek ekonomi meliputi biaya produksi barang/jasa
sepanjang usia barang/jasa tersebut;
b. aspek sosial meliputi pemberdayaan usaha kecil, jaminan
kondisi kerja yang adil, pemberdayaan komunitas/usaha
lokal, kesetaraan, dan keberagaman; dan
c. aspek lingkungan hidup meliputi pengurangan dampak
negatif terhadap kesehatan, kualitas udara, kualitas tanah,
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-84-
BAB X
PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK
Pasal 70
(1) Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik dengan
memanfaatkan E-marketplace.
(2) E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa menyediakan
infrastruktur teknis dan layanan dukungan transaksi bagi
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-85-
Pasal 71
(1) Ruang lingkup SPSE terdiri atas:
a. Perencanaan Pengadaan;
b. Persiapan Pengadaan;
c. Pemilihan Penyedia;
d. Pelaksanaan Kontrak;
e. Serah Terima Pekerjaan;
f. Pengelolaan Penyedia;dan
g. Katalog Elektronik.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-86-
Pasal 72
(1) Katalog elektronik dapat berupa katalog elektronik nasional,
katalog elektronik sektoral, dan katalog elektronik lokal.
(2) Katalog elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
informasi berupa daftar, jenis, spesifikasi teknis, TKDN, produk
dalam negeri, produk SNI,produk ramah lingkungan hidup,
negara asal, harga,Penyedia, dan informasi lainnya terkait
barang/jasa.
(3) Pengelolaan katalog elektronik dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah atau LKPP.
(4) Dihapus.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-87-
Pasal 72A
(1) Barang/jasa yang ditransaksikan melalui Toko Daring memiliki
kriteria:
a. standar atau dapat distandarkan;
b. memiliki sifat risiko rendah; dan
c. harga sudah terbentuk di pasar.
(2) Barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
ditayangkan pada katalog elektronik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Toko Daring diatur dalam
Peraturan Kepala Lembaga.
Bagian Kedua
Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Pasal 73
(1) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah menyelenggarakan
fungsi layanan pengadaan secara elektronik.
(2) Fungsi layanan pengadaan secara elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(3) LKPP menetapkan standar layanan, kapasitas, dan keamanan
informasi SPSE dan sistem pendukung.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-88-
BAB XI
SUMBER DAYA MANUSIA DAN KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 74
(1) Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
a. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa;
b. Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem
Pengadaan Barang/Jasa; dan
c. Sumber Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan
Barang/Jasa.
(2) Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan sumber
daya manusia yang melaksanakan fungsi pengadaan
barang/jasa dilingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-89-
Pasal 74A
(1) Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) huruf a, terdiri
atas:
a. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; dan
b. Personel Lainnya.
(2) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib memiliki
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a sebagai Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan.
(3) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dapat ditugaskan sebagai
PPK, membantu tugas PA/KPA, melaksanakan persiapan
pencantuman barang/jasa dalam katalog elektronik, dan
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-90-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-91-
Pasal 74B
(1) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang wajib memiliki
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa menyusun rencana aksi
pemenuhan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
(2) Dalam hal jumlah Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di
lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum
mencukupi sesuai rencana aksi pemenuhan Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka:
a. pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dilakukan dengan
ketentuan:
1. Pokja Pemilihan untuk setiap paket pengadaan, wajib
beranggotakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
Pengelola Pengadaan Barang Jasa; dan
2. Anggota Pokja Pemilihan selain Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan oleh Pegawai
Negeri Sipil yang memiliki sertifikat kompetensi ,
dan/atau sertifikat keahlian tingkat dasar/level-1 di
bidang Pengadaan Barang/,Jasa.
b. pelaksanaan tugas Pejabat Pengadaan yang tidak dapat
dilakukan oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa,
dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
sertifikat kompetensi dan/atau sertifikat keahlian tingkat
dasar/level-1 di bidang Pengadaan Barang/Jasa.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-92-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-93-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-94-
BAB XII
PENGAWASAN, PENGADUAN, SANKSI, DAN PELAYANAN HUKUM
Bagian Kesatu
Pengawasan Internal
Pasal 76
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah wajib melakukan
pengawasan Pengadaan Barang/Jasa melalui aparat
pengawasan internal pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah masing-masing.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi,
dan/atau penyelenggaraan whistleblowing system.
(3) Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sejak perencanaan, persiapan, pemilihan
Penyedia, pelaksanaan Kontrak, dan serah terima pekerjaan
(4) Ruang lingkup pengawasan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
a. pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya;
b. kepatuhan terhadap peraturan;
c. pencapaian TKDN;
d. penggunaan produk dalam negeri;
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-95-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-96-
Bagian Ketiga
Sanksi
Pasal 78
(1) Dalam hal peserta pemilihan:
a. menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak
benar untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Dokumen Pemilihan;
b. terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta
lain untuk mengatur harga penawaran;
c. terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan/atau
nepotisme dalam pemilihan Penyedia; atau
d. mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat
diterima oleh Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen
Pengadaan,
peserta pemilihan dikenai sanksi administratif.
(2) Dalam hal pemenang pemilihan mengundurkan diri dengan
alasan yang tidak dapat diterima sebelum penandatanganan
Kontrak, pemenang pemilihan dikenai sanksi administratif.
(3) Dalam hal Penyedia:
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-97-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-98-
Pasal 79
(1) Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 78 ayat (5) huruf a ditetapkan oleh PA/KPA atas usulan
Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan.
(2) Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 78 ayat (5)huruf b ditetapkan oleh PA/KPA atas usulan
Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan.
(3) Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 78 ayat (5) huruf c dan Pasal 78 ayat (5)huruf d, ditetapkan
oleh PA/KPA atas usulan PPK.
(4) Pengenaan sanksi denda keterlambatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 78 ayat (5) huruf f ditetapkan oleh PPK dalam
Kontrak sebesar 1% (satu permil) dari nilai kontrak atau nilai
bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-99-
Pasal 80
(1) Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang dikenakan
sanksi dalam proses katalog berupa:
a. menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak
benar untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
Dokumen Pemilihan;
b. terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain
untuk mengatur harga penawaran;
c. terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme
dalam pemilihan Penyedia;
d. mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat
diterima Pokja Pemilihan /Agen Pengadaan; atau
e. tidak menandatangani kontrak katalog.
(2) Perbuatan atau tindakan Penyedia yang dikenakan sanksi dalam
proses E-purchasing berupa tidak memenuhi kewajiban dalam
Kontrak pada katalog elektronik atau surat pesanan.
(3) Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dikenakan:
a. sanksi digugurkan dalam pemilihan;
b. Sanksi Daftar Hitam;
c. sanksi penghentian sementara dalam sistem transaksi E-
purchasing; dan / atau
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-100-
Pasal 81
Dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
ayat (1) huruf a sampai huruf c dan Pasal 80 ayat (1) huruf a sampai
huruf c, UKPBJ melaporkan secara pidana.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-101-
Pasal 82
Bagian Keempat
Daftar Hitam Nasional
Pasal 83
(1) PA/KPA menayangkan informasi peserta pemilihan/Penyedia
yang dikenakan Sanksi Daftar Hitam dalam Daftar Hitam
Nasional.
(2) LKPP menyelenggarakan Daftar Hitam Nasional.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-102-
Bagian Kelima
Pelayanan Hukum Bagi Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 84
(1) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib memberikan
pelayanan hukum kepada Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
dalam menghadapi permasalahan hukum terkait Pengadaan
Barang/Jasa.
(2) Pelayanan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan sejak proses penyelidikan hingga tahap putusan
pengadilan.
(3) Pelaku Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan untuk Penyedia, Ormas, kelompok masyarakat
penyelenggara swakelola, dan Pelaku Usaha yang bertindak
sebagai Agen Pengadaan.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-103-
Pasal 86
(1) Menteri/kepala lembaga dapat menindaklanjuti pelaksanaan
Peraturan Presiden ini untuk pengadaan yang dibiayai APBN
dengan peraturan menteri/peraturan kepala lembaga.
(2) Kepala Daerah dapat menindaklanjuti pelaksanaan Peraturan
Presiden ini untuk pengadaan yang dibiayai APBD dengan
peraturan daerah/peraturan kepala daerah.
Pasal 87
(1) LKPP mengembangkan sistem dan kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan,
dengan mempertimbangkan tujuan, kebijakan, prinsip, dan etika
Pengadaan Barang/Jasa.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-104-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-105-
Pasal 89
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini:
1. Pengadaan Barang/Jasa yang persiapan dan pelaksanaan
dilakukan sebelum tanggal 1 Juli 2018 dapat dilakukan
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2. Kontrak yang ditandatangani berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, tetap berlaku sampai dengan
berakhirnya Kontrak.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-106-
Pasal 90
(1) Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang industri pertahanan.
(2) Dalam hal Peraturan Presiden mengenai syarat dan tata cara
pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan belum
ada, Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan
dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini.
BAB XV KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 91
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. jenis dan uraian barang/jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3;
b. pelaku pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;
c. Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14;
d. perencanaan pengadaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18;
e. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21;
f. persiapan Swakelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23, dan pelaksanaan Swakelola sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47;
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-107-
INDONESIA
-108-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-109-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-110-
Pasal 92
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 93
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti
dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.
Pasal 94
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Pasal II
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini :
1. Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, kewajiban
memiliki sertifikat kompetensi untuk Personel Lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74A ayat (6) dilaksanakan
paling lambat 31 Desember 2023.
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-111-
Keterangan :
Teks warna hitam : Perpres 16/2018
Teks warna biru : Perpres 12/2021
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
-112-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 2018
pada tanggal 2 Februari 2021
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22Maret 2018
Pada tanggal 2 Februari 2021
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 33
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 63
MATRIKS PERUBAHAN
PERATURAN PRESIDEN NO XX TAHUN 2021
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2018
TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
12. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan 12. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah
adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk sumber daya manusia yang ditetapkan oleh kepala UKPBJ untuk mengelola
mengelola pemilihan Penyedia. pemilihan Penyedia.
14. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP 14. Dihapus.
adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
15. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah 15. Dihapus.
tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa.