KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga penyusunan Modul Pengolahan Bahan Galian ini dapat
berjalan lancar.
Modul Pengolahan Bahan Galian ini bertujuan memberikan informasi kepada
mahasiswa mengenai kegiatan proses pengolahan pada bahan galian. Modul ini
disusun dalam lima bab yang terdiri dari Pendahuluan, Mineralogi dalam Proses
Pengolahan Mineral, Proses Kominusi dalam Pengolahan Mineral, Proses
Konsentrasi dalam Pengolahan Mineral, serta Penutup.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun dan tim penyempurna atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk
mewujudkan modul ini. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa
mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan
situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak
lain modul ini dapat memberikan manfaat dan memiliki peranan penting bagi
mahasiswa dalam membantu mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran yang disampaikan oleh tenaga pengajar.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan modul di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran ........................................................................ 1
C. Materi Pokok ..................................................................................... 1
BAB II MINERALOGI DALAM PROSES PENGOLAHAN MINERAL ................3
A. Dasar-dasar Mineralogi ..................................................................... 3
B. Karakteristik Mineral .......................................................................... 4
C. Klasifikasi Mineral.............................................................................. 6
D. Rangkuman ....................................................................................... 2
E. Latihan .............................................................................................. 3
F. Evaluasi ............................................................................................. 4
BAB III PROSES KOMINUSI DALAM PENGOLAHAN MINERAL ....................5
A. Definisi dan Tujuan Kominusi ............................................................ 5
B. Kominusi dengan Crushing ............................................................... 7
C. Kominusi dengan Grinding .............................................................. 13
D. Rangkuman ..................................................................................... 17
E. Latihan ............................................................................................ 18
F. Evaluasi ........................................................................................... 18
BAB IV PROSES KONSENTRASI DALAM PENGOLAHAN MINERAL..........19
A. Definisi dan Tujuan Konsentrasi ...................................................... 19
B. Proses Konsentrasi secara Gravitasi .............................................. 21
C. Proses Konsentrasi secara Magnetik .............................................. 32
D. Konsentrasi Elektrostatik ................................................................. 36
E. Proses Konsentrasi secara Flotasi .................................................. 37
F. Rangkuman ..................................................................................... 40
G. Latihan ............................................................................................ 41
H. Evaluasi ........................................................................................... 42
BAB V PENUTUP .............................................................................................43
KUNCI JAWABAN ...........................................................................................44
GLOSARIUM ....................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 39. Skematik dan prinsip kerja cross belt separator ............................... 36
Gambar 40. Skematik prinsip kerja elektrostatik konsentrator (high tension) ...... 37
Gambar 41. Skematik proses konsentrasi secara flotasi ..................................... 38
Gambar 42. Ilustrasi prinsip kerja kolektor (a) kolektor larut dalam fasa aqueous,
(b) kolektor teradsorpsi ke permukaan mineral, (c) permukaan menjadi
hidrophobic ...................................................................................... 39
Gambar 43. Tipikal flowsheet proses flotasi bertahap ......................................... 40
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahap paling awal di dalam proses peningkatan nilai tambah mineral sesudah
proses penambangan adalah proses pengolahan mineral (mineral processing/ore
dressing). Pengolahan mineral adalah suatu proses untuk memisahkan mineral
berharga dan gangue-nya (tidak berharga) menghasilkan produk yang kaya mineral
berharga (konsentrat) dan yang kadarnya rendah (tailing). Proses pemisahan ini
didasarkan pada sifat fisik mineral maupun sifat kimia fisika permukaan mineral.
B. Tujuan Pembelajaran
C. Materi Pokok
BAB II
MINERALOGI DALAM PROSES PENGOLAHAN MINERAL
Indikator Keberhasilan
A. Dasar-dasar Mineralogi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM)
Pasal 1 mengenai “Ketentuan Umum” didefinisikan hal-hal berikut:
1. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
2. Mineral logam adalah mineral yang unsur utamanya mengandung logam,
memiliki kilap logam, dan umumnya bersifat sebagai penghantar panas dan
listrik yang baik.
3. Mineral bukan logam adalah mineral yang unsur utamanya terdiri atas bukan
logam, misalnya bentonit, kalsit (batu kapur/gamping), silika (pasir kuarsa),
dan lain-lain.
4. Batuan adalah massa padat yang terdiri atas satu jenis mineral atau lebih
yang membentuk kerak bumi, baik dalam keadaan terikat (massive) maupun
lepas (loose).
Bila mineral mengandung logam dengan kadar yang memadai dan dapat
diproduksi secara komersial dan menguntungkan sesuai dengan kondisi teknologi
dan keekonomian pada saat itu, maka mineral logam ini disebut bijih (ore). Bijih
adalah kumpulan mineral yang mengandung 1 (satu) logam atau lebih yang dapat
diolah secara menguntungkan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa semua
bijih adalah mineral, tetapi sebaliknya tidak semua mineral merupakan bijih.
Sebagai contoh, clay dengan rumus kimia kimia Al2O32SiO22H2O dan bauksit
(Al2O3xH2O) adalah dua mineral yang sama-sama mengandung aluminium. Dalam
hal ini, clay merupakan mineral aluminium namun bukan bijih, karena aluminium
tidak dapat diekstraksi secara ekonomis dari clay dan sejauh ini produksi komersial
aluminium hanya dilakukan dari bijih bauksit. Mineral-mineral ikutan yang
jumlahnya sedikit dan tidak bernilai ekonomis dinamakan gangue mineral atau
mineral pengotor. Sumber terbesar mineral logam adalah dalam kerak bumi, di
mana proses pengambilan bijih dari kerak bumi dilakukan dengan kegiatan
penambangan (mining). Sebagian logam, sumbernya dari laut seperti natrium dan
magnesium. Senyawa-senyawa logam dalam bijih umumnya berupa oksida,
sulfida, karbonat, sulfat, klorida, silikat, dan phosphat.
B. Karakteristik Mineral
1. Sistem Kristal
Sistem kristal didefinisikan sebagai bentuk geometri di mana mineral
terkristalisasi secara teratur berdasarkan simetrinya. Sistem kristal terbagi menjadi
enam grup utama di mana setiap grup terdiri dari bentuk seperti yang dijelaskan
pada tabel 2.1.
Sistem
No Deskripsi Bentuk
Kristal
Hexagonal/trigonal merupakan
Hexagonal/
5. sistem kristal yang memiliki simetri
Trigonal
yang hampir sama.
hingga 10 sebagaimana dikemukakan oleh Friedrich Mohs atau yang lebih dikenal
sebagai skala Mohs. Urutan skala kekerasan Mohs adalah sebagai berikut:
a. Skala 1: Talc e. Skala 5: Apatit
b. Skala 2: Gipsum f. Skala 6: Orthoklas
c. Skala 3: Kalsit g. Skala 7: Kuarsa
d. Skala 4: Flourite h. Skala 8: Topaz
i. Skala 9: Korundum j. Skala 10: Intan
C. Klasifikasi Mineral
Mineral dapat ditemukan sebagai elemen bebas (native), elemen yang tidak
terkombinasi atau dapat pula berbentuk senyawa. Komposisi mineral dinyatakan
dalam rumus kimianya. Misalnya, formula untuk flourite adalah CaF2, yang
mengindikasikan bahwa terdapat kombinasi antara atom kalsium (Ca) dan atom
flourin (F). Mineral dapat diklasifikasikan menjadi beberapa grup berdasarkan
komposisi kimia dan struktur kimia mineral tersebut.
1. Elemen Bebas
Mineral tipe ini merupakan elemen bebas dan tidak berkombinasi dengan
elemen yang lain. Jumlah mineral kategori ini sangat sedikit yaitu hanya sekitar 50.
Elemen bebas dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a) Logam seperti emas, perak, dan tembaga
b) Semi-logam seperti arsenik dan antimoni
c) Non-logam seperti karbon dan sulfur.
2. Halida
Semua mineral yang termasuk di dalam grup ini mengandung satu halogen,
flourine, chlorine, bromine atau iodine. Atom-atom elemen ini berkombinasi dengan
atom logam untuk membentuk mineral seperti halite (sodium dan chlorine) atau
flourite (kalsium dan flourine). Halida merupakan grup mineral yang tergolong kecil
karena hanya terdapat 100 mineral di dalamnya. Halida biasanya terdiri dari
mineral yang sangat halus dan memiliki kristal kubus yang simetris.
3. Sulfida
Grup sulfida terdiri dari lebih dari 300 mineral. Mineral sulfida merupakan
mineral senyawa kimia di mana sulfur berkombinasi dengan elemen logam atau
semi-logam. Kebanyakan mineral sulfida merupakan logam yang mengkilap, lunak,
dan tebal misalnya galena dan molybdenite. Namun adapula mineral sulfida jenis
non-logam seperti orpiment dan realgar.
D. Rangkuman
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
Identifikasi karakteristik mineral dapat dengan meneliti warna, kilap, dan
bentuk dari mineral (habit). Kemudian dilakukan uji kekerasan, densitas, dan
goresan. Lalu karakteristik terakhir yang diteliti adalah patahan dan belahan dari
mineral tersebut.
Mineral dapat ditemukan sebagai elemen bebas (native), elemen yang tidak
terkombinasi atau dapat pula berbentuk senyawa.
E. Latihan
F. Evaluasi
BAB III
PROSES KOMINUSI DALAM PENGOLAHAN MINERAL
Indikator Keberhasilan
Tahap paling awal di dalam proses peningkatan nilai tambah mineral sesudah
proses penambangan adalah proses pengolahan mineral (mineral processing/ore
dressing). Tahap ini dimulai dengan proses reduksi ukuran batuan bijih untuk
membebaskan mineral berharga dari ikatannya dengan mineral-mineral
pengotornya. Proses reduksi ukuran ini disebut kominusi dan unit operasi
utamanya adalah peremukan (crushing) dan penggerusan (grinding/milling). Tujuan
proses kominusi adalah:
b. Terbelah (cleavage)
Pecahnya batuan dengan mekanisme terbelah (cleavage) ini berlangsung
hanya memadai untuk memecahkan partikel. Ini terjadi dalam kondisi tekanan
rendah di mana pecahan langsung meringankan pembebanan pada partikel.
Dengan mekanisme ini hanya sedikit pecahan partikel yang dihasilkan dan
ukurannya relatif berdekatan (hampir sama) dengan ukuran partikel tersebut
sebelumnya. Mekanisme cleavage ini diilustrasikan pada Gambar 2.
c. Hancur (Shatter)
Pecahnya batuan dengan mekanisme ini berlangsung bila energi yang
diberikan berlebih (lebih besar dari yang dibutuhkan untuk pecahnya partikel).
Pada kondisi ini terdapat banyak area dalam batuan yang mengalami
pembebanan berlebih sehingga dihasilkan banyak partikel dengan ukuran
yang bervariasi seperti pada Gambar 3. Mekanisme shatter terjadi dalam
impact crushing dan dalam takaran tertentu, di SAG mill.
a. Jaw Crusher
Jaw crusher diperkenalkan oleh Blake dan Dodge, mesin ini beroperasi
dengan menerapkan penghancur dengan gaya tekan. Merupakan salah satu
peralatan pemecah batu yang paling terkenal di dunia. Jaw Crusher sangat
ideal dan sesuai untuk penggunaan pada saat penghancuran tahap pertama
dan tahap kedua. Memiliki kekuatan anti-tekanan dalam menghancurkan
bahan paling tinggi hingga dapat mencapai 320Mpa.
Keuntungan mesin model jaw crusher ini antara lain adalah:
1) Struktur sangat sederhana sehingga perawatannya mudah.
2) Kapasitas yang fleksibel.
3) Perlindungan dari kelebihan muatan.
4) Efisiensi tinggi dan biaya operasi yang rendah.
5) Hasil akhir partikel dan rasio hancur yang baik.
Jaw crusher dapat mencapai rasio 4-6 dan menghancurkan bentuk produk
akhir dan banyak diterapkan untuk menghancurkan material dengan
kekerasan tinggi, kekerasan pertengahan hingga batuan lunak dan bijih
seperti terak.
2) Overhead Pivot (Double Toggle), cara kerja mirip tipe blake. Fixed jaw
bergelombang untuk meningkatkan kapasitas peremukan. Kecepatan
pergerakan swing jaw lebih tinggi.
b. Gyratory Crusher
Bagian-bagian utama gyratory crusher ditunjukkan pada Gambar 8 Pada
gyratory crusher terdapat sebuah poros panjang yang terbuat dari baja yang
keras. Poros tersebut tergantung pada sebuah tempat yang dinamakan
“spider” dan bergerak memutar membentuk lintasan kerucut. Gerakan poros
inilah yang akan meremukkan bijih ketika dimasukkan. Selain poros, bagian
lain dari gyratory crusher,yaitu feed, shell,dan head.
c. Cone Crusher
Cone crusher merupakan modifikasi dari gyratory crusher. Perbedaannya
terletak pada ukuran poros yang lebih pendek dan tidak tergantung seperti
pada gyratory crusher. Penampang lintang sebuah cone crusher dan contoh
gambar cone crusher ditunjukkan pada Gambar 9. Selain itu, perbedaan lain
yaitu pada bentuk head dan shell dari kedua peremuk tersebut. Cone crusher
memiliki luas penampang keluaran yang lebih besar dibandingkan gyratory
crusher.
Pergerakan yang cepat ini membuat bijih dapat bergerak secara bebas
melewati crusher sehingga material yang berukuran halus dapat segera
dikeluarkan dan bijih yang baru dapat segera diumpankan ke dalam cone
crusher.
(a) (b)
Gambar 10. Bentuk head dan shell, (a) gyratory crusher,
(b) cone crusher
d. Roll Crusher
Roll crusher yang biasa disebut juga sebagai crushing roll telah banyak
digantikan fungsinya oleh cone crusher. Namun, terdapat beberapa industri
yang masih menggunakan roll crusher karena kemampuannya untuk
meremuk bijih yang bersifat gembur, lengket dan kurang abrasif speperti
gipsum, batubara, batu kapur, fospat.
(a)
(b)
(a)
(b)
Gambar 15. SAG Mill: (a) sketsa penampang rod mill dan ball mill, (b) ilustrasi
penggerusan di dalam semiautogenous mill
Gambar 16. Mekanisme reduksi ukuran bijih pada proses penggerusan, (a) tumbukan dan
tekanan, (b) chipping (c) abrasi
Gambar 17. Ilustrasi pergerakan material yang terjadi di dalam sebuah ball mill
Bola-bola gerus terbuat dari baja dengan diameter mula-mula 5 hingga 10 cm dan
secara gradual terabrasi selama proses penggerusan. Volume ball mill umumnya
25% terisi oleh bola-bola gerus dan 75% diisi oleh bijih yang digerus. Contoh foto
ball mill dengan diameter 7.3 m ditunjukkan dalam Gambar 18.
Gambar 18. Contoh foto SAG mill dengan diameter 6,7m dan panjang 11m
D. Rangkuman
E. Latihan
F. Evaluasi
BAB IV
PROSES KONSENTRASI DALAM PENGOLAHAN MINERAL
Indikator Keberhasilan
(1)
atau
(2)
Jika recovery proses adalah 90% artinya 90% mineral berharga dari bijih
diperoleh ke dalam konsentrat dan 10% hilang ke dalam tailing.
Berdasarkan persamaan neraca material, di mana berat material input = berat
material output,
(3)
maka,
(4)
sehingga
(5)
sehingga
(6)
Rasio antara kadar logam berharga dalam konsentrat terhadap kadar logam
berharga dalam umpan (c/f) disebut rasio pengkayaan (enrichment ratio).
Kadar biasanya dinyatakan dalam persen dari logam berharga. Untuk kadar
logam berharga yang sangat rendah seperti emas, kadar diekspresikan dalam ppm
atau setara dengan gram per ton. Beberapa metal yang dijual dengan dalam
bentuk oksidanya kadar diekspresikan dalam bentuk persen oksidanya, misalnya
Al2O3 dalam bauksit 40%.
Contoh:
Sebuah pabrik konsentrasi flotasi mengolah umpan dengan kandungan tembaga
0,8%. Produk pengolahan berupa konsentrat tembaga yang mengandung 25% Cu
dan tailing dengan kandungan tembaga 0,15%. Tentukan recovery tembaga, rasio
konsentrasi dan rasio pengkayaan.
Jawab:
Pada prinsipnya, rasio konsentrasi dan recovery tidak saling tergantung, dan
untuk evaluasi operasi pabrik konsentrasi menjadi hal penting untuk keduanya
diketahui. Sebagai contoh, dimungkinkan untuk menghasilkan kadar konsentrat dan
nisbah konsentrasi yang sangat tinggi dengan mengambil sedikit bongkahan
galena dari bijih timbal, tapi recovery akan menjadi sangat rendah. Di sisi lain
perolehan dari suatu konsentasi dapat mencapai 99% namun 60% mineral
pengotor dari bijih akan ikut dalam konsentrat.
b. Hindered settling
Setelah beberapa saat, maka partikel-partikel mineral akan mencapai
kecepatan akhirnya. Kecepatan akhir setiap partikel yang mengendap
dapat dihitung berdasarkan aturan Stokes. Parameter yang
mempengaruhi hindered settling selama proses jigging yaitu ukuran
partikel, berat jenis partikel, berat jenis dan viskositas fluida, persen solid
dan karakteristik pemisah. Gambar 21 mengilustrasikan mekanisme
hindered settling selama proses jigging.
c. Consolidation trickling
Ketika telah mencapai keadaan stabil, partikel-partikel mineral akan
mulai bergerak ke dasar jig. Partikel besar akan membuat celah di mana
partikel yang kecil dapat mengendap di antaranya akibat gaya gravitasi.
Consolidation trickling ini dapat membantu partikel kecil berada di
lapisan partikel kasar dan bila dibiarkan dalam waktu yang lama maka
dapat diperoleh recovery partikel tersebut. Ilustrasi proses consolidation
trickling ditunjukkan pada Gambar 22.
Pada dasarnya, jig merupakan sebuah tangki yang diisi dengan air dengan
luas penampang di bagian atas sebagai tempat masukan bijih dan kompartemen di
bagian dasar sebagai tempat keluaran konsentrat. Berikut ini merupakan tipe-tipe
jig:
a. Harz Jig
Harz jig merupakan tipe jig yang paling tua di mana jig ini terdiri dari beberapa
kompartemen yang mempunyai fungsi tersendiri. Konsentrat dengan kadar
tinggi diproduksi pada kompartemen pertama. Sedangkan konsentrat
berkadar rendah diproduksi pada kompartemen lainnya. Kompartemen
terakhir merupakan tempat pembuangan tailing. Pada jig ini juga terdapat
penghisap di bagian atas seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 23.
d. Yuba Jig
Yuba jig terdiri dari membran yang melekat rapat pada dinding luar dan
beberapa kompartemen yang dapat diatur panjangnya sebagaimana
diilustrasikan dalam Gambar 27. Gerakan membran pada yuba jig tegak lurus
2. Sluicing
Proses sluicing (peluncuran) adalah proses pemisahan mineral berharga dari
pengotornya dengan prinsip aliran tipis di atas alat sluice box atau disebut juga
“palong”. Sluice box atau palong adalah papan luncuran yang dipasang miring yang
memiliki sekat melintang, yang disebut riffle pada dasar papan luncur. Pada proses
sluicing media yang digunakan adalah air. Mekanisme pemisahan pada sluice box
diilustrasikan pada Gambar 28. Gambar tersebut menunjukkan bahwa saat aliran
lumpur umpan (air bersama mineral umpan) yang dipompakan ke sluice box
melewati riffle maka akan terjadi turbulensi arus. Turbulensi arus yang terjadi
kemudian akan menciptakan daerah pengendapan mineral berat sehingga mineral
berat akan tertahan pada riffle. Dalam praktek, proses sluicing dihentikan untuk
mengambil mineral berat yang sudah tertahan oleh riffle. Mineral yang tertahan
oleh riffle kemudian akan diproses lebih lanjut. Saat ini teknik sluicing masih
digunakan untuk pengolahan bijih timah dan emas.
Gambar 28. Mekanisme pemisahan mineral ringan dan berat dalam sluice box
3. Spiral Concentrator
Humphrey Spiral merupakan nama alat spiral concentrator yang umum
dipakai dalam pengolahan mineral. Humprey spiral adalah alat pemisahan mineral
berat dan mineral ringan yang berbentuk spiral yang memanfaatkan gaya
sentrifugal untuk pemisahan mineral berharga dan mineral pengotor dan air
sebagai media konsentrasinya.
Umpan bijih yang sudah dipreparasi sesuai ukuran yang dibutuhkan
dimasukkan kedalam kotak penampung umpan. Selanjutnya dengan menggunakan
pompa air, larutan umpan dipompa ke bagian atas spiral. Umpan memasuki
saluran spiral dalam bentuk campuran yang hampir homogen. Saat umpan
dialirkan melewati jalur spiral, pemisahan terjadi pada bidang vertikal.
Pemisahan terjadi sebagai hasil perpaduan dari mekanisme hindered settling
dan interstitial trickling. Hasilnya adalah partikel-partikel yang berat akan mengalir
pada daerah dengan kecepatan rendah, pada sisi dalam dari bidang spiral,
sedangkan partikel-partikel yang ringan akan mengalir pada daerah dengan
kecepatan tinggi, pada sisi luar bidang spiral.
4. Tabling
Tabling adalah metode konsentrasi gravitasi untuk memisahkan antara
mineral berharga dengan mineral tidak berharga, mendasarkan pada perbedaan
berat jenis mineral melalui aliran fluida yang tipis (air dan udara). Alat yang
digunakan adalah shaking table dan air table.
a. Shaking Table (Meja Goyang)
Shaking table adalah alat tabling yang berupa meja goyang dan
menggunakan media fluida air (Gambar 31). Dalam penggunaan shaking
table ukuran mineral harus halus karena proses konsentrasi ini adalah
berdasarkan pada aliran fluida tipis. Adanya gaya dorong air terhadap partikel
yang sama besarnya tapi berbeda berat jenisnya, maka partikel yang ringan
akan mengalami dorongan air yang lebih besar dari partikel berat. Dengan
adanya gerakan maju mundur dari ”head motion” maka partikel yang berat
akan melaju lebih jauh dari partikel yang ringan sampai akhirnya partikel-
partikel tersebut masuk ke tempat penampungan. Untuk mendapatkan aliran
air yang turbulen maka dipasang riffle, dengan demikian partikel yang ringan
akan cenderung untuk meloncat dari riffle satu ke riffle lainnya dibanding
partikel yang berat yang hanya akan menggelinding searah dengan riffle
tersebut. Proses ini berjalan terus menerus sehingga antara mineral yang
mempunyai berat jenis besar dengan yang ringan dapat terpisahkan.
diatur besar kecilnya volume udara yang mengalir ke dek. Udara yang
dialirkan harus diupayakan merata diterima di seluruh dek.
Kerja air table dimulai dari pengumpanan bijih melalui hopper feed, saat bijih
diumpankan dan tersebar pada permukaan meja. Dengan bantuan
hembusan angin dan goyangan meja, material akan terpisahkan berdasarkan
berat jenis.
Mineral dengan berat jenis tinggi akan mempunyai tahanan yang tinggi pada
meja sehingga dengan akan bergerak ke zona konsentrat. Mineral dengan
berat jenis rendah akan mempunyai tahanan yang rendah terhadap meja
sehingga akan turun mengikuti kemiringan meja, sebagaimana diilustrasikan
pada Gambar 33.
diamagnetic yang ditolak oleh medan magnet. Dalam teori yang baru, terdapat
kategori baru yang sangat kuat tertarik magnet yang disebut ferromagnetic.
Konsentrasi magnetik dapat diklasifikasikan menjadi low intensity magnetic
separation dan high intensity magnetic separation.
D. Konsentrasi Elektrostatik
Dalam banyak kasus, kombinasi dari dua atau lebih teknik konsentrasi
menjadi penting dalam proses konsentrasi bijih sehingga dapat berlangsung secara
efektif dan ekonomis. Sebagai contoh, konsentrasi gravitasi sering digunakan untuk
memisahkan pengotor dalam skala besar (major portion) karena proses ini murah.
Namun demikian konsentrasi gravitasi ini memiliki selektivitas pemisahan terhadap
mineral pengotor yang relatif rendah. Olehkarenanya, untuk mendapatkan
konsentrat akhir yang bersih seringkali dibutuhkan peningkatan kadar konsentrat
dengan metode yang lebih mahal, misalnya flotasi atau konsentrasi elektrostatik.
Ukuran partikel umpan flotasi juga harus dikontrol dengan baik. Ukuran yang
terlalu kasar harus dikembalikan ke unit penggerusan. Untuk pengontrolan ukuran
umpan flotasi, umumnya digunakan hidrosiklon.
Tipikal flowsheet proses flotasi bertahap ditunjukkan dalam Gambar 43.
Penggerusan kembali produk rougher scavenger diperlukan untuk meningkatkan
recovery mineral tembaga. Tingkat recovery tembaga umumnya sekitar 90%
dengan kandungan Cu dalam konsentrat sekitar 30%. Mineral-mineral pengotor
yang telah dipisahkan dari mineral berharga ditimbun di dalam tailing dam di sekitar
area pertambangan. Air dapat didaur ulang dari tailing dam untuk digunakan
kembali di pabrik konsentrasi.
Frother merupakan jenis bahan kimia lain yang digunakan untuk mengurangi
tegangan permukaan air agar gelembung udara yang terbentuk menjadi stabil
hingga mencapai permukaan (penstabil gelembung). Beberapa contoh frother yang
digunakan antara lain pine oil, kerosene, fuel oil dan MIBC (methyl iso-butyl
carbinol). Terdapat pula bahan kimia pendukung lain dalam proses flotasi yaitu
asam sulfat dan soda api yang berfungsi untuk mengatur pH.
F. Rangkuman
G. Latihan
H. Evaluasi
BAB V
PENUTUP
KUNCI JAWABAN
BAB II
Latihan
Evaluasi
BAB III
Latihan
Evaluasi
Mekanisme reduksi ukuran yaitu: abrasi, terbelah (cleavage), dan hancur (shatter).
BAB IV
Latihan
Evaluasi
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
Fuerstenau, M.C. and Han, K.N., Principles of Mineral Processing, 2003. Society
for Mining, Metallurgy and Exploration Inc. (SME), Printed in the United
States of merica (USA).
Mular, A. L. and Bhappu, R. B., 1980. Mineral Processing Plant Design, 2 nd edition,
Society of mining engineers, American Institute of Mining, Metallurgical, and
Petroluem Engineer Inc.
Norman L. Weiss, “SME Mineral Processing Handbook“, Volume II, SME, 1985
Shimasaki, K., Shigehisa, T., Deguchi, T., and Makino, E., 2000. Development of
UBC Process, Upgrading of Low Rank Coal, Proceedings Coal Technology.
Singh, B. P., Need For Coal Beneficiation and Use of Washery Rejects, 2007.
Workshop on "Coal Beneficiation Technology.
Speight, J. G., 1994. The Chemistry and Technology of Coal, Marcel Dekker Inc,
Second Edition, New York.
Tsai, S. C., 1982. Fundamental of Coal Beneficiation and Utilization, Coal Science
and Technology 2, Elsevier Publishing Company.
Ward, B. R., 1984. Coal Geology and Coal Technology, Blackwell Scientific
Publications.
Wills, B.A and Munn T.J.N, 2007. Mineral Processing Technology, an Introduction
to the Practical Aspects of ore treatment and Mineral Recovery, seventh
edition, Published by Elsevier Ltd.