PUSKESMAS
DISUSUN OLEH
Mei Ahyanti, SKM, M.Kes
Segala Puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Praktikum di Puskesmas.
Penyusunan modul ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi mahasiswa
dalam mengikuti praktikum Mata Kuliah Sanitasi Pemukiman, Klinik Sanitasi dan
Sanitasi Tempat-Tempat Umum yang diberikan pada Semester enam.
i
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul
Lembar pengesahan ...................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
Peta Kedudukan Modul ................................................................................ iv
Langkah Pembelajaran ................................................................................ vii
ii
Modul IV Melakukan Pelayanan Sanitasi Perumahan ............................. 11
A. Pendahuluan .............................................................................. 11
B. Lembar Kerja Praktik ............................................................... 12
C. Penutup ..................................................................................... 13
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .............................................. 13
E. Daftar Pustaka ...........................................................................
iii
Modul IX Pengenalan Alur Pelayanan Kesehatan di Puskesmas ............ 25
A. Dasar Teori ............................................................................... 26
B. Tujuan Pembelajaran ................................................................ 26
C. Prosedur Kerja .......................................................................... 26
D. Daftar Pustaka ........................................................................... 26
iv
B. Tujuan Pembelajaran ................................................................ 39
C. Prosedur Kerja .......................................................................... 39
D. Daftar Pustaka ........................................................................... 40
Lampiran
v
PETA KEDUDUKAN MODUL
vi
c. Perkuliahan tatap muka di kelas dengan dukungan bahan dalam buku ajar dan
power point yang dikomparasikan dari berbagai literatur.
d. Partisipasi peserta dalam pembelajaran kelompok menjadi bagian yang
penting dan menjadi bagian dari evaluasi studi.
e. Pengelompokan peserta berjumlah 5-10 orang perkelompok.
f. Setiap hasil kerja didiskusikan dan dipaparkan melalui presentasi secara
bergantian oleh kelompok berdasarkan modul dan di review secara kritis oleh
peserta didik.
4. Ringkasan isi
Alasan mendasar dari subjek mata kuliah ini adalah bahwa peserta didik
membutuhkan konsep dasar berpikir secara epidemiologi dalam menganalisis
masalah kesehatan yang berkaitan dengan sanitasi pemukiman, klinik sanitasi dan
tempat-tempat umum serta pariwisata. Secara ringkas isi modul ini teridir dari 14
materi praktikum.
5. Evaluasi
Penilaian pembelajaran berdasarkan partisipasi aktif dalam kelompok, laporan
mandiri, UTS dan UAS. Sumber penilaian praktikum lapangan berasal Pembimbing
Institusi dan Pembimbing Lahan/CI. Standar Penilaian mengikuti pedoman
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang yang membagi nilai menjadi 9 tingkat
kelulusan yaitu:
vii
LANGKAH PEMBELAJARAN
viii
MODUL I
PENGEMBANGAN INSTRUMEN
A. Pendahuluan
Dalam pengumpulan data ataupun kegiatan survei sangat diperlukan
instrumen sebagai alat ukur. Evaluasi terhadap berbagai program biasa dilakukan
dengan kegiatan survei kesehatan maupun kegiatan investigasi berbagai kondisi
kesehatan dan penyakit di masyarakat. Melalui survey, data dapat dikumpulkan
untuk dijadikan informasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu.
Tehnik survei telah dikembangkan oleh World Health Organization (WHO)
sebagai salah satu teknik pengumpulan data dengan cepat dan murah untuk menilai
keberhasilan program imunisasi dan program kesehatan lainnya. Teknik survei ini
dikenal sebagai metode survei cepat (Rapid Survey Method) (Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat, 2019). Tahapan dalam managemen survei cepat adalah :
pengembangan instrument, membuat template, sampling, pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data serta pelaporan.
Ciri khas dari survai cepat adalah:
1. Dapat mengukur kejadian yang sering terjadi di masyarakat.
2. Pengambilan sampel secara cluster dua tahap, tahap pertama setiap kabupaten
hanya diambil 30 klaster dan tahap kedua, masing-masing klaster diambil 7 -
10 responden saja.
3. Jumlah pertanyaan tidak terlalu banyak dan sederhana
4. Penentuan sampel, entry data, pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
bantuan computer. Beberapa program yang biasa digunakan adalah Epi Info,
CSurvey, SPSS dan ODK Agregate. Untuk pengumpulan data bahkan dapat
dilakukan hingga pengambilan titik GPS keberadaan responden.
5. Waktu yang singkat dari mulai pelaksanaan hingga pelaporan bisa.
6. Dalam menganalisis data menggunakan metode statistik sederhana dan
penyajian data hasil survei dengan tetap memperhatikan kaidah statistik.
(Nugraha & Adawiyah, 2019)
Kelemahan dari survailans yang ada sehingga diperlukannya Survai Cepat
dapat disebabkan oleh karena pencatatan routine yang dilakukan itu: a)
Ketidaklengkapan cakupan data, tidak mencakup aspek yang menginginkan
1
jawaban; b) Kekurang akurasi data yang ada , kualitas data yang rendah; c) Tidak
menggambarkan keadaan masyarakat secara keseluruhan; d) Data hanya mencakup
keadaan dari institusi pemerintah (Departemen Kesehatan, 1998).
Dalam mengembangkan instrument sanitasi pemukiman, disusun
berdasarkan 3 komponen parameter komposit yang merupakan gabungan dari 3
parameter tersebut, yaitu komponen fisik rumah, komponen sarana sanitasi, dan
komponen perilaku penghuni.
1. Petunjuk Belajar
Sebelum memulai praktikum, siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
dalam pengembangan instrument pengukuran sanitasi pemukiman berupa teori-
teori dan jurnal-jurnal yang mendukung. Dari terori dan jurnal yang didapat lakukan
telaah dan ikuti langkah pada lembar kerja praktik.
2
5. Buatlah instrument berdasarkan indikator dan variabel yang telah
ditentukan
6. Susunlah daftar pertanyan (kuesioner) dan daftar pengamatan (chek list)
berdasarkan variabel.
7. Buatlah desain tampilan/Lay out instrument
8. Lakukan score penilaian dan pembobotan dari masing-masing item
pertanyaan/pernyataan.
C. Penutup
Data kesehatan keluarga sangat diperlukan sebagai langkah awal untuk
melakukan pelayanan lebih lanjut. Intrument merupakan alat pengumpul data agar
permasalahan yang ada di masyarakat terkait sanitasi pemukiman dapat
dikumpulkan. Dengan terkumpulnya data, maka tindakan pelayanan yang
dilakukan menjadi tepat sasaran.
E. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan. (1998). Modul Metode survei cepat: untuk dinas
kesehatan kabupaten/kotamadya (edisi ke-2). Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Nugraha, S., & Adawiyah, A. R. (2019). Diktat Mata Kuliah Survey Cepat
(Program Studi Kesehatan Masyarakat (ed.)). Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Respati Indonesia.
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. (2019). Surveilans Epidemiologi,
Metode Survey Cepat. Fakultas Kesehatan Dan Farmasi Universitas
Muhammadiyah.
3
MODUL II
PENEMUAN KASUS DAN ANALISA KASUS
AKIBAT PEMUKIMAN TIDAK SEHAT
A. Pendahuluan
Penyakit berbasis lingkungan dapat terjadi salah satunya oleh lingkungan rumah
dan masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Lingkungan rumah
adalah salah satu lingkungan fisik serta lingkungan sosial. Menurut WHO
lingkungan rumah adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk
tempat berlindung. Dari struktur tersebut, terdapat lingkungan dengan fasilitas dan
pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berkontribusi terhadap kesehatan
fisik dan mental keluarga dan individu serta kondisi sosial yang baik (Ditjen PPM
dan PLP, 2007).
Rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan akan berkaitan erat
dengan penyakit berbasis lingkungan, yang semakin umum terjadi saat ini.
Munculnya kembali berbagai penyakit menular menjadi akibat dari semakin
besarnya tekanan risiko kesehatan lingkungan terkait dengan cakupan air bersih dan
jamban keluarga rendah, perumahan tidak sehat, pencemaran makan, vektor
penyakit dan lain-lain. Secara epidemiologi, telah terjadi pula perpindahan yang
cukup cepat dari beberapa penyakit menular, seperti penyakit SARS, flu burung,
leptospirosis. Demikian pula dengan penyakit demam berdarah, malaria, keracunan
makanan dan diare yang mewabah bahkan mengakibatkan kematian (Ditjen PPM
dan PLP, 2007).
Masalah akses air bersih dan sanitasi yang buruk menyebabkan munculnya
penyakit berbasis lingkungan seperti diare kronik dan stunting. Pemerintah
mencanangkan lima pilar program Kesehatan Lingkungan yang dinyatakan dalam
Sanitasi Total Berbasis Mayarakat (STBM) untuk mengurangi penyakit. Lima pilar
tersebut adalah buang air besar sembarangan di tempat yang tepat, mencuci tangan
memakai sabun, penanganan air minum dan makanan rumah tangga, penanganan
sampah rumah tangga, dan penanganan limbah cair rumah tangga (Kemenkes RI,
2017).
Secara umum, menurut Depkes RI (2007) rumah dikatakan sehat jika
memenuhi kriteria sebagai berikut (Ditjen PPM dan PLP, 2007):
4
1. Dapat memenuhi kebutuhan privacy yang cukup, komunikasi yang baik antar
anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat
(kamar tidur), bagi setiap penghuni;
2. Menyediakan air bersih, menangani tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, over crowding yang tidak berlebihan, matahari pagi
yang cukup, perlindungan makanan dan minuman dari kontaminasi, selain
penerangan dan ventilasi yang memadai;
3. Memenuhi persyaratan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu;
4. Memenuhi persyaratan pencegahan untuk menghindari kecelakaan yang
disebabkan karena pengaruh eksternal dan internal, seperti garis sempadan
jalan, konstruksi perumahan, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam
rumah;
Salah satu hal penting dalam pencegahan penyakit menular yang berasal dari
rumah adalah jumlah penghuni berbanding dengan jumlah dan luas kamar
(Surowiyono, 2003). Hal ini untuk menjaga ketersediaan udara bersih dalam
ruangan sebagaimana yang disyaratkan dalam Permenkes RI No. 1077 tahun
2011.(Permenkes RI No. 1077 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara
Dalam Ruang Rumah, 2011)
1. Petunjuk Belajar
Persiapkan terlebih dahulu peralatan dan bahan yang diperlukan yaitu alat tulis,
Register Puskesmas, PC/Laptop dan instrument.
5
2. Tabulasikan/gambarkan dengan grafik kasus penyakit yang ditemukan
pada wilayah kerja Puskesmas tersebut dalam 3-5 tahun terakhir, pada
kotak yang tersedia (grafik 1, grafik 2, dan seterusnya).
3. Analisa hasil penemuan kasus
C. Penutup
Banyak kasus penyakit terjadi akibat pemukiman yang tidak sehat. Dengan
menggambarkan kejadian/kasus penyakit di masyarakat yang diakibatkan oleh
pemukiman yang tidak memenuhi syarat, akan diketahui tren atau kecenderungan
kejadian penyakit disuatu wilayah. Diketahuinya tren kejadian penyakit, menjadi
latar belakang penyusunan suatu tindakan pengendalian dengan cepat dan tepat.
6
D. Umpan balik dan Tindak Lanjut
Susunlah laporan kegiatan penemuan kasus, kemudian di diseminasikan
bersama teman dan penanggungjawab program di puskesmas.
E. Daftar Pustaka
Ditjen PPM dan PLP. (2007). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Departemen Kesehatan RI.
Permenkes RI No. 1077 tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang Rumah, (2011).
7
MODUL III
PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN
SAMPEL LINGKUNGAN PERUMAHAN
A. Pendahuluan
Permukiman adalah kawasan hunian yang terdiri sekumpulan perumahan
dengan prasarana, sarana, utilitas umum, dan aktivitas penunjang lain di daerah
perkotaan atau perdesaan (Setiawan et al., 2017). Pemeriksaan terhadap sampel
lingkungan pemukiman atau perumahan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
dari lingkungan pemukiman yang penyebabkan terjadinya penyakit.
Kepadatan penduduk dalam suatu wilayah menyebabkan tidak memungkinkan
untuk melakukan pemeriksaan terhadap seluruh rumah yang ada, sehingga
diperlukan sampel yang dapat mewakili kondisi yang ada dalam suatu wilayah.
Pengumpulan data dilakukan terhadap responden menggunakan instrument yang
telah ditetapkan. Setelah dilakukan entry data ke dalam program aplikasi analisis
data menggunakan template yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya, maka
dilakukan analisis sesuai dengan karakter masing-masing variabel.
Entry data adalah proses memasukkan data hasil wawancara ke dalam
program aplikasi analisis data. Sedangkan analisis data bertujuan untuk
mendapatkan gambaran dari masing-masing variabel penelitian sehingga dapat
dilakukan penarikan kesimpulan (Najmah, 2011).
1. Petunjuk Belajar
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan praktik ini yaitu
instrumen pengumpulan data dan Personal Computer (PC)/Laptop yang sudah
terinstall aplikasi analisis data, selanjutnya ikuti prosedur pada lembar kerja
praktik.
8
d. Melakukan analisis data deskriptif menggunakan program aplikasi analisis
data.
9
C. Penutup
Data merupakan hal penting yang harus dikumpulkan agar mendukung
terlaksananya kegiatan. Supaya data terkumpul sesuai keinginan, maka diperlukan
tehnik dalam melakukan wawancara ataupun pengamatan. Data tidak akan
memiliki makna jika tidak disajikan dalam informasi dengan penyajian yang tepat.
Praktikum ini melakukan langkah-langkah dalam pengumpulan, pengolahan,
analisa hingga informasi dapat di diseminasikan untuk mendapatkan rekomendasi
dari penanggungjawab program.
E. Daftar Pustaka
Najmah. (2011). Managemen & Analisa Data kesehatan Kombinasi teori dan
Aplikasi SPSS. Nuha Medika, Yogyakarta.
Setiawan, L. A., Astuti, W., & Rini, E. F. (2017). Tingkat Kualitas Permukiman
(Studi Kasus: Permukiman Sekitar Tambang Galian C Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo). Region: Jurnal Pembangunan Wilayah Dan
Perencanaan Partisipatif, 12(1), 1.
https://doi.org/10.20961/region.v12i1.15922
10
MODUL IV
PELAYANAN SANITASI PERMUKIMAN
A. Pendahuluan
Permasalahan sanitasi pemukiman di Indonesia umumnya dapat terlihat dari
masih rendahnya kualitas dan tingkat pelayanan sanitasi di perkotaan ataupun
pedesaan (Achmadi, 2013). Beberapa faktor yang menjadi penyebab antara lain
adalah : 1) kesadaran dan peran masyarakat masih kurang dalam pengelolaan
sanitasi, utamanya pada tahab pemanfaatan dan pemeliharanaan sarana dan
prasarana sanitasi di tempat tinggal mereka sendiri, 2) koordinasi pihak-pihak yang
berkepentingan masih kurang baik, ditingkat pusat maupun daerah. Selain itu
kurang padu dan komperehensif perencanaan dan program pembangunan juga
merupakan permasalaha yang dapat menyebabkan kurang efisien dan efektifnya
pembangunan sanitasi pemukiman, 3) minat dunia usaha masih kurangnya untuk
berinvestasi di sektor sanitasi. Umumnya karena pertimbangan ekonomis dan
keuangan peraturan dan belum adanya perundangan yang mendukung, dan lain-lain
(Fithri, 2017).
Pelayanan sanitasi meliputi air limbah, persampahan, drainase, kesehatan dan
kebersihan yang merupakan kebutuhan dasar harus dipenuhi oleh manusia dan
menjadi tanggung jawab bersama. Namun pertumbuhannya seiring dengan
perkembangan penduduk saat ini semakin sulit dikejar dan dipenuhi.
Pada daerah-daerah kumuh perkotaan, sanitasi yang buruk lebih berisiko
mendatangkan penyakit. Budaya sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, serta
pencemaran air oleh limbah, pemperburuk risiko penyakit. Tidak hanya diare, tetapi
juga penyakit terkait kesehatan lain seperti disentri, demam tifoid, hepatitis, demam
berdarah, dan gatal kulit. Bahkan, penyakit pernapasan kronis dapat juga bersifat
laten (Mimin, 2018).
1. Petunjuk Belajar
Untuk memulai kegiatan, alat dan bahan yang harus disiapkan adalah :
a. Hasil penentuan prioritas masalah dari praktik sebelumnya
b. Materi Penyuluhan atau materi intervensi lainnya
11
c. Kamera
Setelah semua peralatan dan bahan siap, maka langkah selanjunya adalah
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan, sesuai lembar kerja
praktik.
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pelayanan sanitasi pemukiman.
C. Penutup
Masyarakat Indonesia memiliki keberagaman disetiap desa/kelurahan, baik
sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan gaya hidup. Keberagaman tersebut
menjadi penyumbang tipikal masyarakat. Diantara masyarakat itu juga terdapat
masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah juga menengah keatas. Ada
masyarakat yang tahu tetapi tidak mau tahu, ada masyarakat yang benar-benar tidak
tahu. Pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan serta gaya hidup. Kebudayaan
yang sudah mengakar sulit untuk diubah. Hal inilah yang menjadikan permasalahan
semakin kompleks. Pelayanan sanitasi pemukiman tidak bisa serta merta mengubah
secara langsung dan cepat. Akan tetapi pelayanan dilakukan secara bertahap dengan
menampilkan data sanitasi yang ada dilingkungan suatu pemukiman dikaitkan
dengan penyakit-penyakit yang sering timbul. Memberikan edukasi kepada
masyarakat dan dilanjutkan dengan pelayanan lain dari yang paling mudah untuk
dilakukan hingga yang sulit secara bekerja sama.
12
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah kegiatan pelayanan sanitasi pemukiman dilakukan, susunlah laporan
kegiatan. Analisa permasalahan atau kendala yang timbul dan pemecahan masalah
atau tindak lanjut yang telah dilakukan.
E. Daftar Pustaka
Achmadi, U. F. (2013). Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers,
Jakarta.
13
MODUL V
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA
PENGADAAN DAN PEMELIHARAAN SANITASI
PERMUKIMAN
A. Pendahuluan
Asal kata pemberdayaan adalah kata daya yang mengandung arti “kekuatan”,
dan merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris “empowerment”,
sehingga dapat dijabarkan bahwa pemberdayaan mengandung arti memberikan
daya atau kekuatan kepada kelompok yang lemah yang belum mempunyai
daya/kekuatan untuk hidup mandiri, terutama dalam memenuhi kebutuhan
pokok/kebutuhan dasar hidupnya sehari-hari seperti makan, pakaian/sandang,
rumah/papan, pendidikan, kesehatan. Memberikan kekuatan atau power kepada
orang yang kurang mampu atau miskin atau powerless memang merupakan
tanggungjawab pemerintah, namun seharusnya mendapat dukungan penuh dari
berbagai pihak, terutama masyarakat itu sendiri yang menjadi kelompok sasaran
yaitu dengan ikut berperan dalam pelaksanaan setiap program/kegiatan
pemberdayaan (Hamid, 2018).
Pemberdayaan masyarakat upaya atau proses untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali permasalahan, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraannya sendiri.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan upaya atau proses yang
bertujuan meningkatkan kesadaran kemauan akan kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013 dalam Legiarto, 2016).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada
sasaran primer agar berperan serta secara aktif. Pelaksanaan pembangunan
prasarana dan sarana dasar di permukiman juga telah mengadopsi model
pemberdayaan yang melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan hingga
pemeliharaan infrastruktur.
14
1. Petunjuk Belajar
Modul ini berisi langkah langkah pemberdayaan masyarakat dalam upaya
pengadaan dan pemeliharaan sarana sanitasi pemukiman. Peralatan yang
diperlukan adalah PC/Laptop, Leaflet, dan lain-lain.
Sebelum memulai kegiatan, cermati dahulu permasalahan yang ada dalam
suatu wilayah, lakukan perencanaan pengadaan ataupun pemeliharaan sarana
sanitasi pemukiman, dan lanjutkan langkah pada lembar kerja praktik
C. Penutup
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat ditandai dengan adanya kemauan dari
masyarakat untuk bergerak, berusaha mengubah perilaku dan kebiasaannya serta
berusaha memiliki akses terhadap sarana sanitasi yang mudah. Pemberdayaan
masyarakat memerlukan dukungan dari berbagai pihak agar dapat berjalan secara
15
optimal. Keterlibatan penanggungjawab program, tokoh masyarakat dan pemangku
kepentingan menjadi kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat.
E. Daftar Pustaka
Hamid, H. (2018). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. In M. S. Tuty Suciaty
Razak, SH. (Ed.), De La Macca (Cetakan Ke). De La Macca Makassar.
16
MODUL VI
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
KLINIK SANITASI
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa mampu mengembangkan dan
menyusun instrumen pengumpulan data klinik
sanitasi baik indoor maupun outdor.
2. Topik : Pengembangan instrumen pengumpulan data.
3. Setting : Pembelajaran pada kelompok kecil dikelas.
Setiap kelompok terdiri dari 7-10 mahasiswa
4. Metode Pembelajaran : Diskusi kelompok
17
I. Dasar teori
Dalam suatu kegiatan, pengumpulan data menjadi hal yang penting. Untuk
mendeskripsikan suatu objek, data sangat diperlukan. Sebagai alat untuk
mengumpulkan data, instrumen pengukuran atau instrumen pengumpulan data
sangat diperlukan agar dalam memperoleh data lebih mudah dilakukan dan yang
dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Sebuah data jika diolah dan dianalisa
akan menghasilkan informasi, selanjutnya menjadi dasar dalam pengambilan
kebijakan.
Ada beberapa alat dan cara pengumpulan, sebagaimana yang disampaikan oleh
Arikunto (2006) diantaranya yaitu :
1. Kuesioner. Alat ini disusun dalam bentuk pertanyaan. Proses pengumpulan
data melalui wawancara atau interview. Informan menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh pewawancara kemudian dicatat setiap jawaban
responden. Interview dapat dilakukan secara terstruktur, semi struktur dan
tidak tersetruktur (informal). Kuesioner dapat digunakan untuk wawancara
terhadap satu orang, dapat juga digunakan untuk beberapa orang sekaligus
yang kita kenal dengan Focus Group Discusion.
2. Checklist. Alat ini disusun dalam daftar pernyataan. Proses pengumpulan
data dengan observasi atau pengamatan di lapangan. Proses observasi
melibatkan penglihatan, pendengaran dan ketelitian dari seorang
pengumpul data (observer).
3. Angket. Alat ini tersusun atas sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
disusun dalam sebuah instrumen kemudian diberikan kepada responden
untuk diisi.
4. Dokumen. Umumnya digunakan dalam rangka kegaitan penelitian. Data
dapat berupa catatan harian, majalah, notulen rapat, literatur, video, foto
dan sebagainya. Dokumen diperlukan jika data-data yang ada tersebut
sangat penting.
5. Fokus Group Diskusi. Hampir serupa dengan kuesioner, fokus group
merupakan variasi dari wawancara.
18
Diharapkan mahasiswa mampu menyusun instrumen pengumpulan data
klinik sanitasi.
2. Tujuan Khusus :
Diharapkan mahasiswa memahami dan mampu menyusun instrumen
pengumpulan data untuk kegiatan klinik sanitasi baik indor maupun
outdor.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
19
MODUL VII
PENGENALAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa mampu mengidentifikasi program-
program kesehatan lingkungan di Puskemas.
2. Topik : Pengenalan program kesehatan lingkungan di
Puskemas.
3. Setting : Pembelajaran dalam kelompok kecil (terdiri dari
7-10 orang) di Puskesmas.
4. Metode Pembelajaran : Observasi, penugasan
20
I. Dasar teori
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 13 tahun 2015,
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Sebagai upaya promotif dan preventif, pelayanan terhadap kesehatan
lingkungan menjadi hal pokok yang harus dilakukan. Pelayanan Kesehatan
Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan (Permenkes RI No.13/2015). Kegiatan
pelayanan kesehatan lingkungan adalah konseling, inspeksi kesehatan lingkungan
dan intervensi kesehatan lingkungan.
Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan dapat digambarkan dari kegiatan-
kegiatan program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Puskesmas.
Selanjutnya kegiatan ini juga merupakan salah satu penilaian terhadap kinerja
Puskesmas.
21
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 13 tahun 2015. Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
22
MODUL VIII
PENGENALAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa mampu mengidentifikasi 10 besar
penyakit dan penyakit berbasis lingkungan di
wilayah kerja Puskemas.
2. Topik : Penyakit Berbasis Lingkungan.
3. Setting : Pembelajaran dalam kelompok kecil (terdiri dari
7-10 orang) di Puskesmas.
4. Metode Pembelajaran : Observasi, penugasan
23
I. Dasar teori
Penyakit berbasis lingkungan merupakan masalah yang hingga saat ini belum
terselesaikan. Menurut Purnama (2016), ISPA dan diare yang merupakan penyakit
berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh
Puskesmas di Indonesia.
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi
manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Purnama, Sang Gede., 2016. Penyakit Berbasis Lingkungan. Buku Ajar.
24
MODUL IX
PENGENALAN ALUR PELAYANAN KESEHATAN
DI PUSKESMAS
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa mampu mengenal alur pelayanan di
puskesmas.
2. Topik : Pengenalan alur pelayanan di puskesmas.
3. Setting : Pembelajaran dalam kelompok kecil (terdiri dari
7-10 orang) di Puskesmas.
4. Metode Pembelajaran : Observasi, penugasan
25
I. Dasar teori
Puskesmas memiliki alur kerja atau skema kerja yang ditujukan untuk
mempermudah tindakan pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Setiap
Puskemas memiliki alur kerja tersendiri yang harus diikuti. Khususnya untuk
Puskesmas Rawat Jalan dan Puskesmas Rawat Inap. Jika dalam keadaan normal,
umumnya masyarakat hanya mengikuti alur untuk pasien rawat jalan.
DAFTAR PUSTAKA
-
26
MODUL X
KONSELING KLINIK SANITASI
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa mampu melakukan konseling pada
klinik sanitasi Puskemas.
2. Topik : Konseling Klinilk Sanitasi.
3. Setting : Pembelajaran dalam kelompok kecil (terdiri dari
7-10 orang) di Puskesmas.
4. Metode Pembelajaran : Problem Solving
27
I. Dasar teori
Menurut Permenkes RI No. 13 Tahun 2015, Pusat Kesehatan Masyarakat atau
disebut dengan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Bertitik tolak pada fungsinya sebagai tempat pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan promotif dan preventif, berbagai kegiatan yang dilakukan
diantaranya adalah program-program kesehatan lingkungan.
Program kesehatan lingkungan merupakan salah satu program Puskesmas yang
memiliki daya ungkit besar untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 13 tahun 2015. Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
28
MODUL XI
INVESTIGASI PADA TEMPAT TINGGAL MASYARAKAT
DENGAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN DAN
MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
(INSPEKSI SANITASI)
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa melaksanakan investigasi pada tempat
tinggal masyarakat dengan penyakit berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan.
2. Topik : Inspeksi Sanitasi
3. Setting : Pembelajaran dalam kelompok kecil (terdiri dari
7-10 orang) di Puskesmas.
4. Metode Pembelajaran : Problem Solving
29
I. Dasar teori
Investigasi pada tempat tinggal pasien dengan penyakit berbasis lingkungan
dapat juga disebut sebagai kunjungan rumah, adalah adalah kegiatan
sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan /tenaga pelaksana klinik sanitasi untuk
melakukan kunjungan ke rumah dalam rangka melihat keadaan lingkungan rumah
sebagai tindak lanjut dari kunjungan penderita atau klien ke ruang klinik sanitasi
(Depkes RI, 2002).
Investigasi dapat diartikan sebagai kegiatan pemeriksaan & pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan
standar, norma dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas
lingkungan yang sehat. Investigasi kesehatan lingkungan disebut juga inspeksi
kesehatan lingkungan, dilakukan secara berkala dalam rangka investigasi kejadian
luar biasa dan program kesehatan lain sesuai perundang-undangan.
Metode yang digunakan dalam investigasi kesehatan lingkungan adalah
sebagai berikut :
a. Pengamatan fisik media lingkungan
b. Pengukuran media lingkungan di tempat
c. Uji laboratorium dan/atau
d. Analisis risiko kesehatan lingkungan.
30
3. Melakukan pencatatan hasil observasi
4. Melakukan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
31
MODUL XII
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa mampu melakukan pengolahan data
hasil investigasi.
2. Topik : Pengolahan dan Analisa Data
3. Setting : Pembelajaran dalam kelompok kecil (terdiri dari
7-10 orang) di Puskesmas.
4. Metode Pembelajaran : Problem Solving
32
I. Dasar Teori
Dalam melakukan sebuah kegiatan, diperlukan pengolahan dan analisa data
agar nantinya dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang data yang dikumpulkan dan
diambil keputusan dalam penyelesaian masalah dalam kegiatan tersebut. Menurut
Patton, 1980 (dalam Moleong 2002:103) analisa data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Sedangkan menurut Taylor (1975:79), analisa data dipandang sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis. Dari pengertian diatas, pada dasarnya definisi
pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih
menekankan maksud dan tujuan analisa data. Dengan demikian definisi tersebut
dapat disintesiskan menjadi : Analisa data proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh
data.
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, CV. Remaja, Bandung.
33
Bogdan dan Taylor. 1975. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remadja Karya,
Bandung.
Priyatno, Dwi, 2008. Mandiri belajar SPSS. PT. Buku Kita, Yogyakarta.
Najmah, 2011. Manajemen dan Analisa Data Kesehatan, Kombinasi Teori dan
Aplikasi SPSS. Nuha Medika, Yogyakarta.
34
MODUL XIII
INTERVENSI KESEHATAN
C. Aktifitas pembelajaran :
1. Learning Objektif : Mahasiswa melaksanakan intervensi pada tempat
tinggal masyarakat dengan penyakit berbasis
lingkungan berdasarkan hasil analisa data.
2. Topik : Intervensi kesehatan
3. Setting : Pembelajaran dalam kelompok kecil (terdiri dari
7-10 orang) di Puskesmas.
4. Metode Pembelajaran : Problem Solving
35
I. Dasar teori
Istilah intervensi sering kita dengar diberbagai bidang kegiatan. Digunakan
pada bidang yang berbeda akan menimbulkan makna yang berbeda. Namun secara
umum, intervensi dapat dikatakan sebagai campur tangan dari suatu lembaga
tertentu terhadap pihak lain yang sedang bermasalah.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, definisi intervensi adalah campur tangan
dalam perselisihan masalah antara dua pihak. Jenis-jenis intervensi menurut para
ahli :
1. Intervensi kesehatan
Dalam bidang kesehatan, intervensi artinya melakukan sebuah tindakan yang
logis untuk kepentingan pasien atau klien. Tindakan ini biasanya dilakukan
berdasarkan instruksi dari dokter atau pihak lain yang memiliki kekuasaan.
Tindakan tersebut tidak hanya berasal dari seorang dokter yang berkuasa saja,
tapi bisa juga dari keputusan yang didapatkan berdasarkan diskusi dokter
dengan perawatnya untuk mendapatkan solusi terbaik bagi pasiennya.
2. Intervensi keperawatan
Dalam istilah keperawatan, intervensi adalah campur tangan yang dilakukan
oleh dokter atau perawat dengan tujuan menemukan solusi terbaik untuk
membantu pasiennya. Dengan demikian intervensi keperawatan ini memiliki
tujuan yang sangat baik karena dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah
yang diderita oleh pasiennya agar cepat membaik.
3. Intervensi pemerintah
Sedangkan dalam istilah pemerintahan, pengerian intervensi adalah suatu
tindakan yang dilakukan dari pihak yang memiliki kekuasaan tinggi untuk ikut
campur dalam pihak-pihak yang sedang bertikai. Biasanya tindakan ini
dilakukan untuk menekan salah satu pihak namun dengan tujuan yang baik.
Pada umumnya intervensi pemerintahan ini memiliki tujuan untuk
melancarkan perencanaan kerja sebuah pemerintahan agar dapat berjalan
dengan baik dan untuk meningkatkan kualitas kebijakan agar menjadi lebih
baik dari sebelumnya.
36
II. Tujuan Pembelajaran :
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melakukan intervensi kesehatan.
2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan intervensi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-intervensi-menurut-para-ahli/
37
MODUL XIV
PENGAWASAN LINGKUNGAN FISIK FASILITAS
TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PARIWISATA
38
I. Dasar teori
Rumah makan atau restoran adalah istilah yang umum digunakan untuk
menyebut suatu usaha gastronomi dengan prinsip penyajian hidangan kepada
konsumen atau masyarakat dan menyediakan lokasi yang ditata sedemikian rupa
sehingga konsumen dapat menikmati hidangan tersebut dengan nyaman serta
terdapat tarif yang ditetapkan bagi makanan dan pelayanan yang diberikan
(Menurut SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 73/PW 105/
MPPT-85). Sedangkan menurut Permenkes RI No. 2 Tahun 2023, Rumah Makan
dipandang sebagai setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Sebagai tempat yang memberikan pelayanan kepada Masyarakat, memiliki
risiko penularan penyakit. Oleh karenanya Rumah makan perlu mendapatkan
pengawasan secara berkala.
39
5. Izin undur diri dengan mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 73/PW 105/ MPPT-85.
40
Lampiran 1.
KOMPONEN YANG
NO VARIABE BOBOT NILAI SKORE
L UPAYA DINILAI
1 2 3 4 5 6
A UMUM
1 Lingkungan Bersih 4
Tidak terdapat genangan air 3
8
Air limbah mengalir dengan
3
lancer
B FASILITAS SANITASI
1 Air Bersih Tersedia dengan jumlah
4
yang cukup
Memenuhi persyaratan fisik 3
16
Tersedia kran umum dalam
jumlah yang cukup (min 1 3
buah kran untuk radius 20m)
2 Toilet Bersih dan terpelihara 3
Umum Toilet dihubungkan dengan
16
saluran air kotor kota atau 2
septic tank
Jumlah toilet sbb: untuk
setiap 80 pengunjung wanita
1 buah jamban. Untuk setiap 2
100 pengunjung pria 1 buah
jamban.
Toilet pria terpisah dengan
2
toilet wanita.
3 Pembuanga Dilakukan pengolahan
n Air sendiri atau pengolahan 5
Limbah perkotaan.
16
Disalurkan melalui saluran
tertutup, kedap air dan 5
lancar.
4 Pembuanga Tersedia tempat sampah
n sampah dengan jumlah yang cukup
3
(min 1 buah tempat sampah
untuk setiap radius 20m).
Kuat, tahan karat, kedap air,
14 permukaan halus dan rata, 3
berpenutup.
Tersedia TPS yang
2
memenuhi syarat.
Pengangkutan sampah dari
2
TPS min 3 harisekali.
C LAIN – LAIN
1 Sarana Terdapat tanda – tanda
6
penyuluhan sanitasi (slogan, poster, dll)
12 Tersedia alat pengeras suara
untuk memberikan 4
penerangan/penyuluhan.
2 Sarana/fasili Tersedia poliklinik/balai
6
tas pengobatan.
kesehatan 12 Tersedia min 1 kotak P3K
yang berisiobat – obatan 4
sederhana
3 Alat Tersedia alat pemadam
pemadam 8 kebakaran yang berfungsi 6
kebakaran baik dan mudah dijangkau
Terdapat penjelasan tentang
4
cara penggunaannya
TOTAL BOBOT 100 TOTAL SKORE
Sumber : M. Ichsan Sujarno dan Sri Muryani 2018 tentang Sanitasi Transportasi,
Pariwisata, dan Matra.
Lampiran 2
VARIABEL UPAYA
I II III
CONTOH
Halaman Judul
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH SANITASI PEMUKIMAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ....................
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum ini disusun sebagai syarat menyelesaikan Mata Kuliah Sanitasi
Pemukiman pada Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan ………………………………. Tahun Akademik
....................
…………………………,
.............................
Ketua Prodi,
Kepala Puskesmas .................. ,
............................................... .....................................
NIP. .................................. NIP. ..........................
Lampiran 5.
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan praktikum Mata Kuliah Sanitasi Pemukiman ini telah diperiksa dan disetujui
oleh :
..................................... .....................................
NIP. ................................. NIP. ..........................
Lampiran 6.
FORMAT LAPORAN
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Permasalahan
c. Tujuan Umum dan Khusus
BAB IV : HASIL
A. Pengembangan Instrumen
B. Penemuan Kasus dan Analisa Kasus Akibat Pemukiman tidak
sehat
C. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Lingkungan
Perumahan
D. Pelayanan Sanitasi Perumahan
E. Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Sanitasi Pemukiman
F. Penyakit Berbasis Lingkungan
G. Investigasi Masalah Kesehatan
H. Intervensi Kesehatan
I. Klinik Sanitasi
J. Pemeriksaan dan Pengawasan Lingkungan Fisik dan Fasilitas
Sanitasi Tempat Tempat Umum
BAB V : PEMBAHASAN
A. Pengembangan Instrumen
B. Penemuan Kasus dan Analisa Kasus Akibat Pemukiman tidak
sehat
C. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Lingkungan
Perumahan
D. Pelayanan Sanitasi Perumahan
E. Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Sanitasi Pemukiman
F. Penyakit Berbasis Lingkungan
G. Investigasi Masalah Kesehatan
H. Intervensi Kesehatan
I. Klinik Sanitasi
J. Pemeriksaan dan Pengawasan Lingkungan Fisik dan Fasilitas
Sanitasi Tempat Tempat Umum