Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH B3

MATA KULIAH PENGELOLAAN


PENCEMARAN INDUSTRI

Dosen Pembimbing
Mutiara Salsabila,S.Pi.,Si

Disusun oleh :

1. Fadilah Pramesti. H ( 20020014 )


2. Didi Rosadi Sidik ( 20020015 )
3. Muhammad Lingga ( 20020017 )
4. Farreld Yardhan. M ( 20020018 )
5. Muchammad Fakri. G ( 20020019 )
6. Rico Lanang Pamungkas ( 20020020 )

INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN


TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul " PENGOLAHAN

LIMBAH B3 " dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kami

mengucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang telah membantu

tersusunnya makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang dibuat buat

belum sepenuhnya sempurna, untuk itu saya berkenan menerima kritik dan

saran membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah kami

buat semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................................3
B. TUJUAN............................................................................................................9
BAB II PEMBAHASAN
A. STUDY KASUS PENGOLAHAN LIMBAH................................................10
B. METODE PENGOLAHAN............................................................................15
C. TAHAP PERIZINAN PENGOLAHAN LIMBAH B3...................................20
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................................28
B. SARAN...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat berbahaya atau

tidak berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan, beserta lingkungan dan

biasanya hal tersebut umumnya disebabkan oleh perbuatan manusia. Hal tersebut

sesuai dengan Peraturan Menteri No. 06 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Bahan

Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,

dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak

Lingkungan Hidup, dan/atau membahayakan Lingkungan Hidup, kesehatan, serta

kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Limbah adalah sisa suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu

Usaha dan/atau Kegiatan yang mengandung B3. Pengelolaan Limbah B3 adalah

kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,

pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan. Usaha dan/atau

Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan

terhadap rona Lingkungan Hidup serta menyebabkan dampak terhadap

Lingkungan Hidup. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang

3
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting pada

Lingkungan Hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk

digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan

usaha dan/atau kegiatan serta termuat dalam Perizinan Berusaha, atau

Persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah rangkaian proses

pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam bentuk

standar untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan serta termuat

dalam Perizinan Berusaha, atau Persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat SPPL adalah pernyataan

kesanggupan dari penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk melakukan

pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup atas Dampak Lingkungan

Hidup dari Usaha dan/atau Kegiatannya di luar Usaha dan/atau Kegiatan yang

wajib Amdal atau UKL-UPL. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau

badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

Penghasil Limbah B3 adalah setiap orang yang karena Usaha dan/atau

Kegiatannya menghasilkan Limbah B3.

Pengumpul Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

Pengumpulan Limbah B3 sebelum dikirim ke tempat Pengolahan Limbah B3,

Pemanfaatan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3. Pengangkut Limbah

B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan Limbah B3.

4
Pemanfaat Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

Pemanfaatan Limbah B3. Pengolah Limbah B3 adalah badan usaha yang

melakukan kegiatan Pengolahan Limbah B3. Penimbun Limbah B3 adalah badan

usaha yang melakukan kegiatan Penimbunan Limbah B3. Penyimpanan Limbah

B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil

Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang

dihasilkannya. Pengumpulan Limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan Limbah

B3 dari Penghasil Limbah B3 sebelum diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3,

Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.

Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang,

dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah B3 menjadi

produk yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku, bahan penolong,

dan/atau bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau

menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun. Penimbunan Limbah B3 adalah

kegiatan menempatkan Limbah B3 pada fasilitas penimbunan dengan maksud

tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Prosedur

Pelindian Karakteristik Beracun (Toxicity Characteristic Leaching Procedure)

yang selanjutnya disingkat TCLP adalah prosedur laboratorium untuk

memprediksi potensi pelindian B3 dari suatu Limbah. Uji Toksikologi Lethal

Concentration-50 yang selanjutnya disebut Uji Toksikologi LC50 adalah uji

untuk mengukur konsentrasi Limbah yang menyebabkan kematian pada 50%

(lima puluh persen) hewan uji. Uji Toksikologi Lethal Dose-50 yang selanjutnya

5
disebut Uji Toksikologi LD50 adalah uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-

respon antara Limbah B3 dengan kematian hewan uji yang menghasilkan 50%

(lima puluh persen) respon kematian pada populasi hewan uji.

Produk Samping adalah produk sekunder yang dihasilkan dari suatu proses

industri yang terintegrasi dengan proses yang menghasilkan produk utama

bersifat pasti, dapat digunakan secara langsung tanpa proses lebih lanjut dan

memenuhi syarat dan/atau standar produk. Kontrol Mutu adalah suatu proses

untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai

dengan standar, dengan menggunakan indikator kualitas yang jelas dan pasti.

Jaminan Mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu

pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan. Tim Ahli Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Tim Ahli adalah para ahli yang

ditugaskan oleh Menteri untuk mengevaluasi permohonan pengecualian Limbah

B3 dari Pengelolaan Limbah B3, penetapan Limbah sebagai Limbah B3, dan

penetapan Limbah B3 sebagai Produk Samping.

Pengemasan Limbah B3 adalah cara menempatkan atau mewadahi Limbah

B3 agar mudah dalam melakukan penyimpanan dan/atau pengumpulan dan/atau

pengangkutan Limbah B3 sehingga aman bagi lingkungan hidup dan kesehatan

manusia. Manifes Elektronik Pengangkutan Limbah B3 yang selanjutnya disebut

Festronik adalah dokumen elektronik yang memuat pernyataan serah terima dan

informasi mengenai Limbah B3. Sistem Pelacakan Pengangkutan Limbah B3

yang selanjutnya disebut Silacak adalah sistem elektronik yang berfungsi untuk

mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menampilkan, mengirimkan, dan/atau

6
menyebarkan informasi elektronik tentang riwayat perjalanan pengangkutan

Limbah B3. Multimoda adalah penggunaan lebih dari satu alat angkut Limbah

B3 dalam 1 (satu) rangkaian pengangkutan berdasarkan 1 (satu) kontrak

pengiriman. Global Positioning System Tracking yang selanjutnya disebut GPS

Tracking adalah sistem untuk menentukan posisi suatu objek dengan bantuan

penyelarasan sinyal satelit. Fasilitas Penimbusan Akhir Limbah B3 adalah

fasilitas kegiatan Penimbunan Limbah B3 berupa lahan timbus yang telah

memenuhi persyaratan teknis dan lingkungan.

Tailing adalah zat padat berbutiran halus dan/atau zat cair yang tersisa dari

proses pengolahan bijih mineral logam pada industri pertambangan. Termoklin

adalah lapisan imajiner air laut diantara lapisan atas dan lapisan dibawahnya

dimana suhu air laut cenderung turun sebesar 0,1°C/m (nol koma satu derajat

celcius per meter) dengan bertambahnya kedalaman laut. Lumpur Bor adalah

fluida yang dipakai dalam pengeboran yang terdiri dari bahan dasar atau bahan

aditif, atau hasil campuran bahan dasar dan bahan aditif. Serbuk Bor adalah

potongan buangan dari batuan formasi dan limbah cair yang diakibatkan dari

hasil pengeboran. Uji Teratogenisitas adalah suatu pengujian untuk memperoleh

informasi adanya abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian sediaan uji

selama masa pembentukan organ fetus (masa organogenesis). Up Welling adalah

adalah kenaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan

perairan laut.

Garis Pantai adalah garis yang merupakan batas pertemuan antara bagian

laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Ekspor Limbah B3

7
adalah kegiatan mengeluarkan Limbah B3 dari daerah pabean Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Notifikasi Ekspor Limbah B3 adalah pemberitahuan terlebih

dahulu dari otoritas negara eksportir kepada otoritas negara penerima sebelum

dilaksanakan perpindahan lintas batas Limbah B3. Persetujuan Lingkungan

adalah Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah mendapatkan persetujuan dari

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Persetujuan Teknis di bidang

Pengelolaan Limbah B3 yang selanjutnya disebut Persetujuan Teknis PLB3

adalah bentuk persetujuan teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Pemerintah Pusat

atau Pemerintah Daerah berdasarkan standar Pengelolaan Limbah B3.

Surat Kelayakan Operasional di bidang Pengelolaan Limbah B3 yang

selanjutnya disingkat SLO-PLB3 adalah surat kelayakan pemenuhan standar

Pengelolaan Limbah B3 dalam melaksanakan kegiatan Pengelolaan Limbah B3.

Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia

yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menteri adalah

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup. Direktur Jenderal adalah pejabat pimpinan

tinggi madya yang membidangi urusan pengelolaan Limbah B3 dan Limbah non

B3.

8
B. TUJUAN

1) Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami tentang pengolahan Limbah B3 .

2) Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan :

 Metode pengolahan limbah

 Tahap perizinan

9
BAB II

PEMBAHASAN

A. STUDY KASUS PENGOLAHAN LIMBAH

Limbah B3 merupakan sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

Limbah B3 dihasilkan dari kegiatan/usaha baik dari sektor industri, pariwisata,

pelayanan kesehatan maupun dari domestik rumah tangga. Pengelolaan Limbah

B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Limbah B3 yang mana dalam peraturan ini juga tercantum daftar

lengkap limbah B3 baik dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber

spesifik, serta limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak

memenuhi spesifikasi produk dan bekas kemasan B3.

Suatu zat/senyawa yang terindikasi memiliki karakteristik limbah B3,

namun tidak tercantum dalam Lampiran 1 PP 101/2014 perlu dilakukan uji

karateristik untuk identifikasi. Uji karakteristiknya dapat berupa Uji

Karakteristik Mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius dan korosif

dan beracun sebagaimana lengkap dijelaskan pada Lampiran 2 PP 101/2014.

Pengujian karakteristik beracun misalnya dilakukan dengan TCLP atau Uji

Toksikologi LD50.

Mengingat sifatnya yang berbahaya dan beracun, pengelolaan limbah B3

perlu dilakukan dengan seksama, sehingga setiap orang atau pelaku usaha yang

menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan terhadap limbah B3

yang dihasilkannya. Pengelolaan limbah B3 terdiri dari penyimpanan,

10
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Untuk

memastikan pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan tepat dan mempermudah

pengawasan, maka setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin

yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota, Gubernur, atau Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Terdakwa kasus pencemaran lingkungan hidup Nelson Siagian telah

membayar hukuman denda sebesar Rp 150 juta ke Kejaksaan Negeri Kabupaten

Bekasi, Jawa Barat.Nelson sebelumnya divonis satu tahun dan apabila denda

tidak dibayar maka hukumannya menjadi kurungan satu tahun. "Tapi baru

kemarin ini, kami terima (pembayaran denda) dari terdakwa," Kepala Seksi

Pidana Umum Kejaksaan Negeri Kabupaten Bekasi Muhammad Taufik Akbar

di Cikarang, Sabtu, 28 Agustus 2021.Kasus pencemaran ini awalnya ditangani

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kementerian Lingkungan Hidup.

Mereka mengungkap temuan pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun

(B3) yang tidak sesuai ketentuan.

Kementerian Lingkungan Hidup kemudian melakukan pratuntutan melalui

Kejaksaan Agung RI atas dugaan pelanggaran pasal 104 Undang-Undang

Lingkungan Hidup. "Karena lokasi perusahaan terdakwa ada di sini maka kasus

ini selanjutnya dilimpahkan ke kami untuk disidangkan," ujar Taufik.Ia

menjelaskan bahwa Nelson Siagian merupakan Direktur Utama PT Nirmala

Tipar Sesama (NTS), perusahaan layanan pengelolaan limbah di Jalan

Kalimalang Kampung Pasir Konci, Desa Pasir Sari, Kecamatan Cikarang

Selatan, Kabupaten Bekasi."Atas tindakan terdakwa, kami sudah mampu

11
mengembalikan pendapatan

12
ke kas negara," ujar Taufik.Nelson sebelumnya sempat ditahan pada

awal tahun lalu. Perusahaan yang dipimpinnya terbukti melanggar pemanfaatan

izin perusahaan.

Pelanggaran pertama yaitu melakukan kegiatan pemanfaatan limbah B3

tanpa izin, kemudian melakukan penyimpanan di area yang tidak memiliki izin,

dan pelanggaran ketiga melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan

tanpa izin.Taufik mengatakan, perusahaan Nelson melakunan tindak pidana

dengan membuang limbah BR sludge minyak, minyak kotor, bottom ash,

hingga minyak pelumas bekas yang terdampak pada kontaminasi tanah dari

logam berat seperti arsen, barium, chrom, hexavalen, tembaga, timbal, merkuri,

seng, serta nikel.

Nelson sempat mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat, namun ditolak karena dalil terdakwa tidak beralasan.Menurut Taufik,

kejahatan pencematan limbah B3 yang dilakukan terdakwa merupakan

kejahatan sangat serius sebab berpotensi membayakan lingkungan dan

masyarakat. "Kasus seperti ini menjadi atensi khusus kami, ini merupakan

kejahatan yang sangat serius karena merusak lingkungan dan kesehatan

masyarakat dalam jangka panjang," ujar dia.

Sementara itu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, klasifikasi limbah B3

adalah:

13
1. Mudah meledak

Bahan ini mudah meledak bahkan saat diletakkan pada suhu dan

tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg). Ia juga dapat

bereaksi dan menghasilkan gas dengan suhu serta tekanan tinggi yang

secara cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.

2. Mudah menyala (flammable)

Bahan ini berupa padatan atau cairan yang sangat mudah terbakar.

Limbah B3 tersebut dikategorikan lagi menjadi mudah menyala,

sangat mudah menyala (highly flammable), dan sangat mudah sekali

menyala (extremely flammable).

3. Beracun (toxic)

Bahan-bahan ini bisa menyebabkan kematian atau penyakit serius bila

masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, mulut, atau kulit.

Limbah B3 ini digolongkan lagi menjadi limbah beracun (moderately

toxic), sangat beracun (highly toxic), hingga amat sangat beracun

(extremely toxic).

4. Berbahaya

Bahan ini bisa berwujud padat, cair, atau gas yang jika terhirup

atau tertelan oleh makhluk hidup dapat membahayakan kesehatan

sampai tingkat tertentu.

5. Korosif

Di sini, limbah B3 adalah bahan yang menyebabkan kulit iritasi atau

14
terbakar, membuat besi berkarat, dan memiliki pH sama atau kurang

dari 2 untuk limbah B3 yang bersifat asam, dan sama atau lebih besar

dari 12,5 bagi limbah dengan basa

6. Menimbulkan iritasi (iritan)

Bahan ini berwujud padat maupun cair yang jika terjadi kontak

secara langsung dengan kulit atau selaput lendir dapat

menyebabkan peradangan.

7. Berbahaya bagi lingkungan

Bahan tersebut dapat merusak lingkungan, termasuk lapisan ozon.

8. Karsinogenik

Limbah ini dapat mengakibatkan kanker.

9. Teratogenik

Limbah ini berisiko memengaruhi pembentukan dan pertumbuhan

embrio.

10. Mutagenik

Limbah ini dapat mengakibatkan perubahan genetis pada manusia

15
B. METODE PENGOLAHAN LIMBAH B3

1. Pengelolaan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh setiap orang Yang

menghasilkan limbah B3

2. Setiap orang yang tidak mampu melakukan sendiri

pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pengolahan limbah

B3

Pengolahan limbah B3 maksud yaitu dengan cara

a. Termal

b. Stablisisasi dan solidifikasi dengan perkembangan ilmu

pengetahuan teknologi

Olahan limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan

teknologi dan standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan

hidup.Standar pelaksanaan pengolahan limbah B3 untuk pengalaman ketika

yang dilakukan meliputi baku mutu Emisi, standar efisiensi pembakaran dengan

nilai paling sedikit mencapai 99,99%, Dan standar efisiensi penghancuran dan

penghilangan senyawa PO HCS dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99%.

Standar efisiensi pengajuan dan penghilangan senyawa itu HJS bagaiman na

tidak berlaku untuk pengolahan limbah B3 berupa:

 Polychlorinared biphenyls dan yang berpotensi menghasilkan

polychlorinared dibenzofurans dan polychlorinared dibenzo-p-

dioxins

16
Dalam hal limbah B3 yang akan diolah berupa polychiorinated

biphcrnuls. Pengolahan harus memenuhi standar efisiensi penghancuran dan

menghilangkan senyawa dengan nilai paling sedikit mencapai 99,9999% dan

sama juga untuk untuk senyawa yang lainnya.Standar pelaksanaan pengolahan

limbah B3 untuk pengolahan limbah B3 yang dilakukan dengan cara stabilisasi

dan Zul Difraksi sebagaimana dimaksud dengan berdasarkan analisa organik

dan Anorganik analisa organik dan organik dilaksanakan sesuai dengan baku

mutu TCLP.

beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai

berikut:

1. Metode Pengolahan secara Kimia.

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel- partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-

logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan

bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya.

Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan

adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah

bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau

zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau

penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah

proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan

menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi

toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan

17
suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut

seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh

bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen,

kapur, dan bahan termoplastik.

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur

(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah

metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai

solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan

Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

2. Metode Pengolahan secara Fisik

Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan

penyisihan terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah

mengendap atau bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening

merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi

yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat

disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang

utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan

waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang

mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses

pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan

bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge

18
thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan

untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan

dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari

dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran

yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan

karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik misalnya fenol

dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk

menggunakan kembali air buangan tersebut.

Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk

unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk

menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat

mahal. Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang

tercampur dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali.

Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda

dengan senyawa lainnya.

19
3. .Metode Pengolahan secara Biologi

Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa

saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi

adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/

mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan

untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.

Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah

B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau

fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi

dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang

relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain

itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat

membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam

ekosistem.

20
C. TAHAP PERIZINAN PENGOLAHAN LIMBAH B3

Perizinan teknis pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pemanfaatan limbah B3

memuat :

a) Identitas pemegang persetujuan teknis pengelolaan limbah B3

b) Tanggal penerbit persetujuan teknis pengelolaan limbah B3

c) Kewajiban pemegang persetjuan teknis pengelolaan limbah B3

untuk kegiatan pemanfaatan limbah B3, setelah perizinan

berusaha terbit.

d) Persyaratan teknis pemanfaatan limbah B3 yang meliputi :

1. Nama kategori, dan pkarakteristik limbah B3 yang akan

dimanfaatkan

2. Jumlah, kapasitas, dan komposisi Limbah 83 yang akan

dimanfaatkan;

3. Desai dari rancang bangun fasilitas pemanfaatan Limbah B3

4. Tata cara pengemasan Limbah B3

5. Tata letak lokasi pemanfaatan Limbah B3

6. Ketentuan simbol Limbah B3

7. Tata letak saluran untuk pengelolan limbah cair yang dihasilkan

dari kegiatan pemanfaatan limbah B3

8. Hasil uji laboratorium untuk limbah B3 sebelum

dimanfaatkan,parameter kualitas lingkungan, dan standar

mutu produk; dan

21
9. Sistem tanggap darurat limbah B3 berupa dokumen

progrm kedaruratan pengelolaan limbah B3

Kewajiban pemegang persetujuan teknis pengelolaan limbah B3 untuk

kegiatan pemanfaatan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

meliputi :

a) melakukan identifikasi limbah B3 yang dikumpulkan

b) melaksanakan pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan standar

produk, standar lingkungan hidup, dan/atau baku mutu

lingkungan hidup.

c) Melaksanakan uji coba pemanfaatan limbah B3 bagi pemanfaatan limbah

B3

1. Sebagai subtitusi bahan baku yang tidak memiliki standar

nasional, dan/atau

2. Sebagai subtitusi sumber energi

d) Melakukan pencatatan nama dan jumlah limbah B3 yang

dimanfaatkan dari limbah B3 yang dihasilkan.

e) Memfungsikan tempat penyimpanan limbah B3 sebagai tempat

penyimpanan limbah B3

f) Menyimpan limbah B3 yang akan dimanfaatkan ke dalam tempat

penyimpanan limbah B3

g) Melakukan pengumpulan limbah B3 yang akan dimanfaatkan

h) Memanfaatkan limbah B3 sesuai dengan teknologi pemanfaatan

22
limbah B3 yang dimiliki.

i) Menyusun dan menyampaikan laporan pembangunan fasilitas

pemanfaatan limbah B3, bagi penghasil limbah B3 yang belum

memiliki fasilitas pemanfaatan limbah B3.

j) Menyusun dan menyampaikan laporan uji coba pemanfaatan

limbah B3, bagi pemanfatan limbah B3 sebagai subtitusi bahan

baku yang tidak memilki standar nasional indonesia dan/ atau

subtitusi sumber energi

k) Menyusun dan menyampaikan laporan pemanfaatan limbah B3

l) Melakukan uju terhadap produk hasil pemanfaatan limbah B3 secara

berkala paling sedikit 1 ( satu ) kali dalam 6 (enam) bulan.

m) Memiliki sistem tanggap darurat berupa dokumen program

kedaruratan pengelolaan limbah B3.

n) Memiliki tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi di

bidang pengelolaan limbah B3.

Pemanfaatan Limbah B3.Persyaratan izin pengelolaan limbah B3 untuk

kegiatan pemanfaatan Limbah B3 yaitu wajib memiliki izin lingkungan

danpersetujuan pelaksanaan uji coba pemanfaatan limbah B3.Persetujuan

diwajibkan untuk Pemanfaatan Limbah B3sebagai substitusi bahan baku yang

tidak memiliki Standar Nasional Indonesia dansebagai substitusi sumber energi.

Persetujuan diberikan oleh Menteri untuk melaksanakan uji coba peralatan,

metode, teknologi, dan/atau fasilitas Pemanfaatan Limbah B3.

23
Persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 harus

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.Permohonan secara

tertulis dilengkapi dengan persyaratan yang meliputi:

1. Identitas pemohon;

2. Akta pendirian badan hukum;

Bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan

Fungsi Lingkungan Hidup; dan Dokumen rencana uji coba peralatan, metode,

teknologi, dan/atau fasilitas Pemanfaatan Limbah B3.(lokasi uji coba;jadwal

pelaksanaan uji coba;keterangan mengenai peralatan, metode, teknologi,

dan/atau fasilitas Pemanfaatan Limbah B3;keterangan mengenai rencana

pelaksanaan uji coba; danprosedur penanganan pelaksanaan uji coba.

Menteri setelah menerima permohonan persetujuan pelaksanaan uji coba

Pemanfaatan Limbah B3 memberikan pernyataan tertulis mengenai

kelengkapan administrasi permohonan persetujuan paling lama 2 (dua) hari

kerja sejak permohonan diterima.Setelah permohonan dinyatakan lengkap,

Menteri melakukan verifikasi paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.

Apabila permohonan persetujuan memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan

persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh)

hari kerja sejak hasil verifikasi diketahui; atau apabila permohonan persetujuan

tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak permohonan persetujuan

pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 disertai dengan alasan penolakan.

Jangka waktu verifikasi tidak termasuk jangka waktu yang diperlukan

24
pemohon untuk memperbaiki dokumen.Persetujuan pelaksanaan uji coba

Pemanfaatan Limbah B3 berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan tidak dapat

diperpanjang.Setelah memperoleh persetujuan pelaksanaan uji coba

Pemanfaatan Limbah B3, hal-hal yang wajib dilaksanakan adalah :

1. Memulai pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan fasilitas

Pemanfaatan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari sejak persetujuan

pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 diterima;

2. Memenuhi standar pelaksanaan Pemanfaatan Limbah B3;

3. Menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan, jika uji coba menghasilkan air Limbah;

4. Menaati baku mutu emisi udara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan, jika uji coba menghasilkan emisi udara;

5. Menghentikan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 jika hasil uji

coba menyebabkan dilampauinya standar lingkungan hidup;

6. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan uji coba peralatan, metode,

teknologi, dan fasilitas Pemanfaatan Limbah B3 yang paling sedikit

memuat:

 Nama dan karakteristik Limbah B3 yang pemanfaatannya

diujicobakan;

 Tata cara pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi,

dan/atau fasilitas Pemanfaatan Limbah B3;

 Hasil pelaksanaan uji coba; dan Pemenuhan terhadap standar yang

ditetapkan dalam uji coba.

25
Mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan

Pemanfaatan Limbah B3 jika hasil uji coba memenuhi persyaratan Pemanfaatan

Limbah B3.

Laporan pelaksanaan ujicoba disampaikan kepada Menteri paling lama 7

(tujuh) hari sejak uji coba dilaksanakan.Menteri setelah menerima laporan

memberikan keputusan mengenai hasil pelaksanaan uji coba paling lama 7

(tujuh) hari kerja sejak laporan diterima.Pengajuan permohonan izin

Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 wajib

dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan mengenai hasil

pelaksanaan uji coba diterima.

Untuk memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan

Pemanfaatan Limbah B3 harus mengajukan permohonan izin Pengelolaan

Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 secara tertulis kepada

Menteri.Permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan

Limbah B3 dilengkapi dengan persyaratan yang meliputi:

 Salinan Izin Lingkungan;

 Salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3;

 Identitas pemohon;

 Akta pendirian badan hukum;

Dokumen pelaksanaan hasil uji coba Pemanfaatan Limbah B3 yang

memuat paling sedikit nama, sumber, karakteristik, komposisi, jumlah, dan

hasil uji coba Limbah B3 yang akan dimanfaatkan;

26
 Dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3;

 Dokumen mengenai pengemasan limbah B3 sesuai dengan ketentuan;

 Dokumen mengenai desain teknologi, metode, proses, dan kapasitas

Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan yang tercantum dalam

persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3;

Dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan

penolong berupa Limbah B3 untuk campuran Pemanfaatan Limbah B3;

 Prosedur Pemanfaatan Limbah B3;

 Bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan

Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup; dan Dokumen lain sesuai peraturan

perundang-undangan.

Permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan

Limbah B3 yang menghasilkan produk sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia dikecualikan dari persyaratan permohonan izin berupa salinan

persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3.Permohonan izin

Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 kategori 2 dari

sumber spesifik khusus dikecualikan dari persyaratan permohonan berupa izin

Dokumen mengenai pengemasan limbah B3.

Menteri setelah menerima permohonan izin Pengelolaan Limbah B3

untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 memberikan pernyataan tertulis

mengenai kelengkapan administrasi permohonan izin paling lama 2 (dua) hari

27
kerja sejak permohonan diterima.Setelah permohonan dinyatakan lengkap,

Menteri melakukan verifikasi paling lama 45 (empat puluh lima) hari

kerja.Apabila hasil verifikasi menunjukkanpermohonan izin memenuhi

persyaratan, Menteri menerbitkan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan

Pemanfaatan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi

diketahui; atau apabila permohonan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri

menolak permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan

Limbah B3 disertai dengan alasan penolakan.Penerbitan izin pemanfaatan LB3

diumumkan melalui media cetak dan/atau media elektronik paling lama 1 (satu)

hari kerja sejak izin diterbitkan.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam pengelohan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3

adalah hal yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang

sebelumnya perlu diketahui agar dalam penanggulangan limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya malah

menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

tersebut

2. Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri

atas 2 kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat

menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem

pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan system

pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek kronis

dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek

mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong

terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.

3. Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga

metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,

solidification/Stabilization, dan incineration.

29
B. Saran

1. Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3

adalah hal yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang

sebelumnya perlu diketahui agar dalam penanggulangan limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya malah

menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

tersebut

2. Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri

atas 2 kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat

menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem

pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan system

pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek

kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya

kanker), efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik

(pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.

3. Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode

yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,

solidification/Stabilization, dan incineration.

30
DAFTAR PUSTAKA

 Peraturan Menteri LHK No. 06 Tahun 2021


 http://jdih.menlhk.co.id/uploads/files/P_12_2020_PENYIMPANAN_

31

Anda mungkin juga menyukai