Anda di halaman 1dari 40

PEDOMAN

PENGOLAHAN LIMBAH

RUMAH SAKIT ELIM RANTEPAO


JLN. AHMAD YANI NO 68
TORAJA UTARA
2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................ 3
B. Tujuan........................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup Pelayanan ........................................................... 4
D. Batasan Operasional .................................................................... 5
E. Landasan Hukum ......................................................................... 5

BAB II STANDAR KETENAGAAN ......................................................... 6


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .............................................. 6
B. Distribusi Ketenagaan ................................................................. 6
C. Pengaturan Jaga ................................................................................ 6

BAB III STANDAR FASILITAS ................................................................. 8

BAB IV TATA LAKSANA ........................................................................... 12


A. Penanganan Limbah Domestik .................................................... 12
B. Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun .................. 14
C. Penanganan Limbah Benda Tajam/Pecahan Kaca ...................... 21
D. Penanganan Limbah Cair ............................................................ 21
E. Penanganan dan Pembuangan Darah ........................................... 31
F. Pelaporan Pajanan di Tempat Kerja ............................................. 31
G. Perijinan Fasilitas Pengolahan Limbah ....................................... 32
H. Pelaporan Limbah........................................................................ 33

BAB V LOGISTIK ....................................................................................... 35

BAB VI KESELAMATAN KERJA .............................................................. 36

BAB VII PENGENDALIAN MUTU .............................................................. 39

BAB VIII PENUTUP ....................................................................................... 40

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan lingkungan berperan penting dalam mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa upaya
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas yang sehat baik
fisik, kimia, biologi, maupun social yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini diperkuat melalui pengaturan
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan, yang menjadi acuan utama dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di berbagai kegiatan di seluruh wilayah
Indonesia.
Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari factor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun social.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan ini diselenggarakan melalui upaya
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian, yang dilakukan terhadap
lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat fasilitas
umum. Salah satu tempat dan fasilitas umum adalah rumah sakit.
Rumah Sakit dalam menjalankan fungsinya menggunakan berbagai
bahan dan fasilitas atau peralatan yang dapat mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Interaksi rumah sakit dengan manusia dan lingkungan hidup di rumah
sakit dapat menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang ditandai dengan
indikator menurunnya kualitas media kesehatan lingkungan di rumah sakit,
seperti media air, udara, pangan, sarana dan bangunan serta vektor dan binatang
pembawa penyakit. Akibatnya, kualitas lingkungan rumah sakit tidak memenuhi
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang telah
ditentukan.

3
Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
menghasilkan limbah/bahan buangan dari kegiatan pelayanan kesehatan yang
dilakukannya. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit memiliki kekhususan
tersendiri karena memerlukan penanganan khusus.
Limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan medis dapat
berupa limbah padat medis, cair dan gas, yang dalam penanganannya
memerlukan suatu tatalaksana dan teknologi pengelolaan yang khusus. Hal ini
dikarenakan limbah padat medis rumah sakit mengandung bahan-bahan yang
bersifat infeksius dan radioaktif, yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya
dan berbahaya bagi kesehatan manusia (tergolong limbah B3).
Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari pelayanan medis
(Rawat Inap, Rawat Jalan/Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat, Kamar
Jenazah dan Kamar Operasi), penunjang medis, dan dari perkantoran serta
fasilitas sosial dan lain-lain.
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2019 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan atas
dasar pemikiran dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusunan
suatu pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di
Rumah Sakit Elim Rantepao.
B. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengolahan limbah di RS Elim
Rantepao
C. Ruang Lingkup
1. Penanganan Limbah Domestik
2. Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Penanganan Limbah Benda Tajam/Pecahan Kaca
4. Penanganan Limbah Cair
5. Penanganan dan Pembuangan Darah
6. Pelapoan Pajanan di Tempat Kerja
7. Perijinan Fasilitas Pengolahan Limbah

4
8. Pelaporan Limbah
D. Batasan Operasional
1. Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan
2. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah sisa suatu usaha dan kegiatan
yang mengandung zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain.
4. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi
kesehatan
5. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
pasien
6. Limbah non infeksius adalah limbah yang tidak terkontaminasi darah dan
cairan tubuh pasien
7. Limbah Benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam atau
runcing yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti :Jarum suntik,
Bisturi (Pisau bedah), Blood Lancet, pecahan kaca, dan ampul obat.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
2. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No 7 Tahun 2019 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

5
BAB II

STANDAR KETENANGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia yang diperlukan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit terdiri atas tenaga kesehatan lingkungan atau tenaga lain
yang berkompeten dalam penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan.
Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C adalah seorang
tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan
lingkungan/sanitasi/teknik lingkungan/teknik penyehatan ,inimal berijazah diploma
(D3). Kompetensi tenaga dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di rumah
akit dapat diperoleh melalui pelatihan di bidang kesehatan lingkungan yang
pelaksana dan kurikulumnya terakreditasi sesuai ketentuan perundang-undangan.
B. Distribusi Ketenagaan dan Pengaturan Jaga

Kualifikasi Jumlah
No Nama Jabatan Waktu Kerja
Formal SDM

1 Kesehatan Lingkungan S1 Kesehatan Senin – Jumat : 07.30-14.00 1


Lingkungan Sabtu : 07.30 – 12.00

2 Petugas IPAL STM Mesin Shift pagi : 07.30-14.00 2


Shift sore : 14.00-21.00

3 Petugas Limbah B3 STM Mesin Senin – Jumat : 07.30-14.00 2


Sabtu : 07.30 – 12.00

6
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Penyediaan Fasilitas Penanganan Limbah Padat Domestik


Fasilitas penanganan meliputi tong sampah, trolley penangkutan, dan TPS Khusus
Limbah Padat Domestik
1. Penyediaan Tong Sampah domestic harus memenuhi :
 Tong sampah terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan,
dilengkapi penutup yang rapat.
 Jumlah dan volume setiap tong sampah dan kereta angkut yang disediakan
harus memadai dan sesuai dengan mempertimbangkan volume produksi
limbah yang dihasilkan di ruangan/area sumber limbah.
 System buka tutup penutup tong sampah menggunakan pedal kaki
2. Penyediaan TPS limbah padat domestic memenuhi :
 Lokasi TPS limbah padat domestic ditempat di area service dan jauh dari
kegiatan pelayanan peraatan inap, rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat,
Kamar Operasi, dapur gizi, kantin, laundry dan ruangan penting lainnya.
 TPS didesain dengan bentuk bangunan dengan ruang tertutup dan semi
terbuka, dengan dilengkapi penutup atap yang kedap air hujan, ventilasi dan
sirkulasi yang cukup serta penerangan yang memadai serta dapat ditempati
container sampah
 TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari bahan yang kuat, kedap air,
dan mudah dibersihkan
 TPS dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam
 TPS dilengkapi dengan papan nama TPS Limbah Padat Domestik
 Keran air dengan tekanan cukup untuk pembersihan area TPS
 Westafel dengan air mengalir yang dilengkapi dengan sabun tangan
dan/atau handrub serta bahan pengering tangan/tissue
 Tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan

7
 Lantai dilengkapi tanggul agar air bekas pembersihan atau air lindi tidak
keluar area TPS dan dilengkapi lobang saluran menuju bak control atau
Unit Pengolahan Air Limbah
B. Penyediaan Fasilitas Penanganan Limbah B3
Fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit meliputi wadah penampungan
limbah B3 di ruangan sumber, alat pengangkut limbah B3, TPS Limbah B3, dan
mesin pengolah limbah B3.
1. Penyediaan Tong Sampah B3 harus memenuhi :
 Tong sampah terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan,
dilengkapi penutup yang rapat.
 Jumlah dan volume setiap tong sampah dan kereta angkut yang disediakan
harus memadai dan sesuai dengan mempertimbangkan volume produksi
limbah yang dihasilkan di ruangan/area sumber limbah.
 System buka tutup penutup tong sampah menggunakan pedal kaki
2. Alat pengangkut (troli) limbah B3, harus memenuhi ketentuan teknis sebagai
berikut
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, anti karat dan
dilengkapi penutup dan berdoa
b. Disimpan di TPS limbah B3, dan dapat dipakai ketika digunakan untuk
mengambil dan mengangkut limbah B3 di ruangan sumber
c. Dilengkapi tulisan limbah B3 dan symbol B3 dengan ukuran dan bentuk
sesuai standar, di dinding depan kereta angkut
d. Dilakukan pembersihan kereta angkut secara periodic dan
berkesinambungan
3. TPS Limbah B3 harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Lokasi di daerah servi, lingkungan bebas banjir, dan tidak berdekatan
dengan kegiatan pelayanan dan pemukiman penduduk di sekitar rumah
sakit.

8
b. Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu, ventilasi yang
cukup, system penghawaan, system saluran menuju bak control dan IPAL
dan jalan akses kendaraan angkut limbah B3
c. Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang penyimpanan
limbah B3 infeksi, ruang limbah non infeksi fase cair dan limbah B3 non
infeksi fase padat
d. Penempatan limbah B3 di TPS dikelompokkan menurut
sifat/karakteristiknya
e. Untuk limbah B3 cair seperti olie bekas ditempatkan dalam drum antibocor
dan pada bagian alasnya diberi anti rembes dengan dilengkapi saluran dan
tanggul untuk menampung tumpahan akibat kebocoran limbah B3 cair
f. Limbah padat dapat ditempatkan dalam wadah atau drum yang kuat, kedap
air, anti korosif, mudah dibersihkan dan bagian alasnya ditempatkan
dudukan kayu atau plastic
g. Setiap jenis limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang berbeda dan pada
wadah tersebut ditempel label, symbol limbah B3 sesuai sifatnya, serta
panah tanda arah penutup, dengan ukuran dan bentuk sesuai standar, dan
pada ruang/area tempat wadah diletakkan ditempel papan nama jenis limbah
B3
h. Setiap wadah limbah B3 dilengkaoi symbol sesuai dengan sifatnya
i. Bangunan dilengkapi fasilitas keselamatan, fasilitas penerangan, dan
sirkulasi udara yang cukup
j. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan memsang pagar
dan gembok pengunci pintu TPS dengan penerangan luar yang cukup serta
ditempeli nomor telephone darurat seperti kantor satpam
k. TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3, tanda larangan
masuk bagi yang tidak berkepentingan, symbol B3 sesuai dengan jenis
limbah B3, dan titik koordinat lokasi TPS
l. TPS dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO Penanganan Limbah B3,
SPO kondisi darurat, buku pencatatan (logbook) limbah B3

9
m. TPS dilakukan pembersihan secara periodic dan limbah hasil pembersihan
disalurkan ke jaringan pipa pengumpul air limbah dan atau unit pengolah
limbah (IPAL)
C. Perlengkapan Keselamatan dan Keamanan Kerja

NO JENIS KELENGKAPAN JUMLAH/KETERANGAN

1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 1


2 Handrub 2

3 Handwash 2

4 Westafel dengan sabun cair 1


5 Masker Ada sesuai kebutuhan

6 Sarung tangan Ada sesuai kebutuhan

7 Sepatu safety 3

8 Sepatu boot 4

9 Cover all Ada sesuai kebutuhan

10 Helm Ada sesuai kebutuhan

12 Ear muff 3

10
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Penanganan Limbah Domestik


Pengamanan limbah padat domestic adalah upaya penanganan limbah padat
domestic di rumah sakit yang memenuhi standar untuk mengurangi risiko gangguna
kesehatan, kenyamanan, dan keindahan yang ditimbulkan. Untuk menjamin
pengelolaan limbah padat domestic dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Tahap Pemilahan
 Pemilahan dilaksanakan dengan memisahkan jenis limbah yang bernilai
ekonomis yang dapat digunakan atau diolah kembali, seperti
wadah/kemasan bekas berbahan kardus, kardus, kertas, plastic dan
lainnya dan dipastikan tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun.
 Pemilahan dilakukan dari awal dengan menyediakan tong sampah yang
dilapisi oleh plastic warna hitam
 Dilakukan pencatatan untuk jenis sampah yang akan didaur ulang
2. Tahap pewadahan
 Menyediakan tong sampah dengan jumlah dan volume yang memadai
pada setiap ruangan yang terdapat aktivitas pasien, pengunjung dan
karyawan
 Harus dilapisi kantong plastic hitam
 Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 1 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vector penyakit dan binatang pembawa
penyakit.
 Penempatan tong sampah harus di lokasi yang aman dan strategis di
ruangan indoor, semi indoor dan lingkungan outdoor, dengan jumlah dan

11
jarak yang memadai. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar
atau sesuai dengan kebutuhan.
 Tong sampah dilakukan program pembersihna menggunakan air dan
desinfektan.
 Tong sampah yang sudah rusak dan tidak berfungsi, harus diganti dengan
tong sampah yang memenuhi persyaratan.
3. Tahap Pengangkutan
 Limbah padat domestic di ruangan sumber dilakukan pengangkutan ke
Tempat Penyimpanan Sementara secara periodic menggunakan troli
khusus dan kondisi limbah rumah tangga masih terbungkus plastic hitam.
 Pengangkutan dilakukan pada jam tidak sibuk pagi dan sore dan tidak
melalui jalur/koridor yang padat pasien, pengunjung rumah sakit.
 Troli pengangkut limbah harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air
dan tidak berkarat permukaannya mudah dibersihkan, serta dilengkapi
penutup sertaa ditempel tulisan “troli pengangkut limbah rumah
tangga/domestic”
 Penentuan jalur pengangkutan limbah domestic ke Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) Limbah tidak melalui ruangan pelayanan atau ruang
kerja yang padat pasien, pengunjung, dan karyawan rumah sakit.
 Apabila pengangkutan limbah domestic ke TPS melalui jalan terbuka,
maka pada saat terjadi hujan tidak dipaksakan dilakukan pengangkutan
ke TPS.
4. Tahap Penyimpanan di TPS
 Waktu tinggal limbah domestic dalam TPS tidak boleh lebih dari 2 x 24
jam
 Limbah padat domestic yang telah ditempatkan di TPS dipastikan tetap
terbungkus kantong plastic warna hitam dan dilarang dilakukan
pembongkaran isinya.

12
 Penanganan akhir limbah domestic dapat dilakukan dengan
pengangkutan keluar menggunakan truk Dinas Kebersihan Kabupaten
Toraja Utara.
B. Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan gangguan
perlindungan kesehatan dana tau risiko pencemaran terhadap lingkungan hidup.
Mengingat besarnya dampak negative limbah B3 yang ditimbulkan, maka
penanganan limbah B3 harus dilaksanakan secara tepat, mulai dari tahap
pewadahan, tahap pengangkutan, tahap penyimpanan sementara sampai tahap
pengolahan.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan di rumah sakit meliputi limbah medis,
baterai bekas, obat dan bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas,
lampu bekas, baterai, cairan fixer dan developer, wadah cat bekas, wadah bekas
bahan kimia, catridge printer bekas, film robtgen bekas, motherboard computer
bekas, dan lainnya.
Penanganan limbah B3 rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Prinsip pengelolaan limbah B3 rumah sakit
dilakukan upaya sebagai berikut :
1. Identifikasi jenis limbah dilakukan dengan cara :
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam
berat, limbah kimi dan limbah radioaktif.
2. Pengurangan limbah B3 dilakukan dengan cara :
a. Menghindari penggunaan material yang mengandung Bahan Berbahaya dan
Beracun apabila terdapat pilihan yang lain
b. Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.dam atau pencemaran terhadap
lingkungan

13
c. Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan
farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan dan kadaluwarsa,
contohnya menerapkan prinsip first in first out (FIFO) atau first expired first
out (FEFO)
d. Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai
jadwal
3. Pemilahan dan Pewadahan Limbah
Pemilahan dan Pewadahan limbah B3 di RS Elim Rantepao dilakukan sebagai
berikut :
 Limbah Infeksius dimasukkan ke dalam tempat sampah dengan Label
Infeksius dan dilapisi dengan kantong plastic warna kuning.
Contoh limbah infeksius : sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan,
organ, bagian tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah), diapers dianggap
limbah infeksius bila bekas pakai asien infeksi saluran cerna, menstruasi
dan pasien infeksi yang ditransmisia lewat darah atau cairan tubuh lainnya.
 Limbah Benda Tajam dimasukkan ke dalam safety box
Contoh : jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam
 Limbah Benda Kaca seperti flacon dimasukkan kedalam tempat sampah
dengan label benda kaca dan dilapisi dengan kantong plastic warna kuning
 Limbah Daur Ulang seperti botol infus dan botol aquades dimasukkan ke
dalam tempat sampah khusus daur ulang
 Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
4. Pengangkutan di ruangan sumber:
a. Khusus untuk limbah B3 tumpahan di lantai atau permukaan lain di ruangan
seperti tumpahan darah dan cairan tubuh, tumpahan cairan bahan kimia
berbahaya, tumpahan merkuri dari alat kesehatan harus dibersihkan
menggunakan perangkat alat pembersih (spill kit). Hasil pembersihan limbah
B3 tersebut ditempatkan pada wadah khusus dan penanganan selanjutnya

14
diberlakukan sebagai limbah B3, serta dilakukan pencatatan dan pelaporan
kepada unit kerja terkait di rumah sakit.
b. Perangkat alat pembersih (spill kit) atau alat metode pembersih lain untuk
limbah B3 harus selalu disiapkan di ruangan sumber dan dilengkapi dengan
cara penggunaan.
c. Pewadahan limbah B3 di ruangan sumber sebelum dibawa ke TPS Limbah
B3 harus ditempatkan pada tempat/wadah khusus yang kuat dan anti karat
dan kedap air, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, dilengkapi
penutup, dilengkapi dengan symbol B3, dan diletakkan pada tempat yang
jauh dari jangkauan orang umum.
d. Limbah B3 di ruangan sumber yang diserahkan atau diambil petugas limbah
B3 rumah sakit untuk dibawah ke TPS limbah B3 harus dicatat di loog book,
yang minimal berisi hari dan tanggal penyerahan, asal limbah (lokasi
sumber), jenis limbah B3, bentuk limbah B3, dan volume limbah B3.
e. Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS limbah B3 harus
menggunakan kereta angkut khusus berbahan kedap air, mudah dibersihkan,
dilengkapi penutup, tahan karat dan bocor. Pengangkutan limbah B3
menggunakan jalur khusus yang jauh dari kepadatan orang di ruangan rumah
sakit.
f. Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS dilakukan oleh
petugas yang sudah mendapatkan pelatihan penanganan limbah B3 dan
petugas harus menggunakan pakaian dan alat pelindung diri yang memadai.
5. Penyimpanan Limbah B3
a. Penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO
b. Penyimpanan sementara limbah B3 di rumah sakit harus ditempatkan di TPS
Limbah B3 sebelum dilakukan pemusnahan
c. Penyimpanan limbah B3 dipisahkan berdasarkan jenis, kelompok, atau
karakteristik limbah B3.
d. Pewadahan di TPS Limbah B3 berdasarkan kelompok limbah B3 dan diberi
alas palet.

15
e. Pemberian symbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah
Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3. Simbol pada kemasan dan/atau
wadah Limbah B3 tersebut adalah :
 Infeksius, untuk limbah infeksius
 Toksik/flammable/campuran sesuai dengan bahayanya untuk limbah
bahan kimia
f. Lamanya penyimpanan limbah B3 untuk jenis limbah dengan karakteristik
infeksius, benda tajam, dan patologis di rumah sakit sebelum dilakukan
pengangkutan limbah B3, pengolahan limbah B3 harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
 Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam harus
disimpan pada TPS dengan suhu lebih kecil atau sama dengan 0°C
(nol derajat Celsius) dalam waktu sampai dengan 90 (Sembilan
puluh) hari.
 Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam dapat
disimpan pada TPS dengan suhu 3 sampai dengan 8°C (delapan
derajat Celsius) dalam waktu sampai dengan 7 (tujuh) hari.
Sedang untuk limbah B3 bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, atau sisa
kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang memiliki
kandungan logam berat tinggi, dan tabung gas atau container berktekanan,
dapat disimpan di tempat penyimpanan Limbah B3 dengan ketentuan paling
lama sebagai berikut :

 90 (Sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar


50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih
 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari sejak limbah
dihasilkan.
6. Pengangkut Limbah Keluar Rumah Sakit

16
a. Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila tahap
pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pihak pengolah atau penimbun
limbah B3 dengan pengangkutan menggunakan jasa pengangkutan limbah
B3 (transporter limbah B3)
b. Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO
c. Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian kerjasama
decara tree parted yang ditandatangani oleh pimpinan dari pihak rumah
sakit, pihak pengangkut limbah B3, dan pengolah atau penimbun limbah B3.
d. Rumah sakit harus memastikan bahwa :
 Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3 memiliki
perizinan yang lengkap sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Izin yang dimiliki oleh pengolah maupun pengangkut
harus sesuai dengan jenis limbah yang dapat diolah/diangkut
 Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengankkut limbah B3
yang digunakan oleh pihak pengangkut limbah B3 harus seusi
dengan yang tercantum dalam perizinan pengangkutan limbah B3
yang dimiliki
 Setiap pengiriman limbah B3 dari rumah sakit ke pihak pengolah
atau penimbun, harus disertakan manifest limbah B3 yang
ditandatangani dan stempel oleh pihak rumah sakit, pihak
pengangkut dan pihak pengolah/penimbun limbah B3 dan diarsip
oleh pihak rumah sakit.
 Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh pihak
pengangkut limbah B3
 Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai, dilengkapi
symbol limbah B3 dan nama pihak pengangkut limbah B3
7. Pengolahan Limbah B3
Tata laksana pengolahan limbah B3 pelayanan medis dan penunjang medis
berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut :
a. Limbah infeksius dan benda tajam

17
Limbah infeksius dan benda tajam harus diolah melalui incinerator dan
residu abu yang dihasilkan diperlakukan sebagai limbah B3. Untuk RS yang
tidak memiliki alat pemusnah limbah harus bekerja sama dengan pihak
ketiga yang memiliki izin pengolahan dari Kementrian Lingkungan Hidup.
b. Limbah Farmasi
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan
kembali, dapat dimusnnahkan menggunakan incinerator atau diolah ke
perusahaan pengolahan limbah B3.
c. Limbah Bahan Kimiawi
Pengolahan limbah kimia biasa dalam jumlah kecil maupun besar harus
diolah ke perusahaan pengolahan limbah B3 apabila rumah sakit tidak
memiliki kemampuan dalam mengolah limbah kimia ini. Limbah kimia
dalam bentuk cair harus ditampung dalam container yang kuat, terbuat dari
bahan yang mampu memproteksi efek dari karakteristik atau sifat limbah
bahan kimia tersebut.
Limbah kimia yang kimposisinya berbeda harus dipisahkan untuk
menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.
Limbah kimia dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun di atas tanah karena
dapat mencemari air tanah.
Limbah kimia desinfektan dalam jumlah besar ditempatkan dalam container
yang kuat karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.
d. Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi
Limbah dengan kandungan merkuri atau cadmium harus diserahkan ke
perusahaan pengolahan limbah B3. Sebelum dibuang, maka limbah disimpan
sementara di TPS Limbah B3 dan diawasi secara ketat.
e. Kontainer Bertekanan
Cara terbaik untuk menangani limbah container bertekanan adalah
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Limbah jenis ini
jarang dilakukan pengolahan dengan mesin insinerasi karena dapat meledak.

18
Untuk container yang sudah rusak dan tidak dapat diisi ulang harus diolah ke
perusahaan pengolah limbah B3. Kaleng aerosol keci harus dikumpulkan dan
diperlakukan cara pengolahannya sebagai limbah B3. Kaleng aerosol dalam
jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke penjual/distributornya.
f. Limbah radioaktif
 Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuak
untuk keperluan diagnose, terapi atau penelitian harus menyediakan
tenaga khusus yang terlatih khusus bidang radiasi
 Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif
yang aman dan melakukan pencatatan
 Petugas proteksi radiasi secara rutin mengukur dan melakukan
pencatatan dosis radiasi limbah radioaktif. Setelah memenuhi batas aman
(waktu paruh minimal), diperlakukan sebagai limbah medis.
Rumah sakit yang tidak memiliki alat pengolah limbah B3 wajib bekerja sama
dengan pihak yang dilakukan secara terintegrasi dengan pengangkut yang
dituangkan dalam satu kesepakatan antara rumah sakit, pengolah, dan
pengangkut. Nota kesepakatan memuat tentang hal-hal yang wajib dilaksanakan
dan sangsi bila kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan sekurang-kurangnya
memuat tentang :
 Frekuensi pengangkutan
 Lokasi pengambilan limbah padat
 Jenis limbah yang diserahkan kepada pihak pengolah, sehingga perlu
dipastikan jenis limbah yang dapat diolah oleh pengolah sesuai izin yang
dimiliki.
 Pihak pengolah dan pengangkut mencantumkan nomor dan waktu
kadaluarsa izinnya

19
 Pihak pengangkut mencantumkan nomor izin, nomor polisi kendaraan
yang akan digunakan oleh pengangkut, dapat dicantumkan lebih dari 1
(satu) kendaraan
 Besaran biaya yang dibebankan kepada rumah sakit
 Sangsi bila salah satu pihak tidak memenuhi kesepakatan
 Langkah-langkah pengecualian bila terjadi kondisi tidak biasa
 Sebelum melakukan kesepakatan rumah sakit harus memastikan bahwa
pihak pengangkut dan pengolah memiliki perizinan yang lengkap sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin yang dimiliki oleh
pengolah maupun pengangkut harus sesuai dengan jenis limbah yang
dapat diolah/diangkut.
 Sebelum melakukan kesepakatan rumah sakit harus memastikan bahwa
jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut limbah B3 yang
digunakan pihak pengangkut limbah B3 harus sesuai dengan yang
tercantum dalam perizinan pengangkutan limbah B3 yang dimiliki.
C. Penanganan Limbah Benda Tajam/Pecahan Kaca
1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
2. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
3. Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk dan tahan
air dan tidak bisa dibuka lagi
4. Selalu buang sendiri oleh sipemakai
5. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping)
6. Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan
7. Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah tangga.
8. Wadah penampung limbah benda tajam :
 Tahan boocor dan tahan tusukan
 Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
 Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
 Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan

20
 Ditutup dan diganti setelah 2/3 terisi dengan limbah
 Ditangani bersama limbah medis
D. Pengolahan Limbah Cair
Pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan penanganan limbah cair yang terdiri
dari penyaluran dan pengolahan dan pemeriksaan limbah cair untuk mengurangi
risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang ditimbulkan limbah cair.
Limbah cair yang dihasilkan kegiatan rumah sakit memiliki beban cemaran yang
dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan hidup dan menyebabkan
gangguan kesehatan manusia. Untuk itu, air limbah perluh dilakukan pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan, agar kualitasnya memenuhi baku mutu air limbah
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Limbah
cair rumah sakit juga berpotensi untuk dilakukan daur ulang untuk tujuan
penghematan penggunaan air di rumah sakit. Untuk itu ketentuan penyelenggaraan
pengelolaan limbah cair harus memenuhi ketentuan di bawah ini :
1. Rumah sakit memiliki unit pengelolahan Limbah Cair (IPAL) dengan teknologi
yang tepat dan desain kapasitas olah limbah cair yang sesuai dengan volume
limbah cair yang dihasilkan
2. Unit Pengolahan Limbah Cair harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang
sesuai kebutuhan
3. Memenuhi frekuensi dalam pengambilan sampel limbah cair, yakni 1 kali
perbulan
4. Memenuhi baku mutu effluent limbah cair sesuai peraturan perundang-undangan
5. Memenuhi ketentuan pelaporan hasil uji laboratorium limbah cair kepada
instansi pemerintah sesuai ketentuan minimum setiap 1 (Satu) kali per 3 (tiga)
bulan
6. Saluran Air Limbah
Seluruh air limbah dari ruangan penghasil air limbah dialirkan menuju Instalasi
Pengolahan Air Limbah. Saluran pembuangan air limbah harus menggunakan
system saluran yang tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan

21
lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan. Pengaliran air limbah dilakukan
dengan cara gravitasi dan dengan cara pemompahan.
7. Proses pengolahan air limbah system lumpur aktif standar : air limbah yang
berasal dari sumber ditampung dalam bak penampung air limbah. Bak
penampung ini berfungsi sebagai pengatur debit air limbah. Kemudian air
dialirkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan
udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organic yang
ada dalam air limbah. Energy yang didapatkan dari hasil penguraian zatorganik
tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan
demikian di dalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomassa
dalam jumlah yang besar. Biomassa atau mikroorganisme inilah yang
menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air limbah. Dari dalam bak
aerasi, air dialirkan ke bak pengendap. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan dari bak pengendap ini akan
dialirkan ke bak penyaringan. Kemudian dialirkan ke bak indicator dimana di
kolam indicator terisi ikan. Dari kolam indicator air dialirkan menuju bak
chlorinasi dan akhirnya dibuang ke badan air.
8. Pemeliharaan:
a. Pompa

1) Pengangkatan dan pembersihan serat sampah pada impellernya untuk


mencegah motor terbakar
2) Pengecekan instalasi kabel listrik untuk memastikan tidak bocor/korslet
3) Pemeriksaan instalasi pipa untuk memastikan tidak bocor
b. Mesin Blower
1) Pembersihan fisik mesin
2) Pengisian olie secara berkala
3) Pengecekan instalasi kabel listrik untuk memastikan tidak bocor/korslet
4) Pengecekan fleksibel joint untuk memastikan tidak aus/bocor

22
5) Pengecekan keausan vanbelt/karet motor tidak haus
6) Pengecekan bunyi blower untuk mengetahui kemungkinan kelaianan
akibat kerusakan
c. Difuser

1) Pengamatan perbedaan bubble/gelembung udara, yang menggambarkan


kondisi diffuser yakni membrane pecah atau tersumbat
2) Pengecekan kepastian instalasi pipa udara dari blower menuju diffuser
pastikan tidak bocor
d. Panel Listrik
1) Pembersihan fisik bagian luar dan dalam
2) Pengecekan instalasi kabel listrik untuk memastikan tidak bocor/korslet
3) Pengamatan lampu indicator apakah masih berfungsi
4) Pengecekan untuk memastikan MCB masih layak pakai
e. Kualitas dan Debit
1) Lakukan swapantau parameter minimal Ph, suhu dan debit
2) Uji kualitas 1 kali/bulan (influen dan effluent)
3) Pengamatan pertumbuhan bakteri di bak aerasi (lihat warna air, biofloc
(gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan
mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air), dan biofilm pada
dinding bak)
4) Pengecekan proses return sludge/lumpur balik tetap berjalan
f. Kinerja IPAL
1) Hasil analisis laboratorium limbah cair influent dan efluen
2) Perhitungan debit air limbah
g. Bak equalisasi
Pemeliharaannya dilakukan dengan mengeluarkan sampah-sampah.
h. Bak pengendapan

23
Pemeliharaan bak pengendapan adalah dengan membersihkan dan
mengangkat lumpur ke permukaan dan membersihkan kotoran/lumut yang
menempel pada dinding. Pembersihan dilakukan setiap 1 bulan.
i. Bak indicator
Bak dibersihkan setiap 1 minggu sekali dengan cara membersihkan
kotoran/lumut yang menempel pada dinding
j. Bak filtrasi
Bak dibersihkan setiap 1 minggu sekali dan penggantian media filtrasi
minimal 3 bulan sekali.
k. Bak pengering lumpur
Lumpur dikeringkan dan diangkat setiap 3 bulan sekali sesuai keadaan
9. Pemantauan
a. Pemantauan rutin
1) Pemantauan bak control yang dilakukan setiap hari
2) Pemantauan efektivitasi pengolahan limbah setiap hari dengan mengamati
proses yang berjalan dan mengawasi jika terjadi kerusakan alat
3) Pemeriksaan debit air limbah, PH, dan parameter fisik air limbah
b. Pemantauan berkala
Pemantauan yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel outlet air
limbah setiap bulan dan diperiksakan di laboratorium PT. Sucofindo.

PERMASALAHAN IPAL DAN PENANGGULANGANNYA

MASALAH KEMUNGKINAN PEMECAHAN


PENYEBAB MASALAH
Terjadi buih putih kaku Umur lumpur (SRT) yang Mengatur beban organic
dan mengambang di masih muda di dalam bak sesuai dengan disain
permukaan bak aerasi aerasi dengan beban kapasitasnya (F/M),
organic yang tinggi (MLSS mengurangi jumlah limbah
rendah). Masalah ini yang masuk sampai
biasanya terjadi selama mencapai target F/M yang
proses start up dan sifatnya sesuai.
temporer
Terjadi pelepasan padatan Memperbesar laju sirkulasi

24
yang berlebih dari bak lumpur yang masuk ke bak
pengendapan akhir aerasi untuk eminimalkan
sehingga jumlah sirkulasi padatan (solids) yang keluar
lumpur yang masuk bak (carryover)
aerasi berkurang
Konsentrasi DO yang Menjaga konsentrasi
terlalu rendah atau terlalu oksigen terlarut (DO) pada
tinggi di dalam bak aerasi. level antara 2,0 mg/l dan
3,0 mg/l. selain itu
dilakukan pengadukan yang
merata di dalam bak aerasi
agar tidak terjadi ruangan
mati (dead space).
Adanya senyawa toxic Membuang lumpur yang
(racun) , misalnya logam toxic keluar system.
baktericida, pH yang terlalu Melakukan seeding kembali
tinggi/rendah. dengan menggunakan
Kemungkinan juga lumpur aktif dari IPAL lain
disebabkan karena yang beroperasi dengan
kecepatan pengambilan baik.
oksigen uang sangat rendah
kurang dari 5 mg/g-jam.
Timbul buih warna coklat Beban organic (F/M) terlalu Meningkatkan laju
gelap mengkilat di rendah akibat pembuangan pembuangan lumpur
permukaan bak aerasi. lumpur kurang. dengan jumlah tidak lebih
dari 10 % per hari sampai
terlihat buih hilang.
Terjadi ketidakseimbangan Menyeimbangkan
laju sirkulasi lumpur yang resirkulasi lumpur aktif ke
masuk ke bak aerasi. bak aerasi.
Terjadi buih atau scum Beban organic (F/M) di bak Meningkatkan laju
tebal berwarna coklat aerasi terlalu kecil akibat pembuangan lumpur
gelap di permukaan bak pembuangan lumpur yang dengan jumlah tidak lebih
aerasi. tidak sesuai. dari 10% perhari sampai
terlihat buih hilang
Masuknya scum atau lemak Cek system pemisahan
ke bak aerasi scum atau lemak pada
proses pengolahan primer
atau pengolahan awal dan
lakukan proses operasi
sesuai
Buih berwarna gelap dan Terjadi pertumbuhan Control influen dan recycle
berminyak masuk ke bak bakteria filament minyak atau lemak.
pengendap akhir atau (filamentous bacteria) Menurunkan MCRT untuk

25
clarifier misalnya nocardia. menghilangkan bakteria
dari system. Jika
memungkinkan mengambil
buih atau scum dari bak
aerasi atau bak pengendap
akhir secara fisik.
Buih ringan yang fresh Pada dasarnya tidak
dengan jumlah yang tidak menjadi masalah.
terlalu banyak. Umumnya menunjukkan
proses yang berjalan baik.
Terjadi lumpur keruh naik Adanya senyawa racun Mengurangi jumlah limbah
dan mengambang di menyebabkan pertumbuhanyang masuk. Memperbesar
permukaan di seluruh mikroba terdispersi. Beban suplai udara di dalam bak
permukaan bak pengendap organic terlalu besar dan aerasi. Mengurangi rasio
atau clarifier. Pengendapan suplai oksigen atau udara
sirkulasi lumpur. Untuk
lumpur (MLSS) lambat. kurang. membantu pengendapan
Tidak terdapat adanya lumpur di dalam bak
mikroorganisme filament pengendapan akhir dapat
atau kalau ada jumlahnya menggunakan polimer.
sangat sedikit. Proses khlorinasi tidak
efektif untuk mengatasi
bulking akibat pertumbuhan
terdispersi.
Sama dengan atas tetapi Konsentrasi DO yang  Jika konsentrasi DO di
terdapat mikroorganisme sangat rendah di dalam bak dalam bak aerasi terlalu
filament dalam jumlah aerasi menyebabkan rendah dan merata maka
yang banyak. filamentous bulking. suplai udara harus
ditingkatkan. Jika
konsentrasi DO rendah
hanya pada bagian-
bagian tertentu di dalam
bak aerasi maka cek
distribusi udara agar
merata. Cek diffuser
terjadi kebuntuhan atau
tidak.
 Menurunkan beban
organic (F/M), jika
memungkinkan
melakukan khlorinasi
terhadap lumpur balik
dengan konsentrasi 1-10
g khlor/hari per 1000 g
MLSS dimulai dengan

26
konsentrasi rendah.
Lakukan monitoring
kekeruhan dan analisa
kemampuan
pengendapan lumpur.
 Menambahkan polimer
/koagulan untuk
mengatasi masalah
pengendapan lumpur
Pembusukan influen  Periksa saluran system
limbah, konsentrasi sulfide aerasi bekerja dengan
cukup besar baik
 Periksa aerasi di dalam
grid chamber berjalan
dengan baik
Turunnya Ph di dalam Kurangnya penambahan zat Cek alkalinitas influen air
system lumpur aktif dan alkali untuk mengganti limbah. Jika terlalu rendah
proses nitrifikasi tidak alkalinitas yang dibutuhkan tambahkan senyawa alkali
berjalan dengan baik. untuk proses nitrifikasi (kapur) ke dalam influen.
Kecepatan pengendapan Bulking yang disebabkan Cek DO dan PH
MLSS rendah oleh organisme filament
Pin floc di dalam bak Umur lumpur yang terlalu Membuang lumpur dari bak
pengendapan akhir lama pengendap ke bak
pengering lumpur
Banyak busa  Aerasi berlebihan  Kurang waktu aerasi
 Sedikit lumpur  Biasanya terjadi pada
 Banyak kandungan waktu permulaan
detergent operasi
 Kurangi sebelum masuk
ke IPAL
IPAL tidak bekerja secara  Kesalahan pengesetan  Periksa system
otomatis waktu kelistrikan
 Saklar beban turun  Tekan tombol reset
Lumpur terkumpul di  Pompa lumpur tidak  Cek pompa dari
permukaan cukup untuk membuang kemungkinan tersumbat
lumpur  Periksa dan bersihkan
 Jumlah lemak yang penangkap lemak jika
terlalu banyak diperlukan
Banyak lumpur melewati  Pompa lumpur tidak  Cek volume lumpur dan
saluran pembuangan dapat membuang saluran udara dan
lumpur sehingga lumpur tabung pompa dari
terllau banyak di bak tersumbat
 Beban air limbah  Cek aliran limbah dan

27
melebihi kapasitas volume
IPAL  Analisa limbah terhadap
BOD dan lumpur
Penurunan kandungan Jumlah lumpur aktif terlalu Cek konsentrasi dan warna
COD dan BOD terlalu sedikit lumpur aktif. Meningkatkan
kecil MLSS dengan menambah
makanan glukosa,
molase/tetes tebu,
menaikkan return sludge ke
bak aerasi
Aerasi dan kebutuhan Naikkan tingkat/durasi
oksigen tidak cukup suplai oksigen
Limbah yang masuk tidak Periksa sumber limbah,
dapat didegradasi (COD lakikan pengolahan
terlalu tinggi ; BOD ok) pendahuluan
Tingkat penurunan Tahap start up Menaikkan kandungan
nitrogen terlalu kecil oksigen di bak aerasi.
Meningkatkan waktu
tinggal air limbah di bak
aerasi
Menambah suplai oksigen
di bak efluen.
Menambah unit biofilter
Meningkatkan konsentrasi
kaporit pada bak efluent

Kandungan ammonia yang Umur lumpur masih pendek Cek konsentrasi lumpur
tinggi di effluent aktif, pemeriksaan secara
visual, turunkan jumlah
pembuangan lumpur
Kapasitas nitrifikasi terlalu Naikkan tingkat aerasi
kecil
Kandungan fospat Konsentrasi terlalu tinggi Pergunakan presipitasi
melewati batas pada penurunan secara dengan kapur, ferric
biologis chloride.
Proses monitoring MLSS
pada bak aerasi dijaga
sesuai kriteria
Sludge bulking: terdapat Cara senderhana :
lumpur di efluent tambahkan ferric chlorine
untuk memperbaiki
pengendapan
Lumpur tidak mau Terlalu tinggi beban Periksa sumber yang punya
mengendap organic (kg BOD tiap hari) beban tinggi, turunkan

28
beban organik
Ph rendah Perbaiki ph dengan
menambah kapur tohor
Tumbuh bakteri filamentos Cek komposisi limbah
untuk BOD, Nitrogen, dan
fospat
Terdapat racun pada inflow Identifikasi sumbernya :
lakukan pengolahan
pendahuluan
Terlalu tinggi tingkat Kurangi aerasi pada saat
aerasinya aliran influen sedikit
(malam hari)
Terdapat endapan pada Terlalu banyak endapan di Perbanyak pengambilan
efluen bak biologis sehingga lumpur. Sehingga jarak
Pengendapan lumpurnya endapan mengalir bersama permukaan lumpur paling
bagus efluen pada saat akhir atas dengan limpahan air
decanting/penuangan buangan tidak kurang dari
40 cm oada saat akhir
decanting/penuangan
Terdapat endapan di efluen Untuk lumpur tua : waktu Turunkan umur lumpur
tinggal lumpur dalam bak dengan cara meningkatkan
terlalu lama banyaknya pembuangan
lumpur
Untuk siste yang lebi dari Kurangi bak lumpur aktif
satu bak lumpur aktif; tidak yang beroperasi selama
tersedia cukup limbah yang inflow limbah masih sedikit
diolah untuk beroperasi
Rising sludge : Terlalu tinggi tingkat Turunkan kapasitas aerasi
pengendapan bagus tapi aerasinya
muncul lagi ke permukaan Reaksi denitrifikasi terjadi Cek komposisi limbah yang
setelah pengendapan diolah/konsentrasi endapan
dalam tangki
TSS terlalu tinggi Pengendapan yang tidak Memperbesar volume bak
sempurna sedimentasi
Kualitas bak pada bak Menambah unit filtrasi
aerasi tidak sempurna (sand filter, karbon filter)
Mengatur debit pada inlet
apabila kapasitas masih
memungkinkan
Bau busuk di bak (bauh Kondisi anaerobic di bak Tingkatkan kapasitas aerasi
telur busuk) Jumlah lumpur aktif terlalu Cek konsentrasi endapan
sedikit dan aktifitas biologisnya
(penurunan kandungan
BOD)

29
Perhitungan bakteri coli Sisa chlorin terlalu rendah Tingkatkan debit chlorin
tidak memenuhi (dibawah) Tidak cukupnya control Cek perlengkapan dan
standar desinfeksi chlorine residu prosedur untuk menentukan
chlorine residu
Terdapat endapan di kolam Bersihkan kolam desinfeksi
desinfeksi
Debit air melewati tembok Cek muka air dan pipa
pembatas keluarnya
Kapasitas chlorinasi terlalu Dibutuhkan kapasitas dosis
rendah yang lebih tinggi.
Tidak dapat memperoleh Debit dosis terlalu keci Perbesar debit dosis
chlorine residu Kebutuhan bahan kimia Cek kualitas air buangan
yang banyak terolah dan air buangan
yang masuk
Hasil tes beruba ubah Tambahkan asam sulfat
pada sampel
Dosis maksimum tidak Cek system dosis :
dapat dicapai Tekanan gas, bocor
Ada kotoran di injector
Injector aliran air
Terdapat variasi yang lebar Meter pengukur aliran Gunakan yang berkapasitas
pada residuak chlorine chlorin terlalu kecil besar
effluent
Kurang teraduknya antara Cek peralatan pengaduk
air buangan terolah dengan dan instalasinya
air yang mengandung chlor
Terlalu tinggi chlorine Cek dosis yang cocok Pasang instalasi penurun
yang dilepas di lingkungan chlor

E. Tata Laksana Penanganan dan Pembuangan Darah


1. Pemilahan
Darah dan komponennya dipisahkan dari komponen yang masih digunakan
2. Pewadahan
 Darah yang tidak berfungsi lagi dimasukkan ke dalam tong sampah
infeksius
 Darah dalam 1 x 24 jam yang tidak berfungsi lagi dibuang ke dalam tong
sampah infeksius
3. Pengumpulan dan penyimpanan

30
 Petugas laboratorium akan mengumpulkan darah dalam tabung reaksi
yang tidak berfungsi 1 x 24 jam yakni setiap pagi dan memasukkan ke
dalam kantong plastic warna kuning lalu dibuang ke tempat sampah
infeksius
4. Pengangkutan
Petugas Limbah B3 akan mengangkut limbah infeksius yang selanjutnya
ditempatkan di TPS Limbah B3 sebelum diangkut oleh pihak ketiga.
F. Tata Laksana Pelaporan Pajanan di Tempat Kerja
Tujuan tatalaksana pajanan adalah untuk mengurangi waktu kontak dengan darah,
cairan tubuh, atau jaringan sumber pajanan dan untuk membersihkan dan melakukan
dekontainasi tempat pajanan. Tata laksananya adalah sebagai berikut :
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan sabun/cairan antiseptic
sampai bersih
2. Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci
dengan sabun dan air mengalir
3. Bila darah/cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air
beberapa kali
4. Bila terpecik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) dengan posisi
kepala miring kea rah mata yang terpercik
5. Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air
6. Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut

31
G. Perijinan Fasilitas Pengolahan Limbah
Setiap fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit harus dilengkapi izin dari
instansi pemerintah yang berwewenang. Fasilitas tersebut adalah TPS Limbah B3.
Rumah sakit harus menyiapkan dokumen administrasi yang dipersyaratkan instansi
pemerintah yang mengeluarkan izin dan mengajukan izin baru atau izin
perpanjangan. Setiap izin fasilitas penanganan limbah B3 harus selalu diperbaharui
bila akan habis masa berlakunya.
H. Pelaporan Limbah
Rumah sakit menyampaikan laporan limbah B3 minimum satu kali setiap 3 (tiga)
bulan. Laporan ditujukan kepada instansi pemerintah sesuai ketentuan yang
ditetapkan. Instansi pemerintah tersebut bisa Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Dinas atau Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan
Provinsi atau Kabupaten/Kota
Isi laporan berisi :
1. Skema penanganan limbah B3, izin alat pengolah limbah B3, dan bukti kontrak
kerjasama (MoU) dan kelengkapan perizinan bila penanganan limbah B3
diserahkan kepada pihak pengangkut, pengolah atau penimbun.
2. Logbook limbah B3 selama bulan periode laporan
3. Neraca air limbah selama bulan periode laporan
4. Lampiran manifest limbah B3 sesuai kode lembarannya

32
ALUR PENGOLAHAN LIMBAH PADAT

Limbah Padat Rumah


Sakit

Limbah Benda/Jarum Infeksius Non Infeksius


Suntik

Safety Box Plastik Kuning Plastik Hitam

TPS Limbah B3 Tempat Penyimpanan


Sampah Sementara

Diangkut Oleh PT. Mitra Diangkut Oleh Dinas


Hujau Asia Kebersihan

33
ALUR PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

LIMBAH CAIR DARI SALURAN


SELURUH RUANGAN PEMBUANGAN AIR
LIMBAH

BAK EQUALISASI

Blower
udara
BAK AERASI

Lumpur balik

BAK SEDIMENTASI
Buangan lumpur

FILTRASI

BAK KONTROL

KLORINASI

OUTLET
BAB V

34
BAB VI

LOGISTIK

A. PERENCANAAN BARANG
Tata cara logistik pengelolaan limbah rumah sakit :
1. Barang rutin :
Plastik sampah, safety box, Kertas HVS, tinta printer, ballpoint, buku tulis,
kaporit, dan kertas PH
2. Barang tidak rutin :
a. Pengadaan leaflet dan stiker untuk kegiatan pengelolaan limbah
b. Botol untuk pengambilan sampel limbah cair
B. PERMINTAAN BARANG.
Permintaan barang rutin disampaikan ke bagian gudang
C. PENDISTRIBUSIAN
1. Barang kantong plastik limbah medis dan non medis, safety box,
jerigen/container dari gudang didistribusikan ke cleaning service dan kesling
untuk diletakkan di unit-unit penghasil limbah
2. Untuk barang ATK user/Kesling mengisi format permintaan barang dan
mengajukan kepada bagian logistik

35
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Alat Pelindung Diri


Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang
terdiri dari :
1) Topi/helm, dengan atau tanpa penutup wajah, penggunaannya tergantung pada
jenis kegiatannya
2) Masker wajah
3) Pelindung mata, penggunaannya tergantung jenis kegiatan
4) Pakaian panjang (coverall)
5) Apron
6) Sepatu boot/pelindung kaki
7) Sarung tangan
B. Hygiene perorangan
Hygiene perorangan sangat penting untuk menurunkan risiko yang muncul akibat
penanganan limbah rumah sakit. Fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun
harus disediakan bagi semua petugas yang berhubungan langsung dengan limbah.
C. Imunisasi hepatitis B dan tetanus dilakukan minimal 1 tahun sekali
D. Petugas Yang Menangani Peralatan listrik
a. Aliran listrik pada panel kontrol harus selalu dimatikan selama pekerjaan
dilakukan
b. Kunci panel kontrol dan tempelkan catatan ”Sedang dalam perbaikan, Jangan
dinyalakan”.
c. Harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Ujung baju dan
celana harus dikancingkan / diikat sehingga tidak ada bagian dari pakaian yang
menjulur keluar
d. Harus menggunakan sarung tangan karet dan sepatu yang bersol karet dan tidak
berpaku (sebagai isolator) dan semuanya harus selalu dalam keadaan kering

36
e. Tidak bersandar dan tangan tidak menyentuh apapun selain bagian yang
dikerjakan
f. Menggunakan peralatan (obeng, tang, dll) yang berlapis karet atau plastik
g. Lakukan pengetesan tegangan listrik dengan testpen untuk menyakinkan
sebelum pekerjaan dimulai
h. Listrik hanya boleh dinyalakan kembali oleh teknisi yang bersangkutan
E. Peralatan Mekanik
a. Peralatan mekanik yang dapat membahayakan adalah blower dan pompa.
b. Karena semua peralatan mekanik menggunakan listrik sebagai sumber daya
maka seluruh prosedur pada ”PERALATAN LISTRIK” harus dipenuhi
c. Menggunakan kacamata pelindung pada saat bekerja dekat bagian yang berputar
d. Bila pekerjaan diperkirakan akan memakan waktu cukup lama maka harus
dipertimbangkan akan terjadinya banjir karena pompa-pompa tidak bekerja.
Dalam hal ini sebaiknya kabel sumber daya peralatan yang akan dikerjakan
dilepaskan dari panel kontrol agar panel kontrol dapat dinyalakan kembali
e. Memasang kembali semua tutup pelindung
F. Penanganan Kedaruratan
Dalam kondisi darurat baik terjadi kebakaran dan atau bencana lainnya di rumah
sakit, untuk menjaga cakupan penanganan limbah B3 tetap maksimal, rumah sakit
perlu menyusun prosedur kedaruratan penanganan limbah B3 rumah sakit. Prosedur
penanganan kedaruratan limbah B3 tersebut dapat dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut :
1. Bagi rumah sakit yang mengolah seluruh limbah B3 nya secara mandiri dengan
menggunakan mesin pengolah limbah dan apabila kondisi mesin pengolah
limbah B3 tersebut mengalami kegagalan operasional, maka rumah sakit harus
melakukan kerjasama darurat dengan pihak pengangkut dan pihak pengelolah
atau penimbun limbah B3 untuk mengangkut dan mengolah limbah B3 yang
dihasilkan.
2. Bagi rumah sakit yang menyerahkan seluruh pengolahan limbahnya ke pihak
pengolah atau penimbun limbah B3 , maka dalam kondisi darurat sistem

37
pengolahan ini harus tetap dilaksanakan meskipun dengan frekuensi
pengambilan limbah B3 yang tidak normal.
3. Apabila hasil analisa air limbah melebihi Standard Baku Mutu :
 Periksa proses yang berlangsung di IPAL. Lakukan penanganan sesuai
penyimpangan yang ditemukan.
 Periksa seluruh mesin dan peralatan IPAL. Lakukan penanganan sesuai
penyimpangan yang ditemukan.
 Periksa air limbah efluent setiap bulan.

38
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Standar mutu pengelolaan limbah infeksius


1. Limbah dimusnahkan dalam waktu 2 x 24 jam atau 90 hari jika mempunyai
cold storage
2. Penyimpanan limbah B3 dilakukan di tempat penyimpanan yang sesuai
dengan persyaratan.
B. Mengacu pada Permen LHK No 68 tahun 2016, Parameter baku mutu limbah cair
Rumah Sakit:
Parameter Satuan Kadar Maks
Ph - 6-9
BOD Mg/L 30
Cod Mg/L 100
TSS Mg/L 30
Minyak dan Lemak Mg/L 5
Amoniak Mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100 ml 3000
Debit L/orang/hari 100

39
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Elim Rantepao ini telah disusun
dengan sebaik-baiknya. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan dalam penyusunannya yang perlu mendapatkan perhatian guna
penyempurnaannya.
Tanggapan dari pembaca yang berkepentingan dengan pedoman ini sangat
kami harapkan untuk menjadi bahan pertimbangan guna penyempurnaan
penyusunan Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Elim Rantepao di
kemudian hari.

40

Anda mungkin juga menyukai