MANAJEMEN RISIKO
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................2
A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Tujuan Pedoman......................................................................................................5
C. Ruang Lingkup.........................................................................................................5
D. Batasan Operasional................................................................................................5
BAB II. STANDAR KETENAGAKERJAAN........................................................................8
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia........................................................................5
B. Distribusi Tenaga.....................................................................................................5
BAB III. STANDAR FASILITAS........................................................................................10
A. Denah Ruang.........................................................................................................10
B. Ruang yang Tersedia............................................................................................11
C. Fasilitias di dalam Ruangan.................................................................................12
D. Alat Kesehatan di dalam Ruangan.......................................................................16
E. Obat dan Bahan Habis Pakai di dalam Ruangan................................................16
BAB IV. Tata Laksana Pelayanan........................................................................................10
A Tetapkan konteks..................................................................................................10
C. Identifikasi Risiko.................................................................................................11
D. Analisis Risiko......................................................................................................12
E. Evaluasi Risiko......................................................................................................16
F. Kelola Risiko.........................................................................................................16
G. Sistem Pelaporan Insiden.....................................................................................16
H. Investigasi Insiden.................................................................................................16
I. Evaluasi Program Manajemen Risiko.................................................................16
BAB V. LOGISTIK...............................................................................................................18
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN..................................................................................18
BAB VII. PENGENDALIAN MUTU..................................................................................18
BAB VIII. PENUTUP............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit berkewajiban untuk mengindentifikasi dan
mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal
ini mencakup seluruh area baik manajerial maupun fungsional termasuk
area pelayanan, tempat pelayanan, area klinis dan area non klinis. Rumah
sakit perlu menjamin berjalannya sistem untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan erat dengan
pelaksanaan keselamatan pasien dan keselamatan kerja di rumah sakit dan
berdampak kepada pencapaian mutu rumah sakit.
RSUD Kriopanting merupakan rumah sakit kelas D milik Pemerintah
Provinsi Kep. Bangka Belitung yang berada di wilayah Bangka Selatan
dan merupakan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutdi Kecamatan
Payung. RSUD Kriopanting menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan,
pelayanan rujukan, serta pengabdian kepada masyarakat. RSUD
Kriopanting dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik dan bermutu
dengan aspek pokok kaidah pelayanan yang cepat, tepat, nyaman dan
mudah.
RSUD Kriopanting mempunyai Visi adalah "Menjadi Rumah Sakit
Terbaik untuk Pelayanan Masyarakat". Visi tersebut di tempuh melalui 6
Misi yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna
2. Menjadikan rumah sakit rujukan di Kabupaten Bangka Selatan dan
sekitarnya
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan terjangkau bagi
masyarakat
4. Pemenuhan standar sarana dan prasarana
5. Pemenuhan standar sumber daya manusia rumah sakit; dan
6. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
Untuk mencapai misi tersebut, RSUD Kriopanting akan menghadapi
berbagai faktor baik ekstemal maupun internal yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat menghambat pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Ketidakpastian terhadap pencapaian tujuan dan
2
sasaran inilah yang disebut dengan Risiko. Apabila RSUD
Kriopanting tidak dapat mengelola risiko tersebut, maka dapat
dipastikan RSUD Kriopanting tidak akan mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
Untuk melakukan antisipasi terhadap kondisi ketidakpastian
di masa yang akan datang dan mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan no 25 tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian Kesehatan, RSUD Kriopanting
dituntut untuk dapat mengelola risiko yang ada secara terintegrasi.
Manajemen risiko merupakan cara pendekatan yang tepat untuk
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mengendalikan risiko
yang dapat menghambat pencapaian tujuan dan sasaran RSUD
Kriopanting. Manajemen risiko dapat diterapkan ke seluruh satuan kerja
lingkup RSUD Kriopanting.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman manajemen risiko terintergrasi ditujukan untuk:
a. Mengantisipasi dan menangani segala bentuk Risiko secara efektif
dan efisien
b. Meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi
c. Memberikan dasar pada setiap pengambilan keputusan
dan perencanaan, dan
d. Meningkatkan pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja
C. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup manajemen risiko rumah sakit meliputi:
a. Pasien dan keluarga
b. Pengunjung
c. Staf Medis
d. Tenaga Kesehatan Lain yang bekerja di rumah sakit
e. Fasilitas dan lingkungan Rumah Sakit yang terdiri dari:
1) Keselamatan dan keamanan:
a) Keselamatan: keadaan tertentu karena gedung, lantai,
halaman dan peralatan rumah sakit yang menimbulkan
bahaya atau risiko dagi pasien, staf dan pengunjung
b) Keamanan: risiko terhadap kehilangan, pengrusakan dan
kerusakan, atau penggunaan akses oleh mereka yang
3
tidak berwenang
2) bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya: risiko
penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan
radioaktif serta bahan berbahaya lainnya dan limbah bahan
berbahaya
3) penanggulangan bencana (emergency): risiko
kemungkinan
terjadi bencana, respons bila tejadi wabah, bencana dan
keadaan emergensi termasuk evaluasi lingkungan pasien
secara terintegrasi
4) proteksi kebakaran (fire safety): risiko kebakaran dari
property/ bangunan dan penghuninya
5) peralatan medis: risiko pemilihan, peliharaan, dan
penggunaan alat medis
6) Sistem penunjang (utilitas) : risiko kegagalan
pengoperasionalan listrlk, air, dan sistem pendukung lainnya
4
3. Pengelompokan berdasarkan jenis risiko
a. Risiko klinis antara lain:
1) Risiko terkait dengan sistem manajemen obat
2) Risiko jatuh
3) Pengendalian risiko infeksi
4) Risiko terkait dengan masalah gizi
5) Risiko fasilitas dan peralatan (risiko kebakaran, cedera
karena penggunaan laser, risiko-risiko yang diakibatkan dari
kondisi jangka panjang)
b. Risiko Nonklinis
1) Risiko keuangan
2) Risiko hukum
3) Risiko properti
4) Risiko reputasi
D. Batasan Operasional
BAB II
STANDAR KETENAGAKERJAAN
6
h. Menyebarkan informasi tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien
secara regular melalui rapat staf
i. Meningkatkan pengetahuan anggota dengan memberikan pelatihan terhadap
staf yang ikut serta dalam program PMKP
Wewenang
Tanggung Jawab
7
Uraian Tugas
Wewenang
Tanggung Jawab
6. Staff lain
a. Dokter : harus berpikir cermat dan hati hati dalam bertindak agar dapat
mengantisipasi risiko yang mungkin dapat terjadi serta bagaimana dapat
dengan segera mengatasi risiko medik yang telah terjadi sehingga
kemungkinan dampak yang lebih merugikan pada pasien dapat segera
dilakukan
b. IPSRS dan Elektromedik : berkaitan dengan tanggung jawab desain,
maintenance, dan perawatan terhadap gedung dan peralatan.
8
c. Karyawan : memberikan masukan mengenai adanya kondisi berbahaya di
lingkungan masing-masing, menjalankan/melaksanakan kegiatan dengan
aman yang sudah ditetapkan, terlibat aktif dalam kegiatan dan
pengembangan manajemen resiko pejabat struktural, fungsional dan
karyawan di berbagai tingkatan dalam program manajemen resiko baik
level 1,2,3 dengan tujuan karyawan memperoleh peningkatan kemampuan
terkait dengan pemahaman risiko, pengelolaan risiko, serta berbagai
kompetensi pengelolaan risiko lainnya.
B. Distribusi Tenaga
Tim Manajemen risiko yang terdiri dari ketua dan anggota. Tim manajemen
risiko dibawah bimbingan komite mutu dan keselamatan pasien
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
1) Denah Ruang IRJ
G. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman
sitem kesehatan, organisasi rumah sakit, unit pelayanan rumah sakit, atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan
proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak
diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan perawatan lebih
lanjut. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada dibawah
control organisasi manajemen risiko. Dari waktu ke waktu, semua risiko yang
signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat rumah sakit, unit
pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk
memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko pelayanan
kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman. Identifikasi risiko
memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif layanan kesehatan
terhadap komponen-komponen berikut:
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada rumah sakit atau stakeholder
internal / eksternal;
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi Rumah
Sakit atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan rumah sakit.
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya dan insiden yang terjadi.
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Manajer risiko dapat
menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi
risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
a) Daftar Keluhan pasien
b) Hasil survei kepuasan
c) Diskusi dengan manajer serta staf dan mitra kerja
d) Laporan insiden
C. Analisis Risiko
Tahap Analisis dilakukan setelah identifikasi.
Organisasi manajemen risiko harus melakukan Analisa secara sistematis
terhadap sistem kesehatan, organisasi rumah sakit, unit pelayanan dan semua unit
kerja, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan
lebih lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan perawatan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan
menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakan harus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/
tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa
kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.
Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol atas risiko
saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi
sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya
insiden.
Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan
dan konsekuensi. Lihat table kategori dan matriks penilaian risiko
Risk Grading Matrix Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
Level Frekuensi Kejadian Aktual
Sangat Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
Jarang Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
Sangat Sering Terjadi dalam minggu/ bulan
4 Major Cedera luas/ Terhenti > 1 Kerugian > Media Dampak Serius
kehilangan minggu 0,5% Nasional < 3 terhadap moril
fungsi anggaran hari karywan dan
utama kepercayaan
permanen masyarakat
E. Pengelolaan Risiko
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat
yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi
tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari
teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka manajer risiko harus
menangani dan mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar :
1. Mengendalikan Risiko ( Risk Control)
Risiko sedapat mungkin di hindari karena rumah sakit tidak berani mengambil risiko
dengan metode berikut.
2. Menghindari Risiko ( Risk Avoidance )
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko
dengan cara:
a. Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya
untuk sementara
b. Meninjau kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan kegiatan
itu begitu diketahui mengandung risiko.
3. Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan
terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
b. Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi dengan cara pembiayaan
risiko ( risk financing ) meliputi pemindahan risiko ( risk transfer) melalui
pembelian asuransi
4. Menanggung Risiko ( Risk Retention )
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh rumah sakit. Artinya rumah sakit
mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional
rumah sakit dengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.
G. INVESTIGASI INSIDEN
Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan mencatat
ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah pelayanan/Care
Management Problem, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.
Investigasi insiden terdiri dari :
1. Investigasi Sederhana
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko
berwarna biru atau hijau, Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
a. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
b. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
• Penyebab langsung (immediate/ direct cause):
penyebab yang berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
• Akar masalah (root cause):
penyebab yang melatarbelakangi \ penyebab langsung (underlying cause).
c. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
d. Tindakan yang akan dilakukan : tentukan penanggung jawab dan
tanggal pelaksanaan
2. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis
Dilakukan oleh Tim K3RS atau Tim Keselamatan pasien bila pita / bands
berwarna kuning atau merah dengan perhatian dari direktur utama sampai
komisaris. RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar
masalah dari kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah
kejadian yang sama berulang kembali. Metode proses analisis yang dapat
digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi factor-faktor yang
menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD). Proses RCA merupakan
gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan Karena dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan untuk hal-hal yg berisiko tinggi, seperti:
• Apa yang terjadi (aktual)
• Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
• Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahagar tidak
terjadi kembali (tindakan/outcome?)
• Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat
meningkatkan keselamatan pasien? (melalui pengukuran)
Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :
a. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi.
b. Tentukan Tim Investigator
c. Kumpulkan data & informasi :
1. Observasi
2. Dokumentasi
3. Interview
d. Petakan Kronologi kejadian
1. Narative Chronology
2. Timeline
3. Tabular Timeline
4. Time Person Grid
e. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
1. Brainstroming
2. Brainwriting
f. Analisis Information
1. 5 why
2. Analisa perubahan
3. Analisa penghalang
4. Fishbone / Analisa tulang ikan
g. Rekomendasi dan rencana kerja untuk improvement
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dn penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan
bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan atau barang yang
dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan
pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin
(Adiatama, 2002).
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety)adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan
O. Kejadian Sentinel :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera
serius.Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel
terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan rumah sakit merupakan derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di Rumah sakit secara wajar, efisien dan efektifserta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosiobudaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan konsumen. Agar upaya peningkatan mutu
didapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa
tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan.
Di rumah sakit upaya peningkatan mutu pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Upaya peningkatan mutu
pelayanan akan sangat berarti dan efektif bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan
sehari-hari dari setiap unsur di termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan langsung dan staf
penunjang.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun disadari
bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan
biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya peningkatan mutu
pelayanan:
1. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut input, proses dan output secara objektif, sistematik dan berlanjut memantau
dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-
masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di berdaya guna dan
berhasil guna.
2. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Umum:
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan secara
efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Khusus:
Tercapainya peningkatan mutu pelayanan melalui:
a. Optimasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan.
3. Indikator mutu
Indikator mutu rumah sakit meliputi indikator nasional mutu, indikator mutu prioritas,
indikator mutu klinis
4. Strategi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka disusunlah strategi sebagai berikut:
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di
masing-masing unit kerjanya.
b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di RSUD
Kriopanting, serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c. Menciptakan budaya mutu di RSUD Kriopanting, termasuk di dalamnya menyusun
program mutu dengan pendekatan PDSA cycle.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur) yang
berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses siklus ini adalah identifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting dari seluruh proses siklus (daur),
karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan pemecahan
masalah ini.
Masalah akan timbul apabila:
a. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat penyimpangan
b. Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.
c. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut.
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan
perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan perbaikan
perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan
didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan
masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap pertama.
BAB VIII
PENUTUP
Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang kompleks, terdiri dari beberapa
profesional pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang
jelas untuk masing masing profesi, namun diperlukan kerjasama yang kohesif antar
profesi pemberi pelayanan.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan no 25 tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan, RSUD Kriopanting dituntut untuk dapat mengelola risiko yang
ada secara terintegrasi. Manajemen risiko merupakan cara pendekatan
yang tepat untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan
mengendalikan risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan dan
sasaran RSUD Kriopanting. Manajemen risiko dapat diterapkan ke seluruh
satuan kerja lingkup RSUD Kriopanting.
Payung, 2022
Direktur RSUD Kriopanting