Anda di halaman 1dari 46

RSUD TUAN RONDAHAIM

PROGRAM KERJA MANAJEMEN RESIKO

JLN PEMATANG SIANTAR -SERIBU DOLOK NAGORI MARJANDI


KEC. PANOMBEIAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN
 0622331170, Fax 0622331115,  21162
Email : rsud.tuan.rondahaim.pamraya@gmail.com
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI........................... .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN. ...................................................................................................... 2
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 2
B. Pengertian. ................................................................................................................4
C. Maksud danTujuan .................................................................................................. 6
D. Ruang Lingkup. ........................................................................................................ 6
BAB II. KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM ........................................................................ 7
A. Kebijakan .............................................................................................................. 9
B. Dasar Hukum. ...................................................................................................... 10
BAB III. STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN RISIKO. ........................................... 11
A. Struktur Organisasi. ............................................................................................... 13
B. Peran dan Tanggung Jawab.................................................................................... 14
BAB IV. PROGRAM KERJA MANAJEMEN RISIKO. ........................................................ 18
A. Program Kerja Manajemen Risiko........................................................................ 18
B. Proses Manajemen Risiko Terintegrasi ................................................................ 20
1. Komunikasi dan Konsultasi ...................................................................... 20
2. Penetapan Konteks. ................................................................................... 21
a. Konteks Eksternal .......................................................................... 21
b. Konteks Internal ............................,. .............................................. 21
c. Kriteria Risiko................................................................................ 22
3. Penilaian Risiko......................................................................................... 23
a. Identifikasi Risiko.......................................................................... 23
b. Analisis Risiko ............................................................................... 25
c. Kategori Risiko ..............................,. ............................................. 27
d. Selera Risiko.................................................................................. 27
e. Kebijakan Skala Risiko.......................................................... 27
f. EValuasi Risiko ............................................................................ 28
C. Pelatihan Staf ....................................................................................................... 32
BAB V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ................................................. 33
A. Monitoring ............................................................................................................ 33
B. E\/aluasi. ............................................................................................................... 33
C. Pelaporan ...............................................................................................................33
Lampiran ...................................................................................................................................34
Lampiran 1. Proses Manajemen Risiko .................................................................................. 34
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi


DAFTAR TABEL

Tabel 4 . Criteria Dampak (D)


Tabel 2. Kriteria Frekuensi Pajanan (F)
Tabel 3. Opsi Perlakuan Risiko
Tabel 4. Kriteria Skor Risiko

V
DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri


AS/ NZS : Australian Standart / New Zealand Standard
CO . Carbon Monoxide
COC : Carbon Dioxide
Dewas . Dewan Pengawas
FMEA : Failure Mode and Effect Analy9is
GBP : Great Britain Poundsterling
GDP : Gross Domestic Product
HIV/AIDS : Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodefiency Syndrome
IGD . Instalasi Gawat Darurat
IKP : Insiden keselamatan pasien
ILO : Internasional Labour Organization
ISO : International Organization for Standardization
JCAHO : The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KAK : Kecelakaan Akibat Kerja
K : Konsekuensi
KMKP . Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
NHS : National Health System
NIOSH : The Nasional Institute for Occupational Safety and Health
NOT . Nitrogen Dioxide
NGO . Nitrous Oxide
OSHA : Occupational Safety and Health Administration
PAK : Penyakit Akibat Kerja
PC - Person in charge
SDM : Sumber Daya Manusia
SPI : Satuan Pengawas Internal
SPO : Standar Prosedur Operational
RCA . Root Cause Analys
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit berkewajiban untuk mengindentifikasi dan mengendalikan


seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh
area baik manajerial maupun fungsiorial termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, area klinis dan area non klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya
sistem untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko
berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien dan keselamatan kerja
di rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian mutu rumah sakit.
RSUD Tuan Rondahaim merupakan rumah sakit kelas C milik Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara yang berada di wilayah Kabupaten Simalungun dan
merupakan pusat rujukan pelayanan kesehatan spesialistik. RSUD Tuan Rondahaim
menyelengarakan pelayanan kesehatan dengan upaya penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, menyelenggarakan pendidikan &
pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat.
RSUD Tuan Rondahaim dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik dan bermutu
dengan aspek pokok kaidah pelayanan yang cepat, tepat, nyaman dan mudah.
RSUD Tuan Rondahaim mempunyai Visi adalah ‘Rumah Sakit Terdepan di
Kabupaten Simalungun”. Visi tersebut di tempuh melalui 5 Misi yaitu:
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang terbaik bagi masyarakat.
2. Menjadi Rumah Sakit Pusat rujukan di Kabupaten Simalungun.
3. Memberikan pelayanan yang profesional sepenuh hati dan terjangkau.
4. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis
5. Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Tuan Rondahaim menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) yang mampu mandiri untuk membiayai
sendiri Operasional dan mensejahterakan karyawannya.
Tujuan yang akan dicapai RSUD Tuan Rondahaim dalam mewujudkan misinya
adalah:
1. Memenuhui pelayanan dasar di bidang Kesehatan di Ibukota Kabupaten
Simalungun.
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Simalungun yang optimal
melalui upaya peningkatan pelayanan yang profesional.

7
Motto RSUD Tuan Rondahaim adalah ‘Kesembuhan Anda Kebanggaan Kami.’
Untuk mencapai sasaran tersebut, RSUD Tuan Rondahaim akan menghadapi
berbagai faktor baik eksternal maupun internal yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menghambat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Ketidak pastian terhadap
pencapaian tujuan dan sasaran inilah yang disebut dengan Risiko. Apabila RSUD Tuan
Rondahaim tidak dapat mengelola risiko tersebut, maka dapat dipastikan RSUD Tuan
Rondahaim tidak akan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk
melakukan antisipasi terhadap kondisi ketidak pastian di masa yang akan datang dan
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No 25 Tahun 2019 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Terintegrasi Di Llngkungan Kementerian Kesehatan, RSUD Tuan
Rondahaim dituntut untuk dapat mengelola risiko yang ada secara terintegrasi. Manajemen
risiko merupakan cara pendekatan yang tepat untuli mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi dan mengendalikan risiko yang dapat rnenghambat pencapaian tujuan dan
sasaran RSUD Tuan Rondahaim. Manajemen risiko dapat ditetapkan ke seluruh satuan
kerja lingkup RSUD Tuan Rondahaim.

B. Pengertian

1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif


terhadap pencapaian sasaran organisasi.
2. Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi

identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,


pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi yang dijalankan
untuk mengelola Risiko dan potensinya.
3 Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, analisis, evaluasi
dan pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan terhadap semua
unit/ bagian / program/ kegiatan mulai dari penyusunan rencana strategis,
penyusunan dan pelaksanaan program dan anggaran, pertanggung]awaban
dam monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
Unit Pemilik Risiko adalah Satuan Kerja tingkat RSUD Tuan Rondahaim yang
bertanggung jawab melaksanakan Manajemen Risiko Terintegrasi adalah
Direktur .
5. Proses Manajemen Risiko adalah suatu proses yang bersifat
berkesinambungan, sistematis, logis, dan terukur yang digunakan untuk
mengelola Risiko di instansi.

8
6. Retensi adalah keputusan untuk menerima dan menyerap suatu Risiko.

7. Selera Risiko adalah tingkat Risiko yang bersedia diambil instanst dalam
upayanya mewujudkan tujuan dan sasaran yang dikehendakinya.
8. Peta Risiko adalah gambaran total Risiko dan distribusi posisinya dalam grafik
dengan frekuensi pada sumbu horizontal (x) dan konsekuensi pada sumbu
vertikal (y).
9. Probabilitas : Kemungkinan terjadi atau tidak teriadinya sesuatu.

10. Konsekuensi : Dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti


penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja, bahkan kematian.
11. Risiko: potensi terjadi kerugian yang dapat timbul dari proses atau kegiatan
saat sekarang atau kejadian pada masa yang akan datang.
12. Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian
pelayanan pasien yang bermutu , aman dan efektif.
13. Risiko non klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya
tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.
14. Resiko keuangan adalah resiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan
sebuah usaha atau ukuran keuangan usaha. Target keuangan usaha adalah besaran
target yang ditetapkan oleh wira usaha dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan ukuran
keuangan usaha adalah kondisi keuangan usaha yang bisa berupa arus kas, laba usaha,
dan pertumbuhan penjelasan (Bramantyo Djohamputera).
15. Pegawai adalah pegawai negeri sipil, calon pegawai negeri sipil;, pegawai BLUD,
Dokter mitra, Outsourcing yang bekerja di lingkungan RSUD Tuan Rondahaim.
16. Resiko keuangan adalah resiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan sebu
ah usaha atau ukuran keuangan usaha. Target keuangan usaha adalah besaran target
yang ditetapkan oleh wirau saha dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan ukuran
keuangan usaha adalah kondisi keuangan usaha yang bisa berupa arus kas, laba usaha,
dan pertumbuhan penjelasan (Bramantyo Djohamputera)
17. Pegawai adalah pegawai negeri sipil, calon pegawai negeri Sipil, pegawai BLUD,
Dokter mitra, Outsourcing yang bekerja di lingkungan RSUD Tuan Rondahaim.

C. Maksud, Tujuan dan Manfaat

1. Maksud

Pedoman manajemen risiko terintergrasi dimaksudkan untuk:

a. Meningkatkan mutu pelayanan dan informasi untuk pengambilan


keputusan.

9
b. Perlindungan terhadap satuan kerja dan pegawai, dan

c. Mengurangi kejadian atas Risiko yang tidak diinginkan.

2. Tujuan

Pedoman manajemen risiko terintergrasi ditujukan untuk:

a. Mengantisipasi dan menangani segala bentuk risiko secara efektif dan efisien
b. Meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi

c. Memberikan dasar pada setiap pengambilan keputusan dan


perencanaan.
d. Meningkatkan pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja.

3. Manfaat

a. meningkatnya mutu informasi untuk pengambilan keputusan.

b. Melindungi pasien, staf klinis, tenaga kesehatan dan tenaga lain yang
bekerja di rumah sakit, fasilitas dan lingkungan, bisnis rumah sakit.
c. Mengurangi risiko yang tidak diinginkan.

D. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup manajemen risiko rumah sakit meliputi:

a. Pasien dan keluarga

b. Pengunjung

c. Staf Medis

d. Tenaga Kesehatan Lain yang bekerja di rumah sakit.

e. Fasilitas dan lingkungan Rumah Sakit yang terdiri dari:

1) keselamatan dan keamanan :

a) Keselamatan: keadaan tertentu karena gedung, lantai, halaman dan


peralatan rumah sakit yang menimbulkan bahaya atau risiko dagi
pasien, staf dan pengunjung.
b) Keamanan: risiko terhadap kehilangan, pengerusakan dan kerusakan,
atau penggunaan akses oleh mereka yang tidak berwenang.

2) bahan berbahaya dan beracun (B3J dan limbahnya: risiko penanganan,


penyimpanan, dan penggunaan bahan radioaktif serta bahan berbahaya
lainnya dan limbah bahan berbahaya.

10
3) penanggulangan bencana (em.ergency : risiko kemungkinan terjadi
bencana, respons bila tejadi wabah, bencana dan keadaan emergensi
termasuk evaluasi lingkungan pasien secara terintegrasi.

4) Proteksi kebakaran fire nafety : risiko kebakaran dari property/ bangunan


dan penghuninya.
5) peralatan medis: risiko pemilihan, peliharaan, dan penggunaan alat
medis.
6) Sistem penunjang (utilitas} :risiko kegagalan pengoperasionalan listrik,
air, dan sistem pendukung lainnya.

f. Bisnis rumah sakit

2. Pengelompokan berdasarkan kategori risiko

a. Strategi (terkait dengan tujuan organisasi}: risiko yang mempengaruhi


pedoman rencana jangka panjang untuk pencapaian tujuan.
b. Operasional (rencana pengembangan untuk mencapai tujuan organisasi):
proses internal / eksternal yg mempengaruhi operasional organisasi.
c. Keuangan (menjaga aset) : segala sesuatu yang menimbulkan tekanan terhadap
keuangan dan belanja organisasi.
d. Kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum dan peraturan): tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan / ketentuan yg berlaku / kepatuhan
terhadap hokum dan peraturan.
e. Reputasi (image yang dirasakan oleh masyrakat) : menurunnya kepercayaan
publik/masyarakat karena persepsi negative/image yang dirasakan
masyarakat.
f. Kebijakan: kebijakan organisasi baik internal/eksternal yang berdampak
langsung terhadap organisasi.
g. Risiko Legal : tuntutan hukum terhadap organisasi.

h. Risiko Fraud kecurangan oleh pihak internal yang merugikan keuangan


negara.

3. Pengelompokan berdasarkan jenis risiko

a. Risiko klinis antara lain:

1) Risiko terkait dengan sistem manajemen obat

2) Risiko jatuh

11
3) Pengendalian risiko infeksi

4) Risilio terkait dengan masalah gizi

5) Risiko fasilitas dan peralatan (risiko kebakaran, cedera karena


penggunaan laser, risiko-risiko yang diakibatkan dari kondisi jangka
panjang)
b. Risiko Non klinis

1) Risiko 1‹euangan

2) Risiko hukum

3) Risiko properti

4) Risikoreputasi.

12
A. Kebijakan
1. Rumah sakit mempunyai regulasi berupa pedoman manajemen risiko
terintegrasi dan program manajemen risiko yang luas tidak terbatas pada
pasien, staf medis, tenaga kesehatan dan tenaga lainnya, fasilitas rumah
sakit, lingkungan rumah sakit dan bisnis rumah sakit.
2. Rumah sakit menyusun program manajemen risiko berkelanjutan digunakan
untuk melakukan identifikasi dan merigurangi risiko.

3. Rumah sakit mempunyai daftar risiko di tingkat unit dan tingkat rumah sakit.

4. Rumah sakit telah membuat strategi untuk mengurangi risiko yang ada.
5 Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi seluruh area program
dan kegiatan.
6. Dalam rangka pencapaian tujuan penyelenggaraan manajemen risiko
terintegrasi dibentuk Tim Penyelenggara Manajemen Risiko Terintegrasi yang
terdiri atas Bidang/bagian, K3RS , PPI, KMKP, SPIP, Ka. Instalasi sebagai
penanggung jawab pada unit kerjanya.
7. Setiap satuan kerja harus membuat dan menetapkan daftar risiko dan
menyusun rencana perlakuan risiko.
8. Daftar risiko yang telah ditetapkan harus disampaikan kepada Direktur.
9. Rumah sakit telah melakukan failure mode effect analysis/ efek modus
kegagalan (FMEA/AEMK), Hazard Vulnerability Analysis (HVA), Infection
Control risk Assessment (ICRA), Pre Construction risk Assessment (PCRA),
Hospital Safety Index (HSI) setahun sekali pada proses berisiko tinggi yang
diprioritaskan.
10. Rumah sakit telah melakukan tindak lanjut hasil failure mode effect nlysis/ efek
modus kegagalan (FMEA/AEMK), Hazard Vulnerability Analysis (HVA),
Infection Control risk Assessment (ICRA), Pre Construction risk Assessment
(PCRA), Hospital Safety Index (HSI).
11. Manajemen ristko harus diterapkan secara terintegrasi seluruh area program
dan kegiatan;
B. Dasar Hukum.
1. Undang –Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;


3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Uridang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Undang -Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian;
7. Keppres RI No 22 tahun 1993, tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Repubhk Indonesia Nomor 1199 / MenkesJ


Per/XI / 2004 tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan Perjanjian Kerja
di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1046/ Menkes/


Per/XI/ 2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan;

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 432/


MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit;

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III /2008


tentang Rekam Medis;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/111/2008


tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Repubhk Indonesia Nomor 659 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Kelas Dunia;

14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 971/Menkes/Per/XI/2009


tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan;

15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/Menkes/ Per/IX/ 2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1787 / Menkes/


Per/XII / 2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/Menkes/Per/III/2011


tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi lntensif di
Rumah Sakit;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/ MENKES/ PER/IV/
2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;

19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/ PER/V/2011


tentang Registrant, Izin Praktek dan Ijin Kerja Tenaga Kefarmasian;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan;

21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2025/MENKES/PER/X/2011


tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 00 1 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Kesehatan Perorangan;

23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 008 Tahun 2012 tentang
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementrian Kesehatan;

24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja di Lingkungan Kementrian Kesehatan;

25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;

27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 52 Tahun 2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

29. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

30. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penetapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

31. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;

32. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020 tentang
Kornite Mutu Rumah Sakit;

33. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 436/Menkes/SK/VI/ 1993


tentang Pemberlakuan Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit;
34. Keputusan Menteri Kesehatan Republik 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman
Penyusunan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupateri/Kota
serta Rumah Sakit;

35. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/ Menkes/


SK/X/ 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;

36. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1011/Menkes/SK/IX/2007


tanggal 06 September 2007 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah
Tuan Rondahaim Milik Pemerintah Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara;

37. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/IIJ2008


tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

38. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1203/Menkes/SK/XII/ 2008


tentang Standar Pelayanan Intensif Care Unit;

39. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/ Menkes/


SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Standar Pelayanan
Kesehatan;

40. Pedoman Tata Laksana Pemulasaraan Jenasah Kemenkes 2017;

41. Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.0107MENKES / 104/2020 Tentang


Penetapan Infeksi Corona Virus ( INFEKSI 2019-nCoV) sebagai penyakit yang
dapatmenimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya;
BAB III

STRUKTUR ORGANISASI RSUD TUAN RONDAHAIM

Derektur RSUD
Tuan Rondahaim

Kepala Bagian Umum


Tata Usaha

Kasubbag Tata Usaha Kasubbag Keuangan Subbag Program

Kepala Bidang Kepala Bagian


Kepala Bidang Keperawatan
Pelayanan Medik Pelayanana Penunjang

Kasie Pelayanan Kasie Pengembangan Kasie Medical Record Kasie Rehabilitasi Kasie Keperawatan Kasie Profesi & Mutu
Medik Kesehatan & Perawatan rawat Medis Asuhan Keperawatan

Instalasi / Unit Instalasi/ Unit


Instalasi Rawat Inap Instalasi Rehabilitasi Medik Instalasi Gizi
Instalasi Rawat Jalan Instalasi Farmasi Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
Instalasi Gawat Darurat Instalasi Laboratorium Instalasi Laundry
Unit Perawatan Intensif Instalasi Radiologi Instalasi Sanitasi
Instalasi Bedah Sentral Unit Haemodialisa Instalasi Rekam Medis
Instalasi Kebidanan Instalasi Pemulasan Jenazah
[] 23456790-Komite :
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
3. Komite PMKP
4. Komite Etik dan Hukum
5. Komite PPI
6. Komite K3RS
A. Peran dan Tanggung Jawab
1. Pemilik Rumah Sakit/Bupati
a. Menetapkan arah kebijakan umum dan pedoman manajemen
risiko.
b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penetapan manajemen risiko.

c. Memastikan proses manajemen risiko berjalan efektif.

2. Direktur
a. Menetapkan kebijakan, strategi penerapan, dan metodologi
manajemen risiko.
b. Menetapkan rencana kerja pelaksanaan manajemen risiko Terintegrasi.

c. Melaksanakan manajemen risiko terintegrasi.

d. Melakukan penilaian risiko terhadap pencapaian tujuan dan sasaran


tahunan dalam upaya pencapaian program.
3. Kepala Bagian Tata Usaha
a. Bertanggung jawab kepada direktur dalam hat pelaksanaan
manajemen risiko klinis.
b. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko klinis
4. Kasubbag Keuangan
a. Bertanggung jawab kepada direktur dalam hal pelaksanaan manajemen
risiko non khnis (keuangan dan bisnis rumah sakit).
b. Membantu cost benefit analisis.
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko non
klinis (keuangan dan bisnis rumah sakit).
5. Kasubbag Tata Usaha
a. Bertanggung jawab kepada direktur dalam ha1-ha1 pelaksanaan
manajemen risiko non klinis hukum, properti, reputasi dan
keselamatan kerja).
b. Melakukan monitoring dan evaluasi manajemen risiko Non Klinis
(hukum, properti, reputasi dan keselamatan kerja)
6. Kepala Bidang Pelayanan Medis
a. Menetapkan profil risiko pelayanan Medis dan rencana
penanganannya berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko risiko bidang pelayanan Medis
c. Melaporkan pengelolaan Risiko secara berienjang kepada pimpinan
diatasnya
d. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko risiko bidang Medis
7. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan
a. Menetapkan profil risiko pelayanan keperawatan dan
rencana penanganannya berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko risiko bldang pelayanan keperawatan
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko bidang keperawatan
d. Melaporkan pengelolaan Risiko secara berjenjang kepada pimpinan
diatasnya
8. Kepala Bidang Pelayanan Penunjang
a. Menetapkan profil risiko pelayanan penunjang dan rencana
penanganannya berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko risiko bidang pelayanan penunjang
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko bidang pelayanan
penunjang

d. Melaporkan pengelolaan Risiko secara berjenjang kepada


pimpinan diatasnya
9. Kasubbag Program
a. Menetapkan profil risiko reputasi rumah sakit dan rencana
penanganannya berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko reputasi rumah sakit
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko reputasi rumah sakit
d. Melaporkan pengelolaan risiko reputasi secara berjenjang kepada
pimpinan diatasnya
10. Kasie Pengembangan Kesehatan.
a. Menetapkan profil risiko bisnis rumah sakit dan rencana
penanganannya berdasarkan sasaran

b. Melakukan pengelolaan risiko bisnis rumah sakit

c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko bisnis rumah sakit

d. Melaporkan pengelolaan Risiko secara berjenjang kepada


pimpinan

11. Kasie Pelayanan Medis

a. Menetapkan profil risiko SDM Rumah Sakit dan


Kompetensinya

b. Melakukan pengelolaan risiko terkait SDM rumah sakit dan


Kompetensinya

17
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko terkait SDM rumah sakit dan
Kompetensinya

d. Melaporkan pengelolaan Risiko secara berjenjang kepada pimpinan


diatasnya.
12. Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan
a. Menetapkan profil risiko pelaksanaan pendidikan dan pelatihan rumah
sakit serta rencana penanganannya berdasarkan sasaran

b. Melakukan pengelolaan risiko pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko pelaksanaan pendidikan dan


pelatihan

d. Melaporkan pengelolaan Risiko secara berjenjang kepada pimpinan


diatasnya
13. Satuan Pengawas Internal (SPI)
a. Menetapkan profil risiko non klinis dan rencana penanganannya berdasarkan sasaran
b. Melakukan pengelolaan risiko not klinis
c. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko
d. Melakukan mengevaluasi pengendalian risiko non klinis
e. Melaporkan kegiatan manajemen non klinis kepada direktur (internal) dan APIP
(eksternal)
14. Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
a. Menetapkan profil risiko infeksi dan rencana penanganannya
b. Melakukan pengelolaan risiko infeksi
c. Melaporkan pengelolaan Risiko secara berjenjang kepada pimpinan diatasnya
d. Melakukan monitoring dan evaluasi risiko infeksi
e. Melaporkan kegiatan manajemen infeksi kepada direktur

15. Seluruh anggota staf memiliki tanggung}awab pribadi dalam hat pelaksanaan
manajemen risiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus mengerti dan
mengimplemeritasikan strategi dan kebijakan manajemen risiko.

17
PROGRAM KERJA MANAJEMEN RESIKO

A. Program Kerja Manajemen Resiko


Program kerja manajemen risiko terintegrasi sebagaimana gambar di bawah ini

Program Kerja Manajemen Risiko

Mandat dan Komitmen

Rancangan kerangka kerja untuk pengelolaan risiko


Pamahaman oganisasi dan konteksnya
Penetapan kebijakan manajemen risiko
Akuntabilitas
Integrasi ke dalam proses organisasi
Sumber daya
Penetapan mekanisme komunikasi dan pelaporan intrma
Penelapar mekansme komuriXasi dv pelaporan elcterral

Perbaikan Bertalaljuten lemedap suatu

Penjelasan gambar

1. Mandat dan komitmen

Bagian awal dari manajemen risiko adalah memastikan adanya mandat dan
komitmen yang kuat dan berkelanjutan oleh seluruh struktur manajemen risiko
dan seluruh pemangku kepentingan terkait serta perencanaan strategis untuk
mencapai komitmen disemua tingkatan. Untuk mencapai komitmen di semua
tingkatan, seluruh struktur manajemen risiko dan seluruh pemangku
kepentingan terkait harus:
a. mendefinisikan dan mendukung kebijakan manajemen risiko;

b. memastikan bahwa budaya dan kebijakan manajemen risiko


organisasi selaras;
c. menentukan indikator kinerja manajemen risiko yang sejalan dengan
indikator kinerja organisasi;
d. menyelaraskan tujuan manajemen risiko dengan tujuan dan strategi
organisasi;
e. memastikan kepatuhan hukum dan peraturan;

18
f. menetapkan akuntabilitas dan tanggung jawab pada tingkat yang
sesuai dalam organisasi;
g. memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan dialokasikan untuk
manajemen risiko;
h. menyampaikan manfaat manajemen risiko kepada semua stakeholder; dan
i. memastikan bahwa kerangka keria untuk mengelola risiko tetap
sesuai.
2. Rancangan kerangka kerja pengelolaan risiko Rancangan
kerangka kerja pengelolaan risiko meliputi:
a. pemahaman tentang organisasi dan konteksnya;

b. menetapkan kebijakan manajemen risiko;

c. akuntabilitas;

d. integrasi ke dalam proses organisasi;

e. sumber daya;

f. membangun komunikasi internal dan mekanisme pelaporan; dan

g. membangun komunikasi eksternal dan mekanisme pelaporan

3. Implementasi manajemen risiko

Dalam mengimplementasikan manajemen risiko dilaksanakan dengan:

a. Menetapkan kerangka kerja untuk mengelola risiko

Dalam melaksanakan kerangka kerja organisasi untuk mengelola risiko,


organisasi harus:
1) menentukan waktu yang tepat dan strategi untuk menerapkan
kerangka kerja;
2) menerapkan kebijakan dan proses manajemen risiko ke proses
organisasi;
3) mematuhi persyaratan hukum dan peraturan;

4) memastikan bahwa pengambilari keputusan, termasuk


pengembangan dan penetapan tujuan, sejalan dengan hasil dari
proses manajemen risiko;
5) berkomunikasi dan berkonsultasi dengan para pihak terkait untuk
memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko tetap sesuai.
b. Menerapkan proses manajemen risiko

Manajemen risiko harus dilaksanakan dengan memastikan bahwa proses


manajemen risiko diterapkan melalui rencana manajemen risiko di semua
tingkat dan fungsi organisasi yang relevan sebagai bagian dari praktis
dan proses.

4. Monitoring dan tinjauan kerangka keria manajemen risiko Dalam rangka memastikan
bahwa manajemen risiko secara efektif dan berkelanjutan dalam mendukung kinerja
organisasi, organisasi harus:
a. mengukur kinerja manajemen risiko melalui indikator, yang secara berkala direviu;
b. mengukur secara berkala kemajuan dan penyimpangan dari rencana manajemen
risiko;
c. meninjau secara berkala apakah kerangka kerja manajemen risiko, kebijakan dan
rencana masih sesuai, mengingat konteks eksternal dan internal organisasi; laporan
risiko, kemajuan terhadap rencana manajemen risiko dan seberapa baik kebijakan
manajemen risiko dilaksanakan;
d. review efektivitas kerangka kerja manajemen risiko.
5. Perbaikan berkelanjutan terhadap kerangka kerja manajemen risiko berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi, keputusan harus dibuat bagaimana kerangka manajemen
risiko, kebijakan dan rencana dapat diperbaiki. Keputusan ini harus mengarah pada
perbaikan dalam manajemen risiko organisasi dan budaya manajemen risiko.
B. Proses Manajemen Rislko Terintegrasi
Proses Manajemen Risiko

KOMUNIKASI MONITORING
DAN
DAN
REVIU
KONSULTASI

1. Komunikasi dan konsultasi


Komunikasi risiko secara umum dapat diartikan sebagai proses interaktif dalam hal
tukar menukar informasi dan pendapat yang mencakup multi pesan mengenai risiko dan
pengelolaannya. Proses ini berjalan secara internal dalam organisasi, bagian, unit atau
ekternal yang ditujukan kepada stakeholder eksternal.
Konsultasi dapat dijelaskan sebagai suatu proses komunikasi antara
organisasi dengan pemangku kepentingan, mengenai isu tertentu, terkait
dengan pengambilan keputusan termasuk penerapan manajemen risiko.
Bentuk komunikasi dan konsultasi dapat berupa:

a. rapat berkala;

b. rapat insidental;

c. seminar/ sosialisasi / workshop;

d. forum pengelola risiko.

Selain bentuk diatas komunikasi dan konsultasi dapat melalui media


elektronik. Pelaksanaan komunikasi dan konsultasi merupakan tanggung
jawab Pemilik Risiko.
2. Penetapan konteks

Penetapan konteks merupakan artikulasi tujuan dan mendefinistkan


parameter eksternal dan internal untuk diperhitungkan ketika mengelola
risiko, kemudian menetapkari ruang lingkup dan kriteria risiko untuk
prosedur selanjutnya. Dalam menentukan konteks perlu diperhatikan
beberapa hat, sebagai berikut:
a. Konteks eksternal:

Konteks eksternal merupakan situasi dari luar yang dapat mempengaruhi


cara organisasi dalam mengelola risiko.
Konteks eksternal dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada:

1) hukum, sosial, budaya, politik, regulasi, keuangan, teknologi,


lingkungan ekonomi, alam dan persaingan dengan organisasi lain
dalam lingkup nasional, regional, atau internasional; dan
2) hubungan, persepsi dan nilai-nilai pemangku kepentingan
eksternal.
b Konteks Internal:

Konteks internal merupakan segala sesuatu dari dalam organisasi yang


dapat mempengaruhi cara organisasi dalam mengelola risiko. Hal ini dapat
meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) tata kelola, struktur, peran dan akuntabilitas organisasi;

2) kebijakan, sasaran, dan strategi;

3) kemampuan dan pemahaman tentang sumber daya (modal, waktu, orang,


prosedur, sistem dan teknologi);
4) hubungan, persepsi dan nilai-nilai pemangku kepentingan internal dan
budaya organisasi;
5) sistem informasi, ams informasi dan prosedur pengambilan keputusan;
6) standar, Panduan dan model yang diterapkan oleh organisasi; dan
Dalam menetapkan konteks dilakukan hal-ha1 sebagai berikut:
1) melakukan analisis secara umum tentang situasi tnternal dan eksternal
terkait dengan perkiraan skenario keterjadian pernyataan risiko.
2) memanfaatkan informasi dari berbagai sumber untuk melakukan analisis
situasi internal dan eksternal.
3) memahami tujuan satuan kerja melalui Rencana Strategis dan Rencana
Kinerja/ Penetapan Kinerja yang telah disusun.
4) memahami jumlah dan jenis risiko yang siap ditangani atau diterima
organisasi dan kesiapan organisasi untuk menanggung risiko setelah
perlakukan risiko dalam upaya mencapai sasaran.
C. Kriteria risiko

Satuan kerja harus menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk


mengevaluasi signifikansi risiko. Kriteria harus dapat mencerminkan nilai -
nilai organisasi, tujuan dan sumber daya. Beberapa kriteria yang dapat
dikenakan oleh, atau berasal dari, persyaratan hukum, peraturan dan
persyaratan lainnya yang diterapkan oleh organisasi. Kriteria risiko harus
konsisten dengan kebijakan manajemen risiko organisasi, yang
didefinisikan pada awal setiap prosedur manajemen risiko dan akan terus
dttinjau. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam mendefinisikan kriteria
risiko sebagai berikut:
1) Sifat dan jenis sebab dan akibat yang dapat terjadi dan bagaimana akan
diukur;
2) Bagaimana kemungkinan akan didefinisikan;

3) Jangka waktu dari kemungkinan dan/ atau konsekuensi;

4) Bagaimana tingkat risiko ditentukan;

5) Pandangan dari pemangku kepentingan;

6) Tingkatan atau bobot risiko yang dapat diterima atau ditoleransi, dan

7) Apakah kombinasi dari beberapa risiko harus diperhitungkari, apabila


demikian, bagaimana dan kombinasi apa yang harus dipertimbangkan.

22
3. Penilaian Risiko

a. Identifikasi risiko

Setiap pemilik risiko harus mengidentifikasi sumber risiko, area dampak,


peristiwa (termasuk perubahan keadaan), penyebabnya dan konsekuensi potensi
risiko. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menghasilkan daftar lengkap risiko
berdasarkan peristiwa yang mungkin mendukung, merlingkatkan, mencegah,
menurunkan, mempercepat atau menunda pencapaian tujuan.
Metode identifikasi risiko di RSUD Dr. Moewardi dilakukan dengan metode
Failure Mode rind Eject Analysis (FMEA). Untuk melaksanakan identifikasi
risiko di lingkungan kerja masing-masing, dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1) memahami dan mengidentifikasi kegiatan utama unit keria.

2) mengidentifikasi tujuan dari masing-masing kegiatan tersebut.

3) mengumpulkan data dan informasi tentang risiko yang mungin terjadi atas
kegiatan tersebut, baik risiko yang pernah terjadi maupun yang belum
pernah terjadi.
4) mencari penyebab dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk
mendapatkan penyebab utamanya.
5) mengidentifikasi apakah penyebab tersebut sifatnya dapat dikendalikan
(controllablej atau tidak dapat dikendalikan (tzncontrolloble) bagi unit keria.
6) mengidentifikasi dampak jika risiko tersebut terjadi.

7) mengisi hasil butir (1) - (6) di atas, dalam formulir identifikasi risiko dan
memperbaharui setiap saat terjadi pernyataan risiko. ldentifikasi
pernyataan risiko dapat dilakukan dengan mendasarkan pada hasil
penilaian risiko sebelumnya dengan penyelarasan terhadap perkembangan
situasi lingkungan internal dan eksternal yang terj

20
Formulir identifikasi risiko

NO Ruang Unit Ruang/ Sumber Risiko/ Risk


lingkup / kerja/ Area Informasi Kondisi Assessment
Kategori Bidang Saat ini Probability / Impact / Score Kontrol Controlllabili Total Rangking
Likelihood Dampak Risk Internal ty Score Prioritns
/
(1-5) (1-5) Yang Ada ( l -4 ) Risiko
Bagian
Saat Ini

24
b. Analisis risiko

Analisis risiko melibatkan pengembangan akan pemahaman risiko.


Analisis risiko memberikan masukan mengambil risiko untuk dilakukan
evaluasi dan keputusan apakah risiko perlu ditangani, dan pada strategi risiko
dan metode penanganan yang paling tepat.
Untuk melaksanakan analisis risiko di lingkungan kerja masing-
masing, dengan urutan langkah sebagai berikut:
1) Dapatkan data hasil identifikasi risiko.

2) Lakukan evaluasi atas kecukupan disain dan penyelenggaraan sistem


pengendalian intern yang sudah ada.
3) Ukur tingkat probabilitas terjadinya risiko.

4) Ukur tingkat besaran dampak jika risiko terjadi.

5) Hitung score risiko dengan mengalian probabilitas dengan dampak.

6) Tentukan tingkat risiko termasuk risiko sangat rendah, rendah, sedang,


tinggi atau sangat tinggi.
7) lsikan hasil langkah-langkah di atas, he dalam formulir analisis risiko
8) Dari risiko-risiko tersebut di atas, selanjutnya dibuat peta risiko.

Perangkat yang dibutuhkan dalam melakukan analisis risiko adalah sebagai berikut:
1) Tabel kemungkinan (probabilitas) terdiri atas:
Level Kriteria Kemungklnan
Frekuensi
Kemungkinan (Probabilitas)

Hampir tidak 5 tahun Peristiwa hanya akan timbul pada


Terjadi (1) sekali kondisi yang luar biasa. Presentasi : 0 -10%
Jarang Terjadi (2) 2 -5 tahun Peristiwa diharapkan tidak terjadi
sekali Presentasi: > 10 - 30%
Kadang Terjadi (3) 1 - 2 tahun/ Peristiwa kadang bisa terjadi.
sekali Presentasi > 30 - 50%
Sering Terjadi (4) Beberapa Peristiwa sangat mungkin terjadi
kali pada sebagian kondisi.
pertahun Presentasi: > 50 - 90% kegiatan
dalam 1 periode
Hampir Pasti Tiap minggu Peristiwa selalu terjadi, hampir pada setip
Tejadi(5) kali kondisi. Presentasi: > 90 % dalam 1 periode.

25
2) Kategori dampak (konsekuensi) terdiri dari:

Kategori dampak sangat penting dalam menjamin identifikasi risiko yang


komprehensif dan pengikhtisaran atau pelaporan risiko. Kategori
dampak disusun sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi. Kategori
dampak di RSUD Tuan Rondahaim adalah sebagaimana tabel berikut:
Dampak
Sk Level/ Dampak Tuntutan Penundaan pada Dampak
Reputasi
or Tingkat Keuangan Ganti Pelayanan Kesehatan dan pada Pihak
Rugi Keselamatan Terkait
l Sangat < 30 % < 1 juta <1 hari Luka kecil Diketahui Hanya
rendah anggaran kerja, pada orang/ oleh seisi kantor. terdampak
Terhenti beberapa orang, Rumor pada 1
> l jam Tidak ada cidera pihak
2 Rendah >3- 5% >1 —5 > 1 -2 hari Luka kecil Dimuat Berdampak
anggaran juta kerja, berarti pada orang/ media massa local, pada 2 - 3
Terhenti beberapa orang, namun cepat pihak
> 8 jam Dapat diatasi pada dilupakan
pertolongan masy < 3 hari
pertama
3 Sedang › 5 — 8% > 5 — 25 > 2 — 3 hari Luka berarti pada Dimuat di media local Berdarnpak
anggaran juta kerja, beberapa orang, dan media social, pada 3 — 4
Ter henti Berkurang fungsi namun cepat pihak
> 1 hari motoric / sensorik, dilupakan
perpanjangan hari Masy >3hari
rawat
4 Tinggi > 8 — 12% > 25 — 50 juta > 3 — 5 hari Luka serius pada Dimuat di media Berdampak
anggaran kerja, terhenti orang/ beberapa orang nasional dan media pada 4-5
1 minggu cedera luas online di ingat pihak
sementara oleh masy >
3 hari
5 Sangat > 12% > 50 juta > 5 hari kerja Luka berganda atau Dimuat di Berdampak
tinggi anggaran Terhenti kematian atau cacat Media > 5 pihak
permanen permanen nasional/internasional,
media sosial diingat
lama masy > 3 hari

26
Kategori risiko

Kategori risiko sangat penting dalam menjamin identifikasi risiko yang


komprehensif dan pengikhtisaran atau pelaporan risiko. Kategori
risiko disusun sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi. Kategori
risiko minimal di RSUD Tuan Rondahaim adalah sebagaimana tabel
berikut:
Xategoci
Risiko
Risiko Risiko yang disebabkan oleh segala sesuatu yang
keuangan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan dan
belanja rumah sakit
Risko Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan
kebijakan/ kebijakan rumah sakit baik internal maupun eksternal
strategis yang berdampak langsung terhadap rumah sakit
Risiko Risiko yang disebabkan oleh rumah sakit atau pihak
kepatuhan eksternal tidak mematuhi dan / atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku
Risiko legal Risiko yang disebabkan oleh tuntutan hukum kepada
rumah sakit
Risko faud Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang
disengaja oleh pihak internal yang menyebabkan
kerugian negara/ rumah sakit
Rtsiko Risiko yang disebabkan oleh menururinya kepercayaan
reputasi publik/ masyarakat yang bersumber dari persepsi
negatif tentang rumah sakit
Risiko Risiko yang disebabkan oleh:
operasional a. Ketidakcukupan dan / atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia dan kegagalan sistem di
rumah sakit
b. Adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional rumah sakit
4) Selera risiko

Selera risiko merupakan kebijakan yang menjadi acuan dalam


menentukan apakah suatu risiko perlu ditangani atau tidak. Selera risiko
mencerminkan bagaimana rumah sakit menyeimbangkan efisiensi,
pertumbuhan, hasil, dan risiko.
31
5) Kebijakan skala risiko

Level risiko ditentukan berdasarkan atas 2 elemen atau dimensi,


yaitu level kemungkinan terjadinya risiko dan level dampak
(konsekuensi) risiko. Kedua dimensi tersebut harus dikombinasikan dan
diperhitungkan secara bersamaan dalam penentuan level risiko. Level
kemungkinan terjadinya risiko, level dampak, dan level risiko masing-
masing menggunakan 5 (lima) skala tingkatan (level). Penentuan level
risiko beserta dengan.
urutan prioritasnya menggunakan matriks analisis risiko sebagai berikut:
Matriks analisis risiko

c. Evaluasi risiko

Evaluasi risiko adalah proses membandingkari antara hasil analisa


risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dapat
diterima atau ditoleransi.

31
Tujuan evaluasi risiko adalah untuk membantu dalam membuat
keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko, berkaitan dengan risiko
yang memerlukan prioritas penanganannya.

Evaluasi risiko menggunakan perbandingan tingkat risiko yang ditemukan selama


prosedur analisis dengan kriteria risiko yang dibuat ketika konteksnya ditetapkan.
Berdasarkan perbandingan ini, penanganan perlu dipertimbangkan. Keputusan harus
mempertimbangkan konteks yang lebih luas dari risiko dan mencakup pertimbangan
toleransi risiko yang ditanggung oleh pihak lain selain manfaat risiko bagi
organisasi. Keputusan harus dibuat sesuai dengan persyaratan hukum,
peraturan dan lainnya. Dalam beberapa situasi, evaluasi risiko dapat
menyebabkan keputusan untuk melakukan analisa lebih lanjut. Evaluasi
risiko juga dapat menyebabkan keputusan untuk tidak memperlakukan
risiko dengan cara lain selain mernpertahankan pengendalian yang ada.
Keputusan irn akan dipengaruhi oleh karakteristik ristko organisasi dan
kriteria risiko yang telah ditetapkan
Hasil evaluasi Risiko sebagaimana dimaksud berisi urutan prioritas
resiko dan daftar risiko yang akan ditangani dengan mengalikan score risiko
dengan menentukan rangking prioritas risiko dengan mengalian score risiko
(Frekuensi X Dampak) X score controllability.

Keterangan
1 Easy = Mudah dikontrol
2 Moderate easy = Agak mudah dikontrol
3 Moderate difficult = Agak sulit dikontrol
4 Difficult = Sulit untuk dikontrol

4. Penanganan risiko/ strategi mitigasi / reduksi risiko

Penanganan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih pilihan untuk


memodifikasi risiko, dan melaksanakan pilihan tersebut.
Setelah diimplementasikan, penanganannya atau modifikasi proses
pengendalian risiko. Penanganan risiko terdiri atas siklus prosedur sebagai
berikut:
a. menilai penanganan risiko;

b. memutuskan apakah tingkat risiko residual yang ada;

c. jika tidak ditoleransi, menghasilkan perianganan risiko baru, dan

31
d. menilai efektivitas penanganan itu.

Pemilihan penanganan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam
segala situasi. Pilihan yang dapat dilakukan mencakup ha1 berikut:

a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau


melanjutkan dengan kegiatan yang menimbulkan risiko;

b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang;

c. Menghilarlgkan sumber risiko;

d. Mengubah kemungkinan;

e. Berbagi risiko ke pihak lain atau pihak tertentu (termasuk kontrak


dan pembiayaan risiko),

f. Mempertabankan risiko dengan keputusan,

g. Transfer dengan kontrak non insurance atau contractual transfer

Langkah -langkah dalam merancang kegiatan pengendalian


adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penilaian risiko, pemilik £lSiko mengidentifikasi
apakah kegiatan pengendalian yang ada telah efektif untuk
meminimalisasi risiko.
b. Kegiatan pengendalian yang telah ada tersebut perlu dinilai
efektivitasnya dalam rangka mengu rangi probablitas terjadinya risiko
(abatisasi) maupu n mengurangi dampak risiko (mitigasi}.
c. Selain itu, juga perlu diperhatikan ada/ tidaknya pengendalian
alternatif (compensatitig control yang dapat mengurangi terjadinya
risiko.
d. Terhadap risiko yang belum ada kegiatan pengendaliannya maupun
yang telah ada, namun dinilai kurang atau tidak efektif, perlu
dirancang kegiatan pengendalian yang baru / merevisi kegiatan
pengendalian yang sudah ada.
e. Menerapkan kegiatan pengendalian yang telah dirancang dalam
mengelola risiko.

31
Metode penangan risiko dapat menggunakan seperti tertuang dalam
bagan dibawah:

Ket : Penjelasan bagan penanganan risiko


Dengan menarik garis antara impoct dan probability, bila hasil yang digambarkan
dalam bagan didapatkan
a. impnct/dampak four (rendah) dan probability f kemungkinan low

(rendah) maka metode penanganan risiko dengan cara di accept.

b. /mpnct/dampak medium (sedang) dan probability f kemungkinan medium


(sedang) maka metode penanganan risiko dengan cara di shere.
c. impnct/dampak Ion (rendah) dan probability / kemungkinan hi9t (tinggi)
maka metode penanganan risiko dengan cara di control.
d. /mpnct/dampak ligh (tinggi) dan probability / kemungkinan hiyh (tinggi)
maka metode penenganan risiko dengan cara dilakukan miti9nsi dan control.
5. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah bagian dari proses manajemen risiko yang
memastikan bahwa seluruh tahapan proses dan fungsi manajemen risiko memang
berjalan dengan baik. Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kinerja
aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana yang akan
dihasilkan. evaluasi adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini
dan dengan fokus tertentu.
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian yang mendasar dan sangat
penting dalam proses manajemen risiko, terutama dalam proses manajemen

31
risiko bagi keseluruhan organisasi. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
secara berkelanjutan bertujuan untuk memberikan jaminan yang wajar
terhadap pencapaian sasaran penerapan sistem manajemen risiko secara
keseluruhan.
Pelaksanaan monitoring dilaksanakan dengan dua pendekatan yaitu
pemantauan berkelanjutan (on going monitoring} dilakukan oleh pelaksana
pekerjaan dan pemantauan terpisah (separate monitoring) dilakukan oleh Aparat
Pengawas Internal Pemerintah (APIP).
Sasaran dari monitoring dan evaluasi adalah untuk memberikan jaminan
terhadap pencapaian sasaran penetapan sistem manajemen risiko secara
keseluruhan. Oleh karenanya, laporan monitoring dan evaluasi lebih merupakan
pelaporan terhadap kelemahan yang masih ada, tanpa meninggalkan hal-hal
positif yang telah dicapai. Pelaporan kelemahan ini menjadi fokus karena
kegagalan penerapan manajemen risiko berarti memperbesar kegagalan
pencapaian sasaran organisasi.
C. Pelatihan Staf

Pelatihan manajemen risiko diikuti:

1) Direksi

2) Ka. Unit keria / Ka. Bidang/ Ka. Bagian

3) Sub. Manajemen risiko

4) Tim K3RS

5) Komite PPI

6) SPI

7) Staf yang ditunjuk.

31
27
28
29
30
31
32
MONITORING, EVALUASI DAfl PELAPORAN

A.

Pelaksanaan monitoring dilaksanakan dengan dna pendekatan yaitu pemantauan


berkelanjutan (on going monitoring) dilakukan oleh pelaksana pekerjaan dan
pemantauan terpisah (separate monitoring) dilakukan oleh Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP).
B Evaluasi

1. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan dengan dua pendekatan yaitu pemantauan


berkelanjutan (on going monitoring) dilakukan oleh pelaksana pekerjaan dan
evaluasi terpisah (separate monitoring) dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP)
2. Dilakukan minimal 6 bulan sekali
Pelaporan
1. Laporan profil risiko merupakan kumpulan risiko kunci yang disusun masing-
masing satuan kerja. Pelaporan profil risiko dilaksanakan setiap tahun anggaran
pada saat penyusunan Program Kerja Tahunan
2. Laporan proses manajemen risiko pada masing-masing satuan kerja yang
memuat informasi mengenai risiko kunci yang dikelola, rencana mitigasi/
pengelolaan, dan realisasi mitigasi/ pengelolaan Risiko yang telah dijalankan.
3. Laporan pemantauan dan evaluasi proses manajemen risiko pada masing-masing
satuan kerja minimal 6 bulan sekali, merupakan hasil pemantauan.

33
Lampiran 1. Proses Manajemen Risiko
N Ruang Unit Ruan Sum Risk Assessment Teknik Pengelolaan Strate P Wak Monitoring dan Evaluasi
O Kerj g/Ar ber gi tu
Lingkup/ Resiko(Treat Risck) I
a/ ea Infor Re-assessment
mitiga
Kategori
Bida masi C
Kontrol Pembia si/pro
ng/
Resiko yaan duksi
Probab Impact/ Total Cont To Reng Wak
Bagi Risiko
(Risk risiko ily/like Dampa RiskSc rol tal king
an tu
(Financ
lihocd k (1-5) ore abilit Sc
Control) Prior
ial
(1-5) y ore
Risk) itas
(1-4)
r
Resik Probab Impact/ Scor Kontr Control Total Reng .Hindari Transfe
e
o/Kon ily/like Dampa e ol ability Scor king Resiko r
s
disi lihocd k (1-5) Risk Intern e Risiko
(1-4) Prior Pencegah
i
Saat (1-5) al Asuran
itas an
k
ini yang si
Kerugian
resik o
ada
o Reduksi Terima
saat
ini Kerugian /
Retensi
Segregasi
Risiko
Transfer
dgn
Kontrak

1 OPERASIONALpro
ses
internal/eksternal
yang mempengaruhi
operasional
organisasi

2 KEPATUHAN tidak
mematuhi atau tidak
melaksanakan
peraturan/ketentuan
yang
berlaku/kepatuhan
terhadap hukum dan
peraturan

3 KEUANGAN
segala sesuatu yang
menimbulkan
tekanan terhadap
keuangan dan
belanja organisasi

4 LEGAL

tuntutan hukum
terhadap organisasi

5 REPUTASI
menurunnya
kepercayaan publik/
masy karena
persepsi negatif

6 FRAUD

kecurangan oleh
publik internal yang
mengikuti keuangan
negara

7 KEBIJAKAN

Risiko yang
disebabkan adanya
penetapan kebijakan
organisasi
internal/eksternal
yang berdampak
langsung terhadap
organisasi

Anda mungkin juga menyukai