PEDOMAN MANAJEMEN
RISIKO
UPTD. PUSKESMAS TAMIANG LAYANG
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. PENGERTIAN RISIKO ............................................................................ 1
B. PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO..................................................... 1
C. PENGERTIAN KEJADIAN RISIKO.......................................................... 1
D. PENGERTIAN ANALISIS RISIKO ........................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................... 3
A. LINGKUP MANAJEMEN RISIKO ............................................................ 3
B. MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN .................................................... 3
C. MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS ............................................... 6
BAB III TATA LAKSANA.....................................................................................................13
A. TAHAPAN PROSES MANAJEMEN RISIKO.........................................................13
B. TIM MANAJEMEN RISIKO.....................................................................................20
C. STRATEGI DALAM MANAJEMEN RISIKO KLINIS...........................................21
D. PENANGANAN TERHADAP KTD, KPC, KTC DAN KNC..................................23
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................24
BAB V KESELAMATAN PASIEN.......................................................................................30
A. ENAM (6) SASARAN KESELAMATAN PASIEN..............................................................30
B. PELAPORAN KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN...............................................30
BAB VI KESELAMATAN KERJA.........................................................................................31
BAB VII PENGENDALIAN MUTU...............................................................................32
BAB VIII PELAPORAN....................................................................................................33
BAB IX PENUTUP..................................................................................................................34
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Risiko
a. Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan. Jenis-
jenis risiko dalam pelayanan kesehatan:
o Corporate risk: kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan
organisasi
o Non-clinical (physical) risk: bahaya potensial akibat lingkungan
o Clinical risk: bahaya potensial akibat pelayanan klinis
o Financial risk: risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
b. Manajemen risiko merupakan proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan,
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh
1
d. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
e. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
f. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
2. Lingkup Program :
1. Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien
2. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
3. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
4. Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
5. Risiko financial
6. Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan kendaraan/alat
transportasi, misalnya ambulans, vans, sepeda motor dsb)
3
- Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan toilet,
dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas
1) Toilet dan Kamar Mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
4) Hygiene dan sanitasi makanan
5) Pengolahan limbah,
6) Pengolahan limbah medis
7) Pengelolaan linen
8) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
10)Promosi hygiene dan sanitasi
4
o Zona ruang dengan
Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis
bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat,
ruang Akreditasi dan Musholla
Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah/sampah medis
o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
1. Sarana
o Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis tidak
tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah pada
lingkungan dll.
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik (sampah basah) dan non organik
(sampah kering) di setiap ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam IPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan
kantong warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan sementara
untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
o Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan, sterilisasi
dilakukan di ruang sterilisasi
10. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,
kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas sanitasi
e. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas
6
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan risiko
akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas yang dapat berdampak pada
pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen risiko layanan klinis
bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.
7
Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko yang
berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan
tersebut
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas :
Unit Layanan Risiko
Pendaftaran dan - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
Rekam Medis - Kesalahan pengambilan rekam medis
8
Unit Layanan Risiko
- Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat
- Kesalahan identifikasi pasien
- Pemberian obat kadaluwarsa
- Kesalahan penulisan label
- Pemberian obat rusak
- Kesalahan pengambilan obat
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu.
Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko (severity
assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) seperti
dalam Formulir berikut:
Formulir Analisis FMEA
Risiko Pelayanan Klinis UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang ,
Failur
e Frekuen Kemudah Rpn
Valida
(kega Penye si Kegawat an (occ Solu
No Efek si
galan/ bab terjadiny an (sv) terdeteksi x sv si
solusi
Kesal a (occ) (dt) x dt)
ahan)
Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 =
sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat sulit
dideteksi
3. Evaluasi risiko
9
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko.Evaluasi
dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar Masalah
(RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan
(treatment) ataukah tidak.
c. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
A. Ruang Lingkup
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada pelaksanaan
kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia
B. Penerapan
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
10
Program Risiko
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
2. Analisis risiko
3. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan analisis
penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis).Tingkat
risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana
tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya
C. Dokumentasi
11
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
12
BAB III
TATA LAKSANA
Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah
proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko.
A. Tahapan Proses Manajemen Risiko
Tahapan proses manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap menetapkan lingkup
manajemen risiko seperti Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien, Risiko yang
mungkin dialami oleh tenaga klinis
2. Identifikasi Risiko
Tahapan kedua dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko.
Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus
dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap
kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin
adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau
yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan, harus diidentifikasi. Adapun proses
identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko
yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko
dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
a. Audits
b. Complaints
d. Claims
e. Incidents
3. Analisa Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi, selanjutnya dapat
dilakukan suatu analisa untuk menganalisa dampak risiko secara keseluruhan, dengan
menggunakan matriks evaluasi risiko. Analisis risiko merupakan upaya untuk
menentukan estimasi risiko secara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan tehnik-tehnik
evaluasi maupun matematis. Analisis risiko merupakan proses untuk mengenali bahaya
yang mungkin terjadi dan bagaimana potensi kegawatan dari bahaya tersebut. Analisa
risiko dengan cara : Severity analysis (analisis tingkat kegawatan, Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA)/analisis terhadap kegagalan dan efek prosedur, Root Cause
Analysis (RCA)/ analisis akar penyebab masalah.
13
3.1 Severity Analysis (Analisis Kegawatan/Bahaya)
Severity analysis dengan menggunakan parameter probabiltas dan severity.
Severity, meliputi minor, moderat,mayor dan extreme. Severity assesment, menilai
kegawatan / bahaya dengan memadukan probability dan severity seperti pada
tabel.
Langkah dalam severity assesment adalah menentukan :
a) Probability, meliputi sangat sering, kemungkinan besar, mungkin, sepertinya
tidak akan dan sangat kecil
Tabel Tingkat Probabilitas
DESKRIPSI INSIDEN
b) Severity meliputi sangat gawat, gawat, sedang, tidak begitu gawat dan
tidak gawat
Tabel Severity
DESKRIPSI INSIDEN
Penderita meninggal tidak terkait proses alami
penyakit. Contoh: meninggal karena
Sangat gawat persalinan, kesalahan prosedur yg
menyebabkan kematian atau
kerusakan saraf
Pasien dengan kerugian permanen fungsi
Gawat utama tubuh (sensorik, motorik, psikologi,
intelegensi) cacat
Pasien dengan berkurangnya permanen fungsi
tubuh. Contoh: cidera ringan sampai sedang,
Sedang penambahan lama perawatan/operasi
tambahan/prosedur
tambahan
Pasien dengan peningkatan tingkat
Tidak begitu gawat
perawatan termasuk review dan evaluasi
Pasien tanpa cidera atau tanpa terkait
Tidak gawat
perawatan/lama menginap
14
Tabel Assesment Severity catagory of incidents
Severity
Tidak
Probability Sangat Gawat Sedang begitu Tidak
gawat gawat gawat
Sangat Sering 1 1 2 2 3
Kemungkinan 3 3
1 1 2
besar terjadi
Mungkin terjadi 2 2 3 4
1
Sepertinya tidak 4 4
1 2 3
akan terjadi
Sangat kecil
kemungkinan 2 3 3 4 4
terjadi
Keterangan :
1 = extreme risk
2 = high risk
3 = moderate risk 4
= low risk
Kejadian yang masuk dalam katagori 1=extreme risk (warna merah) dan
katagori 2 = high risk (warna kuning) adalah kejadian yang perlu
dilakukan investigasi / RCA.
15
lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar belakangi
timbulnya kejadian atau sampai tidak beralasan lagi untuk
melanjutkan
c) Analisis sebab :
mengidentifikasi akar-akar penyebab:
Faktor manusia: kelalaian, incompetence, sistem pengelolaan
sumber daya manusia termasuk reward system
Sistem breakdown, system failure, system incapability
Sistem pengendalian
Sumber daya (fasilitas dan peralatan) dan manajemen
sumber daya
rumuskan pernyataan akar masalah
d) Menyusun rencana tindakan :
menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab yang
diidentifikasi, dan dapat diterima oleh pihak yang terkait dengan
kejadian.
Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab kejadian dan
pengukuran untuk menilai efektifitas tindakan thd akar penyebab
Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam organisasi
e) Melaporkan proses analisis dan temuan kepada Kepala Puskesmas:
Catat proses dan alat yang digunakan
Biaya yang dibutuhkan
Ringkasan kejadian
Proses investigasi dan analisis
Temuan
3.3 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali
model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab
terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi
dengan melakukan perubahan disain/prosedur
Langkah – langkah FMEA adalah sebagai berikut :
Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
Tetapkan peran dari tiap anggota tim
16
Gambarkan alur proses yang ada sekarang
Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:
Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ) 0
: tidak pernah, 10 sangat sering
Kegawatannya (severity): (SV)
0 : tidak gawat, 10 sangat gawat
Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)
0 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi
Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x SV x
DT
Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
17
sampai sedang tidak cedera tetapi dirasakan mengganggu oleh pelanggan
3 dan/atau menyebabkan masalah ringan pada sistem yang
dapat diatasi dengan modifikasi
ringan
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan
tidak menyadari adanya masalah tetapi berpotensi
menimbulkan cedera ringan atau tidak
berakibat pada sistem
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak
berdampak pada sistem
18
7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi
6 manual atau tidak ada proses yang baku untuk
mengetahui, sehingga ketahuan
karena kebetulan
5 Berpeluang sedang Ada proses untuk double checks atau
untuk diketahui inspeksi tetapi tidak otomatis atau dilakukan
secara sampling
4 Berpeluang tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin
3 diketahui tetapi tidak otomatis
2 Berpeluang sangat tinggi Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang
untuk diketahui otomatis
1 Hampir dipastikan untuk Ada proses otomatis yang akan
diketahui menhentikan proses untukmencegah
kesalahan
Tabel FMEA
4. Evaluasi Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, langkah
selanjutnya melakukan evaluasi risiko. Tim manajerial menentukan apakah risiko
memerlukan tindakan atau tidak. Jika suatu risiko memerlukan tindakan maka tim
manajerial menyusun rencana aksi.
5. Tindakan / treatment terhadap risiko
Tim manajerial memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat. Strategi ini
didasarkan kepada sifat dan dampak potensial / konsekuensi dari risiko itu sendiri.
Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk memindahkan dampak potensial risiko
sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol terhadap risiko. Tindakan risiko bertujuan
untuk menghilangkan atau meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
19
6. Monitoring
Monitoring dilaksanakan untuk mengamati dan meninjau pelaksanaan tindakan,
apakah pelaksana melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
7. Komunikasi
Komunikasi risiko dilakukan kepada stakeholders, tim manajerial dan pelaksana agar
proses manajemen risiko dapat diterapkan dengan efektif.
20
Mengelola risiko korporat yang berdampak strategis dan risiko unit kerja
yang signifikan.
Memberikan saran mengenai penerapan manajemen risiko kepada
Risk Manager
Melaporkan dan mengkomunikasikan secara periodik tentang
penerapan manajemen
Meningkatkan kesadaran tantang manfaat penerapan manajemen risiko di
seluruh karyawan.
Memfasilitasi kegiatan–kegiatan penerapan manajemen risiko di
lingkungan Puskesmas.
Memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen risiko di unit– unit
kerja.
Memonitor penerapan manajemen risiko di unit-unit kerja.
Melakukan tugas-tugas sebagai counterpart dalam penerapan
manajemen risiko.
Mensosialisasikan penerapan manajemen risiko secara efektif di
lingkungan Puskesmas.
Memfasilitasi pengembangan kompetensi para pihak yang terkait dalam
penerapan manajemen
Tanggung jawab Assistant Risk manager adalah bertanggung jawab terhadap
manajemen risiko pada semua tingkat operasional pelayanan
c. Health & Safety Manager
Uraian tugas Health & Safety Manager adalah :
Menerapkan manajemen risiko terhadap pencapaian sasaran dan tujuan di
unit kerjanya.
Melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi risiko, analisis
risiko, dan evaluasi risiko.
Melakukan penanganan (mitigasi) terhadap risiko yang menjadi tanggung
jawab unit kerjanya.
Melakukan monitoring dan reviu atas penerapan manajemen risiko serta
melakukan analisis terhadap potensi timbulnya risiko baru.
Mengkomunikasikan hasil penerapan manajemen risiko kepada
assistant risk manager
Memelihara dan mendokumentasikan data pengelolaan risiko.
C. Strategi Dalam Manajemen Risiko Klinis
Strategi dalam manajemen resiko klinis antara lain :
a. Strategi Proaktif :
21
o Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko klinis
yang mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada semua
lini pelayanan.
o Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga tidak
terjadi tumpang tindih
o Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
o Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan
peralatan medis/klinis
o Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara
konsisten
o Kebijakan dalam:
o fire safety,
o infectious and non-infectious waste management,
o infection control
o occupational health
o Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata.
o Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan
terjamin ketelursuran
o Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
o Serah terima dilakukan secara adekuat
o Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga
mengenai keputusan terapi/tindakan klinis
o Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb,
pada rekam medik, yang secara legal ditandatangani
b. Strategi Reaktif :
o Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan dibuktikan
dengan “consent” dari semua pihak yang terkait
o Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal faktor-
faktor yang dapat dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan yang terbaik diberikan
o Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar masalah (root
cause) dan dilakukan dengan pendekatan budaya tidak menyalahkan
o Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik klinis maupun
non klinis, termasuk kejadian near miss, dan dicatat dalam risk register untuk
audit dan analisis.
22
D. Penanganan terhadap KTD, KPC, KTC dan KNC
Langkah–langkah penanganan KTD, KPC, KTC dan KNC adalah sebagai berikut:
1. Catat setiap kejadian risiko pada register/catatan kejadian risiko
2. Laporkan setiap kejadian risiko mulai dari pelaksana kegiatan, penanggung jawab upaya,
Tim mutu dan Kepala Puskesmas
3. Lakukan Severity analysis untuk menentukan prioritas kegawatan/bahaya dari kejadian
risiko;
4. Lakukan Root Cause Analysis (RCA) untuk mengetahui akar penyebab masalah dan
rencana tindak lanjut untuk kejadian risiko yang masuk katagori extreem risk dan
high risk;
5. Tindaklanjuti temuan hasil RCA
6. Lakukan FMEA untuk menganalisis prosedur;
7. Lakukan Monitoring dan Komunikasi antara Kepala Puskesmas, tim manajemen, dan
pelaksana.
23
BAB IV
DOKUMENTASI
Kejadian
Informasi
Tambahan
Good practice
(kalau ada)
Masalah
pelayanan
24
e. Staf yang terlibat ( pelaku) dan waktu:
Staf pelaku Waktu
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
b. Analisis Penyimpangan
Prosedur
Prosedur yang
yang Apakah terdapat bukti penyimpangan
dilakukan saat
Normal dalam proses
insiden
(SOP)
c. Analisis Barier
25
d. Fish bone analysis (gambarkan diagram tulang ikan )
e. Faktor-faktor yang berkontribusi :
1. Faktor diluar FKTP ( regulasi/peraturanperundangan, ekonomi,
sosial budaya dsb)
2. Faktor Organisasi dan manajemen:
a. Organisasi dan Manajemen:
b. Kebijakan Internal :
c. Prosedur :
d. Administrasi :
e. Budaya keselamatan:
f. SDM
g. Pendidikan/pelatihan/kompetensi
3. Faktor Lingkungan Kerja
a. Bangunan :
b. Lingkungan
c. Peralatan/perlengkapan:
4. Faktor Kontributor: Tim Kesehatan
a. Supervisi dan konsultasi
b. Konsistensi pelaksanaan tugas
c. Kepemimpinan dan tanggungjawab
d. Respons terhadap kejadian
5. Faktor contributor : Staf
a. Kompetensi
b. Stressor fisikdan mental
6. Faktor contributor: Tugas
a. Ketersediaan SOP
b. Ketersediaan dan akurasi hasil test
c. Faktor penunjang dalam validasi alat medis
d. Disaintugas
7. Faktor contributor : Pasien
a. Kondisi
b. Personal ( kepribadian, bahasa, kondisisosial, keluarga)
c. Pengobatan
d. Riwayat
e. Hubungan staf dan pasien
8. Faktor kontibutor: Komunikasi
a. Komunikasi verbal/komunikasi tertulis
26
6. Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut
UNIT KERJA :
Tim FMEA:
d. Ketua Tim :
e. Anggota:
f. Petugas notulen:
g. Peran masing-masing
I. Gambarkan alur proses yang akan dianalisa:
II. Identifikasi failure mode :
III. Tujuan melakukan analisis FMEA:
IV. Identifikasi akibat jika terjadi failure mode untuk tiap-tiap failure mode
V. Identifikasikan kemungkinan penyebab dari tiap failure mode, dan deskripsikan upaya-
upaya yang sudah dilakukan ( kalau ada) untuk mengatasi failure mode:
VI. Lakukan penghitungan RPN ( Risk Priority Number) dengan menggunakan
matriks sbb:
Tahap Failu Akib S Kemungki O Upaya D RP
an re at (Severi nan sebab (Occurren kendali (detectabil N
proses mod ty) ce) yg sdh ity)
e dilakuk
an
VII. Tetapkan Treshold untuk memilih failur mode yang akan diselesaikan dan
tetapkan failure mode apa saja yang akan diselesaikan.
1. Urutkan Failur Mode mulai yang paling tinggi nilai RPNnya (Pareto)
27
Failur Nilai RPN Failur Nilai RPN
Mode Mode
A 300 E 320
B 100 A 300
C 120 F 150
D 60 C 120
E 320 B 100
F 150 J 90
G 40 I 80
H 30 D 60
I 80 G 40
J 90 H 30
Prosentasi
Failur Mode Nilai RPN Nilai Kumulatif
Kumulatif
E 320 320 25 % (320/1290X100%)
A 300 620 48 %
F 150 770 59 %
C 120 890 69 %
B 100 990 77 %
J 90 1080 84 %
I 80 1160 90 % Threshold
D 60 1220 95 %
G 40 1260 97 %
Jadi : yang dicarikan solusinya dari batas treshold ke atas yang mempunyai nilai RPN dari 90
– 320.
VIII. Diskusikan dan rencanakan kegiatan/tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi
failure mode tersebut, tetapkan penanggung jawab dan kapan akan dilakukan
28
IX. Pelaksana kegiatan dan evaluasi
Laksanakan kegiatan dan lakukan evaluasi dengan menghitung ulang RPN
Tindakan
Jenis Identifikasi Rekomendasi
NO Unit Pelayanan yang sudah
Pelayanan Risiko Tindakan lain
ada
29
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
30
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah merupakan upaya untuk menekan dan mengurangi
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan.
Pelaksanaan K3 yang serius dan baik akan dapat mengurangi timbulnya kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja baik bagi pegawai, pekerja, pasien, dan masyarakat/pengunjung yang
berada di UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang ,. Sehingga pada akhirnya, diharapkan
segenap pegawai, pekerja, pasien, dan masyarakat/ pengunjung akan merasa aman dan nyaman
berada di UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang , Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan hal atau keadaan yang sering tidak disadari oleh semua orang/ disemua tempat,
khususnya di puskesmas terbukti masih banyak kejadian dan data yang diabaikan sehingga
diperlukan pengelolaan secara sistematis. Dasar pengelolaan K3 di puskesmas berdasar pada
Surat Keputusan Kepala UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang , dan Kebijakan Kepala
UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang , dalam bidang K3.
Terkumpulnya data sangat diperlukan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi terhadap
penyelenggaraan K3 di UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang ,. Tertib administrasi K3
di UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang , diselenggarakan dengan pencatatan dan
pelaporan secara berkala yang meliputi :
a. Kecelakaan Kerja
b. Penyakit AkibatKerja
c. Kebakaran
d. Bencana
31
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Gambaran Umum
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan UPT. Puskesmaas Puskesmaas Tamiang Layang ,
B. Indikator Mutu
Indikator adalah adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator
yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria adalah spesifikasi dari indikator, kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan
dihitung untuk dapat menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara
mutu baik dan mutu tidak baik
C. Sasaran Mutu
1. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
2. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan.
3. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Puskesmas.
4. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
5. Didasarkan pada data yang ada.
32
BAB VIII
PELAPORAN
A. LAPORAN SEMESTERAN
Laporan manajemen risiko dilakukan 1 tahun sekali yang ditujukan kepada :
1. Lisan
2. Laporan tertulis
33
BAB IX
PENUTUP
Demikian Pedoman Manajemen Risiko UPTD Puskesmaas Tamiang Layang ini dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
34