Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN


UPTD PUSKESMAS SUMBERLAWANG
Jalan Raya Solo - Purwodadi Km.30 Telp 08112642009 Sumberlawang
Email : pusk_sblawangsrg@yahoo.com
S R A G E N – Kode Pos 57272

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS SUMBERLAWANG
NOMOR : ........./............/........./2016

TENTANG

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KLINIS


KEPALA UPTD PUSKESMAS SUMBERLAWANG

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin perbaikan mutu layanan


klinis di Puskesmas Sumberlawang, maka perlu
dilaksanakan manajemen terhadap risiko klinis
yang mungkin terjadi.
b bahwa dalam melaksanakan manajemen risiko
. klinis perlu dilakukan identifikasi, analisis dan
tindak lanjut terhadap risiko – risiko yang mungkin
terjadi dalam pelayanan klinis.
bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a
c. dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Sumberlawang tentang Penerapan
Manajemen Risiko Klinis.

Mengingat : a. UU Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan;


b Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
. 128/Men.Kes/SK/II/ 2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas; Keputusan Menteri Kesehatan
c. RI No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Peraturan Menteri
d Kesehatan No.1691/MENKES/PER/VIII/2011
. Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


SUMBERLAWANG TENTANG PENERAPAN
MANAJEMEN RISIKO KLINIS
Kesatu : Pelaksanaan pelayanan klinis di Puskesmas wajib
menerapkan manajemen risiko klinis.
Kedua : Penerapan manajemen risiko klinis sebagaimana
dalam diktum Pertama harus menggunakan
pedoman manajemen risiko klinis sebagai
panduannya.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapannya, maka akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Sumberlawang
Pada tanggal : ...............2016
KEPALA PUSKESMAS
SUMBERLAWANG

Enny Suramto
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS SUMBERLAWANG
NOMOR : 2016
TANGGAL : 2016
TENTANG : PENERAPAN MANAJEMEN
RESIKO DI UPTD
PUSKESMAS SUMBERLAWANG

A. Latar belakang
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan
adalah Keselamatan Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai
dibicarakan kembali pada tahun 2000-an, sejak laporan dan Institute
of Medicine (IOM) yang menerbitkan laporan: to err is human, building
a safer health system. Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru
dalam pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis,
dan pencegahan medical error yang sering menimbulkan Kejadian Tak
Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
harus didukung oleh mekanisme kerja agar tercapai harapan dan
kebutuhan para pengguna jasa layanan kesehatan serta
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Untuk mencapai mekanisme
kerja yang efektif dan efisien harus dilakukan secara integratif dari
berbagai program dan unit pelayanan sehingga tidak terjadi
kesalahan dan keterlambatan dalam pelaksanaan program. Prinsip-
prinsip manajemen resiko yang sederhana perlu diterapkan di
Puskesmas untuk mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan baik
secara reaktif maupun proaktif.
B. Pengertian Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah suatu pendekatan proaktif yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, memetakan dan
memprioritaskan resiko guna menghilangkan dan atau memperkecil
dampak yang mungkin timbul. Resiko merupakan suatu keadaan
yang tidak pasti yang dihadapi puskesmas yang dapat memberikan
dampak merugikan, baik potensi ancaman yang timbul dari proses
saat ini atau kegiatan yang akan datang. Resiko yang dihadapi di
puskesmas dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Clinical Risk
Meliputi resiko kesalahan medis (/KTD), resiko kejadian kritis,
resiko komplain pasien, resiko nosokomial, resiko kesehatan dan
keselamatan kerja
2. Non clinical risk
Meliputi : resiko asset, resiko pendapatan bisnis sebagai
Badan Layanan Umum Daerah, resiko tuntutan hukum, resiko
kelalaian karyawan/pekerja, resiko akibat kelemahan sistem
operasional, resiko korupsi, tindak kriminal, dan lain-lain.
Resiko yang terjadi dapat berupa bahaya, musibah, atau
proses terjadinya hal-hal yang merugikan pasien dengan atau
sebagai dampak asuhan klinis yang diberikan kepadanya.
C. Tujuan dan Manfaat Manajemen Resiko
Tujuan:
1. Meminimalkan terjadinya medical error, adverse events, harms
pada pasien
2. Meminimalkan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim
yang menjadi tanggungan pihak asuransi kesehatan dalam hal ini
BPJS atau asuransi lainnya yang bekerjasama dengan puskesmas
(mencegah kerugian finansial )
Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk Puskesmas:
1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat
risiko terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat.
2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area
risiko yang lain.
3. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan
investigasi untuk semua risiko, yaitu menggunakan RCA.
4. Membantu Puskesmas dalam memenuhi standar-standar terkait,
serta kebutuhan clinical governance.
5. Membantu perencanaan Puskesmas menghadapi ketidakpastian,
penanganan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan, dan
meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.

D. Sasaran Manajemen Resiko


1. Puskesmas
2. Puskesmas Pembantu
3. Poskesdes
4. Posyandu
E. Ruang lingkup manajemen resiko
Ruang lingkup manajemen resiko di puskesmas meliputi kegiatan
berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi cedera dan
kerugian pada pasien, karyawan, pengunjung, organisasinya sendiri
dan kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien untuk
menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan, pasien dan
pengunjung.
1. Resiko yang berhubungan dengan pelayanan pasien meliputi :
 Pelayanan yang tidak sesuai SOP
 Akibat pengobatan yang tidak sesuai
 Informed consent
 Diskriminasi pengobatan
 Kehilangan barang milik pasien
2. Resiko yang berhubungan dengan tenaga medis
 Kredensialing terhadap tenaga medis
 Tindakan medis yang tidak sesuai kompetensi dan prosedur
baku
3. Resiko yang berkaitan dengan karyawan
 Resiko keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Resiko yang berkaitan dengan bangunan meliputi:
 Kerugian akibat kebakaran, bencana dan lain-lain
 Kehilangan dokumen dan laporan
 Kehilangan barang berharga
5. Resiko finansial : kehilangan finansial
6. Resiko yang lainnya
 Seperti : masalah limbah
F. Tahapan Manajemen Resiko
1. Identifikasi resiko
Identifikasi resiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang
dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara
finansial. Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan
diambil manajemen terhadap risiko tersebut.
Identifikasi resiko meliputi:
a. Keberadaan resiko (resiko yang berada pada orang, barang,
uang, dan kebijakan/prosedur)
b. Jenis resiko ( resiko apa saja yang sering terjadi atau timbul)
c. Penyebab timbulnya resiko (
manusia,alat/mesin/alat/teknologi,alam)
d. Cara mengidentifikasi :observasi, wawancara, studi dokumen.
Cara mengidentifikasi resiko yaitu dengan:
a. Metode interaksi yaitu suatu cara yang digunakan untuk
mengetahui keberadaan dan penyebab resiko melalui kegiatan
berinteraksi dengan obyek resiko, misalnya:
 Observasi dengan mengamati obyek yang akan diidentifikasi
 Wawancara dilakukan dengan bertanya pada orang yang
bekerja pada unit yang akan diidentifikasi
 Studi dokumen dengan mempelajari berbagai laporan
kejadian/kegiatan
b. Metode alur bagan dengan menggambarkan alur kegiatan dari
suatu pekerjaan sehingga diketahui aktivitas kegiatan dengan
berbagai resiko yang mungkin timbul
Instrument yang digunakan:
a. Laporan Kejadian
b. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa
dan mencari penyimpangan-penyimpangan pada praktik dan
prosedur)
c. Pengaduan (Complaint) pelanggan
d. Survey/Self Assesment, dan lain-lain
Penilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk
membantu Puskesmas menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi,
kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko risiko.
Informasi potensial resiko maupun resiko actual menggunakan
Root Cause Analysis (RCA) dan Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA). Penilaian risiko dilakukan oleh seluruh staf dan semua
pihak yang terlibat termasuk pasien dan publik dapat terlibat bila
memungkinkan.
Area yang dinilai:
 Operasional
 Finansial
 Sumber daya manusia
 Strategik
 Hukum/Regulasi
 Teknologi

2. Pengukuran resiko
Bahwa dilakukan untuk mengetahui besar atau kecilnya
kemungkinan terjadinya sesuatu/resiko
Metode pengukuran dengan cara: metode distribusi, metode
aproximasi
Hasil pengukuran adalah peta resiko
3. Pemetaan Resiko
RISK GRADING MATRIX
Probabilitas/frekuensi/likelihood
Level Frekuensi Kejadian aktual
1 Jarang Dapat terjadi dalam
lebih dari 5 tahun
2 Tidak biasa Dapat terjadi dalam 2-5
tahun
3 Kadang-kadang Dapat terjadi tiap 1-2
tahun
4 Kemungkinan Dapat terjadi beberapa
kali dalam setahun
5 Sering Terjadi dalam
minggu/bulan

Dampak Klinis/ consequenses /severity

Level Deskripsi Contoh diskripsi


1 insignificant Tidak ada cedera,kerugian keuangan
kecil
2 Minor Dapat diatasi dengan pertama,
kerugian keuangan sedang
3 Moderate Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual secara permanen/ tidak
berhubungan dengan penyakit, setiap
kasus yang memperpanjang
perawatan.
4 Major Cedera luas, kehilangan fungsi utama
permanent,
Kerugian keuangan besar
5 Cathastropic Kematian yang tidak berhubungan
dengan perjalanan penyakit.

Frekuensi Potensial Konsekuensi (Resiko)


/ Insignifi Minor Moderate Mayor Catastrop
Likehood cant ic
Level 5 Sedang Sedang Tinggi Sangat Sangat
Tinggi Tinggi
Level 4 Sedang Sedang Tinggi Sangat Sangat
Tinggi Tinggi
Level 3 Rendah Sedang Tinggi Sangat Sangat
Tinggi Tinggi
Level 2 Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Level 1 Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi

4. Teknik Pengelolaan resiko


a. menghindari resiko,
b. mengendalikann resiko,
c. memindahkan resiko ke pihak lain misalnya melalui asuransi,
outsourching, kontrak, dll
5. Pengendalian resiko
Suatu metode yang digunakan untuk menggeser/mengurangi
dampak resiko. Pengendalian resiko dapat dilakukan dengan:
a. mengurangi penyebab resiko (sebelum resiko terjadi) atau;
b. menurunkan dampak yang timbul akibat resiko (setelah resiko
terjadi).
Dalam melaksanakan manajemen resiko Puskesmas
Sumberlawang membentuk Tim Mutu Puskesmas Sumberlawang
yang ditetapkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Sumberlawang. Tim
mutu secara rutin melakukan pembahasan yang terdiri dari tim
manajemen medis, koordinator pemegang program., sehingga akan
didapatkan kesimpulan : RCA, tipe dan sumber medical error, FMEA,
perbaikan prosedur, kebijakan, peraturan, dan lain-lain dan
dilakukan tindak lanjut.
G. Penutup
Demikian penerapan manajemen resiko di UPTD Puskesmas
Sumberlawang Kabupaten Sragen.
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN KEPALA
UPTD PUSKESMAS
SUMBERLAWANG
NOMOR : 2016
TANGGAL : 2016
TENTANG : PENERAPAN
MANAJEMEN RESIKO
DI UPTD PUSKESMAS
SUMBERLAWANG

Lampiran Form RCA sbg lampiran II


LAMPIRAN III
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SUMBERLAWANG
NOMOR : 2016
TANGGAL : 2016
TENTANG : PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DI UPTD
PUSKESMAS SUMBERLAWANG

Lampiran form FMEA sebagai lampiran III

Ditetapkan di : Sumberlawang
Pada tanggal : 01 Juli 2015

Kepala UPTD Puskesmas Sumberlawang


Kabupaten Sragen
Eny Suramto

Anda mungkin juga menyukai