Anda di halaman 1dari 12

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SIJUNJUNG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIJUNJUNG


NOMOR : / SK/ PUSK–SJJ/I/2022

TENTANG

PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SIJUNJUNG

KEPALA PUSKESMAS SIJUNJUNG

Menimbang 1. Bahwa dalam pelaksanaan program dan kegiatan


: puskesmas diupayakan agar tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan;
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam butir a, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Puskesmas;

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Mengingat : Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang keselamatan pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2019
tentang Standar pelayanan minimal Bidang Kesehatan;
6. Peraturan Bupati Sijunjung Nomor 52 Tahun 2020
tentang Standar Pelayanan Minimal BLUD Puskesmas
Di Kabupaten Sijunjung

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Penerapan manajemen resiko meliputi kondisi-kondisi
pekerjaan termasuk kondisi fisik, lingkungan dan faktor-
faktor lain seperti kebisingan, temperatur, kelembaban,
pencahayaan atau cuaca terhadap keamanan gangguan
lingkungan;

KEDUA : Panduan manajemen resiko sebagaimana terlampir pada surat


keputusan ini;

KETIGA : Keputusan Ini Mulai Berlaku Sejak Tanggal ditetapkan


Dengan Ketentuan Akan dirubah Kembali Sebagaimana
Mestinya Jika ditemukan Kekeliruan Dalam Penetapannya.

Ditetapkan di : SIJUNJUNG
Pada Tanggal : Januari 2022
Plt.KEPALA PUSKESMAS SIJUNJUNG

ASTRI NETTI

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
SIJUNJUNG
NOMOR : /SK/PUSK–SJJ/I/ 2022
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
PUSKESMAS SIJUNJUNG

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait
dengan kelangsungan hidup Puskesmas . Kelima aspek keselamatan
Puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap
Puskesmas, yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan
terintegrasi. Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-
bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang
semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga
profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko
menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas SIJUNJUNG perlu
melakukan pengelolaann risiko dalam suatu manajemen risiko yang
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat
diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

B. TUJUAN

Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di


Puskesmas SIJUNJUNG.

C. SASARAN
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan,
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada
pimpinan iunit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai
Puskesmas SIJUNJUNG.

D. RUANG LINGKUP
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan,
2. Risiko terhadap staf medis,
3. Risiko terhadap staf /pegawai,
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/asset Puskesmas,
5. Risiko terhadap keuangan,
6. Risiko-risiko lain.
BAB II
PENGERTIAN
A. DEFENISI
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset
Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk
mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan
untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah
terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan
manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien,
melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

B. STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN RISIKO

KEPALA
PUSKESMAS

WMM

KOORDINATOR KOORDINATOR
UKP UKM

C. ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO


Elemen kunci disain program manajemen risiko adalah sebagai
berikut :
a. Tujuan disain program manajemen risiko adalah :
1. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki
pelayanan kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk
mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien dari cedera atau
kecacatan terkait keselamatan pasien.
2. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi
dan berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
3. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas
akibat kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen
yang tidak efektif, dengan meningkatkan perbaikan
berkesinambungan pada proses pelayanan pasien melalui
lingkungan yang diciptakan dengan aman.

b. Kewenangan Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung selaku pemilik


puskesmas :
1. Memiliki tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan
yang aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas
Kesehatan Kabupaten Sijunjung mendelegasikan kewenangan
kepada Kepala Puskesmas SIJUNJUNG untuk membentuk
organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan
secara luas.
2. Kepala Puskesmas SIJUNJUNG menugaskan kepada Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien untuk membentuk
satuan tugas manajemen resiko masuk dalam struktur Tim
Manajemen Risiko.
3. Satuan tugas manajemen resiko bertanggung jawab
mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas, semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan
pihak luar Puskesmas.

c. Koordinasi
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen
risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik
secara formal maupun informal antara manajemen risiko professional
dengan semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas
serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas. Manajemen risiko
profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan orang-
orang kunci dalam organisasi, Kepala dan para pimpinan unit layanan
di Puskesmas berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai
kegiatan penting dalam program manajemen risiko. Pimpinan Unit
Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung antara
program manajemen risiko dan staf medis, membantu manajemen
risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa
organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial,
cilinical privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam
pembiaySJJn dan memberikan informasi yang berharga untuk
program manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai
dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan
Puskesmas. Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab
untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian
kinerja, pemeriksSJJn latar belakang pegawai dan uji kompetensi,
verifikasi izin dan sertifikasi, pemberian cuti pegawai dan
pemeriksSJJn kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya
penting untuk mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan
tindakan/pelayanan. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab
utama membantu manajemen risiko dalam melakukan fire safety,
manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagSJJn darurat dan
keselamatan staf. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan
keselamatan pasien.

d. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur
manajemen puncak dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah
kerugian (loss prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan,
pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim
dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur,
menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber
daya manusia, system prosedur, pengawasan internal maupun
gabungannya.
a. Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut :
 Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan
insiden, rujukan staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan
pasien.
 Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan
iunit layanan terkait seperti : manajemen mutu, kepelayanan,
staf medis dan kontrol infeksi.
 Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
 Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan
terjadi risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan
penanganan kejadian sentinel.
b. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam
enam bagian :
 Pengurangan dan pencegahan kehilangan
 Manajemen klaim
 Pembiayaan risiko d.Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
 Pelaksanaan manajemen risiko
 Etika Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan
pengembangan manajemen risiko, mengukur tujuan dan
sasaran manajemen risiko secara spesifik.

Manajemen risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk


menentukan kegiatan selanjutnya, melaporkan kemajuan untuk
menetapkan tujuan Puskesmas.

BAB III
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,


mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai,
kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan
kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan. Program manajemen risiko
mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan peningkatan mutu
berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program manajemen
risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan karyawan
front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian
risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan. Layanan
diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang
diperlukan.
Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko
a. Risiko Terkait dengan pelayanan pasien
1. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
2. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
3. KerahasiSJJn dan pemberian informasi yang sesuai.
4. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan.
5. Pasien diberitahu tentang risiko.
6. Pengobatan yang nondiskriminatif.
7. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan.
b. Risiko Terkait dengan staf medis
1. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?
2. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku ?
3. Apakah pasien dikelola dengan benar?
4. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
c. Risiko Terkait dengan karyawan
1. Menjaga lingkungan yang aman.
2. Kebijakan kesehatan pegawai.
d. Risiko Terkait dengan property

Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll -Catatan rekam
medik pasien non-elektronik, Ikatan kerja sama dan asuransi untuk
melindungi fasilitas dari kerugian.

e. Risiko Keuangan

Catatan keuangan, dilindungi dari kerusakan atau perusakan.


f. Risiko Lain – lain
1. Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis
menular, manajemen limbah.
2. Risiko terkait hukum dan peraturan

BAB IV
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi


yang terus-menerus berubah dan harus di identifikasi. Program manajemen
risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu :

1. TETAPKAN KONTEKS.
a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas
dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses
manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan
konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan
eksternal. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter
kegiatan, atau bagian dari organisasi Puskesmas dimana proses
manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus
dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula
kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan
dipelihara. Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen
resiko secara mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses
manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau
terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi, atau
area proyek.

2. IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
Puskesmas, atau pasien. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting
dan harus dikelola menggunakan proses sistematis yang terstruktur
dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini
akan dik ecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi
risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol
organisasi manajemen risiko. Dari waktu ke waktu, semua risiko yang
signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat Puskesmas , unit
pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan
dipantau.
Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan
prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para
eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut :
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian,
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal / eksternal,
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi
Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas,
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis
atau bahaya daninsiden yang terjadi,
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi. Identifikasi
adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak
akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas
manajemen resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk
mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai
seperti Daftar keluhan pasien, Hasil survei kepuasan, Diskusi dengan
pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja, Laporan insiden.

3. ANALISIS RISIKO
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen
risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system
kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua iunit
layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat
menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu proses sistematis untuk
memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko, memisahkan
risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data
untuk membantu evaluasi dan pelayanan. Pada umumnya risiko yang
berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi prioritas
intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakanharus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk
grading/tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko
dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila
hal ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada
kontrol atas risiko sSJJt ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila
risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial
menjadi insiden), dan kemungkinan terjadinya insiden. Penilaian dan
rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan
konsekuensi.

BAB V
EVALUASI DAN RANGKING RISIKO

A. Severity Rating Scale

Nilai Penjelasan Pengertian

10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan


berbahaya kematian pelanggan dan kerusakan sistem
tanpa tanda-tanda yang mendahului
9 Sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
8 berbahaya berat/permanen pada pelanggan atau
gangguan serius pada sistem yang dapat
menghentikan pelayanan dengan adanya
tanda yang mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
ringan sampai sedang dengan tingkat
ketidak puasan yang tinggi dari pelanggan
dan/atau menyebabkan ganggung sistem
yang membutuhkan perbaikan berat atau
kerja ulang yang signifikan
6 Berbahaya Kesalahan berakibat pada cedera ringan
5 sedang dengan sedikit ketidak puasan pelanggan
dan/atau menimbulkan masalah besar pada
sistem
4 Berbahaya Kesalahan menyebakan cedera sangat
3 ringan ringan atau tidak cedera tetapi dirasakan
sampai mengganggu oleh pelanggan dan/atau
sedang menyebabkan masalah ringan pada sistem
yang dapat diatasi dengan modifikasi ringan
2 Berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
ringan pelanggan tidak menyadari adanya masalah
tetapi berpotensi menimbulkan cedera
ringan atau tidak berakibat pada sistem
1 Tidak Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
berbahaya tidak berdampak pada sistem

B. Occurence Rating Scale


Nilai Penjelasan Pengertian

10 Kemungkinan Kesalahan terjadai paling


terjadinya tidak sekali sehari atau
dapat hampir setiap hariaan
dipastikan
9 Hampir tidak Kesalahan dapat diprediksi
dapat terjadi atau terjadi setiap 3
dihindarkan sampai 4 hari

8 Kemungkinan Kesalahan sering terjadi atau


7 terjadai terjadi paling tidak seminggu
sangat tingggi sekali

6 Kemungkinan Kesalahan terjadi sekali


5 terjadi tinggi sebulan
sedang

4 Kemungkinan Kesalahan kadang terjadi,


3 terjadi atau sekali tidap tiga bulan
sedang
2 Kemungkinan Kesalahan jarang terjadi atau
terjadi terjadi sekitar sekali setahun
rendah
1 Kemungkinan Kesalahan hampir tidak
terjadi amat pernah terjadi, atau tidak ada
sangat yang ingat kapan terakhir
rendah terjadi

C. Detection Rating Scale

Nilai Penjelasan Pengertian

10 Tidak ada Tidak ada mekanisme untuk


peluang mengetahui adanya kesalahan
untuk
diketahui
9 Sangat sulit Kesalahan dapat diketahui
8 diketahui dengan inspeksi yang
menyeluruh, tidak feasible dan
tidak segera dapat dilakukan
7 Sulit Kesalahana dapat diketahui
6 diketahui dengan inspeksi manual atau
tidak ada proses yang baku untuk
mengetahui, sehingga ketahuan
karena kebetulan
5 Berpeluang Ada proses untuk double checks
sedang untuk atau inspeksi tetapi tidak
diketahui otomatis atau dilakukan secara
sampling
4 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi
3 tinggi untuk yang rutin tetapi tidak otomatis
diketahui
2 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi
sangat tinggi rutin yang otomatis
untuk
diketahui
1 Hampir Ada proses otomatis yang akan
dipastikan menhentikan proses untuk
untuk mencegah kesalahan
diketahui

Ditetapkan di : SIJUNJUNG
Pada Tanggal januari 2022
Plt. KEPALA PUSKESMAS SIJUNJUNG

ASTRI NETTI,

Anda mungkin juga menyukai