TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Penerapan manajemen resiko meliputi kondisi-kondisi
pekerjaan termasuk kondisi fisik, lingkungan dan faktor-
faktor lain seperti kebisingan, temperatur, kelembaban,
pencahayaan atau cuaca terhadap keamanan gangguan
lingkungan;
Ditetapkan di : SIJUNJUNG
Pada Tanggal : Januari 2022
Plt.KEPALA PUSKESMAS SIJUNJUNG
ASTRI NETTI
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
SIJUNJUNG
NOMOR : /SK/PUSK–SJJ/I/ 2022
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
PUSKESMAS SIJUNJUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. SASARAN
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan,
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada
pimpinan iunit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai
Puskesmas SIJUNJUNG.
D. RUANG LINGKUP
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan,
2. Risiko terhadap staf medis,
3. Risiko terhadap staf /pegawai,
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/asset Puskesmas,
5. Risiko terhadap keuangan,
6. Risiko-risiko lain.
BAB II
PENGERTIAN
A. DEFENISI
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset
Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk
mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan
untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah
terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan
manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien,
melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.
KEPALA
PUSKESMAS
WMM
KOORDINATOR KOORDINATOR
UKP UKM
c. Koordinasi
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen
risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik
secara formal maupun informal antara manajemen risiko professional
dengan semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas
serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas. Manajemen risiko
profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan orang-
orang kunci dalam organisasi, Kepala dan para pimpinan unit layanan
di Puskesmas berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai
kegiatan penting dalam program manajemen risiko. Pimpinan Unit
Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung antara
program manajemen risiko dan staf medis, membantu manajemen
risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa
organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial,
cilinical privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam
pembiaySJJn dan memberikan informasi yang berharga untuk
program manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai
dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan
Puskesmas. Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab
untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian
kinerja, pemeriksSJJn latar belakang pegawai dan uji kompetensi,
verifikasi izin dan sertifikasi, pemberian cuti pegawai dan
pemeriksSJJn kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya
penting untuk mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan
tindakan/pelayanan. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab
utama membantu manajemen risiko dalam melakukan fire safety,
manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagSJJn darurat dan
keselamatan staf. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan
keselamatan pasien.
d. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur
manajemen puncak dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah
kerugian (loss prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan,
pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim
dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur,
menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber
daya manusia, system prosedur, pengawasan internal maupun
gabungannya.
a. Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut :
Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan
insiden, rujukan staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan
pasien.
Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan
iunit layanan terkait seperti : manajemen mutu, kepelayanan,
staf medis dan kontrol infeksi.
Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan
terjadi risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan
penanganan kejadian sentinel.
b. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam
enam bagian :
Pengurangan dan pencegahan kehilangan
Manajemen klaim
Pembiayaan risiko d.Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
Pelaksanaan manajemen risiko
Etika Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan
pengembangan manajemen risiko, mengukur tujuan dan
sasaran manajemen risiko secara spesifik.
BAB III
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll -Catatan rekam
medik pasien non-elektronik, Ikatan kerja sama dan asuransi untuk
melindungi fasilitas dari kerugian.
e. Risiko Keuangan
BAB IV
PROSES MANAJEMEN RISIKO
1. TETAPKAN KONTEKS.
a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas
dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses
manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan
konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan
eksternal. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter
kegiatan, atau bagian dari organisasi Puskesmas dimana proses
manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus
dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula
kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan
dipelihara. Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen
resiko secara mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses
manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau
terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi, atau
area proyek.
2. IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
Puskesmas, atau pasien. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting
dan harus dikelola menggunakan proses sistematis yang terstruktur
dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini
akan dik ecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi
risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol
organisasi manajemen risiko. Dari waktu ke waktu, semua risiko yang
signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat Puskesmas , unit
pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan
dipantau.
Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan
prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para
eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut :
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian,
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal / eksternal,
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi
Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas,
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis
atau bahaya daninsiden yang terjadi,
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi. Identifikasi
adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak
akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas
manajemen resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk
mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai
seperti Daftar keluhan pasien, Hasil survei kepuasan, Diskusi dengan
pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja, Laporan insiden.
3. ANALISIS RISIKO
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen
risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system
kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua iunit
layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat
menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu proses sistematis untuk
memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko, memisahkan
risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data
untuk membantu evaluasi dan pelayanan. Pada umumnya risiko yang
berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi prioritas
intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakanharus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk
grading/tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko
dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila
hal ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada
kontrol atas risiko sSJJt ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila
risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial
menjadi insiden), dan kemungkinan terjadinya insiden. Penilaian dan
rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan
konsekuensi.
BAB V
EVALUASI DAN RANGKING RISIKO
Ditetapkan di : SIJUNJUNG
Pada Tanggal januari 2022
Plt. KEPALA PUSKESMAS SIJUNJUNG
ASTRI NETTI,