Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KOTA SEMARANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MIJEN
Jl. RM. Hadi Soebeno No.5 Mijen Semarang Telp (024)7711083 – 7711163 Kota Semarang
Kode Pos:50215 e-mail : puskmijensemarang@yahoo.co.id

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MIJEN


NOMOR: 095/SK/III/2023

TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

KEPALA UPTD PUSKESMAS MIJEN

Menimbang : a. bahwa dalam melaksanakan program dan kegiatan


Puskesmas diupayakan agar tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan yang dimaksud pada
huruf b perlu ditetapkan Keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Mijen Tentang Penerapan Manajemen
Risiko;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah;
3. Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 8737);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019, Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2022 Tentang Akreditasi Pusat Kesehatan
Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit
Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 1207);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/165/2023 Tentang Standar
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Untuk meningkatkan mutu pelayanan diperlukan evaluasi
dan perbaikan perilaku pelayanan klinis.
KEDUA : Penerapan manajemen Risiko pada UPTD Puskesmas Mijen
sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/ perubahan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Semarang
pada tanggal 27 Maret 2023
PLT KEPALA UPTD PUSKESMAS MIJEN

AGUS SUSANTO
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS MIJEN
NOMOR : 095/SK/III/2023
TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN
RISIKO

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO


UPTD PUSKESMAS MIJEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu keselamatan pasien (patientsafety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait dengan
kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan Puskesmas
tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas, yang harus
dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
UPTD Puskesmas Mijen terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-
bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang
semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga
profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko
menimbulkan insiden. Karena itu UPTD Puskesmas Mijen perlu melakukan
pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang profesional,
komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah
sedini mungkin.

B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di
UPTD Puskesmas Mijen.
C. Sasaran
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan
unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPTD Puskesmas
Mijen.

D. Ruang Lingkup
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
2. Risiko terhadap staf medis
3. Risiko terhadap staf/pegawai
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
5. Risiko terhadap keuangan
6. Risiko lain - lain
BAB II
MANAJEMEN RISIKO

A. Pengertian
Ada beberapa pengertian manajemen risiko antara lain :
1. Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi,untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset
Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
2. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan.
3. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,
menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk
menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
4. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah
terjadi (reaktif) danpotensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan
manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan
pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

B. Elemen Kunci Desain Program Manajemen Risiko


1. Tujuan
Tujuan disain program manajemen risiko adalah :
a. Mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan
kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi
risiko yang dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait
keselamatan pasien.
b. Meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan
hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan
berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
c. Melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat
kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak
efektif, dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada
proses pelayanan pasien melalui lingkungan yang diciptakan dengan
aman.
2. Kewenangan
a. Dinas Kesehatan Kota Semarang selaku pemilik puskesmas, memiliki
tanggung jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kota
Semarang mendelegasikan kewenangan kepada Kepala UPTD
Puskesmas Mijen untuk membentuk organisasi manajemen risiko
yang komprehensif dan berperan secara luas.
b. Satuan tugas manajemen risiko bertanggung jawab
mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas, semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan
pihak luar Puskesmas.

3. Koordinasi
a. Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen
risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik
secara formal maupun informal antara manajemen risiko profesional
dengan semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas
serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas. Manajemen risiko
profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan orang -
orang kunci dalam organisasi.
b. Kepala dan para pimpinan unit layanan di Puskesmas berfungsi
sebagai pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam
program manajemen risiko.
c. Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai
penghubung antara program manajemen risiko dan staf medis,
membantu manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter,
untuk memastikan bahwa organisasi melakukan clinical appointment
staf medis, kredensial, cilinical privilege dan prosedur disiplin telah
dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d. Bagian Keuangan bertanggung jawab dalam pembiayaan dan
memberikan informasi yang berharga untuk program manajemen
risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada
dan mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas.
e. Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk
mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian
kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji kompetensi,
verifikasi izin dan sertifikasi,pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan
kesehatanpegawai secara berkala yang semuanya penting untuk
mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan
tindakan/pelayanan.
f. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab utama membantu
manajemen risiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahan
berbahaya, kesiap siagaan darurat dan keselamatan staf.∙
g. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki
tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien.

4. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen risiko adalah bagian dari struktur
manajemen puncak di bawah Kepala.
a. Tugas satuan tugas manajemen risiko adalah mencegah kerugian
(lossprevention) misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan
karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan
mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara mengidentifikasi,
investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani klaim
dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia,
sistem prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.
Mencegah dan mengurangi kerugian dilakukan dengan cara :
1) Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan
insiden, rujukan staf, tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan
pasien.
2) Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan
unit layanan terkait seperti manajemen mutu, kepelayanan, staf
medis dan kontrol infeksi.
3) Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
b. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi
risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan
kejadian sentinel.
c. Tanggung jawab satuan tugas manajemen risiko dibagi dalam enam
bagian :
1) Pengurangan dan pencegahan kehilangan
2) Manajemen
3) Pembiayaan risiko
4) Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
5) Pelaksanaan manajemen risiko
6) Etika
Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan
manajemen risiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko
secara spesifik. Manajemen risiko harus menyiapkan laporan tahunan
untuk menentukan kegiatan selanjutnya,melaporkan kemajuan untuk
menetapkan tujuan Puskesmas.

C. Tujuan
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset,
meningkatkan mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk
mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan risiko kerugian.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:
1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan
memperbaiki kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang
tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain - lain.
2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki praktek - praktek yang dapat
menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-
lain.
3. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan
pelayanan yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-
hal yang merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan
bagaimana agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol
kerugian.
5. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu
pelayanan pasien dan layanan yang terkait.

D. Ruang Lingkup Manajemen Risiko


Program manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi,
menilai, mencegah danmengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada
pegawai, kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap
peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan.
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan,
kontrol dan kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim
untuk melaksanakan program manajemen risiko mencakup dokter,
administrator, manajemen, pengawas dan karyawan front line untuk
mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian risiko yang
mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan. Layanan
diberikanuntuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang
diperlukan. Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:
1. Terkait dengan pelayanan pasien
a. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
b. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
c. Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
d. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
e. Pasien diberitahu tentang risiko
f. Pengobatan yang nondiskriminatif.
g. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan
2. Terkait dengan staf medis
a. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?
b. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku ?
c. Apakah pasien dikelola dengan benar?
d. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
3. Terkait dengan karyawan / pegawai
a. Menjaga lingkungan yang aman.
b. Kebijakan kesehatan pegawai
4. Terkait dengan properti dan keuangan
a. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
b. Catatan rekam medik pasien non-elektronik, dan catatan keuangan,
dilindungi dari kerusakan atau perusakan.
c. Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari
kerugian
5. Risiko lain - lain
a. Manajemen bahan berbahaya lainnya seperti kimia, radioaktif, bahan
biologis menular, manajemen limbah.
b. Risiko terkait hukum dan peraturan

E. Proses Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan. Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung
dan organisasi yang terus - menerus berubah dan harus diidentifikasi.
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks
a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan
Puskesmas dan strategi program manajemen risiko layanan
kesehatan yang efektif.
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses
manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko
dan konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh
internal dan eksternal.
c. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan,
atau bagian dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen
risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan.
d. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan
untuk menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang.
e. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumber daya dan catatan yang
harus didokumentasikan dan dipelihara. Ketika menentukan ruang
lingkup program manajemen risiko secara mendalam, harus
dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup
pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area praktik
klinis spesifik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.
2. Identifikasi risiko
a. Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan
Puskesmas , atau pasien.
b. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola
menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik,
karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan
dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut.
c. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di
bawah kontrol organisasi manajemen risiko.Dari waktu ke waktu,
semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan),
tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus
diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau.
d. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan
prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang
dapat menimbulkan ancaman.
e. Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari
para eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen
berikut:
1) Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan
kerugian;
2) Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau
stakeholder internal / eksternal;
3) Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau
insiden di Puskesmasatau pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pelayanan Puskesmas
4) Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko
klinis atau bahaya daninsiden yang terjadi;
5) Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi
f. Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko
karena risiko tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan
identifikasi.
g. Satuan tugas manajemen risikodapat menggunakan berbagai
informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko
dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.Beberapa sumber
informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
1) Daftar keluhan pasien
2) Hasil survei kepuasan
3) Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
4) Laporan insiden
3. Analisis risiko
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi
manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis
terhadap systemkesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
dan semua unit layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi
tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.Perlu proses
sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko
besar, serta menyediakan data untukmembantu evaluasi dan
pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian
keuangan akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian
yang akan terjadi, makin segera tindakanharus dilakukan.
Analisis dilakukan dengan melakukan riskgrading / tingkatan
risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara
memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal
ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah
ada kontrol atasrisiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan
apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang
potensial menjadi insiden) dan kemungkinan terjadinya insiden.
Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori
kemungkinan dan konsekuensi.

F. Matriks Grading Risiko


1. Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
a. Level Frekuensi Kejadian Aktual
1) Sangat jarang : dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2) Jarang : dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3) Mungkin : dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4) Sering : dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5) Sangat sering : terjadi dalam minggu/bulan
b. Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan)
1) Pita biru : diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan investigasi
sederhana
2) Pita hijau : manajer/pimpinan klinik harus menilai dampak
terhadap biaya mengatasi risiko dengan supervisi dan dilakukan
investigasi sederhana.
3) Pita kuning: dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Ketua Tim
PMKP.
4) Pita merah: dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan
RCA.
c. Dampak risiko
1) Tidak signifikan
2) Ringan yaitu dapat diatasi dengan pertolongan pertama kerugian
keuangan sedang
3) Sedang yaitu berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual secara semi permanen/reversible/tidak
berhubungan dengan penyakit. Setiap kasus yang
memperpanjang perawatan.
4) Berat yaitu cedera luas, kehilangan fungsi utama permanen
(motorik, sensorik, psikologis, intelektual), permanen
/irreversible/ tidak berhubungan dengan penyakit, kerugian
besar.
5) Katastropik yaitu kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit. Kerugian keuangan sangat besar.
d. Matriks gading dapat digambarkan sebagai berikut :
Frekuensi Dampak
Tidak
Signifikan Ringan Sedang Berat Katastropik
1 2 3 4 5

Sangat Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim


sering
(Tiap mg/dl)
5
Sering Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
(bbrp x/Th)
4
Mungki
n Rendah Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
(1-2
th/x)
3
Jarang Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
(3-5
th/x)
2
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
Jarang (>5
th/x)
1

2. Evaluasi risiko dan rangking risiko


a. Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang
diterima untuk dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang
akan ditindak lanjuti.
b. Melakukan evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara
membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama analisis
dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan
mengembangkan daftar prioritas risiko untuk menentukan tindak
lanjut.
c. Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus
dilakukan identifikasi untuk menentukan tingkat risiko secara
internal maupun eksternal yang siap diterima puskesmas
d. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat
risiko, yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas,
maka harus berhasil dilaksanakan.
e. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh
persepsi internal, eksternal dan persyaratan hukum. Penentuan
kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
3. Kelola risiko.
a. Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya
memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf
medis yang belum mendapatkan edukasi pengoperasian alat.
b. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain
untuk menurunkan risiko kerugian.
c. Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuan
tugas manajemen risiko harus menangani dan mengendalikan
risiko tersebut.
d. Ada dua pendekatan dasar
1) Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani
mengambil risiko dengan metode berikut :
a) Menghindari risiko (risk avoidance), adalah menghindarkan
harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko
dengan cara menolak risiko atau menerima dan
melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya untuk
sementara.
b) Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera
menghentikan kegiatan itubegitu diketahui mengandung
risiko.
c) Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi
kemungkinan terjadinyainsiden yang menimbulkan kerugian
dengan cara mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2) Menanggung risiko (riskretention)
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya
puskesmas mentolerirterjadinya kerugian untuk mencegah
terganggunya kegiatan operasional puskesmasdengan
menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya

G. Pemantauan dan Tinjauan


Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk
memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap
relevan. Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perubahan “kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka
manajemen
risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau
kembali setiap langkah dalam proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan,
memperhitungkan laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan
isu-isu perorangan, serta persyaratan dan panduan tingkat nasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas
risiko menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan
melakukan kontrol di tingkat unit layanan. Tindak lanjut dilakukan oleh
manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai
warna/bands risiko). Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif
yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko
yang signifikan dan moderat.
2. Mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk
semua unit layanan.
3. Mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin
timbul dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang
berdampak terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin
muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk mengontrol.

H. Sistem Pelaporan Insiden


Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang
tidak konsisten dengan kegiatan/prosedur rutin yang berlangsung di
puskesmas terutama untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan
insiden diwajibkan bagi setiap RS dan puskesmas seperti tercantum dalam
UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan
kepada manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya
klaim. Identifikasi akan membantu langkah langkah yang akan diambil
puskesmas terhadap risiko tersebut. Tujuan umum laporan insiden (KKP
Puskesmas) yaitu menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC,
KNC) dan Kondisi Potensial cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas)
1. Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di
Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali
2. KKP Puskesmas (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah - langkah praktis.
3. Laporan insiden terdiri dari :
a. Laporan insiden Puskesmas (Internal)
Pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial cedera dan insiden
yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung, maupun karyawan
yang terjadi di puskesmas.
b. Laporan insiden keselamatan pasien eksternal
Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-Puskesmas setiap
kondisi potensial cedera dan insiden keselamatan pasien, dan telah
dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan solusinya.
4. Jenis - jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut :
a. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius sebagai berikut
1) Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh
bunuh diri).
2) Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
3) Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
4) Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain
yang bukan orang tuanya.
b. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
c. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden
yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
1) Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
2) Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi
yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden.
5. Tipe Insiden
Tipe - tipe insiden antara lain:
a. Administrasi Klinis
b. Proses / Prosedur klinis
c. Dokumentasi
d. Proses Medikasi / Cairan Infus
e. Oxigen
f. Alat Medis
g. Perilaku pasien
h. Pasien jatuh
i. Pasien Kecelakaan
j. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
k. Sumber daya / Manajemen
l. Laboratorium
6. Pertanggungjawaban laporan insiden ada pada yaitu
a. Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
b. Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya.

I. Investigasi Insiden
Investigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan
insiden dengan mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan
mengidentifikasi masalah pelayanan/Care Management Problem, mencatat
staf yang terlibat dan mewawancarai mereka. Investigasi insiden terdiri
dari:
1. Investigasi Sederhana, dilakukan oleh atasan langsung bila pita/
bandsgrading risiko berwarna biru atau hijau. Langkah-langkah
melakukan investigasi sederhana:
a. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview
(wawancara).
b. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
1) Penyebab langsung (immediate/ directcause): penyebab yang
berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien
2) Akar masalah (rootcause): penyebab yang melatarbelakangi
penyebab langsung (underlying cause)
3) Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan
4) Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan
tanggal pelaksanaan
2. Investigasi Komprehensif / RootCauseAnalysis, Dilakukan oleh Tim
Keselamatan Pasien bila pita/bands berwarna kuning atau merah. RCA
adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari
kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah
kejadian yang sama kembali. Metode proses analisis yang dapat
digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD). Proses RCA merupakan
gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan karena dapat
menjawab pertanyaan – pertanyaan untuk hal – hal yang berisiko tinggi
seperti :
a. Apa yang terjadi (aktual)
b. Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
c. Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
agar tidak terjadi kembali (tindakan/outcome?)
d. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita
dapat meningkatkan keselamatan pasien? (melalui
pengukuran)
3. Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :
a. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
b. Tentukan Tim Investigator
c. Kumpulkan data & informasi
1) Observasi
2) Dokumentasi
3) Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
a. NarrativeChronology
b. Timeline, TabularTimeline
c. Time Person Grid
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
a. Brainstorming
b. Brainwriting
6. Analisis Informasi
a. 5 Why’s
b. Analisis Perubahan
c. Analisis Penghalang
d. FishBone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

J. Evaluasi Program Manajemen Risiko


Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan
yang telah disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
BAB III
PENUTUP

Manajemen risiko dalam struktur organisasi institusi pelayanan


kesehatan terletak bersama dengan manajemen mutu. Kebijakan manajemen
risiko harus menjadi satu kesatuan dengan kegiatan sehari-hari dan bagian
dari rancangan bisnis secara keseluruhan. Manajemen risiko merupakan
bagian dari kerangka kerja clinical governance untuk mencapai kualitas
pelayanan prima.

PLT KEPALA UPTD PUSKESMAS


MIJEN

AGUS SUSANTO

Anda mungkin juga menyukai