Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN

PELATIHAN INHOUSE TRAINIING MANAJEMEN RESIKO


(MEMBUAT RISK REGISTER DAN FMEA)
DI RSUD BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA
AGUSTUS TAHUN 2022

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit pada era global saat ini haruslah dapat
menjamin tercapainya keselamatan pasien, oleh karena tanpa keselamatan pasien
pelayanan kesehatan dapat dikatakan pelayanan yang tidak bermutu. Keselamatan
pasien baru dapat dijamin atau diyakini tercapai apabila rumah sakit merubah
paradigma pelayanan lama yang hanya berorientasi pada penyakit dengan
paradigma pelayanan baru yaitu pelayanan berfokus pasien (Patient Centered Care).
Selain itu rumah sakit yang ingin menjamin keselamatan pasiennya, haruslah
melaksanakan manajemen risiko secara komprehensif. Rumah sakit perlu
menyadarkan seluruh staf medis, keperawatan dan staf lain yang bertanggung jawab
atas pelayanan pasien akan risiko yang mungkin terjadi terkait asuhan yang mereka
berikan pada pasiennya. Sedangkan staf non klinis termasuk staf administrasi yang
juga berpartisipasi dalam menunjang pelayanan pasien harus pula ikut mengelola
risiko yang terkait dengan keberhasilan pelayanan pasien. Jadi kesimpulannya
manajemen risiko di rumah sakit (Hospital Risk Management) terbagi menjadi dua
kelompok pengelolaan yaitu manajemen risiko klinis (Clinical Risk Management)
dan manajemen risiko non klinis (Corporate Risk Management). Manajemen risiko
adalah merupakan pendekatan budaya organisasi di rumah sakit dalam
mengupayakan keselamatan pasien, yang menghendaki setiap anggota organisasi
berpartisipasi secara aktif. Dalam konteks budaya keselamatan pasien dengan
pendekatan manajemen risiko ini dikenal ada lima level budaya yang didasari cara
berpikir dan cara bertindak seorang staf di rumah sakit. Level yang paling rendah
adalah level apatis atau patologis dimana seorang staf tidak punya perhatian

TOR Kegiatan IHT Manrisk Diklat 2022


terhadap upaya manajemen risiko dan keselamatan pasien. Sedangkan level
tertinggi adalah level generatif dimana konsep manajemen risiko dan keselamatan
pasien telah mendarah daging pada seorang staf, dimana dalam setiap kegiatannya
sudah mempertimbangkan semua aspek risko dan keselamatan pasien. Pelaksanaan
Manajemen Risiko Rumah Sakit Manajemen risiko rumah sakit harus dimulai
dengan kegiatan Asesmen risiko, yang dilakukan oleh semua unit kerja yang ada di
rumah sakit, dengan melakukan identifikasi risiko melalui proses brain storming
pada seluruh anggota unit tentang insiden apa saja yang mungkin terjadi pada unit
mereka dengan menggunakan pendekatan berdasarkan area operasional, Finansial,
SDM, Strategis, Legal Peraturan dan Teknologi. Selanjutnya melakukan analisa
risiko dengan membuat matriks dari semua insiden yang telah didentifikasi yang
mengalikan antara probabilitas insiden dengan dampak dari insiden, kegiatan ini
akan menghasilkan peringkat risiko. Setelah didapat peringkat risiko maka
dilakukan evaluasi risiko dengan melakukan prioritas risiko berdasarkan
pertimbangan untung rugi dari setiap peringkat risiko, sehingga dapat diputuskan
apakah risiko akan diambil atau dihindari. Pada akhirnya akan dilakukan
pengelolaan risiko. Semua kegiatan diatas akan menghasilkan Risk Register yaitu
Program pengelolaan risiko di rumah sakit, yang dibuat setiap tahun.
B. Dasar
1. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.
02.04/I/2790/11 Tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
147/Menkes/Per/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 417/Menkes/Per/II/2011 Tentang Komisi


Akreditasi Rumah Sakit

4. Undang-Undang Nomor 23 / 1992 tentang Kesehatan, tetapi lebih tepat UU No.


44/2009 tentang Rumah Sakit Pasal 40.

TOR Kegiatan IHT Manrisk Diklat 2022


5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 159b/88 tentang RS,
pasal 26 mengatur tentang akreditasi RS

6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 436/93


menyatakan berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medik

7. Surat Keputusan Dirjen Yanmed Nomor YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi


Akreditasi RS dan Sarana Kesehatan Lainnya

8. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


228/Menkes/SK/III/2002 tentang pedoman Penyusunan Standar Pelayanan
Minimal RS yang wajib dilaksanakan daerah.

9. Surat Keputusan Direktur RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara


Nomor 809 Tahun 2022, Tanggal 6 Juni 2022 tentang Revisi II Kelompok
Belajar Standar Akreditasi Rumah Sakit Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
HK.01.07/MENKES/1128/2022 RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pimpinan rumah sakit membangun konsep
manajemen risiko pada seluruh staf rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan :
a. Meningkatnya wawasan dan pemahaman seluruh staf rumah sakit baik staf
medis, staf klinis dan staf non klinis akan manajemen risiko.
b. Meningkatnya kemampuan seluruh staf dalam melakukan asesmen risiko,
Menyusun risk register dan FMEA pada unit kerja masing masing,
D. Sasaran
1. Terlaksananya asesmen risiko di setiap unit kerja

TOR Kegiatan IHT Manrisk Diklat 2022


2. Peserta mampu melakukan identifikasi risiko.
3. Peserta mampu melakukan analisa risik
4. Tersusunnya Program Pengelolaan Risiko RS (risk register)
5. Peserta tingkat pimpinan mampu melakukan evaluasi risiko dan pengelolaan
risiko.
6. Peserta mampu melakukan RCA berikut menyusun dokumen
7. Peserta mampu melakukan FMEA berikut menyusun dokumen
8. Peserta mampu membuat ICRA
E. Kegiatan
1. Bimbingan terhadap masing-masing instalasi/unit dan bagian mengetahui dan
membuat risk register serta merancang FMEA
2. Melakukan input data di lapangan/ unit masing-masing staf bekerja
F. Tehnik Pelaksanaan Kegiatan
1. Presentasi
2. Diskusi
3. Praktek/ Simulasi
G. Output
1. Terlaksananya pembuatan risk register dan FMEA dimasing-masing
instalasi/unit/bagian di rumah sakit.
2. Memudahkannya Komite Mutu dan Keselamatan Pasien dalam ketepatan waktu
dan data dalam pencatatan pelaporan.
H. Narasumber
Narasumber dalam pelaksanaan kegiatan inhouse training ini adalah dari Komite
Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
I. Peserta

1. Bidang Rekam Medik, sebanyak 2 orang


2. Para Kepala Instalasi dan staf, masing-masing berjumlah 2 orang setiap
instalasi. Dengan jumlah instalasi 19
3. Para Kepala Unit dan staf, masing-masing sebanyak 2 orang setiap unit, dengan
jumlah unit 5

TOR Kegiatan IHT Manrisk Diklat 2022


4. Komite Mutu Keselamatan Pasien sebanyak 16 orang
5. Bagian Umum (Security), sebanyak 2 orang
Jadi total peserta keseluruhan sebanyak 62 orang.

J. Waktu dan Tempat

1. Waktu pelaksanaan kegiatan IHT Manajemen Resiko , pada hari Selasa tanggal
9 Agustus 2022, selama 1 (satu) hari efektif, mulai pukul 08.00 s/d 17.00 Wita,
(jadwal pelaksanaan sebagaimana terlampir)
2. Tempat pelaksanaan Aula I Lantai 1 RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
K. Biaya
Biaya pelaksanaan IHT Manajemen Resiko di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2022 bersumber dari Dana BLUD Rumah Sakit Mata Anggaran
Pelatihan Internal
L. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan
kegiatan IHT Manajemen Resiko di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara, (Rencana Anggaran Biaya, terlampir)

Kendari, Agustus 2022

Ketua Panitia,

Dr. Laode Surah, SKM, M.Si., CRA, CRP.


NIP. 19790801 200701 1 012

TOR Kegiatan IHT Manrisk Diklat 2022


KERANGKA ACUAN :

PELATIHAN INHOUSE TRAINIING PETUGAS PENGUMPUL


DAN PENGOLAH DATA (PIC)
INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
DI RSUD BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA
AGUSTUS TAHUN 2022

TOR Kegiatan IHT Manrisk Diklat 2022


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TOR Kegiatan IHT Manrisk Diklat 2022

Anda mungkin juga menyukai