Anda di halaman 1dari 20

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MAJENANG I
Jl. Raya Cilopadang No.49 Majenang
MAJENANG
Kode Pos 53271

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MAJENANG I


NOMOR : 440 / / SK / I / 2022
TENTANG
PROGRAM MANAJEMEN RESIKO
DI UPTD PUSKESMAS MAJENANG I

KEPALA UPTD PUSKESMAS MAJENANG I,

Menimbang : a. bahwa manajemen risiko merupakan proses identifikasi,


evaluasi, mengendalikan dan meminimalkan risiko
dalam suatu organisasi secara menyeluruh;
b. Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan
klinis di UPTD Puskesmas adalah untuk keselamatan
pasien dan petugas
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
kebijakan kepala UPTD Puskesmas Majenang I tentang
Program manajemen Resiko di UPTD Puskesmas
Majenang I ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12Tahun 2017 Tentang Imunisasi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018
tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019
tentang Penerapan Manajemen Resiko Terintegrsasi di
Lingkungan Kementrian Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah
Kabupaten Cilacap Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 134);
10. Peraturan Bupati Cilacap Nomor 88 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap;
11. Peraturan Bupati Cilacap Nomor 166 tahun 2020
tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MAJENANG I


TENTANG PROGRAM MANAJEMEN RESIKO DI UPTD
PUSKESMAS MAJENANG I
KESATU : Program manajemen resiko meliputi kepemimpinan
manajemen puskesmas, pelayanan UKM, pelayanan UKP,
laboratorium dan kefarmasian
KEDUA : Tahapan manajemen resiko meliputi proses identifikasi resiko,
integrasi risiko, pelaporan proses manajemen risiko setiap 6
bulan dan pengelolaan terkait tuntutan (klaim)
KETIGA : Program Manajemen Resiko UPTD Puskesmas Majenang I
sebagaimana terlampir pada lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,

Ditetapkan di : Majenang
Pada tanggal : Januari 2022

Kepala UPTD PUSKESMAS


MAJENANG I,

Sri Wahyuni, SKM


Pembina Tk. 1
Nip 19671209 199103 2 005
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
1 MAJENANG I
NOMOR : 440/ / SK/ I/2022
TANGGAL :
TENTANG : PROGRAM MANAJEMEN
RESIKO UPTD PUSKESMAS
MAJENANG I

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO UPTD PUSKESMAS


MAJENANG I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu keselamatan pasien (patientsafety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait
dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan
Puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap
Puskesmas, yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan
terintegrasi.

UPTD Puskesmas Majenang I terdapat ratusan macam obat,


berbagai bahan- bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan
berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang dengan pesat,
bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan
pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden. Karena itu UPTD
Puskesmas Majenang I perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu
manajemen risiko yang profesional, komprehensif dan terintegrasi, agar
insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

B. Tujuan

Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di


UPTD Puskesmas Majenang I.
C. Sasaran

1. Tersedianya pedoman manajemen risiko

2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan


unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPTD Puskesmas
Majenang I.

D. Ruang Lingkup

1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan

2. Risiko terhadap staf medis

3. Risiko terhadap staf/pegawai

4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas

5. Risiko terhadap keuangan

6. Risiko lain - lain


BAB II

MANAJEMEN RISIKO

A. Pengertian
Ada beberapa pengertian manajemen risiko antara lain :
1. Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian
potensi kehilangan asset Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi
kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan.
2. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan
secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
3. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.
4. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif)
danpotensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi
yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses,
fungsi dan layanan.

B. Elemen Kunci Desain Program Manajemen Risiko


1. Tujuan
Tujuan disain program manajemen risiko adalah :
a. Mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan kepada
pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang dapat
mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
b. Meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil,
melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
c. Melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat kehilangan
karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan
meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien
melalui lingkungan yang diciptakan dengan aman.
2. Kewenangan
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap selaku pemilik puskesmas, memiliki
tanggung jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
mendelegasikan kewenangan kepada Kepala UPTD Puskesmas Majenang I
untuk membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan
berperan secara luas.
b. Satuan tugas manajemen risiko bertanggung jawab mengkoordinasikan
kegiatan manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas, semua anggota staf
medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Puskesmas.

3. Koordinasi
a. Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang
sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko,
Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal
maupun informal antara manajemen risiko profesional dengan semua unit
layanan struktural dan fungsional Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di
luar Puskesmas. Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme
komunikasi dengan orang - orang kunci dalam organisasi.
b. Kepala dan para pimpinan unit layanan di Puskesmas berfungsi sebagai
pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program
manajemen risiko.
c. Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung
antara program manajemen risiko dan staf medis, membantu manajemen
risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa
organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial, cilinical
privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
d. Bagian Keuangan bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberikan
informasi yang berharga untuk program manajemen risiko, mengawasi operasi
keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis
keuangan Puskesmas.
e. Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk mengembangkan
efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar
belakang pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi, pemberian
cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatanpegawai secara berkala yang
semuanya penting untuk mencegah serta melindungi staf medis yang
melakukan tindakan/pelayanan.
f. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen
risiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahan berbahaya, kesiap
siagaan darurat dan keselamatan staf.
g. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki tanggung
jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien.

4. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen risiko adalah bagian dari struktur manajemen
puncak di bawah Kepala.
a. Tugas satuan tugas manajemen risiko adalah mencegah kerugian
(lossprevention) misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan,
analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian
(loss control), dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi,
memonitor, mengukur, menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait
dengan sumber daya manusia, sistem prosedur, pengawasan internal maupun
gabungannya. Mencegah dan mengurangi kerugian dilakukan dengan cara :
1) Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden,
rujukan staf, tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
2) Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit
layanan terkait seperti manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan
kontrol infeksi.
3) Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
b. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko
seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian
sentinel.
c. Tanggung jawab satuan tugas manajemen risiko dibagi dalam enam
bagian :
1) Pengurangan dan pencegahan kehilangan
2) Manajemen
3) Pembiayaan risiko
4) Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
5) Pelaksanaan manajemen risiko
6) Etika
Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan
manajemen risiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko secara
spesifik. Manajemen risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk
menentukan kegiatan selanjutnya, melaporkan kemajuan untuk menetapkan
tujuan Puskesmas.
C. Tujuan
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan
mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau
menghilangkan risiko kerugian. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan:
1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki
kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai,
pasien dan lain - lain.
2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki praktek - praktek yang dapat menimbulkan
risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain- lain.
3. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang
sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal- hal yang merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana
agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian.
5. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu pelayanan
pasien dan layanan yang terkait.

D. Ruang Lingkup Manajemen Risiko


Program manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,
mencegah danmengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai,
kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian
lain yang timbul dalam proses kegiatan.
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan
kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan
program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas
dan karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan
pengendalian risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan.
Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang
diperlukan. Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:
1. Terkait dengan pelayanan pasien
a. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
b. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
c. Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
d. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
e. Pasien diberitahu tentang risiko
f. Pengobatan yang nondiskriminatif.
g. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan
2. Terkait dengan staf medis
a. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis?
b. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku?
c. Apakah pasien dikelola dengan benar?
d. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
3. Terkait dengan karyawan / pegawai
a. Menjaga lingkungan yang aman.
b. Kebijakan kesehatan pegawai
4. Terkait dengan properti dan keuangan
a. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
b. Catatan rekam medik pasien non-elektronik, dan catatan keuangan, dilindungi
dari kerusakan atau perusakan.
c. Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian
5. Risiko lain - lain
a. Manajemen bahan berbahaya lainnya seperti kimia, radioaktif, bahan biologis
menular, manajemen limbah.
b. Risiko terkait hukum dan peraturan

E. Proses Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus -
menerus berubah dan harus diidentifikasi.
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks
a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan
strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen
risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial
yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.
c. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian
dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang
diterapkan, harus ditetapkan.
d. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang.
e. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumber daya dan catatan yang harus
didokumentasikan dan dipelihara. Ketika menentukan ruang lingkup program
manajemen risiko secara mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses
manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas
pada area praktik klinis spesifik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.
2. Identifikasi risiko
a. Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman
sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan Puskesmas, atau
pasien.
b. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola
menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi
risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan dari analisis
dan pelayanan lebih lanjut.
c. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah
kontrol organisasi manajemen risiko. Dari waktu ke waktu, semua risiko yang
signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat Puskesmas, unit
pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau.
d. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan prioritas
risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman.
e. Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif
layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
1) Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
2) Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal / eksternal;
3) Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insiden di
Puskesmasatau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas
4) Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya daninsiden yang terjadi;
5) Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi
f. Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi.
g. Satuan tugas manajemen risikodapat menggunakan berbagai informasi untuk
mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif
dan proaktif. Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat
dipakai seperti:
1) Daftar keluhan pasien
2) Hasil survei kepuasan
3) Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
4) Laporan insiden

3. Analisis risiko
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen
risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap systemkesehatan,
organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua unit layanan, untuk memahami
risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu
proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko,
memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan
data untukmembantu evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan
akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin
segera tindakanharus dilakukan.
Analisis dilakukan dengan melakukan riskgrading / tingkatan risiko untuk
menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan
terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi. Analisis risiko harus
mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol atas risiko saat ini, termasuk
kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden
(risiko yang potensial menjadi insiden) dan kemungkinan terjadinya insiden.
Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan
konsekuensi.

F. Matriks Grading Risiko


1. Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
a. Level Frekuensi Kejadian Aktual
1) Sangat jarang : dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2) Jarang : dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3) Mungkin : dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4) Sering : dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5) Sangat sering : terjadi dalam minggu/bulan
b. Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan)
1) Pita biru : diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan investigasi sederhana
2) Pita hijau : manajer/pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya
mengatasi risiko dengan supervisi dan dilakukan investigasi sederhana.
3) Pita kuning: dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Ketua Tim PMKP.
4) Pita merah: dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan RCA.
c. Dampak risiko
1) Tidak signifikan
2) Ringan yaitu dapat diatasi dengan pertolongan pertama kerugian keuangan
sedang
3) Sedang yaitu berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual secara semi permanen/reversible/tidak berhubungan dengan
penyakit. Setiap kasus yang memperpanjang perawatan.
4) Berat yaitu cedera luas, kehilangan fungsi utama permanen (motorik,
sensorik, psikologis, intelektual), permanen/irreversible/ tidak berhubungan
dengan penyakit, kerugian besar.
5) Katastropik yaitu kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit. Kerugian keuangan sangat besar.
d. Matriks gading dapat digambarkan sebagai berikut :
Dampak

Frekuensi Tidak
Ringan Sedang Berat Katastropik
signifikan
2 3 4 5
1

Sangat Sering
(Tiap Minggu) Sedang Sedang Tinggi Extrim Extrim
5

Sering (bbrp
x/th) Sedang Sedang Tinggi Extrim Extrim
4

Mungkin
(1-2th sekali) Rendah Sedang Tinggi Extrim Extrim
3

Jarang
(3-5th sekali) Rendah Rendah Sedang Tinggi Extrim
2

Sangat jarang
(>5 tahun sekali) Rendah Rendah Sedang Tinggi Extrim
1

2. Evaluasi risiko dan rangking risiko


a. Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk
dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti.
b. Melakukan evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan
tingkat risiko yang ditemukan selama analisis dengan kriteria risiko yang
ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan daftar prioritas risiko untuk
menentukan tindak lanjut.
c. Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi
untuk menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap
diterima puskesmas
d. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko, yang
menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka harus berhasil
dilaksanakan.
e. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal,
eksternal dan persyaratan hukum. Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal
yang sangat penting.
3. Kelola risiko.
a. Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki
alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum
mendapatkan edukasi pengoperasian alat.
b. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk
menurunkan risiko kerugian.
c. Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen
risiko harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut.
d. Ada dua pendekatan dasar
1) Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani
mengambil risiko dengan metode berikut :
a) Menghindari risiko (risk avoidance), adalah menghindarkan harta, orang
atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan cara menolak risiko
atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya untuk
sementara.
b) Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan
kegiatan itubegitu diketahui mengandung risiko.
c) Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi
kemungkinan terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara
mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2) Menanggung risiko (riskretention)
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya
puskesmas mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya
kegiatan operasional puskesmas dengan menyediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya

G. Pemantauan dan Tinjauan


Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk
memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap relevan.
Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
“kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus
melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap langkah dalam
proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan
laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta
persyaratan dan panduan tingkat nasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko
menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di
tingkat unit layanan. Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung
tingkat keparahan risiko (sesuai warna/bands risiko). Tujuan utama pemantauan
adalah:
1. Mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif yang
diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang signifikan
dan moderat.
2. Mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua unit
layanan.
3. Mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul dari
kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap
keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan
kemungkinan untuk mengontrol.

H. Sistem Pelaporan Insiden


Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama
untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS
dan puskesmas seperti tercantum dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan
Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi
akan membantu langkah langkah yang akan diambil puskesmas terhadap risiko
tersebut. Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas) yaitu menurunnya Insiden
Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera (KPC) untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas)


1. Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatataninsiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali
2. KKP Puskesmas (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah - langkah praktis.
3. Laporan insiden terdiri dari :
a. Laporan insiden Puskesmas (Internal)
Pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial cedera dan insiden
yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung, maupun karyawan yang terjadi
di puskesmas.
b. Laporan insiden keselamatan pasien eksternal
Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-Puskesmas setiap
kondisi potensial cedera dan insiden keselamatan pasien, dan telah
dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan solusinya.
4. Jenis - jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
a. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius sebagai berikut
1) Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri).
2) Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
3) Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
4) Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan
orang tuanya.
b. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
1) Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
2) Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
3) Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi
yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
5. Tipe Insiden
Tipe - tipe insiden antara lain:
a. Administrasi Klinis
b. Proses / Prosedur klinis
c. Dokumentasi
d. Proses Medikasi / Cairan Infus
e. Oxigen
f. Alat Medis
g. Perilaku pasien
h. Pasien jatuh
i. Pasien Kecelakaan
j. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
k. Sumber daya / Manajemen
l. Laboratorium
6. Pertanggungjawaban laporan insiden ada pada yaitu
a. Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
b. Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya.

I. Investigasi Insiden
Investigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan
mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah
pelayanan/Care Management Problem, mencatat staf yang terlibat dan
mewawancarai mereka. Investigasi insiden terdiri dari:
1. Investigasi Sederhana, dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bandsgrading
risiko berwarna biru atau hijau. Langkah-langkah melakukan investigasi
sederhana:
a. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
b. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why:
1) Penyebab langsung (immediate/ directcause): penyebab yang berhubungan
langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien
2) Akar masalah (rootcause): penyebab yang melatarbelakangi penyebab
langsung (underlying cause)
3) Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4) Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan

2. Investigasi Komprehensif / RootCauseAnalysis, Dilakukan oleh Tim Keselamatan


Pasien bila pita/bands berwarna kuning atau merah. RCA adalah metode evaluasi
terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian tidak diharapkan dan
tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama kembali. Metode proses
analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD). Proses RCA
merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan karena
dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan untuk hal – hal yang berisiko tinggi
seperti :
a. Apa yang terjadi (aktual)
b. Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
c. Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi kembali (tindakan/outcome?)
d. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan
keselamatan pasien? (melalui pengukuran)
3. Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :
a. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
b. Tentukan Tim Investigator
c. Kumpulkan data & informasi
1) Observasi
2) Dokumentasi
3) Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
a. Narrative Chronology
b. Timeline, TabularTimeline
c. Time Person Grid
5. Identifikasi CMP (Care Management Problem)
a. Brainstorming
b. Brainwriting
6. Analisis Informasi
a. 5 Why’s
b. Analisis Perubahan
c. Analisis Penghalang
d. FishBone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

J. Evaluasi Program Manajemen Risiko


Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap.
BAB III

PENUTUP

Manajemen risiko dalam struktur organisasi institusi pelayanan kesehatan


terletak bersama dengan manajemen mutu. Kebijakan manajemen risiko harus
menjadi satu kesatuan dengan kegiatan sehari-hari dan bagian dari rancangan
bisnis secara keseluruhan. Manajemen risiko merupakan bagian dari kerangka kerja
clinical governance untuk mencapai kualitas pelayanan prima.

Majenang, Januari 2022


Mengetahui, Koordinator MANAJEMEN RESIKO
Kepala UPTD Puskesmas Majenang I UPTD Puskesmas Majenang I

Anda mungkin juga menyukai