Anda di halaman 1dari 17

p)m)rinÓ;kvupetn/gêz(

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR


dins/k)eshtn/
DINAS KESEHATAN
úepetedpuesÐsßs/t)glÞl*,1,
UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I

Jln. Raya Tegallalang, Tlp. (0361) 976484, (0361) 981068, Hotline Number 087861725668
Email : pusk.tgll1@gmail.com IG :uptkesmastegallalang1, Fb : Puskesmas Tegallalang 1

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I

NOMOR 440/ /Pusk.Tgll I/2023

TENTANG

MANAJEMEN RESIKO DALAM PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN


PADA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I

KEPALA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I,

Menimbang : a. bahwa manajemen resiko adalah suatu permasalahan komplek yag dihadapi
suatu manajemen atau program dimana kita harus bisa memprioritaskan
permasalahan tersebut berdsarkan skalanya;

b. bahwa untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pelayanan program dan


kegiatan serta meningkatkan mutu pelayanan pada UPTD Puskesmsa
Tegallalang I, perlu menetapkan manajemen resiko pelaksanaan program
/kegiatan pada UPTD Puskesmas Tegallalang I;

c. bahwa penetapan manajemen Resiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a


dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah –


daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah – daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1655);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


( Lembaran Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat ;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016


tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2018


tentang Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD );

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019


tentang Standar Pelayanan Minimal;

7. Peraturan Bupati Gianyar Nomor 60 Tahun 2021 tentang Tata Naskah Dinas
di Lingkungan Pemerintah Daerah;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.


01.07/MENKES/165/2023 Tentang Standar Akreditasi Puskesmas;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I


TENTANG MANAJEMEN RISIKO DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM/ KEGIATAN PADA UPTD PUSKESMAS
TEGALLALANG I.

Kesatu : Manajemen Risiko dalam Pelaksanaan Program /Kegiatan pada UPTD


Puskesmas Tegallalang I sebagaimana dimaksud meliputi :
1) Panduan Manajamen Resiko
2) Penerapan Manajemen Resiko
3) Identifikasi Pencegahan Resiko
4) Pelaksanaan Pencegahan Resiko sesuai Ketentuan

Kedua : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Tegallalang
pada tanggal 2 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I,

DEWA GEDE MAHARDIKA

Keputusan ini disampaikan kepada Yth :


1. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Gianyar
2. Arsip.
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I
NOMOR 440/ /Pusk.Tgll I/2023
TANGGAL 2 JANUARI 2023
TENTANG MANAJEMEN RESIKO DALAM PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN
PADA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan dalam
penyelenggaraan upaya UPTD Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan
keselamatan (safety) Puskesmas yaitu : keselamatan pasien ( patien safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan puskesmas yang bisa
berdampak terhdap keselamatan pasien dan petugas, keselamatam lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis”
Puskesmas terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas. Kelima aspek keselamatan
puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas, yang harus dikelola
secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di UPTD Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya,
beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang
dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang member pelayanan .
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko
menimbulkan insiden karena itu UPTD Puskesmas Tegallalang I perlu melakukan pengelolaan
risiko dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi agar
insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

B. Tujuan
Sebagai pedoman dalam melaksanakan program manajemen risiko di UPTD Puskesmas
Tegallalang I.

C. Sasaran
1. Tersedianya panduan manajemen risiko oleh pimpinan unit layanan fungsional dan
manajerial serta pegawai UPTD Puskesmas Tegallalang I.
2. Dipahaminya pedoman manajemen risiko oleh Kepala UPTD Puskesmas, Koordinator
Upaya, Koordinator Program dan pelaksana program kegiatan serta seluruh pegawai
pada UPTD Puskesmas Tegallalang I.
D. Ruang Lingkup
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayananan
2. Risiko terhadap staf di layanan klinis
3. Risiko terhadap seluruh pegawai
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/aset UPTD Puskesmas
5. Risiko terhadap keuangan
6. Risiko-risiko lain

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi,
untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana prasarana, fasilitas dan
keuangan UPTD Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan aset UPTD
Puskesmas dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer, mekanisme pengendalian
dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan secara
langsung untuk meminimalisasi kejadian yang tidakdiharapkan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.

B. Pendekatan
Pendekatan manajemen rusiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan
potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang
menprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.
Di dalam pedoman manajemen risiko ini juga memberikan panduan pada upaya-upaya
pencegahan terhadap risiko yang mungkin muncul, penanganan terhadap risiko atau kejadian
yang timbul, serta merumuskan rencana tindak lanjut yang mungkin dilakukan terkait risiko-
risiko yang ada atau teridentifikasi.
BAB III
ELEMEN KUNCI DESAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. Tujuan
Tujuan desain manajemen risiko adalah :
1. Untuk mengurangi mortalitas dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan kepada
pasien/sasaran/masyarakat, melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko
yang dapat mencegah pasien/sasaran dari cedera atau kecacatan / dampak negatif
pelayanan kepada pasien/sasaran/masyarakat.
2. Untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesms ataupun sebaliknya.
3. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil, melalui
pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
4. Untuk melindungi orang / petugas dan aset serta keuangan Puskesmas akibat kehilangan
karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan meningkatkan
perbaikan berkesinambungan pada proses upaya pelayanan Puskesmas melalui
lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B. Kewenangan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar selaku pemilik UPTD Puskesmas: memiliki
tanggung Jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk
menyelenggarakan pelayananan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar
mendelegasikan kepada Kepala UPTD Puskesmas Tegallalang I untuk melaksanakan
manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara luas.
2. Kepala UPTD Puskesmas Tegallalang I menugaskan kepada seluruh staf untuk terlibat
aktif dalam manajemen risiko dan keselamatan pasien.
3. Tim Manajemen Resiko bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen
risiko dengan Kepala UPTD Puskesmas, semua anggota staf di layanan klinis, semua
pegawai dan dengan pihak luar UPTD Puskesmas.

C. Koordinasi
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang sangat
beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, UPTD Puskesmas harus
menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara tim
Manajemen Risiko dengan semua program /kegiatan/unit layanan struktural dan fungsional
UPTD Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar UPTD Puskesmas.
Kepala UPTD Puskesmas perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan
orang-orang kunci dalam organisasi :
1. Kepala UPTD Puskesmas dan para Koordinator Upaya/Koordinator
Program/Koordinator Unit layanan di UPTD Puskesmas berfungsi sebagai pembuat
keputusan untuk berbagai kegiayan penting dalam program manajemen risiko.
2. Koordinator Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung
antara program manajemen risiko dan staf layanan klinis, membantu manajemen
risiko dalam koordinasi kepada para petugas di layanan klinis.
3. Sub bagian keuangan bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberikan
informasi yang berharga untuk program manajemen risiko, mengawasi operasi
keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan
Puskesmas.
4. Bagian umum dan kepegawaian bertanggung jawab untuk mengembangkan
efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang
pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi, pemberian cuti pegawai
dan pemeriksaan keshatan pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk
mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan tindakan /pelayanan.
5. Ketua tim Manajemen Resiko UPTD Puskesmas memiliki tanggung jawab utama
membantu penyelenggaraan manajemen risiko dalam melakukan fire safety,
manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan staf.
6. Ketua Tim Manajemen Resiko memiliki tanggung jawab utama membantu
kelancaran penyelenggaraan manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan UPTD Puskesmas dan keselamatan pasien.

D. Tanggung Jawab
Tim Manajemen Resiko bersama dengan Kepala UPTD Puskesmas bersama sama
menyusun rencana program manajemen risiko dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
manajemen risiko di UPTD Puskesmas. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerugian ( loss
prevention ) misalnya dengan infeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik
tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control)dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani klaim dan
mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia, sistem prosedur, pengawasan
internal maupun gabungannya.
1. Tugas Tim Manajemen Resiko UPTD Puskesmas terkait manajemen reiko sebagai
berikut :
Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
a. Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan staf,
tinjauan rekaman medik, tinjauan keluhan pasien.
b. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit layanan terkait
seperti : manajemen mutu, pelayanan, staf medis dan kontrol infeksi.
c. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif,trend dan pola manajemen risiko.
d. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel
2. Tanggung jawab Tim Manajemen Resiko UPTD Puskesmas terkait manajemen
risiko dibagi dalam enam bagian :
a. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
b. Manajemen klaim
c. Pembiayaan risiko
d. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
e. Pelaksanaan manajemen risiko
f. Etika

Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan manajemen risiko,


mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko secara spesifik. Juga menyiapkan laporan
tahunan untuk menentukan kegiatan selanjutnya, melaporkan kemajuan untuk menetapkan
tujuan UPTD Puskesmas.

BAB IV
TUJUAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Tujuan penerapan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan
mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau
menghilangkan risiko kerugian.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan :
1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaikai kondisi
berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, psien dan lain-
lain.
2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk
pegawai, pasien dan lain-lain.
3. Meninjau Kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang sesuai dan
dilakukan monitoring agar tidak hal-hal yang merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana agar
kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugin.
5. Menangani keluhan, menyelesaiakan sengketa dan meningkatkan mutu pelayanan pasien
dan layanan yang terkait.
BAB V
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai, mencegah dan


mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai, kewajiban pembayaran hutang,
properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan.
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan peningkatan
mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program manajemen risiko mencakup
dokter, paramedis, administrator, manajemen, pengawasan dan karyawan front line untuk
mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan mengendalikan risiko yang mengganggu mutu
pelayanan dan keselamatan pasien. Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan
pencegahan tepat yang diperlukan.
Cakupan/ruang lingkup manajemen risiko :
a. Risiko terkait pelayanan pasien :
 Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien
 Konsekuensi penyelenggaraan pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan
(KTD, KTC, KNC,KPC)
 Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan
 Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai
 Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
 Pasien diberitahu tentang risiko
 Pengobatan yang nondiskriminatif
 Perlindungan barang berharga
b. Risiko terkait staf dilayanan klinis
 Apkah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku?
 Apakah pasien dikelola dengan benar?
 Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
c. Risiko terkait seluruh pegawai :
 Menjaga lingkungan yang aman
 Kebijakan kesehatan pegawai
d. Risiko terkait keuangan/aset
 Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran , banjir, dll
 Catatan rekam medik pasien non elektronik, dan catatan keuangan, dilindungi dari
kerisakan atau perusakan
 Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian
e. Risiko lain-lain :
 Manajemen berbahaya lainnya : Kimia, radioaktif, manajemen limbah.
 Ikatan kerjasama dengan pihak ketiga (jika diperlukan) dalam pengelolaan limbah
(medis dan non medis)
 Risiko terkait hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku.

BAB VI
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Risiko


mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus menerus berubah
dan harus diidentifikasi.
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahap proses yaitu :
1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Analisis risiko
4. Evaluasi risiko
5. Pengelolaan risiko

1. Tahap 1 : Tetapkan Konteks


Pada tahapan ini :
 Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan UPTD Puskesmas dan strategi
program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
 Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan dimana proses manajemen risiko harus
ditempatkan, tujuan dari aktifitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat timbul dari
pengaruh internal dan ekternal.
 Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup dan parameter kegiatan, atau bagian dari organisasi
UPTD Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan.
Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan
biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumberdaya dan catatan yang
harus didokumentasikan dan dipelihara.
Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen risiko secara mendalam,
harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak
masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifik, unit pelayanan, fungsi, atau area
proyek.
2. Tahap 2 : Identifikasi Resiko
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem
kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan Puskesmas, atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses
sistematis yng terstruktur dengan baik , karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada
tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi risiko
harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi atau tidak.
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat puskesmas, unit pelayanan atau tingkat petugas harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dan dipantau untuk memulai proses, perlu dilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para pelakulayanan
kesehatan terhadap komponen-komponen berikut :
a.Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian
b.Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal/eksternal
c. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insiden Puskesmas atau
pihak-pihak yang berkepentingandengan pelayanan Puskesmas.
d.Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya dan
insiden yang terjadi.
e.Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.

Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak akan efektif
ditangani apabila tidak dilakukan identifikaso. Petugas terkait dapat menggunakan berbagai
informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif
dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti :
Daftar keluhan pasien
 Hasil survei Kepuasan
Diskusi dengan Pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
Laporan insiden
Laporan monitoring/pemantauan

3. Tahap 3 : Analisis Resiko


Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Petugas harus melakukan analisa
secara sistematis terhadap sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua
unit layanan untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan
lebih lanjut.
Proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tngkat risiko,
memisahkan risikokecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data unyuk
membantu evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi
proritas intervensi. Makin besar kerugian yang terjadi, makin segera tindakan harus dilakukan.
Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/tingkatanrisiko untuk menentukan
keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan
akibatnya bila hal ini terjadi.
Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol atas risiko saat ini,
termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden
(risiko yang potensial menjadi insiden) dan kemungkinan terjadinya insuden.

Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan) :


 Pita biru : Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi sederhana.
 Pita hijau : Manajer/pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya mengatasi
risiko dengan supervisi dan dan dilakukan Investigasi sederhana.
 Pita kuning : Di lakukan RCA dan dimonitoring oleh ketua Tim Manajemen Resiko.
 Pita merah : Dilaporkan segera ke Kepala UPTD Puskesmas dan lakukan RCA

4. Tahap 4 : Evaluasi dan Ranking Resiko


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kreteria risiko yang diterima untuk
dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti. Melakukan evaluasi
risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama
analisis dengan kreteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan daftar
prioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kreteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi untuk
menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal rang siap diterima Puskesmas.
Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko, yang menunjukan
bahwa bila risiko diterima Puskesmas, maka harus berhasil berhasil dilaksanakan. Dalam
mengevalusi kreteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal, eksternal dan
persyaratan hukum. Penentuan kreteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.

5. Tahap 5 : Pengelolaan Resiko


Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat yang
rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkanedukasi tentang
prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain
untuk menurunkan risiko kerugian.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka harus menangani dan mengendalikan
risiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar :
A. Mengendalikan risiko (risk control)
Risiko sedapat mungkin dihindari karena Puskesmas tidak berani mengambil risiko
dengan metode berikut
1. Menghindari risiko (risk avoidance)
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko
dengan cara :
 Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun
hanya untuk sementara
 Meninjau kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan
kegiatan itu begitu diketahui mengandung resiko
 Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan
terjadinya Insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara : mengurangi
kemungkinan terjadinya Kerugian

2. Menanggung resiko ( risk retension)


Resiko diterima dan ditangani sendiri oleh UPTD Puskesmas. Artinya UPTD
Puskesmas mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan
operasional UPTD Puskesmas dengan menyediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya.

BAB VII
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan bahwa
rencana organisasi manajemen risiko UPTD Puskesmas tetap relevan. Mengingat banyak faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan “kemungkinan dan dampak risiko’’ setiap saat, maka
manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap
langkah dalam proses manajemen risiko. Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan,
memperhitungkan laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan isi-isu perorangan, serta
persyaratan dan panduan tingkat nasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko menurut
keparahan risiko (sesuai warna/bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat unit layanan.
Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai
warna/bands risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah :
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif yang
diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadaprisiko yang signifikan dan mederat
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua unit layanan
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul dari
kegiatan Puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap keuangan,
kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk
mengontrol.

Langkah-Langkah RCA/Analisa akar masalah :


a.Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
b.Tentukan Tim investigator
c.Kumpulkan data dan informasi
 Observasi
 Dokumentasi
 Intervieu
d.Petakan Kronologi Kejadian
 Narrative Chronology
 Timeline
 Tabular Timeline
 Time Person Grid
e.Identifikasi CMP (Care Manajemen Problem)
 (Brainstorming, Brainwriting)
f.Analisis Informasi
 Analisis Perubahan
 Analisis Penghalang
 Fishbone/Analisis tulang Ikan
g.Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut :


1. Kejadian sentinental adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
sebagai berikut :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya (contohnya bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang
mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang tuanya
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnyadisingkat KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi/Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur/sarana/Bangunan
11. Sumber daya/Manajemen
12. Laboratorium

Yang bertanggung jawab dalam pelaporan Insiden :


a. Staf UPTD Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
b. Staf UPTD Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau suvervisor/penanggung
jawab/Koordinator Unit Pelayanan

BAB VIII
INVESTIGASI INSIDEN

Investigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan mencatat
ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah pelayanan/Care Manajemen
Problem, Mencatat staf yang terlibat dan mewawancarai mereka.
Investigasi insiden terdiri dari :
1. Investigasi sederhana,
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/bands grading risiko berwarna biru atau hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana :
a. Pengumpulan data : observasi, dokumentasi dan interview (wawancara)
b. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
 Penyebab langsung (immediate/direct cause) : penyebab yang berhubungan
langsung dengan insiden/dampak terhadap pasien.
 Akar masalah (root cause) : penyebab yang melatar belakangi penyebab langsung
(underlying cause)
c. Rekomendasi : tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan.
d. Tindakan yang akan dilakukan : tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
2. Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis (RCA)
Dilakukan oleh tim keselamatan pasien bila pita/bands berwarna kuning atau merah. RCA
adalah metode evaluasi terstruktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian tidak
diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali.
Metode proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD). Proses RCA merupakan
gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan karena dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan untuk hal-hal yang berisiko tinggi, seperti :
 Apa yang terjadi (aktual)
 Apa yang harus terjadi (kebijakan)
 Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahagar tidak terjadi
kembali (tindakan outcome)
 Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan
keselamatan pasien? (melalui pengukuran).
Langkah-Langkah RCA/Analisa Akar Masalah :
a. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
b. Tentukan Tim Investigator
c. Kumpulkan data dan informasi
 Observasi
 Dokomentasi
 Interview
d. Petakan Kronologi Kejadian
 Narrative chronology
 Timeline
 TabularTimeline
 Time Person Grid
e. Identifikasi CMP (Care Management Problem)
 (Brainsttorming, Brainwriting)
f. Analisis Informasi
 5 Why’s
 Analisis perubahan
 Analisis penghalang
 FishBone/Analisis tulang ikan
g. Rekomendasi dan rencana kerja untuk Improvement

BAB IX
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dan perbaikan-perbaikan /pengembangan-pengembangan untuk


mencapai tujuan yang telah disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh
Puskesmas
BAB X
PENUTUP

Demikian pedoman manajemen risiko ini disusun untuk memberikan kerangka acuan
dalam mengelola resiko yang ada dalam penyelenggaraan upaya pelayanan di UPTD Puskesmas.

KEPALA UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG I

DEWA GEDE MAHARDIKA

Anda mungkin juga menyukai