DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LANGGIKIMA
Jl. Poros Kel. Langgikima, Kec. Langgikima, Kab. Konawe Utara 93352
Email : pkmlanggikima01@gmail.com
TENTANG
PELAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO
PUSKESMAS LANGGIKIMA
Ditetapkan di Langgikima
Pada tanggal
_______/___/_______/______
KEPALA PUSKESMAS LANGGIKIMA
BAB I
DEFINISI
A. PENDAHULUAN
Sumber : Kuntjoro
Adapun proses penerapan manajemen resiko adalah :
1. TAHAP 1: TETAPKAN KONTEKS/LINGKUP MANAJEMEN
Pada tahapan ini:
a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan
Puskesmas dan strategi programmanajemen risiko layanan
kesehatan yang efektif.
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses
manajemen resiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas
resiko dan konsekuensi potensial yang dapat timbul dari
pengaruh internal dan eksternal. Tujuan, sasaran, strategi, ruang
lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian dari organisasi
Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan,
harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan
seksama sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya,
manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan
sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan
dipelihara.
Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko
secara mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses
manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak masalah,
atau terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan,
fungsi, atau area proyek.
Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/ keluarga dan staf,
serta mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial
bermasalah, maka area prioritas yang perlu mendapat perhatian
dalam penerapan manajemen risiko dan keselamatan pasien adalah:
a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan Farmasi
d. Pelayanan gawat darurat
e. Pelayanan rawat inap
f. Pelayanan persalinan dan nifas
2. TAHAP 2: IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
Puskesmas, atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola
menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik,
karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan
dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi
risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol
organisasi manajemen risiko.
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat
nasional (sistem kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan
atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau.
Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan
prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang
dapat menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari
para eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen
berikut:
a. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan
kerugian;
b. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau
stakeholder internal / eksternal;
c. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau
insiden di Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pelayanan Puskesmas.
d. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya
risiko klinis atau bahaya daninsiden yang terjadi;
e. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko
karena risikotidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan
identifikasi. Satuan tugas manajemen resikodapat menggunakan
berbagai informasi untuk mengidentifikasipotensi risiko.Dalam hal
ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan
pendekatan pro-aktif) dan insiden yang sudah terjadi (dengan
pendekatan reaktif / responsif).Contoh risiko potensial berdasarkan
area pelayanan:
1) Akses Pasien:
a) Proses pemulangan pasien lama
b) Pasien pulang paksa
c) Kegagalan merujuk pasien
d) Ketidaktersediaan tempat tidur
e) Proses transfer pasien yang tidak baik
2) Kecelakaan:
a) Tersengat listrik
b) Terpapar dengan bahan berbahaya
c) Tertimpa benda jatuh
d) Tersiram air panas
e) Terpeleset
3) Asesmen dan Terapi
a) Kesalahan identifikasi pasien
b) Reaksi transfusi darah
c) Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium
d) Kegagalan konsultasi interdisiplin pasien
4) Masalah administrasi keuangan pasien
a) Kesalahan estimasi biaya
b) Pengenaan tagihan yang sama 2 kali
c) Kesalahan input data tagihan
d) Perbedaan tarif dan tagihan
e) Transaksi tidak terinput
5) Kejadian Infeksi
a) Kegagalan / kontaminasi alat medis
b) Infeksi luka operasi
c) Needlestick injury
d) Kesalahan pembuangan limbah medis
e) Infeksi nosocomial
6) Rekam medik
a) Kegagalan memperoleh informed consent
b) Kesalahan pelabelan rekam medic
c) Kebocoran informasi rekam medik
d) Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
e) Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medic
7) Obat
a) Penulisan resep yang tidak baik
b) Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
c) Kesalahan dosis obat
d) Obat rusak / expired
e) Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
f) Kegagalan memonitor efek samping obat
8) Keamanan
a) Pencurian
b) Pasien hilang
c) Lingkungan yang tidak aman
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan
peringkatnya (grading) dengan memperhatikan: 1. Tingkat
peluang / frekwensi kejadian (likelihood) 2. Tingkat dampak yang
dapat / sudah ditimbulkan (consequence Identifikasi risiko juga
dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-jenis
insiden.Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang
dapat dipakai seperti:
1) Daftar keluhan pasien/Hasilsurvei kepuasan,
2) Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra
kerja
3) Laporan insiden.
3. TAHAP 3: ANALISIS RISIKO
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi
manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis
terhadap system kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
dan semua unit layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi
tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu proses
sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko
besar, serta menyediakan data untukmembantu evaluasi dan
pelayanan.Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan
kerugian keuangan akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar
kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakanharus dilakukan.
Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan risiko
untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara
memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal
ini terjadi.Analisis risiko harusmempertimbangkan bahwa telah
adakontrol atasrisiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan
apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang
potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya insiden.
Matrix grading dipakai dalam keselamatan pasien pada saat
menetapkan berat ringanya error :
a. Pengertian
1) Dampak (Consecuences)
Adalah gambaran seberapa berat akibat dialami pasien
mulai dari ada cedera sampai meninggal (Tabel 1).
Tabel 1
Dampak Klinis/ Cosequences/ Severity
LEVE
DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI
L
1 Insignificant Tidak ada cedera
Cedera ringan :
Cedera sedang :
Berkurangnya fungsi motoric/
sensoric/ psikologis atau
intelektual secara reversible
3 Moderate
dan tidak berhubungan dengan
penyakit mendasarinya.
Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
Cedera Luas/ Berat
Kehilangan fungsi utama
permanent (motoric, sensoric,
Warna Bands:
Hasil pertemuan nilai dampak yang diurut kebawah dan nilai
probabilitas yang diurut
Resiko = Dampak x Probabilitas
Cedera sedang :
Berkurangnya fungsi motoric/
sensoric/ psikologis atau
intelektual secara reversible
3 Moderate
dan tidak berhubungan dengan
penyakit mendasarinya.
Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
Cedera Luas/ Berat
Kehilangan fungsi utama
permanent (motoric, sensoric,