Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN

UPTD PUSKESMAS SUKAWATI II


TAHUN 2022

No. Kode Dokumen BK/05/SKWII/2022


Tanggal Terbit 04 Januari 2022
No. Revisi 01
Tanggal berlaku 04 Juli 2022
Halaman 1/18

UPTD PUSKESMAS SUKAWATI II


DINAS KESEHATAN KABUPATEN GIANYAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Pedoman Keselamatan

Pasien UPTD Puskesmas Sukawati II Kabupaten Gianyar dapat terselesaikan.

Keberadaan Pedoman Keselamatan Pasien ini bagi UPTD Puskesmas Sukawati II

sangat penting sekali karena akan memberikan panduan secara rinci terhadap seluruh

gerak langkah yang terkait dengan Sistem Manajemen Mutu di UPTD Puskesmas

Sukawati II.

Pedoman Keselamatan Pasien ini juga merupakan sebuah persyaratan yang

sangat penting bagi pelaksanaan UPTD Puskesmas Sukawati II sebagai sebuah

puskesmas dengan menjalankan sistem puskesmas akreditasi. Secara umum ruang

lingkup Pedoman Keselamatan Pasien ini meliputi seluruh penataan Sistem Pedoman

Keselamatan Pasien di UPTD Puskesmas Sukawati II mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai terhap evaluasinya.

Penyusunan Pedoman Keselamatan Pasien ini tentu masih memerlukan

perbaikan karena memang Pedoman Keselamatan Pasien adalah bersifat dinamis dan

bahkan harus selalu diperbaiki secara terus menerus seiring dengan perkembangan

UPTD Puskesmas Sukawati II Kabupaten Gianyar. Harapannya Pedoman

Keselamatan Pasien yang dimiliki UPTD Puskesmas Sukawati II ini benar-benar

diimplementasikan oleh seluruh karyawan, penanggung jawab dan unit-unit yang

terkait pada UPT Kesmas Sukawati II Kabupaten Gianyar.

2
Mengetahui Sukawati, 4 Januari 2022

Kepala UPT Kesmas Sukawati II PJ Keselamatan Pasien

dr. Ida Bagus Ketut Sugamia drg. Ni Gst Putu Darmiati, M.Kes
NIP. 196809141999031008 NIP. 196610261992022004

3
DAFTAR ISI

Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang 5
B. Tujuan Pedoman 6
C. Ruang Lingkup Pelayanan 6
D. Batasan Operasional 6
E. Landasan Hukum 6

BAB II STANDAR KETENAGAAN 7


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 7
B. Distribusi Ketenagaan
7
C. Jadwal Kegiatan 7

BAB III STANDAR FASILITAS 9


A. Denah Ruang 10
B. Standar Fasilitas 10

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN 12


A. Standar Keselamatan Pasien 12

BAB V LOGISTIK 19
BAB VI KESELAMATAN PASIEN 20
BAB VII KESELAMATAN KERJA 21
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 22
BAB IX PENUTUP 23

4
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu penting yang
terkait dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan
kelangsungan hidup Puskesmas. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan. Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan
dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan
citra puskesmas. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira
2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Namun
diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di
puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi
KTD.Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu diperlukan
acuan yang

5
jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.

B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akutanbilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi pelayanan rawat jalan
di puskesmas Ngaglik II, dari pasien datang sampai pasien pulang.

D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

A. Landasan Hukum
1) Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2) Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim Keselamatan pasien puskesmas terdiri dari:
1. Pimpinan puskesmas/kepala puskesmas
2. Ketua Tim: Dokter Umum
3. Anggota Tim:
 Dokter Umum
 Dokter gigi
 Petugas Pendaftaran
 Bidan
 Perawat umum dan perawat gigi
 Asisten apoteker (petugas obat)
 Petugas laboratorium (analis laborat)

B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.00) distribusi ketenagaan adalah sbb:
 Pendaftaran: 3 -4 petugas RM
 BP Umum: 2 dokter, 3 perawat,
 BP Gigi: 2 dokter gigi, 2 perawat gigi
 KIA: 2-3 bidan
 Laboratorium: 1 petugas Laboratorium
 Farmasi: 1 Petugas apoteker dan 1 petugas farmasi

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama
dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator Bidan
dan Kordinator Perawat.

7
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada
akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan
penting pada hari tertentu, maka petugas perawat tersebut dapat bertukar
jadwal dengan sejawatnya dan mencatatakan perubahan jaga tersebut di
lembar jadwal jaga.

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

5 6 7

14
2
4 4

Ruang Tunggu
13
1
13
4
9
4

3 11 8 12 10 15

Keterangan denah :
1. Pintu
2. No antrian dan Pramuhusada
3. Loket
4. Tempat duduk pasien
5. Poli Umum
6. Poli KIA
7. Poli Gigi
8. Poli Imunisasi
9. Laboratorium
10. Ruang PTM
11. Kasir dan Apotik
12. Ruang Bermain anak
13. WC

9
14. Ruang Tata Usaha
15. Ruang TB
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di lantai bawah
gedung puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses.
BP umum merupakan ruangan dengan 2 meja pemeriksaan dokter dengan
bed periksa masing-masing. Di bagian depan ruangan ini di sisi pintu masuk
adalah meja anamnese sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini
memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas setelah melakukan
tindakan kepada pasien.Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat
komputer sebagai salah satu client dari sistem informasi puskesmas yang
terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem
informasi puskesmas.
Ruang BP gigi memiliki dua unit kursi gigi beserta peralatannya, 1 meja
periksa dokter, 1 meja periksa perawat, 1 lemari peralatan dan
wastafel.Ruangan ini juga diperlengkapi komputer sebagai sarana sistem
informasi puskesmas.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Immunisasi, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta pemberian immunisasi pada
balita.Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan, bed
ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer pendukung
sistem informasi puskesmas.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja sekaligus
meja peralatan, lemari reagen, tempat cuci peralatan.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapkan resep,
lemari obat, wastafel dan perangkat komputer.
Bagian pendaftaran terletak di bagian depan gedung, berdekatan dengan
pintu masuk pengunjung, sehingga mudah diakses. Di ruangan ini terdapat

10
meja resepsionis sekaligus meja kerja, lemari status, perangkat computer.

II. Peralatan
Laboratoriu Pendaftara
BP Umum BP Gigi KIA Farmasi
m n
 tensimete  tensimet  tensimete  Centrifug  Timbang  alat
r er r e darah an obat tulis
 stetoskop  stetosko  stetoskop  Lampu  Blender  buku
 termomet p  stetoskop spiritus  Laminato register
er  tang laennec  Objek r  rak
 hammer rahang  termomet glass  Kalkulat status
 senter dewasa er  Deck or  komput
 diagnosti  tang  doppler galass  Plastik er
k set rahang  KB set  Tabung obat  mesin
 timbanga anak  Partus set  Mikrosko  Mesin antrian
n  bor gigi  Kulkas p puyer  nomor
 pengukur  scaling vaksin  Spuit  Kertas antrian
tinggi set  Spuit  Alat puyer
badan  spuit  Pita Hema  Label
 pita pengukur obat
pengukur  Sendok
obat

11
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

1. Standar I. Hak pasien


Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

2. Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien

12
dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus
ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari Puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar
unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi

13
untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan,
pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.

4. Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.

Kriteria :
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara
lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,
utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak
Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus

14
risiko tinggi.
4.4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan


pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas ”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian
Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.

Kriteria :
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near
miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event).

15
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk keperluan
analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss)
dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanismeuntuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan
antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
6. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk

16
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
6.1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
6.3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork)guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai


keselamatan pasien
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

17
BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang
ketersediaan logistic, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana
yang dibutuhkan untuk pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi
adanya potensi yang mampu mempengaruhi keselamatan pasien.
1. Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
2. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
3. Petunjuk lantai basah
4. Peralatan kebersihan lingkungan

18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai berikut:


1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien, dengan susunan
organisasi sebagai berikut : Ketua dokter, Anggota : dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dantenaga kesehatan lainnya
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
dinas kesehatan kabupaten/kotasecara rahasia
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan menerapkan tujuh
langkahmenuju keselamatan pasien
Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap puskesmas.
Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2) Pimpin dan dukung staf
3) Integrasikan aktivitas
4) Kembangkan system pelaporan
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7) Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan
pasien.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak.Pilih langkah-langkahyang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan
di Puskesmas.Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah
yang belum dilaksanakan.Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik
Puskesmas dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)


Adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek.Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan
kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain
yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi,
dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.

20
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus


dilakukan adalah:
1. Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian
Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien pada formulir yang sudah
disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian
yangdilaporkan oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien
merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi
pemecahan masalah kepada Pimpinan puskesmas.
5. Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite
Keselamatan Pasien setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis
akar masalah yang bersifat rahasia.
6. Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit
kerja di Puskesmas, terkaitdengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit
kerja

21
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di


Puskesmas maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah
penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadipenekanan / penurunan insiden
sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di
Indonesia.Program Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu
diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia
melaksanakan program keselamatan pasien secaraberkesinambungan dan
berkelanjutan.

22

Anda mungkin juga menyukai