Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
sangat penting sekali karena akan memberikan panduan secara rinci terhadap seluruh
gerak langkah yang terkait dengan Sistem Manajemen Mutu di UPTD Puskesmas
Sukawati II.
lingkup Pedoman Keselamatan Pasien ini meliputi seluruh penataan Sistem Pedoman
perbaikan karena memang Pedoman Keselamatan Pasien adalah bersifat dinamis dan
bahkan harus selalu diperbaiki secara terus menerus seiring dengan perkembangan
2
Mengetahui Sukawati, 4 Januari 2022
dr. Ida Bagus Ketut Sugamia drg. Ni Gst Putu Darmiati, M.Kes
NIP. 196809141999031008 NIP. 196610261992022004
3
DAFTAR ISI
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang 5
B. Tujuan Pedoman 6
C. Ruang Lingkup Pelayanan 6
D. Batasan Operasional 6
E. Landasan Hukum 6
BAB V LOGISTIK 19
BAB VI KESELAMATAN PASIEN 20
BAB VII KESELAMATAN KERJA 21
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 22
BAB IX PENUTUP 23
4
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu penting yang
terkait dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan
kelangsungan hidup Puskesmas. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan. Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan
dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan
citra puskesmas. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira
2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Namun
diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di
puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi
KTD.Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu diperlukan
acuan yang
5
jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akutanbilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
A. Landasan Hukum
1) Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2) Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.00) distribusi ketenagaan adalah sbb:
Pendaftaran: 3 -4 petugas RM
BP Umum: 2 dokter, 3 perawat,
BP Gigi: 2 dokter gigi, 2 perawat gigi
KIA: 2-3 bidan
Laboratorium: 1 petugas Laboratorium
Farmasi: 1 Petugas apoteker dan 1 petugas farmasi
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama
dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator Bidan
dan Kordinator Perawat.
7
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada
akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan
penting pada hari tertentu, maka petugas perawat tersebut dapat bertukar
jadwal dengan sejawatnya dan mencatatakan perubahan jaga tersebut di
lembar jadwal jaga.
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
5 6 7
14
2
4 4
Ruang Tunggu
13
1
13
4
9
4
3 11 8 12 10 15
Keterangan denah :
1. Pintu
2. No antrian dan Pramuhusada
3. Loket
4. Tempat duduk pasien
5. Poli Umum
6. Poli KIA
7. Poli Gigi
8. Poli Imunisasi
9. Laboratorium
10. Ruang PTM
11. Kasir dan Apotik
12. Ruang Bermain anak
13. WC
9
14. Ruang Tata Usaha
15. Ruang TB
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di lantai bawah
gedung puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses.
BP umum merupakan ruangan dengan 2 meja pemeriksaan dokter dengan
bed periksa masing-masing. Di bagian depan ruangan ini di sisi pintu masuk
adalah meja anamnese sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini
memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas setelah melakukan
tindakan kepada pasien.Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat
komputer sebagai salah satu client dari sistem informasi puskesmas yang
terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem
informasi puskesmas.
Ruang BP gigi memiliki dua unit kursi gigi beserta peralatannya, 1 meja
periksa dokter, 1 meja periksa perawat, 1 lemari peralatan dan
wastafel.Ruangan ini juga diperlengkapi komputer sebagai sarana sistem
informasi puskesmas.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Immunisasi, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta pemberian immunisasi pada
balita.Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan, bed
ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer pendukung
sistem informasi puskesmas.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja sekaligus
meja peralatan, lemari reagen, tempat cuci peralatan.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapkan resep,
lemari obat, wastafel dan perangkat komputer.
Bagian pendaftaran terletak di bagian depan gedung, berdekatan dengan
pintu masuk pengunjung, sehingga mudah diakses. Di ruangan ini terdapat
10
meja resepsionis sekaligus meja kerja, lemari status, perangkat computer.
II. Peralatan
Laboratoriu Pendaftara
BP Umum BP Gigi KIA Farmasi
m n
tensimete tensimet tensimete Centrifug Timbang alat
r er r e darah an obat tulis
stetoskop stetosko stetoskop Lampu Blender buku
termomet p stetoskop spiritus Laminato register
er tang laennec Objek r rak
hammer rahang termomet glass Kalkulat status
senter dewasa er Deck or komput
diagnosti tang doppler galass Plastik er
k set rahang KB set Tabung obat mesin
timbanga anak Partus set Mikrosko Mesin antrian
n bor gigi Kulkas p puyer nomor
pengukur scaling vaksin Spuit Kertas antrian
tinggi set Spuit Alat puyer
badan spuit Pita Hema Label
pita pengukur obat
pengukur Sendok
obat
11
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
12
dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus
ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
13
untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan,
pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.
Kriteria :
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara
lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,
utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak
Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus
14
risiko tinggi.
4.4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Kriteria :
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near
miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event).
15
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk keperluan
analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss)
dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanismeuntuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan
antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
6. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
16
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
6.1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
6.3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork)guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
17
BAB V
LOGISTIK
Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang
ketersediaan logistic, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana
yang dibutuhkan untuk pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi
adanya potensi yang mampu mempengaruhi keselamatan pasien.
1. Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
2. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
3. Petunjuk lantai basah
4. Peralatan kebersihan lingkungan
18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi,
dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
20
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
21
BAB IX
PENUTUP
22