Anda di halaman 1dari 27

COVER

PEDOMAN
MANAJEMEN RISIKO
NOMOR …………………………….

1
……
PERATURAN KEPALA PUSKESMAS NOMOR ………………………..
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

KEPALA PUSKESMAS …………………..

Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan sistem pengendalian interna di lingkungan Puskesmas


diperlukan penerapan manajemen risiko guna menciptakan tata kelola internal
Puskesmas yang baik;
b. bahwa dengan perkembangan kompleksitas penyelenggaraan
Puskesmas guna mewujudkan efisien, efektif, ekonomis, kredibilitas
laporan keuangan, dan pengamanan aset perlu menerapkan manajemen
risiko terintegrasi dalam setiap pengambilan keputusan, penyusunan dan
pelaksanaan program dan kegiatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu ditetapkan Pedoman Manajemen Risiko Puskesmas;
Mengingat : 1. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
2. Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 47 tahun 2016 Tentang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 52 tahun 2018 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fasyankes;
5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 25 tahun 2019 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan;
7. Pedoman tehnis manajemen risiko di fasyankes tahun 2017
8. Keputusan Bupati nomor………………….tentang pengangkatan kepala
puskesmas ………………….periode……………..

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSKESMAS ……….. TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN
RISIKO

Pasal 1
Manajemen Risiko

2
Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian dan upaya
menghindari, meminimalisir atau bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima.
Manajemen terintegrasi adalah proses penilaian, analisis dan pengelolaan sumber risiko yang potensial
dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenis
pelayanan di Puskesmaspada setiap level.

Pasal 2
Kategori Risiko

Kategori risiko yang dapat berdampak pada Puskesmas, antara lain dan tidak terbatas :
a) Strategis ( terkait dengan tujuan organisasi)
b) Operasional (rencana pengembangan untuk mencapai tujuan organisasi)
c) Keuangan (menjaga asset)
d) Kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum dan peraturan)
e) Reputasi (image yang dirasakan oleh masyarakat)

Pasal 3
Pendekatan Proaktif

Pendekatan proaktif untuk manajemen risiko, salah satu caranya adalah dengan program manajemen
risiko formal yang komponen-komponen pentingnya meliputi :
1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Prioritas risiko
4. Pelaporan risiko
5. Pengelolaan dan Review risiko
6. Monitoring dan evaluasi risiko
7. Investigasi kejadian yang tidak di harapkan (KTD)
8. Manajemen terkait tuntutan (Komplain)

Pasal 4
Ruang Lingkup

Dalam menyusun daftar risiko memperhatikan ruang lingkup manajemen risiko rumah sakit yang
meliputi namun tidak terbatas pada :
a) Pasien
b) Staf medis
c) Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di Puskesmas
d) Fasilitas Puskesmas
e) Lingkungan Puskesmas
f) Pelayanan Puskesmas

3
Pasal 7

Peraturan kepala Puskesmas ini berlaku pada tanggal diundangkan

Ditetapkan di …………………
Pada tanggal ………………………

KEPALA PUSKESMAS
………………………………

Nama Kepala Puskesmas

4
LAMPIRAN 1
PERATURAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR ……………………..
TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

BAB I
DEFINISI

1. Manajemen Risiko
Adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian dan upaya menghindari,
meminimalisisr atau bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima. Dalam hal ini risiko
berhubungan dengan pendekatan atau metodelogi dalam menghadapi ketidakpastian
dalam bisnis.

2. Risiko
adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan.
Ketidakpastian ini bisa berupa ancaman, pengembangan strategi, dan mitigasi risiko.

3. Identifikasi Risiko
Adalah proses menemukan, mengenal, dan mendeskripsikan risiko. Identifikasi risiko ini
terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Identifikasi risiko proaktif, adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara
proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi Puskesmasmencapai tujuan.
b. Identifikasi risiko reaktif, adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah risiko
muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/ gangguan. Metode yang dipakai biasanya
adalah melalui pelaporan insiden.

4. Analisa Risiko
Proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat risiko, setelah
diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara menilai seberapa sering
peluang risiko itu muncul, serta berat-ringannya dampak yang ditimbulkan (ingat, definisi risiko
adalah: peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan)

5. Evaluasi Risiko
Adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko untuk
menentukan apakah risiko dan/ atau besarnya dapat di terima atau ditoleransi.

5
6. Strategi Pengendalian Risiko
Adalah proses untuk memodifikasi risiko, bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya
adalah :
a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan aktifitas
yang menimbulkan risiko
b. Mengurangi risiko
c. Mentransfer risiko
d. Menerima risiko

7. Prioritas Risiko
Adalah suatu risiko yang harus didahulukan dan diutamakan dari pada risiko yang lain. Proses
membandingkan hasil dari analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko
dan ukurannya dapat diterima dan ditoleransi. Evaluasi risiko akan membantu penentuan risk
treatment.

8. Pelaporan Risiko
Adalah bentuk komunikasi ditujukan untuk menginformasikan suatu risiko internal atau
eksternal dengan menyediakan informasi terkait kondisi terkini terkait risiko dan
manajemennya.

9. Pengelolaan dan review


Perencanaan yang telah direncanakan di awal tidak akan seluruhnya dapat berjalan dengan
lancar. Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak diprediksi sebelumnya akan
menyebabkan perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat, oleh karena itu
perlu dilakukan perubahan rencana untuk menanggulangi risiko yang akan mungkin terjadi
Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh
organisasi manapun. Namun untuk manajemen risiko ini perlu dibahas, karena ada alat
bantu yang sangat berguna. Alat bantu itu adalah risk register (daftar risiko).

10. Risk register


Adalah pusat dari proses menajemen resiko organsiasi (NHS). Alat manajemen yang
memungkinkan suatu organsiasi memahami profil resiko secara menyeluruh. Ini merupakan
sebuah tempat penyimpanan untuk semua informasi resiko (Risk Register Working Group 2002).
Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Risk register Puskesmas, digunakan untuk risiko ekstrim
b. Risk resiko unit, digunakan untuk risiko dengan peringkat lebih rendah atau risiko yang di
turunkan dari risk register Puskesmaskarena peningkatannya sudah turun.

11. Monitoring dan evaluasi risiko


Adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus untuk memeriksa, mengawasi dan
melakukan pengamatan secara kritis untuk dapat mengidentifikasi terjadinya perubahan dari
tingkat kinerja atau sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan pengelolaan risiko.

6
12. Bahaya (hazard):
Adalah potensi untuk menimbulkan kerugian baik pada keselamatan maupun kesehatan.
(peralatan, mesin, metode kerja, material, kondisi) .

13. Risiko
Adalah kemungkinan/peluang untuk terjadinya dampak pada keselamatan dan kesehatan
sebagai akibat adanya pajanan bahaya.

14. Probabilitas
Adalah kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu.

15. Konsekuensi
Adalah dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti penyakit akibat kerja,
kecelakaan akibat kerja, bahkan kematian.

7
BAB II RUANG
LINGKUP

Ruang Lingkup Manjemen Risiko, adalah sebagai berikut :


1. Konsep manajemen risiko;
2. Langkah-langkah penerapan manajemen risiko;
3. Penerapan manajemen risiko;
4. Indikator keberhasilan manajemen risiko.
5. Pengelolaan risiko syariah yang dapat menghambat penerapan standar syariah secara kafah di
PuskesmasSyariah.

8
BAB III TATA
LAKSANA

A. Kerangka Kerja Manajemen Risiko


Keberhasilan manajemen risiko tergantung pada efektifitas kerangka manajemen yang menyediakan
landasan yang akan ditanamkan pada organisasi. Kerangka kerja membantu dalam mengelola risiko
secara efektif melalui penerapan proses manajemen risiko pada berbagai tingkat dan dalam
konteks tertentu organisasi. Tujuan dari kerangka kerja manajemen risiko adalah memastikan
bahwa informasi tentang risiko yang berasal dari proses manajemen risiko secara memadai
dilaporkan dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemenuhan akuntabilitas
disemua tingkat organisasi yang relevan.
Adapun kerangka kerja manajemen risiko sebagai mana gambar dibawah ini :

Gambar 1 : Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Penjelasan :
1. Mandat dan Komitmen
Bagian awal dari manajemen risiko adalah meastikan adanya mandate dan komitmen yang
kuat dan berkelanjutan oleh seluruh struktur manajemen risiko dan seluruh pemangku
kepentingan yang ada di Puskesmas terkait serta perencanaan strategis untuk mencapai
komitmen disemua tingkatan. Rancangan kerangka kerja untuk pengelolaan risiko.

2. Rancangan kerangka kerja untuk pengelolaan risiko


Rancangan kerangka kerja untuk pengeolaan risiko meliputi :
a. Pemahaman tentang organisasi dan konteksnya
b. Menetapkan kebijakan manajemen risiko
c. Akutanbilitas
d. Integrasi ke dalam proses organisasi
e. Sumber daya

9
f. Membangun komunikasi internal dan eksternal dan mekanisme pelaporan dan
g. Membangun komunikasi eksternal dan mekanisme pelaporan

3. Implementasi manajemen risiko


Dalam mengimplementasikan manajemen risiko dilaksanakan dengan
a. Menerapkan kerangka kerja untuk mengelola risiko
b. Menerapkan proses manajemen risiko
c. Menerapkan prinsip risiko terkait syariah yang menyebabkan kegagalan untuk memenuhi
standar Syariah secara kafah (menyeluruh).

4. Monitoring dan review kerangka manajemen risiko


Dalam rangka memastikan bahwa manajemen risiko secara efektif dan berkelanjutan dalam
mendukung kinerja harus :
a. Mengukur kinerja manajemen risiko melalui indikator, yang secara berkala direviu
b. Mengukur secara berkala kemajuan dan penyimpangan dari rencana manajemen risiko
c. Meninjau secara berkala apakah kerangka kerja manajemen risiko, kebijakan dan renacana
masih sesuai, mengingat konteks eksternal dan internal organisasi : laporan risiko,
kemajuan terhadap rencana manajemen risiko dan seberapa baik kebijakan manajemen
risiko dilaksanakana.
d. Riview efekstifitas kerangka kerja manajemen risiko

5. Perbaikan berkelanjutan
Berdasarkan hasil monitoring dan review, keputusan harus dibuat bagaimana kerangka
manajemen risiko, kebijakan dan rencana dapat diperbaiki, keputusan ini harus mengarah pada
perbaikan dalam manajemen risiko dan budaya di Puskesmas.

B. Alur Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah metode yang logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka menurunkan konsekuensi. Manajemen risiko terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan,
identifikasi, analisis, evaluasi dan pengendalian risiko, komunikasi dan partisipasi, serta monitoring
risiko. proses implementasi manajemen risiko terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut :

Gambar.1.
Diagram alur proses manajemen risiko
a. Persiapan
Merupakan sebuah tahapan di mana fasyankes menentukan tujuan, sumber daya manusia,
sumber daya finansial, ruang lingkup, metode yang akan digunakan, dan waktu pelaksanaan
manajemen risiko.

b. Identifikasi risiko
Merupakan upaya untuk menemukan atau mengidentifikasi bahaya yang ada di tempat kerja,
populasi berisiko, rute pajanan bahaya,serta konsekuensi yang mungkin timbul akibat
pajanan bahaya tersebut. Identifikasi risiko umumnya dilakukan berdasarkan uraian detail
dari masing-masing tahapan pekerjaan.

c. Analisis risiko
Merupakan proses menilai apakah risiko dapat diterima atau tidak. Terdapat 3 jenis metode
dalam analisis risiko.
1) Metode kualitatif
Tingkat risiko dinilai dengan menggunakan skala deskriptif dengan menggunakan sebuah
formulir analisis risiko yang sederhana namun komprehensif.

2) Metode Semi kuantitatif


Menggunakan skala dalam bentuk angka untuk menilai tingkat risiko. Risiko digambarkan
sebagai fungsi dari probabilitas / kemungkinan terjadinya dampak (P) dan konsekuensi
/dampak (K), sehingga secara matematis risiko dinyatakan dalam persamaan 1. Semakin
tinggi P/K, maka risiko akan semakin tinggi, dan semakin rendah P/K maka risiko pun
akan semakin rendah.

Risiko = f (P)( K) (persamaan 1)


Dimana :
P : Probabilitas atau kemungkinan terjadinya dampak
K : konsekuensi atau dampak

3) Metode Kuantitatif
Melakukan uji yang lebih detail untuk menentukan tingkat probabilitas / kemungkinan
dan konsekuensi.
Dalam toksikologi, konsekuensi disajikan dalam bentuk hubungan dosis-respon (dose-
response). Dalam analisis pajanan bahaya kimia, pengukuran konsentrasi bahaya kimia di
udara kerja dilakukan dengan pendekatan higiene industri. Modeling juga seringkali
digunakan untuk memprediksi kejadian yang akan datang dari beberapa kejadian yang
pernah terjadi, dan dapat digunakan untuk analisa risiko kuantitatif. Analisis kuantitatif
umumnya memerlukan sumber daya (manusia dan finansial) yang lebih besar, namun
hasil analisisnya lebih akurat.Oleh karena itu umumnya analisis kuantitatif dilakukan
sebagai analisis lanjutan bila diperlukan analisis risiko yang lebih detail.

11
d. Evaluasi risiko
Merupakan proses membandingkan antara hasil analisis risiko dengan pengendalian yang
telah diimplementasikan. Dalam tahapan ini diputuskan apakah pengendalian yang ada telah
mencukupi atau perlu dilakukan pengendalian tambahan. Rekomendasi pengendalian
tambahan merupakan output dari tahapan ini.

e. Pengendalian risiko
Merupakan proses implementasi dan pengembangan strategi untuk mereduksi risiko yang
muncul, sesuai dengan rekomendasi yang telah dibuat pada tahapan evaluasi risiko. Dalam
penerapan pengendalian risiko harus diperhatikan hierarki pengendalian risiko serta
efektivitasnya.

f. Komunikasi dan konsultasi


Merupakan proses yang menopang manajemen risiko. Proses ini dijalankan dengan
melakukan komunikasi dan konsultasi, baik kepada pihak eksternal dan internal fasyankes
demi jalannya tahapan manajemen risiko yang lebih baik secara keseluruhan. Studi banding
terhadap pelaksanaan manajemen risiko di fasyankes lain merupakan salah satu upaya dalam
melaksanakan konsultasi.

g. Pemantauan dan telaah ulang


Merupakan proses untuk melakukan penilaian efektivitas keseluruhan tahapan manajemen
risiko agar dapat melakukan pengembangan. Tahapan ini juga berfungsi untuk membuat
proses manajemen risiko sesuai dengan kondisi dan keadaan yang aktual.

Persiapan
Pemantauan dan Telaah Ulang
KomunikasidanKonsultasi

IdentifikasiRisiko

AnalisisRisiko

EvaluasiRisiko

PengkajianRisiko

PengendalianRisiko

Gambar 2. Proses Manajemen Risiko K3

12
B. Langkah-langkah manajemen risiko di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Proses manajemen risiko harus dilakukan secara menyeluruh dan sistematis, Penerapan manajemen
risiko dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Persiapan Pelaksanaan Manajemen Risiko


Langkah persiapan pelaksanaan manajemen risiko adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan pelaksana manajemen risiko beserta uraian tugasnya. Pelaksanaan manajemen
risiko dilakukan dengan melibatkan setiap unit atau instalasi.
b. Menetapkan anggaran pelaksanaan manajemen risiko
c. Menetapkan ruang lingkup, metode, dan instrumen penilaian risiko. Dalam menetapkan
pelaksanaan manajemen risiko
d. Melatih pelaksana tentang langkah-langkah manajemen risiko, termasuk cara mengisi
formulir yang digunakan dalam manajemen risiko.
e. Menentukan waktu pelaksanaan

2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah upaya untuk mengenali keberadaan suatu bahaya. Pada umumnya,
risiko dapat disebabkan karena aspek-aspek berikut dan interaksi antar aspek tersebut, seperti:
a. Pasien
1) Risiko dengan manajemen obat
2) Risiko jatuh
3) Pengendalian risiko infeksi
a) Saluran pernafasan, seperti prosedur dan tindakan terkait intubasi, bantuan
ventilasi mekanik, trakeostomi, dan lain – lain
b) Saluran kencin, seperti pada kateter, pembilasan, urine dan lain-lain
c) Alat invasive intravaskuler, saluran vena veriver, saluran vena central dan lain-lain
d) Lokasi operasi, perawatan, pembalutan luka, prosedur aseptic, dan lain-lain
e) Penyakit dan organism yang penting dari sudut epidemiologik, seperti multi drug
resistant organism infeksi yang virulen
f) Timbulnya infeksi baru atau timbul kembalinya infeksi di masyarakat
4) Risiko terkait dengan masalah gizi
5) Risiko fasilitas dan peralatan, seperti Risiko kebakaran/cidera karena penggunaan laser
yang diakibatkan dari kondisi-kondisi jangka panjang.

b. Staff Medis, Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di Puskesmas
1) Identifikasi risiko staf terpapar atau tertular berdasarkan epidemiology penyakit pasien
di Puskesmas
2) Penggunaan alat pelindung diri (APD)
3) Skrining awal pada waktu rekruitmen dan pemeriksaan kesehatan berkala
4) Imunisasi/vaksinasi
5) Pencegahan dan pelaporan cedera jarum suntiuk dan papajanan bahan infeksius
6) Pengobatan dan konseling

13
c. Fasilitas dan lingkungan Puskesmas
1) Keselamatan dan keamanan
2) Bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya
3) Penanggulangan bencana/emergency
4) Proteksi kebakaran/Fire Safety
5) Peralatan medis
6) Sistem penunjang / utilitas

d. Bisnis Puskesmas
Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen
umum dan harus masuk menjadi bagian dari budaya organisasi, praktek terbaik organisasi.
Proses manajemen risiko meliputi 5 kegiatan, yaitu :
1. Komunikasi dan konsultasi
2. Penetapan konteks
3. Penilaian risiko
4. Perlakukan risiko
5. Monitoring dan review

Hal ini sebagaimana terlihat di dalam gambar di bawah ini :

Gambar 2 : Proses Manajemen Risiko


Keterangan :
1. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi risiko secara umum dapat diartikan sebagai proses interaktif dalam hal tukar menukar
informasi dan pendapat yang mencakup multi pesan mengenai risiko dan pengelolaannya. Proses
ini berjalan secara internal dalam organisasi, bagian, unit atau eksternal yang ditujukan kepada
stakeholder eksternal.

14
Bentuk komunikasi dan konsultasi dapat berupa :
1. Rapat berkala
2. Rapat insidentil
3. Seminar/ Sosialisasi/ Workshop
4. Forum pengelolaan risiko

2. Penetapan Kontek
Penetapan konteks merupakan artikulasi tujuan dan mendifinisikan parameter eksternal dan
internbal untuk dihitungkan ketika mengelola risiko, kemudian menetapkan ruang lingkup dan
criteria risiko untuk prosedur selanjutnya .
Dalam menebntukan konteks pelu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
a. Konteks eksternal, merupakan situasi dari luar yang dapat mempengaruhi cara organisasi dalam
pengelolaan risiko, meliputi :
1) Hukum, sosial, budaya politik, regulasi, keuangan, teknologi, lingkungan ekonomi, alam,
persaiangan dengan organisasi lain dalam lingkungan nasional, regional, ataupun
innternasional.
2) Hubungan, persepsi dan nilai-nilai pemangku kepentingan eksternal.

b. Konteks internal, merupakan segala sesuatu dari dalam rumah sakit yang dapat mempengaruhi
cara organisasi dalam mengelola riisko. Meliputi :
1) Tata kelola, struktur, peran dan akutanbilitas organisasi
2) Kebijakan, sasaran, strategi
3) Kemampuan dan pemahaman tentang sumber daya (modal, waktu, orang, prosedur, sistem
dan teknologi)
4) Hubungan, persepsi dan nilai pemangku kepentingan internal dan budaya organisasi
5) Sistem informasi, arus informasi dan prosedur pengambilan keputusan
6) Standar, pedoman dan modal yang diterapkan oleh organisasi dan menetapkan konteks
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan analisa secara umum
b) Memanfaatkan informasi
c) Memahami tujuan kerja
d) Memahami jumlah dan risiko dan siap ditangani

c. Kriteria risiko, digunakan untuk mengevaluasi signifikan risiko, serta harus mencerminkan nilai-
nilai organisasi, tujuan, sumber daya.

3. Penilaian Risiko
a. Identifikasi risiko
Setiap pemilik risiko harus mengidentifikais risiko area dampak, peristiwa (termasuk perubahan
keadaan), penyebab dan konsekuensi potensi risiko. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
daftar lengkap risiko berdasarkan peristiwa yang mungkin mendukung, meningkatkan,
mencegah, menurunkan, mempercepat atau menunda pencapaian tujuan.

15
Metode yang digunakan adalah dengan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), untuk
melaksanakan identifkasi risiko di linkungan kerja masing-masing, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Memahami dan mengidentifkasi kegiatana utama unit kerja;
2) Mengindentifikasi tujuan dari masing masing kegiatan tersebut;
3) Mengumpulkan data dan informasi tentang risko yang mungkin terjadi maupun yang belum
pernah terjadi;
4) Mencari penyebab dan risiko yang telah diidentifikasi untuk mendapatkan penyebab
utama;
5) Mengidentifkaksi apakah penyebab tersebut sifatnya dapat dikendalikan (controllable) atau
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) bagi unit kerja;
6) Mengidentifakasi unit kerja; dan
7) Mengisi hasil butir (a) – (f) dala formulir identifkasi risiko dan memperbaruhi setiap saat
terjadinya pernyatan risiko. identifkasi pernyataan risiko dapat dilakukan dengan
mendasarkan pada hasil penilaian risiko sebelumnya dengan penyelarasan terhadap
perkembangan situasi lingkungan internal dan eksternal yang terjadi.

b. Analisis risiko
Analisis risko melibatkan pengembangan akan pemahaman risiko. Analisis risiko memberikan
masukan mengambil risiko untuk dilakukan evaluasi dan keputusan apakah risiko perlu
ditangani, dan pada strategi risiko dan metode penanganan yang paling tepat.
Untuk melaksnaakan analisis risiko di lingkungan kerja masing-masing, dengan urutan lanngkah-
langkah sebagai berikut :
1) Dapatkan data hasil identifkasi risiko;
2) Lakukan evaluasi atas kecukupan disain dan penyelenggaraan sistem pengendalian interna
yang sudah ada;
3) Ukur tingkat probabilitas terjdainya risiko;
4) Ukur tingkat besaran dampak jika risiko terjadi;
5) Hitung tingkat/ level risiko, yaitu perkalian, probabilita dengan dampak;
6) Buat peringkat risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut termasuk risiko sangat
rendah, rendah, sedang tinggi atau sangat tinggi;
7) Isikan hasil langkah (a) s.d. (f) ke dalam formulir analisis risiko; dan
8) Dari risiko-risiko tersebut diatas selanjutnya dibuat peta risiko.

16
Perangkat yang dibutuhkan dalam risiko adalah sebagai berikut :
1) Tabel kemungkinan (probalibilitas) terdiri dari :

Level Kemungkinan Kriteria Kemungkinan


(Probabilitas) (Probabilitas)
Hampir tidak terjadi Tidak pernah
(1) Peristiwa hanya akan timbul pada kondisi yang luar biasa
Presentase 0 – 10%
Terjadi 1 kali/ 5 tahun atau lebih
Jarang terjadi Jarang (frekuensi 1-2x/tahun)
(2) Peristiwa diharapkan tidak terjadi
Presentase > 10% – 30%
Terjadi 1 kali/ 2- < 5 tahun
Kadang terjadi Frekuensi 3-4x/tahun
(3) Peristiwa kadang kadang bisa terjadi
Peristiwa > 30% – 50%
Terjadi 1 kali/ 1-< 2 tahun
Sering terjadi Frekuensi 4x6/tahun
(4) Peristiwa sangat mungkin terjadi pada sebagian kondisi
Presentase > 50% – 90% kegiatan dalam 1 periode
Terjadi beberapa kali/ tahun
Hampir pasti terjadi Frekuensi >6-12x/tahun
(5) Peristiwa selalu terjadi hampir pada setiap kondisi
Presentase > 90% dalam 1 periode
Terjadi setiap minggu/ bulan

17
2) Tabel Severity /Keparahan terdiri dari :
Level Area Dampak
Dampak/Keparahan
Tidak berdampak pada pencapaian tujuan instansi/
kegiatan secara umum
Sangat Rendah Agak menggangu pelayanan
(1) Dampaknya dapat ditangani pada tahap kegiatan rutin
Kerugian kurang material dan tidak mempengaruhi
stakeholders
Tidak ada cidera
Tidak ada risiko menjalankan kegagalan dalam prinsip
syariah
Mengganggu pencapaian tujuan instansi/ kegiatan
meskippun tidak signifikan
Cukup mengganggu jalannya pelayanan
Rendah Mengancam efisiensi da efektivitas beberapa aspek
(2) program
Kerugian kurang material dan sedikit mempengaruhi
stakeholders
Cidera ringan/misal lecet, dapat diatasi dengan P3K
Risiko terjadinya kegagalan menjalankan pronsip syariah
karena kondisi yang darurat
Menggangu pencapaian tujuan instansi/ kegiatan secara
Sedang signifikan
(3) Menggangu kegiatan pelayanan secara signifikan
Mengganggu administrasi program
Kerugian keuangan cukup besar
Luka robek, berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis/intelektual(reversible) tidak
berhubungan dengan penyakit, setiap kasus yang
memperpanjang perawatan
Risiko terjadinya kegagalan menjalankan pronsip syariah/
kewajiban syariah/ ibadah yang berhubungan dengan
ibadah selain dari rukun islam pertama dan kedua
Sebagian tujuan instansi/ kegiatan gagal dilaksanakan
Terganggunya pelayanan lebih dari 2 hari tetapi kurang dari
Tinggi 1 minggu
(4) Mengancam fungsi program yang efektif dan organisasi
Kerugian besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun
non keuangan
Cidera luas/berat(misal cacat, lumpuh, kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis/intelektual (irrevesible) tidak
18
berhubungan dengan penyakit.
Risiko terjadinya kegagalan menjalankan prinsip syraiah
yang berhubungan dengan akidah/ rukun islam pertama
Sebagian besar tujuan instansi/ kegiatan gagal dilaksanakan
Terganggunya pelayanan lebih dari 1 minggu
Sangat Tinggi Mengancam program dan organisasi serta stakholders
(5) Kerugian sangat besar bagi organisasi dari segi keuangan
maupun non keuangan
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit

Sistem Current

3) Kebijakan Skala Risiko


Level risiko ditentukan atas 2 (dua) elemen atau dimensi, yaitu level kemungkinan terjadinya
risiko dan level dampak (konsekuensi) risiko. Kedua risiko tersebut harus di kombinasikan dan
diperhitungkan secara bersamaan dalam penentuan level risiko. Level kemungkinan terjadinya
risiko, level dampak, level risiko masing-masing menggunakan 5 (lima) skala tingkatan.
Penentuan level risiko beserta dengan urutan prioritasnya menggunakan matrix analisis risiko
sebagai berikut :

19
MATRIX ANALISIS RISIKO
Matrix Analisa Dampak/Konsekuensi
Risiko 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
Kemungkina/
2 2 4 6 8 10
Probabilitas
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

LEVEL RISIKO
Dampak x Keterangan warna
Tingkat risiko
Kemungkinan
1–3 Rendah
4–6 Sedang
8 – 12 Tinggi
15 – 25 Ekstreme

1. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah merupakan proses pembandingan anatar hasil analisa risiko dengan
kriteria risiko untuk memnentukan apakah risiko dapat diterima atau ditoleransi. Tujuan adalah
untuk membantu membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko, berkaiatan dengan
risiko yang memerlukan prioritas penangannya.
Evaluasi risiko menggunakan perbandingan tingkat risiko yang ditemukan selama prosedur
analisis dengan kriteria risko yang dibuat ketika kontennya ditetapkan. Berdasarkan
perbandingan ini penangan perlu dipertimbangakan.
Keputusan harus mempertimbangkan konteksnya yang lebih luas dari risko dan mencakup
pertimbangan toleransi risiko yang ditanggung oleh pihak lain selain manfaat risiko bagi
organisasi.

2. Penangan Risiko
Penangan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih pemilihan untuk memodifikasikan
risiko, dan melaksanakan pilihan tersebut. Setelah diimplimentasikan penanganannya atau
modifikasinya proses pengendalian risiko.

Penangan risiko terdiri ataas siklus prosedur sebagai berikut:


a. Menilai penangan risiko;
b. Memutuskan apakah tingkat risiko residual yang ada;
c. Jika tidak toleransi, menghasilkan penangan risiko baru; dan

20
d. Menilai efektifitas penangan.

Pemilihan penangan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam segala situasi. Pilihan
yang dapat dilakukan mencakup hal berikut :
a. Menghindari risko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan dengan
kegiatan yang menimbulkan risiko;
b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang;
c. Menghilangkan sumber risiko;
d. Mengubah kemungkinan ;
e. Mengubah konsekuensi;
f. Berbagi risiko ke lain atau pihak tertentu termasuk kontrak dan pembiayaan risiko; dan
g. Mempertahankan risiko dengan keputusan.
Evaluasi dan Prioritas Pengendalian Risiko dengan
Metode Analisis Risiko Semikuantitatif

Nilai Kategori Kategori Prioritas Jangka Waktu Pengendalian


Risiko Nilai Tingkat Pengendalian
Risiko Risiko
1–3 Rendah Dapat Prioritas 4 Membutuhkan pengendalian
Diterima dalam waktu 1 tahun

4–6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan pengendalian


Moderat dalam waktu 6 bulan
8 – 12 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan pengendalian
dalam waktu 3 bulan
Membutuhkan pengendalian
15 – 25 Tinggi Penting Prioritas 1 segera (maksimal dalam
waktu
1 bulan)

3. Risk Register
Risk register adalah rekapitulasi analisis risiko yang ada pada setiap unit kerja.
Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan saja berubah. Perubahan itu dapat berupa :
a. Jumlah berubah ada risiko baru teridentifikasi;
b. Tindakan pengendalian risiko berubah karena terbukti tindakan pengendalian risiko yang ada
tidak cukup efektif;
c. Peringkat risikonya berubah karena dampak dan peluangnya berubah; dan
d. Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko Puskesmas, karena peringkatnya sudah lebih
rendah dari 15.

4. Monitoring dan Review


Monitoring dan review adalah bagian dari proses manajemen risiko yang memastikan bahwa
seluruh tahapan proses dan berfungsi manajemen memang berjalan dengan baik.

21
Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko
dibandingkan dengan rencana yang akan dihasilkan. Reviu adalah peninjauan atau pengkajian
berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
Pengawasan manajemen risiko meliputi :
a. Pengawasan semua aspek program manajemen risiko
b. Pengawasan pelaksanaan program secara konsisten dan berkesinambungan
c. Melakukan edukasi staf
d. Melakukan pengujian/testing dan pemantauan program
e. Melakukan review secara berkala dan merevisi program manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan, bila diperlukan
f. Menyerahkan laporan tahunan kepada direktur Puskesmas.
g. Mengorganisasikan dan mengelola laporan kejadian/insiden, melakukan analisa dan upaya
perbaikan.

22
BAB IV
PELAPORAN

Pelaksanaan manajemen risiko di setiap unit harus di buat dalam bentuk laporan terdiri dari :
1. Laporan pengendalian risiko
Laporan ini dibuat setiap unit kerja untuk dilaporkan kepada manajemen setiap bulan, triwulan, dan
tahunan.
2. Update / review risiko
a. Laporan update/review risiko pada setiap unit dilakukan minimal setahun sekali
b. Adanya perubahan fasilitas dan lingkungan,
c. Pembaharuan program secara berkala.
3. Pelaporan program manajemen risiko Puskesmas dilakukan oleh Tim K3 puskesmas

23
BAB V
PENUTUP

Demikian Pedoman manajemen risiko ini disusun sedemikian rupa disesuaikan dengan kondisi di
Puskesmas. Oleh karena itu diharapkan agar seluruh karyawan yang bekerja di Puskesmas ini
mengetahui, mengerti serta bisa melakukan sesuai dengan pedoman manajemen risiko yang sudah
dibuat ini, sehingga dapat meminimalkan risiko apabila terjadi suatu kejadian di lingkungan Puskesmas.

Ditetapkan di ……………………..
Pada tanggal … … … … … … .
KEPALA PUSKESMAS
………………………………………………………

Nama kepala puskesmas

24
Formulir 1

TABEL IDENTIFIKASI RISIKO

Unit : …………………………………………………

Penanggung Jawab : …………………………………………………

Periode : …………………………………………………

Scoring (1)

Kategori Risiko Awal


Current Persetujua
Sistem Strategi n dari
No Proses dan Aktifitas Risiko Nilai (CS) Pengendalian PIC Manageme
Severity Probability
Risiko nt
(S) (P)
(NR) (Y/N)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Keterangan kolom 8 hanya terkait infeksi.

25
Formulir 2
RISK REGISTER

Unit : …………………………………………………

Penanggung Jawab : …………………………………………………

Tahun : …………………………………………………

NO RESIKO DAMPAK P S NR KRITERIA REKOMENDASI STRATEGI PIC


PENGENDALIAN
PASIEN

INFEKSI

FASILITAS PUSKESMAS

TENAGA KESEHATAN DAN TENAGA LAINNYA

LINGKUNGAN PUSKESMAS

BISNIS PUSKESMAS

26
Formulir 3
TABEL LAPORAN MONITORING RISIKO

Unit : …………………………………………………

Penanggung Jawab : …………………………………………………

Periode : …………………………………………………

Prioritas Risiko : ………………………………

Pengendalian Risiko : ada/tidak Nomor Risiko :

Keselamatan Pasien Infeksi Fasilitas Staff

URAIAN MONITORING TANGGAL/JAM KEGIATAN KETERANGAN


PENANGANAN Aksi Pengendalian
RISIKO
Output

Target

Realisasi

Waktu
Implementasi

Rekomendasi :

Semarang,
Petugas

(...................................)

27

Anda mungkin juga menyukai