PEDOMAN
MANAJEMEN RISIKO
NOMOR …………………………….
1
……
PERATURAN KEPALA PUSKESMAS NOMOR ………………………..
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSKESMAS ……….. TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN
RISIKO
Pasal 1
Manajemen Risiko
2
Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian dan upaya
menghindari, meminimalisir atau bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima.
Manajemen terintegrasi adalah proses penilaian, analisis dan pengelolaan sumber risiko yang potensial
dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenis
pelayanan di Puskesmaspada setiap level.
Pasal 2
Kategori Risiko
Kategori risiko yang dapat berdampak pada Puskesmas, antara lain dan tidak terbatas :
a) Strategis ( terkait dengan tujuan organisasi)
b) Operasional (rencana pengembangan untuk mencapai tujuan organisasi)
c) Keuangan (menjaga asset)
d) Kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum dan peraturan)
e) Reputasi (image yang dirasakan oleh masyarakat)
Pasal 3
Pendekatan Proaktif
Pendekatan proaktif untuk manajemen risiko, salah satu caranya adalah dengan program manajemen
risiko formal yang komponen-komponen pentingnya meliputi :
1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Prioritas risiko
4. Pelaporan risiko
5. Pengelolaan dan Review risiko
6. Monitoring dan evaluasi risiko
7. Investigasi kejadian yang tidak di harapkan (KTD)
8. Manajemen terkait tuntutan (Komplain)
Pasal 4
Ruang Lingkup
Dalam menyusun daftar risiko memperhatikan ruang lingkup manajemen risiko rumah sakit yang
meliputi namun tidak terbatas pada :
a) Pasien
b) Staf medis
c) Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di Puskesmas
d) Fasilitas Puskesmas
e) Lingkungan Puskesmas
f) Pelayanan Puskesmas
3
Pasal 7
Ditetapkan di …………………
Pada tanggal ………………………
KEPALA PUSKESMAS
………………………………
4
LAMPIRAN 1
PERATURAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR ……………………..
TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO
BAB I
DEFINISI
1. Manajemen Risiko
Adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian dan upaya menghindari,
meminimalisisr atau bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima. Dalam hal ini risiko
berhubungan dengan pendekatan atau metodelogi dalam menghadapi ketidakpastian
dalam bisnis.
2. Risiko
adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan.
Ketidakpastian ini bisa berupa ancaman, pengembangan strategi, dan mitigasi risiko.
3. Identifikasi Risiko
Adalah proses menemukan, mengenal, dan mendeskripsikan risiko. Identifikasi risiko ini
terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Identifikasi risiko proaktif, adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara
proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi Puskesmasmencapai tujuan.
b. Identifikasi risiko reaktif, adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah risiko
muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/ gangguan. Metode yang dipakai biasanya
adalah melalui pelaporan insiden.
4. Analisa Risiko
Proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat risiko, setelah
diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara menilai seberapa sering
peluang risiko itu muncul, serta berat-ringannya dampak yang ditimbulkan (ingat, definisi risiko
adalah: peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan)
5. Evaluasi Risiko
Adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko untuk
menentukan apakah risiko dan/ atau besarnya dapat di terima atau ditoleransi.
5
6. Strategi Pengendalian Risiko
Adalah proses untuk memodifikasi risiko, bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya
adalah :
a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan aktifitas
yang menimbulkan risiko
b. Mengurangi risiko
c. Mentransfer risiko
d. Menerima risiko
7. Prioritas Risiko
Adalah suatu risiko yang harus didahulukan dan diutamakan dari pada risiko yang lain. Proses
membandingkan hasil dari analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko
dan ukurannya dapat diterima dan ditoleransi. Evaluasi risiko akan membantu penentuan risk
treatment.
8. Pelaporan Risiko
Adalah bentuk komunikasi ditujukan untuk menginformasikan suatu risiko internal atau
eksternal dengan menyediakan informasi terkait kondisi terkini terkait risiko dan
manajemennya.
6
12. Bahaya (hazard):
Adalah potensi untuk menimbulkan kerugian baik pada keselamatan maupun kesehatan.
(peralatan, mesin, metode kerja, material, kondisi) .
13. Risiko
Adalah kemungkinan/peluang untuk terjadinya dampak pada keselamatan dan kesehatan
sebagai akibat adanya pajanan bahaya.
14. Probabilitas
Adalah kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu.
15. Konsekuensi
Adalah dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti penyakit akibat kerja,
kecelakaan akibat kerja, bahkan kematian.
7
BAB II RUANG
LINGKUP
8
BAB III TATA
LAKSANA
Penjelasan :
1. Mandat dan Komitmen
Bagian awal dari manajemen risiko adalah meastikan adanya mandate dan komitmen yang
kuat dan berkelanjutan oleh seluruh struktur manajemen risiko dan seluruh pemangku
kepentingan yang ada di Puskesmas terkait serta perencanaan strategis untuk mencapai
komitmen disemua tingkatan. Rancangan kerangka kerja untuk pengelolaan risiko.
9
f. Membangun komunikasi internal dan eksternal dan mekanisme pelaporan dan
g. Membangun komunikasi eksternal dan mekanisme pelaporan
5. Perbaikan berkelanjutan
Berdasarkan hasil monitoring dan review, keputusan harus dibuat bagaimana kerangka
manajemen risiko, kebijakan dan rencana dapat diperbaiki, keputusan ini harus mengarah pada
perbaikan dalam manajemen risiko dan budaya di Puskesmas.
Gambar.1.
Diagram alur proses manajemen risiko
a. Persiapan
Merupakan sebuah tahapan di mana fasyankes menentukan tujuan, sumber daya manusia,
sumber daya finansial, ruang lingkup, metode yang akan digunakan, dan waktu pelaksanaan
manajemen risiko.
b. Identifikasi risiko
Merupakan upaya untuk menemukan atau mengidentifikasi bahaya yang ada di tempat kerja,
populasi berisiko, rute pajanan bahaya,serta konsekuensi yang mungkin timbul akibat
pajanan bahaya tersebut. Identifikasi risiko umumnya dilakukan berdasarkan uraian detail
dari masing-masing tahapan pekerjaan.
c. Analisis risiko
Merupakan proses menilai apakah risiko dapat diterima atau tidak. Terdapat 3 jenis metode
dalam analisis risiko.
1) Metode kualitatif
Tingkat risiko dinilai dengan menggunakan skala deskriptif dengan menggunakan sebuah
formulir analisis risiko yang sederhana namun komprehensif.
3) Metode Kuantitatif
Melakukan uji yang lebih detail untuk menentukan tingkat probabilitas / kemungkinan
dan konsekuensi.
Dalam toksikologi, konsekuensi disajikan dalam bentuk hubungan dosis-respon (dose-
response). Dalam analisis pajanan bahaya kimia, pengukuran konsentrasi bahaya kimia di
udara kerja dilakukan dengan pendekatan higiene industri. Modeling juga seringkali
digunakan untuk memprediksi kejadian yang akan datang dari beberapa kejadian yang
pernah terjadi, dan dapat digunakan untuk analisa risiko kuantitatif. Analisis kuantitatif
umumnya memerlukan sumber daya (manusia dan finansial) yang lebih besar, namun
hasil analisisnya lebih akurat.Oleh karena itu umumnya analisis kuantitatif dilakukan
sebagai analisis lanjutan bila diperlukan analisis risiko yang lebih detail.
11
d. Evaluasi risiko
Merupakan proses membandingkan antara hasil analisis risiko dengan pengendalian yang
telah diimplementasikan. Dalam tahapan ini diputuskan apakah pengendalian yang ada telah
mencukupi atau perlu dilakukan pengendalian tambahan. Rekomendasi pengendalian
tambahan merupakan output dari tahapan ini.
e. Pengendalian risiko
Merupakan proses implementasi dan pengembangan strategi untuk mereduksi risiko yang
muncul, sesuai dengan rekomendasi yang telah dibuat pada tahapan evaluasi risiko. Dalam
penerapan pengendalian risiko harus diperhatikan hierarki pengendalian risiko serta
efektivitasnya.
Persiapan
Pemantauan dan Telaah Ulang
KomunikasidanKonsultasi
IdentifikasiRisiko
AnalisisRisiko
EvaluasiRisiko
PengkajianRisiko
PengendalianRisiko
12
B. Langkah-langkah manajemen risiko di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Proses manajemen risiko harus dilakukan secara menyeluruh dan sistematis, Penerapan manajemen
risiko dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah upaya untuk mengenali keberadaan suatu bahaya. Pada umumnya,
risiko dapat disebabkan karena aspek-aspek berikut dan interaksi antar aspek tersebut, seperti:
a. Pasien
1) Risiko dengan manajemen obat
2) Risiko jatuh
3) Pengendalian risiko infeksi
a) Saluran pernafasan, seperti prosedur dan tindakan terkait intubasi, bantuan
ventilasi mekanik, trakeostomi, dan lain – lain
b) Saluran kencin, seperti pada kateter, pembilasan, urine dan lain-lain
c) Alat invasive intravaskuler, saluran vena veriver, saluran vena central dan lain-lain
d) Lokasi operasi, perawatan, pembalutan luka, prosedur aseptic, dan lain-lain
e) Penyakit dan organism yang penting dari sudut epidemiologik, seperti multi drug
resistant organism infeksi yang virulen
f) Timbulnya infeksi baru atau timbul kembalinya infeksi di masyarakat
4) Risiko terkait dengan masalah gizi
5) Risiko fasilitas dan peralatan, seperti Risiko kebakaran/cidera karena penggunaan laser
yang diakibatkan dari kondisi-kondisi jangka panjang.
b. Staff Medis, Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di Puskesmas
1) Identifikasi risiko staf terpapar atau tertular berdasarkan epidemiology penyakit pasien
di Puskesmas
2) Penggunaan alat pelindung diri (APD)
3) Skrining awal pada waktu rekruitmen dan pemeriksaan kesehatan berkala
4) Imunisasi/vaksinasi
5) Pencegahan dan pelaporan cedera jarum suntiuk dan papajanan bahan infeksius
6) Pengobatan dan konseling
13
c. Fasilitas dan lingkungan Puskesmas
1) Keselamatan dan keamanan
2) Bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya
3) Penanggulangan bencana/emergency
4) Proteksi kebakaran/Fire Safety
5) Peralatan medis
6) Sistem penunjang / utilitas
d. Bisnis Puskesmas
Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen
umum dan harus masuk menjadi bagian dari budaya organisasi, praktek terbaik organisasi.
Proses manajemen risiko meliputi 5 kegiatan, yaitu :
1. Komunikasi dan konsultasi
2. Penetapan konteks
3. Penilaian risiko
4. Perlakukan risiko
5. Monitoring dan review
14
Bentuk komunikasi dan konsultasi dapat berupa :
1. Rapat berkala
2. Rapat insidentil
3. Seminar/ Sosialisasi/ Workshop
4. Forum pengelolaan risiko
2. Penetapan Kontek
Penetapan konteks merupakan artikulasi tujuan dan mendifinisikan parameter eksternal dan
internbal untuk dihitungkan ketika mengelola risiko, kemudian menetapkan ruang lingkup dan
criteria risiko untuk prosedur selanjutnya .
Dalam menebntukan konteks pelu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
a. Konteks eksternal, merupakan situasi dari luar yang dapat mempengaruhi cara organisasi dalam
pengelolaan risiko, meliputi :
1) Hukum, sosial, budaya politik, regulasi, keuangan, teknologi, lingkungan ekonomi, alam,
persaiangan dengan organisasi lain dalam lingkungan nasional, regional, ataupun
innternasional.
2) Hubungan, persepsi dan nilai-nilai pemangku kepentingan eksternal.
b. Konteks internal, merupakan segala sesuatu dari dalam rumah sakit yang dapat mempengaruhi
cara organisasi dalam mengelola riisko. Meliputi :
1) Tata kelola, struktur, peran dan akutanbilitas organisasi
2) Kebijakan, sasaran, strategi
3) Kemampuan dan pemahaman tentang sumber daya (modal, waktu, orang, prosedur, sistem
dan teknologi)
4) Hubungan, persepsi dan nilai pemangku kepentingan internal dan budaya organisasi
5) Sistem informasi, arus informasi dan prosedur pengambilan keputusan
6) Standar, pedoman dan modal yang diterapkan oleh organisasi dan menetapkan konteks
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan analisa secara umum
b) Memanfaatkan informasi
c) Memahami tujuan kerja
d) Memahami jumlah dan risiko dan siap ditangani
c. Kriteria risiko, digunakan untuk mengevaluasi signifikan risiko, serta harus mencerminkan nilai-
nilai organisasi, tujuan, sumber daya.
3. Penilaian Risiko
a. Identifikasi risiko
Setiap pemilik risiko harus mengidentifikais risiko area dampak, peristiwa (termasuk perubahan
keadaan), penyebab dan konsekuensi potensi risiko. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
daftar lengkap risiko berdasarkan peristiwa yang mungkin mendukung, meningkatkan,
mencegah, menurunkan, mempercepat atau menunda pencapaian tujuan.
15
Metode yang digunakan adalah dengan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), untuk
melaksanakan identifkasi risiko di linkungan kerja masing-masing, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Memahami dan mengidentifkasi kegiatana utama unit kerja;
2) Mengindentifikasi tujuan dari masing masing kegiatan tersebut;
3) Mengumpulkan data dan informasi tentang risko yang mungkin terjadi maupun yang belum
pernah terjadi;
4) Mencari penyebab dan risiko yang telah diidentifikasi untuk mendapatkan penyebab
utama;
5) Mengidentifkaksi apakah penyebab tersebut sifatnya dapat dikendalikan (controllable) atau
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) bagi unit kerja;
6) Mengidentifakasi unit kerja; dan
7) Mengisi hasil butir (a) – (f) dala formulir identifkasi risiko dan memperbaruhi setiap saat
terjadinya pernyatan risiko. identifkasi pernyataan risiko dapat dilakukan dengan
mendasarkan pada hasil penilaian risiko sebelumnya dengan penyelarasan terhadap
perkembangan situasi lingkungan internal dan eksternal yang terjadi.
b. Analisis risiko
Analisis risko melibatkan pengembangan akan pemahaman risiko. Analisis risiko memberikan
masukan mengambil risiko untuk dilakukan evaluasi dan keputusan apakah risiko perlu
ditangani, dan pada strategi risiko dan metode penanganan yang paling tepat.
Untuk melaksnaakan analisis risiko di lingkungan kerja masing-masing, dengan urutan lanngkah-
langkah sebagai berikut :
1) Dapatkan data hasil identifkasi risiko;
2) Lakukan evaluasi atas kecukupan disain dan penyelenggaraan sistem pengendalian interna
yang sudah ada;
3) Ukur tingkat probabilitas terjdainya risiko;
4) Ukur tingkat besaran dampak jika risiko terjadi;
5) Hitung tingkat/ level risiko, yaitu perkalian, probabilita dengan dampak;
6) Buat peringkat risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut termasuk risiko sangat
rendah, rendah, sedang tinggi atau sangat tinggi;
7) Isikan hasil langkah (a) s.d. (f) ke dalam formulir analisis risiko; dan
8) Dari risiko-risiko tersebut diatas selanjutnya dibuat peta risiko.
16
Perangkat yang dibutuhkan dalam risiko adalah sebagai berikut :
1) Tabel kemungkinan (probalibilitas) terdiri dari :
17
2) Tabel Severity /Keparahan terdiri dari :
Level Area Dampak
Dampak/Keparahan
Tidak berdampak pada pencapaian tujuan instansi/
kegiatan secara umum
Sangat Rendah Agak menggangu pelayanan
(1) Dampaknya dapat ditangani pada tahap kegiatan rutin
Kerugian kurang material dan tidak mempengaruhi
stakeholders
Tidak ada cidera
Tidak ada risiko menjalankan kegagalan dalam prinsip
syariah
Mengganggu pencapaian tujuan instansi/ kegiatan
meskippun tidak signifikan
Cukup mengganggu jalannya pelayanan
Rendah Mengancam efisiensi da efektivitas beberapa aspek
(2) program
Kerugian kurang material dan sedikit mempengaruhi
stakeholders
Cidera ringan/misal lecet, dapat diatasi dengan P3K
Risiko terjadinya kegagalan menjalankan pronsip syariah
karena kondisi yang darurat
Menggangu pencapaian tujuan instansi/ kegiatan secara
Sedang signifikan
(3) Menggangu kegiatan pelayanan secara signifikan
Mengganggu administrasi program
Kerugian keuangan cukup besar
Luka robek, berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis/intelektual(reversible) tidak
berhubungan dengan penyakit, setiap kasus yang
memperpanjang perawatan
Risiko terjadinya kegagalan menjalankan pronsip syariah/
kewajiban syariah/ ibadah yang berhubungan dengan
ibadah selain dari rukun islam pertama dan kedua
Sebagian tujuan instansi/ kegiatan gagal dilaksanakan
Terganggunya pelayanan lebih dari 2 hari tetapi kurang dari
Tinggi 1 minggu
(4) Mengancam fungsi program yang efektif dan organisasi
Kerugian besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun
non keuangan
Cidera luas/berat(misal cacat, lumpuh, kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis/intelektual (irrevesible) tidak
18
berhubungan dengan penyakit.
Risiko terjadinya kegagalan menjalankan prinsip syraiah
yang berhubungan dengan akidah/ rukun islam pertama
Sebagian besar tujuan instansi/ kegiatan gagal dilaksanakan
Terganggunya pelayanan lebih dari 1 minggu
Sangat Tinggi Mengancam program dan organisasi serta stakholders
(5) Kerugian sangat besar bagi organisasi dari segi keuangan
maupun non keuangan
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit
Sistem Current
19
MATRIX ANALISIS RISIKO
Matrix Analisa Dampak/Konsekuensi
Risiko 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
Kemungkina/
2 2 4 6 8 10
Probabilitas
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
LEVEL RISIKO
Dampak x Keterangan warna
Tingkat risiko
Kemungkinan
1–3 Rendah
4–6 Sedang
8 – 12 Tinggi
15 – 25 Ekstreme
1. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah merupakan proses pembandingan anatar hasil analisa risiko dengan
kriteria risiko untuk memnentukan apakah risiko dapat diterima atau ditoleransi. Tujuan adalah
untuk membantu membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko, berkaiatan dengan
risiko yang memerlukan prioritas penangannya.
Evaluasi risiko menggunakan perbandingan tingkat risiko yang ditemukan selama prosedur
analisis dengan kriteria risko yang dibuat ketika kontennya ditetapkan. Berdasarkan
perbandingan ini penangan perlu dipertimbangakan.
Keputusan harus mempertimbangkan konteksnya yang lebih luas dari risko dan mencakup
pertimbangan toleransi risiko yang ditanggung oleh pihak lain selain manfaat risiko bagi
organisasi.
2. Penangan Risiko
Penangan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih pemilihan untuk memodifikasikan
risiko, dan melaksanakan pilihan tersebut. Setelah diimplimentasikan penanganannya atau
modifikasinya proses pengendalian risiko.
20
d. Menilai efektifitas penangan.
Pemilihan penangan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam segala situasi. Pilihan
yang dapat dilakukan mencakup hal berikut :
a. Menghindari risko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan dengan
kegiatan yang menimbulkan risiko;
b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang;
c. Menghilangkan sumber risiko;
d. Mengubah kemungkinan ;
e. Mengubah konsekuensi;
f. Berbagi risiko ke lain atau pihak tertentu termasuk kontrak dan pembiayaan risiko; dan
g. Mempertahankan risiko dengan keputusan.
Evaluasi dan Prioritas Pengendalian Risiko dengan
Metode Analisis Risiko Semikuantitatif
3. Risk Register
Risk register adalah rekapitulasi analisis risiko yang ada pada setiap unit kerja.
Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan saja berubah. Perubahan itu dapat berupa :
a. Jumlah berubah ada risiko baru teridentifikasi;
b. Tindakan pengendalian risiko berubah karena terbukti tindakan pengendalian risiko yang ada
tidak cukup efektif;
c. Peringkat risikonya berubah karena dampak dan peluangnya berubah; dan
d. Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko Puskesmas, karena peringkatnya sudah lebih
rendah dari 15.
21
Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko
dibandingkan dengan rencana yang akan dihasilkan. Reviu adalah peninjauan atau pengkajian
berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
Pengawasan manajemen risiko meliputi :
a. Pengawasan semua aspek program manajemen risiko
b. Pengawasan pelaksanaan program secara konsisten dan berkesinambungan
c. Melakukan edukasi staf
d. Melakukan pengujian/testing dan pemantauan program
e. Melakukan review secara berkala dan merevisi program manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan, bila diperlukan
f. Menyerahkan laporan tahunan kepada direktur Puskesmas.
g. Mengorganisasikan dan mengelola laporan kejadian/insiden, melakukan analisa dan upaya
perbaikan.
22
BAB IV
PELAPORAN
Pelaksanaan manajemen risiko di setiap unit harus di buat dalam bentuk laporan terdiri dari :
1. Laporan pengendalian risiko
Laporan ini dibuat setiap unit kerja untuk dilaporkan kepada manajemen setiap bulan, triwulan, dan
tahunan.
2. Update / review risiko
a. Laporan update/review risiko pada setiap unit dilakukan minimal setahun sekali
b. Adanya perubahan fasilitas dan lingkungan,
c. Pembaharuan program secara berkala.
3. Pelaporan program manajemen risiko Puskesmas dilakukan oleh Tim K3 puskesmas
23
BAB V
PENUTUP
Demikian Pedoman manajemen risiko ini disusun sedemikian rupa disesuaikan dengan kondisi di
Puskesmas. Oleh karena itu diharapkan agar seluruh karyawan yang bekerja di Puskesmas ini
mengetahui, mengerti serta bisa melakukan sesuai dengan pedoman manajemen risiko yang sudah
dibuat ini, sehingga dapat meminimalkan risiko apabila terjadi suatu kejadian di lingkungan Puskesmas.
Ditetapkan di ……………………..
Pada tanggal … … … … … … .
KEPALA PUSKESMAS
………………………………………………………
24
Formulir 1
Unit : …………………………………………………
Periode : …………………………………………………
Scoring (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
25
Formulir 2
RISK REGISTER
Unit : …………………………………………………
Tahun : …………………………………………………
INFEKSI
FASILITAS PUSKESMAS
LINGKUNGAN PUSKESMAS
BISNIS PUSKESMAS
26
Formulir 3
TABEL LAPORAN MONITORING RISIKO
Unit : …………………………………………………
Periode : …………………………………………………
Target
Realisasi
Waktu
Implementasi
Rekomendasi :
Semarang,
Petugas
(...................................)
27