Anda di halaman 1dari 9

MaKMA Vol. 3 No. 1 2020. Hlm.

31-39 E-ISSN: 2621-8178


P-ISSN: 2654-5934

Majalah Kesehatan Masyarakat


Aceh (MaKMA)
http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/makma

INOVASI PROGRAM SUNAN GIRI SEBAGAI ALTERNATIF


PENINGKATAN PROMOSI KESEHATAN DI TK DEWI
SARTIKA KECAMATAN SONGGON KABUPATEN
BANYUWANGI

Fika Ardiana Putri1, Jayanti Dian Eka Sari2

Kesehatan Masyarakat, PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi .

Alamat Korespondensi: Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Email:


fika.ardiana.putri-2015@fkm.unair.ac.id

ABSTRAK

Tahun 2014 Badan Pusat Statistik Banyuwangi menyebutkan bahwa angka kejadian diare
di Kabupaten Banyuwangi mencapai 25.231 kasus. Salah satu penyebab terjadinya diare
adalah hygiene personal yang kurang baik. Kecamatan Songgon mempunyai risiko
masalah kesehatan terkait hygiene personal, hal ini dapat dilihat dari angka kejadian diare
sebesar 1.306 kasus. Usia anak-anak sangat rentan mengalami diare karena hygiene
personal yang kurang baik seperti tidak cuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas. TK
Dewi Sartika merupakan sekolah yang masih belum menerapkan cuci tangan dengan baik
karena kurangnya edukasi, sehingga perlu dilakukan penyuluhan di sekolah tersebut.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan inovasi Sunan Giri (Senam Cuci Tangan
Pakai Sabun Gembira Riang) dengan cara melakukan penyuluhan. Sasaran pada
penyuluhan terbagi menjadi 3 yaitu sasaran primer adalah anak TK, sasaran sekunder
adalah orang tua wali murid, dan sasaran tersier adalah guru TK. Metode penyuluhan
dengan role model, diawali dengan mengajarkan gerakan senam dan lagu cuci tangan pakai
sabun kepada guru TK, kemudian guru TK mengajarkan kepada muridnya secara seksama.
Adapun tahapan penyuluhan melalui beberapa tahap, meliputi perencanaan, advokasi,
pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi. Hasil dari kegiatan ini guru mampu
mengajarkan senam CTPS dan anak-anak mampu melakukan senam serta mempraktikkan
CTPS dengan baik dan benar. Inovasi ini telah mendapat respon baik dari pihak sekolah
dan pihak Puskesmas Songgon karena berdasarkan observasi anak TK sudah mau dan
mampu melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah beraktifitas. Mayoritas dari mereka
sudah hafal dengan gerakan senam dan lagu cuci tangan. Harapan keberlanjutan dari
inovasi ini adalah dapat diterapkan di sekolah sederajat yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Songgon.

Kata Kunci : Inovasi, Penyuluhan, Promosi Kesehatan

Riwayat Artikel
Diterima : 21 November 2019 31
Disetujui : 05 Januari 2020
Dipublikasi : 29 Februari 2020
THE INNOVATION OF SUNAN GIRI PROGRAM AS AN ALTERNATIVE TO
IMPROVE HEALTH PROMOTION IN DEWI SARTIKA KINDERGARTEN
SONGGON DISTRICT OF BANYUWANGI REGENCY

ABSTRACT

In 2014 the Banyuwangi Central Statistics Agency stated that the incidence of diarrhea in
Banyuwangi Regency reached 25,231 cases. One cause of diarrhea is bad of personal
hygiene. Songgon District has the risk of health problems related to personal hygiene, this
can be seen from the incidence of diarrhea by 1,306 cases. Children is very susceptible to
diarrhea due to bad personal hygiene such as not washing hands before and after activity.
Dewi Sartika Kindergarten is a school that has not yet implemented proper hand washing
due to lack of education, so counseling is needed at the school. This activity aims to
develop innovative Sunan Giri (Joyful Handwashing Gymnastics) by conducting
counseling. The target of counseling is divided into 3 target that is primary targets are
kindergarten children, secondary targets are parents of guardians of, and tertiary targets are
students kindergarten teachers. The counseling method with role models begins with
teaching the movements of the gymnastics and washing hands with soap to the
kindergarten teacher, then the kindergarten teacher teaches the students carefully. The
stages of counseling go through several stages, including planning, advocacy,
implementation to monitoring and evaluation. The results of this activity the teacher is able
to teach CTPS exercises and children are able to do gymnastics and practice CTPS properly
and correctly. This innovation has received a good response from the school and the
Songgon Health Center because based on observations, kindergartners are willing and able
to wash their hands before and after activities. The majority of them have memorized with
gymnastic movements and hand washing songs. The hope of the sustainability of this
innovation is that it can be applied in equivalent schools in the work area of the Songgon
Health Center.

Keywords: Innovation, Counseling, Health Promotion

32
PENDAHULUAN mewujudkan kesehatannya. Seperti
Setiap lapisan masyarakat berhak dalam data WHO yang memperkirakan
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bahwa infeksi diare mengancam
yang di sediakan oleh instansi pelayanan kehidupan 1,87 juta anak balita setiap
kesehatan. Pelayanan kesehatan tahun di seluruh dunia, membuat diare
merupakan salah satu hak mendasar menjadi penyebab kematian bayi dan
masyarakat yang penyediaannya wajib balita kedua terbanyak setelah
diselenggarakan oleh pemerintah, hal pneumonia. Di Indonesia, WHO
tersebut telah dicantumkan pada UU No memperkirakan sekitar 31.200 anak
36 Tahun 2009[1]. Puskesmas adalah balita meninggal setiap tahun karena
fasilitas pelayanan kesehatan yang penyakit ini. Setiap tahun, lebih dari
menyelenggarakan upaya kesehatan 31.000 anak-anak di Indonesia tidak
masyarakat dan upaya kesehatan dapat merayakan ulang tahun kelima
perseorangan tingkat pertama, dengan mereka [5].
lebih mengutamakan upaya promotif dan Profil Kesehatan Kabupaten
preventif, untuk mencapai derajat Banyuwangi Tahun 2017 menyebutkan
kesehatan masyarakat yang setinggi- bahwa angka kejadian diare di
tingginya di wilayah kerjanya[2]. Kabupaten Banyuwangi mencapai 32.329
Puskesmas sebagai ujung tombak kasus[6]. Salah satu penyebab terjadinya
pelayanan kesehatan masyarakat, diare adalah hygiene personal yang
merupakan sarana kesehatan yang sangat kurang baik. Berdasarkan Profil
penting dalam meningkatkan derajat Puskesmas Tahun 2018 Kecamatan
kesehatan masyarakat. Peranan puskemas Songgon mempunyai risiko masalah
hendaknya tidak lagi menjadi sarana kesehatan terkait hygiene personal, hal
pelayanan pengobatan dan rehabiliatif ini dapat dilihat dari angka kejadian diare
saja tetapi juga lebih ditingkatkan pada sebesar 1.306 kasus. Usia anak-anak
upaya promotif dan preventif. Promosi sangat rentan mengalami diare karena
kesehatan yang di lakukan oleh hygiene personal yang kurang baik
puskesmas merupakan upaya puskesmas seperti tidak cuci tangan sebelum dan
dalam memberdayakan pengunjung dan sesudah beraktivitas. Berdasarkan
masyarakat baik didalam maupun di luar penilitian di TK Al Madaniyah tahun
puskesmas agar berperilaku hidup bersih 2016 menjelaskan bahwa kebiasaan yang
dan sehat (PHBS) untuk mengenali masih dilakukan anak-anak TK adalah
masalah kesehatan, mencegah dan tidak mencuci tangan setelah selesai
menanggulanginya[3]. beraktivitas. Anak biasanya langsung
Menurut Peraturan Menteri mengambil makanan dan memakannya.
Kesehatan No. 2269 tahun 2011, Perilaku Kuman yang berada dikuku yang
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah panjang, akan ikut masuk bersama
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan dengan makanan yang dikonsumsinya[7].
atas dasar kesadaran sebagai hasil TK Dewi Sartika merupakan
pembelajaran yang menjadikan seseorang sekolah yang masih belum menerapkan
keluarga, kelompok atau masyarakat cuci tangan dengan baik karena
mampu menolong dirinya sendiri kurangnya edukasi, sehingga perlu
(mandiri) dibidang kesehatan dan dilakukan penyuluhan di sekolah
berperan aktif dalam mewujudkan tersebut. Maka perlu dibuat sebuah
kesehatan masyarakat[4]. Meskipun inovasi pengembangan program sebagai
didalam peraturan menteri sudah upaya meningkatkan promosi kesehatan
dijelaskan, hal ini masih belum dengan harapan pengetahuannya
diterapkan dengan baik didalam meningkat. Oleh karena itu Sunan Giri
kehidupan masyarakat. Dilihat masih (Senam Cuci Tangan Pakai Sabun
banyaknya kejadian kesakitan yang Gembira Riang) dibuat agar anak mau
disebabkan oleh kurangnya peran dan mampu untuk melakukan cuci tangan
masyarakat itu sendiri dalam

33
pakai sabun (CTPS) secara mandiri pakai sabun dengan menggunakan
dengan baik dan benar. gerakan senam dan lagu.
4. Monitoring dan Evaluasi: kegiatan
METODE monitoring dilakukan pada saat awal
Metode yang digunakan dalam perencanaan hingga pelaksanaan.
pengembangan program ini adalah Sedangkan evaluasi dilakukan
penyuluhan dengan role model, diawali dengan menilai atau melihat
dengan mengajarkan gerakan senam dan berjalannya kegiatan penyuluhan,
lagu cuci tangan pakai sabun kepada guru adanya hambatan, dan respon dari
TK, kemudian guru TK mengajarkan sasaran. Target keberhasilan
kepada muridnya secara seksama. kegiatan ini yakni 50% anak-anak
Pengambilan data menggunakan check- TK Dewi Sartika Kecamatan
list. Jumlah sampel yaitu seluruh Songgon mampu melakukan senam
populasi murid TK Dewi Sartika yang cuci tangan pakai sabun.
merupakan sasaran primer, sasaran
sekunder adalah orang tua wali murid, HASIL
dan sasaran tersier adalah guru TK. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di
Kegiatan ini dilakukan sejak tanggal 14 UPTD Puskesmas Songgon
Januari 2019 sampai dengan 28 Januari UPTD Puskesmas Songgon,
2019 di TK Dewi Sartika Kecamatan Kecamatan Songgon terdiri dari 9
Songgon, waktu pelaksanaan kondisional wilayah pedesaan yakni desa Songgon,
sesuai dengan jadwal yang telah Bayu, Sragi, Sumberarum, Balak,
diberikan oleh pihak sekolah. Kegiatan Bangunsari, Parangharjo, Sumberbulu
ini melalui beberapa tahap, meliputi dan Bedewang. Pada tahun 2018 awal
perencanaan, advokasi, pelaksanaan jumlah Kepala Keluarga sebanyak
hingga monitoring dan evaluasi program 16.579 dan jumlah penduduk 50.499 .
inovasi yang kami buat. Tahapan proses Penduduk di wilayah kerja Puskesmas
pengembangan program inovasi yang Songgon pada tahun 2018, jumlah rumah
dilakukan diantaranya: sebanyak 16.192 dengan kepemilikan
1. Perencanaan: pada tahap ini kami akses jamban sehat 76 %[8].
membuat RUK (Rencana Usulan Angka kesakitan penyakit
Kegiatan) program inovasi guna berbasis lingkungan antara lain : Diare
untuk mempermudah dalam sebesar 1306 penderita, Tipoid sebesar
menganalisis tujuan, sasaran, target 64 , ISPA sebesar 151 penderita, Kulit
hingga output yang di harapkan. sebesar 108 , TB Paru BTA positif
2. Advokasi: salah satu tahap sejumlah 54 penderita dan DBD
melakukan kegiatan pengembangan sejumlah 12 penderita[7]. Upaya untuk
program ini, advokasi dilakukan memutuskan mata rantai penularan
kepada penanggung jawab program penyakit berbasis lingkungan dengan
STBM dan kepala Puskesmas melaksanakan 5 pilar STBM. Dengan
Songgon. Setelah mendapatkan meningkatkan akses jamban sehat, CTPS,
persetujuan dari pihak Puskesmas, mengkonsumsi minuman dan makanan
selanjutnya kami advokasi ke pihak sehat, membuang sampah pada
sekolah TK Dewi Sartika tempatnya serta tersedianya saluran
Kecamatan Songgon untuk meminta limbah rumah tangga dapat mewujudkan
ijin melakukan kegiatan lingkungan yang sehat, perilaku higienis
pengembangan program inovasi cuci dan memutuskan mata rantai penularan
tangan pakai sabun. penyakit.
3. Pelaksanaan: pada tahap ini kami Kegiatan STBM, merupakan
melakukan penyuluhan dengan kegiatan yang wajib dilakukan di UPTD
mengajarkan kepada guru dan anak Puskesmas Songgon sebagai upaya untuk
TK mengenai senam cuci tangan meningkatkan kesehatan masyarakat,
melalui pemberdayaan dan peran serta

34
masyarakat sesuai dengan tata nilai pengambilan sampling terkait dengan
puskesmas ( DPR ) yang dimaknai BAB Sembarangan kepada murid SD
Disiplin Profesional dan Ramah. kelas 5 dan 6 untuk mengetahui seberapa
Analisis Sanitasi Total Berbasis besar mereka yang masih BAB
Masyarakat di UPTD Puskesmas Sembarangan.
Songgon Output yang diharapkan oleh
Program STBM di Puskesmas Puskesmas Songgon dari Program STBM
Songgon masih fokus terhadap pilar adalah Mewujudkan perilaku masyarakat
pertama dan pilar kedua yaitu Stop yang higienis dan saniter secara mandiri
Buang air besar Sembarangan dan Cuci dalam rangka meningkatkan derajat
Tangan Pakai Sabun. Program ini kesehatan masyarakat yang setinggi-
dilaksanakan dengan melakukan tingginya. Mengenai output masih belum
kerjasama antara kecamatan dan bisa diketahui ketercapaian dari program
puskesmas melalui kegiatan advokasi tersebut karena monitoring dan evaluasi
kepada Kepala Desa untuk menjadikan yang dilakukan oleh Puskesmas Songgon
desa-desa yang ada di Kecamatan adalah tiga bulan sekali. Karena program
Songgon menjadi desa ODF (Open tersebut baru dilakukan pada awal tahun,
Defecation Free) atau Bebas Buang Air sehingga kegiatan ini masih berjalan
Besar Sembarangan. Puskesmas juga selama dua bulan. Jadi, yang bisa dinilai
melakukan kerjasama dengan Institusi adalah berdasarkan berjalannya kegiatan.
Pendidikan seperti sekolah TK dan SD Kegiatan pemicuan yang dilakukan
yang ada diwilayah Kecamatan Songgon. kepada anak SD berjalan dengan baik,
Alasan mengapa Puskesmas Songgon karena pada saat pemicuan mereka
bekerjasama dengan sekolah TK dan SD sampai merasakan mual dan mereka
untuk program STBM adalah karena mengungkapkan tidak ingin lagi BABS
anak TK dan SD merupakan kelompok disungai. Kemudian, kegiatan
sasaran yang paling mudah untuk penyuluhan langkah-langkah CTPS yang
dibentuk perilakunya. Perubahan perilaku dilakukan kepada anak TK belum
dilakukan sedini mungkin sebagai upaya berjalan dengan baik, mereka masih
awal peningkatan kesehatan, mengingat kesulitan untuk melakukan langkah-
anak-anak umumnya lebih rawan langkah CTPS dengan benar berdasarkan
mengalami gangguan kesehatan enam langkah cuci tangan tersebut.
dibandingkan dengan orang dewasa. Pemberian leaflet pada kegiatan
Kegiatan yang dilakukan ini dirasa masih kurang untuk membuat
disekolah TK adalah pemberian materi anak tertarik melakukan langkah-langkah
kepada murid mengenai enam langkah CTPS dengan benar. Karena kelompok
cuci tangan pakai sabun dengan alat anak TK merupakan kelompok yang suka
bantu berupa leaflet yang dijelaskan dengan sesuatu yang menyenangkan.
didalam kelas oleh tenaga kesehatan dan Maka cara penyampaian langkah-langkah
setelah itu siswa diarahkan untuk cuci tangan dengan sabun harus dikemas
mempraktekkan langkah-langkah CTPS dengan semenarik mungkin supaya anak
di air yang mengalir dengan didampingi mudah menghafal dan menumbuhkan
oleh guru mereka. Pada saat guru dan minat anak-anak tersebut untuk
murid melakukan praktik CTPS, tenaga melakukan cuci tangan pakai sabun. Oleh
kesehatan melakukan pemicuan kepada karena itu, yang dapat dilakukan adalah
wali murid terkait dengan BAB dengan memberikan sebuah lagu terkait
sembarangan untuk mengubah perilaku CTPS dengan harapan anak mudah
mereka agar sesuai dengan ketetapan menghafal dan mempraktekkan langkah-
yang sudah ditentukan, karena anak langkah cuci tangan pakai sabun dengan
sering berinteraksi dengan orangtuanya baik dan benar.
sehingga mereka akan mudah meniru Inovasi Program STBM
perilaku yang sering dilihat. Sedangkan Senam Cuci Tangan Pakai Sabun
disekolah SD dilakukan pemicuan dan Gembira Riang (SUNAN GIRI)

35
merupakan inovasi yang dibuat supaya baik dan benar. Harapan keberlanjutan
anak tertarik untuk melakukan cuci dari inovasi ini adalah dapat diterapkan
tangan pakai sabun (CTPS). Kegiatan di sekolah sederajat yang ada di wilayah
CTPS yaitu membudayakan mencuci kerja Puskesmas Songgon.
tangan dengan benar untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat sebagai PEMBAHASAN
upaya awal peningkatan kesehatan. Mencuci tangan adalah sesuatu
Perilaku hidup sehat yang sederhana hal yang sering dianggap sepele padahal
seperti mencuci tangan dengan sabun sangat penting sekali untuk mencegah
merupakan salah satu cara untuk terjangkitnya penyakit. Mengingat masih
meningkatkan kesadaran masyarakat rendahnya kebiasaan masyarakat dalam
tentang pemeliharaan kesehatan pribadi mencuci tangan maka sangat penting
dan pentingnya berperilaku hidup bersih memberikan pemahaman dan
dan sehat. Dengan adanya kegiatan pengetahuan tentang bagaimana cara
penyuluhan mencuci tangan dengan mencuci tangan yang benar sebagai
sabun sekaligus dapat dimanfaatkan upaya awal dalam peningkatan
sebagai momentum untuk kesehatan. Merubah perilaku adalah
membudayakan perilaku hidup sehat, suatu hal yang tidak mudah karena
karena untuk membuat sesuatu yang memerlukan waktu yang tidak sebentar.
besar kita memang harus memulainya Perubahan perilaku sebaiknya dilakukan
dari hal-hal kecil. sedini mungkin sebagai upaya awal
Mengingat kebiasaan mencuci peningkatan kesehatan, mengingat anak-
tangan saat ini hanya sebatas anak umumnya lebih rawan mengalami
pengetahuan dan belum menjadi suatu gangguan kesehatan dibandingkan
budaya atau kebiasaan yang dilakukan dengan orang dewasa. Akan lebih mudah
oleh masyarakat serta masih rendahnya mulai menanamkan kebiasaan ini pada
kebiasaan masyarakat dalam mencuci anak dibandingkan mengubah perilaku
tangan maka perlu dilakukan upaya orang dewasa. Perilaku mencuci tangan
penyadaran secara bersama-sama. Oleh dengan sabun, adalah bagian dari
karena itu mencuci tangan dengan bersih program Sanitasi Total Berbasis
dan benar harus dikembangkan sejak usia Masyarakat (STBM) yang merupaka
dini agar mereka terbiasa hidup bersih pilar ke dua. Meskipun sederhana tapi
dan sehat. TK Dewi Sartika merupakan belum banyak yang mau membiasakan
sekolah yang masih belum menerapkan diri mencuci tangan dengan benar.
cuci tangan dengan baik karena Padahal kebiasaan mencuci tangan
kurangnya edukasi, sehingga perlu dengan benar dapat mengurangi risiko
dilakukan penyuluhan di sekolah terjangkit diare, infeksi kulit, pneumonia
tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk dan flu burung.
mengembangkan inovasi Sunan Giri Oleh sebab itu, diperlukan
(Senam Cuci Tangan Pakai Sabun sinergi dari beberapa pihak untuk
Gembira Riang) dengan cara melakukan keberhasilan CTPS pada kalangan anak-
penyuluhan. Penyuluhan ini dengan role anak TK seperti guru dan orang tua.
model, diawali dengan mengajarkan Sesuai arahan dari pemegang program
gerakan senam dan lagu cuci tangan STBM di Puskesmas Songgon kegiatan
pakai sabun kepada guru TK, kemudian ini dilakukan di TK Dewi Sartika karena
guru TK mengajarkan kepada muridnya ini merupakan salah satu TK yang ada di
secara seksama. Target keberhasilan dari wilayah kerja Puskesmas Songgon yang
kegiatan Sunan Giri ini yaitu 50% murid masih belum menerapkan cuci tangan
TK Dewi Sartika mampu melakukan dengan baik karena kurangnya edukasi.
Senam CTPS dengan baik dan benar. Sehingga TK ini dijadikan sebagai TK
Hasil dari penyuluhan ini tercapai percontohan untuk lagu senam CTPS
sebesar 85% murid TK Dewi Sartika yaitu dengan menggunakan strategi
mampu melakukan Senam CTPS dengan promosi kesehatan dari WHO yang

36
meliputi (1) Advokasi, (2) Bina Suasana, berperilaku hidup bersih dan
(3) Pemberdayaan[9] [10]. sehat. Pemicuan ini dilakukan
1) Advokasi yaitu dilakukan kepada karena orang tua sebagai panutan
Guru dengan tujuan atau contoh bagi anak-anaknya
mendapatkan dukungan untuk sehingga perlu mengetahui
mensukseskan bina suasana dan terkait dengan pengetahuan dari
pemberdayaan. Kegiatan ini orang tua menganai CTPS.
dilakukan pada 19 Januari 2019 Sejalan dengan penelitian lain
dengan melihat pengadaan yang menyebutkan bahwa orang
fasilitas cuci tangan seperti dewasa sangat berkompetensi
tersedianya air mengalir, sabun dalam pengelolaan pembelajaran.
dan saluran pembuangan air Keterampilan motorik anak dapat
limbah. Guru diberikan materi diperoleh dengan cara belajar
terkait CTPS dan diajari gerakan dengan pelatihan yaitu belajar
senam beserta lagu CTPS untuk secara terencana, dengan
diajarkan kepada muridnya. Pada bimbingan orang dewasa yang
tanggal 28 Januari 2019, sengaja mengarahkan
dilakukan tanya jawab kepada pembentukan perilaku dan
murid TK untuk mengetahui keterampilan anak[12].
apakah materi terkait CTPS 3) Pemberdayaan yaitu proses
sudah disampaikan oleh guru pemberian informasi kepada
kepada muridnya. Karena, pada individu atau kelompok sasaran
kunjungan pertama murid hanya secara terus menerus dan
diberikan lagu senam CTPS berkesinambungan mengikuti
tanpa diberikan tambahan perkembangan sasaran. Karena
informasi terkait dengan materi sasarannya adalah kelompok
CTPS. Berdasarkan penelitian anak TK maka diberikan sebuah
lain menjelaskan bahwa guru lagu senam CTPS untuk
berpengaruh besar dalam mempermudah anak menghafal
meningkatkan kemandirian anak mengenai langkah-langkah cuci
usia dini dengan membimbing, tangan pakai sabun sehingga
mengarahkan, memberi anak akan lebih cepat untuk
pengertian kepada anak untuk menghafal dan anak tertarik
melakukan kegiatan sendiri[11]. untuk melakukan CTPS. Pada
2) Bina suasana yaitu upaya tanggal 19 Januari 2019, langkah
menciptakan lingkungan sosial awal adalah mengajarkan lagu
yang mendorong individu senam CTPS kepada kelompok
anggota masyarakat untuk mau anak TK tanpa memberikan
melakukan perilaku yang materi lainnya. Selanjutnya, pada
diperkenalkan yaitu perilaku cuci tanggal 28 Januari 2019
tangan pakai sabun. Pada tanggal dilakukan monitoring dan
19 Januari 2019, dilakukan evaluasi terkait kemampuan anak
pemicuan kepada wali murid untuk menghafal lagu senam
terkait CTPS dengan CTPS sekaligus beserta
memberikan pertanyaan- gerakannya dan murid diberikan
pertanyaan untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan terkait
seberapa besar pengetahuan dan CTPS untuk mengetahui apakah
perilaku wali murid terhadap guru sudah memberikan materi
CTPS. Karena, anak disekolah tersebut kepada muridnya.
hanya 3 jam dan sisanya lebih Sejalan dengan penelitian lain
banyak kegiatannya dirumah yang menjelaskan bahwa lagu
sehingga orang tua harus bisa atau bernyanyi dapat mengasah
memonitoring anaknya untuk daya ingat seseorang,

37
menciptakan suasana yang kelas, murid TK diajak bersama-sama
menyenangkan, menghilangkan melakukan gerakan senam CTPS beserta
ketegangan dan membuat pikiran lagunya dihalaman sekolah. Murid TK
selalu siap untuk mampu sangat antusias untuk melakukan senam
berkonsentrasi[13]. tersebut. Dalam waktu satu minggu
mereka sudah hafal gerakan beserta
Jadi, kegiatan ini diharapkan bisa lagunya. Didalam kelas guru
menjadikan murid mampu berperilaku memberikan materi terkait dampak dan
hidup bersih dan sehat dengan manfaat CTPS. Dari pertanyaan yang
melakukan CTPS secara baik dan benar. diajukan terkait pengetahuan mengenai
Anak TK banyak berinteraksi dengan CTPS kepada murid TK, mereka bisa
guru dan orangtuanya sehingga menjawab pertanyaan tersebut dengan
melakukan kerjasama dengan orang- baik dan benar. Orang tua juga sudah
orang tersebut menjadi tujuan penting paham mengenai apa itu CTPS, dampak
untuk keberhasilan kegiatan senam dan manfaatnya setelah diberikan
CTPS. Sejalan dengan penelitian lain penyuluhan terkait hal tersebut.
menjelaskan bahwa rendahnya perilaku Inovasi ini telah mendapat
cuci tangan pada anak pra sekolah di TK respon baik dari pihak sekolah dan pihak
RA Perwanida Tegalwangi Umbulsari Puskesmas Songgon karena berdasarkan
Jember dikarenakan karena banyak faktor observasi anak TK sudah mau dan
yang mempengaruhi seperti faktor mampu melakukan cuci tangan sebelum
lingkungan social seperti kurangnya dan sesudah beraktifitas. Mayoritas dari
sosialisasi atau kurang adanya stimulus mereka sudah hafal dengan gerakan
dari luar tentang cara cuci tangan yang senam dan lagu cuci tangan. Harapan
benar yang membuat perilaku cuci keberlanjutan dari inovasi ini adalah
tangan masih dikatakan rendah. Maka dapat diterapkan di sekolah sederajat
untuk mencapai keberhasilan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
pelaksanaan Pendidikan kesehatan Songgon.
tentang cuci tangan ini membutuhkan
kerjasama yang baik antara tenaga KESIMPULAN
kesehatan, guru dan orang tua dari anak Program STBM di Puskesmas
itu sendiri [14]. Songgon masih fokus terhadap pilar
Kelebihan dan Kekurangan pertama dan pilar kedua yaitu Stop
Inovasi ini mempermudah anak Buang air besar Sembarangan dan Cuci
untuk menghafal langkah-langkah CTPS Tangan Pakai Sabun. Kegiatan
dengan baik dan benar karena dikemas penyuluhan langkah-langkah CTPS yang
dengan menggunakan lagu dan gerakan dilakukan kepada anak TK belum
tangan untuk menarik perhatian anak. berjalan dengan baik karena metode
Akan tetapi, senam ini tidak bisa jika dalam peyampaian masih kurang efektif
disampaikan hanya satu kali tatap muka, yaitu dengan menampilkan leaflet,
perlu pengulangan supaya anak hafal mereka masih kesulitan untuk melakukan
dengan lagu dan gerakannya. Sehingga langkah-langkah CTPS dengan benar
guru juga harus diajari terkait senam berdasarkan enam langkah cuci tangan
tersebut supaya berkelanjutan. tersebut. Oleh sebab itu diperlukan
Monitoing dan Evaluasi inovasi pengembangan program untuk
Monitoring dan evaluasi menarik anak-anak mau melakukan
dilakukan untuk mengetahui keberhasilan CTPS. Kegiatan ini telah berhasil
inovasi yang telah diberikan. Advokasi dilakukan, ditunjukkan dengan adanya
kepada guru berjalan dengan baik, guru kemauan dan kemampuan guru dan anak-
sudah mengajarkan materi terkait CTPS anak melakukan senam CTPS. Hal ini
dan lagu senam CTPS kepada muridnya. diketahui sebesar 85% murid mampu
Setiap pagi sebelum masuk kedalam melakukan senam CTPS dengan baik dan
benar. Inovasi ini telah mendapat respon

38
baik dari pihak sekolah dan Puskesmas (2012) ‘Alat Penyelesaian
Songgon. Harapannya pihak puskesmas Masalah’, in SBFS1103
mengembangkan inovasi ini di sekolah Kemahiran Berfikir dan
sederajat yang ada di wilayah kerja Penyelesaian Masalah.
Puskesmas Songgon dan pihak sekolah 10. Indriyani, Y., Yuniarti, Y. and
mau bekerja sama untuk menerapkan Nur Latif, R. V. (2017) ‘Kajian
program inovasi ini disekolahnya. Strategi Promosi Kesehatan
Sanitasi Total Berbasis
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat (Stbm) Di Kelurahan
1. Sanah, N. (2017) ‘Pelaksanaan Tirto Kecamatan Pekalongan
Fungsi Puskesmas (Pusat Barat Kota Pekalongan’, Unnes
Kesehatan Masyarakat) Dalam Journal of Public Health. doi:
Meningkatkan Kualitas 10.15294/ujph.v5i3.11286.
Pelayanan Kesehatan Di 11. Arsyiah, N. (2019). Peran Guru
Kecamatan Long Kali Kabupaten Dalam Melatih Kemandirian
Paser’, eJournal Ilmu Anak Usia 3-4 Tahun Di Tk
Pemerintahan. Tunas Muda I Ikkt Palmerah ,
2. Permenkes RI (2014) Jakarta Barat.
‘Permenkes RI No. 75 Tahun 12. Aisah, N. (2012). Meningkatkan
2014 Tentang Puskesmas’, Kemampuan Mencuci Tangan
British Journal of Psychiatry. Melalui Metode Demonstrasi
doi: 10.1192/bjp.205.1.76a. Pada Kelompok B. 1–8.
3. Kemenkes RI (2007) ‘Pedoman Retrieved from
Pelaksanaan Promosi Kesehatan ejournal.unesa.ac.id/article/1031
di Puskesmas.Pdf’, Pedoman 0/19/article.pdf
Pelaksanaan Promosi Kesehatan 13. Putri, H. (2016). the Differences
di Puskesmas. of Influence Media Learning
4. Rorimpandey, H. M., Rattu, A. J. Song and. 116–123.
M. and Tumuraang, M. N. 14. Ilmi, Rohmah, dan H. (2015).
(2015) ‘Faktor-Faktor Yang Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Berhubungan Dengan Perilaku dengan Metode Bernyanyi
Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Terhadap Perilaku Mencuci
Pada Siswa Di Smp Negeri 2 Tangan Anak Prasekolah (3-6
Tompaso’, Tumou Tou. Tahun) Di TK RA Perwanida
5. Kementerian Kesehatan RI Krangkongan Tegalwangi
(2011) ‘Situasi Diare di Umbulsari Jember 2015. 1–12.
Indonesia’, Jurnal Buletin
jendela data & informasi
kesehatan.
6. Profil Kesehatan Kabupaten
Banyuwangi. 2017.
Pengawasan Makanan dan
Sanitasi Sekolah. Dinas
Kesehatan. Kabupaten
Banyuwangi.
7. Putri, R. M., Maemunah, N., &
Rahayu, W. (2016). Pemeriksaan
Pertumbuhan dan Personal
Hygiene. 1(1), 55–64.
8. Profil Puskesmas Songgon
Tahun 2018
9. Haresh Kumar Kantilal, A. E.

39

Anda mungkin juga menyukai