A. PENDAHULUAN
Dewasa ini jumlah angkatan kerja di Indonesia lebih dari seratus juta jiwa, dengan
penyebaran yang tidak merata 70%-80% masih belum teroganisir (sector informal). Di
era globalisasi dan pasar bebas, K3 merupakan salah satu yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi antar negara dan mempunyi aturan sendiri dan mesti dipatuhi oleh
seluruh negara anggota termasuk Indonesia. Hal ini merupakan kenyataan dan tantangan
berat harus kita hadapi.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai hal tersebut manusia harus
berupaya dalam bentuk bekerja, berkarya. Agar kinerja optimal diperlukan suatu upaya
lain bagi pemeliharaan kesehatan jasmani maupun rohani, yaitu upaya kesehatan dan
keselamatan kerja yang merupakan kebutuhan pokok bagi pekerja, dan juga masyarakat
sekitar atau dapat terkena dampaknya.
Kesehatan kerja merupakan upaya kelima dan 15 upaya kesehatan yang tercantun dalam
UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan
kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekeliling, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
Kesehatan kerja adalah kesehatan fisik maupun fisik pekerja sehubungan dengan
pekerjaannya.
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja ini tentunya dapat dilaksanakan diseluruh tempat
kerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
B. LATAR BELAKANG
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 23 disebutkan bahwa setiap
tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja,khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
keryawan paling sedikit 10. Orang.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan
pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat
kerja yang mempunnyai risiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja, oleh
karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai risiko tinggi, karena sering kontak
dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum
suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti
hepatitis B, HIV,AIDS dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas merupakan Unit
pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya.
Jumlah Puskesmas pada Februari 2007 sebanyak 8.114 Puskesmas Pembantu 22.347 dan
dilengkapi dengan sarana kendaraan roda empat sebanyak 6.544, ambulance sebanyak
1.335 dan perahu sebanyak 616 buah serta jumlah petugas di Puskesmas mencapai
166.154 orang (Ditjen Binkesmas 2007)
Risiko petugas Puskesmas terhadap kesehatan dan penyakit akibat kecelakaan kerja dapat
digambarkan sepeti hasil penelitian di Jakarta Timur 2004, menunjukan bahwa rendahnya
perilaku petugas kesehatan di Puskesmas terhadap kepatuhan melaksanakan setiap
prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan benar hanya 18,3%, status vaksin
hepatitis B petugas kesehatan Puskesmas masih rendah sekitar 12,5%, riwayat pernah
tertusuk jarum bekas sekitar 84,2% (kuwat Sri Hudoyo Th 2004)
Mengingat tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas di puskesmas
dan adanya amanat dalam undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja ditempat
kerja, maka perlu penerapan kesehatan kerja dan kesehatan kerja diwilayah
puskesmas.oleh karna itu perlu pedoman manajemen kesehatan kerja dipuskesmas.
Kesehatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu satuan yang saling
berkaitan,sehigga sulit untuk dipisahkan.
Rendahnya pengetahuan pekerja informal akan kesehatan dan kesehatan kerja
menyebabkan mereka sangat beresiko untuk terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja. Untuk mencegah berbagai penyakit dan kecelakaan kerja serta untuk meningkatkan
akses pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja informal, maka pekerja informal tersebut
perlu diberdayakan dalam bidang kesehatan kerja sehingga mereka dapat hidup sehat dan
selamat serta produktif dalam bekerja. Agar upaya pemberdayaan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan untuk memudahkan petugas kesehatan/petugas terkait melakukan
pembinaan maka pekerja informal tersebut perlu didorong untuk membentuk suatu wadah
untuk melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja yang dikenal dengan Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
Pos UKK adalah merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat pekerja
F. SASARAN
Petugas Puskesmas, dan Pengguna Jasa Puskesmas
Anggota Pos UKK dan anggota keluarganya
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan setiap hari.
Kegiatan Pembinaan Pos UKK dilaksanakan tiap bulan/ 2 bulan sekali ke masing-masing
Pos UKK yaitu Pos UKK Bahari Kaltek (Nelayan) dan Pos UKK Kupang (Kuli Panggul)
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi dan pelaporan dilakukan tiap akhir bulan, dan adanya tindakan perbaikan dan
pencegahan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan tiap bulannya didapat dari hasil kunjungan (pembinaan
Pos UKK)
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dan Perekapan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan tiap
bulan dan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Serang.
Pencatatan dan perekapan kegiatan pembinaan Pos UKK dilakukan tiap bulan dan
dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Serang.
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini jumlah angkatan kerja di Indonesia lebih dari seratus juta jiwa, dengan
penyebaran yang tidak merata 70%-80% masih belum teroganisir (sector informal). Di
era globalisasi dan pasar bebas, K3 merupakan salah satu yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi antar negara dan mempunyi aturan sendiri dan mesti dipatuhi oleh
seluruh negara anggota termasuk Indonesia. Hal ini merupakan kenyataan dan tantangan
berat harus kita hadapi.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai hal tersebut manusia harus
berupaya dalam bentuk bekerja, berkarya. Agar kinerja optimal diperlukan suatu upaya
lain bagi pemeliharaan kesehatan jasmani maupun rohani, yaitu upaya kesehatan dan
keselamatan kerja yang merupakan kebutuhan pokok bagi pekerja, dan juga masyarakat
sekitar atau dapat terkena dampaknya.
Kesehatan kerja merupakan upaya kelima dan 15 upaya kesehatan yang tercantun dalam
UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan
kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekeliling, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
Kesehatan kerja adalah kesehatan fisik maupun fisik pekerja sehubungan dengan
pekerjaannya.
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja ini tentunya dapat dilaksanakan diseluruh tempat
kerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
B. LATAR BELAKANG
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 23 disebutkan bahwa setiap
tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja,khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
keryawan paling sedikit 10. Orang.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan
pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat
kerja yang mempunnyai risiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja, oleh
karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai risiko tinggi, karena sering kontak
dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum
suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti
hepatitis B, HIV,AIDS dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas merupakan Unit
pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya.
Jumlah Puskesmas pada Februari 2007 sebanyak 8.114 Puskesmas Pembantu 22.347 dan
dilengkapi dengan sarana kendaraan roda empat sebanyak 6.544, ambulance sebanyak
1.335 dan perahu sebanyak 616 buah serta jumlah petugas di Puskesmas mencapai
166.154 orang (Ditjen Binkesmas 2007)
Risiko petugas Puskesmas terhadap kesehatan dan penyakit akibat kecelakaan kerja dapat
digambarkan sepeti hasil penelitian di Jakarta Timur 2004, menunjukan bahwa rendahnya
perilaku petugas kesehatan di Puskesmas terhadap kepatuhan melaksanakan setiap
prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan benar hanya 18,3%, status vaksin
hepatitis B petugas kesehatan Puskesmas masih rendah sekitar 12,5%, riwayat pernah
tertusuk jarum bekas sekitar 84,2% (kuwat Sri Hudoyo Th 2004)
Mengingat tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas di puskesmas
dan adanya amanat dalam undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja ditempat
kerja, maka perlu penerapan kesehatan kerja dan kesehatan kerja diwilayah
puskesmas.oleh karna itu perlu pedoman manajemen kesehatan kerja dipuskesmas.
Kesehatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu satuan yang saling
berkaitan,sehigga sulit untuk dipisahkan.
Rendahnya pengetahuan pekerja informal akan kesehatan dan kesehatan kerja
menyebabkan mereka sangat beresiko untuk terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja. Untuk mencegah berbagai penyakit dan kecelakaan kerja serta untuk meningkatkan
akses pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja informal, maka pekerja informal tersebut
perlu diberdayakan dalam bidang kesehatan kerja sehingga mereka dapat hidup sehat dan
selamat serta produktif dalam bekerja. Agar upaya pemberdayaan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan untuk memudahkan petugas kesehatan/petugas terkait melakukan
pembinaan maka pekerja informal tersebut perlu didorong untuk membentuk suatu wadah
untuk melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja yang dikenal dengan Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
Pos UKK adalah merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat pekerja
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini jumlah angkatan kerja di Indonesia lebih dari seratus juta jiwa, dengan
penyebaran yang tidak merata 70%-80% masih belum teroganisir (sector informal). Di
era globalisasi dan pasar bebas, K3 merupakan salah satu yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi antar negara dan mempunyi aturan sendiri dan mesti dipatuhi oleh
seluruh negara anggota termasuk Indonesia. Hal ini merupakan kenyataan dan tantangan
berat harus kita hadapi.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai hal tersebut manusia harus
berupaya dalam bentuk bekerja, berkarya. Agar kinerja optimal diperlukan suatu upaya
lain bagi pemeliharaan kesehatan jasmani maupun rohani, yaitu upaya kesehatan dan
keselamatan kerja yang merupakan kebutuhan pokok bagi pekerja, dan juga masyarakat
sekitar atau dapat terkena dampaknya.
Kesehatan kerja merupakan upaya kelima dan 15 upaya kesehatan yang tercantun dalam
UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan
kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekeliling, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
Kesehatan kerja adalah kesehatan fisik maupun fisik pekerja sehubungan dengan
pekerjaannya.
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja ini tentunya dapat dilaksanakan diseluruh tempat
kerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
B. LATAR BELAKANG
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 23 disebutkan bahwa setiap
tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja,khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
keryawan paling sedikit 10. Orang.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan
pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat
kerja yang mempunnyai risiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja, oleh
karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai risiko tinggi, karena sering kontak
dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum
suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti
hepatitis B, HIV,AIDS dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas merupakan Unit
pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya.
Jumlah Puskesmas pada Februari 2007 sebanyak 8.114 Puskesmas Pembantu 22.347 dan
dilengkapi dengan sarana kendaraan roda empat sebanyak 6.544, ambulance sebanyak
1.335 dan perahu sebanyak 616 buah serta jumlah petugas di Puskesmas mencapai
166.154 orang (Ditjen Binkesmas 2007)
Risiko petugas Puskesmas terhadap kesehatan dan penyakit akibat kecelakaan kerja dapat
digambarkan sepeti hasil penelitian di Jakarta Timur 2004, menunjukan bahwa rendahnya
perilaku petugas kesehatan di Puskesmas terhadap kepatuhan melaksanakan setiap
prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan benar hanya 18,3%, status vaksin
hepatitis B petugas kesehatan Puskesmas masih rendah sekitar 12,5%, riwayat pernah
tertusuk jarum bekas sekitar 84,2% (kuwat Sri Hudoyo Th 2004)
Mengingat tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas di puskesmas
dan adanya amanat dalam undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja ditempat
kerja, maka perlu penerapan kesehatan kerja dan kesehatan kerja diwilayah
puskesmas.oleh karna itu perlu pedoman manajemen kesehatan kerja dipuskesmas.
Kesehatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu satuan yang saling
berkaitan,sehigga sulit untuk dipisahkan.
Rendahnya pengetahuan pekerja informal akan kesehatan dan kesehatan kerja
menyebabkan mereka sangat beresiko untuk terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja. Untuk mencegah berbagai penyakit dan kecelakaan kerja serta untuk meningkatkan
akses pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja informal, maka pekerja informal tersebut
perlu diberdayakan dalam bidang kesehatan kerja sehingga mereka dapat hidup sehat dan
selamat serta produktif dalam bekerja. Agar upaya pemberdayaan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan untuk memudahkan petugas kesehatan/petugas terkait melakukan
pembinaan maka pekerja informal tersebut perlu didorong untuk membentuk suatu wadah
untuk melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja yang dikenal dengan Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
Pos UKK adalah merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat pekerja
F. SASARAN
Petugas Puskesmas, dan Pengguna Jasa Puskesmas
Anggota Pos UKK dan anggota keluarganya
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan setiap hari.
Kegiatan Pembinaan Pos UKK dilaksanakan tiap bulan/ 2 bulan sekali ke masing-masing
Pos UKK yaitu Pos UKK Bahari Kaltek (Nelayan) dan Pos UKK Kupang (Kuli Panggul)
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi dan pelaporan dilakukan tiap akhir bulan, dan adanya tindakan perbaikan dan
pencegahan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan tiap bulannya didapat dari hasil kunjungan (pembinaan
Pos UKK)
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dan Perekapan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan tiap
bulan dan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Serang.
Pencatatan dan perekapan kegiatan pembinaan Pos UKK dilakukan tiap bulan dan
dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Serang.
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini jumlah angkatan kerja di Indonesia lebih dari seratus juta jiwa, dengan
penyebaran yang tidak merata 70%-80% masih belum teroganisir (sector informal). Di
era globalisasi dan pasar bebas, K3 merupakan salah satu yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi antar negara dan mempunyi aturan sendiri dan mesti dipatuhi oleh
seluruh negara anggota termasuk Indonesia. Hal ini merupakan kenyataan dan tantangan
berat harus kita hadapi.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai hal tersebut manusia harus
berupaya dalam bentuk bekerja, berkarya. Agar kinerja optimal diperlukan suatu upaya
lain bagi pemeliharaan kesehatan jasmani maupun rohani, yaitu upaya kesehatan dan
keselamatan kerja yang merupakan kebutuhan pokok bagi pekerja, dan juga masyarakat
sekitar atau dapat terkena dampaknya.
Kesehatan kerja merupakan upaya kelima dan 15 upaya kesehatan yang tercantun dalam
UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan
kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekeliling, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
Kesehatan kerja adalah kesehatan fisik maupun fisik pekerja sehubungan dengan
pekerjaannya.
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja ini tentunya dapat dilaksanakan diseluruh tempat
kerja agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
B. LATAR BELAKANG
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 23 disebutkan bahwa setiap
tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja,khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
keryawan paling sedikit 10. Orang.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan
pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat
kerja yang mempunnyai risiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja, oleh
karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai risiko tinggi, karena sering kontak
dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum
suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti
hepatitis B, HIV,AIDS dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas merupakan Unit
pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya.
Jumlah Puskesmas pada Februari 2007 sebanyak 8.114 Puskesmas Pembantu 22.347 dan
dilengkapi dengan sarana kendaraan roda empat sebanyak 6.544, ambulance sebanyak
1.335 dan perahu sebanyak 616 buah serta jumlah petugas di Puskesmas mencapai
166.154 orang (Ditjen Binkesmas 2007)
Risiko petugas Puskesmas terhadap kesehatan dan penyakit akibat kecelakaan kerja dapat
digambarkan sepeti hasil penelitian di Jakarta Timur 2004, menunjukan bahwa rendahnya
perilaku petugas kesehatan di Puskesmas terhadap kepatuhan melaksanakan setiap
prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan benar hanya 18,3%, status vaksin
hepatitis B petugas kesehatan Puskesmas masih rendah sekitar 12,5%, riwayat pernah
tertusuk jarum bekas sekitar 84,2% (kuwat Sri Hudoyo Th 2004)
Mengingat tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas di puskesmas
dan adanya amanat dalam undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja ditempat
kerja, maka perlu penerapan kesehatan kerja dan kesehatan kerja diwilayah
puskesmas.oleh karna itu perlu pedoman manajemen kesehatan kerja dipuskesmas.
Kesehatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu satuan yang saling
berkaitan,sehigga sulit untuk dipisahkan.
Rendahnya pengetahuan pekerja informal akan kesehatan dan kesehatan kerja
menyebabkan mereka sangat beresiko untuk terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja. Untuk mencegah berbagai penyakit dan kecelakaan kerja serta untuk meningkatkan
akses pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja informal, maka pekerja informal tersebut
perlu diberdayakan dalam bidang kesehatan kerja sehingga mereka dapat hidup sehat dan
selamat serta produktif dalam bekerja. Agar upaya pemberdayaan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan untuk memudahkan petugas kesehatan/petugas terkait melakukan
pembinaan maka pekerja informal tersebut perlu didorong untuk membentuk suatu wadah
untuk melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja yang dikenal dengan Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
Pos UKK adalah merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat pekerja
F. SASARAN
Petugas Puskesmas, dan Pengguna Jasa Puskesmas
Anggota Pos UKK dan anggota keluarganya
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan setiap hari.
Kegiatan Pembinaan Pos UKK dilaksanakan tiap bulan/ 2 bulan sekali ke masing-masing
Pos UKK yaitu Pos UKK Bahari Kaltek (Nelayan) dan Pos UKK Kupang (Kuli Panggul)
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi dan pelaporan dilakukan tiap akhir bulan, dan adanya tindakan perbaikan dan
pencegahan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan tiap bulannya didapat dari hasil kunjungan (pembinaan
Pos UKK)
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dan Perekapan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan tiap
bulan dan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Serang.
Pencatatan dan perekapan kegiatan pembinaan Pos UKK dilakukan tiap bulan dan
dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Serang.