Anda di halaman 1dari 18

KERANGKA ACUAN

MANAJEMEN RESIKO DAN


KESELAMATAN PASIEN
UPT PUSKESMAS LARANGAN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PAMEKASAN


TAHUN 2016

1
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................3

PENDAHULUAAN....................................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................3

B. TUJUAN.......................................................................................................................................3

C. BATASAN OPERASIONAL.............................................................................................................3

BAB II.........................................................................................................................................................5

RUANG LINGKUP....................................................................................................................................5

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO............................................................................5

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO........................................................................5

BAB III........................................................................................................................................................7

TATA LAKSANA......................................................................................................................................7

A. TETAPKAN KONTEKS..............................................................................................................7

B. IDENTIFIKASI RESIKO.............................................................................................................7

C. ANALISA RESIKO....................................................................................................................12

D. EVALUASI RESIKO......................................................................................................................12

D. KELOLA RESIKO.....................................................................................................................13

BAB IV......................................................................................................................................................14

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ………………………………………………………………………………………………..

PELAPORAN............................................................................................................................................16

A. MEKANISME PELAPORAN...................................................................................................16

B. BENTUK PELAPORAN...............................................................................................................16

BAB IV......................................................................................................................................................17

PENUTUP.................................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan pasien di
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan Keselamatan pasien di Puskesmas yaitu
keselamatan pasien itu sendiri, Keselamatan petugas kesehatannya, Keselamatan bangunan dan
peralatan Puskesmas yang bisa berdampak kepada keselamatan pasien dan petugas, Keselamatan
lingkungan yang berdampak kepada pencemaran lingkungan, serta Keselamatan keberlangsungan
kemajuan Puskesmas itu sendiri. Kelima aspek inilah yang nantinya menjadi penentu dalam
peningkatan mutu Puskesmas khususnya dalam penanganan manajemen resiko di Puskesmas.
Puskesmas Larangan merupakan Puskesmas pedesaan dimana pelayanan menjangkau
masyarakat luas yang kompleks dari segi pendidikan, pengetahuan, sosial , budaya serta ekonomi.
Berkembangnya ilmu teknologi dan tuntutan masyarakat akan pelayanan yang bermutu menyebabkan
kemajuan yang pesat di bidang kesehatan sehingga terdapat banyak jenis obat, alat-alat kesehatan yang
canggih, prosedur pemeriksaan yang lebih lengkap, serta penambahan jenis tenaga profesi kesehatan.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan apabila tidak dikelola dengan baik bisa menyebabkan hal- hal
yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu Puskemas Larangan menetapkan Pedoman Manejemen Resiko yang nantinya
akan digunakan sebagai acuan dalam penanganan resiko-resiko pelayanan klinis di Puskesmas
Larangan.

B. TUJUAN
1. Memberikan panduan sistem manajemen resiko yang berlaku di Puskesmas Larangan.
2. Memastikan sistem manajemen resiko berjalan dengan baik agar proses indentifikasi, analisa
dan pengelolaan resiko dapat memberi manfaat bagi peningkatan mutu dan keselamatan pasein
di Puskesmas Larangan.
3. Membangun sistem monitoring dan komunikasi yang efektif diantara petugas sehingga
pencapaian tujuan dan penerapannya berjalan berkesinambungan.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Risiko : peluang / probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO), yang akan berdampak
merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan menurunkan mutu
pelayanan.
2. Manajemen Risiko Puskesmas adalah upaya mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko
(grading) dan mengendalikan / mengelola risiko tersebut baik secara proaktif risiko yang
mungkin terjadi maupun reaktif terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak
negative seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu di Puskesmas.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari Kejadian

3
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera pada
pasien tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera pada
pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetapi ternyata tidak menimbulkan cidera pada pasien.
7. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cidera, tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah mengakibatkan
kematian atau cidera fisik / psikologis serius, atau kecacatan pada pasien. Termasuk di dalam
kejadian sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat diantisipasi dan tidak berhubungan
dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau kondisi medis dasar pasien; bunuhdiri,
kehilangan permanen dari sebagian besar fungsi tubuh yang tidak berhubungan
denganpenyakit dasar pasien; pembedahan yang salah lokasi / salah prosedur / salah pasien;
penculikanbayi atau bayi yang dibawa pulang oleh orang tua yang salah.
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistim untuk mendokumentasikan
laporaninsiden keselamatan pasien, menganalisa dan mengantisipasi / mengelola /
mengendalikan insidensecara berkesinambungan.
10. Risiko Sisa adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian /tindakan dilakukan.
11. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi
dalampelayanan di rumah sakit enganmempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading)
kerugianyang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
12. Penilai Risiko adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah
menghadiripelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk
memastikan bahwatiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko yang terlatih.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO


Paduan ini mencakup seluruh manajemen resiko yang ada di Puskesmas Larangan yang meliputi:
1. Manajemen resiko lingkungan:
 Keamanan lingkungan fisik(bangunan):
 Pemantauan keamanan aliran air
 Pemantauan keamanan aliran listrik
 Pemantauan keamanan gas oksigen dan gas elpiji
 Pemantauan keamanan jendela dan pintu
 Indentifikasi resiko lingkungan yang berdampak pada pasein, petugas dan lingkungan
sekitar Puskesmas:
 Pemantauan keamanan pembuangan limbah
2. Manajemen resiko layanan klinis:
 Resiko yang berhubungan dengan pasein / pengunjung Puskesmas
 Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
 Resiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
 Resiko yang berhubungan dengan peralatan atau metode yang digunakan dalam
memberikan pelayanan klinis

Penerapan manajemen resiko klinis dilakukan di setiap unit atau Pelayanan pelayanan serta
jejaring pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Larangan seperti Puskesmas Pembantu
(PUSTU), Poskesdes dan Posyandu.

3. Manajemen resiko program kesehatan masyarakat:


 Resiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
 Resiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
 Resiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program

Tempat pelaksanaan program dan sasaran program a adalah pelaksanaan kegiatan luar gedung
Puskesmas.

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO


Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan resiko, Puskesmas
Larangan mengatur kewenangan dan tanggung jawab manajemen Puskesmas:
1. Tingkat Puskesmas oleh Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasein di Puskesmas.
2. Tingkat unit / Pelayanan oleh penanggung jawab masing-masing unit / Pelayanan.

Uraian tanggung jawab manajemen resiko:


a. Tanggung jawab Kepala Puskesmas:
 Menetapakan kebijakan mengenai manajemen resiko di Puskesmas
5
 Menetapkan dan membentuk Tim PMKP
 Mengawasi danmemeastikan sistem manajemen resiko berjalan dengan baik dan
berkembang
 Menerima laporan dan merekomendasikan penggelolaan pengendalian resiko
sertamenindak lanjuti sesuai arahan dan kebijakan Puskesmas termasuk pendanaan
 Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan insiden keselamatan pasein sesuai tingkat
resiko.
b. Tanggung jawab Manajemen Resiko (Tim.PMKP)
 Membuat rencana kerja manajemen resiko di Puskesmas
 Membentuk Tim Penilai Resiko
 Menerima daftar resiko yang diberikan oleh penanngung jawab unit / pelayanan,
menganalisa, evaluasi serta menindak lanjutinya
 Memantau serta mendorong semua petugas untuk melaksanakan manajemen resiko
 Melaporkan hasil temuan kepada Pimpinan Puskesmas dan melakukan diskusi serta
menindak lanjuti hasil diskusi
c. Tanggung jawab penanngung jawab unit / Pelayanan
 Menerima laporan temuan – temuaan resiko yang ada di unit / pelayanan
 Membuat daftar dan penilaian resiko
 Menganalisa sesuai tingkat kejadian apakah cukup diselesaikan di tingkat unit
 Mendorong rekan – rekan kerja untuk melakukan manjemen resiko
 Melaporkan semua daftar resiko, resiko yang sudah diselesaikan di tingkat unit /
Pelayanan serta melakukan diskusi kepada Tim manajemen resiko untuk langkah –
langkah ke depannnya
d. Tanggung jawab petugas pemberi layanan klinis
 Memberikan informasi kepada penangunggung jawab unit/ Pelayanan setiap bahaya,
resiko serta kejadian yang ada di unit/ Pelayanan
 Melaksanakan panduan manajemen resiko yang telah ditetapkan
 Mencatat dan mendokumentasi apabila terjadi insiden resiko klinis
 Ikut serta dalam mengupayakan langkah-langkah pengendalian resiko

6
BAB III
TATA LAKSANA

Manajemen resiko adalah proses berkesinambungan dan berkelanjutan. Resiko mungki n terpapar
kepada pasein, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-menerus berubah dan harus diidentifikasi.

Program manjemen resiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:


1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi resiko
3. Analisi resiko
4. Evaluasi resiko
5. Kelola resiko

A. TETAPKAN KONTEKS
Tujuan, sasaran, strategi,ruang lingkup,kegiatan pada tahap ini harus disusun dalam bentuk pedoman
manjemen resiko Puskesmas.

B. IDENTIFIKASI RESIKO
Resiko pontensial dapat diidentifikasi dari berbagai sumber, misalnya:
 Informasi dari internal yang didapat dari laporan masing-masing unit/Pelayanan
 Informasi external yang didapat dari pedoman pemerintah, organisai atau lembaga penelitian
 Pemeriksaan atau audit eksternal

7
Berikut daftar resiko berdasarkan ruang lingkupnya:

1. Area lingkungan

NO RESIKO
1 SARANA - Kerusakan bangunan atau sarana dan prasaran
- Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar,
sampah medis tidak tersedia, toilet rusak
2 Keamanan - Tersengat listrik
lingkungan - Terpapar dengan bahan berbahaya

- Tertimpa benda jatuh


- Terjadi kebakaran
- Terjatuh / terpeleset
- Pencurian
3 Limbah - Sistem pembuangan limbah yang belum standar
- Paparan limbah pada Lingkungan

2. Area layanan klinis


Area layanan klinis terdiri dari unit / Pelayanan yang ada di Puskesmas dan jejaring Puskesmas
seperti Poskesdes dan Pustu.

No Unit / Pelayanan Resiko


1 Loket Pendaftaran dan - Pasein menunggu lama
Rekam Medis - Kesalahan pemberian
- identitas rekam medis
- Kesalahan pengambialan rekam medis
- Kesalahan pelabelan rekam medis
- Kebocoran informasi rekam medis
- Ketidak lengkapan catatan dalam rekam medis
- Kehilangan / kesalhan
Penyimpanan rekam rekam medis
2 Pelayanan umum - Kesalahan mengidentifikasi pasein / salah orang
- Kesalahan dalam melakukan pengkajian /anamnesa
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Kesalahan diagnosis
- Kesalahan dalam pemberian resep
- Kesalahan dalam terapi
- Kesalahan dalam edukasi
3 Pelayanan UGD - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasein
- Kesalahan pemberian obat / injeksi
- Kesalahan identifikasi pasien sesuai triase

8
4 Pojok Gizi - Pasein gizi tidak dikonsultasikan ke dokter
- Kesalahan dalam pengkajian status gizi

- Kesalahan dalam pemberian diet


- Paket makanan tambahan tertukar
- PMT yang kadarluarsa
- Penyimpanan PMT yang tidak baik dimakan tikus atau
kena rayap
5 Pelayanan obat - Kesalahan Membaca resep
- Kesalahan identifikasi pasein dalam pemberian obat
- Kesalahan dosis / formula obat
- Kesalahan edukasi cara minum obat
- Pemberian obat Kadaluarsa
- Kesalahan menulis label
- Pemberian obat rusak
6 LABORATORIUM - Kegagalan pengambilan sampel sehingga menimbulkan
perlukaan
- Kesalahan pengambillan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang atau tertukar
- Sampel rusak atau hilang
- Tidak menggunakan alat pelindung diri
- Tertelan bahan infeksius
- Tertusuk jarum
7 KIA-KB - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat

- Kesalahan diagnose
8 Pelayanan Gigi - Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran

- Tergigit pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat
- Kesalahan diagnose
- Kesalahan mengidentifikasi pasein
9 Rawat Inap - Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien

9
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

- Menggunakan alat tidak steril

- Tidak menggunakan alat pelingdung diri


- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien
- Kesalahan pemberian obat/ injeksi
- Kejadian plebitis
10 Pelayanan P2 - Kesalahan mengidentifikasi pasein / salah orang
- Kesalahan dalam melakukan pengkajian /anamnesa
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Kesalahan diagnosis
- Kesalahan dalam pemberian resep

- Kesalahan dalam terapi


- Kesalahan dalam edukasi

11. Pelayanan sanitasi - Terpapar pasien dengan penyakit menular

3. Area pelaksanaan program


Area pelaksanaan program adalah upaya kesehatan masyarakat essensial dan upaya kesehatan
masyarakat pengembangan. Tempat pelaksanaannya bisa di Posyandu Balita, Pos
Penimbangan, POSBINDU dan lansia UKS /UKGS.

No Jenis Kegiatan Resiko


1 Pelayanan promosi - Tergigit saat melakukan pemeriksaan gigi anak sekolah
kesehatan (UKS /UKGS) - Cedera mulut pada anak sekolah karena memberontak saat
dilakukan tindakan pemeriksaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan BIAS
- Salah memberikan vaksin saat kegiatan BIAS

2 Pelayanan kesehatan - Terpapar dengan pasein yang dikunjungi


lingkungan
3 Pelayanan KIA – KB - Tidak menggunakan alat steril saat melakukan pertolongan
persalinan di rumah pasein
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan
- Salah memberikan vaksin
- Salah mengidentifikasi pasein
- Komunikasi yang tidak efektif saat melakukan konseling

4 Pelayanan Gizi & - Insiden balita jatuh saat penimbangan


Posyandu - Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan pemeriksaan
- Kesalahan memberikan dosis Vit.A pada kelompok umur
- Kesalahan memberikan informasi
- PMT yang tertukar
5 PERKESMAS - Salah alamat saat berkunjung
- Terpapar infeksi penyakit menular dengan pasien yang
dikunjungi
10
- Salah pemberian obat
6 Pencegahan dan 1) Pelayanan Imunisasi
Pengendalian Penyakit - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan pengambilan vaksin
- Keslahan penyimpanan vaksin
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden tertususk jarum

2) Pelayanan HIV / AIDS


- Tidak menggunakan teknik PI dan APD
- Ceceran limbah medis

3) Diare
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Salah menentukan derajat dehidrasi
4) Kusta dan TBC
- Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan APD
5) Surveilans terpadu /Rabies
- Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan APD
6) DBD
- Mesin fogging mati saat penyemporatan di dalam
ruagan
- Petugas terpapar racun
- Ada penghuni di rumah saat penyemprotan
- Petugas terperangkap karena perubahan angin
- Kebakaran karena mesin fogging terkena kain
horden, berdekatan dengan gas elpiji,,atau balon
yang ada gas hidrogennya
- Salah memberikan penjelasan penggunaan ABATE
- Keracunan saat mengemas ABATE
7) ISPA
- Tertular karena tidak menggunakan masker saat
pemeriksaan
- Salah diagnosa dan terapi
7 Pelayanan Kesehatan - Mendapat perilaku kekerasaan dari pasein
jiwa dan haji - Tertusuk jarum
- Salah minum obat
- Petugas merasa terancam secara psikologis
8 Pelayanan kesehatan - Salah diagnosa
indera - Kecelakaan lalu-lintas saat berkunjung
9 Pelayanan kesehatan - Pasein lansia terjatuh
lansia - Salah diagnosa atau terapi
- Tertusuk jarum saat pemeriksaan
- Ceceran limbah medis
11
C. ANALISA RESIKO
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan prioritas
penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola / mengendalikan
risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI PELUANG / FREKWENSI


1 Sangat Jarang/ rare (> 5 tahun/kali)
2 Jarang/unlikely (>2-5 tahun/kali)
3 Mungkin/Posible (1-2 tahun/kali)
4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/almost certain (tiap minggu/bulan)

TINGKAT DESKRIPSI DAMPAK


RISIKO
1 Tdk significant Tidak ada cedera
2 Minor  Cedera Ringan, misal luka lecet
 Dapart diatasi dengan P3K
3 Moderat  Cedera sedang, misal Luka robek
 Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
(reversibel). Tidak berhubungan dengan penyakit
 Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Mayor  Cedera Luas / berat, mis : cacat, lumpuh
 Kehilangan fungsi motoric/sensorik/psikologis atau intelektual
(ireversibel), tidak berhubungan dengan penyakit
 Infeksi penyakit menular
5 Katatropik Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit

Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading)
dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori
kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root causeanalysis
– reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis – proaktif)

D. EVALUASI RESIKO

1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading yang
didapat dalam analisis.

2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi proses berikut:
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi dan
menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
12
3. Penilaian risiko .
Tak Minor Moderat Mayor Katatrostopik
Probabilitas significant 2 3 4 5
1
Sangat sering Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
terjadi (Tiap
minggu/bulan) 5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(beberapa
kali/tahun)
4
Mungkin terjadi (1- Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
<2 tahun/kali)
3
Jarang terjadi (>2- Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
<5 thn/kali)
2
Sangat jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
terjadi (> 5
thn/kali)
1

E. KELOLA RESIKO
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko
insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa) dan
meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
LEVEL / BANDS TINDAKAN
EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan tindakan
(SANGAT TINGGI) segara, perhatikan sampai ke Direktur RS
HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan detail & perlu
(TINGGI) tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen

MODERATE Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.


(SEDANG) Manajer/pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya &
kelola risiko
LOW Risiko rendah dilakukaninvestigasi sederhana paling lama 1 minggu
(RENDAH) diselesaikan dengan prosedur rutin

a. Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko , maka tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan
dengan investigasi sederhana, melalui tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi: - observasi
- Telaah dokumen
-Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung: - individu
13
- peralatan
- lingkungan tempat kerja
- prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung: - individu
- tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

b. HFMEA (Healthcare Failure Mode Effect Analysis)


Di dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya suatu insiden, metode HFMEA
digunakan untuk mengidentifikasi modus kegagalan (kegagalan proses) yang berpotensi terjadi
kemudian mengidentifikasi dampak yang mungkin timbul diikuti analisis akar masalah, sebelum
melakukan redisain proses untuk meminimalisir risiko modus kegagalan / dampaknya kepada pasien.
HFMEA merupakan proses pro-aktif untuk memperbaiki kinerja dengan mencegah potensi kegagalan
sebelum terjadi sehingga akhirnya meningkatkan keselamatan pasien. (F = failure, yaitu saat sistim
tidak bekerja sesuai yang diharapkan; M = mode, yaitu cara / perilaku yang dapat menimbulkan
kegagalan tersebut; E = effect, yaitu dampak / konsekuensi dari modus kegagalan tadi; A = analysis,
yaitu upaya investigasi terhadap proses secara detail).
Pada prinsipnya langkah-langkah untuk menjalankan HFMEA meliputi:
1) Identifikasi proses yang berisiko tinggi (IDENTIFIKASI)
2) Bentuk tim HFMEA (TIM)
3) Menggambarkan diagram dari proses tersebut (DIAGRAM PROCESS)
4) Analisis hazard (HAZARD ANALYSIS):
a. Brainstorming kemungkinan kegagalan proses dan menentukan dampaknya
b. Menentukan prioritas kegagalan proses yang akan diperbaiki
c. Menentukan akar masalah dari kegagalan proses yang sudah diprioritaskan tadi
5) Implementasi dan monitoring hasil dari redisain proses tersebut
(ACTION & OUTCOME MEASURE)

14
BAB IV

1. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016

Waktu
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
1 Menetapkan tim manajemen 06
risiko dan keselamatan
pasien
2 Perencanaan pelaksanaan B. 13-
identifikasi manajemen risiko 30
dan keselamatan pasien
3 Melakukan skoring potensi 1-
dan dampak risiko 23
4 Melakukana analisis dan 25-
rencana tindak lanjut hasil 30
identifikasi
5 Melakukan analisa terhadap v v v v v v V
laporan kejadian KTD, KTC,
KPC, KNC
6 Melakukan Rencana tindak v v v v v v v
lanjut,monitoring dan
evaluasi terhadap laporan
kejadian
KTD,KTC,KPC,KNC
7 Melaporkan hasil identifikasi, v v v v v v v
analisa, rencana tindak
lanjut, monitoring dan
evaluasi laporan kejadian
KTD,KTC,KPC,KNC kepada
ketua tim mutu untuk
selanjutnya dilaporkan ke
kepala puskesmas melalui
RTM

15
2. PELAPORAN

A. MEKANISME PELAPORAN
Pengelolaan
Resiko

Alur Pelaporan Insiden

Insiden

Buat Lapoaran Insiden


Penemu - Isi Fomulir Kejadian
Insiden - Waktu Pelaporan paling lambat 2x 24 jam

LAPOR Penanggung jawab unit /Pelayanan

Melakukan grading resiko


Atasan yang
INVESTIGASI SEDERHANA Dilaporkan

Melapor ke Tim PMKP

Ketua Tim PMKP

Ketua Tim Mutu

Kepala Puskesmas

Hasil dari pelaporan disampaikan dan di diskusikan dalam Rapat Tinjauan Manejemen.

B. BENTUK PELAPORAN
Terlampir

16
BAB IV
PENUTUP

Demikian panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan pasein yang
aman, khususnya dalam rangka mencegah resiko-resiko yang ada dan mungkin terjadi dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu di Puskesmas Larangan.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan ditinjau kembali 2 sampai
3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi Puskesmas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2006, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient Safety)

Menteri Kesehatan RI, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1691/Menkes/PER/
VII/ 2011 tentang Keselamatn Pasien Rumah Sakit

DinKesProv. Jatim, 2013, Standart Puskesmas

18

Anda mungkin juga menyukai