Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN SERTA LIMBAHNYA DI RUMAH SAKIT
NASIONAL DIPONEGORO

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS DIPONEGORO
RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO
Jalan Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Pengertian ......................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................ 2
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................... 3
BAB III KEBIJAKAN ........................................................................... 4
BAB IV TATA LAKSANA ..................................................................... 5
A. Panduan Identifikasi B3 .................................................... 5
B. Panduan Pengadaan B3 .................................................... 6
C. Panduan Pengelolaan B3 ................................................... 7
D. Panduan Penyimpanan B3 ................................................ 7
E. Panduan Penggunaan B3 .................................................. 11
F. Panduan Penanganan B3 .................................................. 12
G. Panduan Pemasangan Simbol dan Label B3 ...................... 14
H. Pengelolaan Limbah B3 ..................................................... 19
I. Panduan Pembuangan Limbah B3 .................................... 21
J. Panduan Pemantauan dan Pelaporan Limbah B3 .............. 22
BAB V DOKUMENTASI ..................................................................... 24
BAB VI PENUTUP ............................................................................... 25
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO
NOMOR 87/UN7.9/HK/2022
TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SERTA
LIMBAHNYA DI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Nasional Diponegoro adalah salah satu rumah sakit yang
memberikan pelayanan langsung khususnya pelayanan kesehatan. Dalam
upaya memberikan pelayanannya, rumah sakit dituntut memberikan
pelayanan sebaik-baiknya dalam public service. Hal tersebut didasarkan bahwa
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dan
lebih bermutu seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi masyarakat. Meningkatnya tuntutan dapat dilihat dengan munculnya
kritik-kritik baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan
yang diberikan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka Rumah Sakit Nasional
Diponegoro perlu menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat terhadap
peningkatan pelayanan secara bertahap melalui upaya program dari proses
pengadaan, penyimpanan, pemindahan, penggunaan, penangan tumpahan
sampai pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian B3 tersebut sangat bervariasi
dari bahan yang bersifat mudah terbakar, korosif, iritatif, mudah meledak,
beracun, karsinogen, sitotoksik dan masih banyak lagi. Sehingga B3 sangat
perlu untuk dikelola dengan baik supaya aman bagi penghuni dan lingkungan
Rumah Sakit Nasional Diponegoro.

B. Pengertian
1. Lingkungan Rumah Sakit Nasional Diponegoro adalah semua area didalam
dan diluar gedung yang merupakan tempat kegiatan dan aktivitas Rumah
Sakit Nasional Diponegoro sesuai batas wilayah dan area Rumah Sakit
Nasional Diponegoro.
2. Masyarakat Rumah Sakit adalah semua orang yang berada di dalam area
Rumah Sakit tanpa terkecuali.
3. Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan Pemerintah dan
masyarakat, seperti rumah sakit, Puskesmas, praktik dokter, praktik bidan,
toko obat atau apotek, pedagang farmasi, pabrik obat dan bahan obat,
laboratorium, dan tempat kesehatan lainnya, antara lain pusat dan/atau
balai pengobatan, rumah bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
4. Pegawai adalah peneliti, teknisi, atau petugas yang secara langsung atau
tidak langsung menggunakan bahan berbahaya beracun
5. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3
adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain;

1
6. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah penyediaan
permintaan bahan-bahan B3 yang dibutuhkan unit-unit terkait kepada
bagian pengadaan dengan melampirkan surat tertulis yaitu pengajuan
pembelian.
7. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga
kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap
lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya;
8. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan;
9. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3;
10. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3
ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya;
11. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3;
12. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis B3;
13. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3
14. Limbah B3 Covid-19 adalah limbah yang dihasilkan dari penanganan pasien
konfirmasi Covid-19 meliputi : masker bekas, gaun medis sekali pakai,
sarung tangan medis bekas pelindung kepala, pelindung sepatu booth,
pelindung mata, pelindung wajah, limbah jarum suntik, sisa makanan,
limbah lain yang terkena cairan tumbuh, produk farmasi (obat kadaluarsa
dan sisa obat yang dikonsumsi), dan limbah yang dihasilkan dari
pelaksanaan uji sampel dan vaksinasi Covid-19 (peralatan laboratorium
terkontaminasi B3 dan kemasan produk farmasi)

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman dari risiko yang
dapat ditimbulkan oleh Bahan Berbahaya Beracun dan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun bagi pasien, karyawan, dan pengunjung serta
lingkungan di dalam RS maupun lingkungan di luar RS.
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan fasilitas yang aman dari risiko B3 dan limbahnya
b. Mengendalikan secara aman bahan berbahaya dan beracun serta
mengendalikan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan tata cara
pengelolaan yang ramah lingkungan.
c. Menanganggapi bila terjadi kedaruratan yang timbul dari B3 dan
limbahnya.

D. Manfaat
1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan citra yang baik
bagi RS Nasional Diponegoro
2. Dapat menangani, menyimpan, menggunakan dan membuang B3 dengan
aman dan ramah lingkungan.
3. Mengurangi kedaruratan yang timbul dari B3 dan limbahnya.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup panduan ini adalah pengelolaan bahan berbahaya dan


beracun dan limbahnya bagi pegawai Rumah Sakit Nasional Diponegoro.
Ruang lingkup sarana kerja, sebagai tempat pengelolaan bahan berbahaya d a n
b e r a c u n , peralatan, dan pekerja yang merupakan unsur dalam melaksanakan
kegiatan dengan menggunakan bahan kimia.
Ruang lingkup pengelolaan bahan berbahaya dan beracun mencakup
tentang:
A. Perencanaan Pangadaan B3
1. Evaluasi : B3 ada alternatif pengganti lain atau tidak
2. Permintaan B3 harus diinformasikan
3. Usulan jumlah B3 sesuai kebutuhan (mencegah kadaluarsa)
4. Ketentuan dalam kontrak pengadaan:
a. MSDS
b. Dikemas sesuai klasifikasi
c. Simbol dan label benar
d. Masa guna B3
B. Penerimaan B3
1. Panitia penerima barang : info POS penerimaan B3
2. Dokumen kontrak (aspek K3)
3. Waktu kadaluarsa
4. Cek kelengkapan komunikasi B3:
a. MSDS
b. CA (Certificate of Analysis)
c. CO (Certificate of Origin)
5. Kelengkapan kemasan:
a. Label
b. Simbol/karakteristik B3
C. Penyimpanan B3
1. Tempat penyimpanan harus sesuai ketentuan teknis
2. Tersedia POS
3. Tersedia fasilitas keselamatan
4. Tersedia fasilitas keamanan
5. Tersedia fasilitas kebersihan
D. Pengemasan Kembali B3
1. Dikemas/tapping sesuai kebutuhan harian/mingguan di unit kerja
2. Kemasan/tapping ditulis tanggal pembuatan dan kadaluarsa
3. Pada kemasan ditempel label dan symbol
4. Disiapkan MSDS B3 baru untuk unit kerja
5. Petugas pengemasan memakai APD lengkap
6. Pengaturan suhu ruangan pengemasan sesuai karakteristik B3
E. Distribusi
F. Penggunaan
G. Pembuangan
H. Pelaporan

3
BAB III
KEBIJAKAN

Kebijakan Bahan Berbahaya dan Beracun di Rumah Sakit Nasional


Diponegoro diberlakukan dengan cara :
A. Rumah Sakit Nasional Diponegoro tidak bisa mengelola sendiri limbah bahan
berbahaya dan beracun, maka Rumah Sakit Nasional Diponegoro akan
melakukan kerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
B. Rumah Sakit melakukan inventaris, penanganan, penyimpanan, dan
penggunaan bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan dan
limbah berbahaya.
Tata laksana kelola B3 adalah sistem manajemen pengelolaan B3
kegiatan meliputi fungsi - fungsi sebagai berikut :
1. Identifikasi B3
2. Pengadaan B3
3. Pengelolaan B3
4. Penyimpanan B3
5. Penggunaan B3
6. Penanganan B3
7. Pemasangan Simbol dan Label B3
8. Pengelolaan Limbah B3
9. Pembuangan Limbah B3
10. Pemantauan dan Pelaporan Limbah B3
C. Rumah Sakit memastikan bahwa setiap badan usaha yang menggunakan
bahan–bahan berbahaya harus mempunyai lembar data pengaman (MSDS)
D. Setiap bahan berbahaya beracun (B3) pada wadah atau kemasan
harus dicantumkan penandaan atau pelabelan paling sedikit memuat
keterangan mengenai: nama limbah B3; identitas penghasil limbah B3; tanggal
dihasilkannya Limbah B3; dan tanggal pengemasan limbah B3
E. Rumah Sakit memastikan bahwa bahan berbahaya dan beracun tersebut
terpisah dari bahan–bahan lain dan jauh dari api
F. Rumah Sakit harus mengetahui sifat dan karakteristik dari
penanganan, penyimpanan dan penggunaan B3
G. Setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), serta selalu
mengacu pada pencegahan, dan pengendalian infeksi

4
BAB IV
TATA LAKSANA

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun adalah panduan


pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) meliputi Tatalaksana Bahan
Berbahaya dan Beracun yang mencakup Prosedur Operasional Standar,
identifikasi B3, pengadaan B3, penyimpanan B3, pemasangan simbol dan label B3
penggunaan B3, penanganan B3, dan Prosedur Operasional Standar penanganan
tumpahan dan terpapar B3, hingga proses pembuangan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) dengan pihak ke III yang telah memperoleh izin dari Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) dan sesuai dengan peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
Tata laksana kelola B3 adalah sistem manajemen pengelolaan B3 kegiatan
meliputi fungsi - fungsi sebagai berikut:
A. Identifikasi B3
B. Pengadaan B3
C. Pengelolaan B3
D. Penyimpanan B3
E. Penggunaan B3
F. Penanganan B3
G. Pemasangan Simbol dan Label B3
H. Pengelolaan Limbah B3
I. Pembuangan Limbah B3
J. Pemantauan dan Pelaporan Limbah B3

A. Panduan Identifikasi B3
Tata laksana mengidentifikasi atau inventarisasi bahan berbahaya dan
beracun dengan melakukan telusur tiap bahan kimia tersebut apakah
termasuk dalam daftar atau golongan B3 sesuai dengan Permenkes No 66
tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sebagai berikut :
1. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel
radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung
materi bahan yang dilaluinya, misalnya : Ir.192, 1131, Tc99, Sa153, sinar X,
sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-lain.
2. Mudah meledak (explosive);
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan
suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan.
Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan
dapat menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala atau terbakar (flammable);
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan
pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik
nyala rendah (21°C).
4. Pengoksidasi (oxidizing);
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi
oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas (eksothermis).
5. Beracun (toxic);

5
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut.
6. Korosif (corrosive);
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja dan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun dengan temperature uji 55oC, mempunyai Ph sama atau kurang
dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
7. Mutagenik (mutagenic).
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti
dapat merubah genetika.
8. Teratogenik (teratogenic);
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio.
9. Bersifat iritasi (irritant);
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput
lender.
10. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan
atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang ditimbulkan, seperti
merusak lapisan ozon (misalnya CFC=Chlorofluorocarbon), persistent di
lingkungan (misalnya PCBs=Polychlorinated Biphenyls)
11. Gas Bertekanan (pressure gas)
Bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat
meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya
dapat menyebabkan kebakaran.
Sedangkan yang termasuk dalam limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) adalah sebagai berikut :
1. Infeksius
2. Benda tajam
3. Patologis
4. Bahan kimia kadaluawarsa, tumpahan, atau sisa kemasan
5. Radioaktif
6. Farmasi
7. Sitotoksik
8. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi
9. Tabung gas atau container bertekanan

B. Panduan Pengadaan B3
Uraian tentang pengadaan dan barang/jasa sebagai berikut:
1. Pengadaan barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Daerah/Institusi lainnya yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, yang menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah Perbekalan
Farmasi
2. Perbekalan farmasi adalah pengadaan sediaan farmasi yang terdiri dari
obat, bahan bat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis
dari penyedia barang
3. Pengadaan Perbekalan Farmasi termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)

6
4. Pengadaan langsung dilakukan terhadap pengadaan perbekalan farmasi
sesuai dengan Prosedur Operasional Standar (POS) Pengadaan Barang/Jasa
Rumah Sakit Nasional Diponegoro

C. Panduan Pengelolaan B3
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d
Permenkes No 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari
pajanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Identifikasi dan inventarisasi bahan berbahaya dan beracun di rumah sakit
a. Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
dan karakteristiknya.
Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya.
b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan inventarisasi, penyimpanan,
penanganan, penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
2. Menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (MSDS)
Informasi mengenai bahan-bahan berbahaya terkait dengan penanganan
yang aman, prosedur penanganan tumpahan, dan prosedur untuk
mengelola pemaparan sudah yang terbaru dan selalu tersedia
3. Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):
a. Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
b. Penyiram badan (body wash)
c. Pencuci mata (eyewash)
d. Alat Pelindung Diri (APD)
e. Rambu dan symbol bahan berbahaya dan beracun (B3)
f. Spill Kit
4. Pembuatan pedoman dan standar prosedur operasional pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang aman; dan
5. Penanganan keadaan darurat Bahan Berbahaya dan Beracun.

D. Panduan Penyimpanan B3
1. Penyimpanan Umum Bahan B3
a. Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar Aman dari pengaruh alam &
lingkungan:
1) Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik
2) Suhu ruangan terjaga konstan dan aman
3) Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap dan lain-lain)
b. Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan sebagai
berikut:
1) Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas
2) Penyusunan tidak melebihi batas maksimum (anjuran industri) agar
tidak roboh dan rapi (60;5;15)
3) Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat lewat
4) Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan
ditempatkan yg aman, tidak lembab, dan aman dari sumber panas
(listrik, api terbuka dan lain-lain)

7
c. Program “House keeping” secara periodik (Kebersihan, Kerapihan dan
Keselamatan)
d. Sarana K3 disiapkan dan digunakan
e. Selain petugas gudang dilarang masuk, dan harus menggunakan APD
f. Inspeksi secara periodik, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan,
peralatan dan sistem, segera lapor bila ada kondisi tidak aman kepada
atasan.
g. Penyimpanan B3 dilengkapi dengan Simbol dan /label B3 (Label isi,
safety, resiko bahaya) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama
2. Penyimpanan B3 golongan gas Medis
Penyimpanan B3 golongan gas Medis memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pewadahan dan penandaan
Mengikuti pola pewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar
dan akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
b. Kondisi ruangan
1) Bahan konstruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal
petir
2) Pengaturan suhu/panas/ cahaya
a) Suhu sejuk dan kering
b) Hindari cahaya langsung matahari
c) Hindarkan instalasi listrik, sumber panas
d) Hindarkan kenaikan suhu
3) Pengaturan udara
Ventilasi baik sehingga udara tersalurkan dengan baik dan suhu
ruangan tetap optimal.
c. Tata penyimpanan
1) Wadah disimpan pada posisi tegak
2) Jarak antara wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah
3) Cukup jarak antara 1 dengan lainnya
4) Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi
5) Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari ada isinya
d. Kesiapan penanggulangan
1) Dilakukan oleh petugas yang ahli dalam penanggulangan bahaya gas
Medik
2) Tersedia alat pemadam kebakaran
3) Tersedia P3K
4) Tersedia alat komunikasi
e. Lokasi
1) Lebih kurang 3x radius yang dapat dijangkau gas tersebut tanpa
tiupan angin kuat
2) Jauh dari pemukiman penduduk, jalan raya yang padat
f. Penanganan tekhnis pada bongkar muat
Mengikuti pola penanganan tehnis B3 yang berlaku sesuai dengan jenis
dan tingkat bahaya
g. Penanggulangan kasus bahan berbahaya
h. Bila terjadi tumpah, bocor hingga mencemari lingkungan, korban
langsung dan sebagainya maka harus mengikuti pola penanganan yang
berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
3. Penyimpanan B3 Explosif

8
Mengikuti Pola pewadahan dan penandaan B3 dengan benar dan teliti
sesuai dengan macam dan tingkat bahaya.
Kondisi ruangan sebagai berikut:
a. Bahan dan kondisi bangunan memiliki kontruksi yang kuat, tahan
ledakan, tahan api, tahan gempa
b. Lantai tidak lembab, bersih, bebas karat, bebas debu
c. Kedap air
d. Pintu dari bahan yang baik dan kuat disertai kunci
e. Terhindar dan terlindung dari getaran, dilengkapi dengan penangkal
petir
f. Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 gol Eksplosif dan
pemberitahuan dilarang merokok
4. Penyimpanan B3 Cairan Mudah Menyala
a. Pewadahan dan penandaan
1) Wadah/pembungkus/kemasan harus dapat melindungi isinya
terhadap saluran dari luar
2) Wadah/pembungkus/kemasan harus dapat bertahan terhadap daya
kemas isinya
3) Wadah harus tertutup dengan kedap / disegel
b. Kondisi ruangan
1) Bahan dan konstruksi bangunan :
2) Tahan terhadap B3 yang disimpan (tidak interaksi)
3) Mempunyai ventilasi secukupnya
4) Udaranya harus terisolir dari udara zat atau cairan mudah menyala
c. Beban dari sumber penyebab terjadinya bahaya
1) Wadah, tutup, kran, kemasan harus berfungsi baik
2) Mencegah terjadinya gangguan mekanik
3) Mencegah kotak langsung dengan B3
4) Mencegah kenaikan suhu dan cahaya yang berlebihan
5. Penyimpanan B3 Beracun
a. Pewadahan dan penandaan
Menggunakan kemasan anti bocor / mengikuti pola pewadaan dan
penandaan B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
b. Kondisi ruangan
1) Bahan dan konstruksi bangunan
2) Tahan terhadap B3 yang disimpan
3) Kedap air
4) Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar
5) Tertutup rapat dan dapat dikunci
6. Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3
Pengelolaan Limbah B3 di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
adalah kegiatan untuk mengelola dan menyimpan semua Limbah B3 yang
dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang seperti
jarum suntik, limbah infeksius, plabot infus bekas, spuit, lampu TL bekas,
aki bekas UPS, oli bekas, sludge IPAL, preparat, bahan kimia kadaluarsa,
obat kadaluarsa, catridge bekas, elektronik waste sebelum diserahkan
kepada pihak ketiga supaya tidak mencemari lingkungan.
7. Panduan Umum Tempat Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indoneseia Nomor 6 tahun 2021 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
9
Beracun adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh
Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3
yang dihasilkannya.
Tata cara Penyimpanan Limbah B3 meliputi :
a. Tempat Penyimpanan Limbah B3
1) Lokasi Penyimpanan limbah B3
Lokasi penyimpanan limbah B3 yang bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam (longsoran, bahaya gunung berapi, gempa mumi, sesar,
sink hole, amblesan (land subsidence), tsunami; dan/atau mud
volcano)
2) Fasilitas Penyimpanan Limbah B3
a) Bangunan;
b) Tangki dan/atau kontainer;
c) Silo;
d) Tempat tumpukan Limbah B3 (waste pile); dan/atau
e) Kolam penampungan Limbah B3 (waste impoundment)
3) Peralatan Penanggulangan Darurat
Peralatan penanggulangan keadaan darurat untuk fasilitas
Penyimpanan Limbah B3 yaitu dilengkapi dengan :
a) Sistem pendeteksi dan peralatan pemadam kebakaran; dan/atau
b) Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
b. Cara Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi ketentuan persyaratan
kemasan. Persyaratan kemasan, meliputi :
1) Menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik
yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah
B3;
2) Mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam
kemasan;
3) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan
saat dilakukan penyimpanan, pemindahan, dan/atau pengangkutan;
dan
4) Berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak.
Selain itu, Penyimpanan Limbah B3 harus memenuhi kaidah
kompatibilitas, yaitu mengelompokkan Limbah B3 sesuai denga
karakteristik Limbah B3. Beberapa macam karakteristik Limbah B3 yaitu:
1) Cairan mudah terbakar;
2) Padatan mudah terbakar;
3) Reaktif;
4) Mudah meledak;
5) Beracun;
6) Cairan mudah korosif;
7) Infeksius; dan
8) Berbahaya terhadap lingkungan.
c. Waktu Penyimpanan Limbah B3
Waktu Penyimpanan Limbah B3 paling lama berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 tahun
2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Untuk pengelolaan limbah B3 :

10
1) 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah
B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau
lebih;
2) 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram)
per hari untuk Limbah B3 kategori. Limbah Kategori 1 :
a) Memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif,
infeksius, dan/atau korosif;
b) Memiliki nilai konsentrasi zat pencemar lebih besar atau sama
dengan konsentrasi zat pencemar TCLP-A, untuk karakteristik
beracun melalui uji TCLP; dan/atau
c) Memiliki nilai LD50 lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima
puluh miligram per kilogram) berat badan hewan uji, untuk
karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50
3) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak
spesifik dan sumber spesifik umum;
a) Memiliki nilai konsentrasi zat pencemar yang memenuhi ketentuan:
(1) Lebih kecil atau sama dengan nilai konsentrasi zat pencemar
TCLP-A
(2) Lebih besar dari nilai konsentrasi zat pencemar TCLP-B,
Untuk karakteristik beracun melalui uji TCLP
b) Memiliki nilai LD50 yang memenuhi ketentuan:
(1) Lebih besar dari 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram)
berat badan hewan uji; dan
(2) Lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu
miligram per kilogram) berat badan hewan uji,
Untuk karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50
c) Memiliki karakteristik beracun melalui uji toksikologi sub-kronis
berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi
atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antar individu hewan uji,
dan histopatologis.
atau
4) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus.

E. Panduan Penggunaan B3
1. Perencanaan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
penggunaan B3 harus memperhatikan sebagai berikut :
a. Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan faktor resiko bahayanya,
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan P3K harus siap dan cukup
b. Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang berwenang
c. Peralatan kerja harus layak pakai
d. Metode kerja/cara pelaksanaan kerja/POS sudah aman dan efektif
e. Kelengkapan administrasi (perintah kerja, daftar B3 dan lain-lain)
2. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman dan tidak sesuai
dengan POS
3. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan
tanggung jawab dilakukan sebaik baiknya, laporkan situasi kondisi kerja
terlebih hal yang tidak aman
4. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja,
wadah sisa B3 hingga aman.

11
5. Lakukan P3K bila ada kecelekaan dan penanganan lebih lanjut

F. Panduan Penanganan B3
1. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat
menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda yang disebabkan
oleh suatu kejadian atau kondisi yang tidak terduga
2. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan
semenjak ia meninggalkan rumah kediaman sampai menuju ketempat
pekerjaannya, selama jam kerja, maupun sekembalinya dari tempat kerja
menuju rumah kediamannya melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian
rupa sehingga karyawan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah kejadian
kecelakaan itu tidak dapat melakukan pekerjaan.
3. Kedaruratan Penanggulangan B3 dan/atau Limbah B3 adalah suatu keadaan
bahaya yang mengancam keselamatan manusia, yang menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan memerlukan
tindakan penanggulangan sesegera mungkin untuk meminimalisasi
terjadinya tingkat pencemaran dan/atau kerusakan yang lebih parah
4. Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah dokumen
perencanaan sistem tanggap darurat yang memiliki komponen infrastruktur
dan fungsi penanggulangan.
5. Risiko Kecelakaan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah potensi
kejadian kecelakaan yang berkaitan dengan bahaya B3 dan karakteristik
Limbah B3, jumlah keberadaan, dan kondisi pelaksanaan persyaratan
Pengelolaan B3 dan Limbah B3.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 Tentang
Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan/Atau
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada pasal 3 menyebutkan :
1. Setiap Orang yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
menggunakan dan/atau membuang B3; dan/atau
2. Setiap Orang menghasilkan Limbah B3, pengumpul Limbah B3, pengangkut
Limbah B3, pemanfaat Limbah B3, pengolah Limbah B3, dan/atau penimbun
Limbah B3
Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 disusun
berdasarkan identifikasi Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah
B3. Identifikasi Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3
sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat informasi :
1. Jenis kegiatan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3;
2. Jenis industri;
3. Klasifikasi B3 dan/atau kategori dan karakteristik Limbah B3;
4. Jumlah B3 dan/atau Limbah B3;
5. Jumber Limbah B3;
6. Potensi ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia; dan
7. Potensi ancaman terhadap fungsi lingkungan hidup.
Mekanisme pelaksanaan penanggulangan secara utuh yang harus
dilaksanakan dalam merespon kejadian kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau
Limbah B3 mulai dari diterimanya laporan awal sampai dengan kedaruratan
dapat diatasi. Untuk alur kecelakaan kerja akibat dari B3 mengikuti Prosedur
Operasional Standar Pertolongan Pertama Saat Terpapar Bahan Beracun
Berbahaya serta Prosedur Operasional Standar Pencatatan dan Pelaporan
Kecelakaan Kerja.
12
Panduan penanganan tumpahan B3 dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum Mengatasi Tumpahan
Harus dipahami bahwa tumpahan pada area kerja harus dibersihkan
karena dapat menyebabkan kecelakaan akibat kontak dengan bahan
tumpahan. Kecelakaan yang ditimbulkan antara lain : keracunan akibat
menghirup uap bahan tersebut, korosif dan dapat menimbulkan kebakaran
dan ledakan jika bereaksi dengan bahan-bahan mudah terbakar, serta
menyebabkan kontaminasi oleh mikroba (untuk bahanbahan mikrobiologi).
2. Penanganan B3 tumpah secara umum adalah :
a. Identifikasi/Kenali lokasi terjadinya tumpah, jumlah bahan yang
tumpah, sifat kimia dan fisika tumpahan, sifat bahaya dan risiko
tumpahan dan mengetahui teknik aman penanganannya.
b. Pastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan,
pelindung mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu).
c. Cegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal
tersebut aman dilakukan.
d. Tangani (di tempat) dengan cara yang tepat. (Lihat MSDS)
e. Secara umum proses yang dilakukan adalah netralisasi.
f. Netralisasi dapat menggunakan basa (soda ash/lime) untuk tumpahan
yang bersifat asam dan
g. Larutan asam asetat untuk tumpahan yang bersifat basa.
h. Bahan yang paling umum digunakan untuk keadaan darurat apabila
terjadi tumpahan adalah pasir, tanah, natrium karbonat dan kapur
i. Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan dengan
air, sabun detergen, atau pembersih lain yang sesuai dengan bahan
pengotornya.
j. Untuk penanganan yang lebih detail pada masing-masing bahan dapat
dilihat di dalam “Material Safety Data Sheet” (MSDS).
3. Langkah Selanjutnya Setelah Pembersihan tumpahan B3
a. Simpan semua limbah pada tempatnya yang sesuai kemudian tutup
untuk penanganan lebih lanjut
b. Bersihkan pastikan kembali area tersebut telah bersih dan aman.
c. Bersihkan area/meja kerja segera setelah terjadi tumpahan zat/ bahan
kimia.
d. Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut cukup/sangat berbahaya,
selain dibersihkan dengan lap, tangan harus dilindungi dengan sarung
tangan dan Alat Pelindung Diri (APD) lainnya : masker dan sepatu
pelindung)
4. Panduan penanganan terpapar B3 pada kulit
a. Penanganan bila terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya pada
Pekerja, Bila Terkena Kulit dan Rambut
b. Membawa segera pekerja yang terkontaminasi menuju sumber air
terdekat dan lepaskan seluruh pakaian yang menutup bagian yang
terkontaminasi
c. Membasahi atau menyiram pekerja yang terkontaminasi dengan air (bila
mungkin air mengali ratau air pancuran atau shower).
d. Membersihkan kontaminasi dengan sabun jika ada
e. Mempergunakan sarung tangan/baju pelindung untuk melindungi diri
dari kontaminan bahan kimia yang dibersihkan (beberapa bahan kimia
yang melepas uap berbahaya bagi pernafasan, pastikan tidak
menghirupnya)
13
f. Membawa pekerja yang terkontaminasi ke IGD bila memerlukan
pertolongan medis lebih jauh
g. Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Komite K3 Rumah Sakit

Gambar.1 Petunjuk membersihkan B3 terpapar pada kulit atau


kepala
2. Panduan penanganan terpapar B3 pada mata
a. Penanggulangan bila terjadi kontaminasi bahan-bahan berbahaya pada
pekerja, bila terkena mata :
1) Membaringkan dan memposisikan pekerja yang terkontaminasi
dengan posisi kepala menengadah dan miring ke arah mata yang
terkontaminasi
2) Membersihkan segera bahan kimia yang mengenai mata dengan
sejumlah air yang dingin dan bersih selama 15–20 menit
3) Memastikan air yang di siram menjauhi muka dan tidak
mengenai mata sebelahnya
4) Memastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal ketika menyiram
di sekitar kulit, alis dan kelopak mata

Gambar.2 Membersihkan Mata dengan air Shower

5) Memastikan pekerja yang terkontaminasi tidak menggosok matanya


6) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke Instalasi Gawat Darurat
bila memerlukan pertolongan medis lebih jauh Melaporkan kejadian
kecelakaan kerja ke Komite K3 Rumah Sakit melalui Instalasi Gawat
Darurat

G. Panduan Pemasangan Simbol dan Label B3


Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang
terdiri dari 10 jenis simbol. Simbol yang dipasang pada kemasan disesuaikan
dengan ukuran kemasan.
Simbol limbah B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik
limbah B3. Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan
dan bahan kimia yang akan mengenainya.
1. Pelabelan Bahan Berbahaya dan Beracun
a. Bentuk dasar, ukuran dan bahan
Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga
membentuk belah ketupat berwarna dasar putih dan garis tepi belah
ketupat tebal berwarna merah.
Simbol yang dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran
kemasan. Sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut dan tempat
penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25 cm.
14
Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan
dan bahan kimia yang akan mengenainya. Warna simbol untuk
dipasang di kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus
dengan cat yang dapat berpendar (fluorenscence).

b. Jenis Simbol B3
1) Simbol B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive)

2) Simbol B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing)

3) Simbol B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable)

4) Simbol B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic)

5) Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful)

6) Simbol B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)

7) Simbol B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive)

15
8) Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous
for environment)

9) Simbol B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogonik dan


mutagenik (carcinogenik, tetragenic, mutagenic)

10) Simbol B3 klasifikasi bersifat gas bertekanan (pressure gas)

2. Pelabelan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


a. Simbol Limbah B3
Setiap simbol limbah B3 adalah satu gambar tertentu untuk
menandakan karakteristik Limbah B3 dalam suatu pengemasan,
penyimpanan, pengumpulan, atau pengangkutan. Simbol Limbah B3
yang ada di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang sesuai dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 tahun 2013 tentang
Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yaitu sebagai
berikut :
1) Bentuk dasar simbol limbah B3
Bentuk dasar simbol adalah bujur sangkar dengan sudut putar
45°sehingga membentuk belah ketupat.Keempat sisi belah ketupat
tersebut dibuat garis sejajar yang menyambung sehingga
membentuk bidang belah ketupat. Warna garis yang membentuk
belah ketupat sama dengan warna gambar simbol. Pada bagian
bawah simbol terdapat blok segilima dengan bagian atas mendatar
dan sudut terlancip berhimpit dengan garis sudut bawah belah
ketupat bagian dalam. Panjang garis bagian sudut terlancip adalah
1/3 dari garis vertikal simbol dengan lebar ½ dari panjang garis
horizontal belah ketupat.
Ukuran simbol yang dipasang pada kemasan minimal
berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol pada kendaraan
pengangkut B-3/limbah B-3 dan tempat penyimpanan minimal 25
cm x 25 cm. Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap
goresan dan atau bahan kimia yang kemungkinan akan

16
mengenainya. Warna simbol kendaraan pengangkut B-3/limbah B-3
harus dengan cat yang dapat berpendar (fluorescence).

2) Simbol Limbah B3 untuk limbah B3 Mudah Meledak

3) Simbol Limbah B3 untuk Limbah Mudah Menyala


a) Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berupa cairan mudah
menyala

b) Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berupa padatan mudah


menyala
4) Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 reaktif

5) Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 beracun

6) Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 Korosif

7) Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 Infeksius

8) Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berbahaya terhadap perairan

17
b. Label Limbah B3
1) Label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan Limbah B3

2) Label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan Limbah B3


kosong

3) Label Limbah B3 untuk penunjuk tutup wadah dan/atau kemasan

c. Simbol pada kemasan dan/atau wadah Limbah B3


Warna
No Kategori Kontainer/Kantong Lambang Keterangan
Plastik
RS Nasional
Diponegoro
tidak
1 Radioaktif Merah
menghasilkan
limbah
radiologi
Diolah oleh
Infeksius dan pihak ketiga
2 Kuning
limbah patologis

RS Nasional
Diponegoro
3 Sitoksik Ungu tidak
menghasilkan

18
limbah
sitoksik
dikarenakan
tidak ada
pelayanan
kemoterapi
Limbah Kimia Diolah oleh
kadaluarsa, pihak ketiga
tumpahan, atau
4 Cokelat -
sisa kemasan
dan limbah
farmasi

H. Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan menurut berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2021 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Untuk pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Nasional Diponegoro ada yang
dikelola sendiri dan bekerja sama dengan pihak ketiga.
Jenis Limbah Pengelolaan
Limbah infeksius Dimasukkan dalam plastik
kuning  di serahkan ke pihak
ketiga
Jarum suntik Masukan dalam Safety box
Bahan Kimia kadaluarsa (sisa Diserahkan ke pihak ketiga
reagen)
Obat kadaluarsa Diserahkan ke pihak ketiga
Plabot infus Dikumpulkan dalam kantong
plastik kuning  disimpan di
TPS  diserahkan kepada
pihak ketiga
Lampu TL bekas Dikumpulkan dalam kardus
 disimpan di TPS  pihak
ketiga yang sudah memiliki
ijin resmi dari KLH
Aki bekas UPS Disimpan dalam TPS
Oli bekas Dikumpulkan dalam drum
Sludge IPAL Dikeringkan di bak
pengeringan dikumpulkan
dalam karung  TPS  pihak
ketiga
Preparat Dikumpulkan dalam kardus
 disimpan di laborat PA 
disimpan ke TPS  pihak
ketiga
Catridge bekas Dikumpulkan dalam kardus
 kirim ke TPS  serahkan
ke pihak ketiga
19
1. Pengelolaan Limbah Padat
Sampah di Rumah Sakit Nasional Diponegoro dibedakan menjadi sampah
infeksius, sampah non infeksius dan sampah benda tajam dan jarum
suntik.
a. Sampah infeksius
Sampah infeksius dimasukkan ke dalam plastik warna kuning.
Sedangkan untuk semua sampah benda tajam seperti jarum suntik,
jarum jahit, silet, pisau skalpel di masukan ke dalam safety box
kemudian disimpan di tempat penampungan sementara dan di
serahkan ke pihak ketiga. Adapun kelengkapan berkas yang harus
dimiliki dari pihak penanganan limbah B3 pengangkut, pengolah atau
penimbun meliputi izin alat pengolah limbah B3 dan kelengkapan
perizinan serta bukti kontrak kerjasama (MoU) antara Rumah Sakit
Nasional Diponegoro dengan pihak ketiga.
b. Sampah non infeksius
Sampah non infeksius disimpan di TPS non Infeksius untuk
selanjutnya di angkut ke TPA.
Kantong berwarna hitam, ada tulisan “Sampah Non Infeksius”
Pengelolaan Limbah B3 di TPS Limbah B3 Rumah Sakit Nasional
Diponegoro.
2. Pengelolaan Limbah Cair
Semua limbah cair di Rumah Sakit Nasional Diponegoro diolah di
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan untuk air limbahnya akan
dilakukan pemeriksaan 1 bulan sekali untuk inlet maupun outlet oleh
laboratorium terakreditasi.
3. Limbah B3 Covid-19
Limbah B3 Covid-19 yaitu limbah yang berasal dari penanganan
pasien Covid-19 di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang dianggap
sebagai limbah infeksius.
Terhadap Limbah B3 Covid-19 di Rumah Sakit nasional Diponegoro
Semarang dilakukan pengelolaan sebagai berikut :
a. Melakukan penyemprotan disinfektan terhadap limbah sebelum
melakukan pengemasan diruangan sumber sebelum dibawa ke TPS
Limbah B3
b. Melakukan pemisahan/pemilahan Limbah B3 Covid-19 dari Limbah
B3 lainnya
c. Pengemasan dengan kemasan dengan kantong plastik berwarna
kuning yang tertutup, tidak bocor dan kedap udara dan dibawa ke TPS
Limbah B3
d. Di TPS Limbah B3 diletakkan pada tempat yang berbeda dan/atau
tersendiri dengan limbah B3 infeksius.
Pengelolaan Limbah B3 non medis di TPS Limbah B3 Rumah Sakit
Nasional Diponegoro sebagai berikut :
1. Semua Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit seperti baterai
bekas, obat dan bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas,
lampu bekas, baterai, cairan fixer dan developer, wadah cat bekas (untuk
cat yg mengandung zat toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge printer
bekas, film rontgen bekas, motherboard komputer bekas, dan lainnya
disimpan di TPS Limbah B3.
2. Simpan di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
20
3. Timbang semua Limbah B3
4. Diserahkan Limbah B3 ke pihak ketiga dengan adanya bukti pemusnahan.

I. Panduan Pembuangan Limbah B3


Limbah B3 infeksius dan non infeksius yang terdapat didalam TPS RS
dikirim ke pihak ketiga yang telah mendapat ijin untuk melakukan
pengolahan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Panduan tentang pembuangan limbah B3 di Rumah Sakit Nasional
Diponegoro Semarang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7
tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, meliputi :
1. Tahapan penanganan limbah B3 harus dilengkapi dengan Prosedur
Operasional Standar (POS) dan dilakukan pemutakhiran secara berkala
dan berkesinambungan.
2. POS penanganan limbah B3 disosialisasikan kepada kepala dan staf unit
kerja yang terkait dengan limbah B3 di rumah sakit.
3. Khusus untuk limbah B3 tumpahan dilantai atau dipermukaan lain di
ruangan seperti tumpahan darah dan cairan tubuh, tumpahan cairan
bahan kimia berbahaya, tumpahan cairan mercury dari alat kesehatan dan
tumpahan sitotoksik harus dibersihkan menggunakan perangkat alat
pembersih (spill kit) atau dengan alat dan metode pembersihan lain yang
memenuhi syarat. Hasil pembersihan limbah B3 tersebut ditempatkan
pada wadah khusus dan penanganan selanjutnya diperlakukan sebagai
limbah B3, serta dilakukan pencatatan dan pelaporan kepada Instalasi
Sanitasi dan IPAL dan/atau Komite K3.
4. Perangkat alat pembersih (spill kit) atau alat metode pembersih lain untuk
limbah B3 harus selalu disiapkan di ruangan sumber dan dilengkapi cara
penggunaan dan data keamanan bahan (MSDS).
5. Pewadahan limbah B3 diruangan sumber sebelum dibawa ke TPS Limbah
B3 ditempatkan pada tempat/wadah khusus yang kuat dan anti karat dan
kedap air, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, dilengkapi
penutup, dilengkapi dengan simbol B3 (di RS Nasional Diponegoro tempat
yang digunakan berupa tempat sampah beroda) dan diletakkan pada
tempat yang jauh dari jangkauan orang umum.
6. Limbah B3 di ruangan sumber yang diserahkan atau diambil petugas
limbah B3 Rumah Sakit Nasional Diponegoro untuk dibawa ke TPS limbah
B3, dilengkapi dengan berita acara penyerahan, yang minimal berisi hari
dan tanggal penyerahan, asal limbah (lokasi sumber), jenis limbah B3,
bentuk limbah B3, volume limbah B3 yaitu berupa logbook dan cara
pewadahan/pengemasan limbah B3.
7. Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS limbah B3
menggunakan kereta angkut khusus berbahan kedap air, mudah
dibersihkan, dilengkapi penutup, tahan karat dan bocor (tempat sampah
beroda berwarna kuning). Pengangkutan limbah tersebut menggunakan
jalur (jalan) khusus yang jauh dari kepadatan orang di ruangan rumah
sakit. Sehubungan di Rumah sakit Nasional Diponegoro belum tersedia
jalur khusus untuk pengangkutan limbah B3, sehingga memberlakukan
jam pengangkutan limbah B3.
8. Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS dilakukan oleh
petugas yang sudah mendapatkan pelatihan penanganan limbah B3 dan
petugas harus menggunakan pakaian dan alat pelindung diri yang
memadai.
21
Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan cara:
1. Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila tahap
pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pihak pengolah atau penimbun
limbah B3 dengan pengangkutan menggunakan jasa pengangkutan limbah
B3 (transporter limbah B3).
2. Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan POS dan dapat
dilakukan pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.
3. Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian kerjasama
secara three parted yang ditandatangani oleh pimpinan dari pihak rumah
sakit, pihak pengangkut limbah B3 dan pengolah atau penimbun limbah
B3.
Rumah sakit harus memastikan bahwa :
1. Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3 memiliki
perizinan yang lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Izin yang dimiliki oleh pengolah maupun pengangkut harus
sesuai dengan jenis limbah yang dapat diolah/diangkut.
2. Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut limbah B3 yang
digunakan pihak pengangkut limbah B3 harus sesuai dengan yang
tercantum dalam perizinan pengangkutan limbah B3 yang dimiliki.
3. Setiap pengiriman limbah B3 dari rumah sakit ke pihak pengolah atau
penimbun, harus disertakan manifest limbah B3 yang ditandatangani dan
stempel oleh pihak rumah sakit, pihak pengangkut dan pihak
pengolah/penimbun limbah B3 dan diarsip oleh pihak rumah sakit.
4. Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh pihak pengangkut
limbah B3.
5. Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai, dilengkapi
simbol limbah B3 dan nama pihakpengangkut limbah B3.
Lamanya penyimpanan limbah B3 untuk jenis limbah dengan
karakteristik infeksius, benda tajam dan patologis di rumah sakit sebelum
dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau
Penimbunan Limbah B3, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam harus disimpan
pada TPS dengan suhu lebih kecil atau sama dengan 0°C (nol derajat
celsius) dalam waktu sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari.
2. Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam dapat disimpan
pada TPS dengan suhu 3 sampai dengan 8°C (delapan derajat celsius) dalam
waktu sampai dengan 7 (tujuh) hari.
Sedang untuk limbah B3 bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa
kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang memiliki
kandungan logam berat tinggi, dan tabung gas atau kontainer bertekanan,
dapat disimpan di tempat penyimpanan Limbah B3 dengan ketentuan paling
lama sebagai berikut :
1. 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg
(lima puluh kilogram) per hari atau lebih; atau
2. 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang
dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 1, sejak
Limbah B3 dihasilkan.

J. Panduan Pemantauan dan Pelaporan Limbah B3


Aspek yang dipantau pada limbah cair B3 adalah metode penanganan
dan penyimpanan, kuantitas limbah cair B3 yang disimpan dan kemungkinan
22
adanya tumpahan limbah ke lingkungan sekitar. Pemantauan tersebut
dilaksanakan secara berkala setiap bulan. Pada limbah padat, cara
pemantauan yang dilakukan dengan mencatat inventaris dan inspeksi untuk
memastikan waktu penyimpanan B3 tidak boleh melebihi waktu 90 hari atau 3
bulan sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan kuantitas yang diangkut oleh
pihak ketiga serta manifest limbah B3 sudah dapat diakses berupa Festronik
dan aplikasi Pelaporan Kinerja Pengelolaan Limbah B3 Online (SIRAJA Limbah)
dalam Sistem Pelaporan Elektronik Lingkungan Hidup (SIMPEL)
Rumah sakit menyampaikan laporan limbah B3 minimum setiap 1 (satu)
kali per 3 (tiga) bulan. Laporan ditujukan kepada instansi pemerintah sesuai
ketentuan yang ditetapkan. Instansi pemerintah tersebut bisa Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas atau Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota.
Isi laporan berisi :
1. Skema penanganan limbah B3, izin alat pengolah limbah B3, dan bukti
kontrak kerjasama (MoU) dan kelengkapan perizinan bila penanganan
limbah B3 diserahkan kepada pihak pengangkut, pengolah atau penimbun.
2. Logbook limbah B3 selama bulan periode laporan.
3. Neraca air limbah selama bulan periode laporan.
4. Lampiran manifest limbah B3 sesuai dengan kode lembarannya
5. Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan bukti tanda terima
laporan.

23
BAB V
DOKUMENTASI

Setiap petugas dalam melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan


beracun wajib melakukan administrasi yang sudah disediakan mulai dari
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penggunaan ataupun jika terjadi
tumpahan B3 sampai dengan pemusnahan. Hal ini dilakukan sebagai bukti
bahwa Rumah Sakit Nasional Diponegoro melakukan pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun dengan baik.

24

Anda mungkin juga menyukai