BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Nasional Diponegoro adalah salah satu rumah sakit yang
memberikan pelayanan langsung khususnya pelayanan kesehatan. Dalam
upaya memberikan pelayanannya, rumah sakit dituntut memberikan
pelayanan sebaik-baiknya dalam public service. Hal tersebut didasarkan bahwa
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dan
lebih bermutu seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi masyarakat. Meningkatnya tuntutan dapat dilihat dengan munculnya
kritik-kritik baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan
yang diberikan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka Rumah Sakit Nasional
Diponegoro perlu menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat terhadap
peningkatan pelayanan secara bertahap melalui upaya program dari proses
pengadaan, penyimpanan, pemindahan, penggunaan, penangan tumpahan
sampai pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian B3 tersebut sangat bervariasi
dari bahan yang bersifat mudah terbakar, korosif, iritatif, mudah meledak,
beracun, karsinogen, sitotoksik dan masih banyak lagi. Sehingga B3 sangat
perlu untuk dikelola dengan baik supaya aman bagi penghuni dan lingkungan
Rumah Sakit Nasional Diponegoro.
B. Pengertian
1. Lingkungan Rumah Sakit Nasional Diponegoro adalah semua area didalam
dan diluar gedung yang merupakan tempat kegiatan dan aktivitas Rumah
Sakit Nasional Diponegoro sesuai batas wilayah dan area Rumah Sakit
Nasional Diponegoro.
2. Masyarakat Rumah Sakit adalah semua orang yang berada di dalam area
Rumah Sakit tanpa terkecuali.
3. Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan Pemerintah dan
masyarakat, seperti rumah sakit, Puskesmas, praktik dokter, praktik bidan,
toko obat atau apotek, pedagang farmasi, pabrik obat dan bahan obat,
laboratorium, dan tempat kesehatan lainnya, antara lain pusat dan/atau
balai pengobatan, rumah bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
4. Pegawai adalah peneliti, teknisi, atau petugas yang secara langsung atau
tidak langsung menggunakan bahan berbahaya beracun
5. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3
adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain;
1
6. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah penyediaan
permintaan bahan-bahan B3 yang dibutuhkan unit-unit terkait kepada
bagian pengadaan dengan melampirkan surat tertulis yaitu pengajuan
pembelian.
7. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga
kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap
lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya;
8. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan;
9. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3;
10. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3
ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya;
11. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3;
12. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis B3;
13. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3
14. Limbah B3 Covid-19 adalah limbah yang dihasilkan dari penanganan pasien
konfirmasi Covid-19 meliputi : masker bekas, gaun medis sekali pakai,
sarung tangan medis bekas pelindung kepala, pelindung sepatu booth,
pelindung mata, pelindung wajah, limbah jarum suntik, sisa makanan,
limbah lain yang terkena cairan tumbuh, produk farmasi (obat kadaluarsa
dan sisa obat yang dikonsumsi), dan limbah yang dihasilkan dari
pelaksanaan uji sampel dan vaksinasi Covid-19 (peralatan laboratorium
terkontaminasi B3 dan kemasan produk farmasi)
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman dari risiko yang
dapat ditimbulkan oleh Bahan Berbahaya Beracun dan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun bagi pasien, karyawan, dan pengunjung serta
lingkungan di dalam RS maupun lingkungan di luar RS.
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan fasilitas yang aman dari risiko B3 dan limbahnya
b. Mengendalikan secara aman bahan berbahaya dan beracun serta
mengendalikan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan tata cara
pengelolaan yang ramah lingkungan.
c. Menanganggapi bila terjadi kedaruratan yang timbul dari B3 dan
limbahnya.
D. Manfaat
1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan citra yang baik
bagi RS Nasional Diponegoro
2. Dapat menangani, menyimpan, menggunakan dan membuang B3 dengan
aman dan ramah lingkungan.
3. Mengurangi kedaruratan yang timbul dari B3 dan limbahnya.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
BAB III
KEBIJAKAN
4
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Panduan Identifikasi B3
Tata laksana mengidentifikasi atau inventarisasi bahan berbahaya dan
beracun dengan melakukan telusur tiap bahan kimia tersebut apakah
termasuk dalam daftar atau golongan B3 sesuai dengan Permenkes No 66
tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sebagai berikut :
1. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel
radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung
materi bahan yang dilaluinya, misalnya : Ir.192, 1131, Tc99, Sa153, sinar X,
sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-lain.
2. Mudah meledak (explosive);
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan
suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan.
Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan
dapat menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala atau terbakar (flammable);
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan
pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik
nyala rendah (21°C).
4. Pengoksidasi (oxidizing);
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi
oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas (eksothermis).
5. Beracun (toxic);
5
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut.
6. Korosif (corrosive);
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja dan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun dengan temperature uji 55oC, mempunyai Ph sama atau kurang
dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
7. Mutagenik (mutagenic).
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti
dapat merubah genetika.
8. Teratogenik (teratogenic);
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio.
9. Bersifat iritasi (irritant);
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput
lender.
10. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan
atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang ditimbulkan, seperti
merusak lapisan ozon (misalnya CFC=Chlorofluorocarbon), persistent di
lingkungan (misalnya PCBs=Polychlorinated Biphenyls)
11. Gas Bertekanan (pressure gas)
Bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat
meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya
dapat menyebabkan kebakaran.
Sedangkan yang termasuk dalam limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) adalah sebagai berikut :
1. Infeksius
2. Benda tajam
3. Patologis
4. Bahan kimia kadaluawarsa, tumpahan, atau sisa kemasan
5. Radioaktif
6. Farmasi
7. Sitotoksik
8. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi
9. Tabung gas atau container bertekanan
B. Panduan Pengadaan B3
Uraian tentang pengadaan dan barang/jasa sebagai berikut:
1. Pengadaan barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Daerah/Institusi lainnya yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, yang menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah Perbekalan
Farmasi
2. Perbekalan farmasi adalah pengadaan sediaan farmasi yang terdiri dari
obat, bahan bat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis
dari penyedia barang
3. Pengadaan Perbekalan Farmasi termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)
6
4. Pengadaan langsung dilakukan terhadap pengadaan perbekalan farmasi
sesuai dengan Prosedur Operasional Standar (POS) Pengadaan Barang/Jasa
Rumah Sakit Nasional Diponegoro
C. Panduan Pengelolaan B3
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d
Permenkes No 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari
pajanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Identifikasi dan inventarisasi bahan berbahaya dan beracun di rumah sakit
a. Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
dan karakteristiknya.
Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya.
b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan inventarisasi, penyimpanan,
penanganan, penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
2. Menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (MSDS)
Informasi mengenai bahan-bahan berbahaya terkait dengan penanganan
yang aman, prosedur penanganan tumpahan, dan prosedur untuk
mengelola pemaparan sudah yang terbaru dan selalu tersedia
3. Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):
a. Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
b. Penyiram badan (body wash)
c. Pencuci mata (eyewash)
d. Alat Pelindung Diri (APD)
e. Rambu dan symbol bahan berbahaya dan beracun (B3)
f. Spill Kit
4. Pembuatan pedoman dan standar prosedur operasional pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang aman; dan
5. Penanganan keadaan darurat Bahan Berbahaya dan Beracun.
D. Panduan Penyimpanan B3
1. Penyimpanan Umum Bahan B3
a. Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar Aman dari pengaruh alam &
lingkungan:
1) Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik
2) Suhu ruangan terjaga konstan dan aman
3) Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap dan lain-lain)
b. Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan sebagai
berikut:
1) Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas
2) Penyusunan tidak melebihi batas maksimum (anjuran industri) agar
tidak roboh dan rapi (60;5;15)
3) Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat lewat
4) Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan
ditempatkan yg aman, tidak lembab, dan aman dari sumber panas
(listrik, api terbuka dan lain-lain)
7
c. Program “House keeping” secara periodik (Kebersihan, Kerapihan dan
Keselamatan)
d. Sarana K3 disiapkan dan digunakan
e. Selain petugas gudang dilarang masuk, dan harus menggunakan APD
f. Inspeksi secara periodik, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan,
peralatan dan sistem, segera lapor bila ada kondisi tidak aman kepada
atasan.
g. Penyimpanan B3 dilengkapi dengan Simbol dan /label B3 (Label isi,
safety, resiko bahaya) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama
2. Penyimpanan B3 golongan gas Medis
Penyimpanan B3 golongan gas Medis memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pewadahan dan penandaan
Mengikuti pola pewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar
dan akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
b. Kondisi ruangan
1) Bahan konstruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal
petir
2) Pengaturan suhu/panas/ cahaya
a) Suhu sejuk dan kering
b) Hindari cahaya langsung matahari
c) Hindarkan instalasi listrik, sumber panas
d) Hindarkan kenaikan suhu
3) Pengaturan udara
Ventilasi baik sehingga udara tersalurkan dengan baik dan suhu
ruangan tetap optimal.
c. Tata penyimpanan
1) Wadah disimpan pada posisi tegak
2) Jarak antara wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah
3) Cukup jarak antara 1 dengan lainnya
4) Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi
5) Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari ada isinya
d. Kesiapan penanggulangan
1) Dilakukan oleh petugas yang ahli dalam penanggulangan bahaya gas
Medik
2) Tersedia alat pemadam kebakaran
3) Tersedia P3K
4) Tersedia alat komunikasi
e. Lokasi
1) Lebih kurang 3x radius yang dapat dijangkau gas tersebut tanpa
tiupan angin kuat
2) Jauh dari pemukiman penduduk, jalan raya yang padat
f. Penanganan tekhnis pada bongkar muat
Mengikuti pola penanganan tehnis B3 yang berlaku sesuai dengan jenis
dan tingkat bahaya
g. Penanggulangan kasus bahan berbahaya
h. Bila terjadi tumpah, bocor hingga mencemari lingkungan, korban
langsung dan sebagainya maka harus mengikuti pola penanganan yang
berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
3. Penyimpanan B3 Explosif
8
Mengikuti Pola pewadahan dan penandaan B3 dengan benar dan teliti
sesuai dengan macam dan tingkat bahaya.
Kondisi ruangan sebagai berikut:
a. Bahan dan kondisi bangunan memiliki kontruksi yang kuat, tahan
ledakan, tahan api, tahan gempa
b. Lantai tidak lembab, bersih, bebas karat, bebas debu
c. Kedap air
d. Pintu dari bahan yang baik dan kuat disertai kunci
e. Terhindar dan terlindung dari getaran, dilengkapi dengan penangkal
petir
f. Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 gol Eksplosif dan
pemberitahuan dilarang merokok
4. Penyimpanan B3 Cairan Mudah Menyala
a. Pewadahan dan penandaan
1) Wadah/pembungkus/kemasan harus dapat melindungi isinya
terhadap saluran dari luar
2) Wadah/pembungkus/kemasan harus dapat bertahan terhadap daya
kemas isinya
3) Wadah harus tertutup dengan kedap / disegel
b. Kondisi ruangan
1) Bahan dan konstruksi bangunan :
2) Tahan terhadap B3 yang disimpan (tidak interaksi)
3) Mempunyai ventilasi secukupnya
4) Udaranya harus terisolir dari udara zat atau cairan mudah menyala
c. Beban dari sumber penyebab terjadinya bahaya
1) Wadah, tutup, kran, kemasan harus berfungsi baik
2) Mencegah terjadinya gangguan mekanik
3) Mencegah kotak langsung dengan B3
4) Mencegah kenaikan suhu dan cahaya yang berlebihan
5. Penyimpanan B3 Beracun
a. Pewadahan dan penandaan
Menggunakan kemasan anti bocor / mengikuti pola pewadaan dan
penandaan B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
b. Kondisi ruangan
1) Bahan dan konstruksi bangunan
2) Tahan terhadap B3 yang disimpan
3) Kedap air
4) Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar
5) Tertutup rapat dan dapat dikunci
6. Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3
Pengelolaan Limbah B3 di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
adalah kegiatan untuk mengelola dan menyimpan semua Limbah B3 yang
dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang seperti
jarum suntik, limbah infeksius, plabot infus bekas, spuit, lampu TL bekas,
aki bekas UPS, oli bekas, sludge IPAL, preparat, bahan kimia kadaluarsa,
obat kadaluarsa, catridge bekas, elektronik waste sebelum diserahkan
kepada pihak ketiga supaya tidak mencemari lingkungan.
7. Panduan Umum Tempat Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indoneseia Nomor 6 tahun 2021 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
9
Beracun adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh
Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3
yang dihasilkannya.
Tata cara Penyimpanan Limbah B3 meliputi :
a. Tempat Penyimpanan Limbah B3
1) Lokasi Penyimpanan limbah B3
Lokasi penyimpanan limbah B3 yang bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam (longsoran, bahaya gunung berapi, gempa mumi, sesar,
sink hole, amblesan (land subsidence), tsunami; dan/atau mud
volcano)
2) Fasilitas Penyimpanan Limbah B3
a) Bangunan;
b) Tangki dan/atau kontainer;
c) Silo;
d) Tempat tumpukan Limbah B3 (waste pile); dan/atau
e) Kolam penampungan Limbah B3 (waste impoundment)
3) Peralatan Penanggulangan Darurat
Peralatan penanggulangan keadaan darurat untuk fasilitas
Penyimpanan Limbah B3 yaitu dilengkapi dengan :
a) Sistem pendeteksi dan peralatan pemadam kebakaran; dan/atau
b) Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
b. Cara Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi ketentuan persyaratan
kemasan. Persyaratan kemasan, meliputi :
1) Menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik
yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah
B3;
2) Mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam
kemasan;
3) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan
saat dilakukan penyimpanan, pemindahan, dan/atau pengangkutan;
dan
4) Berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak.
Selain itu, Penyimpanan Limbah B3 harus memenuhi kaidah
kompatibilitas, yaitu mengelompokkan Limbah B3 sesuai denga
karakteristik Limbah B3. Beberapa macam karakteristik Limbah B3 yaitu:
1) Cairan mudah terbakar;
2) Padatan mudah terbakar;
3) Reaktif;
4) Mudah meledak;
5) Beracun;
6) Cairan mudah korosif;
7) Infeksius; dan
8) Berbahaya terhadap lingkungan.
c. Waktu Penyimpanan Limbah B3
Waktu Penyimpanan Limbah B3 paling lama berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 tahun
2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Untuk pengelolaan limbah B3 :
10
1) 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah
B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau
lebih;
2) 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram)
per hari untuk Limbah B3 kategori. Limbah Kategori 1 :
a) Memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif,
infeksius, dan/atau korosif;
b) Memiliki nilai konsentrasi zat pencemar lebih besar atau sama
dengan konsentrasi zat pencemar TCLP-A, untuk karakteristik
beracun melalui uji TCLP; dan/atau
c) Memiliki nilai LD50 lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima
puluh miligram per kilogram) berat badan hewan uji, untuk
karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50
3) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak
spesifik dan sumber spesifik umum;
a) Memiliki nilai konsentrasi zat pencemar yang memenuhi ketentuan:
(1) Lebih kecil atau sama dengan nilai konsentrasi zat pencemar
TCLP-A
(2) Lebih besar dari nilai konsentrasi zat pencemar TCLP-B,
Untuk karakteristik beracun melalui uji TCLP
b) Memiliki nilai LD50 yang memenuhi ketentuan:
(1) Lebih besar dari 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram)
berat badan hewan uji; dan
(2) Lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu
miligram per kilogram) berat badan hewan uji,
Untuk karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50
c) Memiliki karakteristik beracun melalui uji toksikologi sub-kronis
berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi
atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antar individu hewan uji,
dan histopatologis.
atau
4) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus.
E. Panduan Penggunaan B3
1. Perencanaan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
penggunaan B3 harus memperhatikan sebagai berikut :
a. Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan faktor resiko bahayanya,
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan P3K harus siap dan cukup
b. Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang berwenang
c. Peralatan kerja harus layak pakai
d. Metode kerja/cara pelaksanaan kerja/POS sudah aman dan efektif
e. Kelengkapan administrasi (perintah kerja, daftar B3 dan lain-lain)
2. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman dan tidak sesuai
dengan POS
3. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan
tanggung jawab dilakukan sebaik baiknya, laporkan situasi kondisi kerja
terlebih hal yang tidak aman
4. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja,
wadah sisa B3 hingga aman.
11
5. Lakukan P3K bila ada kecelekaan dan penanganan lebih lanjut
F. Panduan Penanganan B3
1. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat
menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda yang disebabkan
oleh suatu kejadian atau kondisi yang tidak terduga
2. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan
semenjak ia meninggalkan rumah kediaman sampai menuju ketempat
pekerjaannya, selama jam kerja, maupun sekembalinya dari tempat kerja
menuju rumah kediamannya melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian
rupa sehingga karyawan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah kejadian
kecelakaan itu tidak dapat melakukan pekerjaan.
3. Kedaruratan Penanggulangan B3 dan/atau Limbah B3 adalah suatu keadaan
bahaya yang mengancam keselamatan manusia, yang menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan memerlukan
tindakan penanggulangan sesegera mungkin untuk meminimalisasi
terjadinya tingkat pencemaran dan/atau kerusakan yang lebih parah
4. Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah dokumen
perencanaan sistem tanggap darurat yang memiliki komponen infrastruktur
dan fungsi penanggulangan.
5. Risiko Kecelakaan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah potensi
kejadian kecelakaan yang berkaitan dengan bahaya B3 dan karakteristik
Limbah B3, jumlah keberadaan, dan kondisi pelaksanaan persyaratan
Pengelolaan B3 dan Limbah B3.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 Tentang
Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan/Atau
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada pasal 3 menyebutkan :
1. Setiap Orang yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
menggunakan dan/atau membuang B3; dan/atau
2. Setiap Orang menghasilkan Limbah B3, pengumpul Limbah B3, pengangkut
Limbah B3, pemanfaat Limbah B3, pengolah Limbah B3, dan/atau penimbun
Limbah B3
Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 disusun
berdasarkan identifikasi Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah
B3. Identifikasi Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3
sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat informasi :
1. Jenis kegiatan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3;
2. Jenis industri;
3. Klasifikasi B3 dan/atau kategori dan karakteristik Limbah B3;
4. Jumlah B3 dan/atau Limbah B3;
5. Jumber Limbah B3;
6. Potensi ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia; dan
7. Potensi ancaman terhadap fungsi lingkungan hidup.
Mekanisme pelaksanaan penanggulangan secara utuh yang harus
dilaksanakan dalam merespon kejadian kedaruratan pengelolaan B3 dan/atau
Limbah B3 mulai dari diterimanya laporan awal sampai dengan kedaruratan
dapat diatasi. Untuk alur kecelakaan kerja akibat dari B3 mengikuti Prosedur
Operasional Standar Pertolongan Pertama Saat Terpapar Bahan Beracun
Berbahaya serta Prosedur Operasional Standar Pencatatan dan Pelaporan
Kecelakaan Kerja.
12
Panduan penanganan tumpahan B3 dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum Mengatasi Tumpahan
Harus dipahami bahwa tumpahan pada area kerja harus dibersihkan
karena dapat menyebabkan kecelakaan akibat kontak dengan bahan
tumpahan. Kecelakaan yang ditimbulkan antara lain : keracunan akibat
menghirup uap bahan tersebut, korosif dan dapat menimbulkan kebakaran
dan ledakan jika bereaksi dengan bahan-bahan mudah terbakar, serta
menyebabkan kontaminasi oleh mikroba (untuk bahanbahan mikrobiologi).
2. Penanganan B3 tumpah secara umum adalah :
a. Identifikasi/Kenali lokasi terjadinya tumpah, jumlah bahan yang
tumpah, sifat kimia dan fisika tumpahan, sifat bahaya dan risiko
tumpahan dan mengetahui teknik aman penanganannya.
b. Pastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan,
pelindung mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu).
c. Cegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal
tersebut aman dilakukan.
d. Tangani (di tempat) dengan cara yang tepat. (Lihat MSDS)
e. Secara umum proses yang dilakukan adalah netralisasi.
f. Netralisasi dapat menggunakan basa (soda ash/lime) untuk tumpahan
yang bersifat asam dan
g. Larutan asam asetat untuk tumpahan yang bersifat basa.
h. Bahan yang paling umum digunakan untuk keadaan darurat apabila
terjadi tumpahan adalah pasir, tanah, natrium karbonat dan kapur
i. Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan dengan
air, sabun detergen, atau pembersih lain yang sesuai dengan bahan
pengotornya.
j. Untuk penanganan yang lebih detail pada masing-masing bahan dapat
dilihat di dalam “Material Safety Data Sheet” (MSDS).
3. Langkah Selanjutnya Setelah Pembersihan tumpahan B3
a. Simpan semua limbah pada tempatnya yang sesuai kemudian tutup
untuk penanganan lebih lanjut
b. Bersihkan pastikan kembali area tersebut telah bersih dan aman.
c. Bersihkan area/meja kerja segera setelah terjadi tumpahan zat/ bahan
kimia.
d. Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut cukup/sangat berbahaya,
selain dibersihkan dengan lap, tangan harus dilindungi dengan sarung
tangan dan Alat Pelindung Diri (APD) lainnya : masker dan sepatu
pelindung)
4. Panduan penanganan terpapar B3 pada kulit
a. Penanganan bila terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya pada
Pekerja, Bila Terkena Kulit dan Rambut
b. Membawa segera pekerja yang terkontaminasi menuju sumber air
terdekat dan lepaskan seluruh pakaian yang menutup bagian yang
terkontaminasi
c. Membasahi atau menyiram pekerja yang terkontaminasi dengan air (bila
mungkin air mengali ratau air pancuran atau shower).
d. Membersihkan kontaminasi dengan sabun jika ada
e. Mempergunakan sarung tangan/baju pelindung untuk melindungi diri
dari kontaminan bahan kimia yang dibersihkan (beberapa bahan kimia
yang melepas uap berbahaya bagi pernafasan, pastikan tidak
menghirupnya)
13
f. Membawa pekerja yang terkontaminasi ke IGD bila memerlukan
pertolongan medis lebih jauh
g. Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Komite K3 Rumah Sakit
b. Jenis Simbol B3
1) Simbol B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive)
15
8) Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous
for environment)
16
mengenainya. Warna simbol kendaraan pengangkut B-3/limbah B-3
harus dengan cat yang dapat berpendar (fluorescence).
17
b. Label Limbah B3
1) Label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan Limbah B3
RS Nasional
Diponegoro
3 Sitoksik Ungu tidak
menghasilkan
18
limbah
sitoksik
dikarenakan
tidak ada
pelayanan
kemoterapi
Limbah Kimia Diolah oleh
kadaluarsa, pihak ketiga
tumpahan, atau
4 Cokelat -
sisa kemasan
dan limbah
farmasi
H. Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan menurut berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2021 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Untuk pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Nasional Diponegoro ada yang
dikelola sendiri dan bekerja sama dengan pihak ketiga.
Jenis Limbah Pengelolaan
Limbah infeksius Dimasukkan dalam plastik
kuning di serahkan ke pihak
ketiga
Jarum suntik Masukan dalam Safety box
Bahan Kimia kadaluarsa (sisa Diserahkan ke pihak ketiga
reagen)
Obat kadaluarsa Diserahkan ke pihak ketiga
Plabot infus Dikumpulkan dalam kantong
plastik kuning disimpan di
TPS diserahkan kepada
pihak ketiga
Lampu TL bekas Dikumpulkan dalam kardus
disimpan di TPS pihak
ketiga yang sudah memiliki
ijin resmi dari KLH
Aki bekas UPS Disimpan dalam TPS
Oli bekas Dikumpulkan dalam drum
Sludge IPAL Dikeringkan di bak
pengeringan dikumpulkan
dalam karung TPS pihak
ketiga
Preparat Dikumpulkan dalam kardus
disimpan di laborat PA
disimpan ke TPS pihak
ketiga
Catridge bekas Dikumpulkan dalam kardus
kirim ke TPS serahkan
ke pihak ketiga
19
1. Pengelolaan Limbah Padat
Sampah di Rumah Sakit Nasional Diponegoro dibedakan menjadi sampah
infeksius, sampah non infeksius dan sampah benda tajam dan jarum
suntik.
a. Sampah infeksius
Sampah infeksius dimasukkan ke dalam plastik warna kuning.
Sedangkan untuk semua sampah benda tajam seperti jarum suntik,
jarum jahit, silet, pisau skalpel di masukan ke dalam safety box
kemudian disimpan di tempat penampungan sementara dan di
serahkan ke pihak ketiga. Adapun kelengkapan berkas yang harus
dimiliki dari pihak penanganan limbah B3 pengangkut, pengolah atau
penimbun meliputi izin alat pengolah limbah B3 dan kelengkapan
perizinan serta bukti kontrak kerjasama (MoU) antara Rumah Sakit
Nasional Diponegoro dengan pihak ketiga.
b. Sampah non infeksius
Sampah non infeksius disimpan di TPS non Infeksius untuk
selanjutnya di angkut ke TPA.
Kantong berwarna hitam, ada tulisan “Sampah Non Infeksius”
Pengelolaan Limbah B3 di TPS Limbah B3 Rumah Sakit Nasional
Diponegoro.
2. Pengelolaan Limbah Cair
Semua limbah cair di Rumah Sakit Nasional Diponegoro diolah di
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan untuk air limbahnya akan
dilakukan pemeriksaan 1 bulan sekali untuk inlet maupun outlet oleh
laboratorium terakreditasi.
3. Limbah B3 Covid-19
Limbah B3 Covid-19 yaitu limbah yang berasal dari penanganan
pasien Covid-19 di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang dianggap
sebagai limbah infeksius.
Terhadap Limbah B3 Covid-19 di Rumah Sakit nasional Diponegoro
Semarang dilakukan pengelolaan sebagai berikut :
a. Melakukan penyemprotan disinfektan terhadap limbah sebelum
melakukan pengemasan diruangan sumber sebelum dibawa ke TPS
Limbah B3
b. Melakukan pemisahan/pemilahan Limbah B3 Covid-19 dari Limbah
B3 lainnya
c. Pengemasan dengan kemasan dengan kantong plastik berwarna
kuning yang tertutup, tidak bocor dan kedap udara dan dibawa ke TPS
Limbah B3
d. Di TPS Limbah B3 diletakkan pada tempat yang berbeda dan/atau
tersendiri dengan limbah B3 infeksius.
Pengelolaan Limbah B3 non medis di TPS Limbah B3 Rumah Sakit
Nasional Diponegoro sebagai berikut :
1. Semua Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit seperti baterai
bekas, obat dan bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas,
lampu bekas, baterai, cairan fixer dan developer, wadah cat bekas (untuk
cat yg mengandung zat toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge printer
bekas, film rontgen bekas, motherboard komputer bekas, dan lainnya
disimpan di TPS Limbah B3.
2. Simpan di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
20
3. Timbang semua Limbah B3
4. Diserahkan Limbah B3 ke pihak ketiga dengan adanya bukti pemusnahan.
23
BAB V
DOKUMENTASI
24