iii
iv
KATA PENGANTAR
Tim penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................…..i
DAFTARISI..............................................................................................ii
BABI PENDAHULUAN.............................................................................1
BABII DEFINISI........................................................................................2
BAB IIIRUANGLINGKUP.........................................................................7
A. Perlindungan terhadapkekerasanfisik....................................................18
B. Pengelolaan Keselamatandan Keamanan
................................................22
B. Keselamatan dan Keamanan Gedung/BangunanRumahSakit
................23
C. Keselamatan dan Keamanan Halaman dan LahanParkir
........................26
D. Keselamatan dan keamanan fasilitas dan
peralatanrumahsakit.............27
E. Pencegahan dalam Pencurian, Tindak
KekerasandanPenculikan……..28
F. Pencegahan Kejadian Cidera
...................................................................29
G. Pencegahan Kejadian terhadapBahanB3
...............................................30
H. Pengelolaan limbah
.................................................................................38
I. Pemeliharaan dan pengelolaanperalatanmedis
......................................45
J. Penarikan (Recall) Peralatan MedisRSUD H.Abdurrahman
Sayoeti......................................................................................................
45
K. Pencegahan danPengendalianInfeksi
.....................................................46
BABVDOKUMENTASI...............................................................................47
BABVI PENUTUP.............................................................................................48
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB
DEFINI
SI
3
19. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapandanpemberianobatsitotoksikuntukkemoterapikankeryangm
empunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
20. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/ataupenimbunan.
21. Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3
untuk mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha
dan/ataukegiatan.
22. Penyimpanan limbah dibedakan menurut jenisnya yaitu untuk limbah
domestik ditempatkan pada TPS domestik dan untuk limbah B3
pada TPS B3 yang berizin dari pihak yang berwenang, pewadahan
limbah juga harus menggunakan wadah yang sesuai dengan
karakteristik limbah dan pembedaan warna pada setiap kemasan
limbah serta pemberian label dan simbol pada pewadahannya
seperti yang diatur dalam perundang- undangan.
23. Pengangkutan disini maksudnya adalah pengangkutan dari lokasi
penghasil limbah menuju Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
yang digunakan sebagai depo pemindahan.
24. Pemilahan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah Limbah yang
harus dikelola sebagai Limbah baik sebagai Limbah medis maupun
Limbah non- infeksius.
25. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifatracun.
26. Mimimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi
bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur
ulang limbah(recycle).
27. Alat Kesehatan adalah Instrumen, apparatus, mesin, implant yang
tidak mengandung obat yang di gunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
4
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia atau untuk
membentuk struktur dan memperbaiki fungsitubuh.
5
28. Alat ukur adalah semua peralatan yang digunakan untuk mengukur,
memeriksa, cuplikan untuk menentukan keberlakuan standart yang
mampu menampilkan objek besaran ,di pergunakan untuk
mengetahui kebenaran suatu besaran dari bahan ukur. Alat ukur yang
di pergunakan dalam pelaksanaan pengujian atau kalibrasi alat
kesehatan, berua alat ukur besarandasar maupun alat ukur besaran
turunan.
29. Besaran standart adalah alat atau bahan yang memiliki besaran
tertentu dan nilainya di ketahui, sehingga dapat di pergunakan
sebagai bahan pembanding terhadap besaran sejenis yang di ukur
pada objek ukur. Besaran standart yang di pergunakan dalam
pelaksanaan pengujian atau kalibrasi alat kesehatan berupa besaran
dasar maupun besaran dasar maupun besaranturunan.
30. Kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menetukan kebenaran nilai
penunjukan alat ukur dan / atau bahan ukur.
31. Ketelitian (precision) adalah kemampuan proses pengukuran untuk
menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran yang di lakukan
secara berulang–ulang.
32. Lulus kalibrasi adalah kondisi besaran pada alat kesehatan sesuai
dengan besaran sebenarnya dan layak di pergunakan dalam
pelayanankesehatan.
33. Lulus Uji adalah kondisi alat kesehatan yang memenuhi spesifikasi
dan laik di pergunakan dalam pelayanankesehatan.
34. Pengujian adalah Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan
fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan sandart
untuksatuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurnya (sifat
metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahanpengukuran.
35. Pengukuran adalah kegiatan atau proses mengaitkan angka secara
empirik dan obyektif pada sifat – sifat obyek atau kejadian nyata
sedemikian rupa, sehingga angka tadi dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai obyek atau kejadiantersebut.
36. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah Institusi yang melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik dasar, penunjang
maupun rujukan.
37. Sertifikat Kalibrasi adalah Sertifikat yang di keluarkan oleh institusi
6
penguji terhadap alat yang luluskalibrasi.
7
38. Sertifikat Pengujian adalah sertifikat yang di keluarkan oleh institusi
penguji terhadap alat yang lulusuji.
39. Standar Internasional adalah suatu standar yang di tetapkan oleh
suatu persetujuan internasional sebagai dasar untuk menetapkan
harga atau suatu harga besaran bagi semua standar lain dari
besaran yangada.
40. Standar Nasional adalah suatu standar yang di tetapkan oleh
peraturan pemerintah sebagai dasar untuk menetapkan harga atau
besaran dalam suatu Negara semua standar lain dari besaran
yangada.
41. Tanda Laik Pakai adalah tanda yang di tempelkan pada :
- Alat kesehatan untuk menyatakan lulus uji atau luluskalibrasi
- Alat ukur atau besaran standar untuk menyatakan luluskalibrasi.
42. Tanda tidak laik pakai adalah tanda yang di tempelkan pada:
Alat kesehatan untuk menyatakan tidak lulus uji atau tidak lulus
kalibrasi.
Alat ukur atau besaran standar untuk menyatakan tidak
luluskalibrasi.
8
BAB III
RUANGLINGKUP
B. Disaster
Berdasarkan UU RI no 24 tahun 2007, tentang penanggulangan
bencana, maka RSUD H.Abdurrahman Sayoeti berkewajiban
melaksanakan program penanggulangan bencana. Maka RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti Jambi juga harus menaati yang peraturan yang
sudah ada. Serta terlibat dalam menanggulangi bencana dan membantu
korban pasca terjadinya bencana baik dalam lingkup RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti Jambi maupun masyarakat sekitar. Pelaksanaan
Program Penanggulangan Bencana (Disaster Plan) masuk dalam program
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
Jambi. Program ini dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus
dengan menitik beratkan pada aspek peningkatan kesiapan dan
kesigapan rumah sakit beserta seluruh karyawan/staff dalam
menanggulangi bencana yang terjadi, baik bencana di dalam rumah sakit
maupun di luar rumahsakit. Program disaster plan ini berisikan agenda
yang terdapat dalam kurun waktu satu tahun yang dilakukan Tim K3RS di
rumah sakit. Dengan adanya program tahunan Disaster Plan di RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti dalam menanggapi bencana selalu dalam
keadaan siap dansigap.
9
C . Keselamatan dankeamanan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pengelolaan rumah sakit sebagai institusi pelayanan publik harus dikelola
secara aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan/insiden, yang tidak
diinginkan atau tindak kekerasan, pencurian dan lain-lain di lingkungan
rumah sakit yang diakibatkan oleh kondisi fasilitas fisik. Dalam upaya
untuk menjamin bahwa kegiatan operasional rumah sakit selalu dalam
keadaan aman, nyaman dan terhindar dari kecelakaan / insiden
pencemaran, maka perlu disusun program keselamatan dan keamanan
fasilitas fisik. Maka dari itu tim K3RS menyusun program keselamatan dan
keamanan di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
10
11
Untuk itu, RSUD H.Abdurrahman Sayoeti membuat program
pemeliharaan alat medik ini sebagai bagian dari upaya optimalisasi
pemakaian alat medik di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti, agar tujuan
pemberian pelayanan Kandungan dan Anak yang terbaik sehingga
mencapai customer statisfication sesuai dengan Visi RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti.
13
terbakar secara aman, penanganan bahaya dengan penyediaan sarana
jalan keluar yang aman, penyediaan sistem peringatan dini dengan
detector asap, alarm kebakaran dan penyediaan pemadam api dengan
adanya alat pemadam api, selang air (hydrant).
Panitia K3 RSUD H.Abdurrahman Sayoeti sebagai organisasi
pelaksana standar mutu keselamatan di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan membuat proogram yang
mempunyai asek dibidang K3. Aspek-aspek K3 tersebut adalah kesehatan
kerja, keselamatan kerja, penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan
bencana dan kesehatan lingkungan kerja. Program proteksi kebakaran di
RSUD H.Abdurrahman Sayoetidilaksanakan melalui penyediaan fasilitas
dan peralatan seta peningkatan pendidikan dan keterampilan sumber
daya manusia.
f.Utilitas
Setiap rumah sakit harus selalu meningkatkan mutu pelayanan
terhadap masyarakat, untuk meningkatkan mutu kesehatan selain dalam
bidang pelayanan kesehatan terhadap pasien juga diperlukan sistem
penunjang seperti ketersediaan Listrik dan Air setiap saat guna
kelancaran dalam pelayanan seluruh peralatan terpelihara dengan baik.
Lebih jauh lagi sistem penunjang tersebut harus dipelihara guna
meminimalisasikan resiko kegagalanpengoperasian.
Sistem penunjang (utilitas) merupakan faktor utama didalam rumah
sakit, yang termaksud didalam sistem penunjang(utilitas) mencakup listrik,
air dan sistem pendukung lainnya yang harus dipelihara untuk
meminimalkan resiko kegagalan pengoperasian. Instalasi listrik
dilingkungan RSUD H.Abdurrahman Sayoeti Jambi menggunakan dua
sumber arus yaitu PLN dan Genset milik rumah sakit. Bila arus listrik dari
PLN padam makn secara otomatis mesin genset beroperasi atau hidup
dengan wakti 10 detik sehingga sistem kerja dilingkungan rumah sakit
tidak terhenti. Disamping itu diruangan tertentu seperti OK dan NICU
menggunakan alat UPS yang dapat bertahan sampai 1-2 jam. Instalasi air
Sumur Bor digunakan pada semua ruangan rawat inap, rawat jalan, OK,
14
NICU, Perinatologi, Laboratorium, Ruang Bersalin/VK dan fasilitas umum
lainnya.
2) Identifikasiresiko
Proses untuk mengidentifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa dan
bagaimana hal tersebut bisa terjadi, berikut ini beberapa identifikasi resiko
infeksi di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti:
a. Phlebitis
b. PembuanganSampah
c. Sterilisasi dan Linen
d. Pelayanan Makanan danPermesinan
e. Infeksi Luka Operasi
f. Infeksi SaluranKemih
g. Infeksi SaluranPernafasan
h. Konstruksi
3) Analisisresiko
Beberapa cara yang digunakan untuk menganalisis resiko seperti
Risk Grading Matrix, Root Cause Analysis (RCA) dan Failure Modes and
Effects Analysis (FMEA).
Di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti menggunakan Risk Grading Matrix yaitu
suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak(Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat
yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
b. Probabilitas/Frekuensi/Likelihood
16
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya
insiden tersebut terjadi.
17
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
18
BANDS RESIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu
: Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna “bands” akan menentukan Investigasi
yang akan dilakukan :
4) EvaluasiResiko
Evaluasi resiko adalah proses membandingkan antara hasil
analisis resiko dengan kriteria resiko untuk menentukan apakah resiko
dan/atau besarnya dapat diterima atau ditoleransi. Evaluasi resiko ini
berdasarkan Risk ranking, prioritas resiko, membandingkan biaya untuk
mengurangi resiko dengan biaya kalau terjadi resiko, menetapkan bahwa
resiko tersebut bisa diterima atautidak.
19
BAB IV
TATA LAKSANA
21
yang dapat menyediakan analisis proaktif semacam itu terhadap proses kritis
dan berisiko tinggi adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus
kegagalan).
RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah mengidentifikasi dan
menggunakan alat-alat serupa untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko,
seperti hazard vulnerability analysis (analisis kerentanan terhadap bahaya).
Untuk menggunakan alat ini atau alat-alat lainnya yang serupa secara efektif
maka Direktur RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah mengetahui dan
mempelajari pendekatan tersebut,menyepakati daftar proses yang berisiko
tinggi dari segi keselamatan pasien dan staf,kemudian menerapkan alat
tersebut pada proses prioritas risiko. Setelah analisis hasil maka Direktur
mengambil tindakan untuk mendesain ulang proses proses yang ada atau
mengambil tindakan serupa untuk mengurangi risiko dalam proses-proses
yang ada. Proses pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam
setahun dan didokumentasikan pelaksanaannya.
Dalam menerapkan manajemen risiko RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
telah memperhatikan proses proses berisiko yang dapat terjadi pada
pasien,antara lain meliputi:
a. manajemenpengobatan;
b. risiko jatuh;
c. pengendalianinfeksi;
d. gizi;
e. risiko peralatan;dan
f. risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lamaberlangsung.
22
f. bisnis rumahsakit.
23
Untuk memenuhi kebijakan tersebut RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
menyusun
1. Program dan regulasi manajemenrisiko
2. Menyiapkan bukti daftar risiko di tingkat Rumah Sakit sekurang-kurangnya
meliputi risiko a) s/df)
3. Menyiapkan strategi pengurangan risiko tingkat rumah sakit yang ada
pada a) s/d f)
4. Menyiapkan bukti hasil FMEA pada proses berisiko tinggi yang
diprioritaskan
5. Menyiapkan bukti tindak lanjut dari hasil analisis FMEA, penerapan
redesain dan monitoring
24
Seluruh staf RSUD H.Abdurrahman Sayoeti memahami peran mereka
dalam tanggung jawabnya dalam melaksanakan proses perlindungan.
Bukti pelaksanaan proses perlindungan :
1. Proses perlindungan di lingkungan Rumah Sakit:
a. Pengawasan terhadap lokasi pelayanan yang terpencil dan
terisolasi, seperti pada:
- Didepan ruanganVK
- Didepan RuangHCU
- DiruangBayi
- DidepanPoliklinik
- DijalurEvakuasi/Selasar
b. Pengawasan ketat terhadap ruang perawatan bayi dan anak–anak
untuk mencegah penculikan dan perdagangan pada bayi dan anak
-anak
c. Meletakkan CCTV di area – area khusus seperti, di ruang HCU,
Ruang Perinatal Risiko Tinggi, di depan lift, di pintu masuk, tempat
pendaftaran dan area parkir, serta melakukan monitor CCTV yang
bisa diakses di satpam dan di ruangserver.
d. Semua pengunjung diluar jam besuk yang masuk ke RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti di identifikasi oleh security dan mengisi
data di buku pengunjung diluar jam besuk. Pengunjung yang
mencurigakan diperiksa dan diinvestigasi olehpetugas
e. Membatasi jumlah pasien yang masuk ke ruang perawatan, diluar
jam besuk dengan menerapkan ketentuan hanya mereka yang
sudah di identifikasi security yang boleh memasuki
ruangperawatan.
25
2. Cara RSUD H.Abdurrahman Sayoeti melindungi pasien dari
kesalahan asuhanmedis
27
disebabkan oleh tindakan restrain yang tidak sesuai prosedur, atau
menggunakan pengikat yang tidak standar. Selain itu, pasien jiwa yang
dilakukan restrain mudah menerima
kekerasanfisik,baikdaripengunjunglain,sesamapasienjiwa,maupunoleh
tenaga medis. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi pasien yang “
terikat “ sehingga mudah mendapatkan serangan
6) PasienKoma
Kekerasan fisik bagi pasien yang koma di rumah sakit, bisa disebabkan
oleh pemberian asuhan medis yang tidak standar, penelantaran oleh
perawat, diperlakukan secara kasar oleh tenaga kesehatan yang
bertugas sampai pada menghentikan bantuan hidup dasar pada pasien
tanpa persetujuankeluarga/wali
28
2. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah menetapkan tim kerja yang
bertanggungjawab terhadap pengelolaan keselamatan dan keamanan
yantu timK3RS.
29
mudah dibersihkan dan berwarnaterang.
30
b. Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada
genanganair.
c. Khusus ruang operasi, lantai rata, tidak mempunyai pori atau
lubang untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan
vynil anti elektrostatik dan tidak mudahterbakar.
Untuk dinding (Mengacu pada KepMenKes No. 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit) :
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak
mengandung logamberat.
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding
dengan langit-langit membentuk conus (tidak membentuksiku).
c. Dinding KM/WC dari bahan yang kuat dan kedapair.
d. Permukaan dinding keramik rata, rapid an sisa permukaan keramik
dibagi sama ke kanan dan kekiri.
e. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara
dinding bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca
antiradiasi.
f. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,5 m darilantai.
Untuk pintu/jendela :
a. Pintu harus cukup tinggi minimal 210 cm dan lebar minimal 120cm.
b. Pintu dapat dibuka dariluar
c. Ambang bawah jendela minimal 1 m darilantai.
d. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar, memakaijeruji.
e. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka
tetapi harus menutup sendiri (dipasang penutup pintu/ doorclose).
f. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi
Pb minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm
dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta
dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
31
Untuk plafond :
a. Rangka plafond kuat dan antirayap.
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak
menggunakan bahanasbes.
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m darilantai.
d. Langit-langit menggunakan cat antijamur.
e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah
Untuk ventilasi :
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara
yang cukup, luas minimum 15 % dari luaslantai.
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk
ruang operasi, kombinasi antara exhaust fan dan AC harus dapat
memberikan sirkulasi udara dengan tekananpositif.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filterbakteri.
Untuk sanitasi :
a. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik,
utuh dan tidak cacat serta mudahdibersihkan.
b. Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, dan berfungsi dengan
baik.
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak
menimbulkan bau, dilengkapi dengan disinfektan dan tisu yang
sekalibuang.
d. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah
toiletnya dan kamar mandi 10 :1.
e. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan
kamar mandi 20 : 1.
Pengecekan ini dilakukan rutin per enam bulam, namun bila ada
kerusakan secepatnya diperbaiki.
32
4. Perbaikan terhadap setiap kerusakan yang ditemukan
Untuk menghidari terjadinya insiden maka perlu dilakukan perbaikan
setiap kerusakan baik berupa peralatan maupun sarana gedung
5. Melakukan pengamanan terhadap kegiatan pembangunan dan
renovasi bangunan
Pengamanan terhadap kegiatan renovasi dengan menggunakan ICRA
(Infection Control Risk Assessment) bekerjasama dengan bagian PPI
(Perawat Pengendali Infeksi)
33
E. Keselamatan dan keamanan fasilitas dan peralatan rumahsakit
1. Pemeriksaan dan Pemeliharaan alat kesehatan dan alat umum
Agar semua peralatan di rumah sakit selalu dalam kondisi aman dan
siap pakai maka dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, memiliki
perizinan, dan di kalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas
Kesehatan dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus
memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang
berwenang. Penggunaan peralatan medis dan non medis di rumah
sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.
Peralatan rumah sakit yang rusak diperbaiki oleh teknisi internal dan
jika tidak mampu laksana, diperbaiki oleh teknisi eksternal.
3. Pencegahan terhadap kejadian kehilangan dan kerusakan asset
rumah sakit
Untuk pencegahan terhadap kehilangan dan kerusakan asset rumah
sakit, Setiap petugas piket yang bertugas wajib menanyakan kepada
semua tamu/pengunjung tentang maksud dan tujuan berkunjung ke
rumah sakit. Apabila kunjungan tersebut berkaitan dengan penugasan
maka petugas yang menerima tamu wajib menanyakan surat tugas
yang bersangkutan. Tamu/pengunjung wajib meninggalkan tanda
pengenal di pos jaga untuk diganti dengan tanda pengenal/kartu tamu.
Petugas mencatat nama dan alamat tamu/pengunjung sesuai dengan
identitas yang dimiliki (KTP, SIM, PASPORT). Setelah selesai
berkunjung, tamu/pengunjung kembali ke pos jaga untuk menyerahkan
kartu tamu dan mengambil identitasnya. Petugas piket dan proovost
juga melakukan patrol pengaman secara rutin dan berkelanjutan serta
mewujudkan budaya sadar security di lingkungan rumahsakit.
4. Pengadaan fasilitas untuk keamananruangan
Untuk pengamanan ruangan, dipasang CCTV, kunci pengaman dan
lampu penerangan dan dilakukan pemantauan oleh petugas terkait.
34
F. Pencegahan dalam Pencurian, Tindak Kekerasan danPenculikan
1. Identifikasi pengunjung rumahsakit
Untuk pencegahan terhadap pencurian, tindak kekerasan dan
penculikan di rumah sakit, Setiap petugas piket yang bertugas wajib
menanyakan kepada semua tamu/pengunjung tentang maksud dan
tujuan berkunjung ke rumah sakit. Apabila kunjungan tersebut
berkaitan dengan penugasan maka petugas yang menerima tamu
wajib menanyakan surat tugas yang bersangkutan. Tamu/pengunjung
wajib meninggalkan tanda pengenal di pos jaga untuk diganti dengan
tanda pengenal/kartu tamu. Petugas mencatat nama dan alamat
tamu/pengunjung sesuai dengan identitas yang dimiliki (KTP, SIM,
PASPORT). Setelah selesai berkunjung, tamu/pengunjung kembali ke
pos jaga untuk menyerahkan kartu tamu dan mengambil identitasnya.
Untuk mencegah penculikan bayi khususnya di Kamar bayi Baru Lahir
(Ruang Perinatologi) perlu dilakukan:
a. Tentukan siapa saja yang boleh masuk ruang perinatologi
(Perawat/Bidan/Dokter/Ibu yangmelahirkan).
b. Pengunjung hanya boleh melihat bayi dari luar ruangperinatologi.
c. Ruang perinatogi dilengkapi dengan fasilitas berupa CCTV dan
pintu yang selalutertutup.
d. Lakukan pengamanan secara rutin dan periodik oleh petugaspiket.
Apabila ditemukan ada pengunjung yang mencurigakan, perawat
ruang perinatologi segera melaporkan kepada petugas piket setempat
untuk ditindak lanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Perawat ruang
perinatologi harus selalu melakukan pengecekan dan identitas bayi
yang ada di ruang perinatologi. Apabila terjadi kecurigaan ada bayi
hilang di ruang perinatologi, perawat ruang perinatologi segera
melaporkan kepada petugas piket dan atasannya. Atas dasar laporan
tersebut petugas piket setempat segera menghubungi pos piket dipintu
masuk/keluar untuk mengecek melalui monitor CCTV dan mengambil
tindakan pencegahan / pengamanan terhadap kemungkinan bayi
dibawa keluar dari rumahsakit
35
melalui pintu tersebut. Lakukan pengecekan ke rumah keluarga pasien
untuk memastikan apakah bayi tersebut di bawa pulang. Apabila telah
dilakukan pengecekan bayi yang hilang tidak ditemukan segera
hubungi Instansi Kepolisian setempat untuk ditindak lanjuti.
2. PemasanganCCTV
Perangkat CCTV dipasang di daerah yang rawan dan strategis Ruang
Perinatologi, Ruang tunggu, Perawatan objek/sarana vital dll.
3. Diklat pencegahan dan penanggulangan terhadap pencurian, tindak
kekerasan danpenculikan.
Berkoordinasi dengan bagian Diklat untuk memberikan bekal kepada
petugas dilapangan agar selalu siap dan terlatih apabila ada kejadian
pencurian, tindak kekerasan dan penculikan.
G. Pencegahan KejadianCidera
1. Pemberian rambu-rambu peringatan dan petaberisiko
2. Pemasangan dan pengawasan anti slip pada anak tangga Persyaratan
keamanan untuk tangga antara lain:
a. Dipasang anti slip pada bibir anaktangga
b. Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua
arah.
c. Lebar injakan minimum 28cm.
d. Tinggi injakan maksimum 21cm.
e. Tidak berbentukbulat/spiral.
f. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yangseragam.
g. Memiliki kemiringan injakan <90°.
h. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satusisinya.
Dilakukan ceklis dan apabila ada kerusakan segera dilaporkan ke
pimpinan untuk segera dilakukan perbaikan.
3. Pemasangan dan pengawasan railingtangga
Railing tangga mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dan bebas
hambatan.
36
4. Pengawasan terhadap penahan tempat tiduranak
Tempat tidur anak dilengkapi dengan penahan pada kedua tepinya
agar tidak berisiko jatuh.
5. Pengawasan terhadap pembersihanlantai
Lantai yang akan di lakukan pembersihan, diberi tanda “lantai licin”
agar semua orang yang melintas melihat tanda tersebut dan tidak
melewati lantai tersebut, sehingga terhindar dari insiden terpeleset/
terjatuh. Pengawasan dilakukan oleh Tim pengawas yang ditunjuk.
6. Pengadaan dan pengawasan terhadap ram/jalanmelandai
Jalan melandai dipasang alas anti slip agar setiap orang yang lewat
tidak terpeleset/terjatuh. Ram dilengkapi dengan pegangan rambatan,
kuat dan ketinggian 80 cm.
H. Pencegahan Kejadian terhadap BahanB3
1. Klasifikasi bahanB3
Yang termasuk klasifikasi bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang
mempunyai sifat :
a. Mudahmeledak(explosive)
b. Pengoxidasi(oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (extremelyflammable)
d. Sangat mudah menyala(highlyflammable)
e. Mudah menyala(flammable)
f. Amat sangat beracun (extremelytoxics)
g. Sangat beracun (highlytoxics)
h. Beracun (moderatelytoxics)
i. Berbahaya(harmful)
j. Korosif(corrosive)
k. Bersifatiritasi(irritant)
l. Bebbahaya bagi lingkungan (dangerous totheenvironment)
m. Karsinogenik(carcinogenic)
n. Teratogenik(teratogenic)
o. Mutagenik(mutagenic)
37
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TingkatBahaya
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya
dipengaruhi oleh :
a. Dayaracun dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50 dimana
makin kuat nilai LD50 atau LC50 bahan berbahaya beracun/kimia
menunjukkan makin tinggi daya racunnya.
b. Cara B3 masuk kedalam tubuh (route of entry) yaitu melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit.
Diantara yang sangat berbahaya adalah melalui saluran pernafasan
karena tanpa disadari bahan kimia akan masuk ke dalam tubuh
bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m 2 selama
8 jam kerja dan sulit di keluarkan kembalidaritubuh.
c. Konsentrasi macam dan lama paparan B3 yaitu besar dosis yang
berada di udara tau yang kontak dengan bagian tubuh,kemudian
lamanya paparan terjadi apakah terus menerus atau terputus-putus
menentukan jumlah dan dosis yang masuk kedalamtubuh.
d. Efek kombinasiB3, yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat
dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan tindakan
pertolongan ataupengobatan.
e. Kerentanan calon korban paparanB3. Masing-masing individu
mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap pengaruh B3.
Semestinya individu terhadap pengaruh bahan kimia tergantung
kepada umur, jenis kelamin, kondisi umum kesehatan dan lain-lain.
3. Pegaruh B3 TerhadapKeseatan
a. Menyebabkan iritasi yaitu terjadi luka bakar setempat akibat kontak
bahan kimia dengan bagian-bagian tubuh tertentu seperti kulit, mata
atausaluranpernafasan.
b. Menimbulkan alergi, nampak sebagai bintik-bintik merah kecil atau
gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan berupa batuk-
batuk, nafas tersumbat dannafaspendek.
38
c. Menyebabkan sulit bernafas, seperti tercekik atau aspiksia karena
kekurangan oksigen akibat diikat oleh gas inert seperti
nitrogendankarbondioksida.
d. Menimbulkan keracunan sistemik, bahan kimia yang dapat
mempengaruhi bagian-bagian tubuh, diantaranya merusak hati,
ginjal, susunan syaraf danlain-lain.
e. Menyebabkan kanker, akibat paparan jangka panjang bahan kimia,
sehingga merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali
dalam bentuktumorganas.
f. Menyebabkan kerusakan/kelainan janin ditandai kelahiran dalam
keadaan cacatataukemandulan.
g. Menyebabkan pneumokoniosis yaitu timbunan debu dalam paru-
paru sehingga kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen
menjadi kurang, akibatnya penderita mengalami nafaspendek.
h. Menyebabkan efek bius (narkotik) yaitu bahan kimia, mengganggu
sistem syaraf pusat menyebabkan orang tidak sadar, pingsan
ataukematian
4. MSDS danLabel
a. MSDS (Material Safety Data Sheet / Lembar Data
KeselamatanBahan)
Lembar data keselamatan bahan-bahan secara garis besar harus
memuat penjelasan-penjelasan antara lain :
1) Identifikasi dari bahan tersebut misalnya perusahaan dari supplier
secara mendetail, nama produk atau kodenya, penggunaannya,
klasifikasidaribahan.
2) Komposisi dan ciri-ciri fisik khusus dari bahan misalnya bentuk,
warna, bau, titik didih, titik uap,pH,LEL.
3) Informasi tentang bahaya bahan tersebutterhadapkesehatan.
4) Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan
yang benar daribahan.
5) Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang amandari
Bahan
39
b. Labelatauetiket
Label atau etiket diperlukan sebagai informasi yang cepat dapat
dikenal untuk pekerja, sehingga dengan cepat dapat bersikap hati-
hati dalam penanganan bahan kimia berbahaya. Cara pemberian
label atau etiket dapat juga berbeda satu negara ke negara lain atau
dari satu petunjuk ke yang lainnya
40
sistim tanggap darurat
g. Menanggulangi kecelakaan sesuai denganprosedurtetap
penanggulangan kecelakaan dan melakukan evakuasi biladiperlukan.
h. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat
Pemerintah kotasetempat.
6. Prosedur Pengadaan B3
a. Setiap jenis Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3) yang akan
diadakan, didistribusikan atau diedarkan harus terdaftar pada
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan di sertai tanda buktipendaftaran.
b. Wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)
c. Diberikan SimboldanLabel
d. SetiapBahanBerbahayadanBeracunharusdiberiwadahdandikemasde
ngan baik sertaaman.
e. Pada wadah harus dicantumkan Penandaan :
1) Nama sediaan /Namadagang
2) Nama BahanAktif
3) Isi /BeratNetto
4) Kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya, petunjuk
pertolongan pertama padakecelakaan
f. Penandaan ini harus mudah dilihat, dibaca, dimengerti, tidak mudah
lepas danluntur.
g. B3 ditempatkan, disimpan dan diberikan symbol dan labeldan
dilengkapi system tanggap darurat
41
e. Bahan Kimia BersifatAsam
f. Desinfektan
g. Fixer
h. Developer
i. Oli
j. Accu
k. AirRaksa
l. Aerosol
m. Aseton
n. LampuNeon
42
Kacamata pelindung, Masker/ pelindung wajah, Apron, Sarung
tangan non steril, Penutup kepala/ topi
c. Simbol simbol tentang bahan berbahaya danberacun
JENIS SIMBOL
B3 Pengoksidasi
B3 bersifat Beracun
B3 bersifat Iritasi
B3 bersifat
berbahaya
43
B3 bersifat mudah
meledak
B3 bersifat korosi
B3 bersifat
karsinogenik,
teratogenik dan
mutagenik
B3 gas bertekanan
44
d. Simbol simbol tentang limbah bahan berbahaya danberacun
KLASIFI KASI
LIMBAH SIMBOL JENIS LIMBAH
9. Pemeliharaan AlatMedis
Merupakan kegiatan untuk memperoleh data atas seluruh alat kesehatan
yang di miliki Rumah Sakit, Sejak dari berdirinya RSUD H.Abdurrahman
Sayoeti Jambi belum ada Kerja Sama Oprasional (KSO) dari pihak
ketiga. Pemeriksaan Alat Medis dilakukan oleh petugas yang kompeten.
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan yang
diharapkan atau sesuai dengan standard keamanan dan standard dari
perbaikan . Uji fungsi dilakukan untuk alat-alat yang baru di beli untuk
menghindari hal-hal yang tidak di inginkan serta untuk mengetahui
apakah alat tersebut siap di gunakan serta sesuai standar keamanan .
Pemeliharaan dan kalibrasi :
1. Identifikasi dan inventarisasi peralatanmedis
Dilakukan dengan cara pendataan dan pencatatan semua alat
medis yang di miliki oleh Rumah Sakit.
2. PemeliharaanBerkala
Dilakukan dengan cara servis rutin oleh masing-masing
vendor terhadap peralatan setiap 6 bulan sekali, atau
sebelum 6 bulan apabila diperlukan.
46
3. PemeliharaanPreventif
Pemeliharaan yang di lakukan secara rutin untuk
mempertahankan kualitas Peralatan.
4. UjiFungsi
Dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan fungsi kompenen alat.
5. Kalibrasi
Dilakukan dengan cara mengundang orang khusus terkait
dengan masalah penyelesaian kalibrasi RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti.
L. ProteksiKebakaran
Apabila Terjadi Kebakaran Pada Jam Kerja.
1. Bila terjadi kebakaran disuatu bagian, petugas yang pertama kali
melihat api tersebut segera mengambil tindakan untuk
memadamkan dengan menggunakan alat pemadam yang ada
dengan dibantu petugas lain dibagian tersebut serta salah
seorang personil melaporkan kejadian itu ke SPV dan
berkordinasi dengan IPSRS untuk membunyikan alarm
kebakaran dan mematikan aliran listrik.
2. Katim Unit.
a. Segera memerintahkan salah satu petugas di masing-masing
unit untuk membunyikan tanda tanda adanya bahaya
kebakaran, dan mematikansaluranlistrik.
b. Melaporkan kejadian tersebutkepadaSPV.
c. Mengerahkan anggota jaga lainnya termasuk security untuk
memperketat pengawasan terhadap personil yang keluar atau
masuk Kawasan RSUD H.Abdurrahman Sayoeti.
d. Menghubungi dinas pamadam kebakaran Kota JAMBI
Telp.113 atau41171.
e. CodeRed. Kode yang mengumumkan adanya ancaman
kebakarandilingkungan rumah sakit ( api maupun asap ),
sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk
kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel
47
rumah sakit, yang masing-masing memiliki tugas yang
spesifikyangharus dikerjakan sesuai panduan tanggapan
darurat bencana rumah sakit. Misalnya ; Petugas teknik
segera mematikan listrik diarea kebakaran, perawat segera
memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, salah satu petugas
memberikan informasi menggunakan pengeras suara atau
telp namun jika tidak memungkinkan pemberian informasi
dilakukan petugas secara cara estafet.
f. Security mengarahkan jalan masuk menuju lokasi kebakaran
apabila petugas dinas pemadam kebakaran telah sampai
diRSUD H.Abdurrahman Sayoeti.
48
menghalangi petugas dalam mengatasi kebakaran tersebut.
6. Satuan Khusus.
a. UnitGawatDarurat
Menyiapkan seluruh anggotadanperalatannya.
Memberikan pertolongan kepada personil
korbankebakaran.
b. Angkutan
Seluruh anggota angkutan bergabung dengan satuan
evakuasi.
Menyiapkan seluruh kendaraan untuk mengevakuasi
pasien / personil, material dan dokumen ke
tempatpenampungansementara
49
5) Melaporkan kejadian tersebut kepada SPV.
c. Security.
1) Melaksanakan tugas pengamanan sesuai dengan
tanggungjawabnya.
2) Membantu kegiatan Satuan
penyingkiran/evakuasikebakaran.
8. JalurEvakuasi
a. Bila terjadi kebakaran di lantai 1 evakuasi Pasien, Keluarga
Pasien, Pengunjung dan Staf RSUD H.Abdurrahman
Sayoeti dapat dilakukan dengan2alternatif.
1) Diarahkan ke pintu utama yang berada di depan di area
Rekam Medis atau Informasi menuju titik kumpul yang
berada diparkiran.
2) Diarahkan melalui pintu yang berada di IGD menuju
titik kumpul yang berada diparkiran.
b. Bila terjadi kebakaran di lantai 2 evakuasi Pasien, Keluarga
Pasien, Pengunjung dan Staf RSUD H.Abdurrahman
Sayoeti dapat dilakukan dengan 3alternatif.
1) Diarahkan melalui tangga yang berada di depan Nurse
Station menuju ke pintu utama yang berada di area
Rekam Medis atau Informasi untuk menuju ke titik
kumpul yang berada diparkiran.
2) Diarahkan melalui tangga yang berada di samping
ruang VIP 7 menuju pintu utama yang berada di area
Rekam Medis Atau Informasi untuk menuju titik kumpul
yang beradadiparkiran.
3) Diarahkan melalui selasar yang berada di depan
Ruang Laboraturium menuju pintu utama yang berada
di area Rekam Medis atau Informasi untuk menuju titik
kumpul yang beradadiparkiran.
50
c. Bila terjadi kebakaran di lantai 3 evakuasi Dokumen,
Pasien, Keluarga Pasien,Pengunjung, dan Staf RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti dapat di lakukan
dengan3alternatif.
1) Diarahkan melalui tangga yang berada di depan ruang
Marwah 4 menuju ke lantai 2 melewati tangga yang
berada di depan Nurse Station Lantai 2 untuk menuju
ke lantai 1 menuju pintu utama yang berada di area
Rekam Medis dan Informasi untuk menuju ke titik
kumpul yang berada diareaparkiran.
2) Diarahkan melalui tangga yang berada di depan
samping Ruang VIP 5 menuju ke lantai 2 melewati
tangga yang berada di Samping Ruang VIP 7 untuk
menuju ke lantai 1 menuju pintu utama yang berada di
area Rekam Medis dan Informasi untuk menuju ke titik
kumpul yang berada diareaparkiran.
3) Diarahkan melalui selasar yang berada di depan Ruang
Mashita atau di samping Ruang Sarah menuju selasar
yang berada di Lantai 2 depan Ruang Laboratorium
menuju selasar Lantai 1 yang berada di depan Ruang
Anamnesa menuju area Rekam Medis atau Informasi
untuk menuju titik kumpul yang berada diparkiran.
9. Pelaporan/Konsulidasi.
a. Dan KARU melaporkan kegiatan penanggulangan bahaya
kebakaran yang telah terjadi kepada SPV dan K3RS Rumah
Sakit Ibu danAnakAnnisa.
b. Melaporkan kejadian tersebut, meliputi kerugian personil,
material dandokumen.
10. Intruksi/Koordinasi.
a. BantuandipriotaskanterhadapkeselamatanJiwamanusia,
51
aset dan dokumen.
b. Apabila petugas dinas pemadam kebakaran telah sampai
dilokasi kejadian, maka pimpinan pelaksana pemadaman
kebakaran beralih kepada dinaspemadamkebakaran.
11. Perhubungan.
a. Menggunakan alat komunikasi yang ada antaralain:
1) Pesawattelepon
2) Bahaya kebakaran
3) Tandaaman
b. Menggunakan Alat transportasi yangada.
1) Kendaraan rodaempat
2) Kendaraan roda dua,dll.
54
BAB V
DOKUMENTASI
- RISK REGISTERUNIT
49