Anda di halaman 1dari 60

1

iii
iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk
pembuatan panduan ini dengan judul : “Panduan Manajemen Resiko di RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti .”

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad


SAW, yang telah mengajar dan membimbing umatnya dari segala bentuk
kejahilan dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral serta
menjadikan umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Meskipun panduan ini sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam
pelaksanaannya, Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Amien.

Jambi, 31 Desember 2019

Tim penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................…..i

DAFTARISI..............................................................................................ii

BABI PENDAHULUAN.............................................................................1

BABII DEFINISI........................................................................................2

BAB IIIRUANGLINGKUP.........................................................................7

BAB IVTATA LAKSANA.........................................................................10

A. Perlindungan terhadapkekerasanfisik....................................................18
B. Pengelolaan Keselamatandan Keamanan
................................................22
B. Keselamatan dan Keamanan Gedung/BangunanRumahSakit
................23
C. Keselamatan dan Keamanan Halaman dan LahanParkir
........................26
D. Keselamatan dan keamanan fasilitas dan
peralatanrumahsakit.............27
E. Pencegahan dalam Pencurian, Tindak
KekerasandanPenculikan……..28
F. Pencegahan Kejadian Cidera
...................................................................29
G. Pencegahan Kejadian terhadapBahanB3
...............................................30
H. Pengelolaan limbah
.................................................................................38
I. Pemeliharaan dan pengelolaanperalatanmedis
......................................45
J. Penarikan (Recall) Peralatan MedisRSUD H.Abdurrahman
Sayoeti......................................................................................................
45
K. Pencegahan danPengendalianInfeksi
.....................................................46
BABVDOKUMENTASI...............................................................................47

BABVI PENUTUP.............................................................................................48

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan rumah sakit
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut
sangat penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit, yang harus dikelola
secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Rumah Sakit terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi
dan non profesi yang memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola
dengan baik, berisiko menimbulkan insiden. Karena itu RSUD
H.ABDURRAHMAN SAYOETI perlu melakukan pengelolaan risiko dalam
suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi,
agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedinimungkin

1
BAB

DEFINI
SI

1. Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan


mengimplementasikan strategi untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
rumah sakit melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset
rumah sakit, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian danpencegahan.
2. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara Langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan.
3. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,
menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk
menghilangkan atau meminimalkandampaknya.
4. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah
terjadi (reaktif) dan Potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan
manajemen risiko terintegrasi yang Memprioritaskan keselamatan
pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi danlayanan.
5. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
6. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah B3 padat dan nonmedis.
7. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hiduplain.
8. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuangB3.
2
9. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk
menjaga kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak
negatif B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan
makluk hiduplainnya.
10. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan KlasifikasiB3.
11. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi
dan jenisB3.
12. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandungB3.
13. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yangtinggi.
14. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.
15. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagikesehatan.
16. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obatsitotoksik.
17. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan.
18. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan
stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius.

3
19. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapandanpemberianobatsitotoksikuntukkemoterapikankeryangm
empunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
20. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/ataupenimbunan.
21. Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3
untuk mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha
dan/ataukegiatan.
22. Penyimpanan limbah dibedakan menurut jenisnya yaitu untuk limbah
domestik ditempatkan pada TPS domestik dan untuk limbah B3
pada TPS B3 yang berizin dari pihak yang berwenang, pewadahan
limbah juga harus menggunakan wadah yang sesuai dengan
karakteristik limbah dan pembedaan warna pada setiap kemasan
limbah serta pemberian label dan simbol pada pewadahannya
seperti yang diatur dalam perundang- undangan.
23. Pengangkutan disini maksudnya adalah pengangkutan dari lokasi
penghasil limbah menuju Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
yang digunakan sebagai depo pemindahan.
24. Pemilahan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah Limbah yang
harus dikelola sebagai Limbah baik sebagai Limbah medis maupun
Limbah non- infeksius.
25. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifatracun.
26. Mimimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi
bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur
ulang limbah(recycle).
27. Alat Kesehatan adalah Instrumen, apparatus, mesin, implant yang
tidak mengandung obat yang di gunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat

4
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia atau untuk
membentuk struktur dan memperbaiki fungsitubuh.

5
28. Alat ukur adalah semua peralatan yang digunakan untuk mengukur,
memeriksa, cuplikan untuk menentukan keberlakuan standart yang
mampu menampilkan objek besaran ,di pergunakan untuk
mengetahui kebenaran suatu besaran dari bahan ukur. Alat ukur yang
di pergunakan dalam pelaksanaan pengujian atau kalibrasi alat
kesehatan, berua alat ukur besarandasar maupun alat ukur besaran
turunan.
29. Besaran standart adalah alat atau bahan yang memiliki besaran
tertentu dan nilainya di ketahui, sehingga dapat di pergunakan
sebagai bahan pembanding terhadap besaran sejenis yang di ukur
pada objek ukur. Besaran standart yang di pergunakan dalam
pelaksanaan pengujian atau kalibrasi alat kesehatan berupa besaran
dasar maupun besaran dasar maupun besaranturunan.
30. Kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menetukan kebenaran nilai
penunjukan alat ukur dan / atau bahan ukur.
31. Ketelitian (precision) adalah kemampuan proses pengukuran untuk
menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran yang di lakukan
secara berulang–ulang.
32. Lulus kalibrasi adalah kondisi besaran pada alat kesehatan sesuai
dengan besaran sebenarnya dan layak di pergunakan dalam
pelayanankesehatan.
33. Lulus Uji adalah kondisi alat kesehatan yang memenuhi spesifikasi
dan laik di pergunakan dalam pelayanankesehatan.
34. Pengujian adalah Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan
fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan sandart
untuksatuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurnya (sifat
metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahanpengukuran.
35. Pengukuran adalah kegiatan atau proses mengaitkan angka secara
empirik dan obyektif pada sifat – sifat obyek atau kejadian nyata
sedemikian rupa, sehingga angka tadi dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai obyek atau kejadiantersebut.
36. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah Institusi yang melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik dasar, penunjang
maupun rujukan.
37. Sertifikat Kalibrasi adalah Sertifikat yang di keluarkan oleh institusi
6
penguji terhadap alat yang luluskalibrasi.

7
38. Sertifikat Pengujian adalah sertifikat yang di keluarkan oleh institusi
penguji terhadap alat yang lulusuji.
39. Standar Internasional adalah suatu standar yang di tetapkan oleh
suatu persetujuan internasional sebagai dasar untuk menetapkan
harga atau suatu harga besaran bagi semua standar lain dari
besaran yangada.
40. Standar Nasional adalah suatu standar yang di tetapkan oleh
peraturan pemerintah sebagai dasar untuk menetapkan harga atau
besaran dalam suatu Negara semua standar lain dari besaran
yangada.
41. Tanda Laik Pakai adalah tanda yang di tempelkan pada :
- Alat kesehatan untuk menyatakan lulus uji atau luluskalibrasi
- Alat ukur atau besaran standar untuk menyatakan luluskalibrasi.
42. Tanda tidak laik pakai adalah tanda yang di tempelkan pada:
 Alat kesehatan untuk menyatakan tidak lulus uji atau tidak lulus
kalibrasi.
 Alat ukur atau besaran standar untuk menyatakan tidak
luluskalibrasi.

8
BAB III
RUANGLINGKUP

A. Perlindungan terhadap kekerasanfisik


Terjadinya kekerasan di lingkungan rumah sakit di sebabkan oleh
beberapa faktor, tetapi faktor individu menjadi peran utama, sebagai
contoh pasien dengan ganguan mental atau pengguna obat terlarang
/alkohol yang memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap
pasien lain atau terhadap dirinya sendiri. Faktor lingkungan, sebagai
contoh terjadinya penculikan bayi diruangan bayi. Dilihat dari faktor diatas
dapat disimpulkan bahwa terjadinya kekerasan karena adanya suatu
kondisi kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap tempat atau
area tertentu di lingkungan rumah sakit.

B. Disaster
Berdasarkan UU RI no 24 tahun 2007, tentang penanggulangan
bencana, maka RSUD H.Abdurrahman Sayoeti berkewajiban
melaksanakan program penanggulangan bencana. Maka RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti Jambi juga harus menaati yang peraturan yang
sudah ada. Serta terlibat dalam menanggulangi bencana dan membantu
korban pasca terjadinya bencana baik dalam lingkup RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti Jambi maupun masyarakat sekitar. Pelaksanaan
Program Penanggulangan Bencana (Disaster Plan) masuk dalam program
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
Jambi. Program ini dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus
dengan menitik beratkan pada aspek peningkatan kesiapan dan
kesigapan rumah sakit beserta seluruh karyawan/staff dalam
menanggulangi bencana yang terjadi, baik bencana di dalam rumah sakit
maupun di luar rumahsakit. Program disaster plan ini berisikan agenda
yang terdapat dalam kurun waktu satu tahun yang dilakukan Tim K3RS di
rumah sakit. Dengan adanya program tahunan Disaster Plan di RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti dalam menanggapi bencana selalu dalam
keadaan siap dansigap.

9
C . Keselamatan dankeamanan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pengelolaan rumah sakit sebagai institusi pelayanan publik harus dikelola
secara aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan/insiden, yang tidak
diinginkan atau tindak kekerasan, pencurian dan lain-lain di lingkungan
rumah sakit yang diakibatkan oleh kondisi fasilitas fisik. Dalam upaya
untuk menjamin bahwa kegiatan operasional rumah sakit selalu dalam
keadaan aman, nyaman dan terhindar dari kecelakaan / insiden
pencemaran, maka perlu disusun program keselamatan dan keamanan
fasilitas fisik. Maka dari itu tim K3RS menyusun program keselamatan dan
keamanan di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti

D. Pemeliharaan dan kalibrasi peralatanmedis


Program pemeliharaan dan kalibrasi alat kesehatan adalah sebuah
program untuk memelihara alat-alat di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
agar tetap terjaga fungsi, tetap terjamin mutu yang dihasilkan serta
memperpanjang umur pemakaian alat tersebut. Program ini disusun
sebagai panduan rumah sakit dalam melaksanakan pengadaan dan
pemeliharaan alat-alat yang ada di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti.
RSUD H.Abdurrahman Sayoeti sebagai salah satu rumah sakit yang
memiliki berbagai alat medik terbaru memiliki berbagai tantangan.
Pertama, adalah di pihak pengguna teknologi, karena alat canggih tanpa
disertai kemampuan memanfaatkan teknologi ini akan menyebabkan
under utilization. Kedua, penggunaan alat canggih tanpa disertai
pemeliharaan alat oleh tenaga yang terlatih akan berakibat pada kekurang
akuratan hasil kerja alat medik, yang dapat berdampak katastrofik pada
pasien. Ketiga, pemakaian alat tanpa disertai pengetahuan dan
keterampilan memakai akan memperpendek usia pakai alat medik
tersebut sehingga nilai ekonomis dan alat tersebut tidak dapat dirasakan
baik dari pihak pasien maupun dari pihak RSUD H.Abdurrahman Sayoeti.

10
11
Untuk itu, RSUD H.Abdurrahman Sayoeti membuat program
pemeliharaan alat medik ini sebagai bagian dari upaya optimalisasi
pemakaian alat medik di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti, agar tujuan
pemberian pelayanan Kandungan dan Anak yang terbaik sehingga
mencapai customer statisfication sesuai dengan Visi RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti.

E. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3


Sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
berbagai bidang maka produksi, distribusi dan penggunaan bahan
berbahaya semakin meningkat jumlahnya maupun jenisnya. Penggunaan
bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan
penangananya dapat menimbulkan ancaman atau bahaya terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu upaya untuk
menghindarkan atau mengurangi resiko bahan berbahaya dilakukan
melalui pemberian informasi yang benar tentang Bahan Berbahaya
Beracun (B3) dan carapenanganannya.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, danatau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makluk hidup lainnya.
Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga
kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3
terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makluk hidup
lainnya. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan Klasifikasi B3.
Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenisB3.
Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
institusi Rumah Sakit (RS) secara langsung menggunakan bahan
berbahaya dan beracun (B3) serta menghasilkan limbah. Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Sumber dari limbah tersebut antara lain dari pelayanan medis (rawat inap,
rawat jalan/poliklinik, rawat intensif, rawat darurat, kamar jenazah) dan
12
dari penunjang medis (dapur, laundry, laboratorium, farmasi, dan
radiologi) dan dari perkantoran. Limbah RS adalah buangan hasil proses
yang berbentuk padat, cair, dan gas yang merupakan limbah B3 yang
mengandung mikroorganisme pathogen, bersifat infektius danradioaktif.
Setiap Rumah Sakit mempunyai kondisi lingkungan, kemampuan
financial dan sumber daya manusia yang berbeda, sehingga dalam
menentukan teknologi pengolah limbah mana yang sesuai untuk suatu
RS, sangat bergantung pada hal- hal tersebut. Atas dasar pemikiran itu
maka perlu diberikan banyakpilihan teknologi pengolah limbah diamana
masing-masing RS dapat menentukan sendiri teknologi mana yang akan
dipiih sesuai dengan kondisi RS itu sendiri.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang mungkin terjadi dan tidak
menimbulkan dampak pada kesehatan manusia maupun lingkungan
tempat kerja, maka diperlukan pengolahan limbah cair rumah sakit
dengan teknologi yang ramah lingkungan dan mudah dioperasikan dan
dipelihara dengan mudah seta dikelola secara terencana sehingga
menjamin dampak yang ditimbulkan dapat seminimal mungkin dengan
kinerja pengolahan limbah yang optimal.

E. Proteksi kebakaran rumah sakit


Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, tidak ada tempat
kerja yang dapat di jamin bebas resiko dari bahaya kebakaran. Kebakaran
di tempat kerja dapat membawa konsekuensi yang merugikan banyak
pihak baik bagi Rumah Sakit, tenaga kerja maupun masyarakat luas.
Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran di tempat kerja dapat
mengakibatkan korban jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja
dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi kalau terjadi kebakaran
pada obyek vital maka dapat berdampak lebihluas.
Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang juga tidak lepas dari
berbagai kemungkinan bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, oleh
karena itu perlu juga dibuat suatu sistem rancangan dan tanggap darurat
terhadap bahaya kebakaran yang baik, melakukan pencegahan
kebakaran dengan menyimpan dan menggunakan bahan-bahan mudah

13
terbakar secara aman, penanganan bahaya dengan penyediaan sarana
jalan keluar yang aman, penyediaan sistem peringatan dini dengan
detector asap, alarm kebakaran dan penyediaan pemadam api dengan
adanya alat pemadam api, selang air (hydrant).
Panitia K3 RSUD H.Abdurrahman Sayoeti sebagai organisasi
pelaksana standar mutu keselamatan di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan membuat proogram yang
mempunyai asek dibidang K3. Aspek-aspek K3 tersebut adalah kesehatan
kerja, keselamatan kerja, penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan
bencana dan kesehatan lingkungan kerja. Program proteksi kebakaran di
RSUD H.Abdurrahman Sayoetidilaksanakan melalui penyediaan fasilitas
dan peralatan seta peningkatan pendidikan dan keterampilan sumber
daya manusia.

f.Utilitas
Setiap rumah sakit harus selalu meningkatkan mutu pelayanan
terhadap masyarakat, untuk meningkatkan mutu kesehatan selain dalam
bidang pelayanan kesehatan terhadap pasien juga diperlukan sistem
penunjang seperti ketersediaan Listrik dan Air setiap saat guna
kelancaran dalam pelayanan seluruh peralatan terpelihara dengan baik.
Lebih jauh lagi sistem penunjang tersebut harus dipelihara guna
meminimalisasikan resiko kegagalanpengoperasian.
Sistem penunjang (utilitas) merupakan faktor utama didalam rumah
sakit, yang termaksud didalam sistem penunjang(utilitas) mencakup listrik,
air dan sistem pendukung lainnya yang harus dipelihara untuk
meminimalkan resiko kegagalan pengoperasian. Instalasi listrik
dilingkungan RSUD H.Abdurrahman Sayoeti Jambi menggunakan dua
sumber arus yaitu PLN dan Genset milik rumah sakit. Bila arus listrik dari
PLN padam makn secara otomatis mesin genset beroperasi atau hidup
dengan wakti 10 detik sehingga sistem kerja dilingkungan rumah sakit
tidak terhenti. Disamping itu diruangan tertentu seperti OK dan NICU
menggunakan alat UPS yang dapat bertahan sampai 1-2 jam. Instalasi air
Sumur Bor digunakan pada semua ruangan rawat inap, rawat jalan, OK,

14
NICU, Perinatologi, Laboratorium, Ruang Bersalin/VK dan fasilitas umum
lainnya.

G. Identifikasi Terhadap Proses Pelayanan Yang Beresiko Infeksi


1) Persiapan Dan Penyaluran(Dispensing)
Manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam
pengobatan paliatif, simptomatik, preventif dan kuratif terhadap penyakit
dan berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang
digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada
pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir dari
para staf rumah sakit sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang
efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan,
penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe),
pendistribusian,persiapan (preparing), penyaluran (dispensing),
pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran para
pemberi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat sangat bervariasi
antara satu negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang
baik bagi keselamatan pasien bersifat universal.

Manajemen pemberian obat atau terapi cairan sangat berpengaruh


terhadap terjadinya resiko infeksi, salah satunya adalah kejadian
phelebitis (dimonitoring melalui pengisian form survailens) hal ini bisa
dipengaruhi oleh pemberian terapi cairan IV yang tidak benar, lama
pemasangan infus, ataupun prinsip pemasangan infus yang tidak benar
serta kepekatan cairan . Untuk mencegah kejadian infeksi yang
disebabkan oleh pemberian terapi cairan maka setiap pemasangan infus
ataupun pemberian terapi cairan IV harus dimonitoring oleh KATIM atau
Kepala Ruangan kemudian dicatat dalam buku monitoring surveilens,
menerapkan SPO pemasangan infus ,SPO penyuntikan yang aman, dan
SPO praktik mengganti infus set dan abocath. Selainitu lingkuangan
persiapan yang tidak aman dan bersih akan juga memicu terjadinyan
infeksi oleh karena itu di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti setiap unit rawat
inap, IGD, dan VK dilengkapi dengan “Clean Area” sebagai tempat untuk
mempersiapkan obat injeksi dan infus sebelum diberikan kepada pasien,
15
tempat ini merupakan tempat bersih dan terhindar dari kontaminasi dari
lingkungan lain yang dilengkapi dengan peralatan dan supplai yang
memadai, misalnya tempat pembuangan sampah infeksius (plastik warna
kuning) dan non infeksius (plastik warna hitam) serta untuk tempat jarum
dimasukkan kedalam safetybox.

2) Identifikasiresiko
Proses untuk mengidentifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa dan
bagaimana hal tersebut bisa terjadi, berikut ini beberapa identifikasi resiko
infeksi di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti:
a. Phlebitis
b. PembuanganSampah
c. Sterilisasi dan Linen
d. Pelayanan Makanan danPermesinan
e. Infeksi Luka Operasi
f. Infeksi SaluranKemih
g. Infeksi SaluranPernafasan
h. Konstruksi

3) Analisisresiko
Beberapa cara yang digunakan untuk menganalisis resiko seperti
Risk Grading Matrix, Root Cause Analysis (RCA) dan Failure Modes and
Effects Analysis (FMEA).
Di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti menggunakan Risk Grading Matrix yaitu
suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.

RISK = Probability (of the Event) X Consequence

a. Dampak(Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat
yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
b. Probabilitas/Frekuensi/Likelihood
16
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya
insiden tersebut terjadi.

17
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity

Penilaian Probabilitas / Frekuensi

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel


Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna
bands risiko.
Untuk menentukan SKOR RISIKO digunakan matriks grading risiko
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arahkanan
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi
dan dampak.

18
BANDS RESIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu
: Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna “bands” akan menentukan Investigasi
yang akan dilakukan :

Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana


Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif /RCA

4) EvaluasiResiko
Evaluasi resiko adalah proses membandingkan antara hasil
analisis resiko dengan kriteria resiko untuk menentukan apakah resiko
dan/atau besarnya dapat diterima atau ditoleransi. Evaluasi resiko ini
berdasarkan Risk ranking, prioritas resiko, membandingkan biaya untuk
mengurangi resiko dengan biaya kalau terjadi resiko, menetapkan bahwa
resiko tersebut bisa diterima atautidak.

5). Pengelolaan Resiko


Pengelolaan resiko dilakukan berdsarkan cara pengendalian
resiko , pembiayaan resiko dan secara komprehensif oleh orang yang
bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya, sehingga tidak ada
resiko yang terlewati, dan terjadi pendelegasian tugas yang jelas sesuai
dengan berat ringannya resiko.

19
BAB IV

TATA LAKSANA

RSUD H.Abdurrahman Sayoeti adalah Rumah Sakit jenis Afiliasi khusus


dengan unggulan tertentu yang menjadi pusat rujukan pelayanan Ibu dan
Anak yang menjamin keselamatan dan keamanan dalam berbagai hal. Oleh
sebab itu, RSUD H.Abdurrahman Sayoeti Jambi menyusun aturan-aturan dan
melaksanakan sesuai dengan aturan untuk menciptakan keselamatan baik
bagi pasien dan keluarga, pengunjung, maupun staf.
Program manajemen risiko berkelanjutan digunakan untuk melakukan
identifikasi dan mengurangi cedera serta mengurangi risiko lain terhadap
keselamatan pasien dan staf. Ada beberapa kategori risiko yang dapat
berdampak pada rumah sakit. Katagori ini antara lain dan tidak terbatas pada
risiko
a. strategis (terkait dengan tujuanorganisasi);
b. operasional (rencana pengembangan untuk mencapai tujuanorganisasi);
c. keuangan (menjaga aset);
d. kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum danperaturan);
e. reputasi (image yang dirasakan olehmasyarakat).

RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah memakai pendekatan proaktif untuk


manajemen risiko. Salah satu caranya adalah dengan program manajemen
risiko formal yang komponen-komponen pentingnya meliputi
a. identifikasi risiko;
b. prioritasrisiko;
c. pelaporanrisiko;
d. manajemenrisiko;
e. invesigasi kejadian yang tidak diharapkan(KTD);
f. manajemen terkait tuntutan(klaim).

Elemen penting manajemen risiko adalah analisis risiko, misalnya


proses untuk mengevaluasi near miss (KNC) dan proses berisiko tinggi
lainnya karena kegagalan proses tersebut dapat menyebabkan kejadian
20
sentinel. Satu alat/metode

21
yang dapat menyediakan analisis proaktif semacam itu terhadap proses kritis
dan berisiko tinggi adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus
kegagalan).
RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah mengidentifikasi dan
menggunakan alat-alat serupa untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko,
seperti hazard vulnerability analysis (analisis kerentanan terhadap bahaya).
Untuk menggunakan alat ini atau alat-alat lainnya yang serupa secara efektif
maka Direktur RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah mengetahui dan
mempelajari pendekatan tersebut,menyepakati daftar proses yang berisiko
tinggi dari segi keselamatan pasien dan staf,kemudian menerapkan alat
tersebut pada proses prioritas risiko. Setelah analisis hasil maka Direktur
mengambil tindakan untuk mendesain ulang proses proses yang ada atau
mengambil tindakan serupa untuk mengurangi risiko dalam proses-proses
yang ada. Proses pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam
setahun dan didokumentasikan pelaksanaannya.
Dalam menerapkan manajemen risiko RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
telah memperhatikan proses proses berisiko yang dapat terjadi pada
pasien,antara lain meliputi:
a. manajemenpengobatan;
b. risiko jatuh;
c. pengendalianinfeksi;
d. gizi;
e. risiko peralatan;dan
f. risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lamaberlangsung.

Dalam menyusun daftar risiko RSUD H.Abdurrahman Sayoeti memperhatikan


ruang lingkup manajemen risiko rumah sakit yang meliputi beberapa hal,
namun tidak terbatas pada
a. pasien;
b. stafmedis;
c. tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di rumahsakit;
d. fasilitas rumahsakit;
e. lingkungan rumah sakit;dan

22
f. bisnis rumahsakit.

23
Untuk memenuhi kebijakan tersebut RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
menyusun
1. Program dan regulasi manajemenrisiko
2. Menyiapkan bukti daftar risiko di tingkat Rumah Sakit sekurang-kurangnya
meliputi risiko a) s/df)
3. Menyiapkan strategi pengurangan risiko tingkat rumah sakit yang ada
pada a) s/d f)
4. Menyiapkan bukti hasil FMEA pada proses berisiko tinggi yang
diprioritaskan
5. Menyiapkan bukti tindak lanjut dari hasil analisis FMEA, penerapan
redesain dan monitoring

A. Perlindungan terhadap kekerasanfisik


RSUD H.Abdurrahman Sayoeti melakukan identifikasi dan melindungi
pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik serta kelompok pasien yang
berisiko yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri, misalnya bayi, anak-
anak, pasien cacat, manula, pasca bedah, gangguan jiwa, gangguan
kesadaran, dll. serta menetapkan tingkat perlindungan terhadap pasien
tersebut. Perlindungan ini mencakup tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga
mencakup hal-hal terkait keamanan, seperti kelalaian (negligent) dalam
asuhan, tidak memberi layanan, atau tidak memberi bantuan waktu terjadi
kebakaran. Semua anggota staf memahami tanggung jawabnya dalam
prosesini.
RSUD H.Abdurrahman Sayoeti menjaga keamanan dalam tiga area, yaitu :
a. Area publik yang terbuka untuk umum seperti area parkir, rawat jalan,
dan penunjangpelayanan
b. Area tertutup yang hanya dapat dimasuki orang tertentu dengan izin
khusus dan pakaian tertentu, misalnya kamaroperasi.
c. Area semi terbuka, yaitu area yang terbuka pada saat-saat tertentu
dan tertutup pada saat yang lain, misalnya rawat inap pada saat jam
berkunjung menjadi area terbuka, tetapi di luar jam berkunjung menjadi
area tertutup untuk itu pengunjung di luar jam berkunjung harus diatur,
diidentifikasi, dan menggunakan identitaspengunjung.

24
Seluruh staf RSUD H.Abdurrahman Sayoeti memahami peran mereka
dalam tanggung jawabnya dalam melaksanakan proses perlindungan.
Bukti pelaksanaan proses perlindungan :
1. Proses perlindungan di lingkungan Rumah Sakit:
a. Pengawasan terhadap lokasi pelayanan yang terpencil dan
terisolasi, seperti pada:
- Didepan ruanganVK

- Didepan RuangHCU

- Didepan Ruangan bayi danOK

- DiruangBayi

- DidepanPoliklinik

- DijalurEvakuasi/Selasar
b. Pengawasan ketat terhadap ruang perawatan bayi dan anak–anak
untuk mencegah penculikan dan perdagangan pada bayi dan anak
-anak
c. Meletakkan CCTV di area – area khusus seperti, di ruang HCU,
Ruang Perinatal Risiko Tinggi, di depan lift, di pintu masuk, tempat
pendaftaran dan area parkir, serta melakukan monitor CCTV yang
bisa diakses di satpam dan di ruangserver.
d. Semua pengunjung diluar jam besuk yang masuk ke RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti di identifikasi oleh security dan mengisi
data di buku pengunjung diluar jam besuk. Pengunjung yang
mencurigakan diperiksa dan diinvestigasi olehpetugas
e. Membatasi jumlah pasien yang masuk ke ruang perawatan, diluar
jam besuk dengan menerapkan ketentuan hanya mereka yang
sudah di identifikasi security yang boleh memasuki
ruangperawatan.

25
2. Cara RSUD H.Abdurrahman Sayoeti melindungi pasien dari
kesalahan asuhanmedis

a. Memberikan asuhanmedis sesuai panduan


praktekklinis danclinical pathway.
b. Mengupayakan sarana prasarana yang safety untuk asuhan
medik dankeperawatan.

Di rumah sakit juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


perlindungan keselamatan kesehatan pasien.dan merupakan bagian dari
hak yang wajib diberikan kepada pasien dan keluarganya.
Kekerasan Fisik Di Rumah Sakit Dapat Dialami Oleh:
1) Bayi Baru Lahir(Neonatus)
Kekerasan terhadap bayi meliputi semua bentuk tindakan/ perlakuan
menyakitkan secara fisik, pelayanan medis yang tidak standar seperti
inkubator yang tidak layak pakai, penculikan, bayi tertukar dan
penelantaran bayi. Menurut data dari Kementrian Kesehatan Kasus
penculikan bayi menujukkan peningkatan dari 72 kasus di tahun 2011
menjadi 102 di tahun 2012, diantaranya 25% terjadi di rumah sakit,
rumah bersalin, danpuskesmas.
2) Kekerasan Pada Anak (child abuse) di rumah sakit adalah perlakuan
kasar yang dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan,
penganiayaan fisik, seksual, penelantara (ditinggal oleh orangtuanya di
rumah sakit), maupun emosional, yang diperoleh dari orang yang
disayang ada dilingkungan rumah sakit. Hal tersebut mungkin dilakukan
oleh orang tuanya sendiri, pasien lain atau pengunjung atau oleh staf
rumah sakit. Terjadinya kekerasan fisik adalah dengan penggunaan
kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak yang tidak berdaya yang
seharusnya diberikanperlindungan.
3) Lansia
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam
menikmati standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku
umum bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Salah satu contoh
kelompok rentan tersebut adalah orang-orang lanjut usia (lansia).
26
Ternyata, walau sudah memiliki keterbatasan,lansia juga rentan
terhadap kekerasan. Menurut statistik, lebih dari dua juta lansia
mengalami kekerasan setiap tahunnya. Kekerasan pada lansia adalah
suatukondisiketika seorang lansia mengalami kekerasan oleh orang
lain. Dalam banyak kasus, kekerasan fisik datang dari orang-orang yang
mereka percayai. Karenanya, mencegah kekerasan pada lansia dan
meningkatkan kesadaran akan hal ini, menjadi suatu tugas yang sulit.
Statistik dari Dinas Pelayanan di New Zealand menunjukkan bahwa
kebanyakan, orang-orang yang melakukan kekerasan terhadap lansia,
merupakan anggota keluarga atau orang yang berada pada posisi yang
mereka percayai, seperti: pasanganhidup, anak, menantu, saudara,
cucu, atau pun perawat. Kekerasan fisik pada lansia di rumah sakit,
yaitu bisa berupa perkosaan, pemukulan, dipermalukan/ diancam
seperti anak kecil, diabaikan / diterlantarkan, atau mendapatkan
perawatan yang tidak standar.
4) Kekerasan PadaPerempuan
Kekerasan di rumah sakit dapat berupa perkosaan, yaitu hubungan
seksual yang dilakukan seseorang atau lebih tanpa persetujuan
korbannya. Namun perkosaan tidak semata-mata sebuah serangan
seksual akibat pelampiasan dari rasa marah, bisa juga disebabkan
karena godaan yang timbul sesaat seperti melihat bagian tubuh pasien
wanita yang tidak ditutupi pakaian atau selimut, mengintip pasien pada
saat mandi dan sebagainya.
5) Orang Dengan GangguanJiwa
Pasien dengan gangguan jiwa, terkadang tidak bisa mengendalikan
perilakunya, sehingga pasien tersebut perlu dilakukan tindakan
pembatasan gerak (restraint) atau menempatkan pasien di kamar
isolasi. Tindakan ini bertujuan agar pasien dibatasi pergerakannya
karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, bila
tindakan isolasi tidak bermanfaat dan perilaku pasien tetap berbahaya,
berpotensi melukai diri sendiri atau orang lain maka alternatif lain adalah
dengan melakukan pengekangan/pengikatan fisik (restraint). Kekerasan
fisik pada pasien jiwa yang dilakukan restrain di rumah sakit, bisa

27
disebabkan oleh tindakan restrain yang tidak sesuai prosedur, atau
menggunakan pengikat yang tidak standar. Selain itu, pasien jiwa yang
dilakukan restrain mudah menerima
kekerasanfisik,baikdaripengunjunglain,sesamapasienjiwa,maupunoleh
tenaga medis. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi pasien yang “
terikat “ sehingga mudah mendapatkan serangan
6) PasienKoma
Kekerasan fisik bagi pasien yang koma di rumah sakit, bisa disebabkan
oleh pemberian asuhan medis yang tidak standar, penelantaran oleh
perawat, diperlakukan secara kasar oleh tenaga kesehatan yang
bertugas sampai pada menghentikan bantuan hidup dasar pada pasien
tanpa persetujuankeluarga/wali

B. Kebijakan Pengelolaan Keselamatan dan Keamanan RSUD


H.Abdurrahman Sayoeti Jambi.
1. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti mempunyai program tentang
pengelolaan keselamatan dan keamanan melalui penyediaan fasilitas
fisik dan mencipkatakan lingkungan yang aman bagi pasien, keluarga,
pengunjung dan staf. Rumah sakit telah menyusun program
pengelolaan keselamatan dan keamanan yang kegiatannya meliputi:
a. Melakukan assesmen risiko secara komprehensif dan proaktif
untuk mengidentifikasi bangunan, runagan/area, peralatan,
perabotan dan fasilitas lainnya yang berpotensi menimbulkancidera
b. Melakukan assesmen risiko pra kontruksi (PCRA) setiap ada
kontruksi, renovasi atau penghancuranbangunan.
c. Merencanakan dan melakukan pencegahan dengan menyediakan
fasilitas pendukung yangaman
d. Menciptakan lingkungan yang aman
e. Melakukan monitoring pada daerahterbatas
f. Menyediakan fasilitas yang aman baik bagi pasien, keluarga, dan
pengunjung serta staf rumahsakit.

28
2. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah menetapkan tim kerja yang
bertanggungjawab terhadap pengelolaan keselamatan dan keamanan
yantu timK3RS.

3. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah mengidentifikasi area-area yang


berisiko dan mempunyai risk register (daftar risiko) yang berhubungan
dengan keselamatan dankeamanan.
4. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti memberikan identitas kepada
penunggu pasien, pengunjung (termasuk tamu), staf rumah sakit,
termasuk tenant jikaada.
5. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti melakukan pemeriksaan fasilitas
secara berkala, membuat rencana perbaikan dan telah melaksanakan
perbaikan yang disusun dalam program.
6. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti memasang CCTV untuk memonitoring
pada area yang berisiko keselamatan dankeamanan.
7. RSUD H.Abdurrahman Sayoeti menyediakan fasilitas yang aman
sesuai denganperundang-undangan.

C. Keselamatan dan Keamanan Gedung/Bangunan Rumah Sakit


1. Melakukan identifikasi risiko dan pengaman keselamatan pasien, staf
dan pengunjungRumah sakit menetapkan area berisiko terhadap
keselamatan dan keamanan antara lain: incenerator (tidak
difungsikan), genset, dapur, IPAL, radiologi, laboratorium, dan gudang
obat. Pengawasan dan pengamanan area berisiko harus dilaksanakan
secara ketat dan berkelanjutan.
2. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan bangunan rumahsakit
Rumah sakit membuat rencana untuk pemeliharaan dan perbaikan
bangunan rumah sakit meliputi pemeliharaan dan perbaikan lantai,
dinding, plafond dan jendela dan dilakukan oleh petugas yang
kompeten dibidangnya.
3. Pengontrolan dan pengecekan kondisibangunan
Dilaksanakan oleh urusan dalam dan ada ceklis pengontrolan dan
pengecekan. Untuk lantai :
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin,

29
mudah dibersihkan dan berwarnaterang.

30
b. Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada
genanganair.
c. Khusus ruang operasi, lantai rata, tidak mempunyai pori atau
lubang untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan
vynil anti elektrostatik dan tidak mudahterbakar.
Untuk dinding (Mengacu pada KepMenKes No. 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit) :
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak
mengandung logamberat.
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding
dengan langit-langit membentuk conus (tidak membentuksiku).
c. Dinding KM/WC dari bahan yang kuat dan kedapair.
d. Permukaan dinding keramik rata, rapid an sisa permukaan keramik
dibagi sama ke kanan dan kekiri.
e. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara
dinding bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca
antiradiasi.
f. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,5 m darilantai.

Untuk pintu/jendela :
a. Pintu harus cukup tinggi minimal 210 cm dan lebar minimal 120cm.
b. Pintu dapat dibuka dariluar
c. Ambang bawah jendela minimal 1 m darilantai.
d. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar, memakaijeruji.
e. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka
tetapi harus menutup sendiri (dipasang penutup pintu/ doorclose).
f. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi
Pb minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm
dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta
dilengkapi jendela kaca anti radiasi.

31
Untuk plafond :
a. Rangka plafond kuat dan antirayap.
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak
menggunakan bahanasbes.
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m darilantai.
d. Langit-langit menggunakan cat antijamur.
e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah

Untuk ventilasi :
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara
yang cukup, luas minimum 15 % dari luaslantai.
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk
ruang operasi, kombinasi antara exhaust fan dan AC harus dapat
memberikan sirkulasi udara dengan tekananpositif.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filterbakteri.

Untuk sanitasi :
a. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik,
utuh dan tidak cacat serta mudahdibersihkan.
b. Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, dan berfungsi dengan
baik.
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak
menimbulkan bau, dilengkapi dengan disinfektan dan tisu yang
sekalibuang.
d. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah
toiletnya dan kamar mandi 10 :1.
e. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan
kamar mandi 20 : 1.
Pengecekan ini dilakukan rutin per enam bulam, namun bila ada
kerusakan secepatnya diperbaiki.

32
4. Perbaikan terhadap setiap kerusakan yang ditemukan
Untuk menghidari terjadinya insiden maka perlu dilakukan perbaikan
setiap kerusakan baik berupa peralatan maupun sarana gedung
5. Melakukan pengamanan terhadap kegiatan pembangunan dan
renovasi bangunan
Pengamanan terhadap kegiatan renovasi dengan menggunakan ICRA
(Infection Control Risk Assessment) bekerjasama dengan bagian PPI
(Perawat Pengendali Infeksi)

D. Keselamatan dan Keamanan Halaman dan LahanParkir


1. Perluasan lahan parkir sesuaikebutuhan
Area parkir harus tertata dengan baik dan apabila jumlah kendaraan
semakin bertambah, direncanakan untuk penambahan lahan parkir.
Lahan parkir dokter, staf dan pengunjung dibedakan. Lahan parkir
dokter spesialis berada di depan rumah sakit untuk mempermudah
dikala ada emergency, sementara lahan parkir staf telah dipasang
kamera untuk lebih mudah dalam pengawan dan lahan parkir
pengunjung atau pasien dijaga langsung oleg petugas parkir.
2. Penambahan tanaman peneduh danpenghijauan
Tanaman tertata dengan baik dan tidak menutup rambu-rambu yang
ada, dipelihara dan berfungsi memberikan keindahan, kesejukan,
kenyamanan bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien rumah
sakit.
3. Pengamanan halaman dan lahan parkir rumah sakit
Pintu gerbang masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan
gardu jaga. Jalan di area parkir pada kedua belah tepinya dilengkapi
dengan kansten dan di rawat. Dilakukan pemeliharaan dan perbaikan
paving blok agar lahan parkir terlihat rapi.

33
E. Keselamatan dan keamanan fasilitas dan peralatan rumahsakit
1. Pemeriksaan dan Pemeliharaan alat kesehatan dan alat umum
Agar semua peralatan di rumah sakit selalu dalam kondisi aman dan
siap pakai maka dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, memiliki
perizinan, dan di kalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas
Kesehatan dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus
memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang
berwenang. Penggunaan peralatan medis dan non medis di rumah
sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.

2. Perbaikan setiap peralatan rumah sakit yangrusak

Peralatan rumah sakit yang rusak diperbaiki oleh teknisi internal dan
jika tidak mampu laksana, diperbaiki oleh teknisi eksternal.
3. Pencegahan terhadap kejadian kehilangan dan kerusakan asset
rumah sakit
Untuk pencegahan terhadap kehilangan dan kerusakan asset rumah
sakit, Setiap petugas piket yang bertugas wajib menanyakan kepada
semua tamu/pengunjung tentang maksud dan tujuan berkunjung ke
rumah sakit. Apabila kunjungan tersebut berkaitan dengan penugasan
maka petugas yang menerima tamu wajib menanyakan surat tugas
yang bersangkutan. Tamu/pengunjung wajib meninggalkan tanda
pengenal di pos jaga untuk diganti dengan tanda pengenal/kartu tamu.
Petugas mencatat nama dan alamat tamu/pengunjung sesuai dengan
identitas yang dimiliki (KTP, SIM, PASPORT). Setelah selesai
berkunjung, tamu/pengunjung kembali ke pos jaga untuk menyerahkan
kartu tamu dan mengambil identitasnya. Petugas piket dan proovost
juga melakukan patrol pengaman secara rutin dan berkelanjutan serta
mewujudkan budaya sadar security di lingkungan rumahsakit.
4. Pengadaan fasilitas untuk keamananruangan
Untuk pengamanan ruangan, dipasang CCTV, kunci pengaman dan
lampu penerangan dan dilakukan pemantauan oleh petugas terkait.

34
F. Pencegahan dalam Pencurian, Tindak Kekerasan danPenculikan
1. Identifikasi pengunjung rumahsakit
Untuk pencegahan terhadap pencurian, tindak kekerasan dan
penculikan di rumah sakit, Setiap petugas piket yang bertugas wajib
menanyakan kepada semua tamu/pengunjung tentang maksud dan
tujuan berkunjung ke rumah sakit. Apabila kunjungan tersebut
berkaitan dengan penugasan maka petugas yang menerima tamu
wajib menanyakan surat tugas yang bersangkutan. Tamu/pengunjung
wajib meninggalkan tanda pengenal di pos jaga untuk diganti dengan
tanda pengenal/kartu tamu. Petugas mencatat nama dan alamat
tamu/pengunjung sesuai dengan identitas yang dimiliki (KTP, SIM,
PASPORT). Setelah selesai berkunjung, tamu/pengunjung kembali ke
pos jaga untuk menyerahkan kartu tamu dan mengambil identitasnya.
Untuk mencegah penculikan bayi khususnya di Kamar bayi Baru Lahir
(Ruang Perinatologi) perlu dilakukan:
a. Tentukan siapa saja yang boleh masuk ruang perinatologi
(Perawat/Bidan/Dokter/Ibu yangmelahirkan).
b. Pengunjung hanya boleh melihat bayi dari luar ruangperinatologi.
c. Ruang perinatogi dilengkapi dengan fasilitas berupa CCTV dan
pintu yang selalutertutup.
d. Lakukan pengamanan secara rutin dan periodik oleh petugaspiket.
Apabila ditemukan ada pengunjung yang mencurigakan, perawat
ruang perinatologi segera melaporkan kepada petugas piket setempat
untuk ditindak lanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Perawat ruang
perinatologi harus selalu melakukan pengecekan dan identitas bayi
yang ada di ruang perinatologi. Apabila terjadi kecurigaan ada bayi
hilang di ruang perinatologi, perawat ruang perinatologi segera
melaporkan kepada petugas piket dan atasannya. Atas dasar laporan
tersebut petugas piket setempat segera menghubungi pos piket dipintu
masuk/keluar untuk mengecek melalui monitor CCTV dan mengambil
tindakan pencegahan / pengamanan terhadap kemungkinan bayi
dibawa keluar dari rumahsakit

35
melalui pintu tersebut. Lakukan pengecekan ke rumah keluarga pasien
untuk memastikan apakah bayi tersebut di bawa pulang. Apabila telah
dilakukan pengecekan bayi yang hilang tidak ditemukan segera
hubungi Instansi Kepolisian setempat untuk ditindak lanjuti.
2. PemasanganCCTV
Perangkat CCTV dipasang di daerah yang rawan dan strategis Ruang
Perinatologi, Ruang tunggu, Perawatan objek/sarana vital dll.
3. Diklat pencegahan dan penanggulangan terhadap pencurian, tindak
kekerasan danpenculikan.
Berkoordinasi dengan bagian Diklat untuk memberikan bekal kepada
petugas dilapangan agar selalu siap dan terlatih apabila ada kejadian
pencurian, tindak kekerasan dan penculikan.

G. Pencegahan KejadianCidera
1. Pemberian rambu-rambu peringatan dan petaberisiko
2. Pemasangan dan pengawasan anti slip pada anak tangga Persyaratan
keamanan untuk tangga antara lain:
a. Dipasang anti slip pada bibir anaktangga
b. Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua
arah.
c. Lebar injakan minimum 28cm.
d. Tinggi injakan maksimum 21cm.
e. Tidak berbentukbulat/spiral.
f. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yangseragam.
g. Memiliki kemiringan injakan <90°.
h. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satusisinya.
Dilakukan ceklis dan apabila ada kerusakan segera dilaporkan ke
pimpinan untuk segera dilakukan perbaikan.
3. Pemasangan dan pengawasan railingtangga
Railing tangga mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dan bebas
hambatan.

36
4. Pengawasan terhadap penahan tempat tiduranak
Tempat tidur anak dilengkapi dengan penahan pada kedua tepinya
agar tidak berisiko jatuh.
5. Pengawasan terhadap pembersihanlantai
Lantai yang akan di lakukan pembersihan, diberi tanda “lantai licin”
agar semua orang yang melintas melihat tanda tersebut dan tidak
melewati lantai tersebut, sehingga terhindar dari insiden terpeleset/
terjatuh. Pengawasan dilakukan oleh Tim pengawas yang ditunjuk.
6. Pengadaan dan pengawasan terhadap ram/jalanmelandai
Jalan melandai dipasang alas anti slip agar setiap orang yang lewat
tidak terpeleset/terjatuh. Ram dilengkapi dengan pegangan rambatan,
kuat dan ketinggian 80 cm.
H. Pencegahan Kejadian terhadap BahanB3
1. Klasifikasi bahanB3
Yang termasuk klasifikasi bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang
mempunyai sifat :
a. Mudahmeledak(explosive)
b. Pengoxidasi(oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (extremelyflammable)
d. Sangat mudah menyala(highlyflammable)
e. Mudah menyala(flammable)
f. Amat sangat beracun (extremelytoxics)
g. Sangat beracun (highlytoxics)
h. Beracun (moderatelytoxics)
i. Berbahaya(harmful)
j. Korosif(corrosive)
k. Bersifatiritasi(irritant)
l. Bebbahaya bagi lingkungan (dangerous totheenvironment)
m. Karsinogenik(carcinogenic)
n. Teratogenik(teratogenic)
o. Mutagenik(mutagenic)

37
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TingkatBahaya
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya
dipengaruhi oleh :
a. Dayaracun dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50 dimana
makin kuat nilai LD50 atau LC50 bahan berbahaya beracun/kimia
menunjukkan makin tinggi daya racunnya.
b. Cara B3 masuk kedalam tubuh (route of entry) yaitu melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit.
Diantara yang sangat berbahaya adalah melalui saluran pernafasan
karena tanpa disadari bahan kimia akan masuk ke dalam tubuh
bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m 2 selama
8 jam kerja dan sulit di keluarkan kembalidaritubuh.
c. Konsentrasi macam dan lama paparan B3 yaitu besar dosis yang
berada di udara tau yang kontak dengan bagian tubuh,kemudian
lamanya paparan terjadi apakah terus menerus atau terputus-putus
menentukan jumlah dan dosis yang masuk kedalamtubuh.
d. Efek kombinasiB3, yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat
dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan tindakan
pertolongan ataupengobatan.
e. Kerentanan calon korban paparanB3. Masing-masing individu
mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap pengaruh B3.
Semestinya individu terhadap pengaruh bahan kimia tergantung
kepada umur, jenis kelamin, kondisi umum kesehatan dan lain-lain.

3. Pegaruh B3 TerhadapKeseatan
a. Menyebabkan iritasi yaitu terjadi luka bakar setempat akibat kontak
bahan kimia dengan bagian-bagian tubuh tertentu seperti kulit, mata
atausaluranpernafasan.
b. Menimbulkan alergi, nampak sebagai bintik-bintik merah kecil atau
gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan berupa batuk-
batuk, nafas tersumbat dannafaspendek.

38
c. Menyebabkan sulit bernafas, seperti tercekik atau aspiksia karena
kekurangan oksigen akibat diikat oleh gas inert seperti
nitrogendankarbondioksida.
d. Menimbulkan keracunan sistemik, bahan kimia yang dapat
mempengaruhi bagian-bagian tubuh, diantaranya merusak hati,
ginjal, susunan syaraf danlain-lain.
e. Menyebabkan kanker, akibat paparan jangka panjang bahan kimia,
sehingga merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali
dalam bentuktumorganas.
f. Menyebabkan kerusakan/kelainan janin ditandai kelahiran dalam
keadaan cacatataukemandulan.
g. Menyebabkan pneumokoniosis yaitu timbunan debu dalam paru-
paru sehingga kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen
menjadi kurang, akibatnya penderita mengalami nafaspendek.
h. Menyebabkan efek bius (narkotik) yaitu bahan kimia, mengganggu
sistem syaraf pusat menyebabkan orang tidak sadar, pingsan
ataukematian

4. MSDS danLabel
a. MSDS (Material Safety Data Sheet / Lembar Data
KeselamatanBahan)
Lembar data keselamatan bahan-bahan secara garis besar harus
memuat penjelasan-penjelasan antara lain :
1) Identifikasi dari bahan tersebut misalnya perusahaan dari supplier
secara mendetail, nama produk atau kodenya, penggunaannya,
klasifikasidaribahan.
2) Komposisi dan ciri-ciri fisik khusus dari bahan misalnya bentuk,
warna, bau, titik didih, titik uap,pH,LEL.
3) Informasi tentang bahaya bahan tersebutterhadapkesehatan.
4) Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan
yang benar daribahan.
5) Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang amandari
Bahan

39
b. Labelatauetiket
Label atau etiket diperlukan sebagai informasi yang cepat dapat
dikenal untuk pekerja, sehingga dengan cepat dapat bersikap hati-
hati dalam penanganan bahan kimia berbahaya. Cara pemberian
label atau etiket dapat juga berbeda satu negara ke negara lain atau
dari satu petunjuk ke yang lainnya

5. Prinsip Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)


a. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk
mengenal ciri-ciridankarakteristiknya.
b. Evaluasi, untuk menentukan langkah-lagkah atau tindakan yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristiknya dari bahan atau instalasi
yang ditangani sekaligus memprediksi resiko yang mungkin terjadi
apabilakecelakaanterjadi.
c. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan
evaluasi yang dilakukanmeliputi:
1) Pengendalian operasional seperti eliminasi, subsitusi, ventilasi,
penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dan
menjagahygieneperorangan.
2) Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label,
penyediaan lembar data kesehatan bahan (MSDS) pembuatan
prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pematauan rutin serta
pendidikandanlatihan.
3) Inpeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja
yangaman.
4) Pembatasan keberadaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja
sesuai dengan jumlahambangbatasnya.
d. Penanggulangan Kecelakaan dan KeadaanDarurat
e. Mengamankan (mengisolasi) tempatterjadinyakecelakaan.
f. Menginformasikan tentang adanya kecelakaan Bahan Berbahaya
dan Beracun(B3) kepada petugas tanggap darurat
denganmengaktifkan

40
sistim tanggap darurat
g. Menanggulangi kecelakaan sesuai denganprosedurtetap
penanggulangan kecelakaan dan melakukan evakuasi biladiperlukan.
h. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat
Pemerintah kotasetempat.

6. Prosedur Pengadaan B3
a. Setiap jenis Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3) yang akan
diadakan, didistribusikan atau diedarkan harus terdaftar pada
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan di sertai tanda buktipendaftaran.
b. Wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)
c. Diberikan SimboldanLabel
d. SetiapBahanBerbahayadanBeracunharusdiberiwadahdandikemasde
ngan baik sertaaman.
e. Pada wadah harus dicantumkan Penandaan :
1) Nama sediaan /Namadagang
2) Nama BahanAktif
3) Isi /BeratNetto
4) Kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya, petunjuk
pertolongan pertama padakecelakaan
f. Penandaan ini harus mudah dilihat, dibaca, dimengerti, tidak mudah
lepas danluntur.
g. B3 ditempatkan, disimpan dan diberikan symbol dan labeldan
dilengkapi system tanggap darurat

7. Jenis Bahan Berbahaya RumahSakit


Bahan Berbahaya yang ada di RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
a. Formalin
b. Alkohol
c. Etanol
d. EtilAlkohol

41
e. Bahan Kimia BersifatAsam
f. Desinfektan
g. Fixer
h. Developer
i. Oli
j. Accu
k. AirRaksa
l. Aerosol
m. Aseton
n. LampuNeon

Penanganan tumpahan bahan berbahay beracun:


a. Spil Kit untuk penanganan tumpahan Bahan Berbahaya Beracun
1) Untuk materi infeksius: kertas absorben, kain kassa,
tissue,alkohol
2) Untuk material cairan: kertas absorben, kain kassa, tissue
3) Untuk material padatan: sapu, pengki debu atau sekop, kantong
plastik dengan label yangsesuai
4) Untuk material gas: membuka jendela dan pintu, menyalakan
exhaust fan jika ada, menginstruksikan seluruh orang untuk
menjauhi area terjadinyakebocoran
5) Untuk bahan kimia berbahaya: solven yang sesuai

b. APD untuk penanganan tumpahan Bahan BerbahayaBeracun

42
Kacamata pelindung, Masker/ pelindung wajah, Apron, Sarung
tangan non steril, Penutup kepala/ topi
c. Simbol simbol tentang bahan berbahaya danberacun

JENIS SIMBOL

B3 Pengoksidasi

B3 bersifat Beracun

B3 bersifat Iritasi

B3 bersifat
berbahaya

43
B3 bersifat mudah
meledak

B3 bersifat korosi

B3 bersifat
karsinogenik,
teratogenik dan
mutagenik

B3 gas bertekanan

44
d. Simbol simbol tentang limbah bahan berbahaya danberacun
KLASIFI KASI
LIMBAH SIMBOL JENIS LIMBAH

Perban, kassa, masker,


LIMBAH INFEKSIUS kultur laboratorium, diapers,
jaringan tubuh manusia, dan
material terkontaminasi
cairan infeksi

LIMBAH Jarum suntik,peralatan,


BENDA TAJAM infus, skapel,pecahan
kaca, patahan ampul
limbah yang sitotoksik
LIMBAH SITOTOKSIK mengandungobat

limbah yang radioaktif


LIMBAH RADIOAKTIF mengandungbahan

Limbah yang kimia, logam


SIMBOL bertekanan
LIMBAH KIMIA TERGANTUNG mengandung berat tinggi,
KARAKTERISTIK bahan wadah
BAHAN KIMIA

8. Tata laksana Pengelolaan limbah RSUD H.Abdurrahman Sayoeti


Dalam melakukan penanganan limbah yang dihasilkan dari
kegiatan aktifitas rumah sakit pada RSUD H.Abdurrahman Sayoeti
Jambi dilakukan mengacu pada peraturan yang berlaku seperti
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 56 tahun 2015 tentang
Tatacara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 1204 tahun 2004 tentang persayatan
kesehatan lingkungan rumah sakit.
Penanganan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas rumah sakit
jika dilaksanakan secara baik dan benar akan dapat meminimalkan
dampak negatif. Khususnya untuk limbah yang infeksius, yang
berasal dari kamar operasi, IGD, ruang perawatan,laboratorium dan
45
laundry.
Demikian pula halnya limbah cair yang dihasilkan oleh proses-
proses penanganan / tindakan yang menggunakan bahan-bahan
medis (obat-obatan yang bersifat patogenik).
Dampak pengelolaan limbah pada komponen hayati, flora dan
fauna darat relatif tidak berdampak, kecuali terhadap fauna perairan
dapat terpengaruhi terkait dengan adanya aliran limbah cair bila tidak
dilakukan pengelolaan dengan baik.
Dengan adanya fasilitas pengelolaan limbah, dampak yang
akan terjadi terhadap lingkungan cukup kecil. Pengelolaan limbah
yang baik akan berdampak positif terhadap lingkungan, sebaliknya
jika tidak dilaksanakan akan berdampak buruk dan menimbulkan
pencemaran terhadap lingungan hidup dan persepsi negatif
darimasyarakat.

9. Pemeliharaan AlatMedis
Merupakan kegiatan untuk memperoleh data atas seluruh alat kesehatan
yang di miliki Rumah Sakit, Sejak dari berdirinya RSUD H.Abdurrahman
Sayoeti Jambi belum ada Kerja Sama Oprasional (KSO) dari pihak
ketiga. Pemeriksaan Alat Medis dilakukan oleh petugas yang kompeten.
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan yang
diharapkan atau sesuai dengan standard keamanan dan standard dari
perbaikan . Uji fungsi dilakukan untuk alat-alat yang baru di beli untuk
menghindari hal-hal yang tidak di inginkan serta untuk mengetahui
apakah alat tersebut siap di gunakan serta sesuai standar keamanan .
Pemeliharaan dan kalibrasi :
1. Identifikasi dan inventarisasi peralatanmedis
Dilakukan dengan cara pendataan dan pencatatan semua alat
medis yang di miliki oleh Rumah Sakit.
2. PemeliharaanBerkala
Dilakukan dengan cara servis rutin oleh masing-masing
vendor terhadap peralatan setiap 6 bulan sekali, atau
sebelum 6 bulan apabila diperlukan.

46
3. PemeliharaanPreventif
Pemeliharaan yang di lakukan secara rutin untuk
mempertahankan kualitas Peralatan.
4. UjiFungsi
Dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan fungsi kompenen alat.
5. Kalibrasi
Dilakukan dengan cara mengundang orang khusus terkait
dengan masalah penyelesaian kalibrasi RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti.

L. ProteksiKebakaran
Apabila Terjadi Kebakaran Pada Jam Kerja.
1. Bila terjadi kebakaran disuatu bagian, petugas yang pertama kali
melihat api tersebut segera mengambil tindakan untuk
memadamkan dengan menggunakan alat pemadam yang ada
dengan dibantu petugas lain dibagian tersebut serta salah
seorang personil melaporkan kejadian itu ke SPV dan
berkordinasi dengan IPSRS untuk membunyikan alarm
kebakaran dan mematikan aliran listrik.
2. Katim Unit.
a. Segera memerintahkan salah satu petugas di masing-masing
unit untuk membunyikan tanda tanda adanya bahaya
kebakaran, dan mematikansaluranlistrik.
b. Melaporkan kejadian tersebutkepadaSPV.
c. Mengerahkan anggota jaga lainnya termasuk security untuk
memperketat pengawasan terhadap personil yang keluar atau
masuk Kawasan RSUD H.Abdurrahman Sayoeti.
d. Menghubungi dinas pamadam kebakaran Kota JAMBI
Telp.113 atau41171.
e. CodeRed. Kode yang mengumumkan adanya ancaman
kebakarandilingkungan rumah sakit ( api maupun asap ),
sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk
kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel

47
rumah sakit, yang masing-masing memiliki tugas yang
spesifikyangharus dikerjakan sesuai panduan tanggapan
darurat bencana rumah sakit. Misalnya ; Petugas teknik
segera mematikan listrik diarea kebakaran, perawat segera
memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, salah satu petugas
memberikan informasi menggunakan pengeras suara atau
telp namun jika tidak memungkinkan pemberian informasi
dilakukan petugas secara cara estafet.
f. Security mengarahkan jalan masuk menuju lokasi kebakaran
apabila petugas dinas pemadam kebakaran telah sampai
diRSUD H.Abdurrahman Sayoeti.

3. Satuan Pemadam Kebakaran.


a. Ketua K3RS atau SPV segera memerintahkan petugas di
lokasi kebakaran untuk segera memindahkan pasien,
material dan dokumen yang ada
ketempatpenampungansementara
b. Anggota pemadam segera mengambil peralatan yang ada
untuk memadamkan kebakaran dan dibantu oleh petugas
lain yang berada disekitarlokasikebakaran.
4. SatuanPenyingkiran/Evakuasi.
Seluruh anggotanya segera memindahkan pasien, material dan
dokumen dari lokasi kebakaran ke tempat penampungan
sementara dibantu oleh petugas lain yang berada disekitar
lokasikebakaran.
5. Satuan PengamananKebakaran.
a. Seluruh anggotanya segera membantu Sat pemadam dan
Sat penyingkiran untuk mengawasi dan mengamankan
pasien, material, dokumen dilokasi kebakaran maupun
yang sudah berada di tempat penampungansementara.
b. Mencegah dan melarang masyarakat yang tidak
berkepentinganberadadisekitarlokasikebakaran,agartidak

48
menghalangi petugas dalam mengatasi kebakaran tersebut.
6. Satuan Khusus.
a. UnitGawatDarurat
 Menyiapkan seluruh anggotadanperalatannya.
 Memberikan pertolongan kepada personil
korbankebakaran.
b. Angkutan
 Seluruh anggota angkutan bergabung dengan satuan
evakuasi.
 Menyiapkan seluruh kendaraan untuk mengevakuasi
pasien / personil, material dan dokumen ke
tempatpenampungansementara

7. Apabila Terjadi Kebakaran Di LuarJamKerja.


a. Bila terjadi kebakaran disuatu bagian, personil yang
pertama kali melihat api tersebut segera mengambil
tindakan untuk memadamkan dengan menggunakan alat
pemadam yang ada dengan dibantu personil lain dibagian
tersebut serta salah seorang personil melaporkan
kejadian itu ke KARU/ SPV dan berkordinasi dengan
IPSRS untuk membunyikan alarm kebakaran dan
mematikan aliran listrik.
b. IPS-RS
1) Membunyikan tanda bahaya kebakaran dan
mematikansaluranlistrik
2) Mengerahkan perawat dan petugas medis untuk
memberi bantuan memadamkan kebakaran tersebut
dengan menggunakan alat pemadamyangada.
3) Mengerahkan anggota lainnya untuk mengadakan
pengamanan personil yang keluar / masuk RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti.
4) Segera minta bantuan kepada dinas pemadam
kebakaran Kota JAMBI telp. 113atau41171.

49
5) Melaporkan kejadian tersebut kepada SPV.

c. Security.
1) Melaksanakan tugas pengamanan sesuai dengan
tanggungjawabnya.
2) Membantu kegiatan Satuan
penyingkiran/evakuasikebakaran.
8. JalurEvakuasi
a. Bila terjadi kebakaran di lantai 1 evakuasi Pasien, Keluarga
Pasien, Pengunjung dan Staf RSUD H.Abdurrahman
Sayoeti dapat dilakukan dengan2alternatif.
1) Diarahkan ke pintu utama yang berada di depan di area
Rekam Medis atau Informasi menuju titik kumpul yang
berada diparkiran.
2) Diarahkan melalui pintu yang berada di IGD menuju
titik kumpul yang berada diparkiran.
b. Bila terjadi kebakaran di lantai 2 evakuasi Pasien, Keluarga
Pasien, Pengunjung dan Staf RSUD H.Abdurrahman
Sayoeti dapat dilakukan dengan 3alternatif.
1) Diarahkan melalui tangga yang berada di depan Nurse
Station menuju ke pintu utama yang berada di area
Rekam Medis atau Informasi untuk menuju ke titik
kumpul yang berada diparkiran.
2) Diarahkan melalui tangga yang berada di samping
ruang VIP 7 menuju pintu utama yang berada di area
Rekam Medis Atau Informasi untuk menuju titik kumpul
yang beradadiparkiran.
3) Diarahkan melalui selasar yang berada di depan
Ruang Laboraturium menuju pintu utama yang berada
di area Rekam Medis atau Informasi untuk menuju titik
kumpul yang beradadiparkiran.

50
c. Bila terjadi kebakaran di lantai 3 evakuasi Dokumen,
Pasien, Keluarga Pasien,Pengunjung, dan Staf RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti dapat di lakukan
dengan3alternatif.
1) Diarahkan melalui tangga yang berada di depan ruang
Marwah 4 menuju ke lantai 2 melewati tangga yang
berada di depan Nurse Station Lantai 2 untuk menuju
ke lantai 1 menuju pintu utama yang berada di area
Rekam Medis dan Informasi untuk menuju ke titik
kumpul yang berada diareaparkiran.
2) Diarahkan melalui tangga yang berada di depan
samping Ruang VIP 5 menuju ke lantai 2 melewati
tangga yang berada di Samping Ruang VIP 7 untuk
menuju ke lantai 1 menuju pintu utama yang berada di
area Rekam Medis dan Informasi untuk menuju ke titik
kumpul yang berada diareaparkiran.
3) Diarahkan melalui selasar yang berada di depan Ruang
Mashita atau di samping Ruang Sarah menuju selasar
yang berada di Lantai 2 depan Ruang Laboratorium
menuju selasar Lantai 1 yang berada di depan Ruang
Anamnesa menuju area Rekam Medis atau Informasi
untuk menuju titik kumpul yang berada diparkiran.

9. Pelaporan/Konsulidasi.
a. Dan KARU melaporkan kegiatan penanggulangan bahaya
kebakaran yang telah terjadi kepada SPV dan K3RS Rumah
Sakit Ibu danAnakAnnisa.
b. Melaporkan kejadian tersebut, meliputi kerugian personil,
material dandokumen.

10. Intruksi/Koordinasi.
a. BantuandipriotaskanterhadapkeselamatanJiwamanusia,

51
aset dan dokumen.
b. Apabila petugas dinas pemadam kebakaran telah sampai
dilokasi kejadian, maka pimpinan pelaksana pemadaman
kebakaran beralih kepada dinaspemadamkebakaran.

11. Perhubungan.
a. Menggunakan alat komunikasi yang ada antaralain:
1) Pesawattelepon
2) Bahaya kebakaran
3) Tandaaman
b. Menggunakan Alat transportasi yangada.
1) Kendaraan rodaempat
2) Kendaraan roda dua,dll.

M. Pemeliharaan dan pengelolaan peralatanmedis


RSUD H.Abdurrahman Sayoeti telah menetapkan regulasi tentang
pengelolaan peralatan medis. melakukan inventarisasi peralatan
medis , meliputi peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan
peralatan medis kerjasama operasional (KSO), melakukan pemeriksaan
peralatan medis secara teratur dan Melaksanakan Pemeliharaan
Preventif dan Kalibrasi.
N. Kebijakan Penarikan (Recall) Peralatan Medis RSUD
H.Abdurrahman Sayoeti

RSUD H.Abdurrahman Sayoeti Telah menetapkan panduan


penarikan (Recall) Peralatan Medis terhadap peralatan medis yang
berbahaya, cacat produksi, laporan insiden, masalah, dan kegagalan,
mempunyai sistem yang di terapkan untuk pemantauan dan
pengambilan tindakan terhadap pemberitahuan mengenai peralatan
medis yang berbahaya, recall ( cacat produksi),laporan
insiden,masalah, dan kegagalan yang dikirimkan oleh
produsen,pemasok,atau agen yang mengatur. melaporkan seluruh
insiden keselamatan bila terjadi kematian, cedera srus atau penyakit
yang disebabkan oleh peralatan medis., telah melakukan rapat yang
52
membahas tentang pemberitahuan peralatan medis yang
berbahaya,alat medis dalam penarikan (under recall), laporan
insiden,serta masalah dan kegagalan peralatanmedis.

O. Pencegahan dan PengendalianInfeksi


RSUD H.Abdurrahman Sayoeti melaksanakan identifikasi
prosedur dan proses asuhan invasive yang berisiko infeksi dan
kegiatan penunjang pelayanan yang berisiko infeksi serta menerapkan
strategi untuk menurunkan risiko infeksi. Rumah sakit melakukan
asesmen dan memberi asuhan kepada pasien dengan menggunakan
banyak proses sedrhana maupun kompleks, masing masing dengan
tingkatan risiko infeksi terhadap pasien dan staf, misalnya
pencampuran obat suntik, pemberian suntikan, terapi cairan, lumbal
punksi dan lain sebagainya. Dalam hal ini sangat penting mengukur
dan mengkaji proses tersebut dan melaksanakan regulasi,, pelatihan,
edukasi, kegiatan berdasar bukti pelaksanaan yang telah di rancang
untuk menurunkan risiko infeksi.
Rumah sakit juga melakukan asesmen risiko terhadap kegiatan
penunjang di RS yang harus mengikuti prinsip-prinsip pencegahan
dan pengendalian infeksi serta melaksanakan strategi untuk
menurunkan risiko infeksi, namun tidak terbatas pada:
a. Sterilisasialat
b. Pengelolaanlinen/londri
c. Pengelolaansampah
d. Penyediaanmakanan
e. Kamarjenazah

Untuk memenuhi kebijakan ini RSUD H.Abdurrahman Sayoeti menyusun:


a. Panduan Manajemen ResikoRS
b. Daftar resiko infeksi terkait prosedur dan proses asuhaninfasif
c. Daftar resiko infeksi pada prosedur dan prosessterilisasi
d. Daftar resiko infeksi pada pengelolaanlinen/londri
e. Daftar resiko infeksi pada pengelolaansampah
f. Daftar resiko infeksi pada penyediaanmakanan
g. Daftar resiko infeksi pada kamarjenazah
53
h. Menyiapkan bukti strategi untuk penurunan infeksi (tata kelola
resiko infeksi)
i. Menyiapkan bukti pelaksanaan pelatihan kegiatan untuk
menurunkan risikoinfeksi

54
BAB V
DOKUMENTASI

- RISK REGISTERUNIT

49

Anda mungkin juga menyukai