BENCANA
Sebuah buku pedoman memiliki arti penting guna menjelaskan langkah-Iangkah dalam
pelaksanaan penanggulangan bencana yang optimal dan sesuai di Rumah Sakit. Untuk itu
disusunlah buku pedoman penanggulangan bencana dilingkungan Rumah Umum INANTA ini
Penanggulangan bencana di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya
melindungi kemungkinan dampak bencana dari luar maupun dalam rumah sakit yang
berdampak pada pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat disekitarnya.
Semoga dengan disusunnya buku pedoman penanggulangan bencana ini, dapat bermanfaat
Rumah Sakit Umum INANTA merupakan rumah sakit rujukan tipe D, rumah sakit non
pendidikan selalu menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan. Oleh karenanya kita sambut
dengan hangat penerbitan buku Pedoman Penanggulangan Bencana tahun 2019 yang telah
disusun oleh Bidang Pelayanan Non Medik dan Pokja MFK (Manajemen Fasilitas Keselamatan)
Proses penyempurnaan buku pedoman ini terus menerus dilakukan, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dalam proses keselamatan dan kesehatan kerja terkini. Pedoman ini
menjadi pegangan bagi seluruh karyawan yang bertugas memberikan pelayanan yang aman di
Semoga buku Pedoman ini bermanfaat dan digunakan dengan baik, sehingga dapat
pasien.
Penghargaan kami berikan kepada editor yang telah menyelesaian penyusunan buku ini
dengan sebaik-baiknya.
Direktur,
B. Tujuan ............................................................................................................. 1
A. Pengertian ....................................................................................................... 2
A. Kepengurusan ................................................................................................. 5
Bencana ................................................................................................................... 12
B. Evaluasi ........................................................................................................... 12
BAB VIII Program Penanggulangan Bencana dari Luar Rumah Sakit .................................. 18
A. Metodologi ....................................................................................................... 18
B. Organisasi ....................................................................................................... 19
G. Pelaporan.......................................................................................................... 21
A. Metodologi ...................................................................................................... 22
B. Organisasi ....................................................................................................... 22
G. Pelaporan ......................................................................................................... 23
BAB X Penutup.................................................................................................................... 24
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana bisa terjadi dimana saja, baik di dalam Rumah Sakit maupun di luar rumah
sakit, merupakan suatu potensi ataupun suatu risiko yang harus kita terima. Hal ini bisa
terjadi karena faktor alam, yang disebut bencana alam, serta bencana industri, yang
disebabkan karena human error, atau kecelakaan karena sifat bahan/material yang diolah dan
Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir berupa kerugian
moril, materiil, begitu juga banyaknya korban akibat bencana tersebut. Kehilangan anggota
nyawa, belumlagi gangguan psikologis akibat trauma yang ditimbulkan bencana tersebut.
Untuk dapat mengurangi jumlah korban jiwa manusia akibat bencana ini perlu adanya usaha
pertolongan medik darurat (pra-rumah sakit dan atau di rumah sakit) yang melibatkan
berbagai unsur kesehatan dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta secara terpadu
dan terintegrasi. Sehingga diperlukan adanya suatu upaya kesiap siagaan dan kewaspadaan
dalam memberikan pertolongan medik darurat terutama dirumah sakit (Hospital disaster
Planning).
ini di susun buku Pedoman Penanggulangan Bencana yang diberlakukan di Rumah Sakit
Umum INANTA.
B. Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi baik dari dalam
maupun dari luar rumah sakit yang mengenai pegawai, pasien, pengunjung dan
masyarakat sekitar.
2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada saat terjadinya
bencana.
kegawat daruratan.
BATASAN DISASTER/BENCANA
A. PENGERTIAN
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara berlanjut
yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau kerusakan ekosistem
sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan
Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana terdapat korban
manusia, kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber daya lokal, dan terganggunya
penyebab kejadian yang sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih
memadai dalam hal fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang
Sistem Penata laksanaan korban bencana massal adalah satu kelompok yang terdiri
dari unit-unit, organisasi dan sektor-sektor yang bekerjasama dengan menggunakan tata cara
tetap untuk meminimalkan tingkat kematian dan kecacatan korban bencana massal dengan
1. Triase
Fraktur minor
b. Label Kuning
Korban dengan cidera berat yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan
kemudian dapat dipulangkan atau dirawat di rumah sakit atau dirujuk ke rumah
Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen
berat)
Fraktur disable
c. Label merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau perlu tindakan
operasi. Dengan kemungkinan harapan hidup yang masih besar dan memerlukan
perawatan rumah sakit atau rujuk ke rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini :
Gangguan pernapasan
d. Label hitam
2. Siaga
Suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban di rumah sakit dalam
jumlah yang besar sehingga memerlukan penanggulangan khusus, dan dapat terjadi di
kepada IGD (melalui telepon) informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau
dalam daftar.
Berdasarkan kondisi dan kemampuan Rumah sakit, maka kondisi siaga dibagi
memobilisasi petugas dari unit kerja lain, tapi masih terbatas di dalam
terganggu.
bertugas
B. KATEGORI BENCANA/DISASTER
A. Intern
Bencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpa rumah sakit dengan segala
B. Ekstern
Bencana bersumber berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat
mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata keadaan biasa sehingga
Contoh: Korban keracunan massal, korban kecelakaan missal, bencana alam dll.
A. KEPENGURUSAN
1. Jabatan ketua Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari profesi medis yang
2. Koordinator Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari pimpinan unit pelanan
umum, pelayanan medik, manajer logistik, manejer keuangan dan humas, yang terampil
B. MASA KERJA
Masa kerja dari Ketua Tim Penanggulangan Bencana tidak tak terbatas, dan bisa ditetapkan
1. Tim penanggulangan bencana adalah wadah non struktural di bawah Kepala Rumah Sakit
2. Tim Penanggulangan Bencana dipimpin oleh Ketua Tim sebagai pemegang komando
(Incident Commander)
Koordinator Humas
Koordinator Logistik
Koordinator Dana
bencana
maupun eksternal
Membuat dokumentasi
bila diperlukan
Komandan Tim
yang diperlukan
peralatan medis
keadaan darurat
tim
tim
penanggulangan bencana
C. PENGELOLALAAN SDM
2. Prosedur penugasan
3. Prosedur demobilisasi
5. Sebuah “Go Kit” sebelumnya akan menghemat waktu antara pengerahan dan
check in.
Go Kit anda diharapkan terdiri dari barang-barang yang akan diperlukan dalam
setiap insiden:
o Kertas
insiden
o Peta/tataletak
o Clipboard
o Satu atau lebih pakaian ganti (termasuk sepatu), khususnya jika anda akan
o Jaket
o Lampu senter
o Obat-obatan
o Makanan ringan
D. PROSEDUR PENUGASAN
Cari atasan langsung anda untuk mendapatkan informasi penting untuk melakukan
pekerjaan anda:
7. Apa peran anda? Apakah anda punya otoritas untuk mengambil keputusan? Apakah
anda seorang Supervisor? Jika ya, berapa orang yang akan anda awasi?
9. Bagaimana keluarga anda dapat menghubungi anda bila dalam keadaan darurat?
10. Buat catatan selama briefing, khususnya bila anda memiliki bawahan yang juga perlu
11. Buat catatan terhadap kegiatan-kegiatan yang anda lakukan,yang mungkin akan
E. PROSEDUR DEMOBILISASI
3. Semua pekerjaan yang sedang berlangsung harus sudah selesai,kecuali ada arahan lain.
5. Berikan penjelasan pada pengganti anda atau Supervisor andatentang status dari semua
pekerjaan
6. Berikan penjelasan pada bawahan anda dan perkenalkan pengganti anda, jika
diperlukan.
A. PERENCANAAN LOGISTIK
perintah.
insiden.
2. Staging Areas
penumpukan terlalu banyak sumber daya dan untuk mengelola sumber daya yang
tersedia secara efektif, Ketua Tim akan mengidentifikasi kebutuhan untuk satu atau
e. Staging Area dapat dipindahkan jika diperlukan, tetapi harus selalu dapat di
insiden.
b. Base digunakan untuk menyediakan tempat untuk sumber daya yang out-of-service.
c. Base adalah tempat dimana Koodinator Logistik /Logistic Section dan barang –
d. Kebutuhan atau fasilitas lain yang mungkin diperlukan, bergantung pada faktor-
4. Camp
Camp terpisah dari Incident Base, dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga untuk
menyediakan makanan, air, tempat tidur dan sanitasi untuk personil penanggulangan
insiden
5. Peralatan
b. Alat komunikasi telepon, yang dapat dipergunakan untuk hubungan dengan seluruh
satuan kerja rumah sakit dan juga hubungan dengan luar rumah sakit.
PENANGGULANGAN BENCANA
1. Bila jam kerja bisa langsung melaporkan kepada TPB (Tim Penanggulangan Bencana)
2. Bila diluar jam kerja, penerima berita bisa menyampaikan berita tersebut kepada
b. Mengkoordinasikan situasi dan kondisi bencana kepada unit – unit terkait untuk
langkah-langkah berikutnya.
B. EVALUASI
1. Mengadakan penelitian dan laporan yang telah dilakukan terhadap korban selama proses
2. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan kepada pasien pasca bencana.
A. PROSES PENYIAGAAN
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Instalasi Gawat
Darurat (melalui telepon). Informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter
jaga. Kemudian bekerja sama dengan petugas administrasi (perawat dibagian administrasi,
korban bencana massal dirumah sakit, akan dibuat. Setelah itu operator telepon Rumah
1. Mobilisasi
Jika kecelakaan terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit,Tim Siaga
kejadian.
Jika kecelakaan tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari rumah sakit,
Daerah.
1) Petugas Kunci
Bila terjadi bencana massal, rumah sakit harus segera menghubungi tenaga
utama Rumah Sakit tersebut (Direktur Rumah Sakit, Kepala Pelayanan Medik,
Kepala Urusan Rumah Tangga, Petugas Gudang, dan semua anggota tim
2) Pengerahan Petugas
a) Mobilisasi Internal
b) Mobilisasi Sentripetal
kecelakaan massal di rumah sakit, yaitu unit gawat darurat, unti bedah,
dimobilisasi.
a) Kepolisian
tersebut.
dilatih khusus ke rumah sakit dimana tim pertama akan bekerja di unit
Disetiap rumah sakit harus disediakan satu ruangan yang akan difungsikan sebagai Pos
Komando selama bencana massal terjadi.Sebaiknya ruangan ini sudah dilengkapi dengan
petugas.
d. Sekretaris
Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di rumah sakit untuk menampung
korbana bencana massal yang akan dibawa kerumah sakit tersebut. Untuk menampung
korban, pos komando rumah sakit harus segera memindahkan para penderita rawat inap
Daya tampung rumah sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah tempat tidur
yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban. Dalam suatu
Korban dengan trauma multipel, umumnya akan membutuhkan paling sedikit dua
jam pembedahan. Jumlah kamar operasi efektif (mencakup jumlah kamar operasi, dokter
bedah, ahli anastesi dan peralatan yang dapat berjalan secara simultan) merupakan
penentu kapasitas perawatan bedah, dan lebih jauh kapasitas rumah sakit dalam merawat
korban.
Perkiraan kapasitas rumah sakit dalam menolong korban bencana massal harus
segera diputuskan oleh Komandan Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit, dan
fasilitas kesehatan lainnya jika jumlah korban sudah melampaui kapasitas rumah sakit
B. PENERIMAAN KORBAN
1. Lokasi
Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat dimana triase dilakukan.
d. Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti Unit Gawat Darurat, Kamar
Jika penatalaksanaan pra-Rumah sakit dilakukan secara efisien, jumlah korban yang
dikirim ke rumah sakit akan terkontrol sehingga setelah triase korban dapat segera
dikirim ke unit perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. Tetapi jika hal ini gagal
akan sangat banyak korban yang dibawa ke rumah sakit, sehingga korban-korban
tersebut harus ditampung dulu dalam satu ruangan sebelum dapat dilakukan triase.
Dalam situasi seperti ini daya tampung rumah sakit akan segera terlampaui.
Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban untuk konfirmasi triase
yang telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan kategorisasi ulang status
penderita. Jika penatalaksanaan pra-rumah sakit cukup adekuat, triase di rumah sakit
dapat dilakukan oleh perawat berpengalaman di unit gawat darurat. Jika penanganan
pra-rumah sakit tidak efektif, sebaiknya triase dirumah sakit dilakukan oleh dokter
Jika sistem penatalaksanaan korban bencana massal telah berjalan dengan baik akan
dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antarapos komando rumah sakit, pos
medis lanjutan, dan pos komando lapangan. Dalam lingkungan rumah sakit, perlu
adanya aliran informasi yang konstan antara tempat triase, unit-unit perawatan utama
dan poskomando rumah sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di rumah
dengan jumlah kamar operasi yang terbatas, hal ini mustahil untuk dilakukan sehingga
diperlukan tempat khusus dimana dapat dilakukan perawatan yang memadai bagi
korban dengan status “merah”. Tempat perawatan ini disebut “Tempat Perawatan
Merah” yang dikelola oleh ahli anastesi dan sebaiknya bertempat di Unit Gawat Darurat
yang telah dilengkapi dengan peralatan yang memadai dan disiapkan untuk menerima
perawatan bedah yang sebelumnya telah disiapkan untuk menerima korban kecelakaan
massal. Tempat ini dikelola oleh seorang dokter. Di tempat perawatan ini secara terus
menerus akan dilakukan monitoring, pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala
Korban dengan kondisi “hijau” sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit, tetapi
cukup ke puskesmas atau klinik-klinik. Jika penatalaksanaan pra rumah sakit tidak
efisien, banyak korban dengan status ini akan dipindahkan ke rumah sakit.Tempat
khusus untuk korban dengan status “hijau” ini berada jauh dari unit perawatan utama
lainnya. Jika memungkinkan, korban dapat dikirim ke puskesmas atau klinik terdekat.
sakit harus disiapkan suatu ruang yang dapat menampung sedikitnya sepuluh korban
D. EVAKUASI SEKUNDER
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah sakit terlampaui, atau
korban membutuhkan perawatan khusus (misalnya bedah saraf), korban harus dipindahkan
ke rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan
seperti ini dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi
Pos komando rumah sakit akan mengirim berita tentang permintaan evakuasi korban
dari rumah sakit kepada petugas medik di pusat penanggulangan gawat darurat yang akan
melakukan kontak dengan rumah sakit tujuan dan mengatur pelaksanaan pemindahan korban
tersebut.
A. METODOLOGI
Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat massal,
karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan korban massal dibagi
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat itu,yang
selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Tim Disaster plan dan Direktur Rumah Sakit.Triage
dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan awal penderita dilakukan
oleh dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawatdari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Triase bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
Penilaian triage saat bencana sedikit berbeda dengan triage pada kondisi normal, disesuaikan
dengan jumlah korban dan kemampuan kapasitas rumah sakit dalam melakukan pertolongan
korban. Untuk triase digunakan kartu kode warna setelah diperoleh informasi akurat tentang
a. MERAH (immediate)
hidup yang paling besar jika dilakukan tindakan segera. Butuh tindakan operasi segera
atau intervensi life-saving lainnya, merupakan prioritas utama untuk tim bedah atau
2) Gangguan pernapasan
sementara,tetapi membutuhkan observasi ketat dan re-triage ulang oleh petugas medis
1) Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen
berat)
2) Fraktur multipel
3) Fraktur femur/pelvis
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
1) Fraktur minor
d. BIRU
Korban yang telah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban, umur,
jenis kelamin, alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”.
B. ORGANISASI
C. PERENCANAAN SDM
1 Dokter IGD dan 3 Perawat IGD yang berdinas dibantu oleh 2 perawat
D. PERENCANAAN KOMUNIKASI
sangat penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
2. Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isiberita yang
dilakukan.
Telepon
Faximile
Pesawat HT
Handphone
E. PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat
diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung
logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu.
F. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kala pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh
karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk
korban kerumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan 118.
G. PELAPORAN
Informasi cepat tentang jumlah/beratnya korban- korban harus segera didapat dalam 2
s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim
Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.
A. METODOLOGI
Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak menyebabkan kerugian
dan korban adalah kebakaran. Oleh karenanya metodologi ini dititik beratkan pada
Kebakaran Ringan : Kebakaran yang melibatkan area yang sempit,dengan api yang
kecil.
Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat lokal dengan
Kebakaran Berat : Kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api yang
besar.
B. ORGANISASI
Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif sesuai ketentuan yang
berlaku.
C. PERENCANAAN SDM
Golongan Kebakaran.
Kebakaran Ringan :
Untuk memadamkan api diperlukan 1 – 2 orang dari pegawai yangdinas atau yang
Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari pegawai yang dinas dengan
APAR yang jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk evakuasi pasien, dokumen,
Kebakaran Berat :
mengerahkan seluruh pegawai yang berdinas saat itu untuk melakukan evakuasi.
Berdasarkan jumlah korban pada saat itu maka untuk memobilisasi perencanaan SDM
D. PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alatmedis sangat
diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadiperanan penting bagi tim pendukung
E. PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat
penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isiberita yang
dilakukan.
Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan mencari
Telepon
Faximile
Handphone
F. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh
karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk
korban ke rumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan.
G. PELAPORAN
Informasi tentang jumlah/beratnya korban dan kerusakan harus segera didapat dalam 2
s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim
Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.
PENUTUP
Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk
perbaikan peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semoga
buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk berkecimpung di