Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN PENANGGULANGAN

BENCANA

RUMAH SAKIT UMUM INANTA


PADANGSIDIMPUAN
2019
KATA PENGANTAR

Sebuah buku pedoman memiliki arti penting guna menjelaskan langkah-Iangkah dalam

melaksanakan suatu kegiatan. Dan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana diperlukan

penjelasan Iangkah-Iangkah dalam pelaksanaannya. Hal ini bertujuan untuk tercapainya

pelaksanaan penanggulangan bencana yang optimal dan sesuai di Rumah Sakit. Untuk itu

disusunlah buku pedoman penanggulangan bencana dilingkungan Rumah Umum INANTA ini

sebagai arahan dalam melaksanakan penanggulangan bencana Rumah Sakit.

Penanggulangan bencana di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya

melindungi kemungkinan dampak bencana dari luar maupun dalam rumah sakit yang

berdampak pada pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat disekitarnya.

Semoga dengan disusunnya buku pedoman penanggulangan bencana ini, dapat bermanfaat

dan mempermudah pelaksanaan penanggulangan bencana di Rumah Sakit Umum INANTA.

Padangsidimpuan, 15 Januari 2019

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA i


KATA SAMBUTAN DIREKTUR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Rumah Sakit Umum INANTA merupakan rumah sakit rujukan tipe D, rumah sakit non

pendidikan selalu menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan. Oleh karenanya kita sambut

dengan hangat penerbitan buku Pedoman Penanggulangan Bencana tahun 2019 yang telah

disusun oleh Bidang Pelayanan Non Medik dan Pokja MFK (Manajemen Fasilitas Keselamatan)

Rumah Sakit Umum INANTA.

Proses penyempurnaan buku pedoman ini terus menerus dilakukan, sehingga dapat

memenuhi kebutuhan dalam proses keselamatan dan kesehatan kerja terkini. Pedoman ini

menjadi pegangan bagi seluruh karyawan yang bertugas memberikan pelayanan yang aman di

Rumah Sakit Umum INANTA.

Semoga buku Pedoman ini bermanfaat dan digunakan dengan baik, sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan keselamatan pasien serta meningkatkan kepuasan

pasien.

Penghargaan kami berikan kepada editor yang telah menyelesaian penyusunan buku ini

dengan sebaik-baiknya.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Rumah Sakit Umum INANTA

Direktur,

dr. Nuriana Aswita Ritonga


NIK 14121970-005

PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) ii


PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................... i

Kata Sambutan Direktur ........................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II Batasan Disaster/Bencana ...................................................................................... 2

A. Pengertian ....................................................................................................... 2

B. Kategori Bencana/Disaster .............................................................................. 4

BAB III Staf dan Pimpinan .................................................................................................. 5

A. Kepengurusan ................................................................................................. 5

B. Masa Kerja ...................................................................................................... 5

BAB IV Organisasi dan Tata Kerja ...................................................................................... 6

A. Kedudukan Tim Penanggulangan Bencana .................................................... 6

B. Tugas Fungsi dan Tanggung Jawab ................................................................ 6

C. Pengelolalaan SDM ........................................................................................ 8

D. Prosedur Penugasan ........................................................................................ 8

E. Prosedur Demobilisasi .................................................................................... 9

BAB V Perencanaan Logistik, Komunikasi, dan Koordinasi ............................................. 10

A. Perencanaan Logistik ...................................................................................... 10

BAB VI Perencanaan Komunikasi dan Koordinasi Proses Pengaktifan Tim Penanggulangan

Bencana ................................................................................................................... 12

A. Penerima Berita Pertama ................................................................................. 12

B. Evaluasi ........................................................................................................... 12

BAB VII Prosedur Penanggulangan Bencana di Rumah SakitPenatalaksanaan Korban

Bencana Massal Rumah Sakit ................................................................................. 13

A. Proses Penyiagaan ........................................................................................... 13

PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) iii


B. Penerimaan Korban ......................................................................................... 15

C. Tempat Perawatan di Rumah Sakit ................................................................. 16

D. Evakuasi Sekunder .......................................................................................... 17

BAB VIII Program Penanggulangan Bencana dari Luar Rumah Sakit .................................. 18

A. Metodologi ....................................................................................................... 18

B. Organisasi ....................................................................................................... 19

C. Perencanaan SDM ........................................................................................... 19

D. Perencanaan Komunikasi ................................................................................ 20

E. Perencanaan Logistik ...................................................................................... 20

F. Perencanaan Transportasi ............................................................................... 21

G. Pelaporan.......................................................................................................... 21

BAB IX Program Penanggulangan Bencana Dari Dalam Rumah Sakit .............................. 22

A. Metodologi ...................................................................................................... 22

B. Organisasi ....................................................................................................... 22

C. Perencanaan SDM ........................................................................................... 22

D. Perencanaan Logistik ...................................................................................... 23

E. Perencanaan Komunikasi ................................................................................ 23

F. Perencanaan Transportasi ............................................................................... 23

G. Pelaporan ......................................................................................................... 23

BAB X Penutup.................................................................................................................... 24

PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) iv


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana bisa terjadi dimana saja, baik di dalam Rumah Sakit maupun di luar rumah

sakit, merupakan suatu potensi ataupun suatu risiko yang harus kita terima. Hal ini bisa

terjadi karena faktor alam, yang disebut bencana alam, serta bencana industri, yang

disebabkan karena human error, atau kecelakaan karena sifat bahan/material yang diolah dan

sifat pekerjaan yang mengandung sumber bahaya.

Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir berupa kerugian

moril, materiil, begitu juga banyaknya korban akibat bencana tersebut. Kehilangan anggota

keluarga, kehilangan sumber pencaharian, kehilangan rumah, mobil, bahkan kehilangan

nyawa, belumlagi gangguan psikologis akibat trauma yang ditimbulkan bencana tersebut.

Untuk dapat mengurangi jumlah korban jiwa manusia akibat bencana ini perlu adanya usaha

pertolongan medik darurat (pra-rumah sakit dan atau di rumah sakit) yang melibatkan

berbagai unsur kesehatan dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta secara terpadu

dan terintegrasi. Sehingga diperlukan adanya suatu upaya kesiap siagaan dan kewaspadaan

dalam memberikan pertolongan medik darurat terutama dirumah sakit (Hospital disaster

Planning).

Dalam usaha efektivitas pelaksanaan penanggulangan bencana tersebut maka dengan

ini di susun buku Pedoman Penanggulangan Bencana yang diberlakukan di Rumah Sakit

Umum INANTA.

B. Tujuan

1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi baik dari dalam

maupun dari luar rumah sakit yang mengenai pegawai, pasien, pengunjung dan

masyarakat sekitar.

2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada saat terjadinya

bencana.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 1


3. Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional dalam penanggulangan

kegawat daruratan.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 2


BAB II

BATASAN DISASTER/BENCANA

A. PENGERTIAN

Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara berlanjut

yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau kerusakan ekosistem

sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan

manusia beserta lingkungannya.

Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana terdapat korban

manusia, kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber daya lokal, dan terganggunya

mekanisme kehidupan sehari-hari. Korban massal adalah banyaknya korban dengan

penyebab kejadian yang sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih

memadai dalam hal fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang

cepat dan tepat.

Sistem Penata laksanaan korban bencana massal adalah satu kelompok yang terdiri

dari unit-unit, organisasi dan sektor-sektor yang bekerjasama dengan menggunakan tata cara

tetap untuk meminimalkan tingkat kematian dan kecacatan korban bencana massal dengan

menggunakan segala sumber daya yang ada secara efisien.

Sistem penatalaksanaan korban bencana massal didasarkan pada :

a. Tatacara penilaian awal, dipergunakan dalam prosedur kegawatdaruratan rutin yang

dapat diadaptasi untuk kecelakaan-kecelakaan besar.

b. Penggunaan sumber daya secara maksimal.

c. Persiapan dan respon multi sektoral.

d. Koordinasi yang terencana baik dan teruji.

1. Triase

Tindakan pemilihan korban sesuai kondisi kesehatannya untuk mendapat label

tertentu dan kemudian dikelompokkan serta mendapatkan pertolongan/penanganan

sesuai dengan kebutuhan.

Korban akan terbagi dalam lima kondisi kesehatan, sebagai berikut :

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 3


a. Label Hijau

Korban yang tak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat

ditunda, mencakup korban dengan :

 Fraktur minor

 Luka minor, luka bakar minor

b. Label Kuning

Korban dengan cidera berat yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan

kemudian dapat dipulangkan atau dirawat di rumah sakit atau dirujuk ke rumah

sakit lain, termasuk dalam kategori ini :

 Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen

berat)

 Fraktur disable

 Luka bakar luas

 Gangguan kesadaran/trauma kepala

c. Label merah

Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau perlu tindakan

operasi. Dengan kemungkinan harapan hidup yang masih besar dan memerlukan

perawatan rumah sakit atau rujuk ke rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini :

 Syok oleh berbagai kausa

 Gangguan pernapasan

 Trauma kepala dengan pupil anisokor

 Perdarahan eksternal missal

d. Label hitam

Korban yang sudah meninggal dunia. Ditempatkan di kamar jenazah

2. Siaga

Suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban di rumah sakit dalam

jumlah yang besar sehingga memerlukan penanggulangan khusus, dan dapat terjadi di

dalam maupun di luar jam kerja.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 4


Pesan Siaga dari Pusat Komunikasi (dibagian umum) harus disampaikan langsung

kepada IGD (melalui telepon) informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau

dokter jaga, kemudian berkoordinasi dengan direktur, manajer pelayanan dan

koordinator perawat mengaktifkan rencana penanggulangan bencana rumah sakit.

Setelah itu operator akan memanggil/memobilisasi tenaga penolong yang tercantum

dalam daftar.

Berdasarkan kondisi dan kemampuan Rumah sakit, maka kondisi siaga dibagi

menjadi dua tingkat :

a. Siaga II (dua) : jumlah korban 6 – 10 orang

 Jumlah korban melebihi kapasitas IGD, sehingga harus dibantu dengan

memobilisasi petugas dari unit kerja lain, tapi masih terbatas di dalam

lingkungan rumah sakit.

 Pekerjaan rutin sebagian tertunda, sebagian masih dapat dilakukan tanpa

terganggu.

b. Siaga I (satu) : lebih dari 15 orang

 Jumlah korban melebihi kemampuan pelayanan IGD, sehingga harus

memobilisasi sebagian besar petugas termasuk karyawan yang sedang tidak

bertugas

B. KATEGORI BENCANA/DISASTER

Yang termasuk dalam kategori bencana/disaster di Rumah Sakit :

A. Intern

Bencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpa rumah sakit dengan segala

obyek vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan dokumen.

Contoh: Kebakaran di Rumah Sakit

B. Ekstern

Bencana bersumber berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat

mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata keadaan biasa sehingga

memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.

Contoh: Korban keracunan massal, korban kecelakaan missal, bencana alam dll.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 5


BAB III

STAF DAN PIMPINAN

A. KEPENGURUSAN

1. Jabatan ketua Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari profesi medis yang

senior dan mempunyai pengalaman di bidang penanganan bencana serta benar-benar

ahli dalam mengelola operasi penanggulangan bencana

2. Koordinator Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari pimpinan unit pelanan

umum, pelayanan medik, manajer logistik, manejer keuangan dan humas, yang terampil

serta punya kemampuan, skill dan pengetahuan yang memadai.

B. MASA KERJA

Masa kerja dari Ketua Tim Penanggulangan Bencana tidak tak terbatas, dan bisa ditetapkan

untuk masa kerja 5 tahun dan dapat dipilih kembali.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 6


BAB IV

ORGANISASI DAN TATA KERJA

A. KEDUDUKAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA

1. Tim penanggulangan bencana adalah wadah non struktural di bawah Kepala Rumah Sakit

2. Tim Penanggulangan Bencana dipimpin oleh Ketua Tim sebagai pemegang komando

(Incident Commander)

3. Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana terdiri dari 5 koordinator, yaitu :

 Koordinator Humas

 Koordinator Petugas Lapangan

 Koordinator Logistik

 Koordinator Transportasi dan akomodasi

 Koordinator Dana

B. TUGAS FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB

NO JABATAN FUNGSIONAL TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 Komandan Tim  Penentuan kebijakan penanggulangan

Penanggulangan Bencana keadaan darurat bencana

 Pimpinan tertinggi dalam penanggulangan

bencana

 Mengkoordinir para koordinator dibawahnya

 Melakukan koordinasi dengan pihak internal

maupun eksternal

 Bertanggung jawab untuk menjaga

keselamatan personel penanggulangan

insiden, masyarakat, dan penyelesaian tugas-

tugas operasi penanggulangan insiden

2 Koordinator Humas (Public  Meliput secara kronologis kejadian dan usaha

Relation Section) penanggulangan keadaan darurat

 Membuat dokumentasi

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 7


 Memberi informasi kepada instansi

berwenang mengenai kejadian serta mengatur

atau melayani pejabat, pers, mass media yang

datang untuk meminta informasi yang

dibutuhkan yang berkaitan dengan kejadian,

bila diperlukan

NO JABATAN FUNGSIONAL TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

3 Koordinator perencanaan dan  Membuat perencanaan kegiatan (incident

operasional (Petugas action plan)

Lapangan)  Bertanggungjawab untuk menerima dan

melaksanakan Incident Action Plan (IAP)

 Untuk insiden yang skalanya kecil, IAP dapat

dibuat tanpa tertulis

 Untuk insiden yang lebih besar skalanya atau

lebih komplek, IAP dibuat dalam bentuk

dokumen tertulis dan dibawah arahan

Komandan Tim

 Melapor kepada Komandan Tim

 Menentukan sumber daya dan organisasi

yang diperlukan

4 Koordinator Logistik  Menyediakan fasilitas pelayanan (alat

komunikasi, alat medis, food supply),

material, dan personil untuk mengoperasikan

peralatan medis

 Memegang peranan penting dalam

mendukung operasi untuk jangka panjang

5 Koordinator transportasi dan  Melaksanakan koordinasi kelancaran

akomodasi transportasi di lingkungan terjadinya bencana

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 8


guna menunjang kelancaran penanggulangan

keadaan darurat

 Mengatur persiapan transportasi

 Mempersiapkan akomodasi semua anggota

tim

6 Koordinator Dana  Mempersiapkan kebutuhan dana untuk

keperluan semua operasional semua anggota

tim

 Menelusuri biaya penanggulangan insiden

dan penggantian biaya

 Membukakan semua biaya untuk operasi

penanggulangan bencana

C. PENGELOLALAAN SDM

1. Kesiapan sebelum penugasan

2. Prosedur penugasan

3. Prosedur demobilisasi

1) Kesiapan Sebelum Penugasan

1. Persiapkan diri sebelum ada penugasan.

2. Ikuti pelatihan-pelatihan yang diperlukan.

3. Mengenali posisi apa yang akan anda tempati dalam organisasi

penanggulangan insiden, akan membantu dalam persiapan.

4. Memiliki daftar periksa/Checklist untuk semua kebutuhan yang diperlukan ini.

5. Sebuah “Go Kit” sebelumnya akan menghemat waktu antara pengerahan dan

check in.

Go Kit anda diharapkan terdiri dari barang-barang yang akan diperlukan dalam

setiap insiden:

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 9


o Tanda pengenal

o Pena, pensil, spidol

o Kertas

o Formulir-formulir ICS dan lainnya

o Kebijakan, prosedur, dan instruksi yang akan diperlukan dalam penanganan

insiden

o Peta/tataletak

o Selotip dan paku tancap

o Clipboard

Beberapa barang-barang keperluan pribadi yang juga perlu dimasukkan dalam Go

Kit anda diantaranya adalah sebagai berikut:

o Satu atau lebih pakaian ganti (termasuk sepatu), khususnya jika anda akan

dikerahkan beberapa periode waktu.

o Jaket

o Lampu senter

o Obat-obatan

o Makanan ringan

o Bacaan dan radio tape player untuk pengisi waktu istirahat.

D. PROSEDUR PENUGASAN

Cari atasan langsung anda untuk mendapatkan informasi penting untuk melakukan

pekerjaan anda:

1. Apa status terkini?

2. Apa tanggung jawab kerja anda yang khusus

3. Kapan anda harus melapor dan dimana?

4. Apa penugasan anda?

5. Kepada siapa anda akan melapor (nama, jabatan)?

6. Berapa lama anda akan ditugaskan?

7. Apa peran anda? Apakah anda punya otoritas untuk mengambil keputusan? Apakah

anda seorang Supervisor? Jika ya, berapa orang yang akan anda awasi?

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 10


8. Prosedur apa yang berlaku untuk menghubungi Supervisor anda sehari-hari?

9. Bagaimana keluarga anda dapat menghubungi anda bila dalam keadaan darurat?

10. Buat catatan selama briefing, khususnya bila anda memiliki bawahan yang juga perlu

mendapatkan briefing dari anda.

11. Buat catatan terhadap kegiatan-kegiatan yang anda lakukan,yang mungkin akan

diperlukan dikemudian hari.

E. PROSEDUR DEMOBILISASI

1. Persiapkan diri sebelum ada penugasan.

2. Demobilisasi tidak hanya sekedar pulang ke rumah.

3. Semua pekerjaan yang sedang berlangsung harus sudah selesai,kecuali ada arahan lain.

4. Pastikan semua catatan dan dokumen anda sudah diperbaharui

5. Berikan penjelasan pada pengganti anda atau Supervisor andatentang status dari semua

pekerjaan

6. Berikan penjelasan pada bawahan anda dan perkenalkan pengganti anda, jika

diperlukan.

7. Kembalikan atau alihkan semua peralatan yang menjadi tanggungjawab anda.

8. Ikuti prosedur check out yang berlaku sebelum meninggalkan lokasi

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 11


BAB V

PERENCANAAN LOGISTIK, KOMUNIKASI, DAN KOORDINASI

A. PERENCANAAN LOGISTIK

1. Pos Komando Penanggulangan Insiden

a. Tempat yang berfungsi sebagai pusat komando utama.

b. Seorang Incident Commander bertempat di sini.

c. Tanggungjawab pertama seorang Incident Commander adalah memberikan

perintah.

d. Dengan memberikan perintah, berarti juga memberikan arahan

danotoritas/kewenangan serta komunikasi yang jelas dalam penanggulangan

insiden.

e. Sebuah syarat dimana seorang Incident Commander dapat memberikan perintah

adalah dengan mendirikan Incident CommandoPos (ICP) pada setiap insiden

f. Lokasi ICP harus diumumkan kepada semua penanggungjawab dan disebarluaskan

sehingga semua personil mengetahui lokasinya.

2. Staging Areas

a. Lokasi-lokasi yang didirikan di daerah insiden dimana sumberdaya (orang,

peralatan, dll) ditempatkan sambil menunggu penugasan.

b. Staging Area dikelola dibawah koordinator perencanaan dan operasional.

c. Apabila insiden berkembang, tambahan sumberdaya diperlukan untuk

penanggulangan insiden. Untuk menghindari masalah yang dapat terjadi dari

penumpukan terlalu banyak sumber daya dan untuk mengelola sumber daya yang

tersedia secara efektif, Ketua Tim akan mengidentifikasi kebutuhan untuk satu atau

lebih Staging Area.

d. Sama dengan ICP, Staging Area diberikan nama dan identifikasi.

e. Staging Area dapat dipindahkan jika diperlukan, tetapi harus selalu dapat di

identifikasi dengan jelas.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 12


3. Base

a. Base memberikan pelayanan utama dan aktivitas pendukung untuk penanggulangan

insiden.

b. Base digunakan untuk menyediakan tempat untuk sumber daya yang out-of-service.

c. Base adalah tempat dimana Koodinator Logistik /Logistic Section dan barang –

barang supply ditempatkan.

d. Kebutuhan atau fasilitas lain yang mungkin diperlukan, bergantung pada faktor-

faktor khusus dalam sebuah insiden.

4. Camp

Camp terpisah dari Incident Base, dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga untuk

menyediakan makanan, air, tempat tidur dan sanitasi untuk personil penanggulangan

insiden

5. Peralatan

a. Set Penanggulangan Bencana Bag

b. Alat komunikasi telepon, yang dapat dipergunakan untuk hubungan dengan seluruh

satuan kerja rumah sakit dan juga hubungan dengan luar rumah sakit.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 13


BAB VI

PERENCANAAN KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PROSES PENGAKTIFAN TIM

PENANGGULANGAN BENCANA

A. PENERIMA BERITA PERTAMA

1. Bila jam kerja bisa langsung melaporkan kepada TPB (Tim Penanggulangan Bencana)

2. Bila diluar jam kerja, penerima berita bisa menyampaikan berita tersebut kepada

supervisor, kemudian supervisor meneruskan berita kepada Ketua TPB.

3. Komandan Tim penanggulangan bencana (TPB) :

a. Menginformasikan kepada koordinator – koordinator dibawahnya untuk

mempersiapkan semua persiapan TPB (sesuai uraian tugasdiatas)

b. Mengkoordinasikan situasi dan kondisi bencana kepada unit – unit terkait untuk

langkah-langkah berikutnya.

B. EVALUASI

Koordinator humas segera melakukan evaluasi penanganan bencana sebagai berikut :

1. Mengadakan penelitian dan laporan yang telah dilakukan terhadap korban selama proses

penanganan korban bencana.

2. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan kepada pasien pasca bencana.

3. Mengevaluasi proses kegiatan dan kendala–kendala yang dihadapi Tim Penanggulangan

Bencana untuk perbaikan apabila terjadi bencana selanjutnya

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 14


BAB VII

PROSEDUR PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

PENATALAKSANAAN KORBAN BENCANA MASSAL RUMAH SAKIT

A. PROSES PENYIAGAAN

Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Instalasi Gawat

Darurat (melalui telepon). Informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter

jaga. Kemudian bekerja sama dengan petugas administrasi (perawat dibagian administrasi,

Kepala Rumah Sakit, Bidang Pelayanan), keputusan mengaktifkan rencana penatalaksanaan

korban bencana massal dirumah sakit, akan dibuat. Setelah itu operator telepon Rumah

Sakitakan mulai memanggil/memobilisai tenaga penolong yang tercantum dalam daftar

1. Mobilisasi

a. Tim Siaga Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit

Jika kecelakaan terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit,Tim Siaga

Penanggulangan Bencana di rumah sakit akan segera diberangkatkan ke lokasi

kejadian.

Jika kecelakaan tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari rumah sakit,

tim tersebut hanya akan diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan

Daerah.

b. Petugas Rumah Sakit

1) Petugas Kunci

Bila terjadi bencana massal, rumah sakit harus segera menghubungi tenaga

utama Rumah Sakit tersebut (Direktur Rumah Sakit, Kepala Pelayanan Medik,

Kepala Urusan Rumah Tangga, Petugas Gudang, dan semua anggota tim

Hospital Disaster Plan)

2) Pengerahan Petugas

a) Mobilisasi Internal

Petugas Rumah Sakit Petugas Unit Gawat Darurat yang diberangkatkan ke

lokasi kecelakaan harus segera digantikan dengan petugas dari

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 15


keperawatan lain. Petugas dari bagian lain juga harus membantu

mempersiapkan ruangan yang akan dipergunakan untuk menampung

korban kecelakaan massal tersebut.

b) Mobilisasi Sentripetal

Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam penanggulangan

kecelakaan massal di rumah sakit, yaitu unit gawat darurat, unti bedah,

kamar operasi, laboratorium, radiologi dan unit perawatan intensif, dan

petugas-peugas lain seperti Kepala Perawat, petugas dapur, ruang cuci,

petugas gudang, petugas keamanan dan operator telepon harus pula

dimobilisasi.

3) Koordinasi dengan sektor lain

Sesuai dengan rencana piñata laksanaan korban bencana massal nasional,

rumah sakit akan berkoordinasi dengan sektor-sektor berikut :

a) Kepolisian

Rencana piñata laksanaan korban bencana massal nasional mencakup

pengiriman langsung tenaga kepolisian dalamjumlah memadai ke rumah

sakit segera setelah adanyabencana massal diumumkan secara resmi.

Tenaga kepolisian ini akan membantu pengamanan rumah sakit

dengan perhatian utama untuk mengamankan daerah dimana korban

diterima dan semua pintu masuk ke rumahsakit.Jika dalam 15 menit

setelah bencana massal diumumkan Polisi tidak menghubungi rumah sakit,

operator telepon harus menghubungi pusat komunikasi, pusat

penanggulangan gawat darurat, atau markas besar kantor polisi di daerah

tersebut.

b) Koordinasi dengan Palang Merah

Palang Merah akan mengirimkan dua tim sukarelawan yang telah

dilatih khusus ke rumah sakit dimana tim pertama akan bekerja di unit

gawat darurat sedangkan tim lainnya dapat ditempatkan dimana saja

tenaga mereka dibutuhkan.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 16


c) Operator Radio Amatir

Operator radio amatir akan menghubungi Kepala Rumah Sakitdan

akan menempatkan peralatan dimana dibutuhkan.Jika palang merah dan

asosiasi radio amatir tidak menghubungi Rumah Sakit dalam 30 menit

setelah kejadian bencana diumumkan, kepala rumah sakit menghubungi

melalui Pusat Komunikasi Gawat DaruratPos Komando di Rumah Sakit.

Disetiap rumah sakit harus disediakan satu ruangan yang akan difungsikan sebagai Pos

Komando selama bencana massal terjadi.Sebaiknya ruangan ini sudah dilengkapi dengan

radio dan telepon, atautelah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi

tersebut.Ruangan ini harus mudah ditemukan/dicapai, dan cukup untukmenampung hingga 10

petugas.

Tim inti dari Pos Komando di Rumah Sakit ini beranggotakan :

a. Kepala Rumah Sakit

b. Kepala Bidang Pelayanan Medik

c. Kepala Urusan Rumah Tangga

d. Sekretaris

e. Humas (yang akan berhubungan dengan keluarga korban danmedia massa)

 Pengosongan Fasilitas Penerima Korban

Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di rumah sakit untuk menampung

korbana bencana massal yang akan dibawa kerumah sakit tersebut. Untuk menampung

korban, pos komando rumah sakit harus segera memindahkan para penderita rawat inap

yang kondisinya telah memungkinkan untuk dipindahkan.

 Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit

Daya tampung rumah sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah tempat tidur

yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban. Dalam suatu

kecelakaan massal, “permasalahan” yang muncul dalam penanganan korban adalah

kapasitas perawatan Bedah dan Unit.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 17


 Perawatan Intensif

Korban dengan trauma multipel, umumnya akan membutuhkan paling sedikit dua

jam pembedahan. Jumlah kamar operasi efektif (mencakup jumlah kamar operasi, dokter

bedah, ahli anastesi dan peralatan yang dapat berjalan secara simultan) merupakan

penentu kapasitas perawatan bedah, dan lebih jauh kapasitas rumah sakit dalam merawat

korban.

Perkiraan kapasitas rumah sakit dalam menolong korban bencana massal harus

segera diputuskan oleh Komandan Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit, dan

segera menginformasikannya kepada Pos

Komando dilapangan sehingga korban dengan status “merah” dapat dibawa ke

fasilitas kesehatan lainnya jika jumlah korban sudah melampaui kapasitas rumah sakit

dalam menerima korban bencana massal.

B. PENERIMAAN KORBAN

1. Lokasi

Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat dimana triase dilakukan.

Untuk itu dibutuhkan :

a. Akses langsung dengan tempat dimana ambulans menurunkan korban.

b. Merupakan tempat tertutup

c. Dilengkapi dengan penerangan yang cukup

d. Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti Unit Gawat Darurat, Kamar

Operasi, dan Unit Perawatan Intensif.

Jika penatalaksanaan pra-Rumah sakit dilakukan secara efisien, jumlah korban yang

dikirim ke rumah sakit akan terkontrol sehingga setelah triase korban dapat segera

dikirim ke unit perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. Tetapi jika hal ini gagal

akan sangat banyak korban yang dibawa ke rumah sakit, sehingga korban-korban

tersebut harus ditampung dulu dalam satu ruangan sebelum dapat dilakukan triase.

Dalam situasi seperti ini daya tampung rumah sakit akan segera terlampaui.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 18


2. Tenaga Pelaksana

Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban untuk konfirmasi triase

yang telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan kategorisasi ulang status

penderita. Jika penatalaksanaan pra-rumah sakit cukup adekuat, triase di rumah sakit

dapat dilakukan oleh perawat berpengalaman di unit gawat darurat. Jika penanganan

pra-rumah sakit tidak efektif, sebaiknya triase dirumah sakit dilakukan oleh dokter

gawat darurat atau oleh ahli anastesi yang berpengalaman.

3. Hubungan dengan Petugas Lapangan

Jika sistem penatalaksanaan korban bencana massal telah berjalan dengan baik akan

dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antarapos komando rumah sakit, pos

medis lanjutan, dan pos komando lapangan. Dalam lingkungan rumah sakit, perlu

adanya aliran informasi yang konstan antara tempat triase, unit-unit perawatan utama

dan poskomando rumah sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di rumah

sakit lima menit sebelum ketibaannya di rumah sakit.

C. TEMPAT PERAWATAN DI RUMAH SAKIT

1. Tempat Perawatan Merah

Untuk penanganan korban dengan trauma multipel umumnya dibutuhkan

pembedahan sedikitnya selama 2 jam. Di kota-kota atau didaerah-daerah kabupaten

dengan jumlah kamar operasi yang terbatas, hal ini mustahil untuk dilakukan sehingga

diperlukan tempat khusus dimana dapat dilakukan perawatan yang memadai bagi

korban dengan status “merah”. Tempat perawatan ini disebut “Tempat Perawatan

Merah” yang dikelola oleh ahli anastesi dan sebaiknya bertempat di Unit Gawat Darurat

yang telah dilengkapi dengan peralatan yang memadai dan disiapkan untuk menerima

penderita gawat darurat.

2. Tempat Perawatan Kuning

Setelah triase korban dengan status “kuning” akan segera dipindahkan ke

perawatan bedah yang sebelumnya telah disiapkan untuk menerima korban kecelakaan

massal. Tempat ini dikelola oleh seorang dokter. Di tempat perawatan ini secara terus

menerus akan dilakukan monitoring, pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 19


usaha untuk mempertahankan kestabilannya. Jika kemudian kondisi korban memburuk,

ia harus segera dipindahkan ketempat “merah”.

3. Tempat Perawatan Hijau

Korban dengan kondisi “hijau” sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit, tetapi

cukup ke puskesmas atau klinik-klinik. Jika penatalaksanaan pra rumah sakit tidak

efisien, banyak korban dengan status ini akan dipindahkan ke rumah sakit.Tempat

khusus untuk korban dengan status “hijau” ini berada jauh dari unit perawatan utama

lainnya. Jika memungkinkan, korban dapat dikirim ke puskesmas atau klinik terdekat.

4. Tempat Untuk Korban Dengan Hasil Akhir/Prognosis Jelek

Korban-korban seperti ini, hanya akan membutuhkan perawatan suportif,

sebaiknya ditempatkan di perawatan/bangsal yang telah dipersiapkan untuk menerima

korban bencana massal

5. Tempat Untuk Korban Yang Meninggal Dunia

Sebagai bagian dari rencana penatalaksanaan korban bencana missal di rumah

sakit harus disiapkan suatu ruang yang dapat menampung sedikitnya sepuluh korban

yang telah meninggal dunia.

D. EVAKUASI SEKUNDER

Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah sakit terlampaui, atau

korban membutuhkan perawatan khusus (misalnya bedah saraf), korban harus dipindahkan

ke rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan

seperti ini dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi

lain, atau bahkan ke negara lain.

Pos komando rumah sakit akan mengirim berita tentang permintaan evakuasi korban

dari rumah sakit kepada petugas medik di pusat penanggulangan gawat darurat yang akan

melakukan kontak dengan rumah sakit tujuan dan mengatur pelaksanaan pemindahan korban

tersebut.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 20


BAB VIII

PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANADARI LUAR RUMAH SAKIT

A. METODOLOGI

Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat massal,

karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan korban massal dibagi

menjadi 3 tingkat yaitu

1. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 6 – 10 orang saja

2. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 8 – 15 orang

3. Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 15 orang

Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat itu,yang

selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Tim Disaster plan dan Direktur Rumah Sakit.Triage

dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan awal penderita dilakukan

oleh dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawatdari ruangan lain yang dimobilisasikan.

Triase bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.

Penilaian triage saat bencana sedikit berbeda dengan triage pada kondisi normal, disesuaikan

dengan jumlah korban dan kemampuan kapasitas rumah sakit dalam melakukan pertolongan

korban. Untuk triase digunakan kartu kode warna setelah diperoleh informasi akurat tentang

keadaan penderita. Kartu warna yang dipergunakan disini adalah :

a. MERAH (immediate)

Korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan kemungkinan bertahan

hidup yang paling besar jika dilakukan tindakan segera. Butuh tindakan operasi segera

atau intervensi life-saving lainnya, merupakan prioritas utama untuk tim bedah atau

evakuasi/transportasi ke fasilitasyang lebih baik.

Termasuk korban-korban dengan :

1) Syok oleh berbagai kausa

2) Gangguan pernapasan

3) Trauma kepala dengan pupil anisokor

4) Perdarahan eksternal masif

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 21


b. KUNING (observation)

Korban dengan kondisi stabil saat datang, perawatan dapat ditunda

sementara,tetapi membutuhkan observasi ketat dan re-triage ulang oleh petugas medis

yang berpengalaman. Dalam kondisi normal, kemungkinan merupakan penderita yang

memerlukan tindakan segera.

Termasuk dalam kategori ini :

1) Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen

berat)

2) Fraktur multipel

3) Fraktur femur/pelvis

4) Luka bakar luas

5) Gangguan kesadaran/trauma kepala

6) Korban dengan status yang tidak jelas

Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat

terhadap timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.

c. HIJAU (wait/walking wounded)

Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan

dapat ditunda, mencakup korban dengan :

1) Fraktur minor

2) Fraktur minor, luka bakar minor.

d. BIRU

Korban dengan kemungkinan survive/bertahan hidup nol atau kecil

sekali.Tindakan yang dilakukan hanya observasi atau jika dimungkinkan pemberian

analgesik. Termasuk dalam kategori ini adalah :

1) Korban dengan trauma berat (severe injuries)

2) Uncompensated blood loss

3) Korban dengan pemeriksaan neurologi yang negatif.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 22


e. HITAM

Korban yang telah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban, umur,

jenis kelamin, alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”.

B. ORGANISASI

Dalam keadaan bencana/disaster plan seperti ini maka secara otomatis

pengorganisasian penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif.

C. PERENCANAAN SDM

Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan

bencana ditentukan berdasarkan :

1. Jumlah korban yang ada pada saat itu

2. Jumlah tenaga yang ada pada saat itu.

Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai berikut :

1. Siaga 3 : Jumlah korban yang datang 6-10 orang

1 Dokter IGD dan 3 Perawat IGD yang berdinas dibantu oleh 2 perawat

poliklinik agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga.

2. Siaga 2 : Jumlah korban yang datang 8-15 orang

2 Dokter IGD dan 3 Perawat IGD yang berdinas dibantu 5 perawat

poliklinik agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga.

3. Siaga 1 : Jumlah korban lebih dari 15 orang

2 Dokter IGD dan 3 Perawat IGD yang berdinas dibantu 7 perawat

poliklinik agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga

D. PERENCANAAN KOMUNIKASI

Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang

sangat penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :

1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar

2. Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isiberita yang

mmenyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban,tindakan yang telah

dilakukan.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 23


3. Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan mencari

kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.

Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :

 Telepon

 Faximile

 Pesawat HT

 Handphone

E. PERENCANAAN LOGISTIK

Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat

diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung

logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu.

F. PERENCANAAN TRANSPORTASI

Peranan Transportasi juga tidak kala pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh

karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk

korban kerumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan 118.

G. PELAPORAN

Informasi cepat tentang jumlah/beratnya korban- korban harus segera didapat dalam 2

s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim

Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 24


BAB XI

PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANADARI DALAM RUMAH SAKIT

A. METODOLOGI

Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak menyebabkan kerugian

dan korban adalah kebakaran. Oleh karenanya metodologi ini dititik beratkan pada

penganggulangan kebakaran,selanjutnya bencana lain tinggal mengikutinya.

Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :

 Kebakaran Ringan : Kebakaran yang melibatkan area yang sempit,dengan api yang

kecil.

 Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat lokal dengan

besarnya api sedang.

 Kebakaran Berat : Kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api yang

besar.

B. ORGANISASI

Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif sesuai ketentuan yang

berlaku.

C. PERENCANAAN SDM

Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan

bencana ditentukan berdasarkan :

 Golongan Kebakaran.

 Jumlah korban yang ada pada saat itu.

Dengan demikian dapat dibuatkan perencanaan SDM sebagai berikut :

a. Berdasarkan Golongan Kebakaran

 Kebakaran Ringan :

Untuk memadamkan api diperlukan 1 – 2 orang dari pegawai yangdinas atau yang

berada disekitar kejadian saja dengan menggunakan1-2 APAR.


PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 25
 Kebakaran Sedang :

Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari pegawai yang dinas dengan

APAR yang jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk evakuasi pasien, dokumen,

ataupun barang berharga lainnya yang ada di ruangan/lokasi kejadian.

 Kebakaran Berat :

Untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas kebakaran, dengan

mengerahkan seluruh pegawai yang berdinas saat itu untuk melakukan evakuasi.

b. Berdasarkan Jumlah Korban yang ada pada saat itu

Berdasarkan jumlah korban pada saat itu maka untuk memobilisasi perencanaan SDM

dapat digunakan ketentuan pada penanggulangan bencana massal.

D. PERENCANAAN LOGISTIK

Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alatmedis sangat

diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadiperanan penting bagi tim pendukung

logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi saat itu.

E. PERENCANAAN KOMUNIKASI

Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat

penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :

 Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar

 Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isiberita yang

menyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban,tindakan yang telah

dilakukan.

 Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan mencari

kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.

Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :

 Telepon

 Faximile

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 26


 Pesawat HT

 Handphone

F. PERENCANAAN TRANSPORTASI

Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh

karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk

korban ke rumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan.

G. PELAPORAN

Informasi tentang jumlah/beratnya korban dan kerusakan harus segera didapat dalam 2

s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim

Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 27


BAB IX

PENUTUP

Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna

masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk

perbaikan peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semoga

buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk berkecimpung di

bidang K3 Rumah Sakit Banyumanik Semarang.

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA 28

Anda mungkin juga menyukai