Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN

PELATIHAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT


“BASIC TRAUMA AND CARDIAC LIFE SUPPORT”
A. LATAR BELAKANG

Seseorang yang mengalami kasus gawat darurat dimanapun tempatnya


kalau tidak diatasi dengan segera akan menyebabkan kamatian atau kecacatan.
Bencana Bom Bali I dan Bom Bali II merupakan contoh musibah yang tidak dapat kita
hindari. Upaya rasional yang efektif adalah meminimalkan dampak yang mungkin
timbul akibat bencana atau cedera. Hal tersebut menjadi factor dan motivasi bagi
seorang perawat untuk dapat memberikan bantuan hidup dasar bagi seseorang agar
dapat menyelamatkan nyawa dengan cepat dan tepat.

Upaya peningkatan profesionalisme sumber daya manusia dan kesehatan untuk


penyelenggaraan pelayanan kesehatan professional yang bermutu dan terjangkau
bagi seluruh masyarakat memerlukan tenaga kesehatan yang ditugaskan secara
penuh untuk melaksanakan kegiatan Basic Trauma and Cardiac Life Support (BTCLS)
di Puskesmas secara professional. BTCLS adalah tindakan darurat untuk
membebaskan jalan nafas membantu pernafasan dan mempertahankan kehidupan
pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa.

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) menjadi solusi


terbaik untuk member bantuan bagi seseorang dengan criteria “ gawat darurat “
Pusponegoro (2005) menyatakan bahwa suatu system yang baik akan tercermin dari
waktu tanggap ( Respon Time) sesaat setelah cedera terjadi . Keberhasilan
penanggulangan pasien gawat darurat tergantung empat kecepatan yaitu : kecepatan
ditemukan adanya penderita Gawat Darurat, kecepatan dan respon petugas,
kemampuan dan kwalitas , serta kecepatan minta tolong. Melihat keempat factor
tersebut dapat dimengerti bahwa pertolongan pertama di tempat kejadian ( On The
Spot ) sebaiknya dilakukan oleh penolong yang memahami prinsip resusitasi dan
stabilisasi dan evakuasi serta cara transportasi penderita dengan benar.

Kedudukan tenaga kesehatan didalam SPGDT memiliki posisi sangat strategis.


Kondisi penderita yang membutuhkan jalan nafas yang bersih, ventilasi paru
adequate, dan terhindar dari perdarahan lanjut serta terlindungi dari kecacatan
menjadi point penting bahwa seorang penolong pertama harus mempunyai dasr
keilmuan yang memadai tentang ketrampilan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat ( PPGD ).

Yayasan Ambulan Gawat Darurat ( YAGD ) 118 Jakarta diresmikan tahun 1992
dengan akta notaries meskipun 26 tahun sebelumnya telah berkiprah dalam
pelayanan bagi korban kecelakaan lalu lintas di Jakarta. Yayasan ini berada dalam
pembinaan Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) yang dalam perkembangan
organisasi selanjutnya menjadi sentral pendidikan dan pelatihan kegawatdaruratan di
Indonesia. Terwujudnya “ safe community” adalah komitmen lembaga dengan
menyebarkan dan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan gawat darurat untuk
masyarakat umum, public officer, dokter,perawat dan petugas kesehatan lainnya.
Pelatihan “ Basic Trauma and Cardiac Life Support ‘ ( BTCLS ) merupakan salah satu
bentuk kurikulum pelatihan berstandar nasional bagi tenaga kesehatan mengenai
tehnik bantuan pertolongan untuk penderita gawat darurat untuk mempersiapkan
tenaga tersebut dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kesehatan di Unit
Pelayanan Gawat Darurat baik yang ada di RS maupun Puskesmas.

A. FILOSOFI PELATIHAN

Peserta pelatihan BTCLS diselenggarakan dengan memperhatikan :

1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk :


a. Dihargai keberadaannya sebagai peserta latih diklat BTCLS
b. Didengarkan dan dihargai pengalamannya terkait dengan materi pelatihan
c. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada didalam konteks
pelatihan
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan maupun diabaikan

2. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:


a. Mendapatkan bahan ajar
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan
berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi
pelatihan
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual,
auditorial maupun kinestetik
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang
pelayanan kediklatan
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka
f. Melakukan evaluasi (fasilitator dan penyelenggara) dan dievaluasi tingkat
pemahaman dan kemampuannya dalam bidang pelayanan kesehatan

3. Berbasis kompetensi yang memungkinkan peserta untuk :


a. Mengembangkan ketrampilan langkah demi langkah dalam memperoleh
kompetensi yang diharapkan dalam pelatihan
b. Mendapatkan pembelajaran yang berdasar bukti-bukti ilmiah (evidance
based learning)
c. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan

4. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk :


a. Berkesempatan melakukan eksperimental dari materi pelatihan dengan
menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi kelompok,
simulasi, role play, dan latihan baik secara individu maupun kelompok
b. Melakukan pengulangan terhadap kegiatan yang dilakukan atau
perbaikan yang dirasa perlu

B. TUJUAN PELATIHAN

1. Tujuan Umum

Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta dapat melaksanakan kegiatan Basic


Trauma And Cardiac Life Support dengan baik dan benar

2. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikut pelatihan BTCLS peserta diharapkan dapat :
a. Memahami dan melaksanakan sistem pelayanan gawat darurat sehari-hari
(silent disaster), korban masal dan bencana
b. Menangani kasus trauma secara umum dengan cepat serta mampu
melakukan penilaian dan pengelolaan awal penderita trauma
c. Melakukan tindakan bantuan hidup dasar pada dewasa secara cepat dan
tepat
d. Mengetahui serta dapat mendemontrasikan cara-cara jalan nafas (airway)
dan mempertahankan pernafasan (breathing) penderita tanpa menggunakan
alat invasif
e. Mengidentifikasikan dan mendemontrasikan mempertahankan penderita syok
tanpa menggunakan alat-alat invasif
f. Mengetahui serta dapat mendemontrasikan penatalaksanaan penderita
trauma thoraks
g. Mengetahui serta dapat mendemontrasikan penatalaksanaan penderita
trauma kapitis
h. Mengetahui dan dapat melakukan penatalaksanaan penderita dengan trauma
muskuloskeletal
i. Mendemontrasikan penatalaksanaan penderita luka bakar (thermal)
j. Melakukan penilaian dan pengelolaan awal pada penderita anak, wanita
hamil, geriatri
k. Menguraikan prinsif-prinsif rujukan
l. Mengetahui cedera yang dilakukan karena trauma dan dapat melakukan
penatalaksanaan penderita trauma
m. Mengetahui penatalaksanaan penderita keracunan dan gigitan binatang
n. Mengetahui prinsif dan praktek triage
o. Mengetahui konsep dan EKG serta aritmia

C. PESERTA

Seluruh staf medis / paramedis di UPT.Kesmas Payangan yang belum


mendapatkan pelatihan ATLS / BTCLS )

D. PELATIH

Pelatih atau fasilitator dalam pelatihan ini adalah :

1. Dokter di UPT.Kesmas Payangan yang telah mengikuti pelatihan ATLS / ACLS


dan Manajemen Trauma Pre-hospital
2. Perawat yang telah mengikuti pelatihan BTCLS

E. MATERI PELATIHAN
Materi pelatihan BTCLS meliputi :
1. Gawat Darurat Sehari-hari (Silent Disaster), Korban Masal dan Bencana
2. Initial Assesment
3. Bantuan Hidup Dasar
4. Airway, Breathing dan Syok
5. Trauma Thoraks dan Trauma Kapitis
6. Trauma Muskuloskeletal dan Trauma Thermal
7. Trauma Pada Anak, Wanita Hamil, Geriatri
8. Merujuk Penderita
9. Biomedik Trauma
10. Triage
11. Keracunan dan Gigitan Binatang
12. Jantung dan Aritmia
F. METODA PELATIHAN
Proses belajar interaktif dengan ceramah, simulasi dan demontrasi. Diskusi
dilakukan untuk membahas suatu kasus gawat darurat

G. PENYELENGGARA
Penyelenggara pelatihan adalah UPT .Kesmas Payangan

H. WAKTU DAN TEMPAT PELATIHAN


Pelatihan BTCLS direncanakan diselenggarakan di UPT. Kesmas Payangan
Tanggal 7 Agustus 2017

I. SUMBER DANA DAN FASILITAS PELATIHAN


Dana pelatihan ini dialokasikan pada : DPA UPT.KESMAS Payangan

Fasilitas yang didapatkan peserta pelatihan :


1. Alat tulis menulis
2. Materi pelatihan

J. EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap proses pelatihan yaitu :

1. Evaluasi terhadap Peserta


Yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap peserta pelatihan melalui penilaian
pengajar saat memberikan materi. Setiap peserta yang telah menyelesaikan
proses pembelajaran ini minimal 95% dari keseluruhan jumlah jam pelajaran

2. Evaluasi terhadap Fasilitator


Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang
menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan
pelatih/fasilitator dalam menyampaikan pengetahuan dan atau ketrampilan
kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta

K. RENCANA TINDAK LANJUT

1. Laporkan ke atasan atau pimpinan Kepala UPT Kesmas Payangan tentang


hasil pelatihan BTCLS
2. Menerapkan hasil pelatihan BTCLS

L. TINDAK LANJUT
1. Melaporkan ke atasan atau pimpinan Kepala UPT Kesmas Payangan tentang
hasil pelatihan BTCLS
2. Mampu menangani pasien dan dapat melaksanakan kegiatan Basic Trauma
And Cardiac Life Support dengan baik dan benar.

M. PENUTUP

Demikian kerangka acuan pelatihan BTCLS disusun untuk dapat dipergunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pelatihan sehingga dapat tercapai tujuan pelatihan

Mengetahui
Kepala UPT.Kesmas Payangan

dr I Gusti Ngurah Gede Putra


NIP.198010312009031003

Anda mungkin juga menyukai