Anda di halaman 1dari 198

SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN

PARIWISATA

Erlani, Andi Ruhban, H.Ashari Rasyid,


Muh. Ikbal Arif,Baharuddin Samad, Djoko Poerwoko

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
MAKASSAR
2011

KATA PENGANTAR

1
Sanitasi Tempat-Tempat umum adalah suatu bidang yang
mengurusi masalah kesehatan lingkungan secara menyeluruh pada
tempat-tempat umum. Tempat-tempat umum merupakan tempat yang
banyak dikunjungi oleh masyarakat umum yang dapat menjadi tempat
perkembang biakan/penularan penyakit yang akan mempengaruhi
kesehatan masyarakat pengunjung. Untuk itu peran sanitasi tempat-
tempat umum adalah memutuskan mata rantai perkembangbiakan
/penularan penyakit yang mungkin terjadi pada tempat-tempat umum.
Buku ini bermanfaat membantu mahasiswa, dosen dan kalangan
masyarakat umum yang membacanya. Buku ini tersusun dari materi-
materi yang disesuaikan dengan kurikulum Program D3 Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Makassar. Penyusunan buku ini
tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangatlah bijak bila ada
kritikan yang sifatnya konstruktif dalam rangka penyempurnaannya.
Buku Ajar ini dapat tersusun dengan baik berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis pada kesempatan ini
mengucapkan terima kasih atas segala partsipasi bantuannya.
Akhir kata semoga tulisan ini dapat membawa manfaat bagi yang
membacanya.

Makassar, Mei 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

2
BAB I KONSEP DASAR STTU DAN WISATA 1
A. Pengertian ............................................................... 1
B. Ruang Ligkup STTU dan Wisata .............................. 3
C. Dasar Hukum ............................................................. 3
D. Keterkaitan STTU dengan Ilmu Lain .......................... 6
E. Aspek Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di 8
TempatTempat Umum-Wisata ...................................
F. Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di 8
Tempat Umum ...........................................................
G. Sasaran ...................................................................... 8
H. Strategi ....................................................................... 8
I. Mekanisme Pembinaan ............................................. 9
J. Jejaring Kerja, Peran , dan Tanggung Jawab ............ 9
BAB II SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM ........................... 11
A. Sarana Pariwisata dan Rekreasi ................................ 11
1. Sanitasi Kolam Renang/Pemandian Umum .......... 11
2. Sanitasi Restoran dan Rumah Makan ................... 22
3. Sanitasi Hotel ........................................................ 42
4. Pengawasan Gedung Bioskop ............................. 72
5. Sanitasi Taman Wisata ......................................... 89
B. Sarana Transportasi .................................................. 92
1. Pokok Pokok Kebijaksanaan di Bidang Sanitasi Angkutan
Umum .................................................... 92
2. Stasiun Kereta Api ................................................. 98
3. Terminal Bus ......................................................... 101
4. Penyehatan lingkungan Bandar Udara ................ 111
5. Sanitasi Pesawat Udara ........................................ 121
6. Sarana dan Prasarana Pelabuhan Laut ................ 139
7. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Terhadap Kapal Laut
.............................................................. 142
C. Sarana Perdagangan ................................................. 149
1. Sanitasi Pasar ....................................................... 149
2. Sanitasi Pusat Perbelanjaan ................................. 156
D. Sarana Tempat Ibadah .............................................. 157

3
a. Sanitasi Masjid ...................................................... 157
b. Sanitasi Gereja....................................................... 160
c. Sanitasi Pura ......................................................... 163
E. Sarana Perawatan ..................................................... 165
1. Sanitasi Salon ....................................................... 165
2. Sanitasi Panti Pijat ................................................ 171
F. Sarana Sosial ............................................................ 173
Sanitasi Pondok Pesantren ...................................... 173
BAB III PENGELOLAAN PENGAWASAN SANITASI TEMPAT
TEMPAT UMUM ........................................................... 177
A. Identifikasi Masalah Hygiene dan Sanitasi Tempat
Tempat Umum ........................................................ 177
B. Pemeriksaan Sanitasi (Sanitary Inspection)............ 178
C. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow
Up Inspection) ......................................................... 186
D. Sistem Penilaian dan Analisis Masalah .................. 188
E. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Recording dan
Reporting) ............................................................... 188

4
BAB I
KONSEP DASAR STTU DAN WISATA

K. Pengertian
1. Sanitasi
Sanitasi menurut definisi yang dikemukakan oleh WHO adalah
merupakan usaha pencegahan/pengendalian semua faktor
lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap
manusia, terutama yang sifatnya merugikan/berbahaya terhadap
perkembangan fiisk, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
2. Kesehatan lingkungan;
Kesehatan lingkungan adalah upaya melakukan identifikasi, analisis,
verifikasi, rekayasa dan intervensi terhadap agens fisik, kimi,
biologis, maupun sosial di media air, udara, tanah, bangunan,
makanan, tumbuhan serta binatang pada lokasi permukiman, tempat
kerja, transportasi, tempat wisata juga matra guna mencegah
sekaligus mengendalikan risiko kesehatan manusia melalui
advokasi, sosialisasi, dan atau pemberdayaan.
(sanitarian_indonesia@yahoogroups.com mei 2011)
3. Tempat Tempat Umum (TTU) :
Suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke
tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara
insidentil maupun terus menerus (Suparlan, 1988).
Suatu tempat kegiatan bagi umum yang diselenggarakan oleh badan
pemerintah, swasta, maupun perorangan baik secara insidentil
maupun terus menerus (Soebagijo Reksosoebroto, 1978).
Suatu tempat dapat dikatakan tempat umum bilamana memenuhi
kriteria :
a. Diperuntukkan bagi masyarakat umum.
b. Mempunyai tempat/bangunan yang permanen atau menetap.

5
c. Pada tempat tersebut ada aktivitas, baik aktivitas
pengelola/pengusaha maupun pengunjung.
d. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
1) Fasilitas kerja pengelola
2) Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah,
WC/urinoir, kamar mandi, pembuangan limbah).
4. Sanitasi Tempat Tempat Umum
Suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit.
5. Pengawasan Tempat-Tempat Umum
Pentingnya pengawasan terhadap tempat-tempat umum :
a. Tempat umum yang tidak saniter akan dapat merupakan
tempat perkembangbiakan bibit penyakit dan vektor penyakit,
sehingga akan dapat menyebar luasnya penyakit.
b. Kontruksi bangunan tempat umum yang tidak memenuhi syarat
akan dapat menimbulkan bahaya / kecelakaan.
Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat tempat umum,
maka perlu dilakukan pengawasan terhadap :
1) Manusia, sebagai pelaksana kegiatan
2) Tempat/lingkungan di mana kegiatan tersebut dilakukan
3) Alat-alat / perlengkapan dan bahan yang dipergunakan.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum
adalah berupa :
a. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor lingkungan dan
faktor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat tempat
umum.
b. Penyuluhan terhadap masyarakat, terutama yang menyangkut
pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya
yang timbul dari tempat-tempat umum.

6
Dari istilah pengawasan dan pemeriksaan di atas, dapat diartikan
sebagai berikut :
1) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan dengan maksud
bertujuan memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk
kepada faktor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-
tempat umum, misalnya :
(1) Cara-cara pencegahan penyakit
(2) Kebiasaan dan cara kerja yang baik dan benar
(3) Kebersihan perorangan
2) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan dengan maksud
melakukan pemeriksaan terhadap faktor-faktor lingkungan, alat-
alat, perlengkapan, dan fasilitas dari tempat umum. Misalnya :
(1) Lingkungan pekarangan/halaman.
(2) Bangunan fisik / konstruksinya
(3) Tempat menyimpan bahan / barang
(4) Penyediaan air bersih
(5) Perlengkapan pengelolaan sampah
(6) Sarana pengelolaan air limbah
(7) dll.

L. Ruang Ligkup STTU dan Wisata


Berdasarkan jenis sarana dihubungkan dengan kegiatannya
tempat-tempat umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Sarana pariwisata / rekreasi, antara lain :
a. Hotel
b. Kolam renang
c. Restoran dan rumah makan
d. Bar / night club/dicotek
e. Gedung pertunjukan
f. Gedung bioskop
g. Tempat / taman wisata

7
2. Sarana trasnportasi, antara lain :
a. Terminal bus
b. Stasiun kereta api
c. Pelabuhan udara
d. Pelabuhan laut
3. Sarana perdagangan, antara lain :
a. Pasar
b. Supermarket
c. Departemen store
4. Sarana ibadah, antara lain :
a. Masjid
b. Gereja
c. Vihara
d. Pura
5. Sarana perawatan, antara lain :
a. Rumah sakit
b. Barber shop, salon kecantikan
c. Panti pijat / mandi sauna
6. Sarana sosial, yang termasuk antara lain :
a. Panti jompo
b. Panti asuhan
c. Pondok pesantren

M. Dasar Hukum
Dasar Pelaksanaan Pengawasan Tempat Tempat Umum
adalah UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 2)
menyebutkan : Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap
tempat-tempat umum, lingkungan permukiman, lingkungan kerja,
angkutan umum, dan lingkungan lainnya
Lingkup Kesehatan Lingkungan ;

8
Pasal 22 ayat 3, Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan
udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan
kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan penyehatan atau
pengamanan lainnya.
Yang wajib menyelenggarakan kesehatan lingkungan (Pasal
22 ayat 4) : Setiap tempat atau sarana pelayanan umum. Tempat atau
sarana pelayanan umum wajib menyelenggarakan lingkungan yang
sehat adalah antara lain :
(1) Tempat yang dikelola secara komersial
(2) Memiliki resiko bahaya kesehatan yang tinggi
(3) Tempat pelayanan yang memiliki jumlah tenaga kerja tertentu
(4) Tempat yang mudah terjangkit penyakit
(5) Tempat yang intensitas jumlah dan waktu kunjungan tinggi
Setelah UU di atas direvisi, maka dasar pelaksanaan
Pengawasan Tempat-Tempat Umum mengacu pada UU Nomor
36/2009 tentang kesehatan, dalam pasal 162 dijelaskan bahwa
upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tinggginya.
Selanjutnya pasal 162 ayat 2, lingkungan sehat
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan
fasilitas umum. Pasal 3 Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud
pada ayat 2, bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain;
a. Limbah cair,
b. Limbah padat,
c. Limbah gas,
d. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah,

9
e. Binatang pembawa penyakit,
f. Zat kimia yang berbahaya,
g. Kebisingan yang melebihi ambang batas,
h. Radiasi sinar pengion dan pengion,
i. Air yang tercemar
j. Udara yang tercemar, dan
k. Makanan yang terkontaminasi.

N. Keterkaitan STTU dengan Ilmu Lain


Untuk pengawasan ataupun pelaksanaan sanitasi tempat
umum, petugas seharusnya mempunyai bekal pengetahuan berbagai
ilmu. Disiplin ilmu yang mendasari dalam pelaksanaan pengawasan
sanitasi tempat-tempat umum, yaiu;
1. Penyediaan air bersih (water suplay), yaitu tentang :
a. pengawasan kualitas dan kuantitas
b. pemanfaatan air panas dan air dingin
c. sistem pengolahan air
d. penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air
e. mekanisme pengawasan (control)
2. Pengelolaan sampah, yaitu tentang :
a. Cara pembuangan (termasuk pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan).
b. Peralatan yang digunakan untuk pengelolaan sampah
c. Cara pengawasan alat-alat dan cara perawatannya.
3. Pembuangan tinja dan air limbah, yaitu tentang :
a. Cara pembuangannya
b. Cara pengolahannya
c. Peralatan yang dipergunakan
d. Cara penggunaan alat dan cara perawatannya
e. Penyakit yang ditularkan melalui tinja dan air limbah
f. Akibat yang ditimbulkan oleh air limbah

10
4. Hygiene sanitasi makanan dan minuman, yaitu tentang :
a. Hygiene makanan minuman :
1) kemungkinan terjadinya kontaminasi
2) kemungkinan terjadinya keracunan
3) cara pengawasan dan pengendalian
b. Sanitasi makanan dan minuman :
1) kesehatan dan kebersihan makanan
2) cara penyimpanan makanan
3) cara pengolahan
4) cara pengangkutan makanan matang
5) cara penyimpanan makanan matang
6) cara penyajian
5. PPLP (Housing construction), yaitu tentang :
a. Perencanaan lokasi
b. Konstruksi dan fasilitas ruangan (sistem ventilasi,
pencahayaan, pencegahan serangga & tikus)
c. Sistem pengawasan dan pengendalian
6. Pengawasan Pencemaran Lingkungan Fisik, yaitu tentang :
a. Jenis gangguan yang ditimbulkan
b. Cara pengendalian
c. Sistim pemantauan kualitas lingkungan fisik
7. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu, yaitu tentang :
a. Jenis gangguan yang ditimbulkan
b. Cara pengendalian
c. Penyakit yang dapat ditularkan dan atau ditimbulkan
8. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, yaitu tentang :
a. Kebersihan lingkungan kerja
b. Hygiene perorangan
c. Kesehatan dan keselamatan kerja
d. Pemantauan kualitas lingkungan kerja

11
O. Aspek Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Tempat Umum-
Wisata

1. higena dan sanitasi bangunan


2. sarana sanitasi
3. higena makanan
4. pengendalian pencemaran udara
5. pengendalian gangguan akibat kecelakaan yang menyebabkan
cedera
6. tindakan pencegahan dan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemi/wabah dan bencana alam
7. perilaku pengelola, karyawan, pengguna, dan masyarakat sekitar

F.Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Di Tempat Umum

1. Umum; tersusunnya pedoman bagi penyelenggara kesehatan


lingkungan di tempat umum untuk mewujudkan tempat umum yang
bersih, nyaman dan sehat
2. Khusus: a) terselenggaranya tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan, berkesinambungan, bersih, nyaman, dan sehat, b)
terwujudnya penyelenggara dan pengguna tempat umum untuk
hidup bersih, nyaman, dan sehat

G. Sasaran
1. Petugas kesehatan provinsi, kabupaten/kota, dan puskesmas yang
menangani program penyehatan lingkungan
2. Para pemangku kepentingan/instansi dan lembaga yang terkait
dengan kegiatan penyelenggaraan tempat umum wisata

H. Strategi
1. Sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan kesehatan lingkungan
dengan melibatkan peran lintas sektor dan program, organisasi
masyarakat dan swasta
2. Menyiapkan peraturan perundangan, dengan pokok kegiatan
menyusun pedoman aturan yang mendukung terciptanya
kesehatan lingkungan yang aman dari penyakit dan kecelakaan di
tempat umum wisata
3. Mengembangkan jejaring kemitraan dengan pihak terkait, seperti
pemerintah, swasta, organisasi, kelompok atau perorangan
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di pusat dan daerah
5. Meningkatkan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (kie)
penyehatan lingkungan

12
6. Memperkuat survailans faktor risiko lingkungan
7. Meningkatlan pemberdayaan masyarakat tempat umum wisata
8. Meningkatkan pembinaan, pengawasan, dan evaluasi

I. Mekanisme Pembinaan
1. Prinsip dasar: pembinaan kesehatan lingkungan di tempat umum
wisata bertujuan untuk menjamin kualitas lingkungan yang sehat,
terbebas dari cemaran fisik, kimia, dan biologis yang memungkinkan
masyarakat tempat umum terhindar dari risiko penyakit dan cedera
2. Pelaksanaan pembinaan:
a.Pemerintah pusat: kementerian kesehatan bersama dengan sektor
kementerian pendidikan, perhubungan, pariwisata, agama, hukum
dan ham, tenaga kerja dan transmigrasi, pekerjaan umum
(permukiman dan prasarana wilayah), lingkungan hidup, melakukan
pembinaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
b.Pemerintah daerah: di tingkat daerah yang bertanggung jawab
melakukan pembinaan adalah dinas kesehatan, Bappeda, dinas
pendidikan, badan pengelolaan lingkungan hidup daerah, dinas
pariwisata, dinas perhubungan, dinas pekerjaan umum, dinas
tenaga kerja dan tarnsmigrasi, dinas kebersihan, kanwil/kandep
agama
3. Frekuensi pembinaan terhadap tempat umum wisata oleh tim
terkait dilakukan minimal sekali dalam setahun
4. Unsur pembinaan
a. fasilitasi penyusunan peraturan daerah
b. advokasi dan sosialisasi
c. kemitraan dan jejaring kerja
d. fasilitasi pelatihan dan workshop
e. komunikasi, informasi dan edukasi (kie)
f. faktor risiko lingkungan dan pengendaliannya
g. fasilitasi gerakan terkait kesehatan lingkungan untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat tempat umum wisata
5. Pembiayaan: adalah tanggung jawab pemerintah daerah
sedangkan pemenuhan untuk kebutuhan peningkatan kualitas
lingkungan yang sehat menjadi tanggung jawab penyelenggara

J. Jejaring Kerja, Peran , dan Tanggung Jawab


1. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan di tempat umum wisata
dikordinir oleh sektor kesehatan secara berjenjang mulai pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota dan sektor terkait
2. Peran dan tanggung jawab para pemangku kepentingan dalam
pembinaan kesehatan lingkungan di tempat umum wisata:
a. Sektor kesehatan
1) pengembangan norma standar pedoman kriteria (nspk)
2) fasilitasi dalam meningkatkan kapasitas petugas/inspektor

13
3) melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah
daerah dan penyelenggara tempat umum wisata daam
upaya menjami ketersediaan lingkungan yang sehat
4) melakukan pemantauan dan pembinaan kesehatan
lingkungan tempat umum wisata
b. Sektor pendidikan
1) program pembinaan lingkungan sekolah melalui uks (usaha
kesehatan sekolah): lingkungan fisik, mental, dan sosial
2) pembinaan lingkungan keluarga
3) pembinaan masyarakat sekitar
c. Sektor perhubungan
a. Program uji emisi gas buang kendaraan angkutan
penumpang pada balai-balai pengujian kendaraan bermotor,
terminal penumpang dan bengkel umum yang ditunjuk
d. Sektor pariwisata
1) program penyusunan standar usaha pariwisata dengan
memasukkan unsur-unsur yang terkait dengan kesehatan
lingkungan
2) program peniaia/klasifikasi usaha pariwisata berdasarkan
kriteria/standar yang telah ditetapkan
3) pemberian bimbingan teknis dalam aspek higena di tempat
pariwisata termasuk masyarakat sekitar (homestay)
e. Sektor hukum dan HAM
Pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan dan perilaku
personal higena sanitasi warga binaan pemasyarakatan (wbp)
di lapas dan rutan
f. Penyelenggara tempat umum wisata
bagi penyelenggara tempat umum wisata wajib menjamin
ketersediaan lingkungan yang sehat sesuai persyaratan yang
telah ditetapkan

14
BAB II
SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

F. Sarana Pariwisata dan Rekreasi

1. Sanitasi Kolam Renang/Pemandian Umum

b. Pengertian dan Batasan

1) Kolam renang adalah tempat pemandian yang diperuntukkan


bagi kepentingan umum maupungagi perorangan (Soebagijo
Reksosoebroto, Hygiene & Sanitasi, 1978)
2) Pada Peraturan Menteri Kesehatan No.
061/Men.kes./Per/I/1991 disebutkan bahwa :
(1) Kolam renang adalah suatu usaha bagi umum yang
menyediakan tempat untuk berenang, berrekreasi, berolah
raga, serta jasa pelayanan lainnya, menggunakan air
bersih yang telah diolah.
(2) Pemandian umum adalah suatu usaha bagi umum yang
menyediakan tempat untuk mandi, berrekreasi, berolah
raga serta jasa pelayanan lainnya, menggunakan air
tanpa diolah terlebih dahulu, tidak termasuk pemandian
untuk pengobatan.
Dipandang dari berbagai segi, kolam tempat pemandian dapat
dibedakan menjadi berbagai macam, antara lain :
(1) Dipandang dari segi bangunannya
Dipandang dari segi bangunannya tempat pemandian dapat
dibedakan menjadi :
a) Kolam renang alami (Natural Bathing Places), yaitu kolam
pemandian alam asli dibentuk oleh alam yang bukan dibuat
oleh manusia. Contohnya : tempat pemandian pantai laut,

15
telaga, sungai, dll. Pengawasan sanitasi untuk tempat
pemandian ini sukar sekali, yang penting adalah menjaga
agar keadaan sekeliling pemandian terpelihara
kebersihannya dan tidak mudah menimbulkan kecelakaan.
Sedangkan mengenai kualitas airnya tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Yang perlu diperhatikan adalah :
(1) Air yang dipergunakan tidak tercemar oleh limbah dari
pabrik industri atau dari pembuangan limbah
lainnya, misalnya riol perkotaan, septic tank, dll.
(2) Life guard (Penolong/penyelamat bilamana terjadi
kecelakaan) harus cukup banyak dan selalu siap siaga
untuk memberikan pertolongan bila terjadi kecelakaan
sewaktu pengunjung berenang.
b) Tempat pemandian buatan (Artificial Bathing Places), yaitu
kolam renang yang dibangun atau dibuat oleh manusia.
Kolam renang buatan ini dapatdibedakan menurut
pengelolaan airnya, yaitu :
(1) Flow-throug type :
Pada kolam renang ini penyediaan air mengalir terus
menerus setiap waktu, sehingga dikatakan airnya selalu
jernih karena airnyaselalu diganti denganyang baru. Bila
air dari sumbernya berkualitas baik, maka dapat
dikatakan sistim ini adalah yang terbaik, tetapi type ini
membutuhkan penyediaan air yang sangat banyak.
(2) Fill and draw type :
Type kolam renang ini adalah bak kolam diisi penuh
dengan air, setelah digunakan untuk kegiatan berenang
atau mandi beberapa lama kemudian bila air dipandang
sudah kotor dibuang / bak dikuras dan dibersihkan diisi
lagi dengan air yang bersih.
Penentuan penggantian air ini berdasarkan atas :

16
a) keadaan phisik air dalam kolam (kelihatan keruh dan
kotor)
b) banyaknya orang yang telah berenang / mandi di
dalam kolam
c) lamanya air setelah berada di dalam kolam
Dapat dikatakan bahwa kolam type ini adalah yang
palik tidak baik.
(3) Recirculation type :
Pada kolam type ini air yang telah digunakan disedot
dimasukkan ke penyaringan atau filter, didisinfeksi,
kemudian dipompakan kembali ke dalam kolam.
Walaupun airnya tidak diganti, bila intalasi pengolahan
bekerja dengan baik, kualitas airnya akan selalu baik.
Karena rumitnya perawatan instalasi, maka untuk
pengawasan kolam renang type ini cukup sulit.
(2) Dipandang dari segi letak / lokasinya :
Dipandang dari segi letak lokasi kolam renang / pemandian
dapat dibedakan menjadi :
a) Indoor pool, yaitu kolam yangmenjadi satu atau
merupakan bagian dari suatu bangunan, misalnya kolam
renang padasuatu hotel.
b) Out door pool, yaitu kolamrenang yang berdirisendiri
bukan merupakanbagian dari suatu bangunan,atau kolam
renang itu merupakan bangunan sendiri.
(3) Dipandang dari segi pemakaiannya kolam renang
dibedakan menjadi :
a) Private swimming pool, yaitu kolam renang yang
dipergunakan bagi keluarga atau kelompok atau
perkumpulan tertentu. Misalnya kolam renang yang
dibangun pada halaman rumah yang dipergunakan oleh
keluarga pemilik rumah. Atau kolam renang yang

17
dibangun dan dipergunakan untuk karyawan beserta
keluaga-nya.
b) Public swimming pool, yaitu kolam renang/ pemandian
yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.

c. Hubungan kolam renang dengan gangguan kesehatan


Pengawasan dan pemeriksaan sanitasi terhadap pemandian
umum / kolam renang harus dilakukan terus menerus dan secara
teratur, sebab pemandian umum / kolam renang akan dapat
menjadikan sumber ataumedia penularan penyakit dan
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Penyakit-penyakit dan
gangguan yang dapat ditularkan atau ditimbulkan pada pemandian
umum / kolam renang antara lain :
1) Penyakit kulit, seperti scabies,impetigo, exzim, dermatitis, gatal-
gatal, dan lain-lain.
2) Penyakit saluran pencernaan makanan, seperti kolera, typhus
abdominalis, disentri, gastro enteritis, dll.
3) Penyakit mata, seperti conyungtivitis, trachoma, iritasi dll.
4) Polio myelitis
5) Leptospirosis
6) Kecelakaan karena tenggelam, benturan, tergelincir, dll.

d. Pengawasan dan pemeriksaan pemandian umum / kolam renang

Pemeriksaan dan pengeawasan meliputi ;

1) Pemeriksaan kesehatan lingkungan atau tempat sekitar kolam


renang.
2) Pemeriksaan fisik bangunan atau konstruksi kolam renang.
3) Pengambilan dan pemeriksaan contoh air
4) Penilaian hasil pemeriksaan
e. Persyaratan Pemandian Umum / Kolam Renang

18
1) Persyaratan letak tempat pemandian umum/kolam renang :
Pemandian umum / kolam renang hendaknya terletak pada
daerah yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum,
sehingga para pengunjung akan mudah mendatangi kolam
renang / pemandian umum tersebut. Di samping itu persyaratan
letak tempat kolam renang harus :
(1) Di tempat yang tinggi, tidak di daerah banjir.
(2) Jauh dari tempat pembuangan akhir sampah.
(3) Jauh dari tempat pengolahan air limbah umum.
(4) Jauh dari pohon-pohonan
(5) Di daerah yang bebas atau terhindar dari pencemaran.

2) Persyaratan Konstruksi :
(1) Syarat umum ukuran :
a) Kolam renang /pemandian umum cukup luas untuk
kunjungan maksimum setiap harinya.
b) Tidak dibuat terlalu besar dari perhitungan maksimum
pengunjung pada wilayah tersebut.
c) Lebih baik dibuat beberapa kolam renang pada suatu
wilayah daripada dibuat besar hanya satu buah.
(2) Jumlah pengunjung (expected attendence) :
Jumlah pengunjung yang diharapkan akan mengunjungi
kolam renang dihitung dengan pertimbangan faktor-faktor :
a) Keadaan iklim atau musim.
b) Kepercayaan (billieve) dan kebiasaan masyarakat.
c) Bangunannya dengan arsitektur yang menarik bagi
masyarakat.
d) Untuk masyarakat di daerah yangmempunyai kebiasaan
mandi di kolam renang, expected attendence tiap hari
diperhitungkan sebagai berikut :

19
(a) 10% untuk kota dengan penduduk 1.000 -
10.000
(b) 5% untuk kota dengan penduduk 10.000 -
30.000
(c) 2% untuk kota dengan penduduk 30.000 -
100.000
(d) 1% untuk kota dengan penduduk 100.000 -
1.000.000
(e) 0,5% untuk kota dengan penduduk lebih dari
3.000.000
(3) Bangunan dari kolam :
Kolam secara umum biasanya dibagi dalam 3 zone, yaitu :
a) Bagian kolam yang terdalam yaitu merupakanbagian yang
dipergunakan untuk penyelaman (diving area). Untuk wilayah
ini maksimum digunakan untuk 12 orang.
b) Bagian kolam yang diperuntukkan bagi para perenang
(swimming area), yaitu daerah yang disediakan untuk
berenang. Kedalaman untuk wilayah ini lebih dari 1,75 m,
(Soebagijo R, 1978, Suparlan, 1988) sedangkan menurut
Pemenkes No. 061 Th. 1991 hanya sedalam 1,5 m. Untuk
setiap orang (perenang) diberikan keleluasaan seluas 3 m2
permukaan air kolam.
c) Bagian kolam yang diperuntukkan bagi pemakai yang belum
pandai berenang (belajar berenang) disebut non swimming
area, yaitu wilayah dengan kedalaman kurang dari 1,5 m.
Untuk setiap pemakai diberikan keleluasaan seluas 1,5 m2
permukaan air kolam.
(4) Syarat konstruksi kolam :
a) Bahan :
(a) Dari bahan yang kuat, kedap air, keras, tetapi halus.
(b) Dicat dengan warnamuda.

20
(c) Setiap sudut pertemuan dinding dibentuk sudut lengkung
b) Bentuk :
(a) Lobang pengering (outlet drain) pada bagian yang
terdalam.
(b) Setiap dinding harus vertikal.
(c) Dasar kolam renang yang kedalamannya kurang dari
1,5 m kemiringannya maksimum 10% dan tidak boleh ada
penurunan yang curam. Untuk kedalaman yang lebih dari
1,5 m sampai 3 m penurunan maksimum 30%.
(d) Untuk membedakan masing-masing wilayah (zone) harus
diberikan tanda yang jelas agar tidak menimbulkan
kecelakaan.

c) Tempat berjalan :
(a) Pada sekeliling kolam renang harus ada tempat berjalan
dengan lebar minimal 1 m dengan kemiringan ke arah
luar kolam.
(b) Sekeliling kolam renang di tepi tempat berjalan ada parit
pengering.
d) Pipa pemasukan air (in let) :
Saluran air yang masuk ke kolam harus terjamin tidak ada
hubungan silang (cross conection) dengan air kotor. Lubang
pemasukan air bersih berseberangan dengan lubang
pembuangan/pengering.
e) Pipa pembuangan / pengering :
Pipa pembuangan bisa dihubungkan dengan pipa penyedot.
Bila lebar kolam lebih dari 7 m harus dibuat beberapa lubang
pembuangan. Pada lubang pembuangan harus dilengkapi
dengan jeruji yang dibuat dari bahan yang tidak
membahayakan bagi para perenang. Cara pengeluaran air
harus menghindari terjadinya pusaran air (fortex). Pipa

21
pembuangan tidak boleh berhubungan langsung dengan riol
kota. Lobang pipa pengering minimal berjarak 25 Cm dari
dinding, bila dipisahkan atau dibuat lebih dari satu lubang
pengering jarak luang satu dengan lainnya maksimal 50 cm.
f) Saluran peluap (Scum gutters) :
(a) pada dua sisi dinding kolam harus ada saluran peluap
(b) dalam saluran minimal 7,5 cm.
(c) Lubang saluran harus cukup besar agar mudah dalam
membersihkan.
(d) Lubang pengering pada saluran peluap berjarak antara
3,5 m sampai 5,5 m.
g) Tangga :
(a) Tangga harus vertikal.
(b) Dibuat dari bahan yang berbentuk bulat dan tahan karat.
(c) Dipasang terutama pada bagian kolam yang dalam dan
yang dekat dengan papan loncat.

h) Papan loncat (Diving Board) :


Papan loncat harus sesuai dengan ketentuan teknis agar
tidak menimbulkan kecelakaan. Ketentuan papan loncat :
(a) Tinggi papan loncat harus sesuai dengan kedalaman kolam :
Tinggi papan loncat Dalamnya kolam
1,00 m 2,75 m
1,75 m 3,00 m
2,75 m 3,75 m
3,50 m 4,00 m
> 3,50 m Mak. 5,00 m

(b) Jarak papan loncat satu dengan lainnya minimal 3,50 m.

22
Skema Pembagian Area Kolam Renang

i) Pencahayaan (lighting) :
(a) pencahayaan tidak menyilaukan perenang
(b) Tidak dipasang lampu di atas air kolam
(c) Terang cahaya harus merata pada semua arah kolam

f. Fasilitas Kolam Renang dan Aturan Bagi Perenang


1) Fasilitas bagi perenang :
(1) Rumah pemandian (bath house).
Letak rumah kolam renang (bath house) harus :
a) Dapat melindungi kolam renang, sehgingga tidak tampak
dari luar serta pencemaran dari debu atau kotoran lainnya.
b) Dekat dengan bagian kolam yang terdangkal.

(2) Tempat ganti pakaian :


Tempat ganti pakaian bagi para perenang harus memenuhi
ketentuan :
a) Lantai keras, kedap air, mudah dibersihkan dan
kemiringannya menuju ke arah lubang pembuangan air.
b) Lantai tidak licin.
c) Penghawaan cukup.
d) Pencahayaan cukup (10 fc).
e) Ada kran air untuk cuci tangan.
f) Dibuat sekat-sekat yang tahan air.

23
g) Tempat ganti pakaian terpisah antara untuk laki-laki dengan
perempuan, dan mempunyai jalan masuk tersendiri.
(3) Pancuran bilas (Shower) :
a) Setiap 1 buahpancuran bilas diperuntukkan bagi 40 orang
perenang.
b) Dipisahkan antara pencuran bilas untuk laki-laki dengan
perempuan.
c) Pada ruang pancuran bilas disediakan sabun cair.
d) Dinding pancuran bilas harus kedap air.
e) Lantai ruang pancuran bilas persyaratannya seperti pada
lantai ruang tempat ganti pakaian

(4) WC dan Urinoir :


a) Untuk setiap 40 orang perempuan harus tersedia 1 WC
b) Untuk setiap 60 orang laki-laki harus tersedia 1 WC
ditambah 1 urinoir.
c) Tersedia tempat cuci tangan 1 buah untuk 40 orang.
d) Pencahayaan cukup (5 fc).
e) Persyaratan lantai sesuai dengan persyaratan pada ruang
ganti pakaian.
(5) Tempat sampah :
a) Harus terbuat dari bahan yang cukup ringan,tahan karat,
kedap air, bagian dalam harus berpermukaan halus, dan
bertutup.
b) Mudah diisi dan dikosongkan.
c) Jumlah dan volume disesuaikan dengan produk sampah
yang dihasilkan pada tempat kegiatan.
d) Sampah harus dibuang setiap hari dari tempat kegiatan.
e) Tersedia tempat pengumpul sampah sementara,
ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau oleh

24
petugas pengangkut sampah, dan harus dibersihkan
minimal 3 hari sekali.
(6) Gudang bahan kimia :
a) Tersedia gudangkhusus untuk pengelolaan bahan kimia.
b) Penempatan kaporit harus terpisah dengan tawas atau
bahan kimia lainnya.
(7) Bak chlor untuk cuci kaki :
a) Tersedia bak cuci kaki dekat dengan kolam renang, dekat
dengan jalanmasuk ke kolam.
b) Ukuran panjang minimal 1,50 m lebar minimal 1,50 m
kedalaman air minimal 20 cm.
c) Air dalam bak cuci kaki mengandung sisa chlor minimal 2
ppm.
(8) Lain-lain :
a) Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain :
larangan berenang bagi penderita penyakit kulit, penyakit
kelamin, epilepsi, penyakit jantung, dll.
b) Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang antara
lain pelampung, tali penyelamat, dll.
c) Untuk kolam renang selain perlengkapan seperti di atas
(nomor 1 dan 2) juga harus tersedia :
(a) Alat untuk pengkukur pH dan sisa chlor air kolam
renang
(b) Hasil pengukuran pH dan sisa chlor harus dilakukan
setiap hari dan diumumkan kepada para pengunjung.
d) Tersedia tata tertib berenang dan anjuran kebersihan

g. Ketentuan untuk Para Perenang (pada kolam renang)


1) Semua orang yang mandi harus membersihkan badannya lebih
dahulu dipancuran bilas dengan menggunakan air sabun sebelum
masuk dalam kolam.

25
2) Semua perenang yang meninggalkan kolam renang untuk
memakai ruangan toilet sebelum masuk kembali ke kolam renang
harus membersihkan badannya di ruang bilas (shower).
3) Pemakaian toilet harus diatur sbb. :
(1) Dilarang masuk ke toilet dengan badan bash kuyup.
(2) Dilarang meninggalkan kotoran-kotoran berupa kertas
pembungkus sabun, sisa makanan, dll.
4) Semua orang yang berpenyakit kulit, tenggorokan, pilek, mata,
telinga, memakai pembalut, dan penyakit menular lainnya tidak
diperkenankan mandi di kolam, kecuali ada keterangan dari dokter
bahwa penyakitnya tidak berbahaya.
5) Dilarang meludah, bermain-main, atau bersenda gurau yang
melampoi batas disekitar kolam renang, daerah papan loncat,
tempat ganti pakaian dan shower.

2. Sanitasi Restoran dan Rumah Makan

a. Pengertian Restoran dan Rumah Makan


Restoran adalah suatu jenis usaha jasa pangan yang
bertempat di sebahagian atau seluruh bangunan yang permanen
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan
dan minuman bagi umum di tempat usahanya.
Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial
yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan
minuman untuk umum di tempat usahanya.

b. Tujuan Pengawasan Penyehatan Lingkungan Restoran dan


Rumah Makan

Restoran dan rumah makan perlu dilakukan pengawasan


terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungannya, karena

26
dari restoran dan rumah makan dapat ditimbulkan berbagai
macam masalah, diantaranya keracunan makanan, penyakit
infeksi saluran pencernaan makanan, dll. yang mana hal tersebut
dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas, maka sering kali terjadi wabah
penyakit yang disebabkan oleh karena kelalaian dari pengusaha
restoran dan rumah makan yaitu kurangnya perhatian terhadap
kebersihan dalam cara pengelolaan makanan dan minuman.
Jadi tujuan pengawasan :
1) Untuk melindungi masyarakat dari gangguan yang
dotimbulkan dari restoran dan rumah makan, baik hasil
olahan maupun limbah buangannya.
2) Pengelola atau pengusahan restoran danrumah makan ikut
bertanggung jawab dalammengelola usahanya untuk
mencaapai tingkat kesehatan yang optimal.

c. Hubungan Restoran dan Rumah Makan dengan Kesehatan

Beberapa hal yang memungkinkan terjadinya gangguan


kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan penyelenggaraan
restoran dan rumah makan antara lain adalah :
1) Bahan makanan yang diolah
Bahan makanan yang diolah yang tidak dikelola dengan baik
akan memungkinkan terjadinya :
(1) keracunan makanan
(2) penyakit saluran pencernaan makanan seperti kolera,
dysentri, typhoid, cacing pita, dll.
2) Peralatan masak, makan, dan minum.
Peralatan yang dipergunakan masak, makan, dan minum di
restoran dan rumah makan, bila tidak diperhatikan dan tidak
dikelola secara hygienis akan merupakan penyebab

27
keracunan atau dapat merupakan media perantara
penularan penyakit.
3) Keadaan lingkungan.
Keadaan lingkungan restoran dan rumah makan yang
kurang diperhatikan kebersihannya akan dapat menimbulkan
gangguan estetika dan gangguan kesehatan, misalnya
sampah yang kurang diperhatikan cara pengelolaanya akan
menimbulkan pemandangan yang kurang sedap, dan akan
menimbulkan bau yang tidak enak. Selain itu jika tidak
diperhatikan jangka waktu pembuangannya akan menjadi
tempat perkembangbiakan mikro organisme, serangga, dan
tikus, serta untuk tempat mencari makan binatang lainnya.
4) Karyawan Restoran dan Rumah Makan
Karyawan pada restoran dan rumah makan, terutama para
penjamah makanan memungkinkan sekali sebagai perantara
penularan penyakit. Karena mereka dapat bertindak sebagai
sumber (baik sebagai penderita ataupun sebagai karier).
Atau juga karena karyawan berperilaku kurang hygienis
dalam mengelola makanan dan minuman.

d. Pemeriksaan Restoran dan Rumah Makan


Untuk memudahkan dalam pengawasan dan
pemeriksaan restoran dan rumah makan dapat dilakukan
sebagaimana pada skema di bawah ini :

28
RESTORAN / RUMAH MAKAN

Bagian Luar Bagian Dalam

Kebersihan Pembuanga Pembuang Konstruksi : Fasilitas : Makakanan :


halaman n sampah an limbah -dinding -WC/urinoir -bahan makanan
cair -lantai -kamar mandi -cara peyimpanan
-atap -dapur bahan makanan
-pintu,jendela -tempat cuci -pengolahan bahan
-pencahayaan tangan makanan:
-ventilasi -tempat cuci tempat
-pencegahan peralatan pengolalahan
serangga -peralatan tenaga pengolah
yang - cara
digunakan pengangkutan
makanan
- cara
penyimapanan
makanan mentah
- cara penyajian
makanan

e. Persyaratan dan Peraturan Restoran dan Rumah Makan

1) Persyaratan Lokasi
(1) Lokasi restoran dan rumah makan harus pada daerah
yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh
debu, asap, serangga, dan tikus.
(2) Tidak berdekatan dengan sumber pencemaran, seperti :
a) Tempat pembuangan sampah umum
b) WC umum
c) Pengolah air limbah
Dengan tujuan agar tidak mencemari makanan.
3) Bangunan
(1) Umum
a) Sesuai dengan peraturan perundangan dan tata kota
yang berlaku.

29
b) Terpisah dengan tempat tinggal.
(2) Tata Ruang
a) Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang,
ruang makan, toilet, ruang karyawan, ruang
administrasi
b) Setiap ruang dibatasi dengan dinding, serta ruang
satu dengan lainnya dihubungkan dengan pintu.
c) Tata ruang sesuai dengan fungsinya, sehingga
memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan
makanan dan makanan jadi, atau barang-barang
lainnya, sehingga tidak dapat mencemari terhadap
makanan.
4) Bagian Luar (Halaman dan Pekarangan)
(1) Kebersihan halaman.
a) Halaman selalu dalam keadaan bersih, sering disapu
b) Segala sesuatu yang ada di halaman harus teratur,
sehingga :
(a) Tidak ada kesempatan bagi serangga dan tikus
bersarang
(b) Tidak mengahalangi jalan / arus lalu lintas
(c) Tidak menyebabkan timbulnya kecelakaan bagi
para tamu.
(d) Tidak mengganggu pemandangan, masuknya
cahaya dan udara.
c) Tidak ada genangan air, penumpukan sampah,
timbulnya debu, kotoran, dll.
(2) Pembuangan sampah
Tersedia bak penampung sampah yang memadai.
Dalam pelaksanaan pembuangannya dapat diikut
sertakan pada pembuangan sampah perkotaan /
kebersihan kota, atau dikelola sendiri.

30
(3) Pembuangan air kotor
Semua saluran air bekas dari dapur, kamar mandi, WC,
dll., harus dalam keadaan terratur, dapat mengalir ke
dalam saluran air kotor perkotaan (bila telah ada), atau
dikelola dibuatkan instalasi pengolahan sendiri. Saluran
pembuangan harus tertutup. Tetapi bila dalam keadaan
terbuka harus memenuhi syarat :
a) cukup banyak tersedia air untuk menghanyutkan sisa-
sisa makanan.
b) Setiap selesai bekerja harus dilakukan pembersihan.
c) Tidak menyebabkan kelembaban tanah sekitarnya.

f. Pemeriksaan dan Pengawasan Bagian dalam Restoran


dan Rumah Makan

1) Konstruksi
a) Lantai
(a) Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, dan
harus mudah dibersihkan.
(b) Pertemuan lantai dengan dinding tidak boleh
terbentuk sudut siku atau sudut mati.
b) Dinding
(a) Permukaan dinding bagian dalam harus rata dan
mudah dibersihkan.
(b) Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.
(c)Setiap permukaan dinding yang sering terkena
percikan air harus dibuat kedap air atau dilapisi
dengan bahan kedap air dan mudah dibersihkan,
misalnya porselin.
c) Ventilasi
(a) Ventilasi alam harus memenuhi syarat :
- Menjamin peredaran udara yang baik

31
- Dapat menghilangkan uap, asap, gas, bau, dan debu
dari dalam ruangan.
(c) Bila ventilasi alam tidak bisa memenuhi persyaratan
ditambah dengan ventilasi buatan.
d) Pencahayaan / Penerangan
(a) Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup
untuk :
- Melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara
efektif
- Kegiatan pembersihan ruangan.
(b) Di setiap ruang kerja seperti gudang, dapur, tempat
cuci peralatan, dan tempat cuci tangan, intensitas
pencahayaan minimal 10 Fc.
(c) Pencahayaan / penerangan harus tidak menyilaukan
dan harus tersebar merata, diupayakan sedapat
mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata.
e) Atap
Atap tidak boleh ada yang bocor, kemiringan mencukupi,
dan tidak menjadi sarang tikus atau serangga lainnya.
f) Langit-langit
(a) Permukaan rata, berwarna terang, mudah
dibersihkan.
(b) Tidak terdapat lubang-lubang
(c) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,40 meter.
g) Pintu
(a) Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibersihkan.
(b) Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke
arah luar.
(c)Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 Cm dilapisi
dengan logam.

32
(d) Jarak daun pintu dengan lantai tidak lebih dari 1 Cm.

(2) Persyaratan Fasilitas Sanitasi


a) Air Bersih.
(a) Harus memenihi peraturan Menteri Kesehatan yang
berlaku
(b) Kuantitas memadai untuk seluruh kegiatan, dan
tersedia pada setiap kegiatan.
b) Pembuangan air limbah
(a) Sistim pembuangan air limbah harus baik. Dibuat dari
bahan yang kedap air, tidak menjadi sumber
pencemaran, misal dialirkan dengan saluran yang
tertutup, ditampung pada septick-tank atau dialirkan
ke riol perkotaan.
(b) Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus
memenuhi persyaratan Pedoman Plumbing
Indonesia.
(c) Saluran air limbah dari dapur harus dilengkapi
dengan perangkap lemak (grease trap).
c) Toilet.
(a) Letak tidak berhubungan langsung (terpisah dari)
dengan dapur, ruang persiapan makan, ruang
makan, dan gudang bahan makanan.
(b) Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan,
dan bak air.
(c) Toilet pria harus terpisah dengan toilet wanita.
(d) Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk
pengunjung.
(e) Toilet harus selalu dibersihkan dengan detergen dan
alat pengering.

33
(f) Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok,
serta sabun.
(g) Lantai cukup luas agar mudah dalam pembersihan.
(h) Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, dan kemiringan cukup.
(i) Ventilasi dan penerangan baik.
(j) Air limbah dibuang ke septick tank, riol atau lubang
peresapan, yang tidak mencemari air tanah.
(k) Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.
(l) Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan
bak penampungan dan saluran pembuanagn.
(m) Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air
bersih yang cukup.
(n) Peturasan harus dilengkapi dengan air yang
mengalir.
(o) Jamban harus dibuat dengan type leher angsa dan
dilengkapi dengan penggelontoran air yang cukup
serta kertas tisue.
(p) Jumlah toilet pengunjung pria dan wanita sebagai
berikut :

Wanita Pria
Luas
Bak Bak
Jumlah Tempat Duduk Bangunan WC WC
Cuci Cuci
(M2)
1 150 1 250 1 1 1 1
151 350 251 500 2 2 2 2
351 950 501 750 4 2 2 2
951 1500 751 1000 4 2 3 3
Tiap tambah 1000 orang
ditambah - 1 1 1

34
(q) Jumlah toilet untuk karyawan sebagai berikut :

Karyawan Fasilitas
Wanita Pria
Wanita Pria Kamar Kamar
WC WC Peturasan
mandi mandi
1 s/d 20 1 s/d 25 1 1 1 2 2
21 s/d 40 26 s/d 50 2 2 2 3 3
41 s/d 70 51 s/d 100 3 3 3 3 5
71 s/d 100 4 4
Setiap
penambahan
50 s/d 100 1 2 1
101 s/d 140 5 5
141 s/d 180 6 6
Setiap
penam- 1 1
bahan 40 -
100

(r) Diberi tanda / tulisan pemberitahuan bahwa setiap


pemakai harus mencuci tangan dengan sabun
setelah menggunakan toilet.
d) Tempat sampah
(a) Tempat sampah harus dibuat dari bahan kedap air,
tidak mudah berkarat, mempunyai tutup, dan
memakai kantong plastik khususnya untuk sisa-sisa
bahan makanan dan sisa makanan yang mudah
membusuk.
(b) Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan
dengan produk sampah yang dihasilkan pada setiap
kegiatan.
(c) Tersedia pada setiap ruang yang menghasilkan
sampah.
(d) Sampah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari
restoran atau rumaah makan.

35
(e) Disediakan tempat pengumpul sampah sementara
yang terlindung dari serangga dan hewan lainnya,
dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah.
e) Tempat Cuci Tangan
(a) Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan
dengan kapasitas tempat duduk sbb. :

Kapasitas Jumlah Tempat Cuci Tangan


Tempat Duduk (buah)
1 60
1
61 120
2
121 200
3
Setiap penambahan 150 tempat
1
duduk

(b) tidak tersedia fasilitas cuci tangan sebagaimana di


atas, Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun
dan alat pengering.
(c) Apabila dapat disediakan :
- Sapu tangan kertas yang mengandung alkohol
70%
- Lap basah dengan suhu 43,30 C
- Air hangat dengan suhu 43,30 C
(d) Tersedia tempat cuci tangan khusus untuk
karyawan dengan kelengkapan seperti tempat cuci
tangan pada (a) yang jumlahnya disesuaikan
dengan banyaknya karyawan 1 10 orang 1 buah,
dengan penambahan 1 buah untuk setiap
penambahan sampai dengan 10 orang.

36
(e) Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemiokian rupa
sehingga mudah dicapai oleh para tamu atau
karyawan.
(f) Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang
mengalir, bak penasmpung yang permukaanya
halus, mudah dibersihkan, dan limbahnya dialirkan
ke saluran pembuangan tertutup.
f) Tempat cuci peralatan
(a) Terbuat dari bahan yang kuat, aman tidak mudah
berkarat dan mudah dibersihkan.
(b) Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan
air panas suhu 400 C 800 C dan air dingin
bertekanan 15 Psi (0,5 Kg/Cm).
(c) Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan
saluran pembuangan air limbah.
(d) Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bak pencuci
yaitu untuk mengguyur, menyabun, dan membilas.
g) Tempat pencucian bahan makanan.
(a) Terbuat dari bahan yang kuat. Aman, mudah
dibersihkan, tidak berkarat.
(b) Bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air
yang mengandung larutan Kalium Permanganat 0,02
%.
(c) Tempat pencucial dihubungkan dengan saluran
pembuangan air limbah.
h) Fasilitas penyimpanan pakaian (Locker) karyawan.
(a) Terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah
dibersihkan, bertutup, tertutup rapat
(b) Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan
(c) Locker ditempatkan di ruang terpisah dengan dapur/
gudang

37
(d) Locker untuk wanita terpisah dengan yang untuk pria
i) Peralatan pencegah masuknya serangga dan tikus.
(a) Tempat penyimpanan air bersih harus bertutup agar
tidak dipergunakan untuk perkembangbiakan
nyamuk
(b) Setiap lubang pada bangunan harus dipasang kasa
yang dapat menahan serangga (kasa berukuran 32
mata per inchi) dan kasa tikus,
(c) Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat,
sehingga tidak dapat dimasuki serangga.
(3) Persyaratan Dapur, Ruang Makan, dan Gudang
a) Dapur.
(a) Luas dapur minimal 40% dari ruang makan atau 27%
dari luas bangunan.
(b) Permukaan lantai cukup kemiringannya ke arah
saluran pembuangan air limbah.
(c)Permukaan langit-langit harus meutupi seluruh atap
ruang dapur, permukaan rata, berwarna terang,
mudah dibersihkan.
(d) Penghawaan dilengkapi dengan alat pengukuran
suhu udara panas dan bau-bauan yang dipasang
setinggi 2 m dari lantai. Kapasitas disesuaikan dengan
luas dapur.
(e) Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap
(hood), alat perangkap asap, cerobong asap, saringan
dan saluran pengumpul lemak.
(f) Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat
rangkap, dan pintu bagian luar membuka ke arah luar.
(g) Semua tungku diletakkan di bawah sungkup asap
(hood).

38
(h) Daun pintu bagian dalam harus dapat menutup
sendiri (self clossing door).
(i) Ruang dapur terdiri dari :
a) Tempat pencucian peralatan
b) Tempat penyimpanan bahan makanan.
c) Tempat pengolahan.
d) Tempat persiapan
e) Ruang administrasi
(j) Intensitas cahaya alam ayaupun buatan minimal 10
fc.
(k) Pertukaran udara sekurang-kurangnya 12 kali per
jam untuk menjamin kenyamanan kerja di dapur,
menghilangkan asap dan debu.
(l) Ruang dapur harus bebas tikus dan serangga.
(m) Udara di dapur tidak boleh mengandung angka
kuman lebih dari 5 juta per m3.
(n) Tersedia meja peracikan, peralatan, almari /
fasilitas penyimpanan dingin, rak peralatan, bak
pencucian yang berfungsi dan terpelihara dengan
baik.
(o) Harus dipasang tulisan cucilah tangan anda
sebelum menjamah makanan dan peralatan pada
tempat yang mudah terlihat.
(p) Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban
/ WC, peturasan/urinoir, kamar mandi dan tempat
tinggal.
b) Ruang makan.
(a) Setiap kursi tersedia ruang minimal 0,85 m2
(b) Pintu yang berhubungan dengan luar halaman dibuat
rangkap, pintu bagian luar membuka ke arah luar.
(c) Meja kursi dan taplak harus dalam keadaan bersih.

39
(d) Tempat untuk peragaan makanan jadi harus dapat
melindungi dari pencemaran.
(e) Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai
dengan ketentuan.
(f) Tidak boleh mengandung angka kuman udara lebih
dari 5 juta per m3.
(g) Tidak boleh berhubungan langsung dengan
jamban/WC, urinoir, kamar mandi, dan tempat tinggal.
(h) Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan
pengganggu lainnya.
(i) Lantai dinding dan langit-langit harus selalu bersih,
warna terang.
(j) Perlengkapan kursi harus bersih.
(k) Perlengkapan kursi set tidak boleh ada kutu busuk
atau serangga pengganggu lainnya.
c) Gudang bahan makanan.
(a) Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan
dengan ukuran gudang.
(b) Gudang bahan makanan tidak boleh untuk
menyimpan bahan lain kecuali makanan.
(c) Pencahayaan minimal 4 fc pada bidang setinggi lutut.
(d) Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin
sirkulasi udara.
(e) Gudang harus dilengkapi dengan pencegah serangga
dan tikus.
(4) Persyaratan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a) Bahan makanan.
(a) Bahan makanan dalam kondisi baik, tidak rusak, tidak
membusuk.
(b) Bahan makanan dari sumber yang resmi dan
terawasi.

40
(c) Bahan makanan kemasan, bahan tambahan, bahan
penolong harus memenuhi persyaratan / peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Makanan jadi
(a) Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak, tidak
busuk, makanan dalam kaleng tidak menunjukkan
adanya penggelembungan, cekung, ataupun
kebocoran.
(b) Angka kuman E. coli pada makanan 0 per gram
contoh makanan.
(c) Angka kuman E. coli pada minuman 0 per 100 ml
contoh minuman.
(d) Jumlah kandungan logam berat, residu pestisida,
pencemaran lainnya tidak melebihi ambang batas
yang diperbolehkan yang berlaku.
(e) Buah-buahan dicuci bersih dengan air yang
memenuhi persyaratan. Khusus untuk sayuran yang
dimakan mentah dicuci dengan air yang mengandung
larutan kalium permanganat 0,02 % atau dicelup
dalam air mendidih selama beberapa detik.
(5) Persyaratan Pengolah Makanan
a) Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan
dengan cara menghindari kontak langsung dengan tubuh
b) Perlindungan kontak langsung antara tubuh dengan
makanan dapat secara :
(a) Mengenakan sarung tangan plastik.
(b) Menggunakan penjepit makan
(c) Menggunakan sendok, garpu, dan sejenisnya.
c) Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja
harus memakai :
(a) Celemek / apron

41
(b) Penutup rambut
(c) Sepatu dapur
(d) Berperilaku :
f) Tidak merokok
g) Tidak makan atau mengunyah
h) Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawain
yang tidak berhias.
i) Tidak menggunakan alat yang tidak sesuai dengan
kegunaannya
j) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja danm
setelah dari WC
k) Selalu mengenakan pakaian kerja dan pelindung
diri secara benar.
l) Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang
tidak dikenakan di luar rumah makan / restoran.
(6) Persyaratan Tempat Penyimpanan Bahan Makanan dan
Makanan Jadi
a) Penyimpanan bahan makanan
(a) Tempat penyimpanan bahan makanan selalu
terpelihara dan bersih.
(b) Penempatannya terpisah dengan makanan jadi
(c) Penyimpanan bahan makanan perlu diperhatikan
dan disesuaikan untuk setiap jenis bahan makanan :
1) Dalam suhu yang sesuai
2) Ketebalan bahan makanan dalam penumpukkan
3) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan
antara 80% - 90%.
(d) Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara
penyimpanannya tidak menempel pada lantai,
dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sbb.:
1) Jarak denganlantai 15 cm

42
2) Jarak dengan dinding 5 Cm
3) Jarak dengan langit-langit 60 Cm.
(e) Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis,
disusun dalam rak sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan rusaknya bahan makanan. Bahan
yang lebih dahulu disimpan harus dikeluarkan
dahulu, barang yang dimasukkan belakangan
dikeluarkan belakangan (sistem FIFO).
b) Penyimpanan makanan jadi :
(a) Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya,
serangga, dan tikus.
(b) Makanan yang cepat membusuk disimpan dalam suhu
panas 65.50 C, atau lebih atau disimpan pada suhu
dingin 40 C atau kurang.
(7) Penyajian Makanan
a) Cara penyajian makanan harus terhindar dari
pencemaran.
b) Peralatan untuk menyajikan harus dijaga
kebersihannya.
c) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan
pemindahannya dengan peralatan yang bersih.
d) Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan
pakaian yang bersih.
e) Penyajian makanan harus dipenuhi persyaratan sbb.:
(a) Di tempat yang bersih
(b) Meja makan ditutup dengan kain taplak putih atau
plastik berwarna menarik. Bila dilapisi dengan
formika, tidak perlu dipasang taplak.
(c) Tempat bumbu, merica, garam, kecap, sambal.,
dll., harus dijaga kebersihannya.

43
(d) Asbak yang tersedia di meja makan setiap saat
harus dibersihkan.
(e) Peralatan makan dan minum yang telah dipakai
harus segera dibersihkan (dicuci) paling lambat
setelah 5 menit.
(8) Persyaratan Peralatan
a) Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak
boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang
batas agar tidak membahayakan kesehatan, antara lain
timah hitam (Pb), Arsenicum (As), tembaga (Cu), seng
(Zn), cadnium (Cd), Antimon (Sb).
b) Peralatan tidak rusak, tidak gompel, tidak retak, agar
tidak menyebabkan timbulnya pencemaran terhadap
makanan.
c) Permukaan yang kontak langsung dengan makanan
yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka
kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh
mengandung E. coli per Cm2 permukaan alat.
d) Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum
digunakan.
e) permukaan yang kontak langsung dengan makanan
tidak boleh membentuk sudut mati, harus rata, halus,
dan mudah dibersihkan.
f) Cara pencucian alat harus memenuhi ketentuan :
peralatan yang sudah didisinfeksi harus ditiriskan pada
rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan
sinar matahari atau sinar buatan / mesin dan tidak
boleh dikeringkan / dilap dengan kain.
g) Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
(a) menggunakan sabun/detergen air dingin, air panas,
sampai bersih.

44
(b) Dibebashamakan dengan larutan kaporit 50 ppm
atau iodophor 12,5 ppm, atau air panas 800 C
selama 2 menit.
h) Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
(a) Semua peralatan yang kontak dengan makanan
disimpan dalam keadaan kering dan bersih.
(b) Cangkir, mangkok, gelas, dan sejenisnya,
penyimpananya harus dibalik.
(c) Rak penyimpan peralatan terbuat dari bahan anti
karat tidak aus.
(d) Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara
kebersihannya.
(e) Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab,
terlindung dari sumber pencemaran dan binatang
perusak/ pengganggu.
(9) Tatacara Pemeriksaan Contoh Makanan dan Specimen
dari Restoran / Rumah Makan

a) Contoh makanan dan specimen dari restoran dan rumah


makan adalah contoh makanan, contoh usap alat
makan, contoh usap alat masak, contoh usap dubur
karyawan, dll; yang diperlukan untuk keperluan
pengawasan rumah makan dan restoran.
b) Pengambilan contoh dan specimen dilakukan oleh
petugas kesehatan yang bertugas melakukan
pengawasan restoran dan rumah makan.
c) Contoh makanan yang dikirim oleh pengusaha dapat
dilayani bila pengambilannya memenuhi syarat.
d) Hasil pemeriksaan akan dikirimkan pada pengirim dan
tembusannya kepada pengusaha restoran / rumah
makan.

45
3. Sanitasi Hotel
a. Pengertian
Secara harfiah, kata hotel dahulunya berasal dari kata
hospitium , artinya ruang tamu yang berada dalam suatu
monastery, yang kemudian kata Hosp lalu menjadi Hospice.
Dalam pengembangan selanjutnya setelah melalui proses
pengertian dan analogi yang sangat lama, untuk membedakan
antar guest house dengan mansion house ( sebuah rumah
besar ) maka rumah besar tersebut disebut Hostel dan kata
hostel ini terus menerus digunakan orang, lambat laun huruf
S pada kata hostel tersebut menghilang atau dihilangkan
orang, sehingga kemudian berubahlah kata hotel, seperti apa
yang dikenal sekarang.
Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa
Perancis kuno. Hotel merupakan suatu industri atau usaha jasa
yang dikelola secara komersial. Artinya dalam menyediakan
jasa yang biasa juga disebut sebagai product kepada calon
konsumen dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Jadi hotel adalah suatu tempat penginapan bagi umum,
yang terdiri dari beberapa banyak kamar yg disewakan kepada
umum untuk waktu yang tertentu dan menyediakan makanan.
Pengertian hotel sebagai suatu akomodasi komersial,
yaitu :
1) Hotel merupakan suatu bangunan, lembaga, perusahaan, atau
badan usaha akomodasi.
2) Menyediakan fasilitas pelayanan ( jasa ) penginapan, makanan
dan minum, serta jasa-jasa lainnya.
3) Fasilitas pelayanan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat
umum.
4) Yang tinggal ditempat tersebut hanya untuk sementara waktu.

46
5) Akomodasi itu dikelola secara komersial.
Menurut definisi hotel yaitu hotel adalah sejenis
akomodasi yang menyediakan fasilitas dan pelayanan
penginapan makanan dan minuman serta jasa-jasa lainnya
untuk sementara waktu, dan dikelola secara komersial.
Berpegang pada definisi yang dirumuskan berdasarkan
unsur-unsur pokok yang terkandung didalamnya, maka dimana
pun lokasinya, berapa pun jumlahnya bagaimana pun
bentuknya bangunan dan fasilitas dan apa pun motivasi
kehadiran tamunya, asal telah memenuhi unsure-unsur pokok
dimaksud, bangunan atau badan usaha tersebut sudah dapat
dikatakan sebuah hotel.
Hotel sebagai tempat tinggal sementara atau dalam
waktu yang lama harus memberi ;
1) Perlindungan terhadap terik matahari, hujan, angin dan
gangguan hewan
2) Tempat istirahat yang baik
3) Kesenangan dan ketentraman hidup bagi penghuninya
4) Jaminan tidak akan terjadi penularan penyakit, yang
disebabkan oleh :
a) Alat dan fasilitas yg memenuhi syarat kesehatan
b) Melebihi kapasitas (over crowding)
c) Makanan & minuman yg kurang memenuhi syarat
Adapun fungsi hotel sebagai suatu sarana untuk
memenuhi kebutuhan tamu, sebagai tempat tinggal
sementara selama berada jauh dari tempat asalnya, oleh
karena itu dalam bahasa inggris sering disebut is a
homeaway from home.
Kebutuhan tamu yang pokok didalam suatu hotel
adalah istirahat, tidur, mandi, makan, minum, hiburan, dan
lain-lainnya.

47
Hotel sebagai suatu akomodasi komersial berfungsi
bukan hanya untuk menginap, beristirahat, makan dan
minum bagi masyrakat, tetapi juga sebagai tempat
melangsungkan upacara, komprensi dan lain-lainnya,
sehingga penyediaan fasilitasnyapun disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan para tamunya.

b. Karakteristik Hotel

Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi komersial yang


sangat dikenal oleh masyarakat disamping akomodasi komersial
kita mengenal hotel sebagai suatu perusahaan yang menyediakan
pelayanan penginapan, makan, dan minum bagi siapa saja yang
memerlukannya. Untuk semua pelayanan yang diperolehnya, tamu
harus membayar sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh hotel.
Usaha perhotelan sekarang ini sudah merupakan suatu
industry hotel yang memerlukan sumber dana dan daya manusia
yang dalam jumlah besar, dengan resiko kerugian atau keuntungan
yang besar pula. Maka hotel sekarang ini tidak lagi dapat
diurus/dikelola secara tradisional seperti zaman dahulu, tetapi
harus diusahakan dan dikelola secara profesional.
Sebagai suatu akomodasi komersial , industri hotel
disamping memiliki ciri khas sebagaimana industri pariwisata pada
umumnya, juga memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan industri lain seperti penghasil alat-alat
rumah tangga, pabrik kertas dan lain-lain.

Karakteristik dimaksud adalah, antara lain :


1) Industri hotel tergolong industri yang padat modal dan padat
karya.

48
2) Industri hotel sangat dipengaruhi oleh keadaan atau
perubahan-perubahan yang terjadi pada sector ekonomi, politik
social, budaya, keamanan dari Negara atau masyarakat
dimana hotel itu berada.
3) Industri hotel menghasilkan dan memasarkan produknya
bersama dengan tempat dimana produk itu dihasilkan, artinya
makanan diproduksi di dalam hotel dan dijual dalam hotel juga.
4) Industri hotel bekerja selama 24 jam, tanpa mengenal libur
dalam melayani tamu, kecuali hotel-hotel yang beroperasi
musiman.
5) Industri hotel menganggap dan memperlakukan tamu sebagai
raja dan sebagai partner dalam usaha, karena sedikit
banyaknya tamu yang menggunakan fasilitas dan pelayanan
hotel.
6) Dalam industri hotel, countesi merupakan bumbu yang
senantiasa harus melekat erat dengan produk yang disajikan,
dan oleh karenanya sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
hotel.
c. Kriteria Hotel
1) Pengelompokan menurut standar hotel
a) Hotel internasional
b) Hotel semi internasional
c) Hotel nasional
2) Menurut ukuran ( size ) hotel.
a) Hotel besar ialah hotel yang memiliki 300 kamar tamu
atau lebih.
b) Hotel menengah / sedang ialah yang memiliki 100 299
kamar tamu.
c) Hotel kecil ialah hotel yang memilki 25 99 kamar tamu.
3) Menurut operasinya

49
a) Around the year operation hotel, ialah hotel yang
beroperasi sepanjang tahun.
b) Seasonal hotel ialah hotel yang beroperasi pada musim
tertentu.
4) Menurut lokasi hotel
a) City hotel adalah Hotel yang berlokasi di perkotaan,
biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud
untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek). City
Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena biasanya
dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas
dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.

b) Recidential hotel, yaitu hotel yang berlokasi dipinggiran


dekat kota-kota besar, yang cukup jauh dari hiruk pikuk dan
polusi udara kota, tetapi mudah menjangkau tempat
kegiatan usaha. Hotel yang berlokasi jauh dari keramaian
kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan
usaha. Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang,
terutama karena diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin
tinggal dalam jangka waktu lama. Dengan sendirinya hotel
ini diperlengkapi dengan fasilitas tempat tinggal yang
lengkap untuk seluruh anggota keluarga.

c) Resort Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di daerah


pengunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach
hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti
ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin
beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin
berekreasi.
d) Motel (Motor Hotel), yaitu hotel yang berlokasi dipinggir /
sepanjang jalan raya yang menghubungkan satu kota besar
lainnya, atau dipinggir jalan raya dekat pintu gerbang batas

50
kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat
sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan
dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil sendiri.
Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi untuk
mobil
Sedangkan klasifikasi hotel adalah suatu system
pengelompokan hotel-hotel kedalam berbagai kelas atau tingkatan,
berdasarkan ukuran penilaian tertentu.
Sesuai dengan surat keputusan Mentri Perhubungan No. PM. 10 /
PW 301 / Pdb 77 tentang usaha dan klarifikasi hotel, ditetapkan
bahwa penilai yang klassifikasi hotel secara minimum. Didasarkan
pada :
a) Jumlah kamar
b) Fasilitas
c) Perkataan yang tersedia
d) Mutu pelayanan
Berdasarkan peraturan di Indonesia hotel digolongkan dalam lima
kelas :
a) Hotel bintang 1 ( * )
b) Hotel bintang 2 ( ** )
c) Hotel bintang 3 ( *** )
d) Hotel bintang 4 ( **** )
e) Hotel bintang 5 ( ***** )
Hotel-hotel yang tidak memenuhi kelima hal tersebut, atau
yang berada standar minimum yang ditentukan oleh menteri
perhubungan disebut hotel non bintang atau Hotel Melati. Lalu, ada
tambahan tanda penghargaan "diamond" (berlian), dengan unsur-
unsur yang dipergunakan dalam penilaian yaitu :
a) Standar hotel ramah lingkungan
b) Standar pengolahan makanan/minuman
c) Standar Kompetensi SDM

51
d) Penggunaan produk dalam negeri
e) Pemberdayaan masyarakat sekitar
Lingkungan kerja yang sehat sangat menentukan
kenyamanan, produktivitas dan prestasi kerja. Selain tuntutan
sanitasi yang baik dalam lingkungan kerjanya juga tuntutan sanitasi
yang baik dalam pelayanan terhadap konsumen, seperti bedcover,
meubeler, peralatan makan, dapur, cara preparasi dan penyajian
makanan-minuman, dan rest area.Kriteria golongan kelas hotel
didasarkan atas penilaian persyaratan dasar yang mencakup
perizinan, kelaikan teknis instalasi atau peralatan, dan sanitasi
hygiene dan persyaratan teknis operasional yang mencakup fisik,
pengelolaan, dan pelayanan.
Penilaian persyaratan teknis operasional dilakukan setelah
seluruh persyaratan dasar dapat dipenuhi. Ketentuan persyaratan
dasar khususnya yang berkaitan dengan sertifikat kelaikan berlaku
juga terhadap penetapan golongan kelas hotel melati.
Oleh karena salah satu persyaratan dasar harus memenuhi
legal formal atau perizinan, maka dibentuklah Tim Penilaian yang
terdiri dari beberapa instansi terkait. Penetapan golongan kelas
hotel ditetapkan dengan keputusan Ketua PHRI setelah
memperhatikan saran dan pertimbangan Gubernur setempat.
Tanda penetapan diberikan dalam bentuk sertifikat golongan
kelas hotel dan stiker. Sertifikat golongan kelas hotel
ditandatangani oleh Ketua PHRI dan disahkan oleh Gubernur
setempat
Ruang lingkup kriteria penggolongan kelas hotel adalah
sebagai berikut :
a) Persyaratan dasar, meliputi :
(1) Semua perijinan untuk operasi suatu hotel
(2) Kelaikan teknis instalasi atau peralatan yang

52
dipergunakan hotel
(3) Sanitasi hygiene
b) Persyaratan teknis operasional, meliputi :
(1) Fisik (misalnya : jumlah minimal kamar, dll).
(2) Pengelolaan
(3) Fasiltas dan Pelayanan (misalnya : punya kolam
renang, restaurant, dll).
Sanitasi Hotel meliputi sanitasi Lodging dan sanitasi Catering,
dengan peranan secara fisik dan psikologis (relax, comfort, security,
safety, privacy), dan manfaat pokok:
a) Kesehatan
(1) Menjamin tempat kerja yang bersih
(2) Melindungi para tamu hotel serta karyawan dari fakto yang
dapat merugikan secara fisik dan mental
(3) Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular dan
penyakit akibat kerja
(4) Mencegah terjadinya kecelakaan
b) Bisnis
1) Keadaan hotel yang bersih: propaganda, penarik tamu,
menggairahkan karyawan sehingga lebih produktif, menekan
angka kesakitan sehingga terjadi penghematan, sebagai titik
tolak kepariwisataan, cermin manajemen hotel
2) Mutu hotel ditentukan oleh kebersihannya
3) Sanitasi hotel yang dilaksanakan dengan baik berarti perbaikan
dan pemeliharan terjamin
Sanitasi Lodging (kerumahtanggaan): internal dan external
hotel area, public dan non public area. External public area (tempat
parkir), external non public area (power plant), Internal public area
(Bar dan restaurant), Internal non public area (dapur).
Usaha Pokok Sanitasi Hotel dalam Kegiatan Lodging;
1) Hotel site

53
2) Parking lot sanitation
3) Plants/ornaments and hotel parks sanitation
4) Hotel refuse/gerbage disposal system
5) Hotel watersupply system
6) Hotel excreta and sewage disposal system
7) Employee housing sanitation
Usaha Pokok Sanitasi Hotel dalam Kegiatan Catering;
1) Hygiene makanan: pengotoran, keracunan, penjamahan, dan
kebersihan bahan makanan
2) Sanitasi Makanan: kebersihan alat, cara penyimpanan (mentah
dan jadi), cara pengolahan (tempat, tenaga, teknik), cara
pengangkutan, dan cara penyajian makanan (goog grooming)
d. Hotel Sebagai Suatu Usaha Jasa

Hotel merupakan suatu industri atau usaha jasa yang


dikelola secara komersial. Artinya dalam menyediakan jasa yang
biasa juga dsebut sebagai product kepada calon konsumen
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya. Produk jasa yang disediakan hotel umumnya terdiri dari
dua bentuk yaitu ;

1) Produk nyata (Tangible Product) yang meliputi fasilitas hotel


seperti kamar tidur, restoran, bar, swimming poll, coffee shop,
binatu/loundry dan lain sebagainya
a. Produk tidak nyata (Intangible Product) yang meliputi
pelayanan jasa seperti layanan makanan dan minuman,
layanan kebersihan kamar, layanan kantor depan
dan lain sebagainya. Tangible product lebih
menekankan kepada penyediaan sarana dan
prasarana pendukung (fasilitas fisik hotel), sedang
Intangible product lebih menekankan pada

54
penyelenggaraan layanan jasa yang dilakukan
oleh petugas-petugas atau pegawai hotel kepada tamu.

Untuk melaksanakan pemberian jasa yang demikian itu hotel


menyediakan fasilitas-fasilitas dan pelayanan-pelayanan yang pokok-
pokoknya berupa :

1) Tempat untuk beristirahat dan kamar tidur,


2) Tempat dan ruangan untuk makan dan minum; restoran, bar dan
coffee shop
3) Toilet dan kamar mandi
4) Pelayanan umum untuk memenuhi segala macam kebutuhan lain
dari para tamu

Hotel sebagai suatu usaha jasa merupakan sarana


pendukung kegiatan pariwisata, dimana pengelolaannya dilakukan
secara profesional dan didukung oleh tenaga-tenaga yang memiliki
kompetensi/keterampilan baik dalam bidang perhotelan. Dengan
keterlibatan hotel sebagai sarana pendukung pariwisata ini
diharapkan dapat membuka dan memperluas lapangan kerja bagi
masyarakat.

e. Pengertian, Fungsi dan Peranan Dapur Hotel

Makanan yang diolah di dapur hotel sangat banyak jenis dan


jumlahnya. Pada hotel atau restoran yang lebih besar tentunya
akan mengolah makanan yang lebih banyak pula jenis dan
jumlahnya, sehingga lebih banyak pula karyawan atau juru masak
yang diperlukan. Juru masak tersebut perlu dikelompokkan menjadi
beberapa bagian dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas,
dan hal ini dapat dilihat pada struktur organisasi dapur. Namun
demikian, struktur organisasi setiap hotel berbeda-beda

55
disesuaikan dengan besar kecilnya suatu hotel dan tergantung
pada ;

1) Jenis makanan atau menu yang diolah


2) Jumlah produksi makanan
3) Keadaan bahan makanan yang dapat dibeli di pasar.

Dapur adalah suatu ruangan khusus yang diperuntukkan


sebagai tempat untuk memasak makanan. Dapur dapat ditemui
baik di dalam rumah, warung, rumah makan, restoran maupun
hotel. Pengertian dan kedudukan dapur dalam sebuah hotel
sebagai berikut : kitchen is a room or other space (as a wall area or
special building) with facilities for cooking. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa sebuah dapur adalah suatu ruangan atau tempat
khusus yang memiliki perlengkapan dan peralatan untuk mengolah
makanan.

Ciri-ciri dapur yaitu :

1) terpisah dari ruang yang lain dan tidak berhubungan dengan


alam bebas
2) lantai dapur dibuat dari bahan yang kedap air dan tidak licin
3) tembok dapur dilapisi dengan bahan yang kedap air
4) plafon dapur dibuat dengan warna yang cerah
5) penerangan dapur harus baik. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga dan memperhatikan kebersihan dan keamanan
penyajian makanan kepada tamu.

Selanjutnya, dapur berfungsi sebagai :

1) tempat mengolah makanan


2) ciri khas suatu hotel dalam artian kemampuan petugas
pengolah makanan (koki) yang dapat dilihat dari aspek

56
kreativitas menciptakan jenis dan variasi makanan yang akan
dijual di restoran
3) sarana promosi untuk memperkenalkan budaya bangsa melalui
seni kuliner khas daerah. Dengan fungsi ini, dapur sangat
berperan dalam mempromosikan dan meningkatkan reputasi
hotel melalui seni kuliner
f. Pengelolaan Bahan Makanan

Makanan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan


sehari-hari manusia. Setiap orang membutuhkan makanannya
berbeda-beda bergantung kepada umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan
zat-zat makanan kita harus mengetahui jumlah dan macam
makanan yang diperlukan.
Makanan sebagaimana fungsi:

1) memberi tanaga dan panas badan


2) memperbaiki sel-sel yang rusak
3) Memelihara kesehatan dan
4) memberikan rasa kepuasan dan kenyang

Sedang makanan yang dimakan mempunyai pengaruh yang


besar terhadap kesehatan dan kehidupan kita antara lain :

a) Timbulnya bermacam-macam penyakit sebagai akibat dari :


(1) Makanan kurang memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh
(2) Makanan yang dimakan kurang memadai jumlahnya
(3) Makanan yang dimakan seringkali mengandung racun atau
bibit penyakit.
b) Pertumbuhan badan kurang normal, badan kecil, kurus,
beratnya kurang sebagaimana mestinya bila dibandingkan

57
dengan umurnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa makanan sangat penting artinya bagi
kehidupan manusia untuk menjaga kesehatan dan
pertumbuhan fisiknya.

Maksud penerapan sanitasi hygiene pengelolaan


makanan dalam hal ini adalah penanganan dan perlakukan
petugas pengolah terhadap bahan makanan yang akan diolah
dengan menerapkan berbagai metode/teknik pengolahan.
Metode/teknik dalam mengolah bahan makanan menjadi
makanan siap saji dapat dilakukan dengan cara digoreng,
rebus,bakar, panggang dan lain sebagainya. Tujuan dalam
memproses bahan mentah menjadi makanan siap saji antara
lain memudahkan pencernaan, bebas dari bibit penyakit,
menambahkan rasa, meningkatkan wujud dari makanan yang
akan dimasak, dan meningkatkan penampilan makanan
tersebut.

f. Sanitasi dan Hygiene


1) Hygene

Pada hakikatnya Hygiene dan Sanitasi mempunyai


pengertian dan tujuan yang hampir sama yaitu mencapai
kesehatan yang prima. Berdasarkan buku Theory of Catering
dimana dikemukakan bahwa : Hygiene adalah ilmu kesehatan
dan pencegahan timbulnya penyakit. Hygiene lebih banyak
membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya
penyakit. Seorang juru masak disamping harus mampu
mengolah makanan yang enak rasanya, menarik
penampilannya, juga harus layak dimakan. Untuk itu makanan
harus bebas dari bakteri atau kuman penyakit yang
membahayakan kesehatan manusia, sedang Sanitasi lebih

58
memperhatikan masalah kebersihan untuk mencapai kesehatan.
Hygiene adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
kesehatan. Hygiene erat hubungannya dengan perorangan,
makanan dan minuman karena merupakan syarat untuk
mencapai derajat kesehatan. Sedang sanitasi menurut WHO
adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama
terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan
fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.

Perbedaan dari sanitasi dan hygiene adalah hygiene lebih


mengarahkan aktivitasnya pada manusia, sedangkan senitasi
lebih menitik beratkan pada faktor-faktor lingkungan hidup
manusia. Tujuan diadakannya usaha senitasi dan hygiene
adalah untuk mencegah timbulnya penyakit dan keracunan serta
gangguan kesehatan lain sebagai akibat dari adanya interaksi
faktor-faktor lingkungan hidup manusia.

Hygiene dapat dikelompokkan sebagai berikut ;

(a) Hygiene perorangan

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan


dan pengelolaan makanan adalah hygiene perorangan dalam hal
ini petugas atau karyawan yang berhubungan langsung dengan
bahan-bahan makanan, baik sebelum, sedang dan sesudah
bahan makanan diolah, sehingga makanan yang dihasilkanpun
adalah makanan yang aman, bebas dari pencemaran dan bakteri
atau lainnya yang mungkin bisa timbul dari rangkaian kegiatan
tersebut. Hygiene perorangan mencakup semua segi kebersihan
dari pribadi karyawan (penjamah makanan) tersebut. Menjaga

59
hygiene perorangan berarti menjaga kebiasaan hidup bersih dan
menjaga kebersihan seluruh anggota tubuh yang meliputi :

a) Mandi dengan teratur, bersih dan sehat sebelum memasuki


ruangan dapur
b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menjamah makanan
c) kuku dipotong pendek dan tidak di cat(kutex),
d) rambut pendek dan bersih (selalu memakai karpus (topi
khusus juru masak atau penutup kepala lainnya.
e) wajah; tidak menggunakan kosmetik secara berlebihan
f) hidung; tidak meraba-raba hidung sambil bekerja dan tidak
menyeka wajah dengan menggunakan tangan tetapi
menggunakan sapu tangan
g) mulut; menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak merokok
saat mengolah makanan, jangan batuk menghadap
makanan, tidak mencicipi makanan langsung dari alat
memasak
h) kaki; mempergunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai,
kaos kaki diganti setiap hari, kuku jari harus dipotong
pendek.
(b) Hygiene makanan

Bahan makanan yang dipergunakan dalam pengelolaan


makanan sebagian besar berupa bahan makanan nabati
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur, buah.
Sedang bahan hewani berasal dari binatang seperti daging,
unggas, ikan dan lain-lain. Bahan makanan hewani lebih
mudah busuk/rusak jika dibandingkan dengan bahan
makanan nabati. Namun demikian, dengan kemajuan
teknologi saat ini, banyak ditemukan teknik pengawetan
bahan makanan sehingga dapat mempertahankan dan

60
memperpannjang masa penyimpanan bahan makanan
tersebut.

g. Sanitasi dan hygiene tempat kerja

Pakaian kerja harus dalam kondisi bersih dan rapi. Tidak


menggunakan aksesoris secara berlebihan dan menggunakan
pengharum badan yang baunya tidak terlalu tajam dan
menyengat saat akan menyajikan makanan, makanan terlebih
dahulu kami diperiksa, untuk menghindari adanya kotoran
seperti debu atau rambut pada makanan.

h. Sanitasi dan hygiene barang dan peralatan

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa jika hygiene


menitik beratkan pada kesehatan dan kebersihan perorangan
dan makanan, sedang sanitasi menitik beratkan pada peralatan
dan lingkungan kerja.

i. Penyehatan Makanan di Hotel


Enam Pokok Sanitasi makanan (Six principles of food
sanitation) meliputi :
1) Kebersihan alat-alat makanan
2) Cara menyimpan bahan makanan mentah (sanitasi gudang)
3) Cara pengolahan makanan :
a) Tempat pengolahan (sanitasi dapur)
b) Tenaga pengolah (food handler)
c) Cara pengolahan (food processing)
4) Cara pengangkutan makanan (food transportation)
5) Penyimpananan dingin (refrigeration)
6) Cara penyajianmakanan (food service)

1) Kebersihan alat-alat makanan

61
Pencucian alat makanan dan minuman, mempunytai peranan
yang sangat penting dalam mencegah timblnya serta penularan
penyakit. Pencucian umumnya dilakukan dengan menggunakan air
bersih dan detergent yang mana bahan ini sangat diperlukan dalam
membersihkan piring dan gelas serta peralatan lainnya.
Pada umumnya dalam melakukan pencucian alat makanan dan
minuman dilakukan menurut dua cara yang dianggap memenuhi
syarat sanitasi, yaitu :
a) Three compartement zink (alat pencuci tiga bak)
b) Dish Washing machine (mesin pencuci glass dan piring)

a) Three compartement zink (alat pencuci 3 bak).


Lengkapnya alat ini terdiri dari bagian-bagian :
1) Preparation table (meja persiapan untuk mengumpulkan piring
dan peralatan makan lain kotor yang akan dicuci)
2) Three compartement zink (alat pencuci 3 bak) :
a) Bak I : penyabunan dengan suhu 150oF (Wash)
b) Bak II : Pembilasan dengan suhu 160o 170oF (Rinse)
c) Bak III : Pembilasan akhir atau disinfeksi dengan suhu
180oF (Final rinse)
3) Drip board (meja penuntas, yaitu tempat untuk menuntaskan
dan mengeringkan peralatan setelah diangkat dari bak pencuci.
Pengeringan tidak diperbolehkan dengan menggunakan lap
atau serbet.
4) Rak penyimpan, setelah alat-alat makan kering kemudian
dibersihkan dengan serbet bersih dan disimpan.
b) Dish & Glass Washing Machine (Mesin pencuci alat makan)
Alat pencuci ini bekerja secara otomatis dengan menggunakan
ban berjalan (escalator) , alat makan kotor diletakan pada satu
bagian berjalan ke bagian lain dari mesin tersebut, sehingga

62
setelah keluar dari mesin tersebut alat makan sudah bersih tanpa
dijamah tangan petugas pencuci sama sekali.
Di dalam mesin ini terdapat 3 bagian, yaitu :
1) Wash tank
2) Power rinse tank
3) Final Rinse tank
Hal yang berpengaruh pada hasil pencucian ini adalah :
1) jenis detergent yang dipakai
2) suhu temperatus di masing-masing bagian tanki
3) tekanan dari pancaran air pencuci
Prinsip kerja peralatan ini :
1) Dalam wash tank :
Peralatan dalam washtank dicuci dengan air sabun
dengansuhu 1500 F, diharapkan pada suhu tersebut semua
sisa makanan dan minuman yang menempel pada alat makan
dapat dirontokkan. Suhu dalam batas tidak melebihi 1500 F
dengan tujuan agar sisa makanan tidak menjadi gosong dan
lengket pada alat makan yang dicuci.
2) Dalam Power Rinse tank.
Proses pencucian alat makan dan minum dilaksanakan d
idalam power rinse tank. Suhu dalamtank ini adalah antara
1600 1700 F. Di dalam tanki ini dilakukan penyabunan.
Denganmenggunakan air panas yang tinggi dimaksudkan
agar meluluhkan sisa detrejent dan lemak yangmasih
menempel pada alat makan.
3) Final rinse / disinfeksi .
Proses terakhir dari pencucian ini adalah mendisinfeksi ,
dengancara menyemprotkan air panas dengan suhu 1800 F.
Suhu air panas tidak boleh melebihi 1800 F dengan maksud
agar peralatan tidak rusak / pecah dan diharapkan agar
kuman sudah mati .

63
Cara Penyimpanana Bahan Makanan Mentah (Sanitasi gudang )

a) Segi pengaturan :
Hal yang perlu diperhatikan pada gudang dipandang dari segi
pengaturannya adalah :
(1) Barang-barang yang disimpan harus mdah diambil dan mudah
cara penyimpanan / pengisiannya.
(2) Adanya rotasi giliran rotasi yang baik dan teratur antara barang
yang baru dan yangloama.
(3) Adanya sistim lalu lintas (trafic system) . Kita kenal ada 4 jenis
traffic lalu lintas di gudang, yaitu :
a) Lalu lintas utama (main traffic), dengan lebar minimal 2 x
pintu biasa yaitu 1,60 m.
b) Lalu lintas antar block (blok traffic) lebar minimal 0,80 m
c) Lalu lintas keliling gudang (round the corner traffic) lebar
minimal 0,50 M3
d) Lalu lintas antara rak barang (Bedween rack traffic), lebar
minimal 0, 40 M.
b) Segi kesehatan gudang :
Hal yang perlu diperhatikan pada gudang dipandang dari segi
kesehatan /sanitasinya adalah :
1) Harus rapat serangga dan tikus (insect and rodent proofed).
2) Tinggi rak barang terbawah setidaknya 30 Cm dari permukaan
lantai, dengan maksud :
a) Tidak untuk bersembunyi dan bersarang tikus.
b) Sirkulasi angin lancar, tidak lembab, sehingga tidak tumbuh
jamur/lumut yang akan dapat merusak barang di atasnya,
terutama barang yang ada pada rak paling bawah.
c) Kolong cukup lebar untuk dilakukan pembersihan, dan
mudah diawasi adanya infestasi serangga dan tikus, atau
adanya kotoran.

64
3) Jarak antara penyimpanan barang yang paling atas pada rak
dengan langit-langit, minimal 50 Cm, dengan maksud :
a) Di atas tumpukan barang cukup sinar, sehingga tidak
dipergunakan bersarang tikus.
b) Tikus tidak membuat lubang pada langit-langit yang dapat
digunakan untuk tempat keluar masuknya tikus ke
dalamgudang.
c) Sirkulasi udara dapat cukup berjalan dengan lancar, dapat
membantu pemeliharaan barang.
2) Cara Pengelolaan Makanan
Dalam pengolahan makanan ada 3 hal pokok yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a) Tempat Pengolahan (Dapur).
Dapur adalah merupakan tempat dimana makanan dan minuman
dipersiapkan dan diolah, untuk menghidari cemaran terhadap
makanan dan minuman perlu sekali diperhatiakan tentang
sanitasinya, antara lain adalah:
1) Penyediaan air yang baik, harus memenuhi persyaratan air
bersih yang berlaku.
2) Pembuangan air limbah yang memenuhi syarat
3) Pengelolaan sampah yang baik, sangat dianjurkan untuk
menyediakan tempat sampah dibedakan sampah basah dan
kering.
4) Rapat serangga dan tikus
5) Pencahayaan yang mencukupi
6) Adanya ventilasi yang cukup menyediakan aliran angin,
cerobong asap, fan dan atau exhauster.
7) Diusahakan agar asap dan uap dapat keluar dari dapur dengan
cepat.
b) Tenaga Pengolah.

65
Secara umum tenaga pengolah pada tempat umum seperti
restoran harus memeiliki keadaan jasmani dan rohaniyang sehat,
bebas dari penyakit menular, serta mempunyai kemapuan dalam
cara menyiapkanmakanan danminuman.
c) Cara Pengolahan :
Ditinjau dari segi sanitasi makanan, maka cara pengolahan yang
baik adalah menitik beratkan kepada hal-hal sebagai berilut :
1) Cara-cara penjamahan makanan yang baik
2) Nilai gizi yangmemenuhi syarat
3) Teknik memasak yangmenarik dan enak.
4) Cara pengolahan makanan yang serba bersih
5) Neberapkan dasar-dasar hygiene dansanitasi makanan
6) Menerapkan dasar-dasar hygiene perorangan bagi
parapengelola makanan.
7) Melarang petugas yang berpenyakit kulit atau yangmempunyai
luka-luka pada tangan atau padajari untuk bekerja sebagai
pengolah makanan.
3) Cara Pengangkutan Makanan
Makanan perlu dilakukanpengangkutan dari dapur ke tempat
untuk penyimpanan dan juga ke tempat penyajian. Cara
pengangkutan nakanan harus memenuhi syarat-syarat sanitasi sbb. :
a) Alat pengangkut makanan harusbersih.
b) Cara pengangkutan makanan harus memenuhi teknik
pengangkutan yang baik agar terhindar dari pencemaran debu dan
kotoran lain di sepanjang jalan yang dilalui.
c) Pengangkutan makanan untuk makanan yang tidak berkulit harus
ditutupi.
d) Pengangkutan makanan harus tertutup.
e) Pengangkutan makanan melalui tempat kotor atau yang mudah
terjadi pengotoran harus dihindari.

66
f) Cara pengangkutan makanan harus dilakukan denganmengambil
jalan yang singkat , pendek dan terdekat.
4) Penyimpanan Dingin (Refrigeration)
Makanan agar tahan lama dan tidak cepat membusuk perlu disimpat
pada tempat pada tempat penyimpanan dingin (refrigeration). Macam-
macam alat penyimpanan dingin dapat dibedakan :
Sesuai bentuknya :
a) Sesuai bentuknya , dikenal dari yangpalingkecil :
1) Thermos
2) Ice box
3) Refrigerator : frigidair, koelkast.
4) Walk in refrigerator (almari es besar.
5) Room refrigeratoe (kamar es)
b) Sesuai suhunya, dikenal 5 golongan penyimpanan yaitu :
1) Room temperature Storage (penyimpanan dalam suhu almari
antara 270 300 C)
2) Cool storage (penyimpanan dalam suhu tidak terlalu dingin
antara 100 200 C)
3) Cold storage (penyimpanan dalam suhu dingin antara 00 100
C)
4) Freeze storage (penyimpanan dala suhu beku pada 00 C)
5) Deep freeze storage (penyimpanan dalam suhu dingin sekali <-
100 C)
Penyimpanan makanan harus diprhatikan jenis makanannya,
misalnya :
5) makanan kering disimpan dalam suhu kamar
6) sayur-sayuran disimpan pada suhu cool storage 00 200 C
Penimpanan yang tidak sesuai dengan suhunya akan mudah
merusakkan makanan.
5) Cara Penyajian Makanan (Food Serving)
Cara penyajian makanan harus memperhatikan tentang :

67
a) Memperhatikan hal-hal kebersihan alat dan tempat dimana
makanan dan minuman disajikan
b) Memperhatikan hal-hal kebersihan perorangan dari tenaga yang
menyajikan, termasuk : penampilan yang baik, sikap fisik,
kesehatan badannya
c) Mempehatikan tentang teknik-teknik pelayanan (ramah, sopan
santun, menghormat) ; memberikan pelayanan yang baik, cepat,
tepat, hemat, dan selamat.

j. Persyaratan Kesehatan Hotel


Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat perlu di
lakukan upaya penyehatan usaha-usaha bagi umum termasuk
hotel. Penyehatan hotel perlu di laksanakan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan serta
bentuk mendorong pengembangkan pengembangan pariwisata
secara internasional.
a) Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan hotel
(1) Umum
(a) Lingkungan dan bangunan hotel harus sesuai dan dalam
keadaan bersih.
(b) Lingkungan dan konstruksi bangunan hotel tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang dan
berkembangbiaknya serangga dan binatang pengerat.
(c) Bangunan hotel harus kuat, utuh dan dapat mencegah
penularan penyakit dan kecelakaan.
(2) Tata ruang
Pembagian ruang hotel harus ditata dan dipergunakan sesuai
dengan fungsinya, serta memenuhi persyaratan kesehatan.

(3) Konstruksi
(a) Lantai

68
- Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
- Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ( 2 3 % ) kearah saluran
pembuangan air limbah.
(b) Dinding
- Permukaan dinding sebelah dalam harus mudah di
bersihkan.
- Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air
harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
(c) Ventilasi
- Ventilasi dapat menjamin peredaran udara di dalam atau
di ruangan dengan baik.
- Bila ventilasi alam tidak memenuhi persyaratan harus
dilengkapi dengan ventilasi mekanis.
(d) Atap ; Tidak bocor dan tidak memungkinkan terjadinya
genangan air.
(e) Langit-langit
- Mudah dibersihkan
- Tinggi minimal 2,50 m dari lantai.
(f) Pintu
Dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan
binatang pengganggu lainnya.
(g) Pencahayaan
Di dalam lingkungan hotel dan setiap kamar/ruang harus
tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas
berdasarkan fungsinya.

69
b) Persyaratan kesehatan kamar/ruang hotel
(1) Umum
Setiap kamar/ruang dihotel harus :
a) Selalu dalam keadaan bersih
b) Tersedia tempat sampah yang cukup
c) Bebas dari gangguan serangga dan tikus
d) Udara didalam kamar/ruang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
(a) Tidak berbau ( terutama untuk H 2 S dan amoniak )
(b) Tidak berdebu/berasap ( kadar debu kurang dari 0,26
mg/m3)
(c) Memepunyai kelembaban 70 %
(d) Tidak terdapat kuman alpha streptococcus haemolitikus
dan kuman pathogen.
(e) Kadar gas beracun tidak melebihi nilai ambang batas.
e) Tingkat kebisingan disetiap kamar/ruang harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan jenis kegiatan
(a) Tidur kurang dari 40 dB
(b) Kantor kurang dari 75 dB
(c) Dapur kurang dari 80 dB
(d) Pertunjukkan kurang dari 90 dB
Maksimal pemaparan 8 jam.
(2) Khusus
a) Kamar tidur
(a) Dinding, pintu dan jendela kamar tidur yang tembus
pandang harus dilengkapi dengan tirai yang tidak tembus
sinar dari luar.
(b) Perbandingan jumlah tempat tidur untuk satu orang
dengan luas lantai kamar tidur 22 m2 ( termasuk kamar
mandi ), kamar double 26 m2 dan tinggi kamar tidur
sekurang-kurangnya 2,80 m.

70
b) Kamar mandi
Dinding kamar mandi dan WC dilapisi dengan tegel porselin
sekurang-kurangnya 1,6 m sedangkan selebihnya dilapis
bahan kedap air.
Perlengkapan kamar mandi :
(a) Bathup yang anti slip dengan tempat sabun, shower dan
pegangan ( arah bar ).
(b) Wash basin
(c) WC
(d) Bak handuk, gelas, kaca rias
(e) Keranjang sampah, tirai shower yang kedap air
c) Ruang istirahat karyawan
(a) Ruang karyawan wanita harus terpisah dengan pria
(b) Tersedia lemari yang aman untuk menyimpan pakaian
karyawan sesuai kebutuhan.
(c) Dilengkapi dengan kamar mandi, jamban dan peturasan
yang terpisah antara wanita dan pria
d) Ruang pengelola makanan dan minuman
Harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-rundangan yang berlaku.
e) Kamar linen
Harus tersedia lemari tertutup untuk menyimpan linen.
f) Ruang cuci
Tidak memungkinan tercampurnya linen bersih dan linen
kotor.
g) Gudang
(a) Gudang untuk menyimpan bahan makanan, bahan
berbahaya, alat kantor, alat rumah tangga yang lain
harus terpisah
(b) Gudang untuk menyimpan bahan makanan dan bahan
berbahaya harus memenuhi persyaratan kesehatan

71
(c) Dilengkapi rak-rak dengan tinggi minimal 20 cm dari
lantai, dan tangga serta peralatan lain sesuai kebutuhan.
c) Persyaratan kesehatan fasilitas sanitasi hotel
(1) Penyediaan air
(a) Tersedia air dengan kualitas sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(b) Air tersedia pada setiap tempat kegiatan secara
bekesinambungan
(c) Distribusi air di hotel berbintang tiga harus menggunakan
system perpipaan dan mengalir dengan tekanan positif serta
terhindar dari pencemaran silang.
(2) Pembuangan air limbah
(a) Saluran pembuangan air limbah harus menggunakan system
tertutup, kedap air dan air dapat mengalir dengan lancar.
(b) Setiap air limbah harus diolah sehingga mutu effluent sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Toilet dan kamar mandi
(a) Didalam toilet harus tersedia jamban, peturasan, dan tempat
cuci tangan
(b) Harus selalu dalam keadaan bersih
(c) Lantai harus kuat, kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan
(d) Dilengkapi dengan penahan ( bowl )
(e) Letaknya tidak terhubung langsung dengan tempat pengelolaan
makanan, kamar tamu, kamar tidur.
(f) Toilet wanita harus terpisah dengan toilet pria
(g) Toilet tenaga kerja harus terpisah dengan toilet pengunjung
(h) Tersedia kaca rias, tempat sampah, tempat abu rokok, sabun,
kertas tissue, gantungan baju, pengharum ruangan, ember,
gayung, dan alat pengering tangan.

72
(i) Harus dilengkapi dengan tanda-tanda sanitasi yang berisi
pesan-pesan kesehatan/kebersihan
(j) Di dalam toilet pengunjung sampai dengan 40 wanita dan 60
pria minimal harus disediakan 3 buah jamban untuk wanita, dan
2 buah jamban dan 2 buah peturasan untuk pria.
(k) Setiap kamar tidur hotel berbintang tiga harus dilengkapi
dengan kamar mandi dengan jamban.
(l) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang
pengganggu/pengerat.
(m)Perbandingan jumlah tempat tidur dengan jumlah jamban 1-6.
(n) Perbandingan jumlah kamar mandi dengan jumlah tempat tidur
minimal 1 kamar mandi untuk setiap 1 10 tempat tidur.
(4) Tempat sampah
(a) Harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya.
(b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori
tangan.
(c) Mudah diisi dan dikosongkan/dibersihkan
(d) Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk
sampah yang dihasilkan pada setiap kegiatan.
(e) Sampah dari setiap ruang dibuang setiap hari.
(f) Harus tersedia tempat pengumpul sementara yang tidak terbuat
dari bak beton permanen, tidak menjadi tempat perindukan
serangga dan binatang pengerat serta terhindar dari gangguan
binatang lain.
(g) Tempat pengumpul sampah sementara harus terletak ditempat
yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah dan
minimal 3 kali 24 jam harus dikosongkan.
(5) Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus

73
(a) Sarana penyimpanan air harus tertutup dan bebas jentik
nyamuk.
(b) Pada titik tembus pipa dengan dinding harus rapat.
(c) Setiap bangunan hotel dilengkapi dengan alat yang dapat
mencegah masuknya serangga dan tikus.

d) Cara Melakukan Inspeksi Sanitasi Hotel


Secara Sistematis dapat dijalankan sebagai berikut:
(1) Periksalah terlebih dahulu keadaan ;
Di Luar Hotel dan Sekitarnya :
a) Keadaan kebersihan dan letak halaman
b) Pertamanan sekitar halaman
c) Pembuangan air kotor
d) Pembuangan sampah
(2) Pemeriksaan keadaaan hotel :
a) Konstruksi umum
b) Fasilitas-fasilitas yang ada
c) Luas ruangan dibanding dengan jumlah penghuni
d) Kebersihan umum hotel
(3) Pemeriksaan keadaan makanan
a) Keadaan bahan makanan
b) Cara penyimpanan bahan makanan yang mentah
c) Cara mengolah
d) Cara mengangkut
e) Cara menyajikan
(4) Halaman dan pekarangan hotel
a) Keadaan Kebersiahan dan letak halaman
(a) Halaman bersih tidak ada sampah yang berserakan
(b) Segala sesuatu yang ditimbun atau yang disimpan di
halaman adalah dalam keadaan teratur sehingga :

74
1) Tidak memberi kesempatan bagi vektor untuk
bersarang
2) Tidak menghalangi jalan
3) Tidak mengganggu pemandangan dan tidak
menghalagi masuknya hawa dan sinar matahari
4) Tidak memugkinkan bahaya-bahaya bagi penghuni
5) Halaman sebaiknya dibuat pertamanan
(6) Pertmanan sekitar hotel
Dipandang dari sudut yang sehat adalah :
a) Ditanami secara teraur bunga-bungaan, pepohonan dan
lain-lain
b) Tidak terlalu banyak pohon besar sekitar hotel

(7) Pembuangan air kotor


Saluran pembuangan antara lain:
a) Harus diatur sehingga tidak terjadi genangan air
b) Tidak terjadi kelembapan tanah sekitar hotel
c) Tidak menimbulkan hawa yg tidak enak
d) Tidak mengotori halaman
e) Pembuangan air kotor harus dialirkan dengan sistem
tertutup
(8) Dalam hotel
a) Konstruksi ;
(a) Harus mempunyai ventilasi yang baik
(b) Lantai dibuat yang keras dan mudah dibersihkan
(c) Dinding dibuat dari bahan yang tidak mudah
mengisap air
(d) Bahan dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar
b) Kebersihan Umum :
(a) Pemeliharaan ruangan secara umum
(b) Pemeliharaan kasur, bantal dan semacamnya

75
(c)Pemeliharaan kebersihan dalam ruangan, perabot
(d) Jangan terlalu banyak menggantung pakaian.
(9) Fasilitas-fasilitas :
a) Persediaan Air
b) Kakus (WC)
c) Kamar Mandi
d) Dapur
(Dasar hukum: Permenkes No.80/1990 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Hotel)

4. Pengawasan Gedung Bioskop


a. Pengertian Bioskop
Yang dimaksud dengan bioskop adalah suatu tempat yang
mempunyai bangunan/gedung dengan konstruksi tertentu
didalam mana umum berkumpul kumpul dengan dapat melihat
film pada layar putih. Dalam hal ini maka yang dimaksud
dengan bioskop mempunyai unsur-unsur :
1) Gedung yang permanen
2) Ada fasilitas
3) Ada jam pertunjukan tertentu
Pertunjukan bioskop dengan dipungut biaya/tidak yang
bersifat sementara misalnya pertunjukan film-film propaganda di
kampung atau untuk umum di sekolah, di dalam pasar malam,
dll, dianggap bukan gedung bioskop resmi dan dibebaskan dari
peraturan-peraturan dan syarat-syarat untuk bioskop permanen.
Banyak sekali kejadian terjadinya penyakit/gangguan yang
dapat ditimbulkan karena hal yang ada hubungannya dengan
gedung bioskop ini, misalnya :
1) Letak barisan kursi terdepan yang tidak memenuhi syarat
dapat merusak mata (mata normal 6 meter).

76
2) Letak pintu jendela dll, lubang ventilasi yang keliru
menimbulkan gerak angin yang keras sehingga penonton
dapat sakit mata kerenanya.
3) Ventilasi yang kurang menimbulkan tidak adanya gerakan
udara dalam gedung tersebut sehingga keadaan dalam
gedung tersebut selain panas orang dapat sakit kepala
(pusing-pusing) lebih-lebih orang yang merokok tidak
dilarang.
4) Letak lampu bahaya diatas pintu bahaya yang tidak
memenuhi syarat dapat mengganggu mata para
penonton.
5) Kurang diadakan pengawasan mengenai kebersihan
tempat duduk mengakibatkan kursi tersebut menjadi
sarang kutu busuk yang mengganggu sekali penonton.
6) Lantai yang dibuat tidak memenuhi syarat a.l lantai dari
tanah, menimbulkan keadaan yang sangat lembab pada
musim hujan dan berdebu pada musim hujan dan
berdebu pada musim kering yang mana dapat
menimbulkan penyakit pada para penonton.
7) Pemakaian film proyektor yang rusak (misalnya
bergetar) atau lensa yang sudah kabur akan menimbulkan
kerusakan mata.
8) Tangga dalam gedung bioskop yang tidak memenuhi
syarat dapat menimbulkan kecelakaan.

Kesimpulan :
Yang paling bahaya terdapat dan langsung dirasakan oleh
penonton adalah gangguan pada indera mata.

77
b. Letak Gedung Bioskop
Yang pokok adalah harus sedemikian rupa sehingga
terdapat suatu suasana perhubungan yang diterima oleh
masyarakat sekeliling bukan mengalami gangguan.
1) Ditempat yang luas dan aman dengan alasan :
a) Memberikan tempat untuk parker kendaraan.
b) Memberikan benar keleluasaan dan kepuasan bagi para
pengunjung yang sedang menunggu dengan memandang
sekitarnya yang luas dan bebas.
2) Ditempat yang strategis.
a) Dekat dimana orang itu bertempat tinggal.
b) Dimana orang itu dengan mudah dapat mencapainya baik
dengan berjalan maupun dengan kendaraan.
c) Dekat tempat rekreasi lainnya.
d) Tidak ditempat yang sangat sunyi/diluar batas kota.
3) Ditempat jauh dari faktor yang mengganggu :
a) Jauh dari tempat pembuangan sampah.
b) Tidak ditempat yang ramai sekali.
c) Jauh dari tempat pabrik yang besar yang memakai mesin
diesel dll.
4) Ditempat yang tinggi dan kering.
a) Tidak didekat rawa-rawa.
b) Tidak ditempat yang terendam air pada waktu hujan.
c. Lingkungan Bioskop
1) Halaman Bioskop
Setiap bioskop hendaknya mempunyai halaman, sebab
halaman ini berguna sekali.Untuk memparkir kendaraan, untuk
tempat penitipan sepeda, untuk menunggu para pengunjung yang
sebagian diperkenankan masuk. Yang penting harus diperhatikan
mengenai halaman ini adalah :

78
a) Kebersihan. Untuk itu ditempat tertentu perlu diberikan
tempat sampah sesuai dengan kebutuhannya.
b) Pemeliharaan halaman. Halaman dapat dibagi atas :
(1) Pelataran untuk parkir mobil, dalam hal ini perlu tanda
untuk berparkir mobil agar dapat menjamin berparkir
mobil agar dapat menjamin perparkirannya tersebut.
(2) Pelataran untuk lalu lintas/jalan orang/kendaraan.
Dalam hal ini, perlu tanda lalu lintas agar dapat
menjamin keluar masuknya kendaraan.
(3) Pelataran yang luas untuk tempat menunggu bagi
penonton akan masuk.
c) Lampu-lampu penerangan yang cukup terang.
d) Pedagang keliling dilarang untuk menjual dan meragakan
barang dagangan di pelataran bioskop mengingat
mengganggu lalu lintas, mengotori halaman tersebut dan
tidak sedap dipandang mata.
2) Gedung Bioskop
Sebenarnya yang disebut gedung bioskop ialah terdiri
dari :
a) Ruangan di dalam gedung bioskop dimana terdapat tempat
duduk para penonton untuk melihat film (tempat pertunjukan).
Ini disebut Intereur Gedung.
b) Halaman yang ada di dalam gedung bioskop tetapi terletak
diluar ruangan pertunjukan disebut Intereur Gedung. Extereur
gedung tempat pertunjukan ialah semua pelataran/halaman
yang terletak diluar dinding yang membatasi tempat pertunjukan
dimasukkan sebagai extereur gedung.

79
Di bioskop yang modern maka extereur gedung ini terdapat
berbagai macam fasilitas a.l :
1. Restoran 5. Kamar tunggu
2. Tempat berpesta 6. W.C/Urinoir, toilet
3. Sneck bar (warung kecil) 7. Kamar pemadam kebakaran
4. Toko toko 8. Kamar telpon, dll.

Di Indonesia hal ini hanya di beberapa gedung bioskop saja


yang mempunyai fasilitas tersebut diatas, khusus gedung bioskop
tingkat/kelas 1 yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
dll. Tetapi yang umum ada diantara fasilitas-fasilitas tersebut adalah :
1. Snack bar
2. W.C/Urinoir dengan catatan bila tak dapat restoran maka berlaku
syarat-syarat/peraturan yang berlaku untuk itu.

d. Kebersihan Lingkungan Umum


1) Harus ada seorang yang bertanggung jawab untuk menjaga
lingkungan snack bar sebagai tenaga pembersih.
2) Harus ada tempat sampah yang minimum 3 ;
3) Harus disediakan sapu yang cukup jumlahnya (sesuai dengan
luasnya daerah), kain lap (serbet) yang cukup, ember, untuk
keperluan kebersihan lantai yang cukup jumlahnya.
4) Setelah selesai periode penjualan dan setiap saat ada kesempatan
harus semua kotoran yang ada di sekeliling snack bar termasuk
sampah dan percikan minuman, dan percikan makanan
dibersihkan.

80
e. Kebersihan Makanan Dan Minuman Yang Dijual
Syarat-syaratnya :
1) Harus dibungkus, baik makanan itu bersifat basah maupun
kering dengan plastik/lain-lain, pembungkus, seperti kertas
roti, kertas sampul dll, yang memenuhi syarat yang telah
ditetapkan oleh bagian sanitasi. Tak diperkenankan
membungkus makanan dengan kertas Koran atau lain
pembungkus dari lain kertas yang telah dipakai.
2) Tidak diperkenankan makanan, diperagakan baik basah
maupun kering secara terbuka.
3) Penjualan buah-buahan dimana kulitnya tidak termakan
seperti pisang, salak, dll, diperbolehkan di jual dan
diperagakan dengan terbuka dan tidak perlu dibungkus.
4) Buah dingin (terkupas dan tidak terkupas) dilarang
diperagakan secara terbuka, untuk itu harus disediakan
tempat penyimpanan khusus yang tertutup rapat, seperti :
almari, kulkas, peti, dan lain tempat yang telah mendapat ijin
dari bagian sanitasi.
Frosen Desert godo-gado, pecel, dll. Makanan sejenis itu
membutuhkan tempat makanan dan alat-alat makanan,
dilarang dijual di snack bar.
f. Kebersihan Pelayanan
1) Tenaga pelayanan harus berpakaian rapi, disarankan melalui
uniform/seragam yang dapat ditetapkan sesuai dengan
kemampuan pengusaha masing-masing.
2) Semua tenaga yang ada di snack bar diharuskan 2 minggu dan
selambat-lambatnya 1 minggu sebelum mulai pekerjaannya sudah
mendapat pemeriksaan kesehatan.
3) Dilarang mempekerjakan tenaga yang menderita penyakit
kulit/exim, gudig, patek, dll.

81
4) Setiap tenaga snack bar harus mempunyai HEALTH
CERTIFICATE.
g. Restoran
Berlaku peraturan bagi restoran resmi.
h. W.C / Urinoir
Bagi gedung bioskop, yang paling baik type toilet.
Artinya ; W.C dan urinoir ini dilengkapi dengan fasilitas untuk
berhias , type W.C yang baik adalah water seal latrine (closet) yang
perlu diperhatikan pada kakus adalah :
a. Adanya cukup air untuk menyiram dan membersihkan
kertas toilet.
b. Adanya tempat cuci tangan dan sabun/kertas (single
service).
c. Adanya kain untuk membersihkan tangan yang
digantungkan dekat tempat cuci tangan tersebut.
d. Jumlahnya menurut tempat perbandingan, bagi laki-laki
60 orang untuk 1 toilet/kakus, urinoir wanita : 40 orang
untuk 1 toilet/kakus.
i. Urinoir
Letak urinoir harus terpisahkan dari kakus, type urinoir yang
dianjurkan dan dipakai sekali adalah single urinoir (flusing),
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari urinoir adalah :
a) Permukaan urinoir hendaknya sudah dibersihkan.
b) Bila urinoir ini ada dalam satu kamar/ruangan tersendiri
maka didekat pintu keluar ada tempat cuci tangan yang
dilengkapi dengan sabun dan kain pengering/serber
kertas.
c) Adanya air cukup untuk menyiram dan membersihkan
untuk ini biasanya digunakan system otomatis praktis
karena setiap waktu (biasanya setiap 5 menit sekali
membuka sendiri dan menyiram).

82
d) Pintu urinoir dilarang berhubungan langsung dengan
tempat pertunjukan.
e) Baik air kotor maupun dari urine, semuanya harus
dibuang ke riool dan bila tak ada riool dibuatkan septik
tank.

Bila kamar pemadam kebakaran maupun P3K dan kamar


telephon yang khusus biasanya hanya terdapat pada bioskop
modern dan mewah, umumnya di Indonesia untuk keperluan
tersebut tidak ada disediakan kamar tersendiri.Untuk keperluan
pemadam kebakaran hanya di beberapa tempat disediakan silinder
berisi bahan pemadam dan penempatannya.
a. Harus ditempat-tempat terpencar, mudah diambil dan
indah dilihat.
b. Ditempat-tempat tersebut harus ditempatkan suatu tanda
yang besar dan dapat dilihat oleh setiap orang secara
menyolok.
c. Dimana cara pemakaian dari silinder tersebut tidak
disebutkan pada alat pemadam maka perlu diberikan
pedoman cara pemakaian yang harus di gantungkan
/dituliskan di tempat dimana silinder itu berada. Dalam
hal ini, tidak terdapat silinder ini perlu disediakan pasir.
Untuk keperluan P3K biasanya tak diperlukan disediakan
kamar tersendiri, cukup kota P3K yang berisi obat-obatan
dan perlengkapan untuk memberi pertolongan pertama.
Kotak-kotak P3K ini biasanya ada di kantor direksi dan
bila benar- benar terjadi kecelakaan maka biasanya
kantor direksi dapat dipakai untuk keperluan itu.
j. Kamar Telepon
Kamar telepon tersendiri jarang disediakan. Biasanya
disediakan telepon umum untuk melakukan pembicaraan harus

83
memasukkan uang logam tertentu, tetapi pada umumnya telepon
hanya ada di kantor direksi, telepon bagi bioskop penting untuk
penyelenggaraan business bioskop maupun bagi penonton dalam
hal :
a. Keperluan pemesanan karcis.

b. Keperluan prive dengan rumah penonton atau


kenalan dalam membuat janji, pemberitahuaa, dsb
nya.

Dalam hal diadakan kamar telepon sendiri maka ini baik bila
kamar tersebut dibuat tertutup.Cara pemakaian telepon dengan
Cuma-Cuma atau dengan dipungut biaya tergantung dari kemauan
direksi dalam memberikan service pada para penonton.
k. Exteriur Traffic
Dari semua bagian yang ada dan termasuk exterieur adalah
pelataran tempat berjalan dari penonton yang hilir mudik.Jalan ini
merupakan tempat lalu-lintas penonton/manusia yang masing-
masing mempunyai keperluan sebelum pertunjukan dimulai atau
pada waktu istirahat.Lalu lintas yang terdapat dibagian luar
pertunjukan dalam gedung bioskop tersebut disebut exterieur
traffic.
Exterieur traffic adalah sangat penting karena dengan
pengaturan traffic atau lalu lintas yang baik akan :
a. Melancarkan jalannya orang-orang (tak berjejal-jejal).
b. Memudahkan penonton untuk menghadiri bagian yang
terdapat dalam exterieur tersebut ke W.C , snack bar, dll.
c. Penonton merasa senang/perasaan yang senang dan
penonton ini secara ekonomis akan menguntunkan bagi
pengusaha karena akan menarik penonton.

84
Yang penting harus mendapatkan perhatian dari exterieur traffic
ialah :
a. Hendaknya jalan-jalan/gang-gang ini dibuat cukup lebar sesuai
dengan tempat duduk yang tersedia di dalam ruangan tunggu.
b. Pembidangan dari pelataran-pelataran tersebut :
1) Daerah snack bar.
2) Daerah W.C /urinoir
3) Daerah tempat orang-orang masuk ke tempat
pertunjukan dibagi-bagi dalam pembidangan kelas-kelas,
4) Daerah penjualan karcis.
c. Penertiban keluar masuknya para pengunjung dari dan ke
dalam tempat pertunjukkan. Pengaturan ini dapat dilakukan
dengan diadakannya pintu masuk sendiri, pintu keluar sendiri
sehingga pada waktu pertunjukan bioskop bubar tidak
mengganggu bagi orang-orang yang akan menonton
pertunjukan ke II.
d. Perlu diperhatikan adanya tempat-tempat abu dan punting rokok
sepanjang jalan dari daerah tersebut.
e. Perlu diperhatikan penerangan dan ventilasi yang cukup dapat
dipasang ventilasi buatan berupa kipas angin atau exhauster
atau sesuai dengan kemampuan pengatur udara (air
conditioning).
l. Ruang Pertunjukan (Interior)
Yang perlu mendapatkan perhatian pada ruang pertunjukan ini
adalah :
a. Dinding
Dinding gedung bagian dalam dibuat menurut konstruksi
yang tepat, sehingga mencegah gema suara, mencegah
penyerapan suara (absobsi) serta membantu resonansi
(menguatkan suara).

85
b. Lantai
Lantai harus dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak
licin, dan mudah dibersihkan.Kemiringan (slope) dibuat
sedemikian rupa sehingga pemandangan penonton/ yang
dibelakang tidak terganggu oleh penonton yang dimuka.
Kemiringan/ penurunan perbedaan tinggi antara barisan kursi
yang satu dengan barisan lain di depan atau dibelakangnya
kurang lebih 10 centimeter.
Seperti yang dikemukakan oleh Departemen Penerangan
bersama Lembaga Pengetahuan Indonesia atas hasil
penyelidikannya :
Jarak antara sandaran kursi yang berurutan menurut normal
ukuran orang Indonesia adalah lebih kurang 90 cm, dengan
sudut penurunan ideal kearah layar 6,20 terhadap garis
horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan
10 cm.
c. Ventilasi
Tujuan dari ventilasi adalah memasukkan udara yang
segar dan mengeluarkan udara yang kotor. Ruang pertunjukan
mutlak harus mempunyai ventilasi yang baik dan cukup. Bila
suatu ruangan tidak mempunyai system ventilasi yang baik,
maka akan menimbulkan beberapa keadaan yang dapat
merugikan kesehatan dan kehidupan misalnya : kadar oksigen
akan berkurang, karena pemakaiannya yang tidak seimbang,
sehingga mengakibatkan peningkatan gas asam arang CO 2 ,

dapat mengakibatkan sesak napas dan pusing, ruangan akan


berbau yang tidak enak dan kelembaban udara dalam ruangan
akan naik karena penguapan dari kulit atau pernapasan ini akan
mengganggu fungsi paru-paru.
Susunan udara yang bersih adalah sebagai berikut
Oksigen sebanyak 20,96 % , gas asam arang 0,0 %,

86
nitrogen78,60 %, dan uap air 0,0 %. Sedangkan kebutuhan
manusia akan udara menurut penyelidikan adalah sebagai
berikut pada orang tidur keperluan akan oksigen perorangan
adalah 0,015 M3 perjam, gas CO 2 yang dikeluarkan sebanyak
0,016 M3 perjam dan uap air yang dikeluarkan oleh orang
tersebut adalah 42 gram perjam.Pada orang duduk memerlukan
oksigen sebanyak 0,025 M3 per jam, gas CO 2 yang dikeluarkan
sebanyak 0,015 M3 per jam dan uap air 40 gram perjam.
Syarat suhu dan kelembaban yang ideal menurut
Soebagio Rekso Soebroto adalah sebagai berikut : suhu ruang
atau kamar normal 27C , kelembaban yang baik adalah 40 %.
Sedangkan rumusan yang dikemukakan oleh Budy Gunawan :
Agar udara dalam ruangan selalu segar,maka ruangan tersebut
harus mempunyai sistem ventilasi yang baik sehingga
menghasilkan suhu antara 20C - 25C dengan kelembaban
diantara 40 % sampai 50 %.
System ventilasi pada umumnya terbagi atas dua
yaitu :
a. Ventilasi alami (Natural Ventilation System)
Ventilasi alami ini dapat dibuat dengan jalan memasang
jendela dan lubang- lubang angin atau dengan
menggunakan bahan bangunan yang berpori-pori.
b. Ventilasi Buatan (Artificial Ventilation System)
Prinsip dari ventilasi buatan ini mengalirkan udara
dengan menggunakan alat0alat seperti kipas angin (fan,
alat penghisap udara (Exhauster) dan alat pendingin (Air
Conditioning). Untuk bangunan yang peruntukkan bagi
umum.Seperti halnya bioskop, ventilasi buatan ini sangat
baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan
ventilasi ini adalah :

87
1) Bila digunakan kipas angin (Fan) maka
pergerakan udara hanya berupa putaran udara,
sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.
2) Apabila menggunakan alat penghisap udara
(Exhauster) prinsip kerjanya adalah menghisap
udara dalam ruangan yang sudah kotor untuk
dikeluarkan, masih dibutuhkan ventilasi alam
sebagai jalan udara masuk dari luar yang masih
segar.
3) Pada penggunaan Air Conditoning terjadi
pengolahan udara dalam penyaringan
pendinginan dan pengaturan kelembaban dalam
ruangan yang tertutup dan suhu dapat diatur, yang
harus diperhatikan dalam penggunaan alat ini
adalah ruangan harus tertutup rapat dan tidak
boleh menggunakan ventilasi lain, dan orang yang
berada dalam ruangan dilarang merokok.
d. Pintu Bahaya
Pintu bahaya dimaksud sebagai pengaman apabila
dengan tiba-tiba terjadi sesuatu kecelakaan umpamanya
kebakaran, gempa bumi, dll, sehingga penonton dapat dengan
mudah keluar dari gedung.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pintu
bahaya adalah sebagai berikut :
1) Jarak pintu bahaya yang satu dengan yang lain
minimum 5 meter.
2) Dipasang simetris di sebelah kanan dan kiri ruangan
pertunjukan.
3) Lebar pintu miminal 2 kali lebar pintu biasa (160 m).
4) Daun pintu harus membuka keluar.

88
5) Selama pertunjukan berlangsung pintu bahaya tidak
boleh dikunci.
6) Diatas pintu bahaya dipasang tanda merah dengan
tulisan PINTU BAHAYA yang jelas.
e. Layar Film
Layar merupakan alat yang penting dalam suatu
bioskop dan perlu diperhatikan sebab sejak film diputar sampai
selesai pandangan penonton harus selalu tertuju ke layar
tersebut.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sbb :
1) Sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap ditepi.
2) Ukuran harus disesuaikan dengan ukuran kekuatan
proyeksi dan proyektor film.
3) Permukaan yang licin dan bersih.
4) Jarak antara layar dengan proyektor dan luasnya
ruangan harus sesuai sehingga gambar proyeksi pada
layar benar-benar baik dari segi kesehatan dan segi
estetika.
Hasil penelitian Departemen Penerangan dan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia mengemukakan bahwa : jarak
ideal antara proyektor film terhadap layar adalah lebih kurang
40 m.
f. Sound System
Sound system adalah suatu alat elektronik yang
digunakan untuk mengeraskan suara sehingga bisa terdengar
jelas oleh penonton.
Macam sound system yang biasa digunakan pada
bioskop-bioskop menurut hasil penelitian dari Departemen
Penerangan dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yaitu
sound system mono yang hanya dipakai sebuah amplifier dan
sebuah loundspeaker , dan stereo yang dipakai dua atau lebih

89
amplifier dalam satu unit ataupun unit terpisah dan
loundspeaker untuk setiap amplifier. Type yang belakangan
disebut ini sebaiknya dipakai dalam gedung bioskop karena
suara yang keluar mendekati suara yang sebenarnya.
Pengaturan suara sound system di dalam gedung
bioskop perlu diperhatikan dengan perletakan pengeras suara
pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan
yang lainnya untuk memungkinkan suara yang diterima oleh
telinga penonton dapat merata.
Suara diukur dengan seruan decibel (dB) antara
80 85 dB.
g. Penerangan/pencahayaan (Lighting)
Penerangan diperoleh sebelum pertunjukan dimulai dan
setelah selesai pertunjukan untuk menggampangkan para
pengunjung mencari atau keluar dari kursinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
penerangan ini seperti tidak menyilaukan, tidak terlalu redup,
bagi penonon dan petugas, panas yang ditimbulkan sedapat
mungkin relative kecil, cahaya teratur dan tidak bergetar, tidak
menyebabkan kebakaran.
Selain itu, sebaiknya pengusaha bioskop menyiapkan
generator sendiri sebagai cadangan apabila terjadi kerusakan
listrik dari perusahaan listrik Negara.
h. Alat Pemadam kebakaran
Dalam gedung bioskop perlu disediakan alat pemadam
kebakaran sebagai persediaan apabila terjadi kebakaran.
Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan, peletakannya harus
cukup strategis dan kelihatan dengan jelas, mudah dijangkau,
diletakkan terpencar pada dan pada tabung tersebut tertera
cara penggunaannya.

90
i. Tempat Duduk atau Kursi
Tempat duduk juga merupakan faktor yang penting
dalam gedung bioskop, yang perlu mendapat perhatian, karena
apabila tempat duduk tidak enak diduduki maka penonton akan
merasa terganggu menyaksikan pertunjukan.
Tempat duduk dibuat untuk perorangan dilengkapi
dengan sandaran belakang, sandaran tangan , dan sandaran
kaki, untuk mencegah kelelahan selama pertunjukan.
Pengaturannnya diatur sedemikian rupa sehingga tidak
berhimpit-himpitan minimal ada jalan 40 cm antara kursi dengan
kursi didepannya untuk jalan penonton menuju kursi yang dituju.
Barisan kursi terdepan minimal 6 meter dari layar dengan
sudut pandangan kurang dari 30.
Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm dengan sandaran
setinggi 38 sampai 40 cm, sedang lebar sandaran tangan
disesuaikan dengan kemungkinan tangan Indonesia pada
umumnya yaitu minimal 40-45 cm, dibuat dari bahan yang kuat
dan tempat duduknya yang empuk, tetapi memudahkan untuk
membersihkan baik kotoran ataupun serangga.
j. Keadaaan Yang Bebas Dengan Tikus Dan Serangga
Keadaan ini perlu diterapkan baik pada interior maupun
exterior nya karena serangga dan tikus ini dapat menyebabkan
gangguan mental dan menimbulkan penyakit pada pengunjung.
Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan
cara :
1) Kebersihan umum harus tetap dijaga baik dalam gedung
maupun diluar gedung seperti pelataran dan saluran air
kotor dan temat-tempat sampah.
2) Jangan sampai terdapat tempat-tempat mati dalam
pengaturan barang atau alat-alat untuk memudahkan
dalam pembersihan.

91
3) Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubang-lubang
angin.
4) Pencahayaan yang sempurna agar sinar dapat
menerangi secara merata ke seluruh ruangan.
Pencegahan terhadap tikus dapat dilakukan dengan
jalan :
1) Menjaga kebersihan ruangan
2) Menghindari adanya sudut-sudut mati atau ruangan
gelap.
3) Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan oleh
tikus untuk bersarang.
4) Memasang terali pada lubang ventilasi bagian bawah.
k. System Lalu Lintas Dalam Gedung (Traffic System)
System lalu lintas dalam arena pertunjukan bioskop perlu
diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran arus penonton
waktu keluar tidak terhambat karenanya.
Sebaiknya lalu lintas ini dibagi atas 4 bagian yaitu :
1) Lalu lintas utama lebar minimal 2 meter.
2) Lintas blok lebar minimal 80 cm.
3) Lintas antar kursi lebar minimal 40 cm.
4) Lintas keliling ruangan lebar minimal 50 cm.
l. Proyektor Film dan Ruangannya
Penggunaan proyektor sebaiknya mempunyai dua buah
dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran film yang banyak
beredar, sehingga pergantian antara rool film tidak
mengharuskan pertunjukan terputus.
Syarat-syarat proyektor yaitu, harus baik, terang, dan
tidak bergetar sehingga tidak merusak mata.Rang harus
disesuaikan dengan peralatan dengan jumlah petugas yang
melayani proyektor tersebut, agar tidak terjadi

92
kecelakaan.Begitu pula suhu, kelembaban, penerangan yang
sesuai dengan syarat-syarat ruangan normal.

5. Sanitasi Taman Wisata


a. Pariwisata

Di Indonesia istilah pariwisata baru dimulai pada tahun 1960-


an. Istilah pariwisata diperoleh dari budayawan, intelektual
berdasarkan permintaan Presiden Soekarno (Bung Karno)
kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Bung Sultan) selaku
Ketua Dewan Tourisme Indonesia tahun 1960
Istilah pariwisata adalah bahasa sansekerta yang
komponen - komponennya terdiri dari ; Pari =Penuh,
lengkap, berkeliling, Wis (Man) = Rumah, properti,
kampong, komunitas, Ata = Pergi terus menerus,
mengembara.
Yang diartikan pergi meninggalkan rumah (kampung)
berkeliling secara terus menerus, yang mana meninggalkan
rumah, untuk mengadakan perjalanan ke tempat yang
dikunjungi dalam menikmati keindahan panorama dan
kebudayaan masyarakat lain di luar negara mereka sendiri.
Pasal 1 ayat 3, pasal 2 dan pasal 33 (UURI. 10/2009
tentang kepariwisataan)
Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah
Kordinasi strategis lintas sektor: antara lain bidang prasarana
umum dan kesehatan lingkungan
b. Berbagai Macam Tempat Rekreasi-Wisata
1) Taman Rekreasi:

93
Taman rekreasi adalah suatu usaha yang menyediakan
tempat dan berbagai jenis fasilitas untuk memberikan
kesegaran jasmani dan rohani yang mengandung unsur
hiburan , pendidikan, dan kebudayaan sebagai kegiatan
pokok di suatu kawasan tertentu dan dapat dilengkapi
dengan penyediaan jasa pelayanan makanan minuman serta
akomodasi
Misalnya: gelanggang (renang, bowling, permainan
dan ketangkasan), padang golf, permandian umum, billiard,
kolam memancing, panti pijat, sauna (panti mandi uap),
bioskop, pusat seni dan pameran, dunia fantasi,
teater/panggung terbuka/tertutup, taman satwa dan pentas
pertunjukan satwa, fasilitas wisata tirta dan rekreasi air,
gantolle, sarana dan fasilitas olahraga kesenian lainnya.
2) Kelab Malam
Suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk menari dengan diiringi musik hidup, pertunjukan lampu
dan menyediakan jasa pelayanan makanan minuman serta
pramuria
3) Diskotik
Suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk menari dengan diiringi musik yang disertai atraksi
pertunjukan cahaya lampu tanpa pertunjukan lantai, dan
menyediakan jasa pelayanan makanan minuman
4) Pantai
Obyek atau kawasan wisata berupa lahan dengan
batas luar yang terdapat di pinggir laut tertentu yang
sebagian atau seluruhnya dipergunakan untuk kegiatan
pariwisata dengan segala kelengkapannya dan dikelola
secara profesional
5) Monumen

94
Suatu tanda atau tetenger yang mengungkapkan
kejadian atau peristiwa yang dianggap penting dan
merupakan nilai tertentu dan bermakna sejarah yang serba
berkembang dari waktu ke waktu untuk dapat diketahui atau
diteruskan kepada generasi berikut
6) Keraton
Suatu tempat yang mempunyai nilai sejarah dan
budaya yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan
dengan ciri bangunan kuno berisi barang-barang antik
bernilai sejarah/sakral, tempat tingal raja beserta kerabatnya,
merupakan sumber kebudayaan
7) Kebun Binatang
Suatu tempat/areal dengan luas tertentu yang di
dalamnya terdapat berbagai jenis binatang/satwa yang
dikelola secara profesional dan berfungsi sebagai
perlindungan dan pelestarian alam, sarana
pendidikan/penelitian/rekreasi
8) Karaoke
Rumah bernyanyi adalah tempat hiburan bernyanyi
dengan mempergunakan peratan audio/video sebagai latar
belakang musik. Bahasa Jepang, Kara berarti Kosong
sedangkan Oke berarti Orkestra. Jadi merupakan sebuah
musik orkestra yang kosong atau tidak dilengkapi dengan
suara vokal
Konsep karaoke keluarga pertama kali diperkenalkan
di Indonesia oleh Santoso Setyadjilewat didirikannya Happy-
happy Puppy Sel-Service Family Karaoke Box pada tanggal
14 November 1992 di Surabaya.
c. Usaha Pariwisata
1) Daya tarik wisata
2) Kawasan pariwisata

95
3) Jasa transportasi wisata
4) Jasa perjalanan wisata
5) Jasa makanan dan minuman
6) Penyediaan akomodasi
7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi
dan pameran
9) Jasa informasi pariwisata
10) Jasa konsultan pariwisata
11) Jasa pramuwisata
12) Wisata tirta

G. Sarana Transportasi

1. Pokok Pokok Kebijaksanaan di Bidang Sanitasi Angkutan


Umum

Secara khusus pengaturan sanitasi untuk angkutan umum


baik yang berupa undang-undang ataupun peraturan belum ada,
namum upaya ke arah penyehatan lingkungan angkutan umum
sebenarnya sudah merupakan hal yang harus dilakukan. Hanya
saja instansi mana yang berwenang untuk pengaturan sanitasi
angkutan umum ini, karena untuk pengaturan angkutan umum tentu
saja merupakan wewenang Departemen Perhubungan,
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan angkutan
umum atau dengan istilah lain sanitasi transportasi.
Dalam program PLP Departemen Kesehatan, sanitasi
angkutan umum telah dimasukkan ke dalam Sub Program
penyehatan Tempat Tempat Umum dan Industri, sasarannya baru
pada upaya peningkatam kebersihan lingkungan terminal angkutan
darat, stasiun kereta api, pemantauan polusi udara khususnya di
kota-kota besar.

96
Pada tahun 1991 pernah disusun suatu program kerja sama
berbagai sector di bawah koordinasi Bapedal Pusat dalam upaya
pengendalian pencemaran udara termasuk pencemaran yang
berasal dari angkutan umum dengan nama Program Langit Biru.

Tinjauan perundang-undangan :
a) Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Keseshatan pada Pasal 22 ayat 2 disebutkan bahwa
Kesehatan Lingkungan dilaksanakan terhadap :Tempat Tempat
umum, Lingkungan Kerja, Lingkungan Pemukiman, Angkutan
Umum, Lingkungan Lainnya.
Dalam penjelasannya yang dimaksud dengan angkutan umum
adalah kendaraan darat, laut, dan udara yang diperuntukan
pengangkutan bagi masyarakat umum.

b) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan.
a) UU No. 22 tahun 2009 ini menjelaskan yang dimaksud
dengan angkutan adalah pemindahan orang dan atau
barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan
(Pasal 1 ayat 4)
b) Pada Pasal 1 ayat 13 disebutkan bahwa terminal adalah
pangkalam kendaraan bermotor umum yang digunakan
untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan
dan menurunkan orang dan /atau barang, serta perpindahan
moda angkutan. Pada Pasal 34 Terminal dikelompokkam
menjadi Type A, Type B, dan Type C. Pada Pasal 38
disebutkan bahwa Penyelenggara terminal wajib
menyediakan fasilitas kesehatan dan keamanan.

97
c) Pada Pasal 48 ayat 3 disebutkan bahwa persyaratan laik
jalan kendaraan bermotor bila telah memenuhi syarat
minimal diantaranya pengukuran emisi gas buang,
kebisingan suara.
d) Pada Pasal 162 disebutkan Angkutan barang khusus dan
alat berat diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dalam hal ini
sektor kesehatan dapat berperan misalnya bagaimana
persyaratankesehatan angkutan makanan, daging, susu, dll.
e) Pada Bab XII mengenai Danpak Lingkungan pasal 210 ayat
1, bahwa : (1) Setiap kendaraan bermotor yang
beroperasi di jalan wajib memenuhi persyaratan ambang
batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan. (2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara persyaratan dan
prosedur pengaturan emisi gas buang dan kebisingan
diakibatkan oleh kendaraan bermotor pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
f) Pada Pasal 211 dijelaskan : Setiap pemilik dam pengemudi
kendaraan bermotor dan perusahaan angkutan umum wajib
mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan.
Selanjutnya pada Pasal 212 disbutkan bahwa setiap pemilik
dan atau pengemudi kendaraan bermotor dan angkutan
umum wajib melakukan perbaikan terhadap kendaraan jika
terjadi kerusakan yang dapat mengakibatkan terjadi
pencemaran udara dan kebisingan.
c) Undang Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
a) Dalam UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkertaapian pada Pasal
54 penjelasan tentang Stasiun Kereta Api , ayat 1f disebutkan
bahwa Stasiun Kereta Api harus dilengkapi Fasilitas kesehatan,
dan ayat 1g stasiun KA harus dilengkapi fasilitas umum, dalam
penjelasannya ayat if yang dimaksud fasilitas kesehatan adalah
pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kelas stasiun,

98
sedangkan ayat 1g yang dimaksud fasilitas umum adalah adanya
toilet, mushola dan restoran.
b) Pada Pasal 130 ayat 3 disebutkan bahwa : Pengankutan orang
dengan menggunakan gerbong wajib memperhatikan
keselamatan dan fasilitas minimal. Dalam penjelasan ayat ini yang
dimaksud dengan fasilitas minimal pelayanan penumpang antara
lain tempat duduk, lampu penerangan, lipasangin, dan toilet
darurat.

d) Undang Undang No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan


a) Pada Bab I Ketentuan Umum pada pasal 1 butir 15 disebutkan :
Kelaikan udara adalah terpenuhinya persyaratan minimum kondisi
pesawat udara dan atau komponen-komponen untuk menjamin
keselamatan penerbangan dan mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan.
Dengan ketentuan bahwa kondisi pesawat terbang harus
dapat menjamin untuk mencegah pencemaran lingkungan, ini
berarti bahwa kondisi sanitasi pesawat terbang harus selalu dalam
keadaan baik dan memenuhi standard persyaratan laik udara. Hal
tersebut dengan jelas disebutkan dalam Pasal 9 ayat 1 yang
bebunyi : Setiap pesawat udara yang dipergunakan untuk terbang
wajib memiliki sertifikasi kelaikan udara.

b) Pada Pasal 51 disebutkan : Standar mengenai tingkat kebisingan


pesawat udara dan sekitarnya diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah..
Dalam hal ini Sektor Kesehatan dapat ikut berperan dalam
menyusun standar persyaratan ambang batas tingkat kebisingan
pesawat udara, pengawasan dan persyaratan sanitasi pesawat
udara.

99
e) Undang Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
a) Pada Bab I ketentuan Umum, Pasal 1 butir 10 dijelaskan : Laik
laut kapal adalah keadaan kapal laut yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, mencegah pencemaran laut, persyaratan
muatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal serta
penumpang dan status hokum kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.
b) Pada Bab VIII, Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
oleh Kapal :
Pasal 65 ayat 1 disebutkan bahwa : Setiap kapal dilarang
melakukan pembuangan limbah atau bahan lain apabila tidak
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Pada pasal 66 ayat (1) dan (2) :
(1) Setiap kapal yang dioperasikan wajib dilengkapi dengan
peralatan pencegahan pencemaran sebagai bagian dari
persyaratan kelaikan kapal laut.

(2) Setiap nakhoda atau pemimpin kapal dan atau anak buah
kapal wajib mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
yang bersumber dari kapal.
Pada pasal 67 ayat (1)
Setiap nakhoda atau pemimpin kapal wajib menanggulangi
pencemaran yang bersumber dari kapal.
Pada pasal 68 ayat (1) :
Pemilik kapal atau operator kapal bertanggungjawab
terhadap pencemaran yang bersumber dari kapalnya.
Dari pasal pasal dalam Peraturan Perundang-undangan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan,
khususnya yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan atau
sanitasi angkutan umum sudah termuat secara jelas dalam
peraturan perundang-undangan tersebut, tinggal penjabarannya

100
lebih lanjut dalam bentuk peraturan pemerintah atau
peraturanmenteri tentang penyelenggaraan, standar dan
persyaratan kesehatan lingkungan atau Sanitasi Angkutan Umum.

Pada saat ini Departemen Kesehatan sedang mempersiapkan


Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan sebagai pelaksanaan dari Pasal 22 UU
No.23/1992 tentang Kesehatan, dimana dalam RPP tersebut juga akan
mengatur tentang penyelenggaraan kesehatanlingkungan terhadap
angkutan umum, termasuk ketentuan tentang tugas dan tanggung
jawab pemerintah, hak dan kuwajiban masyarakat termasuk dunia
usaha serta sanksi-sanksi administratif dan pidana terhadap para
penyelenggara atau pengelola angkutan umum yang tidak memiliki
standar dan persyaratan kesehatan lingkungan.

Gangguan atau pencemaran terhadap lingkungan oleh alat


trasnportasi diidentifikasikan dalam beberapa kelompok sbb. :
Dampak operasi alat transportasi terhadap lingkungan :

Bentuk / Sifat Pecemaran


Alat
Transport Padat Cair Gas Suara

Angkut Parti Pelumas CO, HC, NOx ,


Darat an Jalan kulant bekas SOx, CO2,Pb, Kebisingan
Raya sampah Aldenida
Kereta Sampah Pelumas Fibrasi
Api bekas
Ang Sampah Tumpahan
kutan basah minyak Hydrocarbon Kebisingan
sungai pelumas
&
penyebe
rangan

101
Sampah - Pelumas
Laut basah, bekas Hydrocarbon Kebisingan
buangan
bekas -Tupahan
pengeruk minyak
an
lumpur
Kebisingan
Udara Sampah Pelumas
Fibrasi
bekas

2. Stasiun Kereta Api

a. Pengertian
Stasiun kereta api adalah tempat kegiatan
pengangkutan/penurunan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di atas rel baja.
Jaringan rel kereta api merupakan sistem jaringan rel yang saling
berhubungan dan mendukung untuk mendukung kegiatan
transportasi kereta api.

Ciri-ciri stasiun kereta api :


1) Mempunyai batas yang tetap
2) Tempat menurunkan/menaikkan penumpang dan atau barang
3) Mempunyai lintasan rel baja
4) Tempat berangkat / berhehentinya kereta api
5) Merupakan tempat tinggal sementara bagi pengelola dan
pengguna jasa stasiun.
b. Hubungan stasiun KA dengan kesehatan
1) Tempat penularan penyakit :
a) Secara langsung, seperti : ISPA, TBC-paru, kulit.
b) Saluran pencernaan makanan, dengan melalui makanan, alat
makan, air, serangga.
c) Keracunan . karena bahan makanan atau dari alat makan.

102
2) Pencemaran dan estetika :
Disebabkan oleh karena :
a) sampah
b) limbah cair
c) urine dan tinja
d) serangga dan binatang pengganggu
3) Kecelakaan :
Yang disebabkan oleh :
a) Areal parkir yang tidak memadai
b) Penerangan kurang
c) Pengaturan tata ruang
d) Kecerobohan pengguna jasa
e) Konstruksi bangunan
c. Ruang layanan di stasiun :
1) Tempat parkir
2) Ruang antri karcis
3) Loket dan portir
4) Ruang tunggu
5) Restoran
6) Warung/kios
7) Fasilitas sanitasi :
a) tempat sampah
b) penyediaan air bersih
c) saluran limbah
d) kamar mandi/WC dan urinoir
8) Telpon umum
9) Mushola
10) Lintasan rel
d. Pemeriksaan sanitasi :
1) Halaman parkir :
a) Luas area : sesuai dengan kapasitas pengunjung

103
b) Pengaturan tata letak parkir kendaraan
c) Pemasangan rambu-rambu yang jelas
d) Penerangan memadai (untuk penerangan buatan minimal 5 fc
diukur pada lantai)
e) Secara umum terjaga kebersihannya
2) Ruang antri karcis :
a) terjaga kebersihannya
b) dilakukan pengaturan lalu lintas pengunjung
c) penerangan cukup (minimum 10 fc)
3) Ruang tunggu :
Dilengkapi dengan :
a) tempat duduk
b) restoran
c) kios/toko kecil
d) kamar mandi, WC dengan ratio 1 bh untuk 1 250 orang, dan
urinoir dengan 1 bh untuk 1 250 orang.
e) Telpon umum
f) Pemadam kebakaran
g) Mushola
4) Penyediaan air bersih : harus memenuhi peraturan yang berlaku
5) Lintasan rel : rambu-rambu jelas, penerangan cukup, garis batas
peringatan 70 cm pada ujung lantai.
e. Pengawasan :
1) Pemeriksaan terhadap :
a) Konstruksi
b) Fasilitas sanitasi
Pengukuran parameter :
a) pencahayaan
b) suhu dan kelembaban
c) kebisingan
d) debu

104
2) Pengambilan sampel :
a) air bersih
b) makanan
c) usap alat makan
3) Instrument / alat :
a) formulir pemeriksaan : kuesioner / cheklist
b) lightmeter
c) thermo-hygrometer
d) sound-levelmeter
e) dust sampler
f) water test kit
g) alat-alat pengambilan sampel.

3. Terminal Bus
a. Pengertian
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk
keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang
serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan
transportasi.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang


Prasarana dan Sarana Lalulintas Jalan, terminal diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) Tipe, yaitu :

1) Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan


umum untuk angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP),
dan/atau angkutan lintas batas antar Negara, angkutan Antar
Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan Kota (AK), dan Angkutan
Pedesaan (ADES)

105
2) Terminal Penumpang Tipe B, Berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP),
Angkutan Kota (AK). Dan/atau Angkutan Pedesaan (ADES)

3) Terminal Penumpang Tipe C, Berfungsi melayani kendaraan


umum untuk Angkutan Pedesaan (ADES)
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1995 tentang
Terminal Transportasi Jalan dan Pedoman Teknis Pemangunan
terminal angkutan penumpang, maka fasilitas terminal
penumpang Tipe A terdiri dari beberapa fasilitas, yaitu :
(1) Fasilitas Utama
Yakni fasilitas yang mutlak dimiliki dalam suatu terminal,
meliputi :
(a) Areal keberangkatan, yaitu pelataran yang disediakan bagi
kendaraan angkutan penumpang umum untuk menaikkan
penumpang loading) dan untuk memulai perjalanan.

(b) Areal kedatangan, yaitu pelataran yang disediakan bagi


kendaraan angkutan penumpang umum untuk menurunkan
penumpang (unloading) yang dapat pula merupakan akhir dari
perjalanan.

(c) Areal menunggu, yaitu pelataran yang disediakan bagi


kendaraan angkutan penumpang umum untuk beristirahat dan
siap menuju jalur pemberangkatan.

(d) Areal lintas, yaitu pelataran yang disediakan bagi kendaraan


angkutan penumpang umum untuk istirahat sementara dan
untuk menaikkan/menurunkan penumpang.

(e) Areal tunggu penumpang, yaitu pelataran tempat menunggu


yang disediakan bagi orang yang akan melakukan perjalanan
dengan kendaraan angkutan penumpang umum.

106
(2) Fasilitas Penunjang, yakni fasilitas yang melengkapi dan
mendukung fasilitas utama, yaitu
1) Ruang kantor
2) Menara pengawas / Tower
3) Pos pemeriksaan KPS/TPR
4) Musholla
5) WC / kamar mandi
6) Kios
7) Pelataran parker kendaraan pengantar/penjemput
8) Peron
9) Loket\
10) Taman, dll..
d. Hubungan terminal bus dengan kesehatan :
1) Tempat penularan penyakit :
a) Secara langsung, seperti : ISPA, TBC-paru, kulit.
b) Saluran pencernaan makanan, dengan melalui makanan, alat
makan, air, serangga.
c) Keracunan . karena bahan makanan atau dari alat makan.
d) Keracunan oleh karena asap dan gas buang dari kendaraan
2) Pencemaran dan estetika :
Disebabkan oleh karena :
a) sampah
b) limbah cair
c) urine dan tinja
d) serangga dan binatang pengganggu
3) Kecelakaan :
Yang disebabkan oleh :
a) Areal parkir yang tidak memadai
b) Penerangan kurang
c) Pengaturan tata ruang
d) Kecerobohan pengguna jasa

107
e) Konstruksi bangunan
e. Pemeriksaan
1) Bagian luar :
a) Tempat parkir bus :
(1) bersih
(2) tidak ada sampah yang berserakan
(3) tidak ada genangan air

b) Tempat sampah :
Tertutup dan kedap air.
c) Pencahayaan :
Cukup (5 fc untuk pencahayaan buatan pada malam hari,
diukur pada lantai), tidak menyilaukan.

2) Bagian dalam :
a) Ruang tunggu :
1) ruangan bersih
2) tempat duduk bersih
3) penerangan minimal 10 fc
4) tersedia bak dengan penutup dan kedap air
5) lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan.
b) Jamban dan urinoir :
(1) type angsatrine
(2) terpisah untuk laki-laki dengan perempuan
1 jamban untuk 1 s/d 250 orang pengunjung
(3) 1 urinoir untuk 1 s/d 250 orang pengunjung

c) Tempat cuci tangan ; Tersedia minimal 1 buah untuk umum.


d) Saluram air limbah ; tertutup dan mengalir dengan lancar.
e) Tersedia alat pemadam kebakaran.
f) Tersedia peti/kotak P3K

108
g) Sirkulasi udara :
Tidak terdapat sudut yang mengakibatkan aliran udara berhenti.
h) Lain-lain :
(1) Arah hadap bus : ke arah tempat duduk penunggu.
(2) Pengurangan gas buang :
(3) penanaman pohon-pohonan di lingkungan terminal
(4) pengaturan lalu lintas agar dapat berjalan dengan lancar
(5) anjuran memetikan mesin selama menunggu
pemberangkatan
(6) Dilakukaan pembinaan terhadap para pedagang makanan.
Pengawasan :
1) Pemeriksaan terhadap :
a) Konstruksi
b) Fasilitas sanitasi
2) Pengukuran parameter :
a) Pencahayaan
b) suhu dan kelembaban
c) kebisingan
d) debu
3) Pengambilan sampel :
a) air bersih
b) makanan
c) usap alat makan
4) Instrument / alat :
a) formulir pemeriksaan : kuesioner / cheklist
b) lightmeter
c) thermo-hygrometer
d) sound-levelmeter
e) dustsampler
f) water test kit
g) alat-alat pengambilan sampel gas.

109
b. Sanitasi of Buses
1) The Motor Exhaust CO
2) First Aid Emergency
3) Sanitary Spitting or Vomitus Bags (Air Sicknes Container)
Jenis kendaraan
Kendaraan bermotor dikelompokkan dalam beberapa jenis menurut
PP 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, yaitu:
a. sepeda motor;
b. mobil penumpang;
c. mobil bus;
d. mobil barang;
e. kendaraan khusus.
Jenis kendaraan tidak bermotor terdiri dari :
a. sepeda;
b. kereta yang ditarik hewan;
c. becak;
d. kereta dorong atau tarik.
Ada beberapa pengertian berkaitan dengan kendaraan :
a. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu;
b. Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua, atau tiga
tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping;
c. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang
dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak
termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi;
d. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih
dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk
pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan
pengangkutan bagasi;

110
e. Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang
termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus;
f. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada
kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor
untuk barang, yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau
mengangkut barang-barang khusus;
g. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut
bayaran;
h. Bengkel umum kendaraan adalah bengkel umum yang berfungsi
untuk membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan
bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan lain jalan;
i. Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh
tenaga orang atau hewan;
j. Kereta gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu
sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor;
k. Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian
bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya;
Menurut UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan:

1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem


yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan,
serta pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu
Lintas Jalan.

111
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan
di Ruang Lalu Lintas Jalan.
4. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian
Simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan
untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian
antarmoda dan intermoda yang berupa Terminal, stasiun
kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau,
dan/atau bandar udara.
6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu
Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi
marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat
pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan
dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
7. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri
atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
8. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
Kendaraan yang berjalan di atas rel.
9. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang
digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.
10. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang
digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan
dipungut bayaran.
11. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau
barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.
12. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di

112
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan
kabel.
13. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang
digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan,
menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta
perpindahan moda angkutan.
14. Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor
Umum untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
15. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak
bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan
pengemudinya.
16. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk
sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya.
17. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang
berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan
yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau
petunjuk bagi Pengguna Jalan.
18. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan
Jalan atau di atas permukaan Jalan yang meliputi peralatan
atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang,
garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah
kepentingan Lalu Lintas.
19. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik
yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi
dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang
dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas Jalan.
20. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua
dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa

113
kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa
rumah-rumah.
21. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang
menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan
Kendaraan Bermotor Umum.
22. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang
menggunakan jasa Perusahaan Angkutan Umum.
23. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan
Bermotor di Jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi.
24. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan
dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan
korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
25. Penumpang adalah orang yang berada di Kendaraan selain
Pengemudi dan awak Kendaraan.
26. Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu
Lintas Jalan.
27. Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan
untuk berlalu lintas.
28. Dana Preservasi Jalan adalah dana yang khusus digunakan
untuk kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi
Jalan secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
29. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian
usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan,
pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung
dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran Lalu Lintas.

114
4. Penyehatan Lingkungan Bandar Udara

a. Tujuan :
Pengelolan hygiene sanitasi di pelabuhan udara
internasional tidak semata-mata hanya berkaitan dengan
mencegah penularan penyakit saja tetapi ada beberapa
aspek yang berkaitan dengan ekonomi, perdagangan,
sosiologi. Karena pelabuhan udara dapat merupakan show-
window suatu negara dan pertemuan berbagai macam
bangsa. Secara umum tujuan tersebut adalah :
(1) Mencegah keluar dan masuknya penyakit menular serta
timbulnya wabah.
(2) Menjaga kebersihan yang erat kaitannya dengan
kepariwisataan (tourisme), perdagangan, serta titik pertemuan
pergaulan internasional.
(3) Menjaga keselamatan penerbangan.

b. Dasar hukum
Sebagai negara yang bergabung dalam organisasi internasional
seperti PBB, WHO, ICAO (International Civil Aviation Organization),
IATA (International Air Transport Association), maka Indonesia
terikat pada ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh organisasi
tersebut, khususnya yang menyangkut pelaksanaan hygiene
sanitasi di pelabuhan udara. Peraturan perundangan tersebut
diantaranya adalah :
1) International Health Reagulation (IHR) tahun 1959.
2) Recommended Practices ICAO Annex 9.
3) Airport Service Manual ICAO Doc. 9137-An/898, Past 7 Airport.
Emergency Planning, First Edition 1980.
4) UU No. 23 Th. 1992 tentang Kesehatan
5) UU No. 2 Th. 1962 tentang Karantina Udara

115
6) UU No. 15 Th. 1992 tentang Penerbangan.
c. Penyelenggara
Di pelabuhan udara biasanya ada 2 unit pelayanan kesehatan
yang induknya berbeda-beda, dan dalam operasionalnya
berdasarkan landasan hukum dari masing-masing organisasi induk.
Kedua unit kesehatan tersebut adalah :
1) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
KKP adalah unit pelaksana teknis Departemen Kesehatan yang
dulunya disebut Dinas Karantina. Pada pelabuhan udara dikenal
istilah CIQ (Custom = bea cukai, Imigration = Imigrasi, dan
Quorentine=karantina). Tindakan internasional pada bidang
kekarantinaan adalah bertujuan mencegah masuk dan keluarnya
penyakit menular dari suatu negara.
Berdasar Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.
630/Menkes/SK/XII/1985 disebutkan bahwa tugas dari KKP
meliputi :
(1) Bidang kekarantinaan
(2) Bidang sanitasi kesehatan lingkungan pelabuhan
(3) Bidang pelayanan kesehatan pelabuhan
2) Unit Kesehatan PelabuhanUdara.
Unit KesehatanPelabuhanUdara merupakan pelaksana
teknis dari Departemen Perhubungan yang mempunyai
kegiatan :
(1) Memberi pertolongan pertaama pada kecelakaan pesawat
terbang di pelabuhan udara dan sekitarnya.
(2) Mengawasi danmemelihara hygiene dan sanitasi
pelabuhan udara
(3) Memberi pelayanan kesehatan kepada karyawandan
pemakai jasa di lingkungan pelabuhan udara.
(4) Menyelenggarakan program kesehatan kerja bagi
karyawan di pelabuhan udara.

116
Dari kegiatan yang dilakukan oleh ke dua unit kerja
tersebut ada 2 hal yang sama, yaitu mengenai penanganan
pemeliharaan hygine sanitasi (kesehatan lingkungan) dan
pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan operasionalnya
agar tidak terjadi overlaping, maka dilakukan pembagian
tugas. KKP mempunyai tugas pengawasan, pengaturan,
pembinaan, dan sedikit peran dalam pelaksanaan bidang
hygiene sanitasi pelabuhan udara. Sedangkan Seksi
Kesehatan Departemen Perhubungan mempunyai tugas
melaksanakan persyaratan Departemen Kesehatan dalam
bidang sanitasi Pelabuhan udara.
Dalam bidang pelayanan kesehatan para pemakai jasa
pelabuhan udara seperti penumpang, pengantar, pengunjung,
karyawan,dll dilakukan bersama-sama.

d. Kegiatan di bidang kesehatan lingkungan


1) Penyediaan air bersih :
Air bersih di pelabuhan udara digunakan untuk air minim,
sarana kebersihan, pemadam kebakaran. Penyediaan air harus
memenuhi persyaratan yang berlaku, dan secara internasional
memenuhi persyaratan International Standard for Drinking
Water.
Air bersih yang dipergunakan di pelabuhan udara idealnya
diambil dari PDAM, sehingga pihak pengelola pelabuhan udara
tidak perlu melakukan pengolahan (treatment), tetapi masih
harus melakukan pengawasan terhadap mutu / kualitas airnya.
Namun bilamana kuantitasnya tidak tercukupi pihak pengelola
pelabuhan udara dapat menambah dengan pembuatan sumber
air.
Untuk pengawasan mutu air harus dinilai dari sumber sampai
pada konsumen, yaitu : reservoir induk, bak penampungan,

117
hydrant (yang selanjutnya dialirkan ke dalam pesawat), tempat
penjualan makanan, gedung terminal, perkantoran, mobil
pemadam kebakaran.
Pemeriksaan bakteriologi dilakukan minimal sebulan sekali,
untuk kualitas kimia minimal 6 bulan sekali (kecuali bila
masyarakat pelabuhan udara yang dilayani lebih dari 500.000
orang, maka pemeriksaan kimia dilakukan sebulan sekali).
Bilamana dalam kedaan tertentu, misalnya ada wabah/KLB
water borne diseases pengambilan sampel air untuk
pemeriksaan bakteriologi harus lebih sering dilakukan.
Pengambilan contohair sebainya dilakukan pada reservoir induk
, bak penampung konsumen, hydrant, alat angkut air, pesawat
terbang.
Untuk menghidari pencemaran, letak hydrant atau kran yang
digunakan untuk pengisian tangki pesawat terbang jaraknya dari
tempat parkir / pencucian kedaraan toilet minimal 30 meter.
2) Hygiene sanitasi makanan
Dalam rangka pelayanan kepada masyarakat pelabuhan
udara,pengelola atau penyedia makanan memberi kemudahan di
antaranya restoran, snack bar, cafetaria, jasa boga, dll. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengawasan secara ketat mengenai
kebersihan, kandungan gizi, rasa, dll. Untuk makanan penumpang
pasawat dilakukan pengelolaan tersendiri agar makanan tersebut
betul-betul dapat dipertanggungjawabkan kesehatannya.
Makanan yang disajikan di pelabuhan udara harus bebas
dari pencemaran termsuk bahan yang toxic. Makanan dapat
merupakan media penularan penyakit menular dan juga makanan
itu sendiri dapat menyebabkan orang menjadi sakit.
Untuk menyajikan makanan yang sehat dan menarikperlu
dilakukan :
a) Microbiological control terhadap bahan mentah

118
b) Kebersihan dan sanitasi peralatan dan perlengkapan makan
c) Penyiapan dan penyediaan makanan yang hygieneis dan
yang memadai.
d) Penyimpanan dingin dengan alat pendingin refrigerator yang
memadai.
Pengawasan mutu makanan :
Pelaksanaan pengambilan sampel untuk pemeriksaan
laboratorium di ambil oleh petugas dari Departemen Kesehatan,
tidak boleh dilakukan oleh pengelola/pengusaha.
Monitoring mutu dilakukan dengan cara :
(1) pengamatan fisik mengenai warna, bau, rasa, tanda-tanda
pembusukan dll.
(2) pemeriksaan laboratorium dengan sampling.
Di lingkungan pelabuhan udara dikenal ada 2 jenis jasa boga
(catering), yaitu :
(1) Airport catering
(2) Flight catering
Perbedaan antara kedua catering ini adalah bahwa
airpot catering menyediaka nmakanan yang dalam waktu
singkat akan segera disajikan kepada pengunjung,
penumpang, masyarakat umum dan segera dimakan,
sedangkan flighcatering menyediakan makanan yang baru
akan dimakan setelah beberapa jam dan jauh dari tempat
catering yang bersangkutan.
Pengangkutan makanan untuk konsumsi dalam
pesawat terbang, makanan diangkut dengan kendara-an
khusus (mobil box) yang dinding, langit-langit, lantai, dan
pintu kendaraan dilapisi dengan metal atau bahan lain
yangkedap air. Sesudah digunakan kendaraan tersebut
segera dicuci dengan larutan detergent atau germisida.

119
Bilamana makanan sudah dimasukkan ke dalam
pesawat ternyata karena sesuatuhal terjadi penunda-an
penerbangan (delay) 4 jam atau lebih dari jam
pemberangkatan, maka makanan harus dibuang dan diganti
dengan yang baru
Makananyang diperuntukan bagi kapten pilot harus
dibedakan dengan co- pilot baik asalnya dan juga waktu
makan, juga bagi awak pesawat lainnya, separo awak
pesawat dibedakan dengan lainnya, agar bila terjadi
keracunan makanan tidak seluruh awak pesawat atau pilot
dengan co pilot secara bersama-sama.

3) Pengelolaan tinja/kotoran.
Kebersihan di pelabuhan udara sangat penting artinya,
karena :
a) Pelabuha udara merupakan pintu gerbang suatu negara
yang memegang peran dalam sektor pariwisata.
b) Dapt mencegah menyebarnya suatu penyakit.
c) Dapat meningkatkan keselamatan penerbangan.
(1) Toilt di pelabuhan udara :
Toilet di pelabuhan udara harus memenuhi persyaratan yaitu
:
a) Sekrining, bila pintu toilet dibuka, bagian dalam tidak
nampak
b) Ubin dibuat dari teraso atau dari keramik dan miring ke
arah lubang pembuangan dengan kemiringan 2,5 cm/ 3
m.
c) Ruangan harus cukup luas, dilengapi dengan air panas
dan dingin,, sabun, tisue dan tempat sampah. Untuk WC
laki-laki dilengkapi dengan urinoir, sedangkan yang untuk

120
wanita dilengkapi dengantempat pembuangan sanitary
towel.
d) Dinding dilapisi poselin dan cermin, dilengkapidengan
tulisan pesan kesehatan (hygiene noctice)
e) Penerangan yang dipersyaratkan 200 400 lux.
(2) Kendaraan untuk mengangkut kotoran dari toilet
Kendaaaraan pengangkut kotoran ada yang
sederhana, yang dikerjakan dengan manual, dengan
kapasitas 230 900 liter, ada yang dijalankan dengan mesin
yang kapasitas tampungnya sampai 2700 liter., unit ini harus
mempunyai kapasitas cukup untuk menampung semua isi
toilet.
Persyaratan dari unit kendaraan penyedot tinja adalah sbb. :
a) dapat menampung isi toilet dengan cepat
b) dapat mencapai servicing point di pesawat dengan
mudah yang tingginya antara 1,8 m 4,8 m.
c) dapat mengosongkan isinya ke dalam tempat
pembuangan tanpa menyulitkan petugas.
d) Dapat diisi dengan cairan disinfectan dan air dengan
cepat dan dapat dioperasikan pada waktu siang ataupun
malam hari.
e) Penampungan dan pembuangan kotoran dari pesawat
dilakukan dari pesawat terbang.
f) Untuk negara-negara bermusim dingin cairan untuk toilet
dicampri dengan 10% glycol-ethylen untuk mencegah
pembekuan air dan cairan.
(3) Pembuangan kotoran dari toilet :
a) Isi dari kendaraan pengangkut kotoran toilet harus
dibuang melalui saluran tertutup bila akan dialirkan ke
pengolahan umum (sewage treatment plant). Tetapi bila

121
belum ada pengolahan umum harus dibuat septictank
untuk menampungnya.
b) Dilarang membuang kotoran pada saluran umum dan
terbuka
c) Pembuangan secara sebarangan (uncontrolled) akan
memberi akibat tidak baik, yaitu ; bila kemampuan
disinfektan tidak baik akan menimbulkan penularan
penyakit
d) bila pembuangan dekat landasan pacu (run way/flight
path) akan menarik datangnya burung-burung dan
menimbulkan bahaya / gangguan penerbangan (bird
hazard).
e) Tempat pembuangan kotoran (sanitarian block) tidak
harus jauh dari tempat pesawat parkir, tetapi jarak dari
katering atau penyediaan air bersih minimal 30 meter.

(4) Petugas dan perlengkapan pembuangan kotoran :


Untuk mencegah terjadinya infeksi / penularan penyakit,
petugas yang menangani kotoran dari toilet tidak boleh
menangani makanan dan atau air bersih. Pada waktu
menjalankantugas harus mengenakan pakaian kerja
dansarung tangan. Pada waktu akan makan perlengkapan
kerja harus dilepas dan membersihkan diri lebih dahulu.
Kendaraan dan perlengkapannya (slang, kran dsb.) harus
disimpan terpisah dari kendaraan pengangkut makanan atau
air bersih, berjarak minimal 30 meter darri kendaraan
tersebut.

4) Pengelolaan sampah
Pembuangan sampah di lingkungan pelabuhan udara harus
direncanakan dengan baik dan harus memenuhi ketentuan yang

122
disarankan oleh para ahli dari WHO. agar sampah tidak
memberikan akibat tidak baik terhadap kesehatan ataupun
gangguan lainnya, seperti gangguan penerbangan karena
banyaknya burung (bird hazard) atau sampah yang terhisap mesin
jet-turbo. Pedoman ketentuan pembuangan sampah dari FAA
adalah sbb. :
Pembuangan sampah basah secara terbuka atau sanitary landfill
minimal harus berjarak 10000 ft. (3000 M dari landasan pacu
pesawat terbang turbo jet, atau berjarak minimal 1500 meter (5000
ft.) dari landasan pacu yang digunakan pendaratan pesawat
terbang dengan penggerak baling-baling / piston.
Bahaya lain yang dapat timbul adalah kemungkinan terhisapnya
sampah yang beterbangan oleh pesawat bermesin turbo jet.
5) Pengendalian vektor
Dalam pengelolaan pelabuhan udara diusahakan agar awak
pesawat, penumpang, dan pengunjung tidak terjangkit penyakit
yang disebabkan atau ditularkan melalui serangga. Karena
transportasi pesawat dengan perpindahan yang bergerak dengan
cepat dan jauh, kemungkinan akan membawa orang yang
mempunyai masa tunas penyakit menular tertentu, sehingga akan
dapat ditularkan oleh karena gigitan serangga. Disamping serangga
, hewan lain yang dianggap membahayakan adalah tikus yang
dapat ikut berpindah terbawa oleh pesawat terbang dari satu
daerah ke daerah lain. Oleh karena itu daerah pelabuhan udara
harus bebas dari serangga, karena :
a) Serangga dapat merupakan media penularan bagi beberapa
penyakit
b) Mengganggu kenyamanan awak pesawat, penumpang,
pengunjung, dan masyarakat pelabuhan udara.
c) Kehadirannya dianggap sebagai indikator adanya lingkungan
yang jelek / tidak saniter.

123
Pemberantasan serangga di pelabuhan udara diutamakan
pada :
(a) A. aegypty dan A. albopictus yang dapat menularkan
penyakit yellow fever dan dan DHF
(b) Genus anopheles dapat menularkan penyakit malaria.
Pengendaliannya ditujukan pada :
(1). Bentuk larva dengan cara :
(a).Biologi, yaitu dengan predator yang akan memakan larva,
misalnya ikan kepala timah.
(b).Pengendalian lingkungan, dengan cara memusnahkan
genangan air yang dapat digunakan berkembang biak ,
atau dengan tindakan 3M.
(c). menggunakan zat kimia, misalnya penaburan abate.
(2). Bentuk dewasa dengan cara :
(a) meningkatkan kebersihan lingkungan, agar tidak ada
tempat istirahat nyamuk.
(b) menggunakan pestisida, dengan melakukan fogging, atau
spraying secara teratur.
(c) menghindari gigitan nyamuk dengan pemasangan kasa
pada lubang ventilasi, atau memasang kelambu
Pengendalian lalat;
Lalat dalam IHR tidak dianggap sebagai sebagai penular
penyakit, namun keberadaanya digunakan sebagai indikator
lingkungan, di samping itu lalat akan dapat mencemari
makanan. Pengendalian lalat dilaksanakan dengan cara :
1).Mengikut sertakan masyarakat untuk menghilangkan semua
tempat di mana lalat berkembang biak, dan meningkatkan
kebersihan lingkungan secara terus menerus.
2).Penyemprotan (spraying) bagiaan dalam dari bangunan di
pelabuhan udara dengan menggunakan :
a). knock down spray yang berisi pyretrins atau bahan

124
tocix lainnya.
b).residual spray,dengan menggunakan isnsecticida seperti
Basudin-60
Pengendalian tikus :
Sebagaimana pada pasal 16 IHR bahwa daerah pelabuhan
laut maupun udara harus bebas dari infestasi tikus, maka
pemberantasan tikus harus dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh. Keberadaan tikus di pelabuhan udara tidak menonjol
sebagaimana pelabuhan laut, hal ini disebabkan :
1) Langkanya gudang-gudang yang berisi bahan makanan di
pelabuhan udara
2) Kondisi pesawat terbang kurangmemungkinkan untuktempat
tinggal tikus.
Di pelabuhan udara tikus dapat dijumpai pada :
a) lingkungan kerja yang kurang dipelihara kebersihan
linngkunnya,
b) unit kerja yang bertugas 24 jan, karena pada tempat tersebut
akan didapatkan sasa-sisa makanan
c) bangunan yang tidak ret-proof
Cara pemberantasan tikus adalah sbb. :
1) menghilangkan tempat tinggal tikus dan bangunan dibuat
anti tikus
2) menangkap tikus dengan menggunakan perangkap tikus,
snap-trap atau cage- trap, memasang perekat tikus / lem
tikus.
3) Menggunakan racun tikus.

5. Sanitasi Pesawat Udara


a. Beberapa Pengertian
1) Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang,

125
dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat
perpindahan antar moda transportasi;
2) Pangkalan udara adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan
dalam wilayah Republik Indonesia yang dipergunakan untuk
kegiatan penerbangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia;
3) Kawasan Lingkungan Kerja Bandar Udara adalah wilayah darat
dan/atau perairan Republik Indonesia, termasuk wilayah udara
diatasnya yang dipergunakan untuk pelayanan kegiatan operasi
penerbangan maupun penyelenggaraan bandar udara di luar
kegiatan operasi penerbangan;
4) Bandar Udara Umum adalah bandar udara yang dipergunakan
untuk melayani kepentingan umum;
5) Bandar Udara Khusus adalah bandar udara yang penggunaannya
hanya untuk menunjang kegiatan tertentu dan tidak dipergunakan
untuk umum;
Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan
untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai
tempat perpindahan (KepMenPerhub KM 47/2002 tentang
Sertifikasi Bandar Udara)
Bandar Udara Pusat Penyebaran
Bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang
luas, melayani penumpang dalam jumlah besar, mempengaruhi
perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai propinsi,
berperan dalam trasnportasi antar negara dan memiliki fasilitas
penerbangan dengan teknologi tinggi yang perlu diharmonisasi
dengan negara lain serta memberikan pelayanan minimal yang
disesuaikan dengan standar internasional (Penjelasan PP No. 70
Tahun 2001)

126
b. Jenis bandara
1) Keperluan militer
2) Untuk pesawat ribgan dengan landasan pacu tanah liat
berumput atau batu karang
3) Di tepi sungai, pantai atau danau untuk pesawat yang tinggal
landas di atas permukaan air
4) Untuk helikopter
5) Untuk domestik saja
6) Untuk ndomestik juga international
c. Jenis instansi di bandara
1) AIRPORT AUTHORITY (awasi sistem keamanan umum di
kawasan bandara)
2) IMIGRATION (awasi arus lalulintas penumpang ke dan dari luar
negeri dengan memeriksa dokumen perjalanan)
3) CUSTOMS (bea cukai, awasi keluar masuknya barang ke dan
dari luar negeri serta pengangkutan antar pulau; isi CDF)
4) QUARANTINE (awasi dan periksa kesehatan penunmpang dari
suatu negara; ICV)
d. Airport Facilities
1) Runaway (Landasan Pacu Pesawat)
2) Air Traffic Control (Menara Pengawas Lalu Lintas Udara)
3) Terminal Building (Gedung Terminal);
(1) Public Area
(2) Restricted Public Area
(3) Non-Public Area
Daerah lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) PP 71/1996 tentang Kebandarudaraan digunakan
untuk :
a. Fasilitas pokok bandar udara, yang meliputi:
1) fasilitas sisi udara;
2) fasilitas sisi darat;

127
3) fasilitas navigasi penerbangan;
4) fasilitas alat bantu pendaratan visual;
5) fasilitas komunikasi penerbangan.
b. fasilitas penunjang bandar udara, yang meliputi :
1) fasilitas penginapan/hotel;
2) fasilitas penyediaan toko dan restoran;
3) fasilitas penempatan kendaraan bermotor;
4) fasilitas perawatan pada umumnya;
5) fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak
langsung kegiatan bandar udara.
Kegiatan penunjang bandar udara terdiri dari :
a. Pelayanan jasa yang secara langsung menunjang kegiatan
penerbangan, dapat meliputi :
1) penyediaan hanggar pesawat udara;
2) perbengkelan pesawat udara;
3) pergudangan;
4) jasa boga pesawat udara;
5) jasa pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat;
6) jasa pelayanan penumpang dan bagasi;
7) jasa penanganan kargo;
8) jasa penunjang lainnya yang secara langsung menunjang
kegiatan penerbangan.
b. pelayanan jasa yang secara langsung atau tidak langsung
menunjang kegiatan bandar udara, dapat meliputi :
1) jasa penyediaan penginapan/hotel;
2) jasa penyediaan toko dan restoran;
3) jasa penempatan kendaraan bermotor;
4) jasa perawatan pada umumnya;
5) jasa lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak
langsung kegiatan bandar udara.

128
e. Fasilitas Pokok Bandar Udara

Sisi udara (air side area)adalah bagian dari bandar udara dan segala
fasilitas penunjangnya yang merupakan daerah bukan publik dimana
setiap orang, barang, dan kendaraan yang akan memasukinya wajib
melalui pemeriksaan keamanan dan/atau memiliki izin khusus;
1. Landasan pacu (Runway)
2. penghubung landasan pacu (Taxiway)
3. pelataran parkir pesawat udara (Apron)
4. Runway Stripe
5. RESA (Runway End Safety Area)
6. Overrun
7. Fire station dan kelengkapannya
8. tempat parkir Ground Support Equipment (GSE).
2) Sisi darat adalah wilayah bandar udara yang tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan operasi penerbangan;
3) Area tempat parkir umum, area trolley atau porter service; area
information desk, ruang VIP dan CIP, telepon umum, bank,
asuransi, wisata, restoran, musalla
(1) Keberangkatan
Check in counter; Check-in area; Rambu / marka terminal bandara;
Fasilitas Custom Imigration Quarantina / CIQ (bandara
internasional); Ruang tunggu; Tempat duduk; Fasilitas umum
lainnya (toilet, telephone dsb).
(2) Kedatangan
a) Ruang kedatangan;
b) Baggage Conveyor Belt;
c) Rambu / marka terminal bandara;
d) Fasilitas Custom, Imigration Quarantina / CIQ (bandara
internasional);
e) Fasilitas umum lainnya (toilet, telephone dsb).

129
f. Peralatan penunjang operasi bandar udara
1) Garbarata;
2) Ban berjalan;
3) Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara.
g. Peralatan penunjang fasilitas penerbangan
1) Peralatan Pendeteksi Bahan Organik dan Non Organik
a) X-Ray Inspection Machine
b) Explosive Detector
c) Walk Through Metal Detector
d) Handheld Metal Detector.
2) Peralatan Pemantau Lalu lintas orang, barang, kendaraan dan
pesawat udara di bandar udara :
a) Integrated Security System;
b) Close Television (CCTV).
3) Bangunan terminal kargo
a) Gudang
b) Kantor Administrasi;
c) Parkir Pesawat.
4) Gedung operasi;
5) Jalan masuk (access road);
6) Tempat parkir kendaraan umum;
7) Pergudangan.
h. Peralatan penunjang penerbangan
1) peralatan listrik :
2) sistem listrik bandar udara;
3) genset dan sistem kontrol;
4) Distribusi Tegangan Menengah/Rendah (TM/TR);
5) Building Automation System (BAS);
6) penangkal petir;
( Air Conditioner AC, Elevator, Escalator, Conveyor)., instalasi air
(Sistem penyediaan air bersih); peralatan perbengkelan;

130
Peralatan pemanduan parkir pesawat udara (Aircraft Docking
Guidance System/ADGS
Kepmenhub No. KM 47 tahun 2002 tentang Sertifikasi Opeasi
Bandar Udara
Pasal 14; Petunjuk pengelolaan higiene dan sanitasi bandar udara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf h, berisi :
a. kesehatan bandar udara (Airport Health);
b. peraturan tentang penyelenggaraan kesehatan, kebersihan
dan kerapihan (K3);
c. ketentuan tentang jasa boga pesawat udara;
d. penanganan limbah bandar udara.
Pasal 16
Data fasilitas kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran
(PKP-PK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf m,
meliputi :
a. kategori PKP-PK;
b. jenis kendaraan PKP-PK;
c. kapasitas tangki air kendaraan PKP-PK;
d. jenis dan jumlah pemadam api utama dan pelengkap;
e. jenis kendaraan dan peralatan pendukung PKP-PK dan salvage;
f. pakaian pelindung keselamatan kerja personil PKP-PK;
g. peralatan bantu pernafasan;
h. peralatan komunikasi;
i. Fire station dan fasilitas latihan;
j. kapasitas persediaan air;
k. Emergency access road;
I. Ambulance;
m. Emergency operation centre;
n. Staging area;
o. Rendezvous point;

131
p. pencapaian response time;
q. Grid map.
Jenis pesawat
1. pesawat ringan
2. pesawat militer
3. pesawat angkutan khusus
4. pesawat komersial:
a. passenger aircraft
b. cargo aircraft
seat configuration
a. first class (f)
b. economy class (y)
c. business class (c)
Jenis tempat duduk
a. passenger seat
b. windows seat, aisle seat
c. middle seat, near emergency
d. near emergency, first row seat

special handling
a. penumpang bayi
b. penumpang anak-anak
c. penumpang orang sakit
d. penumpang wanita hamil
e. pengangkutan hewan peliharaan
f. penanganan bagasi khusus

Salah satu dokumen yang harus tersedia pada setiap nomor


penerbangan adalah Health Part of Aircraft General Declaration.
Laporan kesehatan ini berisi data tentang keadaan kesehatan
penumpang dan kondisi pesawat terbang sehubungan dengan

132
kemungkinan penyebaran dan penularan penyakit; serta keterangan
lengkap tentang tindakan pencegahan (disinsecting or sanitary
treatment) selama penerbangan.
Health authority (dalam hal ini Kantor Kesehatan Pelabuhan) yang
mewakili kepentingan negara, dapat melakukan pemeriksaan on board
atau pemeriksaan ke dalam pesawat udara untuk meneliti kesesuaian
laporan kesehatan tersebut, dengan alasan demi kewaspadaan
kesehatan nasional di negara bersangkutan.
Pemeriksaan secara formal on board bila sering dilakukan, misalnya
karena keadaan sanitasi yang jelek, atau penguasa pelabuhan
terpaksa harus membuat proses verbal karena pelanggaran undang-
undang karantina udara, tindakan ini akan mengganggu jadwal
penerbangan yang berarti kerugian komersial bagi pihak perusahaan
penerbangan.

Pesawat udara harus selalu berada dalam keadaan kondisi yang


saniter atas pertimbangan :

a) Estetis ; kondisi estitis menyangkut ekspresi rasa dan kesan


bersih, indah, segar, tenang,damai, hening, tenteram, nyaman,
nikmat, serasi, dan penggugahan rasa batin lainnya sesuai
dengan selera umum. Termasuk estetis adalah tidak adanya
lalat dan kecoak, yang kehadirannya dirasakan lebih menjijikan
(menimbulkan phobia) dibanding peranannya sebagai vektor
penyebar penyakit secara mekanis.

b) Komitmen internasional ; komitmen internasional bidang


kesehatan menyangkut tidak adanya nyamuk, karena
kehadirannya dalam pesawat udara selalu diasumsikan
sebagai vektor penyakit demam kuning, demam berdarah,
malaria, dan enchephalitis dibanding dari pada gangguan
estetis. Komitmen lainnya adalah tidak adanya penderita

133
penyakit lain selain karena mabuk udara, akibat kecelakaan,
atau penyakit lain yang diderita selama penerbangan.
Beberapa usaha atau tindakan sanitasi pesawat udara, antara
lain :

1) Kebersihan dan pengamatan infestasi serangga

2) Hapus serangga (disisecting)

3) Hapus hama (disinfecting)

4) Persediaan air

5) Persediaan makanan

6) Pembuangan air kotor

7) Pembuangan sampah

8) Sampling air dan makanan

9) Penyampaian data informasi

1) Kebersihan dan pengamatan infestasi serangga

Pemeriksaan kebersihan dan pengamatan infestasi


serangga ditujukan pada bagian-bagian pesawat udara meliputi :

a) Kabin penumpang (kursi duduk,kantong belakang kursi dan


meja, tempat abu rokok, rak-rak begasi, lantai dan karpet,
jendela kabin dan penutup jendela, fitting, lis, sekat dinding, dan
penutup langit-langit, teralis ventilasi, dan tangga (khusus
pesawat B=747).

b) Ruang dapur/galley pada bak, fitting, foodmodule, oven, meja


dapur, bak sampah, lantai, panel pengontrol, telephone, pintu.

c) Ruang toilet (bak cuci tangan, cermin, fitting, lampu, bak


sampah, pintu panel, tempat duduk toilet, sabun, tissue paper,
deodoran).

134
d) Ruang penerbang/flight deck (kursi dan perlengkapannya, meja
dan permukaan instrumern pengontrol, kaca jendela, tempat
sampah).
Untuk mengetahui adanya kehidupan serangga dalam
pesawat udara, bagian yang gelap dan lembab, termasukbawah
karpet dan ruang cargo, dapat disemprot dengan aerosol,
atausecara mekanis dicungkil dengan benda runcing. Serangga
yang keluar ditangkap dengan aspirator atau sweepnet atau
tangan, kemudian dimasukkan dalam paper cup bertutup kain
kasa dan dibunuh dengan chloroform. Selanjutnya diidentifikasi
dan penentuan tindakanselanjutnya.

2) Hapus Serangga (disinsecting)

Bila dalam pemeriksaan pesawat udara dijumpai ada tanda-


tanda kehidupan serangga, pemberantasan serangga (disinsecting)
dilakukaan dengan space spraying aerosol dispenser. Setiap
perusahan penerbangan hendaknya memiliki aerosol dispenser
sendiri atau KKP mendistribusikan aerosol kepada pesawat.
Aerosol yang digunakan harus memenuhi standar formula yang
dikeluarkan WHO.

Sifat ideal insektisida untuk formula aerosol antara lain :


a) tidak merangsang
b) tidak menimbulkan bau kurang sedap
c) tidak menimbulkan residu yang membahayakan
d) tidak mudah terbakar
e) tidak mengakibatkan keracunan pada orang dalam
pemberian berulang
f) mempunyai insecticidal spectrum yang luas
g) mudah menyebar ke seluruh ruangan
h) mudah penyimpanan dan penggunaannya

135
Beberapa contoh formula standard reference aerosol yang
relatif memenuhi sifat ideal sebagaimana di atas dan dianjurkan
WHO a.l. :
a) Pyrethrum extrack (255 pyrethins)
b) Xylene
c) Odourless petroleum distilate
d) Dichlorodiflouromethane (Freon 12)
e) Trichlorofluoromethane (Freon 11)

Dosis atau takaran optimal untuk dapat membunuh serangga


(nyamuk,lalat, kecoak) dalam pesawat terbang adalah 35 gram
SRA per 100 M3 ruangan atau 10 gram per 1000 ft3 ruangan.
Beberapa negara seperti Australia, Perancis, dan RRC
memberlakukan persyaratan bebas serangga terhadap pesawat
udara yang datang bukan hanya daerah endemis demam kuning
(yellow fever) saja, tetapi juga dari daerah endemis demam
berdarah dengue (DBD) dan malaria seperti penerbangan yang
dari Indonesia.
Tata cara hapus serangga (disinsecting) dalam pesawat
udara dilakukan sebagai berikut :
1) Block Away Disinsecting
a) Dilakukan oleh awak pesawat udara yang bertugas setelah
penumpang dan barang naik ke pesawat terbang, ruang cargo
oleh teknisi darat.

b) Makanan dan alat makan dilindungi dari kemungkinan


kontaminasi aerososl insectisida.

c) Sistem ventilasi dihentikan sampai 5 menit setelah


penyemprotan.

136
d) Penyemprotan ruang kabin dan kompartemen lain (toilet,
galley) dengan mengarahkan aerosol dispenser ke atas
membentuk sudut 600 pada jarak + 1 m dari dinding pesawat.

e) Penyemprotan ruang kabin diulang saat posisi pesawat terbang


top descent (pesawat udara menurun dari ketinggian puncak
dalam proses akan mendarat).

f) Dispenser (kaleng aerosol) yang telah dipakai diberi nomor


sesuai dengan nomor penerbangan dan disertakan pada waktu
penyerahan Lapuran Kesehatan (Health Part Of The Aircraft
General Declaration).

2) Disinsecting On The Ground On Arrival.

a) Dilakukan oleh petugas darat naik ke pesawat , segera


setelah pesawat udara mendarat atau parkir di apron. Hal
ini dilakukan untuk kepentingan nasional dalam upaya
perlindungan kesehatan manusia atau alasan lain
perlindungan perkebunan/tumbuh-tumbuhan)

b) Pintu ditutup, dilakukan penyemprotan, ventilasi dimatikan


selama 5 menit.

c) Penyemprotan ruang cargo dilakukan sebelum


pembongkaran.

d) Dilakukan pengamatan dan pengumpulan serangga hasil


penyemprotan sebelum pesawat udara dibersihkan,
kemudian dilakukan analisa data dan dilaporkan.
Adanya lalat dan kecoak dalam pesawat udara mwrupakan
gangguan rutin bagi perusahaan penerbangan. Lalat dan kecoak
tidak dipermasalahkan dalam IHR 1969, karena tidak dianggap
sebagai penular penyakit, walaupun dapat mencemari persediaan
makanan secara mekanis. Oleh karena itu perusahaan
penerbangan berkepentingan memberantasanya dengan alasan

137
estetis, di samping kesiagaan menghadapi persyaratan masuk
bebas serangga pada suatu negara yang menjadi jalur
penerbangannya (misalnya untuk kepentingan perlindungan
pertanian, peternakan dari kemungkinan gangguan serangga
import).

Pemberantasan lalat dan kecoak dilakukan saat pesawat


udara menginap (remain over night) karena perlu kontak selama 4
jam.

3) Hapus Hama (disinfecting)

Apabila interion pesawat udara perlu hapus hama (disinfeksi)


misalnya karena adanya muntahan, atau adanya tersangka penderta
kolera, dapat dipilih disinfektan yang aplikabel untuk pesawat udara,
antara lain formalin dalam larutan 5% semprotan; Natrium Hypochlorite
larutan 100 gr per liter; Amonium Kwarterner 5% larutan, dll.

4) Penyediaan air bersih

Penyediaan air bersih yang diangkut pada pesawat terbang


untuk konsumsi dalam penerbangan cenderung sangat terbatas.

Pada umumnya penyediaan air adalah sbb.:

Lama penerbangan Penyediaan air per penumpang


1 jam 2 jam 1,70 liter
3 jam 5 jam 3,12 liter
5 jam 12 jam 4,55 liter

5) Penyediaan makanan

Makanan untuk dikonsumsi dalam penerbangan di pesan pada


aero catering, diangkut dengan kendaraan khusus. Bagian luar
kendaraan dicat dengan warna putih, bertutup rapat, bersih, dan mudah

138
dibersihkan. Bagian dalam dilapisi metal yang kedap air , rapat
serangga, bila memungkinkan dilengkapi dengan alat pendingin yang
dapat mencapai suhu tetap 40 Celcius.

Makanan disusun dalam nampan menu dan alat makannya


sesuai dengan pesanan perusahaan penerbangan , kemudian
dimasukan dalam peti kemas (food module) yang biasanya berisi atara
60 120 porsi nampan makanan. Makanan dingin (cold food) disimpan
dalam foodmodule yang dilengkapi dengan es kering (dry ice =
carbondioxyde suluble) sehingga suhu dapat dipertahankan pada 40 C.
Makanan dalam pesawat udara disimpan dalam galley (ruang
dapur) atau pantry (almari makan). Jumlah galley dan pantry tergantung
pada jenis type pesawat udara, tetapi pada umumnya galley untuk
penumpang first class terpisah daripenumpang economy class.
Makanan panas (hot meal) yang segera akan dihidangkan sesudah
pesawat udara lepas landas disimpan pada oven, tetapi hot meal pada
pesawat udara yang terbang jauh dibekukan atau didinginkan (chilled) ,
dan dipanaskan kembali saat akan dihidangkan. Pemanasan
menggunakan oven, misalnya fixed convection ovens yang dapat
memanaskan makanan sampai suhu 850 C dalam waktu 18 atau 20
menit. Pemanasan makanan beku ditambah waktu 5 menit.
Es batu (ice cube) yang akan dicampurkan dalam minuman
dibuat dari air minum (portable water), dan diangkut ke dalam pesawat
udara daalm kantong plastik yang disegel.
Apabila aerocatering tidak melengkapi peralatan makan yang
cukup, setiap gelley harus mempunyai persediaan detergent dan
disinfektan, yang sewaktu-waktu diperlukan dalam penerbangan untuk
mencuci perlengkapan alat makan yang mungkin harus dicuci. Untuk
penerbangan jarak dekat biasanya sebagian menggunakan peralatan
monouse.
Jika terjadi keterlambatan jadwal penerbangan (delayed) sampai
4 jam, makanan yang akan dihidangkan dalam pesawat udara harus

139
diganti dengan yang baru. Demikian pula bila ada kecurigaan kasus
penyakit karena makanan, menu harus segera diganti dengan menu
cadangan yang aman.
Atas pertimbangan kewaspadaan keselamatan penerbangan dan
mencegah kemungkinan keracunan, maka makanan untuk awak
pesawat udara, terutama makanan untuk kapten pilot harus dibedakan
dengan co- pilot, baik dalam hal menu, sumber aerocetering, maupun
waktu makan.

6) Pembuangan air kotor

Rasio toilet dan penumpang pesawat udara berkapasitas


besar berkisar antara 30 atau 35 penumpang per toilet. Contohnya
pesawat B-747-200 yang berkapasitas 397 penumpang memiliki
14 buah toilet, 2 buah diantarnya terletak dilantai atas. Untuk
mencegah penularan penyakit pada saat tangki penampung
kotoran dikosongkan, setiap bowl toilet disertai larutan disinfektan 4
galons atau + 20 liter.
Jenis disinfektan yang digunakan pada pesawat udara
antara lain Sani-Pax Deodorant, DP Powder, atau cairan Magnus
Aircraft Deodorizer. Semua bahan disinfektan ini mengandung
Ethylene-glycol yang berfungsi mencegah pembekuan air dalam
penerbangan tinggi atau suhu rendah.
Persyaratan disinfektan yang digunakan untuk pesawat
udara adalah :
a) Mudah mematikan kuman
b) Tidak dinetralisir oleh sabun, urine, tinja, atau lainnya
c) Dapat menghilangkan bau
d) Dapat menghancurkan kotoran yang keras (kertas tissue,
tinja)
e) Dapat bercampur dengan ethylene-glycol
f) Tidak merusak metal atau bahan lainnya dalam toilet

140
g) Tidak membahayakn petugas (tidak beracun, tidak iritatif,
tidak berbau)
h) Dapat disimpan paling tidak selama 1 tahun.
i) Tidak mematikan flora biologis aktif.

Perkiraan rata-rata kotoran yang dihasilkan penumpang bergantung


pada lama penerbangan. Kapasitas tangki penampung kotoran
(retention tank) dapat diperkirakan berdasar tabel sbb.:

Lama Penerbangan Urine Per Urine dan

(jam) Penumpang Tinja Per


Penumpang
4 250 gram 300 gram
6 375 gram 450 gram
8 495 gram 595 gram
10 625 gram 740 gram
Sumber : Guide to Hygiene And Sanitation In Aviation, WHO,
1977.
Penyedotan air kotor dari retention tank pesawat udara hrus
diakukan hati-hati agar tidak mengotori landasan pesawat, apron,
dan instalasi atau instrumen lain. Kendaraan pengangkut air
kotoran (lavatory cart) harus bercat kuning, yang terdiri dari 2 tangki
bersekat metal. Satu tangki memuat air yang diberi disinfektan
(yang akan dimasukkan ke dalam retention tank setelah isinya
dikeluarkan) tangki lainnya kosong (untuk menampung air kotoran
dari pesawat udara).

7) Pembuangan sampah

Sampah padat dari pesawat udara dapat berupa sisa


makanan, mono-use article (peralatan sekali pakai) , kantong

141
mabuk udara yang telah dikosongkan, dan sampah padat lainnya.
Sampah padat ditampung dalam kontainer.

Untuk mengurangi pengotoran, kontainer dilapisi kantong plastik


(disposible polyethylene liner). Idealnya kantong plastik yang
digunakan harus disposable, waterproof, dan tidak mudah robek.
Penurunan sampah dari pesawat udara disesuaikan dengan
jadwal pembersihan, dan diganti dengan kontainer yang bersih.

8) Sampling air dan makanan

a) Pengambilan contoh air, pengukuran pH, sisa chlor, dapat


diambil pada pesawat udara, misalnya dari galley tap,
washtafel, maupun dari out let tap water-cart. Disinfeksi mulut
kran water-cart dapat diflambir, tetapi kran untuk dalam pesawat
dengan menggunakan cairan disinfektan (misal dioles dengan
alkohol) dengan pertimbangan keamanan.

b) Contoh makanan dari pesawat udara lebih praktis bila diambil


satu paket nampan menu, diambil secara acak dari foodmodule.

c) Sampel air dan makanan untuk pemeriksaan bakteri harus


segera dikirim dalam 2 jam. Bila lebih dari waktu tersebut harus
dimasukkan dalam cool-box atau dalam wadah yang dilengkapi
dengan dry-ice. Bila terpaksa harus menginap sampel harus
disimpan dalam almari es sampai waktu pengiriman hari
berikutnya.

9) Penyampaian data informasi

Pemeriksaan sanitasi pesawat udara menggunakan formulir


dengan 2 bahasa yang dilakukan oleh Penilik Kesehatan dengan
asumsi memiliki appearance (wibawa) yang menarik dan komunikatif,
meyakinkan. Dalam pemeriksaan harus diikuti oleh seorangawak
pesawat , idealnya kepala awak kabin atau purser yang bertindak
sebagai counterpart dan countersign.

142
Hasil evalusi, pemeriksaan laboratorium, dan data informasi
lainnya setelah dikompilasi dan dianalisa, disebarluaskan kepada
yang berkaitan, misalnya aerocatering, cleaning service, pest control,
dan Syah bandar. Penyampaian informasi ini dapat berfungsi sebagai
laporan, umpan balik, pertimbangan untuk menentukan tindakan, dan
pembinaan kerjasama lintas sektoral.

6. Sarana dan Prasarana Pelabuhan Laut


a. Beberapa Pengertian
Sarana ; Kapal , Feri, Sampan
Sanitation of Vessels;
a. Food Handling & Storage
b. Water Supply
c. Rat Control
Ship Sanitation Control Exemption Certificates and Ship Sanitation
Control Certificate

Prasarana: pelabuhan , galangan kapal

1) Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan


disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi;
2) Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang
dan/atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan
intra dan/atau antar moda;

143
3) Pelabuhan umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk
kepentingan pelayanan masyarakat umum;
4) Pelabuhan daratan adalah merupakan suatu tempat tertentu di
daratan dengan batas-batas yang jelas, dilengkapi dengan fasilitas
bongkar muat, lapangan penumpukan dan gudang serta prasarana
dan sarana angkutan barang dengan cara pengemasan khusus
dan berfungsi sebagai pelabuhan umum;
5) Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang dibangun dan
dioperasikan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan
tertentu;
b. Pelabuhan
Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonmi yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi. Misalnya:
pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan sungai dan
danau.
Pelabuhan menurut kegiatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a menurut PP 70/1996 tentang
Kepelabuhanan, terdiri dari pelabuhan yang melayani kegiatan :
1) angkutan laut yang selanjutnya disebut pelabuhan laut;
2) angkutan sungai dan danau yang selanjutnya disebut
pelabuhan sungai dan danau;
3) angkutan penyeberangan yang selanjutnya disebut
pelabuhan penyeberangan.
Daerah lingkungan kerja pelabuhan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 merupakan daerah yang digunakan
untuk :

144
a) fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi :
1) perairan tempat labuh;
2) kolam labuh;
3) alih muat antar kapal;
4) dermaga;
5) terminal penumpang;
6) pergudangan;
7) lapangan penumpukan;
8) terminal peti kemas, curah cair, curah kering dan Ro-Ro;
9) perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa;
10) fasilitas bunker;
11) instalasi air, listrik dan telekomunikasi;
12) jaringan jalan dan rel kereta api;
13) fasilitas pemadam kebakaran;
14) tempat tunggu kendaraan bermotor;
b) fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi :
1) kawasan perkantoran untuk pengguna jasa pelabuhan;
2) sarana umum;
3) tempat penampungan limbah;
4) fasilitas pariwisata, pos, dan telekomunikasi;
5) fasilitas perhotelan dan restoran;
6) areal pengembangan pelabuhan;
7) kawasan perdagangan;
8) kawasan industri.
Undang Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
a) Pada Bab I ketentuan Umum, Pasal 1 butir 10 dijelaskan : Laik
laut kapal adalah keadaan kapal laut yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, mencegah pencemaran laut, persyaratan
muatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal serta
penumpang dan status hukum kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.

145
b) Pada Bab VIII, Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
oleh Kapal : Pasal 65 ayat 1 disebutkan bahwa : Setiap kapal
dilarang melakukan pembuangan limbah atau bahan lain apabila
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Pada pasal 66 ayat (1) dan (2) :
(1) Setiap kapal yang dioperasikan wajib dilengkapi dengan
peralatan pencegahan pencemaran sebagai bagian dari
persyaratan kelaikan kapal laut.
(2) Setiap nakhoda atau pemimpin kapal dan atau anak buah
kapal wajib mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
yang bersumber dari kapal.
Pada pasal 67 ayat (1)
Setiap nakhoda atau pemimpin kapal wajib
menanggulangi pencemaran yang bersumber dari kapal.
Pada pasal 68 ayat (1) :
Pemilik kapal atau operator kapal bertanggungjawab
terhadap pencemaran yang bersumber dari kapalnya.
Deratting (hapus tikus) adalah prosedur untuk
memberantas atau membunuh binatang mengerat/tikus yang
terdapat didalam bagasi, kargo, petikemas, alat angkut, ruangan,
barang dan paket pos di pelabuhan masuk.
Ship (kapal) adalah kapal laut atau kapal navigasi domestik
dalam suatu perjalanan internasional.
7. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Terhadap Kapal Laut
a. Pendahuluan.
1) Kantor Kesehatan Pelaabuhan (KKP) selaku unit pelaksana
teknis (UPT) Ditjen PPM&PLP mempunyai tugas
menyelenggarakan pencegahan masuk dan keluarnya
penyakit karantina dan penyakit menular tertentu melalui alat
angkut (laut/udara)

146
2) Dalam pelaksanaan pencegahan harus selalu berpedoman
pada kelancaran arus barang dan penumpang, sehingga
kerugian kapal dan gangguan lalu lintas internasional dapat
ditekan semaksimal mungkin, tetapi KKP dapat semaksimal
mungkin mencegah penularan penyakit melalui kapal /
pesawat udara.
3) Karena tindakan pencegahan kadang-kadang sangat
kompleks maka dibutuhkan pelayanan terpadu yang
melibatkan instansi pemerintah,instansi swasta, dan
masyarakat di dalam maupundi luar pelabuhan.
4) Pencegahan yang perlu mendapat perhatian ialah alat
angkut / kapal yang datang dari luar negeri.
5) Pemeriksaan kesehatan karantina meliputi pemeriksaan
dokumen kesehatan,keadaan fisik kapal beserta isinya.
b. Dasar Hukum.
1) Undang Undang No. 1 dan No. 2 Tahun 1962 tentang
Karantina Laut dan Karantina Udara.
2) Undang Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular
3) International Health Regulation (IHR) Tahun 1969
(diperbaharui 2005).
c. Unsur Unsur Yang Terlibat.
1) Kantor Kesehatan Pelabuhan
2) Administrator Pelabuhan / Kepala Pelabuhan
3) Kantor Imigrasi
4) PT Pelindo
5) Divisi Kepanduan
6) Perusahaan pelayaran / agen pelayaran
7) Nakhoda , pilot
8) Unsur-unsur keamanan di pelabuhan.
9) Custom / Bea Cukai

147
10) Instansi Instansi dan masyarakat pelabuhan.

d. Prosedur Kerja
1) KKP menerima pemberitahuan rencana operasi kedatangan
kapal dari agen pelayaran atau darii pusat Pelayanan
terpadu atau (P2T) ataupun dari sumber lainnya.
2) KKP mengolah pemberitahuan kedatangan kapal tersebut
pada no. 1) :
a) Kapal datang dari pelabuhan sehat, KKP dapat langsung
memerintahkan petugas untuk memberikan Free Pratique
melalui radio (radio pratique) atau izin karantina
mendahului pemeriksaan kesehatan kapal dimana kapal
sandar.
b) Kapal datang dari daerah pelabuhan terjangkit penyakit
karantina / penyakit menular lainnya, maka
pemberitahuan akan diteruskan ke Posko Kepanduan,
Adpel/Syahbandar, agen pelayaran, nakoda kapal bahwa
kapal belum dapat diberikan free pratique / izin karantina
mengingat diperlukan pemeriksaan pemeriksaan khusus
dan kapal dipersilahkan menunggu di luar pelabuhan
sedikitnya 400 meter di luar pintu masuk.
c) Kapal sehat yang datang dari dalam negeri / antar pulau
yang tidak terjangkit penyakit karantina, KKP tidak
melakukan pemeriksaan karantina, tetapi nakoda kapal
atau agen perusahaan pelayaran harus melaporkan
dokumen kesehatan kapal selambat-lambatnya 24 jam
terhitung saat kedatangannya.

3) Perusahaan Pelayaran, Posko Kepanduan diminta dukungan


logistiknya antara lain penyediaan transport untuk
pemeriksaan khusus tersebut.

148
4) Dalam pemeriksaan khusus KKP menurunkan satu tim yang
terdiri dari Seksi Karantina/Yankes dan Seksi Sanitasi.
5) Bila dalam pemeriksaan menyimpulkan bahwa kapal
tersangka/ terjangkit, maka KKP melaporkan kepada Ka Dit
Epidemiologi dan Imunisasi, tembusannya dikirim ke Dirjen
PPMPLP, Adpel, Dinas Kesehatan sbb :
a) Laporan disampaikan dalam waktu aelambat-lambatnya
1 x 24 jam, dengan alat komunikasi tercepat.
b) Laporan yang lebih lengkap disampaikan kemudian yang
berisikan :
(1) Data jenis kapal, muatan kapal. Dll.
(2) Data penderita, umur, jenis kelamin, alamat, keluham-
keluhan, dll.
(3) Hasil penyelidikan epidemiologis, ada tidaknya tikus,
serangga penular penyakit, sumber penularan dan
cara penularannya, dll.
c) Tindakan sementara yang diambil :
(1) Menyatakan kepal tersangka atau terjangkit.
(2) Dilakukan surveillanc, isolasi, perawatan, dan
pengobatan.
(3) Dilakukan tindakan karantina terhadap kapalnya,
diantaranya disinfeksi, disinsekti, fumigasi, mana yang
paling cocok.
d) Hasil pemeriksaan laboratorium (bila ada) dari
speciment yang diambil selama penyelidikan.
e. Pelaksanaan :
1) Pelaksana :
Dalam melakukan pemeriksaan karantina/khusus merupakan
tim yang terdiri dari :

149
a) Unsur unsur Seksi Karantina / Pelayanan Kesehatan
merupakan pimpinan tim,m sekali gus bertanggungjawab
pelaksaan di lapangan.
b) Unsur Unsur Seksi Sanitasi sebagai anggota Tim untuk
memeriksa keberadaan kehidupan tikus dan serangga
penular penyakit yang ada di kapal.
c) Unsur pelayanan kesehatan sebagai anggota tim untuk
memeriksan kesehatan seluruh awak kapal dan
penumpang.

2) Tata Cara Kerja :


a) Pimpinan KKP memberitahukan kepada Adpel, agen
perusahaan pelayaran, Posko Kepanduan untuk
memerinntahkan aparatnya agar :
1) Menyiapkan sarana transportasi khuusus untuk
dipergunakan oleh Tim KKP melakukan pemeriksaan
karantina di luar pelabuhan.
2) Kapal memasang isyarat karantina (bendera) .
3) Posisi kapl paling sedikit berjarak 400 meter di luar
pintu masuk.
b) Tim KKP berangkat menuju kapal di luar pelabuhan.
3) Tata Cara pemeriksaan :
a) Tim menanyakan kepada penanggung jawab / nakoda
kapal apakah sebelum tim KKP naik sudah ada orang
yang naik ke atas kapal.
b) Tim melakukan pemeriksaan dokumen kesehatan antara
lain Maritime Declaration of Health (MDH), Deratting
Certificate (DC), Derrating Exemption Cetificate (DEC),
International Certificate of Vacination (ICV), Health
Book, Certificate sanitasi, setificate obat-obatan.

150
c) Berkaitan dengan nomor 2) di atas, bila certificate tidak
ada atau habis masa berlakuny, maka agen pelayaran /
nakoda kapal mengajukan surat untuk penerbitan
dokumen sesuai prosedur.
d) Pemeriksaan fisik Awak kapal dan penumpang
e) Pemeriksaan rat guard / penagkal tikus.
f) Pemeriksaan air persediaan kapal
g) Pemeriksaan muatan kapal berdasarkan chargo
manifest.
h) Menganalisa butir a s/d g untuk menetapkan kesimpulan
sbb. :
(a) Kapal sehat
(b) Kapal tersangka penyakit karantina
(c) Kapal terjangkit penyakit karantina
i) Kemungkinan Kemungkinan dari hasil analisa pada butir
h diberitahukan kepada nakoda kapal, dengan catatan
kapal tetap memasang isyarat karantina, kecuali apabila
kapal sehat dapat diberi free pratique.
j) Ketua tim melaporkan kepada Kepala KKP tentang hasil
pemeriksaan butir h(b) dan h(c) sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan berikutnya.
k) KKP menetapkan keputusan status dari kapal berdasar
butir h dan jenis tindakan yang diambil.
l) Waktu yang diisyaratkan untuk pelaksanaan kegiatan
pada butir V (pelaksanaan) ini adalah 1 x 24 jam.
4) Langkah Langkah yang ditempuh
a) Keputusan butir 3)k) (kapal tersangka atau terjangkit) oleh
Kepala KKP dilaporkan kepada Adpel, agen perusahaan
pelayaran, serta nakoda kapal.
b) Jenis tindakan yang dilakukan adalah :
(1) Kapal memasang bendera QQ

151
(2) Kapal dalam karantina
(3) Tindakan KKP terhadap kapal dalam karantina adalah
sbb. :
(a) Penderita diturunkan dan diiisolasi untuk diberikan
perawatan / pengobatan lebih lanjut.
(b) Konta person diamati selama masa tunas dan
diberikan kartu kewaspadaan, serta pengobatan
propilaksis.
(c) Penyemprotan serangga / dusting di seluruh bagian
kapal termasuk barang bawaan.
(d) Peralatan / perlengkapan sehari-hari penderita
diturunkan dibawa ke rumah sakit khusus untuk
disucihamakan.
(e) Terhadap kapal beserta isinya dilakukan tindakan
karantina (disinsecting, disinfecting, kaporitisasi,
fumigasi), mana yang dianggap paling sesuai..
(f) Tidak dibenarkan orang lain naik/turun kapal selain
tim dari KKP, sebelum kapal dinyatakan bebas dari
pengawasan KKP.

f. Izin Lepas Karantina / Free Pratique.


1) Jika semua tindakan pada butir 4b telah dilaksanakan
dengan cermat sehingga kapal dianggap tidak lagi menjadi
sumber penularan penyakit karantina, maka kapal
dibebaskan dari pengawasan karantina dan diberikann free
pratique, selanjutnya kapal dapat dioperasikan lagi.
2) Pembebasan pada butir 1 di atas oleh KKP disampaikan
kepada pihak-pihak terkait antara lain
a) nakoda kapal (sebagai dasar menurunkan bendera QQ
atau QL)

152
b) Agen perusahaan pelayaran
c) Administrator Pelabuhan / Kepala Pelabuhan.

H. Sarana Perdagangan
1. Sanitasi Pasar
a. Pengertian
1) Pasar adalah suatu tempat yang sebagian terdiri atas
pelataran terbuka dan sebagian lagi terdiri atas bangunan
yang digunakan untuk menjual dan memperagakan barang-
barang dagangan ke masyarakat umum.
2) Pasar adalah segenap kelompok pelataran yang sebagian
beratap dan sebagian terbuka tanpa atap yang ditunjuk
dengan keputusan pemerintah daerah, dimana pedagang-
pedagang berkumpul untuk memperdagangkan dan
menjual barang-barang dagangannya.
b. Macam-Macam Pasar
Macam-macam pasar dapat dibagi atas :
1) Letaknya :
a) Pasar kota, yaitu pasar-pasar yang terletak di ibukota
progvinsi, kabupaten, kecamatan. Umumnya dibuka setiap
hari.
b) Pasar desa, yaitu pasar-pasar yang terletak di desa.
Pada umumnya dibuka pada hari-hari tertentu saja.
2) Sesuai barang yang diperdagangkan, dibedakan menjadi :
a) Pasar hewan, yaitu pasar yang khusus untuk
memperdagangkan hewan.
b) Pasar kembang, yaitu pasar yang khusus untuk menjual
bunga
c) Pasar kelontong, yaitu pasar yang khusus untuk menjual
barang-barang kelontong

153
d) Pasar biasa/umum, yaitu pasar yang digunakan untuk
menjual berbagai barang (campuran)
3) Sesuai waktu bukanya :
a) Pasar pagi, yaitu pasar yang dibuka hanya pada waktu pagi
hari saja antara pukul 06.00 s/d 12.00
b) Pasar sore, yaitu pasar yang dibuka hanya pada waktu sore
hari saja antara pukul 14.00 s/d 18.00
c) Pasar malam, yaitu pasar yang dibuka hanya pada malam
hari sajasetelah pukul 18.00
c. Hubungan Pasar Dengan Kesehatan Manusia
Pasar perlu adanya pengawasan dan pemeriksaan
terhadap sanitasi lingkungannya, sebab pasar dapat berpengaruh
terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung, Adapun pengaruh
tersebut antara lain adalah :
1) Pasar yang kurang diperhatikan akan kebersihannya seperti
pembuangan sampah dan air limbah, akan merupakan tempat
perkembanmgbiakan vektor penyakit dan gangguan estetika.
2) Pasar merupakan tempat paling baik untuk penularan penyakit
dari seseorang ke orang lain melalui :
a) Penularan langsung, misalnya karena padatnya pasar
pengunjung berdesak-desakan sehingga terjadi sentuhan,
maka akan terjadi penularan secara langsung dari penderita
penyakit kulit, misalnya scabies, kusta, gudik, dll.
b) Penularan tidak langsung, yaitu melalui air, alat makan
seperti sendok, piring, gelas, dll.
c) Percikan ludah (droplet infection), seperti TBC, paru-paru,
influensa dll.
d. Pemeriksaan Pasar
Untuk pemeriksaan sanitasi pasar titik berat pemeriksaan adalah
pada :

154
1) Letak atau lokasi
2) Konstruksi bangunan
3) Fasilitas sanitasi
4) Tempat berjualan
5) Perlengkapan kebersihan
6) Fasilitas penunjang

1) Letak atau lokasi


Letak atau lokasi hendaknya memenuhi persyaratan sbb.:
a) Jauh dari tempat pembuangan sampah akhir (TPA)
b) Jauh dari tempat pengolahan limbah
c) Tidak pada tempat yang rendah atau rawan banjir
d) Tidak dipinggir jalan atau lingkungan yang menimbulkan debu
2) Konstruksi bangunan
Di lingkungan dalam pasar biasanya terdapat beberapa macam
bangunan antara lain :
a) Los, yaitu suatu bangunan yang panjang beratap tidak
berdinding
b) Kios, yaitu suatu bangunan kecil berdiri sendiri atau
bersambungan, bedinding keliling (berbentuk kamar, dan dapat
dikunci pintunya. Pada umumnya untuk berjualan berbagai
macam barang dagangan.
c) Toko, yaitu suatu bangunan seperti kios, tetapi berukuran lebih
besar, pada umumnya untuk meragakandanmenjual tekstil dan
barang keperluan rumah tangga.
d) Restoran dan warung makan, yaitu suatu bangunan yang
diperuntukkan khusus untuk menjual makanan dan minuman.
e) Lain-lain, yaitu suatu bangunan yang harus mendapat perhatian
khusus, karena jenis barang dagangan yang dijual dan
bangunan harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan

155
peruntukannya. Yang termasuk bangunan khusus di pasar
sdslsh :
1) los pemjualan daging
2) los penjualan ikan
3) Tempat berjualan
Bangunan-bangunan tempat berjualan yang ada di pasar perlu
diatur dengan tujuan :
a) Memudahkan pengunjung utntuk mencari dan membeli barang-
barang yang dibutuhkan
b) Tidak bedesak-desakian, sehingga pengunjung tidak berjel.
c) Memudahkan cara membersihkan pasar
d) Dapat mmenjamin keamanan pasar

Untuk itu agar pasar dapat teratur dengan baik perlu dibagi
menjadi blok, setiap blok dibagi menjadi beberapa los, dan setiap
los dibagi menjadi beberapa petak. Dalam pembagian ini biasanya
diberi tanda sbb. :
A, B, C, dst adalah tanda untuk Blok
I, II, III, dst adalah tanda untuk los
1, 2. 3. dst adalah tanda untuk petak.
Kode A, III, 7 berarti letak tersebut ada pada blok A, los III, petak
nomor 7, dengan demikian akan memudahkan pengunjung untuk
mencari tempat yang akan dituju. Pada pasar yang dikelola secara
modern umumnya dilengkapi dengan denah yang dipasang pada
dekat pintu masuk.
Untuk memudahkan berjalan dan pengangkutan barang perlu
adanya pengaturan lalu-lintas atau trafic. Trafic dalam pasar antara
lain :
a. Main traffic, yaitu jalan utama masuk-keluar pasar, lebarnya
natara 4-5 meter, tergantung besar kecilnya pasar
b. Block traffic, yaitu janlan antar blok, lebarnya 3 meter

156
c. Los traffic, yaitu jalan antar los, lebarnya 2 meter

Konstruksi bangunan pasar secara umum harus memenuhi sbb. :


a. Susunan bangunan diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan arus lalu lintas orang menjadi lancar
b. Tempat usaha yang sejenis seperti penjualan daging, sayur
mayur, kain, warung makan dll, dikelompokkan tidak bercampur.
c. Tidak boleh ada sudut mati, agar tidak menyulitkan dalam
pembersihan, dan juga tidak untuk bersarang tikus.
d. Konstruksi bangunan tidak terlalu banyak tiang, sehingga orang
dapat leluasa pendangannya dan tidak mengganggu
pemandangan pasar.
e. Lantai bangunan harus terbuat dari bahan yang kuat, tahan
lama, kedap air, tidak licin, dan tidak retak-retrak
f. Permuklaan lantai tempat berjualan harus rata/halus, dan ada
kemiringan, dan lebih tinggi dari dasar jalan.
g. Setiap bangunan harus cukup penghawaan dan pencahayaan
antara 10 s/d 15 food candle
h. Pada sekeliling bangunan dibuat saluran pembuangan air limbah
dan air hujan.
Untuk bangunan khusus penjualan daging dan ikan (karena barang
tersebut mudah membusuk) maka perlu dipenuhi beberapa
persyaratan, antara lain :
b. Rapat insekta dan rapat tikus
c. Pintu masuk dan keluar harus dapat menutup sendiri (self
clossing door)
d. Tidak terletak dekat WC dan Urinoir
e. Harus tersedia / dipasang kran air bersih
f. Harus mempunyai saluran air kotor yang memenuhi syarat
g. Harus dilengkapi dengan :

157
1) Meja yang dilalapisi porselinatau seng plat untuk
memudahkan pembersihannya
2) Almari/alat pendingin daging dan ikan
4) Failitas sanitasi
a. Penyediaan air bersih :
Air bersih untuk pasar sangat penting sekali, pada umumnya air
digunakan untuk :
1) Mencuci bahan makanan
2) Mencuci dan membersihkan lantai
3) Penyediaan kebutuhan di kamar mandi, WC dam urinoir, serta
membersihkan lantai
4) Untuk keperluan di warung makan, restoran dll.
Sehungan dengan hal tersebut air yang digunakan di pasar
harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih yang berlaku
dan kuantitasnya mencukupi.
b. Pembuangan air limbah
Air limbah merupakan hal yang kadang-kadang sulit diatasi,
sehingga pasar akan menjadi becek. Untuk itu perlu pengaturan
saluran pembuangan yang menghubungkan bangunan-bangunan
pasar dengan saluran air kotor perkotaan, yang mana lubang
saluran di pasar harus dipasang saringan sampah/Pembuangan
air limbah dari WC dan urinoir, los khusus daging/ikan harus
dibuang ke septic tank atau pengolahan khusus.
c, Pengelolaan sampah
Pada pasar pengelolaas sampah merupakan
permasalahan yang paling besar dan kadang-kadang sulit untuk
diatasi. Seringkali terlihat sampah bertumpuk di tempat
pengumpulan sampah sementara menunggu pengangkutan,
sehingga akan menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak
enak. Untuk itu pengelolaan sampah di pasar perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :

158
1) Tersedia bak sampah yang bertutup rapay, kedap air, mudah
diangkat, volume dan jumlahnya disesuakan dengan
kebutuhan
2) Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang
gunanya untuk menampung sampah dari los, sumber sampah.
Selama menunggu pengangkutan berikutnya dengan volume
minimal dua kali produksi sampah setiap harinya.
3) Pengangkutan sampah hendaknya dilakukan setiap hari
4) Tersedia alat-alat pembersih sampah seperti sapu, garpu,
sekop, pengki/keranjang, dll., dalam jumlah yang mencukupi.
d. Jamban dan urinoir
Pasar harus tersedia jamban dan urinoir baik bagi para
pedagang maupun para pemgunjung. Ketentuan mengenai
jamban dan urinoir adalah sbb. :
1) Jamban yang digunakan model angsatrin (leher angsa)
2) Jamban untuk pria terpisah dengan untuk wanita
3) Jumlah diperhitungkan :
a) Untuk setiap 40 pedagang wanita 1 buah jamban
b) Untuk setiap 60 pedagang laki-laki disediakan 1 buah
jamban dan 1 buah urinoir.

e. Fasilitas penunjang
Pengelola pasar hendaknya juga menyediakan :
1) Kotak P3K berisi obat-obatan pokok untuk pertolongan
kecelakaan yang masih baik
2) Alat pemadam kebakaran yang disertai dengan petunjuk
penggunaanya, ditempatkan pada tempat yang mudah
terjangkau/dicapai umum dan mudah terlihat.
3) Alat pengeras suara untuk digunakan bila memberi
pengumuman kepada pedagang waktu-waktu tertentu.

159
Penangung jawab pasar berkewajiban selalu menjaga
kebersihan pasar menyeluruh setiap hari

2. Sanitasi Pusat Perbelanjaan


Pusat perbelanjaan merupakan salah satu tempat umum yang
sanitasi dan kebersihannya harus diperhatikan. Pusat perbelanjaan
merupakan suatu tempat yang banyak orang dan masyarakat
umum datang untuk berbelanja, dengan suatu bentuk kegiatan
pasar yang dikelola secara besar seperti department store atau
supermarket.
Berikut ini adaa beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
oleh pihak pusat perbelanjaan.
a. Persyaratan air bersih
1) Harus memiliki persediaan air bersih yang memenuhi syarat
dan mencukupi kebutuhan.
2) Sumber air harus dijaga dari pencemaran.
3) Paling sedikit setiap 6 (enam) bulan diambil sampel untuk
pemeriksaan di laboratorium.
b. Persyaratan pembuangan sampah
1) Di setiap toko harus tersedia tempat atau wadah sampah
sementara yang tertutup, kedap air, dan dengan jumlah yang
cukup.
2) Di setiap blok harus tersedia tempat pengumpulan sampah
yang tertutup, kedap air, dan mudah diangkut.
3) Pengambilan atau pembuangan sampah harus dilakukan
setiap hari agar sampah tidak menumpuk.
c. Persyaratan pembuangan kotoran manusia
1) Harus tersedia jamban yang memenuhi syarat (1 jamban tipe
leher angsa untuk 60 orang pria).
2) Harus tersedia peturasan yang memenuhi syarat (1
peturasan untuk 60 pengunjung pria).

160
3) Harus dipasang tanda yang jelas untuk membedakan antara
jamban pria dengan jamban wanita.
d. Persyaratan pembuangan air limbah
1) Pembuangan air limbah harus melalui saluran yang tertutup.
2) Pembuangan harus ke septic tank atau ke saluran
pembuangan air kotor perkotaan.
e. Persyaratan higiene atau sanitasi makanan dan minuman yang
terdapat di kantin dan restoran

1) Makanan dan minuman yang dijual harus selalu dalam


kondisi bersih dan segar.
2) Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang
tertutup dan jumlahnya mencukupi setiap saat.
3) Kebersihan di sekitar tempat berjualan harus dijaga setiap
hari.
4) Air yang digunakan harus memenuhi syarat baik mutu
maupun jumlahnya.
f. Lain-lain
1) Pencacayaan pada setiap jalan atau setiap arus lalu-lintas
antargang dan blok harus memenuhi persyaratan (10 fc).
2) Lantai harus selalu dalam keadaan bersih.
3) Harus tersedia alat perlengkapan P3K.
4) Harus tersedia alat pemadam kebakaran

I. Sarana Tempat Ibadah


1. Sanitasi Masjid
a. Batasan:
Suatu tempat termasuk fasilitasnya, di mana umum pada
waktu-waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah
keagamaan Islam
Bagian Utama Fisik Masjid:
1) Maksoura (tempat shalat)

161
2) Mihrab (tempat Imam)
3) Mimbar (tempat berdakwah)
4) Mezanine (teras, tempat rapat)
5) Midhaa (tempat titipan)
6) Matahir (tempat cuci)
7) Tempat Alquran
8) Perpustakaan
9) Ruang Elektris
10) Tempat Alas kaki
11) Ruang alat kebersihan
12) Ruang penunjang
13) Pekarangan/halaman
Pengurus Masjid (marbot) meliputi:
1) Idarah (Pengelolaan): Perencanaan evaluasi, Pembangunan,
Rumah tangga, Dokumentasi/publikasi (humas)/Protokoler,
Tromol keuangan, Dana
2) Imarah (Pemakmuran): Peribadatan/Muadzin, Pendidikan dan
Keterampilan (TPA + Kursus kilat), Dawah dan PHBI, Sosial
& Kemasyarakatan, Remaja & Pemuda, Wanita/Majelis
Taklim, Perpustakaan
3) Riayah (Pemeliharaan): Keamanan, Kebersihan &
Lingkungan, Peralatan/Perlengkapan, Gotong royong/kerja
bakti
b. Letak;
Sesuai dengan rencana tata kota
c. Konstruksi;
Kuat dan aman sesuai dengan peraturan bangunan yang berlaku
d. Persyaratan;
1) Bagian Luar
a) Halaman: Bersih tidak terdapat sampah berserakan dan
genangan air

162
b) Tempat sampah: tersedia tempat pengumpul sampah yang
tertutup rapat, kedap air dan mudah dibersihkan, mudah
diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan dengan
kebutuhan
c) Pembuangan air kotor/bekas: air mengalir lancar, saluran
bersambung dengan pembuangan air kotor umum yang
kedap air
d) Persediaan Air: mutu memenuhi syarat air minum atau air
bersih, dan harus selalu tersedia pada setiap saat. Air
wudhu keluar melalui kran-kran khusus
e) Jamban/peturasan: tersedia jamban dan peturasan saniter,
minimum masing-masing satu buah yang dilengkapi
dengan kran pembersih
f) Ruang tempat mengambil air wudhu harus terpisah dari
jamban peturasan dan ruang masjid
2) Bagian dalam
a) Ruang Shalat bersih
b) Alas shalat: bersih, bebas dari debu, kutu busuk dan
serangga lain. Sepanjang bagian depan tiap saf
dipasang kain putih yang bersih atau tegel pembatas
selebar 30 cm yang dilengkapi dengan ventilasi mekanis
c) Lantai: mudah dibersihkan dan tidak lembab, atau
memakai karpet/sajadah
d) Ventilasi: lubang penghawaan harus disesuaikan dengan
jumlah pengunjung terbanyak, bila mungkin dilengkapi
dengan ventilasi mekanis (AC)
e) Pencahayaan: cukup terang minimal 10 fc. Tidak
menyilaukan
f) Tempat alas kaki (sandal/sepatu) tersedia secara khusus
e. Standar Fisik Umum:
1) Satu Mud (3/4 liter) air sekali wudhu

163
2) Satu kran wudhu untuk 50 orang
3) Satu kran cuci kaki untuk 100 orang
4) Satu toilet untuk 40 perempuan, 60 laki-laki (terpisah)
5) Satu urinoir untuk 75 laki-laki
6) Satu jamaah membutuhkan 30 liter air untuk cebok
7) Satu orang menghasilkan sampah 0,3 kg per hari
8) Sound system ada untuk ke luar dan ke dalam
9) Halaman 60 % bangunan
10) Jarak tanaman minimal 3 m dari dinding Masjid
11) Pencahayaan 5 fc
12) Kebisingan 55 Db
13) Temperatur 25 oC (18 oC -28 oC)
14) Kelembaban 65 %
15) Kecepatan angin 0,5 m/detik
16) Kadar debu 0,26 mg/m3

2. Sanitasi Gereja
a. Batasan:
Suatu tempat termasuk fasilitasnya, di mana umum pada
waktu-waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah
keagamaan Kristen
b. Persyaratan
1) Bagian luar
a) Letak: Sesuai dengan rencana tata kota
b) Konstruksi: Kuat dan aman sesuai dengan peraturan
bangunan yang berlaku
c) Halaman: Bersih tidak terdapat sampah berserakan dan
genangan air
d) Tempat sampah: tersedia tempat pengumpul sampah
yang tertutup .

164
e) Pembuangan air kotor/bekas: air mengalir lancar, saluran
bersambung dengan pembuangan air kotor umum yang
kedap air
f) Jamban/peturasan: tersedia jamban dan peturasan
saniter, minimum masing-masing satu buah
2) Bagian dalam
a) Ruang Kebaktian bersih
b) Peralatan/Kursi/Bangku: kokoh, bersih dan nyaman
c) Lantai: mudah dibersihkan dan tidak lembab
d) Kotak sampah: tersedia dengan jumlah yang cukup
disesuaikan dengan kebutuhan
e) Ventilasi: lubang penghawaan harus disesuaikan dengan
jumlah pengunjung terbanyak, bila mungkin dilengkapi
dengan ventilasi mekanis (AC)
f) Pencahayaan: cukup terang minimal 10 fc. Tidak
menyilaukan
c. Pedoman Umum
1) Tempat Duduk
Pada beberapa gereja, jemaat tidak perlu berlutut; ada
juga yang dilengkapi bangku berlutut sederhana dengan
ukuran jarak (pada keadaan terbuka) ke garis tegak lurus
yang ditarik dari ujung tempat tangan (pada sandaran
bangku), panjang sekira 175-200 . Kebutuhan ruang tiap
bangku; tanpa ppan berlutut 0,4-0,5 m2, bangku lengkap
dengan papan berlutut 0,43-0,52 m2
2) Gang (aisles)
Pada gereja besar, gang tengah sangat bermanfat untuk
iring-iringan upacara. Di Inggris, tiap bangku berisi 8-9 orang
harus disediakan 1 gang (bangku yang dapat memuat lebih
dari 10 orang harus diapit yang di kedua ujungnya. Di

165
Amerika, ukurannya untuk bangku menampung lebih dari 7
orang.
Kebutuhan ruang 0,63-1.0 m2/orang termasuk gang,
pada posisi berdiri 0,25-0,35 m2 sedang pada saat
pengunjung ramai, ruang di dekat dinding dan gang di
belakang kursi paling belakang dapat digunakan untuk berdiri
3) Mimbar (pupit)
Ukuran pada tiap gereja berbeda. Biasanya tinggi dengan
beberapa anak tangga, tapi kini banyak ditemukan mimbar
rendah dengan tinggi hanya satu anak tangga. Pada gereja
Katolik Roma kini banyak digunakan ambo (mimbar kuno)
atau meja mimbar sebanyak 2 buah terletak pada tiap sisi
kecil. Intinya, yang penting pengkhotbah dapat terlihat para
jemaat
4) Meja Persembahan (altar)
Pada gereja reformasi, altar biasany terletak di dekat
dinding belakang dan di belakang altar terdapat gang. Sedang
beberapa gereja katolik Roma dan Anglikan banyak
menggunakan altar di tengah daerah depan, pendeta atau
pembantu pastor berdiri di belakang altar menghadap ke arah
jemaat untuk memimpin ibadah.
5) Tempat Air Suci (font)
Tempat air suci digunakan untuk upacara pemandian,
kadang secara simbolik diletakkan di pintu atau di dekat pintu
masuk, walaupun pada beebrapa gereja Protestan di Amerika
di letakkan di depan untuk kegiatan pemandian.
Letak tempat air suci agak lebih rendah dari letak/lantai
gereja, sekira 1 atau 2 anak tangga ke bawah, dan terdapat
cukup ruang untuk menampung sekira 30 orang berdiri
6) Ruang Pengakuan Dosa (konstruksi harus kedap suara)
7) Galeri

166
Tinggi galeri ditentukan oleh tinggi bidang pandangan
jemaat di bawahnya ke arah meja persembahan dan mimbar.
Ukuran tangga dan pintu harus sesuai dengan peraturan
darurat kebakaran yang berlaku untuk bangunan umum.
Kebutuhan ruang 0,7-1,0 m2 / orang termasuk ruang untuk
gang
Galeri bagi kelompok paduan suara letaknya di depan
organ, terdiri atas beberapa anak tangga dengan tinggi 100-
150 (bertambah tinggi ke belakang), lebar anak tangga 1000-
1200. Di luar galeri sebaiknya disediakan ruang penitipan baju
hangat untuk anggota kelompok bernyanyi.
8) Organ
Ukurannya secara umum, untuk gereja kecil 200-300
m2/tangga nada, gereja sedang 300-400 m2/tangga nada,
gereja besar 400-500 m2 m2 m2/tangga nada.
Tiap tangga nada memerlukan ruang selebar 2000-3000
dengan kedalaman 250. Tiap tangga nada beratnya 200 kg,
jadi organ yang mempunyai 10 tombol memerlukan ruang
tinggi (bila tinggi 3000-4000) 10 (3 x 250) = 7,5 m2 dan harus
mampu menampung beban seberat 10 x 200 = 2000 kg atau
sekitar 300 kg/ m2
3. Sanitasi Pura
a. Batasan
Suatu tempat termasuk fasilitasnya, di mana umum pada
waktu-waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah
keagamaan Hindu
b. Letak: Sesuai dengan rencana tata kota
c. Konstruksi: Kuat dan aman sesuai dengan peraturan bangunan
yang berlaku
d. Persyaratan:
1) Bagian Luar

167
a) Halaman: Bersih tidak terdapat sampah berserakan dan
genangan air
b) Tempat sampah: tersedia tempat pengumpul sampah yang
tertutup .
c) Pembuangan air kotor/bekas: air mengalir lancar, saluran
bersambung dengan pembuangan air kotor umum yang
kedap air
d) Jamban/peturasan: tersedia jamban dan peturasan saniter,
minimum masing-masing satu buah
2) Bagian dalam
a) Ruang Persembahyangan bersih
b) Peralatan/Kursi/Bangku: kokoh, bersih dan nyaman
c) Lantai: mudah dibersihkan dan tidak lembab
d) Kotak sampah: tersedia dengan jumlah yang cukup
disesuaikan dengan kebutuhan
e) Ventilasi: lubang penghawaan harus disesuaikan dengan
jumlah pengunjung terbanyak, bila mungkin dilengkapi
dengan ventilasi mekanis (AC)
f) Pencahayaan: cukup terang minimal 10 fc. Tidak
menyilaukan
3) Aturan Khusus
a) Wadah Tirta usai sembahyang, airnya dikosongkan
b) Pengeras suara diperhatikan
c) Tikar dirawat
d) Beras Bije: butiran utuh dan tidak apek
e) Sarana penunjang: ruang ganti pakaian terpisah laki-laki
dengan perempuan
f) Bangunan pendukung memenuhi syarat
g) Jaba (Bale agung) berupa aula
h) Jaba (Bale Petemon) berupa sarana pendidikan

168
Selain ketiga upaya Sanitasi tempat ibadah tersebut, ada juga
Sanitasi Klenteng (Konghucu), Sanitasi Wihara/Candi
(Budha), Sanitasi Sinagoga (Yahudi), dan Sanitasi Tempat
peribadatan atau pun Sanitasi Tempat Pemujaan lainnya.

J. Sarana Perawatan

1. Salon Kecantikan
a. Pengertian
1) Salon kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk
pemeliharaan kecantikan khususnya memelihara dan merawat
kesehatan kulit dan rambut dengan menggunakan kosmetik
secara manual, prevarative, aparatif dan dekoratif tanpa
tindakan operasi
2) Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap
untuk digunakan pada bagian luar badan
(epidemis,rambut,kuku,bibir, dan organ kelamin luar, gigi dan
rongga mulut) untuk membersihkan,menambah daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati/menyembuhkan suatu
penyakit
3) Perawatan manual adalah perawatan kecantikan kulit, rambut
terutama dengan menggunakan tangan tanpa peralatan lain,
contoh ; pengerutan muka dan badan
4) Perawatan preparative adalah perawatan kecantikan dengan
menggunakan bahan kosmetik, contoh ; susu pembersih,
penyegar, krim pelembab, alas bedak, sampo, lotion penyubur
rambut, cat rambut
5) Perawatan aparative adalah perawatan kecantikan
kulit/rambut dengan menggunakan peralatan listrik

169
6) Perawatan dekoratif adalah perawatan kecantikan dengan tata
rias wajah dan rambut. Contoh ; make up sehari-hari, untuk
berfoto, pentas di panggung, pembuatan film
b. Jenis Salon Kecantikan
i. Menurut jenis pelayanan yang diberikan pada salon
kecantikan ;
a) Salon kecantikan rambut
b) Salon kecantikan kulit
c) Salon kecantikan kombinasi a & b
ii. Menurut jenis bahan kosmetik ;
a) Salon kecantikan modern
b) Salon kecantikan tradisional
c) Salon kecantikan kombinasi a & b
iii. Menurut jenis bahan kosmetik yang dipergunakan ;
a) Salon yang hanya menggunakan satu jenis (merek)
kosmetik produk pabrik tertentu, salon ini sebagai
promosi, penerapan dan pengembangan serta
evaluasi
b) Salon yang menggunakan lebih dari satu jenis (merek)
kosmetik yang terdaftar di Depkes sesuai deng
keinginan pelanggan
c) Salon yang menggunakan kosmetika buatan sendiri,
tidak menggunakan bahan terlarang dan tidak dijual
belikan
c. Klassifikasi Salon Kecantikan
1) Salon kecantikan type D
Fisik ;
a) rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 9 m2
b) jumlah kursi perawatan untuk rambut mak 4 kursi, kulit
mak 2 dipan

170
Type D memeberikan pelayanan perawatan sederhana
(dasar) manual,prevarative,aparative, dan dekoratif.
Kegiatan yg dilayani ;
a) Tata kecantikan rambut
(1) Pencucian kulit kepala/rambut
(2) Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan
rambut
(3) Penataan rambut
(4) Pengeritingan
(5) Pengecatan (tanpa pemucatan)
(6) Perawatan kulit/rambut (crembath)
b) Tata kecantikan kulit
(1) Merawat kulit,wajah,tangan (menikur) dan kaki
(pedikur) tanpa kelainan
(2) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang,sore)
2) Salon kecantikan type C
Fisik ;
1. rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 30
m2
2. jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 5
kursi, kulit maksimum 3 dipan
Salon type C memberikan pelayanan perawatan secara
manual, preparative,aparative, dan dekoratif untuk
kulit/rambut dengan kelainan ringan.
Kegiatan yang dilayani pada salon type C adalah;
a) Tata kecantikan rambut ;
(1) Pencucian kulit
(2) Pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan
rambut
(3) Penataan rambut
(4) Pengeritingan

171
(5) Pengecatan (dengan pemucatan)
(6) Perawatan kulit kepala/rambut (crenbath)
(7) Pelurusan
(8) Perawatan rambut dengan kelainan ringan
(kebotakan,ketombe,kerontokan)
b) Tata kecantikan kulit :
(1) Merawat kulit, wajah, tangan (menikur) dan
kaki (pedikur) dengan kelainan ringan
(2) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang, sore),
panggung disko, karakter,cacat, dan usaha
lanjut
(3) Penambahan bulu-bulu yang tidak
dikehendaki
(4) Perawatan kulit dengan alat listrik sederhana (
frimator dan sauna)
3) Salon kecantikan type B
Type B memberikaan pelayanan kecantikan dan rambut
dengan cara perawatan manual, preparative, aparative 7
dekoratif.
Fisik ;
1) Rumah sendiri/tempat lain dg ukuran min 50 m2
2) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8
kursi, kulit maksimum 4 dipan dengan penyekat
Kegiatan yang dilayani ;
a) Tata kecantikan rambut ; sama dengan type C +
penambahan rambut kepala
b) Tata kecantikan kulit ; sama dengan type C +
perawatan badan

4) Salon kecantikan type A

172
Merupakan pusat pelayanan kecantikan kulit dan rambut
yang memberi pelayanan lengkap dan ada perawtan
khusus mis obesitas,diet dan senam.
Fisik ;
Rumah sendiri/tempat lain ukuran minimum 75 m2
Jenis perawatan yang diberikan ;
a) tata kec rambut = type B
b) Tata kec kulit ;
(1) Sama dengan type B + perawatan lebih luas baik
secara tradisional indonesia (empirik timur) dan
modern (empirik barat ; aku presur, aroma terapi,
reflekzone)
(2) Perawatan dengan alat listrik ; helioterapy,
hydroterapy,mekanoterapy,electroterapy
(3) Perawtan tradisional yang spesifik ; perawatan
pengantin, ibu hamil, ibu stelah melahirkan
Salon kecantikan type A dikelola secara institusional
dengan menajemen yang baik seperti Type B, tetapi disini
lebih lengkap terutama staf ahli.

d. Persyaratan Kesling
1) Umum ;
a) Lokasi; harus jauh dari sumber pengotoran, tidak mudah
kena debu
b) Lingkungan halaman; - halaman harus bersih dan tidak
terdapat sampah berserakan dan genangan air,- tersedia
tempat pengumpulan sampah yang tertutup, kedap air,
mudah dibersihkan, dan mudah diangkut
2) Bagian dalam ;
a) Bangunan kuat; bangunan terbuat dari bahan yang kuat

173
b) Pembagian ruang jelas; ruang tunggu dan ruang kerja
terpisah dan selalu dalam keadaan bersih
c) Lantai ; lantai terbuat dari bahan kedap air dan selalu dijaga
kebersihannya
d) Dinding ; kuat, tidak retak
e) Langit-langit ; tidak berdebu
f) Atap ; tidak mudah bocor, tidak ada genangan air
g) Ventilasi/penghawaan ; lubang ventilasi untuk ruang tunggu
minimal 10% dari luas lantai ruang tunggu, dan luas lubang
ventilasi ruang kerja minimal 35% luas lantai ruang kerja.
h) Pencahayaan; tidak menyilaukan (10-35 fc)
i) Pencegahan masuknya serangga dan tikus

3) Penyediaan air Bersih dan pengelolaan limbah


a) Penyediaan air bersih;
(1) kualitas ; baik kualitas fisik, kimia maupun bakteriologis
harus memenuhi syarat kesehatan
(2) kuantitas; tersedia cukup air
b) Pengelolaan limbah ;
(1) sarana tertutup,kedap air,
(2) mengalir lancar, kemiringan 2-3 %
c) Tempat sampah ;
(1) kuat,cukup ringan,kedap air,tutup
(2) volume disesuaikan dengan produk sampah
d) Kamar mandi dan jamban ;
(1) bersih dan tidak berbau
(2) lantai miring ke arah saluran
e) Karyawan
(1) berbadan sehat
(2) paham etika karyawan salon
(3) pakaian kerja bersih,rapi

174
b) Peralatan kerja dan bahan ;
(1) Alat kerja ;
Alat yg berhubungan dengan kulit ; sisir, gunting,
mesin, tempat bedak harus selalu dalam keadaan
bersih.
(2) Handuk ; bersih dan tersedia cukup (1 org/1
handuk)
(3) Kain penutup badan ; bersih, berwarna putih/terang,
tersedia cukup
(4) Bahan-bahan ;
Pisau, gunting dan lain-lain, didesinfeksi dengan larutan
bahan kimia/air panas. Kosmetik/wangi-wangian
diperoleh dari sumber yang dipercaya.
(5) Lain-laian ; kotak P3K dan alat pemadam
kebakaran tersedia

2. Sanitasi Panti Pijat


a. Pengertian
Panti pijat adalah suatu tepat beserta fasilitasnya
yang memberikan pelayanan pemijatan bagi masyarakat umum
b. Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi berkaitan dengan panti
pijat, antara lain :

1) Ruang tunggu
a) Tersedia tempat duduk yang bebas dari kutu busuk
serangga serta selalu dijaga kebersihannya.
b) Luas lubang ventilasi minimal 10% dari luas lantai ruang
tunggu.
c) Pencahayaannya sampai 10-15 fc.
d) Lantai tidak lembab dan mudah dibersihkan.

175
e) Dinding dan langit-langit bersih dan mudah dibersihkan.
f) Tersedia tempat puntung rokok dan tempat sampah.
2) Ruang kerja
a) Pencahayaan minimal 10 fc.
b) Susunan bangunan sedemikian rupa diatur terpisah untuk
pria dan wanita
c) Tersedia tampat duduk dan tempat perawatan yang khusus
dan bersih.
d) Tersedia tempat cuci tangan dan fasilitasnya.
3) Fasilitas sanitasi
a) Tersedia air bersih yang cukup.
b) Tersedia jamban dan urinoir yang bersih dan mudah
dibersihkan.
c) Tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan.dan
d) Tersedi kamar mandi yang khusus untuk pria dan wanita.
e) Air buangan tidak menimbulkan genangan.
4) Peralatan dan bahan
a) Alat kerja yang berhubungan dngan kulit,seperti alat
pijat,harus selalu dijaga kebersihannya setiap kali akan
dipakai dan setelah dipakai.
b) Tersedia handuk putih sebanyak rata-rata tamu yang datang
sehari dan hanya dipergunakan sekali.
c) Tempat kosmetik yang dipakai untuk memijit harus bersih.
d) Kosmetik yang digunakan seperti krim tubuh dan lain-lain
harus terdaftar di Depkes.
e) Tersedia larutan atau alat sterilisasi untuk mendesinfeksi alat
pijat.
5) Karyawan
a) Ahli pijat harus sehat,tidak mengidap penyakit kulit atau
pernapasan.

176
b) Ahli pijat harus memiliki sertifikat atau pernah mengikuti
kursus pijat.
c) Setiap karyawan harus mengenakan pakaian kerja yang
bersih.
6) Alat pemadam;
Tersedia alat pemadam kebakaran yang mudah dilihat dan
dijangkau serta dilengkapi dengan petunjuk pemakaiannya.

K. Sarana Sosial
Sanitasi Pondok Pesantren
1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan
a. Umum
1) Lokasi
a. Terhindar dari pencemaran kimia
b. Terhindar dari pencemaran fisika
c. Terhindar dari pencemaran bakteri
d. Terhindar dari bahaya banjir
2) Lingkungan halaman
a. Bersih dan tertata rapi
b. Sistim drainase berfungsi baik
c. Tidak terdapat genangan air
d. Tidak terdapat tumpukan sampah
e. Ada taman
3) Pagar
a. Kuat
b. Terpelihara
b. Konstruksi Bangunan
1) Lantai
a) Bersih
b) Kedap air,
c) permukaan rata,

177
d) tidak licin
2) Dinding
a) Bersih
b) Permukaan yang selalu kontak air dibuat kedap air
c) Dicat dengan warna terang
3) Atap
a) Kuat, tidak bocor
b) Tidak memungkinkan terjadinya genangan air
4) Langit-langit
a) Tinggi minimal dari lantai 2,7 m
b) Kuat
c) Bersih
d) Berwarna terang
5) Ventilasi
a) Luas ventilasi tetap 5% luas lantai
b) Dipasang kasa pencegah masuknya serangga dan tikus
6) Pencahayaan
a) Setiap ruang kegiatan minimal 100 Lux
b) Tidak menyilaukan
3. Persyaratan Kesehatan Kamar / ruang
a. Kondisi ruangan
1) Tidak pengap
2) Tidak berbau khusunya gas amoniak dan H2S
3) Tidak bising
4) Terang
5) Bersih
b. Kamar tidur
1) Luas kamar tidur sesuai dengan jumlah penghuni, min. 8 M3/
orang
2) Bebas dari gangguan serangga dan tikus
3) Ventilasi alam cukup (15% luas lantai)

178
4. Fasilitas Sanitasi
a. Penyediaan air bersih
1) Tersedia dalam jumlah yang cukup
2) Memenuhi persyaratan yang berlaku
3) Dialirkan dengan sistem perpipaam
b. Pembuangan air limbah
c. Saluran kedap air dengan sistem tertutup
d. Air mengalir dengan lancar
e. Kamar mandi, jamban dan peturasan
1) Tepelihara kebersihannya
2) Tersedia peralatan pembersih
3) Jumlah sesuai dengan perbandingan jumlah santri
4) Terpisah antara santri laki-laki dengan perempuan
5) Lantai ada kemiringan ke arah lubang saluran pembuangan
6) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, rata, kedap air, dan tidak
licin
7) Jamban leher angsa
f. Dapur
1) Ventilasi cukup
2) Pencahayaan cukup terang (minimal 100 Lux)
3) Dilengkapi dengan cerobong asap
4) Tersedia : tempat pencucian peralatan masak, pencucian bahan
makanan, dan tempat pengolahan
5) Bebas dari serangga, tikus, dan binatang lainnya
6) Terpelihara kebersihannya
7) Lantai kedap air, kuat, rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan
g. Ruang makan
1) Perlengkapan ruang makan terpelihara kebersihannya
2) Cukup luas ( 0,85 M2 / kursi )
3) Tersedia tempat cuci tangan
h. Tempat sampah

179
1) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, dan kedap
air
2) Bertutup
3) Permukaan bagian dalam halus dan rata
4) Jumlah dam volume sesuai dengan produksi sampah per hari
5) Sampah dari setiap ruangan diangkut / dikosongkan setiap hari
i. Tempat pengumpulan sampah sementara
1) Tidak menjadi tempat perindukan serangga dan binatang
lainnya
2) Frekuensi pengankutan/pengosongan maksimal 3 x 24 jam
j. Perlengkapan pencegahan masuknya serangga / vektor penyakit
1) Setiap lubang ventilasi dilengkapi dengan kasa untuk mencegah
masuknya serangga dan tikus
2) Sarana penyimpanan air tertutup agar bebas dari larva nyamuk
5. Fasilitas Penunjang
a. Pos Obat
1) Tersedia ruang pos obat
2) Ada pengelola pos obat
3) Obat-obatan tidak kedaluwarsa
4) Pencatatan tertib
b. Alat pemadam kebakaran
1) Tersedia alat pemadam kebakaran
2) Ditempatkan pada tempat yang mudah terjangkau
3) Ada petunjuk penggunaanya
c. Alat kebersihan
1) Ada tempat untuk menyimpan alat kebersihan
2) Alat kebersihan dan bahan pembersih lengkap
d. Ada jadwal petugas kebersihan

180
BAB III.
PENGELOLAAN PENGAWASAN SANITASI TEMPAT TEMPAT UMUM

Dalam pelaksanaan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum


ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Adapun langkah-langkah
tersebut adalah :

A. Identifikasi masalah hygiene sanitasi pada tempat umum yang


diperiksa
B. Pemeriksaan sanitasi (sanitary inspection)
C. Tindak lanjut hasil pemeriksaan sanitasi dan upaya-upaya
perbaikannya (follow up inspection and order for improvement)
D. Sistem penilaian (evaluation methode)
E. Sistem pencatatatan dan pelaporan (reporting and recording system)

F. Identifikasi Masalah Hygiene dan Sanitasi Tempat Tempat Umum

Pelaksanaan identifikasi masalah dilakukan dengan melihat secara


garis besar untuk mengetahui permasalahan sanitasi pada tempat umum
yang diperiksa menyangkut permasalahan umum sanitasi yang ada.
Tahap ini merupakan survey pendahuluan (prelimenary survey) pada
tempat umum. Pelaksanaan identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
cara :
1. Wawancara dengan pengusaha / pengelola atau karyawan pada
tempat umum tersebut
2. Melakukan peninjauan lapangan.
Dalam peninjauan lapangan dimulai dari bagian luar (halaman dan
pekarangan), kemudian ke bagian dalam (ruangan-ruangan). Peninjauan
dilakukan di seluruh wilayah tempat umum dan diutamakan pada lokasi
yang dipergunakan sebagai pelayanan umum (public area).
Urutan kegiatan peninjauan ini adalah :
a. Datang ke tempat umum

181
b. Melihat keadaan umum sanitasi
c. Mengetahui secara garis besar dan secara umum keadaan
sanitasi senyatanya
d. Mencatat masalah-masalah yang didapatkan secara garis besar
e. Mencatat bagian-bagian tempat umum untuk dasar pembuatan
formulir pemeriksaan. Formulir ini digunakan untuk melakukan
pemeriksaan nantinya.
G. Pemeriksaan Sanitasi (Sanitary Inspection)

Dalam pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum ada 2 tahapan


yang dilakukan, yaitu :
1. Langkah persiapan pemeriksaan :
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah :
a. Mengadakan peninjauan lokasi (areal survey)
b. Mencari dan menentukan barang-barang sanitasi (sanitary
items)
c. Membuat formulir pemeriksaan (sanitary inspection sheet)
Penjelasan dari masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Mengadakan peninjauan lokasi (Areal survey)
Ada dua tindakan pokok dalam peninjauan lokasi yang
dilakukan, yaitu :
1) Membagi wilayah tempat umum yang diperiksa menjadi unit
wilayah yang lebih kecil. Unit wilayah yang ada tergantung
dari jenis tempat umum yang diperiksa, dan dapat
ditentukan berdasdarkan besar kecilnya tempat umum
yang sejenis.
Contoh pembagian unit pada tempat umum yang tidak
sejenis, misalnya restoran dan salon kecantikan :
(1) Restoran terdiri dari :
a) unit wilayah ruang makan

182
b) unit wilayah dapur / tempat masak
c) unit wilayah gudang bahan makanan
d) unit wilayah toilet
(2) Salon kecantikan terdiri dari :
a) unit wilayah ruang tunggu
b) unit wilayah ruang pangkas/perawatan
c) unit wilayah toilet
Contoh pembagian unit yang sejenis , misalnya hotel
berbintang satu dengan yang berbintang lima. Untuk hotel
berbintang lima ada kemungkinan unit masih dibagi
menjadi sub unit, misalnya :
(1) Pada hotel berbintang satu : unit wilayah dapur dibagi
menjadi ruang masak dan gudang bahan makanan.
(2) Sedangkan pada hotel berbintang lima unit wilayah
dapur dibagi menjadi :
a) sub unit wilayah ruang masak
b) sub unit wilayah gudang bahan makanan
c) sub unit wilayah ruang kepala dapur
d) sub unit wilayah ruang memasak roti (pastry)
2) Mengamati dan mencatat keberadaan semua fasilitas dan
barang yang ada atau tersedia pada masing-masing unit
atau sub unit wilayah tersebut.
b. Mencari dan menentukan barang-barang sanitasi (sanitary
items) :
Yang dimaksud item sanitasi adalah semua fasilitas atau
benda yang terdapat pada unit atau sub unit wilayah tempat
umum yang mempunyai nilai sanitasi. Fasilitas atau barang
yangmempunyai nilai sanitasi adalah semua fasilitas, atau
barang, atau alat yang dapat dinilai dari 2 (dua) segi, yaitu :
1) segi kebersihannya (cleanlines)
2) segi persyaratannya (sanitary code)

183
Contohnya : alat makan, seperti piring, sendok, cawan, dll.
c. Membuat formulir pemeriksaan (sanitary inspection sheet)
Penyusunan formulir pemeriksaan dilakukan dengan dasar
data yang didapat dari pengamatan barang, atau fasilitas atau
alat yang ada pada unit/sub unit wilayah tempat umum.
Fasilitas / barang / alat yang ada pada masing unit atau sub
unit tempat umum sejenis kadang-kadang tidak sama, hal ini
disebabkan karena :
1) besar kecilnya tempat umum
2) titik berat kegiatannya
3) metode kerja yang dilakukan
4) modernisasi fasilitas
5) sifat/kebiasaan pengunjung yang dilayani
Penyusunan formulir pemeriksaan sanitasi memuat tentang :
1) Jenis tempat umum yang diperiksa
2) Nama pengusahanya
3) Alamat lokasi tempat umum
4) Nomor izin usaha / register
5) Jumlah karyawan
6) Pemeriksaan yang ke berapa
7) Jenis item yang diperiksa serta letak tempatnya
8) Keadaan persyatannya dan atau kebersihannya
9) Jumlah item yang diperiksa
10) Tanggal pemeriksaan
11) Pemeriksanya
Ada beberapa cara pengisian formulir pemeriksaan, ada yang
menggunakan tanda (-) dan tanda (+) atau dengan
memberikan nilai, arti tanda :
(-) negatip : tidak ada masalah
(+) positip : ada masalah, berarti bahwa fasilitas tersebut
perlu dilakukan perbaikan.

184
2. Alat dan bahan instrumen pemeriksaan
Alat dan bahan instrumen pemeriksaan/pengawasan
sanitasi tempat-tempat umum meliputi; kuesioner, mistar ,
kalkulator, check list, pestisida kit, dust sample meter,
anemometer, usap alat/bahan, sound level meter, noise dosimeter,
portable gas chromatography, flame ionization detector, high
volume air sampler, personal human vibration meter, particulate
sampler for: tsp-pm 10 -pm 2,5 -pm 1 , portable emission analyzer,
luxmeter, light meter, brightnessmeter, photo electric cells,
luminescent detector, personal dust sampler, , velometer, vibrator,
anemometer, microwave detector, alti meter, geiger-muller tubes,
digital lux meter, high volume tsp sampler, isokinetic sampling for
particulate, impact noise meter, accelero meter, thermometer, sling
psychrometer/wetglobe thermometer, gas detector tube, midget
impinger, environmental particulate monitor, source sampling
equipment, fixed gas monitoring system, ambient gas sampler,
balasting monitor, air sampling pump.

3. Item kritis yang diperiksa dalam pengawasan tempat-tempat


umum

Item yang dapat diperiksa dalam pengawasan tempat-tempat


umum antara lain sebagai berikut;
a. Peribadatan:
1) PAB
2) Jamban/kasus
3) Peturasan/urinoir
4) Tempat wudhu
5) Dinding/langit-langit
6) Lantai/tikar
7) Index jentik
8) SPAL
b. Kolam renang
1) jamban/kakus
2) peturasan
3) kamar bilas

185
4) tempat sampah
5) Ph air kolam
6) sisa klor kolam
7) kekeruhan
8) index jentik
c. Permandian umum
1) jamban/kakus
2) peturasan
3) kamar bilas
4) tempat sampah
d. Terminial
1) PAB
2) WC/urinoir
3) drainage/hujan
4) penempatan bak/tong sampah
5) index jentik
6) SPAL
e. Hotel/penginapan
1) kebisingan
2) kelembaban
3) pencahayaan
4) PAB
5) bak/tong sampah
6) index jentik
7) linen/laundry
8) dinding/langit2
9) serangga/tikus
10) SPAL
11) WC/urinoir
12) TPS sementara

186
4. Langkah pelaksanaan pemeriksaan
Dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan ada 2 tindakan yang
dilakukan yaitu :
a. Penilaian
Pengertian penilaian adalah pengujian sesuatu dengan
menggunakan alat ukur atau standart ukuran tertentu apakah
obyek yang diuji sesuai dengan ketentuan atau persyaratan
yang berlaku. Obyek yang dinilai adalah :
1) kebersihan (cleanlines), sifatnya relatif subyektif, hasilnya
tergantung dari kepekaan masing-masing penilai.
2) Persyaratan (codes), mempunyai sifat obyektif, karena
berdasar pada persyaratan atau standar kriteria yang
berlaku, kepekaannya tergantung dari kepekaan alat yang
digunakan untuk pengukuran .
Dalam pelaksanaan penilaian ada 2 cara penilaian, yaitu :
1) membandingkan keadaan riel (senyatanya) pada saat
pemeriksaan dengan standart kriteria yang berlaku (yang
semestinya ada pada tempat umum), untuk penilaian
iniperlu dilakukan observasi. Misalnya pada tempat umum
harus tersedia instalasi pengolah limbah, dapat diobservasi
ada atau tidak adanya ipal pada tempat umum yang
diperiksa.
2) Membandingkan hasil pengukuran yang dilakukan dengan
alat ukur dengan standart yang ditentukan. Contohnya
kandungan sisa clhor yang dipergunakan di tempat umum,
bila diukur apakah memenuhi persyaratan yang
seharusnya minimal 0,2 ppm.
Cara menilai :

187
1) Penilaian dapat dilakukan secara kuantitatip, yang
dinyatakan dalam bentuk angka nilai persen (%). Misalnya
piring kotor, kekotorannya 30 %, berarti kebersihannya 70%
2) Penilaian dapat juga dilakukan secara kualitatip, yaitu
dengan menggunakan lambang minus (-) untuk
menyatakan bahwa obyek yang dinilai tidak ada masalah,
dan plus (+) untuk obyek yang ada masalah.
Contohnya : untuk penilaian piring yang bersih tetapi
gompil, maka penilaiannya K= kebersihan (-),
P=persyaratan (+).
Maksud dan tujuan penilaian :
1) Menemukan permasalahan sanitasi agar dapat segera
dilakukan perbaikan.
2) Mengetahui kemajuan atau kemunduran usaha sanitasi
dalam suatu periode waktu tertentu.
3) Mengetahui apakah hasil usaha yang dilakukan berjalan
efektif dan efisien.
Penghitungan hasil pemeriksaan.
Setelah melakukan pemeriksaan maka akan didapatkan hasil
penilaian, cara mentabulasi dan menghitungnya dapat dibaca
pada petunjuk formulir pemeriksaan.
b. Pemberian saran perbaikan (order for improvement = ovi)

Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh, pada formulir


pemeriksaan sanitasi kemungkinan akan didapatkan tanda (+)
baik pada kebersihan maupun pada persyaratan. Kedua-
duanya berarti ada permasalahan. Dari berbagai masalah yang
ditemukan dalam pemeriksaan tersebut, maka hal itu dapat
sebagai dasar untuk memberikan saran teknis untuk segera
dilakukan tindakan perbaikan tempat umum.
Saran perbaikan dapat diberikan kepada pengusaha /
pengelola tempat umum melalui 2 jalan,yaitu :

188
1) Secara langsung, yaitu dengan jalan secara lisan dan sekali
gus memberikan alasan-alasan mengapa harus dilakukan
perbaikan dan bagaimana cra memperbaikinya.
2) Secara tidak langsung, yaitu dengan jalan memberikan
saran secara tertulis pada formulir / kartu saran perbaikan
(OFI). Dalam hal ini dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu :
a) meninggalkan catatan saran pada saat setelah
selesainya pemeriksaan.
b) Mengirimkan catatan saranbeberapa hari setelah
pemeriksaan.
Dalam pelaksanaanya kedua cara tersebut dapat
dilakukan bersama-sama, yaitu memberikan saran langsung
secara lisan dan tidak langsung yaitu menuliskan saran pada
formulir saran perbaikan yang dapat ditempel pada unit
wilayah yang didapatkan ada permasalahannya.
Cara pemberian saran mencakup beberapa hal, yaitu tentang 4
W + 1H :
1) Apa yang harus diperbaiki (What)
3) Dimana tempatnya (Where)
4) Mengapa harus diperbaiki, apa masalahnya (Why)
5) Kapan waktu harus selesai memperbaiki (When)
6) Bagaimana cara memperbaikinya (How)

189
Contoh formulir pemberian saran :
DINAS KESEHATAN DATI II KABUPATEN/KOTA ..

SARAN SARAN PERBAIKAN

Nama tempat umum : .


Pemeriksaan tanggal :..
Pemeriksa : ..

Setelah diadakan pemeriksaan sanitasi, maka perlu diadakan tindakan


perbaikan hal-hal tersebut di bawah ini :
1.
2.
3.
dst.

Diterima oleh
Pengusaha Tempat Umum Pemeriksa,

() ( )

Dibuat rangkap 2 :
1) Lembar 1 untuk pengusaha
2) Lembar 2 untuk pemeriksa

H. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow Up Inspection)

190
Pengertian tindak lanjut hasil pemeriksaan sanitasi adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka pengamatan terhadap hasil
pelaksanaan perbaikan sanitasi setelah pemberian saran pada
pemeriksaan sebelumnya.
Maksud dan tujuan dari tindak lanjut ini adalah:
1. Mengadakan penilaian secara terus menerus mengenai keadaan
sanitasi suatu tempat umum
2. Memperoleh data pembanding dari keadaan sanitasi saat ini
(dibandingkan dengan sebelumnya)
3. Memperoleh gambaran keadaan sanitasi tempat umum sepanjang
tahun terus menerus
4. Memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan.
Cara mengadakan pengawasan tindak lanjut ada 2 macam cara,
yaitu :
1. Berdasarkan waktu :
a. Pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan setelah pemeriksaan
sanitasi yang pertama dengan tidak menentukan waktu
pemeriksaan berikutnya (incidental follow up inspection)
b. Pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan secara berkala dan
teratur, misalnya bulanan, tribulan, dll. (routine follow up
inspection).
2. Berdasarkan materi :
a. Pemeriksaan tindak l;anjut secara menyeluruh, semuanya
diperiksa lagi (general follow up inspection)
b. Pemeriksaan tindak lanjut secara khusus, terbatas pada hal-hal
yang telah disarankan untuk diperbaiki guna melihat seberapa
jauh pelaksanaan saran yang telah diberikan (special follow up
inspection)
Manfaat dari pemeriksaan tindak lanjut ini adalah :

191
1. Masalah yang timbul segera diketahui dan diperbaiki.
2. Masalah yang timbul segera diketahui dan dicarikan jalan
pemecahannya.
3. Masalah kecil segera diketahui dan diatasi, sehingga tidak menjadi
masalah yang lebih berat dan dapat mencegah pemboorosan.
I. Sistem Penilaian dan Analisis Masalah
Permasalahan yang didapatkan pada saat diadakan
pemeriksaan sanitasi maupun pemeriksaan tindak lanjut perlu
dipertimbangkan penyelesainnya apakah hal-hal yang berhubungan
dengan :
1. Adanya klassifikasi permasalahan, apakah kesalahannya
menyangkut :
a. Konstruksi
b. Pengaturan
c. Tidak memenuhi persyaratan
d. Tidak memenuhi peraturan
e. Terbatasnya anggaran
f. Sikap karyawan
2. Adanya penentuan prioritas, mana yang perlu dilakukan perbaikan
lebih dahulu, disesuaikan dengan kemampuan pengelola tempat
umum.
J. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Recording & Reporting)
1. Pencatatan (Recording)
Setiap pelaksanaan pemeriksaan dan hasil yang didapatkan
dari pengawasan sanitasi harus dibuat pencatatan. Catatan ini
nantinya dipergunakan untuk menilai kembali keadaan sanitasi
selanjutnya (pembanding).
Hal-hal yang perlu dicatat adalah :
a. Data hasil pemeriksaan dan pengawasan
b. Nilai keadaan sanitasi yang diperoleh pada waktu pemeriksaan
dan pemeriksaan tindak lanjut

192
c. Data untuk keperluanstatistik yang akan digunakan sebagai
dasar pelaporan.

Pelaksanaan pencatatan dapat dibuat dalam bentuk :


a. Tektuler : dalam bentuk narasi atau dengan kata-kata.
b. Tabuler : dalam bentuk tabel
c. Grafik : dalam bentuk grafik balok, pie, garis.
2. Pelaporan (Reporting).
Dari hasil pencatatan yang diolah selanjutnya disusun sebagai
pelaporan. Dengan adanya pelaporan ini maka pihak-pihak lain
akan dapat mengetahui dan dapat memanfaatkan untuk
mengembangkannya.
Sistem pelapran dapat dibuat atau dijalankan berdasarkan :
a. Waktu : mingguan, bulanan, tribulanan, semesteran, tahunan.
b. Materi : keseluruhan atau sebagian kegiatan.
c. Sifat : insidentil, berkala, penting, rahasia, dll.

193
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Sulastiyono, 2008. Manajemen Penyelenggaraan Hotel,


Alfabeta,Bandung
2. Astuti, Lilis Suryati. 2007. Prosedur Sanitasi dan Hygiene di
Tempat kerja. Modul Belajar. Jakarta: Dinas Pendidikan Menengah
dan Tinggi DKI. (www.gooole.com/depdiknas.id.com)
3. Azwar, Azrul. 1979. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
Mutiara
4. Bagus Putu Sudira. 1996. Tata Boga. Jakarta: Departememn
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Proyek Pendidikan Non Teknik II.

5. Bailey, James. 1977. Guide to Hygiene and Sanitation in Aviation.


Geneva: WHO
6. Basset, W.H. 1995. Clays Handbook of Environmental Health
(seventeenth edition). London: Chapman & Hall
7. Budiono NS, Zaeni. Sanitasi Bioskop. Mjl Keslingmas No. 6 thn. II
tribulan II April-Juni 1983, hlm. 15-17
8. Chandra, Budiman, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta :
EGC
9. Cichy, Ronald F. 1993. Sanitation Management (second edition).
Michigan: The Educational Institute of The AH&MA
10. Depkes RI. 1988. Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Ditjen
PPM & PLP
11. Depkes RI. 1989. PBS STTU Komponen Sanitasi Rumah Sakit untuk
diknakes. Jakarta: Pusdiknakes
12. Depkes RI. 1990. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Ditjen PPM & PLP
13. Depkes RI dan WHO. 1991. Pedoman Pengelolaan Limbah Klinis.
Jakarta: Depkes RI
14. Depkes RI. 1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III Bagian H:
Kesehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: Depkes RI, hlm 57-66
15. Depkes RI. 1997. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Tempat-
Tempat Umum. Jakarta: Ditjen PPM/PLP
16. Depkes RI. 1999. Kumpulan Formulir Pemeriksaan Kesehatan
Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Bidang Penyehatan Tempat-Tempat
Umum. Jakarta:Ditjen PPM & PLP
17. Depkes RI. 2002. Pedoman Pengendalian Kecoa: Khusus di Rumah
Sakit: Jakarta: Ditjen PPM & PL
18. Depkes RI. 2003. Pedoman Pengendalian Vektor di Angkutan Umum:
Khusus Kecoa Di Kapal. Jakarta: Ditjen PPM & PL
19. Depkes RI. 2003. Pedoman Teknis Kesehatan Kerja Pengemudi Bis
Antar Kota (untuk Petugas). Jakarta: Depkes RI

194
20. Ehlers, Victor M & Ernest W. Steel. 1965. Municipal and Rural
Sanitation (Sixth Edition). New York. McGraw Hill, p.409-437 & 472-
498
21. Freedman, Ben.1977. Sanitarians Handbook: Theory and
Administrative Practice for Environmental Health. New Orleans:
Peerless, p.373-1362
22. Harless, Marj (ed.). 1993. Basic Sanitation: Student Manual (compiled
by: Lisa Kloack). Michigan: The Educational Institute of The AH&MA
23. Hernady, Soejoto. Sanitasi Stasiun Kereta Api. Mjl KesLingMas No. 24
Thn VI Tribulan IV Oktober Desember. 1987. hlm. 28-33
24. Hernady, Soejoto. Sanitasi Masjid. Mjl Keslingmas No. 34 Thn X
Tribulan II April-Juni. 1990. hlm 28-33
25. Hernady, Soejoto. Sanitasi Pusat Perbelanjaan/Department Store.
Njl.Keslingmas, No. 37 Thn X Tribulan I Januari-Maret 1991.hlm.28-33
26. Ichsan & Muchsin. 1979. Kesehatan Lingkungan untuk SGO. Jakarta:
PT. Mutiara Depdikbud. Hlm 69-82
27. Ircham. 1992. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Kesehatan Lingkungan
Sanitasi Perkotaaan & Pedesaan. Yogyakarta: Dian Nusantara
28. Kusminingrum, Nanny. 2007. Pencemaran Udara dan Manajemen
Lalu Lintas di Indonesia. Bandung: Puslitbang Jalan dan Jembatan
29. Kusnoputranto, Haryoto (penyunting). 1983. Kesehatan Lingkungan.
Jakarta: FKM UI Depdikbud.
30. Lesaca, Reynaldo (ed). 1982. Field Manual For Sanitary Inspectors
(second edition). Manila: WHO & UNCE. P.214-217
31. Moekono, H.J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press
32. Moekono, H.J. 2004. Higiene Sanitasi Hotel dan Restoran. Surabaya:
Airlangga University Press
33. Munawar, Ahmad. 2004. Manajemen Lalulintas Perkotaan. Jogjakarta:
Beta Offset
34. Neufert. 1995. Arsitek Data Jilid I & II (a.b. Syamsul Amril). Jakarta:
Airlangga
35. Notosugondo, Hidayat dan Susanto Mertodiningrat. 1979. Pedoman
Plambing Indonesia. Cet I.Jakarta: Ditjen Cipta Karya Dep. PU
36. Pendit, Nyoman S. 1990. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar
Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita, cet.IV
37. Purdom, P.Walton. 1971. Environmental Health. New York: Academic
Press
38. Reksosoebroto, Subagio. 1981. Hygiene & Sanitasi. Jakarta: AKL
Depkes RI
39. Reksosoebroto, Subagio. 1991. Sanitasi Perhotelan. Jakarta: HAKLI
Pusat
40. Republik Indonesia. 1962. UU No. 1 tahun 1962 tentang Karantina
Laut
41. Republik Indonesia. 1962. UU No. 2 tahun 1962 tentang Karantina
Udara

195
42. Republik Indonesia.1985. Kepmen Parpostel
No.Km.70/PW/105/MPPT-85 tentang Usaha Rekreasi dan Hiburan
Umum
43. Republik Indonesia. 1986. Kepmen Parpostel
No.Km.37/PW/304/MPPT-86 tentang Peraturan Usaha dan
Penggolongan Hotel
44. Republik Indonesia. 1987. Kepmen PU No. 378/KPTS/1987 tentang
Pedoman Mendirikan Bangunan Gedung
45. Republik Indonesia. 1990. Permenkes RI No. 80/1990 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Hotel
46. Republik Indonesia. 1990. Permenkes No. 512/1990 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Rumah Sakit
47. Republik Indonesia. 1992. UU No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran
48. Republik Indonesia. 1992. Permenkes No. 061/Menkes/PER/I/1991
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kolam
Renang/Permandian Umum
49. Republik Indonesia. 1993. PP No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan
dan Pengemudi
50. Republik Indonesia. 1996. PP No. 70 tahun 1996 tentang
Kepelabuhanan
51. Republik Indonesia. 1996. PP No. 71 tahun 1996 tentang
Kebandarudaraan
52. Republik Indonesia. 1997. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
53. Republik Indonesia. 1997. UU No. 24 tahun 1997 tentang Penataan
Ruang
54. Republik Indonesia. 2002. Kepmen Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor KM.3/HK.001/MKP.02 tanggal 27 Februari 2002 tentang
Penggolongan Kelas Hotel,
55. Republik Indonesia. 2003. PP No. 43 tahun 2003 tentang Prasarana
dan Lalulintas Jalan
56. Republik Indonesia. 2003. Kepmenkes No. 288/2003 tentang
Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum
57. Republik Indonesia. 2004. Permenkes No. 1204/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
58. Republik Indonesia. 2005. Permenkes No. 236/MENKES/PER/V/1997
tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Persyaratan
Kesehatan Makanan Jajanan
59. Republik Indonesia. 2005. Kepmenkes No. 715/MENKES/SK/V/2003
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasa Boga
60. Republik Indonesia. 2005. Kepmenkes No.
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan dan Restoran
61. Republik Indonesia. 2005. Kepmenkes No.
1538/MENKES/SK/XI/2003 tentang Standar Pengelolaan Spesimen
Legionella

196
62. Republik Indonesia. 2007. Kepmenkes No. 426 tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas dalam Rangka Karantina
Kesehatan
63. Republik Indonesia. 2008. Permenkes No.
519/MENKES/PER/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pasar Sehat
64. Republik Indonesia. 2009. UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan
65. Republik Indonesia. 2009. UU No. 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
66. Republik Indonesia. 2010. UU No. 22 tahun 2009 tentang lalulintas
Angkutan Jalan
67. Rochadi, Didi. 2001. Kesehatan Lingkungan (Environmental
Sanitation). Makassar: Dit PWT Ditjen PP Dep.PPW Sulawesi II UDP
68. Ruhban, Andi. 1992. Sekilas Assanasi Sanitasi. Mjl Bina Diknakes No.
12, Mei 1992. hlm. 51-53
69. Ruhban, Andi. 1994. Assanasi Ruang Umum. Buletin Sulolipu Vol. I
No. 5 Jan-Feb-Mar thn II/ 1994. hlm. 12-17 & 32
70. Ruhban, Andi. 1994. Dua Puluh Batasan Higiene. Buletin Sulolipu
Vol. I No. 5 Jan-Feb-Mar thn II/ 1994. hlm. 35-36
71. Ryadi, Slamet. 1981. Tinjauan Kepustakaan Kesehatan Lingkungan
dalam Konteks Perkembangan Lingkungan Hidup Dewasa Ini:
Permasalahan dan Pendekatan-2nya di Indonesia. Surabaya: Instalasi
Penerbitan Akademi Penilik Kesehatan
72. Ryadi, Slamet. 1986. Pengantar Kesehatan Lingkungan: Dimensi &
Tinjauan Konsepsional. Surabaya: Usaha Nasional
73. Salindeho, John. 1989. Undang-Undang Gangguan. Jakarta: Sinar
Grafika
74. Salvato, Jr. Joseph A. 1972. Environmental Engineering and
Sanitation. New York: John Wiley and Sons
75. Salvato, Jr. Joseph A. 1976. Guide to Sanitation in Tourist
Establishments. Geneva: WHO
76. Sihite, Richard. 2000. Sanitation & Hygiene. Surabaya: SIC
77. Soerjodibroto, Waluyo (ed). 1985. Higiene dan Sanitasi di Perusahaan
dan Bidang Usaha Sejenis. Jakarta: FK-UI
78. Soewasti Soesanto, Sri. 1979. Dari Sanitasi Lingkungan Ke
Kesehatan Lingkungan. Jurnal Teknik Penyehatan, edisi Khusus Juni
1979, hlm 10-12
79. Suhendar, Iping. 1982. Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Bandung:
SPPH Depkes RI
80. Soemirat Slamet, Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
81. Suparlan, 1988. Pedoman Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat
Umum, Merdeka Print; Surabaya
82. Suparlan. 1994. Pedoman Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat
Umum dan Tempat Wisata. Ujung Pandang: PAM SKL Depkes RI

197
83. Sutresman, Evelyne. 1990. Pedoman Pengawasan Kesehatan Salon.
U. Pandang: Dinkes I Sul-Sel
84. Sutresman, Evelyne. Petunjuk Singkat Pembinaan dan Pengawasan
Penyehatan Hotel. Ujung Pandang: Subdin PKL Dinkes I Sul-Sel
85. Suwarno, FX Widiadi A. 2001.Tata Operasi Darat. Jakarta: Grasindo
86. Syamsu Rijal. 2000. Peningkatan Sumber Daya Manusia Usaha
Akomodasi dan Restoran. Kerjasama Akademi Pariwisata Makassar
dan Dinas Pariwisata Kabupaten Selayar.
87. Umar, Alimin. 1987. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Ujung
Pandang: FKM-UH
88. Van Atta, Floyd A. 1979. American National Standard: Minimum
Requirements for Sanitation in Places of Employement. New York:
ANS Institute
89. Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
90. Wasito, Sidik. 1973. Sejarah dan Prinsip-Prinsip Sanitasi. Jakarta:
AKK Depkes RI
91. WHO. 2005. International Health Regulation 2005(ab & edit Kumara
Rai). Rapat Pleno ke-8 23 Mei 2005 A58/VR/8
92. Widyati, Retno dan Yuliarsih. 2002. Higiene & Sanitasi Umum dan
Perhotelan. Jakarta: Grasindo

198

Anda mungkin juga menyukai