BAB I
KIMIA LINGKUNGAN
1.1 PENDAHULUAN
FLORA
CO2 OKSIGEN
MINERAL / ZAT
SEDEHANA
HERBIVORA
OMNIVORA
MATAHARI
BAKTERI
PEMBUSUK
KARNIVORA
OMNIVORA
BAKTERI
PEMBUSUK KOTORAN
DAN BANGKAI
1.4 PENCEMARAN
Ruang lingkup kimia lingkungan sesungguhnya sangat luas, karena
meliputi medium fisik lingkungan tempat bahan kimia terbesar; tanah, air,
dan udara. Masalah tempat lingkungan dapat timbul di ketiga medium
tersebut.
Pencemaran adalah masalah lingkungan yang dapat menimbulkan
gangguan kesejahteraan, kesehatan, bahkan jiwa manusia. Oleh karena itu
pembicaraan kita akan lebih banyak mengarah kepada soal pencemaran
lingkungan. Pencemaran umumnya timbul oleh kegiatan manusia yang tidak
memperhitungkan keadaan ekosistem. Akibatnya manusia sendiri yang
memperoleh kesukaran dan gangguan dalam hidupnya.
Pencemaran juga dapat timbul oleh proses yang melanda tiba-tiba
seperti : gempa bumi, grosi, banjir, letusan gunung merapi, tsunami dsb.
Proses alam demikian bisa menyebarkan bahan kimia yang menggangu
kesehatan, menimbulkan wabah penyakit, kerusakan fisik alam sendiri, dan
lain-lain pokoknya timbul pencemaran.
7
merupakan suatu jalan keluar dari satuan tempat kerja dimana tidak
mungkin diusahakan absennya zat-zat kimia sekali.
Karena itu di cari kadar-kadar yang aman sebagai pedoman yaitu
NAB. NAB berguna sekali sebagai : kadar standar untuk perbandingan,
pedoman untuk perencanaan dan desain suatu peralatan atau proyek,
pedoman substitusi bahan yang toksis dengan zat yang kurang teksis,
sebagai pembantu dalam menentukan gangguan-gangguan atau penyakit
akibat bahan kimia.
Misalnya NAB untuk timbal = 0,2 mg /m3 udara. Artinya udara
dalam pabrik harus mengandung timbal lebih kecil dari 0,2 mg / m 3 udara.
Maka haruslah diadakan pengukuran-pengukuran secara periodik
terhadapnya.
Tabel 1.1 : Kontribusi Gas-gas pada efek Rumah Kaca dan sumber Emisi
Global
Kontribusi
Gas pada efek Sumber emisi global %
rumah kaca
CO2 45 – 50 % Batu bara 29
Minyak Bumi 29
Gas Alam 11
Penggundulan Hutan 20
Lainnya 10
CH4 10 – 20 %
Sumber : Kantor Menteri Negara KLH, 1990, Rukaesih Achmad,
2004
tahun 1986 telah mencapai 30,7 Ha. Kerusakan hutan akibat hujan
asam sekarang ini makin meluas dan makin meningkat tingkat
kerusakannya.
lama jumlahnya makin meningkat bila kerusakan lapisan ozon tidak cepat
ditanggulangi.
Rusaknya lapisan ozon berpengaruh pada bentuk kehidupan lain.
Dari 300 jenis tanaman pertanian dan spesies tumbuhan lain lebih dari
separuhnya sangat peka terhadap ultraviolet, seperti : kacang, melon, kubis
dan sebagainya. Peningkatan radiasi UV-B dapat menurunkan kualitas
tomat, kentang, kubis, dan kedelai serta menurunkan produksi pertanian dan
kehutanan.
Radiasi UV-B juga dapat menimbulkan kerusakan sampai 20 m di
bawah permukaan air yang jernih, terutama berbahaya bagi plankton, benih
ikan, udang dan kepiting serta tumbuhan yang memegang peranan penting
dalam rantai makanan di laut.
ozon tersebut menjadi molekul oksigen biasa (O 2). Reaksi perubahan ozon
menjadi molekul oksigen terlihat di bawah ini :
CFC13 + uv CFC12 + c1
C1 + O3 C1O + O2
O2 + uv energi 2O
C1O + 2O O2 + C1
C1 + O3 C1O + O2
(Kembali ke step 2 dan reaksi berlanjut terus)
Senyawa lainnya yang sekerabat dengan CFC yaitu halon, ternyata
lebih merusak lapisan ozon. Halon yang digunakan sebagai pemadam
kebakaran ternyata merusak ozon sepuluh kali lebih efektif dari CFC. Halon
meskipun dengan konsentrasi sangat rendah di atmosfer kadarnya akan
meningkat 2 kali dalam kurun waktu 5 tahun. Jenis CFC yang paling
merusak ozon ini, kadarnya juga meningkat cepat di atmosfer. Konsentrasi
CFC 11 (CFC13) dan CFC 12 (CF2C12) meningkat 2 kali setiap 17 tahun,
sedangkan CFC 13 setiap enam tahun.
Senyawa khloroflour karbon (CFC) ini juga sangat membahayakan
karena berumur panjang. Di bawah ini rata-rata umur dari beberapa senyawa
CFC dan Halon.
Tabel 1.3 Jenis dan Rata-rata Umur CFC di Atmosfer
Jenis CFC Rata-rata umur di atmosfer
CFC – 11 17 tahun
CFC – 12 111 tahun
CFC – 13 90 tahun
Halon – 1301 110 tahun
Sumber : Manahan, 1994
Beberapa senyawa kimia lainnya yang berperan dalam merusak
lapisan ozon adalah CC14 (karbon tetrakhlorida), CFCL3 (metil chloroform)
dan NO2 (nitrogen dioksida).
BAB II
LINGKUNGAN ATMOSFER
2.1 ATMOSFER
Lapisan dunia dimana lingkungan hidup berfungsi dinamakan
biosfir. Bagian teratas dari biosfir ini ialah atmosfer. Atmosfer merupakan
selimut gas yang tebal dikelilingi bumi. Tanpa atmosfer suhu equator pada
siang hari dapat mencapai 900C dan pada malam hari akan mencapai suhu -
140 0C.
Atmosfer membakar meteor yang akan menimpa permukaan bumi
dari angkasa. Atmosfer merupakan medium untuk suara, penerbangan,
telekomunikasi yang memerlukan elektron yang berada di bagian atas.
Tanpa udara tidak akan ada awan, angin, hujan, salju, dan api. Maka jika
tidak ada atmosfer, bumi ini akan sunyi senyap dan steril seperti bulan.
Atmosfer juga bertindak sebagai saringan bagi sinar matahari yang
menimpa bumi, kadar sinar ultra unggu yang mematikan ditahan oleh
atmosfer, gelombang elektromaknit yang samapi ke bumi hanya bagian
“sinar tampak” (jenis optis) dan gelombang radio.
Kita tidak mungkin menentukan batas atmosfer karena makin jauh
dari bumi keadaanya makin tipis, tidak terdapat batas antara atmosfer dan
kekosongan angkasa luar. Akan tetapi kita masih bisa menyatakan bahwa
75% atmosfer terletak dalam jarak 30 km. Jumlah massa (jasad) atmosfer
diperkirakan 5,5 x 1015 ton.
Sifat-sifat kimia dan reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya sangat
ditentukan oleh karakteristik fisik atmosfer seperti suhu, tekanan. Terjadinya
perbedaan tekanan dan suhu atmosfer disebabkan oleh adanya perbedaan
altitude dan latitude. Hal ini yang menyebabkan adanya pembagian wilayah
(region) atmosfer bumi.
Atmosfer bumi dibagi menjadi bagian wilayah yang berbeda, dan
pembagian ini tergantung pada sistem klasifikasinya. Pembagian yang
umum didasarkan pada bagian bawah (lower atmosfer), kurang lebih sampai
ketinggian 50 Km dan atmosfer bagian atas (upper atmosfer) yaitu > 50 Km
24
sampai batas gaya tarik bumi. Bahan-bahan kimia yang terdapat di kedua
wilayah ini sangat berbeda juga reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya.
Klasifikasi lain didasarkan pada wilayah homesphere yang mempunyai
kandungan bahan dengan variasi sedikit dan heterosphere yang mempunyai
komposisi dengan variasi yang cukup banyak.
Sistem pembagian wilaya atmosfer yang paling umum digunakan
didasarkan pada perbedaan temperatur dengan ketinggian (altitude).
Karakteristik dari perbedaan temperatur ini dapat dilihat dari perbedaan
temperatur ini dapat dilihat pada Tabel 2.1., dan diperlihatkan secara
sistematik dalam gambar 2.1.
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Atmosfer dan Karakteristiknya.
Wilayah Suhu Altitude Spesi bahan
(Region) (0C) (Km) Kimia
Troposfer Sampai -56 0 sampai (10-16)* N2, 02, C02,
Straposfer -56 sampai -2 (10-16) sampai 50 H20
Mesofer -2 sampai -92 50 sampai 85 03
thermosfer -92 sampai 1200 85 sampai 500 02+, N0+
02+, 0+, N0+
Sumer : Manahan, 1994
.* batas troposfer dengan straposfer bervariasi antara 10-16 Km.
5
Mgh x 10
log Ph=log Po−
2,303 RT
Reaksi Fotokimia
Reaksi-reaksi fotokimia meskipun pada keadaan tanpa katalis dapat
berlangsung pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi
lainnya. Beberapa reaksi fotokimia yang dipengaruhi radiasi matahari,
memegang peranan penting dalam menentukan sifat dan batas perjalanan
zat-zat kimia dalam atmosfer.
Nitrogen dioksida, NO2 merupakan jenis senyawa kimia yang
secara fotokimia paling efektif dalam atmosfer tercemar, dan merupakan
komponen utama dalam proses pembentukan kabut. Suatu spesi seperti NO2
dapat mengabsorsi cahaya dari energi hv dalam suatu reaksi yang
menghasilkan suatu molekul dengan sebuah elektron tereksitasi yang
dinyatakan dengan tanda *.
NO2 + hv NO2*
Molekul-molekul dengan elektronteresitas adalah salah satu
dari tiga jenis spesi yang relatif reaktif dan tidak stabil yang jumlahnya
sangat banyak di atmosfer dan banyak perperan dalam proses-proses kimia
atmosfer. Dua jenis lainnya adalah atom-atom atau fragmen-fragmen
molekuk dengan elektron tidak perpasangan, yang disebut radikal bebas,
dan atom-atom terionisasi atau frgmen-fragmen molekul.
Sebuah molekul yang memperoleh energi dari penyerapan cahaya
akan kehilangan energi dengan sejumlah proses. Jenis tereksitas seperti O2*
memberi energinya ke molekul atau atom-atom yang dinyatakan dengan
Mg, oleh suatu proses yang dikenal sebagai pemadaman fisik
O2 * + Mg O2 + Mg
Akibat proses yang terjadi ini, terjadilah kenaikan kalor
disekelilingnya. Spesi dalam keadaan tereksitas dapat mengalami dissosiasi,
suatu proses yang dominan terjadi pada atom oksigen dalam atmosfer
dengan altitude yang lebih tinggi.
O2 * O + O
Spesi oksogen yang tereksitas juga dapat memalui suatu reaksi langsung
seperti :
O2 * + O3 2 O2 + O
30
2.4 U D A RA
Yang majadi perhatian kita sekarang ialah atmosfer paling bawah
yaitu yang berisi udara dan langsung menyangkut hidup manusia dengan
segala aktivitasnya. Seperti diketahui udara adalah campuran beberapa
macam gas yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia dan organisme
lain di dunia ini. Bagian udara yang terpenting dan langsung berhubungan
dengan hidup kita adalah oksigen, karbondioksida, nitrogen, uap air, dan
ozon yang terdapat disebelah atasnya.
Nitrogen merupakan pengencer oksigen, tidak mempunyai reaksi
biologis secara langsung pada mahluk hidup, kecuali pada keadaan tertentu,
tetapi digunakan oleh bakteri dan tumbuhan tertentu. Oksigen esensial bagi
jasad hidup untuk memperoleh energi biologis, yaitu sebagai bahan
pembakar dalam jaringan tubuh. Karbondioksida memegang peranan
penting pada prosesb fotosintesis pada tetumbuhan, pengatur pernapasan,
dan mengatur sistem bufer dalam darah. Pada umumnya komponen udara
itu penting untuk proses kehidupan, dan partisipasinya dalam beberapa hal
31
hanya zat yang toksis, zat yang toksis jika kadar sangat rendah mungkin
tidak berbahaya bagi kesehatan, sebaliknya zat yang tidak toksis dapat
menjadi toksis kadarnya cukup tinggi untuk untuk dihadapi seseorang. Al
hasil kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, dan oleh sebab itu dalam
toksikologi lingkungan terdapat pengertian efek akut dan efek kronis (efek
jangka panjang) sebagai akibat kontak dengan bahan pencemar.
Maka dari itu untuk hal praktis, kententuan mengenai “pencemaran
udara” dapat dikemukkan sbb : Pencemaran udara terjadi jika keadaan
atmosfer umumnya mengandung suatu bahan dengan kadar yang dapat
menimbulkan kemudaratan terhadap manusia atau lingkungan sekitarnya.
Anggapan yang terakhir ini akan lebih jelas setelah kita bicarakan
bermacam-macam bahan kimia yang terdapat dalam atmosfer.
Bahan-bahan pencemar terhadap udara yang terjadi oleh kegiatan
manusia umumnya dapat dibagi menjadi tiga katagori : partikel-partikel
benda, gas anorganik, dan gas zat organik. Polutan cair dan padat dapat
merupakan partikel-partikel yang sangat halus dan ringan sehingga untuk
beberapa lama dapat berada di udara, seperti debu, jelaga, abu, embun dsb.
Di samping itu yang menghawatirkan para ahli kesehatan ialah
terdapatnya partikel logam seperti : timah, nikel dan senyawanya, kadmium,
berilium, dan air raksa. Semua itu merupakan bahan pencemar yang kuat.
Gas zat organik yang biasa disebar di udara meliputi oksida
nitrogen, oksida karbon, oksida belerang, amoniak, klor, dan hidrogen
sulfida. Gas zat organik meliputi persenyawaan hidrokarbon seperti metan,
bensin, asetilen dan etilen, aldehida, keton, benzopren, alkohol dan beberapa
asam organik.
Jumlah dan variasi polutan udara senantiasa berubah dan
bertambah selama manusia terus memproduksi bahan kimia baru dan
menggunakannya.
Sebagian bahan kimia itu tersebar ke atmosfer melalu proses-proses
dalam industri dan mengubah susunan udara. Sebagai contoh penggunaan
asbes yang mula-mula hanya di gunakan dalam bentuk lembaran dan
sebagai isolator panas, kini mulai di gunakan pembuatan gedung-gedung
33
2.6 OKSIGEN ( O2 ).
Oksigen merupakan unsur terbanyak pada struktur bumi dan terikat
sebagai persenyawaan. Di udara oksigen berupa molekul bebas dengan
rumus kimia 02.
O3 O2
Dan ini terjadi di stratosfer yang dikatalis oleh sejumlah bahan kimia baik
secara alamiah maupun polutan, seperti NO, NO 2, N2O, HO ; HOO, C1O,
C1, Br, dan BrO.
Reaksi penguraian ozon yang terbaur diketahui adalah reaksi ozon
dengan atom oksigen,
O3 + O O2 + O2
Dimana atom oksigen yang diperlukan berasal dari reaksi
epmisahan azon yang lain.
O3 + hv O2 + O
38
terjadi jika ada sinar matahari, oleh karena itu produksi oksigen terbatas
kepada jumlah sinar matahari yang langsung mengenai tetumbuhan yang
disebut “daerah pemotretan”. Produksi oksigen oleh ekosistem secara
keseluruhan ditentukan oleh jumlah energi cahaya matahari yang mengenai
tanaman yang secara efisien dapat melaksanakan fotosintesis dan suhu yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.
Kadar oksigen dalam air laut bergantung kepada pengaruh
organisme air, suhu dan kadar garam (salinitas). Pada suhu rendah, oksigen
terlarut lebih banyak dari pada suhu tinggi, air pada suhu 6 0C
misalnya
dapat menahan oksigen satu setengah kali lipat dari pada suhu 24 0C
,
kelarutan oksigen pada 0 0C adalah 15 ppm.
Penguraian zat organik oleh jasad renik dapat menguras oksigen
yang terlarut dalam air bagian bawah yang diam. Hal itu berlangsung pada
musim panas (jasad renik biasa bekerja pada suhu 37 ) dan banyak
0C
terjadi oksigen dalam air yang terkena cemaran, yakni bekerjanya bakteri
anaerob. Bakteri ini umumnya menguraikan zat organik menjadi zat yang
beracun dan tidak dikehendaki. Hal itu berbeda dengan pekerjaan bakteri
aerob yang menghasilkan senyawa tidak beracun, seperti air, karbondioksida
dan nitrogen misalnya. Kadar oksigen tadi disebut BOD karena yang
memegang peranan dalam hal ini adalah jasad renik (bakteri).
Di samping itu sering pula digunakan istilah COD (chemical
oxygen demand). Istilah ini lebih cocok untuk bidang kimia. Dalam
menentukan harga COD, yang digunakan sebagai oksigen ialah bahan kimia
yang mengandung oksigen dan bukan dengan perantaraan bakteri tetapi
analisis kimia. Biasanya kalium permanganat (KMn04) atau oksigen lainnya
digunakan untuk mengoksidasi atau menguraikan zat organik dalam air.
Oksigen yang ekuievalen dengan KMn04 itu menunjukkan jumlah zat
organik yang terdapat dalam contoh air yang diperiksa.
Sebelum menentukan BOD biasanya kita menentukan dulu DO
(dissolved oxygen), oksigen yang terlarut. Hal itu perlu sekali karena
kekurangan oksigen terlarut merupakan bahaya bagi organisme air, atau
ikan yang biasa dimakan. Kalau zat organik berkadar tinggi dalam air,
oksigen dalam air itu akan cepat berkurang, akibatnya ikan mati.
Pengurangan kadar oksigen sebanyak 3 mg/liter dapat menyebabkan
beberapa hal sebagai berikut : telur ikan tidak bisa menetas, emrio ikan
menjadi lebih kecil, ikan muda menunjukkan kelainan bentuk, terjadinya
pengumpulan darah dipercepat, pertumbuhan terhambat, kelemahan
bergerak, nafsu makan berkurang dan ikan kurang tahan terhadap racun.
kuat, tetapi radiasi ini tidak cukup energik untuk menyebabkan terjadinya
reaksi kimia.
Gas kabon dioksida larut dalam air. Air laut mengandung kurang
lebih 100 ppm CO2. Hal itu menguntungkan tetumbuhan laut terutama
fitoplankton, karena dapat menyelenggarakan fotosintesis. Kadar CO2
dalam air permukaan di daratan dapat mencapai 20 ppm paling tinggi. CO 2
dalam air berasal dari dua sumber : gas larut dari atmosfer dan CO2 yang
dilepas organisme pada proses pernapasan. Air yang menyerap CO 2 karena
bereaksi menjadikan asam karbonat yang lemah, CO2 (g) + H2O (1)
--------- H2CO3 (ag).
Reaksi bolak balik di atas menyebabkan H2CO3 dapat bertindak
sebagai reservior CO2 yang diperlukan oleh tetumbuhan jika CO2 yang
larut berkurang. Sebagian asam karbonat berionisasi menjadi ion karbonat
dan ion bikarbonat sbb :
H2CO3 (aq) ----------- H+ (aq) + HCO3(aq)
HCO3 (aq) ----------- H+ (aq) + CO3 (aq)
Ketiga reaksi diatas adalah reaksi keseimbangan yang bisa bergeser ke kiri
atau ke kanan bergantung kepada CO2 yang ditambahkan oleh organisme,
keasaman dan kebasaan air dan suhu.
2.8 KARBONMONOKSIDA CO
Kadar C0 dalam atmosfer sukar ditentukan dengan tepat. Beberapa
contoh didapati mempunyai kadar CO sebesar 0,5 ppm. Akan tetapi kadar
secara keseluruhan dalam atmosfer dunia sekitar 0,1 ppm.
Gas CO tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak
merangsang. Oleh karena itu kehadirannya di udara sukar diketahui.
Keracunan CO umumnya keracunan akut. NAB CO adalah 100
ppm untuk waktu kontak 8 jam sehari (pada tahun 1964 ditentukan NAB
CO adalah 100 ppm), tetapi ternyata kemudian kadar lebih dari 50 ppm
menimbulkan pengaruh buruk terhadap susunan saraf pusat. Bagi orang
yang tidak tahan terhadap CO, kadar 120 ppm dengan waktu kontak 1 jam
sudah menimbulkan gelaja keracunan, demikian pula kadar 30 ppm untuk
kontak 8 jam. Hal di atas disarankan oleh The California Departement of
Public Health.
49
2.9 NITROGEN, N2
Nitrogen adalah unsur kimia yang berbentuk gas dan merupakan
unsur terbanyak jumlahnya dalam atmosfer, lebih dari 78%. Akan tetapi
jumlahnya besar, afinitas kimianya kurang, dan sebegitu jauh boleh
dikatakan inert.
NITROGEN
ATMISFER
PEMBAKARAN
NO
OKSIDASI
PELARUT
N03
NITRAT
51
lebih lanjut yang menghasilkan kembali radikal HO. ketika beraksi dengan
NO, atau ozon, O3.
HOO. + NO NO2 + HO.
HOO. + O3 2 O2 + HO .
Radikal hidroperoksil lebih lambat dengan spesi lain dari pada
radikal hidroksil. Sukar untuk mempelajari radikal ini karena tidak mudah
untuk memperoleh radikal hidroksil secara bebas.
NITROGEN MONOKSIDA, NO
Atmosfer hanya mengandung sedikit sekali gas ini, sekitar
beberapa ppb. (1 ppb = 0,001 ppm). Gas ini tidak berwarna. Gas ini
banyak timbul dalam industri asam nitrat dan proses kimia yang lain. Jika
gas ini terlepas ke uadara akan segera bereaksi dengan oksigen membentuk
gas yang lebih berbahaya, yakni NO2 2 NO (g)m + O 2(g) =========== 2
NO2 (g)
Pada suhu tinggi keseimbangan bergeser kekiri yang menghasilkan gas
NO kembali. Bekerja dengan gas tersebut harus hati-hati, sedapat mungkin
memakai masker gas dan ventilasi udara ruangan termpat bekerja harus
cukup baik.
Pembakaran bensin dalam motor mula-mula menghasilkan juga
NO pada daerah suhu tinggi (dekat mesin), tetapi sesudah sampai di udara
bereaksi lagi menjadi N02 seperti di atas. Toksisitas NO sudah dijajagi
karena pada suhu biasa gas itu sudah berubah menjadi NO 2 dan reaksinya
sangat cepat.
lebih kecil dari pada yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor di kota
besar. Nitrogen dioksida adalah racun yang mematikan, keracunan NO2
mungkin tidak diketahui dengan segera, karena karbin tidak merasa apa-
apa. Kebakaran dalam paru-paru dapat terjadi dengan cepat sekali dan
mungkin tidak menimbulkan perasaan pusing atau rasa kelainan.
Pengumpulan air dalam paru-paru (edema) dapat terjadi beberapa hari
kemudian yang mungkin bisa menyebabkan kematian. Efek seperti itu
dapat berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan.
Menghirup udara berisi NO2 20 ppm dapat menimbulkan kematian
dalam waktu singkat. KTD NO2 adalah 5 ppm. Percobaan dengan tikus
menunjukkan bahwa kadar NO2 138 ppm dapat mematikan 50% hewan
percobaan dalam waktu 30 menit. Gas NO2 kurang keras dari ozon, tetapi
kedua-duanya mengakibatkan edema secara akut dan bisa mematikan.
AGGIH menentukan NAB untuk NO2 sama dengan 5ppm, akan
tetapi beberapa peneliti menunjukkan dengan percobaan kronis dalam
paru-paru dapat terjadi karena pendedahan terhadap kadar N02 yang
rendah. Oleh karena itu NAB 5 ppm untuk pendedahan tiap hari
diragukan, demikian pula timbul dugaan bahwa pendedahan lama
terhaddap udara dengan kadar NO2 rendah (lebih kecil dari 1 ppm), dapat
mengakibatkan terbentuknya senyawa karsinogenok (dapat menimbulkan
kanker).
Asap sigaret dan serutu berisi antara 330 sampai 1500 ppm
nitrogen oksida dan dilepas oleh pernafasan, mungkin terisap juga oleh
paru-paru. NO2 juga dapat merusak tanaman, kadar 4 ppm dalam uadara
merusak daun selama pendedahan 4 jam. NO2 bereaksi dengan air
membentuk asam nitrat dan nitrogen monoksida.
3 NO2 (g) + H2O (g) =========== 2 HNO3 (g) + NO (G)
Uap asam nitrat dalam atmosfer hampir semuanya bereaksi dengan
anomia dan membentuk amonia nitrat. Mungkin sekali NO 2 yang tidak
mengalami reaksi fotokimia berubah menjadi garam yang membentuk
aerosol di udara.
58
S03
OKSIDASI
S02
PENGENDAPAN PEMBAKARAN
PEMBUSUKAN PENYERAPAN OLEH TANAMAN
OKSIDASI
DAN
ZAT ORG. MENGANDUNG BELERANG PENGENDAPAN
MINERALISASI
SULFAT ANORG.
ASIMILASI REDUKSI
REDUKSI OKSIDASI
SULFUR, SULDIDA
MINERALISASI PELAPUKAN
60
Ada beberapa zat penawar bagi racun sianida misalnya amil nitril.
Korban disuruh menghisap amil nitril (CH2 (CH2)3−¿¿ CONO) dan atau
karbon itu diberi suntikan N2NO2. Amil nitril mudah bereaksi dalam badan
membentuk methemoglobin, dan methemoglobin segera bereaksi dengan
CN-, memisahkan CN- dari aliran darah.
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) dapat bereaksi dengan CN- dalam
darah menghasilkan SO3́ dan ion tio sianat (CNS-) yang kedua-duanya
tidak begitu beracun seperti CN- ; oleh karena itu natrium tiosulfat juga
dapat digunakan sebagai penawar keracunan CN-. Biasanya suntikan
setelah NaNO2. Gas HSN atau daram sionida hanya banyak terdapat dalam
lingkugan industri yang telah disebutkan di atas ; tetapi dalam
laboratorium juga kadang-kadang ada dipakai, karena itu perlu hati-hati
menghadapinya.
2.12 AEROSOL
Aerosol adalah sistem koloid dimana gas sebagai medium konterin
dan zat padat atau zat cair sebagai fasa dispers. Misalnya : asap, embun,
debu, awan, busa, dsb. Dalam ilmu lingkungan aerosol ini biasanya disebut
“partikulat” (particulates) partikulat ini dapat merupakan bahan pencemar
bagi udara.
Partikulat tidak semuanya nampak pada mata sebagai suspensi
partikel-partikel zat padat yang mikroskopis : bahan kimia, cairan, garam
laut, serbuk bunga, bakteri dan virus banyak sekali beterbangan di udara
merupakan partikulat. Beberapa diantaranya dapat menyebabkan
kerusakan dan sakit kepada manusia.
Aerosol lain yang mengandung penyebab sakit adalah, debu timbal
dari kendaraan bermotor, asbes, abu yang melayang, penyebaran debu
gunung berapi, serbuk pestisida, embun asam sulfat dan debu logam.
Beberapa senyawa (za) lagi diketahui sebagai tambahan pertikules yang
jumlahnya sedikit berada di udara, mungkin termasuk zat-zat beracun yang
belum dapat dipastikan efeknya.
2.13 S M O G
Perkataan SMOG merupakan singkatan dari “Smoke-fog”, asap-
kabut. Istilah-istilah itu mula-mula digunakan oleh H.A. Dee volux pada
1911 dalam laporannya mengenai “smoke – fog” yang membawa bencana
kematian. Laporan itu berisi tentang dua peristiwa selama musim gugur
1909 di Glasgow, Skotlandia yang menyebabkan tewasnya 1063 orang
karena asap dan kabut, pada tahun belakangan ini pencemaran udara
makin bertambah kritis, di daerah itu beberapa bencana sering terjadi
karena smog dan menyebabkan tewasnya atau kecelakaan serius.
66
BAB. III
LINGKUNGAN AIR
besar terdiri atas air. Seperti sudah di jelaskan sebelumnya tubuh manusia
sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air, di dalam jaringan lemak
terdapat kira-kira 90%, darah dan getah bening sebagian besar terdiri dari
air. Jika tubuh manusia kehilangan seluruh cadangan lemak masih bisa
bertahan, tetapi kehilangan 20% saja air dalam tubuh bisa mengakibatkan
kematian.
Selain peranannya dalam kehidupan manusia air juga mempunyai
peranan besar dalam penularan penyakit karena air yang dikonsumsi tidak
memenuhi syarat karena adanya polusi dari berbagai aktivitas manusia
seperti industri, pemukiman, dan lain-lain.
Air yang menguap akan naik ke atas sampai pada suatu titik
dimana suhu udara sekeliling sama dengan suhu uap air selanjutnya akan
mengalami proses kondensasi sehingga akan terbentuk titik-titik air
kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Sebagian air hujan yang tiba
dipermukaan bumi akan masuk ke dalam lapisan tanah disebut infiltrasi. Air
hujan yang masuk kedalam tanah dapat keluar kembali kesungai-sungai
(interflow) dan yang tersimpan di dalam tanah disebut groundwoter.
Berdasarkan siklusnya maka sumber air dapat diklasifikasikan menjadi air
hujan, air tanah, dan air permukaan. Ketiga sumber air tersebut belum dapat
diketahui mana yang benar-benar memenuhi persyaratan air minum dan air
bersih, karena setiap sumber air itu mempunyai kelemahan masing-masing
baik kuantitas maupun kualitasnya. Sifat / karakteristik sumber air tersebut
sebagai berikut :
1. Air Hujan
Umumnya kualitasnya cukup baik, selain itu air hujan bersifat
lunak (soft woter) karena sedikit / kurang mengandung larutan garam dan
zat mineral sehingga terasa kurang segar dan dari segi bakteriologis
relatif lebih bersih, namun untuk daerah-daerah perkotaan dan industri
kualitasnya kurang memenuhi syarat karena adanya kontaminasi dari
bahan-bahan buangan industri dan pemukiman.
2. Air Permukaan
Air permukaan seperti sungai, danau, maupun waduk umumnya
kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia karena kualitas air
permukaan akan selalu berubah-ubah karena adanya pencemaran dari
berbagai aktivitas disekitarnya. Sehingga apabila dijadikan sumber air
bersih harus diolah terlebih dahulu agar tidak mengakibatkan gangguan
kesehatan.
3. Air Tanah
Air tanah adalah air yang meresap ke dalam tanah kemudian
tersimpan atau terperangkap di dalam tanah dan bergabung membentuk
lapisan air tanah yang disebut aquifer.
72
poten (dapat menimbulkan penyakit) harus dihilangkan dari dalam air denga
cara pengolahan. Beberapa jenis mikroorganisme yang umumnya terdapat
dalam air adalah bakteri, jamur, ganggang, dan virus.
Virus tidak dapat tumbuh sendiri, tetapi berproduksi dalam
organisme lain. Ukuran virus amat kecil, berkisar antara 1/30 hingga 1/20
ukuran sel bakteri, dan dapat menyababkan berbagai penyakit seperti polio,
hepatitis, dan bahkan mungkin kanker. Karena ukurannya kecil dan tidak
stabil secara biologis, maka virus sulit untuk diisolasi dan dibiakkan
Mikroorganisme yang penting dalam kimia akuatik dibedakan atas
beberapa kategori yaitu, jamur, ganggang, dan bakteri. Jamur dan bakteri
(kecuali untuk proses fotosintesis) diklasifikasikan sebagai pengurai dan
pembentuk, yaitu sebagai pemecah senyawa kimia menjadi bahan yang
lebih sederhana, sehingga kemudian dapat mengestrak energi yang
diperlukan untuk pertumbuhannya dan proses metabolisme. Contoh reaksi :
ganggang merupakan pembentuk karena algae menggunakana energi cahaya
dan menyimpannya sebagai energi kimia, sehingga bila tidak ada matahari,
algae menggunakan energi kimia untuk kebutuhan metabolismenya.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, bakteri dan jamur dapat dipandang sebagai
katalis lingkungan, sedangkan ganggang berfungsi sebagai sel bahan bakar
solar akuatik (Gambar 3.1).
JAMUR
Jamur merupakan organisme non-fotosintesis dan dapat tumbuh
pada daerah lembab dengan pH yang rendah, yang mengakibatkan bakteri
74
tidak dapat hidup. Dilain hal, jamur lebih toleran terhadap konsentrasi tinggi
ion logam berat dari pada bakteri. Jamur yang kebanyakan heterotropik,
menghasilkan senyawa karbon (C) dan energi dari degradasi senyawa
organik.
Struktur jamur beragam, dari yang sederhana dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskopis sedikit lebih besar dari bakteri dan biasanya
berukuran 5 – 10 mikron. Fungsi terpenting jamur dalam lingkungan adalah
untuk menguraikan selulosa dalam kayu dan bahan tumbuhan lainnya.
Untuk itu, sel jamur mengeluarkan enzim (katalis biologis) yaitu selulose.
Jamur tidak dapat hidup dengan baik dalam air, tetapi memainkan peran
penting dalam penentuan komposisi air alam dan limbah. Karena produk
penguraiannya yang masuk ke dalam air. Sebagai contoh produk penguraian
material tumbuhan mati adalah material humad (humus) dengan bantuan
mikroorganisme. Material humad ini bersifat asam akibatnya pH tanah dan
air menjadi turun.
GANGGANG
Ganggang berbeda dari bakteri dan jamur dalam hal
kemampuannya melaksanakan proses fotosintesis, dan pemanfaatan oksigen
pada pertumbuhannya. Ganggang dapat dianggap sebagai organisme yang
mikrokoois yang tergantung pada bahan organik sebagai hara untuk
menghasilkan bahan organik dengan proses fotosintesis.
Bahan makanan yang diperlukan ganggang antara lain :
Karbon (dari CO2 atau HCO3-)
Nitrogen (umumnya NO3-)
Fosfor (sebagai senyawa arthophospat)
Belerang (sebagai SO4-)
Dari elemen lain seperti Na, K, Ca, Mg, Fe, Co, dan Mo
Dalam bentuk sederhana, produksi bahan organik oleh fotosintesa
ganggang dapat dijelaskan oleh reaksi sebagai berikut :
CO2(g) + H2(C)O ------------------- (CH2O) + O2(g) ……….. (3.1)
75
BAKTERI
Bakteri dapat berbentuk batangan, bulat, atau spiral. Bakteri dapat
tumbuh sendiri-sendiri atau berkelompok dalam jumlah dua sampai jutaan
sel individual (tunggal). Kebanyakan bakteri berukuran 0,5 – 0,3 mikron,
meskipun yang berbentuk spiral dapat mencapai panjang 15 mikron.
Berdasarkan ukuran bakteri ini, maka untuk menyaring benda-benda terlarut
dan bakteri dari air diperlukan ukuran saringan 0,45 mikron.
Aktivitas metabolisme bakteri dipengaruhi oleh ukurannya yang
kecil. Bakteri mengeluarkan eksoenzim cazin untuk menguraikan bahan
makanan dapat menjadi komponen larut yang dapat menembus dinding sel
bakteri, sehingga proses pencernaan disempurnakan.
76
2. Heterotropik
Bakteri heterotropik tergantung pada senyawa organik, baik untuk
energi maupun untuk dapat membangun biomassanya. Bakteri ini relatif
lebih sering dijumpai dari pada bakteri autotropik. Bakteri heterotropik
merupakan mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap penguraian
senyawa pencemar organik dalam air dan sampah organik dalam proses
pengolahan air secara biologis.
Penggolongan bakteri yang lain adalah berdasarkan kebutuhan
molekul oksigen. Dalam hal ini bakteri dibedakan atas :
77
Katalis
1/4 O2 + 1/4 {CH2O}n 1/4 CO2 + ¼ H2O G=29,9 kkal ….(3.4)
(enzim)
senyawa nitrat dan sulfat. Produksi metana berperan penting dalam siklus
karbon lokal dan global serta dekomposisi anaerobik bahan organik.
Proses ini merupakan sumber metana (+ 80%) yang masuk ke
atmosfer. Karbon untuk pembentukan metana diperoleh dari reduksi oksigen
dan fermentasi bahan organik terutama asetat.
Jika oksigen tidak ada, CO2 bertindak sebagai penerima elektron
sehingga gas metana dihasilkan sesuai reaksi berikut :
Mikroorganisme
1/8 CO2 + H+ + e- 1/8 CH4 + 1/4 H2O ……….. (3.5)
Reaksi ini dipengaruhi oleh bakteri pembentuk metana.
Apabila bahan organik didegrasi secara mikrobial, maka reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
1/4 {CH2O} + ¼ H2O 1/4 CO2 + H+ + e- ………………. (3.6)
Rekasi keseluruhan degradasi anaerobik bahan organik dengan bantuan
bakteri pembentuk metan, dari persamaan (3.5) dan (3.6) adalah berikut ini :
¼ {CH2O} -------- 1/8 CH4 + 1/8 CO2 G=-5,55 kkal ….…….. (3.7)
Rekasi ini merupakan serangkaian proses yang kompleks yang disebut pula
sebagai reaksi fermentasi yaitu seatu reaksi redoks. Pada reaksi ini baik
bahan yang digunakan untuk reaksi oksidasi maupun untuk reaksi reduksi
adalah bahan organik.
Bakteri pembentuk metana adalah Methanobacterium,
Methanobacillus, Methanococcus, dan Methanosarcina. Bakteri pembentuk
metana harus bersifat anaerobik. Proses pembentukan metana penting sekali
dalam degradasi limbah organik, misalnya pada proses pengolahan limbah
secara biologis yang dikenal sebagai proses lumpur aktif (activated sludge).
Beberapa bakteri dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon yang
lebih tinggi dan menggunakannya sebagai sumber energi dan karbon,
misalnya Micrococcus, Pseudomonas, Mycobacterium, dan Nocardia.
Sebagai contoh : oksidasi mikrobiologis alkana yang melibatkan perubahan
bentuk rantai CH3 menjadi –CO2H (asam karboksilat). Setelah pembentukan
asam karboksilat dan alkana, terjadi oksidasi lebih lanjut yang disebut
oksidasi –.
79
…………. (3.9)
Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan proses yang penting pada air dan tanah.
Reaksi secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
¼ O2 + 1/4 NH4+ ---------- 1/8 NO3_ + 1/4 H+ + 1/8 H2O ………. (3.11)
Di alam, proses ini dikatalisis oleh dua jenis bakteri yaitu Nitrosomonas dan
bakteri Nitrobacter.
Nitrosomonas
NH3 + 3/2 O2 H+ + NO2- + H2O ……………. (3.12)
Nitrobakter
NO2- + 1/2 O2 NO3- ………………...... (3.13)
1/2 NO2- + 1/4 O2(g) ------- 1/2 NO3 G = -9.0 kkal …….. (3.15)
Reduksi Nitrat
Reaksi yang terjadi secara sederhana adapat digambarkan sebagai
berikut :
1/2 NO3- + 1/4 {CH2O} ------ 1/2 NO2- + 1/4 CO2 + 1/4 H2O ….. (3.16)
81
Faktor pembatas pada reduksi nitrat adalah NO2- yang bersifat toksik dan
cenderung menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk itu dibutuhkan nitrat
sebagai sumber oksigen agar pertumbuhan bakteri normal kembali.
Denitrifikasi
Denitrifikasi merupakan proses pengurangan nitrat dalam bentuk
N2 gas. Denitrifikasi merupakan mekanisme fiksasi nitrogen ke atmosfer.
Proses denitrifikasi juga digunakan pada pengolahan air tahap lanjut yang
berfungsi untuk menghilangkan nitrogen dalam bentuk organik atau amino.
Proses denitrifikasi tidak berakibat negatif terhadap pertumbuhan bakteri
dalam kondisi anaerobik karena merupakan bahan yang non-toksik.
Reaksi :
1/5 NO3- + 1/4 {CH2O} + 1/5 H+ ------- 1/10 N2 + 1/4 CO2 + 7/2 H2O
G=2,84 kkal …………… (3.17)
Gambar 3.4 Oksidasi bahan organik oleh O2, NO3, SO42- (Setiaty P dkk,
1995).
Reaksi :
{(CH2O)106(NH2)16P} + O2 CO2 + NO3- + H2PO4- + H2O + H+ …. (3.18)
Sulfur
Senyawa sulfur (SO42-) sering dijumpai di dalam air alamiah. Sulfur
organik, secara alamiah maupun sebagai bahan pencemar harus didegradasi
oleh mikroorganisme. Tetapi degradasi menjadi senyawa H2S yang bau dan
toksik sangat bebahaya. Ada persamaan yang besar antara keadaan sulfur
dan nitrogen di alam, yaitu :
Umumnya di dalam bahan hidup, sulfur berada dalam bentuk –SH
(hidrogen sulfida) dan nitrogen dalam bentuk –NH2 (amina).
83
bakteri
2 CaSO4 + 3 (CH2O) 2 CaCO3 + 2 S + 3 H2O ……… (3.20)
Selanjutnya, bakteri sulfur purple dan green akan mengoksidasi H 2S
menjadi S dalam susunan anaerobik dengan menggunakan Co2 sebagai
sumber karbon.
Bakteri sulfur tidak berwarna dan bersifat aerobik dapat merubah H 2S, unsur
S dan ion tiosulfat.
2 H2S + O 2 ----------- 2 S + 2 H2O …………………….. (3.21)
2 S + 2 H2O + 3 O2 ------------- 4 H+ + 2 SO22- ………... (3.22)
S2O32- + H2O + 2 O2 --------- 2 H+ + 2 SO4 …………… (3.23)
Senyawa sulfur dengan gugus fungsional sering dijumpai dalam
badan air dan mempunyai fungsi yang penting dalam menentukan kualitas
air. Misalnya senyawa hidrosulfida (-SH), disulfida (-S-S-), sulfida (-S-),
84
sulfoksida (-S-), asam sulfonat (-SO2OH), thioketon (-C-), dan thiazol (grup
sulfur heterosiklik).
Bakteri Fe dan Mn
Beberapa bakteri seperti Ferrobacillus, Gallionella, dan
Sphaeorotilus menggunakan senyawa Fe untuk mendapat energi dalam
proses metabolismenya. Bakteri tersebut mengkatalisis proses oksidasi Fe
(II) menjadi Fe (III).
3 Fe (II) + 4 H+ + O2 -------- 4 Fe (III) + 2 H2O ……….. (3.24)
Reaksi oksidasi tersebut tidak hanya menghasilkan energi untuk
metabolisme, tetapi juga endapan Fe (III) hidroksida. Misalnya :
FeCO3(P) + 1/4 O2(g) + 3/2 H2O(aq) ---------- Fe (OH)3(P) + CO2(g) … (3.25)
Air tambang asam
Air tambang asam timbul dari kehadiran asam sulfat yang
dihasilkan oleh oksidasi pirit (FeS2). Mikroorganisme terlibat dalam proses
ini.
Reaksi :
2 FeS2(S) + 2 H2O + 7 O2 ------- 4 H+ + 4 SO42- + 2 Fe2+ ……… (3.26)
Pada pH sangat rendah terjadi :
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ ------- 4 Fe3+ + 2 H2O
Pada pH < 3,5 oksidasi besi dikatalisis oleh bakteri besi Thiobacillus
ferrooxidans. Dan pada pH 3,5 – 4,5 oleh Metallogenoim selanjutnya ion
terri melarutkan pirit dengan reaksi sebagai berikut :
FeS2(P) + 14 Fe3+ + 8 H2O ------ 15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+ ………. (3.27)
Pada badan air yang mengandung endapan kekuningan semi gelatin atau
(Fe(OH)3 yang paling berbahaya adalah pembentukan asam sulfat, yang
bersifat toksik. Cara penanggulanganya sifat toksik ini adalah dengan
memakai batu kapur.
Reaksi :
CaCO3(P) + 2 H+ + SO42- --------- Ca2+ + SO42- + H2O + CO2(g) ……… (3.28)
Tetapi dengan adanya kenaikan pH, maka Fe3+ yang telah terbentuk akan
membentuk reaksi :
Fe3+ + 3 H2O ----------- Fe(OH)3(P) + 3 H+ …………………. (3.29)
85
Degradasi mikroorganisme
Pestisida dapat dibedakan atas 3 kelompok berdasarkan fungsinya,
yaitu :
1. Herbisida, berfungsi untuk mengontrol tanaman pengganggu (gulma)
2. Insektisida, berfungsi untuk mengontrol serangga (insek)
3. Fungisida, berfungsi untuk mengontrol jamur, misalnya saprofit
Yang mendekomposisi bahan organik mati.
Tahap-tahap biodegradasi pestisida oleh mikroorganisme :
1. Oksidasi : oleh enzim oksigenase.
2. Reduksi : dari –NO2 menjadi –NH2.
3. Hidrolisis : dengan bantuan bakteri.
4. Dehalogenasi : dengan bantuan bakteri.
5. Pemecahan cincin senyawa aromatik.
6. Kondensasi : pestisida non aktif akan bergabung dengan melokul
pestisida bahan organik lain.
2 13,8 5
3 13,5 6
4 13,1 6
5 12,8 7
6 12,5 7
7 12,2 8
8 11,9 8
9 11,6 9
10 11,3 9
11 11,1 10
12 10,8 11
13 10,6 11
14 10,2 12
15 10,4 13
16 10,0 14
17 9,7 15
18 9,5 16
19 9,4 17
20 9,2 18
21 9,0 19
22 8,8 20
23 8,7 21
24 8,5 22
25 8,4 24
26 8,2 25
27 8,1 27
28 7,9 28
29 7,8 30
30 7,6 32
Sumber : Manahan, 1994
3.8. KARBON DIOKSIDA DAN BERBAGAI JENIS KARBONAT
Gas CO2 mempunyai sifat keasaman, maka akan menjadi lebih
rumit dalam hitungan kelarutannya dalam air dibandingkan kelarutan gas-
gas yang sukar bereaksi seperti O2 dan N2.
Karbon dioksida, ion karbonat, dan ion bikarbonat mempunyai
pengaruh yang sangat penting terhadap sifat-sifat kimia air. Banyak mineral
diendapkan sebagai garam dari ion karbonat, CO32-. Dalam fotosintesisnya
ganggang menggunakan CO2 terlarut untuk menghasilkan biomas.
Keseimbangan CO2 di atmosfer sebagai berikut :
CO2(a) CO2(atmosfer)
88
pK1 = 6,35
selanjutnya : HCO3- H+ + CO32-
K2 = [H+¿ ¿ ¿ ¿ = 4,69 x 10-11
pK2 = 10,32
Dengan demikian data tersebut dapat dihitung beberapa kelarutan
karbon dioksida.
90
BAB IV
KIMIA TANAH
4.1 PENDAHULUAN
Di alam pelapukan fisik dan kimia dapat terjadi secara serempak.
Keduanya biasanya mengawali proses pembentukan tanah dari batuan keras.
Walaupun pada hakekatnya pelapukan fisik lebih penting pada atau dekat
pada permukaan tanah, dalam kasus-kasus tertentu proses ini dapat terjadi di
bawah permukaan tanah. Akar tanaman dapat menyumbang pada pelapukan
fisik di bawah permukaan tanah. Dengan bertumbuh ke dalam rekahan, akar
tersebut dapat memecah batuan.
Pelapukan kimia dapat terjadi pada permukaan tanah, dalam solum
atau di bawah solum (dalam bahan induk). Atas dasar ini Jackson dan
Sherman (1953) dalam Kim H. Tan, 1991 menyarankan untuk
membedakannya ke dalam pelapukan pedokimia dan geokimia. Pelapukan
pedokimia mengacu pada pelapukan kimia di dalam solum, sedangkan
pelapukan geokimia adalah pelapukan di bawah solum.
Reaksi-reaksi kimia utama seperti pelarutan, hidrolisis, hidrasi,
oksidasi, reduksi, dan karbonasi juga berlangsung dalam solum selain dalam
bahan induk. Pelindian K dari mika, pengubahan lempung oleh ion H +, dan
pembentukan antar lapisan serta pembentukan lempung dapat terjadi sebagai
suatu proses pedokimia atau sebagai proses geokimia. Terlepas dari adanya
perbedaan tersebut, pelapukan secara umum menghasilkan penurunan dalam
ukuran partikel bahan, dalam pelepasan bahan mudah larut dan dalam
sintesis bahan-bahan baru (lempung dan humus).
Tanah pada permukaan bumi hanya merupakan lapisan selaput
tipis, bila dibandingkan dengan luas bumi secara keseluruhan. Tetapi,
lapisan tipis dari tanah ini sangat penting karena menyediakan berbagai
sumber daya yang berguna bagi kelangsungan sumber daya manusia dan
mahluk hidup lainnya. Tanah diberbagai kepulauan Indonesia sangat
beraneka ragam, begitu pula dengan vegetasinya. Keanekaragaman ini, baik
dalam hal kesuburan tanah, maupun kemampuan lahan bagi pembangunan
91
4.2 GEOSFER
Geosfer, atau bumi yang pada adalah bagian atau tempat dimana
manusia hidup dan mendapatkan makanan, mineral-mineral, dan bahan
bakar yang dikenal dengan sumber daya alam. Diperkirakan geosfer
mempunyai kapasitas penyangga yang tidak terbatas terhadap gangguan
manusia tetapi sekarang diketahui cukup ringkas dan dapat rusak karena
aktivitas manusi. Sebagai contoh, beberapa milyar ton meterial bumi
ditambang atau dengan kata lain “dirusak” setiap tahun melalui mineral-
mineral dan batubara.
Dua fenomena pencemaran atmosfer, yaitu CO2 yang berlebih dan
hujan asam memiliki potensi yang menyebabkan perubahan besar pada
geosfer. Kelebihan CO2 dapt menyebabkan pemanasan global yang
selanjutnya dapat merubah pola curah hujan secara signifikan dan merubah
daerah prokduktif di bumi menjadi daerah gurun. pH rendah yang menjadi
ciri hujan asam dapat menyebabkan perubahan yang drastis dalam gaya larut
kecepatan oksidasi-reduksi meniral. Erosi disebabkan oleh penanaman
92
secara intensif pada tanah yang dapat menyebabkan pencucian lapisan atas
tanah secara berlebih pada tanah petanian yang subur setiap tahunnya.
Pada beberapa daerah di negara industri, geosfer telah menjadi
lahan penimbunan untuk bahan-bahan kimia beracun. Selain itu, geosfer
harus menyediakan tempat pembuangan untuk limbah nuklir dari sekitar
labih dari 300 reaktor nuklir yang sekarang beroperasi di seluruh dunia.
Dapat dipahami bahwa pemeliharaan geosfer yang cocok atau layak bagi
manusia merupakan suatu tantangan besar yang harus dihadapi manusia.
Aktivitas manusia dipermukaan bumi dapat mempengaruhi iklim.
Pengaruh secara langsung adalah melalui perubahan permukaan albedo,
yang didefinisikan sebagai persentase direfleksikannya radiasi sinar
matahari oleh permukaan air. Sebagai contoh jika matahari memancarkan
energi sebesar 100 unit/menit ke batas luas atmosfer dan permukaan bumi
menerima 60 unit/menit dari totalnya dan kemudian 30 unit direfleksikan
lagi ke atas albedonya adalah 50%. Terdapat perbedaan nilai albedo untuk
beberapa wilayah yang berbeda pada permukaan bumi, seperti : untuk hutan
hijau abadi 7-15%, padang kering 10-15%, gurun 25-30%, salju yang baru
terbentuk 85-90%, dan aspal 8%.
Salah satu pengaruh terbesar dari manusia terhadap geosfer adalah
terjadinya daerah gurun karena penyalahgunaan lahan dengan curah hujan
yang kecil. Proses perubahan suatu daerah menjadi gurun terjadi karena
menurunya air tanah, salinasi lapisan atas tanah dan air, berkurangnya
permukaan air, erosi tanah yang tinggi dan perusakan vegetasi asli. Dengan
meningkatnya populasi penduduk dunia, salah satu tantangan terbesar yang
harus dihadapai adalah mencegah terjadinya gurun-gurun baru.
Bagian yang paling penting dari geosfer bagi manusia dalah tanah.
Tanah merupakan madium untuk menghasilkan berbagai makanan dimana
kebanyakan mahluk hidup tergantung padanya. Tanah dan iklim yang
kondisif untuk menghasilkan produktifitasnya merupakanaset yang sangat
berharga yang dimiliki suatu bangsa. Bagi kebanyakan produksi makanan,
tanah merupakan resptor dari sejumlah besar bahan pencemar (polutan),
seperti bahan-bahan partikel dari cerobong asap pabrik. Beberapa seperti
93
vegetasi
horison A
(topsoil)
horison B
(sub soil)
Gambar 4.2 Transport air oleh tanaman dan tanah ke atmosfer melalui
transpirasi, Rukaesih Achmad, 2004
Tidak semua air dalam tanah diikat dengan kekuatan yang sama.
Air yang terdapat dalam rongga-rongga yang lebih besar, atau pori-pori di
dalam struktur tanah lebih mudah terlepas. Air yang diikat dalam pori-pori
yang lebih kecil atau di antara unit lapisan-lapisan dari partikel-partikel Clay
diikat lebih kuat.
Ion-ion logam terlarut memberikan efek toksik terhadap beberapa
tanaman pada kosentrasi tinggi. Oksidasinya menjadi oksida-oksida tidak
larut dapat menyebabkan pembentukan deposit Fe2O3 dan MnO2 yang
menyumbat saluran air di lapangan.
Secara umum 25 % volume suatu jenis tanah disusun oleh pori-pori
yang diisi penuh udara tamosfer yangn kering secara normal pada
ketinggian yang sama dengan permukaan air laut mengandung 20,95 % O 2
dan 0,0314 % gas CO2 (% volume). Hal ini tidak berlaku untuk tanah,
karena terjadinya proses penguraian bahan-bahan organik seperti :
{CH2O} + O2 CO2 + H2O
96
relatif tahan terhadap penguraian. Bahan ini disebut humus. Humus disusun
oleh fraksi dasar yang disebut humin. Senyawa-senyawa atau bahan-bahan
organik dalam tanah diperlihatkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Klasifikasi Senyawa-Senyawa organik Dalam Tanah
Tipe Senyawa Komposisi Pengaruh / kegunaan
Humus Sisa degredasi dari Kelimpahan bahan
penguraian tanaman, organik meningkatkan
banyak mengandung C, sifat-sifat fisik tanah,
H, dan O. pertukaran akar, tempat
persediaan nitrogen.
besar pula kalium yang dilepas dari dalam tanah. Bila pupuk nitrogen
ditambahkan ke dalam tanah untuk meningkatkan produktivitas, pelepasan
kalium akan diperbesar. Oleh karena itu, kalium akan menjadi hara
pembatas di dalam tanah yang dipupuk cukup banyak oleh hara-hara lain.
kalium adalah salah satu unsur yang terdapat dalam jumlah besar di
kerak bumi yaitu sebesar 2,6 %. Sebagai contoh adalah yaitu senyawa
rangkap K2O. A12O34SiO2.
4.6 REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI DALAM TANAH
Reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi terjadi pada hampir semua
tanah. Secara definisi. Reduksi adalah perolehen electron, sedangkan
oksidasi adalah kehilangan electron. Hal ini dapat digambarkan oleh reaksi
berikut :
Fe3+ + e- Fe2+
Reaksi oksidasi biasanya berkaitan dengan kondisi tanah
berdrainase baik. Di pihak lain, proses reduksi berhubungan dengan kondisi
drainase buruk atau apabila terdapat air berlebih. Yang disebut terakhir ini
menghasilkan pembentukan gley.
Reaksi reduksi-oksidasi yang biasanya dikenal sebagai kondisi
redoks tanah terjadi hamper semua tanah. Baik kondisi reduksi maupun
oksidasi dapat terjadi secara serempak dalam pedon. Saat lapisan permukaan
pedon ada dalam kondisis oksidasi, lapisan-lapisan bawah tanah dapat
berada dalam keadaan reduksi akibat fluktuasi permukaan air tanah. Yang
disebut terakhir ini dapat menyebabkan pembentukan gley senua atau
pintisasi.
Kondisi redoks tanah mempengaruhi stabilitas senyawa-senyawa
besi dan mangan. Aktivitas mikrobia, akumulasi dan dekomposisi bahan
organic sampai tingkat tertentu juga dipengaruhi oleh kondisi redoks tanah.
Bahan organic tanah segar dianggap membantu pembentukan kondisi
reduksi. Bloomfield (1951 ;1953) Kim H. Tan, 1991, melaporkan bahwa
ekstrak daun akues mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II) dalam tanah. Di daerah
dataran banjir pasang surut proses reduksi memainkan peranan yang cukup
besar dalam pembentukan tanah kaya sulfur.
100
Potensial Redoks
Reaksi sel-paruh untuk suatu system oksidasi-reduksi dapat
digambarkan dengan reaksi
Fe3+ + e- Fe2+
Dan memperoleh bentuk reaksi berikut :
Bentuk teroksidasi + e bentuk tereduksi
Potensial sel-paruh yang bersesuaian dengan reaksi tersebut di atas
mengikuti persamaan Nernst :
RT (bentuk teroksidasi)
Eh = E0 = log
nF (bentuk tereduksi)
Eh adalah potensial redoks, yang pada kenyataannya merupakan potensial
sel-paruh relative terhadap electrode acuan baku. E0 adalah suatu tetapan,
yang disebut potensial redoks baku dari system, dan RT/F = 0,0529 pada
250 C. Jika aktivitas dari spesies-spesies teroksidasi dan reduksi sama
dengan satu, rasio tersebut menjadi = 1, dan nilai log-nya = 0. Akibatnya E h
= E0. Oleh sebabnitu, potensial redoks baku didefinisikan sebagai potensial
redoks dari system dengan aktivitas spesies teroksidasi dan tereduksi sama
dengan satu.
50% Fe(III), potensial redoks = 770 mV. Dari hal diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa potensial redoks tanah dalam kondisis teroksidasi lebih
tinggi daripada potensial redoks tanah pada kondisi tereduksi. Jeffrey
(1960), Kim H. Tan, 1991, melaporkan suatu nilai E h sebesar -250 mV
untuk tanah-tanah dalam kondisi anaeribik kuat. Ia juga menemukan bahwa
potensial redoks dipengaruhi oleh penggenangan. Selama dalam tahap awal
penggenangan, potensial redoks turun secara cepat, kemudian meningkat
lagi dan mantap pada sekitar 100 mV. Suatu system yang mempunyai
potensial redoks mantap disebut sebagai dalam keseimbangan baik (well-
poised).
H+ 2+¿
+ + +¿
H ¿ +¿ Ca ¿
tanah} H + Ca2+
H ¿
Tanah} Ca2+ + 2 CO2 +2 H2 akar
) + 2 HCO3-
Tanah bertindak sebagai suatu buffer dan menahan perubahan pH.
Oksidasi dari pyrit dalam tanah menyediakan pembentukan “asam
sulfat tanah” yang disebut “cat Clay” :
1
FeS2 + 3 2 O2 + H2O Fe2+ + 2 H+ + 2 SO42-
H+ + H+¿ ¿ +¿ ¿¿
+ H ¿
Tanah } H + CaCO3 tanah} Ca2+ + CO2 +
H2O
Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah, tanah akan
cenderung menjadi sangat basa karena terdapat garam-garam seperti
Na2CO3. Tanah bersifat basa ini dapat dihi langkan dengan jalan
menambahkan aluminium atau besi sulfat, yang melepaskan asam dalam
proses hidrolisis :
2 Fe3+ + 3 SO42- + 6 H2O 2 Fe (OH)3 (s) + 6 H+ + 3 SO42-
Untuk menghilangkan sifat basa dari tanah bisa juga dilakukan
dengan menambahkan belerang. Belerang yang ditambahkan kedalam tanah
dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reaksi pembentukan asam sulfat :
11
S + 1 2 O2 + H2O 2 H+ + SO42-
2
Proses penurunan/penghilangan sifat kebasaan tanah dengan
tambang belerang diatas lebih ekonomis.
BAB V
PENCEMARAN LINGKUNGAN
5.1. PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pembangunan disegala bidang juga berkembang begitu pesat. Hal ini untuk
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Salah satu sektor
pembangunan yang selama ini berkembang begitu pesat adalah sektor
industri. Selain peningkatan kesejahteraan manusia, konsekuensi dari proses
pembangunan industri ini adalah meningkatnya buangan limbah yang
dikeluarkan oleh industri tersebut baik limbah cair, padat, dan buangan
berupa gas.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional
mewajibkan agar sumber daya alam dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat tersebut haruslah dapat dinikmati generasi masa kini dan masa depan
secara berkelanjutan.
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup pasal 1 ayat (1) menyebutkan “Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya”, dan
pasal 1 ayat (12) menyebutkan “Pencemaran lingkuangan (environmental
pollution) adalah masuknya atau dimasukannya makluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”.
Dari pengertian diatas terlihat bahwa lingkungan hidup sangat
berperan dalam mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya.
Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung resiko
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sehingga struktur
107
dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup ini akan merupakan beban
sosial yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung
biaya pemulihannya.
Melihat jangkauan atau luasnya wilayah yang terkena dampak dari
suatu pencemaran lingkungan, maka masalah pencemaran dapat kita
kelompokkan menjadi 3 masalah pokok :
1. Masalah Global
Bila jangkauan pencemaran sampai mencapai belahan bumi yang
lain atau mencakup wilayah yang luas seperti antar benua. Contoh
pencemaran radioaktif, CFC dapat menyebabkan terjadinya lubang ozon
yang mengakibatkan pemanasan global, pencemaran CO2 yang dapat
menimbulkan efek rumah kaca.
2. Masalah Regional
Bila terjadi pencemaran di suatu negara tapi pengaruhnya sampai
ke negara lain atau negara tetangga yang ikut merasakan dampaknya.
Contohnya tumpahan minyak di perairan, kebakaran hutan yang asapnya
sampai di negara tetangga, hujan asam disebabkan SO2 dan NO2 ̴ dapat
menimbulkan unsur hara dalam tanah hilang.
3. Masalah Lokal
Bila terjadi pencemaran di suatu tempat atau wilayah maka hanya
daerah itu yang merasakan dampaknya (lokal) misalnya pencemaran limbah
rumah tangga yang dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi (blooming)
menyebabkan keanekaragaman spesies dalam air menurun.
menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya”.
Menurut Harsema, 1998 pencemaran udara diawali oleh adanya
emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke
udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam
maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses alam disebut
biogenic emissions sebagai contoh gas methan (CH4) yang terjadi sebagai
alibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pemulai.
Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic
emissions contoh emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia hasil
pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubakara) pemakaian zat-zat
kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.
pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari
bahan fosil (Mostardi, 1981, H.J. Mukono, 2003).
PARTIKEL
Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut
dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi misalnya proses
menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.
Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran
bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes), gas, dan kabut (mist).
Adapun yang dimaksud dengan :
a. Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai
jelaga) dan merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna
b. Debu, adalah partikel yang padat yang dapat dihasilkan oleh manusia
atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan
c. Uap, adalah partikal padat yamg merupakan hasil dari proses sublimasi,
distilasi atau reaksi kimia
d. Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
(Connolly, 1972:74; Masters, 1991:292-293, H.J. Mukono, 2003).
Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan
suatu :
a. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron
b. Partikel debu, uap, dan asap, jika diameternya antara 1-10 mikron
c. Aerosol, jika diameternya < 1 mikron
(Corman, 1971:33-34, , H.J. Mukono, 2003)
Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih
bahan kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah
disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan
arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Konsentrasi relatif dari bahan reaktan
b. Derajad fotoaktivasi
c. Kondisi iklim
111
Sumber stasioner + + + + + +
Proses industri + + + + + +
Sampah padat + + + + +
Pembakaran sisa pertanian + + + + + +
Transportasi + + + + + +
Bahan bakar minyak + + + + + +
Bahan bakar gas alam - + - - - -
Bahan bakar kayu - + - - + +
Insinerator + + + + + +
Kebakaran hutan + + + - + +
Keterangan : + = menghasilkan B = bahan pencemar
- = tidak menghasilkan S = sumber pencemar
2. Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat meningkatkan
kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan
pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat,
akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
3. Sinar matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di
atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyababkan kerusakan bahan/alat
bangunan, atau bahan yang terbuat dari karet. Jadi dapat dikatakan bahwa
sinat matahari dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.
4. Pergerakan udara
Pergerakan udara yang cepat dapat meningkatkan abrasi bahan
bangunan. (Uphan & Yocom, 1977:67-68; Davis & Cornwell, 1991:420-
434, H.J. Mukono, 2003).
Efek Estatik
Efek estatik yang diakibatkan adanya bahan pencemar udara antara
lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang
mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi
kerusakan bahan tersebut (Robinson, 1977:27, H.J. Mukono, 2003).
Secara rinci, efek polutan udara yang primer (gas dan partikel) maupun yang
sekunder adalah sebagai berikut :
Efek Polutan Gas
Gas sulfur dioksida (SO2)
Gas SO2 dapat memberikan kelinan berupa :
a. Iritasi dan peningkatan airway resistance
b. Batuk kronis
c. Peningkatan sekresi mukus.
Pembersihan di Atmosfer
Jaman dahulu orang khawatir, jika manusia terus-menerus
memproduksi gas CO, maka akan meracuni penghuni bumi.
Walaupun pemakaian bahan bakar fosil meningkat tiga setegah kali lipat
dalam 5 tahun terakhir, tetapi kadar gas CO di atmosfer adalah konstan.
Kenapa demikian ? Kemana gas CO tersebut ? Ternyata ada mekanisme
pengubahan pada bintang, tumbuhan, tanah, flora & fauna laut, dan laut itu
sendiri. Mekanisme tersebut yaitu gas CO mungkin akan meningkatkan
proses pembentukan asap fotokimia (photo chemical smog). Sebagai
indikator adalah apabila reaksi hidrokarbon dan nitrogen menghasilkan
natrium oksida dan ozon (O3), maka CO mempercepat proses tersebut.
monoksida akan ditarik oleh zat besi dalam hemoglobin dan hemoglobin ini
mempunyai daya ikat yang besar terhadap karbon monoksida.
Apabila udara mengandung CO sebesar 30 ppm, maka besarnya
CO dalam dara sekitar 5 persen. Ini akan tetap di pertahankan sebesar 5%
terus, jika frekuensi pernapasan dan kadar CO di atmosfer tidak berubah.
Kada HbCO juga tergantung kepada dua keadaan, yaitu, frekuensi
pernapasan dan kadar CO di atmosfer. Jika kadar HbCO (Hemoglobin
Carbon monoksida) meningkat, maka kadar oksigen berkurang, karena
molekul CO menangkap sebagian besar dari hemoglobin. Berkurangnya
kadar oksigen tubuh akan menyebabkan kelainan yang berkaitan dengan gas
CO.
Gejala-gejala keracunan CO antara lain, pusing, rasa tidak enak
pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat,
rasa tertekan di dada, kesukaran bernapas, kelemahan otot-otot, tidak sadar
dan bisa meninggal dunia.
Dalam keadaan normal, konsentrasi CO di dalam darah berkisar
antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5% CO. disamping itu,
kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak
meningkat dan kecepatan pengambilan CO dapat diketahui dengan
menentukan kadar CO di atmosfer, lamanya dan frekuensi pernapasan. Pada
kosentrasi 30 ppm, maka kadar CO akan mendekati harga 5 persen (Master,
G.M; 1991, H.J. Mukono, 2003).
gelisa dan HbCO-nya bisa meningkat sekitar 10%. Pada kadar tersebut,
sopir tidak bisa melihat dengan baik dan terang, lebih-lebih waktu senja dan
malam hari. Hal ini bisa menjadi slah satu faktor penyebab kecelakaan lalu
lintas. Tentu saja ada faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan dengan
cepat kadar HbCO.
Minum alkohol dan merokok dapat menyebabkan berkurangnya
kadar O2 dalam darah dan hal itu dapat mempengaruhi juga penglihatan si
sopir. Apabila faktor-faktor tersebut di atas bergabung menjadi satu, maka
akan membahayakan lalu lintas lebih-lebih pada waktu gelap. Apabila
kecelakaan lalu lintas terjadi waktu malam (gelap), kemungkinan dapat
disebabkan oleh efek dari pengaruh CO, sehingga dapat disumpulkan ada
hubungan antara besarnya kadar CO dan kecelakaan lalu lintas.
Telah diteliti bahwa kadar CO yang tinggi di tempat kerja, akan
menyebabkan meningkatnya kecelakaan kerja, tetapi kedua hubungan
tersebut kurang dapat diterima. Peneliti lain menyatakan bahwa dari
sejumlah kecelakaan lalu lintas dan si sopir diukur HbCO-nya, maka
diperkirakan 50% dari sopir tersebut mempunyai kadar HbCO kurang dari
3% (Nadakavukaren, N;1986, H.J. Mukono, 2003).
Kadmium (Cd)
Inhalasi debu Cd dapat menyebabkan terjadinya :
a. Kerusakan paru (emphysematous)
b. Kerusakan ginjal
Berilium (Be)
Papara lingkunga kerja oleh Be antara lain dapat menyebabkan terjadinya :
a. Acute pneumonic disease
b. Chronic granulomatous disease
Arsen (As)
Paparan menahun dengan As antara lain dapat menyebabkan terjadinya
kanker paru dan kanker kulit
Kromium (Cr)
Cr heksavalen dapat menyebabkan kelainan antara lain :
a. Iritasi mukosa
b. Perforasi hidung
c. Faringitis
d. Kanker paru
(Corman, 1971: 44-45; Goldsmith & Friberg, 1977: 531-551, H.J.
Mukono, 2003).
120
Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih
bahan kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah
disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal.
Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain :
a. Konsentrasi relatif dari bahan reaktan
b. Derajad fotoaktivasi
c. Kondisi iklim
d. Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat sifik dan sifat kimia yang
tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl
Nitrat (PAN), dan formaldehid (Corman, 1971: 42-44; Chambers, 1976: 17,
H.J. Mukono, 2003).
6. Minyak
7. Senyawa anorganik dan mineral
8. Bahan radioaktif
9. Panas
Pengelompokan tersebut di atas bukan merupakan pengelompokan
yang baku, karena suatu jenis polutan mungkin dapat dimasukan ke dalam
lebih dari satu kelompok. Sebagai limbah atau bahan buangan mungkin
mengandung lebih dari satu macam polutan. Jadi pengelompokan di atas
lebih bersifat untuk memudahkan dalam pembahasan mengenai berbagai
jenis polutan.
Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan
panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat
asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan tersebut mungkin
mempunyai suhu lebih tinggi dari air asalnya. Kenaikan suhu air akan
menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut :
16
Oksigen terlarut (mg/l)
12
0
8 16 24 32 40
Suhu ( C)
0
100%
Garis DO
5.3.3. Padatan
Air yang tercemar selalu mengandung padatan yang dapat di
bedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnyan dan sifat-sifat
lainnya, terutama kelarutannya yaitu :
1. Padatan terendap (sedimen)
2. Padatan tersuspensi dan koloid
3. Padatan terlarut
4. Minyak dan lemak
Dalam analisis air, selain padatan-padatan tersebut di atas sering
juga dilakukan analisis terhadap total padatan, yaitu semua padatan setelah
127
airnya dihilangkan atau diuapkan. Padatan yang terdapat di dalam air juga
dapat dibedakan atas padatan organik dan anorganik.
PADATAN TERLARUT
Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran
lebih kecil daripada tersuspensi. Padaan ini terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya. Sebagai
contoh, air buangan pabrik gula biasanya mengandung berbagai jenis gula
yang larut, sedangkan air buangan industri kimia sering mengandung
mineral-mineral seperti merkuri (Hg), timbale (Pb), arsenic (As), cadmium
(Cd), chromium (Cr), nikel (Ni), C12, serta garam-garam kalsium dan
magnesium yang mempengaruhi kesadahan air. Selain itu air buangan juga
sering mengandung sabun, deterjen dan surfakta yang larut air, misanya
pada air buangan rumah tangga dan industry pencucian. Beberapa
pencemaran logam berat yang sering mencemari air buangan dan sangat
berbahaya bagi kehidupan di sekitarnya, misalnya merkuri dan timbal.
Kesadahan Air
Adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air akan
menyebabkan sifat kesadahan terhadap air tersebut. Air yang mempunyai
129
tanah. Selain itu pembuangan kotoran dan pemupukan yang berlebih dapat
menambah pencemaran tanah.
Senyawa-senyawa organik menguap (VOC), seperti benzen, toluen,
xeylen, diklorometan, trikloroetana, merupakan bahan perncemar tanah
yang umum dikeluarkan industri atau daerah perdagangan bahan-bahan
tersebut. Salah satu dari sumber kontaminan yang paling umum adalah
kebocoran dari bagian bawah tangki penyimpan limbah cair.
Beberapa bahan pencemar senyawa organik terlihat pada humus
pada waktu terjadi proses pembentukkan humus dalam tanah. Bahan-bahan
ini menetap dalam humus sehingga menyebabkan terjadi pencemaran pada
humus yang akan terbentuk. Pengikatan terjadi pada senyawa-senyawa yang
mempunyai kemiripan struktur dengan humus, seperti senyawa-senyawa
fenol dan anilin.
OH NH2
CI CI
2,4 Diklorofenol 4 Kloroanilin
BAB. VI
BEBERAPA UNSUR PERUNUT BUMI
6.1 PENDAHULUAN
Dalam ilmu lingkungan, bumi disebut sebagai “The geochemical
environment” atau lingkungan geokimia. Dalam bab ini kita akan
membicarakan beberapa unsur bumi yang telah diketahui dapat
menmbulkan pencemaran terhadap lingkungan, terutama tempat
terdapatnya, tabiatnya dalam lingkungan secara kwalitatif.
Kulit bumi mengandung 88 jenis unsur dalam alam dengan
berbagai macam kombinasi. Unsur yang paling banyak dalam oksigen dan
silikon (46% dan 28%). Unsur lain terdapat lebih sedikit jumlahnya.
Beberapa analisis tehadap batuan granit menghasilkan 67% silikon dioksida,
15% aluminium kosida, 14% terdiri atas besi oksida, kalsium oksida,
natrium oksida, kalium oksida, sedangkan unsur lainnya berjumlah sekitar
4%.
Tanah pertanian adalah hasil menguraian batuan gunung selama
jutaan tahun, dan kini dapat memberikan bahan makanan kepada kita secara
tidak langsung, yakni melalui tetumbuhan hijau yang mengumpulkan
nitrogen, fosfor, dan kalium. Jumlah ketiga unsur tersebut menunjukkan
produktivitas suatu areal tanah. Dan kita mengharapkan bahwa unsur yang
jumlahnya banyak tidak akan beracun, atau tidak membahayakan hidup.
Dan kenyataannya memang demikian. Kecuali ketiga unsur di atas, tanaman
juga memerlukan unsur lain dalam jumlah yang kecil, misalnya seng, besi
dan mangan. Jika unsur itu tidak ada, tanamanpun tidak bisa berkembang
dan ekosistem akan terganggu.
Masalah yang menarik perhatian kita disini ialah adanya unsur
kimia yang kecil sekali kadarnya dalam bumi dan dapat menimbulkan
pencemaran, tetapi sering kali dibutuhkan oleh semua organisme yang hidup
di dunia ini, yaitu yang disebut “unsur perunut”.
Kadar beberapa unsur pada kulir bumi tercantum dalam daftar di
bawah ini.
142
dan timbal sudah lama diketahui sebagai unsur beracun dan digunakan sejak
zaman dulu. Kedua unsur itu merupakan bahan pencemar yang kuat dan
banyak menimbulkan kemudaratan. Unsur perunut lainnya hanya dalam
keadaan tertentu dapat mencemari lingkungan. Di bawah ini hanya beberapa
unsurperunut yang akan dibicarakan termasuk raksa, timbal, kadnium, krom,
arsen, selenium dan tembaga.
6.3 TEMBAGA
Tembaga adalah unsur perunut yang penting dan sering terdapat
sebagai contoh ion Cu++ dalam air atau sebagai ion kompleks. Air
permukaan hanya mengandung sekitar 0,05 ppm tembaga. Jika kadar
tembaga dalam air tinggi, maka penyebabnya adalah karena pencemaran
dari luar, atau pemekatan oleh mikroorganisme (jasad renik) yang terdapat
dalam air. Pengaruh tembaga terhadap organisme air sangat variabel,
bergantung kepada jenis organisme dan pengaruh kondisi fisik serta susunan
kimia air.
Beberapa jenis jamur, gang-gang, dan bakteri sangat peka terhadap
tembaga. Sedangkan organisme yang tinggi derajadnya kurang peka
terhadap tembaga. Oleh karena itu beberapa macam senyawa tembaga
digunakan sebagai fungsida dan algasida, 8.000 ton pertahun senyawa
demikian digunakan di Amerika.
Tembaga masuk dalam badan ikan melalui insang yang kemudian
diserap saluran makana, sebagian diambil oleh liver, dan sebagian lagi
muncul dalam darah dalam bentuk ikatan dengan protein cerulplasmin.
Akan tetapi akumilasi tembaga dalam rangkaian makanan akuatis tidak
nampak, artinya kadar tembaga tidak terus meningkat.
Sesungguhnya tembaga diperlukan sekali oleh mahluk hidup demi
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatannya. Unsur itu esensial sebagai
mikronutrion (makanan yang hanya sedikit saja jumlahnya yang
diperlukan). Kadar yang relatif tinggi dapat diteleransi oleh kebanyakan
hewan, termasuk verterbrata.
Keracunan tembaga pada manusia sangat jarang. Kadar tembaga
yang agak tinggi mempunyai daya racun (toksisitas) karena afinitasnya
145
terhadap gugusan amino, tio dan imino dalam tubuh. Jika ikan keracunan
tembaga, yang kena adalah insangnya. Toksisitas tembaga sulfat kepada
ikan dalam air tawar atau air permukaan biasanya disebabkan karena
penggunaan garam tersebut sebagai fungisida atau algasida.
Hewan berdarah tinggi dapat keracunan tembaga secara kronis
dengan gejala gangguan ginjal dan liver. NAB tembaga dalam air
bergantung kepada penggunaan air tersebut :
Air untuk persediaan domestik 1,0 ppm
Irigasi 0,1 ppm
Ikan dan organisme air 0,02 ppm
Air laut 0,05 ppm.
Cr6+ sebesar 0,05 ppm, dan tidak ada untuk Cr3+. Toksisitas garam krom
terhadap organisme air adalah variabel bergantung kepada jenis dan
kondisinya. Ikan misalnya relatif tahan terhadap krom dibandingkan dengan
jenis mahluk yang lebih rendah derajatnya. Penelitian laboratorium
menunjukkan bahwa ikan dapat menahan kadar krom 1 ppm.
kadar selenium tinggi tidak terdapat di daerah yang banyak curah hujan,
tetapi di daerah kering. Beberapa tumbuhan tertentu yang dapat nenimbun
selenium dalam jaringannya dapat dijadikan indikator untuk tanah yang
banyak mengandung selenium (seleniferos).
Penelitian terhadap rakyat yang hidup di daerah seleniferos di
Dakota Selatan dan Nebraska pada tahun 1936 menunjukkan banyak
gejala penyakit radang usus, dan air seni yang banyak mengandung
selenium. Selenium ada dijumpai dalam gandum, telur, susu dan sayuran
yang dimakan penduduk. Penduduk Mexico di daerah Irapuate selama 200
tahun banyak yang menderita sakit yang belum diketahui apa sebabnya.
Tetapi akhirnya dapat didemontrasikan bahwa sebabnya adalah keracunan
selenium. Sayuran di daerah tersebut dapat mengandung sampai 70 ppm
selenium (R. Sunarya Masrun,1980).
Di samping itu selenium terdapat juga dalam sigaret, serutu dan
tembakau umumnya. Selenium juga terdapat dalam kertas karena
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Pada
kertas koran rata-rata terdapat 8,5 ppm selenium, dan terlepas lagi ke
lingkungan pada waktu pembakaran sampah kertas. ACGIH menganjurkan
NAB untuk selenium 0,02 mg/M3 udara, dan 0,01 ppm dalam air.
Tidak mengherankan jika waktu itu banyak orang atau pekerja yang
keracunan Hg, yang mula-mula tidak disadarinya. Keracunan Hg disebut
penyakit “budak belian” karena hanya budak belian yang dikerjakan di
tambang Hg tersebut. Ketika perbudakan dihapus, maka orang
hukumanlah yang dikerjakan, dan akhirnya pekerja biasa. Ternyata buruh
yang bekerja di tambang Hg hanya mampu bekerja 8 hari dalam satu
1
bulan, sehingga 4 jam. Bijih raksa di Almaden Spanyol sangat berbahaya
2
karena berisi unsur Hb bercampur HgS, Arsen, Pb, dan belerang. Sebegitu
jauh penyelidikan ilmiah tentang sifat berbahaya Hg tidak diceritakan.
Mungkin pengetahuan masa itu belum memadai
itu pengobatan dengan raksa tidak banyak lagi, sampai muncul kembali
penggunaan kalomel pada abad ke XVI.
Pengobatan dengan persenyawaan Hg kini sudah tidak pakai lagi
karena kemajuan ilmu kimia dan pengobatan dengan anti biotik ternyata
lebih mujarab. Hanya satu obat antiseptis masih dipakai sekarang yaitu
merkurekrom (merbromin = obat merah) suatu zat organik yang
mengandung raksa dan brom. Keracunan raksa oleh pengobatan ini telah
ada dilaporkan dibeberapa tempat, yang memang merupakan racun jika
termakan.
ke dalam sungai tersebut. Hal itu menyebabkan kadar metil merkuri dalam
badan ikan di sungai itu sangat tinggi melebihi KTD nya 0,5 ppm,
sehingga ikan itu dapat dimakan orang. Aliran Hg itu pada tahun 1970
dibatasi dengan dratis, tetapi ditaksir bahwa untuk membersihkan sungai
itu dengan proses alam akan memerlukan waktu sekitar 70 tahun
Gambaran keadaan di atas merupakan contoh efek negatif
teknologi. Dan kemampuan teknologi manusia dapat menghasilkan
kerusakan dan memudaratkan yang sama sekali tidak dikehendakinya.
UDARA
INDUSTRI TANAH,
PERTANIAN TANAMAN HEWAN MANUSIA
RUMPUT DSB