Anda di halaman 1dari 160

1

BAB I
KIMIA LINGKUNGAN

1.1 PENDAHULUAN

Masalah lingkungan sering timbul oleh aktivitas manusia yang


tidak mengindahkan prinsip-prinsip ekologi, karena manusia menganggap
bahwa bumi ini mempunyai daya dukung yang tidak terbatas. Manusia tidak
mencoba mengerti bagaimana pengaruh atau dampak aktivitasnya terhadap
lingkungan hidupnya, asal ia memperoleh kesenangan sebesar-besarnya.
Kini manusia menyadari bahwa bumi ini mempunyai daya tampung
yang terbatas, misalnya beberapa tahun yang lalu dunia pernah dilanda
krisis Energi karena diketahui bahwa sumber minyak bumi terbatas,
pencemaran akibat aktifitas manusia terjadi di mana-mana dengan laju
begitu cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya, maka mulailah terasa
pengetahuan tentang kimia lingkungan suatu kebutuhan yang mutlak.
Ilmu kimia lingkungan mulai berkembang setelah para ahli kimia
menggabungkan pengetahuannya dengan ekologi sehingga suatu filosofi
dasar ekologi yaitu hubungan timbal balik antar unsur biologi dan kimia
digunakan sebagai dasar pengembangan. Dengan demikian dapat dikatakan
para ahli kimia jika ingin mengembangkan ilmu ini haruslah dibekali
dengan ilmu ekologi. Tanpa pengetahuan ekologi mereka tidak akan
mengerti tentang kelestarian lingkungan, pengaruh-pengaruh zat kimia
terhadap lingkungan, upaya pengendalian pencemaran, dan perlindungan
terhadap satwa langka.
Dalam ilmu lingkungan mempelajari hubungan dan interaksi
makhluk hidup dengan alam lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini
adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar kita seperti tumbuhan, hewan,
air, udara, tanah, dan lain-lain yang mungkin atau dapat memberi pengaruh
buruk terhadap kesejahteraan manusia.
Suatu puncak pembicaraan masalah lingkungan ialah diadakannya
“UNITED NATIONS CONFERENCE ON THE HUMAN
2

ENVIRONMENT” di Strockholm pada bulan Juni 1972, yang kemudian


terkenal dengan nama “STROCKHOLM CONFERENCE”. Sehingga PBB
kini mempunyai badan khusus mengenai lingkungan yang berdiri sejak
1972, yaitu UNEP, (United Nations Environment Program) yang bermarkas
di Naerobi, Kenya.
Kimia lingkungan bukan suatu disiplin ilmu yang baru,
sesungguhnya ilmu ini sudah diketahui puluhan tahun yang lalu namun saat
itu masih bersifat parsial. Kemudian dengan adanya evolusi kimia di tahun
1950-an oleh industri-industri di Inggris dan Amerika mengakibatkan
adanya bahan pencemar yang masuk kedalam lingkungan. Mulailah ahli
kimia mencoba menghubungkan keterikatan unsur kimia antara air tanah
dan udara. Sampai saat ini telah diketahui bahwa kimia lingkungan
merupakan suatu sistem yang terjadi di alam.
Kimia lingkungan bukan merupakan disiplin ilmu yang berdiri
sendiri tetapi merupakan gabungan dari beberapa bidang ilmu seperti kimia,
biologi, fisika, geografi dan lain-lain yang diterapkan secara terpadu untuk
mempelajari masalah-masalah lingkungan. Dalam mempelajari kimia
lingkungan pengetahuan tentang kimia analisis, kimia organik dan
anorganik serta kimia fisik amat diperlukan.
Untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan agar tidak terjadi
kerusakan ataupun pencemaran diperlukan pengetahuan mengenai proses
kimia yang terjadi dalam sistem kehidupan. Pengetahuan tentang hal-hal
tersebut dibahas dalam disiplin ilmu yang disebut kimia lingkungan. Kimia
lingkungan mempelajari sumber-sumber, proses, reaksi, perpindahan,
pengaruh serta keadaan bahan kimia dalam lingkungan seperti air, tanah dan
udara.

1.2 LINGKUNGAN HIDUP DAN MASALAH LINGKUGAN


Dalam ilmu hayat atau ilmu kimia telah kita kenal perputaran atau
edaran nitrogen, karbon, karbondioksida, dan lain-lain bahan kimia dalam
alam. Dalam perputaran itu terjadi pertukaran materi dan energi dari suatu
susunan unsur kepada susunan yang lain. Sekarang kita perhatikan
perputaran materi secara umum dalam alam yang dapat digambarkan sbb :
3

FLORA

CO2 OKSIGEN

MINERAL / ZAT
SEDEHANA

HERBIVORA
OMNIVORA

MATAHARI

BAKTERI
PEMBUSUK

KARNIVORA
OMNIVORA
BAKTERI
PEMBUSUK KOTORAN
DAN BANGKAI

Gambar 1.1 Perputaran materi = peredaran materi = daur materi


= siklus materi = lingkaran biogeokimia. (R. Sunarya
Masrun, 1980)

Lingkaran dengan komponen-komponennya yang dinamis itu


disebut juga lingkaran biogeokimia karena mencakup benda hidup tanah
(geo), dan semua bahan kimia.
Tempat atau daerah dan segala komponen yang menunjukan daur
materi itu adalah salah satu contoh “lingkungan hidup”, mungkin
lingkungan hidup yang besar sekali. Dalam gambar itu matahari merupakan
sumber tenaga, karena peredaran matahari umumnya disertai pula
pertukaran energi. Nanti akan tampak pada kita bahwa komponen-
komponen dalam lingkungan hidup itu senantiasa bergerak dinamis dan
saling pengaruh mempengaruhi, oleh karena itu lingkungan hidup tersebut
dinamakan juga sistem ekologi atau ekosistem.
Menurut ekologi, komponen dalam ekosistem umumnya terdiri atas
empat kelompok, yakni :
1. SUBTANSI ABIOTIS, atau benda mati seperti zat organik dan zat
anorganik.
4

2. PRODUSEN, yakni mahluk autotrof, terutama tumbuh-tumbuhan hijau


yang dapat membuat makanan dari substansi anorganik sederhana. Pada
gambar kita tandai dengan flora.
3. KONSUMEN, yaitu mahluk heterotrof terutama hewan herbivora dan
karnivora yang makanan mahluk lain atau zat organik, manusia temasuk
golongan ini yang disebut omnivora.
4. PENGURAI ATAU PEMBUSUK, yaitu : mahluk autotrof, terutama
bakteri dan jamur yang menguraikan ikatan kompleks protoplasma mati
sambil menyerap beberapa hasil penguraian dan melepaskan zat
sederhana yang digunakan kembali oleh produsen.
Dari gambaran diatas mungkin agak jelas bahwa manusia
sebenarnya merupakan bagian dari lingkungan hidup atau ekosistem tempat
semua komponen itu mengadakan interaksi satu sama lain. Maka secara
ringkas, yang dimaksud dengan lingkungan hidup ialah setiap daerah dalam
alam yang mencakup mahluk hidup dan benda tak hidup yang saling
berinteraksi.
Perkataan ekosistem dan ekologi berasal dari kata Yunani “oikos’
yang berarti “rumah” atau “tempat untuk hidup”, dan “sistem” ialah susunan
benda atau beberapa benda dengan batas tertentu (ingat pelajaran
termodinamika). Maka ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan
antara mahluk hidup dalam lingkungan. Akan tetapi kini pengertian ekologi
makin meluas, karena memepelajari juga hubungan mahluk hidup benda tak
hidup yang juaga saling mempergaruhi. Kenyataan menunjukan bahwa
benda mati pun dapat mempengaruhi mahluk hidup, terutama benda mati
atau bahan yang bergerak atau digerakkan oleh mahluk hidup dalam
lingkungan sehingga terbawa dalam daur materai.
Bahan yang bergerak seperti itu hampir semuanya adalah bahan
kimia, maka tidak mengherankan jika ekologi dan lingkungan hidup
berhubungan erat dengan ilmu kimia. Ilmu kimia merupakan faktor penting
dalam lingkungan hidup, dan melihat peranan yang demikian, kini timbullah
cabang ilmu kimia yang disebut KIMIA LINGKUNGAN, yang
5

sesungguhnya merupakan penerapan ilmu kimia untuk kepentingan


lingkungan hidup.
Apabila interaksi antara komponen atau subekosistem dan
subekosistem lainya mengalami perubahan, maka beberapa subekosistem itu
juga mengalami perubahan fungsinya atau pun eksistensinya yang
dianggapnya negatif atau mengganggu kesejahteraannya, maka timbullah
apa yang disebut masalah linkungan.
Jadi masalah lingkungan timbul karena tidak seimbangnya
hubungan interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan interaksi
dalam ekosistem dapat disebabkan oleh alam ataupun oleh aktivitas
manusia. Itulah pengertian lingkungan hidup atau ekosistem dan masalah
lingkungan yang menumbuhkan dan memerlukan adanya ilmu kimia yang
disebut KIMIA LINGKUNGAN.
Beberapa masalah lingkungan yang telah jelas di dunia ini masalah
pertambahan penduduk yang cepat, pemukiman yang makin sulit,
pencemaran oleh industri dan hasil teknologi modern, dan kemelaratan di
banyak negara sebagai akibat tata ekonomi dan struktur masyarakat dewasa
ini. Masalah lingkungan tersebut telah menjadi penyakit dunia.

1.3 FUNGSI KIMIA LINGKUNGAN


Masalah lingkungan yang kita sebutkan diatas sepatutnya atau
sewajarnya didekati dari semua disiplin ilmu, eksakta non eksakta, ilmu
murni dan ilmu gunalaksana, karena lingkungan hidup mencakup segala
aspek kehidupan.
Bagi kita yang berkecimpung dalam bidang ilmu kimia dapat pula
mendekatinya dari segi ilmu kimia untuk ikut menyelesaikan atau
memecahkan persoalan lingkungan, bahkan ilmu kimia mempunyai fungsi
penting dan menentukan di dalamnya.
Mengapa bisa demikian ? Karena pada akhirnya semua keadaan
fisik dalam lingkungan memerlukan analisa dan ketentuan tentang sifat
kimia sesuatu dan efek-efeknya. Hal ini adalah wajar, karena semua
subekosistem abiotik dan biotik yang menyusun lingkungan hidup terdiri
atas unsur dan persenyawaan kimia.
6

Maka fungsi ilmu kimia lingkungan di antaranya adalah :


1. Mempelajari jejak dan tabiat bahan kimia dalam lingkungan
2. Mempelajari dan menelaah efek bahan kimia terhadap subekosistem
lainnya dan pengaruhnya terhadap ekosistem secara keseluruhan,
terutama jika bahan itu tersebar dan berkontak dengan lingkungan.
3. Menentukan batas jumlah penyebaran bahan kimia dalam lingkungan
agar tidak memberikan gangguan terhadap kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan manusia.
4. Merekomendasikan hasil penelitian dan percobaan kepada pengelolah
lingkungan dan masyarakat.
Melihat fungsinya, maka kimia lingkungan itu merupakan ilmu
gunalaksana yang harus didukung oleh teori kimia yang kuat dan
pengetahuan kimia yang luas serta ditunjang oleh pengetahuan disiplin ilmu
lainnya.

1.4 PENCEMARAN
Ruang lingkup kimia lingkungan sesungguhnya sangat luas, karena
meliputi medium fisik lingkungan tempat bahan kimia terbesar; tanah, air,
dan udara. Masalah tempat lingkungan dapat timbul di ketiga medium
tersebut.
Pencemaran adalah masalah lingkungan yang dapat menimbulkan
gangguan kesejahteraan, kesehatan, bahkan jiwa manusia. Oleh karena itu
pembicaraan kita akan lebih banyak mengarah kepada soal pencemaran
lingkungan. Pencemaran umumnya timbul oleh kegiatan manusia yang tidak
memperhitungkan keadaan ekosistem. Akibatnya manusia sendiri yang
memperoleh kesukaran dan gangguan dalam hidupnya.
Pencemaran juga dapat timbul oleh proses yang melanda tiba-tiba
seperti : gempa bumi, grosi, banjir, letusan gunung merapi, tsunami dsb.
Proses alam demikian bisa menyebarkan bahan kimia yang menggangu
kesehatan, menimbulkan wabah penyakit, kerusakan fisik alam sendiri, dan
lain-lain pokoknya timbul pencemaran.
7

Dilihat dari segi ilmu kimia, pencemaran lingkungan merupakan


penyebaran bahan kimia yang menggangu daur materi dalam lingkungan
yang dimaksud.
Dari 100 jenis unsur kimia yang dikenal terdapat dalam alam telah
diketahui sekitar 30-40 unsur yang dibutuhkan oleh mahluk hidup. Beberapa
unsur seperti : karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen dibutuhkan dalam
jumlah besar, sedangkan yang lainnya dalam jumlah kecil bahkan beberapa
unsur hanya diperlukan dalam jumlah kecil sekali.
Disamping unsur yang esensiil untuk hidup, terdapat pula unsur
non esensiil antara organisme dan lingkungan. Banyak unsur tersebut yang
turut serta dalam sedimen/siklus sedimen, dengan erosi, sedimentasi, dan
aktivitas gunung api. Banyak unsur non esensiil dengan kadar tinggi
merupakan bagian normal dalam suatu ekosistem. Tetapi ada beberapa usur
non esensiil yang beracun bagi mahluk hidup.
Uraian diatas menunjukkan bahwa ilmu kimia erat hubunganya
dengan lingkungan hidup, bahkan merupakan suatu faktor yang menentukan
kualitas suatu lingkungan. Maka pantaslah timbul bagian ilmu kimia yang
disebut kimia lingkungan, yang antara lain bertugas mencegah dan
menghilangkan pencemaran dengan menggunakan ilmu kimia sebagai
senjata.
Diatas telah dikemukakan beberapa kriteria tentang pencemaran
secara umum. Sekarang marilah kita dekati lagi secara lebih teliti apa dan
bagaimana sesungguhnya pencemaran itu terjadi misalnya oleh aktivitas
manusia. Dalam bidang pertanian sekarang selalu ditambahkan pupuk :
pupuk kandang meningkat ke pupuk ZA, meningkat lagi ke pupuk fosfat,
urea dan sebagainya. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan produksi,
meningkatkan kesejahteraan.
Disamping pupuk atau mungkin karena pupuk yang ditambahkan
makin kompleks, muncul persoalan baru, yakni hama tanaman, misalnya
hama padi mulai dari burung, walang, sampai hama wereng yang sukar
diatasi. Untuk menghilangkan hama ini ditambahkan pula energi berupa
obat anti hama, mulai dari DDT sampai racun termodern malation.
8

Itulah subsidi energi yang diberikan manusia dalam sektor


pertanian, semua ditujukan untuk meningkatkan produksi, tetapi apa yang
terjadi kemudian ? subsidi energi kepada lingkungan itu merambat ke sektor
lain, misalnya pupuk buatan ZA. Pupuk ini di buat dalam pabrik yang
menghasilkan pula bahan lain, asap, dan air limbah yang mengganggu
lingkungan hidup.
Pada suatu waktu kadar bahan tersebut demikian besar sehingga
menyebabkan suatu penyakit atau gangguan masyarakat disekitarnya.
Di sektor pertanian orang mendapat kerugian. Disamping itu
beberapa pestisida seperti DDT adalah zat yang tidak teruraikan oleh alam,
sehingga dalam kadar tertentu menimbulkan pula gangguan. Penambahan
pupuk dengan kadar tinggi dapat menimbulkan pencemaran terhadap tanah
dan air, seandainya terbawa aliran air sungai dan diminum orang.
Itulah akibat sampingan dari modernisasi kegiatan pembangunan
dan teknologi sering tidak terpikirkan oleh manusia. Akibat sampingan yang
demikianlah yang kemudian disebut peristiwa “Pencemaran” terhadap
lingkungan.
Dilihat dari esensinya, dalam peristiwa pencemaran selalu ada
empat faktor yakni : bahan, lingkungan, manusia, dan gangguan
Bahan yang dimaksudkan dalam ketentuan di atas ialah “bahan
kimia”, unsur atau persenyawaan yang kemudian disebut bahan pencemaran
atau “Pollutan”. Tetapi dalam ekologi pengertian bahan itu meliputi juga
tingkah laku manusia atau kebisingan dan lain-lain yang sifatnya
mengganggu kesejahteraan mahluk hidup.

1.5 KLASIFIKASI PENCEMARAN


Secara garis besarnya masalah pencemaran ini dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Pencemaran terhadap udara
2. Pencemaran terhadap air
3. Pencemaran terhadap tanah
4. Pencemaran budaya dan sosial
9

Sedangkan bahan pencemar (pollutan) bisa dibagi empat


kelompok :
1. Bahan pencemar fisik
2. Pencemar kimia
3. Pencemar biologis
4. Pencemar budaya dan sosial
Bahan kimia lingkungan yang menjadi perhatian utama adalah
bahan pencemar kimiawi, sedangkan yang lainnya akan kita singgung jika
diperlukan. Median tempat pencemaran meliputi tanah, air dan udara akan
kita singgung menurut sifat dan tabiat pencemar kimiawi yang menjadi
bahan pembicaraan, karena mungkin saja beberapa bahan pencemar itu
bekerja pada semua medium.
Namun demikian secara umum akan dibicarakan bagaimana
pencemaran tanah, air, dan udara itu bisa terjadi dalam lingkungan hidup ini.
Dalam membagi tingkatan pencemaran, WHO telah menetapkan
empat tingkatan pencemaran, dengan melihat dan memeriksa efeknya
terhadap lingkungan. Dalam pembagian tingkatan itu yang digunakan
sebagai dasar ialah (1) Kadar zat pencemar, (2) waktu kontak antara zat
pencemar dan lingkungan sekitarnya.
Empat tingkatan pencemaran yang disebutkan diatas itu adalah :
1. Pencemaran tingkat pertama adalah pencemaran yang tidak
menimbulkan kerugian pada manusia jika dilihat dari kadar zat
pencemar yang hadir dan waktu kontaknya dengan lingkungan.
2. Pencemaran tingkat kedua adalah pencemaran yang mulai
mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan alat
vegetatif, serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem yang lain.
3. Pencemaran tingkat ketiga adalah pencemaran yang sudah
mengakibatkan reaksi faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis.
4. Pencemaran tingkat keempat adalah pencemaran yang kadar zat
pencemar demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan
sakit atau kematian mendadak (akut) dalam lingkungan.
10

1.6 BEBERAPA KASUS PENCEMARAN


Pencemaran lingkungan hidup pada hakekatnya bukan masalah
baru. Pada abad ke 13 Ratu Inggris terpaksa pindah dari London ke
Nottingham karena sang ratu tidak tahan udara London yang penuh asap.
Pada abad 16 hal itu terulang lagi sehingga pemerintah melarang
penggunaan batu bara sebagai bahan bakar, dan dianjurkan menggunakan
kayu bakar biasa.
Pada abad ke 18 rupanya masalah pencemaran dilupakan orang
eropa, termasuk kepada pemerintahannya sendiri. Mereka melakukan
“Revolusi Industri” dan mengharapkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
yang lebih baik. Revolusi ini menjalar ke Amerika dan sebagian Asia.
Pada abad ke 20 ini manusia lagi adanya persoalan baru yang
timbul akibat perbuatannya. Pencemaran lingkungan terjadi di mana-mana.
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini : tahun 1930 Meuse
Valley Belgia dilanda awan hitam yang menyebabkan ribuan penduduk
mengungsi ke daerah lain. Pencemaran ini minta korban sebanyak 60 orang
meninggal.
Pada tahun 1948 Donora Pensylvania USA, tertutup oleh kabut
tebal yang minta korban jiwa sebanyak 20 orang.
Pada akhir tahun 1952 terjadi apa yang di sebut “smog” di London
( smog = campuran kabut dan asap ), selam 2 minggu kota London
mengalami kemacetan lalu-lintas, wabah penyakit muncul dan
mengakibatkan kematian 4000 orang meninggal.
Pada tahun 60-an sampai kini Los Angeles sering di landa kabut
yang memedihkan mata dan mengubah penglihatan seperti kecoklat-
coklatan. Demikianlah pula kota Rotterdam, daerah industri negeri Belanda
diseliputi bau yang menusuk tidak sedap, karena hasil industri di daerahnya.
Pada tahun 1975 di daerah sekitar pabrik Petro Kimia Gresik
timbul wabah penyakit mata pada penduduk disebabkan asap pabrik. Semua
contoh di atas merupakan pencemaran udara, disamping itu masih ada
pencemaran air, seperti dibawah ini : pada tahun 1977 terjadi pencemaran,
air ledeng jadi keruh, dan ikan pada mati.
11

Hasil penyelidikan menunjukan bahwa sumber pencemran itu ialah


pabrik bumbu masak di daerah aliran sungai Brantas, Surabaya. Tahun 1977
juga di Jakarta terjadi pencemaran air kali Ciliwung oleh pabrik farmasi
yang membuang air limbahan ke sungai itu. Di Jepang, negara industri
utama di Asia pernah terjadi tragedi besar yang disebabkan pencemaran air
laut di teluk Minamata, pencemaran ini terjadi oleh air raksa terbawa oleh
arus sungai dari limbahan pabrik Polivinil Klorida. Hal ini terjadi pada
tahun 1961. Hampir di semua kota besar di dunia di repotkan oleh masalah
sampah kota. Sampah kebudayaan masa kini, berupa plastik, kaleng, kertas
bekas, barang kulit, kulit, minyak, logam dan lain-lain sebagainya, yang
sukar di uraikan oleh bakteri pembusuk secara alamiah. Semua itu
menyebabkan pencemaran tanah daratan dan sungai.

1.7 TOKSISITAS NAB DAN KTD


Di atas telah dikemukkan bahwa yang menjadi perhatian utama kita
adalah bahan pencemar kimiawi, karena bahan inilah yang merupakan
gangguan dalam lingkungan, dan kita akan meninjau kebanyakan dari segi
ilmu kimia, sifat dan derajat gagguan oleh bahan kimia tergantung kepada
sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologis bahan kimia tersebut.
Pada aerosol dan cairan yang utama diperhatikan adalah sifat
fisiknya, karena bentuk inilah yang sering menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan, terutama udara dan air. Sifat kimia ialah : Jenis unsur,
persenyawaan, kelarutan, kadar, dan besar kecilnya molekul. Sifat di atas
perlu sekali dalam penelitian lingkungan.
Sifat biologis yang perlu diperhatikan berhubung dengan
pencemaran lingkungan ialah “toksisitas” yaitu daya atau kemampuan suatu
zat untuk merusak jaringan tubuh. Toksisitas merupakan sifat ekstensif
suatu zat, artinya bergantung kepada kadar atau jumlah zat yang hadir.
Toksisitas suatu zat tidak dapat diubah oleh cara mengolah, pemanasan atau
keadaan fisik zat itu tetapi mungkin dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
luar.
Dilihat dari segi toksikologi, pencemaran lingkungan merupakan
tinggi rendahnya kadar kimia yang toksis dalam lingkungan tersebut dan
12

kemampuan manusia atau organisme lain untuk menerimanya tanpa


mendapat gangguan. Untuk maksud tersebut dan membatasi kadar suatu zat
toksis demi kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan, maka dalam
toksikologi dan kimia lingkungan dan ilmu lingkungan umumnya dibuat
percobaan-percobaan dengan binatang untuk toksisitas suatu bahan. Sampai
kadar berapa bahan itu mulai berbahaya bagi kesehatan dan kelestarian
lingkungan. Maka dengan ilmu toksikologi dan lingkungan timbul
pengertian : Nilai Ambang Batas (NAB) dan Kadar Tertinggi Diizinkan
(KTD) bagi suatu zat.
NAB suatu zat ialah kadar maksimum zat itu yang seseorang
sanggup menghadapinya tanpa menderita kelainan jika bersentuhan selama
40 jam kerja seminggu.
KTD ialah kadar tertinggi suatu zat yang seseorang tidak menderita
sakit atau gangguan kesehatan ketika menghadapinya.
Bilangan atau harga NAB dan KTD umumnya diperoleh dari
percobaan dengan hewan (tikus, kelinci, kera, dsb) namun hasilnya
diberlakukan terhadap manusia juga. Manusia umumnya lebih tahan
daripada hewan-hewan tersebut, tetapi kadang-kadang juga sebaliknya.
Sepintas lalu kedua pengertian/ketentuan diatas sepertinya sama,
tetapi sebenarnya agak berlainan. KTD menekankan efek akut, atau
pengaruh zat (bahan) dalam waktu kontak yang singkat terhadap tubuh.
Sedangkan NAB menunjukan kadarnya secara fisiologi dapat diterima oleh
seseorang. Kebalikan dari efek akut (efek spontan) ialah efek kronis (efek
kumulatif = efek menahun).
Batas antara efek akut dan efek kronis adalah relatif untuk tikus
misalnya efek yang nampak mulai kontak sampai 1 bulan masih disebut
efek akut, untuk anjing percobaan, efek yang nampak dalam waktu 6 bulan
masih disebut efek akut, dan bagi manusia efek yang timbul setelah kontak
9 bulan atau 1 tahun masih disebut efek akut. Efek yang nampak setelah 1
tahun umumnya disebut efek kronis.
Hampir semua persenyawaan kimia, lama atau baru telah diselidiki
sifat dan toksisitasnya. Hal ini memberikan kemudahan kepada kita. NAB
13

merupakan suatu jalan keluar dari satuan tempat kerja dimana tidak
mungkin diusahakan absennya zat-zat kimia sekali.
Karena itu di cari kadar-kadar yang aman sebagai pedoman yaitu
NAB. NAB berguna sekali sebagai : kadar standar untuk perbandingan,
pedoman untuk perencanaan dan desain suatu peralatan atau proyek,
pedoman substitusi bahan yang toksis dengan zat yang kurang teksis,
sebagai pembantu dalam menentukan gangguan-gangguan atau penyakit
akibat bahan kimia.
Misalnya NAB untuk timbal = 0,2 mg /m3 udara. Artinya udara
dalam pabrik harus mengandung timbal lebih kecil dari 0,2 mg / m 3 udara.
Maka haruslah diadakan pengukuran-pengukuran secara periodik
terhadapnya.

1.8 PEMANASAN GLOBAL


Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan. Komposisi,
suhu dan kemampuan membersihkan diri selalu bervariasi sejak planet bumi
ini terbentuk. Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk yang disertai
dengan meningkatnya kegiatan manusia terutama dalam bidang transportasi,
maka pakar-pakar atmosfer dunia akan memprediksi akan terjadi kenaikan
suhu di seluruh permukaan bumi yang dikenal dengan pemanasan global.
Pemanasan global ini terjadi sangat cepat yang disebabkan peningkatan efek
rumah kaca dan gas rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat diterangkan sebagai berikut. Energi
matahari yang masuk ke bumi mengalami (Rukaesih Achmad, 2004) :
25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
25 % diserap awan
45 % diadsorpsi permukaan bumi
5 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diadsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagaian besar infra
merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO 2 dan gas
rumah kaca lainnya, untuk kembalikan ke permukaan bumi.
14

Gambar 1.2 Panas yang terperangkap di atmosfer menentukan


keseimbangan energi di bumi (Schneider, S, 1989, Rukaesih
Achmad,2004)

Dalam keadaan normal efek rumah kaca dibutuhkan. Dengan


adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antar siang dan malam di bumi
tidak jauh berbeda, artinya pada waktu malam suhu rata-rata dipermukaan
bumi yang tidak terkena energi matahari akan sangat rendah bila tidak ada
efek rumah kaca.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah
sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH 4) dan
kholrofluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting
dalam meningkatkan efek rumah kaca dan disebut gas rumah kaca. Dalam
tabel di bawah ini tampak kontribusi dari gas-gas tersebut pada efek rumah
kaca dan sumber energi global.
15

Tabel 1.1 : Kontribusi Gas-gas pada efek Rumah Kaca dan sumber Emisi
Global
Kontribusi
Gas pada efek Sumber emisi global %
rumah kaca
CO2 45 – 50 % Batu bara 29
Minyak Bumi 29
Gas Alam 11
Penggundulan Hutan 20
Lainnya 10
CH4 10 – 20 %
Sumber : Kantor Menteri Negara KLH, 1990, Rukaesih Achmad,
2004

Dampak Lingkungan Pemanasan Global


Selama era pra-industri, menurut perkiraan efek rumah kaca telah
meningkatkan suhu bumi rata-rata sekitar 10 – 50 C. perkembangan ekonomi
dunia memperkirakan konsumsi global bahan bakar fosfil akan terus
meningkat. Hal ini menyebabkan emisi karbon dioksida antara 0,3 – 2%
pertahun dan bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti
sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5 – 4,5
0
C sekitar tahun 2030

Apa akibat dari kenaikan suhu tersebut ?


Perubahan (kenaikan) suhu yang cepat akan menyebabkan
terjadinya perubahan iklim yang cepat. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida (CO 2) di atmosfer. Lebih
jauh lagi, pemanasan global dapat menyebabkan lepasnya karbon yang
tersimpan dalam tanah dalam bentuk bahan-bahan organik yang kemudian
teruraikan menjadi CO2 dan CH4 oleh kegiatan mikroba, yang pada akhirnya
akan meningkatkan pemanasan global.
Pemansan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di
daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut yang
dapat mengancam pemukiman pinggir pantai. Naiknya permukaan laut juga
membawa implikasi lain seperti erosi wilayah pesisir, kerusakan hutan
16

bakau dan terumbu karang, naiknya salinitas di wilayah Estuaria dan


wilayah pesisir lainnya, perubahan lokasi sendimentasi, berkurangnya
intensitas cahaya di dasar laut serta naiknya tinggi gelombang. Akibat
perubahan iklim global, keseimbangan biologis di laut akan mengalami
perubahan yang dapat meningkatkan jumlah gangguan di lautan. Beberapa
jenis gangguan ini diketahui mengeluarkan racun yang membahayakan
kehidupan laut dan dapat meracuni manusia yang memakan ikan dan hasil
laut lainnya.
Jadi perubahan iklim akibat pemansan global bukan saja
berdampak negatif terhadap ekosistem, melainkan juga langsung
mempengaruhi sosial – ekonomi dan kesehatan masyarakat.

1.9 HUJAN ASAM (ACID RAIN)


Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan
masalah urban kini mulai berubah, hal ini terjadi setelah adanya fakta
turunnya hujan asam dan pencemaran udara regional atau lintas batas
lainnya. Atmosfer dapat mengangkut berbagai zat pencemar ratusan
kilometer jauhnya, sebelum menjatuhkannya ke permukaan bumi. Dalam
perjalanan jarak jauh ini, atmosfer bertindak sebagai reaktor kimia yang
kompleks merubah zat pencemar setelah berinteraksi dengan substansi lain,
uap air dan energi matahari. Pada kondisi tertentu sulfur oksida (SO x) dan
nitrogen oksida (NOx) hasil pembakaran bahan bakar fosil akan bereaksi
dengan molekul-molekul uap air di atmosfer menjadi asam sulfat (H2SO4)
dan asam Nitrat (NHO3) yang selanjutnya turun ke permukaan bumi
bersama air hujan yang dikenal dengan hujan asam.
Hujan asam telah menimbulakn masalah besar di daratan Eropa dan
Amerika serta negara Asia termasuk Indonesia. Dampak negatif dari hujan
asam selain rusaknya bangunan dan berkaratnya benda-benda yang terbuat
dari logam, juga terjadinya kerusakan lingkungan terutama pengasaman
(acidification) danau dan sungai. Ribuan danau airnya telah bersifat asam
sehingga tidak ada lagi kehidupan akuatik, dikenal dengan “danau mati”
Disamping merusak ekosistem perairan, hujan asam mengancam
komoditi pertanian serta menimbulkan kerusakan hutan. Pada akhirnya
17

tahun 1986 telah mencapai 30,7 Ha. Kerusakan hutan akibat hujan
asam sekarang ini makin meluas dan makin meningkat tingkat
kerusakannya.

Gambar 1.3 Proses terjadniya hujan asam


Sumber : Wisnu Arya Wardana, 2001
Hujan asam juga telah melanda wilayah di Indonesia. Pemantauan
hujan asam yang dilakukan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di tiga
kota di Indonesai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2 : Karakteristik Air Hujan di Jakarta, Medan dan Manado
Parameter Jakarta Medan Manado
pH 5,56 5,76 5,78
SO4 0,004 0,12 0,04
NO3 1,66 1,86 0,61
NH3 1,42 1,20 0,26
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 1990, Rukaesih
Achmad, 2004

Apabila dibandingkan dengan nilai ambang batas pH yang masih


diijinkan bagi lingkungan hidup, maka tingkat keasaman air hujan di Jakarta
sudah mendekati nilai kritis. Air hujan dengan pH 5,6 dapat menimbulkan
kerusakan berbagai jenis logam termasuk terjadinya perkaratan. Di samping
itu dapat merusak tambak-tambak ikan sehingga hasil panennya berkurang.
18

1.10 MENIPISNYA LAPISAN OZON


Ozon dapat terbentuk ketika terjadi lompatan listrik (petir) di udara,
atau di bawah sinar ultra ungu. Pada reaksi tersebut tiga atom oksigen
membentuk sebuah molekul :
3 O2 (g) ----------------- 2 O 3 (g)
Radiasi ultra ungu yang mempunyai  sekitar 260 nm (nano meter)
diserap molekul oksigen dan menyebabkan beberapa molekul itu bereaksi
membentuk ozon. Ini adalah salah satu sebab mengapa di atmosfer sebelah
atas terdapat ozon yang kadarnya tinggi.
Ozon merupakan bentuk molekul oksigen yang paling reaktif
hampir menyamai reaktivitas flor (F2), oksigen florida OF2 atau atom
oksigen.
Pada kadar rendah, ozon sangat menyegarkan tetapi kadar lebih
tinggi menyengat. Ozon digunakan sebagai desinfektan dalam air dan udara.
Dalam industri dipakai sebagai obat pengelantang lilin dan minyak –
pemakaian ozon dalam ruang tertutup berbahaya.
Ozon merupakan komponen penting dalam oksigen berbentuk
smog (smog = campuran asam dan kabut).
Ozon adalah suatu bentuk oksigen dengan tiga atom (O 3). Secara
alamiah ozon tersebar dalam stratosfer membentuk lapisan yang tebalnya
kurang lebih 35 Km. Konsentrasi ozon dilapisan stratosfer bervariasi
menurut ketinggian. Lapisan ozon yang tipis ini bila dibandingkan dengan
tebalnya seluruh atmosfer bumi cukup efisien dalam menyaring semua sinar
ultraviolet matahari yang berbahaya bagi mahluk hidup di bumi. Makin
pendek panjang gelombang radiasi ultraviolet makin besar pula bahayanya
terhadap kehidupan tapi makin baik ia diabsorpsi oleh lapisan ozon. Radiasi
ultraviolet dengan panjang gelombang lebih panjang gelombang pendek di
kenal dengan UV-C, dapat mematikan mahluk hidup. Ultraviolet dengan
panjang gelombang lebih panjang yaitu UV-A, relatif kurang berbahaya dan
hampir semuanya dapat menembus lapisan ozon. Jenis lain yaitu UV-B
meskipun masih tetap berbahaya tapi kurang mematikan dibanding UV-C.
19

Kerusakan Lapisan Ozon


Lebih dari setengah abad lamanya dirasakan adanya kerusakan
lapisan ozon sehingga terjadi penipisan lapisan tersebut di stratosfer. Hal ini
teramati pada setiap musim semi di wilayah selatan bumi, suatu lubang
terbuka pada lapisan di bagian atas ozon. Pada ketinggian 15-20 Km diatas
antartika, 95% lapisan ozon telah lenyap. Lubang ini bertambah besar sejak
tahun 1979 dan sepuluh tahun kemudian semakin besar pula. Penipisan
lapisan ozon ini juga telah dibuktikan oleh data satelit cuaca Nimbus 7 milik
badan ruang angkasa Amerika Serikat (NASA) dan terdapat banyak bukti
yang menyatakan bahwa penipisan lapisan ozon telah terjadi di seluruh
dunia. Belum begitu lama terbukti bahwa CFC-lah yang bertanggung jawab
atas terjadinya lubang di lapisan ozon.

Apa Dampak Bolongnya Lapisan Ozon Pada Kesehatan dan


Lingkungan

Radiasi UV-B yang dapat menembus lapisan ozon cukup


membahayakan. Radiasi ini merusak materi genetik DNA dan merupakan
penyebab utama kanker kulit, jumlah penderitanya telah meningkat dengan
cepat di seluruh dunia, kanker kulit ini di Amerika Serikat diperkirakan
mencapai 30.000 kasus tiap tahunnya.
Selain menimbulkan kanker kulit, radiasi ultraviolet juga
melemahkan kemampuan tubuh untuk mengatasinya dengan jalan menekan
efisiensi sistem kekebalan, sehingga memudahkan kanker menyebar luas.
Untuk setiap penipisan 1% lapisan ozon diperkirakan sebanyak 2% radiasi
ultraviolet sampai dipermukaan bumi, dan akan menyebabkan peningkatan
terjadinya kanker kulit 2 – 5%. Selain itu di ketahui pula bahwa peningkatan
kadar gas CO2 di atmosfer dapat menyebabkan reaksi pembentukan ozon
tidak teratasi.
Ultraviolet juga dapat menyebabkan penyakit katarak mata. Sekitar
12-15 juta orang diseluruh dunia menderita kebutaan akibat katarak dan 18-
30 juta lainnya mengalami gangguan penglihatan dan diperkirakan makin
20

lama jumlahnya makin meningkat bila kerusakan lapisan ozon tidak cepat
ditanggulangi.
Rusaknya lapisan ozon berpengaruh pada bentuk kehidupan lain.
Dari 300 jenis tanaman pertanian dan spesies tumbuhan lain lebih dari
separuhnya sangat peka terhadap ultraviolet, seperti : kacang, melon, kubis
dan sebagainya. Peningkatan radiasi UV-B dapat menurunkan kualitas
tomat, kentang, kubis, dan kedelai serta menurunkan produksi pertanian dan
kehutanan.
Radiasi UV-B juga dapat menimbulkan kerusakan sampai 20 m di
bawah permukaan air yang jernih, terutama berbahaya bagi plankton, benih
ikan, udang dan kepiting serta tumbuhan yang memegang peranan penting
dalam rantai makanan di laut.

Khloro Flour Karbon (CFC) Biang Keladi Kerusakan Lapisan Ozon


Telah terbukti bahwa CFC-lah yang bertanggung jawab atas
terjadinya lubang di lapisan ozon. CFC merupakan gas yang berwarna biru
tua, stabil tidak mudah terbakar, mudah disimpan dan murah harganya.
Karena sifat-sifat pertama kali digunakan pada lemari es, kemudian
digunakan sebagai pendorong aerosol dalam kaleng atau botol penyemprot
juga digunakan untuk membersihkan sirkuit komputer halus. Sejak tahun
1988 produksi CFC seluruh dunia di gunakan sebagai berikut (Rukaesih
Achmad, 2004) :
30 % Pada lemari es dan pendingin udara
19 % Pada aerosol kaleng penyemprot
28 % Pada karet dan karton “fasfood”
19 % Sebagai pembersih
4% Keperluan lainnya
Sifat stabil CFC yang sangat bermanfaat di bumi ini memberi
peluang baginya untuk merusak lapisan ozon. CFC yang terdifusi ke
stratosfer akan mengalami pemutusan ikatan kimianya oleh radiasi UV-C
menghasilkan khlor-khlor yang bebas bersifat sangat reaktif, kemudian
mengikat sebuah atom oksigen dari molekul ozon (O3) sehingga merubah
21

ozon tersebut menjadi molekul oksigen biasa (O 2). Reaksi perubahan ozon
menjadi molekul oksigen terlihat di bawah ini :

CFC13 + uv CFC12 + c1
C1 + O3 C1O + O2
O2 + uv energi 2O
C1O + 2O O2 + C1
C1 + O3 C1O + O2
(Kembali ke step 2 dan reaksi berlanjut terus)
Senyawa lainnya yang sekerabat dengan CFC yaitu halon, ternyata
lebih merusak lapisan ozon. Halon yang digunakan sebagai pemadam
kebakaran ternyata merusak ozon sepuluh kali lebih efektif dari CFC. Halon
meskipun dengan konsentrasi sangat rendah di atmosfer kadarnya akan
meningkat 2 kali dalam kurun waktu 5 tahun. Jenis CFC yang paling
merusak ozon ini, kadarnya juga meningkat cepat di atmosfer. Konsentrasi
CFC 11 (CFC13) dan CFC 12 (CF2C12) meningkat 2 kali setiap 17 tahun,
sedangkan CFC 13 setiap enam tahun.
Senyawa khloroflour karbon (CFC) ini juga sangat membahayakan
karena berumur panjang. Di bawah ini rata-rata umur dari beberapa senyawa
CFC dan Halon.
Tabel 1.3 Jenis dan Rata-rata Umur CFC di Atmosfer
Jenis CFC Rata-rata umur di atmosfer
CFC – 11 17 tahun
CFC – 12 111 tahun
CFC – 13 90 tahun
Halon – 1301 110 tahun
Sumber : Manahan, 1994
Beberapa senyawa kimia lainnya yang berperan dalam merusak
lapisan ozon adalah CC14 (karbon tetrakhlorida), CFCL3 (metil chloroform)
dan NO2 (nitrogen dioksida).

Penanggulangan Kerusakan Lapisan Ozon


Kerusakan lapisan ozon menjadi semakin meyakinkan dengan
ditemukannya lapisan ozon yang berlubang awal tahun 1985 di Antartika.
22

Tahun 1989 semakin dapat dipastikan bahwa kerusakan telah bertambah


luas, selain di daerah kutub utara juga terjadi di atas kawasan berpenduduk
padat. Rusaknya lapisan ozon di stratosfer lintang tengah sampai utara
berjalan jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Hasil pengamatan satelit
menunjukan lubang ozon di Antartika lebih luas dari wilayah Amerika
Serikat.
Upaya perlindungan terhadap lapisan ozon dilakukan melalui
“Konvensi Wina” pada tahun 1985 dan pada tahun 1987 Amerika Serikat
melarang penggunaan CFC yang digunakan pada aerosol. Dua tahun
kemudian sejumlah peraturan selesai disusun dalam “protokol Montreal”
dan diberlakukan mulai januari 1989. Protokol ini diratifikasi 36 negara
yang mencakup 80 % konsumen CFC dunia, mengusulkan agar diturunkan
produksi dan penggunaan lima bahan kimia CFC dan tiga jenis Halon secara
bertahap sampai tuntas tahun 2005.
Meskipun agak terlambat Indonesia juga meratifikasi Konverensi
Wina dan Protokol Montreal pada tahun 1992. Dengan demikian Indonesia
sepakat menghentikan pembuatan dan penggunaan bahan perusak ozon
tersebut dan mulai januari 1997 telah dilakukan larangan impor CFC dan
sebagai penggantinya adalah HCFC (Hidro-Chloro-Flour-Carbon) yang
mendapat subsidi dari pemerintah dalam bentuk bea masuk yang lebih kecil.
Dengan berlakunya ketentuan itu, Indonesia akan mengeluarkan
sanksi bagi importir produk yang mengandung zat penipis lapisan ozon
(Ozon Depletion Substances/ODS) antara lain dengan pengembalian produk
impor tersebut ke Negara asal. Badan Perlindungan Lingkungan Dunia
mengemukakan, bila Indonesia tidak melakukan hal tersebut diatas
diperkirakan penggunaan ODS akan meningkat dan pada tahun 2010 sudah
hampir 4 kali lipat dari penggunaan tahun 1998.
23

BAB II
LINGKUNGAN ATMOSFER

2.1 ATMOSFER
Lapisan dunia dimana lingkungan hidup berfungsi dinamakan
biosfir. Bagian teratas dari biosfir ini ialah atmosfer. Atmosfer merupakan
selimut gas yang tebal dikelilingi bumi. Tanpa atmosfer suhu equator pada
siang hari dapat mencapai 900C dan pada malam hari akan mencapai suhu -
140 0C.
Atmosfer membakar meteor yang akan menimpa permukaan bumi
dari angkasa. Atmosfer merupakan medium untuk suara, penerbangan,
telekomunikasi yang memerlukan elektron yang berada di bagian atas.
Tanpa udara tidak akan ada awan, angin, hujan, salju, dan api. Maka jika
tidak ada atmosfer, bumi ini akan sunyi senyap dan steril seperti bulan.
Atmosfer juga bertindak sebagai saringan bagi sinar matahari yang
menimpa bumi, kadar sinar ultra unggu yang mematikan ditahan oleh
atmosfer, gelombang elektromaknit yang samapi ke bumi hanya bagian
“sinar tampak” (jenis optis) dan gelombang radio.
Kita tidak mungkin menentukan batas atmosfer karena makin jauh
dari bumi keadaanya makin tipis, tidak terdapat batas antara atmosfer dan
kekosongan angkasa luar. Akan tetapi kita masih bisa menyatakan bahwa
75% atmosfer terletak dalam jarak 30 km. Jumlah massa (jasad) atmosfer
diperkirakan 5,5 x 1015 ton.
Sifat-sifat kimia dan reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya sangat
ditentukan oleh karakteristik fisik atmosfer seperti suhu, tekanan. Terjadinya
perbedaan tekanan dan suhu atmosfer disebabkan oleh adanya perbedaan
altitude dan latitude. Hal ini yang menyebabkan adanya pembagian wilayah
(region) atmosfer bumi.
Atmosfer bumi dibagi menjadi bagian wilayah yang berbeda, dan
pembagian ini tergantung pada sistem klasifikasinya. Pembagian yang
umum didasarkan pada bagian bawah (lower atmosfer), kurang lebih sampai
ketinggian 50 Km dan atmosfer bagian atas (upper atmosfer) yaitu > 50 Km
24

sampai batas gaya tarik bumi. Bahan-bahan kimia yang terdapat di kedua
wilayah ini sangat berbeda juga reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya.
Klasifikasi lain didasarkan pada wilayah homesphere yang mempunyai
kandungan bahan dengan variasi sedikit dan heterosphere yang mempunyai
komposisi dengan variasi yang cukup banyak.
Sistem pembagian wilaya atmosfer yang paling umum digunakan
didasarkan pada perbedaan temperatur dengan ketinggian (altitude).
Karakteristik dari perbedaan temperatur ini dapat dilihat dari perbedaan
temperatur ini dapat dilihat pada Tabel 2.1., dan diperlihatkan secara
sistematik dalam gambar 2.1.
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Atmosfer dan Karakteristiknya.
Wilayah Suhu Altitude Spesi bahan
(Region) (0C) (Km) Kimia
Troposfer Sampai -56 0 sampai (10-16)* N2, 02, C02,
Straposfer -56 sampai -2 (10-16) sampai 50 H20
Mesofer -2 sampai -92 50 sampai 85 03
thermosfer -92 sampai 1200 85 sampai 500 02+, N0+
02+, 0+, N0+
Sumer : Manahan, 1994
.* batas troposfer dengan straposfer bervariasi antara 10-16 Km.

Sebagai tambahan Tabel 2.1. adalah daerah exosphere. Beberapa


spasi bahan kimia di exosphere membutuhkan energi kinetik yang cukup
untuk keluar dari pengaruh gravitasi bumi dan keluar memasuki angkasa.
25

Gambar 2.1. Pembagian wilayah atmosfer didasarkan pada


perbedaan suhu

Karakteristik dari troposfer adalah terjadinya penurunan suhu


dengan adanya kenaikan altitude, dengan adanya penambahan jarak dari
radiasi panas bumi. Dengan ketiadaan pencemaran udara komposisi
troposfer sangat homogen, tetapi kandungan air di troposfer sangat
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh pembentukan awan, pengendapan, dan
penguapan dari air yang berasal dari daerah terretrial dan badan-badan air.
Lapisan yang paling dingin suhunya di troposfer dikenal sebagai
Tropopause. Hal ini disebabkan adannya kondensasi dari air menjadi
partikel-partikel es. Kejadian ini menghindarkan air mencapai ketinggian
dimana akan terjadi fotodissosiasi air oleh sinar ultraviolet berenergi tinggi
sehingga terbentuk gas hidrogen yang cukup tinggi di atmosfer dan
sebaliknya akan kekurangan air.
Stratosfer dicirikan dengan terjadinya kenaikan temperatur sesuai
dengan kenaikan altitude. Kenaikan temperatur ini sebagai akibat dari
adanya lapisan ozon, O3 yang mencapai konsentrasi volume 10 ppm di pusat
daerah stratosfer. Ozon mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultraviolet
26

dan menyebabkan kenaikan termperatur. Temperatur maksimum tercapai


pada lapisan teratas dari stratosfer.
Dengan kenaikan altitude di mesosfer terjadi penurunan kembali
dari temperatur yang disebabkan oleh penurunan tingkat radiasi yang
diabsorbsi spesi-spesi, terutama oleh ozon pada altitude yang lebih tinggi
dari mesosfer dan di atasnya, molekul-molekul dan atom-atom spesi dapat
keluar secara sempurna dari atmosfer bumi (daerah ezosfer) dan temperatur
maksimum dapat mencapai kurang lebih 1200 0C di daerah termosfer.
Tekanan atmosfer (tekanan udara) menurun sebagai fungsi
eksponensial dari altitude. Secara ideal, tanpa adanya bahan-bahan
pencemar dan pada temperatur konstan absolut, T, tekanan pada berbagai
altitude/ketinggian Ph dinyatakan dalam persamaan eksponensial :
Ph = Poe-Mgh/RT
Dimana :
PH = Tekanan udara pada altitude 0 (permukaan laut)
M = rata-rata berat gram molekul dari udara, yaitu 28,97g/mole
ditroposfer
g = gravitasi (981 cm sec-2 pada permukaan laut)
h = altitude dalam cm
R = Konstanta gas (8,314 x 107 erg deg-1 mol-1)

Untuk konsistensi, satuan dari persamaan tersebut digunakan


sistem cgs (centimeter-gram-secon), meskipun untuk ketinggian biasanya
pengukuran dilakukan dalam meter atau Km, oleh karena itu perlu ada
konversi ketinggian menjadi cm dengan jalan adanya perkalian yang sesuai
dengan faktor tersebut.
Penurunan tekanan dinyatakan dengan faktor e-1 untuk setiap
penambahan altitude yang sesuai dengan skala ketinggian yang dinyatakan
sebagai RT/mg. pada rata-rata temperatur permukaan laut 288 0K, skala
ketinggian adalah 8 x 105 cm atau 8 KM, dan pada altitude 8 Km tersebut
tekanan hanya mencapai kurang lebih 39 % dari tekanan pada permukaan
laut.
27

Untuk memberikan gambaran yang lebih baik dan adanya variasi


dari tekanan karena altitude persamaan eksponensial tersebut dikonversi
dalam bentuk logaritma (dasar 10), dan h diukur dalam Km (kilometer).

5
Mgh x 10
log Ph=log Po−
2,303 RT

Bila tekanan pada permukaan dianggap 1,00 atm, persamaan dapat


disederhanakan menjadi,
−Mgh x 105
log Ph=
2,303 RT

2.2 KESEIMBANGAN PANAS BUMI


Matahari adalah sumber utama dari semua energi yang sampai ke
bumi. Energi radiasi dari matahari meliputi semua spektrum
elektromagnetik. Meskipun demikian yang terbanyak adalah sekitar cahaya
tampak, yaitu antara gelombang 0,4 m dengan adanya jarak bumi dengan
matahari, setiap 1 meter persegi dari area yang terkena aliran radiasi
matahari (solar flux) menerima 19,2 kcal energi permenit atau 1,34 x 103
watt/m2. Bila seluruh energi ini mencapai permukaan bumi maka akan
menguap sejak dulu. Oleh karena itu terdapat berbagai faktor yang cukup
kompleks yang turut terlibat dalam menjaga keseimbangan panas di bumi.
Radiasi matahari yang masuk ke atmosfer bumi, sekitar 20-30%
dipantulkan kembali ke ruang angkasa, dibiaskan oleh atmosfer dan
partikel-partikel padat yang terdapat di atmosfer atau permukaan bumi. Pada
umumnya rata-rata refleksi atau albedo dari permukaan dan atmosfer
sebesar 35 %. Besarnya albedo ini ditentukan oleh daerah dan sifat-sifatnya.
Daerah yang tertutup es/salju pada daerah kutub mempunyai albedo yang
tinggi, tetapi di daerah lautan rendah, karena kebanyakan energi diserap.
Sekitar 20% dari energi radiasi diserap bagitu masuk melewati
atmosfer. Ozon menyerap sekitar 1-3%, terutama dalam bagian gelombang
pendek ultraviolet.
28

Pada troposfer, sekitar 17-19% dari radiasi yang masuk diserap


terutama oleh uap air dan CO 2. Penyerapan atmosfer total terhadap radiasi
dengan panjang gelombang 0,3-0,7 m tidak sangat besar dan umumnya
masuk secara efektif melalui lubang “transparan” dari atmosfer.
Secara keseluruhan sekitar 50% dari radiasi matahari sampai ke
permukaan bumi ini meradiasikan kembali sebagai energi melalui kisaran
panjang gelombang yang luas, tetapi terbanyak pada panjang gelombang 10-
20 m yaitu infra merah.
Radiasi rata-rata yang dipantulkan ke ruang angkasa harus sama
dengan yang diserap dari matahari. Oleh karena itu sejumlah energi harus
mengalir dari daerah tropik ke daerah kutub di dalam atmosfer. Aliran
energi ini merupakan sistem aliran udara panas ke arah kutub dan aliran
udara dingin dari kutub ke arah tropik dan ini akan dinyatakan dengan aliran
laut.

2.3 BAHAN KIMIA DAN REAKSI-REAKSI FOTOKIMIA DALAM


ATMOSFER
Reaksi-reaksi kimia membutuhkan energi dan radiasi cahaya
matahari dapat menyediakannya. Dalam reaksi kimia, cahara merupakan
partikel-partikel yang disebut photon yang energinya (E) tergantung pada
panjang gelombangnya yang dinyatakan pada persamaan,
E = 1,196 x 105 kj/Einstein
E = 2,859 x 104 kcal/mole
Dimana Einstein adalah bilangan Avogadro (6,023 x 10 23
) dari photon.
Seperti radiasi ultraviolet (UV) mempunyai energi yang cukup kuat untuk
memecahkan/memutuskan ikatan kimia, absorbsi dari suatu photon
menyediakan energi yang mendesak elektron kepada suatu keadaan
berenergi tinggi yang kemudian tereksitas dengan cepat. Energi yang
dilepaskan tampak sebagai panas, fenoresence, atau mengaktivasi ikatan
kimia untuk siap bereaksi. Oleh karena itu penyerapan cahaya oleh zat-zat
kimia dapat menyebabkan terjdinya reaksi yang tidak akan terjadi pada
media tanpa cahaya.
29

Reaksi Fotokimia
Reaksi-reaksi fotokimia meskipun pada keadaan tanpa katalis dapat
berlangsung pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi
lainnya. Beberapa reaksi fotokimia yang dipengaruhi radiasi matahari,
memegang peranan penting dalam menentukan sifat dan batas perjalanan
zat-zat kimia dalam atmosfer.
Nitrogen dioksida, NO2 merupakan jenis senyawa kimia yang
secara fotokimia paling efektif dalam atmosfer tercemar, dan merupakan
komponen utama dalam proses pembentukan kabut. Suatu spesi seperti NO2
dapat mengabsorsi cahaya dari energi hv dalam suatu reaksi yang
menghasilkan suatu molekul dengan sebuah elektron tereksitasi yang
dinyatakan dengan tanda *.
NO2 + hv NO2*
Molekul-molekul dengan elektronteresitas adalah salah satu
dari tiga jenis spesi yang relatif reaktif dan tidak stabil yang jumlahnya
sangat banyak di atmosfer dan banyak perperan dalam proses-proses kimia
atmosfer. Dua jenis lainnya adalah atom-atom atau fragmen-fragmen
molekuk dengan elektron tidak perpasangan, yang disebut radikal bebas,
dan atom-atom terionisasi atau frgmen-fragmen molekul.
Sebuah molekul yang memperoleh energi dari penyerapan cahaya
akan kehilangan energi dengan sejumlah proses. Jenis tereksitas seperti O2*
memberi energinya ke molekul atau atom-atom yang dinyatakan dengan
Mg, oleh suatu proses yang dikenal sebagai pemadaman fisik
O2 * + Mg O2 + Mg
Akibat proses yang terjadi ini, terjadilah kenaikan kalor
disekelilingnya. Spesi dalam keadaan tereksitas dapat mengalami dissosiasi,
suatu proses yang dominan terjadi pada atom oksigen dalam atmosfer
dengan altitude yang lebih tinggi.
O2 * O + O
Spesi oksogen yang tereksitas juga dapat memalui suatu reaksi langsung
seperti :
O2 * + O3 2 O2 + O
30

Enegi yang khusus dari luminisensi disebut fenoresensi atau


fosforisensi. Bila spesi yang tereksitasi berasal dari suatu reaksi kimia,
emisi cahaya yang disebut “chemiluminescence”. Fenomena luminescence
dan chemiluminescence digunakan dalam analisi kimia. Chemiluminescence
terutama efektif untuk analisis dari beberapa pencemar udara seperti ozon.
Kedua fenomena di atas tadi sering terjadi pada fenomena langit. Mislanya,
adanya energi cahaya atmosfer yang disebut cahaya langit (airlow) yang
disebabkan oleh chemiluminescence dari radikal hidroksil yang tereksitasi.
O3 + H OH* + O2
OH* OH + hv
Penyerapan radiasi yang sangat energetik dapat menyebabkan
pelepasan sebuah elektron,
N2 + hv N2+ + e-
Suatu proses yang disebut fotokimia. Fotokimia sering
digolongkan ke dalam sub-kategori dimana sebuah disosiasi menghasilkan
sebuah elektron.

2.4 U D A RA
Yang majadi perhatian kita sekarang ialah atmosfer paling bawah
yaitu yang berisi udara dan langsung menyangkut hidup manusia dengan
segala aktivitasnya. Seperti diketahui udara adalah campuran beberapa
macam gas yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia dan organisme
lain di dunia ini. Bagian udara yang terpenting dan langsung berhubungan
dengan hidup kita adalah oksigen, karbondioksida, nitrogen, uap air, dan
ozon yang terdapat disebelah atasnya.
Nitrogen merupakan pengencer oksigen, tidak mempunyai reaksi
biologis secara langsung pada mahluk hidup, kecuali pada keadaan tertentu,
tetapi digunakan oleh bakteri dan tumbuhan tertentu. Oksigen esensial bagi
jasad hidup untuk memperoleh energi biologis, yaitu sebagai bahan
pembakar dalam jaringan tubuh. Karbondioksida memegang peranan
penting pada prosesb fotosintesis pada tetumbuhan, pengatur pernapasan,
dan mengatur sistem bufer dalam darah. Pada umumnya komponen udara
itu penting untuk proses kehidupan, dan partisipasinya dalam beberapa hal
31

sangat dipengaruhi kadarnya. Udara bersih (segar) di permukaan laut


mempunyai komposisi seperti berikuit
Komposisi udara bersih.
Komponen % volume
Nitrogen 78,084
Oksigen 20,9476
Argon 0,943
Karbondioksida 0,0314
Neon 0,001818
Helium 0,000524
Metan 0,0002
Kripton 0,000114
Belerangdioksida 0,0001
Hidrogen 0,00005
Nitrogen Monoksida 0,00005
Xenon 0,0000087
Ozon 0,000007
Nitrogendioksida 0,000002
Iodium 0,00001
Carbonmonoksida 0,1 ppm – 0,2 ppm
Sumber : Sanders H.J dalam Sunarya Masrun, 1980

2.5 PENCEMARAN TERHADAP UDARA


Mungkin kita bertanya bilamana udara itu mengalami pencemaran
udara itu terjadi.
Gangguan terhadap atmosfer dapat terjadi oleh zat padat cairan,
atau gas. Dalam fasal 1.6 kita telah melihat beberapa kasus pencemaran dan
pada prinsipnya udara dikatakan mengalami pencemaran jika kedalamnya
masuk zat lain atau penambahan kadar zat yang biasa berada dalam udara.
Tetapi anggapan seperti diatas terlalu luas tambahannya karena
setiap waktu dalam daerah tertentu udara tersebut selalu menerima bahan
dari luar, sehingga kalau demikian udara itu selalu kena pencemaran .
Anggapan mula-mula yang timbul di Amerika jika zat yang ada dalam
atmosfer mempunyai kadar yang cukup tinggi sehingga secara langsung
atau tidak langsung dapat mengganggu kebahagian, kesehatan atau
keselamatan manusia.
Di lihat dari segi kesehatan, ketentuan tersebut menunjukkan
bahwa yang terpenting ialah “kadar zat yang bisa menjadi toksis”, bukan
32

hanya zat yang toksis, zat yang toksis jika kadar sangat rendah mungkin
tidak berbahaya bagi kesehatan, sebaliknya zat yang tidak toksis dapat
menjadi toksis kadarnya cukup tinggi untuk untuk dihadapi seseorang. Al
hasil kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, dan oleh sebab itu dalam
toksikologi lingkungan terdapat pengertian efek akut dan efek kronis (efek
jangka panjang) sebagai akibat kontak dengan bahan pencemar.
Maka dari itu untuk hal praktis, kententuan mengenai “pencemaran
udara” dapat dikemukkan sbb : Pencemaran udara terjadi jika keadaan
atmosfer umumnya mengandung suatu bahan dengan kadar yang dapat
menimbulkan kemudaratan terhadap manusia atau lingkungan sekitarnya.
Anggapan yang terakhir ini akan lebih jelas setelah kita bicarakan
bermacam-macam bahan kimia yang terdapat dalam atmosfer.
Bahan-bahan pencemar terhadap udara yang terjadi oleh kegiatan
manusia umumnya dapat dibagi menjadi tiga katagori : partikel-partikel
benda, gas anorganik, dan gas zat organik. Polutan cair dan padat dapat
merupakan partikel-partikel yang sangat halus dan ringan sehingga untuk
beberapa lama dapat berada di udara, seperti debu, jelaga, abu, embun dsb.
Di samping itu yang menghawatirkan para ahli kesehatan ialah
terdapatnya partikel logam seperti : timah, nikel dan senyawanya, kadmium,
berilium, dan air raksa. Semua itu merupakan bahan pencemar yang kuat.
Gas zat organik yang biasa disebar di udara meliputi oksida
nitrogen, oksida karbon, oksida belerang, amoniak, klor, dan hidrogen
sulfida. Gas zat organik meliputi persenyawaan hidrokarbon seperti metan,
bensin, asetilen dan etilen, aldehida, keton, benzopren, alkohol dan beberapa
asam organik.
Jumlah dan variasi polutan udara senantiasa berubah dan
bertambah selama manusia terus memproduksi bahan kimia baru dan
menggunakannya.
Sebagian bahan kimia itu tersebar ke atmosfer melalu proses-proses
dalam industri dan mengubah susunan udara. Sebagai contoh penggunaan
asbes yang mula-mula hanya di gunakan dalam bentuk lembaran dan
sebagai isolator panas, kini mulai di gunakan pembuatan gedung-gedung
33

pencakar langit. Akibatnya debu asbes memasuki udara terbawa angin


kedaerah lain. Debu asbes dapat tertimbun selama hidup dalam paru-paru
seseorang; dan jika terlalu banyak, maka orang itu mendapat sakit
asbestosis, penyakit yang tidak dapat diobati. Sebagai indek pencemaran
udara, EPA di USA telah membuat standar, diman orang harus mulai
berhati-hati jika menghadapi udara seperti tercantum dalam tabel dibawa ini.
Standar index pencemaran udara menurut Enviromental Proteclion
Agency (EPA). Amerika Serikat. Sumber : Reader’s Digest, (Sunarya
Masrun, 1980)
Kadar palutan : mikrogram/m3
udara Efek terhadap
Derajat kualitas H.I
kesehatan
Debu SO2 CO O3 NO2
50% NAAQS 50 75 80 5,0 80 - Baik

NAAQS 100 260 365 10,0 160 - Moderat

Alert 200 375 800 17,0 400 1130 Tidak sehat

WARNING 300 625 1600 34,0 800 2260 Sangat tidak


sehat
EMERGENCY 400 875 2100 46,0 1000 3000 Berbahaya

SIGNIFICANT 500 1000 2620 57,6 1200 375 Sangat


HARM Berbahaya
Keterangan :
NAAQS = National Ambient Air Quality Standard
Baik = tidak berbahaya, cukup sehat
Moderat = masih cukup baik
Tidak sehat = mulai dapat menimbulkan gejala kelainan pada orang
yang peka. Gejala kelainan nampak pada penduduk yang
sehat. Pencegahan : orang yang lemah jantung dan suka
sakit pernafasan sebaiknya mengurangi aktivitas di luar
rumah.
Sangat tidak sehat = Gejala sakit sangat jelas tampak pada orang yang suka
sakit pernafasan, aktivitas jadi sangat berkurang. Gejala
sakit timbul di sementara penduduk. Orang yang sudah
34

tua dan yang suka sakit pernafasan (paru-paru) sebaiknya


diam dirumah.
Berbahaya = Udara telah menimbulkan penyakit tertentu pada orang
sehat, kegiatan orang menjadi berkurang. Sebaiknya
semua orang diam di rumah.
Sangat Berbahaya = Udara luar sudah menimbulakn sakit atau
meninggalnya orang yang sudah tua. Orang sehat akan
merasakan sesak. Semua orang sebaiknya diam di dalam
rumah menutup pintu dan jendela. Jangan berolah raga.
Debu dan gas yang tercantum dalam tabel 2 diatas biasanya
merupakan komponen dari smog dan smog fotokimia. Kehadiran salah satu
macam gas itu dalam udara dan kadarnya seperti diatas sudah dapat
memberikan efek terhadap kesehatan.

2.6 OKSIGEN ( O2 ).
Oksigen merupakan unsur terbanyak pada struktur bumi dan terikat
sebagai persenyawaan. Di udara oksigen berupa molekul bebas dengan
rumus kimia 02.

Reaksi-Reaksi Oksigen Atmosfer


Reaksi yang umum dari perubahan dari oksigen dalam atmosfer,
litosfer, hidrosfer dan biosfer diperlihatkan dalam gambar di bawah ini.
Siklus oksigen ini merupakan hal yang sangat penting dalam kimia
atmosfer, perubahan/transformasi geokimia dan proses-proses kehidupan.
35

Gambar 2.2 Siklus Oksigen


Sumber : Manahan, 1994

Oksigen dalam troposfer memegang peran sangat penting pada


proses-proses yang terjadi di permukaan muka bumi. Oksigen atmosfer
mengambil bagian dalam reaksi yang menghasilkan energi, seperti pada
pembakaran bahan bakar fosil,
CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O
(dalam gas alam)
Oksigen atmosfer digunakan oleh organisme aerobic dalam proses
degradasi bahan organik. Proses-proses oksidasi oleh udara membutuhkan
oksigen atmosfer seperti :
4 FeO + O2 2 Fe2O3
Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman
CO2 + H2O + hv {CH2O} + O2(g)
36

Semua ogsigen dalam bentuk molekul yang sekarang ada dalam


atmosfer bermula dari kegiatan fotosintesis oleh organisme, yang
memperlihatkan pentingnya fotosintesis tersebut dalam keseimbangan
oksigen dalam atmosfer. Artinya meskipun pembakaran dari bahan bakar
fosil membutuhkan banyak oksigen, hal ini tidak membahayakan
kontinuitas oksigen dalam atmosfer.
Oksigen di atmosfer yang lebih tinggi berada dengan di atmosfer
yang lebih rendah karena adanya pengaruh dari radiasi ionisasi. Dalam
daerah ini oksigen terdapat dalam bentukatom, O, molekul oksigen
tereksitas, O2*, dan ozon, O3. Kurang dari 10% oksigen dalam bentuk O2
terdapat dalam atmosfer pada altitude kurang lebih 400 Km.
Atom oksigen dalam keadaan “ground state” (elektron tidak
tereksitasi) biasanya dinyatakan sebagai O. adapun atom-atom oksigen yang
elektronnya tereksitasi dinyatakan sebagai O*. Spesi ini dihasilkan dari
reaksi fotosintesis ozon pada panjang gelombang dibawah 308 m.
O3 + hv O* + O2
Atau oleh reaksi kimia dengan energi tinggi, seperti
O + O+ O O2 + O*
Atom oksigen tereksitasi memancarkan cahaya tampak pada
panjang gelombang 636 m, 630 m, dan 558 m. hal ini juga merupakan
penyebab dari suatu fenomena yang dikenal dengan “air glow”.
Ion-ion oksigen, O+, dapat dihasilkan bila atom-atom oksigen
terkena radiasi ultraviolet
O + hv O+ + e
Ion oksigen bermuatan positif ini merupakan ion positif yang utama yang
terdapat dibeberapa bagian ionosfer. Ion ini selanjutkan akan bereaksi lebih
lanjut membentuk ion-ion positif penting lainnya :
O+ + O2 O2+ + O
O+ + N2 NO+ + N
Di bagian tengah ionosfer, spesi, O2+ dihasilkan oleh oksidasi
radiasi ultraviolet pada panjang gelombang 17- 103 m,
O2 + hv O2+ + e
37

Reaksi ini juda dapat terjadi dengan adanya sinar X berenergi


rendah. Reaksi di bawah ini.
N2+ + O2 N2 + O2+
Juga menghaslkan O2+ dibagian tengah ionosfer.
Ozon, O3, suatu senyawa oksigen yang sangat signifikan
ditemukan distratosfer. Ozon mengabsorsi radiasi ultraviolet yang
berbahaya sangat berfungsi sebagai pelindung mahluk hidup di bumi dan
sejumlah pengaruh radiasi tersebut. Ozon dihasilkan dari reaksi fotokimia
berikut :
O2 + hv O + O
O + O2 + M O3 + M
Dimana M adalah spesi lain, seperti molekul N2 atau O2 yang mengabsorbsi
kelebihan energi yang dilepaskan reaksi dan memungkinkan molekul-
molekul ozon tinggi bersama-sama. Daerah dimana ozon ditemukan dalam
konsentrasi maksimal berkisar antara 25-30 Km dalam stratosfer,
konsentrasinya dapat mencapai 10 ppm.
Sinar ultraviolet yang diabsorbsi ozon secara intensif di daerah
220-230 m. Bila sinar tersebut tidak diabsorbsi oleh ozon, maka berbagai
kerusakan terjadi terhadap kehidupan dipermukaan bumi.
Ozon dapat mengurai menjadi O2,

O3 O2

Dan ini terjadi di stratosfer yang dikatalis oleh sejumlah bahan kimia baik
secara alamiah maupun polutan, seperti NO, NO 2, N2O, HO ; HOO, C1O,
C1, Br, dan BrO.
Reaksi penguraian ozon yang terbaur diketahui adalah reaksi ozon
dengan atom oksigen,
O3 + O O2 + O2
Dimana atom oksigen yang diperlukan berasal dari reaksi
epmisahan azon yang lain.
O3 + hv O2 + O
38

Reaksi ini dapat menguraikan ozon hanya kira-kira 20%. Reaksi


lain yang dapat menguraikan kira-kira 10% ozon adalah reaksi dengan
radikal hidroksil, O H . yang dihasilkan dari reaksi-reaksi fotokimia dari H 2,
O2 dan H2O di statosfer. Reaksi yang masuk akal urutannya sebagai berikut
O3 + HO . O2 + HOO .
HOO. + HO. + O2
Penyebab kerusakan ozon di stratosfer telah diketahui juga yaitu
NO, yang menyebabkan terjadinya reaksi rantai sebagai berikut :
O3 + NO NO2 + O2
NO2 + O NO + O2
Gas NO merupakan bahan pencemar dikeluarkan oleh pesawat
supersonic yang sedang terbang tinggi.

2.6.1 OKSIGEN DALAM TUBUH MANUSIA


Oksigen yang diperlkan untuk memperoleh energi biologis dalam
tubuh dihisap dari udara melalui hidung terus ke paru-paru, dari paru-paru
diserap oleh aliran darah. Penyerapan oksigen ini berlangsung dengan
proses difusi melalui kantong sangat kecil dan halus yang disebut “alveoli” (
tunggal : alveolus). Paru-paru manusia berisi sekitar 750 juta buah alveolus
dengan luas permukaan kontak terhadap udara sekitar 929 000 cm2, kira-
kira 50 x luas permukaan kulit badan. Alveoli ini dihubungkan dengan sel
darah oleh sejumlah pipa kapiler. Melalui nembran pada alveoli terjadi
perpindahan gas oksigen dan karbondioksida; oksigen diikat darah, dan
karbondioksida dikeluarkan melalui paru-paru bersama-sama dengan gas
lain yang terdapat dalam darah yan tidak diperlukan atau sebagai kotoran.
Alveoli mudah sekali rusak oleh debu, asap, dan bahan pencemaran
kimia, dan tidak dapat diperbaiki lagi. Kerusakan alveoli mengurangi luas
permukaan paru-paru untuk mengadakan proses pertukaran gas seperti
diatas. Hal itu akan mengurangi pemasukan gas oksigen dan pengeluaran
gas karbondioksida ke udara. Kerusakan atau keadaan buruk dinding alveoli
ini disebut penyakit “emfisema”.
39

Emfisema dapat disebabkan oleh asap, debu, ter tembakau, dan


smog. Oksigen dibawa ke jaringan tubuh yang memerlukannya untuk
mengadakan pembakaran yang menghasilkan energi biologis, sehingga
organisme dapat melakukan suatu kerja.

2.6.2 DARAH SEBAGAI PEMBAWA OKSIGEN


Fungsi darah yang utama dalam tubuh ialah membawa oksigen ke
jaringan tubuh yang memerlukannya. Karena eratnya hubungan antara darah
dan oksigen ini ada baiknya kita tinjau sedikit tentang susunan darah. Dalam
badan manusia oksigen dibawa oleh sel darah merah. Sel darah merah
merupakan kumpulan dari zat yang disebut hemoglobin. Hemoglobin adalah
protein yang susunan kompleks, terbentuk dari 95% globin, yakni protein
yang tidak berwarna dan 5% hematin, yakni gugusan yang berisi atom besi
(fe) yang memberi warna merah kepada hemoglobin tersebut.
Tiap sel darah merah berisi sekitar 280 juta molekul hemoglobin
(hb) dan tiap melekul Hb berisi empat atom Fe. Tampak di sini bahwa Fe
merupakan unsur esensial bagi tubuh, bukan hanya penting bagi bangunan
atau industri saja. Setiap atom Fe pada molekul hemoglobin terikat secara
terpisah oleh empat atom nitrogen dalam bentuk molekul yang rumit yang
disebut gugusan hema

Gambar 2.3. Inti gugusan hema dalam hemoglobin.


Satu molekul Hb mempunyai 4 gugusan hema,
Tiap hema dapat mengikat 1 molekul oksigen.
40

Jika setiap hema sudah mengikat molekul oksigen, terbentuklah


molekul oksihemoglobin sbb :
Hb + 4 O2 ------------- Hb. 4O2
Berat molekul hemoglobin rata-rata 67.000, terdiri atas sekitar
10,000 atom.
Pengikatan oksigen oleh hemoglobin mengubah bentuk molekul
tersebut sehingga memberi warna merah terang. Kenyataannya
menunjukkan bahwa darah yang mengalir dari paru-paru berwarna merah
lebih terang karena mengandung oksigen, tetapi darah yang mengalir ke
arah paru-paru berwarna lebih gelap. Tiap sel darah merah yang muncul dari
pembuluh kapiler pada alveoli membawa lebih dari 1000 juta molekul
oksigen. Ikatan yang terjadi antara oksigen dan hemoglobin adalah yang
relatif lemah, dan mudah terlepas ketika di perlukan oleh jaringan tubuh.
Demikian paranan dan fungsi darah sebagai pembawa oksigen ke
dalam jaringan tubuh, dan betapa pentingnya oksigen di perlukan oleh
tubuh.

2.6.3 OKSIGEN JUGA DAPAT MERUPAKAN RACUN


Tiap orang dapat menghirup oksigen murni selama 24 jam tanpa
menderita sakit apapun. Akan tetapi setelah itu gejala sakit akan nampak
diikuti dengan adanya cairan dalam paru-paru dan rasa tidak segar.
Penderita yang memerlukan oksigen terus menerus beberapa hari, dalam
rumah sakit biasanya diberi oksigen bercampur nitrogen; 60% vol. oksigen
dan 40% nitrogen. Kadang-kadang diperlukan kadar oksigen lebih rendah
untuk menghindarkan bahaya.
Para penyelam memerlukan oksigen murni untuk bernafas dalam
laut, yang persoalannya hampir sama dengan udara yang tipis, yakni
persediaan oksigen yang kurang dan adanya perubahan tekanan. Tapi di sini
udara bertambah besar, pada kedalaman 10 meter tekanan menjadi 2
atmosfer, dan setiap kedalaman bertambah 10 meter tekanan juga bertambah
1 atm.
41

Jika penyelam menghirup oksigen murni mungkin akan keracunan


oksigen, karena difusi akan berlangsung lebih cepat dari biasa. Oleh karena
itu biasanya para penyelam dibekali udara yang ditekan, kadang-kadang
campuran oksigen dengan gas helium sebagai pengganti nitrogen. Jika
oksigen terlalu banyak masuk dalam tubuh akan merupakan racun, penyakit
yang timbul sama hebatnya dengan kekurangan oksigen. Penyakit kelebihan
oksigen di sebut hiperoxia. Kelebihan oksigen dalam tubuh menggagu
sistem otot dan seluruh sususan saraf pusat; gejalanya pusing, mabuk laut,
kekakuan pada otot, pandangan lemah, dan mungkin sawan.

2.6.4 OKSIGEN DALAM AIR


Di atas telah kita lihat apa dan bagaimana peranan langsung
oksigen dalam tubuh dan pengaruh keadaan luar terhadap difusi atau
pemasukan oksigen kedalam jaringan tubuh. Bagaimana tabiat dan
perjalanan unsur oksigen dalam lingkungan air dapat dilihat pada penjelasan
berikut.
Dalam air yang penuh dengan berbagai jasad hidup seperti di
lautan, kadar oksiogen selalu berubah secara dinamis. Beberapa proses alam
menambah kadar oksigen dalam air laut. Misalnya proses fotosintesis yang
terjadi pada tumbuhan laut dan penyerapan langsung oleh air laut dari
uidara. Tetapi semua penambahan itu berlangsung jika air laut belum jenuh
oleh gas oksigen, kalau sudah jenuh, semua proses di atas akan
menyebabkan oksigen terlepas ke uadara. Di samping itu oksigen dalam air
dapat terlepas oleh proses pernapasan organisme dan oksidasi pada
menguraikan zat organik yang mati.
Jika oksigen itu selalu dipakai dan digunakan oleh jasad hidup yang
begitu banyak jumlahnya, tentu harus ada persediaan. Dari mana persediaan
itu diambil ? kecuali udara yang merupakan sumber oksigen yang besar,
sumber oksigen satu-satunya yang hidup ialah tetumbuhan yang
menyelenggarakan proses fotosintesis.
Oksigen terjadi pada tahapan pertama fotosintesis ini, yakni
fotolisis, fotolisis terjadi ketika energi cahaya menimpa klorofil yang
mengakibatkan melokul air terurai menjadi oksigen dan hidrogen. Fotolisis
42

terjadi jika ada sinar matahari, oleh karena itu produksi oksigen terbatas
kepada jumlah sinar matahari yang langsung mengenai tetumbuhan yang
disebut “daerah pemotretan”. Produksi oksigen oleh ekosistem secara
keseluruhan ditentukan oleh jumlah energi cahaya matahari yang mengenai
tanaman yang secara efisien dapat melaksanakan fotosintesis dan suhu yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.
Kadar oksigen dalam air laut bergantung kepada pengaruh
organisme air, suhu dan kadar garam (salinitas). Pada suhu rendah, oksigen
terlarut lebih banyak dari pada suhu tinggi, air pada suhu 6 0C
misalnya
dapat menahan oksigen satu setengah kali lipat dari pada suhu 24 0C
,
kelarutan oksigen pada 0 0C adalah 15 ppm.
Penguraian zat organik oleh jasad renik dapat menguras oksigen
yang terlarut dalam air bagian bawah yang diam. Hal itu berlangsung pada
musim panas (jasad renik biasa bekerja pada suhu 37 ) dan banyak
0C

terdapat fitoplankton serta organisme (jasad hidup) air.

2.6.5 BIOLOGICAL OXYGEN DEMAN (BOD)


Dalam kimia lingkungan yang berhubungan dengan penelitian
pencemaran atau kualitas lingkungan perairan, pengotoran zat organik
umumnya dinyatakan dalam suatu jumlah oksigen yang diperlukan oleh
jasad renik untuk menguraikan zat organik tersebut. Jumlah itu dihitung
dengan BOD yang ditentukan sbb. :
BOD ialah jumlah oksigen (dengan satuan ppm.) yang diperlukan
untuk menguraikan zat organik selama lima hari dalam laboratorium.
Ketentuan itu digunakan berdasarkan pendapat karena pada penguraian itu
terjadi reaksi terhadap zat organik yang berubah menjadi karbondioksida,
air, dan zat sederhana yang lain. Dan jumlah zat organik dapat menentukan
jumlah oksigen yang diperlukan. Makin beasr harga BOD makin banyak zat
organik terdapat dalam air yang diperiksa.
Pencemaran oleh zat organik adalah penting untuk diperhatikan
karena dapat menghasilkan timbulnya bakteri putrefekasi dan kemudian
bakteri saprotif yang mengakibatkan kekeruhan air atau keadaan lain yang
tidak dikehendaki. Suatu masalah lingkungan mungkin timbul pula jika
43

terjadi oksigen dalam air yang terkena cemaran, yakni bekerjanya bakteri
anaerob. Bakteri ini umumnya menguraikan zat organik menjadi zat yang
beracun dan tidak dikehendaki. Hal itu berbeda dengan pekerjaan bakteri
aerob yang menghasilkan senyawa tidak beracun, seperti air, karbondioksida
dan nitrogen misalnya. Kadar oksigen tadi disebut BOD karena yang
memegang peranan dalam hal ini adalah jasad renik (bakteri).
Di samping itu sering pula digunakan istilah COD (chemical
oxygen demand). Istilah ini lebih cocok untuk bidang kimia. Dalam
menentukan harga COD, yang digunakan sebagai oksigen ialah bahan kimia
yang mengandung oksigen dan bukan dengan perantaraan bakteri tetapi
analisis kimia. Biasanya kalium permanganat (KMn04) atau oksigen lainnya
digunakan untuk mengoksidasi atau menguraikan zat organik dalam air.
Oksigen yang ekuievalen dengan KMn04 itu menunjukkan jumlah zat
organik yang terdapat dalam contoh air yang diperiksa.
Sebelum menentukan BOD biasanya kita menentukan dulu DO
(dissolved oxygen), oksigen yang terlarut. Hal itu perlu sekali karena
kekurangan oksigen terlarut merupakan bahaya bagi organisme air, atau
ikan yang biasa dimakan. Kalau zat organik berkadar tinggi dalam air,
oksigen dalam air itu akan cepat berkurang, akibatnya ikan mati.
Pengurangan kadar oksigen sebanyak 3 mg/liter dapat menyebabkan
beberapa hal sebagai berikut : telur ikan tidak bisa menetas, emrio ikan
menjadi lebih kecil, ikan muda menunjukkan kelainan bentuk, terjadinya
pengumpulan darah dipercepat, pertumbuhan terhambat, kelemahan
bergerak, nafsu makan berkurang dan ikan kurang tahan terhadap racun.

2.7 KARBONDIOKSIDA DALAM ATMOSFER


Jumlah karbondioksida dalam biosfir hanya sedikit dan toksi
sitasnya relatif rendah, sehingga batas tertentu dapat dianggap tidak
merupakan bahan pencemaran kimiawi. Akan tetapi dalam atmosfer ini
karbondioksida tidak mengalami reaksi kimia penghilangannya bergantung
kepada pengendapan secara kimia dan biologis. Sebagian CO 2 yang masuk
atmosfer digunakan oleh tetumbuhan atau diserap oleh air. CO2 yang diserap
44

lautan digunakan pada proses fotosintesis dan diendapkan sebagai garam.


Hal inilah yang mencegah terjadinya akumulasi CO2 di atmosfer.
Kompenen karbon dioksida, CO2, hanya 0,034 % volume sebagai
gas penyusun atmosfer. Hampir sama dengan uap air, karbon dioksida
merupakan komponen-komponen yang mempunyai fungsi utama untuk
mengabsorbsi energi infra merah yang dipancarkan kembali oleh bumi. Para
ilmuan mengkhawatirkan bahwa tingkat konsentrasi karbon dioksida yang
berubah meningkat tajam akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim di
bumi sebagai akibat dari terjadinya efek rumah kaca.
Terjadi peningkatan karbon dioksida ini terutama disebabkan oleh
meningkatnya pembaakran bahan bakar fosil yang makin hari makin
bertambah. Pengukuranyang pernah dilakukan terhadap CO2 di atmosfer
secara kontinu mulai tahun 1960 sampai 1985 dibeberapa wilayah atmosfer
seperti Antartika tenyata terjadi peningkatan kurang ebih 1 ppm pertahun
(Manahan, 1994). Diperkirakan adanya peningkatan suhu global dengan
kenaikan suhu rata-rata antara 1,5 sampai 4,5 0C. akibat dario meningkatnya
konsentrasi CO2 atmosfer juga memberikan efek yang potensial terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan yang bersifat irreveersible (ketanpa
balikan) bahkan melebihi akibat yang ditimbulkan oleh senjata nuklir.
Peningkatan konsentrasi CO2 atmosfer yang sebagian besar
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, juga disebabkan oleh
perusakan hutan seperti pembakaran hutan akan melepas gas CO2 yang
cukup signifikan ke atmosfer.
Oleh karena itu konsentrasi CO2 alami sangat kecil di atmosfer dan
tidak cukup aktif dalam reaksi kimia maka dalam studi reaksi-reaksi kimia
atmosfer spesi ini relativ kurang signifikan. Namun demikain didasarkan
kepada tingkat/konsentrasi CO2, dan itensitas radiasi ultraviolet menunjukan
bahwa terjadi fotodisosiasi dari CO2 oleh cahaya ultraviolet matahari di
lapisan teratas atmosfer.
CO2 + hv CO + O
Reaksi ini merupakan sumber utama dari gas CO pada altitude
yang lebih tinggi. Meskipun CO2 mengabsorbsi radiasi infra merah cukup
45

kuat, tetapi radiasi ini tidak cukup energik untuk menyebabkan terjadinya
reaksi kimia.

2.7.1 KARBONDIOKSIDA DAN FOTOSINTESIS


Gas karbondioksida dalam udara, jauh lebih kecil dari oksigen
dan nitrogen. Akan tetapi gas itu merupakan senyawa yang sangat penting
bagi seluruh jasad hidup di dunia ini, seperti dampak juga pada daur
materi.
CO2 merupakan senyawa yang fital dalam proses produksi gula dan
zat tepung pada tetumbuhan, dan merupakan sumber karbon dan karbon
merupakan jaringan dasar bagi persenyawaan organik.
Proses pembentukan gula dan pati dalam tetumbuhan adalah
proses fotosintesis, yang adanya CO2 menjadi sarat mutlak. Tanpa proses
fotosintesis tak akan ada tetumbuhan, tanpa tetumbuhan tak akan ada
hewan, tanpa hewan dan tetumbuhan tak akan ada manusia.
Fotosintesis berlangsung pada bagian tumbuhan yang disebut
klorofil, suatu pigmen berwarna hijau. Suatu kenyataan yang sangat
menarik ialah bahwa klorofil itu mempunyai struktur yang tersusun dari
apa yang disebut porfirin (senyawa organik turunan dari pirol yang
berwarna), yang sama dengan porfirin dalam hemoglobin, bedanya porfirin
dalam tumbuhan mengikat Mg, sedangkan porfirin dalam darah manusia
dan hewan mengikat Fe.
Fotosintesis menggunakan energi matahari dari bagian yang biru,
kuning dan merah, sedangkan bagian yang hijau dikembalikan sebagai
warna daun. Penterapan tenaga ini merupakan pemanfaatan tenaga yang
paling penting dalam kehidupan organisme.
Reaksi umum pada fotosintesis adalah : CO2 + H2O + cahaya -----
 (CH2O) x + O2 oksigen yang terdapat dalam karbohidrat berasal dari
CO2, bukan dari H2O. Oksigen dari H20 terlepas sebagai oksigen bebas
reaksi pembentukan gula sederhana dapat digambarkan sbb: 6 CO2 + 12
H2O + cahaya --------- C6H12O + 6 O2 + 6 H2O persamaan reaksi di atas
juga menunjukan perubahan bentuk tenaga elektromaknit menjadi tenaga
46

potensial kimia (tersimpan dalam molekul gula). Glukosa atau dextrosa


adalah gula paling sederhana yang mengandung 670 kalori/Mol (180 g).
Dari persamaan di atas nampak bahwa proses sintesis menguras
karbon dioksida dari udara dan menggantikannya dengan oksigen. Proses
1
fotosintesis berlangsung cepat sekali, kurang dari 0,5 detik. Akan tetapi
2
atmosfer adalah tempat penimbunan C02 yang banyak sekali jumlahnya
sebagai hasil pembakaran bahan bakar. Tetumbuhan tidak cukup cepat
untuk menghabiskan CO2 yang keluar sebagai hasil buangan industri, pada
malam hari proses fotosintesis tidak berjalan.

2.7.2 PENGARUH KARBONDIOKSIDA TERHADAP IKLIM


Sinar tampak dan inframerah-dekat (inframerah-d) dari matahari
menembus atmosfer bumi tanpa rintangan. Pencaran inframerah-d adalah
pancaran panas. Tenaga panas ini yang sampai ke bumi diserap oleh tanah
dan benda yang berada dipermukaannya.
Tanah dan benda yang kena panas ini memancarkan kembali
panas yang diserapnya sebagai radiasi (pancaran) dengan lambda () yang
lebih panjang, yakni radiasi inframerah-tengah (inframerah-t) yang
merupakan bagian utamanya.radiasi hasil pengembalian ini tidak sampai
ke ruang angkasa lepas, tetapi diserap oleh CO2 dan uap yang ada di
atmosfer, dan menambah panas yang sudah ada. Walaupun CO2 transparan
terhadap sinar tampak dan sebagian inframerah-d, CO 2 dapat juga
menyerap sinat dan memancarkan kembali dengan  yang lebih panjang,
yakni sekitar 12-18 mikrometer. Dengan demikian CO2 cenderung
menghangatkan udara pada bagian bawah atmosfer. Akibat suhu iklim
siang dan malam hari tidak jauh berbeda sehingga boleh dikatakan iklim
itu mantap. Sifat CO2 seperti di atas oleh orang barat disebut “greenhouse
effect”. Uap air dan ozon juga menyerap radiasi infra merah membantu
memantapkan kehangatan suhu permukaan bumi.

2.7.3 KARBONDIOKSIDA DALAM AIR


47

Gas kabon dioksida larut dalam air. Air laut mengandung kurang
lebih 100 ppm CO2. Hal itu menguntungkan tetumbuhan laut terutama
fitoplankton, karena dapat menyelenggarakan fotosintesis. Kadar CO2
dalam air permukaan di daratan dapat mencapai 20 ppm paling tinggi. CO 2
dalam air berasal dari dua sumber : gas larut dari atmosfer dan CO2 yang
dilepas organisme pada proses pernapasan. Air yang menyerap CO 2 karena
bereaksi menjadikan asam karbonat yang lemah, CO2 (g) + H2O (1)
--------- H2CO3 (ag).
Reaksi bolak balik di atas menyebabkan H2CO3 dapat bertindak
sebagai reservior CO2 yang diperlukan oleh tetumbuhan jika CO2 yang
larut berkurang. Sebagian asam karbonat berionisasi menjadi ion karbonat
dan ion bikarbonat sbb :
H2CO3 (aq) ----------- H+ (aq) + HCO3(aq)
HCO3 (aq) ----------- H+ (aq) + CO3 (aq)
Ketiga reaksi diatas adalah reaksi keseimbangan yang bisa bergeser ke kiri
atau ke kanan bergantung kepada CO2 yang ditambahkan oleh organisme,
keasaman dan kebasaan air dan suhu.

Beberapa peneliti beranggapan bahwa kenaikan suhu udara dapat


menyebabkan meningginya kadar CO2 dalam udara, dan mungkin
membawa pengaruh buruk jika tidak ada pengaruh lain yang berlawanan
dengannya. Akan tetapi lautpun dapat mempertahankan keseimbangan
dengan menyerap lebih banyak dan mengikat CO2 menjadi senyawa lain.
Di samping itu kadar CO2 yang tinggi di udara akan menambah jumlah
awan yang menahan sinar matahari.
CO2 yang larut dalam air laut sebagian diubah menjadi garam
kalsium dan magnesium yang sukar larut, sehingga susah kembali ke
atmosfer. Air hujan pun membawa CO2 yang kemudian ditampung oleh air
permukaan laut dan daratan.

2.7.4 CO2 SEBAGAI SISTEM BUFFER DALAM DARAH


Ketiga keseimbangan reaksi CO2 dalam air, berlaku pula bagi CO 2
dalam darah, karena darah pun merupakan larutan air. Fungsi C02 dalam
48

darah – walaupun tidak banyak jumlahnya, ialah mempertahankan pH


darah atau keseimbangan asam basah.
Ion hidrogen yang terbentuk pada reaksi keseimbangan itu
memperngaruhi keasaman darah dan mempunyai efek bufer, yakni
mempertahankan perubahan pH sekecil mungkin. Hal itu penting sekali
bagi darah dan plasma yang peka terhadap perubahan pH yang biasanya
disebabkan terganggunya mekanisme biologi dan fisis.
Darah manusia mempunyai pH sekitar 7,4. Dan harga itu paling
mantap jika dalam darah itu terdapat juga basa lemah yagn mengeluarkan
ion hidroksil.
Reaksi CO2 dan H20 menjadi H2CO3 dalam darah berlangsung
karena pengaruh enzim yang disebut “anhidrase karbonat”. Enzim ini
mengontrol jumlah H+ dan CO3 yang diperlukan oleh tubuh.
Pembentukan ion hidrogen akan lebih banyak jika H2CO3 banyak
terbentuk oleh CO2 yang masuk dalam darah, atau ion hidrogen yang
terbentuk digunakan oleh sistem bufer lain yang terdapat dalam darah.
Misalnya hemoglobin yang mempunyai beberapa fungsi dapat juga
mengikat H+ dalam keadaan tertentu.

2.8 KARBONMONOKSIDA CO
Kadar C0 dalam atmosfer sukar ditentukan dengan tepat. Beberapa
contoh didapati mempunyai kadar CO sebesar 0,5 ppm. Akan tetapi kadar
secara keseluruhan dalam atmosfer dunia sekitar 0,1 ppm.
Gas CO tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak
merangsang. Oleh karena itu kehadirannya di udara sukar diketahui.
Keracunan CO umumnya keracunan akut. NAB CO adalah 100
ppm untuk waktu kontak 8 jam sehari (pada tahun 1964 ditentukan NAB
CO adalah 100 ppm), tetapi ternyata kemudian kadar lebih dari 50 ppm
menimbulkan pengaruh buruk terhadap susunan saraf pusat. Bagi orang
yang tidak tahan terhadap CO, kadar 120 ppm dengan waktu kontak 1 jam
sudah menimbulkan gelaja keracunan, demikian pula kadar 30 ppm untuk
kontak 8 jam. Hal di atas disarankan oleh The California Departement of
Public Health.
49

Pada tempat ketinggian 1500 sampai 3000 m dari permukaan laut


KTD C0 adalah 25 ppm. Toksisitas C0 nampaknya lebih kuat jika
disampingnya terdapat gas H2S yang juga merupakan racun kuat. Kedua
racun itu saling mempengaruhi untuk memperkuat toksisitas masing-
masing, sehingga toksisitas kerja sama ini melebihi jumlah toksisitas jika
bekerja sendiri-sendiri. Kejadian semacam ini dinamakan “Sinergisme”.
Sinergisme juga terjadi jika CO ada disamping NO2.
Setiap ruangan terbatas yang memungkinkan CO berkumulasi
adalah berbahaya. Misalnya saluran gas kota di rumah yang selalu tertutup,
atau hanya sebentar saja terbuka dalam satu hari, aliran atau kebocoran gas
itu dapat menyebabkan pencemaran udara di dalamnya.
Setiap pembakaran sesungguhnya cenderung menghasilkan CO,
dapur rumah, tungku pembakaran industri, pembakaran terbuka,
pembakaran sampah, pabrik pembangkit tenaga, mesin pembakaran dalam
dan sebagainya.
CO merupakan bahan pencemar kimiawi terbanyak (80%) ialah
yang dikeluarkan kendaraan mermotor. Pemakaian bensin dunia
meningkat sangat cepat. 1 kg bensin dapat melepas rata-rata 0,25% kg CO.

2.8.1 PENGARUH CO TERHADAP TUBUH


Beberapa percobaan tentang reaksi terhadap CO kadar rendah
menunjukkan bahwa CO kadar rendah dapat mengganggu pernafasan,
denyut nadi, tekanan darah dan refleks saraf.
Gejala keracunan CO tertutama sesak nafas, warna merah yang
terang pada selaput lendir, dan pingsan kalau sudah gawat.
Mengapa CO merupakan racun bagi hewan atau manusia ? oleh
karena gas ini membentuk persenyawaan dengan hemoglobin dalam darah.
Persenyawaan yang terbentuk disebut karboksihemoglobin.
CO (g) + Hb (aq) ----------------- HbCO (aq)
Reaksi di atas adalah reversibel, dan CO masih dapat terlepas lagi,
sehingga hemoglobin masih mungkin mengikat lagi oksigen yang
diperlukan. Akan tetapi ternyata afinitas Hb terhadap CO lebih besar dari
pada terhadap oksigen, sekitar 250 kali lipat. Hal itu mengakibatkan CO
50

sukar terlepas dari Hb. Akibatnya fungsi Hb sebagai pembaya oksigen


tidak berjalan lancar, dan seolah tubuh kekurangan oksigen yang bisa
menyebabkan kematian. Pergeseran reaksi keseimbangan ke sebelah kiri
(pelepasan Hb dari CO) dapat dipercepat jika udara yang dihisap
mengandung kadar oksigen tinggi, sehingga banyak terbentuk lagi
oksihemoglobin (HbO2) yang diperlukan oleh jaringan tubuh untuk
pembakaran. Sebaliknya jika kadar oksigen itu rendah, seperti di tempat
yang tinggi dapat menguatkan efek racun CO. Efek ketinggian 110 m
ekuivalen dengan efek CO sebanyak 1 % dalam darah. 5% CO dalam
darah dapat menyebabkan loyo. Jadi keracunan CO disini tidak
menyebabkan jaringan tubuh rusak, melainkan terjadinya gangguan
terhadap fungsi dan pekerjaan utama hemoglobin.

2.9 NITROGEN, N2
Nitrogen adalah unsur kimia yang berbentuk gas dan merupakan
unsur terbanyak jumlahnya dalam atmosfer, lebih dari 78%. Akan tetapi
jumlahnya besar, afinitas kimianya kurang, dan sebegitu jauh boleh
dikatakan inert.

NITROGEN
ATMISFER

PEMBAKARAN

NO

OKSIDASI

BAKTERI FIKSASI DLM INDUSTRI


DENITRIKASI Petir
N0 ---- N2 NO2
BAKTERI
NITRIFIKASI

PELARUT

N03
NITRAT
51

Gambar 2.4. Siklus Nitrogen, R. Sunarya Masrun,1980

Reaksi-reaksi Dari Nitrogen Atmosfer


Nitrogen merupakan salah satu pengukur atmosfer dengan
kandungan yang paling tinggi. Tidak seperti oksigen yang mengalami
disosiasi hampir sempurna menjadi mono atom di daerah atmosfer dengan
altitude yang lebih tinggi, molekul nitrogen terdisosiasi secara langsung
oleh radiasi ultraviolet. Tetapi, pada altitude melebihi 100 Km, atom
nitrogen dihasilkan oleh reaksi fotokimia.
N2 + hv N + N
Reaksi-reaksi lainnya yang dapat menghasilkan nitrogen monoatom adalah
NO2+ + O NO+ + N
NO+ + e N + O
O+ + N2 NO+ + N

Dilapisan ionosfer, yang disebut daerah E, NO + merupakan ion


yang dominat. Ionosfer rendah, yaitu daerah D, yang mempunyai
ketinggian kurang lebih 50 Km sampai lebih kurang 85 Km, NO+
dihasilkan langusng dari radiasi ionosfer :
NO + hv NO+ + e
Pada daerah lebih rendah dari daerahD, terbentuk ion N 2+ melalui
kerja sinar kosmik galastic melalui reaksi,
N2 + hv N2+ + e-
Zat-zat pencemar oksida nitrogen, terutama NO2, merupaka jenis
pencemar utama dalam pencemaran udara dan pembentukan kabut
fotokimia.
Sebagai contoh, NO2 mudah terdisosiasi secara fotokimia menjadi
NO dan oksigen atomic yang reaktif :
NO2 + hv NO + O
Reaksi tersebut merupakan proses fotokimia primer penting yang
menyangkut pembentukan kabut.

Radikal Hidroksil dan Hidroporoksil di Atmosfer


52

Akhir-akhir ini pentingnya radikal hidroksil HO., dalam atmosfer,


merupakan fenomena kimia yang mendapat pengkuan yang makin
meningkat. Radikal ini dapat terbentuk melalui berbagai proses. Pada
altitude labih tinggi, reaksi membentuk radikal hidroksil yang umum
adalah fotolisis dari air, yang juga memberikan kontribusi yang cukup
besar dari hydrogen atomic dalam atmosfer.
H2O + hv NO. + H
Dalam kehadiran bahan organik, radikal hidroksil dihasilkan dalam
jumlah yang cukup banyak sebagai bahan intermediate pada pembentukan
fotochemical smog. Untuk tujuan eksperimen di laboratorium, sangat tepat
untuk menghasilkan radikal hidroksil dengan jalan fotolisis uap asam nitrat
seperti reaksi berikut ini :
HONO + hv HO . + NO
Radikal hidroksil sering dapat dihilangkan dari lapisan troposfer
malaui reaksi dengan gas metana atau karbon monoksida :
CH4 + HO . H3C . + H2O
CO + HO. CO2 + H .
Selanjutnya radikal metal yang mempunyai kereaktifan tinggi,
H3C., bereaksi dengan oksigen,
H3C . + O2 H3COO. + H2O
Membentuk radikal metil peroksida, H3COO ..
Radikal hidroperoksil terbentuk ketika hydrogen atimic yang
dihasilkan dari reaksi,
CO + HO. CO2 + H .
Bereaksi dengan oksigen
H. + O2 HOO.
Radikal hidroperoksil dapat mengalami reaksi rantai terminasi
seperti berikut ini :
HOO. + HO. H2O + O2
HOO. + HOO. H 2 O2 + O 2
Hidrogen peroksida, H2O2 yang terbentuk dapat keluar dari
atmosfer dengan jalan pengendapan. Radikal hidroperoksil dapat bereaksi
53

lebih lanjut yang menghasilkan kembali radikal HO. ketika beraksi dengan
NO, atau ozon, O3.
HOO. + NO NO2 + HO.
HOO. + O3 2 O2 + HO .
Radikal hidroperoksil lebih lambat dengan spesi lain dari pada
radikal hidroksil. Sukar untuk mempelajari radikal ini karena tidak mudah
untuk memperoleh radikal hidroksil secara bebas.

2.9.1 PENGIKATAN NITROGEN (NITROGEN FIXATION)


Walaupun nitrogen unsur yang sukar sekali bereaksi dengan unsur
lain, ternyata semua jasad hidup di dunia memerlukan sekali nitrogen,
bahkan dalam jumlah besar. Nitrogen merupakan unsur utama dalam asam
amino. Asam amino menyusun molekul yang dinamis dalam protoplasma.
Kita kelah mengenal “siklus nitrogen” atau “daur nitrogen”, dan tampak
betapa pentingnya unsur itu dalam membangun struktur kehidupan.
Nitrogen dalam hewan, tanaman dan hasil buangan dikembalikan
ketanah dan digunakan kembali oleh tetumbuhan. Itulah sebagian dari daur
nitrogen tersebut. Di samping itu ada bakteri yang mengurangi nitrat dan
nitrat menjadi molekul nitrogen yang kemudian kembali ke atmosfer, dan
menjadi nitrogen bebas.
Ada dua proses alamiah yang mengikat nitrogen bebas sehingga
melengkapi daur nitrogen. Proses yang pertama ialah proses yang
menggunakan tenaga kilat (petir) di udara, pada saat terjadi kilat itu
terbentuklah nitrogen oksida yang kemudian terbawa oleh air hujan ke
permukaan tanah. Gas nitrogen oksida dalam tanah diubah oleh jasad renik
menjadi makanan tetumbuhan. Proses yang kedua dan yang terpenting
ialah “pengikatan” nitrogen secara langsung oleh jasad renik. Proses ini
dilakukan oleh 3 macam bakteri : (1) “azotobakter” yang aerob dan
bekerja dalam tanah yang alkalis, (2) Clostridium pasteuranum yang aeron
dan bekerja pada tanah yang asam, dan (3) bakteri Rhizobium yakni
54

bakteri yang terdapat dalam pohon kacang-kacangan. Ketiga bakteri itu


disebut “bakteri nitrifikasi”.
Di samping itu juga manusia mengadakan proses pengikatan
nitrogen. Yang utama ialah pembuatan gas amoniak yang kemudian
dijadikan pupuk urea. Kecuali digunakan sebagai pupuku urea juga dipakai
sebagai zat aditif pada makanan ternak dan bahan industri kimia. Reaksi
pembuatan amonia adalah N2 (g) + 3 H2 (g) suhu dan tekanan tinggi 2 NH3
(g).
Reaksi di atas sangat endotern dan memerlukan tenaga banyak.

2.9.2 PENGARUH NITROGEN DI KEDALAMAN LAUT.


Para penyelam di laut sering kali menggunakan udara tekanan
tinggi sebagai bekal sumber oksigen. Kadar nitrogen dalam campuran gas
itu tidak berubah dan tetap paling tinggi. Penyerapan udara seperti itu jika
kurang hati-hati dapat mengakibatkan kecelakaan.
Tekana parsial netrogen yang besar selama penyelaman dapat
menembus membran alveoli paru-paru dan kemudian mengikuti aliran
darah. Sebenarnya gas ini tidak diperlukan dan hanya bertindak sebagai
pengencer, dan bisa keluar lagi melalui paru-paru. Akan tetapi oleh karena
tekanan gas yang besar itu, gas tersebut tetap ikut dengan darah, seperti
CO larut dalam botol soda. (tekana dalam botol soda tertutup sekitar 3
atm). Maka ketika muncul di permukaan laut, tekanan kedalam badan
penyelam berubah dengan mendadak, dan gas dari dalam akan mendesak
serentak keluar badan. Hal inilah yang bisa menyebabkan kematian. Oleh
karena itu para penyelam harus perlahan-lahan jika akan muncul di
permukaan. Penyakit yang ditimbulkan oleh nitrogen seperti di atas
disebut “caisson disease”.
Jika penyelam itu berlangsung lama dan penyelam terus menghisap
udara tekanan berisi nitrogen, maka kadar nitrogen dalam darah akan
cukup untuk menimbulkan pengaruh narkotiknya. Hal itu rasanya
menyenangkannya tetapi berbahaya. Keadaan demikian dinamakan
“nitrogen narkosis” atau “keasyikan di kedalaman”. Orang yang
55

mengalami nitrogen narkosis keadaannya sama seperti orang mabuk


alkohol. Penyelam jadi tidak seimbang dan kekurangan tanggapan. Yang
berbahaya bagi penyelam ialah bahwa pengaruh nitrogen narkosis dapat
meyebabkan penyelam ingin terus menyelam lebih dalam, dan itu mungkin
membawa kematiannya. Pada kedalaman 30 meter 11 atm, maka penyelam
tidak/hampir tidak sadarkan diri lagi.
Itulah bahaya nitrogen dalam laut jika bekal oksigen menggunakan
udara tekanan yang berkadar nitrogen tinggi.

2.9.3 NITROGEN OKSIDA


Beberapa proses pengikatan nitrogen yang disebutkan di atas tadi
merupakan proses biologi yang vital bagi tetumbuhan dan jasad renik,
serta jasad hidup umumnya, sedangkan pengikatan nitrogen secara
kimiawi oleh manusia adalah penting dalam ekonomi.
“Mesin pembakaran dalam” seperti pada mobil merupakan pula
mesin yang biasa “mengikat nitrogen”, karena hasil sampingan
pembakaran bensin dengan udara dalam ruang pembakarannya terjadi gas
nitrogen yang berasal dari udara ikut bereaksi. Hal itu terjadi karena dalam
ruang pembakaran ada perubahan tekanan yang tiba-tiba menjadi tinggi
pada suhu tinggi. Nitrogen oksida yang terbentuk ikut dengan gas buangan
lainnya ke atmosfer, dan kemudian mengalami bebrapa reaksi yagn bisa
menghasilkan bahan pencemar bagi udara.
Seperti kita ketahui bahwa nitrogen dan oksida dapat membentuk
enam jenis oksida :
N2O dinitrogen oksida NO nitrogen monoksida
N2O3 nitrogen trioksida NO2 nitrogen dioksida
N2O4 nitrogen tetraoksida N2O5 nitrogen pentoksida.
Nitrogen oksida merupakan persenyawaan beracun dalam atmosfer,
hanya satu yang kurang beracun, yakni dinitrogen oksida. Bahkan
dinitrogen oksida dapat digunakan dalam pengobatan. Nitrogen oksida
56

yang paling berbahaya bagi kesehatan ialah nitrogen monoksida dan


nitrogen dioksida.

DINITROGEN OKSIDA, N2O.


Gas ini bisa disebut gas ketawa. Gas ini terdapat dalam atmosfer
dengan kadar 0,5 ppm paling tinggi, dan rata-rata untuk dunia sekitar 0,25
ppm. Gas N2O digunakan untuk anestesi (pembiusan) di rumah sakit
dicampur 10 sampai 60% oksigen. Sebegitu jauh gas N2O ini diketahui
tidak menyebabkan pencemaran udara.

NITROGEN MONOKSIDA, NO
Atmosfer hanya mengandung sedikit sekali gas ini, sekitar
beberapa ppb. (1 ppb = 0,001 ppm). Gas ini tidak berwarna. Gas ini
banyak timbul dalam industri asam nitrat dan proses kimia yang lain. Jika
gas ini terlepas ke uadara akan segera bereaksi dengan oksigen membentuk
gas yang lebih berbahaya, yakni NO2 2 NO (g)m + O 2(g) =========== 2
NO2 (g)
Pada suhu tinggi keseimbangan bergeser kekiri yang menghasilkan gas
NO kembali. Bekerja dengan gas tersebut harus hati-hati, sedapat mungkin
memakai masker gas dan ventilasi udara ruangan termpat bekerja harus
cukup baik.
Pembakaran bensin dalam motor mula-mula menghasilkan juga
NO pada daerah suhu tinggi (dekat mesin), tetapi sesudah sampai di udara
bereaksi lagi menjadi N02 seperti di atas. Toksisitas NO sudah dijajagi
karena pada suhu biasa gas itu sudah berubah menjadi NO 2 dan reaksinya
sangat cepat.

NITROGEN DIOKSIDA, NO2.


Gas ini seperti yang telah disebutkan sangat beracun, gas yang
murni berwarna merah coklat. Industri kimia dan industri pembangkit
tenaga listrik kedua-duanya melepas N02 ke udara walaupun jumlahnya
57

lebih kecil dari pada yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor di kota
besar. Nitrogen dioksida adalah racun yang mematikan, keracunan NO2
mungkin tidak diketahui dengan segera, karena karbin tidak merasa apa-
apa. Kebakaran dalam paru-paru dapat terjadi dengan cepat sekali dan
mungkin tidak menimbulkan perasaan pusing atau rasa kelainan.
Pengumpulan air dalam paru-paru (edema) dapat terjadi beberapa hari
kemudian yang mungkin bisa menyebabkan kematian. Efek seperti itu
dapat berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan.
Menghirup udara berisi NO2 20 ppm dapat menimbulkan kematian
dalam waktu singkat. KTD NO2 adalah 5 ppm. Percobaan dengan tikus
menunjukkan bahwa kadar NO2 138 ppm dapat mematikan 50% hewan
percobaan dalam waktu 30 menit. Gas NO2 kurang keras dari ozon, tetapi
kedua-duanya mengakibatkan edema secara akut dan bisa mematikan.
AGGIH menentukan NAB untuk NO2 sama dengan 5ppm, akan
tetapi beberapa peneliti menunjukkan dengan percobaan kronis dalam
paru-paru dapat terjadi karena pendedahan terhadap kadar N02 yang
rendah. Oleh karena itu NAB 5 ppm untuk pendedahan tiap hari
diragukan, demikian pula timbul dugaan bahwa pendedahan lama
terhaddap udara dengan kadar NO2 rendah (lebih kecil dari 1 ppm), dapat
mengakibatkan terbentuknya senyawa karsinogenok (dapat menimbulkan
kanker).
Asap sigaret dan serutu berisi antara 330 sampai 1500 ppm
nitrogen oksida dan dilepas oleh pernafasan, mungkin terisap juga oleh
paru-paru. NO2 juga dapat merusak tanaman, kadar 4 ppm dalam uadara
merusak daun selama pendedahan 4 jam. NO2 bereaksi dengan air
membentuk asam nitrat dan nitrogen monoksida.
3 NO2 (g) + H2O (g) =========== 2 HNO3 (g) + NO (G)
Uap asam nitrat dalam atmosfer hampir semuanya bereaksi dengan
anomia dan membentuk amonia nitrat. Mungkin sekali NO 2 yang tidak
mengalami reaksi fotokimia berubah menjadi garam yang membentuk
aerosol di udara.
58

Pada suhu kamar sebagian molekul N02 dalam atmosfer terdapat


sebagai N2O4, yakni polimer dari NO2. Disamping itu dalam atmosfer
terjadi reaksi nitrogen dioksida ini dengan ozon membentuk nitrogen
pentoksida.
2 NO2 (g) + 03 (g) ========== N2O5 (g) + O2 (g).
N2O5 pada suhu kamar berbentuk padat dan menguap pada suhu 34 0C
atau
lebih. Toksisitas N2O5 masih disangsikan.

2.10 BELERANG DIOKSIDA DAN HIDROGEN SULFIDA


Belerang dioksida adalah gas tidak berwarna, baunya menyengat,
dan menyesakkan. Gas ini dpat mengganggu pernafasan walaupun dengan
kadar rendah. Gas ini merupakan bahan pencemar yang dilepas oleh
industri terutama melalui cerobong asap dan terbentuk sebagai hasil
oksidasi belerang yang terdapat dalam bahan bakar, atau pada proses
pemanggangan biji logam, tertuama biji logam sulfida.
Hampir 80% belerang dalam SO2 ini mula-mula terlepas sebagai
H2S ke udara dan kemudian teroksidasi oleh oksigen membentuk SO 2.
Kelarutan SO2 dalam air cukup besar karena dapat bereaksi membentuk
asam lemah yang bersifat oksidasi lemah pula, yakni asam sulfit.
SO2 (g) + H2O (1) =========== H2SO2 (aq)
Asam sulfit mudah berubah secara perlahan menjadi asam sulfat
yang lebih berbahaya dari SO2 dan asam sulfit.
Gas SO2 juga beraksi dengan oksigen di udara walaupun sangat
lambat pada suhu kamar membentuk gas SO3.
SO2 (g) + O2 (g) ============= 2 SO3 (g)
Gas SO2 yang terbentuk mudah larut dalam air dan menghasilkan
asam sulfat sbb :
SO3 (g) + H0H (1) ========== H2SO4 (aq)
Gas belerang dioksida dan hasil reaksinya sangat korosif dan dapat
merusak bahan lain serta berbahaya bagi kesehatan. Aerosol asam sulfat
dapat terbentuk pada pembakaran bahan bakar yang kadar belerangnya
tinggi. Hal itu akan menimbulkan pencemaran terhadap udara sekitar
59

industri. Warna asap kebiru-biruan dari cerobong menunjukkan adanya


aerosol asam sulfat di udara.
Sumber SO2 alami yang terbesar adalah gunung api yang giat
bekerja, tetapi sedikit sekali menyebabkan pencemaran terhadap
lingkungan. SO2 yang berasal dari aktivitas manusia lebih banyak
jumlahnya, yaitu sekitar 75% dari semua SO2 yang terhambur ke udara.
Sumber itu adalah pembakaran bahan bakar fosil, industri, tungku
pembakaran pada pabrik sumber tenaga dan sebagainya.
Pabrik pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar
fosil tumbuhan dengan sangat pesat, sedangkat pembangkit tenaga yang
menggunakan nuklir berjalan sangat lambat.

S03

OKSIDASI

S02

PENGENDAPAN PEMBAKARAN
PEMBUSUKAN PENYERAPAN OLEH TANAMAN

OKSIDASI
DAN
ZAT ORG. MENGANDUNG BELERANG PENGENDAPAN

MINERALISASI

SULFAT ANORG.

ASIMILASI REDUKSI
REDUKSI OKSIDASI

SULFUR, SULDIDA

MINERALISASI PELAPUKAN
60

Gambar. 2.5. Siklus belerang dan belerang dioksida, R. Sunarya


Masrun, 1980

2.10.1 SO2 ZAT YANG KOROSIF


Seperti telah disebutkan di atas, SO2 dan senyawa sangat korosif
dan merusak kebanyakan benda yang dikenainya. SO2 dan SO3 merusak
bahan bangunan yang mengandung karbonat, seperti barukapur, marmer
dan sebagainya. Reaksi kimia yang terjadi menghasilkan garam kalsium
yang relatif mudah larut dalm air, yang kemudian bisa terbawa oleh air
hujan. Patung dan benda lainnya yang terbuat dari bahan mengandung
kapur jika terdapat di kota besar atau daerah industri mungkin cepat rusak
karena kadar SO2 yang tinggi di daerah tersebut. Suatu contoh misalnya
mengenai nasib dua buah “Jarum Cleopatra” (suatu monumen Mesir kuno
penuh dengan ukiran Mesir Kuno terbentuk piramida tinggi) yang
dipindahkan ke New York pada 1880, gambar dan hurufnya yang terukir
nampak menjadi kabur, sangat berbeda ketika baru dipindahkan ; padahal
ketika di mesir sudah 3000 tahun lebih, dapat bertahan dengan keadaan
yang tetap baik.
Hasil pengikisan marmer atau batukapur oleh SO 2 dan SO3 di udara
oleh orang Italia disebut sebagai “kanker batu”. Besi baja akan lebih cepat
berkarat jika terdapat di kota dari pada di desa. Pada proses pengaratan ini
debu atau partikel dapat mempercepat berlangsunya proses tersebut oleh
SO2, karena demikian pula adanya uap air di udara karena terbentuknya
asam sulfit dan sulfat yang lebih korosif lagi bagi logam.
Asam dan oksida tersebut merusak juga tambaga, nikel, seng,
bahkan aluminium jika kadarnya tinggi. Misalnya bercak hijau pada
tembaga atau perunggu tiada lain disebabkan oleh sulfur oksida. Sulfur
oksida juga merusak beberapa jenis pigment dab cat, nylon, kertas dan
61

tekstil umumnya. Kertas yang terkena gas SO 2 menjadi rapuh karena


dalamnya terdapat logam yang mempercepat perubahan SO2 menjadi
sulfat.

2.10.2 PENGARUH SO2 TERHADAP MANUSIA


Pada umumnya setiap orang bisa merasakan adanya SO 2 jika sudah
tahu bahwa yagn demikian itu adalah bau SO 2 pada kadar antara 0,3 – 1
ppm, karena baunya merangsang dan menyengat. Bagian badan manusia
yang terganggu oleh SO2 terutama ialah saluran pernafasan dan mata.
Kebanyakan orang akan merasa terganggu dengann kadar 1 – 5 ppm. SO 2
dalam udara. Pendedahan selama satu jam pada kadar lebih tinggi
menyebabkan pernafasan terasa sesak dan mata terasa pedih. Kadar 2 ppm
dapat langsung secara akut merusak hidung dan tenggorokan. Sedangkan
kadar SO2 1% (10.000 ppm) beberapa menit saja dapat merusak kulit yang
lembab. KTD SO2 untuk pendedahan 8 jam adalah 10 ppm. Kadar 400 –
500 ppm merupakan bahaya dan mungkin mematikan.
Demikian berbahayanya SO2 bagi manusia dan kesehatannya,
tetapi ada suatu hal yang menguntungkan, karena CO2 dalam udara mudah
diketahui kehadiranya dengan baunya yang khas. Namun demikian kadar
S02 yang rendah mungkin menunjukkan baunya yang jelas. Sedangkan
manusia juga mempunyai kekebalan jika mengalami pendedahan yang
lama terhadap SO2 yang kadarnya rendah, sehingga panca inderanya
kurang peka terhadap SO2 kadar rendah (sekitar 4 ppm).
Bahaya SO2 terhadap manusia lebih bertambah jika zat itu
bercampur dengan udara lembab atau banyak kabut, karena akan banyak
terbentuk asam sulfit dan sulfat. Asam yang berbentuk ini umumnya lebih
beracun dibandingkan dengan SO2nya sendiri.

2.10.3 TABIAT SO2 DALAM LINGKUNGAN


Sebagai bahan pencemar, sulfurdioksida sebenernya tidak stabil,
tetapi berubah menjadi zat lain. Pada tahap pertama misalnya mengalami
oksidasi menjadi SO2 dalam udara, yang kemudian larut dalam tetesan
embun membentuk asal sulfat. Asam yang terbentuk mudah bereaksi
62

membentuk garam sulfat seperti amonium sulfat, natrium sulfat dan


sebagainya. Di samping itu perubahan ke arah tersebut dapat melalui
oksidasi secara fotokimia (oksidasi dengan pertolongan cahaya)
menghasilkan juga asam sulfat. Oksidasi semacam ini juga dapat
dipercepat dengan adanya ion logam seperti besi, magnesium, ambina dan
hasil pembakaran batubara.
Asam sulfat dan garam sulfat yang dihasilkan reaksi di atas
membentuk aerosol yang kemudian dapat turun terbawa oleh air hujan.
Waktu melayang di udara biasanya 5 sampai 14 hari.

2.10.4 PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN SO2


Penyebaran SO2 oleh industri dapat dikurangi jika digunakan bahan
baku yang kadar belerangnya rendah. Akan tetapi bijih logam yang diolah
pun mengandung belerang yang berubah menjadi SO2.
Untuk membatasi penyebaran SO2 kemudian dicari proses
pengolahan yang tidak menggunakan suhu tinggi, misalnya proses
hidrometalurgi. Dalam proses ini suhu paling tinggi ialah titik didih
larutan, sehingga walaupun terjadi SO2 akan larut dan mengendap dalam
air sebagai garam.
Betubara juga merupakan sember penyebar SO2. Kini diusahakan
mengurangi penggunaan batubara yang terlalu banyak mengandung
belerang. Tetapi batubara dengan belerang sedikit jumlahnya terbatas. Gas
bumi mungkin merupakan bahan bakar pengganti batubara, tetapi kadar
belerang juga tinggi, jumlahnya terbatas.

2.11 ASAM SIANIDA


Asam sianida yang disebut juga asam biru mudah sekali menguap.
Asam ini digunakan untuk fumigasi tikus dan untuk sintasis bahan kimia.
Dalam alam asam ini terdapat sebagai racun singkong. Senyawa sianida
seperti akrilonitrit digunakan pada produksi karet sintesis ; Sianoid sebagai
sumber asam sianida. Garam-garam sianida digunakan untuk memperoleh
emas murni dari bujihnya, membersihkan logam.
63

Walaupun sebagai gas jarang sekali kehadirannya dalam atmosfer,


tetapi dalam keadaan tertentu dimana asam ini digunakan perlu sekali
berhati-hati karena ion sianida yang mungkin terurai dari
persenyawaannya sangat beracun.
Ion sianida, CN-, mempunyai kemampuan menghambatnya
kerjanya beberapa jenis sistem enzim dalam badan. Enzim yang sangat
peka terhadap sianida ialah enzim Sitokrom – oksidase dan enzim lain
yang mengontrol oksidasi dalam jaringan sel.
Jaringan sel terhambat oleh CN- tidak dapat menggunakan oksidasi
yang di bawah oleh darah, dan sel-sel itu yang sangat peka terhadapanoxia
akan cepat mati. Karena oksigen yang di bawah darah tidak dipergunakan,
darah yang menuju jantung tampaik sama seperti darah yang keluar dari
jantung. Serangan CN- berjalan cepat, gejala yang timbul sama umumnya
anoxia : lemah, sakit kepala, pandangan kabur, kadang-kadang pingsan.
Sumber CN- yang umum adalah asam sianida dan garam-garamnya
yang dipergunakan ; CO2 di udara dengan mudah menggantikan CN- jika
bersentuhan dengan senyawa garamnya akritonitril (CH2 = CN CN) juga
bernahaya karena dapat melepas CN- dalam badan. HCN mudah sekali di
serap paru-paru dari udara, tetapi lambat sekali oleh kulit. Dalam bentuk
cair mudah diserap kulit tetapi tidak begitu berbahaya.
Sianida dan senyawa nitril mempunyai bau yang khas : “bau pahit”,
suatu sifat yang menguntungkan dari HCN karena mudah sekali terbakar,
titik nyalanya – 180C. dan batas ledakan 5,6 – 40% dalam udara. Tetapi
uap okrilo nitril jika kadarnya cukup tinggi dapat mengganggu pernafasan,
kadar HCN 10 ppm (atau akrilonitrit 20 ppm) belum tentu menimbulkan
gejala kelainan walaupun pada pendedahan beberapa jam lamanya. HCN
20-40 ppm dapat menimbulkan gangguan dalam beberapa jam kontak.
Kadar 100 sampai 135 ppm HCN dalam udar dapat mematikan dalam 30
menit ; 250–300 ppm dapat langsung menyebabkan pingsan dan
meninggalnya seseorang jika orang itu tidak segera ditolong.
Penyelamatan seseorang dari keracunan scara akut ini dapat dilakukan jika
otak korban tidak terserang dan tidak ada efek kronis padanya.
64

Ada beberapa zat penawar bagi racun sianida misalnya amil nitril.
Korban disuruh menghisap amil nitril (CH2 (CH2)3−¿¿ CONO) dan atau
karbon itu diberi suntikan N2NO2. Amil nitril mudah bereaksi dalam badan
membentuk methemoglobin, dan methemoglobin segera bereaksi dengan
CN-, memisahkan CN- dari aliran darah.
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) dapat bereaksi dengan CN- dalam
darah menghasilkan SO3́ dan ion tio sianat (CNS-) yang kedua-duanya
tidak begitu beracun seperti CN- ; oleh karena itu natrium tiosulfat juga
dapat digunakan sebagai penawar keracunan CN-. Biasanya suntikan
setelah NaNO2. Gas HSN atau daram sionida hanya banyak terdapat dalam
lingkugan industri yang telah disebutkan di atas ; tetapi dalam
laboratorium juga kadang-kadang ada dipakai, karena itu perlu hati-hati
menghadapinya.

2.12 AEROSOL
Aerosol adalah sistem koloid dimana gas sebagai medium konterin
dan zat padat atau zat cair sebagai fasa dispers. Misalnya : asap, embun,
debu, awan, busa, dsb. Dalam ilmu lingkungan aerosol ini biasanya disebut
“partikulat” (particulates) partikulat ini dapat merupakan bahan pencemar
bagi udara.
Partikulat tidak semuanya nampak pada mata sebagai suspensi
partikel-partikel zat padat yang mikroskopis : bahan kimia, cairan, garam
laut, serbuk bunga, bakteri dan virus banyak sekali beterbangan di udara
merupakan partikulat. Beberapa diantaranya dapat menyebabkan
kerusakan dan sakit kepada manusia.
Aerosol lain yang mengandung penyebab sakit adalah, debu timbal
dari kendaraan bermotor, asbes, abu yang melayang, penyebaran debu
gunung berapi, serbuk pestisida, embun asam sulfat dan debu logam.
Beberapa senyawa (za) lagi diketahui sebagai tambahan pertikules yang
jumlahnya sedikit berada di udara, mungkin termasuk zat-zat beracun yang
belum dapat dipastikan efeknya.

2.12.1 PENGARUH AEROSOL


65

Partikel atau kotoran berupa debu di atmosfer sebenarnya sebagian


besar tidak menimbulkan reaksi kimia, tetapi secara fisik mempercepat
proses pengaratan oleh poluton lain, misalnya SO 2 dan asam sulfat.
Disamping itu kotoran debu dapat merusak tekstil dan barang lain karena
harus dibersihkan lebih mahal, memerlukan solven dan detergen lebih
banyak, akhirnya membantu mempercepat pencemaran lagi.
Pada peristiwa “killer smog” (1952) di London dijumpai peristiwa
sinergisme dengan partikel. Selama bencana itu sekitar 4000 orang
meninggal, dan kenyataanya menunjukan terjadi kombinasi antara
partikulat dan SO2.
Telah lama diketahui bahwa zat-zat penyebab kanker terdapat
bersama pertikulat. Benzpiren (Benzyrene) yang dicampur dengan debu
besi oksida atau hematir menyebabkan kanker paru-paru pada binatang
percobaan ketika disuntikan pada kerongkongan.
Zat itu (benspirena) umumnya dijumpai dalam campuran dengan
polutan di atmosfer. Percobaan toksisitas dengan ekstrak dari udara yang
tercemar yang disuntikan kepada anak tikus yang baru lahir menunjukan
spektrum yang luas dari zat karsinogen dalam atmosfer.
Jelaga merupakan susuna yang rumit, kebanyakan terdiri atas
gugusan berpori dengan daya serap cukup kuat. Karena jelaga adalah hasil
pebakaran bersama dengan yang lainnya, diantaranya banyak zat yang
toksis, terutama karena sinergisme.

2.13 S M O G
Perkataan SMOG merupakan singkatan dari “Smoke-fog”, asap-
kabut. Istilah-istilah itu mula-mula digunakan oleh H.A. Dee volux pada
1911 dalam laporannya mengenai “smoke – fog” yang membawa bencana
kematian. Laporan itu berisi tentang dua peristiwa selama musim gugur
1909 di Glasgow, Skotlandia yang menyebabkan tewasnya 1063 orang
karena asap dan kabut, pada tahun belakangan ini pencemaran udara
makin bertambah kritis, di daerah itu beberapa bencana sering terjadi
karena smog dan menyebabkan tewasnya atau kecelakaan serius.
66

Dalam minggu-minggu bencana pada musim dingin 1930 di Meuse


Valley, Belgia, banyak penduduk jatuh sakit dan tewas oleh smog yang
memenuhi udara daerah tersebut. SMOG yang bagaimana kiranya sampai
dapat menyebabkan orang meninggal ?
Mari kita lihat apa sebenarnya yang terjadi di Meuse Valley
tersebut. Daerah ini merupakan daerah lembah kecil, dikiri kanan lembah
itu sepanjang 24 km berdiri bukit-bukit yang tingginya sekitar 100 m.
daerah ini pun merupakan daerah industri yang padat : disitu terdapat
tanur-kokas dan tanur tiup (blast furnall) pabrik baja, pabrik pelebur seng,
pabrik gelas dan pabrik asam sulfat. Pada tanggal 1 Desember 1930 dan
minggu-minggu berikutnya sirkulasi udara panas dan dingin dalam lembah
itu membuat kadar polutan dari industri yang dilepas ke uadara bertambah
pekat. Pada hari ke tiga banyak penduduk mengeluh sakit saluran
pernafasan dan sebelum atmosfer itu berubah terang, sebanyak 60 orang
meninggal dunia. Hewan ternak juga banyak yang mati. Pada waktu itu
tidak ditentukan polutan toksis mana yang menyebabkan bencana tersebut.
Hanya pada saat itu ditaksir bahwa kadar S0 di udara mencapai 9,6 sampai
38,4 ppm (25 – 100 mg /m3 uadara), tetapi pengukuran yang pasti tidak
dilakukan. Mungkin juga beberapa macam polutan menyebabkan
kesukaran tersebut.
(Kabut hitam) memenuhi london pada bulan Desember 1952
menyebabkan sekitar 4000 orang tewas. Ini adalah kejadian hampir sama
dengan di Meuse Valley. Dari tanggal 5 sampai dengan 9 Desembar kabut
yang disertau sirkulasi udara panas dan dingin menutupi London yang
terletak di lembah luas dalam daerah aliran Sungai Thames. Di tengah-
tengan lembah itu banyak penduduk sakit.
Penyakit timbul setelah 3 smpai 4 hari udara dipenuhi SMOG.
Gejalanya : nafas pendek, sianosis (biru-biru karena darah kurang
oksigen), demam, nafas berbunyi. Kematian banyak disebabkan bronchitis
yang kronis, lever dan sakit paru-paru. Angka kematia tetap tinggi dalam
beberapa minggu terjadi smog. Waktu smog tebal kadar S0 2 sekitar 1,34
ppm. Kejadian ini berulang tahun 1959.
67

Kejadian semacam berlangsung pula di Donora Pennsylvonia USA.


Tahun 1948, dimana tewas 20 orang selama smog memenuhi udara. Kadar
SO2 diperkirakan 0,5 sampai 2,0 ppm.
Oleh kejadian itu smog yang telepas di daerah industri disebut
“killer Smog”, Smog pembunuh. Smog ini serupa mengandung banyak
polutan yang bercun, komposisi yang sebenarnya belum dapat ditentukan
dengan pasti. Tetapi bahayanya telah banyak memusnahkan jiwa.

2.13.1 SMOG HASIL FOTOKIMIA


Komponen smog yang sangat merusak dan menyakitkan ialah hasil
reaksi di atmosfer antara oksigen, ozon dan polutan yang disebarkan oleh
industri. Hasil ini biasa disebut “smog fotokimia” karena reaksi itu dimulai
karena ada energi dari sinar ultra ungu. Putaran reaksi ini belum
seluruhnya dimengerti, walaupun telah banyak percobaan dilakukan dekat
cerobong smog industri-industri, mungkin karena keadaanya berlainan
dengan atmosfer. Namun demikian tahapan-tahapan penting pada
pembentukkan smog fotokimia dalam atmosfer telah diketahui :
diantaranya terjadi reaksi antara oksigen, ozon nitrogen oksida dan
hidrokarbon. Hidrokarbon ini berpartisipasi dan menghasilkan senyawa-
senyawa yang merusak dan toksis.
Beberapa tahap reaksi itu nampak seperti di bawah ini :
Tahapan 1. :
Suatu tahapan yang sangat penting pada pembentukkan smog
fotomikia ialah aksi oleh sinar ungu terhadap nitrogen dioksida yang
menghasilkan nitrogen monoksida dan atom oksigen.
NO2(g) Sinar U.U (UV) NO (g) + O0 (atom oksigen)
Tahapan 2. :
Atom oksigen yang berbentuk pada tahapan 1 terus bereaksi
dengan oksigen biasa (molekul oksigen) membentuk ozon.
O0 + O2(g) ------------ O3(g)
Sebagian ozon ini mengoksida nitrogen monoksida menjadi
nitrogen dioksida dan sebagian lagi bereaksi dengan hisdrokarbon
68

menghasilkan aldehid. Hidrokarbon hasil oksidasi ini bereaksi lagi dengan


oksigen membentuk radikal.
Tahapan 3. :
Sebagian atom oksigen yang membentuk pada tahap 1 bersenyawa
dengan hidrokarbon membentuk radikal (asil).
0- + HC -------------- HC O-
Atom oksigen hidrokarbon radikal
Radikal asil yang membentuk ini mengalami suati reaksi seri yang
rumit, sebagian reaksi dengan oksigen membentuk radikal yang lebih reatif
yaitu “radikal peroxy”. Redikal ini bereaksi lagi dengan hidrokarbon
membentuk aldehid, keton dan senyawa lain.
Tahapan 4. :
Tahapan terakhir dalam pembentukkan smog fotokimia ini ialah
reaksi antara radikal peroxy dan nitrogen dioksida membentuk senyawa
yang sangat toksis, yakni peroksi asil nitrat atau PAN.
HC OO- + NO2 -------------- HCOONO2
Peroksi radikal PAN
Itulah reaksi-reaksi pembentukkan smog fotokimia yang sanagt
diringkaskan. Semua hasil reaksi membentuk smog yang mencemari
udara.
Dalam komposiosi smog fotokimia, PAN inilah yang menyebabkan
sakit mata, walaupun juga ada zat-zat lain. Tidak semua komponen dalam
smog fotokimia menyebabkan penyakit. Form aldehid dan akrolein kedua-
duanya merupakan zat toksis yang kuat dan terdapat dalam komposisi
smog fotokimia ini.
Golongan PAN yang pertama diketahui ialah peroksi acetil nitrat :
CH3 – C – OO NO. Zat ini kuat sekali mempengaruhi mata walaupun pada
kadar rendah.
(1 ppm). Anggota PAN lain yang sangat toksis ialah peroksi benzoil nitrat.
Golongan PAN ini umumnya dapat menyerang tanaman, hewan
ataupun manusia.
69

BAB. III
LINGKUNGAN AIR

3.1. AIR UNTUK KEHIDUPAN


Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Tubuh manusia
mengandung air ± 60 - 70 %. Air harus memenuhi kebutuhan hidup,
makan, minum dan keperluan lain. Air yang dibutuhkan manusia mencakup
kuantitas, kualitas dan kontuinitas. Air dapat ditemukan dalam bentuk padat,
cair dan gas. Secara kimiawi mempunyai formula (H2O) yang merupakan
gabungan 2 atom Hidrogen dan 1 atom Oksigen, pada tekanan atmosfer
(76 cm-Hg) air menjadi padat bila didinginkan sampai suhu 0 o C dan
mendidih pada suhu 100o C.
Semua orang merasakan dan menghayati betapa pentingnya
peranan air untuk segala macam kegiatan kehidupan manusia. Kita selalu
minum air, membersihkan dengan air, mencuci dengan air dan sebagainya.
Kita juga menggunakan sumber tenaga, media pengangkutan, tempat
darmawisata dan lain sebagainya. Bahkan tubuh hewan dan manusia sendiri
sebahagian besar terdiri dari air, walaupun kadar air dalam tiap jaringan
berbeda-beda.
Air mutlak harus ada dalam kehidupan. Untuk keperluan makan,
minum, mandi dan lain-lain. Menurut Wolf dalam Djasio Sanropie (1984)
manusia memerlukan air untuk minum ± 2,2 lt/hr ( ± 3,1 % bb ). Permukaan
Bumi terdiri dari ¾ % air, 97 % air laut, 3 % air tawar (air tanah, air hujan,
salju / es ), 75 % air tawar di bumi berada di kutub ( Es / glacier dan dalam
lapisan tanah ). Dari jumlah air yang sangat besar di alam ini hanya sebagian
kecil saja yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dan terbatas
pada proporsi ketersediaan air maupun cara memperolehnya.
Demikian pentingnya peranan air bagi kehidupan manusia yang
juga berlaku bagi mahluk lainnya di dunia ini. Demikian uniknya air itu
sehingga memegang peran yang menentukan dalam kehidupan. Oleh karena
itu tidak mengherankan jika orang mengatakan bahwa kebudayaan dan
peradaban di dunia ini adalah peredaran air, karena organismenya sebagian
70

besar terdiri atas air. Seperti sudah di jelaskan sebelumnya tubuh manusia
sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air, di dalam jaringan lemak
terdapat kira-kira 90%, darah dan getah bening sebagian besar terdiri dari
air. Jika tubuh manusia kehilangan seluruh cadangan lemak masih bisa
bertahan, tetapi kehilangan 20% saja air dalam tubuh bisa mengakibatkan
kematian.
Selain peranannya dalam kehidupan manusia air juga mempunyai
peranan besar dalam penularan penyakit karena air yang dikonsumsi tidak
memenuhi syarat karena adanya polusi dari berbagai aktivitas manusia
seperti industri, pemukiman, dan lain-lain.

3.2. SUMBER DAN SIKLUS AIR


Keberdaan air di bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut
dan berputar sehingga merupakan suatu siklus (daur) ulang. Prinsip dasar
siklus hidrologi adalah berupa proses sirkulasi dari penguapan, presipitasi,
maupun pengaliran. Proses daur di alam ini dilakukan dengan adanya energi
yang bersumber dari sinar matahari.

Gambar 3.1 (Siklus Hidrologi, Djasio Sanropi dkk, 1984)


Dengan adanya sinar matahari maka
permukaan bumi termasuk air permukaan,
seperti air sungai, danau, rawa, dan air laut
akan mengalami penguapan atau evaporasi.
Sedangkan penguapan dari proses biologis seperti
hewan tumbuhan juga terjadi yang disebut
transpirasi.
71

Air yang menguap akan naik ke atas sampai pada suatu titik
dimana suhu udara sekeliling sama dengan suhu uap air selanjutnya akan
mengalami proses kondensasi sehingga akan terbentuk titik-titik air
kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Sebagian air hujan yang tiba
dipermukaan bumi akan masuk ke dalam lapisan tanah disebut infiltrasi. Air
hujan yang masuk kedalam tanah dapat keluar kembali kesungai-sungai
(interflow) dan yang tersimpan di dalam tanah disebut groundwoter.
Berdasarkan siklusnya maka sumber air dapat diklasifikasikan menjadi air
hujan, air tanah, dan air permukaan. Ketiga sumber air tersebut belum dapat
diketahui mana yang benar-benar memenuhi persyaratan air minum dan air
bersih, karena setiap sumber air itu mempunyai kelemahan masing-masing
baik kuantitas maupun kualitasnya. Sifat / karakteristik sumber air tersebut
sebagai berikut :
1. Air Hujan
Umumnya kualitasnya cukup baik, selain itu air hujan bersifat
lunak (soft woter) karena sedikit / kurang mengandung larutan garam dan
zat mineral sehingga terasa kurang segar dan dari segi bakteriologis
relatif lebih bersih, namun untuk daerah-daerah perkotaan dan industri
kualitasnya kurang memenuhi syarat karena adanya kontaminasi dari
bahan-bahan buangan industri dan pemukiman.
2. Air Permukaan
Air permukaan seperti sungai, danau, maupun waduk umumnya
kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia karena kualitas air
permukaan akan selalu berubah-ubah karena adanya pencemaran dari
berbagai aktivitas disekitarnya. Sehingga apabila dijadikan sumber air
bersih harus diolah terlebih dahulu agar tidak mengakibatkan gangguan
kesehatan.
3. Air Tanah
Air tanah adalah air yang meresap ke dalam tanah kemudian
tersimpan atau terperangkap di dalam tanah dan bergabung membentuk
lapisan air tanah yang disebut aquifer.
72

Kondisi suatu lapisan tanah membuat suatu pembagian zona air


tanah menjadi zona berudara (zone of aeration) yaitu suatu lapisan tanah
yang mengandung air yang masih dapat kontak dengan udara dan zona
air jenuh (zone of saturation) yaitu suatu lapisan tanah yang mengandung
air tanah relatif tidak berhubungan dengan udara luar yang disebut
aquifer bebas.
Karakteristik air tanah umunya kualitasnya lebih baik dari air
permukaan karena tanah dapat menyaring bahan-bahan pencemar dari
luar. Kandungan kimianya tergantung dari lapisan tanah yang dilalui.
Jika melalui tanah berkapur maka air akan menjadi sadah karena
mengandung Ca (HCO3)2, dan MgHCO3)2. Apabila air bersifat sadah
dapat mengakibatkan pemborosan dalam pemakaian sabun. Hal ini
disebabkan air yang mengandung ion Ca++ bereaksi dengan senyawa
sodium stearat C17H35COONa dalam sabun membentuk endapan kalsium
stearat C17H325 (COO2) Ca yang menyebabkan tidak terbentuknya busa
sabun. Setelah ion Ca2+ habis, baru busa akan terbentuk.
Selain itu air sadah juga dapat menggangu pada ketel-ketel uap
karena adanya reaksi :
Ca (HCO3)2 ------- CaCO3 + H2O + CO2 …………… (4.1)
Dengan terbentuknya kerak CaCO3 sebagai batu ketel, maka akan
mengganggu perpindahan panas sehingga sering terjadi ledakan pada
ketel-ketel air atau sumbatan pada pipa-pipa.

3.3. MIKROORGANISME SEBAGAI KATALIS PADA REAKSI-REAKSI


AKUATIK
Katalis merupakan zat kimia yang dapat mempengaruhi
(mempercepat atau memperlambat) kecepatan suatu rekasi kimia, tanpa
mengganggu atau merusak produk yang diinginkan.
Mikroorganisme (jasad renik) yang terdapat di dalam air
merupakan katalis hidup, yang dapat menyebabkan terjadinya proses reaksi
kimia dalam air dan air tanah. Selain betanggung jawab untuk pembentukan
kandungan mineral dan sedimen, organisme ini juga berperan penting dalam
pengolahan limbah secara biologis. Dilain pihak, mikroorganisme yang
73

poten (dapat menimbulkan penyakit) harus dihilangkan dari dalam air denga
cara pengolahan. Beberapa jenis mikroorganisme yang umumnya terdapat
dalam air adalah bakteri, jamur, ganggang, dan virus.
Virus tidak dapat tumbuh sendiri, tetapi berproduksi dalam
organisme lain. Ukuran virus amat kecil, berkisar antara 1/30 hingga 1/20
ukuran sel bakteri, dan dapat menyababkan berbagai penyakit seperti polio,
hepatitis, dan bahkan mungkin kanker. Karena ukurannya kecil dan tidak
stabil secara biologis, maka virus sulit untuk diisolasi dan dibiakkan
Mikroorganisme yang penting dalam kimia akuatik dibedakan atas
beberapa kategori yaitu, jamur, ganggang, dan bakteri. Jamur dan bakteri
(kecuali untuk proses fotosintesis) diklasifikasikan sebagai pengurai dan
pembentuk, yaitu sebagai pemecah senyawa kimia menjadi bahan yang
lebih sederhana, sehingga kemudian dapat mengestrak energi yang
diperlukan untuk pertumbuhannya dan proses metabolisme. Contoh reaksi :
ganggang merupakan pembentuk karena algae menggunakana energi cahaya
dan menyimpannya sebagai energi kimia, sehingga bila tidak ada matahari,
algae menggunakan energi kimia untuk kebutuhan metabolismenya.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, bakteri dan jamur dapat dipandang sebagai
katalis lingkungan, sedangkan ganggang berfungsi sebagai sel bahan bakar
solar akuatik (Gambar 3.1).

Gambar 3.2 Beberapa efek/pengaruh mikroorganisme dalam kimia air


secara alamiah (Setiaty P dkk, 1995).

JAMUR
Jamur merupakan organisme non-fotosintesis dan dapat tumbuh
pada daerah lembab dengan pH yang rendah, yang mengakibatkan bakteri
74

tidak dapat hidup. Dilain hal, jamur lebih toleran terhadap konsentrasi tinggi
ion logam berat dari pada bakteri. Jamur yang kebanyakan heterotropik,
menghasilkan senyawa karbon (C) dan energi dari degradasi senyawa
organik.
Struktur jamur beragam, dari yang sederhana dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskopis sedikit lebih besar dari bakteri dan biasanya
berukuran 5 – 10 mikron. Fungsi terpenting jamur dalam lingkungan adalah
untuk menguraikan selulosa dalam kayu dan bahan tumbuhan lainnya.
Untuk itu, sel jamur mengeluarkan enzim (katalis biologis) yaitu selulose.
Jamur tidak dapat hidup dengan baik dalam air, tetapi memainkan peran
penting dalam penentuan komposisi air alam dan limbah. Karena produk
penguraiannya yang masuk ke dalam air. Sebagai contoh produk penguraian
material tumbuhan mati adalah material humad (humus) dengan bantuan
mikroorganisme. Material humad ini bersifat asam akibatnya pH tanah dan
air menjadi turun.

GANGGANG
Ganggang berbeda dari bakteri dan jamur dalam hal
kemampuannya melaksanakan proses fotosintesis, dan pemanfaatan oksigen
pada pertumbuhannya. Ganggang dapat dianggap sebagai organisme yang
mikrokoois yang tergantung pada bahan organik sebagai hara untuk
menghasilkan bahan organik dengan proses fotosintesis.
Bahan makanan yang diperlukan ganggang antara lain :
 Karbon (dari CO2 atau HCO3-)
 Nitrogen (umumnya NO3-)
 Fosfor (sebagai senyawa arthophospat)
 Belerang (sebagai SO4-)
 Dari elemen lain seperti Na, K, Ca, Mg, Fe, Co, dan Mo
Dalam bentuk sederhana, produksi bahan organik oleh fotosintesa
ganggang dapat dijelaskan oleh reaksi sebagai berikut :
CO2(g) + H2(C)O ------------------- (CH2O) + O2(g) ……….. (3.1)
75

Dimana CH2O sebagai karbohidrat (biomassa) dan h merupakan energi


kuantum cahaya
Jika cahaya tidak ada, maka proses metabolisme berlangsung
seperti pada organisme non-fotosintesis.

BAKTERI
Bakteri dapat berbentuk batangan, bulat, atau spiral. Bakteri dapat
tumbuh sendiri-sendiri atau berkelompok dalam jumlah dua sampai jutaan
sel individual (tunggal). Kebanyakan bakteri berukuran 0,5 – 0,3 mikron,
meskipun yang berbentuk spiral dapat mencapai panjang 15 mikron.
Berdasarkan ukuran bakteri ini, maka untuk menyaring benda-benda terlarut
dan bakteri dari air diperlukan ukuran saringan 0,45 mikron.
Aktivitas metabolisme bakteri dipengaruhi oleh ukurannya yang
kecil. Bakteri mengeluarkan eksoenzim cazin untuk menguraikan bahan
makanan dapat menjadi komponen larut yang dapat menembus dinding sel
bakteri, sehingga proses pencernaan disempurnakan.
76

Gambar 3.3 Struktur Sel Bakteri


(Sumber : Manahan, 1994, dalam Setiaty P dkk, 1995)

Sel bakteri dikelilingi oleh lapisan luar (lapisan lendir) yang


berfungsi untuk melindungi sel bakteri dari serangan mikroorganisme lain.
Dinding sel sangat penting dalam membentuk kekerasan dindingnya.
Membran sitoplasma berfungsi untuk megontrol jenis dan jumlah reaksi
yang dipindahkan ke dalam dan ke luar sel. Sitoplasma merupakan medium
dalam sel yang terjadi proses metabolisme. Inti sel merupakan tempat
mengontrol proses metabolisme dan reproduksi. Flagela merupakan rambut
sel yang menggerakan sel. Inklusi merupakan tempat cadangan makanan.
Bakteri dapat dibedakan atas dua kategori :
1. Autotropik
Bakteri autotropik tidak tergantung pada bahan organik, tetapi
mampu bertahan pada medium yang anorganik. Bakteri ini menggunakan
CO2 atau senyawa karbonat lain sebagai sumber karbon.
Dengan adanya oksigen, bakteri autotropik akan hidup dalam
medium yang mengandung NH4CI, fosfat, garam mineral, gas CO2, dan
padatan feS (sebagai sumber energi). Contoh reaksinya adalah :
4 FeS(P) + 9 O2(g)O + 10 H2(g)O 4 Fe(OH)22(p) + 4 SO42-(aq) + 8 H+(aq) …
(3.2)
Bakteri autotropik ini berperan dalam banyak transformasi geokimia, karena
berperan dalam meragamkan jenis mineral tertentu.

2. Heterotropik
Bakteri heterotropik tergantung pada senyawa organik, baik untuk
energi maupun untuk dapat membangun biomassanya. Bakteri ini relatif
lebih sering dijumpai dari pada bakteri autotropik. Bakteri heterotropik
merupakan mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap penguraian
senyawa pencemar organik dalam air dan sampah organik dalam proses
pengolahan air secara biologis.
Penggolongan bakteri yang lain adalah berdasarkan kebutuhan
molekul oksigen. Dalam hal ini bakteri dibedakan atas :
77

1. Bakteri aerobik, yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen.


2. Bakteri anaerobik, yaitu bakteri yang hanya berfungsi dalam ketiadaan
oksigen.
3. Bakteri fakultatif, yaitu bakteri yang menggunakan oksigen bebas bila
tersedia oksigen atau menggunakan senyawa lain jika oksigen tidak
tersedia. Sebagai pengganti oksigen, jenis yang umum tersedia dalam
air adalah ion nitrat dan sulfat.

3.4. TRANSFORMASI KARBON SECARA MIKROBIAL


Perubahan karbon secara kimiawi mempunyai implikasi
lingkungan yang penting. Sebagai contoh, pada reaksi ganggang dan
tumbuhan lain yang menggunakan oksigen untuk pembentukan karbohidrat
sebagai (CH2O)n.
n
n CO2 + H2O (CH2O) + O2(g) ……………….(3,3)

Energi dari sinar matahari disimpan sebagai energi kimia dalam


senyawa organik. Jika ganggang mati, terjadi rekasi dekomposisi oleh
bakteri dengan reaksi yang berlawanan dengan (3.3) yaitu energi dilepaskan
dan O2 diserap.
jika ada oksigen, akan terjadi oksidasi bahan organik yaitu dengan
degradasi aerobik bahan organik.

Katalis
1/4 O2 + 1/4 {CH2O}n 1/4 CO2 + ¼ H2O G=29,9 kkal ….(3.4)
(enzim)

Dari reaksi semacam ini, bakteri dan mikroorganisme lain


menyerap energi yang diperlukan untuk melakukan metabolisme,
mensintesis bahan sel baru, proses produksi, dan untuk pergerakan mereka.

Bakteri pembentuk metana


Pembentuk metana dalam endapan anoksik (sedikit oksigen)
disebabkan oleh tingkat kandungan zat organik yang tinggi, serta adanya
78

senyawa nitrat dan sulfat. Produksi metana berperan penting dalam siklus
karbon lokal dan global serta dekomposisi anaerobik bahan organik.
Proses ini merupakan sumber metana (+ 80%) yang masuk ke
atmosfer. Karbon untuk pembentukan metana diperoleh dari reduksi oksigen
dan fermentasi bahan organik terutama asetat.
Jika oksigen tidak ada, CO2 bertindak sebagai penerima elektron
sehingga gas metana dihasilkan sesuai reaksi berikut :

Mikroorganisme
1/8 CO2 + H+ + e- 1/8 CH4 + 1/4 H2O ……….. (3.5)
Reaksi ini dipengaruhi oleh bakteri pembentuk metana.
Apabila bahan organik didegrasi secara mikrobial, maka reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
1/4 {CH2O} + ¼ H2O 1/4 CO2 + H+ + e- ………………. (3.6)
Rekasi keseluruhan degradasi anaerobik bahan organik dengan bantuan
bakteri pembentuk metan, dari persamaan (3.5) dan (3.6) adalah berikut ini :
¼ {CH2O} -------- 1/8 CH4 + 1/8 CO2 G=-5,55 kkal ….…….. (3.7)
Rekasi ini merupakan serangkaian proses yang kompleks yang disebut pula
sebagai reaksi fermentasi yaitu seatu reaksi redoks. Pada reaksi ini baik
bahan yang digunakan untuk reaksi oksidasi maupun untuk reaksi reduksi
adalah bahan organik.
Bakteri pembentuk metana adalah Methanobacterium,
Methanobacillus, Methanococcus, dan Methanosarcina. Bakteri pembentuk
metana harus bersifat anaerobik. Proses pembentukan metana penting sekali
dalam degradasi limbah organik, misalnya pada proses pengolahan limbah
secara biologis yang dikenal sebagai proses lumpur aktif (activated sludge).
Beberapa bakteri dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon yang
lebih tinggi dan menggunakannya sebagai sumber energi dan karbon,
misalnya Micrococcus, Pseudomonas, Mycobacterium, dan Nocardia.
Sebagai contoh : oksidasi mikrobiologis alkana yang melibatkan perubahan
bentuk rantai CH3 menjadi –CO2H (asam karboksilat). Setelah pembentukan
asam karboksilat dan alkana, terjadi oksidasi lebih lanjut yang disebut
oksidasi –.
79

C5H11-CO2H + 3 O2 ---------- C3H7CO2H + 2 CO2 + 2 H2O …….… (3.8)


(as. Karboksilat) (asam karboksilat)

Daya penguraian senyawa hidrokarbon bervariasi. Pengaruh


mikroorganisme besar sekali pada senyawa hidrokarbon yang mempunyai
rantai lurus. Hal ini karena percabangan rantai dapat menghambat oksidasi -
 pada ujung rantai percabangan.
Contoh :
CH3
: menghambat degradasi alkana
CH2 - C - CH3
Walaupun senyawa kimia stabil, senyawa dengan aromatis rendah dapat
CH3
dipengaruhi oleh mikrobial ini, misalnya reaksi :

…………. (3.9)

(benzen) (pirokatekol) (asam ftalat)

Mikroorganisme yang dapat menyerang ikatan aromatis adalah


jamur Cunninghamella elegans, yang juga dapat melakukan metabolisme
hidrokarbon seperti alkana C3-C32, alkena, aromatik, toluena, naftalena,
antrasen, bifenil, dan fenantrena.
Biodegradasi senyawa aromatik yang penting dalam lingkungan
adalah biodegradasi polinuklir aromatik hidrokarbon benzo(a)pirena.

3.5. TRANSFORMASI NITROGEN OLEH BAKTERI


Transformasi kimiawi nitrogen dilakukan dengan beberapa cara,
seperti :
1. Fiksasi nitrogen, yaitu molekul nitrogen difiksasikan sebagai nitrogen
organik.
2. Nitrifikasi yaitu proses oksidasi ammonia menjadi nitrat.
3. Reduksi nitrat, yaitu reduksi nitrat dan nitrat menjadi N2.
Fisika Nitrogen
80

Proses keseluruhan fiksasi nitrogen atmosferik oleh


mikroorganisme adalah sebagai berikut :
3 {CH2O} + 2 N2 + 3 O2 + 4 H+ ----------- 3 CO2 + 4 NH4+ ………… (3.10)
Fiksasi nitrogen merupakan proses penting biokimia untuk pertumbuhan
tanaman bila tidak ada pupuk sintesa. Mikroorganisme yang mampu
memfiksasi nitrogen antara lain :
a. Bakteri akuatik seperti bakteri fotosintesa azotobacter, Clostridium.
b. Bakteri yang umum seperti Rhizobium.

Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan proses yang penting pada air dan tanah.
Reaksi secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
¼ O2 + 1/4 NH4+ ---------- 1/8 NO3_ + 1/4 H+ + 1/8 H2O ………. (3.11)
Di alam, proses ini dikatalisis oleh dua jenis bakteri yaitu Nitrosomonas dan
bakteri Nitrobacter.
Nitrosomonas
NH3 + 3/2 O2 H+ + NO2- + H2O ……………. (3.12)

Nitrobakter
NO2- + 1/2 O2 NO3- ………………...... (3.13)

Kedua bakteri bersifat aerobis, dan juga kemolitropik sehingga dapat


menggunakan bahan anorganik yang dapat dioksidasi untuk menghasilkan
energi yang diperlukan untuk proses metabolisme.
Pad pH 7, konversi nitrogen sebagai ammoniak menjadi ion NO 2- dan NO3-
adalah :
1/4 NH+ + 1/4 O2(g) ------ 1/6 NO2- + 1/3 H+ + 1/6 H2O
G=10,8 kkal ……. (3.14)

1/2 NO2- + 1/4 O2(g) ------- 1/2 NO3 G = -9.0 kkal …….. (3.15)

Reduksi Nitrat
Reaksi yang terjadi secara sederhana adapat digambarkan sebagai
berikut :
1/2 NO3- + 1/4 {CH2O} ------ 1/2 NO2- + 1/4 CO2 + 1/4 H2O ….. (3.16)
81

Faktor pembatas pada reduksi nitrat adalah NO2- yang bersifat toksik dan
cenderung menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk itu dibutuhkan nitrat
sebagai sumber oksigen agar pertumbuhan bakteri normal kembali.
Denitrifikasi
Denitrifikasi merupakan proses pengurangan nitrat dalam bentuk
N2 gas. Denitrifikasi merupakan mekanisme fiksasi nitrogen ke atmosfer.
Proses denitrifikasi juga digunakan pada pengolahan air tahap lanjut yang
berfungsi untuk menghilangkan nitrogen dalam bentuk organik atau amino.
Proses denitrifikasi tidak berakibat negatif terhadap pertumbuhan bakteri
dalam kondisi anaerobik karena merupakan bahan yang non-toksik.
Reaksi :
1/5 NO3- + 1/4 {CH2O} + 1/5 H+ ------- 1/10 N2 + 1/4 CO2 + 7/2 H2O
 G=2,84 kkal …………… (3.17)

Nitrogen juga dapat kembali ke atmosfer dalam bentuk N2O dan


NO dengan bantuan jenis bakteri N2O dan NO terbentuk sebagai akibat
penggunaan pupuk nitrogen terfiksasi yang berlebihan.
82

Gambar 3.4 Oksidasi bahan organik oleh O2, NO3, SO42- (Setiaty P dkk,
1995).

Reaksi :
{(CH2O)106(NH2)16P} + O2  CO2 + NO3- + H2PO4- + H2O + H+ …. (3.18)

Selama oksigen tersedia, nitrat akan dihasilkan dari bahan organik.


Setelah kehabisan oksigen, nitrat akan menjadi bahan pengoksida, dan
konsentrasinya turun dari maksimum (1) ke nol (II). Sulfur yang berjumlah
paling besar, kemudian tereduksi manjadi S2- dan lain-lain, sehingga proses
biodegradasi bahan organik terus berlangsung.

3.6. SENYAWA YANG SERING DIJUMPAI DALAM AIR

Sulfur
Senyawa sulfur (SO42-) sering dijumpai di dalam air alamiah. Sulfur
organik, secara alamiah maupun sebagai bahan pencemar harus didegradasi
oleh mikroorganisme. Tetapi degradasi menjadi senyawa H2S yang bau dan
toksik sangat bebahaya. Ada persamaan yang besar antara keadaan sulfur
dan nitrogen di alam, yaitu :
 Umumnya di dalam bahan hidup, sulfur berada dalam bentuk –SH
(hidrogen sulfida) dan nitrogen dalam bentuk –NH2 (amina).
83

 Bahan sulfur organik yang didegradasi oleh bakteri akan


menghasilkan H2S dan nitrogen organik yang didegradasi oleh bakteri
akan menghasilkan NH4+
 Beberapa mikroorganisme dapat menghasilkan unsur atau senyawa
organik sulfur.
Dengan adanya oksigen, bentuk teroksidasi sulfur oleh bakteri adalah SO 42-
dan bentuk teroksidasi nitrogen adalah NO3-.
Hidrogen Sulfida
Sumber hidrogen sulfida dalam air adalah dari bahan sulfur organik
yang terbiodegradasi, dan dari bahan sulfur yang terbentuk dari ion sulfat
dengan bantuan desulfovibrio.
SO42- + 2 {CH2O} + 2 H+ ------- H2S + 2 CO2 + 2 H2O ………… (3.19)
Oksidasi untuk menghasilkan CO2, bahan organik membutuhkan bakteri lain
disamping desulvibrio. Desulvibrio akan mengoksiodasi bahan organik
sampai taraf menghasilkan asam asetat. Penimbunan asam ini merupakan
tanda aktivitas dan keberadaan bakteri ini. Desulvibrio umumnya aktif di
dasar laut.
Sulfur dapat dijumpai pada pori batu kapur dalam bentuk endapan
CaSO4. Dengan bantuan bakteri sulfur, akan terjadi reaksi sebagai berikut :

bakteri
2 CaSO4 + 3 (CH2O) 2 CaCO3 + 2 S + 3 H2O ……… (3.20)
Selanjutnya, bakteri sulfur purple dan green akan mengoksidasi H 2S
menjadi S dalam susunan anaerobik dengan menggunakan Co2 sebagai
sumber karbon.
Bakteri sulfur tidak berwarna dan bersifat aerobik dapat merubah H 2S, unsur
S dan ion tiosulfat.
2 H2S + O 2 ----------- 2 S + 2 H2O …………………….. (3.21)
2 S + 2 H2O + 3 O2 ------------- 4 H+ + 2 SO22- ………... (3.22)
S2O32- + H2O + 2 O2 --------- 2 H+ + 2 SO4 …………… (3.23)
Senyawa sulfur dengan gugus fungsional sering dijumpai dalam
badan air dan mempunyai fungsi yang penting dalam menentukan kualitas
air. Misalnya senyawa hidrosulfida (-SH), disulfida (-S-S-), sulfida (-S-),
84

sulfoksida (-S-), asam sulfonat (-SO2OH), thioketon (-C-), dan thiazol (grup
sulfur heterosiklik).
Bakteri Fe dan Mn
Beberapa bakteri seperti Ferrobacillus, Gallionella, dan
Sphaeorotilus menggunakan senyawa Fe untuk mendapat energi dalam
proses metabolismenya. Bakteri tersebut mengkatalisis proses oksidasi Fe
(II) menjadi Fe (III).
3 Fe (II) + 4 H+ + O2 -------- 4 Fe (III) + 2 H2O ……….. (3.24)
Reaksi oksidasi tersebut tidak hanya menghasilkan energi untuk
metabolisme, tetapi juga endapan Fe (III) hidroksida. Misalnya :
FeCO3(P) + 1/4 O2(g) + 3/2 H2O(aq) ---------- Fe (OH)3(P) + CO2(g) … (3.25)
Air tambang asam
Air tambang asam timbul dari kehadiran asam sulfat yang
dihasilkan oleh oksidasi pirit (FeS2). Mikroorganisme terlibat dalam proses
ini.
Reaksi :
2 FeS2(S) + 2 H2O + 7 O2 ------- 4 H+ + 4 SO42- + 2 Fe2+ ……… (3.26)
Pada pH sangat rendah terjadi :
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ ------- 4 Fe3+ + 2 H2O
Pada pH < 3,5 oksidasi besi dikatalisis oleh bakteri besi Thiobacillus
ferrooxidans. Dan pada pH 3,5 – 4,5 oleh Metallogenoim selanjutnya ion
terri melarutkan pirit dengan reaksi sebagai berikut :
FeS2(P) + 14 Fe3+ + 8 H2O ------ 15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+ ………. (3.27)
Pada badan air yang mengandung endapan kekuningan semi gelatin atau
(Fe(OH)3 yang paling berbahaya adalah pembentukan asam sulfat, yang
bersifat toksik. Cara penanggulanganya sifat toksik ini adalah dengan
memakai batu kapur.
Reaksi :
CaCO3(P) + 2 H+ + SO42- --------- Ca2+ + SO42- + H2O + CO2(g) ……… (3.28)
Tetapi dengan adanya kenaikan pH, maka Fe3+ yang telah terbentuk akan
membentuk reaksi :
Fe3+ + 3 H2O ----------- Fe(OH)3(P) + 3 H+ …………………. (3.29)
85

Degradasi mikroorganisme
Pestisida dapat dibedakan atas 3 kelompok berdasarkan fungsinya,
yaitu :
1. Herbisida, berfungsi untuk mengontrol tanaman pengganggu (gulma)
2. Insektisida, berfungsi untuk mengontrol serangga (insek)
3. Fungisida, berfungsi untuk mengontrol jamur, misalnya saprofit
Yang mendekomposisi bahan organik mati.
Tahap-tahap biodegradasi pestisida oleh mikroorganisme :
1. Oksidasi : oleh enzim oksigenase.
2. Reduksi : dari –NO2 menjadi –NH2.
3. Hidrolisis : dengan bantuan bakteri.
4. Dehalogenasi : dengan bantuan bakteri.
5. Pemecahan cincin senyawa aromatik.
6. Kondensasi : pestisida non aktif akan bergabung dengan melokul
pestisida bahan organik lain.

3.7. OKSIGEN DALAM AIR


Semua mahluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali
mereka yang hidup dalam air. Kehidupan akuatik seperti ikan, mendapatkan
oksigennya dalam bentuk oksigen terlarut. Tanpa adanya oksigen terlarut
pada tingkat konsentrasi tertentu banyak jenis organisme akuatik tidak akan
ada dalam air. Banyak ikan mati dalam perairan tercemar bukan diakibatkan
oleh toksitasi zat pencemar langsung, tetapi karena kekurangan oksigen
sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada proses
penguraian/penghancuran zat tercemar.
Dalam udara yang bersih dan kering terdapat 20,95% oksigen
berdasar volume. Sebagian besar oksigen dalam air berasal dari atmosfer.
Oleh karena itu, kemampuan suatu bahan air untuk mengisi oksigen kembali
dengan cara kontak dengan atmosfer merupakan hal yang sangat penting.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu (persamaan
Clausius-Claplyron), tekanan parsial oksigen dalam atmosfer dan
kandungan garam dalam air.
86

Dibawah ini contoh perhitungan kelantanan oksigen sebagai fungsi


dari tekanan parsial.
Soal : Hitung kelarutan oksigen dalam air yang jenuh
dengan udara pada tekanan 1,000 atm dan suhu 25
0C.
Pemecahan : Tekanan parsial uap air pada suhu 25 0C = 0,0313
atm. Udara kering mengandung 20,95% oksigen,
maka tekanan persial oksigen adalah :
(1,000 atm – 0,0313 atm) x 0,2095 = 0,2029 atm.
Konsentrasi molar oksigen dalam air dihitung berdasarkan hukum
Henry :
[ O2 (aq ) ] = K.PO2

[ O2 (aq ) ] = 1,28 x 10-3 mol L-1 atm-1 x 0,2029 atm

[ O2 (aq ) ] = 2,60 x 10-4 molL-1 = 2,60 x 10-4M


MR O2 = 32, maka kelarutannya = 8,32 mg / L
Dari perhirungan tersebut, kelantanan oksigen dalam air pada suhu
250C dalam keseimbangan dengan udara pada tekanan 1 atm hanya 8,32
mg/L. berarti air dalam keadaan tersebut tidak dapat mengandung kadar
oksigen terlalu tinggi bila dibandingkan dengan banyak jenis zat terlarut
yang lain.
Pengaruh suhu terhadap kelarutan gas-gas dalam air dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan Clausius-Claplyron. Pengaruh suhu ini
sangat penting dalam kasus oksigen. Dengan kenaikan suhu air, terjadi
penurunan kelarutan oksigen yang diberangi dengan naiknya kecepatan
pernafasan organisme perairan, sehingga sering menyebabkan adanya suatu
keadaan dimana naiknya kebutuhan oksigen diikuti oleh turunnya kelarutan
gas tersebut dalam air.
Tabel 3.1 Kelarutan Jenuh Oksigen dalam Air pada Berbagai
Temperatur di bawah Tekanan Udara 760 mm Hg

Temperatur Kelarytan oksigen Tekanan uap air


0
C Mg/L Mm Hg
0 14,6 5
1 14,2 5
87

2 13,8 5
3 13,5 6
4 13,1 6
5 12,8 7
6 12,5 7
7 12,2 8
8 11,9 8
9 11,6 9
10 11,3 9
11 11,1 10
12 10,8 11
13 10,6 11
14 10,2 12
15 10,4 13
16 10,0 14
17 9,7 15
18 9,5 16
19 9,4 17
20 9,2 18
21 9,0 19
22 8,8 20
23 8,7 21
24 8,5 22
25 8,4 24
26 8,2 25
27 8,1 27
28 7,9 28
29 7,8 30
30 7,6 32
Sumber : Manahan, 1994
3.8. KARBON DIOKSIDA DAN BERBAGAI JENIS KARBONAT
Gas CO2 mempunyai sifat keasaman, maka akan menjadi lebih
rumit dalam hitungan kelarutannya dalam air dibandingkan kelarutan gas-
gas yang sukar bereaksi seperti O2 dan N2.
Karbon dioksida, ion karbonat, dan ion bikarbonat mempunyai
pengaruh yang sangat penting terhadap sifat-sifat kimia air. Banyak mineral
diendapkan sebagai garam dari ion karbonat, CO32-. Dalam fotosintesisnya
ganggang menggunakan CO2 terlarut untuk menghasilkan biomas.
Keseimbangan CO2 di atmosfer sebagai berikut :
CO2(a)  CO2(atmosfer)
88

Dan keseimbangan ion Co32- antara larutannya dalam air dengan


mineral-mineral karbonat adalah :

MCO3 M2+ + CO32-


(garam karbonat yang sedikit larut)

Hal ini mempunyai pengaruh buffer yang kuat terhadap pH air.

Karbon dioksida merupakan komponen sangat kecil dari atmosfer


kering yang normal, hanya berkisar 0,0314 % volume. Dengan demikian air
murni atau air yang bebas alkalinitas dalam keseimbangannya dengan
atmosfer hanya mengandung karbon dioksida sangat rendah. Oleh karena itu
pembentukan HCO3- dan CO32- akan menaikan kelarutan karbon dioksida.
Konsentrasi yang tinggi dari CO2 ini memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap kehidupan akuatik karena akan menghambat
pernafasan dan pertukaran gas terutama bagi hewan perairan, bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Kandunga CO2 dalam air yang aman tidak boleh
melebihi 25 mg / 1.
Dalam perairan alami, gas CO2 dihasilkan dari penguraian bahan-
bahan organik oleh bakteri. Ganggang yang menggunakan CO2 dalam
fotosintesis juga menghasilkan CO2 melalui proses metabolisme tanpa
cahaya. Waktu air merembes melalui lapisan-lapisan hancuran bahan
organik sambil masuk ke dalam tanah, air ini dapat melarutkan CO2 yang
dihasilkan oleh pernafasan organisme dalam tanah. Seterusnya, waktu air
masuk melewati batuan kapur, air tersebut melarutkan kalsium karbonat,
karena adanya CO2 yang terlarut.
CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-

Proses ini merupakan salah satu sebab dari terbentuknya gua-gua


kapur. Walaupun CO2 dalam air sering terdapat sebagai H2CO3, konstanta
keseimangan untuk reaksi,
CO2(aq) + H2O H2CO3

Hanya sekitar 2 x 10-3 pada suhu 25 0C dan hanya sebagian kecil


dari karbon dioksida terlarut secara actual terdapat sebagai H 2CO3. Jadi
89

dapat disimpulkan secara sederhana bahwa karbon dioksida yang tidak


mengalami ionisasi dalam air sebagai CO2 terlarut dan juga H2CO3 yang
tidak terdisosiasi. Berarti total CO2 adalah CO2 molekuler yang terlarut dan
H2CO3 yang tidak terdisosiasi.
Sistem CO2 – HCO3 – CO2 dalam air dapat ditulis dengan reaksi-
reaksi dan konstanta keseimbangan sebagai berikut :

CO2 + H2O H+ + HCO3-

K1 = [H+¿ ¿ ¿ ¿ = 4,45 x 10-7

pK1 = 6,35
selanjutnya : HCO3- H+ + CO32-
K2 = [H+¿ ¿ ¿ ¿ = 4,69 x 10-11

pK2 = 10,32
Dengan demikian data tersebut dapat dihitung beberapa kelarutan
karbon dioksida.
90

BAB IV
KIMIA TANAH

4.1 PENDAHULUAN
Di alam pelapukan fisik dan kimia dapat terjadi secara serempak.
Keduanya biasanya mengawali proses pembentukan tanah dari batuan keras.
Walaupun pada hakekatnya pelapukan fisik lebih penting pada atau dekat
pada permukaan tanah, dalam kasus-kasus tertentu proses ini dapat terjadi di
bawah permukaan tanah. Akar tanaman dapat menyumbang pada pelapukan
fisik di bawah permukaan tanah. Dengan bertumbuh ke dalam rekahan, akar
tersebut dapat memecah batuan.
Pelapukan kimia dapat terjadi pada permukaan tanah, dalam solum
atau di bawah solum (dalam bahan induk). Atas dasar ini Jackson dan
Sherman (1953) dalam Kim H. Tan, 1991 menyarankan untuk
membedakannya ke dalam pelapukan pedokimia dan geokimia. Pelapukan
pedokimia mengacu pada pelapukan kimia di dalam solum, sedangkan
pelapukan geokimia adalah pelapukan di bawah solum.
Reaksi-reaksi kimia utama seperti pelarutan, hidrolisis, hidrasi,
oksidasi, reduksi, dan karbonasi juga berlangsung dalam solum selain dalam
bahan induk. Pelindian K dari mika, pengubahan lempung oleh ion H +, dan
pembentukan antar lapisan serta pembentukan lempung dapat terjadi sebagai
suatu proses pedokimia atau sebagai proses geokimia. Terlepas dari adanya
perbedaan tersebut, pelapukan secara umum menghasilkan penurunan dalam
ukuran partikel bahan, dalam pelepasan bahan mudah larut dan dalam
sintesis bahan-bahan baru (lempung dan humus).
Tanah pada permukaan bumi hanya merupakan lapisan selaput
tipis, bila dibandingkan dengan luas bumi secara keseluruhan. Tetapi,
lapisan tipis dari tanah ini sangat penting karena menyediakan berbagai
sumber daya yang berguna bagi kelangsungan sumber daya manusia dan
mahluk hidup lainnya. Tanah diberbagai kepulauan Indonesia sangat
beraneka ragam, begitu pula dengan vegetasinya. Keanekaragaman ini, baik
dalam hal kesuburan tanah, maupun kemampuan lahan bagi pembangunan
91

pertanian disebabkan oleh perbedaan geologi, iklim dan topografi serta


kegiatan alami seperti latusan gunung berapi.
Berbagai aktivitas manusia maupun oleh alam seperti pembakaran
hutan, perladangan berpindah, penggalian lahan dan longsor dapat
berpengaruh terhadap kondisi tanah. Seperti berkurangnya luas sumber daya
tanah yang subur, bersama-sama dengan meningkatnya jumlah penduduk
dengan segala aktivitasnya, merupakan tekanan yang luar biasa terhadap
sumber daya tanah.
Tanah selain menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi
kehidupan hampir seluruh mahluk hidup di bumi ini juga merupakan habitat
alamiah bagi manusia. Oleh karena itu sudah sepantasnya setiap orang
memelihara kualitas tanah yang memberikan bahan kehidupan baginya.
Sebelum menjelaskan tentang struktur tanah, kegunaan, sifat-sifat
tanah dan sebagainya akan dikemukakan terlebih dahulu tentang Geosfer

4.2 GEOSFER
Geosfer, atau bumi yang pada adalah bagian atau tempat dimana
manusia hidup dan mendapatkan makanan, mineral-mineral, dan bahan
bakar yang dikenal dengan sumber daya alam. Diperkirakan geosfer
mempunyai kapasitas penyangga yang tidak terbatas terhadap gangguan
manusia tetapi sekarang diketahui cukup ringkas dan dapat rusak karena
aktivitas manusi. Sebagai contoh, beberapa milyar ton meterial bumi
ditambang atau dengan kata lain “dirusak” setiap tahun melalui mineral-
mineral dan batubara.
Dua fenomena pencemaran atmosfer, yaitu CO2 yang berlebih dan
hujan asam memiliki potensi yang menyebabkan perubahan besar pada
geosfer. Kelebihan CO2 dapt menyebabkan pemanasan global yang
selanjutnya dapat merubah pola curah hujan secara signifikan dan merubah
daerah prokduktif di bumi menjadi daerah gurun. pH rendah yang menjadi
ciri hujan asam dapat menyebabkan perubahan yang drastis dalam gaya larut
kecepatan oksidasi-reduksi meniral. Erosi disebabkan oleh penanaman
92

secara intensif pada tanah yang dapat menyebabkan pencucian lapisan atas
tanah secara berlebih pada tanah petanian yang subur setiap tahunnya.
Pada beberapa daerah di negara industri, geosfer telah menjadi
lahan penimbunan untuk bahan-bahan kimia beracun. Selain itu, geosfer
harus menyediakan tempat pembuangan untuk limbah nuklir dari sekitar
labih dari 300 reaktor nuklir yang sekarang beroperasi di seluruh dunia.
Dapat dipahami bahwa pemeliharaan geosfer yang cocok atau layak bagi
manusia merupakan suatu tantangan besar yang harus dihadapi manusia.
Aktivitas manusia dipermukaan bumi dapat mempengaruhi iklim.
Pengaruh secara langsung adalah melalui perubahan permukaan albedo,
yang didefinisikan sebagai persentase direfleksikannya radiasi sinar
matahari oleh permukaan air. Sebagai contoh jika matahari memancarkan
energi sebesar 100 unit/menit ke batas luas atmosfer dan permukaan bumi
menerima 60 unit/menit dari totalnya dan kemudian 30 unit direfleksikan
lagi ke atas albedonya adalah 50%. Terdapat perbedaan nilai albedo untuk
beberapa wilayah yang berbeda pada permukaan bumi, seperti : untuk hutan
hijau abadi 7-15%, padang kering 10-15%, gurun 25-30%, salju yang baru
terbentuk 85-90%, dan aspal 8%.
Salah satu pengaruh terbesar dari manusia terhadap geosfer adalah
terjadinya daerah gurun karena penyalahgunaan lahan dengan curah hujan
yang kecil. Proses perubahan suatu daerah menjadi gurun terjadi karena
menurunya air tanah, salinasi lapisan atas tanah dan air, berkurangnya
permukaan air, erosi tanah yang tinggi dan perusakan vegetasi asli. Dengan
meningkatnya populasi penduduk dunia, salah satu tantangan terbesar yang
harus dihadapai adalah mencegah terjadinya gurun-gurun baru.
Bagian yang paling penting dari geosfer bagi manusia dalah tanah.
Tanah merupakan madium untuk menghasilkan berbagai makanan dimana
kebanyakan mahluk hidup tergantung padanya. Tanah dan iklim yang
kondisif untuk menghasilkan produktifitasnya merupakanaset yang sangat
berharga yang dimiliki suatu bangsa. Bagi kebanyakan produksi makanan,
tanah merupakan resptor dari sejumlah besar bahan pencemar (polutan),
seperti bahan-bahan partikel dari cerobong asap pabrik. Beberapa seperti
93

pupuk kimia, dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan air dan


udara. Untuk itu, tanah merupakan komponen utama dalam siklus bahan-
bahan kimia dalam lingkungan.
Dengan meningkatnya populasi penduduk dan berbagai jenis
industri, salah satu dari beberapa aspek penting dari penggunaan geosfer
adalah harus menjaga sumber air. Limbah-limbah penambangan, pertanian,
kimia dan bahan radioaktif memiliki potensi untuk mencemari lingkungan
air dengan cara melepaskan nitrat dan logam-logam berat.
Perlu dicatat, bahwa banyak jenis tanah mempunyai kemampuan
mengasimilasi dan menetralisir bahan pencemar. Berbagai proses kimia dan
biokimia dalam tanah dapat mengurangi bahaya-bahaya dari bahan
pencemar, seperti : proses oksidasi-reduksi atau redoks, reaksi asam-basa,
presipitasi atau pengendapan, penyerapan, dan degradasi biokimia. Dengan
demikian, beberapa bahan kimia organik yang berbahaya dapat didegradasi
menjadi bahan tidak berbahaya.

4.3 SIFAT-SIFAT TANAH


Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan organik,
dan air yang dapat mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya
mempunyai struktur yang lepas dan mengandung bahan-bahan padat dan
rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah dibentuk dari batuan
induk oleh proses-proses pelapukan fisik, kimia dan biologis. Susunan
bahan organik tanah terdiri dari sisai-sisa biomas tanaman dari berbagai
tingkat penguraian atau pembusukan. Sejumlah besar bakteri, fungi, hewan-
hewan seperti cacing tanah dapat ditentukan di dalam tanah.
Fraksi padat dari jenis tanah produktif terdiri dari kurang lebih 5%
bahan organik dan 95% bahan anorganik. Beberapa jenis tanah, seperti
tanah gambut dapat mengandung bahan organik sampai 95%, jenis tanah
lainnya ada yang hanya mengandung 1% bahan organik. Jenis-jenis tanah
tertentu mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda bila tanah itu semakin
kedalam. Lapisan-lapisan itu disebut horizon.
94

vegetasi

horison A
(topsoil)

horison B
(sub soil)

Gambar 4.1. Profil Tanah Yang Memperlihatkan Horizon-Horizon Tanah,


Rukaesih Achmad,2004

Lapisan atas, umumnya terdiri dari ketebalan sampai beberapa inci


dan dikenal sebagai horizon A atau tanah atas (“top soil”). Lapisan ini
merupakan lapisan dimana aktivitas biologis berjalan secara maksimum dan
mengandung paling banyak bahan organik tanah. Ion-ion logam dan
partikel-partikel tanah liat dalam horizon A paling mudah mengalami
pencucian (“leaching”). Lapisan berikutnya adalah horizon B atau “sub
soil”. Lapisan ini menerima material-material seperti bahan organik, garam-
garam, dan partikel-partikel Clay yang merembes dari lapisan tanah atas.
Horizon C tersusun dari pelapukan batuan induk dimana tanah berasal.

4.4 AIR DAN UDARA DALAM TANAH


Sejumlah besar air diperlukan untuk memproduksi sebagian
terbesar bahan-bahan tanaman. Misalnya, beberapa ratus Kg air diperlukan
untuk memproduksi 1 Kg jerami kering. Air ini berasal dari dalam tanah dan
bergerak ke atas melalui struktur tanaman yang membawa zat-zat makanan
95

bersama-sama bahan-bahan lainya. Air ini menguap ke atmosfer melalui


daun-daun tanaman dan proses ini disebut transpirasi

Gambar 4.2 Transport air oleh tanaman dan tanah ke atmosfer melalui
transpirasi, Rukaesih Achmad, 2004

Tidak semua air dalam tanah diikat dengan kekuatan yang sama.
Air yang terdapat dalam rongga-rongga yang lebih besar, atau pori-pori di
dalam struktur tanah lebih mudah terlepas. Air yang diikat dalam pori-pori
yang lebih kecil atau di antara unit lapisan-lapisan dari partikel-partikel Clay
diikat lebih kuat.
Ion-ion logam terlarut memberikan efek toksik terhadap beberapa
tanaman pada kosentrasi tinggi. Oksidasinya menjadi oksida-oksida tidak
larut dapat menyebabkan pembentukan deposit Fe2O3 dan MnO2 yang
menyumbat saluran air di lapangan.
Secara umum 25 % volume suatu jenis tanah disusun oleh pori-pori
yang diisi penuh udara tamosfer yangn kering secara normal pada
ketinggian yang sama dengan permukaan air laut mengandung 20,95 % O 2
dan 0,0314 % gas CO2 (% volume). Hal ini tidak berlaku untuk tanah,
karena terjadinya proses penguraian bahan-bahan organik seperti :
{CH2O} + O2 CO2 + H2O
96

Oleh karena itu udara dalam tanah mengandung lebih sedikit


oksigen secara proporsional dibandingkan dengan udara atmosfer.
Kalau udara dalam tanah mengandung lebih sedikit oksigen, yaitu
hanya kurang lebih 15 %, maka kandungan karbondioksidanya meningkat
sampai beberapa ratus kali dari udara. Hal ini disebabkan oleh proses
penguraian bahan organik seperti reaksi penguraian di atas. Gambar
dibawah ini memperlihatkan struktur tanah halus yang menggambarkan
adanya bahan padat, air, dan rongga-rongga udara.

Gambar 4.3 Struktur tanah halus


Sumber : Manahan, 1994

4.5 BAHAN-BAHAN ORGANIK DALAM TANAH


Di dalam tanah yang produktif, meskipun kandungan bahan
organiknya kurang dari 5%, namun demikian meskipun jumlah yang tidak
terlalu besar dari bahan organik ini memainkan peran yang sangat penting
dalam penentuan produktivitas tanah. Bahan organk merupakan sumber
makanan bagi mikro organisme di dalam tanah. Melalui reaksi-reaksi kimia
yang terjadi seperti reaksi pertukaran kation akan dapat menentukan sifat
kimia tanah. Di antara komponen-komponen aktif secara biologis dari bahan
organik tanah adalah, polisakarida, gula-gula amino, nukleosida, dan
belerang organik, serta senyawa-senyawa fosfor. Sebagian besar dari bahan
organik di dalam tanah terdiri dari bahan-bahan tidak larut dalam air dan
97

relatif tahan terhadap penguraian. Bahan ini disebut humus. Humus disusun
oleh fraksi dasar yang disebut humin. Senyawa-senyawa atau bahan-bahan
organik dalam tanah diperlihatkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Klasifikasi Senyawa-Senyawa organik Dalam Tanah
Tipe Senyawa Komposisi Pengaruh / kegunaan
Humus Sisa degredasi dari Kelimpahan bahan
penguraian tanaman, organik meningkatkan
banyak mengandung C, sifat-sifat fisik tanah,
H, dan O. pertukaran akar, tempat
persediaan nitrogen.

Lemak-lemak, resin Lemak-lemah yang Secara umum hanya


dan lilin dapat diekstraksi oleh beberapa % dari bahan
pelarut-pelarut organik. organik tanah yang
dapat mempengaruhi
sifat-sifat fisik tanah.

Sakarida Sellulosa, jerami, Makana utama bagi


hemisellulosa. mikro organisme tanah,
membantu
menstabilkan agregat
tanah.

Nitrogen dalam bahan Ikatan N pada humas, Penyedia nitrogen


organik asam amino, gula untuk kesuburan tanah.
amino.

Senyawa-senyawa Ester-ester fosfat, Sumber dari fosfat


fosfor fosfolipid. tanaman
Sumber : Manahan, 1994
Satu sumber penting dari bahan organik yang resisten terhadap
degradasi di dalam tanah dalah lignin. Kayu dan struktur bahan dari
tanaman-tanaman berkayu terdiri dari selulosa di dalam kombinasi dengan
lignin, zat-zat polimer dengan kandungan karbon yang lebih tinggi
dibandingkan selulosa.

Bahan-bahan Anorganik Dalam Tanah


Selain senyawa organik, tanah mengandung pula bahan-bahan
anorganik seperti nitrogen, fosfor, kalium yang kandungannya kadang jauh
berbeda antara tanah yang satu dengan tanah yang lainnya.
98

Nitrogen merupakan salah satu komponen essensial dari protein


dan bahan-bahan hidup lainnya. Tanah yang kaya akan nitrogen selain
menghasilkan tanaman dengan produksi yang lebih tinggi juga kadar protein
yang cukup tinggi. Nitrogen yang paling mudah tersedia untuk tanaman
adalah sebagai ion nitrat, MO3-. Tanaman padi masih memerlukan ion nitrat
untuk pertumbuhannya, tetapi untuk beberapa tanaman lain bentuk nitrat ini
merupakan racun. Bila di dalam tanah nitrogen terdapat dalam bentuk
ammonium, maka bakteri nitrifikasi melakukan fungsi yang essensial di
dalam merubah senyawa ini menjadi ion nitrat.
Tanama dapat mengabsorbsi nitrogen dalam bentuk nitrat secara
berlebihan dari tanah yang mengandung banyak nitrat. Hal ini terjadi bila
lahan pertanian di pupuk cukup banyak pada musim kemarau. Bila tanaman
ini dimakan hewan herbivora seperti sapi akan mengakibatkan keracunan.
Seperti halnya dengan nitrogen, fosfor harus ada dalam tanah dalam
bentuk organik sebelum diserap oleh tanaman biasanya dalam bentuk ion
ortofosfat. Di dalam kisaran pH yang dominan dalam tanah, H2PO4- dan
HPO42- merupakan jenis-jenis yang sering ditemukan.
Pada pH tanah mendekati netral fosfor bentuk ortofosfat yang
paling banyak tersedia untuk tanaman. Dalam tanah yang bersifat relatif
asam, ion ortofosfat diendapkan atau diabsorbsi oleh jenis-jenis A1 (III) dan
Fe (III).
Dalam tanah bersifat basah ortofosfat dapat bereaksi dengan
kalsium karbonat membentuk senyawa hidroksil yang tidak larut.
3 HPO42- + 5 CaCO3 + 2 H2O Ca5(PO4)3(OH) + 5HCO3- + OH-
Pada umumnya karena terjadi reaksi ini sedikit fosfor yang
digunakan sebagai pupuk tercuci dari tanah. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pencemaran dan pengendapan pupuk fosfor.
Kalium dalam tanah diperlukan dalam jumlah yang relatif tinggi
untuk pertumbuhan tanaman. Kalium mengaktifkan beberapa jenis enzim
dan memegang peranan penting di dalam kesimbangan air dalam tanaman.
Hasil-hasil pertanian biasanya berkurang cukup besar pada tanah-tanah yang
mengalami defisiensi kalium. Makin tinggi produktivitas tanaman, makin
99

besar pula kalium yang dilepas dari dalam tanah. Bila pupuk nitrogen
ditambahkan ke dalam tanah untuk meningkatkan produktivitas, pelepasan
kalium akan diperbesar. Oleh karena itu, kalium akan menjadi hara
pembatas di dalam tanah yang dipupuk cukup banyak oleh hara-hara lain.
kalium adalah salah satu unsur yang terdapat dalam jumlah besar di
kerak bumi yaitu sebesar 2,6 %. Sebagai contoh adalah yaitu senyawa
rangkap K2O. A12O34SiO2.
4.6 REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI DALAM TANAH
Reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi terjadi pada hampir semua
tanah. Secara definisi. Reduksi adalah perolehen electron, sedangkan
oksidasi adalah kehilangan electron. Hal ini dapat digambarkan oleh reaksi
berikut :
Fe3+ + e- Fe2+
Reaksi oksidasi biasanya berkaitan dengan kondisi tanah
berdrainase baik. Di pihak lain, proses reduksi berhubungan dengan kondisi
drainase buruk atau apabila terdapat air berlebih. Yang disebut terakhir ini
menghasilkan pembentukan gley.
Reaksi reduksi-oksidasi yang biasanya dikenal sebagai kondisi
redoks tanah terjadi hamper semua tanah. Baik kondisi reduksi maupun
oksidasi dapat terjadi secara serempak dalam pedon. Saat lapisan permukaan
pedon ada dalam kondisis oksidasi, lapisan-lapisan bawah tanah dapat
berada dalam keadaan reduksi akibat fluktuasi permukaan air tanah. Yang
disebut terakhir ini dapat menyebabkan pembentukan gley senua atau
pintisasi.
Kondisi redoks tanah mempengaruhi stabilitas senyawa-senyawa
besi dan mangan. Aktivitas mikrobia, akumulasi dan dekomposisi bahan
organic sampai tingkat tertentu juga dipengaruhi oleh kondisi redoks tanah.
Bahan organic tanah segar dianggap membantu pembentukan kondisi
reduksi. Bloomfield (1951 ;1953) Kim H. Tan, 1991, melaporkan bahwa
ekstrak daun akues mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II) dalam tanah. Di daerah
dataran banjir pasang surut proses reduksi memainkan peranan yang cukup
besar dalam pembentukan tanah kaya sulfur.
100

Tanah-tanah dengan kondisi redoks yang berbeda dapat


mempunyai reaksi yang berbeda terhadap pemupukan N. dalam tanah
berdrainase baik, N-amonium berbeda dibawah pengaruh nitrifikasi.
Namun, jika pupuk ammonium diberikan pada tanah tereduksi, seperti
halnya tanah sawah, ia akan tetap tersedia dalam bentuk ammonium.

Potensial Redoks
Reaksi sel-paruh untuk suatu system oksidasi-reduksi dapat
digambarkan dengan reaksi
Fe3+ + e- Fe2+
Dan memperoleh bentuk reaksi berikut :
Bentuk teroksidasi + e bentuk tereduksi
Potensial sel-paruh yang bersesuaian dengan reaksi tersebut di atas
mengikuti persamaan Nernst :
RT (bentuk teroksidasi)
Eh = E0 = log
nF (bentuk tereduksi)
Eh adalah potensial redoks, yang pada kenyataannya merupakan potensial
sel-paruh relative terhadap electrode acuan baku. E0 adalah suatu tetapan,
yang disebut potensial redoks baku dari system, dan RT/F = 0,0529 pada
250 C. Jika aktivitas dari spesies-spesies teroksidasi dan reduksi sama
dengan satu, rasio tersebut menjadi = 1, dan nilai log-nya = 0. Akibatnya E h
= E0. Oleh sebabnitu, potensial redoks baku didefinisikan sebagai potensial
redoks dari system dengan aktivitas spesies teroksidasi dan tereduksi sama
dengan satu.

Penerapan Potensial Redoks dalam Tanah


Potensial redoks tanah bervariasi dengan kondisi reduksi dan
oksidasi dalam tanah. Ia juga berkaitan dengan pH tanah. Hubungan E h – pH
biasanya bersifat linear (Garrels dan Chirst, 1965, Kim H. Tan, 1991).
Suatu ilustrasi keragaman potensial redoks dapat diberikan ketika
besi tereduksi dioksidasi dengan penambahan agen pengoksidasi (lihat
gambar di bawah ini). Kurva dalam gambar ini mengunjuk bahwa oksidasi
Fe(II) mengakibatkan meningkatnya potensial redoks. Pada suatu padatanya
101

50% Fe(III), potensial redoks = 770 mV. Dari hal diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa potensial redoks tanah dalam kondisis teroksidasi lebih
tinggi daripada potensial redoks tanah pada kondisi tereduksi. Jeffrey
(1960), Kim H. Tan, 1991, melaporkan suatu nilai E h sebesar -250 mV
untuk tanah-tanah dalam kondisi anaeribik kuat. Ia juga menemukan bahwa
potensial redoks dipengaruhi oleh penggenangan. Selama dalam tahap awal
penggenangan, potensial redoks turun secara cepat, kemudian meningkat
lagi dan mantap pada sekitar 100 mV. Suatu system yang mempunyai
potensial redoks mantap disebut sebagai dalam keseimbangan baik (well-
poised).

Gambar 4.4. Kurva potensial redoks suatu tanah tergenang dengan


terjadinya oksidasi Fe(II) Fe(III). [d Dari Jeffery
(1960), Kim H. Tan, 1991].

4.7 REAKSI ASAM-BASA DAN “IONEXCHANGE” DALAM TANAH


Salah satu fungsi kimia yang lebih penting dari tanah adalah
pertukaran dari kation. Kemampuan suatu sedimen atau tanah untuk
menukar kation dinyatakan sebagai kapasitas pertukaran kation (ation-
exchange capacity” atau CEC), yaitu jumlah millieqivalen dari kation-kation
monovalent yang dapat ditukar per 100 g tanah kering. Nilai CEF harus
diukur pada kondisi yang konstan karena akan sangat bervariasi dengan
kondisi tanah seperti pE dan pH. Kedua komponen tanah yaitu mineral dan
bahan organik dari tanah melakukan pertukaran kation.
Mineral-mineral tanah liat atau Clay menukar kation karena adanya
muatan negatif pada permukaan mineral tersebut, dihasilkan dari subtitusi
suatu atom dengan bilangan oksidasi lebih tinggi, misalnya magnesium
kepada aluminium. Bahan-bahan organik menukar kation karena adanya
102

gugus karbosilat dan gugus fungsional lainnya. Humus merupakan


komponen tanah yang mempunyai kapasitas pertukaran kation yang cukup
tinggi. Tanah yang subur mempunyai kapasitas menukar ion berkisar antara
300-400 meq/100 g dan untuk jenis tanah dengan lebih banyak bahan
organik berkisar antara 10-30 meq/100 g.
Peristiwa pertukaran kation dalam tanah merupakan mekanisme
dimana kalium, kalsium, magnesium, dan logam-logam mikro esensial
menjadi tersedia bagi tanaman. Ketika ion-ion logam harta terserap oleh
akar tanaman, ion hidrogen bertukar dengan ion-ion metal. Proses ini
dengan adanya “leaching” dari kalsium, magnesium, dan ion-ion metal
lainnya dari tanah oleh air yang mengandung asam karbonat cenderung
membuat tanah menjadi asam.

H+ 2+¿
+ + +¿
H ¿ +¿ Ca ¿
tanah} H + Ca2+
H ¿
Tanah} Ca2+ + 2 CO2 +2 H2 akar
) + 2 HCO3-
Tanah bertindak sebagai suatu buffer dan menahan perubahan pH.
Oksidasi dari pyrit dalam tanah menyediakan pembentukan “asam
sulfat tanah” yang disebut “cat Clay” :
1
FeS2 + 3 2 O2 + H2O Fe2+ + 2 H+ + 2 SO42-

Telah banyak ditemui lapisan dari asam sulfat tanah dengan pH


mencapai 3,0. Untuk mengetahui telah terjadi pembentukan asam sulfat
tanah dapat dilakukan tes dengan pereaksi hidrogen peroksida (“peroxide
test”), terhadap tanah yang mengandung FeS2 dengan H2O2 30 %,
1 1
FeS2 + 7 2
2 H2O2 Fe3+ + H+ + 2 SO42- + 7 H2O

Kemudian dilakukan tes untuk kesamaan dan sulfatnya. Bila hasil


pengukuran menemukan pH di bawah 3,0 menunjukan adanya pembentukan
asam-sulfat tanah.
Kebanyakan tanaman dapat tumbuh dengan baik pada pH hampir
netral. Bila tanah menjadi terlalu asam untuk pertumbuhan optimum dari
tanaman, dapat dilakukan dengan jalan menambahkan kalsium karbonat,
CaCO3, ke dalam tanah.
103

H+ + H+¿ ¿ +¿ ¿¿
+ H ¿
Tanah } H + CaCO3 tanah} Ca2+ + CO2 +
H2O
Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah, tanah akan
cenderung menjadi sangat basa karena terdapat garam-garam seperti
Na2CO3. Tanah bersifat basa ini dapat dihi langkan dengan jalan
menambahkan aluminium atau besi sulfat, yang melepaskan asam dalam
proses hidrolisis :
2 Fe3+ + 3 SO42- + 6 H2O 2 Fe (OH)3 (s) + 6 H+ + 3 SO42-
Untuk menghilangkan sifat basa dari tanah bisa juga dilakukan
dengan menambahkan belerang. Belerang yang ditambahkan kedalam tanah
dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reaksi pembentukan asam sulfat :
11
S + 1 2 O2 + H2O 2 H+ + SO42-
2
Proses penurunan/penghilangan sifat kebasaan tanah dengan
tambang belerang diatas lebih ekonomis.

4.8 HARA MAKRO DAN MIKRO DALAM TANAH


Hara tanaman dapat digolongkan menjadi hara makro dan hara
mikro. Yang temasuk hara makro adalah unsur-unsur yang terjadi dalam
konsentrasi tinggi di dalam bahan tanaman atau cairan di dalam tanaman,
sedangkan hara mikro adalah unsur-unsur yang hanya penting pada
konsentrasi yang sangat rendah dan umumnya dibutuhkan untuk kerja dari
enzim-enzim esensial.
Unsur-unsur yang dikenal sebagai hara-hara makro esensial untuk
tanaman dalah karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan belerang. Di antara unsur-unsur tersebut, karbon, hidrogen
dan oksigen diperoleh dari atmosfer dan air. Nitrogen melalui kerja bakteri
pengikat-nitrogen dapat diperoleh oleh beberapa tanaman secara langsung
dari atmosfer. Hara makro esensial lainnya harus diperoleh dari tanah. Oleh
karena itu kalau tanah kurang mengandung unsur-unsur tersebut seperti
misalnya nitrogen, fosfat, kalium harus ditambahkan melalui pemupukan.
104

Tanah yang kurang kalsium relatif tidak umum. Pengapuran


merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengolah tanah-tanah asam,
yang memberikan lebih banyak dari kalsium yang dibutuhkan untuk
tanaman. Pengambilan kalsium oleh tanaman-tanaman dan pencucian oleh
asam karbonat dapat menyebabkan defesiensi kalsium dalam tanah. Tanah-
tanah asam masih dapat mengandung kapur dalam jumlah cukup, tetapi
karena adanya persaingan dengan ion-ion hidrogen, maka ion kalsium tidak
tersedia untuk tanaman. Perlakuan tanah asam dengan menaikan pH sampai
mendekati netral umumnya akan memulihkan defisiensi kalsium. Dalam
tanah yang bersifat basa dengan adanya kandungan natrium, magnesium,
dan kalium yang tinggi kadang-kadang menyebabkan defisiensi kalsium
merana ion-ion tadi bersaing dengan kalsium. Hal ini menyebabkan kalsium
tidak tersedia untuk tanaman.
Magnesium, walaupun terdapat sampai kurang lebih 2,1% di dalam
kerak bumi, sebagian terbesar dari unsur ini terikat kuat di dalam mineral-
mineral. Secara umum magnesium yang dapat dipertukarkan tergolong pada
yang tersedia untuk tanaman dan unsur ini diikay oleh bahan organik atau
clay melalui pertukaran ion. Ketersediaan magnesium dalam tanah untuk
tanaman tergantung dari rasio kalsium / magnesium. Bila rasio ini terlalu
tinggi, magnesium tidak dapat tersedia untuk tanaman dan menyebabkan
defisiensi magnesium. Hal yang sama adalah kandungan kalium dan natrium
yang belebihan juga dapat menyebabkan defisiensi magnesium.
Belerang dari tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat,
SO4=. Di suatu daerah dimana terjadi pencemaran SO2 di atmosfer, maka
belerang dapat diabsorbsi oleh daun-daun tanaman sebagai sulfur dioksida.
Kandungan SO2 yang cukup tinggi di atmosfer dapat mematikan tanaman.
Ada sembilan unsur yang tergolong dalam unsur hara mikro
esensial, yaitu : Boron, klor, tembaga, besi, mangan, molibden, natrium,
vanadium, dan seng. Unsur-unsur ini diperlukan oleh tanaman hanya pada
konsentrasi yang sangat rendah, tetapi bila toksik pada tingkat yang lebih
tinggi. Fungsi dari kebanyakan unsur-unsur hara mikro adalah sebagai
105

komponen enzim-enzim esensial. Mangan, besi, klor, seng, dan vanadium


dapat terlihat di dalam reaksi fotosintesis.
106

BAB V
PENCEMARAN LINGKUNGAN

5.1. PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pembangunan disegala bidang juga berkembang begitu pesat. Hal ini untuk
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Salah satu sektor
pembangunan yang selama ini berkembang begitu pesat adalah sektor
industri. Selain peningkatan kesejahteraan manusia, konsekuensi dari proses
pembangunan industri ini adalah meningkatnya buangan limbah yang
dikeluarkan oleh industri tersebut baik limbah cair, padat, dan buangan
berupa gas.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional
mewajibkan agar sumber daya alam dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat tersebut haruslah dapat dinikmati generasi masa kini dan masa depan
secara berkelanjutan.
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup pasal 1 ayat (1) menyebutkan “Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya”, dan
pasal 1 ayat (12) menyebutkan “Pencemaran lingkuangan (environmental
pollution) adalah masuknya atau dimasukannya makluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”.
Dari pengertian diatas terlihat bahwa lingkungan hidup sangat
berperan dalam mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya.
Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung resiko
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sehingga struktur
107

dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup ini akan merupakan beban
sosial yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung
biaya pemulihannya.
Melihat jangkauan atau luasnya wilayah yang terkena dampak dari
suatu pencemaran lingkungan, maka masalah pencemaran dapat kita
kelompokkan menjadi 3 masalah pokok :
1. Masalah Global
Bila jangkauan pencemaran sampai mencapai belahan bumi yang
lain atau mencakup wilayah yang luas seperti antar benua. Contoh
pencemaran radioaktif, CFC dapat menyebabkan terjadinya lubang ozon
yang mengakibatkan pemanasan global, pencemaran CO2 yang dapat
menimbulkan efek rumah kaca.

2. Masalah Regional
Bila terjadi pencemaran di suatu negara tapi pengaruhnya sampai
ke negara lain atau negara tetangga yang ikut merasakan dampaknya.
Contohnya tumpahan minyak di perairan, kebakaran hutan yang asapnya
sampai di negara tetangga, hujan asam disebabkan SO2 dan NO2 ̴ dapat
menimbulkan unsur hara dalam tanah hilang.

3. Masalah Lokal
Bila terjadi pencemaran di suatu tempat atau wilayah maka hanya
daerah itu yang merasakan dampaknya (lokal) misalnya pencemaran limbah
rumah tangga yang dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi (blooming)
menyebabkan keanekaragaman spesies dalam air menurun.

Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu


proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai
meninggal dunia hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya
dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya, seperti
udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhan manusia harus
diambil dari lingkungan hidupnya.
108

Kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di


dalamnya sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya
toleransi, dan daya tenggang (carrying capasity). Lingkungan tidak dapat
mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas, apa bila daya dukung itu
terlampaui maka manusia mengalamai berbagai kesulitan.
Oleh karena itu lingkungan hidup indonesia harus dikelola dengan
prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan berwawasan
lingkungan bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
Untuk mengetahui apakah telah terjadi perusakan atau pencemaran
lingkungan, indikator yang digunakan adalah baku mutu lingkungan hidup,
seperti baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi, baku mutu air
limbah. Dimana pengertian baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran
batas atau kadar makluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

5.2. PENCEMARAN UDARA


Menurut Chambers (1976) yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat
memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material. Sedangkan
menurut Parker (1980) pencemaran udara yaitu perubahan atmosfer oleh
karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer.
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup RI. No. Kep 03/MENKLH/II/1991 menyebutkan
“Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses
alam sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
109

menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya”.
Menurut Harsema, 1998 pencemaran udara diawali oleh adanya
emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke
udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam
maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses alam disebut
biogenic emissions sebagai contoh gas methan (CH4) yang terjadi sebagai
alibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pemulai.
Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic
emissions contoh emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia hasil
pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubakara) pemakaian zat-zat
kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.

5.2.1. KLASIFIKASI BAHAN PENCEMAR UDARA


Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua
bagian :
Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu, dan dapat berupa :
GAS, terdiri dari :
 Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida
(CO atau CO2)
 Senyawa surfur, yaitu sulfur oksida
 Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak
 Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi, dan bromin
(Corman, 1971:36-41; Chambers,1976:14-16; Kumar,1981:83, H.J.
Mukono 2003).
Penyebab pencemaran lingkugan di atmosfer biasanya berasal dari
sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang
dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan
partikel debu. Gas NO2, SO2, HC, dan CO dapat dihasilkan dari proses
110

pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari
bahan fosil (Mostardi, 1981, H.J. Mukono, 2003).
PARTIKEL
Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut
dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi misalnya proses
menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.
Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran
bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes), gas, dan kabut (mist).
Adapun yang dimaksud dengan :
a. Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai
jelaga) dan merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna
b. Debu, adalah partikel yang padat yang dapat dihasilkan oleh manusia
atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan
c. Uap, adalah partikal padat yamg merupakan hasil dari proses sublimasi,
distilasi atau reaksi kimia
d. Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
(Connolly, 1972:74; Masters, 1991:292-293, H.J. Mukono, 2003).
Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan
suatu :
a. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron
b. Partikel debu, uap, dan asap, jika diameternya antara 1-10 mikron
c. Aerosol, jika diameternya < 1 mikron
(Corman, 1971:33-34, , H.J. Mukono, 2003)
Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih
bahan kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah
disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan
arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Konsentrasi relatif dari bahan reaktan
b. Derajad fotoaktivasi
c. Kondisi iklim
111

d. Topoggrafi lokal dan adanya embun


Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat
(PAN) dan formaldehid (Corman, 1971:42-44; Chambers, 1976:17, H.J.
Mukono, 2003).

Sumber Bahan Pencemar udara


Di daerah perkotaan dan industri, parameter bahan pencemar udara
yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan penyakit saluran
pernapasan adalah parameter gas SO2, gas CO, gas NO2, dan partikel debu.
Sumber bahan pencemar udara, menentukan jenis bahan pencemarnya. Hal
tersebut bisa dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 5.1 Sumber bahan pencemar yang menghasilkan bahan pencemar
udara (Urone, 1976:24-40; Nadakavukaren, 1986:260-266;
Esmen, 1989; Graedel & Cratzen, 1989; Masters, 1991:279-
280, H.J. Mukono, 2003)
S B HC CO2 CO SO2 NO NO2

Sumber stasioner + + + + + +
Proses industri + + + + + +
Sampah padat + + + + +
Pembakaran sisa pertanian + + + + + +
Transportasi + + + + + +
Bahan bakar minyak + + + + + +
Bahan bakar gas alam - + - - - -
Bahan bakar kayu - + - - + +
Insinerator + + + + + +
Kebakaran hutan + + + - + +
Keterangan : + = menghasilkan B = bahan pencemar
- = tidak menghasilkan S = sumber pencemar

Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di
atmosfer, misalnya :
1. Kelembaban
Kelembaban udara relatif yang rendah (< 60%) di daerah tercemar
SO2, akan mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut. Pada
kelembaban relatif lebih atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2,
akan terjadi peningkatan efek korosif tersebut.
112

2. Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat meningkatkan
kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan
pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat,
akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
3. Sinar matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di
atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyababkan kerusakan bahan/alat
bangunan, atau bahan yang terbuat dari karet. Jadi dapat dikatakan bahwa
sinat matahari dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.
4. Pergerakan udara
Pergerakan udara yang cepat dapat meningkatkan abrasi bahan
bangunan. (Uphan & Yocom, 1977:67-68; Davis & Cornwell, 1991:420-
434, H.J. Mukono, 2003).

5.2.2. EFEK BAHAN PENCEMAR UADARA TERHADAP LINGKUNGAN


Efek Terhadap Kondisi Fisik Atmosfer
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer
antara lain adalah :
1. Gangguan jarak pandang (visibility)
2. Memberikan warna tertentu pada atmosfer
3. Mempengaruhi struktur dari awan
4. Mempengaruhi keasaman air hujan
5. Mempercepat pemanasan atmosfer
(Robinson, 1977:12-27; Masters, 1991:284-301, H.J. Mukono, 2003).

Efek Terhadap faktor Ekonomi


efek negatif bahan pencemar udara terhadap faktor yang
berhubungan dengan ekonomi antara lain :
1. Meningkatnya biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos)
2. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecaran)
(Upham & Yocum, 1977:94; Davis & Cornwell, 1991:420-421, H.J.
Mukono, 2003).
113

Efek Terhadap Vegetasi


Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi
antara lain :
1. Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan
terutama pada daun
2. Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi
3. Mempengaruhi proses reproduksi tanaman
4. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman
5. Terjadi bahan akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu,
misalnya lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta
morfologi vegetasi tersebut.
(Brandt & Heck, 1977:207-212; Davis & Cornwell, 1991:421;
Nurhayati & Damarjaya, 1993, H.J. Mukono, 2003).

Efek Terhadap kehidupan Binatang


Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan
maupun bukan, dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan
keracunan bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadi migrasi burung
karena udara ambien terpapar oleh gas SO2 (Env. Management
Development in Indonesiam 1992:8-9).

Efek Estatik
Efek estatik yang diakibatkan adanya bahan pencemar udara antara
lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang
mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi
kerusakan bahan tersebut (Robinson, 1977:27, H.J. Mukono, 2003).

5.2.3. EFEK BAHAN PENCEMAR UDARA TERHADAP KESEHATAN


Efek Bahan Pencemar Udara
Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat
menyebabkan kelainan pada tubuh manusia. Secara umu efek pencemaran
uadara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa :
1. Sakit, baik akut maupun yang kronis
114

2. Penyakit yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur,


menghambat pertumbuhan dan perkembangan
3. Mengganggu fungsi fisiologis dari :
a. Paru
b. Saraf
c. Kemampuan sensorik
4. Kemunduran penampilan, misalnya pada :
a. Aktivitas atlet
b. Aktivitas motorik
c. Aktivitas belajar
5. Iritasi sensorik
6. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh
7. Rasa tidak nyaman (bau)
(Goldsmith & Friberg, 1977:459-460; Masters, 1991:291-299, H.J.
Mukono, 2003).

Secara rinci, efek polutan udara yang primer (gas dan partikel) maupun yang
sekunder adalah sebagai berikut :
Efek Polutan Gas
Gas sulfur dioksida (SO2)
Gas SO2 dapat memberikan kelinan berupa :
a. Iritasi dan peningkatan airway resistance
b. Batuk kronis
c. Peningkatan sekresi mukus.

Gas ozon (O3) dan oksida lain


Gas ozon dapat memberikan kelainan berupa :
a. Iritasi dan rasa kering di tenggorokan
b. Peningkatan airway resistance
c. Sakit kepala, mual, tidak suka makan
d. Batuk dan nyeri dada serta pernapasan menjadi pendek
e. Sembab paru
115

Karbon monoksida (CO)


CO dapat memberikan kelainan berupa :
a. Memblokir fungsi transpor HbO2 dan meningkatkan HbCO dalam darah
b. Kerusakan otot jantung dan susunan saraf pusat (SSP).

KARBON MONOKSIDA (CO)


Apabila bahan bakar fosil atau bahan organik, misalnya minyak
tanah, bensin, atau bahan kayu yang terbakar, maka tiap atom karbon akan
bereaksi dengan dua atom oksigen di atmosfer dan terbentuk gas CO 2
(Karbon dioksida). Apabila proses pembakaran tersebut tidak sempurna
(kekurangan waktu dan oksigen) maka tiap atom karbon akan bereaksi
dengan satu atom oksigen dan terbentuklah CO (Karbon monoksida). Gas
ini mempunyai sifat lebih ringan dari udara, tidak berbau, tidak berwarna,
dan tidak berasa.
Secara alamiah, CO dapat berasal dari reaksi hidrokarbon, metana
di atmosfer.

Sumber Utama CO (Karbon Monoksida)


Di Amerika Serikat (1969) diperkirakan bahwa kendaraan
bermotor dapat menghasilkan sekitar 97 ribu ton gas CO yang merupakan
65% dari seluruh CO buatan manusia. Dengan demikian maka 60% gas CO
ditemukan di kota besar dan wilayah perkotaan. Sebagai gambaran adalah
kadar gas CO 141 ppm (part per milion) di jalan bebas hambatan New York
dan 147 ppm di Los Angeles sewaktu kendaraan macet pada jam-jam
ramai/sibuk.
Walaupun demikian maka mobil bukan stu-satunya sumber gas CO
di perkotaan, tetapi asap rokok ikut andail terutama sangat nyata di kota
besar. Telah diteliti bahwa kadar CO yang berasal dari asap rokok sekitar
400 dan 475 ppm. Sebesar 45% gas CO yang diisap oleh perokok masuk
kedalam peredaran darah. Secara umum diperoleh data bahwa para pekerja
di industri akan terpapar gas CO di tempat kerja akibat dasri asap rokok.
116

Pembersihan di Atmosfer
Jaman dahulu orang khawatir, jika manusia terus-menerus
memproduksi gas CO, maka akan meracuni penghuni bumi.
Walaupun pemakaian bahan bakar fosil meningkat tiga setegah kali lipat
dalam 5 tahun terakhir, tetapi kadar gas CO di atmosfer adalah konstan.
Kenapa demikian ? Kemana gas CO tersebut ? Ternyata ada mekanisme
pengubahan pada bintang, tumbuhan, tanah, flora & fauna laut, dan laut itu
sendiri. Mekanisme tersebut yaitu gas CO mungkin akan meningkatkan
proses pembentukan asap fotokimia (photo chemical smog). Sebagai
indikator adalah apabila reaksi hidrokarbon dan nitrogen menghasilkan
natrium oksida dan ozon (O3), maka CO mempercepat proses tersebut.

Dampak CO Terhadap Tubuh Manusia


Saat manusia menghirup udara untuk bernapas, maka udara yang
mengandung oksigen, nitrogen, dan kemungkinan karbon monoksida serta
gas lainnya akan tertarik ke dalam paru dan terus ke alveoli.
Alveoli,. Yang menyerupai kantong kecil, terbentuk dari lapisan sel
tipis dan diperkuat oleh jaringan yang amat lembut. Di dalam alveoli inilah
gas akan mengalami perubahan angkutan dari melalui udara berubah
melalui sistem peredaran darah. Proses tersebut dikendalikan oleh hukum-
hukum fisika, yaitu suatu bentuk dari gas akan bergerak dari tempat yang
bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Dalam keadaan
normal tekanan oksigen di dalam alveoli akan lebih besar dari tekanan
oksigen di dalam pembuluh darah. Sebaliknya, beberapa gas mempunyai
tekanan lebih tinggi di peredaran darah dari pada di alveoli. Misalnya gas
karbon dioksida bergerak kembali ke dalam paru dan dikeluarkan ke
atmosfer.
Karbon monoksida merupakan produk normal dari proses
pemecahan dalam sel tubuh, yang mempunyai umur sekitar 120 hari. Hasil
dari proses tersebut dinamakan hemekatabolisme, sedangkan harga normal
dari karbon monokisida dalam darah sekitar 0,5 persen. Kadar ini akan
meningkat apabila seseorang itu menderita sakit. Gas oksigen dan karbon
117

monoksida akan ditarik oleh zat besi dalam hemoglobin dan hemoglobin ini
mempunyai daya ikat yang besar terhadap karbon monoksida.
Apabila udara mengandung CO sebesar 30 ppm, maka besarnya
CO dalam dara sekitar 5 persen. Ini akan tetap di pertahankan sebesar 5%
terus, jika frekuensi pernapasan dan kadar CO di atmosfer tidak berubah.
Kada HbCO juga tergantung kepada dua keadaan, yaitu, frekuensi
pernapasan dan kadar CO di atmosfer. Jika kadar HbCO (Hemoglobin
Carbon monoksida) meningkat, maka kadar oksigen berkurang, karena
molekul CO menangkap sebagian besar dari hemoglobin. Berkurangnya
kadar oksigen tubuh akan menyebabkan kelainan yang berkaitan dengan gas
CO.
Gejala-gejala keracunan CO antara lain, pusing, rasa tidak enak
pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat,
rasa tertekan di dada, kesukaran bernapas, kelemahan otot-otot, tidak sadar
dan bisa meninggal dunia.
Dalam keadaan normal, konsentrasi CO di dalam darah berkisar
antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5% CO. disamping itu,
kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak
meningkat dan kecepatan pengambilan CO dapat diketahui dengan
menentukan kadar CO di atmosfer, lamanya dan frekuensi pernapasan. Pada
kosentrasi 30 ppm, maka kadar CO akan mendekati harga 5 persen (Master,
G.M; 1991, H.J. Mukono, 2003).

Efek Karbon Monoksida Terhadap Penglihatan


Apabila kadar HbCO meningkat sampai 5%, maka seseorang tidak
dapat melihat dengan jelas, lebih-lebih dalam keadaan remang-remang.
Rokok dapat menyebabkan menurunnya kepekaan dari mata terhadap sinar.
Apabila rokok tidak mengandung nikotin, maka tidak mempengaruhi
kepekaan mata terhadap sinar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa nikotin
dapat mengurangi penglihatan.
Apakah CO sebagai Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas ?
Kada CO dalam mobil bisa mencapai 100 ppm atau lebih. Apabila
terjadi kemacetan lalu lintas selama beberapa jam, maka sopir bisa menjadi
118

gelisa dan HbCO-nya bisa meningkat sekitar 10%. Pada kadar tersebut,
sopir tidak bisa melihat dengan baik dan terang, lebih-lebih waktu senja dan
malam hari. Hal ini bisa menjadi slah satu faktor penyebab kecelakaan lalu
lintas. Tentu saja ada faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan dengan
cepat kadar HbCO.
Minum alkohol dan merokok dapat menyebabkan berkurangnya
kadar O2 dalam darah dan hal itu dapat mempengaruhi juga penglihatan si
sopir. Apabila faktor-faktor tersebut di atas bergabung menjadi satu, maka
akan membahayakan lalu lintas lebih-lebih pada waktu gelap. Apabila
kecelakaan lalu lintas terjadi waktu malam (gelap), kemungkinan dapat
disebabkan oleh efek dari pengaruh CO, sehingga dapat disumpulkan ada
hubungan antara besarnya kadar CO dan kecelakaan lalu lintas.
Telah diteliti bahwa kadar CO yang tinggi di tempat kerja, akan
menyebabkan meningkatnya kecelakaan kerja, tetapi kedua hubungan
tersebut kurang dapat diterima. Peneliti lain menyatakan bahwa dari
sejumlah kecelakaan lalu lintas dan si sopir diukur HbCO-nya, maka
diperkirakan 50% dari sopir tersebut mempunyai kadar HbCO kurang dari
3% (Nadakavukaren, N;1986, H.J. Mukono, 2003).

Kapal Selam dan Kapal Ruang Angkasa


Telah dipelajari efek CO terhadap awak kapal selam nuklir.
Hasilnya adalah bahwa pelaut yang terpapar CO berkadar 35-45 ppm selama
72-120 hari tidak terjadi efek yang merugikan. Jadi awak kapal selam cukup
aman dengan adanya gas CO dalam ruang kapal selam. Dalam kapal ruang
angkasa, manusia cukup mampu menyesuaikan keadaan dengan kadar CO
yang berada di dalam kapal ruang angkasa tersebut.

Nitrogen dioksida (NO2)


Gas NO2 dapat memberikan kelainan berupa :
a. Terbentuknya MethHb (Meth Hemoglobin)
b. Peningkatan inspiratory resistance
c. Peningkatan expiratory resistance
d. Terjadinya sembab paru
119

e. Terjadinya fibrosis paru


(Chambers, 1976: 14-17; Davis & Cornwell, 1991: 423-427; Goldsmith
& Friberg, 1977: 493-525, H.J. Mukono, 2003).

Efek Polutan Partikel


Asbes
Di dalam tubuh, asbes terutama ditimbun di paru dan dapat menyebabkan
kelainan barupa :
a. Fibrosis pada paru
b. Kanker paru

Kadmium (Cd)
Inhalasi debu Cd dapat menyebabkan terjadinya :
a. Kerusakan paru (emphysematous)
b. Kerusakan ginjal

Berilium (Be)
Papara lingkunga kerja oleh Be antara lain dapat menyebabkan terjadinya :
a. Acute pneumonic disease
b. Chronic granulomatous disease

Arsen (As)
Paparan menahun dengan As antara lain dapat menyebabkan terjadinya
kanker paru dan kanker kulit

Kromium (Cr)
Cr heksavalen dapat menyebabkan kelainan antara lain :
a. Iritasi mukosa
b. Perforasi hidung
c. Faringitis
d. Kanker paru
(Corman, 1971: 44-45; Goldsmith & Friberg, 1977: 531-551, H.J.
Mukono, 2003).
120

Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih
bahan kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah
disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal.
Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain :
a. Konsentrasi relatif dari bahan reaktan
b. Derajad fotoaktivasi
c. Kondisi iklim
d. Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat sifik dan sifat kimia yang
tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl
Nitrat (PAN), dan formaldehid (Corman, 1971: 42-44; Chambers, 1976: 17,
H.J. Mukono, 2003).

Efek Terhadap Saluran Pernapasan


Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan
dapat menyebabkan terjadinya :
1. Iritasi pada saluran pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan
silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernapasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar
3. Produksi lendir dapat meyebabkan penyempitan saluran pernapasan
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan
5. Pembengkakan saluran pernapasan dan merangsang pertumbuhan sel,
sehingga saluran pernapasan menjadi menyempit
6. Lapisan silia dan lapisan sel lendir
7. Akibat dari hal tersebut di atass, akan menyebabkan terjadinya kesulitan
bernapas, sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain
tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan dan hal ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan
(Corman, 1971: 62-73; Davis & Cornwell, 1991: 424-425, H.J.
Mukono, 2003).
121

Menurut Nadakavukaren (1986: 260-266), manusia yang terpapar


dengan bahan polutan tinggi, dapat menurunkan umur harapan hidup (life
expectancy).
Ada hubungan antara peningkatan bahan polutan SO2 dan TSP
(Total Suspended Solid) dengan peningkatan kematian penderita kelainan
kardiovaskuler. Selain itu tampak pula adanya hubungan langsung antara
tinggi bahan pencemar SO2 dan partikel debu dengan penderita bronkitis
dan emfisema.
Semakin tinggi bahan partikel debu biasanya diikuti dengan
semakin tinggi gas SO2, sehingga sulit membedakan efek dari kedua bahan
tersebut. Dapat dikatakan bahwa kedua bahan tersebut bekerja secara sinergi
untuk menghambat pergerakan silia, sehingga mendorong bahan partikel
lebih banyak masuk ke paru.

5.3. PENCEMARAN AIR


Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan
normal, bukan dari kemurniaannya. Air yang tertsebar di alam tidak pernah
terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi.
Air permukaan dan air sumur biasanyamengandung bahan-bahan metal
terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air yang mengandug komponen-
komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah.
Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung
dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi.
Tanda-tanda polusi air yang berbeda disebabkan oleh sumber dan jenis
polutan yang berbeda-beda. Untuk memudahkan pembahasan mengenai
berbagai jenis polutan, polutan air dapat dikelompokan atas 9 group
berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut;
1. Padatan
2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding
wastes)
3. Mikroorganisme
4. Komponen organik sintetik
5. Nutrien Tanaman
122

6. Minyak
7. Senyawa anorganik dan mineral
8. Bahan radioaktif
9. Panas
Pengelompokan tersebut di atas bukan merupakan pengelompokan
yang baku, karena suatu jenis polutan mungkin dapat dimasukan ke dalam
lebih dari satu kelompok. Sebagai limbah atau bahan buangan mungkin
mengandung lebih dari satu macam polutan. Jadi pengelompokan di atas
lebih bersifat untuk memudahkan dalam pembahasan mengenai berbagai
jenis polutan.

5.3.1. Sifat-Sifat Air Tercemar


Untuk mengetahui apakan suatu air tercemar atau tidak, diperlukan
pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah
terjadi penyimpangan dari batasan-batasan pencemaran air. Sifat-sifat air
yang umumnya diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran air misalnya :
1. Nilai pH, keasaman dan alkalibitas
2. Suhu
3. Warna, Bau, dan Rasa
4. Jumlah Padatan
5. Nilai BOD/COD
6. Pencemaran mikroorganisme patogen
7. Kandungan Minyak
8. Kandungan Logam Berat
9. Kandungan Bahan Radioaktif

Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas


Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6
sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda
dari tergantung dari jenis buangannya.
Pada industri-industri makanan, peningkatan keasaman air buangan
umumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Air buangan
123

industri-industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam


mineral dalam jumlah tinggi atau pHnya rendah. Adanya komponen besi
sulfur (FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan
keasamannya karena FeS2 dengan udara dan air akan membentuk H2SO4 dan
besi (Fe) yang larut.
Perubahan kesaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik)
maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan
ikan dan hewan air disekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyaim
pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan
pengkaratan pada pipa-pipa besi.

Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan
panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat
asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan tersebut mungkin
mempunyai suhu lebih tinggi dari air asalnya. Kenaikan suhu air akan
menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut :
16
Oksigen terlarut (mg/l)

12

0
8 16 24 32 40
Suhu ( C)
0

Gambar 5.1. Hubungan antara suhu dengan konsentrasi oksigen terlarut di


dalam air, Srikandi Fardiaz, 1992.

1. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.


2. Kecepatan reaksi kimia meningkat.
124

3. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.


4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi
akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi, di samping itu suhu yang
relatif tinggi akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air,
akibatnya ikan dan hewan air akan mati karena kekurangan oksigen. Suhu
air kali atau air buangan yang ralatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan
munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari
oksigen.

Warna, Bau dan Rasa


Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di
rawa-rawa berwarna kuning, coklat atau kehijauan, air sungai biasanya
berwarna kuning kecoklatan karena mengandung lumpur, dan air buangan
yang mengandung besi/tanin dalam jumlah tinggi berwarna coklat
kemerahan. Warna air tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi.
Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (tru color)
yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna warna semu
(apparent color), yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut
juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang
bersifat koloid.
Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan
oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air,
baik yang hidup maupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfit dapat
disebabkan oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan
mikroorganisme anaerobik.
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya
rasa yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa
yang menyimpang tersebut biasanya dihubungkan denganbaunya karena
pengujuan terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau
tidak normal juga dianggap mempunyai rasa yang tidak normal.
125

5.3.2. Fase- Fase Dalam Pencemaran Badan Air


Jika suatu badan air mengalami pencemaran maka bahan pencemar
tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme, dalam penguraian tersebut
akan mengalami beberapa fase mulai dari masuknya bahan pencemar
sampai fase penjernihan seperti di bawah ini :
1. Zone/fase Degrasi:
Pada fase ini Pollutan mulai mengalami dekomposisi, kandungan
O2 bisa turun jadi 40%, air menjadi kotor & keruh
2. Zone/fase Dekomposisi:
O2 terlarut kurang dari 40% mendekati 0% karena oksigen yang
ada digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-
bahan organik yang ada di dalam air. pada fase ini hampir tidak
kehidupan ikan
3. Zone/fase Rehabilitasi:
Kadar O2 terlarut mulai meningkat. Kehidupan biot air secara
makroshopis mulai nampak. Air mulai jernih
4. Zone/fase perjernihan:
Merupakan fase terakhir dari proses pencemaran, air sudah
kelihatan jernih seperti semula dan kadar oksigen terlarut
mendekati batas jenuh.
Konsentrasi O2
126

100%
Garis DO

Zone Zone Zone


Degradesi Dekomposisi Rehab

Fase 1 Fase 2 Fase 3

5.3.3. Padatan
Air yang tercemar selalu mengandung padatan yang dapat di
bedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnyan dan sifat-sifat
lainnya, terutama kelarutannya yaitu :
1. Padatan terendap (sedimen)
2. Padatan tersuspensi dan koloid
3. Padatan terlarut
4. Minyak dan lemak
Dalam analisis air, selain padatan-padatan tersebut di atas sering
juga dilakukan analisis terhadap total padatan, yaitu semua padatan setelah
127

airnya dihilangkan atau diuapkan. Padatan yang terdapat di dalam air juga
dapat dibedakan atas padatan organik dan anorganik.

PADATAN TERENDAP (SEDIMEN)


Sedimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika air
didiamkan tidak terganggu selama beberapa waktu. Padatan yang
mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel padatan yang mempunyai
ukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan
sendirinya. Sedimen yang terdapat di dalam air biasanya terbentuk sebagai
akibat dari erosi, dan merupakan padatan yang umum terdapat di dalam air
permukaan.
Adanya sedimen dalam jumlah tinggi di dalam air akan sangat
merugikan karena hal-hal sebagai berikut :
1. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan saluran air dan selokan, dan
dapat mengendap di dalam bak penampung air sehingga mengurangi
volume air yang dapat di tamping di dalam bak tersebut.
2. Sedimen yang mengendap di dasar sungai atau danau dapat mengurangi
pencemaran ikan dan hewan-hewan air lainnya karena telur-telur ikan
dan sumber-sumber makanan mungkin terendam di dalam sedimen.
3. Adanya sedimen mengurangi penetrasi sinar ke dalam air sehingga
mengurangi kecepatan fotosintesis tanaman air menurun.
4. Sedimen menyebabkan air menjadi keruh sehingga menambah biaya
penjernihan air jika air tersebut akan di gunakan untuk keperluan
industri.
Padatan terendap biasanya terdiri dari pasir dan lumpur. Berbada
dengan tanah liat yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya, lumpur
merupakan padatan yang dapat mengendap dengan sendirinya terutama jika
airnya tidak terguncang.

PADATAN TERSUSPENSI DAN KOLOID


Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan
air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langusng. Padatan tersuspensi
terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
128

pada sedimen, tanah liat, bahan-bahan organic tertentu, sel-sel


mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan
mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai
berbulan-bulan, kecuali keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain
sehingga mengakibatkan terjadi pengumpulan, kemudian di ikuti dengan
pengendapan. Selain mengandung padaatn tersuspensi, air buangan sering
juga mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, misalnya protein.
Air buangan industri mengandung jumlah padatan tersuspensi
dalam jumlah yang sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Air
buangan dari industri-industri makanan, terutama industri fermentasi, dan
industri tekstil sering mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah
relative tinggi. Jumlah padatan tersuspensi di dalam air dapat diukur
menggunakan alat turbidimeter. Seperti halnya padatan terendap, padatan
tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar/cahaya ke dalam air sehingga
mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosisntesis.

PADATAN TERLARUT
Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran
lebih kecil daripada tersuspensi. Padaan ini terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya. Sebagai
contoh, air buangan pabrik gula biasanya mengandung berbagai jenis gula
yang larut, sedangkan air buangan industri kimia sering mengandung
mineral-mineral seperti merkuri (Hg), timbale (Pb), arsenic (As), cadmium
(Cd), chromium (Cr), nikel (Ni), C12, serta garam-garam kalsium dan
magnesium yang mempengaruhi kesadahan air. Selain itu air buangan juga
sering mengandung sabun, deterjen dan surfakta yang larut air, misanya
pada air buangan rumah tangga dan industry pencucian. Beberapa
pencemaran logam berat yang sering mencemari air buangan dan sangat
berbahaya bagi kehidupan di sekitarnya, misalnya merkuri dan timbal.

Kesadahan Air
Adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air akan
menyebabkan sifat kesadahan terhadap air tersebut. Air yang mempunyai
129

tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat merugikan karena beberapa hal


diantaranya dapat menimbulkan karatan/korosi pada alat-alat yang terbuat
dari besi, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan
konsumsi sabun, dan dapat menimbulkan endapan atau kerak-kerak di
dalam wadah-wadah pengolahan. Oleh karena itu air yang digunakan untuk
industri seharusnya sifat kesadahannya dihilangkan terlebih dahulu.
Kesadahan air dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kesadahan
sementara (temporer) dan kesadahan tetap (permanen). Kesadahan
sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO3=) dan bikarbonat
(HCO3-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Garam karbonat
merupakan garam yang tidak larut, sedangkan garam bikarbonat merupakan
garam yang larut. Garam karbonat dengan adanya air dan karbon dioksida di
udara akan membentuk bikarbonat yang larut, oleh karena itu semakin
tinggi kadar CO2 di udara semakin tinggi kelarutannya. Reaksinya adalah
sebagai berikut :
CaCO3 + CO2 + ------ Ca(HCO3)2
tidak larut
larut

kesadahan air ini bersifat sementara karena dapat dihilangkan


dengan cara pemanasan, di mana terbentuk garam kalsium karbonat yang
tidak larut dan mengendap sehingga dapat mudah dihilangkan.
Ca(HCO3)2 dipanaskan CaCO3
mengendap

kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam khlorida


(C1-) dan sulfat (SO4)= dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Table 5.2. Derajad kesadahan air berdasarkan kandungan kalsium


karbonat, Srikandi Fardiaz, 1992.
Derajad CaCO3 Ion Ca=
kesadahan (ppm) (ppm)
Lunak < 50 < 2.9
Agak sadah 50 – 100 2.9 – 5.9
Sadah 100 – 200 5.9 – 11.9
Sangat sadah > 200 > 11.9
130

Kesadahan karena garam-garam tersebut tetap dan sangat sukar


dihilangkan. Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dapat dibedakan atas
beberapa macam yaitu air lunak, air agak sadah, air sadah, dan air sangat
sadah (Tabel 5.2).

MINYAK DAN LEMAK


Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke
dalam kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan
air. Minyak yang terdapat di dalam air dapat berasal dari berbagai sumber,
diantaranya karena pembersihan dan pencucian kapal-kapal di laut, adanya
pengeboran minyak di dekat laut atau di tengah laut, terjadinya kebocoran
kapal pengangkut minyak, dan sumber-sumber lainnya misalnya dari
buangan pabrik.
Minyak tidak larut air, oleh karena itu jika air tercemar oleh
minyak maka minyak tersebut akan tetap mengapung, kecuali jika
terdampar di pantai atau tanah di sekeliling sungai. Tetapi ternyata tidak
demikain halnya. Semua jenis minyak mengandung senyawa-senyawa
volatile yang segera dapat menguap. Ternyata selama beberapa hari
sebanyak 25% dari volume minyak akan hilang karena menguap. Sisa
minyak yang tidak menguap akan mengalami emulsifikasi yang
mengakibatkan air dan minyak dapat bercampur.
Ada dua macam emulsi yang terbentuk antara minyak dengan air,
yaitu emulsi munyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Emulsi
minyak dalam air terjadi jika droplet-droplet minyak terdispersi di dalam air
dan distabilkan dengan interaksi kimia di mana air menutupi permukaan
droplet-droplet tersebut. Hal ini terjadi terutama di dalam air berombak, dan
droplet minyak tersebut tidak terdispersi pada permukaan air, melainkan
menyebar di dalam air. Beberapa droplet minyak, terutama yang berikatan
dengan pertikel mineral, menjadi lebih berat dan akan mengendap ke bawah.
Emulsi air dalam minyak terbentuk jika droplet-droplet air di tutupi
oleh lapisan minyak, dan emulsi ini distabilkan oleh interaksi diantara
droplet-droplet air tertutup. Emulsi semacam ini terlihat sebagai lapisan
yang mengapung pada permukaan air dan lekat, dann kadang-kadang karena
131

kandungan air di dalam droplet-droplet minyak tersebut cukup tinggi maka


total volmenya menjadi lebih besar dibandingkan dengan minyak aslinya.
Sebagian besar emulsi minyak tersebut kemudian akan mengalami
degradasi melalui fotooksidasi spontan dan oksidasi oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme merupakan organisme yang paling berperan dalam
dekomposisi minyak laut. Setelah kira-kira tiga bulan, hanya tinggal 15%
dari volume minyak yang mencemari air masih tetap terdapat di dalam air.
Jika pencemaran minyak terjadi di pantai, penghilangan minyak mungkin
lebih cepat kerna minyak akan melekat pada benda-benda padat seperti batu
dan pasir di pantai yang mengalami kontak dengan air yang tercemar
tersebut.
Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat
menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang.
Ternyata intensitas sinar di dalam air sedalam 2 meter dari permukaan
air yang mengandung minyak adalah 90% lebih rendah daripada
intensitas sinar pada kedalaman yang sama di dalam air yang bening.
2. Konsentrasi oksigen yang terlarut menurun dengan adanya minyak
karena lapisan film minyak menghambat pengambilan oksiegn oleh air.
3. Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu
kehidupan burung air karena burung-burung yang berenang akan
menyelam bulu-bulunya akan ditutupi oleh minyak sehingga menjadi
lekat satu sama lain, akibatnya kemampuannya untuk terbang juga
menurun.
4. Penetrasi minyak dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak
dapat mengganggu kehidupan tanaman-tanaman laut, termasuk
ganggang dan liken.
Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui
bersifat racun terhadap berbagai hewan maupun manusia, tergantung dari
struktur dan berat molekulnya. Komponen-komponen hidrokarbon jenuh
yang mempunyai titik didih rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi
dan narcosis pada berbagai hewan tingkat rendah, dan jika terdapat pada
132

konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian. Komponen-komponen


hidrokarbon aromatik yang mempunyai titik didih rendah terdapat dalam
jumlah besar di dalam minya dan merupakan komponen yang paling
berbahaya, misalnya benzen, toulen dan xilen. Komponen-komponen
tersebut beracun terhadap manusia dan kehidupan lainnya. Minyak juga
mengandung naftalen dan penatren yang lebih beracun terhadap ikan
dibandingkan dengan benzen, toluen dan xilen.
Komponen-komponen aromatik lebih larut di dalam air
dibandingkan dengan hidrokarbon jenuh. Komponen-komponen aromatik
dapat membunuh kehidupan disekitarnya melalui kontak langsung dengan
minyak atau melalui kontak dengan komponen-komponen yang terlarut di
dalam air. Pengaruh berbahaya dari komponen-komponen aromatik tersebut
akan berkurang dengan semakin lamanya waktu, karena komponen-
komponen tersebut bersifat volatile sehingga mudah menguap.

5.4. PENCEMARAN TANAH


Tanah merupakan tempat penampung berbagai bahan kimia.
Banyak dari gas SO2 yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batu bara
atau bensin berakhir dengan sulfat yang masuk dalam tanah atau tertampung
di atas tanah. Nitrogen Oksida (NO) yang dirubah di atmosfer menjadi nitrat
akhirnya akan terdeposit di tanah. Tanah menyerap NO dan NO 2 dengan
cepat dan gas-gas tersebut mengalami oksidasi menjadi nitrat di dalam
tanah. Karbon monoksida dirubah menjadi CO2 oleh bakteri dan ganggang
dalam tanah. Partikel timbal (Pb), yang berasal dari gas buang kendaraan
bermotor ditemukan pada lapisan atas tanah sepanjang jalan raya yang padat
lalu lintas. Timbal di atas lapisan tanah ditemukan juga di daerah yang dekat
dengan penambangan dan peleburan timbal.
Tanah juga sebagai tempat penampung banyak limbah-limbah dari
rembesan penumpukan sampah (landfill), kolam lumpur, (lagoon), dan
sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan pertanian dari bahan-
bahan organik berbahaya yang dapat mengurai juga merupakan tempat
pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi. Hal ini terjadi
karena bahan organic tadi di dalam tanah diuraikan oleh mikroba-mikroba
133

tanah. Selain itu pembuangan kotoran dan pemupukan yang berlebih dapat
menambah pencemaran tanah.
Senyawa-senyawa organik menguap (VOC), seperti benzen, toluen,
xeylen, diklorometan, trikloroetana, merupakan bahan perncemar tanah
yang umum dikeluarkan industri atau daerah perdagangan bahan-bahan
tersebut. Salah satu dari sumber kontaminan yang paling umum adalah
kebocoran dari bagian bawah tangki penyimpan limbah cair.
Beberapa bahan pencemar senyawa organik terlihat pada humus
pada waktu terjadi proses pembentukkan humus dalam tanah. Bahan-bahan
ini menetap dalam humus sehingga menyebabkan terjadi pencemaran pada
humus yang akan terbentuk. Pengikatan terjadi pada senyawa-senyawa yang
mempunyai kemiripan struktur dengan humus, seperti senyawa-senyawa
fenol dan anilin.
OH NH2

CI CI
2,4 Diklorofenol 4 Kloroanilin

Senyawa seperti ini akan terikat secara kovalen dengan molekul-


molekul bahan humus cukup banyak, melalui aktivitas dari enzim-enzim
mikroba. Setelah terjadi ikatan, bahan-bahan ini sangat resisten terhadap
kehidupan dalam tanah dan reaksi kimia.
Tanah menerima sejumlah besar pestisida sebagai akibat dari
penggunaan yang berlebihan pada pemberantasan hama pertanian. Secara
global diperkirakan pestisida digunakan sebanyak 2,5 juta ton pertahun.
Degradasi sejumlah besar dari pestisida dalam tanah sangat memberikan
pengaruh terhadap lingkungan. Pengaruh-pengaruh detail dari berbagai
pestisida terhadap lingkungan saat ini dibutuhkan untuk lisensi atau
perizinan dari pestisida baru (di U.S dilakukan oleh “Federal Insecticide,
Fungicide, dan Rodenticide act, FIFRA”). Faktor-faktor yang merupakan
bahan penilaian antara lain : penyerapan pestisida oleh tanah, perembesan
134

atau leaching dari pestisida ke dalam air yang berhubungan dengan


potensinya terhadap pencemaran air, efek dari pestisida terhadap
mikroorganisme dan kehidupan binatang dalam tanah, dan kemungkinan
terjadinya sifat toksis yang lebih tinggi dari hasil proses degradasi.
Adaptasi dari tanah merupakan salah satu langkah penting dalam
degradasi suatu pestisida. Intensitas dari absorbs dan kecepatan serta tingkat
degradasi ditentukan oleh berbagai faktor. Beberapa dari padanya adalah :
kelarutan, penguapan, muatan, kepolaran, ukuran dan struktur molekul, serta
beberapa sifat dari medium. Absorbsi dari pestisida oleh komponen-
komponen tanah dapat memberikan berbagai pengaruh. Toksisitas dari suatu
herbisida terhadap tanaman sangat dipengaruhi oleh proses tersebut.
Proses pengikatan suatu pestisida kepada tanah dapat terjadi
melalui berbagai bentuk absorbsi secara fisik melalui energi van der waals
yang terbentuk dari interaksi dipole-dipole antara molekul pestisida dan
muatan dari partikel-partikel tanah. Proses tukar-ion (ion exchange) sangat
efektif dalam penggabungan senyawa-senyawa organik kationic seperti
herbisida paraquat,
H3C N+ +N CH3 2 CI-
Kepada partikel-partikel tanah anionik. Beberapa pestisida yang bersifat
netral dapat bersifat kationik bila berikatan dengan H + dan terlibat sebagai
spesi dengan bentuk muatan positif. Ikatan hidrogen merupakan mekanisme
lain di mana beberapa pestisida terikat pada tanah. Dalam beberapa kasus,
suatu pestisida daapt berfungsi sebagai suatu ligan koordinasi terhadap loga-
logam dalam bahan mineral tanah.
Tiga cara yang utama di mana pestisida-pestisida mengalami
degradasi dalam atau di atas tanah adalah degradasi kimia, reaksi
fotokimia, dan yang paling penting adalah biodegradasi.

5.4.1. Degradasi Kimia Reaksi Fotokimia dan Biodegradasi


Degradasi kimia dari pestisida telah dibuktikan secara eksperimen
dalam tanah yang telah disterilkan dari semua aktivitas mikroba. Sebagai
contoh, Clay (lempung) telah memperlihatkan dapat mengkatalisis hidrolisis
dari O,O_dimetil _O_2,4,5_triklorofenil tiofosfat, suatu efek yang dapat
135

menghubungkan terhadapa gugus OA pada permukaan mineral tanah.


Banyak reaksi hidrolisis secara kimia murni dari beberapa pestisida terjadi
dalam tanah.
Sejumlah dari pestisida mengalami reaksi fotokimia, yaitu suatu
reaksi yang berlangsung dengan terjadinya absorbs dari cahaya. Dari reaksi
ini dihasilkan terutama isomer-isomer dari pestisida yang terlibat reaksi.
Meskipun insek-insek, cacing-cacing, beberapa tanaman
memegang peranan penting dalam biodegradasi dari pestisida dan
senyawa-senyawa bahan perncemar organik, mikroorganisme mempunyai
peranan yang paling penting. Seperti beberapa reaksi transformasi nitrogen,
sulfur, dan fosfor secara mikroba serta degradasi dari senyawa organik
dengan mikroba sebagai mediator.
Akhir-akhir ini telah dibuktikan bahwa Rhizosphere merupakan
bagian yang paling penting dari tanah dalam kemampuannya untuk
menyelenggarakan biodegradasi dari sampah-sampah. Rhizosphere adalah
lapisan dari tanah dimana akar-akar tanaman secara umum beraktivitas. Ini
merupakan lapisan dimana biomasa meningkat dan sangat penting bagi
system akar tanaman dan bergabungnya mikroorganisme-mikroorganisme
dengan akar-akar tanaman. Rhizosphere dapat mengandung 10 x biomasa
mikroba per satuan volume labih banyak dari tanah yang tidak mempunyai
lapisan rhizosphere. Populasi bervariasi sesuai karakteristik dari tanah,
tanaman dan karakteristik akarnya, kandungan uap air, dan ekposure
pencemar, mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap biodegradasi dan
bisa tetap tinggal di daerah tersebut.
Biodegradasi dari sejumlah senyawa organik sintetik telah
dicobakan dalam rhizosphere. Fokus percobaan terhadap proses
biodegradasi herbisida-herbisida dan beberapa insektisida yang banyak
digunakan dalam pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan biodegradasi dalam rhizosphere telah dapat diamati pada
beberapa senyawa, antara lain: 2,4_D herbisida, parathion, karbofener,
diazinon, volatile aromatic alkil dan aril hidrokarbon, klorokarbon, dan
surfaktor. Selain itu peningkatan biodegradasi dari PAH (Polycyclic
136

Aromatic Hydrocarbon) tampak dalam lahan tanaman rumput yang luas


yang mengandung rhizosphere.

5.4.2. Aktivitas Pertanian dan Kesehatan


Beberapa ahli mengemukakan bahwa tanah telah member efek
nyata pada kesehatan, seperti efek dari kekurangan unsur-unsur hara mikro
yang terkandung dalam bahan makanan terhadap kesehatan manusia. Salah
satu contoh adalah selenium, Se, yang bersifat toksis pada dosis tinggi tapi
sangat dibutuhkan dalam konsentrasi mikro. Kekurangan undur mikro ini
memberikan efek yang merugikan bagi binatang juga manusia.
Terhadap kolerasi yang posisitf antara kondisi geografi tanah
dengan kejadian atau tumbuhnya kanker pada manusia. Suatu insiden yang
mengagetkan dari tumbulnya kanker usus yang terjadi dibeberapa daerah
pertanian dengan tipe/jenis tanah tertentu di Negara Belanda, Amerika
Serikat, Perancis, Wales, dan Skandinavia. Jenis tanah di daerah ini
mengandung bahan organik cukup tinggi, bersifat asam dan sering
mengalami “Waterlogged”. Terjadi penyakit kanker karena penduduk
mengkonsumsi bahan makanan yang ditanam di sekitar rumah di lahan
tersebut juga mengkonsumsi air yang hanya berasal dari satu sumur pada
lahan yang sama. Salah satu penyebab dari terjadinya kanker usus (Stomach
Cancer-producing soil) ini adalah terbentuknya metabolit sekunder oleh
tanaman dan mokroorganisme. Metabolit sekunder merupakan senyawa
biokimia yang terbentuk dari precursor metabolit primer ketika metabolit
primer terakumulasi ke tingkat yang lebih rendah, oleh karena itu sangat
penting adanya penelitian-penelitian terhadap tanah pertanian.

5.4.3. Erosi dan Pelumpuran


Kualitas tanah menurun selain disebabkan oleh terjadinya
pencemaran, juga disebabkan oleh erosi. Erosi dapat menyebabkan
merosotnya produktifitas lahan, rusaknya lingkungan, terganggunya
keseimbangan estetika, serta pencemaran lingkungan hidup. Bila keadaan
lebih parah lagi akan terbentuk lahan kritis.
Erosi perpengaruh terhadap penurunan produksi tanah akibat :
137

 Pemiskinan tanah/hilangnya tanah lapisan atas


 Memburuknya sifat fisik dan kimia tanah
 Berkurangnya aktivitas biologi tanah
 Tertutupnya tanah lapisan atas
Erosi mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah yang lebih asam
(pH randah), terbetuknya lapisan dengan kandungan aluminium yang lebih
tinggi, menurunkan bahan organik (C) dan nitrogen (N), unsur-unsur hara
lebih rendah, dan terbentuknya lapisan bawah yang lebih padat.
Dengan terjadinya erosi ini maka menimbulkan pelumpuran sistem
irigasi di samping terjadinya pencemaran air dan berkurangnya kapasitas
waduk. Arosi tanah dan pelumpuran aliran sungai makin lama makin
bertambah, salah satu penyebabnya dalah pengundulan hutan di hulu sungai
dan fotografi/ kemiringan tanah.

5.4.4. Limbah Padat Atau Sampah


Istilah sampah diberikan kepada barang-barang atau bahan-bahan
buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak
terpakai dalam bentuk padat. Sampah merupakan campuran dari berbagai
bahan baik yang tidak berbahaya seperti sapah dapur (organik) maupun
bahan-bahan berbahaya yang banyak dibuang oleh pabrik dan rumah tangga
yang dapat digunakan kembali atau didaur ulang maupun yang tidak dapat
didaur ulang.
Dengan meningkatnya populasi penduduk di setiap daerah/kota
maka jumlah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga semakin
meningkat. Hal ini menjadi masalah besar bagi kota-kota besar yang padat
penduduknya seperti Jakarta, dalam menangani sampah yang dihasilkan
setiap harinya. Penanggulangan sampah secara tuntas belum dapat
dilakukan dan umumnya dibuang pada penimbunan sampah terbuka
(open Dumping) atau sanitary landfield. Sampai saat ini Kota Jakarta masih
“menyewa” lahan dibekasi untuk menempatkan sampahnya dengan biaya
sewa yang cukup mahal pertahunnya.
138

Secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan Negara


hampir sama, yaitu :
Kertas dan katun + 35%
Logam + 7%
Gelas + 5%
Sampah halaman dan dapur + 37%
Kayu + 3%
Plastik, karet dan kulit + 7%
Lain-lain + 6%
Dampak negatef dari sampah-sampah tersebut dapat terjadi di
tempat penampungan sementara (TPS) yang terdapat di setiap wilayah
seperti di tempat penampungan akhir (TPA). Dampak negatif di TPS
biasanya dalam bentuk bau yang kurang sedap karena terjadi penguraian
secara anerob, kumpulan lalat di atas sampah yang dapat menimbulkan
berjangkitnya penyakit dan estetika. Tempat penampungan sampah akhir
(TPA) dalam bentuk penimbunan sampah terbuka akan menimbulkan
dampak negatif yang lebih besar karena selain bau yang tidak sedap yang
berasal dari penguraian secara anaerob dari komponen-komponen sampah,
seperi gas H2S, NH3, CH4, juga dapat terjadi rembesan dari proses
“leaching” logam-logam berbahaya ke dalam air tanah atau sumber air.
Untuk menanggulangi pencemaran tanah akibat penumpukan
sampah ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui program 3
R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Program Reduce artinya mengurangi atau
mereduksi sampah yang akan terbentuk. Hal ini dapat dilakukan bila ibu-ibu
rumah tangga kembali ke pola lama yaitu membawa keranjang belanja ke
pasar. Dengan demikian jumlah kantong plastik yang dibawah ke rumah
akan berkurang (terreduksi). Selain itu bila setiap orang menggunakan
kembali saputangan dari pada tissue, di samping akan mengurangi sampah,
dengan tidak menggunakan sampah tissue dapat terjadi penghematan
terhadap bahan baku untuk tissue, yang tidak lain adalah kayu dari hutan.
Kalau setiap orang melakukan hal tersebut berapa ton sampah akan
terreduksi per bulan dan berapa hutan yang dapat terselamatkan.
139

Re-use, adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah


terbentuk seperti penggunaan bahan-bahan plastik/kertas bekas untuk
benda-benda souvenir, bekas untuk tempat pot atau kursi taman, botol-botol
minuman yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya.
Proses Recycle agak berbeda dengan kedua program sebelumnya.
Dalam hal ini sampah sebelum digunakan perlu diolah ulang terlebih
dahulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur-ulang seperti kertas
atau plastik bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas
dan sampak organik yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur ulang
menjadi kompos (pupuk). Proses daur ulang ini juga dapat mengubah
sampah menjadi energi panas yang dikenal dengan proses insenerasi.
Insenerasi sederhana sudah dilakukan oleh beberapa industri di Jakarta yaitu
menggunakan limbah padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan air
limbahnya tidak dibuang ke tanah tapi digunakan sebagai bahan bakar
setelang mengalami pengeringan.
Untuk mendaur ulang bahan-bahan kertas, plastik, atau logam,
dibutuhkan sampah dalam keadaan bersih artinya tidak tersampur antara
satu bahan dengan bahan lainnya. Ini berarti setiap orang harus memilih
sampah sebelum dibuang ke tampat sampah. Pemisahan sampah dapat
dilakukan antara sampah organik biodegradable seperti sampah dapur
dengan nonbiodegradable seperti plastik. Selain itu dipisahkan antara kertas
bekas, plastic bekas, karton, dan sebagainya dari pecahan kaca atau logam.
Hal ini telah dilakukan oleh beberapa Negara maju seperti Australia,
Canada (yang dikenal dengan Blue Box System), dan Negara-negara eropa.
Dengan sistem kota biru ini yaitu pemilihan sampah untuk di daur ulang
yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga di Ontario-Canada pada tahun 1990
telah menghasilkan 14% dari seluruh sampahnya dpat didaur ulang atau
sekitar 260.000 ton sampah.
Oleh kerana itu sudah waktunya penghun setiap rumah di
Indonesia khususnya di kota-kota besar untuk melakukan pemilahan
sampahnya sebelum dinuang ke tempat pembuangann sementara (TPS)nya
masing-masing. Selain itu juga dapat diharapkan turutserta dalam program
140

Re-duce dan Re-use sampah. Dengan demikian, bila selurhn warga


melaksanakan ketiga program tersebut (3R) maka masalah pencemaran
tanah oleh sampah akan berkurang.
141

BAB. VI
BEBERAPA UNSUR PERUNUT BUMI

6.1 PENDAHULUAN
Dalam ilmu lingkungan, bumi disebut sebagai “The geochemical
environment” atau lingkungan geokimia. Dalam bab ini kita akan
membicarakan beberapa unsur bumi yang telah diketahui dapat
menmbulkan pencemaran terhadap lingkungan, terutama tempat
terdapatnya, tabiatnya dalam lingkungan secara kwalitatif.
Kulit bumi mengandung 88 jenis unsur dalam alam dengan
berbagai macam kombinasi. Unsur yang paling banyak dalam oksigen dan
silikon (46% dan 28%). Unsur lain terdapat lebih sedikit jumlahnya.
Beberapa analisis tehadap batuan granit menghasilkan 67% silikon dioksida,
15% aluminium kosida, 14% terdiri atas besi oksida, kalsium oksida,
natrium oksida, kalium oksida, sedangkan unsur lainnya berjumlah sekitar
4%.
Tanah pertanian adalah hasil menguraian batuan gunung selama
jutaan tahun, dan kini dapat memberikan bahan makanan kepada kita secara
tidak langsung, yakni melalui tetumbuhan hijau yang mengumpulkan
nitrogen, fosfor, dan kalium. Jumlah ketiga unsur tersebut menunjukkan
produktivitas suatu areal tanah. Dan kita mengharapkan bahwa unsur yang
jumlahnya banyak tidak akan beracun, atau tidak membahayakan hidup.
Dan kenyataannya memang demikian. Kecuali ketiga unsur di atas, tanaman
juga memerlukan unsur lain dalam jumlah yang kecil, misalnya seng, besi
dan mangan. Jika unsur itu tidak ada, tanamanpun tidak bisa berkembang
dan ekosistem akan terganggu.
Masalah yang menarik perhatian kita disini ialah adanya unsur
kimia yang kecil sekali kadarnya dalam bumi dan dapat menimbulkan
pencemaran, tetapi sering kali dibutuhkan oleh semua organisme yang hidup
di dunia ini, yaitu yang disebut “unsur perunut”.
Kadar beberapa unsur pada kulir bumi tercantum dalam daftar di
bawah ini.
142

Tabel. 6.1 Kadar beberapa unsur pada kulit bumi.


Aluminium 81.000 ppm Besi 50.000 ppm
Magnesium 20.900 ppm Krom 200 ppm
Nikel 90 ppm Wolfram 69 ppm
Tembaga 70 ppm Timbal 16 ppm
Seng 220 ppm Timah 40 ppm
Molibdenun 15 ppm Merkuri (air raksa) 0,5 pp,
Perak 0,1 ppm
Sumber : R. Sunarya Masrun, 1980

6.2 UNSUR PERUNUT


Beberapa jenis unsur dalam batuan terdapat sedikit sekali
jumlahnya, dan unsur tersebut biasanya terdapat dalam tanah atau air
dengan kadar yang sangat rendah, walaupun kadang-kadang terdapat dengan
kadar yang tinggi. Karena kadarnya seringkali sangat rendah, unsur itu
disebut “unsur perunut” ( trace elements).
Beberapa unsur perunut merupakan unsur esensial bagi
pertumbuhan dan kesehatan tetumbuhan, besi, mangan dan yodium hanya
sedikit diperlukan oleh hewan. Dan unsur lain lebih sedikit lagi
diperlukannya, seperti tembaga, seng, molibdenun dan kobal. Beberapa
unsur seperti vanadium, barium, strontium, sislikon dan nikel adalah
esensial bagi beberapa jenis hewan.
Sejumlah unsur tersebut diatas telah dihetahui apa fungsinya dalam
organisme, tetapi masih ada beberapa yang terdapat dalam jaringan
tetumbuhan dan hewan belum diketahui fungsi biologisnya. Umpamanya
timbal, merkui, kadmium, aluminium, dan timah. Beberapa unsur itu juga
ada yang bersifat racun. Gejala keracunan yang disebabkan kontak dengan
unsur perunut telah banyak dijumpai. Arsen, timbal, kadmium, antimon dan
berilium dapat menyebabkan kematian tiba-tiba dalam pabrik.
Unsur perunut yang lain dapat menyababkan keracunan kronis.
Unsur perunut yang paling berbahaya ialah air raksa. Di samping enam
unsur yang tersebut di atas, sejumlah unsur di bawah ini dapat menimbulkan
kemudaratan, yaitu : seng, tembaga, thorium, kobal, rutenium, selenium
telebrium, bor, timah, stromtium, cesium, barium, magnesium, tallium,
143

ytarium, rubidium, cerium, molibdenun, osmium, vanadium dan bismuth


(Sunarya Masrun, 1980).
Disamping tanah, subekosistem lain pun dapat menjadi sumber
untuk perunut yang merupakan bahan pencemar, misalnya bahan bakar fosil
(minyak bumi, dan batubara) adalah sumber yang utama yang selalu
melepas unsur tersebut ke lingkungan. Dalam satu tahun lingkungan hidup
ini menerima ribuan ton logam perunut berupa kadmium, timbal, nikel,
raksa dan selenium.
Unsur beracun sukar didegradasi atau ditirunkan sifat racunnya.
Sedangkan unsur itu dapat dijumpai dan terakumulasi dalam tanah, air, atau
persediaan makanan dengan kadar yang berbahaya.
Pada tabel 6.2 tercantum enam unsur logam yang berbahaya dalam
lingkugan dengan penyakit yang ditimbulkannya.
Tabel. 6.2. Logam Perunut Berbahaya
Unsur Sumber Pengaruh terhadap
kesehatan
Nikel Minyak disel (solar), Kanker (dalam bentuk
minyak residu, batubara,
karbonil).
asam rokok, bahan kimia,
katalis, baja dan paduan
logam.

Berilium Batubara industri Kanker, sistem akut dan


kronis.

Arsen Batubara, minyak bumi Dapat menyebabkan


detergen, pestisida, kanker
tailing, pertambangan

Selenium Batubara, belerang Kerusakan gigi, kanker


pada tikus.

Rasksa Batubara, baterei, Kerusakan saraf, kematian,


Timbal industri, asap knalpot, cat kerusakan otak, gila.

Sumber : R. Sunarya Masrun, 1980


Beberapa unsur perunut dalam bumi ada yang sudah diketahui
sejak dulu. Para pengolah logam zaman dulu telah mengetahui tujuh macam
logam seperti emas, perak, tembaga, raksa, timbal, timah dan besi. Raksa
144

dan timbal sudah lama diketahui sebagai unsur beracun dan digunakan sejak
zaman dulu. Kedua unsur itu merupakan bahan pencemar yang kuat dan
banyak menimbulkan kemudaratan. Unsur perunut lainnya hanya dalam
keadaan tertentu dapat mencemari lingkungan. Di bawah ini hanya beberapa
unsurperunut yang akan dibicarakan termasuk raksa, timbal, kadnium, krom,
arsen, selenium dan tembaga.

6.3 TEMBAGA
Tembaga adalah unsur perunut yang penting dan sering terdapat
sebagai contoh ion Cu++ dalam air atau sebagai ion kompleks. Air
permukaan hanya mengandung sekitar 0,05 ppm tembaga. Jika kadar
tembaga dalam air tinggi, maka penyebabnya adalah karena pencemaran
dari luar, atau pemekatan oleh mikroorganisme (jasad renik) yang terdapat
dalam air. Pengaruh tembaga terhadap organisme air sangat variabel,
bergantung kepada jenis organisme dan pengaruh kondisi fisik serta susunan
kimia air.
Beberapa jenis jamur, gang-gang, dan bakteri sangat peka terhadap
tembaga. Sedangkan organisme yang tinggi derajadnya kurang peka
terhadap tembaga. Oleh karena itu beberapa macam senyawa tembaga
digunakan sebagai fungsida dan algasida, 8.000 ton pertahun senyawa
demikian digunakan di Amerika.
Tembaga masuk dalam badan ikan melalui insang yang kemudian
diserap saluran makana, sebagian diambil oleh liver, dan sebagian lagi
muncul dalam darah dalam bentuk ikatan dengan protein cerulplasmin.
Akan tetapi akumilasi tembaga dalam rangkaian makanan akuatis tidak
nampak, artinya kadar tembaga tidak terus meningkat.
Sesungguhnya tembaga diperlukan sekali oleh mahluk hidup demi
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatannya. Unsur itu esensial sebagai
mikronutrion (makanan yang hanya sedikit saja jumlahnya yang
diperlukan). Kadar yang relatif tinggi dapat diteleransi oleh kebanyakan
hewan, termasuk verterbrata.
Keracunan tembaga pada manusia sangat jarang. Kadar tembaga
yang agak tinggi mempunyai daya racun (toksisitas) karena afinitasnya
145

terhadap gugusan amino, tio dan imino dalam tubuh. Jika ikan keracunan
tembaga, yang kena adalah insangnya. Toksisitas tembaga sulfat kepada
ikan dalam air tawar atau air permukaan biasanya disebabkan karena
penggunaan garam tersebut sebagai fungisida atau algasida.
Hewan berdarah tinggi dapat keracunan tembaga secara kronis
dengan gejala gangguan ginjal dan liver. NAB tembaga dalam air
bergantung kepada penggunaan air tersebut :
Air untuk persediaan domestik 1,0 ppm
Irigasi 0,1 ppm
Ikan dan organisme air 0,02 ppm
Air laut 0,05 ppm.

6.4 KROM (KROMIUM, Cr)


Krom adalah unsur transisi yang menduduki kotak no.24 dalam
sistem periodik. Unsur yang mengkilat seperti perak ini mula-mula
dipisahkan oleh Nocolas Louis Vauquelin seorang ahli kimia Perancis pada
tahun 1977 dari persenyawaannya yang berwarna merah, kuning dan hijau.
Unsur baru itu diberi nama “Chromium”. Kata itu berasal dari kata Yunani
“chroma berarti “warna”.
Beberapa persenyawaan krom banyak digunakan sebagai pigmen
pada cat, seperti hijau krom adalah kromtrioksida, merah krom, kuning
krom dan jingga krom adalah campuran timbal kromat dan bikromat.
Bagian mobil yang mengkilat adalah logam krom yang dilapiskan kepada
logam lain. Krom atau persenyawaannya juga digunakan untuk menyamak
kulit, pembuatan cat, zat warna, kertas, bahan peledak, alat potrek dan hasil
industri lainnya.
Garam krom dapat menimbulkan penyakit kulit, yang disebut
“borok krom”. Borok ini biasanya tambah lama tambah dalam. Krom tidak
diperlukan olek tubuh dan tidak berakumulasi dalam tubuh. Maka jika
dibandingkan dengan raksa atau timbal, krom ini kurang beracun hanya
krom bervalensi enam berbahaya. Persenyawaan krom bervalensi
kebanyakan berwarna kining dan merah. WHO menentukan NAB untuk
146

Cr6+ sebesar 0,05 ppm, dan tidak ada untuk Cr3+. Toksisitas garam krom
terhadap organisme air adalah variabel bergantung kepada jenis dan
kondisinya. Ikan misalnya relatif tahan terhadap krom dibandingkan dengan
jenis mahluk yang lebih rendah derajatnya. Penelitian laboratorium
menunjukkan bahwa ikan dapat menahan kadar krom 1 ppm.

6.5 KADMIUM (Cd).


Kadmium adalah unsur transisi pada kotak no.48 dalam sistem
periodik, dapat dijumpai dalam bentuk ion Cd++, atau ion kompleks.Jika
masuk ke dalam tubuh dapat terakumulasi dalam liver dan ginjal dan dapat
menyebabkan keracunan kronis.
Kasus pencemaran yang menyababkan keracunan kronis oleh
kadmium pernah terjadi di Negeri Matahari terbit Jepang di sepanjang
sungai Jintsu. Penyakit yang timbul terkenal dengan mana penyakit “itai-itai
(artinya berteriak-teriak karena sakit yang tiba-tiba). Penderita mengalami
gangguan hebat pada ginjal, hati dan tulang yang kadang-kadang membawa
kematian. Pencemaran ini adalah pencemaran air oleh limbah industri
pertambangan kadmium, seng dan timbal. Industri tersebut membuang air
limbah ke sungai Jittsu. Disebelah hilir para petani menggunakan air sungai
itu untuk mengairi sawah. Pabrik itu mulai bekerja ketika perang dunia ke
II. Para petani merasa dirugikan karena hasil panen yang memburuk. Dan
mereka tidak menyadari bahwa penyakit yang timbul di daerah itu ada
hubungannya dengan air yang telah kena pencemaran logam. Baru ketika
Dr. Jun Kobayashi dari fakultas pertanian Universitas Okayama
menganalisa tulang dan ajringan lain pada korban, diketahui ada kerusakan
pada ginjal dan demineralisasi tulang oleh kadmium. Kadmium ini terserap
oleh nadi dan air yang dikonsumsi oleh penderita. Gejala penyakit yang
disebabkan kadmium timbul setelah tubuh itu beberapa tahun menyerap
unsur tersebut. Percobaan laboratorium dengan hewan percobaan
menunjukkan penyakit itai-itai yang khas. Disamping itu dapat ditunjukan
bahwa pemasukan Zn, Pb dan C dalam tubuh lama-lama menyebabkan
kehilangan mineral dari tulang. Para ahli juga menemukan terjadinya
pencemaran tanah oleh ketiga unsur tersebut di daerah sekitar tungku
147

peleburan. Kemudian air limbah pabrik dibersihkan dulu sebelum dibuang


ke lingkugan. Setelah itu penyakit itai-itai jadi berkurang.
Kadmium terdapat dalam satu golongan dengan seng dan raksa,
tidak mengherankan sering dijumpai sebagai kotoran dalam bijih seng atau
timbal. Kadmium digunakan dalam metalurgi sebagai bahan logam paduan
dengan tembaga, timbal, perak, aluminium dan nikel. Kadmium digunakan
juga dalam penyaduran logam, pembuatan pigmen, keramik, alat fotografi,
reaktor atom. Penyabaran ke lingkugan dapat berasal dari industri kimia,
tembaga timbal, industri tekstil dan air limbah umumnya kadmium juga
terdapat dalam asap rokok. Analisa terhadap beberapa sampel susu
dipasarkan menunjukkan adanya kadmium yang melebihi standar air
minum, tapi sumbernya belum diketahui betul.
Kadmium tidak mempunyai fungsi biologis dalam tubuh, unsur ini
merupakan racun walaupun dalam jumlah kecil. Banyak hal melaporkan
kematian disebabkan karena makan atau minum yang kemasukan kadmium.
Sifat yang membahayakan ialah bahwa kadmium dapat terakumulasi dalam
beberapa jaringan tubuh, seperti liver, ginjal, tulang pankreas dan kelenjar
gondok, dan kadmium sukar dikeluarkan dari badan. Beberapa jaringan
tanaman dan hewan mengandung sedikit kadmium. Makanan yang berasal
dari laut merupakan sumber kadmium dalam makanan.
Suatu bahaya lagi yang dapat ditimbulkan kadmium adalah karena
sifatnya yang sinergis (Synergistically) dengan zat lain untuk menambah
daya racunnya. Sinergisme oleh kadmium telah diketahui berlaku terhadap
seng, sianida dan mungkin selenium. Daya racun dan efek pencemaran
kadmium masih memerlukan penelitian lebih lanjut, karena sampai kini
belum banyak data tentang itu. Publik Health Service Amerika menentukkan
NAB kadmium 0,01 ppm bagi air minum, sedangkan WHO menentukkan
0,05 ppm.
148

6.6 ARSEN (As)


Efek racun arsen terkenal sangat kuat. 100 mg arsen dapat
menyebabkan seseorang keracunan gawat dan 130 mg dapat mengakibatkan
mati. Racun dapat berakumulasi dalam tubuh, sehingga dosis yang kecilpun
akhirnya dapat mematikan. Namun demikian arsen masih dapat keluar dari
tubuh, satu dosis yang sangat kecil dapat hilang dalam waktu sekitar 10 hari
akan tetapi jika pengisapannya terus-menerus dapat keracunan secara
kronis. Keracuna arsen dapat terjadi dengan tiga cara : (1) mengisap atau
kontak dengan debu senyawa arsen anorganik, (2) mengisap arsen hidrida,
dan (3) kontak dengan senyawa arsen organik.
Arsen adalah unsur yang bersifat amfoter, dapat bertindak sebagai
logam ataupun sebagai bukan logam. Arsen tidak diperlukan dalam
makanan karena tidak ada fungsinya atau peranannya dalam tubuh, akan
tetapi unsur ini tersebar dalam alam, terdapat dalam air ataupun makanan.
Arsen terdapat dalam sayur dan buah-buahan.
Beberapa organisme laut, terutama ubur-ubur cenderung menyerap
dan menimbun arsen dalam badannya, dapat melebihi 100 ppm, udang dan
sejenisnya mengandung sekitar 100 ppm. Sebelum ada insektisida yang
modern senyawa arsen digunakan untuk memelihara tanaman, “Food
Standard Committee” dari Inggirs menetapkan NAB arsen dalam makanan
sebagai 1 ppm, dan 0,1 ppm bagi minuman. Arsen hampir selalu terdapat
dalam tanah, kadarnya sangat variabel sampai 500 ppm. Arsen diperlukan
oleh tumbuh-tumbuhan untuk perkembangannya dalam jumlah yang sangat
kecil, dan akan berbahaya bagi tumbuhan itu jika kadarnya terlalu tinggi.
Efek utama adalah kerusakan klorofil 1 mg/kg (1 ppm) arsen dalam air
dapat mematikan tumbuh-tumbuhan. Kacang-kacang dan ketimun sangat
peka terhadap arsen. Tanaman yang lain seperti rumput dan gandum lebih
tahan.
Persediaan air dalam alam banyak yang mengandung arsen
melebihi NAB nya. Pada tahun 1942 “US Public Health Service”
menetapkan NAB Arsen = 0,05 mg/kg, yang diubahnya pada tahun 1962
menjadi 0,01 mg/kg dalam air minum. Pada tahun 1971 majalah geological
149

Survey melaporakan bahwa banyak persediaan air beberapa kota di Amerika


mempunyai kadar arsen lebih tinggi dari NAB nya, seperti diusulkan “US
Public Health Service”. Penelitian terhadap 720 aliran singai, ternyata 2%
dari sampel mengandung 0,05 ppm. Arsen di New Zealand mengakibatkan
banyak ternak mati karena minum air yang mengandung arsen dengan kadar
yang terjadi dalam alam. Disamping itu penduduk di daerah New Zealand
banyak mengalami kanker kulit karena minum air sumur yang kadar arsen
tinggi. (R. Sunarya Masrun,1980)
Dalam industri, persenyawaan arsen dijumpai pada peleburan dan
pencucian bijih, sublimasi arsen pituh (suatu alotrop arsen), pada pembuatan
racun serangga dan racun jamur. Cupri arceto arsenit digunakan sebagai
racun hama tanaman dan buah-buahan, juga sebagai racun tikus.
Pencegahan perncemaran arsen dalam industri dilakukan dengan
menekan jumlah debu arsen di udara. Obat keracunan arsen ialah BAL
(British Anti Lewisito).

6.7 SELENIUM (Se)


Selenium adalah unsur no. 34 dalam sistem periodik dan terdapat
pada golongan yang sama dengan belerang (no. 16), oleh karena itu
sifatnya hampir sama dengan belerang. Perbedaannya ialah : (1) belerang
merupakan unsur bukan logam, tetapi selenium cenderung mempunyai
karakteristik logam dan (2) selenium mempunyai fungsi biologis yang
karekteristik dari belerang.
Selenium merupakan contoh yang baik sekali untuk melihat
keseimbangan yang terjadi dalam alam antara efek yang menguntungkan
dan efek yang merugikan itu ditentukan oleh kadar selenium yang terdapat
dalam lingkugnan. Telah diketahui dari hasil penelitian, selenium
merupakan mikronutrien yang esensial bagi beberapa jenis tumbuhan,
tetapi sampai kadar tertentu. Jika kadar itu dilampaui sedikit saja, maka
unsur itu akan merupakan racun bagi tumbuhan tersebut.
Selenium banyak dijumpai dan digunakan dalam industri. Selenium
dapat dihasilkan dalam jumlah besar sebagai hasil sampingan pabrik asam
150

sulfat, karena sering dijumpai bersama-sama dengan belerang. Akan tetapi


unsur itu sebenarnya merupakan kotoran yang tidak dikehendaki karena
berbahaya bagi para pekerja dalam industri yang mungkin tidak
menyadarinya. Hasil buangan atau persenyawaan selalu merupakan
masalah. Pelimpahan air sungai akan menyebabkan rusaknya kesehatan
penduduk yang gawat walaupun diencerkan lebih dahulu. Pembakaran
hasil buangan juga tidak dapat dilakukan dekat pemukiman, karena
selenium dioksida yang dihasilkan barbau tidak sedap, seperti bau “borok
kuda”. Cara yang praktis untuk mencegah pencemaran air dan udara ialah
dengan me “recovery” unsur tersebut.
Senyawa selenium pernah digunakan sebagai pestisida tetapi
kemudian dihentikan karena barbahaya keracunan dari residu yang
tertinggal pada tanamannya. Pestisida selenium ini adalah pestisida
anorganik, dan satu-satunya yang memperlihatkan sifat “Sistemik”,(dapat
merusak semua jenis jaringan tetumbuhan).
Salah satu keracunan kronis pada ternak terjadi oleh pemberian
makanan dari tumbuhan yang menimbun selenium. Efek keracunan itu
nampak jika makanan itu terus menerus diberikan selama beberapa
minggu atau bulan, walaupun kadar selenium rendah sekitar 25 ppm.
Penyakit yang timbul disebut penyakit alkali, ditandai oleh
kelesuan, seperti dungu dan kurus. Kuda yang keracunan selenium
menunjukkan gejala sebagai berikut : rambut pada ekor dan tengkuknya
rontok, kukunya tumbuh abnormal, tampak penderita kesakitan yang
hebat, malas makan dan minum, dan kemudian mati. Penyakit alkali telah
lama dijumpai pada ternak yang makan rumput di daerah Dakota Selatan
dan Nebraska, Amerika Serikat. Tanah di daerah ini mengdung selenium
dengan kadar lebih atau agak tinggi dan meracuni makanan.
Selenium banyak dijumpai dalam batuan gunung yang terbentuk
zaman lampau (+ 100 juta tahun yang lalu). Penyebaran selenium dapat
terjadi ketika batu gunung itu mengalami pelapukan dan erosi. Tanah yang
mengendap di tempai yang agak jauh dari gunung tadi mempunyai kadar
selenium yang tinggi. Garam selenium dapat terbawa arus air, sehingga
151

kadar selenium tinggi tidak terdapat di daerah yang banyak curah hujan,
tetapi di daerah kering. Beberapa tumbuhan tertentu yang dapat nenimbun
selenium dalam jaringannya dapat dijadikan indikator untuk tanah yang
banyak mengandung selenium (seleniferos).
Penelitian terhadap rakyat yang hidup di daerah seleniferos di
Dakota Selatan dan Nebraska pada tahun 1936 menunjukkan banyak
gejala penyakit radang usus, dan air seni yang banyak mengandung
selenium. Selenium ada dijumpai dalam gandum, telur, susu dan sayuran
yang dimakan penduduk. Penduduk Mexico di daerah Irapuate selama 200
tahun banyak yang menderita sakit yang belum diketahui apa sebabnya.
Tetapi akhirnya dapat didemontrasikan bahwa sebabnya adalah keracunan
selenium. Sayuran di daerah tersebut dapat mengandung sampai 70 ppm
selenium (R. Sunarya Masrun,1980).
Di samping itu selenium terdapat juga dalam sigaret, serutu dan
tembakau umumnya. Selenium juga terdapat dalam kertas karena
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Pada
kertas koran rata-rata terdapat 8,5 ppm selenium, dan terlepas lagi ke
lingkungan pada waktu pembakaran sampah kertas. ACGIH menganjurkan
NAB untuk selenium 0,02 mg/M3 udara, dan 0,01 ppm dalam air.

6.8 TIMBAL (= TIMAH HITAM, Pb).


Timbal adalah unsur logam yang menempati kotak no. 82 dalam
sistem periodik, dan terdapat sebagai golongan utama. Kulit bumi
mengandung sekitar 16 ppm Pb, sedangkan batu-batuan sangat variabel.
Pb dalam alam terdapat sebagai unsur atau persenyawaan, tidak ada
lingkungan yang bebas dari Pb karena tersebar. Sedangkan aktivitas
manusia menyababkan Pb dalam lingkungan senantiasa bertambah. Kadar
Pb dalam udara, air, tanah, air minum dan makanan nampak lebih besar
dari pada sebelum ada kebudayaan manusia. Bijih Pb yang utama adalah
Galena, PbS. Timbal merupakan racun bagi mahluk hidup termasuk
manusia.
152

6.8.1 KERACUNAN TIMBAL (PLUMBISME)


Timbal telah diketahui sejak zaman Romawi dan Yunani kuno
sekitar 500 tahun sebelum masehi. Dalam buku farmakopi zaman Kaisar
Nero tercantum penyalit mulas yang disebabkan keracuna timbale. Pada
zaman itu berkembang perindustrian dan pertambangan timbal, daerah
kontak timbal dengan lingkungan sangat luas. Orang Romawi dan
menyukai warna merah meni yang disebut :Pompeian Red”, yaitu tidak
lain Pb304, “White Lead”, adalah Pb (0H2), PbC03 yang digunakan sebagai
cat. Pembuatan bahan-bahan itu merupakan sumber penyebaran timbal dan
senyawaannya, berupa uap, debu, ataupun larutan.Orang Romawi
menggunakan Pb untuk membuat pipa air, dan ini akan menimbulkan
pencemaran air dan epidemi keracunan Pb. Zaman Romawi boleh disebut
zaman kebudayaan Pb, karena kecuali yang disebutkan di atas Pb juga
masih banyak lagi digunakan lagi sebagai tempat minum, masak makanan
dan sebagainya, sehingga peracunan oleh Pb yang pada waktu itu banyak
diketahui sampai di mana meluasnya. Pb juga sering ditambahkan kepada
anggur sebagai pemanis dan pengawet.
Plumbisme (atau keracunan oleh Pb) terus berlangsung sepanjang
sejarah. Pada tahun 1831 s/d 1839, di Paris terjadi 1217 kasus plumbisme,
hal ini disebabkan karena kebiasaan di Perancis yang menambahkan Pb
dalam anggur untuk mencegah pembusukan dan mempercepat fermentasi.
Di Inggris banyak kasus plumbisme karena minuman dari buah apel yang
di simpan dalam wadah terbuat dari Pb, sedangkan di Spanyol karacunan
itu disebabkan makanan yang dimasak dengan alat masakan yang
bercampur Pb.
Penelitian efek kronis Pb rendah belum berhasil sepenuhnya, cara
yang baik untuk melakukan percobaan itu juga belum diketahui. Mungkin
hal itu disebabkan oleh karena keracunan Pb agak sukar ditanggapi, karena
gejalanya beraneka ragam, sedangkan sering terjadi pengambilan
kseimpulan yang keliru terhadapa sebab beberapa penyakit yang
tampaknya tidak ada hubungannya.
153

Pada tahun 1900 di Inggris terjadi peristiwa dramatis yang diduga


keracunan Pb, sekitar 6000 orang menderita penyakit, 70 orang meninggal
di daerah Manchester penyelidikan menunjukkan bahwa terjadi epidemi
keracunan dari bir. Diduga bir itu mengalami pencemaran oleh As atau Pb.
Mulai tahun 1892 Pb arsenit sudah digunakan sebagai obat anti hama pada
tanaman apel dan peer. Hal ini menyebabkan buahnya dilapisi senyawa iti
dan menyukarkan pemasaran.

6.8.2 BEBERAPA SUMBER Pb


Banyak jenis industri yang merupakan sumber zat pencemar Pb
karena menggunakan Pb atau persenyawaan sebagai bahan diantaranya :
industri pengolahan bijih Pb dan bijih logam lain yang mengandung Pb,
pabrik cat yang menggunakan senyawa Pb, pabrik baterai, percetakan,
pabrik amunisi dan solder dan sebagainya. Di samping itu rokok (asapnya)
dapat mengeluarkan debu Pb walaupun kurang berbahaya dari pada Pb
arsenat yang digunakan sebagai insektisida.
Asap knalpot kendaraan bermotor yang menggunakan bensin
sebagai bahan bakar merupakan sumber utama Pb yang terdapat dalam
lingkungan. Dalam tahun 1970, menurut penelitian USBM (United States
Bureau of Mines) digunakan sebanyak 300 juta kg Pb untuk membuat zat
antiknok yang dicampurkan dalam bensin. Kendaraan bermotor diseluruh
dunia diperkirakan melepas Pb ke udara sebanyak 1 juta kg pertahun. Zat
antiknok yang dibutuhkan dalam bensin ialah senyawa Pb organik yang
tetraetil timbal (TEL), zat sangat beracun. Oleh karena itu bensin yang
dibubuhi TEL biasanya diberi warna supaya mudah dikenal. Jumlah TEL
yang dibubuhkan berbeda-beda bergantung kepada tinggih rendah angka
oktan bensin bersangkutan. Makin tinggi angka oktan makin banyak TEL
rata-rata sampai 0,05% volume bensin, atau sekitar 0,4 gram Pb/liter
bensin. Kini kadar Pb dalam bensin dicoba untuk diturunkan lagi dengan
memodifikasi mesin supaya bisa memakai bensin dengan angka oktan
rendah. Tujuannya ialah menghilangkan Pb sama sekali dari bensin.
TEL adalah satu-satunya zat aditif yang dikehendaki pada bensin,
karena menghasilkan Pb0 pada pembakaran. Oksida ini mudah terurai
154

menjadi Pb yang mengendap dalam ruang pembakaran. Endapat tersebut


dapat mempercepat korosi. Untuk mencegah korosi ini kepad bensin itu
dibubuhkan pula senyawa klor dan brom, sehingga pada pembakaran
dihasilkan PbCl2 dan PbBr2 atau PbClBr yang tahan terhadap reduksi dan
bisa keluar dari knalpot. Persenyawaan halogen yang ditambahkan
biasanya etilin bromida dan etilin klorida. Senyawa Pb hasil pembakaran
terlepas ke uadara sebagai aerosol, dalam bentuk debu.

6.8.3 EFEK FISILOGIS Pb


Di atas telah kita bicarakan tentang berbagai jejak Pb dan akibatnya
dalam lingkungan. Mungkin anda masih ingin tahu apa sebab dan
bagaimana Pb dapat mengganggu kesehatan seseorang. Marilah kita ikuti
pembicaraan di bawah ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pb mempunyai efek fatal
terhadap manusia, prosesnya adalah sebagai berikut : Pb dalam tubuh
menghalang-halangi pembentukkan hemoglobin, hal ini dapat
menimbulkan penyakit anemia dan merupakan keracunan yang kronis. Pb
juga mengganggu pekerjaan enzima yang mengandung atom S, hal ini
terbukti dari percobaan biokimia “invitro” (dalam tabung reaksi). Sifat Pb
hampir sama dengan kalsium, yakni dapat mengendap dalam jaringan
tulang sebagai pengganti kalsium membentuk Pb basa trifosfat. Kalsium
yang terdapat dalam tulang terutama membentuk mineral “hidroksi apatit”
Ca3 (P04)2Ca (0H)2, maka jika Ca diganti dengan Pb rumusnya menjadi Pb 3
(P04)2Pb(0H)2.

6.9 RAKSA (MERKURI, Hg)


Raksa menempati kotak no. 80 dalam sistem periodik. Logam ini
berwujud cairan pada suhu kamar. Dari segi pencemaran dan peracunan,
raksa mendaapt sorotan paling banyak, karena sifat racunnya yang sangat
kuat. Oleh karena itu kita pun akan berbicara lebih panjang dalam fasal ini.
Raksa dan bjihnya telah dikenal orang sejak 400 tahun sebelum
masehi. Mineral Cinnabar (HgS, merkuri sulfida) yang berwarna merah
banyak di olah orang Itali, Spanyol dan Australia pada zaman dahulu.
155

Tidak mengherankan jika waktu itu banyak orang atau pekerja yang
keracunan Hg, yang mula-mula tidak disadarinya. Keracunan Hg disebut
penyakit “budak belian” karena hanya budak belian yang dikerjakan di
tambang Hg tersebut. Ketika perbudakan dihapus, maka orang
hukumanlah yang dikerjakan, dan akhirnya pekerja biasa. Ternyata buruh
yang bekerja di tambang Hg hanya mampu bekerja 8 hari dalam satu
1
bulan, sehingga 4 jam. Bijih raksa di Almaden Spanyol sangat berbahaya
2
karena berisi unsur Hb bercampur HgS, Arsen, Pb, dan belerang. Sebegitu
jauh penyelidikan ilmiah tentang sifat berbahaya Hg tidak diceritakan.
Mungkin pengetahuan masa itu belum memadai

6.9.1 RAKSA PADA PENGOBATAN


Walaupun raksa telah diketahui beracun, masih juga dipakai untuk
bahan pembuat obat. Ketika penyakit sipilis melanda Eropah, penjual obat
menggunakan preparat raksa sebagai obatnya. Praktek itu diambil alih oleh
para ahli pengobatan (dokter) zaman itu. Hasilnya ternyata lumayan, tetapi
susah untuk dikatakakan mana yang lebih berbahaya, apakah penyakit atau
pengobatannya. Yang menganjurkan memakai Hg untuk pengobatan ialah
seorang dokter Swis bernama Paracelsus.
Dokter pribadi Napoleon sering kali menggunakan obat dari
senyawa logam berat untuk mengobati Napoleon. Sehingga gejala
penyakit yang diderita Napoleon pada masa akhir hayatnya menunjukkan
bahwa dia dalam sebagian lama hidupnya terus-menerus keracunan oleh
arsen, antimon dan raksa.
Merkuro klorida (Hg2C12) atau kalomel sejak lama merupakan
garam organik yang penting sebagai obat pembersih dan diuretik (untuk
memperlancar air kencing). Kalomel juga digunakan sebagai racun jamur
(fungisida) di perkebunan. Seorang toksilog (ahli racun) Arab Ibnu
Washya pada abad ke 9 menulis dalam bukunya “buku racun” tantang
“minium” yang diperoleh dari pemanggangan Hg, dan diceritakannya pula
bagaimana menyembuhkan keracunan Hg dengan logam lain. Pada waktu
156

itu pengobatan dengan raksa tidak banyak lagi, sampai muncul kembali
penggunaan kalomel pada abad ke XVI.
Pengobatan dengan persenyawaan Hg kini sudah tidak pakai lagi
karena kemajuan ilmu kimia dan pengobatan dengan anti biotik ternyata
lebih mujarab. Hanya satu obat antiseptis masih dipakai sekarang yaitu
merkurekrom (merbromin = obat merah) suatu zat organik yang
mengandung raksa dan brom. Keracunan raksa oleh pengobatan ini telah
ada dilaporkan dibeberapa tempat, yang memang merupakan racun jika
termakan.

6.9.2 KASUS PEMCEMARAN DAN PERACUNAN OLEH RAKSA.


Raksa merupakan racun dalam wujud cair ataupun gas, demikian
pula garam organik dan organiknya sekalipun pada kadar yang rendah.
Banyak data keracunan raksa yang dijumpai. Pada tahun 1810 terjadi
peristiwa yang dramatis ketika sebuah tabung raksa yang diangkut oleh
kapal muatan Inggris “Triumph” pecah. Akibat kejadian itu 200 orang
meninggal, semua burung dan ternak di geladak kapal itu mati. Peristiwa
lain menyebabkan dua orang mati karena keracunan dietil merkuri yang
digunakan sebagai racun jamur. Yang menjadi korban bukan pekerja yang
menyemprot tanaman, melainkan stenografer yang bekerja dekat gudang
bahan tersebut. Pemeriksaan udara dalam kamar itu menunjukkan bahwa
kadar Hg 1 mg/m3. Udara inilah yang terisap oleh kedua orang stenografer
itu.
Pada keracunan Hg Minamata Jepang, daerah pantai pulau
Kyushu. Di daerah itu terjadi epidemi penyakit kekakuan yang menyerang
orang muda, kasus demikain dilaporkan orang sejak 1953 sampai 1961
ketika persoalan lingkungan mulai ditangani. Sampai kini penyakit itu
disebut penyakit Minamata. Hasil penyelidikan memberikan kesimpulan
bahwa rakyat di daerah itu keracunan raksa. Epidemi itu timbul ketika
beberapa orang tua dan muda merasa tidak mampu memasangkan kancing
bajunya atau menggunakan tusuk giginya. Jika penyakit lebih parah,
penderita tidak mampu lagi berjalan dan beberapa orang menjadi gila.
157

Gelaja lain menunjukkan perubahan sifat menjadi kekanak-kanakan,


kelumpuhan total dan penyakit saraf lainnya. Bukan manusia saja yang
kena penyakit ini, tetapi kucing pun banyak yang mati.
Lebih dari seratus orang meninggal karena penyakit saraf sebegitu
jauh, penyelidikan kemudian sampai kepada makanan rakyat di daerah itu.
Kerang dan ikan laut merupakan makanan sehari-hari sebagai kawan nasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hg dalam ikan laut di sana
sangat tinggi. Kemudian diketahui bahwa Hg itu datang dari pabrik VINIL
KLORIDA (monomer untuk PVC), di mana HgC12 digunakan sebagai
katalis. Katalis ini terbuang bersama air limbah pabrik itu ketika
pencucian. Air limbah ini mengalir ke teluk Minamata. Akibatnya kadar
Hg dalam kerang dan ikan mencapai rata-rata 50 ppm. Inilah yang
dinamakan penduduk sekitar teluk tersebut. Jika ikan itu ikan sarden dan
pada waktu itu dieksport oleh Jepang, mungkin juga termakan oleh rakyat
negara lain.
Tabel. 6.3. Data Epidemi Oleh Hg di Jepang.
Teluk Minamata 1953 – 1961 Niigata 1965
Kasus 114 30
Meninggal 44 6
Rusak otak/400 22 -
Gejala :
Badan tidak fit sendi-sendi
Kaku penglihatan terganggu
Dysphasia
Ataxia
Gangguan mental
Sawan
Meninggal
Sumber : R. Sunarya Masrun, 1980
Tragedi yang sama menyerang Niigata suati daerah industri di
Jepang pada tahun 1965, ketika 120 orang keracunan Hg. Raksa ini juga
terdapat dalam ikan sekitar 9 – 24 ppm.
Di samping kedua peristiwa di atas, dalam periode tahun 1961 –
1970 sebuah sungai yang menjadi tempat pembuangan air limbah industri
pabrik klor-alkali di Dryden Canada tercampur kuat oleh persenyawaan
Hg organik. Di perkirakan 5 sampai 10 kg hg anorganik setiap hari masuk
158

ke dalam sungai tersebut. Hal itu menyebabkan kadar metil merkuri dalam
badan ikan di sungai itu sangat tinggi melebihi KTD nya 0,5 ppm,
sehingga ikan itu dapat dimakan orang. Aliran Hg itu pada tahun 1970
dibatasi dengan dratis, tetapi ditaksir bahwa untuk membersihkan sungai
itu dengan proses alam akan memerlukan waktu sekitar 70 tahun
Gambaran keadaan di atas merupakan contoh efek negatif
teknologi. Dan kemampuan teknologi manusia dapat menghasilkan
kerusakan dan memudaratkan yang sama sekali tidak dikehendakinya.

6.9.3 METIL MERKURI RACUN YANG SANGAT BERBAHAYA.


Hampir semua hg yang dijumpai dalam makanan laut di daerah
Minamata dan Niigata terdapat sebagai metil merkuri. Senyawa ini
rupanya memerlukan senyawa hg yang paling beracun, berberapa ratus
kali beracun dari senyawa Hg anorganik. Klorometil merkuri dijumpai
dalam tanah sedimen dari teluk yang kena pencemaran di atas.
Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa metil merkuri (MM) dapat
terbentuk pada metabolisme oleh mikroorganisme anaerob dalam medium
lumpur laut, berwujud ion MM atau molekul dimetil merkuri.
CH3Hg+ CH3 - Hg - CH3
MM mudah menguap, larut dalam lipida, gliserol. Ion MM dapat terbentuk
dari metil merkuri pada kondisi asam, ion ini juga larut dalam air. Oleh
karena itu ion MM mudah termakan oleh organisme laut (air) dan
bercampur dengan zat yang larut dalam lipida yang selanjutnya ditimbun
dalam jaringan lemak. Ikan dapat menimbun dalam jaringan lemak. Ikan
dapat menimbun ion MM secara langsung tanpa menderita sakit, sampai
3000 kali dari pada kadar dalam air. Daur MM dalam rangkaian makanan
masih belum jelas. Gejala keracunan MM berbeda dengan keracunan Hg
yang lain telah diketahui oleh para ahli pengobatan. Misalnya gejala
penyakit Minamata. MM yang ralatif stabil itu diperkirakan dapat sempat
menembus susunan saraf pusat dan memberikan efek berbahaya. MM juga
dilaporkan sebagai zat yang merusak kromoson sehingga dapat
menyebabkan cacat lahir (Health & Welfare Canada 1973).
159

Pada umumnya raksa itu bersirkulasi dengan darah dan bertimbun


dalam limpa, ginjal, limpa kecil dan tulang. Akan tetapi walaupun
demikian, badan manusia masih bisa mengusir sebagian Hg dari padanya
melalui air seni, feces keringat, ludah dan air susu.
Toksisitas Metil Merkuri (R. Sunarya Masrun, 1980)
- Ratusan kali lebih toksis Hg anorganik
- 98% diserap dari saluran usus
- Terikat kuat pada jaringan protein
- Menyebabkan kerusakan otak yang fatal
- Waktu paroh (half-life) dalam tubuh orang hidup 70 sampai 100 hari
- Menyababkan kerusakan genetik
- Mungkin NAB nya sama dengan nol
- Selalu berbahaya.

6.9.4 PENYERAPAN RAKSA OLEH MANUSIA


Kontak antara manusia dengan raksa yang paling mudah ialah
melalui uapnya yang mungkin terhisap oleh seseorang. Dengan kadar Hg
sebesar 1 mg/meter kubik udara, dan menghisap udara tersebut selama 8
jam sehari, maka dalam 3 bulan orang itu akan meninggal. Jika hal itu
benar, maka bagi orang yang bekerja mengolah Hg atau di daerah
pertambangan Hg di ancam bahaya besar sekali, karena Hg sebagai logam
cair pada suhu kamar mempunyai tekanan uap jenuh 0,0018 mm pada 250C
dan 0,0013 pada 200C. Bilangan tekanan yang rendah itu menyababkan
kadar Hgdi udara sekitar pertambangan atau tempat pengolahan Hg dapat
mencapai 19,43 mg/meter kubik udara pada 250C (gunakan rumus PV =
nRT untuk menghitungnya).
Sedangkan NAB merkuri 0,1 mg/m 3 udara, dan untuk Hgorganik
0,01 ppm dalam air (ACGIH, 1972). Skema di bawah ini menunjukkan
bagaimana umumnya manusia dapat menyerap raksa dari lingkungannya :
udara, air, tanah dapat menjadi sumber raksa yang diserap oleh tubuh.
160

UDARA

INDUSTRI TANAH,
PERTANIAN TANAMAN HEWAN MANUSIA
RUMPUT DSB

AIR IKAN, KERANG

Gambar. 6.1. Perjalanan Hg Menuju Tubuh Manusia

Penambahan emisi Hg makin cepat sejak awal tahun 1940. Yang


perlu diperhatikan ialah penyebaran dalam daerah industri. Semua jenis
industri bahan galian dapat memisahkan Hg ke lingkungannya, termasuk
pabrik semen. Selama tahun 1970, 50 pabrik di Amerika melepas Hg
sekitar 130 kg/hari, atau 400 ton dalam satu tahun.kegiatan tersebut
meliputi berbagai keperluan dan proses, seperti pabrik klor alkali, alat
listrik, cat, pergigian, partanian, pabrik kertas, amalgamasi dan sebagainya.
Di Kanada pabrik klor alkali melepas Hg ke lingkungan sekitar 128 ton
dalam periode tahun 1972 – 1975 (Enviroment Canada, 1975, R. Sunarya
Masrun, 1980).

Anda mungkin juga menyukai