Anda di halaman 1dari 10

MATERI DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

OLEH:

1. ANDREANO PURNAMA PEOL


2. ANDREAS HAKI TAS’AU
3. ANJELITA SISISLIA AMUNA
4. DIONISIUS AVELLINO CAKONG
5. MELIANTHA ELLEN LAALOBANG
6. TIARA MARGARETH NENO

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
BAB 2
KONSEP DASAR EKOSISTEM

A. Pengertian Ekosistem
Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal balik
dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem yang kemudian
kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata lain ekosistem merupakan
suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan biotik (makhluk
hidup) maupun abiotik (non makhluk hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu
ekosistem selalu dijumpai proses interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya,
antara lain dapat berupa adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi,
perkembangan, dan pengendalian.
Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan lingkungan yang
melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, dan
tanah) serta kimia (keasaman dan salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
Gatra yang dapat digunakan sebagai ciri keseutuhan ekosistem adalah energetika (taraf
trofi atau makanan, produsen, konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana
taraf trofi), dan produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika dilihat komponen biotanya,
jenis yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh hubungannya dengan jenis lain
yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu keberadaannya ditentukan juga oleh
keseluruhan jenis dan faktor-faktor fisik serta kimia yang menyusun ekosistem tersebut.
Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai dirintis oleh beberapa pakar
ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman) menggunakan istilah biocoenosis.
Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan istilah mikrokosmos. Di
Rusia pada mulanya lebih banyak digunakan istilah biocoenosis, ataupun geobiocoenosis.
Istilah ekosistem mula-mula diperkenalkan oleh seorang pakar ekologi dari Inggris,
A.G.Tansley, pada tahun 1935. Pada akhirnya istilah ekosistem lebih banyak digunakan
dan dapat diterima secara luas sampai sekarang.

B. Kaidah dalam ekosistem (Hukum tentang energi)


Energi diartikan sebagai suatu yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
kerja. Pengertian ini dapat kita saksikan pada sesuatu benda yang bergerak maka benda
yang bergerak tersebut pasti ada yang menggerakkannya dan yang melakukannya dapat
berupa energi panas, energi listrik, energi kimia, dan lain sebagainya. Perilaku energi di
alam semesta tunduk dan patuh kepada hukum-hukum termodinamika, seperti yang kita
kenal pada fisika.
Terdapat dua formulasi hukum termodinamika yang selalu terpakai dalam studi ekologi
ataupun pada ilmu-ilmu lainnya, yaitu sebagai berikut.
1. Hukum Termodinamika I: Hukum ini menyatakan bahwa energi dapat diubah
bentuknya, dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan
maupun dimusnahkan. Hukum ini dikenal juga sebagai Hukum Kekekalan Energi.
Sebagai contohnya adalah cahaya. Cahaya merupakan energi, dan energi cahaya ini
dapat diubah bentuknya menjadi energi panas, energi kerja, atau energi makanan.
2. Hukum Termodinamika II: Hukum ini menyatakan bahwa setiap proses perubahan
bentuk energi selalu tidak efisien. Oleh karena itu, setiap perubahan bentuk energi
maka energi baru yang terbentuk konsentrasinya selalu lebih kecil dari pada
konsentrasi energi sebelumnya
Perilaku energi di dalam suatu ekosistem terjadi sama, seperti halnya yang terjadi di
alam pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum-hukum termodinamika berlaku
juga di dalam ekosistem. Berlakunya hukum-hukum termodinamika dalam ekosistem dapat
dilihat dengan jelas bilamana kita mempelajari aliran energi dalam ekosistem. Dikenal
adanya dua macam energi, yaitu energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik adalah
energi yang dapat menimbulkan gerak dan menghasilkan kerja. Energi potensial adalah
energi yang dalam keadaan istirahat. Bilamana kayu dibakar maka energi potensial di
dalam kayu akan setara dengan energi kinetik yang dilepas berupa panas. Hal seperti ini
disebut sebagai reaksi eksotermik, sedangkan energi dari lingkungan dimasukkan ke dalam
suatu sistem menjadi energi yang lebih berdaya guna di sebut reaksi endotermik, misalnya
fotosintesis. Kedua reaksi tersebut berkenaan dengan Hukum Termodinamika I.
Materi atau bahan-bahan yang tidak menghasilkan energi akan selalu mengalami
siklus atau daur ulang, sedangkan energi tidak mengalami siklus, tetapi mengalir sepanjang
waktu tanpa henti. Energi akan mengalir di dalam ekosistem melalui komponen biotik
berawal dari energi matahari, kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan berdaun hijau.
Dengan demikian, nitrogen, karbon, air, dan bahan-bahan anorganik lainnya akan
mengalami daur ulang atau sirkulasi beberapa kali antara komponen biotik dengan
lingkungannya. Dengan kata lain bahwa materi yang tidak mengandung energi akan
mengalami daur ulang. Selanjutnya bahwa energi yang diterima hanya dapat digunakan
sekali saja oleh komponen suatu biotik (organisme atau populasi), kemudian diubah
menjadi energi panas dan sebagian lepas ke lingkungan. Logika ini berlaku, seperti halnya
dengan kita dalam menggunakan energi. Pagi hari kita makan pagi, setelah itu kita tidak
dapat menggunakan lagi makan pagi tersebut sehingga untuk mendapatkan energi lagi
(energi baru) maka kita perlu makan lagi yaitu makan siang. Akan tetapi, penggunaan
energi pada hal-hal tertentu, misalnya energi yang digunakan untuk kegiatan industri
adalah energi yang telah terpakai dan menghasilkan limbah, sebaiknya energi limbah
tersebut harus diupayakan untuk digunakan semaksimal mungkin dan seefisien mungkin.
C. Konsep Dasar Ekosistem

Konsep dari Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran
energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme.

Materi dalam bentuk nutrient didaurkan di dalam suatu ekosistem, atau antar
ekosistem dalam biosfer

D. Siklus dalam Ekosistem

=>Siklus Biogeokimiawi

Siklus Biogeokimiawi

Siklus Karbon

 Karbon adalah unsur dasar pembentuk


karbohidrat, protein, DNA, lemak dan senyawa
organik lain yang mutlak untuk kehidupan.
Manusia mengubah daur karbon terutama
dengan menambahkan CO2 dalam jumlah yang
banyak ke atmosfer akibat pembakaran bahan
bakar fosil dan menghilangkan vegetasi hutan yang dapat menyerap karbon.
Kegiatan manusia berdampak terhadap laju aliran energi dan pendauran nutrien dalam
daur kakarbo

Siklus Nitrogen

 Cadangan terbesar nitrogen terdapat di


atmosfer dalam bentuk gas N2.
Mikroorganisme ( )p bakteri) berperan penting
dalam mendaurkan nitrogen.
Nitrogen merupakan komponen penting
protein, vitamin, dan asam nukleat spt. DNA.
Kegiatan manusia telah berdampak besar
terhadap daur nitrogen
Siklus Fosfor

 Fosfor terutama bergerak melalui air,


batuan dan organisme hidup (tidak di
atmosfer)
Fosfor membentuk berbagai senyawa
penting bagi organisme hidup seperti asam
nukleat dan senyawa pembawa energi ADP
dan ATP. Kegiatan manusia telah
berdampak besar terhadap daur fosfor

Siklus Sulfur

 Sulfur tersimpan di bawah tanah dalam


batuan dan mineral, termasuk garam SO42-
Sulfur masuk ke atmosfer dari emisi
gunung berapi, penguraian materi organik
di d h ik di daerah lahan basah. Daur sulfur
telah banyak dipengaruhi oleh kegiatan
mmanusia.

Siklus Hidrologi

 Siklus hidrologi mengumpulkan,


memurnikan, dan mendistribusikan
pasokan air yang terbatas di Bumi.
Air merupakan medium penting untuk
memindahkan nutrien dalam dan antar
ekosistem karena air melarutkan berbagai
senyawa nutrien.
Hanya 0,024% air di Bumi dapat
dimanfaatkan langsung sebagai air tawar
untuk keperluan manusia.Kegiatan manusia telah berdampak terhadap daur hidrologi.
E. Interaksi dalam Ekosistem

Kualitas lingkungan hidup pada lingkungan alamiah akan terjadi keseimbangan


ekosistem jika tidak diganggu proses konversi energinya. Suatu ekosistem memiliki
kemampuan untuk mempertahankan kondisi seimbang seperti semula, bila tidak
memperoleh gangguan dari luar. Kemampuan untuk tetap stabil disebut stabilitas. Pada
ekosistem yang terbuka, materi dan energy akan terus mengalami proses konversi dan
transformasi namun tetap dapat menjaga keseimbangannya. Lingkungan yang mampu
menjaga keseimbangannya sendiri disebut lingkungan yang memiliki keseimbangan
dinamis.

Selama ekosistem tidak diganggu maka akan tetap menjaga keseimbangannya


sendiri. Sebaliknya, jika diganggu oleh penggaggu dari luar, seperti manusia, dan
gangguan tersebut melampaui batas kekuatan normalnya, maka kemampuan ekosistem
tidak mampu kembali ke keadaan semula. Gangguan yang tidak mampu diimbangi oleh
ekosistem artinya lingkungan tersebut memiliki daya lenting ekosistem.

Daya lenting adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk kembali normal atau
besarnya kemampuan ekosistem untuk memulihkan diri bila memperoleh gangguan.
Lingkungan alami jika diganggu dan melebihi daya lentingnya, maka akan terjadi
kerusakan lingkungan. Artinya kualitas lingkungan hidup akan terus menurun. Dalam
lingkungan yang normal atau alami, antar komponen menjalin interaksi. Interaksi tersebut
terjadi antara komponen abiotik dengan biotik maupun antar komponen yang ada dalam
kedua komponen tersebut.

1. Interaksi Komponen Abiotik dengan Komponen Biotik

Komponen biotik banyak dipengaruhi oleh komponen abiotik. Tumbuhan


sangat bergantung keberadaan dan pertumbuhannya dari tanah, air, udara tempat
hidupnya. Jenis tanaman tertentu dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah
tertentu. Sebaran tumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.
Misalnya, di pantai tanaman kelapa dapat tumbuh subur, tetapi tidak demikian di
daerah pegunungan.
Sebaliknya, komponen abiotik juga dipengaruhi oleh komponen biotik.
Keberadaan tumbuhan mempengaruhi kondisi tanah, air dan udara disekitarnya.
Banyaknya tumbuhan membuat tanah menjadi gembur dan dapat menyimpan air
lebih banyak serta membuat udara menjadi sejuk. Organisma lainnya, seperti
cacing juga mampu menggemburkan tanah, menghancurkan sampah atau seresah
daun, dan menjadikan pengudaraan tanah menjadi lebih baik, sehingga semua itu
dapat menyuburkan tanah.
a) Interaksi antarkomponen abiotik

Di alam antarkomponen abiotik juga saling berinteraksi. Proses


pelapukan batuan dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim juga
mempengaruhi keberadaan air di suatu wilayah. Suhu udara di suatu tempat,
dalam kadar tertentu, dipengaruhi oleh warna batuan, keberadaan tubuh-tubuh
air dan sebagainya. Kandungan mineral dalam air juga dipengaruhi oleh
batuan dan tanah yang dilaluinya.

b) Interaksi antarkomponen biotic

Antarkomponen biotik juga terjadi interaksi. Interaksi tersebut dapat


terjadi antar organisma, populasi maupun komunitas.

2. Interaksi antarorganisma

Organisma secara individu melakukan berbagai bentuk interaksi dengan


sesama jenisnya maupun dengan jenis yang lain. Interaksi antarorganisma dapat
dibedakan menjadi:

a. Netral, yaitu hubungan tidak saling mengganggu antarorganisma dalam


habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan
kedua belah pihak. Contohnya, interaksi yang netral adalah antara kambing
dengan kupu-kupu.
b. Predasi, yaitu hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Pemangsa
tidak bisa hidup tanpa hewan yang dimangsanya. Itulah sebabnya jika
hewan yang dimangsanya habis, maka pemangsa juga akan pergi atau
punah. Pemangsa berperan sebagai pengontrol jumlah dari suatu populasi.
Jika jumlah pemangsa berkurang maka jumlah hewan yang dimangsanya
akan bertambah. Contohnya, jika ular banyak yang dibunuh oleh manusia,
maka populasi tikus akan bertambah.
c. Parasitisme adalah hubungan antarorganisma yang berbeda spesies yang
bersifat merugikan salah satu spesies. Contohnya adalah antara benalu
dengan pohon inangnya, lintah dengan organisma yang diambil darahnya,
kutu, jamur, cacing pita dan lain-lain.
d. Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisma yang berbeda
spesies yang salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak
dirugikan. Contohnya adalah tumbuhan epifit yang hidup menempel pada
batang atau cabang pohon. Tumbuhan epifit dapat memperoleh cahaya
karena menempel di pohon yang tinggi, sedangkan pohon yang
ditumpanginya tidak diuntungkan maupun dirugikan.
e. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisma yang berbeda spesies
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya adalah antara
bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. Bakteri
tersebut hidup pada akar tanaman dan memfiksasi N2 (gas) dan
mengubahnya menjadi nitrat dan amonium sebagai nutrien untuk bakteri itu
sendiri dan tanaman kacang-kacangan.

3. Interaksi antarpopulasi

Interaksi antarpopulasi terjadi antara populasi yang satu dengan populasi


lain. Interaksi tersebut dapat bersifat alelopati maupun kompetisi. Interaksi alelopati
adalah interaksi antarpopulasi yang terjadi jika populasi yang satu menghasilkan zat
yang dapat menghambat tumbuhnya populasi lain. Kompetisi yaitu interaksi
antarpopulasi yang di dalamnya terdapat kepentingan yang sama, sehingga terjadi
persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh alelopati adalah jamur
Penicillium sp.yang dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu, sedangkan contoh kompetisi adalah antara populasi
kuda dengan populasi kijang dalam memperoleh rumput.

4. Interaksi Antarkomunitas

Komunitas adalah kumpulan beberapa populasi berbeda yang saling


berinteraksi di suatu wilayah yang sama. Sebagai contoh adalah komunitas padang
rumput yang dihuni oleh beberapa populasi diantaranya kuda, banteng, ular,
belalang, singa, macan, srigala dan lain-lain. Contoh komunitas lainnya adalah
komunitas sungai yang di dalamnya terdiri atas beberapa populasi seperti buaya,
kuda nil, ular, ikan, plankton dan lain-lain. Antara komunitas padang rumput dan
sungai terjadi interaksi berupa peredaran organisma hidup dari kedua komunitas
tersebut. Kuda, banteng dapat menjadi sumber makanan bagi buaya. Demikian
sebaliknya, ikan dapat menjadi makanan bagi macan.
F. Ekosistem Alami

Ekosistem alami adalah ekosistem yang belum pernah ada campur tangan manusia.
Peran dari ekosistem alami adalah untuk menjaga keseimbangan berbagai ekosistem di
sekitarnya. Inilah sebabnya, kalau salah satu ekoosistem yang rusak, maka hal ini akan
memengaruhi dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Contohnya hutan belantara di
Sumatra, Kalimantan, Irian, dan Sulawesi. Komponen-komponennya lebih lengkap, tidak
memerlukan pemeliharaan atau subsidi energi karena dapat memelihara dan memenuhi
sendiri, dan selalu dalam keseimbangan.

Jenis-Jenis Ekosistem Alami


Ekosistem alami masih terbagi menjadi ekosistem air, yaitu air asin dan air tawar, serta
ekosistem darat yang terdiri atas ekosistem hutan, padang pasir, padang rumput, taiga, dan
tundra.

1. Ekosistem Air

Ekosistem air merupakan sebuah ekosistem di mana faktor lingkungannya


sebagian besar terdiri dari air. Ekosistem air ini terdiri dari dua jenis, yaitu
ekosistem air asin dan air tawar. Contoh ekosistem air tawar adalah sungai, danau,
rawa-rawa, dan kolam. Pada ekosistem ini, ada berbagai hewan dan tumbuhan yang
hidup di sekitarnya.
Misalnya ikan air tawar, amfibi, dan tumbuhan berupa ganggang.
Sedangkan pada ekosistem air asin, contohnya adalah laut, pantai, hingga
samudera. Bedanya dengan ekosistem air tawar, ekosistem air asin merupakan
kawasan perairan yang terdiri dari air asin.
Pada ekosistem air asin, selain ada berbagai jenis hewan laut seperti ikan,
penyu, kura-kura, dan mamaliat laut, ada juga terumbu karang dan berbagai alga
yang memiliki perannya masing-masing pada ekosistem itu.

2. Ekosistem Darat

Ekosistem darat adalah suatu ekosistem yang terbentuk dan berada di darat
atau tanah. Ekosistem darat ini dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu ekosistem
hutan, padang pasir, padang rumput, taiga, dan tundra. Perbedaan jenis-jenis
ekosistem darat ini berdasarkan tingkat curah hujan dan iklimnya. Misalnya
ekosistem hutan hujan, yang memiliki tingkat atau curah hujan lebih tinggi
dibandingkan dengan hutan tropis.
Lalu ekosistem padang rumput tentu berbeda dengan ekosistem padang
pasir, karena padang rumput memiliki curah hujan yang lebih tinggi dengan iklim
yang suhunya lebih rendah dibandingkan ekosistem gurun pasir yang suhunya
tinggi dengan curah hujan rendah.
Ada juga ekosistem tundra dan taiga. Taiga adalah hutan yang tersusun dari
satu jenis tumbuhan, misalnya cemara, pinus, dan sejenisnya.
Sedangkan tundra adalah suatu ekosistem dengan suhu yang kering dan
dingin, sehingga hanya beberapa hewan dan tumbuhan yang mampu hidup pada
ekosistem ini.

Anda mungkin juga menyukai