Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam berbagai kegiatan pembangunan negara serta bangsa Indonesia tampak
bahwa ekologi sebagai ilmu sekarang ini konsepnya sudah banyak diterapkan,
misalnya konsep pelestarian segala macam sumber daya alam, konsep
perlindungan plasma nutfah, pengendalian kelahiran dalam program keluarga
berencana pada populasi manusia, konsep penanganan ekosistem, hasil maksimal
yang berkelanjutan, konsep penanganan permasalahan daerah liran sungai, konsep
perlindungan terhadap ekosistem mangrove, dan lain sebagainya. Konsep ekologi
berperan demikian penting pada masa sekarang, sehingga konsep serta dasar
ekologi perlu ditunjukkan sedini mungkin serta disebarluaskan ke segenap lapisan
masyarakat.
Ekologi sebagian besar berkepentingan dengan populasi dan komunitas.
Populasi dalam ekologi, aslinya diartikan sebagai kelompok orang, lalu diperluas
menjadi kelompok-kelompok makhluk yang manapun. Dengan istilah Komunitas
(kadang-kadang disebut sebagai “komunitas biotik”), dimaksudkan meliputi
semua populasi yang berdiam di suatu daerah tertentu. Komunitas dengan
lingkungan non-hayati berfungsi bersama sebagai suatu sistem ekologik atau
ekosistem. Sistem biologik yang paling besar dan hampir dapat memenuhi
kebutuhan sendiri disebut biosfer atau ekosfer. Gen merupakan anasir sel, sel
menyusun jaringan, jaringan menyusun organ, organ menyusun organisme,
organisme menyusun populasi, populasi merupakan anasir komunitas, komunitas
menyusun ekosistem, dan ekosistem menyusun biosfer.
Banyak ilmuwan berbagai disiplin ilmu yang berlainan telah menggunakan
hampiran melalui konsep ekosistem dalam memecahkan berbagai macam
persoalan ekologi di laboratorium dan di lapangan atau di alam sesungguhnya.
Menurut Odum (1983) dalam ekosistem yang majemuk seperti danau dan hutan,
dilaksanakan hampiran.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari ekoenergetika?
2. Bagaimanakah hukum dasar dari ekoenergetika?
3. Apakah pengertian dari produktivitas, produktivitas primer dan sekunder?
4. Bagaimanakah anggaran waktu dan energy dalam ekoenergetika?
5. Bagaimanakah efisiensi ekologi dalam ekoenergetika?
6. Apa saja contoh dari ekoenergetika di alam?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan pengertian dari ekoenergetika.
2. Untuk menjelaskan hukum dasar dari ekoenergetika.
3. Untuk menjelaskan pengertian dari produktivitas, produktivitas primer dan
sekunder.
4. Untuk menjelaskan anggaran waktu dan energy dalam ekoenergetika.
5. Untuk menjelaskan efisiensi ekologi dalam ekoenergetika.
6. Untuk menjelaskan contoh energetika yang ada di alam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ekoenergetika


Ekoenergenetik adalah kajian tentang energy dan proses perubahannya dari
satu bentuk ke bentuk yang lain yang terjadi di alam ekosistem. Kajian tentang
energy meliputi konsep energy, sumber energy bentuk-bentuk energy, dan
manfaat energy. Sedangkan kajian tentang transformasi energy meliputi
perubahan bentuk energy yang berlangsung di dalam system hidup, system tak
hidup, dan pada dua system yaitu biosistem dan fisika system secara berantai.
Chapham dan Odum menyatakan bahwa energy adalah kemampuan untuk
melakukan kerja. Semakin besar energy, maka semakin besar kemampuan untuk
melakukan kerja, begitu juga sebaliknya. Energy dinyatakan dengan satuan
kalori/kilo kalori.
Sumber energy utama yang bertanggung jawab atas berlangsungnya semua
proses kerja di dalam ekosistem yaitu cahaya matahari, gaya gravitasi bumi, dan
kekuatan internal bumi. Cahaya matahari merupakan sumber energy yang
bertanggung jawab atau proses fotosintesis, daur hidrologis, sirkulasi udara
atmosfer, dan secara tidak langsung mempengaruhi laju metabolism hewan
ektothermal. Fotosintesis merupakan proses terpenting di dalam ekosistem yang
mengubah cahaya matahari menjadi zat-zat organic yang dapat dimanfaatkan oleh
organism konsumen. Daur hydrogen merupakan fenomena yang melibatkan
proses penguapan air yang dilakukan oleh panas matahari, yang dilanjutkan oleh
proses kondensasi. Sirkulasi udara atmosfer merupakan akibat dari pemanasan
udara yang dilakukan oleh panas matahari yang mengakibatkan udara menjadi
panas dan tekanan meningkat.Gaya gravitasi bumi merupakan ekuivalen energy
yang dapat mengakibatkan benda-benda berpindah tempat dari posisinya menuju
arah pusat bumi. Gaya gravitasi bumi mempengaruhi gerakan air dari akar menuju
ke pucuk tumbuhan, mempengaruhi kecepatan aliran darah dari jantung ke bagian
tubuh yang lain dan mempengaruhi gerakan dan sikap tubuh makhluk.

3
Kekuatan internal bumi yaitu gaya gaya endogen bumi mengakibatkan gerak
epirogenetik, gerak erogenetik, gempa bumi, vulkanisme dan geothermal. Gerak
epirogenetik adalah gerak bumi yang sangat lambat yang arahnya naik turun di
berbagai kulit bumi yang dapat mengakibatkan bagian kulit bumi melengkung
sampai melekuk pada daerah yang sangat luas. Gerak erogenetik adalah gerak
beralihnya letak lapisan kulit bumi yang diakibatkan oleh tekanan horizontal
maupun vertical yang dapat mengakibatkan terbentuknya pegunungan.

2.2. Hukum Temodinamika


Didasarkan oleh hukum Thermodinamika I dan Hukum Thermodinamika II
(aspek aspek energy dan perubahannya mengikuti hokum ini). Thermodinamika
I menyatakan bahwa eregi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,
tetapi energy dapat diubah bentuknya dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Maka
Thermodinamika I sering disebut sebagai hokum kekekalan energy. Berdasarkan
prinsip kekekalan, maka jumlah energy antara sebelum dan setelah transformasi
harus tetap sama, walaupun mungkin dalam bentuk yang berlainan. Hukum
Termodinamika II, hukum ini menanyakan bahwa setiap terjadi transformasi
energy, selalu terjadi pelepasan energy menjadi bentuk energy yang tidak
bermanfaat. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa setiap terjadi transformasi
energy selalu terjadi penyusutan jumlah energy yang bermanfaat. Meskipun total
energy secara keseluruhan tetap tidak berkurang.

2.3. Konsep Produktivitas


1) Pengertian Produktivitas
Produktifitas adalah istilah untuk menyatakan tingkat produksi atau
akumulasi energy dan atau bentuk lain dari energy oleh suatu system terutama
system biologi dalam kurun waktu tertentu.
Produktivitas adalah laju penambatan atau penyimpanan energi oleh suatu
komunitas atau ekosistem. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa di dalam suatu
ekosistem terdapat produsen dan konsumen, sehingga dalam ekosistem juga
ditemukan aspek produktivitas baik oleh produsen (produktivitas produsen)

4
maupun produktivitas konsumen. Produktivitas pada aras produsen disebut
produktivitas primer (dasar) sedangkan pada aras konsumen disebut produktivitas
sekunder.
Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem.
Produktivitas ekosistem merupakan suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh
kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam
ekosistem.
Jika produktivitas suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu
yang lama maka hal itu menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika
perubahan yang dramatis maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan
yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara
organisme penyusun eksosistem.
Terjadinya perbedaan produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer
disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam setiap ekosistem. Faktor yang
paling penting dalam pembatasan produktivitas bergantung pada jenis ekosistem
dan perubahan musim dalam lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
pengetahuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai produktivitas dan cara
penghitungannya. Hal ini akan memberikan sisi positif terkait dengan ekosistem
itu sendiri. Berdasarkan urutan tingkat trophik yang dilalui aliran energy, maka
produktifitas dibagi menjadi produktifitas primer dan produktifitas sekunder.

2.4. Konsep Anggaran Energy dalam Ekoenergetika


Anggaran Energi adalah istilah yang berkaitan dengan arah pemanfaatan
energy yang berhasil ditambat oleh makhluk di dalam suatu ekosistem.
Energy secara umum diarahkan untuk dua tujuan yaitu untuk kelangsungan
hidup dan untuk menjaga kelestarian jenisnya dalam jangka waktu yang tidak
terbatas (bereproduksi: membentuk sel kelamin, aktifitas seksual, produksi air
susu). Untuk kelangsungan hidupnya, makhluk harus menyisihkan sejumlah
energy untuk keperluan memelihara kualitas hidup agar mampu bersaing dan
mengantisipasi factor-faktor mortalitas seperti penyakit, parasit, dan predator.
Dalam hal ini energy dipakai untuk melangsungkan proses fisiologis tubuh,

5
membentuk dan mengganti sel-sel yang telah rusak, memproduksi hormone dan
enzim., dan memproduksi sel-sel yang rusak. Untuk menjaga kelestarian jenisnya,
makhluk hidup harus menyisipkan sebagian energinya untuk keperluan
reproduksi. Dalam hal ini, energy dipakai untuk membentuk sel-sel kelamin dan
hormone-hormon kelaminperkembangan embrio, member nutrisi pada embrio dan
hewan muda yang baru dilahirkan.

2.5. Konsep Efisiensi Ekologi


Efisiensi ekologi adalah rasio atau perbandingan antara laju aliran energi pada
berbagai mata rantai dalam rantai makanan (pada berbagai aras trofik). Piramida
energi dapat digunakan untuk menghitung efisiensi ekologi tersebut . Penilaian
efisiensi ekologi akan lebih akurat apabila mata rantai makanan memiliki dimensi
yang sama, artinya apabila membandingkan aliran energi antara dua aras trofik
tersebut harus dalam satuan energi yang sama. Jadi apabila pada aras trofik I
menggunakan satuan kalori, maka pada aras trofik II juga harus menggunakan
satuan kalori.
Aras trofik yang lebih tinggi pada umumnya mempunyai efisiensi ekologi
juga lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa organisme yang menempati aras
trofik lebih tinggi, juga lebih efisien dalam menangkap energi. Padahal telah
ketahui bahwa organisme yang menempati aras trofik lebih tinggi memiliki
jumlah ketersediaan energi makanan yang lebih kecil dibanding organisme yang
menempati aras trofik rendah. Berarti hewan karnivora misalnya singa. Singa
lebih efisien menangkap energi dibandingkan dengan hewan herbivore, seperti
kambing.
Herbivora mempunyai efisiensi penangkapan energi yang lebih rendah
dibandingkan dengan karnivora. Hal ini dapat ditunjukkan pada perilaku makan,
yaitu mereka mempunyai perilaku makan yang berbeda. Sebagai contohnya
adalah kambing. Kambing selalu akan berusaha memakan rumput hijau bila
mereka bertemu dengan rumput. Hal tersebut akan berbeda dengan harimau.
Harimau tidak akan mencari mangsa bilamana tidak lapar, dan bila tidak lapar
mereka tidak akan menyerang meskipun bertemu mangsa. Bahkan mereka dapat

6
bertahan berhari-hari atau beberapa minggu bilamana telah memakan mangsanya
dengan puas. Contoh lain adalah ular Piton. Ular ini akan tidur selama 1-2 bulan
setelah menelan seekor kambing. Contoh lain adalah ikan Koki pada akuarium
kaca. Ikan ini akan selalu menyantap makanan yang diberikan oleh manusia.
Berbeda dengan ikan Oskar, yang mana ikan Oskar belum tentu menyantap
mangsa yang diberikan manusia.
Gambaran di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa organisme yang
efisien dalam menangkap energi juga efisien dalam menggunakan energi.
Karnivora (Harimau misalnya) tidak akan membuang-buang tenaga atau energi
untuk mencari, menyerang dan menangkap mangsanya bilamana mereka belum
lapar benar atau belum perlu masukan energi. Sedangkan organisme yang tidak
efisien dalam menangkap energi selalu berusaha untuk memakan makanan yang
ditemuinya (contohnya adalah kambing yang selalu tidak diam memakan rumput
dan deaunan), bilamana mereka tidak demikian maka kambing tidak dapat
mencukupi keperluan energi untuk hidup mereka. Hal ini membuktikan bahwa
kambing memakan rumput hanya menerima masukan energi yang relatif sedikit
pada setiap kali makan rumput. Hal tersebut juga membuktikan bahwa kambing
memiliki efisiensi yang rendah dalam menangkap energi dari rumput.
Transfer energi dan biomasa yang terjadi pada suatu sistem trofik terdiri dari
tiga komponen: konsumsi, asimilasi, dan produksi, yang menentukan jumlah
energi dan biomasa yang ditransfer selama proses amakan dimakan (feeding
event). Semakin besar energi atau biomasa yang ditransfer, maka efisiensi
trofiknya semakin tinggi. Produksi pada setiap tingkatan trofik (Prodn) bergantung
pada besarnya produksi yang terjadi tingkatan trofik sebelumnya (Prodn-1) dan
efisiensi trofik (Trophic Efficiency – Etroph), di mana produksi mangsa (Prodn-1)
dikonversi ke produksi konsumen (Prodn) .
Prodn = Prodn-1 X Etroph = Prodn-1 X (Prodn / Prodn-1)
Pada ekosistem terrestrial, distribusi biomasa yang terjadi pada setiap
tingkatan trofik dapat digambarkan dengan piramida yang serupa dengan piramida
energi, dengan biomasa terbesar terdapat pada produsen primer dan semakin
mengecil pada tingkatan di atasnya. Hal ini dapat terjadi karena :

7
(1) piramida energi menghasilkan ketersediaan energi untuk tingkatan trofik di
atasnya semakin berkurang, karena adanya nergi yang dilepaskan pada setiap
tingkatan trofuik sebelumnya.
(2) Besarnya proporsi yang dilakukan oleh tumbuhan terrestrial pada jaringan
strukturalnya memperkecil proporsi dari produksdi tumbuhan yang dapat
diperoleh secondary production.
Efisiensi Ekologi dalam Ekoenergetika dibagi atas 3 macam yaitu :
 Efisiensi Konsumsi (Consumption Efficiency)
Energi yang hilang di setiap tingkatan trofik membatasi produksi pada
tingkatan trofik di atasnya. Faktor utama yang membedakan variasi efisiensi
konsumsi pada herbivora adalah perbedaan alokasi tumbuhan pada strukturnya.
Efisiensi konsumsi herbivora yang paling rendah umumnya terjadi di
ekosistem hutan (kurang dari 1 % hingga 5 %) karena besarnya alokasi tumbuhan
hutan pada struktur kayunya, yang tidak mudah untuk dikonsumsi herbivora. Pada
ekosistem padang rumput, efisiensi konsumsi hebivora lebih tinggi daripada di
hutan (10 – 60%) karena sebagian besar materi tumbuhannya bukan berupa materi
berkayu. Efisiensi konsumsi herbivora tertinggi terdapat pada ekosistem pelagik
(umumnya, lebih besar dari 40 %), ekosistem dengan sebagian besar biomasa
tumbuhannya lebih banyak dialokasikan pada isi sel daripada dinding selnya
(seperti alga).
Kandungan toksik alami tumbuhan (seperti kandungan metabolit sekunder
tumbuhan) membatasi efisiensi konsumsi herbivora pada ekosistem terrestrial.
Selain itu, efisiensi konsumsi karnivora seringkali lebih tinggi daripada herbivora,
yaitu antara 5-100%. Contohnya vertebrata predator yang memakan mangsa
vertebrata lainnya, memiliki efisiensi konsumsi lebih besar dari 50%,
menunjukkan bahwa lebih banyak mangsa yang dimakan daripada yang
memasuki pool tanah sebagai detritus.
 Efisiensi Asimilasi (Assimilation Efficiency)
Efisiensi asimilasi ini merupakan proporsi dari energi yang dicerna (In) dan
diasimilasikan (An) ke dalam aliran darah. Efisiensi Asimilasi dipengaruhi oleh
kualitas makanan dan fisiologi konsumen. Materi yang tidak terasimilasi

8
kemudian dikembalikan ke tanah dalam bentuk feces, komponen input bagi
detritus-sistem. Cara menghitung efisiensi asimilasi ini ditunjukkan dengan
persamaan di bawah ini.
Efisiensi asimilasi seringkali lebih besar (sekitar 5-80%) daripada efisiensi
konsumsi (0,1-50%). Karnivora pemakan vertebrata cenderung memiliki efisiensi
asimilasi yang lebih tinggi (sekitar 80 %) daripada herbivora terrestrial (5-20%)
karena karnivora tersebut memakan makanan dengan structural yang lebih kecil
daripada yang terdapat pada tumbuhan terrestrial.
 Efisiensi Produksi (Production Efficiency)
Efisiensi produksi adalah proporsi dari energi yang terasimilasi yang
dikonversi terhadap produksi hewan. Efisiensi produksi ini meliputi pertumbuhan
dari individu dan proses reproduksi untuk membentuk individu baru. Efisiensi
produksi ini terutama dipengaruhi/ditentukan oleh metabolisme hewan.
Energi asimilasi yang tidak tergabung dalam produksi hilang ke lingkungan
dalam bentuk respiratory heat. Efisiensi produksi untuk setiap individu hewan
bervariasi dari kurang dari 1 % hingga 50 % dan sangat berbeda antara
homoeterm (Eprod 1-3%) dan poikiloterm (Eprod 10-50%). Homoeterm
menghabiskan sebagian besar energi yang diasimilasikannya untuk
mempertahankan suhu tubuh agar konstan. Efisiensi produksi pada homoiterm ini
berkurang dengan semakin kecilnya ukuran tubuh. Efisiensi produksi pada
poikiloterm relatif tinggi (sekitar 25%) dan cenderung menurun dengan
bertambahnya ukuran tubuh.

2.6. Konsep Biomassa


Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang mengacu pada bahan
biologis yang berasal dari organisme yang belum lama mati (dibandingkan dengan
bahan bakar fosil). Sumber-sumber biomassa yang paling umum adalah bahan
bakar kayu, limbah dan alkohol.
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan karena tanaman dapat
kembali tumbuh pada lahan yang sama. Kayu saat ini merupakan sumber yang

9
paling banyak digunakan untuk biomassa. Di Amerika Serikat, misalnya, hampir
90% biomassa berasal dari kayu sebagai bahan bakar.
Ada tiga jenis proses yang digunakan untuk mengkonversi biomassa
menjadi bentuk yang energi yang berguna yaitu: konversi termal dari biomassa,
konversi kimia dari biomassa, dan konversi biokimia dari biomassa. Biomassa
adalah sumber energi terbarukan tetapi ini tidak berarti biomassa adalah sumber
energi yang benar-benar ramah lingkungan. Pertanyaan apakah kita harus
menggunakan biomassa atau tidak telah menimbulkan banyak kontroversi di
beberapa tahun terakhir. Para penentang mengatakan bahwa biomassa dapat
menyebabkan emisi gas rumah kaca yang besar (dari pembakaran kayu), bahkan
lebih besar daripada gas rumah kaca yang berasal dari pembangkit listrik berbahan
bakar batubara.

2.7 Contoh Ekoenergetika di Alam


1) Piramida Ekologi
Piramida ekologi yaitu suatu diagram piramida yang dapat menggambarkan
hubungan antara tingkat trofik satu dengan tingkat trofik lain, secara kuantitatif
pada suatu ekosistem. Pada piramida ini organisme yang menempati tingkat trofik
bawah relatif banyak jumlahnya. Makin tinggi tingkat trofiknya jumlah
individunya semakin sedikit . Tingkat trofik tersebut terdiri dari produsen,
konsumen primer, konsumen sekunder, konsumen tertier. Produsen selalu
menempati tingkat trofik pertama atau paling bawah. Sedangkan herbivora atau
konsumen primer menempati tingkat trofik kedua, konsumen sekunder menempati
tingkat trofik ketiga, konsumen tertier menempati tingkat trofik ke empat atau
puncak piramida. Piramida ekologi terdiri dari piramida energi, piramida
biomassa, piramida jumlah.
1. Piramida Energi
Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan hilangnya energi pada
saat perpindahan energi makanan di setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.
Pada piramida energi tidak hanya jumlah total energi yang digunakan organisme
pada setiap taraf trofik rantai makanan tetapi juga menyangkut peranan berbagai

10
organisme di dalam transfer energi. Dalam penggunaan energi, makin tinggi
tingkat trofiknya maka makin efisien penggunaannya. Namun panas yang
dilepaskan pada proses tranfer energi menjadi lebih besar. Hilangnya panas pada
proses respirasi juga makin meningkat dari organisme yang taraf trofiknya rendah
ke organisme yang taraf trofiknya lebih tinggi.
Sedangkan untuk produktivitasnya, makin ke puncak tingkat trofik makin
sedikit, sehingga energi yang tersimpan semakin sedikit juga. Energi dalam
piramida energi dinyatakan dalam kalori per satuan luas per satuan waktu.
2. Piramida Biomassa
Piramida biomassa yaitu suatu piramida yang menggambarkan berkurangnya
transfer energi pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Pada piramida
biomassa setiap tingkat trofik menunjukkan berat kering dari seluruh organisme di
tingkat trofik yang dinyatakan dalam gram/m2. Umumnya bentuk piramida
biomassa akan mengecil ke arah puncak, karena perpindahan energi antara tingkat
trofik tidak efisien. Tetapi piramida biomassa dapat berbentuk terbalik.
Misalnya di lautan terbuka produsennya adalah fitoplankton mikroskopik,
sedangkan konsumennya adalah makhluk mikroskopik sampai makhluk besar
seperti paus biru dimana biomassa paus biru melebihi produsennya. Puncak
piramida biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya
sedikit, dan umumnya individu karnivora pada puncak piramida bertubuh besar.

3. Piramida Jumlah
Suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap tingkat
trofik dalam suatu ekosistem. Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit
ke atas. Organisme piramida jumlah mulai tingkat trofik terendah sampai puncak
adalah sama seperti piramida yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan
konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan dalam taraf
trofik pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer) di taraf trofik
kedua, jumlah organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer,
serta jumlah organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme konsumen
sekunder.

11
2) Rantai Makanan
Rantai makanan merupakan sebuah proses yang terjadi dalam suatu ekosistem
yang terdiri beragam makhluk hidup di dalamnya. Pada setiap organisme yang
hidup pada habitatnya akan mempengaruhi keadaan lingkungannya yang
berkaitan dengan rantai makanan makhluk hidup.
Setiap makhluk hidup melakukan interaksi dengan menggunakan komponen-
komponen lingkungan yang ada di sekitarnya. Interaksi organisme dengan
lingkungan sekitarnya akan membentuk satu kesatuan yang disebut dengan
ekosistem. Pada pengertian lain menyebutkan, ekosistem merupakan pola
terhadap hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara makhluk hidup
dengan lingkungan yang ditempatinya.
Pada sebuah ekosistem akan selalu ditemukan makhluk hidup yang memiliki
tingkatan sebagai produsen, konsumen dan pengurai pada rantai makanan. Setiap
komponen ini mempunyai peranan berbeda terhadap ekosistem tersebut. Namun
ketika, melaksanakan perannya, komponen tersebut akan saling mengalami
ketergantungan satu sama lain secara langsung dan juga tidak langsung.
Dalam sebuah ekosistem bisa dikatakan seimbang dalam proses rantai
makanan, apabila semua komponen tersebut, melakukan peranan yang sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Sehingga akan terkontrol secara alamiah, setiap
jenis populasi dalam ekosistem tersebut yang berkembang dengan cepat atau
berkembang terlalu lambat.
Di dalam ekosistem terdapat rantai makanan yang dimana, meliputi sebuah
peristiwa makan dan dimakan pada sebuah ekosistem. Rantai makanan pada
ekosistem diartikan juga sebagai proses perpindahan energi yang dilakukan
melalui proses makan dan dimakan, sehingga membentuk rangkaian tertentu.
1. Produsen, adalah makhluk hidup yang mampu menghasilkan makanan
sendiri. Contoh : tumbuhan yang mampu fotosintesis.
2. Konsumen, merupakan makhluk hidup yang tidak mampu membuat makanan
sendiri. Terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
- konsumen tingkat 1 (memakan langsung tumbuhan)
- konsumen tingkat 2 (memakan konsumen tingkat 1)

12
- konsumen tingkat 3 (memakan konsumen tingkat 2)
Contoh : hewan vertebrata dan manusia
3. Pengurai : makhluk hidup yang menguraikan zat-zat yang terkandung dalam
sampah dan sisa makhluk hidup mati.
3) Rantai Makanan pada Ekosistem
Menurut penelitian pada ilmuwan ekologi, kita mengenal tiga macam rantai
pokok yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit. Berikut ini
penjelasannnya :

1) Rantai Pemangsa
Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai
konsumen I yang memakan landasannya yaitu tumbuhan hijau, yang kemudian
dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen
ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai
konsumen ke-3.
2) Rantai Parasit
Pengertian rantai makanan parasit dimulai dari organisme besar hingga
organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain
cacing, bakteri, dan benalu.
3) Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya
jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan
satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
Padi bertindak sebagai makhluk yang bisa menciptakan makanan sendiri
melalui proses fotosintesis sehingga berperan sebagai produsen. Kemudian
belalang memiliki peran sebagai konsumen tingkat satu yakni memiliki makanan
berupa produsen (rumput), biasanya konsumen tingkat satu masuk dalam
golongan Herbivora dan biasa juga disebut dengan konsumen primer. Selanjutnya
Belalang dimakan oleh ayam yang berperan sebagai konsumen sekunder,
konsumen sekunder biasanya terdiri dari makhluk dengan tipe karnivora
(pemakan daging). Ayam dimakan oleh ular yang berperan sebagai konsumen

13
tingkat 3. Selanjutnya ular dimakan oleh elang, konsumen puncak ini biasanya
adalah makhluk jenis Omnivora (pemakan segala) meskipun bisa juga diduduki
oleh hewan karnivora. Terakhir dekomposer berfungsi menguraikan elang yang
telah mati kemudian dekomposer ini menyuburkan tanah, seperti cacing makhluk
invertebrata, yang kemudian kembali tumbuh rumput dan begitu seterusnya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang ditarik dari malakah ini adalah sebagai berikut :
1. Ekoenergenetik adalah kajian tentang energy dan proses perubahannya dari
satu bentuk ke bentuk yang lain yang terjadi di alam ekosistem. Kajian
tentang energy meliputi konsep energy, sumber energy bentuk-bentuk energy,
dan manfaat energy. Sedangkan kajian tentang transformasi energy meliputi
perubahan bentuk energy yang berlangsung di dalam system hidup, system
tak hidup, dan pada dua system yaitu biosistem dan fisika system secara
berantai.
2. Hukum dasar Ekoenergetika didasarkan oleh hukum Thermodinamika I dan
Hukum Thermodinamika II (aspek aspek energy dan perubahannya mengikuti
hukum ini).
3. - Produktifitas adalah istilah untuk menyatakan tingkat produksi atau
akumulasi energy dan atau bentuk lain dari energy oleh suatu system terutama
system biologi dalam kurun waktu tertentu.
- Produktifitas primer merupakan laju akumulasi energy matahari oleh
aktifitas fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau, ke dalam bentuk
bahan organic yang dapat dipergunakan sebagai bahan makanan.
- Produktifitas sekunder adalah laju akumulasi bahan-bahan organic yang
dilakukan oleh organism konsumen.
4. Anggaran Energi adalah istilah yang berkaitan dengan arah pemanfaatan
energy yang berhasil ditambat oleh makhluk di dalam suatu ekosistem.
5. Efisiensi ekologi adalah rasio atau perbandingan antara laju aliran energi pada
berbagai mata rantai dalam rantai makanan (pada berbagai aras trofik).
6. Adapun contoh ekoenergetika di alam yaitu antara lain piramida ekologi dan
rantai makanan.

15
3.2. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan masiswa dapat mengetahui
pengertian dan ruang lingkup kajian ekoenergetika yang sebenarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Produktivitas Primer_Tinjauan Pustaka.(pdf_file).

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi


kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Carlisle Daren M. & Clements William H. 2003. Growth and secondary


production of aquatic insects along a gradient of Zn contamination in Rocky
Mountain streams. J. N. Am. Benthol. 22(4): 582–597.

Dedi, S. 2009. Pertumbuhan, Produktivitas dan Biomassa, Fungsi dan Peranan.


Dari http://web.ipb.ac.id/Dedi_s download tanggal 30 Juni 2009.

Jordan, F. 1985. Nutrient Cycling in Tropical Forest Ecosystem. John Willey


Sons.

Mcnaughton, S.J., L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum (terjemahan), Edisi kedua.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Rose Lori Valentine, Rypel Andrew L, Layman Craig A. 2011. Community


secondary production as a measure of ecosystem function: a case study with
aquatic ecosystem fragmentation. Bulletin of Marine Science. 87 (4): 913-
937.

Wiharto, M. 2007. Produktivitas Vegetasi Hutan Hujan Tropis. (pdf_file).

17

Anda mungkin juga menyukai