NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2023/2024 Ganjil (2023.2)
Pertanyaannya:
a. Coba Anda jelaskan hubungan antara ekologi dan lingkungan! Dan bagaimana hubungannya dengan
ilmu-ilmu lainnya? Jelaskan pula hubungan perencanaan wilayah dengan lingkungan!
b. Coba jelaskan peran manusia dalam lingkungan hidup dan dalam ekologi!
c. Jelaskan 3 manfaat ekologi pada kehidupan dan lingkungan!
d. Menurut Anda, bagaimana kondisi lingkungan di daerah Anda saat ini? Jelaskan dan jika ada masalah,
bagaimana masyarakat sekitar mengatasinya?
Jawab:
a. Hubungan antara Ekologi dan Lingkungan:
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dan lingkungan mereka. Lingkungan,
di sisi lain, mencakup semua elemen fisik, kimia, dan biologis yang ada di sekitar suatu organisme.
Hubungan antara ekologi dan lingkungan sangat erat, karena ekologi mencoba memahami bagaimana
organisme beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat mereka hidup. Ekologi membahas
dinamika populasi, interaksi antar spesies, dan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan. Ilmu-ilmu
lain seperti biologi, geologi, kimia, dan fisika juga terkait dengan ekologi karena semua disiplin ilmu ini
berkontribusi pada pemahaman keseluruhan tentang lingkungan dan organisme yang hidup di dalamnya.
Perencanaan wilayah, dalam hal ini, mencoba mengelola penggunaan lahan dan sumber daya alam agar
dapat berlangsung secara berkelanjutan. Hubungannya dengan lingkungan adalah dalam upaya
meminimalkan dampak negatif perubahan lingkungan yang mungkin timbul akibat aktivitas manusia.
1 dari 5
PWKL4106
Pertanyaannya:
a. Coba Anda jelaskan arti biogeokimia dan daur biogeokimia, serta hubungannya dengan energi!
b. Daur biokimia ada yang berjalan sempurna dan ada pula yang tidak sempurna. Coba Anda jelaskan
mengapa dapat terjadi daur yang tidak sempurna?
c. Pada suatu ekosistem, ada yang disebut dengan faktor pembatas, coba Anda uraikan apa yang disebut faktor
pembatas tersebut dan berikan contohnya! Mengapa faktor pembatas berbeda antara satu ekosistem
dengan ekosistem lainnya?
d. Ekosistem mampu merawat dan mengatur dirinya sendiri secara alami, tanpa adanya campur tangan
dari luar, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Apakah semua ekosistem mempunyai kemampuan yang
sama untuk melakukan perubahan?
Jawab:
a. Biogeokimia dan Daur Biogeokimia:
- Biogeokimia: Biogeokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
hidup dan proses kimia dalam lingkungan. Ini melibatkan pemahaman tentang siklus dan
transformasi unsur kimia di dalam biosfer, atmosfer, hidrosfer, dan litosfer.
- Daur Biogeokimia: Daur biogeokimia merujuk pada pergerakan dan pertukaran unsur kimia di
antara komponen biotik dan abiotik lingkungan. Daur ini melibatkan sirkulasi unsur-unsur
esensial seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan lainnya melalui organisme hidup, tanah, air, dan
atmosfer.
Hubungannya dengan energi terkait dengan peran energi dalam menggerakkan proses-proses
biogeokimia. Energi dari matahari, misalnya, digunakan dalam fotosintesis oleh tumbuhan untuk mengubah
karbon dioksida menjadi karbohidrat, yang kemudian menjadi bagian dari rantai makanan.
Faktor pembatas berbeda antar ekosistem karena setiap ekosistem memiliki kondisi lingkungan yang
unik. Sebagai contoh, kelembaban mungkin menjadi faktor pembatas di gurun, sementara suhu ekstrem
mungkin menjadi faktor pembatas di kutub.
Tidak semua ekosistem memiliki kemampuan yang sama. Beberapa ekosistem mungkin lebih resisten
terhadap gangguan dan lebih cepat pulih daripada yang lain. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
keanekaragaman hayati, kestabilan ekosistem, dan faktor-faktor lainnya. Gangguan yang signifikan, seperti
perubahan iklim drastis atau kegiatan manusia yang intensif, dapat mengurangi kemampuan ekosistem
untuk merawat dirinya sendiri.
3 dari 5
PWKL4106
3. 25
Diduga karena Limbah Sawit, Ribuan Ikan di Sungai Retok Kubu Raya Mati Mengapung,
Warga Terindikasi Terdampak Penyakit
SuaraKalbar.id - Ribuan ekor berbagai jenis ikan di Desa Retok, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat mati mengapung. Hal ini justru membuat warga sekitar heboh dengan fenomena tersebut.
Matinya bermacam jenis ikan tersebut diduga akibat pencemaran limbah pabrik kepala sawit yang berada di
sekitar hulu sungai di daerah itu. Kejadian itu ditemukan warga pertama kali pada Jumat(15/04/2022) lalu.
Ikan-ikan yang mati di Sungai Retok tersebut terlihat aneh.
Kepala Desa Retok, Sahidin mengatakan dirinya bersama sejumlah tim pun kemudian menelusuri sungai
Retok di Kubu Raya. Ditengah perjalan, rombongan Kepala Desa melihat sejumlah ikan mati terlihat
mengapung.
Ikan-ikan itu diantaranya ikan Baung, Tilan, Tamparas dan ada pula ikan Buntal. Sahidin katakan,
ada juga jenis ikan lainnya yang mati, seperti Tingadak, Kilabo, Tapah, udang, Baung tikus, Belut,
Bintutu, Jelawat, Ringau, Kaloi, Lais, Sengarat, Banga, Babungalan, hingga siluk atau arwana.
“Ikan-ikan di Sungai Retok tiba-tiba mengapung dan mati. Kematian seperti ini cenderung aneh,” katanya
saat dihubungi suara.com, Selasa(19/04/2022). Sahidin memastikan, matinya ikan-ikan di sepanjang
Sungai Retok dan sekitarnya itu bukan karena racun. Akan tetapi terindikasi pencemaran
limbah sawit.
“Saya pastikan ini bukan disebabkan racun ikan. Karena dari ciri-ciri air, air sungai keruh, berbeda jika
disebabkan racun ikan. Selain itu, air sungai mengandung minyak,” ujarnya.
Ia juga menduga, ada kebocoran kolam penampungan limbah pabrik sawit yang terletak di hulu sungai.
Kejadian serupa kata Sahidin, sudah pernah terjadi sejak tahun 2015 dan tahun 2019 lalu.
“Kolam penampungan sawit itu letaknya ada di Kabupaten Landak. Tapi aliran sungainya hingga ke Retok.
Sejak saya menjadi Kades, sudah tiga kali terjadi. Pertama di tahun 2015, 2019, dan sekarang tahun 2022.
Tahun ini yang terparah, ratusan hingga ribuan ekor ikan mati,” ungkapnya.
Akibat peristiwa ini, warga Desa Retok dan sekitarnya merasa dirugikan. Sebab Sungai Retok merupakan
saran yang digunakan warga untuk keperluan sehari-hari kini tidak bisa digunakan. Bahkan hal tersebut
berpotensi menimbulkan penyakit.
“Kami minta agar ada solusi dari perusahaan untuk memastikan limbahnya tidak berbahaya. Karena warga
Retok dan sekitarnya tidak bisa menggunakan untuk mandi, cuci dan konsumsi. Masyarakat sangat
dirugikan dan diantaranya ada yang kena diare,” kata Sahidin.
Sahidin tegaskan pihak perusahaan abai dengan kewajibannya. Semestinya menurut Sahidin, pengelolaan
dan pendirian pabrik sesuai dengan standar lingkungan hidup.
………………dst
4 dari 5
PWKL4106
Pertanyaannya:
a. Berdasarkan bacaan di atas, apa penyebab terjadinya pencemaran air tersebut serta termasuk sumber
pencemar apa? Coba Anda uraikan jenis pencemaran yang terjadi tersebut secara fisik, dan
dampaknya!
b. Apa dampak pencemaran air terhadap kesehatan secara langsung maupun tidak langsung?
c. Coba Anda jelaskan pencemaran air di Indonesia!
d. Menurut Anda, bagaimana pencemaran air di daerah Anda? Jelaskan dan bagaimana pemerintah
mengatasi pencemaran tersebut!
Jawab:
a. Penyebab Pencemaran Air dan Sumber Pencemar:
- Penyebab: Pencemaran air di Sungai Retok disebabkan oleh limbah pabrik kepala sawit yang bocor
atau terlepas ke sungai.
- Sumber Pencemar: Pabrik kepala sawit yang melepaskan limbah berupa minyak dan bahan kimia ke
sungai.
d. Pencemaran air di daerah Jakarta menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa
contoh pencemaran air di Jakarta dan upaya pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut:
1. Pencemaran sungai: Beberapa sungai di Jakarta tercemar pada tingkat sedang sampai berat.
Misalnya, pada 2014, data dari Dinas Lingkungan Hidup Jakarta menunjukkan bahwa 1% bagian
sungai di Jakarta memiliki level pencemaran ringan, dan pada 2022, data terakhir menunjukkan
bahwa level pencemaran sungai di Jakarta sudah masuk dalam fase tercemar berat hingga 100% .
2. Kualitas air: Kualitas air di Jakarta juga menjadi masalah, karena sebagian besar air di aliran
sungai sudah tercemar limbah. Hal ini menyebabkan banyak warga Jakarta mengkonsumsi air
sungai yang tidak aman untuk kebersihan.
5 dari 5
PWKL4106
1. Peningkatan kesadaran
Pemerintah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air dan
mengurangi pencemaran. Hal ini mencakup penyampaian informasi tentang bagaimana mengelola
sampah dan limbah dengan benar, serta mengurangi konsumsi air yang tidak terbatas.
3. Pengembangan infrastruktur
Pemerintah membantu masyarakat mengakses air bersih dan aman dengan mempersiapkan
infrastruktur yang baik, seperti penyediaan air bersih dan instalasi pemantauan kualitas air.
6 dari 5
PWKL4106
4. 30
Masalah Keanekaragaman Hayati di Sulawesi
Hutan di Sulawesi masih terus menghadapi tekanan kebakaran hutan, baik yang disengaja atau alami,
akibat utama dari pemberian konsesi pertambangan jangka panjang kepada perusahaan multinasional di
dalam kawasan konservasi di Sulawesi Utara serta di perbatasan Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Selatan. Perubahan tata guna lahan ini mempercepat laju kehilangan kawasan hutan lindung
Sulawesi. Pada akhirnya akan mengancam kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati. Bahkan
menurut perkiraan Bank Dunia (Holmes 2002), kawasan hutan daratan rendah Sulawesi sebenarnya telah
habis tahun 2000 lalu.
Begitu juga pada ekosistem pesisir dan laut. Konversi lahan mangrove yang tidak terkendali, kegiatan
reklamasi pantai di kota-kota besar, polusi limbah dan minyak, eksploitasi yang berlebihan dan
perdagangan ekspor organisme yang berkaitan dengan ekosistem terumbu karang dan lamun, telah
meningkatkan kerusakan fungsi ekologi laut dan pesisir Sulawesi. Masalah yang terkait antara lain erosi,
abrasi pantai, sedimentasi, serta ancaman kepunahan beberapa spesies komersial dan yang dilindungi.
Misalnya, di pantai Tokke Kecamatan Pitumpanua, sekitar 50 km ke arah utara ibukota Kabupaten Wajo,
Sulawesi Selatan, telah mengalami erosi pantai dengan tingkat abrasi 30 – 50 m per tahun
selama 12 tahun terakhir. Abrasi ini sekarang telah mencapai antara 400 – 1000 m ke arah daratan. Ini
terjadi akibat pembabatan hutan mangrove oleh penduduk sebagai tanggapan atas program pengembangan
budidaya tambak pada tahun 1982/19 83.
Dampak konversi adalah kerugian ekologis dan ekonomis karena fungsi kawasan mangrove sebagai
pelindung pantai, intrusi air laut, pemijahan dan perkembangbiakan biota pesisir, termasuk berbagai jenis
burung (Carter 1998) tidak dapat berlangsung lagi. Selanjutnya, walaupun belum ada data, kegiatan
pembongkaran karang untuk mendapatkan abalon, rotan laut, bambu laut dan pengangkatan karang hidup
merupakan ancaman serius bagi kelestarian terumbu karang. Hasil penelitian Mathews dkk. (2002b)
memperkirakan adanya hubungan antara pengembangan budidaya secara besar-besaran dan kerusakan
mangrove di pesisir dengan penurunan hasil tangkapan udang alami ( Panaeus marguiensis) di Sulawesi
Selatan.
Pada kurun waktu 1985 – 1987 hasil tangkapan alami mencapai 8000 ton, tetapi pada tahun 1993 menurun
tajam hingga kurang dari 3900 ton, walaupun upaya penangkapan sudah ditingkatkan. Pada saat yang sama
konversi mangrove menjadi lahan tambak meningkat drastis seiring dengan peningkatan produksi hasil
budidaya dari 39.000 ton tahun 1985 menjadi 47.000 ton tahun 1987 dan terus meningkat hingga tahun
1993.
Untuk ekosistem lahan basah, penyebab kerusakan ekosistem danau mencakup pendangkalan dan
penyempitan alur air oleh sedimentasi, pertumbuhan tanaman air yang
7 dari 5
PWKL4106
tidak terkontrol, serta polusi dan pencemaran limbah pertanian dan domestik. Akibatnya, selain sungai
dan danau menjadi mati, yang masih ada pun dalam hal ini produktivitas dan populasi flora dan fauna,
termasuk jenis endemik, mengalami penurunan. Sebagai contoh, sedimentasi yang menyebabkan
kedangkalan Danau Tempe berasal dari aktivitas di hulu sungai-sungai serta aktivitas masyarakat sekitar
danau. Menurut berbagai hasil penelitian, muatan sedimen yang begitu tinggi di perairan mengancam
keberadaan dan kelangsungan hidup flora dan fauna. Pendangkalan dilaporkan sekitar 15 – 30 cm
pertahun dengan muatan sedimen 518.000 juta m3/tahun.
Danau Tondano saat ini memiliki kedalaman rata-rata 12 m dengan luas sekitar 4628 ha, sangat berbeda
dibandingkan kondisi tahun 1934 yang luasnya 5622 ha dan kedalaman rata- rata 27 meter. Danau ini
mempunyai 25 saluran masuk dan hanya satu saluran keluar, yaitu Sungai Tondano. Rata-rata laju erosi
danau ini 62,33 ton/ha/tahun, dan laju sedimentasi sekitar 135.746 ton/tahun di kawasan pengolahan
lahan yang tidak intensif, sedangkan di kawasan perkebunan cengkeh laju erosi rata-rata 126,72
ton/ha/tahun dengan laju sedimentasi sekitar 176.857 ton/tahun.
Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah memiliki luas 32.324 ha. Danau ini mengalami erosi karena
kegiatan perambahan hutan oleh masyarakat untuk perluasan areal pertanian/perkebunan dan pemukiman.
Kegiatan pertanian/perkebunan di kawasan hutan, khususnya daerah berlereng curam, mempercepat proses
erosi.
Masalah yang dihadapi ekosistem pertanian adalah pengembangan pertanian dan perkebunan,
khususnya introduksi berbagai bahan kimia anorganik yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif
seperti degradasi kualitas lahan. Penggunaan pestisida dan pupuk sering berdampak negatif pada
keanekaragaman hayati karena adanya kecendrungan peningkatan resistensi organisme jasad pengganggu
tanaman, predator yang bermanfaat menjadi punah dan kesuburan tanah menurun. Hasil pemantauan
yang dilakukan di Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan pada tahun 2001, menunjukkan bahwa limbah
pestisida dan pupuk anorganik dari kegiatan pertanian dan perkebunan masuk ke aliran sungai, permukaan
tanah dan pemukiman berturut-turut mencapai 16,77 m3 dan 7,63 ton setiap harinya (BAPEDALDA
Kabupaten Tator 2002).
Konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan industri akhir-akhir ini terus meningkat seiring
dengan peningkatan kebutuhan lahan oleh masyarakat dan industri. Kegiatan konversi ini juga banyak
dipengaruhi oleh program peningkatan produksi pertanian yang masih belum efektif dalam meningkatkan
kesejahteraan petani. Pengembangan perkebunan pola inti-plasma lebih mendahulukan kepentingan inti
yang notabene adalah usaha besar, sementara nasib petani plasma kebanyakan hanya sebagai sapi
perahan.
Ancaman langsung terhadap integritas ekosistem karst Maros – Pangkep semakin tinggi, baik dalam hal
intensitas, luas dan tingkat tekanan. Ancaman langsung ini terutama berasal dari berbagai aktivitas manusia
yang terus berkembang di dalam kawasan ini. Sumber ancaman langsung yang pertama berasal dari
kegiatan pertambangan. Ada dua industri besar yang berlokasi di dalam dan di sekitar kawasan karst Maros
– Pangkep, yaitu industri Semen PT Semen Tonasa dan PT Semen Bosowa. Di samping itu, berdasarkan
data PSL – Unhas (1997) sampai sekarang telah diterbitkan 10 SIPD (Surat Izin Penambangan Daerah).
Sumber ancaman potensial dari kedua kegiatan tersebut adalah eksploitasi batu gamping yang
mengubah bentang alam, merusak sistem hidrologi karst, meningkatkan pencemaran suara,
8 dari 5
PWKL4106
getaran, dan limbah (cair/padat) di sekitar kawasan. Selain itu vandalisme dan pengrusakan juga
merupakan dinding gua oleh para pengunjung juga merupakan masalah yang harus dihadapi. (Sumber:
Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003 – 2020)
9 dari 5
PWKL4106
Nilai Ekonomis: Keanekaragaman hayati juga memberikan nilai ekonomis melalui pariwisata ekologi,
sumber daya alam yang dapat diambil, dan inovasi yang terinspirasi dari keanekaragaman hayati.
Nilai Estetika dan Budaya: Keanekaragaman hayati memberikan keindahan alam dan memiliki nilai
budaya bagi masyarakat lokal yang sering kali terkait dengan kepercayaan dan tradisi mereka.
Skor Total 100
10 dari