Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum Ekologi

Produktivitas Primer

Oleh

Ajeng Rizki Ramadhania 17030244036


Adam Satrio N.F 17030244052
Refika Yuliana Pratiwi 17030244063
Fadzillah Lailatus S 17030244071

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi anatara makhluk hidup
dan lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya
serta antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik (habitat). Interaksi dalam
ekosistem didasari adanya hubungan saling membutuhkan antara sesama makhluk
hidup dan adanya eksploitasi lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar hidup.
Jika dilihat dari aspek kebutuhannya, sesungguhnya interaksi bagi makhluk hidup
umumnya merupakan upaya mendapatkan energi bagi kelangsungan hidupnya
yang meliputi pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi dan pergerakan.
Sumber enerrgi primer bagi ekosisitem adalah cahaya matahari. Energi
cahaya matahari hanya dapat diserap oleh organisme tumbuhan hijau dan
organisme fotosintetik. Energi cahaya digunkan untuk mensitesis molekul
anorganik menjadi molekul organik yang kaya energi. Molekul terseut selanjutnya
disimpan dalam bentuk makanan dalam tubuhnya dan menjadi sumber bahan
organik bagi organisme lain yang heterotrof. Organisme yang memiliki
kemampuan untuk mengikat energi dari lingkungan disebut produsen.
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan
energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem yang dimaksud
adalah pemindahan energi cahaya menjad energi kimia oleh produsen. Sedangkan
penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energi oleh konsumen
dan mikroorganisme. Laju produksi makluk hidup dalam ekosistem disebut
sebagai produktivitas.
Setiap ekoisitem atau komunitas atau bagian-bagian lain memiliki
produktivitas primer. Pengertian produktivitas primer adalah kecepatan
penyimpanan energi potensial oleh organisme produsen melalui proses
fotosintesis dan kemosintesis (pemanfaatan hasil sintesis) dalam bentuk bahan-
bahan organik dapat digunakan sebagai bahan pangan. Dalam konsep
produktivitas, faktor satuan waktu sangat penting, karena sistem kehidupan adalah
proses yang berjalan secara berkesinambungan. Selain waktu, faktor ruang
merupakan faktor penting yang menentukan produktivitas suatu ekosistem.
Untuk mengetahui produktivitas primer suatu ekosistem perairan yang dapat
menjamin kelangsungan kehidupan organisme, meliputi pertumbuhan,
pemeliharaan, dan reproduksi, diukurlah DO (Dissolved Oxygen) dalam
praktikum kali ini dengan menggunakan metode botol terang dan botol gelap.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kadar fotosintesis perairan?
2. Bagaimana kadar respirasi perairan?
3. Bagaimana produktivitas primer perairan?
4. Bagaimana produktivitas total perairan?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan kadar fotosintesis perairan.
2. Untuk mendeskripsikan kadar respirasi perairan.
3. Untuk mendeskripsikan produktivitas primer perairan.
4. Untuk mengidentifikasi produktivitas total perairan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Danau Unesa Ketintang


Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang
ada di permukaan bumi. Secara umum, danau merupakan perairan
umum daratan yang memiliki fungsi penting bagi pembangunan dan
kehidupan manusia. Danau memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi
ekologi, budidaya dan sosial ekonomi. Dilihat dari aspek ekologi,
danau merupakan tempat berlangsungnya siklus ekologis dari
komponen air dan kehidupan akuatik di dalamnya. Keberadaan danau
akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem di sekitarnya, sebaliknya
kondisi danau juga dipengaruhi oleh ekosistem di sekitarnya.
Sedangkan dilihat dari aspek budidaya, masyarakat sekitar danau
sering melakukan budidaya perikanan jala apung dan dari aspek sosial
ekonomi, danau memiliki fungsi yang secara langsung berkaitan
dengan kehidupan masyarakat sekitar danau (Wulandari, 2013).
Unesa merupakan salah satu kampus di Surabaya yang memiliki
fasilitas danau sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Kini
danau di kampus Ketintang telah jadi dan dikunjungi banyak pengunjung
setiap harinya. Mulai pagi hari banyak warga sekitar yang memanfaatkan
jogging track yang mengelilingi danau buatan tersebut. Dan sering
digunakan oleh sejumlah kelompok mahasiswa biasa berdiskusi di
beberapa titik Ranunesa di bawah pohon-pohon yang ada di sekitarnya.
Selain itu danau Unesa juga digunakan sebagai tempat penampungan air
yang merupakan fungsi dari danau seperti pada umumnya, danau Unesa
juga digunakan sebagai pembuangan air dari gedung – gedung kuliah dan
juga beberapa air yang mengandung limbah dari hasil kegiatan mahasiswa.
Limbah tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi PH dan
beberapa kandungan yang terdapat di danau tersebut seperti Biological
Oxygen Dissolved (BOD) dan prokdutifitas primer.

B. Produktivitas Primer
Penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau dan perubahan
sebagian dari energi sinar ini menjadi energi kimia melalui fotosintesis
disebut produksi primer. Fotosintesis memainkan peranan penting dalam
pengaturan metabolisme komunitas. Laju fotosintesis bertambah dua atau
tiga kali lipat untuk setiap 10˚C kenaikan suhu. Meskipun demikian,
intensitas sinar dan suhu yang ekstrim cenderung memiliki pengaruh
menghambat laju fotosintesis. Fotosintesis mempengaruhi penyerapan
energi radiasi dan karbondioksida serta pelepasan oksigen. Tanpa adanya
sinar matahari, fotosintesis tertahan namun pernafasan akan tetap
berlanjut. Dengan adanya sinar, proses fotosintesis dan respirasi terjadi
serentak. Fakta - fakta ini digunakan untuk mencari cara pengukuran
produksi primer. Produksi primer adalah jumlah karbon organik yang
dihasilkan dan produktivitas primer adalah laju produksi, yaitu jumlah per
satuan waktu (Michael, 1984, hlm: 366-367).
Produktivitas primer adalah kecepatan terjadinya fotosintesis atau
pengikatan karbon. Proses fotosintesis ini terjadi baik di darat, permukaan
dan dalam air tawar serta air laut (Romimohtarto & Juwana, 2001, hlm:
310-311). Dalam proses fotosintesis ini diperlukan zat hijau daun yang
disebut klorofil. Proses ini menggunakan dua macam bahan, yaitu air dan
karbondioksida. Setelah langkah pertama, yaitu mengubah energi cahaya
menjadi energi kimia selesai, energi kimia dapat dipindah - pindahkan ke
dalam berbagai bahan kimia. Berbagai macam organisme dapat
menyempurnakan pemindahan ini. Tetapi hanya produsen yang dapat
mengerjakan langkah pertama tadi (Soemarwoto et al.,1980, hlm: 8-9).
Sinar matahari berperan penting dalam proses fotosintesis. Apa
saja yang mempengaruhi sinar matahari akan mempengaruhi proses
fotosintesis. Di daerah katulistiwa, di mana panjang siang dan malam
hampir sama sepanjang tahun maka faktor musim seperti yang terjadi di
daerah sedang dan kutub tidak berpengaruh. Tetapi perubahan siang dan
malam sangat berpengaruh secara berkala. Cuaca dapat mempengaruhi
produktivitas primer melalui tutupan awan, angin dan secara tidak
langsung melalui suhu. Awan dapat mengurangi penembusan cahaya ke
permukaan laut dan mengurangi kecepatan proses produktivitas primer
(Romimohtarto & Juwana, 2001, hlm: 311-312).
Untuk mengukur produktivitas primer digunakan metode botol
terang-gelap. Biasanya metode analisis oksigen yang digunakan adalah
metoda Winkler. Berdasarkan nilai - nilai kadar oksigen akhir dalam botol
terang dan botol gelap (setelah direndam dalam air untuk beberapa lama),
dan nilai kadar oksigen awal (yaitu kadar oksigen dalam kedua botol
sebelum digantungkan dalam perairan), laju fotosintesis dalam kedua botol
dapat dihitung. Bagi botol terang nilai yang diperoleh adalah fotosintesis
bersihatau kelebihan fotosintesis terhadap respirasi. Nilai yang diperoleh
botol gelap adalah jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh respirasi.
Fotosintesis kotor adalah nilai yang diperoleh dengan menambahkan
jumlah oksigen yang dikonsumsi untuk respirasi dengan fotosintesis
bersih. Sudah barang tentu baik nilai fotosintesis bersih maupun
fotosintesis kotor akan berbeda pada setiap kedalaman yang berbeda,
karena nilai-nilai intensitas cahaya matahari berubah menurut kedalaman,
sedangka n fotosintesis dipe ngaruhi oleh intensitas cahaya matahari
(Nybakken, 1992, hlm: 55). Produktivitas primer di lingkungan perairan
sering dilakukan dengan merendam botol bening dan botol gelap. Di sini
produktivitas diukur menurut kesetimbangan oksigen yang dihasilkan
sebagai akibat fotosintesis, menurut Suin (2002, hlm: 59).
Klorofil menangkap kekuatan hidup atau energi matahari dan
digunakan untuk membelah molekul H 2O menjadi unsur H dan O2,
kemudian menggabungkannya antara unsur H dengan gas CO 2 dan
dihasilkan gula atau karbohidrat. Dari proses fotosintesis ini juga
dihasilkan hasil sampingan berupa gas O2 (Wirosaputro,1998 hlm: 8).
Ada dua macam klorofil pada tumbuhan: klorofil a dan klorofil b.
Klorofil adalah pigmen karena menyerap cahaya, yakni radiasi
elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visibel). Cahaya putih (seperti
cahaya matahari) mengandung semua spektrum kasat mata dari merah
sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap
dengan baik secara merata oleh klorofil. Adalah mungkin untuk
menentukan bagaimana efektifnya setiap panjang gelombang (warna)
diserap dengan menyinari suatu larutan klorofil dengan cahaya
monokromatik (cahaya berwarna satu) dan kemudian dengan meteran
cahaya yang peka mengukur cahaya yang melewati larutan tersebut.
Dengan mengulangi proses ini dengan memakai cahaya monokromatik
sambil merentang seluruh spektrum yang kasat mata, maka mungkin untuk
menggambar spektrum absorbsi. Perhatikan baik bahwa baik klorofil a
maupun klorofil b paling kuat menyerap cahayadi bagian merah dan ungu .
Cahaya hijau yang paling sedikit diserap. Karena itu bila cahaya putih
menyinari struktur-struktur yang mengandung klorofil, seperti misalnya
daun, maka sinar hijau dipantulkan, dan hasilnya ialah struktur-struktur
tersebut tampak hijau (Kimball,1992, hlm: 975).
Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan
sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya
kendungan klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis
pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen),
merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisme air lainnya
yang berperan sebagai konsumen, dimulai dari zooplankton dan diikuti
oleh kelompok organisme lainnya yang membentuk rantai makanan.Dalam
ekosistem air hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton
bersama dengan tumbuhan air lainnya disebut sebagai produktivitas
primer. Fitoplankton terutama hidup pada lapisan perairan yang mendapat
cahaya matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis (Barus, 2004,
hlm: 26).
C. Dissolved Oxygen (DO)
Biochemical dissolved oxygen adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam memecah bahan - bahan
organik. Penguraian bahan organik melalui proses oksidasi oleh
mikroorganisme di dalam lingkungan air merupakan suatu proses
alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen
yang cukup (Wardhana, 1995, hlm: 77). Menurut Jeffries dan Mills
(1996) dalam Effendi, (2003, hlm: 125) perairan alami memiliki nilai
BOD antara 0,5-7,0 mg/l. Perairan yang memiliki nilai BOD lebih
dari 10 mg/l di anggap mengalami pencemaran. Menurut Michael
(1984, hlm: 134), uji BOD dilakukan untuk membantu menduga
kemungkinan penurunan oksigen yang disebabkan oleh penguraian
oksidatif dalam air, dengan demikian air merupakan sarana untuk
mengukur kandungan organik suatu sistem perairan.
Menurut peraturan pemerintah no. 82 tahun 2001 ini yang
dimaksud dengan : Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di
bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah
wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini akuifer, mata air, Sungai, rawa, danau, situ, waduk,
dan muara. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjadi agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengendalian
pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitasair untuk menjamin kualitas air
agar sesuai dengan baku mutu air. Mutu air adalah kondisi kualitas air
yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan
metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk
dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu (PP no. 82 tahun 2001).
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan airtawar, peternakan, air untuk imengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkanair yang
sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan
(designated beneficial water uses), juga didasarkan pada kondisi
nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Oleh karena itu, penetapan baku mutu air dengan
pendekatan golongan peruntukkan perlu disesuaikan dengan
menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air).
Penetapan baku mutu air yang didasarkan pada peruntukan semata
akan menghadapi kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada air
yang kondisi nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golongan
peruntukan. Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan
memperhatikan kondisi airnya, akan dapat dihitung berapa beban zat
pencemar yang dapat ditenggang adanya oleh air penerima sehingga
air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban
pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi
air penerima yang telah ditetapkan peruntukannya.
Dengan hasil yang sudah ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, kriteria mutu air berdasarkan kelas :
a. BOD yang sesuai dengan standart yakni 2 mg/L, 3 mg/L, 6 mg/L, dan
12 mg/L.
b. DO yang sesuai dengan standart yakni 6 mg/L, 4 mg/L, 3 mg/L, dan 0
mg/L (merupakan angka batas minimum).
c. PH 6-9 serta 5-9 (apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka
ditentukan berdasarkan kondisi alamiah).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental. Dimana data
data diperoleh dari hasil eksperimen di lapangan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada Kamis, 7 Februari 2019 pukul 11.00 –
14.00 WIB di Danau Ranu UNESA Ketintang.

C. Variabel Penelitian
Variabel Kontrol :Sampel Air, stasiun pengamatan, volume
penambahan larutan MnSO4, KOH-KI, H2SO4, dan
amilum 1%
Variabel Manipulasi : Jenis Botol Winkler, lama waktu perendaman
Variabel Respon :
- Kadar oksigen terlarut
- Produktivitas primer
- Produktivitas total
- Fotosintesis
- Respirasi

D. Definisi Operasional Penelitian


Pada variabel kontrol terdapat sampel air, sampel air yang
digunakan adalah sampel air pada Stasiun 6 (di depan Foodcourt).
Pada variabel manipulasi terdapat jenis Botol Winkler yang dibuat
berbeda terang dan gelap. Botol Winkler terang ada 2, yang pertama untuk
direndam di air sampel bersama Botol Winkler gelap sedangkan yang
kedua untuk mengambil sampel air lalu langsung diberi perlakuan.
Variabel respon merupakan variabel yang diamati yaitu kadar
oksigen yang terlarut (DO), fotosintesis, respirasi, produktivitas primer,
dan produktivitas total. Hasil tersebut didapatkan dengan melakukan
perhitungan.

E. Alat dan Bahan


 Alat
1. Botol Winkler gelap 1 buah
2. Botol Winkler terang 2 buah
3. Tali rafia
4. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur 1 ml
7. Buret
8. Statif dan klem
9. Spet
 Bahan
1. Larutan Mn SO4
2. Larutan KOH-KI
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Larutan Amilum 1%
5. Larutan Na2 S2O3 0,025 N
6. Sampel air danau Unesa Ketintang
F. Rancangan Percobaan

ditambah MnSO4 (1
mL)
Botol Winkler
Terang (awal)

dibuang 2ml

ditambah KOH-KI (1
mL)
dibiarkan sampai muncul endapan

dibuang 2ml

Kuning Muda
dititrasi dengan Na2S2O3 ditambahkan H2SO4 (1mL)
ditambahkan amilum ± 20 tetes
(Kuning Muda) (Biru Kehitaman)
diambil 100 mL (dimasukkan erlenmeyer)
ditambahkan amilum ± 20 tetes
(Biru Kehitaman)

Kuning Tua
*Lakukan langkah yang sama pada Botol Winkler Terang dan gelap yang
mengalami perendaman
G. Langkah Kerja
1. Ditentukan stasiun untuk pengambilan sampel air.
2. Sampel air diambil dengan menggunakan botol Winkler terang di
dititrasi
sekitar permukaan air lalu botol ditutup di dalam air. dengan Na2S2O3
3. Satu botol Winkler gelap dan satu botol Winkler terang (Jernih)
diikat dengan
tali rafia dan digantungkan pada pohon dekat air sehingga dapat
dititrasi dengan
masukNake2Sdalam
2O3
air sesuai dengan kedalaman.
(Jernih)
4. Kadar oksigen diperiksa dari botol terang dan botol gelap.
5. Kandungan oksigen diukur dengan metode Winkler yaitu:
a) Botol Winkler dibuka kemudian air hasil tampungan diberi
MnSO4 sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet ukur dengan
ujung pipet di bawah permukaan air sehingga tidak
menimbulkan gelembung.
b) Ditambahkan 1 ml KOH-KI dengan cara yang sama
c) Botol Winkler ditutup kembali dengan membolak-balikkan
selama 5 menit
d) Dibiarkan selama 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen
terlarut dengan sempurna dengan timbulnya endapan di dasar
botol
e) Diambil 2 ml larutan di atas permukaan atas botol tanpa
menyertakan endapan kemudian menambahkan 1 ml H2SO4
pekat dengan pipet ukur
f) Botol ditutup dan dibolak-balikkan sehingga endapan larut dan
larutan menjadi warna kuning kecokelatan
g) Diambil 100 ml larutan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna kuning
muda
h) Diukur Na2S2O3 yang digunakan
i) Dimasukkan 20 tetes amilum 1% ke dalam erlenmeyer hingga
larutan menjadi biru muda
j) Dititrasi lagi larutan hingga larutan warna biru menghilang
BAB IV
Hasil dan Analisis
A. Hasil

Berdasarkan praktikum yang berjudul produktivitas primer yang telah


dilakukan di area Busem/Danau RanUnesa Ketintang Surabaya, diperoleh
hasil:
Tabel 1. Volume Titrasi dan Nilai DO
No. Botol Winkler Vol. Titrasi X Volume DO X DO
(ml) Titrasi (ml)
4 3,25
Winkler Terang
1. 2,1 2,7 1,70 2,24
Tanpa Perendaman
2,2 1,78
Winkler Terang 3,7 3,00
2. Dengan 5,4 4,6 4,39 3,73
Perendaman 4,7 3,82
Winkler Gelap 3,5 2,84
3. Dengan 4,2 4,1 3,41 3,38
Perendaman 4,8 3,90

Gambar 1. Grafik Nilai Produktvitas Primer Pada Botol Winkler Terang


dan Winkler Gelap.
Berdasarkan data praktikum produktivitas primer pada Botol Winkler
Gelap dan Terang di stasiun 6, diketahui nilai DO awal pada Botol Winkler
terang tanpa melalui perendaman sebesar 4,06 ppm; DO akhir pada botol
Winkler terang sebesar 6,50 dan DO akhir pada Botol Winkler gelap sebesar
5,69 ppm. Penghitungan nilai DO (oksigen terlarut) didaparkan dari:

DO =
Keterangan :
DO = Dissolved Oxygen (ppm)
a = banyaknya tetesan awal dan akhir larutan Na2S2O3 saat titrasi
n = ketetapan (0,025)
V = volume Botol Winkler (250 ml)
Melalui penghitungan DO tersebut, dapat diketahui kadar fotosintesis dan
respirasi yang didapatkan dari:

Melalui penghitungan kadar fotosintesis dan respirasi, diketahui nilai


produktivitas primer dan produktivitas total ekosistem air Busem UNESA
Ketintang yang didapatkan dari:
Sehingga, kadar fotosintesis, respirasi, nilai produktivitas primer dan
produktivitas total ekosistem air Danau RanUNESA Ketintang berturut-turut
yaitu 1,49 ppm; 1,14 ppm; 0,35 ppm dan 42,63 ppm. Berdasarkan data dari
penghitungan tersebut, dapat dibuat dalam bentuk grafik mengenai pengaruh
nilai produktivitas primer terhadap Botol Winkler Gelap dan Terang.

B. Pembahasan
Pengamatan besarnya oksigen yang terlarut (DO) dapat dijadikan dalam
penghitungan tingkat fotosintesisnya (Effendi, 2003). Nilai fotosintesis dapat
memberikan gambaran seberapa besar sumbangan oksigen yang diberikan
organisme terhadap suatu perairan. Penambahan oksigen terlarut melalui
proses difusi langsung dari udara ke permukaan perairan yang kemudian
merambat pada lapisan yang cukup dalam. Proses fotosintesis hanya terjadi di
lapisa permukaan atau lapisan yang masih terjangkau oleh intensitas cahaya
matahari (zona eufotik) (Widyastuti, 2004). Berdasarkan hasil pengamatan
kadar fotosintesis ekosistem Danau RanUNESA Ketintang didapatkan hasil
sebesar 1,49 ppm. Hal ini sesuai dengan pengamatan Widyastuti (2004) pada
kisaran pukul 10.00- 14.00 sudah menunjukkan peningkatan kadar fotosintesis
pada permukaan perairan hingga 0,96 mgO2/l. Kondisi ini tidak berlaku
apabila pengamatan kadar fotosintesis dilakukan pada pukul 18.00. Penurunan
suplai oksigen di lapisan permukaan pada pukul 18.00 menandakan bahwa
aktivitas fotosintesis mulai berkurang. Hal ini diduga dengan kelimpahan
fitoplankton di lapisan permukaan itu bergerak ke lapisan yang lebih dalam
untuk mengurangi intensitas sinar matahari.
Keberadaan oksigen di perairan pun dimanfaatkan untuk proses respirasi
biota perairan seperti plankton, bakteri dan ikan. Pemanfaatan oksigen dalam
proses respirasi merupakan salah satu kegiatan yang menyebabkan
berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut di perairan selain yang disebabkan
oleh proses oksidasi kimiawi yang terjadi di perairan. Hasil pengamatan kadar
respirasi pada ekosistem Danau RanUNESA Ketintang menunjukkan nilai
sebesar 1,14 ppm. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Widyastuti (2004)
dimana menunjukkan hasil respirasi lebih tinggi pada lapisan dasar perairan
yaitu 0,80 mgO2/l. Tingginya konsumsi pada bagian dasar perairan digunakan
dalam proses penguraian bahan organik.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai produktivitas primer pada
inkubasi awal (DO terang awal) yaitu sebesar 2,24 ppm lebih rendah daripada
DO akhir baik pada botol winkler gelap maupun terang yaitu (3,38 ppm dan
3,73 ppm). Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Tambaru (2000)
yang nilai produktivitas primer pada inkubasi awalnya lebih rendah daripada
nilai produktivitas primer pada inkubasi akhir yang dikarenakan fitoplankton
baru melkukan penyesuaian terhadap kondisi intensitas cahaya yang masuk
ke dalam botol winkler terang. Jenis-jenis fitoplankton tersebut baru
melakukan penyesuaian ke lapisan air dimana intensitas cahaya sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangannya. Hasil dari inkubasi akhir yang
menggunakan botol winkler gelap lebih rendah dibandingkan hasil dari
inkubasi akhir yang menggunakan botol winkler terang. Hasil dari inkubasi
akhir tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan hasil inkubasi awal.
Nybakken (1988) menyatakan bahwa laju produksi primer akan menurun
apabila intensitas cahaya juga menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Effendi (2000) bahwa intensitas cahaya sangat berpengaruh pada tingkah laku
organisme akuatik. Ketersediaan cahaya dalam jumlah yang lebih banyak
menyebabkan fitoplankton lebih aktif melakukan proses fotosintesis daripada
respirasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumich (1992) bahwa
keperluan cahaya menentukan tinggi rendahnya laju produksi sejalan dengan
intensitas cahaya yang masuk dalam suatu perairan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas fitoplankton dalam melakukan proses
fotosintesis dan respirasi sangat bergantung terhadap intensitas cahaya yang
masuk ke dalam perairan.

Produktivitas primer pada botol winkler gelap dan terang berbeda-beda.


Adanya perbedaan warna pada botol tersebut mempengaruhi banyaknya
intensitas cahaya matahari yang diserap. Selain itu, produktivitas ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain cahaya dan suhu yang merupakan faktor
utama yang mempengaruhi DO, yang mana DO merupakan perhitungan
jumlah oksigen terlarut dalam air sedangkan produktivitas primer merupakan
jumlah bahan organik yang diolah dari proses sintesis oleh organisme autotrof
(Alianto, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas
primer perairan. Faktor-faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor
kimia, fisika, dan biologi. Faktor kimia seperti kandungan fosfat dan nitrat
adalah merupakan hara yang pentong untuk pertumbuhan dan reproduksi
phytoplankton. Bila dikaitkan dengan faktor fisika dan level air maka pada
level air yang rendah dengan tersedianya sinar matahari menghasilkan
produktivitas primer yang tinggi. Disamping faktor kimia dan fisika, faktor
biologi seperti perbandingan komposisi biomassa phytoplankton dan
zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah individu dalam populasi
phytoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu dalam
populasi zooplankton, dan karena yang melakukan fotosintesa didalam
ekosistem perairan adalah phytoplankton, ini berakibat langsung terhadap
tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976).
Produktivitas total yang didapatkan dari ekosistem Danau RanUNESA
Ketintang yaitu 2,63 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa laju dari fotosintesis
termasuk bahan organik yang habis digunakan dalam respirasi selama waktu
pengukuran (Odum, 1970).
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Laju fotosintesis pada stasiun 6 ekosistem Danau RanUnesa lebih
besar dari laju respirasi. Hasil fotosintesis sebesar 1,49 mg/L. Hasil
respirasi sebesar 1,14 mg/L. Produktivitas primer sebesar 0,35 mg/L. Dan
produktivitas total sebesar 2,63 mg/L.

B. Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan ketika cuaca cerah, dimana terdapat
banyak sinar matahari agar hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang
ada. Selain itu, sebaiknya dilakukan pembagian tugas antar anggota
kelompok, agar kerja lebih efektif da efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Alianto, E. M Adiwilaga, dan A. Damar. 2008. Produktivitas Primer Fitoplankton


dan Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk
Banten. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Vol (1)15:
21-26.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai &
Danau. Medan: USU-Press.
Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Tesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan tentang Penyebaran dan Kelimpahan
Fitoplankton di Delta Ujung Sumatra Selatan. Skripsi. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kimball, J. W. 1992. Biologi Umum. Edisi ke-5. Jilid ke-2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Penerjemah: Yanti, R. Koestoer. Jakarta: UI Press.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah: H.
Muhammad Eidman. Jakarta: PT. Gramedia.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT
Gramedia.
Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W.B Sounders Company.
Philadelphia.
Romimohtarto, K. & Juwana, S. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Soemarwoto, I., Gandjar I., Guhardja E., Nasoetion A. H., Soemartono S. S.,
Somadikarta L. K. 1980. Biologi Umum 1.Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas: Padang.
Sumich. 1992. An Introduction to the Biology of Marine Life. USA. W.M.C
Brown Company Publishers. Dubuque Lows.
Tambaru, Rahmadi. 2000. Pengaruh Intensitas Cahaya pada Berbagai Waktu
Inkubasi terhadap Produktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Teluk
Hurun. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Wirosaputro, S. 1998. Chlorella Makanan Kesehatan Global Alami. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Wulandari, Natalia. 2013. “Kajian Nilai Ekonomis Dan Persepsi Masyarakat
Terhadap Pemanfaatan Eceng Gondok Di Desa Rowoboni Kabupaten
Semarang Tahun 2013”. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
LAMPIRAN

No. Keterangan Foto

Botol Winkler Terang dan


1 Winkler Gelap direndam
dalam Danau RanUNESA

Mengambil sampel air


2 danau RanUNESA ke
dalam botol Winkler Terang

Sampel air ditetesi 1 ml


MnSO4 dan 1 ml KOH-I
3
dan ditunggu sampai
terbentuk endapan
Setelah terbentuk endapan,
ditetesi dengan 1 ml H2SO4
4 kemudian dibolak-balik
hingga warna tercampur
rata

Larutan yang sudat


tercampur rata kemudian
dimasukkan ke dalam
5
tabung Erlenmeyer
sebanyak 100 ml dan
dititrasi dengan Na2S2O3

Hingga larutan berubah


6
warna kuning muda

Ditetesi dengan 20 tetes


7
amilum
Dititrasi dengan Na2S2O3
8 hingga warnanya kembali
jernih

Dilakukan hal yang sama


untuk botol Winkler Terang
9 dan Winkler Gelap yang
sudah direndam selama 2
jam

Penghitungan nilai DO (oksigen terlarut) didaparkan dari:

DO =
Keterangan :
DO = Dissolved Oxygen (ppm)
a = banyaknya tetesan awal dan akhir larutan Na2S2O3 saat titrasi
n = ketetapan (0,025)
V = volume Botol Winkler (250 ml)

DO kontrol (awal)

1. DO = = 3,25 ppm

2. DO = = 1,70 ppm

3. DO = = 1,78 ppm
DO akhir (terang)

1. DO = = 3 ppm

2. DO = = 4,39 ppm

3. DO = = 3,82 ppm

DO akhir (gelap)

1. DO = = 2,84 ppm

2. DO = = 3,41 ppm

3. DO = = 3,9 ppm

Melalui penghitungan DO tersebut, dapat diketahui kadar fotosintesis dan


respirasi yang didapatkan dari:

Melalui penghitungan kadar fotosintesis dan respirasi, diketahui nilai


produktivitas primer dan produktivitas total ekosistem air Busem UNESA
Ketintang yang didapatkan dari:

Anda mungkin juga menyukai