Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh jenis kehidupan di bumi membutuhkan air. Air adalah material


yang paling berlimpah di bumi ini, menutupi sekitar 71% dari muka bumi ini.
Air menempati 50 sampai 97 % dari seluruh berat tanaman dan hewan hidup
dan sekitar 70 % dari berat tubuh manusia. Seperti halnya energi, air adalah hal
yang esensial bagi pertanian, industri, dan hampir semua kehidupan. Untuk
mendukung semua bentuk kehidupan, maka air harus selalu memenuhi
persyaratan baik parameter fisik, kimia, dan biologi. Salah satu indikator
penentu untuk mengetahui kualitas perairan yang memenuhi persyaratan
tersebut ialah nilai produktivitas primer (Antik, dkk, 2007).
Produktivitas primer merupakan laju penyimpanan energi radiasi
matahari oleh organisme produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses
fotosintesis. Senyawa organik ini dapat digunakan sebagai energi bagi
organisme lain. Dalam tropik level suatu perairan fitoplankton merupakan
produsen utama perairan (Odum, 1996). Energi yang paling besar adalah
energi matahari, energi ini diubah oleh tumbuhan (fitoplankton) menjadi
energi kimia yaitu karbohidrat dan oksigen melalui proses fotosintesis. Hasil
dari fotosintesis ini akan digunakan oleh konsumen I, II dan seterusnya.

Untuk mengukur produktivitas tersebut dapat dilihat dari produksi


oksigen yang dihasilkan oleh organisme yang berada di perairan tersebut
dengan cara mengambil sampel air yang akan diuji. Produktivitas primer
sering diasumsikan sebagai jumlah karbon yang terdapat dalam material
hidup. Tinggi rendahnya produktivitas primer dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran biomassa plankton (fitoplankton) dan klorofil-a
(Baksir,1999).
Produktivitas suatu perairan ditentukan oleh beberapa faktor meliputi
cahaya, nutrient, suhu dan fitoplankton. Ketersediaan cahaya secara kuantitatif
dan kualitatif tergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan), letak
geografis, kedalaman, awan, inklinasi matahari, material terlarut dalam air,
partikel tersuspensi dalam air. Intensitas cahaya mempengaruhi tinggi
rendahnya aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton. Pengaruh intensitas cahaya
terhadap aktivitas fotosintesis dapat ditunjukkan dalam grafik kuadratik, yang
berarti jika intensitas cahaya terlalu tinggi akan mengurangi produksi energi
oleh fotosintesis. Pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton dipengaruhi oleh
kandungan nutrien di dalam badan perairan. Laju pertumbuhan fitoplankton
tergantung pada ketersediaan nutrien, terutama unsur N dan P (Andriani,
2007). Suhu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
produktivitas primer suatu perairan. Secara langsung, suhu berperan dalam
mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan
secara tidak langsung suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom
perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
Tingginya suhu memudahkan penyerapan nutrien bagi fitoplankton (Effendi,
2003).
Oleh karena itu dilakukan uji produktivitas primer perairan menggunakan
botol Winkler gelap dan terang dengan sampel air yang diambil di pantai
Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo untuk dapat mengetahui
produktivitas air pada pantai tersebut.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Berapa kadar fotosintesis pada air laut Pantai Bama, Baluran ?
2. Berapa kadar respirasi pada air laut Pantai Bama, Baluran?
3. Berapa produktivitas primer pada air laut Pantai Bama, Baluran?
4. Berapa produktivitas total pada air laut Pantai Bama, Baluran?
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum produktivitas primer kali ini yaitu :
1. Untuk mengetahui kadar fotosintesis pada air laut Pantai Bama, Baluran.
2. Untuk merngetahui kadar respirasi pada air laut Pantai Bama, Baluran.
3. Untuk mengetahui produktivitas primer pada air laut Pantai Bama,
Baluran.
4. Untuk mengetahui produktivitas total pada air laut Pantai Bama,
Baluran.

C. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
a. Mengetahui produktivitas primer perairan di pantai BAMA Taman
Nasinal Baluran.
b. Mengetahui cara penentuan produktifitas primer dengan
menggunakan metode Botol Winkler.
2. Bagi pembaca
a. Mengetahui produktivitas primer perairan di pantai BAMA Taman
Nasinal Baluran
BAB II

KAJIAN TEORI

Produktivitas Primer

Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju


penyimpanan energi sinar matahari oleh aktivitas fotosintetik (terutama
tumbuhan hijau atau fitoplankton) ke bentuk bahan organik yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan. Kesuburan suatu perairan pada
hakekatnya ditentukan oleh besamya produktivitas perimer perairan
tersebut. Sementara itu yang memegang peran penting dalam
produktivitas primer adalah fitoplankton sebagai produsen primer
(Sachlan, 1980 ; APHA AWWA, 1995).

Mulyadi (1992) menyatakan bahwa produktivitas primer


merupakan laju pembentukan senyawa organik yang kaya akan energi
dari senyawa anorganik. Pengukuran didasari kepada produksi O2 dalam
aktivitas fotosintesis. Pengukuran diljJcukan dengan menggunakan
metode botol gelap dan terang. Pada botol gelap akan terjadi konsumsi Oz
karena aktivitas respirasi, sedangkan botol terang terjadi produksi O2
karena aktivitas fotosintesis. Setiap ekosistem atau komunitas atau
bagian-bagiannya memiliki produktivitas dasar atau disebut dengan
produktivitas primer. Batasan produktivitas primer adalah kecepatan
penyimpanan energi potensial oleh organisme produsen melalui proses
fotosintesis dan kemosintesis, dalam bentuk bahan-bahan organik yang
dapat digunakan sebagai bahan pangan (Resosoedarmoetal, 1992).

Produktivitas primer menurut Odum (1993) dapat dibagi dua yaitu:

1. Produktivitas primer kotor, adalah laju total dari fotosintesis termasuk


bahan organik yang dihabiskan dalam respirasi selama waktu
pengukuran yang dikenai juga sebagai fotosintesis total.
2. Produktivitas primer bersih, adalah laju penyimpanan bahan organik
dalam jaringan tiunbuhan setelah digunakan dalam respirasi oleh
tumbuhan selama waktu pengukuran, Produktivitas inilah yang
tersedia dan digunakan oleh tingkatan tropik diatasnya. Istilah lainnya
untuk Produktivitas primer bersih adalah "fotosintesis nyata".

Produktivitas primer kotor maupun bersih umumnya dinyatakan


dalam jumlah gram karbon (C) yang terikat persatuan luas atau volume air
per interval waktu. Jadi Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam
jumlah gram karbon perm^ per tahun (gC/mVtahun) (Michael, 1984).

Adapun yang dimaksud dengan produktivitas primer dalam arti


umum adalah laju produksi zat organik melalui proses fotosintesis.
Produsen primer yang terpenting di dalam perairan adalah algae
planktonik. Dalam proses ini energi sinar disadap oleh pigmen fotosintetik
terutama klorofil dan adanya CO2, air dan zat-zat hara akan dihasilkan
senyawa organik yang mempunyai potensi energi kimiawi yang tinggi.
Potensi energi ini kelak dapat dipergunakan oleh tumbuhan untuk
respirasi, pertumbuhan dan berbagai proses fisiologi lainnya (Nontji,
1993).

Wetzel (1979) menyatakan bahwa perairan dibagi menjadi tiga


golongan berdasarkan laju produktivitas primemya. Produktivitas primer
sebesar 15-50 g C/mVtahun digolongkan sebagai perairan oligottx)fik,
produktivitas primer 50-150 g C/mVtahun digolongkan sebagai perairan
mesotrofik, Produktivitas primer sebesar 150-500 g C/m'/tahun
digolongkan perairan eutrofik.

Produktivitas primer menggambarkan jumlah pembentukan bahan


organik baru per satuan waktu. Senyawa organik yang baru akan terbentuk
melalui proses fotosintesis. Kegiatan fotosintesis di perairan waduk
dilakukan oleh fitoplankton dan tanaman air (Boyd 1979). Produktivitas
primer ini sering dinyatakan dalam mg C/m3/jam atau mg C/m3/hari untuk
satuan volume air dan mg C/m2/jam atau mg C/m2/hari satuan luas kolom
air. Menurut Suwigyo (1983) produktivitas primer dapat dipakai untuk
menentukan keseburan suatu perairan. Klasifikasi tingkat kesuburan
tersebut adalah: 0-200 mg C/m3/hari termasuk oligotrofik, 200-750 mg
C/m3/hari termasuk mesotrofik dan lebih dari 750 mg C/m3/hari termasuk
eutrofik (Triyatmo dkk 1997).

Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kandungan


bahan-bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis oleh
organisme berklorofil dan mampu mendukung aktivitas biologi di perairan
tersebut. Produktivitas primer dapat diketahui nilainya dengan cara
mengukur perubahan kandungan DO yang dihasilkan dari proses
fotosintesis. Produksi oksigen dapat menjadi dasar pengukuran adanya
kesetaraan yang kuat antara O2 dan pangan yang dihasilkan (Odum 1970).

Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu


unsur yang penting pada salah satu mata rantai perairan. Plankton-plankton
yang ada dalam perairan akan sangat berguna dalam menunjang
sumberdaya ikan, terutama dari golongan konsumen primer. Densitas dan
diversitas fitoplankton dalam perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tersebut. Densitas fitoplankton akan tinggi apabila perairan
yang didiami subur (Boyd 1982).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya


produktivitas primer perairan. Faktor-faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3
yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi. Faktor kimia seperti kandungan
fosfat dan nitrat adalah merupakan hara yang pentong untuk pertumbuhan
dan reproduksi phytoplankton. Bila dikaitkan dengan faktor fisika dan level
air maka pada level air yang rendah dengan tersedianya sinar matahari
menghasilkan produktivitas primer yang tinggi. Disamping faktor kimia
dan fisika, faktor biologi seperti perbandingan komposisi biomassa
phytoplankton dan zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah individu
dalam populasi phytoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan
jumlah individu dalam populasi zooplankton, dan karena yang melakukan
fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah phytoplankton, ini berakibat
langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976).

Komposisi dalam suatu perairan dipengaruhi oleh proses-proses


fisika, kimia, dan biologi yang terjadi. Air tawar berasal dari hujan
atmosfer yang mengandung bervariasi zat organik dan anorganik.
Partikel-partikel tersebut berasal dari garam-garam lautan, debu, atau emisi
industri sebagai inti dari uap air yang mengalami kondensasi menjadi
awan. Hujan jatuh ke daratan menyebabkan aliran permukaan diatas tanah
dan batuan yang melarutkan bermacam-macam zat sehingga kandungan
mineral air hujan meningkat. Air mengalir mencapai kolam, danau atau
waduk, bahan partikel yang lebih besar mengendap karena gerakan
turbulensi kurang cukup untuk mensuspensi kembali (Boyd 1979).

Produktivitas primer dapat didefenisikan sebagai kandungan


bahan-bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis oleh
organisme dan mampu mendukung aktivitas biologi di perairan baik
perairan tawar maupun lautan lepas. Produktifitas primer fitoplankton
merupakan suatu kondisi perairan dimana kandungan zat-zat organik yang
dapat dihasilkan oleh fitoplankton dari zat anorganik melalui proses
fotosintesis (Nybakken 1992).

Tinjauan pantai
Pantai merupakan daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh
air pasang tertinggi dan air surut terendah. Berdasarkan substratnya,
habitat pantai dapat dibagi menjadi tiga yaitu pantai berbatu, pantai
berpasir, dan pantai belumpur. Selain itu, terdapat tipe pantai lain yang
merupakan kombinasi dari ketiga substrat tersebut. Misalnya, pantai
berlumpur dan berbatu, pantai berlumpur dan berpasir, dan lain-lain.
Pantai Bama adalah salah satu bentuk pantai yang berpasir dan
berbatu. Pantai ini memiliki struktur pasir yang halus. Faktor lingkungan
yang dominan beraksi pada pantai pasir adalah gerakan ombak yang
membentuk substrat yang tidak stabil dan terus menerus bergerak
(Nybaken, 1992).

Taman Nasional Baluran seluas 3.750 Ha merupakan wilayah


perairan yang terletak di antara 114° 18' - 114° 27' Bujur Timur dan 7° 45'
- 7° 57' Lintang Selatan. Daerah ini terletak di ujung Timur pulau Jawa.
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati
dan sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Kelokoran. Selain itu,
terdapat pula pantai yang landai dan berpasir putih, formasi terumbu
karang dan ikan hias yang indah. Iklimnya bertipe Monsoon yang
dipengaruhi oleh angin Timur yang kering. Curah hujan berkisar antara
900 - 1600 mm/tahun, dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan.
Antara bulan Agustus s/d Desember bertiup angin cukup kencang dari
arah Selatan. Pada bagian tengah dari kawasan ini terdapat Gunung
Baluran yang sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya bervariasi
antara 900 - 1.247 m, dan membatasi kaldera yang cukup luas.

A. Cara umum pengujian produktivitas perairan


Berikut ini merupakan beberapa metode pengukuran produktivitas
primer suatu perairan, antara lain :

1. Pengukuran oksigen
Terdapat suatu kesepadanan yang pasti antara oksigen dan pangan
yang dihasilkan, produksi oksigen dapat menjadi dasar untuk pengukuran
produktivitas. Walaupun demikian, dalam kebanyakan keadaan
binatang-binatang dan bakteri (juga tumbuh-tumbuhan itu sendiri) cepat
sekali menghabiskan oksigen dan sering kali terdapat pertukaran gas
dengan lingkungan lainnya. Metode “botol terang dan gelap” dari
pengukuran produksi oksigen, dan karena pendugaan produksi primer,
dalam suasana perairan.

Jumlah oksigen yang dihasilkan di dalam botol terang dan oksigen


yang digunakan di dalam botol gelap merupakan produksi oksigen total,
jadi memberikan pendugaan produksi primer dengan pngubahan yang tepat
kepada kalori. Jika respirasi baik tumbuh-tumbuhan ataupun bakteri
berbeda dalam gelap dan dalam terang, sumber kesalahan akan
dimasukkan karena respirasi di dalam botol terang (dimana, tentunya
respirasi dan produksi tidak dapat dibedakan). Brown (1935) menemukan
bahwa isotop berat ini telah dihabiskan dalam laju yang sama di dalam
gelap, sedikitnya untuk beberapa jam, seperti juga di dalam terang, jadi
menunjukkan bahwa respirasi akan sama di dalam kedua botol terang dan
gelap selama percobaan-percobaan pendek itu. Bahwa untuk banyak
tumbuh-tumbuhan respirasi dalam gelap tidak sama dengan respirasi dalam
terang. Namun demikian, metode botol “terang dan gelap” yang dirintis
Gaarder dan Gran dalam tahun 1927, sangat luas dipakai dalam lingkungan
laut dan air tawar. Oksigen yang larut diukur secara titrametrik dengan
metode winkler atau secara elektronik dengan salah satu dari beberapa tipe
elektoda oksigen, dan percobaan-percobaannya tergantung pada satu siklus
dari 24 jam atau kurang. Gabungan botol-botol terang dan gelap mengukur
produksi primer kotor, dan botl terang mengukur produksi komuniotas
bersih dari bagian komunitas apa pun yang berada di dalam botol. Jelas
metode itu tidak mengukur meetabolisme dari bagian komunitas pada
dasar; juga pengaruh penutupan komunitas di dalam botol belum jelas-jelas
dibatasi.

2. Metode karbondioksida
Di dalam suasana-suasana darat, pengukuran perubahan CO2
akan lebih praktis daripada pengukuran perubahan O2.. Dalam metode
perairan “botol terang dan botol gelap”, produksi kotor dikurangi respirasi
atau produksi komunitas bersih diukur selama siang hari dan respirasi
komunitas diukur selama malam hari (atau di dalam tempat gelap).
Produksi primer kotor dapat ditaksir apabila kedua saringan terang dan
gelap digunakan. Di dalam profil yang diperoleh selama siang hari,
konsentrasi CO2 di dalam lapisan autotrofik dibandingkan dengan yang
terdapat di dalam udara di atas komunitas akan berkurang sebanding
dengan fotosintesis bersih, sedangkan konsentrasi CO2 pada lapisan tanah
akan naik sebanding dengan reespirasi tanah dan seresah. Gradien malam
hari (seperti saringan “gelap”) dapat dipakai untuk meenaksir respirasi
total komunitas. Di dalam susunan semacam itu, perubahan CO2
terus-menerus bersih dapat ditaksir dengan mengukur konsentrasinya di
ujung dan di dasar dan laju arus udara.

Pengukuran produktifitas primer dapat dilakukan dengan jalan


mengukur biomassa produsen primer di dalam ekosistem tersebut. Di
dalam perairan laut sedikitnya ada 6 kelompok tanaman yang berperan
sebagai suatu produsen primer yaitu : makrofita, alga mikroepifit,
mikroalga bentik, makroalga bentik dan fitoplankton (Knox dan Myabara,
(1984) dalam Hermawan, 1996).

Pengukuran produktivitas primer dan fotosintesis pada ekosistem


sangat penting dalam mempelajari rantai makanan (food chain), aliran
karbon harian dan musiman dalam ekosistem yang merupakan bentukan
dasar piramida makanan dan dapat digunakan untuk memperkirakan
produksi maksimal pada tingkat trofik yang lebih tinggi.

3. Metode pH
Metode ini digunakan untuk ekosistem perairan. Pada ekosistem
perairan pH air merupakan fungsi dari kadar karondioksida terlarut.
Metode ini baik dilakuakn di laboratorium karena mudah dikontrol.

4. Pengukuran berkurangnya barang mentah


Berkurangnya kandungan bahan-bahan mentah yang tersedia
menggambarkan tingkat produktivitas. Metode ini baik dilakukan pada
ekosistem perairan dengan mengukur poduksi bersih komunitas.

Pada percobaan produktivitas primer ini menggunakan metode


pengukuran oksigen karena kesepadanan yang pasti antara oksigen dan
pangan. Teknik botol terang dan gelap dapat digunakan untuk pengukuran
PP, dan juga untuk memberikan titik awal guna menentukan aliran energi
sampel air dari kedalaman berbeda diletakkan dalam botol yang
berpasangan, satu botol gelap dan satu botol terang. Kemudian rangkaian
pasangan botol gelap dan terang ditenggelamkan sehingga sampel air tadi
berada pada kedalaman pengambilannya. Pada akhir 24 jam atau waktu
yang telah ditentukan , rangkaian botol diangkut dan konsentrasi oksigen
di dalam tiap sampel botol dan dibandingkan dengan konsentrasi semula
(Rachmadiarti, dkk, 2014).

B. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer


Produktivitas primer pada ekosistem perairan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:

1. Suhu
Suhu yang membantu melaui keragaman musiman mengakibatkan
menghilangnya termoklin dan mendorong pemukaan massa air yang
menyediakan zat hara untuk fotosintesis. Suhu juga mempengaruhi daya
larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2 dan O2.
Gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah daripada suhu tinggi,
akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah (Kasijan
Romimohtarto, 2005 : 312).
2. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi primer ag ekosistem. Cahaya
memiliki peran yang sangat vital dalam produktivitas rimer, oleh karena
hanya dengan energi cahaya, tumbuhan dan fitoplankton dapat
menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa
wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya
matahari akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih besar
sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer. Laju pertumbuhan
maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan berada
pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah (Mahmuddin, 2009).
3. pH (Derajat keasaman)
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai
pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah.
Nilai pH yang sangat rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Disamping itu, pH yang sangat rendah akan
menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik
semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup
organisme akuatik. Sementara pH yang tinggi akan menyebabkan
keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu,
dimana kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak
yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2004).
4. Kadar oksigen terlarut ( DO )
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas di ekosistem perairan
karena kehidupan organisme sangat tergantung pada persediaan oksigen
terlarut ( Odum, 1993 ).
Biota memerlukan minimal 5 ppm seperti invertebrata dan yang
terkecil kebutuhannya adalah bakteri. Menurut Suratmo (2002) standart
baku mutu untuk organisme air kadar DO yang terukur berkisar 6,8 ppm.
Kelarutan maksimum oksigen di dalam air yaitu sebesar 14,16 mg.l
oksigen. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu
air. Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan
menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan
konsentrasi oksigen terlarut semakin tinggi (Barus, 2004).
Selain itu pengurangan oksigen dalam air tergantung pada
banyaknya partikel organic dalam air yang membutuhkan perombakan oleh
bakteri melalui proses oksidasi. Makin banyak partikel organic maka
makin banyak aktivitas bakteri perombak dan makin banyak oksigen yang
dikonsumsi sehingga oksigen yang terlarut dalam air semakin berkurang
(Lesmana, 2005).
Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologi organisme air terutama
adalh dalam proses respirasi. Nilai oksigen terlarut di suatu perairan
mengalami fluktuasi harian ataupun musiman. Fluktuasi ini selain
dipengaruhi oleh perubahan suhu juga dipengaruhi oleh aktifitas
fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen (Schwrobel, 1987
dalam Barus, 2004). Nilai DO yang berkisar antara 5,45-7,00 mgO2/l
cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan. Nilai DO di perairan
sebaiknya berkisar antara 6-8 mgO2/l (Barus, 2004).
5. Kadar CO2 terlarut
Gas karbondioksida yang juga disebut asam arang (CO2)
merupakan hasil buangan oleh semua mahkluk hidup melalui proses
pernapasan. Karbon dioksida ini dalam air dapat berada dalam bentuk
CO2 bebas terlarut dan karbonat bebas terikat. CO2 dari udara masuk
dalam perairan melaui proses difusi, hasil fotosintesis tanaman air, proses
dekomposisi bahan organik dan sentawa yang masuk bersama air hujan.
Standart baku mutu CO2 dalam air untuk organisme perairan berkisar 33
ppm ( Suratmo, 2002 ). Karbondioksida mudah larut dalam pelarut air.
Dalam jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat menjadi
racun. Namun keberadaan CO2 ini sangat diperlukan oleh fitoplankton
untukmelakukan fotosintesis karena CO2 merupakan bahan dasar dimana
air dan karbondioksida dengan adanya sinar matahari dan garam-garam
hara dapat menghasilkan senyawa organik yaitu karbohidrat. Selain itu,
proses fotosintesis juga dapat meningkatkan kadar oksigen dalam perairan
( Lesmana, 2005 ).

6. Nutrisi
Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient
spesifik atau nutrien tunggal ttidak lagi terdapat dalam jumlah yang
mencukupi. Produktivitas di laut umumnya terdapat paling besar di
perairan dangkal dekat benua dan di sepanjang terumbu karang, dimana
cahaya dan nutrisi melimpah. PP persatuan luas laut terbuka relatif rendah
karena nutrient anorganik, khusunya nitrogen dan fosfor terbatas
ketersediannya di permukaan. Di tempat yang dalam dimana nutrisi
melimpah namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis sehingga
fitoplankton berada pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke
atas membawa nitrogen dan fosfor ke permukaan (Mahmudin, 2009).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasi yaitu dengan mengambil sampel air
di beberapa stasiun dan mengukur kadar DOnya.

B. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Mei 2017 pada pukul
06.00-13.00 WIB di sepanjang garis pantai Bama Taman Nasional Baluran,
Situbondo.

C. Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain:

1. Botol winkler gelap 2 buah

2. Botol winkler terang 2 buah

3. Tali raffia

4. Erlenmeyer 250 ml 2 buah

5. Pipet tetes

6. Pipet ukur 1 ml

7. Pipet ukur 3 ml

8. pH meter

9. Thermometer air

10. Kayu/bambu
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain:

1. Sampel air

2. Larutan KOH – KI

3. Larutan H2SO4

4. Larutan amilum 1 %

5. Larutan Na2SO2O3 0,025 N

D. Prosedur Kerja

1. Pengambilan sampel air dan peletakan botol sampel

a. Mengambil sampel air sebagai DO awal dengan menggunakan botol


winkler 1 botol pada tepi pantai dan 1 botol pada bagian tengah pantai.
Menutup masing-masing botol sewaktu botol di dalam air.

b. Mengambil sampel air dan merendamnya selama 6 jam dalam keadaan


tertutup dengan cara mengikat satu botol gelap dan satu botol terang
dengan tali raffia pada bagian tepi dan satu pasang botol pada sekitar
bagian tengah diikatkan pada tali raffia yang sama yang dipakai untuk
mengikat satu pasang botol sebelumnya tali raffia pada bagian atas yang
diikatkan pada tongkat yang ditancapkan pada pasir di pantai dekat air
sehingga kedua pasang botol yang diikat raffia dekat air sehingga kedua
pasang botol yang diikat raffia dapat masuk ke badan air sesuai dengan
kedalaman.

2. Pemerikasaan kadar oksigen terlarut

Memeriksa kadar oksigen dari botol terang dan botol gelap sesuai dengan
kedalaman sebelum dan sesudah perendaman.

3. Pengukuran kandungan oksigen dalam metode winkler


a. Membuka botol winkler, air hasil tampungan diberi MnSO4 sebanyak 1
ml dengan mengunakan pipet ukur dengan ujung pipet di bawah
permukaan air, sehingga tidak menimbulkan gelembung udara.

b. Menambahkan 1 ml KOH-KI dengan cara yang sama.

c. Menutup botol winkler kembali dengan membolak-balikkan selama 5


menit.

d. Membiarkan selama 16 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut


dengan sempurna dengan menandai timbulnya endapan di dasar botol.

e. Mengambil dan membuang 2 ml larutan di permukaan ataas botol tanpa


menyertakan endapan kemudian menambahklan 1 ml H2SO4 pekat
dengan pipet ukur.

f. Menutup botol dan dibolak-balikkan sehingga endapan larut dan larutan


menjadi warna kuning kecoklatan.

g. Untuk satu botol winkler, mengambil larutan dan memasukkan ke dalam


Erlenmeyer 100ml, larutan siap untuk dititrasi dengan Na2S2O3.

h. Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna


kuning muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan.

i. Memasukkan 30 tetes amilum 1% ke dalam Erlenmeyer hingga larutan


menjadi biru tua.

j. Larutan dititrasi lagi hingga warna biru hilang, Na2S2O3 yang digunakan
pada langkah-j dijumlahkan.

Dua kali rata-rata jumlah ml larutan thiosulfat terpakai ekivalen dengan kadar
O2 terlarut (mg/l) dalam air atau (a mg/lx 0,698)

a. Rangkaian botol gelap dan terang tersebut diambil 2 tahap, yaitu:

 2 rangkaian diambil pada pukul 06.00 WIB


 2 rangkaian diambil pada pukul 12.00, kemudian diukur DO, pH,
suhu, dan alkalinitas.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL DAN ANALISIS DATA


Dari hasil pengukuran nilai DO di masing-masing stasiun di sepanjang
garis pantai Bama di Taman Nasional Baluran dapat dihitung nilai fotosintesis
dan respirasi plankton serta produktivitas air di pantai tersebut. Data yang
diperoleh adalah sebgai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Produktifitas Primer di Perairan Pantai Bama,
Taman Nasional Baluran-Situbondo

Parameter Pengukuran Pagi (ppm)

DO Akhir DO Akhir
Stasiun DO Awal Fotosintesis Respirasi P. Primer P. Sekunder P. Total
Terang Gelap

tepi tgh tepi tgh tepi tgh Tepi tgh tepi tgh tepi Tgh tepi tgh tepi Tgh

1 0,34 0,19 0,68 0,7 0,57 0,35 0,34 0,52 0,23 0,16 0,11 0,35 0,57 0,68 0,68 1,03

2 0.34 0.45 0.70 0.67 0.59 0.56 0.36 0.22 0.25 0.11 0.11 0.11 0.61 0.33 0.72 0.44

3 1.76 2.30 2.13 2.70 1.92 2.52 0.34 0.40 0.16 0.22 0.21 0.18 0.53 0.62 0.74 0.80

4 0.21 0.26 1.37 3.19 1.12 3.0 1.16 2.93 0.91 2.74 0.25 0.19 2.07 5.67 2.32 5.86

5 0,81 0,18 1,49 0,81 1,14 0,23 0,68 0,63 0,33 0,05 0,35 0,58 0,66 0,1 1,01 0,68

6 0,27 0,24 0,51 0,43 0,33 0,40 0,24 0,19 0,06 0,16 0,19 0,03 0,29 0,35 0,49 0,38
0,19 0,24 0,24 0,32 0,21 0,27 0,05 0,08 0,02 0,02 0,02 0,05 0,08 0,10 0,10 0,16
7

8 0.35 0.46 1.21 1.56 1.11 1.34 0.86 0.10 0.76 0.88 0.10 0.22 1.62 1.98 1.72 2.20

9 0,33 0,49 0,42 0,55 0,38 0,49 0,26 0,16 1,09 1,31 -0,35 10,95 1,35 13,58 0,51 24,53
0,73 0,86 1,19 1,14 1,14 0,92
10 0,46 0,28 0,41 0,06 0,05 0,22 0,87 0,34 0,92 0,56

Rata-
0,53 0,57 0,99 1,21 0,85 1,01 0,48 0,55 0,42 0,57 0,10 1,29 0,87 2,37 3,66
Rata 0,92
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa besar rata-rata DO awal
pada semua stasiun adalah 0,53 mg/L untuk tepi dan 0,57 mg/L untuk tengah.
Setelah melakukan perendaman selama 6 jam, didapatkan hasil bahwa DO akhir
pada botol terang adalah 1,99 mg/L untuk bagian tepi dan 1,21 mg/L untuk
bagian tengah. Sedangkan DO akhir pada botol gelap adalah 0,85 mg/L untuk
bagian tepi dan 1,01 mg/L untuk bagian tengah.

Adapun untuk aktivitas fotosintesis di tepi pantai Bama di semua stasiun


diperoleh nilai rata- rata fotosintesis sebesar 0,48 mg/L sedangkan dibagian
tengah di dapatkan nilai rata-rata 0,55 mg/L. Sedangkan untuk aktivitas respirasi
di bagian tepi dan tengah pantai pada semua stasiun di peroleh nilai rata-rata
sebesar 0,42 mg/L untuk tepi dan 0,57 mg/L untuk tengah.

Nilai produktivitas primer semua stasiun diperoleh nilai rata-rata tepi


sebesar 1,10 mg/L sedangkan di bagian tengah 1,29 mg/L. Untuk produktivitas
sekunder pada tepi pantai sebesar 0,87 mg/L dan di bagian tengah 2,37 mg/L
sehingga diperoleh nilai produktivitas total di semua stasiun pada bagian tepi
pantai sebesar 0,92 mg/L dan di bagian tengah sebesar 3,66 mg/L.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data di atas dapat diketahui bahwa ada selisih antara
DO awal dan DO akhir. Selisih antara DO awal dan akhir baik pada botol terang
dan gelap (yang ada di tepi dan di tengah) dipengaruhi oleh faktor adanya
mekanisme metabolisme yang dilakukan oleh fitoplankton dan zooplankton.
Mekanisme metabolisme yang dilakukan oleh fitoplankton yaitu fotosintesis yang
menghasilkan O2 . Sedangkan zooplankton melakukan respirasi yang
membutuhkan O2. Hasil fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplakton diketahui
melalui indikator Na2S2O3 melalui titrasi. Semakin tinggi nilai DO yang ada pada
botol terang maka semakin besar oksigen yang terlarut didalamnya. Nilai DO
awal lebih besar dibandingkan dengan DO akhir pada botol terang, hal ini karena
adanya proses yang terperangkap pada botol sebagai hasil fotosintesis selama
proses perendaman. Sedangkan nilai DO awal jika dibandingkan dengan DO
akhir pada botol gelap seharusnya lebih tinggi DO awal. Hal ini karena proses
respirasi yang terjadi pada botol gelap tidak diimbangi dengan fotosintesis karena
kurangnya cahaya sebagai salah satu faktor fotosintesis (Mahmuddin, 2009).

Pada botol gelap nilai DO akhir lebih rendah dibandingkan yang ada pada
botol terang. Hal ini dipengaruhi oleh mekanisme fotosintesis yang hanya terjadi
pada botol terang tetapi mekanisme ini tidak terjadi pada botol gelap atau
mungkin terjadi tapi dalam jumlah yang kecil. Walaupun pada botol gelap tidak
terjadi fotosintesis tetapi mengalami respirasi yang juga dialami oleh botol
terang. Mekanisme respirasi yang dilakukan oleh fitoplakton dan zooplankton
yang ada didalam botol gelap dan terang dapat mempengaruhi jumlah oksigen
yang terlarut didalam botol tersebut. Adanya proses respirasi dan kecilnya tingkat
fotosintesis pada botol gelap ini menyebabkan DO akhir pada botol gelap lebih
kecil dibanding botol terang (Barus, 2004).

Pengukuran DO dilakukan pada bagian tepi dan tengah pantai. Nilai DO


pada bagian tengah lebih tinggi jika dibandingkan pada bagian tepi. Hal ini
berlaku untuk DO awal, akhir terang dan akhir gelap. Hal ini karena jumlah
organisme dan cahaya di bagian tengah lebih banyak dibandingkan di tepi
sehingga jumlah oksigen yang dihasilkan juga lebih banyak (Barus, 2004).

Besarnya nilai DO sebanding dengan nilai fotosintesis, respirasi dan


produktivitas. Oleh karena itu, keseluruhan nilai fotosintesis, respirasi dan
produktivitas di tepi lebih rendah dari pada di tengah. Fotosintesis merupakan
hasil selisih antara DO akhir terang dengan DO awal, perhitungan ini untuk
mengukur jumlah oksigen yang dihasilkan oleh fitoplankton selama proses
perendaman selama 6 jam. Sedangkan respirasi merupakan hasil selisih antara
DO akhir gelap dengan DO awal, oleh karena itu nilai respirasi merupakan
representasi dari jumlah oksigen yang digunakan oleh plankton (fitoplankton dan
zooplankton) dalam botol selama 6 jam perendaman (Lesmana, 2005).
Kondisi fisik perairan juga mempengaruhi produktivitas primer di suatu
perairan tersebut. Kondisi fisik air tersebut meliputi suhu air, ph, kecerahan air,
dan salinitas. Bila kondisi perairan tidak mendukung atau kurang baik untuk
kelangsungan hidup biota laut maka produktivitas juga akan terganggu. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan suatu fitoplankton dalam melakukan proses
fotosintesis. Makin baik kondisi fisik suatu perairan maka makin baik pula proses
fotosintesis sehingga kadar oksigen yang dihasilkan juga lebih banyak.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, besarnya nilai DO sebanding dengan nilai


fotosintesis, respirasi dan produktivitas. Oleh karena itu, keseluruhan nilai
fotosintesis, respirasi dan produktivitas di tepi lebih rendah dari pada di tengah.
Nilai DO pada bagian tengah lebih tinggi jika dibandingkan pada bagian tepi. Hal
ini berlaku untuk DO awal, akhir terang dan akhir gelap. Kondisi perairan pantai
Bama berkaitan dengan produktivitas airnya adalah sebagai berikut:

1. Nilai fotosintesis pada badan air di pantai bama adalah 0,48 mg/L untuk bagian
tepi dan 0,55 mg/L bagian tengah.

2. Nilai respirasi pada badan air di pantai bama adalah 0,42 mg/L untuk bagian
tepi dan 0,57 mg/L bagian tengah.

3. Nilai produktivitas primer pada badan air di pantai bama adalah 0,10 mg/L
untuk bagian tepi dan 1,29 mg/L bagian tengah.

4. Nilai produktivitas total pada badan air di pantai bama adalah 0,92 mg/L untuk
bagian tepi dan 3,66 mg/L bagian tengah.

B. Saran

Agar memperoleh hasil yang lebih baik maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:

1. Peneliti berikutnya disarankan untuk mengulang perlakuan dengan


kedalaman yang berbeda – beda sehingga produktivitas primer di suatu
perairan sampel dapat diteliti dengan akurat.
2. Memperhatikan ketelitian dalam melakukan titrasi sehingga memperoleh
data oksigen terlarut (DO) yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani. 2007. Hubungan Produktivitas Fitoplankton dengan Biomass


dan Nutrien N-P di perairan Pantai Kabupaten Luwu. Jurnal Ilmu
Kelautan Universitas Hassanudin vol 17 (3) : 193-202.

Antik ; Hartoko; suminto. 2007. Kualitas Perairan Di Sekitar BBPBAPJ


Ditinjau dari Aspek Produktivitas Primer sebagai Landasan
Operasional Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan. Jurnal
Pasir Laut vol 2(2) : 1-17 Universitas Diponegoro.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air


Daratan. Medan. USU Press.

Baksir, Abdurrachaman. 1999. Tesis Hubungan antara Produktivitas


Primer Fitoplankton dan Intensitas Cahaya di Waduk Cirata,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Boyd, C.E. 1979. Pengelolaan Kualitas Air. Dirjen Perikanan. Jakarta.

Djumara. 2007. Modul 3 : Sumber Daya Alam Lingkungan Terbarukan


Dan Tidak. Terbarukan Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan
Hidup Di Daerah. Jakarta. Environmental Assesment And
Management.

Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.Kaswadji, R.


F. !976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan
Kemelimpahan Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera
Selatan. Karya Ilmiah Fakltas perikanan IPB Bogor. Bogor.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan


ke-2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W.B Sounders
Company. Philadelphia.

Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada


University. Yogyakarta.

Rachmadiarti, Fida, Herlina Ftrihidajati, Tarzan Purnomo, Sunu Kuntjoro,


Winarsih. 2014. Petunjuk Praktikum Ekologi. Surabaya: FMIPA
UNESA.

Triyatmo, B., Rustadi, Djumanto, S.B., Priyono, Krismono, N Sehenda,


dan Kartamihardja, E.S., 1997. Studi Perikanan Di Waduk
Sermo: Studi Biolimnologi. Lembaga Penelitian UGM
Bekerjasama Dengan Agricultural Research Management
Project. BPPP. 65 hal

Wiadnyana, Ngurah Nyoman. 1999. Peranan Plankton Di Dalam


Ekosistem Perairan Indonesia, Lautan Red Tide. Jakarta; Pusat
Penelitian Oseanografi (POG) Lembaga Ilmu Pengetahuan
Alam (LIPI).
LAMPIRAN

 Perhitungan Nilai DO Keterangan:

N = Normalitas = 0,025
8000 x N x a
DO =
V 4 V= Volume botol winkler =
250 ml

Stasiun 10 (Tepi) a = Volume Na2S2O3 (ml)

8000 x 0,025 x 0,9


DO awal Pengulangan 1 =
250  4

= 0,73 mg/L

8000 x 0,025 x 0,8


DO awal Pengulangan 2 =
250  4

= 0,65 mg/L

8000 x 0,025 x 1
DO awal Pengulangan 3 =
250  4

= 0,81 mg/L

8000 x 0,025 x 1,3


DO Akhir Terang 1 =
250  4

= 1,05 mg/L

8000 x 0,025 x 1,3


DO Akhir Terang 2 =
250  4

= 1,22 mg/L

8000 x 0,025 x 1,6


DO Akhir Terang 3 =
250  4

= 1,30 mg/L
8000 x 0,025 x 1,4
DO Akhir Gelap 1 =
250  4

= 1,14 mg/L

8000 x 0,025 x 1,5


DO Akhir Gelap 2 =
250  4

= 1,22 mg/L

8000 x 0,025 x 1,3


DO Akhir Gelap 3 =
250  4

= 1,05 mg/L

Stasiun 10 (Tengah)

8000 x 0,025 x 1,0


DO awal Pengulangan 1 =
250  4

= 0,81 mg/L

8000 x 0,025 x 1,2


DO awal Pengulangan 2 =
250  4

= 0,97 mg/L

8000 x 0,025 x 1,0


DO awal Pengulangan 3 =
250  4

= 0,81 mg/L

8000 x 0,025 x 1,6


DO Akhir Terang 1 =
250  4

= 1,30 mg/L
8000 x 0,025 x 1,2
DO Akhir Terang 2 =
250  4

= 0,97 mg/L

8000 x 0,025 x 1,4


DO Akhir Terang 3 =
250  4

= 1,14 mg/L

8000 x 0,025 x 1,1


DO Akhir Gelap 1 =
250  4

= 0,90 mg/L

8000 x 0,025 x 1,0


DO Akhir Gelap 2 =
250  4

= 0,81 mg/L

8000 x 0,025 x 1,3


DO Akhir Gelap 3 =
250  4

= 1,05 mg/L

 Perhitungan Produktivitas Primer:

Stasiun 10 (Tepi):

DO Awal = (Pengulangan 1 + pengulangan 2 + pengulangan 3) : 3

= (0,73 + 0,65 + 0,81) : 3

= 0, 73 mg/ L

DO Akhir Terang = (Pengulangan 1 + pengulangan 2 + pengulangan 3) : 3

= (1,05 + 1,22 + 1,3) : 3


= 1,19 mg/ L

DO Akhir Gelap = Pengulangan 1 + pengulangan 2 + pengulangan 3) : 3

= (1,14 + 1,22 + 1,05) : 3

= 1,14 mg/ L

 Fotosintesis (F) = DO akhir terang - DO awal

= 1,19 - 0,73

= 0,46 mg/ L

 Respirasi (R) = DO akhir gelap - DO awal

= 1,14 - 0,73

= 0,41 mg/ L

 Produktivitas Primer = F - R

= 0,46 - 0,41

= 0,05 mg/ L

 Produktivitas Sekunder =F+R

= 0,46 + 0,41

= 0,87 mg/ L

 Produktivitas Total = Produktivitas Primer + Produktivitas Sekunder

= 0,05 + 0,87

= 0,92 mg/ L
Stasiun 10 (Tengah):

DO Awal = (Pengulangan 1 + pengulangan 2 + pengulangan 3) : 3

= (0,81 + 0,97+ 0,81) : 3

= 0,86 mg/ L

DO Akhir Terang = (Pengulangan 1 + pengulangan 2 + pengulangan 3) : 3

= (1,30+ 0,97+ 1,14) : 3

= 1,14 mg/ L

DO Akhir Gelap = Pengulangan 1 + pengulangan 2 + pengulangan 3) : 3

= (0,90 + 0,81 + 1,05) : 3

= 0,92 mg/ L

 Fotosintesis (F) = DO akhir terang - DO awal

= 1,14 - 0,86

= 0,28 mg/ L

 Respirasi (R) = DO akhir gelap - DO awal

= 0,92 - 0,86

= 0,06 mg/ L

 Produktivitas Primer =F-R

= 0,28 - 0,06

= 0,22 mg/ L

 Produktivitas Sekunder =F+R


= 0,28 + 0,06

= 0,34 mg/ L

 Produktivitas Total = Produktivitas Primer + Produktivitas Sekunder

= 0,05 + 0,87

= 0,56 mg/ L

Anda mungkin juga menyukai