PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ekosistem merupakan interaksi antara komponen hidup dan tak hidup. Organisme
seperti hewan, tumbuhan, alga, ungi dan bakteri merupakan komponen hidup dalam ekosistem,
sedangkan pengaruh fisik lingkungan seperti udara, air dan tanah merupakan komponen tak hidup
dalam ekosistem. Komponen hidup dalam ekosistem dikenal dengan sebutan biotik, sedangkan
komponen tak hidup seperti topografi dan kemiringan tanah dalam ekosistem disebut abiotik.
Kedua komponen tersebut kemudian berinterkasi satu sama lain sehingga membentuk
sebuah ekosistem. Organisme di dalam ekosistem membutuhkan energi untuk tumbuh,
berkembang biak, dan bergerak. Namun dalam sebuah ekosistem ketersediaan energi sangatlah
terbatas, sehingga dibutuhkan adanya pengaturan energi dalam ekosistem karena energi tersebut
nantinya akan dibagi dalam tingkatan trofik yang berbeda. Sehingga banyak sedikitnya energi
yang diterima kemudian akan mempengaruhi jenis dan jumlah organisme dalam ekosistem.
Energi yang digunakan dalam kehidupan organisme dalam ekosistem berasal dari adanya sejumlah
sinar matahari yang masuk ke dalam ekosistem. Energi cahaya matahari yang mencapai bumi
kemudian ditangkap oleh tumbuhan dan produsen lain dan dirubah menjadi energi kimia melaui
fotosintesis. Para produsen mengubah energi cahaya ini dengan energi kimia yang tersimpan dalam
senyawa organik. Tingkat di mana produsen dalam ekosistem membangun biomassa
disebut produktivitas primer.
2. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian produktivitas?
2. Apa saja jenis-jenis produktivitas?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi produktivitas?
4. Bagaimana metode pengukuran produktivitas ekosistem?
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian produktivitas.
2. Mengetahui jenis-jenis produktivitas.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas.
4. Mengetahui metode pengukuran produktivitas ekosistem.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas biasanya diartikan sebagai laju produksi zat organik dalam suatu
ekosistem. Proses ini biasanya dimulai dari kegiatan mengkonversi energy sinar matahari
menjadai zat-zat organik melalui proses fotosintesis pada tumbuhan hijau (Ramli, 1989).
Di dalam setiap ekosistem baik daratan maupun perairan terdapat organisme hidup dan
benda mati (lingkungan abiotik) yang menunjang proses kehidupan. Proses kehidupan di
alam tersebut merupakan kejadian yang mengubah bentuk energi pada berbagai komponen
ekosistem. Proses-proses yang terlibat dalam pengubahan energi dalam ekosistem
meliputi proses metabolisme, aliran energi pada berbagai tingkat trofik, dan siklus
biogeokimia (Chapman dan Reiss, 1997). Proses metabolisme merupakan proses fisiologi
yang terdapat pada tubuh organisme hidup. Metabolisme meliputi anabolisme yaitu
proses penyusunan kimiawi yang dilakukan melalui kegiatan fotosintesis dan
katabolisme yaitu proses pembongkaran energi yang tersimpan dalam zat-zat kimia
hasil anabolisme. Hasil dari proses metabolisme adalah pertumbuhan dan penambahan
biomassa, dan penimbunan biomassa itu disebut produksi (Odum, 1993). Produksi
selama periode waktu tertentu disebut produktivitas. Baik produksi maupun
produktivitas kedua-duanya secara umum berhubungan dengan biomassa pada tingkat
trofik tertentu (Kendeigh, 1980). Pada suatu ekosistem dikenal adanya produsen dan
konsumen, sehingga juga dikenal adanya produktivitas oleh produsen dan produktivitas
oleh konsumen.
Produktivitas pada aras konsumen disebut produktivitas primer (dasar), sedangkan
pada aras konsumen disebut produktivitas sekunder. Produktivitas primer adalah laju
penambatan energi oleh produsen melalui proses fotosintesis. Produksi primer dari suatu
ekosistem berasal dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berdaun
hijau dengan pengikatan energi yang berasal dari cahaya matahari. Secara kimia
proses fotosintesis merupakan reaksi oksidasi-reduksi (redoks) meliputi penyimpanan
bagian dari energi cahaya matahari sebatas energy potensial. Produksi primer yang
menumpuk pada produsen atau tumbuhan selama suatu periode tertentu merupakan
biomasa tumbuhan. Sebagian dari biomasa ini akan diganti melalui proses dekomposisi
dan sebagian lagi tetap disimpan dalam waktu yang lebih lama sebagai materi yang
berdaur hidup (life cycle). Jumlah akumulasi materi organik yang hidup pada suatu waktu
disebut Standing Crop Biomass (biomasa hasil bawaan). Dengan demikian jelas bahwa
biomassa berbeda dengan produksi (produktivitas). Produktivitas komunitas bersih
merupakan laju penyimpanan materi organik oleh produsen, yang tidak digunakan
(dimakan) oleh heterotrof (herbivora). Jadi produktivitas komunitas bersih
merupakan sisa produktivitas primer sesudah dikurangi yang digunakan
(dikonsumsi) oleh herbivora (Djumara, 2007). Produktivitas biologis merupakan hasil
yang terus-menerus dihasilkan oleh komunitas biologi sehingga perlu dinyatakan
dalam satuan waktu. Misalnya produksi zat makanan per hari atau per tahun.
Oleh karena itu, produktivitas dapat digunakan untuk mengukur kekayaan atau
kesuburan suatu komunitas atau suatu ekosistem. Suatu contoh padang rumput yang subur,
tetapi sering dimakan oleh hewan herbivora akan mempunyai biomassa yang lebih kecil
daripada rumput yang tidak dimakan hewan. Oleh karena itu, produktivitas merupakan
gambaran dari laju atau kecepatan pertambahan materi organik baru, maka satuan yang
dipergunakan hendaknya meliputi tiga hal, yaitu biomassa (berat kering, jumlah individu,
atau kilokalori), satuan luas (m2, ha), dan satuan waktu (hari, tahun). Biasanya satuan yang
dipakai adalah gabungan antara berat kering dalam gram per meter persegi per hari
(gr/m2/hari). Berbagai ekosistem mempunyai produktivitas yang tidak sama. Hal ini
sangat berkaitan dengan faktor lingkungan seperti iklim, topografi, sifat tanah, letak
geografis, air dan ketinggian suatu tempat dari permukaan laut (Resosoedarmo, dkk.,
1985).
b. Piramida biomassa
Piramida biomassa merupakan biomassa yang sebenarnya (massa kering dari
semua organisme) di setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Sebagian
biomassa piramida menyempit tajam dari tingkat produsen di dasar kepada
konsumen tingkat atas di puncak (Gambar 6), hal tersebut dikarenakan transfer energi
diantara tingkat-tingkat trofik sangat tidak efisien. Tetapi, dalam ekosistem perairan
tertentu,zooplankton (konsumen primer) mengkonsumsi fitoplankton(produsen)
sangat cepat. Akibatnya, zooplankton memiliki massa yang lebih besar pada waktu
tertentu dibandingkan fitoplankton. Fitoplankton tumbuh dan berkembang biak
pada tingkat yang cepat yang mereka dapat mendukung populasi konsumen yang
memiliki biomassa yang lebih besar. Piramida biomassa untuk ekosistem ini akan
muncul sebagai piramida terbalik
c. Piramida jumlah
Piramida jumlah menggambarkan jumlah organisme individu dalam setiap tingkat
trofik suatu ekosistem. Piramida ini juga berbentuk seperti piramida
energi, dengan produsen yang ditemukan di dasar dan tingkat tropik yang lebih
tinggi pada tingkatan di atasnya. Piramida ini disusun berdasarkan jumlah
organismenya tanpa memperhatikan ukuran tubuhnya sehingga dalam beberapa
kasus jumlah produsen tercatat lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan
konsumen, tetapi meskipun jumlahnya seidkit mampu memenuhi kebutuhan
energi konsumen sehingga terkadang menyebabkan bagian dasar piramida
berukuran kecil (http://mtchs.org, 2015).
3) Air
Jumlah air yang tidak memadai menghambat semua proses metabolisme termasuk fotosintesis
karena stomata tertutup dan tumbuhan menjadi layu. Air merupakan bahan dasar dalam proses
fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik.
Secara kimiwi air berperan sebagai pelarut universal, keberadaan air memungkinkan membawa
serta nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan
air dalam ekosistem dalam bentuk air tanah, air sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk
uap. Uap di atmosfer dapat mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara
suhu dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi
kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis untuk meningkatkan
produktivitas. Tingginya kelembaban pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas
mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah
yang berlangsung cepat yang menyebabkan lepasnya unsure hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Terjadinya petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi di
udara, dan turun ke bumi bersama air hujan. Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujanakan
menyebabkan tanah-tanah yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan
mengurangi kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab utama hilangnya zat hara dalam
ekosistem.
4) Nutrisi
Nutrien entuk sejumlah klorofil dan enzim yang berperan aktif dalam proses fotosintesis. Misalnya
magnesium yang merupakan bagian utama dari molekul klorofil. Tumbuhan membutuhkan
berbagai ragam nutrien anorganik, beberapa dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya
dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terestrial, nutrien
organik merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas. Produktivitas dapat menurun
bahkan berhenti jika suatu nutrien spesifik atau nutrien tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah
yang mencukupi. Nutrien spesifik yang demikian disebut nutrien pembatas (limiting nutrient).
Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrien pembatas utama, beberapa bukti
juga menyatakan bahwa CO2 kadang-kadang membatasi produktivitas.
5) Suhu
Laju proses kimia sangat ditentukan oleh keadaan suhu yang mana laju akan maksimal pada
temperature optimum. Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada
produktivitas. Secara langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses
fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis.
6) Tanah
Tanah merupakan tempat sebagian besar tumbuhan untuk hidup terutama tumbuhan darat. Di
dalam tanah mengandung berbagai macam zatatau senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Salah satunya kandungan hidrogen. Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah
tropis disebabkan oleh diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang
dilangsungkan oleh mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan
basah, maka karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam
karbonat (H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan
sebuah ion hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation
hara yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan
oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah. Hidrogen yang
dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan bereaksi dengan liat silikat dan
membebaskan aluminium. Karena aluminium merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di
daerah hutan hujan tropis, maka alminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam
di daerah ini. Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini dapat masuk
ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme mikro yang
melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas penguraian
serasah.
7) Struktur dan Komposisi Komunitas
Struktur dan komposisi komunitas sangat menentukan produktivitas. Bentuk pohon, perdu dan
herba yang hidup pada habitat yang sama, akan menghasilkan produktivitas yang berbeda.
8) Jenis dan Umur Tumbuhan
Perbedaan laju pertumbuhan diantara jenis-jenis yang berkompetisi dalam suatu ekosistem
merupakan kejadian yang alami, dengan demikian akan terjadi pula perbedaan produktivitas pada
fase pertumbuhan yang berbeda atau pada umur yang berbeda dari suatu jenis yang sama.
Tumbuhan akan mencapai produktivitas maksimal pada fase muda. Ketika tubuh tumbuhan
meningkat energi yang difiksasi lebih banyak digunakan untuk mengelola tubuhnya. Produktivitas
yang berlebih digunakan untuk membentuk produktivitas bersih yang secara teratur menurun
dalam masa pemasakan.
9) Peneduhan
Bentuk-bentuk geometri tumbuhan dan kerapatannya sangat berperan dalam menentukan efisiensi
ekosistemnya. Tumbuhan yang memiliki daun yang relatif lebar dan vertikal dapat menghasilkan
area aktif fotosintesis maksimum dan total peneduhannya rendah. Informasi tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas primer pada setiap tanaman terjadi pada tingkatan yang
spesifik, keadaan yang sama juga terjadi pada daun-daun yang terisolasi. Dalam hal ini hanya
memperhatikan salah satu faktor yang kompleks yang mempengaruhi produktivitas primer yaitu
struktur 3 dimensi dari suatu kanopi vegetasi. Faktor struktural ini mempengaruhi efisiensi kanopi
sebagai suatu penangkap cahaya. Pada kanopi berdaun lebar sebagian cahaya tidak di serapdekat
permukaan dan tingkat kanopi yang lebih rendah terlindungi lebih banyak. Akibatnya fotosintesis
bersih cenderung terkonsentrasi di lapisan atas pada tipe kanopi berdaun lebar dan terkonsentrasi
dilapisan tengah pada tipe kanopi berdaun sempit. Posisi sudut daun mempengaruhi juga
kedalaman penetrasi cahaya ke dalam kanopi. Penetrasi cahaya akan lebih dalam bila daunnya
tegak. Tanaman padi yang memiliki geometri sudut daun atau kanopi vertikal dan tipe berdaun
sempit akan lebih efektif pada intensitas cahaya yang kuat dan ketika posisi matahari rendah.
Kanopi horizontal dari tipe berdaun lebar akan lebih efektif pada intensitas cahaya rendah dan
ketika matahari berada di atas kepala.