Anda di halaman 1dari 16

Produktivitas Ekosistem

Makalah

Disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah Ekologi Terestrial

Oleh Kelompok 4
Lusi Dwi A (101810401017)
Wilujeng Rahayu (121810401057)
Azizah (121810401063)
Nia Alfafia (121810401066)
Nur Hayati (121810401077)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.Suatu ekosistem dapat
terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara
makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan antara makhluk hidup dengan
lingkungan abiotik (habitat). Interaksi dalam ekosistem didasari adanya hubungan
saling membutuhkan antara sesama makhluk hidup dan adanya eksploitasi
lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar hidup bagi makhluk hidup.
Dalam mempelajari suatu ekosistem, pertama-tama perlu diketahui
sumber energi ekosistem tersebut. Dengan adanya energi dan arus energi dapat
menjamin kelangsungan hidup organisme yang berada dalam suatu ekosistem
tersebut. Karena semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan,
pemeliharaan, reproduksi, dan pada beberapa spesies, untuk lokomosi atau
pergerakan. Pengaturan energi suatu ekosistem bergantung pada produktivitas
primer. Sehingga sangat penting untuk mempelajari produktivitas suatu ekosistem
dalam kaitannya mempelajari kelangsungan hidup suatu organisme.
Jumlah total energi yang terbentuk melalui proses fotosintesis perunit area
perunit waktu di sebut produktivitas primer kotor, namun demikian tidak semua
energy yang dihasilkan melalui fotosintesis ini diubah menjadi biomassa, tetapi
sebagian dibebaskan lagi melalui proses respirasi. Produktivitas primer bersih
dengan demikian adalah hasil fotosintesis dikurangi dengan respirasi (Barbour et
al., 1987).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian produktivitas ekosistem?
2. Apa saja macam-macam produktivitas ekosistem?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem ?
4. Bagaimana metode pengukuran produktivitas ekosistem ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian produktivitas ekosistem.
2. Untuk mengetahui macam-macam produktivitas ekosistem.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem.
4. Untuk mengetahui metode pengukuran produktivitas ekosistem.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Produktivitas Ekosistem

Produktivitas merupakan parameter ekologi yang sangat penting.


Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh
kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam
ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam
jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil,
tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi
perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam
interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Jordan,
1985).
Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem.
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energi
dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem yang dimaksud adalah
pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen.Sedangkan
penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energi oleh konsumen
dan mikroorganisme. Produktivitas ekosistem terdiri dari beberapa macam yaitu
produktivitas primer dan produktivitas sekunder.
Produktivitas primer dari sesuatu ekosistem, komunitas, atau yang lainnya,
didefinisikan sebagai laju dimana energi pancaran disimpan oleh kegiatan
fotosintesis atau khemosintesis organisme-organisme produsen (terutama tumbuh-
tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan
sebagai bahan-bahan pangan (Odum, 1993).
Menurut Campbell (2002), produktivitas primer menunjukkan jumlah
energi cahaya yang diubah menjadi energi kimia oleh autotrof suatu ekosistem
selama suatu periode waktu tertentu.Produktivitas primer dapat dibedakan
menjadi dua yaitu Produktivitas Primer Kotor dan Produktivitas Primer Bersih.
Produktivitas primer kotor(gross primary productivity, GPP) yaitu laju
total dari fotosintesis, termasuk bahan organik yang habis digunakan
didalamrespirasi. Ini dikenal juga sebagai fotosintesis total atau asimilasi
total(Odum, 1993).Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan
organik pada tubuh organisme produsen atau pada tumbuhan yang sedang
tumbuh, karena organisme tersebut menggunakan sebagian molekul tersebut
sebagai bahan bakar organic dalam respirasinya.

Produktivitas primer bersih yaitu laju penyimpanan bahan organik di


dalam jaringan-jaringan tumbuh-tumbuhan kelebihannya dari penggunaan
respirasi oleh tumbuh-tumbuhan. Dapat dikatakan juga Produktivitas primer
bersih (net primary productivity, NPP) sama dengan produktivitas primer kotor
(gross primary productivity, GPP) dikurangi energi yang digunakan oleh produsen
untuk respirasi (Rs):
NPP = GPP Rs

Dalam sebuah ekosistem, produktivitas primer menunjukkan simpanan


energi kimia yang tersedia bagi konsumen.Pada sebagian besar produsen primer,
produktivitas primer bersih dapat mencapai 50% 90% dari produktivitas primer
kotor. Menurut Campbell et al (2002), Rasio NPP terhadap GPP umumnya lebih
kecil bagi produsen besar dengan struktur nonfotosintetik yang rumit, seperti
pohon yang mendukung sistem batang dan akar yang besar dan secara metabolik
aktif.
Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energi persatuan luas
persatuan waktu (J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik)
vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem persatuan luasan per satuan waktu
(g/m2/tahun). Namun demikian, produktivitas primer suatu ekosistem hendaknya
tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof fotosintetik yang terdapat
pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman tegakan (standing crop
biomass). Produktivitas primer menunjukkan laju di mana organisme-organisme
mensintesis biomassa baru. Meskipun sebuah hutan memiliki biomassa tanaman
tegakan yang sangat besar, produktivitas primernya mungkin sesungguhnya
kurang dari produktivitas primer beberapa padang rumput yang tidak
mengakumulasi vegetasi (Campbell et al., 2002).
Tabel 1. Produktivitas Primer Biosfer

No Tipe Ekosistem Bahan Kering (g/m2/tahun)


1 Hutan Hujan Tropis 1000 3500
2 Hutan Musim Tropis 1000 2500
3 Hutan Iklim Sedang:
- Selalu Hijau 600 2500
- Luruh
600 2500

4 Hutan Boreal 400 2000


5 Savana 200 2000
6 Padang Rumput Iklim Sedang 200 1500
7 Tundra dan Alvin 10 400
8 Gurun dan Semak Gurun 10 250
Sumber : Whittaker & Likens (1975) dalam Wiharto (2007)

Produktivitas sekunder adalah Laju penyimpanan energi pada tingkat


konsumen disebut sebagai produktivitas sekunder. Karena konsumen-konsumen
hanya menggunakan bahan-bahan pangan yang sudah dibuat, dengan kehilangan
kehilanagan di dalam respirasi yang secukupnya itu, dan mengubahnya ke dalam
jaring-jaringan yang berlaianan oleh suatu proses keseluruhan, produktivitas
sekunder tidaklah dibagi atau dibedakan lagi menjadi jumlah-jumlah kotor dan
bersih. Arus energi total pada tingkat-tingkat heterotrofik yang analog dengan
produksi kotor dari autotrof disebut asimilasi dan bukan produksi.
Untuk mengetahui produktivita suatu ekosistem dapat dihitung dari
biomassa yang dihasilkan dalam suatu ekosistem. Biomassa adalah bahan organik
yang dihasilkan melalui pross fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan.
Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah
pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan
primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan
sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar).
Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai
ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Terdapat hubungan atau korelasi yang nyata antara Biomassa dengan
Produktivitas yaitu produktivitas yaitu produktivitas seimbang dengan biomassa
bilamana terjadi effisiensi pertumbuhan suatu populasi secara cepat. Biasanya
biomassa yang sangat kecil produktivitasnya sangat besar (Welch dan Lindeel,
1980).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem

Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan produktivitas pada


berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam
setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas
bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan.
Produktivitas pada ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem.Cahaya memiliki
peran yang sangat vital dalam produktivitas primer karena hanya dengan energi
cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat melakukan fotosintesis. Hal ini berarti
bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya
matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang
sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer.
Pada ekosistem terestrial seperti hutan hujan tropis memiliki produktivitas
primer yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih
banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan
iklim sedang (Wiharto, 2007).Sedangkan pada eksosistem perairan, laju
pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya dalam
perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan
jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
b. Suhu
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan
meningkat dari wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu
bukanlah menjadi faktor dominan yang menentukan produktivitas, tapi lamanya
musim tumbuh. Adanya suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun
dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada
gilirannya meningkatkan produktivitas.
Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada
produktivitas. Secara langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik
dalam proses fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju
maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya suhu berperan
dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat
mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
c. Air, curah hujan, dan kelembaban
Produktivitas pada ekosistem terestrial berkorelasi dengan ketersediaan air.
Air merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air
merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiawi air
berperan sebagai pelarut universal, keberadaan air memungkinkan membawa serta
nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Air memiliki siklus dalam ekosistem.Keberadaan air dalam ekosistem
dalam bentuk air tanah, perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap.Uap di
atmosfer dapat mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan.Interaksi antara
suhu dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan
kondisi kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis
untuk meningkatkan produktivitas.
Menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya kelembaban pada
gilirannya akan meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses
lain yang sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung
cepat yang menyebabkan lepasnya unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Terjadinya petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang
terfiksasi di udara, dan turun ke bumi bersama air hujan.
Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan akan menyebabkan tanah-
tanah yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan
mengurangi kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab utama hilangnya zat
hara dalam ekosistem.
d. Nutrien
Tumbuhan membutuhkan beragam nutrient anorganik, beberapa dalam
jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi
semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terestrial, nutrient organik
merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas.Produktivitas dapat
menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak
lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi.Nutrient spesifik yang demikian
disebut nutrient pembatas (limiting nutrient).Pada banyakekosistemnitrogen dan
fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan
bahwa CO2 kadang-kadang membatasi produktivitas.
e. Tanah
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah
tropisdisebabkan oleh diproduksinya asam organik secara kontinu melalui
respirasi yang dilangsungkan oleh mikroorganisme tanah dan akar (respirasi
tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka karbon dioksida (CO 2) dari
respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3 ) yang
kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO 3-) dan sebuah ion
hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan
kation hara yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan
kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah
melalui profil tanah (Wiharto, 2007).
Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan
bereaksi dengan liat silikat dan membebaskan aluminium. Karena aluminium
merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di daerah hutan hujan tropis, maka
aluminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam di daerah
ini.Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah.Sulfat ini dapat
masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas
organisme mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat
dilepaskan dari aktivitas penguraian serasah (Jordan, 1985 dalam Wiharto,
2007 ).
f. Herbivora
Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas
vegetasi.Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh
herbivor biofag.Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat (Barbour at
al., 1987). Namun demikian, menurut McNaughton dan Wolf (1998) bahwa akibat
yang ditimbulkan oleh herbivora pada produktivitas primer sangat sedikit sekali
diketahui. Bahkan hubungan antara herbivora dan produktivitas primer bersih
kemungkinan bersifat kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi
produktivitas tumbuhan sehingga meningkat mencapai tingkat tertentu yang
kemudian dapat menurun jika intensitasnya optimum.
Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) menyatakan, bahwa walaupun
defoliasi pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini
disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis.Selain
itu, banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui
produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek
yang kurang baik bagi herbivora.

2.3. Pengukuran Produktivitas Ekosistem


Caracara untuk menentukan produktivitas primer adalah sangat penting
mengingat proses ini memiliki arti ekologi yang sangat nyata. Sebagian besar
pengukurannya di lakukan secara tidak langsung , berdasarkan pada jumlah
substansi yang di hasilkan, atau jumlah matrial yang di pakai, atau jumlah hasil
sampingannya. Satu hal yang perlu di ingat bahwa proses fotosintesis berada
dalam keseimbangan dengan respirasi. Produktivitas harus diukur selama waktu
yang tepat , karena terdapat perbedaan metabolisme selama siang dan malam hari.
Perbedaan metabolisme juga terjadi antar musim, oleh sebab itu disarankan
pengukuran energi ini dalam skala tahunan. Beberapa cara penentuan
produktivitas primer adalah sebagai berikut :
1. Metode penuaian
Cara ini di tentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan. Dapat
dinyatakan secara langsung berat keringnya atau kalori yang terkandung, tetapi
keduanya dinyatakan dalam luas dan priode waktu tertentu. Metode ini mengukur
produktivitas primer bersih. Metode penuaian ini sangat cocok dan baik pada
ekosistem daratan, dan biasanya untuk vegetasi yang sederhana. Tetapi dapat pula
di gunakan untuk ekosistem lainya dengan syarat tumbuhan tahunan predominan
dan tidak terdapat rerumputan. Untuk ini paling baik mencuplik produktivitas
pada satu seri percontohan(cuplikan)selama satu musim tumbuh. Metode ini
merupakan metode paling awal dalam mengukur produktivitas primer. Caranya
adalah dengan memotong bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah,
baik pada tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun yang didalam air. Bagian yang
di potong selanjutnya dipanaskan sampai seluruh airnya hilang atau beratnya
konstan. Materi tersebut ditimbang, dan prodiktivitas primer di nyatakan dalam
biomassa per unit area per unit waktu, misalnya sebagai gram berat kering/ m 2
/tahun.metode ini menunjukkan perubahan berat kering selama priode waktu
tertentu. Metode penuian memeng tidak cocok untuk mengukur produktivitas
primer fitoplankton, karena ada beberapa kesalahan misalnya perubahan biomasa
yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh produktivitas tetapi juga berkurangnya
fitoplankton oleh hewan hewan pada tropik diatasnya, atau mungkin jumlah
fitoplankton berubah karena gerakan air dan pengadukan.
Metode penuaian ini sangat sederhana, meskipun memiliki potensi
potensi kesalahan- kesalahan : sistim akar harus termasuk dalam perhitungan, dan
adanya hewan herbivora.
2. Metode penentuan oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada
hubungan erat antara produktifvitas dengan oksigan yang di hasilkan oleh
tumbuhan. Tetapi harus di ingat sebagian oksigen di manfaatkan oleh tumbuhan
tersebut dalam proses respirasi, dan harus di perhitungkan dalam penentuan
produktivitas.
Metode ini sangat cocok dalam menentukan produktivitas primer
ekosistem perairan, dengan fitoplankton sebagai produsennya. Dua contoh air
yang mengandung ganggang di ambil pada kedalaman yang relatif sama. Satu
contoh di simpan di dalam botol bening dan satunya lagi pada botol yang di cat
hitam. Kandungan oksigen dari kedua botol tadi sebelumnya ditentukan,
kemudian di simpan dalam air yang sesuai dengan kedalaman dan tempat
pengambilan air tadi. Kedua botol tadi di biarkan selama satu sampai 12 jam.
Selama itu akan terjadi perubahan kandungan oksigen di kedua botol tadi. Pada
botol yang hitam terjadi proses respirasi yang menggunakan oksigen, sedangkan
pada botol yang bening akan terjadi baik fotosintesis maupun respirasi.
Diasumsikan respirasi pada kedua botol relatif sama. Dengan demikian
produktivitas pada ganggang dapat di tentukan.
Metode metode ini memiliki kelemahan kelemahan, yaitu hanya dapat
di lakukan pada produsen mikro dan asumsi respirasi pada kedua botol tadi sama
adalah kurang tepat.
3. Metode pengukuran karbondioksida
Karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan dapat di
pergunakansebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam hal ini seperti juga
pada metode penentuan oksigen proses respirasi harus di perhitungkan. Metode
ini cocok untuk tumbuhan darat dan dapat di pakai pada suatu organ daun, seluruh
bagian tumbuhan dan bahkan satu komunitas tumbuhan. Ada dua tehnik atau
metode utama yaitu :
4. Metode ruang tertutup
Cara ini biasanya di gunakan untuk sebagian atau seluruh tumbuhan
kecil(herba,perdu pendek). Dua contoh di pilih dan di usahakan satu sama lainnya
relatif sama. Satu contoh di simpan dalam kontainer bening dan satunya lagi di
simpan dalam kontainer gelap(tertutup lapisan hitam). Udara dibiarkan keluar-
masuk pada keedua kontainer melalui pipa yang sudah di atur sedenikian rupa dan
mempergunakan pengisapan udara dengan kecepatan aliran udara tertentu.
Konsentrasi karbondioksida yang masuk dan keluar kontainer di pantau. Dengan
cara ini karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis dapat dihitung, yaitu
sama dengan jumlah yang di hasilkan dalam kontainerr gelap di tambah dengan
jumlah yang di pakai dalam kontainer bening /terang. Dalam kontainer gelap
terdapat produksi karbondioksida sebagai hasil respirasi,dan pada kontainer
bening karbondioksida di pakai dalam proses fotosintesis daan juga adanya
produksi akibat adanya respirasi. Metode ini juga memiliki kelemahan seperti
pada metode dengan penentuan oksigen dan meningkatnya suhu dalam kontainer
(seperti rumah kaca)sehingga mempengaruhi proses fotosintesis dan respirasi.
5. Metode aerodinamika
Metode ini maksudnya menutupi kelemahan kelemahan pada metode
ruang tertutup. Karbondiaksida yang diukur diambil dari sensor yang di pasang
pada tabung tegak dalam komunitas, dan satunya lagi di pasang lebih tinggi dari
tumbuhan. Perubahan konsentrasi karbondioksida di atas dan didalam komunitas
dapat di pakai sebagai indikasi dari produktivitas. Pada malam hari konsentrasi
karbondioksida akan meningkat akibat terjadi respirasi, sedangkan pada siang hari
konsentrasi akan menurun akibat proses fotosintesis. Perbandingan konsentrasi ini
merupakan indikasi berapa banyak karbon dioksida yang di manfaatkan dalam
fotosintesis.
6. Metode radioaktif
Materi aktif yang dapat di identifikasi radiasinya di masukkan dalam
sistem. Misalnya karbon aktif (C14) dapat di introduksi melalui suplai
karbondioksida yang nantinya di asimilasikan oleh tumbuhan dan di pantau untuk
mendapatkan perkiraa produktivitas. Tehnik ini sangat mahal dan memerlukan
peralatan yang canggih, tetapi memiliki kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat
di pakai dalam berbagai tipe ekosistem tanpa melakukan penghancuran terhadap
ekosistem.
7. Metode penentuan klorofil
Produktivitas berhubungan erat dengan jumlah klorofil yang ada. Rasio
asimilasi untuk tumbuhan atau ekosistem adalah laju dari produktivitas pergram
klorofil. Konsentrasi klorofil dapat ditentukan berdasarkan cara yang sederhana,
yaitu dengan cara mengekstraksi pigmen tumbuhan. Mulamula dilakukan
pencuplikan daun dengan ukuran tertentu. Untuk sampling fitoplankton dilakukan
dengan pengambilan sampel air dalam volume tertentu. Organisme selain
fitoplankton harus di pisahkan dari sampel. Samel selanjutnya di saring dengan
menggunakan filter khusus fitoplankton pada pompa vakum dengan tekanan
rendah. Filter yang mengandung klorofil dilarutkan pada aseton 85% , kemudian
dibiarkan semalam, dan selanjutnya di sentrifuse. Supernatannya dibuang dan
pelet yang mengandung klorofil di keringkan dan di timbang beratnya. Berat
klorofil di ukur dalam mg klorofil/unit area. Pengukuran klorofil juga bisa di
lakukan dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 665 nm. Bila rasio
asimilasi, kadar klorofil, dan jumlah energi cahaya di ketahui, maka produktivitas
primer kotor dapat diketahui. Metode ini dapat di terapkan pada berbagai tipe
ekosistem.

BAB 3. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas


ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari
banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem.
Macam macam produktivitas ekosistem ada dua yaitu, produktivitas primer dan
produktivitas sekunder. Produktivitas primer dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Produktivitas Primer Kotor dan Produktivitas Primer Bersih.

Adapun faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem


antara lain cahaya, suhu, air, kelembaban, tanah, nutrien, dan herbivora.
Produktivitas ekosistem dapat diukur dengan beberapa metode pengukuran antara
lain metode penuaian, metode penentuan oksigen, metode pengukuran
karbondioksida, metode ruang tertutup, dan metode penentuan klorofil.

DAFTAR PUSTAKA

Barbour, M. G., J.H. Burk., and W.P. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. The
Benjamin/Cumming Publishing Company Ins, California.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi
kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Jordan, C. F. 1995. Nutrient Cycling in Tropical Ecosystem. John Wiley and Sons,
New York.
Mcnaughton, S.J., L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum (terjemahan), Edisi kedua.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University Press.
Jogjakarta.

Welch, E. B & T. Lindell. 1980. Ecological effects of waste water. Cambridge University
Press. Cambridge.

Wiharto, M. 2007. Produktivitas Vegetasi Hutan Hujan Tropis. (pdf_file).

Anda mungkin juga menyukai