Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

El nino dan la nina yang terdapat dua ekstrem dari el nino selatan osilasi, juga dikenal sebagai

ENSO. ENSO dihasilkan oleh interaksi antara laut dan atmosfer di Pasipic Tropis. ENSO adalah

yang terkuat dari semua alami siklus iklim diabad ini. Ia menciptakan beberapa variabilitas paling

menonjol dalam kejadian iklim dari tahun ke-tahun, termasuk frekuensi dan seperti kekeringan,

banjir, angin topan, dan tornado. Kejadian alam tersebut tentunya harus didampingi oleh cara

meminimalisir akibat yang akan ditimbulkan dari kejadian tersebut melalui mitigasi bencana yang

diberikan oleh pihak yang berwenang kepada masyarakat.

Kenyataannya hal tersebut masih menjadi suatu hal yang asing yang di dengar oleh telinga

awam. Sebagai mahasiswa sejatinya memberi pendampingan mulai hal kecil berupa informasi

kepada lingkungan sekitar atuapu yang lainnya.

Dengan demikian untuk menambah pengetahuan mengenai hal tersebut agar leih dapat memahami

maka kami sajikan sebuah makalah yang diberi judul “El Nino La Nina dan Mitigasi Bencana”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian El Nino dan La Nina?

2. Apa penyebab dari terjadinya El Nino dan La Nina?

3. Bagaimana proses terjadinya El Nino dan La Nina?

4. Bagaimana dampak dari terjadinya El Nino dan La Nina?

5. Bagaimana langkah mitigasi suatu bencana?

1
C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian El Nino dan La Nina

2. Untuk mengetahui penyebab dari terjadinya El Nino dan La Nina

3. Untuk mengetahui proses terjadinya El Nino dan La Nina

4. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya El Nino an La Nina

5. Untuk mengetahui langkah mitigasi suatu bencana

D. Manfaat Penulisan

1. Secara teoritis

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan

pengetahuan, terutama bagi perkembangan pemahaman mahasiswa pendidikan fisika

dalam memahami kejadian alam.

2. Praktis

a) Dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar mahasiswa

b) Mempermudah pemahaman mahasiswa mengenai gejala alam El Nino La

Nina berikut mitigasi suatu bencan

c) Mengembangkan penalaran mahasiswa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. El Nino dan La Nina

El nino dan la nina yang terdapat dua ekstrem dari el nino selatan osilasi, juga dikenal

sebagai ENSO. ENSO dihasilkan oleh interaksi antara laut dan atmosfer di Pasipic Tropis. ENSO

adalah yang terkuat dari semua alami siklus iklim diabad ini. Ia menciptakan beberapa variabilitas

paling menonjol dalam kejadian iklim dari tahun ke-tahun, termasuk frekuensi dan seperti

kekeringan, banjir, angin topan, dan tornado. El Nino dan La Nina adalah merupakan dinamika

atmosfer dan laut yang mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino merupakan salah satu

bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan

laut di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur.

Sebagai indikator untuk memantau kejadian El Nino, biasanya digunakan data pengukuran

suhu permukaan laut pada bujur 1700BB - 1200BB dan lintang 50LS - 50LU, dimana anomali positif

3
mengindikasikan terjadinya El Nino. Dan fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya suhu

permukaan laut pada bujur 1700BB - 120 BB dan pada lintang 50LS - 50LU dimana anomali

negatif, sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Kedua fenomena di perairan pasifik ini

memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia

Selama fase normal dari siklus ENSO, angina bertiup dari timur ke barat (dari daerah

bertekanan tinggi ke daerah tekanan rendah), mendorong lapisan permukaan laut barat. permukaan

air laut ini bersuhu hangat dan akan didorong ke arah barat oleh angin dan menumpuk di Pasifik

barat, sebaliknya pasifik timur akan jauh lebih dingin, karena sumur laut air dingin lebih dalam

untuk menggantikan air yang telah ditiup ke barat. Selama tahun-tahun normal, hujan besar

terbentuk di atas air hangat, membawa hujan ke negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia.

Namun, selama el nino pertahun perbedaan tekanan antara timur dan barat, dan karena itu,

angin tidak meniup dengan keras, dan air permukaan yang hangat tetap lebih jauh ke timur. Dengan

demikian membentuk awan hujan lebih jauh ke timur dan hujan turun lebih jauh ke timur, sehingga

curah hujan rata-rata untuk tempat seperti california dan peru, dan untuk tempat seperti Indonesia

dan Australia akan mengalami kekeringan. El nino dikenal sebagai tahap pemanasan “ENSO”.

Sebaliknya, selama la nina tahun yang berbeda tekanan antara timur dan barat meningkat

menyebabkan air lebih banyak dari biasanya untuk didorong ke arah barat, sehingga permukaan

air lebih dingin di Pasifik timur dan air permukaan bahkan lebih hangat di Pasifik barat,

memberikan lebih banyak hujan dari biasanya untuk negara-negara seperti Indonesia dan

Australia, dan dapat mengakibatkan banjir di daerah-daerah itu. Lanina dikenal sebagai fase dingin

ENSO.

4
Dibutuhkan 2 sampai 7 tahun untuk menyelesaikan satu siklus ENSO. Yaitu dari kondisi

normal ke kondisi el nino lagi, untuk la nina dari kondisi normal ke kondisi la nina dan kembali

normal. El nino dan al nina bervariasi dalam tingkat keparahan. Efek dari el nino dan la nina tidak

terbatas pada Samudera Pasifik. Awan yang terbentuk di atas air hangat Pasifik cukup besar untuk

mempengaruhi sirkulasi global atmosfer. Ketika awan bergeser ke timur selama el nino, atau barat,

selama la nina, mereka mengganggu pola normal sirkulasi.

El Niño adalah kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudra

Pasifik ekuator bagian timur dan tengah (di pantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-

rata normalnya. Istilah ini pada mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang

terkadang mengalir dari Utara ke Selatan antara pelabuhan Paita dan Pacasmayo di daerah Peru

yang terjadi pada bulan Desember. Padahal biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut

dingin karena upwelling. Kejadian ini kemudian semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga

tujuh tahun serta dapat mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari satu tahun.

El Nino adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan

meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai

rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak dapat dilihat. La Niña digunakan untuk menyatakan

penampakan suhu permukaan laut yang lebih rendah dari pada rata-rata normalnya di wilayah

Samudra Pasifik ekuator bagian timur dan tengah, berlawanan dengan kondisi El Niño.

Nama El Niño diambil dari bahasa Spanyol yang berarti “anak laki-laki”, merujuk pada bayi Yesus

Kristus dan digunakan karena arus ini biasanya muncul selama musim Natal. Karena fluktuasi dari

tekanan udara dan pola angin di Selatan Pasifik yang menyertai El Niño, fenomena ini dikenal

dengan nama El Niño Southern Oscillation (ENSO). Dan La Nina berarti “anak perempuan”. Kata

"Osilasi Selatan" diberikan oleh Sir Gilbert Walker pada tahun 1923. Walker adalah seorang

5
peneliti, khususnya tentang monsoon India yang menjadi Direktur Jendral Pengamatan di India

tahun 1904. Namanya diabadikan pada nama sirkulasi Walker yang berarah timur-barat (zonal).

Di daerah tropis di Indonesia terdapat sirkulasi zonal (Walker) dan meridional (Hadley) yang

berarah utara-selatan serta sirkulasi lokal.

El Niño adalah fase panas (warm event) dan La Niña adalah fase dingin (cold event) di

Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah dan timur. El Niño diindikasikan dengan beda tekanan

atmosfer antara Tahiti dan Darwin yang disebut Osilasi Selatan, karena keduanya terletak di

belahan bumi selatan. El Niño sering digabung dengan Osilasi Selatan menjadi ENSO. El Niño

ditandai dengan indeks osilasi selatan/Southern Oscillation Index (SOI) negatif, artinya tekanan

atmosfer di atas Tahiti lebih rendah daripada tekanan di atas Darwin, sebaliknya La Niña ditandai

SOI positif. La Niña sering disebut non El Niño atau anti El Niño, sebaliknya kata terakhir tidak

dipakai karena dapat menyinggung perasaan rakyat Peru yang menyebut El Niño sebagai anak

Tuhan (The Christ Child).

6
La Niña merupakan fenomena atmosfer laut yang merupakan mitra dari El Nino sebagai

bagian dari luas Selatan Osilasi El Niño. Selama periode La Niña, maka suhu permukaan laut di

seluruh Timur Tengah khatulistiwa Samudera Pasifik akan lebih rendah dari normal dengan 3-5 °

C. Di Amerika Serikat, sebuah episode dari La Niña didefinisikan sebagai badai yang terjadi dalam

jangka waktu minimal 5 bulan . Nama La Niña berasal dari Spanyol , yang berarti “gadis”, analog

dengan El Niño berarti “anak”. La Niña, terkadang disebut “anti-El Niño”, adalah kebalikan dari

El Nino, di mana yang terakhir sesuai bukan dengan suhu permukaan laut lebih tinggi oleh

penyimpangan minimal 0,5 ° C, dan efek nya sering kebalikan dari El Niño. Dimulai ketika El

nino mulai melemah, dan air laut yan panas di Peru-ekuaor kembali bergerak kea rah barat, air laut

di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan up welling mucul kembali, atau kondisi

cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain La Nina adalah kondisi cuaca yang normal

kembali setelah terjadiya el Nino.

La Niña juga dibentuk pada tahun 1995, dan pada tahun 1999-2000. A La Niña kecil terjadi

2000-2001. Terakhir terjadi adalah la niña moderat yang berkembang di pertengahan tahun 2007

dan berlangsung sampai awal 2009. NOAA menegaskan bahwa moderat La Niña dikembangkan

pada November di Southern Oscillation, dan bahwa hal itu mungkin akan berlanjut ke 2008.

7
Menurut NOAA, “Diduga La Niña berdampak selama November Januari termasuk kelanjutan dari

curah hujan di atas rata-rata di Indonesia dan curah hujan di bawah rata-rata di atas Pasifik

khatulistiwa pusat Untuk wilayah bersebelahan Amerika Serikat, dampak potensial termasuk di

atas rata-rata curah hujan di Utara Rockies, Northern California, dan di wilayah selatan dan timur

dari Pacific Northwest.terutama di negara-negara barat daya dan tenggara. Namun, El Niño

kembali di bulan Mei / Juni 2009 dan berlangsung sampai April 2010. Efek El Niño di tahun 2009

sudah terlihat pada musim gugur tahun 2009 sebagai sisa-sisa Badai Tropis Ida diperkuat menjadi

badai pesisir kuat. La Niña episode baru berkembang cukup cepat di pusat tropis Pasifik dan timur

pada pertengahan-2010, dan berlangsung setidaknya sampai awal 2011. La Niña ini,

dikombinasikan dengan catatan suhu laut tinggi di utara- timur samudra India , dan telah menjadi

faktor besar dalam banjir Queensland 2010-2011.

Sebagai indikator untuk memantau kejadian El Nino, biasanya digunakan data pengukuran

suhu permukaan laut pada bujur 170°BB -120°BB dan lintang 5°LS - 5°LU, dimana anomali

positif mengindikasikan terjadinya El Nino. Dan fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya

suhu permukaan laut pada bujur 170°BB - 120°BB dan pada lintang 5°LS - 5°LU dimana anomali

negatif, sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Kedua fenomena di perairan pasifik ini

memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia.

B. Faktor Penyebab
a. Adapun Faktor Penyebab El-Nino dan La-Nina
1. Anomali suhu yang mencolok di perairan samudera pasifik.

2. Melemahnya angin passat (trade winds) di selatan pasifik yang menyebabkan

pergerakan angin jauh dari normal.

8
3. Kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang disebabkan oleh pemanasan dari

perairan panas dibawahnya. Hal ini terjadi di perairan perupada saat musim panas.

4. Adanya perbedaan arus laut di perairan samudera pasifik

C. Proses Terjadinya

Pada bulan desember, posisi matahari berada di titik balik selatan bumi, sehingga

daerang lintang selatan mengalami musim panas. Di Peru mengalami musim panas dan

arus laut dingin Humboldt tergantikan oleh arus laut panas. Karena kuatnya penyinaran

oleh sinar matahari perairan di pasifik tengah dan timur, menyebabakan meningkatnya

suhu dan kelembapan udara pada atmosfer. Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan

timur rendah, kemudian diikuti awan-awan konvektif (awan yang terbentuk oleh

penyinaran matahari yang kuat). Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya tinggi

yaitu di Indonesia (yang pada dasarnya dipengaruhi oleh angin musoon, angin passat dan

angin lokal. Akan tetapi pengaruh angin munsoon yang lebih kuat dari daratan Asia),

menyebabkan sulit terbentuknya awan. Karena sifat dari udara yang bergerak dari tekanan

udara tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan udara dari pasifik barat bergerak ke

pasifik tengah dan timur. Hal ini juga yang menyebabkan awan konvektif diatas Indonesia

bergeser ke pasifik tengah dan timur.

9
Sedangkan La Nina sebaliknya dari El Nino, terjadi saat permukaan laut di pasifik tengah

dan timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu tertentu. Dan tekanan

udara kawasan pasifik barat menurun yang memungkinkan terbentuknya awan. Sehingga

tekanan udara di pasifik tengah dan timur tinggi, yang menghambat terbentuknya awan.

Sedangkan dibagian pasifik barat tekanan udaranya rendah yaitu di Indonesia yang

memudahkan terbentuknya awan cumulus nimbus, awan ini menimbulkan turun hujan

lebat yang juga disertai petir. Karena sifat dari udara yang bergerak dari tekanan udara

tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan udara dari pasifik tengah dan timur bergerak

ke pasifik barat. Hal ini juga yang menyebabkan awan konvektif di atas pasifik tengah dan

timur bergeser ke pasifik barat.

10
D. Dampak El Nino dan La Nina
1) El Nino

 Dampak El- Nino Terhadap kondisi Cuaca Global

a) Angin pasat timuran melemah

b) Sirkulasi Monsoon melemah

c) Akumulasi curah hujan berkurag di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan

Amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini cenderung dingin dan

kering.

d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengan dan Barat serta

wilayah Argetina. Cuaca cenderung hangat dan lembab.

 Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca di Indonesia

a) El Nino menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang

dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk terhadap meluasnya kebakaran

hutan dan fenomena kabut asap yang ditimbulkannya.

b) Di sector irigasi, hasil kajian menyebutkn bahwa kondisi beberapa DAS di

Indonesia cukup kritis dan jumlahnya semkain banyak. Hal ini mengakibatkan

penurunan atau peningkatan yang tajan dari debit minimum atau maksimum

(kekerigan hidrologis)

c) Di sector perikanan ddan kelautan, hasil tangkapan ikan pada tahun-yahun el

nino juga dilaporkn meurun. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut

ketersediaan pakan bagi ikan (plankton) juga berkurag. Selain itu banyak

terumbu karang mengalami keputihan coral bleaching). Akibat terbatasnya alga

yang merupakan sumber makanan dari terumbu karang karena tidak mampu

beradaptasi dengan peningkatan suhu. Memanasnya air laut juga akan

11
mengganggu kehidupan jenis ikan tertentu yang senitif terhadap naiknya suhu

laut, kondisi ini menyebabkan terjadiny migrasi ikan ke perairan lain yang lebih

dingin. (Pandang, 2011: 15-16)

Selain memberikan kerugian, el nino juga memberikan keuntungan pada Indonesia.

Contohnya, ikan tuna di Pasifik bergerak ketimur. Namun, ikan yang berada di

Samudera Hindia bergerak masuk ke selatan Indonesia. Hal itu karena perairan di

timur samudera ini mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan

selatan Jawa menghangat. Hal ini membuat indonesia mendapat banyak ikan tuna.

2) La Nina

La Niña menyebabkan sebagian besar efek kebalikan dari El Nino , misalnya, El

Niño akan menyebabkan periode basah di AS Midwestern, sedangkan La Niña

biasanya akan menyebabkan musim kemarau di daerah ini. Di sisi lain dari Pasifik La

Niña dapat menyebabkan hujan lebat. Untuk India, El Niño sering menjadi penyebab

keprihatinan karena dampak buruk terhadap monsun barat, ini terjadi pada tahun 2009.

La Niña, di sisi lain, sering menguntungkan bagi monsun, terutama di paruh kedua. La

Niña yang muncul di Pasifik pada tahun 2010 mungkin membantu mengakhiri musim

barat selatan tahun lalu pada catatan yang menguntungkan. Tapi kemudian, hal itu juga

memberikan kontribusi terhadap banjir di Australia, yang mengakibatkan salah satu

bencana terburuk negara itu alam dengan sebagian besar Negara Queensland terendam

air dari banjir dan dihantam oleh Badai Tropis, termasuk kategori 5 Siklon Tropis Yasi.

Ini juga menjadi penyebab malapetaka serupa di Brazil selatan dan timur lalu

memainkan bagian dalam hujan deras dan banjir yang telah mempengaruhi Sri Lanka.

12
Adapun dampak La Nina terhadap kondisi Cuaca Indonesia adalah curah hujan

berlebih yang menyertai kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah

longsor diberbagai wilayah Indonesia.

Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana). Bencana sendiri adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat

berupa kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, badai tropis, dan

lainnya.

Kegiatan mitigasi bencana di antaranya:

a) pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

b) perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

c) pengembangan budaya sadar bencana;

d) penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana

e) identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana

f) pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

g) pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;

h) pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup

i) kegiatan mitigasi bencana lainnya.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik,

seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena

ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga

menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.

3.2 Saran

Penyusun menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut

terutama disebabkan kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis sendiri,

baik disadari maupun tidak. Karena belum sempurnanya makalah ini, penulis menyarankan agar

para pembaca mencari materi, sumber dan referensi lain untuk menyempurnakan makalah ini

14
DAFTAR PUSTAKA

http://aku-sangjuara.blogspot.com/2012/02/makalah-el-nino-la-nina.html

https://adipandang.files.wordpress.com/2011/02/copy-of-fenomena-elnino-lanina.pdf [

28 April 2015 Pukul 10.19 WIB]

http://pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/docs/93_doc_1.pdf [ 28 April 2015 Pukul 10.50

WIB]

Irawan, Bambang. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino Dan La Nina:Kecenderungan

Jangka Panjang Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Pangan. Dalam Jurnal Volume 24 No.

1, Juli 2006 : 28 – 45. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor

http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE24-1c.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai