ABSTRAK
Ekosistem mangrove memiliki komponen sumberdaya alam berupa bentang alam, flora, fauna, dan
masyarakat setempat saling berinteraksi menjadi satu kesatuan ekosistem yang memiliki fungsi ekologis,
ekonomis dan sosial penting dalam pembangunan di wilayah pesisir . Makalah ini mengkaji potensi
ekowisata mangrove serta upaya pengelolaannya pada suatu kawasan konservasi yang didasarkan pada
dinamika dan status kerusakan ekosistem. Hal ini dilatarbelakangi bahwa ekosistem hutan mangrove saat ini
banyak mengalami tekanan yang secara nyata telah mengurangi luasan mangrove. Penggalakan kegiatan
konservasi sebagai alat dan pengikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pemulihan serta pengelolaan
mangrove sebagai upaya antisipasi yang dapat dilakukan merupakan kunci keberhasilan pelestarian
mangrove. Upaya ini harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kegiatan
ekowisata. Hal ini dilakukan untuk mencapai pembangunan pesisir yang berkelanjutan, sehingga dapat
memberikan manfaat ekonomi yang optimum bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekaligus
mempertahankan kualitas ekosistem mangrove sebagai sistem penyangga kehidupan.
60
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
manfaat pada masyarakat pesisir berupa sehingga muncul sebagai ancaman utama
barang yang didapat melalui peningkatan bagi konservasi mangrove.
hasil tangkapan dan perolehan kayu bakau Makalah ini mengkaji potensi ekowisata
yang mempunyai nilai ekspor tinggi. Selain mangrove serta upaya pengelolaannya pada
itu, kawasan tersebut menyediakan jasa suatu kawasan konservasi yang didasarkan
lingkungan yang sangat besar, yaitu pada dinamika dan status kerusakan
perlindungan pantai dari badai dan erosi ekosistem. Hal ini dikarenakan ekowisata
serta pendapatan langsung bagi masyarakat telah menjadi sebuah alat baru untuk
manusia melaui kegiatan wisata (Krauss, mempromosikan pariwisata dan budaya
dkk. 2008; Martinuzzi dkk. 2009). Dengan ramah lingkungan agar lebih menarik.
demikian, potensi ekonomi mangrove Selain itu, ekowisata mangrove dapat
diperoleh dari tiga sumber utama yaitu hasil membantu kegiatan konservasi sumberdaya
hutan, perikanan estuarin dan pantai dan pengembangan masyarakat. Ekowisata
(perairan dangkal), serta wisata alam. memiliki karakteristik unik yang
Pemanfaatan sumberdaya mangrove membutuhkan sistem manajemen khusus
yang tidak didasarkan kepentingan ekologis agar wisatawan dapat menikmati waktu
pada kenyataannya akan dapat mengancam tinggal mereka dam pada saat yang sama
kapasitas berkelanjutan ekosistem tersebut. juga menjaga lingkungan alam (FAO,
Hal ini dinyatakan pula oleh Bengen (2004) 2009). Dengan demikian ekowisata
bahwa dengan pertumbuhan penduduk yang mangrove bisa menjadi alternatif pilihan
tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan bagi eksploitasi ekonomis sumberdaya
di pesisir dengan berbagai peruntukan mangrove (Han, Lui, He, Cai, Ye, Xuan,
(pemukiman, perikanan, pelabuhan, dan Ye, 2003).
lain-lain), tekanan ekologis terhadap
ekosistem pesisir, khususnya ekosistem DINAMIKA EKOSISTEM
hutan mangrove, semakin meningkat pula. MANGROVE
Meningkatnya tekanan ini tentunya
berdampak terhadap kerusakan ekosistem Nontji (2002) menyatakan bahwa
hutan mangrove itu sendiri baik secara pertemuan dua fenomena alam, dari wilayah
langsung (misalnya kegiatan penebangan daratan dan laut (zona intertidal) bisa
atau konversi lahan) maupun tak langsung menimbulkan perubahan yang sangat
(misalnya pencemaran oleh limbah berbagai dinamis di wilayah pesisir. Hal ini menurut
kegiatan pembangunan). Selain itu, Nagelkerken, Blaber, Bouillon, Green,
Martinuzzi dkk. (2009) menyatakan bahwa Haywood, Kirton, Meynecke, Pawlik,
kegiatan manusia secara signifikan Penrose, Sasekumar dan Somerfield (2008)
mengurangi luasan area ekosistem dikarenakan daerah tersebut dicirikan oleh
mangrove dan mengubah proporsi asli faktor-faktor lingkungan yang sangat
spesies mangrove. Hal ini dikarenakan bervariasi, seperti suhu, sedimentasi dan
jumlah dan ukuran hutan mangrove arus pasang surut. Arus, gelombang,
dipengaruhi oleh penggunaan lahan, oleh sedimentasi, abrasi, dan perubahan salinitas
karena daerah perkotaan yang lebih sedikit air terjadi dengan pola perubahan yang
dan lebih sempit mengakibatkan perluasan sangat dinamis. Aktifitas kehidupan
daerah perkotaan menjadi tidak terkontrol, manusia dan dinamika lingkungan tersebut
61
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
seringkali menimbulkan tekanan yang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan
mengakibatkan rusaknya kondisi alami perubahan tempat tumbuh alaminya.
wilayah pesisir. Mangrove yang Dikatakan labil karena mudah sekali rusak
didefinisikan sebagai pepohonan yang dan sulit untuk pulih kembali seperti
terdapat di zona intertidal tersebut, juga sediakala (Anwar dan Gunawan, 2006).
mengalami tekanan yang sama. Padahal Sebagai daerah peralihan antara laut dan
ekosistem mangrove mempunyai peranan darat, ekosistem mangrove mempunyai
sangat penting bagi kehidupan manusia gradien sifat lingkungan yang tajam. Pasang
secara langsung maupun tidak langsung. surut air laut menyebabkan terjadinya
Ekosistem hutan mangrove bersifat fluktuasi beberapa faktor lingkungan yang
kompleks dan dinamis, namun labil. besar, terutama suhu dan salinitas. Oleh
Kekomplekan ekosistem ini terlihat bahwa karena itu, jenis-jenis tumbuhan dan
hutan mangrove menyumbangkan binatang yang memiliki toleransi yang besar
konstribusi besar detritus organik yang terhadap perubahan ekstrim faktor-faktor
mendukung jaring makanan dalam tersebutlah yang dapat bertahan dan
ekosistem. Tingginya kelimpahan makanan berkembang. Kenyataan ini menyebabkan
dan tempat tinggal, serta rendahnya tekanan keanekaragaman jenis biota mangrove kecil,
predasi, menyebabkan ekosistem mangrove akan tetapi kepadatan populasi masing-
membentuk habitat yang ideal untuk masing umumnya besar (Kartawinata dkk.
berbagai spesies satwa dan biota perairan, 1979 dalam Anwar dan Gunawan, 2006).
untuk sebagian atau seluruh siklus hidup Karena berada di perbatasan antara darat
mereka. Karena itu, mangrove dapat dan laut, maka hutan mangrove merupakan
berfungsi sebagai tempat pengasuhan yang ekosistem yang rumit dan mempunyai
penting untuk kepiting, udang dan berbagai kaitan dengan ekosistem darat maupun
jenis ikan, dan mendukung keberadaan lepas pantai.
populasi ikan lepas pantai dan perikanan. Dinamika ekosistem mangrove juga
Bukti hubungan antara habitat mangrove dipengaruhi oleh kondisi hidrologi berupa
dan perikanan lepas pantai masih langka, keberadaan sungai. Mangrove akan tumbuh
namun sangat diperlukan untuk tujuan dengan lebat pada pantai yang dekat dengan
pengelolaan dan konservasi (Nagelkerken muara sungai atau delta sungai yang
dkk. 2008). Selain itu, Jenis tanah yang membawa aliran air dengan kandungan
berada di bawahnya termasuk tanah lumpur dan pasir. Hal ini dikarenakan
perkembangan muda (saline young soil) aliran sungai menyediakan pasir dan lumpur
yang mempunyai kandungan liat yang yang merupakan media utama
tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan pertumbuhannya (Elster, 2000; Nontji,
kapasitas tukar kation yang tinggi. 2002). Berdasarkan kondisi hidrologi,
Kandungan bahan organik, total nitrogen, hutan mangrove memiliki keterkaitan yang
dan ammonium termasuk kategori sedang erat dengan sistem sungai yang bermuara di
pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada pesisir. Perubahan sifat sungai yang terjadi
bagian arah daratan (Kusmana, 1994 dalam secara alami maupun perilaku manusia dari
Anwar dan Gunawan, 2006). Ekosistem hulu ke hilir akan berpengaruh terhadap
mangrove bersifat dinamis karena hutan kondisi wilayah tersebut. Perubahan
mangrove dapat tumbuh dan berkembang hidrologi oleh manusia menyebabkan
62
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
rusaknya hutan mangrove dalam hal ini kenaikan permukaan laut akan berdampak
berupa kematian massal karena peningkatan paling besar terhadap mangrove karena
salinitas secara drastis (hypersalinization), terjadi penurunan ketinggian sedimen, di
peningkatan laju sedimentasi, dan mana terdapat keterbatasan untuk migrasi
menurunkan tingkat air (Elster, 2000). ke arah darat. Namun, terdapat kurangnya
Ekosistem yang komplek tersebut kepastian mengenai akibat dari perubahan
sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang iklim terhadap reaksi yang dihasilkan oleh
terjadi di darat. Selama ini penelitian ekosistem mangrove. Oleh karena itu
mengenai proses ekosistem besar belum dibutuhkan lebih banyak penelitian pada
banyak dilakukan. Namun, melalui metode pendugaan dan standar indikator
penelitian retrospektif peneliti dapat perubahan ekosistem akibat perubahan
memberikan pendekatan dan pemahaman iklim. Dengan demikian perlu
mengenai perubahan ekosistem. Dengan mengantisipasi langkah-langkah adaptasi
demikian memberikan kontribusi untuk mangrove agar dapat mengurangi dampak
pemahaman mendasar terhadap hubungan yang merugikan dan meningkatkan
kegiatan manusia dan dinamika ekosistem resistensi dan ketahanan ekosistem
alami di seluruh dunia. Hal ini juga berlaku mangrove terhadap perubahan iklim
untuk wilayah pesisir dengan ekosistem (Gilman, Ellison, Duke dan Field, 2008).
mangrove yang cepat berubah dan memiliki Degradasi mangrove yang tersebar luas
fungsi perlindungan yang penting bagi dipadukan dengan meningkatnya kesadaran
keanekaragaman hayati, perlindungan akan pentingnya hutan pantai ini telah
pantai, dan kehidupan masyarakat yang mendorong banyak usaha untuk
hidup di pesisir. Di samping itu, penelitian memulihkan hutan mangrove. Pemulihan
retrospektif menghasilkan suatu dasar untuk ekosistem mangrove harus menggunakan
memberikan prediksi yang dapat digunakan indikator fungsional yang relevan dalam
sejak awal untuk melindungi sebuah menilai keberhasilan program pemulihan
ekosistem. Dalam usaha untuk melindungi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
ekosistem dari aktivitas manusia yang Bosire, Guebas, Walton, Crona, LewisIII,
menyebabkan penurunan mutu lingkungan Field, Kairo dan Koedamb (2008) mengenai
(degradasi) dan kehancuran, serta untuk penilaian keanekaragaman hayati dalam
pengelolaan yang berkelanjutan (Guebas ekosistem mangrove menunjukkan bahwa
dan Koedam, 2008). beberapa spesies fauna lebih responsif
Ekosistem mangrove juga terancam oleh terhadap degradasi mangrove (misalnya
perubahan iklim. Berdasarkan bukti yang herbivora, kepiting dan moluska secara
tersedia, dari semua hasil perubahan iklim, umum). Selain itu, penelitian yang
secara relatif kenaikan permukaan laut dilakukan oleh Macintosh, Ashton dan
mungkin merupakan ancaman terbesar Havanon (2002) di Ranong (Thailand) dan
terhadap hutan mangrove. Hal ini daerah-daerah lain di Asia Tenggara di
dikarenakan kebanyakan ketinggian mana hutan mangrove sedang direhabilitasi
permukaan sedimen mangrove tidak sejalan memperlihatkan bahwa makrofauna
dengan kenaikan permukaan laut, meskipun mangrove dapat digunakan sebagai
memerlukan studi jangka panjang untuk indikator perubahan ekologi sebagai bagian
beberapa daerah yang lebih luas. Tingkat dari program pemantauan lingkungan
63
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
jangka panjang. Di sisi lain, Bosire dkk. yang berkepanjangan sehingga dapat
(2008) menyatakan bahwa kegiatan menyebabkan akumulasi garam dalam
rehabilitasi dan restorasi mangrove dapat tanaman. Kedua fenomena alam tersebut
mendorong kembalinya spesies-spesies berdampak pada pertumbuhan vegetasi
tersebut dan dalam beberapa kasus pada mangrove. Gelombang besar dapat
tingkat yang sama, mangrove hasil restorasi menyebabkan tercabutnya tanaman muda
mampu menyetarakan dengan tegakan atau tumbangnya pohon, serta menyebabkan
alami. Dengan demikian diperlukan upaya- erosi tanah tempat bakau tumbuh.
upaya pengelolaan lingkungan hidup yang Kekeringan yang berkepanjangan bisa
dapat menjamin keberlanjutan ekosistem menyebabkan kematian pada vegetasi
mangrove. Langkah awal yang dapat mangrove dan menghambat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan di pertumbuhannya. Granek dan Ruttenberg
atas adalah dengan menganalisis status (2008) dalam penelitiannya menyatakan
kerusakan yang terjadi, sehingga dapat bahwa perubahan pada sistem ekosistem
dilakukan tingkatan kegiatan konservasi mangrove dapat mengubah properti melalui
sebagai alat untuk mengembalikan efek langsung pada faktor-faktor abiotik
ekosistem mangrove yang hilang. Namun, seperti suhu, cahaya dan nutrisi pasokan
berbagai jalur restorasi mangrove pada atau melalui perubahan-perubahan dalam
sebuah kerangka kerja fungsional faktor-faktor biotik seperti produktivitas
tergantung pada kondisi kawasan dan primer atau komposisi jenis.
keterlibatan masyarakat serta tingkat Peningkatan populasi penduduk yang
monitoring ekosistem sebagai komponen demikian cepat yang tidak dibarengi oleh
yang terpadu dalam proyek restorasi. peningkatan ilmu pengetahuan tentang
keberadaan sumberdaya alam dan
STATUS KERUSAKAN EKOSISTEM lingkungan serta masih rendahnya tingkat
MANGROVE kesejahteraan masyarakat memberikan
dampak negatif yang cukup signifikan
Kerusakan dapat menurunkan fungsi- terhadap sumberdaya hutan mangrove.
fungsi mangrove baik secara bio-ekologis Masih banyak masyarakat yang
berupa rusaknya sistem maupun fungsi beranggapan bahwa mangrove tidak
ekonomis berupa penurunan produksi berfungsi ekonomis dan mangrove hanya
(Sunarto, 2008). Selain itu, kerusakan hutan pohon pantai biasa yang tidak memiliki
pasang surut tropis di seluruh dunia tidak manfaat apa-apa. Padahal, hilangnya
banyak mendapat perhatian publik, mangrove memberi efek dratis berupa
meskipun telah memberi tanda peringatan. terjadinya banjir dan erosi pantai yang
Kerusakan mangrove tersebut terjadi secara mengakibatkan hilangnya hasil tangkapan,
alamiah dan melalui tekanan masyarakat. penurunan hasil perikanan dan terjadinya
Secara alami umumnya tingkat perubahan sosial yang dratis pada
kerusakannya jauh lebih kecil daripada masyarakat komunitas pantai yang terkait
kerusakan akibat ulah manusia. Kerusakan dengan hilangnya pendapatan karena
alamiah timbul karena peristiwa alam hilangnya sumberdaya perikanan.
seperti adanya gelombang besar pada Tekanan yang berasal dari manusia
musim angin timur dan musim kemarau adalah berupa dampak intervensi kegiatan
64
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
manusia di habitat mangrove baik secara pada skala global hilangnya lahan basah
sengaja ataupun tidak disengaja. Kegiatan berpengaruh bagi banyak jenis burung
masyarakat pesisir di sekitar kawasan hutan migran, burung air dan ikan. Hal ini
mangrove mengakibatkan perubahan dikarenakan satwa-satwa tersebut memiliki
karakteristik fisik dan kimiawi, sehingga rute migrasi tetap yang terkait dalam
tempat tersebut tidak lagi sesuai bagi ekosistem lahan basah. Perubahan kawasan
kehidupan dan perkembangan flora dan menjadi pemukiman pantai tentu akan
fauna di hutan mangrove. Tekanan tersebut merusak keberadaan hutan mangrove yang
termasuk kegiatan reklamasi, misalnya mempunyai nilai penting bagi satwa-satwa
bangunan rumah, industri, tambak yang tergantung keberadaan ekosistem
udang/ikan dan tambak garam, pemanfaatan mangrove.
kayu mangrove untuk berbagai keperluan, Berdasarkan uraian tekanan aktivitas
berupa kayu bakar dan sebagai bahan manusia pada ekosistem hutan mangrove,
bangunan, pemanfaatan daun mangrove Bengen (2004); Thu dan Populus (2007)
sebagai makanan ternak yang berlebihan, dan Primavera (2000) mengemukakan
penambangan pasir, tempat tambat labuh bahwa pembukaan hutan mangrove untuk
perahu/kapal dan pembuangan sampah kegiatan budidaya merupakan penyebab
(Khomsin, 2005). Kegiatan lain yang utama hilangnya hutan mangrove. Hal
menyebabkan rusak dan hilangnya hutan tersebut didukung oleh masalah-masalah
mangrove adalah dibendungnya aliran kelembagaan pada kegiatan budidaya
sungai, konversi lahan untuk fungsi lain, sebagai strategi pembangunan ekonomi
perubahan status peruntukan dan pembuatan yang rendah, tumpang tindih birokrasi dan
tambak dalam skala besar atau untuk lahan kebijakan yang saling bertentangan,
pertanian. Di samping itu perubahan korupsi, lemahnya penegakan hukum dan
drainage, frekuensi genangan, air pasang kurangnya kemauan politik. Selain itu,
dan surut serta ketersediaan hara maupun Sunarto (2008) menyatakan bahwa
pencemaran dan penebangan yang kesalahan managemen hutan mangrove juga
dilakukan secara terus menerus akan berpotensi besar terhadap degradasi fungsi
menyebabkan kematian pohon mangrove. mangrove. Sehingga, terdapat beberapa
Secara garis besar kerusakan kawasan dampak yang akan muncul sebagai akibat
mangrove mengakibatkan perubahan sifat aktivitas manusia pada atau sekitar wilayah
fisika dan kimia meliputi suhu air, nutrisi, mangrove. Menurut Setyawan dan Winarno
salinitas, hidrologi, sedimentasi, kekeruhan, (2006), oleh karena peran ekologi, ekonomi
substansi beracun dan erosi tanah. Selain itu dan sosial budaya ekosistem mangrove telah
dampak kerusakan dapat berupa perubahan mengalami penurunan akibat kegiatan
biologis yaitu, perubahan spesies dominan, antropogenik, maka perlu banyak dilakukan
densitas, populasi, struktur tumbuhan dan upaya restorasi.
hewannya. Hal ini dipertegas oleh Setyawan
dan Winarno (2006) yang menyatakan KONSERVASI DAN POTENSI
bahwa penebangan hutan mangrove selain EKOWISATA MANGROVE
berdampak pada punahnya vegetasi
mangrove berakibat pada hilangnya habitat Ekosistem mangrove merupakan daerah
yang penting untuk tumbuhan dan hewan, ekoton yang menghubungkan antara
65
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
ekosistem pesisir dengan daratan dan sistem pantai tropis (Granek dan
bersifat dinamis. Selain itu, ekosistem Ruttenberg, 2008). Kondisi hutan mangrove
mangrove memiliki fungsi dan peranan yang telah pulih dapat dimanfaatkan sesuai
penting bagi penunjang sistem penyangga prinsip-prinsip konservasi untuk menjamin
kehidupan. Mengingat pentingnya fungsi keberlanjutannya. Berdasarkan uraian
dan peranan hutan mangrove tersebut, maka dinamika ekosistem mangrove dan upaya
hutan mangrove mendesak untuk segera konservasi, tampaknya kunci untuk
dikelola sesuai dengan fungsi dan konservasi hutan mangrove tergantung dari
peruntukan lahannya melalui upaya-upaya jenis aktivitas manusia di daerah aliran
rehabilitasi bagi hutan mangrove yang telah sungai mangrove. Dengan demikian
mengalami penurunan kualitas lingkungan pemanfaatan informasi historis yang
maupun yang telah mengalami kerusakan. digabungkan dengan analisis lanskap jangka
Pemulihan mangrove harus dilakukan panjang terhadap perubahan pemanfaatan
karena beberapa alasan. Pertama, lahan, hutan mangrove menjadi sebuah
kepentingan ekologis dan nilai-nilai potensi yang dapat dikembangkan sebagai
lingkungan hutan mangrove telah lama kegiatan ekowisata yang berada di dalam
terabaikan. Kedua, tingginya subsistensi suatu kawasan konservasi.
ketergantungan pada sumberdaya alam Kasim (2006) menyatakan bahwa suatu
hutan mangrove. Ketiga, kerusakan hutan kawasan akan bernilai lebih dan menjadi
mangrove skala besar yang terjadi di daya tarik tersendiri jika di dalamnya
seluruh dunia mengarah ke erosi pesisir, terdapat suatu yang khas dan unik untuk
penurunan sumberdaya perikanan dan dilihat dan dirasakan. Hal ini merupakan
konsekuensi lingkungan lainnya (Kairo, kunci dari suatu pengembangan kawasan
Guebas, Bosire dan Koedam, 2001). Selain wisata. Hutan mangrove memiliki nilai
itu, upaya-upaya pemulihan dilakukan wisata melalui daya tarik flora dan fauna
untuk pemenuhan berbagai fungsi ekologis, yang berasosiasi dalam ekosistemnya. Hal
ekonomi dan sosial budaya yang dapat ini dikarenakan hutan mangrove merupakan
menjadi penunjang "sistem penyangga suatu habitat bagi beberapa tipe yang
kehidupan" bagi daerah di sekitarnya dikategorikan dalam tiga kelompok yang
(Granek dan Ruttenberg, 2008). Oleh memiliki aktivitas yang saling berhubungan,
karenanya, menurut Kairo dkk. (2001) yaitu biota aquatik (perairan), semiaquatik,
diperlukan komitmen terhadap pemanfaatan dan teresterial (darat). Selain itu, ekosistem
berkelanjutan untuk ekosistem tersebut. mangrove merupakan satu dari habitat
Salah satunya adalah melalui kegiatan hewan liar termasuk primata, reptil, burung
restorasi dan pengelolaan mangrove. serta beberapa komponen ekosistem
Penelitian-penelitian yang dilakukan estuarin yang penting dalam kehidupan
dewasa tidak hanya mengkaji mengenai unggas air khususnya yang bermigrasi.
ekologi, struktur dan fungsi ekosistem Kekayaan sumberdaya alam mangrove
mangrove saja, tetapi perlu penetapan berupa formasi vegetasi yang unik, satwa
kerangka kerja pengelolaan ekosistem serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem
mangrove sebagai acuan pengelolaan. mangrove memiliki potensi yang dapat
Dengan demikian konservasi mangrove dijual sebagai obyek wisata, khususnya
merupakan aspek penting dalam mengelola ekowisata yang menawarkan konsep
66
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
(Jawa Barat), dan Tritih dan Segara Anakan diidentifikasi secara jelas sebelum
(Cilacap Jawa Tengah). Hutan mangrove dikembangkan dan dioperasikan. FAO
memberikan obyek wisata yang berbeda (2009) menguraikan manfaat yang dapat
dengan obyek wisata alam lainnya. diberikan oleh kegiatan ekowisata di
Karakteristik hutan yang berada di wilayah kawasan hutan mangrove sebagai berikut:
peralihan darat dan laut memiliki keunikan
dalam beberapa hal. Para wisatawan juga 1. Manfaat ekonomi dan konservasi
memperoleh pelajaran tentang lingkungan Kemiskinan merupakan penyebab utama
langsung dari alam. Dengan demikian, dari cara-cara destruktif pemanfaatan
selain memberikan pendapatan langsung sumberdaya. Keinginan untuk memperbaiki
bagi pengelola melalui penjualan tiket standar hidup mengarah pada eksploitasi
masuk dan parkir, juga mampu berlebihan sumberdaya yang umum diakses
menumbuhkan perekonomian masyarakat di seperti mangrove. Dengan adanya kegiatan
sekitarnya dengan menyediakan lapangan ekowisata di kawasan mangrove mungkin
kerja dan kesempatan berusaha, seperti memainkan peran dalam mengubah cara
membuka warung makan, menyewakan masyarakat lokal memperoleh manfaat dari
perahu, dan menjadi pemandu wisata lingkungan lokal mereka. Oleh karena itu,
(Anwar dan Gunawan, 2007). Hal ini kegiatan ekowisata harus berhubungan
dipertegas berdasarkan penelitian yang langsung dengan kebutuhan masyarakat
dilakukan oleh Porto, Cosme, Garca-Prado, setempat. Selain itu, kegiatan konservasi
Freitas (2007) memperlihatkan bahwa melalui ekowisata harus menyediakan
mangrove dan pariwisata sangat penting manfaat ekonomi jangka panjang kepada
bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat lokal. Manfaat yang diperoleh
pariwisata mangrove dapat diekstrak dari konservasi harus lebih besar daripada
menjadi mata pencaharian sebagian manfaat jangka pendek, menengah dan
masyarakat. Dengan demikian akan muncul personal. Hal ini diperlukan untuk
sebuah komitmen lokal terhadap ekosistem menyediakan sumber pendapatan alternatif
disekitarnya. sebagai upaya mengurangi ketergantungan
Keberadaan hotel dan resort dalam masyarakat pada sumberdaya alam dan
pengembangan hutan mangrove sebagai memiliki potensi besar menjamin
obyek wisata berpotensi menjadi mitra kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain,
dalam mempromosikan dan pemanfaatan sumberdaya secara langsung
mengembangkan kawasan tersebut. harus ditata sedemikian rupa melalui cara-
Berdasarkan definisi dan konsep ekowisata, cara yang berkelanjutan. Hal penting
lingkungan dan nilai-nilai sosial, lainnya dan paling mendasar adalah
pengembangan ekowisata harus masalah sosial ekonomi dan implikasi sosial
menghasilkan keuntungan ekonomi dan budaya. Hal ini dikarenakan masyarakat
sosial bagi masyarakat lokal serta manfaat lokal dapat memainkan peran penting dalam
lingkungan untuk menjamin kelestariannya. memulihkan hutan mangrove. Pengelolaan
Oleh karena itu, Kelayakan aspek yang melibatkan masyarakat setempat
pemasaran, teknis, keuangan, lingkungan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, akan
dan sosial dalam mengembangkan kawasan meningkatkan pendapatan mereka dan
mangrove untuk ekowisata harus
68
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
69
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
tidak mengganggu fasilitas untuk menjaga pendidikan dan konservasi sekaligus tempat
integritas dan 3) stabilitas dan penjaminan rekreasi alternatif di alam terbuka, hutan
keberlanjutan ekosistem mangrove beserta mangrove harus bersaing dengan banyak
interaksi ekosistem darat dan laut (FAO, kawasan yang lebih menarik. Dengan
2009). Selain itu, Kasim (2006) menyatakan demikian pengembangan potensi wisata
bahwa promosi pengembangan hutan dilakukan melalui kemasan yang menarik,
mangrove sebagai kawasan ekowisata juga antara lain melalui pengembangan
harus melihat keseimbangan ekologis dari Mangrove-resort yang memiliki peran
seluruh potensi yang ada. wisata dalam kegiatan konservasi dan
Keseimbangan ekologis dalam hal ini pemeliharaan ekosistem mangrove. Hal ini
berupa strategi untuk meminimalkan dikarenakan pengembangan ekowisata
dampak dari kegiatan ekowisata harus menghasilkan keuntungan ekonomi
berdasarkan FOA (2009) antara lain: dan sosial bagi masyarakat lokal serta
1. Mengidentifikasi lokasi yang tepat manfaat lingkungan untuk menjamin
untuk pengembangan ekowisata kelestariannya. Oleh karena itu, Kelayakan
2. Mengidentifikasi kegiatan ekowisata aspek pemasaran, teknis, keuangan,
yang tepat yang tidak merugikan lingkungan dan sosial dalam
lingkungan mengembangkan kawasan mangrove untuk
3. Mengelola pengunjung ekowisata harus diidentifikasi secara jelas
4. Mengontrol jumlah pengunjung per sebelum dikembangkan dan dioperasikan.
perjalanan
5. Pengendalian dampak dengan DAFTAR PUSTAKA
mengambil semua kebutuhan yang
diperlukan serta membawa semua Anwar C dan H Gunawan. 2006. Peranan
sampah ke daerah-daerah terpencil Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan
6. Merancang fasilitas, yang menekankan Mangrove dalam Mendukung
menyatu dengan alam sekitarnya Pembangunan Wilayah Pesisir. Makalah
Utama pada Ekspose Hasil-hasil
KESIMPULAN Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi
Sumberdaya Hutan. Padang, 20
Ekowisata merupakan salah satu September 2006.
alternatif program yang dapat diterapkan
untuk peningkatan kesejahteraan Armitage D. 2002. Socio-Institutional
masyarakat setempat sebagai upaya yang Dynamics and The Political Ecology of
dapat dilakukan untuk mengantisipasi Mangrove Forest Conservation in
terjadinya kerusakan ekosistem mangrove. Central Sulawesi Indonesia. Journal
Kekayaan sumberdaya alam mangrove Global Environmental Change 12: 203
berupa formasi vegetasi yang unik, satwa 217.
serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem
mangrove memiliki potensi yang dapat Bengen D G. 2001. Pedoman Teknis
dijual sebagai obyek wisata, khususnya Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
ekowisata. Sebagai sebuah kawasan Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya
ekowisata yang menawarkan konsep
73
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
75
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931
Thu P M dan J Populus. 2007. Status and Wattage P dan S Mardle. 2005. Stakeholder
Changes of Mangrove Forest in Mekong Preferences Towards Conservation
Delta: Case Study in Tra Vinh, Versus Development for a Wetland in
Vietnam. Journal Estuarine Coastal and Sri Lanka. Journal of Environmental
Shelf Science 71: 98-109. Management 77: 122132.
76