Anda di halaman 1dari 17

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.

1 April 2011 ISSN : 1907-9931

KAWASAN KONSERVASI MANGROVE: SUATU POTENSI EKOWISATA

Maulinna Kusumo Wardhani

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura


E-mail :maulinna@gmail.com

ABSTRAK

Ekosistem mangrove memiliki komponen sumberdaya alam berupa bentang alam, flora, fauna, dan
masyarakat setempat saling berinteraksi menjadi satu kesatuan ekosistem yang memiliki fungsi ekologis,
ekonomis dan sosial penting dalam pembangunan di wilayah pesisir . Makalah ini mengkaji potensi
ekowisata mangrove serta upaya pengelolaannya pada suatu kawasan konservasi yang didasarkan pada
dinamika dan status kerusakan ekosistem. Hal ini dilatarbelakangi bahwa ekosistem hutan mangrove saat ini
banyak mengalami tekanan yang secara nyata telah mengurangi luasan mangrove. Penggalakan kegiatan
konservasi sebagai alat dan pengikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pemulihan serta pengelolaan
mangrove sebagai upaya antisipasi yang dapat dilakukan merupakan kunci keberhasilan pelestarian
mangrove. Upaya ini harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kegiatan
ekowisata. Hal ini dilakukan untuk mencapai pembangunan pesisir yang berkelanjutan, sehingga dapat
memberikan manfaat ekonomi yang optimum bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekaligus
mempertahankan kualitas ekosistem mangrove sebagai sistem penyangga kehidupan.

Kata kunci: ekosistem mangrove, konservasi, ekowisata, pengelolaan terpadu

PENDAHULUAN yang kering maupun yang terendam air laut,


dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik
Ekosistem mangrove tersebar di seluruh laut seperti pasang surut, ombak dan
lautan tropik dan subtropik (Nybakken, gelombang serta perembesan air laut; 2) ke
1998; Krauss, Lovelock, McKee, Hoffman, arah laut mencakup bagian perairan laut dan
Ewe, Sousa, 2008). Vegetasi mangrove dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi
tumbuh hanya pada pantai yang terlindung di darat seperti sedimentasi serta aliran air
dari gerakan gelombang; bila keadaan tawar dari sungai termasuk yang disebabkan
pantai sebaliknya, benih tidak mampu oleh kegiatan manusia di darat seperti
tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan penggundulan hutan, pembuangan limbah,
akarnya. Pantai-pantai ini terdapat di perluasan permukiman serta intensifikasi
sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung pertanian. Walau demikian, hutan mangrove
dari angin, atau serangkaian pulau atau pada merupakan ekosistem yang dinamis dan
pulau dengan massa daratan di belakang memiliki kemampuan pulih dengan cepat
terumbu karang di lepas pantai yang jika kondisi geomorfologi dan hidrologi
terlindung (Nybakken, 1998). Ekosistem serta komposisi habitat tidak diubah oleh
mangrove berada di wilayah pesisir yang penggunaannya (Martinuzzi, Gould, Lugo
merupakan daerah pertemuan antara dan Medina, 2009).
ekosistem darat dan laut. Lingkup Hasil-hasil studi di beberapa daerah
ekosistem ini dibagi menjadi dua, yaitu 1) pantai menunjukkan bahwa keberadaan
ke arah darat meliputi bagian tanah baik hutan mangrove sangat memberikan

60
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

manfaat pada masyarakat pesisir berupa sehingga muncul sebagai ancaman utama
barang yang didapat melalui peningkatan bagi konservasi mangrove.
hasil tangkapan dan perolehan kayu bakau Makalah ini mengkaji potensi ekowisata
yang mempunyai nilai ekspor tinggi. Selain mangrove serta upaya pengelolaannya pada
itu, kawasan tersebut menyediakan jasa suatu kawasan konservasi yang didasarkan
lingkungan yang sangat besar, yaitu pada dinamika dan status kerusakan
perlindungan pantai dari badai dan erosi ekosistem. Hal ini dikarenakan ekowisata
serta pendapatan langsung bagi masyarakat telah menjadi sebuah alat baru untuk
manusia melaui kegiatan wisata (Krauss, mempromosikan pariwisata dan budaya
dkk. 2008; Martinuzzi dkk. 2009). Dengan ramah lingkungan agar lebih menarik.
demikian, potensi ekonomi mangrove Selain itu, ekowisata mangrove dapat
diperoleh dari tiga sumber utama yaitu hasil membantu kegiatan konservasi sumberdaya
hutan, perikanan estuarin dan pantai dan pengembangan masyarakat. Ekowisata
(perairan dangkal), serta wisata alam. memiliki karakteristik unik yang
Pemanfaatan sumberdaya mangrove membutuhkan sistem manajemen khusus
yang tidak didasarkan kepentingan ekologis agar wisatawan dapat menikmati waktu
pada kenyataannya akan dapat mengancam tinggal mereka dam pada saat yang sama
kapasitas berkelanjutan ekosistem tersebut. juga menjaga lingkungan alam (FAO,
Hal ini dinyatakan pula oleh Bengen (2004) 2009). Dengan demikian ekowisata
bahwa dengan pertumbuhan penduduk yang mangrove bisa menjadi alternatif pilihan
tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan bagi eksploitasi ekonomis sumberdaya
di pesisir dengan berbagai peruntukan mangrove (Han, Lui, He, Cai, Ye, Xuan,
(pemukiman, perikanan, pelabuhan, dan Ye, 2003).
lain-lain), tekanan ekologis terhadap
ekosistem pesisir, khususnya ekosistem DINAMIKA EKOSISTEM
hutan mangrove, semakin meningkat pula. MANGROVE
Meningkatnya tekanan ini tentunya
berdampak terhadap kerusakan ekosistem Nontji (2002) menyatakan bahwa
hutan mangrove itu sendiri baik secara pertemuan dua fenomena alam, dari wilayah
langsung (misalnya kegiatan penebangan daratan dan laut (zona intertidal) bisa
atau konversi lahan) maupun tak langsung menimbulkan perubahan yang sangat
(misalnya pencemaran oleh limbah berbagai dinamis di wilayah pesisir. Hal ini menurut
kegiatan pembangunan). Selain itu, Nagelkerken, Blaber, Bouillon, Green,
Martinuzzi dkk. (2009) menyatakan bahwa Haywood, Kirton, Meynecke, Pawlik,
kegiatan manusia secara signifikan Penrose, Sasekumar dan Somerfield (2008)
mengurangi luasan area ekosistem dikarenakan daerah tersebut dicirikan oleh
mangrove dan mengubah proporsi asli faktor-faktor lingkungan yang sangat
spesies mangrove. Hal ini dikarenakan bervariasi, seperti suhu, sedimentasi dan
jumlah dan ukuran hutan mangrove arus pasang surut. Arus, gelombang,
dipengaruhi oleh penggunaan lahan, oleh sedimentasi, abrasi, dan perubahan salinitas
karena daerah perkotaan yang lebih sedikit air terjadi dengan pola perubahan yang
dan lebih sempit mengakibatkan perluasan sangat dinamis. Aktifitas kehidupan
daerah perkotaan menjadi tidak terkontrol, manusia dan dinamika lingkungan tersebut
61
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

seringkali menimbulkan tekanan yang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan
mengakibatkan rusaknya kondisi alami perubahan tempat tumbuh alaminya.
wilayah pesisir. Mangrove yang Dikatakan labil karena mudah sekali rusak
didefinisikan sebagai pepohonan yang dan sulit untuk pulih kembali seperti
terdapat di zona intertidal tersebut, juga sediakala (Anwar dan Gunawan, 2006).
mengalami tekanan yang sama. Padahal Sebagai daerah peralihan antara laut dan
ekosistem mangrove mempunyai peranan darat, ekosistem mangrove mempunyai
sangat penting bagi kehidupan manusia gradien sifat lingkungan yang tajam. Pasang
secara langsung maupun tidak langsung. surut air laut menyebabkan terjadinya
Ekosistem hutan mangrove bersifat fluktuasi beberapa faktor lingkungan yang
kompleks dan dinamis, namun labil. besar, terutama suhu dan salinitas. Oleh
Kekomplekan ekosistem ini terlihat bahwa karena itu, jenis-jenis tumbuhan dan
hutan mangrove menyumbangkan binatang yang memiliki toleransi yang besar
konstribusi besar detritus organik yang terhadap perubahan ekstrim faktor-faktor
mendukung jaring makanan dalam tersebutlah yang dapat bertahan dan
ekosistem. Tingginya kelimpahan makanan berkembang. Kenyataan ini menyebabkan
dan tempat tinggal, serta rendahnya tekanan keanekaragaman jenis biota mangrove kecil,
predasi, menyebabkan ekosistem mangrove akan tetapi kepadatan populasi masing-
membentuk habitat yang ideal untuk masing umumnya besar (Kartawinata dkk.
berbagai spesies satwa dan biota perairan, 1979 dalam Anwar dan Gunawan, 2006).
untuk sebagian atau seluruh siklus hidup Karena berada di perbatasan antara darat
mereka. Karena itu, mangrove dapat dan laut, maka hutan mangrove merupakan
berfungsi sebagai tempat pengasuhan yang ekosistem yang rumit dan mempunyai
penting untuk kepiting, udang dan berbagai kaitan dengan ekosistem darat maupun
jenis ikan, dan mendukung keberadaan lepas pantai.
populasi ikan lepas pantai dan perikanan. Dinamika ekosistem mangrove juga
Bukti hubungan antara habitat mangrove dipengaruhi oleh kondisi hidrologi berupa
dan perikanan lepas pantai masih langka, keberadaan sungai. Mangrove akan tumbuh
namun sangat diperlukan untuk tujuan dengan lebat pada pantai yang dekat dengan
pengelolaan dan konservasi (Nagelkerken muara sungai atau delta sungai yang
dkk. 2008). Selain itu, Jenis tanah yang membawa aliran air dengan kandungan
berada di bawahnya termasuk tanah lumpur dan pasir. Hal ini dikarenakan
perkembangan muda (saline young soil) aliran sungai menyediakan pasir dan lumpur
yang mempunyai kandungan liat yang yang merupakan media utama
tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan pertumbuhannya (Elster, 2000; Nontji,
kapasitas tukar kation yang tinggi. 2002). Berdasarkan kondisi hidrologi,
Kandungan bahan organik, total nitrogen, hutan mangrove memiliki keterkaitan yang
dan ammonium termasuk kategori sedang erat dengan sistem sungai yang bermuara di
pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada pesisir. Perubahan sifat sungai yang terjadi
bagian arah daratan (Kusmana, 1994 dalam secara alami maupun perilaku manusia dari
Anwar dan Gunawan, 2006). Ekosistem hulu ke hilir akan berpengaruh terhadap
mangrove bersifat dinamis karena hutan kondisi wilayah tersebut. Perubahan
mangrove dapat tumbuh dan berkembang hidrologi oleh manusia menyebabkan
62
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

rusaknya hutan mangrove dalam hal ini kenaikan permukaan laut akan berdampak
berupa kematian massal karena peningkatan paling besar terhadap mangrove karena
salinitas secara drastis (hypersalinization), terjadi penurunan ketinggian sedimen, di
peningkatan laju sedimentasi, dan mana terdapat keterbatasan untuk migrasi
menurunkan tingkat air (Elster, 2000). ke arah darat. Namun, terdapat kurangnya
Ekosistem yang komplek tersebut kepastian mengenai akibat dari perubahan
sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang iklim terhadap reaksi yang dihasilkan oleh
terjadi di darat. Selama ini penelitian ekosistem mangrove. Oleh karena itu
mengenai proses ekosistem besar belum dibutuhkan lebih banyak penelitian pada
banyak dilakukan. Namun, melalui metode pendugaan dan standar indikator
penelitian retrospektif peneliti dapat perubahan ekosistem akibat perubahan
memberikan pendekatan dan pemahaman iklim. Dengan demikian perlu
mengenai perubahan ekosistem. Dengan mengantisipasi langkah-langkah adaptasi
demikian memberikan kontribusi untuk mangrove agar dapat mengurangi dampak
pemahaman mendasar terhadap hubungan yang merugikan dan meningkatkan
kegiatan manusia dan dinamika ekosistem resistensi dan ketahanan ekosistem
alami di seluruh dunia. Hal ini juga berlaku mangrove terhadap perubahan iklim
untuk wilayah pesisir dengan ekosistem (Gilman, Ellison, Duke dan Field, 2008).
mangrove yang cepat berubah dan memiliki Degradasi mangrove yang tersebar luas
fungsi perlindungan yang penting bagi dipadukan dengan meningkatnya kesadaran
keanekaragaman hayati, perlindungan akan pentingnya hutan pantai ini telah
pantai, dan kehidupan masyarakat yang mendorong banyak usaha untuk
hidup di pesisir. Di samping itu, penelitian memulihkan hutan mangrove. Pemulihan
retrospektif menghasilkan suatu dasar untuk ekosistem mangrove harus menggunakan
memberikan prediksi yang dapat digunakan indikator fungsional yang relevan dalam
sejak awal untuk melindungi sebuah menilai keberhasilan program pemulihan
ekosistem. Dalam usaha untuk melindungi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
ekosistem dari aktivitas manusia yang Bosire, Guebas, Walton, Crona, LewisIII,
menyebabkan penurunan mutu lingkungan Field, Kairo dan Koedamb (2008) mengenai
(degradasi) dan kehancuran, serta untuk penilaian keanekaragaman hayati dalam
pengelolaan yang berkelanjutan (Guebas ekosistem mangrove menunjukkan bahwa
dan Koedam, 2008). beberapa spesies fauna lebih responsif
Ekosistem mangrove juga terancam oleh terhadap degradasi mangrove (misalnya
perubahan iklim. Berdasarkan bukti yang herbivora, kepiting dan moluska secara
tersedia, dari semua hasil perubahan iklim, umum). Selain itu, penelitian yang
secara relatif kenaikan permukaan laut dilakukan oleh Macintosh, Ashton dan
mungkin merupakan ancaman terbesar Havanon (2002) di Ranong (Thailand) dan
terhadap hutan mangrove. Hal ini daerah-daerah lain di Asia Tenggara di
dikarenakan kebanyakan ketinggian mana hutan mangrove sedang direhabilitasi
permukaan sedimen mangrove tidak sejalan memperlihatkan bahwa makrofauna
dengan kenaikan permukaan laut, meskipun mangrove dapat digunakan sebagai
memerlukan studi jangka panjang untuk indikator perubahan ekologi sebagai bagian
beberapa daerah yang lebih luas. Tingkat dari program pemantauan lingkungan
63
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

jangka panjang. Di sisi lain, Bosire dkk. yang berkepanjangan sehingga dapat
(2008) menyatakan bahwa kegiatan menyebabkan akumulasi garam dalam
rehabilitasi dan restorasi mangrove dapat tanaman. Kedua fenomena alam tersebut
mendorong kembalinya spesies-spesies berdampak pada pertumbuhan vegetasi
tersebut dan dalam beberapa kasus pada mangrove. Gelombang besar dapat
tingkat yang sama, mangrove hasil restorasi menyebabkan tercabutnya tanaman muda
mampu menyetarakan dengan tegakan atau tumbangnya pohon, serta menyebabkan
alami. Dengan demikian diperlukan upaya- erosi tanah tempat bakau tumbuh.
upaya pengelolaan lingkungan hidup yang Kekeringan yang berkepanjangan bisa
dapat menjamin keberlanjutan ekosistem menyebabkan kematian pada vegetasi
mangrove. Langkah awal yang dapat mangrove dan menghambat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan di pertumbuhannya. Granek dan Ruttenberg
atas adalah dengan menganalisis status (2008) dalam penelitiannya menyatakan
kerusakan yang terjadi, sehingga dapat bahwa perubahan pada sistem ekosistem
dilakukan tingkatan kegiatan konservasi mangrove dapat mengubah properti melalui
sebagai alat untuk mengembalikan efek langsung pada faktor-faktor abiotik
ekosistem mangrove yang hilang. Namun, seperti suhu, cahaya dan nutrisi pasokan
berbagai jalur restorasi mangrove pada atau melalui perubahan-perubahan dalam
sebuah kerangka kerja fungsional faktor-faktor biotik seperti produktivitas
tergantung pada kondisi kawasan dan primer atau komposisi jenis.
keterlibatan masyarakat serta tingkat Peningkatan populasi penduduk yang
monitoring ekosistem sebagai komponen demikian cepat yang tidak dibarengi oleh
yang terpadu dalam proyek restorasi. peningkatan ilmu pengetahuan tentang
keberadaan sumberdaya alam dan
STATUS KERUSAKAN EKOSISTEM lingkungan serta masih rendahnya tingkat
MANGROVE kesejahteraan masyarakat memberikan
dampak negatif yang cukup signifikan
Kerusakan dapat menurunkan fungsi- terhadap sumberdaya hutan mangrove.
fungsi mangrove baik secara bio-ekologis Masih banyak masyarakat yang
berupa rusaknya sistem maupun fungsi beranggapan bahwa mangrove tidak
ekonomis berupa penurunan produksi berfungsi ekonomis dan mangrove hanya
(Sunarto, 2008). Selain itu, kerusakan hutan pohon pantai biasa yang tidak memiliki
pasang surut tropis di seluruh dunia tidak manfaat apa-apa. Padahal, hilangnya
banyak mendapat perhatian publik, mangrove memberi efek dratis berupa
meskipun telah memberi tanda peringatan. terjadinya banjir dan erosi pantai yang
Kerusakan mangrove tersebut terjadi secara mengakibatkan hilangnya hasil tangkapan,
alamiah dan melalui tekanan masyarakat. penurunan hasil perikanan dan terjadinya
Secara alami umumnya tingkat perubahan sosial yang dratis pada
kerusakannya jauh lebih kecil daripada masyarakat komunitas pantai yang terkait
kerusakan akibat ulah manusia. Kerusakan dengan hilangnya pendapatan karena
alamiah timbul karena peristiwa alam hilangnya sumberdaya perikanan.
seperti adanya gelombang besar pada Tekanan yang berasal dari manusia
musim angin timur dan musim kemarau adalah berupa dampak intervensi kegiatan
64
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

manusia di habitat mangrove baik secara pada skala global hilangnya lahan basah
sengaja ataupun tidak disengaja. Kegiatan berpengaruh bagi banyak jenis burung
masyarakat pesisir di sekitar kawasan hutan migran, burung air dan ikan. Hal ini
mangrove mengakibatkan perubahan dikarenakan satwa-satwa tersebut memiliki
karakteristik fisik dan kimiawi, sehingga rute migrasi tetap yang terkait dalam
tempat tersebut tidak lagi sesuai bagi ekosistem lahan basah. Perubahan kawasan
kehidupan dan perkembangan flora dan menjadi pemukiman pantai tentu akan
fauna di hutan mangrove. Tekanan tersebut merusak keberadaan hutan mangrove yang
termasuk kegiatan reklamasi, misalnya mempunyai nilai penting bagi satwa-satwa
bangunan rumah, industri, tambak yang tergantung keberadaan ekosistem
udang/ikan dan tambak garam, pemanfaatan mangrove.
kayu mangrove untuk berbagai keperluan, Berdasarkan uraian tekanan aktivitas
berupa kayu bakar dan sebagai bahan manusia pada ekosistem hutan mangrove,
bangunan, pemanfaatan daun mangrove Bengen (2004); Thu dan Populus (2007)
sebagai makanan ternak yang berlebihan, dan Primavera (2000) mengemukakan
penambangan pasir, tempat tambat labuh bahwa pembukaan hutan mangrove untuk
perahu/kapal dan pembuangan sampah kegiatan budidaya merupakan penyebab
(Khomsin, 2005). Kegiatan lain yang utama hilangnya hutan mangrove. Hal
menyebabkan rusak dan hilangnya hutan tersebut didukung oleh masalah-masalah
mangrove adalah dibendungnya aliran kelembagaan pada kegiatan budidaya
sungai, konversi lahan untuk fungsi lain, sebagai strategi pembangunan ekonomi
perubahan status peruntukan dan pembuatan yang rendah, tumpang tindih birokrasi dan
tambak dalam skala besar atau untuk lahan kebijakan yang saling bertentangan,
pertanian. Di samping itu perubahan korupsi, lemahnya penegakan hukum dan
drainage, frekuensi genangan, air pasang kurangnya kemauan politik. Selain itu,
dan surut serta ketersediaan hara maupun Sunarto (2008) menyatakan bahwa
pencemaran dan penebangan yang kesalahan managemen hutan mangrove juga
dilakukan secara terus menerus akan berpotensi besar terhadap degradasi fungsi
menyebabkan kematian pohon mangrove. mangrove. Sehingga, terdapat beberapa
Secara garis besar kerusakan kawasan dampak yang akan muncul sebagai akibat
mangrove mengakibatkan perubahan sifat aktivitas manusia pada atau sekitar wilayah
fisika dan kimia meliputi suhu air, nutrisi, mangrove. Menurut Setyawan dan Winarno
salinitas, hidrologi, sedimentasi, kekeruhan, (2006), oleh karena peran ekologi, ekonomi
substansi beracun dan erosi tanah. Selain itu dan sosial budaya ekosistem mangrove telah
dampak kerusakan dapat berupa perubahan mengalami penurunan akibat kegiatan
biologis yaitu, perubahan spesies dominan, antropogenik, maka perlu banyak dilakukan
densitas, populasi, struktur tumbuhan dan upaya restorasi.
hewannya. Hal ini dipertegas oleh Setyawan
dan Winarno (2006) yang menyatakan KONSERVASI DAN POTENSI
bahwa penebangan hutan mangrove selain EKOWISATA MANGROVE
berdampak pada punahnya vegetasi
mangrove berakibat pada hilangnya habitat Ekosistem mangrove merupakan daerah
yang penting untuk tumbuhan dan hewan, ekoton yang menghubungkan antara
65
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

ekosistem pesisir dengan daratan dan sistem pantai tropis (Granek dan
bersifat dinamis. Selain itu, ekosistem Ruttenberg, 2008). Kondisi hutan mangrove
mangrove memiliki fungsi dan peranan yang telah pulih dapat dimanfaatkan sesuai
penting bagi penunjang sistem penyangga prinsip-prinsip konservasi untuk menjamin
kehidupan. Mengingat pentingnya fungsi keberlanjutannya. Berdasarkan uraian
dan peranan hutan mangrove tersebut, maka dinamika ekosistem mangrove dan upaya
hutan mangrove mendesak untuk segera konservasi, tampaknya kunci untuk
dikelola sesuai dengan fungsi dan konservasi hutan mangrove tergantung dari
peruntukan lahannya melalui upaya-upaya jenis aktivitas manusia di daerah aliran
rehabilitasi bagi hutan mangrove yang telah sungai mangrove. Dengan demikian
mengalami penurunan kualitas lingkungan pemanfaatan informasi historis yang
maupun yang telah mengalami kerusakan. digabungkan dengan analisis lanskap jangka
Pemulihan mangrove harus dilakukan panjang terhadap perubahan pemanfaatan
karena beberapa alasan. Pertama, lahan, hutan mangrove menjadi sebuah
kepentingan ekologis dan nilai-nilai potensi yang dapat dikembangkan sebagai
lingkungan hutan mangrove telah lama kegiatan ekowisata yang berada di dalam
terabaikan. Kedua, tingginya subsistensi suatu kawasan konservasi.
ketergantungan pada sumberdaya alam Kasim (2006) menyatakan bahwa suatu
hutan mangrove. Ketiga, kerusakan hutan kawasan akan bernilai lebih dan menjadi
mangrove skala besar yang terjadi di daya tarik tersendiri jika di dalamnya
seluruh dunia mengarah ke erosi pesisir, terdapat suatu yang khas dan unik untuk
penurunan sumberdaya perikanan dan dilihat dan dirasakan. Hal ini merupakan
konsekuensi lingkungan lainnya (Kairo, kunci dari suatu pengembangan kawasan
Guebas, Bosire dan Koedam, 2001). Selain wisata. Hutan mangrove memiliki nilai
itu, upaya-upaya pemulihan dilakukan wisata melalui daya tarik flora dan fauna
untuk pemenuhan berbagai fungsi ekologis, yang berasosiasi dalam ekosistemnya. Hal
ekonomi dan sosial budaya yang dapat ini dikarenakan hutan mangrove merupakan
menjadi penunjang "sistem penyangga suatu habitat bagi beberapa tipe yang
kehidupan" bagi daerah di sekitarnya dikategorikan dalam tiga kelompok yang
(Granek dan Ruttenberg, 2008). Oleh memiliki aktivitas yang saling berhubungan,
karenanya, menurut Kairo dkk. (2001) yaitu biota aquatik (perairan), semiaquatik,
diperlukan komitmen terhadap pemanfaatan dan teresterial (darat). Selain itu, ekosistem
berkelanjutan untuk ekosistem tersebut. mangrove merupakan satu dari habitat
Salah satunya adalah melalui kegiatan hewan liar termasuk primata, reptil, burung
restorasi dan pengelolaan mangrove. serta beberapa komponen ekosistem
Penelitian-penelitian yang dilakukan estuarin yang penting dalam kehidupan
dewasa tidak hanya mengkaji mengenai unggas air khususnya yang bermigrasi.
ekologi, struktur dan fungsi ekosistem Kekayaan sumberdaya alam mangrove
mangrove saja, tetapi perlu penetapan berupa formasi vegetasi yang unik, satwa
kerangka kerja pengelolaan ekosistem serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem
mangrove sebagai acuan pengelolaan. mangrove memiliki potensi yang dapat
Dengan demikian konservasi mangrove dijual sebagai obyek wisata, khususnya
merupakan aspek penting dalam mengelola ekowisata yang menawarkan konsep
66
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

pendidikan dan konservasi. Ekowisata mangrove yang berlumpur, kecuali telah


dewasa ini menjadi salah satu pilihan dalam dibangun trotoar atau jembatan khusus yang
mempromosikan lingkungan yang khas melintasi kawasan mangrove dan memiliki
yang terjaga keasliannya sekaligus menjadi susunan rute khusus. Selain itu juga tidak
suatu kawasan kunjungan wisata. ada pemandangan indah di kawasan tersebut
Ekowisata merupakan salah satu dengan perkiraan gelombang yang harus
alternatif program yang dapat diterapkan tepat sebelum naik perahu. Vegetasi
untuk peningkatan kesejahteraan mangrove hanya menarik ahli botani untuk
masyarakat setempat sebagai upaya yang berusaha mengidentifikasi spesies pohon
dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan tanaman. Hal menarik yang ditawarkan
terjadinya kerusakan ekosistem mangrove. di kawasan ini adalah pengunjung dapat
Di sisi lain, sarana dan prasarana penunjang mendengarkan suara burung dan serangga,
pengelolaan serta pelayanan pengunjung tetapi sulit untuk benar-benar melihat
yang dibutuhkan untuk pengembangan burung-burung besar yang sering
ekowisata harus memadai untuk menarik digambarkan dalam brosur. Meski demikian
minat pengunjung atau wisatawan. kawasan tersebut merupakan potensi wisata
Lebih jauh pada kawasan mangrove, yang dapat dikembangkan melalui kemasan
dengan estetika wilayah pantai yang yang menarik. Salah satunya menurut
mempunyai berjuta tumbuhan dan hewan Thomas and Fernandez (1994) adalah
unik akan menjadikan kawasan ini potensial melalui pengembangan Mangrove-resort
bagi pengembangan konsep ekowisata. yang memiliki peran wisata dalam kegiatan
Kondisi mangrove yang sangat unik dengan konservasi dan pemeliharaan ekosistem
potensi sumberdaya alam berupa bentang mangrove.
alam, flora, fauna dan kegiatan sosial Penggunaan kawasan mangrove sebagai
ekonomi sebagai obyek dan daya tarik lokasi wisata telah dikembangkan sejak
ekowisata. Selain itu juga sebagai model lama. Pengembangan kawasan tersebut
wilayah yang dapat dikembangkan sebagai sebagai lokasi wisata ditujukan sebagai
sarana wisata dengan tetap menjaga kegiatan konservasi dan pendidikan
keaslian hutan serta organisme yang hidup ekosistem mangrove. Namun kelangsungan
disana. Namun, dari semua nilai tersebut kegiatan wisata di kawasan tersebut harus
yang terpenting adalah nilai ekonomis, didukung oleh atraksi alam sekitar kawasan
ekologis dan pendidikan yang sangat besar dan sarana-akomodasi yang memadai,
pada kawasan hutan mangrove (Kasim, seperti fasilitas kapal penyeberangan yang
2006). sekaligus merupakan kapal wisata atau
Sebagai sebuah kawasan ekowisata dan perahu-perahu nelayan yang berukuran
tempat rekreasi alternatif di alam terbuka, lebih kecil dan dapat disewa untuk
hutan mangrove harus bersaing dengan mengelilingi kawasan, serta terdapat sarana
banyak kawasan yang lebih menarik, seperti penginapan yang mudah dijangkau.
pantai berpasir, taman laut yang Hutan mangrove yang telah
memungkinkan snorkeling atau dikembangkan menjadi obyek wisata alam
penyelaman, hutan lindung, air terjun, dan di Indonesia antara lain di Sinjai (Sulawesi
lain-lain. Hal ini dikarenakan pengunjung Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung,
akan menjadi kotor karena substrat Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong
67
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

(Jawa Barat), dan Tritih dan Segara Anakan diidentifikasi secara jelas sebelum
(Cilacap Jawa Tengah). Hutan mangrove dikembangkan dan dioperasikan. FAO
memberikan obyek wisata yang berbeda (2009) menguraikan manfaat yang dapat
dengan obyek wisata alam lainnya. diberikan oleh kegiatan ekowisata di
Karakteristik hutan yang berada di wilayah kawasan hutan mangrove sebagai berikut:
peralihan darat dan laut memiliki keunikan
dalam beberapa hal. Para wisatawan juga 1. Manfaat ekonomi dan konservasi
memperoleh pelajaran tentang lingkungan Kemiskinan merupakan penyebab utama
langsung dari alam. Dengan demikian, dari cara-cara destruktif pemanfaatan
selain memberikan pendapatan langsung sumberdaya. Keinginan untuk memperbaiki
bagi pengelola melalui penjualan tiket standar hidup mengarah pada eksploitasi
masuk dan parkir, juga mampu berlebihan sumberdaya yang umum diakses
menumbuhkan perekonomian masyarakat di seperti mangrove. Dengan adanya kegiatan
sekitarnya dengan menyediakan lapangan ekowisata di kawasan mangrove mungkin
kerja dan kesempatan berusaha, seperti memainkan peran dalam mengubah cara
membuka warung makan, menyewakan masyarakat lokal memperoleh manfaat dari
perahu, dan menjadi pemandu wisata lingkungan lokal mereka. Oleh karena itu,
(Anwar dan Gunawan, 2007). Hal ini kegiatan ekowisata harus berhubungan
dipertegas berdasarkan penelitian yang langsung dengan kebutuhan masyarakat
dilakukan oleh Porto, Cosme, Garca-Prado, setempat. Selain itu, kegiatan konservasi
Freitas (2007) memperlihatkan bahwa melalui ekowisata harus menyediakan
mangrove dan pariwisata sangat penting manfaat ekonomi jangka panjang kepada
bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat lokal. Manfaat yang diperoleh
pariwisata mangrove dapat diekstrak dari konservasi harus lebih besar daripada
menjadi mata pencaharian sebagian manfaat jangka pendek, menengah dan
masyarakat. Dengan demikian akan muncul personal. Hal ini diperlukan untuk
sebuah komitmen lokal terhadap ekosistem menyediakan sumber pendapatan alternatif
disekitarnya. sebagai upaya mengurangi ketergantungan
Keberadaan hotel dan resort dalam masyarakat pada sumberdaya alam dan
pengembangan hutan mangrove sebagai memiliki potensi besar menjamin
obyek wisata berpotensi menjadi mitra kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain,
dalam mempromosikan dan pemanfaatan sumberdaya secara langsung
mengembangkan kawasan tersebut. harus ditata sedemikian rupa melalui cara-
Berdasarkan definisi dan konsep ekowisata, cara yang berkelanjutan. Hal penting
lingkungan dan nilai-nilai sosial, lainnya dan paling mendasar adalah
pengembangan ekowisata harus masalah sosial ekonomi dan implikasi sosial
menghasilkan keuntungan ekonomi dan budaya. Hal ini dikarenakan masyarakat
sosial bagi masyarakat lokal serta manfaat lokal dapat memainkan peran penting dalam
lingkungan untuk menjamin kelestariannya. memulihkan hutan mangrove. Pengelolaan
Oleh karena itu, Kelayakan aspek yang melibatkan masyarakat setempat
pemasaran, teknis, keuangan, lingkungan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, akan
dan sosial dalam mengembangkan kawasan meningkatkan pendapatan mereka dan
mangrove untuk ekowisata harus
68
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

membangun komitmen mereka untuk 1. Mangrove educational tour and


melestarikan sumberdaya. tracking
Merupakan paket wisata pendidikan yang
2. Peningkatan kesadaran lingkungan mengelilingi kawasan ekowisata mangrove
dan perubahan perilaku menggunakan jembatan kayu (wooden
Keterlibatan dan partisipasi masyarakat trail) maupun geladak terapung (floating
lokal dalam pengembangan dan pengelolaan deck) yang disajikan dalam Gambar 1 dan
ekowisata memberikan mereka kesempatan 2. Bird Watching
untuk berhubungan langsung dengan Pengamatan burung-burung endemik
lingkungan, sehingga kesadaran mengenai maupun migran di kawasan ekowisata
kelestarian lingkungan juga akan tumbuh. mangrove disesuaikan dengan waktu
Kesadaran penggalangan tersebut harus burung-burung keluar dari sarangnya
dilakukan tidak hanya bagi masyarakat melalui menara pengamatan (Gambar 3)
lokal, tetapi juga untuk wisatawan. maupun menggunakan alat intai.
Pelatihan masyarakat setempat sebagai 3. Fishing
pemandu ekowisata dapat menambah Adanya areal khusus pada kawasan
pendapatan dan mengembangkan ekowisata mangrove yang dibuat sebagai
masyarakat lokal sebagai pendukung lahan yang tertutup untuk memelihara ikan
konservasi. Dengan adanya pekerjaan dan terkait kepentingan memancing.
pelatihan akan meningkatkan tingkat
kesadaran masyarakat dan pemahaman serta
memperkuat kemampuan mereka untuk
mengelola sumberdaya secara lestari.

3. Pendukung penelitian dan kegiatan


konservasi
Ekowisata berkontribusi secara langsung
dan tidak langsung untuk penelitian dan
kegiatan konservasi suatu kawasan.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem Gambar 1. Jembatan kayu (wooden trail)
yang menarik untuk diteliti. Hal ini
disebabkan oleh cara adaptasi yang unik
vegetasi mangrove terhadap perubahan
kondisi lingkungan yang merugikan.
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan
ekowisata juga mendukung pengetahuan
dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Wahyuni, Ardhana dan Sunarta (2008)


menuliskan potensi obyek wisata yang
ditawarkan pada kegiatan ekowisata Gambar 2. Geladak terapung (floating deck)
mangrove antara lain:

69
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

Pada dasarnya, upaya tersebut bertujuan


agar dalam pengelolaan mangrove dapat
diperoleh fungsi dan manfaatnya secara
maksimal dan berkelanjutan, sesuai dengan
sifat dan karakteristiknya dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial
dan ekologi. Upaya pengelolaan lain dalam
bentuk rehabilitasi lahan mangrove yang
telah rusak dan konservasi sisa hutan
Gambar 3. Menara pengamatan mangrove, sedangkan Bosire dkk. (2008)
merekomendasikan berbagai jalur restorasi
4. Mangrove Tree Plantation or Adoption mangrove dalam kerangka fungsional yang
Kegiatan ini merupakan kolaborasi kegiatan didasarkan pada kondisi kawasan dan
mangrove educational tour and tracking menekankan keterlibatan masyarakat dalam
berupa penanaman bibit mangrove di pemantauan ekosistem sebagai bagian tak
kawasan ekowisata. terpisahkan dari kegiatan restorasi. Agar
pengelolaan mangrove lebih optimal, maka
5. Canoeing dan Boating pola pengelolaan perlu dilakukan
Kegiatan ini berupa penjelajahan kawasan pengkajian lebih dalam, antara lain analisis
wisata menggunakan kano atau kapal permasalahan, kesesuaian terhadap
dengan kapasitas tertentu dan hanya dapat peraturan perundangan yang berlaku,
dilaksanakan pada waktu khusus seperti saat kelayakan sosial ekonomi, kelayakan
pasang. terhadap lingkungan dan kelayakan teknis
serta meperhatikan faktor penyebab
STRATEGI PENGELOLAAN kerusakannya. Martinuzzi dkk. (2009)
EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI merekomendasikan langkah-langkah
KAWASAN EKOWISATA pengelolaan sebagai berikut:
Dalam kerangka pengelolaan dan 1. Mengidentifikasi daerah-daerah yang
pelestarian mangrove, terdapat dua konsep memenuhi persyaratan ekologis
utama yang dapat diterapkan. Kedua pembangunan mangrove
konsep tersebut pada dasarnya memberikan 2. Memasukkan peraturan zonasi lebih
legitimasi dan pengertian bahwa mangrove baik untuk pemeliharaan daerah ini
sangat memerlukan pengelolaan dan secara alami dan untuk melindungi fluks
perlindungan agar dapat tetap lestari. Kedua air, nutrisi, serta organisme masuk dan
kosep tersebut adalah perlindungan hutan keluar dari sistem
mangrove dan rehabilitasi hutan mangrove 3. Memonitor hasil
(Bengen, 2001). Salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam rangka perlindungan Pada kegiatan ekowisata, potensi
terhadap keberadaan hutan mangrove ekosistem mangrove yang ada adalah suatu
adalah dengan menunjuk suatu kawasan konsep pengembangan lingkungan yang
hutan mangrove untuk dijadikan kawasan berbasis pada pendekatan pemeliharaan dan
konservasi, dan sebagai bentuk sabuk hijau konservasi alam. Kasim (2006) menyatakan
di sepanjang pantai dan tepi sungai. bahwa konsep ini sangat unik dengan
70
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

pengembangan dan pelibatan sektor secara maksimal. Kurangnya sarana dan


managemen yang terpadu serta seluruh prasarana penunjang yang tersedia juga
pengguna yang terkait. Namun pada menjadi permasalahan yang menghambat
prinsipnya cukup sederhana dengan pola perkembangan kawasan ini secara kualitatif.
managemen lingkungan yang rill dengan Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
konsep yang tidak terlepas dari: pengembangan kawasan hutan mangrove
1. Penataan lingkungan alami sebagai kawasan wisata adalah atraksi,
2. Nilai pendidikan (penelitian dan akomodasi, transportasi, aktivitas
pengembangan) pendukung dan infrastruktur yang memadai.
3. Partisipasi masyarakat lokal dan nilai Olah karena itu perlu adanya perencanaan
ekonomi yang matang baik secara konsep
4. Upaya konservasi dan pengelolaan berdasarkan kenyataan di lapangan.
lingkungan Menurut Wattage dan Mardle (2005)
5. Minimalisasi dampak dan pengaruh penentuan kriteria penting dalam strategi
lingkungan (tentunya dengan beberapa pengelolaan lahan basah harus
strategi khusus) memperhatikan dua masalah penting yang
muncul, yaitu apakah pelestarian ditujukan
Potensi sumberdaya mangrove tersebut untuk manfaat lingkungan atau digunakan
jika digarap dengan maksimal akan untuk kegiatan pembangunan. Hal ini
memberikan kontribusi untuk masyarakat memang merupakan konflik yang dihadapi
dan kas daerah. Pengelolaan wisata bahari dalam banyak masalah-masalah pengelolaan
dengan obyek hutan mangrove belum sumberdaya alam. Oleh karena itu,
banyak dilakukan. Pasalnya, tidak semua diperlukan sebuah komitmen pengambil
daerah memiliki hutan mangrove dan obyek keputusan mengenai konsep pengelolaan
wisata yang memiliki keindahan alam yang mendukung kelestarian lingkungan.
menantang masih menjadi tren saat ini. Jika Melalui pembangunan kapasitas kemitraan
penataan dan konsep yang dikemas dengan antara pihak berwenang dan para pengguna
seksama akan mampu menarik wisatawan. sumberdaya yang merupakan dasar untuk
Pembangunan hutan mangrove menjadi mengatasi masalah-masalah dalam
obyek wisata alam dilakukan untuk pengelolaan, dengan cara pengembangan
mendayagunakan potensi sumberdaya alam struktur insentif dan modal sosial maka
untuk mendukung usaha industri tujuan strategis yang direncanakan akan
kepariwisataan. Selain sebagai tempat dapat dicapai (Jones dan Burgess, 2005).
rekreasi, pembangunan obyek wisata Saat ini perhatian lebih banyak diberikan
dimaksudkan untuk dapat menjadi sarana untuk mengelola kelestarian hutan yang
pendidikan dan ilmu pengetahuan sekaligus tersisa. Perkembangan teknologi
menumbuhkan rasa cinta alam lingkungan. penginderaan jauh dan geo-spasial dewasa
Selain kepunahan hutan bakau dan kondisi ini membantu pemantauan kondisi hutan
kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan mangrove sehingga pengguna sumberdaya
yang masih rendah, permasalahan lainnya tersebut dapat lebih memahami dan
yang ada saat ini adalah kurang optimalnya memperbaiki pengelolaan hutan lahan basah
penanganan kawasan wisata ini sehingga yang unik ini (Walters, Ronnback, Kovacs,
potensi yang ada tidak dapat diekspos Crona, Hussain, Badola, Primavera,
71
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

Barbier, Guebas, 2008). Analisis yang disebabkan meningkatnya tekanan yang


dilakukan oleh Armitage (2002) dirasakan dalam pengembangan dan
menunjukkan bahwa kebijakan dan isu-isu rasionalisasi berbagai penggunaan
manajemen yang bertujuan untuk sumberdaya mangrove. Han dkk. (2003)
melestarikan hutan mangrove dan ekologi mengusung konsep pengelolaan daerah
dengan mengurangi dampak sosial ekonomi mangrove sebagai preferensi konservasi
dan pengembangan kegiatan lain bukan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
sekadar masalah merumuskan pemerintah, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
menegakkan peraturan dan pemantauan dan perlindungan lingkungan serta
terhadap konversi hutan mangrove. pengelolaan zona pantai terpadu. Oleh
Sebaliknya, perlu adanya kebutuhan untuk karena itu, peraturan pengelolaan
merumuskan, mengusulkan, melaksanakan konservasi sumberdaya mangrove yang
dan memonitor strategi dalam konteks dikeluarkan oleh pemerintah harus
kebijakan yang ada dalam bentuk skenario dilaksanakan dengan tegas dan didukung
dan tantangan berupa kepentingan ekonomi oleh penegakan hukum yang berlaku.
dan hubungan kekuasaan (Armitage, 2002). Bentuk strategi pengelolaan ekosistem
Penelitian yang dilakukan oleh Genio Jr, mangrove lainnya yang ditawarkan oleh
Rejesusb, Pomeroyc, Whited, Smith (2007) Tan dan Basiron (2007) diawali dengan
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang penilaian mangrove yang dilakukan untuk
mempengaruhi dukungan pemerintah lokal memberikan informasi lebih baik untuk
dalam memprakarsai kegiatan perlindungan pembuat kebijakan dalam perencanaan serta
hutan mangrove adalah karakteristik dan penetapan strategi dan alternatif
keragaman masyarakat. Hasil penelitian pengembangan ekosistem mangrove.
tersebut juga memperlihatkan bahwa tingkat Namun demikian, hal yang mustahil untuk
pendidikan, pengetahuan tentang bahaya menghentikan degradasi ekosistem
penipisan mangrove, dan pra-eksistensi mangrove dalam jangka pendek dan
mangrove yang berkaitan kehidupan di meminimalkan dampak negatifnya.
sekitar kawasan adalah faktor yang secara Berdasarkan uraian tersebut, maka
signifikan mempengaruhi tingkat dukungan diperlukan aternatif pengelolaan yang
kegiatan perlindungan hutan mangrove. mencakup perlindungan dan pengelolaan
Selain itu, juga ditemukan bahwa hutan yang tersisa berupa promosi
masyarakat dengan tingkat kemiskinan ekowisata mangrove dan kegiatan
lebih tinggi memiliki kemungkinan yang silvofisheries ramah lingkungan dan
lebih kecil dalam mendukung kegiatan rehabilitasi daerah yang rusak dengan
perlindungan mangrove. Hasil ini memiliki keterlibatan masyarakat lokal secara aktif,
implikasi penting bagi unit pemerintah serta pelaksanaan dan peningkatan
daerah yang bertanggung jawab atas kerjasama regional. Pada konteks
perencanaan dan pengelolaan mangrove. ekowisata, promosi kawasan mangrove dan
Sukardjo (2002) mengemukakan bahwa sekitarnya untuk kegiatan ekowisata secara
ekosistem mangrove perlu dikelola dengan langsung hanya berupa memberikan
baik berdasarkan konsep pengelolaan kenyamanan kepada pengunjung di alam
sumberdaya pesisir terpadu (Integrated yang menawarkan tiga hal, yaitu 1)
Coastal Zone Management/ ICZM). Hal ini kepadatan rendah, 2) intensitas rendah dan
72
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

tidak mengganggu fasilitas untuk menjaga pendidikan dan konservasi sekaligus tempat
integritas dan 3) stabilitas dan penjaminan rekreasi alternatif di alam terbuka, hutan
keberlanjutan ekosistem mangrove beserta mangrove harus bersaing dengan banyak
interaksi ekosistem darat dan laut (FAO, kawasan yang lebih menarik. Dengan
2009). Selain itu, Kasim (2006) menyatakan demikian pengembangan potensi wisata
bahwa promosi pengembangan hutan dilakukan melalui kemasan yang menarik,
mangrove sebagai kawasan ekowisata juga antara lain melalui pengembangan
harus melihat keseimbangan ekologis dari Mangrove-resort yang memiliki peran
seluruh potensi yang ada. wisata dalam kegiatan konservasi dan
Keseimbangan ekologis dalam hal ini pemeliharaan ekosistem mangrove. Hal ini
berupa strategi untuk meminimalkan dikarenakan pengembangan ekowisata
dampak dari kegiatan ekowisata harus menghasilkan keuntungan ekonomi
berdasarkan FOA (2009) antara lain: dan sosial bagi masyarakat lokal serta
1. Mengidentifikasi lokasi yang tepat manfaat lingkungan untuk menjamin
untuk pengembangan ekowisata kelestariannya. Oleh karena itu, Kelayakan
2. Mengidentifikasi kegiatan ekowisata aspek pemasaran, teknis, keuangan,
yang tepat yang tidak merugikan lingkungan dan sosial dalam
lingkungan mengembangkan kawasan mangrove untuk
3. Mengelola pengunjung ekowisata harus diidentifikasi secara jelas
4. Mengontrol jumlah pengunjung per sebelum dikembangkan dan dioperasikan.
perjalanan
5. Pengendalian dampak dengan DAFTAR PUSTAKA
mengambil semua kebutuhan yang
diperlukan serta membawa semua Anwar C dan H Gunawan. 2006. Peranan
sampah ke daerah-daerah terpencil Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan
6. Merancang fasilitas, yang menekankan Mangrove dalam Mendukung
menyatu dengan alam sekitarnya Pembangunan Wilayah Pesisir. Makalah
Utama pada Ekspose Hasil-hasil
KESIMPULAN Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi
Sumberdaya Hutan. Padang, 20
Ekowisata merupakan salah satu September 2006.
alternatif program yang dapat diterapkan
untuk peningkatan kesejahteraan Armitage D. 2002. Socio-Institutional
masyarakat setempat sebagai upaya yang Dynamics and The Political Ecology of
dapat dilakukan untuk mengantisipasi Mangrove Forest Conservation in
terjadinya kerusakan ekosistem mangrove. Central Sulawesi Indonesia. Journal
Kekayaan sumberdaya alam mangrove Global Environmental Change 12: 203
berupa formasi vegetasi yang unik, satwa 217.
serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem
mangrove memiliki potensi yang dapat Bengen D G. 2001. Pedoman Teknis
dijual sebagai obyek wisata, khususnya Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
ekowisata. Sebagai sebuah kawasan Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya
ekowisata yang menawarkan konsep
73
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Granek E dan B I Ruttenberg. 2008.


Bogor. Changes in Biotic and Abiotic Processes
Following Mangrove Clearing. Journal
Bengen D G. 2004. Sinopsis Ekosistem dan Estuarine Coastal and Shelf Science 80:
Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut 555562.
Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Guebas F D dan N Koedam. 2008. Long-
Institut Pertanian Bogor. term Retrospection on Mangrove
Development Using Transdisciplinary
Bosire J O, F D Guebas, M Walton, B I Approaches: A Review. Journal Aquatic
Crona, R R LewisIII, C Field, J G Botany 89: 8092.
Kairo dan N Koedamb. 2008.
Functionality of Restored Mangroves: A Han W, Lui J, He X, Cai Y, Ye F, Xuan L, Ye
Review. Journal Aquatic Botany 89: N. 2003. Shellfish and Fish Biodiversity of
251259. Mangrove Ecosystems in Leizhou Peninsula
China. Journal of Coastal Development 7
Elster C. 2000. Reasons for Reforestation (1): 21 29.
Success and Failure with Three
Mangrove Species in Colombia. Journal Jones P J S dan J Burgess. 2005. Building
Forest Ecology and Management 131: Partnership Capacity For The
201-214. Collaborative Management of Marine
Protected Areas in The UK: A
FAO. 2009. Community-Based Mangrove Preliminary Analysis. Journal of
Rehabilitation and Ecotourism Environmental Management 77: 227
Development. 243.
http://www.fao.org/docrep/007/ae213e/a
e213e06.htm (Online) diakses tanggal Kairo J G, F D Guebas, J Bosire dan N
31 Desember 2009. Koedam. 2001. Restoration and
Management of Mangrove Systems a
Genio Jr E L, R M Rejesusb, R S Lesson For and From The East African
Pomeroyc, A Whited, B Smith. 2007. Region. South African Journal of
Factors Affecting Fisherfolks Support Botany 67: 383389.
for Coastal Resource Management: The
Case of Local Governmentinitiated Kasim M. 2006. Kawasan Mangrove dan
Mangrove Protection Activities. Journal Konsep Ecotourism. Coastal and Marine
Ocean and Coastal Management 50: Information. http://marufkasim.blog.com
808828. (Online) diakses tanggal 29 Desember 2009.

Gilman E L, J E Ellison, N C Duke dan C Khomsin. 2005. Studi Perencanaan Konservasi


Field, 2008. Threats to Mangroves from Kawasan Mangrove di Pesisir Selatan
Climate Change and Adaptation Kabupaten Sampang dengan Teknologi
Options: A Review. Journal Aquatic Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Botany 89: 237250. Geografis. Pertemuan Ilmiah Tahunan
74
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

MAPIN XIV. Pemanfaatan Efektif Porto D R, P Cosme, J A Garca-Prado, R R


Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Freitas. 2007. Da Lama Ao Cais: As
Kesejahteraan Bangsa. Institut Teknologi Desfiadeiras De Siri Da Ilha Das
Sepuluh November Surabaya, 14 15 Caieiras Vitria ES. Journal Caderno
September 2005. Virtual de Turismo 7 (3).

Krauss K W, C E Lovelock, K L McKee, L Primavera J H. 2000. Special Issue The


L Hoffman, S M L Ewe, P Sousa. 2008. Values of Wetlands: Landscape and
Environmental Ddrivers in Mangrove Institutional Perspectives. Development
Establishment and Early Development: and Conservation of Philippine
A Review. Journal Aquatic Botany 89: Mangroves: Institutional Issues. Journal
105127. Ecological Economics 35: 91106.

Macintosh D J, E C Ashton dan S Havanon. Setyawan A D dan K Winarno. 2006.


2002. Mangrove Rehabilitation and Permasalahan Konservasi Ekosistem
Intertidal Biodiversity: a Study in The Mangrove di Pesisir Kabupaten
Ranong Mangrove Ecosystem Thailand. Rembang Jawa Tengah. Jornal
Journal Estuarine Coastal and Shelf Biodiversita 7 (2): 159-163.
Science 55: 331345.
Sukardjo S. 2002. Integrated Coastal Zone
Martinuzzi S, W A Gould, A Lugo dan E Management (ICZM) in Indonesia: A
Medina, 2009. Conversion and View from a Mangrove Ecologist.
Recovery of Puerto Rican Mangroves: Southeast Asian Studies No. 40 (2).
200 Years of Change. Journal Forest
Ecology and Management 257: 7584. Sunarto. 2008. Peranan Ekologis dan
Antropogenis Ekosistem Mangrove.
Nagelkerken I, S J M Blaber, S Bouillon, P Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan dan
Green, M Haywood, L G Kirton, J Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Meynecke, O Pawlik, J Penrose, H M Jatinangor.
Sasekumar, P J Somerfield. 2008. The
Habitat Function of Mangroves for Tan K H and M N Basiron. 2007.
Terrestrial and Marine Fauna: A Conservation Development and
Review. Journal Aquatic Botany 89: Management of Mangrove Resources In
55185. Malaysia Issues Challenges and
Opportunities. International Symposium
Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Penerbit on Protection and Management of
Djambatan. Jakarta. Coastal Marine Ecosystem. Japan.

Nybakken J W. 1998. Biologi Laut Suatu Thomas J dan T V Fernandez. 1994.


Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Mangrove and Tourism: Management
Pustaka Utama. Jakarta. Strategies. Indian Forester 120 (5): 406-
12.

75
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931

Thu P M dan J Populus. 2007. Status and Wattage P dan S Mardle. 2005. Stakeholder
Changes of Mangrove Forest in Mekong Preferences Towards Conservation
Delta: Case Study in Tra Vinh, Versus Development for a Wetland in
Vietnam. Journal Estuarine Coastal and Sri Lanka. Journal of Environmental
Shelf Science 71: 98-109. Management 77: 122132.

Wahyuni P I, Ipg Ardhana dan I N Sunarta. www. http://SkyscraperCity.com. 2008.


2008. Evaluasi Pengembangan Picture of Mangrove Center in Bali as
Ekowisata di Kawasan Tahura Ngurah Reference. (Online) diunduh tanggal 3
Rai. Jurnal Ecotrophic 4 (1): 49-56. Januari 2010.

Walters B B, P Ronnback, J M Kovacs, B


Crona, S A Hussain, R Badola,
Primavera, D Barbier, F D Guebas,
2008. Ethnobiology Socio-Economics
and Management of Mangrove Forests:
A Review. Journal Aquatic Botany 89:
220236.

76

Anda mungkin juga menyukai