Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

PRODUKTIVITAS PRIMER

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. DIANAH FILZAN ALYANI 14030244026
2. CAPRIATI ANNISA BENING 14030244019
3. LAILA ALVI NURIN 14030244028

Kelas Biologi 2014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Ekologi Umum yang
berjudul “Produktivitas Primer”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen pengampu mata
kuliah Ekologi Umum kakak-kakak asisten dosen, teman-teman Biologi 2014, dan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan praktikum
ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari laporan
praktikum ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan agar penulisan laporan praktikum selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai penambah
wawasan dalam keilmuan Mikrobologi.

Surabaya, 5 September 2016

Penulis

Laporan Produktivitas Primer 2


DAFTAR ISI
Halaman Sampul...................................................................................................... 1
Kata Pengantar......................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 4
A.Latar Belakang......................................................................................... 4
B.Rumusan Masalah.................................................................................... 4
C.Tujuan....................................................................................................... 4
D.Manfaat.................................................................................................... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 6

BAB III. METODE PENELITIAN......................................................................... 11


A.Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 11
B.Bahan dan Alat Penelitian........................................................................ 12
C.Metode...................................................................................................... 12
D.Rancangan Percobaan.............................................................................. 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 15


A.Hasil ........................................................................................................ 15
B.Analisis Data............................................................................................ 16
C.Pembahasan ............................................................................................. 16

BAB V. PENUTUP.................................................................................................. 19
A.Simpulan.................................................................................................. 19
B.Saran......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 20
LAMPIRAN............................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN

Laporan Produktivitas Primer 3


A. LATAR BELAKANG
Busem Unesa merupakan suatu perairan yang berfungsi sebagai pengendali
banjir dan penampung air di kawasan Unesa Ketintang, Surabaya. Selain itu
busem Unesa berfungsi sebagai habitat beberapa jenis ikan air tawar yang
dipelihara diantaranya nila dan combro. Dalam kajian ekologi perairan busem
Unesa dapat menentukan produktivitas primer.
Produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik per satuan waktu
yang merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk
diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis (Michael, 1995; Odum, 1993).
Produktivitas primer kotor adalah jumlah total fotosintesis yang dilakukan oleh
tumbuhan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan produktivitas primer bersih
adalah besarnya sintesis senyawa karbon organik selama proses fotosintesis
dikurangi besarnya aktivitas total respirasi pada terang dan gelap dalam jangka
waktu tertentu (Folkowski dan Raven, 1997). Besarnya produktivitas primer
suatu perairan mengindikasikan besarnya ketersediaan nutrien terlarut (Kismono
dan Kartamihardja, 1995).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah kadar fotosintesis pada air danau busem Unesa?
2. Bagaimanakah kadar respirasi pada air danau busem Unesa?
3. Bagaimanakah produktivitas primer pada air danau busem Unesa?
4. Bagaimanakah produktivitas total pada air danau busem Unesa?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kadar fotosintesis pada air danau busem Unesa.
2. Untuk mengetahui kadar respirasi pada air danau busem Unesa.
3. Untuk mengetahui produktivitas primer pada air danau busem Unesa.
4. Untuk mengetahui produktivitas total pada air danau busem Unesa.

D. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui kadar fotosintesis, kadar
respirasi, produktivitas primer dan produktivitas total pada air danau busem Unesa.

Laporan Produktivitas Primer 4


Laporan Produktivitas Primer 5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik per satuan waktu
yang merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk
diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis (Michael, 1995; Odum, 1993).
Produktivitas primer kotor adalah jumlah total fotosintesis yang dilakukan oleh
tumbuhan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan produktivitas primer bersih adalah
besarnya sintesis senyawa karbon organik selama proses fotosintesis dikurangi
besarnya aktivitas total respirasi pada terang dan gelap dalam jangka waktu tertentu
(Folkowski dan Raven, 1997). Besarnya produktivitas primer suatu perairan
mengindikasikan besarnya ketersediaan nutrien terlarut (Kismono dan Kartamihardja,
1995).
Perbedaan waktu menyebabkan perbedaan kondisi fisika, kimia, dan biologi
perairan (Barnes dan Mann, 1994). Cahaya merupakan komponen utama dalam proses
fotosintesis dan secara langsung bertanggung jawab terhadap nilai produktivitas
primer perairan (Folkowski dan Raven, 1997).
Penetrasi cahaya menembus kolom air akan mengalami pelemahan oleh
proses refleksi dan difraksi karena adanya partikel-partikel terlarut, sehingga kurva
intensitas cahaya menunjukkan grafik penurunan secara eksponensial dalam arah
vertikal ke bawah. Hal ini mengakibatkan fotosintesis tereksploitasi di permukaan
perairan. Titik yang menunjukkan keseimbangan antara proses fotosintesis dan
respirasi sering disebut titik kompensasi (Barnes dan Mann, 1994; Folkowski dan
Raven, 1997; McNaughton dan Wolf 1990).
Pasokan nutrien pada ekosistem danau terjadi dalam dua jalur, jaitu
dekomposisi senyawa-senyawa organik menjadi anorganik oleh organisme
dekomposer dan masukan dari sungai yang bermuara di danau. Di daerah tropis
jumlah nutrien terlarut relatif lebih banyak., karena suhu yang hangat memacu proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme (Folkowski dan Raven, 1997).

Laporan Produktivitas Primer 6


Proses fotosintesis berjalan melalui mekanisme enzimatis, sehingga
berlangsung pada rentang suhu tertentu. Kenaikan suhu akan memacu enzim
mengkatalis proses fotosintesis, tetapi suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan
degradasi enzim dan penghambatan fotosintesis (Folkowski dan Raven, 1997).
Produktivitas primer dapat diukur dengan beberapa cara misalnya dengan
metode C14, metode klorofil, dan metode oksigen (Michael, 1995). Metode oksigen
dengan botol gelap-terang banyak digunakan, meskipun hasilnya terbatas dalam botol
(Odum, 1993). Boehme (2000) memperkenalkan metode oksigen melalui pembacaan
kurva oksigen harian. Dengan metode ini sampel yang diteliti tidak dibatasi
ukurannya dan dapat diukur setiap saat, namun ada kemungkinan terjadi
persinggungan oksigen di atmosfer dan di dalam air. Selain itu untuk mengetahui
produktivitas primer suatu ekosistem perairan, terutama perairan lentik yang dapat
menjamin kelangsungan kehidupan organisme, meliputi pertumbuhan, pemeliharaan,
dan reproduksi, diukurlah dengan menggunakan rumus DO (Dissolved
Oxygen).Banyaknya model perhitungan produktivitas primer perairan mengakibatkan
hasil yang berbeda beda.
Produktivitas primer pada ekosistem perairan lentik (berarus tenang)
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Suhu
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan
meningkat dari wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis,
suhu bukanlah menjadi faktor dominan yang menentukan produktivitas,
tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang tinggi dan konstan hampir
sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan
berlangsung lama, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas. Suhu
secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas.
Secara langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam
proses fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju
maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya suhu

Laporan Produktivitas Primer 7


berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya
dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton (Mahmuddin, 2009).
2. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya
memiliki peran yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena
hanya dengan energi cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat
menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa
wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya
matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih
panjang sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer
(Mahmuddin, 2009).
Pada ekosistem terrestrial seperti hutan hujan tropis memilik
produktivitas primer yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis
menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi
fotosintesis dibanding dengan iklim sedang (Wiryanto, 2001). Sedangkan
pada eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung
pada ketersediaan cahaya dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum
fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan berada pada kondisi
ketersediaan cahaya yang rendah (Mahmuddin, 2009).
3. pH (Derajat Keasaman)
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai
nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa
lemah. Nilai pH yang sangat rendah akan menyebabkan terjadinya
gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat
rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam yang
bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam
kelangsungan hidup organisme akuatik. Sementara pH yang tinggi akan
menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan
tergangu, dimana kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan

Laporan Produktivitas Primer 8


konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme
(Barus, 2004).
Derajat keasaman perairan tawar berkisar dari 5-10. Setiap organisme
mempunyai pH yang optimum bagi kehidupannya. Perkembangan alga
Cyanophyceae akan sangat jarang dalam perairan apabila pH di bawah 5
(Barus, 2004).
4. DO (Dissolved Oxygen)
Disolved oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam
suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat
penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk
proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen
sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum
oksigen di dalam air, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan
menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Dengan peningkatan suhu
akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya
suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut
semakin tinggi (Barus, 2004).
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen
dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari
proses fotosintesis. Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologi organisme
air terutama adalah dalam proses respirasi. Nilai oksigen terlarut di suatu
perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain
dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh aktifitas
fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen (Schwrobel, 1987
dalamBarus, 2004). Nilai DO yang berkisar antara 5,45-7,00 mg O 2/l
cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan. Nilai oksigen terlarut di
perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mg O2/l (Barus, 2004).
5. Nutrien

Laporan Produktivitas Primer 9


Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrien anorganik, beberapa
dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit,
akan tetapi semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terrestrial, nutrien
organik merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas.
Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrien spesifik
atau nutrien tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi.
Nutrien spesifik yang demikian disebut nutrien pembatas (limiting
nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrient
pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2 kadang-
kadang membatasi produktivitas (Mahmuddin, 2009).
Produktivitas di laut umumnya terdapat paling besar di perairan
dangkal dekat benua dan di sepanjang terumbu karang, dimana cahaya dan
nutrien melimpah. Produktivitas primer persatuan luas laut terbuka relatif
rendah karena nutrien anorganik, khusunya nitrogen dan fosfor terbatas
ketersediaannya di permukaan. Di tempat yang dalam dimana nutrien
melimpah, namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis. Sehingga
fitoplankton, berada pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke
atas membawa nitrogen dan fosfor kepermukaan (Mahmuddin, 2009).

Laporan Produktivitas Primer 10


BAB III
METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Hari, tanggal : Jumat, 2 September 2016
Pukul : 11.00 – 14.00 WIB
Tempat : Pos 6 Busem Unesa

Gambar 3.1 Denah tempat praktikum (Pos 6 Busem Unesa)

Laporan Produktivitas Primer 11


B. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum produktivitas primer ini
adalah sebagai berikut :
Alat:
1. Botol Winkler gelap 1 buah
2. Botol Winkler terang 2 buah
3. Tali rafia
4. Erlenmeyer 1 buah
5. Spuit 4 buah
6. Buret 1 buah
7. Statif 1 buah

Bahan:
1. Sampel air
2. Larutan MnSO4
3. Larutan KOH-KI
4. Larutan H2SO4 pekat
5. Larutan Amilum 1%
6. Larutan Na2S2O3 0,025 M

C. METODE
1. Mengambil sampel air dengan menggunakan botol Winkler gelap dan terang
sekitar permukaan air (1 pasang botol). Tutuplah masing-masing botol
sewaktu di dalam air.
2. Mengikat satu botol gelap dan satu botol terang dengan tali rafia pada bagian
dasar air hingga botol tidak terlihat dari permukaan kemudian direndam di
dalam air selama 2 jam.
3. Mengambil sampel air dengan menggunakan botol Winkler (sebelum
perlakuan) terang sekitar permukaan air. Tutuplah botol sewaktu di dalam air.
4. Memeriksa kadar oksigen dari ketiga botol Winkler dengan cara:

Laporan Produktivitas Primer 12


a. Membuka botol Winkler, air hasil tampungan diberi MnSO4 sebanyak 2 ml
dengan menggunakan spuit dengan ujung spuit di bawah permukaan air,
sehingga tidak menimbulkan gelembung.
b. Menambahkan 2 ml KOH-KI dengan cara yang sama.
c. Menutup botol Winkler kembali dan membolak-balikkannya.
d. Membiarkan selama 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut
dengan sempurna dengan ditandai timbulnya endapan di dasar botol.
e. Mengambil dan membuang 2 ml larutan di permukaan botol tanpa
menyertakan endapan kemudian menambahkan 2 ml H2SO4 pekat dengan
spuit.
f. Menutup botol dan dibolak-balikkan sehingga endapan larut dan larutan
berwarna kuning kecoklatan.
g. Mengambil larutan sebanyak 100 ml dari botol Winkler dan
memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
h. Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna
kuning muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan.
i. Memasukkan 1 ml amilum 1% ke dalam erlenmeyer hingga menjadi warna
biru.
j. Larutan dititrasi lagi dengan Na2S2O3 lagi hingga warna biru hilang dan
larutan menjadi tidak berwarna. Volume Na2S2O3 yang digunakan pada
titrasi pertama dan kedua dijumlahkan.

Laporan Produktivitas Primer 13


D. LANGKAH KERJA
Winkler terang Winkler terang Winkler gelap

- diisi air hingga penuh - diisi air hingga penuh - diisi air hingga penuh
- direndam pada dasar - direndam pada dasar
perairan selama 2 jam perairan selama 2 jam

Winkler terang Winkler terang Winkler terang


tanpa perlakuan setelah setelah
perlakuan perlakuan

- ditambah MnSO4 2 ml - ditambah MnSO4 2 ml - ditambah MnSO4 2 ml


- ditambah KOH-KI 2 - ditambah KOH-KI 2 - ditambah KOH-KI 2
ml dan dikocok-kocak ml dan dikocok-kocak ml dan dikocok-kocak
- dibiarkan 10 menit hingga - dibiarkan 10 menit hingga - dibiarkan 10 menit hingga
terbentuk endapan terbentuk endapan terbentuk endapan
- ditambah H2SO4 pekat 2 - ditambah H2SO4 pekat 2 - ditambah H2SO4 pekat 2
ml ml ml

Larutan Larutan Larutan


berwana kuning berwana kuning berwana kuning
kecoklatan kecoklatan kecoklatan

- dimasukkan ke dalam - dimasukkan ke dalam - dimasukkan ke dalam


Erlenmeyer sebanyak 100 ml Erlenmeyer sebanyak 100 ml Erlenmeyer sebanyak 100 ml
- dititrasi dengan Na2S2O3 - dititrasi dengan Na2S2O3 - dititrasi dengan Na2S2O3
hingga berwarna kuning hingga berwarna kuning hingga berwarna kuning
muda muda muda
- ditambah amilum 1 ml - ditambah amilum 1 ml - ditambah amilum 1 ml
hingga berwarna biru hingga berwarna biru hingga berwarna biru
- dititrasi lagi dengan Na2S2O3 - dititrasi lagi dengan Na2S2O3 - dititrasi lagi dengan Na2S2O3
hingga larutan menjadi hingga larutan menjadi hingga larutan menjadi
tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna
- dijumlahkan volume Na2S2O3 - dijumlahkan volume Na2S2O3 - dijumlahkan volume Na2S2O3
yang digunakan yang digunakan yang digunakan
- dihitung dengan rumus - dihitung dengan rumus - dihitung dengan rumus

- - -

DO awal DO akhir (terang) DO akhir (gelap)

Laporan Produktivitas Primer 14


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Adapun hasil pengamatan produktivitas primer Busem Unesa sebagai
berikut:

Tabel 4.1 Pengamatan Produktivitas Primer di Busem Unesa

DO Akhir Terang DO Akhir Gelap


Stasiun DO Awal (ppm)
(ppm) (ppm)
1 5,85 7,32 6,50
2 3,70 5,70 4,40
3 1,62 3,25 3,82
4 5,36 6,17 5,85
5 4,06 6,83 5,20
6 4,23 5,04 4,87
7 4,72 6,34 5,53
8 5,93 6,99 6,50
9 3,25 6,99 4,07
10 4,06 6,50 5,69
11 4,39 6,99 5,69
Rata-rata 4,29 6,19 5,28

Tabel 4.2 Produktivitas Primer di Busem Unesa

Pengamatan Nilai
1 Fotosintesis (mg/l) 0,81
2 Respirasi (mg/l) 0,64
3 PP (mg/l) 0,17
4 PT (mg/l) 1,45

B. ANALISIS DATA
Berdasarkan tabel hasil pengamatan Busem Unesa, diketahui bahwa nilai
DO awal sebesar 4,23 mg/l dan DO akhir terang sebesar 5,04 mg/l lebih besar
dari pada DO akhir botol gelap yakni 4,87 mg/l. Nilai fotosintesis didapatkan dari
nilai DO akhir botol terang Dikurangi DO awal, yakni sebesar 0,81 mg/l.

Laporan Produktivitas Primer 15


Sedangkan besarnya respirasi didapatkan dari nilai DO awal dikurangi DO akhir
botol gelap, yakni sebesar 0,64 mg/l. nilai fotosintesis dan respirasi yang
didapatkan digunakan untuk menghitung nilai produktivitas primer, sekunder dan
produktivitas total. Nilai produktivitas primer dihitung dari nilai fotosintesis
dikurangi respirasi, yakni sebesar 0,17 mg/l. Sedangkan produktivitas total
dengan menambahkan nilai fotosintesis dan respirasi, yakni sebesar 1,45 mg/l.

C. PEMBAHASAN
Hasil nilai produktivitas primer yang didapatkan menunjukkan bahwa di
perairan Busem Unesa masih tergolong perairan yang kurang terjaga kualitasnya
atau perairannya kurang bersih. Sehingga organisme yang ada di dalamnya salah
satunya yaitu plankton, sehingga nilai produktivitasnya pun juga akan besar.
Berdasarkan perameter pengukuran fisika (suhu) dan kimia (nitrat dan phospat).
Produktivitas primer sangat dipengaruhi oleh Nitrat (N) dan Phospat (P).
Berdasarkan pada data produktivitas primer kadar fotosintesis pada
ekosistem air yang diperoleh yaitu sebesar 0,81 mg/l, yang mana laju fotosintesis
dapat diukur dengan laju hilangnya CO 2 atau munculnya O2 (Nybakken 1992).
Bila kondisi perairan tidak mendukung atau kurang baik untuk kelangsungan
hidup biota laut maka produktivitas juga akan terganggu.
Dengan diperolehnya kadar fotosintesis sebesar 0,81 mg/l menunjukkan
bahwa Busem Unesa termasuk dalam perairan yang kurang bersih, sesuai dengan
pernyataan Anikouchine & Stenberg (1973) menyatakan bahwa konsentrasi
oksigen terlarut (DO) di perairan laut yaitu antara 0-9 mg/l. Sehingga banyak
organisme yang ada di dalamnya, termasuk kelimpahan fitoplankton. Makin baik
kondisi fisik suatu perairan maka fitoplankton yang melakukan proses
fotosintesis banyak, sehingga kadar oksigen yang dihasilkan juga lebih banyak.
Nilai respirasi diambil dari nilai DO akhir botol gelap dikurangi nilai DO
awal dan menperoleh hasil sebesar 0,64 mg/l, hal ini untuk mengetahui
kesetimbangan oksigen yang dihasilkan dari proses pernapasan oleh plankton

Laporan Produktivitas Primer 16


tanpa terjadi proses fotosintesis.
Kadar oksigen dalam air laut yang normal biasanya antara 4-6 ppm.
Sedangkan kadar oksigen di udara bebas yaitu 20 % (200.000 ppm). Kadar O2
dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari organisme yang ada
di dalam air tersebut. Karena Danau Bosem Unesa masih cukup bersih maka
banyak organisme (ikan, plankton) di dalam air sehingga banyak pula pemakaian
O2 untuk pernapasan berarti makin sedikit kandungan O2 dalam air. sehingga
pada kadar respirasi ekosistem air yang diamati diperoleh 0,016 mg/l.
Produktivitas primer perairan didefinisikan sebagai kemampuan
organisme produsen dalam badan air untuk menghasilkan bahan organik dari
bahan anorganik. Produktivitas pimer juga merupakan parameter indeks banyak
sedikitnya fitoplankton di perairan. Penentuan produktivitas primer dapat
diketahui dengan metode perhitungan seluruh karbon yang dihasilkan oleh
fitoplankton dan organisme produsen lainnya.
Produktivitas primer perairan tidak dapat langsung ditetapkan dari nilai
produktivitas secara keseluruhan, sebab dari laju produksi zat organik oleh
fitoplankton ternyata juga digunakan oleh fitoplankton itu sendiri dalam bentuk
respirasi sehingga diperoleh produktivitas primer bersih yang lebih sedikit dari
total laju produktivitas. Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh nilai
produktivitas primer 0,17 mg/l dan untuk nilai fotosintesis 0,81 mg/L, sedangkan
laju respirasi 0,64 mg/l.
Produktivitas total Busem Unesa diperoleh nilai 1,45 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa di perairan sungai fakultas teknik tergolong kurang bersih.
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka ditarik kesimpulan:
1. Kadar fotosintesis pada air danau busem Unesa adalah 0,81 mg/l.
2. Kadar respirasi pada air danau busem Unesa adalah 0,64 mg/l.

Laporan Produktivitas Primer 17


3. Produktivitas primer pada air danau busem Unesa 0.17 mg/l.
4. Produktivitas total pada air danau busem Unesa 1,45 mg/l.

B. SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, hal yang perlu dilakukan untuk
penelitian selanjutnya adalah melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas air
di busem Unesa agar produktivitas primer perairan di busem Unesa lebih baik.

Laporan Produktivitas Primer 18


DAFTAR PUSTAKA

Barnes, R.S.K. dan K.H. Mann. 1994. Fundamentals of Aquatic Ecology. Oxford:
Blackwell Scientific Publication.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU
press. Medan.
Boehme, M. 2000. Primary Production in Stream and River. Oxford: Blackwell
Scientific Publication.
Folkowski, P.G. dan A. J. Raven. 1997. Aquatic Photosynthesis. New York: Blackwell
Science-USA.
Krismono, A.S.N. dan Kartamihardja, S. 1995. Status Trofik Perairan Waduk
Kedungombo, Jawa Tengah, sebagai dasar pengelolaan perikanannya. Jurnal
Perikanan Indonesia 1 (3): 26-35
Mahmuddin. 2009. Produktivitas Primer Ekosistem. Jakarta: Airlangga
McNaughton, S.J. dan L.L. Wolf. 1990. Ekologi Umum (Terjemahan). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Michael, P. 1993. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.
Jakarta: Penerbit UI.
Odum, P. 1995. Dasar-Dasar Ekologi (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Wiryanto, A P. 2001. Peranan Plankton Di Dalam Ekosistem Perairan Indonesia,
Lautan Red Tide. Pusat Penelitian Oseanografi (POG) Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.

Laporan Produktivitas Primer 19


LAMPIRAN

Perhitungan DO menggunakan rumus:

Perhitungan DO Awal:

Perhitungan DO Akhir (terang):

Perhitungan DO Akhir (gelap):

Laporan Produktivitas Primer 20


Perhitungan kadar fotosintesis:
Fotosintesis = DO Akhir terang – DO Awal = 5,04 – 4,227 = 0,81 mg/l

Perhitungan kadar respirasi:


Respirasi = DO Akhir gelap – DO Awal = 4,87 – 4,227 = 0,64 mg/l

Perhitungan produktivitas primer:


Produktivitas primer = Fotosintesis – Respirasi = 0,17 mg/l

Perhitungan produktivits total:


Produktivitas total = Fotosintesis + Respirasi = 1,45 mg/l

Laporan Produktivitas Primer 21

Anda mungkin juga menyukai