Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGOLAHAN LIMBAH B3
“Studi Kasus Kecelakaan Kerja Di PT Energi
Agro Nusantara (ENERO)”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
KELAS : VA
NAMA :

1. RAPDO SAHALANA SILABAN 20 644 001


2. ERMA WATI SOLINA 20 644 004
3. SEKAR AFIFAH NUR HALIMAH 20 644 010
4. RINDY MAULIDDINA 20 644 019
5. AMELIA RISKI 20 644 047

S-1 TERAPAN TEKNOLOI KIMIA INDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2022
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Studi Kasus Kecelakaan Kerja Di PT Energi Agro Nusantara (ENERO)”
ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Firman, S.T., M.Eng pada mata kuliah Teknologi Pengolahan Limbah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Peraturan Pemerintah yang membahas tentang baku mutu limbah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Firman, S.T., M.Eng
selaku dosen Teknologi Pengolahan Limbah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 19 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II ISI .................................................................................................................. 3
2.1 Limbah B3 ............................................................................................................. 3
2.2 Profil Perusahaan ................................................................................................... 4
2.3 Studi Kasus............................................................................................................. 4
2.4 Penanganan Masalah.............................................................................................. 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................................ 9
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan pembangunan industri, di samping memberikan


dampak positif, di sisi lain akan memberikan dampak negatif berupa
pencemaran salah satunya adalah pencemaran dari timbulnya limbah B3
sebagai produk samping pada proses industri.

Manufaktur

Prasarana

Agroindustri

Pertambangan Energi&Migas

0 500 1000 1500 2000 2500 3000


Industri

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


menunjukkan sebanyak 2.897 industri sektor manufaktur menghasilkan
limbah B3 pada tahun lalu. Kemudian, sektor prasarana menghasilkan
limbah B3 yang berasal dari 2.406 industri. Lalu, sebanyak 2.103 industri
sektor pertanian (agroindustri) menghasilkan limbah B3, dan sektor
pertambangan energi dan migas menghasilkan limbah B3 sebanyak 947
industri.KLHK mencatat dari 60 juta ton limbah B3 yang dihasilkan oleh
indstri Indonesia pada tahun 2021.

Mengingat jumlah dan sifatnya yang berbahaya dan beracun,


pengelolaan limbah B3 perlu dilakukan dengan seksama, sehingga setiap
orang atau pelaku usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan terhadap limbah B3 yang dihasilkannya. Pengelolaan Limbah B3
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang

1
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pengelolaan limbah B3 terdiri dari penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Untuk memastikan
pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan tepat dan mempermudah
pengawasan, maka setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki
izin yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota, Gubernur, atau Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B3 ?
2. Bagaimana bahaya dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh limbah
B3?
3. Bagimana cara mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh limbah
B3?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah B3.


2. Untuk mengetahui bahaya dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh
limbah B3.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh
limbah B3.

2
BAB II

ISI

2.1 Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bahan
Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan
atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jurmlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Limbah B3 merupakan sisa usaha dan/atau kegiatan yang


mengandung B3. Limbah B3 dihasilkan dari kegiatan/usaha  baik dari sektor
industri, pariwisata, pelayanan kesehatan maupun dari domestik rumah
tangga. Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang mana dalam peraturan ini juga tercantum daftar
lengkap limbah B3 baik dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber
spesifik, serta limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk dan bekas kemasan B3 tepat nya pada
lampiran IX Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.  

Berdasarkan kategori bahayanya, limbah B3 dikelompokan menjadi


limbah B3 kategori 1 dan kategori 2. Limbah B3 kategori 1 adalah limbah
yang memiliki dampak akut (cepat / tiba-tiba) dan langsung terhadap
manusia, serta dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Limbah
kategori 2 merupakan limbah yang memiliki efek tidak akut (tunda) dan
memberikan dampak tidak langsung bagi manusia dan lingkungan hidup.
Kategori ini memiliki toksisitas yang cenderung bersifat sub-kronis atau
kronis (jangka panjang).

3
2.2 Profil Perusahaan

PT Energi Agro Nusantara (ENERO) merupakan anak perusahaan


dari PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) yang berlokasi di Mojokerto,
Jawa Timur tepatnya di Desa Gempolkrep, Kecamatan Gedeg. Dalam
pembangunannya pabrik ENERO menghabiskan dana investasi sebesar Rp
300 miliar dan ditargetkan mampu memproduksi 100 kiloliter produk perhari.
Bantuan dana investasi ini selain diperoleh dari Jepang, dana juga diperoleh
dari internal perseroan. Sedangkan mesin-mesin produksi pabrik juga
termasuk investasi dari Jepang.

PT Energi Agro Nusantara (ENERO) menjadi sebuah perusahaan


penghasil bioethanol fuel grade dengan kadar kemurnian 99,5% dan angka
oktan 120. Kebutuhan bahan baku tetes tebu (mollase) pabrik ini sebesar 400
ton/hari (120.000 ton/tahun) yang diperoleh dari 11 pabrik gula di wilayah
PTPN X. Sedangkan kapasitas produksi bioethanol PT Energi Agro
Nusantara (ENERO) mencapai 30.000 kiloliter/tahun. PT Energi Agro
Nusantara (ENERO) juga menghasilkan produk samping yang berupa
spentwash (vinnase) yang dapat diolah dengan proses anaerobik sehingga
menghasilkan biogas. Biogas yang dihasilkan pabrik ini mencapai 2 mW dan
digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik pada proses produksi.

Produksi PT Energi Agro Nusantara (ENERO) berasal dari molasses


sisa produksi gula PTPN X Gempolkrep. Molasses tersebut difermentasi
dengan yeast B 18 J-Alco untuk menghasilkan ethanol dengan konsentrasi
10%. Kemudian ethanol yang didapat dimurnikan dengan 4 stages falling film
evaporator, lalu dilanjutkan dengan distilasi untuk mendapatkan ethanol
dengan kemurnian 92%. Lalu ethanol didehidrasi untuk mendapatkan
kemurnian 99,5%.

2.3 Studi Kasus

Limbah yang diolah oleh PT ENERO terdiri dari dua jenis limbah,
yaitu spent less dan stillage. Spent less merupakan bottom product dari unit

4
distilasi dan stillage adalah bottom produk dari unit evaporator. Pada proses
selanjutnya kedua jenis limbah ini dicampur menjadi spent wash. Spent wash
ini kemudian diproses di unit pengolah limbah atau Waste Water Treatment
Process (WWTP). Pada unit ini limbah akan diolah menjadi biogas yang
selanjutnya digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik pada proses
produksi. Spent wash diolah melalui beberapa tahap salah satunya adalah
tahap pre settling dan anaerob digester. Pada bagian pre settling, Spent wash
akan dialirkan ke kolam pengendap untuk memisahkan pengotor yang belum
terpisahkan dari proses sebelumnya. Hasil dari proses ini dialirkan ke
anaerob digester untuk direduksi oleh mikroorganisme dalam keadaan
anaerob atau tanpa ada oksigen bebas yang masuk. Hasil akhir dari proses ini
adalah biogas yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk gas engine.
Namun, karena masih mengnadung impurities berbahaya seperti H 2S maka
biogas harus dibersihkan dengan Biological Scrubber.

Pada Sabtu (11/4/2020) lima pekerja di PT Energi Agro Nusantara


(ENERO), yaitu Beni Trio Sucahyo (30) karyawan PT Energi Agro Nusantara
(ENERO) bagian Divisi Biogas Plant, Adhi Bayu Nugraha (30) karyawan PT
Energi Agro Nusantara (ENERO) bagian Divisi Biogas Plant, Rudik (45)
karyawan PT Energi Agro Nusantara (ENERO) bagian Helper, M. Jainun
(45) karyawan PT Energi Agro Nusantara (ENERO sebagai Kepala
Keamanan, dan Khoirul Hidayat (28). Pada pukul 08.00 kelima nya
melakukan kegiatan pembersihan kolam pre settling yang berada di unit
pengolahan limbah. Kolam pengendapan berisi slurry campuran spentwash
dan yeast. Kolam pre settling tersebut berukuran 4x10 meter persegi dengan
kedalaman lumpur mencapai 60-80 cm.

Pada pukul 08.30 tiga diantara pekerja tersebut, yaitu Beni Trio
Sucahyo, Adhi Bayu Nugraha, dan Rudik pingsan dan terjatuh ke dalam
kolam pengendapan dan tersedak oleh lumpur sehingga mengakibatkan gagal
nafas. Tim laboratorium forensik telah melakukan uji pada lumpur yang
berada pada kolam pengendapan di 3 titik yang berbeda dan hasilnya terdapat

5
gas H2S pada lumpur kolam pengendapan selain itu juga ditemukan adanya
gas H2S di dalam tubuh korban. Ketiga karyawan tersebut pingsan karena
menghirup gas hidrogen sulfida (H2S) yang berasal dari kebocoran tabung
presettling yang berada di sekitar kolam pengendapan. Kejadian ini
menyebabkan 3 karyawan tewas dan 2 karyawan harus menjalani perawatan
karena menghirup gas hidrogen sulfida. Kasat Rreskrim Polres Kota
(Polresta) Mojokerto, AKP Sodik Efendi mengungkapkan, satu orang yang
menyandang status tersangka, yaitu pegawai PT Enero yang menjabat sebagai
supervisor Divisi Biogas bagian kolam pengolahan bioethanol. Setelah
petugas melakukan serangkaian penyelidikan pasca insiden kecelakaan kerja
di PT ENERO, penyidik kepolisisan menemukan adanya pelangaran Standard
Operasional Prosedur (SOP) dalam proses pengolahan limbah, salah satunya
tersangka tidak mengingatkan para pekerja untuk memakai alat pelindung diri
(APD).

H2S (hidrogen sulfida) merupakan gas yang tidak berwarna, beracun,


mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari
aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa
oksigen. Berdasarkan lampiran IX Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
H2S termasuk salah satu limbah B3 yang tergolong dalam kategori bahaya
tingat 1, yaitu limbah yang memiliki dampak kuat (cepat/tiba-tiba) dan
langsung terhadap manusia, serta dampak negativ bagi lingkungan hidup. H 2S
memiliki berat molekul yang lebih besar dari udara sehingga cenderung
berkumpul dan diam pada daerah yang rendah. Inilah sebabnya gas H 2S
ditemukan di dalam lumpur kolam pengendapan.

Jalur utama paparan gas ini adalah menghirup gas yang cepat terserap
oleh paru-paru. Penyerapan melalui kulit sangat minim. Bau “telur busuk”
hidrogen sulfida dapat tercium pada konsentrasi rendah di udara. Namun,
dengan paparan tingkat rendah terus-menerus, atau pada konsentrasi tinggi,
seseorang akan kehilangan kemampuannya untuk mencium gas meskipun

6
masih ada (penciuman kelelahan). Selain itu, pada konsentrasi yang tinggi
dapat menyebabkan syok, kejang, ketidakmampuan untuk bernapas, pingsan,
koma hingga kematian. Efeknya terjadi dalam beberapa tarikan napas, dan
mungkin sekali menarik nafas.

Dengan melihat betapa bahayanya dampak negativ yang ditimbulkan


oleh H2S maka hendaknya dalam pelaksanaan operasi dijalankan sesuai
dengan Standard Operasional Prosedur (SOP) dan dengan penerapan K3
yang tinggi untuk mencegah dan menghindari kejadian kecelakaan kerja yang
berakibat fatality. Dari kejadian di PT Enero dapat dilihat bahwa kecelakaan
kerja terjadi disebabkan adanya pelanggaran terhadap SOP dimana operasi
tidak dijalankan sesuai dengan prosedur ditambah dengan rendahnya
penerapan K3 dan pemakaian alat perlindungan diri (APD) oleh pekerja.

2.4 Penanganan Masalah

Ditinjau dari kasus kecelakaan kerja yang terjadi di PT ENERO


hingga mengakibatkan korban jiwa, penyebab terjadinya kecelakaan tersebut
adalah pelanggaran terhadap Standard Operasional Prosedur (SOP) dan
penerapan K3. Maka dari itu perlu adanya evaluasi terhadap penerapan SOP
dan K3 pada industri tersebut.

Keberadaan K3 dan SOP pada industri merupakan hal yang sangat


penting. Penerapan K3 dan SOP bertujuan untuk melindungi karyawan dari
berbagai macam bahaya kerja. Menjaga keselamatan kerja karyawan adalah
tugas dari perusahaan, selain bisa memastikan kondisi karyawan dalam
keadaan baik, penerapan K3 dan SOP dapat mencegah kerugian fisik dan
finansial bagi perusahaan maupun karyawan. K3 dan SOP di perusahaan
bertujuan agar karyawan dapat bekerja dalam kondisi yng sehat, nyaman, dan
aman sehingga dapat terus mendorong produktivitas perusahaan. Untuk itu
diperlukan kemauan, komitmen, dan kerja sama yang baik antara karyawan
dan perusahaan sendiri dalam rangka penerapan K3 dan SOP.

Ditinjau dari Utilitarianisme, PT ENERO perlu mengevaluasi

7
keseimbangan dampak positif dan dampak negatif dari suatu tindakan.
Menganalisis risiko bahaya dan juga keuntungan sehingga tidak terjadi
kerugian bagi perusahaan, karyawan, dan masyarakat di sekitar industry.
Sehingga kecelakaan kerja di kemudian hari dapat dihindari dengan cara
melakukan peninjauan kembali pada K3 dan SOP di PT ENERO.

Ditinjau dari Etika Kewajiban, PT ENERO perlu dan berkewajiban


mengvaluasi kejadian kecelakaan kerja yang telah terjadi seperti pada saat
terjadi kebocoran gas H2S. Dengan kejadian tersebut PT ENERO diharapkan
mengambil pembelajaran untuk memperhatikan penerapan K3 dan SOP
dengan ketat karena karyawan bekerja dengan proses yang menghasilakan gas
beracun seperti H2S dan juga memberikan arahan atau peatihan untuk
menghadapi kecelakaan kerja tersebut.

Ditinjau dari Etika Moralitas, PT ENERO perlu memberikan arahan


dan sosialisasi kepada para pegawi mengenai pentingnya K3 dan SOP saat
berada pada lingkungan kerja, selalu mengingatkan dan memberikan sanki
tegas kepada pegawai jika ada yang lalai dan tidak memperhatikanK3 dan
SOP yang berlaku.

Ditinjau dari Etika Hak, PT ENERO perlu bertanggungjawab dan


memberikan hak kepada korban dari kecelakaan kerja kebocoran gas H2S
baik secara materi seperti kompensasi dan psikis kepada korban jiwa dan
korban luka seperti menanggung biaya perawatan dan memeberikan bantuan
kepada keluarga yang ditinggalkan.

2.5

8
BAB III
KESIMPULAN

Limbah B3 merupakan sisa usaha dan/atau kegiatan yang


mengandung B3. Limbah B3 dihasilkan dari kegiatan/usaha  baik dari sektor
industri, pariwisata, pelayanan kesehatan maupun dari domestik rumah
tangga. Mengingat sifatnya yang sangat berbahaya, maka perlu adanya
pengelolaan dan pengendalian yang tepat terhadap limbah B3 yang wajib
dilakukan oleh penghasil limbah B3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dilihat dari kasus kecelakaan yang terjadi di PT ENERO ini ada


beberapa hal yang harus dikaji ulang hingga kecelakaan tersebut tidak akan
terjadi lagi khusus nya dalan pentingnya penerapan Standard Operation
Procedure (SOP) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri
ini. Diperlukan kemauan, komitmen, dan kerja sama yang baik antara
karyawan dan perusahaan sendiri dalam rangka penerapan K3 dan SOP.

9
DAFTAR PUSTAKA

Habibi, M.R. 2018. Laporan Kerja Praktek PT Energi Agro Nusantara. URL :
https://www.scribd.com/document/389470040/Laporan-Kp-Pt-Enero-
Bramantyoa-fajarpp. Diakses pada 19 November 2022 Pukul 10.02
WITA.
Karina Norhadini. 2020. Supervisor Pabrik Bioethanol PT ENERO tersangka laka
Kerja. URL : https://jatimnet.com/supervisor-pabrik-bioethanol-pt-enero-
tersangka-laka-kerja. Diakses pada 19 November 2022 Pukul 15.03
WITA.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Universal Eco. 2020. Limbah B3 Berdasarkan Kategori dan Sumbernya. URL :
https://www.universaleco.id/blog/detail/jenis-kemasan-limbah-b3-cara-
daur-ulang/81. Diakses pada 19 November 2022 pukul 13.54 WITA.
Veronika Adyani. 2020. Mengenal B3 dan Limbah B3. URL :
https://dlhk.jogjaprov.go.id/mengenal-b3-dan-limbah-b3. Diakses pada
19 November 2022 Pukul 13.40 WITA.
Vika Azkiya Dihni. 2022. Indonesia hasilkan 60 Juta Ton Limbah B3 pada 2021.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/09/indonesiahasilkan
-60-juta-ton-limbah-b3-pada-2021. Diakses pada 19 November 2022
Pukul 15.06 WITA.

10

Anda mungkin juga menyukai