Disusun Oleh:
2. Gambaran Epidemiologi
Dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE) yang dilakukan ternyata kasus difteri
telah terdeteksi mulai 28 Agustus 2017 dengan jumlah 1 penderita. Namun pada
tanggal 9 September 2017 keluarga mengajukan permintaan rawat jalan karena
kondisi pasien mulai membaik.
B. Tinjauan Pustaka
Difteri adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi di selaput lendir
hidung dan tenggorokan. Bakteri yang menginfeksi bernama Corynebacterium
diphtheriae. Umumnya penyakit difteri diawali dengan rasa sakit di tenggorokan,
demam, lemas, hingga membengkaknya kelenjar getah bening.
Bakteri penyebab difteri bekerja dengan cara membunuh sel-sel sehat dalam
tenggorokan dengan racun yang ia hasilkan, sehingga sel-sel tersebut mati. Kumpulan sel
mati ini kemudian membentuk lapisan abu-abu pada tenggorokan. Racun dan bakteri
juga dapat menyebar ke aliran darah, sehingga menyebabkan jantung, ginjal, dan sistem
saraf menjadi rusak.
E. Pemastian KLB
Dalam laporan tidak disebutkan adanya pemastian KLB. Bisa jadi dikarenakan
kriteria KLB Difteri adalah apabila ditemukannya minimal satu kasus Difteri Klinis.
Deskripi dari klinis kasus difteri adalah penyakit yang ditandai dengan laringitis atau
faringitis atau tonsilitis, dan membran adheren (tidak mudah lepas) pada tonsil, faring
dan/atau hidung. Atau kasus yang menunjukkan adanya gejala demam, sakit menelan,
dan pseudomembran putih keabu-abuan, yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah.
Besar kemungkinan bahwa KLB Difteri terjadi dikarenakan adanya Immunity Gap dalam
populasi. Hal ini menjadi faktor risiko penularan menjadi tinggi, diantaranya karena
akumulasi kelompok yang rentan terhadap difteri karena faktor tidak di imunisasi atau
tidak lengkap mendapatkan imunisasi.
F. Deskripsi KLB
Tidak terdapat penjelasan
I. Rekomendasi
1. Meningkatkan cakupan imunisasi DPT-HB-Hib rutin <95% dan imunisasi DT dan
Td anak sekolah (BIAS), hal ini dapat dilakukan pada bulan September dan
Nopember yang secara kebetulan bertepatan dengan BIAS tahun 2017.
2. Pengadaan alat pengukur suhu dan kartu kontrol suhu untuk Cold chain di
Puskesmas Likupang.
3. Peningkatan kapasitas semua SDM pelaksana program imunisasi dan cold chain di
tingkat Puskesmas Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara termasuk peningkatan
kapasitas SDM (bukan hanya pelaksana surveilans) untuk melakukan PE KLB
melalui Pelatihan PE Penyakit Menular Potensial KLB.
4. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap KLB Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) secara umum.
5. Meningkatkan akurasi data cakupan imunisasi secara kumulatif maupun per desa di
Puskesmas Likupang dengan melakukan validasi data secara triwulan.
6. Peningkatan peran kader dan masyarakat melalui KIE tentang Imunisasi dan
koordinasi dengan lintas sektor yaitu Kepala Desa dan Camat.
7. Meningkatkan koordinasi dengan Toga dan Toma terkait pentingnya imunisasi bagi
bayi/balita.