Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MANAJEMEN KEJADIAN LUAR BIASA

LAPORAN INVESTIGASI KLB

“Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB Suspek Difteri di Wilayah Puskesmas Likupang


Kec. Likupang Timur Kab. Minahasa Utara (September 2017)”

Disusun Oleh:

1. Prita Juharmanik 101711123011


2. Tiwik Suci Pertiwi 101711123027
3. Retno Widyarti 101711123036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
A. Kronologi Kejadian
1. Gambaran Umum Lokasi Kejadian
Kecamatan Likupang Timur terletak pada Kabupaten Minahasa Utara. Berikut peta
geografisnya.
Gambar 1. Peta Administratif Provinsi Sulawesi Utara

2. Gambaran Epidemiologi
Dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE) yang dilakukan ternyata kasus difteri
telah terdeteksi mulai 28 Agustus 2017 dengan jumlah 1 penderita. Namun pada
tanggal 9 September 2017 keluarga mengajukan permintaan rawat jalan karena
kondisi pasien mulai membaik.

3. Kronologis Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri


a. Pada tanggal 4 September 2017 pukul 13.00 WITA , Tim Surveilans Dinas
Kesehatan Kota Manado menerima laporan dari Tim Gerak Cepat (TGC) RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou bahwa ada suspek difteri baru masuk ke IGD RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou yang selanjutnya dipindahkan untuk dirawat di ruang
isolasi Irina E. Alamat dari penderita yaitu Desa Pulisan Kec. Likupang Timur
Kab. Minahasa Utara dengan inisial pasien RA umur 7 tahun.
b. Berdasar laporan tersebut, Tim Surveilans Provinsi segera memberi informasi
melalui telepon ke TGC Kab. Minahasa Utara dan melakukan koordinasi
langsung ke TGC Provinsi lainnya (bagian lab/Balai Penunjang Pelayanan
Kesehatan/BPPK) pada pukul 13.45 WITA untuk persiapan PE ke RSUP Prof.
Kandou untuk pengambilan spesimen oleh petugas laboratorium.
c. Setelah melakukan koordinasi, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkesda
Provinsi Sulawesi Utara memutuskan bahwa Tim Surveilans Dinkesda Provinsi
Sulawesi Utara bersama Tim BPPK harus segera melakukan PE ke RSUP Prof.
Dr. Kandou dan ke alamat penderita suspek difteri di Desa Pulisan Kec.
Likupang Timur, Kab. Minahasa Utara.
d. Anggota TGC dari program lain seperti Program Promkes dan Program
Kesehatan Anak belum bergabung untuk melakukan PE.
e. Persiapan logistik seperti APD (masker) dan obat-obatan seperti Erytromicin
dipersiapkan melalui permintaan ke Instalasi Farmasi Dinkesda Prov. Sulut serta
Anti Difteri Serum (ADS), sedangkan bahan laboratorium seperti media amis,
dll dipersiapkan oleh BPPK.

B. Tinjauan Pustaka
Difteri adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi di selaput lendir
hidung dan tenggorokan. Bakteri yang menginfeksi bernama Corynebacterium
diphtheriae. Umumnya penyakit difteri diawali dengan rasa sakit di tenggorokan,
demam, lemas, hingga membengkaknya kelenjar getah bening.
Bakteri penyebab difteri bekerja dengan cara membunuh sel-sel sehat dalam
tenggorokan dengan racun yang ia hasilkan, sehingga sel-sel tersebut mati. Kumpulan sel
mati ini kemudian membentuk lapisan abu-abu pada tenggorokan. Racun dan bakteri
juga dapat menyebar ke aliran darah, sehingga menyebabkan jantung, ginjal, dan sistem
saraf menjadi rusak.

C. Rencana Persiapan Penyelidikan


1. Investigasi di lapangan.
2. Wawancara dengan orang tua penderita, pelaksana program imunisasi, dan
pelaksana program surveilans tingkat puskesmas, kontak di sekolah, medis dan
paramedis yang merawat di rumah sakit.
3. Dukungan laboratorium melalui pengambilan dan pemeriksaan spesimen swap
hidung dan tenggorokan pada penderita dan swap hidung kontak.
D. Pemastian Kasus
Pada tanggal 4 September 2017 terdapat suspek difteri yang masuk ke IGD RSUP
Prof. Kandou yang selanjutnya dipindahkan untuk dirawat di ruang isolasi Irina E.
Selanjutnya laporan tersebut langsung di proses oleh Tim Surveilans Provinsi untuk
segera memberi informasi melalui telepon ke TGC Kab. Minahasa Utara dan melakukan
koordinasi langsung ke TGC provinsi lainnya untuk persiapan PE ke RSUP Prof.
Kandou untuk pengambilan spesimen oleh petugas laboratorium.

E. Pemastian KLB
Dalam laporan tidak disebutkan adanya pemastian KLB. Bisa jadi dikarenakan
kriteria KLB Difteri adalah apabila ditemukannya minimal satu kasus Difteri Klinis.
Deskripi dari klinis kasus difteri adalah penyakit yang ditandai dengan laringitis atau
faringitis atau tonsilitis, dan membran adheren (tidak mudah lepas) pada tonsil, faring
dan/atau hidung. Atau kasus yang menunjukkan adanya gejala demam, sakit menelan,
dan pseudomembran putih keabu-abuan, yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah.
Besar kemungkinan bahwa KLB Difteri terjadi dikarenakan adanya Immunity Gap dalam
populasi. Hal ini menjadi faktor risiko penularan menjadi tinggi, diantaranya karena
akumulasi kelompok yang rentan terhadap difteri karena faktor tidak di imunisasi atau
tidak lengkap mendapatkan imunisasi.

F. Deskripsi KLB
Tidak terdapat penjelasan

G. Upaya Penanggulangan yang Sudah Dilakukan


1. PE dilakukan di RSUP Prof. Kandou, rumah penderita, dan di sekolah.
2. Pemberian ADS pada penderita dan kepada kontak diberikan Erytromicin sesuai
dosis.
3. Surveilans ketat selama KLB Difteri berlangsung oleh TGC Dinas Kesehatan Kab.
Minahasa Utara dan Puskesmas Likupang.
4. Pengawasan dan pemantauan terhadap manajemen vaksin di setiap tingkatan.
5. Penyuluhan kepada masyarakat jika ada yang mengalami gejala penyakit difteri agar
segera berobat ke puskesmas.
H. Kesimpulan
1. Telah terjadi KLB Suspek Difteri di Desa Pulisan Kec. Likupang Timur Kab.
Minahasa Utara, dengan dilaporkannya 1 (satu) kasus difteri klinis (usia 7 tahun)
dengan status imunisasi sesuai dengan pengakuan orang tua adalah lengkap (tidak
dibuktikan dengan KMS).
2. Kontak kasus terdiri dari kontak serumah, yaitu 3 (tiga) orang dan kontak teman
sekolah ada 8 orang (teman kelas 7 orang dan 1 orang wali kelas) dengan status
imunisasi ada yang tidak lengkap.
3. Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib, DT dan Td di Desa Pulisan Kec. Likupang Timur
dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir masih rendah (<80%).
4. Cold chain di Puskesmas Likupang tidak memiliki kartu kontrol suhu sebagai salah
satu bagian SOP dari manajemen rantai dingin vaksin.
5. Pelaksana program Imunisasi di Puskesmas Likupang masih baru (mulai tahun
2017).
6. Hasil laboratorium swap hidung dan tenggorokan pada penderita adalah Negatif
Corynebacterium diphtheriae.
7. Hasil laboratorium swap hidung pada kontak serumah (ayah, ibu, dan kakek) semua
Negatif Corynebacterium diphtheriae, tetapi pada hasil laboratorium ayah
penderita ditemukan jenis bakteri lain yang satu famili dengan Corynebacterium
yaitu Corynebacterium pseudodiptheriticum, berbeda spesies dengan diphteriae.
Kemungkinan bakteri spesies pseudodiphtheriticum ini dapat menginfeksi
penderita yang memiliki kekebalan tubuh rendah. Kemungkinan dapat menimbulkan
demam, kemungkinan muncul pseudomembran putih seperti gejala pada kasus
difteri.
8. Hasil laboratorium swap hidung pada kontak teman sekolah dari penderita semua
Negatif Corynebacterium diphteriae.

I. Rekomendasi
1. Meningkatkan cakupan imunisasi DPT-HB-Hib rutin <95% dan imunisasi DT dan
Td anak sekolah (BIAS), hal ini dapat dilakukan pada bulan September dan
Nopember yang secara kebetulan bertepatan dengan BIAS tahun 2017.
2. Pengadaan alat pengukur suhu dan kartu kontrol suhu untuk Cold chain di
Puskesmas Likupang.
3. Peningkatan kapasitas semua SDM pelaksana program imunisasi dan cold chain di
tingkat Puskesmas Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Utara termasuk peningkatan
kapasitas SDM (bukan hanya pelaksana surveilans) untuk melakukan PE KLB
melalui Pelatihan PE Penyakit Menular Potensial KLB.
4. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap KLB Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) secara umum.
5. Meningkatkan akurasi data cakupan imunisasi secara kumulatif maupun per desa di
Puskesmas Likupang dengan melakukan validasi data secara triwulan.
6. Peningkatan peran kader dan masyarakat melalui KIE tentang Imunisasi dan
koordinasi dengan lintas sektor yaitu Kepala Desa dan Camat.
7. Meningkatkan koordinasi dengan Toga dan Toma terkait pentingnya imunisasi bagi
bayi/balita.

J. Kritisi Kekurangan Data Pada Laporan KLB


Dari laporan Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB Suspek Difteri di Wilayah
Puskesmas Likupan Kec. Likupang Timur Kab. Minahasa Utara pada September 2017,
kelompok kami menilai terdapat beberapa kekurangan pada laporan tersebut.
Diantaranya:
1. Tidak adanya gambaran umum fasilitas kesehatan yang tersedia di daerah
Kecamatan Likupang Timur.
2. Dari rencana persiapan penyelidikan KLB hanya dijelaskan metode-metode yang
digunakan dalam pengumpulan data dan pengambilan sampel. Belum dicantumkan
mengenai metode analisis data dan rancangan penelitian yang akan dilakukan seperti
terkait batasan wilayah penyelidikan dan daftar sasaran penyelidikan KLB secara
jelas.
3. Tidak adanya deskripsi KLB menurut tempat, waktu, dan orang.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. 2018. Kumpulan Laporan Penyelidikan
Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Anda mungkin juga menyukai