Anda di halaman 1dari 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI AWAL


BERDASARKAN METODE RUNGE-KUTTA
ORDE SATU, DUA, TIGA, DAN EMPAT

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Matematika
Program Studi Matematika

Oleh :

LINDA KUSUMAWATI

NIM : 173114054

PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2022
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI AWAL


BERDASARKAN METODE RUNGE-KUTTA
ORDE SATU, DUA, TIGA, DAN EMPAT

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Matematika
Program Studi Matematika

Oleh :

LINDA KUSUMAWATI

NIM : 173114054

PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2022

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NUMERICAL SOLUTIONS TO INITIAL VALUE PROBLEMS


BASED ON FIRST, SECOND, THIRD, AND FOURTH
ORDER RUNGE-KUTTA METHODS

Final Project

Presented as a Partial Fulfillment of the Reguirements


to Obtain the Degree of Sarjana Matematika
Mathematics Study Program

Written by:
Linda Kusumawati
Student ID: 173114054

MATHEMATICS STUDY PROGRAM


DEPARTMENT OF MATHEMATICS
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2022

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan terima kasih, kupersembahkan tugas akhir ini
untuk Tuhanku Allah SWT dan Nabiku Muhammad SAW yang selalu
memendampingiku dalam keadaan susah dan senang. Atas bantuan-Nya lah tugas
akhir ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya kekurangan suatu
apapun.

Papi dan Mamiku tercinta mereka adalah orang tua hebat yang selalu
memberikanku doa, semangat, motivasi hidup dan belajar selama aku kuliah
hingga lulus kini, dan cinta tulus serta support dari Kakakku Mbak Merryana
yang dapat membuatku bisa bertahan sampai sejauh ini.

Mas Okky Yodi yang tak pernah absen mendampingiku dalam suka duka dan
selalu memberikan semangat, motivasi, dan keyakinan untuk bisa menyelesaikan
tugas akhir ini sehingga kami dapat lulus bersama-sama dengan tepat waktu.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar Pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Januari 2022

Penulis,

Linda Kusumawati

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN


AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Linda Kusumawati
Nomor Mahasiswa : 173114054

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma suatu karya ilmiah yang berjudul :

PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI AWAL BERDASARKAN


METODE RUNGE-KUTTA ORDE SATU, DUA, TIGA, DAN EMPAT

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk keperluan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 26 Januari 2022
Yang menyatakan,

Linda Kusumawati

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Masalah nilai awal adalah persamaan diferensial yang dilengkapi dengan


serangkaian kendala yang disebut dengan kondisi awal. Kondisi awal adalah suatu
nilai fungsi solusi atau turunan fungsi solusi yang diberikan pada titik awal.
Masalah nilai awal dapat diselesaikan secara analitis dan numeris, namun secara
umum penyelesaian secara analitis sulit untuk ditentukan. Oleh karena itu, dalam
tugas akhir ini, penulis akan membahas masalah nilai awal yang akan diselesaikan
dengan menggunakan metode numeris. Metode numeris yang digunakan adalah
metode Runge-Kutta orde satu, dua, tiga, dan empat. Metode Runge-Kutta
digunakan untuk mendapatkan perkiraan solusi dari persamaan diferensial biasa
yang akan disimulasikan menggunakan bahasa pemrograman, misalnya
MATLAB. Skema metode Runge-Kutta memberikan solusi yang akurat, sesuai
dengan ordenya.

Kata kunci: Persamaan diferensial biasa, masalah nilai awal, metode Runge-
Kutta.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Initial value problems are differential equation equipped with a series of


constraints called initial conditions. The initial condition is a value of the solution
function or the derivative of the given solution function at the initial point. The
initial value problem can be solved analytically and numerically, but in general,
analytical solutions are difficult to determine. Therefore, in this final project, the
writer will discuss the initial value problem which will be solved by using the
numerical methods. The numerical method used is the Runge-Kutta method of
first, second, third, and fourth order. The Runge-Kutta method is used to obtain
approximate solutions of ordinary differential equations that will be simulated
using programming language, such as MATLAB. The Runge-Kutta method
provides an accurate solution, as per its order.

Keywords: Ordinary differential equation, initial value problem, Runge-Kutta


method.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yakni Allah
Subhanahu Wata’ala karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas akhir
dengan judul “Penyelesaian Numeris Masalah Nilai Awal Berdasarkan Metode
Runge-Kutta Orde Satu, Dua, Tiga, dan Empat” ini dapat penulis selesaikan.
Penulis menyusun tugas akhir ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Matematika pada Program Studi Matematika.
Selama penyusunan tugas akhir ini penulis telah melalui berbagai macam
kesulitan yang dialami. Akan tetapi dari semua itu telah penulis lalui dengan
adanya dukungan dari banyak pihak sehingga kesulitan yang penulis alami dapat
teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan sepenuh hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada beberapa pihak yang telah membantu,
diantaranya:

1. Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa menjaga dan menuntun


setiap langkah penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
2. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Bambang Purwadi dan Ibu
Endah Tri Redi Asih yang selalu memberikan dukungan lewat doa,
semangat, kasih sayang dari awal studi sampai selesai penyusunan
tugas akhir ini.
3. Bapak Prof. Ir. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku dosen
pembimbing tugas akhir dan Dekan FST Universitas Sanata Dharma
yang dengan sabar bersedia membimbing penulis dari awal
penyusunan hingga penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih atas
segala dukungan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama ini.
4. Bapak Y.G. Hartono, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Matematika
yang telah bersedia memberikan bimbingan, masukan, dan saran
selama penulis berkuliah di Universitas Sanata Dharma ini.
5. Segenap dosen Program Studi Matematika, khususnya dosen-dosen
yang telah mengajar, mendidik, dan membagikan ilmunya kepada

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulis sehingga penulis dapat belajar banyak hal dan dibekali ilmu
yang bermanfaat terkait dengan ilmu matematika selama kuliah.
6. Pendamping setia penulis yaitu Okky Yodi Dwi Purwanto yang selalu
mendoakan penulis, memberikan banyak solusi, membantu penulis
dengan penuh kesabaran, memotivasi dan mendampingi penulis
selama kuliah dan pada saat penyusunan tugas akhir sampai selesai.
7. Segenap staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pelayanan yang baik selama penulis meminjam referensi
untuk belajar selama kuliah dan selama penyusunan tugas akhir ini.
8. Segenap staf sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi yang telah
membantu memberikan pelayanan dengan baik selama penulis kuliah.
9. Teman-teman seperjuanganku selama kuliah di Matematika,
khususnya Angkatan 2017 serta teman satu dosen pembimbing, yaitu
Prisca, Melly, Oliv, Aryo, Pipin, Juli, Cyntia, Renfi, Vika, Austin, dll
yang bersedia menjadi teman belajar penulis selama kuliah.
10. Sahabat-sahabat alumni SMA N 3 Klaten yaitu, Rahma, Alifia, Anisa.
Mereka yang selalu setia memberikan motivasi, dukungan dan doa
selama 4 tahun menempuh kuliah dan dalam penyusunan tugas akhir
ini.
11. Teman-temanku kala INSADHA yaitu Erra, Romi, Filza, Frinda yang
setia membantu, memberikan dukungan dan semangat serta doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Kakak kandung Merryana Dewi Sekar Sari yang selalu mendoakan
dan memberikan semangat kepada penulis.

Yogyakarta, 17 Januari 2022

Penulis

Linda Kusumawati

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS .......................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ............................................ vii
ABSTRAK ……………………………………………………………………...viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
D. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
E. Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
F. Metode Penulisan ..................................................................................... 4
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................. 6
PERSAMAAN DIFERENSIAL .......................................................................... 6
A. Turunan .................................................................................................... 6
B. Persamaan Diferensial Secara Umum ...................................................... 8
C. Persamaan Diferensial Biasa .................................................................... 10
D. Persamaan Diferensial Linier dan Tak Linier .......................................... 15
E. Persamaan Diferensial Parsial .................................................................. 15
F. Masalah Nilai Awal................................................................................... 20

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III ................................................................................................................. 21


RUMUSAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE SATU, DUA, TIGA,
DAN EMPAT ....................................................................................................... 21

A. Rumusan Umum Metode Runge-Kutta Orde Satu ................................... 21


B. Rumusan Umum Metode Runge-Kutta Orde Dua ................................... 23
C. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Tiga .............................................. 26
D. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Empat ........................................... 26

BAB IV ................................................................................................................ 28
PENERAPAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE SATU, DUA, TIGA,
DAN EMPAT ....................................................................................................... 28

A. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Satu ............................................. 28


B. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Dua .............................................. 39
C. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Tiga ............................................. 51
D. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Empat .......................................... 66
E. Diskusi Perbandingan Error Metode Runge-Kutta Orde Satu, Dua, Tiga,
dan Empat ................................................................................................. 80

BAB V .................................................................................................................. 83
PENUTUP ............................................................................................................ 83

A. Kesimpulan .............................................................................................. 83
B. Saran ......................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85


LAMPIRAN ......................................................................................................... 86

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah nilai awal adalah persamaan diferensial yang dilengkapi dengan
serangkaian kendala yang disebut dengan kondisi awal atau syarat awal yang
diberikan dalam suatu masalah diferensial, dan solusi untuk masalah nilai awal
adalah suatu nilai atau fungsi yang juga memenuhi kondisi awal (Boyce &
DiPrima, 2012). Kondisi awal adalah turunan fungsi solusi di batas-batas titik
ujung kedua interval. Untuk mendapatkan solusi dari sistem persamaan diferensial
ada beberapa metode yang digunakan, salah satunya menggunakan metode
Runge-Kutta.

Setiap metode Runge-Kutta diturunkan dari metode Taylor yang sesuai


sedemikian sehingga final global error (galat global akhir) secara berurutan yaitu
𝑂(ℎ𝑁 ). Metode Runge-Kutta dapat dibangun untuk sembarang orde 𝑁, dan 𝑁
dapat dipilih suatu bilangan bulat positif tak nol yang besar sehingga kesalahan
yang dihasilkan akan kecil. Metode Runge-Kutta terdiri dari beberapa metode,
bergantung pada orde yang diketahui. Metode Runge-Kutta dengan orde atau
derajad satu biasa dikenal sebagai metode Euler, metode Runge-Kutta dengan
orde dua dikenal dengan metode Heun, selanjutnya metode Runge-Kutta orde
tiga, metode Runge-Kutta orde empat, sampai metode Runge-Kutta orde 𝑁
(Mathews & Fink, 1999).

Berikut ini adalah masing-masing bentuk umum dari metode Runge-Kutta orde
satu, Runge-Kutta orde dua, Runge-Kutta orde tiga, dan Runge-Kutta orde empat.

1) Metode Runge-Kutta Orde Satu atau Metode Euler (Chapra, 2012).


Diketahui 𝑦 ′ = 𝑓 (𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑎) = 𝑦0 .
Maka langkah umumnya yaitu:
𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + ℎ𝑓 (𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 ).
𝑏−𝑎
Untuk 𝑘 = (0, 1, 2, … , 𝑀 − 1), dengan ℎ = .
𝑀

Nilai ℎ disebut ukuran langkah.


2) Metode Runge-Kutta Orde Dua (Chapra, 2012).
Diketahui 𝑦 ′ = 𝑓 (𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0 .
Maka langkah umumnya yaitu:
𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
Prediktor: 𝑝𝑘+1 = 𝑦𝑘 + ℎ𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 )

Korektor: 𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + 2 (𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 ) + 𝑓 (𝑡𝑘+1 , 𝑝𝑘+1 )).
𝑏−𝑎
Untuk 𝑘 = (0, 1, 2, … , 𝑀 − 1), dengan ℎ = .
𝑀

Nilai ℎ disebut ukuran langkah.


3) Metode Runge-Kutta Orde Tiga (Chapra and Canale, 2010).
Diketahui 𝑦 ′ = 𝑓 (𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0 .
Maka langkah umumnya yaitu:
𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑘1 = 𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 )
ℎ ℎ
𝑘2 = 𝑓(𝑡𝑘 + 2 , 𝑦𝑘 + 2 𝑘1 )

𝑘3 = 𝑓 (𝑡𝑘 + ℎ, 𝑦𝑘 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )



𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + 6 [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ].
𝑏−𝑎
Untuk 𝑘 = (0, 1, 2, … , 𝑀 − 1), dengan ℎ = .
𝑀

Nilai ℎ disebut ukuran langkah.


4) Metode Runge-Kutta Orde Empat (Chapra, 2012).
Diketahui 𝑦 ′ = 𝑓 (𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0 .
Maka langkah umumnya yaitu:
𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑓1 = 𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 )
ℎ ℎ
𝑓2 = 𝑓(𝑡𝑘 + 2 , 𝑦𝑘 + 2 𝑓1 )
ℎ ℎ
𝑓3 = 𝑓(𝑡𝑘 + 2 , 𝑦𝑘 + 2 𝑓2 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

𝑓4 = 𝑓(𝑡𝑘 + ℎ, 𝑦𝑘 + ℎ𝑓3 )
ℎ(𝑓1 +2𝑓2 +2𝑓3 +𝑓4 )
𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + .
6

Dengan metode Runge-Kutta didapatkan perkiraan-perkiraan solusi dari solusi


eksak persamaan diferensial biasa yang paling akurat dari keempat orde. Metode
ini akan menghasilkan pendekatan secara numeris untuk menunjukkan keakuratan
dan efisiensi dari algoritma yang dikembangkan.

B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana menyusun rumusan umum metode Runge-Kutta orde satu, dua,
tiga, dan empat?
2. Bagaimana menyelesaikan persamaan diferensial menggunakan metode
Runge-Kutta orde satu, dua, tiga, dan empat?

C. Batasan Masalah
Pembahasan masalah dalam tugas akhir ini akan dibatasi oleh beberapa hal
sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan adalah metode Runge-Kutta orde satu, dua, tiga, dan
empat.
2. Data yang digunakan berasal dari referensi literatur.
3. Aplikasi pengolahan data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah bahasa
pemrograman MATLAB.

D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Menyusun rumusan umum metode Runge-Kutta orde satu, dua, tiga, dan
empat.
2. Menerapkan metode Runge-Kutta orde satu, dua, tiga, dan empat untuk
menyelesaikan beberapa persamaan diferensial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Dengan menggunakan metode Runge-Kutta didapatkan solusi masalah nilai
awal.
2. Metode Runge-Kutta dapat diterapkan pada masalah-masalah terkait
persamaan diferensial atau pada pemodelan matematika.

F. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode
studi pustaka, yaitu dengan mempelajari beberapa bagian materi dari buku dan
jurnal-jurnal matematika yang digunakan sebagai bahan acuan dan menggunakan
bantuan program komputer khususnya program MATLAB.

G. Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penuliasan
F. Metode Penulisan
G. Sistematika Penulisan

BAB II: PERSAMAAN DIFERENSIAL

A. Turunan
B. Persamaan Diferensial Secara Umum
C. Persamaan Diferensial Biasa
D. Persamaan Diferensial Linier dan Tak Linier
E. Persamaan Diferensial Parsial
F. Masalah Nilai Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III: RUMUSAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE SATU, DUA, TIGA,

DAN EMPAT

A. Rumusan Umum Metode Runge-Kutta Orde Satu


B. Rumusan Umum Metode Runge-Kutta Orde Dua
C. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Tiga
D. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Empat

BAB IV: PENERAPAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE SATU, DUA,

TIGA, DAN EMPAT

A. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Satu


B. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Dua
C. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Tiga
D. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Empat
E. Diskusi Perbandingan Error Metode Runge-Kutta Orde Satu, Dua, Tiga,
dan Empat

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dibahas definisi turunan, contoh dari turunan,
pengertian dari persamaan diferensial secara umum, pengelompokan persamaan
diferensial berdasarkan jenis persamaan atau banyaknya variabel bebas yaitu
persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial, pengertian masalah
nilai awal dan masalah nilai batas.

A. Turunan
Dalam subbab ini akan dijelaskan definisi turunan dan contoh dari turunan.
Definisi 2.1 (Purcel, et al., 2003)
Turunan dari sebuah fungsi 𝑓 adalah fungsi yang diberi lambang 𝑓′ (dibaca “𝑓
aksen”) dan didefinisikan sebagai berikut:
𝑓 (𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
asalkan limit ini ada dan bukan ∞ atau −∞.
Jika 𝑓′(𝑥) bisa diperoleh, 𝑓 dikatakan dapat diturunkan atau dengan kata lain 𝑓
terdiferensial di 𝑥. 𝑓′(𝑥) disebut turunan dari 𝑓 terhadap 𝑥.
Notasi dari suatu turunan dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑑 𝑑𝑦
𝑓 ′ (𝑥 ) , 𝑦 ′ , [𝑓(𝑥)], .
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Semua notasi di atas sama-sama menyatakan turunan dari fungsi 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ).
Secara umum, notasi suatu turunan dari fungsi 𝑦 terhadap 𝑥 dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝑦 ′, 𝑦 ′′ , 𝑦 ′′′, 𝑦 ′′′′, … dst.
𝑦 (1), 𝑦 (2) , 𝑦 (3) , 𝑦 (4) , … dst.
𝑑𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑3 𝑦 𝑑4 𝑦
, , , , … dst.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 3 𝑑𝑥 4

Berikut ini adalah beberapa contoh penyelesaian dari suatu turunan.

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Contoh 2.2
Carilah 𝑓 ′(𝑥 ) jika 𝑓 (𝑥 ) = 13𝑥 − 6
Solusi:
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
𝑓 ′(𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ
(13(𝑥+ℎ)−6)−(13𝑥−6)
= lim ( )
ℎ→0 ℎ
((13𝑥+13ℎ)−6)−(13𝑥−6))
= lim ( )
ℎ→0 ℎ
13ℎ
= lim
ℎ→0 ℎ

= lim 13
ℎ→0

= 13
Contoh 2.3
Carilah 𝑓 ′(𝑥 ) jika 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 + 7𝑥
Solusi:
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
𝑓 ′(𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ

[(𝑥+ℎ)3 +7(𝑥+ℎ)]−[𝑥 3 +7𝑥]


= lim
ℎ→0 ℎ
(𝑥 3 +3𝑥 2 ℎ+3𝑥ℎ2 +ℎ3 +7𝑥+7ℎ)−(𝑥 3 +7𝑥)
= lim ( )
ℎ→0 ℎ

3𝑥 2 ℎ+3𝑥ℎ2 +ℎ3 +7ℎ


= lim ( )
ℎ→0 ℎ

ℎ(3𝑥 2 +3𝑥ℎ+ℎ 2 +7)


= lim ( )
ℎ→0 ℎ

= lim (3𝑥 2 + 3𝑥ℎ + ℎ2 + 7)


ℎ→0

= 3𝑥 2 + 7
Contoh 2.4
Carilah 𝑓 ′(𝑥 ) jika 𝑓 (𝑥 ) = √𝑥 , 𝑥 > 0.
Solusi:
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
𝑓 ′(𝑥 ) = lim
ℎ→0 ℎ

√𝑥+ℎ−√𝑥
= lim ( )
ℎ→0 ℎ

√𝑥+ℎ−√𝑥 √𝑥+ℎ+√𝑥
= lim ( ∙ )
ℎ→0 ℎ √𝑥+ℎ+√𝑥
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

𝑥+ℎ−𝑥
= lim (ℎ(√𝑥+ℎ+ )
ℎ→0 √𝑥)


= lim ( )
ℎ→0 ℎ(√𝑥+ℎ+√𝑥)

1
= lim (( )
ℎ→0 √𝑥+ℎ+√𝑥)
1
=(
√𝑥+√𝑥)
1
=2
√𝑥

B. Persamaan Diferensial Secara Umum


Dalam subbab ini akan dijelaskan definisi persamaan diferensial.
Definisi 2.5 (Boyce & DiPrima, 2012)
Persamaan diferensial adalah persamaan matematika yang memuat turunan
(derivatif) dari suatu fungsi. Persamaan diferensial melibatkan turunan dari satu
atau lebih variable terikat terhadap satu atau lebih variable bebas.
Persamaan diferensial muncul dalam berbagai bidang sains dan teknologi,
bilamana hubungan deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara
kontinu (dimodelkan oleh fungsi matematika) dan perubahan laju (dinyatakan
sebagai turunan) diketahui. Sebagai contoh, Hukum Newton memungkinkan kita
mengetahui hubungan kecepatan, percepatan, dan berbagai gaya yang bertindak
terhadap benda tersebut, dan menyatakan hubungan tersebut adalah persamaan
diferensial sebagai fungsi waktu. Dalam teori persamaan diferensial, ada dua
kategori yang digunakan sesuai dengan jumlah variabel bebasnya yaitu,
Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dan Persamaan Diferensial Parsial (PDP).
Solusi atau penyelesaian persamaan diferensial adalah suatu nilai atau fungsi yang
memenuhi persamaan diferensialnya.
Sebagai contoh, turunan dari fungsi 𝑦 = log(𝑥) berturut-turut diberikan oleh:
1 1 2
𝑦′ = 𝑥 , 𝑦 ′′ = − 𝑥 2 , 𝑦 ′′′ = 𝑥 3 , dan seterusnya.
Dimana dalam persamaan diferensial, turunan dari sebuah variabel biasa
digantikan dengan tanda petik tunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

𝑑𝑦
𝑦′ = 𝑑𝑥
𝑑2 𝑦
𝑦 ′′ = , dst.
𝑑𝑥 2

Definisi 2.6 (Darmawijoyo, 2019)


Orde dari suatu persamaan diferensial adalah orde tertinggi derivatif yang termuat
dalam persamaan itu.
𝑑𝑦
Bentuk umum persamaan diferensial orde satu adalah = 𝑓(𝑥, 𝑦).
𝑑𝑥

Berikut beberapa contoh persamaan diferensial :


𝑑𝑦
= 2𝑦 + 3
𝑑𝑥
𝑑𝑦 1
= 2
𝑑𝑥 𝑥 − 𝑥 − 6
𝑦 ′ = cos 2𝑥
𝑦 ′ = 𝑥 sin𝑥

Terorema 2.7 (Adam & Essex, 2018)


Aturan Penjumlahan, Selisih, dan Kelipatan Konstan:
Jika fungsi 𝑓 dan 𝑔 terdiferensial di 𝑥, dan jika 𝐶 adalah konstanta, maka fungsi
𝑓 + 𝑔, 𝑓 − 𝑔, dan 𝐶𝑓 dapat terdiferensial di 𝑥 dan
(𝑓 + 𝑔)′(𝑥 ) = 𝑓 ′(𝑥 ) + 𝑔′(𝑥)
(𝑓 − 𝑔)′(𝑥 ) = 𝑓 ′(𝑥 ) − 𝑔′(𝑥)
(𝐶𝑓 )′(𝑥 ) = 𝐶𝑓 ′(𝑥 ).
Bukti Teorema 2.7 dapat dilihat pada buku Calculus A Complete Course karangan
Robert A. Adams dan Christopher Essex.

Terorema 2.8 (Adam & Essex, 2018)


Aturan Perkalian:
Jika fungsi 𝑓 dan 𝑔 terdiferensial di 𝑥, maka fungsi 𝑓𝑔 juga terdiferensial di 𝑥 dan
(𝑓𝑔)′(𝑥 ) = 𝑓 ′(𝑥 )𝑔(𝑥 ) + 𝑓(𝑥 )𝑔′(𝑥 ).
Bukti Teorema 2.8 dapat dilihat pada buku Calculus A Complete Course karangan
Robert A. Adams dan Christopher Essex.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Terorema 2.9 (Adam & Essex, 2018)


Aturan Pembagian:
Jika fungsi 𝑓 dan 𝑔 terdiferensial di 𝑥, dan jika 𝑔(𝑥) ≠ 0, maka fungsi 𝑓/𝑔 juga
terdiferensial di 𝑥 dan
𝑓 ′ 𝑓 ′(𝑥 )𝑔(𝑥 ) − 𝑓 (𝑥 )𝑔′(𝑥)
( ) (𝑥 ) = 2 .
𝑔 (𝑔(𝑥))
Bukti Teorema 2.9 dapat dilihat pada buku Calculus A Complete Course karangan
Robert A. Adams dan Christopher Essex.

Terorema 2.10 (Adam & Essex, 2018)


Aturan Rantai:
Jika 𝑓(𝑢) terdiferensial di 𝑢 = 𝑔(𝑥 ), dan 𝑔(𝑥 ) terdiferensial di 𝑥, maka fungsi
𝑓 𝑜 𝑔(𝑥 ) = 𝑓(𝑔(𝑥 )) juga terdiferensial di 𝑥 dan
(𝑓 𝑜 𝑔)′(𝑥 ) = 𝑓 ′(𝑔(𝑥)) 𝑔′(𝑥 ).
Bukti Teorema 2.10 dapat dilihat pada buku Calculus A Complete Course
karangan Robert A. Adams dan Christopher Essex.

C. Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa (PDB) adalah suatu persamaan yang memuat


satu atau lebih turunan fungsi dengan satu peubah bebas. Pada persamaan
diferensial biasa terdapat beberapa contoh fenomena fisik yang melibatkan laju
perubahan antara lain, gerakan cairan, gerakan sistem mekanis, aliran arus dalam
rangkaian listrik, aliran panas dalam benda padat, gelombang seismik dan,
dinamika populasi. Persamaan diferensial yang menggambarkan proses fisik ini
sering disebut sebagai model matematika. (Boyce & DiPrima, 2012)
Notasi turunan pertama 𝑦 terhadap 𝑥 adalah
𝑑𝑦
𝑦′ = 𝑑𝑥

dan bentuk umum solusi persamaan diferensial biasa adalah


𝑦 = ℎ(𝑥).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Contoh menyelesaikan persamaan diferensial biasa sebagai berikut :

Contoh 2.11
𝑑𝑦
Tentukan solusi dari persamaan diferensial berikut ini 𝑦 ′ = 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑥 .

Solusi:
Untuk mencari solusi persamaan diferensial tersebut, pertama kita kalikan sisi kiri
dan sisi kanan dengan 𝑑𝑥 sehingga menghasilkan:
𝑑𝑦 = 𝑒 𝑥 𝑑𝑥.
Pengintegralan kedua sisi akan menghasilkan:

∫ 𝑑𝑦 = ∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥.

Sehingga solusi persamaan diferensial 𝑦 ′ = 𝑒 𝑥 adalah 𝑦 = 𝑒 𝑥 + 𝑐.


Contoh 2.12
𝑑𝑦
Tentukan solusi dari persamaan diferensial berikut ini 𝑦 ′ = 𝑑𝑥 = cos 𝑥.

Solusi:
Untuk mencari solusi persamaan diferensial tersebut, pertama kita kalikan sisi kiri
dan sisi kanan dengan 𝑑𝑥 sehingga menghasilkan
𝑑𝑦 = cos 𝑥 𝑑𝑥.
Pengintegralan kedua sisi akan menghasilkan

∫ 𝑑𝑦 = ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥.

Sehingga solusi persamaan diferensial 𝑦 ′ = cos 𝑥 adalah 𝑦 = sin 𝑥 + 𝑐.

Ada beberapa macam solusi dari persamaan diferensial biasa, antara lain:
1. Variabel Terpisah (Separable Equations)
Bentuk umum persamaan diferensial dengan variabel terpisah adalah
𝑑𝑦
= 𝑓 (𝑥 ) . 𝑔(𝑦)
𝑑𝑥
𝑑𝑦
= 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥
𝑔(𝑦)
1
𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥
𝑔(𝑦)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

1
Penyelesaiannya diperoleh y = ∫ 𝑔(𝑦) 𝑑𝑦 = ∫ 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥.

Contoh 2.13
𝑑𝑦
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial = 𝑥𝑦 .
𝑑𝑥

Solusi:
Dengan kata lain dari contoh diatas, 𝑥 merupakan 𝑓(𝑥) dan 𝑦 merupakan 𝑔(𝑦).
Dengan menggunakan variabel terpisah diperoleh
𝑑𝑦
= 𝑥 𝑑𝑥.
𝑦

Solusi dari contoh diatas adalah:


1
∫ 𝑑𝑦 = ∫ 𝑥 𝑑𝑥
𝑦
1 2
ln|𝑦| + 𝑐1 = 𝑥 + 𝑐2
2
1 2
ln|𝑦| = 𝑥 + 𝑐2 − 𝑐1
2
1
ln|𝑦| = 𝑥 2 + 𝐶
2
1 2
ln|𝑦| = ln 𝑒 2𝑥 +𝐶

1 2
| 𝑦 | = 𝑒 2𝑥 . 𝑒 𝐶
1 2
𝑦 = ± 𝐾. 𝑒 2𝑥
di cek:
1 2
𝑦 = 𝐾. 𝑒 2𝑥
1 2
𝑦 ′ = 𝐾. 𝑒 2𝑥 . 𝑥
𝑑𝑦
= 𝑦. 𝑥 benar.
𝑑𝑥

2. Persamaan Linier (Linier Equations)


Bentuk umum persamaan diferensial dengan persamaan linier adalah
𝑦 ′ + 𝑃 (𝑥 )𝑦 = 𝑟 (𝑥 ) .
Penyelesaiannya diperoleh dengan mengalikan sisi kiri dan sisi kanan dengan
faktor integral 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Sehingga diperoleh :
𝑦 ′𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 + 𝑃(𝑥 )𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑟(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥

(𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 ) = 𝑟(𝑥) 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥
dengan mengintegralkan kedua ruas terhadap x dihasilkan

𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑟(𝑥 ) 𝑑𝑥 + 𝑐

𝑦 = 𝑒 −ℎ [∫ 𝑒 ℎ 𝑟(𝑥 )𝑑𝑥 + 𝑐 ].
Dimana ℎ = ∫ 𝑃(𝑥 ).

Contoh 2.14
𝑑𝑦
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial (4 + 𝑥 2 ) 𝑑𝑥 + 2𝑥𝑦 = 4𝑥.

Solusi:
𝑑𝑦
Sisi kiri dari persamaan diferensial di atas adalah kombinasi linier dari dan y.
𝑑𝑥

Jika disesuaikan dengan bentuk umumnya menjadi:


𝑑𝑦
(4 + 𝑥 2 ) + 2𝑥𝑦 = 4𝑥
𝑑𝑥

(4 + 𝑥 2 )𝑦 ′ + 2𝑥𝑦 = 4𝑥

2𝑥 4𝑥
𝑦′ + 2
𝑦=
(4 + 𝑥 ) (4 + 𝑥 2 )

2𝑥 2𝑥
dengan demikian, 𝑃(𝑥 ) =
(4+𝑥 2 )
; ℎ(𝑥 ) = ∫ (4+𝑥2 ) 𝑑𝑥 = ln(4 + 𝑥 2 ) + 𝑐

2 +4) 2 +4) 4𝑥
𝑦 = 𝑒 − ln(𝑥 (∫ 𝑒 ln(𝑥 . 𝑑𝑥 + 𝑐 )
(4 + 𝑥 2 )

1
𝑦= (∫ 4𝑥 𝑑𝑥 + 𝑐)
(4 + 𝑥 2 )

2𝑥 2 𝑐
𝑦= + .
(4 + 𝑥 ) (4 + 𝑥 2 )
2

Sehingga didapat solusi umum dari persamaan diferensial


𝑑𝑦 2𝑥 2 𝑐
(4 + 𝑥 2 ) + 2𝑥𝑦 = 4𝑥 adalah 𝑦 = + (4+𝑥2 )
𝑑𝑥 (4+𝑥 2 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

3. Persamaan Koefisien Fungsi Homogen


Persamaan koefisien fungsi homogen merupakan Persamaan diferensial biasa
yang dapat ditulis ke dalam bentuk

𝐴(𝑥, 𝑦)
𝑦′ =
𝐵(𝑥, 𝑦)

Dengan A dan B adalah fungsi homogen dengan derajat yang sama.

Solusi penyelesaian dari persamaan koefisien fungsi homogen ini yaitu, dengan
menggunakan subtitusi 𝑦 = 𝑢𝑥 , 𝑢 = 𝑢(𝑥) dengan

𝑦 ′ = 𝑢′𝑥 + 𝑢

𝑑𝑦 𝑑𝑢
=𝑥 +𝑢
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦 = 𝑥𝑑𝑢 + 𝑢𝑑𝑥
Contoh 2.15
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial (𝑥 + 𝑦) − 𝑥𝑦′ = 0.
Solusi:
Persamaan diferensial diatas dapat ditulis menjadi:
𝑑𝑦 𝑥 + 𝑦
=
𝑑𝑥 𝑥
Misalkan 𝑦 = 𝑢𝑥, sehingga 𝑑𝑦 = 𝑥𝑑𝑢 + 𝑢𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑦
= 1+
𝑑𝑥 𝑥
𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢𝑑𝑥
=1+𝑢
𝑑𝑥
𝑥𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥 = (1 + 𝑢)𝑑𝑥
𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢𝑑𝑥 = 𝑑𝑥 + 𝑢𝑑𝑥
𝑥𝑑𝑢 = 𝑑𝑥
𝑑𝑥
𝑑𝑢 =
𝑥
𝑑𝑥
∫ 𝑑𝑢 = ∫
𝑥
𝑢 = ln 𝑥 + 𝑐
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

𝑦
= ln 𝑥 + 𝑐
𝑥
𝑦 = 𝑥 ln 𝑥 + 𝑐 𝑥.
Jadi solusi dari persamaan diferensial (𝑥 + 𝑦) − 𝑥𝑦′ = 0 adalah
𝑦 = 𝑥 ln 𝑥 + 𝑐 𝑥.

D. Persamaan Diferensial Linier dan Tak Linier


Dalam subbab ini akan dijelaskan definisi persamaan diferensial linier orde satu.
Definisi 2.16 (Darmawijoyo, 2019)
Persamaan diferensial linier orde satu adalah persamaan diferensial yang dapat
ditulis dalam bentuk:
𝑑𝑦
+ 𝑃 (𝑥 )𝑦 = 𝑄 (𝑥 ) ,
𝑑𝑥
dalam hal ini 𝑃 (𝑥 ) dan 𝑄(𝑥 ) adalah fungsi kontinu dari variable bebas 𝑥 pada
interval dimana 𝑃 dan Q terdefinisi.
Terkadang lebih baik untuk menulis persamaan tersebut dalam bentuk:
𝑑𝑦
𝑃 (𝑥 ) + 𝑄 (𝑥 )𝑦 = 𝐺 (𝑥 ) .
𝑑𝑥
Dimana fungsi P, Q, dan G adalah fungsi yang diberikan dan 𝑃(𝑥) ≠ 0.
Sementara pada persamaan diferensial tak liner tidak terdapat formula yang
bersesuaian sehingga lebih sulit untuk menyatakan sifat-sifat umum dari solusi.

E. Persamaan Diferensial Parsial


Dalam subbab ini akan dijelaskan definisi persamaan diferensial parsial dan
contoh persamaan diferensial parsial.
Definisi 2.17
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) adalah persamaan yang memuat turunan
(derivative) parsial dari satu atau lebih variable terikat terhadap lebih dari satu
variable bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Diketahui bahwa pada persamaan diferensial biasa, variabel terikat 𝑢 = 𝑢(𝑥 )


hanya bergantung pada satu variabel bebas yaitu 𝑥. Berbeda dengan persamaan
diferensial biasa, pada persamaan diferensial parsial variabel terikatnya seperti:
𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑡) atau 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡), harus bergantung pada lebih dari satu variabel
bebas. Jika 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑡), maka fungsi u bergantung pada variabel bebas 𝑥, dan
pada variabel waktu 𝑡. Apabila 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) maka, fungsi 𝑢 bergantung pada
variabel ruang (panjang, lebar) 𝑥, 𝑦, dan pada variabel waktu 𝑡.

Berikut beberapa contoh persamaan diferensial parsial antara lain:


𝑢𝑡 = 𝑘𝑢𝑥𝑥 , (1.1)
𝑢𝑡 = 𝑘(𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 ), (1.2)
𝑢𝑡 = 𝑘(𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 + 𝑢𝑧𝑧 ), (1.3)
yang menggambarkan aliran panas dalam ruang satu dimensi, ruang dua dimensi,
dan ruang tiga dimensi masing-masing. Pada (1.1), variabel terikat 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑡)
tergantung pada posisi 𝑥, dan variabel waktu t. Pada persamaan (1.2), 𝑢 =
𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) tergantung pada tiga variabel bebas yaitu, variabel ruang 𝑥, 𝑦, dan
variabel waktu 𝑡. Dalam persamaan (1.3), variabel terikat 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡)
tergantung pada empat variabel bebas yaitu, variabel ruang 𝑥, 𝑦, 𝑧, dan variabel
waktu 𝑡. (Wazwaz, 2009)
Berikut beberapa contoh lain untuk persamaan diferensial parsial:
𝑢𝑡𝑡 = 𝑐 2 𝑢𝑥𝑥 , (1.4)

𝑢𝑡𝑡 = 𝑐 2 (𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 ), (1.5)

𝑢𝑡𝑡 = 𝑐 2 (𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 + 𝑢𝑧𝑧 ), (1.6)

yang menggambarkan perambatan gelombang dalam ruang satu dimensi, ruang


dua dimensi, dan ruang tiga dimensi. Pada persamaan (1.4) fungsi yang tidak
diketahui yaitu 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑡), pada persamaan (1.5) fungsi yang tidak diketahui
yaitu fungsi 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡), pada persamaan (1.6) fungsi yang tidak diketahui
yaitu fungsi 𝑢 = 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

2.18 Derajad Persamaan Diferensial Parsial


Derajad persamaan diferensial parsial adalah derajad turunan parsial tertinggi
yang muncul di persamaan. Misalnya persamaan berikut ini:
𝑢𝑥 − 𝑢𝑦 = 0,
𝑢𝑥𝑥 − 𝑢𝑡 = 0,
𝑢𝑦 − 𝑢𝑢𝑥𝑥𝑥 = 0, (1.7)
yang mana, persamaan diferensial parsialnya masing-masing adalah derajad
pertama, derajad kedua, dan derajad ketiga.
Contoh 2.19
Tentukan derajad dari persamaan diferensial berikut ini:
(a) 𝑢𝑡 = 𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦
(b) 𝑢𝑥 + 𝑢𝑦 = 0
(c) 𝑢4 𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑥𝑥𝑦 = 2
(d) 𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 = 1
Penyelesaian :
(a) Turunan parsial tertinggi yang terdapat pada persamaan ini adalah
𝑢𝑥𝑥 atau 𝑢𝑦𝑦 . Oleh karena itu, derajad persamaan diferensial
parsial ini adalah berderajad dua.
(b) Turunan parsial tertinggi yang terdapat pada persamaan ini adalah
𝑢𝑥 atau 𝑢𝑦 . Oleh karena itu, derajad persamaan diferensial parsial
ini adalah berderajad satu.
(c) Turunan parsial tertinggi yang terdapat pada persamaan ini
adalah 𝑢𝑥𝑥𝑦 . Oleh karena itu, derajad persamaan diferensial parsial
ini adalah berderajad tiga.
(d) Turunan parsial tertinggi yang terdapat pada persamaan ini
adalahu 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 . Oleh karena itu, derajad persamaan diferensial
parsial ini adalah berderajad empat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

2.20 Persamaan Diferensial Parsial Linier dan Nonlinier


Persamaan diferensial parsial diklasifikasikan menjadi persamaan diferensial
parsial linear dan persamaan diferensial parsial nonlinier. Persamaan diferensial
parsial disebut linier jika:
1) pangkat dari variabel terikat dan setiap turunan parsial yang
terkandung dalam persamaan tersebut adalah satu.
2) koefisien variabel terikat dan koefisien masing-masing turunan
parsial adalah konstanta atau variabel bebas. Namun, jika salah
satu dari kondisi tersebut tidak ada, maka disebut persamaan
diferensial parsial nonlinier.
Contoh 2.21
Klasifikasikan persamaan diferensial parsial berikut ini linier atau nonlinier:
(a) 𝑥𝑢𝑥𝑥 + 𝑦𝑢𝑦𝑦 = 0
(b) 𝑢𝑢𝑡 + 𝑥𝑢𝑥 = 2
(c) 𝑢𝑥 + √𝑢 = 𝑥
1 1
(d) 𝑢𝑟𝑟 + 𝑟 𝑢𝑟 + 𝑟 2 𝑢𝜃𝜃 = 0

Penyelesaian :
(a) Pangkat dari setiap turunan parsial 𝑢𝑥𝑥 dan 𝑢𝑦𝑦 adalah satu. Selain
itu, koefisien dari turunan parsial adalah variabel bebas 𝑥 dan 𝑦
masing-masing. Oleh karena itu, persamaan diferensial parsial ini
bersifat linier.
(b) Meskipun pangkat dari setiap turunan parsialnya adalah satu, tetapi
𝑢𝑡 memiliki ketergantungan variabel 𝑢 sebagai koefisiennya. Oleh
karena itu, persamaan diferensial parsial ini bersifat nonlinier.
(c) Persamaan diferensial parsial ini nonlinier karena suku tersebut
berupa √𝑢.
(d) Persamaan diferensial parsial ini linier karena memenuhi dua kondisi
yang diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

2.22 Persamaan Diferensial Parsial Homogen dan Persamaan Diferensial


Parsial Nonhomogen
Persamaan diferensial parsial juga diklasifikasikan sebagai homogen
atau tidak homogen. Persamaan diferensial parsial dengan urutan apa pun disebut
homogen jika setiap istilah persamaan diferensial parsial berisi variabel terikat
𝑢 atau salah satu turunannya, jika tidak persamaan diferensial parsial itu disebut
persamaan diferensial yang tidak homogen. Hal ini dapat diilustrasikan dengan
melihat contoh di bawah ini.
Contoh 2.23
Klasifikasikan persamaan diferensial berikut merupakan persamaan diferensial
parsial homogen atau nonhomogen:
(a) 𝑢𝑡 = 4𝑢𝑥𝑥
(b) 𝑢𝑡 = 𝑢𝑥𝑥 + 𝑥
(c) 𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 = 0
(d) 𝑢𝑥 + 𝑢𝑦 = 𝑢 + 4
Penyelesaian :
(a) Suku-suku dalam persamaan diferensial parsial tersebut hanya
mengandung turunan parsial dari 𝑢 , oleh karena itu persamaan
diferensial parsial ini disebut persamaan diferensial parsial
homogen.
(b) Karena pada persamaan diferensial parsial ini satu suku
mengandung variabel bebas 𝑥 , maka persamaan diferensial ini
disebut persamaan diferensial parsial nonhomogen.
(c) Persamaan diferensial ini disebut persamaan diferensial parsial
homogen.
(d) Persamaan diferensial ini disebut persamaan diferensial parsial
nonhomogen.

2.24 Penyelesaian dari Persamaan Diferensial Parsial


Solusi persamaan diferensial parsial adalah fungsi 𝑢 sehingga memenuhi
persamaan yang sedang dibahas dan memenuhi kondisi yang diberikan juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Dengan kata lain, untuk memenuhi persamaan diferensial ini, sisi kiri persamaan
diferensial parsial dan sisi kanan harus sama setelah mengganti solusi yang
dihasilkan. Konsep ini akan diilustrasikan dengan melihat beberapa contoh
berikut.
Contoh 2.25
Tunjukkan bahwa 𝑢(𝑥, 𝑦) = sin𝑥 sin𝑦 + 𝑥 2 adalah penyelesaian dari persamaan
diferensial parsial 𝑢𝑥𝑥 = 𝑢𝑦𝑦 + 2
Penyelesaian:
Sisi sebelah kiri 𝑢𝑥𝑥 = −sin𝑥 sin𝑦 + 2
Sisi sebelah kanan 𝑢𝑦𝑦 + 2 = −sin𝑥 sin𝑦 + 2 = sisi sebelah kiri.
Contoh 2.26
Tunjukkan bahwa 𝑢(𝑥, 𝑡) = cos𝑥 cos𝑡 adalah penyelesaian dari persamaan
diferensial parsial 𝑢𝑡𝑡 = 𝑢𝑥𝑥
Penyelesaian:
Sisi sebelah kiri 𝑢𝑡𝑡 = −cos𝑥 cos𝑡
Sisi sebelah kanan 𝑢𝑥𝑥 = −cos𝑥 cos𝑡 = sisi sebelah kiri.

F. Masalah Nilai Awal


Pada persamaan diferensial biasa, masalah nilai awal adalah persamaan
diferensial yang dilengkapi dengan serangkaian kendala yang disebut dengan
kondisi awal atau syarat awal yang diberikan dalam suatu masalah diferensial, dan
solusi untuk masalah nilai awal adalah suatu nilai atau fungsi persamaan
diferensial yang juga memenuhi kondisi awal (Boyce & DiPrima, 2012). Kondisi
awal adalah turunan fungsi solusi di batas-batas titik ujung kedua interval.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
RUMUSAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE SATU, DUA,
TIGA, DAN EMPAT

Dalam bab ini akan dibahas penurunan rumusan metode Runge-Kutta orde
satu, penurunan rumusan metode Runge-Kutta orde dua, penulisan skema metode
Runge-Kutta orde tiga, dan penulisan skema metode Runge-Kutta orde empat.

A. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Satu


Pada beberapa kasus tertentu tidak semua masalah nilai awal dapat
diselesaikan secara eksplisit, dan seringkali tidak mungkin untuk menemukan
rumusan untuk solusi 𝑦(𝑡). Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah
tersebut diperlukan metode untuk dapat mendekati solusi. Pendekatan yang
pertama adalah metode Runge-Kutta orde satu atau yang seringkali lebih dikenal
dengan metode Euler.
Metode Euler berfungsi untuk menggambarkan konsep-konsep yang
terlibat dalam integrasi numerik dari persamaan diferensial biasa. Metode Euler
merupakan metode Runge-Kutta yang paling sederhana, sehingga penggunaan
metode ini terbatas karena kesalahan yang diperoleh merupakan akumulasi dari
setiap proses perhitungannya. Oleh karena itu, metode Euler akan menghasikan
kesalahan atau galat lebih besar. Metode Euler sering menjadi dasar untuk
membangun metode yang lebih kompleks, misalnya metode prediktor-korektor
(Mathews dan Fink, 1999).
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah nilai
awal dengan menggunakan metode Euler:
Misalkan terdapat masalah nilai awal yang terletak pada interval selang tertutup
[𝑎, 𝑏] yaitu 𝑦 ′ = 𝑓 (𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑎) = 𝑦0.
1) Pilih absis dari titik.
Bagi interval [𝑎, 𝑏] menjadi 𝑀 subinterval sama besar dan pilih titik
diskritisasinya

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

𝑏−𝑎
𝑡𝑘 = 𝑎 + 𝑘ℎ untuk 𝑘 = 0, 1, 2, … , 𝑀 dengan ℎ = .
𝑀

Nilai ℎ disebut ukuran Langkah.


2) Menentukan hampiran penyelesaian.
𝑦 ′ = 𝑓 (𝑡, 𝑦), 𝑡0 ≤ 𝑡 ≤ 𝑡𝑀 , dengan 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0 .
Diasumsikan 𝑦(𝑡), 𝑦 ′(𝑡), dan 𝑦 ′′(𝑡) kontinu.
Teorema Taylor:
Suatu fungsi yang terdiferensiasi dapat dinyatakan dalam suatu deret pangkat atau
suku banyak (polinomial). Koefisien polinomial tersebut hanya bergantung pada
turunan fungsi pada titik yang bersangkutan. Berikut rumusan umum teorema
Taylor yang berlaku untuk setiap fungsi 𝑓 yang dapat diturunkan, dengan
hampiran untuk 𝑥 mendekati 𝑎:
𝑓 ′′ (𝑎) 𝑓 (𝑛) (𝑎)
𝑓 (𝑥 ) ≈ 𝑓 (𝑎) + 𝑓 ′(𝑎)(𝑥 − 𝑎) + (𝑥 − 𝑎 ) 2 + ⋯ + (𝑥 − 𝑎 ) 𝑛 ,
2! 𝑛!
dengan 𝑛 bilangan bulat positif.
Lalu, menggunakan teorema Taylor diatas untuk mengekspansi 𝑦(𝑡) di sekitar 𝑡 =
𝑡0 , maka untuk setiap nilai 𝑡 terdapat 𝑐1 ∈ [𝑡0 , 𝑡].
Sehingga,
𝑦′′(𝑐1 )(𝑡 − 𝑡0 )2
𝑦(𝑡) = 𝑦(𝑡0 ) + 𝑦 ′ (𝑡0 )(𝑡 − 𝑡0 ) + .
2
Subtitusi 𝑦 ′ (𝑡0 ) = 𝑓(𝑡0 , 𝑦(𝑡0 )) dan ℎ = 𝑡1 − 𝑡0 pada persamaan di atas, untuk
𝑡 = 𝑡1 akan diperoleh
ℎ2
𝑦(𝑡1 ) = 𝑦(𝑡0 ) + ℎ 𝑓(𝑡0 , 𝑦(𝑡0 )) + 𝑦 ′′ (𝑐1 ) .
2
Jika ukuran langkah ℎ dipilih cukup kecil, maka suku orde 2 (yang melibatkan
ℎ2 ) dapat diabaikan, sehingga diperoleh
𝑦1 = 𝑦0 + ℎ𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 ).
Proses diulang sampai menghasilkan barisan titik yang menghampiri kurva
penyelesaian 𝑦 = 𝑦(𝑡).
Sehingga langkah umum dalam menyelesaikan masalah nilai awal
𝑦 ′ = 𝑓 (𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑎) = 𝑦0 menggunakan metode
Euler adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + ℎ𝑓 (𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 ).
𝑏−𝑎
Untuk 𝑘 = (0, 1, 2, … , 𝑀 − 1), dengan ℎ = .
𝑀

Nilai ℎ disebut ukuran langkah.

Secara geometris, metode Euler dapat ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Hampiran metode Euler (Chapra, 2012)

B. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Dua


Pendekatan solusi untuk menyelesaikan masalah nilai awal yang kedua
adalah metode Runge-Kutta orde dua atau yang seringkali lebih dikenal dengan
metode Heun. Metode Heun merupakan salah satu perbaikan atau peningkatan
dari metode sebelumnya yaitu metode Euler. Pada metode Heun, solusi yang
diperoleh dari metode Euler dijadikan solusi perkiraan awal yang akan diperbaiki
dengan metode Heun. Metode Heun melibatkan dua buah persamaan. Persamaan
yang pertama adalah persamaan prediktor. Persamaan prediktor menggunakan
metode Euler untuk memprediksi nilai integrasi awal atau dengan kata lain,
persamaan prediktor ini digunakan untuk menentukan hampiran dari 𝑦(𝑡1 ).
Persamaan yang kedua adalah persamaan korektor. Persamaan korektor ini akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

mengoreksi hasil integrasi awal pada persamaan prediktor. Persamaan korektor


menggunakan aturan trapezoidal untuk menentukan hampiran nilai integral dari
𝑦 ′ (𝑡 ).
Berikut ini adalah rumusan untuk persamaan prediktor dan korektor metode Heun:

Untuk mendapatkan titik penyelesaian (𝑡1 , 𝑦1 ) digunakan Teorema Fundamental


Kalkulus.

Bunyi Teorema Fundamental Kalkulus:

Jika fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ terintegral pada [𝑎, 𝑏], maka

𝑏
∫ 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 = [𝐹 (𝑥 )]𝑏𝑎 = 𝐹 (𝑏) − 𝐹 (𝑎).
𝑎

Sehingga, titik penyelesaian (𝑡1 , 𝑦1 ) yaitu:

𝑡1 𝑡1
∫ 𝑓(𝑡, 𝑦(𝑡)) 𝑑𝑡 = ∫ 𝑦 ′(𝑡) 𝑑𝑡 = 𝑦(𝑡1 ) − 𝑦(𝑡0 )
𝑡0 𝑡0

sehingga

𝑡1
𝑦(𝑡1 ) = 𝑦(𝑡0 ) + ∫ 𝑦 ′(𝑡) 𝑑𝑡.
𝑡0

Nilai integral tentu pada ruas kanan diaproksimasi secara numeris, dalam hal ini
digunakan aturan trapezoidal, sehingga akan diperoleh


𝑦(𝑡1 ) ≈ 𝑦(𝑡0 ) + (𝑓(𝑡0 , 𝑦0 ) + 𝑓 (𝑡1 , 𝑦1 )).
2

Nilai 𝑦(𝑡1 ) pada ruas kiri dihampiri dengan menggunakan metode Euler,
diperoleh

𝑦1 = 𝑦0 + ℎ𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 ).

Dengan demikian, rumus untuk menemukan nilai (𝑡1 , 𝑦1 ) pada metode Heun
adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25


𝑦1 = 𝑦(𝑡0 ) + (𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 ) + 𝑓(𝑡1 , 𝑦0 + ℎ𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 ))).
2

Dengan begitu, rumus untuk fungsi prediktor secara umum yaitu:

𝑝𝑘+1 = 𝑦𝑘 + ℎ𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 ),

dengan 𝑝 = prediktor,
dan rumus untuk fungsi korektor secara umum yaitu:

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + (𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 ) + 𝑓 (𝑡𝑘+1 , 𝑝𝑘+1 )).
2
Secara geometris, metode Heun dapat ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:

Gambar 3.2 Hampiran fungsi prediktor metode Heun (Chapra & Canale, 2010)

Gambar 3.3 Hampiran fungsi korektor metode Heun (Chapra & Canale, 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

C. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Tiga


Pendekatan solusi untuk menyelesaikan masalah nilai awal yang ketiga
adalah metode Runge-Kutta orde tiga. Metode ini merupakan perbaikan dari
metode sebelumnya yaitu metode Runge-Kutta orde dua atau metode Heun.
Metode ini menghasilkan keakuratan nilai solusi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan dua metode sebelumnya yaitu metode Euler dan metode Heun.
Berikut ini adalah rumusan metode Runge-Kutta orde tiga.
Apabila diketahui 𝑦 ′ = 𝑓(𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0.

Maka langkah umumnya yaitu:


𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑘1 = 𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 )
ℎ ℎ
𝑘2 = 𝑓(𝑡𝑘 + 2 , 𝑦𝑘 + 2 𝑘1 )

𝑘3 = 𝑓 (𝑡𝑘 + ℎ, 𝑦𝑘 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )



𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + 6 [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ].
𝑏−𝑎
Untuk 𝑘 = (0, 1, 2, … , 𝑀 − 1), dengan ℎ = .
𝑀

Nilai ℎ disebut ukuran langkah.


Karena bukti dari rumusan metode Runge-Kutta orde tiga ini cukup panjang,
penulis tidak mencantumkan bukti tersebut di sini, bukti penurunan rumus metode
Runge-Kutta orde tiga dapat dilihat pada buku referensi metode numerik,
misalnya Chapra dan Canale (2010).

D. Rumusan Metode Runge-Kutta Orde Empat


Pendekatan solusi untuk menyelesaikan masalah nilai awal yang keempat
adalah metode Runge-Kutta orde empat. Metode ini merupakan perbaikan dari
metode sebelumnya yaitu metode Runge-Kutta orde tiga. Metode ini
menghasilkan keakuratan nilai solusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiga
metode sebelumnya yaitu metode Euler metode Heun, dan metode Runge-Kutta
orde tiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Berikut ini adalah rumusan metode Runge-Kutta orde empat:


Apabila diketahui 𝑦 ′ = 𝑓(𝑡, 𝑦) , 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 dengan nilai awal 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0.
Maka langkah umumnya yaitu:
𝑓1 = 𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 )
ℎ ℎ
𝑓2 = 𝑓(𝑡𝑘 + 2 , 𝑦𝑘 + 2 𝑓1 )
ℎ ℎ
𝑓3 = 𝑓(𝑡𝑘 + 2 , 𝑦𝑘 + 2 𝑓2 )

𝑓4 = 𝑓(𝑡𝑘 + ℎ, 𝑦𝑘 + ℎ𝑓3 )
ℎ(𝑓1 +2𝑓2 +2𝑓3 +𝑓4 )
𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + 6
𝑏−𝑎
Untuk 𝑘 = (0, 1, 2, … , 𝑀 − 1), dengan ℎ = .
𝑀

Nilai ℎ disebut ukuran langkah.


Karena bukti dari rumusan metode Runge-Kutta orde empat ini cukup panjang,
penulis tidak mencantumkan bukti tersebut di sini, bukti penurunan rumus metode
Runge-Kutta orde empat dapat dilihat pada buku buku referensi metode numerik,
misalnya Chapra dan Canale (2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
PENERAPAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE SATU, DUA,
TIGA, DAN EMPAT

Dalam bab ini akan diberikan beberapa contoh penerapan dari metode
Runge-Kutta orde satu, Runge-Kutta orde dua, Runge-Kutta orde tiga, dan Runge-
Kutta orde empat yang disertai dengan langkah-langkah dalam meyelesaikan
masalah nilai awal yang diberikan.

A. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Satu


Definisi 4.1 (Mathews dan Fink, 2004)
Solusi untuk masalah nilai awal 𝑦 = 𝑓 (𝑡, 𝑦) dengan 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0 pada interval
[𝑡0 , 𝑏] adalah fungsi terdiferensiasi 𝑦 = 𝑦(𝑡) sedemikian sehingga 𝑦(𝑡0 ) = 𝑦0
dan 𝑦′(𝑡) = 𝑓 (𝑡, 𝑦(𝑡)) untuk setiap 𝑡 𝜖 [𝑡0 , 𝑏] dengan kurva solusi 𝑦 = 𝑦(𝑡) harus
melalui titik awal (𝑡0 , 𝑦0 ).
Contoh 4.2 (Mathews dan Fink, 1999)
Diketahui masalah nilai awal
𝑡−𝑦
𝑦′ = pada interval [0,4] dengan 𝑦(0) = 1.
2

a. Tentukan penyelesaian eksaknya.


b. Menggunakan metode Euler tentukan persamaan umum untuk 𝑦𝑘+1 .
c. Dari hasil skema persamaan umum metode Euler 𝑦𝑘+1 , tentukan hampiran
1 1
penyelesaiannya untuk ℎ = 1, 2 , 4 . (selain ℎ = 1, masing-masing dihitung sampai

𝑦8 ).
(Gambarkan grafik penyelesaian dalam satu bidang koordinat).
Penyelesaian :
a. Penyelesaian eksaknya:
Metode faktor integral
𝑑𝑦 (𝑡 − 𝑦)
=
𝑑𝑡 2

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

𝑑𝑦 𝑡 𝑦
= −
𝑑𝑡 2 2
𝑑𝑦 𝑦 𝑡
+ =
𝑑𝑡 2 2
1 𝑡
𝜇 (𝑡) = 𝑒 ∫2 𝑑𝑡 = 𝑒 2
1
𝑦= ∫ 𝜇 (𝑡 ) . 𝑔 (𝑡 ) 𝑑 𝑡
𝜇 (𝑡 )
𝑡
1 𝑡
= 𝑡 ∫ 𝑒2 . 𝑑𝑡 (∫ 𝑢 . 𝑑 𝑣 )
2
𝑒2

Misal:
𝑡
𝑡
𝑢= 𝑑𝑣 = 𝑒 2
2
𝑡
1
𝑑𝑢 = 2 𝑣 = 2𝑒 2
𝑡 𝑡 𝑡
= 𝑒 −2 [𝑡 . 𝑒 2 − ∫ 𝑒 2 ]
𝑡 𝑡 𝑡
= 𝑒 −2 (𝑡 . 𝑒 2 − 2𝑒 2 + 𝑐)
𝑡
𝑦(𝑡) = 𝑡 − 2 + 𝑐 . 𝑒 −2
Subtitusi : 𝑦(0) = 1
𝑡
𝑦(𝑡) = 𝑡 − 2 + 𝑐 . 𝑒 −2
𝑦(0) = 0 − 2 + 𝑐 . 𝑒 0
1 = −2 + 𝑐
𝑐=3
𝑡
𝑦(𝑡) = 𝑡 − 2 + 3 𝑒 −2

b. 𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑡1 = ℎ
𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ

𝑡𝑀 = 𝑡𝑀−1 + ℎ = 𝑀ℎ , sehingga
𝑡𝑘 = 𝑘ℎ
𝑦0+1 = 𝑦0 + ℎ𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

𝑦1+1 = 𝑦1 + ℎ𝑓 (𝑡1 , 𝑦1 )

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + ℎ𝑓 (𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 )
𝑡𝑘 −𝑦𝑘
= 𝑦𝑘 + ℎ ( )
2

c. (untuk h = 1 )
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = =4
ℎ 1
𝑡1 = ℎ = 1
𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ = 2
𝑡3 = 𝑡2 + ℎ = 3ℎ = 3
𝑡4 = 𝑡3 + ℎ = 4ℎ = 4

𝑦1 = 𝑦0 + ℎ𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 )
𝑡0 − 𝑦0
= 1 + 1( )
2
0−1
= 1 + 1( )
2
1
=
2
= 0,5
𝑦2 = 𝑦1 + ℎ𝑓 (𝑡1 , 𝑦1 )
1 𝑡1 − 𝑦1
= + 1( )
2 2
1
1 1−2
= + 1( )
2 2

3
=
4
= 0,75
𝑦3 = 𝑦2 + ℎ𝑓 (𝑡2 , 𝑦2 )
3 𝑡2 − 𝑦2
= + 1( )
4 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

3
3 2−4
= + 1( )
4 2

11
=
8
= 1,375
𝑦4 = 𝑦3 + ℎ𝑓 (𝑡3 , 𝑦3 )
11 𝑡3 − 𝑦3
= +1( )
8 2
11
11 3− 8
= +1( )
8 2

35
=
16
= 2,1875

Tabel 4.2.1 (penyelesaian PDB menggunakan metode Euler dengan h=1)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Grafik 4.2.2 (penyelesaian PDB menggunakan metode Euler dengan h=1)

1
(untuk h = 2 )
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = 1 =8

2

1
𝑡1 = ℎ = 2

𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ = 1
3
𝑡3 = 𝑡2 + ℎ = 3ℎ =
2
𝑡4 = 𝑡3 + ℎ = 4ℎ = 2
5
𝑡5 = 𝑡4 + ℎ = 5ℎ =
2
𝑡6 = 𝑡5 + ℎ = 6ℎ = 3
7
𝑡7 = 𝑡6 + ℎ = 7ℎ =
2
𝑡8 = 𝑡7 + ℎ = 8ℎ = 4

𝑦1 = 𝑦0 + ℎ𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 )
1 𝑡0 − 𝑦0
=1+ ( )
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

1 0−1
=1+ ( )
2 2
3
=
4
𝑦2 = 𝑦1 + ℎ𝑓 (𝑡1 , 𝑦1 )
3 1 𝑡1 − 𝑦1
= + ( )
4 2 2
1 3
3 1 2−4
= + ( )
4 2 2

11
=
16
𝑦3 = 𝑦2 + ℎ𝑓 (𝑡2 , 𝑦2 )
11 1 𝑡2 − 𝑦2
= + ( )
16 2 2
11
11 1 1 − 16
= + ( )
16 2 2

49
=
64
𝑦4 = 𝑦3 + ℎ𝑓 (𝑡3 , 𝑦3 )
49 1 𝑡3 − 𝑦3
= + ( )
64 2 2
3 49
49 1 2 − 64
= + ( )
64 2 2

243
=
256

𝑦5 = 𝑦4 + ℎ𝑓 (𝑡4 , 𝑦4 )
243 1 𝑡4 − 𝑦4
= + ( )
256 2 2
243
243 1 2 − 256
= + ( )
256 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

1.241
=
1.024

𝑦6 = 𝑦5 + ℎ𝑓 (𝑡5 , 𝑦5 )
1.241 1 𝑡5 − 𝑦5
= + ( )
1.024 2 2
5 1.241
1.241 1 2 − 1.024
= + ( )
1.024 2 2

6.283
=
4.096

𝑦7 = 𝑦6 + ℎ𝑓 (𝑡6 , 𝑦6 )
6.283 1 𝑡6 − 𝑦6
= + ( )
4.096 2 2
6.283
6.283 1 3 − 4.096
= + ( )
4.096 2 2

31.137
=
16.384

𝑦8 = 𝑦7 + ℎ𝑓 (𝑡7 , 𝑦7 )
31.137 1 𝑡7 − 𝑦7
= + ( )
16.384 2 2
7 31.137
31.137 1 2 − 16.384
= + ( )
16.384 2 2

150.755
=
65.536
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Tabel 4.2.3 (penyelesaian PDB menggunakan metode Euler dengan h=0.5)

Grafik 4.2.4 (penyelesaian PDB menggunakan metode Euler dengan h=0.5)

1
(untuk h = 4 )
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = 1 = 16

4

1
𝑡1 = ℎ = 4
1
𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ =
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

3
𝑡3 = 𝑡2 + ℎ = 3ℎ = 4

𝑡4 = 𝑡3 + ℎ = 4ℎ = 1
5
𝑡5 = 𝑡4 + ℎ = 5ℎ = 4
6
𝑡6 = 𝑡5 + ℎ = 6ℎ = 4
7
𝑡7 = 𝑡6 + ℎ = 7ℎ = 4

𝑡8 = 𝑡7 + ℎ = 8ℎ = 2

𝑦1 = 𝑦0 + ℎ𝑓 (𝑡0 , 𝑦0 )
1 𝑡0 − 𝑦0
=1+ ( )
4 2
1 0−1
=1+ ( )
4 2
7
=
8
𝑦2 = 𝑦1 + ℎ𝑓 (𝑡1 , 𝑦1 )
7 1 𝑡1 − 𝑦1
= + ( )
8 4 2
1 7
7 1 4−8
= + ( )
8 4 2

51
=
64
𝑦3 = 𝑦2 + ℎ𝑓 (𝑡2 , 𝑦2 )
51 1 𝑡2 − 𝑦2
= + ( )
64 4 2
1 51
51 1 2 − 64
= + ( )
64 4 2

389
=
512
𝑦4 = 𝑦3 + ℎ𝑓 (𝑡3 , 𝑦3 )
389 1 𝑡3 − 𝑦3
= + ( )
512 4 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

3 389
389 1 4 − 512
= + ( )
512 4 2

3.107
=
4.096
𝑦5 = 𝑦4 + ℎ𝑓 (𝑡4 , 𝑦4 )
3.107 1 𝑡4 − 𝑦4
= + ( )
4.096 4 2
3.107
3.107 1 1 − 4.096
= + ( )
4.096 4 2

25.845
=
32.768
𝑦6 = 𝑦5 + ℎ𝑓 (𝑡5 , 𝑦5 )
25.845 1 𝑡5 − 𝑦5
= + ( )
32.768 4 2
5 25.845
25.845 1 4 − 32.768
= + ( )
32.768 4 2

221.875
=
262.144
𝑦7 = 𝑦6 + ℎ𝑓 (𝑡6 , 𝑦6 )
221.875 1 𝑡6 − 𝑦6
= + ( )
262.144 4 2
6 221.875
221.875 1 4 − 262.144
= + ( )
262.144 4 2

1.946.341
=
2.097.152
𝑦8 = 𝑦7 + ℎ𝑓 (𝑡7 , 𝑦7 )
1.946.341 1 𝑡7 − 𝑦7
= + ( )
2.097.152 4 2
7 1.946.341
1.946.341 1 4 − 2.097.152
= + ( )
2.097.152 4 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

517.187
=1
16.777.216

Tabel 4.2.5 (penyelesaian PDB menggunakan metode Euler dengan h=0.25)

Grafik 4.2.6 (penyelesaian PDB menggunakan metode Euler dengan h=0.25)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Grafik 4.2.7 (perbandingan penyelesaian PDB menggunakan metode Euler


dengan h=1, h=0.5, dan h=0.25 dengan penyelesaian eksaknya)

B. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Dua


Metode Heun melibatkan dua buah persamaan. Persamaan yang pertama
adalah persamaan prediktor. Persamaan prediktor menggunakan metode Euler
untuk memprediksi nilai integrasi awal atau dengan kata lain, persamaan prediktor
ini digunakan untuk menentukan hampiran dari 𝑦(𝑡1 ). Persamaan yang kedua
adalah persamaan korektor. Persamaan korektor ini akan mengoreksi hasil
integrasi awal pada persamaan prediktor.
Contoh 4.3
Diketahui masalah nilai awal
𝑡−𝑦
𝑦′ = pada interval [0,4] dengan 𝑦(0) = 1.
2

a. Menggunakan metode Heun tentukan persamaan umum untuk 𝑝𝑘+1 dan 𝑦𝑘+1 .
b. Dari hasil skema persamaan umum metode Heun 𝑦𝑘+1 , tentukan hampiran
penyelesaiannya untuk ℎ = 1, 0.5, 0.25, berdasarkan rumusan yang telah dibuat.
(selain ℎ = 1, masing-masing dihitung sampai 𝑦8 ).
c. Gambarkan grafik penyelesaian dalam satu bidang koordinat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Penyelesaian :
a. 𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑡1 = ℎ
𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ

𝑡𝑀 = 𝑡𝑀−1 + ℎ = 𝑀ℎ , sehingga
𝑡𝑘 = 𝑘ℎ

𝑝0+1 = 𝑦0 + ℎ𝑓(𝑡0 , 𝑦0 )
𝑝1+1 = 𝑦1 + ℎ𝑓(𝑡1 , 𝑦1 )

𝑡𝑘 −𝑦𝑘
𝑝𝑘+1 = 𝑦𝑘 + ℎ( 2
)


𝑦0+1 = 𝑦0 + 2 (𝑓(𝑡0 , 𝑦0 ) + 𝑓 (𝑡0+1 , 𝑝0+1 ))
ℎ 𝑡1 −𝑦1 𝑡1+1 − 𝑝1+1
𝑦1+1 = 𝑦1 + 2 (( )+( ))
2 2


ℎ 𝑡𝑘 − 𝑦𝑘 𝑡𝑘+1 − 𝑝𝑘+1
𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + (( )+( ))
2 2 2
b. (untuk h = 1 )
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = =4
ℎ 1
𝑡0 = 0 , 𝑦0 = 1
𝑡1 = ℎ = 1
𝑝1 = 𝑦0 + ℎ(𝑡0 , 𝑦0 )
𝑡0 − 𝑦0
= 𝑦0 + ℎ ( )
2
0−1
= 1 + 1( )
2
1
=2

𝑦1 = 𝑦0 + 2 (𝑓(𝑡0 , 𝑦0 ) + 𝑓 (𝑡0+1 , 𝑝0+1 ))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

ℎ 𝑡0 −𝑦0 𝑡1 −𝑝1
= 𝑦0 + 2 (( )+( ))
2 2

1
1 0−1 (12 )−
2
= 1 + 2 (( )+( ))
2 2

= 0,875
𝑡2 = 2ℎ = 2
𝑡1 −𝑦1
𝑝2 = 𝑦1 + ℎ ( )
2
1−0,875
= 0,875 + 1 ( )
2

= 0,9375

𝑦2 = 𝑦1 + 2 (𝑓(𝑡1 , 𝑦1 ) + 𝑓 (𝑡1+1 , 𝑝1+1 ))
ℎ 𝑡1 −𝑦1 𝑡2 −𝑝2
= 𝑦1 + 2 (( )+( ))
2 2

1 1−0,875 2−0,9375
= 0,875 + (( )+( ))
2 2 2

=1,171875
𝑡3 = 3ℎ = 3
𝑡2 −𝑦2
𝑝3 = 𝑦2 + ℎ ( )
2
2−1,171875
= 1,171875 + 1 ( )
2

= 1,5859375

𝑦3 = 𝑦2 + 2 (𝑓(𝑡2 , 𝑦2 ) + 𝑓 (𝑡2+1, 𝑝2+1 ))
ℎ 𝑡2 −𝑦2 𝑡3 −𝑝3
= 𝑦2 + 2 (( )+( ))
2 2

1 2−1,171875 3−1,5859375
= 1,171875 + (( )+( ))
2 2 2

= 1,732421875
𝑡4 = 4ℎ = 4
𝑡3 −𝑦3
𝑝4 = 𝑦3 + ℎ ( )
2
3−1,732421875
= 1,732421875 + 1 ( )
2

= 2,3662109375
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42


𝑦4 = 𝑦3 + 2 (𝑓(𝑡3 , 𝑦3 ) + 𝑓 (𝑡3+1 , 𝑝3+1 ))
ℎ 𝑡3 −𝑦3 𝑡4 −𝑝4
= 𝑦3 + 2 (( )+( ))
2 2

1 3−1,732421875 4−2,3662109375
= 1,732421875 + 2 (( )+( ))
2 2

= 2,457763671875

Tabel 4.3.1 (penyelesaian PDB menggunakan metode Heun dengan h=1)

Grafik 4.3.2 (penyelesaian PDB menggunakan metode Heun dengan h=1


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

(untuk h = 0.5 )
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = =8
ℎ 0,5
𝑡0 = 0 , 𝑦0 = 1
𝑡1 = ℎ = 0.5
𝑝1 = 𝑦0 + ℎ(𝑡0 , 𝑦0 )
𝑡0 −𝑦0
= 𝑦0 + ℎ ( )
2
0−1
= 1 + 0,5 ( )
2

= 0,75

𝑦1 = 𝑦0 + (𝑓(𝑡0 , 𝑦0 ) + 𝑓 (𝑡0+1 , 𝑝0+1 ))
2
ℎ 𝑡0 −𝑦0 𝑡1 −𝑝1
= 𝑦0 + 2 (( )+( ))
2 2

0−1 0,5−0.75
= 1 + 0,25 (( )+( ))
2 2

= 0,84375
𝑡2 = 2ℎ = 1
𝑡1 −𝑦1
𝑝2 = 𝑦1 + ℎ ( )
2
0,5−0,84375
= 0,84375 + 0,5 ( )
2

= 0,7578125

𝑦2 = 𝑦1 + 2 (𝑓(𝑡1 , 𝑦1 ) + 𝑓 (𝑡1+1 , 𝑝1+1 ))
ℎ 𝑡1 −𝑦1 𝑡2 −𝑝2
= 𝑦1 + 2 (( )+( ))
2 2

0,5−0,84375 1−0,7578125
= 0,84375 + 0,25 (( )+( ))
2 2

= 0,8310546875
𝑡3 = 3ℎ = 1,5
𝑡2 −𝑦2
𝑝3 = 𝑦2 + ℎ ( )
2
1−0.8310546875
= 0,8310546875 + 0,5 ( )
2

= 0,873291015625
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44


𝑦3 = 𝑦2 + 2 (𝑓(𝑡2 , 𝑦2 ) + 𝑓 (𝑡2+1, 𝑝2+1 ))
ℎ 𝑡2 −𝑦2 𝑡3 −𝑝3
= 𝑦2 + 2 (( )+( ))
2 2

1−0,8310546875 1,5−0,873291015625
= 0,8310546875 + 0,25 (( )+( ))
2 2

= 0,930511474609375
𝑡4 = 4ℎ = 2
𝑡3 −𝑦3
𝑝4 = 𝑦3 + ℎ ( )
2
1,5−0,930511474609375
= 0,930511474609375 + 0.5 ( )
2

= 1,07288360595703

𝑦4 = 𝑦3 + 2 (𝑓(𝑡3 , 𝑦3 ) + 𝑓 (𝑡3+1 , 𝑝3+1 ))
ℎ 𝑡3 −𝑦3 𝑡4 −𝑝4
= 𝑦3 + 2 (( )+( ))
2 2

1,5−0,930511474609375
= 0,930511474609375 + 0,25 (( )+
2

2−1,07288360595703
( ))
2

= 1,11758708953857
𝑡5 = 5ℎ = 2.5
𝑡4 −𝑦4
𝑝5 = 𝑦4 + ℎ ( )
2
2−1,11758708953857
= 1,11758708953857 + 0.5 ( )
2

= 1,33819031715393

𝑦5 = 𝑦4 + 2 (𝑓(𝑡4 , 𝑦4 ) + 𝑓 (𝑡4+1, 𝑝4+1 ))
ℎ 𝑡4 −𝑦4 𝑡5 −𝑝5
= 𝑦4 + (( )+( ))
2 2 2

2−1,11758708953857
= 1,11758708953857 + 0,25 (( )+
2

2,5−1,33819031715393
( ))
2

= 1,37311491370201
𝑡6 = 6ℎ = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

𝑡5 −𝑦5
𝑝6 = 𝑦5 + ℎ ( )
2
2,5−1,37311491370201
= 1,37311491370201 + 0.5 ( )
2

= 1,65483618527651

𝑦6 = 𝑦5 + 2 (𝑓(𝑡5 , 𝑦5 ) + 𝑓 (𝑡5+1, 𝑝5+1 ))
ℎ 𝑡5 −𝑦5 𝑡6 −𝑝6
= 𝑦5 + 2 (( )+( ))
2 2

2,5−1,37311491370201
= 1,37311491370201 + 0,25 (( )+
2

3−1,65483618527651
( ))
2

= 1,6821210263297
𝑡7 = 7ℎ = 3.5
𝑡6 −𝑦6
𝑝7 = 𝑦6 + ℎ ( )
2
3−1,6821210263297
= 1,6821210263297 + 0.5 ( )
2

= 2,01159076974728

𝑦7 = 𝑦6 + 2 (𝑓(𝑡6 , 𝑦6 ) + 𝑓 (𝑡6+1, 𝑝6+1 ))
ℎ 𝑡6 −𝑦6 𝑡7 −𝑝7
= 𝑦6 + 2 (( )+( ))
2 2

3−1,6821210263297 3,5−2,01159076974728
= 1,6821210263297 + 0,25 (( )+( ))
2 2

= 2,03290705182008
𝑡8 = 8ℎ = 4
𝑡7 −𝑦7
𝑝8 = 𝑦7 + ℎ ( )
2
3,5−2,03290705182008
= 2,03290705182008 + 0.5 ( )
2

= 2,39968028886506

𝑦8 = 𝑦7 + 2 (𝑓(𝑡7 , 𝑦7 ) + 𝑓 (𝑡7+1, 𝑝7+1 ))
ℎ 𝑡7 −𝑦7 𝑡8 −𝑝8
= 𝑦7 + 2 (( )+( ))
2 2

3,5−2,03290705182008 4−2,39968028886506
= 2,03290705182008 + 0,25 (( )+( ))
2 2

= 2,41633363423444
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Tabel 4.3.3 (penyelesaian PDB menggunakan metode Heun dengan h=0.5)

Grafik 4.3.4 (penyelesaian PDB menggunakan metode Heun dengan h=0.5)

(untuk h = 0.25 )
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = = 16
ℎ 0,25
𝑡0 = 0 , 𝑦0 = 1
𝑡1 = ℎ = 0.25
𝑝1 = 𝑦0 + ℎ(𝑡0 , 𝑦0 )
𝑡0 −𝑦0
= 𝑦0 + ℎ ( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

0−1
= 1 + 0,25 ( )
2

= 0,875

𝑦1 = 𝑦0 + 2 (𝑓(𝑡0 , 𝑦0 ) + 𝑓 (𝑡0+1 , 𝑝0+1 ))
ℎ 𝑡0 −𝑦0 𝑡1 −𝑝1
= 𝑦0 + 2 (( )+( ))
2 2

0−1 0,25−0.875
= 1 + 0,125 (( )+( ))
2 2

= 0,8984375
𝑡2 = 2ℎ = 0.5
𝑝2 = 𝑦1 + ℎ(𝑡1 , 𝑦1 )
𝑡1 −𝑦1
= 𝑦1 + ℎ ( )
2
0,25−0,8984375
= 0,8984375 + 0,25 ( 2
)

= 0,8173828125

𝑦2 = 𝑦1 + 2 (𝑓(𝑡1 , 𝑦1 ) + 𝑓 (𝑡1+1 , 𝑝1+1 ))
ℎ 𝑡1 −𝑦1 𝑡2 −𝑝2
= 𝑦1 + 2 (( )+( ))
2 2

0,25−0,8984375 0,5−0,8173828125
= 0,8984375 + 0,125 (( )+( ))
2 2

= 0,83807373046875
𝑡3 = 3ℎ = 0.75
𝑝3 = 𝑦2 + ℎ(𝑡2 , 𝑦2 )
𝑡2 −𝑦2
= 𝑦2 + ℎ ( )
2
0,5−0,83807373046875
= 0,83807373046875 + 0,25 ( 2
)

= 0,795814514160156

𝑦3 = 𝑦2 + 2 (𝑓(𝑡2 , 𝑦2 ) + 𝑓 (𝑡2+1, 𝑝2+1 ))
ℎ 𝑡2 −𝑦2 𝑡3 −𝑝3
= 𝑦2 + 2 (( )+( ))
2 2

0,5−0,83807373046875
= 0,83807373046875 + 0,125 (( )+
2

0,75−0,795814514160156
( 2
))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

= 0,814080715157318
𝑡4 = 4ℎ = 1
𝑝4 = 𝑦3 + ℎ(𝑡3 , 𝑦3 )
𝑡3 −𝑦3
= 𝑦3 + ℎ ( )
2
0,75−0,814080715157318
= 0,814080715157318 + 0,25 ( )
2

= 0,806070625762653

𝑦4 = 𝑦3 + 2 (𝑓(𝑡3 , 𝑦3 ) + 𝑓 (𝑡3+1 , 𝑝3+1 ))
ℎ 𝑡3 −𝑦3 𝑡4 −𝑝4
= 𝑦3 + 2 (( 2
)+( 2
))

0,75−0,814080715157318
= 0,814080715157318 + 0,125 (( )+
2

1−0,806070625762653
( 2
))

= 0,82219625634982
𝑡5 = 5ℎ = 1,25
𝑝5 = 𝑦4 + ℎ(𝑡4 , 𝑦4 )
𝑡4 −𝑦4
= 𝑦4 + ℎ ( )
2
1−0,82219625634982
= 0,82219625634982 + 0,25 ( )
2

= 0,844421724306092

𝑦5 = 𝑦4 + 2 (𝑓(𝑡4 , 𝑦4 ) + 𝑓 (𝑡4+1, 𝑝4+1 ))
ℎ 𝑡4 −𝑦4 𝑡5 −𝑝5
= 𝑦4 + 2 (( )+( ))
2 2

1−0,82219625634982
= 0,82219625634982 + 0,125 (( 2
)+

1,25−0,844421724306092
( ))
2

= 0,858657632558825
𝑡6 = 6ℎ = 1,5
𝑝6 = 𝑦5 + ℎ(𝑡5 , 𝑦5 )
𝑡5 −𝑦5
= 𝑦5 + ℎ ( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

1,25−0,858657632558825
= 0,858657632558825 + 0,25 ( )
2

= 0,907575428488972

𝑦6 = 𝑦5 + 2 (𝑓(𝑡5 , 𝑦5 ) + 𝑓 (𝑡5+1, 𝑝5+1 ))
ℎ 𝑡5 −𝑦5 𝑡6 −𝑝6
= 𝑦5 + 2 (( )+( ))
2 2

1,25−0,858657632558825
= 0,858657632558825 + 0,125 (( )+
2

1,5−0,907575428488972
( ))
2

= 0,920143066243395
𝑡7 = 7ℎ = 1,75
𝑝7 = 𝑦6 + ℎ(𝑡6 , 𝑦6 )
𝑡6 −𝑦6
= 𝑦6 + ℎ ( )
2
1,5−0,920143066243395
= 0,920143066243395 + 0,25 ( )
2

= 0,992625182962971

𝑦7 = 𝑦6 + 2 (𝑓(𝑡6 , 𝑦6 ) + 𝑓 (𝑡6+1, 𝑝6+1 ))
ℎ 𝑡6 −𝑦6 𝑡7 −𝑝7
= 𝑦6 + 2 (( )+( ))
2 2

1,5−0,920143066243395
= 0,920143066243395 + 0,125 (( )+
2

1,75−0,992625182962971
( ))
2

= 1,003720050668
𝑡8 = 8ℎ = 2
𝑝8 = 𝑦7 + ℎ(𝑡7 , 𝑦7 )
𝑡7 −𝑦7
= 𝑦7 + ℎ ( )
2
1,75−1,003720050668
= 1,003720050668 + 0,25 ( )
2

= 1,0970050443345

𝑦8 = 𝑦7 + 2 (𝑓(𝑡7 , 𝑦7 ) + 𝑓 (𝑡7+1, 𝑝7+1 ))
ℎ 𝑡7 −𝑦7 𝑡8 −𝑝8
= 𝑦7 + 2 (( 2
)+( 2
))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

1,75−1,003720050668 2−1,0970050443345
= 1,003720050668 + 0,125 (( )+( ))
2 2

= 1,10679973223034

Tabel 4.3.5 (penyelesaian PDB menggunakan metode Heun dengan h=0.25)

Grafik 4.3.6 (penyelesaian PDB menggunakan metode Heun dengan h=0.25)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

c. Gambar grafik penyelesaian

Grafik 4.3.7 (perbandingan penyelesaian PDB menggunakan metode Heun


dengan h=1, h=0.5, dan h=0.25 dengan penyelesaian eksaknya)

C. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Tiga


Metode Runge-Kutta orde tiga merupakan perbaikan dari dua metode
sebelumnya yaitu metode Runge-Kutta orde satu atau metode Euler dan metode
Runge-Kuuta orde dua atau metode Heun. Metode Runge-Kutta orde tig aini
menghasilkan keakuratan nilai solusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua
metode sebelumnya tersebut.
Contoh 4.4
Diketahui masalah nilai awal
𝑡−𝑦
𝑦′ = pada interval [0,4] dengan 𝑦(0) = 1.
2

a. Menggunakan metode Runge-Kutta orde tiga tentukan persamaan umum untuk


𝑘1 , 𝑘2 , 𝑘3 , dan 𝑦𝑘+1 .
b. Dari hasil skema persamaan umum metode Runge-Kutta orde tiga tentukan
hampiran penyelesaiannya untuk ℎ = 1, 0.5, 0.25 berdasarkan rumusan yang telah
dibuat. (selain ℎ = 1, masing-masing dihitung sampai 𝑦5 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

c. Gambarkan grafik penyelesaian dalam satu bidang koordinat.


Penyelesaian :
a. 𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑡1 = ℎ
𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ

𝑡𝑀 = 𝑡𝑀−1 + ℎ = 𝑀ℎ , sehingga
𝑡𝑘 = 𝑘ℎ

𝑘1 = 𝑓(𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 )
𝑡0 −𝑦0
𝑘1 = ( )
2
𝑡1 − 𝑦1
𝑘1 = ( )
2

𝑡𝑘 − 𝑦𝑘
𝑘1 = ( )
2

ℎ ℎ
𝑘2 = 𝑓(𝑡𝑘 + , 𝑦𝑘 + 𝑘1 )
2 2
ℎ ℎ
𝑡0 + 2 − 𝑦0 + 2 𝑘1
𝑘2 = ( )
2

ℎ ℎ
𝑡1 + 2 − 𝑦1 + 2 𝑘1
𝑘2 = ( )
2


ℎ ℎ
𝑡𝑘 + 2 − 𝑦𝑘 + 2 𝑘1
𝑘2 = ( )
2

𝑘3 = 𝑓 (𝑡𝑘 + ℎ, 𝑦𝑘 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )


𝑡0 + ℎ − 𝑦0 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2
𝑘3 = ( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

𝑡1 + ℎ − 𝑦1 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2
𝑘3 = ( )
2

𝑡𝑘 + ℎ − 𝑦𝑘 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2
𝑘3 = ( )
2

𝑦1 = 𝑦0 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦2 = 𝑦1 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6


𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
b. (untuk ℎ = 1)
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = =4
ℎ 1
𝑡1 = ℎ = 1
𝑡0 − 𝑦0 0−1 1
𝑘1 = ( )=( ) = (− ) = −0,5
2 2 2

ℎ ℎ 1 1 1
(𝑡0 + 2) − (𝑦0 + 2 𝑘1 ) (0 + 2) − (1 + 2 (− 2))
𝑘2 = ( )=
2 2
( )
= −0,125
(𝑡0 + ℎ) − (𝑦0 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1
(0 + 1) − (1 + + 2(−0,125))
2
=( )
2

= −0,125

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦1 = 1 + [−0,5 + 4(−0,125) − 0,125] = 0,8125
6

𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

𝑡1 − 𝑦1 1 − 0,8125
𝑘1 = ( )=( ) = 0,09375
2 2
ℎ ℎ 1 1
(𝑡1 + ) − (𝑦1 + 𝑘1 ) (1 + ) − (0,8125 + (0,09375))
2 2 2 2
𝑘2 = ( )=( )
2 2

= 0,3203125
(𝑡1 + ℎ) − (𝑦1 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
(1 + 1) − (0,8125 − 0,09375 + 2(0,3203125)
=( ) = 0,3203125
2

𝑦2 = 𝑦1 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
= 0,8125 + [0,09375 + 4(0,3203125) + 0,3203125] = 1,0950520
6
𝑡3 = 𝑡2 + ℎ = 3ℎ = 3
𝑡2 − 𝑦2 2 − 1,0950520
𝑘1 = ( )=( ) = 0,452474
2 2
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2) − (𝑦2 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(2+ )−1,0950520+ (0,452474)
2 2
=( ) = 0,5893555
2

(𝑡2 + ℎ) − (𝑦2 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )


𝑘3 = ( )
2
(2+1)−(1,0950520−0,452474+2(0,5893555)
=( ) = 0,5893555
2


𝑦3 = 𝑦2 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
= 1,0950520 + [0,452474 + 4(0,5893555) + 0,5893555]
6
= 1,6615939
𝑡4 = 𝑡3 + ℎ = 4ℎ = 4
𝑡3 − 𝑦3 3 − 1,6615939
𝑘1 = ( )=( ) = 0,6692030
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

ℎ ℎ
(𝑡3 + 2) − (𝑦3 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(3 + 2) − (1,6615939 + 2 (0,6692030))
=( ) = 0,7519023
2

(𝑡3 + ℎ) − (𝑦3 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )


𝑘3 = ( )
2
(3 + 1) − (1,6615939 − 0,6692030 + 2(0,7519023)
=( )
2
= 0,7519023

𝑦4 = 𝑦3 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
= 1,6615939 + [0,6692030 + 4(0,7519023) + 0,7519023]
6
= 2,3997129

Tabel 4.4.1 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde tiga


dengan h=1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Grafik 4.4.2 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde


tiga dengan h=1)

(Untuk ℎ = 0,5)
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = =8
ℎ 0,5

𝑡1 = ℎ = 0,5
𝑡0 − 𝑦0 0−1 1
𝑘1 = ( )=( ) = (− ) = −0,5
2 2 2

ℎ ℎ 1 1 1
(𝑡0 + 2) − (𝑦0 + 2 𝑘1 ) (0 + 4) − (1 + 4 (− 2))
𝑘2 = ( )=
2 2
( )
= −0,3125
(𝑡0 + ℎ) − (𝑦0 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1 1
(0 + 0,5) − (1 − (− ) + 2. (−0,3125))
2 2 2
=( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

= −0,21875

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦1 = 𝑦0 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦1 = 1 + [−0,5 + 4(−0,3125) − 0,21875] = 0,8359375
12
𝑡2 = 2ℎ = 1
𝑡1 − 𝑦1 0,5 − 0,8359375
𝑘1 = ( )=( ) = −0,1679687
2 2
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2) − (𝑦1 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(0,5 + 4) − (0,8359375 + 4 (−0,1679687))
= = −0,0219726
2
( )
(𝑡1 + ℎ) − (𝑦1 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(0,5 + 0,5) − (0,8359375 − (−0,1679687) + 2. ( −0,0219726))
2 2
=( )
2

= 0,0510254

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + 6 [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ].

𝑦2 = 𝑦1 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦2 = 0,8359375 + [−0,1679687 + 4(−0,0219726) + 0,0510254]
12
= 0,818868
𝑡3 = 3ℎ = 1,5
𝑡2 − 𝑦2 1 − 0,818868
𝑘1 = ( )=( ) = 0,090566
2 2
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2) − (𝑦2 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

1 1
(1 + 4) − (0,818868 + 4 (0,090566))
= = 0,2042452
2
( )
(𝑡2 + ℎ) − (𝑦2 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(1 + 0,5) − (0,818868 − (0,090566) + 2. ( 0,2042452))
2 2
=( )
2

= 0,2610849

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦3 = 𝑦2 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦3 = 0,818868 + [0,090566 + 4(0,2042452) + 0,2610849]
12
= 0,9162539
𝑡4 = 4ℎ = 2
𝑡3 − 𝑦3 1,5 − 0,9162539
𝑘1 = ( )=( ) = 0,291873
2 2
ℎ ℎ
(𝑡3 + 2) − (𝑦3 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(1,5 + 4) − (0,9162539 + 4 (0,291873))
= = 0,3803889
2
( )
(𝑡3 + ℎ) − (𝑦3 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(1,5 + 0,5) − (0,9162539 − (0,291873) + 2. ( 0,3803889))
2 2
=( )
2

= 0,4246468

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59


𝑦4 = 𝑦3 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦4 = 0,9162539 + [0,291873 + 4(0,3803889) + 0,4246468]
12
= 1,1027602
𝑡5 = 5ℎ = 2,5
𝑡4 − 𝑦4 2 − 1,1027602
𝑘1 = ( )=( ) = 0,4486199
2 2
ℎ ℎ
(𝑡4 + ) − (𝑦4 + 𝑘1 )
𝑘2 = ( 2 2 )
2

1 1
(2 + 4) − (1,1027602 + 4 (0,4486199))
= = 0,5175424
2
( )
(𝑡4 + ℎ) − (𝑦4 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(2 + 0,5) − (1,1027602 − (0,4486199) + 2. ( 0,5175424))
2 2
=( )
2

= 0,5520037

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦5 = 𝑦4 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦5 = 1,1027602 + [0,4486199 + 4(0,5175424) + 0,5520037]
12
= 1,358659
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Tabel 4.4.3 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde tiga


dengan h=0,5)

Grafik 4.4.4 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde tiga


dengan h=0,5)
(Untuk h=0,25)
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = = 16
ℎ 0,25
𝑡1 = ℎ = 0,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

𝑡0 − 𝑦0 0−1 1
𝑘1 = ( )=( ) = (− ) = −0,5
2 2 2

ℎ ℎ 1 1 1
(𝑡0 + 2) − (𝑦0 + 2 𝑘1 ) (0 + 8) − (1 + 8 (− 2))
𝑘2 = ( )=
2 2
( )
= −0,40625
(𝑡0 + ℎ) − (𝑦0 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1 1
(0 + 0,25) − (1 − (− ) + 2. (−0,40625))
=( 4 2 4 ) = −0,3359375
2


𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦1 = 𝑦0 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦1 = 1 + [−0,5 + 4(−0,40625) − 0,3359375] = 0,8974609
24
𝑡2 = 2ℎ = 0,5
𝑡1 − 𝑦1 0,25 − 0,8974609
𝑘1 = ( )=( ) = −0,3237304
2 2
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2) − (𝑦1 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(0,25 + 8) − (0,8974609 + 8 (−0,3237304))
= = −0,2409973
2
( )
(𝑡1 + ℎ) − (𝑦1 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(0,25 + 0,25) − (0,8974609 − (−0,3237304) + 2. (−0,2409973))
4 4
=( )
2

= −0,1789474
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62


𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦2 = 𝑦1 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦2 = 0,8974609 + [−0,3237304 + 4(−0,2409973) − 0,1789474]
24
= 0,8363497
𝑡3 = 3ℎ = 0,75
𝑡2 − 𝑦2 0,5 − 0,8363497
𝑘1 = ( )=( ) = −0,1681748
2 2
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2) − (𝑦2 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(0,5 + 8) − (0,8363497 + 8 (−0,1681748))
= = −0,0951639
2
( )
(𝑡2 + ℎ) − (𝑦2 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(0,5 + 0,25) − (0,8363497 − (−0,1681748) + 2. (−0,0951639))
4 4
=( )
2

= −0,0404057

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦3 = 𝑦2 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦3 = 0,8363497 + [−0,1681748 + 4(−0,0951639) − 0,0404057]
24
= 0,8117982
𝑡4 = 4ℎ = 1
𝑡3 − 𝑦3 0,75 − 0,8117982
𝑘1 = ( )=( ) = −0,0308991
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

ℎ ℎ
(𝑡3 + 2) − (𝑦3 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(0,75 + 8) − (0,8117982 + 8 (−0,0308991))
= = 0,0335321
2
( )
(𝑡3 + ℎ) − (𝑦3 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(0,75 + 0,25) − (0,8117982 − (−0,0308991) + 2. ( 0,0335321))
=( 4 4 )
2

= 0,0818555

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦4 = 𝑦3 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦4 = 0,8117982 + [−0,0308991 + 4(0,0335321) + 0,0818555]
24
= 0,8195101
𝑡5 = 5ℎ = 1,25
𝑡4 − 𝑦4 1 − 0,8195101
𝑘1 = ( )=( ) = 0,09024495
2 2
ℎ ℎ
(𝑡4 + 2) − (𝑦4 + 2 𝑘1 )
𝑘2 = ( )
2

1 1
(1 + ) − (0,8195101 + (0,09024495))
8 8
= = 0,1471046
2
( )
(𝑡4 + ℎ) − (𝑦4 − ℎ𝑘1 + 2ℎ𝑘2 )
𝑘3 = ( )
2
1 1
(1 + 0,25) − (0,8195101 − (0,09024495) + 2. ( 0,1471046))
4 4
=( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

= 0,1897494

𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6

𝑦5 = 𝑦4 + [𝑘1 + 4𝑘2 + 𝑘3 ]
6
1
𝑦5 = 0,8195101 + [0,09024495 + 4(0,1471046) + 0,1897494]
24
= 0,8556939

Tabel 4.4.5 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde tiga


dengan h=0,25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Grafik 4.4.6 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde tiga


dengan h=0,25)

c. Gambar grafik penyelesaian

Grafik 4.4.7 (perbandingan penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta


orde tiga dengan h=1, h=0.5, dan h=0.25 dengan penyelesaian eksaknya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

D. Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Empat


Metode Runge-Kutta orde empat merupakan perbaikan dari metode
sebelumnya yaitu metode Runge-Kutta orde tiga. Metode ini menghasilkan
keakuratan nilai solusi yang lebih tinggi dibandingkan metode Runge-Kutta orde
tiga karena memiliki orde yang lebih tinggi yaitu 𝑁 = 4.
Contoh 4.5
Diketahui masalah nilai awal
𝑡−𝑦
𝑦′ = pada interval [0,4] dengan 𝑦(0) = 1.
2

a. Menggunakan metode Runge-Kutta orde empat tentukan persamaan umum


untuk 𝑓1 , 𝑓2 , 𝑓3 , 𝑓4 , dan 𝑦𝑘+1 .
b. Dari hasil skema persamaan umum metode Runge-Kutta orde empat, tentukan
hampiran penyelesaiannya untuk ℎ = 1, 0.5, 0.25 berdasarkan rumusan yang telah
dibuat. (masing-masing dihitung sampai 𝑦4 ).
c. Gambarkan grafik penyelesaian dalam satu bidang koordinat.
Penyelesaian :
a. 𝑡𝑘+1 = 𝑡𝑘 + ℎ
𝑡1 = ℎ
𝑡2 = 𝑡1 + ℎ = 2ℎ

𝑡𝑀 = 𝑡𝑀−1 + ℎ = 𝑀ℎ , sehingga
𝑡𝑘 = 𝑘ℎ
𝑓1 = 𝑓(𝑡0 , 𝑦0 )
𝑡0 − 𝑦0
𝑓1 = ( )
2
𝑡1 − 𝑦1
𝑓1 = ( )
2

𝑡𝑘 − 𝑦𝑘
𝑓1 = ( )
2
ℎ ℎ
𝑓2 = (𝑡0 + , 𝑦0 + 𝑓1 )
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

ℎ ℎ
(𝑡0 + 2 ) − (𝑦0 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2


ℎ ℎ
(𝑡𝑘 + 2 ) − (𝑦𝑘 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

ℎ ℎ
𝑓3 = (𝑡0 + , 𝑦0 + 𝑓2 )
2 2
ℎ ℎ
(𝑡0 + ) − (𝑦0 + 𝑓2 )
𝑓3 = ( 2 2 )
2

ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2


ℎ ℎ
(𝑡𝑘 + 2 ) − (𝑦𝑘 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

𝑓4 = (𝑡0 + ℎ, 𝑦0 + ℎ𝑓3 )
(𝑡0 + ℎ) − (𝑦0 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(𝑡1 + ℎ) − (𝑦1 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2

(𝑡𝑘 + ℎ) − (𝑦𝑘 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦0+1 = 𝑦0 +
6
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦1+1 = 𝑦1 +
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68


ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦𝑘+1 = 𝑦𝑘 +
6
b. (untuk ℎ = 1)
𝑏−𝑎 4−0
𝑀= = =4
ℎ 1
𝑡1 = ℎ = 1
𝑡0 − 𝑦0 0−1 1
𝑓1 = ( )=( ) = (− )
2 2 2
ℎ ℎ 1 1 1
(𝑡0 + 2 ) − (𝑦0 + 2 𝑓1 ) (0 + ) − (1 + (− ))
2 2 2 )
𝑓2 = ( )=(
2 2

= −0,125
ℎ ℎ 1 1
(𝑡0 + 2 ) − (𝑦0 + 2 𝑓2 ) (0 + 2 ) − (1 + 2 (−0,125))
𝑓3 = ( )=( )
2 2

= −0,21875
(𝑡0 + ℎ) − (𝑦0 + ℎ𝑓3 ) (0 + 1) − (1 − 0,21875)
𝑓4 = ( )=( )
2 2
= 0,109375
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦1 = 𝑦0 +
6
1(−0,5 + 2(−0,125) + 2(−0,21875) + 0,109375)
=1+
6
= 0,8203125
𝑡2 = 2ℎ = 2
𝑡1 − 𝑦1 1 − 0,8203125
𝑓1 = ( )=( ) = 0,0898437
2 2
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

1 1
(1 + 2 ) − (0,8203125 + 2 (0,0898437))
=( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

= 0,3173828
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(1 + 2 ) − (0,8203125 + 2 (0,3173828))
=( )
2

= 0,2604981
(𝑡1 + ℎ) − (𝑦1 + ℎ𝑓3 ) (1 + 1) − (0,8203125 + 0,2604981)
𝑓4 = ( )=( )
2 2
= 0,4595947
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦2 = 𝑦1 +
6
1(0,0898437 + 2(0,3173828) + 2(0,2604981) + 0,4595947)
= 0,8203125 +
6
= 1,1045125
𝑡3 = 3ℎ = 3
𝑡2 − 𝑦2 2 − 1,1045125
𝑓1 = ( )=( ) = 0,4477437
2 2
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2 ) − (𝑦2 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

1 1
(2 + 2 ) − (1,1045125 + 2 (0,4477437))
=( )
2

= 0,5858078
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2 ) − (𝑦2 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(2 + 2 ) − (1,1045125 + 2 (0,5858078))
=( )
2

= 0,5512918
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

(𝑡2 + ℎ) − (𝑦2 + ℎ𝑓3 ) (2 + 1) − (1,1045125 + 0,5512918)


𝑓4 = ( )=( )
2 2
= 0,6720978
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦3 = 𝑦2 +
6
1(0,4477437 + 2(0,5858078) + 2(0,5512918) + 0,6720978)
= 1,1045125 +
6
= 1,6701859
𝑡4 = 4ℎ = 4
𝑡3 − 𝑦3 3 − 1,6701859
𝑓1 = ( )=( ) = 0,6649071
2 2
ℎ ℎ
(𝑡3 + ) − (𝑦3 + 𝑓1 )
𝑓2 = ( 2 2 )
2

1
(3+12 )−(1,6701859+ (0,6649071))
2
=( )
2

= 0,7486803
ℎ ℎ
(𝑡3 + 2 ) − (𝑦3 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(3 + 2 ) − (1,6701859 + 2 (0,7486803))
=( )
2

= 0,7277369
(𝑡3 + ℎ) − (𝑦3 + ℎ𝑓3 ) (3 + 1) − (1,6701859 + 0,7277369)
𝑓4 = ( )=( )
2 2
= 0,8010386
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦4 = 𝑦3 +
6
1(0,6649071 + 2(0,7486803) + 2(0,7277369) + 0,8010386)
= 1,6701859 +
6
= 2,4066492
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Tabel 4.5.1 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde


empat dengan h=1)

Grafik 4.5.2 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde empat


dengan h=1)

(Untuk h= 0,5)
𝑡1 = ℎ = 0,5
𝑡0 − 𝑦0 0−1 1
𝑓1 = ( )=( ) = (− )
2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

ℎ ℎ 1 1 1
(𝑡0 + 2 ) − (𝑦0 + 2 𝑓1 ) (0 + 4 ) − (1 + 4 (− 2))
𝑓2 = ( )=( )
2 2

= −0,3125
ℎ ℎ 1 1
(𝑡0 + 2 ) − (𝑦0 + 2 𝑓2 ) (0 + 4 ) − (1 + 4 (−0,3125))
𝑓3 = ( )=( )
2 2

= −0,3359375
(𝑡0 + ℎ) − (𝑦0 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(0 + 0,5) − (1 + (0,5)(−0,3359375))
=( )
2
= −0,1660156
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦1 = 𝑦0 +
6
0,5(−0,5 + 2(−0,3125) + 2(−0,3359375) − 0,1660156)
=1+
6
= 0,8364258
𝑡2 = 2ℎ = 1
𝑡1 − 𝑦1 0,5 − 0,8364258
𝑓1 = ( )=( ) = −0,1682129
2 2
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

1 1
(0,5 + 4 ) − (0,8364258 + 4 (−0,1682129))
=( )
2

= −0,0221863
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(0,5 + 4 ) − (0,8364258 + 4 (−0,0221863))
=( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

= −0,0404396
(𝑡1 + ℎ) − (𝑦1 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(0,5 + 0,5) − (0,8364258 + (0,5)(−0,0404396))
=( )
2
= 0,091897
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦2 = 𝑦1 +
6
= 0,8364258
0,5(−0,1682129 + 2(−0,0221863) + 2(−0,0404396) + 0,091897)
+
6
= 0,8196285
𝑡3 = 3ℎ = 1,5
𝑡2 − 𝑦2 1 − 0,8196285
𝑓1 = ( )=( ) = 0,0901857
2 2
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2 ) − (𝑦2 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

1 1
(1 + 4 ) − (0,8196285 + 4 (0,0901857))
=( )
2

= 0,2039125
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2 ) − (𝑦2 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(1 + ) − (0,8196285 + (0,2039125))
=( 4 4 )
2

= 0,1896967
(𝑡2 + ℎ) − (𝑦2 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(1 + 0,5) − (0,8196285 + (0,5)(0,1896967))
=( )
2
= 0,2927616
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )


𝑦3 = 𝑦2 +
6
= 0,8196285
0,5(0,0901857 + 2(0,2039125) + 2(0,1896967) + 0,2927616)
+
6
= 0,9171423
𝑡4 = 4ℎ = 2
𝑡3 − 𝑦3 1,5 − 0,9171423
𝑓1 = ( )=( ) = 0,2914288
2 2
ℎ ℎ
(𝑡3 + ) − (𝑦3 + 𝑓1 )
𝑓2 = ( 2 2 )
2

1 1
(1,5 + 4 ) − (0,9171423 + 4 (0,2914288))
=( )
2

= 0,38000
ℎ ℎ
(𝑡3 + 2 ) − (𝑦3 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(1,5 + 4 ) − (0,9171423 + 4 (0,38000))
=( )
2

= 0,3689288
(𝑡3 + ℎ) − (𝑦3 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(1,5 + 0,5) − (0,9171423 + (0,5)(0,3689288))
=( )
2
= 0,4491966
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦4 = 𝑦3 +
6
0,5(0,2914288 + 2(0,38000) + 2(0,3689288) + 0,4491966)
= 0,9171423 +
6
= 1,1036825
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Tabel 4.5.3 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde empat


dengan h=0,5)

Grafik 4.5.4 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde empat


dengan h=0,5)

(untuk h= 0,25)
𝑡1 = ℎ = 0,25
𝑡0 − 𝑦0 0−1 1
𝑓1 = ( )=( ) = (− )
2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

ℎ ℎ 1 1 1
(𝑡0 + 2 ) − (𝑦0 + 2 𝑓1 ) (0 + 8 ) − (1 + 8 (− 2))
𝑓2 = ( )=( )
2 2

= −0,40625
ℎ ℎ 1 1
(𝑡0 + 2 ) − (𝑦0 + 2 𝑓2 ) (0 + 8 ) − (1 + 8 (−0,40625))
𝑓3 = ( )=( )
2 2

= −0,4121094
(𝑡0 + ℎ) − (𝑦0 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(0 + 0,25) − (1 + (0,25)(−0,4121094))
=( )
2
= −0,3234863
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦1 = 𝑦0 +
6
0,25(−0,5 + 2(−0,40625) + 2(−0,4121094) − 0,3234863)
=1+
6
= 0,8974915
𝑡2 = 2ℎ = 0,5
𝑡1 − 𝑦1 0,25 − 0,8974915
𝑓1 = ( )=( ) = −0,3237458
2 2
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

1 1
(0,25 + 8 ) − (0,8974915 + 8 (−0,3237458))
=( )
2

= −0,2410116
ℎ ℎ
(𝑡1 + 2 ) − (𝑦1 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(0,25 + 8 ) − (0,8974915 + 8 (−0,2410116))
=( )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

= −0,2461825
(𝑡1 + ℎ) − (𝑦1 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(0,25 + 0,25) − (0,8974915 + (0,25)(−0,2461825))
=( )
2
= −0,1679729
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦2 = 𝑦1 +
6
= 0,8974915
0,25(−0,3237458 + 2(−0,2410116) + 2(−0,2461825) − 0,1679729)
+
6
= 0,8364037
𝑡3 = 3ℎ = 0,75
𝑡2 − 𝑦2 0,5 − 0,8364037
𝑓1 = ( )=( ) = −0,1682019
2 2
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2 ) − (𝑦2 + 2 𝑓1 )
𝑓2 = ( )
2

1 1
(0,5 + 8 ) − (0,8364037 + 8 (−0,1682019))
=( )
2

= −0,0951892
ℎ ℎ
(𝑡2 + 2 ) − (𝑦2 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(0,5 + 8 ) − (0,8364037 + 8 (−0,0951892))
=( )
2

= −0,0997525
(𝑡2 + ℎ) − (𝑦2 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(0,5 + 0,25) − (0,8364037 + (0,25)(−0,0997525))
=( )
2
= −0,0307328
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )


𝑦3 = 𝑦2 +
6
= 0,8364037
0,25(−0,1682019 + 2(−0,0951892) + 2(−0,0997525) − 0,0307328)
+
6
= 0,8118696
𝑡4 = 4ℎ = 1
𝑡3 − 𝑦3 0,75 − 0,8118696
𝑓1 = ( )=( ) = −0,0309348
2 2
ℎ ℎ
(𝑡3 + ) − (𝑦3 + 𝑓1 )
𝑓2 = ( 2 2 )
2

1 1
(0,75 + ) − (0,8118696 + (−0,0309348))
=( 8 8 )
2

= 0,0334986
ℎ ℎ
(𝑡3 + 2 ) − (𝑦3 + 2 𝑓2 )
𝑓3 = ( )
2

1 1
(0,75 + 8 ) − (0,8118696 + 8 (0,0334986))
=( )
2

= 0,0294715
(𝑡3 + ℎ) − (𝑦3 + ℎ𝑓3 )
𝑓4 = ( )
2
(0,75 + 0,25) − (0,8118696 + (0,25)(0,0294715))
=( )
2
= 0,0903813
ℎ(𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4 )
𝑦4 = 𝑦3 +
6
0,25(−0,0309348 + 2(0,0334986) + 2(0,0294715) + 0,0903813)
= 0,8118696 +
6
= 0,819594
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Tabel 4.5.5 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde empat


dengan h=0,25)

Grafik 4.5.6 (penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta orde empat


dengan h=0,25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

c. Grafik penyelesaian

Grafik 4.5.7 (perbandingan penyelesaian PDB menggunakan metode Runge-Kutta


orde empat dengan h=1, h=0.5, dan h=0.25 dengan penyelesaian eksaknya)

E. Diskusi Perbandingan Error Metode Runge-Kutta Orde Satu, Dua, Tiga,


dan Empat
Dari kasus masalah nilai awal yang dibahas pada tugas akhir ini, yaitu
𝑑𝑦 𝑡−𝑦
= dengan diberikan 𝑦(𝑡0 ) = 0 pada interval [0,4], memberikan ilustrasi
𝑑𝑡 2

bahwa dalam satu kasus tertentu apabila dilakukan penyelesaian menggunakan


empat metode Runge-Kutta akan memperoleh hasil yang semakin lama grafik
penyelesaian hampiran dengan penyelesaian eksaknya akan saling berhimpit atau
semakin dekat, asalkan ℎ semakin kecil menuju nol dan/ order 𝑁 yang semakin
besar. Hal ini mengakibatkan, jika suatu masalah nilai awal tersebut diselesaikan
menggunakan metode Runge-Kutta dengan order atau 𝑁 yang semakin besar,
maka akan memperoleh solusi penyelesaian yang lebih akurat. Akan tetapi,
semakin besar nilai 𝑁 yang digunakan untuk menyelesaikan masalah nilai awal,
maka semakin banyak dan rumit pula formula yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Untuk memperkuat dugaan bahwa semakin besar nilai 𝑁 dalam metode Runge-
Kutta akan diperoleh solusi masalah nilai awal yang akurat, berikut akan
ditunjukkan tabel perbandingan rata-rata error yang dihasilkan dengan
menggunakan metode Runge-Kutta orde satu, dua, tiga, dan empat pada masalah
nilai awal tugas akhir ini.

Delta t Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata


error Euler error Heun error RK 3 error RK 4
(𝒉)
(RK1) (RK2)

1 0.2372 0.0477 0.0060 6.0674e-04

0.5 0.1149 0.0105 6.5970e-04 3.3267e-05

0.25 0.0566 0.0025 7.7394e-05 1.9429e-06

0.125 0.0281 5.9777e-04 9.3659e-06 1.1732e-07

0.0625 0.0140 1.4721e-04 1.1517e-06 7.2059e-09


Tabel 4.6.1 (perbandingan error metode Runge-Kutta orde satu, dua, tiga, dan
empat)

Pada Tabel 4.6.1 diatas, terlihat bahwa rata-rata error yang dihasilkan dari
1
beberapa metode Runge-Kutta dengan ℎ menurun sebesar kali, ini memiliki
2

1 𝑁
pola bentuk (2) kali error sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata error yang dihasilkan dari
1
masalah nilai awal menggunakan metode Runge-Kutta orde satu sebesar 2

kalinya dari error sebelumnya. Pada masalah nilai awal menggunakan metode
1 2 1
Runge-Kutta orde dua, nilai rata-rata error yang dihasilkan sebesar (2) = 4

kalinya dari error sebelumnya. Pada masalah nilai awal menggunakan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

1 3 1
Runge-Kutta orde tiga, nilai rata-rata error yang dihasilkan sebesar ( ) =
2 8

kalinya dari error sebelumnya. Begitu pula pada masalah nilai awal menggunakan
metode Runge-Kutta orde empat, nilai rata-rata error yang dihasilkan sebesar
1 4 1
(2) = 16 kalinya dari error sebelumnya. Oleh karena itu, semakin besar nilai 𝑁

maka semakin kecil pula error yang dihasilkan, sehingga pada metode Runge-
Kutta dengan order yang lebih tinggi akan menghasilkan error yang sangat kecil
dan hampir mendekati nol. Oleh karena error yang dihasilkan mendekati nol,
berarti nilai dari solusi hampiran masalah nilai awal tersebut mendekati nilai
eksaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam tugas akhir ini, penulis telah berhasil mencari penyelesaian
hampiran dan penyelesaian eksak dari masalah nilai awal persamaan diferensial
dengan menggunakan metode Runge-Kutta orde satu, metode Runge-Kutta orde
dua, metode Runge-Kutta orde tiga, dan metode Runge-Kutta orde empat. Dari
hasil simulasi menggunakan metode Runge-Kutta orde satu, dapat dilihat bahwa
metode ini menghasilkan error yang sangat besar karena error yang diperoleh
merupakan akumulasi dari setiap proses perhitunganya, sehingga mengakibatkan
penyelesaian hampirannya akan menjauhi penyelesaian eksaknya. Pada metode
Runge-Kutta orde dua dan tiga, juga masih menghasilkan error yang cukup besar,
meskipun metode Runge-Kutta orde tiga yang paling mendekati nilai eksak
dibandingkan metode Runge-Kutta orde satu dan dua. Apabila nilai orde Runge-
Kutta diperbesar menjadi empat akan mengakibatkan keakuratan yang lebih besar
dari ke tiga metode sebelumnya, dimana penyelesaian hampirannya akan
mendekati penyelesaian eksaknya karena error yang didapat sangat kecil dan
grafik yang diperoleh akan memperlihatkan penyelesaian hampiran semakin lama
akan semakin berhimpit dengan penyelesaian eksaknya. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa dengan metode Runge-Kutta orde empat, dapat diperoleh
penyelesaian numerik dari persamaan diferensial biasa yang akurat.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas akhir ini.
Dalam tugas akhir ini, penulis hanya membahas mengenai penyelesaian hampiran
persamaan diferensial biasa dengan menggunakan metode Runge-Kutta orde satu,
dua, tiga, dan empat. Oleh karena itu, penulis berharap akan ada yang melanjutkan
penelitian ini dengan membandingkan metode Runge-Kutta orde satu, dua, tiga,

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

dan empat dengan metode lain dalam menyelesaikan masalah nilai awal
persamaan diferensial biasa. Metode lain yang dapat digunakan adalah metode
Runge-Kutta dengan orde yang lebih tinggi dan metode Milne-Simpson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Adams, R. A. and Essex C. (2018). Calculus A Complete Course. (9 th Edition).


USA: Pearson Canada.

Boyce, W. E. and DiPrima, R. C. (2012). Elementary Differential Equations and


Boundary Value Problems. (Tenth Edition). New York: John Wiley and
Sons.

Chapra, Steven C. (2012). Applied Numerical Methods with MATLAB. For


Engineers and Scientists. (3th Edition). New York: Raghothaman
Srinivasan.

Chapra, Steven C. and Canale, Raymond P. (2010). Numerical Methods. For


Engineers. (6th Edition). New York: Raghothaman Srinivasan.

Darmawijoyo. (2019). Persamaan Diferensial Biasa: Suatu Pengantar. (Edisi


Kedua). Jakarta: Erlangga.

Mathew, John. H. and Fink, Kurtis D. (1999).Numerical Methods. Using


MATLAB. (3th Edition). California: Prentice Hall.

Purcel, Edwin J., Varberg, Dale., Rigdon, Steven E. (2003). Kalkulus. (8th
Edition). Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

S. B, Waluya. (2006). Persamaan Diferensial. (Edisi Pertama). Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Wazwaz, A. M. (2009). Partial Differential Equations and Solitary Waves


Theory. Berlin: Springer.

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

Lampiran Bab IV
Contoh 4.2
%Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Satu dalam
menyelesaikan masalah nilai
%awal pada contoh 4.2
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h=1; %ukuran langkah

t=a:h:b;
n=length(t);
y(1)=1; %nilai awal

for k=1:n-1
y(k+1)=y(k)+h*((t(k)-y(k))/2);%penyelesaian numerik
end

%exact solution (faktor integral)


y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t); %penyelesaian analitik
plot(t,y,'r',t,y_eksak,'g--')
title('Penyelesaian PDB dy/dt=(t-y)/2 pada [0,4]')
legend('y_{Euler}','y_{eksak}')
xlabel('t')
ylabel('y')

galat=abs(y_eksak-y);

%print results
tabel=[t' y' y_eksak' galat'];
disp('Penyelesaian PDB dy/dt= t-y/2 pada [0,4]')
disp('menggunakan metode Euler dengan h=1')
disp(' t y y_eksak galat ')
disp(tabel)
figure

plot(t,galat)
xlabel('t')
ylabel('galat')
rataratagalat=sum(galat)/n

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

%==================================================%
% Grafik Perbandingan Metode Runge-Kutta Orde
Satu %
% dengan h=1, h=0.5, h=0.25, h=0.125 %
%==================================================%
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h1=1; %ukuran langkah
h2=0.5;
h3=0.25;
h4=0.25;

t=a:h4:b;
t1=a:h1:b;
t2=a:h2:b;
t3=a:h3:b;

n1=length(t1);
n2=length(t2);
n3=length(t3);

y1(1)=1; %nilai awal


y2(1)=1;
y3(1)=1;

for k=1:n1-1
y1(k+1)=y1(k)+h1*((t1(k)-y1(k))/2);%penyelesaian
numerik
end

for k=1:n2-1
y2(k+1)=y2(k)+h2*((t2(k)-y2(k))/2);%penyelesaian
numerik
end

for k=1:n3-1
y3(k+1)=y3(k)+h3*((t3(k)-y3(k))/2);%penyelesaian
numerik
end

y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t);

plot(t1,y1,t2,y2,t3,y3,t,y_eksak)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

title('Penyelesaian PDB dy/dt=(t-y)/2 pada [0,4]


menggunakan metode Runge-Kutta orde 1')
legend('h=1','h=0.5','h=0.25','y_{eksak}')
xlabel('t')
ylabel('y')

Contoh 4.3

%Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Dua dalam


menyelesaikan masalah nilai
%awal pada contoh 4.3
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h=0.0625; %ukuran langkah
t=a:h:b;
n=length(t);
y(1)=1; %nilai awal

for k=1:n-1
P(k+1)=y(k)+h*((t(k)-y(k))/2);
y(k+1)=y(k)+(h/2)*(((t(k)-y(k))/2)+((t(k+1))-
P(k+1))/2); %penyelesaian numerik
end

%exact solution (faktor integral)


y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t); %penyelesaian
analitik

plot(t,y,'r',t,y_eksak,'b--')
title('Penyelesaian PDB (dy/dt=(t-y)/2 dengan h=0.25')
legend('y_{Heun}','y_{eksak}')
xlabel('t')
ylabel('y')
galat=abs(y_eksak-y);

%print results
tabel=[t' y' y_eksak' galat'];
disp('Penyelesaian PDB dy/dt= (t-y)/2 pada [0,4]')
disp('menggunakan metode Heun dengan h=0.25')
disp(' t y y_eksak galat ')
disp(tabel)
figure
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

plot(t,galat)
xlabel('t')
ylabel('galat')
rataratagalat=sum(galat)/n

%=====================================================%
% Grafik Perbandingan Metode Runge-Kutta Orde Dua %
% dengan h=1, h=0.5, h=0.25, h=0.125 %
%=====================================================%
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h1=1; %ukuran langkah
h2=0.5;
h3=0.25;
h4=0.001;

t=a:h4:b;
t1=a:h1:b;
t2=a:h2:b;
t3=a:h3:b;

n1=length(t1);
n2=length(t2);
n3=length(t3);

y1(1)=1; %nilai awal


y2(1)=1;
y3(1)=1;

for k=1:n1-1
P1(k+1)=y1(k)+h1*((t1(k)-y1(k))/2);
y1(k+1)=y1(k)+(h1/2)*(((t1(k)-y1(k))/2)+((t1(k+1)-
P1(k+1))/2)); %penyelesaian numerik
end

for k=1:n2-1
P2(k+1)=y2(k)+h2*((t2(k)-y2(k))/2);
y2(k+1)=y2(k)+(h2/2)*(((t2(k)-y2(k))/2)+((t2(k+1)-
P2(k+1))/2)); %penyelesaian numerik
end
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

for k=1:n3-1
P3(k+1)=y3(k)+h3*((t3(k)-y3(k))/2);
y3(k+1)=y3(k)+(h3/2)*(((t3(k)-y3(k))/2)+((t3(k+1)-
P3(k+1))/2)); %penyelesaian numerik
end

y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t);
plot(t1,y1,t2,y2,t3,y3,t,y_eksak)
title('Penyelesaian PDB (dy/dt=(t-y)/2 pada [0,4]
menggunakan metode Runge-Kutta orde 2')
legend('h1=1','h2=0.5','h3=0.25','y_{eksak}')
xlabel('t')
ylabel('y')

Contoh 4.4

%Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Tiga dalam


menyelesaikan masalah nilai
%awal pada contoh 4.4
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h=0.0625; %ukuran langkah
t=a:h:b;
n=length(t);
y(1)=1; %nilai awal

for i=1:n-1
k1=((t(i)-y(i))/2);
k2=(((t(i)+h/2)-(y(i)+h/2*k1))/2);
k3=(((t(i)+h)-(y(i)-h*k1+2*h*k2))/2);
y(i+1)=(y(i)+h/6*(k1+4*k2+k3));
end

%exact solution (faktor integral)


y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t); %penyelesaian
analitik

plot(t,y,'g',t,y_eksak,'b--')
title('Penyelesaian PDB (dy/dt=(t-y)/2 dengan h=0,25)')
legend('y_{RK3}','y_{eksak}')
xlabel('t')
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

ylabel('y')
galat=abs(y_eksak-y);

%print results
tabel=[t' y' y_eksak' galat'];
disp('Penyelesaian PDB dy/dt= (t-y)/2 pada [0,4]')
disp('menggunakan metode Runge-Kutta orde 3 dengan
h=0,25')
disp(' t y y_eksak galat ')
disp(tabel)
figure
plot(t,galat)
xlabel('t')
ylabel('galat')
rataratagalat=sum(galat)/n

%=====================================================%
% Grafik Perbandingan Metode Runge-Kutta Orde Tiga%
% dengan h=1, h=0.5, h=0.25, h=0.125 %
%=====================================================%
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h1=1; %ukuran langkah
h2=0.5;
h3=0.25;
h4=0.001;

t=a:h4:b;
t1=a:h1:b;
t2=a:h2:b;
t3=a:h3:b;

n1=length(t1);
n2=length(t2);
n3=length(t3);

y1(1)=1; %nilai awal


y2(1)=1;
y3(1)=1;

for i=1:n1-1
k1_3=((t1(i)-y1(i))/2);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

k2_3=(((t1(i)+h1/2)-(y1(i)+h1/2*k1_3))/2);
k3_3=(((t1(i)+h1)-(y1(i)-h1*k1_3+2*h1*k2_3))/2);
y1(i+1)=(y1(i)+h1/6*(k1_3+4*k2_3+k3_3));
end

for i=1:n2-1
k1_3=((t2(i)-y2(i))/2);
k2_3=(((t2(i)+h2/2)-(y2(i)+h2/2*k1_3))/2);
k3_3=(((t2(i)+h2)-(y2(i)-h2*k1_3+2*h2*k2_3))/2);
y2(i+1)=(y2(i)+h2/6*(k1_3+4*k2_3+k3_3));
end

for i=1:n3-1
k1_3=((t3(i)-y3(i))/2);
k2_3=(((t3(i)+h3/2)-(y3(i)+h3/2*k1_3))/2);
k3_3=(((t3(i)+h3)-(y3(i)-h3*k1_3+2*h3*k2_3))/2);
y3(i+1)=(y3(i)+h3/6*(k1_3+4*k2_3+k3_3));
end

y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t);

plot(t1,y1,t2,y2,t3,y3,t,y_eksak)
title('Penyelesaian PDB (dy/dt=(t-y)/2 pada [0,4]
menggunakan metode Runge-Kutta orde 3')
legend('h1=1','h2=0.5','h3=0.25','y_{eksak}')
xlabel('t')
ylabel('y')

Contoh 4.5

%Penerapan Metode Runge-Kutta Orde Empat dalam


menyelesaikan masalah nilai
%awal pada contoh 4.5
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h=1; %ukuran langkah
t=a:h:b;
n=length(t);
y(1)=1; %nilai awal

for i=1:n-1
f1=((t(i)-y(i))/2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

f2=(((t(i)+h/2)-(y(i)+h/2*f1))/2)
f3=(((t(i)+h/2)-(y(i)+h/2*f2))/2)
f4=(((t(i)+h)-(y(i)+h*f3))/2)
y(i+1)=y(i)+h/6*(f1+2*f2+2*f3+f4);
end

%exact solution (faktor integral)


y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t); %penyelesaian
analitik

plot(t,y,'m',t,y_eksak,'k--')
title('Penyelesaian PDB (dy/dt=(t-y)/2 dengan h=0.25)')
legend('y_{RK4}','y_{eksak}')
xlabel('t')
ylabel('y')
galat=abs(y_eksak-y);

%print results
tabel=[t' y' y_eksak' galat'];
disp('Penyelesaian PDB dy/dt= (t-y)/2 pada [0,4]')
disp('menggunakan metode Runge-Kutta orde 4 dengan
h=0.25')
disp(' t y y_eksak galat ')
disp(tabel)
figure
plot(t,galat)
xlabel('t')
ylabel('galat')

rataratagalat=sum(galat)/n

%=====================================================%
% Grafik Perbandingan Metode Runge-Kutta Orde Empat %
% dengan h=1, h=0.5, h=0.25, h=0.125 %
%=====================================================%
close all
clear all
clc

a=0;
b=4;
h1=1; %ukuran langkah
h2=0.5;
h3=0.25;
h4=0.001;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

t=a:h4:b;
t1=a:h1:b;
t2=a:h2:b;
t3=a:h3:b;

n1=length(t1);
n2=length(t2);
n3=length(t3);

y1(1)=1; %nilai awal


y2(1)=1;
y3(1)=1;

for i=1:n1-1
f1_4=((t1(i)-y1(i))/2);
f2_4=(((t1(i)+h1/2)-(y1(i)+h1/2*f1_4))/2);
f3_4=(((t1(i)+h1/2)-(y1(i)+h1/2*f2_4))/2);
f4_4=(((t1(i)+h1)-(y1(i)+h1*f3_4))/2);
y1(i+1)=y1(i)+h1/6*(f1_4+2*f2_4+2*f3_4+f4_4);
end

for i=1:n2-1
f1_4=((t2(i)-y2(i))/2);
f2_4=(((t2(i)+h2/2)-(y2(i)+h2/2*f1_4))/2);
f3_4=(((t2(i)+h2/2)-(y2(i)+h2/2*f2_4))/2);
f4_4=(((t2(i)+h2)-(y2(i)+h2*f3_4))/2);
y2(i+1)=y2(i)+h2/6*(f1_4+2*f2_4+2*f3_4+f4_4);
end

for i=1:n3-1
f1_4=((t3(i)-y3(i))/2);
f2_4=(((t3(i)+h3/2)-(y3(i)+h3/2*f1_4))/2);
f3_4=(((t3(i)+h3/2)-(y3(i)+h3/2*f2_4))/2);
f4_4=(((t3(i)+h3)-(y3(i)+h3*f3_4))/2);
y3(i+1)=y3(i)+h3/6*(f1_4+2*f2_4+2*f3_4+f4_4);
end

y_eksak=(3*exp(-(t)/2))-2+(t);

plot(t1,y1,t2,y2,t3,y3,t,y_eksak)
title('Penyelesaian PDB (dy/dt=(t-y)/2 pada [0,4]
menggunakan metode Runge-Kutta orde 4')
legend('h1=1','h2=0.5','h3=0.25','y_{eksak}')
xlabel('t')
ylabel('y')

Anda mungkin juga menyukai