Anda di halaman 1dari 177

PENGARUH PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA)

TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN


MATEMATIS SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di


Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2021/2022)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Intan Tata Sari

1801358

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

INTAN TATA SARI

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONCRETE PICTORIAL


ABSTRAK (CPA)TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di
Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2021/2022)
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I

Dra. Puji Rahayu, M.Pd.


NIP. 196006011986112001

Pembimbing II

Prof. Dr. Turmudi, M.Ed, Ph.D.


NIP. 1961011218031003

Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Purwakarta

Dr. Hafiziani Eka Putri, M.Pd.


NIP. 18205162008012015

ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa” ini beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat,
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila kemudian
hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau atau kalimat dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.

Purwakarta, Agustus 2022


Yang Membuat Pernyataan,

Intan Tata Sari


NIM. 1801358

iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa” ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan semoga
sampai kepada kita selaku umatnya, Aamiin.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta. Penulis menyadari bahwa
penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya penulis menerima
kritik dan saran dari semua pihak agar dapat menyempurnakan skripsi ini untuk
kedepannya. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
ke demi tercapainya penyusunan karya tulis ilmiah yang lebih baik.

Purwakarta, Agustus 2022

Penulis

iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh kerenanya, dengan
ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orang tua, mamah almarhumah Hj. Junengsih terima kasih untuk
hari-hari singkat yang telah engkau beri untuk menyayangi, menjaga,
mendidik, dan membimbing serta selalu mendoakan penulis hingga akhir
hayatnya, dan bapak H. Anda Mulyana terima kasih juga untuk papah yang
selalu dukungan, nasehat, kerja keras dalam pengorbanan untuk penulis
hingga gelar sarjana ini akan dipersembahkan untuk kalian.
2. Kakak dan keluarga besar tercinta, atas pengorbanan, motivasi, dukungan,
nasehat, dan kasih sayang selama penulis menempuh pendidikan S-1 ini.
3. Prof. Turmudi M.Ed., M.Sc., Ph.D selaku Direktur Universitas Pendidikan
Indonesia Kampus Purwakarta dan Pembimbing II. Terima kasih atas masukan
pendapat serta arahannya dari sejak awal hingga skripsi ini selesai.
4. Dr. Idat Muqodas, M.Pd selaku Wakil Direktur Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Purwakarta.
5. Dr. Hafiziani Eka Putri, M.Pd selaku Kaprodi Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Purwakarta.
6. Dra. Puji Rahayu, M.Pd selaku pembimbing I. Terima kasih telah memberi arahan,
motivasi yang membangun dan bimbingan sejak awal hingga skripsi ini selesai.
7. Seluruh dosen di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang selama ini
banyak berperan memberikan dan menyumbangkan ilmu pengetahuan serta
pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.
8. Bu Ai Rostianti, S.Pd dan Bu Nining Sugianti, S.Pd atas bimbingan dan
bantuannya dalam kelancaran proses penelitian skripsi ini.
9. Bu Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd selaku kepala sekola SDN 6 Nagrikaler atas
bantuannya selama penelitian.
10. Kepada kakak tingkat saya Teh Intan Kusumawati, S.Pd yang telah

v
membantu, memotivasi, mendukung, menceramahi, dan mengarahakan
penulis untuk selalu mengerjakan skripsi ini tanpa pantang menyerah,
walaupun penulis sempat menyerah akan skripsi ini karena suatu keadaan.
11. Ketua tingkat kelas A Pipit Mulyasari karena telah menjadi ketua kelas yang
bertanggung jawab bagi teman-teman yang lain. Terimakasih atas segala
kontribusi selama ini bagi kelas 2018 A PGSD.
12. Ketua angkatan pgsd Nouval, yang telah berkontribusi banyak dari awal
hingga akhir untuk teman-teman angkatan PGSD 2018.
13. Teman-teman kelas A pgsd 2018 yang sudah membersamai dari awal
hingga akhir studi ini, terima kasih banyak sudah mau bekerja sama selama
kurang lebih 4 tahun.
14. Rekan-rekan kerja di PT. Samcon Indonesia, Purwakarta, yang telah
memberikan motivasi dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi
ini.
15. Partner kerja PPIC PT. Samcon Alfida dan Iryanti yang telah membantu
banyak, memotivasi, mendukung dan mau bertukar shift untuk kelancaran
perkuliahan dan skripsi ini selama kurang lebih 2 tahun, hingga selesai
skripsi ini.
16. Teman-teman PPL SDN 1 Cipaisan Ai, Arifa, Ileena, Nana, Yolan, Sita,
Ayu, Diah, Alya, Hanna, Nuraeni, Otul.
17. Siswa-siswa SDN 1 Cipaisan terima kasih untuk suka dan duka serta
pengalaman yang tak terlupakan. Terima kasih ya.. kalian.
18. Siswa-siswi SDN 6 Nagrikaler kelas 2A, 2B, dan 3B terima kasih banyak
untuk waktu dan ketersediannya yang telah kalian berikan untuk menjadi
subyek dalam penelitian skripsi ini.
19. Teman-teman BEM UPI Kampus Purwakarta Kabinet Progresif 2020 yang
sudah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengasah
kemampuannya.
20. Semua teman-teman dan kerabat yang telah memberi semangat serta do’a
kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya tepat
waktu.

vi
PENGARUH PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT
(CPA) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di
Kecamatan Purwakarta Tahun Ajaran 2021/2022)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemahaman matematis yang merupakan


suatu kemampuan dasar di antara kemampuan matemtais lainnya yang harus dikuasi siswa.
Namun fakta dilapangan menunjukkan tingkat kemampuan pemahaman matematis siswa
di Indonesia yang tergolong rendah, penyebab daripada hal tersebut karena guru masih
menggunakan cara mengajar konvensionalnya yaitu mengandalkan metode ceramah dan
kurang mengembangkan media pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan inovasi dari
pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan CPA agar pembelajaran dapat lebih bermakna
pada siswa. Tujuan Penelitin ini yakni: 1) untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa sekolah dasar yang mendapat pendekatan pembelajaran CPA
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pendekatan konvensional; 2)
untuk mengetahui pengaruh pendekatan CPA terhadap kemampuan pemahaman matematis
siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu kuasi eksperimen dengan desain nonequivalen control group design, dengan
memberikan pretest-posttest pada kedua kelompok pembelajaran pada pembelajaran
matematika di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Purwakarta penelitian ini dilakukan
terhadap siswa-siswi kelas II dengan jumlah subjek 48 siswa. Instrumen pada penelitian ini
menggunakan data kuantitatif melalui tes kemampuan pemahaman matematis berupa
uraian yang diberikan sebelum dan sesudah treatment pembelajaran dikelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hasil yang diperoleh yakni: 1) Tedapat peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa yang mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran CPA
lebih baik disbanding siswa yang mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran
konvensional; 2) Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran CPA terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis. Berdasarkan hasil penelitian ini merekomendasikan
model Concrete Pictorial Abstract (CPA) sebagai alternatif untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi pokok bahasan perkalian.

Kata kunci: Kemampuan pemahaman matematis, pendekatan Pembelajaran


Concrete Pictorial Abstract, CPA, Perkalian, Konvensional.

vii
ABSTRACT

This research is motivated by the importance of mathematical understanding which is a


basic ability among other mathematical abilities that must be mastered by students.
However, the facts in the field show that the level of mathematical understanding ability of
students in Indonesia is relatively low, the cause of this is because teachers still use the
conventional teaching method, namely relying on the lecture method and lack of
development learning media. Therefore, the use of innovation from the learning approach,
namely the CPA approach so that learning can be more meaningful to students. The
objectives of this research are: 1) to find out the improvement in the mathematical
understanding ability of elementary school students who received the CPA learning
approach better than students who received the conventional approach; 2) to determine
the effect of the CPA approach on students' mathematical understanding abilities in
learning mathematics in elementary schools. The type of research used is a quasi-
experimental design with a non-equivalent control group design, by giving pretest-posttest
to both learning groups in learning mathematics in an elementary school in Purwakarta
District. This research was conducted on class II students with 40 students as subjects. The
instrument in this study uses quantitative data through a mathematical understanding
ability test in the form of a description given before and after the learning treatment in the
experimental class and the control class. The results obtained are 1) There is an increase
in the mathematical understanding ability of students who are treated with the CPA
learning approach better than students who are treated with conventional learning
approaches; 2) There is an effect of the CPA learning approach on increasing
mathematical understanding abilities. Based on the results of this study recommend the
Concrete Pictorial Abstract (CPA) model as an alternative to improve students'
mathematical understanding skills in the subject matter of multiplication.

Key Words: Mathematical Understanding Ability, Concrete Pictorial Abstract


learning approach, CPA, Multiplication, Conventional

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii


LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................... 6
BAB II Kajian Pustaka ..................................................................................... 8
2.1 Kajian Teori ........................................................................................................ 8
BAB III Metode Penelitian ............................................................................... 19
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................................. 19
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian................................................................. 21
3.3 Definisi Operasional.................................................................................. 22
3.4 Teknik Penelitian Data .............................................................................. 23
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................................. 24
3.6 Pengembangan Instrumen ......................................................................... 27
3.7 Prosedur Penelitian.................................................................................... 33
3.8 Analisis Data ............................................................................................. 34
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 41
4.1 Temuan...................................................................................................... 41
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI ............................ 56
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 56
5.2 Implikasi.................................................................................................... 56
5.3 Rekomendasi ............................................................................................. 57
Daftar Pustaka ................................................................................................... 58
LAMPIRAN ................................................................................................................ 62

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi penjumlahan berulang ....................................................... 16


Gambar 3.1 Non-equivalent Control Group Design ........................................... 21
Gambar 3.2 Teknik Pemberian Skor ................................................................... 27
Gambar 3.3 Rumus Tingkat Indeks Gain ........................................................... 35
Gambar 3.4 Rumus Tingkat Indeks N-Gain ....................................................... 35
Gambar 3.5 Bagan Analisis Data Penelitian ....................................................... 39

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sampel Penelitian................................................................................ 22
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ............................................................ 24
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis ........................... 25
Tabel 3.4 Kriteria Uji Validitas Instrumen ......................................................... 29
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................. 29
Tabel 3.6 Kriteria Uji Reliabilitas Instrumen ...................................................... 30
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .......................................................... 30
Tabel 3.8 Kriteria Uji Daya Pembeda Instrumen ................................................ 31
Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................... 31
Tabel 3.10 Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen ............................................... 32
Tabel 3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran............................................................. 32
Tabel 3.12 Interpretasi N-Gain .......................................................................... 35
Tabel 3.13 Interpretasi Presentase N-Gain.......................................................... 35
Tabel 4.1 Desain Penelitian................................................................................. 41
Tabel 4.2 Hasil Perubahan Skor Pretest dan Posttest Siswa ............................... 42
Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Pretest Eksperimen dan Kontrol......................... 43
Tabel 4.4 Deskriftif Staitstik Posttest Eksperimen dan Kontrol ......................... 44
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Eksperimen dan Kontrol .. 45
Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney U data Pretest ....................................................... 46
Tabel 4.7 Uji Mann-Whitney U data Posttest...................................................... 47
Tabel 4.8 Deskriptif Statistik N-gain .................................................................. 47
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Ngain................................................................. 48
Tabel 4.10 Uji Mann-Whitney U data Ngain Score ............................................ 49
Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 50
Tabel 4.12 Persamaan Signifikansi Koefisien .................................................... 51
Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi ............................................................................... 52
Tabel 4.14 Model Summary ................................................................................ 52

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 SK Pengankatan Dosen Pembimbing Skripsi .............................. 64


Lampiran A.2 Surat Permohonan Penelitian ....................................................... 66
Lampiran A.3 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................ 67
Lampiran A.4 Kartu Bimbingan ......................................................................... 68
Lampiran B.1 RPP dan LKPD Eksperimen dan Kontrol .................................... 71
Lampiran B.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman matematis ... 119
Lampiran B.3 Tes Kemampuan Pemahaman Matematis .................................... 121
Lampiran B.4 Judgement Expert......................................................................... 123
Lampiran C.1 Validitas Instrumen ...................................................................... 125
Lampiran C.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen ................................. 134
Lampiran C.3 Hasil Uji Inferensial ..................................................................... 135
Lampiran C.4 Hasil Pretest dan Postest Kontrol dan Eksperimen ..................... 140
Lampiran C.5 Lembar Jawaban Pretest dan Posttest Kontrol ............................ 142
Lampiran C.6 Lembar Jawaban Pretest dan Posttest Eksperimen ..................... 148
Lampiran C.7 Sampel Lembar Jawaban LKPD Kelas Eksperimen.................... 154
Lampiran C.8 Sampel Lembar Jawaban LKPD Kelas Kontrol .......................... 158
Lampiran D.1 Foto-foto dokumentasi pelaksanaan penelitian ........................... 162

xi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah ilmu yang sangat penting sehingga ada pada setiap
jenjang pendidikan di sekolah mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan
tinggi. Matematika sangat penting bagi kehidupan manusia karena dapat membantu
ilmu pengetahuan lainnya, serta dapat memecahkan berbagai masalah yang timbul
dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlunya matematika ini diberikan pada
siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis. Kritis, dan kreatif serta kemampuan berkerja sama dengan baik (Syafri,
2016). Matematika dapat lebih bermakna bagi siswa apabila dipelajari dengan cara
mengembangkan sendiri pemahaman unsur-unsur atau konsep matematika. Sesuai
dengan pernyataan yang dikatakan oleh Sumanji, dkk (1998) bahwa pemahaman
justru terbentuk bukan dengan menerima saja apa yang diajarkan dan menghafalkan
rumus-rumus dan langkah yang diberikan, akan tetapi dengan membangun makna
dari apa yang dipelajari.
Sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa tujuan daripada pembelajaran matematika
ialah supaya peserta didik dapat memiliki kemampuan pemahaman konsep
matematis, menjelaskan hubungan antar konsep, serta mengaplikasikan konsep atau
ide secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam memecahkan suatu masalah
(Kusrini, dkk., 2014, hlm 1.30). Selain daripada itu siswa dituntut untuk perlu
menguasai kompetensi yang ada dalam pembelajaran kurikulum dilihat dari
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 di mana terdapat kompetensi dan kompetensi
dasar pada setiap satuan pendidikan pada satuan pendidikan tingkat sekolah dasar
salah satunya adalah memahami konsep pengetahuan untuk menjadi bekal
menyelesaikan masalah matematika.
Kemampuan memahami kosep merupakan langkah awal untuk bekal dalam
menyelesaikan masalah matematika. Selain itu siswa juga harus mampu mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret maupun abstrak, serta mampu
mengaitkan berbagai pengetahuan yang telah didapatkan untuk

1
2

menyajikan konsep dalam berbagai representasi. Menurut teori, Bruner


memberikan pendapat bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-
konsep dan struktur-struktur serta mecari hubungan antara konsep dengan struktur
tersebut. Bruner juga mengatakan pemahaman atas suatu konsep beserta
strukturnya dapat menjadikan materi itu lebih mudah diingat dan dapat dipahami
lebih komprehensif. Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang
dapat membimbing juga mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan pemahamam matematis siswa serta menjadi dasar untuk
mempelajari sebuah mamtematika. Kemampuan pemahaman matematis siswa ini
kemampuan awal yang harus dikuasai peserta didik sebagai awalan untuk mencapai
dan mendapatkan kemampuan-kemampuan yang lainnya. Kemampuan lainnya
yang di maksud adalah pemahaman matematis yang baik maka akan membantu
siswa memahami materi elanjutnya, karena materi pada mata pelajaran matematika
itu bersifat hierarki. Nasution (2005) berpendapat bahwa peserta didik mampu
memahami suatu konsep, maka dipastikan siswa mampu mengaplikasikannya di
berbagai situasi serta bukan hanya saat proses pembelajaran saja. Selain itu
pemahaman manurut Bloom (dalam susanto, 2016) dikatakan sebagai kemampuan
untuk menyerap arti atau bahan yang dipelajari serta seberapa besar peserta didik
mampu menerima, menyerap dan memahami materi yang di ajarkan oleh guru.
Selain materi juga, memahami dalam arti memahami apa yang peserta didik baca,
di lihat, di alami dan dirasakannya. Berdasarkan berbagai pendapat ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman matematis ini sangat penting
dan perlu dikuasi oleh peserta didik, untuk memperoleh kemampuan lainnya dan
agar pembelajaran pada matematika dapat lebih bermakna dibandngkan hanya
dengan mengingat dan menghafal rumus saja.
Akan tetapi, pada kenyataannya fakta dilapangan sangat bertentangan
dengan pernyataan di atas. Kegiatan belajar yang selama ini dipelajari di sekolah
belum bisa mendekati kategori pemahaman matematis siswa. Kegiatan
pembelajaran yang yang masih bersifat konvensiona (Tradisional), hal ini selaras
dengan hal yang di ungkapkan dalam penelitian (Muna, D.N. & Afriansyah, E.A.,
2015; F. Kristanti dkk., 2019) bahwa “Ketidakpahaman terhadap matematika
membuat kontribusi dalam kehidupan sehari-hari siswa sulit terwujud”, maka bisa
3

dipastikan bahwa kemampuan pemahaman matematis pada dalam diri peserta didik
masih belum maksimal karena beberapa alasan salah satunya menurut penelitian
(Kurnianingtyas dkk, 2015) bahwa terdapat peserta didik yang tidak sedikit
beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah hal yang sulit dan membosankan.
Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaranmatemtika guru cenderung
lebih banyak menjelaskan dan tidak terlalu banyak mengikutsertakan siswa dalam
proses belajar, sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan yang guru berikan
lalu menghafalkannya dan mengingatnya tanpa tahu pasti bagaimana siswa dapat
memahami konsep matemtis tersebut. Selain itu diperkuat dengan adanya survey
yang menyatakan bahwa kemampuan memahami matematis siswa di Indonesia
masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil survei dari Trend International
Matematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015, menyatakan Indonesia
berada pada peringkat ke-45 dari 50 negara yang terllibat dengan rata-rata skor 397,
di mana skor tersebut memiliki standar untuk mengukur kemampuan matemtika
dan IPA oleh TIMSS dengan sekor minimal 500. Hal yang sama dilakukan oleh tim
survei dari Studi Programme for International Student Assesment (PISA) pada
tahun 2015. Survei yang dilakukan oleh PISA tersebut mengatakan bahwa Negara
Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 70 negara dalam bidang matematika
(OECD, 2015). Menurut hasil dari kedua survei tersebut mempertegas bahwa dari
kemampuan pemahaman matematis inilah yang dimiliki perserta didik yang masuk
kategori rendah. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Mucarno
dan Astuti (2017), Universitas Lampung, yang dilaksanakan oleh guru kelas V SDN
6 Metro Lampung Utara dengan jumlah siswa 51 orang di kelas V (A-B-C) dengan
ditunjukkannya presntase sebersar 35% dan rata-rata nilai 5,46 dari hasil ujian
tengah semester ganjil dari rata-rata pelajaran dan matematika yang paling rendah
dibandingkan pelajaran lainnya, bahkan lebih rendah dari KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum). Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh Awalia, I.,
Pamungkas, A. S., & Alamsyah, T.P. (2019) di kelas IV SDN Karangtumaritis di
mana kedua pebelitian di atas tersebut terdapat kesamaan dari penyebab kurangnya
pehaman siswa dalam pelajaran matemtika ialah kurangnya pemanfaatan dari
media pembelajaran.
Oleh karena itu, perlunya solusi untuk menyelesaikan permasalahan di atas
4

tersebut dengan memperbaiki proses belajar mengajar yang didalamnya perlu


dorongan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan dengan memilih pendekatan pembalajaran yang tepat. Baik,
kreatif dan inovatif dalam pembelajaran matematika. Salah satu alternative model
atau pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis dalam pembelajaran matemtika ialah Pendekatan Concrete Pictorial
Abstrak (CPA).
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Jordan, dkk (Gujarati,
2013) disampaikannya bahwa Pendakatan CPA ini bermanfaat bagi seluruh siswa,
karena terbukti efektif pada siswa yang mempunyai kesulitan matematika. Menurut
(Gafort, 2014) menyatakan bahwa CPA merupakan Trik tiga tingkat yang berurutan
mengajarkan pemahaman konseptual secara keseluruhan, akurasi prosedural dan
kelancaran dengan menggunakan teknik instruksional multi indrawi ketika
memperkenalkan konsep-konsep baru. Setiap tingkat dibangun di atas konsep yang
diajarkan sebelumnya. Pendekatan CPA sebanding dengan teori yang disampaikan
oleh Brunner di mana Pendekatan CPA sebanding dengan teori yang disampaikan
oleh Brunner di mana ada tiga tahapan pembelajaran, tahap ini diperkirakan sangat
efektif terhadap pembelajaran matematika. Hasil Penelitian menunjukkan
pendekatan CPA dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis
(Kusumawati, 2021; Derawati, T. 2021).
Berdasarkan pendapat di atas mengenai apa itu CPA, dapat disimpulkan
bahwa, pendekatan CPA itu merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
dipakai untuk menciptakan pemahaman konsep yang lebih mendalam pada siswa
dan dilakukan melalui tiga tahap yakni tahapan konkrit, gambar, dan yang terakhir
yakni tahap abstrak. Melalui pendekatan ini matematika akan lebih mengasyikan
dan bermakna dalam belajar bagi siswa. Pendekatan ini sesuai pula dengan tahapan
perkembangan siswa Sekolah Dasar yang berada pada tahap operasional konkret.
Dengan menggunakan pendekatan ini, anak dapat memahami materi yang harus
dikuasainya. Dengan demikian materi pelajaran pun akan lebih mudah dimengerti
dan diingat oleh siswa.
Selain faktor pendekatan pembelajaran, terdapat beberapa faktor lain yang
diduga mempunyai pengaruh terhadap pendacapaian kemampuan pemahaman
5

matematis siwa, yaitu faktor keadaan di mana Indonesia merupakan salah satu
negara yang terkena dampak Covid-19 yang menyebabkan sekolah harus
dilaksanakan secara daring dan membuat guru tidak maksimal dalam mengarahkan,
mengajar serta mengawasi peserta didik. Dengan begitu peserta didik hanya
bergantung pada materi yang ada dan tidak jarang saat mengerjakan soalpun tidak
murni hasil peserta didik, karena ketika daring peserta didik tidak memiliki sosok
guru yang bisa sungguh-sungguh dalam mendampingi murid.
Pada prakteknya penelitian ini dilakukan di tengah pandemik Covid-19
yang tengah melanda dunia temasuk Indonesia. Namun peraturan baru di beberapa
sekolah di Indonesia mengalami kemajuan dengan adanya PTMT 50-100% siswa
kembali belajar di sekolah. Hal tesebut sejalan dengan pernyataan kemendikbud di
mana hampir semua daerah di berbagai wilayah di Indonesia masuk kategori PPKM
lebel 1 dan 2. Aturan tersebut didasari pada Keputusan Mendikbudristek Nomor
160/P/2021. Serta Peraturan daerah Purwakarta yang mengatakan kepada seluruh
sekolah dasar maupun menengah dapat kembali bersekolah 100% sesuai dengan
protokol kesehatan dan vaksinasi dosis ke-2. Dari latar belakang tersebut yang
sudah dipaparkan, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Concrete
Pictorial Abstrak (CPA) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat dua
rumusan masalah, yakni :
1) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa sekolah
dasar yang mendapat pendekatan Concrete Pictorial Abstrak (CPA)
lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pendekatan
konvensional?
2) Apakah terdapat pengaruh pendekatan Concrete Pictorial Abstrak
(CPA) terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa dalam
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar?
6

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasar pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, terdapat dua
tujuanpenelitian, sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa sekolah dasar yang mendapat pendekatan Concrete Pictorial
Abstrak (CPA) lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pendekatan konvensional.
2) Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Concrete Pictorial Abstrak
(CPA) terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni:
a. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Concrete Pictorial
Abstract (CPA) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa Sekolah Dasar” yang diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi terhadap pembelajaran matematika untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran dari Concrete Pictorial
Abstrak (CPA).
b. Manfaat secara praktis
1) Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk menjadi
pendidik yang profesional di sekolah dan peneliti diharapkan mampu
mengimplementasikan ilmu yang telah didapat pada perkuliahan.
2) Bagi Guru
Mendapatkan informasi baru mengenai pendekatan pembelajaran
Concrete Pictorial Abstract (CPA) untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis siswa dan peneliti berharap
dapat menjadikan inspirasi untuk dikembangkanya inovasi
pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kualitas guru
dalam mengajar.
7

3) Bagi Siswa
Siswa memperoleh pembelajaran yang menyenangkan dengan
pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) yang menjadi inovasi
saat belajar yang memudahkan dalam memahami materi yang
disampaikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendekatan Pembelajaran CONCRETE PICTORIAL ABSTRAK
(CPA)
Pendekatan atau model pembelajaran Concrete-pictorial-Abstract (CPA)
ini mempunyai nama lain yaitu Concrete-Semiconcrete-Abstract (CSA) selain itu
ada nama lainnya yakni Concrete-Representational-Abstract (CRA), menurut Putri
(2017, hlm 1). Selain itu, Pendekatan CPA ini di dasari oleh teori Bruner yang
muncul pada tahun 1960, di mana tahapan di dalamnya terdapat Representasi
enactive, iconic, symbolic. Pendekatan pembelajaran ini pertama kali diterapkan di
Singapura. Hoong, Kin, dan Pien (2015, hlm 1) mengatakan bahwa Pendekatan
CPA ini didasari oleh teori Bruner model Representasi di mana intruksional
heuristic yang terkenal dan dianjurkan oleh kementerian Pendidikan Singapura
sejak awal 1980. Witzell (dalam Putri, 201, hlm 114) mengungkapkan pendapat
mengenai tiga langkah khusus dari sebuah Pendekatan CPA, sebagai berikut: 1).
Belajar dengan manipulasi objek konkret, 2) belajar dengan representasi
bergambar, 3) menyelesaikan masalah denan cara notasi abstrak.
Pendapat tersebut sejalan dengan Cooper pada tahun 2012 di mana
pernyataan yang dijelaskan ialah terdapat tiga tahapan dari pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CPA, ialah sebagai berikut, (1) tahap konkret ialah tahap
awal di mana siswa dilibatkan secara fisik untuk berinteraksi memanipulasi benda-
benda konkret atau nyata (manipulatif), (2) tahap Pictorial yakni tahap di mana
transisi yang melibatkan siswa bekerja dengan representasi dari model konkret,
yang biasanya berupa kegiatan menggambar lingkaran, titik, perhitungan, atau
gambar geometris, dan (3) tahap abstrak yakni tahak terakhir tang mana sebuah
bentuk konsep matematis dimodelkan secara simbolis menggunakan angka,
variabel dan symbol matemtika lainnya. Ketiga tahapan tadi merupakan satu
kseatuan utuh yang pelaksanaannya mendukung satu sama lainnya. Masing-masing
tahapan pada pendekatan CPA membangun pelajaran sebelumnya untuk
meningkatkan pengetahuan konseptual dan retensi dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan CPA ini memiliki makna pada tiap-tiap tahapannya

8
9

seperti konret yang bermakna untuk memberikan metri ajar yang sangat dekat
dengan keterkaitannya pada dunia nyata, lalu tahap pictorial bermakna untuk
menguatkan pemahaman siswa menjadi penghubung antara dunia nyata dengan
konsep matematis sendiri. Terakhir tahap abstrak yakni menjadi sebuah betuk tahap
penegas yang memberikan makna bagi kehidupan dunia nyata.
Langkah-langkah dari pendekatan pembelajaran Concrete-Pictorial-
Abstrak (CPA) menurut Flores (2010) : 1) Pertama pilih benda-benda konkret atau
manipulatif yang berhubungan dengan pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik, 2) Kedua, Bimbinglah peserta didik untuk berpartisipasi secara madiri
dalam penggunaan benda-benda konkret tersebut, 3) Ketiga, gantilah penggunaan
benda-benda konkret tersbeut dengan gambar ataulukisan, 4) Keempat, gunakanlah
strategi yang dapat membantu peserta didik untuk mengingat langkah-langkah
pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, 5) Kelima, berikan dukungan dan
dorongan kepada peserta didik hanya dengan menggunakan angka atau simbol
dalam menyelesaikan tugas matematika yangdiberikan, dan kegiatan ini berfokus
pada kelancaran.
Selain dari pendapat Flores, ada juga gagasan dari Bernard (2012) tentang
tahap-tahap dari pendekatan pembelajaran CPA, sebagai berikut: 1) Ajarkan konsep
matematika menggunakan benda yang dapat dimanipulatif, 2) Berikan banyak
kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan konsep menggunakan berbagai
manipulative, 3) Pastikan para siswa memahami konsep di tingkat konkret sebelum
pindah ke tingkat representasi. 4) Memperkenalkan gambar untuk
merepresentasikan objek (tingkat representasi). 5) Sediakan banyak waktu bagi
siswa untuk berlatih konsep menggunakan gambar yang digambar. 6) Periksa
pemahaman siswa. Jangan pindah ke abstrak jika siswa belum menguasai tingkat
representasi. 7) Ajarkan siswa konsep matematika hanya menggunakan angka dan
simbol (tingkat abstrak). 8) Sediakan banyak kesempatan bagi siswa untuk berlatih
hanya menggunakan angka dan simbol. 9) Periksa pemahaman siswa, 10) Setelah
konsep ini dikuasai pada tingkat abstrak, secara berkala membawa kembali konsep
bagi siswa untuk berlatih dan menjaga keterampilan mereka tetap segar.
Kemudian terdapat beberapa Kelebihan dan kekurangan sebuah pendekatan
pembelajaran Concrete Pictorial-Abstrak (CPA) yakni pertama ada dari menurut
10

Benard (2012) memaparkan kelebihan pendekatan CPA, diantaranya dapat


memberikan siswa cara terstruktur untuk mempelajari konsep-konsep matematika,
siswa dapat membangun hubungan yang lebih baik ketika bergerak melalui tingkat
pemahaman dari konkret ke abstrak, membuat pembelajaran dapat diakses oleh
semua siswa (termasuk mereka yang memiliki kesulitan belajar matematika),
diajarkan secara eksplisit menggunakan multi-pendekatan sensorik, dapat
digunakan di seluruh tingkat kelas, dari awal sekolah dasar sampai sekolah
menengah, membantusiswa mempelajari konsep baru dan dapat digunakan dalam
kelompok kecilatau seluruh kelas. Selain pada itu, Pendekatan CPA juga tidak luput
dari beberapa kekurangannya di mana pada penggunaan benda-benda manipulatif
mempunyai dampak negatif bagi siswa, ketika siswa lebih menggapnya hanya
sebagai kegiatan bermain. Ketika siswa sudah beranggapan demikian, siswa
menjadi lebih terfokus untuk bermain dan benda-benda konkret yang semula
digunakan sebagai media pembelajaran berubah menjadi hanya sebatas mainan
saja. Kekurangan lainnya adalah, siswa terkadang mampu memahami suatu konsep
dengan benda konkret, namun ketika berpindah ketahap selanjutnya siswa kesulitan
merepresentasikan benda konkret dalam bentuk gambar dan notasi angka. Selain itu,
tidak semua materi matematikadapat disampaikan menggunakan pendekatan CPA.
Perlu adanya kreativitasdan inovasi dari guru untuk membuat sendiri benda-benda
konkret yang nantinya dapat digunakan untuk mengimplementasikan pendekatan
CPA dalam proses pembelajaran.
2.1.2 Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Salah satu kemampuan matematika dasar dan essensial yang mesti dikuasai
oleh peserta didik yaitu kemampuan pemahaman matematis. Pemahaman menurut
istilah yaitu understanding yang boleh didefinisikan sebagai kemampuan yang
harus dimilikidalam memahami materi yang dipelajari (Rahayu, 2007). Pentingnya
kemampuan matematis tersebut termasuk dalam tujuan pembelajaran matematika
menurut (NTCM,1989). Pernyataan yang dikemukakan sejalan dengan pendapat
Hudojo (2003) yang mengatakan bahwa peserta didik harus memahami materi yang
disampaikan agar tujuan dari pembelajaran bisa tercapai. Pemahaman matematis
merupakan pondasi penting yang digunakan dalam berpikir untuk mengerjakan
soal-soal matematika ataupun masalah kehidupan sehari-hari yang terjadi.
11

Kemampuan pemahaman matematika juga banyak mendukung dalam


pengembangan kemampuan matematika lainnya, seperti komunikasi, penalaran,
koneksi, representasi, berfikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan
pemahaman lainnya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Hendriana &
Sumarmo 2014) yang menjelaskan bahwa pemahaman matematis adalah kecakapan
atau kemahiran menerapkan konsep atau prinsip dalam menyelesaikan
permasalahan matematika dan ilmu pengetahuan lain. Kemudian Ruseffendi (2006)
menyampaikan tiga macam pemahaman sebagai berikut; (1) Pengubahan
(translation) adalah suatu persamaan yang diubah menjadi suatu grafik, mengubah
soal yang berbentuk kata-kata atau suatu situasi yang dapat dinyatakan menjadi
bentuk simbol dan sebaliknya; (2) Interpretasi (interpretation) adalah konsep-
konsep yang diubah dengan tepat dalam mengerjakan soal dan mengartikan
kesamaan. (3) Ekstrapolasi (extrapolation) adalah konsep-konsep yang diterapkan
dalam perhitungan matematis, serta membuat perkiraan kecenderungan diagram.
Menurut Arikunto (2001) yang mengatakan sebenarnya pemahaman
(comprehension) merupakan cara bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, memperkirakan (estimates), menjelaskankan, memperluas, membuat
kesimpulan, membuat generalisasi, memberikan contoh, serta menuliskan kembali.
Mengerti suatu objek yang diteliti secara mendalam dijelaskan oleh Michener
(dalam Ompusunggu, 2014) yang menjelaskan bahwa penting bagi seseorang untuk
memahami: (1) Objek itu sendiri; (2) Hubungan dengan objek lain yang sejenisnya;
(3) Keterkaitan relasi dengan objek lain yang bukan sejenis; (4) Relasinya dengan
objek dalam teori lainnya. Sejalan dengan pendapat Michener, Utari (dalam
Ompusunggu, 2014) yang mengatakan banyak dan kuatnya keterkaitan ditentukan
oleh derajat pemahaman yang dimiliki. Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang
mengemukakan pendapatnya di atas kesimpulan yang didapatkan bahwa
kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan dasar yang penting
dipunyai oleh setiap siswa agar dapat membantu dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi di dunia nyata.
Pemahaman menurut Soderholm (dalam Carmen, 2013, hlm. 6) mengatakan
bahwa pemahaman merupakan kemampuan dalam memahami, menjelaskan,
menafsirkan, dan menerjemahkan sehingga mampu memahami makna dari materi.
12

Tingkatan pemahaman Skemp (dalam Idris, 2009) mengkategorikan pemahaman


dalam tiga jenis, yaitu: (1) Pemahaman instrumental, yakni suatu konsep atau
prinsip tidak ada keterkaitan dengan lainnya yang harus dihafal, rumus dapat
diterapkan dalam perhitungan sederhana, serta menyelesaikan perhitungan secara
algoritmik. Kemampuan ini termasuk pada kemampuan tingkat rendah; (2)
Pemahaman relasional, yakni satu konsep dapat dikaitkan dengan konsep lainnya.
Kemampuan ini termasuk pada kemampuan tingkat tinggi; (3) Pemahaman yang
masuk akal, berkaitan erat dengan membuat yakin diri sendiri dan membuat yakin
orang lain. Berbeda dengan Skemp, tingkatan pemahaman konsep menurut
Pollatsek (dalam Sumarmo, 2010), yaitu: (1) Pemahaman komputasional, yaitu
rumus dalam perhitungan sederhana serta dalam mengerjakan sesuatu dapat
diterapkan secara algoritmi; (2) Pemahaman fungsional, yaitu suatu konsep/prinsip
dapat dikaitkan dengan konsep/prinsip lainnya, serta kesadaran akan proses yang
dikerjakannya. Sementara itu, menurut Polya (dalamJihad, 2008) ada empat jenis
kategori pemahaman: (1) Pemahaman mekanikal, yakni dapat mengingat dan
menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana; (2) Pemahaman
induktif, yakni sesuatu yang dapat dicobakan dalam kasus sederhana serta
mengetahui bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa. (3) Pemahaman
rasional, yakni kebenaran akan rumus dan teorema yang dapat dibuktikan; (4)
Pemahaman intuitif, yakni dapat membuat perkiraan akan kebenaran sesuatu tanpa
keraguan, sebelum dianalisis secara analitik. Berdasarkan pengertian yang telah
dikemukakan oleh beberapa para ahli dapat diuraikan kembali bahwa pemahaman
matematis adalah pembelajaran yang bertujuan agar seseorang memahami materi
secara mendalam yang mencakup pengertian, ciri khusus dan isi materi yang
dipelajari.
Indikator Kemampuan Pemahaman Matematis
Indikator KPM bersumber pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas
Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 bahwa indikator
pemahaman matematis adalah ialah sebagai berikut: (1) Menyatakan ulang sebuah
konsep; (2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya; (3) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika; (4) Mengembbangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep;
13

(5) Menggunakandan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu;


(6) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Adapun
pemahaman matematis yang telah dijelaskan menurut Sanjaya (2009, hlm. 32)
antara lain sebagaimana berikut: (1) Dapat menjelaskan secara verbal mengenai apa
yang telah dicapainya; (2) Situasi matematika dapat disajikan dalam berbagai cara
serta mengetahui perbedaan; (3) Dapatmembuat klasifikasi objek-objek berdasarkan
terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut; (4)
Hubungan antara konsep dan prosedur dapat diterapkan; (5) Dapat memberi contoh
dan kontra konsep yang telah dipelajari; (6) Konsep dapat diterapkan secara
algoritma; (7) Ide-ide yang sudah dipelajari dapat dikembangkan.
Selain itu, terdapat pemahaman konseptual menurut Kilpatrick, dkk, Hiebert,
dkk Ball (dalam Juandi, 2006:2), mengungkapkan bahwa pemahaman konsep-
konsep matematika, operasi dan relasi dalam matematika. Beberapa indikator dari
kompetensi ini di antaranya: dapat mengidentifikasi dan menerapkan konsep secara
algoritma, dapat membandingkan, membedakan dan memberikan contoh dan
contoh kontra dari suatu oknsep, dapat mengintergrasikan konsep dan prinsip yang
saling berhubungan.
Kemudian daripada itu terdapat pernyataan mengenai indikator pemahaman
matematis lain oleh Yudhanegara (Pujiani, 2017), di mana: (1) Menyatakan ulang
sebuah konsep, (2) Mengklasiikasikan objek menurut tertentu sesuai dengan
sifatnya, (3) Mengidentiikasi contoh dari suatu konsep, (4) Menggunakan dan
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, serta (5)
mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan indikator kemampuan pemahaman matematis dari berbagai
sumber, peneliti menggunakan indikator pemahaman konsep yang menunjang
penelitian ini, yaitu: (1) kemampuan menyatakan ulang konsep; (2) kemampuan
mengidentiikasi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep; (3) kemampuan
mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
2.1.3 Keterkaitan antara Concrete Pictorial Abstrak (CPA) dengan
pemahaman matematis
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dijelaskan di atas diketahui
sebenarnya pendekatan CPA ialah pendekatan yang dapat membuat dan
14

menanamkan konsep yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pendekatan


Concrete Pictorial Abstract didasarkan pada teori Bruner dapat dijadikan sebagai
suatu penyelesaian yang tepat dalam membangun pemahaman matematis siswa
dalam suatu pembelajaran sebabterlihat dari tahap dan teorinya maka konsep-
konsep matematika dapat dibangundengan sendirinya melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan yangmemberi dampak pada pembentukan sebuah
konsep baru di mana konsep tersebut tidak hanya bersifat abstrak tetapi dapat
digunakan dalam hubungannya dengan konsep lain.Berdasarkan itu pula peneliti
akan menggunakan benda-benda yang konret yang bisa digunakan untuk
mendukung pembelajaran terhadap peserta didik dalam membantu pemahaman
matematis siswa sekolah dasar.
2.1.4 Teori Belajar yang Mendukung
Jika melihat dari jenis model pembelajaran yang akan diterapkan, tentunya
teori belajar diperlukan agar proses pembelajaran dapat terjadi secara maksimal.
Teori belajar yang mendukung untuk model pembelajaran CPA adalah teori Bruner.
Teori Bruner adalah teori belajar matematika yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
enaktif,ikonik dan simbolik. Tahap enaktif adalah tahapan belajar di mana siswa
diberi kesempatan dalam memanipulasi objek konkrit secara langsung. Tahap
ikonik adalah tahapan belajar di mana siswa memanipulasi objek konkrit kedalam
bentuk gambar. Tahap simbolik adalah tahapan belajar di mana siswa memanipulasi
gambar pada tahapan sebelumnya ke dalam simbol-simbol matematika.
Pemahaman konsep matematika pada materi perkalian dan pembagian merupakan
kemampuan peserta didik dalam menemukan dan membuat suatu pengertian yang
benar tentang konsep perkalian dan pembagian.
2.1.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut beberapa hasil penelitian yang relevan sesuai dengan judul
penelitian yang penulis ambil:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Derawati, T. (2021). Pengaruh Pendekatan
Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) Terhadap Pemahaman Konsep
Matematis Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V dengan
Pokok Bahasan Geometri Ruang di Salah Satu Sekolah Dasar di Kabupaten
Purwakarta Tahun Ajaran 2020/2021).
15

2. Penelitian yang dilakukan Putri pada tahun 2015 pada Disertasinya di


Universitas Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa: 1) Pencapaian dan peningkatan kemampuan
representasi matematis dan spatial sense mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan CPA lebih baik daripada mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional ditinjau dari keseluruhan dan tiap
kelompok KAM; 2) Pencapaian Self-Efficacy mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunanakan pendekatan CPA lebih
baik daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional
ditinjau dari keseluruhan dan tiap kelompok KAM; 3) Peningkatan Self-
Efficacy mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
CPA lebih baik daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional ditinjau dari keseluruhan, kelompok KAM tinggi, dan
kelompok KAM sedang; 4) Tidak ditemukan adanya interaksi antara faktor
pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis (KAM) mahasiswa
terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan representasi matematis,
spatial sense, dan self-efficacy mahasiswa.
3. Putri, Rahayu, Misnarti, dan Saptini (2016) dalam penelitiannya yang
termuat pada Jurnal Metodik Didaktik. Dalam penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) dapat
meningkatkan koneksi matematis siswa SD kelas V. Hal ini dapat dilihat
dari pencapaian ketuntasan belajar yang memenuhi target ketercapain siswa
≥ 85% mampu memperoleh nilai ≥ 65 (KKM).
4. Putri, dkk. (2017) dalam penelitiannya yang termuat di Jurnal Metodik
Didaktik. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil analisis data baik secara
deskriptif maupun inferensial menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan
spatial sense siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
CPA lebih baik dari siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional;
baik ditinjau secara keseluruhan dan tiap kelompok KAM. Dengan
demikian, pembelajaran CPA dapat mengembangkan kemampuan spatial
sense siswa sekolah dasar.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani pada tahun 2017 terdapat pada
16

skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, berdasarkan hasil penelitian


diperoleh kesimpulan yaitu: 1) Pencapaian dan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan CPA lebih baik daripada siswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional ditinjau dari keseluruhan dan kelompok KAM;
2) Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa di kedua kelompok pembelajaran (CPA dan Konvensional) berada
pada kategori sedang; dan 3) siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
pendekatan CPA berada pada kategori sangat baik terhadap peningkatan
aktivitas.

2.1.6 Materi Ajar


Materi matematika kelas II, pokok bahasan operasi hitung perkalian.
 Arti Perkalian
Perkalian adalah sebuah perhitungan di mana konsepnya ialah
penjumlahan berulang. Contoh:
Ada 3 kantong plastik, setiap kantong plastiknya mempunyai 10
kelereng, maka berapa banyak kelereng keseluruhannya, hitunglah
menggunakan penjumlahan berulang.

Gambar 2.1 Ilustrasi penjumlahan berulang


Jadi, banyak jumlah kelereng keseluruhannya adalah 10 + 10 + 10 = 30.
Lalu perhatikan contoh lainya seperti berikut di bawah ini!
5 × 6 = 6 + 6 + 6 + 6 + 6 = 30
3×2=2+2=6
2.1.7 Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah suatu konsep belajar yang digunakan
guru dalam membahas suatu pokok materi yang telah biasa digunakan dalam proses
pembelajaran. “Menurut Ahmadi (dalam Widiantari, 2012:24) “model
17

pembelajaran konvensional menyandarkan pada hafalan belaka, penyampain


informasi lebih banyak dilakukan oleh guru, siswa secara pasif menerima
informasi, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis serta tidak bersadar pada realitas
kehidupan, memberikan hanya tumpukan beragam informasi kepada siswa,
cenderung fokus pada bidang tertentu, waktu belajar siswa sebagaian besar
digunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah guru, dan mengisi
latihan (kerja individual)”. Sedangkan menurut Santyasa (dalam Widiantari, 2012)
model pembelajaran konvensional adalah “pembelajaran yang lazim atau sudah
biasa diterapkan, seperti kegiatan sehari-hari di kelas oleh guru. Desain
pembelajaran bersifat linear dan dirancang part to whole”.
Pembelajaran konvensional masih dilaksanakan atas asumsi bahwa suatu
pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Metode
pengajaransecara konvensional selama ini lebih ditekankan pada tugas guru untuk
memberikan intruksi atau ceramah selama proses pembelajaran berlangsung,
sementara itu siswa hanyamenerima pembelajaran secara pasif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa pembelajaran konvensional
adalahpembelajaran yang sudah biasa dilakukan oleh guru di kelas, pembelajaran
berlangsung terpusat pada guru sebagai pusat informasi, dan siswa hanya menerima
materi secara pasif.
Sebagai sebuah model pembelajaran, dalam pembelajaran konvensional
juga terdapat urutan langkah-langkah pembelajaran, sistem sosial, prinsip-prinsip
reaksi, serta sistem pendukung (sarana prasarana). Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Raka Rasana (dalam Suantini, 2013) bahwa “pembelajaran konvensional
(tradisional) dapat disebut sebagai sebuah model pembelajaran karena di dalamnya
mengandung sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, dan sistem dukungan”.
Model pembelajaran konvensional mengharuskan siswa untuk menghafal
materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk mengkaitkan materi tersebut
dengan keadaan nyatanya.
Menurut Santyasa (dalam Widiantari, 2012:25-26) menyatakan,
pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) pemerolehan
informasi melalui sumber-sumber secara simbolik, seperti guru atau membaca, (2)
pengasimilasian dan pengorganisasian sehingga suatu prinsip umum dapat
18

dimengerti, (3) penggunaan pada prinsip umum pada kasus-kasus sepesifik, (4)
penerapan prinsip umum pada keadaan baru. Pembelajaran konvensional dalam
mengevaluasi.
Sedangkan menurut Iyas secara umum ciri-ciri model pembelajaran
konvensional adalah sebagai berikut: (1) siswa adalah penerima informasi secara
pasif, di mana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan
diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki
keluaran sesuai dengan standar, (2) belajar secara individual, (3) Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis, (4) Perilaku dibangun atas kebiasaan, (5) Kebenaran
bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final, (6) guru adalah penetu jalannya
proses pembelajaran, (7) perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, (8) interaksi
di antara siswa kurang, (9) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, (10)
keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, (11) pemantauan
melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang berlangsung, (12) guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran konvensional
merupakan sebuah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberian informasi
dari guru kepada siswa. Sumber pembelajaran konvensional lebih banyak bersifat
tekstual daripada kontekstual. Sumber informasi dipandang sangat mempengaruhi
proses belajar. Pembelajaran konvensioanal lebih terpusat pada guru, karena guru
lebih mendominasi kegiatan pembelajaran.

2.1.8 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan kemampuan pemahaman matmatis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan Pendekatan CPA lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran pendekatan konvensional.
2. Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran CPA terhadap kemampuan
pemahaman matematis siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Design Penelitian


Penelitian ini mengacu pada penelitian kuantitatif. Menurut Nana S.
Sukmadinata (2010:53), penelitian kuantitatif didasari pada filsafat positivisme
yang menekankan fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif atau dilakukan
dengan menggunakan angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan
terkontrol. Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi
Eksperimental Design. Sugiyono (2007: 107) mendefinisikan bahwa penelitian
eksperimen yaitu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Pendapat serupa juga
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2000: 272) yang mendefinisikan penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari treatment pada subjek yang diselidiki. Cara untuk
mengetahuinya yaitu membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang
diberi treatment dengan satu kelompok pembanding yang tidak diberi treatment.
Menurut Sugiyono (2010: 73), terdapat beberapa bentuk desain eksperimen
yaitu: pre-experimental design, true experimental design, factorial desig, dan quasi
experimental design. Sugiyono (2010: 75) menyatakan bahwa ciri utama dari quasi
eksperimental desain adalah pengembangan dari true experimental design, yang
mempunyai kelompok kontrol namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel—variabel dari luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa quasi experimental
design adalah jenis desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen tidak dipilih secara random. Peneliti menggunakan desain
quasi experimental design karena dalam penelitian ini terdapat variabel-varibel dari
luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.
Pada metode eksperimen, memberikan kesempatan peneliti untuk mengatur
variabel-variabel yang sesuai (ditentukan dan diingnkan unuk penelitian).
Penelitian ekprerimental dapat dikatakan penelitian yang digunakan untuk melihat
pengaruh perlakuan tertantu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan.

19
20

Tetapi cara penelitian ini juga sangat membatasi dan terlihat seperti dibuat-buat. Ini
menjadi kelemahan metode eksperimen jika digunakan unuk meneliti manusia
dalam kehidupan nyata. Karena seringkali manusia berbuat yang tidak sesuai jika
mengetahui sedang diterapkan sebuah perlakuan.
Penelitian eksperimen ada beberapa jenis desain yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan peneliti. Berikut beberapa design penelitian yang dikemukakan oleh
Stanley dan Campbell, 1963 (dalam Fannisa R, 2020, hlm. 43-44):
1. Pre Eksperimental : One-shot Case Study, The One Group
Pretest Posttest Design, Static Group Design Comparison
2. True Eksperimental Design: Prestest-Posttest Control Group
Design.
3. Quasi Eksperimental Design: Time Series Design, Non
Equivalent Control Group Design.
Peneliti menggunakan desain penelitian Non Equivalent Control Group
Design. Peneliti memilih desain penelitian tersebut karena disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian. Kebututahn tersebut berupa untuk mengetahui pengaruh
antara CPA dengan hasil belajar matematika siswa. Suharsaputra (dalam Fannisa
R, 2020, hlm. 30). Pada penelitian ini terdapat satu kelompok eksperimen, yang
terdapat pada tindakan pertama berupa observasi/pretest. Kemudian diberi treatmen
(perlakuan). Pada tahap akhir penelitian dilaksanakan berupa observasi/posttest
untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut.
Peneliti memilih design tersebut dikarenakan observasi saja dinilai kurang
cukup untuk mengumpulkan data. Selain itu melaksanakan pretest jauh lebih akurat
untuk melihatkemampuan awal siswa. Sehingga peneliti dapat menggunakan model
pembelajaran CPAdengan maksimal. Setelah perlakuan diterapkan kepada siswa
barulah melaksanakanposttest untuk melihat dan membuktikan apakah pengaruh
perlakuan yang diberikan menghasilkan data berupa hasil belajar yang memuaskan
bagi peneliti dan bagi siswa.
Pada penelitian ini kelompok eksperimen, pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan alat pembelajaran yang interaktif, dan untuk kelompok kontrol
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode konvensional yaitu kegiatan
belajar mengajar yang masih menggunakan penjelasan guru saja. Dalam hal ini,
21

peneliti memilih metode tes yang digunakan sebagai pembanding dari penggunaan
media inertaktif. Penelitian ini dilakukankan dalam 7 kali pertemuan di setiap
kelompok. Berikut merupakan gambar quasi experimental design model
nonequivalent control group design sebagaimana Ruseffendi, 1998 dalam (Putri,
2015):

Gambar 3.1 Nonequivalent Control Group Design


Keterangan:
O = Kelompok eksperimen dan kontrol yang diberi Pretest dan Postest dalam
kemampuan pemahaman matematis siswa
X = Treatment (Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA))
Pada saat Penelitian tahap pertama diberikan pretest terlebih dahulu, tahap
ini dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas control guna mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai materi Perkalian. Kemudian penelitian
dilakukan dikedua kelas, di mana kelas eksperimen diberikan perlakuan
pendekatan berupa CPA sedangkan kelas kontrol tidak. Diakhir pembelajaran,
kedua kelas eksperimen dan kontrol diberikan posttest guna mengetahui
pemahaman matematis siswa setelah dilakukan perlakuan.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi menurut Sugiyono (2001) daerah genealisasi yang terdiri dari
objek/subjek yang mempunyai kriteria serta kauntittas dan karakteristik tertentu
yang ditentukan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan untuk dapat dipelajari dan
ditarik kesimpulannya. Sedangkan teknik pengambilan sampel adalah Non
Probability Sampling. Definisinya Non Probability Sampling menurut Lestari dan
Yudhanegara (2015) teknik inimerupakan teknik yang tidak seluruh populasi dapat
menjadi sampel untuk tujuan tertentu dan pertimbangan tertentu.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas II di Kabupaten
Purwakarta, Kecamatan Purwakarta. Sedangkan sampel terbatas untuk penelitian
ini adalah salah satu sekolah dasar siswa kelas II A dan II B di salah satu sekolah
22

dasar yang berada di Kabupaten Purwakarta.


Tabel 3.1
Sampel Penelitian
Siswa Kelas II Jumlah Siswa
II A 20
II B 20
Jumlah 40
Keterangan :
II A : Kelas Eksperimen
II B : Kelas Kontrol

3.3 Definisi Operasional


Penelitian tentang pengaruh pendekatan CPA terhadap kemampuan
pemahaman matematis siswa ini memiliki dua variabel di antaranya:
3.3.1 Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA)
Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA), ialah pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran matematika yang berfungsi
sebagai langkah untuk membantu meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis siswa. Dengan begitu menggunakan pendekatan tersebut siswa dapat
menjadi lebih meningkat dalam hal kemampuan memahami konsep matematis serta
aktif dalam pembelajaran matematika., dalam pendekatan ini terdapat tiga tahapan
yang sangat menonjol yakni tahap pertama tahap konkret, yang kedua tahap
pictorial, lalu yang ketiga tahap abstrak di mana siswa mampu mengoperasikan
melalui angka dan symbol lainnya yang sesuai dengan tahap perkembangan
daripada usia anak sekolah dasar.
3.3.2 Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Kemudian daripada itu terdapat juga Pemahaman konsep matematis yang
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang harus dan wajib siswa dapatkan
pada saat pembelajaran, di mana untuk mengetahui kemampuan tesebut diperlukan
serangkaian tes. Walaupun beberapa faktor dapat mempengaruhi sekaligus dari
pemahaman konsep matematis itu sendiri, seperti lingkungan sekolah, gaya ngajar
seorang guru, dan lain sebagainya.
23

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ialah untuk mendapatkan data. Maka
dari itu, peneliti harus mengetahui teknik pengumpulan data, kemudian peneliti
juga harus mendapatkan data yang memenuhi standar data itu sendiri sesuai yang
telah ditetapkan (Hardani dkk, 2020, hlm. 120-121). Pengumpulan data ini biasa
didapatkan dari pencarian data dilapangan lalu dara tersebut digunakan untuk
menjawab permasalahan penelitian, pengumpulan data biasanya dilakukan dengan
mencatat peristiwa, karakterstik, atapun nilai dari suatu variabel (Lestari &
Yudhanegara, 2017, hlm. 231).
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan
melaksanakan tes serta non tes, yang diberikan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol guna mengetahui kemampuan pemahaman matematis siswa dan
mengukur dari sisi afektif juga psikomotor siswa. Kemudian dokumentasi yang
digunakan sebagai penguat pelaksanaan penelitian. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini berupa teknik tes dan non tes. Tes merupakan seperangkat instrumen
penilaian yang dilakukan secara sadar guna mendapatkan data berupa angka.
3.4.1 Tes
Tes dapat dilakukan di segala tempat selama situasi dan kondisi mendukung
terjadinya tes tersebut.Jenis tes berdasarkan bentuk pelaksanaannya ada tes tertulis,
tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan jenis tes berdasarkan bentuknya berupa tes
uraiandan tes objektif. Pada penelitian ini menggunakan tes tertulis yang berbentuk
uraian.
Pada penelitian ini dilakukan dua kali tes uraian yakni pada saat Pretest
dan Postest agar mengetahui adanya peningkatan atau tidak pada kemampuan
pemahaman matematis siswa, serta seberapa besarnya pengaruh dari perlakuan
yang diberikan yaitu pendekatan berupa CPA pada saat sebelum dan sesudah
diberikan. Tes ini juga diberikan kepada kedua kelas eksperimen dan kontrol.
3.4.2 Non Tes
Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa
dokumentasi guna untuk mendapatkan informasi lainnya yang menunjang
penelitian. Dokumentasi yang berupa beberapa data yang pada saat penelitian
24

berjalan. Data tersebut berupa nilai hasil lembar kerja siswa, daftar kehadiran, dan
foto yang menggambarkan aktifitas siswa dan guru yang merupakan sumber dari
data serta dapat menunjukkan dalam bahwa peneliti telah melaksanakan penelitian
di kelas tersebut.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian memiliki keguanaan untuk menilai seberapa
keberhasilan pencapaian. Lestari dan Yudhanegara (201, hlm. 163) berpendapat
bahwa instrument merupakan hal yang paling penting di dalam penelitian,
dikarenakan instrument itu sebuah alat yang bisa mendukung para peneliti dalam
memperoleh data yang dibutuhkannya.
Pada instrument tes kali ini disusun atas indikator kemampuan pemahaman
konsep matematis dan juga indikator dari materi perkalian yang dipelajari oleh
siswa. Adapun indikator untuk penyusunan instrument penelitian yakni seperti tabel
di bawah berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrumen dan Teknik
Variabel yang Diukur Sumber Data
Pengumpulan Data
Kemampuan
Pemahaman Matematis Tes Uraian Siswa
Siswa
Aktivitas pembelajaran Guru, siswa, dan
Dokumentasi
pendekatan CPA foto dokumentasi

3.5.1 Tes Kemampuan Pemahaman Matematis


Pada tahap tes kemampuan pemahaman matematis ini dilaksanakan dalam
kegiatan pretest untuk mengetahui nilai kemampuan awal sebelum dilaksanakan
penelitian dan posttest dilaksanakan untuk mengetahui seberapa nilai dari
kemampuan setelah dilakukannya penelitian ini pada siswa. Dari kedua tes tersebut
berbentuk uraian yang dimuat dari beberapa indikator yang ada pada kemampuan
pemahaman matematis.
Kemudian terdapat pendapat dari Hendriana dan Soemarno (2014, hlm. 73)
25

di mana untuk memberikan sebuah skor pada tes yang mampu dipercaya akan
bentuk soal uraian yang mempunyai sifat relatif dan objektif maka dari itu dapat
dilakukan dengan cara memberikan sebuah pedoman dari skor ataupun rubrik skor,
maka, berikut rubrik atau pedoman skor untuk kemampuan pemahaman matematis
pada siswa:
Tabel 3.3
Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis
Indikator Kriteria Jawaban dan Alasan Skor
Pemahaman
Matematis
Menyatakan Siswa dapat menunjukkan jawaban yang terdapat 4
ulang sebuah keterkaitan pada pemahaman konsep matematis. Dan
konsep menyertakan jawaban yang sesuai dan tepat.
Siswa mampu menunjukkan beberapa jawaban yang 3
terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
benar dan memiliki sedikit kesalahan.
Siswa hanya mampu menunjukkan jawaban yang 2
terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
benar dan masih terdapat kekurangan dan tidak benar
dalam penggunaan algaritma.
Siswa hanya mampu menjawab jawaban yang tidak 1
terlalu terkait dengan pemahaman matematis dengan
memiliki kekurangan perhitungan algoritma dengan
benar, serta perhitungan yang salah.
Siswa tidak menunjukkan jawaban yang berkaitan 0
dengan pemahaman konsep matematis dengna benar
atau tidak menjawab sama sekali.
Mengidentifikasi Siswa dapat menunjukkan jawaban yang terdapat 4
contoh dan keterkaitan pada pemahaman konsep matematis. Dan
bukan contoh menyertakan jawaban yang sesuai dan tepat.
dari suatu Siswa mampu menunjukkan beberapa jawaban yang 3
konsep terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
26

benar dan memiliki sedikit kesalahan.


Siswa hanya mampu menunjukkan jawaban yang 2
terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
benar dan masih terdapat kekurangan dan tidak benar
dalam penggunaan algaritma.
Siswa hanya mampu menjawab jawaban yang tidak 1
terlalu terkait dengan pemahaman matematis dengan
memiliki kekurangan perhitungan algoritma dengan
benar, serta perhitungan yang salah.
Siswa tidak menunjukkan jawaban yang berkaitan 0
dengan pemahaman konsep matematis dengna benar
atau tidak menjawab sama sekali.
Mengaplikasikan Siswa dapat menunjukkan jawaban yang terdapat 4
konsep atau keterkaitan pada pemahaman konsep matematis. Dan
alogaritma menyertakan jawaban yang sesuai dan tepat.
pemecahan Siswa mampu menunjukkan beberapa jawaban yang 3
masalah terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
benar dan memiliki sedikit kesalahan.
Siswa hanya mampu menunjukkan jawaban yang 2
terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
benar dan masih terdapat kekurangan dan tidak benar
dalam penggunaan algaritma.
Siswa hanya mampu menjawab jawaban yang tidak 1
terlalu terkait dengan pemahaman matematis dengan
memiliki kekurangan perhitungan algoritma dengan
benar, serta perhitungan yang salah.
Siswa tidak menunjukkan jawaban yang berkaitan 0
dengan pemahaman konsep matematis dengna benar
atau tidak menjawab sama sekali.
(Arikunto, S. 2012)
27

Teknik pemberian skor pada pernyataan yang dikemukakan oleh Ngalim


Purwanto (2006, hlm.102), di antaranya:

Gambar 3.2 Teknik Pemberian Skor Oleh Purwanto (2006, hlm.102)

3.5.2 Dokumentasi
Pada hal ini peneliti melakukan tahap dokumentasi di mana ialah salah
satu metode pengumpulan data kualitatif dengan cara melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi.
3.6 Pengembangan Instrumen
Pada pengembangan instrumen dilaksanakan setelah rancangan dari
keseluruhan instrumen penelitian tersusun. Pertama-tama instrumen akan harus
valid setelah dilakukan uji validitas. Menurut pendapat dari Purwanto (2010,
hlm.123) menyatakan bahwa validitas merupakan kesesuaian dari sebuah alat ukur
yang dapat mengukur sesuatu secara benar. Sebuah data akan dinyatakan valid
ketika instrumen sebelumnya sudah valid maka kesimpulan dari sebuah penelitian
juga akan valid, berbeda halnya ketika sebuah instrumen tersebut tidak valid maka
data dan kesimpulan yang didapat dari penelitian tidak akan dinyatakan valid.
Validitas sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk,
dan validitas yang dilihat dari kriteria ataupun patokan. Validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kategori validitas isi, sesuai dengan pernyataan dari
Azwar (2013, hlm. 42) dijelaskan bahwa validitas yang berasal diperkirakan
melewati tahap uji relevansi tes yang dilakukan oleh seorang ahli dalam bidangnya
atau judgment expert.
Instrumen tes di dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan
28

pemahaman matematis siswa dengan menggunkan kisi-kisi instrument soal


pemahaman matematis yang sebelumnya dikonsultasikan pada dosen PGSD ahli
bidang matemtika di UPI Kampus Purwarkarta. Validitas ini mempunyai tujuan
untuk menilai kesesuaian materi ataupun konsep dari materi tersebut, lalu
kesesuaian materi dengan kisi-kisi, tujuan yang akan dicapai kemudian kesesuaian
dari indikator. Setelah revisi instrument penelitian yang sesuai dengan arahan dan
saran dari validator juga pertimbangan dari dosen pembimbing, maka setelahnya
soal dapat di uji coba. Uji coba soa; instrument ini bertujuan untuk melihat seberapa
tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda pda setiap butir
soal yang nantinya akan dijadikan soal tes untuk penelitian.
Pada prosesnya pengembangan instrumen dalam penelitian ini tertuju pada
beberapa hal yang harus diteliti yakni variabel yang diteliti, sumber data, ataupun
jenis data. Dapat diketahui bahwa instrumen haruslah memiliki tingkat objektivitas
dan kesahihan yang baik, maka dari itu menguji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda instrument yang digunakan. Uji coba kali ini peneliti
dilaksanakan dengan berupa soal kemampuan pemahaman matematis siswa pada
kelas III yang sudah dapat pertimbanan dan memiliki pengetahuan serta
pemahaman terkait soal yang diujikan, dan siswa kelas III ini bukanlah sampel dari
penelitian yang akan dilakasanakan. Kemdian untuk memperoleh hasil dari
perhitungan setiap butir soal akan didapatkan dengan menggunakan
aplikasi/software Anates.
3.6.1 Uji Validitas Instrumen
Pada bagian ini, terdapat beberapa pendapat yakni oleh Arikunto (2010,
hlm. 211) bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat dari
suatu kevalidan juga kesahihan dari suatu instrument. Kemudian menurut Lestari
dan Yudhanegara, (2015, hlm. 190) berpendapat bahwa validitas merupakan isi dari
suatu instrument penelitian yaitu keakuratan instrument tersebut agar dapat
digunakan dalam penelitian yang bersumber dari mater yang ingin diteliti.
Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Arifin (203, hlm. 236) bahwa instumen
dapat dikatakan valid ketika mampu mengukur sesuai dengan tujuan. Dengan
demikian validitas ini bertujuan guna mengetahui sejauh mana siswa menguasai
materi pembelajaran yang telah disampaikan. Selain itu, untuk mengetahui tingkat
29

daripada validitas dari suatu instrument itu sendiri, maka menurut Guilford (Lestari
dan Yudhanegara, 2017) ditentukanlah kriteria yang bisa menyatakan valid, yakni
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Uji Validitas Instrumen
Koefisien Korelasi Interpretasi Validitas
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Tepat/sangat baik
0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Tepat/buruk
r < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk
(Lestari dan Yudhanegara, 2017)
Uji validitas pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi Anates
versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung validitas. Dengan hasil perhitungan dari soal instrument tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen
No. Korelsasi Interpretasi Signifikansi Validitas
1 0,694 Sedang Signifikan Valid
2 0,666 Sedang Signifikan Valid
3 0,583 Sedang Signifikan Valid
4 0,609 Sedang Sangat Signifikan Valid

5 0,669 Sedang Sangat Signifikan Valid

(Sumber: Hasil Perhitungan Anates, 2022)


Berdasarkan pada Tabel 3.5 di atas menyatakan bahwa 5 butir soal dari
instrumen tersebut valid dan dapat digunakan sebagai Instrumen Penelitian.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas pada suatu instrumen ialah penting untuk memiliki
kekonsistenan atau keajegan apabila diberikan kepada subjek yang sama meskipun
oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, maka dari itu akan membuahkan hasil
yang relatif sama (Lestari & Yudhanegara, 2015). Pendapat lain ada menurut
Hidayat (2019) dikatakannya bahwa dalam suatu penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif, kualitas pengumpulan data sangat dipengaruhi oleh kualitas
30

instrumen tersebut. Di dalam uji reliabilitas ini guna mengetahui suatu intrumen
tersebut memiliki kekonsistenan tinggi maka terdapat teknik Chonbach –Alpha
(Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 206) yakni berikut di bawah ini:
Tabel 3.6
Keiteria Uji Reliabilitas Instrumen.
Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Reliabilitas
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Tepat/sangat baik
0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Tepat/buruk
r < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tepat/sangat
buruk
(Lestari dan Yudhanegara, 2017)
Uji Reliabilitas pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi
Anates versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung reliabilitas. Dengan hasil perhitungan dari soal instrumen tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Jenis Tes Korelasi Interpretasi Reliabilitas
Uraian 0,86 Tinggi Baik
(Sumber: Hasil Perhitungan Anates, 2022)
Berdasar pada Tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa instrumen ini masuk
kepada kategori tinggi, dengan demikian kekonsistensian atau keajegan yang baik
serta dapat digunakan untuk penelitian.
3.6.3 Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan perhitungan yang dilakukan guna menganalisa
suatu butir soal yang di mana dapat membuat perbedaan antara siswa yang dapat
menjawab dengan benar dan siswa yang tidak menjawab dengan benar, kemudian
dapat diketahui perbedaan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah (Lestari & Yudhanegara, 2018).
31

Tabel 3.8
Kriteria Uji Daya Pembeda Instrumen
Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik
0,40 ≤ DP < 0,70 Baik
00,20 ≤ DP < 0,40 Cukup Baik
0,00 ≤ DP < 0,20 Buruk
DP ≤ 0,00 Sangat Buruk
(Lestari & Yudhanegara, 2018)
Daya Pembeda pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi
Anates versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung daya pembeda. Dengan hasil perhitungan dari soal instrumen tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasih Uji Daya Pembeda
No. Daya Pembeda Interpretasi
1 0.45 Baik
2 0.35 Cukup Baik
3 0.20 Cukup Baik
4 0.35 Cukup Baik
5 0.40 Baik
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas maka diperoleh 2 butir soal
termasuk ke dalam kategori baik, dan, 3 butir soal sisanya termasuk ke dalam
kategori cukup baik dalam hasil uji daya pembeda.
3.6.4 Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran memiliki nama lain indeks kesukaran di mana
suatu bilangan yang menyatakan derajat keuskaran pada tiap butir soal (Lestari &
Yudhanegara, 2017, hlm. 223). Tingkat atau indeks kesukaran dapat dikatakan baik
jika butir soal terdapat kriteria tidak mudah dan tidak juga terlalu sukar. Serta
semakin besar indeks tingkat kesukaran maka semakin mudah pula soal tersebut
dan semakin besar juga peluang soal tersebut terjawab dengan benar dan tepat.
32

Berikut rumus indeks kesukaran menurut (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 224):
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen
IK Interpretasi IK
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
(Lestari & Yudhanegara, 2018)
Indeks Kesukaran pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi
Anates versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung tingkat kesukaran. Dengan hasil perhitungan dari soal instrumen tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.11
Hasil Uji Tingkat Kesukaran
No. Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi
1 77,5 Mudah
2 37,5 Sedang
3 25,0 Sukar
4 27,5 Sukar
5 30,0 Sukar
(Sumber: Hasil Perhitungan Anates, 2022)
Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa indeks
kesukaran soal yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 butir soal pada
tingkat sukar, dan 1 butir soal pada tingkat sedang, serta 2 butir soal pada tingkat
mudah.
33

3.7 Prosedur Penelitian


Menurut Lestari & Yudhanegara (2017), mengemukakan pendapatnya
mengenai tahapan yang harus ditempuh saat proses penelitian dilaksanakan,
dijelaskan bahwa terdapat empat tahapan, yang pertama tahap perencanaan, kedua
tahap pelaksanaan, lalu ketiga tahap analisis data, dan terakhir keempat tahap
penarikan kesimpulan.
3.7.1 Tahap Perencanaan
Pada tahap pertama yaitu tahap perencanaan kegiatan yang harus dilakukan
oleh peneliti ialah studi literature mencari informasi mengenai variabel yang akan
diteliti, lalu mengusulkan judul peneniltian, menyusun proposal penelitian, seminar
proposal penelitian, melakukan perbaikan pada proposal berdasarkan hasil dari
seminar proposal yang telah dilaksanakan, mengurus adminiatrasi untuk perizinan
melakasanakan penelitian, membuat judgement expert instrument, melakukan uji
coba instrument penelitian, menganalisis dan merevisi hasil uji coba daripada
instrument tersebut.
3.7.2 Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan kedua ialah pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan
pretest kemampuan pemahaman matematis pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, lalu memberikan treatment dengan menggunakan pembelajaran Concrete
Pictorial Abstract (CPA) Sebanyak 5 kali pertemuan, kemudian melakukan posttest
kemampuan pemahaman matematis, selanjutnya mengumpulkan data.
3.7.3 Tahap Analisis Data
Setelah itu, dilanjutkan ke tahap ketiga meliputi, mengolah data hasil
penelitian menggunakan statistic deskriptif dan inferensial, menganalisis data
dengan menginterpretasikan hasil dari pengolahan data dengan bantuan aplikasi
SPSS IBM 23, serta mendeskripsikan hasil temuan di lapangan mengenai variabel
penelitian.
3.7.4 Tahap Penarikan Kesimpulan
Pada tahap terakhir ini ialah penarikan kesimpulan, dengan menarik
kesimpulan penelitian yang telah dilaksanakan dengan menjawab rumusan masalah
berdasarkan hasil analisis dari data, kemudian memberikan saran dan rekomendasi
pada pihak yang selama ini terkait dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan,
34

kemudian menyusun laporan.


3.8 Analisis Data
Pada kegiatan analisis data ini peneliti melaksanakan penelitian kuantitatif
maupun kualitatif. Menurut Kaul (dalam Hardani dkk, 2020, hlm. 160) mengartikan
bahwa analisis data ialah memperlajari materi yang terorganisasi untuk menemukan
fakta yang melekat. Data tersebut dipelajari dari berbagai sudut pandang yang
kemudian memungkinkan dapat mengekspresikan fakta baru. Kemudian peneliti
mengujikan ujis statistik menggunakan bantuan dari sebuah aplikasi SPSS, untuk
mengolah hasil dari pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan control, untuk di
olah menjadi data deskriftif dan inferensial.
3.8.1 Analisis Data kualitatif
Pada pengolahan data kualitatif data yang didapat berupa hasil dari
wawancara yang dilaksanakan selama penelitian dilakukan, di mana wawancara
tesebut didapat dari siswa dan guru guna mengetahui seberapa pengaruh dari
pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa.
3.8.2 Analisis Data Kuantitatif
Pada pengolahan kali ini data yang diperoleh berbentuk nilai hasil dari
pretest dan posttest. Selanjutnya data tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang
akan dianalisis secara deskrptif dan inferensial.
3.8.3 Analisis Deskriptif
Pada tahap ini yakni pengolahan data statistika deskriptif berguna untuk
menjelaskan atau memaparkan mengenai subjek yang diteliti. Sejalan dengan
pendapat dari Sudjana (2005) dikatakan bawha statistika deskrptif yaitu bagian dari
statistika yang di mana hanya berusaha menggambarkan atau mengkaji kelompok
yang dibagikan tanpa membuat atau menarik kesimpulan mengenai populasi
ataupun kelompok yang lebih besarnya. Pada analisis deskriptif kali ini dalam
rangka mengetahui peningkatan pencapaian kemampuan pemahaman matematis
siswa di mana dapat dilihat melalui analisis skor gain ternomalisasi, di mana
perhitungannya berguna untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa. Kemudian, jika semakin tinggi nilai N-gain maka
semakin tinggi pula kriteria peningkatan suatu kemampuan tersebut. Meltzer
35

(dalamYustikasari 2020) tingkat indeks gain dapat diketahui melalui rumus:

Gambar 3.3 Rumus Tingkat Indeks Gain


Yang kemudian peneliti akan menggunakan guna melihat pencapaian
kemampuan siswa dalam sistem petingkat siswa di kelas. Nilai N-gain ini akan
didapatkan melaui rumus berikut ini:

Gambar 3.4 Rumus Tingkat Indeks Gain

Tabel 3.12
Interpretasi N-gain
Nilai N-gain Kriteria
N-gain ≤ 0,03 Rendah
0,03 < N-gain < 0,70 Sedang
N-gain ≥ 0,70 Tinggi
(Sumber: Melzer dalam syahfitri, 2008:33)

Tabel 3.13
Interpretasi Presentase N-gain
Presentase (%) Tafsiran
< 40 Tidak Efektif
40 - 55 Kurang Efektif
56 - 75 Cukup Efektif
>76 Efektif
(Sumber: Hake,R.R,1999)
36

3.8.4 Analisis Regresi Linear Sederhana


Jikalau peneliti ingin melihat hubungan linear antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat, maka dari itu harus menggunakan analisis
regresi linear sederhana. Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) menyatakan
bahwa tujuan dari analisis regresi sederhana ini guna mengetahui adanya hubungan
kedua variabel tersebut yang berikutnya dapat dibuktikan pada suatu persamaan
yang bernama Regresi. Pada analisis regresi ini peneliti mempergunakan aplikasi
SPSS.
3.8.5 Analisis Inferensial
Analisis inferensial disini berguna untuk membuat analisa secara statistic
terhadap kemampuan pemahaman matetmatis siswa pada saat sebelum dan sesudah
mendapat pendekatan pemebelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA). Tahapan
untuk melakukan analisa ini ialah pertama menginput data, lalu menguji hipotesis
pada data nilai dari posttest dan N-gain dari kemampuan pemahaman matematis
siswa, berikutnya pengujian dilakukan dengan perhitungan uji normalitas, uji
homogenitas, serta menguji semua hipotesis. Untuk itu pengujian ini menggunakan
aplikasi SPPS versi 23.
1. Uji Normalitas
Peneliti melakukan perhitungan uji normalitas data untuk melihat apakah
data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak normal.
Hal ini didukung Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data yang
diperoleh bersumber dari populasi berdistribusi normal atau tidak normal. Hal ini
didukung oleh pendapat Sudjana (2005, hlm. 166) yang mengatakan bahwa tujuan
dari uji normalitas untuk memeriksa data yang didapatkan berdistribusi normal atau
tidak normal. Perhitungan dalam uji normalitas penelitian ini menggunakan uji
Shapiro-Wilk, karena jumlah sampel yang diteliti < 50 siswa.
Pendapat berikut sejalan dengan pendapat Lestari dan Yudhanegara (2018,
hlm. 243) yang mengatakan bahwa cara menghitung uji normalitas yang umumnya
terbatas dalam penggunaannya untuk sampel yang kurang dari 50 merupakan hasil
perhitungan menggunakan Shapiro-Wilk agar keputusan yang dihasilkan lebih
akurat. Uji normalitas yang dihitung dalam penelitian ini menggunakan bantuan
software SPSS 23.0 (Statistical Package for the Social Sciences).
37

Hipotesis:
H0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengujian dengan taraf signifikasi 5%, sebagai berikut:
H0 diterima apabila p-value (Sig.) > 0,05
H0 ditolak apabila p-value (Sig.) ≤ 0,05
2. Uji Homogenitas
Sesudah peneliti melakukan uji normalitas dan telah mengetahui bahwa data
yang dihasilkan berdistribusi normal, maka dapat meneruskan dengan uji
homogenitas. Uji homogenitas dilaksanakan guna melihat apakah varians data dari
sampel homogen atau tidaknya. Sejalan dengan pendap Lestari dan Yudhanegara
(2018, hlm. 248) yang mengatakan sebenernya perhitungan uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya variansi data dari sampel yang
diteliti. Kemiripan varians diujikan dengan menggunakan Levene Test dengan
menggunakan SPSS 23.0 for windows.
Hipotesis:
H0 : data penelitian memiliki variansi yang homogen
H0 : data penelitian tidak memiliki variansi yang homogen
Kriteria pengujian dengan taraf signifikasi 5%, sebagai berikut:
H0 diterima, apabila p-value (Sig.) > 0,05
H0 ditolak, apabila p-value (Sig.) ≤ 0,05
Perhitungan uji statistik dengan digunakannya uji chi-square dengan
dukungan program SPSS 23.0 for windows, digunakan apabila data yang dihasilkan
berdistribusi tidak normal.
3. Uji t Test
Uji perbedaan dua rata-rata ini dilaksnakan untuk mengitung uji hipotesis
jika perhitungan data berdistribusi normal dan homogen dilanjut dengan uji-t.
Pengujian ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-
rata kemampuan pemahaman matematis siswa antara sebelum perlakuan dan
sesudah perlakuan.
38

Hipotesis uji pihak kanan:


H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
Kriteria pengujian dengan taraf signifikasi 5%:
H0 diterima, jika p-value (Sig.) > 0,05
H0 ditolak, jika p-value (Sig.) ≤ 0,05
Keterangan:
µ1 = rata-rata skor pretest kemampuan pemahaman matematis siswa sebelum
mendapat pendekatan pembelajaran CPA.
µ2 = rata-rata skor posttest kemampuan pemahaman matematis siswa setelah
mendapat pendekatan CPA.
Jenis uji persamaan dua rata-rata:
1) Apabila data yang dihasilkan berdistribusi normal dan homogen maka uji t (equal
variances assumed) digunakan dalam pengujian hipotesis.
2) Apabila data yang dihasilkan berdistribusi normal namun tidak memiliki varians
yang homogen maka pengujian hipotesis menggunakan uji t’ (equal variances not
assumed).
3) Apabila data yang dihasilkan tidak berdistribusi normal maka pengujian
hipotesis yang digunakan ialah uji statistik non-parametrik yakni menggunakan uji
Man-Whitney U.
39

Tahapan analisis untuk mengolah data kuantitatif secara ringkas sebagai berikut:

Gambar 3.5 Bagan Analisis Data Penelitian


40

4. Uji Man-Whitney U
Man-whitney U (U-Test) ialah bagian dari statistik non parametrik yang
dilakukan untuk menguji perbedaan rata-rata dengan distribusi data tidak normal.
(Susetyo, 2019) mengemukakan “(U-Test) berfungsi guna menguji dua kelompok
independen yang ditarik dari suatu populasi tidak secara acak”. Pengujian ini
dilakukan dengan menguhi satu pihak menggunakan SPSS.
Kriteria pengujiannya pada taraf siginiikansinya 0,05, yakni:
a. Uji dua pihak
Jika nilai Sig. > α, maka H0 diterima
Jika nilai Sig. ≤ α, maka H0 ditolak
b. Uji satu pihak
Jika nila Sig. > 2α, atau Sig.2 > α maka H0 diterima
Jika nila Sig. ≤ 2α, atau Sig.2 ≤ α maka H0 ditolak
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 TEMUAN
Pada penelitian ini yakni pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan
Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa telah dilaksanakan pada salah satu Sekolah Dasar Negeri di
Kabupaten Purwakarta, Kecamatan Purwakarta. Berlandaskan pada kompetensi
dasar yang diambil ialah perkalian, maka peneliti telah melaksanakan penelitian di
kelas II dengan total jumlah siswa 40 orang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
tanggal 11 dan (13-17) Juni 2022 di salah satu Sekolah Dasar dengan pelaksanaan
pembelajaran secara luring.

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian


Penelitian yang dilakukan sesuai dengan design yang telah dijelaskan
sebelumnya pada Bab III yaitu Kuasi Eksperimen dengan model nonequivalent
kontrol group design :
Tabel 4.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Pelakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2

Keterangan :
X = Perlakuan dengan Pendekatan CPA.
O1 dan O2 = Pretset sebelum diberikan perlakuan dan Postest sesudah
diberikan perlakuan
Setelah diberikan Pretest pada penelitian yang dilaksanakan pada tanggal
11 Juni secara tatap muka yang bertempat di sekolah dengan diikuti 40 orang siswa
kelas IIA-IIB denan tiap-tiap kelas berumlah 20 orang yang akan diteliti. Peneliti
memberikan sebuah perlakukan kepada salah satu kelas yang dijadikan eksperimen
dengan menggunakan pendekatan CPA. Peneliti memberikan perlakuan sebanyak
4 kali pertemuan, yakni: 1) Pertemuan kesatu dan kedua, dikenalkan konsep
perkalian bahwa perkalian ialah penjumlahan berulang dengan menggunakan benda

41
42

konkret; 2) Pertemuan ketiga dan keempat, mengenalkan bagaimana konsep antara


perkalian dengan contoh dari benda kontkret; 3) pertemuan kelima dan keenam
dikenalkannya konsep mengaplikasikan konsep perkalian dengan algoritma dalam
memecahkan masalah.

4.1.2. Deskripsi Data


Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Pada tes kali ini kemampuan pemahaman matematis dilakukannya pretest
dan posttest. Tes ini peneliti lakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
pemahaman matematis disaat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CPA pada pokok bahasan perkalian.
Berdasar pada data yang diperoleh saat penelitian terhadap siswa kelas II di salah
satu sekolah dasar negeri di Kecamatan Purwakarta, Soal pretest dan posttest yang
berjumlah 5 butir soal. Setiap butirnya mendapatkan skor maksimal 4 apabila
penyelesaiannya sesuai dengan algoritma yang ditentukan, sehingga skor ideal
maksimal dalam 5 butir soal ini menjadi 20.
Pada saat sebelum mendapatkan perlakuan siswa mendapatkan Pretest dan
setelah mendapatkan perlakuan yakni pendekatan pembelajaaran CPA pada materi
perkalian, kemudian diberikan posttest. Berikut data di bawah ini skor pretest dan
posttest dari kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi perkalian.

Tabel 4.2
Hasil Perubahan Skor Pretest dan Posttest Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Skor Tertinggi 16 20 11 18
Skor Terendah 4 4 3 5
SMI 20 20 20 20

Rata-rata 9,05 14,05 6,00 10,75


(Sumber : Data Penelitian 2022)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa skor rata-rata dari yang
diperoleh siswa pada pretest ialah 9,05 untuk kelas eksperimen dan 6,00 untuk kelas
43

kontrol, kemudian untuk rata-rata dari skor posttest yang didapat siswa ialah 14,30
untuk kelas eksperimen dan 10,75 untuk kelas kontrol. Data tersebut yang berarti
bahwa mengalami peningkatan atau kenaikan.

4.1.3. Analisis secara Deskriptif


Analisis secara deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pencapaian serta pemahaman matematis siswa yang meliputi nilai maksimum, nilai
minimum, mean, dan standar devisiasi. Data yang di olah menjadi deskriptif
statistic ini diambil dari hasil skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Pada pretest dilakukan bertujuan untuk mengetahui
kemampuan pemahaman matematis siswa pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan, dan posttest dilakukan agar
mengetahui kemampuan pemahaman matematis siswa di kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan. Soal pretest dan posttes ini di
berikan pada kedua kelompok tersebut dengan 5 butir soal dalam waktu 45 menit.
Setela itu, dalam rangka mengetahui skor terendah serta tertinggi, mean, dan
standar deviasi atau simpangan baku pada tiap-tiap kelompok, maka dilakukanlah
analisis data pretest dan posttest menggunakan statistic deskriptif. Berikut ialah
hasil dari perhitungan dan analisis data statistic deskriptif dari data pretest dan
posttest dari kedua kelompok yang di berikan perlakuan yang berbeda.
a. Pre-Test Eksperimen dan Kontrol

Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif Skor Pretest
Descriptive Statistics
SM Minimum Maksimum Mean Std.
I Deviation
Pre-Test 20 4 16 9,05 3,940
Eksperimen
Pre-Test Kontrol 20 3 11 6,00 2,656
Valid N (listwise) 40
(Sumber : Data Penelitian 2022)

Berdasarkan pada Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa rerata hasil
pemahaman kemampuan matematis pada pre-test eksperimen yaitu 9,05
(SD=3,940) dari data yang diperoleh sebanyak 20 siswa dengan nilai minimum skor
4 dan maksimum skor 16. Pada tabel juga diketahui rerata pemahaman kemampuan
44

matematis Pre-test kontrol yaitu (SD=2,656) dari data yang diperoleh sebanyak 30
siswa dengan minimum skor 3 dan maksimum skor 11. Maka dapat disimpulkan
bahwa rata-rata skor pretest pada kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol, dengan selisih perbedaan 3,05 pada nilai rata-rata, dan 1,284
pada nilai standar devisiasi. Dengan demikian selisih yang didapat tidak terlalu jauh
dan penelitian dapat dilanjutkan karena kemampuan awal dari kedua kelas yang
terbilang masih setara atau tidak terlalu jauh.

b. Post-Test Eksperimen dan kontrol

Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif Skor Posttest
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Post-Test 20 4 20 14,30 5,381
Eksperimen
Post-Kontrol 20 5 18 10,75 3,522
Valid N (listwise) 40
(Sumber : Data Penelitian 2022)

Berdasarkan pada Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa rerata hasil
pemahaman kemampuan matematis pada post-tes eksperimen yaitu 14,30
(SD=5,381) dari data yang diperoleh sebanyak 20 siswa dengan nilai minimum skor
20 dan maksimum skor 18. Pada tabel di atas diketahui rerata pemahaman
kemampuan matematis pada kelas kontrol yaitu 10,75 (SD=3,522) dari data yang
diperoleh sebanyak 20 siswa dengan nilai minimum skor 5 dan maksimum skor 18.
Dengan demikian terdapat perbedaan dari hasil skor posttest di atas yang
menunjukkan bahwa nilai skor dari kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.

4.1.4. Analisis secara Inferensial


4.1.4.1. Uji Normalitas
Pada tahap analisis skor pretest dan posttest siswa pada kelompok
eksperimen serta kelompok kontrol, perlu dilakukanlah uji prasyarat yang bernama
uji normalitas dalam rangka mengetahui apakah data kemampuan awal pemahaman
matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol mempunyai data yang berdistribusi
45

yang normal ataukah tidak. Uji normalitas ini menggunakan SPSS V.23 yang
mengacu pada Shapiro-Wilk dengan tara signifikasni α = 0,05.
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel atau
faktor perancu dalam suatu model regresi memiliki data berdistribusi normal
(Ghozali, 2018). Pada penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk yang mana dasar
dalam penelitian ini yaitu :
Nilai signifikansi > 0,05 maka 𝐻0 diterima atau data berdistribusi normal
Nilai signifikansi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak atau data berdistribusi tidak normal

Tabel 4.5
Uji Normalitas
Shapiro-Wilk
Data Kelas Keterangan
Statistic Df Sig.
Pretest Kontrol 0,854 20 0,006 𝐻0 ditolak
𝐻0 ditolak
Eksperimen 0,898 20 0,038
Postest Kontrol 0,963 20 0,603 𝐻0 ditolak
Eksperimen 0,873 20 0,013 𝐻0 ditolak
(Sumber: Data Penelitian 2022)

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 di atas, hasil nilai uji Shapiro-Wilk untuk
variabel hasil belajar siswa pre-test eksperimen yaitu 0.038 dengan nilai sig < 0,05
atau 𝐻0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal. Pada variabel hasil belajar
siswa pre-test kontrol (konvensional) yaitu 0.006 dengan nilai sig < 0,05 atau maka
𝐻0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal. Pada variabel hasil belajar siswa
post-test eksperimen yaitu 0.013 dengan nilai sig < 0,05 atau 𝐻0 ditolak atau data
tidak berdistribusi normal. Pada variabel hasil belajar siswa post-test kontrol
(konvensional) yaitu 0.603 dengan nilai sig > 0,05 atau maka 𝐻0 diterima atau data
berdistribusi normal. Dari hasil penjabaran tabel tersebut dapat disimpulkan nilai
Sig. < α, maka 𝐻0 dtolak artinya taraf kepercayaan 0,05 data pretest-posttest kedua
kelompok memiliki beberapa data yang tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu,
langkah selanjutnya adalah dilakukannya uji Mann-Whitney Test data.
46

4.1.4.2 Uji Mann-Whitney U


Pada uji normalitas sebelumna telah diketahui bahwa skor dari data pretest
dan posttest pada kedua kelompok eksperimen serta kontrol tidak berdistribusi
normal, maka langkah selanjutnya adalah uji Mann-Wwhitney U atau uji non
parametric. Pada uji kali ini menggunakan analisis statistika pada SPSS V.23
dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut adalah hipotesis dari uji Mann Whitney U
secara terpisah, di antaranya:
𝐻0 : U0 > U1 : Terdapat perbedaan/pengaruh nilai pretest/posttest kemampuan
pemahaman matematis siswa yang mendapat perlakuan CPA dengan siswa yang
mendapat perlakuan konvensional.
𝐻1 : U0 ≤ U1 : Tidak terdapat perbedaan/pengaruh nilai pretest/posttest kemampuan
pemahaman matematis siswa yang mendapat perlakuan CPA dengan siswa yang
mendapat perlakuan konvensional.
Selanjutnya, terdapat kriteria yang menjadi acuan pengujian hipotesis ini
dengan signifikansi α = 0,05 artinya jika nilai Sig.(2-tailed) ini membuahkan nilai
> 0,05 maka itu artinya 𝐻0 akan ditolak, namun sebaliknya jika nilai signifikansi
tersebut < 0,05 maka 𝐻0 diterima.
Di bawah ini terdapat tabel yang merupakan hasil dari pengujian statistik
non parametrik menggunakan SPSS secara terpisah.

Tabel 4.6
Uji Mann-Whitney U data Pretest
Test Statisticsa
Hasil
Mann-Whitney U 107,000
Wilcoxon W 317,000
Z -2,547
Asymp. Sig.(2-tailed) ,011
(Sumber: Data Penelitian 2022)

Berdasarkan Tabel 4.6 yakni uji non-parametrik (Mann-Whitney U)


diperoleh hasil signifikansi 0,011 yang berarti mempunyai nilai lebih kecil dari 0,05
yang artinya H1 diterima dan 𝐻0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
47

terdapat perbedaan skor pretest kemampuan pemahaman matematis siswa yang


mendapat perlakuan dengan pendekatan pemmbelajaran CPA dengan siswa yang
mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional.
Tabel 4.7
Uji Mann-Whitney U data Posttest
Test Statisticsa
Hasil
Mann-Whitney U 117,000
Wilcoxon W 327,000
Z -2,253
Asymp. Sig.(2-tailed) 0,024
(Sumber: Data Penelitian 2022)

Berdasarkan Tabel 4.7 uji non-parametrik (Mann-Whitney U) diperoleh hasil


signifikansi 0,024 yang berarti mempunyai nilai lebih kecil dari 0,05 yang artinya
H1 diterima dan 𝐻0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pada skor posttest kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat
perlakuan dengan pendekatan CPA dengan siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran konvensional.

4.1.5. Analisis Deskriptif N-gain Skor


Tabel 4.8
Deskriptif Statistik N-gain
Descriptive Statistics
Hasil Belajar Minimum Maximum Mean Ket.
Eksperimen 0,00 100,0 57,6738 Sedang
Kontrol 11,76 77,78 35,6180 Rendah
(Sumber: Data Penelitian 2022)
Berdasarkan hasil perhitungan uji N-gain skor pada kelas eksperimen dengan
menggunakan metode pendekatan CPA sebesar 57,6738 atau 57,6% yang termasuk
dalam kategori sedang. Pada variabel kontrol berdasarkan perhitungan uji N-gain
skor di atas dengan menggunkan metode konvensional dengan nilai sebesar
35,6180 atau 35,6% yang termasuk dalam kategori rendah.
48

4.1.6. Analisis Secara Infersial Ngain Skor


4.1.6.1 Uji Normalitas Ngain
Uji Normalitas data yang diperoleh dari hasil pre-test dan postest yang telah
dilakukan supaya dapat mengetahui apakah didalam dua kelompok tedapat
peningkatan yang berdistribusi normal. Hasil yang telah dilakukan merupakan
pengujian Ngain Score menggunakan Shapiro wilk dengan menggunakan bantuan
SPSS dengan hipotesis yaitu :
Nilai signifikansi > 0,05 maka 𝐻0 ditolak artinya tidak ada peningkatan
Nilai signifikansi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak atau data berdistribusi tidak normal
Berikut merupakan hasil uji Ngain score dari data pretest dan post-test pada
kelompok data ekspreimen dan kontrol menggunakan bantuan SPSS.
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Ngain
Shapiro-Wilk
Data Kelas Keterangan
Statistic Df Sig.
Hasil Kontrol 0,936 20 0,200 𝐻0 diterima
𝐻0 ditolak
Belajar Eksperimen 0,897 20 0,036
Siswa

(Sumber: Data Penelitian 2022)


Berdasarkan data pada tabel di atas, hasil nilai uji Shapiro-Wilk untuk
variabel hasil belajar siswa pre-test eksperimen yaitu 0,36 dengan nilai sig < 0,05
atau 𝐻𝑎 ditolak atau data berdistribusi tidak normal. Pada variabel hasil belajar
siswa pre-test kontrol (konvensional) yaitu 0.200 dengan nilai sig > 0,05 atau maka
𝐻𝑎 diterima atau data berdistribusi normal. Maka selanjutnya dilakukan uji Mann
Withney karena salah terdapat salah satu data yang tidak berdistribusi normal.
4.1.6.2. Uji Mann Withney
Berdasarkan hasil uji normalitas terdapat satu data berdistribusi tidak
normal maka selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan non parametric yaitu
uji Mean Withney. Berikut hipotesis dari uji mean withney:
𝐻0 : U0 > U1 : Terdapat peningkatan yang lebih baik dari nilai pretest/posttest
terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat perlakuan CPA
daripada siswa yang mendapat perlakuan konvensional.
49

𝐻1 : U0 ≤ U1 : Tidak terdapat peningkatan yang lebih baik dari nilai pretest/posttest


terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat perlakuan CPA
daripada siswa yang mendapat perlakuan konvensional.
Selanjutnya, terdapat kriteria yang menjadi acuan pengujian hipotesis ini
dengan signifikansi α = 0,05 artinya jika nilai Sig.(2-tailed) ini membuahkan nilai
> 0,05 maka itu artinya 𝐻0 akan ditolak, namun sebaliknya jika nilai signifikansi
tersebut < 0,05 maka 𝐻0 diterima.
Berikut merupakan hasil Uji Mann-Whitney U data Ngain Score dari
kelompok data ekspreimen dan kontrol menggunakan bantuan SPSS.
Tabel 4.10
Uji Mann-Whitney U data Ngain Score
Test Statisticsa
Hasil
Mann-Whitney U 124,500
Wilcoxon W 334,500
Z -2,045
Asymp. Sig.(2-tailed) 0,041
(Sumber: Data Penelitian 2022)
Berdasarkan hasil uji mann whitney diperoleh bahwa nilai asymp. Sig. (2-
tailed) menunjukan 0,041 atau (α > 0,05). Maka hipotesis 𝐻0 diterima atau
terdapat peningkatan yang lebih baik antara kelas yang di beri pendekatan CPA
daripada kelas yang diberi pedekatan konvesional.
4.1.6.3. Uji Regresi Linear Sederhana
1. Uji Linieritas
Uji kelinearan data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data
memiliki regresi yang linear atau tidak. Uju linieritas dilakukan dengan
menggunakan dengan bantuan SPSS. Berikut merupakan hipotesis pengujian
linieritas yaitu:
𝐻0 = Data siswa kelompok eksperimen memiliki regresi linier
𝐻1 = Data siswa kelompok eksperimen tidak memiliki regresi linier
Kemudian menentukan kriteria dari uji liniearitas sebagai beriku ini:
Nilai signifikansi > 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak
50

Nilai signifikansi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima


Pada berikutnya terdapat hasil rekapitulasi dari pengujian linearitas data
pretest dan posttest pada kelompok eksperimen:

Tabel 4.11

Hasil Uji Linearitas


Sum of Df Mean square F Sig
Squares
Deviation 78,204 7 11,172 1,566 0,243
from
Linearity
(Sumber: Data Penelitian 2022)

Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 1,566


dengan tingkat signifikansi sebesar 0,243 atau nilai signifikansi > 0,05 artinya 𝐻0
diterima atau data siswa kelompok eksperimen memiliki regresi linier. Oleh karena
itu, tahap selanjutnya melakukan persamaan regresi.
2. Uji Persamaan Signifikansi Koefisien
Pada pengujian persamaan regresi atau lebih sering dikenal pengujian
persamaan signifikansi koefisien ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh dari pendekatan CPA. Selanjutnya terdapat bentuk umum
dari persamaan regresi, sebagai berikut:
Y=+X
Keterangan:
Y = Variabel terikat (Kemampuan pemahaman matematis)
X = Variabel bebas (CPA)
 = Konstanta
 = Koefisien regresi
Pada hal pembuatan persamaan regresi linier sederhana ini
51

Tabel 4.12
Persamaan Signifikansi Koefisien
Unstandardized
Model Coefficients
B Std. Error
(Constant) 3,846 1,689
test 1,155 0,172
(Sumber: Data Penelitian 2022)

Berdsaarkan hasil uji pada tabel di atas diketahui nilai dari konstanta α
sebesar 3,846 yang menyatakan jika tidak diberikan perlakuan menggunakan
variable X, maka variable y sebesar 3,846. Sedangkan koefisien  diperoleh nilai
sebesar 1,155 ini menunjukan setiap perlakuan menggunakan variable X maka nilai
variable Y akan bertambah sebesar 1,155. Berdasarkan hasil perhitungan di atas
menghasilkan persamaan regresi yaitu
Y = 3,846 + 1,155 X

3. Uji Signifikasi Regresi


Tahap berikutnya yakni uji signifikasni regresi yang bertujuan guna
mengetahui apakah nilai koefisien regresi tersebut signifikan atau tidak, bergantung
pada hipotesis pengujiannya, seperti berikut:
𝐻0 = Tidak terdapat pengaruh pendekatan CPA terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa sekolah dasar.
𝐻1 = Terdapat pengaruh pendekatan CPA terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa sekolah dasar.
Kemudian untuk kriteria taraf kepercayaan untuk hipotesis berada pada
0,05, jika nilai Sig. < 0,05 maka 𝐻0 ditolak, kebalikannya jika nilai Sig. > 0,05
maka 𝐻0 diterima. Berikut hasil dari Pengujian Signifikansi Regresi.
52

Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi
Model F Sig Keterangan
Regression 45,220 0,00b 𝐻0 diterima
(Sumber: Data Penelitian 2022)

Berdasarkan hasil uji regresi pada tabel di atas diketahui nilai sig < 0,05 sesuai
dengan kriteria uji hipotesis memiliki arti 𝐻0 ditolak atau data memiliki arti
pengaruh dari pendekatan CPA terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa sekolah dasar.
4. Uji Koefisien Determinasi
Dari hasil penujian signifikansi regresi diketahui jika adanya pengaruh yang
signifikan dari pendekatan pembelajaran CPA. Maka selanjutnya guna mengetahui
seberapa besar pengaruh tersebut maka dilakukan lah uji Koefisien Determniasi ini
menggunakan SPSS. Besar dari pengaruh yang didapat melalui R Square yang
selanjutnya dihitung menggunakan rumus D=r2 × 100%. Berikut analisis hasil
pengujian dari SPSS.
Tabel 4.14
Model Sumarry
Model R R Square
1 0,846a 0,715
(Sumber : Data Penelitian 2022)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh pada hasil belajar siswa pretest dan
posttest eksperimen dengan nilai hubungan/korelasi ( R ) yaitu sebesar 0,846. Dari
hasil tersebut diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,715yang
memiliki arti bahwa pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan Concrete
Pictorial Abstract (CPA) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa sebesar 71,5%. Sedangkan terdapat pengaruh lain yang tidak dapat terkontrol
atau tidak diteliti sebesar 28,5%.
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengambilan data pada bulan juni
2022 di satu sekolah yang bedada di wilayah kabupaten purwakarta dengan judul
Pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA)
53

terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa. Dari hasil data


yang diperoleh oleh peneliti ditemukan perubahan pemahaman matematis siswa
pada saat pre-test dan post-test ekperimen maupun kontrol yang dilihat dari
peningkatan nilai. Namun ditemukan lagi bahwasanya pemahaman menggunakan
metode CPA lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pendekatan secara
konvesional.

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis


Dalam penelitian ini yang bertujuan untuk dapat mengembangkan
pemahaman siswa sekolah dasar dan membandingkannya dengan menggunakan
dua metode pendekatan CPA dan Konvensional. Pada saat kegiatan dimulai diawali
dengan do’a, selanjutnya memeriksakan kehadiran siswa dan dilanjutkan dengan
mengulas kembali materi yang telah diberikan. Awalnya peneliti memberikan
kuesioner awal atau pre-test yang bertujuan supaya dapat melihat kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sebelum dilakukan pendekatan menggunakan dua metode yaitu
CPA dan Konvensional, selanjutnya peneliti memberikan pendekatan dengan
menggunakan metode CPA dan konvesional kepada siswa. Setelah itu untuk dapat
mengevaluasi apakah terdapat peningkatan pemahaman dengan menggunakan dua
metode pendekatan baik CPA maupun konvensional dan mambandingkan mana
pendekatan yang efektif, maka peneliti memberikan kuesioner akhir atau post-test
kepada siswa.
Berdasarkan penelitian yang yang diperoleh dari hasil wawancara dapat
dikatakan respon seluruh siswa dapat memahami materi yang telah digunakan
menggunakan metode CPA dan konvensional dengan berlandaskan peningkatan
nilai pada saat pretest dan post-test. Hasil setelah dilakukannya penelitian pada dua
kelas, terlihat bahwa metode CPA membuat siswa lebih aktif menggali informasi
dan terlatih untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pembelajaran dengan
metode CPA memberikan penanaman konsep yang kuat kepada siswa karena
selama pembelajaran mereka dapat mengetahui sendiri simbol-simbol sesuai
dengan dimensi yang dilihatnya sehingga secara tidak langsung membantu
menguatkan konsep matematika yang telah didapat.
Sejalan dengan Hoong et al (2015) bahwasanya pendekatan CPA digunakan
untuk membantu siswa yang mempunyai kesulitan dalam belajar Matematika dan
54

pendekatan CPA juga telah dilaporkan efektif dalam memulihkan defisit dalam
perhitungan Matematika dasar. Colham Manor Primary School & Children’s
Centre (2016) mengakui bahwa pendekatan CPA adalah andalan pembelajaran
Matematika di Singapura.
4.2.2 Pengaruh Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan CPA terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa sekolah dasar di wilayah kabupaten
Purwakarta secara sistematis 71,75% hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh
yang tinggi pada pendekatan pembelajaran pendekatan CPA terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian
Hendrawan (2021) bahwa metode CPA yang diterapkan dalam proses pembelajaran
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
Dibandingkan pada pendekatan konvensional diperoleh data secara sistematis
sebesar 63,8%. Hal ini sejalan dengan Derawati (2021) bahwa metode CPA yang
telah diterapkan juga berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya tidak
menggunakan pendekatan CPA; sejalan juga dengan Putri, dkk. (2015) yang
mendapat hasil penelitan dari disertasinya di UPI dengan memperoleh beberapa
hasil dari menerapkan pendekatan pembelajaran CPA bahwa yang pertama,
pencapaian dan peningkatan kemampuan representasi matematis dan spatial sense
mahasiswa yang mendapat perlakuan pendekatan CPA lebih baik dibandingkan
mahasiswa yang mendapat pendekatan pembelajaran secara konvensional, yang
kedua, pencapaian dari Self-Eficacy dari mahasiswa yang mendapat perlakuan
pembelajaran CPA lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang mendapat
pembelajaran konvensional, dan masih banyak lagi hasil dari penlitiannya;
kemudian ada dari Suryani (2017) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa
pencapaian pembelajaran dengan metode pendekatan CPA lebih baik dari siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan metode konvensional.
Dalam penelitian ini menunjukan perubahan pemahaman matematis siswa
pada saat pre-test dan post-test eksperimen maupun kontrol, pemahaman matematis
siswa setelah post-test menggunakan metode CPA lebih tinggi dibandingkan
55

metode konvensional dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat


peningkatann nilai kearah yang lebih baik, sama hal nya dengan menggunakan
metode konvensional.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis hasil dari data penelitian yang telah dilaksanakan
tentang pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang dilakukan di salah satu
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta, Kelurahan Nagrikaler, yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan perlakuan dari
pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) lebih baik
dibandingkan siswa yang mendapat perlakuan pendekeatan pembelajaran
konvensional.
2. Terdapat pengaruh pendekatan pemelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA)
terhadap peningkatan kemampuan pehamaman matematis.
5.2 Implikasi
Berdasar pada hasil penelitian yang ditunjukan di dalam penelitian ini
bahwa pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) mampu
mempengaruhi kemampuan pemahaman matematis siswa di salah satu Sekolah
Dasar Negeri di Keluarahan Nagrikaler Kecamatan Purwakarta. Berikut dari hasil
penelitian yang dapat berimplikasi secara teoritis dan praktis, yaitu:
1. Secara teoritis pada penelitian ini dapat memberikan bukti yang efektif akan
suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan Concrete Pictorial Abstract
(CPA) dalam hal meningkatkan kemampuan pemahaman matematis pada siswa
dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian.
2. Pada implikasi praktis, penelitian ini mampu memberikan bukti yang
sesungguhnya dalam menggunakan pendekatan pembelajaran Concrete
Pictorial Abstract (CPA) yang efektif dalam rangka meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis pada siswa, pada pokok bahasan perkalian.

56
57

5.3 Rekomendasi
Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh pendekatan
Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dan kesimpulan yang telah
didapat, maka terdapat berbagai saran yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Terdapatnya peningkatan pada pemahaman matematis yang dimiliki siswa,
sehingga dapat menjadi sebuah masukan dan rujukan bagi pihak sekolag atau
bagi guru yang akan menggunakan pendekatan pembelajaran Concrete
Pictorial Abstract (CPA) dengan persiapan yang lebih matang, mengkonsep
materi dan media pembelajaran yang cocok untuk menyokong kegiatan belajar
mengajar di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Penerapan pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA)
mampu memberikan pengaruh sebesar 71,5% terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa. Pada situasi ini terdapat 28,5% yang
belum dapat diketahui faktor lain penyebab yang mepengaruhi terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis, maka dari itu perlu diketahui
tidak lanjut kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyar, Hardani, and Dkk. 2020. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu.

Andriati, Y., & Susanti, L. R. (2016). Pengembangan Media Powtoon Berbasis


Audiovisual Pada Pembelajaran Sejarah. CRIKSETRA: Jurnal Pendidikan
Sejarah, 5(9), 60.

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina


Aksara.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atikah, S. (2018). Pengaruh Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA)


terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa di Sekolah Dasar.
(Skipsi). Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta.

Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Center, T. A. (2004). Concrete-Representational-Abstract Instructional Approach.


Washington DC, United State of America.

Dafril, A. (2011). Pengaruh Pendekatan Kontruktivismeterhadap Peningkatan


Pemahaman Matematika Siswa. Palembang: Prosiding PGRI.

Depdiknas. (2004). Garis-garis Besar Program Pengajaran dan Penilaian Pada


Sistem Semester tentang Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Dikdasmen.

Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BNSP.

Enzelina, E., Suwangsih, E., Putri, H. E., & Rahayu, P. (2019). Pengembangan
Bahan Ajar dengan Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SD. Simposium
Nasional Ilmiah & Call for Paper Unindra (Simponi), 1–10.

Febrina, R., & Lena, M. S. Pengaruh Video Animasi Terhadap Hasil Belajar
Keliling Dan Luas Bangun Datar Di Kelas Iv Sdn 09 Pasaman Kabupaten
Pasaman Barat. Jurnal Handayani Pgsd Fip Unimed, 12(1), 23-30.

Hendriana.& Soemarmo. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:


PT Refika Aditama.

58
59

Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pemebelajaran Matematika.


Malang: Jurusan Matematika FMIPA UNM.

Idris, N. (2009). Enhanching Student, Understading In Calculus Trough Writing.


International Electronic Journal of Mathemathics Education. 4, (1). 36-
56.

Juandi, D. 2006. Meningkatkan Daya Matematik Mahasiswa Calon Guru


Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis masalah. Disertasi
Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika.


Bandung: Refika Aditama.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2017). Penelitian Pendidikan Matematika.


Bandung: P.T Refika Aditama.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2018). Penelitian Pendidikan Matematika.


Bandung: P.T Refika Aditama.

Mucarno., & Astuti, N. (2018). Pengaruh Pendekatan RME terhadap Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.
Vol 7 (1).

Nasution, M. N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia.

OECD. (2015). PISA 2015 Results in Focus. [Online]. Tersedia: https://www.oecd.


org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf. Diakses pada 28 Desember 2020.

Ompusunggu, V. D. K. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematika


dan Sikap Positif terhadap Matematika Siswa SMP Nasrani 2 Medan
Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Saintech. Vol. 06 No. 04.

Permendiknas No. 22 (2006). Tentang Standar Isi. Depdiknas: Jakarta.

Purwanto, N. (2010). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Putri, H. E. (2017). Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA), Kemampuan-


kemampuan Matematis, dan Rancangan Pembelajarannya. Subang:
Royyan Press.

Putri, H. E. dkk. (2016). Keterkaitan Penerapan Pendekatan CPA dan Peningkatan


Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SD. Metodik Didaktik, XI(1), 43.
doi : http://dx.doi.org/10.17509/md.v11i1.3785.
60

Putri, H. E., Julianti, R., Adjie, N., & Suryani, N. E. (2016). ENGARUH
PENDEKATAN CONCRETE-PICTORIAL-ABSTRACT (CPA)
TERHADAP PENCAPAIAN KEMAMPUAN SPATIAL SENSE (KSS)
SISWA SD. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 13(1).

Putri, H. E., Rahayu, P., Saptini, R. D., & Misnarti, M. Keterkaitan penerapan
pendekatan CPA dan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa
sekolah dasar. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 11(1).

Rahayu, P. (2007). Model Pembelajaran Kontruktivisme untuk Meningkatkan


Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah
Dasar. Penelitian Pendidikan, Vol. 2 No. 1.

Rasana, Raka. (2014). Dalam Suantini. (2013). Pembelajaran Konvensional.


Diakses dari http://yudi-
wiratama.blogspot.com/2014/01/pembelajarankonvensionalpembelajaran
.html.

Ruseffendi, E. T. (1990). Perkembangan pengajaran matematika di sekolah-


sekolah di luar dan dalam negeri. Pengajaran matematika modern dan
masa kini untuk guru dan PGSD D2.

Sanjaya,W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santyasa dalam Widiantari. 2012. Pembelajaran Konvensional. Bandung: Pustaka


Setia.

Sardiman, A.M. (2012). Interaksi & Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Setyanto, E. (2005) Memperkenalkan Kembali Metode Eksperimen dalam Kajian


Komunikasi, VOLUME 3, NOMOR 1 , JUNI 2065: 37 – 48.

Sudjana, N. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penenlitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
61

Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan


Bagaimana dikembangkan pada Peserta Didik. Diakses dari
http://id.scribd.com/doc/76353753/Berfikir-dan-Disposisi-Matematik-
Utari [diakses 15 Januari 2021].

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian: Dilengkapi cara


perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: PT Refika
Aditama.

TIMSS. (2015). TIMS 2015 International Results in Mathematics. [Online].


Diakses dari http://timss2015.org/timss-2015/mathematics/student-
achievement/.

Uhar, S. 2020. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung:


PT Refika Aditama.

Widiantri. 2012. Model Pembelajaran Konvensional. Diakses dari http://yudi-


wiratama.blogspot.com/2014/01/pembelajaran- konvensional-
pembelajaran.html. [05 Desember 2018]
LAMPIRAN

LAMPIRAN A
1. SK Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi
2. Surat Permohonan Penelitian
3. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
4. Kartu Bimbingan

62
63

Lampiran A.1 SK Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi


64
65

Lampiran A.2 Surat Permohonan Penelitian


66

Lampiran A.3 Surat Keterangan Penelitian


67

Lampiran A.4 Kartu Bimbingan


68
LAMPIRAN B
1. RPP Eksperimen dan Kontrol
2. LKPD
3. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan
Pemahaman Matematis
4. Soal Pretest dan Posttets
5. Judgement Expert

69
70

Lampian B.1 RPP Pertemuan 1 Kelas Eksperimen


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah
perkalian yang melibatkan
71

bilangan cacah dengan hasil 3. Mengidentifikasi contoh perkalian


kali sampai dengan 100 dalam berdasarkan benda konkret.
kehidupan sehari-hari serta
4. Menyelesaikan soal cerita yang
mengaitkan perkalian.
berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah perkalian
dengan menggunakan penjumlahan
berulang.

C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Contoh:
Ada 3 kelompok pensil warna. Setiap kelompok terdapat 2 pensil
warna. Berapa banyak pensil warna yang dapat kita hitung dengan
menggunakan penjumlahan berulang ialah :
72

Penjumlahan berulang seperti pada contoh di atas dapat ditulis dalam


bentuk perkalian yaitu :
3x2 =6
3 x 2 artinya ada 3 kali penjumlahan angka 2.
E. PENDEKATAN DAN METODE
 Pendekatan : Concrete-Pictorial-Abstract
 Metode : Demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Papan perkalian, Youtube, dan benda sekitar kelas.
 Alat : Gelas, Sedotan, Sterofoam
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memulai kelas dengan salam,
10 menit
menanyakan kabar, dan mengabsen
siswa.
2. Siswa diajak untuk berdoa terlebih
dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
3. Siswa diberikan apresiasi oleh guru pada
saat memberikan respon cepat (dalam
menjawab salam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan
73

sebagainya) saat sesi pembelajaran di


kelas sudah dimulai.
4. Siswa menyimak mengenai apa yang
akan dipelajari hari ini dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa
pada pembelajaran hari ini melalui
penjelasan guru.
5. Melalui penjelasan guru, siswa ditanya
mengenai apa saja yang mereka ketahui
tentang perkalian yang telah mereka
pelajari saat pertemuan sebelumnya serta
menyebutkan pristiwa dalam kehidupan
sehari-hari yang termasuk ke dalam
perkalian, seperti berbelanja, menghitung
jumlah benda yang banyak, dan
sebagainya.
6. Guru menjelaskan materi perkalian
menggunakan media konkret.
Inti Concrete 40 menit
7. Siswa diminta untuk menyimak
penjelasan guru tentang perkalian,
menggunakan media konkret “Gelas
Perkalian” untuk mengenal perkalian
yaitu penjumlahan berulang.
8. Siswa diminta untuk menjawab ajakan
mengenai pengulangan konsep perkalian
pada kegiatan sehari-hari.
Pictorial
9. Siswa diminta menyimak kembali
penjelasan guru tentang mengenal
konsep perkalian.
74

10. Setelah itu siswa meyimak instruksi yang


diberikan guru di papan tulis yaitu
dengan menjabarkan perkalian dengan
menggunakan hitungan penjumlahan
berulang.
11. Siswa dan guru melakukan tanya jawab
terkait jawaban masing-masing siswa.
Terjadi tanya jawab siswa dan guru.
Abstract
12. Siswa diminta untuk menyimak kembali
penjelasan guru yang ada di catatan
tentang mengenal konsep perkalian.
13. Siswa diminta menentukan berapa
jumlah dari hasil penjulahan berulang,
lalu menuliskan bentuk matematikannya
yang ada pada LKPD.
14. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai
jawaban yang dibuat oleh siswa.
Penutup 15. Siswa diminta menyampaikan kesan dari
10 menit
pembelajaran dan pemahaman mereka
mengenai perkalian.
16. Siswa diminta untuk berdiskusi
mengenai pembelaaran yang mereka
dapatkan dan menyampaikan kepada
teman-temannya.
17. Guru mengajak siswa untuk menyimak
dan melakukan refleksi atas
pembelajaran yang telah berlangsung.
18. Siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
75

19. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil


pembelajaran pada hari ini.
20. Siswa bersama guru melakukan evaluasi
belajar. Bertanya jawab tentang materi
yang telah dipelajari (untuk mengetahui
hasil dari ketercapaian materi).
21. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
aktifitas pembelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan
selanjutnya.
22. Kelas ditutup dengan mengajak siswa
untuk berdoa yang dipimpin oleh seorang
siswa lalu ditutup dengan mengucapkan
terima kasih dan salam.

H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
76

Mengetahui Purwakarta, 13 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Ai Rostianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. -
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
77

Lampian B.1 RPP Pertemuan 2 Kelas Eksperimen


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh
perkalian yang melibatkan
perkalian berdasarkan benda
bilangan cacah dengan hasil kali
sampai dengan 100 dalam konkret.
kehidupan sehari-hari serta
78

mengaitkan perkalian. 4. Menyelesaikan soal cerita yang


berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah perkalian
dengan menggunakan
penjumlahan berulang.

C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami
pengertian perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal contoh Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Terdapat beberapa
gambar yang menunjukan contoh dari sebuah perkalian. Kemduian
perkalian ini, dikenalkan beberapa contoh gambar untuk mengenalkan
perkalian, seperti di bawah:

Contoh : terdapat 6 batang pensil dan 8 gelas, maka berapakah jumlah


79

pensil yang ada pada semua gelas? Hitunglah menggunakan penjumlahan


berulang dan tulis bentuk perkaliannya!
Jawab: 8 x 6 = 48 => 6+6+6+6+6+6+6+6 = 48
E. PENDEKATAN DAN METODE
 Pendekatan : Concrete-Pictorial-Abstract
 Metode : Demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Papan perkalian, Youtube, dan benda sekitar kelas.
 Alat : Gelas, Sedotan, Sterofoam, gambar.
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pembukaan 1. Guru memulai kelas dengan salam, 10 menit
menanyakan kabar, dan mengabsen siswa.
2. Siswa diajak untuk berdoa terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai.
3. Siswa diberikan apresiasi oleh guru pada
saat memberikan respon cepat (dalam
menjawab salam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan sebagainya)
saat sesi pembelajaran di kelas sudah
dimulai.
4. Siswa menyimak mengenai apa yang akan
dipelajari hari ini dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa pada
pembelajaran hari ini melalui penjelasan
guru.
80

5. Melalui penjelasan guru, siswa ditanya


mengenai apa saja yang mereka ketahui
tentang perkalian yang telah mereka
pelajari saat pertemuan sebelumnya serta
menyebutkan pristiwa dalam kehidupan
sehari-hari yang termasuk ke dalam
perkalian, seperti berbelanja, menghitung
jumlah benda yang banyak, dan
sebagainya.
6. Guru menjelaskan materi perkalian
menggunakan media konkret.
Inti Concrete 40
7. Siswa diminta untuk menyimak menit
penjelasan guru tentang perkalian,
menggunakan media konkret “Gelas
Perkalian” untuk mengenal perkalian
yaitu penjumlahan berulang dan mengenal
contoh perkalian menggunakan gambar.
8. Siswa diminta untuk menjawab ajakan
mengenai pengulangan konsep perkalian
pada kegiatan sehari-hari.
Pictorial
9. Siswa diminta menyimak kembali
penjelasan guru tentang mengenal contoh
perkalian dari benda konkret dan gambar.
10. Setelah itu siswa meyimak instruksi yang
diberikan guru di papan tulis yaitu dengan
menjabarkan perkalian dengan
menggunakan hitungan penjumlahan
berulang.
81

11. Siswa dan guru melakukan tanya jawab


terkait jawaban masing-masing siswa.
Terjadi tanya jawab siswa dan guru.
Abstract
12. Siswa diminta untuk menyimak kembali
penjelasan guru yang ada di catatan
tentang mengenal konsep perkalian.
13. Siswa diminta menentukan berapa jumlah
dari hasil penjulahan berulang, lalu
menuliskan bentuk matematika yang ada
pada LKPD.
14. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai
jawaban yang dibuat oleh siswa.
Penutup 15. Siswa diminta menyampaikan kesan dari 10 menit
pembelajaran dan pemahaman mereka
mengenai perkalian.
16. Siswa diminta untuk berdiskusi mengenai
pembelaaran yang mereka dapatkan dan
menyampaikan kepada teman-temannya.
17. Guru mengajak siswa untuk menyimak
dan melakukan refleksi atas pembelajaran
yang telah berlangsung.
18. Siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
19. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran pada hari ini.
20. Siswa bersama guru melakukan evaluasi
belajar. Bertanya jawab tentang materi
yang telah dipelajari (untuk mengetahui
hasil dari ketercapaian materi).
82

21. Siswa menyimak penjelasan guru tentang


aktifitas pembelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan selanjutnya.
22. Kelas ditutup dengan mengajak siswa
untuk berdoa yang dipimpin oleh seorang
siswa lalu ditutup dengan mengucapkan
terima kasih dan salam.

H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Uraian
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Mengetahui Purwakarta, 14 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Ai Rostianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. -

Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
83

Lampian B.1 RPP Pertemuan 3 Kelas Eksperimen


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah dengan 1. Memahami pengertian perkalian
hasil kali sampai 100 dalam
2. Menentukan bentuk perkalian
kehidupan sehari-hari serta
mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil kali
sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
84

mengaitkan perkalian. 4. Menyelesaikan soal cerita yang


berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.

Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah perkalian
dengan menggunakan penjumlahan
berulang.

C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami
pengertian perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian dikehidupan sehari-hari
Sesungguhnya perkalian merupakan penjumlahan berulang yang
dilambangkan dengan simbol x, dan di dalam kehidupan sehari-hari pun
tidak berbeda, dengan menggunakan soal cerita seperti berikut: Eni
mempunyai 7 kantong kelereng. Setiap kantong berisi 8 kelereng. Berapa
banyak kelereng yang dimiliki Eni. Hitunglah dengan menggunakan
penjumlahan berulang dan bentuk matematikanya!
Jawab: 7 x 8 = 8+8+8+8+8+8+8= 56, maka eni membeli kelereng dengan
banyak 56 kelereng.
85

E. PENDEKATAN DAN METODE


 Pendekatan : Concrete-Pictorial-Abstract
 Metode : Demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Papan perkalian, Youtube, dan benda sekitar kelas.
 Alat : Gelas, Sedotan, Sterofoam
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memulai kelas dengan salam, 10 menit
menanyakan kabar, dan mengabsen
siswa.
2. Siswa diajak untuk berdoa terlebih
dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
3. Siswa diberikan apresiasi oleh guru pada
saat memberikan respon cepat (dalam
menjawab salam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan sebagainya)
saat sesi pembelajaran di kelas sudah
dimulai.
4. Siswa menyimak mengenai apa yang
akan dipelajari hari ini dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa
pada pembelajaran hari ini melalui
penjelasan guru.
5. Melalui penjelasan guru, siswa ditanya
mengenai apa saja yang mereka ketahui
tentang perkalian yang telah mereka
86

pelajari saat pertemuan sebelumnya serta


menyebutkan pristiwa dalam kehidupan
sehari-hari yang termasuk ke dalam
perkalian, seperti berbelanja, menghitung
jumlah benda yang banyak, dan
sebagainya.
6. Guru menjelaskan materi perkalian
menggunakan media konkret.
Inti Concrete 40 menit
7. Siswa diminta untuk menyimak
penjelasan guru tentang perkalian,
menggunakan media konkret “Gelas
Perkalian” untuk mengenal perkalian
yaitu penjumlahan berulang.
8. Siswa diminta untuk menjawab ajakan
mengenai pengulangan konsep perkalian
pada kegiatan sehari-hari.
Pictorial
9. Siswa diminta menyimak kembali
penjelasan guru tentang mengenal
konsep perkalian.
10. Setelah itu siswa meyimak instruksi yang
diberikan guru di papan tulis yaitu
dengan menjabarkan perkalian dengan
menggunakan hitungan penjumlahan
berulang.
11. Siswa dan guru melakukan tanya jawab
terkait jawaban masing-masing siswa.
Terjadi tanya jawab siswa dan guru.
Abstract
87

12. Siswa diminta untuk menyimak kembali


penjelasan guru yang ada di catatan
tentang mengenal konsep perkalian.
13. Siswa diminta menentukan berapa
jumlah dari hasil penjulahan berulang,
lalu menuliskan bentuk matematikannya
yang ada pada LKPD.
14. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai
jawaban yang dibuat oleh siswa.
Penutup 23. Siswa diminta menyampaikan kesan dari 10 menit
pembelajaran dan pemahaman mereka
mengenai perkalian.
24. Siswa diminta untuk berdiskusi
mengenai pembelaaran yang mereka
dapatkan dan menyampaikan kepada
teman-temannya.
25. Guru mengajak siswa untuk menyimak
dan melakukan refleksi atas
pembelajaran yang telah berlangsung.
26. Siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
27. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran pada hari ini.
28. Siswa bersama guru melakukan evaluasi
belajar. Bertanya jawab tentang materi
yang telah dipelajari (untuk mengetahui
hasil dari ketercapaian materi).
29. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
aktifitas pembelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan
selanjutnya.
88

30. Kelas ditutup dengan mengajak siswa


untuk berdoa yang dipimpin oleh seorang
siswa lalu ditutup dengan mengucapkan
terima kasih dan salam.

H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Uraian
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Mengetahui, Purwakarta, 15 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Ai Rostianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. -
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
89

Lampian B.1 RPP Pertemuan 4 Kelas Eksperimen


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD)
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil kali
sampai dengan 100 dalam
90

kehidupan sehari-hari serta 4. Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan


mengaitkan perkalian. dengan kehidupan sehari-hari.
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah perkalian dengan
menggunakan penjumlahan berulang.
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami
pengertian perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian: perkalian dapat dihasilkan juga dengan berbagai
perkalian lainnya.

E. PENDEKATAN DAN METODE


91

 Pendekatan : Concrete-Pictorial-Abstract
 Metode : Demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Papan perkalian, Youtube, dan benda sekitar kelas.
 Alat : Gelas, Sedotan, Sterofoam
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memulai kelas dengan salam, 10 menit
menanyakan kabar, dan mengabsen
siswa.
2. Siswa diajak untuk berdoa terlebih
dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
3. Siswa diberikan apresiasi oleh guru pada
saat memberikan respon cepat (dalam
menjawab salam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan sebagainya)
saat sesi pembelajaran di kelas sudah
dimulai.
4. Siswa menyimak mengenai apa yang
akan dipelajari hari ini dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa
pada pembelajaran hari ini melalui
penjelasan guru.
5. Melalui penjelasan guru, siswa ditanya
mengenai apa saja yang mereka ketahui
tentang perkalian yang telah mereka
pelajari saat pertemuan sebelumnya serta
92

menyebutkan pristiwa dalam kehidupan


sehari-hari yang termasuk ke dalam
perkalian, seperti berbelanja, menghitung
jumlah benda yang banyak, dan
sebagainya.
6. Guru menjelaskan materi perkalian
menggunakan media konkret.
Inti Concrete 40 menit
7. Siswa diminta untuk menyimak
penjelasan guru tentang perkalian,
menggunakan media konkret “Gelas
Perkalian” untuk mengenal perkalian
yaitu penjumlahan berulang.
8. Siswa diminta untuk menjawab ajakan
mengenai pengulangan konsep perkalian
pada kegiatan sehari-hari.
Pictorial
9. Siswa diminta menyimak kembali
penjelasan guru tentang mengenal
konsep perkalian.
10. Setelah itu siswa meyimak instruksi yang
diberikan guru di papan tulis yaitu
dengan menjabarkan perkalian dengan
menggunakan hitungan penjumlahan
berulang.
11. Siswa dan guru melakukan tanya jawab
terkait jawaban masing-masing siswa.
Terjadi tanya jawab siswa dan guru.
Abstract
12. Siswa diminta untuk menyimak kembali
penjelasan guru yang ada di catatan
tentang mengenal konsep perkalian.
93

13. Siswa diminta menentukan berapa


jumlah dari hasil penjulahan berulang,
lalu menuliskan bentuk matematikannya
yang ada pada LKPD.
14. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai
jawaban yang dibuat oleh siswa.
Penutup 15. Siswa diminta menyampaikan kesan dari 10 menit
pembelajaran dan pemahaman mereka
mengenai perkalian.
16. Siswa diminta untuk berdiskusi
mengenai pembelaaran yang mereka
dapatkan dan menyampaikan kepada
teman-temannya.
17. Guru mengajak siswa untuk menyimak
dan melakukan refleksi atas
pembelajaran yang telah berlangsung.
18. Siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
19. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran pada hari ini.
20. Siswa bersama guru melakukan evaluasi
belajar. Bertanya jawab tentang materi
yang telah dipelajari (untuk mengetahui
hasil dari ketercapaian materi).
21. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
aktifitas pembelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan
selanjutnya.
22. Kelas ditutup dengan mengajak siswa
untuk berdoa yang dipimpin oleh seorang
94

siswa lalu ditutup dengan mengucapkan


terima kasih dan salam.

H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Uraian
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Mengetahui Purwakarta, 16 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Ai Rostianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. -
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
95

Lampian B.1 RPP Pertemuan 1 Kelas Kontrol


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Kontrol
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
96

mengaitkan perkalian. 4. Men-yelesaikan soal cerita yang


berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah
perkalian dengan
menggunakan penjumlahan
berulang.

C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Contoh:
Ada 3 kelompok pensil warna. Setiap kelompok terdapat 2 pensil
warna. Berapa banyak pensil warna yang dapat kita hitung dengan
menggunakan penjumlahan berulang ialah :
97

Penjumlahan berulang seperti pada contoh di atas dapat ditulis dalam


bentuk perkalian yaitu :
3 x 2 = 6, 3 x 2 artinya ada 3 kali penjumlahan angka 2.
E. PENDEKATAN DAN METODE
 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Buku, tabel perkalian
 Alat : Papan tulis, spidol, poster tabel perkalian.
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memberikan salam dan mengajak siswa
10 menit
berdoa
2. Guru bertanya tentang pelaaran kemarin yang
dipelajari memberikan apersepsi terhadap
materi yang hari ini akan dipelajari tentang
operasi hitung perkalian
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
tentang operasi hitung perkalian
Inti 4. Guru menjelaskan materi tentang operasi
40 menit
hitung perkalian.
5. Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai operasi hitung perkalian.
98

6. Guru mengadakan latihan LKPD tentang


operasi hitung perkalian
7. Guru menunjuk siswa satu persatu untuk
menjawab soal latihan didepan kelas.
8. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai
jawaban yang dibuat oleh siswa dan apa yang
belum diketahui oleh siswa.
9. Guru bersama siswa bertanya jawab untuk
meluruskan kesalahpahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.
Penutup 10. Bersama siswa, guru membuat kesimpulan
10 menit
mengenai materi yang telah dipelajari hari ini.
11. Sebelum menutup pelaaran guru mengadakan
evaluasi.
12. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada
siswa.
13. Kelas ditutup dengan mengajak siswa untuk
berdoa yang dipimpin oleh seorang siswa lalu
ditutup dengan mengucapkan terima kasih dan
salam.

H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
99

Mengetahui Purwakarta, 13 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Nining Sugianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. 196205171982042002
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
100

Lampian B.1 RPP Pertemuan 2 Kelas Kontrol


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Kontrol
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
101

mengaitkan perkalian. 4. Menyelesaikan soal cerita yang


berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah
perkalian dengan menggunakan
penjumlahan berulang.

C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal contoh Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Terdapat beberapa
gambar yang menunjukan contoh dari sebuah perkalian. Kemduian
perkalian ini, dikenalkan beberapa contoh gambar untuk mengenalkan
perkalian, seperti di bawah:

Contoh : terdapat 6 batang pensil dan 8 gelas, maka berapakah jumlah


102

pensil yang ada pada semua gelas? Hitunglah menggunakan penjumlahan


berulang dan tulis bentuk perkaliannya!
Jawab: 8 x 6 = 48 => 6+6+6+6+6+6+6+6 = 48
E. PENDEKATAN DAN METODE
 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Buku, tabel perkalian
 Alat : Papan tulis, spidol, poster tabel perkalian.
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memberikan salam dan mengajak
10 menit
siswa berdoa
2. Guru bertanya tentang pelaaran kemarin
yang dipelajari memberikan apersepsi
terhadap materi yang hari ini akan
dipelajari tentang operasi hitung
perkalian
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran tentang operasi hitung
perkalian
Inti 4. Guru menjelaskan materi tentang operasi
40 menit
hitung perkalian.
5. Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai operasi hitung perkalian.
6. Guru mengadakan latihan LKPD tentang
operasi hitung perkalian
103

7. Guru menunjuk siswa satu persatu untuk


menjawab soal latihan didepan kelas.
8. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai
jawaban yang dibuat oleh siswa dan apa
yang belum diketahui oleh siswa.
9. Guru bersama siswa bertanya jawab
untuk meluruskan kesalahpahaman,
memberikan penguatan dan
penyimpulan.
Penutup 10. Bersama siswa, guru membuat
10 menit
kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari hari ini.
11. Sebelum menutup pelaaran guru
mengadakan evaluasi.
12. Guru memberikan pekerjaan rumah
kepada siswa.
13. Kelas ditutup dengan mengajak siswa
untuk berdoa yang dipimpin oleh seorang
siswa lalu ditutup dengan mengucapkan
terima kasih dan salam.

H. PENILAIAN
3. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
4. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
104

Mengetahui Purwakarta, 14 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Nining Sugianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. 196205171982042002
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
105

Lampian B.1 RPP Pertemuan 3 Kelas Kontrol


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Kontrol
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian
dengan hasil kali sampai 100
perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. 2. Menentukan bentuk perkalian
4.4Menyelesaikan masalah berdasarkan gambar.
perkalian yang melibatkan
3. Mengidentifikasi contoh perkalian
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam berdasarkan benda konkret.
kehidupan sehari-hari serta
106

mengaitkan perkalian. 4. Menyelesaikan soal cerita yang


berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah
perkalian dengan menggunakan
penjumlahan berulang.

C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian dikehidupan sehari-hari
Sesungguhnya perkalian merupakan penjumlahan berulang yang
dilambangkan dengan simbol x, dan di dalam kehidupan sehari-hari pun
tidak berbeda, dengan menggunakan soal cerita seperti berikut: Eni
mempunyai 7 kantong kelereng. Setiap kantong berisi 8 kelereng. Berapa
banyak kelereng yang dimiliki eni. Hitunglah dengan menggunakan
penjumlahan berulang dan bentuk matematikanya!
Jawab: 7 x 8 = 8+8+8+8+8+8+8= 56, maka eni membeli kelereng dengan
banyak 56 kelereng.
107

E. PENDEKATAN DAN METODE


 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Buku, tabel perkalian
 Alat : Papan tulis, spidol, poster tabel perkalian.
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memberikan salam dan mengajak
10 menit
siswa berdoa
2. Guru bertanya tentang pelaaran kemarin
yang dipelajari memberikan apersepsi
terhadap materi yang hari ini akan
dipelajari tentang operasi hitung
perkalian
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran tentang operasi hitung
perkalian
Inti 4. Guru menjelaskan materi tentang operasi
40 menit
hitung perkalian.
5. Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai operasi hitung perkalian.
6. Guru mengadakan latihan LKPD tentang
operasi hitung perkalian
7. Guru menunjuk siswa satu persatu untuk
menjawab soal latihan didepan kelas.
108

8. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai


jawaban yang dibuat oleh siswa dan apa
yang belum diketahui oleh siswa.
9. Guru bersama siswa bertanya jawab
untuk meluruskan kesalahpahaman,
memberikan penguatan dan
penyimpulan.
Penutup 10. Bersama siswa, guru membuat
10 menit
kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari hari ini.
11. Sebelum menutup pelaaran guru
mengadakan evaluasi.
12. Guru memberikan pekerjaan rumah
kepada siswa.
13. Kelas ditutup dengan mengajak siswa
untuk berdoa yang dipimpin oleh seorang
siswa lalu ditutup dengan mengucapkan
terima kasih dan salam.

H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
109

Mengetahui Purwakarta, 15 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Nining Sugianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. 196205171982042002
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
110

Lampian B.1 RPP Pertemuan 4 Kelas Kontrol


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Kontrol
Satuan Pendidikan : SDN 6 NAGRIKALER
Kelas/semester : II/1
Tema : Bermain di Lingkunganku (Tema 2)
Sub Tema : Bermain di lingkungan Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
111

mengaitkan perkalian. 4. Menyelesaikan soal cerita yang


berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah
perkalian dengan menggunakan
penjumlahan berulang.

C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian: perkalian dapat dihasilkan juga dengan berbagai
perkalian lainnya.
112

E. PENDEKATAN DAN METODE


 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
 Media : Buku, tabel perkalian
 Alat : Papan tulis, spidol, poster tabel perkalian.
 Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memberikan salam dan mengajak
10 menit
siswa berdoa
2. Guru bertanya tentang pelaaran kemarin
yang dipelajari memberikan apersepsi
terhadap materi yang hari ini akan
dipelajari tentang operasi hitung
perkalian
113

3. Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran tentang operasi hitung
perkalian
Inti 4. Guru menjelaskan materi tentang operasi
40 menit
hitung perkalian.
5. Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai operasi hitung perkalian.
6. Guru mengadakan latihan LKPD tentang
operasi hitung perkalian
7. Guru menunjuk siswa satu persatu untuk
menjawab soal latihan didepan kelas.
8. Guru bersama siswa berdiskusi mengenai
jawaban yang dibuat oleh siswa dan apa
yang belum diketahui oleh siswa.
9. Guru bersama siswa bertanya jawab
untuk meluruskan kesalahpahaman,
memberikan penguatan dan
penyimpulan.
Penutup 10. Bersama siswa, guru membuat
10 menit
kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari hari ini.
11. Sebelum menutup pelaaran guru
mengadakan evaluasi.
12. Guru memberikan pekerjaan rumah
kepada siswa.
13. Kelas ditutup dengan mengajak siswa
untuk berdoa yang dipimpin oleh seorang
siswa lalu ditutup dengan mengucapkan
terima kasih dan salam.
114

H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Mengetahui Purwakarta, 16 Juni 2022


Guru Kelas II Mahasiswa

Intan Tata Sari


Nining Sugianti, S. Pd. NIM. 1801358
NIP. 196205171982042002
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER

Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd.


NIP. 197009041996032002
115

Lampiran B.1 LKPD Kelas Eksperimen dan Kontrol


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Nama :
Kelas :
Petunjuk pengerjaan :
- Baca dengan teliti lembar kerja yang diterima.
- Tuliskan nama lengkap.
- Ikuti petunjuk yang diberikan.
- Tanyakan pada guru apabila ada hal yang kurang jelas.

Operasi Hitung Perkalian

1. Perhatikan gambar di atas!


Terdapat dua gelas dan 4 batang pensil di setiap gelas, maka berapakah
total pensil yang ada. Hitunglah menggunakan penjumlahan
berulang!
2. Rian mempunyai 10 kotak kardus. Jika setiap kotak kardusnya berisi 4
kelereng. Maka banyak kelereng yang dimiliki wahyu adalah… Hitunglah
menggunakan penjumlahan berulang serta bentuk perkaliannya!
3. Ahmad memiliki 3 kotak cokelat. Setiap kotak berisi 5 batang cokelat. Jadi
banyak cokelat yang diko miliki sebanyak…. Batang.

Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
116

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Nama :
Kelas :
Petunjuk pengerjaan :
- Baca dengan teliti lembar kerja yang diterima.
- Tuliskan nama lengkap.
- Ikuti petunjuk yang diberikan.
- Tanyakan pada guru apabila ada hal yang kurang jelas.
Operasi Hitung Perkalian
1. Dari gambar di bawah, manakah perkalian yang menyatakan bentuk
perkalian dari 3 x 4, dan bukan perkalian 3x4?

2. Riki membeli 7 bungkus permen. Setiap bungkus berisi 5 permen. Jumlah


seluruh permen rika adalah… Hitunglah menggunakan penjumlahan
berulang!
3. Bu Tita membeli 6 plastik jeruk. Setiap Plastik berisi 8 jeruk. Jumlah
seluruh jeruk yang dibeli bu Tita adalah ….
Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
117

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Nama :
Kelas :
Petunjuk pengerjaan :
- Baca dengan teliti lembar kerja yang diterima.
- Tuliskan nama lengkap.
- Ikuti petunjuk yang diberikan.
- Tanyakan pada guru apabila ada hal yang kurang jelas.

Operasi Hitung Perkalian


1. Rama Membawa 4 Kardus Roti. Setiap Kardus Berisi 9 bungkus roti.
Jumlah roti yang dibawa Rama adalah….
2. Pak Dadan memiliki 11 kandang ayam ia isi dengan 2 ayam. Jadi banyak
ayam yang dimiliki Pak Dadan adalah…
3. Yeni memiliki 2 gelas boba. Setiap gelasnya berisi 12 butir boba. Maka
banyak boba yang dimiliki Yeni adalah ….

Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
118

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Nama :
Kelas :
Petunjuk pengerjaan :
- Baca dengan teliti lembar kerja yang diterima.
- Tuliskan nama lengkap.
- Ikuti petunjuk yang diberikan.
- Tanyakan pada guru apabila ada hal yang kurang jelas.

Operasi Hitung Perkalian


1. Pak Asep membawa 5 kantong buah jambu. Setiap kantong berisi 15 jambu.
Berapa banyak jambu yang dibawa Pak Asep?

2. Gambar di samping merupakan


buah semangka. Ada 3 piring semangka potong. Setiap piring ada 5 potong
buah semangka. Berapa total semangka yang ada di gambar dan tuliskan
bentuk perkaliaannya!

3. Perhatikan
gambar di atas! Terdapat 4 akuarium berisi ikan. Setiap akuarium berisi 7
ikan. Berapa jumlah ikan semuanya?
Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
119

Lampian B.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Matematis


KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN
MATEMATIS MATERI PERKALIAN
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : 2 (Dua)
Semester : 1 (Satu)
Jenis Soal : Uraian
No Indikator Indikator Indikator soal Nomor
Kemampuan pencapaian soal
Pemahaman
Matematis
1 Menyatakan Mendefinisikan - Disajikan bentuk 1,
ulang sebuah konsep dasar penjumlahan 2,3,4,5
konsep perkalian gambar lalu siswa ,6,8
menyatakan ulang
perkalian dengan
menggunakan
bilangan
cacah/angka
dengna benar.
2 Mengidentifikasi Membuat contoh - Disajikan No. 7
contoh dan bukan yang berkaitan pertanyaan tentang
contoh dari suatu dengan konsep dasar perkalian, siswa
konsep perkalian mengubah bentuk
perkalian menjadi
bentuk
penjumlahan
berulang yang
tepat.
3 Mengaplikasikan Menggunakan - Disajikan soal 1,2,3,4
konsep atau konsep perkalian cerita yang ,5,6,8
120

algoritma dalam dalam berhubungan


pemecahan menyelesaikan soal dengan perkalian.
masalah cerita yang berkaitan Siswa
dengan kehidupan menyelesaikan
sehari-hari masalah yang
ditemukan dengan
perkalian, dan
siswa mampu
menyelesaikan
perkalian
menggunakan
penjumlahan
berulang.
121

Lampian B.3 Tes Kemampuan Pemahaman Matematis


Tes kemampuan Pemahaman Matematis
N Soal Alternatif Jawaban
o
1 2 keranjang x 4 mangga
=4+4=8
=2x4=8

Perhatikan gambar di atas!


Terdapat dua buah keranjang dan 4 buah mangga di
setiap kerjanang, maka berapakah total mangga yang
ada. Hitunglah menggunakan penjumlahan berulang!
2 Andri mempunyai 15 kotak kardus. Jika setiap kotak 10 kotak x 3 kelereng
kardusnya berisi 2 kelereng. Maka banyak kelereng =
yang dimiliki wahyu adalah… Hitunglah 3+3+3+3+3+3+3+3+3+3
menggunakan penjumlahan berulang serta bentuk = 30
perkaliannya! = 10 x 3 = 30
3 5 keranjang x 3 pisang
= 3+3+3+3+3
= 15

Budi mempunyai 5 buah keranjang biru. Setiap Atau,

keranjang berisikan 3 buah pisang. Berapa jumlah = 5 x 3 = 15

pisang yang budi punya? Hitunglah menggunakan


penjumlahan berulang!
4 Diko memiliki 2 kotak cokelat. Setiap kotak berisi 10 2 kotak x 10 cokelat
batang cokelat. Jadi banyak cokelat yang diko miliki = 10 + 10 = 20
sebanyak…. Batang. Atau, 2 x 10 = 20
5 Suatu hari ibu pergi ke pasar untuk membeli ayam, Seekor ayam memiliki 2
ibu membeli ayam sebanyak 4 ekor. Berapa kaki buah kaki,
seekor ayam ? berapa banyak kaki 4 ekor ayam yang Maka, 4 ekor ayam = 8
122

ibu dapatkan? kaki ayam


4 x 2 = 8,
atau
2+2+2+2 = 8

6 Radit membawa 3 buah keranjang apel, setiap 1 keranjang memiliki 5


keranjang berisikan 5 buah apel, berapakah jumlah buah apel.
apel yang dibawa oleh Radit? Maka, 3 keranjang x 5
apel = 15 apel,
Atau
5 + 5 + 5 = 15
3 x 5 = 15

7
Yang menyatakan
perkalian adalah gambar
(b. biskuit & d. balon),
dan yang bukan perkalian
adalah (a. pensil dan c.
telur berwarna)

Dari gambar di atas, manakah perkalian yang


menyatakan bentuk perkalian dari 3 x 4, dan bukan
perkalian 3 x 4?
8 Rika membeli 5 bungkus permen. Setiap bungkus 5 bungkus x 6 permen
berisi 6 permen. Jumlah seluruh permen rika = 6+6+6+6+6 = 36
adalah… permen
Hitunglah menggunakan penjumlahan berulang! Atau,
5 x 6 = 36
123

Lampian B.4 Judgement Expert


LAMPIRAN C
1. Validitas Instrumen
2. Hasil Uji Validitas Instrumen
3. Hasil Uji Statistik Inferensial
4. Data Perhitungan N-gain
5. Lembar Jawaban Pretest
6. Lembar Jawaban Posttest
7. Lembar latihan LKPD

124
125

Lampiran C.1 Validitas Instrumen


126
127
128
129
130
131
132
133
134

Lampiran C.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen


135

Lampiran C.3 Hasil Uji Inferensial


Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest

Uji Mann Whitney p.ada Data Pretest dan Posttest


136
137

Uji Ngain Skor

Uji Normalitas Ngain


138

Uji Mann-Whitney Ngain


139

Uji Regresi Linear Sederhana


140

Lampiran C.4 Hasil Perhitungan Pretest dan Posttest


Kategori
No Nama Pretest Postest Ngain Kelas
Ngain

1 AS Tinggi CPA
15 20 1
2 MRH Rendah CPA
8 12 0.33
3 AAP Rendah CPA
7 10 0.23
4 DF Rendah CPA
8 9 0.08
5 MHP Tinggi CPA
15 19 0.8
6 AN Rendah CPA
4 9 0.31
7 FAK CPA
6 11 0.36 Rendah
8 MZM Rendah CPA
4 7 0.18
9 AA Tinggi CPA
16 20 1
10 SNA Tinggi CPA
11 19 0.88
11 RAH Sedang CPA
9 15 0.54
12 SF Rendah CPA
4 5 0.06
13 MJH Tinggi CPA
8 18 0.83
14 ANR CPA
4 4 0 Rendah
15 RR Cukup tinggi CPA
8 17 0.75
16 RAP Tinggi CPA
10 19 0.9
17 AR Tinggi CPA
16 20 1
18 RA Cukup tinggi CPA
8 17 0.75
19 HAP Cukup tinggi CPA
10 17 0.7
20 SNA CPA
Tinggi
10 18 0.8
21 MAR Rendah Konvensional
9 11 0.18
22 NUH Rendah Konvensional
7 10 0.23
23 FBD Rendah Konvensional
7 10 0.23
141

24 NUH Rendah Konvensional


4 10 0.38
25 ZAP Sedang Konvensional
9 15 0.54
26 WSA Konvensional
Sedang
4 11 0.44
27 MRR Rendah Konvensional
4 7 0.19
28 KAA Rendah Konvensional
3 7 0.24
29 ADF Konvensional
Tinggi
11 18 0.78
30 MZA Konvensional
Cukup tinggi
9 16 0.63
31 NFR Sedang Konvensional
4 12 0.5
32 NN Rendah Konvensional
3 9 0.35
33 SAP Rendah Konvensional
7 9 0.15
34 SDR Rendah Konvensional
3 5 0.12
35 IHW Rendah Konvensional
3 5 0.11
36 FBD Rendah Konvensional
7 10 0.23
37 UA Konvensional
Sedang
9 14 0.45
38 APS Rendah Konvensional
4 9 0.31
39 MSM Sedang Konvensional
9 15 0.54
40 MZ Sedang Konvensional
4 12 0.5
142

Lampiran C.5 Sampel Lembar Jawaban Pretest dan Posttest Kontrol


Pretest kontrol 1
143

Pretest kontrol 2
144

Pretest kontrol 3
145

Prosttest kontrol 1
146

Posttest Kontrol 2
147

Prosttest Kontrol 3
148

Lampiran C.6 Sampel Lembar Jawaban Pretest dan Posttest Eksperimen


Pretest Eksperimen 1
149

Pretest Eksperimen 2
150

Pretest Eksperimen 3
151

Posttest Eksperimen 1
152

Posttest Eksperimen 2
153

Posttest Eksperimen 3
154

Lampiran C.7 Sampel Lembar Jawaban LKPD Kelas Eksperimen


LKPD 1
155

LKPD 2
156

LKPD 3
157

LKPD 4
158

Lampiran C.8 Sampel Lembar Jawaban LKPD Kelas Kontrol

LKPD 1
159

LKPD 2
160

LKPD 3
161

LKPD 4
LAMPIRAN D
1. Dokumentasi Penelitian

162
163

Lampiran D.1 Foto-foto Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

SISWA MENGERJAKAN PRETEST


164
SISWA MENGERJAKAN POSTTEST

SISWA MENDAPATKAN PERLAKUAN CPA

165
BIODATA PENULIS

Intan Tata Sari merupakan seorang perempuan yang


dilahirkan di Purwakarta, 29 Mei 2000. Bertempat
tinggal di alamat lengkap Jl. Industri RT/RW 09/04
Desa Babakancikao, Kecamatan Babakancikao,
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, 41151. Intan Tata
Sari ialah seorang anak bungsu dari 4 bersaudara yang
dilahirkan dari pasangan bapak Anda Mulyana dan
alm. Ibu Junengsih.
Riwayat pendidikan yang ditempuhnya SDN 2 Babakancikao, SMPN 1
Purwakarta, SMAN 1 Purwakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus
Purwakarta. Kegiatan yang pernah diikuti selama menempuh pendidikan S1 di UPI
Kampus Purwakarta di antaranya BEM UPI Kampus Purwakarta tahun 2020
sebagai staf, BEM REMA UPI tahun 2020 sebagai staf dalam negeri.

166

Anda mungkin juga menyukai