Skripsi
Oleh :
1801358
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Purwakarta
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa” ini beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat,
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila kemudian
hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau atau kalimat dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa” ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan semoga
sampai kepada kita selaku umatnya, Aamiin.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta. Penulis menyadari bahwa
penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya penulis menerima
kritik dan saran dari semua pihak agar dapat menyempurnakan skripsi ini untuk
kedepannya. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
ke demi tercapainya penyusunan karya tulis ilmiah yang lebih baik.
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh kerenanya, dengan
ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orang tua, mamah almarhumah Hj. Junengsih terima kasih untuk
hari-hari singkat yang telah engkau beri untuk menyayangi, menjaga,
mendidik, dan membimbing serta selalu mendoakan penulis hingga akhir
hayatnya, dan bapak H. Anda Mulyana terima kasih juga untuk papah yang
selalu dukungan, nasehat, kerja keras dalam pengorbanan untuk penulis
hingga gelar sarjana ini akan dipersembahkan untuk kalian.
2. Kakak dan keluarga besar tercinta, atas pengorbanan, motivasi, dukungan,
nasehat, dan kasih sayang selama penulis menempuh pendidikan S-1 ini.
3. Prof. Turmudi M.Ed., M.Sc., Ph.D selaku Direktur Universitas Pendidikan
Indonesia Kampus Purwakarta dan Pembimbing II. Terima kasih atas masukan
pendapat serta arahannya dari sejak awal hingga skripsi ini selesai.
4. Dr. Idat Muqodas, M.Pd selaku Wakil Direktur Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Purwakarta.
5. Dr. Hafiziani Eka Putri, M.Pd selaku Kaprodi Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Purwakarta.
6. Dra. Puji Rahayu, M.Pd selaku pembimbing I. Terima kasih telah memberi arahan,
motivasi yang membangun dan bimbingan sejak awal hingga skripsi ini selesai.
7. Seluruh dosen di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang selama ini
banyak berperan memberikan dan menyumbangkan ilmu pengetahuan serta
pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.
8. Bu Ai Rostianti, S.Pd dan Bu Nining Sugianti, S.Pd atas bimbingan dan
bantuannya dalam kelancaran proses penelitian skripsi ini.
9. Bu Hj. Tintin Rosmayanti, S.Pd selaku kepala sekola SDN 6 Nagrikaler atas
bantuannya selama penelitian.
10. Kepada kakak tingkat saya Teh Intan Kusumawati, S.Pd yang telah
v
membantu, memotivasi, mendukung, menceramahi, dan mengarahakan
penulis untuk selalu mengerjakan skripsi ini tanpa pantang menyerah,
walaupun penulis sempat menyerah akan skripsi ini karena suatu keadaan.
11. Ketua tingkat kelas A Pipit Mulyasari karena telah menjadi ketua kelas yang
bertanggung jawab bagi teman-teman yang lain. Terimakasih atas segala
kontribusi selama ini bagi kelas 2018 A PGSD.
12. Ketua angkatan pgsd Nouval, yang telah berkontribusi banyak dari awal
hingga akhir untuk teman-teman angkatan PGSD 2018.
13. Teman-teman kelas A pgsd 2018 yang sudah membersamai dari awal
hingga akhir studi ini, terima kasih banyak sudah mau bekerja sama selama
kurang lebih 4 tahun.
14. Rekan-rekan kerja di PT. Samcon Indonesia, Purwakarta, yang telah
memberikan motivasi dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi
ini.
15. Partner kerja PPIC PT. Samcon Alfida dan Iryanti yang telah membantu
banyak, memotivasi, mendukung dan mau bertukar shift untuk kelancaran
perkuliahan dan skripsi ini selama kurang lebih 2 tahun, hingga selesai
skripsi ini.
16. Teman-teman PPL SDN 1 Cipaisan Ai, Arifa, Ileena, Nana, Yolan, Sita,
Ayu, Diah, Alya, Hanna, Nuraeni, Otul.
17. Siswa-siswa SDN 1 Cipaisan terima kasih untuk suka dan duka serta
pengalaman yang tak terlupakan. Terima kasih ya.. kalian.
18. Siswa-siswi SDN 6 Nagrikaler kelas 2A, 2B, dan 3B terima kasih banyak
untuk waktu dan ketersediannya yang telah kalian berikan untuk menjadi
subyek dalam penelitian skripsi ini.
19. Teman-teman BEM UPI Kampus Purwakarta Kabinet Progresif 2020 yang
sudah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengasah
kemampuannya.
20. Semua teman-teman dan kerabat yang telah memberi semangat serta do’a
kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya tepat
waktu.
vi
PENGARUH PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT
(CPA) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di
Kecamatan Purwakarta Tahun Ajaran 2021/2022)
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sampel Penelitian................................................................................ 22
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ............................................................ 24
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis ........................... 25
Tabel 3.4 Kriteria Uji Validitas Instrumen ......................................................... 29
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................. 29
Tabel 3.6 Kriteria Uji Reliabilitas Instrumen ...................................................... 30
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .......................................................... 30
Tabel 3.8 Kriteria Uji Daya Pembeda Instrumen ................................................ 31
Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................... 31
Tabel 3.10 Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen ............................................... 32
Tabel 3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran............................................................. 32
Tabel 3.12 Interpretasi N-Gain .......................................................................... 35
Tabel 3.13 Interpretasi Presentase N-Gain.......................................................... 35
Tabel 4.1 Desain Penelitian................................................................................. 41
Tabel 4.2 Hasil Perubahan Skor Pretest dan Posttest Siswa ............................... 42
Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Pretest Eksperimen dan Kontrol......................... 43
Tabel 4.4 Deskriftif Staitstik Posttest Eksperimen dan Kontrol ......................... 44
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Eksperimen dan Kontrol .. 45
Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney U data Pretest ....................................................... 46
Tabel 4.7 Uji Mann-Whitney U data Posttest...................................................... 47
Tabel 4.8 Deskriptif Statistik N-gain .................................................................. 47
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Ngain................................................................. 48
Tabel 4.10 Uji Mann-Whitney U data Ngain Score ............................................ 49
Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 50
Tabel 4.12 Persamaan Signifikansi Koefisien .................................................... 51
Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi ............................................................................... 52
Tabel 4.14 Model Summary ................................................................................ 52
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah ilmu yang sangat penting sehingga ada pada setiap
jenjang pendidikan di sekolah mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan
tinggi. Matematika sangat penting bagi kehidupan manusia karena dapat membantu
ilmu pengetahuan lainnya, serta dapat memecahkan berbagai masalah yang timbul
dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlunya matematika ini diberikan pada
siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis. Kritis, dan kreatif serta kemampuan berkerja sama dengan baik (Syafri,
2016). Matematika dapat lebih bermakna bagi siswa apabila dipelajari dengan cara
mengembangkan sendiri pemahaman unsur-unsur atau konsep matematika. Sesuai
dengan pernyataan yang dikatakan oleh Sumanji, dkk (1998) bahwa pemahaman
justru terbentuk bukan dengan menerima saja apa yang diajarkan dan menghafalkan
rumus-rumus dan langkah yang diberikan, akan tetapi dengan membangun makna
dari apa yang dipelajari.
Sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa tujuan daripada pembelajaran matematika
ialah supaya peserta didik dapat memiliki kemampuan pemahaman konsep
matematis, menjelaskan hubungan antar konsep, serta mengaplikasikan konsep atau
ide secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam memecahkan suatu masalah
(Kusrini, dkk., 2014, hlm 1.30). Selain daripada itu siswa dituntut untuk perlu
menguasai kompetensi yang ada dalam pembelajaran kurikulum dilihat dari
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 di mana terdapat kompetensi dan kompetensi
dasar pada setiap satuan pendidikan pada satuan pendidikan tingkat sekolah dasar
salah satunya adalah memahami konsep pengetahuan untuk menjadi bekal
menyelesaikan masalah matematika.
Kemampuan memahami kosep merupakan langkah awal untuk bekal dalam
menyelesaikan masalah matematika. Selain itu siswa juga harus mampu mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret maupun abstrak, serta mampu
mengaitkan berbagai pengetahuan yang telah didapatkan untuk
1
2
dipastikan bahwa kemampuan pemahaman matematis pada dalam diri peserta didik
masih belum maksimal karena beberapa alasan salah satunya menurut penelitian
(Kurnianingtyas dkk, 2015) bahwa terdapat peserta didik yang tidak sedikit
beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah hal yang sulit dan membosankan.
Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaranmatemtika guru cenderung
lebih banyak menjelaskan dan tidak terlalu banyak mengikutsertakan siswa dalam
proses belajar, sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan yang guru berikan
lalu menghafalkannya dan mengingatnya tanpa tahu pasti bagaimana siswa dapat
memahami konsep matemtis tersebut. Selain itu diperkuat dengan adanya survey
yang menyatakan bahwa kemampuan memahami matematis siswa di Indonesia
masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil survei dari Trend International
Matematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015, menyatakan Indonesia
berada pada peringkat ke-45 dari 50 negara yang terllibat dengan rata-rata skor 397,
di mana skor tersebut memiliki standar untuk mengukur kemampuan matemtika
dan IPA oleh TIMSS dengan sekor minimal 500. Hal yang sama dilakukan oleh tim
survei dari Studi Programme for International Student Assesment (PISA) pada
tahun 2015. Survei yang dilakukan oleh PISA tersebut mengatakan bahwa Negara
Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 70 negara dalam bidang matematika
(OECD, 2015). Menurut hasil dari kedua survei tersebut mempertegas bahwa dari
kemampuan pemahaman matematis inilah yang dimiliki perserta didik yang masuk
kategori rendah. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Mucarno
dan Astuti (2017), Universitas Lampung, yang dilaksanakan oleh guru kelas V SDN
6 Metro Lampung Utara dengan jumlah siswa 51 orang di kelas V (A-B-C) dengan
ditunjukkannya presntase sebersar 35% dan rata-rata nilai 5,46 dari hasil ujian
tengah semester ganjil dari rata-rata pelajaran dan matematika yang paling rendah
dibandingkan pelajaran lainnya, bahkan lebih rendah dari KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum). Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh Awalia, I.,
Pamungkas, A. S., & Alamsyah, T.P. (2019) di kelas IV SDN Karangtumaritis di
mana kedua pebelitian di atas tersebut terdapat kesamaan dari penyebab kurangnya
pehaman siswa dalam pelajaran matemtika ialah kurangnya pemanfaatan dari
media pembelajaran.
Oleh karena itu, perlunya solusi untuk menyelesaikan permasalahan di atas
4
matematis siwa, yaitu faktor keadaan di mana Indonesia merupakan salah satu
negara yang terkena dampak Covid-19 yang menyebabkan sekolah harus
dilaksanakan secara daring dan membuat guru tidak maksimal dalam mengarahkan,
mengajar serta mengawasi peserta didik. Dengan begitu peserta didik hanya
bergantung pada materi yang ada dan tidak jarang saat mengerjakan soalpun tidak
murni hasil peserta didik, karena ketika daring peserta didik tidak memiliki sosok
guru yang bisa sungguh-sungguh dalam mendampingi murid.
Pada prakteknya penelitian ini dilakukan di tengah pandemik Covid-19
yang tengah melanda dunia temasuk Indonesia. Namun peraturan baru di beberapa
sekolah di Indonesia mengalami kemajuan dengan adanya PTMT 50-100% siswa
kembali belajar di sekolah. Hal tesebut sejalan dengan pernyataan kemendikbud di
mana hampir semua daerah di berbagai wilayah di Indonesia masuk kategori PPKM
lebel 1 dan 2. Aturan tersebut didasari pada Keputusan Mendikbudristek Nomor
160/P/2021. Serta Peraturan daerah Purwakarta yang mengatakan kepada seluruh
sekolah dasar maupun menengah dapat kembali bersekolah 100% sesuai dengan
protokol kesehatan dan vaksinasi dosis ke-2. Dari latar belakang tersebut yang
sudah dipaparkan, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Concrete
Pictorial Abstrak (CPA) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat dua
rumusan masalah, yakni :
1) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa sekolah
dasar yang mendapat pendekatan Concrete Pictorial Abstrak (CPA)
lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pendekatan
konvensional?
2) Apakah terdapat pengaruh pendekatan Concrete Pictorial Abstrak
(CPA) terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa dalam
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar?
6
3) Bagi Siswa
Siswa memperoleh pembelajaran yang menyenangkan dengan
pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) yang menjadi inovasi
saat belajar yang memudahkan dalam memahami materi yang
disampaikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendekatan Pembelajaran CONCRETE PICTORIAL ABSTRAK
(CPA)
Pendekatan atau model pembelajaran Concrete-pictorial-Abstract (CPA)
ini mempunyai nama lain yaitu Concrete-Semiconcrete-Abstract (CSA) selain itu
ada nama lainnya yakni Concrete-Representational-Abstract (CRA), menurut Putri
(2017, hlm 1). Selain itu, Pendekatan CPA ini di dasari oleh teori Bruner yang
muncul pada tahun 1960, di mana tahapan di dalamnya terdapat Representasi
enactive, iconic, symbolic. Pendekatan pembelajaran ini pertama kali diterapkan di
Singapura. Hoong, Kin, dan Pien (2015, hlm 1) mengatakan bahwa Pendekatan
CPA ini didasari oleh teori Bruner model Representasi di mana intruksional
heuristic yang terkenal dan dianjurkan oleh kementerian Pendidikan Singapura
sejak awal 1980. Witzell (dalam Putri, 201, hlm 114) mengungkapkan pendapat
mengenai tiga langkah khusus dari sebuah Pendekatan CPA, sebagai berikut: 1).
Belajar dengan manipulasi objek konkret, 2) belajar dengan representasi
bergambar, 3) menyelesaikan masalah denan cara notasi abstrak.
Pendapat tersebut sejalan dengan Cooper pada tahun 2012 di mana
pernyataan yang dijelaskan ialah terdapat tiga tahapan dari pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CPA, ialah sebagai berikut, (1) tahap konkret ialah tahap
awal di mana siswa dilibatkan secara fisik untuk berinteraksi memanipulasi benda-
benda konkret atau nyata (manipulatif), (2) tahap Pictorial yakni tahap di mana
transisi yang melibatkan siswa bekerja dengan representasi dari model konkret,
yang biasanya berupa kegiatan menggambar lingkaran, titik, perhitungan, atau
gambar geometris, dan (3) tahap abstrak yakni tahak terakhir tang mana sebuah
bentuk konsep matematis dimodelkan secara simbolis menggunakan angka,
variabel dan symbol matemtika lainnya. Ketiga tahapan tadi merupakan satu
kseatuan utuh yang pelaksanaannya mendukung satu sama lainnya. Masing-masing
tahapan pada pendekatan CPA membangun pelajaran sebelumnya untuk
meningkatkan pengetahuan konseptual dan retensi dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan CPA ini memiliki makna pada tiap-tiap tahapannya
8
9
seperti konret yang bermakna untuk memberikan metri ajar yang sangat dekat
dengan keterkaitannya pada dunia nyata, lalu tahap pictorial bermakna untuk
menguatkan pemahaman siswa menjadi penghubung antara dunia nyata dengan
konsep matematis sendiri. Terakhir tahap abstrak yakni menjadi sebuah betuk tahap
penegas yang memberikan makna bagi kehidupan dunia nyata.
Langkah-langkah dari pendekatan pembelajaran Concrete-Pictorial-
Abstrak (CPA) menurut Flores (2010) : 1) Pertama pilih benda-benda konkret atau
manipulatif yang berhubungan dengan pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik, 2) Kedua, Bimbinglah peserta didik untuk berpartisipasi secara madiri
dalam penggunaan benda-benda konkret tersebut, 3) Ketiga, gantilah penggunaan
benda-benda konkret tersbeut dengan gambar ataulukisan, 4) Keempat, gunakanlah
strategi yang dapat membantu peserta didik untuk mengingat langkah-langkah
pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, 5) Kelima, berikan dukungan dan
dorongan kepada peserta didik hanya dengan menggunakan angka atau simbol
dalam menyelesaikan tugas matematika yangdiberikan, dan kegiatan ini berfokus
pada kelancaran.
Selain dari pendapat Flores, ada juga gagasan dari Bernard (2012) tentang
tahap-tahap dari pendekatan pembelajaran CPA, sebagai berikut: 1) Ajarkan konsep
matematika menggunakan benda yang dapat dimanipulatif, 2) Berikan banyak
kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan konsep menggunakan berbagai
manipulative, 3) Pastikan para siswa memahami konsep di tingkat konkret sebelum
pindah ke tingkat representasi. 4) Memperkenalkan gambar untuk
merepresentasikan objek (tingkat representasi). 5) Sediakan banyak waktu bagi
siswa untuk berlatih konsep menggunakan gambar yang digambar. 6) Periksa
pemahaman siswa. Jangan pindah ke abstrak jika siswa belum menguasai tingkat
representasi. 7) Ajarkan siswa konsep matematika hanya menggunakan angka dan
simbol (tingkat abstrak). 8) Sediakan banyak kesempatan bagi siswa untuk berlatih
hanya menggunakan angka dan simbol. 9) Periksa pemahaman siswa, 10) Setelah
konsep ini dikuasai pada tingkat abstrak, secara berkala membawa kembali konsep
bagi siswa untuk berlatih dan menjaga keterampilan mereka tetap segar.
Kemudian terdapat beberapa Kelebihan dan kekurangan sebuah pendekatan
pembelajaran Concrete Pictorial-Abstrak (CPA) yakni pertama ada dari menurut
10
dimengerti, (3) penggunaan pada prinsip umum pada kasus-kasus sepesifik, (4)
penerapan prinsip umum pada keadaan baru. Pembelajaran konvensional dalam
mengevaluasi.
Sedangkan menurut Iyas secara umum ciri-ciri model pembelajaran
konvensional adalah sebagai berikut: (1) siswa adalah penerima informasi secara
pasif, di mana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan
diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki
keluaran sesuai dengan standar, (2) belajar secara individual, (3) Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis, (4) Perilaku dibangun atas kebiasaan, (5) Kebenaran
bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final, (6) guru adalah penetu jalannya
proses pembelajaran, (7) perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, (8) interaksi
di antara siswa kurang, (9) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, (10)
keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, (11) pemantauan
melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang berlangsung, (12) guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran konvensional
merupakan sebuah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberian informasi
dari guru kepada siswa. Sumber pembelajaran konvensional lebih banyak bersifat
tekstual daripada kontekstual. Sumber informasi dipandang sangat mempengaruhi
proses belajar. Pembelajaran konvensioanal lebih terpusat pada guru, karena guru
lebih mendominasi kegiatan pembelajaran.
19
20
Tetapi cara penelitian ini juga sangat membatasi dan terlihat seperti dibuat-buat. Ini
menjadi kelemahan metode eksperimen jika digunakan unuk meneliti manusia
dalam kehidupan nyata. Karena seringkali manusia berbuat yang tidak sesuai jika
mengetahui sedang diterapkan sebuah perlakuan.
Penelitian eksperimen ada beberapa jenis desain yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan peneliti. Berikut beberapa design penelitian yang dikemukakan oleh
Stanley dan Campbell, 1963 (dalam Fannisa R, 2020, hlm. 43-44):
1. Pre Eksperimental : One-shot Case Study, The One Group
Pretest Posttest Design, Static Group Design Comparison
2. True Eksperimental Design: Prestest-Posttest Control Group
Design.
3. Quasi Eksperimental Design: Time Series Design, Non
Equivalent Control Group Design.
Peneliti menggunakan desain penelitian Non Equivalent Control Group
Design. Peneliti memilih desain penelitian tersebut karena disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian. Kebututahn tersebut berupa untuk mengetahui pengaruh
antara CPA dengan hasil belajar matematika siswa. Suharsaputra (dalam Fannisa
R, 2020, hlm. 30). Pada penelitian ini terdapat satu kelompok eksperimen, yang
terdapat pada tindakan pertama berupa observasi/pretest. Kemudian diberi treatmen
(perlakuan). Pada tahap akhir penelitian dilaksanakan berupa observasi/posttest
untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut.
Peneliti memilih design tersebut dikarenakan observasi saja dinilai kurang
cukup untuk mengumpulkan data. Selain itu melaksanakan pretest jauh lebih akurat
untuk melihatkemampuan awal siswa. Sehingga peneliti dapat menggunakan model
pembelajaran CPAdengan maksimal. Setelah perlakuan diterapkan kepada siswa
barulah melaksanakanposttest untuk melihat dan membuktikan apakah pengaruh
perlakuan yang diberikan menghasilkan data berupa hasil belajar yang memuaskan
bagi peneliti dan bagi siswa.
Pada penelitian ini kelompok eksperimen, pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan alat pembelajaran yang interaktif, dan untuk kelompok kontrol
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode konvensional yaitu kegiatan
belajar mengajar yang masih menggunakan penjelasan guru saja. Dalam hal ini,
21
peneliti memilih metode tes yang digunakan sebagai pembanding dari penggunaan
media inertaktif. Penelitian ini dilakukankan dalam 7 kali pertemuan di setiap
kelompok. Berikut merupakan gambar quasi experimental design model
nonequivalent control group design sebagaimana Ruseffendi, 1998 dalam (Putri,
2015):
berjalan. Data tersebut berupa nilai hasil lembar kerja siswa, daftar kehadiran, dan
foto yang menggambarkan aktifitas siswa dan guru yang merupakan sumber dari
data serta dapat menunjukkan dalam bahwa peneliti telah melaksanakan penelitian
di kelas tersebut.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian memiliki keguanaan untuk menilai seberapa
keberhasilan pencapaian. Lestari dan Yudhanegara (201, hlm. 163) berpendapat
bahwa instrument merupakan hal yang paling penting di dalam penelitian,
dikarenakan instrument itu sebuah alat yang bisa mendukung para peneliti dalam
memperoleh data yang dibutuhkannya.
Pada instrument tes kali ini disusun atas indikator kemampuan pemahaman
konsep matematis dan juga indikator dari materi perkalian yang dipelajari oleh
siswa. Adapun indikator untuk penyusunan instrument penelitian yakni seperti tabel
di bawah berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrumen dan Teknik
Variabel yang Diukur Sumber Data
Pengumpulan Data
Kemampuan
Pemahaman Matematis Tes Uraian Siswa
Siswa
Aktivitas pembelajaran Guru, siswa, dan
Dokumentasi
pendekatan CPA foto dokumentasi
di mana untuk memberikan sebuah skor pada tes yang mampu dipercaya akan
bentuk soal uraian yang mempunyai sifat relatif dan objektif maka dari itu dapat
dilakukan dengan cara memberikan sebuah pedoman dari skor ataupun rubrik skor,
maka, berikut rubrik atau pedoman skor untuk kemampuan pemahaman matematis
pada siswa:
Tabel 3.3
Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis
Indikator Kriteria Jawaban dan Alasan Skor
Pemahaman
Matematis
Menyatakan Siswa dapat menunjukkan jawaban yang terdapat 4
ulang sebuah keterkaitan pada pemahaman konsep matematis. Dan
konsep menyertakan jawaban yang sesuai dan tepat.
Siswa mampu menunjukkan beberapa jawaban yang 3
terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
benar dan memiliki sedikit kesalahan.
Siswa hanya mampu menunjukkan jawaban yang 2
terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
benar dan masih terdapat kekurangan dan tidak benar
dalam penggunaan algaritma.
Siswa hanya mampu menjawab jawaban yang tidak 1
terlalu terkait dengan pemahaman matematis dengan
memiliki kekurangan perhitungan algoritma dengan
benar, serta perhitungan yang salah.
Siswa tidak menunjukkan jawaban yang berkaitan 0
dengan pemahaman konsep matematis dengna benar
atau tidak menjawab sama sekali.
Mengidentifikasi Siswa dapat menunjukkan jawaban yang terdapat 4
contoh dan keterkaitan pada pemahaman konsep matematis. Dan
bukan contoh menyertakan jawaban yang sesuai dan tepat.
dari suatu Siswa mampu menunjukkan beberapa jawaban yang 3
konsep terkait dengan pemahaman konsep matematis dengan
26
3.5.2 Dokumentasi
Pada hal ini peneliti melakukan tahap dokumentasi di mana ialah salah
satu metode pengumpulan data kualitatif dengan cara melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi.
3.6 Pengembangan Instrumen
Pada pengembangan instrumen dilaksanakan setelah rancangan dari
keseluruhan instrumen penelitian tersusun. Pertama-tama instrumen akan harus
valid setelah dilakukan uji validitas. Menurut pendapat dari Purwanto (2010,
hlm.123) menyatakan bahwa validitas merupakan kesesuaian dari sebuah alat ukur
yang dapat mengukur sesuatu secara benar. Sebuah data akan dinyatakan valid
ketika instrumen sebelumnya sudah valid maka kesimpulan dari sebuah penelitian
juga akan valid, berbeda halnya ketika sebuah instrumen tersebut tidak valid maka
data dan kesimpulan yang didapat dari penelitian tidak akan dinyatakan valid.
Validitas sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk,
dan validitas yang dilihat dari kriteria ataupun patokan. Validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kategori validitas isi, sesuai dengan pernyataan dari
Azwar (2013, hlm. 42) dijelaskan bahwa validitas yang berasal diperkirakan
melewati tahap uji relevansi tes yang dilakukan oleh seorang ahli dalam bidangnya
atau judgment expert.
Instrumen tes di dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan
28
daripada validitas dari suatu instrument itu sendiri, maka menurut Guilford (Lestari
dan Yudhanegara, 2017) ditentukanlah kriteria yang bisa menyatakan valid, yakni
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Uji Validitas Instrumen
Koefisien Korelasi Interpretasi Validitas
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Tepat/sangat baik
0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Tepat/buruk
r < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk
(Lestari dan Yudhanegara, 2017)
Uji validitas pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi Anates
versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung validitas. Dengan hasil perhitungan dari soal instrument tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen
No. Korelsasi Interpretasi Signifikansi Validitas
1 0,694 Sedang Signifikan Valid
2 0,666 Sedang Signifikan Valid
3 0,583 Sedang Signifikan Valid
4 0,609 Sedang Sangat Signifikan Valid
instrumen tersebut. Di dalam uji reliabilitas ini guna mengetahui suatu intrumen
tersebut memiliki kekonsistenan tinggi maka terdapat teknik Chonbach –Alpha
(Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 206) yakni berikut di bawah ini:
Tabel 3.6
Keiteria Uji Reliabilitas Instrumen.
Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Reliabilitas
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Tepat/sangat baik
0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Tepat/buruk
r < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tepat/sangat
buruk
(Lestari dan Yudhanegara, 2017)
Uji Reliabilitas pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi
Anates versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung reliabilitas. Dengan hasil perhitungan dari soal instrumen tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Jenis Tes Korelasi Interpretasi Reliabilitas
Uraian 0,86 Tinggi Baik
(Sumber: Hasil Perhitungan Anates, 2022)
Berdasar pada Tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa instrumen ini masuk
kepada kategori tinggi, dengan demikian kekonsistensian atau keajegan yang baik
serta dapat digunakan untuk penelitian.
3.6.3 Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan perhitungan yang dilakukan guna menganalisa
suatu butir soal yang di mana dapat membuat perbedaan antara siswa yang dapat
menjawab dengan benar dan siswa yang tidak menjawab dengan benar, kemudian
dapat diketahui perbedaan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah (Lestari & Yudhanegara, 2018).
31
Tabel 3.8
Kriteria Uji Daya Pembeda Instrumen
Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik
0,40 ≤ DP < 0,70 Baik
00,20 ≤ DP < 0,40 Cukup Baik
0,00 ≤ DP < 0,20 Buruk
DP ≤ 0,00 Sangat Buruk
(Lestari & Yudhanegara, 2018)
Daya Pembeda pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi
Anates versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung daya pembeda. Dengan hasil perhitungan dari soal instrumen tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasih Uji Daya Pembeda
No. Daya Pembeda Interpretasi
1 0.45 Baik
2 0.35 Cukup Baik
3 0.20 Cukup Baik
4 0.35 Cukup Baik
5 0.40 Baik
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas maka diperoleh 2 butir soal
termasuk ke dalam kategori baik, dan, 3 butir soal sisanya termasuk ke dalam
kategori cukup baik dalam hasil uji daya pembeda.
3.6.4 Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran memiliki nama lain indeks kesukaran di mana
suatu bilangan yang menyatakan derajat keuskaran pada tiap butir soal (Lestari &
Yudhanegara, 2017, hlm. 223). Tingkat atau indeks kesukaran dapat dikatakan baik
jika butir soal terdapat kriteria tidak mudah dan tidak juga terlalu sukar. Serta
semakin besar indeks tingkat kesukaran maka semakin mudah pula soal tersebut
dan semakin besar juga peluang soal tersebut terjawab dengan benar dan tepat.
32
Berikut rumus indeks kesukaran menurut (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 224):
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen
IK Interpretasi IK
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
(Lestari & Yudhanegara, 2018)
Indeks Kesukaran pada data penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi
Anates versi 4. Di mana aplikasi ini ada guna membantu dalam penelitian untuk
menghitung tingkat kesukaran. Dengan hasil perhitungan dari soal instrumen tes
kemampuan pemahaman matematis yang diuji coba pada siswa kelas III ialah
sebagai berikut:
Tabel 3.11
Hasil Uji Tingkat Kesukaran
No. Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi
1 77,5 Mudah
2 37,5 Sedang
3 25,0 Sukar
4 27,5 Sukar
5 30,0 Sukar
(Sumber: Hasil Perhitungan Anates, 2022)
Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa indeks
kesukaran soal yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 butir soal pada
tingkat sukar, dan 1 butir soal pada tingkat sedang, serta 2 butir soal pada tingkat
mudah.
33
Tabel 3.12
Interpretasi N-gain
Nilai N-gain Kriteria
N-gain ≤ 0,03 Rendah
0,03 < N-gain < 0,70 Sedang
N-gain ≥ 0,70 Tinggi
(Sumber: Melzer dalam syahfitri, 2008:33)
Tabel 3.13
Interpretasi Presentase N-gain
Presentase (%) Tafsiran
< 40 Tidak Efektif
40 - 55 Kurang Efektif
56 - 75 Cukup Efektif
>76 Efektif
(Sumber: Hake,R.R,1999)
36
Hipotesis:
H0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengujian dengan taraf signifikasi 5%, sebagai berikut:
H0 diterima apabila p-value (Sig.) > 0,05
H0 ditolak apabila p-value (Sig.) ≤ 0,05
2. Uji Homogenitas
Sesudah peneliti melakukan uji normalitas dan telah mengetahui bahwa data
yang dihasilkan berdistribusi normal, maka dapat meneruskan dengan uji
homogenitas. Uji homogenitas dilaksanakan guna melihat apakah varians data dari
sampel homogen atau tidaknya. Sejalan dengan pendap Lestari dan Yudhanegara
(2018, hlm. 248) yang mengatakan sebenernya perhitungan uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya variansi data dari sampel yang
diteliti. Kemiripan varians diujikan dengan menggunakan Levene Test dengan
menggunakan SPSS 23.0 for windows.
Hipotesis:
H0 : data penelitian memiliki variansi yang homogen
H0 : data penelitian tidak memiliki variansi yang homogen
Kriteria pengujian dengan taraf signifikasi 5%, sebagai berikut:
H0 diterima, apabila p-value (Sig.) > 0,05
H0 ditolak, apabila p-value (Sig.) ≤ 0,05
Perhitungan uji statistik dengan digunakannya uji chi-square dengan
dukungan program SPSS 23.0 for windows, digunakan apabila data yang dihasilkan
berdistribusi tidak normal.
3. Uji t Test
Uji perbedaan dua rata-rata ini dilaksnakan untuk mengitung uji hipotesis
jika perhitungan data berdistribusi normal dan homogen dilanjut dengan uji-t.
Pengujian ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-
rata kemampuan pemahaman matematis siswa antara sebelum perlakuan dan
sesudah perlakuan.
38
Tahapan analisis untuk mengolah data kuantitatif secara ringkas sebagai berikut:
4. Uji Man-Whitney U
Man-whitney U (U-Test) ialah bagian dari statistik non parametrik yang
dilakukan untuk menguji perbedaan rata-rata dengan distribusi data tidak normal.
(Susetyo, 2019) mengemukakan “(U-Test) berfungsi guna menguji dua kelompok
independen yang ditarik dari suatu populasi tidak secara acak”. Pengujian ini
dilakukan dengan menguhi satu pihak menggunakan SPSS.
Kriteria pengujiannya pada taraf siginiikansinya 0,05, yakni:
a. Uji dua pihak
Jika nilai Sig. > α, maka H0 diterima
Jika nilai Sig. ≤ α, maka H0 ditolak
b. Uji satu pihak
Jika nila Sig. > 2α, atau Sig.2 > α maka H0 diterima
Jika nila Sig. ≤ 2α, atau Sig.2 ≤ α maka H0 ditolak
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 TEMUAN
Pada penelitian ini yakni pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan
Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa telah dilaksanakan pada salah satu Sekolah Dasar Negeri di
Kabupaten Purwakarta, Kecamatan Purwakarta. Berlandaskan pada kompetensi
dasar yang diambil ialah perkalian, maka peneliti telah melaksanakan penelitian di
kelas II dengan total jumlah siswa 40 orang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
tanggal 11 dan (13-17) Juni 2022 di salah satu Sekolah Dasar dengan pelaksanaan
pembelajaran secara luring.
Keterangan :
X = Perlakuan dengan Pendekatan CPA.
O1 dan O2 = Pretset sebelum diberikan perlakuan dan Postest sesudah
diberikan perlakuan
Setelah diberikan Pretest pada penelitian yang dilaksanakan pada tanggal
11 Juni secara tatap muka yang bertempat di sekolah dengan diikuti 40 orang siswa
kelas IIA-IIB denan tiap-tiap kelas berumlah 20 orang yang akan diteliti. Peneliti
memberikan sebuah perlakukan kepada salah satu kelas yang dijadikan eksperimen
dengan menggunakan pendekatan CPA. Peneliti memberikan perlakuan sebanyak
4 kali pertemuan, yakni: 1) Pertemuan kesatu dan kedua, dikenalkan konsep
perkalian bahwa perkalian ialah penjumlahan berulang dengan menggunakan benda
41
42
Tabel 4.2
Hasil Perubahan Skor Pretest dan Posttest Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Skor Tertinggi 16 20 11 18
Skor Terendah 4 4 3 5
SMI 20 20 20 20
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa skor rata-rata dari yang
diperoleh siswa pada pretest ialah 9,05 untuk kelas eksperimen dan 6,00 untuk kelas
43
kontrol, kemudian untuk rata-rata dari skor posttest yang didapat siswa ialah 14,30
untuk kelas eksperimen dan 10,75 untuk kelas kontrol. Data tersebut yang berarti
bahwa mengalami peningkatan atau kenaikan.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif Skor Pretest
Descriptive Statistics
SM Minimum Maksimum Mean Std.
I Deviation
Pre-Test 20 4 16 9,05 3,940
Eksperimen
Pre-Test Kontrol 20 3 11 6,00 2,656
Valid N (listwise) 40
(Sumber : Data Penelitian 2022)
Berdasarkan pada Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa rerata hasil
pemahaman kemampuan matematis pada pre-test eksperimen yaitu 9,05
(SD=3,940) dari data yang diperoleh sebanyak 20 siswa dengan nilai minimum skor
4 dan maksimum skor 16. Pada tabel juga diketahui rerata pemahaman kemampuan
44
matematis Pre-test kontrol yaitu (SD=2,656) dari data yang diperoleh sebanyak 30
siswa dengan minimum skor 3 dan maksimum skor 11. Maka dapat disimpulkan
bahwa rata-rata skor pretest pada kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol, dengan selisih perbedaan 3,05 pada nilai rata-rata, dan 1,284
pada nilai standar devisiasi. Dengan demikian selisih yang didapat tidak terlalu jauh
dan penelitian dapat dilanjutkan karena kemampuan awal dari kedua kelas yang
terbilang masih setara atau tidak terlalu jauh.
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif Skor Posttest
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Post-Test 20 4 20 14,30 5,381
Eksperimen
Post-Kontrol 20 5 18 10,75 3,522
Valid N (listwise) 40
(Sumber : Data Penelitian 2022)
Berdasarkan pada Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa rerata hasil
pemahaman kemampuan matematis pada post-tes eksperimen yaitu 14,30
(SD=5,381) dari data yang diperoleh sebanyak 20 siswa dengan nilai minimum skor
20 dan maksimum skor 18. Pada tabel di atas diketahui rerata pemahaman
kemampuan matematis pada kelas kontrol yaitu 10,75 (SD=3,522) dari data yang
diperoleh sebanyak 20 siswa dengan nilai minimum skor 5 dan maksimum skor 18.
Dengan demikian terdapat perbedaan dari hasil skor posttest di atas yang
menunjukkan bahwa nilai skor dari kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
yang normal ataukah tidak. Uji normalitas ini menggunakan SPSS V.23 yang
mengacu pada Shapiro-Wilk dengan tara signifikasni α = 0,05.
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel atau
faktor perancu dalam suatu model regresi memiliki data berdistribusi normal
(Ghozali, 2018). Pada penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk yang mana dasar
dalam penelitian ini yaitu :
Nilai signifikansi > 0,05 maka 𝐻0 diterima atau data berdistribusi normal
Nilai signifikansi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak atau data berdistribusi tidak normal
Tabel 4.5
Uji Normalitas
Shapiro-Wilk
Data Kelas Keterangan
Statistic Df Sig.
Pretest Kontrol 0,854 20 0,006 𝐻0 ditolak
𝐻0 ditolak
Eksperimen 0,898 20 0,038
Postest Kontrol 0,963 20 0,603 𝐻0 ditolak
Eksperimen 0,873 20 0,013 𝐻0 ditolak
(Sumber: Data Penelitian 2022)
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 di atas, hasil nilai uji Shapiro-Wilk untuk
variabel hasil belajar siswa pre-test eksperimen yaitu 0.038 dengan nilai sig < 0,05
atau 𝐻0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal. Pada variabel hasil belajar
siswa pre-test kontrol (konvensional) yaitu 0.006 dengan nilai sig < 0,05 atau maka
𝐻0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal. Pada variabel hasil belajar siswa
post-test eksperimen yaitu 0.013 dengan nilai sig < 0,05 atau 𝐻0 ditolak atau data
tidak berdistribusi normal. Pada variabel hasil belajar siswa post-test kontrol
(konvensional) yaitu 0.603 dengan nilai sig > 0,05 atau maka 𝐻0 diterima atau data
berdistribusi normal. Dari hasil penjabaran tabel tersebut dapat disimpulkan nilai
Sig. < α, maka 𝐻0 dtolak artinya taraf kepercayaan 0,05 data pretest-posttest kedua
kelompok memiliki beberapa data yang tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu,
langkah selanjutnya adalah dilakukannya uji Mann-Whitney Test data.
46
Tabel 4.6
Uji Mann-Whitney U data Pretest
Test Statisticsa
Hasil
Mann-Whitney U 107,000
Wilcoxon W 317,000
Z -2,547
Asymp. Sig.(2-tailed) ,011
(Sumber: Data Penelitian 2022)
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Persamaan Signifikansi Koefisien
Unstandardized
Model Coefficients
B Std. Error
(Constant) 3,846 1,689
test 1,155 0,172
(Sumber: Data Penelitian 2022)
Berdsaarkan hasil uji pada tabel di atas diketahui nilai dari konstanta α
sebesar 3,846 yang menyatakan jika tidak diberikan perlakuan menggunakan
variable X, maka variable y sebesar 3,846. Sedangkan koefisien diperoleh nilai
sebesar 1,155 ini menunjukan setiap perlakuan menggunakan variable X maka nilai
variable Y akan bertambah sebesar 1,155. Berdasarkan hasil perhitungan di atas
menghasilkan persamaan regresi yaitu
Y = 3,846 + 1,155 X
Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi
Model F Sig Keterangan
Regression 45,220 0,00b 𝐻0 diterima
(Sumber: Data Penelitian 2022)
Berdasarkan hasil uji regresi pada tabel di atas diketahui nilai sig < 0,05 sesuai
dengan kriteria uji hipotesis memiliki arti 𝐻0 ditolak atau data memiliki arti
pengaruh dari pendekatan CPA terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa sekolah dasar.
4. Uji Koefisien Determinasi
Dari hasil penujian signifikansi regresi diketahui jika adanya pengaruh yang
signifikan dari pendekatan pembelajaran CPA. Maka selanjutnya guna mengetahui
seberapa besar pengaruh tersebut maka dilakukan lah uji Koefisien Determniasi ini
menggunakan SPSS. Besar dari pengaruh yang didapat melalui R Square yang
selanjutnya dihitung menggunakan rumus D=r2 × 100%. Berikut analisis hasil
pengujian dari SPSS.
Tabel 4.14
Model Sumarry
Model R R Square
1 0,846a 0,715
(Sumber : Data Penelitian 2022)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh pada hasil belajar siswa pretest dan
posttest eksperimen dengan nilai hubungan/korelasi ( R ) yaitu sebesar 0,846. Dari
hasil tersebut diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,715yang
memiliki arti bahwa pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan Concrete
Pictorial Abstract (CPA) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa sebesar 71,5%. Sedangkan terdapat pengaruh lain yang tidak dapat terkontrol
atau tidak diteliti sebesar 28,5%.
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengambilan data pada bulan juni
2022 di satu sekolah yang bedada di wilayah kabupaten purwakarta dengan judul
Pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA)
53
pendekatan CPA juga telah dilaporkan efektif dalam memulihkan defisit dalam
perhitungan Matematika dasar. Colham Manor Primary School & Children’s
Centre (2016) mengakui bahwa pendekatan CPA adalah andalan pembelajaran
Matematika di Singapura.
4.2.2 Pengaruh Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Pengaruh pendekatan pembelajaran Pendekatan CPA terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa sekolah dasar di wilayah kabupaten
Purwakarta secara sistematis 71,75% hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh
yang tinggi pada pendekatan pembelajaran pendekatan CPA terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian
Hendrawan (2021) bahwa metode CPA yang diterapkan dalam proses pembelajaran
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
Dibandingkan pada pendekatan konvensional diperoleh data secara sistematis
sebesar 63,8%. Hal ini sejalan dengan Derawati (2021) bahwa metode CPA yang
telah diterapkan juga berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya tidak
menggunakan pendekatan CPA; sejalan juga dengan Putri, dkk. (2015) yang
mendapat hasil penelitan dari disertasinya di UPI dengan memperoleh beberapa
hasil dari menerapkan pendekatan pembelajaran CPA bahwa yang pertama,
pencapaian dan peningkatan kemampuan representasi matematis dan spatial sense
mahasiswa yang mendapat perlakuan pendekatan CPA lebih baik dibandingkan
mahasiswa yang mendapat pendekatan pembelajaran secara konvensional, yang
kedua, pencapaian dari Self-Eficacy dari mahasiswa yang mendapat perlakuan
pembelajaran CPA lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang mendapat
pembelajaran konvensional, dan masih banyak lagi hasil dari penlitiannya;
kemudian ada dari Suryani (2017) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa
pencapaian pembelajaran dengan metode pendekatan CPA lebih baik dari siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan metode konvensional.
Dalam penelitian ini menunjukan perubahan pemahaman matematis siswa
pada saat pre-test dan post-test eksperimen maupun kontrol, pemahaman matematis
siswa setelah post-test menggunakan metode CPA lebih tinggi dibandingkan
55
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis hasil dari data penelitian yang telah dilaksanakan
tentang pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang dilakukan di salah satu
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Purwakarta, Kelurahan Nagrikaler, yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan perlakuan dari
pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) lebih baik
dibandingkan siswa yang mendapat perlakuan pendekeatan pembelajaran
konvensional.
2. Terdapat pengaruh pendekatan pemelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA)
terhadap peningkatan kemampuan pehamaman matematis.
5.2 Implikasi
Berdasar pada hasil penelitian yang ditunjukan di dalam penelitian ini
bahwa pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA) mampu
mempengaruhi kemampuan pemahaman matematis siswa di salah satu Sekolah
Dasar Negeri di Keluarahan Nagrikaler Kecamatan Purwakarta. Berikut dari hasil
penelitian yang dapat berimplikasi secara teoritis dan praktis, yaitu:
1. Secara teoritis pada penelitian ini dapat memberikan bukti yang efektif akan
suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan Concrete Pictorial Abstract
(CPA) dalam hal meningkatkan kemampuan pemahaman matematis pada siswa
dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian.
2. Pada implikasi praktis, penelitian ini mampu memberikan bukti yang
sesungguhnya dalam menggunakan pendekatan pembelajaran Concrete
Pictorial Abstract (CPA) yang efektif dalam rangka meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis pada siswa, pada pokok bahasan perkalian.
56
57
5.3 Rekomendasi
Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh pendekatan
Concrete Pictorial Abstract (CPA) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dan kesimpulan yang telah
didapat, maka terdapat berbagai saran yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Terdapatnya peningkatan pada pemahaman matematis yang dimiliki siswa,
sehingga dapat menjadi sebuah masukan dan rujukan bagi pihak sekolag atau
bagi guru yang akan menggunakan pendekatan pembelajaran Concrete
Pictorial Abstract (CPA) dengan persiapan yang lebih matang, mengkonsep
materi dan media pembelajaran yang cocok untuk menyokong kegiatan belajar
mengajar di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Penerapan pendekatan pembelajaran Concrete Pictorial Abstract (CPA)
mampu memberikan pengaruh sebesar 71,5% terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa. Pada situasi ini terdapat 28,5% yang
belum dapat diketahui faktor lain penyebab yang mepengaruhi terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis, maka dari itu perlu diketahui
tidak lanjut kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyar, Hardani, and Dkk. 2020. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu.
Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BNSP.
Enzelina, E., Suwangsih, E., Putri, H. E., & Rahayu, P. (2019). Pengembangan
Bahan Ajar dengan Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SD. Simposium
Nasional Ilmiah & Call for Paper Unindra (Simponi), 1–10.
Febrina, R., & Lena, M. S. Pengaruh Video Animasi Terhadap Hasil Belajar
Keliling Dan Luas Bangun Datar Di Kelas Iv Sdn 09 Pasaman Kabupaten
Pasaman Barat. Jurnal Handayani Pgsd Fip Unimed, 12(1), 23-30.
58
59
Mucarno., & Astuti, N. (2018). Pengaruh Pendekatan RME terhadap Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.
Vol 7 (1).
Putri, H. E., Julianti, R., Adjie, N., & Suryani, N. E. (2016). ENGARUH
PENDEKATAN CONCRETE-PICTORIAL-ABSTRACT (CPA)
TERHADAP PENCAPAIAN KEMAMPUAN SPATIAL SENSE (KSS)
SISWA SD. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 13(1).
Putri, H. E., Rahayu, P., Saptini, R. D., & Misnarti, M. Keterkaitan penerapan
pendekatan CPA dan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa
sekolah dasar. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 11(1).
Sardiman, A.M. (2012). Interaksi & Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
LAMPIRAN A
1. SK Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi
2. Surat Permohonan Penelitian
3. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
4. Kartu Bimbingan
62
63
69
70
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah
perkalian yang melibatkan
71
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Contoh:
Ada 3 kelompok pensil warna. Setiap kelompok terdapat 2 pensil
warna. Berapa banyak pensil warna yang dapat kita hitung dengan
menggunakan penjumlahan berulang ialah :
72
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memulai kelas dengan salam,
10 menit
menanyakan kabar, dan mengabsen
siswa.
2. Siswa diajak untuk berdoa terlebih
dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
3. Siswa diberikan apresiasi oleh guru pada
saat memberikan respon cepat (dalam
menjawab salam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan
73
H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
76
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh
perkalian yang melibatkan
perkalian berdasarkan benda
bilangan cacah dengan hasil kali
sampai dengan 100 dalam konkret.
kehidupan sehari-hari serta
78
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami
pengertian perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal contoh Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Terdapat beberapa
gambar yang menunjukan contoh dari sebuah perkalian. Kemduian
perkalian ini, dikenalkan beberapa contoh gambar untuk mengenalkan
perkalian, seperti di bawah:
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pembukaan 1. Guru memulai kelas dengan salam, 10 menit
menanyakan kabar, dan mengabsen siswa.
2. Siswa diajak untuk berdoa terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai.
3. Siswa diberikan apresiasi oleh guru pada
saat memberikan respon cepat (dalam
menjawab salam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan sebagainya)
saat sesi pembelajaran di kelas sudah
dimulai.
4. Siswa menyimak mengenai apa yang akan
dipelajari hari ini dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa pada
pembelajaran hari ini melalui penjelasan
guru.
80
H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Uraian
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN 6 NAGRIKALER
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah dengan 1. Memahami pengertian perkalian
hasil kali sampai 100 dalam
2. Menentukan bentuk perkalian
kehidupan sehari-hari serta
mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil kali
sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
84
Keterampilan
5. Menyelesaikan masalah perkalian
dengan menggunakan penjumlahan
berulang.
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami
pengertian perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian dikehidupan sehari-hari
Sesungguhnya perkalian merupakan penjumlahan berulang yang
dilambangkan dengan simbol x, dan di dalam kehidupan sehari-hari pun
tidak berbeda, dengan menggunakan soal cerita seperti berikut: Eni
mempunyai 7 kantong kelereng. Setiap kantong berisi 8 kelereng. Berapa
banyak kelereng yang dimiliki Eni. Hitunglah dengan menggunakan
penjumlahan berulang dan bentuk matematikanya!
Jawab: 7 x 8 = 8+8+8+8+8+8+8= 56, maka eni membeli kelereng dengan
banyak 56 kelereng.
85
H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Uraian
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Pendekatan : Concrete-Pictorial-Abstract
Metode : Demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi.
F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
Media : Papan perkalian, Youtube, dan benda sekitar kelas.
Alat : Gelas, Sedotan, Sterofoam
Sumber buku : Buku Guru dan Siswa Kelas II, Kebersamaan
SD/MI Kelas II kurikulum 2013 (Revisi 2017) Malang: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pembukaan 1. Guru memulai kelas dengan salam, 10 menit
menanyakan kabar, dan mengabsen
siswa.
2. Siswa diajak untuk berdoa terlebih
dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
3. Siswa diberikan apresiasi oleh guru pada
saat memberikan respon cepat (dalam
menjawab salam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan sebagainya)
saat sesi pembelajaran di kelas sudah
dimulai.
4. Siswa menyimak mengenai apa yang
akan dipelajari hari ini dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa
pada pembelajaran hari ini melalui
penjelasan guru.
5. Melalui penjelasan guru, siswa ditanya
mengenai apa saja yang mereka ketahui
tentang perkalian yang telah mereka
pelajari saat pertemuan sebelumnya serta
92
H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Uraian
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4 Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
96
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Contoh:
Ada 3 kelompok pensil warna. Setiap kelompok terdapat 2 pensil
warna. Berapa banyak pensil warna yang dapat kita hitung dengan
menggunakan penjumlahan berulang ialah :
97
H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
99
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
101
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal contoh Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Terdapat beberapa
gambar yang menunjukan contoh dari sebuah perkalian. Kemduian
perkalian ini, dikenalkan beberapa contoh gambar untuk mengenalkan
perkalian, seperti di bawah:
H. PENILAIAN
3. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
4. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
104
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian
dengan hasil kali sampai 100
perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. 2. Menentukan bentuk perkalian
4.4Menyelesaikan masalah berdasarkan gambar.
perkalian yang melibatkan
3. Mengidentifikasi contoh perkalian
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam berdasarkan benda konkret.
kehidupan sehari-hari serta
106
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian dikehidupan sehari-hari
Sesungguhnya perkalian merupakan penjumlahan berulang yang
dilambangkan dengan simbol x, dan di dalam kehidupan sehari-hari pun
tidak berbeda, dengan menggunakan soal cerita seperti berikut: Eni
mempunyai 7 kantong kelereng. Setiap kantong berisi 8 kelereng. Berapa
banyak kelereng yang dimiliki eni. Hitunglah dengan menggunakan
penjumlahan berulang dan bentuk matematikanya!
Jawab: 7 x 8 = 8+8+8+8+8+8+8= 56, maka eni membeli kelereng dengan
banyak 56 kelereng.
107
H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
109
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru.
3. Memahami pengetahuan actual dengan cara mengamati [mendegar
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegitannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.4 Menjelaskan perkalian yang Pengetahuan
melibatkan bilangan cacah 1. Memahami pengertian perkalian
dengan hasil kali sampai 100
2. Menentukan bentuk perkalian
dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan perkalian. berdasarkan gambar.
4.4Menyelesaikan masalah 3. Mengidentifikasi contoh perkalian
perkalian yang melibatkan
berdasarkan benda konkret.
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
111
C. TUJUAN
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memahami pengertian
perkalian dengan benar.
2. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat menentukan bentuk
perkalian berdasarkan gambar dengan tepat.
3. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat mengidentifikasi contoh perkalian berdasarkan
benda konkret dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengamati guru menggunakan media pembelajaran
perkalian, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa dapat memecahkan masalah
perkalian menggunakan penjumlahan berulang.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Mengenal perkalian: perkalian dapat dihasilkan juga dengan berbagai
perkalian lainnya.
112
H. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Pembelajaran
Jenis penilaian : Non tes
Bentuk penilaian : Dokumentasi
Instrumen penilaian : Jurnal harian siswa, foto kegiatan pembelajaran
2. Penilaian Hasil pembelajaran
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : Esai
Instrumen penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
116
Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
118
3. Perhatikan
gambar di atas! Terdapat 4 akuarium berisi ikan. Setiap akuarium berisi 7
ikan. Berapa jumlah ikan semuanya?
Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
119
7
Yang menyatakan
perkalian adalah gambar
(b. biskuit & d. balon),
dan yang bukan perkalian
adalah (a. pensil dan c.
telur berwarna)
124
125
1 AS Tinggi CPA
15 20 1
2 MRH Rendah CPA
8 12 0.33
3 AAP Rendah CPA
7 10 0.23
4 DF Rendah CPA
8 9 0.08
5 MHP Tinggi CPA
15 19 0.8
6 AN Rendah CPA
4 9 0.31
7 FAK CPA
6 11 0.36 Rendah
8 MZM Rendah CPA
4 7 0.18
9 AA Tinggi CPA
16 20 1
10 SNA Tinggi CPA
11 19 0.88
11 RAH Sedang CPA
9 15 0.54
12 SF Rendah CPA
4 5 0.06
13 MJH Tinggi CPA
8 18 0.83
14 ANR CPA
4 4 0 Rendah
15 RR Cukup tinggi CPA
8 17 0.75
16 RAP Tinggi CPA
10 19 0.9
17 AR Tinggi CPA
16 20 1
18 RA Cukup tinggi CPA
8 17 0.75
19 HAP Cukup tinggi CPA
10 17 0.7
20 SNA CPA
Tinggi
10 18 0.8
21 MAR Rendah Konvensional
9 11 0.18
22 NUH Rendah Konvensional
7 10 0.23
23 FBD Rendah Konvensional
7 10 0.23
141
Pretest kontrol 2
144
Pretest kontrol 3
145
Prosttest kontrol 1
146
Posttest Kontrol 2
147
Prosttest Kontrol 3
148
Pretest Eksperimen 2
150
Pretest Eksperimen 3
151
Posttest Eksperimen 1
152
Posttest Eksperimen 2
153
Posttest Eksperimen 3
154
LKPD 2
156
LKPD 3
157
LKPD 4
158
LKPD 1
159
LKPD 2
160
LKPD 3
161
LKPD 4
LAMPIRAN D
1. Dokumentasi Penelitian
162
163
165
BIODATA PENULIS
166