Anda di halaman 1dari 199

i

PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN CIVIC DISPOSITION
BAGI PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif di SMA Negeri 3 KOTA TANGERANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Sidang SKRIPSI

Oleh :

PANCA NANDA PUTRI

2286170045

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAN


DALAM MENANAMKAN CIVIC DISPOSITION BAGI PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif di SMA Negeri 3 Kota Tangerang)

Serang, Desember 2021

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Febrian Alwan Bahrudin, M. Pd Dinar Sugiana Fitrayadi, M. Pd.


NIP. 198804052015041002 NIP. 198905072020121015
Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Ratna Sari Dewi, M.Pd.


NIP. 198105052005012002

i
LEMBAR PERNAYATAAN

Dengan ini saya sebagai penulis Skripsi berikut :

Judul : Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dalam Menanamkan Civic Disposition Bagi Peserta Didik

Nama Mahasiswa : Panca Nanda Putri

NIM : 2286170045

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa SKRIPSI tersebut di atas adalah benar-


benar hasil karya asli saya dan tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali
dinyatakan melalui rujukan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang menunjukan bahwa sebagian
atau seluruh karya ini bukan karya saya, maka saya bersedia dituntut melalui
hukum yang berlaku. Saya bersedia menanggung segala akibat hukum yang
timbul dari pernyataan yang secara sadar dam sengaja saya nyatakan melalui
lembar ini.

Serang, Desember 2021

Panca Nanda Putri

2286170045

ii
MOTTO

“WHARE THERE’S A WILL, THERE’S A WAY”

(DIMANA ADA KEMAUAN, DISTULAH ADA JALAN)

“DO THE BEST AND PRAY, GOD WILL TAKE CARE OF THE REST”

(LAKUKAN YANG TERBAIK, KEMUDIAN BERDOALAH. TUHAN YANG


AKAN MENGURUS SISANYA)

“BELAJAR DARI KEGAGALAN KARENA KEGAGALAN ADALAH


SEBUAH KESUKSESAN”

“JANGAN MENJADI ORANG LAIN TAPI MENJADILAH DIRI SENDIRI


YANG TERBAIK”

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
tuhan semesta alam, yang maha rahman dan rahim, serta pencipta jagat raya
beserta seluruh isinya untuk kesejahteraan umat manusia, atas rahmat dan
hidayahnya kita semua selalu diberikan kesehatan baik rohani maupun jasmani,
tidak lupa juga shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pewaris risalah kenabian beliau
sehingga akhir zaman. Sehingga peneliti bersyukur dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN CIVIC DISPOSTION
BAGI PESERTA DIDIK”. Pembuatan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
sebagian persyaratan skripsi guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran guru Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan civic disposition bagi pserta
didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang, maka peneliti berharap dengan
dilakukannya penelitian ini yaitu melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di sekolah dapat menanamkan civic disposition bagi peserta
didik, selain itu peneliti pun berharap penelitian ini dapat meningkatkan
kemampuan dan landasan tentang Menanamkan civic disposition bagi peserta
didik.

Serang, Desember 2021

Panca Nanda Putri

2286170045

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERAN GURU
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM
MENANAMKAN CIVIC DISPOSITION BAGI PESERTA DIDIK”. Salawat
serta salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabat. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
mengikuti ujian sarjana Pendidikan di jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penulisan ini penulis dengan segala kerendahan hati menyadari atas
segala kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini baik segi materi, tata
bahasa, maupun teknik penyajian. Dengan demikian, penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ratna Sari Dewi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Febrian Alwan Bahrudin, M.Pd. selaku dosen pembimbing I
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
3. Bapak Dinar Sugiana Fitrayadi, M.Pd. selaku dosen pembimbing II
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
5. Ibu Reni Herdiani, A.Md. selaku staf tata usaha yang selalu memberikan
informasi mengenai perkuliahan dari 2017 sampai sekarang.
6. Narasumber Bapak Kuwat Purwachjo, S.Pd selaku guru Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA Negeri 3 Kota Taangerang
7. Narasumber Ibu Margiyati, S.Pd. selaku guru Pendidikan Pancasila
Kewarganegaraan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang.
8. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti memberikan do’a dan
dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
9. Untuk orang yang spesial Azizil Arif yang selalu memberikan motivasi,
semangat, diskusi, dan menemani penulis hingga menyelesaikan skripsi ini

v
10. Teruntuk aa Prastiyo Umardani yang telah membantu serta mendukung
dalam penyusunan skripsi ini
11. Teman-teman kostan syari’ah yang selalu ada buat menemani penulis
penelitian, bantuan, canda tawa dan motivasi.
12. Teman-teman Keluarga Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
angkatan 2017 yang telah membantu serta mendukung dalam penyusunan
SKRIPSI ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Serang, Desember 2021

Panca Nanda Putri

vi
PERAN GURU PENDIDIKAN PACASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM MENANAMKAN CIVIC DISPOSITION BAGI PESERTA DIDIK
Studi deskriptif di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Oleh :
Panca Nanda Putri
2286170045
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi masih banyaknya peserta didik yang belum
mengetahui atau mempunyai sikap civic dispostion dan terdapat beberapa peserta
didik yang terlambat datang ke sekolah dan saat pembelajaran berlangsug tidak
disiplin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana peran guru
PPKn dalam membentuk Civic Disposition pada peserta didik di SMA Negeri 3
Kota Tangerang. 2) Bagaimana peserta didik dalam mengimplementasikan civic
disposition. 3) Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat serta solusi
dalam pembentukan Civic Disposition bagi guru PPKn terhadap peserta didik di
SMA Negeri 3 Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini ialah menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran dan cara guru dalam membentuk civic
disposition di SMA Negeri 3 Kota Tangerang. Informator (guru selaku pelaksana
dalam membentuk civic disposition pada pembelajaran PPKn). Director (guru
membimbing dalam pembentukan civic disposition di kelas, pembelajaran yang
dalam menanamkan civic disposition. Diantaranya yaitu melalui nilai ketaqwaan
dan keimanan, nilai kejujuran, nilai kepedulian, nilai kebersamaan, dan nilai etika
atau sopan santun. Sedangkan faktor penghambatnya ialah faktor internal
kurangnya fasilitas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif
untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik secara proaktif dan
interaktif dalam proses belajar, dan faktor ekternalnya ialah kurangnya dukungan
dari orangtua kepada peserta didik dalam pembelajaran di sekolah.

Kata kunci : Peran Guru PPKn, Menanamkan Civic Disposition

vii
THE ROLE OF PANCASILA AND CITIZENSHIP EDUCATION
TEACHERS IN INSTILLING CIVIC DISPOSITION FOR STUDENTS
Desscriptive Study at SMA Negeri 3 Tangerang City

By :

Panca Nanda Putri

2286170045

ABSTRACT
The background of this research is that there are still many students who do not
know or have a civic disposition and there are some students who come late to
school and are not disciplined when learning takes place. This study aims to find
out 1) How is the role of Civics teachers in shaping the Civic Disposition of
students at SMA Negeri 3 Tangerang City. 2) How do students implement civic
disposition. 3) What factors support and hinder as well as solutions in the
formation of Civic Disposition for Civics teachers towards students at SMA
Negeri 3 Tangerang City. The research method used in this study is a descriptive
method with a qualitative approach. The results showed that the role and methods
of teachers in shaping civic disposition at SMA Negeri 3 Tangerang City.
Informator (teachers as implementers in shaping civic disposition in Civics
learning). Director (teachers guide in the formation of civic dispositions in the
classroom, deep learning in instilling civic dispositions. Among them are through
the values of piety and faith, the value of honesty, the value of caring, the value of
togetherness, and the value of ethics or manners. While the inhibiting factor is the
internal factor of the lack of facilities has not been able to create a conducive and
productive atmosphere to provide learning experiences for students proactively
and interactively in the learning process, and the external factor is the lack of
support from parents to students in learning at school.

Keywords : The role of PPKn teacher, instilling civic disposition

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................
i

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................


ii

MOTTO ...................................................................................................................
iii

KATA PENGANTAR .............................................................................................


iv

UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................................


vi.................................................................................................................................

ABSTRAK ...............................................................................................................
vii

ABSTRACT .............................................................................................................viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................


ix

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................


x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
xi

BAB I PENDAHULUHAN
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................
1
2. Identifikasi Masalah ......................................................................................
6......................................................................................................................
3. Perumusan Masalah ......................................................................................
6
4. Tujuan Penelitian ..........................................................................................
7
5. Manfaat Hasil Penelitian................................................................................
7

BAB II ACUAN TEORITIK

ix
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Guru .....................................................................................
8
2. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan........................
10
3. Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.......................
12
4. Karakter Kewarganegaraan (Civic Disposition).....................................
14
5. Nilai-nilai Pembentukan Karakter ..........................................................
15
6. Langkah-langkah Pembentukan Karakter...............................................
16
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Tirta Sari 2016........................................................................................
18
2. Rima Yuliani 2020..................................................................................
18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


1. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................
21
2. Metode Penelitian ........................................................................................
21
3. Fokus Penelitian ...........................................................................................
22
4. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................
22
a. Observasi ................................................................................................
23
b. Wawancara .............................................................................................
24
c. Dokumentasi ..........................................................................................
25
5. Analisis Data ................................................................................................
25
6. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ..........................................
28
7. Jadwal Penelitian ..........................................................................................
31

BAB IV TEMUAN PENELITIAN


A. Temuan Hasil Penelitian............................................................................ 32

x
B. Pembahasan .............................................................................................. 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 56
B. Saran ....................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


58

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pembentukan Karakter .........................................................................17


Gambar 2 Komponen dalam analisis data (ineractive model)...............................26
Gambar 3 Triangulasi Sumber ..............................................................................29
Gambar 4 Triangulasi Teknik ...............................................................................29
Gambar 5 Triangulasi Waktu ...............................................................................30

xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A (Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dan Observasi)

A.1 Kisi-Kisi Wawancara .........................................................................................


61

A.2 Daftar Ceklist Dokumentasi ...............................................................................


64

A.3 Pedoman Wawancara .........................................................................................


65

Lampiran B Hasil Penelitian

B.1 Hasil Wawancara ................................................................................................


71

B.2 Lembar Checklist Dokumentasi .........................................................................

B.3 Reduksi Data Hasil Penelitian ............................................................................

Lampiran C (Surat Menyurat)

C.1 Surat Observasi ...................................................................................................


127

C.2 Surat Balasan Observasi .....................................................................................


128

C.3 Surat Penelitian ...................................................................................................


129

C.4 Surat Balasan Penelitian .....................................................................................


130

Lampiran D (Dokumen-Dokumen)

D.1. Foto Penelitian ...................................................................................................

xiii
Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kemajuan
bangsa, karena melalui pendidikan kita bisa mengarahkan, membimbing dan
membina dengan cerdas berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki rasa cinta
tanah air. Masalah pendidikan tidak akan selesai dibicarakan di Indonesia,
karena pendidikan di Indonesia tetap berjalan meskipun banyak kemajuan,
dan banyak permasalahan yang lebih mendasar dari sekedar peningkatan
sekolah formal di Indonesia.
Pendidikan merupakan usaha membina dan mengembangkan kepribadian
manusia baik jasmani maupun rohani. Pendidikan itu merupakan proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam mendewasakan melalui
pengajaran dan latian. Dengan begitu pendidikan kita bisa mendewasakan
diri karena pendidikan itu memberikan dampak yang sangat positif kepada
peserta didik dan juga memberikan keterampilan, kemampuan mental bagi
peserta didik.
Pendidikan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.
Pendidikan sangat penting bagi masyarakat, demi kualitas bangsa sangat
bergantung pada pendidikan yang ada pada masyarakat bangsa tersebut.
Pendidikan itu merupakan usaha orangtua yang mempunyai tanggungjawab
kepada anaknya yang berkaitan denga moral dari dan segala perbuatannya.
Orang tua yaitu orang yang memiliki kewajiban untuk mendidik dan
membentuk suatu perbuatan anak. Pendidikan bisa memberikan dampak

1
2

positif bagi generasi muda untuk menyiapkan generasi yang baik bagi
negaranya. Maka untuk pendidik perlu kesabaran dalam mendidiknya.
Pendidikan salah satu peranan yang sangat penting yang dapat
menentukan kualitas suatu negara, ketika kualitas pendidikan disuatu negara
bagus, jika pendidikan sudah berkulitas bagus maka negara akan dikatakan
negara yang maju, maka dari itu pentinya kita mendahulukan kualitas
pendidikan haruslah diperhatikan untuk mendapatkan kualitas sumber daya
manusia yang bagus dan unggul agar dapat membantu terhadap kualitas suatu
negara. Karena kualitas pendidikan di negara Indonesia belum mencapai
maksimal dalam kualitas pendidikannya, seperti pada era globalisasi saat ini
banyak sekali tantangan-tantangan yang harus dihadapi untuk dapat terus
meningkat kualitas pendidikan. Maka disini sangatlah penting peran
pendidikan disinilah harus dapat dimaksimalkan agar mendapatkan kualitas
sumber daya manusia yang bagus dan berkompeten untuk dapat menghadapi
persaingan atau tantangan secara internasional, pembaharuan, dan selalu
meningkatkan pendidikan di indonesia.
Pendidikan merupakan sebuah sarana yang sangat penting dan harus
komponen sesuai dengan tujuan, proses belajar mengajar antara peserta didik
dengan gurunya agar, dapat terciptanya sumber daya manusia menjadi lebih
baik. Apalagi pendidikan sangatlah penting dan diperlukan karena pendidikan
kita bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk bagi kita. Pendidikan
merupakan modal yang penting dalam menjalani kehidupan bermasyarakat
dalam pendidikan di Indonesia dapat diperoleh banyak pengetahuan seperti,
pengetahuan tentang moral, agama, kedisiplin dan lain sebagainya. Dalam
pendidikan Indonesia pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di
sekolah ataupun diperguruan tinggi melalui bidang studi yang di pelajari
dengan cara pemecahan persoalan, pemecahan berbagai masalah serta
menyimpulkannya.

Begitupun menurut E Mulyasa (2018: 8) Pendidikan karakter memiliki


banyak makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan
karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah, akan tetapi bagaimana harus
memiliki atau menanamkan kebiasaan-kebiasaan tentang hal-hal yang baik
3

dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman


yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebijakan
kehidupan sehari-hari dari semua sekolah terhadap penyelenggaraan
pendidikan karakter tersebut. Pendidikan karakter disekolah untuk
menumbuhkan kedisiplinan peserta didik, untuk disiplin. Disiplin peserta
didik merupakan suatu bertujuan untuk menolong membentuk diri,
mengatasi, dan mencegah timbulnya masalah-masalah kedisiplinan, serta
menannamkan dan menumbuhkan suasana yang aman, nyaman, dan
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, agar dapat menaati segala
peraturan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang telah dibuat. Guru harus
mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya,
meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat
untuk menegakan disiplin.

Berdasarkan uraian diatas, pendidikan merupakan suatu usaha untuk sadar


terciptanya dan diwujudkan melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam
suatu proses pendidikan diharapkan peserta didik dapat mendapatkan
potensinya dengan baik untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan di
Indonesia. Pada dasarnya pendidikan memperoleh kelangsungan hidup
manusia untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam proses
pendidikan dalam pendidikan kita bisa mengarahkan, menuntun dan membina
dengan cerdas, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki rasa cinta tanah
air.
Menurut Winataputra (2014) yang mengatakan bahwa “dari sudut pandang
holistik Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan yaitu warga negara
Indonesia dapat memiliki rasa kebangsaan serta cinta tanah air yang sesuai
dengan nilai dan moral Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai kebhineka tunggal ika, serta
memiliki komitmen bernegara terhadap negara kesatuan republik Indonesia”.
Apabila ditarik kesimpulan dari pernyataan tersebut bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan diharapkan memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
yang kuat terhadap negara republik Indonesia, yang dilandasi oleh nilai-nilai
yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
4

Akan tetapi, hilangnya suatu karakter kewarganegaraan pada peserta didik


diakibatkan dengan adanya perkembangan zaman faktor pergaulan dan
lingkungan memunculkan sikap egois dan fundamentalis yang berujung pada
aksi kriminal yang dilakukan oleh kalangan remaja sekolah. Krisisnya
karakter kewarganegaraan sudah waktunya untuk diatasi secara struktural oleh
bangsa Indonesia. Selain itu, peran lembaga pendidikan maupun para
stakeholder di bidang pendidikan diharapkan lebih proaktif, kreatif dan
inovatif dalam merancang proses pembelajaran yang benar-benar mampu
memberikan kontribusi bagi pembangunan pendidikan karakter terutama pada
karakter kewarganegaraan. Dalam konteks inilah proses pendidikan karakter
perlu dirancang dalam perspektif holistik dan kontekstual sehingga mampu
membangun pemikiran yang dialogis krisis dalam membentuk karakter pada
diri manusia terutama di sekolah.

Dengan demikian menurut Mariyani (2018: 20) Pembentukan karakter


melalui pendidikan dibebankan disetiap mata pelajaran. Akan tetapi mata
pelajaran yang diberi tanggung jawab lebih besar dalam pembentukan
karakter adalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang dimana tujuan untuk memjadikan warga negara yang baik (To be a good
a citizenship) sesuai dengan jiwa dan nilai Pancasila. Guru menjadi peran
utama dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah. Dikarenakan guru
berupaya dalam menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai baik yang
bermanfaat bagi peserta didik dalam membentuk karakter yang diharapkan.
Hakikatnya guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertanggung
jawab dalam membentuk perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
menjadi ujung tombak dalam menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik.
Oleh karena itu, peran guru dalam pembelajaran dilakukan secara aktif dan
memposisikan dirinya sebagai tenaga profesional secara khusus guru
bertanggung jawab dalam membawa peserta didik pada taraf kedewasaan
tertentu. Guru tidak hanya sebagai pengajar saja yang mentranfer ilmu
pengetahuan tetapi sebgai pendidik yang mentransfer nilai-nilai sekaligus
membimbing dan menuntun peserta didik dalam belajar. Karena proses
5

belajar mengajar membutuhkan kesadaran diri bagi seseorang untuk


meningkatkan pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Kesadaran diri juga
dibutuhkan dalam proses pendidikan, apabila pendidikan sebagai sesuatu
yang penting maka kesadaran diri untuk belajar akan timbul. Proses
pendidikan guna sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
meningkatkan dan mengembangkan kreativitas berfikir peserta didik dalam
mengkontruksikan pengetahuan baru. Upaya dalam meningkatkan dan
mengembangkan kreativitas berfikir peserta didik perlu adanya
pengembangan dan inovasi dari sebuah pendidikan. Pendidikan yang
dibutuhkan adalah pendidikan yang mampu menyadarkan setiap individu
pentingnya proses belajar untuk mencoba mengkontruksikan pengalaman
baru dalam pembelajaran yang diterima. Maka untuk mewujudkan diperlukan
sebuah pendidikan yang berkualitas.

Sudah tertulis dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru


dan Dosen dalam Pasal 1 ayat (1) berbunyi, “Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan tengah”.

Dari uraian diatas peneliti menarik kesimpulan bahwasannya, Guru


merupakan seorang pendidik yang profesional mempunyai tugas utamanya
untuk mendidik, mengajar, membimbing, dan memberikan fasilitass belajar
bagi para peserta didik agar mencapai tujuan. Selain itu, guru juga
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam
proses perkembangan peserta didik dalam belajar.
Namun jika melihat permasalahan yang ada saat ini, dimana banyak sekali
generasi penerus bangsa yang tidak memiliki karakter kewarganegaraan (civic
disposition) dan melakukan jenis pelanggaran yang bervariasi tentu sangat
memprihatinkan bagi pendidikan. Di sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang
sendiri, berbagai perilaku menyimpang sering dilakukan oleh peserta didik,
diantaranya adalah terjadinya perkelahian antar pelajar, tidak masuk sekolah,
kebut-kebutan, membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Maka,
6

peran dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di


ruang lingkup sekolah masih dianggap belum maksimal untuk dapat
menanggulangi dampak-dampak negatif terhadap suatu negara yang berkaitan
dengan civic disposition diantaranya tidak adanya rasa cinta tanah air
sehingga mementingkan kepentingan pribadinya saja, tidak adanya rasa rela
berkorban yang akhirnya muncul rasa egois, hilangnya rasa persatuan dan
kesatuan.
Dengan adanya perilaku penyimpangan yang dilakukan pada peserta didik
melihat bahwa peserta didik yang diinginkan sebagai generasi penerus bangsa
mampu menjadi warga negara yang baik, yang memiliki karakter warga
negara yang baik justru melenceng dari nilai-nilai moral bangsa kita. Seperti
halnya yang terjadi di SMA Negeri 3 Kota Tangerang. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti, masih banyak peserta didik yang tidak taat
terhadap aturan-aturan yang ada, serta memiliki karakter yang tidak sesuai
dengan bangsa kita contoh kurang sopannya peserta didik terhadap orang
yang lebih tua, kurang memiliki rasa tanggungjawab pada diri siswa dan yang
buruk untuk penerus genarasi muda atau peserta didik kedepannya, maka dari
itu eksistensi dan peran dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan harus dimaksimalkan untuk dapat menanggulangi hal
tersebut.
Dari situ lah guru berharap kepada peserta didik agar dapat bekerjasama
dengan baik kepada peserta didik yang lainnya. Dengan demikian, adanya
pembentukan karakter terutama karakter disiplin agar ditanamkan dengan
membiasakan diri untuk mentaati peraturan yang ada disekolah sehingga
peserta didik dapat disiplin sesuatu peraturan yang ada agar terciptanya
proses kegiatan pembelajaran yang nyaman, damai, dan proaktif. Semangat
dalam menanamkan karakter di sekolah yaitu suatu tempat yang dimana
karakter itu terbentuk dengan sendirinya sehingga tumbuh dengan baik.
Karena sekolah mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan karakter
bagi peserta didik terutama dalam kesadaran disiplin dan keteladan di
sekolah.
7

Berdasarkan hal tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa pembentukan


karakter sangat penting dalam pendidikan, maka peserta didik sebagai warga
negara yang baik harus memahami dan mampu melaksanakan dengan baik
hak dan kewajibannya sebagai seorang warga negara, memiliki tanggung
jawab dan mampu memecahkan masalah sendiri maupun masalah
kemasyarakatan secara cerdas dan mandiri sesuai dengan perannya agar
tercapai kualitas pribadi sebagai warga negara yang baik.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Negeri 3


Kota Tangerang di peroleh informasi dari Ibu Margiyati, S. Pd selaku Guru
PPKn yang menyatakan bahwa karakter peserta didik sekarang masih adanya
beberapa yang kurang baik atau belum terbentuknya karakter yang baik
sebagai warga negara yang baik seperti (1) berkelahi ketika pembelajaran
berlangsung, (2) sering terjadinya kehilangan barang, (3) tidak menghargai
ketika guru sedang menerangkan materi saat pembelajaran, (4) melanggar
peraturan-peraturan sekolah, (5) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja,
(6) penggunaan bahasa dan kata-kata yang tidak baik, (7) dan meningkatnya
perilaku merusak diri.

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa


pentingnya pembentukan suatu karakter yang baik bagi peserta didik salah
satunya dengan suatu pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan karena, pembentukan karakter dapat terbentuk melalui
pembelajaran PPKn mulai dari tepat waktu, disiplin, kebersamaan,
tanggungjawab, keadilan, kepedulian dan sampai terbentuknya karakter yang
baik.

Karakter kewarganegaraan (Civic Disposition) merupakan sifat yang harus


memiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik,
berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga
diri dan kepentingan umum. Branson dalam Budi Mulyono (2017:220)
menegaskan bahwa civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik
maupun privat yang penting bagi pemeliharan dan pengembangan demokrasi
konstitusional. Watak warga negara sebagaimana berkembang secara perlahan
8

sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang.
Karakter privat seperti: tanggungjawab moral, disiplin diri, dan penghargaan
terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu, maupun karakter
publik seperti: kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan
aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar,
bernegosiasi dan kompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan dalam
berdemokrasi. Pada dasarnya civic disposition ada dalam diri peserta didik
merupakan komponen penting dari pendidikan Kewarganegaraan yang
bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
memiliki sopan santun yang baik, patuh kepada hukum, jujur, menghormati
hak dan kewajiban individu lain. Sebagaimana sudah dijelaskan diatas, bahwa
civic disposition merupakan salah satu komponen utama dari komponen
Kewarganegaraan yang secara umum mempunyai peran dalam mengantarkan
warga negara menjadi semakin tertib dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Menurut Sapriya dalam Budi Mulyono (2017:219) menjelaskan bahwa


sebagai program pendidikan, PPKn memiliki lingkup yang cukup luas dan
meliputi setidaknya tiga dominan dalam proses pembentukan karakter, yakni
(1) secara konseptual PPKn berperan dalam mengembangkan konsep-konsep
dan teori, (2) secara kurikuler PPKn mengembangkan sejumlah program
pendidikan dan model implementasi dalam mempersiapkan peserta didik
menjadi manusia dewasa yang berkarakter melalui lembaga-lembaga
pendidikan, (3) secara sosio kultural PPKn melaksankan proses pembelajaran
kepada masyarakat agar menjadi warga negara yang baik.

Dari berbagai pernyataan diatas maka jelas sekali bahwa guru Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
anak didiknya ke arah yang lebih baik dan berperilaku positif dalam
menanamkan Civic Disposition bagi peserta didik. Pada masa ini, banyak
sekali terjadi pergeseran dalam pendidikan di Indonesia, baik dengan
sistemnya, kurikulumnya, metodenya, medianya, dan terutama etika dan
karakter peserta didik yang menjadi sorotan utamanya. Karena, hal ini dapat
9

disebabkan pudarnya nilai-nilai dan tata aturan yang semakin kesini semakin
berubah. Zaman sekarang banyak diantara peserta didik disekolah sudah tidak
memiliki rasa hormat dan segan terhadap guru-guru disekolah, tidak hanya itu
bahkan kepada orang tuanya sendiri pun melakukan hal yang sama. Hal
tersebut dimulai karena tidak ada karakter atau watak yang selalu ditanamkan
dari dirinya.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti akan meneliti lebih dalam lagi


mengenai peran guru PPKn untuk menumbuhkan civic disposition yang terjadi
di masa kini, dengan judul “PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN CIVIC
DISPOSITION BAGI PESERTA DIDIK”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan
beberapa permasalahan yang ada dalam penelitian, maka dari identifikasi
permasalahannya sebagai berikut :
1. Masih di temukan beberapa peserta didik yang belum memahami dan
menerapkan Civic Disposition dengan baik
2. Masih terdapatnya beberapa peserta didik yang tidak saling menghormati
antar sesama ditandai dengan adanya peserta didik yang tidak saling
menghargai
3. Masih adanya beberapa hambatan yang ditemui dalam menanamkan Civic
Disposition bagi peserta didik
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran guru PPKn dalam membentuk Civic Disposition pada
peserta didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang?
2. Bagaimana peserta didik dalam mengimplementasikan Civic Disposition?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat serta solusi dalam
pembentukan Civic Disposition bagi guru PPKn terhadap peserta didik di
SMA Negeri 3 Kota Tangerang?
10

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran guru PPKn dalam membentuk Civic Disposition
pada peserta didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
2. Untuk mengetahui peserta didik dalam mengimplementasikan Civic
Disposition
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
serta solusi dalam pembentukan Civic Disposition bagi guru PPKn
terhadap peserta didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
keilmuan mengenai penanaman Civic Disposition dalam pembelajaran
PPKn.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan bahan untuk
meningkatkan Civic Disposition, membantu dalam pencapaian tujuan
yang telah ditentukan dan dapat dijadikan acuan
b. Bagi Peserta Didik
Dalam pembelajaran mata pelajaran PPKn diharapkan dapat
meningkatkan kemampuanpeserta didik dalam berpikir kritis
berdasarkan fakta yang telah terjadi dalam pembelajaran PPKn serta
dapat menyerap penanaman Civic Dispositionterhadap diri peserta
didik
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengalaman lebih
dalam berpikir dan memecahkan masalah yang terjadi bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan peran guru ppkn dalam
menanamkan Civic Disposition terhadap diripeserta didik.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
11

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan dapat bisa


mempersiapkan strategi dalam mewujudkan Civic Disposition terhadap
diri peserta didikdisekolah manapun yang ingin diteliti.
e. Bagi Sekolah
Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat
memberikan kontribusi serta saran bagi sekolah yang menjadi subjek
penelitian ini, serta sekolah yang tersebar pun dapat mengemban
strategi pembelajaran mata pelajaran PPKn dalam menanamkan Civic
Disposition agar menjadi terarah dan ilmiah.
2
BAB II

ACUAN TEORITIK

A. Acuan Teoritik
1. Guru
Guru dikatakan sebagai sistem pendidikan yang tauladan. Guru
adalah sosok yang di gugi dan ditiru dari setiap perilaku, perkataan,
serta sikapnya oleh seluruh peserta didik. Seperti menurut Tirtahardja
dalam Rima Yuliani (2020:12) mengemukakan bahwa guru adalah
orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dengan sasaran peserta didik.
Dari pendapat tersebut guru merupakan sosok penting dalam
pelaksanaan pendidikan yang memiliki tanggung jawab besar dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik yaitu
sebuah proses pendidikan.
Sadulloh Uyoh (2015 :132) menjelaskan, “Guru merupakan
pendidik kedua setelah orang tua yang diberi tugas khusus untuk
mencerdaskan anak bangsa. Guru tidak bisa disebut secara wajar dan
alamiah menjadi pendidik, karena mereka mendapat tugas dari orang
tua sebagai pengganti orang tua di sekolah. Mereka menjadi pengganti
karena tuntutan profesinya menjadi seorang guru”.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa seorang guru harus
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik masing-
masing tujuannya agar peserta didik dapat menjadi insan yang
berkualitas dalam berbagai bidang, bidang sosial sebagai makhluk
individu yang mandiri dan bertanggungjawab karena itu guru sebagai
pengganti orang tua di sekolah.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Bab 1 Pasal 1, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesonal
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Selain itu juga, peran guru dalam kelas dapat mendukung

12
13

pembentukan karakter di kelas yang meliputi mendidik, mengajar,


membimbing, melatih, dan mengevaluasi.
Sesuai pernyataan diatas dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005, bahwa guru PPKn yang turut serta dalam membentuk karakter
atau watak peserta didik terlebih dalam watak atau karakter
kewarganegaraan misalnya disiplin, bertanggungjawab, saling
menghormat, saling menghargai, dan lain-lain. Hal tersebut dalam
lingkup kecil dapat di realisasikan di dalam kelas, dan cakupan
umumnya di lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat. Sesuai
dengan apa yang disebutkan pada pernyataan diatas, bahwa guru dapar
mendidik, mengajar, membimbing, melatih anak dalam kelas dengan
metode yang tepat didalam kelas agar penanaman Civic Disposition
atau karakter kewarganegaraan dapat menyerap dalam kehidupan
sehari-hari.
Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain
berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga
dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter
yang baik bagi anak didiknya. Guru sebagai panutan bagi peserta
didik dan lingkungan sekitarnya, guru dapat mengajarkan banyak hal
kepada peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu sehingga berguna
bagi bangsa dan negara.
Guru disebut juga sebagai pendidik dan pengajar, sebab guru
mempunyai sikap kepribadian yang dapat diperoleh melalui proses
belajar mengajar. Menurut Roestiyah N.K (2017), bahwa seorang
pendidik profesional adalah seorang yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap profesional yang mampu dan setia
mengembangkan profesinya, menjadi anggota organisasi profesional
pendidikan memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta dalam
mengomunikasikan usaha pengembangan profesi bekerja sama dengan
profesi yang lain. Guru mampu menyusun dan melaksanakan
rancangan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
14

Guru mampu menyusun dan menggunakan bebrbagai materi


pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakterirtik peserta
didik.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bahwa guru adalah
orang yang bertanggung jawab terutama dalam pengembangan potensi
peserta didik dalam mendidik dan mengajar baik secara klasikal
maupun individual.
Faktor pembiasaan yang dilakukan oleh guru pada peserta didik
dapat berpengaruh kepada peserta didik. Menurut Moh Uzer Usman
dalam Rima Yuliani (2020 :13) peran guru didalam kelas diantaranya
guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai
pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai evaluator. Sedangkan
adapun pendapatmenurut Wina Sanjaya dalam Rima Yuliani (2020:
14) merumuskan empat peran guru dalam pendidikan yaitu :
a. Guru sebagai fasilitator, guru berperan untuk memudahkan
peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran
b. Guru sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim
belajar yang memungkinkan peserta didik dalam belajar secara
nyaman
c. Guru sebagai demonstrator, dapat diartikan guru harus menjadi
teladan bagi peserta didik
d. Guru sebagai evaluator, guru tidak hanya mengumpulkan
informasi tentang berbagai kelemahan dalam proses
pembelajaran sebagai umpan balik dalam perbaikan selanjutnya,
namun juga melihat sejauh mana peserta didik mampu dalam
mencapai tujuan pembelajaran

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa peran


guru adalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran dikelas yang
mampu menangani kondisi dan mengontrol situasi kelas juga diluar
kelas pun guru sebagai seorang pemimpin yang sikapnya menjadi
acuan atau contoh bagi peserta didik karena guru akan selalu di gugu
dan ditiru oleh peserta didik.
15

Sebagaimana dijelaskan dalam Depdiknas (2006) mengatakan bahwa


kompetensi guru merupakan kemampuan yang dilandasi oleh
pengeahuan, keterampilan dan sikap kerja untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu. Kompetensi merupakan pengetahuan, ketarmpilan dan
nilai-nilai dasar dalam kebiasaan berfikir dan tindakan secara konsisten
dan terus menerus menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Begitupun menurut Mulyasa (2011: 26) kompetensi
diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait
dengan eksplorasi, investigasi, menganalisis, memilikirkan, serta
memberikan perhatian arahan kepada seseorang untuk menentukan cara-
cara mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Dari beberapa pengertian kompetensi diatas dapat disimpulkan
kompetensi sebagai tiga unsur utama yaitu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Dengan demikian, seseorang yang memiliki kompeten adalah
mereka yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalama
mengerjakan sesuatu.
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Menurut Oemar Hamalik dalam Rima Yuliani (2020: 16)
menjelaskan bahwa Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik
mungkin dengan lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan
perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam
kehidupan masyarakat. Maknanya adalah pendidikan mempunyai jiwa
patriot, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, sikap menghargai
jasa para pahlawan serta kesadaran akan sejarah bangsa dapat dipupuk
melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hal demikian
dapat diperkuat dengan pendapat Menurut Zamroni dalam Rima
Yuliani (2020:18) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
16

masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis melalui aktivitas


menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah
bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat. Artinya, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik
sehingga yang bersangkutan memiliki pengetahuan dalam berpolitik,
mempunyai kesadaran, sikap, kekuatan dalam politik dan dalam
partisipasi berpolitik, serta kemampuan dalam mengambil keputusan
politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya dan bagi
masyarakat dan bangsa.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Depdiknas (2006: 49)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran
yang memperhatikan perkembangan warga negara yang memahami
dan dapat melakukan kebebasan dan komitmennya untuk menjadi
warga dapat melakukan hak-hak kewajiban dan komitmennya menjadi
penduduk, negara Indonesia yang berwawasan, berakhlak mulia, dan
berwawasan luas sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian, dalam Depdiknas bahwa Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan dimanfaatkan untuk merencanakan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki kewajiban yang tegas dan dapat
diperkirakan untuk melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah negara kesatuan. Negara yang dibingkai pada jiwa
patriotisme dan nasionalisme, khususnya jaminan individu untuk
membangun masa depan bangsa yang sama, meskipun memiliki
berbagai agama, ras, kebangsaan atau kelompok. Pendidikan Pancasila
dan Kewaganegaraan dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang mempunyai kewajiban yang
tegas untuk melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 37 yang
menyatakan bahwa : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
17

merupakan mata pelajaran yang penting untuk prohram pendidikan


baik pengajaran dasar, pelatihan, maupun pendidikan lanjutan,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah suatu program
pendidikan yang direncanakan menjadi suatu rencana pendidikan yang
baik, hasil dari para ahli, pelaksanaan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan sesungguhnya bertujuan untuk mendorong peningkatan
kualitas pendidikan warga negara.
Menurut Slamet (2016:4) mengatakan bahwa Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan sebagai salah satu pendidikan politik,
pendidikan demokrasi, dan pendidikan moral harus mmeiliki
pemahaman yang utuh tentang menjaga kualitas publik yang berasal
dari Indonesia. Harus memahami, mengakui, dan bertindak benar-
benar dalam menjaga dan membina karakter yang bergantung pada
kualitas Indonesia khususnya Pancasila, UUD Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Berdasarkan pendapat diatas menyatakan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan mampu menciptakan peserta didik untuk melindungi
negara Indonesia serta melestarikan nilai-nilai yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia agar tidak menimbulkan konflik antar
peserta didik.
Peserta didik sebagai warga negara Indonesia penerus bangsa agar
dapat memahami, menyadari, tanggung jawab, dan bertindak sesuai
dengan menumbuhkan karakter pada kualitas bangsa Indonesia
tepatnya Pancasila, UUD tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Selanjutnya, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus
menciptakan kemampuan peserta didik untuk memiliki nilai-niai
Pancasila secara bersamaan dalam membentuk karakter
Mengenai hal tersebut mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan merupakan contoh yang patut diajarkan dalam
lingkup pendidikan formal di Indonesia itu sendiri adalah pelatihan
yang dilakukan di sekolah dalam pendidikan formal yang memiliki
jenjang pengajaran, khususnya tingkat dasar, tingkat tembahan, dan
18

tingkat lanjutan. Tingkat pendidikan mempunyai komitmen dalam


melaksanakan pembelajaran Pancasila pada semua jenjang pendidikan
penting untuk pembelajaran bagi peserta didik namun keadaan saat ini
dalam pelaksanaan pembelajaran Pancasila itu sendiri masih banyak
yang mendorong bagian objektif dari kemampuan intelektual itu
sendiri dibandingkan dengan bagian keterampilan yang berbeda
misalnya emosional dan psikomotorik, sehingga banyak yang
mengharapkan pembelajaran Pancasila hanya sebatas pemahaman,
pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan harus menyeluruh baik
tujuan intelektual, penuh perasaan, dan kemampuan psikomotorik agar
terlaksana kualitasnya Pancasila itu sendiri yang harus dditanamkan di
kalangan pelajar. Pelaksanaan jenjang pendidikan yang tepat untuk
pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan, seharusnya mengubah
sistem pembelajaran yang banyak orang dianggap mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewaragenegaraan sebagai pelajaran semata.
Dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan pendidik menampilkan materi sebagai informasi
yang diberikan kepada peserta didik sebagai salah satu kecerdasan
intelektual, sekaligus peserta didik dituntut untuk terampil dalam
menerapkan wawasannya sebagai salah satu ranah psikomotorik,
terakhir peserta didik dimanfaatkan untuk memiliki akhlak yang baik
sebagai jenis yang penuh perasaan dan cenderung di nilai secara nyata
sebagai salah satu jenis mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, namun secara praktek di sekolah-sekolah masih
terliha beberapa pengajar yang menekankan pada penilaian hanya
berpusat pada intelektual saja yang terlihat dari perolehan hssil tes
melalui ukuran penilaian. Bagaimaanapun tanpa melihat ranah
psikomotorik dan afektif pun sudah menjadi semacam penilaian
autentik.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan tujuan
mata pelajaran penanaman karakter dalam pembentukan karakter dapat
menciptakan melalui informasi, kemampuan, dan dapat mencerminkan
19

karakter yang baik pada peserta didik sebagai warga negara Indonesia
mencerminkan karakter yang ada di Indonesia. Diyakini bahwa
penduduk Indonesia yang berjiwa besar dapat memilih mana dampak
positif globalisasi yang harus diambil dan dampak negatif dari
globalisasi, namun pada umumnya apa yang dicapai dalam mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran dapat
menumbuhkan kemampuan peserta didik sejauh informasi diperoleh
peserta didik dari bagian-bagian orang bawaan peserta didik. Hal ini
sesuai dengan sasaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran pengembangan karakter.
Menurut Darmadi (2012) menyatakan bahwa Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan bertujuan untuk merencanakan, membina, dan
menciptakan pengetahuan serta kemampuan dasar peserta didik yang
berkaitan dengan hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga
negara Indonesia yang baik. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam
Kemendikbud RI (2017) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yaitu terwujudnya warga negara yang cerdas dan baik, khususnya
tumbuh kembangnya sebuah bangsa yang menggambarkan suatu
pembangunan, daya tanggap, kekritisan, dan kreatifitas sosial yang
berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dengan cara damai, kreatif, dan tertib sebagai cerminan norma, nilai,
dan moral Pancasila.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan untuk membentuk masyarakat yang produktif,
berkarakter, demokratis, jujur, amanah, cerdas dan bertanggung jawab
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika
dan NKRI.
Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk
membentuk warga negara yang baik. Wahab (2011:154) warga negara
yang baik adalah warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan dengan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai individu
warga negara memiliki tanggung jawab sosial, mampu memecahkan
20

masalah secara cerdas sesuai fungsi dan perannya memiliki sikap


disiplin pribadi mampu berpikir kritis, inovatif agar mencapai kualitas
pribadi dan perilaku warga negara yang baik.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat menyimpulkan bahwa
tujuan dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ialah suatu
mata pelajaran yang merupakan rangkaian proses mengarahkan peserta
didik harus menjadi warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia,
cerdas, terampil, dan bertanggungjawab. Sehingga dapat berperan aktif
dalam masyarakat sesuai ketentuan Pancasila dan UUD 1945. Serta
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mampu mencapai kualitas
warga negara yang memiliki peran baik dalam kegiatan masyarakat.
Dalam lingkungan Pendidikan merupakan persekolahan.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan penting sekali pada
pelajaran Pendidikan Paancasila dan Kewarganegaraan memiliki nilai-
nilai yang mengamalkan kehidupan sehari-hari serta nilai-nilai yang
dimiliki Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terdapat pada
nilai karakter peserta didik, melalui pembentukan karakter di sekolah
perlu dilaksanakan, meskipun di dalam keluarga sangatlah rendah. Jadi
peserta didik dapat pembentukan karakter dari keluarga, peserta didik
tersebut berkarakter baik di masa yang akan datang. Namun banyak
orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang
pendidikan karakter. Selain itu, Daniel Goleman juga mengatakan
bahwa “banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-
anaknya baik karena kesibukan maupun karena lebih mementingkan
aspek kognitif anak” meskipun demekian, kondisi ini dapat
ditanggulangi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah.
Permasalahan selanjutnya adalah kebijakan pendidikan di
Indonesia yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, walaupun
belakangan ini penting pendidikan karakter menjadi bahan
pembicaraan hangat. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-
anak akan merasa kurang pandai karena kesulitan menyesuaikan
dengan kurikulum yang ada. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh
21

negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini peserta


didik justru sudah hilang rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang
berkepanjangan akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri. Pada
remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku
negatif maka tidak heran kalau kita melihat perilaku remaja kita yang
putus sekolah dan menurunya mutu lulusan SMP dan SMA. Karena
dalam dunia pendidikan saat ini banyak sekali degradasi moral
dikalangan pelajar. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi moral
dengan adanya globalisai yang semakin masuk ke Indonesia. Dengan
adanya globalisasi seharusnya bisa meningkatkan moral masyarakat
dengan di imbangi pengetahuan dan tindak preventif yang kuat dari
masyarakat itu sendiri. Namun masyarakat pada saat ini khususnya di
kalngan pelajar kurang bisa menyaring budaya mana saja yang baik
dan sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Seakan-akan semua
budaya barat di sesuaikan oleh pemuda-pemudi kita, entah dari gaya
berpakaian, tingkah laku sehari-hari serta gaya hidup yang kebarat-
baratan dianggap sebagai sesuatu yang sangat modern dan dapat
dibanggakan jika kita dapat menirukannya.
Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral di kalangan
remaja saat ini sangat lah berkembang tidak seimbang, ketidak
seimbangan itulah yang akhirnya membuat moral semakin rusak
khususnya dikalangan pelajar itu sendiri karena semakin hari tingkat
pelanggaran yang dilakukan pelajar semakin meningkat. Sebagian
pelajar datang terlambat sudah ada konsekuensinya memberikan
teguran bahkan hukuman tapi mereka tetap melakukannya karena
sudah kebiasaan bagi mereka untuk diubah. Saat memakai seragam
sekolah yang dikenakan oleh para pelajar sekolah sudah membuat
peraturan agar memakai pakaian yang rapi, sopan, dan bersih tidak
memakai seragam yang melanggar peraturan disekolah.
Berdasarkan faktor tersebut tindakan yang kita lakukan untuk
mengendalikan pelanggaran yang menyebabkan degradasi moral ini
dapat berupa pengendalian diri untuk menyadarkan para pelajar agar
22

dapat memberikan pendidikan informal dengan baik. Kemudia dari


sekolah pun guru memberikan pendidikan karakter kepada peserta
didik untuk memahami karakter mereka masing-masing secara lebih
mendalam dan memberikan bimbingan kepada peserta didiknya. Para
peserta didik agar saling mengingatkan satu sama lain sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan guna untuk membentuk etika sopan
snantun ketika kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat diharapkan
di bawa oleh orang tua dalam kegiatan di lingkungannya, sehingga
terbentuknya suatu keseimbangan pada pembentukan karakter peserta
didik.

3. Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Menurut Amiruddin (2013:4) menjelaskan, Guru Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki tugas dan peran yang lebih
dari guru mata pelajaran yang lain, hal ini berkaitan dengan tanggung
jawab untuk membentuk perilaku peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari sebagai warga negara yang baik. Tugas dari guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya mentranfer
pengetahuan saja kepada peserta didik melainkan mentranfer nilai-nilai
yang dapat dipahami, disadari, dan diwujudkan dalam perilaku baik
pada peserta didik. Oleh karena itu, guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun
moral, sikap serta memberi dorongan keras yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat diatas peran guru yang penting bisa digaris
bawahi yaitu guru sebagai pemberi stimulasi pada peserta didik dengan
menyediakan tugas-tugas pembelajaran, berinteraksi dengan peserta
didik dan guru juga bisa berperan sebagai seseorang yang memberi
bantuan kepada peserta didik serta mengembangkan keterampilan
peserta didik.
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidik
mempunyai peran dan fungsi yang sangat strategis dalam membangun
kecerdasan berdemokrasi dan menanamkan nilai-nilai demokrasi di
23

kelas maupun di lingkungan sekolah. Dengan demikian, Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan dapat memberikan kreativitas dalam
mengembangan materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
kepada peserta didik. Pengajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ditujukan untuk memelihara ideologi demokrasi
sebagai tanggungjawab yang besar kepada guru.
Untuk mencapai tujuan yang diingikan guru Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan harus menjalankan tugas dan perannya sebagai
guru yang baik, paling tidak seperti bertanggung jawab yang telah
dikemukakan diatas. Namun dalam menjalankan tugas dan perannya
guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak hanya terbatas
sebagai pelaksana proses pembelajaran saja, melainkan harus memiliki
tanggungjawab moral dalam pengembangan sikap peserta didik ke
arah yang lebih baik. Seperti hal nya yang dijelaskan dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Bab II Pasal III
bahwa guru memiliki peran dan fungsi untuk mengembangkan
kemampuan, membentuk watak dan peradaban bangsa. Menurut
Kusuma dkk (2011:6) sebagai berikut :
Fungsi pertama, “Mengembangkan kemampuan” dapat dipahami
bahwa pendidikan nasional menganut aliran Kontruktivisme, yang
mempercayai bahwa peserta didik adalah manusia yang potensial dan
dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan.
Artinya setiap layanan pendidikan yang ada di Indoneisa harus
dipersepsi secara sama bahwa peserta didik itu memiliki potensi yang
luar biasa dan perlu difasilitasi melalui proses pendidikan untuk
mengambangkan potensinya. Fungsi kedua, “membentuk watak”
mengandung makna bahwa pendidikan nasional harus diarahkan pada
pembentukan watak. Pendidikan yang berorientasi pada watak peserta
didik merupakan suatu hal yang tepat, tetapi perlu diperjelas mengenai
istilah perlakuan terhadapt “watak” apakah watak itu harus
“dikembangkan”, “dibentuk”, atau “difasilitasi”. Fungsi ketiga,
“peradaban bangsa” dalan spektrum pendidikan nasional dapat
24

dipahami bahwa pendidikan itu selalu dikaitkan dengan pembangunan


bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa. Agar kedepannya peserta didik
menjadi penerus bangsa yang baik dan menjadi warga negara yang
baik.
Dari pendapat diatas bahwa peran dan fungsi guru sangat penting
untuk peserta didik pada mata pelajaran yang dirasa membentuk
kepribadiaan peserta didik sesuai dengan tujuan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan yakni mendidik warga negara agar menjadi
warga negara yang baik.
4. Karakter Kewarganegaraan (Civic Diposition)
Saptono (2011: 18) Istilah karakter berasal dari kata Yunani yakni
Charassei yang berarti “Membuat tajam atau membuat dalam”. Secara
konseptual istilah karakter dikatakan sebagai suatu anugrah atau
sekumpulan kondisi rohaniah dalam diri manusia. Karakter dianggap
sebagai suatu kemampuan diri seseorang dalam mengatasi kondisi
rohaniah yang sudah diberikan. Secara etimologis civics berasal dari
bahasa latin yaitu civicus yang diartikan citizen atau warga negara.
Civics disebut ilmu kewarganegaraan merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana hubungan antara negara dengan warga
negaranya. Perlu diketahui civics merupakan induk ilmu dari civic
education (pendidikan kewarganegaraan) yang dimana keduanya
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membentuk warga negara yang
baik (good citizenship). Dapat dikatakan bahwa civics bersifat teoritis
sedangkan civic education bersifat praktis.
Karakter dapat diartikan melalui kepribadian, sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan
yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, mengenai
karakter seseorang dapat diketahui individu tersebut akan bersikap
untuk kondisi tersebut. Dalam pernyataan di atas, dapat dikemukakan
bahwa pendidikan karakter adalah “the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values. When we
think about the kind of character we warefor our children, it is clear
25

that we wnt them to be able to judge what is right care deeply about
what is right, and then do what they believe to be right, even in the
face of pressure from without and templation from within” (Elkind &
Sweet dalam Mas, 2013). Artinya, pendidikan karakter adalah upaya
untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai etika. Ketika seseorang berpikir bahwa karakter bisa menilai
baik nya, peduli apa yang harus di perdulikan, dan melakukan apa
yang diinginkan.
Pembentukan karakter juga bisa dari sekolah maupun luar sekolah
yang memperhatikan sumber moral untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan suatu proses pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang masa. Membentuk karakter adalah suatu proses yang
berlangsung untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dalam
pembentukan. Peserta didik akan tumbuh berkarakter di lingkungan
yang berkarakter juga.
Ilmu Kewarganegaraan (civics) maupun Pendidikan
Kewarganegaraan (civic education) keduanya memegang peran yang
amat sentral dalam meningkatkan kompetensi kewarganegaraan
peserta didik. Civics memiliki tiga komponen utama yaitu civic
knowledge, civic skill, dan civic disposition yang dimana setiap warga
negara diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan
kewarganegaraan, mampu menerapkan kemmapuan dirinya sesuai
dengan pengetahuan yang di miliki serta mampu berperilaku sesuai
dengan kepribadian bangsa dan Negar. Dalam penelitian ini terfokus
pada satu komponen dari pendidikan kewarganegaraan yakni civic
disposition.
Sebagaimana adapun pendapat Lickona (2013 :72) Aristoteles
mengatakan bahwa karakter yang baik dapat dilihat dengan melakukan
tindakan yang benar dengan diri seseorang dan diri orang lain.
Sedangkan menurut Kemdiknas (2011: 8) karakter ialah perilaku
tindakan yang berakar pada nilai-nilai berdasarkan landasan tertentu
26

dalam norma agama, kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat istiadat,


dan estetika.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat diartikan bahwa
karakter merupakan ciri khas yang melekat pada pribadi seseorang atau
sekelompok orang yang tercermin dalam suatu perbuatan perilaku
yang mengandung nilai-nilai karakter.
Dalam pandangan Lickona, dapat ditinjau bahwa penanaman
karakter merupakan upaya dalam membentuk kepribadian individu
yang dapat membantu diri sendiri menjadi sadar dalam bertindak
sesuai dengan nilai. Sebagaimana ditunjukkan oleh Heri Gunawan
(2014:24) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan segala
sesuatu yang dilakukan oleh pendidik untuk dapat mempengaruhi
kepribadian peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk
membentuk kepribadian diri sendiri. Contohnya bagimana guru
bertindak, cara pendidik dalam mengajarkan materi kepada peserta
didi, disiplin, dan lain-lainnya.
Dilihat dari penilaian Heri Gunawan, dalam pernyataan tersebut
pembentukan karakter diartikan sebagai salah satu upaya peserta didik
untuk menanamkan karakter peserta didik melalui perilaku, cara guru
memberikan materi kepada peserta didik, disiplin, dan lain-lainnya
untuk mencerminkan kepribadian peserta didik yang baik.
Menurut Muchlas Samani dan Hariyanto (2011:410)
mengemukakan bahwa “karakter dapat dicirikan melalui pandangan
dan tindakan khususnya bagi setiap orang untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
maupun dalam berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, Menurut Sutarjo
Adisusilo (2012:78) menyatakan bahwa karakter adalah sekumpulan
kualitas yang telah berubah menjadi kecenderungan hidup sehingga
menajadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, jujur,
peduli, dan lain-lain. Dengan karakter itulah kualitas diri sendiri dapat
diukur.
27

Berdasarkan penjelasan di atas, seseorang dapat mencerminkan


masyarakat yang produktif, misalnya menghargai perbedaan, mandiri,
jujur, adil, peduli, memiliki rasa kebangsaan, dan memiliki rasa
kebersamaan sosial, dan lain-lain.
Pembangunan karakter adalah untuk mewujudkan Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh bangsa yang
berkembang saat ini, implementasi nilai-nilai Pancasila dalam nilai
etika kehidupan berbangsa dan bernegara terdapat nilai-nilai bangsa.
Dalam mengatasi permasalahan bangsa tersebut, perlu adanya suatu
sistem pendidikan yang mengembangan pembentukan karakter.
Pembentukan karakter adalah model penanaman kepribadian dan
karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pembangunan karakter adalah suatu sistem yang di rencanakan
untuk peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, lingkungan
untuk mewujudkan suatu sikap dan perbuatan mengenai norma huku,
tata krama, agama, budaya, dan adat istiadat. Pada dasarnya setiap
peserta didik mempunyai potensi atau kemampuan sejak dia
dilahirkan.
Doni Koesoema dalam Rima Yuliani (2020 :23) menjelaskan,
Pendidikan karakter sesungguhnya masih bersifat liberatif yakni dalam
sebuah usaha dari individu, baik secara pribadi maupun secara sosial
untuk menciptakan sebuah lingkungan yang individu sehingga
individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai oleh orang lain.
Sedangkan karakter dapat dikatakan sebagai ciri khas yang melekat
pada pribadi seseorang atau sekelompok orang yang tercermin dalam
suatu perbuatan atau perilaku yang mengandung nilai-nilai teretntu.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwasannya pembentuk karakter
sangat penting dalam suatu tahapan atau proses membentuk karakter
peserta didik melalui pengembangan pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dapat diwujudkan melalui proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Ketiga proses
28

ini merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter peserta


didik guna didukung dengan kultur yang baik dari sekolah seperti,
proses pembiasaan dan pembudayaan, pemberdayaan maupun proses
keteladanan peserta didik yang diterapkan disekolah tersebut. Oleh
karena itu, pembentukan karakter ialah suatu proses yang ada didalam
pendidikan karakter.
Menurut T Ramli dalam Sofian Amri, dkk (2011:4) pendidikan
karakter mempunyai potensi yang sama dengan pendidikan akhlak dan
moral bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik. Selanjutnya, menurut Ratna
Megawangi dalam Dhama Kusuma dkk (2013:5) Pendidikan karakter
merupakan usaha dalam mendidik peserta didik agar mengambil
keputusan yang tegas dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
memberikan kebersamaan dalam lingkungan.
Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan suatu yang
penting untuk dilakukan dalam mengembangkan kelulusan khusunya
SMA maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia.
Berbicara mengenai karakter dalam sebuah pendidikan perlu
dipertanyakan secara benar apa saja yang ada didalam pemikiran kita,
bahwa perlunya pemahaman karakter, berupa perilaku, kebiasaan,
pembawaan, dan lain sebagainya. Sering kita melihat bahwa karakter
yang diinginkan ialah pendidikan karakter yang berkaitan dengan
menanamkan nilai-nilai yang ada dalam diri peserta didik, seprti nilai-
nilai yang berguna bagi diri sendiri maupun dalam lingkungan sekolah.
Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah mengacu pada proses
penanaman nilai, beruapa pemahaman, tata cara dalam kehidupan
nilai-nilai pembentukan karakter serta bagaimana peserta didik
melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Penanaman karakter adalah usaha dalam membentuk kepribadian
yang baik sehingga peserta didik bersikap dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai pembentukan karakter. Dengan demikian, menanamkan
karakter yang baik membutuhkan pengetahuan, perasaaan, dan
29

perilaku yang baik sehingga membentuk kesatuan perilaku dan sikap


kepribadian peserta didik.
Sebagaimana ditunjukkan oleh Zimbardo dan lieppe dalam
(Dharma, cepi, dan johar 2013:46) mengatakan bahwa sikap diperoleh
melalui pembelajaran yang cenderung dikembangkan dalam diri
sendiri untuk merespon terhadap sesuatu. Seperti yang dijelaskan oleh
Yusuf dan Nurihsan (2016:169-170) menyatakan bahwa sikap
merupakan keadaan peserta didik merespon sesuatu yang memiliki
makna baik positif maupun negatif termasuk intelektual, penuh
perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat menyimpulkan bahwa sikap
merupakan tindakan seseorang dalam berperilaku baik atau buruk.
Karena kita harus memiliki sikap yang baik dalam tindakan apapun.
Karakter kewarganegaraan yang akan mendorong peserta didik untuk
menjadi masyarakat yang baik sebagai warga negara yang
berdemokrasi.
Menurut Sultan dalam Lestari (2016:140) menyatakan bahwa
karakter kewarganegaraan atau civic disposition yaitu salah satu
komponen utama dalam komponen kewarganegaraan yang secara
langsung memiliki peran dalam menyatakan bahwa warga negara
menjadi semakin dewasa dan tetrib dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Karakter kewarganegaraan adalah sifat batin seseorang
yang mempengaruhi tingkah laku dan pikiran yang memiliki budi
pekerti. Sejalan dengan pendapat tersebut civic disposition merupakan
komponen civics bertujuan dalam mendidik warga negara agar
mempunyai budi pekerti dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
kewarganegaraan. Maka dari itu, civic disposition merupkan salah satu
komponen civics yang pembentukan karakter maupun sikap yang
berdasarkan nilai-nilai kewarganegaraan berlangsung bersamaan
secara demokratis.
Menurut Winataputra dan Budimansyah, (2012: 205). Pentingnya
komponen civic disposition yaitu untuk membekali peserta didik agar
30

dapat menjadi warga negara yang demokratis dengan menguasai


sejumlah karakter baik privat maupun publik sebagai berikut :
a) Menjadi anggota masyarakat yang independen. Karakter ini
meliputi kesadaran secara pribadi untuk bertanggung jawab
sesuai ketentuan, bukan karena keterpaksanaan atau
pengawasan dari luar, menerima tanggung jawab akan
konsekuensi dari tindakan yang diperbuat dan memenuhi
kewajiban moral dan legal sebagai anggota masyarakat
demokratis.
b) Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di
bidang ekonomi dan politik. Tanggung jawab dalam hal ini
meliputi memelihara dan menjaga diri, menggunakan hal pilih
dalam pemilu, dan melakukan tugas kepemimpinan sesuai
bakat masing-masing
c) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.
Karakter ini meliputi menghormati orang lain, bersikap sopan,
menghargai hal dan kepentingan orang banyak, dan mengikuti
aturan bermusyawarah
d) Berpartisipasi dalam urusan kewarganegaraan secara efektif
dan bijaksana. Karakter ini merupakan bentuk sadar dalam
menentukan pilihan atau berpartisipasi serta harus
mengsampingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan
publik.
e) Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara
sehat. Karakter ini meliputi kesadaran dan kepekaan dalam
urusan publik, menelaah dan memonitor berjalannya
pemerintah.

Jadi dapat diartikan bahwa Civic Disposition bertujuan untuk


membentuk karakter pubik yang memfokuskan karakter yang bersifat
sosial dan karakter privat yang memfokuskan pada karakter dalam diri
individu. Untuk mengembangkan peserta didik menjadi warga negara
yang baik dan demokratis perlu dibekali beberapa sikap yang meliputi,
31

memberdayaan dirinya sebagai warga negara yang aktif, kritis,


bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam berbagi aktivitas
masyarakat, politik dan pemerintahan.

Pendidikan karakter bangsa memiliki andil yang besar untuk


memajukan peradaban bangsa agar menjadi bangsa yang semakin maju
dengan sumber daya manusia yang berilmu, berwawasan dan
berkarakter. Karakter bangsa memiliki kualitas perilaku yang baik
dalam kesadaran, pemahaman, rasa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai olah pikir, olah hati dan olah rasa serta olah dari
raga seseorang, karakter bangsa Indonesia haruslah berdasarkan nilai-
nilai Pancasila, UUD 1945, Keberagaman dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana dan
terstruktur untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pembinaan
karakter bangsa ialah upaya suatu negara kebangsaan untuk
mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan
ideologi, konstitusi serta dalam konteks kehidupan nasional, regional,
dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh,
berakhlak mulia, bermoral, bergotong royong, berbudaya berdasarkan
Pancasila dan dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui proses sosialisasi,
pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja
sama seluruh komponen bangsa dan negara.
Peserta didik dibekali pengetahuan materi yang diajarkan dalam
prose pembelajaran dan sekaligus memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan materi yang dibahas, pada akhirnya peserta didik
diharapkan memiliki karakter sebagai cerminan peserta didik yang
memiliki karakter yang baik. Dalam pengembangan karakter yang baik
32

dalam diri peserta didik tidak terbatas dilaksanakan dalam proses


pembelajaran di dalam kelas saja melainkan di lingkungan luar kelas
dengan cara mencerminakan kepribadian yang baik dalam ruang
lingkup sekolah ataupun diluar sekolah. Karena masih terdapat peserta
didik yang belum maksimal dalam menanggulanginya dampak negatif
dari pengembangan karakter tetapi secara keseluruhan yang dicapai
dalam mata pelajaran Pendidikan
5. Nilai-nilai Pembentukan Karakter
Nilai-nilai pembentukan karakter dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dapat mendorong fungsi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter. Berikut ini nilai-nilai pendidikan karakter yang
perlu diintegrasikan dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
(Permendiknas No.23 Tahun 2006) antara lain :
a. Nilai ketaqwaan, harus ditanamkan sejak dini karena cerminan dari
nilai keimanan berupa perilaku yang berwujud dalam menjalankan
perintah agama
b. Nilai keimanan, dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan
nilai ini diharapkan pendidik dan peserta didik membina dirinya
menjadi manusia yang benar
c. Nilai kejujuran adalah sikap perilaku tidak berbohong, berani
berkorban membela kebenaran. Nilai ini menjadi bagian dalam
kehidupan
d. Nilai kepedulian, dapat terwujud dalam sikap saling empati, saling
memberitahu, saling menasehati, saling mengingatkan dan saling
melindungi
e. Nilai keterbukaan artinya sekolah harus terbuka. Semua kegiatan
harus dilakukan secara terbuka untuk menghilangkan rasa saling
curiga, salah sangka dan bahkan fitnah
f. Nilai kebersamaan artinya suasana tata hubungan antar warga
sekolah harus tercermin dalam sikap dan perilaku saling tolong-
menolong, tegang rasa, saling menghormati antar sesama
33

g. Nilai etika atau sopan santun artinya semua sikap yang terkait
dengan cara bertindak dan tutur kata sesuai dengan adat istiadat
dan norma yang berlaku di dalam masyarakat yaitu norma agama,
norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum

Pada bagian latar belakang Standar Isi Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan sebagaimana terdapat dalam Permendiknas No. 22
Tahun 2006, dapat diidentifikasi sejumlah nilai atau karakter warga
negara yang berdimensi Civic Disposition yaitu :

1) Memiliki semangat kebangsaan


2) Memiliki kesadaran demokratis
3) Memiliki kesadaran bela Negara
4) Menghargai hak asasi manusia
5) Sikap mengharagi kemajemukan bangsa
6) Kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup
7) Memiliki tanggungjawab sosial
8) Ketaatan pada hukum

Berdasarkan nilai-nilai karakter diatas dalam Permendiknas No.


22-23 Tahun 2006 dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai patokan
dalam mengembangkan nilai-nilai karakter dalam perencanaan, proses
pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut diharapkan
agar tidak hanya dikembangkan sebagai sesuatu pemahaman belaka
bagi peserta didik namun perlu dikembangkan untuk suatu proses yang
baik dengan pembiasaan maupun keteladanan oleh warga sekolah serta
melakukan perwujudan kultur sekolah yang baik.
Terkait dengan kemampuan guru dalam pelaksanaan penanaman
nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, sesuai hasil pengamatan peneliti di sekolah dapat
disimpulkan sebagai berikut :
(1) Kegiatan proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dari
awal sampai akhir kegiatan
34

(2) Dalam pembelajaran digunakan beberapa media dan sumber


pembelajaran
(3) Suasana pembelajaran sangat antusias dan hidup
(4) Terdapat kerja sama dan tukar pikiran yang sangat baik antar
peserta didik dalam kelompok maupun antar kelompok. Guru
banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya dan
menyampaikan pendapat atau pemikirannya
(5) Guru senantiasa mengadakan refleksi di setiap akhir pembelajaran

Berdasarkan grand design pendidikan karakter tahun (2010),


diuraikan bahwa pada lingkungan sekolah terdapat empat pilar yang
dapat dijadikan sebagai wadah penanamakan nilai-nilai karakter. Di
antara keempat wadah tersebuh salah satunya adalah melalui kegiatan
belajar-mengajar di kelas yang diintegrasikan pada setiap mata
pelajaran termasuk dalam hal ini yaitu mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Setiap mata pelajaran yang di berikan
pada peserta didik di kelas diharapkan dapat memberikan dampak
pembentukan karakter pada peserta didik. Dalam hal ini ada yng
disebut dengan dampak instruksional dan dampak pengiring (nurturant
effect).

6. Langkah-langkah Pembentukan Karakter


Langkah-langkah pembentukan karakter menurut Zulhan dalam
Suharjono (Zuchdi, 2011:33) melalui knowing the good, feeling the
good, dan acting the good dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Memasukan pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran di
sekolah
2) Membuat slogan yang dapat menumbuhkan kebiasaan semua
masyarakat sekolah untuk bertingkah laku baik
3) Melakukan pemantauan secara berkelanjutan. Beberapa hal yang
perlu dipantau antara lain kedisiplinan masuk sekolah, kebiasaan
35

saat makan dikantin, kebiasaan saat dikelas, kebiasaan dalam


berbicara

Berikut tahapan pembentukan karakter yang digambarkan melalui


piramida segitiga.

Gambar 1 Pembentukan Karakter

Kemdiknas (2011:8) Pembentukan karakter sebagaimana


digambarkan oleh Kemdiknas diatas dapat diwujudkan melalui 6
tahapan yaitu melalui proses mengetahui, memahami, membiasakan,
meyakini, melakukan sesuai dengan 1,2,3,4 dan mempetahankannya.
Oleh karena itu, pembentukan karakter bukanlah sesuatu yang mudah
namun dapat diwujudkan memaluli suatu proses diatas. Dapat
dikatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya yang
terencana dalam menjadikan peserta didik untuk mengenal, peduli dan
adanya suatu proses internalisasi nilai sehingga siswa menjadi
berperilaku sebagai insan kamil. Kemdiknas (2011:6) Sejalan dengan
gambar diatas, pembentukan karakter harus dilakukansecara
berkesinambungan dengan melibatkan aspek pengetahuan yang baik,
perasaan yang baik, dan perilaku yang baik sehingga terbentuk
kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik.
36

Dengan demikian, perlu disadari bahwa Keberhasilan dalam


pembentukan karakter tidak semudah mengembalikan telapak tangan,
tetapi perlu suatu proses dan tahapan dalam mewujudkannya. Melalui
sekolah, selain kelaurga dan masyarakat sebagai agen utama dalam
pembentukan karakter maka dapat dilakukan suatu proses tersebut.
Dwiyanto dan Saksono (2012 :50) Relevan dengan apa yang
diungkapkan oleh David Brooks bahwa sekolah adalah tempat yang
sangat strategis untuk pendidikan karakter, kerana anak-anak akan
menghabiskan banyak waktunya disekolah dengan waktu yang teratur
sehingga apa yang didapatkan disekolah akan mempengaruhi
pembentukan karakter.
Berdasarkan atas beberapa pendapat dapat dimengerti dengan jelas
bahwa lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam
pembentukan karakterpeserta didik, karena didalamnya terdapat suatu
usaha pendidikan yang dilakukan secara sadar untuk mengubah
tingkah laku manusia yang baik secara individu maupun kelompok
dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Dengan demikian, mengingat bahwapeserta didik dibentuk
dari lingkungan lain seperti lingkungan keluarga, teman sebaya, dan
media massa.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan merupakan acuan dalam melakukan penelitian,


sehingga peneliti dapat menambah atau memperbanyak materi dari
penelitian sebelumnya. Dengan adanya penelitian relevan tersebut,
penliti telah menemukan judul penelitian yang sama dengan apa yang
akan diteliti peneliti nantinya. Judul penelitian tersebut diantaranya
sebagai berikut :
a) Penelitian oleh Tirta Sari (2016) yang berjudul “Peran Guru PPKn
dalam penanaman moral sebagai upaya membentuk warga negara
yang baik”. Tujuan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru PPKn dalam
37

penanaman moral sebagai upaya membentuk warga negara yang


baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode
penelitian deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data ini dengan
menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi
literatur. Subjek yang diteliti adalah guru PPKn, guru BK, dan
peserta didik. Teknik analisi data yang peneliti gunakan adlah
redaksi data, display data dan kesimpulan. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa guru PPKn memegang
peranan yang sangat penting dalam penanaman moral sebagai
upaya membentuk warga negara yang baik. Terutama dalam
penanaman pengetahuan moral, sikap moral, perilaku moral, ber-
Tuhan dan berjiwa besar. Karena guru PPKn memiliki peran yang
lebih dari guru mata pelajaran yang lain disini guru PPkn tidak
hanya dituntut untuk mengajar tetapi juga membentuk watak, sikap
dan perilaku siswa agar menjadi warga negara yang bertanggung
jawab dan memiliki moral yang baik sebagai bekal dimasa yang
akan datang”.
b) Penelitian oleh Rima Yuliani (2020) yang berjudul “Peran Guru
PPKn dalam menanamkan Civic Disposition dengan Metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Generasi Z”.Tujuan
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Penelitian ini dilatar
belakangi oleh Diskarakterisasi yang pada saat ini sangat
mengkhawatirkan, dimana menciptakan Z yang dikenal dengan
Generasi yang pudar pada nilai dan norma yang ada, dimana
mereka hanya terpusat pada teknologi sehingga menyampingkan
kehidupan sebenarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
bagaimana peran Guru PPKn dalam menanamkan Civic
Dispotition dengan Metode Contextual Teaching and Learning
pada Generasi Z. Sehingga rumusan masalah pada penelitian ini
adalah: Bagaimana Perencanaan, Pelaksanaan, Faktor Penghambat
dan Pendukung serta Evaluasi dalam menanamkan Civic
Disposition dengan Metode Contextual Teaching dan Pembelajaran
38

pada Generasi Z diKelas VIII SMP Pasundan 4


Bandung. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan
Pendekatan Kualitatif, Subjek dan Objek dalam Penelitian ini
adalah Guru PPKn SMP dan Peserta didik Kelas VIII A dan B
SMP Pasundan 4 Bandung, Pengumpulan data dan Instrumen
penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini dengan melakukan
wawancara dengan Guru PPKn dan perwakilan Peserta didik kelas
VIII A dan B, serta angket yang dibawa oleh peserta didik yang
dijadikan sebagai konkret data dalam penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1). Sudah tercapainya perencanaan
pembelajaran yang dibuat oleh Guru PPKn Kelas VIII yang
merawat dengan menanamkan Civic Dispotition dengan metode
Contextual Teaching and Learning. yaitu Susunan dan komponen
dalam Perencanaan Pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan
Kurikulum 2013 yang sudah ditentukan oleh pemerintah. (2)
Pelaksanaan dan penerapan Pendekatan Pembelajaran kontekstual
sudah mampu menanamkan Kewarganegaraan Masyarakat pada
Generasi Z kelas VIII di SMP Pasundan 4 Bandung bertanggung
jawab atas tugas, mampu mengemukakan pendapat, saling
menghargai antar teman baik di luar atau di dalam lingkungan
sekolah sehingga dapat Dikatakan Peran Guru PPKn berhasil
menanamkan Kewarganegaraan pada Generasi Z di kelas VIII
SMP Pasundan 4 Bandung. Kata Kunci: Civic Dispotition, Metode
Contextual Teaching and Learning, Generasi Z. saling menghargai
antar teman baik di luar atau di dalam lingkungan sekolah sehingga
dapat dikatakan Peran Guru PPKn berhasil dalam menanamkan
Kewarganegaraan pada Generasi Z di kelas VIII SMP Pasundan 4
Bandung. Kata Kunci: Civic Dispotition, Metode Contextual
Teaching and Learning, Generasi Z. saling menghargai antar teman
baik di luar atau di dalam lingkungan sekolah sehingga dapat
dikatakan Peran Guru PPKn berhasil dalam menanamkan
Kewarganegaraan pada Generasi Z di kelas VIII SMP Pasundan 4
39

Bandung. Kata Kunci: Civic Dispotition, Metode Contextual


Teaching and Learning, Generasi Z.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan mulai dilakukan pada Desember 2020
bertempat di SMA Negeri 3 Kota Tangerang yang berlokasi di Jalan
KH. Hasyim Ashari 6 Karang Tengah Kota Tangerang, Provinsi
Banten, 15151.
B. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 2) diartikan bahwa metode penelitian
pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Dari pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan sebuah rangkaian
cara-cara ilmiah yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan
dan membuktikan suatu data.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Sugiyono (2017: 9) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, sehingga peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, analisis data bersifat indukatif atau kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Pengertian penelitian dengan pendekatan kualitatif juga
dipaparkan oleh pendapat dari Syaodih (2015: 94) bahwa penelitian
kualitatif mengkaji perpsektif dengan multistrategi, strategi yang
bersifat interaktif seperti observasi langsung, wawancara mendalam,
dokumen-dokumen, dan lain-lain. Strategi penelitian kualitatif bersifat
fleksibel karena menggunakan beragam teknik untuk memperoleh
data-data yang valid. Sedangkan, metode penelitian yang bersifat
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui atau
menggmabarkan kenyatan dari kejadian yang diteliti.
Dengan demikian, peneliti akan melakukan penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif dikarenakan
peneliti ingin mengetahui perspektif subjek penelitian secara alami dan

40
41

lebih menitikberatkan proses selama penelitian berlangsung untuk


memperoleh makna secara mendalam melalui berbagai teori dan
rincian kontekstual sebagai pendukung penelitian untuk
mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana
adanya gambaran secara faktual dan objektif mengenai obyek yang
diteliti secara jelas dan menyeluruh.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian meneliti tentang peran guru Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan dalam menanamkan Civic Disposition bagi
peserta didik. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai
pengamat pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
disamping sebagai pengamat peneliti juga berperan sebagai partisipan
yang berfungsi sebagai pengumpul data. Agar peneliti memperoleh
kepercayaan diri untuk mendapatkan informan dan subyek penelitian
maka peneliti memberitahukan identitas atau status peneliti kepada
perangkat sekolah di SMA Negeri 3 Kota Tangerang. Langkah ini agar
peneliti dapat memperoleh data yang telah ditetapkan yaitu peran guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan Civic
Disposition bagi peserta didik
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural
setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah
dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan
lain-lain. Menurut Sugiyono (2017:224) Terdapat dua cara untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam menganalisis penelitian
ini, yaitu:
42

a. Pengumpulan Data Primer & Sekunder


Data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Sugiyono (2017:225) Pengumpulan data primer dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1) Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2017:226) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Adapun observasi yang dilakukan peneliti adalah dalam
bentuk pengamatan, pencatatan langsung, dan tidak langsung.
Peneliti menggunakan observasi non partisipan, yaitu peneliti
hanya mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi
peneliti tidak aktif dan terlibat secara langsung.
Adapun objek penelitian ini guru PPKn sebagai roll model
dari pembentukan karakter kewarganegaraan,Guru PPKn dan
peserta didiksebagai fasilitator serta pengarah dalam setiap
pembelajaran PPKn. Adapun hal yang akan peneliti observasi
berkenaan dengan bagaimana peran guru PPKn dapat
membentuk karakter kewarganegaraan bagi peserta didik di
sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang
2) Wawancara
Esterberg dalam Sugiono (2017:231) Mendefinisikan
interview sebgai berikut. “ a meating of two person to
exchange informan and idea thruog question and responses,
resulting in communication and joint contruction of meaning
about a particular topic”. Artinya, wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
Tanya jawab, sehingga dapat dikontuksikan makna dalam suatu
43

topik tertentu.Adapun jenin wawancara yang peneliti gunakan


adalah jenis wawancara semi-terstuktur.
Pengumpulan data dengan cara menggunakan teknik
wawancara terhadap responden yaitu guru PPKn, dan peserta
didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang dimana peneliti akan
melakukan wawancara terhadap Guru PPKn dan Peserta
didiktersebut untuk memperoleh data dengan menggunakan
teknik wawancara, dimana peneliti mendapatkan data yang
valid.
Wawancara semi struktur merupakan jenis wawancara yang
sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-
idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan. Sugiyono ( 2017:233).
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa peneliti menggunakan
teknik wawancara semi struktur ini untuk menemukan suatu
permasalahan secara lebih terbuka untuk pihak yang
diwawancara atau responden yang diwawancara agar dapat
diminta pendapat atau ide sebagai data.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi
merupakan pelengkapan dari penggunakan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan
hasil yang akan lebih kredibel/dapat dipercaya. (Sugiyono
2017: 240).
44

Teknik dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dari hasil


observasi dan wawancara untuk mendapatkan hasil penelitian
yang kredibel atau dapat dipercaya. Hasil penelitian yang akan
semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto pada saat
pembelajaran PPKn dengan model atau metode pembelajaran
yang guru PPKn terapkan. Ketika penelitian di SMA Negeri 3
Kota Tangerang akan membutuhkan dokumen seperti profil
sekolah, data guru dan datapeserta didik untuk dijadikan
sebagai bukti penelitian.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawacara peneliti sudah melakukan
analisis terhadapan jawaban yang diwawancarai, bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalasis terasa belum memuaskan, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu,
diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles danHuberman dalam
Sugiyono (2017:246) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu: data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification. Setelah peneliti mengumpulkan data, maka
peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data
selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukan pada
gambar dibawah ini:
45

DataCollection Data Display

Data Reduction Conclusions:


Drawing/
verification

Komponen dalam analisis data (interactive model)

Sumber: Sugiyono 2017

Gambar 2 Langkah-Langkah Analisis Data Kualitatif

1) Reduksi Data (Data Reduction)


Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukaan, Semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data
akan semakin banyak,kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Sugiyono (2017:247)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pengabstraksian
dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini
berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir
penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari
data yang benar-benar mencari data yang valid berkaitan dengan
peran guru PPKn dalam menanamkan Civic Disposition bagi
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran PPKn di SMANegeri 3
Kota Tangerang Ketika peneliti menyaksikan kebenaran data yang
diperoleh akan dicek ulang dengan informan lain yang dirasa
peneliti lebih mengetahui.
46

2) Data Display (Penyajian data)


Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. kalau dalam penelitian kualitatif penyajian
data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, PHI chrd,
pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka
data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami. Sugiyono (2017:249)
Mendisplaykan data atau Penyajian data yaitu sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajianya antara
lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Tujuanya adalah untuk memudahkan memahami apa yang terjadi,
juga untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah difahami dan menarik kesimpulan dari peran guru PPKn
dalam menanamkan Civic Disposition bagi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran PPKn di SMA Negeri 3 Kota Tangerang.
Oleh karena itu, sajianya harus tertata secara rapih.
3) Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Hiberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang di kemukaan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sugiyono
(2017:252)
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan
dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung mengenai peran guru
PPKn dalam menanamkan Civic Disposition bagi peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran PPKndi SMA Negeri 3 Kota
Tangerang. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji
kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin.
47

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini dapat menjawab


rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan
keabsahan data triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan
metode. Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong(2012:330).
triangulasi dengan sumber “berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Sedangkan
triangulasi dengan metode menurut Patton dalam Lexy J.
Moleong(2012:330) terdapat dua strategi, yaitu:
1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data.
2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Dengan teknik triangulasi dengan sumber, peneliti membandingkan
hasil wawancara yang diperoleh dari msing-masing sumber atau
informan penelitian sebagai pembanding untuk mengecek kebeneran
informasi yang didapat. Selain itu, peneliti juga melakukan
pengecekan derajat.
a. Triangulasi Sumber
Menurut Sugiyono (2017: 274) triangulasi sumber untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh,
untuk menguji kredibilitas data tentang perilaku peserta didik,
maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat
dilakukan ke guru, teman murid yang bersangkutan dan orang
tuanya. Data dari ketiaga sumber tersebut, tidak bias diratakan
seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan
mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah
di analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
48

selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan ketiga


sumber data tersebut. Ada pun sumber dalam penelitian ini meliputi
Guru PPKn dan Peserta didik.

GURU PPKn

PESERTA DIDIK
Gambar 3 Triangulasi Sumber
b. Triangulasi Teknik
Menurut Sugiyono (2017: 274) Triangulasi teknik untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian
kredibilitas data tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda,
maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data
yang bersangkutan atau yang lain, untuk mestikan data mana yang
dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda. Adapun penelitian ini diliputi dengan
adanya wawancara observasi dan dokumentasi.

WAWANCARA

OBSERVASI DOKUMENTASI

Gambar 4 Triangulasi Teknik


49

c. Triangulasi Waktu
Menurut Sugiyono (2017: 274) waktu juga sering
mempengruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum
banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data
dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian
datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek
hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan
pengumpulan data. triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara
mengecek hasil penelitian,dari tim peneliti lain yang yang diberi
tugas melakukan pengumpulan data di pagi, siang dan sore hari.

PAGI

SIANG SORE

Gambar 5 Triangulasi Waktu


50
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab IV ini akan dikemukakan hasil dan pembahasan penlitian. Hasil
penelitian merupakan gambaran menanamkan civic disposition melalui
pembelajaran PPKn pada sekolah menengah atas yang berada di daerah kota
tangerang berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara serta dokumentasi
yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Sedangkan pembahasan
merupakan diskusi yang dibatasi pada hasil temuan empiris di lapangan dengan
kajian teoritis. Jadi, dalam penelitian ini menanamkan civic disposition melalui
pembelajaran PPKn di sekolah adalah bagaimana peneliti memaknai serta
menggambarkan upaya membentuk menanamkan civic disposition berdasarkan
temuan atau pengalaman dilapangan.
Pembahasan dimaksudkan untuk mengungkapkan makna yang tersirat dalam
akumulasi data secara komprehensif dengan cara membandingkan temuan empiris
dengan teori yang relevan. Hasilnya diharapkan dapat memberikan masukan
untuk para guru serta khususnya pembelajaran PPKn di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang serta peserta didik dalam memaknai civic disposition.

1. Gambaran Umum
Pemaparan hasil penelitian di SMA Negeri 3 Kota Tangerang menguraikan
beberapa gambaran umum mengenai Profil dari SMA Negeri 3 Kota
Tangerang, sejarah SMA Negeri 3 Kota Tangerang, visi, misi, tujuan serta
pengembangan kurikulum SMA Negeri 3 Kota Tangerang, struktur Organisasi
SMA Negeri 3 Kota Tangerang, pemaparan hasil penelitian di SMA Negeri 3
Kota Tangerang akan di awali uraian profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang
yang akan di paparkan sebagai berikut :
a. Profil SMAN 3 Kota Tangerang
Untuk memperjelas gambaran tempat penelitian, peneliti akan
mendeskripsikan lokasi tempat penelitian yang dilakukan. Berdasarkan
dokumen dari SMA Negeri 3 Kota Tangerang bahwa Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMA) SMA Negeri 3 Kota Tangerang merupakan sekolah unggulan
yang berada di kota tangerang yang menempati gedung di jalan Jl. KH. Hasyim

50
51

Ashari No.6, Kec. Karang Tengah , Kota Tangerang, Prov. Banten, awal mula
berdiri SMA Negeri 3 Kota Tangerang yaitu keinginan masyarakat untuk
menempuh pendidikan formal yang berkualitas sangat tinggi, khususnya
masyarakat yang tinggal diperbatasan ibu kota. Dalam rangka memberikan
pelayanan terhadap masyarakat di wilayah perbatasan DKI Jakarta. Pemerintah
Pemda DKI membuka sekolah filial SMA Negeri XXVII Jakarta di Tangerang,
salah satunya cikal bakal SMA Negeri 3 Tangerang sekarang. Pada tahun 1977
SMA Negeri XXVII Jakarta membuka kembali SMA Negeri Filial di
Tangerang yaitu di Ciledug dan di Ciputat, yang sebelumnya telah sukses
mendirikan SMA Negeri Tangerang di jalan Makam Taman Pahlawan, yang
sekarang dikenal SMA Negeri 2 Tangerang dan resmi menjadi SMA Negeri
kedua di Tangerang pada tahun 1977.
Berbekal informasi bahwa di Ciledug pada waktu itu (Tahun 1977) ada
gedung sekolah kosong di daerah Kreo, tepatnya SD Kreo I, maka SMA Negeri
XXVII Jakarta membuka kembali SMAN Filial yang lebih dikenal SMA
Negeri Ciledug.Tahun pertama pendaftaran siswa baru dilaksanakan di SMP
Ciledug (SMPN I Ciledug sekarang SLTPN 3 Tangerang).Hal ini bertujuan
agar siswa lulusan SMP Ciledug bisa langsung masuk ke SMA Ciledug.Tetapi
diluar dugaan, ternyata siswa-siswa yang masuk ke SMA Negeri Ciledug pada
waktu itu, hanya siswa-siswa yang terlambat mendaftar kesekolah negeri
diJakartadan Tangerang. Namun demikian awal berdirinya SMA Ciledug
tersebut berhasil menampung 2 kelas (±70 orang siswa).
Awal Tahun Pelajaran dimulai Januari 1977, akhir tahun 1979
seharusnya sudah meluluskan, karena pada waktu itu diadakan tes prestasi
siswa, yang tujuannya untuk meningkatkan mutu siswa dan untuk menyamakan
Tahun Pelajaran Baru dengan luar negeri, maka waktu KBM ditambah satu
semester, sehingga baru bisa meluluskan angkatan pertama, pertengahan tahun
1980. Sejak tahun 1977 sampai tahun 1979 status sekolah merupakan kelas
jauh (Filial) dari SMA XXVII Jakarta di Tangerang. Tahun 1979 semua SMA
dan SMP yang tadinya Kantor Wilayahnya DKI Jakarta, menjadi bagian dari
wilayah Jawa Barat, sehingga status SMAN Ciledug sejak itu menjadi filial
SMAN 1 Tangerang.
52

Pada waktu itu SMA Negeri Ciledug dijabat oleh Bapak Drs. Sutono
(Guru SMAN 1 Tangerang), beliau bersama dengan pengurus BP3 berusaha
untuk mencari tanah agar lokasi SMA Negeri Ciledug bisa berdiri sendiri.
Karena lokasi sebelumnya (SDN I Kreo) walaupun statusnya untuk SMA
masih tetap digunakan. Berkat perjuangan para pendiri, akhirnya tahun 1983
SMA Negeri Ciledug yang berlokasi di SDN I Kreo setahap demi setahap bisa
pindah ke Rawa Kambing, berkat restu dan dukungan pula dari Pemerintah
setempat (Bapak Camat Ciledug). Pada tahun 1983 pula terjadi pengangkatan
Kepala Sekolah definitive yaitu Bapak Drs. Zainil Abidin Pramiady, BA
sehingga Bapak Drs. Sutono diangkat sebagai Wakil Kepala Sekolah sampai
tahun 1985. Bapak Drs. Sutono kembali lagi ke induknya (SMAN I Tangerang)
pada tahun 1985.
Sejalan dengan perkembangan dan pemekaran wilayah pada tahun 1993
status SMA Negeri Ciledug berada di wilayah Kota Tangerang yang
sebelumnya termasuk di wilayah Kabupaten Tangerang. Pada tahun 1996 nama
SMA Negeri Ciledug pun berubah namanya menjadi SMA Negeri 3
Tangerang. Sejak berdirinya (Tahun 1977) sampai sekarang (2012) SMA
Negeri 3 Tangerang telah dipimpin oleh Kepala Sekolah sebagai berikut:
Awal berdiri 1977 s.d 1979 filial SMA Negeri 27 Jakarta dijabat Bapak
Drs. Sutono (SDN 1 Kreo), tahun 1979 s.d 1983 filial SMA Negeri 1
Tangerang dijabat Bapak Drs. Sutono (SDN I Kreo), pertengahan tahun 1983
s.d 1990 dipimpin oleh Bapak Zainal Abidin Pramiady, BA Sedangkan Bapak
Drs. Sutono menjadi wakilnya sampai tahun 1985 (sejak akhir tahun 1985)
Bapak Drs. Sutono kembali ke SMA N 1 Tangerang. Tahun 1990 s.d 1994
dipimpin oleh Bapak Drs. Sutono.
Tahun 1994 s.d 1998 dipimpin oleh Bapak Drs. Ridata Wiradihardja
(SMAN Ciledug berubah namanya menjadi SMAN 3 Tangerang) pada tahun
1996.Tahun 1998 (selama 3 bulan dijabat oleh Bapak Drs. Hudaya (Kepala
SMAN 7 Tangerang), tahun 1999 s.d 2001 dipimpin oleh Bapak Drs. Jusdi
(SMAN 3 Tangerang berubah namanya menjadi SMUN 3 Tangerang), tahun
2001 s.d 2004 dipimpin oleh Bapak Drs. M. Hidayat Arifin (pada tahun 2003
nama sekolah berubah kembali menjadi SMAN 3 Tangerang). Tahun 2004 s.d
53

2011 dipimpin oleh Bapak Drs. H. Tata Suandana, tahun 2012 s.d 2015 Ibu
Dra. Lilik Istifa, M.Si. Tahun 2015 s.d 2020 Bapak Drs. Arbani M.Si, tahun
2020 s.d sampai sekarang Ibu Ruruh Wuryani, MM., M.Si.
Sejak berdiri tahun 1977 sampai sekarang 2014 SMAN 3 Tangerang
terus berbenah diri agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat.
b. Visi dan Misi
Visi
menjadi SMA yang unggul, berpretasi tinggi, berbudi pekerti luhur, dan
berbudaya lingkungan, serta dipercaya dan dibanggakan masyarakat
Misi
1) Melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengutamakan pendalaman
pengkajian pengetahuan dan teknologi secara konseptual dan konstektual
2) Memberikan pelayanaan prima dalam proses pembelajaran secara
kooperatif dan demokratis dengan menutamakan pendidik sebagai
fasilitator dan dinamisator yang memanfaatkan sumber berbasis tik dan
disekitar sekolah
3) Menanamkan kedisiplinan melalui budaya yang bersih, budaya yang
tertib, dan budaya kerja
4) Menumbuhkan penghaytan seni sebagai bagian dari kearifan lokal
5) Menumbuhkan budaya peduli terhadap lingkungan yang terintegrasi
dengan seluruh mata pelajaran
6) Mengembangkan life skill (kecakapan hidup) berbasis kewirausahaa dan
karakter masyarakat lokal dengan tidak menghilang kultur masyarakat
Indonesia khusunya di Provinsi Banten
7) Mengembangkan budaya kerjasama untuk membangun hubungan yang
harmonis antar warga sekolah dan masyarakat
8) Menganut management quality assurent
54

c. Stuktur Organisasi Pendidik SMA Negeri 3 Kota Tangerang

Tabel 4.1
Stuktur Pendidik
No Nama Jenis Kelamin Status Kepegawaian
1. Ruruh Wuryani, M.Si, M.M. P Kepala Sekolah
2. Mashudi, S.Ag, M.M L Wakil Kepala Sekolah
Bidang Humas
3. Drs. Kurnadi L Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kesiswaan
4. Bahri, M.Pd L Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kurikulum
5. Asdiarnita, M.Pd P Wakil Kepala Sekolah
Bidang Sarana
Prasarana
6. Aeni Mutmainnah, S.Pd, M.M P Tenaga Pendidik/Guru
7. Agung Bachtiar, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
8. Ani Prasetiyanti, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
9. Ani Suryani, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
10. Any Hastuti, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
11. Any Sukartini, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
12. Asrori, M.Pd.I, M.Ag L Tenaga Pendidik/Guru
13. Bekti Mahendra, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
14. Desmiarti, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
15. Dewi Utari, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
16. Enjah Siti Khodijah, S.Pd.I P Tenaga Pendidik/Guru
17. Etty Suhaeti, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
18. Euys Eka Erawati, S.Si, M.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
19. Evi Vanda, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
20. Fazhar Yanuar Akbar, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
21. Dra.Fitri Yeni, M. Pd P Tenaga Pendidik/Guru
22. Dra. Heryani Ekowati P Tenaga Pendidik/Guru
23. Ida Ruspita Sinaga, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
24. Intan Murni Wijaya, M.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
25. Intan Nurchoerani, M.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
26. Irfan, M. Kom L Tenaga Pendidik/Guru
27. Ivan, S.Kom L Tenaga Pendidik/Guru
28. Iwan Setiawan, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
29. Joko Wihadi, S.Kom L Tenaga Pendidik/Guru
30. Jumiati, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
31. Komariyah, S.E P Tenaga Pendidik/Guru
32. Drs. Kurnadi L Tenaga Pendidik/Guru
33. Kuwat Purwachjo, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
34. Margiyati, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
35. Muhammad Salman A, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
55

36. Neti Hotmariana, M.Pd P Tenaga Pendidik/Guru


37. Novtrina Isa, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
38. Nur Baeti, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
39. Nur Muhamad Lutpy, M.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
40. Dra. Nurharyanti P Tenaga Pendidik/Guru
41. Nursihati, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
42. Oon Furqoniasih, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
43. Pratiwi Ningsih, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
44. Rahmatulloh, S,Pd L Tenaga Pendidik/Guru
45. Rd. Dadang D, Amd, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
46. Riky Cahyasukmana,S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
47. Rina Erawati, S. Pd P Tenaga Pendidik/Guru
48. Rizqo Nurfadilah, S. Pd P Tenaga Pendidik/Guru
49. Robianah, M.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
50. Rusdiyanto Djunaedy L Tenaga Pendidik/Guru
51. Sabar Basuki, Amd, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
52. Sahroni, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
53. Saidah Kharie, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
54. Siti Sundari, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
55. Sri Gurnaningsih, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
56. Sri Hartini, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
57. Suarsa, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
58. Suryono, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
59. Syaipuloh, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
60. Syamsul Arifin, S.Ag L Tenaga Pendidik/Guru
61. Titin Sumiati, S.E P Tenaga Pendidik/Guru
62. Titin Suprihatin, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
63. Veronica Endang M, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
64. Wildan Putra Pratama S, S.Pd L Tenaga Pendidik/Guru
65. Drs. Yahman L Tenaga Pendidik/Guru
66. Yelita. M.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
67. Yenny Kusumawati, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
68. Yusra Marpaung, S.Pd P Tenaga Pendidik/Guru
69. Drs. Zulkarnain, M.M L Tenaga Pendidik/Guru
56

d. Struktur Rombongan Belajar Peserta Didik


Tabel 4.2
Rombangan Belajar

No. Nama Peserta Didik L/P

1. Andhika Revano Ramadhoni P L

2. Diaz Bagas Pramudya L

3. Erza Fatur Mulyana L

4. Fauzia Meisya Fahira P

5. Gadis Muthia Jasmine P

6. Ghaida Hilyatul Auliya R L

7. Kahfi Arya Mawariez L

8. Mirza Faid L

9. M. Fadhlan Yanuar L

10. M. Subhanabil ALWAN L

11. M. Zahraan Sakti L

12. Nadia Shafira P

13. Nandita Nataya A.H P

14. Nasywa Alzena Fajri P

15. Nazwah Aleyda Zen P

16. Nur Najmi Rahman Putri P

17. Pavetta Indica Maura Enza P

18. Pramasheila Arinda Putri P

19. Raihan Esa Rojanu L

20. Ratih Kunia Pasya P

21. Ratu Caesha Aulia P


57

22. Rendy Zulian Nazar Fais L

23. Ridhwan Nur Ardhiansyah L

24. Ruth Fransiska Abelia B P

25. Salsabilla Azzahra P

26. Savira Azzahra Purnama P

27. Sekar Chairunnessa P

28. Sendi Ihsanudin L

29. Siti Dahniar Hammda P

30. Siti Salma Nasywa Azhari P

31. Sultan Maulana Ayubi L

32. Tasya Salsabila Azzahra P

33. Tirta Galih Saputra L

34. Triangelita Nur Febriyanti P

35. Tyona Rahmania Pangestu P

36. Valdha Afrilian Nurgaha P

37. Vina Ammalia P

38. Yudhistira Aryandra Putra L


58

e. Sarana Prasarana

No. Sarana Prasaran Keterangan


1. Gudang Barang 2
2. Gudang Komputer 1
3. Kamar Mandi/WC Guru 3
4. Koperasi 1
5. Lab. Bahasa 1
6. Lab. Biologi 1
7. Lab. Kimia 1
8. Lab. Komputer 2
9. Lapangan Olahraga 1
10. Masjid 1
11. Perpustakan 1
12. Ruang Kelas 30
13. Ruang BP/BK 1
14. Ruang Guru 1
15. Ruang Kepsek 1
16. Ruang OSIS/MPK 1
17. Ruang PSB 1
18. Ruang TU 1
19. Ruang UKS 1
Tabel 4.3
Sarana Prasarana
59

2. Gambaran khusus
Sebagaimana yang telah di jelaskan oleh peneliti pada BAB III, bahwa pada
penelitian yang berjudul peran guru pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
dalam menanamkan civic disposition bagi peserta didik. Pengambilan sumber data
yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui cara pembentukan civic
disposition peserta didik di sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang. Responden
dalam penelitian ini adalah Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan
Peserta Didik.

Untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada BAB I, maka penelitian
menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dokumentasi.
Dibawah ini akan di jabarkan beberapa riwayat informan melalui table, dalam
penyusunan jawaban pada penelitian ini, peneliti memberikan kode pada aspek-
aspek tertentu sebagai berikut :

1. Kode Q...menandakan kode pertanyaan wawancara.


2. Kode I1...menandakan kode responden Guru PPKn
3. Kode I2...menandakan kode responden Guru PPKn
4. Kode I3...menandakan kode responden Peserta Didik
5. Kode I4...menandakan kode responden Peserta Didik
6. Kode I5...menandakan kode responden Peserta Didik
7. Kode I6... menandakan kode responden Peserta Didik
8. Kode I7...menandakan kode responden Peserta Didik
9. Kode I8...menandakan kode responden Peserta Didik
10. Kode I9...menandakan kode responden Peserta Didik
11. Kode I10...menandakan kode responden Peserta Didik
12. Kode I11...menandakan kode responden Peserta Didik
13. Kode I12...menandakan kode responden Peserta Didik
60

Tabel 4.4
Riwayat Informan

NO NAMA USIA JABATAN JENIS KODE


RESPO
KELAMIN
NDEN
1 Margiyati, S.Pd 52 Tahun Guru PPKn Perempuan I1

2 Kuwat 52 Tahun Guru PPKn Laki-Laki I2


Purwachjo, S.Pd

3 Diaz Bagas 17 Tahun Peserta Laki-Laki I3


Pramudya Didik

4 Erza Fatur 17 Tahun Peserta Laki-Laki I4


Mulyana Didik

5 Gadis Muthia 17 Tahun Peserta Perempuan I5


Jasmine Didik

6 Kahfi Arya 17 Tahun Peserta Laki-Laki I6


Mawaries Didik

7 Nadia Shafira 17 Tahun Peserta Perempuan I7


Didik

8 Raihan Esa 17 Tahun Peserta Laki-Laki I8


Rojanu Didik

9 Ratih Kurnia 17 Tahun Peserta Perempuan I9


Pasya Didik

10 Rendy Zulian 17 Tahun Peserta Laki-Laki I10


N.F Didik

11 Salsabilla 17 Tahun Peserta Perempuan I11


Azzahra Didik

12 Savira Azzahra 17 Tahun Peserta Perempuan I12


61

Purnama Didik
62

Keterangan Informan :

1. Margiyati, S.Pd. Guru PPKn (I1)


2. Kuwat Purwachjo, S.Pd. Guru PPKn (I2)
3. Diaz Bagas Pramudya. Peserta Didik (I3)
4. Erza Fatur Mulyana. Peserta Didik (I4)
5. Gadis Muthia Jasmine. Peserta Didik (I5)
6. Kahfi Arya Mawariez. Peserta Didik (I6)
7. Nadia Shafira. Peserta Didik (I7)
8. Raihan Esa Rojanu. Peserta Didik (I8)
9. Ratih Kurnia Pasya. Peserta Didik (I9)
10. Rendy Zulian Nazar Fais. Peserta Didik (I10)
11. Salsabilla Azzahra. Peserta Didik (I11)
12. Savira Azzahra Purnama. Peserta Didik (I12)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan teknik purposive dan
snowball adalah teknik yang peneliti gunakan dalam melakukan wawancara
terhadap 12 informan sebagai narasumber kunci yang berada di sekolah
menegah atas di kota tangerang. Deskripsi hasil penelitian ini merupakan
rumusan dari seluruh sumber yang peneliti temukan dilapangan selama
kegiatan penelitian berlangsung, yaitu hasil wawancara, hasil observasi, dan
hasil dokumentasi. Pembahasan dalam penelitian ini berupa ulasan-ulasan atau
kajian-kajian hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori-teori ataupun kajian-
kajian hasil penelitian yang di kaitkan dengan teori-teori ataupun peraturan-
peraturan yang ada, dan buku data yang terbatas pada angka.
Temuan pada penelitian ini merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
berdasarkan rumusan masalah yang ada pada BAB I, agar penelitian dapat
menjawab permasalahan penelitian dan agar penelitian ini tidak keluar dari
tujuan penelitian, maka penelitian ini di fokuskan pada tiga hal yaitu: peran
guru PPKn dalam menanamkan civic disposition di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang, Minat peserta didik melalui usaha guru dalam menanamkan civic
disposition di SMA Negeri 3 Kota Tangerang, Apa saja kendala dalam
menanamkan civic disposition di SMA Negeri3 Kota Tangerang.
63

1. Bagaimana peran guru dalam membentuk Civic Disposition pada


peserta didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Data mengenai menanamkan Civic Disposition dalam pembelajaran
PPKn di SMA Negeri 3 Kota Tangerang di peroleh melalui kegiatan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Menanamkan Civic Disposition
dalam dalam pembelajaran PPKn sejak dini dilingkungan sekolah. Peneliti
mengamati, mewawancarai, dan mendapatkan dokumentasi dari kegiatan
yang peneliti lakukan pada tanggal (5 Agustus 2021) yaitu dengan
pembelajaran ppkn dan mengamalkan sila sila pancasila seperti ketika
belajar kalau sudah waktunya solat pembelajaran pun berhenti dan
dilanjutkan setelah solat dan kepedulian ke sesama ketika ada yang terkena
masalah’
Civic Disposition sesungguhnya sangatlah diperlukan untuk
bertanggung jawab. Berdasarkan civic disposition inilah sekolah melalui
pembelajaran yaitu khususnya dalam pembelajaran PPKn di sekolah dalam
proses kegiatannya hal ini bertujan menanamkan civic disposition peserta
didik.maka dengan adanya pembelajaran PPKn ini dapat menanamkan civic
disposition disekolah hal tersebut terungkap dari ketika peneliti melakukan
wawancara dengan Guru PPKn (I1) Hasil wawancara yang dilakukan
dengan Guru PPKn (I1 )sebagai berikut :

“Setiap guru akan mempersiapkan itu, seperti biasa kami


mempersiapkan program tahunan, bulanan, kemudian membuat rpp.
Itu semua adalah persiapan-persiapan yang berkaitan dengan materi
sehingga dalam menyampaikan materi guru akan mengacu pada
persiapan yang sudah disiapkan agar peserta didik bisa membentuk
civic disposition yang baik.” (wawancara tanggal 5 Agustus 2021).

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui menurut Guru PPKn (I1) di


SMA Negeri 3 Kota Tangerang, bahwa apa yang menanamkan civic
disposition sesungguhnya sudah di terapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran ppkn, salah satunya dalam bertanggung jawab itupun cara
sederhana untuk membentuk civic disposition dalam pembelajaran PPKn.
64

Menurut wawancara yang dilakukan dengan Guru PPKn SMA Negeri


3 Kota Tangerang yaitu (I2) sebagi berikut :
“Jelas setiap guru menyiapkan materi untuk mereka terlebih dahulu
agar bisa memahami dan minat belajar peserta didik serta memberikan sikap
yang baik dan dapat menumbuhkan civic disposition..” (wawancara tanggal
9 Agustus 2021).
Dengan pernyataan yang diungkapkan oleh (I2) terlihat jelas bahwa
dalam membentuk civic disposition itu sudah di laksanakan dengan
bertanggungjawab dengan baik dan benar. Hal yang samapun di ungkapkan
oleh peserta didik (I3) sebagai berikut :
“Jadi dalam pembelajaran PPKn karakter atau watak harus dirancang
sehingga terjadi keterpaduan konsep moral, sikap moral dan perilaku
moral pancasila dan UUD 1945..” (wawancara tanggal 12 Agustus
2021).
Menurut wawancara yang dilakukan dengan peserta didik (I5) sebagai
berikut :
“Bahwa pembelajaran PPKN dapat membantu membangun sifat
watak dan karakter seseorang menjadi memiliki jiwa nasionalisme
dan patriotisme”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
menanamkan civic disposition sudah diterapkan didalam pelaksanaan
pembelajaran PPKn hal tersebut dapat terlihat dari beberapa contoh yang di
ungkapkan oleh informan seperti salah satunya dalam bertanggungjawab
dengan baik dan benar.
Adapun peran guru yang ditimbulkan dengan ditanamkanya Civic
Disposition peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Informator, Guru selaku pelaksana dalam membentuk Civic
Disposition pada pembelajaran PPKn
Menanamkan civic disposition seperti mencintai tanah air seperti
saling menghormati, adanya kebersamaan dan bergotong royong dengan
baik dan menjunjung tinggi rasa memiliki semangat kebangsaan.
65

Peneliti mengamati, mewawancarai, dan mendapatkan dokumentasi


dari kegiatan pembelajaran PPKn yang dilakukan di setiap hari senin
tanggal (9 Agustus 2021). Pada kegiatan tersebut peneliti mewawancarai
tentang menanamkan civic disposition dilaksanakan pada jam 08.00.Seperti
yang diungkapkan oleh Guru PPKn (I2) menjelaskan sebagai berikut :
“Kalau dari hasil, saya harus mengetahui dahulu ketika mengajar ada
catatan penting mulai dari masuk pelajaran melihat kondisi peserta
didik, pendekatannya memahami berbeda, dilihat terlebih dahulu anak
tersebut ada yang rajin dan pemalas, pendekatannya berbeda dan
bagaimana menanamkannya berbeda-beda, maka dari itu guru
memotivasi peserta didik..” (wawancara tanggal 9 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa menurut Guru


PPKn yang mengatakan adanya suatu pembentukan contonya ketika ada
peserta didik yang melakukan kesalahan pada saat pembelajaran maka
diberikan sanksi teguran untuk menanggung resikonya agar tidak
mengulanginya kembali. Pendapat yang di kemukakan I2 Sejalan dengan
pendapat Guru PPKn (I1 )sebagai berikut :
“Kita bisa melihat dari mematuhi aturan yang ditetapkan, disiplin,
bertanggungjawab. Jika peserta didik melakukan kesalahan maka
peserta didik diberikan teguran oleh guru itulah bentuk contoh rasa
kesatuan dan kesatuan demi kebaikan bersama di dalam pembelajaran
PPKn”. (wawancara tanggal 5 Agustus 2021).
Pembentukan disini peserta didik diwajibkan seluruh peserta didik
harus mengikuti pembelajaran PPKn agar menciptakan civic disposition
pada peserta didik. Hal tersebut di ungkapkan Berdasarkan hasil wawancara
dengan peserta didik (I3) sebagai berikut:
“Iya, karena seperti disiplin diri, tanggung jawab moral dan
penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia”.(wawancara
tanggal 12 Agustus 2021).
Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran PPKn mengetahui strategi guru dalam pembentukan civic
disposition makanya kita harus taat aturan-aturan dengan sebaik baiknya
66

dan menghormati guru-guru yang lainnya. Menurut wawancara yang


dilakukan dengan Guru PPKn SMA Negeri 3 Kota Tangerang yaitu (I1)
sebagai berikut :
“Kalau diluar guru hanya sekedar mengingatkan, ada peserta didik
menyimpang dari tata tertib sekolah guru mempunyai kewajiban untuk
mengingatkan mereka, sehingga mereka selalu ada kepatuhan,
kedisiplinan sesuai karakter-karakter wawasan kebangsaan”.
(wawancara tanggal 5 Agustus 2021)
Pendapat yang sama kembali di ungkapkan menurut wawancara yang
dilakukan dengan Guru PPKn (I2) sebagai berikut :
“Kalau diluar materi pembelajaran itu, waktunya hanya sedikit paling
menanyakan tugas sudah dikerjakan atau belum”. (wawancara tanggal
6 Agustus 2021)
Hal tersebut juga diperkuat dengan mewawancarai yang dilakukan
dengan peserta didik (I11) sebagai berikut :
“Tidak ada, karena sudah mempunyai kecerdasan dan daya nalar
warga negara yang baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional,
maupun sosial, secara individual, dan sosial”. (wawancara tanggal 12
Agustus 2021)
Dengan pernyataan yang di ungkapkan oleh peserta didik dapat
diketahui bahwa pembelajaran yang di laksanakana oleh peserta didik
berkaitan dengan menanamkan civic disposition sudah terbentuk secara
tidak langsung membentuk suatu rasa memiliki semangat kebangsaan
dengan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran PPKn
yaitu dengan kegiatan disiplin diri tersebut.
Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi di atas dapat di
simpulkan bahwa dalam pembeajaran PPKn sudah berupaya untuk
menanamkan civic disposition dengan cara disiplin agar terciptanya
kebersamaan antar peserta didik.
b. Director, Guru membimbing dalam pembentukan Civic Disposition
di kelas
67

Pembentukan Civic Disposition dengan cara guru membimbing


merupakan strategi guru dalam pembentukan civic disposition, karena
dengan adanya rasa peduli terhadap peserta didik, berarti mempunyai rasa
hak dan kewajiban yang sama terhadap peserta didik untuk saling
membantu.
Peneliti mengamati, mewawancarai, dan mendapatkan dokumentasi
dari pembelajaran yang peneliti lakukan pada tanggal (5 Agustus 2021).
Pada pembelajaran tersebut peneliti mengamati bahwa pembelajaran PPKn
dimulai guru maupun peserta didik sangat peduli dan saat pembelajaran
PPKn pun civic disposition dan adanya sikap peduli seperti ketika sedang
melaksanakan pembelajaran ada peserta didik yang tidak memahami
pembelajaran maka dari itu guru mempunyai hak dan kewajiban untuk
membantu peserta didik. Pengamatan lainnya yang peneliti lakukan pada
saat pembelajaran yang dilakukan kegiatan belajar mengajar peneliti
mengamati secara langsung pada saat pembelajaran dimulai. Hal tersebut
juga di perkuat dengan mewawancarai yang dilakukan dengan Guru PPKn
yaitu (I1) sebagi berikut :
“Kalau perlu tidaknya, guru PPKn harus menerapkan itu, karena guru
PPKn yang menyampaikan wawasan kebangsaan kepada peserta didik
kewajiban dari kita guru PPKn tetapi alangkah baiknya, masalah
kerjasama antara guru yang lain itu akan lebih baik, kerena
sebenarnya wawasan kebangsaan, karakter kebangsaan tidak hanya
kewajiban dari guru PPKn melainkandari guru lain perlu kerjasama
seperti itu..” (wawancara tanggal 5 Agustus 2021).
Hal ini diperkuat juga dengan mewawancarai yang dilakukan oleh
Guru PPKn yaitu (I2) sebagai berikut:
”Sangat perlu, Kita tau karakter, sifatnya seperti apa, ada yang
disiplin, ada yang tidak itu ketahuan langsungsehingga kita
membangun karakter peserta didik yang tidak disiplin kita kasih
bimbingan, pendekatan guru terhadap peserta didik, maka peserta
didik mengungkapkan permasalahannya”. (wawancara tanggal 6
agustus 2021)
68

Dari pernyataan yang di kemukakan oleh I2 terlihat sangat jelas setiap


peserta didik di wajibkan atau di tekankan mempunyai civic disposition
yang saling membantu dalam pembelajaran, sejalan dengan pendapat I2
pendapat yang sama kembali di kemukakakn oleh Peserta Didik (I3) sebagai
berikut:

“Tidak ada, karena sudah mempunyai kecerdasan dan daya nalar


warga negara yang baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional,
maupun sosial, kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang bertanggung jawab, kemampuan berpartisipasi warga
negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, dan
sosial”. (wawancara tanggal 12 agustus 2021).

Pendapat yang sama pun kembali di ungkapkan oleh peserta didik,


berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I4) sebagai berikut :
“Iya mengenai hal tersebut adalah bersikap peduli dan cukup
mengingatkan saja karena perubahan dan yang bisa merubah hanya
dirinya sendiri melalui kesadarannya.”. (wawancara 12 Agustus
2021).
Pendapat peserta didik I4 diperkuat kembali berdasarkan hasil
wawancara dengan Guru PPKn (I1) sebagai berikut :
“Harapakan guru PPKn, peserta didik keluar gerbang sekolah itu
mempunyai karakter tersendiri yang terbentuk sendiri, seperti
keimanan, ketakwaan, kedisiplinan, kepatuhan kepada aturan yang
sudah terbentuk karakternya dari keluar sekolah tersebut”.
(wawancara tanggal 5 agustus 2021)
Hal tersebut juga di perkuat dengan mewawancarai yang dilakukan
dengan Guru PPKn (I2) sebagai berikut :
“Sekecil apapun mereka punya peran itu yang kita tanamkan, jadi
harus menanamkan kesadaran kalau mereka punya peran maka peserta
didik merasa punya tanggungjawab, merasa dirinya bagian dari
masyakarat dan negara”. (wawancara tanggal 6 agustus 2021).
69

Berdasarkan dokumentasi disini peneliti mengamati dengan


pembelajaran langsung ataupun diperkuat oleh bukti foto yang dalam
kegiatan belajar tersebut melaksanakan civic disposition dengan baik dan
benar dalam pembelajaran PPKn seperti ketika pembelajaran peserta didik
tidak memahami materi maka guru harus membantu peserta didik.
Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi disini peneliti
mengamati dengan kegiatan belajar berlangsung ataupun diperkuat oleh
bukti foto di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar itu
seluruh peserta didik di wajibkan atau di tekankan mempunyai civic
disposition yang saling membantu dalam pembelajaran PPKn ini
mempunyai karakter yang harus di gunakan ketika pembelajaran rutin
maupun dalam kegiatan kegitan lainnya di luar pembelajaran PPKn.
2. Bagaimana peserta didik dalam mengimplementasikan Civic
Disposition
Data mengenai pelaksanaan pembelajaran PPKn yang mendukung
dalam mengimplementasikan civic disposition peserta didik diperoleh
berdasarkan kegiatan wawancara, dan dokementasi. Kegiatan Pembelajaran
PPKn. Data tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran PPKn
SMA Negeri 3 Kota Tangerang sangatlah penting bagi guru PPKn dan
peserta didik karena pembelajaran tersebut dapat memberikan dampak
positif dalam membentuk peserta didik yang civic disposition, pembelajaran
dilaksanakan berkaitan dengan mengimplementasikan civic disposition
peserta didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang sebagai berikut:
a. Nilai ketaqwaan dan Nilai Keimanan

Nilai ketaqwaan dan nilai keimanan adalah suatu kualitas yang bertujuan
untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan peserta didik tentang agama
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
maha Esa serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Proses menanamkan nilai ketaqwaan dan
keimanan guru harus menanamkan nilai tersebut melalui proses
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas yang dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
70

Peneliti mengamati, mewawancarai, dan mendapatkan dokumentasi dari


kegiatan pembelajaran PPKn sendiri biasanya diadakan sesuai jadwal
pelajaran pada saat tertentu misalnya di adakan pada tanggal 15 November
2021 yaitu khususnya pada saat pembelajaran PPKn dilakukan. Pada
pembelajaran tersebut peneliti mewawancari tentang nilai ketaqwaan dan
nilai keimanan dilaksanakan pada jam 07.22. seperti yang diungkapkan oleh
Guru PPKn (I1) sebagai berikut :
“Menurut saya, yang pasti memberikan nilai-nilai yang baik kepada
peserta didik, sehingga anak senantiasa setiap hari berbuat baik seperti
ajaran atau ajuran itu sama teladan tentunya dari guru, selalu
mengingatkan yang baik misalnya hari ini sudah berbuat baik apa
saja”. (wawancara pada tanggal 15 November 2021).
Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui behwa Guru PPKn yang
mengatakan adanya suatu keteladan contohnya ketika waktunya shalat maka
pembelajaran berhenti sejenak untuk melaksanakan ibadah. Sejalan dengan
pendapat guru hal yang sama pun kembali di ungkapkan oleh guru PPKn
dilaksanakan pada jam 08.30 menurut wawancara yang dilakukan dengan
guru ppkn yaitu (I2) sebagai berikut :

“Dengan memberikan keteladan contohnya, mengajar, berpakaian itu


menggambarkan sikap jadi guru mengajar rapih, kedisiplin masuk
tepat waktu, kalau kita mengasih contoh maka peserta didik
mengikutinya itu membentuk sikap keteladanan”.(wawancara tanggal
15 November 2021).

Pernyataan yang sama kembali di ungkakan oleh peserta didik


dilaksanakan pada jam 09.34. berdasarkan hasil wawancara dengan peserta
didik (I5) sebagai berikut :
“Sikap dalam mengamalkan Pancasila yaitu tetap taat kepada tuhan
Contohnya jika sudah waktunya beribadah maka kegiatan
pembelajaran akan diberhentikan sejenak untuk dipakai beribadah”.
(wawancara tanggal 16 November 2021)
71

Dari pernyataan yang di kemukakan oleh I5 terlihat sangat jelas setiap


peserta didik di wajibkan atau di tekankan mempunyai civic disposition
yang saling mengingatkan kewajiban dalam pembelajaran, sejalan dengan
pendapat I3 pendapat yang sama kembali di kemukakan oleh Peserta Didik
(I3) sebagai berikut:

“Upaya kita dengan mengamalkan Pancasila bisa dengan mengikuti


pembelajaran PPKn, mengikuti upacara bendera dan juga
mengamalkan nilai-nilai Pancasila atau menjadikannya pedoman
kehidupan kita ”. (wawancara tanggal 16 November 2021).
Dengan pernyataan yang diungkapkan oleh guru PPKn diketahui bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PPKn berkaitan dengan nilai
ketaqwaan dan nilai keimanan sudah terbentuk secara tidak langsung
membentuk suatu rasa kesatuan dan kesatuan bangsa dengan adanya suatu
kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran PPKn yaitu dengan taat
beribadah tersebut.
Berdasarkan mengamati, wawancara, dokumentasi diatas peneliti dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran PPKn sudah berupaya untuk
mengamalkan Pancasila dengan cara taat beribadah agar terciptanya rasa
tanggungjawab
b. Nilai Kejujuran
Kejujuran adalah sikap seseorang yang diungkapkan dengan ucapana
atau tindakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa adanya ketidak
jujuran dari yang diucapkan dan dilakukan. Ketika sedang melaksanakan
ujian sekolah atau mengoreksi hasil ujian peserta didik harus bersikap jujur
dalam mengoreksi hasil ujian tersebut sehingga kejujuran dapat diartikan
sebagai tindakan atau ucapan seseorang.
Peneliti mengamati, mewawancarai, mendapatkan dokumentasi dari
kegiatan pembelajaran PPKn yang dilakukan di hari senin tanggal (15
November 2021). Cara mengimplementasikan dengan memperhatikan apa
yang guru terangi dan juga selalu mengingat bahwa berbohong atau tidak
jujur merupakan perbuatan tercela. Bahwa pembelajaran PPKn dimulai
dengan cara berbicara kepada peserta didik sangat sopan dan santun dan di
72

pembelajaran PPKn pun mempunyai aturan bersikap jujur ketika sedang


melaksanakan ujian sekolah. Pengamatan lainnya yang peneliti lakukan
pada pembelajaran peneliti mengamati langsung pada saat pelajaran PPKn.
Hal tersebut dapat di perkuat dengan mewawancari yang dilakukan dengan
guru PPKN (I1) Sebagai berikut:
“Menurut saya, untuk membuat karakter peserta didik itu
membutuhkan proses tapi yang bisa kami lakukan sebagai guru
PPKn selalu mengingatkan, menyampaikan nilai-nilai yang baik
berkarakter bangsa Indonesia membentuk tentang kedisiplinan,
ketaatan kepada peraturan tata tertib. Kemudian hal-hal itu bisa
membentuk karakter mereka”. (15 November 2021)

Dari pernyataan yang di kemukakan oleh I1 terlihat sangat jelas setiap


peserta didik diwajibkan atau ditekankan melaksanakan kejujuran dalm
pembelajaran PPKn. Pada kegiatan pembelajaran tersebut peneliti
mewawancarai tentang sikap kejujuran Sejalan dengan pendapat yang sama
seperti dikemukakan oleh peserta didik (I3) sebagai berikut:

“Cara mengimplementasikan dengan memperhatikan apa yang


guru terangi dan juga selalu mengingat bahwa berbohong atau
tidak jujur memerupakan perbuatan tercela”. (15 November 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I6) sebagai berikut :

“Sangat penting, dikarenakan pembelajaran PPKn terpakai pada


kehidupan kita sehari-hari.”. (16 November 2021)

Pendapat yang sama pun kembali diungkapkan oleh peserta didik,


berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I8) sebagai berikut :

“Contohnya seperti kita tidak mengerjakan tugas sekolah maka


sikap kejujuran tersebut dapat di terapkan”. (17 November 2021)

Berdasarkan dokumentasi disini peneliti mengamati dengan kegiatan


pembelajaran langsung atau diperkuat oleh bukti foto yang dalam kegiatan
rutin tersebut melaksanakan sikap kejujuran dengan baik dalam
73

pembelajaran PPKn seperti mengambilkan barang teman yang bukan hak


milik kita.

Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi disini peneliti


mengamati dengan kegiatan pembelajaran berlangsung ataupun diperkuat
oleh bukti foto dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran PPKn itu
seluruh peserta didik di wajibkan atau di tekankan harus berperilaku jujur
yang sopan dan di dalam pembelajaran PPKn ini mempunyai sikap
kejujuran yang harus digunakan ketika pembelajaran rutin maupun dalam
pembelajaran-pembelajaran di luar PPKn.

c. Nilai Kepedulian
Kepedulian adalah sikap yang dimana di dalamnya menampilkan sebuah
peduli baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat dalam
merespon suatu permasalahan untuk menjunjung tinggi rasa empati terhadap
orang lain. Peneliti mengamati, mewawancari, dan mendapatkan
dokumentasi dari pembelajaran PPKn yang dilaksanakan pada tanggal (16
November 2021) . hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti
lakukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I5) sebagai
berikut:
“Saling mengingatkan jika teman yang lain tidak tahu atau sedang
terkena masalah”. (16 November 2021)

Dengan pernyataan yang dikemukakan oleh responden I5 tersebut


terlihat jelas bahwa kita sangat peduli dengan cara membantu teman dan
mengimplementasikan civic disposition. Hal yang sama pun kembali
diungkapkan oleh (I9). Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik
(I9) sebagai berikut :

“Pastinya karena kita harus adanya kebersamaan dengan


membantu memberi perhatian kepada orang-orang yang sedang
terkena masalah”. (18 November 2021)

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam


pembelajaran PPKn mengetahui kepedulian sosial kepada peserta didik lain
74

maka dari itu harus saling menghargai sesama. Menurut wawancara yang
dilakukan dengan Guru PPKn SMA Negeri 3 Kota Tangerang yaitu (I1)
sebagai berikut :

”Menurut saya, seperti didalam kelas menyampaikan apa yang


dipelajari saat itu, menjaga ketertiban di kelasnya sehingga tidak
akan mengganggu kelas-kelas yang lain. Misalnya lepas dari
pantauan kita itu guru ingatkan, dalam waktu jam yang penuh itu
kita selalu ada di kelas harapannya ketika kita ada di kelas itu
terkendali dengan tertib, maka ketertiban di kelas pasti akan
terbentuk dan diluarnya akan terbentuk ketertiban lingkungan”.
(wawancara tanggal 15 November 2021)

Berdasarkan pemaparan hasil wawancara tersebut peneliti melihat


pembelajaran PPKn dengan adanya sikap kepedulian dapat menerapkan
civic disposition tersebut. Sejalan dengan pendapat I1 Guru PPKn kembali
mengemukakan pada jam 08.30, menurut wawancara yang dilakukan guru
PPKn yaitu (I2) sebagai berikut :

“Mengikuti peraturan itu harus kita tanamkan, kemudian


peraturan itu harus diterapkan dari mereka masuk sampai pulang
sekolah itu cara menjaga ketertiban lingkungan, jaga kebersihan
itu membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang
sampah sembarangan agar menjaga lingkungan bersih aman
nyaman buat mereka belajar”. (15 November 2021)

Berdasarkan dokumen disini peneliti mendapatkan foto tentang


kegiatan yang dilaksanakan oleh pembelajaran PPKn yaitu tentang
kepedulian sosial tersebut.

Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi di atas dapat


disimpulkan bahwa dalam pembelajaran PPKn ada yang namanya nilai
kepedulian sosial yang didalamnya membantu teman yang sedang kesulitan
dan apapun yang mengenai kepedulian sosial.
75

d. Nilai Kebersamaan
Kebersamaan seperti mencintai tanah air seperti gotong royong dan
adanya kebersamaan serta menjunjung tinggi nilai kebersamaan.
Peneliti mengamati, mewawancarai, dan mendapatkan dokumentasi
dari kegiatan gotong royong secara bersamaan pembelajaran PPKn di hari
senin tanggal (15 November 2021). Di dalam kegiatan pembelajaran ini
dimana pelajaran PPKn mengadakan yang namanya gotong royong di ikuti
oleh peserta didik. Menurut wawancara yang dilakukan oleh Guru PPKn
SMA Negeri 3 Kota Tangerang yaitu (I1) sebagai berikut :

“Kita selalu mengingatkan kepada mereka untuk persatuan bangsa


saling menghormati, saling menghargai. Selanjutnya kita
memasukkan nilai-nilai yang bisa membuat mereka bahwa harus
bersahabat dengan teman, mengingatkan bahwasannya mereka
satu kelas adalah satu keluarga. Mereka saling membantu tidak
usah saling menyalahkan, maka seperti itu akan terbentuk
pembelajaran yang aman damai, walaupun ada perdebatan dalam
diskusi harus menerima”. (15 November 2021)

Pendapat Guru PPKn I1 diperkuat kembali berdasarkan hasil wawancara


dari Guru PPKN (I2) sebagai berikut :
“Guru memberikan peluang kepada peserta didik, memberikan
kesadaran kepada peserta didik setiap memiliki peranan atau
pendapat itu tidak semuanya sama tapi setiap peserta didik
memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya
sehingga kalau ada pertanyaan mereka bisa menjawab kita kasih
kesempatan dan harus menghargai pendapat orang lain dan dalam
pemilihan kelompok itu guru yang membagikan agar tidak
terjadinya kesenjangan kalau belajar tidak boleh melihat latar
belakang peserta didik lainnya”. (15 November 2021)

Pertanyaan yang sama kembali di ungkapkan oleh peserta didik


berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I7) sebagai berikut :
76

“Membantu menggalang dana jika ada teman sekolah yang


terkena musibah atau kesusahan”. (17 November 2021)

Pernyataan yang sama kembali di ungkapkan oleh peserta didik


berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I12) sebagai berikut :

“Iya, karena pembelajaran PPKn tidak hanya tentang penerapan


hukum dan politik saja tetapi juga menjadi warga negara yang
saling tolong menolong”. (19 November 2021)

Dengan pernyataan yang diungkapkan oleh peserta didik dapat diketahui


bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik berkaitan dengan nilai
kebersamaan sudah terbentuk secara tidak langsung dengan adanya kegiatan
gotong royong maka terbentuk suatu civic disposition tersebut.

e. Nilai Etika atau Sopan Santun


Berperilaku sopan santun yang baik dalam pembelajaran ataupun diluar
pembelajaran selalu ditekankan agar berbahasa yang baik dan santun di
dalam pembelajaran PPKn pun mempunyai aturan berbahasa dan
berperilaku yang sopan santun. Ketika bersama dengan peserta didik
maupun kepada guru.
Peneliti mengamati, mewawancarai, dan mendapatkan dari kegiatan
belajar yang dilakukan setiap hari atau saat pembelajaran PPKn yang
dilaksanakan hari kamis tanggal (18 November 2021). Pada kegiatan
tersebut peneliti mengamati bahwa pembelajaran dimulai dengan cara
berbicara dengan sopan santun seperti meminta izin untuk permisi itu
mempunyai bahasa dan perilaku yang sopan dan kata-kata yang baik dan
benar. Hal tersebut diperkuat dengan mewawancari yang dilakukan oleh
guru PPKn yaitu (I1) sebagai berikut :

“Peraturan yang dimaksud, peraturan sekolah tata tertib kalau


disekolah kita selalu mengingatkan mereka, misalnya ada beberapa
peserta didik yang tidak menaati aturan contohnya salah pakai
seragam maka kita akan ingatkan agar tidak salah memakai pakaian
seragam, terlambat masuk sekolah kita ingatkan agar tidak
terlambat lagi itu yang kita peduli tentang tata tertib. Kemudian
77

jika kita cek seperti itu mereka akan terbiasa mengikuti aturan
kalau diluar sekolah paling kita hanya menyarankan punya target
kedepannya dengan seperti itu mungkin akan terbentuk mentaati
peraturan”.(15 November 2021)

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh I1 terlihat sangat jelas setiap


peserta didik diwajibkan berperilaku sopan santun dalam pembelajaran
PPKn, sejalan dengan pendapat I1 pendapat yang sama kembali
dikemukakan oleh peserta didik (I8) sebagai berikut :
“Jelas bisa, karena PPKn juga berbicara tentang hukum sehingga
kita bisa membperbaharui perilaku kita dan jika memaknai
Pancasila itu sendiri saja banyak pelajaran tentang sopan santun
meskipun kita berbeda”. (17 November 2021)

Sejalan dengan pendapat peserta didik hal yang sama pun kembali
diungkapkan menurut wawancara yang dilakukan dengan peserta didik yaitu
(I12) sebagai berikut :

“Iya, karena di pembelajaran PPKn belajar tentang bagaimana


melaksanakan hak dan kewajiban yaitu salah satunya sopan
santun”. (19 November 2021)

Berdasarkan dokumentasi disini peneliti mengamati dengan


pembelajaran berlangsung ataupun diperkuat oleh bukti foto yang ada dalam
pembelajaran tersebut melakukan etika atau sopan santun dengan baik dan
benar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran PPKn.

Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi disini dapat


disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran PPKn sangat berpengaruh
untuk nilai etika atau sopan santun dan mengimplementasikan civic
disposition di sekolah.

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat serta solusi dalam
pembentukan Civic Disposition bagi guru PPKn terhadap peserta didik
di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
78

a. Faktor pendukung
Data mengenai faktor yang mendukung menanamkan civic disposition
di sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang diperoleh berdasarkan kegiatan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data tersebut menunjukan bahwa
guru dan peserta didik merupakan faktor utama dalam proses menanamkan
civic disposition pada pembelajaran PPKn yaitu diantaranya:
1) Pihak Guru PPKn
Sekolah mempunya peran penting dalam mendukung terbentukya nilai
demoktrasi di lingkungan sekolah melalui pelajaran PPKn dengan ikut
berkontribusi dan mengarahkan serta memfasilitasi setiap pembelajaran
yang dilaksanakan oleh peserta didik dan guru pun ikut membantu dalam
pembelajaran PPKn.
Peneliti mengamati, mewawancarai, dan mendapatkan dokumentasi
dari pembelajaran PPKn ada fasilitas yang di berikan ketika belajar
mengajar ada pembelajaran di luar sekolah atau didalam dilakukan pada
tanggal (4 agustus 2021)) Menurut wawancara yang dilakukan dengan guru
PPKn yaitu (I1) sebagi berikut :
“Karakteristik, fasilitas, budaya religius di sekolah, pelayanan
sekolah, kebiasaan yang sudah terbentuk, jadi karakter-karakter
tersebut sudah terbentuk hanya tinggal diulas didalam materi”.
(wawancara tanggal 4 agustus 2021).
Selain dukungan dengan ikut serta dalam berbagai pembelajaran, guru
pun memberikan dukungan terhadap pembelajaran PPKn berupa fasilitas
untuk mendukung pembelajaran yang di lakukan pesertadidik Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru ppkn (I2) sebagai berikut:
“Ya, pendukungnya guru harus semangat, disiplin itu sama saja
mendorong peserta didik untuk semangat”. (wawancara tanggal 5
agustus 2021).

Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat


disimpulkan bahwa pihak sekolah ikut serta dalam upaya membentuk civic
disposition di pelajaran ppkn yaitu pihak sekolah dan guru ppkn pun ikut
serta dalam mendukung, serta memfasilitasi pembelajaran yang di
laksanakan oleh peserta didik. Dengan dukungan yang dilakukan oleh
pihak-pihak sekolah yaitu guru ppkn serta peserta didik berperan penting
79

terhadap ke langsung sebuah pembelajaran yang dipelopori pembelajaran


ppkn pihak sekolah ataupun guru ikut serta bertanggung jawab
memfasilitasi mengawasi serta mengarahkan seluruh pelaksana
pembelajaran ppkn.
2) Motivasi peserta didik
Peserta didik di anggap sebagai yang paling mempengaruhi dalam
setiap pembelajaran yang di laksanakan pembelajaran maka motivasi
peserta didik.Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I6)
sebagai berikut:
“Menurut saya lingkungan yang baik akan menjadi pendukung utama
terbentuknya civic disposition yang baik”.(wawancara tanggal 8
agustus 2021).

Motivasi dari peserta didik Menurut wawancara yang dilakukan


dengan peserta didik yaitu (I10) sebagi berikut :

“Faktor pendukung terbentuknya Civic Disposition yang baik adalah


dengan dipenuhi dengan lingkungan yang turut antisipasi dalam sikap
Civic Disposition yang baik juga sehingga membantu orang orang
dilingkungan untuk turun manjalakan sikap dalam Civic Disposition ”.
(wawancara tanggal 11 agustus 2021).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dapat


disimpulkan bahwa dalam menanamkan civic disposition di pembelajaran
ppkn, guru PPKn berperan dan mendukung serta ikut terlibat terhadap
pelaksanaan pembelajaran PPKn dalam menanamkan civic disposition
dalam pembelajaran PPKn.
b. Faktor penghambat
Data mengenai faktor yang menghambat menanamkan civic
disposition pembelajaran PPKn di SMA Negeri 3 Kota Tangerang diperoleh
berdasarkan kegiatan wawancara, dan dokumentasi. Data tersebut
menunjukan ada dua faktor penghambat dalam proses menanamkan civic
disposition pembelajaran PPKn pertama faktor internal dan faktor eksternal:
1) Faktor internal
Keterbatasan Fasilitas
80

Tidak dapat dipungkiri bahwa sarana prasarana masih menjadi salah


satu faktor penghambat dalam melaksanakan pembelajaran ppkn. Menurut
beberapa informan bahwa sarana prasarana yang di alokasikan oleh sekolah
untuk kegiatan pembelajaran masih belum mencukupi setiap pembelajaran
yang ada.
Menurut wawancara yang dilakukan dengan guru PPKn yaitu (I1)
sebagi berikut :
“ada, kerjasama antar guru-guru yang lain itu memasukan
pembentukan Civic Disposition itu akan mendukung, jadi
pembentukan ini tidak hanya dari guru PPKn tetapi dari guru yang
lain dengan saran seperti ini solusi itu akan terlaksana, hambatan-
hambatan seperti itu akan lebih menjadi berkurang karena peserta
didik sudah menanamkan civic disposition”. (wawancara tanggal 4
agustus 2021)

Sejalan dengan pendapat pembinaberdasarkan hasil wawancara


dengan peserta didik(I8)sebagai berikut :
”Memiliki orang-orang terdekat yang berpikiran sehat serta berada di
lingkungan yang tepat”. (wawancara tanggal 10 agustus 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan


bahwa terdapat faktor penghambat dalam pembelajaran ppkn yaitu sarana
prasarana, untuk sarana prasarana sendiri sebenarnya sudah memiliki dari
pihak sekolah, namun untuk setiap kegiatan pembelajaran sarana prasarana
yang di alokasikan oleh sekolah tersebut belum bisa mencukupi
pembelajaran PPKn.
2) Faktor eksternal
Kurangnya Dukungan Orang Tua
Peran orang tua untuk mendukung secara optimal peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran bukan lah hal yang mudah, dalam setiap
pembelajaran terkadang peserta didik terlambat datang ke sekolah saat jam
pelajaran dimulai
Menurut wawancara yang dilakukan dengan Guru PPKn yaitu (I1)
sebagai berikut :
81

”Ada beberapa faktor yang menghambat misalnya keluarga yang tidak


harmonis, orangtua yang bermasalah ada beberapa jadi terhambat,
kalau di lingkungan sekitar banyak yang tidak disiplin dan sedikit
yang disiplin sehingga akhirnya menjadi faktor penghambat. Jadi yang
biasanya disiplin akhirnya jadi ikut tidak disiplin karena dari faktor
keluarga dan lingkungan berbeda-beda maka terdapat faktor
penghambat dalam pembentukan Civic Disposition”. (wawancara
tanggal 4 agustus 2021).

Pendapat Guru PPKn I1 tersebut sejalan dengan pendapat peserta didik.


Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik (I2) sebagai berikut:

“Hambatan dari peserta didik itu dari faktor ekonomi dan dalam
berpikir apalagi kalau dirumah orangtua tidak perhatian dan tidak
mendukung anak untuk sekolah, tetapi kalau ada dukungan dari
orangtua itu peserta didik ada motivasinya, peserta didik datang
terlambat.”. (wawancara tanggal 5 agustus 2021).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dapat


disimpulkan bahwa terhadap hambatan dari orang tua terhadap anaknya
yang mengikuti pembelajaran disekolah seperti orang tua yang tidak
memberi dukungan kepada anaknya menyebabkan anaknya terlambat
datang ke sekolah karena faktor dari keluarga dan lingkungan. Hal tersebut
dapat menghambat peserta didik untuk ikut serta dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah oleh guru.
c. Cara mengatasi hambatan yang di sebabkan oleh orang tua
Tidak selamanya orang tua melarang aktifitas anaknya terhadap suatu
hal yang dilakukan terlebih hal tersebut merupakan hal positif terkadang
orang tua melarang demi kebaikan atau ada sesuatu hal yang perlu dan jauh
lebih penting dilaksanakan, maka peran peserta didik maupun guru PPKn
dalam meyakinkan orang tua sangat penting.
Menurut wawancara yang dilakukan dengan guru PPKn yaitu (I1)
sebagi berikut :
“Ada beberapa faktor yang menghambat misalnya keluarga yang tidak
harmonis, orangtua yang bermasalah ada beberapa jadi terhambat,
82

kalau di lingkungan sekitar banyak yang tidak disiplin dan sedikit


yang disiplin sehingga akhirnya menjadi faktor penghambat. Jadi
yang biasanya disiplin akhirnya jadi ikut tidak disiplin karena dari
faktor keluarga dan lingkungan berbeda-beda maka terdapat faktor
penghambat dalam pembentukan Civic Disposition”. (wawancara
tanggal 4 agustus 2021).

Adapun pendapat lain yang di kemukakan oleh guru PPKn hasil


wawancara dengan guru PPKn (I2) sebagai berikut:
“Kalau sekolah itu menyiapkan tenaga dan pikiran, kita memberikan
motivasi tidak hanya dalam proses pembelajaran tetapi juga dalam
mempersiapkan diri untuk mengikuti diri untuk belajar, karena
dukungan orangtua sangat penting sekolah itu, baru dari pihak sekolah
dan gurunya, fasilitas lengkap peserta didik pun minat dalam belajar”.
(wawancara tanggal 5 agustus 2021)

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dapat


disimpulkan bahwa hambatan mengenai dukungan orang tua sebenarnya
dapat di atasi melalui berbagai cara guru PPKn membantu berbicara dengan
orang tua yang tidak mendukung anaknya atau dengan cara menelpon dan
memotivasi anaknya untuk mengikuti pembelajaran di sekolah ini.
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah memaparkan data umum, data khusus, serta penyajian data obyek
penelitian di SMA Negeri 3 Kota Tangerang. Maka yang akan dilakukan
adalah menganalisis hasil observasi dan wawancara dari informan.
Berdasarkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Maka dapat
diketahui pembelajaran PPKn telah berupaya menanamkan civic disposition
pada peserta didik, berikut hasil penelitian diantaranya:
1. Peran dan cara guru dalam membentuk Civic Dispositiondi SMA
Negeri 3 Kota Tangerang
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dokumentasi mengenai
bagaimana membentuk civic disposition, peneliti mereduksi data yang
didapatkan. Sugiyono, (2013 : 247) Reduksi data dilakukan unuk
memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah penelitian dalam
mengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses
83

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan


transformasi data yang masih bersifat kasar yang muncul dari catatan-
catatan saat peneliti melakukan penelitian di lapangan.
Dalam pembelajaran PPKn seharusnya memiliki atau memasukkan
beberapa indikator peran guru adapun indicator yang di maksud diantaranya
di ungkapkan oleh Wina Sanjaya dalam Rima Yuliani (2021: 14) :
a. Guru Sebagai mediator dan fasilitator.
b. Guru sebagai pengelola dan informator.
c. Guru sebagai demonstrator.
d. Guru sebagai director
e. Guru sebagai evaluator.
Berdasarkan indicator diatas SMA Negeri 3 Kota Tangerang mencoba
menerapkan indicator peran guru tersebut dalam pembelajaran PPKn
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat dijelaskan bahwa
menanamkan civic disposition di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
diantaranya :
a) Informator, guru selaku pelaksana dalam membentuk Civic
Disposition pada pembelajaran PPKn

Membentuk civic disposition seperti mencintai tanah air seperti saling


menghormati, tanggung jawab dan disiplin dengan baik dan menjunjung
tinggi rasa memiliki semangat kebangsaan. Dan dalam pembelajaran PPKn
sudah berupaya untuk membentuk civic disposition dengan cara disiplin
agar terciptanya kedisplinan antara peserta didik.
Kedisiplinan bagi peserta didik diartikan sebagai tindakan yang
menujukkan ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan, baik secara tertulis
maupun tidak tertulis dalam kegiatan mencari pengetahuan dan kecakapan
baru, perlu kesadaran dirinya untuk mengendalikan pada saat belajar.
Menurut Ardi (2012) disiplin belajar adahal hal yang berpengaruh terhadap
keberhasilan peserta didik, seperti menaati tata tertib dalam pemanfaatan
waktu untuk belajar secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjono (2015) disiplin belajar
merupakan salah satu sikap, tingkah laku, dan perbuatan peserta didik dalam
84

melakukan aktivitas belajar yang sesuai dengan keputusan-keputusan,


peraturan-peraturan, dan norma-norma yang telah ditetapkan, baik
persetujuan secara tertulis maupun tidak tertulis antara peserta didik dengan
tenaga pengajar atau peraturan yang dibuat sendiri.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Moh
Uzer Usman dalam Rima Yuliani (2020 :13)) Peran guru didalam kelas
diantaranya guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai
pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai evaluator.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar
suatu kepatuhan peserta didik untuk melaksanakan kewajiban belajar secara
sadar sehingga diperoleh perubah dirinya, baik itu berupa pengetahuan,
maupun sikap baik belajar di rumah maupun belajar di sekolah.
Bedasarkan pembahasan diatas pembelajaran PPKn di SMA Negeri 3
Kota Tangerang sudah melaksanakan atau menerapkan tentang
pembentukan civic disposition dengan ditunjukan adanya suatu kedisiplinan
dan tanggungjawab didalam kelas maupun di luar kelas pembelajaran PPKn.
b) Director, guru membimbing dalam pembentukan civic disposition
dikelas
Pembentukan Civic Disposition dengan cara guru membimbing
merupakan strategi guru dalam pembentukan civic disposition, karena
dengan adanya rasa peduli terhadap peserta didik, berarti mempunyai rasa
hak dan kewajiban yang sama terhadap peserta didik untuk saling
membantu.
Peranan guru adalah terciptanya tingkah laku yang saling berkaitan
dengan situasi tertentu serta berhubungan dengan perkembangan peserta
didik yang menjadi tujuan. Perkembangan peserta didik terhadap belajar
mengajar membawa dampak kepada guru untuk meningkatkan peranan
kompetensi karena proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik
sebagian besar diperoleh peranan kompetensi guru. Kehadiran guru dalam
proses pembelajaran merupakan peranan yang penting, seperti sikap, nilai,
perasaan, motivasi, kebiasaan dan keteladanan yang diharapkan dari proses
pembelajaran. Sebagaimana yang penulis kutip dari buku Oemar Hamalik
85

menurut Adams dan Dickey (2012) guru sebagai pembimbing adalah guru
yang berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mampu
menemukan masalahnya sendiri, menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Peserta didik membutuhkan bantuan guru untuk mengatasi kesulitan dalam
pembelajaran dan kesulitan dalam hubungan sosial. Karena itu, setiap guru
perlu memahami dengan baik sikap kepribadian dan cara belajar peserta
didik.
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan
sistematik guru untuk membantu peserta didik dalam menentukan arah
hidupnya sendiri yang pada akhirnya memperoleh pengalaman yang dapat
menuntunpeserta didik dalam perkembangan jalan sesuai dengan tujuan
pendidikan. Tujuan dari bimbingan belajar untuk membantu peserta didik
agar dapat menyesuaikan yang baik didalam belajar tersebut, sehingga
peserta didik dapat belajar dengan kemampuan yang dimiliki dan mencapai
perkembangan yang optimal. Membimbing merupakan proses pembelajaran
yang di bantu oleh guru kepada peserta didik agar mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya, sehingga mereka dapat bertanggungjawab kepada
orang lain.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yantoro dan
Hayati, S (2020). Guru berperan penting untuk mendidik dan membimbing
peserta didiknya agar menjadi penerus bangsa yang berkarakter karena
peran guru tidak hanya mentranfer ilmu pengetahuan saja kepada peserta
didiknya. Oleh karena itu, guru memberikan bimbingan dan memimpin
semua peserta didik.
Dalam pembelajaran PPKn itu seluruh peserta didik di wajibkan atau di
tekankan harus menjadi manusia yang terampil dan bertanggungjawab di
dalam pembelajaran PPKn ini guru mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kegiatan pembelajarn PPKn atau diluar pembelajaran PPKn.
Dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa pembelajaran PPKn sudah
berupaya menanamkan civic disposition melalui pelajaran PPKn yang
dimana didalam pembelajaran tersebut sudah menerapkan dan mengajarkan
tentang melalui kegiatan pembelajaran PPKn yang dimana di dalam
86

kegiatan pembelajaran PPKn sudah menerapkan dan mengajarkan tentang


membentuk civic disposition yang baik dan benar.

2. Cara peserta didik dalam mengimplementasikan Civic Disposition


Cara mengimplementasikan civic disposition yang dilakukan oleh
peserta didik memiliki peran yang baik dalam mengimplementasikan civic
disposition. hal ini tidak terlepas dari proses pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan peran guru sebagai
pengelola kelas (learning manager).
Selain itu guru dalam hal ini adalah guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang melaksanakan
tugasnya dalam mengembangkan materi pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, karena hal tersebut merupakan salah satu faktor
penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran dan
mengimplementasikan civic disposition peserta didik di sekolah.
Dalam mengimplementasikan civic disposition seharusnya memiliki
atau memasukan beberapa indikator nilai-nilai pendidikan karakter dalam
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (Permendiknas No.23 Tahun
2006) antara lain :
a. Nilai Ketaqwaan
b. Nilai Keimanan
c. Nilai Kejujuran
d. Nilai Kepedulian
e. Nilai Keterbukaan
f. Nilai kebersamaan
g. Nilai Etika atau Sopam Santun
Berdasarkan Indikator di atas sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang
mencoba menerapkan Indikator nilai-nilai pendidikan karakter tersebut
dalam kegiatan pembelajran PPKn. Berdasarkan hasil penelitian di
lapangan, dapat dijelaskan bahwa mengimplementasikan civic disposition di
SMA Negeri 3 Kota Tangerang antara lain:
a) Nilai Ketaqwaan dan Nilai Keimanan
87

Nilai ketaqwaan dan nilai keimanan adalah suatu kualitas yang


bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan peserta didik
tentang agama sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang maha Esa serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan dalam kegiatan
pembelajaran PPkn sudah berupaya untuk mengimplementasikan nilai
ketaqwaan dan nilai keimanan dengan cara taat beribadah agar terciptanya
rasa kesatuan dan kesatuan bangsa.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan secara operasional UU
merupakan pelaksanaan UUD. UUD 1945 pasal 31 ayat (3) menyatakan
bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang itu harus mampu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan peserta didik dan karena itu peningkatan keimanan dan
ketaqwaan itu merupakan suatu tugas penting dalam pelaksanaan
pendidikan nasional”.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh UU RI Nomer 20
Tahun 2003 Pasal 3. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Begitupun Menurut Asnil Aida Ritonaga dalam Irwan
(2013). Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa yang
daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan dan penelitian.
Menanamkan karakter dan akhlak peserta didik, mengajarkan bahwa
dengan ayat, dalil, atau semacam itu. Menurut Barlow dalam Suyanto Abbas
(2011) dapat di pahami bahwa manusia mengikuti dan menyajikan contoh
perilaku (role modeling). Kemudian, menurut teori belajar sosial terdapat
proses perkembangan moral dan sosial peserta didik ditekankan pada
pembiasaan dan mengikuti. Dari pembiasaan tersebut dapat memberikan
88

pengetahuan dan hukuman, namun pengetahuan diberikan kepada peserta


didik agar tidak merasa iri, dan hukuman yang harus diberikan hanya lah
memberitahu ketegasan saja. Hal ini sesuai dengan menerapkan kurikulum
pembelajaran pengembangan karakter.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak itu bersifat
konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pikiran dan
pertimbangan serta dorongan dari luar. Akhlak juga dianggap sebagai
bentuk keimnanan dan menjadi pegangan bagi seseorang yang hendak
menjadi seorang muslim. Dengan demikian akhlak dapat dilatih maupun
didik.
Berdasarkan pembahasan diatas pembelajaran PPKn di SMA Negeri 3
Kota Tangerang sudah melaksanakan atau menerapkan tentang sikap
ketaqwaan dan keimanan dengan ditunjukan adanya suatu ketaatan dan
bertanggung jawab didalam kelas maupun diluar kelas pembelajaran PPKn.
b) Nilai Kejujuran
Kejujuran merupakan salah satu prinsip yang harus dipegang setiap
orang, tidak hanya kepentingan bagi pelajar saja tetapi juga amat berharga
untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pergaulan di
masyarakat kejujuran akan menjadi damai, aman dan bahkan kebahagiaan
bagi seseorang, karena kejujuran berati kekuatan dan barang yang amat
berharga. Kebersamaan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, kelompok
belajar, sekolah ataupun berbangsa dan bernegara sangat memerlukan sikap
saling kepercayaan itu hanya tercipta dari adanya kejujuran masing-masing.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mustari (2011: 13-
15) jujur adalah suatu perilaku yang didasarkan pada upaya mewujudkan
dirinya ssebagai orang yang selalu dipercaya dalam perkataan, tindakan,
pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Jujur merupakan suatu
karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti
integritas, penuh kesabaran, dan tidak berbohong, curang, ataupun mencuri.
Selain itu, menurut kesuma, dkk (2012: 16) mengungkapkan lebih
lanjut bahwa kejujuran sangat penting untuk diterapkan di sekolah sebagai
karakter anak-anak Indonesia saat ini. Karakter kejujuran dapat dilihat
89

secara langsung dalam kehidupan di kelas, misalnya ketika peserta didik


melaksanakan ujian atau ulangan yang lebih condong untuk melakukan
perbuatan mencontek sehingga peserta didik tidak berbuat jujur dan menipu
diri sendiri, teman, orang tua, dan gurunya dengan memanipulasikan nilai
yang didapatkan bukan hassil dari kemampuan peserta diidk yang
sebenarnya.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kejujuran merupakan suatu sikap seseorang yang sering diungkapkan
dengan ucapan maupun tindakan secara spontan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya tanpa ada kebohongan dari yang diucapkan dan
dilakukannya.
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa sikap kejujuran sudah
ditanamkan melalui pembelajaran PPKn yang dimana di dalam
pembelajaran PPKn sudah menerapkan dan mengajarkan tentang kejujuran
untuk menciptakan pendidikan karakter yang baik dan benar.
c) Nilai Kepedulian
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia kata kepedulian berasal dari
kata peduli. Peduli berarti memperhatikan, menghiraukan, dan
mengindahkan. Kata peduli memiliki makna yang beragam. Banyak yang
menggolongkan berdasarkan orang yang peduli, orang yang diperdulikan
dan sebagainya. Oleh karena itu kepedulian menyangkut tugas, peran, dan
hubungan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Bender
dalam A. Tabi’in (2017: 43) mengatakan bahwa kepedulian adalah
menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan apapun yang terjadi
terhadap orang tersebut. Oleh karena itu, orang yang mengutamakan
kebutuhan dan perassaan orang lain daripada kepentingan sendiri adalah
orang yang peduli.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Hana
Rizkia Aditia mendefinisikan kepedulian sebagai perasaan yang
menunjukkan sebuah hubungan dimana kita mempersoalkan kehadiran
orang lain terdapat hubungan pengabdian juga, bahkan mau menderita demi
90

orang lain.dedikasi, perhatian, dan kepedulian menjadi elemen-elemen


penting dalam kepedulian. Kepedulian bermula dari perasaan, tetapi bukan
berarti hanya sekedar perasaan. Kepedulian mendorong perilaku muncul
sebagai wujud dari perasaan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa
orang yang peduli tidak akan menyakiti perasaan orang lain. Mereka selalu
berusaha untuk menghargai, berbuat baik, dan membuat yang lain senang.
Ketika sesuatu terjadi maa kita rela memberikan tenaga pada orang yang
kita pedulikan. Kepedulian atau memperdulikan itu meminta perasaan
berubah ke dalam bentuk perilaku. Perilaku dan perasaan tersebut tentunya
berdasarkan pemikiran tapi sebaliknya perasaan itu juga berdasarkan
pertimbangan.
Berdasarkan pembahasan di atas bahwa kegiatan pembelajaran PPkn
sudah berupaya dalam menumbuhkan civic disposition pada pembelajaran
PPKn yang dimana di dalam kegiatan pembelajaran PPKn sudah
menerapkan mengajarkan tentang sikap kepedulian kepada peserta didik
lainnya.
d) Nilai Kebersamaan
Kebersamaan menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu
atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan
yang dianut bersama diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
Kebersamaan itu seperti bergotong royong menciptakan kebersamaan
dengan baik.
Dan dalam kegiatan pembelajaran PPKn sudah berupaya untuk
menanamkan civic disposition dengan cara bergotong royong agar
terciptanya kebersamaan antara peserta didik.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Sentana
dalam winda (2019) Kebersamaan merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan masuia, karena dengan bersama dapat mempermudah kita dalam
kegiatan segala hal. Kebersamaan tidak dapat dibangun secara cepat tetapi
melalui pembiasaan agar peserta didik terbiasa untuk menerapkan nilai
kebersamaan dalam kehidupannya. Kebersamaan merupakan modal bagi
91

peserta didik baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.


Dengan adanya kebersamaan dapat menciptakan rasa saling menghargai,
saling mambantu dalam segala hal, menyayangi dan peduli sehingga
mendorong satu sama lain untuk mengatasi permasalahan yang sedang
dihadaapi untuk menanamkan nilai kebersamaan perlu adanya pembentukan
karakter.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Fernanda
dalam Ibrahim (2015: 14) Etika gotong-royong ini dimaksud untuk
menumbuhkan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan
menggugah, menghargai, dan mengembangkan budaya nasional yang
bersumber dari budaya daerah termasuk didalamnya adalah gotong-royong
agar mampu melaksanakan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain dengan
tindakan propaktif dengan tuntutan globalisasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa rasa
kebersamaan adalah simpati sebagai salalah satu peserta didik dari kelas
yang sama atau bisa diartikan sebagai perasaan atau ungkapan dalam sebuah
kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Karena sesungguhnya
kebersamaan dalam suatu kelompok tidak hanya sebuah alat pencapaian
atau mewujudkan cita-cita bersama, tetapi merupakan salah satu tujuan
utama dari kehidupan suatu kelompok. Keadan kelompok yang semakin
kuat, akan menimbulkan rasa saling memiliki dianatara peserta didik.
e) Nilai Etika atau Sopan Santun

Perilaku sopan santun dalam pembelajaran merupakan cerminan


perilaku diri sendiri, karena sopan santun merupakan sifat lemah lembuh
yang dimiliki oleh setiap orang yang dapat dilihat dari sudut pandang bahasa
maupun tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Mufti’ah
(2017: 119) Sopan santun dalam kegiatan pembelajaran menggunakan
model pendidikan karakter dengan melakukan perencanaan dalam kegiatan
belajar mengajar, proses kegiatan belajar mengajar dan penilaian hasil
pembelajaran.
92

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut Suryani
(2015) menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan sopan santun ditentukan
oleh berbagai faktor lingkungan yang mengelilinginya, baik faktor dari
dalam maupun dari luar. Dengan demikian pendidikan sopan santun tidak
dapat berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan lingkungan masyarakat,
keluarga, dan pendidikan di sekolah.

Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik diwajibkan atau


ditekankan harus berperilaku sopan santun dan di dalam pelajaran PPKn ini
mempunyai perilaku yang harus digunakan ketika pembelajaran
berlangsung maupun di pembelajaran lainnya diluar dari pembelajaran
PPKn.

Dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa pembelajaran PPKn sudah


berupaya menanamkan civic dispostion melalui pembelajaran PPKn yang
dimana di dalam pembelajaran PPkn sudah menerapkan tentang etika atau
sopan santun yang baik dan benar.

3. Faktor pendukung dan penghambat serta solusi dalam pembentukan


Civic Disposition bagi guru PPKn terhadap peserta didik di SMA
Negeri 3 Kota Tangerang
Faktor pendukung dalam pembentukan civic disposition pembelajaran
PPKn, Faktor pendukung pembelajaran PPKn yaitu pihak guru PPKn serta
motivasi peserta didik tersebut. Faktor tersebut sangat berperan bagi
pembelajaran PPKn di SMA Negeri 3 Kota Tangerang dalam menanamkan
Civic Disposition dalam pembelajaran PPKn. Menurut Mulyasa (2016: 39-
55) mengatakan dalam implementasi berbagai faktor berpengaruh terhadap
implementasi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor pendukung
keberhasilan seperti kepemimpinan kepala sekolah, kreaktifitas guru,
aktivitas peserta didik, fasilitas sumber belajar, lingkungan yang kondusif
akademik, partisipasi warga sekolah.
Adanya dukungan dari pihak sekolah seperti guru PPKn yang
mendukung dan mengarahkan setiap pembelajaran. Dengan dukungan yang
93

dilakukan oleh pihak-pihak sekolah guru berperan penting terhadap


kelangsung sebuah pembelajaran PPKn.
Faktor pendukung yang sangat berperan lainnya adalah adanya
motivasi dalam diri peserta didik. Karena motivasi merupakan tujuan yang
ingin dicapai dari diri individu tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
Siswanto (2013: 47) “Motivasi adalah usaha yang dilakukan seseorang
untuk mewujudkan perbuatan atau proses yang mendorong atau
mengarahkan kebutuhna dari dalam sehingga tujuan perilaku itu dicapai”.
Dengan motivasi tersebut peserta didik akan sangat antusias mengikuti
pembelajaran PPKn mengembangkan minat pembelajaran PPKn seperti
melaksanakan debat dan diskusi.
Faktor penghambat dalam menanamkan civic disposition bagi peserta
didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang sendiri ada dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi terhadap
menanamkan civic disposition bagi peserta didik adalah masih ada peserta
didik yang ramai sendiri ketika sedang mengikuti pembelajaran dan
kurangnya fasilitas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan
produktif untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik secara
proaktif dan interaktif dalam proses belajar di kelas atau diluar kelas untuk
mengembangkan kehidupan dan perilaku peserta didik di SMA Negeri 3
Kota Tangerang. Untuk faktor eksternalnya adalah dukungan orang tua
yaitu kurangnya komunikasi antara peserta didik dengan orangtua karena
kesibukan orangtua sehingga pergaulan peserta didik kurang pengawasan,
selain itu juga dari lingkungan pergaulan juga berpengaruh yang
mengakibatkan peserta didik sering ikut-ikutan temannya dari suatu
tindakan.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian peran guru pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan dalam menanamkan civic disposition bagi peserta didik di
SMA Negeri 3 Kota Tangerang maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Menanamkan Civic Disposition yang di tanamkan dalam
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA
Negeri 3 Kota Tangerang adalah : Informator (Guru selaku pelaksana
dalam membentuk Civic Disposition pada pembelajaran PPKn) secara
tidak langsung bahwa menanamkan civic disposition telah di lakukan
yaitu di dalam pembelajaran PPKn ini peserta didik saling
menghormati satu sama lain dan disiplin dengan baik untuk
menjunjung tinggi rasa semangat kebangsaan. Selanjutnya, Director
(Guru membimbing dalam pembentukan Civic Disposition di kelas)
melalui pembelajaran PPKn tersebut peserta didik dapat
menumbuhkan civic disposition yang dimana di dalam pembelajaran
guru membimbing peserta didik dengan baik dan benar. Menanamkan
Civic Disposition melalui pemebalajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan telah dilaksanakan dengan cukup baik melalui
pelajaran PPKn di sekolah.
2. Cara peserta didik dalam mengimplementasikan Civic Disposition di
SMA Negeri 3 Kota Tangerang adalah : Nilai Ketaqwaan dan Nilai
Keimanan, berupaya untuk mengimplementasikan dengan cara taat
beribadah agar terciptanya rasa kesatuan dan kesatuan bangsa. Nilai
Kejujuran, yang secara tidak langsung bahwa mengimplementasikan
civic disposition telah di lakukan yaitu di dalam kegiatan
pembelajaran PPKn peserta didik di latih untuk bersikap jujur dan
saling percaya untuk terciptanya damai, aman dan menjunjung tinggi
rasa kesatuan dan kesatuan bangsa. Nilai Kepedulian, yang dimana di
dalam kegiatan pembelajaran PPKn mengajarkan sikap kepedulian

93
94

sesama peserta didik lainnya. Nilai Kebersamaan, setiap peserta didik


melaksanakan gotong royong tentang bagaimana menciptakan
kebersamaan dengan baik antara peserta didik. Yang terakhir Nilai
Etika atau Sopan Santun, melalui pembelajaran PPKn yang dimana
peserta didik sudah menerapkan tentang etika atau sikap sopan santun
yang baik dan benar.
Dalam mengimplementasikan civic disposition melalui pembelajaran
PPkn telah di laksanakan dengan cukup baik melalui beberapa nilai-
nilai pembentukan karakter yang ada di sekolah.
3. Faktor pendukung dalam menanamkan civic disposition bagi peserta
didik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
adalah pertama dari pihak guru yang ikut membantu dan memberikan
dukungan terhadap peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran
PPKn, yang kedua faktor motivasi atau kemauan dari peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh pelajaran
PPKn. Selain itu, factor pendukung tentunya dalam menanamkan civic
disposition bagi peserta didik ini di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
terdapat beberapa kendala yang menjadi hambatan bagi pembelajaran
PPKn. Faktor penghambat tersebut terbagi dari faktor internal dan
eksternal untuk faktor internal yaitu kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran adalah belum mampu menciptakan suasana kondusif
dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta
didik secara proaktif dan interaktif dalam proses belajar di kelas atau
diluar kelas untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku peserta
didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang. Selanjutnya dari faktor
eksternal yaitu dukungan orang tua yaitu kurangnya komunikasi
antara peserta didik dengan orangtua karena kesibukan orangtua
sehingga pergaulan peserta didik kurang pengawasan, selain itu juga
dari lingkungan pergaulan juga berpengaruh yang mengakibatkan
peserta didik sering ikut-ikutan temannya dari suatu tindakan.
95

B. Saran

1. Bagi sekolah agar lebih optimal serta menyediakan sarana prasarana yang
memadai bagi peserta didik khusunya kepustakaan yang berkaitan dengan
bidang PPKn yang dikelola dengan baik agar guru maupun peserta didik
mampu memahami pembelajaran dengan baik di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang.
2. Bagi guru PPKn sebagai pendamping, pengampu maupun fasilitator dalam
kegiatan pembelajaran PPKn hendaknya melakukan pengembangan diri
khususnya terkait bidang akademik yang ditekuninya sehingga mampu
memberikan wawasan yang kontekstual dan faktual. Selanjutnya,
pengembangan pembelajaran PPKn yang dilakukan oleh guru hendaknya
perlu didukung oleh perencanaan pembelajaran yang baik serta variasi
pembelajaran guna mendorong minat peserta didik.
3. Bagi peserta didik agar lebih semangat lagi dalam mengikuti ppelajaran
PPKn yang ada didalam pembelajaran PPKn.
4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya hasil penelitian ini dijadikan referensi
untuk melakukan jenis penelitian yang sama mengenai peran guru
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam menanamkan civic
disposition bagi peserta didik.
96

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Dharma Kesuma, (2012). Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Gunawan, Heri (2014). Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi).


Bandung : Alfabeta

Mulyasa E, (2018: 8). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Bumi


Aksara.

Lickona Thomas, (2013). Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta : PT


Bumi Akrasa.

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Samani Muchlas & Hariyanto (2011). Konsep dan Model Pembelajaran


Karakter. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sari Tirta (2016) Peran Guru PKn dalam Penanaman Moral sebagai upaya
membentuk warga negara yang baik. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto

Sugiyono, (2017: 9). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung : Alfabeta

Sukmadinata Nana Syaodih, (2015: 94). Metode Penelitian Pendidikan. PT


Remaja Rosdakarya

Tukiran, Taniredja (2013- 2). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogyakarta : Ombak

Umiarso dan Abdul Wahab (2011: 154). Kependidikan dan Kecerdasan


spiritual. Yogyakarta : Ar-Ruzz
97

Wijaya, Kusuma (2011: 6). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Indeks

JURNAL DAN SKRIPSI :

Akhmad Bhakti Primadani (2017) Pengaruh Faktor-Faktor Pendorong


Motivasi Belajar terhadap Minat Wirausaha di Balai Besar
Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang. (SKRIPSI
Universitas Negeri Semarang)
Amirudin, dkk (2013: 4). Peran Kepala Sekolah sebagai manajer dalam
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Vol. 2 No. 4 Program Magister Administrasi Pendidikan.
Universitas Tanjungpura Pontianak

Budi Mulyono (2017: 219-220) Reorientasi civic disposition dalam


kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk
warga negara yang ideal. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta

Febrian Alwan Bahrudin (2020) Implementasi Penilaian Autentik Berbasis


Kurikulum 2013 Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan. Serang : Univeritas Sultan Ageng Tirtaya

Putra Rahmadika Fernanda (2020) Implementasi Pendidikan Karakter Sopan


Santun Melalui Pembelajaran Akidah Akhlak. Malang : Universitas
Negeri Malang

Lestari, Winda (2019) Implementasi nilai kebersamaan siswa dalam


pergaulan di sekolah. Jambi : Universitas Jambi

Maya Sari Yuni (2014) Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial Dalam
Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Siswa. Kalimantan Timur : Universitas Balikpapan

Mariyani (2018: 20) Peran Guru PKn dalam Pembentukan Karakter Warga
Negara. Daerah Istimewa Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
98

Muhammad Sururudin (2018: 18) Tingkat Faktor Pendukung Imlementasi


Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan. (SKRIPSI Universitas Negeri Yogyakarta)

Nur Shelina (2019) Peran Pembelajaran PPKn dalam membentuk sikap


demokratis untuk meningkatkan Civic Disposition siswa di SMAN 4
Kota Bumi. (SKRIPSI Universitas Lampung)

Rini Rohmawati, dkk (2016: 308) Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan


Kewarganegaraan dalan Membangun Kecerdasan Berdemokrasi
Warga Negara. Surakarta : Universitas Negeri Solo

Saksono G. Ignas dan Dwiyanto Djoko dalam Rima Yuliani (2011: 50).
Ekonomi (Sosialis) Pancasila Vs Kapitalisme. Yogyakarta : Keluarga
Besar Marhaenisme

Saptono dalam Rima Yuliani (2011: 18). Dimensi-Dimensi Pendidikan


Karakter Wawasan, Strategi, dan langkah praktis. Jakarta : Erlangga

Syahid Abd (2020). Studi Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku


Sopan Santun Siswa padaKelas VII C SMP Negeri 18 Banjarmasin.
Banjarmasin : Universitas Islam Kalimantan

Uyoh, Sadulloh dalam Rima Yuliani (2015: 132). Pedagogik (Ilmu


Mendidik). Bandung : Alfabeta

Yosep Dian Sulistyo (2014). Pengembangan Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi
Luhur Van lith muntilan yogyakarta. (SKRIPSI Universitas Negeri
Yogyakarta)

Yuliani Rima (2020: 12-16) Peran Guru PPKn dalam menanamkan Civic
Disposition dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
pada generasi Z. Bandung : Universitas Pasundan.
99

Zuchdi Darmiyati dalam Rima Yuliani (2011). Pendidikan Karakter dalam


Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta : UNY Press

UNDANG-UNDANG :

Kementerian Pendidikan Naasionaal (2011: 6-8). Panduan


PelaksanaanPendidikan Karakter. Jakarta ; Balitbang

Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 22-23 Tahun 2006


tentang Standar Isi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
100

LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. 1 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dan Obsevasi
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA DAN OBSERVASI
Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dalam Menanamkan Civic Disposition Bagi Peserta Didik
(Penelitian Deskriptif di SMA Negeri 3 Kota Tangerang)

NO RUMUSAN TUJUAN ASPEK JENIS SUMBER


MASALAH PENELITIAN YANG INDIKATOR SUB INDIKATOR INSTRUMEN DATA
DITELITI
1 Bagaimana peran Untuk Peran dan  Informator :  Peran guru sebagai Wawancara,  Guru
guru PPKn dalam mengetahui peran cara guru Guru selaku pembentukan Civic Observasi  Peserta
membentuk Civic guru PPKn dalam dalam pelaksana dalam Disposition dalam dan didik
Disposition pada membentuk Civic membentuk membnetuk Civic pembelajaran PPKn Dokumentasi
peserta didik di Disposition pada Civic Disposition pada  Meteri yang guru
SMA Negeri 3 Kota peserta didik di Disposition pembelajaran untuk membentuk
Tangerang SMA Negeri 3 PPKn Civic Disposition
Kota Tangerang  Director : dalam pembelajaran
Guru PPKn
membimbing  Strategi guru dalam
101

dalam pembentukan Civic


pembentukan Civic Disposition dalam
Disposition di materi pembelajaran
kelas PPKn ataupun diluar
materi pembelajaran
PPKn
2 Bagaimana peserta Untuk Peserta didik  Nilai ketaqwaan  Tolong menolong Wawancara,  Guru
didik dalam mengetahui pada dan Nilai keimanan  Mengamalkan Observasi  Peserta
mengimplementasik peserta didik pembelajaran Pancasila dan didik
an Civic Disposition dalam PPKn dalam  Nilai kejujuran  Berperilaku jujur Dokumentasi
mengimplementas membentuk  Berkata jujur
ikan Civic Civic
 Nilai kepedulian  Kepedulian sosial
Disposition Disposition

 Nilai kebersamaan  Gotong royong

 Nilai etika atau  Bahasa lisan


sopan santun  Tingkah laku
102

3 Faktor apa saja Untuk Hubungan Mediator :  Faktor pendukung Wawancara,


yang mendukung mengetahui faktor antara guru Memberikan jalan dalam pembentukan Observasi
dan menghambat apa saja yang PPKn dan keluar atau solusi Civic Disposition dan
serta solusi dalam mendukung dan peserta didik dalam pembentukan kerja sama guru Dokumentasi
pembentukan Civic menghambat serta dalam Civic Disposition PPKn dengan
Disposition bagi solusi dalam pembentukan pada peserta didik peserta didik
guru PPKn terhadap pembentukan Civic  Faktor penghambat
peserta didik di Civic Disposition Disposition dalam pembentukan
SMA Negeri 3 Kota bagi guru PPKn di sekolah Civic Disposition
Tangerang di SMA Negeri 3 pada peserta didik
Kota Tangerang  Solusi pembentukan
Civic Disposition
peserta didik dalam
pembelajaran PPKn
103

Serang…. Juni 2021

Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

Febrian Alwan Bahrudin, M. Pd.


Dinar Sugiana F, M. Pd
NIP. 198804052015041002 NIP. 198905072020121015
104

DAFTAR CEKLIST DOKUMENTASI

No Dokumen Ada Tidak Keterangan


1 Dokumen profil Sekolah 

2 Visi dan Misi Sekolah


3 Data Jumlah pendidik dan
tenaga kependidikan

4 Data Jumlah peserta didik


SMA Negeri 3 Kota
Tangerang
5 Silabus
6 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaraan (RPP)

7 Sarana dan Prasarana


a. Ruang guru
b. Ruang Kelas
c. Ruang Perpustakaan
105

PEDOMAN WAWANCARA

Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam


Menanamkan Civic Disposition Bagi Peserta Didik

(Instrumen Guru PPKn di SMA Negeri 3 Kota Tangerang)

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1. Bagaimana peran guru PPKn 1) Apakah dalam
dalam membentuk Civic mempersiapkan
Disposition pada peserta pembelajaran PPKn
didik di SMA Negeri 3 Kota baik dikelas maupun
Tangerang dilapangan guru sudah
meyusun materi atau
rencana yang berkaitan
dengan Civic
Disposition pada
peserta didik?
2) Bagimana cara guru
menyiapkan peserta
didik agar fokus dan
siap dalam mengikuti
proses pembelajaran
PPKn dalam
pembentukan Civic
Disposition?
3) Apakah Civic
Disposition yang
diterapkan saat
pembelajaran PPKn
sangat berpengaruh
terhadap peserta didik?
4) Apakah perlu adanya
kerjasama dengan guru
lain untuk menerapkan
Civic Disposition bagi
peserta didik?
5) Bagaimana hasil dari
menanamkan Civic
Disposition dalam
pembelajaran PPKn?
6) Apakah dengan adanya
pembelajaran PPkn
dapat membentuk Civic
Disposition peserta
didik ?
7) Seberapa penting Civic
Disposition bagi
106

peserta didik?
8) Bagaimana cara guru
untuk membentuk
Civic Disposition diluar
materi pembelajaran
PPKn?
9) Bagimana guru
memberikan tanggapan
kepada peserta didik
yang aktif dalam
pembelajaran PPKn?
10) Seperti apakah yang
diharapkan pembentuk
Civic Disposition
apabila pembelajaran
telah disampaikan
kepada peserta didik?

2 Bagaimana peserta didik 1) Bagaimana guru


dalam mengimplementasikan membentuk sikap
Civic Disposition warga negara yang baik
kepada peserta didik?
2) Sikap apa saja yang
harus guru terapkan
kepada peserta didik
untuk membangun
karakter yang baik?
3) Bagaimana ibu
menciptakan suasana
damai aman tidak ada
pertengkaran pada
peserta didik pada
pembelajaran PPKn?
4) Bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran PPKn
dalam menjaga
ketertiban lingkungan?
5) Bagaimana cara guru
mendidik peserta didik
untuk saling
menghormati satu sama
lain?
6) Bagaimana peranan
guru PPKn dalam
mentaati peraturan di
kehidupan sehari-hari?
7) Bagaimana upaya guru
107

dalam menerapkan
sikap disiplin kepada
peserta didik?
8) Apakah dengan adanya
pembelajaran PPKn
dapat
mengimplementasikan
civic disposition?

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor


mendukung dan menghambat pendukung dalam
serta solusi dalam pembentukan Civic
pembentukan Civic Disposition di SMA
Disposition bagi guru PPKn Negeri 3 Kota
terhadap peserta didik di Tangerang?
SMA Negeri 3 Kota 2) Apakah terdapat faktor
Tangerang? penghambat dari
keluarga ataupun
lingkungan dalam
pembentukan Civic
Disposition?
3) Bagaimana solusi dan
saran dalam mengatasi
hambatan pada
pembentukan Civic
Disposition peserta
didik?
108

PEDOMAN WAWANCARA

Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam


Menanamkan Civic Disposition Bagi Peserta Didik

(Instrumen Peserta Didik di SMA Negeri 3 Kota Tangerang)

NO RUMUSAN PERTANYAAN JAWABAN


MASALAH
1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda ketahui
PPKn dalam tentang Civic Disposition?
membentuk Civic 2) Apakah, menurut kalian
Disposition pada Civic Disposition yang
peserta didik di SMA kurang baik bisa diubah atau
Negeri 3 Kota tidak ?
Tangerang 3) Apa yang kalian ketahui dari
pembelajaran PPKn dengan
materi yang telah diajarkan
tentang pembentukan Civic
Disposition?
4) Apa perbedaan Civic
disposition yang baik dan
tidak baik yang kalian
ketahui?
5) Apakah Civic Disposition
yang diterapkan dalam
pembelajaran PPKn sangat
berpengaruh terhadap
kehidupan sehari-hari?
6) Seberapa pentingkah
seseorang memiliki Civic
Disposition yang baik,
menurut kalian?
7) Apakah ada teman
109

dilingkungan kalian yang


masih belum mempunyai
Civic Disposition yang baik?
8) Bagaimana cara kalian
menanggapi jika ada teman
kalian yang belum
mempunyai Civic
Disposition yang belum
baik?

2 Bagaimana peserta 1) Seperti apakah upaya peserta


didik dalam didik dalam mengamalkan
mengimplementasikan Pancasila di sekolah
Civic Disposition 2) Bagaimana cara
mengimplementasikan sikap
kejujuran setelah mengikuti
pembelajaran PPKn?
3) Bagaimana peserta didik
untuk membentuk sikap
kepedulian sosial disekolah?
4) Apakah dengan mengikuti
pembelajaran PPKn peserta
didik dapat membentuk
sikap tolong menolong?
5) Apakah peserta didik bisa
berperilaku sopan santun
setelah mengikuti
pembelajaran PPKn?
6) Bagaimana peserta didik
menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari?
110

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor pendukung


mendukung dan agar terbentuknya Civic
menghambat serta Disposition yang baik?
solusi dalam 2) Apakah terdapat faktor
pembentukan Civic penghambat dari lingkungan
Disposition bagi guru ataupun keluarga dalam
PPKn terhadap peserta pembentukan Civic
didik di SMA Negeri 3 Disposition?
Kota Tangerang 3) Apa solusi atau saran yang
kalian lakukan ketika adanya
faktor penghambat dalam
pembentukan Civic
Disposition?
111

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU PPKn

Nama Lengkap : Kuwat Purwachjo, S.Pd

Jabatan : Guru PPKn

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1. Bagaimana peran guru 1) Apakah dalam Setiap guru akan
PPKn dalam membentuk mempersiapkan mempersiapkan itu, seperti
Civic Disposition pada pembelajaran PPKn baik biasa kami mempersiapkam
peserta didik di SMA dikelas maupun program tahunan, bulanan,
Negeri 3 Kota Tangerang dilapangan guru sudah kemudian membuat rpp. Itu
meyusun materi atau semua adalah persiapan-
rencana yang berkaitan persiapan yang berkaitan
dengan Civic Disposition dengan materi sehingga dalam
pada peserta didik? menyampaikan materi guru
akan mengacu pada persiapan
yang sudah disiapkan agar
peserta didik bisa membentuk
civic disposition yang baik
2) Bagimana cara guru Agar peserta didik fokus
menyiapkan peserta didik menggunakan apersepsi,
agar fokus dan siap istilahnya saling menyapa dan
dalam mengikuti proses mengkondisikan ketika sudah
pembelajaran PPKn itu, guru mempersiapkan
dalam pembentukan materi, dalam pembelajaran
Civic Disposition? berlangsung kita melakukan
selingan, ketika peserta didik
tidak fokus maka kita akan
kembali fokus lagiAgar peserta
didik fokus menggunakan
apersepsi, istilahnya saling
menyapa dan mengkondisikan
ketika sudah itu, guru
mempersiapkan materi, dalam
pembelajaran berlangsung kita
melakukan selingan, ketika
peserta didik tidak fokus maka
kita akan kembali fokus lagi
3) Apakah Civic Disposition Kalau berpengaruh tidaknya
yang diterapkan saat guru bisa melihat dari output
pembelajaran PPKn nya, kalau dari pembelajaran
112

sangat berpengaruh yang guru gunakan


terhadap peserta didik? pembelajaran itu cukup
berpengaruh, misalnya : fokus
saat kegiatan belajar mengajar,
antusias saat kegiatan belajar
mengajar sampai akhir
pembelajaran peserta didik
tetap antusias
4) Apakah perlu adanya Kalau perlu tidaknya, guru
kerjasama dengan guru PPKn harus menerapkan itu,
lain untuk menerapkan karena guru PPKn yang
Civic Disposition bagi menyampaikan wawasan
peserta didik? kebangsaan kepada peserta
didik kewajiban dari kita guru
PPKn tetapi alangkah baiknya,
masalah kerjasama antara guru
yang lain itu akan lebih baik,
kerena sebenarnya wawasan
kebangsaan, karakter
kebangsaan tidak hanya
kewajiban dari guru PPKn
melainkandari guru lain perlu
kerjasama seperti itu
5) Bagaimana hasil dari Kita bisa melihat dari
menanamkan Civic mematuhi aturan yang
Disposition dalam ditetapkan, disiplin,
pembelajaran PPKn? bertanggungjawab. Jika peserta
didik melakukan kesalahan
maka peserta didik diberikan
teguran oleh guru itulah bentuk
contoh rasa kesatuan dan
kesatuan demi kebaikan
bersama di dalam pembelajaran
PPKn
6) Apakah dengan adanya Paling utama adalah
pembelajaran PPkn dapat pembelajaran PPKn,
membentuk Civic menyayangkan kenapa
Disposition peserta didik pembelajaran PPKn
? dikurangkan, jaman dahulu
khusus pembelajaran Tata
Negara untuk IPS dengan
adanya pembelajaran Tata
Negara itu karakter-karakter
kebangsaan itu, kita bisa
leluasa mengerti, tetapi dengan
pembelajaran PPKn
dikurangkan seolah-olah tidak
cukup untuk menyampaikan
113

materi apalagi sangat berat


untuk menanamkan Civic
Disposition ini, walaupun jam
dikurangkan tetapi tetap
konsekuensi dengan
pembelajaran PPKn, guru akan
bisa membentuk Civic
Disposition
7) Seberapa penting Civic Sangat penting, karena
Disposition bagi peserta sebenarnya disekolah ada
didik? mengajar dan mendidik kalau
hanya pelajaran mungkin
semua pelajaran bisa tetapi
untuk pendidikan, mendidik,
membimbing dan sebagainya
sangat dibutuhkan pelajaran
PPKn terutama untuk
membentuk karakter building
untuk peserta didik
8) Bagaimana cara guru Kalau diluar guru hanya
untuk membentuk Civic sekedar mengingatkan, ada
Disposition diluar materi peserta didik menyimpang dari
pembelajaran PPKn? tata tertib sekolah guru
mempunyai kewajiban untuk
mengingatkan mereka,
sehingga mereka selalu
menggunakan bahasa yang
sopan santun sesuai karakter-
karakter wawasan kebangsaan
9) Bagimana guru Guru menggunakan sistem
memberikan tanggapan diskusi diakhir sesi guru
kepada peserta didik menyampaikan tanggapan,
yang aktif dalam bahkan kalau peserta didiknya
pembelajaran PPKn? aktif guru memberikan eskul
khusus kewargangeraan itulah
tentang pendalaman
pemahaman peserta didik dan
antusias didalam pembelajaran
PPKn, akan mempelajari
tentang politik, ketatanegaran
disitu lah guru PPKn
menyalurkannya
10) Seperti apakah yang Harapakan guru PPKn, peserta
diharapkan pembentuk didik keluar gerbang sekolah
Civic Disposition apabila itu mempunyai karakter
pembelajaran telah tersendiri yang terbentuk
disampaikan kepada sendiri, seperti keimanan,
peserta didik? ketakwaan, kedisiplinan,
114

kepatuhan kepada aturan yang


sudah terbentuk karakternya
dari keluar sekolah tersebut

2 Bagimana peserta didik 1) Bagaimana guru Menurut saya, yang pasti


dalam membentuk sikap warga memberikan nilai-nilai yang
mengimplementasikan negara yang baik kepada baik kepada peserta didik,
Civic Disposition peserta didik? sehingga anak senantiasa setiap
hari berbuat baik seperti ajaran
atau ajuran itu sama teladan
tentunya dari guru, selalu
mengingatkan yang baik
misalnya hari ini sudah berbuat
baik apa saja
2) Sikap apa saja yang Menurut saya, untuk membuat
harus guru terapkan karakter peserta didik itu
kepada guru terapkan membutuhkan proses tapi yang
kepada peserta didik bisa kami lakukan sebagai guru
untuk membangun PPKn selalu mengingatkan,
karakter yang baik? menyampaikan nilai-nilai yang
baik berkarakter bangsa
Indonesia membentuk tentang
kedisiplinan, ketaatan kepada
peraturan tata tertib. Kemudian
hal-hal itu bisa membentuk
karakter mereka
3) Bagaimana guru Kita selalu mengingatkan
menciptakan suasana kepada mereka untuk persatuan
damai aman tidak ada bangsa saling menghormati,
pertengkaran pada saling menghargai. Selanjutnya
peserta didik pada kita memasukkan nilai-nilai
pembelajaran PPKn? yang bisa membuat mereka
bahwa harus bersahabat
dengan teman, mengingatkan
bahwasannya mereka satu
kelas adalah satu keluarga.
Mereka saling membantu tidak
usah saling menyalahkan,
maka seperti itu akan terbentuk
pembelajaran yang aman
damai, walaupun ada
perdebatan dalam diskusi harus
menerima
4) Bagaimana pelaksanaan Menurut saya, seperti didalam
pembelajaran PPKn kelas menyampaikan apa yang
dalam menjaga dipelajari saat itu, menjaga
ketertiban lingkungan? ketertiban di kelasnya sehingga
tidak akan mengganggung
115

kelas-kelas yang lain. Misalnya


lepas dari pantauan kita itu
guru ingatkan, dalam waktu
jam yang penuh itu kita kita
selalu ada di kelas harapannya
ketika kita ada di kelas itu
terkendali dengan tertib, maka
ketertiban di kelas pasti akan
terbentuk dan diluarnya akan
terbentuk ketertiban
lingkungan
5) Bagaimana cara guru Kita sebagai guru masukan ke
mendidik peserta didik dalam diskusi itu akan tersirat
untuk saling pembelajaran-pembelajaran
menghormati satu sama saling menghormati, saling
lain? menghargai pendapat orang
lain pasti akan muncul disitu,
kita akan bilang perbedaan
pendapat itu biasa tetapi tidak
semua orang menerima
pendapat orang lain. Fungsinya
kita saling menghormati
6) Bagaimana peranan guru Peraturan yang dimaksud,
PPKn dalam menaati peraturan sekolah tata tertib
peraturan di kehidupan kalau disekolah kita selalu
sehari-hari? mengingatkan mereka,
misalnya ada beberapa peserta
didik yang tidak menaati aturan
contohnya salah pakai seragam
maka kita akan ingatkan agar
tidak salah memakai pakaian
seragam, terlambat masuk
sekolah kita ingatkan agar
tidak terlambat lagi itu yang
kita peduli tentang tata tertib.
Kemudian jika kita cek seperti
itu mereka akan terbiasa
mengikuti aturan kalau diluar
sekolah paling kita hanya
menyarankan punya target
kedepannya dengan seperti itu
mungkin akan terbentuk
mentaati peraturan
7) Bagiamana upaya guru Kita harus konsekuensi dengan
dalam menerapkan sikap diri kita sendiri artinya setiap
disiplin kepada peserta jam pelajaran berganti kita
didik? langsung masuk kelas itu juga
kita harus teladan kepada
116

mereka, guru mengarahkan


juga bahwa disiplin itu adalah
wujud kesuksesan lalu
diterapkan juga ketika ada
tugas guru menyampaikan dan
ada batas waktunya kalau
mereka melewati batas waktu
berarti disepakati nilainya ini
juga salah satu bentuk
menerapkan kedisiplin kepada
peserta didik
8) Apakah dengan adanya Secara sederhana bisa tetapi
pembelajaran PPKn akan lebih bagus lagi jika di
dapat implementasikan kepada
mengimplementasikan pembelajaran lain, disisi lain
civic disposition? guru bukan hanya sekedar
mengajar tetapi juga mendidik
ini lah tugas kita untuk
membentuk civic disposition
Kalau di pembelajaran PPKn
sendiri sudah di terapkan kita
masukan nilai-nilai karakter
tersebut dan sudah diterapkan
dalam peserta didik, melihat
dari peserta didik sendiri
sangat antusias, aktif dalam
pembelajaran PPKn

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor Karakteristik, fasilitas, budaya
mendukung dan pendukung dalam religius di sekolah, pelayanan
menghambat serta solusi pembentukan Civic sekolah, kebiasaan yang sudah
dalam pembentukan Civic Disposition di SMA terbentuk, jadi karakter-
Disposition bagi guru Negeri 3 Kota karakter tersebut sudah
PPKn terhadap peserta Tangerang? terbentuk hanya tinggal diulas
didik di SMA Negeri 3 didalam materi
Kota Tangerang? 2) Apakah terdapat faktor Ada beberapa faktor yang
penghambat dari menghambat misalnya
keluarga ataupun keluarga yang tidak harmonis,
lingkungan dalam orangtua yang bermasalah ada
pembentukan Civic beberapa jadi terhambat, kalau
Disposition? di lingkungan sekitar banyak
yang tidak disiplin dan sedikit
yang disiplin sehingga
akhirnya menjadi faktor
penghambat. Jadi yang
biasanya disiplin akhirnya jadi
ikut tidak disiplin karena dari
faktor keluarga dan lingkungan
117

berbeda-beda maka terdapat


faktor penghambat dalam
pembentukan Civic Disposition
3) Bagaimana solusi dan Sarannya adalah ada kerjasama
saran dalam mengatasi antar guru guru yang lain itu
hambatan pada memasukan pembentukan
pembentukan Civic Civic Disposition itu akan
Disposition peserta mendukung, jadi pembentukan
didik? ini tidak hanya dari guru PPKn
tetapi dari guru yang lain
dengan saran seperti ini solusi
itu akan terlaksana, hambatan-
hambatan seperti itu akan lebih
menjadi berkurang karena
peserta didik sudah
menanamkan civic disposition
118

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Margiyati, S.Pd

Jabatan : Guru PPKn

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1. Bagaimana peran guru 1) Apakah dalam Jelas setiap guru
PPKn dalam membentuk mempersiapkan menyiapkan materi untuk
Civic Disposition pada pembelajaran PPKn baik mereka terlebih dahulu agar
peserta didik di SMA dikelas maupun bisa memahami dan minat
Negeri 3 Kota Tangerang dilapangan guru sudah belajar peserta didik serta
meyusun materi atau memberikan sikap yang
rencana yang berkaitan baik dan dapat
dengan Civic Disposition menumbuhkan civic
pada peserta didik? disposition.
2) Bagimana cara guru Apa saja yang ingin
menyiapkan peserta didik dipelajari mengenalkan
agar fokus dan siap dalam dahulu materinya apa saja,
mengikuti proses nanti peserta didik akan
pembelajaran PPKn menpelajari materi apa yang
dalam pembentukan Civic pertemuan selanjutnya yang
Disposition? dibahas oleh guru, jadi itu
cara membentuk civic
disposition
3) Apakah Civic Disposition Berpengaruh, karena peserta
yang diterapkan saat didik harus diberitahu
pembelajaran PPKn terlebih dahulu apa materi
sangat berpengaruh yang akan dibahas, karena
terhadap peserta didik? jaman sekarang peserta
didik harus diberitahu
terlebih dahulu baru
memahaminya
4) Apakah perlu adanya Sangat perlu, Kita tau
kerjasama dengan guru karakter, sifatnya seperti
lain untuk menerapkan apa, ada yang disiplin, ada
Civic Disposition bagi yang tidak itu ketahuan
peserta didik? langsungsehingga kita
membangun karakter
peserta didik yang tidak
disiplin kita kasih
bimbingan, pendekatan guru
119

terhadap peserta didik, maka


peserta didik
mengungkapkan
permasalahannya
5) Bagaimana hasil dari Kalau dari hasil, saya harus
menanamkan Civic mengetahui dahulu ketika
Disposition dalam mengajar ada catatan
pembelajaran PPKn? penting mulai dari masuk
pelajaran melihat kondisi
peserta didik,
pendekatannya memahami
berbeda, dilihat terlebih
dahulu anak tersebut ada
yang rajin dan pemalas,
pendekatannya berbeda dan
bagaimana menanamkannya
berbeda-beda, maka dari itu
guru memotivasi peserta
didik
6) Apakah dengan adanya Prosesenya panjang tidak
pembelajaran PPkn dapat sekaligus kita tanamakan
membentuk Civic lalu kita dapat hasilnya, jadi
Disposition peserta bertahap. Prosesnya tidak
didik ? beberapa anaknya
melainkan ada tahapannya
7) Seberapa penting Civic Sangat penting, dalam
Disposition bagi peserta pembelajaran PPKn
didik?
8) Bagaimana cara guru Kalau diluar materi
untuk membentuk Civic pembalajaran itu, waktunya
Disposition diluar materi hanya sedikit paling
pembelajaran PPKn? menanyakan tugas sudah
dikerjakan atau belum
9) Bagimana guru Memberikan pelayanan
memberikan tanggapan semampu mungkin, seperti
kepada peserta didik yang ada debat maka peserta
aktif dalam pembelajaran didik dikasih kesempatan
PPKn? yang berkaitannya dengan
pembelajaran
10) Seperti apakah yang Sekecil apapun mereka
diharapkan pembentuk punya peran itu yang kita
Civic Disposition apabila tanamkan, jadi harus
pembelajaran telah menanamkan kesadaran
disampaikan kepada kalau mereka punya peran
peserta didik? maka peserta didik merasa
punya tanggungjawab,
merasa dirinya bagian dari
masyakarat dan negara.
120

2 Bagimana peserta didik 1) Bagaimana minat peserta Dengan memberikan


dalam didik dalam keteladan contohnya,
mengimplementasikan pembelajaran PPKn di mengajar, berpakaian itu
Civic Disposition sekolah? menggambarkan sikap jadi
guru mengajar rapih,
kedisiplin masuk tepat
waktu, kalau kita mengasih
contoh maka peserta didik
mengikutinya itu
membentuk sikap
keteladanan
2) Sikap apa saja yang harus Kalau sikap membangun
guru terapkan kepada guru karakter seperti ketepatan
terapkan kepada peserta mengumpulkan tugas harus
didik untuk membangun tepat waktu, jika ada yang
karakter yang baik? telat mengumpulkan tugas
kita hargai dengan cara
peserta didik yang berusaha
itu cara membimbingnya
membuat peraturan untuk
kesepakatan bersama
3) Bagaimana guru Guru memberikan peluang
menciptakan suasana kepada peserta didik,
damai aman tidak ada memberikan kesadaran
pertengkaran pada peserta kepada peserta didik setiap
didik pada pembelajaran memiliki peranan atau
PPKn? pendapat itu tidak semuanya
sama tapi setiap peserta
didik memiliki kesempatan
untuk menyampaikan
pendapatnya sehingga kalau
ada pertanyaan mereka bisa
menjawab kita kasih
kesempatan dan tidak boleh
meledek jawaban temannya
karena kalau meledek akan
terjadi pertengkaran , maka
ketika ada pertanyaan
semua peserta didik dikasih
kesempatan dan harus
menghargai pendapat orang
lain dan dalam pemilihan
kelompok itu guru yang
membagikan agar tidak
terjadinya kesenjangan
kalau belajar tidak boleh
melihat latar belakang
121

peserta didik lainnya


4) Bagaimana pelaksanaan Mengikuti peraturan itu
pembelajaran PPKn harus kita tanamkan,
dalam menjaga ketertiban kemudian peraturan itu
lingkungan? harus diterapkan dari
mereka masuk sampai
pulang sekolah itu cara
menjaga ketertiban
lingkungan, jaga kebersihan
itu membuang sampah pada
tempatnya dan tidak
membuang sampah
sembarangan agar menjaga
lingkungan bersih aman
nyaman buat mereka belajar
5) Bagaimana cara guru Karena setiap peserta didik
mendidik peserta didik mempunyai karakter
untuk saling menghormati berbeda, agama berbeda,
satu sama lain? maka dari itu harus saling
menghargai, menghormati
bahwa mereka mempunyai
latar belakang yang berbeda
harus ditanamkan rasa
toleansi
6) Bagaimana peranan guru Peraturan itu harus
PPKn dalam menaati diterapkan dan yang
peraturan di kehidupan melanggar dikenakan sanksi
sehari-hari? misalkan dengan point atau
tidak mengikuti
pembelajaran tetapi peserta
didik diberikan tugas
memperoleh pengetahuan
tetapi beda karena sebagai
bentuk sanksi untuk bisa
mentaati peraturan
7) Bagiamana upaya guru Guru harus memberikan
dalam menerapkan sikap contoh disiplin kita harus
disiplin kepada peserta membuat aturan yang
didik? dimana aturan tersebut
harus disepakati oleh
peserta didik agar mereka
mempunyai rasa
tanggungjawab contoh
menjaga lingkungan kelas
dan dalam ulangan mereka
harus mengerjakan sendiri
tidak boleh mencontek atau
bertanya kepada temannya
122

itu juga mengajarkan


8) Apakah dengan adanya Bisa, tapi kalau disekolah
pembelajaran PPKn dapat keterbatasan waktu bisa
mengimplementasikan tetapi hanya berapa persen
civic disposition? saja karena kondisi waktu,
kita disekolah hanya
beberapa jam saja, tapi
dalam kehidupan peserta
didik sesungguhnya
menanamkan masalah
karakter tidak bisa
semuanya disekolah tetap
ada hubungan kerjasama
dengan orangtua harus
peran orang tua dalam
menanamkan
karakterkarena disekolah
kerterbatasan waktu
Sebenarnya sudah kita
menjelaskan yang namanya
kita hidup di negara
Indonesia pedomannya
Pancasila dan nilai-nilai
Pancasila tidak bertentangan
pada agama akhirnya tanpa
kita sampaikan pun peserta
didik sudah mengerti bahwa
kita harus menjalankan
nilai-nilai Pancasila yang
ada lima nilai dasar, yang
mana mereka mempunyai
tanggungnya, menghargai
guru dan teman, harus
disiplin hanya
pencapaiannya itu tidak
semuanya tercapai karena
terkendala waktu

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor Ya, pendukungnya guru
mendukung dan pendukung dalam harus semangat, disiplin itu
menghambat serta solusi pembentukan Civic sama saja mendorong
dalam pembentukan Civic Disposition di SMA peserta didik untuk
Disposition bagi guru Negeri 3 Kota semangat
PPKn terhadap peserta Tangerang?
didik di SMA Negeri 3 2) Apakah terdapat faktor Hambatan dari peserta didik
Kota Tangerang? penghambat dari itu dari faktor ekonomi dan
keluarga ataupun dalam berpikir apalagi kalau
lingkungan dalam dirumah orangtua tidak
123

pembentukan Civic perhatian dan tidak


Disposition? mendukung anak untuk
sekolah, tetapi kalau ada
dukungan dari orangtua itu
peserta didik ada
motivasinya, peserta didik
datang terlambat.
3) Bagaimana solusi dan 1. Kalau sekolah itu
saran dalam mengatasi menyiapkan tenaga
hambatan pada dan pikiran, kita
pembentukan Civic memberikan
Disposition peserta didik? motivasi tidak hanya
dalam proses
pembelajaran tetapi
juga dalam
mempersiapkan diri
untuk mengikuti diri
untuk belajar, karena
dukungan orangtua
sangat penting
sekolah itu, baru dari
pihak sekolah dan
gurunya, fasilitas
lengkap peserta
didik pun minat
dalam belajar
124

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Diaz Bagas Pramudya

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana peran guru 1. Apa yang anda Civic disposition adalah


PPKn dalam membentuk ketahui tentang kompetensi kewarganegaraan
Civic Disposition pada Civic Disposition? atau watak-watak
peserta didik di SMA kewarganegaraan yang dimana
Negeri 3 Kota Tangerang peserta didik di bentuk dari
pembelajaran ppkn

2. Apakah, menurut Civic disposition yang


kalian Civic baik karakter warga negara, baik
Disposition yang karakter privat seperti;
kurang baik bisa tanggungjawab moral, disiplin
diubah atau tidak ? diri, dan penghargaan terhadap
harkat dan martabat manusia
dari setiap individu, maupun
karakter publik misalnya;
kepedulian sebagai warga,
kesopanan, mengindahkan
aturan main (rule of law),
berpikir kritis, dan kemauan
untuk mendengar, bernegosiasi
dan kompromi

3. Apa yang kalian Jadi, dalam pembelajaran PPKn


ketahui dari Karakter atau watak harus
pembelajaran dirancang sehingga terjadi
PPKn dengan keterpaduan konsep moral, sikap
materi yang telah moral dan perilaku moral
diajarkan tentang pancasila dan UUD 1945
pembentukan Civic
Disposition?

4. Apa perbedaan Mungkin kalau yang baik itu


125

Civic berkarakter positif sedangkan


disposition yang yang tidak baik itu yang
baik dan tidak berkarakter negatif
baik yang kalian
ketahui?

5. Apakah Civic Iya, karena seperti disiplin diri,


Disposition tanggung jawab moral dan
yang diterapkan penghargaan terhadap harkat dan
dalam martabat manusia
pembelajaran
PPKn sangat
berpengaruh
terhadap
kehidupan
sehari-hari?

6. Seberapa Sangat penting karena untuk


pentingkah mendukung keterampilan dan
seseorang pengetahuan kewarganegaraan
memiliki Civic
Disposition
yang baik,
menurut kalian?

7. Apakah ada Tidak


teman ada, karena sudah mempunyai k
dilingkungan ecerdasan dan daya nalar warga
kalian yang negara yang baik dalam dimensi
masih belum spiritual, rasional, emosional,
mempunyai maupun sosial, kesadaran akan
Civic hak dan kewajiban sebagai
Disposition warga negara yang bertanggung
yang baik? jawab, kemampuan
berpartisipasi warga negara atas
dasar tanggung jawabnya, baik
secara individual, dan sosial.

8. Bagaimana cara Dengan cara mendorong untuk


kalian ikut berperan serta dalam
menanggapi jika kegiatan kewarganegaraan
ada teman dalam lingkup yang lebih luas
126

kalian yang yaitu dalam kehidupan


belum bermasyarakat, berbangsa dan
mempunyai bernegara.
Civic
Disposition
yang belum
baik?

2 Bagiamana peserta didik 1) Seperti apakah Upaya kita dengan


dalam upaya peserta mengamalkan Pancasila bisa
mengimplementasikan didik dalam dengan mengikuti pemeblajaran
Civic Disposition mengamalkan PPKn, mengikuti upacara
Pancasila di bendera dan juga mengamalkan
sekolah? nilai-nilai Pancasila atau
menjadikannya pedoman
kehidupan kita

2) Bagaimana cara Cara mengimplementasikan


mengimplement dengan memperhatikan apa yang
asikan sikap guru terangi dan juga selalu
kejujuran mengingat bahwa berbohong
setelah atau tidak jujur merupakan
mengikuti perbuatan tercela
pembelajaran
PPKn ?

3) Bagaimana Saling memberikan toleransi


peserta didik atau saling mengingatkan
untuk
membentuk
sikap
kepedulian
sosial di
sekolah?

4) Apakah dengan Menurut saya, iya karena pada


mengikuti pembelajaran PPKn kita
pembelajaran diajarkan hal-hal yang mendasar
PPKn peserta seperti tolong menolong, sopan
didik dapat santun serta dianjurkan menjadi
membentuk warga negara yang baik
sikap tolong
127

menolong?

5) Apakah peserta Menurut saya, bisa mengikuti


didik bisa pembelajaran dengan baik
berperilaku tentunya kita jadi tahu perilaku
sopan santun apa yang pantas untuk kita
setelah terapkan di masyarakat
mengikuti
pembelajaran
PPKn?

6) Bagaimana Selalu menanamkan pada diri


peserta didik kita bahwa Pancasila adalah
menerapkan dasar negara, dimana banyak
nilai-nilai hal-hal yang menjadi pedoman
Pancasila dalam kita untuk menjalani kehidupan
kehidupan
sehari-hari?

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor 1. memiliki semangat


mendukung dan pendukung agar kebangsaan,
menghambat serta solusi terbentuknya
dalam pembentukan Civic Civic 2) memiliki karakter demokratis,
Disposition bagi guru Disposition 3) memiliki kesadaran bela
PPKn terhadap peserta yang baik? negara,
didik di SMA Negeri 3
Kota Tangerang 4) menghargai hak asasi
manusia,

5) sikap menghargai
kemajemukan bangsa,

6) kesadaran akan kelestarian


lingkungan hidup

7) memiliki tanggungjawab
sosial,

8) ketaatan pada hukum,

9) ketaatan pada hukum,

10) ketaatan membayar pajak


dan,
128

11) sikap anti korupsi, kolusi


dan nepotisme

2) Apakah terdapat Iya ada, karna lingkungan


faktor alamiah seperti kondisi udara
penghambat dari yang segar, tidak panas dan
lingkungan tidak dingin, sinar yang tidak
ataupun terlalu silau/kuat, atau tidak
keluarga dalam terlalu lemah/gelap, suasana
pembentukan yang sejuk dan tenang,
Civic sebaliknya bila kondisi
Disposition? lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa
akan terhambat.

3) Apa solusi atau Saran, kebebasan berpendapat


saran yang
kalian lakukan Pada saat tanya jawab dalam
ketika adanya kegiatan critical
faktor thingking, komunikasi atau
penghambat bekerjasana dengan kelomopok
dalam Peserta didik saling
pembentukan berkerjasama dalam kelompok
Civic pada kegiatan collaboration di
Disposition? dalam RPP untuk saling diskusi
dalam pemecahan
masalah, menghargai pendapat
orang lain dalam kegiatan
peserta mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
129

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Erza Fatur Mulyana

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

NO RUMUSAN PERTANYAAN JAWABAN


MASALAH
1 Bagaimana peran guru 1. Apa yang anda ketahui Civic disposition adalah
PPKn dalam tentang Civic Disposition? pengembangan juga
membentuk Civic pembentukan watak atau
Disposition pada karakter siswa melalui
peserta didik di SMA pembelajaran tentang
Negeri 3 Kota permasalahan yang
Tangerang berkaitan dengan
kewarganegaraan.
2. Apakah, menurut kalian Menurut saya bisa, dengan
Civic Disposition yang mengubah pola pikir, jika
kurang baik bisa diubah atau kita memiliki pola pikir
tidak ? yang baik dan dapat
memikirkan suatu hal dalam
jangka Panjang maka dapat
diubah.
3. Apa yang kalian ketahui dari Melalui materi yang telah
pembelajaran PPKn dengan diajarkan pembentukan
materi yang telah diajarkan civic disposition tidak
tentang pembentukan Civic terlalu terlihat, namun
Disposition? pembentukannya dapat
dilihat dari cara kita belajar
dengan berfikir kritis.
4. Apa perbedaan Civic Perbedaanya dapat dilihat
130

disposition yang baik dan dari cara tanggap siswa


tidak baik yang kalian dalam pembelajaran ada
ketahui? yang menanggap dengan
berfikir keras dan kritis juga
ada yang menanggap
dengan biasa atau istilahnya
hanya menyimak.
5. Apakah Civic Disposition Menurut saya sendiri cukup
yang diterapkan dalam berpengaruh, saya sebagai
pembelajaran PPKn sangat siswa juga sebagai warga
berpengaruh terhadap negara muda menerapkan
kehidupan sehari-hari? civic disposition didalam
kehidupan agar memiliki
sifat atau watak yang baik
dan dapat berfikir dengan
baik juga
6. Seberapa pentingkah Menurut saya penting,
seseorang memiliki Civic bahkan perlu juga
Disposition yang baik, ditanamkan disetiap siswa
menurut kalian? ataupun kita warga
sekaligus generasi muda
karena dengan civic
diposition ini kita dapat
bersikap lebih baik dan
memiliki sikap yang lebih
dewasa dalam mengambil
setiap Tindakan atau
menggapi suatu hal.
7. Apakah ada teman Menurut saya masih ada
dilingkungan kalian yang didalam lingkungan yang
masih belum mempunyai lebih luas namun dalam
Civic Disposition yang baik? ruang lingkup saya yang
131

lebih kecil hampir semua


teman dan kerabat saya
sudah mempunyai civic
disposition.
8. Bagaimana cara kalian Iya mengenai hal tersebut
menanggapi jika ada teman adalah bersikap peduli dan
kalian yang belum cukup mengingatkan saja
mempunyai Civic Disposition karena perubahan dan yang
yang belum baik? bisa merubah hanya dirinya
sendiri melalui kesadaran
nya

2 Bagaimana peserta 1) Seperti apakah upaya Iya, di dalam pembelajaran


didik dalam peserta didik dalam PPKN pasti mencangkup
mengimplementasikan mengamalkan Pancasila dan mengamalkan seluruh 5
Civic Disposition di sekolah? sila tersebut ketika sedang
belajar kita kalau sudah
waktunya untuk shalat
sebagai kewajiban umat
muslim kita berhenti
belajarnya dan
melaksanakan kewajiban
terlebih dahulu yaitu shalat
2) Bagaimana cara Dengan tidak mencontek
mengimplementasikan sikap saat ujian, melaksanakan
kejujuran setelah mengikuti kewajiban seperti piket
pembelajaran PPKn? kelas jika sudah jadwal nya
3) Bagaimana peserta didik Bisa, seperti misalnya kita
untuk membentuk sikap mempunyai kelas semua
kepedulian sosial? peserta didik bergotong
royong membersihkan dan
memperbagus kelas tersebut
132

agar terciptanya
kebersamaan peserta didik
4) Apakah dengan mengikuti Seperti kita mengadakan
pembelajaran PPKn peserta sumbangan misalnya seperti
didik dapat membentuk sikap teman terkena musibah
tolong menolong? maka seluruh peserta didik
memberi atau mengeluarka
bantuan walaupun tidak
banyak
5) Apakah peserta didik bisa Iya, kita didalam pelajaran
berperilaku sopan santun PPKn itu ditekankan untuk
setelah mengikuti berbicara atau berperilaku
pembelajaran PPKn dengan sopan dan santun di
dalam pembelajaran
maupun diluar pembelajaran
dan mempunyai etika dalam
berbicara di pembelajaran
PPKn
6) Bagimana peserta didik Iya, karena didalam
menerapkan nilai-nilai pembelajaran PPKn itu
Pancasila dalam kehidupan semuanya tentang nilai-nilai
sehari-hari? Pancasila contohnya seperti
sila pertama beribadah
ketika sedang dalam belajar.
Yang kedua ketika ada yang
sakit dari peserta didik
semua peserta didik
menjenguk. Yang ketiga
seperti menghormati orang
yang lebih tua. Yang
keempat seperti kita
melakukan diskusi semua
133

peserta didik melakukan


musyawarah bersama. Yang
ketima seperti sila kedua
adanya kebersamaan dalam
peserta didik

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor pendukung Factor yang mendukung
mendukung dan agar terbentuknya Civic tentu saja dari cara mengajar
menghambat serta Disposition yang baik? dan belajar juga materi yang
solusi dalam diberikan meskipun banyak
pembentukan Civic tetapi dapat dipahami semua
Disposition bagi guru siswa
PPKn terhadap peserta 2) Apakah terdapat faktor Menurut saya tidak ada
didik di SMA Negeri 3 penghambat dari lingkungan karena untuk membentuk
Kota Tangerang ataupun keluarga dalam watak atau karakter tidak
pembentukan Civic perlu ada hambatannya
Disposition? meskipun ada hal tersebut
tidak untuk jadi penghalang.
3) Apa solusi atau saran yang Menurut saya jika terdapat
kalian lakukan ketika adanya factor penghambat dalam
faktor penghambat dalam pembentukan civic
pembentukan Civic disposition ini Kembali lagi
Disposition? dengan cara befikir dan
kesadaran masing-masing.
Penghambat bukanlah
penghalang besar kita untuk
mengubah atau membentuk
sikap juga watak menjadi
yang lebih baik
134

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Gadis Muthia J

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

NO RUMUSAN PERTANYAAN JAWABAN


MASALAH
1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda ketahui tentang Civic Disposition adalah
PPKn dalam Civic Disposition? karakter atau watak
membentuk Civic kewarganegaraan
Disposition pada 2) Apakah, menurut kalian Civic Menurut saya bisa diubah
dengan selalu
peserta didik di SMA Disposition yang kurang baik bisa
membimbing mereka
Negeri 3 Kota diubah atau tidak ? yang kurang baik dalam
Civic Dispositionnya
Tangerang
dengan cara membangun
karakter kewarganegaraan
di dalam dirinya secara
perlahan
3) Apa yang kalian ketahui dari Bahwa pembelajaran PPKN
pembelajaran PPKn dengan dapat membantu
materi yang telah diajarkan membangun sifat watak dan
tentang pembentukan Civic karakter seseorang menjadi
Disposition? memiliki jiwa nasionalisme
dan patriotisme
4) Apa perbedaan Civic disposition Civic Disposition yang
baik adalah penumbuhan
yang baik dan tidak baik yang
karakter bermoral seperti
kalian ketahui? bertanggung jawab dan
memiliki karakter yang
baik dan disiplin,
sedangkan yang tidak baik
adalah sebaliknya yaitu
tidak memiliki moral
5) Apakah Civic Disposition yang Civic Disposition yang
135

diterapkan dalam pembelajaran diterapkan dalam


PPKn sangat berpengaruh pembelajaran PPKN kalau
terhadap kehidupan sehari-hari? diliat dari kenyataan
jaman sekarang sungguh
berpengaruh terutama
banyak sekali anak anak
yang tidak menyikapi
Civic Disposition dengan
baik terutama di kalangan
anak muda SMA
6) Seberapa pentingkah seseorang Menurut saya sangat lah
memiliki Civic Disposition yang penting untuk memiliki
baik, menurut kalian? Civic Disposition yang
baik terutama mereka yang
sedang bekerja karena
CivicDisposition sangat
dibutuhkan untuk para
pekerja untuk membangun
bangsa dan sikap ini harus
dibangun sejak kita kecil
7) Apakah ada teman dilingkungan Ya tentu saja banyak bahkan
kalian yang masih belum teman sekelas ku saja belum
mempunyai Civic Disposition tentu memiliki Civic
yang baik? Disposition yang kurang
baik terutama dalam sikap
kedisiplinan
8) Bagaimana cara kalian Mungkin agak sulit bagi
menanggapi jika ada teman kalian mereka yang sudah
yang belum mempunyai Civic terbiasa dengan sifatnya
Disposition yang belum baik? yang sudah tumbuh dari
kecil mungkin akan lebih
sulit untuk menangani nya
136

namun untuk solusinya


adalah dengan
memberikan pendidikan
Civic Disposition dengan
praktek langsung dan
rutin untuk membiasakan
dirinya
untuk lebih baik

2 Bagaimana peserta 1) Seperti apakah upaya peserta Sikap dalam mengamalkan


didik dalam didik dalam mengamalkan Pancasila yaitu tetap taat
mengimplementasikan Pancasila di sekolah kepada tuhan Contohnya
Civic Disposition jika sudah waktunya
beribadah maka kegiatan
pembelajaran akan
diberhentikan sejenak
untuk dipakai beribadah
2) Bagaimana cara Ada tugas atau catatan yang
mengimplementasikan sikap belum lengkap, jika
kejujuran setelah mengikuti ditanyakan oleh guru maka
pembelajaran PPKn? dijawab tidak lengkap
3) Bagaimana peserta didik untuk Saling mengingatkan jika
membentuk sikap kepedulian teman yang lain tidak tahu
sosial disekolah? atau sedang terkena masalah
4) Apakah dengan mengikuti Seperti kita menolong atau
pembelajaran PPKn peserta didik membantu teman sedang
dapat membentuk sikap tolong kesusahan
menolong?
5) Apakah peserta didik bisa Kita selalu diajarkan
berperilaku sopan santun setelah berperilaku sopan dan
mengikuti pembelajaran PPKn? santun contohnya jikalau
ada apa-apa harus izin
137

kepada guru
6) Bagaimana peserta didik Kalau dimasyarakat ada
menerapkan nilai-nilai Pancasila kegiatan gotong royong ikut
dalam kehidupan sehari-hari? membantu atau ada orang
tua minta tolong langsung
dijalankan dan sesama
teman saling membantu
maka itu sebagai nilai
Pancasila

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor pendukung agar Faktor yang mendukung
mendukung dan terbentuknya Civic Disposition tentu saja dari cara mengajar
menghambat serta yang baik? dan belajar juga materi yang
solusi dalam diberikan meskipun banyak
pembentukan Civic tetapi dapat dipahami semua
Disposition bagi guru siswa
PPKn terhadap peserta 2) Apakah terdapat faktor banyak faktor
penghambatnya dan yang
didik di SMA Negeri penghambat dari lingkungan
paling sering dijumpai
3 Kota Tangerang ataupun keluarga dalam adalah dari kondisi
lingkungannya yang
pembentukan Civic Disposition?
kurang mendukung
dimana banyak hal buruk
dapat menghalangi Civic
Disposition tersebut
3) Apa solusi atau saran yang kalian Solusi atau saran yang
dilakukan untuk
lakukan ketika adanya faktor
mengurangi hambatan
penghambat dalam pembentukan dalam pembentukan Civic
Disposition adalah
Civic Disposition?
pembiasaan melalui
kebiasaan yang diterapkan
sehari hari seperti mencoba
untuk disiplin, jika
dilakukan sehari-hari lama
lama akan terbiasa
138

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama : Kahfi Arya Mawariez

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda Pembentukan karakter
PPKn dalam membentuk ketahui tentang Civic dari pembelajaran PPKn
Civic Disposition pada Disposition?
peserta didik di SMA 2) Apakah, menurut Bisa, dengan cara
Negeri 3 Kota Tangerang kalian Civic mengetahui tujuan dan
Disposition yang manfaat dari civic
kurang baik bisa disposition
diubah atau tidak ?
3) Apa yang kalian Setiap warga negara
ketahui dari harus mempunyai
pembelajaran PPKn karakter yang baik,
dengan materi yang seperti bertanggung
telah diajarkan tentang jawab, jujur, disiplin, dll
pembentukan Civic
Disposition?
4) Apa perbedaan Civic Perbedaannya terletak
disposition yang baik pada karakter setiap
dan tidak baik yang warga negara
kalian ketahui?
5) Apakah Civic Sangat berpengaruh
Disposition yang karena dengan adanya
diterapkan dalam civic disposition dapat
pembelajaran PPKn mengubah / membentuk
139

sangat berpengaruh karakter menajdi lebih


terhadap kehidupan baik
sehari-hari?
6) Seberapa pentingkah Sangat penting
seseorang memiliki
Civic Disposition yang
baik, menurut kalian?
7) Apakah ada teman Beberapa teman saya
dilingkungan kalian mungkin masih belum
yang masih belum mempunyai civic
mempunyai Civic disposition yang baik
Disposition yang baik?
8) Bagaimana cara kalian Menanggapinya dengan
menanggapi jika ada cara memberi nasihat
teman kalian yang padanya dan
belum mempunyai memberitahu tentang
Civic Disposition yang civic disposition yang
belum baik? baik

2 Bagaimana peserta didik 1) Seperti apakah upaya Sikap peserta didik


dalam peserta didik dalam dalam mengamalkan
mengimplementasikan civic mengamalkan Pancasila yaitu taat
disposition Pancasila di sekolah? kepada tuhan. Seperti
jika sudah waktunya
beribadah maka kegiatan
pembelajaran
diberhentikan sejenak
untuk dipakai beribadah
2) Bagaimana cara Contohnya seperti kita
mengimplementasikan tidak mengerjakan tugas
sikap kejujuran setelah sekolah maka sikap
mengikuti kejujuran tersebut dapat
140

pembelajaran PPKn? di terapkan


3) Bagaimana peserta Membantu sesama teman
didik untuk kelas ataupun sesama
membentuk sikap teman kelas lainnya yang
kepedulian di sekolah? sedang kesusahan
4) Apakah dengan Contohnya seperti kita
mengikuti memberi atau membantu
pembelajaran PPKn kepada orang yang
peserta didik dapat memang membutuhkan
membentuk sikap pertolongan
tolong menolong?
5) Apakah peserta didik Seperti misalnya,
bisa berperilaku sopan berbicara kepada guru
santun setelah atau teman sebaya yang
mengikuti lebih tua dari kami, kami
pembelajaran PPKn? diajarkan sopan santun.
Jadi bahasa dan perilaku
yang kita lakukan dapat
mengurangi kata-kata
atau perilaku yang
kurang mengenakan jika
berperilaku dengan
teman
6) Bagaimana peserta Iya, karena dalam
didik menerapkan pembelajaran PPKn
nilai-nilai Pancasila peserta didik dianjurkan
dalam kehidupan untuk melaksanakan
sehari-hari? nilai-nilai Pancasila.
Contohnya tidak
membeda-bedakan
peserta didik satu dengan
yang lainnya
141

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor Menuru saya lingkungan
mendukung dan pendukung agar yang baik akan menjadi
menghambat serta solusi terbentuknya Civic pendukung utama
dalam pembentukan Civic Disposition yang terbentuknya civic
Disposition bagi guru PPKn baik? disposition yang baik
terhadap peserta didik di 2) Apakah terdapat faktor Mungkin terdapat di
SMA Negeri 3 Kota penghambat dari lingkungan, kalau
Tangerang lingkungan ataupun lingkungan nya tidak
keluarga dalam mendukung akan
pembentukan Civic menjadi penghambat
Disposition? pembentukkan civic
disposition
3) Apa solusi atau saran Saran saya adalah dengan
yang kalian lakukan memberikan edukasi
ketika adanya faktor tentang pembentukan
penghambat dalam civic disposition.
pembentukan Civic
Disposition?
142

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Nadia Shafira

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda ketahui Civic Disposition atau Karakter
Kewarganegaraan adalah sifat yang
PPKn dalam membentuk tentang Civic
harus dimiliki setiap warga negara
Civic Disposition pada Disposition? untuk mendukung efektivitas
partisipasi politik, berfungsinya
peserta didik di SMA
sistem politik yang sehat,
Negeri 3 Kota Tangerang berkembangnya martabat dan harga
diri dan kepentingan umum.
2) Apakah, menurut Bisa, dengan memulai mengubah
dari diri sendiri, seperti menanamkan
kalian Civic
sikap disiplin, bertanggung jawab,
Disposition yang sopan santun dan menghormati orang
lain.
kurang baik bisa diubah
atau tidak ?
3) Apa yang kalian Dengan pembentukan Civic
Disposition, semua siswa dapat
ketahui dari
memiliki karakter sebagai warga
pembelajaran PPKn negara yang baik. Peranan Guru,
Sekolah, Keluarga, Masyarakat dan
dengan materi yang
Pemerintah juga sangat diperlukan
telah diajarkan tentang untuk saling bersinergi menguatkan
Pendidikan Kewarganegaraan ini
pembentukan Civic
agar mampu menjadi mata pelajaran
Disposition? yang dapat menyampaikan mutunya
kepada setiap warga negara.
4) Apa perbedaan Civic Civic Disposition yang baik dapat
meliputi displin, mentaati peraturan.
disposition yang baik
Sedangkan, Civic Disposition yang
dan tidak baik yang buruk meliputi coret-coret tempat
umum, merusak fasilitas umum,
kalian ketahui?
tawuran antar siswa, tidak mentaati
peraturan, dan lain-lain.
143

5) Apakah Civic Tentu, sangat berpengaruh. Karena,


sekolah merupakan tempat dimana
Disposition yang
siswa mendapat ilmu pengetahuan.
diterapkan dalam Dengan mempelajari Civic
Disposition, kita bisa menerapkan di
pembelajaran PPKn
kehidupan sehari-hari bagaimana
sangat berpengaruh menjadi warga negara yang baik.
Misalnya, bertanggung jawab,
terhadap kehidupan
menjaga fasilitas pemerintah, sopan
sehari-hari? terhadap sesama, menghormati orang
lain dan lain lain.
6) Seberapa pentingkah Sangat penting, karena dengan
memiliki Civic Disposition, kita
seseorang memiliki
dapat membentuk generasi muda
Civic Disposition yang yang cerdas, mempunyai budi pekerti
yang luhur sehingga keberadaanya
baik, menurut kalian?
dalam kehidupan bermasyarakat
menjadi bermakna dan mempunyai
karakter baik.
7) Apakah ada teman Tidak ada.
dilingkungan kalian
yang masih belum
mempunyai Civic
Disposition yang baik?
8) Bagaimana cara kalian Memberikan pengetahuan tentang
karakter kewanegaraan yang baik
menanggapi jika ada
teman kalian yang
belum mempunyai
Civic Disposition yang
belum baik?

2 Bagaimana cara peserta 1) Seperti apakah upaya Melaksanakan upacara dengan


peserta didik dalam hikmat untuk menghormati jasa para
didik mengamalkan Pancasila pahlawan kita
mengimplementasikan di sekolah?
2) Bagaimana cara Mengembalikan barang kepada
Civic Disposition pemiliknya setalah dipinjam oleh kita
mengimplementasikan
sikap kejujuran setelah
mengikuti
pembelajaran PPKn?
144

3) Bagimana peserta didik Contohnya yaitu membersihkan


kelas atau lingkungan sekolah secara
untuk membentuk
bersamaan sebelum melakukan
sikap kepedulian sosial pembelajaran disekolah
di sekolah?
4) Apakah dengan Membantu menggalang dana jika ada
teman sekolah yang terkena musibah
mengikuti
atau kesusahan
pembelajaran PPKn
peserta didik dapat
membentuk sikap
saling tolong
menolong?
5) Apakah peserta diidk Setiap harinya kita diajarkan untuk
menjaga lisan dan diajarkan sopan
bisa berperilaku sopan
santun
santun setelah
mengikuti
pembelajaran PPKn?
6) Bagaimana peserta Dalam pelajaran PPKn diajarkan cara
menyelesaikan masalah bersama-
didik menerapkan nilai-
sama dan mencari solusi bersama-
nilai Pancasila dalam sama
kehidupan sehari-hari?

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor Pembiasaan dari Guru dalam hal
bersosialisasi di lingkungan sekolah.
mendukung dan pendukung agar
Selain itu, Guru juga harus
menghambat serta solusi terbentuknya Civic memberikan contoh keteladanan
yang baik kepada siswa. Melalui
dalam pembentukan Civic Disposition yang baik?
keteladanan yang diberikan oleh
Disposition bagi guru Guru PPKn diharapkan siswa dapat
dapat meniru perilaku keterampilan
PPKn terhadap peserta
kewarganegaraan yang dilakukan
didik di SMA Negeri 3 oleh Guru.
2) Apakah terdapat faktor Ada, biasanya hambatan dari
Kota Tangerang
lingkungan. Dengan masyarakat
penghambat dari
yang tidak mengetahui pentingnya
lingkungan ataupun memiliki Civic Disposition di suatu
lingkungan. Membuat seseorang
keluarga dalam
secara perlahan mempelajari apa
pembentukan Civic yang dilihatnya.
145

Disposition?
3) Apa solusi atau saran Pemberian motivasi di setiap
kegiatan pembelajaran guna
yang kalian lakukan
menumbuhkan semangat dan minat
ketika adanya faktor siswa terhadap pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
penghambat dalam
pembentukan Civic
Disposition?
146

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Raihan Esa Rojanu

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda ketahui tentang Karakter/watak
PPKn dalam membentuk Civic Disposition? kewarganegaraan yang
Civic Disposition pada harus dimiliki setiap
peserta didik di SMA warga negara.
Negeri 3 Kota Tangerang 2) Apakah, menurut kalian Civic Bisa diubah dengan cara
Disposition yang kurang baik mengetahui tujuan
bisa diubah atau tidak ? aktifitas, sehingga civic
disposition yang tidak baik
dapat diubah
3) Apa yang kalian ketahui dari Kita harus memiliki
pembelajaran PPKn dengan karakter kewarganaan
materi yang telah diajarkan yang baik seperti :
tentang pembentukan Civic Tanggung jawab secara
Disposition? moral, menumbuhkan
karakter warga negara,
Disiplin, penghargaan
terhadapat harkat dan
martabat
4) Apa perbedaan Civic Perbedaannya terletak
disposition yang baik dan pada kedisiplinan dan juga
tidak baik yang kalian sikap kita sebagai warga
ketahui? negara.
5) Apakah Civic Disposition Sangat berpengaruh
yang diterapkan dalam terhadap sikap dan
147

pembelajaran PPKn sangat aktivitas kita sehari-hari


berpengaruh terhadap
kehidupan sehari-hari?
6) Seberapa pentingkah Penting, dikarenakan civic
seseorang memiliki Civic diposition yang baik
Disposition yang baik, adalah hal yang harus
menurut kalian? dimiliki setiap warga
negara.
7) Apakah ada teman Ada beberapa teman saya
dilingkungan kalian yang dulu yang memiliki civic
masih belum mempunyai Civic disposition/karakter
Disposition yang baik? sebagai warga negara yang
tidak baik.
8) Bagaimana cara kalian Saya akan berperilaku
menanggapi jika ada teman sepantasnya dan
kalian yang belum mempunyai sebatasnya, jika dia
Civic Disposition yang belum memang sudah membuat
baik? tidak nyaman kepada
orang dilingkungannya,
saya mungkin akan
mengobrol dan memberi
tahu apa hyang menurut
saya benar.

2 Bagaimana peserta didik 1) Seperti apakah upaya peserta Menaati tata tertib
dalam didik dalam mengamalkan disekolah, mengikuti
mengimplementasikan Pancasila di sekolah? upacara bendera, dan
Civic Disposition menanamkannya dalam
diri sendiri
2) Bagaimana cara Sangat penting,
mengimplementasikan sikap dikarenakan pembelajaran
kejujuran setelah mengikuti PPKn terpakai pada
148

pembelajaran PPKn? kehidupan kita sehari-hari.


3) Bagaimana peserta didik untuk Caranya dengan tidak
membentuk sikap kepedulian membeda-bedakan teman
sosial? dan menganggap sekolah
itu rumah dan teman-
teman sekolah adalah
saudara
4) Apakah dengan mengikuti Bisa, karena adanya
pembelajaran PPKn peserta pembelajaran PPKn kita
didik dapat membentuk sikap mempelajari bagaimana
tolong menolong? para pahlawan saling
membantu untuk
kemerdekaan Indoneisa
sehingga kita terdorong
untuk saling menolong
5) Apakah peserta didik bisa Jelas bisa, karena PPKn
berperilaku sopan santun juga berbicara tentang
setelah mengikuti hukum sehingga kita bisa
pembelajaran PPKn memperbaharui perilaku
kita dan jika memaknai
Pancasila itu sendiri saja
banyak pelajaran tentang
sopan santun meskipun
kita berbeda
6) Bagimana peserta didik Membantu masyarakat
menerapkan nilai-nilai saat sedang kesulitan,
Pancasila dalam kehidupan menjalankan perintah
sehari-hari? tuhan dengan beribadah,
ikut serta dalam organisasi
masyarakat dan berusaha
menjadi manfaat bagi
umat
149

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor pendukung Memiliki orang-orang
mendukung dan agar terbentuknya Civic terdekat yang berpikiran
menghambat serta solusi Disposition yang baik? sehat serta berada di
dalam pembentukan Civic lingkungan yang tepat.
Disposition bagi guru 2) Apakah terdapat faktor Keluarga atau lingkungan
PPKn terhadap peserta penghambat dari lingkungan yang pikirannya tertutup
didik di SMA Negeri 3 ataupun keluarga dalam serta tidak mendukung
Kota Tangerang pembentukan Civic dapat menjadi penghambat
Disposition? terbentuknya Civic
Disposition.
3) Apa solusi atau saran yang Saran yang akan saya
kalian lakukan ketika adanya lakukan adalah
faktor penghambat dalam penyaringan, dalam artian
pembentukan Civic berfikir menurut
Disposition? pemikiran sendiri dan
mengetahui apa yang baik
dan tidak baik.
150

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Ratih Kurnia Pasya

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

N RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


O
1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda ketahui Civic Disposition adalah sifat
PPKn dalam membentuk tentang Civic Disposition? atau karakter
Civic Disposition pada kewarganegaraan.
peserta didik di SMA 2) Apakah, menurut kalian Civic Disposition yang kurang
Negeri 3 Kota Tangerang Civic Disposition yang baik masih bisa untuk
kurang baik bisa diubah diubah.dengan binaan.
atau tidak ?
3) Apa yang kalian ketahui Materi Civic Disposition belum
dari pembelajaran PPKn diajarkan di kelas saya.
dengan materi yang telah
diajarkan tentang
pembentukan Civic
Disposition?
4) Apa perbedaan Civic Civic Disposition yang baik
disposition yang baik dan contohnya berperan aktif
tidak baik yang kalian dalam kehidupan berpolitik.
ketahui? Civic Disposition yang kurang
baik contohnya bersikap apatis
dengan kegiatan-kegiatan
politik
5) Apakah Civic Disposition Iya, sangat berpengaruh dalam
yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.terutama
pembelajaran PPKn sangat kehidupan berpolitik di
151

berpengaruh terhadap masyarakat.


kehidupan sehari-hari?
6) Seberapa pentingkah Sangat penting, agar dapat
seseorang memiliki Civic menjadi warga negara yang
Disposition yang baik, baik.
menurut kalian?
7) Apakah ada teman Iya, beberapa dari teman saya
dilingkungan kalian yang belum memahami apa itu Civic
masih belum mempunyai Disposition.
Civic Disposition yang
baik?
8) Bagaimana cara kalian Mengajaknya untuk berdiskusi
menanggapi jika ada dan bertukar pendapat agar
teman kalian yang belum dapat lebih memahami dan
mempunyai Civic mengerti isi pikirannya.
Disposition yang belum
baik?

2 Bagaimana peserta didik 1) Seperti apakah upaya Selalu menerapkan yang sudah
dalam peserta didik dalam diajarkan baik disekolah
mengimplementasikan mengamalkan Pancasila di maupun dalam kehidupan
Civic Disposition sekolah sehari-hari
2) Bagaimana cara Kalau dari saya, misalkan
mengimplementasikan mengerjakan tugas itu
sikap kejujuran setelah mengerjakan sendiri tanpa
mengikuti pembelajaran mencontek
PPKn?
3) Bagaimana peserta didik Pastinya karena kita harus
untuk membentuk sikap adanya kebersamaan dengan
kepedulian sosial membantu memberi perhatian
disekolah? kepada orang-orang yang
sedang terkena masalah
152

4) Apakah dengan mengikuti Menumbuhkan sikap tolong


pembelajaran PPKn menolong, misalnya jika teman
peserta didik dapat mengalami kesusahan atau
membentuk sikap tolong sebaliknya maka kta saling
menolong? membantu
5) Apakah peserta didik bisa Iya, karena setelah mengikuti
berperilaku sopan santun pembelajaran kita bersikap
setelah mengikuti baik dan bener dengan
pembelajaran PPKn? menggunakan etika
6) Bagaimana peserta didik Kalau saya mengambil dari sila
menerapkan nilai-nilai pertama yaitu ketuhanan yang
Pancasila dalam maha Esa itu lebih taat kepada
kehidupan sehari-hari? tuhan seperti shalat, ngaji

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor Memiliki orang-orang terdekat
mendukung dan pendukung agar yang berpikiran sehat serta
menghambat serta solusi terbentuknya Civic berada di lingkungan yang
dalam pembentukan Civic Disposition yang baik? tepat.
Disposition bagi guru 2) Apakah terdapat faktor Keluarga atau lingkungan yang
PPKn terhadap peserta penghambat dari pikirannya tertutup serta tidak
didik di SMA Negeri 3 lingkungan ataupun mendukung dapat menjadi
Kota Tangerang keluarga dalam penghambat terbentuknya
pembentukan Civic Civic Disposition.
Disposition?
3) Apa solusi atau saran yang Melakukan diskusi terbuka dan
kalian lakukan ketika bertukar pendapat agar dapat
adanya faktor penghambat lebih mengerti pokok
dalam pembentukan Civic permasalahannya.
Disposition?
153

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama Lengkap : Rendy Zulian N.F

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda Civic Disposition
PPKn dalam membentuk ketahui tentang adalah karakter
Civic Disposition pada Civic Disposition? kewarganegaraan yang
peserta didik di SMA dimiliki oleh setiap
Negeri 3 Kota Tangerang warga negara untuk
menjalankan aktivitas
sehari-hari
2) Apakah, menurut Dengan cara
kalian Civic mengetahui tujuan
Disposition yang aktifitas kita, Civic
kurang baik bisa Disposition yang
diubah atau tidak ? kurang baik dapat
kita ubah dengan
sikap, watak, dan
karakter pada diri
kita sendiri.
3) Apa yang kalian Yang saya ketahui
ketahui dari tentang pembentukan
pembelajaran PPKn Civic Disposition
dengan materi yang seperti: Menumbuhkan
telah diajarkan karakter
tentang kewarganegaraan,
pembentukan Civic memiliki tanggung
Disposition? jawab, disiplin pada
154

pembagian waktu,
sopan dan berperilaku
baik, dan memiliki
kepedulian sebagai
warga negara
4) Apa perbedaan Civic Perbedaannya adalah
disposition yang sikap, watak, dan
baik dan tidak baik karakter kita dalam
yang kalian ketahui? menjalani hidup
sebagai
kewarganegaraan, dan
menjalani kehidupan
sehari-hari.
5) Apakah Civic Tentu sangat
Disposition yang berpengaruh dalam
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari
pembelajaran PPKn karena sikap, watak,
sangat berpengaruh dan karakter kita harus
terhadap kehidupan dikembangkan setiap
sehari-hari? hari
6) Seberapa pentingkah Tentu sangat penting,
seseorang memiliki karena civic
Civic Disposition disposision termasuk
yang baik, menurut pedoman dan nilai
kalian? moral yang harus kita
Kembangkan dalam
kehidupan sehari-
hari.
7) Apakah ada teman Tentu ada, karena
dilingkungan kalian karakter seseorang
yang masih belum berbeda-beda dengan
mempunyai Civic sikap civic disposition
155

Disposition yang kita dapat tumbuh


baik? menjadi lebih baik dari
yang sebelumnya
8) Bagaimana cara Dengan cara
kalian menanggapi menasehatinya dan
jika ada teman membenarkan sikap
kalian yang belum dan wataknya agar
mempunyai Civic dapat memiliki sikap
Disposition yang Civic Disposition,
belum baik? karena sikap ini harus
kita lakukan

2 Bagaimana peserta didik 1) Seperti apakah Bisa kerana kita


dalam upaya peserta didik diajarkan bagaimana
mengimplementasikan dalam mengamalkan agar bisa meyakinkan
Civic Disposition Pancasila di sekolah orang lain seperti
ketika memberikan
solusi

2) Bagaimana cara Bisa karena kita


mengimplementasik diajarkan bagaimaina
an sikap kejujuran agar bisa bersikap jujur
setelah mengikuti kepada orang lain
pembelajaran PPKn? seperti tidak mengambil
barang milik orang lain
3) Bagaimana peserta Iya, bisa seperti kita
didik untuk membantu orang yang
membentuk sikap sedang terkena musibah
kepedulian sosial
disekolah?
4) Apakah dengan Dengan cara membantu
mengikuti teman dalam keadaan
156

pembelajaran PPKn apapun


peserta didik dapat
membentuk sikap
tolong menolong?
5) Apakah peserta Iya, di dalam
didik bisa pembelajaran PPKn
berperilaku sopan menggunakan bahasa
santun setelah yang baik dan benar
mengikuti dengan menggunakan
pembelajaran PPKn? etika
6) Bagaimana peserta Iya, karena dalam
didik menerapkan pelajaran PPKn
nilai-nilai Pancasila diajarkan civic
dalam kehidupan disposition yang baik
sehari-hari?

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor Faktor pendukung


mendukung dan pendukung agar agar terbentuknya
menghambat serta solusi terbentuknya Civic sikap Civic
dalam pembentukan Civic Disposition yang Disposition adalah:
Disposition bagi guru baik? Selalu bersikap baik
PPKn terhadap peserta terhadap seseorang
didik di SMA Negeri 3 disekitar. Selalu
Kota Tangerang percaya diri, Selalu
tanggung jawab dan
peduli sesama orang
lain agar sikap civic
disposition melekat
pada diri kita
masing-masing.
2) Apakah terdapat Faktor penghambat
faktor penghambat Civic Disposition
157

dari lingkungan seperti : tidak ada niat


ataupun keluarga untuk membentuk
dalam pembentukan watak
Civic Disposition? kewarganegaraan, tidak
mau bertanggung jawab
terhadap apa yang di
lakukan, tidak percaya
diri dan mudah putus
asa
3) Apa solusi atau solusinya setiap warga
saran yang kalian negara harus memiliki
lakukan ketika tujuan utama untuk
adanya faktor membentuk sikap civic
penghambat dalam disposition
pembentukan Civic
Disposition?
158

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama : Salsabilla Azzahra

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1 Bagaimana peran 1) Apa yang anda ketahui tentang Peran guru PKn dalam membina
guru PPKn dalam
keterampilan siswa sangatlah penting
Civic Disposition?
seperti guru harus bisa membimbing
membentuk Civic dan mendorong motivasi siswa
Disposition pada dengan baik dalam peroses
pembelajaran dikelas.
peserta didik di SMA
Negeri 3 Kota 2) Apakah, menurut kalian Civic Bisa, karena adanya perubahan nilai-
Tangerang Disposition yang kurang baik nilai positif dalam lingkungan
bisa diubah atau tidak ? pendidikan, sebagai contoh banyak
terjadinya kekerasan oleh guru
terhadap siswa, pelecehan seksual
oleh guru terhadap siswa, tawuran
antar pelajar bahkan mahasiswa,
narkoba dan seks bebas.
3) Apa yang kalian ketahui dari Karakter ini pembentukannya harus
pembelajaran PPKn dengan dirancang sedemikian rupa sehingga
materi yang telah diajarkan terjadi keterpaduan konsep moral,
tentang pembentukan Civic sikap moral dan perilaku moral
Disposition? Pancasila dan UUD 1945.

4) Apa perbedaan Civic Civic disposition yang baik karakter


disposition yang baik dan tidak warga negara, baik karakter privat
baik yang kalian ketahui? seperti; tanggungjawab moral,
disiplin diri, dan penghargaan
terhadap harkat dan martabat
manusia dari setiap individu, maupun
159

karakter public

5) Apakah Civic Disposition yang iya, sebab seperti tanggung jawab


diterapkan dalam moral, disiplin diri, dan penghargaan
pembelajaran PPKn sangat terhadap harkat dan martabat manusia

berpengaruh terhadap dari setiap individu.

kehidupan sehari-hari?

6) Seberapa pentingkah Penting, karena watak atau sifat yang


seseorang memiliki Civic harus dimiliki warga negara untuk
Disposition yang baik, mendukung keterampilan dan

menurut kalian? pengetahuan kewarganega- raan.

7) Apakah ada teman Tidak ada, karena sudah mempunyai


dilingkungan kalian yang kecerdasan dan daya nalar warga
masih belum mempunyai Civic negara yang baik dalam dimensi
Disposition yang baik? spiritual, rasional, emosional, maupun
sosial, secara individual, dan sosial.
8) Bagaimana cara kalian Mendorong untuk ikut berperan serta
menanggapi jika ada teman dalam kegiatan kewarganegaraan dalam
kalian yang belum mempunyai lingkup yang lebih luas yaitu dalam

Civic Disposition yang belum kehidupan bermasyarakat, berbangsa

baik? dan bernegara.

2 Bagiamana peserta 1) Seperti apakah upaya peserta Upaya nya dengan cara menerapkan
didik dalam didik dalam mengamalkan kepedulian terhadap teman-teman,
mengimplementasik Pancasila di sekolah? guru, dan penjaga sekolah berlaku
an Civic Disposition sopan dilingkungan sekolah
2) Bagaimana cara Tidak mencontek saat ujian, berkata
jujur jika ditanya guru atau teman dan
mengimplementasikan sikap tidak boleh mengambil barang
kejujuran setelah mengikuti temannya

pembelajaran PPKn ?

3) Bagaimana peserta didik untuk Membantu jika ada teman yang sakit,
160

membentuk sikap kepedulian membuang sampah jika melihat sampah


sosial di sekolah? berserakan

4) Apakah dengan mengikuti Jika ada teman yang kesusahan segera


pembelajaran PPKn peserta dibantu misalkan kesulitan dalam
didik dapat membentuk sikap memahami pelajaran atau yang lainnya

tolong menolong?

5) Apakah peserta didik bisa Bisa, jika melihat guru hendaknya


berperilaku sopan santun menyapa baik diluar maupun didalam
setelah mengikuti sekolah, mengucapkan permisi jika

pembelajaran PPKn? melewati guru atau teman, tidak


berbicara saat guru sedang
menerangkan, dan tidak berkata kasar
6) Bagaimana peserta didik Melaksanakan shalat lima waktu sesuai
menerapkan nilai-nilai dengan anjuran agama, peduli dengan
Pancasila dalam kehidupan sekitarnya, tidak bersikpa egois,

sehari-hari? menaati peraturan yang ada


disekitarnya

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor pendukung 1. memiliki semangat kebangsaan,
2) memiliki karakter demokratis,
mendukung dan agar terbentuknya Civic 3) memiliki kesadaran bela negara,
menghambat serta Disposition yang baik? 4) menghargai hak asasi manusia,
5) sikap menghargai kemajemukan
solusi dalam
bangsa,
pembentukan Civic 6) kesadaran akan kelestarian
lingkungan hidup, 7) memiliki
Disposition bagi guru
tanggungjawab sosial,
PPKn terhadap 8) ketaatan pada hukum,
9) ketaatan pada hukum,
peserta didik di SMA
10) ketaatan membayar pajak dan,
Negeri 3 Kota 11) sikap anti korupsi, kolusi dan
Tangerang nepotisme
2) Apakah terdapat faktor Ya ada, sebab lingkungan alamiah
penghambat dari lingkungan seperti kondisi udara yang segar, tidak
ataupun keluarga dalam panas dan tidak dingin, sinar yang tidak

pembentukan Civic terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu


161

Disposition? lemah/gelap, suasana yang sejuk dan


tenang, sebaliknya bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung,
proses belajar siswa akan terhambat.
3) Apa solusi atau saran yang Saran, Kebebasan berpendapat
Pada saat tanya jawab dalam kegiatan
kalian lakukan ketika adanya critical thingking, Komunikasi atau
faktor penghambat dalam bekerjasana dengan kelomopok
Peserta didik saling berkerjasama dalam
pembentukan Civic kelompok pada kegiatan collaboration
Disposition? di dalam RPP untuk saling diskusi dalam
pemecahan masalah, Menghargai
pendapat orang lain Dalam kegiatan
peserta mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
162

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PESERTA DIDIK

Nama : Savirra Azzahra Purnama

Kelas : XII IPS 1

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

NO RUMUSAN MASALAH PERTANYAAN JAWABAN


1 Bagaimana peran guru 1) Apa yang anda Civic disposition
PPKn dalam membentuk ketahui tentang merupakan sifat
Civic Disposition pada Civic Disposition? yang harus di miliki
peserta didik di SMA setiap warga negara
Negeri 3 Kota Tangerang untuk mendukung
efektivitas
partisipasi politik,
berfungsinya sistem
politik yang sehat,
2) Apakah, menurut Bisa, asalkan setiap
kalian Civic orang mau
Disposition yang mengubah watak
kurang baik bisa kewarganegaraan
diubah atau tidak ? dalam dirinya
3) Apa yang kalian Civic disposition
ketahui dari atau karakter
pembelajaran PPKn kewarganegaraan
dengan materi yang telah menjadi
telah diajarkan bagian dari
tentang pembelajaran
pembentukan Civic pendidikan
Disposition? kewarganegaraan
yang mempelajari
163

watak
kewarganegaraan
individu
4) Apa perbedaan Civic Civic disposition
disposition yang yang baik adalah
baik dan tidak baik karakter atau sifat
yang kalian ketahui? warga negara yang
mempunyai rasa
kecintaan nya pada
tanag air, dan
bertanggung jawab.
Sedangkan civic
disposition yang
kurang baik
ditandai dengan
sifat atau karakter
warga negara yang
tidak punya rasa
kepedulian terhadap
sesame
5) Apakah Civic ya, sangat
Disposition yang berpengaruh karena
diterapkan dalam menyangkut sifat
pembelajaran PPKn atau karakter setiap
sangat berpengaruh warga negara yang
terhadap kehidupan mengacu pada
sehari-hari? perilaku/tindakan
tindakan yang
dilakukan
6) Seberapa pentingkah Manurut saya
seseorang memiliki sangat penting
Civic Disposition untuk membangun
164

yang baik, menurut karakter/sifat


kalian? kewarganegaraan
nya
7) Apakah ada teman Ada, bahkan
dilingkungan kalian banyak orang di
yang masih belum luaran sana yang
mempunyai Civic masih belum
Disposition yang mempuyai civic
baik? disposition yang
kurang baik
8) Bagaimana cara Menasehatinya dan
kalian menanggapi mengajak mereka
jika ada teman untuk mengenal apa
kalian yang belum itu civic disposition
mempunyai Civic yang baik dan
Disposition yang bagaimana cara
belum baik? menerapkan nya
dalam kehiduan
sehari hari

2 Bagaimana minat peserta 1) Seperti apakah upaya Bisa, karena kita


didik dalam menanamkan peserta didik dalam diajarkan
Civic Disposition melalui mengamalkan bagaimana agar
usaha guru PPKn di SMA Pancasila di sekolah? bisa menyakinkan
Negeri 3 Kota Tangerang orang lain seperti
ketika kita sedang
memberikan solusi
dan motivasi
2) Bagaimana cara Dalam pelajaran
mengimplementasik PPKn kita diajarkan
an sikap kejujuran sikap jujur
setelah mengikuti contohnya,
165

pembelajaran PPKn? memberitahuan


hasil ujian sekolah
kepada orang tua
3) Bagimana peserta Iya, karena kita
didik untuk diajarkan sikap
membentuk sikap peduli kepada orang
kepedulian sosial di lain. Contohnya,
sekolah? peduli kepada
seseorang yang
sedang
membutuhkan
kepedulian kita
4) Apakah dengan Iya, karena
mengikuti pembelajaran PPKn
pembelajaran PPKn tidak hanya tentang
peserta didik dapat penerapan hukum
membentuk sikap dan politik saja
saling tolong tetapi juga menjadi
menolong? warga negara yang
saling tolong
menolong
5) Apakah peserta Iya, karena di
diidk bisa pembelajaran PPKn
berperilaku sopan belajar tentang
santun setelah bagaimana
mengikuti melaksanakan hak
pembelajaran PPKn? dan kewajiban yaitu
salah satunya sopan
santun
6) Bagaimana peserta Iya, karena di
didik menerapkan pembelajaran PPkn
nilai-nilai Pancasila kita di ajarkan
166

dalam kehidupan etika, sopan santun,


sehari-hari? dan menerapkan
civic disposition

3 Faktor apa saja yang 1) Apa saja faktor 1.pendidikan


mendukung dan pendukung agar 2. diri sendiri
menghambat serta solusi terbentuknya Civic 3. keluarga
dalam pembentukan Civic Disposition yang
Disposition bagi guru baik?
PPKn terhadap peserta 2) Apakah terdapat Tidak.
didik di SMA Negeri 3 faktor penghambat
Kota Tangerang dari lingkungan
ataupun keluarga
dalam pembentukan
Civic Disposition?
3) Apa solusi atau Bermusyawarah
saran yang kalian dan membicarakan
lakukan ketika nya baik baik dan
adanya faktor dengan kepala
penghambat dalam dingin agar
pembentukan Civic mendapat solusi
Disposition? atau jalan keluar
yang terbaik
167

No Dokumen Ada Tidak Keterangan


1 Dokumen profil Sekolah  Ada

2 Visi dan Misi Sekolah Ada


3 Data Jumlah pendidik dan Ada
tenaga kependidikan

4 Data Jumlah peserta didik Ada


SMA Negeri 3 Kota
Tangerang
5 Silabus
6 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaraan (RPP)

7 Sarana dan Prasarana Ada


d. Ruang guru
e. Ruang Kelas
f. Ruang Perpustakaan

LEMBAR CHECKLIST DOKUMENTASI


168
169

B. 1. Surat Observasi
170

B. 2 Surat Balasan Observasi


171

C. 1 Foto-Foto

Setelah wawancara Studi Pendahuluan dengan Guru PPKn


172

Setelah wawancara Penelitian dengan Guru PPKn


173

Wawancara dengan Peserta Didik


174
175
176

Sebagian Foto Sekolah


177
178

Kegiatan Saat Pembelajaran PPKn Online dan Wawancara Peserta Didik Online
179

Kegiatan Saat Pembelajaran PPKn Berlangsung


180
181

Anda mungkin juga menyukai