Anda di halaman 1dari 83

PERAN GURU SENI BUDAYA PADA ANAK AUTISME DI SEKOLAH

LUAR BIASA MELATI RUMBAI PEKANBARU RIAU TA 2021/2022

SKRIPSI
Skripsi Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

MADE SARAH LARASATI


186710542

PEMBIMBING
DR. NURMALINDA, S,Kar, M,Pd
NIDN: 1014096701

PENDIDIKAN SENDRATASIK
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022
PERAN GURU SENI BUDAYA PADA AUTISM DI SEKOLAH LUAR

BIASA MELATI RUMBAI PEKANBARU RIAU TA 2021/2022

MADE SARAH LARASATI


186710542

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang peran guru yang ditinjau
aspek peran guru pada anak berkebutuhan khusus terlebih Peran Guru Seni Budaya
Pada Autisme Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA
2021/2022. Teori peran guru yang digunakan penulis untuk mengetahui peran guru
( demonstator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, evaluator) dalam penulisan
ini adalah teori Rusman (2016). Metode yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif yang dilakukan dengan cara menggambarkan
maupun menguraikan hal – hal yang berkaitan dengan suatu keadaan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan Teknik observasi, Teknik wawancara dan
Teknik dokumentasi. Analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh oleh penulis dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru pada anak berkebutuhan khusus
terlebih Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau yaitu
sebagai demonstator yang guru menerangkan pembelajaran dengan sangat pelan
dan selalu menjaga mood siswa-siswi, pengelola kelas yang guru nya mengatur
tempat duduk didalam kelas sebelum memulai pembelajaran, mediator dan
fasilitator yang gurunya memberikan media yang unik untuk menarik pehatian
murid, dan evaluator yang setiap guru mengevaluasi kemajuan murid dalam satu
semester.

Kata kunci : Peran Guru, Peran Guru Pada Autis

ii
THE ROLE OF THE ART CULTURE TEACHER IN AUTISM IN JASMINE
RUMBAI SPECIAL SCHOOL PEKANBARU RIAU TA 2021/2022

MADE SARAH LARASATI


186710542

ABSTRACT

This study aims to describe the teacher's role in terms of the teacher's role for
children with special needs, especially the role of the Cultural Arts Teacher on
Autism at the Melati Rumbai Special School Pekanbaru, Riau FY 2021/2022. The
theory of the teacher's role used by the author to determine the role of the teacher
(demonstator, class manager, mediator and facilitator, evaluator) in this writing is
Rusman's (2016) theory. The method used by the author in this study is a qualitative
method which is done by describing and describing things related to a situation.
The data collection techniques used were observation techniques, interview
techniques and documentation techniques. Data analysis by means of data
reduction, data presentation and drawing conclusions. The results obtained by the
authors in this study indicate that the role of teachers in children with special needs,
especially Autistic Children at the Rumbai Special School, Pekanbaru Riau, as a
demonstrator whose teacher explains learning very slowly and always keeps the
students' mood, class manager whose teacher arranges seats in the class before
starting learning, mediator and facilitator whose teacher provides unique media to
attract students' attention, and evaluator who every teacher evaluate student
progress in one semester.

Keywords: Teacher's Role, Teacher's Role in Autism

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada allah SWT yang memberikan rahmat,

hidayat serta karuniannya sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah penelittian

ini dengan judul “ Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autis Disekolah Melati

Luar Biasa Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022“ shalawat beriring salam

penulis hadiahkan kepada sang pemimpin Rasulullah SAW yang senantiasa

menjadi panutan umatnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada program Studi Pendidikan Seni Drama Tari Dan Music Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan

peghargaan setinggi – tingginya kepada :

1. Dr. Miranti Eka Putri, M,Ed selaku PLT Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Islam Riau, yang telah memberikan kemudahan

terhadap penulis dalam proses akademik perkuliahan.

2. Dr. Hj Nurhuda, M,Pd selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam

Riau, yang telah memberikan kemudahan terhadap penulis dalam proses

akademik perkuliahan.

3. Drs. Daharis, M,Pd selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau, yang

telah memberikan pengarahan kepada penulis.

iv
4. Evadila, S,Sn, M,Sn selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Drama

Tari dan Musik, yang telah memberikan kemudahan terhadap penulis

dalam proses akademik perkuliahan.

5. Idawati, S,Pd, M.A selaku sekretaris program Studi Pendidikan Seni

Drama Tari dan Musik , yang telah memberikan kemudahan terhadap

penulis dalam proses akademik perkuliahan.

6. Dr. Nurmalinda, S,Kar, M,Pd selaku dosen Program Studi Pendidikan

Seni Drama Tari dan Musik sekaligus dosen pembimbing yang telah

meluangkan kepada penulis. Dengan penuh kesabaran bapak selalu

membimbing saya.

7. Dan seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan

music yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan serta

motivasi kepada penulis selama perkuliahan.

8. Teristimewa Kepada kedua orang tua tecinta, ayahanda ketut ginawa dan

ibu eliwana. Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk ayah dan

ibu yang telah mengisi dunia saya dengan begitu banyak kebahagiaan

sehingga seumur hidup tidak cukup untuk menikmati semuanya.

9. Untuk kakak dan adek – adek saya terimkasih telah mendukung penuh

saya dalam penulisan skripsi ini.

10. Untuk Daviddefikry terimakasih sudah meluangkan waktu untuk

menemani selama proses pembuatan skripsi ini dan menjadi support

sistem saya dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Untuk Anis, Putri, Anang, Luthfi, Radi, Zud yang sudah berusaha kasih

semangat kepada saya dalam mengerjakam skripsi ini.

v
12. Dan seluruh teman – teman seperjuangan Angkatan 2018 khususnya

kelas A tari, yang sudah memberikan dukungan dan semangat terhadap

penulis sehingga dapat menyeleseikan skripsi ini.

Demikian skripsi ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,

atau pun adanya ketidak sesuaian penelitian yang saya angkat ini, saya mohon maaf.

Saya sebagai penulis menerima kritis dan saran seluas – luasnya dari pembaca agar

bisa membuat skripsi yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Pekanbaru, Agustus 2022


Penulis

Made Sarah Larasati


Npm : 186710542

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB I PEDAHULUAN ....................................................................................... 12
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 12
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 16
1.3. Tujuan Penelitian Masalah ..................................................................... 17
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 17
1.5. Batasan Masalah ..................................................................................... 17
1.6. Defenisi Operasional .............................................................................. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 20
2.1 Konsep Peran Guru ..................................................................................... 20
2.2 Teori Peran Guru ......................................................................................... 21
2.3 Peranan Guru Pedamping Khusus Anak Autisme ....................................... 23
2.4 Aspek Psikologis Dari Anak Autisme ......................................................... 25
2.5 Sejarah Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru .............................. 27
2.6 Kajian Relevan ............................................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35
3.1. Metode Penelitian ................................................................................... 35
3.2. Lokasi Penelitian .................................................................................... 35
3.3. Subjek Penelitian .................................................................................... 36
3.4. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 37
3.4.1. Data Primer ......................................................................................... 37
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................................... 37
3.5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38
3.5.1 Observasi ............................................................................................. 38
3.5.2 Wawancara............................................................................................ 39
3.5.3 Dokumentasi ......................................................................................... 40
3.6. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40
3.6.1 Reduksi Data ......................................................................................... 41

vii
3.6.2 Penyajian data ....................................................................................... 41
3.6.3 Menarik Kesimpulan dan Memutuskan (Verifikasi) ............................. 41
3.7. Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 42
3.7.1 Kreadibilitas (creability) ....................................................................... 42
3.7.2 Kebergantungan .................................................................................... 42
3.7.3 Kepastian (confirmability) .................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 44
4.1 Gambar Umum ........................................................................................... 44
4.1.1 Gambar Umum Lokasi Penelitian......................................................... 44
4.1.1.1 Kondisi Wilayah Kota Pekanbaru ................................................. 44
4.1.1.2. Kondisi Wilayah Rumbai .............................................................. 46
4.1.2 Jumlah Penduduk , Prasaran Pendidikan, Serta Agama Masyarakat Di
Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Provinsi Riau ............................................. 47
4.1.2.1 Jumlah penduduk .......................................................................... 47
4.1.2.3 Agama ........................................................................................... 48
4.1.2.4 Pendidikan ..................................................................................... 48
4.2 Penyajian data .............................................................................................. 49
4.2.1 Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa
Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022 ............................................ 49
4.2.2 Peran Guru Sebagai demonstator Peran Guru Seni Budaya Pada Anak
Autisme Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA
2021/2022 ...................................................................................................... 50
4.2.3 Guru Sebagai Pengelola Kelas Peran Guru Seni Budaya Pada Anak
Autisme Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA
2021/2022 ...................................................................................................... 53
4.2.4 Guru Sebagai Mediator Dan Fasiliator Peran Guru Seni Budaya Pada
Anak Autisme Disekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA
2021/2022 ...................................................................................................... 54
4.2.5 Guru Sebagai Evaluator Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autisme
Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022 ....... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 59
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 59
5.2. Hambatan .................................................................................................... 60
5.3. Saran ........................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
DATA INFORMAN ............................................................................................ 65

viii
DAFTAR WAWANCARA ................................................................................. 66

ix
DAFTAR TABEL

Table 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Rumbai


Kota Pekanbaru Provinsi Riau ...................................................................................... 47
Table 4.2. Jumlah Gedung Pendidikan Di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru
Provinsi Riau................................................................................................................... 48

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Kota Pekanbaru ................................................................................................... 45


Gambar 4.2. Peta Kecamtan Rumbai............................................................................................... 47
Gambar 4.3 : Guru sedang menerangkan pembelajaran ............................................................... 52
Gambar 4.4 : Murid sedang mengerjakan tugas............................................................................. 52
Gambar 4.6 : Guru sedang mengatur tempat duduk murid .......................................................... 54
Gambar 4.7 : Media sederhana pembelajaran ................................................................................ 56
Gambar 4.8 : Murid sedang mengerjakan tugas sederhana yang diberikan oleh gurunya ....... 56
Gambar 4.9 : Pembagian rapor siswa – siswi ................................................................................. 58

xi
BAB I

PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan individu dapat berlangsung melalui pendidikan formal,

nonformal, dan nonformal. Salah satu tempat berlangsungnya pendidikan

formal adalah perguruan tinggi, yaitu melanjutkan pendidikan siswa setelah

menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas. Perguruan Tinggi adalah

satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi Pasal 1 angka 6,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Pasal 1 angka 9 (UU No. 12

Tahun 2012).

Pendidikan untuk Semua juga didasarkan pada Deklarasi Universal Hak

Asasi Manusia 1948, yang menetapkan bahwa setiap anak harus menerima

pendidikan dasar. Dijelaskan pula bahwa Education for All artinya setiap anak

di Indonesia wajib mengenyam pendidikan, termasuk anak berkebutuhan

khusus atau anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, anak berkebutuhan

khusus, seperti anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan anak

sulit belajar, mempunyai kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan.

Di sekolah inklusi, terdapat banyak sekali jenis anak berkebutuhan khusus

(ABK), dan anak autis adalah salah satunya. Siswa autis juga merupakan

individu yang harus menerima pendidikan akademik dan non-akademik.

Permasalahan yang muncul di tempat kejadian, sedikit orang yang mengetahui

tentang anak autis. Dalam penelitian ini, banyak informasi yang dibutuhkan

tentang siapa siswa autis dan mengapa.

12
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang melibatkan

komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinatif. Anak autis memiliki

masalah dengan gangguan sensorik, pola bermain, perilaku, dan emosi. Anak

autis juga berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak bersama

dengan anak normal lainnya. Undang-undang tentang penyelenggaraan layanan

pendidikan bagi penyandang kebutuhan khusus secara jelas menyatakan bahwa

“pendidikan luar biasa adalah pendidikan peserta didik dengan potensi dan

bakat khusus yang mengalami kesulitan mengikuti proses pembelajaran karena

cacat fisik, emosi, atau mental” (RI No. 2003 Pasal 20 Pasal 32 ayat 1). Secara

hukum, anak autis berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran yang sesuai

dengan kemampuan dan potensi anak. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada

di dunia ini tidak terjangkau, terutama anak autis, yaitu anak yang mengalami

hambatan dalam perkembangan perilaku.

Oleh karena itu, pendidikan anak autis harus lebih diperhatikan, karena

tidak semua anak autis bisa belajar dengan anak biasa, karena anak autis sulit

berkonsentrasi. Dalam konteks ini, masyarakat merasa perlu untuk

memfokuskan kegiatannya dalam membantu individu siswa autis agar mereka

dapat berhasil dalam proses pendidikan. Secara umum, anak autis tidak jauh

berbeda secara fisik dengan anak normal lainnya, tetapi sangat berbeda secara

psikologis.

Sekelompok kecil masyarakat kurang beruntung karena memiliki

kelainan fisik, mental, perilaku, dan/atau pergaulan. Oleh karena itu, dalam

kegiatan proses pembelajaran, guru harus mampu membimbing dan memotivasi

siswa autis, yang membantu membangkitkan keinginan dan minat baru,

13
membangkitkan motivasi dan rangsangan untuk kegiatan belajar, bahkan

berdampak psikologis pada siswa.

Di sekolah untuk anak autis, guru memiliki peran ganda sebagai guru

dan pendidik, membantu orang tua anak autis di sekolah dan membantu terapis

atau mentor dan pelatih dalam program manajemen autisme. Guru perlu

memperhatikan kelemahan dan kelebihan yang mendasari anak autis saat

mempersiapkan dan melaksanakan pendidikan anak autis. Guru perlu

memberikan latihan terstruktur untuk meminimalkan kemungkinan anak

terputus dari teman, dan mengambil tindakan segera ketika melihat anak

melakukan aktivitasnya sendiri.

Dalam menangani anak autis, guru harus menciptakan lingkungan

sekolah yang aman, tertib, dan tanggap bagi anak autis. Guru harus bekerja

untuk mengembangkan kepercayaan pada anak dan membantu orang tua

memahami dan mempraktikkan keterampilan perilaku yang diajarkan dengan

anak autis untuk meningkatkan kognisi orang tua untuk secara efektif

membantu dan mengontrol perilaku anak-anak mereka. Selain itu, guru perlu

mengembangkan berbagai keterampilan sebagai pengganti agresi, seperti

keterampilan sosial, keterampilan komunikasi, kerjasama, penggunaan waktu

luang dan keterampilan kreatif.

Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru merupakan sekolah

memiliki tujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribaddian,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut. Sekolah luar biasa melati rumbai pekanbaru merupakan

sekolah yang memiliki seorang siswa penyandang autis. Dalam hal ini guru

14
kelas maupun guru mata pelajaran memiliki peran ganda yakin membantu anak

menguasai tugas akademis dan membantu anak berkembang sesuai tahapan

perkembangan yang seharusnya tanpa menghambat proses pembelajaran siswa

siswi normal lainnya.

Disabilitas tidak berarti menjadi penghalang bagi anak berkebutuhan

khusus untuk berkarya dan berkreasi dalam bidang-bidang seperti seni,

olahraga, dan lain-lain. Dengan memberikan semangat dan motivasi yang

tinggi, anak-anak yang sering terabaikan di masyarakat sebenarnya bisa

berprestasi melalui kreativitasnya. Kreativitas muncul ketika anak memiliki

kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Dia belajar banyak untuk

menghasilkan ide-ide baru untuk kreativitas. Menurut Armstrong (2002), pada

dasarnya anak masih memiliki banyak kesempatan untuk berkarya dan

berkreativitas, yang merupakan salah satu syarat yang mendukung kreativitas

anak.

Selama ini pengajaran seni anak seringkali mengadopsi metode yang

kurang tepat. Anak hanya diajari cara membuat karya seni yang baik sesuai

standar yang ditetapkan guru atau orang lain. Padahal, anak harus diberi

kesempatan untuk menetapkan standar bagi dirinya sendiri. Siapa tahu mereka

bahkan memiliki standar yang lebih tinggi daripada guru dan orang dewasa

lainnya. Fenomena inilah yang mendorong upaya untuk memberikan anak-

anaknya keluasan ciptaan dengan lebih leluasa. Misalnya, dalam beberapa

lomba menggambar anak, hasilnya seringkali seragam dan terstandar. Idealnya,

anak memiliki kebebasan penuh untuk mengekspresikan diri sesuai dengan ide

dan kreativitasnya sendiri

15
Berdasarkan observasi awal dalam pembelajaran seni budaya para siswa

yang penyandang autis tersebut memang sangat kurang meperhatikan pelajaran,

dalam proses pembelajaran seni budaya siswa autis ditanganin lansung oleh

guru seni budaya tanpa adanya guru pendamping khusus atau guru shadows.

Dalam hal ini guru seni budaya berupaya bagaimana mengelola kelas dengan

baik, memberikan motivasi, rangsangan, fasilitas dan metode pembelajaran

untuk mengatasi kesulitan belajar siswa autis.

Konsep pendidikan anak autis di SLB Melati Rumbai Pekanbaru ini

dilakukan dengan cara memberikan keterampilan kepada penyandang autis

sesuai dengan tingkat kemampuannya. Dimana berupaya untuk

mengoptimalkan perkembangan fungsi kognitif, motoric halus, motoric kasar.

Berdasarkan latar belakang seperti diatas, maka timbul keinginan

penulis untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Peran Guru

Seni Budaya Pada Anak Autis Disekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru

Riau TA 2021/2022“ dikarenakan ketertearikan penulis terhadap judul tersebut

karena ingin tahu nya peran guru seni budaya kepada anak autis.

1.2. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimanakah Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autisme Disekolah

Luar Biasa Melati Luar Biasa Rumbai, Pekanbaru, Riau TA 2021/2022?

16
1.3. Tujuan Penelitian Masalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Guru Seni Budaya

Pada Anak Autisme Disekolah Melati Luar Biasa Rumbai, Pekanbaru, Riau TA

2021/2022

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autis Disekolah

Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru ini diharapkan memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Untuk meningkatkan cara penyampaian pembelajaran guru seni budaya

kepada ABK

2. Untuk mengatasi kesulitan dalam belajar seni budaya kepada ABK

3. Setelah penelitian ini diharapkan, adanya peningkatan pembelajaran ABK

1.5. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan dari permasalahan dalam topik yang penulis

angkat, maka guna mempersingkat cakupan, terbatasnya waktu, dana, kemampuan

peneliti oleh karena itu diadakan pembatas masalah oleh penulis guna

mempermudah dalam memecahkan masalah yang penulis hadapi dalam proses

penelitian ini.

Jualiansyah (2010 : 245 ) yang menyatakan bahwa batasan masalah yaitu

membatasi masalah maupun mempersempit sebuah ruang lingkup masalah yang

diidentifikasi. Batasan masalah ini bisa kita gunakan untuk mengidentifikasikasi

17
faktor mana saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup masalah penelitian dan

faktor mana yang bukan termasuk dalam ruang lingkup dari penelitian.

Berdasarkan dari pendapat tersebut, maka oleh penulis membatasi masalah

dari penelitian yang dilakukan yakni Bagaimanakah Peran Guru Seni Budaya Pada

Anak Autisme Disekolah Luar Biasa Melati TA 2021/2022?

1.6. Defenisi Operasional

Mengacu pada judul dari penelitian yaitu Peran Guru Seni Budaya Pada

Anak Autisme Disekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru TA 2021/2022

maka defenisi operasional yang pertama adalah membahas tentang peran guru,

peranan guru khusus untuk anak bereksulitan belajar, aspek psikologis dari

kesulitan belajar, konsep sekolah luar biasa (SLB) melati.

1. Konsep Peran Guru

Pranaka (dalam Semiawan, 1991, 98) menyatakan

bahwa peranan guru adalah kunci utama di dalam pendidikan sebagai proses

aktualisasi didaktikal, baik di tingkat prasekolah, di tingkat pendidikan

menengah keilmuan (instruktur), pendidikan kemasyarakatan, maupun

pendidikan tinggi

2. Peranan Guru Pedamping Khusus Anak Autisme

Bahwa tugas guru/pendidik ialah memperlakukan peserta didik secara

objektif dan tidak diskriminatif selama proses pendidikan, tanpa melihat

perbedaan latar belakang status sosial maupun ekonomi, jenis kelamin, suku,

18
ras, agama, dan kondisi fisik tertentu (UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen pasal 20).

3. Aspek Psikologis Anak Autisme

Wacana tentang kesejahteraan psikologis atau istilah lain disebut

psychological well-being pada saat ini menjadi topik yang dibahas dalam

berbagai penelitian empiris, dan semakin menjadi fokus dari perhatian

publik (Lewis, 2014, hlm. 417), khususnya adalah dibidang pendidikan.

4. Sejarah Sekolah Luar Biasa (SLB) Melati Rumbai Pekanbaru

Yayasan Pendidikan Melati mendirikan SLB bagi penyandang cacat

adalah ingin membantu pemerintah dalam program wajib belajar dan

menuntaskan kebodohan sesuai dengan program pemerintah Provinsi Riau

pada saat ini.

19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peran Guru

Pranaka (dalam Semiawan, 1991, 98) menegaskan bahwa peran guru adalah

kunci pendidikan sebagai proses pemutakhiran kurikulum, baik di tingkat

prasekolah maupun di tingkat menengah sains (pengajar), pendidikan masyarakat

dan maupun pendidikan tinggi. Pendapat ini juga dapat dimaklumi karena guru

merupakan salah satu faktor proses belajar mengajar, dan juga berperan sebagai

pelaksana program pendidikan yang ditempatkan pada garda terdepan lembaga

pendidikan.

Kemudian, hasil penelitian Haryoko (Silalahi, 1994) menunjukkan bahwa

kemampuan guru dalam mengelola strategi belajar mengajar sangat penting, yang

ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Artinya kualitas tenaga pengajar

merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan pendidikan. Sebagus

apapun kurikulum dan fasilitasnya, jika kualitas guru tidak sepadan maka hasil

belajarnya tidak akan bagus.

Hal ini sesuai dengan tentang keterbatasan pengajaran Burton (dalam

Tabrani, 1989, 30) bahwa mengajar adalah suatu usaha untuk memberikan

rangsangan, bimbingan, instruksi dan dorongan kepada siswa agar proses

pengajaran dan pembelajaran berlangsung. Ini berarti bahwa tugas guru, selain

menyampaikan pelajaran, mencari cara untuk mempengaruhi siswa agar dapat

mempelajari materi pelajaran dan mencapai tujuannya.

20
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Darmadihardjo (1983.4) berpendapat

bahwa guru tidak hanya sebagai corong untuk menyebarkan ilmu kepada siswa,

tetapi juga merupakan faktor pendorong bagi siswa untuk mendidik dirinya sendiri.

Dalam hal ini, guru tidak hanya sebagai “pengajar” dengan fungsi menyampaikan

materi, tetapi juga bertindak sebagai “pemimpin pendidikan” dengan tanggung

jawab membekali murid-muridnya dengan suatu tingkat pendidikan suatu

kedewasaan atau kematangan tertentu terhadap apa yang mereka menginginkan

2.2 Teori Peran Guru

Mengenai tugas yang diemban guru sebagaimana diuraikan sebelumnya,

Watten B. (dalam Sahertian, 1994: 14) mengemukakan empat belas tugas guru,

yaitu (1) sebagai karakter yang patut dihormati di masyarakat karena ia tampil

beriwibawa, (2 ) sebagai evaluator, ia memberikan refleksi, (3) sebagai narasumber,

karena ia memberikan pengetahuan., (4) sebagai asisten, (5) sebagai wasit, (6)

sebagai detektif, (7) sebagai identitas objek, (8) sebagai penyangga rasa takut, (9)

sebagai penolong untuk memahami diri sendiri, (10) sebagai pemimpin, (11)

sebagai orang tua/wali, (12) sebagai promotor dan pemberi layanan, (13 ) sebagai

rekan kerja, dan (14) sebagai pembawa kasih sayang.

Rusman (2016 62-64) menyatakan empat indikator peran guru:

1. Guru sebagai demonstrator, dimana guru memperagakan media, bahan,

dan materi yang akan diajarkan kepada anak karena akan menentukan

hasil belajar yang akan dicapai.

2. Guru sebagai pengelola kelas, guru mampu melakukan penanganan di

kelas karena kelas merupakan lingkungan yang perlu diorganisasi

21
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator, guru memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup untuk media pendidikan, karena media merupakan

alat komunikasi guna mengefektifkan proses belajar mengajar.

4. Guru sebagai evaluator, guru melakukan penilaian untuk mengetahui apakah

tujuan yang dirumuskan tercapai atau tidak.

Gage dan Berliner dalam Suyono dan Hariyanto (2014:187) menemukan

bahwa ada tiga peran guru, yaitu perencana, pelaksana dan pengelola, dan

evaluator.

Sedangkan Oliva (Sahertian, 1994) mengemukakan sepuluh peran yang

dimiliki seorang guru, yaitu: (1) guru sebagai pelatih, (2) guru sebagai fasilitator,

(3) guru sebagai mentor, (4) guru sebagai fasilitator, (5) guru sebagai ketua tim, (6)

guru sebagai asisten pengajar, (7) guru sebagai guru sebagai pengelola, (8) guru

sebagai kepala laboratorium, (9) guru sebagai perancang kurikulum, dan (10) guru

sebagai manipulator yang dapat mengubah situasi.

Oleh karena itu, guru diharapkan dapat memperluas pengetahuannya

tentang seni baik secara teoritis maupun praktis sehingga dapat memenuhi

perannya dengan baik dalam pembelajaran seni musik. Soehardjo (2012: 4)

berpendapat bahwa peran guru yang dimainkan seni dalam proses pembelajaran

sangat penting. Ini berarti mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang

mendukung kreativitas dan apresiasi mereka. Mata pelajaran seni budaya diajarkan

di sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa. Ini memberikan pengalaman positif

berekspresi/berkreasi melalui pendekatan pembelajaran artistik. Kelas seni dan

22
budaya mengintegrasikan aspek seni dan budaya ke dalam seni daripada

memperlakukannya secara terpisah.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pelajaran seni budaya di

sekolah sangat penting bagi perkembangan intelektual dan fisik siswa. Padahal,

mempelajari seni budaya dapat membawa siswa ke arah yang lebih baik. Hal ini

dikarenakan mempelajari seni budaya dapat mengenalkan siswa pada nilai dan

norma yang ada di masyarakat.

2.3 Peranan Guru Pedamping Khusus Anak Autisme

Dalam mewujudkan visi penyelenggaraan pendidikan berdasarkan dasar

negara, Pancasila, dan UUD 1945, peran guru sebagai tenaga profesional yang

memegang peran strategis dalam mewujudkan pembangunan pendidikan negara

sangatlah penting. Terserah guru/pendidik untuk memperlakukan peserta didik

secara objektif dan tidak diskriminatif selama proses pendidikan berlangsung, tanpa

memandang perbedaan status sosial dan ekonomi, jenis kelamin, suku, ras, agama,

dan kondisi fisik tertentu (Guru dan Dosen pada UU RI Nomor 14 Tahun 2005, Pasal

20). Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa pendidik tidak boleh membedakan

antara anak normal dan anak berkebutuhan khusus. Semua siswa diperlakukan secara

adil dan setara.

Peran dan tugas penanganan anak berkebutuhan khusus tidak lagi semata-

mata menjadi tanggung jawab guru dan wali kelas, tetapi juga menjadi tanggung

jawab Guru Pembantu Khusus (GPK). Guru kelas dan GPK harus memainkan peran

bersama dan membina kerjasama yang kuat ketika bekerja dengan anak

berkebutuhan khusus. Dalam pendidikan inklusif, kerjasama GPK dengan guru

23
kelas penting tidak hanya untuk interaksi sosial dan perkembangan emosional siswa

berkebutuhan khusus, tetapi juga untuk anak berkebutuhan khusus, baik dalam

kegiatan belajar mengajar.

Syamsuddin pernah mengatakan bahwa dalam konteks Indonesia, guru

pendamping khusus berperan dalam mengubah perilaku siswa, juga harus dilakukan

oleh guru. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan karakter panutan untuk

mengubah perilakunya menjadi lebih baik.

Penjelasan mengenai peran dan tugas GPK dalam pendidikan ABK terdapat

dalam (permendiknas No. 70 Tahun 2009 pergub Jatim No. 6 Tahun 2011 pasal 10

ayat 1 ) kedua kebijakan tersebut menjabar kan tentang peran dan tanggung jawab

guru pendamping khusus (GPK) :

1. Merancang dan melaksanakan program khusus kepada siswa ABK

2. Melakukan proses identifikasi awal, asesmen berkala dan penyusun

program pembelajaran individual (PPI)

3. Memodifikasi pembelajaran

4. Melakukan evaluasi program pembelajaran bersama guru kelas dan murid

ABK

5. Laporan program dan perkembangan ABK. Dari deskripsi maka masalah

yang dirumuskan adalah, bagaimanakah implementasi peran dan tugas guru

pendamping khusus pada sekolah negeri.

Semua warga negara berhak atas pendidikan (Pasal 31(1) UUD 1945) Dari pasal

ini negara menjamin bahwa warga negara dalam hal ini semua orang mempunyai hak

yang sama atas pendidikan tanpa diskriminasi. Tidak terkecuali anak berkebutuhan

khusus dari segala jenis.

24
Ada banyak anak-anak dengan berbagai jenis kebutuhan khusus, termasuk

anak-anak dengan autisme. Pada tahun 2018, jumlah penyandang autisme meningkat

dari 1 dari 150 pada tahun 2000 menjadi 1 dari 59 pada tahun 2014, menurut data

dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Autisme lebih sering terjadi pada

anak laki-laki daripada anak-anak, dan mempengaruhi wanita pada tingkat 1:37

hingga 1:151. Melihat data ini, diperkirakan ada 4 juta penyandang autisme di

Indonesia dengan jumlah penduduk 237,5 juta dan tingkat pertumbuhan 1,14%. Data

ini menunjukkan bahwa beberapa sekolah dasar mungkin memiliki anak autis. Hal

ini menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan untuk secara kognitif dan emosional

menyikapi permasalahan anak berkebutuhan khusus seperti autisme.

GPK adalah guru yang mampu mengatasi ABK dan bertugas mendampingi

siswa berkebutuhan khusus di sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Guru berkebutuhan khusus bertanggung jawab untuk menyediakan proses

pembelajaran bagi siswa dengan keterbatasan atau perbedaan karakteristik psikologis

dan fisik. Dengan jasa guru pendamping khusus, siswa autis diharapkan dapat

berkembang dalam proses pendidikan dan mencapai hasil yang maksimal.

2.4 Aspek Psikologis Dari Anak Autisme

Wacana kesejahteraan mental, atau istilah lain yang disebut dengan

kesejahteraan psikologis, saat ini sedang menjadi perdebatan dalam berbagai kajian

empiris, dan semakin mendapat perhatian terutama di bidang pendidikan (Lewis,

2014, hlm. 417). Yuliani mengulas kesejahteraan mental dalam studi tentang konsep

kesejahteraan mental dan dampaknya terhadap layanan bimbingan dan konseling.

Secara konseptual, kesejahteraan psikologis melibatkan penelitian dalam kerangka

25
bimbingan dan konseling, salah satunya dalam domain pribadi dan sosial (Yulianai,

2018).

Hal tersebut tidak selalu dihayati oleh anak dan siswa berkebutuhan khusus,

khususnya anak autis. Menurut (Prasetyono, 2008), anak autis memiliki keterbatasan

perkembangan, anak autis termasuk dalam gangguan perkembangan pervasif (GPP),

gangguan spektrum autisme atau ASD (autism spectrum disorder). kehidupan anak.

Autisme adalah gangguan perkembangan di mana, terutama pada masa kanak-kanak,

seseorang gagal mempertahankan interaksi sosial dan seolah-olah hidup di dunianya

sendiri.

Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya dimulai sebelum usia

2½ tahun dan ditandai dengan defisit dalam berbicara dan bahasa, keterampilan

motorik, dan hubungan interpersonal (Speer, 2007). Karakteristik utama yang dapat

dilihat pada anak autis adalah sikap dan perilaku sosialnya. Anak autis dapat

menunjukkan ketidaktertarikan dalam interaksi sosial, yang dibuktikan dengan

kurangnya kontak mata dan ekspresi wajah (Huzaemah, 2010). Selain itu, perilaku

tidak terkendali yang tidak sesuai dengan situasi dan emosi yang sering berubah,

seperti marah atau menangis secara tiba-tiba, dapat menghalangi anak autis untuk

berinteraksi dengan orang lain dan bahkan mengasingkan mereka dari teman

sebayanya (Kaplan & Sadock, 2010). Contohnya termasuk agresi verbal, yaitu

bahasa verbal seperti vulgar, perilaku yang merugikan atau membahayakan orang

lain dengan menyalahgunakan orang lain untuk kepuasan dan kepentingan diri

sendiri (Mustikasari et al., 2021). . Autisme berbeda dengan disabilitas intelektual,

tetapi banyak anak autis juga memiliki disabilitas intelektual. Autisme infantil, atau

autisme yang menyerang anak-anak, adalah suatu sindrom yang bermanifestasi pada

26
saat lahir atau sejak hari ke-30 kehidupan pada bayi (Winarno, 2013). Alasan-alasan

tersebut menciptakan disparitas pada anak autis. Dengan kata lain, memerlukan

perhatian khusus dan tidak dapat digeneralisasikan pada anak-anak biasa.

Di antara berbagai model perkembangan anak berkebutuhan khusus, B. anak

autis, layanan bimbingan dan konseling memegang peranan penting. Layanan

bimbingan dan konseling dirancang untuk membantu peserta didik/konselor nantinya

(1) mengetahui, memahami dan menyadari sepenuhnya potensi (kekuatan dan

kelemahan) baik kondisi fisik maupun psikis; pelayanan. (2) Kemampuan untuk

mengembangkan potensi keberhasilan dalam hidup. (3) mencapai keselarasan dalam

pengembangan kreativitas, rasa dan karsa; (4) Tugas pengembangan diri untuk

mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. Tujuan

Layanan Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu siswa/konselor dalam

mengambil tindakan preventif dan terapeutik di kemudian hari dan dalam mencapai

tugas-tugas pengembangan kehidupan.

2.5 Sejarah Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru

Yayasan Pendidikan Melati mendirikan SLB bagi penyandang cacat adalah ingin

membantu pemerintah dalam program wajib belajar dan menuntaskan kebodohan

sesuai dengan program pemerintah Provinsi Riau pada saat ini, serta sesuai dengan

pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, dengan dasar :

1. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

2. Surat dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau Tanggal 27 Juni 2003 Nomor :

425.11/DPK/3.1/1155 Perihal : Pedoman Pendirian Sekolah

27
3. Berdasarkan pemantauan dalam kehidupan dilingkungan kecamatan Rumbai

Pekanbaru, banyak anak-anak penyandang yang seharusnya sekolah mereka tidak

sekolah dengan berbagai alasan akhirnya Ketua Federasi untuk Kesejahteraan Cacat

Mental Provinsi Riau ( FNKCM Drs.M.Jakfar ) pada tanggal 1 Juni 2003 menyewa

sebuah rumah di jalan Paus ( patimura lama) Rumbai membuka Sekolah Luar Biasa

untuk tahun pelajaran 2003/2004 yang dirintis oleh alumni lulusan UNP jurusan

PLB yaitu Yosi Rita,S.Pd dan Misrawati,S.Pd dibantu oleh Zamiatul Azma selaku

tenaga Administrasi

4. Hasil Musyawarah Pengurus Yayasan Pendidikan Melati Rumbai

a. Yayasan dan Pengurus

1. Nama lengkap Yayasan : Yayasan Pendidikan Melati

2. Alamat Yayasan (baru) : Jalan Pramuka Gang Pandu No.9

Rumbai, Pekanbaru

3. Akta Pendirian : Nomor : 11, Tanggal 5 Agustus 2003

4. Ijin operasional : Ijin Operasional No. 420 / DPK.2.1 /

830

5. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 874096012014 / 2004

6. Pengurus Yayasan :

Pembina : Drs. M.Jakfar

Pengawas : 1. Samijo.S.So

28
2.Fifi Emilda.S.Pd

Ketua : Sarwo Sutrisno

Sekretaris : Dedi Ramadhan.S.Kom

Bendahara : 1. Zamiatul Azma

2. Thamrin

b. Sekolah dan Aset

1. Sekolah

1. Nama lengkap Sekolah : Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai

2. Alamat Sekolah : Jln. Pramuka Gang Pandu No.9


Rumbai Pesisir Pekanbaru, Riau

3. Waktu Penyelenggaraan : Pagi hari

4. Berdiri sejak : 12 Juni 2003

2. ASET / Sarana Prasarana

– Luas tanah bangunan I : 192m (bangunan 72m)

– Luas tanah bangunan II : 90m (bangunan 24m)

– Luas tanah banguan III : 150m (bangunan 24m)

– Luas lapangan bermain : 300m ( tidak ada bangunan)

– Status Pemilik tanah : Hak pakai

29
3. Keadaan Sarana dan Prasarana:

Bagunan terdiri dari 3 lokasi:

Lokasi pertama I : terdiri dari 3 kelas/ruang (ukuran 4 x 6 m)

: 2 kelas (dua kelas disekat menjadi 4 kelas)

: 1 kelas dijadikan Pustaka

Lokasi Kedua II : Ruang keterampilan telah dijadikan ruang


belajar
Akademik dan ruang TIK (Ukuran 3 x 6)

Lokasi ketiga III : 2 kelas /ruang belajar untuk siswa SMPLB

Jumlah Ruang Kepala sekolah : pinjam garasi (sementara)

Jumlah Ruang Guru : -

Jumlah Ruang tata Usaha : -

Lain-lain : -

b. VISI DAN MISI SLB Melati Rumbai Pekanbaru

1. Visi

Menjadikan penyelenggara pendidikan berkualitas dalam

keterampilan berakhlak baik dan mandiri .

2. Misi

Melaksanakan program pengajaran dan keterampilan yang

berkualitas sebagai bekal hidup di masyarakat Menciptakan suasana sekolah

yang harmonis penuh kasih sayang disiplin dan berdedikasi

30
3. Tujuan

a. Mengembangkan sitem pembelajaran berkualitas dan keterampilan

sesuai kebutuhan, berakhlak baik, dan mandiri untuk menghasilkan 49

lulusan yang beriman dan berketuhanan yang maha esa , sehat jasmani dan

rohani, berilmu dan terampil, berbudaya dan berbudi luhur, sehingga

menjadi orang Indonesia yang beguna.

b. Mengembangkan profesional pendidik sebagai komponen terpenting

dalam penciptaan sistem pembelajaran yang berkualitas dan keterampilan

yang sesuai kebutuhan, berakhlak baik dan mandiri.

c. Mengembangkan sistem pembinaan dan pengembangan pendidik

berbasis prestasi kerja.

d. Mengembangkan manajemen mutu pendidikan untuk menciptakan

pembelajaran berkualitas dan keterampilan yang sesuai kebutuhan,

berakhlak baik dan mandiri.

e. Meningkatkan peran serta orang tua, dan masyarakat dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan.

4. Program Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Program kerja Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pesisir Pekanbaru,

menitik beratkan kepada usaha membantu pemerintah dan warga

masyarakat kecamatan Rumbai Pesisir dan sekitarnya menyelenggarakan

pendidikan luar biasa bagi anak-anak yang membutuhkan pelayanan khusus

yang dimana mereka enggan untuk belajar bersama di sekolah umum.

31
a. Program Jangka Panjang

1) Melengkapi sarana proses belajar mengajar

2) Mengusahakan menjadi SLB yang ideal lengkap dengan

asramanya.(sebagai tempat untuk melatih kemandirian)

3) Menjadikan tamatan SLB Melati Rumbai Pesisir siap untuk bekerja

dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

4) Menjadikan siswa SLB Melati Rumbai Pesisir berakhlak Mulia, di

sekolah, di Rumah dan masyarakat.

5) Menjadikan Siswa SLB Melati teladan pada tingkat Kodya

Pekanbaru, Provinsi dan Tingkat Nasional.

6) Menjadikan SLB Melati Rumbai Pesisir terakreditasi A

b. Program Jangka Pendek

1). Mewujudkan bangunan SLB Melati Rumbai Pesisir

sehingga memiliki gedung representatif yang dapat

menampung anak-anak SLB yang ada di Kecamatan Rumbai

Pesisir mengacu pada standar yang berlaku.

2) Berusaha mendata/menyaring semua anak luar biasa yang

ada di kecamatan Rumbai Pesisir dan bersekolah di SLB

Melati.

3) Meningkatkan pengelolaan SLB Melati secara professional

mengacu pada standar yang belaku.

32
4) Meningkatkan mutu kepala sekolah dan guru menurut

keahliannya dan berpedoman kepada standar yang berlaku

5) Membina murid dalam aktifitasnya sesuai dengan

kemampuan dan bakat masing-masing mereka.

6) Menjalin kerjasama dengan SLB yang ada di Pekanbaru

khususnya dan di Provinsi Riau pada umumnya.

7) Menjalin kerjasama dengan instansi terkait di Riau

8) Berusaha mengadakan alat-alat ketrampilan yang sangat

diperlukan

2.6 Kajian Relevan

Kajian relevan yang dijadikan penulis sebagai sumber informasi sehingga

dapat menyeleseikan penulisan “ Peran Guru Seni Budaya Dalam Mengatasi

Kesulitan Belajar Pada Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai,

Pekanbarru, Riau TA 2021/2022” adalah :

Skripsi Annisa Noor Indah Sari (2017), yang berjudul “ Peran Guru Kelas

Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Berkebutuhan Khusus (Autis) Dikelas V

SDN Merjosari 04 Kota Malang”. Pada skripsi tersebut menjelas bagaimana peran

guru mengatasi kesulitan belajar pada anak ABK (autis) di laksanakan disebuah

sekolah. Metodologi penelitian yang dipakai yakni metode deskriptif analisis

dengan menggunakan data kualitatif interaktif. Teknik pengumpulan data dimulai

dari observasi, wawancara dan dokumentasi.

33
Skripsi Irva azizah (2019), yang berjudul “ Peran Guru Dalam

Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Inklusi Di Smp Muhammadiyah 2 Malang”.

Pada skripsi tersebut menjelaskan bagaimana peran guru terhadap anak inklusi di

laksanakan disebuah sekolah. Metodologi penelitian yang menggunakan

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

Skripsi Nurlela (2020), yang berjudul “ Peran Guru Pai Dalam Membentuk

Karakter Religious Peserta Didik Anak Berkebutuhan Khusus Di SMA”. Pada

skripsi tersebut menjelaskan mendeskripsikan peran guru PAI dalam membentuk

karakter religious peserta didik ABK disebuah sekolah. Metodologi penelitian

kualitatif.

Skripsi Hanifah nur rahma (2020), yang berjudul “ Pengaruh Peran Guru

Pendamping Khusus Terhadap Prestasi Belajar Seni Budaya Dan Keterampilan

Pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Dasar Inklusi Pada Kota Surakarta Tahun

2019”. Pada skripsi tersebut menjelaskan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

peran guru pendamping khusus terhadap prestasi belajar seni budaya dan

keterampilan di SD inklusi. Metodolog penelitian menggunakan pendekatan

eksperimen dengan desain one group pretest-postest.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini memerlukan sebuah metode penelitian, yang

menjadikan strategi umum dalam proses pengumpulan data – data analisi yang

digunakan guna memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan yang diteliti.

Menurut Tjetjep (2011:27), metode ini adalah cara menggerakkan atau

mengerjakan sesuatu secara sistematis dan teratur, atau teknik bekerja di lapangan,

guna menyempurnakan keteraturan pikiran dan tindakan. dapat diartikan sebagai

penempatan. Atau secara ilmiah suatu bidang. Metode kualitatif juga didefinisikan

sebagai teknik dan perangkat khusus untuk menemukan, mengekstraksi, dan

menganalisis informasi, dentifikasi objek, observasi, representasi, pemetaan,

fotografi, video, audio, wawancara, studi khusus, survei, model, dll. Karena

bertujuan untuk mendeskripsikan data secara verbal dan memungkinkan penulis

untuk lebih memahami “peran guru”

Menurut Iskandar (2010:60), metode deskriptif adalah kajian untuk

memberikan gambaran tentang suatu fenomena yang dipelajari atau fenomena

sosial dengan cara menggambarkan sekumpulan masalah yang dipelajari.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Iskandar (2008: 210) adalah situasi sosial yang terdiri dari

tempat, pelaku dan kegiatan. Sebuah situs penelitian adalah tempat peneliti

mendapatkan informasi tentang data yang mereka butuhkan. Tempat studi dan

35
tempat penelitian mengacu pada konsep tempat sosial yang dicirikan oleh adanya

tiga elemen: pelaku, tempat, dan aktivitas yang dapat diamati.

Serta merupakan penyelidik, tetapi juga tempat di mana para peneliti sendiri

terikat untuk mengumpulkan serangkaian informasi dan data yang akurat dan benar.

Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di Sekolah Luar Biasa Melati

Pekanbaru. Penulis memilih lokasi ini karena terdapat yayasan dengan rata-rata

siswa autis dan judul penelitian penulis tentang ketidakmampuan belajar anak autis

di sekolah tersebut sangat tepat. dipilih oleh penulis. Selain itu, letaknya yang tidak

jauh dari tempat tinggal penulis, sehingga penulis dapat dengan mudah

memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian, dan penulis

dapat berkunjung ke sana kapan saja untuk mencari informasi.

3.3. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah informasi, responden yang berkompeten dalam

penelitian. Hal ini karena sumber penelitian dapat memberikan data dan informasi

tentang pertanyaan yang diajukan peneliti, terlepas dari apakah seseorang, benda,

atau lembaga yang diselidiki. Menurut Iskandar (2008: 177), setiap penelitian yang

diberikan memiliki subjek dan topik penelitian harus dapat mengungkapkan apa

yang telah dipelajari. Menggambarkan subjek atau populasi, sampel, atau informan.

Namun dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan populasi dan sampel. Peran

Guru Seni Budaya Pada Anak Autisme Disekolah Melati Luar Biasa Rumbai

Pekanbaru Riau TA 2021/2022 dari beberapa sumber data.

Sesuai dengan pendapat tersebut, penulis melakukan penelitian dengan

mengambil subjek penelitian atau informan Tri Vivi Yanti S.pd sebagai guru,

Ermadi S.pd sebagai guru, Dewi Yuliana S.pd sebagai guru. Adapun pertanyaan

36
yang diajukan pada beliau adalah hal – hal yang terkait dengan persoalan tentang

judul penulis tersebut.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Menurut Iskandar (2008 : 252-254) data dan informasi yang menjadi bahan

baku penelitian adalah data primen dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Menurut Iskandar (2008:252), data primer adalah data dan informasi yang

dijadikan sebagai titik tolak penelitian dalam kajian data primer dan sekunder. Data

ini diperoleh antara lain dari observasi, dokumen, dan wawancara dengan

responden. Dalam hal ini tentang Peran guru yakni Tri Vivi Yanti S.pd sebagai

guru, Ermadi S.pd sebagai guru, Dewi Yuliana S.pd sebagai guru.

3.4.2 Data Sekunder

Menurut Iskandar (2008 : 253-254) data sekunder adalah data yang

diperoleh melalui pengumpulan data atau pengolahan data yang bersifat studi

dokumentasi (analasis dokumen ) berupa penelaahannya terhadap dokumen

pribadi,resmi kelembagaan, referensi – referensi atau peraturan (literatur

laporan, tulisan dan lain-lain yang memiliki referensi dengn focus permasalahan

penelitian ). Sumber dari data sekunder dapat dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan. Disamping itu penulis juga melampirkan buku – buku relefan

dengan judul penelitian ini. Penulis menggunakan data sekunder ini agar data –

data yang oleh penulis dapatkan memiliki bukti – bukti yang akurat seperti

dengan dilampirkannya teori – teori tentang Peran Guru

(http://library.uir.ac.id).

37
3.5. Teknik Pengumpulan Data

Tjetjep (2011:206) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data adalah

metode untuk memperoleh informasi tidak langsung yang dapat berupa informasi,

berupa catatan, atau tidak mengandung informasi, kecuali dokumen itu sendiri

yang menjadi subjek penelitian. itu menyimpan rahasia.

Untuk memperoleh data yang penulis perlukn dalam penulisan ini, maka

mempergunakan beberapa metode dengan cara melalui :

3.5.1 Observasi

Menurut Tjetjep (2011:182), metode atau proses mengamati sesuatu,

seseorang, lingkungan atau situasi dengan cermat dan merekamnya secara akurat

dalam berbagai cara. Observasi dalam penelitian tentang ketidakmampuan belajar

pada anak-anak untuk menangkap data tentang judul penulis dalam kegiatan dan

situasi yang relevan dengan pertanyaan penelitian dan untuk menggambar

gambaran sistematis peristiwa untuk anak-anak dengan ketidakmampuan belajar

dalam setting penelitian.

Tekni observasi yang digunakan penulis yaitu untuk mengamati ddan

melihat secara langsung pada objek penelitian, yaitu mendatangi langsung ke

tempat yang menjadi lokasi penelitian anak berkesulitan belajar yaitu di Sekolah

Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru.

Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi rutin atau non

partisipasi. Observasi non-partisipan adalah teknik penelitian di mana peneliti tidak

terlibat secara langsung dan aktif dalam subjek penelitian. Penulis hanya

mengamati dan mencatat hal-hal yang relevan dengan masalah penulis. Peneliti

mengamati beberapa orang untuk melakukan wawancara dan juga mengamati anak

38
yang mengalami kesulitan belajar. Menurut Tjetjep (2011:184), penyidikan dengan

teknik observasi biasa tidak perlu melibatkan hubungan emosional atau kontak

dengan pelaku yang diselidiki.

3.5.2 Wawancara

Tjetjep (2011:208) menyatakan bahwa wawancara sering digunakan untuk

memperoleh informasi tentang peristiwa yang peneliti tidak dapat mengamati

secara langsung karena tindakan atau peristiwa yang terjadi di masa lalu atau

karena peneliti tidak diperbolehkan untuk mengkategorikannya. teknik umum yang

digunakan. kejadian.

Wawancara merupakan metode perolehan data yang dilakukan melalui

kegiatan komunikasi lisan dalam format terstruktur, semi terstruktur, dan tidak

terstruktur. Wawancara terstruktur adalah format wawancara yang didasarkan pada

serangkaian pertanyaan yang ketat. Wawancara dipandu oleh serangkaian

kuesioner, sedangkan wawancara semi terstruktur memungkinkan pertanyaan baru

diajukan secara spontan tergantung pada konteks percakapan yang terjadi. Dalam

sesi wawancara tidak terstruktur, peneliti hanya fokus pada inti masalah tanpa

terikat secara kaku pada format tertentu.

Pihak – pihak yang diwawancarai adalah kepada Tri Vivi Yanti S.pd

sebagai guru, Ermadi S.pd sebagai guru, Dewi Yuliana S.pd sebagai guru,

Disekolah Luar Biasa Melati Rumbai, Pekanbaru. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui bagaimana Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autisme Disekolah

Luar Biasa Melati Rumbai,Pekanbaru Riau TA 2021/2022.

39
3.5.3 Dokumentasi

Menurut Tjetjep (2011:207) dokumentasi atau dokumentasi adalah segala

sesuatu yang perlu ditampilkan untuk mendapatkan data langsung dari lokasi yang

disurvei, antara lain berbagai catatan, buku dan brosur berupa gambar dan foto.

Terkait dengan teks-teks tersebut, pamflet-pamflet dan karya-karya yang sedang

dipelajari.

Penulis menggunakan dokumentasi supaya memperoleh data sekunder dan

untuk melengkapi data yang belum ada, yang belum diperoleh dari melalui

wawancara maupun observasi dengan mengambil gambar kegiatan yang

berhubungan dengan Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autisme Disekolah Luar

Biasa Melati Rumbai,Pekanbaru. Dengan menggunakan alat bantu berupa kamera

foto. Dan Adapun tujuan dari pengambilan gambar ini adalah untuk memperkuat

atau mendukung penelitian yang dilakukan.

3.6. Teknik Analisis Data

Tjetjep (2011: 241) Analisis data adalah proses pengklasifikasian, penataan

dan pemaknaan kelompok-kelompok data yang dikumpulkan. Analisis juga

merupakan proses sistematis yang membutuhkan disiplin dan ketekunan.

Data yang terkumpul dikelompokkan dan dipilih sesuai dengan fokus masalah

yang akan dipecahkan. Selanjutnya data tersebut diolah, dideskripsikan, dianalisis

dan diinterpretasikan, serta dicari keterkaitan antar komponennya. Pastikan bahwa

data yang diproses tidak terjadi secara terpisah dan relevan dengan fokus masalah

yang sedang diselidiki. Analisis data merupakan salah satu tahapan kunci dari

keseluruhan kegiatan penelitian yang dilakukan, karena pada tahap ini diharapkan

40
menjawab fokus pertanyaan yang diajukan dalam penelitian. Berbagai cara untuk

menganalisi data menurut Tjetjep adalah sdebagai berikut :

3.6.1 Reduksi Data

Tjetjep (2011:234) menggambarkan reduksi data sebagai suatu struktur

yang memungkinkan data untuk difokuskan, diatur, dan disederhanakan dengan

menerapkan kriteria yang terkait, misalnya, "perspektif, filter, dan filter" atau

perangkat.

Reduksi data didefinisikan sebagai proses seleksi yang difokuskan pada

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data 'mentah' yang muncul dari catatan

tertulis di lapangan. Reduksi data akan terus berlanjut selama proyek berorientasi

kualitatif dilaksanakan.

3.6.2 Penyajian data

Tjetjep (2011:234) menyatakan bahwa penyajian data adalah penyajian

informasi yang terstruktur yang menarik kesimpulan dan memberikan kesempatan

untuk bertindak. Representasi yang paling umum digunakan dalam data seni adalah

dalam bentuk teks naratif. Dalam hal ini, penulis menggunakan observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Selain itu, untuk memudahkan penulis memperoleh data yang dapat dipercaya,

penulis menyajikan data dalam bentuk deskripsi tekstual yang didukung dengan

dokumentasi berupa foto dan gambar.

3.6.3 Menarik Kesimpulan dan Memutuskan (Verifikasi)

Tjetjep (2011:238) mengemukakan bahwa aktivitas analisis kunci ketiga

adalah menarik kesimpulan dan menentukan validasi. Sejak proses pengumpulan

data awal, penganalisis telah mencari makna dalam ketidakmampuan belajar

41
dengan mencatat keteraturan, pola, penjelasan, struktur, dan hubungan yang

mungkin terjadi. Faktanya, penalaran hanyalah bagian dari aktivitas komposisi

penuh, yang merupakan kesimpulan awal penuh.

3.7. Teknik Keabsahan Data

Keakuratan data dalam penelitian diperlukan untuk lebih menjamin

keabsahan informasi yang diperoleh dari pemangku kepentingan melalui

pertanyaan. Kegiatan observasi bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan pertanyaan atau pertanyaan yang

diajukan, dan memusatkan perhatian pada hal-hal tersebut secara rinci, terutama

dalam penelitian. “ Peran Guru Seni Budaya Dalam Pada Anak Autisme Disekolah

Luar Biasa Melati Rumbai, Pekanbaru”

Berdasarkan data yang sudah terkumpul maka akan dilakukan pengujian

keabsahan data antara lain :

3.7.1 Kreadibilitas (creability)

Keandalan mengacu pada kepercayaan dalam penelitian, terutama data dan

informasi yang diperoleh. Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan (a) uji

reliabilitas. Partisipasi Diperpanjang, (b). Kegigihan yang diamati, (d).

pemeriksaan sejawat, (e). Studi kasus negatif, (f). Periksa anggota.

3.7.2 Kebergantungan

Untuk memenuhi standar yang berlaku, peneliti berusaha untuk konsisten

selama proses penelitian. Semua kegiatan penelitian akan ditinjau dengan

mempertimbangkan data yang tersedia, tetapi juga konsistensi dan keandalan yang

ada. Adanya ketergantungan ditunjukkan dengan adanya kepercayaan yang tinggi

42
terhadap kualitas proses konseptualisasi penelitian, dimulai dengan pengumpulan

data, analisis data, dan dilanjutkan melalui proses wawancara.

3.7.3 Kepastian (confirmability)

Penelitian harus memastikan bahwa data yang dihasilkan dalam penelitian

dapat dipercaya sebagai akun objektivitas dan diikuti oleh banyak orang sehingga

dataset dapat dipercaya.

Jika materialisasi tersebut menghasilkan data yang cukup, maka tentunya

semua pencarian dianggap memenuhi syarat, sehingga kualitas datanya dapat

dipercaya dan biaya yang dikenakan sesuai dengan fokus penelitian. (Tjetjep

Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press, 1992, hlm. 440).

43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Umum

4.1.1 Gambar Umum Lokasi Penelitian

4.1.1.1 Kondisi Wilayah Kota Pekanbaru

Kota Pekanbaru atau yang sering disebut sebagai kota madani dan kota

madani dam kota terbesar di Provinsi Riau secara geografis memiliki luas 632,3

km2 dengan kepadatan pendudukan 1.045.039 jiwa. Kota Pekanbaru terdiri dari 12

keccamatan dengan jumlah kelurahan yakni 83 kelurahan. Merupakan salah satu

kota dengan multi etnik yang didiami oleh berbagai macam etnik yaitu Melayu,

Minangkabau, Orang ocu, Jawa, Batak serta Tionghoa dengan ragam bahasa pulak

yaitu Bahasa Indonesia, Melayu, Minang, Batak dan Tionghoa. Hal tersebut juga

menjadi faktor yang menyebabkan agama ataupun kepercayaan yang ada pada kota

pekanbaru ini bermacam – macam antara lain agama Islam, Kristen, Protestan,

Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu.

Secara administratif batas wilayah kota pekanbaru adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara : Kabupaten Siak dan kabupaten kamoar

- Sebelah selatan : Kabupaten Kampar Dan Kabupaten

Pelalawan

- Sebelah timur : Kabupaten Siak Dan Kabupaten Pelalawan

- Sebelah barat : Kabupaten Kampar

44
Berikut adalah letak peta administrasi kota pekanbaru provinsi riau :

Gambar 4.1. Peta Kota Pekanbaru

Kota Pekanbaru terletak antara 101°14' - 101°34' Bujur Timur dan 0°25' - 0°45'

Lintang Utara. Dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 5 - 50

meter.Permukaan wilayah bagian utara landai dan bergelombang dengan ketinggian

berkisar antara 5 - 11 meter. Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan

suhu udara maksimum berkisar antara 34,1º C - 35,6º C dan suhu minimum antara

20,2ºC - 23,0ºC Curah hujan antara 38,6 - 435,0 mm/tahun.

45
4.1.1.2. Kondisi Wilayah Rumbai

Rumbai secara geografis memiliki luas wilayah yaitu 54.671 km2 dari total

luas wilayah rumbai. Sebelum penulis melakukan deskripsi terhadap judul yang

penulis ambil yaitu “Peran Guru Seni Budaya Terhadap Anak Autis Di Sekolah

Luar Biasa Melati Rumbai, Pekanbaru, Riau TA 2021/2022”, penulis terlebih

dahulu mendeskripsikan seperti apa gambaran umum kecamatan Rumbai

Pekanbaru Provinsi Riau. Mulai dari keadaan geografis maupun jumlah penduduk

dan sarana pendidikan dan agama di Kecamatan Rumbai Pekanbaru Provinsi Riau.

Rumbai adalah sebuah kecamatan di Pekanbaru Provinsi Riau. Kecamatan rumbai

memiliki 6 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Limbungan Baru

2. Kelurahan Meranti Pandak

3. Kelurahan Lembah Damai

4. Kelurahan Umban Sari

5. Kelurahan Sri Meranti

6. Kelurahan Palas

Kecamatan Rumbai merupakan penggabungan dari bekas Kecamatan

Rumbai Pesisir dan Rumbai (lama) yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga)

kecamatan yakni, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Rumbai Barat, dan Kecamatan

Rumbai Timur. Kecamatan Rumbai dipimpin oleh seorang camat yakni Vemi

Herliza,S.STP. dan Sekretaris Camat Umbarani Dewi, M.Pd.

46
Berikut adalah letak peta administrasi Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

Provinsi Riau :

Gambar 4.2. Peta Kecamtan Rumbai

4.1.2 Jumlah Penduduk , Prasaran Pendidikan, Serta Agama Masyarakat

Di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Provinsi Riau

4.1.2.1 Jumlah penduduk

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di kecamatan rumbai kota pekanbaru

provinsi riau 99.363 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki – laki 50.248 jiwa dan

perempuan 40.115 jiwa. Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru Provinsi Riau terdiri dari

78 RW dan 336 RT.

Table 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Rumbai

Kota Pekanbaru Provinsi Riau

No Jenis kelamin Jumlah jiwa

47
1. Laki – laki 50.248

2. Perempuan 40.115

Jumlah 99.363

sumber : Data kependudukan kota pekanbaru berdasarkan data konsolidasi bersih

4.1.2.3 Agama

Pendudukan kecamatan rumbai mempunyai latar belakang agama yang beragam.

Dari keseluruhan agama yang ditetapkan pemerintahan di Indonesia yaitu Islam,

Khatolik, Protestan, Hindu, Budha, Dan Tionghoa. Semuanya hidup saling berdampingan

tanpa saling mengusik satu sama lain. Terkait dengan hal tersebut maka untuk agama

dianut oleh masyarakat di kecamatan rumbai mayoritas beragama islam.

4.1.2.4 Pendidikan

Pendidikan adalah kebutuhan manusia dan juga hak manusia yang sangat penting

dan berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri, guna menyiapkan SDM

(Sumber Daya Manusia). Oleh karena hal tersebut untuk mencapai semua itu dibutuhkan

sarana pendidikan yang akan digunakan sebagai wadah tempat memperoleh pendidikan.

Kecamatan rumbai merupakan salah satu kecamatan yang tingkat pendidikannya sudah

baik, mulai dari sekolah taman kanak – kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah

menengah pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK). Pendidikan merupakan tanggung jawab keseleruhan dari perangkat masyarakat

baik itu orang tua siswa, pemerintah atau masyarakat umum lainnya.

Table 4.2. Jumlah Gedung Pendidikan Di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

Provinsi Riau

No Pendidikan Jumlah unit

1 Sekolah TK (swasta) 6

48
2 SD Negeri 15

3 SD swasta 9

4 SMP Negeri 6

5 SMP Swasta 9

6 SMA Negeri 3

7 SMA Swasta 3

8 SMK Negeri 2

9 SMK Swasta 1

sumber : Data kependudukan kota pekanbaru berdasarkan data konsolidasi bersih

4.2 Penyajian data

4.2.1 Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa Melati

Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022

Untuk membahas permasalahan tentang Peran Guru Seni Budaya Pada

Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022

penulis menggunakan teori dari Rusman (2016, 62-64) menyatakan empat indikator

peran guru yaitu (1). Demonstator (2). Pengelola kelas (3). Mediator dan fasiliator

(4). Evaluator. Oleh karena itu, diharapkan para guru lebih menambah wawasan

dalam mengenai seni, baik teori maupun praktik sehingga guru dapat melaksanakan

perannya dalam pembelajaran seni secara optimal.

Dari uraian diatas maka disimpulkan bahwa pembelajaran seni budaya di

sekolah sangat penting terhadap perkembangan mental maupun fisik peserta didik.

Bahkan, pembelajaran seni budaya peserta didik dapat terbentuk kearah yang lebih baik

karena pembelajaran seni budaya peserta didik dapat mengenal nilai-nilai dan norma –

norma yang ada dalam masyarakat peserta didik.

49
Berdasarkan observasi dan wawancara, tidak semua indikator – indikator

tersebut berjalan dengan lancar dalam pembelajaran, indikator – indikator Peran Guru

Seni Budaya Pada Anak Autisme Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai, Pekanbaru,

Riau TA 2021/2022 adalah sebagai berikut:

4.2.2 Peran Guru Sebagai demonstator Peran Guru Seni Budaya Pada Anak

Autisme Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022

Menurut Rusman (2016,62) guru memperagakan media, bahan, dan materi

yang akan diajarkan kepada anak karena akan menentukan hasil belajar yang

akan dicapai

Berdasarkan observasi pada tanggal 11 April 2022 penulis guru sebagai

demonstator yaitu guru membimbing siswa mulai sebelum pembelajaran, saat

pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Selain itu, guru juga mampu

memperkembangkan siswa ABK untuk dapat menerima, memahami serta menguasai

ilmu pengetahuan.

Penulis observasi pada tanggal 11 april 2022 ibuk Tri vivi ketika pembelajaran

berlangsung .guru memulai pembelajaran, saat pembelejaran mulai guru meminta

siswa-siswi yang autis guru membuka buku, setelah itu guru menerangkan pelajaran

dengan sangat pelan dan sangat tenang dan sabar, supaya murid – murid autis mudah

memahami dan tidak merusak mood anak autis yang gampang berubah”

Berdasarkan hasil pernyataan diatas peneliti melakukan wawancara pada tanggal

31 Januari 2022 kepada Ibu Zamiatul azma yang menjabat sebagai kepala sekolah di

sekolah luar biasa melati bagaimana pandangan ibu sebagai kepala sekolah tentang

cara guru mendemonstasikan pembelajaran kepada anak – anak autis di sekolah

tersebut :

50
“Dari yang saya lihat guru – guru dalam mendemonstrasikan pembelajarannya
kepada murid yang memiliki kebutuhan khusus seperti autisme, yang mereka
lakukan merencanakan bahan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah di buat.
Tapi tidak selalu sama tiap hari nya sesuai dengan RPP dikarenakan tidak selalu
juga mood anak autis selalu baik, terkadang guru menjaga mood murid terlebih
dahulu agar rancangan yang telah dibuat guru berjalan dengan lancar. Selalu
berusaha memberikan dan menerangkan pembelajaran dengan lancar dan tenang
walau kadang sekali – sekali ada beberapa murid yang suka tiba – tiba mengamuk
dan tidak mau belajar.”

Berdasarkan wawancara diatas,penulis wawancara pada tanggal 11 April 2022

Bagaimana guru menyiapkan media,bahan dan materi sebagai penunjang pembelajaran ?

seperti yang diungkapkan oleh ibuk Tri vivi :

“ guru mempersiapkan semua nya dengan sangat menarik terlebih untuk


media,bahan,materi dikarenakan untuk mencuri perhatian siswa-siswi harus
dibuat dengan sangat menarik, apalagi siswa-siswi ABK yang tidak memungkin
kan selama pembelajaran mau mendengarkan dan memperhatikan saat kita
menerang. Maka dari itu kami berusaha memaksimal mungkin membuat media,
bahan, dan materi sebagus dan semenarik mungkin.”

Selanjutnya penulis wawancara pada tanggal 11 April 2022, Bagaimana guru


membimbing ABK(autis) sebelum pembelajaran sampai sesudah pembelajaran ? seperti
yang diungkapkan oleh buk Tri vivi :
“ Cara guru membimbing murid ABK (autis) mengarahkan murid tersebut, ABK
(autis) pada dasarnya emang diharus kan untuk dibimbing sampai mereka paham
apa yang harus mereka lakukan didalam kelas sambil menjaga mood mereka”

Berdasarkan observasi dan wawancara diatas yang dilakukan peneliti, menemukan

bahwa guru membimbing anak autis sangat sabar dan tenang sambil menjaga mood murid

dan menerangkan sangat pelan dengan menggunakan media,bahan,dan materi yang

sangat menarik dan mudah dipahami biar murid-murid mudah memahami dan cepat

tanggap dalam materi yang diberikan oleh gurunya.

51
Gambar 4.3 : Guru sedang menerangkan pembelajaran

Dokumentasi di atas menunjukkan seorang guru yang sedang menerangkan materi

pembelajaran bahasa Indonesia siswa – siswi ABK.

Gambar 4.4 : Murid sedang mengerjakan tugas

Dokumentasi di atas menunjukkan siswa – siswi ABK sedang mengerjakan

tugas yang diberikan oleh guru nya dengan menggunakan media gambar untuk

52
mempermudah siswa – siswi dalam mengerjakan tugas nya dan mudah juga

dipahami.

4.2.3 Guru Sebagai Pengelola Kelas Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autisme

Di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022

Menurut Rusman (2016,62) pengelola kelas itu adalah guru mampu

melakukan penanganan di kelas karena kelas merupakan lingkungan yang perlu

diorganisasi .

Penulis observasi pada tanggal 15 April 2022 pada ibu Dewi yuliani pada
saat memulai pembelajaran.“Posisi tempat duduk dikelas memiliki tata letak satu
baris kebelakang. Melihat hal ini, ibu Dewi yuliani mengatur posisi duduk siswa
dengan mengarahkan siswa agar siswa – siswa duduk rapi agar bisa memulai
pembelajaran”.
Penulis wawancara kepada ibu Dewi yuliani pada tanggal 15 April 2022.

Apa yang dilakukan guru dalam pengelola kelas ?. Seperti yang diungkapkan oleh ibu

Dewi yuliani :

“ pengelola kelas yang saya lakukan dikelas saya yaitu dimulai dari pengatur
tempat duduk siswa sebelum memulai pembelajaran agar pembelajaran
berjalan dengan lancar tanpa ada kerusuhan yang pindah – pindah tempat
duduk setelah pengaturan tempat duduk selesei baru dimulai pembelajaran
sampai selesei”

Berdarsarkan observasi dan wawancara Guru sebagai pengelola kelas, guru

mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar. Di sini, ibu Dewi yuliani

mengamati kondisi kelas kemudian mengelola bangku agar pembelajaran mampu

berjalan dengan kondusif. Dengan begitu, siswa ABK (autis) akan memiliki kemauan

untuk belajar karena adanya teman disampingnya yang bisa diajak untuk

berkomunikasi.

53
Gambar 4.6 : Guru sedang mengatur tempat duduk murid

Dokumentasi pada saat guru sedang memulai pembelajaran dan mengatur

kursi supaya pembelajaran berjalan dengan lancar biar tidak ada kegaduhan yang dibuat

oleh siswa – siswi ABK.

4.2.4 Guru Sebagai Mediator Dan Fasiliator Peran Guru Seni Budaya Pada Anak

Autisme Disekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA

2021/2022

Menurut Rusman (2016,63) guru memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang cukup untuk media pendidikan, karena media merupakan alat komunikasi

guna mengefektifkan proses belajar mengajar.

berdasarkan observasi penulis pada tanggal 11 April 2022 pada Bapak

Ermadi dalam pembelajaran di kelas di sini guru menggunakan strategi

pemmbelajaran media yang mana guru membuat media seunik mungkin untuk

mengambil perhatian dari murid ABK (autis). Dimana media bisa membantu siswa

disabilitas terutama autis dengan menjelaskan materi melalui media.

54
Berdasarkan observasi 15 April 2022 Sebagai fasilitator, guru menfasilitasi

siswa dengan media menggunakan metode reward. Dimana reward ini bisa

dijadikan sebagai sebuah pelayanan bagi siswa ABK yang mampu menjawab

pertanyaan dari ibu dewi yuliani. Selain itu, digunakan juga menstimulus siswa

agar memiliki kemauan belajar.

Penulis wawanvara pada tanggal 11 April kepada pak Ermadi bagaimana

cara guru menjadikan dirinya sebagai mediator dan fasilitator ? :

“ Cara guru menjadikan dirinya sebagai media dan fasilitator dengan


membuat media yang seunik mungkin. Untuk meningkatkan kemauan
mereka dalam belajar dengan menggunakan media untuk menarik perhatian
dalam mengikuti pembelajaran dan menjadikan dirinya sebagai fasilitas
untuk menyeleseikan kesulitan siswa – siswi disini.”

Menggunakan media pembelajaran yang sederhana juga dilakukan dengan

guru seni budaya, berdasarkan wawancara pada tanggal 15 April 2022 ibu Dewi

yuliani bagaimana kegiatan pembelajaran seni budaya yang dilakukan oleh ibu

kepada ABK? :

“kegiatan pembelajaran seni budaya dalam kelas pada anak autis dilakukan
hanya yang sederhana saja, seperti menggambar, keterampilan dan tarian –
tarian sederhana saja yang bisa di berikan kepada anak ABK terutama autis”

Berdasarkan observasi dan wawancara di atas guru membuat media yang

unik sebagai penunjang pembelajaran supaya berjalan dengan lancar, dan

menjadikan dirinya fasilitas atau tempat cerita siswa-siswi dalam menyeleseikan

masalahnya. Dan dalam pembelajaran seni budaya juga diberikannya materi yang

sangat sederhan supaya siswa ABK bisa memahami nya dengan mudah.

55
Gambar 4.7 : Media sederhana pembelajaran

Dokumentasi diatas menunjukkan media sederhana untuk menari perhatian

para siswa – siswi dan mempermudah siswa untuk memahami

Gambar 4.8 : Murid sedang mengerjakan tugas sederhana yang diberikan

oleh gurunya

56
Dokumentasi diatas menunjukkan siswi yang sedang diberikan tugas

menggambar pemandangan yang sederhana.

4.2.5 Guru Sebagai Evaluator Peran Guru Seni Budaya Pada Anak Autisme Di

Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru Riau TA 2021/2022

Menurut Rusman (2016, 64) Guru melakukan penilaian untuk mengetahui

apakah tujuan yang dirumuskan tercapai atau tidak.

Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 15 april 2022 guru sebagai

evaluator, guru melakukan koordinasi dengan GPK (guru pendamping khusus)

mengenai perkembangan siswa ABK (autis). Lebih lagi, untuk mengetahui apakah

tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.

Wawancara pada tanggal 15 april 2022 kepada bu Dewi yuliani, bagaimana

cara guru menjadikan evaluator? :

“ Cara guru menjadikan dirinya sebagai evalutor dilakukan pada saat akhir
semester, yaitu memberikan penilaian kepada siswa-siswi ABK (autis) dan
memperhatikan selama satu semester bagaimana siswa –siswi tersebut ada
peningkatan atau penurun selama satu semester tersebut”

Wawancara pada tanggal 15 april 2022 kepada ibu Dewi yuliani, bagaimana

bentuk soal ujian yang ibu berikan kepada siswa – siswi ABK (autis)?.

“Kalau ujian siswa ABK,GPK jadi dibuatkan sendiri soalnya, yang lebih
gampang gitu. Misalnya ABK (autis) ringan, ditanya batik berasal dari daerah
mana ?, gutu aja. Oleh karena itu GPK dan guru mata pelajaran harus
koordinasi”.

Selain dengan koordinasi dengan GPK mengenai bentuk evaluasi nantinya,

guru juga memberikan timbal balik kepada siswa yang usai melakukan tugas yang

dimintai oleh guru. Disini, guru memberikan timbal balik dengan penguatan yaitu

berupa pemberian pujian. Dalam hal ini, penulis wawancara pada tanggal 11 april

57
pada pak Ermadi apa motivasi guru – guru terhadap ABK (autis) pada saat selesei

belajar/ ujian ? :

“Bentuk motivasi dalam kegiatan pembelajaran dikelas, itu bisa dari pujian
atau verbal misalkan terimakasih, sudah pintar, mengerjakan tugas, sudah
hadir tepat waktu. dari awalkan ABK (autis) kekurangannya itu di bidang
intlektual. Intinya ABK bisa masuk tiap hari, dia sudah mau belajar kan itu
sudah bagus.”

Gambar 4.9 : Pembagian rapor siswa – siswi

Dokumentasi diatas menunjukkan pembagian rapor murid kepada orang tua

murid sebagai evaluasi guru selama satu semester.

58
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan yang disampaikan

pada bab sebelum nya, maka dapat disimpulkan bahwa kesimpulan isi skripsi ini

merupakan peran guru pada anak autis adalah sebagai demonstrasi yaitu menerangkan

media,bahan, dan materi pembelajaran kepada siswa -siswi. Seperti menerangkan

pembelajaran kepada siswa – sisiwi dan membimbing siswa autis menyiapkan buku

diatas meja, menguasai materi dengan menjelaskan secara sederhana dan mudah

dimengerti oleh siswa autis, dan selalu menjaga mood siswa – siswi autis supaya

pembelajaran berjalan dengan lancar. Dengan cara menjaga mood para siswa autis

membuat guru-guru lebih mudah memberikan pelajaran kepada murid. Sebagai

mediator dan fasiliator yaitu guru telah menggunakan media pendidikan dan strategi

pembelajara yaitu metode pembelajaran sederhana agar memudahakan dalam

keberlangsungan pembelajaran. Sebagai pengelola kelas yaitu guru mampu

mengkondisikan kelas dengan kondusif dan menyenangkan serta mengatur posisi

tempat duduk agar pembelajaran lebih kondusif dan tentram. Dengan cara guru

mengelola kelas membuat murid lebih nyaman didalam kelas buat mengikuti

pembelajaran. Sebagai evaluator guru berkoordinasi dengan GPK ( guru pendamping

khusus) dalam penilaian dan memberikan timbal balik beru[a penguatan berupa verbal

yaitu pujian dan award pada saat murid bisa menjawab pertanyaan yang diberi guru nya.

Sebagai evaluator adalah guru mengevalualuasi perkembanngan siswa – siswi dalam

satu semester.

59
Dari pernyataan diatas peran guru pada anak berkbutuhan khusus itu sangat

penting. Dengan ada nya peran guru di hidup anak berkebutuhan khusus bisa

membimbing ABK tersebut dalam pendidikan. Jadi tidak ada bedanya anak regular

dengan ABK dalam pendidikann. Karena pendidikan itu sangat penting karena itu mau

ABK atau anak regular harus sekolah dengan standar pendidikan yang benar. Dari yang

penulis lihat pada saat penelitian guru di sekolah luar biasa melati itu sangat

membimbing anak – anak berkebutuhan terutama autis. Karena autis sangat susah buat

dibimbing dan diajarkan, karena anak yang pengidap autis itu berbeda sama ABK

lainnya, mood nya yang suka tiba-tiba berubah membuat guru-guru lebih sabar

membimbingnya terlebih dalam pembelajaran. Guru harus mengikuti apa yang anak

autis mau. Dalam pembelajaran seni budaya anak autis ringan sangat senang mengikuti

pembelajaran nya. Terlebih dalam praktek keterampilan anak autis ringan mampu

membuat keterampilan yang sederhana. Kalau autis yang berat pelan – pelan diajarin

dalam pembuatan keterampilan sederhana mau mengikuti walaupun terkadang ada

kendala yang tiba – tiba anak autis berat mengamuk kalau mood nya tidak bagus.

5.2. Hambatan

Pada proses pengumpulan data untuk penyelesaian Penelitian Peran Guru

Seni Budaya Pada Anak Autisme Disekolah Luar Biasa Melati Rumbai, Pekanbaru,

Riau TA 2021/2022, penulis menemukan beberapa hambatan yang diantaranya :

1. Sulitnya mendapatkan referensi buku yang berkaitan dengan peran guru pada anak

berkebutuhan khusus terutama guru seni budaya.

2. Penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh data dikarenakan dimasa pandemic

yang membuat penulis susah melakukan wawancara dan dikarenakan bulan puasa

SLB melati diliburkan.

60
5.3. Saran

1. Kepada pihak SLB melati

Sebagai penyelenggara sekolah untuk ABK, tentunya terus melakukan

evaluasi dan mengidentifikasi beberapa problematika dalam pendidikan ABK

sangatlah penting. Hal tersebut bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas sekolah penyelenggara ABK sendiri. Seperti kurangnya SDM pada SLB

atas meningkatnya penerimaan siswa berkebutuhan khusus, ataupun hal lainya.

Oleh karena itu, sekolah perlu memperhatikan hal tersebut.

2. Kepada penelitian selanjutnya

Kegiatan penelitian ini tentunya tidak berhenti sampai disini dan tidak

hanya seputar pembahasan ini. Lebih lagi, perihal pendidikan ABK memiliki

pembahasan yang luas dan global. Oleh karena itu diharapkan kepada peneliti

selanjutnya agar mampu melihat lebih jauh lagi mengenai isu disabilitas dalam

pendidikan ABK.

61
DAFTAR PUSTAKA

I Putu Mas Dewantara. (2012). “Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIIE SMPN 5 NEGARI dan Strategi
Guru Dalam Mengatasinyaa”

Agustini Buchari. (2018). “Peran Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran”. Guru pada
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

M. Nur Ghufron & Rini Risnawita. “ Kesulitan Belajar Pada Anak : Identifikasi Faktor
Yang Berperan”. STAIN Kudus & STAIN Kediri.

Shirly Nathania Suhanjoyo , Stella Sondang. (2020). “Terapi Seni bagi Anak Autis
(Studi Kasus: Skill Center Yayasan Percik Insani, Bandung)”. Universitas
Kristen Maranatha.

Muh. Zein. (2016). “Peran Guru Dalam Pengembangan Pembelajaran”. Dosen Institut
Agama Islam Negeri Ternate.

Eka Adimayanti , Dewi Siyamti. (2019). “Program Bimbingan Pada Anak Tunaghita
dan Autis Melalui Terapi Bermain Untuk Mengembangkan Perilaku Adaptif
Di SLB Negeri Unggaran”. Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi
Waluyo.

Riyan Tusturi, Mahmud HR, Linda Vitoria. (2017). “ Peran Guru Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa Di SD Negeri 10 Banda Aceh”.

Maria Fitri. (2019). “ Kesulitan Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan
Islam”.

Fina Tania. (2019). “Pola Komunikasi Guru Penyandang Tunarungu Terhadap Siswa
Penyandang Autis Pada Pembelajaran Seni Lukis (Studi Kasus Di Kelas
Menengah SLB Autisme Pelita Hafiz Bandung”. Departemen Pendidikan
Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Dr. Mulyono Abdurrahman. (2010). “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar”.


Departemen Pendidikan & Kebudayaan.

Tammasse & Jumraini T. “Mengatasi Kesulitan Belajar Disleksia (Studi


Neuropsikologuistik)”. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin &
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.

Suyono,. Hariyanto. 2014. “Belajar Dan Pembelajaran Teori & Praktik.” Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.

Rusman. (2016). “Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru”. Jakarta: Raja Grafindo Persada Hal.62-64.

62
Semiawan, C. R. (1991). “Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional
Menjelang Abad XX1”. Jakarta: Grasindo.

Silalahi, T. (1994). “Kepemimpinan Guru dalam Proses Belajar Mengajar di SMEA Negeri
Daerah Istimewa Yogyakarta”. IKIP Jakarta.

Tabrani, A. (1989). “Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar”. Bandung: Remaja


Karya.

Darmodihardjo, D. (1983). “Peranan Mutu dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Analisis


Pendidikan”. Jakarta: Depdikbud.

Rohidi, Rohendi. Tjeptjep. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima
Nusantara Semarang

Rohidi, Tjeptjep Rohendi, Jakarta : UI-press. 1992, hal.440


(jurnal oleh RH siregar, http://repositoria.unisu.ac.id)

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif).


Jakarta: Gaung Persada Press.

Armstrong, T. (2002). Setiap anak cerdas Panduan Membantu Anak Belajar dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligencenya (Alih bahasa Rina Buntaran).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Pasal 1 ayat 9 UU No.12 Tahun 2012. Tentang Pendidikan Tinggi (Lembar Negara
Indonesia No. 12 )

RI No. 20 tahun 2003 pasal 32 ayat 1. Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sanusi,(1991), Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga


Kependidikan, Bandung IKIP Bandung.

Usman Usman. 2001 . “Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Mengembangkan


Kepribadian Peserta Didik Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Parepare”

Pusparini, D. (2016). Analisis Peran Guru dalam Pembelajaran Seni Musik di


Sekolah Dasar Sekbin III Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Gema
Wiralodra .

Syah. (2002), Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, Remaja Karya, Bandung

Skripsi Annisa Noor Indah Sari (2017), dengan judul . “ Peran Guru Kelas Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Berkebutuhan Khusus (Autis) Di Kelas V
SDN Merjosari 04 Kota Malang” Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin.

63
Skripsi Irva Azizah (2019), dengan judul . “Peran Guru Dalam Menumbuhkan Motivasi
Belajar Siswa Inklusi Di Smp Muammadiyah 2 Malang” Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Skripsi Nurlela (2020), dengan judul . “Peran Guru Pai Dalam Membentuk Karakter
Religious Peserta Didik Anak Berkebutuhan Khusus Di Sma” Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Raden Intan Lampung.

Skripsi Hanifah Nur Rahma (2020), dengan judul “ Peran Guru Pendamping Khusus
Terhadap Prestasi Belajar Seni Budaya Dan Keterampilan Pada Anak
Tunagrahita Di Sekolah Dasar Inklusi Pada Kota Surakarta Tahun 2019”
Fakultas Ilmu Pendidikan Dan Keguruan, Universitas Sebelas Maret.

64
DATA INFORMAN

1. Nama : Tri Vivi Yanti S.Pd

Alamat : Sembilang Kec, Rumbai Pesisir

Status : Menikah

Sebagai : Guru

2. Nama : Ermandi S.Pd

Alamat : Pelajar Kec, Rumbai Pesisir

Status : Menikah

Sebagai : Guru

3. Nama : Dewi Yuliana S.Pd

Alamat : Limbungan Baru Kec, Rumbai Pesisir

Status : Menikah

Sebagai : Guru

65
DAFTAR WAWANCARA

Wawancara dengan Ibu Tri Vivi selaku guru di sekolah luar biasa melati rumbai pada

tanggal 11 April 2022

P : Pertanyaan

J : Jawaban

P : assalamualaikum warahmatuallahi wabarakatuh

J : wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

P : Perkenalkan bu nama saya Made Sarah Larasati, dari Universitas Islam Riau

Prodi Sendratasik Fakultas FKIP bu, di sini saya ingin melakukan wawancara

kepada ibu mengenai judul penelitian yang saya ambil yaitu Peran guru seni budaya

pada anak autisme disekolah luar biasa melati rumbai pekanbaru riau TA

66
2021/2022. Pertanyaan pertama bu, Bagaimanakah cara guru menjadikan dirinya

Sebagai demonstrator?

J : Ya, guru menjadikan dirinya sebagai demonstrator bagi siswa – siswi yaitu

dengan cara membimbing siswa-siswi nya dari mulai masuk ke dalam sekolah

kemudian masuk kelas terus mengikuti pelajaran sampai selesei pelajaran dan sampai

pulang pun kita bimbing untuk menunggu dijemput oleh orang tua murid – murid

tersebut. Apalagi bagi ABK, anak berkebutuhan khusus harus lebih ekstra

membimbingnya harus lebih sabar juga kita membimbing nya dan guru membimbing

tidak boleh sampai membuat mood siswa – siswi ABK rusak. Karna kalau udah mood

ABK sudah rusak pembelajaran sudah pasti tidak berjalan dengan lancar.

P : Apa saja bentuk bimbingan ibu terhadap siswa -siswi ABK?

J : Bentuk bimbingan guru terhadap murid ya seperti guru – guru pada umumnya,

misalnya kalau murid baru sampai digerbang sekolah guru – guru sudah ada didepan

pagar menyambutnya dan mengajarkan seperti mengucapkan selamat pagi atau

mengucap salam kemudian salim guru satu – satu yang didepan pagar. Kalau bentuk

bimbingan dalam kelas awal mulai pembelajaran diarahkan untuk duduk rapi terlebih

dahulu kemudian guru menyuruh murid – murid untuk mengeluarkan buku, dan

sambil menyuruh murid untuk memerhatikan gurunya menerangkan didepan. Kalau

ABK autis yang ringan kalau kita bimbing masih mau nurut tapi kalau autis berat

harus perlahan membimbingnya dengan sabar.

P : Bagaimanakah guru menyiapkan media, bahan, dan materi sebagai penunjang

pembelajaran ?

J : media, bahan, materi dibuat guru dengan semenarik mungkin untuk mencuri

perhatian murid – murid, supaya murid juga lebih cepat mengerti dengan apa yang

67
kita terangkan. Anak berkebutuhan khusus lebih suka dikasih materi yang dengan

media dan bahan yang menarik, seakan kita belajar sambil bermain.

P : Bagaimana ABK autis ringan dan berat memperhatikan ibu dikelas saat

pembelajaran berlangsung ?

J : Autis ringan masih bisa memperhatikan dengan tenang walaupun harus diulang –

ulang tapi masih ada kemauannya untuk melihat kita menerangkan, kalau yang autis

berat sudah pasti harus perlahan – lahan banget karena menjaga mood nya untuk tetap

tenang saja itu sangat sulit jadi diawal kami harus mejaga mood nya terlebih dahulu

baru melanjutkan pembelajaran.

P : Pertanyaan yang terakhir bu, Bagaimanakah guru membimbing ABK (autis)

sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran ?

J : Ya seperti yang saya bilang tadi cara membimbing ABK yang autis harus lebih ekstra

dan sabar, dan kita tidak boleh kepancing emosi dengan kelakuan murid – murid

ABK.

P : Baik bu cukup sekian wawancara kali ini, terimakasih atas jawaban ibu saya akhiri,

assalamualaikum bu.

J : walaikumsalam.

68
Wawancara dengan Ibu Dewi Yuliani selaku guru di sekolah luar biasa melati rumbai

pada tanggal 15 April 2022

P : Pertanyaan

J : Jawaban

P : Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

J : Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh

P : Perkenalkan bu nama saya Made Sarah Larasati, dari Universitas Islam Riau

Prodi Sendratasik Fakultas FKIP bu, di sini saya ingin melakukan wawancara

kepada ibu mengenai judul penelitian yang saya ambil yaitu Peran guru seni budaya

pada anak autisme disekolah luar biasa melati rumbai pekanbaru riau TA

69
2021/2022. Pertanyaan pertama bu, apa yang dilakukan guru dalam pengelolaan

kelas ?

J : Iya, yang dilakukan guru dalam pengelolaan kelas seperti mengatur tempat duduk

murid terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai, saya biasa nya mengatur

kursi siswa – siswi ini duduk nya masing – masing supaya tidak terjadinya bercerita

pada saat guru sedang menerangkan dan tidak terjadi nya keributan.

P : Bagaimana respon murid ABK saat ibu mengatur tempat duduk mereka sebagai

penunjang pembelajaran berlangsung ?

J : Kalau anak berkebutuhan khusus responnya kurang ya, harus benar – benar dirayu

dulu baru mau mereka melakukannya, apalagi ABK lebih banyak pengen main ya

ketimbang belajar makannya saya mengtur tempat duduk mereka sendiri – sendiri

biar lebih fokus dalam belajar tidak ada kerusuhan didalam kelas.

P : Bagaimanakah bentuk peran guru sebagai pengelola kelas ?

J : Bentuk peran guru sebagai pengelola kelas yaitu tadi mengatur siswa – siswi

didalam kelas, dari mengatur tempat duduk, Merapikan kelas supaya siswa – siswi

menjadi nyaman dikelas saat belajar, itu peran guru sebagai pengelola kelas yang

saya berikan kepada siswa – siswi.

P : Bagaimana bentuk organisasi kelas yang ibu buat terhadap anal berkebutuhan

khusus ?

J : Bentuk organisasi kelas yang saya berikan seperti membentuk perangkat kelas yang

sederhana, seperti ketua kelas dan membuat jadwal merapikan kelas. Dikarenakan

ABK tidak mungkin dibuat kan sebagai sekretaris dan bendahara ya sama kita tahu

untuk belajar aja mereka sulit tidak mungkin kita jadikan mereka bendahara dan

70
sekretaris. Ketua kelas nya juga diusahakan bergantian supaya siswa – siswi yang

lain juga merasakan jadi ketua kelas.

P : Apa saja yang dievaluasi guru pada saat pengelola kelas ?

J : Yang saya evaluasi dalam pengelolaan kelas seperti respon murid kepada saya pada

saat saya sedang mengatur kelas, cara mereka membentuk organisasi yang saya

buat seperti ketua kelas, menjalankan tugas mereka seperti jadwal piket. Itu yang

saya evaluasi pada saat pengelola kelas.

P : Bagaimanakah bentuk media sederhana dalam pembelajaran seni budaya yang

dilakukan oleh ibu kepada ABK?

J : Kegiatan pembelajaran seni budaya dalam kelas pada anak autis dilakukan hanya

yang sederhana saja, seperti menggambar, keterampilan dan tarian – tarian

sederhana saja yang bisa di berikan kepada anak ABK terutama autis. Karena ABK

sulit untuk memahami yang sama dengan siswa reguler yang lain apalagi yang autis

berat jarang mau mengikuti pembelajaran dikarenakan mood nya yang suka

berubah – berubah. Alhamdulillah nya siswa autis ringan masih mau untuk

diarahkan dan gak terlalu sulit bagi kita buat menerangkan pelajaran.

P : Apa fasilitator yang ibu berikan kepada siswa – siswi ?

J : fasilitator yang saya berikan yang seperti made lihat tadi ibu memberikan reward

atau hadiah kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan ibu. Itu satu evaluasi juga

buat ibu nampak sama kita siapa yang paham dan siapa yang tidak paham.

P : Bagaimana cara guru menjadikan evaluator?

J : Cara guru menjadikan dirinya sebagai evalutor dilakukan pada saat akhir semester,

yaitu memberikan penilaian kepada siswa-siswi ABK (autis) dan memperhatikan

71
selama satu semester bagaimana siswa –siswi tersebut ada peningkatan atau

penurun selama satu semester tersebut.

P : Bagaimana bentuk soal ujian yang ibu berikan kepada siswa – siswi ABK (autis)?

J : Kalau ujian siswa ABK,GPK jadi dibuatkan sendiri soalnya, yang lebih gampang

gitu. Misalnya ABK (autis) ringan, ditanya batik berasal dari daerah mana ?, gitu

aja. Oleh karena itu GPK dan guru mata pelajaran harus koordinasi.

P : Baiklah bu, cukup sekian wawancara kali ini, terimakasih jawaban dan memberikan

waktu luang untuk saya mengambil data skripsi saya bu.

J : iya nak sama sama.

P : assalamualaikum bu.

J : walaikumsalam.

72
Wawancara dengan Bapak Ermadi selaku guru di sekolah luar biasa melati rumbai pada

tanggal 11 April 2022

P : Pertanyaan

J : Jawaban

P : assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

J : wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh

P : Perkenalkan bu nama saya Made Sarah Larasati, dari Universitas Islam Riau

Prodi Sendratasik Fakultas FKIP pak, di sini saya ingin melakukan wawancara

kepada bapak mengenai judul penelitian yang saya ambil yaitu Peran guru seni

budaya pada anak autisme disekolah luar biasa melati rumbai pekanbaru riau TA

73
2021/2022. Pertanyaan pertama pak, Bagaimana cara guru menjadikan diri nya

sebagai mediator dan fasilitator ?

J : Cara guru menjadikan dirinya sebagai media dan fasilitator dengan membuat media

yang seunik mungkin untuk meningkatkan kemauan mereka dalam belajar dengan

menggunakan media untuk menarik perhatian dalam mengikuti pembelajaran.

Kalau fasilitator menjadikan guru sebagai fasilitas untuk murid – murid untuk

membantu murid dalam kesulitan disekolah dan memberikan reward kepada siswa

yang bisa menyeleseikan pembelajarannya.

P : Apa saja bentuk fasilitator yang bapak berikan kepada murid ABK ?

J : fasilitator yang saya berikan kepada murid ABK ya seperti membantu mereka

dalam belajar, mengarahkan dari masuk sekolah sampai seleseinya pembelajaran

dikelas.

P : Bagaimana bentuk media yang bapak berikan kepada murid ABK sebagai

penunjang pembelajaran ?

J : Media yang saya berikan tentu saja media yang sangat menarik, terlebih anak

berkebutuhan khusus sangat sulit memahami apa yang kita berikan dikarenakan

kekurangan mereka kan, karena itu saya dan guru lainnya membuat media seunik

mungkin untuk mencuri perhatian mereka dan untuk berjalan lancar nya

pembelajaran yang telah dibuat.

P : jadi murid ABK lebih mudah menangkap pembelajaran menggunakan media pak ?

J : iya, media yang membuat mereka mau belajar

P : media apa yang bapak sering berikan ?

J : media yang saya sering berikan seperti video, gambar dikarton yang saya buat.

74
P : Pertanyaan terakhir pak, Apa motivasi bapak berikan ABK (autis) pada saat selesei

belajar/ ujian ?

J : Bentuk motivasi dalam kegiatan pembelajaran dikelas, itu bisa dari pujian atau

verbal misalkan terimakasih, sudah pintar mengerjakan tugas, pintar sudah datan

tepat waktu. dari awalkan ABK memiliki kekurangannya itu dibidang intlektual.

Intinya ABK mau masuk sekolah tiap hari saja dan sudah mau belajar itu sudah

lebih cukup bagi kami yang guru – gurunya.

P : Baik pak cukup sekian wawancara kali ini , terimakasih pak dengan jawaban nya

dan sudah meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam mengisi data skrispi

saya.

J : iya sama sama

P : assalamualaikum pak

J : walaikumsalam

75
FOTO MENGENAI PERAN GURU SENI BUDAYA PADA ANAK

AUTISME DI SEKOLAH LUAR BIASA MELATI RUMBAI PEKANBARU

RIAU TA 2021/2022

DOKUMENTASI PADA SAAT PEMBELAJARAN BERLANGSUNG

76
77
DOKUMENTASI SISWA – SISWI ABK MEMBUAT KETERAMPILAN

78
DOKUMENTASI KEGIATAN PAGI SISWA – SISWI ABK

79
DOKUMENTASI KEGIATAN PERPISAHAN SISWA- SISWI ABK

80
81
DOKUMENTASI BIMBINGAN GURU BERWUDHU DAN MENCUCI

TANGAN SEBELUM MASUK KELAS

82
DOKUMENTASI HASIL KERAJINAN SISWA – SISWI ABK

83

Anda mungkin juga menyukai