Anda di halaman 1dari 94

PENYESUAIAN DIRI ANAK DALAM KELUARGA PASCA

PERCERAIAN DI NAGARI AMPANG KURANJI


KEC KOTO BARU KAB DHARMASRAYA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (1)

Oleh

MUTIA EVANI
10070288

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
ABSTRAK

Mutia Evani (10070288), “Penyesuaian Diri Anak Dalam Keluarga Pasca


Perceraian Di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupateen
Dharmasraya”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI
Sumatera Barat, Padang, 2014.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perceraian yang dilakukan oleh
orang tua untuk mengakhiri hubungan sangat berakibat pada mental anak. Anak-
anak hasil perceraian mengalami depresi ringan dan juga berpengaruh pada cara
berinteraksi anak dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada diri
anak itu, menuntut anak untuk mampu mengontrol dan mengarahkan tindakan,
sikap ataupun perilaku untuk mencapai tujuan yang mampu memberikan
komitmen untuk menjadi diri sendiri dan bisa diterima oleh lingkungan. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penyesuaian diri anak dalam keluarga
setelah orang tuanya bercerai.
Teori yang digunakan adalah fungsionalisme struktural yang dikemukakan
oleh Talcott Parsons. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan tipe deskriptif. Informan pada penenelitian ini adalah anak (umur 2-14
tahun), anak yang berasal dari orang tua yang bercerai, dan orang tuanya bercerai
minimal 1 tahun dan belum menikah. Pemilihan informan pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara:
(1) wawancara, (2) observasi (non-participant observation), (3) studi
dokumentasi. Unit analisisnya adalah individu anak dari keluarga yang bercerai.
Analisis data digunakan dengan model analisis data interaktif (Miles dan
Huberman) yang mencakup dalam empat tahapan, yaitu : (1) tahap pengumpulan
data, (2) tahap reduksi data (3) tahap penyajian data, (4) tahap kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah bentuk-bentuk penyesuaian diri yang dilakukan
oleh anak yaitu 1) Berhenti sekolah untuk mengurangi biaya rumah tangga,
2) Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, 3) Membantu ekonomi
keluarga, 4) Pergi Kesurau, 5) Mengikuti kegiatan di luar rumah.

i
“KATA PENGANTAR”

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Penyesuaian Diri Anak Dalam
Keluarga Pasca Perceraian”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Sosiologi di
Sekolah Tingi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, dan
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Fachrina, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Erningsih, S.Sos, M.Pd
selaku pembimbing II yang telah memberi pengarahan bimbingan, dan
memberikan penunjuk sehingga selesai skripsi ini.
2. Tim penguji ujian skripsi, ibu Rinel Fitlayeni, MA, Bapak Faishal Yasin,
S.Sos, M.Pd, Ibu Isnaini, M.Si yang telah memberikan kritikan dan saran
demi kesempurnaan penulis skripsi ini.
3. Ibu Dr. Maihasni, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat dan Ibu Marleni, M.Pd selaku sekretaris
Pendidikan Sosiologi beserta staf yang memberikan bantuan, dorongan dan
bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI
Sumatera Barat beserta staf pengajar lainnya yang telah memberikan ilmu
selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Sosiologi.
5. Ibu Dr. Zusmelia, M.Si selaku ketua STKIP PGRI Sumatera Barat beserta
staf dan karyawan.

ii
6. Teristimewa penulis persembahkan untuk Ayahanda (Fahri), Ibunda (Elda)
dan Adik tersayang (Osi Andila) serta orang-orang terdekat yang telah
memberikan dorongan serta semangat kepada penulis dari perkuliahan sampai
penyusunan skripsi ini.
7. Ibu dan Anak informan yang telah memberikan informasi yang penulis
butuhkan untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Sosiologi, khusunya
sesi G, yang ikut memberikan semangat dan dorongan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan


tentu ada ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan
kerendahan hati atas kekurangan yang ada pada penulis dimana penulis berharap
semoga skripsi ini mempunyai arti dan memberikan manfaat kepada pembaca.

Padang, September 2014

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Teoritis .................................................................................... 7
2.2 Penjelasan Konseptual ............................................................................... 9
2.2.1 Penyesuaian Diri ................................................................................ 9
2.2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri ..........................................................9
2.2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ............................ 9
2.2.1.3 Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri ................................................. 11
2.2.2 Perceraian .......................................................................................... 11
2.2.2.1 Pengertian Perceraian ................................................................... 12
2.2.2.2 Sebab-Sebab Perceraian ............................................................... 12
2.2.2.3 Dampak Perceraian ...................................................................... 13
2.2.3 Anak .................................................................................................. 14
2.3 Penelitian Relevan .................................................................................... 15

iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ................................................................ 17
3.2 Informan Penelitian ................................................................................... 18
3.3 Jenis Data .................................................................................................. 21
3.4 Metode dan Proses Pengumpulan Data ..................................................... 22
3.4.1 Wawancara ........................................................................................ 22
3.4.2 Observasi ........................................................................................... 23
3.4.3 Studi Dokumentasi ............................................................................ 24
3.5 Unit Analisis ............................................................................................. 25
3.6 Analisis Data ............................................................................................. 25
3.7 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 28
3.8 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 29
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis ..................................................................................... 30
4.2 Kondisi Demografis .................................................................................. 31
4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ........................................ 31
4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk ............................................................. 31
4.2.3 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 32
4.2.4 Agama ............................................................................................... 34
4.3 Sarana dan Prasarana ................................................................................ 34
4.3.1 sarana ................................................................................................. 34
4.3.1.1 Sarana Pendidikan ........................................................................ 35
4.3.1.2 Sarana Kesehatan ......................................................................... 36
4.3.1.3 Sarana Komunikasi dan Transportasi .......................................... 36
4.3.2 Prasarana ........................................................................................... 37
4.3.2.1 Listrik ........................................................................................... 37
4.3.2.2 Air Bersih ..................................................................................... 37
4.4. Sistem Kekerabatan ................................................................................. 38

v
BAB V Hasil dan Pembahasan
5.1 Latar Belakang Keluarga Informan ........................................................... 40
5.3 Penyesuaian Diri Yang Dilakukan Oleh Anak Setelah Orang Tuanya
Bercerai .................................................................................................... 53
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 64
6.2 Saran ......................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Skema Model Analisis Data Interaktif ....................................................... 26
2. Foto Wawancara Dengan Informan .......................................................... 77

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Angka Perceraian Di Nagari Ampang Kuranji ............................................ 5
2. . Karakteristik Informan .............................................................................. 20
3. Jadwal Penelitian ......................................................................................... 29
4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ................................................ 32
5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ......................................... 33
6. Jumlah Penduduk Yang Sedang Menjalankan Pendidikan ........................ 33
7. Sarana Peribadatan .......................................................................................35
8. Sarana Pendidikan ....................................................................................... 35
9. Sarana Kesehatan ........................................................................................ 36
10. Sarana Transportasi ................................................................................... 37
11. Prasarana Air Bersih ................................................................................. 38

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara .................................................................................. 68
2. Data Informan ............................................................................................. 70
3. Transkip Wawancara ................................................................................... 73
4. Dokumen Penelitian .................................................................................... 77

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat ada yang namanya

suatu wadah kegiatan atau tempat manusia melakukan aktivitas sehari-hari yang

mengatur perilaku manusia dalam seluruh aspek kehidupan, baik individu dengan

individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Menurut

Koentjaraningrat masyarakat sendiri berasal dari akar kara arab syaraka yang

artinya, ikut serta atau berperan serta. Apa yang disebut masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 1996 : 119).

Wadah atau tempat manusia beraktivitas dan hidup bersama disebut

sebagai lembaga atau institusi. Lembaga bermanfaat bagi manusia sebagai

pengawas atau konsekuensi hidup orang banyak, menjaga berlangsungnya

stabilitas sosial serta menjalankan peran sesuai dengan keinginan individu.

Lembaga yang sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah

lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga ekonomi dan

lembaga pemerintahan.

Lembaga keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri atas ayah,

ibu dan anak. Keluarga memiliki fungsi majemuk bagi terciptanya kehidupan

sosial dalam masyarakat. Dalam keluarga diatur hubungan antara anggota-

anggotanya sehingga anggota keluarga mempunyai fungsi dan peran yang jelas.

Dimana ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, perlindungan dan pemberi rasa aman. Sebagai

istri dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
1
2

tangga, sebagai pengasuh dan mendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya. Disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

Sebagai sebuah lembaga sosial, keluarga memiliki banyak fungsi yang

dilaksanakan, hakekat dan tingkat pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga berbeda

antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Fungsi ini mengacu pada

peran individu dalam mengetahui yang pada akhirnya mewujudkan hak dan

kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur

dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis (Suhendi dan Wahyu,

2001:44).

Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang paling penting dalam

masyarakat. Keberadaan masyarakat sangat diwarnai oleh masing-masing

keluarga dalam mempertahankan dan membangun dirinya. Keluarga adalah

sekumpulan orang yang hidup bersama dan masing-masing anggota merasa

adanya pertautan bathin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling

memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Suhendi dan Wahyu, 20011 : 12).

Jika salah satu dari peran keluarga itu tidak berjalan dengan baik, maka

keluarga akan menjadi berantakan dan bahkan bisa menyebabkan perpecahan

(perceraian). Seperti halnya perkawinan, perceraian juga merupakan suatu proses

yang didalamnya menyangkut banyak aspek seperti, emosi, ekonomi, sosial dan

pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku. Akibatnya

sistem ini bisa memunculkan ketegangan-ketegangan dan ketidak bahagiaan yang


3

dirasakan oleh semua anggota keluarga. Apabila terjadi sesuatu dengan

perkawinan (misalnya perceraian) maka akan timbul masalah-masalah yang harus

dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai maupun anak-anak serta masyarakat

diwilayah terjadinya perceraian. Masalah yang akan dihadapi antara lain : (1) apa

yang dirasakan pasangan suami-istri dan anak-anak yang mengalami perceraian,

(2) penyesuaian apa yang harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga yang

mengalami perceraian, (3) cara masyarakat mengatasi dan menyelesaikan masalah

ketidakstabilan dan ketidakbahagiaan keluarga (Ihromi,1999:136).

Pentingnya penyesuain diri ini ketika anak berada dalam situasi dan

lingkungan yang baru demi terciptanya hubungan yang baik, hal ini selaras

dengan pendapat Wilis (2008:55), bahwasanya penyesuaian diri merupakan

kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar dengan lingkungan

sehingga individu merasa puas terhadap diri dan lingkungannya. Penyesuain diri

itu dilakukan untuk melepaskan diri dari hambatan-hambatan dan ketidakenakan

yang ditimbulkannuya sehingga akan mendapatkan suatu keseimbangan psikis

yang dalam hal ini tentu tidak menimbulkan konflik bagi dirinya sendiri dan tidak

melanggar norma-norma yang berlaku dimasyarakat karena hal itu merupakan

faktor penentu apakah dia kelak mampu menyesuaikan diri dengan baik atau

tidak pada lingkungan.

Dampak terjadinya perceraian terhadap anak sangat tergantung pada

penilaian mereka sebelumnya terhadap perkawinan orang tua mereka serta rasa

aman di dalam keluarga. Diketahui bahwa lebih dari separuh anak yang berasal

dari keluarga tidak bahagia menunjukkan reaksi bahwa perceraian adalah yang
4

terbaik untuk keluarganya. Sedangkan anak-anak yang berasal dari keluarga

bahagia lebih dari separuhnya menyatakan kesedihan dan bingung menghadapi

perceraian orang tua. (Ihromi,1999:160).

Trauma yang dialami anak karena perceraian orang tua berkaitan dengan

kualitas hubungan dengan keluarga sebelumnya maka mereka akan merasakan

trauma yang sangat berat, sebaliknya bila anak merasakan tidak ada kebahagian

kehidupan dalam rumah, maka trauma yang dihadapi anak sangat kecil dan malah

perceraian dianggap sebagai jalan keluar terbaik dari konflik terus menerus yang

terjadi antara ayah dan ibu (Ihromi,1999:160).

Perihal dampak perceraian terhadap anak-anak. Dari hasil-hasil penelitian

diketahui bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita,

khususnya dalam hal keuangan serta kehilangan rasa aman. Dampak lain dari

perceraian meningkatnya perasaan dekat dengan ibu serta menurunnya jarak

terhadap ayah. Ini terjadi bila anak berada dalam asuhan perawatan ibu. Selain itu

anak-anak yang orang tuanya bercerai merasa malu dengan perceraian tersebut.

Mereka menjadi inferior terhadap anak-anak lain. Oleh karena itu tidak jarang

mereka berbohong dengan mengatakan bahwa orang tua mereka tidak bercerai

atau bahkan menghindari pertanyaan-pertanyaan tentang perceraian orang tua

mereka (Ihromi,1999:161).

Menurut Adrian (2010 : 11) perceraian bagi anak adalah tanda kematian

keutuhan keluarganya, rasanya separuh diri anak telah hilang, hidup tak akan

sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima

kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam, perasaan kehilangan,


5

penolakan dan ditinggalkan akan merusak kemampuan anak berkonsentrasi

disekolah.

Berdasarkan observasi awal hari Kamis, 10 April 2014 di Nagari Ampang

Kuranji, Kecamatan koto Baru, Kabupaten Dharmasraya terdapat anak korban

dari perceraian orang tuanya. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Angka Perceraian Dari Tahun 2010-2013 di Nagari Ampang


Kuranji
Tahun Jumlah Orang Bercerai Jumlah Anak

2010 25 Orang 82 Orang


2011 20 Orang 52Orang
2012 15Orang 43 Orang
2013 19 Orang 52 Orang
Jumlah 79 Orang 229 orang

Sumber : Data Sekunder dari Kantor Wali, 2014

Dari pengamatan di lokasi penelitian terlihat bahwa keadaan atau situasi

keluarga dilokasi penelitian perceraian orang tuanya, mempunyai dampak

terhadap anak-anak mereka, banyak perubahan perilaku pada anak-anak. Fakta

yang terlihat bahwa banyak perubahan perilaku pada anak-anak dimana setelah

adanya perceraian orang tua, mereka jarang berinteraksi dengan teman sebayanya,

cenderung berdiam diri didalam rumah dan dijumpai juga anak tinggal atau putus

sekolah.

Dari permasalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai : “Penyesuaian Diri Anak Dalam Keluarga Pasca Perceraian Di

Nagari Ampang Kuranji, Kecamatan Koto baru, Kabupaten Dharmasraya”.


6

1.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana penyesuaian diri anak dalam

keluarga pasca perceraian Di Nagari Ampang Kuranji, Kecamatan Koto Baru,

Kabupaten Dharmasraya”.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut : “Mendeskripsikan penyesuaian diri anak dalam keluarga setelah

orang tuanya bercerai”.

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan

diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan,

dan menambah khasanah ilmu sosiologi terutama pada sosiologi

keluarga.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

gambaran dan acuan bagi penelitian lain yang berminat terhadap

penelitian yang sama dengan pokok permasalahan yang sama.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan teoritis

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah “teori Fungsionalisme

Struktural” yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Teori ini dimulai dengan

empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, terkenal dengan skema

AGIL. Suatu fungsi (function) adalah “kumpulan kegiatan yang ditunjukan kearah

pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem”. (Ritzer, 2011 : 121).

Dengan menggunakan defenisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi

penting untuk semua sistem, Adaptation (A), Goal attainment (G), Integration (I),

dan Latency (L), atau pemeiharaan pola. Secara bersama-sama, ke empat

imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan

(survive), suatu sistem harus memiliki empat fungsi ini :

a. Adaptation (Adaptasi) : sebuah sistem harus menanggulangi situasi

eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

b. Goal attainment (pencapaian tujuan) : sebuah sistem haus

mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

c. Integration (integrasi) : sebuah sistem harus mengatur antar hubungan

bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus

mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L).

7
8

d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola) : sebuah sistem harus

memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi

individual mapun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang

motivasi (Ritzer,2011 : 121).

Dalam perspektif fungsionalisme struktural yang diperhatikan adalah

fungsi dari bagian-bagian dalam struktur yang sangat dibutuhkan bagi

keseluruhan struktur. Demikian juga kelangsungan kehidupan anak pada keluarga

yang bercerai, walaupun keluarga mengalami perceraian tetapi anak masih tetap

membutuhkan kedua orang tuanya dalam melangsungkan kehidupan. Dalam suatu

keluarga itu mempunyai fungsi yang harus dilaksanakan dan sangat dibutuhkan

oleh anak.

Jadi kaitannya dengan permasalahan yang diteliti adalah bahwa suatu

sistem apabila terjadi kerusakan pada salah satu sub sistem, maka akan

mempengaruhi kinerja sistem lainnya, sebaliknya apabila kedua sub sistem

berjalan dengan baik maka tujuan dari kedua sub sistem terlaksana. Perceraian

bisa memunculkan ketegangan-ketegangan dan ketidakbahagiaan yang dirasakan

oleh semua anggota keluarga, karenanya apabila terjadi sesuatu dengan

perkawinan (misalnya perceraian) maka akan timbul masalah-masalah yang harus

dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai maupun anak-anak serta masyarakat di

wilayah terjadinya perceraian.

Peran orang tua sangat dibutuhkan, apabila terjadi perceraian orang tua

maka fungsi dan perannya tidak akan berjalan dengan baik terhadap anaknya,
9

karena orang tua sudah tidak tinggal bersama lagi. Seharusnya anak selalu

berkumpul bersama orang tua, mendapatkan perawatan, penanaman nilai dan

norma, curahan kasih sayang, serta perhatian dan sebagainya dari orang tua,

dikarenakan orang tuanya bercerai hal itu tidak lagi didapatkan dan dirasakan oleh

anak secara sempurna.

2.2 Penjelasan Konseptual

2.2.1 Penyesuaian diri

2.2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri

penyesuain diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan

kompleks, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari

lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan

lain, masalah penyesuaian diri menyangkut seluruh aspek kepribadian individu

dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya

(Desmita,2009:191).

2.2.1.2 Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Menurut Desmita (2009 : 196) Faktor-Faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri dilihat dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik.

Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat

kehidupan sosial individu, terutama pengalaman khusus yang membentuk

perkembangan psikologis. Pengalam khusus ini lebih banyak beraitan dengan

latar belakang kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspek-aspek :


10

a) Hubunngan orang tua-anak, yang merujuk pada iklim

hubungan sosial dalam keluarga, apakah hubungan tersebut

bersifat demokratis atau otoriter yang mencakup :

 Penerimaan-penolakan orang tua terhadap anak.

 Perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada

anak.

 Sikap dominatif-integratif (pemisif atau sharing).

 Pengembangan sikap mandiri-ketergantungan.

b) Iklim intektual keluarga, yang merujuk pada sejauh mana iklim

keluarga memberikan kemudahan bagi perkembangan

intelektual anak, perkembangan berpikir logis atau irasional,

tukar pendapat, pengembangan berpikir logis atau irrasional

yang mencakup :

 Kesempatan untuk berdialog logis, tukar pendapat

dan gagasan.

 Kegemaran membaca dan mminat kultural,.

 Pengembangan kemampuan memecahkan masalah.

 Pengembangan hobi.

 Perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak.


11

c) Iklim emosional keluarga, yang merujuk pada sejauhmana

stabilitas hubungan dan komunikasi di dalam keluarga terjadi,

yang mencakup :

 Intensitas kehadiran orang tua dalam keluarga.

 Hubungan persaudaraan dalam keluarga.

 Kehangatan hubungan ayah ibu.

2.2.1.3 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Runyon dan Haber (1984:10) penyesuain diri merupakan proses

yang terus berlangsung dalam kehidupan individu situasi dalam kehidupan

selalu berubah, individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan

perubahan yang terjadi dilingkungannya.

Ada beberapa bentuk penyesuaian diri :

a) Penyesuaian diri yang positif

Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah

mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam

pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam

menghadapi tuntuta dirinya dan masyarakat, mampu menemukan

manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara

sempurna dan wajar.

b) Penyesuaian diri yang negatif

Individu dengan penyesuaian diri yang negatif adalah tidak mampu

mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran,

kebiasaan, emosi, ssikap dan perilaku individu dalam menghadapi


12

tuntutan dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu menemukan

manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala kebutuhan secara

sempurna dan wajar.

2.2.2 Perceraian

2.2.2.1 Pengertian Perceraian

Menurut Goode dalam Ihromi (1999 : 135) berpendapat bahwa

perceraian merupakan suatu “kegagalan” adalah bias. Karena semata-mata

mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantis. Perceraian adalah cerai

hidup antar pasangan suami-istri sebagai akibat dari kegagalan mereka

menjalankan obligasi peran masing-masing.

2.2.2.2 Sebab-Sebab Perceraian

George Levinger pada tahun 1966 menyusun kategori sebab-sebab

perceraian, yaitu : (Ihromi, 1999 : 153).

a) Karena pasangannya sering mengabaikann kewajiban terhadap

rumah tangga dan anak, seperti jjarang pulang kerumah, tidak ada

kepastian waktu berada dirumah, serta tidak adanya kedekatan

emosional dengan anak dan pasangan.

b) Status ekonomi, makin rendah status ekonomi keluarga makin besar

kemungkinan terjadinya perceraian atau salah satunya meninggalkan

keluarga. Masalah keuangan (tidak cukupnya penghasilan yang

diterima untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan rumah tangga).

c) Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan.


13

d) Pasangan sering berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar serta

menyakitkan.

e) Tidak setia, seperti punya kekasih lain, dan sering brzinah dengan

orang lain.

f) Adanya keterlibatan/campur tangan dan ketekanan sosial dari pihak

kerabat pasangannya.

g) Seringnya muncul kecurangan, kecemburuan serta ketidak percayaan

dari pasangannya.

h) Berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi,

kurangnya perhatian dan kebersamaan diantara pasangan.

i) Adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan sehingga

pandangannya sering menjadi tidak sabar, tidak toleransi, dan

diarasakan terlalu “menguasai”.

2.2.2.3 Dampak Perceraian

a) Dampak perceraian terhadap mantan pasangan suami istri

Masalah utama yang dihadapi oleh mantan pasangan suami-istri

setelah perceraian adalah masalah penyesuaian kembali terhadap

peranan masing-masing serta hubungan dengan lingkungan sosial

(social relationship).

Traumatis pada salah satu pasangan hidup individu yang telah

berupaya sungguh-sungguh dalam menjalankan kehidupan pernikahan

dan ternyata harus berakhir dalam perceraian, akan dirasakan

kesedihan, kekecewaan, tidak tentram, frustasi dan kwatir dalam diri.


14

b) Dampak perceraian terhadap anak

Menurut Leslie (1967) reaksi anak terhadap peceraian sangat

tergantung pada penilaian mereka sebelumnya terhadap perkawinan

orang tua mereka serta rasa aman di dalam keluarga. Separuh dari anak

dari keluarga yang bercerai menyatakan kesidahaan, bingung, frustasi,

trauma, dll.

c) Ketidakstabilan kehidupan dalam pekerjaan

Setelah bercerai, individu merasakan dampak psikologis yang

tidak stabil. Ketidakstabilan psikologis ditandai oleh perasaan tidak

nyaman, tidak tentram, gelisah, takut, khawtir, dan marah. Akibatnya

secara fisiologis mereka tidak dapat tidur dan tidak dapat

berkonsentrasi dalam bekerja sehingga mengganggu kehidupannya

kerjanya.

2.2.3 Anak

Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa anak-anak merupakan

masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan sehari-hari dimana individu

relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak

(young children) uraian selanjutnya digunakan kata “anak-anak” yang menunjuk

pada pengertian anak masih anak-anak. Masa anak-anak sering kali dianggap

tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan

yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak tetapi orang

dewasa. Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
15

ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara seksual

kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria (Hurlllock, 1999 : 108).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah masa

dimana individu setelah melewati masa bayi yakni masa dimana penuh

ketergantungan pada orang lain dan masa ini masa yang terpanjang dalam

rntang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan penuh

ketergantungan. Usia anak dalam penelitian ini berkisar dari 12-17 tahun.

2.3 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Heskurniati (2014) dengan judul penelitian “Peran Orang

Tua Tunggal Dalam Keluarga (Studi kasus : perempuan sebagai keluarga di

nagari dusun tangah kecamatan sangir batang harikabupaten solok selatan)”.

Menyatakan bahwa ibu dapat berperan baik dan dan bertanggung jawab dan

menjadi tunggang punggung keluarga dan mengurusi seluruh urusan keluarga.

Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rici Sepriani

(2014)dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mendorong Anak Berprestasi

Pada Orang Tua yang Bercerai Di Nagari Punggasan Kecamatan Linggi Sari

Baganti Kabupaten Pesisir Selatan”. Menyatakan bahwa memiliki kemampuan

yang kuat dalam belajar, memiliki minat dan motivasi yang kuat dalam belajar,

partisipasi orang tua perempuan yang kuat terhadap belajar anak.

Penelitian ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yanti (2014)

dengan judul penelitian “Pola Asuh Anak Dari Orang Tua Bercerai di Nagari

Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman”. Menyatakan bahwa


16

orang tua lebih cenderung menggunakan bentuk pola asuh permisif, dimana orang

tua bercerai membebaskan anak didalam bertindak atau berperilaku hal itu

dikarenakan orang tua mengalami perceraian. Selain itu ada juga ditemukan orang

tua bercerai menggunakan bentuk pola asuh demokratis dimana orang tua bercerai

memberikan aturan-aturan yang jelas pada anaknya dalam bertindak dan

berperilaku.

Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah penulis

ingin mengkaji tentang “Penyesuaian Diri Anak Dalam Keluarga Pasca Perceraian

di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya”.

Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (1) Heskurniati

adalah Peran Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga (Studi kasus : perempuan

sebagai keluarga di nagari dusun tangah kecamatan sangir batang harikabupaten

solok selatan). (2) Rici Sepriani adalah Faktor-Faktor Yang Mendorong Anak

Berprestasi Pada Orang Tua Yang Bercerai Di Nagari Punggasan Kecamatan

Linggi Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. (3) Fitri Yanti (2014) dengan judul

penelitian “Pola Asuh Anak Dari Orang Tua Bercerai di Nagari Lubuk Layang

Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian

Sebagaimana diketahui pendekatan kualitatif dilakukan untuk

menganalisis data berupa kata-kata dan perbuatan-perbuatan manusia dengan cara

interprestasi. Data tersebut terdiri dari pembicaraan-pembicaraan orang atau data

lisan, tulisan-tulisan, aktifitas yang dilakukan oleh orang, isyarat-isyarat yang

disampaikan oleh orang dan ekpresi fisik seperti raut muka ketika gembira dan

marah. Oleh sebab itu metode penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai

metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang menganalisis data berupa kata-kata,

makna-makna, alasan-alasan kejadian dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan

oleh orang perorangan maupun kelompok sosial dengan cara interprestasi

(Afrizal,2008:20-23). Sedangkan penelitian dengan tipe deskriptif adalah

penelitian yang dimaksudkan peneliti mengamati sesuatu (objek penelitian) dan

kemudian menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu. (Morissan, 2012 : 37).

Data kualitatif ini penulis dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa

secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang

setempat memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat (Afrizal,2008:18).

Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan informasi mengenai penyesuaian diri

anak dalam keluarga pasca perceraian di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan

Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Data seperti ini lebih lengkap diungkapkan

dengan melakukan metode penelitian kualitatif karena tujuan penulis dalam

penelitian ini bukan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel

17
18

melainkan melihat secara holistik (utuh) dan menjelaskan tentang bagaimana

penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian. Maka dari itu alasan

penulis menggunakan penelitian kualitatif, karena sifat masalah itu sendiri yang

mengharuskan menggunakan penelitian kualitatif karena berbicara mengenai

penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian di Nagari Ampang

Kuranji.

3.2 Informan Penelitian

Afrizal (2008:101) informan penelitian adalah orang-orang yang

memberikan informasi baik tentang dirinya atau orang lain bahkan suatu kejadian

kepada peneliti. Informan ini tidak dipahami sebagai objek atau orang-orang yang

hanya memberikan respon terhadap sesuatu (ha-hal yang berada di luar dirinya),

melainkan sebagai subjek penelitian.

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan

bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat

diperolehnya. Informan bisa ditentukan oleh peneliti apabila peneliti memahami

masalah umum penelitian serta memahami pula anatomi masyarakat dimana

penelitian itu dilaksanakan (Bungin, 2011: 107).

Pada penelitian ini penulis menentukan infroman dengan mekanisme

Purposive Sampling (secara sengaja). Mekanisme ini dilakukan dengan cara

menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang

dijadikan seumber informasi. Kritria yang ditentukan itu harus menjamin validitas

data yang dikumpulkan. Oleh sebab itu, dengan mekanisme ini, penulis

mengetahui identitas orang-orang yang menjadi informan penelitian ini.


19

Alasan dipilih mekanisme purposive sampling adalah karena penulis telah

menetapkan kriteria-kriteria informan tersebut. Adapun kriteria informan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Anak (Umur dibawah 14 tahun).

2. Anak yang berasal dari keluarga yang bercerai.

3. Orang tuanya bercerai minimal 1 tahun dan belum menikah.

Berdasarkan atas keseluruhan data dimana tidak ditemui lagi variasi data

baru dari informan, maka penelitian ini dihentikan. Untuk itu jumlah infroman

dalam penelitian ini adalah 6 orang anak dari 6 keluarga. Kemudian diperlukan

informan pendukung untuk trianggulasi data (mengkonfirmasi) yaitu 6 orang tua

bercerai (ibu), dan keluarga luas seperti nenek, etek, makwo yaitu 3 orang. Untuk

lebih jelasnya, lihat pada tabel dibawah ini :


20

Tabel 3.1 Karakteristik Informan

No Nama Umur Pendidikan Lama Ket


Informan perceraian
orang tua
1 Agus Arianto 14 Tahun SMP 2 Tahun Anak
2 Nikmatul auva 14 Tahun SMP 2 Tahun Anak
3 Gigin Andre 14 Tahun SMP 1 Tahun Anak
4 Cia Lestari 13 Tahun SMP 1 tahun Anak
5 Reni Elisa 12 Tahun SD 1 Tahun Anak
6 Doni Irawan 11 Tahun SD 1 Tahun Anak
7 Ibu Tuti 39 Tahun SMP 2 Tahun Ibu dari Agus
8 Ibu Juli 41 Tahun SD 1Tahun Ibu dari Doni
9 Ibu Yan 38 Tahun MTSN 1 Tahun Ibu dari Reni
10 Ibu Zar 55 Tahun SD 2 Tahun Ibu dari Auva
11 Ibu si’a 45 Tahun SMA 1 Tahun Ibu dari
Cia
12 Ibu Dar 45 Tahun SD 1 Tahun Ibu dari
Gigin
13 Nuraisyah 61 Tahun SD - Nenek Dari
Gigin
14 Repila 38 Tahun Sd - Etek dari
Reni
15 Lelawati 50 Tahun SMA - Makwo dari
Auva
Sumber : Peneliti
21

3.3 Jenis Data

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data atau informasi, data yang

dikumpulkan dalam dua bentuk, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

adalah segala data yang bersumber dari kata-kata dan tindakan dari orang-orang

yang diamati dan diwawancarai, ini merupakan data utama dari suatu penelitian

kualitatif (Moleong, 2010 : 157). Data primer dari penelitian ini dilakukan pada

anak-anak yang orang tuanya telah bercerai. Dimana data primer tersebut

merupakan data mentah yang harus penulis olah dari hasil wawancara dengan

anak dan orang tua yang bercerai tersebut yaitu data mengenai tanggapan

terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai penyesuaian diri anak dalam

keluarga pasca perceraian.

Untuk melengkapi atau mendukung data primer maka pengumpulan data

sekunder juga dilakukan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari media

yang dapat mendukung dan relevan dengan penelitian ini, serta data yang

diperoleh dari studi kepustakaan, dokumen-dokumen terkait, literatur hasil

penelitian dan artikel. Data ini berupa buku-buku, laporan hasil penelitian atau

dokumen yang ountentik, karena buku-buku tertulis lebih kuat dari informasi lisan

untuk hal-hal tertentu, seperti keakuratan dalam menentukan waktu kejadian

(tanggal,jam), angka-angka tertentu, janji-janji, prtauran-peraturan, realisasi

sesuatu dan responpemerintah (Afrizal,2008:24-25). Data sekunder dari penelitian

ini dapat diperoleh dari data Kantor wali Nagari.


22

3.4 Metode dan Proses Pengumpulan Data

3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan

cara langsung bertatap muka denngan informan, dengan maksud mendapatkan

gambaran lengkap dengan topik yang diteliti. Bentuk wawancara yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, karena wawancara mendalam

bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara mendalam tidak hanya sekali,

melainkan berulang-ulang dengan identitas yang tinggi. Peneliti tidak cepat puas

dengan informasi yang diberikan oleh informan ketika wawancara, sehingga

peneliti perlu mengecek dan mengklarifikasi atas informasi yang diberikan oleh

informan tersebut melalui wawancara berikutnya (Bungin, 2011 : 111).

Dalam melakukan penelitian sebelum peneliti pergi kelapangan, peneliti

terlebih dahulu membuat pedoman wawancara agar dalam mewawancarai

informan tidak mngambang dan sesuai dengan tujuan penelitian, yang kemudian

dikembangkan di lapangan, setelah itu peneliti langsung pergi ketempat

penelitian yang telah ditentukan. Setelah sampai ditempat penelitian peneliti

mencari informan yang akan diwawancarai. Setelah mendapatkan beberapa

informan peneliti melakukan wawancara, namun sebelum peneliti melakukan

wawancara tersebut peneliti memberitahukan dulu maksud dan tujuan peneliti

kepada informan. Kemudian peneliti menanyakan apakah informan tersebut

bersedia untuk diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian. Pada umumnya

semua infroman bersedia untuk diwawancarai. Infroman yang telah dipilih

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.


23

Pengumpulan data dilakukan pada waktu-waktu tertentu, artinya peneliti

harus tahu diri kapan bisa melakukan wawancara. Dalam penelitian peneliti

berusaha tidak menganggu aktifitas mereka dan melihat situasi dan kondisi yang

tepat untuk melakukan wawancara. Dimana wawancara dilakukan ditempat yang

memungkinkan dan mendukung seperti pergi kerumah informan, dan ditempat-

tempat dimana informan dapat ditemui dan bersedia untuk diwawancarai.

Adapun tempat wawancara dilakukan selama penelitian yaitu di warung dan

dirumah informan. Wawancara ini dilakukan pada waktu siang sampai sore hari

pada saat informan sudah tidak beraktivitas. Karena pada waktu itu merupakan

waktu istirahat dan informan tidak terlalu sibuk. Wawancara di akhiri apabila

data yang dikumpulkan sudah menemukan jawaban penelitian.

3.4.2 Obsevasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan

panca indra mata sebagai alat bantu utamanya, selain panca indra lainya seperti

telinga, mulut dan kulit. Karena observasi adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu

dengan panca indra lainnya (Bungin, 2011 : 118).

Dalam penerapannya melalui metode observasi non partisipan, peneliti

telah melihat, mendengarkan dan mengamati fenomena yang sedang dialami atau

yang sedang dilakukan oleh subjek penelitian. Sebelum melakukan observasi non

partisipan, peneliti telah memupuk terlebih dahulu hubungan baik dengan

informan. Ada rasa saling mempercayai yang dibentuk antara peneliti dengan
24

informan. Sikap saling mempercayai tersebut dikenal dengan istilah rapport

(Afrizal,2008:25).

Dari pengamatan di lokasi penelitian terlihat bahwa keadaan atau situasi

keluarga dilokasi penelitian sangat memperihatikan, terlihat banyak perubahan

terutama pada anak-anaknya seperti : perilaku anak sehati-hari. Fakta yang terlihat

bahwa banyak perubahan perilaku pada anak-anak dimana setelah adanya

perceraian mereka sering jarang berinteraksi dengan teman sebayanya banyak

berdiam diri didalam rumah dan dengan adanya perceraian anak menjadi putus

sekolah.

Tujuan dilakukan observasi menurut Guba dan Linclon dalam Moleong

(2010:174-175) adalah untuk dapat mengecek kebenaran dari data yang

diperoleh, metode pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan

mengamati sendiri kemudian mencata tindakan-tindakan dan kejadian sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Diman observasi penulis gunakan untuk

melihat bagaimana proses kehidupan anak dalam menjalankan kehidupan sehari-

hari, bagaimana aktivitas yang dilakukan dari pagi samapai sore, bagaimana

melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya dan bagaimana ia

menjalankan peranan pasca perceraian orang tuanya.

3.4.3 Studi Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif metode ini merupakan alat pengumpul data

yang utama karena pembuktian-pembuktian hipotsisnya yang diajukan secara

logis dan rasional melalui pendapat, teoti atau hukum-hukum yang diterima baik

mendukung maupun menolong hipotesis tersebut. Metode ini merupakan


25

penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus

penelitian. Dokumn tersebut dapat berupa dokumen pribadi, dokumen

resmi,foto, surat dan lain-lain (Afrizal, 2008 : 46). Dimana dokumen yang

peneliti peroleh dari Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji dalam bentuk buku,

yaitu buku mengenai profil Nagari, dokumen tersebut berupa arsip-arsip

mengenai letak geografis, denah wilayah, jumlah penduduk.

3.5 Unit Analisi

Unit analisis adalah seluruh hal yang kita teliti untuk mendapatkan

penjelasan ringkas mengenai keseluruhan unit dan untuk menjelaskan berbagai

perbedaan di antara unit analisis tersebut (Morissan, 2012 : 48). Dari uraian diatas

unit analisis penelitian ini adalah individu yaitu anak dari keluarga bercerai.

3.6 Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Bogdan & Biklen, dalam buku

Moleong,2010:248).

Analisis data yang akan penulis lakukan adalah seperti yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman Proses analisis data dapat digambarkan

sebagai berikut :
26

Pengumpulan
Data
Penyajian Data

Reduksi Data
Kesimpulan

Gambar 1 : Skema Model Analisis Data Interaktif


(Sumber : Miles dan Huberman dalam Sugiyono,2008)

Berdasarkan skema diatas, kterangan dari kesimpulan yang dapat

diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data merupakan mencari data dilapangan dengan membuat

catatan lapangan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Dalam

tahap ini penulis terjun ke lapangan untuk mengambil data mengenai

penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian. Dengan cara

memberikan kode-kode pada setiap data tertentu.

2. Reduksi data merupakan merangkum, memilah hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam hal ini peneliti

mencata semua informasi yang diperoleh dari informan dilapangan


27

menyangkut penyesuain diri anak dalam keluarga pasca perceraian di

Nagari Ampang Kuranji. Dari data yang telah diperoleh, peneliti mencatat

semua informasi dari informan dan setelah data tersebut dikumpulkan

peneliti menyederhanakan kembali dengan cara melakukan pemilahan-

pemilahan data yakni mengambil data yang sesuai dengan pertanyaan

peneliti. Dimana pada tahap ini peneliti melakukan pemilahan data dengan

cara mengotakkan data dengan memberikan simbol berupa warna-warna

tertentu sehingga memudahkan peneliti mengolah data dan menentukan

pola-polanya dan membuang data yang mengolah data yang tidak

dipergunakan dalam penelitian ini.

3. Penyajian Data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Pada tahap ini

dilakukan pengkategorian data atau pengelompokkan data kedalam

klasifikasi-klasifikasi yang menentukan data penting dan tidak penting

pada tahap pertama. Dimana pada tahapan ini, setelah data dikotak-

kotakan sesuai dengan pola-polanya maka data tersebut disajikan dalam

bentuk uraian singkat dan bagan sesuai dengan permasalahan agar tidak

keluar dari tujuan penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan, merupakan bagian dari kegiatan selanjutnya yang

akan dilakukan setelah adanya reduksi data, penyajian data akhirnya

dapatlah ditarik sebuah kesimpulan. Keseimpulan dalam penelitian


28

kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

3.7 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan Di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto

Baru Kabupaten Dharmasraya. Alasan penulis mengambil lokasi di Kangarian

Ampang Kuranji tersebut terdapat anak yang menjadi korban perceraian, dimana

pada observasi awal terdapat fenomena anak korban perceraian dalam

menjalankan kehidupan sehari-harinya, Fakta yang terlihat bahwa banyak

perubahan perilaku pada anak-anak setelah adanya perceraian mereka jarang

berinteraksi dengan teman sebayanya banyak berdiam diri didalam rumah dan

dengan adanya perceraian anak putus sekolah.


29

3.8 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam satu bulan, sepeti terlihat dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 1
Jadwal Rencana Penelitian
Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
Pembuatan
proposal

Menunggu
ACC judul

Bimbingan
proposal
Seminar
proposal
Penelitian
Bimbingan
Skripsi
Kompre
Wisuda
Sumber : Peneliti
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Nagari Ampang Kuranji merupakan salah satu Nagari yang berada

diwilayah pemerintahan Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Nagari

Ampang Kuranji ini memiliki luas wilayah 3.056,5 Ha dengan suhu rata-rata 23-

320 Cdan tinggi dari permukaan laut adalah 70 mdl. Secara administrasi, Nagari

Ampang Kuranji memiliki daerah batasan yakni :

Sebelah Utara : Nagari Koto Padang

Sebelah Selatan : Nagari Koto Besar

Sebelah Timur : Nagari Koto Baru

Sebelah Barat : Sungai Abai Siat

Nagari Ampang Kuranji berdasarkan administrasi pemerintahannya

memiliki 4 (empat) jorong, yaitu :

1. Jorong Lubuak Agam.

2. Jorong Koto Gadang.

3. Jorong Koto Diateh.

4. Jorong Pasa Banda.

Luas Nagari Ampang Kuranji adalah 3.056,5 Ha Jorong yang paling luas

adalah Jorong Pasa Banda dan yang paling kecil adalah Jorong Koto Diateh yaitu

sekitar 12% dari luas Nagari keseluruhannya. Bentuk wilayah Nagari Ampang

Kuranji Merupakan Daerah dataran rendah yang memiliki banyak rawa (payo)

serta dilintasi oleh beberapa sungai serta irigasi.

30
31

4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Masyarakat Nagari Ampang Kuranji memiliki jumlah penduduk

sebanyak 4.522 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.247 Kepala

keluarga. Dengan masing-masing jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

yaitu penduduk laki-laki sebanyak 2.302 jiwa dan penduduk perempuan

sebanyak 2.221 jiwa. Dinagari Ampang Kuranji terdapat 52 kepala keluarga

yang bercerai pada saat anaknya berada pada usia 2-14 Tahun, dan yang menjadi

subjek penelitian adalah 6 Kepala Keluarga dengan jumlah anak sebanyak 6

orang (Sumber, Profil Nagari Ampang Kuranji).

4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Nagari Ampang Kuranji berdasarkan mata pencaharian

ataupun jenis pekerjaan beragam, yaitu terdiri dari 11 jenis pekerjaan untuk lebih

jelasnya perhatikan tabel dibawah ini :


32

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk


(jiwa)
1 Petani 946
2 Rumah Tangga 416
3 Swasta 262
4 Pedagang 229
5 PNS 90
6 Sopir 33
7 Tukang Kayu 11
8 Montir 6
9 Tukang Sumur 3
10 TNI/Polri 3
11 Tukang Jahit 3
Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Dilihat pada diatas bahwa masyarakat Nagari Ampang Kuranji

pekerjaannya paling banyak bertani.

4.2.3 Tingkat Pendidikan

Penduduk Nagari Ampang Kuranji berdasarkan tingkat pendidikan

terbanyak adalah dengan tingkat SLTA/Sederajat yaitu 738 jiwa, sedangkan

jumlah penduduk terkecil adalah untuk tingkat pendidikan S2/Sederajat,

sehingga dapat disimpulkan bahwa Nagari Ampang Kuranji memiliki SDM yang

cukup baik, untuk lebih jelasnya tentang jumlah penduduk menurut tingkat

pendidikan tersebut, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


33

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Nagari Ampang Kuranji

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Buta Aksara -
2 Tk -
3 Tidak tamat SD 331
4 Tamat SD/Sederajat 424
5 Tamat 440
SMP/Sederajat
6 Tamat 738
SLTA/Sederajat
7 Tamat Akademi
-  D1 20
-  D2 14
-  D3 63
8 Sarjana
-  S1 55
-  S2 2
-  S3 -
Total 2.087

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

terbanyak adalah tingkat SLTA/Sederajat.

Tabel 4.3
Jumlah penduduk Nagari Ampang Kuranji
yang sedang menjalankan pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Tk 132
2 SD 412
3 SMP 218
4 SLTA 345
5 PT 197
Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013
34

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat penduduk Nagari Ampang

Kuranji yang sedang menjalankan pendidikan dapat dilihat terbanyak pada tingkat

SD.

4.2.4 Agama

Seluruh warga masyarakat di Nagari Ampang Kuranji adalah muslim

(islam) dengan jumlah penduduk adalah sebesar 4.522 jiwa. Dimana kegiatan

keagamaan pada masyarakat Nagari Ampang Kuranji dapat dilihat dari

pelaksanaan sholat berjama’ah di Mesjid atau di Mushalah. Di Nagari Ampang

Kuranji termasuk masyarakat yang cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan

kagamaan. Diantaranya pengajian rutin bagi anak-anak usia sekolah dan belum

sekolah yang dimulai dari siang hari setelah sholat dzuhur sampai sore hari setelah

sholat ashar dan taklim bagi ibuk-ibuk dan remaja yang dilaksanakan pada hari

selasa, rabu dan minggu. Dalam setiap memperingati besar islam masyarakat di

Nagari Ampang Kuranji melaksanakan berbagai kegiatan rutinitas yang mereka

lakukan setiap tahunnya seperti memperingati tahun baru islam, kegiatan yang

mereka lakukan adalah ceramah agama dan berdo’a di mesjid atau mushalah serta

memperingati israj’ dan mijraj’ serta memperingati hari kelaharian Nabi

Muhammad S.A.W.

Sarana peribadatan di Nagari Ampang Kuranji terdiri dari Mesjid 5

Unit dan 17 surau atau Mushalla. Untuk jelasnya sebagaimana tabel berikut :
35

Tabel 4.4 Sarana Peribadatan di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Sarana Jumlah

1 Mesjid 5
2 Mushalla 17
Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

4.3 Sarana dan Prasarana

4.3.1 Sarana

4.3.1.1 Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi suatu potensi

sumber daya manusia yang ada pada sutau wilayah tersebut. Adanya sarana

pendidikan yang baik dan memenuhi standar dapat memunculkan sumber daya

sumber daya manusia yang berpotensi. Yang sangat berguna sebagai generasi

penerus dalam pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu dalam suatu

perencanaan harus memperimbangkan kebutuhan sarana pendidikan. Di Nagari

Ampang Kuranji sarana pendidikan yang ada antara lain 3 Unit Paud, 3 Unit

TK (Taman Kanak-Kanak), 2 Unit Sekolah Dasar, serta 1Unit SLTP untuk

lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini :

Tabel 4.5 Sarana Pendidikan Di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Sarana Jumlah

1 Paud 3 buah
2 TK 3 buah
3 SD 2 buah
4 SLTP 1 buah
Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yng ada di

Nagari Ampang Kuranji Sebanyak 9 buah.


36

4.3.1.2 Sarana Kesehatan

Dalam hubungannya dengan kesehatan, maka ketersediaan sarana

kesehatan merupakan salah satu aktor yang dapat mempengaruhi tingkat

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kebutuhan akan sarana kesehatan

sangat penting dalam suatu perencanaan. Adapun sarana kesehatan yang ada di

Nagari Ampang Kuranji adalah 1 Unit Pustu, 1 Polindes dan 4 Bidan Nagari

guna menunjang tenaga kesehatan di Nagari Ampang Kuranji. Untuk lebih

jelasnya perhatikan tabel dibawah ini :

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Sarana Jumlah

1 Pustu 1
2 Polindes 1
3 Petugas Kesehatan 4
Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di

Nagari Ampang Kuranji Sebanyak 6 buah yaitu : Pustu 1, Polindes 1 dan Petugas

Kesehatan 4.

4.3.1.3 Sarana Komunikasi dan Transportasi

Untuk jaringan telepon sebagai sarana komunikasi pada kawasan

Nagari Ampang Kuranji umumnya masyarakat memakai Hand Phone yang

didukung oleh 2 (dua) tower operator seluler (Telkomsel dan XL) disamping

itu juga ada telepon rumah.

Sedangkan sarana transportasi yang terdapat di Nagari Ampang Kuranji

seperti terlihat pada tabel berikut :


37

Tabel 4.7 Sarana Transportasi di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Kendaraan Jumlah (Unit)

1 Kendaraan Roda Dua 1.251


2 Angkutan Pedesaan 23
3 Kend. Pribadi roda 4 86
4 Angkutan Trapel 12
5 Truck Umum 8
6 Tiper 4
7 Pick Up 26
Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Pendudukn Nagari

Ampang Kuranji banyak menggunakan kendaraan roda dua.

4.3.2 Prasarana

4.3.2.1 Listrik

Di Nagari Ampang Kuranji pelayanan Listrik pada umumnya telah

tersambung pada rumah penduduk. Namun masih ada sekitar 12% dari jumlah

Kepala Keluarga yang belum tersambung listrik dikarenakn rumah penduduk

tersebut jauh dari pemukiman penduduk.

4.3.2.2 Air Bersih

Sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk konsumsi

adalah air yang berasal dari air sumur dan sumur bor. Namun juga ada

masyarakat Nagari yang memanfaatkan air sungai untuk cuci dan kakus.

Sumber air bersih dapat dilihat pada tabrl dibawah ini :


38

Tabel 4.8 Prasarana Air Bersih di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Sumber Jumlah (Unit) Pemanfaatan Kondisi


Air Bersih (KK)
1 Sumur Gali 734 790 Baik
2 Sumur Bor 37 37 Baik
3 Depot Isi Ulang 2 612 Baik
Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

4.4 Sistem Kekerabatan

Secara mayoritas, Nagari Ampang Kuranji masih didominisi oleh

masyarakat asli (pribumi) Nagari Ampang Kuranji dengan memiliki suku,agama

dan status sosial yang sama. Walaupun Nagari ini cukup banyak ditempati oleh

penduduk pendatang yang berasal dari luar daerah dengan suku, bahasa dan status

sosial yang berbeda-beda pula, akan tetapi dalam kehidupan sehari-harinya

masyarakat Nagari Ampang Kuranji masih terlihat menjunjung tinggi nilai-nilai

dan adat istiadat yang telah mereka pegang teguh sejak dulunya. Kondisi ini

terlihat dari kehidupan masyarakatnya yang masih sangat sederhana dengan hidup

gotong royong, saling tolong menolong terutamasaat upacara

perkawinan,kematian dan acara-acara seperti idul fitri, idul adha, maulid nabi dan

lain-lain.

Di Nagari Ampang Kuranji terdapat pula organisasi sosial yang bisa

dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Adapun organisasi sosial yang ada di

Nagari ini adaah : PKK, majelistaklim.

PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) merupakan kumpulan dari ibu-

ibu dan para istri aparat kelurahan yang mengadakan berbagai kegiatan untuk

meningkatkan kesejahteeraan keluarga. Salah satunya adalah ariasan PKK yang


39

dilakukan setiap 1x dalam sebulan yang diikuti oleh para ibu-ibu dilingkungan

Nagari Ampang Kuranji.

Majelistaklim adalah kelompok pengajian yang dilakukan oleh ibu-ibu dan

bapak-bapak yang diadakan 1x seminggu dimasjid atau dimushalla. Selain

mempertebal keimanan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat tali

silaturahmi antar masyarakat di Nagari Ampang Kuranji,

Alasan kenapa tidak tahun 2012, 2013 deskrpisi lokasi tempat peneliti

melakukan penelitian karena baru dibuat yang baru dan belum selesai. Makanya

disini penulis membuat data dari tahun 2010.


BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Keluarga Informan

1. Kasus Keluarga Informan 1

ibu Tuti (39 tahun) yang berpendidikan tamatan SMP, ibu Tuti berasal

dari Jorong Koto Diateh. Penyebab ibu Tuti Bercerai Yaitu Mantan suaminya

tersebut punya pacar diluar rumah, mereka bercerai selama 2 tahun, profesi ibu

Tuti sebagai Petani, yang memiliki anak sebanyak 4 orang, yang menjadi

tanggungannya hanya tinggal 3 orang karena anak yang pertama sudah bekerja

dirantau, bentuk keluarga ini keluarga inti, yaitu ibu Tuti dan anak-anaknya.

Anak yang menjadi Tanggungannya yaitu Dori (19 Tahun) sudah tamat SMA,

Agus (14 Tahun) sudah tidak sekolah lagi dikarenakan tidak cukup biaya dan

yang paling kecil Cilta (6 Tahun) yang belum sekolah.

Kendala yang dirasakan oleh ibu tuti setelah mengalami perceraian

yaitu masalah ekonomi karena untuk pemenuhan kebutuhan dia hanya bekerja

sendiri, kadang-kadang anaknya menolong ibu Tuti dalam hal keuangan, ada

anaknya yang kerja dibengkel dan satu lagi menolong ibunya pergi ke kebun.

Ibu Tuti mulai berangkat kerja jam 06.00 Wib sampai jam 12.00 Wib,

terkadang ibu Tuti bekerja hanya sampai Jam 10.00, penghasilan yang didapat

oleh ibu Tuti berkisar Rp 250.000/minggu. Dalam sebulan mendapatkan

pengadasilan sebesar Rp. 1.000.000

40
41

Setelah bercerai ayah tidak lagi menjalankan perannya baik dalam

pemenuhan kebutuhan anak sebagai tanggungan yang wajib dilakukannya

bahkan ayah sejak bercerai sama sekali tidak mempedulikan anaknya, ibu Tuti

menjelaskan bahwa setelah bercerai ayah hanya 4 kali bertemu dengan

anaknya, itupun karena kebetulan saja bertemu dijalan.

Pandangan anak saat orang tua bercerai tidak mempersalahkan hal itu,

sebab anak cukup merasakan kenyamanan dalam keluarga, karena setelah

bercerai ibu sangat berperan dalam keluarga dan banyak memberikan perhatian

kepada anakya sedangkan ayah sudah menikah lagi dengan orang lain, berikut

ungkapan ibu Tuti (39 Tahun) kepada penulis mengenai penyesuaian diri yang

dilakukan oleh anaknya :

“yo banyaklah perubahan yang tajadi deg etek kini, semenjak etek lah
baceghai, etek la menjadi kepao keluarga, etek mancaghi pitih soghang
kininye, yo hasil yang etek dapek de dag lo mencukupi kebutuhan
sekeluarga de, etek ibo clik anak etek agus, inyo baranti sakolah gara-
gara ibo clik etek, karno inyo tau etek soghang yang mancaghi pitih,
mako e nye d bagenti skolah bisa mangurang e biaya idup to e”
(Tanggal Wawancara, 2 September 2014, Jam 16.00 Wib).

Artinya :

“ya banyak perubahan yang terjadi pada diri etek sekarang, semenjak
etek bercerai, etek yang menjadi kepala keluarga sekarang , etek
mencari uang sendiri, etek sangat kasihan melihat anak etek Agus, dia
berhenti sekolah gara-gara dia kasihan melihat etek , karena dia tau etek
sendiri yang mencari uang, makanya dia pengen berhenti sekolah
supaya bisa mengurangi biaya hidup keluarga kita” (tanggal
wawancara, 2 September 2014, Jam 16.00 Wib).
42

Ungkapan wawancara diatas dibenarkan oleh anaknya Agus (14 tahun),

dimana anak mengungkapkan “

“apak e sjak baceghai jo amak e, y dag do apak e pai kasiko de, mageh
pitih tuk lanjo kami pun dag do. Yo banyak pauban yang tajadi kini,
kini amak sebagai ibuk sekaligus kapalo keluarga, yo ni awak ibo clik
amak awak ni, mako nye wak ingin bagenti skolah ni, yo ado go
kughang biaya idup tek ni, ibo e clik amak e de mancaghi soghang e
ni” (Tanggal wawancara, 3 September 2014, Jam 15.00 Wib).

Artinya :
“semenjak orang tua bercerai ayah saya tidak pernah datang, memberi
uang tuk belanja kamipun tidak ada, ya banyak perubahan yang terjadi
sekarang, sekarang ibu sebagai ibu sekaligus kepala keluarga bagi kami,
iya saya kasihan lihat ibu maka dari itu saya ingin berhenti sekolah,
supaya bisa berkurang biaya kehidupan kami, ya kasihan lihat ibu cari
yang sendiri” (tanggal wawancara 3 september 2014, jam 15.00 Wib).

Berdasarkan data diatas dapat kita simpulkan bahwa peran dan fungsi

ayah tidak lagi didapatkan oleh dirinya, dan sekarang ibu berperan ganda

menjadi seorang ibu sekaligus kepala rumah tangga.

Sebelum otang tua bercerai kehidupan anak baik-baik saja karena

mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya.

2. Kasus Keluarga Informan 2

Wawancara yang penulis lakukan selanjutnya dengan Auva (14 tahun)

dari Jorong Pasa Banda, yang merupakan anak dari ibu Zar yang mengalami

perceraian, ibu Zar telah mengalami perceraian selama 2 tahun, yang menjadi

penyebab perceraian ibu Zar ini adalah adanya kekerasan dalam rumah

tangga.

Auva memiliki 3 saudara, tetapi yang menjadi tanggungan orang tuanya

hanya dia seorang, karena anak pertama dan kedua sudah menikah, bentuk
43

keluarga ini yaitu keluarga luas, selain ibu Zar dan anaknya Auva juga ada

menantu tinggal bersama mereka. Kendala yang dirasakan oleh ibu Zar setelah

mengalami perceraian yaitu masalah ekonomi karena untuk pemenuhan

kebutuhan dia hanya bekerja sendiri, kadang-kadang menantu dari suami

anaknya yang pertama ibu Zar ini juga ikut membantu keuangan keluarga, ibu

Zar bekerja sebagai pedagang dipasar. Ibu Zar bekerja dari jam 06.30 Wib

sampai jam 16.00 Wib, terkadang kalau hari hujan tidak bisa pergi kepasar

untuk berdagang, penghasilan yang didapat oleh ibu Zar Rp 300.000/minggu.

Berikut ini ungkapan informan kepada penulis mengenai penyesuaian

diri anak adalah sebagai berikut :

“amak jo apak e baceghai karno apak e panangan amak e ni, dag tlok
gi deg amak e nanggung e de ni, yo walaupun ado raso kecewa e ni. yo
kini amak ela membiayan e sdon e gi e ni, untung la cuman soghang
wak yang dibiayan e deg nye, yo kadang ado laki uni e nolong, tuk
membiasokan diri ni yo wak menyibukkan diri jo kegiatan-kegiatan
diluaw uma yo bentuk pai olahraga pas waktu sore ni, sto eskul
disekolah ni” (Tanggal wawancara 4 September 2014, Jam 14.00 Wib).

Artinya :

“iya ibu dan ayah bercerai karena adanya kekerasan dalam rumah
tangga, ibu sudah tidak bisa lagi menahan semua ini, ya walaupun ada
rasa kecewa.iya sekarang ibu yang membiayai kebutuhan semuanya,
untung cumam saya keperluannya dipenuhi ibu, ya kadang ada suami
kakak yang menolong, untuk membiasakan diri saya menyibukkan
diri dengan kegiatan-kegiatan diluar rumah seperti pergi olahraga
diwaktu sore hari dan ikut eskul disekolah” (Tanggal wawancara, 3
September 2014 Jam 14.00 Wib).

Ungkapan wawancara diatas dibenarkan oleh ibu Zar (55 Tahun)

sebagai berikut :
44

“yo etek baceghai la 2 taun, etek baceghai karno laki etek dulu tek
panangan e de, yo dag tlok gi deg etek nahan e de, tu etek mintak
ceghai, yo kini etek la kaijo sughang e, tapi laki anak etek ado go
nolong etek e tuk biaya skolah auva, yo auva kini de tuk menghibur
diri e ny kdok sto kegiatan diluaw uma bentuk olahraga tu sto eskul lo
disekolah” (Tanggal wawancara 5 September 2014 Jam 16.45 Wib)

Artinya :

“stek bercerai sudah 2 tahun,etek bercerai karena suami etek sering


melakukan kekerasan kepada etek, etek sudah tidak tahan lagi
makanya etek mintak pisah, ya sekarang cuman etek yang bekerja tapi
suami dari anak etek kadang menolong etek membiayai sekolah auva,
iya auva tuk membiasakan dirinya, untuk menghibur dirinya dia sering
ikut kegiatan diluar rumah seperti olahraga dan kegiatan eskul
disekolah seperti drum band dan mengaji kesurau habis pulang
sekolah ” (Tanggal wawancara 5 September 2014 Jam 16.45 Wib).

Berdasarkan wawancara dengan informan dapat kita ambil kesimpulan

bahwa penyebab orang tuanya bercerai karena ayahnya sering melakukan

kekerasan terhadap ibunya dan untuk menghibur dirinya dengan cara

mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah.

3. Kasus keluarga Infroman 3

Wawancara yang penulis lakukan selanjutnya dengan ibu Nurasiah (61

Tahun) dari jorong Lubuk Agam, yang merupakan nenek dari anak yang orang

tuanya mengalami perceraian, anaknya bernama Dar yang telah mengalami

perceraian 1 tahun, yang menjadi perceraian ibu Dar adalah ibu Dar kurang

bisa mengambil hati suaminya.

Cucu yang orang tuanya bercerai 2 orang,cucu yang pertama yaitu Ulfa

(17 Tahun) sedangkan cucu kedua gigin (14 Tahun) cucu ini masih sekolah
45

keduanya, bentuk keluarga ibu ini yaitu keluarga luas, yang tinggal bersama

dengan adik Ibuk Dar dan suaminya.

Kendala lain yang dirasakan oleh ibu Dar setelah mengalami perceraian

yaitu masalah ekonomi karena untuk pemenuhan kebutuhan dia hanya bekerja

sendiri, ibu Dar bekerja sebagai petani, ibu Dar mulai berangkat kerja sekitar

pukul 06.00 Wib sampai jam 11.00 Wib, terkadang juga bekerja sampai siang

kalau lagi manakik, penghasilan yang didapat oleh Dar sekitar

250.000/minggu.

Pandangan anak saat orang tua bercerai ada rasa sedih, hal itu sebab

anak tidak biasa hidup seperti ini, karena mulai dari kecil mendapatkan kasih

sayang dari kedua orang tuanya, berikut ini ungkapan ibu Nurasyah (61 Tahun)

kepada penulis mengenai penyesuaian diri yang dilakukan anak :

“inek clik hal yang dilakukan deg gigin blik daghi skolah gigin pai ke
bengkel tuk membantu amak e caghi pitih, dapek pitih beko dibuek e
tuk lanjo deg ee, kan bisa lo tuk mngurangi biaya ketek, yo Dar la 1
tahun baceghai karno Dar dag pandai nyan ke laki de, yo pandangan
gigin clik amak jo apak e baceghai ado raso sedih” (Tanggal
wawancara 6 September 2014 Jam 13.25 Wib).

Artinya :

“nenek melihat hal yang dilakukan gigin untuk menyesuaiakan dirinya


dalam keluarga pulang dari sekolah gigin pergi ke bengkel untuk
membantu orang tua (ibu) mencari uang, untuk mengurangi biaya
ekonomi keluarga, iya Dar bercerai sudah 1 tahun dikarenakan Dar
tidak bisa mengambil hati suaminya, pandangan gigin melihat orang
tuanya bercerai ada rasa sedih” (Tanggal Wawancara 6 September
2014 jam 13.25 Wib).
46

Ungkapan wawancara diatas dibenarkan oleh ibu Dar (45 tahun)

dimana ibu Dar mengungkapkan :

“iyo etek baceghai karno etek dag pandai ke laki, etek baceghai la
sataun, yo etek la mancaghi pitih kini e, memenuhi kebutuhan
keluarga, anak etek skolah kaduon e, yo hal yang dilakukan gigin pas
blik daghi skolah ny lansung pai ke bengkel kaijo panambah pitih
lanjo e, yo ta tolong lo etek deg nye” (Tanggal wawancara 7
September 2014 Jam 14.45 Wib).

Artinya :

“iya etek bercerai karena kesalahan etek sendiri, etek tidak bisa
mnegambil hati suami, ya sekarang etek sendiri mencari uang untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, anak etek sekolah keduanya, yo hal
yang dilakukan gigin pulang dari sekolah dia langsung pergi ke
bengkel bekerja mencari untuk mengurangi beban orang tua(ibu)”
(Tanggal wawancara 7 September 2014 Jam 14.45 Wib).

Penjelasan diatas dibenarkan oleh anaknya yaitu Gigin (14 tahun)

sebagai berikut :

“memang iyo amak e yang mancaghi pitih soghang kini tuk kebutuhan
kami, tapi bilo wak balik sakolah wak pai kebengkel ni kaijo, yo bisa go
tuk mangurang e beban amak e ni, pitih lanjo dag mintak gi ke amak
de” (Tanggal wawancara 6 September 2014 Jam 16.00 Wib).

Artinya :

“memang iya, sekarang cuman ibu yang memenuhi kebutuhan kami,


tapi kadang saya pulang sekolah pergi ke bengkel bekerja, suapaya
beban ibu dapat terkurangi, setidaknya uang untuk jajan tidak minta
sama ibu lagi” (Tanggal wawancara 6 September 2014 Jam 14.45 Wib).

Berdasarkan data diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa untuk

mengurangi beban ibunya anak ikut bekerja untuk membantu mengurangi

beban ekonomi keluarga.


47

4. Kasus Keluarga Informan 4

Hasil wawancara dengan anak selanjutnya yaitu Cia (13 Tahun) dari

Jorong Koto Diateh, berpendidikan SMP. Cia merupakan anak dari ibu si’a

yang sudah bercerai selama 1 tahun, yang menjadi penyebab perceraian ibu

Si’a yaitu suami terlalu kikir dalam masalah keuangan, ibu Si’a hanya diberi

uang Rp 100.000/minggu oleh suaminya sebelum mereka bercerai.

Bentuk keluarga cia ini yaitu keluarga inti, yang mana hanya tinggal

bersama ibu dan anak-anaknya. Ibu Si’a bekerja sebagai pembantu rumah

tangga mempunyai penghasilan Rp200.000/minggu.

Kendala utama yang dihadapi ibu Si’a yaitu bidang keuangan, dia harus

bekerja agar memperoleh uang yang cukup untuk membiayai anaknya.

Ayahnya tidak pernah memberi uang untuk keperluan anaknya. Disini yang

paling berperan dalam melakukan perawatan, pemberi kasih sayang serta

kontrol terhadap anaknya hanya ibu saja sebagaimana ungkapan Cia (13

Tahun) mengenai penyesuaian diri anak yaitu :

“setelah amak wak baceghai, kini wak kedok mengikuti ekstrakulikuler


disekolah seperti nari, tu bilo balik sakolah wak bajual sosis diduma,
bilo ado meli buku disekolah tu pakai pitih hasil jual sosis tu ni”
(Tanggal wawancara 8 September 2014 Jam 15.00 Wib)

Artinya :

“setelah orang tua saya bercerai, sekarang disekolah saya sering


mengikuto ekstrakulikuler disekolah untuk menyibukkan diri, waktu
pulang sekolah saya berjualan sosis dirumah, uangnya digunakan untuk
membeli buku disekolah (Tanggal wawancara 8 September 2014 Jam
15.00 Wib).
48

Berdasaran data dari infroman dapat kita ambil kesimpulan bahwa

disini anak juga ikut membantu meringankan ekonomi keluarga, setidaknya

bisa membantu untuk membeli keperluan sekolah.

5. Kasus Keluarga Informan 5

Informan lain yang peneliti wawancarai selanjutnya Reni (12 Tahun)

Dari Jorong Lubuk Agam, berpendidikan SD, Reni merupakan anak dari ibu

Yan yang bekerja sebagai petani. Yang hanya berpendidikan MTSN.

Ibu yan bercerai sudah 1 tahun, yang menjadi penyebab perceraian ibu

Yan yaitu suami sering berjudi, mabuk-mabukkan, jadi ibu Yan tidak suka

melihat kelakuan suaminya, maka dari itu mereka memutuskan untuk bercerai

saja.

Bentuk keluarga Reni yaitu keluarga inti yang mana ibu hanya tinggal

bersama anaknya. Ibu Yan mempunyainpenghasilan Rp 200.000/minggu.

Menurut ibu Yan yang menjadi kendala utama dalam keluarga yaitu masalah

keuangan, ibu Yan harus bekerja memenuhi kebutuhan keluarga setelah terjadi

perceraian ayah tidak lagi manjalankan peran dan fungsinya, peran ayah

semuanya digantikan oleh ibu.

Dalam melakukan penyesuaian diri Reni menyibukkan diri dengan

kegiatan-kegiatan diluarsekolah . Hal diungkapkannya oleh Reni (12 Tahun)

mengatakan sebagai berikut :

“setiap pulang sekolah saya pergi kesughau tuk mangaji ni, supyo
btmbah go pemahaman wak tentang agama ko ni” (Tanggal
wawancara 10 September 2014 Jam 13.00 Wib)
49

Artinya :

“setiap pulang sekolah saya pergi kemushalla mengaji, supaya saya


lebih paham tentang agama” (Tanggal wawancara 10 September 2014
Jam 13.00 Wib)

Dan penjelasan tersebut dibenarkan oleh ibunya Yan (38 Tahun)

mengatakan sebagai berikut :

“iyo reni balik daghi sekolah nyo pai kesughau, ito lo yg bisa
mnyibukkan dirinye kini, yo tujun nyan deg etek ny kini la mo pae ngaji
kesughai, yo setidak e knal go n tentang agamo daghi kecek” (Tanggal
wawancara (Tanggal 11 September 2014 Jam !4.45 Wib)

Artinya :

“iya reni pulang dari sekolah dia pergi kesurau, itu yang etek lihat untuk
menyibukkan dirinya, ya etek senang sekarang dia sudah mau perggi
mengaji, ya setidaknya dia tahu besok tentang agama” (Tanggal
wawancara 11 September 2014 Jam 14.45 Wib)

Hal ini juga dibenarkan oleh ibu Repila etek dari Reni (38 Tahun)

mengatakan sebagai berikut :

“iyo etek senang clik reni kini, yo kini nye la pae mangaji kesughau,
dulu lonmo ny ngaji gi de, yo setidak ny kini dengan perubahan e tu,
bisa go ny ngerti tentang agama saketek-ketek” (Tanggal wawancara
12 September 2014 Jam 16.00 Wib)

Artinya :

“iya etek senang melihat reni sekarang, ya sekarang dia sudah mau
pergi mengaji tanpa disuruh, dulu dia belum mau pergi mengaji
kesurau, ya setidaknya perubahan yang dilakukannya sekarang, bisa
membuat dia mengerti tentang agama sedikit-sedikit” (Tanggal
wawancara 12 September 2014 Jam 16.00 Wib).
50

6. Kasus Keluarga Informan 6

Wawancara selanjutnya peneliti lakukan dengan Doni (11 Tahun) yang

tinggal dijorong koto Diateh, berpendidikan SD. Doni merupakan anak dari

ibu Juli (41 Tahun). Yang memiliki 2 orang anak, tetapi yang menjadi

tanggungannya hanya 1 orang yaitu Doni, sedangkan anak yang pertamanya

sudah menikah.

Bentuk keluarga ini adalah kluarga inti yang mana ibu hanya tinggal

bersama dengan anaknya, tidak anggota keluarga lain yang tinggal bersama

dengan mereka. Anak yang menjadi tanggungannya ini baru berpendidikan

SD, penghasilan ibu Juli ini tidak menentu, ibu Juli ini sudah bercerai selama

1 tahun, yang menjadi penyebab percerainnya yaitu suami pergi merantau dan

tidak pulang, sehingga terdengar kabar bahwa suaminya sudah punya istri

lagi, anak dan istrinya sudah tidak dinafkahi lagi dan pada akhirnya mereka

bercerai.

Setelah bercerai ayah sudah tidak meberikan nafkah lagi, bahkawan

ayah tidak algi memenuhi kewajibannya sebagai ayah, bahkan tidak pernah

menemui anaknya lagi, setelah bercerai ibu hanya sendiri menjalankan peran

sebagai ibu.

Kendala yang dihadapi ibu Juli hampir sama dengan ibu sebelumnya

yaitu masalah keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibu Juli

bekerja sebagai petani. Pendapatan yang dihasilkan ibu Juli Rp

250.000/minggu. Dalam melakukan penyesuain diri Doni sering melakukan


51

olahraga bersama teman-temannya di sore hari. Sesuai dengan pernyataannya

Doni (11 Tahun) mengakatakan sebagai berikut :

“yo untuk menghibur dighi wak kdok maen bola kaki jo kawan-kawan
ditanah lapang ni, supayo dag tapikiw e tentang amak jo apak e ni
sudah tu pai lo ngaji ni” (Tanggal wawancara 14 September 2014 Jam
16.00 Wib).

Artinya :

“iya untuk menghibur diri setiap sore saya bermain bola dengan teman-
teman dilapangan, supaya saya tidak kepikaran terus tentang yang
terjadi pada keluarga saya dan saya pergi mengaji” (Tanggal
wawancara 14 September 2014 Jam 16.00 Wib).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa

seorang anak melakukan kegiatan-kegiatan diluar rumah untuk menyibukkan

dirinya.

Dari wawancara peneliti dengan informan, semua informan mengatakan

bahwa kehidupannya sebelum orang tuanya bercerai baik-baik saja,

mendaptkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tapi hal itu menjadi

terbalik ketika orang tuanya mengalami perceraian, dimana anak tidak lagi

mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari orang tuanya, sebab anak hanya

tinggal bersama ibu, dan disini ibu juga kurang memberikan kasih sayang dan

perhatian sebab disini ibu juga harus mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

Perceraian dalam hal ini membuktikan bahwa pihak istri lebih banyak

menanggung beban. Dapat dikatakan tidak satupun orang atau masyarakat

yang menyatakan perceraian tidak mempunyai dampak terhadap anak. Dapat


52

kita lihat bahwa aktivitas sehari-hari anak, dimana sebelum orang tuanya

bercerai hampir semua anak yang orang tuanya bercerai hidup dengan

bahagia dan mendapatkan kasih sayang, perhatian dari kedua orang tuanya,

tapi itu semua menjadi terbalik ketika orang tuanya bercerai.

Anak yang orang tuanya bercerai merasa kehilangan, dan kurangnya

interaksi dengan teman sebaya dan pergaulan dengan anggota keluarga lain,

perceraian sangat merusak kehidupan seorang anak, dimana perceraian

bukanlah jalan terbaik untuk memutuskan suatu permasalahan.

Kesimpulan dari penjelasan informan diatas dapat disimpulkan bahwa

orang tua tidak menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya

setelah mengalami perceraian, yang semula ayah berfungsi mencari nafkah

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sedangkan ibu bertugas

mendidik anak dirumah tetapi karena adanya perceraian maka peran itu tidak

dijalankan sesuai fungsinya lagi, setelah bercerai ayah tidak lagi menjalankan

fungsinya karena ayah sudah tidak tinggal bersama keluarga, sementara ibu

harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga sedangkan tugas ibu sebagai

pendidik anak jadi terkesampingkan.

Perceraian orang tua terjadi dapat mempengaruhi perilaku anak, dan

apabilaorang tua tidak bisa memberikan perhatian dan curahan kasih sayang

terhadap anak, maka akan berdampak buruk pada anak, karena keluarga

mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukkan dan

perkembangan anak. Untuk itu anak harus bisa melakukan penyesuaian diri

terhadap apa yang terjadi pada dirinya sekarang.


53

5.2 Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri yang Dilakukan Oleh Anak Setelah


Orang Tuanya Bercerai

Penyesuaian diri merupakan proses yang terus berlangsung dalam

kehidupan individu situasi dalam kehidupan selalu berubah, individu mengubah

tujuan dalam kehidupannya seiring dengan perubahan yang terjadi

dilungkungannya.

penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul

secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap diri dan

lingkungannya.

Penyesuain diri sangat sangat diperlukan bagi setiap individu untuk

merubah tingkah laku dan dari sifat kurang baik menjadi baik. Penyesuaian diri

dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memilikinkemampuan untuk membuat

dan rencana mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa

mengatasi segala jenis macam konflik dan kesulitan. Individu memiliki

kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara adekuat/yang memiliki

syarat.

Hasil wawancara informan doni (11 Tahun) Mengungkapkan sebagai

berikut :

“hal yang wak lakun e kini ni yo mengikuti gaya kawan-kawan e ni, yo pai
maen bola tiok e petang e ni” (Tanggal Wawancara 14 September 2014
Jam 16.00 Wib).

Artinya :

“hal yang saya lakukan sekarang mengikuti gaya teman-teman, dan setiap
sore untuk menghibur diri saya pergi maen bola” (Tanggal wawancara 14
September 2014 Jam 16. 00 Wib).
54

Hal tersebut dibenarkan oleh ibunya Juli (41 Tahun) mengatakan sebagai

berikut :

“etek clik kini doni kdok nya main bola tiok ptang e, yo etek snang la clik e
de, setidak e nye dag do babuek yang idak-idak” (Wawancara 15
September 2014 Jam 16.55 Wib).

Artinya :

“etek melihat sekarang doni sering maen bola bersama teman-temannya,


ya etek senang melihatnya, setidaknya dia tidak berbuat yang tidak-tidak”
(Wawancara 15 September 2014 Jam 16.55)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat terlihat bahwa perceraian sangat

berpengaruh terhadap anak. Dilapang penulis juga melihat bahwa pulang dari

sekolah anak bekerja sambilan untuk membantu ekonomi kelurga. Hal itu terlihat

pada penjelasan ibu Nuraisyah (61 Tahun) mengungkapkan sebagai berikut :

“yo inek clik balik dagi sakolah gigin ko pae ke tempek kaijo e, tuk nolong
amak e, yo tuk lanjo sakolah la daghi ny soghang e kini” (Tangga
wawancara 6 September 2014 Jam 13.45 Wib).

Artinya :

“ya nenek melihat pulang dari sekolah gigin pergi ke tempat kerjanya
utnuk membantu orang tuanya, ya untuk uang jajan sekolah dia sudah
tidak mintak lagi pada orang tuanya” (Tanggal wawancara 6 september
2014 Jam 13.45 Wib).

Hal diatas tersebut dibenarkan oleh Gigin (14 Tahun) mengatakan sebagai

berikut :

“yo ni apo yang disebut deg inek e de emang yo de ni, balik daghi sakolah
wak pai ke tempek kaijo ni setidak e bisa go nolong ekonomi keluarga ni,
yo la sore e ko ni wak pai olahraga ni” (Wawancara 6 September 2014
Jam 16.00 Wib).
55

Artinya :

“iya memang benar apa yang dibilang nenek, pulang dari sekolah saya
pergi ketempat kerja setidaknya bisa menolong ekonomi keluarga, sore
harinya saya pergi olahraga” (Wawancara 6 September 2014 Jam 16.00
Wib)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Cia (13 Tahun) mengatakan sebagai

beikut :

“yo kini wak menyibukkan diri dengan sto ektrakulikuler disekolah ni, la
balik sakolah wak jual sosis diduma ni, setidak e ta tolong lo amak e deg
nye ni” (Wawancara 8 September 2014 Jam 15.00 Wib).

Artinya :

“ya sekarang saya menyibukkan diri dengan kegiatan ekstrakulikuler


disekolah, dan pulang dari sekolah saya berjualan sosis dirumah,
setidaknya bisa membantu orang tua” (Wawancara 8 September 2014 Jam
15.00 Wib).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Agus (14 Tahun) mengatakan

sebagai berikut :

“yo sejak amak jo apak e baceghai ni, wak dag gi sakolah de ni, ibo clik
amak e ni, mako e wak bagenti sakolah ni, yo kughang biaya ekonomi
keluarga e ni dan kini wak bakaijo jo ughang ni, yo untuk menyibukkan
diri wak malam minggu de sto pacu honda de ni.” (Wawancara 3
September 2014 Jam 15.00 Wib).

Artinya :

“ya semenjak orang tua saya bercerai, saya berhenti sekolah, karena saya
kasihan melihat ibu saya, makanya saya ingin berhenti sekolah setidaknya
mengurangi biaya ekonomi keluarga dan sekarang sayang bekerja dengan
orang” (Wawancara 3 September 2014 Jam 15.00 Wib).
56

Hal tersebut dibenarkan oleh ibu Tuti (39 Tahun) mengatakan sebagai

berikut :

“yo awal e dag bulih gai deg etek nye bagenti de, tapi nye bandai trui ke
etek nye nak bagenti sakolah, kughang go biaya keluarga to nye, yo deg
etek kakughang biaya go tu etek bulin e kasudan e gi nye, kini nye tukang
nunggu sapetu to ughang” (wawancara 2 September 2014 Jam 16.00
Wib).

Artinya :

“ya awalnya etek melarang dia untuk berhenti sekolah, tapi karena dia
bilang itu terus sama etek, karena berkurangnya biaya ekonomi nantinya,
ya karena etek sekarang juga kekurangan biaya ekonomi makanya etek
ikuti kemauannya dia, sekarang dia bekerja ditoko sepatu orang”
(Wawancara 2 September 2014 Jam 16.00 Wib).

Hal yang selaras juga di ungkapkan reni (12 Tahun) mengatakan sebagai

berikut :

“kini yang wak lakun e ni, balik daghi sakolah wak lansung pai ngaji
kesughau ni, sudah tu wak pai maen voli jo kawan-kawan ni” (Wawancara
10 September 2014 Jam 13.00 Wib).

Artinya :

“hal yang saya lakukan sekarang pulang dari sekolah saya pergi mengaji
ke surau dan selesai mengaji saya pergi main voli bersama teman-teman”
(Wawancara 10 September 2014 Jam 13.00 Wib).

Penjelasan diatas memang penulis benarkan dimana selama penulis

melakukan penelitian, penulis melihat fungsi dan peran orang tua dalam keluarga.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup serta kurangnya kesadaran akan pendidikan

maka anak dari orang tua yang mengalami bercerai banyak yang tidak sekolah

atau putus sekolah.


57

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan informan dapat

disimpulkan bahwa bentuk-bentuk penyesuaian diri yang dilakukan anak sebagai

berikut :

1. Berhenti Sekolah untuk Mengurangi Biaya Rumah Tangga

Kondisi ini merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh informan

pasca perceraian salah satunya adalah : Hal yang dilakukan oleh agus (14

Tahun) sebagai berikut :

“saya ingin berhenti sekolah karena dengan cara ini bisa


mengurangi biaya keluarga”

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan yang berhenti

sekolah hanya agus saja. Dimana orang tua agus bekerja hanya sebagai

petani yang berpenghasilan Rp 250.000/minggu. Dalam sebulan

mendapatkan penghasilan Rp 1.000.000. sedangkan biaya pendidikan yang

diperlukan oleh ibunya. Untuk kakanya saja SPP Rp 70.000/bulan, belum

uang untuk beli buku dan uang jajan mereka bertiga. Dalam seminggu

ibunya mengeluarkan uang sebesar Rp 215.000/minggu itu hanya untuk

keperluan anaknya saja. disini agus memiliki 4 saudara, dan yang menjadi

tanggungan ibunya 3 orang, yang pertama kakaknya agus, kedua agus

sendiri dan terakhir adiknya agus.

Hal diatas disebabkan karena dia kasihan melihat orang tuanya

yang bekerja sendiri dan hanya berpenghasilan pas-pasan saja, hanya

cukup untuk kebutuhan sehari-hari saha, agus tidak ingin membebankan

orang tuanya sedangkan ayahnya setelah bercerai tidak lagi menjalankan

peran dan fungsinya baik dalam pemenuhan kebutuhan anak sebagai


58

tanggungan yang wajib dilakukannya bahkan ayah sejak bercerai sama

sekali tidak mempedulikan anaknya. Setelah bercerai ayah hanya 4 kali

bertemu dengan anaknya, itupun karena kebetulan saja bertemu dijalan.

Maka dari itu dia berhenti sekolah dan bekerja bersama orang. Dan disini

dapat kita lihat bahwa terjadi perceraian antara orang tua menyebabkan

fungsi dan perannya tidak berjalan dengan baik.

2. Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler Di Sekolah

Hal ini selaras dikatakan oleh Auva (14 Tahun) mengatakan

sebagai berikut :

“saya menghibur diri dengan mengikuti kegitan-kegiatan


diluar rumah seperti olahraga dan mengikuti ekstrakulikuler
disekolah seperti drum band dan tari”

Auva memiliki tiga orang saudara, yang mnejadi tanggungan orang tuanya

hanya dia seorang, karena anak pertama dan kedua sudah menikah. Ibunya

bekerja sebagai pedagang dipasar, terkadang bila hari hujan ibunya tidak

bisa pergi kepasar untuk berdagang, pengahasilan yang didapatkan oleh

ibunya Rp 300.000/minggu.

Alasan Auva mengikuti ekstrakulikuler karena orang tuanya terlalu

sibuk bekerja sehingga waktu untuk dirinya sedikit, untuk membiasakan

dirinya atau menghibur dirinya supaya tidak larut dirumah sendirian maka

dia mengikuti kegiatan-kegiatan serta mengikuti ekstrakulikuler, selagi itu

dalam hal postif ibunya sangat mendorongnya.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Doni (11 Tahun)

mengatakan sebagai berikut :


59

“hal yang saya lakukan sekarang setiap sore saya pergi maen bola
kaki bersama teman-teman ditanah lapang serta pulang dari
sekolah dia berjualan”

Doni memiliki 2 orang saudara, yang menjadi tanggungan ibunya

hanya dirinya sendiri. ibu doni bekerja sebagai petani, perndapatan yang

dihasilkan oleh ibunya Rp 250.000/minggu dalam sebulan ibunya

mendapatkan Rp 1.000.000/bulan.

Setelah bercerai ayahnya sudah tidak memberikan nafkah lagi,

bahkan ayah tidak lagi memenuhi kewajibannya sebagai ayah, bahkan

tidak pernah menemui anaknya lagi, setelah bercerai ibu hanya sendiri

menjalankan peran sebagai ibu.

Hal itu dilakukannya sama seprti apa yang dirasakan oleh auva

tadi, supaya dia tidak terlalu memikirkan apa yang terjadi pada

keluarganya sekarang.

3. Membantu Ekonomi Keluarga

Hal ini selaras di ungkapkan oleh Gigin (14 Tahun) mengatakan

sebagai berikut :

“pulang dari sekolah saya pergi ketempat kerja, supaya bisa


membantu biaya kehidupan keluarga”

Gigin memiliki 2 saudara, mereka masih sekolah keduanya

kakaknya perempuan. Ibunya bekerja sebagai petani. Penghasilan yang

didapat oleh ibu dar sekitar Rp 250.000/minggu, dalam sebulan

mendapatkan pengahsilan sebesar Rp 1.000.000.bulan. mereka masih

sekolah keduanya, karena merasa kasihan melihat ibunya gigin berinisiatif


60

untuk bekerja sehabis pulang sekolah, hal ini dilakukannya karena dia

ingin menolong ibunya, setidaknya uang yang didapatkannya bisa untuk

uang jajannya sendiri dan bisa juga untuk membeli keperluan sekolah.

Setelah bercerai ibunya hanya hidup sendiri untuk pemenuhan

kebutuhan sehari-hari dia hanya bekerja sendiri, dia bekerja sebagai petani.

Anaknya kasihan lihat ibunya menanggung ini semua sendirian dengan

perasaan yang tak malu dia dengan berani pergi ke bengkel dan dia bekerja

disana untuk membantu mengurangi ekonomi keluarga.

Hal yang sama juga di ungkapkan Cia (13 Tahun) mengatakan

sebagai berikut :

“yang saya lakukan sekarang sering mengikuti ekstrakulikuler


disekolah seperti nari dan pulang dari sekolah saya berjualan sosis
dirumah setidaknya bisa untuk beli keperluan sekolah”

Cia memiliki 3 (tiga) orang saudara, yang menjadi tanggungan

keluarga 2 orang karena kakanya sudah menikah. Ibunya bekerja sebagai

pembantu rumah tangga yang mempunyai pengahasilan Rp

200.000/minggu, dalam satu bulan berpenghasilan Rp 800.000/bulan.

Ibunya hanya bekerja sendiri, dia bekerja agar memperoleh uang yang

cukup untuk membiayai anaknya. Ayahnya tidak pernah memberi uang

untuk keperluan anaknya. Melihat keadaan ini cia berjualan sosis dirumah

sehabis pulang sekolah.

Hal diatas dilakukan karena juga merasa kasihan melihat ibu yang

hanya seorang mencari nafkah, untuk membantu kebutuhan ekonomi

keluarga dia melakukannya tanpa ada rasa malu, setidaknya uang yang
61

didapati dari hasil jualannya bisa dia pakai untuk keperluan sekolah dan

juga bisa untuk uang jajannya.

4. Pergi Ke Surau

Hal ini selaras di ungkapkan Reni (12 Tahun) mengatakan sebagai

berikut :

“sekarang setiap pulang sekolah saya pergi mengaji kesurau


bersama teman-teman dan pulang dari mengaji saya pergi main
voly ditanah lapang bersama teman-teman”

Reni memiliki 3 orang saudara, yang menjadi tanggungan ibunya

hanya dia sorang. Ibunya bekerja sebagai petani, penghasilan yang

didapatinya Rp 200.000/minggu, dalam sebulan mendapatkan Rp

800.000/bulan. Perubahan yang terjadi pada diri reni karena dia tidak ingin

memikirkan apa yang terjadi pada keluarganya sekarang, setidaknya

dengan kegiatan mengaji kesurau yang dilakukannya sekarang bisa

membuat dirinya merasa lega.

Alasan lain mengapa dia tiba-tiba ingin mengaji kesurau karena dia

ingin membuat ibunya senang terhadap dirinya. Dan bisa membuat ibunya

bangga dengan apa yang dilakukannya sekarang.

Ibunya hanya bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya, setelah terjadi perceraian ayah tidak lagi menjalankan peran

dan fungsinya, ibu yan sangat senang melihat perubahan yang teradi pada

anaknya sekarang, dulu anak yang malas mengaji kesurau sekarang dia

sangat rajin. Hal diatas merupakan bentuk penyesuaian diri positif yang
62

terjadi pada diri anak. Jadi sekarang dia bisa belajar agama walaupun itu

hanya perlahan-lahan.

5. Mengikuti Kegiatan Di Luar Rumah

Hal ini selaras dikatakan oleh agus (14 tahun) yang menagatakan

sebagai berikut :

“yo untuk menyibukkan diri lo ni, bilo malam minggu wak sto
pacu onda ni”.

Hal ini dilakukannya supaya dia tidak kepikaran tentang apa

yang terjadi pada keluarganya. Awalnya dia hanya ingin melihat-lihat

temannya saja, karena disuruh temannya untuk mencoba ikut balap motor,

pertamanya dia tidak mau, tapi karena terpengaruh omongan teman atau

dorongan dari teman makanya dia mencoba ikut balap motor, tapi karena

balap motor selalu diawal dia menjadi candu untuk ikut balap motor.

Katanya dengan itu dia bisa untuk tidak memikirkan apa yang dialaminya

sekarang.

Berdasarkan hasil penelitian melalui proses wawancara dan

observasi dilapangan sesuai dengan teori fungsionalisme struktutal Talcott

Parsons yang menyatakan bahwa aliran teori ini melihat masyarakat suatu sistem

yang saling berhubungan atau mempengaruhi antara masing-masing sub sistem

apabila terjadi kerusakan pada salah satu sub sistem maka akan mempengaruhi

kinerja sistem lainnya. Disini keluarga dapat dikatakan sebagai sebuah sistem,

yang saling berhubungan atau saling mempengaruhi antara satu dengan yang

lainnya.
63

Peran orang tua sangat dibutuhkan, apabila terjadi perceraian orang tua

maka fungsi dan perannya tidak akan berjalan dengan baik.terhadap anaknya,

karena orang tua sudah tidak tinggal bersama lagi. Seharusnya anak selalu

berkumpul beersama orang tua, mendapatkan perawatan, curahan kasih sayang

serta perhatian dan sebagainya dari orang tua, dikarenakan orang tua bercerai hal

itu tidak lagi didapatkan dan dirasakan oleh anak secara sempurna.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang penulis lakukan di Nagari Ampang Kuranji

Kecamatan Koto Kabupaten Dharmasraya, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada umumnya anak dari orang tua yang bercerai merasakan banyak

perubahan yang terjadi pada kehidupannya.

2. Keseluruhan pasangan yang bercerai, anak-anaknya tinggal bersama

ibu, maka disini pihak ibu merasakan adanya penambahan peran.

3. Peran ibu menjadi ganda, dimana ibu sekaligus mencari nafkah untuk

kebutuhan keluarganya.

4. Penyesuaian diri yang dilakukan anak adalah berhenti sekolah untuk

mengurangi biaya rumah tangga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di

sekolah, membantu orang tua, pergi kesurau dan mengikuti kegiatan

diluar rumah.

64
65

6.2 Saran

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan dalam skripsi ini, serta

berdasarkan pemecahan masalah yang sudah ditemukan, maka :

1. Diharapkan kepada orang tua sebelum memutuskan perceraian

hendaknya mengkaji lebih mendalam untuk memutuskan sebuah

langkah perceraian.

2. Kepada mantan pasangan suami istri, apapun alasannya bercerai

hendaknya tetap menjaga hubungan, tidak saling memusuhi untuk

secara bersama bertanggung jawab dalam tumbuh kembang anak.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari berbagai kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca

untuk keseempurnaan skripsi ini kedepannya.


66

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Afrizal. 2008. Pengantar Penelitian Kualitatif. Laboratorium Sosiologi FISIP


UNAND. Padang. Jakarta : PT. Gramedia.
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jarkarta : Kencana..
Desmita. 2009. Psikologi Pekembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Goode, J.William. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia Anggota Ikapi.
Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Roada Karya.

Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Kencana.

Paloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.
1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta :
Rajawali Pers.
Ritzer, George. 2011. Teori Sosiologi Modren. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Soekanto, Soejono. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Suhendi, H Hendi dan Rahmadani Wahyu. 2000. Pengantar Studi Sosiologi


Keluarga. Bandung : CV Pustaka Setia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Willis, S. S. 2008. Remaja dan Permasalahannya. Bandung : Alfabeta.
67

Skripsi
Yanti, Fitri. 2014. Pola Asuh Anak Dari Orang Tua Bercerai Di Nagari Lubuk
Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Skripsi STKIP
PGRI.
Heskuniarti.2014. Peran Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga (Studi kasus :
perempuan sebagai kepala keluarga dinagari dusun tangah kecamatan
sangir batang hari kabupaten solok selatan). Skripsi STKIP PGRI.
Seperiani, Rici. 2014. Faktor-faktor Yang Mendorong Anak Berprestasi Pada
Orang Tua Yang Bercerai Di Nagari Punggasan Utara Kecamatan Linggi
Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi STKIP PGRI.
68

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

Identitas Anak

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Sekolah :
Tinggal bersama :
Bentuk Keluarga :
Pekerjaan Orang Tua :
Pendidikan Orang Tua :
Status Rumah :
Jumlah Saudara :
Tanggal wawancara :

A. Anak
1. Sebelum orang tua anda bercerai bagaimana kehidupan anda sehari-hari?
2. Sebelum terjadinya perceraian bagaimana pergaulan anda dengan teman
sebaya?
3. Setelah terjadinya perceraian bagaimana anda menjalan kehidupan dengan
status yang sekarang?
4. Bagaimana pergaulan anda setelah orang tua anda bercerai?
5. Menurut anda apakah ada terjadi perubahan pada ibu setelah bercerai?
6. Bagaimana pendapat anda tentang perceraian orang tua?
7. Apa yang anda rasakan ketika orang tua anda bercerai atau berpisah?
8. Apa yang anda rasakan ketika melihat teman sebaya mempunyai keluarga
yang utuh?
69

9. Apa yang terjadi pada diri anda setelah terjadinya perceraian?


10. Bagaimana anda menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi
setelah orang tua bercerai?
B. Orang Tua
1. Apa yang menyebabkan terjadinya perceraian?
2. Sudah berapa lama perceraian ini terjadi?
3. Bagaimana sikap atau perilaku anak sebelum terjadinya perceraian?
4. Setelah bercerai bagaimana menjalankan peran sebagai orang tua?
5. Bagaimana anak melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang
dialami setelah bercerai?
6. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi setelah perceraian?

C. Kerabat
1. Bagaimana reaksi saat mengetahui perceraian ini?
2. Bagaimana sikap atau perilaku anak sebelum perceraian?
3. Menurut bapak/ibu bagaimana sikap atau perilaku anak setelah orang
tuanya bercerai?
4. Apakah pernah terjadi konflik keluarga setelah bercerai?
5. Bagaimana pendapat bapak/ibu penyesuaian diri yang dilakukan oleh
anak tersebut?
6. Apa-apa saja perubahan yang terlihat oleh bapak/ibuk setelah mereka
bercerai?
70

Lampiran 2

DATA-DATA INFORMAN

I. Nama : Agus Arianto


Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Sekolah : SMP
Tinggal Bersama : Ibu
Pekerjaan Orang tua : Tani
Pendidikan Orang Tua : SMP
Status Rumah : Milik orang tua
Bentuk Keluarga : Keluarga Inti
Jumlah Saudara : 4 orang

II. Nama : Nikmatul Auva


Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Sekolah : SMP
Tinggal Bersama : Ibu
Pekerjaan Orang Tua : Tani
Pendidikan Orang Tua : SD
Status Rumah : Milik orang tua
Bentuk Keluarga : Keluarga Luas
Jumlah Saudara : 3 Saudara
71

III. Nama : Gigin Andre


Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Sekolah : SMP
Tinggal Bersama : Ibu
Pekerjaan Orang Tua : Tani
Pendidikan Orang Tua : SD
Status Rumah : Milik orang tua
Bentuk Keluarga : Keluarga Luas
Jumlah Saudara : 2 orang

IV. Nama : Cia Lestrari


Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Sekolah : SMP
Tinggal Bersama : Ibu
Pekerjaan Orang Tua : Tani
Pendidikan Orang Tua : SMA
Status Rumah : Milik orang tua
Bentuk Keluarga : Keluarga Inti
Jumlah Saudara : 3 Saudara
72

V. Nama : Reni Elisa


Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Sekolah : SD
Tinggal Bersama : Ibu
Pekerjaan Orang Tua : Tani
Pendidikan Orang Tua : MTSN
Status Rumah : Milik orang tua
Bentuk Keluarga : Keluarga Inti
Jumlah Saudara : 3 orang saudara

VI. Nama : Doni Irawan


Umur : 11 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sekolah : SD
Tinggal Bersama : Ibu
Pekerjaan Orang Tua : Tani
Pendidikan Orang Tua : SD
Status Rumah : Milik orang tua
Bentuk Keluarga : Keluarga Inti
Jumlah Saudara : 2 Saudara
73

Lampiran 3

Transkip Wawancara

1. Sebelum orang tuanya bercerai bagaimana kehidupan anda sehari-hari ?


“kehidupan normal seperti remaja lainnya, bergaul seperti biasa dengan
tema-teman sebaya dan penuh dengan kasih sayang serta perhatian”.
2. Sebelum terjadinya perceraian bagaimana pergaulan anda dengan
teman sebaya?
“bejalan dengan baik, permain maen bareng, pergi sekolah pun juga bareng
sama teman”
3. Setelah terjadinya perceraian bagaimana anda menjalankan kehidupan
dengan status yang baru ?
“setelah adanya perceraian banyak perubahan yang terjadi pa kehidupan ini,
terutama pada ibu arena ibu menadi sesosok iu sekaligus menadi kepala
keluarga dalam memnuhi kebutuhan hidup”
4. Bagaimana pendapat anda tentang perceraian orang tua?
“bukanlah jalan yang terbaik itu menjalani masalah, apapun masalahnya
hendaknya jangan sampai perceraian yang terjadi”
5. Setelah terjadinya perceraian bagaimana pergaulan anda dengan teman
sebaya ?
“sejak orang tua saya bercerai saya jarang pergi maen sama teman-teman,
saya sering dirumah karena saya malu sama teman-teman”
“saya sekarang kurang bergaul sama-sama teman, pulang sekolah saya
langsung pulang kerumah, ya saya minder sama tema-teman yang lain, takut
diketawain”
6. Apa yang anda rasakan ketika orang tua anda bercerai atau berpisah ?
“saya merasa sedih, tapi saya berusaha harus menempuh jalan yang telah
diberikan tuhan kepada saya”
74

7. Perubahan-perubahan apa yang terjadi pada ibu setelah bercerai ?


“setelah bercerai otomatis ibu menjadi kepala keluarga bagi kami, ibu yang
kerja sendiri sekarang, kadang-kadang ibu juga sering marah, mungkin karena
ibu teralalu kecapean”
8. Apa yang anda rasakan ketika melihat teman sebaya mempunyai orang
tua yang utuh ?
“yang pasti iri lah sama teman-teman dan pasti ada kesidihan saat itu”
9. Apa yang terjadi pada diri anda setelah terjadinya perceraian ?
“ ya pertama merasa kehilangan, karena sebelum ini keluarga kami baik-
baik saja, dan sekarang orang tua (apak) tidak lagi berada dirumah, pasti
sedih lah dan saya juga minder terhadap teman-teman semua”
10. Bagaimana anda menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi
setelah orang tua anda bercerai ?
“untuk menyesuaikan diri kembali menyibukkan diri dengan kegiatan-
kegiatan yang ada serta mengikuti ekstrakulikuler yang ada disekolah”
“berhenti dari sekolah untuk mengurangi biaya kehidupan keluarga”
“ikut bekerja untuk membantu ekonomi keluarga”
11. Apa yang menyebabkan terjadinya perceraian ?
“ penyebab perceraian ini pertama karena kurang adanya kecocokan dalam
keluarga, tidak bisa mengambil hati suami, suami yang tidak memberi uang
pada istri dan ada juga yang suka pacaran”
12. Sudah berapa lama perceraian ini terjadi ?
“ kebanyakan para informan bercerai sudah 2 tahun dan 1 tahun”
13. Setelah bercerai bagaimana menjalan peran sebagai orang tua ?
“sekarang saya menjadi kepala keluarga, jadi tanggungan kebutuhan anak
saya yang mencarinya sekarang, untung saya ada punya kebun, makanya
saya bisa cari uang untuk memenuhi kebutuan rumah tangga”
“saya menjadi janda, beban tanggung saya sekarang banyak, saya menjadi
ibu sekaligus kepala keluarga bagi anak-anak saya, membutuhi kehidupan
mereka”
75

14. Bagaimana anak melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan yang


terjadi setelah orang tua bercerai ?
“ pergi mengaji kesurau, dan ada yang pergi olahraga serta bekerjan
untuk membantu memenuhi kebutuhn ekonomi keluarga”
15. Bagaimana reaksi anak saat mengetahui perceraian ini ?
“ ada rasa kecewa di hatinya, tidak bisa menerima apa yang terjadi pada
orang tuanya”
16. Menurut ibu/bapak apakah ada perubahan perilaku atau sikap anak ?
“menurut ibu ada dulu dia anaknya tidak mau pergi mengai kesurau, tapi
sejak teradinya perceraian dia rain pergi mengaji”
17. Apakah ibu/bapak tahu konflik yang terjadi dikeluarga sebelum
bercerai?
“setahu etek keluarganya sebelu teradi perceraian ini ada konflik sebab
suaminya sering maen tangan”
“setahu etek tidak ada cuman mereka bercerai karena ibunya tidak suka
melihat kelakuan suaminya,
Setahu nenek tidak ada terjadi konflik dalam keluarga ini hanya saja si istri
tidak bisa mengambil hati suaminya”

18. Bagaimana menurut ibu/bapak penyesuaian diri yang dilakukan oleh


anak tersebut ?
“anak menyesuaikan diri dia kembali seperti dulu ibu melihat apa yang
dilakukannya sekarang merupakan bentukpenyesuaian diri yang positif”
76

19. Apa-apa saja perubahan yang terlihat oleh ibu/bapak setelah mereka
bercerai ?
“bapak melihat perubahan-perubahan itu pasti ada, sekarang ibunya
menjadi janda, dan menjadi kepala keluarga sekaligus ibu buat anak-
anaknya, ibunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan anaknya”
“banyak perubahan yangterjadi pada anak, salah satu dalam kehidupannya,
dengan percerian ini anak menjadi pendiam, minder dan kurang bergaul
sama teman-temannya”
77

Lampiran 4

Foto Dokumentasi Penelitian


78

Gambar 1. Wawancara dengan informan


79

Gambar 2. Wawancara dengan ibu informan

Gambar 3. Wawancara dengan kerabat informan

Anda mungkin juga menyukai