Anda di halaman 1dari 104

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU SEKOLAH

MINGGU TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA SD

SKRIPSI

Oleh:

LISDAYANTI WIWIK LUDEN

219118103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

2023
HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU SEKOLAH
MINGGU TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

LISDAYANTI WIWIK LUDEN

219118103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

2023

i
HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU SEKOLAH
MINGGU TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA SD

SKRIPSI

Oleh:

Lisdayanti Wiwik Luden

219118103

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(Tadius, S.Pd., M.Pd.)

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU SEKOLAH


MINGGU TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA SD

Atas nama saudara:

Nama : Lisdayanti Wiwik Luden

NIM : 219118103

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa skripsi ini telah diperiksa dan memenuhi syarat untuk
dipertahankan dalam ujian di depan Panitia Penguji Skripsi Strata Satu (S1)
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Indonesia Toraja.

Makale, Februari 2023

Pembimbing:

1. Mersilina L. Patintingan, S.S., M.Pd. (…………………………..)

2. Sefrin S. Tangkearung, S.Pd., M.Pd (…………………………..)

iii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Kristen Indonesia toraja dengan Surat Keputusan (SK)
Dekan No………………………….. tanggal…………………untuk memenuhi
Sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada program
studi Pendidikan guru sekolah dasar pada ………………………..

Disahkan oleh

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Drs. Rubianus, M.Pd.


NIDN. 0911046201

Panitia ujian

Ketua :

Sekertaris :

Anggota :

iv
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lisdayanti Wiwik Luden

NIM : 219118103

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul : Hubungan Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu


Terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia SD

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar
merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pemikiran orang lain yang saya akui hasil tulisan atau pikiran sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
ketentuan yang berlaku.

Makale, Februari
2023
Yang menyatakan,

Lisdayanti Wiwik Luden

v
MOTTO

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil

usahamu, tetapi pemberian Allah ( Efesus 2:8).

Hidup hanya sekali, manfaatkanlah waktu yang ada, terutama untuk mengejar ilmu dan

wawasan yang luas tetapi kesehatan tetaplah yang nomor satu

Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang ada karena belum tentu datang

untuk kedua kalinya

Karya ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku yang sangat kusayangi dan

kucintai

ABSTRAK

vi
Lisdayanti Wiwik Luden 2023. Hubungan Keterampilan Guru Sekolah Minggu
Terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia SD. Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Kristen Indonesia Toraja (UKIT) Tahun 2023. Pembimbing:
Mersilina L. Patintingan, S.S., M.Pd. dan Sefrin S. Tangkearung S.Pd., M.Pd.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterampilan mengajar guru sekolah
minggu yang baik untuk membentuk karakter anak usia SD yang jarang disorot
oleh masyarakat padahal sangat berperan penting di dalam membentuk karakter
anak sejak dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap pembentukan karakter anak
usia SD.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, Teknik pengumpulan data secara
langsung dari lokasi penelitian yaitu Gereja Toraja Jemaat Ebenhaezer
Tampapute. Populasi sebanyak 40 anak yang terdiri dari anak usia 6-12 tahun
yakni anak kelas rendah dan anak kelas tinggi. Dengan sampel adalah 20 anak.
Teknik pengumpulan data menggunakan skala likert dan Teknik analisis data
dengan menggunakan uji normalitas, uji regresi linear sederhana, kemudian uji
hipotesis menggunakan uji hipotesis assosiatif, uji korelasi dengan bantuan SPSS
29.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan anatara keterampilan
mengajar guru sekolah minggu dan pembentukan karakter anak usia SD. Hal ini
dapat dilihat pada hasil uji hipotesis dimana signifikansi linear by linear
association yang menunjukkan hasil 0.001 < 0.05 . Hal ini menunjukkan bahwa
Ha diterima dan Ho ditolak .
Kata Kunci: Keterampilan Mengajar, Guru Sekolah Minggu,
Pembentukan Karakter Anak

KATA PENGANTAR

vii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu Terhadap
Pembentukan Karakter Anak Usia SD” dengan baik.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebagai


salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Indonesia toraja.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini belum
sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis dalam berbagai hal.
Dari awal dilakukannya penyusunan proposal penelitian hingga penulisan skripsi
ada banyak kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun atas berkat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini terselesaikan
dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Oktovianus Pasoloran, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Rektor Universitas


Kristen Indonesia Toraja.
2. Drs. Rubianus, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Kristen Indonesia Toraja yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian.
3. Tadius S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
4. Topanus Tulak, S.Si., M.Pd. sebagai Penasihat Akademik yang telah
memberkati serta bimbingan dan senantiasa memberikan masukan serta
arahan selama studi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
5. Mersilina L. Patintingan, S.S., M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang
penuh kesabaran dan tidak kenal lelah meluangkan waktunya dalam
memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penulis menyusun
skripsi ini sehingga dapat terseesaikan dengan baik.

viii
6. Sefrin S. Tangkearung, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan
dan motivasi untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
selama ini telah bekerja keras dan mencurahkan segala kemampuan dalam
usaha membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
8. Kedua orang tua tercinta, Ayah Cornelius Samaya dan Ibu Ludia Luden
atas segala tetes keringat, ketulusan, kasih sayang dan doa yang tiada
henti, serta memberikan motivasi dan membiayai sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik.
9. Kakak saya, Youngki Noverth Sanggalangi, dan ketiga adek saya, Yulitha
Luden, Valen Ayunda Luden, dan Christin Luden yang selalu mendukung
saya selama ini, memberikan motivasi, doa yang tulus sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi dengan baik.
10. Teman spesial saya, Afner Sahetapi yang telah mendukung selama ini,
memberikan motivasi dan dukungan, dan memberikan doa yang tulus
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
11. Ruth Lambi’ S.Th selaku Ketua Majelis sekaligus pendeta, Majelis Jemaat
yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah
tersebut.
12. Guru Sekolah Minggu selaku wali anak sekolah minggu di Gereja Toraja
Jemaat Ebenhaezer Tampapute yang telah memberikan bantuan selama
penulis melakukan pengumpulan data.
13. Seluruh anak usia SD di Gereja Toraja Jemaat Ebenhaezer Tampapute atas
kerjasamanya dalam penelitian sehingga semuanya berjalan dengan baik.
14. Defliyensi Luden, Yulnita Yuyun, Rahmi Syukur, Mersi, Juantri Eva
Tolanda, selaku teman-teman penulis yang telah menemani dan
memotivasi selama ini.
15. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini yang penulis
tidak dapat sebutkan satu persatu.

ix
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan dan
melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada kita semua. Dengan segala
kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyaj kekurangan-
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.

Makale, Februari 2023

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

x
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI......................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................iii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................................v

MOTTO...........................................................................................................vi

ABSTRAK.......................................................................................................vii

KATA PENGANTAR....................................................................................viii

DAFTAR ISI...................................................................................................xi

DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................7

C. Tujuan Penelitian...................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.................................................................................7

E. Definisi Operasional...............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................10

A. Kajian Teori............................................................................................10

B. Kerangka Pikir........................................................................................35

C. Penelitian Yang Relevan.........................................................................36

D. Hipotesis.................................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN................................................................39

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................................39

xi
B. Variabel Dan Desain Penelitian..............................................................39

C. Populasi Dan Sampel..............................................................................41

D. Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data...............................................42

E. Teknik Analisis Data...............................................................................44

F. Jadwal Penelitian.....................................................................................50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................51

A. Hasil Penelitian.......................................................................................51

B. Pembahasan.............................................................................................63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................66

A. Kesimpulan.............................................................................................66

B. Saran........................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................68

LAMPIRAN....................................................................................................71

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel.........................................................................42

xii
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert.....................................................................43

Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ........................................49

Tabel 3.4 Jadwal kegiatan penelitian kuantitatif 2022.....................................50

Tabel 4.1 Profil Anak Usia SD Pengisi Angket...............................................52

Tabel 4.2 Distribusi Nilai r Tabel.....................................................................53

Tabel 4.3 Uji Validitas Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu..........54

Tabel 4.4 Uji Validitas Pembentukan Karakter Anak Usia SD........................54

Tabel 4.5 Uji Reabilitas Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu........57

Tabel 4.6 Uji Reabilitas Pembentukan Karakter Anak Usia SD......................57

Tabel 4.7 Uji Normalitas..................................................................................58

Tabel 4.8 Uji Regresi Linear Sederhana...........................................................59

Tabel 4.9 Uji Hipotesis Assosiatif....................................................................61

Tabel 4.10 Uji Korelasi product moment ........................................................62

Tabel 4.11 Tingkat Hubungan Korelasi product moment................................63

DAFTAR GAMBAR

xiii
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir..................................................................36

Gambar 3.1 Desain Penelitian X dan Y..................................................41

DAFTAR LAMPIRAN

xiv
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrument...........................................................................72

Lampiran 2 Angket Penelitian Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu....73

Lampiran 3 Angket Penelitian Pembentukan Karakter Anak Usia SD..................76

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian......................................................77

Lampiran 5 Surat Keterangan................................................................................78

Lampiran 6 Fotocopy Buku Pembimbingan Skripsi..............................................79

Lampiran 7 Dokumentasi.......................................................................................81

Lampiran 8 Riwayat Hidup....................................................................................83

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia

dan kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjadi sebuah

dasar keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan umumnya dijadikan sebagai tolak

ukur untuk kualitas setiap orang untuk menentukan dan menuntun masa depan

dan arah hidup manusia. Pendidikan menjadi pengalaman belajar terprogram

dalam bentuk pendidikan formal, nonformal dan informal baik di sekolah

maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

mengoptimalkan kemampuan-kemampuan individu. Kemampuan tersebut

diharapkan agar di kemudian hari dapat memerankan hidup secara tepat.

Pengertian pendidikan kedalam tiga jangkauan, yaitu pengertian pendidikan

maha luas, sempit, dan luas terbatas (Mukodi 2019).

Definisi maha luas, yaitu pendidikan adalah hidup, yang artinya segala

pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

hidup. Definisi sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah, artinya pengajaran

yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Definisi

luas terbatas yaitu pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh

keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah

sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan

peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan

datang.

1
2

Keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang

diperoleh dari berbagai hasil latihan dan pembelajaran. Sebagai guru sekolah

minggu, keterampilan sangat dibutuhkan untuk menjadi dasar agar

menghasilkan anak yang berkarakter baik. Dalam menciptakan pembentukan

karakter anak didasari oleh berbagai aspek, salah satunya adalah dilihat dari

gurunya sehingga anak dapat menirukan sikap yang diberikan oleh gurunya.

Orang berkarakter baik adalah orang yang memiliki disiplin dalam dirinya

yang tinggi dan memiliki panduan menjadi teladan bagi mereka. Anak yang

belajar sikap bukan dari apa yang di ajarkan oleh gurunya tetapi dari apa yang

mereka lihat dan dari apa yang dilakukan oleh gurunya. Dalam hal tersebut,

keterampilan seorang guru menjadi panduan yang sangat penting untuk

pembentukan karakter anak. Kemampuan pertama yang wajib dimiliki oleh

seseorang adalah komunikasi terutama untuk membentuk karakter anak.

Kemampuan keterampilan yang sangat penting dilakukan dan dimiliki oleh

seorang guru adalah komunikasi, kreativitas, percaya diri, kesabaran,

organisasi dan dedikasi (Humaira Aliya,2022).

Keterampilan mengajar merupakan kemampuan yang bersifat khusus yang

harus dimiliki oleh seorang pengajar agar dapat melaksanakan tugas mengajar

secara efektif, efisien dan professional. Keterampilan mengajar dilakukan

untuk menyampaikan materi pelajaran baik di sekolah formal maupun sekolah

informal. Keterampilan mengajar sangat dibutuhkan karena dapat membentuk

karakter anak dengan memperlihatkan hal positif dalam proses pembelajaran.

Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh guru
3

yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan

mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan

menutup pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kecil, keterampilan

mengelola kelas, dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

(Mansyur,2017).

Dalam keterampilan mengajar, guru sangat berperan penting untuk ditiru

oleh anak karena guru merupakan seseorang yang telah mengabdikan dirinya

untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih siswa

agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut. Guru tidak

hanya ada dalam pendidikan formal saja, tetapi juga ada dalam pendidikan

lainnya yang dapat dicontoh oleh anak. Peran guru sangat penting dalam

menciptakan generasi penerus yang berkualitas baik secara intelektual maupun

akhlaknya. Keterampilan mengajar seorang guru yang dalam mengajar yang

dapat dicontoh siswanya adalah ketakwaan, keiklasan, keluasan ilmu, sopan

santun, dan tanggung jawab. Selain di dalam lingkup guru formal, guru di

lingkup informal juga dapat diteladani oleh anak terutama di gereja. Sebagai

guru sekolah minggu hal yang dapat dicontoh oleh anak adalah religius,

kejujuran, toleransi, disiplin, dan rasa tanggung jawab. Guru disarankan agar

dapat berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstran,

pembimbing, motivator, dan evaluator (Ujang Jamaluddin,2017).

Selain sekolah formal, sekolah minggu merupakan organisasi yang sangat

mudah dijangkau oleh anak-anak dan dapat ditemui di dalam gereja. Sekolah

minggu juga merupakan kegiatan yang sangat mudah diakses oleh anak-anak
4

yang akan menjadi penerus gereja masa depan. Pelayanan bagi anak sekolah

minggu yang terpenting adalah pemberitaan Firman Tuhan dan keterampilan

mengajar guru sekolah minggu yang dapat ditiru dan dicontoh oleh anak.

Keterampilan mengajar guru sekolah minggu juga sangat berpengaruh dalam

pembentukan karakter anak terutama dalam hal religius, kejujuran, toleransi,

disiplin dan tanggung jawab karena dimana anak selalu memperhatikan sifat

atau bahkan kedisiplinan guru itu sendiri. Pendidikan sekolah minggu

merupakan bagian hakiki dari peribadahan gereja, yang tidak dapat dibatasi

dengan jumlah peserta, serta mestinya tidak membutuhkan ijin karena

merupakan bentuk peribadahan (Abi Sarwanto, 2018).

Pembentukan karakter sangatlah penting karena pembentukan karakter

merupakan salah satu wujud dari upaya pemerintah untuk membentuk

generasi berikutnya yang berkarakter. Pembentukan karakter pada hakekatnya

merupakan hasil pemahaman dari hubungan yang dialami setiap manusia,

yaitu hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan dan dengan Tuhan.

Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan suatu pemahaman yang pada

akhirnya menjadi nilai dan keyakinan pada anak. Karakter adalah cara berfikir

dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja

sama,baik dalam lingkup keluarga,masyarakat, bangsa maupun negara

(Suyanto, 2017).

Anak usia sekolah dasar merupakan masa anak untuk belajar dan sekolah

permulaan atau awal. Pada masa ini, anak-anak lebih mudah untuk diarahkan,

diberikan tugas dan cenderung untuk memulai kebiasaan yang dilihat dari
5

orang disekitarnya. Pada masa ini, anak mudah menerima dan menangkap hal-

hal yang diajarkan kepada anak, dalam hal ini termasuk membentuk karakter

anak melalui keterampilan mengajar baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,

gereja, dan masyarakat. Pada masa ini juga perkembangan kemampuan

berpikir anak pada tahap berpikir konkrit ke abstrak. Dilihat dari

karakteristiknya, anak bertumbuh secara fisik, psikologi, mengalami

pertumbuhan jasmani dan kejiwaanya yang akan berlangsung secara teratur

dan terus menerus ke arah yang lebih maju. Anak usia sekolah dasar adalah

anak yang telah memasuki umur 6-12 tahun (Damayanti, Lutfiya & Nilamsari,

2019).

Sekolah minggu merupakan tempat yang untuk menimbah pengetahuan

selain di sekolah yang menjadi wadah yang sangat penting untuk

pembentukan karakter anak. Kegiatan sekolah minggu diadakan di Gereja

Toraja Jemaat Eben-Haezer Tampapute dilaksanakan setiap hari minggu untuk

membimbing anak. Keterampilan mengajar yang ditunjukkan oleh guru

sekolah minggu di Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Tampapute dapat

membentuk karakter anak melalui keterampilan mengajar yang dilihat dari

perilaku pada proses pengajaran pada hari minggu, hari raya gerejawi dan

kegiatan yang dilakukan di gereja yang melibatkan anak sekolah minggu.

Pada penelitian ini memfokuskan pada keterampilan mengajar yang

dimiliki oleh guru sekolah minggu untuk pembentukan karakter anak usia SD.

Selain orang tua dan guru yang ada di sekolah, guru sekoah minggu juga

menjadi salah satu tempat yang mudah dijangkau untuk membentuk karakter
6

anak usia SD. Guru sekolah minggu jarang disorot oleh orang tua dan guru

sekolah untuk membentuk karakter anak yang masih duduk di sekolah dasar,

padahal guru sekolah minggu merupakan guru non-formal yang berguna untuk

anak-anak termasuk dalam hal keterampilan mengajar yang diperlihatkan oleh

guru.

Penelitian ini berawal dari sebuah masalah yaitu kurangnya perhatian

mengenai keterampilan mengajar guru sekolah minggu dalam hal

pembentukan karakter anak sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk

anak. Berdasarkan hasil yang temui di lapangan, ditemukan keterampilan

mengajar guru sekolah minggu yang sangat baik untuk membentuk karakter

anak yang masih berusia SD di Gereja Toraja Jemaat Ebenhaezer Tampapute,

dari hasil pengamatan atau hasil observasi ditemukan religius, rasa tanggung

jawab, disiplin, kejujuran dan toleransi yang sangat baik. Penelitian ini

dimaksudkan untuk menganalisis hubungan keterampilan mengajar guru

sekolah minggu terhadap pembentukan karakter anak yang berusia SD (6-12

tahun).

Faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan mengajar guru sekolah

minggu dalam membentuk karakter anak usia SD yaitu kurangnya dukungan

dan perhatian untuk guru sekolah minggu membentuk karakter anak karena

hanya berada pada hari minggu saja bertemu dengan guru sekolah minggu.

Padahal, keterampilan mengajar guru sekolah minggu dapat dilihat pada hari

raya gerejawi dan kegiatan gerejawi yang melibatkan anak sekolah minggu

yang dapat melihat cara guru mengajar untuk membentuk karakter anak.
7

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perlu untuk

melihat keterampilan mengajar guru sekolah minggu untuk membentuk

karakter anak karena guru sekolah minggu juga memiliki tanggung jawab

besar dalam membentuk karakter anak karena telah dititipkan oleh orang tua

untuk diberikan bimbingan di gereja dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah adakah hubungan keterampilan mengajar guru

sekolah minggu terhadap pembentukan karakter anak usia SD di Gereja Toraja

Jemaat Eben-Haezer Tampapute?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap pembentukan karakter

anak usia SD di Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Tampapute.

D. Manfaat Penelitian
Jika tujuan di atas tercapai, maka terdapat dua kegunaan besar yaitu secara

teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian adalah diharapkan peneliti memberikan

manfaat bagi penelitian berikutnya khususnya yang terkait dengan dampak

keteladanan guru sekolah minggu terhadap pembentukan karakter anak usia

SD.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa
8

Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan akan pembentukan

karakter yang ada di gereja.

b. Bagi guru

Dapat mengadakan kerja sama dengan guru sekolah minggu untuk

membentuk karakter anak.

c. Bagi sekolah

Agar sekolah dapat bekerjasama dengan gereja membentuk sebuah

pembelajaran mengenai karakter anak.

d. Bagi Gereja

Agar guru sekolah minggu dapat memberikan keteladanan yang baik

sehingga dapat dicontoh oleh anak usia SD dalam pembentukan

karakter anak.

e. Bagi Peneliti

Dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan serta menjadi bahan

referensi dan rujukan dalam melaksanakan penelitian yang sejenis dan

hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai dampak keteladanan guru sekolah minggu untuk

pembentukan karakter anak usia SD.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman

untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian.Untuk


9

menghindari kesalahan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

memandang perlu untuk memberikan definisi-definisi:

1) Keterampilan mengajar adalah kemampuan seorang guru dalam

menyampaikan materi pelajaran seperti penguasaan materi pelajaran dan

memilih metode yang tepat untuk pembelajaran agar efektif dan efisien.

2) Pembentukan karakter adalah hasil pemahaman dari hubungan yang

dialami setiap manusia yaitu hubungan dengan diri sendiri, lingkungan,

dan dengan Tuhan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Keterampilan mengajar guru

a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan berasal dari kata “terampil”, terampil adalah cakap dalam

menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan

untuk menyelesaikan tugas (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2016).

Keterampilan dapat diartikan sebagai kemampuan manusia dalam

menggunakan pikiran, ide dan kreativitas untuk mengubah atau membuat

sesuatu dari yang bernilai rendah menjadi bernilai tinggi sehingga memiliki

nilai yang lebih bermakna. Ada beberapa pengertian keterampilan menurut

para ahli dibawah ini:

1) Menurut Davis Gordon, keterampilan adalah kemampuan untuk

mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat (Syekh

Nurjati,2016).

2) Menurut Amirullah dan Budiyanto (2014:21), keterampilan adalah suatu

kemampuan untuk menterjemahkan pengetahuan ke dalam praktik

sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (D Arleta, 2019).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengaplikasikan

pengetahuannya yang dapat ditiru atau dicontoh dan diterapkan oleh orang

lain menjadi salah satu dampak positif yang diperlihatkan.

10
11
12

b. Pengertian mengajar

Mengajar berasal dari kata “ajar”, ajar adalah petunjuk yang diberikan kepada

orang supaya diketahui (diturut). Mengajar adalah memberi pengajaran, melatih

dan memarahi (memukuli,menghukum) supaya jera (Kamus Besar Bahasa

Indonesia,2016). Mengajar dapat diartikan sebagai proses mengembangkan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi. Ada beberapa pengertian mengajar menurut para ahli yaitu :

1) Menurut Hasibuan J.J dan Moedjiono (2012), mengajar adalah penciptaan

sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (S Nur

Arsyad,2019).

2) Menurut Sagala (2012:9), mengajar adalah membantu seseorang untuk

mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada

kontribusinya terhadap pendidikan orang yang mengajar. Artinya

mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur,

mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga

menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah proses

menciptakan sistem lingkungan untuk membantu orang lain dalam proses belajar

yang dilakukan agar mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang

dimiliki sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa atau orang lain untuk

belajar.
13

c. Pengertian guru

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan

di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa

juga di gereja, masjid, di surau atau musholla dan di rumah. Guru memang

menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. kewibaanlah yang

menyebabkan guru di hormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.

Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar

menjadi orang yang berkepribadian mulia (S Sabbihis, 2017). Ada beberapa

pengertian guru menurut para ahli yaitu:

1) Menurut KBBI, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar (KBBI, 2016).

2) Menurut Wiyani, N.A (2015:28), guru adalah orang dewasa yang bekerja

sebagai pendidik dan mengajar peserta didik di sekolah agar dapat menjadi

sosok yang berkarakter, berilmu pengetahuan serta terampil

mengaplikasikan ilmu pengetahuannya (S Sulistiana, 2018).

3) Menurut UU Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 (pasal 1), guru adalah

pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah (S Sulistiana, 2018).


14

4) Menurut Rahman, M dan Amri (2014:18), guru adalah tenaga professional

di bidang kependidikan yang memiliki tugas mengajar, mendidik, dan

membimbing anak didik menjadi manusia yang berpribadi Pancasila

(S Sulistiana, 2018).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru adalah orang

dewasa yang memiliki kemampuan mendidik dan mengajar secara professional

dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa secara integral.

d. Pentingnya Keterampilan Mengajar Guru

Keterampilan mengajar seorang guru sangat diperlukan untuk

mengaplikasikan hal-hal yang telah disepakati bersama. Keterampilan mengajar

guru dapat dilatih yang harus dikuasai oleh guru sebelum mengajar kepada anak.

Keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru dapat melekat sebagai hasil dari

proses pembelajaran dalam pendidikan (Mansyur, 2017).

Keterampilan mengajar guru merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

membagikan hal-hal baik yang patut dicontoh dan dipraktekan oleh peserta didik

yang dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik,

baik tutur kata atau perbuatannya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari oleh peserta didik baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Keterampilan mengajar guru didalamnya dapat memberikan contoh yang baik

yang berhubungan dengan sikap, perilaku, tutur kata, mental maupun yang terkait

dengan akhlak yang patut dijadikan contoh bagi peserta didik. Keterampilan

mengajar guru sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan


15

perkembangan pribadi peserta didik. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia

merupakan makluk yang suka mencontoh, termasuk peserta didik mencontoh

pribadi gurunya dalam proses pembentukan pribadinya yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat

(H Hidayatullah, 2018).

Oleh sebab itu, guru harus menunjukkan sikap keteladanannya yang baik bagi

siswa di dalam proses mengajar guru . Terkait dengan hal ini, ada beberapa hal

yang dapat dilakukan guru yaitu (Salman Rusdie, 2012):

1) Selalu menunjukkan sikap baik di hadapan siswa, seperti ramah, hormat,

sabar, jujur, bertanggung jawab, dan penunh tenggang rasa.

2) Tidak bersikap egois atau mau sendiri dalam hal apapun.

3) Selalu berbuat baik kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

4) Selalu memperlakukan siswa dengan baik sebagaimana mestinya dirinya

ingin diperlakukan orang lain dengan baik pula.

2. Guru sekolah minggu

a. Pengertian sekolah minggu

Sekolah minggu merupakan salah satu Organisasi Intra Gerejawi. Organisasi

ini adalah salah satu wadah bagi anak untuk memperoleh pengenalan akan Tuhan

dan Firman-Nya. Sekolah minggu juga adalah pelayanan gerejawi yang dilakukan

demi merangkul serta mengarahkan semua anak bersekutu di dalam Yesus atau

memperkenalkan Firman Allah agar dalam kehidupan mereka senantiasa


16

menampakkan Firman Allah dalam berperilaku dan bertingkah laku dan

menampakkan seorang pengikut Yesus yang sejati.

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai sekolah minggu yaitu:

1) Menurut Sulistyo Basuki (1994:60) , sekolah minggu adalah sebuah

pendidikan non-formal demi proses pembelajaran agama dibuat oleh Gereja

Protestan. Kegiatan ini dinamakan sekolah minggu karena dilaksanakan

pada hari minggu (A Tfaentem,2015).

2) Menurut Harry M. Pilland (1984:7), sekolah minggu merupakan wadah atau

tempat pelayanan yang sangat penting dalam menjangkau orang-orang bagi

Kristus, bertumbuh, dan berkembang meneladani Yesus Kristus (SL.

Souisa,2021).

3) Menurut Lawrence O. Richard , sekolah minggu adalah wadah yang

memberikan pelayanan kepada anak-anak sebagai komunitas iman yang

didalamnya anak belajar tentang Firman Tuhan untuk semakin mengenal

Karya Kristus dalam hidupnya (DF. Panuntun,2019).

Berdasarkan urain di atas, dapat disimpulkan bawa sekolah minggu adalah

pendidikan non-formal unntuk proses pengajaran akan Yesus, tempat

memperkenalkan dan menambah pengetahuan anak-anak akan Firman Allah dan

Yesus Kristus serta bertumbuh dan berkembang meneladani Yesus Kristus.

b. Tujuan sekolah minggu

Sekolah minggu sebagai Organisasi Intra Gerejawi memiliki tujuan. Adapun

tujuan sekolah minggu diantaranya (Sara Pago,2019):


17

1) Pembinaan Iman, membentuk perilaku seseorang menjadi lebih baik.

Karena itu sejak usia dini anak-anak diajak untuk melakukan yang baik dan

diajar sesuai dengan nilai-nilai keagamaan. Pembinaan iman merupakan

salah satu cara untuk menjadikan anak-anak bersikap baik dan bertanggung

jawab agar menjadi pribadi yang beriman, selalu mengandalkan Tuhan

dalam setiap aktivitas sehari-hari (Ef.6). Di sekolah minggu dilakukan

pembinaan iman kepada anak-anak melalui Firman Tuhan yang diajarkan.

Menumbuhkan iman dapat membentuk karakter rohani mereka dengan

demikian menjauhkan diri dari perilaku yang membawa pengaruh buruk

dalam kehidupan. Anak yang beriman akan menghadapi setiap masalah

bersama Yesus. Kemahatahuan dan Kemahakuasaan Yesus berlaku atasnya

agar hidup beriman, anak-anak harus diperkenalkan kepada Yesus atau

diinjili. Mereka akan selalu mengandalkan Yesus dalam setiap aspek

kehidupan mereka meskipun masih anak-anak. Ketika benih ditabur ditanah

yang tidak terawatt, akan tumbuh bersama tanaman liar. Karena itu, tanah

itu harus dirawat, dibersihkan, dipagari agar benih ditanah tersebut akan

tumbuh menjadi subur.

2) Menjadi anak-anak Allah, ketika pembinaan iman itu diterapkan dalam

kehidupan anak-anak maka hasilnya pula akan membawa keberuntungan

tersendiri bagi anak sekolah minggu dengan membeawa diri mereka

dipimpin oleh Roh Kudus sehingga mereka menjadi anak-anak Allah.

Semua orang dipimpin Roh Kudus adala anak Allah yang menerima Roh
18

Allah menjadikan dirinya anak-anak Allah dan waris kerajaan Sorga.

Memperkenalkan Kerajaan Allah kepada anak-anak sekolah minggu sejak

usia dini merupakan hal yang wajib dilakukan oleh guru sekolah minggu.

3) Anak diajak untuk merayakan pendamaian dengan Allah dan sesamanya.

Maka dari itu, seharusnya kebaktian bagi anak juga lebih menampakkan

adanya persekutuan dengan sesamanya. Jika kegiatan peribadahan kurang

aktif dilaksanakan di gereja maka sifat rohani anak akan menurun dan

perilaku kehidupan yang seharusnya berdampak positif justru melakukan

hal-hal yang negative. Pendamaian dalam diri anak sekolah minggu tidak

Nampak dilakukan terhadap sesame bahkan keluarga. Persekutuan dalam

suatu kebaktian sangatlah membawa pengaruh yang baik bagi anak sekolah

minggu.

Jadi, sekolah minggu sebagai Organisasi Intra Gerejawi sangat penting karena

dalam sekolah minggu perilaku anak-anak dapat dibentuk menjadi lebih baik

melalui pembinaan iman. Selain itu, melalui sekolah minggu anak-anak akan

membawa diri mereka untuk selalu dipimpin Roh Kudus dan dalam kebaktian

anak perlu menampakkan persekutuan satu sama lain.

c. Peran sekolah minggu

Sekolah minggu tentunya memiliki peran yang harus dilaksanakan. Adapun

peran sekolah minggu diantaranya (Sara Pago.2019):


19

1) Pusat Pendidikan Non-formal

Sekolah minggu merupakan pusat pendidikan non-formal dimana bertujuan

untuk mengubah karakter dan perilaku murid-murid yang dilaksanakan

tahap demi tahap untuk sebuah pembelajaran agar lebih mengerti mengenai

Firman dari Allah. Dalam sekolah minggusetiap murid di didik untuk

disiplin dan dilatih saling memerhatikan, mengasihi, toleransi, menghargai

dan bertanggung jawab.

2) Ujung Tombak Pekabaran Injil

Sekolah minggu merupak ujung tombak Pekabaran Injil (PI). Adapun

sasaran Pekabaran Injil, agar semua orang menjadi murid-Nya

(Mat.28:19a). Sekolah minggu yang merupakan ujung tombak Pekabaran

Injil hendaknya dipupuk serta dirawat dengan baik. Berhasil tidaknya

Pekabaran Injil terletak atas orang-orang yang ada dalam gereja baik itu

murid-murid, Majelis Gereja serta semua anggota jemaat. Pertumbuhan

gereja yang tercermin dari pertumbuhan sekolah minggu merupakan tanda-

tanda keberhasilan Pekabaran Injil.

3) Alat Penjangkau

Sekolah minggu sebagai ujung tombak Pekabaran Injil merupakan alat

penjangkau bagi setiap individu yang sudah mengenal dan percaya kepada

Yesus atau belum percaya kepada Yesus. Dalam hal ini akan percaya

menciptakan sesuatu yang diharapkan dapat menjawab keperluan serta

membuat seseorang merasakan dampak di dalamnya. Upaya tu hendaknya


20

dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan murid-murid yang

bertujuan agar menjalin dan menumbuhkan persekutuan antar sesama

sehingga mereka mampu memberi dukungan demi pelayanan. Kegiatan

yang dapat dipakai dalam persekutuan untuk menjangkau antara lain: ikut

serta dalam paduan suara gereja, vocal grup, bermain drama, music dan

perlombaan kompetisi, ikut serta dalam membersihkan lingkungan gereja.

4) Penyalur berkat

Sekolah minggu sebagai penyalur berkat mampu memberi diri dalam

mewakili jemaat,gereja, dan Roh Kudus melaksanakan tugas ini. Sekolah

minggu menyalurkan berkat ke sesame umat manusia yang dapat dilakukan

melalui doa dan materi. Berkat berasal dari Tuhan merupakan pengasihan

dan ketulusan yang diperuntukkan bagi sesame. Karena kasih Yesus selalu

mengingatkan kita untuk saling menolong dan terus berbuat baik kepada

semua orang seperti Firman-Nya bahwa bila ada kesempatan hendaknya

perbuatan baik it uterus dinyatakan bagi semua (Gal. 6:10a).

d. Pengertian guru sekolah minggu

Guru sekolah minggu adalah guru non-formal yang mengajar anak-anak pada

hari minggu. Guru sekolah minggu adalah seorang pengajar Kristen yang

terpanggil secara rohani untuk mengajar anak-anak sekolah minggu

(Yahya,2011). Guru sekolah minggu adalah seseorang yang memahami dan

memotivasi anak berbicara tentang kebenaran dan kehidupan. Yesus sendiri

mengingatkan bahwa apa yang dalam hati seseorang, itu diucapkan melalui
21

mulutnya dan menegaskan agar seseorang dapat berfikir dengan baik sebelum

berbicara agar tidak mengeluarkan kata-kata yang sia-sia (Mat.12:34-37). Kalimat

ii memberikan penjelasan bahwa guru sekolah minggu terus belajar mengucapkan

perkataan yang membangun kepada anak (Astati ane,2020).

Guru sekolah minggu juga memiliki pola sikap atau tindakan yang bisa

dicontoh atau diteladani oleh anak-anak dan mampu membangun relasi atau

hubungan yang baik terhadap sesamanya terlebih kepada Tuhan. Untuk menjadi

guru sekolah minggu bukan karena disenangi anak-anak kecil atau pun senng

kepada anak-anak kecil melainkan karena panggilan untuk melayani anak-anak.

Tidak mudah menjadi guru sekolah minggu karena harus memiliki sikap penuh

kesabaran, ketelatenan dan keuletan. Tanggung jawab guru sekolah minggu

sangat besar dan sulit, di tangan para guru sekolah minggu adalah generasi

penerus itu terletak. Oleh sebab itu, seorang guru sekolah minggu harus memiliki

sikap hidup yang diteladani (Elisabeth,2009).

e. Peran guru sekolah minggu

Seorang guru sekolah minggu mempunyai peranan yang sangat di gereja

dalam menyampaikan bahwa alkitab adalah sebuah kebenaran kepada anak-anak

sekolah minggu. Adapun tugas dan panggilan seorang guru sekolah minggu

terhadap anak yaitu (Hasundungan Simatupang,2020) :

1) Mengajar (1Timotius2:7), guru sekolah minggu menyampaikan pokok-

pokok yang menjadi dasar kehidupan kekristenan.


22

2) Memberikan teladan (1Timotius 4:11-13),seorang guru sekolah minggu

harus bisa jadi contoh yang baik bagi anak-anak sekolah minggu.

3) Menginjili (1Timotius 2:7), seorang guru sekolah minggu tidak hanya

menyampaikan kebenaran iman Kristen, tetapi juga memberitakan kabar

baik bahwa Allah mengasihi manusia agar jiwa anak-anak diselamatkan.

4) Mendoakan (2 Timotius 1:11-12), bagian penting yang harus dilakukan oleh

seorang guru sekolah minggu adalah mendoakan anak-anak dan

keluarganya sehingga terjalin komunikai serta keakraban dengan anak-anak

dan orang tuanya.

5) Mengembalakan (Yohanes 10:11-18),seorang guru sekolah minggu tidak

hanya menjadi pengajar tetapi juga adalah gembala bagi domba-dombanya.

Gembala yang baik itu mengenal dan mengasihi setiap dombanya serta

tidak membiarkannya berada dalam kesulitan. Oleh karena itu, peran yang

harus dilakukan guru sekolah minggu adalah harus mengenal,

memnbimbing, serta menolong anak-anak yang sedang kesulitan.

Jadi, seorang guru sekolah minggu memiliki peranan besar dalam

mengajarkan Firman Tuhan bagi anak sekolah minggu serta dapat menjadi

teladan.

f. Syarat-syarat guru sekolah minggu

Seorang guru sekolah minggu tentunya memikul tanggung jawab yang sangat

penting. Untuk dapat mencapai keberhasilan sekolah minggu, seorang guru


23

sekolah minggu harus memenuhi beberapa syarat antara lain (I Putu Ayub

Darmawan,2015):

1) Telah Diselamatkan

Menurut Liauw (2001:20), mereka yang mau memberi diri sebagai pendidik

sekolah minggu sebaiknya yang telah bertobat. Selain memiliki pengalaman

pertobatannya, guru sekolah minggu juga harus mempunyai kesaksian

tentang dirinya mengenal serta mengakui Yesus sang Juruselamat dan

Tuhannya. Oleh karena itu, pengalaman lahir baru/ diselamatkan

merupakan syarat utama bagi seorang guru sekolah minggu.

2) Bertumbuh Secara Rohani

Liauw (2001:22) mengatakan mengenai siapa yang mau memberi diri untuk

melayani sekolah minggu yaitu seorang Kristiani dimana perkebangan

rohaninya baik dan memiliki kerinduan bertumbuh dalam Kristus. Jadi,

seorang Kristen yang memiliki kerinduan untuk bertumbuh dalam Kristus

adalah oran yang layak untuk menjadi guru sekolah minggu.

3) Setia Terhadap Gereja

Tugas seorang guru sekolah minggu bukan hanya membawa orang datang

ke sekolah minggu tetapi dirinya mampu untuk menjadi pelayan atau

seorang pendidik yang membawa murid-murid agar menjadi satu

persekutuan didalam gereha, rutin ibadah dalam gereja dan kebaktian

lainnya.
24

4) Mengetahui Peran Pelayanan Pendidikan

Seorang pendidik sekolah minggu harus memiliki keyakinan bahwa

pelayanannya dalam sekolah minggu merupakan sebuah keterpanggilan

khusus yang diberikan Allah dan Allah memberi kemampuan baginya.

5) Menyukai Anak-anak Didiknya

Seorang pendidik sekolah minggu sebaiknya terlebih dahulu mengetahui

fase umur yang disukai dan membuatnya tertarik untuk diajar sehingga ia

dapat mengajar dengan efektif.

6) Baik Kesaksian Hidupnya

Pengalaman hidup yang baik merupakan standar utama untuk tenaga

pendidik sekolah minggu. Pengalaman itu sebagai dorongan yang mampu

diteladani secara rohani serta ajaran dari guru sekolah minggu pada anak

sekolah minggu.

7) Bertanggung jawab

Seorang guru sekolah minggu harus mempunyai tanggung jawab tergadap

diri sendiri, waktu dan persiapanya di kelas sehingga dirinya benar-benar

mampu bertanggung jawab pada tugasnya.

8) Pelayan yang terdidik


25

Seorang pelayan sekolah minggu hendaknya selalu memperlengkapi dirinya

dengan pemahaman yang Alkitabiah, serta pengenalan yang tepat terhadap

murid-muridnya, memahami tentang teori pembelajaran sebagai standar,

mengetahui administrasi dan organisasi dalam sekolah minggu.

9) Bersandar pada Kuasa Roh Kudus

Seorang pelayan hendaknya memahami bahwa dengan bersandar pada

kuasa Roh-Nya, seorang pelayan mampu menjadi pelayan Tuhan dan

pelayan sekolah minggu yang berhasil mengandalkan kemampuan Roh

Kudus sangat penting sebab Roh Kudus yang memperkenalkan yang benar

dan memberi kekuatan untuk mengajar.

Jadi, agar mampu mengangkat pelayanan sekolah minggu sebaiknya memiliki

syarat karena guru sekolah minggu harus bertanggung jawab sepenuhnya

sekalipun sangat sulit. Sebab keberhasilan sekolah minggu terletak pada guru

sekolah minggu.

3. Pembentukan Karakter

a. Pengertian karakter

Karakter merupakan unsur pokok dalam diri manusia yang dengannya

membentuk karakter psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai

dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-

beda. Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" (menandai)

dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk

tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur,
26

kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara

seorang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang

berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitanya dengan personality

(kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person

of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral (Zubaedi,2012).

Ada beberapa pengertian karakter menurut para ahli yaitu:

1) Menurut Michael Novak, karakter merupakan campuran kompatibel dari

seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum

bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah

(Lickona, Thomas, 2012).

2) Agus Wibowo, bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang

menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam

lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara (Agus Wibowo, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sesuatu

yang terdapat pada individu yang menjadi ciri khas kepribadian individu yang

berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran, dan tindakan. Ciri khas tiap

individu tersebut berguna untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Nilai-nilai karakter

Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa berasal dari teori-teori pendidikan,

psikologi pendidikan, nilai-nilai sosial budaya, ajaran agama, Pancasila dan UUD

1945, dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta
27

pengalaman terbaik dan praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari

(Zubaedi,2011).

Kemendiknas mengidentifikasi ada 18 nilai untuk pendidikan budaya dan

karakter bangsa sebagai berikut ini (Agus Wibowo, 2012):

1) Religius: sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup

rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3) Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari apa yang telah dimiliki.

7) Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban dirinya dan orang lain.


28

9) Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat,

dan didengar.

10) Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11) Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

12) Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, dan

menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat dan Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14) Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadirannya.

15) Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan baginya.

16) Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


29

17) Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang

Maha Esa.

c. Pengertian pembentukan karakter

Pembentukan karakter adalah keterkaitan antara karakter yang mengandung

nikai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau ditindak secara bertahap dan saling

berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi

yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya,

sesama, lingkungan, bangsa, dan Negara serta dunia internasional (N

Fatmah,2013).

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional.

Pasal 1 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi

peserta didik memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanat UU ini

tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian

atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan

berkembang dengan nilai-nilai luhur karakter bangsa (Johari Efendi,2021).

d. Pentingnya Pembentukan karakter


30

Pembentukan karakter harus dilakukan sejak dini, karena karakter biasa

muncul melalui kebiasaan yang dilakukan secara terus berulang-ulang dalam

waktu yang lama dan adanya dukungan yang penting dari orang sekitar biasanya

berupa pengajaran dan keteladanan yang baik dan benar (N Fatmah,2013).

Pembentukan karakter dan kata nilai dalam kehidupan seseorang sangat

penting. Oleh karena itu, perlu memikirkan prinsip dan strategi pembentukan dan

pengembangan karakter. Tim Lahaye (2012:8), mengatakan watak adalah hasil

dari temperamen pembawaan yang dibentuk oleh pendidikan masa kanak-kanak,

pendidikan di sekolah, sikap dasar, agama, prinsip-prinsip dan motivasi. Artinya,

dalam membentuk karakter tentu tidak serta merta berhasil, namun perlu adanya

kerjasama dengan semua pihak baik keluarga, sekolah maupun gereja, dibawah

bimbingan Roh Kudus sebagai pribadi yang berkuasa dalam hidup manusia (H

Heryanto, 2021).

e. Proses pembentukan karakter

Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin hingga

sekitar lima tahun, kemampuan nalar seorang anak belum tumbuh sehingga

pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih terbuka dan menerima apa saja

informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penyeleksian,

mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari mereka itulah, pondasi awal

terbentuknya karakter sudah terbangun. Selanjutnya, semua pengalaman hidup

yang berasal dari lingkungan kerabat, sekolah, televisi, internet, buku, majalah,

dan berbagai sumber lainnya menambah pengetahuan yang akan mengantarkan


31

seseorang memiliki kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis

dan menalar objek luar. Mulai dari sinilah, peran pikiran sadar (conscious)

menjadi semakin dominan. Sering berjalannya waktu, maka penyaringan terhadap

informasi yang melalui panca indra dapat mudah dan langsung diterima oleh

pikiran bawah sadar (F Wardatusshopa,2021).

Ryan & Lickona mengungkapkan bahwa nilai dasar yang menjadi landasan

dalam membangun karakter adalah hormat (respect). Hormat tersebut mencakup

respek pada diri sendiri, orang lain, semua bentuk kehidupan maupun lingkungan

yang mempertahankannya (Sri Lestari, 2013).

Dengan memiliki hormat, maka individu memandang dirinya maupun orang

lain sebagai sesuatu yang berharga dan memiliki hak yang sederajat. Karakter kita

terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak- anak biasanya bertahan

sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi baik atau buruk,

pembentukan kebiasaan anak-anak mereka (Thomas Lickona,2012).

4. Keterkaitan Keterampilan Mengajar dan Pembentukan Karakter

Keterampilan mengajar bisa diartikan sebagai kemampuan seorang guru

dalam memberikan materi pelajaran dan membimbing anak di dalam proses

pembelajaran. Sedangkan pembentukan karakter adalah keterkaitan antara

karakter yang mengandung nikai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau

ditindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai

perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat.


32

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter

memerlukan keterampilan mengajar untuk membentuk karakter didalam

kehidupan manusia dan tidak bisa di lakukan secara instan atau cepat. Karakter

erat kaitannya dengan kepribadian yang dimiliki seseorang. Dari kepribadian

tersebut maka terbentuk keterampilan mengajar. Dengan melihat atau mencontoh

atau meniru perilaku seorang guru saat mengajar yag menampilkan hal yang baik

mak dapat membentuk karakter yang baik pula. Dalam hal ini keterampilan

mengajar, guru dapat membentuk karakter peserta didik seperti yang ada di 18

nilai karakter dapat dicontoh oleh orang lain dari orang yang benar-benar

memiliki karakter itu. Dari keterampilan mengajar maka dapat membentuk

seseorang yang berkarakter karena memperlihatkan contoh yang baik dan hal ini

yang sering ditemui di lingkungan sekitar misalnya dalam lingkungan keluarga,

sekolah, gereja dan masyarakat. Pembentukan karakter dalam hal ini dibutuhkan

keteladanan yang baik untuk membentuk karakter yang beraklak dan berperilaku

baik kepada orang lain atau lingkungan sekitarnya (Johari Efendi,2021).

5. Anak usia SD

a. Pengertian anak usia SD

Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau biasa

disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat

seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin

beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang

bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan


33

beragam aktivitas yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak

(Jatmika, 2005). Ada beberapa pengertian anak usia SD menurut para ahli yaitu:

1) Menurut Gunarsa (2008:98), anak sekolah dasar adalah anak yang berusia

6-12 tahun atau disebut pada masa usia sekolah, memiliki fisik yang lebih

kuat, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak terlalu bergantung

pada orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau

masa talent, di mana apa yang telah terjadi dan dibangun pada masa-masa

sebelumnya akan berlangsung terus menerus untuk masa-masa selanjutnya

(MR Halim,2016).

2) Menurut Wong (2008:75), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun

yang artinya seolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-

anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dengan

orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah

merupakan masa anak untuk memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa di masa mendatang

dan memperoleh keteampilan tertentu (IK Erdin Saputra,2021).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia SD adalah

anak yang berusia 6-12 tahun yang merupakan masa usia sekolah yang memiliki

fisik yang lebih kuat, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak terlalu

bergantung pada orang tua dan dianggap mulai bertanggung jawab atas dirinya

dan orang lain.

b. Karakteristik anak Usia SD


34

Menurut Supariasa (2013), karakteristik anak usia sekolah umur 6-12 tahun

terbagi menjadi empat bagian terdiri dari (W Ayu, 2018) :

1) Fisik/Jasmani

Dari fisik anak dapat dilihat dari ertumbuhan lambat dan teratur, Anak

wanita biasanya lebih tinggi dan lebih berat dibanding laki-laki dengan usia

yang sama, Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa ini,

Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus, Pertumbuhan tulang,

tulang sangat sensitif terhadap kecelakaan, Pertumbuhan gigi tetap, gigi

susu tanggal, nafsu makan besar, senang makan dan aktif, dan Fungsi

penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa ini.

2) Emosi

Pada bagian emosi anak dapat dilihat perubahan seperti suka berteman,

ingin sukses, ingin tahu, bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan diri

sendiri, mudah cemas jika ada kemalangan di dalam keluarga, dan Tidak

terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis.

3) Sosial

Di bagian sosial anak dapat dilihat perubahan seperti senang berada di

dalam kelompok, berminat di dalam permainan yang bersaing, mulai

menunjukkan sikakepemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diri,


35

jujur, sering punya kelompok teman-teman tertentu, sangat erat dengan

teman-teman sejenis, laki-laki dan wanita bermain sendiri-sendiri.

4) Intelektual

Pada intelektual anak dapat dilihat perubahan seperti suka berbicara dan

mengeluarkan pendapat minat besar dalam belajar dan keterampilan, ingin

coba-coba, selalu ingin tahu sesuatu dan perhatian terhadap sesuatu sangat

singkat.

c. Pembagian anak usia SD

1) Anak kelas rendah

Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas, atau periode

keserasian bersekolah. Pada umur 6 – 7 tahun seorang anak dianggap sudah

matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah dasar terdiri dari periode

kelas rendah dan periode kelas tinggi. Karakteristik siswa kelas rendah

sekolah dasar adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):

a) Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah,

b) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri,

c) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,

d) Pada masa ini (terutama pada umur 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai

(angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang

pantas diberi nilai baik atau tidak,


36

e) Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada di dalam

dunianya,

f) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap

tidak penting.

2) Anak kelas tinggi

Karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar adalah sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2012) :

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret,

b) Realistik, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin belajar,

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal atau mata

pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan

sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor,

d) Pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa

lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya;

setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-

tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri,

e) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang

tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah,

f) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya


37

anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka

membuat peraturan sendiri.

B. Kerangka Pikir

Selain sekolah formal yang diadakan bagi anak, ada juga sekolah non-formal

yang diperuntukkan untuk anak-anak salah satunya adalah sekolah minggu. Di

sekolah minggu anak belajar mengenai berbagai hal mulai dari belajar Firman

Tuhan, diajak disiplin, bertanggung jawab, toleransi dan jujur atas apa yang

dilakukan. Salah satu hal lain yang dapat dicontoh oleh anak adalah dari

keteladanan guru sekolah minggu itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Keterampilan

Keterampilan Karakter anak usia


mengajar guru SD
sekolah minggu

Hubungan keterampilan mengajar guru


sekolah minggu terhadap pembentukan
karakter anak usia SD
38

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

C. Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan

dengan penelitian yang diteliti sebagai berikut:

Pertama, Hasil penelitian oleh Kholif Lailin Nisfah (2019) meneliti tentang

Hubungan keterampilan variasi mengajar guru dan keaktifan belajar siswa

terhadap hasil belajar seni tari siswa sdn gugus gajah mada semarang. Hasil

belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti

proses belajar mengajar. Variasi mengajar guru yang sebagian belum optimal dan

keaktifan belajar siswa yang berbeda-beda menyebabkan hasil belajar seni tari

siswa beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara: 1) keterampilan variasi mengajar guru terhadap hasil belajar seni tari; 2)

keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar seni tari; dan 3) keterampilan variasi

mengajar guru dan keaktifan belajar siswa terhadap haisl belajar snei tari.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian

korelasi. Teknik sampel yang digunakan adalah cluster random sampling dengan

sampel sebanyak 119 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan angket,

dokumentasi, dan wawancara. Analisis data menggunakan analisis statistik

deskriptif dan uji hipotesis menggunakan uji korelasi sederhana serta uji korelasi

ganda, yang sebelumnya dilakukan uji persyaratan analisis meliputi uji

normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas.


39

Hasil penelitian menunjukkan: (1)ada hubungan yang positif dan signifikan

keterampilan variasi mengajar guru terhadap hasil belajar seni tari siswa nilai

rhitung=0,634 dan termasuk kategori kuat serta berkontribusi sebesar 40,2%

sisanya 59,8% dipengaruhi oleh fakor lain. (2)ada hubungan yang positif dan

signifikan antara keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar seni tari siswa nilai

rhitung =0,592 yang termasuk dalam kategori sedang. Besar kontribusi 35%

sisanya 65% dipengaruhi oleh faktor lain. (3)ada hubungan yang positif dan

signifikan keterampilan variasi mengajar guru dan keaktifan belajar siswa secara

bersama-sama terhadap hasil belajar seni tari siswa nilai rhitung =0,689 yang

termasuk dalam kategori kuat serta berkontribusi sebesar 47,4% sisanya 52,6%

dipengaruhi oleh faktor lain.

Simpulan penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan

antara keterampilan variasi mengajar guru terhadap hasil belajar seni tari,

keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar seni tari, keterampilan variasi

mengajar guru dan keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar seni tari. Saran

peneli yaitu guru lebih meningkatkan keterampilan variasi mengajar,

meningkatkan dan membina keaktifan belajar siswa untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban atau dugaan sementara yang mengarah ke

suatu penelitian yang berarti hipotesis harus di uji. Hipotesis Asosiatif adalah

jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan


40

hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2019). Hipotesis dari

penelitian ini yaitu:

Ho :Tidak ada hubungan keterampilan mengajar guru sekolah minggu

terhadap pembentukan karakter anak usia SD

Ha: :Ada hubungan antara keterampilan mengajar guru sekolah minggu

terhadap pembentukan karakter anak usia SD


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses

menemukan pengetahuan atau menggambarkan apa adanya yang terjadi di

lapangan yang menggunakan data berupa angka yang didukung oleh data

yang akurat sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin

diketahui. Jenis pendekatan kuantitatif dipilih karena dalam penelitian ini

terdiri dari dua variabel yaitu keterampilan mengajar dan pembentukan

karakter. Yang akan diteleliti oleh calon peneliti adalah antara dua variabel

tersebut.

2. Jenis penelitian
Jenis penelitian yanag dipakai didalam penelitian ini adalah penelitian

asosiatif bersifat korelasional, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

melibatkan tindakan pengumpulan data dengan tujuan melihat hubungan

antara variabel atau pengaruh suatu variable terhadap variabel lainnya.

Jadi, didalam penelitian ini ada variabel independen (variabel yang

mempengaruhi) dan dependen (variabel yang dipengaruhi).

B. Variabel dan Desain Penelitian


1. Variable penelitian

Menurut (Sugiyono 2019) variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi

39
40

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a) Variabel bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat. Dari permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti yang

menjadi variabel bebas adalah keterampilan mengajar.

b) Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Yang menjadi

variabel bebas dari penelitian ini adalah pembentukan karakter.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ilmiah yang tergolong penelitian

deskriptif asosiatif yaitu penelitian yang bersifat menayakan hubungan

antara dua variabel atau lebih yaitu hubungan kausal. Hubungan kausal

adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.Jadi dalam penelitian ini ada

dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (independen) dengan

variabel terikat (dependen).Yang kemudian mengungkapkan tentang

keadaan atau situasi subjek yang diteliti dan mengkaji apakah variabel-

variabel dalam penelitian ini ada hubungan atau tidak.

Menurut Sugiyono (2018:86) mengungkapkan bahwa penelitian

deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu

variable atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

dengan variable lain.


41

Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan hubungan kedua

variabel penelitian tersebut dalam paradigma penelitian sebagai berikut:

Adapun desain penelitiannya yaitu:

X Y

Gambar 3.1 Desain Penelitian X dan Y

Katerangan :

X = Keterampilan mengajar

Y = Pembentukan karakter

= Hubungan

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Morissan (2012:19) Populasi adalah suatu kumpulan subjek,

variabel, konsep, atau fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota

populasi untuk mengetahui sifat populasi yang bersangkutan.

Populasi adalah seluruh aspek yang ingin diteliti mulai dari siswa, guru,

perangkat pendukung pembelajaran. Populasi bukan sekedar jumlah subjek

atau objek yang kemudian dipelajari dan diteliti tetapi populasi harus bisa

menunjukkan sifat-sifat dan semua karakter yang dimiliki oleh subjek atau
42

objek yang akan diteliti tersebut. Populasi dari penelitian ini adalah anak

usia SD berjumlah 40 anak.

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel

No Sumber Data Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1. Anak usia SD 40 20

2. Sampel
Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian atau jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan

peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan

mengambil sampel dari populasi itu. Sampel merupakan bagian atau wakil

dari populasi yang diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah anak usia SD

yang berjumlah 20 anak.

D. Teknik dan prosedur pengumpulan data


1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


a. Kuesioner (Angket)
Adapun prosedur dalam melakukan penelitian ini yaitu menggunakan

instrument berupa angket yang diberikan kepada responden. Dalam

penelitian ini skala likert digunakan oleh calon peneliti guna mengukur

persepsi atau sikap seseorang. Menurut Sugiyono (2017:134), skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

kelompok orang tentang fenomena sosial untuk setiap pertanyaan atau

pernyataan responden harus mendukung sebuah pertanyaan untuk dipilih.


43

Jawaban setiap instrument yang terdapat pada angket itu dapat

diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 4

b. Observasi

Observasi merupakan teknik yang dilakukan untuk meneliti dengan

mengamati secara langsung apa yang terjadi di lapangan. Menurut

Moleong (2019) pengematan dilakukan untuk mengetes suatu kebenaran,

untuk melihat secara langsung dan mencatat peristiwa yang terjadi.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

informasi mengenai keterkaitan antara keterampilan mengajar guru

sekolah minggu dengan pembentukan karakter anak usia SD.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti peristiwa yang mendukung hasil

wawancara dan observasi. Moleong (2019) menyebutkan bahwa dokumen

adalah bahan tertulis maupun film, dari record, yang tidak dipersiapkan

karena adanya permintaan dari seorang penyidik. Dokumen yang


44

digunakan adalah arsip gereja, hasil angket, foto selama pelaksanaan

penelitian.

2. Prosedur pengumpulan Data

a. Pra-Penelitian

1) Membuat surat izin penelitian yang ditujukan ke gereja sebagai

lokasi penelitian,

2) Mengadakan observasi dan wawancara awal ke gereja tempat

diadakannya penelitian,

3) Menetapkan sampel penelitian,

4) Membuat istrumen penelitian berupa angket dan pedoman obsevasi.

b. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan memberikan angket kepada

anak yang telah ditentukan.

E. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis dan menginterpretasi data yang diperoleh, analisis

statistik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah statistik deskriptif

dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel, sedangkan statistik inferensial

untuk menguji hipotesis.Setelah data terkumpul diperlukan adanya analisis

data.Sebelum menganalisis data maka peneliti menggunakan uji

instrument yang terdiri dari dua uji yaitu uji validitas dan uji

reabilitas.Dalam uji prasyarat terdapat dua uji yaitu uji normalitas dan uji

regresi sederhana.
45

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahilan suatu instrumen penelitian.Pengujian validitas itu mengacu

pada sejauh mana suatu instrumen dalam menjalankan fungsi.Sebuah

instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat menangkap data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Untuk hasil uji validitas tidak berlaku secara universal, artinya

bahwa suatu instrumen dapat memiliki nilai valid yang tinggi pada saat

tertentu dan tempat tertentu, akan tetapi menjadi tidak valid untuk waktu

yang berbeda atau pada tempat yang berbeda pula. Dalam penelitian ini uji

validitas digunakan dengan menggunakan bantuan program spss versi 29.

b. Uji Reabilitas

Realibilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan

disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji realibilitas untuk mengetahui

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang dengan menggunakan

alat pengukuran yang sama pula.

Uji realibilitas dapat dilakukan secara bersama sama terhadap seluruh

butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel, namun sebaiknya uji
46

realibilitas dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja yang

berbeda sehingga dapat diketahui kontruks variabel mana yang tidak

variabel. Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas dalam penelitian

ini digunakan dengan menggunakan bantuan program spss versi 29.

2. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah semua data sampel

yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Jika pengujian normal maka

hasil perhitungan statistik dapat digeralisasikan terhadap populasinya

(Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan

bantuan program SPSS (Statistikal Product And Service) dengan ketentuan

normal jika taraf signifikansi > 0,05. Uji normalitas data bertujuan untuk

mengetahui kenormalan data tentang keterampilan mengajar dan

pembentukan karakter.

b. Uji Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui

hubungan keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap

pembentukan karakter anak usia SD. Menurut Sugiyono (2017), rumus

analisis linear sederhana sebagai berikut:

Y=a+bX
Keterangan:

Y : Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

a : Konstanta (nilai Y apabila X = 0)


47

b : Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)

X : Variabel independent

c. Uji Hipotesis

Menurut Zainal Mufarikoh (2020), “hipotesis adalah pernyataan

mengenai satu atau lebih populasi yang perlu dibuktikan keabsahannya

melalui prosedur pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan suatu

proses melakukan perbandingan antara nilai sampel (berasal dari data

penelitian) dengan nilai hipotesis pada data populasi”. Hasil dari pengujian

hipotesis hanya ada dua kemungkinan, yakni menerima atau menolak

suatu hipotesis.

Menerima hipotesis terjadi karena nilai sampel tidak cukup bukti

menolak hipotesis atau istilah yang lebih sering digunakan adalah hipotesis

gagal ditolak. Sedangkan penolakan hipotesis terjadi karena nilai sampel

tidak cukup bukti untuk menerima hipotesis. Maka dari penjelasan tersebut

menunjukan bahwa menerima atau penolakan hipotesis didasarkan pada

nilai yang diperoleh dari data sampel bukan karena hipotesis tersebut benar

atau salah.

Pada penelitian ini pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui

hubungan keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap

pembentukan karakter anak usia SD maka digunakan uji T. Jika uji T

diperoleh taraf signifikansi < 0,05, maka hipotesis di terima. Tetapi jika uji

T diperoleh taraf signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak.


48

3. Analisis korelasi

Untuk menganalisis dua variabel digunakan teknik analisis korelasi

bivariate dengan rumus product moment dari Karl Pearson, uji signifikansi

dan koefisien determinasi. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

a. Uji korelasi

Uji korelasi produk moment digunakan untuk menguji hubungan

variabel keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap

pembentukan karakter anak usia SD. Untuk keperluan ini digunakan rumus

korelasi produk moment oleh Sugiyono (2017), yaitu:

a. rxy n ∑ xiyi−(Σ xi) ¿ ¿ ¿

Dimana:

rxy = koefisien korelasi

X = nilai variabel x

Y = nilai variabel y

n = jumlah data

Kriteria pengujian adalah ada hubungan yang signifikan jika nilai r hitung

lebih besar dari nilai r tabel pada sampel (N) tertentu pada taraf signifikan 5%

demikian pula sebaliknya.

b. Interpretasi Data
49

Untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel keterampilan

mengajar guru sekolah minggu dengan variabel pembentukan karakter anak

usia SD, maka digunakan tabel interprestasi nilai r (Sugiyono, 2017), yaitu:

Tabel 3.3 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat


50

F. JADWAL PENELITIAN

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian Kuantitatif 2022

Bulan

N Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret

o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1. Studi

Lapangan

2. Penyusunan

Proposal

3. Seminar

Proposal

4. Pengurusan

izin

Penelitian

5. Pengambilan

dan

pengelolaan

data

6. Penyusunan

Skripsi
51

7. Ujian Skripsi

8. Yudisium
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Proses Penelitian

Dalam uraian ini akan memaparkan hasil penelitian terhadap responden

mengenai hubungan keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap

pembentukan karakter anak usia SD. Sebelum melakukan penelitian, proses

pengumpulan data di lapangan, terlebih dahulu membawa surat permohonan

izin penelitian pada tanggal 13 januari 2023 dan menjelaskan maksud dan

tujuan serta menyampaikan bentuk kegiatan pelaksanaan penelitian nantinya.

Ketua majelis menyambut baik dengan apa yang telah disampaikan dan

memberikan izin untuk meneliti di gereja tersebut yang dilaksanakan pada

tanggal 15 januari 2023.

Proses penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan di gereja untuk anak

usia SD pada tanggal 15 januari 2023, Jumlah responden dalam penelitian ini

adalah 20 anak yang merupakan anak sekolah minggu anak kecil dan besar

atau anak yang berusia SD. Proses penelitian ini dilakukan dengan

mengunjungi gereja dan membagikan angket kepada responden untuk diisi.

Penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas yaitu keterampilan mengajar guru

sekolah minggu dan Variabel terikat yaitu pembentukan karakter anak usia SD.

Dalam penelitian ini menggunakan angket bergradasi yang terdiri dari 4

persyaratan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi

51
52

pada saat pembagian angket oleh responden, dan kegiatan mengajar guru

sekolah minggu.

2. Profil Anak usia SD

Tabel 4.1
Profil anak usia SD Pengisi Angket
No. Nama Usia Kelas
1. Yusri Nugiawati Mallisak 10 tahun 4
2. Marchel Rivano 11 tahun 6
3. Gavriela Dwi K. 10 tahun 4
4. Vian 10 tahun 4
5. Oktavia 10 tahun 4
6. Reynosin 11 tahun 5
7. Elsi Eklesya 11 tahun 5
8. Sriyanti 10 tahun 4
9. Edel Varnas 10 tahun 5
10. Rani 11 tahun 6
11. Anet 10 tahun 5
12. Madun 9 tahun 3
13. Aurelio 6 tahun 1
14. Maxi Putra G. 9 tahun 3
15. Miranda 8 tahun 2
16. Reynard F. 7 tahun 2
17. Alvin 8 tahun 2
18. Yordani 9 tahun 3
19. Renita Rury 7 tahun 2
20. Nando 8 tahun 2
53

3. Uji Coba Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk mengetahui kevalidan atau kesesuaian kuesioner

yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur dan memperoleh data penelitin

dari para responden. Uji validitas digunakan untuk menguji setiap item

instrument yang akan digunakan dalam penelitian.

Syarat validitas suatu item adalah apabila r hitung > r tabel pada taraf

signifikan (𝛼 = 0,05) maka instrumen itu dianggap valid dan jika r hitung ≤ r

tabel maka instrumen dianggap tidak valid. Setelah perhitungan dilakukan

adapun dasar keputusan untuk kevaliditan penyataan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai r hitung < r tabel, maka butir pernyataan tidak valid.

2) Jika nilai r hitung > r tabel, maka butir penyataan valid.

Tabel 4.2 Distribusi Nilai r tabel

The Level Of Significance The Level Of Significance


N N
5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 38 0.32 0.413
4 0.95 0.990 39 0.316 0.408
5 0.878 0.959 40 0.312 0.403
6 0.811 0.917 41 0.308 0.398
7 0.754 0.874 42 0.304 0.393
8 0.707 0.834 43 0.301 0.389
9 0.666 0.798 44 0.297 0.384
10 0.632 0.765 45 0.295 0.380
11 0.602 0.735 46 0.291 0.376
12 0.576 0.708 47 0.288 0.372
13 0.553 0.684 48 0.284 0.368
14 0.532 0.661 49 0.281 0.364
15 0.514 0.641 50 0.279 0.361
16 0.497 0.623 55 0.266 0.345
17 0.482 0.606 60 0.254 0.330
18 0.468 0.590 65 0.244 0.317
19 0.456 0.575 70 0.235 0.306
54

20 0.444 0.561 75 0.227 0.296


21 0.433 0.549 80 0.22 0.286
22 0.432 0.537 85 0.213 0.278
23 0.413 0.526 90 0.207 0.267
24 0.404 0.515 95 0.202 0.263
25 0.396 0.505 100 0.195 0.256
26 0.388 0.496 125 0.176 0.230
27 0.381 0.487 150 0.159 0.210
28 0.374 0.478 175 0.148 0194
29 0.367 0.470 200 0.138 0.181
30 0.361 0.463 300 0.113 0.148
31 0.355 0.456 400 0.098 0.128
32 0.349 0.449 500 0.088 0.115
33 0.344 0.442 600 0.08 0.105
34 0.339 0.436 700 0.074 0.097
35 0.334 0.430 800 0.07 0.091
36 0.329 0.424 900 0.065 0.086
37 0.325 0.418 1000 0.062 0.081

Dengan memperhatikan beberapa syarat pengujian validitas dimana N = 20,

dengan tingkat signifikansi 5% pada distribusi nilai r tabel statistik, maka

diperoleh nilai r tabel sebesar 0,444. Data dalam penelitian ini diolah dengan

menggunakan bantuan program SPSS 29.

1) Variabel Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu

Berikut ini dipaparkan hasil uji validitas instrument angket Keterampilan

Mengajar Guru Sekolah Minggu:

Tabel 4.3 Uji Validitas Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu


No Sig. (2-
R hitung R table Kategori Soal
Soal tailed)
1. 0.596 0.444 0.006 Valid
2. 0.524 0.444 0.018 Valid
3. 0.603 0.444 0.005 Valid
4. 0.543 0.444 0.013 Valid
5. 0.469 0.444 0.037 Valid
6. 0.679 0.444 0.001 Valid
7. 0.280 0.444 0.231 Tidak Valid
55

8. 0.615 0.444 0.004 Valid


9. 0.618 0.444 0.004 Valid
10. 0.713 0.444 0.001 Valid
11. 0.072 0.444 0.768 Tidak Valid
12. 0.778 0.444 0.001 Valid
Berdasarkan data hasil output spss 29 pada tabel 4.3 maka dapat

diketahui bahwa dari 12 item pernyataan yang diberikan kepada

responden, ada 2 pernyataan yang dinyatakan tidak valid, karena nilai r

hitung < r tabel.

2) Variabel Pembentukan Karakter Anak Usia SD

Berikut ini dipaparkan hasil uji validitas instrument angket pembentukan

karakter anak usia SD:

Tabel 4.4 Uji Validitas Pembentukan Karakter Anak Usia SD

Sig. (2-
No Soal R hitung R table Kategori Soal
tailed)
1. 0.510 0.444 0.022 Valid
2. 0.544 0.444 0.013 Valid
3. 0.552 0.444 0.012 Valid
4. 0.571 0.444 0.009 Valid
5. 0.072 0.444 0.763 Tidak Valid
6. 0.652 0.444 0.002 Valid
7. 0.487 0.444 0.030 Valid
8. 0.661 0.444 0.002 Valid
9. 0.504 0.444 0.023 Valid
10. 0.578 0.444 0.008 Valid
11. 0.101 0.444 0.671 Tidak Valid
12. 0.634 0.444 0.003  Valid

Berdasarkan data hasil output spss 29 pada tabel 4.4 maka dapat

diketahui bahwa dari 12 item pernyataan yang diberikan kepada

responden, ada 2 pernyataan yang dinyatakan tidak valid karena nilai r

hitung < r tabel.


56

b. Uji Reabilitas

Dalam pengujian reliabilitas ini ditunjukan untuk dapat memastikan bahwa

instrumen mempunyai konsistensi sebagai alat ukur sehingga tingkat

kehandalannya dapat menunjukan hasil yang konsisten, pengujian reliabilitas.

dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha. Sugiyono (2017:130)

menyatakan bahwa instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai

Cronch bach sebesar 0,6 atau lebih. Hasil Cronbach’s alpha diperoleh

menggunakan bantuan program SPSS versi 29. Dalam penelitian ini memilih

0,6 sebagai koefisien reliabilitas. Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas

adalah:

1) Jika nilai koefisien reliabilitas > 0,6 maka instrumen memiliki reliabilitas

yang baik atau dengan kata lain instrumen adalah reliabel atau terpercaya.

2) Jika nilai koefisien reliabilitas < 0,6 maka instrumen yang diuji tersebut

adalah tidak reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas menggunakan bantuan

program SPSS 29. Maka uji reliabilitas pada variabel keterampilan mengajar

guru sekolah minggu dan pembentukan karakter anak usia SD, besarnya nilai

Cronbach alpha, yaitu:

a) Variabel Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu

Berikut hasil perhitungan uji reliabilitas variabel keterampilan mengajar

guru sekolah minggu .


57

Tabel 4.5

Uji Reliabilitas Keterampilan Mengajar Guru Sekolah Minggu

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,824 10

Dari uji reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil angket

keterampilan mengajar guru sekolah minggu dapat dilihat dari Cronbach

alpha yang menunjukkan hasil 0,824 > 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat keandalan angket keterampilan mengajar guru sekolah minggu yang

diberikan kepada siswa bersifat relabel.

b. Variabel Pembentukan Karakter Anak Usia SD

Berikut hasil perhitungan uji reliabilitas variabel pembentukan karakter

anak usia SD.

Tabel 4.6

Uji Reliabilitas Pembentukan Karakter Anak Usia SD

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,773 10

Dari uji reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil angket

pembentukan karakter anak usia SD dapat dilihat dari Cronbach alpha yang

menunjukkan hasil 0.773 > 0.6 . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
58

keandalan angket pembentukan karakter anak usia SD yang diberikan

kepada siswa bersifat sangat reliabel.

4. Uji Prasyarat

Setelah data terkumpul skor angket keterampilan mengajar guru sekolah

minggu dan pembentukan karakter anak usia SD, data di analisis statistic

menggunakan program spss 29.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual

berdistribusi normal atau tidak, dalam hal ini menggunakan uji normalitas

shapiro-wilk. Jika nilai signifikansi melebihi dari 0,05 maka uji dilakukan

berdistribusi normal begitupun sebaliknya jika nilai signifikansi kurang dari

0,05 maka uji dilakukan tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian Shapiro

wilk test dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
keterampilan mengajar ,155 20 ,200 *
,945 20 ,301
guru sekolah minggu
pembentukan karakter ,143 20 ,200* ,963 20 ,609
anak usia SD
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas, diketahui nilai

signifikansi keterampilan mengajar guru sekolah minggu sebesar 0,301 > 0.05,

dan signifikasi pembentukan karakter anak usia SD 0,609 > 0,005. Jadi, dapat
59

disimpulkan bahwa data keterampilan mengajar guru sekolah minggu dan

pembentukan karakter anak usia SD ini berdistribusi normal sehingga dapat

dilanjutkan uji hipotesisnya.

b. Uji Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan

keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap pembentukan karakter

anak usia SD.

Tabel 4.8 Uji Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5,451 7,079 ,770 ,451
keterampilan ,801 ,171 ,740 4,670 <,001
mengajar guru
sekolah minggu
a. Dependent Variable: pembentukan karakter anak usia SD

Dari output tabel di atas dapat dikatakan bahwa, a = angka konstan dari

unstandardized coefficient yang bernilai 5.451. sedangkan, nilai b = 0.801

sehingga persamaan regresinya adalah:

Y = a + bX

a = 5.451

b = 0.801

Sehingga Y = 5.451 + (0.801) X


60

Persamaan tersebut dapat diterjemahkan:

1) Nilai konstan sebesar 5.451 mengandung arti bahwa nilai koefisien

variabel keterampilan mengajar guru sekolah minggu sebesar 5.451

2) Koefisien regresi X sebesar b 5.451 angka ini mengandung arti

bahwa setiap penambahan 1% keterampilan mengajar guru sekolah

minggu (Varibel X) maka nilai konsisten terhadap pembentukan

karakter anak usia SD (Variabel Y) akan meningkat sebesar 0.801.

Karena nilai regresi bernilai positif (+), maka dengan demikian dapat

dikatakan bahwa keterampilan mengajar guru sekolah minggu (variabel X)

memiliki pengaruh yang positif tehadap pembentukan karakter anak usia SD

(variabel Y).

Untuk memastikan apakah koefisien regresi signifikan atau tidak dalam

arti variabel X berpengaruh terhadap variabel Y kita dapat melakukan uji

hipotesis dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Adapun dasar

pengambilan keputusan adalah:

1) Jika nilai t hitung > t tabel maka ada hubungan keterampilan mengajar

guru sekolah minggu (X) terhadap pembentukan karakter anak usia SD

(Y).

2) Sebaliknya, jika nilai t hitung < t tabel maka tidak ada hubungan

keterampilan mengajar guru sekolah minggu (X) terhadap pembentukan

karakter anak usia SD (Y)

Untuk mencari t tabel, dapat menggunakan rumus:

T tabel = a / 2 : n – k -1
61

= 0.05 / 2 : 20– 1- 1

= 0.025 : 18 (dapat dilihat pada tabel distribusi t tabel)

= 2.101

Pada tabel 4.8 Dapat dilihat bahwa nilai t hitung 4.670 dan nilai t tabel

pada taraf signifikan 5% pada distribusi nilai t tabel sebesar 2.101 (dapat

dilihat pada halaman lampiran). Karena nilai t hitung sebesar 4.670 > nilai

t tabel 2.101. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini Ho

ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan keterampilan mengajar

guru sekolah minggu (X) terhadap pembentukan karakter anak usia SD

(Y).

c. Uji Hipotesis Assosiatif

Hipotesis digunakan untuk mengetahui hubungan keterampilan mengajar guru

sekolah minggu terhadap pembentukan karakter anak usia SD maka digunakan

uji T. Jika uji T diperoleh taraf signifikansi < 0,05, maka hipotesis di terima.

Tetapi jika uji T diperoleh taraf signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak.

Tabel 4.9 Uji Hipotesis Assosiatif

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 99,167a 100 ,505
Likelihood Ratio 61,238 100 ,999
Linear-by-Linear 10,409 1 ,001
Association
N of Valid Cases 20
a. 121 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,05.
62

Dari uji hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil angket

keterampilan mengajar guru sekolah minggu dan pembentukan karakter

anak usia SD dapat dilihat dari signifikansi linear by linear association yang

menunjukkan hasil 0.001 < 0.05 . Hal ini menunjukkan bahwa ha diterima

dan ho ditolak .

d. Uji Korelasi Product Moment

Uji korelasi product moment dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap

pembentukan karakter anak usia SD. Hasil uji korelasi product moment dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Uji Korelasi Product Moment

Correlations
keterampilan
mengajar guru pembentukan
sekolah karakter anak
minggu usia SD
keterampilan mengajar Pearson Correlation 1 ,788**
guru sekolah minggu Sig. (2-tailed) <,001
Sum of Squares and 1412,933 979,733
Cross-products
Covariance 100,924 69,981
N 15 15
pembentukan karakter Pearson Correlation ,788** 1
anak usia SD Sig. (2-tailed) <,001
Sum of Squares and 979,733 1092,933
Cross-products
Covariance 69,981 78,067
63

N 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
: SPSS 22

Berdasarkan analisis korelasi product moment antara keterampilan mengajar

guru sekolah minggu (X) dan pembentukan karakter anak usia SD (Y) nilai r

hitung 0.788 dengan r tabel menggunakan signifikan 5% dengan responden 20

siswa yakni 0.444. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap pembentukan

karakter anak usia SD.

Untuk mengetahui tingkat hubungan antara keterampilan guru sekolah

minggu dan pembentukan karakter dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Tingkat Hubungan korelasi product moment

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Berdasarkan pada tabel 4.10 yang menunjukkan bahwa nilai interval

koefisien sebesar 0.788, maka pada tingkat hubungan antara keterampilan

mengajar guru sekolah minggu dan pembentukan karakter anak usia SD adalah

kuat.

B. Pembahasan
64

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

keterampilan mengajar guru sekolah minggu pembentukan karakter anak usia

SD. Untuk mengetahui apakah benar bahwa keterampilan mengajar guru

sekolah minggu berhubungan dengan pembentukan karakter anak usia SD,

pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan analisis dari hipotesis

persamaan yang diperoleh dari hasil skor angket keterampilan mengajar guru

sekolah minggu terhadap pembentukan karakter anak usia SD yang

menunjukkan bahwa persamaan regresi tersebut ada hubungan. Hal ini dapat

dilihat dari hasil uji regresi linear sederhana dimana nilai t hitung 4.670 > t

tabel = 2.101 hal ini terbukti nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel pada

tabel distribusi nilai t tabel.

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan analisis hipotesis assosiatif

diperoleh nilai signifikansi 0,001 < 0,05. dimana signifikansi lebih kecil dari

nilai 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ha di terima dan Ho ditolak yang

berarti bahwa ada hubungan keterampilan mengaajr guru sekolah minggu (X)

terhadap pembentukan karakter anak usia SD (Y). Dalam penelitian ini,

keterampilan mengajar guru sekolah minggu memiliki hubungan terhadap

pembentukan karakter anak usia SD.

Untuk menentukan hubungan keterampilan mengajar guru sekolah minggu

terhadap pembentukan karakter anak usia usia SD, maka dapat dilihat dari tabel

tingkat hubungan korelasi product momen yang menunjukkan bahwa 0.778

memiliki hubungan kuat antara keterampilan mengajar guru sekolah minggu

terhadap pembentukan karakter anak usia SD. Maka, dapat disimpulkan bahwa
65

hubungan antara keterampilan guru sekolah minggu dan pembentukan karakter

kuat.

Pembentukan karakter dan kata nilai dalam kehidupan seseorang sangat

penting. Oleh karena itu, perlu memikirkan prinsip dan strategi pembentukan

dan pengembangan karakter. Tim Lahaye (2012:8), mengatakan watak adalah

hasil dari temperamen pembawaan yang dibentuk oleh pendidikan masa kanak-

kanak, pendidikan di sekolah, sikap dasar, agama, prinsip-prinsip dan motivasi.

Artinya, dalam membentuk karakter tentu tidak serta merta berhasil, namun

perlu adanya kerjasama dengan semua pihak baik keluarga, sekolah maupun

gereja, dibawah bimbingan Roh Kudus sebagai pribadi yang berkuasa dalam

hidup manusia (H Heryanto, 2021).


66
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara teoritis dan empiris

data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan keterampilan

mengajar guru sekolah minggu terhadap pembentukan karakter anak usia SD.

Hal ini dapat dilihat pada hasil uji hipotesis assosiatif karena nilai nilai

signifikansi 0.001 < 0.05 untuk jumlah responden sebanyak 20. Sehingga Ho di

tolak dan Ha diterima. Hal ini juga diperkuat hasil dari uji korelasi product

moment yang menunjukkan hasil 0.788 bahwa ada hubungan antara

keterampilan mengajar guru sekolah minggu terhadap pembentukan karakter

anak usia SD yang berada pada rentang 0.60-0.799 memiliki hubungan kuat.

B. Saran

1. Guru

Guru diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik di dalam mengajar

anak terutama untuk membentuk karakter anak sejak dini baik guru di sekolah

maupun guru sekolah minggu.

2. Orang tua

Orang tua diharapkan dapat bekerja sama dengan gereja maupun sekolah

untuk mendidik, membimbing anak agar dapat membentuk karakter yang baik

sejak dini.

66
67

3. Siswa

Bagi siswa agar dapat belajar dengan baik dan meneladani yang baik yang

disampaikan untuk membentuk karakter yang baiik.

4. Peneliti

Bagi peneliti diharapkan dilanjutkan dengan meneliti faktor lain yang

berhubungan dengan pembentukan karakter anak.


68

Daftar Pustaka

Agus, W. (2017). Hakekat Karakter. Pendidikan, 10–59.

Aithing, A., Weny, W., Vincent, W., & Chandra, W. (2021). Kreativitas Guru
Dalam Belajar Mengajar Sekolah Minggu Buddhis Maitreyadi Vihara
Vimala Maitreya , Rupat. 236–239.

Arleta. (2019). Pengaruh Keterampilan Dan Pengalaman Kerja Terhadap


Kemampuan Kerja Karyawan Pada Pt. Pilar Utama Asia Medan. 9–32.

Bab, I. (n.d.). ✓ Belajar ✓ Mengajar ✓ Pembelajaran ◆ Pendekatan Hingga


Model ◆ Penajaman terhadap Strategi Pembelajaran.

Baskoro, paulus kunto, yonatan alex arifianto. (2022). DUNAMOS : Jurnal


Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Dampak Pengajaran Guru
Sekolah Minggu terhadap Kesetiaan Anak dalam Ibadah Sekolah
Minggu. Sekolah Minggu; Anak; Pengajaran; Guru; Kesetiaan;
Gereja., 2(2), 67.

Bimrew Sendekie Belay. (2022).NO, 8.5.2017, 2003–2005.

Budiharto, T. (2012). Pendidikan Keterampilan. UNS Press, 1–2.

Dalam, M., & Alkitab, M. (n.d.). Yemima Kezia Dan Sarah Stefani, “Khotbah
Eksposisi Narasi Kreatif Dan Kontekstual Bagi Anak-Anak Generasi Z
Usia 5-6 Tahu”,. 2(2), 5–10.

Duma, D. (2020). Peran Guru Sekolah Minggu Dalam Membangun Karakter


Anak Di Gereja Sebagai Pengikut Kristus. Jurnal Sekolah Tinggi
Theologia, 2(1), 1–7.

Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). Keteladanan Guru. Africa’s


Potential for the Ecological Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–
1699.

Elisabeth. (2009). Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini. (Bandung:Bina


Media Informasi). 18.

Fabiana Meijon Fadul. (2019). 17–47.

Fabiana Meijon Fadul. (2019). 7–31.

Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika,


21(1), 33–54.
69

Hamalik, O. (2003). Pengertian Belajar Dan Pengertian Mengajar. Proses


Belajar Mengajar, 9–59.

Ii, B. a. B. (2013). Dja’far Siddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. 107.
1 37. 37–116.

Ii, B. A. B., & Karakter, A. P. (2012). digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id. 18–56.

Ii, B. A. B., & Teoretis, A. K. (2013). 2(8), 15–17.

Ii, B. A. B., Teori, A. L., & Karakter, P. (2012). Soerjono Soekanto, Kamus
Sosiologi (Jakarta: Rajawali. 9–34.

Iv, B. A. B. (n.d.). Ahmad Razzaqi,. 68–81.

KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (2016)

Kusumawardhani, I. (2016). Pengaruh Penggunaan Kartu UNO Sebagai Media


Permainan Tentang Buah dan Sayur Pada Anak Sekolah Dasar di SDN
Brosot. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of
Nutrition and Dietetics), 4(2), 2–3.

Mawadati, Y. A. (2019). HUBUNGAN PERAN GURU KELAS TERHADAP


TEMATIK DI MI BAITURRAHMAN Diajukan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan ( S . Pd .) Oleh.

Nisfah, K. L. (2019). … Keterampilan Variasi Mengajar Guru Dan Keaktifan


Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Seni Tari Siswa Sdn Gugus ….

Nurani, E. (2019). Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan


Praktek Pemilihan Jajanan Sehat pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal
Riset Dan Inovasi, 7–29.

Pago Sara. (2019). Analisis Teologis Praktis Pelayanan Sekolah Minggu yang
Terabaikan di Gereja Toraja Jemaat Ebenhaezer Sadar Klasis Bone-
Bone. STAKN Toraja.

Putri, S. R. D. (2021). ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL


ATAS PERSEDIAAN SPARE PART (Studi pada AHASS Setio
Motor). Doctoral Dissertation, STIE PGRI Dewantara, 43–51.
http://repository.stiedewantara.ac.id/1947/5/14. BAB III.pdf

RI, M. K. (2019). No 8(5), 55.


70

Sabani, F. (2019). Perkembangan Anak-anak Selama Masa Sekolah Dasar.


8(2), 89–100.

Setiawan, G. (2019). BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN


PUSTAKA 2.1. 1–64. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local.,
1(69), 5–24.

Setiyawan, Y. (2017). No. 1–14.

Simatupang, H. (2020). Tugas Dan Tanggungjawab Guru Sekolah Minggu


Terhadap Masa Depan Gereja. Jurnal Christian Humaniora, 4(2), 30–
39.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosadakarya. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–
952., 32–41.

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). In Suparyanto dan Rosad (2015 (Vol. 5,
Issue 3).

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–
253.

Teologi, J., Kristen, D. K., & Sinaga, K. M. (2021). Konsep Pendidikan Anak
Menurut Lawrence O . Richards dan Implementasinya bagi
Perkembangan Iman Anak penyediaan fasilitas yang memadai .
Sementara itu Paulus Lie menjelaskan tepat tentang anak ( Lie , 2013 ).
Pemahaman ini tertampakkan dari ketidaktahuan. 23–38.

Utama, aditia edy. (2017). No. 1–14.

WA ROSIDAH. (2008). PERHATIAN ORANG TUA PADA PENDIDIKAN


ANAK DI SEKOLAH DASAR (Kasus Tingginya Angka Putus
Sekolah di SD Negeri Supulessy Desa Supulessy Kecamatan Tehoru
Kabupaten Maluku Tengah). Journal of Biological Chemistry, 278(17),
11–49.

Yuninda, W., & Lazim, N. (2019). PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN


GURU SEKOLAH DASAR Volume 8 Nomor 1 April 2019 PRIMARY :
JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Volume 8 Nomor 1
April 2019. 8(14), 66–73.

Yusniati. (2017). Keterampilan Mengajar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar


DI SDN 1 Mowila Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Elatan.
Institut Agama Islam Negeri Kendari, 11–21.
71

Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter (Jakarta : Kencana Prenada


Media Group,2012,Cet.2) hlm. 12 23. 18–58.

N
72

KISI-KISI INSTRUMEN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU

SEKOLAH MINGGU DAN PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

USIA SD

Variabel Aspek Indikator Nomor item

Penelitian Penelitian pernyataan

Positif (+) Negatif (-)

Keterampilan Cara Sikap saat 1,3,7,11 4,8,10,12

mengajar guru mengajar mengajar

sekolah Keterampilan Variasi mengajar 5,9 2,6

minggu mengajar

Pembentukan Karakter Religius 9,11 10,12

Karakter anak usia SD Disiplin 3 4

Anak Usia SD Tanggung Jawab 1 2

Kejujuran 7 8

Toleransi 5 6
73

ANGKET PENELITIAN PENGGUNAAN APLIKASI TIKTOK

Nama :

Usia :

Kelas :

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Tulislah nama dan identitas anda pada kolom yang telah disediakan

2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab

3. Pilihlah salah satu jawaban dari 4 option yang tersedia

4. Berilah tanda centang (√ ) pada jawaban yang dianggap paling tepat

sesuai dengan pendapat anda dengan ketentuan sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) :4

Setuju (S) :3

Tidak Setuju (TS) :2

Sangat Tidak Setuju (STS) :1

Tanggapan
No Pernyataan
SS S TS STS

1. Saya menyukai cara mengajar guru sekolah

minggu
74

2. Saya tidak semangat beribadah karena

keterampilan mengajar guru monoton (tidak

bervariasi)

3. Setiap ada kegiatan sekolah minggu saya

selalu ikut karena senang ketika guru

mengajar saya

4. Saya tidak serius dalam beribadah karena

tidak dimulai dengan berdoa

5. Saya sangat suka beribadah karena guru

terampil mengajar dan mengubah karakter

saya

6. Dalam beribadah saya selalu menganggu

teman saya karena guru tidak terampil

mengajar

7. Saya sangat suka kegiatan gerejawi karena

guru sekolah minggu bertutur kata yang sopan

dan lembut ketika mengajar

8. Saya tidak pernah membaca Alkitab karena

guru sekolah minggu tidak memberikan bahan

9. Saya suka guru sekolah minggu yang

menggunakan berbagai variasi mengajar

10. Saya tidak suka pergi ke gereja setiap hari

minggu karena saya tidak mendapatkan


75

bimbingan dan arahan ketika guru sekolah

minggu mengajar

11. Saya merasa senang ketika guru sekolah

minggu mengajar karena mempengaruhi

perubahan karakter saya

12. Menurut saya kegiatan sekolah minggu sangat

membosankan karena tidak memberikan

contoh yang baik


76

ANGKET PENELITIAN PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA

SD

Nama :

Usia :

Kelas :

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Tulislah nama dan identitas anda pada kolom yang telah disediakan

2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab

3. Pilihlah salah satu jawaban dari 4 option yang tersedia

4. Berilah tanda centang (√ ) pada jawaban yang dianggap paling tepat

sesuai dengan pendapat anda dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sangat Setuju (SS) :4

2. Setuju (S) :3

3. Tidak Setuju (TS) :2

4. Sangat Tidak Setuju (STS) :1

Tanggapan
No Uraian
SS S TS STS

1. Saya percaya diri setiap diberikan tanggung


77

jawab

2. Saya selalu merasa gugup ketika diberikan

tanggung jawab baik oleh guru,keluarga dan

masyarakat

3. Saya selalu tepat waktu untuk pergi kegiatan

gerejawi karena merasa sangat senang

4. Saya kurang disiplin dalam segala hal karena

tidak diajarkan oleh guru sekolah minggu

5. Saya merasa toleransi yang tinggi berguna bagi

sesama dan diri sendiri

6. Saya tidak senang bersosialisasi dengan orang

lain terutama yang berbeda dengan saya dalam

hal apapun

7. Saya senang berkata jujur kepada orang lain

8. Ketika berdoa saya selalu membuka mata tetapi

berkata ke guru sekolah minggu bahwa saya

berdoa dengan baik

9. Saya selalu membaca Alkitab setiap hari seperti

yang diajarkan guru sekolah minggu

10. Saya hanya membaca Alkitab ketika hari

minggu saja

11. Saya selalu berdoa setiap ada kegiatan yang

ingin saya lakukan karena diajarkan oleh guru


78

sekolah minggu

12. Saya sangat malas untuk berdoa karena tidak

berguna
79

DOKUMENTASI

Gereja Toraja Jemaat Ebenhaezer Tampapute

Kegiatan Mengajar Guru Sekolah Minggu selama Penelitian


80
81

Foto Bersama Guru Sekolah Minggu dan Anak Usia SD

Foto Pembagian Angket


82

RIWAYAT HIDUP

Lisdayanti Wiwik Luden, Lahir di Gandangbatu pada


tanggal 18 November 1999, anak kedua dari 5
bersaudara dari pasangan Cornelius Samaya dan
Ludia Luden.

Penulis mengawali Pendidikan di SDN 089 Masamba


pada tahun 2005 dan pindah pada tahun 2006. Penulis
melanjutkan Pendidikan di SDN 139 Tampapute pada tahun 2006 dan tamat
pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan Pendidikan pada tahun 2011 di
SMPN 2 Mengkendek dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Makale dan tamat 2017. Tahun 2017
sampai 2018, penulis melanjutkan pendidikan di Tri Aviation Training Center
Bali. Kemudian penulis bekerja di Ceragem Center Balikpapan pada tahun
2018 sampai 2019. Penulis melanjutkan Pendidikan pada tahun 2019 di
perguruan tinggi swasta di Toraja (UKI Toraja) Fakultas Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (FKIP) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
dan tamat pada tahun 2023.

Anda mungkin juga menyukai