Anda di halaman 1dari 179

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI


DI WILAYAH KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:
Lela Mustikasari
NIM: 131134124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI


WILAYAH KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:
Lela Mustikasari
NIM: 131134124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

ii
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:


1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat kasih yang selalu Kau curahkan didalam
hidup ku.
2. Bapak Sumarno dan Ibu Sukarti yang selalu mendoakan dan selalu
menyayangi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran yang tak pernah
putus.
3. Kakak-kakaku Yosua Turiman, Wahuni, Karinah, Eka Oktaviana,
Kuswanto, dan Sepi Kusworo yang selalu memberikan nasehat dan
semangat.
4. Dosen Pembimbing Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. dan
Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. yang telah memberikan kritik,
saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan bantuan dengan penuh
kesabaran.
5. Kekasihku Ariel Tirza Edy Saputra yang selalu memberikan waktu,
semangat dan memberikan masukan yang membangun disaat aku mulai
lelah menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Sahabat-sahabatku seperjuangan skripsi, Ristya Ferinda, Rosita Cahayani
S, dan Yovita Ratri S. yang selalu memberiku semangat dan membantuku
untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Sahabat-sahabatku semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu,
yang selalu mendengarkan keluh kesahku dan menyemangatiku.
8. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan
berbagai pengalaman dan kenangan.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Matius 19 : 19
“Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri”

Amsal 1 : 7
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan”

Matius 21:22
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya”

Ibrani 11:1
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat”

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA


Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 April 2017


Peneliti

Lela Mustikasari

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Lela Mustikasari
Nomor Mahasiswa : 131134124
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI
WILAYAH KABUPATEN BANTUL”
Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta ijin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 April 2017
Yang menyatakan

Lela Mustikasari

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI

DI WILAYAH KABUPATEN BANTUL

Lela Mustikasari

Universitas Sanata Dharma

2017

Dinas pendidikan dasar Kabupaten Bantul telah menunjuk 45 sekolah


dasar inklusi. Sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap siswa untuk dapat
diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodir dan merespon
keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan
bermitra dengan masyarakat. Tujuan pendidikan inklusi adalah memberikan
kesempatan kepada siswa berkebutuhan khusus dalam menempuh pendidikan
dengan mendapatkan hak yang sama seperti siswa yang tidak menglami
kebutuhan khusus.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan
metode survei cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka, yang telah dilakukan validasi
kepada dua orang validator sebelum dibagikan kepada responden. Kuesioner yang
dibagikan kepada responden sebanyak 70 dan kuesioner yang kembali sebanyak
59 kuesioner. Dari hasil olah data, peneliti mendapatkan hasil bahwa sekolah
dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul 50% sudah menerapkan prinsip-
prinsip inklusi dengan baik namun belum maksimal. Proses penyelenggaraan
sekolah dasar inklusi di wilayah Kabupaten Bantul telah mencakup penerimaan
peserta didik baru (PPDB); identifikasi; kurikulum fleksibel; merancang bahan
ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak; penataan kelas yang ramah
anak; asesmen; pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif;
penilaian dan evaluasi pembelajaran.
Kata kunci: sekolah inklusi dan tujuan pendidikan inklusi

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

SURVEY THE IMPLEMENTATION OF INCLUSION OF PRIMARY


SCHOOL IN THE REGION OF DISTRICT BANTUL

Lela Mustikasari

Sanata Dharma University

2017

Department of primary education Bantul regency has appointed 45


inclusion primary school. Indusion school is a place for each student to be
accepted as part of a class, accommodate and respond to the diversity through
suitable curriculum to the needs of every child and to partner with the community
.The aim of inclusion education to give opportunity to with students disabilities in
education by getting equal rights as students who did not experience special
needs.
The research was non experimental quantitative research with
crosssectional survey. An instrument used in this research was open ended
questionnaire, which were validated by two validators before the questionnaire
were distributed to respondents.Questionnaires were given to70 respondents and
59 questionnairesreturn. Besed on data analysis the result showed that there were
50 % inclusion principles that implemented by inclusion primary schools in
Bantul district. The process of theinclusion primary schools in the district
includes Bantul have the acceptance of new students for ( PPDB ); identification;
curriculum flexible; devise of teaching materials and learning activities friendly
children; the class friendly child; assessments; procurement and the use of media
learning adaptive; an assessment and evaluation learning .
Keywords: school inclusion and educational objective inclusio

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena kasih
dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul
“Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten
Bantul”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi
ini, sehingga skripsi ini dapat berhasil dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing I
yang telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga,
dan bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan
hingga akhir penyusunan skripsi selesai.
5. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan
bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan
hingga akhir penyusunan skripsi selesai.
6. Validator instrumen kuesioner yang telah memberikan kritik dan saran pada
instrumen penelitian ini.
7. Kepala Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Bantul yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan lancar.
8. Guru Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Bantul yang sudah membantu dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Kedua orang tuaku, Bapak Sumarno dan Ibu Sukarti yang selalu memberikan
doa, dukungan, dan kasih sayang.
10. Kekasihku, Ariel Tirza Edy Saputra yang selalu memberiku doa, semangat,
bantuan, dan kasih sayang.
11. Ristya Ferinda, Rosita Cahayani, Yovita Ratri yang bersama-sama berjuang
dan saling membantu dalam menyelesaikan skripsi.
Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber
belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan memperkembangkan pendidikan
inklusi.

Peneliti

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................ 4
C. TUJUAN PENELITIAN ......................................................... 4
D. MANFAAT PENELITIAN ..................................................... 4
E. DEFINISI OPERASIONAL .................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 7
A. KAJIAN TEORI ..................................................................... 7
1. Pendidikan Inklusi ............................................................ 7
1. Pengertian Pendidikan Inklusi .................................... 7
2. Tujuan Pendidikan Inklusi ......................................... 8
3. Karakteristik Pendidikan Inklusi ................................ 10
4. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ............................... 10
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Sekolah Dasar Inklusi ....................................................... 11


3. Anak Berkebutuhan Khusus .............................................. 12
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ...................... 12
2. Jenis-jenis Anak Bekebutuhan Khusus ........................ 13
4. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi ..................... 21
1. Penerimaan Peserta Didik Baru yang
Mengakomodasi Semua Anak .................................... 21
2. Identifikasi ................................................................ 22
3. Adaptasi Kurikulum .................................................. 23
4. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran
Yang Ramah Anak .................................................... 24
5. Penataan Kelas Ramah Anak ..................................... 24
6. Asesmen .................................................................... 25
7. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Adaptif ...................................................................... 27
8. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran ......................... 28
B. HASIL PENELITIAN RELEVAN .......................................... 27
C. KERANGKA BERPIKIR ........................................................ 31
D. HIPOTESIS ............................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 34
A. JENIS PENELITIAN .............................................................. 34
B. SETTING PENELITIAN ........................................................ 35
1. Tempat ............................................................................. 35
2. Waktu Penelitian .............................................................. 36
3. Subjek Penelitian .............................................................. 37
4. Objek Penelitian ................................................................ 37
C. POPULASI DAN SAMPEL .................................................... 37
1. Populasi ........................................................................... 37
2. Sampel ............................................................................. 38
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ........................................ 38
E. INSTRUMEN PENELITIAN .................................................. 39
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN .................................... 43


1. Uji Validitas Instrumen .................................................... 43
2. Uji Reliabilitas Instrumen ................................................. 50
G. TEKNIK ANALISIS DATA ................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 54
A. DESKRIPSI PENELITIAN ..................................................... 54
B. TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER ........................ 55
C. HASIL PENELITIAN ............................................................. 55
D. PEMBAHASAN ..................................................................... 71
1. Kesesuaian Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi
di Wilayah Kabupaten Bantul ............................................ 71
2. Proses Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi
di Wilayah Kabupaten Bantul ............................................ 74
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ..................... 83
A. KESIMPULAN ....................................................................... 83
B. KETERBATASAN PENELITIAN .......................................... 83
C. SARAN ................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85
LAMPIRAN .................................................................................................. 87
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 159

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Halaman
Gambar 2.1 Bagan Literature Map ................................................................. 30

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Daftar 9 sekolah dasar inklusi di Kabupaten Bantul
sebagai tempat penelitian ............................................................... 35
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian tentang penyelenggaraan
sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul .................................. 40
Tabel 3.3 Skala Likert .................................................................................... 44
Tabel 3.4 Contoh Coding Data ....................................................................... 52
Tabel 4.1 Prinsip-prinsip Sekolah Inklusi yang Terlaksana
di Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul................... 71

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Hasil Kuesioner ......................................................................... 88
Lampiran 2 Permohonan Ijin Penelitian ........................................................ 108
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Perencanaan Pembangun
Kabupaten Bantul ...................................................................... 109
Lampiran 4 Daftar SD Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Bantul..................................................... 110
Lampiran 5 Validasi Dosen Ahli A ............................................................... 112
Lampiran 6 Validasi Dosen Ahli B ............................................................... 123
Lampiran 7 Bentuk Kuesioner ....................................................................... 134
Lampiran 8 Contoh Instrumen Kuesioner yang Diisi Responden ................... 147

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan meliputi latar belakang, identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi

oprasional

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.

Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh anak, pendidikan ditujukan

untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas

perkembangan yang dialami dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata

lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai

keberhasilan dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010:2)

Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik

dengan sistem terbuka dan multi makna sebab pendidikan adalah suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

hayat dan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran (Kustawan, 2013:2). Dalam sistem pendidikan, sekolah

seharusnya wajib menerima semua peserta didik tanpa membeda-bedakan


1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jenjang sosial, daerah, ras, budaya, bahasa, fisik, dan lainnya, sehingga

membuat calon peserta didik dan peserta didik tidak merasa terkucilkan dan

memiliki semangat atau kemauan untuk menempuh jalur pendidikan sampai

setinggi-tingginya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 15 menyatakan bahwa Pendidikan

inklusi adalah pendidikan khusus yang memberikan pelayanan dan

kesempatan kepada semua siswa yang memiliki kelainan dan memiliki potensi

kecerdasan di atas rata-rata dan memiliki bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan dalam lingkungan belajar secara bersama-sama dengan siswa pada

umumnya. Konsep pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang

merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan

dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar

mereka sebagai warga negara. Pendidikan inklusi didefinisikan sebagai

konsep yang menampung semua anak yang berkebutuhan khusus maupun

anak yang memiliki kesulitan membaca dan menulis (Ilahi, 2013: 23)

Menurut Ilahi (2013 : 23), konsep pendidikan inklusi merupakan

konsep pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan

dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk

memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Sebagai konsep

pendidikan inklusi sekolah inklusi diharapkan mampu memfasilitasi anak

berkebutuhan khusus dan anak tidak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi

merupakan suatu pendekatan yang inovatif dan starategis untuk memperluas


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak

penyandang cacat (Ilahi, 24-25).

O’Neil (1995:7) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem

layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di

sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.

Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama

anak lainnya untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu

sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan alat yang paling efektif

untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang ramah,

membangun masyarakat yang inklusi dan mencapai “pendidikan bagi semua”

(education for all)

Sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar yang menggabungkan

layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dan anak yang tidak

berkebutuhan khusus atau reguler. Di wilayah kabupaten Bantul terdapat 45

sekolah dasar yang dianggap mampu menerapkan sekolah inklusi. Sekolah

dasar tersebut tersebar di berapa kecamatan yang ada di Bantul, antara lain

kecamatan Dlingo, Imogiri, Kasihan, Banguntapan, Bantul, Pundong, Piyung,

Kretek, Sedayu, Pandak, Jetis, Bambanglipuro, Sewon, Pajangan, Sanden, dan

Pleret. Penelitian ini memusatkan perhatian pada bagaimana penyelenggaraan

sekolah inklusi yang dilakukan di sekolah-sekolah inklusi di wilayah

Kabupaten Bantul dengan menyebarkan angket yang ditujukan kepada guru

kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis menentukan dua

rumusan maslah yang diteliti. Dua rumusan masalah tersebut adalah seperti

berikut ini :

1. Berapa besar presentase kesesuaian penyelenggaraan SD inklusi di

wilayah Kabupaten Bantul dengan prinsip sekolah inklusi?

2. Bagaimana proses penyelenggaraan SD inklusi di wilayah Kabupaten

Bantul?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menentukan dua

tujuan penelitian. Tujuan penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut :

Untuk mengetahui apakah penyelenggaraan SD inklusi di wilayah

Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan prinsip sekolah inklusi.

1. Untuk mengetahui besar presentase kesesuaian penyelenggaraan SD

inklusi di wilayah Kabupaten Bantul.

2. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan SD inklusi di wilayah

Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

sekolah inklusi yang sesuai dengan prinsip sekolah inklusi sehingga


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi sekolah yang menerapkan

prinsip sekolah inklusi.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Sekolah Dasar Inkusi

Sekolah mendapatkan data tentang penyelenggaraan sekolah inkusi

berdasarkan prinsip sekolah inklusi dan proses penyelenggaraan

sekolah inklusi.

2. Bagi Kepala Sekolah dan Guru

Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi

Kepala sekolah dan guru tentang penyelenggaraan sekolah inklusi

berdasarkan prinsip sekolah inklusi dan proses penyelenggaraan

sekolah inklusi untuk sekolah dasar inklusi.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mendiskripsikan penyelenggaraan dan proses

penyelenggaraan sekolah inkusi se-Kabupaten Bantul dengan

mengunakan penelitian kualitatif.

E. Definisi Operasional

1. Pendidikan inklusi adalah sekolah yang harus mempunyai

pelayanan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan

khusus tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial

emosional, linguistik atau kondisi lainnya untuk bersama-sama

mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah regular.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menampung semua

siswa dan dapat mengakomodir dan merespon keberagaman.

3. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalamai

kecacatan atau kelainan (disability) dan anak yang mempunyai

kondisi eksternal yang mengalami hambatan dalam belajar

sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.

4. Prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi adalah prinsip yang

digunakan untuk penyelenggaraan sekolah inklusi, diantaranya: 1)

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi

semua anak. 2) Identifikasi, 3) Adaptasi kurikulum, 4) Merancang

bahan ajar dan pembelajaran yang ramah anak, 5) Penataan kelas

yang ramah anak, 6) Asesmen, 7) Pengandaan dan pemanfaatan

media pembelajaran adaptif, 8) Penilaian dan evaluasi

pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan meliputi kajian teori, hasil penelitian yang

relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.

A. KAJIAN TEORI

1. Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-

bedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun

mental (Ilahi, 2013:23). Menurut Staub and Pack (dalam Ilahi, 2013:27),

pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan,

sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukan bahwa

kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan,

apa pun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. O’Neil (dalam

Ilahi, 2013:27) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagi sistem layanan

pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di

sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman-teman seusianya.

Dari pendapat di atas menunjukan bahwa pendidikan inklusi dapat

diartikan sebagi pendidikan tanpa membeda-bedakan keterbatasan yan dimiliki

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

siswa dan memperoleh kesempatan dilayani dan bersekolah di sekolah reguler

terdekat.

Menurut Olsen (Tarmansyah, 2007: 82), pendidikan inklusi adalah sekolah

harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual,

sosial emosional, linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak

penyandang cacat, berbakat. Anak-anak jalanan dan pekerja anak berasal dari

populasi terpencil atau berpindah-pindah. Anak yang berasal dari populasi etnis

minoritas, linguistik, atau budaya dan anak-anak dari area atau kelompok yang

kurang beruntung atau termajinalisasi. Menurut Olsen (dalam Tarmansyah. 2007:

28) pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada

umumnya, sedangkan Staub dan Peck (dalam Tarmansyah, 2007: 83) menjelaskan

pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan berat

secara penuh di kelas bersama anak-anak pada umumya..

Jadi menurut teori di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi

adalah pendidikan yang memberikan suatu pelayanan khusus untuk siswa yang

berkebutuhan khusus yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental tanpa

membeda-bedakan dengan siswa yang tidak mengalami berkebutuhan khusus.

b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013:39) menjelaskan tujuan pendidikan inklusi, yaitu:

1. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

2. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai

keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

Menurut Sembodo (2008: 7) dari tujuan pendidikan inklusi di atas

memperoleh manfaat pendidikan untuk siswa yang mengalami kebutuhan

khusus. Sembodo (2008: 7), menjabarkan beberapa manfaat pendidikan

dibuat agar anak – anak istimewa belajar bersama – sama anak – anak lain

di antaranya adalah :

1. Meningkatkan interaksi sosial

2. Lebih banyak tingkah laku normal yang dapat dicontoh oleh mereka

3. Meningkatkan perkembangan bahasa

4. Menjadikan mereka lebih mandiri

5. Perkembangan dan nilai guna pendidikan bergantung pada program

dan intervensi yang dijalankan oleh guru

Rosilawati (2013 : 10) menjelaskan manfaat dan sisi positif lain yang

diperoleh dari adanya pendidikan inklusif diantaranya :

1. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan

analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada

setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.

2. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial

dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

3. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan

monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.

Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada siswa

berkebutuhan khusus dalam menempuh pendidikan dengan mendapatkan hak

yang sama seperti siswa yang tidak menglami kebutuhan khusus.

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (dalam Ilahi,2013 : 44) menjelaskan

pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna, antara lain :

1. Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara – cara

merespon karagaman individu.

2. Mempedulikan cara – cara untuk meruntuhkan hambatan – hambatan anak

dalam belajar.

3. Anak kecil yang hadir (di sekolah) berpartisipasi dan mendapatkan hasil

belajar yang bermakna dalam hidupnya.

4. Diperuntukkan utamanya bagi anak – anak yang tergolong marginal,

ekslusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.

d. Prinsip-prinsip Sekolah Inklusi

Menurut Ilahi (2013 : 48), prinsip dasar pendidikan inklusi sebagai

sebuah paradigma pendidikan yang menekankan pada keterbukaan dan

penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus. Ilahi (2013: 49) menyatakan

prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus

adalah semua anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersekolah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya. Florian (dalam

Ilahi, 2013: 50) menjelaskan pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa

layanan sekolah seharusnya diperuntukkan untuk semua siswa tanpa

menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan

khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun bahasa.

Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa prinsip sekolah inklusi harus bisa menerima semua anak berkebutuhan

khusus belajar bersama dengan anak tidak berkebutuhan khusus tanpa

membeda-bedakan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya untuk

mendapatkan hak belajar.

2. Sekolah Dasar Inkusi

Stainback dan Stainback (dalam Ilahi, 2013 : 83) mengemukakan

bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas

yang sama. Menurut Salamanca, sekolah regular dengan orientasi inklusi

merupakan cara yang paling efektif untuk memerangi sikap diskriminatif,

menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusi

dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan

meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan sistem

pendidikan. Menurut Rosilawati (2013 : 18), Sekolah inklusi merupakan

tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat

mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menerima setiap anak di

dalam kelas yang sama dan mendapatkan kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan setiap anak.

3. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Triani (2013:3) dalam profil pendidikan inklusi di Indonesia

yang dikeluarkan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa tahun 2010, anak

berkebutuhan khusus (ABK) adalah:

1. Anak yang karena internalnya mengalami kecatatan/kelainan

(disability) membutuhkan layanan pendidikan khusus, seperti: tuna

netra, tuna rungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa, tuna laras,

berkesulitan belajar, autis, memiliki gangguan motorik, anak berbakat

dan berkecerdasan istimewa, tuna ganda, memiliki kelainan lainnya.

2. Anak yang karena kondisi eksternalanya mengalami hambatan dalam

belajar sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus seperti

anak-anak dalam faktor gender, suku asli, pekerja anak, anak yang

terinfeksi HIV/AIDS, anak pekerja migran, anak korban bencana

alam,rural (termasuk juga rural exodus), anak di daerah terpencil atau

pulau terpencil, anak suku minoritas, anak jalanan, anak yang

tersangkut kasus hukum, dll.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Menurut Dhelpie (2006:1), Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)

yang menandakan adanya kelainan khusus. Menurut Rosilawati (2013:1),

anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus

yang berbeda dengan anak pada umumnya secara serius dan menetap.

Jadi menurut teori yang diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan dalam internal

atau eksternalnya sehingga mengalami kelainan khusus atau anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak yang tidak mempunyai

kebutuhan khusus.

b. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Tiarni (2013: 24), dalam panduan penganganan ABK bagi pendaming

orang tua, keluarga, dan masyarakat, membagi menjadi 12 macam, antara

lain:

1. Anak disabilitas penglihatanadalah anak yang mengalami gangguan

daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian

(lowvision).

2. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan

pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh, dan biasanya

memiliki hambatan dalam berbahasa dan bicara.

3. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensi yang

signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya dan sertai dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa

perkembangan.

4. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak

akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk, dan

fungsi tubuh atau anggota gerak.

5. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau

hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta

berperilaku menyimpang.

6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH)

atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak

yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan

sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah

rentang atensi atau perhatian, hiperativitas, dan impulsivitas, yang

menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan

emosi. Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum

disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga

area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan

interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repititif dan stereotipi.

7. Anak dengan gangguan gada adalah anak yang memiliki dua atau lebih

gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan

khusus, dan alat bantu pelajar yang khusus.

8. Anak lambat belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki

potensi intelektuan sedkit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

gangguan mental. Mereka butuh waktu lamadan berulang-ulang dan

untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non

akademik.

9. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities

adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu

atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar,

berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.

10. Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang

mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara,

suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh

faktor fisik, psikologis, dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif.

11. Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak

yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang

unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik seni, olah

raga, dan kepemimpinan.

Permendiknas No 70 Tahun 2009 (dalam Sartika 2013:7-22) tentang

Pendidik Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi

Kecerdasandan/atau Bakat Istimewa, menjelaskan bahwa peserta didik yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, atau memiliki potensi kecerdasan

dan/atau bakat istimewa adalah:

1. Tunanetra (hambatan indra penglihatan) tunanetra adalah individu yang

memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan

kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

2. Tunarungu (hambatan pendengaran) adalah individu yang memiliki

hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.

Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran

adalah:

1) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)

2) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)

3) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)

4) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)

5) Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)

3. Tunawicara (hambatan bicara) adalah seseorang yang mengalami

kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga

sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain.

4. Tunagrahita (hambatan intelektual) adalah individu yang memiliki

itelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa

perkembangan.

5. Tunadaksa (kelainan motorik dan mobilitas) adalah individu yang

memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular

dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan,

termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.

6. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam

mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Public Law (dalam Hidayat.

2013:13) mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukan

salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu

tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar :

1) Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan

faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan

2) Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan

teman dan guru

3) Berperilaku yang tidak pantas dalam keadaan normal

4) Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus menerus

5) Cenderung menunjukan gejala-gejala fisik seperti takut

pada masalah-masalah sekolah.

Karkteristik yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman (dalam

Hidayat. 2013: 32-33), berdasarkan dimensi tingkah laku:

1) Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku

memperlihatkan ciri-ciri : suka berkelahi, memukul,

menyerang, tidak mau bekerja sama, cemburu dan mudah

terpengaruh.

2) Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan

ciri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, sedih, dan kurang

percaya diri.

3) Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri yaitu pelamun,

kaku, pasif, dan pembosan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

4) Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu

mempunyai kelompok jahat, mencuri bersama

kelompoknya, dan bolos sekolah.

7. Kesulitan belajar (learning disability) adalah suatu gangguan dalam

satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman

atau atau penggunaan bahasa, lisan maupun tertulis, yang

termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurnauntuk

mendengarkan, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, maupun

melakukan perhitungan matematika. Jenis-jenis kesulitan belajar

diantaranya dyscalculia, dysgraphia, dyslexia, dan dyspraxia.

8. Lambat belajar (slow learner) adalah mereka yang memiliki prestasi

belajar rendah, di bawah rata-rata anak pada umumnya pada salah satu

atau seluruh area akademik, tetapi mereka ini bukan tergolong anak

keterbelakang mental.

Anak lambat belajar atau slow learner adalah merekayang memiliki

prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata-rata dari anak pada

umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan

pengetesan pada IQ mereka menunjukkan skor antara 70-90.Wiley

(dalam Triani, 2013:3) menjelaskan karakteristik anak yang mengalami

slow learner :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

1). Inteligensi

Dari segi inteligensi, anak-anak lambat belajar atau slow

learner berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90

berdasarkan skala WISC.

2) Bahasa

Anak-anak lambat belajar atau slow learner mengalami

masalah dalam berkomunikasi.

3) Emosi

Dalam hal emosi, anak-anak lambat belajar atau slow

learner memiliki emosi yang kurang stabil. Mereka cepat

marah dan sensitif.

4) Sosial

Anak-anak lambat belajar atau slow learner dalam

bersosialisasi biasanya kurang baik. Mereka sering

memeilih jadi pemain pasif atau penonton saat bermain atau

bahkan menarik diri.

5) Moral

Anak-anak lambat belajar atau slow learner tahu aturan

yang berlaku tetapi mereka tidak paham untuk apa

peraturan tersebut dibuat (Tiarni, 2013:10-12).

9. Autis (autism child) adalah keadaan anak yang mengalami gangguan

autisme. Menurut Tiarni (2013: 26-28), Adapun anak berkebutuhan

khusus yang bisa masuk di sekolah inklusif antara lain anak yang:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

1) Berkesulitan belajar

Adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih

kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman

dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat

memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung,

berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain

injury, disfungsi minimal otak, disleksia, dan afasia

perkembangan.

2) Lamban belajar

Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata

atau di atas rata-rata maka sebaliknya dengan anak-anak

lamban belajar. Mereka memiliki IQ di bawah lancar

ingatannya sangat pendek sekali.

3) ADHD

Attention Deficits and hiperactivity disorder adalah

gangguan yang berupa kekurangannya perhatian dan

hiperaktivitas (aktivitas yang berlebihan).

4) Spectrum Autism

Spectrum Autisma atau autisme adalah kelainan

perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami

sejak lahir ataupun saat masa balita.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

4. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Inklusi

Menurut Kustawan (2013: 61), di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) yang menyelenggarakan pendidikan inklusif akan terjadi

perubahan praktis yang memberikan kesempatan kepada suma anak dengan

latar belakang dan kemampuan yang berbeda untuk belajar yang sama.

Menurut Ilahi (2013: 24), konsep pendidikan inklusi merupakan konsep

pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan

keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh

hak dasar mereka sebagai warga negera. Menurut Ilahi (2013:33), sekolah

inklusi memberikan manfaat untuk semua anak karena membantu

menciptakan masyarakat yang inklusi dan efisiensi serta efektivitas biaya

pendidikan.

1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasikan Semua

Anak

Kustawan (2013: 90 – 91) menyatakan bahwa penerimaan peserta didik

baru di SD/MI pada setiap tahun pelajaran perlu mempertimbangkan sumber

daya yang dimiliki sekolah. Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik

baru, sekolah membentuk Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru yang

dilengkapi dengan pendidik (guru pendidik khusus dan/ atau konselor) yang

sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik

peserta didik berkebutuhan khusus. Bagi sekolah yang memiliki psikolog atau

bekerjasama dengan psikolog, maka psikolog tersebut dapat ikut serta dalam

kepanitiaan PPDB. SD/MI Penyelenggara pendidikan inklusif menerima


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

peserta didik berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan sumber daya

yang dimiliki sekolah dan mengalokasikan kursi/quota untuk peserta didik

berkebutuhan khusus.

2. Identifikasi

Kustawan (2013: 93), menyatakan bahwa identifikasi adalah upaya

guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya untuk menemukan dan

mengenali anak yang mengalami hambatan/kelainan/ganguuan baik fisik,

intelektual, mental, emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan

pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Menurut

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (dalam Kustawan,

2013 : 93), istilah identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan,

sedangkan asesmen dimaknai sebagai suatu upaya seseorang (orang tua, guru

maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan prosespenjaringan

terhadap anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, Intelektual,

sosial, emosional/tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan

yang sesuai.

Dalam buku Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif (dalam Kustawan,

2013 : 93), identifikasi dapat diartikan menemukenali. Identifikasi anak

berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak berkebutuhan

khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan gejala-gejala yang

menyertainya. Menurut Lerner (dalam Kustawan, 2013 : 95), identifikasi

dilakukan untuk lima keperluan yaitu penjaringan(screening),

pengalihtanganan (referral), klasifikasi (classification), perencanaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

pembelajaran (instructional planning), dan pemantauan kemajuan belajar

(monitoring pupil progress).

Kustawan (2013: 95), mejabarkan tujuan dilaksanakan identifikasi

adalah untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak

mengalami kelainan/penyimpangan dalam pertumbuhan/perkembangannya

dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, dimana hasil identifikasi

dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran yang disesuiakan

dengan kebutuhan hususnya dan/atau untuk menyususn program dan

pelaksanaan intervensi/penanganan/terapi berkaitan dengan hambatannya.

3. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)

Menurut Kustawan (2013: 107), kurikulum fleksibel yakni

mengakomodasi anak dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka

kurikulum tingkat satuan pendidikan akan lebih peka mempertimbangkan

keragaman anak agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan

kebutuhannya. Menurut Nasution (dalam Ilahi, 2013: 168), kurikulum

merupakan salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal

yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran,

mengarahkan proses mekanisme pendidikan, tolok-ukur keberhasilan, dan

kualitas hasil pendidikan. Pengembangan dan pembenahan kurikulum harus

senantiasa dilakukan secara berkesinambungan dan menyesuaikan diri dengan

tantangan zaman. Menurut Arifin (dalam Ilahi, 2013 : 169), kurikulum tidak

sekadar dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan anak

didik oleh pendidiknya, tetapi juga segala kegiatan yang menyangkut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

kependidikan dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak didik

dalam rangka mencapai hakikat tujuan pendidikan yang sebenarnya, terutama

perubahan tingkah laku yang menjadi cerminan dari kualitas anak didik yang

berkepribadian luhur.

4. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran Yang Ramah Anak

Guru yang baik akan melakukan pembelajaran yang interaktif agar

perhatian anak didiknya terpusat penuh kepada guru. Guru juga harus

menggunakan metode pembelajaran yang cocok bagi anak didiknya agar anak

didiknya mampu berpartisipasi di dalam pelajaran. Jenis materi pelajaran

yang digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap

keberhasilan akademis siswa-siswa penyandang disabilitas (Kustawan,

2013:111). Ilahi (2013: 172–173), menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan

mengajar yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun

atas topik–topik dan sub–sub topik tertentu yang mengandung ide pokok yang

relevan dengan tujuan yang ditetapkan.

5. Penataan Kelas Yang Ramah Anak

Menurut Everton dan Weintein (dalam Friend, 2015: 285) pengelolaan

ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan oleh para guru demi

mengoptimalkan proses belajar-mengajar yang efektif, mulai dari mengatur

siswa-siswa, ruang, waktu, hingga materi. Kerr dan Nelson (dalam Friend,

2015: 274) menyatakan bahwa cara penataan unsur-unsur fisik dalam suatu

ruang kelas dapat berdampak pada proses belajar dan perilaku siswa di

sejumlah area. Menurut Friend (2015:270), penataan unsur-unsur fisik ruang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

kelas dapat mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang tidak

berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus.Penataan unsur

fisik mencakup penampilan ruang kelas dan pemanfaatan ruang kelas, yaitu

meliputi area dinding, pencahayaan, area lantai serta ruang penyimpanan.

6. Asesmen

Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk

memantau kemajuan dan mengambil keputusan pendidikan ketika diperlukan

(Overton dalam Friend, 2015: 209). Menurut Tiarni (2013: 25), asesmen

merupakan kegiatan secara utuh dan menyeluruh untuk tujuan tertentu,

kegiatan yang dilakukan dalam asesmen adalah mengumpulkan data dan

informasi yang akan digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan

yang berkaitan dengan pembelajaran.

1) Screening

Menurut Friend (2015: 210), screening meliputi keputusan untuk

menentukan jika proses kemajuan seorang siswa dianggap cukup berbeda

dengan teman-teman sekelasnya sehingga patut untuk menerima

perubahan pengajaran, atau pada akhirnya, asesmen yang lebih mendalam

untuk menetapkan adanya kondisi disabilitas. Menurut Tiarni (2013: 22)

screening dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi

anak berkebutuhan khusus.

2) Diagnosis

Friend (2015: 211), menjelaskan bahwa keputusan besar yang

terkait dengan diagnosis menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

khusus, pertimbangan berdasarkan ketentuan hukum bahwa siswa

dianggap layak untuk dianggap menyandang disabilitas atau tidak.

3) Penempatan program

Menurut Friend (2015: 215), bagian utama dari keputusan

penempatan program berkenaan dengan ranah yang menjadi tempat

berlangsungnya layanan pendidikan khusus yang diterima siswa, misalnya

saja di ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber, atau ruang kelas

pendidikan khusus yang terpisah.

4) Penempatan kurikulum

Friend (2015: 216), menguraikan penempatan kurikulum meliputi

keputusan mengenai level mana yang akan dipilih untuk memulai

pengajaran siswa. Informasi mengenai penempatan kurikulum tentu juga

dapat dijadikan sebagai patokan pengukuran bagi para guru untuk

mengetahui sejauh apa siswa-siswa penyandang disabilitas mengakses

kurikulum pendidikan umum yang juga menjadi tujuan tegas dari IDEA.

5) Evaluasi pengajaran

Friend (2015: 217) menjabarkan keputusan dalam evaluasi

pengajaran meliputi keputusan untuk melanjutkan atau mengubah prosedur

pengajaran yang telah diterapkan pada siswa. Keputusan ini dibuat dengan

memantau kemajuan siswa secara cermat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

6) Evaluasi program

Friend (2015: 217), menjelaskan bahwa keputusan evaluasi

program meliputi keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, atau

memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa.

7. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajarn Adaptif

Kustawan (2013: 117), mendeskripsikan media pembelajaran

adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya adalah media yang

dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga

dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran.

Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan,

materi, kemampuan, dan karakteristik anak akan sangat menunjang

efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pemeblajaran.

8. Penilaian dan evaluasi pembelajaran

Kustawan (2013: 124), menjelaskan evaluasi merupakan proses

yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi

yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasitersebut agar

diperoleh data yang tepat yang akan digunakan pengambilan keputusan

dalam memilih diantara beberapa alternatif. Adapun karakteristik evaluasi

adalah: (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi, (2)

memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan, (3) menyediakan informasi

yang berguna, (4) melaporkan penyimpangan/kelemahan untuk

memperoleh remediasi dari yang dapat diukur saat itu juga.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan

terdahulu, adapun penelitian tersebut adalah:

Pertama, penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Inklusi Di Sekolah

Dasar Negeri 14 Pakan Sinayan Payakumbuh” ditulis oleh Winda Quida Sari

2012. Peneliti mengatakan bahwa penelitian ini penting dilakukan agar

pelaksanaan inklusi dapat terlaksana sebagaimana semestinya dan dapat

mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pendidikan. Metode yang digunakan

oleh penulis untuk memahami dan memperoleh gambaran yang terjadi di

lapangan sebagaimana adanya tanpa melakukan perubahan atau interverisi

terhadap sasaran penelitian. Analisis data merupakan suatu proses

penyususnan data dapat ditafsirkan, karena penelitian ini bersifat deskriptif

maka teknik analisis data yang digunakan adalah gambaran dengan kata-kata.

Kedua, penelitian yang berjudul “Manajemen Pendidikan Inkusif

(Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Persepektif Pendidikan

Luar Biasa)” ditulis oleh Sunaryo, peneliti mengatakan bahwa dalam tataran

oprasional di Indonesia, sekalipun sudah banyak sekolah yang

mendeklarasikan sebagai sekolah inklusi, tetapi dalam implementasinya

masih banyak yang belum sesuai dengan konsep-konsep yang mendasarinya.

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah tentang konsep pendidikan inkusi,

kebijakan, dan implementasinya di lapangan dalam persepektif pendidikan

khusus atau pendidikan luar biasa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Ketiga, penelitian yang berjudul “Manajemen Pendidikan Inklusi di

Sekolah Dasar Negeri 32 Kota Banda Aceh” ditulis oleh Ery Wati 2014

peneliti mengatakan bahwa kepala sekolah dituntut untuk membuat sebuah

perencanaan yang matang agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Ketiga penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan. Pada penelitian pertama memiliki relevansi dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti tentang tujuan dilakukannya

penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran anak

berkebutuhan khusus dalam pendidikan inklusi di sekolah dasar dari

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran. Pada penelitian kedua memiliki relevansi dengan penelitian

yang akan dilakukan peneliti tentang tujuan dilakukannya penelitian. Pada

penelitian ini tujuannya adalah agar pelaksanaan pendidikan inklusi dapat

terlaksana dengan sebagaimana semestinya dan dapat mencapai tujuan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada penelitian ketiga memiliki relevansi

tentang latar belakang. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa meskipun

sudah banyak sekolah dasar yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi, tetapi

dalam implementasinya masih banyak yang tidak sesuai dengan konsep-

konsep yang mendasar. Ketiga penelitian tersebut memberi relevansi kepada

peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai survei penyelenggaraan

sekolah inklusi. Penelitian yang dibuat oleh peneliti membahas apakah

sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul sudah menerapkan

delapan prinsip sekolah inklusi dengan menggunakan kuesioner terbuka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan keadaan atau kondisi yang

terjadi di lapangan. Literature map penelitian yang relevan dapat dilihat pada

berikut ini :

Winda Quida Sari Pelaksanaan


Tahun 2012 inklusi dapat
terlaksana dan
“Pelaksanaan Inklusi Di
dapat mencapai
Sekolah Dasar Negeri
tujuan sesuai
14 Pakan Sinayan
dengan tujuan
Payakumbuh”
pendidikan

Sunaryo

Tahun 2009 Konsep Lela Mustikasari


pendidikan inkusi,
“Manajemen “Survey
kebijakan, dan
Pendidikan Inkusif Penyelenggaraan
implementasi
(Konsep, Kebijakan, Sekolah Dasar
dan Implementasinya Inkusi di
dalam Persepektif Kabupaten
Pentingnya
Pendidikan Luar Bantul’’
membuat sebuah
Biasa)”
Ery Wati perencanaan yang

Tahun 2014 matang agar


tercapai tujuan
“Manajemen
Pendidikan Inklusi di yang diharapkan.
Sekolah Dasar Negeri
32 Kota Banda Aceh”

Gambar 2.1 Bagan penelitian yang relevan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang tidak membeda bedakan

latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun mental

dalam menempuh pendidikan atau pembelajaran dalam satu sekolah tanpa

membeda-bedakan satu dengan yang lain serta mendapatkan hak yang sama

dalam bersekolah. Dalam sistem pendidikan, seharusnya sekolah wajib

menerima semua peserta didik tanpa membeda-bedakan jenjang sosial,

daerah, ras, budaya, bahasa, fisik, dan lainnya. Sehingga membuat calon

peserta didik dan peserta didik tidak merasa terkucilkan dan memiliki

semangat atau kemauan untuk menempuh jalur pendidikan sampai setinggi-

tingginya.O’Neil (1995:7), menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai

sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan

dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman

seusianya. Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik

bersama-sama anak lainnya untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Oleh sebab itu, sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan alat yang

paling efektif untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat

yang ramah, membangun masyarakat yang inklusi dan mencapai “pendidikan

bagi semua” (education for all). Menurut Sugiarmin (2013: 397) agar inklusi

dapat memberikan dampak yang positif bagi guru, orang tua, dan semua anak,

hal yang harus dilakukan dengan tepat, yaitu jika telah sesuai dengan yang

dijanjikan, dan bila telah diimplementasikan dengan penuh tanggung jawab

yang sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Peneliti merasa prihatin jika ada pihak sekolah yang belum memahami

dan menerapkan konsep pendidikan inklusi. Maka peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian kuntitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang

menggunakan tes subjektif berupa tes uraian terbatas untuk mengumpulkan

data. Tes ini berbentuk uraian (esai) yang memberi batasan-batasan atau

rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal. Data yang

diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisis.

Data yang diperoleh peneliti akan digunakan untuk mendeskripsikan

kesesuaian prinsip sekolah inklusi dengan penyelenggaraan sekolah dasar

inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul. Penelitian akan memberikan kuisoner

dengan jawaban terbuka pada guru kelas di sekolah dasar inklusi se-

Kabupaten Bantul. Kuesioner yang diperoleh dari berbagai sekolah dasar

inklusi dan dikumpulkan, kemudian data tersebut akan diolah untuk dapat

disimpulkan bagaimana kesesuaian prinsip sekolah inklusi dengan

penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Sebesar 50% penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul memenuhi prinsip-prinsip inklusi.

2. Proses penyelenggaraan inklusi mencakup penerimaan peserta didik baru

(PPDB), identifikasi, kurikulum fleksibel, merancang bahan ajar dan

kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas yang ramah anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

asesmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif,

penilaian dan evaluasi pembelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Bagian metode penelitian ini menguraikan jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif non

eksperimental dengan metode survei cross sectional design. Penelitian

kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka, atau data

yang berupa kata-kata atau kalimat yang dikonversi menjadi data yang

berbentuk angka (Martono, 2014:20).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Menurut

Nazir (dalam Prastowo, 2014:175), metode survei adalah penyelidikan yang

diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejalan yang ada dan

mencari keterangan-keterangan yang faktual, baik tentang situasi sosial,

ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Survei

(survey) atau jajak-pendapat atau lengkapnya self-administered survey adalah

metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

kepada responden-responden secara tertulis (Jugiyanto, 2008:3).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan peneliti

menggunakan pendekatan penelitian non eksperimental dengan menggunakan

metode cross-sectional. Pendekatan penelitian tersebut untuk menjelaskan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

fenomena atau gejala dari masalah yang dihadapi dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada responden-responden yang dilakukan dalam

satu waktu tertentu.

B. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu

1) Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini sekolah dasar inklusi yang digunakan adalah 9

sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kabupaten Bantul yaitu:

Tabel 3.1 Daftar sembilan sekolah dasar inklusi di Wilayah

Kabupaten Bantul

No Sekolah Dasar Inklusi Kecamatan

1. SD Jolosutro Piyungan

2. SD 1 Petir Piyungan

3. SD 2 Petir Piyungan

4. SD Muhammadiah Banguntapan

5. SDIT Salsabila 3 Banguntapan

6. SD 1 Jambidan Banguntapan

7. SD 2 Jambidan Banguntapan

8. SD Muhammadiyah Krangturi Banguntapam

(Bodon 2)

9. SD Kepuhan Sewon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Dari tabel 3.1 penelitian dilakukan dibeberapa sekolah dasar inklusi

di Wilayah Kabupaten Bantul. Daftar sekolah inkusi di Wilayah

Kabupaten Bantul ini didapat peneliti dari Dinas Pendidikan Dasar

Kabupaten Bantul. Dari daftar sekolah inklusi yang ada di Wilayah Bantul,

peneliti mendapatkan izin dari 9 sekolah dasar yang telah menerima Surat

Keputusan (SK) sebagai sekolah dasar inklusi.

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai bulan

Februari 2017. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian

ini adalah melakukan penentuan judul skripsi pada awal bulan Agustus

2016, penyusunan instrumen kuesioner yang dilakukan pada bulan

Aguatus sampai pertengahan November 2016, pada pertengahan akhir

bulan November peneliti konsultasi pembuatan surat pengantar validasi

dengan dosen pembimbing dan dilanjutkan pembuatan surat pengantar

validasi instrumen kuesioner dan pada awal bulan Desember peneliti

melakukan validasi instrumen kuesioner. Setelah mendapatkan validasi

instrumen kuesioner peneliti melanjutkan untuk meminta surat izin

penelitian pada Dinas Pendidikan Dasar Wilayah Kabupaten Bantul dan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul (BAPPEDA) pada

pertengahan Desember. Pada awal bulan Januari sampai Pertengahan

bulan Januari 2017 peneliti memintaizin dan membagikan kuesioner

kepada sekolah dasar inkulif di Wilayah Kabupaten Bantul dan pada akhir

bulan Januari peneliti mengambil kuesioner yang telah dibagikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

dilanjutkan mengerjakan bab III. Pengolahan data, revisi, dan penyusunan

bab IV dan V dilakukan pada bulan Februari 2017 serta di bulan Februari

2017 mengikuti ujian skripsi.

3) Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar

inklusi.

4) Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penyelenggaraan sekolah inklusi di

Wilayah Kabupaten Bantul

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Nawawi (dalam Mustafidah, 2011:33) populasi adalah

keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,

tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai

sumber. Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian (Martono, 2014:76). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

guru sekolah dasar inklusii di Wilayah Kabupaten Bantul dengan jumlah 45

sekolah. Penelitian ini membatasi 45 sekolah dasar berdasarkan surat

keputusan yang peneliti dapatkan dari Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten

Bantul bahwa 45 sekolah tersebut menerapkan sekolah inklusi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih dengan

menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi

(Martono, 2014:76). Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2002: 56).

Dengan demikian dapat disimpulkan, sampel penelitian adalah sebagian yang

diambil dari populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 9 sekolah dasar inklusi dari 45 sekolah dasar inklusi yang ada di

Wilayah Kabupaten Bantul. Dalam pengambilan data peneliti mengalami

hambatan diantaranya ada beberapa sekolah yang menolak untuk diambil

datanya, pada saat tanggal pengambilan data sekolah belum selesai mengisi

kuesioner yang diberikan sehingga harus menunggu dan bahkan harus

diundur pengambilannya. Hal tersebut yang menjadi tantangan dan melatih

kesabaran dalam pengambilan data.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif terdapat berberapa teknik pengumpulan data

yang dapat dilakukan dengan observasi, interview, kuesioner, dokumen, dan

gabungan (Ghony, 2014:164). Teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2014: 62). Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka.

Kuesioner terbuka digunakan untuk mengumpulkan data, data ini diharapkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

dapat mengungkapkan penyelenggaraan sekolah inklusif di Wilayah

Kabupaten Bantul.

Kuesioner termasuk dalam teknik pengumpulan data non tes.Kuesioner

ini disebarkan kepada wali kelas 1 hingga wali kelas 6 di sekolah dasar

inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul yang menjadi sampel dalam penelitian.

Kuesioner berisikan pertanyaan terbuka terkait dengan model

penyelenggaraan sekolah inklusif. Jangka waktu pengisian kuesioner

berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan pihak sekolah namun dengan

batas waktu tertentu.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani

antara subjek dan objek (secara substansial antara hal-hal teoritis dengan

empiris, antara konsep dengan data), sejauh mana data mencerminkan konsep

yang ingin diukur tergantung pada instrumen (yang substansinya disusun

berdasarkan penjabaran konsep/penentuan indikator) yang dipergunakan

untuk mengumpulkan data (Suharsaputra, 2014: 94).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

terbuka. Lembar kuesioner terbuka ini digunakan untuk mengetahui

penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul. Kuesioner ini

dibagikan kepada guru kelas 1 sampai guru kelas 6 yang menjadi sample

penelitian. Menurut Effendi (2012: 185), pertanyaan terbuka, baik alasan

utama atau alasan apa saja tidak disediakan variasi jawaban dari pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

tersebut oleh peneliti, responden diberikan kebebasan untuk memberikan

jawaban atas pertanyaan tersebut.Kuesioner terbuka ini digunakan untuk

mengetahui penyelenggaraan sekolah inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul.

Kuesioner dibagikan oleh peneliti kepada guru kelas 1 sampai dengan guru

kelas 6 sekolah dasar inklusif yang menjadi semple penelitian. Berikut tabel

3.2 kisi-kisi yang digunakan peneliti.

Tabel 3.2 Kisi-kisi InstrumenPenelitian tentang Penyelenggaraan Sekolah

DasarInklusi di Wilayah Kabupaten Bantul

No. Aspek Indikator No. Item

1 Penerimaan Peserta Menerima semua tipe anak 1, 2, 3, 4,


Didik Baru (PPDB) berkebutuhan khusus 5
yang
mengakomodasikan Mengukur sumber daya 6, 7, 8
semua anak pendidikan dan tenaga
kependidikan yang ada di
sekolah

Mempersiapkan sarana dan 9, 10, 11


prasarana

Merencanakan sumber daya 12, 13,


biaya 14, 15

2 Identifikasi Mengidentifikasi tipe anak 16, 17,


berkebutuhan khusus 18, 19

3 Adaptasi Kurikulum Menyusun Kurikulum 20, 21,


(Kurikulum fleksibel) 22, 23,
24, 25,
26, 27,
28, 29

4 Merancang bahan ajar Menyusun perencanaan 30, 31,


dan kegiatan pembelajaran bagi siswa 32, 33
pembelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

No. Aspek Indikator No. Item

ramah anak Menentukan bahan ajar yang 34, 35,


terdiri dari pengetahuan, 36, 37, 38
keterampilan, dan sikap.

5 Penataan kelas yang Mengelola kelas untuk 39, 40,


ramah anak mengoptimalkan proses belajar 41, 42,
mengajar 43, 44, 45

Mengarahkan pengelompokan 46, 47,


siswa untuk pengajaran di 48, 49, 50
ruang kelas

6 Asessmen Upaya pengumpulan informasi 51, 52,


untuk memantau kemajuan 53, 54, 55
pendidikan

Melakukan penyaringan atau 56, 57,


screening 58, 59, 60

Melakukan diagnosis 61, 62,


menyangkut kelayakan atas 63, 64
layanan pendidikan khusus

Melakukan penempatan 65, 66, 67


program pada anak
berkebutuhan khusus

Melakukan penempatan 68, 69


kurikulum untuk memulai
pengajaran siswa

Melakukan evaluasi pengajaran 70, 71,


untuk anak berkebutuhan 72, 73
khusus

Melakukan evaluasi program 74, 75,


pada anak berkebutuhan khusus 76, 77

7 Pengadaan dan Memahami pentingnya Media 78, 79,


pemanfaatan media Pembelajaran Adaptif sebagai 80, 81,
pembelajaran adaptif sarana dalam pembelajaran 82, 83

8 Penilaian dan evaluasi Menentukan KKM 84, 85,


pembelajaran 86, 87

Menjelaskan karakteristik 88, 89,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

No. Aspek Indikator No. Item

evaluasi 90, 91, 92

Menunjukkan kegunaan 93, 94,


kegiatan evaluasi 95, 96,
97, 98,
99, 100

Pada tabel 3.2 menunjukan kisi-kisi lembar kuesioner penyelenggaraan

sekolah inklusif di Wilayah Kabupaten Bantul. Bentuk kuesioner tersebut

terdiri dari 8 aspek, dimana masing-masing aspek terdiri dari beberapa

indikator. Sebelum kuesioner dibagikan, sebelumnya peneliti melakukan

validsai. Validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan kuesioner tersebut

menurut para ahli. Penilaian validasi kuesioner ini terdiri dari dua aspek yaitu

aspek penggunaan bahasa dan konten isi. Aspek penggunaan bahasa yaitu

apakah kuesioner yang akan disebarkan sudah sesuai dengan kaidah EYD dan

mudah dipahami oleh subjek penelitian sedangkan konten isi tentang materi

dan bentuk soal yang akan diteliti. Validator dalam istrumen kuesioner ini

terdiri dari dua dosen Bimbingan Konseling (BK).

Berdasarkan validasi instrumen kuesioner yang dilakukan oleh kedua

validator, dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut layak digunakan

dengan beberapa revisi yang disarankan oleh validator. Revisi tersebut

diantaranya:

a. Memperbaiki kalimat dengan menggunakan SPOK.

b. Konsekuen menggunakan kata inklusif atau inklusi.

c. Pertanyaan perlu mendalam.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

d. Ada beberapa pertanyaan yang dapat dipecah kembali menjadi sebuah

pertanyaan baru.

Konten isi validator menyarankan agar pertanyaan digali kembali

supaya tertuju langsung kesasaran penelitian dan dalam penggunaan bahasa

kuesioner diganti lebih sederhana agar dapat dipahami oleh subjek penelitian.

Pertimbangan tersebut sebagai pertimbangan peneliti agar instrumen

kuesioner layak dan dapat menghasilkan datayang terpercaya.

F. Teknik Pengujian Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan harus melalui pengujian validitas

dan reliabilitas. Uji validitas yang digunakandalam penelitian ini validitas isi

dan validitas konstruk.

1. Uji Validitas Instrumen

1) Validitas Isi

Validitas isi merupakan pengukuran kualitas ketepatan instrumen

dalam memberi cakupan isi yang sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian sebagaimana telah dipandu dalam operasional variabel

(Indrawan dan Yaniawati, 2014: 124). Validitas isi diberikan oleh para

ahli yang bidang keahliannya berhubungan dengan penelitian

ini.Peneliti dalam hal ini memberikan rentan skor atas komentar para

ahli menjadi data interval. Skala penilaian terhadap lembar kuesioner

dengan bentuk pertanyaan terbuka mengenai penyelenggaraan sekolah

dasar inklusi meliputi: sangat baik (4), baik (3), cukup (2), tidak baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

(1) Untuk menyusun tabel klasifikasi, dicari skor tertinggi, skor

terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.

Skor Tertinggi (ideal) = 4 (sangat baik)

Skor Terendah = 1 (sangat tidak baik)

Jumlah kelas = 4 (sangat tidak baik sampai sangat baik)

Jarak interval = (4-1)/3 = 1

Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menggunakan tabel

konversi nilai skala empat berdasarkan skala Likert.Skala Likert berisi

pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seorang responden

terhadap pernyataan itu (Prasetyo dan Jannah, 2005: 110). Lembar penilaian

yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan indikator-indikator

dan hasil akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan

kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi terhadap

instrumen diatur dalam tabel berikut.

Tabel 3.3 Skala Likert

Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan

5 Sangat Baik

4 Baik

2 Tidak Baik

1 Sangat Tidak Baik

Dari tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa jika soal mendapat

nilai 4 atau kurang dari 4 serta mendapat saran untuk diperbaiki, maka soal

tersebut perlu direvisi. Jika soal mendapat nilai 4 dan kurang dari 4 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

mendapat komentar baik maka soal perlu direvisi.Jika soal yang divalidasi

mendapat nilai lebih dari 4 tetapi mendapat saran untuk diperbaiki, maka soal

perlu direvisi.Jika soal lebih dari 3 dan mendapat komentar baik, maka soal

tidak perlu direvisi.

Validator pertama adalah validator ahli A. Validator A adalah seorang

dosen Universitas Sanata Dharma yang mengampu di program studi

Bimbingan dan Konseling. Hasil validasi dari validator A menunjukkan

bahwa beberapa soal perlu direvisi pada beberapa kesalahan pengetikan kata

dan kekonsistenan penggunaan kata inklusi atau inklusif. Validator A

memberi nilai 5 pada setiap aspek yang tertulis pada blue print.

Validator pertama adalah validator ahli B. Validator B adalah seorang

dosen Universitas Sanata Dharma yang mengampu di program studi

Bimbingan dan Konseling.Hasil validasi dari validator B menunjukkan

bahwa beberapa soal perlu direvisi pada susunan kalimat yang sesuai dengan

kaidah EYD. Revisi lain dari validator B adalah beberapa soal harus lebih

dipertajam agar jawaban yang diharapkan dari responden dapat tercapai dan

ada satu pertanyaan yang dipecah menjadi pertanyaan baru. Validator B

memberi nilai 4 pada setiap aspek yang tertulis pada blue print.

Berdasarkan validasi instrumen kuesioner yang telah dilakukan oleh

validator, instrumen kuesioner yang dibuat oleh peneliti layak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

untuk digunakan, namun ada beberapa hal yang harus direvisi oleh peneliti.

Adapun beberapa hal tersebut adalah:

1) Menkonsistenkan pemilihan kata antara inklusi atau inklusi

2) Kalimat pertanyaan harus sesuai dengan SPOK

3) Ada beberapa pertanyaan yang kurang dapat menggali informasi

lebih dalam sehingga pertanyaan tersebut harus dipecah lagi

4) Ada beberapa pertanyaan yang harus diubah beberapa katanya agar

lebih dipahami oleh responden

Semua saran yang diberikan oleh validator tersebut dijadikan

pedoman oleh peneliti untuk perbaikan instrumen kuesioner yang akan

digunakan agar layak dan dapat menghasilkan data yang terpercaya.

Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh validator A dan

validator B, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian layak untuk

digunakan dengan revisi sesuai saran yang diberikan oleh validator A dan

validator B. Setelah divalidasi oleh dua orang validator ahli, peneliti

menggunak 100 pertanyaan pada kuesioner terbuka yang sudah dianggap

valid untuk diujikan di 26 sekolah dasar inklusi di Kabupaten Kulon Progo.

Selanjutnya, hasil pengujian tersebut dikoreksi oleh peneliti untuk dilihat soal

yang valid.

1) Validitas Konstruk

Validitas konstruk (construct validity), yaitu tingkat validitas ketika

terdapat konsistensi antarkomponen konstruk yang satu dengan yang lain

(Martono, 2014: 100). Validitas konstruk tercapai bila instrumentersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

sudah sesuai atau memenuhi konsep-konsep atau konstruk dari teori empiris

yang sesuai atau mewakili dengan apa yang diteliti sesuai dengan bidang

keilmuannya (Indrawan dan Yaniawati, 2014: 125).

Cara menguji validitas konstruk pada penelitian ini akan dilihat melalui

pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang diturunkan dari aspek-aspek yang

ada dalam instrumen. Bentuk pertanyaan dari kuesioner ini adalah pertanyaan

terbuka sehingga peneliti akan mendapatkan jawaban yang berbeda-beda dan

bervariasi dari seluruh responden. Jawaban yang berbeda dan bervarias dari

masing-masing responden peneliti kelompokkan yang memiliki kata kunci

yang sama. Hasil jawaban ini kemudian dilakukan uji validitas konstruk yang

akan direkap menggunakan microsoft excel yang kemudian disesuaikan

dengan aspek-aspek yang telah peneliti pilih untuk dipetakan menjadi

beberapa pertanyaan berdasarkan indikator-indikator yang peneliti

kembangkan.

Kuesioner yang peneliti buat terdiri dari delapan aspek. Kedelapan

aspek tersebut adalah: 1) aspek penerimaan peserta didik baru yang kemudian

dikembangkan oleh peneliti menjadi beberapa indikator. Indikator tersebut

adalah menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, mengukur sumber

daya pendidikan dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah,

mempersiapkan sarana dan prasarana, dan merencanakan sumber daya biaya.

Melalui pengembangan indikator tersebut peneliti bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang penerimaan peserta didik baru yang

dijalankan masing-masing sekolah dasar inklusi. 2) aspek identifikasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Identifikasi menghasilkan sebuah indikator, yaitu mengidentifikasi tipe anak

berkebutuhan khusus. Melalui indikator tersebut peneliti bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang sekolah dasar inklusi dalam mengidentifikasi

tipe anak berkebutuhan khusus. 3) aspek ketiga adalah adaptasi kurikulum

(kurikulum fleksibel). Adaptasi kurikulum menghasilkan indikator, yaitu

menyusun kurikulum. Melalui indikator tersebut peneliti bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang kurikulum yang digunakan oleh sekolah dasar

inklusi. 4) aspek keempat adalah merancang bahan ajar dan kegiatan

pembelajaran yang ramah anak. Aspek tersebut menghasilkan indikator, yaitu

menyusun perencanaan pembelajaran bagi siswa dan menentukan bahan ajar

yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Dari indikator tersebut

peneliti bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang bahan ajar dan

kegiatan pembelajaran yang digunakan sekolah dasar inklusi. 5) aspek kelima

adalah penataan kelas yang ramah anak. Aspek tersebut menghasilkan

indikator yaitu, mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses belajar

mengajar dan mengarahkan pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang

kelas. Dari indikator tersebut peneliti bertujuan untuk mengetahui penataan

kelas ramah anak yang digunakan oleh sekolah dasar inklusi. 6) aspek

keenam adalah asesmen. Asesmen menghasilkan tujuh indikator, yaitu upaya

pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan pendidikan, melakukan

penyaringan atau screening, melakukan diagnosis menyangkut kelayakan atas

layanan pendidikan khusus, melakukan penempatan program pada anak

berkebutuhan khusus, melakukan penempatan kurikulum untuk memulai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

pengajaran siswa, melakukan evaluasi pengajaran untuk anak berkebutuhan

khusus, dan melakukan evaluasi program pada anak berkebutuhan khusus.

Melalui indikator yang telah dibuat peneliti memiliki tujuan untuk

mengetahui proses asesmen yang digunakan oleh sekolah dasar inklusi. 7)

aspek ketujuh adalah pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran

adaptif. Aspek tersebut menghasilkan indikator, yaitu memahami pentingnya

media pembelajaran adaptif sebagai sarana dalam pembelajaran. Melalui

indikator tersebut peneliti bertujuan untuk mengetahui tentang pengadaan dan

pemanfaatan media pembealajaran adaptif yang digunakan sekolah inklusi. 8)

aspek kedelapan adalah aspek penilaian dan evaluasi pembelajaran. Aspek

tersebut menghasilkan indikator, yaitu menentukan KKM, menjelaskan

karakteristik evaluasi, dan menunjukan kegunaan kegiatan evaluasi. Melalui

indikator tersebut peneliti bertujuan untuk mengetahui tentang penilaian dan

evaluasi yang digunakan sekolah dasr inklusi.

Peneliti mengumpulkan informasi tentang penyelenggaraan sekolah

dasr inklusi dari jawaban-jawban responden. Pertanyaan-pertanyaan

kuesioner tersebut dibuat berdasarkan indikator hasil pengembangan dari

delapan aspek. Jadi, dapat dismpulkan bahwa pertanyaan pada kuesioner yang

peneliti buat untuk mengumpulkan informasi telah sesuai dengan aspek

penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang menjadi teori pembuatan

instrumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain, seperti

keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan

sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas

adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2008: 4).

Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut memiliki ketepatan

atau ketepatan dalam menilai apa yang seharusnya dinilai dan instrumen

harus dapat mengatur apa yang seharusnya diukur. Pada intinya, instrumen

dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat dipercaya karena sesuai

dengan hasil yang didapat.

Metode yang maksimal untuk menilai kepercayaan adalah dengan

menanyakan pertanyaan yang tepat pada responden yang tepat. Responden

yang tepat akan dapat menjawab semua pertanyaan dan dapat memberi

informasi yang sesuai dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang

peneliti buat mengenai penyelenggaraan sekolah dasar inklusi.Responden

yang peneliti pilih merupakan guru kelas sekolah dasar inklusi.Jadi,

dapatdisimpulkan bahwa instrumen penelitian yang dibuat peneliti telah

reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimental

dengan metode survei cross-sectional. Teknik analisis data yang digunakan

adalah statistik deskriptif persentase. Statistik deskriptif atau statistik deduktif


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan data dan

penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya

berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-

keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena (Hasan,

2009:Statistik deskriptif bertugas untuk menggambarkan (description)

tentang suatu gejala (Partino dan Idrus, 2009: 5).

Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dengan bentuk

pertanyaan terbuka berjumlah 100 item untuk mendapatkan data mengenai

penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul. Data

yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis oleh peneliti. Menurut Blaxter

(dalam Martono, 2014: 160) analisis data merupakan sebuah proses

berkelanjutan dalam penelitian, dengan analisis ini peneliti dapat

menginformasikan data yang telah dikumpulkan. Menurut Faisal (dalam

Martono, 2014: 160) ada beberapa tahap yang harus dilakukan seorang

peneliti untuk melakukan analisis data, yaitu: data coding, data entering, data

cleaning, data output, dan data analyzing.

Data coding merupakan proses penyusunan data mentah secara

sistematis ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data

(komputer). Kode bisa berupa angka maupun huruf yang bertujuan untuk

membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisis. Data coding

dalam penelitian ini berupa pemberian kode pada kuesioner. Tujuannya untuk

membedakan data guru satu dengan guru yang lain. Berikut contoh coding

data dalam penelitian ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Tabel 3.4 Contoh Coding Data

No. Soal Kode jawaban “ya” Kode jawaban Kode jawaban


“tidak” “kadang”
1 1.a 1.b 1.c

Pada tabel 3.5 kode 1.a menunjukkan bahwa angka 1 merupakan nomor

soal 1, huruf a merupakan pengelompokan jawaban “ya” yang memiliki kata

kunci sama pada masing-masing nomor. Kode 1.b menunjukkan bahwa angka

1 merupakan nomor soal 1, huruf b merupakan pengelompokan jawaban

“tidak” yang memiliki kata kunci sama pada masing-masing nomor.

Data entering merupakan proses pemindahan data yang telah diubah

dalam kode angka ke dalam komputer. Data hasil penelitian dimasukkan ke

dalam Microsoft Excel 2007. Setelah selesai melakukan data entering

selanjutnya dilakukan data cleaning. Data cleaning adalahsebuah proses

pengecekan untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke

dalam komputer telah sesuai dengan informasi yang sebenarnya. Proses data

cleaning adalah menghilangkan item-item kuesioner yang tidak valid. Setelah

melakukan data cleaning selanjutnya dilakukan data analyzing. Pada tahap

data analyzing atau menganalisis data, peneliti harus menginterpretasikan

data yang sudah diperoleh selama pengumpulan data. Analisis data yang

dilakukan oleh peneliti adalah mengelompokkan masing-masing jawaban

yang memiliki kata kunci yang sama menjadi satu kategori jawaban dalam

masing-masing nomor soal. Pengelompokkan jawaban tersebut dihitung

jumlahnya menggunakan turus pada jawaban dengan kategori yang sama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Data Output atau penyajian data adalah tahap penyajian hasil

pengolahan data dalam bentuk yang mudah dibaca. Data Output merupakan

tahap terakhir dalam analisis data. Penyajian data dalam penelitian ini

menggunakan bentuk tabel yang berisikan angka presentase dari nomor soal

dan pengelompokkan jawaban.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini menguraikan deskripsi penelitian, tingkat pengembalian

kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan.

A. Deskripsi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian non-Eksperimen yang berjudul “Survei

Pendidikan Sekolah Dasar Inklusi Di Wilayah Kabupaten Bantul” yang

dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Peneliti meminta data nama-nama

sekolah dasar yang menerapkan pendidikan inklusi ke Dinas Pendidikan

Dasar Kota Bantul sebagai suatu syarat melanjutkan ke Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) untuk meminta surat ijin untuk

melakukan penelitian pada wilayah Kabipaten Bantul. Setelah mendapat surat

ijin penelitian, pada bulan Desember peneliti mulai menyebarkan blue print

kepada dosen yang ersedia memvalidasi (validator konstruk).

Kuesioner disebarkan pada bulan Januari 2017 kepada 59 guru yang

mewakili sembilan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul.Teknik pembagian kuesioner dilakukan dengan meminta ijin terlebih

dahulu kepada kepala sekolah untuk membagikan kuesioner dan jika

diperkenankan peneliti memberikan kuesioner sesuai jumlah guru kelas atau

sesuai dengan persetujuan kepala sekolah. Kuesioner berupa100 pertanyaan

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

dengan jawaban terbuka dan peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner.

Pengumpulan hasil kuesioner diterima oleh peneliti sesuai dengan deadline

yang telah disepakati sebelumnya. Dari sembilan sekolah dengan jumlah 70

guru. Sample yang kembali sebanyak 59 kuesioner dari sembilan sekolah.

B. Tingkat Pengembalian Kuesioner

Jumlah sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul sebanyak 70

guru dari 9 sekolah dasar. Peneliti mengambil sample sebanyak 59 guru dari

kelas satu hingga kelas enam. Semua guru kelas sekolah dasar inklusi di

Wilayah Kabupeten bantul bersedia mengisi kuesioner yang peneliti

bagikan.Jumlah kuesioner yang peneliti bagikan sebanyak 70 buah dan

kuesioner yang kembali diterima peneliti sebanyak 59 buah.Hal tersebut

menjelaskan bahwa kuesioner kembali 84,28%.

C. Hasil Penelitian

Peneliti membagikan kepada 70 guru di sembilan sekolah dasar

inklusi yang ada di Wilayah Kabupaten Bantul. Kuesionser tersebut berisi

100 item pertanyaan yang bersifat terbuka. Dari 70 kuesioner yang peneliti

bagikan ada 59 kuesioner yang kembali. Hal tersebut menunjukan bahwa

tingkat kembali kuesioner sangat tinggi yaitu 94,9%. Data penyelenggaraan

sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dihitung dengan tiga

tahap. Tahap pertama yaitu mencari kata kunci jawaban yang sama dari setiap

item soal pertanyaan. Tahap kedua menjumlahkan ada berapa responden yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

menjawab dengan jawaban yang sama dengan kata kunci yang sudah dicari.

Tahap ketiga menghitung presentase yang telah menjawab jawaban yang

sama. Presentase dihitung dengan membagi jumlah responden dengan jumlah

kuesioner yang kembali dan dikalikan 100.

Pada lampiran 1 tentang hasil kuesioner penyelenggaraan sekolah dasar

iklusi di Wilayah Kabupaten Bantul menerangkan bahwa syarat penerimaan

siswa baru yang paling dominan menggunakan usia, akte, lulus dari taman

kanan-kanan (TK), kartu keluarga dan foto dan paling rendah menggunakan

foto kopi akta dan sistem kelas tuntas berkelanjutan (SKTB). Sekolah inklusi

di Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan tidak menggunakan proses

seleksi dalam menerima siswa baru tetapi, ada juga sekolah inklusi yang

menggunakan akata sebagai salah satu syarat penerimaan siswa baru

walaupun itu sangat sedikit. Proses seleksi yang digunakan sekolah inklusi

yang paling dominan menggunakan seleksi umur dan yang paling rendah

menggunakan akte sebagai salah satu proses seleksi siswa baru. Tipe

berkebutuhan khusus yang diterima di sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul yang paling dominan adalah siswa berkebutuhan khusus tipe slow

learner, low vision, dan tunagrahita dan ada juga yang menerima anak

berkebutuhan khusus tipe hiperaktif, tunarungu dan wicara walaupun sangat

sedikit. Kriteria anak berkebutuhan khusus yang dapat diterima di sekolah

inklusi yang paling dominan tidak ada karena semua tipe anak berkebutuhan

khusus diterima dan yang paling sedikit anak berkebutuhan khusus tipe slow

leaner dan tunagrahita yang dapat diterima di sekolah inklusi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Untuk memenuhi sumber daya pendidik, yang paling dominan sekolah

inklusi bekerjasama dengan guru pendamping khusus dan yang paling kecil

dengan cara mengangkat guru wiata bakti. Proses seleksi untuk sumber daya

pendidik yang paling dominan menggunakan lulusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar dan yang paling kecil menggunakan ijazah S1 dalam proses

memenuhi sumber daya pendidik. Kualifikasi khusus dalam sumber daya

pendidik yang paling dominan tidak ada karena sekolah menyediakan guru

pendamping dari Sekolah Luar Biasa. Dalam memfasilitasi semua siswa yang

paling dominan dengan cara menyediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dan

yang paling kecil dengan cara memberikan layanan individual. Sarana dan

prasarana yang tersedia di sekolah dasar inklusi yang paling dominan ada

ruang kegiatan, koperasi sekolah, komputer, perpustakaan, ruang karawitan,

lapangan voli, dan kamar mandi dan paling kecil di sekolah dasar inklusi

hanya memfasilitasi buku ajar.

Sekolah dasr inklusi dalam mefasilitasi anak berkebutuhan kusus yang

paling dominan mendapatkan kualitas yang sama dan respon yang paling

sedikit muncul adalah fasilitas tidak sama tetapi nilai sama. Sumber daya

biaya yang didapatkan yang paling dominan dari dana Bantuan Operasional

Sekolah Nasional, Bantuan Operasional Sekolah Daeah, Bantuan Operasional

Sekolah Propinsi dan dari kabupaten serta yang paling kecil sumber daya

biaya didapatkan dari POT. Pengelolaan sumber daya biaya yang paling

dominan dikelola oleh bendahara sekolah dan dewan sekolah dan yang paling

sedikit muncul dalam pengelolaan sumber daya biaya dilakukan dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

membuat rencana anggaran. Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul tidak semua melibatkan wali siswa dalam sumber daya biaya, tetapi

ada juga yang memberikan sumbangan sukarela kepada sekolah. Dalam

pengelolaan sumber daya biaya yang paling dominan tidak ada keterlibatan

dari pihak lain tetapi ada juga sekolah yang melibatkan dewan sekolah atau

komite sekolah dalam pengelolaan sumber daya biaya.

Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dalam mengenali

hambatan-hambatan anak berkebutuhan khusus, yang paling dominan dengan

cara pengamatan di dalam kelas dan yang paling sedikit muncul dengan cara

mencari siswa yang tidak mau menulis. Guru dalam melaksanakan

identifikasi berdasarkan gejala-gejala yang nampak yang paling dominan

dilakukan dengan cara pengamatan siswa saat belajar dan tingkah laku siswa

kemudian dilaksanakan asesmen pada siswa dan yang paling sedikit muncul

dengan cara bekerja sama dengan psikiater. Setelah memperoleh hasil dari

identifikasi tipe anak cara guru yang paling dominan dilakukan dengan cara

memberikan layanan sesuai kebutuhan dan paling seikit muncul dengan cara

memberikan ruang dan guru tersendiri maksimal tiga kali dalam satu minggu.

Sekolah dan guru di wilayah Kabupaten Bantul dalam menyadari tujuan dari

pelaksanaan identifikasi paling dominan sudah menyadari, dengan

memberikan waktu, kesempatan dan fasilitas yang dibutuhkan dan yang

paling keci belum menyadari sepenuhnya dan mendatangkan guru sekolah

luar biasa untuk mengidentifikasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan

belum memiliki tim pengembang kurikulum dan paling sedikit muncul sudah

memiliki tim pengembang kurikulum dengan menggunakan kurikulum

terintegrasi. Kurikulum yang paling dominan digunakan adalah kurikulum

2013, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006) dan yang paling

kecil hanya enggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006).

Guru di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul sudah memahami

prinsip pendidikan inklusi yang paling sedikit muncul guru belum memahami

prinsip pendidikan inklusi. Kurikulum yang saudah dibuat paling dominan

sudah sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik anak

berkebutuhan khusus dan paling sedikit hanya menyesuaikan kopetensi dasar

untuk anak berkebutuhan khusus. Komponen kurikulum yang digunakan guru

paling dominan sudah memenuhi tujuan, isi/materi, proses, evaluasi dan

paling kecil hanya sebagian saja atau baru beberapa komponen. Modifikasi

kurikulum di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul paling

dominan sudah memperhatikan pemberiaan program khusus untuk siswa

berkebutuhan khusus dengan memodifikasi silabus, rancangan pembelajaran,

materi, indikator dan evaluasi. Sementara, respon yang paling sedikit mucul

hanya proses pemberian program khusus dengan cara menjadikan anak yang

berkebutuhan khusus dalam satu kelas dan diberi keterampilan. Kurikulum

yang ada di sekolah dasar inklusi paling dominan sudah fleksibel dengan

menyesuaikan kondisi siswa yang berkebutuhan khusus dan yang paling kecil

hanya pelaksanaannya yang sudah menyesuaikan dengan kondisi siwa yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

berkebutuhan khusus. Guru dalam merancang sistem pembelajaran yang

kreatif dan aktif yang paling dominan dengan cara membuat rancangan

pembelajaran dengan metode cooperative , pembelajaran aktif, kreatif, efektif

dan menyenangkan (PAKEM), menggunakan media yang menarik dan

melibatkan siswa dan yang paling kecil dengan mengubah isi pembelajaran

dengan lagu. Sistem penyusunan atau modifikasi di sekolah inklusi yang

paling dominan sudah mempertimbangkan keragaman latar belakang siswa

dan yang paling kecil sekolah baru berusaha menerima keberagaman siswa.

Sistem penyususnan modifikasi kurikulum paling dominan sudah

mengakomodasi keberagaman siswa dan paling kecil hanya

menyederhanakan materi bagi anak berkebutuhan khusus.

Penyusunan perencanaan pembelajaran sekolah dasar inklusi di

Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan sudah sesuai dengan kebutuhan

siswa berkebutuhan khusus dan paling kecil sudah, tetapi belum semua.

Proses penyusunan perencanaan pembelajaran bagi siswa yang paling

dominan disesuaikan dengan silabus dan yang paling kecil dibuat di gugus.

Proses pembelajaran yang paling dominan sudah berpusat pada siswa dan

paling kecil proses pembelajaran tidak harus selalu berpusat padan siswa.

Penyusunan rencana pembelajaran antara anak berkebutuhan khusus dengan

yang tidak berkebutuhan khusus yang paling dominan disesuaikan dengan

penyusunan rancangan pembelajaran, indikator yang berbeda lebih mudah

atau lebih ringan untuk anak berkebutuhan khusus dan yang paling kecil guru

hanya memberikan dispensasi bagi siswa yang berkebutuhan khusus.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Bahan ajar yang digunakan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul yang paling dominan sudah memenuhi tiga aspek yaitu pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap dan yang paling kecil sekolah memberikan buku

tematik kepada siswa. Bahan ajar yang digunakan paling dominan sudah

memenuhi aspek ketrampilan melalui pembelajaran praktek dan yang paling

sedikit muncul bahan ajar sebagian sudah memenuhi aspek ketrampilan.

Bahan ajar yang digunakan paling dominan sudah memenuhi aspek sikap

dengan cara memberikan contoh gambar tata tertib, nilai karakter budaya,

memberikan contoh sikap yang baik dalam kehidupan dan yang paling kecil

hanya sebagian yang sudah memenuhi aspek sikap. Cara menyampaikan

materi pembelajaran yang dominan guru lakukan dengan cara klasikal tidak

ada perbedaan dengan siswa yang tidak berkebutuhan khusus dan yang paling

sedikit muncul guru hanya memberikan jam tambahan bagi siswa yang

tertinggal dalam penguasaan materi. Strategi yang digunakan guru yang

paling dominan adalah dengan menggunakan media yang menarik,

menyenangkan, diskusi dan memotivasi siswa dan respon yang paling sedikit

muncul guru melakukan kegiatan di luar kelas dan game.

Guru dalam menyediakan suasana pembelajaran efektif dan kondusif

yang paling dominan guru membuat pembelajaran menarik dan

menyenangkan dan yang paling kecil guru mengajak siswa untuk bernyanyi

bersama. Pendekatan yang digunakan guru yang paling dominan

menggunakan pendekatan klasikal dan individual dalam menyampaikan

meteri dan yang paling sedikit muncul guru memberikan contoh secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

berulang-ulang supaya siswa yang berkebutuhan khusus mudah memahami

materi. Penataan ruang kelas di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten

Bantul yang paling dominan siswa yang berkebutuhan khusus ditempatkan di

depan dan yang paling sedikit muncul guru meminta siswa menghadap

kedepan. Pencahayaan di dalam kelas yang paling dominan sudah cukup

sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dan yang paling kecil

pencahayaan menggunakan jendela dan jika mendung menggunakan lampu

yang ada di dalam kelas. Desain dinding kelas inklusi yang paling dominan

digunakan untuk menempel gambar hasil karya siswa dan respon yang paling

sedikit uncul dinding dibuat dari tembok dan ditutup menggunakan papan

bener panjang. Desain lantai di sekolah dasar inklusi yang paling dominan

digunakan masih biasa menggunakan keramik dan belum ada untuk siswa

yang berkebutuhan khusus dan respon yang paling jarang muncul lantai sudah

mulai disesuaikan dengan kondisis siswa agar siswa merasa nyaman.

Ruangan yang digunakan untuk menyimpan media pembelajaran yang paling

dominan digunakan berada di ruang laboratorium dan yang jarang digunakan

berada di ruang kelas.

Pengaturan kelompok yang paling sering digunakan dalam sekolah

dasar inklusi adalah pengelompokan yang dibuat dengan mengacak siswa dan

yang paling jarang digunakan dengan cara mengelompokan siswa yang sama.

Guru dalam membagi kelompok dan mengatur siswa paling dominan dengan

pembagian kelompok disesuaikan dengann kebutuhan kelompok dan paling

sedikit menggunakan kelompok perdusun. Keuntungan dan kerugian dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

bekerja sama kelompok besar yang paling dominan siswa dapat

berkomunikasi dengan banyak teman dan kerugiannya kurang efektif dalam

memecahkan masalah karena kurangnya waktu dan respon yang paling

sedikit karena kurang efektif. Keuntungan dan kerugian kelompok kecil yang

paling dominan adalah lebih intensif dan kekurangannya siswa hanya

bekerjasama dengan sedikit teman dan respon yang paling sedikit keuntungan

dan kerugian bekerja dalam kelompok kecil siswa tidak ramai tetapi tugas

tidak selesai. Dalam pengajaran yang lebih efisien yang paling dominan

adalah kelompok kecil dan yang kurang efektif kelompok besar.

Upaya pengumpulan informasi yang dilakukan sekolah dasar inklusi

Wilayah Kabupaten Bantul yang paling dominan dengan melakukan asesmen

dan yang jarang dilakukan melalui rapat pertemuan orang tua dan siswa

sendiri. Kontribusi guru dalam proses asessmen pada pengambilan keputusan

yang paling dominan dengan cara menentukan siswa yang dicurigai

berkebutuhan khusus dengan melihat enam ranah penting pengambilan

keputusan (screening, diagnosis, penempatan program, penempatan

kurikulum, evaluasi pengajaran, dan evaluasi program) dan repon yang paling

sedikit muncul dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan mengundang

pakar ahli untuk menindak lanjuti. Alat ukur yang digunakan guru untuk

mengambil keputusan yang paling dominan dengan adanya asessmen dari

psikologi, agar dalam pengambilan keputusan lebih optimal dalam

menentukan siswa yang berkebutuhan kushus dan alat ukur yang jarang

dilakukan dengan cara penilaian dan evaluasi. Cara menggunakan alat ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

untuk mengidentifikasi adanya kondisi disabilitas yang paling dominan

dilakukan dengan asesmen agar guru dapat menentukan kebutuhan yang

sesuai dengan anak dan yang paling sedikit digunakan melalui pengamatan

serta dilakukan oleh pihak lain. Peran guru pendidikan umum dalam

melaksanakan asessmen yang dominan dengan observasi, praktek,

mengamati, dan mengevaluasi.

Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan

selalu menggunakan tes screening atau tes penyaringan untuk mengetahui

siswa berkebutuhan khusus atau tidak dan ada juga yang menggunakan

pengamatan untuk mengetahui siswa berkebutuhan khusus atau tidak

walupun itu sangat jarang digunakan. Tes screening dilakukan oleh guru yang

paling dominan untuk mengetahui bahwa siswa tersebut berkebutuhan khusus

dan untuk mengetahui secara spesifik kebutuhanya tersebut dan ada pula yang

menggunakan tes screening agar ujian siswa tercapai dengan baik. Proses

pelaksanaan tes screening yang dilakukan sekolah dasar inklusi yang paling

dominan dengan melakukan identivikasi dan asesmen dan yang paling sedikit

dilakukan dengan meminta lembaga lain untuk melakukan tes screenig. Tes

screening yang paling sering dilakukan yaitu tes psikotes satu kali dan tiga

kali observasi bahkan ada juga yang tidak pasti melakukan tes screening

walaupun itu sangat sedikit yang melakukan. Proses tes screening yang

dominan dilakukan dengan didampingi oleh tenaga profesional dan sedikit

dilakuakan tanpa adanya dampingan dari tenaga profesional.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Proses tes diagnosis yang dominan dilakukan dengan cara pengamatan

dan wawancara orang tua dan surat keterangan dari dokter tentang kaeadaan

siswa dan proses diagnosis yang kemungkinan kecil dilakukan melalui

observasi selama kegitan belajar mengajar dan memberi pertanyaan aktif.

Sekolah dasar inklusi perlu melakukan tes diagnosis dengan tujuan yang

dominan untuk menentukan jenis layanan yang akan diberikan kepada siswa

yang berkebutuhan khusus dan yang paling sedikit mengapa tes diagnosis

perlu dilakukan untuk mengetahui hasil yang sebenarnya bahwa memang ada

siswa yang berkebutuhan khusus. Tindakan selanjutnya yang dominan

dilakukan setelah dilaksanakan tes diagnosis adalah dengan memberikan

pelayanan khusus (sesuai kebutuhan) dan yang sedikit dilakukan oleh guru

setelah tes diagnosis adalah meminta siswa yang berkebutuhan khusus duduk

paling depan. Penyampaian hasil diagnosis kepada orang tua yang paling

dominan dilakukan oleh guru dengan cara mengundang atau memanggil

orang tua ke sekolah dan memberikan penjelasan kepada mereka.

Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dalam melakukan

penempatan program berdasarkan dengan ranah tempat berlangsungnya

layanan pendidikan khusus yang paling dominan program siswa

berkebutuhan khusus dalam penempatannya dicampur dengan kelas reguler

dan ada juga yang setiap satu minggu sekali dibedakan dalam satu kelas

meskipun jarang dilakukan. Sistem penempatan program untuk siswa yang

berkebutuhan khusus yang dominan dilakukan bersamaan dengan siswa yang

tidak berkebutuhan khusu dan yang paling sedikit dilakukan dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

memperhatikan program siswa berkebutuhan khusus. Batuan dari tenaga ahli

dalam sistem penempatan program disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan

terkadang dengan melakukan konsultasi dan pembinaan.

Penempatan kurikulum yang dilaksanakan sekolah dasar inklusi yang

paling dominan dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan

dan menggunakan kurikulum 2013 untuk reguler, dan kurikulum khusus

untuk siswa yang berkebutuhan khusus, ada juga yang menggunakan

kurikulum yang sama antara siswa berkebutuhan khusus dan yang tidak

berkebutuhan khusus hanya saja dalam proses pelaksanaannya fleksibel bagi

siswa yang berkebutuhan khusus. Penempatan kurikulum untuk siswa yang

berkebutuhan khusus yang paling dominan dengan cara menyesuaikan

dengan kondisi siswa yang berkebutuhan khusus karena masing-masing siswa

berbeda kemampuannya dan paling sedikit penempatan kurikulum sebagai

acuan proses belajar.

Evaluasi pengajaran bagi siswa yang berkebutuhan khusus yang

dominan dilakukan dengan menurunkan bobot indikator sehingga nilai sama

dengan siswa reguler dan yang paling kecil dilakukan dengan memperbaiki

sesuai kebutuhan siswa. Menindaklanjuti dari hasil evaluasi, hal atau cara

yang dominan dilakukan oleh guru dengan mengadakan remidial dan

pengayaan materi dan yang paling kecil dilakukan dengan melakukan

analisis. Guru di sekolah inklusi Wilayah Kabupaten Bantul paling banyak

sudah pernah mengubah prosedur pengajaran dengan menyesuaikan kondisi

siswa dan yang paling kecil guru sama sekali tidak pernah mengubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

prosedur pengajaran. Guru dalam mengubah prosedur pengajaran dengan cara

yang paling sering dilakukan dengan menyesuaikan kondisi siswa dan yang

paling sedikit dengan cara yang dilakukan hanya mengembangkan prosedur

pengajarannya saja.

Di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan

selalu melakukan evaluasi program untuk menghentikan, melanjutkan, atau

memodifikasi program pendidikan untuk siswa berkebutuhan khusus dan

respon yang sedikit muncul belum semua evaluasi program sekolah telah

terlaksana. Evaluasi program untuk siswa yang berkebutuhan khusus di

sekolah paling dominan dilakukan evaluasi sebagai tindak lanjut dan yang

kecil dilakukan dengan menggunakan tes sebagai evaluasi program. Guru

paling dominan menerapkan target sesui indikator yang akan dicapai dalam

menerapkan target untuk evaluasi program dan yang paling sedikit muncul

target atau patokan yang dilakukan guru belum semua dapat terlaksana

dengan baik. Patokan yang diterapkan terkait dengan evaluasi program yang

dominan dengan menentukan target menurut kemampuan siswa dan repon

yang paling sedikit muncul dengan cara menyamakan patokan siswa yang

berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus.

Media pembelajaran di sekolah dasar inklusi yang paling dominan

sudah disusun dan dirancang berdasarkan kebutuhan siswa dan yang paling

kecil media pembelajaran hanya merancang untuk siswa yang berkebutuhan

khusus. Penggunaan media di sekolah dasar inklusi paling dominan sudah

membantu seluruh siswa dalam memehami materi dan hasilnya meningkat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

dan paling kecil melibatkan siswa secara langsung. Proses pembuatan media

pembelajaran yang dominan dilakukan dengan membuat media di sekolah

serta disesuaikan dengan materi dan kebutuhan dan yang paling kecil media

yang ada di sekolah kurang memadai. Hasil yang didapatkan dari penggunaan

media pembelajaran yang paling dominan belum sesuai dengan harapan

seharusnya dan yang paling kecil hasil yang diharapkan berbeda-beda sesaui

dengan materi. Proses pemilihan media yang dominan dilakukan dengan

menyesuaikan materi dan alokasi waktu serta kebutuhan siswa dan repon

yang paling sedikit muncul proses pemilihan media dilakukan dengan

pemilihan media yang sesuai dengan lingkungan sekolah. Penyediaan dan

pembuatan media yang dominan sudah menyediakan dan membuat media

dengan maksimal dan repon yang paling sedikit muncul sekolah belum

menyediakan dan membuat media secara maksimal.

Patokan atau dasar yang digunakan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang paling dominan menggunakan kemampuan siswa, daya dukung

dan hambatan yang dialami dan patokan atau dasar yang paling kecil

digunakan dengan rapat kelulusan karena itu adalah otonomi sekolah. Cara

menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang paling dominan

dilakukan melalui rapat kepala sekolah dan guru serta yang paling sedikit

dilakukan dalam menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan

cara menghitung materi setiap kopetensi dasar (KD) kemudian

diakumulasikan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk siswa yang

berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus yang paling


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

dominan ada perbedaan dan repon yang paling sedikit muncul Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) disamakan dengan siswa yang tidak

berkebutuhan khsus. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap siswa

berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus berbeda karena

tingkat berpikir siswa tersebut berbeda-beda dan alasan yang membedakan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) supaya ada rasa keadilan IQ yang tinggi

dan yang rendah.

Respon terkait peningnya mengidentifikai aspek-aspek yang akan

dievaluasi yang paling dominan adalah supaya dapat membedakan angka

kesulitan dan angka kemudahan. Respon yang paling sedikit muncul agar

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru mengidentifikasi

aspek-aspek yang akan dievaluasi paling dominan dengan menggunakan

pengamatan standar kopetensi (SK) dan kopetensi dasar (KD) dan asesmen

dan yang paling sedikit muncul dilakukan menggunakan kisi-kisi.

Pertimbangan-pertimbangan yang dominan dalam mengevaluasi

pembelajaran dengan cara tes dan nontes dan yang paling sedikit muncul

menggunakan pertimbangan formatif. Penilaian yang dilakukan berlaku untuk

semua siswa yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan

khusus ada beberapa guru yang membedakan antara siswa berkebutuhan

khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus.

Perlunya guru melakukan kegiatan evaluasi yang paling dominan untuk

mengukur kemampuan yang telah dicapai siswa dan yang paling sdikit

muncul untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

diberikan. Kegiatan evaluasi yang paling dominan dilakukan hampir setiap

hari (akhir kegiatan belajar mengajar) dan yang sedikit dilakukan setelah

standar kopetensi (SK) selesai. Tindakan selanjutnya jika sudah mengetahui

hasil dari kegiatan evaluasi yang paling dominan guru mengadakan perbaikan

dan pengayaan bagi siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) dan yang paling sedikit dilakukan oleh guru dengan cara

mengevaluasi pembelajaran yang sudah diberikan kepada siswa. Kegiatan

evaluasi paling dominan dilakukan oleh siswa, guru dan kepala sekolah

namun ada juga yang melibatkan orang tua siswa dalam kegiatan evaluasi.

Peran serta orang tua dalam kegiatan evaluasi yang dominan membantu siswa

belajar di rumah dan yang kemungkinan kecil dilakukan mengoreksi kegiatan

pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Manfaat kegiatan evaluasi yang

dominan untuk mengetahui kemajuan belajar dan memotivasi siswa dan yang

paling kecil dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif, efektif, dan

psikomotor. Manfaat efaluasi bagi siswa yang dominan untuk

mengoptimalkan kemampuan yang ada pada siswa yang berkebutuhan khusus

dan manfaat yang kecil bagi siswa berkebutuhan khusus untuk mengacu

kemandirian. Pelaksanaan evaluasi untuk siswa yang berkebutuhan khusus

yang dilakukan guru paling dominan dengan cara melakukan tes lisan dan

praktek dan yang kecil dilakukan guru dengan pendampingan secara

individual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

D. Pembahasan

1. Kesesuaian Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul dengan Prinsip Sekolah Inklusi

Pada hasil olah data, diketahui bahwa semua sekolah dasar yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul telah

menerapkan prinsip-prinsip sekolah inklusi. Penerapan prinsip-prinsip sekolah

inklusi oleh sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dapat dilihat

dari tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Prinsip-prinsip Sekolah Inklusi yang Terlaksana di Sekolah

Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul

No. Sekolah Prinsip yang Muncul Kesimpulan

1. A - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 8 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas yang ramah anak.

- Melaksanakan asesmen.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

2. B - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 7 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

No. Sekolah Prinsip yang Muncul Kesimpulan

- Menata kelas yang ramah anak.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

3. C - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 8 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas yang ramah anak.

- Melaksanakan asesmen.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

4. D - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 5 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas yang ramah anak.

5. E - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 8 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas yangi ramah anak.

- Melaksanakan asesmen.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

No. Sekolah Prinsip yang Muncul Kesimpulan

pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

6. F - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 8 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas yang ramah anak.

- Melaksanakan asesmen.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

7. G - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 7 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas menjadi ramah anak.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

8. H - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 8 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas yang ramah anak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

No. Sekolah Prinsip yang Muncul Kesimpulan

- Melaksanakan asesmen.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

9. I - Menerima peserta didik baru dengan Dari 8 prinsip-prinsip


mengakomodasikan semua anak. sekolah inklusi yang
muncul ada 8 prinsip.
- Melakukan identifikasi peserta didik.

- Mengembangkan kurikulum fleksibel.

- Merancang bahan ajar dan kegiatan


pembelajaran yang ramah anak.

- Menata kelas yang ramah anak.

- Melaksanakan asesmen.

- Mengadakan dan memanfaatkan media


pembelajaran adaptif.

- Melaksanakan penilaian dan evaluasi


pembelajaran.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa ada 6 sekolah

dasar yang memenuhi 8 prinsip sekolah inklusi, 2 sekolah hanya memenuhi 7

prinsip sekolah inklusi dan 1 sekolah hanya memenuhi 5 prinsip sekolah

inklusi. Dari penjelasan tersebut prinsip pendidikan inklusi yang belum

dilaksanakan seperti tercantum pada tabel di atas tidak berarti belum

dilaksanakan sama sekali, tetapi baru dilaksanakan sebagian. Sekolah dasar

inklusi yang menerapkan 8 prinsip sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul sebesar 66,66 % sudah melebihi dugaan sementara 50%. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah dasar inklusi di Wilayah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Kabupaten Bantul sudah menerapkan prinsip-prinsip inklusi dengan baik

namun belum maksimal.

2. Proses Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul

Dalam proses penyelenggaraan sekolah dasar inklusi, semua sekolah

dasar inklusi yang ada di Wilayah Kabupaten Bantul dalam penerimaan

peserta didik baru hanya mempertimbangkan umur. Pada prinsipnya tidak

dilakukan seleksi, tetapi jika jumalah pendaftar melebihi kuota maka akan

dilakukan seleksi usia. Seleksi usia adalah seleksi yang dilakukan dengan

cara memprioritaskan siswa yang usianya lebih tua. Untuk anak ABK hanya

siswa yang masih bisa dididik, dilatih, bersosialisasi dan tidak membutuhkan

peralatan yang intensif yang dapat diterima.

Kustawan (2013: 90-91), menyatakan bahwa pelaksanaan penerimaan

peserta didik baru, sekolah membentuk Panitia Penerimaan Peserta Didik

Baru yang dilengkapi dengan pendidik (guru pendidik khusus dan/ atau

konselor) yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan

keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Berdasarkan

kenyataan di lapangan, sekolah tidak membentuk panitia penerimaan peserta

didik baru. Sekolah hanya menyediakan sumber daya pendidik dalam

penerimaan peserta didik baru untuk siswa berkebutuhan khusus maka

sekolah berkerjasama denga pihak Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk

mendatangkan Guru Pendamping Khusus (GPK) sebagai solusi untuk

memberikan layanan kepada siswa yang berkebutuhan khusus. Sekolah juga

meminta guru untuk mengikuti diklat pendidikan inklusi dan mencari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

pengajar berkompeten dan sebelum mengangkat sumber daya pendidik

sekolah mengadakan seleksi dengan mengajar langsung di kelas, wawancara,

lulusan PGSD S1 untuk memenuhi sumber daya pendidik bagi semua siswa.

Sarana dan prasarana juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa

berkebutuhan khusus. Idealnya sekolah inklusi harus menyediakan sarana

dan prasarana yang dapat memudahkan untuk diakses oleh anak berkebutuhan

khusus, meliputi: 1) jalan menuju halaman sekolah; 2) pintu ruang kelas; 3)

jendela; 4) koridor kelas; 5) ruang kelas; 6) perpustakaan; 7) laboratorium; (8)

ruang konseling; (9) arena olahraga; (10) arena bermain dan taman sekolah;

11) toilet; 12) tangga; 13) penyeberangan jalan menuju sekolah; dan 14)

tanda-tanda khusus sekolah di lingkungan sekitarnya. Namun berdasarkan

data, sarana dan prasarana yang dapat dipenuhi baru meliputi perpustakaan,

ruang kegiatan, koperasi sekolah, alat peraga, ruang kesenian, panduan

membaca dan alat bantu gambar. Semua anak berkebutuhan khusus

mendapatkan fasilitas yang sama dari sekolah. Sumber daya biaya yang

digunakan untuk memfasilitasi semua siswa, baik anak berkebutuhan khusus

maupun anak tidak berkebutuhan khusus, diperoleh dari dana Bantuan

Operasional Sekolah, yaitu: Bantuan Operasional Sekolah pusat, Bantuan

Operasional Sekolah provinsi, Bantuan Operasional Sekolah daerah dan

Bantuan Operasional Sekolah kabupaten serta dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Bantul. Sumber daya biaya tersebut dikelola oleh bendahara

sekolah dan dewan sekolah tanpa ada campur tangan wali siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Kustawan (2013: 93), yang menyatakan bahwa identifikasi adalah

upaya guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya untuk menemukan

dan mengenali anak yang mengalami hambatan/ kelainan/ gangguan baik

fisik, intelektual, mental, emosional, dan sosial dalam rangka pemberian

layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Setelah

penerimaan siswa baru kegiatan yang dilakukan guru adalah mengidentifikasi

siswa. Identifikasi adalah cara guru dan tenaga pendidikan untuk menemukan

dan mengenali siswa yang berkebutuhan khusus untuk memberika pelayanan

yang sesuai dengan kubutuhan khususnya. Guru-guru sekolah dasar inklusi

di Wilayah Kabupaten Bantul melakukan identifikasi dengan cara

mewawancarai wali murid, pengamatan saat proses belajar mengajar. Dari

kegiatan identifikasi tersebut, pihak sekolah akan mendapatkan data tentang

siswa yang mengalami kebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan

khusus. Setelah data diperoleh maka guru dapat memberikan layanan sesuai

kebutuhan siswa.

Kurikulum yang digunakan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten

Bantul adalah kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Kurikulum tersebut sudah dikembangkan oleh tim pengembang

kurikulum di sekolah dengan mengacu pada pedoman kurikulum pemerintah.

Semua guru sudah memahami prinsip pendidikan inklusi. Kurikulum yang

sudah dibuat sudah sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik

siswa berkebutuhan khusus. Kurikulum yang diberlakukan di sekolah inklusi

sudah memenuhi empat komponen utama, yaitu tujuan, isi/materi, proses, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

evaluasi. Dalam pelaksanan pembelajaran guru, sudah menyesuaikan dengan

kebutuhan siswa secara fleksibel. Proses perancangan sistem pembelajaran

guru sudah merancang sedemikian rupa untuk mendorong keaktifan dan

kreatifitas siswa. Penyususnan atau modifikasi kurikulum sebagain besar

sudah mempertimbangkan keragaman siswa dari latar belakang dan

kemampuan siswa masing-masing. Pernyataan tersebut didukung oleh

Kustawan (2013: 107), kurikulum fleksibel mengakomodasi anak dengan

berbagai latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum tingkat satuan

pendidikan akan lebih peka mempertimbangkan keragaman anak agar

pembelajaran relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya.

Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru sudah sesuai dengan

kondisi siswa agar dapat menerima pembelajaran yang disampaikan secara

maksimal. Proses belajar mengajar siswa berkebutuhan khusus dan tidak

berkebutuhan khusus dilakukan bersama-sama dalam satu ruangan. Dalam

penyususnan pembelajaran, guru menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menyesuaikan siswa dan indikator yang berbeda

untuk siswa berkebutuhan khusus dan tidak berkebutuhan

khusus.penyesuaian itu dilakukan karena dalam pembelajaran berpusat

kepada siswa.

Ilahi (2013: 172 – 173), menerangkan bahwa untuk mencapai tujuan

mengajar yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar.Bahan ajar yang

digunakan sudah memenuhi 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan dan

sikap. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa berkebutuhan khusus dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

berkebutuhan khusus dijadikan satu, namun siswa berkebutuhan khusus

didampingi oleh guru. Strategi guru dalam mengjar dengan menggunakan

media yang menarik, menyenangkan, diskusi, dan memotivasi siswa dengan

mudah dapat mengikuti dan menangkap pembelajaran yang disampaikan

dengan baik.

Suasana belajar yang efektif dan kondusif sangat penting untuk

menunjang prestasi siswa. Oleh sebab itu guru selalu menciptakan suasana

yang menyenangkan dengan membuat pembelajaran yang menarik dan

menggunakan alat peraga. Guru juga menggunakan pendekatan klasikal dan

individual dalam menyampaikan materi. Pendekatan kalisakl adalah dimana

guru menjelaskan materi pembelajaran secara lisan, sedangkan pendekatan

individual adalah dimana guru memberikan bantuan secara individu kepada

siswa berkebutuhan khusus maupun siswa yang tidak berkebutuhan khusus.

Agar guru lebih mudah dalam mengamati dan mengawasi siswa yang

berkebutuhan khusus.

Friend (2015: 207), yang menerangkan bahwa penataan unsur-unsur

fisik ruang kelas dapat mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak

yang tidak berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus,

penataan unsur fisik. Selain itu, saat kegiatan belajar mengajar guru juga

mengatur siswa untuk bekerja dalam kelompok dengan menyesuaikan

kebutuhan masing-masing siswa. Penataan ruang kelas pada kelas inklusi

sebaiknya siswa meghadap ke depan, meja dan kursi sebaikanya dapat diatur

sehingga dengan mudah dapat dipindahkan pada saat bekerja dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

kelompok. Untuk pencahayaan, ruang kelas dibuat cukup terang agar proses

belajar mengajar berjalan dengan lancar. Lantai di dalam kelas masih lantai

biasa atau keramik pada umumnya karena tidak ada siswa disabilitas. Dinding

kelas difungsikan untuk menempel gambar hasil karya siswa dan dibuat

seindah dan semenarik mungkin. Untuk penyimpanan media-media

ditempatkan di ruang laboratorium.

Dalam kelas inklusi biasanya pengajaran dilakukan dengan

berkelompok untuk mengembangkan ketrampilan dan bersosialisasi dengan

siswa lain. Siswa-siswa kadang diatur oleh guru dalam membuat kelompok

besar maupun kelompok kecil dengan cara diacak. Pengaturan kelompok

besar mempunyai kelebihan dalam siswa berinteraksi dengan lebih banyak

teman, kelemahan kelompok besar siswa kurang tertantang secara maksimal,

ramai dan gaduh. Pengaturan kelompok kecil mempunyai kelebihan yaitu

siswa lebih intensif dalam bekerja dalam kelompok, kelemahan kelompok

kecil adalah minimnya masukan atau pendapat dari siswa dalam kelompok.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dalam kelompok besar maupun

kelompok kecil, guru lebih senang menggunakan kelompok kecil.

Asesmen dilakukan untuk memastikan tingkat ketunaan pada siswa.

Asesmen dilakukan oleh psikolog dari Sekolah Luar Biasa (SLB) atau dari

tenaga ahli. Siswa yang diikutkan dalam kegiatan asesmen terlebih dahulu

diidentifikasi oleh guru kelas dengan cara pengamatan tingkah laku siswa dan

hasil tes dalam pembelajaran. Guru kelas juga menyiapkan data tentang siswa

yang akan diikutkan dalam giatan asesmen secara lengkap untuk menunjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

proses asesmen. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Triani (2013:

25) asesmen merupakan kegiatan secara utuh dan menyeluruh untuk tujuan

tertentu, kegiatan yang dilakukan dalam asesmen adalah mengumpulkan data

dan informasi yang akan digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan

yang berkaitan dengan pembelajaran.

Tes screening dilakukan setiap satu kali dalam satu tahun pembelajaran.

Dalam proses tes screening, siswa didampingi oleh tenaga profesional dari

Sekolah Luar Biasa (SLB). Tes tersebut bertujuan untuk menyaring siswa

yang diduga berkebutuhan khusus. Cara untuk melakukan tes screening yaitu

dengan membandingkan hasil tes dan hasil pengamatan prilaku dan fisik

siswa.

Tes diagnosis di sekolah biasanya dilakukan saat awal tahun pembelajaran.

Tes diagnosis dilakukan untuk menentukan jenis layanan yang akan diberikan

kepada siswa berkebutuhan khusus, tes ini dilakukan dengan cara pengamata

dan wawancara dengan wali siswa. Setelah tes diagnosis dilakukan

selanjutnya akan disampaikan kepada wali siswa dengan cara dipanggil ke

sekolah kemudian diberikan penjelasan tentang diagnosis tersebut.

Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul tidak menyusun

kurikulum tersendiri bagi siswa berkebutuhan khusus. Meskipun kurikulum

yang digunakan bagi siswa berkebutuhan khusus dan yang tidak

berkebutuhan khusus sama, tetapi guru-guru menetapkan indikator yang lebih

rendah bagi siswa berkebutuhan khusus dalam program pembelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Guru melakukan evaluasi terhadap program yang sudah dilakukan

terutama untuk siswa berkebutuhan khusus. Apabila tujuan program

pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak berhasil dengan baik maka akan

dilakukan dengan cara memodifikasi program bagi siswa berkebutuhan

khusus modifikasi program dilakukan dengan cara menurunkan bobot

indikator.

Sekolah dasar inklusi sudah merancang media pembelajaran untuk

menunjang proses belajar mengajar. Media pembelajaran yang digunakan

disesuaikan dengan kodisi siswa yang dibuat oleh guru kelas.Penggunaan

media pembelajaran sangat berdampak positif bagi siswa karena dengan

media siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada

umumnya sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul belum

maksimal dalam penyediaan dan pembuatan media pembelajaran. Sekolah

lebih mengembangkan media pembelajaran adaptif, yaitu media pembelajaran

yang dirancang, dibuat, dipilih, dan digunakan dalam pembelajaran sehingga

dapat bermanfaat untuk semua siswa, khususnya untuk siswa berkebutuhan

khusus.

Dasar ditentukannya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dilihat dari

nilai rata-rata yang dicapai pada evaluasi sebelumnya. Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) bagi siswa berkebuthan khusus dan siswa yang tidak

berkebutuhan khusus dibuat sama, tetapi bobot soal untuk siswa

berkebutuhan khusus dibuat lebih rendah. Penentuan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) tidak hanya mempertimbangkan rata-rata nilai siswa saja,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

tetapi kemampuan siswa, daya dukung dan hambatan yang dialami siswa juga

perlu dipertimbangkan.

Guru perlu melakukan identifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi

yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Identifikasi aspek

tersebut akan memudahkan guru dalam penyusunan soal evaluasi. Guru juga

mempertimbangkan bobot soal yang diperuntukan bagi siswa berkebutuhan

khusus, dibuat lebih mudah daripada soal yang diperuntukan bagi siswa tidak

berkebutuhan khusus.Evaluasi yang dilakukan guru menggunakan teknik tes

dan non tes agar aspek pengetahahuan, sikap, dan ketrampilan dapat

diukur.Penilaian dilakukan untuk semua siswa dengan perbedaan bobot soal

bagi siswa yang berkebutuhan khusus dibuat lebih rendah.

Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan yang

telah dicapai siswa.Evaluasi dilakukan pada setiap akhir kegiatan belajar

mengajar (KBM). Guru menganalisis hasil evalusi belajar siswa sebagi dasar

untuk menentukan tindak lanjut pembelajaran. Siswa yang belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) akan diadakan perbaikan dan

pengayaan. Sesuai dengan pernyataan Kustawan (2013: 117), menyebutkan

bahwa evaluasi merupakan proses yang penting dalam bidang pengambilan

keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis

informasi tersebut agar diperoleh data yang tepat yang akan digunakan

pengambilan keputusan dalam memilih diantara beberapa alternatif.

Peran orang tua dalam kegiatan evaluasi yaitu mengawasi dan memberi

semangat siswa saat berada di rumah. Evaluasi sebagi tahap proses


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

pembelajaran sangat penting karena bermanfaat untuk mengetahui tingkat

kemampuan siswa. Melalui kegiatan evaluasi baik siswa berkebutuhan

khusus maupun tidak berkebutuhan khusus, guru mengukur sejauh mana

kemampuan siswa dapat tercapai.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Bab V ini mengurikan tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan

penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sekolah dasar inklusi se-

Kabipaten Bantul dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul


sudah sesuai dengan prinsip sekolah inklusi dengan presentase sebesar
66, 6%.
2. Proses penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul

sebagian besar sekolah dasar inklusi sudah mencakup aspek

penerimaan peserta didik baru (PPDB); identifikasi; kurikulum

fleksibel; merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang

ramah anak; penataan kelas yang ramah anak; asesmen; pengadaan

dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif; penilaian dan evaluasi

pembelajaran.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian dalam melakukan penelitian ini menyadari sungguh bahwa

masih banyak kelemahan dan keterbatasan yang dialami. Berikut beberapa

keterbatasan peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

1. Soal kuesioner yang mencapai 100 soal menjadi kendala dalam

pengambilan kuesioner karena, responden membutuhkan waktu yang

lebih banyak dalam pengisisan kuesioner.

2. Penyebaran dan pengambilan data dilakukan pada awal semester

sehingga jadwal responden cukup padat oleh sebab itu dalam

penyebaran dan pengambilan data sedikit mengulur waktu.

C. Saran

Saran yang diberikan peneliti akan digunakan sebagai masukan dan

bahan perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian,

peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya, untuk menambahkan atau mengembangkan

penelitian tentang penyelenggaraan sekolah dasar inklusi dengan

bekerjasama melalui dinas pendidikan yang terkait.

2. Untuk peneliti selanjutnya, untuk mempertimbangkan waktu yang

akan digunakan dalam pembagian dan pengambilan kuesioner dan jika

perlu lebih baik mencari hari untuk mendampingi guru dalam

mengerjakan kuesioner agar soal dapat dijawab semua.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Delphie Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT


Refika Aditama

Friend, Marilyn dan William D. Bursuck. 2015. Menuju Pendidikan Inklusi


Panduan Praktis untuk Mengajar Edisi Ketujuh. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.

Hidayat Saepul & Wawan. 2013. Pendidikan anak berkebutuhan khusus


tunalaras. Jakarta : PT Luxima Metro Media

Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusi: Konsep & Aplikasi.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Indrawan dan Yaniawati.2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan
Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Kustawan, Dedy dan Budi Hermwan. 2013. Model Implementasi


Pendidikan Inklusif Ramah Anak Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta :
PT. lukima metro media.

Morissan. 2014. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.

Margono. 2010. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka cipta.

Purwanto. 2015. Metodologi penelitian kuantitatif untuk pesikologi


pendidikan. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Rosilawati, Ina. 2013. Trik Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan


Inklusif. Yogyakarta : Familia.

Sue Stubbs. 2002. Pendidikan Inklusif: Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber.
Judul asli: Inclusif Education: Where There Are Few Resources.
Dialihbahsakan oleh: Susi Septaviana. Bandung: Jurusan Pendidikan
Luar Biasa UPI.

Sartika, Yopi. 2013. Ragam media pembelajaran adaptif untuk anak


berkebutuhan khusus. Yogyakarta: familia

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Sosilawati, Ina. 2013. Trik bimbingan dan konseling dalam pendidikan


inklusif. Yogyakarta: familia

Sugiyono. 2015. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,


kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sunaryo. 2009. Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan


Implementasinya dalam Persepektif Pendidikan Luar Biasa). Jurnal
PLB FIP UPY.

Suryosubroto. 2010. Beberapa Aspek Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : PT


Rineka Cipta

Sukmadinata, nana. 2013. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT


remaja rusda karya

Tarmansyah. 2007. Pendidikan inklusi. Jakarta: Erlangga.

Tiarni, Wahyu & Rakhamawati. 2013. Konsep Sekolah Inklusi yang


Humanis.Yogyakarta : Familia.

Tiarni, Nani & Amir. 2013. Pendidikan anak berkebutuhan khusus lamban
belajar slow learner. Jakarta : PT Luxima Metro Media.

Tukiran dan Effendi. 2012. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Ery Wati. 2014. Manajemen Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri 32


Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. XIV.2,368-378.

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Quida Winda Sari. 2012.Pelaksanaan Inklusif di Sekolah Dasar Negeri 14


Pekan Sinayan Payakumbuh.E-jupekhu Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus, 1 (1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Lampiran 1 Hasil Kuesioner

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
1. Fotocoppy akta dan SKTB 1a 1 1,7%
Usa, akte, lulus dari TK, kartu keluarga dan foto 1b 15 25,4%
Usia dan kuota 1c 3 5,1%
Usia kurang lebih 6 tahun 1d 3 5,1%
Minimal 6 tahun 1e 13 22,0%
Usia 7 tahun 1f 15 25,4%
Tidak ada syarat khusus, hanya seleksi umur 1g 9 15,3%
2. Seleksi umur 2a 23 39,0%
Ijazah TK dan lingkungan terdekat 2b 3 5,1%
Sesuai akta 2c 1 1,7%
Tidak ada 2d 30 50,8%
Tidak dijawab 2e 2 3,4%
3. Umur dan kuota dan kemampuan 3a 9 15,3%
Anak yang paling tua menjadi prioritas utama 3b 7 11,9%
Biodata, ditimbang dan diukur tinggi badan 3c 4 6,8%
Pemeriksaan akta 3d 1 1,7%
Kuota 3e 3 5,1%
Umur 3f 15 25,4%
Tidak dijawab 3g 20 33,9%
4. Slow leaner 4a 3 5,1%
Semua tipe ABK, kecuali tunarungu dan tunagrahita 4b 11 18,6%
Semua tipe diterima 4c 10 16,9%
Slow learner, low vision, tunagrahita ringan 4d 24 40,7%
Hiper aktif, tunarung dan wicara 4e 1 1,7%
Ketunaan yang tidak berat 4f 3 5,1%
Tidak dijawab 4g 7 11,9%
5. Slow leaner 5a 4 6,8%
Tidak mengalami kelainan intelegensi 5b 6 10,2%
Selama masih bisa beradaptasi dengan kelas dan pembelajaran 5c
secara klasikal dan bisa diarahkan atau diusahakan 7 11,9%
kemandiriannya
Semua ABK diterima 5d 20 33,9%
ABK yang tidak membutuhkan peralatan yang spesifik 5e 9 15,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Slow learner, low vision, tunagrahita ringan 5f 3 5,1%
Slow learner dan tunagrahita 5g 3 5,1%
Tidak dijawab 5h 7 11,9%
6. Kerjasama dengan guru GPK 6a 20 33,9%
Mengikuti diklat pendidikan inklusif 6b 11 18,6%
PNS, mengangkat GTT 6c 4 6,8%
Mengangkat guru wiata bakti, kerjasama dengan POT 6d 1 1,7%
Mencari pengajar yang berkopeten 6e 3 5,1%
Kerjasama dengan POT, kerjasama guru pendamping SLB 6f 15 25,4%
Tidak dijawab 6g 5 8,5%
7. Mempunyai ijazah linier 7a 1 1,7%
Ijazah S1 7b 1 1,7%
Berdasarkan Pendidikannya (pgsd) 7c 17 28,8%
Ada, seleksi administrasi dan wawancara 7d 10 16,9%
Ada,diatur oleh SLB 7f 1 1,7%
Ada, proses seleksi dengan mengajar di kelas 7g 4 6,8%
Tidak ada 7h 22 37,3%
Tidak dijawab 7i 3 5,1%
8. Tidak, sarjana pendidikan 8a 11 18,6%
Tidak, karena guru pendamping dari SLB 8b 2 3,4%
Ada, agar linier sesuai dengan bidangnya 8c 5 8,5%
Tidak ada 8d 23 39,0%
Sarjana pendidikan 8e 7 11,9%
Ijazah relefan 8f 8 13,6%
Tidak dijawab 8g 3 5,1%
9. Sesuai kebutuhan anak, 9a 10 16,9%
Layanan individual 9b 1 1,7%
Baru tersedia ruang kegiatan 9c 5 8,5%
Semua siswa mendapat pinjaman buku paket dan siswa yang 9d
5 8,5%
memiliki bakat di fasilitasi sekolah dengan kegiatan tambahan
Pengadaan sarana dan prasarana bagi ABK 9e 7 11,9%
Dengan bantuan GPK 9f 9 15,3%
Memperbaiki vasilitas yang belum terpenuhi secara bertahap 9g 7 11,9%
Menyediakan assessment 9h 7 11,9%
Tidak dijawab 9i 8 13,6%
10. Buku ajar 10a 1 1,7%
Alat peraga 10b 6 10,2%
Lab IPA, perpus, alat peraga 10c 5 8,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Ruang kegiatan, koprasi sekolah, komputer, perpustakaan, 10d
23 39,0%
koprasi, ruang karawitan, lapangan volly, kamar mandi
IPA, olahraga, kesenian, p3k, ATK 10e 6 10,2%
Meja terapi, panduan membaca dan alat bantu gambar 10f 13 22,0%
Hampir semua tersedia 10g 1 1,7%
Tidak dijawab 10h 4 6,8%
11. Ya mendapatkan kualitas yang sama 11a 45 76,3%
Fasilitas tidak sama, tapi nilai sama 11b 2 3,4%
Sesuai kebutuhan 11c 9 15,3%
Tidak dijawab 11d 3 5,1%
12. BOS 12a 13 22,0%
BOS dan sumbangan wali murid 12b 6 10,2%
POT 12c 1 1,7%
BOS NAS, BOS DA, BOS PROP, Kabupaten 12d 22 37,3%
Bantuan dari pusat 12e 3 5,1%
APBD Bantul 12f 8 13,6%
Dana inklusi, INFAK, BOSDA,BOSNAS 12g 5 8,5%
Tidak dijawab 12h 1 1,7%
13. Bendahara sekolah dan dewan sekolah 13a 12 20,3%
Membuat rencana anggaran 13b 1 1,7%
Transparan dan akuntebel 13c 11 18,6%
Diserahkan pada 1 guru sebagai PJ 13d 4 6,8%
Dipegang beberapa guru sesuai dengan plotnya masing-masing 13e 2 3,4%
Berdasarkan RAKS 13f 11 18,6%
Untuk pembelian alat peraga ABK 13g 8 13,6%
Dialokasikan kebutuhan siswa 13h 5 8,5%
Tidak dijawab 13i 5 8,5%
14. Ada 14a 4 6,8%
Ada bantuan pengembangan mutu siswa dan tambahan jam 14b
7 11,9%
mengajar
Ada, keterlibatan wali siswa dan rapat POT 14c 7 11,9%
Sumbangan sukarela 14d 16 27,1%
Ada, dewan dan wali terlibat dalam RKAS 14e 5 8,5%
Tidak 14f 20 33,9%
15. Tidak ada keterlibatan dari pihak lain 15a 35 59,3%
Dewan/komite sokalah 15b 16 27,1%
Tidak dijawab 15c 8 13,6%
16. Tidak mau menulis 16a 1 1,7%
Tidak dijawab 16b 17 28,8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Identifikasi dan pengamatan serta mengakadak asesmen 16c 8 13,6%
Dengan mengamati di kelas 16d 14 23,7%
Observasi dan tes 16e 13 22,0%
Mencari solusi dengan cara dibicarakan bersama-sama, 16f
5 8,5%
mengamati dan mengobservasi dari proses KBM
Melalui rapat POT 16g 1 1,7%
17. Wawancara dengan orang tua 17a 6 10,2%
Membaca,menulis,observasi,wawancara 17b 8 13,6%
Pengamatan siswa saat belajar dan tingkah laku siswa 17c
30 50,8%
kemudian dilakukan assesment pada siswa
Sesuai karakter siswa 17d 4 6,8%
Kerjasama denga psikiater 17e 2 3,4%
Mengadakan test asesmen 17f 8 13,6%
Tidak dijawab 17g 1 1,7%
18. Tambahan waktu 18a 1 1,7%
Memberi motivasi 18b 9 15,3%
Dari hasil belajar dan tingkahlaku keseharian 18c 5 8,5%
Memberi layanan individual 18d 6 10,2%
Kerjasama dengan pelaksana asesesmen 18e 14 23,7%
Diperlakukan sama 18f 2 3,4%
Melayani sesuai kebutuhan 18g 14 23,7%
Adanya pendampingan dalam KBM, didampingi guru GPK, 18h
tetap mengikuti pemebelajaran di kelas dengan penjelasan yang 5 8,5%
mudah dipahami
Memberikan ruang dan guru tersendiri maksimal 3 kali 18i
2 3,4%
seminggu
Tidak dijawab 18j 1 1,7%
19. Belum 19a 3 5,1%
Menyadari 19b 7 11,9%
Sudah, memberikan waktu, kesempatan dan fasilitas yang 19c
17 28,8%
dibutuhkan
Sudah,hasil asessment digunakan untuk menyikapi pelaksanaan 19d
9 15,3%
identifikasi
Pengelompokna secara homogeny 19e 6 10,2%
Sudah, melayani anak sesuai kebutuhan dan menerima dengan 19f
13 22,0%
baik program ini
Belum menyadari sepenuhnya dan mendatangkan guru SLB 19g
2 3,4%
untuk mengidentifikasi
Tidak dijawab 19h 2 3,4%
20. Belum 20a 18 30,5%
Sudah, dilaksanakan saat pendaftaran dan proses KBM 20b 10 16,9%
Sudah, menyusun struktur dan program yang akan 20c
14 23,7%
dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Iya, mengembangkan kurikulum yang dapat memfasilitasi 20d
11 18,6%
kebutuhan anak
Kurikulum terintegrasi 20e 4 6,8%
Tidak dijawab 20f 2 3,4%
21. Kurikulum13, KTSP 2006 21a 26 44,1%
KTSP 2006 21b 5 8,5%
Dari pemerintah 21c 22 37,3%
Kurikulum berstandar nasional 21d 6 10,2%
22. Belum 22a 4 6,8%
22b
Sudah 45 76,3%

Sebagian besar sudah 22c 8 13,6%


Tidak dijawab 22d 2 3,4%
23. Belum 23a 15 25,4%
Sudah 23b 27 45,8%
Sudah, kurikulum ABK dikembangkan dari kurikulum 23c
9 15,3%
pemerintah yang disesuaikan dengan karakter siswa
Sesuai, KD disesuaikan dengan anak ABK 23d 4 6,8%
Belum semua 23e 4 6,8%
24. Belum 24a 2 3,4%
24b
Sudah (indikator, materi, langkah pembelajaran, evaluasi) 46 78,0%

Belum sepenuhnya 24c 2 3,4%


Tidak dijawab 24d 9 15,3%
25. Belum 25a 11 18,6%
Belum, kurikulum ABK sama tetapi KD yang kita sesuikan 25b
5 8,5%
dengan anak
25c
Sudah,modifikasi silabus,RPP,materi, indikator dan evaluasi 42 71,2%

Baru proses pemberian program khusus, anak ABK dijadikan 25d


1 1,7%
satu dan diberi ketrampilan
26. Belum 26a 3 5,1%
Pelaksanaannya sudah 26b 1 1,7%
26c
Sudah, disesuaikan dengan kondisi ABK 41 69,5%

Sudah, kondisi sekolah dan anak 26d 7 11,9%


Mengamati tingkah laku dan hasil belajar 26e 1 1,7%
Tidak dijawab 26f 6 10,2%
27. Bermain 27a 1 1,7%
Isi materi pelajaran dibuat lagu 27b 1 1,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Belum 27c 5 8,5%
Sebagian, pelajaran dengan bermain dan di luar kelas 27d 6 10,2%
Sudah pada RPP diterapkan pembelajaran kooperatif, pakem, 27e
8 13,6%
menggunakan media yang menarik dan melibatkan siswa
Berproses mengarah ke kratif dan aktif anak ABK nantinya 27e
1 1,7%
akan diberikan ketrampilan
Sudah 27f 21 35,6%
Sudah, contoh guru memberikan materi berhitung dengan 27g
menggunakan alat bantu hitung berupa benda-benda untuk 16 27,1%
memudahkan
28. Belum 28a 17 28,8%
Sudah mempertimbangkan keragaman anak 28b 28 47,5%
Sudah kemampuan anak yang latar belkang orang tua 28c
2 3,4%
berpendidikan tinggi dan rendah juga berbeda
Berusaha menerima keberagaman anak 28d 1 1,7%
Ya, modifikasi dalam indicator 28e 9 15,3%
Tidak dijawab 28f 2 3,4%
29. Belum 29a 15 25,4%
SDA 29b 1 1,7%
Menyederhanakan materi ABK 29c 3 5,1%
Sudah, KKM untuk anak ABK dan anak tidak kebutuhan 29d
4 6,8%
khusus sesuai kemampuan siswa
Belum sepenuhnya mengakomodasi keberagaman 29e 3 5,1%
Sudah mengakomodasi keberagaman anak 29f 25 42,4%
Tidak dijawab 29g 8 13,6%
30. Belum 30a 19 32,2%
Sudah, tetapi belum semua 30b 4 6,8%
30c
Sudah sesuai dengan kondisi anak 36 61,0%

31. Dibuat di gugus 31a 1 1,7%


Dibuat rencana pembelajaran sebelumnya 31b 6 10,2%
Ada peerencanaan dan pelaksanaan PAKEM 31c 3 5,1%
Mengkondisikan dengan kemampuan anak-anak 31d 8 13,6%
Disusun berdasarkan assessment 31e 6 10,2%
Melalui pengamatan karakteristik siswa 31f 2 3,4%
Dilakukan oleh guru kelas melalui modifikasi RPP 31g 9 15,3%
Teracantum dalam PPI 31h 10 16,9%
Berdasarkan silabus yang ada 31i 10 16,9%
Dengan mempertimbangkan pengayaan dan perbaikan 31j 1 1,7%
Tidak dijawab 31k 3 5,1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
32a
32. Ya, pembelajaran berpusat pada siswa 55 93,2%

Tidak selalu 32b 2 3,4%


Tidak 32c 2 3,4%
33. Sama dengan siswa yang lain 33a 12 20,3%
Berbeda pada KKM dan penilaian 33b 2 3,4%
Anak tidak kebutuhan khusus dengan RPP anak ABK dengan 33c
9 15,3%
PPI
Penyusunan RPP diseseuaikan dengan siswa, indikator yang 33d
berbeda lebih mudah atau lebih ringan untuk dipahami siswa 24 40,7%
ABK
Berbeda pada bobot indikator dan evaluasi 33e 8 13,6%
Dispensasi umtuk ABK 33f 1 1,7%
Dibedakan 33g 2 3,4%
Tidak dijawab 33h 1 1,7%
34. Sudah dengan memberikan buku temetik 34a 1 1,7%
Sudah dengan memberikan buku yang memuat pengetahuan 34b 12 20,3%
34c
Sudah memenuhi aspek pengetahuan 40 67,8%

Sudah, sesuai dengan peraturan dari kemendiknas 34d 3 5,1%


Sudah, memaksimalkan media pembelajaran dalam proses 34e
3 5,1%
KBM dan penggunaan bahan ajar sesuai kemampuan siswa
Ya, aspek ketrampilan melalui pembelajaran prakrek (membuat 35a
35. 51 86,4%
kolase, menggambar)
Sudah menggunakan media pembelajaran yang beragam 35b 3 5,1%
Membatik 35c 1 1,7%
Sebagian 35d 1 1,7%
Tidak 35e 2 3,4%
Tidak dijawab 35f 1 1,7%
Sudah, gambar, tatatertib, nilai karakter budaya, contoh-contoh 36a
36. 37 62,7%
sikap yang baik dalam kehidupan
Sebagian 36b 1 1,7%
Sudah, misalnya alat sholat dan penggunaan bahan ajar yang 36c
19 32,2%
merangsang perkembangan sikap
Tidak dijawab 36d 2 3,4%
37. Diberi jam tambahan 37a 2 3,4%
Disamakan dengan siswa yang lain 37b 3 5,1%
Layanan individual 37c 7 11,9%
Materi pokok disampaikan, kemuadian ada pendekatan 37d
3 5,1%
persuasif khusus abk
Kolaborasi 37e 2 3,4%
Disesuaikan dengan kebutuhan 37f 5 8,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Secata klasikal tidak ada perbedaan dengan anak tidak 37g
14 23,7%
kebutuhan khusus
Remidi dan bimbingan individu pad anak ABK 37h 3 5,1%
Anak ABK dilakukan pembelajran remidial teaching 37i 6 10,2%
Dengan cara diulang atau dengan diberi contoh yang mudah 37j 14 23,7%
38. Permainan dan bernyanyi 38a 2 3,4%
Alat bantu, belajar kontekstual dan permaianan serta problem 38b
5 8,5%
solving
Cooperativ learning 38c 5 8,5%
Tutor sebaya 38d 2 3,4%
Penggunaan media yang menarik, menyenangkan, diskusi dan 38e
16 27,1%
memotivasi siswa
Secara umum klasikal, namun ABK saat-saat tertentu 38f
8 13,6%
dilakukan PPI pendampingan
Aktif, kreatida dan inofatif 38g 16 27,1%
Dengan melakukan kegitan belajar diluar Kelas dan game 38h 2 3,4%
Tidak dijawab 38i 3 5,1%
39. Diajak bernyanyi 39a 4 6,8%
Pembelajaran dibuat menarik dan menyenangkan 39b 18 30,5%
Menggunakan alat peraga 39c 12 20,3%
Menyediakan ruangan khusus (bersih dan menarik) 39d 4 6,8%
Pengelolaan kelas yang sesuai dengan materi yang akan 39e
6 10,2%
disampaikan
Guru harus memahami karakter masing-masing anak 39f 7 11,9%
Penyegaran sebelum memulai pembelajaran, mengkondisikan 39g
5 8,5%
siswa dikelas
Menggunakan pembelajaran learning comunity 39h 1 1,7%
Tidak diisi 39i 2 3,4%
40. Kontekstual agar pembelajaran lebih bermakna 40a 4 6,8%
Cooperatif learning 40b 12 20,3%
Pendekatan klasikan dan individual 40c 21 35,6%
Pembelajaran dibuat menyenangkan 40d 4 6,8%
Memberikan contoh dan diulang-ulang supaya anak ABK 40e
1 1,7%
mudah mengerti
Pendekatan scientific 40f 5 8,5%
Tematik 40g 1 1,7%
Tidak dijawab 40h 11 18,6%
41. anak ABK ditempatkan di depan 41a 25 42,4%
Disesuaikan kebutuhan masing-masing siswa agar bisa 41b
20 33,9%
mengikuti pembelajaran
Siswa ABK dan tidak ABK duduk berdampingan 41c 3 5,1%
Siswa menghadap depan 41d 1 1,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Diubah-ubah atau diacak 41e 8 13,6%
Berderet 41f 1 1,7%
Tidak dijawab 41g 1 1,7%
42. Cukup 42a 25 42,4%
Dengan jendela, jika mendung penerangan menggunakan 42b
13 22,0%
lampu tang ada di kelas
Sudah baik 42c 18 30,5%
Tidak dijawab 42d 3 5,1%
43. Gambar hasil siswa ditempel pada dinding 43a 16 27,1%
Belum maksimal penyesuaiannya dengan anak ABK 43b 9 15,3%
Dibuat seindah, semenarik mungkin dan tulisan yang jelas 43c 3 5,1%
Desain dinding kelas dibuat agar siswa tertarik, nyaman saat 43d
4 6,8%
KBM
Diding terbuat dari tembok, penempelan menggunakan papan 43e
2 3,4%
bener pajangan
Desain dinding sesuai dengan materi setiap kelas 43f 9 15,3%
Disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa 43g 6 10,2%
Tidak dijawab 43h 3 5,1%
Desain dinding standar dari pemerintah 43i 7 11,9%
44. Biasa 44a 24 40,7%
Disesuaikan dengan kondisi anak sehingga anak merasa 44b
2 3,4%
nyaman
Lantai bisa dilalui dengan kursi roda 44c 8 13,6%
Tidak ada ABK yang menggunakan alat bantu, jadi masih yang 44d
7 11,9%
standar
Belum diatur untuk memfasilitasi siswa disabilitas 44e 6 10,2%
Tidak dijawab 44f 12 20,3%
45. Tidak 45a 3 5,1%
Memanfaatkan ruang kelas 45b 6 10,2%
Diruang peraga 45c 3 5,1%
Ada tempat tersendiri tapi belum tertata rapi 45d 2 3,4%
Iya, ada tempat khusus untuk penyimpanan media dan alat-alat 45e 14 23,7%
Di ruang perpustakaan 45f 3 5,1%
Sebagian ada di ruang khusus dan sebagian ada di ruang kelas 45g 1 1,7%
Ya, di ruang lab 45h 26 44,1%
Tidak dijawab 45i 1 1,7%
46. kelompok sama 46a 1 1,7%
Sesuai kebutuhannya 46b 8 13,6%
Penglompokan secara acak 46c 14 23,7%
Kelompok kecil 46d 5 8,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Kelompok besar 46e 7 11,9%
Klasikal, individu setelah KBM 46f 1 1,7%
Menyesuaikan materi yang disampaikan 46g 10 16,9%
Tidak ada pengaturan kelompok 46h 6 10,2%
Tidak dijawab 46i 7 11,9%
47. tiap kelompok perdusun 47a 1 1,7%
Ya, pembagian kelompok disesuaikan dengan kebutuhan 47b
17 28,8%
kelompok
Anak ABK disebar keseluruh kelompok 47c 11 18,6%
Iya, memberi arahan untuk berkerjasama dengan teman dan 47d
3 5,1%
kelompoknya
Kadang-kadang, pengaturan di acak agar merata 47e 14 23,7%
Membagi ABK berdasar kriteria dan tutur sebaya 47f 6 10,2%
Dibuat 1 kelompok 5 anak dan keaktifan dinilai oleh guru 47g 7 11,9%
48. siswa ramai tetapi cepat selesai 48a 11 18,6%
Kurang fokus dan aktif 48b 6 10,2%
Keuntungan, berinteraksi dan berkomunikasi dengan lebih 48c 20,3%
banyak teman.
12
Kerugian, kurang efektif dalam pemecahan masalah dan
kurangnya waktu
Kurang efektif 48d 1 1,7%
Keuntungan, siswa ABK bisa termotifasi 48e 16,9%
10
Kerugian, siswa banyak bercanda
Keuntungan, tugas cepat selesai 48f 6,8%
4
Kerugian, yang pasif tidak bekerja
Keuntungan, tidak membedakan anak, anak merasa percaya 48g
11,9%
diri
7
Kerugian, anak kurang tertantang secara maksimal, ramai dan
gaduh
Tidak dijawab 48h 8 13,6%
49. siswa tidak ramai tetapi tugas tidak selesai 49a 1 1,7%
Keuntungan, ABK tertantang dengan maksimal dan 49b
11,9%
berkembang sesuai kemampuan yang ada 7
Kekurangan, sosial siswa terhadap temain lain kurang
Lebih fokus dan lebih aktif 49c 3 5,1%
Mobilitas guru terforsir 49d 1 1,7%
Keuntungan, lebih intensif 49e 22,0%
13
Kekurangan, kerjasama dengan sedikit teman
Keuntungan, mendapat pengalaman dari teman-teman 49g 3,4%
2
Kerugian, harus tersedia banyak waktu
Keuntungan bisa efektif 49h 2 3,4%
Keuntungan, siswa mudah dipantau 49i 3 5,1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Kerugian, minimnya masukan pendapat
Semua siswa bekerja dengan tugasnya masing-masing dan 49j
8 13,6%
sedikit bercerita
Keuntungan, siswa tidak ramai 49k 6,8%
4
Kerugian, hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan
Mengurangi keramaiian dan anak pasif 49l 4 6,8%
Siswa pandai bisa menolong siswa yang kurang pandai 49m 2 3,4%
Tidak dijawab 49n 9 15,3%
50. Kelompok besar 50a 3 5,1%
50b
Kelompok kecil 46 78,0%

Tergantung materi 50c 5 8,5%


Tidak dijawab 50d 5 8,5%
51. Kerjasama dengan rekan guru 51e 2 3,4%
Dilakukan asesmen 51f 10 16,9%
Tidak dijawab 51g 8 13,6%
Dikumpulkan melalui rapat 51h 8 13,6%
Mengadakan evaluasi dan pengamatan 51i 9 15,3%
Kerjasama dengan wali siswa dan bekerjasama dengan pakar 51j
5 8,5%
dari pihak luar
Tes ulangan harian 51k 7 11,9%
Rapat POT, dan dari siswa sendiri 51l 1 1,7%
Observasi, tes tertulis dan non tertulis 51m 9 15,3%
52. Pembinaan dan memberi saran 52a 4 6,8%
Menentukan anak yang dicurigai berkebutuhan khusus 52b 15 25,4%
Bekerjasama dengan guuru pendamping dari SLB 52c 5 8,5%
Dengan adanya diagnosis siswa lalu mengundang pakar ahli 52d
2 3,4%
untuk menindak lanjuti
Melakukan identivikasi siswa dengan cara wawancara, 52e
13 22,0%
observasi dan pengamatan
Guru yang berperan dominan 52f 6 10,2%
Tidak dijawab 52g 14 23,7%
53. Agar mengetahui kemampuan siswa 53a 1 1,7%
Dengan assesment dari psikologi, agar dalam pengambilan 53b
13 22,0%
keputusan lebih optimal dalam menentukan anak abk
Tes tertulis dan wawancara/lisan oleh pihak yang berwenang 53c 8 13,6%
Pengamatan nilai dan sikap 53d 2 3,4%
Untuk meyakinkan kebenarannya 53e 4 6,8%
Penilaian dan evaluasi 53f 1 1,7%
Untuk penunjang data untuk pendamping selanjutnya 53g 1 1,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Psikotes, lebih mudah untuk mengetahui kemampuan ABK 53h 10 16,9%
Pengamatan dan tindak lanjut 53i 6 10,2%
Tidak dijawab 53j 13 22,0%
Asesmen guru dapat menentukan kebutuhan yang sesuai 54a
54. 16 27,1%
dengan anak
Dilakukan oleh lembaga lain 54b 1 1,7%
Sebagai acuan atau petunjuk 54c 6 10,2%
Guru hanya memfasilitasi, yang menerapkan alat ukur dari 54d
4 6,8%
pihak lain
Kerjaasama dengan guru yang kopeten atau spikolog 54e 9 15,3%
Pengamatan 54f 1 1,7%
Tidak dijawab 54g 22 37,3%
55. membantu pelaksanaan 55a 1 1,7%
Pengamatan dan informasi awal 55b 5 8,5%
Memberikan informasi keadaan anak 55c 6 10,2%
menentukan anak yang dicurigai berkebutuhan khusus 55d 5 8,5%
Peran aktif guru sangat dibutuhkan 55e 1 1,7%
Guru umum hanya memberi nama-nama anak yang mengalami 55f
2 3,4%
kebutuhan khusus, kemudian diajukan untuk dites oleh SLB
Membimbing ABK sampai bias 55g 12 20,3%
Asesmen berbasis observasi, praktek, mengamati, dan 55h
14 23,7%
mengevaluasi
Tidak dijawab 55i 13 22,0%
56. Tidak 56a 11 18,6%
56b
Melakukan tes (asessment) kepada siswa yang dicurigai 36 61,0%

Pengamatan 56c 1 1,7%


Tidak dijawab 56d 11 18,6%
57. Tidak dijawab 57a 24 40,7%
Untuk mengetahui bahwa anak tersebut berkebutuhan khusus 57b
31 52,5%
dan mengetahui secara spesifik kebutuhannya tersebut
Untuk pembelajaran yang diulang-ulang agar ujian tercapai 57c 4 6,8%
58. Kerjasama dengan lembaga 58a 5 8,5%
Tes screeaning dengan ceklist 58b 6 10,2%
Kerjasama antara guru SD dan guru SLB 58c 4 6,8%
Identivikasi dan assessment 58d 13 22,0%
Tes assesment dengan mengundang dari SLB pembina 58e 6 10,2%
Tidak dijawab 58f 19 32,2%
Dilakukan 1 tahun sekali oleh lembaga lain 58g 1 1,7%
Dengan pengamatan guru 58h 1 1,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Tes dilakukan pada awal tahun dan lewat tes IQ 58i 4 6,8%
Tes tertulis yang berkebutuhan khusus 58j 1 1,7%
59. 1 kali 59a 25 42,4%
2 kali 59b 5 8,5%
Tidak pasti 59c 1 1,7%
Psikotes 1 kali dan 3 kali observasi 59d 10 16,9%
Tidak dijawab 59e 18 30,5%
60. Tidak 60a 12 20,3%
Tidak dijawab 60b 16 27,1%
Ya, didampingi 60c 31 52,5%
61. Tes 6a 1 1,7%
Tidak dijawab 61b 13 22,0%
Hasil diperoleh dari SLB Pembina 61c 4 6,8%
Kami melakukan diagnosis berdasarkan pengamatan dan 61d
wawancara orang tua dan surat keterangan dari dokter tentang 12 20,3%
keadaan anak
Berdasarkan hasil dari asesmen 61e 10 16,9%
Melalui observasi selama KBM dan memberi pertanyaan 61f
2 3,4%
aktifitas di rumah
Belum pernah 61g 1 1,7%
Pengamatan sehari-hari 61h 16 27,1%
62. Agar ABK diketahui sejak awal 62a 8 13,6%
Untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa dan 62b
6 10,2%
mengelompokan siswa
Untuk mengetahui bahwa anak tersebut berkebutuhan khusus 62c
2 3,4%
dan mengetahui secara spesifik kebutuhannya tersebut
Membantu guru dalam mendampingi secara intensif bagi ABK 62d 1 1,7%
Untuk menentukan jenis layanan yang harus dilakukan 62e 21 35,6%
Untuk mengetahui hasil yang sebenarnya bahwa memang 62f
2 3,4%
terdapat anak ABK
Tidak dijawab 62g 19 32,2%
63. Dilaporkan keorangtua dan guru pendamping 63a 5 8,5%
Melaksanakan assesment dengan tenaga ahli, menentukan 63b
8 13,6%
pembelajarannya
Memberikan pelayanan khusus (sesuai kebutuhan) 63c 13 22,0%
Pembelajaran yang diulang 63d 5 8,5%
Melakukan pembelajaran khusus ABK oleh guru SLB setiap 63e
6 10,2%
minggunya
Anak yang ABK sebaiknya duduk di depan 63f 1 1,7%
KKM dibedakan 63g 2 3,4%
Tidak dijawab 63h 19 32,2%
64. Hasil tes 64a 1 1,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Orangtua diundang kesekolah dan diberi penjelasan 64b 30 50,8%
Lisan dan tertulis 64c 8 13,6%
Melalui rapat 64d 3 5,1%
Tidak dijawab 64e 17 28,8%
65. Tidak 65a 7 11,9%
Belum seluruhnya 65b 1 1,7%
Program ABK dalam penempatan dicampur dengan kelas 65c
10 16,9%
regular
Belum, kerena belum memiliki ruang ABK 65d 3 5,1%
Klasikal dan kelas terpisah 65e 5 8,5%
Seminggu 1x dibedakan dalam satu kelas 65f 1 1,7%
Ya 65g 13 22,0%
Tidak dijawab 65h 19 32,2%
66. Bersama dengan anak yang normal 66a 23 39,0%
Diberi pendidikan yang sesuai bakat dan kebutuhannya 66b 3 5,1%
Program untuk anak ABK sangat diperhatikan 66c 1 1,7%
Dengan PPI 66d 6 10,2%
Program dan KKM yang berbeda 66e 2 3,4%
Ditempatkan tersendiri 66f 2 3,4%
Tidak dijawab 66g 22 37,3%
67. Membina 67a 1 1,7%
Ada, GPK 67b 6 10,2%
Belum ada 67c 6 10,2%
Disesuaikan Kebutuhan 67d 13 22,0%
Konsultasi 67e 1 1,7%
Agar adanya assesment menjadi program tiap tahun 67f 1 1,7%
Satu minggu sekali tenaga ahli dating 67g 3 5,1%
Tidak dijawab 67h 28 47,5%
68. Tidak 68a 9 15,3%
Kurikulum sama, yang dibedakan tentang kompetensi dasar 68b
10 16,9%
yang disesuaikan dengan siswa
Kurikulum agak berbeda 68c 1 1,7%
Sama, tetapi untuk pelaksanaannya fleksibel bagi anak ABK 68d 1 1,7%
Ada, dibagi 2 KTSP/ K13 untuk reguler dan kurikulum khusus 68e
10 16,9%
untuk ABK
Ada 68f 10 16,9%
Tidak dijawab 68g 18 30,5%
69. indikator tidak sama 69a 3 5,1%
Kurikulum disesuaikan dengan kondisi ABK karena masing- 69b
16 27,1%
masing anak berbeda kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Acuan dalam pelaksanaan pembelajaran ABK 69c 2 3,4%
Kurikulum sama KD berbeda disesuikan dengan anak) 69d 6 10,2%
Sebagai acuan untuk proses belajar 69e 1 1,7%
Sama dengan kurikulum regular 69f 9 15,3%
Kurikulum ABK 69g 2 3,4%
Tidak dijawab 69h 20 33,9%
70. Tes lisan 70a 3 5,1%
Evaluasi pengajaran dilakukan untuk mengetahui apakah 70b
13 22,0%
pengajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan anak
Sama dan fleksibel 70c 2 3,4%
Di sesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak 70d 7 11,9%
Turunkan bobot indikator sehingga nilai sama dengan yang 70e
19 32,2%
regular
Dirubah dan diperbaiki sesuai kebutuhan 70f 2 3,4%
Tidak dijawab 70g 13 22,0%
71. Bila belum berhasil diulangi lagi 71a 3 5,1%
Diberi tugas sesuai dengan kemampuannya 71b 3 5,1%
Analisis 71c 1 1,7%
Remidial dan pengayaan materi 71d 17 28,8%
Memperbaiki pembelajaran jika ada kekurangannya 71e 9 15,3%
Menyusun langkah berikutnya 71f 1 1,7%
Tidak ada perbedaan penilaian 71g 5 8,5%
Tidak dijawab 71h 20 33,9%
72. Tidak 72a 4 6,8%
72b
Pernah , sesuai dengan kondisi siswa 48 81,4%

Tidak dijawab 72c 7 11,9%


73. Tidak dijawab 73a 20 33,9%
Perbaikan pembelajaran berikutnya 73b 5 8,5%
Siswa diberikesempatan untuk lebih aktif 73c 2 3,4%
Disesuaikan dengan kondisi anak 73d 25 42,4%
Menggabungkan materi yang ada kesamaan 73e 2 3,4%
Mengubah dalam proses pembelajaran seperti metode dan 73f
4 6,8%
media
Tidak mengubah PAKEM yang sudah ada, hanya 73g
1 1,7%
dikembangkan saja
74. Belum dilakukan evaluasi 74a 3 5,1%
Memodivikasi evaluasi 74b 3 5,1%
Belum semua 74c 1 1,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
74d
Ya 34 57,6%

Tidak dijawab 74e 18 30,5%


75. Tes 75a 1 1,7%
Sama dengan siswa lain 75b 3 5,1%
Evaluasi pengajaran ABK dilakukan dengan modifikasi 75c 6 10,2%
Sesuai dengan anak ABK 75d 11 18,6%
Dilihat dari kemajuan belajarnya 75e 1 1,7%
Dievluasi untuk tindak lanjut 75f 12 20,3%
Dengan GPK 75g 1 1,7%
Tambahan waktu dan indikator permainan 75h 4 6,8%
Indikator dan KKM diturunkan 75i 1 1,7%
Tidak dijawab 75j 19 32,2%
76. Tidak 76a 9 15,3%
Tidak dijawab 76b 19 32,2%
Menerapkan target sesuai indikator yang akan dicapai 76c 30 50,8%
Belum maksimal 76d 1 1,7%
77. KKM berbeda 77a 6 10,2%
Target menurut kemampuan siswa 77b 17 28,8%
Sama 77c 1 1,7%
Ketrampilan dan SPM 77d 2 3,4%
Sesuai visi dan misi yang ada disekolah 77e 6 10,2%
Tidak dijawab 77f 27 45,8%
78. Ya sesuai kebutuhan siswa 78a 30 50,8%
Ya, kakulator, gambar dan video 78b 10 16,9%
Belum semua 78c 6 10,2%
Belum 78d 2 3,4%
Dirancang guru untuk anak ABK 78e 1 1,7%
Tidak dijawab 78f 10 16,9%
79. Belum semua 79a 5 8,5%
79b
Sudah, hasil belajar meningkat 36 61,0%

Sepenuhnya, melibatkan siswa dalam penggunaan media 79c 1 1,7%


Membantu, walaupun belum maksimal 79d 4 6,8%
Tidak dijawab 79e 13 22,0%
80. Guru membuat peraga sederhana 80a 5 8,5%
Dengan beli dan dibuat sendiri 80b 2 3,4%
Kurang memadai 80c 1 1,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Dilakukan oleh guru 80d 8 13,6%
Pembuatan media di sekolah disesuaikan dengan materi dan 80e
21 35,6%
kebutuhan
Membuat sendiri dan memanfaatkan media dari instansi 80f 8 13,6%
Tidak dijawab 80g 14 23,7%
81. Belum 81a 1 1,7%
Belum semua, siswa dapat lebih mudah dalam belajar, hasil 81b
7 11,9%
pembeljaran meningkat
81c
Sudah, walaupun belum sesuai harapan seharusnya 36 61,0%

Tergantung materinya dan juga hasilnya berbeda-beda 81d 1 1,7%


Ya, hasilnya siswa bisa menguasai materi dan pembelajaran 81e
4 6,8%
lebih menyenangkan
Tidak dijawab 81f 10 16,9%
82a
82. Ya, Sesuai materi dan alokasi waktu serta kebutuhan siswa 40 67,8%

Tidak dijawab 82b 13 22,0%


Dibuat sklala prioritas 82c 4 6,8%
Pemilihan media yang sesuai dengan lingkungan sekolah 82d 2 3,4%
83a
83. Ya 40 67,8%

Tidak dijawab 83b 8 13,6%


Belum 83c 11 18,6%
84. Nilai yang kurang maksimal 84a 6 10,2%
Kurikulum 84b 6 10,2%
Kemampuan siswa, daya dukung dan hambatan 84c 10 16,9%
Sesuai peraturan yang berlaku disamakan dengan kelas yang 84d
10 16,9%
regular
Kemampuan siswa yang terendah 84e 4 6,8%
Rapat kelulusan, kerena itu otonomi sekolah 84f 1 1,7%
Rapat guru, dewan sekolah dan wali murid 84g 6 10,2%
Imput anak dan sarana pendukung 84h 6 10,2%
Nilai dan ujian siswa 84i 4 6,8%
Tidak dijawab 84j 6 10,2%
85. Melalui rapat KS dan guru 85a 30 50,8%
Tidak dijawab 85b 13 22,0%
Dihitung dari materi tiap KD kemudian di akumulasikan 85c 1 1,7%
Diambil dari analisis nilai 85d 2 3,4%
Kompleksitasi dan daya dukung 85e 11 18,6%
Anak ABK dan tidak ABK dibedakan 85f 2 3,4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
86. Sama hanya indikator yang berbeda 86a 4 6,8%
86b
Ada perbedaan 36 61,0%

Tidak, tapi bobot nilai yang berbeda 86c 14 23,7%


Tidak dijawab 86d 5 8,5%
87. Tingkat anak yang normal dan ABK berbeda 87a 19 32,2%
Supaya ada rasa keadilan antara IQ yang tinggi dan yang 87b
3 5,1%
rendah
KKM ABK lebih rendah karena menyesuaikan kondisi anak 87c 9 15,3%
Tidak dijawab 87d 28 47,5%
88. Untuk mengetahui latar belakang 88a 4 6,8%
Agar sesuai dengan tujuan pembelajaran 88b 4 6,8%
Untuk membedakan angka kesulitan dan angka kmudahan 88c 10 16,9%
Untuk memudahkan proses evaluasi 88d 8 13,6%
Disesuaikan dengan kemampuan siswa 88e 6 10,2%
Agar relevan dan hasilnya meyakinkan 88f 14 23,7%
Tidak dijawab 88g 13 22,0%
89. Tidak dijawab 89a 20 33,9%
Membuat kisi-kisi 89b 1 1,7%
Memilih dan memilah aspek yang relevan dengan tututan guru 89c 1 1,7%
Semua aspek ada catatan 89d 1 1,7%
Pengamatan 89e 4 6,8%
Klasifikasi kognitif, afektif dan sikomotorik 89f 5 8,5%
Pengamatan SK dan KD 89g 13 22,0%
Asesmen 89h 14 23,7%
90a
90. Ada 39 66,1%

Menyesuaikan kemampuan 90b 6 10,2%


Kadang 90c 1 1,7%
Tidak dijawab 90d 13 22,0%
91. Lisan dan tertulis 91a 17 28,8%
Tes dan Non tes 91b 14 23,7%
Wawancara dan praktek 91c 9 15,3%
Lisan, tertulis penugasan, unjuk kerja, penilaian produk 91d 4 6,8%
Formatif 91e 1 1,7%
Tidak dijawab 91f 14 23,7%
92. Ya 92a 15 25,4%
Tidak dijawab 92b 8 13,6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
Ada perbedaan 92c 17 28,8%
Berlaku untuk semua siswa, hanya standar berbeda bagi siswa 92d
19 32,2%
umum dan ABK
93. Untuk mengetahu sejauh mana anak menguasai materi 93a 5 8,5%
Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan 93b 21 35,6%
Untuk mengukur kemampuan yang telah dicapai anak 93c 25 42,4%
Tidak dijawab 93d 8 13,6%
94. Setelah tema berakhir 94a 13 22,0%
Tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan harian 94b 9 15,3%
Tidak diisi 94c 10 16,9%
Hampir setiap hari (akhir KBM) 94d 17 28,8%
Setelah selesai 1 KD 94e 7 11,9%
Kurun waktu tertentu setelah menyelesaikan SK 94f 3 5,1%
Bagi yang belum mencapai KKM diadakan perbaikan dan 95a
95. 37 62,7%
pengayaan
Memberi bimbingan khusus/ individu bagi yang membutuhkan 95b 2 3,4%
Mengevaluasi pembelajaran yang di befrikan 95c 1 1,7%
Menginformasikan kepada wali murud 95d 6 10,2%
Dianalisis 95e 5 8,5%
Tidak dijawab 95f 8 13,6%
96. Guru,orangtua, kepala sekolah 96a 13 22,0%
Siswa, guru dan KS 96b 21 35,6%
Tidak dijawab 96c 7 11,9%
Guru dan siswa 96d 18 30,5%
97. Membantu belajar di rumah 97a 18 30,5%
Sangat beragam, ada yang protek dan biasa-biasa saja 97b 6 10,2%
Mengoreksi pelaksanaan pembelajaran baik disekolah 97c
9 15,3%
maupundi rumah
Memberi penguatan pada anak 97d 11 18,6%
Tidak dijawab 97e 14 23,7%
Tidak ada 97f 1 1,7%
98. Mengukur kemampuan siswa 98a 11 18,6%
Untuk mengetahui kemajuan belajar dan memotivasi 98b 26 44,1%
Untuk mengtahui hasil siswayang telah dicapai 98c 9 15,3%
Untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor 98d 1 1,7%
Tidak dijawab 98e 12 20,3%
99. untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa 99a 16 27,1%
Sebagai alat ukur KBM 99b 1 1,7%
Mengetahui kekurangan proses pembelajaran,dan dapat 99c 7 11,9%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

No
soal Kategori jawaban Kode Jumlah Presentase
memotivasi siswa
Untuk mengacu kemandirian anak ABK 99d 2 3,4%
Mengoptimalkan kemampuan yang ada pada siswa ABK 99e 18 30,5%
Tidak dijawab 99f 15 25,4%
100. Remidial 100a 4 6,8%
Tes dan non tes 100b 8 13,6%
Teks lisan dan praktek 100c 12 20,3%
Tes yang bebreda dengan anak yang tidak kebutuhan khusus 100d 8 13,6%
Menurunkan indikator, jadi walupun nilainya sama namun 100e
2 3,4%
bobotnya berbeda
Didampingi secara individual 100f 1 1,7%
Memberikan evaluasi pada ABK hanya bobot materi soal yang 100g
10 16,9%
lebih sederhana
Evaluasi dan pengamatan sehari-hari 100h 6 10,2%
Tidak dijawab 100i 8 13,6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Lampiran 2 Permohonan Ijin Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian Dari BAPPEDA


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Lampiran 4 Daftar SD Inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dari Dinas


Pendidikan Kabupaten Bantul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Lampiran 5. ValidasiDosen Ahli A


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Lampiran 6. Validasi Dosen Ahli B


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Lampiran 7. Bentuk Kuesioner


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

Lampiran 8. Contoh Instrumen Kuesioner yang Diisi Responden


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

BIOGRAFI

PENELITI

Lela Mustikasari, lahir di Cilacap pada 06 Oktober


1993 sebagai anak keempat dari pasangan Sumarno
dan Sukarti. Menempuh pendidikan formal di SD
Negeri 06 Kawunganten pada tahun 2006, SMP Negeri
02 Kawunganten pada tahun 2009, SMK Yos Sudarso
Kawunganten lulus pada tahun 2012. Peneliti
melanjutkan studi S1 di Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama menempuh pendidikan di
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, peneliti mengikuti berbagai
macam kegiatan, antara lain:
1. Pengurus UKM PM sebagai Devisi Humas 2014-2015
2. Sie Keamanan Acara UKM PM 2015
3. Sie Acara UKM PM 2014
4. CO Konsumsi UKM PM 2015
5. Peserta Inisiasi UKM PM 2014
6. Bendahara Acara UKM PM 2015
7. Peserta Seminar: “Reinventing Childhood Education”
8. Peserta seminar: “Free Sex: Thumbs up or thumbs down?”
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi
sebagai tugas akhir dengan judul “Survei Pelaksanaan Sekolah Dasar Inklusi di
Wilayah Kabupaten Bantul”

Anda mungkin juga menyukai