Anda di halaman 1dari 7

PERAN GURU PAI PADA PESERTA DIDIK INKLUSI DALAM KURIKULUM

MERDEKA DI SMA NEGERI 1 GEDANGAN

Nisfi Zulfatul Laili, M. Bahrul Ulum, Afiqoh Biaunillah, Ali Uroidli


D01219042@student.uinsby.ac.id, D01219036@student.uinsby.ac.id,
D71219056@student.uinsby.ac.id D01219095@student.uinsby.ac.id
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Jl. A. Yani 117, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo Kota Surabaya, Jawa Timur

ABSTRAK
Jurnal ini mengulas tentang bagaimana Peran Guru PAI pada peserta didik Inklusi
dalam Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 1 Gedangan. Adapun Jenis penelitian yang
digunakan dalam penulisan jurnal ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan jurnal ini yaitu dari hasil
observasi (pengamatan), dan wawancara. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa Anak
Inklusi memiliki tiga hambatan yaitu hambatan komunikasi, sosial dan perilaku. Hal ini
merupakan indikator bahwa anak Inklusif perlu mendapatakan pelayanan khusus. Disini
Guru PAI memiliki Peran penting dalam kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Gedangan. Konsep Belajar Mandiri adalah konsep pembelajaran yang memungkinkan
anak-anak penyandang disabilitas ini berkembang secara optimal. Oleh karena itu,
kurikulum mandiri dapat dikatakan sebagai spirit pendidikan inklusif.

Kata Kunci : PAI, Inklusi, Kurikulum Merdeka

ABSTRACT
This journal reviews the role of PAI teachers on inclusive students in the Independent
Curriculum at SMA Negeri 1 Gedangan. The type of research used in writing this
journal uses descriptive qualitative research. The data analysis technique used in writing
this journal is from the results of observations (observations), and interviews. The results
of this study showed that inclusive children have three barriers, namely communication,
social and behavioral barriers. This is an indicator that inclusive children need to get
special services. Here PAI teachers have an important role in the independent
curriculum at SMA Negeri 1 Gedangan. The concept of Independent Learning is a
learning concept that allows children with disabilities to develop optimally. Therefore,
the independent curriculum can be said as the spirit of inclusive education.

Keywords: PAI, Inclusion, Independent Curriculum

A. Pendahuluan
Dalam sistem pendidikan nasional telah mengakomodir semua anak Bangsa yang
ingin bersekolah termasuk yang berkebutuhan khusus. Dengan kata lain pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan

1
menjunjung hak asasimanusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa. Berdasarkan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan tidak membeda-
bedakan siapapun dapat memperoleh pendidikan baik anak normal maupun anak
berkebutuhan khusus semua berhak mendapatkan pendidikan yang sama.
Tercantum sesuai Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi:
“Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Negara sudah
memberikan jaminan kepada semua warga negara Indonesia untuk mendapatkan
pendidikan tidak terkecuali, termasuk juga warga negara yang mempunyai
keterbatasan fisik, mental, maupun ekonomi.1

Sekolah SMA Negeri 1 Gedangan adalah Madrasah inklusif yang memberikan


peluang yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi anak difabelitas.
peran guru Agama dalam pendidikan inklusif di SMA Negeri 1 Gedangan dalam
mendidik peserta didik yang normal maupun anak inklusif dapat memberikan peluang
untuk anak inklusif tersebut dalam mengembangkan kelebihan mereka. Serta dengan
bimbingan dan dorongan baik dari guru maupun lingkungan sekitarnya. Kurikulum
mandiri ini menyikapi perbedaan dengan memberikan kebebasan kepada guru untuk
memilih metode, model, dan pendekatan yang akan digunakan dengan siswa
berkemampuan fisik, intelektual, dan lainnya. Pendidikan inklusif yang diselenggarakan
sekolah juga harus memenuhi kebutuhan siswa penyandang disabilitas.
Oleh karena itu, dari analisis data penelitian, menyimpulkan bahwa peran guru
pendidikan agama Islam (PAI) pada peserta didik inkludi berhasil membuat nyaman
siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa lainnya tidak merasa terganggu bahkan
saling membantu, sehingga tujuan pendidikan inklusif tercapai sesuai peraturan yang
sudah ada pada Permendiknas Nomor 70 Tahun 2007.

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Nana Syaodih menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
pendekatan penelitian yang dijadikan untuk mendeskripsikan dan menganalisa
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok.2 Bentuk penulisan ini adalah lapangan, di mana
penulis melakukan penelitian langsung kelapangan untuk mendapatkan data yang

1
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 Pasal 31 ayat 1.
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 60.

2
dibutuhkan selama penulisan. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data
penelitian yang akan dihasilkan melalui observasi (pengamatan), dan wawancara.
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.3 Wawancara juga diartikan untuk menemukan apa
yang ada dalam pikiran orang yang akan diwawancarai, apa yang dipikir dan apa
yang dirasakan.4
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati, mencatat secara sistematika gejala-gejala yang diselidiki.5
Nana Syaodih mengatakan observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.6 Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang peran guru
Pendidikan Agama Islam pada peserta didik inklusi dalam kurikulum merdeka di
SMA Negeri 1 Gedangan. Adapun pengamatan yang dilakukan penulis adalah untuk
mengetahui kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 1 Gedangan ketika mengajar siswa inklusi atau berkebutuhan khusus.

C. Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pendidikan Peserta Didik Inklusi di


SMA Negeri 1 Gedangan
Pendidikan inklusif sendiri berarti suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mentransformasikan sistem pendidikan untuk mengakomodasi peserta didik yang
beragam. Tujuannya adalah agar guru dan siswa merasa nyaman dengan perbedaan dan
melihatnya bukan sebagai masalah tetapi sebagai tantangan dan pengayaan dalam
lingkungan belajar.7
UNICEF menunjukkan pemahaman bahwa sekolah inklusif adalah sistem
pendidikan yang mencakup semua siswa, menyambut dan mendukung pembelajaran
untuk semua orang, terlepas dari kemampuan atau kebutuhan mereka. Ini berarti
memastikan bahwa pendidikan dan kurikulum, gedung sekolah, ruang kelas, taman

3
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), 72.
4
Prasetyo Irawan, dkk, Metodologi Penelitian (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), 8-10.
5
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), 70.
6
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, 220.
7
Tarmansyah, Inklusi Pendidikan Untuk Semua (Jakarta: Depdiknas, 2007), 82.

3
bermain, transportasi dan toilet layak untuk semua anak di semua tingkatan. Pendidikan
inklusif berarti semua anak belajar bersama di sekolah yang sama. (Penyelenggaraan
pendidikan inklusi sebagai sistem pendidikan yang mengikutsertakan siswa dari semua
tingkatan yang menyambut dan mendukung mereka dalam belajar, siapapun mereka,
apapun kemampuannya. Mereka bisa belajar bersama di sekolah yang sama. harus
dilakukan dalam satu kurikulum (didukung, infrastruktur yang memadai). 8
Anak berkebutuhan khusus memiliki berbagai jenis disabilitas. Ada tiga hambatan
yang mereka temui: hambatan komunikasi, sosial dan perilaku. Hal ini merupakan
indikator bahwa anak berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan khusus. Konsep
Belajar Mandiri adalah konsep pembelajaran yang memungkinkan anak-anak
penyandang disabilitas ini berkembang secara optimal. Oleh karena itu, kurikulum
mandiri dapat dikatakan sebagai spirit pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif adalah pendekatan untuk mengubah sistem pendidikan untuk
mengakomodasi peserta didik yang sangat beragam. Tujuannya adalah agar guru dan
siswa merasa nyaman dengan perbedaan dan melihatnya bukan sebagai masalah tetapi
sebagai tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar.
Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif menyediakan program
pendidikan yang relevan, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
setiap siswa, dan memberikan bantuan dan dukungan yang dapat diberikan guru untuk
memungkinkan siswa berkembang. Sekolah inklusif juga merupakan tempat di mana
setiap anak berpartisipasi dan menjadi bagian dari kelas, saling membantu dengan guru,
teman sebaya dan anggota masyarakat lainnya, dan memenuhi kebutuhan individu
mereka.
Pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa ``setiap warga negara berhak atas
pendidikan'' dan ayat 2 menyatakan bahwa ``setiap warga negara wajib mengenyam
pendidikan dasar, yang biayanya ditanggung oleh negara.'' Kami punya kewajiban,”
tegasnya. UUD 1945 menjamin bahwa semua warga negara Indonesia, tanpa kecuali,
memiliki akses pendidikan tanpa memandang keragaman dan perbedaan individu.9
Kurikulum mandiri ini menyikapi perbedaan dengan memberikan kebebasan kepada
guru untuk memilih metode, model, dan pendekatan yang akan digunakan dengan siswa

8
R. Herawati,“Pendidikan Inklusif dan Guru Profesional” dalam
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/merdeka-belajar-pendidikan-inklusif-dan-guru-profesional/
diakses pada tanggal 09 November 2022.
9
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 Pasal 31 ayat 1.

4
berkemampuan fisik, intelektual, dan lainnya. Pendidikan inklusif yang diselenggarakan
sekolah juga harus memenuhi kebutuhan siswa penyandang disabilitas.

D. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membimbing Peserta Didik
Inklusi di SMA Negeri 1 Gedangan
SMA Negeri 1 Gedangan merupakan sekolah yang tidak hanya memfokuskan
pendidikan anak normal seperti sekolah umum pada umumnya. Akan tetapi, di sekolah
tersebut menggabungkan proses pembelajaran antara peserta didik berkebutuhan khusus
dan normal. Adapun yang dimaksud dengan peserta didik berkebutuhan khusus disini
ialah peseta didik dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan peserta didik normal
pada umumnya. Dan banyak sekali jenis anak berkebutuhan khusus namun, disini
penulis hanya akan membahas tentang autis, dan Attention Deficit Hyperaktivy Disorder
(ADHD).
SMA Negeri 1 Gedangan menerima peserta didik berkebutuhan khususa tau inklusif.
Maka oleh sebab itu peran guru pendidikan agama Islam dalam pembelajaran sangat
diperlukan guna menyeimbangkan proses pembelajaran peserta didik berkebutuhan
khusus di sekolah reguler.
Berkaitan dengan proses belajar mengajar, guru pendidikan Agama Islam mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi para peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidik mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan
para peserta didik. Dan sebagai direktur didalam pembelajaran melalui cara serta langkah
sangatlah diperlukan dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang berdasarkan
kurikulum pembelajaran apalagi dengan melihat peserta didik yang memang harus
mendapatkan penanganan yang lebih dari peserta didik pada umumnya . Disinilah peran
seorang guru khususnya guru pendidikan agama Islam diperlukan yakni seperti yang
telah penulis dapatkan dari hasil wawancara kepada guru pendidikan agama Islam bahwa
melalui pemberian motivasi kepada peserta didik khususnya peserta didik yang
berkebutuhan khusus dapat menambah rasa percaya diri dan semangat yang ada di dalam
diri mereka juga melakukan cara. Dan cara yang dilakukan diharapkan pendidik dapat
mengenal dan memahami peserta didik khususnya peserta didik berkebutuhan khusus
secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses
pembelajaran. Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar pendidik sekaligus
berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Sebagai pembimbing

5
dalam belajar guru diharapkan mampu untuk lebih mengenal dan memahami para peserta
didik baik setiap individu maupun kelompok, memberikan kesempatan yang memadai
agar setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya, membantu
setiap peserta didik mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya, serta dapat
menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukanya.

E. Kesimpulan
Setelah meneliti, menelaah, mengkaji berbagai data mempelajari kajian teoritis dari
beberapa bab terdahulu, maka penulis mengakhiri pembahasan skripsi ini, dengan
mengambil kesimpulan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pendidikan
inklusif di SMA Negeri 1 Gedangan. Dalam mendidik peserta didik yang normal
maupun anak inklusif dapat memberikan peluang untuk anak inklusif tersebut dalam
mengembangkan kelebihan mereka. Serta dengan bimbingan dan dorongan baik dari
guru maupun lingkungan sekitarnya, anak inklusif di SMA Negeri 1 Gedangan mampu
berprestasi dan bersaing dengan siswa lainnya. Oleh karena itu, dari analisis data
penelitian, penulis menyimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
dalam pendidikan inklusif di SMA Negeri 1 Gedangan berhasil membuat nyaman siswa
yang berkebutuhan khusus dan siswa lainnya tidak merasa terganggu bahkan saling
membantu, sehingga tujuan pendidikan inklusif tercapai sesuai peraturan yang sudah ada
pada Permendiknas Nomor 70 Tahun 2007.

6
DAFTAR PUSTAKA

Herawati, R. “Pendidikan Inklusif dan Guru Profesional” dalam


https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/merdeka-belajar-pendidikan-inklusif-
dan-guru-profesional/ diakses pada tanggal 09 November 2022.
Irawan, Prasetyo dkk., Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta, 2005.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007.
Tarmansyah. Inklusi Pendidikan Untuk Semua. Jakarta: Depdiknas, 2007.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 Pasal 31 ayat 1.

Anda mungkin juga menyukai