Anda di halaman 1dari 16

Kajian Moral dan Kewarganegaraan.

Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

STRATEGI GURU PPKn DALAM MENUMBUHKAN SIKAP TOLERANSI PADA SISWA


KELAS VII DI SEKOLAH INKLUSI SMP NEGERI 30 SURABAYA

Ria Pravita Dewi


14040254018(PPKn, FISH, UNESA) riapravitadewi29@gmail.com

Listyaningsih
0020027505 (PPKn, FISH, UNESA) listyaningsih@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi guru PPKn dalam menumbuhkan sikap toleransi
pada siswa di sekolah inklusi SMP Negeri 30 Surabaya. Perbedaan yang ada di sekolah inklusi
khususnya pada siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus menuntut untuk saling menghargai
satu sama lain sehingga sikap toleransi sangatlah penting untuk diterapkan di SMP Negeri 30 Surabaya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori belajar sosial Albert Bandura teridiri dari fase
perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan desain deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara semiterstruktur,
observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi
teknik. Analisis data yang dilakukan menggunakan model analisis data Miles dan Hubermen yang
terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikan simpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya strategi yang dilakukan guru PPKn dalam menumbuhkan
sikap toleransi pada siswa kelas VII di sekolah inklusi SMP Negeri Surabaya ialah melalui proses
pembelajaran PPKn menerapkan sikap toleransi pada semua peserta didik melalui kegiatan diskusi
kelompok dengan menggunakan model jigsaw. Nilai sikap toleransi ditunjukkan oleh siswa reguler
maupun siswa berkebutuhan khusus untuk saling menghargai, bekerja sama, membantu teman yang
mengalami kesulitan. Guru berperan dalam menumbuhkan sikap toleransi pada siswa reguler dan siswa
berkebutuhan khusus. Strategi yang dilakukan oleh guru yakni memberikan nasehat, arahan, contoh
perilaku dan motivasi.
Kata Kunci: Strategi Guru PPKn, Toleransi.

Abstract
This research aims to determine the strategy of Civics and citizenship education teachers in fostering a
tolerance attitude for students at inclusive school of SMPN 30 Surabaya. The differences in inclusive
schools, especially for regular students demand to respect with the students who have different ability,
so that the attitude of tolerance is very important to applied at SMPN 30 Surabaya. The theory used in
this research is Albert Bandura's social learning theory which consist of phases of attention, retention,
reproduction, and motivation. The research methodology was conducted by means of qualitative
approach by using descriptive qualitative design. The research data obtained by using semiterstructural
interview technique, observation, and documentation, while for data validity testing used technical
triangulation. The data analysis was performed by using the Miles and Hubermen data analysis model
which consistof data collection, data reduction, data presentation, drawing conclusion and verification.
The results showed that the strategy undertaken by PPKn teachers in fostering a tolerance attitude for
seventh grade students in the inclusion school of Surabaya State Middle School was that through the
learning process PPKn applied tolerance to all students through group discussion activities using the
jigsaw model. Tolerance values are shown by regular students and students with special needs to respect
each other, work together, help friends who experience difficulties. Teachers play a role in fostering
tolerance for regular students and students with special needs. The strategy undertaken by the teacher is
to provide advice, direction, examples of behavior and motivation.
Keywords: Civics and citizenship education Teachers Strategy, Tolerance

yang fisiknya normal maupun yang memiliki kekurangan.


PENDAHULUAN Dalam UUD 1945 RI Pasal 31 ayat (1) dijelaskan bahwa
Pendidikan sangat penting di era yang semakin “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.
berkembang ini. Bukan hanya untuk orang yang mampu Untuk itu, diselenggarakanlah pendidikan inklusi yang
atau yang pintar tetapi pendidikan juga penting untuk sangat penting terutama dalam hal bersikap toleransi satu
semua masyarakat dan warga negara Indonesia, baik sama lain. Selain sebagai pendorong untuk bersikap
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

toleransi terhadap sesama, pendidikan inklusi ini juga Jadi anak berkebutuhan khusus memang berbeda
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan dengan anak normal yang biasa karena mereka memiliki
mencerdaskan bangsa tanpa melihat perbedaan yang perbedaan secara fisik, psikologis, kogntif, atau sosial
dimiliki setiap individu. terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan
Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan dan potensinya secara maksimal. Pada awalnya ABK
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua yang mampu menerima kekurangan yang ada pada
peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki dirinya terlebuh dahulu, akan tumbuh pula kepercayaan
potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk mengikuti diri untuk mau menyatu dalam lingkungan sosialnya.
pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan Toleransi merupakan sikap yang mengajarkan arti
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik menghargai satu sama lain. Wujud toleransi berupa
umumnya (Permendiknas No. 70 Tahun 2009 Pasal 1). perilaku menghargai perbedaan suku, agama, ras, bahasa,
Pendidikan inklusi diselenggarakan untuk menghargai antar golongan, gender, bahkan pendapat yang berbeda,
persamaan masyarakat atas pendidikan tanpa fisik. Di sekolah menjadi salah satu sikap yang penting
membedakan usia, gender, etnis, bahasa, maupun untuk dibentuk oleh peserta didik. Sikap toleransi mampu
kecacatan. Bahwasanya semua peserta didik yang ada di menciptakan kesadaran dan penerimaan terhadap
sekolah inklusi sama-sama berhak untuk mendapatkan keberagaman dalam kehidupan sehingga terwujud
kesempatan dalam pembelajaran meskipun keduanya kerukunan antar sesama di tengah perbedaan. Tidak
memiliki banyak perbedaan. Masing-masing memiliki hanya melihat perbedaan dalam segi tersebut melainkan
kelebihan tersendiri yang akan dikembangkan untuk perbedaan dalam hal fisik maupun mental, baik anak
mencapai prestasi. Perbedaan bukan halangan untuk normal dan anak berkebutuhan khusus. Peserta didik
mencapai sebuah prestasi dengan cara saling menghargai diminta untuk menghargai perbedaan yang ada pada
atas apa yang dimiliki oleh setiap individu. semua peserta didik yang lain karena keduanya akan
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang menempatai kelas yang sama baik anak normal dengan
Perlindungan Anak dalam Pasal 51 menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus.
anak penyandang disabilitas diberikan kesempatan dan Perbedaan yang ada di sekolah inklusi khususnya
aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan inklusi atau pada siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus
pendidikan khusus. Anak yang cacat fisik atau mental menuntut untuk saling menghargai satu sama lain
dalam hal ini memiliki kesempatan untuk memperoleh sehingga sikap toleransi sangatlah penting untuk
pendidikan yang sesuai dengan keinginannya tanpa diterapkan di sekolah. Siswa ini beragam karena kondisi
adanya diskriminasi. Kesempatan yang diberikan oleh fisik maupun mental sudah berbeda. Toleransi merupakan
negara terhadap anak yang cacat fisik atau mental ini sikap yang penting untuk ditanamkan dalam sekolah.
menunjukan adanya persamaan dan keadilan setiap warga Begitu pula dalam kehidupan sosial yang ada dalam
negara. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan tidak masyarakat untuk menghargai dalam setiap perbedaan.
ada diskriminasi antara anak berkebutuhan khusus Adanya perbedaan pada siswa dapat menuntut guru untuk
dengan anak yang normal. Aturan tersebut sesuai dengan menumbuhkan sikap toleransi pada peserta didik yang
perkembangan pendidikan saat ini karena semua manusia terdiri dari beberapa aspek yakni tidak menganggu teman
itu sama dan tidak ada perbedaan yang ada dalam setiap yang berbeda dalam hal fisik maupun mental, saling
individu, untuk itu pendidikan inklusi bertujuan untuk membantu jika teman kesulitan, tidak memilih-milih
mendirikan pendidikan yang sama bagi anak yang normal teman dalam hal pergaulan, menghormati dan
maupun berkebutuhan khusus. menghargai semua teman, bertegur sapa walaupun
Toleransi memegang peran penting dalam interaksi berbeda, menghargai semua pendapat teman. Dalam
sosial anak dengan lingkungannya. Menurut Ibung mencapai toleransi pada peserta didik perlu
(dalam Hafidz, 2016:18) toleransi didefinisikan sebagai membutuhkan bantuan dari orang lain yang ada di
kemampuan seseorang anak untuk menerima atau sekolah yakni melalui guru PPKn.
beradaptasi dengan kondisi atau dengan individu yang Sejak memasuki SMPN 30 Surabaya sudah diberikan
berbeda-beda, tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada. sosialisasi pada awal tahun ajaran baru. SMPN 30
Jadi peserta didik diharapkan menerima keadaan semua Surabaya dipilih oleh Dinas Pendidikan untuk
siswa di sekolah baik pada siswa reguler maupun siswa memberikan bekal kepada peserta didik mengenai
berkeutuhan khusus. Tujuannya untuk menumbuhkan sosialisasi tersebut yang berkaitan dengan toleransi.
sikap toleransi dengan baik antara sesama tanpa Sosialisasi ini memang sengaja diterapkan untuk kelas
membeda-bedakan individu yang lain agar tercipta VII saja dan tidak untuk siswa kelas VIII maupun IX.
kehidupan yang damai. Keunggulan dari SMPN 30 Surabaya yakni dari beberapa
guru yang akan memberikan bekal kepada peserta didik

747
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

pada awal masuk kelas mengenai materi sosialisasi Adapun penelitian yang relevan mengenai penelitian
tersebut yang berkaitan dengan toleransi yaitu bagaimana ini oleh Diyah Pradita Sari yang berjudul “Penanaman
cara menghargai sesama, menjalin persahabatan dengan Karakter Toleransi pada Siswa Reguler dan Siswa
siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus, dan Berkebutuhan Khusus melalui Pembelajaran PPKn di
bekerja sama atas perbedaan yang ada. Sejak berdirinya SMPN 4 Sidoarjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendidikan inklusi di SMPN 30 Surabaya pada awal penanaman karakter toleransi oleh guru PPKn dilakukan
tahun 2012 sudah menerapkan sosialisasi tersebut dan melalui empat cara antara lain model pembelajaran
memberikan bekal kepada peserta didik kelas VII. diterapkan menggunakan bentuk kelompok seperti
memang sengaja diterapkan sejak awal tahun ajaran baru diskusi kelas, motivasi melalui video tentang
agar siswa reguler mampu menerima keberadaan siswa kebersamaan dalam perbedaan yang diberikan di awal
inklusi. pembelajaran, nasehat secara spontan ketika ada siswa
Adanya perbedaan dalam siswa reguler dengan siswa yang intoleransi, dan contoh perilaku yang diberikan guru
berkebutuhan khusus seperti pada hal fisik maupun seperti pemberian paraf sebagai tanda penghargaan hasil
mental. Sedangkan di sekolah SMPN 30 Surabaya siswa karya siswa.
reguler dengan siswa berkebutuhan khusus dijadikan satu Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dalam ruangan kelas. Kebanyakan siswa reguler dengan teori belajar observasional Albert Bandura yang terdiri
tidak mudah menerima perbedaan pada siswa dari empat proses antara lain proses atensional, proses
berkebutuhan khusus terutama dalam pergaualan maupun retensional, proses pembentukan perilaku dan proses
dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru PPKn motivasional (Hergenhahn dan Olson, 2009:363). Teori
sangatlah berperan dalam menumbuhkan sikap toleransi. belajar sosial oleh Albert Bandura dalam penelitian ini
Guru PPKn harus dapat menerapkan sikap pendidik yang digunakan untuk mengamati guru yakni yang pertama
baik karena pembelajaran PPKn lebih mengarah pada guru mengamati bagaimana guru sebagai model bagi
pengembangan sikap. siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler untuk
Berdasarkan hasil dokumentasi dari guru pendamping memberikan contoh pada mereka tentang pemahaman
SMPN 30 Surabaya yang bernama ibu Endang Setyawati, apa itu toleransi atau contoh perilaku toleransi. Guru
S.Psi bahwa dalam kelas terdapat siswa berkebutuhan sebagai model bagi siswa berkebutuhan khusus dan siswa
khusus yakni pada kelas VII ada 19, kelas VIII terdapat reguler untuk menerapkan wujud sikap toleransi. Kedua
15, kelas IX terdapat 6. Dalam kelas masing-masing mengamati siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler
terdapat siswa berkebutuhan khusus di kelas VII B ada 2 untuk melihat apakah mereka memusatkan perhatiannya
siswa inklusi, VII C ada 2 siswa inklusi, VII D ada 2 pada guru atau tidak.
siswa inklusi, VII E ada 3 siswa inklusi, VII F ada 2
siswa inklusi, VII G ada 2 siswa inklusi, VII H ada 2 METODE
siswa inklusi, VII I ada 2 siswa inklusi, VII J ada 2 siswa Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
inklusi. Kategori siswa inklusi untuk kelas VII yakni ada desain deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan
6 siswa tunagrahita ringan, 10 siswa lambat belajar, 1 kualitatif deskriptif karena ingin mengetahui strategi
siswa autis, dan 2 siswa boderline. yang dilakukan oleh guru PPKn dalam menumbuhkan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 Januari sikap toleransi pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
2018 oleh guru PPKn yakni Dra.Sri Warsini, M.Si. dan menggambarkan atau mendeskripsikan strategi guru
Roudhatul Jannah, S.Pd dalam menumbuhkan sikap dalam menumbuhkan sikap toleransi pada siswa reguler
toleransi memang sengaja diterapkan di kelas VII agar dan siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SMP
siswa tersebut mampu menerima keadaan siswa Negeri 30 Surabaya.
berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah. Pada saat Lokasi penelitian adalah di SMPN 30 Surabaya JL.
ajaran baru siswa dan guru akan diberikan sosialisasi oleh Medokan Semampir Indah No.91 Sukolilo Surabaya.
kepala sekolah mengenai keberadaan siswa inklusi Sekolah ini berdiri sejak tahun 1 Januari 1987 dan sudah
dengan tujuan untuk saling menghargai. Menumbuhkan berdiri sekitar 31 tahun. Dari keputusan Dinas
sikap toleransi diterapkan melalui pembinaan dari guru Pendidikan Surabaya sekolah ini diterapkan sebagai
PPKn dan juga Kepala Sekolah tetapi penerapan tersebut sekolah inklusi pada tahun 2012/2013.
juga dilakukan pada saat proses pembelajaran melalui Penentuan informan penelitian dengan menggunakan
diskusi kelompok, berkomunikasi dan lain-lain. Pada saat teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan subjek
peserta didik sudah memasuki kelas VIII dan XI mereka penelitian dengan menggunakan kriteria tertentu yang
sudah menerima keberadaan siswa berkebutuhan khusus. sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Dalam penelitian
Siswa reguler tidak pernah membeda-bedakan siswa ini memilih pihak-pihak informan antara lain: Kepala
berkebutuhan khusus. Sekolah SMPN 30 Surabaya dan Guru PPKn kelas VII
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

yakni Dra.Sri Warsini,M.Si dan Roudhatul Jannah,S.Pd. pembelajaran, metode pembelajaran yang akan dilakukan
di SMPN 30 Surabaya. oleh guru PPKn dalam proses pembelajaran. Pendapat
Teknik pengumpulan data melalui wawancara, tersebut diungkapkan oleh Sri Warsini sebagai berikut.
observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini “Ya ada, semua materi kita terapkan walaupun
menggunakan wawancara semiterstruktur dengan tujuan materinya pokok bahasannya enggak ada ya tetap
dari wawancara ini adalah untuk menemukan kita terapkan, apalagi kalau sekarang kan
keadaannya seperti itu ya rasa kebangsaanya,
permasalahan secara lebih terbuka, pihak yang diajak
kita terapkan terus karena dalam hal apalagi di
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Teknik tempat kita ini tidak hanya satu suku, tidak hanya
observasi yang digunakan yakni teknik observasi bahasa, jadi kita pun tetap, agama pun apalagi
partisipatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang satu kelas pun ada agama islam kristen jadi kita
lalu, bisa berupa tulisan, gambar, video, dan lain tetap tanamkan toleransi” (wawancara, 28 Mei
sebagainya yang berfungsi untuk mendukung data. 2018).
Analisis data menggunakan model Miles dan Hal serupa juga diungkapkan oleh Roudhatul Jannah,
Hubermen yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi selaku Guru PPKn kelas VII berikut :
data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. “Setiap masuk tentang toleransi ya tetap ada,
Sedangkan untuk pengujian keabsahan data contohnya tentang hukum ya tetap toleransi itu
menggunakan uji kreadibilitas data dengan triangulasi ada, toleransi kan tidak hanya agama saja kan,
teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan lingkungan juga kebersihan juga kan toleransi
dengan cara mengecek data kepada narasumber yang kayak kebersihan kelas saya selipkan”
sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2015:274). (wawancara, 21 Mei 2018).
Dari hasil wawancara tersebut bahwasannya materi
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang disampaikan dalam proses pembelajaran tidak
Strategi Guru PPKn Dalam Menumbuhkan Sikap
hanya satu materi melainkan dari semua materi yang ada.
Toleransi Pada Siswa Kelas VII Di Sekolah Inklusi
Dari semua materi PPKn tetap ada penerapan mengenai
SMP Negeri 30 Surabaya
toleransi karena toleransi sangat penting untuk diterapkan
Strategi guru PPKn dalam menumbuhkan sikap toleransi
di kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan lagi
pada siswa kelas VII dalam melakukan penelitian ini
oleh Sri Warsin sebagai berikut.
dengan tujuan untuk mengetahui cara yang dilakukan
“Kalau saya ya semua mbak, masalahnya kan
oleh guru dalam menumbuhkan sikap toleransi.
bermacam-macam masalahnya materinya kan
Perbedaan yang ada di sekolah inklusi khususnya pada menyangkut toleransi kayak NKRI mesti (selalu)
siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus harus toleransi iya kan, norma juga harus ada,
menuntut untuk saling menghargai satu sama lain atas bukan berarti norma bukan toleransi enggak ya
perbedaan yang ada di lingkungan sekolah SMP Negeri toh (kan) tetapi ini hak dan kewajiban jadi harus
30 Surabaya sehingga sikap toleransi sangat penting ada masuk toleransinya disitu karena dia punya
norma berarti dia harus mempunyai hak dan
untuk diterapkan di sekolah. Siswa ini beragam karena
kewajiban, toleransi pada orang lain, enggak
kondisi fisik maupun mental sudah berbeda. seenaknya sendiri, kita kan lagi menerangkan
Toleransi merupakan sikap yang penting untuk kunu ngomong dewe (disana bicara sendiri) lah
ditanamkan dalam sekolah. Begitu pula dalam kehidupan ini kan harus toleransi, jadi saya harus
sosial yang ada dalam masyarakat untuk menghargai menerapkan langsung mbak, jadi enggak terlalu
dalam setiap perbedaan. Cara yang dilakukan oleh guru materi, ngomong (bicara) terus tak (saya)
PPKn dalam menumbuhkan sikap toleransi melalui terapkan pada kehidupan, materi diterapkan
dalam kehidupan jadi enggak hari ini enggak,
penerapan yang dilakukan guru PPKn dalam proses
jadi langsung penerapan dalam kehidupan
pembelajaran pada saat di kelas reguler bersama-sama apalagi kalau disini kan ada kelas yang non
dengan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus. muslim jadi harus jelas dari wilayah lain atau
Mengetahui cara yang dilakukan guru dalam pindahan dari sekolah lain dan bagaimana kita
menumbuhkan sikap toleransi yakni melalui langkah- harus bersikap” (wawancara, 21 Mei 2018).
langkah guru PPKn dalam menumbuhkan sikap toleransi Penanaman karakter toleransi yang dilakukan guru
pada saat proses pembelajaran PPKn di kelas reguler dan PPKn di SMP Negeri 30 Surabaya tidak hanya ada pada
sosialisasi yang dilaksankana oleh Kepala Sekolah setiap pembelajaran bagian materi tertentu melainkan semua
awal tahun ajaran baru mengenai toleransi. materi pelajaran PPKn selalu diterapkan sikap toleransi
Strategi yang dilakukan oleh guru PPKn pada saat misalnya pada materi NKRI, norma, toleransi pada orang
proses pembelajaran di kelas reguler yakni yang pertama lain tentu materi tersebut akan muncul penerapan sikap
mempersiapkan RPP yang memuat materi, model toleransi.

749
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

Pokok bahasan pembelajaran PPKn kelas VII pembahasan yang lebih banyak mengenai materi yang
semester ganjil antara lain proses perumusan dan disampaikan pada saat itu (observasi, 8 Mei 2018).
penetapan pancasila sebagai dasar negara, norma-norma Proses pembelajaran PPKn yang diterapkan oleh guru
dalam kehidupan bermasyarakat, kesejarahan perumusan PPKn berbeda dengan siswa reguler dan siswa
dan pengesahan Undang Dasar Negara Republik berkebutuhan khusus karena keduanya memiliki
Indonesia tahun 1945. Materi yang akan disampaikan perbedaan dalam hal fisik maupun mentalnya, jadi guru
oleh siswa reguler dan siswa berkebutuan khusus harus lebih pintar-pintar dalam menanggani kedua siswa
tentunya sangatlah berbeda berdasarkan kemampuannya tersebut dalam satu kelas yang sama. Apabila guru PPKn
masing-masing. Sebagaimana hasil wawancara bersama menanggani siswa berkebutuhan khusus, maka siswa
Warsini sebagai berikut. reguler mampu menghargai adanya siswa berkebutuhan
“Ya beda, berdasarkan daya tangkap anak-anak khusus yang ditanggani dengan berbeda. Dengan itu siswa
kalau reguler kan cepet sedangkan kalau anak reguler akan diberikan tugas terlebih dahulu oleh gurunya
inklusi kan lambat, dalam menulis pun harus (observasi, 8 Mei 2018).
ditulis satu-satu, kalau reguler kan langsung,
Hasil observasi dapat diamati bahwa materi
anak reguler pun akan menghormati apabila saya
menanggani anak inklusi lalu di kasih tugas anak pembelajaran yang disampaikan pada saat itu mengenai
reguler diem karena memang harus ditangani norma-norma dimasyarakat guru menerapkan adanya
sendiri. suatu saat yang anak inklusi itu juga di sikap yang saling bertoleransi. Norma-norma di
ruang pintar” (wawancara, 28 Mei 2018). masyarakat berkaitan dengan tingkah laku individu yaitu
Dari hasil wawancara tersebut bahwasannya norma kebiasaan, norma agama, norma kesusilaan, norma
kemampuan dari siswa reguler dengan siswa kesopanan. Norma-norma yang muncul di masyarakat
berkebutuhan khusus sangatlah berbeda jika dilihat dari akibat dari tingkah laku masyarakat yang kemudian selalu
kondisi fisik maupun mentalnya. Jika siswa reguler diterapkan dan menjadi norma yang harus dihargai. Hal
dengan mudah menerima pelajaran sedangkan siswa ini juga muncul dalam pembelajaran di SMPN 30
berkebutuhan khusus sangat lambat dalam menerima Surabaya siswa diberikan pengertian, pemahaman dan
pelajaran, bahkan masih ada beberapa siswa yang belum praktik dalam kehidupan sekolah yang nantinya dapat
bisa menulis maupun membaca sehingga guru PPKn akan diterapkan pula pada lingkungannya. Praktik norma-
memberikan bantuan khusus untuk siswa berkebutuhan norma masyarakat disekolah dapat ditunjukkan dengan
khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Roudhatul Jannah sikap saling menghargai, menerima pendapat teman, tidak
sebagai berikut. mencemooh, sopan santun.
“Tidak ada, sudah itu aja ya seperti proses Sikap akibat dari adanya norma-norma tersebut yaitu
pembelajarannya, ya kalau anak ABK di terbentuknya sikap toleransi pada diri siswa. SMPN 30
sederhanakan, dibedakan, misalkan bunyi
Surabaya yang telah menerima siswa inklusi untuk
pancasila, tapi kalau ada yang tidak bisa nulis ya
dituliskan sama gurunya tinggal nyontoh tapi mengikuti sekolah reguler dapat dilihat sikap toleransi
kalau yang bisa dia langsung nulis. Seperti yang dengan menghargai, menerima serta membantu siswa
kemarin SBM itu kan komputer yang reguler inklusi beradaptasi dengan lingkungan luar. Siswa reguler
yang ABK kan kertas, jadi ABK yang TG terlalu melalui pembelajaran norma-norma dimasyarakat menjadi
ndak bisa itu pilihannya absennya hanya 3, kalau paham dan mengetahui sikap yang harus dilakukan
yang agak pendek itu 4 pemilihan. Tapi sehingga sesuai dengan norma yang berlaku. Siswa
pertayaannya ya sederhana, sangat-sangat
inklusi juga lebih mudah untuk beradaptasi dengan
sederhana” (wawancara, 21 Mei 2018).
Dari hasil wawancara tersebut menjelaskan lingkungan sekolah contohnya saat waktu istirahat
bahwasannya materi yang akan disampaikan oleh siswa sekolah antara anak reguler dan inklusi bermain bersama
reguler maupun siswa berkebutuhan khusus sangatlah dan siswa reguler membantu siswa inklus. Materi yang
berbeda, kalau siswa berkebutuhan khusus lebih akan disampaikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan
disederhanakan dan dibedakan dengan cara guru khusus juga berbeda khususnya untuk siswa berkebutuhan
memberikan contoh kepada siswanya sehingga siswa khusus lebih dimudahkan, seperti apa yang diungkapkan
berkebutuhan khusus mampu menirukan. Pada saat oleh Roudhatul Jannah berikut “ya harus lebih
observasi untuk siswa reguler diberikan materi mengenai direndahkan mbak materinya lebih dimudahkan, gurunya
pengertian dan macam-macam norma kehidupan sehari- yang susah kalau buat materi yang berbeda” (wawancara,
hari sedangkan untuk siswa inklusi diberikan materi 14 Mei 2018).
mengenai macam-macam materi saja karena untuk siswa Materi yang akan disampaikan oleh kedua siswa
inklusi kurang memahami mengenai pengertian ataupun tersebut berbeda jika dibandingkan siswa reguler, apabila
siswa berkebutuhan khusus lebih direndahkan dan
dimudahkan, dari semua materi PPKn akan diterapkan
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

sikap toleransi oleh guru PPKn sendiri meskipun dalam mendiskripisikan sedangkan siswa inklusi
materi tersbut tidak menyangkut tentang toleransi namun disuruh memberikan contoh, menirukan”
sikap toleransi akan diterapkan dalam proses pembelajarn (wawancara, 21 Mei 2018).
Dari hasil wawancara tersebut RPP yang dibuat itu
PPKn. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sri Warsini
sama namun bagi siswa berkebutuhan khusus lebih
berikut.
dipermudahkan karena dilihat dari kemampuannya juga
“Seumpamanya kita menerapkan materi
kebudayaan kita terapkan tetep, umpamanya ini berbeda. RPP yang dibuat sama tetapi materi yang
temenmu suku, kan disini ada suku madura, pada disampaikan tetap sama misalkan pada indikator khusus
waktu komunikasi saya coba anak inklusi, dan siswa reguler mendeskripsikan pengertian dan macam-
anak yang lain tidak boleh menertawakan, macam norma yang berlaku dalam masyarakat. Jika bagi
memang bahasanya seperti itu, anak inklusi siswa inklusi dipermudahkan seperti halnya peserta didik
kadang nyeleneng ngomongya (bicaranya aneh)
mampu memberikan contoh macam-macam norma yang
lah ini harus tetap kita hargai, memang
kemampuannya seperti ini dan waktu berlaku dalam masyarakat.
umpamanya dia tidak bisa nulis yang temannya Berdasarkan lampiran dalam RPP sikap toleransi
yang satu tak suruh bantu” (wawancara, 28 Mei termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2018). Dalam RPP juga termuat dalam kompetensi sikap dapat
Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwasannya dideskripsikan bahwa sikap toleransi ini dalam
materi yang diterapkan oleh guru PPKn berbeda untuk menumbuhkan sikap tersebut pada dasarnya sudah
siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus. Dari direncanakan dan termuat di dalam dokumen sekolah,
semua materi PPKn tetep diterapkan sikap toleransi pada sehingga guru memiliki landasan dalam menumbuhkan
saat proses pembelajaran meskipun materi yang sikap toleransi kepada siswa. Selain dari tabel kompetensi
disampaikan tidak ada kaitannya dengan toleransi. Maka dasar juga terdapat tabel rubrik penilaian sikap. Dalam
guru akan menerapkan sikap toleransi dengan cara rubrik ini sebagai data hasil penanaman sikap pada siswa.
memberikan kesempatan bagi semua siswa reguler Rubrik penilaian sikap tersebut digunakan guru PPKn di
maupun siswa berkebutuhan khusus melalui komunikasi SMP Negeri 30 Surabaya untuk menilai dan mengetahui
di depan kelas. Meskipun bahasanya siswa berkebutuhan perkembangan sikap toleransi siswa yang diusahakan oleh
khusus berbeda dengan bahasanya siswa reguler, namun pihak sekolah untuk tertanam pada diri siswa.
siswa reguler mampu menerima pembicaraan dari siswa Berdasarkan rubrik penilaian tersebut diperoleh hasil yang
berkebutuhan khusus dengan cara guru PPKn akan dilihat berdasarkan pengamatan selama kegiatan
memberikan arahan bagi siswa reguler untuk menghargai pembelajaran PPKn di kelas maupun diluar kelas.
siswa berkebutuhan khusus. Penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran
Guru PPKn kelas VII SMP Negeri 30 Surabaya dalam terutama pada kompetensi norma-norma dimasyarakat
menentukan materi pelajaran dan proses pembelajarannya yang menciptakan adanya sikap toleransi. Guru
berbeda. Materi pelajaran yang diterapakan di kelas untuk mencantumkan penilaian pada rencana pelaksanaan
siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus berbeda, pembelajaran namun, guru kurang memperhatikan dengan
jika dilihat dari kemampuannya seperti siswa pengamatan secara detail dari penilaian. Penilaian
berkebutuhan khusus maka materi yang akan disampaikan tersebut berakibat pada hasil yang diberikan guru
berbeda yaitu lebih dimudahkan dan direndahkan. Guru mengenai penilaian sikap sosial. Guru melakukan
PPKn apabila menanggani siswa berkebutuhan khusus pengamatan secara umum dilakukan oleh siswa di kelas
lebih difokuskan sendiri karena melihat kemampuannya saat pembelajarannya. Berdasarkan hasil observasi
saja berbeda, namun siswa reguler mampu menerima penelitian ini dan tidak adanya catatan penilaian dari guru
keberadaan tersebut dan saling menghargai. Sikap siswa maka dilakukan pengamatan terhadap sikap sosial yang
reguler dan siswa berkebutuhan khusus tersebut mampu terkhususkan pada toleransi.
menunjukkan sikap toleransi antara keduanya dengan cara Hasil pengamatan dapat diketahui bahwa siswa
guru akan memberikan arahan oleh kedua siswa tersebut. melakukan kegiatan sekolah dalam pembelajaran maupun
Dalam proses pembelajaran PPKn akan luar pembelajaran. Siswa menunjukkan toleransi yang
mempersiapkan RPP yang memuat materi, model kurang ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang
pembelajaran, metode pembelajaran yang akan dilakukan kurang peduli dengan lingkungannya. Siswa reguler
oleh guru PPKn dalam proses pembelajaran. Sebagaimana kurang peduli dengan adanya siswa inklusi saat diluar jam
hasil wawancara bersama Roudhatul Jannah berikut. pelajaran. Kerjasama dibangun oleh guru untuk siswa
“Dipermudahkan, misalkan indikatornya apa pada saat pelajaran. Kurang peduli dengan lingkungannya
gitu, terus bawahnya diberikan tanda siswa misal pada saat siswa berkebutuhan khusus meminta
inklusi jadi harus disederhanakan untuk siswa
bantuan mengenai membuka halaman buku yang salah.
inklusi seperti siswa reguler disuruh untuk

751
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

Masih ada beberapa siswa yang sikapnya kurang toleransi dengan siswa reguler. Jadi model pembelajaran
sesama temannya, khususnya pada siswa reguler laki-laki. yang digunakan dalam diskusi itu sama saja
Strategi guru PPKn juga ditunjukkan dari proses meskipun nanti siswa inklusi ini hanya ikut
dalam kelompok. Siswa reguler kalau dalam
pembelajaran yakni melalui kegiatan kelas yaitu diskusi
kelompok ada yang inklusi itu sudah tau jadi
kelompok. Kegiatan pembelajaran bertujan agar terjadi siswa reguler lainnya itu sudah paham”
interaksi antar siswa sehingga siswa akan banyak (wawancara, 16 Juli 2018).
mengetahui perbedaan yang ada pada temannya. Kutipan wawancara tersebut memberikan informasi
Mengetahui perbedaan yang ada pada temannya. bahwa metode pembelajaran yang telah digunakan dalam
Perbedaan ini baik berupa pola pikir maupun pendapat diskusi kelompok yang telah dirancang guru PPKn lebih
dalam memecahkan permasalahan yang ada pada tugas ditekankan pada diskusi kelompok dengan menggunakan
kelompok. Kegiatan kelompok akan membantu siswa model jigsaw.
untuk terbiasa menghormati dan menghargai tanpa Media pembelajaran yang digunakan dalam
menyalahkan perbedaan yang dimiliki temannya sehingga pembelajaran PPKn ditentukan sesuai dengan kebutuhan
akan mendorong pada sikap toleransi pada peserta didik. siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus. Media
Diskusi kelompok akan menunjukkan adanya sikap yang digunakan ini guru selalu menyesuaikan dengan
toleransi antara siswa berkebutuhan khusus dan siswa materi yang akan disampaikan. Hal ini sesuai dengan
reguler. Seperti yang diungkapkan oleh Roudhatul Jannah yang diungkapkan oleh Roudhatul Jannah sebagai berikut.
berikut. “Tergantung materinya, kadang saya melihat dari
“Di dalam kelas melalui beberapa kegiatan di RPP yang dibuat itu tadi seperti melihat video,
kelas, seperti kegiatan diskusi di dalam kelas itu membuat klipping, tapi lebih seringnya iya itu
toleransinya kepada siswa misalkan cari tadi membuat klipping” (wawancara, 16 Juli
kelompok dia tidak membeda-bedakan anak itu 2018).
orang kaya, orang miskin, agamanya yang Media yang ditentukan oleh guru bergantung pada
berbeda jadi tetap dia itu cari kelompok langsung materi yang akan disampaikan tetapi harus sesuai dengan
menurut absen. Absen genap dengan absen RPP yang telah dibuatnya. Hal ini sesuai dengan yang
ganjil, jadi ketemunya nanti dua itu anak anak diungkapkan oleh Sri Warsini sebagai berikut.
inklusi apa yang satu anak reguler terserah yang
“Media yang digunakan dalam pembelajaran
penting dua genap, dua ganjil” (wawancara, 14
PPKn itu macam-macam mbak. Kalau saya itu
Mei 2018).
melihat tema bahasan dalam kurikulum dasar
Dalam diskusi kelompok tentunya menggunakan
dulu. Apabila KD itu bisa dibuat menggunakan
model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran media video, jigsaw, gambar jadi disesuaikan
yang digunakan untuk siswa reguler dan siswa saja. Yang terpenting dari media itu pelajarannya
berkebutuhan khusus itu sama dalam hal ini berkaitan bisa mudah diapahami siswa” (wawancara, 16
dengan cara yang digunakan dalam menyampaikan Juli 2018).
pelajaran. Model dalam diskusi yang digunakan oleh guru Pada kegiatan kelompok dijelaskan bahwa peserta
PPKn yang digunakan pada kelas VII dapat diketahui dari didik dibentuk 4 kelompok salah satunya ada yang
hasil wawancara dengan guru PPKn Roudhatul Jannah kebagian siswa berkebutuhan khusus, peserta didik
berikut. mengamati gambar dan membaca materi tentang
“Ya sama, namanya kan satu kelas jadi ya harus keberagaman norma-norma yang berlaku di masyarakat.
disamakan diskusi menggunakan model jigsaw, Siswa didorong untuk menggali rasa ingin tahunya
kan nanti siswa inklusi tetap dijadikan satu dengan membuat pertanyaan, siswa di dalam kelompok
dengan siswa reguler jadi enggak bisa dibeda- tersebut mencari jawaban atas pertanyaan, siswa
bedakan” (wawancara, 16 Juli 2018). berdiskusi untuk menghubungkan hasilnya satu sama lain,
Hal lain terkait model pembelajaran yang digunakan
kelompok diminta untuk mempresentasikan hasilnya
untuk diskusi kelompok dalam pembelajaran PPKn di
secara bergantian dan kelompok yang tidak presentasi
SMP Negeri 30 Surabaya diungkapkan oleh Sri Warsini
menanggapi meskipun siswa berkebutuhan khusus tidak
sebagai berikut.
bisa apa-apa tetapi tetap ikut dalam presentasi (observasi,
“RPP yang digunakan kan sama temanya juga
10 Mei 2018).
hanya inklusi itu disederhanakan. Tapi bila
temanya itu dibuat masalah dan ada diskusi nanti Berdasarkan pada kegiatan inti pembelajaran dibentuk
anak inklusi ini juga diikutkan. Kalau dalam dalam kelompok, hal ini dilakukan agar terjadi interaksi
kelas diskusi itu memakai model sama antara antar siswa sehingga siswa akan banyak mengetahui
anak reguler dan anak inklusi yakni perbedaan yang ada pada temannya. Mengetahui
menggunakan jigsaw, yang sering di pakai perbedaan yang ada pada temannya. Perbedaan ini baik
diskusi iya itu tadi mbak jigaw. Kerja kelompok
baik berupa pola pikir maupun pendapat dalam
itu kan biar siswa inklusi ini bisa bersahabat
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

memecahkan permasalahan yang ada pada tugas siswa reguler. Seperti yang diungkapkan oleh pendapat
kelompok. Kegiatan kelompok akan membantu siswa Sri Warsini berikut.
untuk terbiasa menghormati dan menghargai tanpa “Dia hanya gabung saja mbak enggak mungkin
menyalahkan perbedaan yang dimiliki temannya sehingga mengikuti, dia kan hanya ikut gabung saja,
akan mendorong pada sikap toleransi pada peserta didik. semuanya kan kelompoknya reguler dia kan
enggak mungkin bisa, cuma ya dia gabung saja,
Dalam penerapan sikap toleransi pada saat proses
pokoknya tetap ikut, kan sudah mengerti
pembelajaran melalui diskusi kelompok antara siswa kemampuannya” (wawancara, 28 Mei 2018).
reguler dengan siswa berkebutuhan khusus. Dari kegiatan Selain dari kegiatan kelompok juga didukung oleh
diskusi kelompok tersebut akan menunjukkan sikap kegiatan presentasi, kegiatan ini juga mendorong sikap
toleransinya dengan cara guru akan membagi kelompok toleransi pada peserta didik. Hal ini disebabkan pada
secara campur dengan siswa reguler dan ABK. Hal ini kegiatan ini setiap siswa memiliki hak untuk
diperkuat oleh ungkapan pendapat Sri Warsini berikut. menyampaikan hasil kerjanya sesuai dengan hasil
“Kalau anak berkebutuhan khusus biasanya di pikirannya dalam kelompok, sedangkan siswa yang lain
taruh di ruangan pintar, jadi saya ngajarnya itu dituntut untuk mampu menghargai hasil kerja dari
ya itu tadi hanya enggak boleh kalian itu
temannya tanpa mencela maupun menjatuhkan. Siswa
mengejek temanmu karena manusia itu sesama
makhluk allah, kita harus saling melindungi, yang tidak presentasi juga memiliki hak untuk
adapun yang namanya tugas itu pun anak yang menyampaikan pendapatnya jika memiliki pemikirannya
berkebutuhan khusus itu harus dimasukkan dan siswa yang presentasi juga dituntut untuk saling
dalam tugas-tugas kelompok, ini bagaimana bu, menghargai. Hal ini akan mendorong semua siswa untuk
wes lebokno wae (sudah dimasukkan saja) bertoleransi.
masukkan didalam apa namanya kelompok
Dalam diskusi kelompok siswa berkebutuhan khusus
kalian sehingga tidak ada perbedaan sehingga dia
dapat nilai, misalkan dia hanya megang saja hanya ikut gabung saja tidak ikut mengerjakan karena
misalkan dia hanya berdiri tok (saja) dia sudah soal-soal yang diberikan khusus untuk siswa
mampu melaksanakan pembelajaran, dan kalau berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus dalam
sudah jam berapa itu dimasukkan kelas pintar, mengikuti diskusi kelompok lebih banyak anggotanya
berkebutuhan khusus itu ada yang sudah bisa siswa reguler sehingga soal yang diberikan memang sulit,
baca dan ada yang tidak, kita hanya mengajari hanya bisa dikerjakan siswa berkebutuhan khusus. Pada
membaca itu kan tidak mudah, yo opo nek
saat diskusi kelompok memang benar siswa inklusi hanya
(bagaimana kalau) dari 38 anak dari 2 sakno seng
(kasihan yang) 38” (wawancara, 21 Mei 2018). membantu saja seperti hanya membantu mengelemkan
Strategi guru PPKn dalam menumbuhkan sikap kertas dalam mading tetapi dia tidak ikut dalam
toleransi sebab pada dasarnya toleransi ini tidak lepas dari mengerjakan, hanya saja dia membantu teman
sikap menghormati dan saling menghargai orang lain. kelompoknya. Siswa reguler juga mampu menghargai
Dari hasil wawancara tersebut menuturkan bahwa guru temannya inklusi untuk tidak mengerjakan diskusinya hal
PPKn memberikan arahan bagi siswa reguler untuk itu menunjukan bahwasanya kedua siswa tersebut saling
menerima anggota kelompok dari siswa berkebutuhan menghargai satu sama lain (observasi, 10 Mei 2018).
khusus dengan cara memberikan contoh yang baik Diskusi kelompok tujuannya untuk menggabungkan
sehingga siswa reguler mampu menerima perkataan dari siswa berkebutuhan khusus dengan siswa reguler agar
gurunya. Hal ini diperkuat oleh ungkapan pendapat oleh lebih dekat satu sama lain meskipun keduanya memiliki
Roudhatul Jannah berikut. perbedaan dan mampu saling menghargai satu sama lain.
“Ya, di arahkan harus mau mbak. Terus guru ya Jika ada yang tidak mendapatkan anggota kelompok
bilang gini kalau enggak mau ya sudah kalau siswa berkebutuhan khusus yang lain masih tetap bisa
siswa harus 4 kalau 3 ya gk saya terima hasilnya menerima namun guru juga harus pandai-pandai
itu aja” (wawancara, 14 Mei 2018). memberikan arahan bagi siswa yang lain. Hal ini
Dalam menerapkan sikap toleransi tidak mudah diperkuat oleh ungkapan pendapat oleh Roudhatul Jannah
apalagi dilihat dari beberapa hal dari siswa reguler berikut.
maupun siswa berkebutuhan khusus. Dalam menerapkan “Gurunya harus pandai-pandai merayu anak
sikap toleransi ini lebih diarahkan secara perlahan agar reguler, kan anak reguler sosialnya tinggi,
siswa mampu menerima arahan dari guru PPKn dengan kadang mbelo (membela), terus pandai-pandai
perkataan yang baik. Dalam mengikuti kegiatan diskusi memberi tahu” (wawancara, 21 Mei 2018).
kelompok siswa berkebutuhan khusus hanya ikut-ikutan Seperti yang diungkapakan oleh pendapat Sri Warsini
saja tanpa mengerjakan karena kemampuannya berbeda, selaku Guru PPKn kelas VII berikut :
apalagi siswa berkebutuhan khusus mengabung dengan “enggak, sudah tau, biasanya anak perempuan
yang mau meskipun di masukkan anak

753
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

inklusinya yang laki ya mau, meskipun enggak Pendidikan Kota Surabaya ini berkaitan dengan adanya
ikut kerja ya di cantumkan, jadi enggak ada rasa jumlah siswa inklusi yang akan ditempatkan di SMP
iri karena sebelumnya sudah diberitahu sejak Negeri 30 Surabaya dan memberikan pengarahan kepada
awal kelas VII” (wawancara, 28 Mei 2018).
semua guru mengenai budaya karakter. Seperti yang
Menumbuhkan sikap toleransi di SMP Negeri 30
Surabaya memang penting untuk diterapkan di sekolah diungkapkan oleh Sri Warsini berikut.
inklusi khususnya di sekolah SMP Negeri Surabaya. “Sosialisasi yang diberikan Kepala Sekolah itu
Langkah yang harus diambil oleh guru PPKn dalam temanya tentang budaya karakter. Jadi guru-guru
menumbuhkan sikap toleransi dapat dilakukan melalui disekolah ini diberikan pengetahuan mengenai
pembelajaran PPKn maupun di luar pembelajaran PPKn karakter siswa. Pengarahan juga dilakukan dalam
seperti yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Surabaya karakter religius, mandiri, nasionalis dan gotong
dengan cara memberikan sosialisasi kepada Bapak/Ibu royong. Sekolah juga menanamkan nilai toleransi
guru SMP Negeri 30 Surabaya. Hal ini sesuai yang mbak. Jadi siswa reguler diajarkan untuk
diungkapkan Bapak Sukmodarmono selaku Bapak Kepala menghargai siswa inklusi. Siswa reguler itu
Sekolah SMPN 30 Surabaya berikut. diajak bekerja sama dan berteman dengan anak
“Yang jelas saya tidak tahu karena saya juga di inklusi. Toleransi siswa dilakukan secara terus
SMP 30 baru saja di tahun 2017, tapi pada menerus nanti bisa jadi kebiasaan mbak, jadi
dasarnya sekolah inklusi cara menyiapkannya ya siswa reguler itu bisa menerima siswa inklusi
pada guru-guru yang diminta datanya hanya dan tidak adanya pembedaan. Siswa inklusi tadi
membantu sebagai guru pembimbing khusus, itu emggak merasa minder” (wawancara, 28 Mei
ada semacam pelatihan persiapan untuk beliau- 2018).
beliau yang memang nantinya untuk memang Sosialisasi yang diberikan Kepala Sekolah mengenai
membantu, disini ada tugas guru pendamping budaya karakter yaitu religius, mandiri, nasionalis, dan
ada 2 PLB yang basicnya dari PLB dan 2 dari gotong royong. Antara beberapa karakter tersebut masih
psikologi, nah itu disini kebetulan SMP 30 waktu tetap ada mengenai toleransi yakni dalam karakter gotong
berdiri lengkap, lalu ada temen-temen yang dari royong, dengan adanya toleransi tersebut guru akan bisa
guru semua mapel harus menjadi perwakilan
menerapkan kepada peserta didiknya. Seperti halnya yang
sebagai pembimbing khusus dan itu sebelumnya
diadakan workshop atau pelatihan, pelatihan dari diungkapkan oleh Roudhatul Jannah sebagai berikut.
Dinas Kota Surabaya” (wawancara, 4 Juni 2018) “Tentang karakter religius, nasionalis, mandiri,
Sosialisasi yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota gotong royong, dan berintegritas, kalau yang
Surabaya dalam menumbuhkan sikap toleransi juga berkaitan sama toleransi ya itu tadi mbak gotong
royong tentang bagaimana hidup menghargai
diperkuat oleh pendapat Roudhatul Jannah berikut.
sesama, bekerja sama atas perbedaan yang ada,
“Iya, ada sosialisasi pertama kan harus sosialisasi menjalin persahabatan dengan siswa inklusi
pada ajaran baru diberi arahan pada anak reguler maupun reguler, jadi kalau di dalam sekolah baik
terus yang inklusi. Terus diberitahu ada berapa waktu pelajaran maupun tidak diajarakan hidup
jumlah kelas VII. Misalnya kelas VII A enggak saling menghargai” (wawancara, 16 Juli 2018).
ada, VIII A enggak ada, IX A enggak ada. Yang Hasil observasi dari sosialisasi yang dilakukan oleh
mulai ada itu kelas yang B sampai J terus
guru-guru di SMPN 30 Surabaya yang dipandu oleh
sebelumnya juga dikasih tau kalau siswa ini
kelas ini, misalkan Indra nanti kelas VII B, kalau kepala sekolah mengenai membangun budaya karakter.
wali kelas itu yang pertama diberitahu juga. Wali Materi yang diberikan dalam sosialisasi ini berkaitan
kelas sosialisasi pada guru-guru mata pelajaran dengan akhlak (karakter), kompetensi dan literai. Materi
yang ada di kelas VII B misalkan, bahwa anak sosialisai yang sesuai dengan penelitian ini yaitu akhlak
ini itu anak ABK jadi guru kan kalau sudah tau (karakter). Guru diberikan arahan mengenai membangun
itu anak ABK jadi guru kan harus mengetahui nilai karakter yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong
kadang-kadang anak-anak yang nakal ada yang
royong, dan berintegritas. Berdasarkan dalam sosialisasi
diem, jadi biar anak reguler enggak mengolok-
olokan. Terus juga wali kelas juga cari teman tersebut terdapat sub nilai masing-masing. Subnilai yang
yang mengemong anak-anak ABK, jadi jika sesuai dengan penelitian berkaitan dengan nilai yaitu
istirahat kan dia juga butuh teman”. (wawancara, religius dan gotong royong. nilai karakter religius guru
14 Mei 2018) diberikan arahan mengenai menghargai agama lain dan
Dari hasil wawancara terkait sosialisasi yang dalam gotong royong subnilai yang diterapkan yaitu
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya dapat bekerja secara tim, musyawarah untuk mufakat, memiliki
disimpulkan bahwa sosialisasi yang dilakukan ini pada rasa solidaritas yang tinggi, dan tidak melakukan
saat awal ajaran baru diwajibkan semua guru mata bullying. Subnilai terutama gotong royong memberikan
pelajaran mengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas pemahaman bagi guru untuk menerapkan sikap toleransi
Pendidikan Kota Surabaya mengenai siswa reguler dan pada siswanya. Sosialisasi memberikan manfaat dan
siswa inklusi. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas penguat bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

kelas maupun saat berada di sekolah. SMPN 30 Surabaya jadi guru harus tau kalau di cuekin malah dia
yang menerapkan penerimaan siswa inklusi dan siswa nakal, jalan-jalan terus keluar jalan-jalan, tapi dia
reguler sikap toleransi sangat diperlukan dalam kehidupan enggak ganggu temannya cuma dia ya masuk
keluar ruangan kelas, jadi saya diamkan yang
dalam sekolah.
penting dia enggak gangggu temannya, kalau
Sosialisasi ini memang penting untuk dilakukan setiap kesukaannya dia gitu enggak apa-apa, tapi
tahun ajaran baru karena dalam setiap tahun ajaran baru enggak mukul-mukul anak enggak, memang dia
tentunya ada peserta didik baru yang belum mengetahui seperti itu” (wawancara, 14 Mei 2018).
keberadaan siswa inklusi. Dengan adanya sosialisasi ini Bekal dari sosialisasi yang akan disampaikan kepada
berkaitan dengan bagaimana hidup menghargai sesama, peserta didik ada beberapa macam cara, salah satunya
bekerja sama atas perbedaan yang ada, menjalin adalah dengan memberikan pengertian pada siswa reguler
persahabatan dengan siswa inklusi maupun reguler. Guru bahwa siswa inklusi itu sebenarnya juga sama seperti
juga akan memberi bekal kepada peserta didiknya mereka, hanya saja siswa inklusi harus diberikan
mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh guru-guru, jadi perhatian ekstra dan juga penanganan khusus yang
semua guru juga wajib memberikan bekal kepada semua berbeda dalam cara mengajar. Dengan begitu siswa
peserta didiknya. Sosialisasi yang dilakukan ini reguler tidak akan merasa iri terhadap siswa inklusi,
diwajibkan semua guru untuk mengikutinya. Pada seperti halnya yang telah dijelaskan oleh bu Jannah, salah
sosialisasi tersebut semua guru diberikan materi yang satu siswa inklusi yang bernama Ariawan yang selalu
akan disampaikan oleh Kepala Sekolah mengenai tema suka jalan-jalan, menganggu temannya dan bahkan juga
budaya karakter, semua guru mengikutinya dengan tenang keluar dari kelas selalu dibiarkan saja. Itu semua karena
dan mendengarkan dari penyampain materi oleh Kepala memang cara menegur atau memberikan peringatan
Sekolah (observasi, Juni 28 2018). Seperti yang berbeda dengan saat menegur atau memberi peringatan
diungkapkan oleh Roudhatul Jannah sebagai berikut. pada siswa reguler. strategi guru yang memberikan
“ya itu tadi siswa harus mampu menerima pengertian pada siswa reguler seperti itu justru akan
adanya anak inklusi tersebut, menjelaskan membuat siswa reguler mengerti dan mampu menerima
mengenai toleransi sesama dengan siswa reguler sisawa inklusi serta tidak membedakannya dengan siswa
dan siswa berkebutuhan khusus, memberikan lainnya. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Sri
arahan pada siswa reguler kalau dalam kelas ini
Warsini berikut.
akan ada siswa inklusi yang karakternya seperti
ini, jadi kalian harus menghargai tidak boleh “Oh ya, enggak oleh ngilokno koncone (tidak
mengejek sama temannya, karena kalian sama- boleh mengejek temannya) enggak boleh
sama makhluk ciptaan allah” (wawancara, 16 ngomong (bicara) belakang temannya, harus
Juli 2018). kerjasama yang baik, menghormati sesama
Bekal yang akan disampaikan kepada peserta didik teman atau guru” (wawancara, 21 Mei 2018).
Menumbuhkan sikap toleransi antara siswa reguler
dalam menumbuhkan sikap toleransi di SMP Negeri 30
dengan siswa inklusi bukan hal mudah, karena sifat
Surabaya memang penting untuk diterapkan di sekolah
manusia satu dengan yang lainnya tidaklah sama, dan
inklusi khususnya di sekolah SMP Negeri Surabaya. Hal
sebagai seorang guru harus mampu menyatukan berbagai
ini sesuai yang diungkapkan oleh Roudhatul Jannah
perbedaan tersebut agar baik siswa reguler maupun siswa
berikut.
inklusi dapat saling toleransi satu dengan yang lain.
“Dikasih tau dulu tadi kan pada ajaran baru kalau
di sekolah ini juga ada anak ABK, diberi arahan Salah satunya sesuai yang telah dijelaskan di atas
kalau anak ABK juga butuh teman, butuh bahwa setiap guru tidak pernah lelah untuk memberikan
sahabat, butuh lingkungan yang nyaman, anak- pengertian kepada siswanya bahwasannya mereka semua
anak enggak boleh nakal atau kadang-kadang itu sama. Sehingga tidak boleh saling mengejek, berbicara
yang nakal itu ya anak ABK itu juga, ada yang kasar atau lain sebagainya, justru baik siswa reguler
jail seperti Ariawan kelas VII E jail anak-anak maupun siswa inklusi harus sama-sama bisa bekerja sama
itu ngerjakan bukunya itu diambil, yang April itu
diem Dito ya diam, macam-macam anak itu. Jadi dan saling membantu satu sama lain. Membangun
anak yang diem itu juga saya beri arahan kamu berbagai macam interaksi disaat bersamaan antara siswa
harus kumpul dengan anak ini, yang Ariawan itu reguler maupun inkusi secara tidak sadar maka mereka
yang nakal saya panggil “kamu udah selesai ? secara alamiah akan membentuk sikap toleransi tersendiri
belum buk, ayo duduk, pintarnya, dia langsung dan membuat mereka akhirnya tidak memandang siswa
duduk” mungkin dia ngambil buku temannya inklusi sebelah mata saja.
munngkin dia kurang perhatian juga kan sama
Dalam memperkenalkan siswa inklusi ke siswa
gurunya. Kan guru ya sibuk yaa, enggak tau dia
pokonya dia jalan-jalan, tapi guru kalau sudah berkebutuhan khusus pada awal ajaran baru tentu bukan
tau dia kriterianya seperti itu harus seperti ini, hal yang mudah, tentu melalui berbagai macam cara.

755
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

Tidak semua siswa reguler menerima keberadaan siswa Baik dari siswa reguler maupun siswa inklusi
inklusi bahkan sebaliknya. Maka guru harus memiliki keduanya tidak pernah saling menganggu satu dengan
strategi agar siswa menerima dengan adanya yang lain, karena memang sejak awal sudah diberikan
keberagaman siswa di SMP Negeri 30 Surabaya. Seperti pengertian pada siswa reguler bahwa siswa inklusi itu
yang diuangkapkan pendapat oleh Sri Warsini berikut. sama saja dengan mereka. Saat guru mengajar baik siswa
“Iya menerima, sebelumnya kan sudah diberitahu reguler maupun siswa inkusi kalau bisa selalu dibentuk
oleh bapak ibu guru, maksudnya ini ini tapi kelompokn campuran, sehingga tidak hanya siswa reguler
anaknya tidak ada di kelas pada waktu itu, masih selalu dengan siswa reguler saja, jika seperti itu siswa
di luar, terus kalau seandainya kamu seperti itu
inklusi akan merasa terkucilkan. Kegiatan yang dilakukan
mau kan ? kan jadi anak-anak bisa imbang gitu,
diberi masukan, terus di titipkan ke teman bersama siswa reguler maupun siswa inklusi tidak akan
sebelahnya” (wawancara, 28 Mei 2018). saling menganggu karena keduanya sudah saling
Pada tahun ajaran baru setiap guru sudah memberikan mengenal. Pedapat tersebut juga diperkuat oleh Roudhatul
pengertian pada siswa reguler, bahkan orang tua dari Jannah berikut.
siswa reguler juga ikut diberikan pengertian bagaimana “Ya tetap diberi arahan, kadang hanya satu anak
tentang kondisi dari siswa inklusi tersebut, sehingaa siswa saja tidak semuanya yang ganggu, anak yang
reguler tidak hanya diberikan pengertian pada saat di jail-jail seperti itu memang sering dipanggi BK,
biasanya jail-jail ke anak ABK kadang sepatunya
sekolah saja tetapi juga pada saat di rumah orang tua juga
itu diambil, disembunyikan, anak ABK nya itu
turut serta mendidik anaknya agar mau beradaptasi lapor ke guru itu akan yang kendel (berani)
dengan siswa inklusi serta tidak membedakan siswa karena kalau enggak lapor ya diem, kalau guru
inkulusi tersebut dengan siswa reguler lainnya, dengan enggak tau ya enggak tau, nek (kalau) lapor kan
begitu saat proses belajar mengajar baik sisa reguler “ini-ini buk” ya sudah saya ambilkan sepatunya,
maupun siswa inklusi dapat saling menerima keadaan satu kadan anak ABK juga ganggu juga, tapi seperti
April itu ya diem (diam) ya diem (diam) ya nurut
dengan lainnya. Bahkan kalaupun bisa siswa reguler
suruh nulis apa ya nulis. Terus ya cara seperti itu
selalu membantu siswa inklusi tersebut. Sama dengan tadi memberi arahan, selalu memberi arahan
pendapat yang diungkapkan oleh Roudhatul Jannah pada siswa. Tapi itu hanya pertama pertama saja
berikut. masuk saja, tetapi kalau sudah berjalan beberapa
“Sebelum anak itu di kelas diberitahu dulu nanti bulan sudah tau, ya sudah. Kadang dia kepingin
ada anak misalkan namanya Annisa dan harus (ingin) ngomong (berbicara) sama anak ABK.
memberikan hak yang sama pada teman-reguler Kalau sudah jalan beberapa bulan ya sudah tau
maupun berkebutuhan khusus baik gurunya “iya buk iya buk” saya berikan arahan seperti ini
maupun siswanya” (wawancara, 21 Mei 2018). “kalau kalian punya adek bagaimana ? katanya
Siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus iya buk iya buk” (wawancara, 14 Mei 2018).
sama-sama diberikan hak yang sama oleh guru. Sama seperti halnya yang telah dijelaskan
Sebelumnya juga diberitahu bahwasnya jika nanti akan sebelumnnya bahwa siswa reguler selalu diberikan
ada siswa berkebutuhan khusus yang juga ikut dalam pengertian bahwa siswa inklusi itu sama seperti mereka,
proses pembelajaran di kelas. Meskipun keduanya sehingga siswa reguler tidak menganggu siswa inklusi
memiliki perbedaan tetapi pelayanan dari guru juga sama lagi. Begitu juga sebaliknya jika siswa inklusi menganggu
dengan siswa reguler. Guru juga memberikan arahan bagi siswa reguler maka siswa reguler harus memaklumi hal
siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus untuk tidak tertsebut, mungkin salah satu caranya dengan
menganggu temannya yang lain pada saat proses memberitahukan pada guru jika siswa inklusi tersebut
pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran. telah mengaggu dan otomatis guru tersebut mendatangi
Bahwasanya kedua siswa tersebut saling mengerti atas siswa inklusi itu dan memberikan pengertian dari hati ke
kondisi mereka masing-masing mengenai keberadaannya, hati bahwa apa yang dilakukannya tidak boleh.
sehingga tidak ada kejadian hal yang tidak diinginkan Tidak segan juga para guru selalu memberikan contoh
dalam lingkungan sekolah SMP Negeri 30 Surabaya. pada siswa reguler tentang bagaimana jika saudara atau
Seperti yang diungkapkan oleh Sri Warsini berikut. siapapun teman dekat kalian memiliki kondisi yang
“Insyaallah enggak, selama saya ngajar pun serupa dengan kondisi siswa inklusi tersebut, hanya
enggak. Yang suka jahil itu pun tidak ada malah dengan begitu siswa reguler akan mengerti apa yang
lebih banyak kalau di kelas ngerajakan apa yang dirasakan oleh siswa inklusi apabila siswa reguler selalu
disuruh kecuali di ruang pinter, di ruang pinter menganggu siswa inklusi. Dengan adanya tersebut maka
itu kan kumpul kelas 7,8,9 jadi satu, selama kedua siswa tersebut saling menghargai satu sama lain.
pelajaran saya insyaallah enggak kok mbak”
Masih saja ada siswa yang menganggu temannya namun
(wawancara, 28 Mei 2018).
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

guru tetap memberikan arahan bagi siswa. Pendapat “Kadang anak-anak itu minder, ada yang lebih
tersebut akan diperkuat oleh Sri Warsini berikut. menampakkan diri, ada yang cerewet, ada yang
“kalau di goda ya mesti (selalu) ada, ya mesti diem, kadang-kadang dia itu tidak menerima
(selalu) dilerai dan dikasih tau, anak-anak tau kalau anak itu ABK, merasa dia itu anak biasa,
kan sebelumnya dikasih tau harunsnya bersikap kadang ada yang suka di ruang pintar”
bagaimana kamu terhadap sesama manusia dan (wawancara, 21 Mei 2018).
harus mensyukuri bahwa kalian adalah anak Pergaulan siswa inklusi sama saja dengan pergaulan
yang istilahnya normal kalau seandainya kalian siswa reguler, jadi tidak ada bedanya. Baik siswa inkulsi
begitu bagaimana, saya kembalikan lagi kalau maupun siswa reguler satu sama lainnya harus saling
menurut kalian bagaimana kalau misalkan, jadi pengertian, dan siswa reguler dalam berteman dengan
saya kembalikan sehingga dia berfikir, kalau siswa inklusi juga harus hati-hati tidak bisa disama
sudah berfikir maka dia akan sudah bersikap baik
ratakan dengan pergaulan antar siswa reguler, karena
dengan temannya, jadi saya tidak memberikan
contoh ini tidak saya kasih tau supaya dia perasaan siswa inklusi cenderung lebIh sensitif dan nada
berfikir bagaimana sehingga dia bisa melakukan yang lebih memilih di dalam ruang pintar bisa jadi siswa
dengan temannya itu yang berkebutuhan khusus, inklusi tersebut merasa kurang nyaman bergaul dengan
ya di didik terus, malah disayangi, malah saya siswa reguler, jadi lebih memilih begaul dengan sesama
tunjuukan ini loh lebih bagus dia dari pada kamu, siswa inklusi. Jika istirahat juga ikut mengabung ke
akhirnya dia mau” (wawancara, 21 Mei 2018). temannya. Pendapat ini diungkapkan oleh Sri Warsini
Tentu saja siswa reguler maupun siswa inklusi tidak
berikut.
lupa dari yang namanya pertengkaran, dan sebagai guru
“Ya pokoknya langsung keluar, ada yang gabung
harus bisa melerai keduanya, setelah itu baik keduanya ada yang di kelas pinter, kadang cari sesama
diberikan pengertian bahwa yang dilakukan mereka itu inklusinya tapi di kelas lain gitu, kadang ya
salah, mereka terutama siswa reguler selalu diberikan gabung sama anak reguler” (wawancara, 28 Mei
pengertian bagaimana jika kondisi yang dialami oleh siwa 2018).
inklusi tersebut terjadi pada siswa reguler itu sendiri atau Waktu jam istirahat siswa inklusi terkadang ikut
saudaranya pasti akan merasakan apa yang dirasakan oleh berbaur dengan siswa reguler, namun disatu sisi jstru
siswa inklusi tersebut, maka dari itu akhirnya siswa siswa inklusi lebih memilih bergabung dengan siswa
reguler bisa mengerti kondisi siswa inklusi, agar tidak inklusi lainnya, karena merasa lebih nyaman dari pada
terjadi pertengkaran lagi setelah diberikan pengertian oleh harus bergabung dengan siswa reguler, kembali lagi
guru. Siswa reguler juga sering membantu siswa semua tergantung dari siswa tersebut. Mempererat
berkebutuhan khusus seperti apa yang diungkapkan oleh hubungan pertemanan guru juga memilik strategi lain
Sri Warsini berikut. yakni dari budaya sekolah 5S, seperti yang diungkapkan
“Terutama apabila anak mendapatkan kesulitan, oleh Roudhatul Jannah berikut.
pokoknya ya dia enggak bawa buku tolong nak “Ya disamakan pada waktu pagi 5S (salam, sapa,
temen ini di pinjemin, kemarin tugasnya apa ya senyum, sopan, santun) pada waktu pagi masuk
ditunjukkan, kalau dalam kelompok ya tetep saya di depan pagar anak-anak bertegur sapa pada
masukkan, tetep saya masukkan jadi anak inklusi bapak ibu guru siswa yang ada, dan sudah masuk
mesti (selalu) saya selipkan anak-anak mau di wilayah SMP 30 kalau bertemu tetap bertegur
menerima dan tidak memilih-milih. Pokoknya sapa, berjabat tangan” (wawancara, 21 Mei
kamu sama ini iya bu, tapi saya iming-imingin 2018).
kadang tolong masukkan ya nanti nilainya saya Siswa reguler maupun siswa inklusi saat bertegur
tambahin, tapi tidak akan nolak kok mbk, jadi sama saja tidak ada perbedaan. Jadi tanpa diminta siswa
anak inklusi satu kelas kan 2 tapi gk saya jadian tersebut sudah terbiasa melakukan 5S (salam, sapa,
satu enggak, ini sama kelompok ini, ini sama senyum, sopan, santun). Budaya sekolah semua peserta
kelompok ini” (wawancara, 28 Mei 2018).
didik tetap bertegur sapa dengan semua temannya. Hal ini
Tentu saja siswa reguler dan siswa inklusi ini harus
diungkapkan oleh pendapat Sri Warsini berikut.
saling saling membantu, untuk mempermudah biasanya
“Enggak, akan anak inklusi kan enggak tau
arahan guru menjadikan siswa reguler dan siswa inklusi
masalah tukaran (berantem) gitu kan, ya diem
menjadi satu. Seperti membantu dalam menunjukkan gitu malah enggak kelihatan gitu mbk, kadang-
tugas yang sudah diberikan gurunya kemarin. Siswa kadang anak inklusinya masih diraung pintar ya
reguler juga dibikan motivasi oleh gurunya dan diberikan saya panggil sama anak-anak. Ini kan ada anak
tambahan nilai agar lebih semangat dalam membantu. kelas VII H kalau enggak di panggil dia enggak
Siswa reguler tidak pernah memilih-milih teman dalam mau masuk kelas, dipanggil sama temannya, jadi
hal membantu temannya seperti apa yang diungkapkan enggak pernah mbk antara dua-duanya, anak
justru yang anak-anak reguler malah ngerti (tau),
pendapat oleh Roudhatul Jannah berikut.

757
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

menyayangi jadi anak inklusi lebih disayangi” sosialisasi yang diberikan oleh Kepala Sekolah SMP
(wawancara, 28 Mei 2018). Negeri 30 Surabaya tentang budaya karakter yang
Siswa reguler dan siswa inklusi tidak pernah memiliki didalamnya terdapat karakter toleransi. Temuan kedua
selisih atau tidak pernah saling bertegur sapa, siswa guru PPKn memberikan strategi dalam menumbuhkan
reguler cenderung bisa menghargai iswa inklusi dan bisa siakp toleransi pada siswa inklusi melalui diskusi
memimbimbing siswa inklusi baik dalam bidang kelompok dengan menggunakan model pembelajaran
akademik maupunn non akademik, stidak pernah ada jigsaw. Temuan yang ketiga, siswa reguler dan siswa
perbedaan. Siswa inklusi juga merasa nyaman berada berkebutuhan khusus mampu bersikap toleransi antar
diantara siswa reguler meskipun masih lebih naman keduanya contohnya seperti saling membantu dalam
berada di ruang pintar dengan siswa inklusi lainnya. membuka buku halaman pada siswa reguler dan saling
Proses pembelajaran pada saat kegiatan diskusi bekerja sama dalam bentuk pembelajaran ataupun di luar
kelompok tentu mempresentasikan hasil diskusinya. pembelajaran.
Menyampaikan pendapatnya masing-masing baik siswa Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 30
reguler maupun siswa berkebutuhan khusus. Meskipun Surabaya sekolah tersebut dianggap berhasil dalam
keduanya memiliki perbedaan tetapi tidak memengaruhi menumbuhkan sikap toleransi yakni pertama guru
siswa berkebutuhan khusus dalam menyampaikan memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga
pendapatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sri Warsini kelas seperti mendapatkan sarana dan prasarana. Kedua
berikut. guru harus memberikan pelayanan terhadap anak
“Saya rasa enggak pernah mbk cuma ngomong- berkebutuhan khusus, apabila di dalam proses
ngomong (bicara-bicara) saya gini bu ivan loh
pembelajaran guru akan membantu siswa yang
godain gitu aja. Kalau mengungkapkan itu
enggak, tapi kalau presentasi ya ikut maju saja, mengalami kesulitan tanpa memandang siswa reguler
kadang kala saya selingkan, saya itu tidak hanya maupun siswa berkebutuhan khusus. Ketiga siswa dapat
di materi mbk, supaya dia itu enggak minder, bekerja dalam kelompok yang berbeda-beda, seperti
supaya dia seneng gitu aja jadi enggak saya halnya dalam diskusi kelompok tidak memandang
pojokkan gini enggak akan bisa, supaya dia anggota kelompok itu siswa berkebutuhan khusus atau
bermasyarakat dan enggak minder gitu mbk tidak. Bahwasanya semua anggota kelompok akan
kasian kan” (wawancara, 28 Mei 2018).
mendapatkan siswa yang beragam. Keempat siswa mau
Saat menyampaikan pendapat para guru tidak
memberi kesempatan kepada teman yang lain untuk
membedakan antara siswa reguler ataupun siswa inklusi,
berbeda pendapat, bahwasanya semua siswa diberikan
jadi dengan begitu siswa inklusi merasa tidak dipojokan
kesempatan dalam menyampaikan suatu pendapatanya
ataupun dibedakan. Dengan begitu siswa inkulsi tidak
baik itu siswa reguler maupun siswa berkebutuhan
akan minder didalam kelas. Hal serupa juga diungkapkan
khusus.
oleh Roudhatul Jannah berikut.
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 30
“Kadang-kadang enggak diterima kadang-
kadang diterima, tindakannya ya langsung di Surabaya, toleransi ini terwujud dalam perilaku siswa
beritahu yang reguler harus menerima, harus seperti hal tidak menganggu teman yang berbeda dalam
disesuaikan, terus yang dinilai kerjasamanya hal fisik maupun mental, saling membantu jika teman
dalam satu kelompok terus ketepatan waktu kesulitan, tidak memilih-milih teman dalam hal
mengerjakan itu yang dinilai dan isinya, pergaulan, bertegur sapa walaupun berbeda, menghargai
penilainnya langsung diberi nilai pada waktu itu” semua pendapat teman. Toleransi di SMP Negeri 30
(wawancara, 21 Mei 2018).
Surabaya ini berasal dari siswa reguler dan siswa
Pada saat diskusi dan menyampaikan pendapat pasti
berkebutuhan khusus. Kedua siswa tersebut harus mampu
ada yang menerima dan juga ada yang tidak menerima,
menerima maupun menghargai dari kedua perbedaan
jadi wajar saja jika siswa reguler terkadang tidak
siswa tersebut.
menerima pendapat atau masukan dari siswa inklusi,
Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya ini memang
tetapi dalam melakukan penolakan harus dilakukan
penting keberadaanya untuk ditumbuhkan sikap toleransi
secara halus dan dengan dijelaskan kenapa tidak
sebab sekolah inklusi harus mampu mengabungkan kedua
menerima pendapat dari siswa inklusi tersebut, dengan
jenis siswa dalam proses pembelajaran. Adanya toleransi
penjelasan seperti itu diharapakan siswa inklusi nbisa
di sekolah diharapkan akan terwujud kelas yang harmonis
menerimanya dan tidak minder saat akan memberikan
dan suasana belajar yang kondusif. Hal ini dikarenakan
pendapatnya lagi.
pembelajaran yang kondusif harus didukung dengan
Terdapat beberapa temuan yang ada pada penelitian
suasana belajar yang harmonis. Keharmonisan kelas dapat
yang dilakukan, yang pertama guru PPKn memberikan
terwujud jika antara siswa reguler dan siswa
strategi mengenai menumbuhkan sikap toleransi melalui
berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan baik,
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

tidak saling menjauh ataupun mempermasalahkan antara lain proses perumusan dan penetapan pancasila
perbedaan yang ada dan dapat bekerja sama. sebagai dasar negara, norma-norma dalam kehidupan
Ada beberapa kebijakan sekolah yang mendukung bermasyarakat, kesejarahan perumusan dan pengesahan
adanya toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya yakni yang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
pertama sosialisasi yang diadakan dari Kepala Sekolah Namun dalam penelitian ini bukan masalah SARA
yang diadakan setiap tahun sekali. Sosialisasi yang melainkan pada keberagaman siswa. SMP Negeri 30
dilakukan ini membahas tentang budaya karakter, dengan Surabaya terdapat siswa reguler dan siswa berkebutuhan
adanya sosialisasi ini berkaitan dengan bagaimana hidup khusus, terkait dengan keberagaman siswa tersebut. Hal
menghargai sesama, bekerja sama atas perbedaan yang ini menunjukkan bahwa jenis sisa di SMP Negeri 30
ada, menjalin persahabatan dengan siswa inklusi maupun Surabaya beragam.
reguler. Guru juga akan memberi bekal kepada peserta Toleransi tidak hanya dalam satu materi pembelajaran
didiknya mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh guru- tetapi pada semua materi pembelajaran. Dari semua
guru agar semua peserta didik saling menghargai satu materi PPKn tetap ada penerapan mengenai toleransi
sama lain atas perbedaan yang ada pada diri mereka yang karena toleransi sangat penting untuk diterapkan di
nantinya akan disampaikan pada awal masuk kelas. Hal kehidupan sehari-hari. Materi yang disampaikan dengan
ini merupakan bagian dari strategi dalam menumbuhkan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus berbeda
sikap toleransi pada siswa reguler dan siswa berkebutuhan karena melihat kemampuan kedua siswa tersebut. Jika
khusus. Sosialisasi yang dilakukan ini pada saat awal siswa berkebutuhan khusus lebih dimudahkan
ajaran baru diwajibkan semua guru mata pelajaran dibandingkan dengan siswa reguler.
mengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Proses pembelajaran PPKn yang diterapkan oleh guru
Pendidikan Kota Surabaya mengenai siswa reguler dan PPKn berbeda dengan siswa reguler dan siswa
siswa berkebutuhan khusus. Sosialisasi yang dilakukan berkebutuhan khusus karena keduanya memiliki
oleh Kepala Sekolah ini berkaitan dengan adanya jumlah perbedaan dalam hal fisik maupun mentalnya, jadi guru
siswa inklusi yang akan ditempatkan di SMP Negeri 30 harus lebih pintar-pintar dalam menanggani kedua siswa
Surabaya dan memberikan pengarahan kepada semua tersebut dalam satu kelas yang sama. Apabila guru PPKn
guru mengenai karakter setiap siswa berkebutuhan khusus menanggani siswa berkebutuhan khusus, maka siswa
agar lebih memahami setiap karakter siswa masing- reguler mampu menghargai adanya siswa berkebutuhan
masing. khusus yang ditanggani dengan berbeda. Dengan itu siswa
Menumbuhkan sikap toleransi juga didorong melalui reguler akan diberikan tugas terlebih dahulu oleh gurunya.
tata tertib sekolah yang berlaku untuk semua siswa. Materi yang akan disampaikan siswa reguler dan siswa
Adapun tata tertib yang berkaitan dengan toleransi berkebutuhan khusus juga berbeda khususnya untuk siswa
diantaranya 5S yaitu salam, sapa, senyum, sopan, dan berkebutuhan khusus lebih dimudahkan.
santun. Hal tersebut menjadi point dalam menumbuhkan Berdasarkan hasil penelitian dikaitkan dengan teori
sikap toleransi siswa, sikap toleransi siswa dapat belajar observasional menurut Albert Bandura ada 4 fase
membiasakan hidup dengan keberagaman melalui lima teori belajar yakni fase perhatian, fase retensi, fase
hal yang menumbuhkan keharmonisan. Selain dari tata reproduksi, fase motivas. Yang pertama fase perhatian,
tertib, menumbuhkan sikap toleransi juga dilakukan menurut Matthew dan Hergenhahn (2009:363) “Sebelum
melalui pembelajaran PPKn di SMP Negeri 30 Surabaya. sesuatu dapat dipelajari dari model, model model itu
Pengintegrasian sikap toleransi ke dalam pelajaran harus diperhatikan. Bandura menggangap belajar adalah
PPKn merupakan salah satu langkah yang efektif untuk proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukkan
ditumbuhkan kepada siswa. Salah satu pelajaran yang bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari”.
sesuai untuk menumbuhkan sikap toleransi adalah PPKn Seperti apa yang diterapkan oleh guru yang menjadi
dengan materinya yang juga tidak lepas terkait toleransi. model dalam menumbuhkan sikap toleransi, jadi guru
Melalui pembelajaran, cara menumbuhkan sikap toleransi memberikan contoh seperti halnya pada saat proses
bisa langsung dilakukan kepada siswa. Selain itu, pembelajaran guru memberikan cara membuat siswa
pembelajaran juga akan lebih bermakna bagi siswa. Hal mengerti dan memahami keberagaman.
ini dikarenakan melalui pembelajaran, selain mempelajari Guru akan memberikan motivasi maupun nasehat-
materi siswa juga belajar cara menghargai orang lain nasehatnya yang mendukung adanya toleransi, seperti
terutama yang berbeda. menjelaskan arti perbedaan, menjelaskan sikap, tindakan
Pada penelitian ini mengkaji strategi menumbuhkan yang merupakan bagian dari toleransi. Guru akan
sikap toleransi yang dilakukan melalui pembelajaran memberikan suatu materi tentang pengertian seperti bekal
PPKn. Sesuai dengan toleransi, PPKn sangat dekat yang disampaikan pada awal masuk kelas mengenai
dengan toleransi yaitu terkait semua materi pada kelas VII adanya siswa inklusi dituntut untuk saling menghargai.

759
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 746-761

Semua siswa juga mempunyai hak yang sama, pada saat diskusi menggunakan metode jigsaw, sehingga salah satu
awal pelajaran guru tetap menyelipkan materi tentang siswa berkebutuhan khusus dapat mengikuti
toleransi seperti memberikan contoh untuk saling pembelajaran dengan baik dan tidak tertinggal dengan
membantu, menghargai, dan bekerja sama. teman yang lain. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru
Kedua fase retensi, pada fase ini guru akan bersikap adil terhadap semua siswa.
memberikan arahan mengenai bagaimana cara
PENUTUP
menghargai antar sesama teman. Menurut hasil dari
wawancara maupun observasi bahwasanya guru sering Simpulan
memberikan arahan bagi siswa untuk bersikap toleransi Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
antar sesama. Siswa akan lebih mengigat apa yang diambil kesimpulan bahwasanya dalam menumbuhkan
dikatakan oleh guru. Pada saat proses pembelajaran sikap toleransi pada siswa reguler dan siswa
berlangsung guru masih tetap meyelipkan arti makna berkebutuhan khusus di SMP Negeri 30 Surabaya yang
toleransi antar sesama jika dilihat dalam lingkungannya dilakukan mulai awal tahun ajaran baru yakni proses
beragam siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus. pembelajaran PPKn melalui diskusi kelompok yang
Guru akan memberikan arahan mengenai bagaimana menggunakan model jigsaw dan sosialisasi yang
cara menghargai antar sesama yaitu melalui kegiatan dilakukan oleh Kepala Sekolah pada saat awal tahun
diskusi kelompok. Diskusi kelompok maka bisa ajaran baru. Pada kegiatan proses pembelajaran PPKn
menumbuhkan sikap untuk saling bekerja sama dengan juga menerapkan sikap toleransi pada semua peserta
siswa reguler maupun siswa inklusi. didik melalui kegiatan diskusi kelompok dengan
Ketiga berkaitan dengan fase reproduksi, guru menggunakan model jigsaw dalam pembelajaran PPKn.
memberikan contoh perilaku. Guru akan membantu siswa Kegiatan tersebut akan menumbuhkan sikap toleransi
yang mengalami kesulitan tentang materi yang pada siswa karena saling bekerja sama antara
disampaikan atau terkait dengana halaman materi kelompoknya. Sosialisasi yang diadakan dari Kepala
pelajaran yang akan disampaikan. Tidak hanya guru saja Sekolah dengan tujuan agar guru bisa mengajarkan arti
yang membantu, tetapi siswa reguler juga ikut membantu toleransi kepada semua peserta didiknya.
siswa berkebutuhan khusus mencarikan halaman terkait Menumbuhkan sikap toleransi pada pada saat
materi pelajaran. Beberapa hal ini merupakan contoh- pelaksanaan pembelajaran PPKn dilakukan guru melalui
contoh sikap toleransi. Guru akan memberikan contoh nasehat, motivasi, dan contoh perilaku. Nasehat yang
perilaku dengan cara membantu siswa yang mengalami diberikan oleh guru untuk siswa merupakan hal spontan
kesulitan pada saat proses pembelajaran PPKn. Seperti yang dilakukan oleh guru ketika siswa melakukan hal
pada saat membuka halaman buku ataupun tugas yang yang intoleran kepada temannya seperti membully.
diberikan kepada guru untuk siswa. Motivasi yang diberikan oleh guru terkait dengan
Keempat fase motivasi, nasehat maupun contoh toleransi seperti mendorong siswa menyukai
perilaku ini dilakukan guru agar siswa meniru perbuatan keberagaman, menjelaskan siswa apa itu arti toleransi,
baik berkaitan dengan sikap toleransi. Oleh karena itu, menunjukkan kepada siswa indahnya perbedaan,
guru harus menunjukkan toleransi dalam kehidupan menjelaskan kepada siswa tentang tujuan toleransi.
sehari-hari di sekolah. Hal ini akan mempermudah siswa Toleransi yang diberikan guru kepada siswa seperti
dalam memahami serta meniru hal-hal yang berkaitan menghargai usaha siswa melalui pemberian nilai ataupun
dengan sikap toleransi. Kebiasan ini terinternalisasi melalui pujian, mencoba membantu siswa berkebutuhan
dalam dirinya dan menjadi hal yang biasa dilakukan khusus membuka buku dan membuka halaman buku,
dengan kesadaran dirinya sendiri. guru akan memberikan membantu siswa secara individual untuk memahami
nasihat atau motivasi yang berkaitan dengan toleransi materi pelajaran.
seperti memberikan dorongan atau contoh bagaimana
cara menghargai sesama atau pemberian nilai lebih Saran
kepada lebih kepada siswa jika siswa mampu saling Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan berkaitan
menghargai. dengan strategi guru PPKn dalam menumbuhkan sikap
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan strategi yang toleransi pada siswa di SMP Negeri 30 Surabaya. Bagi
digunakan dalam menumbuhkan sikap toleransi di SMP Kepala Sekolah untuk meningkatkan pembinaan terhadap
Negeri 30 Surabaya yaitu dengan cara melakukan guru-guru yang ada di SMP Negeri 30 Surabaya agar
sosialisasi pada awal tahun ajaran baru dengan tujuan dapat mempertahankan dan meningkatkan pemberian
untuk memperkenalkan adanya siswa berkebutuhan contoh perilaku toleransi kepada guru-guru. Bagi Guru
khusus di sekolah. Dalam proses pembelajaran PPKn agar selalu berusaha mempertahankan dan meningkatkan
kegiatan belajar diselenggarakan dalam bentuk kegiatan contoh perilaku terkait dengan sikap toleransi pada siswa
Strategi Guru PPKn dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi di SMP Negeri 30 Surabaya

dan selalu membudayakan siswa untuk bersikap toleransi


dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di luar.
Bagi Siswa hendaknya selalu meningkatkan dan
membudayakan toleransi.

DAFTAR PUSTAKA

Amini. 2015. Strategi Pembelajaran Guru PPKn Dalam


Pembentukan Sikap Toleransi Siswa di SMK Negeri
4 Madiun. Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Vol.
3 (3): hal. 1094-1112.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Hafidz, Muhammad Amrul. 2016. strategi guru PPKn
dalam mengembangkan sikap toleransi pada siswi di
SMPN 1 Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Matthew dan Hergenhahn. 2009. Theories of Learning
(Teori Belajar). Jakarta: Kencana
Moleong, Lexy.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Bandung: PT. Rosda Karya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusi
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan
Porwadarminta. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Sari, Diyah Pradita. 2017. “Penanaman Karakter
Toleransi Pada Siswa Reguler Dan Siswa
Berkebutuhan Khusus Melalui Pembelajaran PPKn di
SMPN 4 Sidoarjo” . Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan Vol. 5 (02): hal. 365-379
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta,Cv.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945
Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

761

Anda mungkin juga menyukai